Presentasi TEI WawanDMB4 New1

download Presentasi TEI WawanDMB4 New1

of 14

Transcript of Presentasi TEI WawanDMB4 New1

TUGAS RINGKASAN DAN KRITIK JURNAL MATA KULIAH TEORI EKONOMI INDUSTRI Dosen : Dr. Ir. ARIEF DARYANTO., M.Ec Dr.Ir. NUNUNG NURYARTONO, M.Si JUDUL artikel jurnal ilmiah : WHAT DRIVES INNOVATIVENESS IN INDUSTRIAL CLUSTER ? TRANSCENDING THE DEBATEoleh MARJOLEIN C.J. CANIELS dan HENNY A. ROMIJN OPEN UNIVERSITY OF THE NETHERLANDS, FACULTY OF MANAGEMENT SCIENCE

Dalam Jurnal Ilmiah : CAMBRIDGE JOURNAL OF ECONOMICS 2005, 29, 497-515 oleh IGNATIUS A. WIRAWAN NUGROHADINPM : P066070203.4DM Program Doktor Manajemen Bisnis IPB 2009Ignatius A. Wirawan DMB 4 IPB 1

Artikel jurnal ini memaparkan tentang perdebatan terkait LKS (local knowledge spillovers) sebagai pendorong kegiatan yang inovatif di suatu kawasan atau wilayah (region). Perdebatan pemikiran terkait konsep teoritis LKS , antara yang mendukung dan yang skeptik atau tidak pro ( anti ), sudah menjadi ajang persaingan para pakar yang tertuang dari tulisan tulisan ilmiah mereka. Adapun, mereka yang pro LKS adalah Malmberg dan Maskell (2002) ; Audretsch dan Feldman (1996) serta Jaffe ( 1993 ) bertentangan dengan para anti LKS yaitu antara lain Breschi dan Lissoni ( 2001 ). Perdebatan tersebut ternyata telah memberi banyak masukan ide dan perbaikan pemikiran konsep LKS yang dikaitkan dengan kegiatan inovasi di klaster industri pada suatu wilayah.

Ignatius A. Wirawan Nugrohadi DMB 4 IPB 2

Pemikiran para pakar yang pro konsep LKS, seperti yang tertuang dalam makalah Malmberg dan Maskell ( 2002) pakar Ekonomi Geografi, menguatkan suatu pengembangan konsep Teori Spasial-Klaster, yangmana konsep LKS menjadi dasar dalam penyesesuaian kegiatan riil inovasi, daya saing klaster industri dan perusahaan didalamnya. Banyak pemikiran pro LKS berkontribusi dalam berbagai literature Ekonomi Geografi . LKS sudah selalu menjadi acuan dalam berbagai penelitian empiric para Ekonom Geografi. Para pakar tersebut seperti Feldman ( 1994 ) yang meneguhkan dalam riset dan pemikiran bahwa basis bentuk pembuatan klaster industri yang inovatif mengacu konsep keunggulan aglomerasi serta lokasi geografis adalah pembuktian pentingnya LKS

3

Para pendukung LKS yg dekat dengan konsep Ekonomi Geografi, menyatakan bahwa Klaster pada dimensi lokal adalah konsentrasi geografis berbagai kegiatan di kawasan tertentu yang satu sama lain saling melengkapi, saling bergantung, dan saling bersaing dalam melakukan aktivitas industi dan bisnis. LKS merupakan real externalities dari efek teknologi yang juga faktor keuntungan secara lokal dari perusahaan-perusahaan dalam suatu wilayah atau klaster yang terbentuk dari konsep aglomerasi. Aglomerasi merupakan konsentrasi spatial dari aktivitas ekonomi di kawasan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan yg kemudian diidentikan sebagai klaster industri. Para pro LKS mempunyai pemikiran bahwa inovasi yang memunculkan berkembangnya klaster industi mendapat dukungan konsep spatial dan juga oleh adanya sebaran pengetahuan (knowledge spillovers) di antara perusahaan .

4

Konsep Aglomerasi seiring pemikiran para Ekonom Geografi dalam berbagai literatur ekonomi dan geografi, tentang eksternalitas terkait knowledge spillovers dan teknologi, dan eksternal economics of scale dibahas secara simultan lewat konsep pembangunan spasial ekonomi yang menciptakan inovasi terkait klaster industri. Konsep NIG ( New Industrial Geography ) menjelaskan kurang pengaruhnya LKS pada inovasi dikaitkan munculnya atau berkembangnya suatu Klaster. NIG membahas tentang ukuran pasar dari derivasi partisipasi kerja (labor force size) yang dimiliki wilayah, juga mengaitkan persamaan internal dan aglomerasi industri dalam skala regional dengan meninjau biaya transaksi. Sehingga konsep ini menyatakan Knowledge Spillover dinyatakan lemah karena adanya fenomena perdagangan yang mengkaitkan dengan Rent Spillover.

5

Jurnal ini lebih banyak membahas dan mengupas berbagai konsep teoritis baik yang seiring maupun yang tak sejalan terkait LKS pada inovasi klaster industri tanpa meninjau berbagai kasus dan data empirik secara lengkap sebagai pendukung berbagai konsep tsb. Pembahasan kurang membumi terkait berbagai pemikiran bahwa aglomerasi menjadi perhatian penting para pakar ekonomi dewasa ini, karena aglomerasi yg mendorong inovasi kluster industri dapat membantu memecahkan berbagai persoalan ekonomi makro di daerah secara tepat dan efisien. Disamping itu , jurnal yang mengupas Ekonomi Industr dikaitkan , aglomerasi kurang membahas peranan adanya pembeli (konsumen). Adapun, Konsumen diasumsikan akan puas ketika membeli barang dengan melakukan banyak perbandingan (Firmansyah, 2007), baik menyangkut barang yang sejenis atau barang subtitusi sehingga hal ini berkaitan antara Konsumen dlm Klaster.

6

Spillover yang dibahas terbatas konsep terkait pada produsen, perusahaan dan industri tapi kurang banyak menerangkan konsep manfaat Kluster yang memberi peluang konsumen untuk meminimalkan biaya untuk bertransaksi , sebagai akibat berbagai usaha sejenis saling berdekatan satu dengan yang lainnya. Pembahasan bahwa adanya kluster inti yang berinovasi , di sekitar lokasi sehingga terbangun berbagai kluster-kluster turunan (determinan) yang akan memperoleh manfaat (spread effect) dari kluster inti (utama) dalam satu lokasi belum dijelaskan juga apalagi kaitannya dgn contoh kasus yang riil sebagai bagian yang berkembang dari konsep LKS.7

Dalam meninjau konsep klaster dgn inovasi dapat dikembangkan konsep Mudrajad ( 2007 ) pada 3 dimensi berikut yang selayaknya diperhatikan dalam jurnal ini: Konsep Competitiveness, yg tercermin dalam konteks dinamis dan global, contohnya berhubungan erat dengan innovasi dan adopsi praktek bisnis x.. Konsep Economic specialization, dalam batas tertentu berdasar aktifitas-aktifitas yang berhubungan (klaster automotive, klaster budaya, klaster bunga potong, Konsep Spatial identity, yang relevan dengan agent dan organisasi di dalam suatu klaster ataupun yang di luar klaster. Misalnya Asosiasi Peternak Susu.8

Caniels dan Romijn menyumbangkan berbagai kronologis pemikiran perdebatan pro LKS dgn yang pesimistik secara baik. Jurnal juga telah membahas klaster dikaitkan dengan faktor biaya sehingga analisis penulis mengangkat juga konsep mekanisme firm-level yang menjadi dasar juga untuk inovasi selain masalah keuntungan dari teknologi dan penghematan. Landasan konseptual Inovasi Klaster dalam jurnal yang digunakan sebenarnya dapat dikembangkan secara lengkap dengan konsep the creative field yang dikemukakan oleh Allen J. Scott dan konsep industrial cluster yang digagas oleh Michael Porter ( 1990 ) untuk pengembangan konsep gagasan inovatif Klaster dalam bentuk suatu jaringan produksi.

9

Esensi beroperasinya klaster adalah kemitraan antar pelaku bisnis, baik yang di dalam maupun di luar klaster. Kemitraan antar pelaku bisnis dalam klaster membutuhkan instrumen yang jelas, proporsional dan realistis dan hal tersebut harus dapat dibuktikan. Karena itu inovasi suatu Klaster sebaiknya juga memperhatikan faktor KEMITRAAN dan JEJARING. Selain itu, banyak klaster telah berkembang dengan cepat dari segi peningkatan ketrampilan, teknologi, dan keberhasilan penetrasi pasar domestik dan ekspor ( Mudrajad , 2005 ) , karena terdapat 4 elemen yang dapat diperhatikan sebagai pendukung yaitu: Menekankan pada interaksi antar perusahaan Kombinasi sumberdaya dan kompetensi yang dikontrol oleh organisasi/ perusahaan Interaksi antar usaha dalam sistem pendukung institusi yang lebih luas, dan Konsentrasi spatial

10

Teori ekonomi geografi yang terbaru memperdalam hubunagan saling mempengaruhi antara increasing returns pada level perusahaan ukuran pasar dan jarak geografis (Krugman, 1991). dengan adanya increasing returns dan biaya trasportasi, perusahan dapat berada pada pasar yang lebih besar. model ekonomi geografi uga menprediksi bahwa di daerah periphery, produksi dan pendapatan akan lebih rendah. Hasil umum dari NEG (new economic geography) adalah hubungan U terbalik antara konsentrasi industri dan biaya transportasi. Untuk biaya transportasi yang sangat tinggi harus ada produksi setempat. untuk biaya transportasi menengah, produksi dilokalisasi di pasar yang sangat besar.Untuk biaya transportasi yang sangat rendah, akses pasar menjadi tidak relevan . Apabila spiilover teknologi menurun karena jarak, daerah yang bertetangga dengan daerah yang kaya dan inovatif akan mendapatkan keuntungan spillover yang lebih daripada darah yang lebih jauh. sebuah model dikembangkan oleh Martin and Ottaviano (1996) and Baldwin et al. (1998) menunjukkan bahwa antara teori endogenous growth dan teori ekonomi geografi permasalahan konvergen atau divergen merupakan permasalaha interaksi antar daerah daripada permasalahan dari kondisi internal tiap-tiap daerah. (Amstrong, 2001).11

Contoh Klaster ( Mudrajad, 2005 ) : Aglomerasi skala kecil=Kluster industri * berada dalam satu wilayah tertentuIndustri karpet di Dalton, Georgia, USA (Krugman, 1991) dan industri tekstil Italia di kota Prato (Pyke, Bacattini dan Sangenberger, 1990; Porter, 1990)

Aglomerasi skala besar* melintasi batas wilayah dan negaraManufacturing Belt di USA (yang meliputi wilayah : Green Bay-Saint Louis-Baltimore-Portland) dan Hot Banana di Eropa (meliputi daerah antara Milan dan London : Italia bagian Utara, Jerman bagian Selatan, Perancis bagian Tenggara, wilayah Ruhr, Ile de France, Belgia, Belanda dan Inggris bagian Tenggara)

12

Manfaat dari klaster industri dengan konsep aglomerasi antara lain adalah mengurangi biaya transportasi dan transaksi, meningkatkan efisiensi, menciptakan aset secara kolektif, sehingga memungkinkan terciptanya inovasi Klaster dan perusahaan terkait. Selain konsep LKS yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pembentukan serta inovasi klaster adalah memperkuat industri-industri yang terdapat dalam rantai nilai (value chain) yang mencakup industri inti (core industry),industri pendukung (supporting industries), dan industriindustri terkait (related industries), yang dapat mendorong keunggulan komparatif menjadi keunggulan kompetitif.. Pemikiran diatas sehubungan dengan konsep NIG yang membahas tentang ukuran pasar dari derivasi partisipasi kerja (labor force size) yang dimiliki wilayah, juga mengaitkan persamaan internal dan aglomerasi industri dalam skala regional dengan meninjau biaya transaksi.

13

Amstrong, H. and Taylor, J (2001). Regional Economics and Policy . Blackwell Publisher. Baldwin, R.E., Martin, P., Ottaviano, G.I.P., (1998). Global Income Divergence, Trade and Industrialisation: The Geography of Growth TakeOffs .NBERWorking Paper, No. 6458, Cambridge, Massachusetts Caniels, C. J., Marjolein dan Henry A. Romijn, What drives innovativess in industrial cluster? Transcending the debate.; Cambridge Journal of Economics 2005, 29, 497-515. Davis, Charles H, What Indicators for Cluster Policies in the 21st century? Working Paper prepared for Blue Sky II 2006 Ellison, Glenn; Edward Glaeser & William Kerr, What Causes IndustryAgglomeration? Evidence from Coagglomeration Patterns, working papar, Harvard University, April 3, 2007 Fujita, M., Krugman, P., Venables, A.J., (1999). The Spatial Economy. Cities, Regions and International Trade . The MIT Press, Cambridge, Massachusetts Kuncoro, Mudrajad,2007 , Industri Indonesia Menghadapi Pasar Bebas, Modul Kuliah UGM Kotler, P. and Kertajaya, H. (2000). Repositioning Asia: From Bubble to Sustainable Economy . Singapore: John Wiley & Sons. Krugman, P., (1991). Geography and Trade . The MIT Press, Cambridge, Massachusetts. Leitao, Joao, Open Innovation Cluster : The Case of Cova da Beira Region ( Portugal ) , dlm http://mpra.ub.uni-muenchen.de/488 Setiadi, Hafid, Geography of Innovation dan Klaster Industri : Studi Kasus Industri Pakan Ternak di Jakarta Utara, Jurnal Geografi Vo. 1 dan 2 th 2008. Taufik, Tatang A. , 2005, Perspektif Kebijakan Pendekatan Klaster Industri dalam Penegambangan Unggulan Daerah, makalah, yg disampaikan dlm workshop P2KT PUDPKM BPPT. Taufik, Tatang A. , Penyusunan Data Dasar Sistim Inovasi , Daya Saing dan Kohesi Sosial Daerah makalah , yg disampaikan dlm FGD Gerbang Indah Nusantara BPPT 14 Des. 2005 14