Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz
-
Upload
gagat-ragil-andaru-pratomo -
Category
Documents
-
view
23 -
download
0
description
Transcript of Proposal Skripsi Kelompok 20 a Fiz
PROPOSAL PENELITIAN
I. Nama Peneliti : Riza Deviana
Dedy Tri Wijaya
Francine Roselind
Gagat Ragil Andaru
Mario Alexander
NIM/ Semester : G0009184/ V (Lima)
G0009052/ V (Lima)
G0009088/ V (Lima)
G0009090/ V (Lima)
G0009128/ V (Lima)
II. Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Ekstrak Batang Tanjung
(Mimusops Elengi Linn.) terhadap Kadar Glukosa Darah Tikus
Wistar Model Diabetik
III. Bidang Ilmu : Farmakologi
IV. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini ilmu kedokteran maju dengan sangat pesat, banyak
ditemukan terapi alternatif dalam menangani suatu penyakit. Perkembangan
teknologi dan informasi yang semakin canggih mendukung keberhasilan
penemuan-penemuan baru dalam bidang kesehatan. Namun, banyak orang yang
melupakan potensi alam yang ada di sekitarnya. Penggunaan obat yang bersumber
dari alam seperti tanaman herbal belum banyak diminati dan belum banyak pula
orang yang mengaplikasikannya dalam terapi pengobatan.
Perhatian masyarakat lebih tertuju kepada pengobatan yang lebih
modern karena dirasakan lebih mudah dan efeknya lebih cepat dirasakan.
Walaupun memiliki sisi kelemahan yaitu biaya yang dikeluarkan akan lebih
mahal. Efek sampingnya pun kadang dapat membahayakan kesehatan. Dipandang
dari segi efektivitas, terapi modern tidak jarang kurang efektif dalam mengobati
penyakit sehingga para peneliti saat ini mulai menerapkan terapi berbahan alami.
Selain aman untuk digunakan, terapi tersebut mudah dan murah untuk didapatkan.
Masyarakat Indonesia sendiri masih banyak menggunakan obat-obat
herbal, walaupun mereka tidak mengetahui secara jelas mengenai khasiat dari obat
yang dikonsumsinya. Sedangkan di negara-negara maju, misalnya Amerika
Serikat, perkembangan obat herbal sangat pesat sejak tahun 1990. Obat herbal
dan produk natural lainnya mengalami peningkatan sampai 380% (1990-1997)
dan terus mengalami peningkatan sampai sekarang. Bahkan menurut WHO
(World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia), 65% penduduk negara
maju dan 80% penduduk negara berkembang telah menggunakan obat herbal
(Pelayanan Informasi Obat, 2008). Adanya sumber daya tanaman obat menjadi
keunggulan komperatif bagi Indonesia. Namun, pemanfaatkan keunggulan
tersebut sebagai upaya menyehatkan masyarakat belum optimal. Indonesia
termasuk salah satu negara yang ketinggalan dalam memanfaatkan tanaman obat
sebagai konsumsi nasional (Menkes, 2008).
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronik yang diwariskan (tipe I)
dan atau karena kadar insulin dalam tubuh menurun sehingga memicu
hiperglikemia (tipe II). Dalam waktu yang lama, penyakit diabetes dapat
menyebabkan komplikasi seperti neuropati, retinopati, serta kelainan jantung.
Prevalensi diabetes mellitus meningkat dan berkembang di beberapa negara. Pada
tahun 2000, penderita diabetes mencapai 171 juta orang, dan diperkirakan akan
mencapai 366 juta orang pada tahun 2030 (Jerline et al., 2009). Dalam
penatalaksanaan diabetes, obat hanyalah pelengkap dari diet dan pemberian
insulin. Meskipun begitu, untuk penderita alergi insulin, obat antidiabetik oral
sangat diperlukan. Obat antidiabetik oral bekerja melalui perangsangan sekresi
insulin di pankreas. Namun, kematian akibat penyakit kardiovaskuler meningkat
pada pemberian obat antidiabetik oral (Handoko, 2005).
Mimusops elengi Linn. (Sapotacea) adalah tumbuhan yang memiliki
ukuran daun yang bervariasi. Tumbuhan ini berasal dari India. Salah satu zat aktif
yang terkandung di dalam Mimusops elengi adalah flavonoid. Flavonoid
merupakan senyawa polifenolik yang tersedia di alam dan dikategorikan
berdasarkan strukturnya ke dalam flavonols, flavones, flavanones, isoflavones,
catechins, anthocyanidins dan calcones. Flavonoid berpotensi sebagai antiviral,
antialergi, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan (Buhler &
Miranda, 2000). Selain itu, sebuah studi membuktikan bahwa Mimusops elengi
Linn. memiliki efek antihiperglikemik dengan meningkatkan produksi insulin
pada sel beta pankreas (Jerline et al., 2009).
Untuk membuktikan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui hubungan
pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. terhadap kadar glukosa darah
pada tikus model diabetes. Pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn.
diharapkan memiliki potensi sebagai pilihan dalam penatalaksanaan diabetes yang
aman serta efektif digunakan sehingga dapat menekan tingkat morbiditas dan
mortalitas penderita diabetes mellitus tipe II.
V. Rumusan Masalah
Adakah hubungan pemberian ekstrak batang Tanjung (Mimusops
elengi Linn.) terhadap glukosa darah tikus wistar model diabetes?
VI. Tujuan Penelitian
Mengetahui hubungan pemberian ekstrak batang Mimusops elengi
Linn.terhadap glukosa darah tikus wistar model diabetes.
VII. Manfaat Penelitian
A. Aspek teoritris
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut
mengenai pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. sebagai terapi
diabetes tipe II di klinik
B. Aspek aplikatif
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi
dunia medis untuk menggunakan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. dalam
menurunkan tingkat morbiditas dan mortalitas penderita diabetes tipe II.
VIII. Tinjauan Pustaka
A. Sumber Glukosa Darah
1. Katabolisme dan Absorpsi Karbohidrat Dalam Saluran Pencernaan.
Karbohidrat dalam diet umumnya terdapat dalam bentuk zat pati,
laktosa,sukrosa dan selulosa. Di rongga mulut, enzim α amilase saliva bekerja
pada zat pati secara acak menghasilkan maltosa, beberapa glukosa, unit-unit
moekul pati yang kecil /dekstrin. Memasuki lambung, karena tingkat keasaman
yang tinggi ( HCl) kerja α-amilase terhenti. Di usus halus, pH makanan menjadi
alkali oleh sekresi dari saluran pancreas. Pencernaan dekstrin pati dilanjutkan oleh
kerja enzim α amilase pankreas yang sama dengan enzim dari saliva.Bila kerja α
amilase menghidrolisis zat pati sempurna, lumen usus halus akan mengandung
glukosa, maltosa, isomaltosa, serta laktosa dan sukrosa dari diet. Selulosa yang
dimakan adalah polisakarida yang pada manusia tidak ada enzim yang
menghidrolisisnya dengan demikian tidak dicerna. Selanjutnya disakarida tadi
(maltosa, isomaltosa, laktosa ) dihidrolisis pada brush border yang terdapat pada
mukosa usus halus. Hidrolisis ini oleh kerja enzim disakaridase spesifik
menghasilkan monosakarida. Monosakarida yang dihasilkan (glukosa, fruktosa,
galaktosa) bersama glukosa dari lumen akan masuk ke sistem portal lalu
ditransport ke hepar. (Sari, 2007)
2. Glikogenolisis
Deretan reaksi hidrolisis glikogen menjadi glukosa, kembali menjadi
sumber energi. Merupakan proses katabolisme cadangan sumber energi. Enzim
utama, yaitu glikogen fosforilase, memecah ikatan 1-4 glikogen. Selanjutnya
enzim transferase akan memindahkan 3 residu glukosil dari cabang terluar ke
cabang lain. Pemindahan ini menyebabkan titik cabang 1-6 terpapar. Ikatan 1-6
akan diputus oleh debranching enzyme ( amilo [1-6]glukosidase ). Transferase
dan Debranching enzyme akan mengubah struktur bercabang glikogen menjadi
lurus membuka jalan untuk pemecahan selanjutnya oleh fosforilase menghasilkan
glukosa 1 phosphat
Glikogen + P1 Glukosa 1 Phosphat + Glikogen
(n residu) (n-1 residu) (Sari, 2007)
Glukosa 1 phosphat secepatnya diubah menjadi glukosa 6 phosphat.
Di hepar dan ginjal , Glukosa 6 phosphatase mengeluarkan phosphat dari Glukosa
6 phosphat yang menyebabkan difusi glukosa ke sel darah sehingga terjadi
peningkatan kadar glukosa darah. (Sari, 2007)
3. Glukoneogenesis
Di saat karbohidrat tidak tersedia dengan cukup di dalam makanan,
maka senyawa nonkarbohidrat dengan jalur glukoneogenesis akan menghasilkan
glukosa. Glukoneogenesis merupakan istilah yang di gunakan untuk mencakup
semua mekanisme dan lintasan yang bertanggung jawab untuk mengubah
senyawa nonkarbohidrat menjadi glukosa. Asam amino glikogenik, asam laktat,
dan gliserol adalah tiga kelompok substrat untuk proses ini. Dapat berlangsung
setiap saat di dalam tubuh untuk membersihkan laktat yang terbentuk dari proses
glikolisis anaerob. Glukoneogenesis dari asam amino akan berlangsung pada
keadaan dimana tubuh kekurangan / kehabisan zat hidrat arang ataupun lipid
sebagai sumber energi maka. Pada hewan memamah biak senyawa propionat
merupakan sumber utama glukosa melalui lintasan ini . Tempat berlangsungnya
Glukoneogenesis terutama di sel-sel ginjal dan hepar (sedikit di otot dan
otak).Reaksi – reaksi pada proses ini meliputi reaksi glikolisis yang reversibel,
siklus kreb, dan beberapa reaksi khusus untuk tambahan. Harus diingat bahwa
rangkaian reaksi glukoneogenesis walau menggunakan lintasan yang sama dengan
glikolisis , bukan merupakan kebalikan dari reaksi glikolisis. Aktivitas keduanya
diatur secara timbal balik, satu jalan relatif tidak aktif saat jalan lain aktif. Enzim
utama dari proses ini yang mengkatalisis reaksi tambahan pada glukoneogenesis
adalah:
a.) Piruvat karboksilase
b.) Fosfoenol piruvat karboksikinase
c.) D-Fruktosa-1,6-bifosfatase
d.) D-Glukosa-6-fosfatase
Reaksi oleh enzim-enzim ini dapat mengelakkan (menghindarkan)
reaksi –reaksi yang irreversibel pada glikolisis. Enzim Piruvat karboksilase
aktivitasnya dirangsang oleh asetil ko-A dan dihambat oleh ADP. Enzim ini akan
merubah piruvat menjadi oksaloasetat. Selanjutnya fosfoenol piruvat
karboksikinase akan merobah oksaloasetat menjadi fosfoenol piruvat. Kedua
reaksi ini berlangsung di dalam mitokhondria dari sel. Pada reaksi yang dikatalisis
enzim D Fruktosa 1,6 bifosfatase, senyawa fruktosa 6 fosfat akan dibentuk dari
fruktosa 1,6 –bisfosfat. Enzim ini aktivitasnya dihambat oleh AMP dan
ADP .Reaksi ini berlangsung di bagian sitosol. Tahap terakhir pembentukan
glukosa tidak berlangsung di sitosol. Glukosa 6 fosfat akan diangkut ke retikulum
endoplasma oleh transpoter (T 1) dan disini dihidrolisis oleh enzim glukosa 6
fosfatase . Hidrolisis ini menghasilkan glukosa dan Pi yang kemudian diangkut
kembali ke sitosol oleh sepasang pengangkut / transpoter (T2 dan T3). (Sari,
2007)
B. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang
disebabkan defisiensi hormon insulin baik didapat maupun diturunkan. Kondisi
defisiensi insulin akan memicu keadaan hipoglikemia, seiring dengan berjalannya
waktu akan muncul gejala komplikasi diabetik seperti nefropati, retinopati, dan
gangguan jantung (Jerlin et al., 2009)
Diabetes tipe II adalah Diabetes Mellitus yang disebabkan oleh
resistensi reseptor insulin terhadap hormon insulin di darah sehingga insulin tidak
bisa masuk ke dalam sel sebagai sumber energi sel. (Price, 2006)
C. Epidemiologi
Prevalensi DM cukup tinggi di masyarakat. Di Amerika, data survei
dari ‘The National Health and Nutrition Examination III’ pada tahun 1993
menemukan angka prevalensi DM sebesar 3,1%, yang menimpa sekitar 8 juta
penduduk. DM merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian utama di
AS karena efeknya pada penyakit mata, ginjal, neurophati, dan kardiovaskuler.
Penelitian baru-baru ini juga membuktikan orang dewasa diabetik mempuyai
risiko kematian karena infeksi lebih tinggi daripada tanpa DM. Di seluruh dunia
pada saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 124 juta penderita DM, dan di AS
90% termasuk tipe 2.6 Prevalensi DM di Indonesia diperkirakan antara 1,5-2,3%.
Penelitian di Menado mendapatkan angka 6,1%. Prevalensi DM di daerah urban
di Jakarta meningkat dari 1,7% pada tahun 1982 menjadi 5,7% pada tahun 1993.
Di daerah rural di Tasikmalaya prevalensinya hanya 1,1%. (Suyono, 2006)
D. Patofisiologi
Hormon insulin normalnya dihasilkan oleh sel beta pancreas, fungsi
utamanya adalah untuk konversi glukosa menjadi glikogen, sehingga akan
menstabilkan kadar gula darah. Saat insulin ini tidak ada atau kurang, maka kadar
gula darah menjadi tidak terkontrol. (Price, 2006)
Keadaan awal pada diabetes mellitus tipe 2 yaitu terjadinya resistensi
insulin baik di jaringan otot, lemak, dan hati, tapi belum terjadi hiperglikemia oleh
karena sel pankreas masih mampu mengimbangi resistensi insulin dengan
memproduksi atau mensekresi insulin yang lebih banyak (hiperinsulinemia).
Dengan berjalannya waktu akhirnya sel pankreas mengalami penurunan
kemampuan dalam mensekresi insulin. Sehingga terjadi hiperglikemia puasa dan
terjadilah diabetes. Selanjutnya, fungsi sel pankreas yang menurun menyebabkan
pelepasan insulin yang tidak mencukupi untuk mengimbangi glukosa yang
berlebihan setelah makan (terjadi peningkatan kadar glukosa setelah makan), pada
keadaan ini di samping adanya kerusakan sel pankreas yang progresif ada faktor
kedua yang berpengaruh pada sekresi insulin penderita diabetes mellitus tipe 2
yaitu tidak terjadinya sekresi insulin fase 1 (Katzung, 2002).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diabetes mellitus mempunyai tujuan :
- Jangka pendek yaitu hilangnya keluhan atau gejala diabetes
mellitus dan mempertahankan rasa nyaman dan sehat.
- Jangka panjang yaitu tercegah dan terhambatnya progresivitas
penyulit atau komplikasi mikroangiopati dan neuropati dengan
tujuan akhir turunnya morbiditas dan mortalitas dini akibat
diabetes mellitus serta meningkatnya kualitas hidup penderita
diabetes mellitus.(Price, 2006)
Untuk mencapai tujuan pengelolaan tersebut perlu dilakukan pengendalian
hiperglikemia, tekanan darah, berat badan, dan kadar lipid, melalui pengelolaan
pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan
perilaku. Pilar pengelolaan diabetes mellitus meliputi: edukasi, perencanaan
makanan, pelatihan jasmani, intervensi farmakologis (Katzung, 2002).
F. Pohon Tanjung (Mimusops elengi Linn.)
1. Deskripsi
Mimusops elengi (ME) Linn (Sapotaceae) yang lebih dikenal dengan
Bakul, merupakan tanaman yang memilki daun berukuran sempit hingga lebar.
Tanaman ini banyak ditanam sebagai tanaman perindang.
Klasifikasi Ilmiah :
Kerajaan : Plantae
Ordo : Ericales
Famili : Sapotaceae
Genus : Mimusops
Species : Mimusops elengi
Nama binomial : Mimusops elengi Linn.
Tanaman ini berasal dari India, Sri Lanka dan Burma. Telah masuk ke
Nusantara semenjak berabad-abad yang silam. Tanaman ini juga tumbuh di Asia
Tenggara, misalnya Indonesia dan Filiphina. ( Singh, 2003)
Pohon berukuran sedang, tumbuh hingga ketinggian 15 m. Daun-daun
tunggal, tersebar, bertangkai panjang; daun yang termuda berambut coklat, yang
segera gugur. Helaian daun bundar telur hingga melonjong, panjang 9–16 cm,
seperti jangat, bertepi rata namun menggelombang. Bunga berkelamin dua, sendiri
atau berdua menggantung di ketiak daun, berbilangan-8, berbau enak semerbak.
Batang berkayu, berbentuk bulat dan bercabang. Batang dari tanaman ini
berwarna coklat. (Singh, 2003)
2. Kandungan Kimia
Salah satu zat aktif yang terkandung di dalam Mimusops elengi adalah
flavonoid. Flavonoid merupakan senyawa polifenolik yang tersedia di alam dan
dikategorikan berdasarkan strukturnya ke dalam flavonols, flavones, flavanones,
isoflavones, catechins, anthocyanidins dan calcones (Buhler et Miranda, 2000).
Selain itu, Mimusops elengi memiliki kandungan tannin, saponin, alkaloid, dan
glikosid (Ganu et al., 2010).
3. Khasiat
Mimusops elengi Linn. telah diteliti memiliki aktivitas antiulserasi,
antihelmintik, antihipertensi dan antibakteri (Katedeshmukh, 2010). Penelitian
terakhir, melaporkan bahwa buah dari tanaman ini bermanfaat untuk mengobati
disentri, konstipasi; bunga Mimusops elengi berkhasiat untuk mengurangi sakit
kepala, luka, dan ulserasi. Batangnya dapat digunakan untuk meningkatkan
kesuburan wanita dan aktifitas antiulserasi. Selain itu, batangnya juga berguna
untuk meningkatkan tonik, febrifuge, sebagai obat kumur untuk odontopati,
inflamasi dan gusi berdarah. Sushrut Samhita, seorang peneliti India, menjelaskan
bahwa Mimusops elengi memiliki potensial antidiabetik. Penelitian tersebut
bertujuan mengevaluasi antioksidan in vitro dan antihiperglikemik. Prosedur
penelitian tersebut menggunakan ekstrak dari batang Mimusops elengi (Ganu et
al., 2010).
Flavonoid terkandung dalam Mimusops elengi berpotensi sebagai
antiviral, antialergi, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan.
Antioksidan merupakan senyawa yang menjaga sel dari kerusakan akibat Reactive
Oxygen Species (ROS) seperti single oxygen, superoksida, peroxyl radicals,
hydroxyl radicals, dan peroxynitrite. Ketidakseimbangan antioksidan dan oksigen
reaktif menyebabkan stress oksidatif, yang akan memicu kerusakan sel. Stress
oksidatif dapat menyebabkan kanker, penuaan, aterosklerosis, luka iskhemik,
inflamasi, dan penyakit neurodegenerative (Parkinson dan Alzeimer). Flavonoid
membuat proteksi terhadap penyakit tersebut dengan membentuk sistem
pertahanan tubuh dalam bentuk vitamin antioksidan dan enzim-enzim.
Berdasarkan penelitian epidemiologi, intake flavonoid memberikan efek
berbanding terbalik terhadap kematian penyakit jantung koroner maupun insiden
pada gagal jantung. Antioksidan terdapat pada vitamin C, vitamin E, selenium,
dan keroten. Selain itu, penelitian juga membuktikan bahwa flavonoid dapat
ditemukan pada buah-buahan dan sayuran dalam bentuk antioksidan. Pada alfa-
tocoferol (vitamin E), flavonoid mengandung zat-zat kimia yang berhubungan
dengan antioksidan (Buhler et Miranda, 2000).
Larutan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. memiliki efek anti
hiperglikemik yang signifikan pada tikus yang telah diinduksi dengan alloxan
secara signifikan dibandingkan dengan efek pemberian glibenclamide. Hal
tersebut membuktikan bahwa Mimusops elengi Linn. Berpotensi sebagai obat
antihiperglikemik. Sebuah studi menunjukkan peningkatan kadar gula darah pada
tikus model diabetik serta penurunan kadar gula darah pada kelompok yang diberi
larutan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. Penurunan kadar gula darah
tersebut mungkin disebabkan karena peningkatan sekresi insulin dari sel beta
pancreas (Jerline et al., 2009).
Hasil penelitian pada mekanisme penghambatan flavonoid terhadap
peningkatan kadar gula darah secara umum disepakati memiliki kesamaan aksi
mekanisme seperti acarbose yang selama ini digunakan sebagai obat untuk
penanganan diabetes melitus. Hal ini disebabkan flavonoid bereaksi pada enzim
alfa amilase yang ligan aktifnya secara eksklusif menempati subsite “-1” dan
berinteraksi dengan rantai dari Asp197, Glu233 dan Asp300. Semua inhibitor kuat
dalam proses ini menempati sisi yang sama seperti yang ditempati oleh
valienamid dan membentuk ikatan hidrogen dengan residunya pada sisi katalitik.
Dengan kata lain, ligan aktif pada subsite pusat katalitik “-1”, inilah yang
mungkin menjelaskan mengapa aktivitas enzimatik alfa amilase dapat terblok
dengan sukses (Piparo et al, 2008).
Pada mencit yang diberi ekstrak batang ME, terjadi penurunan kadar
glukosa serum, HbA1C, dan enzim glukosa-6-phospatase secara signifikan dan
peningkatan insulin serum, kadar glikogen dalam hati, aktivitas glukosa-6-
phosphate dehydrogenase secara signifikan. (Jerline et al., 2009).
Enzim glukosa-6 phospatase memainkan peranan penting pada
pengaturan homeostasis kadar glukosa darah. ketika kadar glukosa darah turun,
liver secara cepat melakukan glikogenolisis ataupun glukoneogenesis), sehingga
kadar glukosa darah meningkat. glukosa yang baru diproduksi ini merupakan
bahan bakar bagi jaringan lain yang kamampuannya dalam memproduksi
glukosa(melalui glikogenolissis dan glukoneogenesis) berkurang. (Jerline et al.,
2009).
Enzim glukosa 6 phospatase, mengkatalisis reaksi glikogenolisis dan
glukoneogenesis sehingga terjadi peningkatan produksi glukosa darah.
peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati merupakan penyebab dari peningkatan
kadar gula darah puasa yang merupakan karakteristik dari diabetes mellitus.
Penelitian terakhir menyebutkan bahwa ekstrak Mimusops elengi Lnn. pada dosis
500 mg/ kgBB menghambat aktivitas glukosa-6- phospat dengan jalan
menurunkan pemecahan glukosa oleh hati. (Jerline et al., 2009).
Pada pasien diabetes terjadi penurunan lipogenesis dan peningkatan
lipolisis yang merupakan manifestasi dari ketidakmampuan jaringan dalam
memecah glukosa sehingga lipolisis meningkat diikuti dengan perangsangan
enzim glukoneogenesis. studi terakhir memperlihatkan bahwa peningkatan
aktivitas NADP berkaitan dengan enzim lipogenik glukosa 6 phospat
dehidrogenase yang mengontrol pembentukan NADPH melalui mekanisme balik.
(Jerline et al., 2009)
IX. Kerangka Berpikir
Kadar glukosa darah
Glukosa-6-phospatstreptozotocin
Keterangan:
: Memicu
: Menghambat
: Mengandung
Enzim Glukosa-6-phospatase
Glikogenolisis dan Glukoneogenesis
Kadar glukosa darah Ekstrak batang Mimusops elengi flavonoid
Sel beta pankreas
Sekresi insulin
Intake
Polisakarida (amilum)
Disakarida (sukrosa)
Glukosa
X. Hipotesis
Ho : Tidak ada pengaruh pemberian ekstrak batang Mimusops Elengi Linn. pada kadar glukosa darah tikus wistar model diabetik
Ha : Ada pengaruh pemberian ekstrak batang Mimusops Elengi Linn. pada kadar glukosa darah tikus wistar model diabetik
XI. Metode Pelaksanaan
A. Model Penelitian
Penelitian ini termasuk ke dalam desain Simple True Experimental
dengan rancangan One group pre and post-test group designs. Pada penelitian ini
sample akan diperoleh dengan acak untuk memperoleh kelompok kontrol dan
kelompok eksperimen
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium farmakologi
lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
C. Variabel Penelitian
Variabel bebas : dosis ekstrak Mimusops elengi
Variable terikat : kadar gula darah tikus wistar
D. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel bebas : dosis ekstrak Mimusops elengi Linn.
Ekstrak kulit batang Mimusops elengi Linn. diberikan pada dosis tertentu
berdasarkan alat ukur volume cairan. Pemberian dosis dibuat bertingkat untuk
mengetahui efek ekstrak kulit batang Mimusops elengi Linn. ini dalam jumlah
yang berbeda.
Dosis Mimusops elengi Linn. yang dipakai adalah
a.) 500 mg/ kg BB
b.) 750 mg/ kg BB
Skala pengukuran variabel untuk dosis ekstrak Mimusops elengi Linn.
adalah numerik (rasio).
2. Variable terikat : kadar gula darah tikus wistar
Kadar gula darah adalah jumlah atau kadar glukosa dalam darah tikus
yang merupakan interpretasi dari fungsi hormon insulin yang dihasilkan oleh sel
beta pakreas, yaitu mengubah glukosa dalam darah menjadi glikogen untuk
disimpan di hepar atau otot rangka.
Skala pengukuran variabel untuk kadar glukosa darah tikus adalah
numerik (rasio).
E. Bahan dan Metoda
1. Hewan Uji
1. Tikus putih (Rattus norvegicus) jantan, strain Wistar, berumur kira-kira
3 bulan dengan berat kira-kira 200 gr, diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan
Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Banyaknya sampel: Tiga puluh (35) ekor tikus putih
Banyaknya jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
Rumus Federer :
(n-1) (t-1) > 15
n : besar sampel
t : jumlah kelompok
Banyaknya jumlah sampel yang diperlukan dihitung dengan rumus:
(n-1) (t-1) > 15 ; t = 5
(n-1) (5-1) > 15
4n-4> 15
4n >19
n > 4,75 ; dibulatkan menjadi 5
(Arkeman, 2006)
Jadi, jumlah sampel harus lebih besar dari 5 ekor tikus tiap kelompok.
Pada penelitian ini digunakan 7 ekor tikus setiap kelompok, sehingga
sudah memenuhi syarat dalam banyaknya sampel yang digunakan
2. Teknik sampling
Pengambilan sampel sebanyak 35 ekor dilakukan secara purposive
sampling dengan kriteria inklusi hewan uji yang dipilih sebagai sampel adalah 35
ekor tikus wistar jantan, dengan berat badan ± 200 - 300 gram, dan berumur ± 3
bulan
Hewan coba dibagi dalam 5 kelompok secara random, setiap kelompok
terdiri dari 7 ekor tikus. Kelompok 1 sebagai kelompok control, kelompok 2
sebagai kelompok mencit model diabetes, kelompok 3 sebagai kelompok mencit
model diabetes yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis
500mg/kgBB,. kelompok 4 kelompok mencit model diabetes diberi ekstrak
Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis 750mg/kgBB dan kelompok 5
mencit model diabetes yang diberi Glibenclamide dengan dosis 1mg/kgBB
sebagai obat yang dijadikan rujukan/ referensi.
3. Induksi Hewan Coba Model Diabetes
Untuk membuat model diabetes pada hewan coba, hewan coba dipuasakan
selama 24 jam sebelum injeksi. Induksi diabetogenik dilakukan dengan cara
menginjeksikan streptozotocin dosis 60 mg/kgBB yang dilarutkan dalam citrate
buffer pH 4,5 (Zhang dan Tan, 2000). Proses penginduksian dilakukan selama 4
hari.
4. Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.
a.) Proses Pembuatan Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.
Cara pembuatan ekstrak batang Mimusops elengi Linn. adalah
sebagai berikut:
1) Batang segar dari Mimusops elengi Linn.yang diperoleh dari daerah di
Indonesia
2) Batang tersebut dikeringkan pada tempat yang teduh
3) Setelah itu, dihancurkan menjadi serbuk yang agak kasar
4) Sebanyak 200 gram serbuk tanaman tersebut diekstrak dengan air
5) Larutan yang akan diekstrak dibuat dengan perbandingan antara serbuk
dengan air adalah 1:6
6) Didihkan larutan tersebut hingga tersisa sepertiga bagian
7) Pasta yang terbentuk merupakan bahan yang kemudian digunakan
b.) Pemberian Ekstrak Batang Mimusops elengi Linn.
Pemberian ekstrak batang Mimusops elengi Linn. pada hewan coba
dilakukan setiap hari selama 45 hari. Pemberian dilakukan secara oral
menggunakan tabung minum. Hasilnya dibandingkan dengan pemberian
glibenclamide yang juga diberikan setiap hari selama 45 hari.
5. Perlakuan pada Hewan Uji
Hewan coba diadaptasikan selama 4 hari. Hewan coba dibagi menjadi
enam kelompok, masing-masing kelompok 7 ekor. Kelompok I (n=7) sebagai
kontrol, kelompok II (n=7) adalah mencit model diabetes, kelompok III (n=7)
adalah mencit model diabetis yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral
dengan dosis 500 mg/kg bb , kelompok IV(n=7) adalah mencit model diabetis
yang diberi ekstrak Mimusops elengi Linn. per oral dengan dosis 750 mg/kg bb,
dan kelompok V (n=7) adalah mencit model diabetes yang diberi glibenclamide
dengan dosis 1 mg/kg bb sebagai obat yang dijadikan rujukan/ referensi.
6. Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Pada hari keempatpuluhlima, mencit dikorbankan untuk diambil
darahnya. Darah mencit akan ditampung dalam tabung EDTA. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dengan satuan mg/dL.
7. Rancangan Penelitian
Keterangan:
K – : Kelompok kontrol negatif
K + : Kelompok kontrol positif
P – P +
Subjek penelitian 35 ekor tikus Whistar sp.
K – K + K I K II K III
Pre test kadar gula darah
T 1 T 2 T 3
Post test kadar gula darah
Analisa Data
K I : Kelompok perlakuan I
K II : Kelompok perlakuan II
K III : Kelompok perlakuan III
P – : tanpa perlakuan
P + : induksi diabetes, tanpa pemberian ekstrak Mimusops elengi Linn.
T 1 : induksi diabetes dan diberi ekstrak Mimusops elengi Linn dengan
dosis 500 ml / kg BB/ 1x/ hari
T 2 : induksi atherosklerosis dan diberi teh kombucha dengan dosis 750
ml/ kg BB/ 1x/ hari
T 3 : induksi diabetes dengan diberi injeksi Glibenclamide 1 mg/ kg
BB
8. Analisis Data
Analisis data statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Uji normalitas sebaran sampel menggunakan uji skewnes dan kurtosis.
2. Jika hasil uji normalitas menunjukan bahwa data terdistribusi normal,
dilakukan uji Anova one way untuk mengetahui perbedaan kadar
glukosa darah
3. Jika hasil uji normalitas tidak menunjukan bahwa data terdistribusi
normal, dilakukan uji krusskal wallis untuk mengetahui perbedaan
kadar glukosa darah.
Data yang diperoleh dianalisis secara statistik menggunakan program
SPSS for Windows Release 16.0 dan p <0,05 dipilih sebagai tingkat minimal
signifikansinya.
XII. Jadwal Kegiatan Program
JadwalMinggu ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Pembuatan Proposal
Pembimbingan usulan
proposal
Proposal siap
Pengumpulan data
Analisis Data
Penyelesaian hasil
penelitian, pembuatan
laporan
Ujian akhir skripsi
XIII. Daftar Pustaka
Ganu et al. 2010. ‘Antioxidant and antihyperglicemic potential of methanolic
extract of bark of Mimusops elengi L. in mice’, Research Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Science, Vol.1 issue 3, page
67-77
Handoko, T. dan Gan, S. (2007). Farmakologi dan Terapi ed.5. Jakarta:
FKUI. p: 342.
Jerlin, et al. 2009. ‘Effect of Mimusops elengi L. Bark Extract on Alloxan
induced hyperglycemia in Albino Rats’, Journal of Cell and Tissue
Research, Vol.9(3)
Katzung, Bertram G. 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi VI.
Jakarta:EGC
Miranda et Buhler. 2000. Antioxidant Activities of Flavonoids. Oregon State
University. LPI. Oregonstate.edu/fw00/flavonoid/html
Pelayanan Informasi Obat. (2008). Obat Tradisional dan Obat Herbal:
Tantangan ke depan Farmasis.
http://www.informasi-obat.com/content/view/276/53/. (18 September
2008).
Piparo EL, Scheib H, Frei N, Williamson G, Grigorov M, and Chou CJ. 2008.
Flavonoid for Controlling Strach Digestion: Structural Requirements
for Inhibiting Human Alpha Amylase. Journal of Medicinal Chemistry.
26; 51(12): 3555-6
Price SA, Wilson LM, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. EGC, Jakarta.
Sari, Mutiara Indah. 2007. Reaksi-reaksi Biokimia sebagai Sumber Glukosa
Darah. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara: Sumatera
Utara.
Singh UV, SP Ahlawat, NS Bisht. 2003. ‘Nursery Technique of Local Tree
Species-II’. State Forest Reseach Institute Department of Environment
and Forest: Itanagar.
Suyono, Slamet. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV
Fakultas Kedokteran Indonesia. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI: Jakarta.