POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL · PDF fileSiti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan...
Transcript of POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL · PDF fileSiti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan...
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
420
POPULASI PROTOZOA DAN PRODUKSI GAS TOTAL DARI RUMEN KAMBING PERAH YANG PAKANNYA DISUPLEMENTASI EKSTRAK HERBAL SECARA IN VITRO
(POPULATION OF PROTOZOA AND IN VITRO TOTAL GAS PRODUCTION OF THE DAIRY GOAT
RUMEN WHOSE FEED IS SUPPLEMENTED WITH HERBAL EXTRACTS)
Siti Masruroh, Caribu Hadi Prayitno dan Suwarno Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
e-mail : [email protected]
ABSTRAK Penelitian berjudul “Populasi Protozoa dan Produksi Gas Total dari Rumen Kambing Perah
yang Pakannya Disuplementasi Ekstrak Herbal” secara in vitro yang dilaksanakan pada Juli sampai Desember 2012. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cairan rumen kambing Peranakan Etawa dan pakan kontrol (rumput gajah : ampas tahu : konsentrat : 60% : 35% : 5%). Metode penelitian adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan yaitu R0 : pakan kontrol, R1 : R0 + 0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm Chromium + 40 ppm Zink-lysinat, R2 : R1 + 250 ppm ekstrak Allium sativum, R3 : R1 + 3254 ppm ekstrak Sapindus rarak, R4 : R3 + 125 ppm ekstrak Allium sativum, R5 : R3 + 250 ppm ekstrak Allium sativum, R6 : R3 + 375 ppm ekstrak Allium sativum, R7 : R3 + 500 ppm ekstrak Allium sativum. Peubah yang diamati adalah populasi protozoa dan produksi gas total serta data dianalisis menggunakan analisis variansi dan dilanjutkan uji Beda Nyata Jujur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap populasi protozoa dan produksi gas total (P<0,01). Suplementasi mineral mikro organik (R1), ekstrak Allium sativum (R2), ekstrak Sapindus rarak (R3) berpengaruh terhadap populasi protozoa (P<0,01) namun tidak berpengaruh pada produksi gas total (P>0,05). Produksi gas total meningkat (P<0,01) pada kombinasi ekstrak Sapindus rarak dan Allium sativum dengan level 375 ppm (R6), menurunkan populasi protozoa secara nyata (P<0,01). Suplementasi ekstrak Sapindus rarak dan Allium sativum dengan level 500 ppm (R7) cenderung menurunkan produksi gas total walaupun perlakuan tidak berbeda nyata dengan kontrol (P>0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah perlakuan terbaik terjadi pada suplementasi 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium sativum) (R2) dalam pakan kambing perah yang tercukupi mineral mikro (0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm Chromium + 40 ppm Zink-lysinat) menurunkan populasi protozoa dan produksi gas total. Kata Kunci : Ekstrak Sapindus rarak, Ekstrak Allium sativum, Mineral Mikro, Pakan Kambing
Perah, Populasi Protozoa dan Produksi Gas Total. ABSTRACT
A research entitled “Population of Protozoa and in vitro Total Gas Production in the Dairy Goat Rumen whose feed is Supplemented with Herbal Extracts” was conducted from July to December 2012. The materials of the research were rumen fluid of Etawa Hybrid goats and goat ration (grass : tofu waste : concentrate, 60% : 35% : 5%). The research method was experimental using Randomized Block Design (RBD) with 8 treatments and 3 replicates i.e R0 = control feed, R1 = R0 + 0.3 of ppm Selenium + 1.5 ppm of Chromium + 40 ppm of Zinc-lysinat, R2 = R1 + 250 ppm of Allium sativum Extract, R3 = R1 + 3254 ppm of Sapindus rarak Extract, R4 = R3 + 125 ppm of Allium sativum Extract, R5 = R3 + 250 ppm of Allium sativum Extract, R6 = R3 + 375 ppm of Allium sativum Extract, R7 = R3 + 500 ppm of Allium sativum Extract. The variables observed were protozoa population and total gas production. The data were analyzed using analysis of variance and followed by Honestly Significant Difference Test. The results showed that treatment highly
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
421
significantly affected the protozoa population and total gas production (P<0.01). The supplementation of organic micro minerals (R1), Allium sativum extract (R2), Sapindus rarak extract (R3) affected protozoa population (P<0.01), but did not affect total gas production (P>0.05). Total gas production increased (P<0.01) in the combination of Sapindus rarak extract and 375 ppm of Allium sativum (R6), but decreased protozoa population highly significantly (P<0.01). Supplementation with extracts of Sapindus rarak and 500 ppm of Allium sativum (R7) tended to decrease total gas production even though the treatment was not significantly different from control (P>0.05). The conclusion of this study is, the best treatment is the supplementation of 250 ppm of garlic extract (Allium sativum) (R2) in dairy goat feed that is adequated in micro mineral decrease protozoa population and total gas production.
Keywords : Extract Sapindus rarak, Extract Allium sativum, Micro Mineral, Dairy Goats Ratio,
Protozoa Population and Total Gas Production PENDAHULUAN
Proses pencernaan pada ternak ruminansia lebih banyak ditentukan oleh pencernaan
fermentatif di dalam rumen. Hal itu dikarenakan selain kapasitas rumen paling tinggi yakni kurang
lebih 70% dari kapasitas saluran pencernaan secara keseluruhan (Hungate, 1988) juga disebabkan
oleh ekosistem rumen dan aktivitas mikroba rumen itu sendiri yang sangat menentukan kecernaan
fermentatif (Orskov dan Ryle, 1990). Proses fermentasi dalam rumen dibantu oleh mikroba rumen.
Mineral mikro seperti Se, Cr dan Zn merupakan senyawa yang dibutuhkan mikroba untuk proses
metabolisme rumen.
Mikroba yang berperan dalam proses fermentasi rumen yaitu fungi, bakteri dan protozoa.
Protozoa merupakan salah satu mikroba yang hidup secara anaerob dalam rumen dan ikut
mempengaruhi fermentasi rumen. Keberadaan protozoa dalam rumen sering mengganggu
ekosistem bakteri, karena mempunyai sifat memangsa bakteri dan secara negatif mempengaruhi
proses pencernaan serat pakan, oleh karena itu perlu dilakukan defaunasi protozoa. Salah satu
agen defaunasi yang dapat digunakan untuk menekan populasi protozoa adalah saponin yang
merupakan hasil metabolisme sekunder tanaman. Saponin dapat mengganggu perkembangan
populasi protozoa karena saponin mampu membuat suatu ikatan dengan sterol pada permukaan
membran sel protozoa. Hal tersebut menyebabkan membran sel protozoa pecah, sel mengalami
lisis dan akhirnya mengakibatkan kematian pada protozoa. Buah lerak (Sapindus rarak) diekstraksi
dengan metanol dapat menghasilkan saponin sebanyak 81,50% dan dapat menurunkan protozoa
hingga 96,4% (Suharti dkk., 2009). Wina et al. (2006) melaporkan bahwa, taraf terbaik penggunaan
ekstrak lerak (Sapindus rarak) pada percobaan in-vitro dengan cairan rumen domba adalah
sebesar 0,48 g/Kg bobot badan (konsumsi 4% BK setara dengan 3254 ppm pakan). Pembentukan
gas metana pada sistem rumen dapat menyebabkan hewan ruminansia mengalami kehilangan
energi 15% dari total energi kimia tercerna, dengan penambahan ekstrak lerak (Sapindus rarak)
dapat mengurangi pembentukan gas metana sehingga kehilangan energi dapat diminimalkan.
Metanogen merupakan mikroorganisme yang berperan aktif dalam pembentukan gas
metana. Sebanyak 20% (Bryden and Annison, 1998) sampai 37% (Newbold et al., 1995) metanogen
bersimbiosis dengan protozoa, sedangkan 63-80% metanogen masih beraktivitas bebas di dalam
rumen, sehingga masih diperlukan senyawa lain untuk menekan pertumbuhan metanogen.
Bawang putih (Allium sativum) merupakan tanaman herbal yang mampu menurunkan populasi
metanogen (Kongmun et al., 2011). Yang et al (2007) melaporkan taraf terbaik pemberian garlic oil
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
422
yaitu sebanyak 250 ppm (5 gram/hari pada konsumsi pakan setara dengan 20,4 Kg/hari) dalam
pakan sapi perah dapat menurunkan populasi protozoa dan produksi gas metana. Berkurangnya
populasi protozoa diharapkan mampu meningkatkan populasi bakteri pendegradasi serat dan
menurunkan metanogen serta menurunkan gas metana dalam gas total yang difermentasi rumen.
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan kambing perah yang terdiri atas
rumput gajah 60%, ampas tahu 35% dan konsentrat 5%, cairan rumen kambing perah, mineral
mikro Chromium organik, Selenium organik dan Zink-lysinat, ekstrak daging buah lerak (Sapindus
rarak) dan ekstrak daging bawang putih (Allium sativum), seperangkat alat perhitungan populasi
protozoa dan produksi gas total secara in-vitro.
Selenium dan chromium organik diperoleh dari proses fermentasi Saccharomyces cerevisiae
dalam media beras yang diberi larutan SeO2 (selenium) dan larutan CrCl3.6H2O (chromium). Media
difermentasi selama 3-5 hari dalam ruang steril dan kemudian dikeringkan dan giling. Zink lysinat
terbuat dari campuran 1 mol ZnSO4 + 2 mol Lysin-HCl yaitu sebanyak 0,099 g ZnSO4 dicampur
dengan 0,198 g Lysin-HCl. Ekstrak lerak diperoleh dengan memisahkan daging dari bijinya
kemudian dibuat tepung dan direndam methanol (1:4) selama 24 jam. Selanjutnya dipekatkan
dengan menggunakan vacuum rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak lerak. Ekstrak bawang
putih diperoleh dengan mengolah daging bawang putih menjadi tepung dan direndam methanol
(1:4) selama 24 jam. Selanjutnya dikeringkan dengan magnetic stirrer pada suhu ruang sampai
methanol hilang dan digiling.
Metode penelitian adalah eksperimental secara in-vitro disusun berdasarkan Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 8 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang dicobakan adalah
sebagai berikut :
R0 : Pakan komplit kambing perah (PK: 11,93%, SK: 25,98%, TDN: 59,6%)
R1 : R0 + 0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm Chromium + 40 ppm Zink-lysinat
R2 : R1 + 250 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
R3 : R1 + 3254 ppm Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak)
R4 : R3 + 125 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
R5 : R3 + 250 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
R6 : R3 + 375 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
R7 : R3 + 500 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah (1) Populasi Protozoa menurut Ogimoto
dan Imai (1981), (2) Produksi Gas Total menurut Menke (1979). Data diolah dengan analisis
variansi, apabila berpengaruh nyata maka akan dilanjutkan uji BNJ (Beda Nyata Jujur).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Populasi Protozoa
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa populasi protozoa berkisar antara 1,33-1,98 (106
sel/ml cairan rumen). Angka tersebut sesuai dengan hasil penelitian Suharti dkk. (2009) bahwa
penambahan ekstrak lerak mampu menurunkan protozoa dari 50-195 menjadi 1-38 (106 sel/ml
cairan rumen) pada inkubasi 60 menit. Rataan populasi protozoa dari semua perlakuan tertera
pada Tabel 1.
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
423
Tabel 1. Pengaruh Antar perlakuan Terhadap Populasi Protozoa dan Produksi Gas Total
Parameter Perlakuan
R0 R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 Populasi Protozoa (106 sel / ml cairan rumen)
1,89ab 1,47cd 1,40d 1,34d 1,75abc 1,62bcd 1,33d 1,98a
Produksi Gas Total (ml/g pakan) 19,44cd 21,96bc 15,84d 21,96bc 27,00a 24,84ab 28,08a 15,48d
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada BNJ 5%. R0 : Pakan kontrol, R1 : R0
+ 0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm Chromium + 40 ppm Zink-lysinat, R2 : R1 + 250 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), R3 : R1 + 3254 ppm Ekstrak Buah Lerak (Sapindus rarak), R4 : R3 + 125 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), R5 : R3 + 250 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), R6 : R3 + 375 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum), R7 : R3 + 500 ppm Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh (P<0,01), perlakuan terhadap populasi
protozoa. Hal tersebut menandakan bahwa suplementasi ekstrak lerak (Sapindus rarak) dan
bawang putih (Allium sativum) pada pakan kambing perah yang tercukupi Se, Cr dan Zn-lysinat
mampu menurunkan populasi protozoa di dalam rumen. Penurunan populasi protozoa
kemungkinan disebabkan oleh kandungan saponin dari lerak (Sapindus rarak) yang terkandung
dalam pakan kambing perah mampu membentuk ikatan dengan sterol yang terkandung dalam
dinding sel protozoa, sehingga mempengaruhi tegangan perrmukaan membran sel protozoa. Hal
tersebut mengakibatkan permeabilitas dinding sel meningkat dan cairan dari luar sel akan masuk
ke dalam sel protozoa. Masuknya cairan dari luar sel mengakibatkan pecahnya dinding sel
sehingga protozoa lisis.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi 0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm
Chromium + 40 ppm Zink-lysinat (R1) secara terpisah maupun kombinasi dengan 250 ppm ekstrak
bawang putih (Allium sativum) (R2), 3254 ppm ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) (R3), dan
kombinasi ekstrak lerak (Sapindus rarak) dengan 375 ppm ekstrak bawang putih (Allium sativum)
(R6) dapat menurunkan populasi protozoa secara nyata (P<0,01).
Penurunan populasi protozoa tersebut kemungkinan disebabkan karena adanya
penambahan Zn yang dapat mendukung pertumbuhan bakteri dalam rumen. Dominannya
populasi bakteri rumen kemungkinan tidak memberi kesempatan atau peluang pada protozoa
untuk berkembang lebih cepat. Uhi et al. (2006) menunjukkan dalam penelitiannya, pemberian
suplemen katalitik (Gelatin sagu 98% + Amonium sulfat 2% + Co 0,2 ppm dan Zn 35 ppm) pada
tingkat 20% dalam ransum berbasis hijauan kualitas rendah mampu menurunkan populasi
protozoa sebesar 26,21%. Penurunan populasi protozoa pada perlakuan suplemen katalitik 20%
sejalan dengan meningkatnya populasi bakteri karena tersedianya amonia yang cukup dan peran
mineral Zn untuk mendukung pertumbuhan bakteri. Protozoa yang kalah bersaing dengan bakteri
menyebabkan pemangsaan bakteri oleh protozoa berkurang. Krisnan (2008) menambahkan
bahwa dalam penelitiannya penambahan 35 ppm Zn dalam suplemen katalik mampu menurunkan
populasi protozoa dengan rataan berkisar antara 1,19 x 106 sel/ml hingga 1,70 x 106 sel/ml.
Selain itu, kandungan alicin pada ekstrak bawang putih (Allium sativum) dan saponin pada
3254 ppm ekstrak lerak (Sapindus rarak) dalam pakan yang tercukupi mineral mikro secara
terpisah maupun kombinasi mampu menghambat pertumbuhan protozoa. Hal tersebut
kemungkinan disebabkan kandungan alicin sebagai prekursor pembentuk allil sulfida misalnya
diallil disulfida dan triallil disulida dapat mereduksi sistein dalam tubuh mikrobia sehingga
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
424
mengganggu ikatan disulfida dalam proteinnya. Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan
Trypanosoma adalah diallil disulfida (Nok et al.,1996). Ankri dan Mirelman (1999) menambahkan
kandungan alicin dalam bentuk senyawa murni memperlihatkan aktivitas antibakteri terhadap
bakteri Gram positif dan Gram negatif serta antiparasit termasuk parasit protozoa. Hernawan dan
Setyawan (2003) menambahkan bahwa kandungan alicin pada bawang putih mampu
menghambat pertumbuhan protozoa jenis Trypanosoma.
Saponin pada ekstrak lerak (Sapindus rarak) mampu membentuk ikatan sterol dengan
dinding sel pada protozoa sehingga protozoa lisis atau mati. Wallace et al. (2002) menyatakan
bahwa saponin mampu membunuh atau melisiskan protozoa dengan membentuk ikatan yang
kompleks dengan sterol yang terdapat pada permukaan membran protozoa. Wina et al. (2006)
melaporkan dalam penelitiannya saponin ekstrak daging buah lerak yang diberikan pada domba
fistula secara signifikan menurunkan populasi protozoa pada percobaan jangka panjang. Buah
lerak (Sapindus rarak) diekstraksi dengan metanol dapat menghasilkan saponin sebanyak 81,50%
dan dapat menurunkan protozoa hingga 96,4% (Suharti dkk., 2009). Thalib et al. (1996)
menambahkan bahwa ekstrak metanol dari buah lerak menyebabkan 57% penurunan jumlah
protozoa.
Kombinasi antara 3254 ppm ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) dengan ekstrak bawang
putih (Allium sativum) pada level 125 ppm (R4), level 250 ppm (R5) dan 500 ppm (R7) dalam pakan
yang tercukupi mineral mikro menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan kontrol
(P>0,05) tetapi pada level 125 ppm (R4) dan level 250 ppm (R5) menurunkan populasi protozoa,
sedangkan pada level 500 ppm (R7) menaikkan populasi protozoa. Hal tersebut diduga karena
kandungan saponin pada kombinasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) dengan bawang putih
(Allium sativum) hanya mampu menghambat sebagian populasi protozoa. Selain itu, pengaruh
level pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang terlalu tinggi sebanyak 500 ppm (R7)
menyebabkan fungsi alicin kurang efisien dalam menekan pertumbuhan protozoa. Hal tersebut
dibuktikan dengan penelitian Yuhana dkk. (2012) penambahan ekstrak Allium sativum hingga level
500 ppm menurunkan KBK dan KBO. Penurunan KBK dan KBO disebabkan karena tingginya
populasi protozoa sehingga bakteri pendegradasi serat menurun dan kecernaan menurun. Suharti
dkk. (2009) menyatakan bahwa pemberian saponin sangat tergantung pada jenis ransum yang
diberikan, suplementasi buah Sapindus saponaria tidak dapat menurunkan populasi protozoa
karena tidak mengandung saponin (Hess et al., 2003).
Produksi Gas Total
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh (P<0,01) dari perlakuan yang diberikan,
tetapi cenderung menaikkan produksi gas. Rataan produksi gas total pakan perlakuan berkisar
antara 15,48-28,08 ml/g pakan. Pengaruh antar perlakuan terhadap produksi gas total tertera
pada Tabel 1. Hal tersebut menunjukkan bahwa suplementasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak)
dan bawang putih (Allium sativum) pada pakan yang tercukupi Se, Cr dan Zn-lysinat mampu
meningkatkan produksi gas total.
Pakan yang disuplementasi mineral Se, Cr dan Zn (R1) dan suplementasi ekstrak buah lerak
(Sapindus rarak) 3254 ppm dari pakan yang tercukupi mineral (R3) menunjukkan hasil yang tidak
berbeda nyata dengan kontrol (R0) terhadap produksi gas. Data tersebut menunjukkan
suplementasi mineral Se, Cr dan Zn (R1) dan suplementasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak)
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
425
3254 ppm dari pakan yang tercukupi mineral (R3) dapat meningkatkan produksi gas sebanyak
12,96 %. Hal tersebut diduga karena pengaruh pemberian mineral terutama Zn dalam pakan.
Penelitian Tanuwiria dkk. (2012) menunjukkan bahwa, pemberian Zn organik dalam pakan
berpengaruh terhadap produksi gas di rumen, sebanyak 2% Zn organik dalam ransum
menghasilkan gas 71,3 cc. Selain itu, suplementasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 3254 ppm
dapat meningkatkan laju fermentasi, terlihat dari penelitian sebelumnya Yuhana dkk. (2012)
menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi VFA sebanyak 20,98% pada pakan yang
disuplementasi 3254 ppm ekstrak Sapindus rarak. Firsoni (2005) menyatakan bahwa, produksi gas
yang dihasilkan menunjukkan terjadinya proses fermentasi pakan oleh mikroba di dalam rumen.
Gas-gas ini dihasilkan dari suatu proses fermentasi dan degradasi yang terjadi di dalam rumen dan
merupakan gambaran banyaknya bahan organik yang dapat dicerna di dalam rumen. Gas yang
terbentuk dari proses fermentasi terdiri dari 56% CO2, 32% metan (CH4), 8,2% N2 dan 3,5% O2
(Arora, 1989).
Hasil yang tidak berbeda nyata dari kontrol (P>0,05) terhadap produksi gas juga ditunjukkan
oleh level 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam pakan yang tercukupi mineral
(R2) dan kombinasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 3254 ppm dari pakan yang tercukupi
mineral dengan 500 ppm bawang putih (Allium sativum) (R7), tetapi cenderung menurunkan
produksi gas. Suplementasi 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam pakan yang
tercukupi mineral (R2) dapat menurunkan produksi gas sebesar 18,51 %, sedangkan kombinasi
ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 3254 ppm dari pakan yang tercukupi mineral dengan 500 ppm
bawang putih (Allium sativum) (R7) dapat menurunkan produksi gas sebesar 20,37 %. Hal tersebut
diduga pengaruh organosulfur dari Allium sativum yang mampu menghambat enzim HMG-CoA
yang menyebabkan membran lipid pada metanogen tidak terbentuk sehingga pertumbuhan
metanogen terhambat. De Rosa et al. (1986) menyatakan bahwa metanogen memiliki membran
lipid yang tersusun atas gliserol atau ikatan komplek dengan isoprenoid alkohol yang
pembentukannya dikatalis oleh enzim 3-hydroxy-3methyl-glutaryl coenzim A (HMG-CoA). Busquet
et al. (2006) menyatakan bahwa organosulfur mampu menghambat enzim HMG-CoA sehingga
membran lipid metanogen tidak terbentuk. Suplementasi 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium
sativum) dalam pakan yang tercukupi mineral (R2) juga menunjukkan hasil fermentasi yang lebih
efisien dibandingkan kontrol (R0) (Tabel 2). Hasil penelitian Yuhana dkk. (2012) menunjukkan
suplementasi 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium sativum) dalam pakan yang tercukupi mineral
(R2) dapat menghasilkan VFA sebanyak 201.17 mM. Hal tersebut menunjukkan adanya
peningkatan konsentrasi VFA sebanyak 25,34% dari kontrol, dari data ini dapat ditarik keterkaitan
antara konsentrasi VFA dengan produksi gas total. Konsentrasi VFA sebanyak 201.17 diikuti
dengan produksi gas sebanyak 15.84 ml/mg pakan dan produksi CH4 sebanyak 4.75% mampu
menghasilkan fermentasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sebanyak 42.35.
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
426
Tabel 2. Keterkaitan antara Produksi CH4, VFA, dan Efisiensi Hasil Fermentasi
No. Perlakuan Produksi CH4 VFA (mM) Efisiensi hasil fermentasi
1 R0 5.83 160.50 27.53
2 R1 6.59 186.17 28.25
3 R2 4.75 201.17 42.35
4 R3 6.59 194.17 29.46
5 R4 8.10 179.17 22.12
6 R5 7.45 179.50 24.09
7 R6 8.42 210.83 25.04
8 R7 4.64 166.83 35.95
Selain itu, pengaruh level pemberian ekstrak bawang putih (Allium sativum) yang tinggi pada
suplementasi 500 ppm bawang putih (Allium sativum) menyebabkan kandungan alicin dan
organosulfur pada suplementasi 500 ppm bawang putih (Allium sativum) dapat bekerja secara
optimal dalam menurunkan produksi gas, dan adanya kandungan saponin dari ekstrak buah lerak
(Sapindus rarak) mampu menurunkan produksi gas. Penelitian Thalib dkk. (2008) menunjukkan
bahwa penambahan Aksapon SR (ekstrak lerak yang mengandung 15% saponin) dalam pakan
domba mampu menurunkan produksi gas sebanyak 4,9%, akan tetapi kandungan saponin pada
ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 3254 ppm dari pakan yang dikombinasikan dengan 500 ppm
bawang putih (Allium sativum) tidak mempengaruhi produksi gas di cairan rumen, hal tersebut
ditunjukkan dengan meningkatnya populasi protozoa yang disuplementasi 500 ppm bawang putih
(Allium sativum) (R7). Hubungan antara produksi gas dengan populasi protozoa ditunjukkan pada
Gambar 1. Gambar 1 menunjukkan bahwa suplementasi mineral (Se,Cr, dan Zn) secara terpisah
maupun kombinasi dengan ekstrak lerak (Sapindus rarak) dan bawang putih (Allium sativum)
memberikan pengaruh yang berbeda (berbanding terbalik) antara produksi gas dengan populasi
protozoa. Hal tersebut berbeda dengan pernyataan Schlegel (1994) dan Jouany (1991) yang
menyatakan bahwa populasi protozoa di dalam rumen berbanding langsung dengan produksi gas
artinya produksi gas berkurang apabila populasi protozoa rumen menurun.
Gambar 1. Korelasi Protozoa dan Gas Total
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
427
Kombinasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) 3254 ppm dari pakan yang tercukupi
mineral mikro dengan bawang putih (Allium sativum) pada level 125 ppm (R4), 250 ppm (R5) dan
375 ppm (R6) menunjukkan hasil yang berbeda nyata dari kontrol (P<0,01) terhadap produksi gas
tetapi cenderung menaikkan produksi gas. Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya
metanogen yang hidup tanpa bersimbiosis dengan protozoa sebanyak 63-80% masih dapat
berkembangbiak secara baik di dalam rumen dan meningkatnya laju fermentasi pakan. Jouany
(1991) menyatakan bahwa terdapat hubungan langsung antara populasi protozoa dan produksi
gas metana dalam sistem pencernaan rumen. Semakin tinggi populasi protozoa maka gas metana
yang dihasilkan semakin banyak. Kurniawati (2009) menambahkan bahwa protozoa hidup sebagai
host bagi metanogen. Smolenski dan Robinson (1988) menyatakan bahwa sejumlah metanogen
hidup dalam rumen dengan cara menempel di permukaan dinding sel protozoa. Sebanyak 20%
(Bryden and Annison, 1998) sampai 37% (Newbold et al., 1995) metanogen bersimbiosis dengan
protozoa, sedangkan 63-80% metanogen masih beraktivitas bebas di dalam rumen.
Suplementasi ekstrak buah lerak (Sapindus rarak) dan ekstrak bawang putih (Allium
sativum) secara terpisah atau kombinasi antara keduanya yang tercukupi mineral mikro dalam
pakan belum optimal dalam menurunkan produksi gas total sehingga perlu dikaji lebih lanjut.
KESIMPULAN Suplementasi ekstrak herbal (ekstrak Sapindus rarak dan ekstrak Allium sativum secara
terpisah atau kombinasi antara keduanya) dalam pakan kambing perah (Hijauan 60%, ampas tahu
35% dan konsentrat 5% dengan kandungan PK: 11,93%, SK: 25,98%, TDN: 59,6%) yang tercukupi
mineral mikro (0,3 ppm Selenium + 1,5 ppm Chromium + 40 ppm zink-lysinat) mempengaruhi
populasi protozoa dan produksi gas total. Perlakuan terbaik penggunaan ekstrak herbal dalam
pakan kambing perah terhadap populasi protozoa dan produksi gas total dicapai pada pakan yang
disuplementasi mineral mikro dengan penambahan 250 ppm ekstrak bawang putih (Allium
sativum).
DAFTAR PUSTAKA
Ankri, S. dan Mirelman, D. 1999. Antimikrobia Properties of Alicin of Garlic. Microbes and Infection. 2:125-129.
Arora, S.P. 1989. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Edisi Indonesia. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Bryden, W. L. and E. F. Annison.1998. Prespectives on Ruminant Nutrition and Metabolism. Department of Animal Science, University of Sydney, Camden N. S. W. 2570, Australia.
Busquet, M., S. Calsamiglia, A. Ferret, W. Cardozo, and C. Kamel. 2005. Effect of Cinnamaldehyde and Garlic Oil on Rumen Microbial Fermentation in a Dual Flow Continous Culture. J. Dairy Sci. 88:2508-2516.
De Rosa, M., A. Gambacorta, and A. Gliozzi. 1986. Structure, Biosynthesis, and Physicochemical Properties of Archaebacterial Lipids. American Society fer Microbiology. Vol 50, No. 1.
Firsoni. 2005. Manfaat Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera, Lam) dan Glirisidia (Gliciridia Sepium, Jacq) sebagai Sumber Protein dalam Urea Molases Blok (UMB) terhadap Metabolisme
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
428
Pakan Secara In Vitro dan Produksi Susu Sapi Perah. Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Brawijaya. Malang.
Hernawan, U. E., dan A. D. Setyawan. 2003. Senyawa Organosulfur Bawang Putih (Allium Sativum). Review. Biofarmasi. 1 (2): 65-76. UNS. Surakarta.
Hess, H.D., M. Kreuzer, T.E. Diaz, C.E. Lascano, J.E. Carulla, Carla L. Soliva and A. Machmuller. 2003. Saponin Rich Tropical Fruits Affect Fermentation and Methagonesis In Faunated and Defaunated Rumen Fluid. J. Animal Feed Science and Technology 109: 79-94.
Hungate, R.E. 1988. The Rumen and Its Microbs. Applied Science. Academic Press. New York.
Jouany, J.P. 1991. Defaunation of the rumen. In: Rumen Microbial Metabolism and Ruminant Digestion. J.P Jouany (Ed.). INRA, Paris.
Kongmun, P., M. Wanapat, P. Pakdee, C. Navanukraw, and Z. Yu. 2011. Manipulation of Rumen Fermentation and Ecology of Swamp Buffalo by Coconut Oil and Garlic Powder Supplementation. Livestock Science 135 : 84-92.
Krisnan, R. 2008. Kombinasi Penggunaan Probiotik Mikroba Rumen dengan Suplemen Katalitik pada Pakan Domba. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Kurniawati, A. 2009. Evaluasi Suplementasi Ekstrak Lerak (Sapindus Rarak) Terhadap Populasi Protozoa, Bakteri Dan Karakteristik Fermentasi Rumen Sapi Peranakan Ongole Secara In Vitro. Skripsi. Program Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Menke, K.H., Raab,L., Salewski, A., Steingab, H. and W. Schneider. 1979. The Estimation of Digestibility and Metabolizable Energy Content of Ruminant Feedstuff from The Gas Production When They are Incubated With Rumen Liquor. J. Agric. Sci., Camb. 93:217-222.
Newbold, C. J., B. Lassalas, and J. P. Jouay. 1995. The Importance of Methanogens Associated with Ciliate Protozoa in Ruminal methane Production in vitro . Letters in Applied Microbiology. 4:230-234.
Nok, A.J., S. William, and P.C. Onyenekwe. 1996. Allium sativum-induced death of African Trypanosomes. Parasitology Research B2: 634-637.
Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of Rumen Microbiology. Japan Science. Societes Press, Tokyo.
Orskov, E.R. and M. Ryle. 1990. Energy Nutrition in Ruminant. Elsevier Applied Science, London.
Schlegel, H.G. 1994. Mikrobiologi Umum. Penerjemah: T. Baskoro. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Smolenski, W.J. and J.A. Robinson. 1988. In Situ Rumen Hydrogen Concentrations In Steers Fed Eight Times Daily, Measured Using A Mercury Reduction Detector. Fems Microbiol. Ecol. 53: 95-100.
Suharti, S., A. Astuti, dan E. Wina. 2009. Kecernaan Nutrien dan Performa Produksi Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Tepung lerak (Sapindus rarak) dalam ransum. JITV 14 (3):200-2007.
Tanuwiria, U.H., E.Nurdin dan S.Wira. 2012. Produksi Gas Total dan Methan sebagai Dampak Pemberian Ransum yang Diberi Imbuhan Kunyit Putih, Kunyit Mangga, dan Jinten pada Berbagai Level Zn-Cu Organik (in vitro). Semnas peternakan Berkelanjutan III. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Siti Masruroh dkk/Jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): 420- 429, Juli 2013
429
Thalib, A. 2008. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Asetogenik dari Rumen Rusa dan Potensinya Sebagai Inhibitor Metanogenesis. JITV 13: 197-206.
Thalib, A., Y. Widiawati, H. Hamid, D. Suherman And M. Sabrani. 1996. The Effects Of Saponin From Sapindus rarak Fruit On Rumen Microbes And Performance Of Sheep. JITV 2: 17-21.
Uhi, H.T., A.Parakkasi dan B.Haryanto. 2006. Pengaruh Suplemen Katalitik terhadap Karakteristik dan Populasi Mikroba Rumen Domba. Media peternakan. Hlm.20-26.
Wallace, R.J., N.R. McEwan, F.M. McIntosh, B. Teferedegne and C.J. Newbold. 2002. Natural Products as Manipulators of Rumen Fermentation. J. Animal. Science 15(10): 1458-1468.
Wina, E., S. Muetzel and K. Becker. 2006. The Dynamics of Major Fibrolytic Microbes and Enzyme Activity In The Rumen In Response To Short and Long Term Feeding of Sapindus rarak Saponins. J. Appl. Microbiol. 100:114-122.
Yang, W. Z., C. Benchaar., and B. N. Ametaj. 2007. Effect of Garlic and Juniper Berry Essential Oils on Ruminal fermentation and on the site and Extent of Digestion in Lactating Cows. Journal Dairy Science Assosiation. 90: 5671-5681.
Yuhana, R., C.H. Prayitno dan B.Rustomo. 2012. Suplementasi Ekstrak Herbal dalam Pakan Kambing Perah Pengaruhnya terhadap Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Serta Konsentrasi VFA Secara In Vitro. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.