[Nuxeo World 2013] XML EXTENSION POINT COMPLETION IN NUXEO IDE - SUN TAN, SERLI
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.stieykpn.ac.id/459/1/JURNAL Serli Ike...
Transcript of PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.stieykpn.ac.id/459/1/JURNAL Serli Ike...
-
1
PENGARUH KUALITAS CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS
AUDIT, DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN
Oleh:
SERLI IKE ARI SUSANTI
STIE YKPN YOGYAKARTA
ABSTRACT
This research examines the effect of corporate governance quality, audit quality,
and earnings management on firm performance. The proxies of corporate
governance quality are domestic institution ownership, independent
commissioner, audit committee, and board of commissioner. Auditor from big
four and non big four as proxy of audit quality. The proxy of earnings
management is positive and negative discretionary accruals. Those proxies will be
the independent variables.
Multiple regressions are used to examine the hypotheses. The samples are
manufacturing companies that listed in the Jakarta Stock Exchange on the period
of 2003-2006.
The research proved that the implementation of corporate governance
quality affects firm performance. The domestic institution ownership had positive
effect on firm performance. Whereas, independent commissioner did not have
effect on firm performance, audit committee had negative effect on firm
performance, and board of commissioner did not have effect on firm performance.
The examination to audit quality proved that it had negative effect on firm
performance. It means that not all of the firm that has good audit quality, its
performance will be increased. The examination to earnings management proved
that it had negative influence on firm performance. The firm has good
performance, if the earnings management is low.
Keyword: Corporate governance quality, audit quality, earnings management,
and firm performance.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
2
1. PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Perdebatan corporate governance yang mendapat inspirasi dari teori keagenan
masih terjadi pada tingkatan makro, sedangkan hal-hal lain yang berhubungan
dengan praktik keseharian manajerial diserahkan begitu saja pada otoritas
manajemen. Meskipun Indonesia dikenal lemah dalam penerapan governance,
baik pada sektor pemerintah maupun perusahaan tetapi Indonesia tetap saja masih
menerima capital inflow yang besar (Toemion, 2002).
Lemahnya corporate governance sering disebut sebagai salah satu
penyebab terjadinya krisis keuangan di negara-negara di Asia. Ciri utama
lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri
sendiri di pihak para manajer perusahaan. Di Indonesia praktik bisnis yang
melanggar kaidah good corporate governance bukan merupakan isu baru.
Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat
melindungi pihak-pihak minoritas dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para
manajer dan pemegang saham pengendali dengan penekanan pada mekanisme
legal (Shleiver dan Vishny, 1997). Corporate governance secara umum
merupakan seperangkat mekanisme yang saling menyeimbangkan antara tindakan
dan pilihan manajer dengan kepentingan shareholders, karena pada hakekatnya
corporate governance merupakan perimbangan yang harmonis antara pemilik dan
pengelola perusahaan yang didasarkan pada lima prinsip utama yaitu fairness,
transparency, accountability, independency, dan responsibility. Tindakan
monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris, pemberi pinjaman, dan institusi
kepemilikan berdampak pada kinerja ekonomi suatu organisasi (Mehran, 1995;
Core, Holthausen dan Lacker, 1999; dan Holderness, 2003).
Perbedaan kepentingan antara direksi dan pemilik/pemegang saham
merupakan masalah klasik yang selalu timbul di dalam struktur perusahaan.
Pemegang saham atau investor berkepentingan agar kekayaannya bertambah
banyak untuk jangka panjang, dalam artian harga per saham yang dimilikinya
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
3
meningkat, sementara direksi memiliki kepentingan tersendiri ketika dia
menjabat. Perbedaan ini dikenal sebagai agency problem (masalah keagenan).
Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama
yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Fama (1980) menyatakan
bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian internal utama yang
memonitor manajer.
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pemisahan antara
kepemilikan dan pengendalian perusahaan merupakan salah satu faktor yang
memicu timbulnya konflik kepentingan yang disebut dengan konflik keagenan.
Zhuang et al. (2000) menyatakan bahwa konflik keagenan yang terjadi dalam
perusahaan bukan saja antara pemegang saham dengan manajer tetapi juga antara
pemegang saham yang mengendalikan manajemen dan pemegang saham dalam
jumlah kecil yang tidak bisa secara efektif mengendalikan manajemen. Jensen dan
Meckling (1976) juga berargumen bahwa apabila persentase kepemilikan saham
manajer ditingkatkan, maka hal ini dapat mengurangi konflik keagenan.
Di dalam perusahaan go public, perbedaan agenda (kepentingan) antara
manajemen dengan pemilik perusahaan disebabkan oleh adanya pemisahan antara
kepemilikan (ownership) dengan pengelolaan (management) perusahaan. Semakin
meluasnya kepemilikan perusahaan oleh masyarakat melalui pasar modal dan
semakin kecilnya proporsi kepemilikan individu semakin menguatkan
permasalahan mengenai siapa yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan
perusahaan dan mengapa hal tersebut terjadi (Hapsoro, 2006).
Secara teoritis praktik corporate governance mempengaruhi nilai
perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang
mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan kepercayaan investor (Keputusan
Menteri BUMN No. 117/2002). Menurut Berghe dan Ridder (1999)
menghubungkan kinerja perusahaan dengan good governance tidak mudah
dilakukan serta hasilnya bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
4
Gompers et al. (2003) menyatakan bahwa corporate governance dapat memiliki
pengaruh yang postif maupun negatif terhadap kinerja operasi suatu perusahaan.
Isu good corporate governance (GCG) terasa semakin penting ketika
skandal-skandal di sektor korporasi yang dianggap merugikan pemegang saham
(pemilik modal) seperti skandal Enron (2001) dan skandal Worldcom (2002). Di
Indonesia corporate governance menjadi topik yang menarik setelah terjadinya
krisis pada tahun 1998 yang menyebabkan banyak investor berinvestasi ke luar
negeri.
Banyak negara yang telah mengembangkan berbagai pedoman maupun
peraturan bagi perusahaan publik tentang good corporate governance. Pemerintah
Indonesia juga mendukung upaya tersebut dengan membentuk Komite Nasional
tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKG) yang bertugas untuk
memformulasi dan merekomendasi kebijakan nasional tentang good corporate
governance (Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan
dan Industri No. Kep10/M.EKUIN/08/1999).
Pengukuran penerapan corporate governance terhadap kinerja
merupakan hal yang tidak mudah dilakukan, khususnya di negara-negara
berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut disebabkan kurangnya kesadaran
perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam menerapkan konsep corporate
governance karena hanya berdasarkan kepatuhan dan bukan kebutuhan. Faktor
pendorong lain yang menyebabkan penerapan good corporate governance di
Indonesia kurang konsisten adalah adanya preseden yang buruk tentang
pengimplementasian penerapan good corporate governance terhadap kinerja yang
tidak pasti.
Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai
sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Keberadaan
pasar modal dapat menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri
tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Auditor mempunyai peran
penting dalam membatasi kepentingan investor dan perusahaan sebagai pemakai
dan penyedia laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan lebih mudah
dipercaya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
5
keuangan perusahaan telah diaudit oleh kantor akuntan yang berkualitas.
Manajemen menginginkan audit berkualitas agar investor dan pemakai laporan
keuangan mempunyai keyakinan lebih terhadap reliabilitas data akuntansi dalam
laporan keuangan. Pemilihan auditor yang berkualitas dapat meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan. Pada tahun 2002, 10 kantor akuntan di Indonesia
mendapatkan sangsi berupa peringatan dari Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan
Indonesia. Dari 10 kantor akuntan tersebut diantaranya merupakan kantor akuntan
yang memiliki kualitas audit yang baik.
Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh earnings management yang
dilakukan oleh manajer perusahaan. Kerugian yang dialami perusahaan
mempunyai dampak yang sangat luas karena perusahaan sudah mengikat
perjanjian dengan stakeholders yang menuntut pertanggungjawaban perusahaan
untuk menghasilkan kinerja yang baik. Manajer akan menghadapi konsekuensi
berupa kehilangan insentif tambahan bahkan manajer akan menerima sanksi
berupa pemecatan karena manajer dianggap tidak mampu mengendalikan
perusahaan.
2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat disusun perumusan
masalah sebagai berikut:
1. Apakah kualitas corporate governance berpengaruh terhadap kinerja
perusahaan,
2. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan,
3. Apakah earnings management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
3. MOTIVASI PENELITIAN
Penelitian ini ingin mengembangkan penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan kualitas corporate governance, kualitas audit, earnings management dan
kinerja perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Chidambaran, Palia,
dan Zheng (2006) dan Hapsoro (2006). Menurut Berghe dan Ridder (1999),
menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak mudah
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
6
dilakukan. Penelitian yang menggunakan variabel komite audit tidak banyak
digunakan, hal ini disebabkan adanya negara yang menganut sistem one tier
(Amerika Serikat dan Inggris) dan negara yang menganut sistem two tier
(Kontinental Eropa). Sedangkan penelitian yang menggunakan variabel earnings
management hasilnya sangat bervariasi.
4. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas corporate governance,
kualitas audit dan earnings management dalam suatu perusahaan dengan kinerja
perusahaan yang bersangkutan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kualitas corporate
governance terhadap kinerja perusahaan.
2. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kualitas audit terhadap
kinerja perusahaan.
3. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh earnings management
terhadap kinerja perusahaan.
5. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, yaitu:
1. Menambah pemahaman tentang keterkaitan corporate governance dan
pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penerapan good corporate
governance dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat bisnis.
2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya corporate governance untuk
meminimalkan konflik keagenan dan sebagai alat untuk efisiensi ekonomis.
3. Untuk menjawab pertanyaan apakah secara empiris terdapat pengaruh kualitas
corporate governance, kualitas audit, dan earnings management terhadap
kinerja perusahaan.
4. Bahan kajian dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
meneliti kualitas corporate governance, kualitas audit, dan earnings
management.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
7
2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
1. LANDASAN TEORI
Menurut Cadbury Committee (1991), corporate governance didefinisi sebagai
"seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan." Tujuan corporate governance adalah
"untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders)." Secara lebih rinci, terminologi corporate governance dapat
dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dewan direksi, dewan
komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham.
Dalam corporate governance, terdapat lima unsur penting yang harus
diperhatikan (menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
2001), yaitu:
1. Fairness (Keadilan)
Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak
pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin
terlaksananya komitmen para investor.
2. Transparancy (Transparansi)
Mewajibkan adanya informasi yang terbuka, tepat waktu dan jelas, serta dapat
diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan
perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.
3. Accountability (Akuntabilitas)
Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk
menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,
sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
8
4. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai
cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.
5. Independency (Kemandirian)
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip
korporasi yang sehat.
Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) menyatakan
manfaat penerapan corporate governance sebagai berikut:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
kaku (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value.
3. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama
dari hasil privatisasi.
4. Mengurangi kemampuan manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan
yang merugikan pemegang saham, maupun stakeholders yang lain.
5. Mengurangi ekonomi berbiaya tinggi khususnya pada target korporat.
6. Mengembalikan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
1.1 Kualitas Corporate Governance dan Perspektif Keagenan
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk
memahami corporate governance. Coase (1937); Jensen dan Meckling (1976);
serta Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah
sebuah kontrak antara prinsipal dan agen dimana hubungan keagenan adalah
adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Hak pengendalian yang
dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk disalahgunakan sehingga akan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
9
menimbulkan masalah keagenan yang mengakibatkan sulitnya investor
memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan
baik oleh manajer. Jensen dan Ruback (1983) berargumen bahwa manajer yang
tidak berkualitas yang bertahan untuk bisa digantikan merupakan perwujudan dari
masalah keagenan yang paling mahal.
Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi
jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja
yang berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan
yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan, yaitu masalah keagenan yang
timbul pada saat keinginan-keinginan prinsipal dan agen berlawanan dan
merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan
verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat (Eisenhardt, 1989).
Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu
bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal dapat memicu terjadinya biaya
keagenan.
Corporate governance merupakan elemen kunci dalam meningkatkan
efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen
perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya
(OECD, 1999). Berkaitan dengan agency conflict, corporate governance
diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para
investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang diinvestasikan.
Good corporate governance harus memberikan insentif yang tepat untuk dewan
direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan
pada sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham serta harus dapat
memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk
menggunakan sumber daya secara efisien (OECD, 1999).
1.2 Kualitas Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan
Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate
governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai
tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. Selain itu
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
10
Johnson juga mendefinisi corporate governance sebagai keefektifan mekanisme
yang bertujuan meminimisasi agency conflict, dengan penekanan khusus pada
mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham
minoritas.
Beasly et al. (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan
good corporate governance akan cenderung meningkat kinerjanya. Penelitian
McKinsey seperti dikutip oleh Lukuhay (2002) dan Rafick (2002) membuktikan
bahwa investor di negara–negara maju bersedia memberi premium yang cukup
tinggi, mencapai sekitar 28%, kepada perusahaan yang menerapkan prinsip
corporate governance dengan konsisten.
Penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai codes of
corporate governance hampir di semua negara. Sebagai contoh, Dey Report
(1994) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka
panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan bagi
pemegang saham. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut tidak hanya untuk
kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan publik.
Kinerja perusahaan merupakan tingkat pencapaian prestasi perusahaan
yang diukur dalam bentuk hasil kerja karyawan atau dengan kata lain prestasi
yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan
tingkat kesehatan perusahaan (Rue dan Byars, 1995). Kinerja berbasis akuntansi
merupakan kinerja yang dilihat dari segi keuangan perusahaan, sehingga
dikatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap tingkat
profitabilitas perusahaan. Salah satu kunci keberhasilan penerapan good corporate
governance harus tercermin dari kinerja keuangan serta corporate wealth (Che
Wei, 2004).
Jinarat dan Quang (2003) menyatakan bahwa penerapan corporate
governance tidak secara langsung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Penerapan corporate governance dapat berpengaruh terhadap kinerja apabila
dalam penerapannya berhasil mencapai tahap good governance pada seluruh
tingkat fungsional sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Keasey dan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
11
Wright (1997) menyatakan bahwa kunci utama dibutuhkannya good corporate
governance adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui
mekanisme supervisi atau pemantauan kinerja manajemen. Peningkatan kinerja
merupakan upaya untuk memperkuat dan mempertegas pertanggungjawaban
dewan komisaris dan tim manajemen kepada para pemegang saham dan pihak-
pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan.
Di dalam perusahaan, komite audit sangat berguna untuk menangani
masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga
dimungkinkan permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat
segera teratasi (Tugiman, 1995 dalam Prakoso, 2002). Komite audit yang
dibentuk sebagai sebuah komite khusus di perusahaan bermanfaat untuk
mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung
jawab penuh dari dewan komisaris. Komite audit mendorong terjadinya interaksi
antara manajemen dengan auditor eksternal, termasuk mengenai estimasi
akuntansi, penilaian terhadap manajemen, dan ketidaksepakatan antara
manajemen dan auditor eksternal (SAS No. 90).
Ukuran jumlah dewan komisaris yang optimal dapat meningkatkan kinerja
perusahaan. Hal ini disebabkan komunikasi, koordinasi tugas, dan independensi
yang efektif. Adanya komite audit akan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan
dan mengurangi manipulasi, sehingga proses akuntansi akan menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Tetapi jumlah komite audit yang terlalu besar
juga akan berdampak tidak baik bagi perusahaan, khususnya yang berhubungan
dengan peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan dengan jumlah komite audit
yang besar, tidak akan bekerja secara efektif dan fokus sebagaimana mestinya.
Hal ini disebabkan karena banyaknya tugas yang terpecah diantara banyaknya
anggota komite audit tersebut, sehingga akan berpengaruh pada penurunan kinerja
perusahaan.
Perbedaan pemahaman antara dewan komisaris dan komite audit yang
disebabkan beberapa hal di atas mengakibatkan keduanya tidak dapat
menjalankan fungsinya secara tepat. Komite audit dalam perusahaan tidak dapat
melakanakan tugasnya secara optimal dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
12
Sehingga hal ini dapat menyebabkan peran komite audit bertolak belakang dengan
harapan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Investor institusional dapat berperan dalam monitoring agen perusahaan.
Investor ini dapat mempengaruhi jalannya perusahaan karena hak voting yang
mereka miliki. Hak voting tersebut mampu mempengaruhi keputusan manajemen,
seperti keputusan investasi. Bathala (1994) menyatakan bahwa kepemilikan
saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring penting yang dapat
memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang
mereka pertaruhkan dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan
menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Shleifer dan Vishny
(1986) menyatakan bahwa dengan adanya konsentrasi kepemilikan, para
pemegang saham besar seperti institutional investor akan dapat menjalankan
monitoring terhadap tim manajemen secara lebih efektif, sehingga akan
membatasi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer.
Komisaris independen dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict
karena komisaris independen dapat mengkomunikasikan tujuan dan keinginan
pemegang saham kepada para manajer. Munter dan Kren (1995) menyatakan
bahwa keanggotaan eksternal board dapat mendorong terciptanya sistem
manajemen yang jelas dan membatasi perilaku oportunistik manajer. Semakin
meningkat komisaris independen, keputusan yang sejalan dengan kepentingan
pemegang saham semakin meningkat (Weisbach, 1998).
Dewan komisaris merupakan puncak dari sistem pengendalian pada
perusahaan besar yang memiliki peran ganda, yaitu peran untuk memonitor dan
sebagai pengesahan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa pengendalian
keputusan yang efektif merupakan fungsi positif dari rasio dewan komisaris
eksternal dengan total keanggotaan dewan komisaris. Dewan komisaris harus
memantau keefektifan praktik pengelolaan korporasi yang baik yang diterapkan
perseroan. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga
memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat
bertindak secara independen.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
13
Dewan komisaris bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pemberian
saran kepada manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan perusahaan
dan pemegang saham (Daniri, 2005). Jumlah dewan komisaris disesuaikan dengan
tingkat diversifikasi atau besarnya perusahaan (Yermack, 1996). Fama (1980)
menyatakan bahwa keefektifan kinerja dewan komisaris merupakan kombinasi
kinerja dewan yang berasal dari dalam dan dari luar perusahaan. Dewan komisaris
eksternal akan menurunkan kemungkinan manajer berkolusi dengan dewan
komisaris (Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983). Dewan komisaris internal akan
memonitor aktivitas manajer secara lebih efektif karena lebih mengetahui kinerja
perusahaan dari pengalaman sebelumnya (Fama, 1980).
1.3 Kualitas Audit, Perspektif Keagenan, dan Kinerja Perusahaan
Kualitas audit selain ditentukan oleh faktor tim audit juga ditentukan oleh
pengalaman teknis dan pengalaman dalam industri, responsif terhadap kebutuhan
klien, dan komunikasi yang baik dengan klien (Carcello et al., 1992). Dalam
literatur agency dan contracting menyatakan bahwa semakin tinggi biaya
keagenan (biaya konflik) maka semakin besar tuntutan terhadap kualitas audit
yang lebih tinggi baik oleh manajer maupun pemegang saham (Watts dan
Zimmerman, 1986). Dalam teori contracting, akuntansi berperan penting dalam
pembuatan kontrak dan melakukan monitoring. Fungsi auditor adalah sebagai
pihak yang memberikan kepastian terhadap kewajaran atas laporan keuangan yang
merupakan cerminan dari kinerja perusahaan. Auditor berfungsi melaporkan
pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, seperti
pelanggaran kontrak utang oleh debitur.
Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan
prinsipal membutuhkan adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk
menengahi konflik antara kedua pihak tersebut. Prosedur akuntansi berpengaruh
terhadap nilai dan kinerja dan kompensasi manajer karena akuntansi merupakan
bagian penting dari proses kontrak dan biaya keagenan. Auditor diharapkan
memberikan pandangan yang independen tentang kewajaran laporan keuangan
yang disajikan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
14
Laporan auditor penting dalam suatu audit karena laporan
menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya, maka auditor mempunyai tanggung jawab untuk
menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha
dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga laporan audit
mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.
Kualitas audit merupakan probabilitas error dan irregularities yang dapat
dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang
mengarah pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan
pendapatnya. Auditor beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya
keagenan tinggi, manajemen mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih
tinggi untuk menambah kredibilitas laporan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
biaya pemonitoran. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai
probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya
suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.
Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik
(KAP) big four akan lebih berkualitas dibandingkan jika laporan keuangan diaudit
oleh KAP non big four. KAP big four diyakini akan memberikan jasa audit yang
lebih independen dan transparan dalam mengungkap misstatement yang disajikan
dalam laporan keuangan perusahaan. KAP big four akan mempertahankan
reputasinya sebagai perusahaan terbaik yang akan memberikan jasa yang
berkualitas dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip dan standar akuntansi
serta kode etik yang dimiliki. Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh
KAP big four akan lebih dipercaya oleh publik yang mengindikasikan bahwa
laporan keuangan yang disajikan perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan
yang sebenarnya. Sehingga kualitas audit sangat menentukan kinerja dan faktor
penting dalam mengungkap bagaimana kinerja perusahaan yang sebenarnya.
1.4 Earnings Management dan Kinerja Perusahaan
Manajemen laba merupakan suatu cara untuk menyajikan informasi laba kepada
publik yang sudah disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Praktik
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
15
manajemen laba terjadi apabila terdapat asimetri informasi antara pihak eksternal
dengan pihak internal perusahaan. Praktik manajemen laba dapat dilakukan
dengan banyak cara antara lain adalah melalui pemilihan suatu sekumpulan
kebijakan akuntansi, melalui pengelolaan akrual dan dengan menggunakan debt
equity swap. Manajemen laba yang dilakukan oleh para manajer diduga bertujuan
untuk meningkatkan kinerja perusahaan maupun bertujuan untuk menurunkan
kinerja perusahaan.
Healy (1985) dalam Amanah (2002) menyatakan bahwa para manajer akan
secara oportunis mengelola laba untuk memaksimalkan bonusnya apabila
perusahaan telah merencanakan program bonus. Sehingga manajer dapat
mengatur dan mengendalikan untuk menaikkan atau menurunkan laba untuk
mencapai bonus.
Alasan lain manajer melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi
suatu perjanjian hutang jangka panjang yang bertujuan untuk melindungi
peminjam dari tindakan para manajer. Zimmerman (1996) menyatakan bahwa
angka-angka akuntansi dapat dipergunakan untuk mengendalikan perjanjian
hutang dengan tujuan untuk membatasi keputusan investasi dan pendanaan yang
dapat mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan. Para manajer melakukan
manajemen laba juga karena alasan pajak. Otoritas pajak memiliki kecenderungan
untuk menekankan pada prosedur aktivitas yang digunakan untuk menghitung
pajak pendapatan dan hal tersebut dapat mengurangi kesempatan perusahaan
dalam memanipulasi keuntungan yang diperoleh perusahaan.
Manajemen laba dapat diketahui dengan menggunakan berbagai metode
yaitu perubahan metode akuntansi, pengelolaan akrual dan dengan menggunakan
debt equity swap. Jones (1991) menyatakan bahwa manajemen laba dilakukan
dengan menggunakan komponen discretionary accruals. Manajemen laba
didasarkan pada teori akuntansi positif yang dalam hal ini manajer melakukan
prediksi yang lebih baik dengan menggunakan metode akuntansi untuk
menghasilkan suatu informasi yang sesuai dengan keinginan manajer untuk
meminimumkan biaya perjanjian.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
16
Motivasi praktik manajemen laba terdiri dari motivasi bonus, motivasi
kontraktual lainnya, motivasi politik, motivasi pajak, pergantian chief executive
officer, dan motivasi pasar modal. Healy dan Wahlen (1999) serta Scott (2001)
menjelaskan bahwa praktik manajemen laba dilakukan oleh manajer karena
motivasi di atas.
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi
dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan
sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig
(1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan
menyajikan laporan yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit
usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan
(penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.
Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika
manajer menggunakan pertimbangan (judgement) dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk
memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang
kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak)
yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.
Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental
perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan
berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut
digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada
kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan
tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan
mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004). Bryshaw dan Eldin (1989)
menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah:
(1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan
yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam
kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti
manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
17
Manajemen laba (earnings management) merupakan suatu fenomena yang
terjadi dalam dunia akuntansi. Manajemen laba dapat diartikan sebagai tindakan
manajer untuk meningkatkan (mengurangi) label yang dilaporkan saat ini atas
suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan
(penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.
2. PENELITIAN SEBELUMNYA DAN PENGEMBANGAN
HIPOTESIS
2.1 Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan
Darmawan, Khomsiyah, Rahayu (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan
negatif antara penerapan corporate governance dengan kinerja perusahaan. Hal
ini disebabkan karena respon pasar terhadap implementasi corporate governance
tidak secara langsung tetapi membutuhkan waktu. Silveira dan Barros (2007)
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara corporate
governance quality dengan variabel nilai perusahaan. Chidambaran, Palia, and
Zheng (2006) menyatakan bahwa governance yang lebih baik akan mengarah ke
kinerja yang lebih baik. Perbedaan dalam kinerja perusahaan antara perusahaan
dengan governance yang baik dan perusahaan dengan governance yang tidak baik
menghadapi isolasi instansi corporate governance.
Secara empiris, penelitian tentang keterkaitan corporate governance yang
diterapkan dalam suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan masih
menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan tidak
ada hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan, seperti
Daily et al. (1998) dan hasil survei Deloitte dan Touche (1996) dalam penelitian
Darmawan, Khomsiyah dan Rahayu (2004). Gombers et al. (2003) dalam
penelitiannya menemukan adanya hubungan positif antara indeks corporate
governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang.
Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas
corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham
dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. La
Porta et al. (1997) menunjukkan hasil bahwa variabel-variabel corporate
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
18
governance lebih bisa menjelaskan variasi dari perubahan nilai tukar mata uang
dan kinerja pasar modal.
Black (2001) berargumen bahwa pengaruh praktik corporate governance
terhadap kinerja perusahaan akan lebih kuat di negara berkembang dibanding di
negara maju. Hasil tersebut dikarenakan oleh lebih bervariasinya praktik
corporate governance di negara berkembang dibanding negara maju. Black et al.
(2003) memberikan bukti bahwa corporate governance merupakan faktor penting
dalam menjelaskan nilai perusahaan publik di Korea. Mitton (2002) menunjukkan
bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan corporate governance mempunyai
dampak yang kuat terhadap kinerja perusahaan selama periode krisis di Asia
Timur (1997 sampai dengan 1998).
Kepemilikan institusional merupakan pihak yang memonitor perusahaan.
Shome dan Singh (1995), Allen dan Philips (2000) menyatakan bahwa kinerja
keuangan perusahaan tergantung pada pembelian saham oleh kepemilikan saham
pihak luar. Cai et al. (2001) membuktikan bahwa kinerja berhubungan negatif
dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan yang memiliki jumlah
kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk
memonitor manajemen.
Gunarsih (2002) dalam Hapsoro (2006) menyatakan bahwa di negara-
negara yang sedang berkembang, kepemilikan institusional domestik dalam
jumlah besar justru merepresentasikan kepentingan mereka sendiri dan
mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas. Hasil penelitiannya
menyebutkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh institusi domestik berpengaruh
negatif terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi domestik akan menurunkan kegiatan monitoring yang
dilakukan oleh pemegang saham institusi domestik sehingga kinerja perusahaan
akan semakin menurun. Berdasarkan argumen di atas, dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Proporsi kepemilikan institusi domestik berpengaruh secara negatif
terhadap kinerja perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
19
Evans et al. (2002) dalam Setyapurnama (2005) menunjukkan bahwa
proporsi komisaris independen berhubungan secara negatif terhadap kinerja
perusahaan. Sedangkan Fuerst dan Kang (2001) menunjukkan adanya hubungan
positif antara komisaris independen dengan kinerja perusahaan. Mayangsari
(2003) membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh secara negatif
terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini membuktikan bahwa komisaris
independen tidak mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang merupakan
cerminan dari kinerja perusahaan. Fama dan Jensen (1983) serta Watts dan
Zimmerman (1986) menyatakan bahwa semakin besar proporsi komisaris
independen maka semakin efektif peranan komisaris independen di dalam
melaksanakan fungsi monitoring terhadap perilaku oportunis manajemen. Perilaku
oportunis manajemen yang dimonitor dengan baik oleh komisaris independen
akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan argumen di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap
kinerja perusahaan.
Mayangsari (2003) menemukan adanya hubungan negatif antara komite
audit dengan integritas laporan keuangan yang merupakan cerminan dari kinerja
perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit kurang efektif
dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Coller dan Gregory (1990) menyatakan
bahwa pembentukan komite audit berhubungan secara positif dengan
meningkatnya diversifikasi saham yang dilakukan pemegang saham karena
komite audit digunakan untuk meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat
meningkatkan kinerja perusahaan. Beasly (1996) menyatakan bahwa ekstensi dari
keberadaan komite audit mengindikasikan tingginya kualitas pemonitoran
terhadap perusahaan sehingga akan meminimalkan tindakan-tindakan manajemen
untuk memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Mc Mullen (1996) membuktikan bahwa adanya komite audit memiliki
konsekuensi pada laporan keuangan yaitu berkurangnya pengukuran akuntansi
yang tidak tepat dan berkurangnya terjadi kecurangan manajemen dan tindakan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
20
ilegal sehingga adanya komite audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja
perusahaan. Berdasarkan argumen diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H3: Ukuran komite audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja
perusahaan.
Yermack (1996), Eisenberg et al. (1998), dan Belkhir (2004) dalam
Hapsoro (2006) menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kinerja
perusahaan apabila ukuran dewan komisaris meningkat. Kaplan dan Reishus
(1990) membuktikan bahwa perusahaan dengan proporsi dewan komisaris yang
lebih tinggi mempunyai kinerja yang lebih baik. Berdasarkan argumen di atas,
dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4: Proporsi dewan komisaris berpengaruh secara positif terhadap kinerja
perusahaan.
2.2 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Kinerja Perusahaan
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan
berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien
terhadap kualitas audit (Watts dan Zimmerman, 1986). Teoh dan Wong (1993)
menyatakan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings,
yang diukur dengan earnings response coefficient (ERC). Mereka menunjukkan
bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan brand name (big eight vs non big
eight) berhubungan positif dengan ERC.
Palmrose (1988) menunjukkan bahwa auditor yang berasal dari kantor
akuntan non big eight lebih sering berhadapan dengan risiko litigasi dibandingkan
auditor yang berasal dari kantor akuntan big eight. Lennox (1999) membuktikan
bahwa auditor dari kantor akuntan big eight lebih akurat dibanding auditor dari
kantor akuntan non big eight. Berarti bahwa kualitas audit mempengaruhi kinerja
suatu perusahaan.
De Angelo (1981) menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha
untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
21
kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003) menguji pengaruh
independensi dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil
penelitian ini mendukung hipotesis bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif
terhadap integritas laporan keuangan dan hal ini sangat menentukan kinerja
perusahaan. Berdasarkan argumen di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
H5: Kualitas audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan.
2.3 Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Perusahaan
Jones (1991) menyatakan bahwa perusahaan domestik mendapatkan keuntungan
atas proteksi dari melakukan manajemen laba pada tahun pertama sebelum
dilakukannya investigasi. De Angelo et al. (1994) menggunakan metode akrual
untuk mengetahui indikasi dilakukannya manajemen laba. Dalam penelitian ini
ditunjukkan bahwa akrual bernilai negatif lebih besar daripada perusahaan
kontrol. Penurunan laba merefleksikan keputusan ekonomi secara riil oleh
perusahaan dalam merespon kegagalan perusahaan meskipun terdapat tekanan
atas pembayaran dividen, hal ini mengakibatkan kinerja perusahaan semakin
buruk (De Angelo et al., 1994).
Defond dan Jiambalvo (1994) menyatakan bahwa perjanjian hutang yang
difokuskan pada abnormal return sebagai ukuran manipulasi laba mempunyai
potensi untuk menyatakan strategi manipulasi yang sangat halus sehubungan
dengan pengakuan revenue dan expense. Sweeney (1994) membuktikan bahwa
manajer yang memiliki fleksibilitas, sehingga dalam memilih prosedur akuntansi
dan menanggung biaya kegagalan cenderung untuk melakukan perubahan
prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan laba daripada perusahaan yang tidak
memiliki fleksibilitas prosedur akuntansi diyakini mampu meningkatkan kinerja
perusahaan (Subramanyam, 1996). Berdasarkan argumen di atas, dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H6: Earnings management berpengaruh secara positif terhadap kinerja
perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
22
3. METODE PENELITIAN
1. SAMPEL DAN DATA
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa
Efek Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 yang
dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Dengan metode
tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria
pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai
berikut:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2003 sampai dengan 31 Desember 2006.
3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tidak melakukan transaksi
akuisisi dan merger sejak 31 Desember 2003 sampai dengan 31 Desember
2006.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
tersebut diperoleh dari Jakarta Stock Exchange data base dan Indonesian Capital
Market Directory serta Indonesian Securities Market Data base tahun 2003,
2004, 2005 dan 2006.
2. MODEL EMPIRIS
2.1 Variabel Penelitian
1. Variabel dependen: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja
perusahaan.
2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
1. Kepemilikan institusi domestik (INSTD)
Kepemilikan institusional merupakan salah satu proksi dari corporate
governance. Variabel ini diukur dengan cara membagi besarnya saham
yang dimiliki oleh institusi domestik dibagi dengan total saham yang
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
23
beredar. Besarnya saham yang dimiliki oleh institusi domestik diperoleh
dari catatan laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menguji
pengaruh kepemilikan institusi domestik terhadap kinerja perusahaan.
Hasil pengujian diharapkan menghasilkan tanda koefisien negatif, yang
artinya semakin besar saham perusahaan dimiliki oleh institusi domestik
semakin buruk kinerja perusahaan.
2. Komisaris independen (KIND)
Variabel ini merupakan proporsi jumlah komisaris independen yang
dimiliki perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh komisaris
independen terhadap kinerja perusahaan. Hasil pengujian diharapkan
menghasilkan tanda koefisien positif, yang artinya semakin besar
proporsi komisaris independen semakin baik kinerja perusahaan.
3. Komite audit (KAUD)
Komite audit merupakan komite bentukan komisaris yang diwajibkan
dibentuk dalam pedoman corporate governance. Pengukuran komite
audit dilakukan dengan menghitung jumlah komite audit dalam
perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh komite audit terhadap
kinerja perusahaan. Hasil pengujian yang diharapkan terdapat tanda
koefisien negatif, yang artinya jika semakin kecil jumlah komite audit
dalam perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan.
4. Dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris diukur dengan banyaknya proporsi antara
dewan komisaris terhadap total jumlah dewan direksi dan dewan
komisaris. Dalam penelitian ini dewan komisaris diharapkan
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
5. Kualitas audit (KUA)
Kualitas audit diukur menggunakan kantor akuntan big four dan kantor
akuntan non big four dimana laporan keuangan yang diaudit oleh kantor
akuntan big four lebih berkualitas. Variabel ini diukur dengan
menggunakan variabel dummy, 0 jika auditor berasal dari kantor akuntan
non big four, dan 1 jika auditor berasal dari kantor akuntan big four.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
24
Kualitas audit dalam penelitian ini diharapkan berpengaruh positif
terhadap kinerja perusahaan.
6. Earnings management (DISCRET)
Earnings management diukur dengan menggunakan variabel dummy, 1
jika perusahaan memiliki discretionary accruals positif dan 0 jika
perusahaan memiliki discretionary negatif. Earnings management dalam
penelitian ini diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Langkah-langkah mengukur manajemen laba:
1. Menghitung total accruals dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
TAit = (∆CAit - ∆Cashit - ∆CLit – Depit)
2. Menghitung alpha dan beta hasil estimasi dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
TAit/Ait-1 = αit/Ait-1 + β1PPEit/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1
3. Menghitung nilai ekspektasi akrual (nondiscretionary accruals)
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NDAit = α(1/Ait-1) + β1(PPEit)/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1
4. Yang terakhir menghitung discretionary accruals dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
DA/Ait = TAit/Ait-1 – [α(1/Ait-1) + β1(PPEit)/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1]
Keterangan:
Tait: Total accruals perusahaan i pada periode ke t.
∆Cait: Perubahan aktiva lancar perusahaan i pada periode
ke t.
∆Cashit: Perubahan kas perusahaan i pada periode ke t.
∆Clit: Perubahan hutang lancar perusahaan i pada periode
ke t.
Depit: Biaya depresiasi perusahaan i pada periode ke t.
TAit/Ait-1: Total accruals yang diskalakan dengan total assets.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
25
αit/Ait-1: Alpha yang diskalakan dengan total assets.
PPEit/Ait-1: Property, plant dan equipment yang diskalakan
dengan total assets.
(∆REVit)/Ait-1 Perubahan revenue yang diskalakan dengan total
assets.
NDAit: Nondiscretionary accruals perusahaan i pada
periode ke t.
DA/Ait: Discretionary accruals perusahaan i pada periode
ke t.
Dengan perhitungan di atas maka dapat diketahui apakah manajer
melakukan praktik manajemen laba atau tidak dengan menggunakan
indikator bahwa apabila suatu perusahaan melakukan manajemen laba
maka nilai discretionary accruals perusahaan tersebut adalah positif.
3. Variable kontrol dalam penelitian ini adalah:
1. Firm size (LnAssets)
Ukuran perusahaan disini diukur dengan menggunakan logaritma natural
dari total asset (LnASSETS) yang dimiliki perusahaan.
2. Leverage (DER)
DER = Total Debt
Total Equity
2.2 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multiple
regression dengan bantuan program statistik SPSS for windows release 13. Pada
analisis ini semua variabel independen diregres terhadap variabel dependen
sehingga diperoleh koefisien regresi yang layak sebagai regresor berdasarkan
nilai t.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
26
2.3 Model Penelitian
FirmPerform it = a0 + a1INSTDit + a2KINDit + a3KAUDit + a4DKOMit + a5KUAit
+ a6DISCRET + a7LnASSit + a8DERit + ε
FirmPerform: Kinerja perusahaan, yang diukur dengan menggunakan Tobin’s
Q yang dihitung dengan rumus:
Harga pasar saham biasa + Harga pasar saham preferen + Nilai buku hutang
Aset bersih perusahaan
2.4 Kerangka Penelitian
Gambar 3.1
Kerangka Penelitian
2.5 Uji Asumsi Klasik
Terdapat empat asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum dilakukan regresi
terhadap model persamaan di atas, yaitu: multikolinearitas, autokorelasi,
heteroskedastisitas, dan normalitas.
Discretionary Accruals Earnings
Management
Variabel Kontrol:
- Firm Size
- Leverage
- Proporsi Kepemilikan Institusi Domestik
- Proporsi Komisaris Independen
- Ukuran Komite Audit
- Ukuran Dewan Komisaris
- Kantor Akuntan Big Four
dan non Big Four
Kualitas
Corporate
Governance
Kualitas
Audit
Kinerja
Perusahaan
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
27
4. ANALISIS HASIL PENELITIAN
1. DESKRIPSI DATA
Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan adalah 108 perusahaan setiap tahunnya.
Penelitian ini menggunakan periode pengamatan tahun 2003 sampai dengan 2006,
sehingga total sampel berjumlah 432. Gambaran umum mengenai data penelitian,
dapat dilihat dari statistik deskriptif pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1
Descriptive Statistics
432 .0013 7.3833 .693694 .7579380
432 .0000 .9800 .412062 .2868538
432 .0000 1.0000 .272947 .1856428
432 .0000 5.0000 .974537 1.4375797
432 .2222 .7143 .464719 .0902352
432 .0000 1.0000 .543981 .4986393
432 .0000 1.0000 .777778 .4162217
432 23.2225 31.6902 27.280931 1.5287569
432 -4386.72 1114097 2569.184 53603.49841
432
FirmPerform
INSTD
KIND
KAUD
DKOM
KUA
DISCRET
LnASSETS
DER
Valid N (lis twise)
N Minimum Maximum Mean Std. Deviat ion
Hasil output tersebut menunjukkan bahwa dari 432 sampel, variabel
FirmPerform yang diproksikan dengan Tobin’s q memiliki nilai rata-rata sebesar
69,37% dengan deviasi standar sebesar 75,79%. Deviasi standar yang cukup besar
ini menunjukkan banyaknya variance yang cukup besar, dari FirmPerform
terkecil (0,13%) sampai dengan FirmPerform terbesar (738.33%).
Variabel INSTD merupakan kepemilikan institusi domestik sebagai salah
satu proksi dari kualitas corporate governance mempunyai nilai rata-rata sebesar
41,21% dengan deviasi standar sebesar 28,69%. Variabel KIND merupakan
komisaris independen juga merupakan salah satu proksi dari kualitas corporate
governance mempunyai nilai rata-rata sebesar 27,29% dengan deviasi standar
sebesar 18,56%. Variabel KAUD adalah ukuran komite audit merupakan jumlah
komite audit sebagai proksi dari kualitas corporate governance yang mempunyai
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
28
nilai rata-rata sebesar 97,45% dengan standar deviasi 143,76%. Variabel DKOM
adalah proporsi dewan komisaris yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 46,47%
dengan deviasi standar sebesar 9,02%.
Variabel KUA adalah proksi dari kualitas audit yang merupakan variabel
dummy, yaitu KAP big four atau non big four yang mempunyai nilai rata-rata
sebesar 54,40% dengan deviasi standar sebesar 49,86%. Dari 432 sampel yang
diteliti, ada 234 sampel yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP big four.
Variabel DISCRET adalah discretionary accrual yang merupakan proksi
dari earnings management yang merupakan variabel dummy, yaitu discretionary
accrual positif dan negatif yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 77,78% dengan
deviasi standar sebesar 41,62%. Dari 432 sampel yang diteliti, ada 336 sampel
yang memiliki discretionary accrual positif.
Variabel LnASSETS dan DER merupakan variabel kontrol. Variabel
LnASSETS adalah logaritma natural dari total assets yang mempunyai nilai rata-
rata sebesar 2728,09% dengan deviasi standar sebesar 152,88%. Variabel DER
adalah leverage yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 256918,4% dengan
standar deviasi sebesar 5360349,84%.
2. ASUMSI-ASUMSI MODEL
2.1 Uji Normalitas
Gambar 4.1
Kurva Normalitas
1086420-2
Regression Standardized Residual
150
100
50
0
Fre
qu
en
cy
Mean = -9.98E-16Std. Dev. = 0.991N = 432
Dependent Variable: FirmPerform
Histogram
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
29
Hasil output tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam
penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini terlihat pada kurva distribusi di atas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah berdistribusi normal.
2.2 Uji Multikolinearitas
Tabel 4.2
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
.907 1.102
.975 1.026
.949 1.054
.957 1.045
.839 1.192
.959 1.042
.912 1.096
.972 1.028
INSTD
KIND
KAUD
DKOM
KUA
DISCRET
LnASSETS
DER
Model
1
Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: FirmPerforma.
Dari SPSS output tersebut, dapat disimpulkan bahwa model regresi
tersebut bebas multikolinearitas. Hal ini ditunjukkan dengan semua variabel
independen yang mempunyai tolerance value di atas 0,10 atau nilai VIF di bawah
10.
2.3 Uji Autokorelasi
Tabel 4.3
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
.260a .068 .050 .7387588 1.988
Model
1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
Predic tors: (Constant), DER, KIND, DISCRET, INSTD, DKOM, KAUD,
LnASSETS, KUA
a.
Dependent Variable: FirmPerformb.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
30
Berdasarkan hasil olahan SPSS tersebut, nilai DW 1,988 berada pada batas
du (1,66) dan 4du (2,34) (Wardhani dan Algifari, 2007). Hal ini menunjukkkan
bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam
penelitian ini.
2.4 Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4.4
Uji Glejser
Coefficientsa
4.159 2.771 1.501 .134
.926 .535 .087 1.731 .084
.760 .798 .046 .953 .341
-.183 .104 -.086 -1.753 .080
-.007 1.656 .000 -.004 .997
-.350 .320 -.057 -1.094 .274
-.497 .359 -.068 -1.385 .167
-.127 .100 -.063 -1.265 .206
4.88E-007 .000 .009 .177 .860
(Constant)
INSTD
KIND
KAUD
DKOM
KUA
DISCRET
LnASSETS
DER
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: e2a.
Hasil pengujian Glejser menunjukkan tidak terdapat masalah
heteroskedastisitas. Hal ini terbukti karena semua koefisien regresi estimasi tidak
signifikan (>0,05). Ini berarti bahwa semua variabel independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap error. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
persamaan regresi estimasi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.
3. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS
Persamaan multiple regression dari hasil pengujian dinyatakan sebagai berikut:
FirmPerform = 0,527 + 0,269INSTD + 0,183KIND – 0,067KAUD +
0,189DKOM – 0,189KUA – 0,185DISCRET +
0,008LnASSETS – 0,000000082DER + ε
Persamaan tersebut diperoleh dari hasil output SPSS pengujian multiple
regression sebagai berikut:
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
31
Tabel 4.5
Uji Hipotesis
Coefficientsa
.527 .674 .781 .435
.269 .130 .102 2.069 .039
.183 .194 .045 .941 .347
-.067 .025 -.128 -2.651 .008
.189 .403 .022 .469 .639
-.189 .078 -.124 -2.421 .016
-.185 .087 -.102 -2.120 .035
.008 .024 .017 .347 .729
-8.2E-008 .000 -.006 -.122 .903
(Constant)
INSTD
KIND
KAUD
DKOM
KUA
DISCRET
LnASSETS
DER
Model
1
B Std. Error
Unstandardized
Coefficients
Beta
Standardized
Coefficients
t Sig.
Dependent Variable: FirmPerforma.
Pengujian terhadap hipotesis pertama (H1) menunjukkan hasil yang secara
statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar
0,039 (0,05). Berdasarkan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa
proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Sehingga hasil pengujian ini menolak H2. Hasil pengujian hipotesis kedua ini
menunjukkan bahwa besarnya proporsi komisaris independen tidak
mempengaruhi kinerja perusahaan. Kenaikan dan penurunan kinerja perusahaan
lebih dipengaruhi oleh faktor lain selain proporsi komisaris independen.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
32
Pengujian terhadap hipotesis ketiga (H3) menunjukkan hasil yang secara
statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar
0,008 (0,05). Berdasarkan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa
proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Penelitian ini menolak H4. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya kinerja
perusahaan tidak dipengaruhi oleh proporsi dewan komisaris, tetapi kinerja
perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih dominan.
Pengujian terhadap hipotesis kelima (H5) menunjukkan hasil yang secara
statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar
0,013 (
-
33
0,035 (
-
34
laporan keuangan selama empat tahun (2003-2006). Ini merupakan salah satu
keterbatasan, karena jika digunakan waktu pengamatan yang lebih panjang akan
lebih mencerminkan keadaan yang mendekati kenyataan, Penggunaan variabel
kepemilikan institusi domestik, komisaris independen, dewan komisaris, dan
komite audit hanya memenuhi beberapa elemen penting dalam corporate
goverance.
3. KONTRIBUSI DAN IMPLIKASI PENELITIAN SELANJUTNYA
Penelitian ini memberi beberapa kontribusi, antara lain: Sebagai bahan masukan
bagi perusahaan dan pihak investor untuk mempertimbangkan kualitas corporate
governance, kualitas audit, dan earnings management untuk meningkatkan kinerja
perusahaan, Menambah literatur mengenai penelitian terhadap kualitas corporate
governance, kualitas audit, dan earnings management yang saat ini belum banyak
dilakukan, dan memberi bukti bahwa kualitas corporate governance, kualitas
audit, dan earnings management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
Implikasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah:
Jumlah sampel dapat diambil dengan periode pengamatan yang lebih panjang,
Penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel dari industri yang berbeda,
Penelitian selanjutnya dapat memasukkan semua elemen corporate governance,
Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan
beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
-
35
DAFTAR PUSTAKA
Beasley, M. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between the Board
of Director Composition and Financial Statements Fraud. Accounting
Review 71: 443-465.
Black, Bernard S. 2001. The Corporate Governance Behavior and Market
Value of Russian Firms. Emerging Markets Review, Vol.2.hal: 89-108.
Black, Bernard S; H.Jang; dan W.Kim. 2003. Does Corporate Governance
Affect Firm Value? Evidence From Korea. http://papers.ssrn.com.
Brickley, J., dan James, C. 1987. The Takeover Market, Corporate Board
Composition and Ownership Structure: The Case of Banking. Journal
of Law and Economies, 30: 161-180.
Cai, F., Kaul, G, dan Lu, Z. 2001. Institutional Trading and Stock Returns
Working Paper, University of Michigan.
Carcello, J.V., R.H. Hermanson dan N.T. McGrath. 1992. Audit Quality
Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Preperens, and Financial
Statement User. Auditing: A Journal of Practice & Theory II (Spring):
1-15.
Cotter, Julie dan Mark Silvester. 2003. Board and Monitoring Committee
Independent.ABACUS 39: 211-232.
Dalton, D.R.; J.L. Johnson; dan A.E.Ellstrand. 1999. Number of Directors and
Financial Performance: A Meta-Analysis. Academy of Management
Journal, Vol. 42. No. 6, hal: 674-686.
Darmawan, Deni; Khomsiyah; dan Rahayu, Rika G. 2004. Hubungan
Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi
Indonesia, Vol. 8, No. 1, hal: 65-81.
Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.
Academy of Management Review, Vol. 14. No. 1, pp: 57-74.
Evans, John, Robert Evans dan Serena Loh. 2002. Corporate Governance and
Declining Firm Performance. International Journal of Business Studies
(June): 1-18.
Fama, Eugene F. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm.
Journal of Political Economics. 88, No. 2 (April), hal: 288-307.
Fuerst, Oren dan Sok-Hyong Kang. 2004. Corporate Governance, Expected
Operating Performance, and Pricing. Corporate Ownership and
Control (Winter): 13-30.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid 1. FCGI.
Edisi 3.
FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan
Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi
2.
Gompers, P. A., J. L. Ishii, dan A. Metrick. 2003. Corporate Governance and
equity prices. Quarterly Journal of Accounting Research, Vol(118):
107-155.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
http://papers.ssrn.com/
-
36
Hapsoro, Dody. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Transparansi dan
Konsekuensi Ekonomis: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia.
Disertasi Doktor UGM, 2006.
Hermalin, Benjamine dan Michael S. Welsbach. 2003. Board of Director as an
Endogenously Determined Institution: A Survey of the Economic
Literatur. Economic Policy Review (April): 7-26.
IKAI. 2004. Efektifitas Mekanisme Oversight oleh Komisaris dan Komite
Audit dalam Struktur Governance di Indonesia. www.google.com.
Jensen, M.C. 1993. The Modem Industrial Revolution, Exit and Failure of
Internal Control System. Journal of Finance, 48: 831-880.
Jensen, Michael C, dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:
Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal
of Financial Economics 3. hal. 305-360.
Jinarat, V. dan Quang, T. 2003. The Impact of Good Governance on
Organization Performance After The Asian Crisis in Thailand. Asia
Pacific Business Review, Vol(21): 21-42.
Johnson, S., Boone, P., Breach., dan Friedman, E. 2000. Corporate
Governance in Asian Financial Crisis. Journal of Financial
Economies, Vol(58): 141-186.
Keasey, K. dan Wright, M. 1977. Corporate Governance, Accountability and
Enterprise. Singapore: John Wiley and Son. 1-21.
Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. Corporate Governance, Investor
Protection, and Performance in Emerging Markets. World Bank
Working Paper. http://ssrn.com.
Lennox, Clive S. 2002. Audit Quality and Auditor Switching. Working Paper,
University of Bristol.
Lukuhay, Jos. 2002. Tata Pamong dan Nilai Perusahaan. Warta Ekonomi,
No.21/XIV/2 September.
Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit,
serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI.
Mehran, H., dan Cole, R.A. 1998. The Effect of Changes in Ownership
Structure on Performance: Evidence From The Thrift Industry. Journal
of Financial Economics 50,p: 291-317.
Mitton, T. 2002. A Cross-Firm Analysis of The Impact of Corporate
Governance on The East Asian Financial Crisis. Journal of Financial
Economics.
Morck, R., Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1988. Management Ownership and
Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial
Economics, Vol. 20.
N. K. Chidambaran, Darius Palia, Yudan Zheng. 2006. Does Better Corporate
Governance “Cause” Better Firm Performance?. Journal of
Economics. http://ssrn.com.
OECD. 1999. OECD Principles of Corporate Governance.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
http://www.google.com/http://ssrn.com/http://ssrn.com/
-
37
Palmrose, Z. 1984. The Demand for Differentiated Audit Services in an
Agency Cost Setting. An Empirical Examination Symposium, Illinois.
Pearce, J., dan Zahra, S. 1992. Board Composition From a Strategic
Contingency Perspective. Journal of Management Studies, 29: 411-
438.
Pfeffer, J. 1973. Size Composition and Functions of Hospital Boards of
Directory: A study of Organization Environment Linkage.
Administrative Science Quarterly, 18: 349-364.
Rafick, Ishack. 2002. Menggugat Fungsi Komisaris Independen. SWA,
No.15/XVII/15 Juli-7 Agustus.
Setyapurnama, Raden Yudi Santara. 2005. Pengaruh Corporate Governance
dan Kualitas Audit Terhadap Peringkat dan Yield Obligasi. Tesis
Magister Sains UGM, 2005.
Shivdasani, A. 1993. Board Composition, Ownership Structure, and Hostile
Takeovers. Journal of Accounting and Economics 16.hal: 167-198.
Shleiver, A. dan R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance.
Journal of Finance 52.
Silveira dan Barros. 2007. Corporate Governance Quality and Firm Value in
Brazil. http://ssrn.com.
Shaw, M.E. 1981. Group Dynamics: The Psychology of Small Group
Behavior. Mc Grawhill, New York.
Shome, D., dan Singh, S. 1995. Firm Value and External Block Holdings.
Financial Management, 24: 3-14.
Subramanyam, K.R. 1996. The ricing of Discretionary Accruals. Journal of
Accounting and Ekonomics 22, hal:249-281
Teoh, Siew Hong dan T.J.Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and The
Earnings Response Coefficient. The Accounting Review: 346-366.
Turley, Stuart dan Mahbub Zaman. 2004. The Corporate Governance Effect of
Audit Committees. Journal of Management and Governance: 305-332.
Warfield, T., J.J. Wild, dan K. Wild. 1995. Managerial Ownership Accounting
Choice, and Informativeness of Earnings. Journal of Accounting and
Economics 20: 61-91.
Weisbach, M. 1988. Outside Directory and CEO Turnover. Journal of
Financial Economies, 20: 431-460.
Wardhani, Shita Lusi dan Algifari. 2007. Teknik Proyeksi Untuk Bisnis dan
Ekonomi. BPFE Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta.
Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory.
Prentice Hall International Inc.
Yermarck, D. 1996. Higher Market Valuation of a Company With a Small
Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, pp: 185-221.
Zhuang, Jushing, David Edwards, David Web, Ma. Virginita A. Capulong.
2000. Corporate Governance and Finance in East Asia- a Study of
Indonesia, Republic of Korea, Malaysia, Philippines, and Thailand.
Asia Development Bank. Manila.
PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
repository.stieykpn.ac.id
http://ssrn.com/