PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.stieykpn.ac.id/459/1/JURNAL Serli Ike...

37
1 PENGARUH KUALITAS CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS AUDIT, DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN Oleh: SERLI IKE ARI SUSANTI STIE YKPN YOGYAKARTA ABSTRACT This research examines the effect of corporate governance quality, audit quality, and earnings management on firm performance. The proxies of corporate governance quality are domestic institution ownership, independent commissioner, audit committee, and board of commissioner. Auditor from big four and non big four as proxy of audit quality. The proxy of earnings management is positive and negative discretionary accruals. Those proxies will be the independent variables. Multiple regressions are used to examine the hypotheses. The samples are manufacturing companies that listed in the Jakarta Stock Exchange on the period of 2003-2006. The research proved that the implementation of corporate governance quality affects firm performance. The domestic institution ownership had positive effect on firm performance. Whereas, independent commissioner did not have effect on firm performance, audit committee had negative effect on firm performance, and board of commissioner did not have effect on firm performance. The examination to audit quality proved that it had negative effect on firm performance. It means that not all of the firm that has good audit quality, its performance will be increased. The examination to earnings management proved that it had negative influence on firm performance. The firm has good performance, if the earnings management is low. Keyword: Corporate governance quality, audit quality, earnings management, and firm performance. PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI repository.stieykpn.ac.id

Transcript of PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIrepository.stieykpn.ac.id/459/1/JURNAL Serli Ike...

  • 1

    PENGARUH KUALITAS CORPORATE GOVERNANCE, KUALITAS

    AUDIT, DAN EARNINGS MANAGEMENT TERHADAP KINERJA

    PERUSAHAAN

    Oleh:

    SERLI IKE ARI SUSANTI

    STIE YKPN YOGYAKARTA

    ABSTRACT

    This research examines the effect of corporate governance quality, audit quality,

    and earnings management on firm performance. The proxies of corporate

    governance quality are domestic institution ownership, independent

    commissioner, audit committee, and board of commissioner. Auditor from big

    four and non big four as proxy of audit quality. The proxy of earnings

    management is positive and negative discretionary accruals. Those proxies will be

    the independent variables.

    Multiple regressions are used to examine the hypotheses. The samples are

    manufacturing companies that listed in the Jakarta Stock Exchange on the period

    of 2003-2006.

    The research proved that the implementation of corporate governance

    quality affects firm performance. The domestic institution ownership had positive

    effect on firm performance. Whereas, independent commissioner did not have

    effect on firm performance, audit committee had negative effect on firm

    performance, and board of commissioner did not have effect on firm performance.

    The examination to audit quality proved that it had negative effect on firm

    performance. It means that not all of the firm that has good audit quality, its

    performance will be increased. The examination to earnings management proved

    that it had negative influence on firm performance. The firm has good

    performance, if the earnings management is low.

    Keyword: Corporate governance quality, audit quality, earnings management,

    and firm performance.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 2

    1. PENDAHULUAN

    1. LATAR BELAKANG MASALAH

    Perdebatan corporate governance yang mendapat inspirasi dari teori keagenan

    masih terjadi pada tingkatan makro, sedangkan hal-hal lain yang berhubungan

    dengan praktik keseharian manajerial diserahkan begitu saja pada otoritas

    manajemen. Meskipun Indonesia dikenal lemah dalam penerapan governance,

    baik pada sektor pemerintah maupun perusahaan tetapi Indonesia tetap saja masih

    menerima capital inflow yang besar (Toemion, 2002).

    Lemahnya corporate governance sering disebut sebagai salah satu

    penyebab terjadinya krisis keuangan di negara-negara di Asia. Ciri utama

    lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri

    sendiri di pihak para manajer perusahaan. Di Indonesia praktik bisnis yang

    melanggar kaidah good corporate governance bukan merupakan isu baru.

    Corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat

    melindungi pihak-pihak minoritas dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para

    manajer dan pemegang saham pengendali dengan penekanan pada mekanisme

    legal (Shleiver dan Vishny, 1997). Corporate governance secara umum

    merupakan seperangkat mekanisme yang saling menyeimbangkan antara tindakan

    dan pilihan manajer dengan kepentingan shareholders, karena pada hakekatnya

    corporate governance merupakan perimbangan yang harmonis antara pemilik dan

    pengelola perusahaan yang didasarkan pada lima prinsip utama yaitu fairness,

    transparency, accountability, independency, dan responsibility. Tindakan

    monitoring yang dilakukan oleh dewan komisaris, pemberi pinjaman, dan institusi

    kepemilikan berdampak pada kinerja ekonomi suatu organisasi (Mehran, 1995;

    Core, Holthausen dan Lacker, 1999; dan Holderness, 2003).

    Perbedaan kepentingan antara direksi dan pemilik/pemegang saham

    merupakan masalah klasik yang selalu timbul di dalam struktur perusahaan.

    Pemegang saham atau investor berkepentingan agar kekayaannya bertambah

    banyak untuk jangka panjang, dalam artian harga per saham yang dimilikinya

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 3

    meningkat, sementara direksi memiliki kepentingan tersendiri ketika dia

    menjabat. Perbedaan ini dikenal sebagai agency problem (masalah keagenan).

    Jensen dan Meckling (1976) berpendapat bahwa kepemilikan manajerial dan

    kepemilikan institusional adalah dua mekanisme corporate governance utama

    yang membantu mengendalikan masalah keagenan. Fama (1980) menyatakan

    bahwa dewan komisaris merupakan mekanisme pengendalian internal utama yang

    memonitor manajer.

    Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa pemisahan antara

    kepemilikan dan pengendalian perusahaan merupakan salah satu faktor yang

    memicu timbulnya konflik kepentingan yang disebut dengan konflik keagenan.

    Zhuang et al. (2000) menyatakan bahwa konflik keagenan yang terjadi dalam

    perusahaan bukan saja antara pemegang saham dengan manajer tetapi juga antara

    pemegang saham yang mengendalikan manajemen dan pemegang saham dalam

    jumlah kecil yang tidak bisa secara efektif mengendalikan manajemen. Jensen dan

    Meckling (1976) juga berargumen bahwa apabila persentase kepemilikan saham

    manajer ditingkatkan, maka hal ini dapat mengurangi konflik keagenan.

    Di dalam perusahaan go public, perbedaan agenda (kepentingan) antara

    manajemen dengan pemilik perusahaan disebabkan oleh adanya pemisahan antara

    kepemilikan (ownership) dengan pengelolaan (management) perusahaan. Semakin

    meluasnya kepemilikan perusahaan oleh masyarakat melalui pasar modal dan

    semakin kecilnya proporsi kepemilikan individu semakin menguatkan

    permasalahan mengenai siapa yang seharusnya mengendalikan jalannya kegiatan

    perusahaan dan mengapa hal tersebut terjadi (Hapsoro, 2006).

    Secara teoritis praktik corporate governance mempengaruhi nilai

    perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang

    mungkin dilakukan oleh dewan dengan keputusan-keputusan yang

    menguntungkan diri sendiri dan meningkatkan kepercayaan investor (Keputusan

    Menteri BUMN No. 117/2002). Menurut Berghe dan Ridder (1999)

    menghubungkan kinerja perusahaan dengan good governance tidak mudah

    dilakukan serta hasilnya bervariasi antara satu negara dengan negara lainnya.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 4

    Gompers et al. (2003) menyatakan bahwa corporate governance dapat memiliki

    pengaruh yang postif maupun negatif terhadap kinerja operasi suatu perusahaan.

    Isu good corporate governance (GCG) terasa semakin penting ketika

    skandal-skandal di sektor korporasi yang dianggap merugikan pemegang saham

    (pemilik modal) seperti skandal Enron (2001) dan skandal Worldcom (2002). Di

    Indonesia corporate governance menjadi topik yang menarik setelah terjadinya

    krisis pada tahun 1998 yang menyebabkan banyak investor berinvestasi ke luar

    negeri.

    Banyak negara yang telah mengembangkan berbagai pedoman maupun

    peraturan bagi perusahaan publik tentang good corporate governance. Pemerintah

    Indonesia juga mendukung upaya tersebut dengan membentuk Komite Nasional

    tentang Kebijakan Corporate Governance (KNKG) yang bertugas untuk

    memformulasi dan merekomendasi kebijakan nasional tentang good corporate

    governance (Surat Keputusan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Keuangan

    dan Industri No. Kep10/M.EKUIN/08/1999).

    Pengukuran penerapan corporate governance terhadap kinerja

    merupakan hal yang tidak mudah dilakukan, khususnya di negara-negara

    berkembang seperti Indonesia. Hal tersebut disebabkan kurangnya kesadaran

    perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam menerapkan konsep corporate

    governance karena hanya berdasarkan kepatuhan dan bukan kebutuhan. Faktor

    pendorong lain yang menyebabkan penerapan good corporate governance di

    Indonesia kurang konsisten adalah adanya preseden yang buruk tentang

    pengimplementasian penerapan good corporate governance terhadap kinerja yang

    tidak pasti.

    Pada umumnya perusahaan publik memanfaatkan pasar modal sebagai

    sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Keberadaan

    pasar modal dapat menjadikan perusahaan mempunyai alat untuk refleksi diri

    tentang kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Auditor mempunyai peran

    penting dalam membatasi kepentingan investor dan perusahaan sebagai pemakai

    dan penyedia laporan keuangan. Laporan keuangan perusahaan lebih mudah

    dipercaya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 5

    keuangan perusahaan telah diaudit oleh kantor akuntan yang berkualitas.

    Manajemen menginginkan audit berkualitas agar investor dan pemakai laporan

    keuangan mempunyai keyakinan lebih terhadap reliabilitas data akuntansi dalam

    laporan keuangan. Pemilihan auditor yang berkualitas dapat meningkatkan

    kredibilitas laporan keuangan. Pada tahun 2002, 10 kantor akuntan di Indonesia

    mendapatkan sangsi berupa peringatan dari Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan

    Indonesia. Dari 10 kantor akuntan tersebut diantaranya merupakan kantor akuntan

    yang memiliki kualitas audit yang baik.

    Kinerja perusahaan juga dipengaruhi oleh earnings management yang

    dilakukan oleh manajer perusahaan. Kerugian yang dialami perusahaan

    mempunyai dampak yang sangat luas karena perusahaan sudah mengikat

    perjanjian dengan stakeholders yang menuntut pertanggungjawaban perusahaan

    untuk menghasilkan kinerja yang baik. Manajer akan menghadapi konsekuensi

    berupa kehilangan insentif tambahan bahkan manajer akan menerima sanksi

    berupa pemecatan karena manajer dianggap tidak mampu mengendalikan

    perusahaan.

    2. PERUMUSAN MASALAH

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dapat disusun perumusan

    masalah sebagai berikut:

    1. Apakah kualitas corporate governance berpengaruh terhadap kinerja

    perusahaan,

    2. Apakah kualitas audit berpengaruh terhadap kinerja perusahaan,

    3. Apakah earnings management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    3. MOTIVASI PENELITIAN

    Penelitian ini ingin mengembangkan penelitian sebelumnya yang berkaitan

    dengan kualitas corporate governance, kualitas audit, earnings management dan

    kinerja perusahaan. Penelitian ini mengacu pada penelitian Chidambaran, Palia,

    dan Zheng (2006) dan Hapsoro (2006). Menurut Berghe dan Ridder (1999),

    menghubungkan kinerja perusahaan dengan corporate governance tidak mudah

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 6

    dilakukan. Penelitian yang menggunakan variabel komite audit tidak banyak

    digunakan, hal ini disebabkan adanya negara yang menganut sistem one tier

    (Amerika Serikat dan Inggris) dan negara yang menganut sistem two tier

    (Kontinental Eropa). Sedangkan penelitian yang menggunakan variabel earnings

    management hasilnya sangat bervariasi.

    4. TUJUAN PENELITIAN

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh kualitas corporate governance,

    kualitas audit dan earnings management dalam suatu perusahaan dengan kinerja

    perusahaan yang bersangkutan. Secara spesifik penelitian ini bertujuan untuk:

    1. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kualitas corporate

    governance terhadap kinerja perusahaan.

    2. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh kualitas audit terhadap

    kinerja perusahaan.

    3. Memperoleh bukti secara empiris mengenai pengaruh earnings management

    terhadap kinerja perusahaan.

    5. MANFAAT PENELITIAN

    Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi pihak-pihak yang

    berkepentingan, yaitu:

    1. Menambah pemahaman tentang keterkaitan corporate governance dan

    pembuatan kebijakan yang berkaitan dengan penerapan good corporate

    governance dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat bisnis.

    2. Memberikan pemahaman tentang pentingnya corporate governance untuk

    meminimalkan konflik keagenan dan sebagai alat untuk efisiensi ekonomis.

    3. Untuk menjawab pertanyaan apakah secara empiris terdapat pengaruh kualitas

    corporate governance, kualitas audit, dan earnings management terhadap

    kinerja perusahaan.

    4. Bahan kajian dan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk

    meneliti kualitas corporate governance, kualitas audit, dan earnings

    management.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 7

    2. LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

    1. LANDASAN TEORI

    Menurut Cadbury Committee (1991), corporate governance didefinisi sebagai

    "seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

    pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta

    para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan

    hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang

    mengatur dan mengendalikan perusahaan." Tujuan corporate governance adalah

    "untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan

    (stakeholders)." Secara lebih rinci, terminologi corporate governance dapat

    dipergunakan untuk menjelaskan peranan dan perilaku dewan direksi, dewan

    komisaris, pengurus (pengelola) perusahaan, dan para pemegang saham.

    Dalam corporate governance, terdapat lima unsur penting yang harus

    diperhatikan (menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),

    2001), yaitu:

    1. Fairness (Keadilan)

    Menjamin perlindungan hak-hak para pemegang saham, termasuk hak-hak

    pemegang saham minoritas dan para pemegang saham asing, serta menjamin

    terlaksananya komitmen para investor.

    2. Transparancy (Transparansi)

    Mewajibkan adanya informasi yang terbuka, tepat waktu dan jelas, serta dapat

    diperbandingkan yang menyangkut keadaan keuangan, pengelolaan

    perusahaan, dan kepemilikan perusahaan.

    3. Accountability (Akuntabilitas)

    Menjelaskan peran dan tanggung jawab, serta mendukung usaha untuk

    menjamin penyeimbangan kepentingan manajemen dan pemegang saham,

    sebagaimana yang diawasi oleh dewan komisaris.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 8

    4. Responsibility (Pertanggungjawaban)

    Memastikan dipatuhinya peraturan serta ketentuan yang berlaku sebagai

    cerminan dipatuhinya nilai-nilai sosial.

    5. Independency (Kemandirian)

    Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan

    kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai

    dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip

    korporasi yang sehat.

    Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001) menyatakan

    manfaat penerapan corporate governance sebagai berikut:

    1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

    keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

    serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

    2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak

    kaku (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan

    corporate value.

    3. Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama

    dari hasil privatisasi.

    4. Mengurangi kemampuan manajemen untuk melakukan tindakan-tindakan

    yang merugikan pemegang saham, maupun stakeholders yang lain.

    5. Mengurangi ekonomi berbiaya tinggi khususnya pada target korporat.

    6. Mengembalikan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya di

    Indonesia.

    1.1 Kualitas Corporate Governance dan Perspektif Keagenan

    Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk

    memahami corporate governance. Coase (1937); Jensen dan Meckling (1976);

    serta Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah

    sebuah kontrak antara prinsipal dan agen dimana hubungan keagenan adalah

    adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian. Hak pengendalian yang

    dimiliki oleh manajer memungkinkan untuk disalahgunakan sehingga akan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 9

    menimbulkan masalah keagenan yang mengakibatkan sulitnya investor

    memperoleh keyakinan bahwa dana yang mereka investasikan dikelola dengan

    baik oleh manajer. Jensen dan Ruback (1983) berargumen bahwa manajer yang

    tidak berkualitas yang bertahan untuk bisa digantikan merupakan perwujudan dari

    masalah keagenan yang paling mahal.

    Teori keagenan berusaha untuk menjawab masalah keagenan yang terjadi

    jika pihak-pihak yang saling bekerja sama memiliki tujuan dan pembagian kerja

    yang berbeda. Teori keagenan ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan

    yang dapat terjadi dalam hubungan keagenan, yaitu masalah keagenan yang

    timbul pada saat keinginan-keinginan prinsipal dan agen berlawanan dan

    merupakan suatu hal yang sulit atau mahal bagi prinsipal untuk melakukan

    verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu secara tepat (Eisenhardt, 1989).

    Konflik kepentingan yang disebabkan oleh kemungkinan bahwa agen tidak selalu

    bertindak sesuai dengan kepentingan prinsipal dapat memicu terjadinya biaya

    keagenan.

    Corporate governance merupakan elemen kunci dalam meningkatkan

    efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen

    perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya

    (OECD, 1999). Berkaitan dengan agency conflict, corporate governance

    diharapkan dapat berfungsi sebagai alat untuk memberikan keyakinan kepada para

    investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang diinvestasikan.

    Good corporate governance harus memberikan insentif yang tepat untuk dewan

    direksi dan manajemen dalam rangka mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan

    pada sisi kepentingan perusahaan dan para pemegang saham serta harus dapat

    memfasilitasi monitoring yang efektif, sehingga mendorong perusahaan untuk

    menggunakan sumber daya secara efisien (OECD, 1999).

    1.2 Kualitas Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan

    Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate

    governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai

    tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. Selain itu

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 10

    Johnson juga mendefinisi corporate governance sebagai keefektifan mekanisme

    yang bertujuan meminimisasi agency conflict, dengan penekanan khusus pada

    mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham

    minoritas.

    Beasly et al. (1996) menyatakan bahwa perusahaan yang menerapkan

    good corporate governance akan cenderung meningkat kinerjanya. Penelitian

    McKinsey seperti dikutip oleh Lukuhay (2002) dan Rafick (2002) membuktikan

    bahwa investor di negara–negara maju bersedia memberi premium yang cukup

    tinggi, mencapai sekitar 28%, kepada perusahaan yang menerapkan prinsip

    corporate governance dengan konsisten.

    Penerapan good corporate governance dipercaya dapat meningkatkan

    kinerja perusahaan. Pernyataan ini dapat ditemukan dalam berbagai codes of

    corporate governance hampir di semua negara. Sebagai contoh, Dey Report

    (1994) mengemukakan bahwa corporate governance yang efektif dalam jangka

    panjang dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan menguntungkan bagi

    pemegang saham. Peningkatan kinerja perusahaan tersebut tidak hanya untuk

    kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan publik.

    Kinerja perusahaan merupakan tingkat pencapaian prestasi perusahaan

    yang diukur dalam bentuk hasil kerja karyawan atau dengan kata lain prestasi

    yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan

    tingkat kesehatan perusahaan (Rue dan Byars, 1995). Kinerja berbasis akuntansi

    merupakan kinerja yang dilihat dari segi keuangan perusahaan, sehingga

    dikatakan bahwa corporate governance berpengaruh terhadap tingkat

    profitabilitas perusahaan. Salah satu kunci keberhasilan penerapan good corporate

    governance harus tercermin dari kinerja keuangan serta corporate wealth (Che

    Wei, 2004).

    Jinarat dan Quang (2003) menyatakan bahwa penerapan corporate

    governance tidak secara langsung berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    Penerapan corporate governance dapat berpengaruh terhadap kinerja apabila

    dalam penerapannya berhasil mencapai tahap good governance pada seluruh

    tingkat fungsional sehingga dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Keasey dan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 11

    Wright (1997) menyatakan bahwa kunci utama dibutuhkannya good corporate

    governance adalah sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja perusahaan melalui

    mekanisme supervisi atau pemantauan kinerja manajemen. Peningkatan kinerja

    merupakan upaya untuk memperkuat dan mempertegas pertanggungjawaban

    dewan komisaris dan tim manajemen kepada para pemegang saham dan pihak-

    pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan.

    Di dalam perusahaan, komite audit sangat berguna untuk menangani

    masalah-masalah yang membutuhkan integrasi dan koordinasi sehingga

    dimungkinkan permasalahan-permasalahan yang signifikan atau penting dapat

    segera teratasi (Tugiman, 1995 dalam Prakoso, 2002). Komite audit yang

    dibentuk sebagai sebuah komite khusus di perusahaan bermanfaat untuk

    mengoptimalkan fungsi pengawasan yang sebelumnya merupakan tanggung

    jawab penuh dari dewan komisaris. Komite audit mendorong terjadinya interaksi

    antara manajemen dengan auditor eksternal, termasuk mengenai estimasi

    akuntansi, penilaian terhadap manajemen, dan ketidaksepakatan antara

    manajemen dan auditor eksternal (SAS No. 90).

    Ukuran jumlah dewan komisaris yang optimal dapat meningkatkan kinerja

    perusahaan. Hal ini disebabkan komunikasi, koordinasi tugas, dan independensi

    yang efektif. Adanya komite audit akan memperbaiki kualitas pelaporan keuangan

    dan mengurangi manipulasi, sehingga proses akuntansi akan menghasilkan

    laporan keuangan yang berkualitas. Tetapi jumlah komite audit yang terlalu besar

    juga akan berdampak tidak baik bagi perusahaan, khususnya yang berhubungan

    dengan peningkatan kinerja perusahaan. Perusahaan dengan jumlah komite audit

    yang besar, tidak akan bekerja secara efektif dan fokus sebagaimana mestinya.

    Hal ini disebabkan karena banyaknya tugas yang terpecah diantara banyaknya

    anggota komite audit tersebut, sehingga akan berpengaruh pada penurunan kinerja

    perusahaan.

    Perbedaan pemahaman antara dewan komisaris dan komite audit yang

    disebabkan beberapa hal di atas mengakibatkan keduanya tidak dapat

    menjalankan fungsinya secara tepat. Komite audit dalam perusahaan tidak dapat

    melakanakan tugasnya secara optimal dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 12

    Sehingga hal ini dapat menyebabkan peran komite audit bertolak belakang dengan

    harapan perusahaan dalam meningkatkan kinerja perusahaan.

    Investor institusional dapat berperan dalam monitoring agen perusahaan.

    Investor ini dapat mempengaruhi jalannya perusahaan karena hak voting yang

    mereka miliki. Hak voting tersebut mampu mempengaruhi keputusan manajemen,

    seperti keputusan investasi. Bathala (1994) menyatakan bahwa kepemilikan

    saham oleh institusi merupakan salah satu monitoring penting yang dapat

    memainkan peranan aktif dan konsisten dalam melindungi investasi saham yang

    mereka pertaruhkan dalam perusahaan. Mekanisme monitoring tersebut akan

    menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Shleifer dan Vishny

    (1986) menyatakan bahwa dengan adanya konsentrasi kepemilikan, para

    pemegang saham besar seperti institutional investor akan dapat menjalankan

    monitoring terhadap tim manajemen secara lebih efektif, sehingga akan

    membatasi perilaku oportunistik yang dilakukan oleh manajer.

    Komisaris independen dapat digunakan untuk mengurangi agency conflict

    karena komisaris independen dapat mengkomunikasikan tujuan dan keinginan

    pemegang saham kepada para manajer. Munter dan Kren (1995) menyatakan

    bahwa keanggotaan eksternal board dapat mendorong terciptanya sistem

    manajemen yang jelas dan membatasi perilaku oportunistik manajer. Semakin

    meningkat komisaris independen, keputusan yang sejalan dengan kepentingan

    pemegang saham semakin meningkat (Weisbach, 1998).

    Dewan komisaris merupakan puncak dari sistem pengendalian pada

    perusahaan besar yang memiliki peran ganda, yaitu peran untuk memonitor dan

    sebagai pengesahan. Fama dan Jensen (1983) menyatakan bahwa pengendalian

    keputusan yang efektif merupakan fungsi positif dari rasio dewan komisaris

    eksternal dengan total keanggotaan dewan komisaris. Dewan komisaris harus

    memantau keefektifan praktik pengelolaan korporasi yang baik yang diterapkan

    perseroan. Proporsi dewan komisaris harus sedemikian rupa sehingga

    memungkinkan pengambilan keputusan yang efektif, tepat dan cepat serta dapat

    bertindak secara independen.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 13

    Dewan komisaris bertanggung jawab terhadap pengawasan dan pemberian

    saran kepada manajemen agar bertindak sesuai dengan kepentingan perusahaan

    dan pemegang saham (Daniri, 2005). Jumlah dewan komisaris disesuaikan dengan

    tingkat diversifikasi atau besarnya perusahaan (Yermack, 1996). Fama (1980)

    menyatakan bahwa keefektifan kinerja dewan komisaris merupakan kombinasi

    kinerja dewan yang berasal dari dalam dan dari luar perusahaan. Dewan komisaris

    eksternal akan menurunkan kemungkinan manajer berkolusi dengan dewan

    komisaris (Fama, 1980; Fama dan Jensen, 1983). Dewan komisaris internal akan

    memonitor aktivitas manajer secara lebih efektif karena lebih mengetahui kinerja

    perusahaan dari pengalaman sebelumnya (Fama, 1980).

    1.3 Kualitas Audit, Perspektif Keagenan, dan Kinerja Perusahaan

    Kualitas audit selain ditentukan oleh faktor tim audit juga ditentukan oleh

    pengalaman teknis dan pengalaman dalam industri, responsif terhadap kebutuhan

    klien, dan komunikasi yang baik dengan klien (Carcello et al., 1992). Dalam

    literatur agency dan contracting menyatakan bahwa semakin tinggi biaya

    keagenan (biaya konflik) maka semakin besar tuntutan terhadap kualitas audit

    yang lebih tinggi baik oleh manajer maupun pemegang saham (Watts dan

    Zimmerman, 1986). Dalam teori contracting, akuntansi berperan penting dalam

    pembuatan kontrak dan melakukan monitoring. Fungsi auditor adalah sebagai

    pihak yang memberikan kepastian terhadap kewajaran atas laporan keuangan yang

    merupakan cerminan dari kinerja perusahaan. Auditor berfungsi melaporkan

    pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, seperti

    pelanggaran kontrak utang oleh debitur.

    Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agen dan

    prinsipal membutuhkan adanya kehadiran pihak ketiga yang independen untuk

    menengahi konflik antara kedua pihak tersebut. Prosedur akuntansi berpengaruh

    terhadap nilai dan kinerja dan kompensasi manajer karena akuntansi merupakan

    bagian penting dari proses kontrak dan biaya keagenan. Auditor diharapkan

    memberikan pandangan yang independen tentang kewajaran laporan keuangan

    yang disajikan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 14

    Laporan auditor penting dalam suatu audit karena laporan

    menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan

    kesimpulan yang diperolehnya, maka auditor mempunyai tanggung jawab untuk

    menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha

    dalam mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga laporan audit

    mempengaruhi kinerja suatu perusahaan.

    Kualitas audit merupakan probabilitas error dan irregularities yang dapat

    dideteksi dan dilaporkan. Probabilitas pendeteksian dipengaruhi oleh isu yang

    mengarah pada audit yang dilakukan oleh auditor untuk menghasilkan

    pendapatnya. Auditor beroperasi dalam lingkungan yang berubah, ketika biaya

    keagenan tinggi, manajemen mungkin berkeinginan pada kualitas audit yang lebih

    tinggi untuk menambah kredibilitas laporan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi

    biaya pemonitoran. De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai

    probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya

    suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya.

    Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh Kantor Akuntan Publik

    (KAP) big four akan lebih berkualitas dibandingkan jika laporan keuangan diaudit

    oleh KAP non big four. KAP big four diyakini akan memberikan jasa audit yang

    lebih independen dan transparan dalam mengungkap misstatement yang disajikan

    dalam laporan keuangan perusahaan. KAP big four akan mempertahankan

    reputasinya sebagai perusahaan terbaik yang akan memberikan jasa yang

    berkualitas dengan tetap mempertahankan prinsip-prinsip dan standar akuntansi

    serta kode etik yang dimiliki. Laporan keuangan perusahaan yang diaudit oleh

    KAP big four akan lebih dipercaya oleh publik yang mengindikasikan bahwa

    laporan keuangan yang disajikan perusahaan mencerminkan kinerja perusahaan

    yang sebenarnya. Sehingga kualitas audit sangat menentukan kinerja dan faktor

    penting dalam mengungkap bagaimana kinerja perusahaan yang sebenarnya.

    1.4 Earnings Management dan Kinerja Perusahaan

    Manajemen laba merupakan suatu cara untuk menyajikan informasi laba kepada

    publik yang sudah disesuaikan dengan kepentingan perusahaan. Praktik

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 15

    manajemen laba terjadi apabila terdapat asimetri informasi antara pihak eksternal

    dengan pihak internal perusahaan. Praktik manajemen laba dapat dilakukan

    dengan banyak cara antara lain adalah melalui pemilihan suatu sekumpulan

    kebijakan akuntansi, melalui pengelolaan akrual dan dengan menggunakan debt

    equity swap. Manajemen laba yang dilakukan oleh para manajer diduga bertujuan

    untuk meningkatkan kinerja perusahaan maupun bertujuan untuk menurunkan

    kinerja perusahaan.

    Healy (1985) dalam Amanah (2002) menyatakan bahwa para manajer akan

    secara oportunis mengelola laba untuk memaksimalkan bonusnya apabila

    perusahaan telah merencanakan program bonus. Sehingga manajer dapat

    mengatur dan mengendalikan untuk menaikkan atau menurunkan laba untuk

    mencapai bonus.

    Alasan lain manajer melakukan manajemen laba adalah untuk memenuhi

    suatu perjanjian hutang jangka panjang yang bertujuan untuk melindungi

    peminjam dari tindakan para manajer. Zimmerman (1996) menyatakan bahwa

    angka-angka akuntansi dapat dipergunakan untuk mengendalikan perjanjian

    hutang dengan tujuan untuk membatasi keputusan investasi dan pendanaan yang

    dapat mengakibatkan menurunnya nilai perusahaan. Para manajer melakukan

    manajemen laba juga karena alasan pajak. Otoritas pajak memiliki kecenderungan

    untuk menekankan pada prosedur aktivitas yang digunakan untuk menghitung

    pajak pendapatan dan hal tersebut dapat mengurangi kesempatan perusahaan

    dalam memanipulasi keuntungan yang diperoleh perusahaan.

    Manajemen laba dapat diketahui dengan menggunakan berbagai metode

    yaitu perubahan metode akuntansi, pengelolaan akrual dan dengan menggunakan

    debt equity swap. Jones (1991) menyatakan bahwa manajemen laba dilakukan

    dengan menggunakan komponen discretionary accruals. Manajemen laba

    didasarkan pada teori akuntansi positif yang dalam hal ini manajer melakukan

    prediksi yang lebih baik dengan menggunakan metode akuntansi untuk

    menghasilkan suatu informasi yang sesuai dengan keinginan manajer untuk

    meminimumkan biaya perjanjian.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 16

    Motivasi praktik manajemen laba terdiri dari motivasi bonus, motivasi

    kontraktual lainnya, motivasi politik, motivasi pajak, pergantian chief executive

    officer, dan motivasi pasar modal. Healy dan Wahlen (1999) serta Scott (2001)

    menjelaskan bahwa praktik manajemen laba dilakukan oleh manajer karena

    motivasi di atas.

    Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi

    dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan

    sengaja untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig

    (1995) mendefinisikan manajemen laba sebagai tindakan seorang manajer dengan

    menyajikan laporan yang menaikkan (menurunkan) laba periode berjalan dari unit

    usaha yang menjadi tanggung jawabnya, tanpa menimbulkan kenaikan

    (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka panjang.

    Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika

    manajer menggunakan pertimbangan (judgement) dalam pelaporan keuangan dan

    penyusunan transaksi untuk mengubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk

    memanipulasi besaran (magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang

    kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak)

    yang tergantung pada angka-angka akuntansi yang dilaporkan.

    Manajemen laba dilakukan oleh manajer pada faktor-faktor fundamental

    perusahaan, yaitu dengan intervensi pada penyusunan laporan keuangan

    berdasarkan akuntansi akrual. Padahal kinerja fundamental perusahaan tersebut

    digunakan oleh pemodal untuk menilai prospek perusahaan, yang tercermin pada

    kinerja saham. Manajemen laba yang dilakukan manajer pada laporan keuangan

    tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan, yang selanjutnya akan

    mempengaruhi kinerja saham (Haris, 2004). Bryshaw dan Eldin (1989)

    menemukan bukti bahwa alasan manajemen melakukan manajemen laba adalah:

    (1) skema kompensasi manajemen yang dihubungkan dengan kinerja perusahaan

    yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan; serta (2) fluktuasi dalam

    kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti

    manajemen dengan pengambilalihan secara langsung.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 17

    Manajemen laba (earnings management) merupakan suatu fenomena yang

    terjadi dalam dunia akuntansi. Manajemen laba dapat diartikan sebagai tindakan

    manajer untuk meningkatkan (mengurangi) label yang dilaporkan saat ini atas

    suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan

    (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut.

    2. PENELITIAN SEBELUMNYA DAN PENGEMBANGAN

    HIPOTESIS

    2.1 Pengaruh Kualitas Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan

    Darmawan, Khomsiyah, Rahayu (2004) menyatakan bahwa terdapat hubungan

    negatif antara penerapan corporate governance dengan kinerja perusahaan. Hal

    ini disebabkan karena respon pasar terhadap implementasi corporate governance

    tidak secara langsung tetapi membutuhkan waktu. Silveira dan Barros (2007)

    menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara corporate

    governance quality dengan variabel nilai perusahaan. Chidambaran, Palia, and

    Zheng (2006) menyatakan bahwa governance yang lebih baik akan mengarah ke

    kinerja yang lebih baik. Perbedaan dalam kinerja perusahaan antara perusahaan

    dengan governance yang baik dan perusahaan dengan governance yang tidak baik

    menghadapi isolasi instansi corporate governance.

    Secara empiris, penelitian tentang keterkaitan corporate governance yang

    diterapkan dalam suatu perusahaan dengan kinerja perusahaan masih

    menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Beberapa penelitian menunjukkan tidak

    ada hubungan antara corporate governance dengan kinerja perusahaan, seperti

    Daily et al. (1998) dan hasil survei Deloitte dan Touche (1996) dalam penelitian

    Darmawan, Khomsiyah dan Rahayu (2004). Gombers et al. (2003) dalam

    penelitiannya menemukan adanya hubungan positif antara indeks corporate

    governance dengan kinerja perusahaan jangka panjang.

    Johnson et al. (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas

    corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham

    dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. La

    Porta et al. (1997) menunjukkan hasil bahwa variabel-variabel corporate

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 18

    governance lebih bisa menjelaskan variasi dari perubahan nilai tukar mata uang

    dan kinerja pasar modal.

    Black (2001) berargumen bahwa pengaruh praktik corporate governance

    terhadap kinerja perusahaan akan lebih kuat di negara berkembang dibanding di

    negara maju. Hasil tersebut dikarenakan oleh lebih bervariasinya praktik

    corporate governance di negara berkembang dibanding negara maju. Black et al.

    (2003) memberikan bukti bahwa corporate governance merupakan faktor penting

    dalam menjelaskan nilai perusahaan publik di Korea. Mitton (2002) menunjukkan

    bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan corporate governance mempunyai

    dampak yang kuat terhadap kinerja perusahaan selama periode krisis di Asia

    Timur (1997 sampai dengan 1998).

    Kepemilikan institusional merupakan pihak yang memonitor perusahaan.

    Shome dan Singh (1995), Allen dan Philips (2000) menyatakan bahwa kinerja

    keuangan perusahaan tergantung pada pembelian saham oleh kepemilikan saham

    pihak luar. Cai et al. (2001) membuktikan bahwa kinerja berhubungan negatif

    dengan kepemilikan saham institusional. Perusahaan yang memiliki jumlah

    kepemilikan institusional yang besar mengindikasikan kemampuannya untuk

    memonitor manajemen.

    Gunarsih (2002) dalam Hapsoro (2006) menyatakan bahwa di negara-

    negara yang sedang berkembang, kepemilikan institusional domestik dalam

    jumlah besar justru merepresentasikan kepentingan mereka sendiri dan

    mengorbankan kepentingan pemegang saham minoritas. Hasil penelitiannya

    menyebutkan bahwa kepemilikan perusahaan oleh institusi domestik berpengaruh

    negatif terhadap kinerja perusahaan. Semakin besar kepemilikan saham

    perusahaan oleh institusi domestik akan menurunkan kegiatan monitoring yang

    dilakukan oleh pemegang saham institusi domestik sehingga kinerja perusahaan

    akan semakin menurun. Berdasarkan argumen di atas, dapat dirumuskan hipotesis

    sebagai berikut:

    H1: Proporsi kepemilikan institusi domestik berpengaruh secara negatif

    terhadap kinerja perusahaan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 19

    Evans et al. (2002) dalam Setyapurnama (2005) menunjukkan bahwa

    proporsi komisaris independen berhubungan secara negatif terhadap kinerja

    perusahaan. Sedangkan Fuerst dan Kang (2001) menunjukkan adanya hubungan

    positif antara komisaris independen dengan kinerja perusahaan. Mayangsari

    (2003) membuktikan bahwa komisaris independen berpengaruh secara negatif

    terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini membuktikan bahwa komisaris

    independen tidak mempengaruhi kualitas laporan keuangan yang merupakan

    cerminan dari kinerja perusahaan. Fama dan Jensen (1983) serta Watts dan

    Zimmerman (1986) menyatakan bahwa semakin besar proporsi komisaris

    independen maka semakin efektif peranan komisaris independen di dalam

    melaksanakan fungsi monitoring terhadap perilaku oportunis manajemen. Perilaku

    oportunis manajemen yang dimonitor dengan baik oleh komisaris independen

    akan dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Berdasarkan argumen di atas, dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H2: Proporsi komisaris independen berpengaruh secara positif terhadap

    kinerja perusahaan.

    Mayangsari (2003) menemukan adanya hubungan negatif antara komite

    audit dengan integritas laporan keuangan yang merupakan cerminan dari kinerja

    perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan komite audit kurang efektif

    dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Coller dan Gregory (1990) menyatakan

    bahwa pembentukan komite audit berhubungan secara positif dengan

    meningkatnya diversifikasi saham yang dilakukan pemegang saham karena

    komite audit digunakan untuk meningkatkan kualitas informasi sehingga dapat

    meningkatkan kinerja perusahaan. Beasly (1996) menyatakan bahwa ekstensi dari

    keberadaan komite audit mengindikasikan tingginya kualitas pemonitoran

    terhadap perusahaan sehingga akan meminimalkan tindakan-tindakan manajemen

    untuk memanipulasi laporan keuangan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

    Mc Mullen (1996) membuktikan bahwa adanya komite audit memiliki

    konsekuensi pada laporan keuangan yaitu berkurangnya pengukuran akuntansi

    yang tidak tepat dan berkurangnya terjadi kecurangan manajemen dan tindakan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 20

    ilegal sehingga adanya komite audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja

    perusahaan. Berdasarkan argumen diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H3: Ukuran komite audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja

    perusahaan.

    Yermack (1996), Eisenberg et al. (1998), dan Belkhir (2004) dalam

    Hapsoro (2006) menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan peningkatan kinerja

    perusahaan apabila ukuran dewan komisaris meningkat. Kaplan dan Reishus

    (1990) membuktikan bahwa perusahaan dengan proporsi dewan komisaris yang

    lebih tinggi mempunyai kinerja yang lebih baik. Berdasarkan argumen di atas,

    dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H4: Proporsi dewan komisaris berpengaruh secara positif terhadap kinerja

    perusahaan.

    2.2 Pengaruh Kualitas Audit Terhadap Kinerja Perusahaan

    Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa auditor menawarkan

    berbagai tingkat kualitas audit untuk merespon adanya variasi permintaan klien

    terhadap kualitas audit (Watts dan Zimmerman, 1986). Teoh dan Wong (1993)

    menyatakan bahwa kualitas audit berhubungan positif dengan kualitas earnings,

    yang diukur dengan earnings response coefficient (ERC). Mereka menunjukkan

    bahwa kualitas audit yang diproksikan dengan brand name (big eight vs non big

    eight) berhubungan positif dengan ERC.

    Palmrose (1988) menunjukkan bahwa auditor yang berasal dari kantor

    akuntan non big eight lebih sering berhadapan dengan risiko litigasi dibandingkan

    auditor yang berasal dari kantor akuntan big eight. Lennox (1999) membuktikan

    bahwa auditor dari kantor akuntan big eight lebih akurat dibanding auditor dari

    kantor akuntan non big eight. Berarti bahwa kualitas audit mempengaruhi kinerja

    suatu perusahaan.

    De Angelo (1981) menunjukkan bahwa KAP yang besar akan berusaha

    untuk menyajikan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP yang

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 21

    kecil. Penelitian yang dilakukan oleh Mayangsari (2003) menguji pengaruh

    independensi dan kualitas audit terhadap integritas laporan keuangan. Hasil

    penelitian ini mendukung hipotesis bahwa spesialisasi auditor berpengaruh positif

    terhadap integritas laporan keuangan dan hal ini sangat menentukan kinerja

    perusahaan. Berdasarkan argumen di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai

    berikut:

    H5: Kualitas audit berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan.

    2.3 Pengaruh Earnings Management Terhadap Kinerja Perusahaan

    Jones (1991) menyatakan bahwa perusahaan domestik mendapatkan keuntungan

    atas proteksi dari melakukan manajemen laba pada tahun pertama sebelum

    dilakukannya investigasi. De Angelo et al. (1994) menggunakan metode akrual

    untuk mengetahui indikasi dilakukannya manajemen laba. Dalam penelitian ini

    ditunjukkan bahwa akrual bernilai negatif lebih besar daripada perusahaan

    kontrol. Penurunan laba merefleksikan keputusan ekonomi secara riil oleh

    perusahaan dalam merespon kegagalan perusahaan meskipun terdapat tekanan

    atas pembayaran dividen, hal ini mengakibatkan kinerja perusahaan semakin

    buruk (De Angelo et al., 1994).

    Defond dan Jiambalvo (1994) menyatakan bahwa perjanjian hutang yang

    difokuskan pada abnormal return sebagai ukuran manipulasi laba mempunyai

    potensi untuk menyatakan strategi manipulasi yang sangat halus sehubungan

    dengan pengakuan revenue dan expense. Sweeney (1994) membuktikan bahwa

    manajer yang memiliki fleksibilitas, sehingga dalam memilih prosedur akuntansi

    dan menanggung biaya kegagalan cenderung untuk melakukan perubahan

    prosedur akuntansi yang dapat meningkatkan laba daripada perusahaan yang tidak

    memiliki fleksibilitas prosedur akuntansi diyakini mampu meningkatkan kinerja

    perusahaan (Subramanyam, 1996). Berdasarkan argumen di atas, dapat

    dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

    H6: Earnings management berpengaruh secara positif terhadap kinerja

    perusahaan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 22

    3. METODE PENELITIAN

    1. SAMPEL DAN DATA

    Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik yang terdaftar di Bursa

    Efek Jakarta. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang

    terdaftar di Bursa Efek Jakarta sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2006 yang

    dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Dengan metode

    tersebut sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria

    pemilihan sampel yang ditentukan. Sampel dipilih atas dasar kriteria sebagai

    berikut:

    1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.

    2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada

    tanggal 31 Desember 2003 sampai dengan 31 Desember 2006.

    3. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tidak melakukan transaksi

    akuisisi dan merger sejak 31 Desember 2003 sampai dengan 31 Desember

    2006.

    Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

    tersebut diperoleh dari Jakarta Stock Exchange data base dan Indonesian Capital

    Market Directory serta Indonesian Securities Market Data base tahun 2003,

    2004, 2005 dan 2006.

    2. MODEL EMPIRIS

    2.1 Variabel Penelitian

    1. Variabel dependen: Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja

    perusahaan.

    2. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

    1. Kepemilikan institusi domestik (INSTD)

    Kepemilikan institusional merupakan salah satu proksi dari corporate

    governance. Variabel ini diukur dengan cara membagi besarnya saham

    yang dimiliki oleh institusi domestik dibagi dengan total saham yang

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 23

    beredar. Besarnya saham yang dimiliki oleh institusi domestik diperoleh

    dari catatan laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini menguji

    pengaruh kepemilikan institusi domestik terhadap kinerja perusahaan.

    Hasil pengujian diharapkan menghasilkan tanda koefisien negatif, yang

    artinya semakin besar saham perusahaan dimiliki oleh institusi domestik

    semakin buruk kinerja perusahaan.

    2. Komisaris independen (KIND)

    Variabel ini merupakan proporsi jumlah komisaris independen yang

    dimiliki perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh komisaris

    independen terhadap kinerja perusahaan. Hasil pengujian diharapkan

    menghasilkan tanda koefisien positif, yang artinya semakin besar

    proporsi komisaris independen semakin baik kinerja perusahaan.

    3. Komite audit (KAUD)

    Komite audit merupakan komite bentukan komisaris yang diwajibkan

    dibentuk dalam pedoman corporate governance. Pengukuran komite

    audit dilakukan dengan menghitung jumlah komite audit dalam

    perusahaan. Penelitian ini menguji pengaruh komite audit terhadap

    kinerja perusahaan. Hasil pengujian yang diharapkan terdapat tanda

    koefisien negatif, yang artinya jika semakin kecil jumlah komite audit

    dalam perusahaan, semakin baik kinerja perusahaan.

    4. Dewan komisaris

    Ukuran dewan komisaris diukur dengan banyaknya proporsi antara

    dewan komisaris terhadap total jumlah dewan direksi dan dewan

    komisaris. Dalam penelitian ini dewan komisaris diharapkan

    berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

    5. Kualitas audit (KUA)

    Kualitas audit diukur menggunakan kantor akuntan big four dan kantor

    akuntan non big four dimana laporan keuangan yang diaudit oleh kantor

    akuntan big four lebih berkualitas. Variabel ini diukur dengan

    menggunakan variabel dummy, 0 jika auditor berasal dari kantor akuntan

    non big four, dan 1 jika auditor berasal dari kantor akuntan big four.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 24

    Kualitas audit dalam penelitian ini diharapkan berpengaruh positif

    terhadap kinerja perusahaan.

    6. Earnings management (DISCRET)

    Earnings management diukur dengan menggunakan variabel dummy, 1

    jika perusahaan memiliki discretionary accruals positif dan 0 jika

    perusahaan memiliki discretionary negatif. Earnings management dalam

    penelitian ini diharapkan berpengaruh positif terhadap kinerja

    perusahaan.

    Langkah-langkah mengukur manajemen laba:

    1. Menghitung total accruals dengan menggunakan rumus sebagai

    berikut:

    TAit = (∆CAit - ∆Cashit - ∆CLit – Depit)

    2. Menghitung alpha dan beta hasil estimasi dengan menggunakan

    rumus sebagai berikut:

    TAit/Ait-1 = αit/Ait-1 + β1PPEit/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1

    3. Menghitung nilai ekspektasi akrual (nondiscretionary accruals)

    dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    NDAit = α(1/Ait-1) + β1(PPEit)/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1

    4. Yang terakhir menghitung discretionary accruals dengan

    menggunakan rumus sebagai berikut:

    DA/Ait = TAit/Ait-1 – [α(1/Ait-1) + β1(PPEit)/Ait-1 + β2(∆REVit)/Ait-1]

    Keterangan:

    Tait: Total accruals perusahaan i pada periode ke t.

    ∆Cait: Perubahan aktiva lancar perusahaan i pada periode

    ke t.

    ∆Cashit: Perubahan kas perusahaan i pada periode ke t.

    ∆Clit: Perubahan hutang lancar perusahaan i pada periode

    ke t.

    Depit: Biaya depresiasi perusahaan i pada periode ke t.

    TAit/Ait-1: Total accruals yang diskalakan dengan total assets.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 25

    αit/Ait-1: Alpha yang diskalakan dengan total assets.

    PPEit/Ait-1: Property, plant dan equipment yang diskalakan

    dengan total assets.

    (∆REVit)/Ait-1 Perubahan revenue yang diskalakan dengan total

    assets.

    NDAit: Nondiscretionary accruals perusahaan i pada

    periode ke t.

    DA/Ait: Discretionary accruals perusahaan i pada periode

    ke t.

    Dengan perhitungan di atas maka dapat diketahui apakah manajer

    melakukan praktik manajemen laba atau tidak dengan menggunakan

    indikator bahwa apabila suatu perusahaan melakukan manajemen laba

    maka nilai discretionary accruals perusahaan tersebut adalah positif.

    3. Variable kontrol dalam penelitian ini adalah:

    1. Firm size (LnAssets)

    Ukuran perusahaan disini diukur dengan menggunakan logaritma natural

    dari total asset (LnASSETS) yang dimiliki perusahaan.

    2. Leverage (DER)

    DER = Total Debt

    Total Equity

    2.2 Metode Analisis Data

    Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multiple

    regression dengan bantuan program statistik SPSS for windows release 13. Pada

    analisis ini semua variabel independen diregres terhadap variabel dependen

    sehingga diperoleh koefisien regresi yang layak sebagai regresor berdasarkan

    nilai t.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 26

    2.3 Model Penelitian

    FirmPerform it = a0 + a1INSTDit + a2KINDit + a3KAUDit + a4DKOMit + a5KUAit

    + a6DISCRET + a7LnASSit + a8DERit + ε

    FirmPerform: Kinerja perusahaan, yang diukur dengan menggunakan Tobin’s

    Q yang dihitung dengan rumus:

    Harga pasar saham biasa + Harga pasar saham preferen + Nilai buku hutang

    Aset bersih perusahaan

    2.4 Kerangka Penelitian

    Gambar 3.1

    Kerangka Penelitian

    2.5 Uji Asumsi Klasik

    Terdapat empat asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum dilakukan regresi

    terhadap model persamaan di atas, yaitu: multikolinearitas, autokorelasi,

    heteroskedastisitas, dan normalitas.

    Discretionary Accruals Earnings

    Management

    Variabel Kontrol:

    - Firm Size

    - Leverage

    - Proporsi Kepemilikan Institusi Domestik

    - Proporsi Komisaris Independen

    - Ukuran Komite Audit

    - Ukuran Dewan Komisaris

    - Kantor Akuntan Big Four

    dan non Big Four

    Kualitas

    Corporate

    Governance

    Kualitas

    Audit

    Kinerja

    Perusahaan

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 27

    4. ANALISIS HASIL PENELITIAN

    1. DESKRIPSI DATA

    Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini yang sesuai

    dengan kriteria yang telah ditentukan adalah 108 perusahaan setiap tahunnya.

    Penelitian ini menggunakan periode pengamatan tahun 2003 sampai dengan 2006,

    sehingga total sampel berjumlah 432. Gambaran umum mengenai data penelitian,

    dapat dilihat dari statistik deskriptif pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1

    Descriptive Statistics

    432 .0013 7.3833 .693694 .7579380

    432 .0000 .9800 .412062 .2868538

    432 .0000 1.0000 .272947 .1856428

    432 .0000 5.0000 .974537 1.4375797

    432 .2222 .7143 .464719 .0902352

    432 .0000 1.0000 .543981 .4986393

    432 .0000 1.0000 .777778 .4162217

    432 23.2225 31.6902 27.280931 1.5287569

    432 -4386.72 1114097 2569.184 53603.49841

    432

    FirmPerform

    INSTD

    KIND

    KAUD

    DKOM

    KUA

    DISCRET

    LnASSETS

    DER

    Valid N (lis twise)

    N Minimum Maximum Mean Std. Deviat ion

    Hasil output tersebut menunjukkan bahwa dari 432 sampel, variabel

    FirmPerform yang diproksikan dengan Tobin’s q memiliki nilai rata-rata sebesar

    69,37% dengan deviasi standar sebesar 75,79%. Deviasi standar yang cukup besar

    ini menunjukkan banyaknya variance yang cukup besar, dari FirmPerform

    terkecil (0,13%) sampai dengan FirmPerform terbesar (738.33%).

    Variabel INSTD merupakan kepemilikan institusi domestik sebagai salah

    satu proksi dari kualitas corporate governance mempunyai nilai rata-rata sebesar

    41,21% dengan deviasi standar sebesar 28,69%. Variabel KIND merupakan

    komisaris independen juga merupakan salah satu proksi dari kualitas corporate

    governance mempunyai nilai rata-rata sebesar 27,29% dengan deviasi standar

    sebesar 18,56%. Variabel KAUD adalah ukuran komite audit merupakan jumlah

    komite audit sebagai proksi dari kualitas corporate governance yang mempunyai

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 28

    nilai rata-rata sebesar 97,45% dengan standar deviasi 143,76%. Variabel DKOM

    adalah proporsi dewan komisaris yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 46,47%

    dengan deviasi standar sebesar 9,02%.

    Variabel KUA adalah proksi dari kualitas audit yang merupakan variabel

    dummy, yaitu KAP big four atau non big four yang mempunyai nilai rata-rata

    sebesar 54,40% dengan deviasi standar sebesar 49,86%. Dari 432 sampel yang

    diteliti, ada 234 sampel yang laporan keuangannya diaudit oleh KAP big four.

    Variabel DISCRET adalah discretionary accrual yang merupakan proksi

    dari earnings management yang merupakan variabel dummy, yaitu discretionary

    accrual positif dan negatif yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 77,78% dengan

    deviasi standar sebesar 41,62%. Dari 432 sampel yang diteliti, ada 336 sampel

    yang memiliki discretionary accrual positif.

    Variabel LnASSETS dan DER merupakan variabel kontrol. Variabel

    LnASSETS adalah logaritma natural dari total assets yang mempunyai nilai rata-

    rata sebesar 2728,09% dengan deviasi standar sebesar 152,88%. Variabel DER

    adalah leverage yang mempunyai nilai rata-rata sebesar 256918,4% dengan

    standar deviasi sebesar 5360349,84%.

    2. ASUMSI-ASUMSI MODEL

    2.1 Uji Normalitas

    Gambar 4.1

    Kurva Normalitas

    1086420-2

    Regression Standardized Residual

    150

    100

    50

    0

    Fre

    qu

    en

    cy

    Mean = -9.98E-16Std. Dev. = 0.991N = 432

    Dependent Variable: FirmPerform

    Histogram

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 29

    Hasil output tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam

    penelitian ini berdistribusi normal. Hal ini terlihat pada kurva distribusi di atas.

    Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah berdistribusi normal.

    2.2 Uji Multikolinearitas

    Tabel 4.2

    Uji Multikolinearitas

    Coefficientsa

    .907 1.102

    .975 1.026

    .949 1.054

    .957 1.045

    .839 1.192

    .959 1.042

    .912 1.096

    .972 1.028

    INSTD

    KIND

    KAUD

    DKOM

    KUA

    DISCRET

    LnASSETS

    DER

    Model

    1

    Tolerance VIF

    Collinearity Statistics

    Dependent Variable: FirmPerforma.

    Dari SPSS output tersebut, dapat disimpulkan bahwa model regresi

    tersebut bebas multikolinearitas. Hal ini ditunjukkan dengan semua variabel

    independen yang mempunyai tolerance value di atas 0,10 atau nilai VIF di bawah

    10.

    2.3 Uji Autokorelasi

    Tabel 4.3

    Uji Autokorelasi

    Model Summaryb

    .260a .068 .050 .7387588 1.988

    Model

    1

    R R Square

    Adjusted

    R Square

    Std. Error of

    the Estimate

    Durbin-

    Watson

    Predic tors: (Constant), DER, KIND, DISCRET, INSTD, DKOM, KAUD,

    LnASSETS, KUA

    a.

    Dependent Variable: FirmPerformb.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 30

    Berdasarkan hasil olahan SPSS tersebut, nilai DW 1,988 berada pada batas

    du (1,66) dan 4du (2,34) (Wardhani dan Algifari, 2007). Hal ini menunjukkkan

    bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi yang digunakan dalam

    penelitian ini.

    2.4 Uji Heteroskedastisitas

    Tabel 4.4

    Uji Glejser

    Coefficientsa

    4.159 2.771 1.501 .134

    .926 .535 .087 1.731 .084

    .760 .798 .046 .953 .341

    -.183 .104 -.086 -1.753 .080

    -.007 1.656 .000 -.004 .997

    -.350 .320 -.057 -1.094 .274

    -.497 .359 -.068 -1.385 .167

    -.127 .100 -.063 -1.265 .206

    4.88E-007 .000 .009 .177 .860

    (Constant)

    INSTD

    KIND

    KAUD

    DKOM

    KUA

    DISCRET

    LnASSETS

    DER

    Model

    1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: e2a.

    Hasil pengujian Glejser menunjukkan tidak terdapat masalah

    heteroskedastisitas. Hal ini terbukti karena semua koefisien regresi estimasi tidak

    signifikan (>0,05). Ini berarti bahwa semua variabel independen tidak

    berpengaruh signifikan terhadap error. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam

    persamaan regresi estimasi tidak terdapat masalah heteroskedastisitas.

    3. HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS

    Persamaan multiple regression dari hasil pengujian dinyatakan sebagai berikut:

    FirmPerform = 0,527 + 0,269INSTD + 0,183KIND – 0,067KAUD +

    0,189DKOM – 0,189KUA – 0,185DISCRET +

    0,008LnASSETS – 0,000000082DER + ε

    Persamaan tersebut diperoleh dari hasil output SPSS pengujian multiple

    regression sebagai berikut:

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 31

    Tabel 4.5

    Uji Hipotesis

    Coefficientsa

    .527 .674 .781 .435

    .269 .130 .102 2.069 .039

    .183 .194 .045 .941 .347

    -.067 .025 -.128 -2.651 .008

    .189 .403 .022 .469 .639

    -.189 .078 -.124 -2.421 .016

    -.185 .087 -.102 -2.120 .035

    .008 .024 .017 .347 .729

    -8.2E-008 .000 -.006 -.122 .903

    (Constant)

    INSTD

    KIND

    KAUD

    DKOM

    KUA

    DISCRET

    LnASSETS

    DER

    Model

    1

    B Std. Error

    Unstandardized

    Coefficients

    Beta

    Standardized

    Coefficients

    t Sig.

    Dependent Variable: FirmPerforma.

    Pengujian terhadap hipotesis pertama (H1) menunjukkan hasil yang secara

    statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar

    0,039 (0,05). Berdasarkan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa

    proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    Sehingga hasil pengujian ini menolak H2. Hasil pengujian hipotesis kedua ini

    menunjukkan bahwa besarnya proporsi komisaris independen tidak

    mempengaruhi kinerja perusahaan. Kenaikan dan penurunan kinerja perusahaan

    lebih dipengaruhi oleh faktor lain selain proporsi komisaris independen.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 32

    Pengujian terhadap hipotesis ketiga (H3) menunjukkan hasil yang secara

    statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar

    0,008 (0,05). Berdasarkan bukti tersebut dapat disimpulkan bahwa

    proporsi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    Penelitian ini menolak H4. Hal ini menunjukkan bahwa naik turunnya kinerja

    perusahaan tidak dipengaruhi oleh proporsi dewan komisaris, tetapi kinerja

    perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang lebih dominan.

    Pengujian terhadap hipotesis kelima (H5) menunjukkan hasil yang secara

    statistik signifikan pada α = 0,05, ditunjukkan dengan angka signifikansi sebesar

    0,013 (

  • 33

    0,035 (

  • 34

    laporan keuangan selama empat tahun (2003-2006). Ini merupakan salah satu

    keterbatasan, karena jika digunakan waktu pengamatan yang lebih panjang akan

    lebih mencerminkan keadaan yang mendekati kenyataan, Penggunaan variabel

    kepemilikan institusi domestik, komisaris independen, dewan komisaris, dan

    komite audit hanya memenuhi beberapa elemen penting dalam corporate

    goverance.

    3. KONTRIBUSI DAN IMPLIKASI PENELITIAN SELANJUTNYA

    Penelitian ini memberi beberapa kontribusi, antara lain: Sebagai bahan masukan

    bagi perusahaan dan pihak investor untuk mempertimbangkan kualitas corporate

    governance, kualitas audit, dan earnings management untuk meningkatkan kinerja

    perusahaan, Menambah literatur mengenai penelitian terhadap kualitas corporate

    governance, kualitas audit, dan earnings management yang saat ini belum banyak

    dilakukan, dan memberi bukti bahwa kualitas corporate governance, kualitas

    audit, dan earnings management berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    Implikasi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya adalah:

    Jumlah sampel dapat diambil dengan periode pengamatan yang lebih panjang,

    Penelitian selanjutnya dapat mengambil sampel dari industri yang berbeda,

    Penelitian selanjutnya dapat memasukkan semua elemen corporate governance,

    Penelitian selanjutnya dapat mengembangkan penelitian ini dengan menambahkan

    beberapa variabel yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

  • 35

    DAFTAR PUSTAKA

    Beasley, M. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between the Board

    of Director Composition and Financial Statements Fraud. Accounting

    Review 71: 443-465.

    Black, Bernard S. 2001. The Corporate Governance Behavior and Market

    Value of Russian Firms. Emerging Markets Review, Vol.2.hal: 89-108.

    Black, Bernard S; H.Jang; dan W.Kim. 2003. Does Corporate Governance

    Affect Firm Value? Evidence From Korea. http://papers.ssrn.com.

    Brickley, J., dan James, C. 1987. The Takeover Market, Corporate Board

    Composition and Ownership Structure: The Case of Banking. Journal

    of Law and Economies, 30: 161-180.

    Cai, F., Kaul, G, dan Lu, Z. 2001. Institutional Trading and Stock Returns

    Working Paper, University of Michigan.

    Carcello, J.V., R.H. Hermanson dan N.T. McGrath. 1992. Audit Quality

    Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Preperens, and Financial

    Statement User. Auditing: A Journal of Practice & Theory II (Spring):

    1-15.

    Cotter, Julie dan Mark Silvester. 2003. Board and Monitoring Committee

    Independent.ABACUS 39: 211-232.

    Dalton, D.R.; J.L. Johnson; dan A.E.Ellstrand. 1999. Number of Directors and

    Financial Performance: A Meta-Analysis. Academy of Management

    Journal, Vol. 42. No. 6, hal: 674-686.

    Darmawan, Deni; Khomsiyah; dan Rahayu, Rika G. 2004. Hubungan

    Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Jurnal Riset Akuntansi

    Indonesia, Vol. 8, No. 1, hal: 65-81.

    Eisenhardt, Kathleen M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review.

    Academy of Management Review, Vol. 14. No. 1, pp: 57-74.

    Evans, John, Robert Evans dan Serena Loh. 2002. Corporate Governance and

    Declining Firm Performance. International Journal of Business Studies

    (June): 1-18.

    Fama, Eugene F. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm.

    Journal of Political Economics. 88, No. 2 (April), hal: 288-307.

    Fuerst, Oren dan Sok-Hyong Kang. 2004. Corporate Governance, Expected

    Operating Performance, and Pricing. Corporate Ownership and

    Control (Winter): 13-30.

    FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Jilid 1. FCGI.

    Edisi 3.

    FCGI. 2001. Peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam Pelaksanaan

    Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan). Jilid II. FCGI. Edisi

    2.

    Gompers, P. A., J. L. Ishii, dan A. Metrick. 2003. Corporate Governance and

    equity prices. Quarterly Journal of Accounting Research, Vol(118):

    107-155.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    http://papers.ssrn.com/

  • 36

    Hapsoro, Dody. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Transparansi dan

    Konsekuensi Ekonomis: Studi Empiris di Pasar Modal Indonesia.

    Disertasi Doktor UGM, 2006.

    Hermalin, Benjamine dan Michael S. Welsbach. 2003. Board of Director as an

    Endogenously Determined Institution: A Survey of the Economic

    Literatur. Economic Policy Review (April): 7-26.

    IKAI. 2004. Efektifitas Mekanisme Oversight oleh Komisaris dan Komite

    Audit dalam Struktur Governance di Indonesia. www.google.com.

    Jensen, M.C. 1993. The Modem Industrial Revolution, Exit and Failure of

    Internal Control System. Journal of Finance, 48: 831-880.

    Jensen, Michael C, dan W.H. Meckling. 1976. Theory of The Firm:

    Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal

    of Financial Economics 3. hal. 305-360.

    Jinarat, V. dan Quang, T. 2003. The Impact of Good Governance on

    Organization Performance After The Asian Crisis in Thailand. Asia

    Pacific Business Review, Vol(21): 21-42.

    Johnson, S., Boone, P., Breach., dan Friedman, E. 2000. Corporate

    Governance in Asian Financial Crisis. Journal of Financial

    Economies, Vol(58): 141-186.

    Keasey, K. dan Wright, M. 1977. Corporate Governance, Accountability and

    Enterprise. Singapore: John Wiley and Son. 1-21.

    Klapper, Leora F. and I. Love. 2002. Corporate Governance, Investor

    Protection, and Performance in Emerging Markets. World Bank

    Working Paper. http://ssrn.com.

    Lennox, Clive S. 2002. Audit Quality and Auditor Switching. Working Paper,

    University of Bristol.

    Lukuhay, Jos. 2002. Tata Pamong dan Nilai Perusahaan. Warta Ekonomi,

    No.21/XIV/2 September.

    Mayangsari, Sekar. 2003. Analisis Pengaruh Independensi, Kualitas Audit,

    serta Mekanisme Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan

    Keuangan. Simposium Nasional Akuntansi VI.

    Mehran, H., dan Cole, R.A. 1998. The Effect of Changes in Ownership

    Structure on Performance: Evidence From The Thrift Industry. Journal

    of Financial Economics 50,p: 291-317.

    Mitton, T. 2002. A Cross-Firm Analysis of The Impact of Corporate

    Governance on The East Asian Financial Crisis. Journal of Financial

    Economics.

    Morck, R., Shleifer, A dan Vishny, R.W. 1988. Management Ownership and

    Market Valuation: An Empirical Analysis. Journal of Financial

    Economics, Vol. 20.

    N. K. Chidambaran, Darius Palia, Yudan Zheng. 2006. Does Better Corporate

    Governance “Cause” Better Firm Performance?. Journal of

    Economics. http://ssrn.com.

    OECD. 1999. OECD Principles of Corporate Governance.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    http://www.google.com/http://ssrn.com/http://ssrn.com/

  • 37

    Palmrose, Z. 1984. The Demand for Differentiated Audit Services in an

    Agency Cost Setting. An Empirical Examination Symposium, Illinois.

    Pearce, J., dan Zahra, S. 1992. Board Composition From a Strategic

    Contingency Perspective. Journal of Management Studies, 29: 411-

    438.

    Pfeffer, J. 1973. Size Composition and Functions of Hospital Boards of

    Directory: A study of Organization Environment Linkage.

    Administrative Science Quarterly, 18: 349-364.

    Rafick, Ishack. 2002. Menggugat Fungsi Komisaris Independen. SWA,

    No.15/XVII/15 Juli-7 Agustus.

    Setyapurnama, Raden Yudi Santara. 2005. Pengaruh Corporate Governance

    dan Kualitas Audit Terhadap Peringkat dan Yield Obligasi. Tesis

    Magister Sains UGM, 2005.

    Shivdasani, A. 1993. Board Composition, Ownership Structure, and Hostile

    Takeovers. Journal of Accounting and Economics 16.hal: 167-198.

    Shleiver, A. dan R. W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance.

    Journal of Finance 52.

    Silveira dan Barros. 2007. Corporate Governance Quality and Firm Value in

    Brazil. http://ssrn.com.

    Shaw, M.E. 1981. Group Dynamics: The Psychology of Small Group

    Behavior. Mc Grawhill, New York.

    Shome, D., dan Singh, S. 1995. Firm Value and External Block Holdings.

    Financial Management, 24: 3-14.

    Subramanyam, K.R. 1996. The ricing of Discretionary Accruals. Journal of

    Accounting and Ekonomics 22, hal:249-281

    Teoh, Siew Hong dan T.J.Wong. 1993. Perceived Auditor Quality and The

    Earnings Response Coefficient. The Accounting Review: 346-366.

    Turley, Stuart dan Mahbub Zaman. 2004. The Corporate Governance Effect of

    Audit Committees. Journal of Management and Governance: 305-332.

    Warfield, T., J.J. Wild, dan K. Wild. 1995. Managerial Ownership Accounting

    Choice, and Informativeness of Earnings. Journal of Accounting and

    Economics 20: 61-91.

    Weisbach, M. 1988. Outside Directory and CEO Turnover. Journal of

    Financial Economies, 20: 431-460.

    Wardhani, Shita Lusi dan Algifari. 2007. Teknik Proyeksi Untuk Bisnis dan

    Ekonomi. BPFE Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta.

    Watts, Ross L. dan Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory.

    Prentice Hall International Inc.

    Yermarck, D. 1996. Higher Market Valuation of a Company With a Small

    Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, pp: 185-221.

    Zhuang, Jushing, David Edwards, David Web, Ma. Virginita A. Capulong.

    2000. Corporate Governance and Finance in East Asia- a Study of

    Indonesia, Republic of Korea, Malaysia, Philippines, and Thailand.

    Asia Development Bank. Manila.

    PLAGIASI MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

    repository.stieykpn.ac.id

    http://ssrn.com/