Plagiarism Checker X - Report - STTIND
Transcript of Plagiarism Checker X - Report - STTIND
Plagiarism Checker X - ReportOriginality Assessment
Overall Similarity: 7%Date: Jan 30, 2021
Statistics: 580 words Plagiarized / 7984 Total wordsRemarks: Low similarity detected, check your supervisor if changes are required.
TUGAS AKHIR EFEKTIVITAS PEMANFAATAN ARANG LIDI AIR (Typha angustifolia) DALAM
MENURUNKAN KADAR TIMBAL (Pb) PADA LIMBAH CAIR BENGKEL Diajukan Kepada
Sekolah Tinggi Teknologi Industri (STTIND) Padang Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Disusun Oleh: ZUHAIRA 1910024428018 YAYASAN
MUHAMMAD YAMIN SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG PROGRAM STUDI
TEKNIK LINGKUNGAN 2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah bagian
dari kehidupan dipermukaan bumi, baik itu air tanah maupun air permukaan. Air tanah
dapat diperoleh dari upaya pengeboran seperti sumur, sementara air permukaan dapat
diperoleh dari danau, waduk, dan sungai. Sungai menjadi sumber daya alam yang memiliki
peranan penting seperti bagi manusia. (Bebi, 2019) Hal inilah yang menyebabkan kita harus
menjaga agar air dipermukaan bumi tidak tercemar. Meningkatnya kegiatan masyarakat
mengakibatkan semakin bertambahnya kebutuhan terhadap kendaraan bermotor.
Kebutuhan terhadap kendaraan bermotor mengakibatkan bertambahnya bengkel sebagai
tempat untuk perbaikan serta perawatan kendaraan bermotor tersebut.Bengkel sangat
identik dengan kotor dan kumuh, karena setiap hari menghasilkan limbah yang
mengganggu kesehatan, dan masih saja dibuang tidak berdasarkan ketentuannya. (Erpina,
2015) Pada kegiatan perbengkelan, terdapat dua jenis yaitu limbah padat dan limbah cair,
dimana limbah bengkel ini dikelompokkan sebagai limbah beracun dan berbahaya. Limbah
beracun dan berbahaya yang padat dihasikan dari kegiatan usaha perbengkelan ini seperti
skrup, potongan logam, lap kain yang terkontaminasi oleh pelumas bekas maupun pelarut
bekas, sementara untuk limbah beracun dan berbahaya yang cair dihasilkan dari oli bekas,
pelarut atau pembersih, H2SO4 dari aki bekas menyebabkan terjadinya pencemaran
lingkungan karena mengandung kadar timbal yang tinggi (Mukhlishoh, 2012) Timbal telah
digunakan sebagai bahan aktif dalam bensin. Untuk meningkatkan nilai oktan pada bensin
serta dimanfaatkan untuk pelumas dudukan katup kendaraan bermotor, dimana timbal
yang digunakan ini adalah dalam bentuk Tetra Etil Lead (TEL). Dampak timbal ini bagi
kesehatan sangat berbahaya karena lama-kelamaan akan terkumpul dan menumpuk pada
tubuh dan dapat meracuni jaringan syaraf. Keracunan dapat melalui jalur oral, melalui
makanan, minuman, pernafasan, lewat kulit, serta lewat mata. (Erpina, 2015) Salah satu
bengkel “X” di Payakumbuh telah dilakukan pengujian terhadap limbah cair bengkel
tersebut dan ternyata memiliki kandungan timbal sebesar 0.80 mg/L (UPTD Laboratorium
Padang Panjang, 2021). Apabila limbah tersebut langsung dibuang ke badan air, maka akan
dapat mencemari badan perairan, karena melampaui nilai ambang batas baku mutu sesuai
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2014 yaitu logam timbal yang diizinkan
hanya sebesar 0.1 mg/L. Hal ini begitu dicemaskan masyarakat sekitar, karena bengkel
tersebut berada pada lingkungan padat penduduk. Masyarakat memikirkan efek jangka
panjang yang disebabkan oleh limbah yang dibuang langsung ke lingkungan sehingga
membuat pengaduan kepada Dinas Lingkungan Hidup Kota Payakumbuh. Efek yang sudah
dirasakan langsung oleh pemilik bengkel ini adalah bau yang cukup menyengat dari sisa
buangan yang mereka hasilkan, sakit kepala, serta gatal-gatal (iritasi kulit) yang begitu
mengganggu aktifitas. Banyak metode yang dilakukan untuk penurunan logam berat dari
sisa hasil buangan kegiatan bengkel ini. Baik secara kimia maupun biologi telah dilakukan
untuk menurunkan kandungan logam berat yang ada di dalam limbah diantaranya dengan
metode adsorpsi, pertukaran ion (ion exchange), pemisahan dengan membran, maupun
reduksi elektrolitik. Metode adsorpsi lebih dipilih untuk digunakan dalam industri karena
memiliki beberapa kelebihan yaitu lebih efektif, ekonomis dan juga tidak mengakibatkan
efek samping yang beracun. (Wardalia, 2016) Adsorpsi merupakan suatu metode yang
hanya terjadi pada permukaan saja dengan mempergunakan kemampuan zat padat untuk
meyerap suatu zat. Adsorpsi ini memiliki adsorben (zat penyerap) dan adsorbat (zat
terserap). Sementara itu, untuk adsorben sendiri ada beberapa yang telah banyak
digunakan diantaranya silica gel, karbon aktif, molecular sieve zeolites, alumina teraktivasi,
dan polimer sintetis atau resin. Kemampuan permukaan dari adsorben tersebut dapat
ditingkatkan dengan melakukan proses aktivasi. (Tandjaya dkk, 2006) Alternatif
penggunaan adsorben yang bersumber dari alam telah banyak dilakukan.Telah dilakukan
penelitian oleh Chungfang, dkk (2017) terhadap kelebihan dari tanaman typha angustifolia,
bahwa tanaman ini mudah untuk didapatkan apalagi di daerah tropis, tidak membutuhkan
biaya yang tinggi, pertumbuhan tanamannya cepat, memiliki biomassa yang cukup tinggi,
serta memiliki struktur pori sehingga membuat tanaman ini baik digunakan sebagai karbon
aktif serta ramah lingkungan. Selain itu typha angustifolia memiliki struktur asam amino
yang tinggi dan senyawa asam amino yang banyak, serta juga dapat mengadsorpsi logam
timbal dari suatu larutan atau limbah. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas,
maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan judul“Efektivitas Pemanfaatan Arang
Lidi Air (Typha angustifolia) dalam Menurunkan Kadar Timbal (Pb) pada Limbah Cair
Bengkel” 1.2 Identifikasi Masalah Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kegiatan perbengkelan menghasilkan limbah cair yang mengandung timbal sehingga
dapat menyebabkan pencemaran lingkungan. 2. Hasil analisa limbah cair bengkel yang
melebihi nilai baku mutu. 3. Masalah kesehatan terhadap masyarakat yang ditimbulkan
oleh limbah cair bengkel “X”. 1.3 Batasan Masalah Berikut merupakan batasan masalah
yang dapat diambil, yaitu: 1. Pengolahan sampel yang mengandung timbal limbah cair
bengkel skala laboratorium menggunakan proses adsorpsi arang typha angustifolia untuk
menurunkan kandungan logam timbal. 2. Parameter pengujian hanya sebatas pengukuran
kadar timbal sebelum dan sesudah perlakuan. 3. Variasi penelitian hanya pada berat arang
dan waktu pengadukan arang typha angustifoliauntuk mendapatkan hasil penurunan kadar
timbal yang efektif. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dijelaskan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah arang
typha angustifolia dapat menurunkan kadar timbal sesuai dengan baku mutu Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014? 2. Berapa berat
arang dan waktu kontak efektif arang typha angustifolia untuk menurunkan kadar timbal
agar memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah: 1.
Menganalisis tingkat efektifitas arang typha angustifolia untuk menurunkan kadar timbal. 2.
Mengetahui berat dan waktu pengadukan efektif arang typha angustifolia agar dapat
menurunkan kadar timbal yang akan dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Repuplik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. 1.6 Manfaat Penelitian Berikut
merupakan manfaat yang di dapat dari penelitian yaitu: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini
dapat bermanfaat untuk memperkaya teori yang berkaitan tentang pengolahan limbah
bengkel secara adsorbsi menggunakan arang typha angustifolia untuk menurunkan kadar
timbal. 2. Manfaat Akademis Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan pedoman
bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian khususnya dibidang pengelolaan limbah
cair bengkel menggunakan proses adsorpsi. 3. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi
bahan pertimbangan bagi pengusaha bengkel dalam melakukan pengolahan limbah cair
bengkel. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar-dasar Teori 2.1.1 Pencemaran Air Menurut
Undang – Undang Lingkungan Hidup No 32 tahun 2009 pencemaran air merupakan masuk
atau dimasukkannya makhluk hidup, energi, zat, dan/atau komposisi lain ke dalam airbaik
yang sengaja tidak sengaja oleh kegiatan manusia, sehingga kualitasnya menurun sampai
ketingkat tertentudan mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya.Tidak dilakukannya pengolahan terhadap limbah yang akan dibuang ke
lingkungan, maka hal inilah yang menyebabkan pencemaran lingkungan tersebut.
Pencemar air bisa diklasifikasikan seperti: a. Infectious Agents Mikroorganisme patogen
merupakan bahan pencemar yang sering mengakibatkan kesehatan manusia
terganggu.Kotoran 3manusia dan hewan yang tidak dikelola dengan baik merupakan
sumber dari mikroorganisme patogen tersebut. b. Zat –zat pengikat oksigen Indikator yang
menentukan kualitas air dan kehidupan di dalam air baik adalah jumlah oksigen terlarut
dalam air. Jika kandungan oksigen dalam air lebih besar dari 6 ppm maka akan mendukung
kehidupan ikan, dan kehidupan makhluk air lainnya. Sedangkan jika kandungan oksigen
dalam air lebih kecil dari 2 ppm maka hanya mampu mendukung kehidupan cacing, jamur,
bakteri,dan mikroorganisme pengurai lainnya. c. Sedimen Erosi atau banjirdisebabkan
karena sedimen yang berupa tanah dan pasir masuk ke badan air. Kekeruhan air tersebut
terjadi karena adanya sedimen di dalam air tersebut. Hal ini dapat menghalangimasuknya
oksigen dari atmosfir ke air. d. Nutrisi / unsur hara Penyebab penigkatan produktivitas
primer perairan adalah nutrisi/unsure hara, khususnyafosfat dan nitrat. Eutrofikasi
merupakan proses peningkatan nutrisi dan bahan organik secara berlebihan, sehingga
mengakibatkan badan air menjadi keruh dan bau. e. Pencemar anorganik Unsur logam,
garam, asam dan basa merupakan pencemar anorganik,yangdapat 3masuk ke badan air
melalui proses alam ataupun sebagai akibat aktivitas manusia. Beberapa logam seperti
merkuri, timbal, kadmium dan nikel, dalam konsentrasi relatif kecil dapat membahayakan
makhluk hidup. Logam merupakan zat yang sangat persisten sehingga dapat berakumulasi
pada rantai makanan dan berdampak pada kesehatan manusia. f. Zat kimia organik Sangat
banyak dimanfaatkan di dunia industri kimia baik sebagaibahan membuat pestisida,
produk farmasi, pigmen, plastik, serta produk lain yang kita pakai setiap harinya.
Kebanyakan dari zat kimia organik ini memiliki tingkat toksik yang tinggi. Kontaminasi pada
air permukaaan 23dan air tanah dengan zat kimia organik dapat membahayakan kesehatan
makhluk hidup. g. Energi panas Hal yang dapat menurunkan kualitas air dan kehidupan
didalamnya salah satunya adalah kenaiakan atau penurunan temperature dari kondisi
normal air tersebut. Pembuangan air limbah yang mengandung panas merupakan
penyebab dari kenaikan temperature, hal ini juaga mengakibatkan pmenurunnyakadar
oksigen terlarut di air. h. Zat radioaktif Dampak zat radioaktif bersifat akut atau kronis. Pada
konsentrasi tinggi, dampak radioaktif terhadap makhluk hidup memiliki sifat akut. Oleh
karena itu mengakibatkan gangguan pada proses pembelahan sel dan menyebabkan
rusaknya kromosom. Efek kronis yang timbul dalam jangka waktu panjang dapat terjadi
pada genetik (sistem reproduksi) dan somatik (sel tubuh). (Ni, 2016) 2.1.2 Indikator
Pencemaran Air Menurut Wardana (2001), pencemaran air terjadi karena limbah yang
langsung dibuang ke lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Limbah
padat maupun limbah cair yang masuk ke air lingkungan akan mengakibatkan terjadinya
penyimpangan dari keadaan normal air dan ini merupakan suatu pencemaran. Indikator
atau tanda kalau air lingkungan yang 18telah tercemar adalah adanya perubahan atau
tanda yang dapat dilihat seperti: 1. Suhu air berubah 2. pH air berubah. 3. Bau, warna, dan
rasa air mengalami perubahan. 4. Timbul endapan, koloidal, bahan terlarut. 5. Ada
mikroorganisme. Peraturan pemerintah No. 20 Tahun 1990 mengklasifikasikan 26kualitas air
menjadi beberapa golongan menurut peruntukannya. Berdasarkan peruntukannya, air
dapat dibagi atas beberapa golongan yaitu. a. Golongan A, yaitu air yang tanpa
pengolahan terlebih dahuluyang dapat dipergunakan langsung sebagai air minum. b.
Golongan B, yaitu air yang diperuntukkan sebagai air baku air minum c. Golongan C, yaitu
air yang dapat dipakai untuk 13keperluan perikanan dan peternakan. d. Golongan D, yaitu
air yang dapat digunakan sebagai keperluan pertanian, usaha di perkotaan, PLTA dan
industri. 2.1.3 Limbah Menurut peraturan pemerintah No. 101 tahun 2014, limbah
merupakan sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan.Berdasarkan wujud dari limbah yang
dihasilkan, limbah tersebut terbagi 3 yaitu : 1. Limbah padat Merupakan limbah yang
berwujud padat, bersifat kering dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Sumber
limbah padat dapat dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu, ampas hasil industri, dan
lain-lain. 2. Limbah cair Merupakan limbah yang mempunyai wujud cair, selalu larut dalam
air dan mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah (kecuali diletakkan pada
wadah/bak). Beberapa sumberlimbah ini adalah air sisa cuci pakaian dan piring, mandi,
limbah dari industri, dan lain sebagainya. 3. Limbah gas Merupakan limbah dengan wujud
24gas. Limbah gas bisa dilihat dalam bentuk asap serta selalu bergerak hingga menyebar
dengan luas. Sumber dari limbah gas ini contohnyabuangan gas dari hasil industri,dan gas
buangan kendaraan bermotor. (Indah,2019) 2.1.4 Klasifikasi Limbah Cair Limbah cair
merupakan bahan-bahan pencemar yang tergabung dengan atau bercampur dengan air,
baik yang terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber-sumber tertentu seperti
perkantoran, perumahan, 9dan perdagangan, sumber industri, dan pada saat tertentu
tercampur dengan air tanah, air permukaan, ataupun air hujan (Vera, 2011). Klasifikasi
limbah berdasarkan wujudnya dapat dikelompokkan menjadi empat 4yaitu: limbah cair,
limbah padat, limbah gas dan limbah suara. Limbah cair diklasifikasikan dalam empat
kelompok diantaranya yaitu: 1. Limbah cair domestik (domestic wastewater), merupakan
limbah cair yang berasal dari buangan perumahan (rumah tangga), bangunan,
perdagangan dan perkantoran. Contohnya yaitu: air detergen sisa cucian, air sabun, dan air
tinja. 2. Limbah cair industri (industrial wastewater), yaitu limbah cair sisa hasil kegiatan
industri. Contohnya yaitu: air sisa pencucian kedelai pada pabrik tahu, air bekas cucian
singkong pada pembuatan kerupuk singkong. 3. Rembesan dan luapan (infiltration and
inflow), yaitu limbah cair yang dihasilkan dari beberapa sumber dan memasuki saluran
pembuangan limbah cair melalui rembesan yang menuju ke dalam tanah atau melalui
luapan permukaan. Air limbah dapat meresap masuk saluran pembuangan melalui pipa
yang pecah, rusak, atau bocor sedangkan luapan dapat melalui bagian saluran yang
membuka atau yang tersambung ke permukaan. Contohnya yaitu: bangunan perdagangan,
bangunan industri. 194. Air hujan (storm water), yaitu limbah cair yang bersumber dari
aliran air hujan yang memiliki kadar pH asam atau basa yang berada di atas permukaan
tanah. Aliran air hujan ini di atas permukaan 4tanah dapat melewati dan membawa partikel-
partikel buangan padat atau cair dan memiliki kadar pH yang berbahaya bagi lingkungan
sehingga dapat disebut limbah cair (Victor dkk. 2020). 2.1.5 Parameter Kualitas Limbah Cair
Ada beberapa parameter kualitas limbah cair, diantaranya : 1. Timbal (Pb) Timbal pada
tabel periodik merupakan kelompok logam yang berada pada golongan IV A dengan
nomor atom 82 dan berat atom 207,2. Timbal juga dikenal dengan sebutan timah atau
plumbum. Karakteristik logam timbal berupa logam lunak berwarna abu-abu atau putih
kebiruan menyerupai perak, jika baru dipotong dia mengkilat dan jika apabila terkena
udara akan menjadi kusam. Unsur Pb apabila melebihi ambang batasnya maka akan
membahayakan metabolisme makhluk hidup. 2. Potential Hydrogen (pH) pH disebut juga
derajat keasaman. pH merupakan indikator tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki
oleh suatu larutan. Skala pH bukanlah skala absolut. Nilai pH adalah ukuran untuk
konsentrasi ion hidrogen dalam larutan akuatik. Nilai pH menentukan sifat dari suatu
larutan yaitu bersifat asam, netral atau basa. Dikatakan asam jika pH 1 sampai 6, pH
dinyatakan netral dianka 7, dan pH 8 sampai 14 dinyatakan sebagai basa. Nilai pH dapat
ditentukan dengan elektrometrik atau dengan indikator warna seperti kertas lakmus dan
pH universal. (Susi, 2019) 3. 6Chemical Oxygen Demand (COD) atau kebutuhan Oksigen
Kimia (KOK) Merupakan jumlah oksigen (mg O2) yang diperlukan untuk mengoksidasi zat
organik dalam satu liter limbah cair, pengoksidasi yang digunakan adalah K2Cr2O7sebagai
sumber 5oksigen (oxidizing agent). Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air
oleh zat-zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis,
dan menyebabkan berkurangnya oksigen terlarut dalam air (Susi,2019) 4. Biological
8Oxygen Demand (BOD) atau Kebutuhan Oksigen Biologis (KOB) Angka BOD adalah jumlah
oksigen yang diperlukan oleh bakteri (aerobik) untuk menguraikan hampir keseluruhan zat
organik yang terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi diair. Parameter BOD
adalah parameter yang paling banyak dimanfaatkan dalam pengujian air limbah dan air
permukaan. Penentuan ini melibatkan pengukuran oksigen terlarut yang digunakan oleh
mikro-organisme untuk menguraikan bahan-bahan organik (Susi,2019). 5. Total Suspended
Solids (TSS) Merupakan residu yang halus di dalam air yang mengandung lumpur, bahan
organik, mikroorganisme, sisa hasil industri dan sisa hasil rumah tangga yang dapat
diketahui beratnya setelah disaring dengan kertas filter ukuran 0.042 mm. Peningkatan nilai
konsentrasi TSS mengakibatkan turunnya aktivitas fotosintesis serta peningkatan panas di
permukaan air menyebabkan oksigen yang dilepaskan tumbuhan air menjadi berkurang
dan kematian pada ikan-ikan (Susi, 2019). 6. Minyak dan Lemak Secara fisik, minyak dan
lemak merupakan senyawa yang tidak larut dalam air tapi mampu larut dalam pelarut yang
kepolarannya lemah atau pelarut non-polar. Berat jenis minyak lebih berat dari pada berat
jenis air sehingga dapat membentuk lapisan tipis di permukaan air. Keadaan ini
menyebabkan menurunnya konsentrasi oksigen dalam air karena perkembangan oksigen
bebas yang terhambat. Minyak dan lemak dapat menjadi pengganggu dalam proses
pengolahan biologis juga dapat membuat pipa tersumbat atau media filter yang kita pakai.
Oleh karena itu sebelum masuk kedalam pengolahan, limbah tersebut harus dipisahkan
terlebih dahulu. 2.1.6 Metode Pengolahan Air Limbah Teknik pengolahan air limbah secara
umum terbagi menjadi 2 metode pengolahan yaitu: a. Pengolahan secara fisika Secara
umum, akan dilakukanperlakuan awal yaitu berupa penyaringan (screening) dimana
langkah ini merupakan cara untuk memisahkan bahan tersuspensi yang berukuran besar.
Beberapa contoh pengolahan secara fisika : 1. 12Pemisahan cair - padatan 2. Penapisan 3.
Presipitasi 4. Filtrasi 5. Flotasi 6. Filter membran 7. Tipe bertekanan 8. Tipe gravitasi 9. Mikro
filter 10. Ultra filter 11. Reverse osmosis b. Pengolahan secara kimia Pengolahan yang
dilakukan dengan melakukan penambahan bahan kimia tertentu untuk dapat
menghilangkan partikel yang tidak dapat mengendap dengan mudah, seperti 27logam-
logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun.Pada prinsipnya proses ini terjadi
melalui perubahan sifat dari bahan-bahan tersebut, seperti dari yang awal tidak dapat
diendapkan menjadi bisa atau mudah untuk diendapkan. Baik itu denganterjadinya reaksi
oksidasi-reduksi atau tidak, dan itu berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi. Beberapa
contoh pengolahan kimia – fisik : 1. Netralisasi 2. Penukar ion 3. Koagulasi & Flokulasi 4.
Adsorbsi 5. Oksidasi dan/atau Reduksi 6. Aerasi 7. Ozonisasi 8. Elektrolisis 9. UV c.
Pengolahan secara biologi Pengolahan yang memanfaatkan mikroorganisme (bakteri) yang
memiliki kemampuan dalam menguraikan senyawa-senyawa polutan tertentu dalam suatu
reaktor biologis yang dikondisikan untuk dapat menjadi tempat pertumbuhan bagi
mikroorganisme (bakteri) yang digunakan. Beberapa contoh pengolahan biologi : 1. Proses
secara aerobik 2. Proses anoxic 3. Proses anaerobik 4. Kombinasi proses aerobik, anoxix,
dan anaerobik 5. Proses dengan lagoon atau kolam 2.1.7 Media Pengolahan Air Ada
beberapa proses yang dipakai untuk mengelola limbah cair bengkel untuk tidak mencemari
lingkungan, antara lain proses menggunakan reaktor aerobanaerob, biofilter aerob,
fitoremediasi, dan adsorpsi.Media yang dipakai untuk pengolahan air sangat banyak,
diantaranya: arang aktif , alumina aktif, silika gel, dan zeolit (molecular sieves)menggunakan
zeolit, arang tempurung, pasir atau kerikil, tanaman air. Sedangkan, diantara beberapa jenis
adsorben ini arang aktif paling mudah ditemukan dan mempunyai 14luas permukaan paling
besar, sehingga kemampuan untuk menyerap juga paling besar (Harimbi dkk. 2015). Pada
penelitian ini, media yang digunakan dalam pembuatan adsorben untuk pengolahan air
limbah, yaitu: 2.1.7.1 Lidi Air (Typha Angustifolia) Tumbuhan air atau hidrofit adalah
tumbuhan yang struktur tubuhnya termodifikasi untuk hidup dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan perairan. Tumbuhan yang hidup di air ini menyesuaikan diri dengan
cara membenamkan tubuhnya baik sebagian atau seluruhnya di dalam air. Sebagian besar
tumbuhan yang hidup di alam liar ini, seiring berjalannya waktu menjadi perhatian bagi
manusia. Pasalnya, beberapa tumbuhan air memiliki keunikan dan keindahannya tersendiri.
Hal tersebut dapat terlihat pada bagian daunnya, batangnya, atau bahkan bunganya.
Sehingga biasanya tumbuhan air ini dijadikan tumbuhan penghias ruangan, kolam ataupun
aquarium. Klasifikasi tanaman typha angustifolia Jenis : Tanaman air Kingdom : Plantae Sub
Kingdom : Tracheobionta Divisi : Magnoliophyta Kelas : liliopsida Subkelas : Commelinidae
Ordo : Typhales Family : Typhaceae Genus : Typha Species : Typha angustifolia
Hemiselulosa, selulosa and lignin adalah kandungan yang dimiliki oleh daun typha
angustifolia. Karakteristik tanaman typha angustifoliaini dapat dilihat dengan
menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy analysis (FTIR) dengan range
panjang gelombang 650-4000 cm-1. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel dibawah ini;
Tabel 2 1 Panjang gelombang (cm-1) untuk puncak dominan dari FTIR Spektral analisis
Functional Group Unloaded typha angustifolia. typha angustifolia leaves loaded with lead -
OH 3402.14 3359.52 Aliphatic C-H stretching 2918.95 2850.44 2919.38 2850.80 Carbonyl
stretch of unionized carboxylate 1732.68 1731.99 C=O stretching 1654.94 1612.04
Symmetric bending of CH3 1463.57 1463.08 -C-O- stretching 1300.37 1248.09 Menurut
Yen, dkk (2016) terdapat pergeseran panjang gelombang dari puncak yang dominan antara
yang belum ditambahkan sorben dengan yang ditambahkan sorben. Pergeseran panjang
gelombang dan penurunan intensitas puncak menunjukkan proses pengikatan logam yang
terjadi pada permukaan daun. Puncak melebar dari 3402,14 cm-1 menandakan kelompok
–OH dan setelah bergeser menjadi 3359,52 sedangkan pada ikatan 2918,95 dan 2850,44
mewakili peregangan kelompok alifatik –CH. Pergeseran yang signifikan terjadi pada
panjang gelombang untuk C=O dimana dari 1654,95 ke 1612,04 cm-1Ikatan
dari1300.37cm-1 melambangkan kelompok peregangan –C-O yang bergesermenjadi
1248,09 cm-1 setelah adsorpsi. Pergeseran pada panjang gelombang dari ikatan untuk
masing-masinggugus fungsi dapat dikaitkan dengan adsorpsiion timbal di permukaan
daun melalui pertukaran ion atau ikatan hidrogen. Mekanismenyaterlibat ditunjukkan di
bawah ini. 2(-ROH) + M2+ 2 (RO)M + 2H+ -ROH + M(OH)+ (-RO)M(OH) + H+ H-ikatan 2(-
ROH) + M(OH)2 (-RO)2 + M(OH)2 Dimana M merupakan ion timbal dan R merupakan
typha angustifolia. 2.1.7.2 Arang Aktif Arang aktif merupakan salah satu padatan berpori
yang memiliki kandungan 2085-95% karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang
mengandung karbon dengan proses pemanasan pada suhu tinggi. Untuk menghindari
terjadinya bahan yang mengandung karbon hanya mengalami karbonasi dan tidak
mengalami oksidasi, maka pada saat pemanasan berlangsung agar diperhatikan tidak
adanya kebocoran udara didalam ruangan pemanas. Arang aktif 25adalah arang yang telah
diaktifkan sehingga mempunyai daya adsorbs yang tinggi terhadap zat warna, gas, zat-zat
tertentu yang toksik dan senyawa-senyawa kimia lainnya, berbentuk amorf dan memiliki
luas permukaan yang besar yaitu berkisar 300-2500 m2 /g (Harimbi, 2015). Kualitas arang
yang dihasilkan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah bahanmentah yang
dipakai, suhu karbonisasi, bahan aktivasi dan cara mengaktivasinya. Proses karbonisasi
terjadi didalam ruang tertutup dengan udara yang maksimal, proses ini berasal dari bahan
baku asal menjadi arang berwarna hitam setelah melalui proses pembakaran pada suhu
lebih dari 150oC.Selama saat pengarangan jika asap yang ditimbulkan tebal dan bewarna
putih berarti bahan sedang mengering. Jika asap semakin menipis dan bewarna biru berarti
pengarangan hampir selesai (Fitri, 2017). Arang aktif ini merupakan salah satu adsorben
yang paling banyak digunakan saat proses adsorbsi, karena luas permukaannya lebih luas
dibandingkan dengan adsorben lain sehingga dapat lebih banyak mengadsorbsi molekul.
Semakin hari selalu terjadi peningkatan untuk konsumsi karbon aktif dunia. Tahapan
Pembuatan Arang Aktif sebagai berikut. 1. Bahan dipanaskan tidak lebih boleh melebihi
suhu 170ºC atau di terik matahari jemur sampai beberapa lama ini dilakukan untuk
menghilangkan semua kandungan air (dehidrasi); 2. Perubahan bahan organik menjadi
elemen karbon (karbonisasi/setelah arang dihilangkan airnya, lalu bahan tersebut
dipanaskan lagi sampai suhu diatas 170ºC bertujuan untuk mengeluarkan gas-gas CO2,CO
serta uap asam asetat; pengarangan bermanfaat untuk mengubah bahan-bahan organik
jadi elemen karbon. 3. Aktivasi merupakan proses hidrokarbon dan tar yang melekat
terlepas dari arang tersebut sehingga daya serapnya bertambah besar hal ini bertujuan
untuk 28memperbesar luas permukaan dalam karbon hasil karbonisasi. 4. Pada temperatur
750ºC-900ºC lakukan aktivasi bahkan bisa sampaisuhu 1000ºC. Semua proses ini
membakar semua pengotor dari bahan mentah dan menyisakan residu berpori yang
memiliki luas permukaan cukup besar per unit volum. (Putri. 2014) 2.1.8 Pengolahan Air
Secara Adsorpsi Adsoprsi merupakan proses terkumpulnya partikel pada permukaan zat.
Adsorbat merupakan partikel yang terkumpul dan diserap oleh permukaan,
sementaraadsorben merupakan material tempat terjadinya proses adsorpsi. Ada 2 tipe
proses adsorpsi, yaitu: 1. Adsorpsi kimia merupakanjenis adsorpsi yang terjadi dengan cara
suatu molekul melekat kepada permukaan zat melalui pembentukan suatu ikatan kimia.
Ciri-ciri adsorpsi kimia yaitu: a. Terjadi ketikatemperatur tinggi; b. Jenis interaksi
adsorpsinya kuat; c. Ada ikatan kovalen antara permukaan adsorben dengan adsorbat; d.
Jumlah panasnya tinggi (ΔH 400 kJ/mol); e. Adsorpsi hanya terjadi pada lapisan atas
(monolayer); f. Energi aktivasi yang tinggi. 2. Adsorpsi fisika merupakan jenis adsorpsi
dengan cara melalui permukaan terjadi interaksi intermolekuler yang lemah menempel
adsorbat. Ciri-ciri dari adsorpsi fisika yaitu. a. Terjadi pada saat temperatur rendah, b.
Interaksiyang terjadi adalah intermolekuler, c. Jumlah panasnya rendah (ΔH <20 kJ/mol)
Adsorpsi merupakan reaksi eksoterm. Menurunnya suhu mengakibatkan adsorpsi
meningkat Semakin lama waktu interaksi menunjukkan berlangsung baik molekul zat
terlarut yang teradsorpsi (Ari dkk. 2018). Akibat ketidakseimbangan gaya-gaya pada
permukaan, maka permukaan padatan yang kontak dengan suatu larutan cenderung untuk
menggabungkan lapisan dari molekul-molekul zat terlarut pada permukaannya. Karbon
memiliki kapasitas adsorpsi terhadap suatu zat terlarut tergantung pada karbon dan zat
terlarutnya. Untuk kemampuan adsopsi dari campuran-campuran yang adakebanyakan
limbah cair adalah bersifat kompleks dan bervariasi. Kemampuan adsorpsi terpengaruh dari
beberapa faktor seperti kelarutan, struktur molekul, dan sebagainya. Adsorpsi akan terjadi
dan menghasilkan hubungan kesetimbangan berkorelasi menurut hubungan empiris dari
Freundlich, dan turunan Langmuirberdasarkan kemungkinan derajat I(Syauqiah dkk. 2011).
Menurut Ari dkk (2011), Secara umum, faktor yang mempengaruhi proses adsorpsi yaitu: 1.
Luas permukaan, dimanasemakin banyak zat yang teradsorpsi apabila luas permukaan
absorban semakin luas. 2. Jenis dari adsorbat, terjadinya peningkatan kemampuan adsorbsi
molekul yang memiliki polarisabilitas yang tinggi (polar) dan mempunyai kemampuan tarik
menarik terhadap molekul lain karena meningkatnya polarisabilitas adsorbat.
Meningkatkan kemampuan adsorpsi disebabkan karena peningkatan berat molekul
adsorbat. Rantai lurus yang dimiliki adsorbatbiasanya lebih susahdiadsorbsi dibanding
dengan rantai yang bercabang. 3. Struktur dari molekul adsorbat. Kemampuan untuk
meningkatkan menyisihkan dimiliki oleh Nitrogen sedangkan mengurangi kemampuan
pemisahan dimiliki oleh hidroksil dan amino. 4. Konsentrasi dari adsorbat.Besarnya
konsentrasi adsorbat didalam larutan, disebabkan karena 21semakin banyak jumlah
substansi yang terkumpul pada permukaan adsorben. 5. Temperatur saat pemanasan atau
pengaktifan adsorben mengakibatkan meningkatnya daya serap adsorben terhadap
adsorbat sehingga menyebabkan pori-pori adsorben lebih terbuka sementara itu suhuyang
terlalu tinggi dapat merusak adsorben sehingga menyebabkan menurunnya kemampuan
penyerapan. 6. Waktu kontak, kapasitas adsorpsi maksimum terjadi pada waktu
kesetimbangan. Adsorben adalah zat padat yang mampu menyerap komponen tertentu
pada suatu fase fluida. Pada Adsorben biasa digunakan bahan-bahan yang memiliki pori-
pori karena proses adsorpsi akanterjadi di pori-pori tersebut atau terjadi pada tempat-
tempat tertentu di dalampartikel tersebut. Pori-pori yang ada pada adsorbensecara umum
sangat kecil, sehingga luas permukaan di dalam menjadi lebih besar dari pada permukaan
luar. Pemisahan terjadi karena perbedaan polaritas sehingga menyebabkan sebagian
molekul melekat pada permukaan menjadi lebih erat dari pada molekul lainnya atau karena
perbedaan berat molekul (Saragih, 2008). Proses adsopsi akan terjadi bila dikontakkannya
padatan atau molekul cair atau gas dengan molekul-molekul adsorbat, maka akan terjadi
gaya kohesif atau gaya hidrostatik serta gaya ikatan hidrogen yang dapat bekerja di antara
molekul dalam seluruh material. Gaya-gaya yang tidak seimbang akan mengakibatkan
perubahan konsentrasi molekul pada interface solid/fluida. Molekul fluida yang diserap
tetapi tidakmelekat pada permukaan adsorben disebut dengan adsorptif, sedangkan
molekul fluida yang melekat pada permukaan adsorben disebut dengan adsorbat (Ginting,
2008). Proses adsopsi menunjukan reaksi fisika dan reaksi kimia akibatnya molekul akan
meninggalkan larutan dan melekat pada permukaan zat adsorben. Proses adsorbsi sangat
bergantung kepada sifat dari zat padat yang mengadsorpsi, sifat antara molekul yang
diserap, kosentrasi, temperatur, dan lain-lain (Khairunisa, 2008) Isoterm adsorpsi
merupakan hubungan antara jumlah adsorbat yang terjerap dengan konsentrasi adsorbat
dalam larutan pada keadaan kesetimbangan dan suhu tetap. 1Ada beberapa tipe isoterm
adsorpsi yang dikembangkan untuk mendeskripsikan interaksi antara adsorben dan
adsorbat antara lain: 1. Isoterm Adsorpsi Freundlich merupakan gambaran adsorpsi jenis
fisika dimana adsorpsi terjadi pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat. Isoterm
freundlich juga mengasumsikan bahwa tempat adsorpsi bersifat heterogen. Cara
konvensional untuk menyatakan isoterm freundlich diberikan persamaan sebagai berikut,
(Sawyer dkk, 1994): 𝑄𝑒 = 𝐾𝑓. 𝐶𝑒1/𝑛 Dimana: Qe = jumlah adsorbat pada permukaan (mg/
g) Ce = konsentrasi equilibrium (mg/l) 𝐾𝑓 dan n = konstanta freundlich menunjukkan
ikatan antara adsorbat dengan adsorben dan diperoleh dengan cara eksperimen. Untuk
mendapatkan konstanta 𝐾𝑓 dan 1/n, maka perlu dilakukan linerisasi terhadap persamaan
sebagai berikut: Ln (Qe) = ln 𝐾𝑓 + 1/n ln Ce Dari data percobaan laboratorium yang
diperoleh diplot dengan ln (Qe) sebagai sumbu y dan ln C sebagai sumbu 1x. Grafik yang
diperoleh adalah garis linear dengan slope = 1/n dan intercept = ln 𝐾𝑓 (Sawyer dkk, 1994).
2. Isoterm Langmuir Isoterm langmuir menggambarkan bahwa kapasitas adsorben
maksimum terjadi akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat pada permukaan
adsorben. Ada empat asumsi dalam isoterm jenis ini, yaitu (Ruthven, 1984): a. Molekul
diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di permukaan adsorben) yang tetap. b. Setiap
site dapat “memegang” satu molekul adsorbat. c. Semua site mempunyai energi yang
sama. d. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site sekitarnya. Dalam
bentuk yang umum, persamaan isoterm langmuir adalah sebagai berikut (Siswoyo, 2014):
Dimana: Ce = konsentrasi equilibrium (mg/ l) Qe = adsorbat yang terserap pada saat
equilibrium (mg/g) KL = konstanta Langmuir (l/mg) Qm = kapasitas adsorpsi Pada grafik
isotherm langmuir dengan 1/Qe sebagai sumbu y dan 1/Ce sebagai sumbu x akan
diperoleh persamaan garis (y = bx+a) yang akan menentukan nilai Qm dan KL, dimana Qm
adalah 1/a sedangkan KL adalah nilai b. 2.1.9 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual
pada penelitian ini terdiri dari input, proses, dan output yang merupakan data-data
kebutuhan penelitian dan proses pengumpulan data lapangan yang dikerjakan pada saat
penelitian serta hasil analisi data.Input, proses, dan output pada penelitian ini dapat dilihat
pada gambar di bawah ini: Input Proses Output 2.2 Penelitian yang Relevan Penelitian ini
mengenai pemanfaatan arang typha angustifolia dalam menurunkan kandungan logam
timbal pada limbah cair bengkel, ditemukan beberapa penelitian yang dapat dilihat pada
tabel 2.2 Tabel 2 2 Penelitian Relevan No Nama Penelitian Judul Penelitian Latar Belakang
Metode Penelitian Hasil Penelitian 1 Julhim S. Tangio 17Adsorpsi Logam Timbal (Pb)
Dengan Menggunakan Biomassa Enceng Gondok (Eichhorniacrassipes) Banyaknya kegiatan
manusia yang menghasilkan salah satunya limbah yang mengandung logam timbal.
Dimana keberadaan logam timbal ini menyebabkan terjadinya masalah karena berdampak
buruk terhadap organisme yang ada di perairan dan dapat terakumulasi dalam rantai
makanan. Eceng gondok dapat digunakan untuk menghilangkan logam-logam berat,
dengan menggunakan metode adsorpsi. Eksperimen Terjadi peningkatan konsentrasi Pb2+
yang teradsorbsi yaitu padapH 3, 4 dan 5.Hal ini terjadi karena pH makin besargugus-
gugus asam amino mengalami deprotonasi dan memiliki muatan negatif yaitu ion OHyang
sangat reaktif terhadap logam, sehingga logam yang teradsorpsi makin besar.Tapi terjadi
penurunan konsentrasi Pb2+ yang teradsorbsi pada pH 6, 7 dan 8.Hal ini disebabkan
karena konsentrasi pada keadaan ini terjadi kesetimbangan situs aktif biomassa dengan ion
logam dan pada kondisi ini pH mulai mengendap. Jadi pH optimum berada pada kisaran
5-6. 2 Otong Nurhilal, Sri Suryaningsih, Ferry Faizal, Renaldy Sharin Lesmana Pemanfaatan
Eceng Gondok Sebagai Adsorben Pb Asetat Logam timbal merupakan logam yang bersifat
neurotoxin (racun pada sistem saraf) dan berbahaya bagi lingkungan, jika yang dibuang ke
lingkungan melebihi dari nilai ambang batas yang telah ditetapkan. Oleh karena itu dapat
dilakukan pencegahan pencemaran terhadap limbah logam timbal ini dengan
menggunakan arang aktif yang berasal dari eceng gondok sebagai adsorbennya.
Eksperimen Hasil yang diperoleh menunjukkan kalau waktu kontak dan banyaknya massa
arang aktif berpengaruh terhadap penurunan konsentrasi larutan Pb asetat, dimana
semakin lama waktu kontak dan semakin banyak arang aktif yang digunakan sebagai
adsorben maka semakin besar penururnan konsentrasi larutan Pb asetat artinya semakin
besar persentase penyerapan pada larutan Pb asetat. 3 Vivi Dia A. Sangkota, Supriadi,
Idanrwan Said 11Pengaruh Aktivasi Kimia Arang Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia
crassipes) Terhadap Adsorpsi Logam Timbal (Pb) Seiring berkembangnya industri di negeri
ini, tidak hanya menimbulkan dampak positif bagi masyarakat, melainkan juga
menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan yaitu semakin meningkatnya logam
berat. Logam 22timbal (Pb) merupakan logam berat yang bersifat toksik yang dapat
menyebabkan gangguan pada organ tubuh makhluk hidup Eksperimen pH 5,0; berat
logam timbal yang terserap yaitu 17,61 mg/g, dan persentase logam timbal yang terserap
yaitu 98,67%. Adapun berat optimum yang diperlukan arang aktif eceng gondok untuk
menyerap logam timbal adalah sebesar 100 mg, berat logam timbal yang terserap yaitu
17,58 mg/g, dan persentase logam timbal yang terserap yaitu 98,44% dengan kapasitas
maksimum serapan maksimum arang aktif eceng gondok terhadap ion timbal yaitu 0,70
mg Pb/mg arang aktif. 4 Yen Ling Sharain-Liew, Collin G. Joseph, siew-Eng How
10Equilibrium Studies on the Biosorption of Lead (Pb2+) Contaminated Wastewater Using
Cattails Leaves (Typha Angustifolia) Badan air yang terkontaminasi logam berat berupa
kadmium, kromium, serta timbal, yang menyebabkan tercemarnya badan air. Akumulasi
dari efek timbal tersebut dapat menyebabkan infertilitas, dan memperlambat
perkembangan pada anak dan bayi. Sumber dari limbah logam berat ini diantaranya
pertambangan, penyamakan kulit, kimia, metalurgi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu
dicari metode yang efektif dan efisien yaitu dengan menggunakan adsorben typha
angustifolia, dimana tanaman ini sangat banyak, dan mampu menjadi biosorben utnuk
menghilangkan timbal pada limbah. Eksperimen Terjadi penurunan pada gugus fungsi
tanaman dari sebelum dan sesudah ditambahkan limbah yang mengandung timbal.
Dimana terlihat penurunan tersebut karna logam timbal tersebut terserap pada tanaman
typha angustifolia ini. Jadi adsorpsi yang dilakukan oleh daun typha angustifoliauntuk
mehilangkan kandungan timbal bisa mencapai kapasitas maksimum 51,02 mg/g. ini
mebuktikan bahwa tanaman typha angustifoliaini mampu menghilangkan logam timbal. 5.
Chunfang Tang, Yan Shu, Riqing Zhang, Xin Li, Jinfeng Song, Bing Li, Yuting Zhanga and
Danling Ou Comparison of the Removal and Adsorption Mechanisms of Cadmium and
Lead from Aqueous Solution by Activated Carbons Prepared from Typha Angustifolia and
Salix Masudana Masalah lingkungan yang disebabkan oleh kadmium dan timbal yang
sangat mengkhawatirkan karena bersifat karsinogenik dan harus sangat diperhatiakan.
Metode adsorbsi merupakan metode yang tidsk membutuhkan biaya yang tinggi,
sederhana dalam pengoperasian, serta dapat digunkan untuk menghilangkan polutan
logam dengan sangat efektif. Tanaman typha angustifoliakarena memiliki kemampuan
untuk mengadsorpsi, banyak ditemukan, dan gampang tumbuh maka tanaman ini
digunakan untuk metode adsorbsi ini. Eksperimen Efisiensi adsorpsi bergantung secara
positif pada pH dan asam humat. Kemampuan adsorpsi maksimum dari Cddan Pb adalah
48,08 dan 61,73 mg g-1pada tanaman typha angustifolia dan 40,98 dan58,82 mg g-1 pada
Salix masudana. Keduanya karbon aktifyang berasal dari tanaman ini, memberikan sifat
regenerasi dan penggunaan kembali yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa TC dan SC
merupakan adsorben yang bagus dan efektif untuk menghilangkan kandungan logam Cd
dan Pb dari suatu larutan. 15BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang dilaksanakan dalam skala
laboratorium dengan analisis kuantitatif, untuk menganalisis penurunan konsentrasi timbal
berdasarkan berat optimum dan waktu kontak limbah cair bengkel “X” sebelum dan
sesudah perlakuan dengan menggunakan arang typha angustifolia. Kemudian
membandingkan dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor
5 16Tahun 2014 Tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan yang belum
memiliki baku mutu air limbah yang ditetapkan. 3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2.1
Waktu Penelitian Penelitian direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 1 Oktober
sampai dengan 30 Januari 2020. Berikut rencana penelitian yang akan dilaksanakan dapat
dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 3 1 Waktu Penelitian No Kegiatan Oktober 2020
November 2020 Desember 2020 Januari 2021 Februari 2021 I II III IV I II III IV I II III IV I II III
IV I II 1 Studi literatur 2 Penyusunan proposal 3 Percobaan penelitian: - Pengambilan
sampel limbah cair bengkel - Perlakuan percobaan dan pengamatan - Pengujian sampel. 5
Pengolahan data dan analisis data 6 Penjilidan Tugas Akhir 3.2.2 Lokasi Penelitian Lokasi
pengujian sampel dilakukan di UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup dinas perumahan
Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang. Sampel yang
digunakan untuk penelitian ini bersumber dari limbah cair bengkel “X” di Kota
Payakumbuh. Adapun titik pengambilan sampel dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 3 1 Lokasi Pengambilan Sampel 3.3 Persiapan Penelitian 3.3.1 Persiapan Alat
Peralatan yang digunakan meliputi: 1. Seperangkat peralatan gelas (IWAKI, Pyrex), 2.
Neraca Analitik (Ohaus), 3. Oven (Memmert), 4. Pengayak 100 mesh, 5. Lumpang alu, 6.
Furnace, 7. Magnetic Stirer, 8. Cawan porselen, 9. Desikator, 10. Buret Mikro 5 mL, 11. AAS.
3.3.2 Persiapan Bahan Bahan-bahan yang digunakan meliputi: 1. Sampel limbah cair
bengkel cucian tangan 500 mL, 2. Tanaman typha angustifolia, 3. Asam Nitrat 10%, 4.
Aquadest, 3.4 Karakteristik Awal Sampel Dilakukan pengambilan sampel limbah cair pada
salah satu bengkel“X”. Sebelum dilakukan pengolahan dengan menggunakan arang typha
angustifolia, maka dilakukan analisis parameter timbal terlebih dahulu di UPTD
Laboratorium Lingkungan Hidup dinas perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan
Hidup Kota Padang Panjang. 3.4.1 Pengukuran Timbal Berdasarkan pada SNI-6989-8-2009
Disiapkan contoh uji yang telah disaring dengan saringan membran berpori 0,45 um dan
diawetkan. Contoh uji siap diukur. Masukkan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu ukur
serapan pada panjang gelombang 248,3 nm, bila diperlukan lakukan pengenceran. Catat
hasil pengukuran. 3.5 Penelitian Menggunakan Arang Aktif Pada penelitian ini, dilakukan
adalah pembuatan arang dari typha angustifolia yang akan digunakan sebagai adsorban
pada saat pengolahan limbah cair bengkel “X”. Percobaan akan dilakukan dengan
memvariasikan berat arang dan waktu kontak hingga mencapai titik optimum. 3.5.1
Pembuatan arang aktif typha angustifolia Berikut merupakan tahapan percobaan arang
typha angustifolia, yaitu: 1. Ambil sampel typha angustifoli untuk aktivasi arang. Gambar 3
2 Proses Pengambilan Sampel Tanaman Typha Angustifolia 2. Tanaman typha angustifolia
dibersihkan dari sisa-sisa kotoran kemudian daun, batang dan akar dipisahkan dan dicuci
menggunakan air bersih. 3. Lalu dengan sinar matahari membantu proses pengeringan
dalam waktu 2 hari. Gambar 3 3 Proses Pengeringan Typha Angustifolia 4. Kemudian typha
angustifolia dikeringkan kembali dengan oven diatur pada suhu 60oC selama 24 jam dan
didiamkan disuhu kamar. 5. Typha angustifolia yang kering lalu dibakar (karbonisasi)
menggunakan tanur pada suhu 500oC dengan kadar oksigen yang rendah sampai
terbentuk arang dan didinginkan hingga mencapai suhu kamar. 6. Haluskan arang yang
telah terbentuk dengan lumpang dan alu, lalu dicuci kembali dengan aquades. 7. Lalu
arang dikeringkan dengan menggunakan oven diatur suhu 105oC selama 60 menit
kemudian diayak menggunakan ayakan ukuran 100 mesh. 8. Timbang 50 gram arang yang
terbentuk dan dimasukkan pada erlenmeyer. Arang yang didalamerlemneyer diaktivasi
dengan ditambahkan 500 mL larutan HNO310% selama 24 jam. 9. Kemudian diletakkan
Erlenmeyer untuk di stirer selama 10 menit dan diamkan selama 1 hari. 10. Saring arang
aktif dengan menggunakan kertas saring Whatman 41. Gambar 3 4 Proses Penyaringan
Arang Aktif 11. Menggunakan aquades arang aktif dicuci sampai mencapai pH netral. 12.
Arang aktif yang berada diwadah dikeringkan dengan oven selama 60 menit dan diatur
suhu 105 0C . 13. Selanjutnya arang ditimbang menggunakan neraca digital dan di simpan
ditempat yang kering dan tertutup. 14. Arang aktif sudah dapat dipakai untuk penelitian.
Gambar 3 5 Arang Hasil Karbonasi 3.5.2 Prosedur Percobaan Variasi Berat Arang Aktif
Berdasarkan penelitian Yen, dkk (2016) menyatakan bahwa berat optimum arangtypha
angustifolia sehingga dapat menghilangkan timbal sampai 90% yaitu sebesar 0.5 g dengan
banyak sampel 100 mL. Sedangkan pada penelitian ini, penulis akan mencoba untuk
memvariasikan berat dengan perbandingan di bawah ini, dimana diharapkan mendapatkan
berat efektif optimum dalam menurunkan kadar timbal. 1. Sediakan 4 buah erlemeyer 100
mL 2. Masukkan sampel limbah cair bengkel “X” sebanyak 100 mL pada masing-masing
erlemeyer. 3. Lalu tambahkan arang typha angustifolia dengan berat masing-masing 0.25 g,
0.5 g, 0.75 g, dan 1 g. Gambar 3 6 Proses Penambahan Variasi Berat Arang ke dalam
Sampel Limbah 4. Kemudian aduk. 5. Tunggu sampai arang didalam limbah tadi
mengendap ± 30 menit 6. Sampel dapat disaring dan diambil untuk dilakukan pengujian
terhadap parameter timbal menggunakan AAS. 3.5.3 Prosedur Variasi Waktu Kontak
Pengadukan Pada penelitian waktu kontak pengadukan dilakukan dengan menggunakan
magnetic stirrer. Berdasarkan penelitian Yen, dkk (2016) bahwa waktu kontak berpengaruh
terhadap penyerapan kandungan timbal dimana penyerapan optimum didapatkan pada
waktu kontak 8 jam. Maka pada penelitian ini penulis akan membuat variasi waktu kontak 7
jam, 8 jam, 9 jam, 10 jam. Setelah didapatkan berat arang optimum, maka sediakan 1 buah
erlemeyer 500 mL. 1. Masukkan sampel limbah cair bengkel “X” sebanyak 400 mL. 2. Lalu
tambahkan arang typha angustifolia dengan berat arang efektif yang diperoleh dari variasi
awal, kemudian aduk dengan shaker. 3. Ambil sampel setiap variasi 7 jam, 8 jam, 9 jam, 10
jam kemudian lakukan pengujian terhadap parameter timbal. 3.6 Data dan Sumber Data
3.6.1 Data Data yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Pengumpulan data
primer dapat dilakukan dengan pengamatan langsung hasil pemeriksaan laboratorium,
data hasil pengujian laboratorium uji yaitu diperoleh dari UPTD Laboratorium Lingkungan
Hidup dinas perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang
Panjang. Data sekunder diperoleh dari mempelajari studi literatur yang berkaitan dengan
penelitian serta semua informasi yang bermanfaat pada waktu penyusunan laporan. 3.6.2
Sumber Data Sumber data primer diperoleh dengan melakukan metode observasi, dan
metode dokumentasi. Dimana metode observasi adalah metode yang dipakai untuk
mendapatkan data secara langsung pada percobaan yang diamati. Metode dokumentasi
adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat keterangan yang telah
didokumentasikan dan mengambil dokumentasi penelitian dengan menggunakan kamera
atau dengan media lainnya guna memperoleh gambaran yang terjadi selama penelitian.
Sumber data sekunder didapatkandengan metode studi pustaka. Metode studi pustaka
merupakan suatu metode untuk mencari materi dan buku-buku atau sumber lain yang
dikutip secara langsung maupun tidak langsung sebagai dasarpada saat melakukan
penelitian. 3.7 Teknik pengambilan dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan selama proses penelitian yang meliputi waktu kontak dan
waktu penyerapan. Pada saat proses pengujian telah selesai dilakukan, maka dilakukan
pengukuran pada kandungan timbal. 3.7.2 Analisis Data 3.7.2.1 Analisis kadar timbal, pada
sampel yang telah diuji dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Kosentrasi logam
Timbal (mg/L) = C x fp Keterangan: C adalah konsentrasi yang didapat hasil pengukuran
(mg/L) fp adalah faktor pengenceran 3.7.2.2 Persentase efektifitas dapat ditentukan dengan
menggunakan rumus dibawah ini. 3.7.2.3 Persamaan Isoterm adsorpsi a. Persamaan
isoterm langmuir Keterangan: Ce = konsentrasi equilibrium (mg/ l) Qe = adsorbat yang
terserap pada saat equilibrium (mg/g) KL = konstanta Langmuir (l/mg) Qm = kapasitas
adsorpsi b. Persamaan isoterm Freundlich 𝑄𝑒 = 𝐾𝑓. 𝐶𝑒1/𝑛 Keterangan: Qe = jumlah
adsorbat pada permukaan (mg/ g) Ce = konsentrasi equilibrium (mg/l) 𝐾𝑓 dan n =
konstanta freundlich menunjukkan ikatan antara adsorbat dengan adsorben dan diperoleh
dengan cara eksperimen. 3.8 Kerangka Metodologi Adapun langkah-langkah penelitian
yang dilakukan penulis dapat dilihat pada gambar dibawah ini. BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN 4.1 Umum Bab ini menjelaskan mengenai data yang telah diperoleh dari
hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian dilanjutkan dengan pembahasan. Prinsip
dari penurunan kandungan timbal dalam penelitian ini yaitu dengan memanfaatkan
metode adsorbsi agar 6memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan. Proses
adsorbsi dilakukan dengan cara mengkarbonasi tanaman typha angustifolia pada suhu
5000C dan mengaktivasi secara kimia dengan menggunakan larutan HNO3 10%. Setelah
diaktivasi, dilanjutkan dengan proses pengadukan menggunakan magnetic strirrer dengan
variasi berat dan variasi waktu kontak yang telah ditetapkan sampai didapatkan titik
optimum, serta dilanjutkan dengan mengukur kadar timbal. 4.2 Hasil 4.2.1 Pengujian
Sampel Limbah Cair Bengkel Analisis dilakukan di UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup
dinas perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang.
Parameter yang diuji yaitu logam timbal. Hasil pengujian sampel limbah cair bengkel “X”
dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4 1 Data Sebelum Pengujian Hasil Pengujian Timbal
(mg/L) Keterangan 0,6623 Sebelum Pengujian 0,1 Standar Baku Mutu *) : Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Sumber : hasil Pengujian di
UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup dinas perumahan Kawasan Pemukiman dan
Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang 4.2.2 Pengujian Variasi Berat OptimumArang aktif
Variasi berat arang aktif typha angustifolia pada penelitian ini yaitu (VB-1) 0,25 g, (VB-2) 0,5
g, (VB-3) 0,75 g, (VB-4) 1 g. Volume sampel limbah cair bengkel yang digunakan sebanyak
100 mL, dilakukan pengadukan dengan magnetic strirrer untuk masing-masing
perbandingan. Hasil dari variasi berat arang aktif typha angustifolia terhadap parameter
timbal dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel 4 2 Variasi Berat (VB) Optimum Arang Aktif
Terhadap Parameter Timbal Hasil Pengujian Timbal (mg/L) Keterangan 0,6623 Sebelum
Pengujian 0,0641 0,25 g 0,0463 0,50 g 0,0517 0,75 g 0,0769 1 g 0,1 Standar Baku Mutu *) :
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Sumber:
Data hasil Pengujian UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup dinas perumahan Kawasan
Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang 4.2.3 Pengujian Variasi Waktu
Kontak Optimum Berdasarkan hasil data variasi berat arang typha angustifolia, didapatkan
berat arang optimum pada variasi berat arang ke-2 yaitu 0,5 g dengan volume sebanyak
100 mL. setelah didapatkan berat arang optimum, maka dilanjutkan dengan variasi waktu
kontak optimum dengan menggunakan magnetic strirrer. Adapun variasi waktu kontak
(VWK-1) 7 jam, (VWK-2) 8 jam, (VWK-3) 9 jam, (VWK-4) 10 jam. Hasil variasi waktu kontak
terhadap parameter timbal dapat dilihat pada tabel 4.3. Tabel 4 3 Variasi Waktu Kontak
(VWK) Optimum Terhadap Parameter Timbal Hasil Pengujian Timbal (mg/L) Keterangan
0,6623 Sebelum Pengujian 0,0412 7 jam 0,0324 8 jam 0,0385 9 jam 0,0437 10 jam 0,1
Standar Baku Mutu *) : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Sumber: Data hasil Pengujian UPTD Laboratorium Lingkungan Hidup dinas
perumahan Kawasan Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kota Padang Panjang 4.2.4
Persentase Efektivitas Dari variasi berat arang dan variasi waktu kontak yang telah
dilakukan, maka didapatkan persentase efektivitas dari penurunan parameter timbal,
dimana dapat dilihat pada Tabel 4.4 dibawah ini. Tabel 4 4 %Efektivitas Variasi Berat Arang
dan Variasi Waktu Kontak Terhadap Penurunan Parameter Timbal Variasi Berat Arang
Variasi Waktu Kontak Efektivitas (%) Keterangan Efektivitas (%) Keterangan 90,32 0,25 g
93,78 7 jam 93,01 0,50 g 95,11 8 jam 92,19 0,75 g 94,19 9 jam 88,39 1 g 93,40 10 jam 4.2.5
Persamaan Isoterm Adsorpsi Penentuan tipe isoterm adsorpsi ion logam timbal pada
limbah cair bengkel dilakukan uji secara regresi linear sederhana dengan menggunakan
persamaan Langmuir dan Freundlich dengan menghubungkan antara nilai konsentrasi
adsorbat saat kesetimbangan (Ce) serta konsentrasi adsorbat saat kesetimbangan per
banyaknya zat yang terjerap per satuan adsorben. Dimana dari penelitian yang dilakukan,
didapatkan perhitungan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dapat dilihat pada Tabel
4.5. Tabel 4 5 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Langmuir pada Adsorben Arang Typha
Angustifolia Massa (gram) Konsentrasi awal (C0) Konsentrasi akhir (Ce) %Removal Selisih
(Qe) Log Qe Log Ce 0,25 0,6623 0,0641 90,32 0,5982 -0,223 -1,19 0,5 0,6623 0,0463 93,01
0,616 -0,210 -1,33 0,75 0,6623 0,0517 92,19 0,6106 -0,214 -1,29 1 0,6623 0,0769 88,39
0,5854 -0,233 -1,11 Sementara untuk perhitungan persamaan isoterm adsorpsi Freundlich
dapat dilihat pada Tabel 4.6 Tabel 4 6 Perhitungan Isoterm Adsorpsi Freundlich pada
Adsorben Arang Typha Angustifolia Massa (gram) Konsentrasi awal (C0) Konsentrasi akhir
(Ce) %Removal Selisih (Qe) Log Qe Log Ce 0,25 0,6623 0,0641 90,32 0,5982 -0,223 -1,19 0,5
0,6623 0,0463 93,01 0,616 -0,210 -1,33 0,75 0,6623 0,0517 92,19 0,6106 -0,214 -1,29 1
0,6623 0,0769 88,39 0,5854 -0,233 -1,11 4.3 Pembahasan Pengujian awal dilakukan untuk
mengetahui kadar parameter timbal yang terkandung didalam limbah cair bengkel, dimana
hasil awal dapat dilihat pada tabel 4.1 yang menunjukkan bahwa hasil pengujian parameter
timbal yaitu 0,6623 mg/L tidak memenuhi baku mutu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014. 4.3.1 Analisis Timbal Variasi berat arang typha
angustifolia dengan volume sampel limbah cair 100 mL diaduk menggunakan magnetic
strirrer terhadap parameter timbal dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4 1 Analisis
Variasi Berat Arang Aktif typha angustifolia Terhadap Penurunan Timbal Berdasarkan
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa penurunan kadar timbal optimal terjadi pada Variasi Berat
ke-2 dengan berat arang yaitu 0,5 g dan penurunan kadar timbal dari 0,6623 mg/L menjadi
0, 0463 mg/L. Besar penurunan yang diperoleh yaitu 0,616 mg/L. Sementara penurunan
kadar timbal terendah terjadi pada variasi yang ke-4 dengan berat arang 1 g dan
penurunan dari 0,6623 mg/L menjadi 0,0769 mg/L, dengan selisih penurunan yaitu sebesar
0,5854 mg/L. Penelitian ini membuktikan jika penambahan berat arang akan menyebabkan
besarnya penurunan kadar timbal dan penurunan kadar timbal agak berkurang apabila
penambahan berat arang sudah semakin banyak (Chungfang, 2017). Variasi Waktu Kontak
(VWK) dilakukan dengan pengadukan berat arang yang optimal, hasil analisis kadar timbal
dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4 2 Analisis Variasi Waktu Kontak (VWK) Terhadap
Penurunan Timbal Gambar 4.2 menunjukkan penurunan kadar timbal semakin besar
dengan pengaruh waktu kontak. Waktu kontak tertinggi terjadi selama 8 jam dari 0,6623
mg/L menjadi 0,0324 mg/L. dimana besar penurunan yang terjadi yaitu 0,6229 mg/L.
Kemampuan adsorpsi akan terus bertambah dengan peningkatan waktu kontak adsorpsi
dengan adsorben hingga mencapai waktu kontak optimum. Proses adsorbsi mencapai
waktu kontak optimum pada waktu 8 jam, sehingga tidak akan terjadi lagi penurunan yang
tinggi meskipun waktu kontak ditambahkan lagi. (Yen, 2011) Persentase Efektivitas dari
berat arang dapat dilihat pada Gambar 4.3 Gambar 4 3 Persentase Efektivitas Berat Arang
terhadap Penurunan Kadar Timbal Dimana persentase tertinggi diperoleh pada berat arang
0,5 g yaitu sebesar 93,01%. Pada berat arang 0,5 g kondisi optimum untuk penurunan
parameter timbal ini. Sementara itu persentase efektivitas dari waktu kontak dapat dilihat
pada Gambar 4.4 Gambar 4 4 Persentase Efektivitas Berat Arang terhadap Penurunan Kadar
Timbal Sementara untuk waktu kontak persentase efektivitas tertinggi diperoleh pada
waktu kontak 8 jam yaitu sebesar 95,11%. Pada waktu kontak selama 8 jam kondisi
optimum untuk penurunan parameter timbal ini. Persamaan Isoterm Adsorpsi Langmuir
dan Freundlich Isoterm 29Langmuir menggambarkan bahwa pada permukaan adsorben
terdapat sejumlah situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan dan setiap situs aktif
hanya dapat mengadsorp satu molekul (Siti Sulasridkk., 2014). Sementara itu isoterm
Freundlich merupakan proses adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorben yang
heterogen. Berikut adalah Kurva Isoterm Langmuir dan Isoterm Freundlich berdasarkan
data pada Tabel 4.5 dan 4.6 Gambar 4 5 Kurva Isoterm Langmuir Sementara itu isoterm
Freundlich merupakan proses adsorpsi yang terjadi pada permukaan adsorben yang
heterogen. Gambar 4 6 Kurva Isoterm Langmuir Dari Gambar 4.5 dan Gambar 4.6 bahwa
penentuan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich dapat diketahui dengan
cara melihat nilai R2 yang mendekati 1. Hasil perbandingan nilai R2 dari persamaan isoterm
adsorpsi langmuir dan freundlich menunjukkan bahwa persamaan isoterm freundlich
memiliki nilai R2 mendekati 1 yaitu sebesar 0,9834, sedangkan nilai R2 isoterm adsorpsi
langmuir hanya 0,9373. Adsorpsi pada timbal ini mengikuti tipe isoterm Freundlich,
sehingga tipe ini lebih tepat untuk mencirikan mekanisme adsorpsi ion logam timbal oleh
arang typha angustifolia. Apabila mengikuti isoterm Freundlich maka adsorpsi terjadi
secara fisisorpsi multilayer. Mekanisme fisisorpsi dapat membentuk ikatan antar ion logam
yang terdapat dalam limbah, selain ikatannya dengan adsorben. Kedua ikatan tersebut
hanya terikat oleh gaya Van Der Waals sehingga ikatan antara adsorbat dan adsorben
bersifat lemah. Hal ini dapat menyebabkan adsorbat leluasa bergerak hingga akhirnya
terjadi proses adsorpsi banyak lapisan. BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan
penelitian, didapatkan kesimpulan bahwa : 1. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan,
arang aktif Typha Angustifolia efektif dalam menurunakan kadar timbal pada limbah cair
bengkel. 2. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, didapatkan berat dan waktu
pengadukan efektif arang typha angustifolia yaitu 0,5 g dengan waktu kontak optimum
selama 8 jam. 5.2. Saran Diharapkam agar hasil penelitian ini dapat dilanjutkan dan
dikembangkan misalnya menambahkan parameter kimia lainnya untuk dilakukan
pemeriksaan, atau melakukan analisis pencemar pada sumber air pada pemukiman
disekitar bengkel. 53 53 17 53 53 53 53
Sources
1 https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/1266/05.2%20bab%202.pdf?sequence=6&isAllowed=yINTERNET
2%
2 https://bukanarjuna.com/tumbuhan-yang-hidup-di-air/INTERNET
1%
3 https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1292061006-3-BAB%20II.pdfINTERNET
1%
4 https://ilmulingkungan.com/pengelompokan-limbah-berdasarkan-bentuk-atau-wujudnya/INTERNET
<1%
5 http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/45290/Chapter%20II.pdf;sequence=5INTERNET
<1%
6 https://ilmualambercak.blogspot.com/2013/04/pengertian-chemical-oxygen-demand-cod.htmlINTERNET
<1%
7 https://nanaaykac.blogspot.com/2017/03/penanganan-limbah-cair-primer-skunder.htmlINTERNET
<1%
8 https://dyahdwip.blogspot.com/2014/01/pengujian-bod-biochemical-oxygen-demand.htmlINTERNET
<1%
9 https://www.coursehero.com/file/62470701/Tugas-1-Kelompok-1docx/INTERNET
<1%
10https://www.researchgate.net/publication/323158175_Biosorption_of_lead_II_from_an_aqueous_solution_using_biosorbents_prepared_from_water_plantsINTERNET
<1%
11https://core.ac.uk/download/pdf/208844037.pdfINTERNET
<1%
12https://www.academia.edu/33561621/TUGAS_MAKALAH_LIMBAH_CAIR_pdfINTERNET
<1%
13https://123dok.com/document/nq7j83vq-penentuan-kromium-selenium-sungai-metode-inductively-couple-plasma.htmlINTERNET
<1%
14https://www.academia.edu/37512585/UPAYA_MENURUNKAN_KADAR_LOGAM_TEMBAGA_Cu_PADA_LIMBAH_KERAJINAN_PERAK_DI_LOMBOK_TENGAH_DENGAN_MEMANFAATKAN_KARBON_BAGGASE_TERAKTIVASIINTERNET
<1%
15http://etheses.uin-malang.ac.id/843/7/11510078%20Bab%203.pdfINTERNET
<1%
16https://environmentalchemistry.files.wordpress.com/2018/02/permenlhk-no-68-tahun-2016-baku-mutu-air-limbah-domestik1.pdfINTERNET
<1%
17http://ejurnal.ung.ac.id/index.php/JE/article/download/1158/944INTERNET
<1%
18https://virochemist.blogspot.com/2010/12/indikator-pencemaran-air.htmlINTERNET
<1%
19https://baksampahlucu.wordpress.com/2015/06/04/macam-macam-limbah-atau-sampah/INTERNET
<1%
20http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17350/Chapter%20II.pdf;sequence=4INTERNET
<1%
21http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/43741/Chapter%20II.pdf;sequence=4INTERNET
<1%
22https://www.researchgate.net/publication/318342414_ANALISA_KADAR_LOGAM_TIMBAL_Pb_DALAM_TANAMAN_LIDAH_MERTUA_SANSIVIERA_Sp_DI_KOTA_TEGAL_DENGAN_METODE_SPEKTROFOTOMETER_SERAPAN_ATOM_SSAINTERNET
<1%
23https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-pencemaran-air.htmlINTERNET
<1%
24https://summer-absolutely.icu/blog/9-sifat-limbah-b3-dan-perbedaannya-yang-penting-diketahuinhfbk2976uq0nINTERNET
<1%
25https://radiks.files.wordpress.com/2010/09/7796686-penentuan-daya-serap-arang-aktif-teknis-terhadap-iodium.pdfINTERNET
<1%
26http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/34245/Chapter%20II.pdf;sequence=4INTERNET
<1%
27https://www.academia.edu/4978824/PENGOLAHAN_DAN_PEMANFAATAN_LIMBAH_TEKSTIL_APAKAH_LIMBAH_TEKSTIL_ITU_INTERNET
<1%
28https://jurnal.umj.ac.id/index.php/konversi/article/download/1098/1005INTERNET
<1%
29http://ejournalunb.ac.id/index.php/JSN/article/download/31/30INTERNET
<1%
30https://pubs.rsc.org/en/content/articlelanding/2017/ra/c6ra28035h#!INTERNET
<1%