Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

22
Plagiarism Checker X Originality Report Similarity Found: 32% Date: Sabtu, Agustus 22, 2020 Statistics: 2131 words Plagiarized / 6557 Total words Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement. ------------------------------------------------------------------------------------------- 106 KEDUDUKAN TANAH WAKAF YANG DIKUASAI AHLI WARIS Aurelia Nadya Pricilia Tjung Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Surabaya e-mail: [email protected] Debby Eka Kartikasari Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Surabaya e-mail: [email protected] Choiryzha Rochmatul Hilma Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Surabaya e-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Kedudukan Tanah Wakaf Yang Dikuasai Ahli Waris” ini bertujuan untuk lebih dalam mengetahui dan memahami serta menganalisis bagaimana kedudukan tanah wakaf yang telah bersertipikat namun masih dalam penguasaan ahli warisnya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian secara Normatif. Penelitian secara Normatif yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan menarik asas-asas hukum yang berkaitan dengan tanah wakaf, sertipikat wakaf dan ahli waris dari wakif. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Pertama, Tanah milik yang telah diwakafkan oleh wakif kepada nazhir harus dilakukan secara tertulis yang mana tertuang dalam Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang dibuat oleh PPAIW, yang kemudian harus didaftarkan kepada BPN untuk mendapatkan sertipikat tanah wakaf sebagai tanda bukti wakaf. Kedua, Dengan adanya sertipikat tanah wakaf tersebut, maka kedudukan nazhir terlindungi dan telah memiliki kekuatan hukum sehingga tidak dapat digugat oleh ahli waris. Terlebih lagi dalam Pasal 3 UU No. 41 Tahun 2004 telah ditegaskan bahwa wakaf tidak dapat dibatalkan, sehingga ahli warisnya pun tidak dapat menggugat tanah tersebut. Kata Kunci: Wakaf; Sertipikat Tanah Wakaf; Kedudukan Ahli Waris ABSTRACT The research entitled The Position of a Waqf Owned by Heirs aims to more deeply know and understand and analyze how the position of the waqf land has been certified but is still

Transcript of Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Page 1: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 32%

Date: Sabtu, Agustus 22, 2020

Statistics: 2131 words Plagiarized / 6557 Total words

Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.

-------------------------------------------------------------------------------------------

106 KEDUDUKAN TANAH WAKAF YANG DIKUASAI AHLI WARIS Aurelia Nadya Pricilia

Tjung Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Surabaya e-mail:

[email protected] Debby Eka Kartikasari Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum,

Universitas Airlangga Surabaya e-mail: [email protected] Choiryzha Rochmatul

Hilma Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum, Universitas Airlangga Surabaya e-mail:

[email protected] ABSTRAK Penelitian yang berjudul “Kedudukan Tanah

Wakaf Yang Dikuasai Ahli Waris” ini bertujuan untuk lebih dalam mengetahui dan

memahami serta menganalisis bagaimana kedudukan tanah wakaf yang telah

bersertipikat namun masih dalam penguasaan ahli warisnya.

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian secara Normatif. Penelitian secara

Normatif yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan perundang-undangan dan

menarik asas-asas hukum yang berkaitan dengan tanah wakaf, sertipikat wakaf dan ahli

waris dari wakif. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, Pertama,

Tanah milik yang telah diwakafkan oleh wakif kepada nazhir harus dilakukan secara

tertulis yang mana tertuang dalam Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang dibuat oleh PPAIW,

yang kemudian harus didaftarkan kepada BPN untuk mendapatkan sertipikat tanah

wakaf sebagai tanda bukti wakaf. Kedua, Dengan adanya sertipikat tanah wakaf

tersebut, maka kedudukan nazhir terlindungi dan telah memiliki kekuatan hukum

sehingga tidak dapat digugat oleh ahli waris.

Terlebih lagi dalam Pasal 3 UU No. 41 Tahun 2004 telah ditegaskan bahwa wakaf tidak

dapat dibatalkan, sehingga ahli warisnya pun tidak dapat menggugat tanah tersebut.

Kata Kunci: Wakaf; Sertipikat Tanah Wakaf; Kedudukan Ahli Waris ABSTRACT The

research entitled The Position of a Waqf Owned by Heirs aims to more deeply know and

understand and analyze how the position of the waqf land has been certified but is still

Page 2: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

under the control of the heirs. The research method used is Normative research.

Normative research is research using a statutory approach and attracting legal principles

relating to waqf land, waqf certificates and heirs from wakif.

Based on the results of this study, it can be concluded that, First, Owned land that has

been represented by wakif to nazhir must be done in writing which is contained in the

Pledge Act of Endowments (AIW) made by PPAIW, which must then be registered with

the BPN to obtain the waqf land certificate as proof of waqf. Second: With the existence

of the waqf land certificate, then nazhir’s position is protected and has legal powers so

that it cannot be sued by heirs. Moreover, in Article 3 of Law No. 41 of 2004 it has been

stated that the waqf cannot be canceled, so that the heirs cannot sue the land.

Keywords: Waqf; Sertificate of Waqf Land; Heirs Position P-ISSN 1410-3648 E-ISSN

2406-7385 Kajian Masalah Hukum dan Pembangunan P ERSPEKTIF Volume 24 Nomor 2

Tahun 2019 Edisi Mei Sekretariat: Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Jl. Dukuh Kupang XXV No. 54 Surabaya e-mail & Telp: [email protected]

(08179392500) Diterbitkan oleh: Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

(LPPM) Universitas Wijaya Kusuma Surabaya 107 PENDAHULUAN Wakaf merupakan

suatu lembaga keagamaan yang memiliki fungsi sosial dan merupakan salah satu fungsi

ibadah kepada Allah.

Dalam praktik masyarakat saat ini wakaf memiliki hubungan secara fungsional dengan

pemecegahan masalah sosial dan kemanusiaan. Di mana salah satunya yaitu umat Islam

melaksanakan wakaf yang mana digunakan untuk kegiatan keagamaan seperti

membangun masjid. Fungsi dari wakaf adalah untuk mengekalkan manfaat tanah yang

diwakafkan. Hal demikian itu merupakan manifestasi dari ajaran Agama Islam, di mana

dalam sebuah hadist Rosululloh SAW yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah

yang terjemahannya: “Apabila mati anak Adam, maka terputuslah daripada seluruh

amalnya keculi tiga hal yaitu shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholeh

yang mendoakan kedua orangtuanya.” Imam Muslim meletakkan hadist ini dalam bab

wakaf karena para ulama menafsirkan istilah shodaqoh jariyah dengan wakaf.1

Indonesia sendiri memiliki salah satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum

sebagimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bersangkutan

dengan hal tersebut dilaksanakan oleh umat Muslim melalui wakaf, yang mana

mengembangkan potensi yang terdapat pada lembaga keagamaan yang memiliki

manfaan ekonomis. Wakaf di Indonesia sendiri diatur dalam Pasal 49 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

yang mana menyebutkan bahwa perwakafan tanah milik yang dipergunakan untuk

kepentingan peribadatan sepanjang dipergunakan sesuai tujuannya dalam bidang

Page 3: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

keagamaan akan dilindungi oleh peraturan pemerintah.

Atas dasar pasal tersebutlah diciptakan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977

tentang Perwakafan Tanah Milik yang mana dalam PP tersebut mengatur mengenai tata

cara dan pendaftaran perwakafan tanah milik. Sedangkan dalam Undang- Undang

Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam penjelasan angka 1 ditegaskan bahwa

perbuatan hukum wakaf wajib dicatat dan dituangkan dalam Akta Ikrar Wakaf (AIW)

didaftarkan di Pengadilan Agama dan juga harus diumumkan. Dan terakhir wakaf diatur

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 1 Adijani Al-Alabij. (1989). Perwakafan Tanah di

Indonesia. Jakarta: Rajawali Press, h. 25.

25 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. Pada dasarnya

dalam semua peraturan tersebut diatur mengenai pemanfaatan harta benda wakaf

sesuai dengan fungsinya yang mana salah satu manfaatnya yaitu manfaat ekonomis

harta benda wakaf tersebut untuk kepentingan ibadah dan juga memajukan

kesejahteraan umum. Sedangkan untuk kapan lahirnya wakaf, menurut Hukum Islam

perwakafan lahir seketika itu juga saat adanya pernyataan pihak yang mewakafkan harta

benda miliknya. Hal berbeda terjadi menurut hukum positif.

Di mana pelaksanaan wakaf harus dilakukan dengan ikrar yang dibuat di hadapan

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) dan dua orang saksi serta harus dibuat

dalam bentuk Akta Ikrar Wakaf (AIW). 2 Hal tersebut seperti yang tercantum dalam Pasal

9 ayat (1) PP No. 28 Tahun 1977 menyebutkan bahwa pihak yang hendak mewakafkan

tanahnya diharuskan datang dihadapan PPAIW untuk melaksanakan Ikrar Wakaf. PPAIW

dalam hal ini yaitu Kepala KUA Kecamatan. Apabila suatu kecamatan tidak memiliki

kantor KUA, maka Kepala Kantor Wilayah Depatemen Agama menunjuk Kepala KUA

terdekat sebagai PPAIW di kecamatan tersebut.

Sejalan dengan hal tersebut PPAIW selaku pembuat AIW sendiri memiliki kewajiban

melaksanakan tugas-tugas antar lain:3 1. Menyelenggarakan AIW dengan terlebih

dahulu melakukan hal-hal berikut: a. Meneliti kehendak wakaf; b. Meneliti dan

mengesahkan nazhir; c. Meneliti saksi ikrar wakaf; d. Menyaksikan pelaksanaan ikrar

wakaf; dan e. Membuat AIW. 2. Menyampaikan AIW dan salinannya selambat-

lambatnya dalam jangka waktu satu bulan setelah dibuatnya; 3. Menyelenggarakan AIW;

4. Menyimpan dan memelihara AIW dan daftarnya; 5. Atas nama nazhir PPAIW

diharuskan mengajukan permohonan kepada Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah

setempat untuk mendaftarkan tanah milik tersebut. 2 ibid. 3 Juhaya S. Praja. (1995).

Perwakafan di Indonesia Sejarah Pemikiran Hukum dan Perkembangannya. Bandung:

Page 4: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Yayasan Piara, h. 5. 108 Selain Pasal 9 ayat (1) PP No. 28 Tahun 1977, pelaksaan ikrar

wakaf juga diatur dalam Pasal 17 UU No. 41 Tahun 2004, yang mana isinya: 1. Ikrar

wakaf dilaksanakan oleh Wakif (pihak yang mewakafkan harta benda miliknya) kepada

nazhir (pihak yang menerima harta benda wakaf dari wakif guna dikelola dan

dikembangkan sesuai dengan tujuan sebenarnya) dihadapan PPAIW dengan disaksikan

oleh 2 (dua) orang saksi. 2. Ikrar Wakaf sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dinyatakan

secara lisan dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW.

Dalam Pasal 18 undang-undang tersebut menyebutkan pelaksanaan wakaf apabila wakif

berhalangan hadir.

Yang mana isinya: dalam hal wakif tidak dapat menyatakan ikrar wakaf secara lisan atau

tidak dapat hadir dalam pelaksanaan ikrar wakaf karena alasan yang dibenarkan oleh

hukum, wakif dapat menunjuk kuasanya dengan surat kuasa yang diperkuat oleh dua

orang saksi. Untuk dapat melaksanakan ikar wakaf, wakif atau kuasanya menyerahkan

surat dan/atau bukti kepemilikan harta benda wakaf kepada PPAIW. Tujuan adanya AIW

yaitu untuk mencegah dan menghindari sengketa tanah wakaf yang akan terjadi antara

wakif dan nazhir, maupun antara keluarga wakif (ahli waris) dan nazhir. Akta Ikrar Wakaf

tersebut digunakan sebagai bukti dari perbuatan wakaf tersebut.

Tapi ternyata pada faktanya AIW yang telah didaftar di Pengadilan Agama saja tidak

cukup dalam pembuktian wakaf. Sehingga saat ini di Indonesia masih banyak terdapat

permasalahan seputar wakaf, khususnya tanah sebagai objek wakaf. Oleh karena itu,

AIW saja tidak cukup. Menurut Pasal 32 UU No. 31 Tahun 2004 dengan AIW, tanah

wakaf tersebut harus didaftarkan oleh PPAIW atas nama nazhir agar menjamin

perlindungan hukum dan kepastian hukum mengenai keabsahan tanah wakaf tersebut,

sebagaimana dimaksud oleh Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang

pendaftaran tanah. Tanah wakaf tersebut didaftarkan pada Instansi yang berwenang,

yang mana dalam hal ini merupakan kewenangan Kantor pertanahan setempat atau

Badan Pertanahan Nasional (BPN).4 4 H. Taufik Hamami. (2003).

Perwakafan Tanah (Dalam Hukum Agraria Nasional). Jakarta: Tatanusa, h. 153. Dalam

Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 42 Tahun 2006 juga telah menyebutkan bahwa nazhir wajib

mengadministrasikan, mengelola, mengembangkan, mengawasi, dan melindungi harta

benda wakaf. Yang mana hal itu dilakukan dengan cara sertifikasi terhadap tanah wakaf

yang berada di bawah tanggungjawabnya. Hal tersebut agar memperjelas status

kepemilikan dari tanah wakaf tersebut.5 Namun, sekalipun telah ditentukan dalam Pasal

32 UU No. 41 Tahun 2004 maupun Pasal 12 ayat (1) PP Nomor 42 Tahun 2006 yang

mengharuskan PPAIW atas nama nazhir untuk mendaftarkan tanah wakaf tersebut,

masih banyak di Indonesia tanah wakaf yang belum didaftarkan, sehingga menimbulkan

sengketa tentang tanah wakaf tersebut baik antara wakif dan nazhir itu sendiri maupun

Page 5: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

antara ahli waris wakif dengan nazhir.

Akibat tidak didaftarkannya tanah wakaf tersebut yaitu tanah yang telah diwakafkan

tersebut tidak memiliki dasar hukum, sehingga dalam penyelesaian sengketa mengenai

pemilikan tanah wakaf tersebut akan menemukan kesulitan, terutama dalam hal

pembuktian. Maka berkaitan dengan latar belakang tersebut, penulis akan membatasi

penulisan yang berkaitan dengan: Bagaimana kedudukan tanah wakaf yang dikuasai

oleh ahli waris?; serta Bagaimana jaminan kepastian dan perlindungan hukum dalam

perwakafan bagi nazhir? METODE PENELITIAN Dalam rangka mendapatkan informasi

untuk penelitian hukum ini, maka tipe penelitian yang digunakan penulis adalah

penelitian secara normatif.

Penelitian secara normatif yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan

perundang-undangan dan menarik asas-asas hukum yang berkaitan dengan tanah

wakaf, sertipikat wakaf dan ahli waris dari wakif. 6 Sedangkan pendekatan masalah yang

digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pendekatan statute approach .

Pendekatan statute approach dilakukan dengan menelaah semua undang- undang dan

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani.7 5 ibid. 6

Salim H.S. (2010). Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 64. 7 Peter Mahmud Marzuki. (2011). Penelitian

Hukum, Cetakan ke-11. Jakarta: Kencana, h. 93. Aurelia Nadya Pricilia Tjung, Debby Eka

Kartikasari, dan Choiryzha Rochmatul Hilma Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai Ahli

Waris 109 PEMBAHASAN Pelaksanaan Wakaf di Indonesia Wakaf berasal dari bahasa

Arab, kata benda abstrak ( masdar) atau kerja ( fiil) yang dapat berfungsi sebagai kata

kerja intrasitif (fiil lazim) atau transitif (fiil mutaadi). Pengertian yang dipakai dalam

tulisan ini yaitu kata kerja transitif.

Secara sederhana dapat pula dikatakan bahwa wakaf menurut bahasa berarti “menahan

harta” tidak dipakai oleh seseorang, tidak pula diizinkan untuk dikuasai. 8 Sedangkan

menurut Pasal 1 UU No. 41 Tahun 2004 wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk

memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Pada Hukum Islam

sendiri tidak ada konsep yang tunggal tentang wakaf karena terdapat banyak pendapat

yang sangat beragam.9 Di Indonesia, peraturan tentang wakaf telah ada jauh sebelum

Indonesia merdeka.

Namun, seluruh peraturan tersebut belum mampu mencakup segala aspek mengenai

wakaf. Sebelum adanya UUPA dan PP No. 28 Tahun 1977, masyarakat Islam masih

Page 6: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

menggunakan kebiasaan keagamaan, di mana perwakafan terjadi hanya secara lisan dan

atas dasar kepercayaan. Hal tersebut terjadi karena umat Islam memandang bahwa

wakaf merupakan amal soleh yang memiliki nilai mulia di hadirat Allah SWT, sehingga

tidak perlu melalui prosedur administatif dan harta wakaf tersebut milik Allah SWT dan

tidak dapat diganggu gugat tanpa seizin Allah SWT. Oleh karena faham tersebut kini

pengakuan mengenai validitas legal tentang harta wakaf berujung pada timbulnya

sengketa pada tanah wakaf tersebut.

Karena hanya dilakukan secara lisan, perwakafan tersebut tidak memiliki bukti tertulis

tentang terjadinya perwakafan tersebut. Setelah itu sebelum tahun 2000 wakaf telah

lama dikelola oleh lembaga swasta dan perorangan. Namun masih terdapat hambatan,

diantaranya adalah masih kurangnya pemahaman dan kepedulian umat Islam terhadap

wakaf, SDM wakaf yang belum profesional, 8 Helmi Karim. (1993). Fiqh Muamalah.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h. 103. 9 Abdurrahman. (1994). Masalah Perwakafan

Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita , Jakarta: Citra Aditya Bakti, h.

15. dan pengaruh ekonomi global.

10 Dalam usaha memaksimalkan pelaksanaan wakaf Kementerian Agama telah

melakukan beberapa usaha langkah strategis, antara lain:11 1. Melahirkan Direktorat

Pemberdayaan Wakaf, yang terdiri dari empat sub direktorat (Inventarisasi dan

sertivikasi wakaf, penyuluhan wakaf, pengelolaan wakaf, dan bina lembaga wakaf). 2.

Melahirkan Badan Wakaf Indonesia (BWI), sesuai amanat Pasal 47-61 UU No. 41 Tahun

2004. 3. Kemitraan usaha dan aliansi strategis, harus sesuai mengikuti sistem syariah

yaitu musharakah atau mudharabah. 4. Kerjasama kebijakan dalam bidang ekonomi-

politik.

5. Pengelolaan wakaf tunai. Wakaf sendiri akan dianggap sah apabila telah memenuhi

rukun dan syarat wakaf tersebut. Rukun dan syarat wakaf tersebut menurut figh yaitu:12

1. Waqif yaitu orang yang mewakafkan harta bendanya. Orang yang mewakafkan harta

bendanya haruslah orang yang cakap. Kecakapan tersebut meliputi 4 kriteria yaitu:

merdeka, berakal sehat, dewasa, tidak sedang di bawah pengampuan. 2. Mauquf ‘alaih

atau nazhir yaitu pihak yang menerima wakaf (orang atau badan hukum). Syaratnya

yaitu: harus dinyatakan secara tegas pada waktu mengikrarkan wakaf, kepada siapa atau

apa tujuan wakaf tresebut.

Di mana tujuan wakaf tersebut haruslah untuk kepentingan ibadah. 3. Mauquf yaitu

harta yang diwakafkan. Benda- benda yang diwakafkan adalah sah apabila memenuhi

syarat berikut: benda tersebut harus mempunyai nilai, benda bergerak atau benda tetap

yang dibenarkan untuk diwakafkan, benda yang diwakafkan harus tertentu (diketahui)

ketika terjadi wakaf, benda tersebut merupakan milik si wakif. 10 Direktorat

Page 7: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Pemberdayaan Wakaf. (2006). Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Jakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf, h. 167-168. 11 ibid. 12 ibid., h. 120. 110 4.

Shighat atau iqrar yaitu pernyataan atau ikrar wakif sebagai suatu kehendak untuk

mewakafkan harta bendanya. Syaratnya antara lain: shighat harus munjazah (terjadi

seketika), dan tidak diikuti syarat bathil, tidak diikuti pembatasan waktu, dan tidak

mengandung suatu pengertian untuk mencabut kembali wakaf yang sudah dilakukan.

Abdul Ghofur Anshori menjelaskan bahwa secara penerapan tata cara perwakafan di

Indonesia yaitu sebagai berikut:13 1.

Perorangan atau badan hukum yang akan mewakafkan tanah miliknya (sebagai calon

wakif) datang sendiri di hadapan PPAIW untuk melaksanakan ikrar wakaf. Bila calon

wakif tidak dapat datang ke hadapan PPAIW karena suatu sebab, seperti sakit, sudah

sangat tua dan lain-lain dapat membuat ikrar wakaf secara tertulis dengan persetujuan

Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten letak tanah yang bersangkutan di

hadapan dua orang saksi. Ikrar wakaf itu kemudian dibacakan pada nazhir di hadapan

PPAIW. 2. Pada waktu menghadap PPAIW tersebut, wakif harus membawa surat-surat

sebagai berikut: a.

Sertipikat hak milik atau tanda bukti pemilikan tanah lainnya seperti surat IPEDA (girik,

petok, ketitir dan sebagainya). b. Surat Keterangan Kepada Desa yang diperkuat oleh

Kepala Kecamatan setempat yang menerangkan kebenaran pemilikan tanah dan tidak

termasuk sengketa. c. Surat keterangan pendaftaran tanah. d. Izin dari

Bupati/Kotamadya Kepala Daerah cq. Kepala Sub Direktorat Agraria Setempat. 3. PPAIW

kemudian meneliti surat-surat dan syarat- syarat tersebut, apakah sudah memenuhi

untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan), meneliti saksi-saksi dan

mengesahkan susunan nazhir. 4. Menurut Dr.

Abdul Ghofur, wakif mengikrarkan kehendak wakif itu kepada nazir yang telah disahkan.

Ikrar tersebut harus diucapkan dengan jelas dan tegas dan dituangkan dalam bentuk

tertulis. Bagi wakif yang tidak dapat 13 Abdul Gofur Anshori. (2006). Hukum dan Praktek

Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media, h. 83-84. mengucapkan ikrarnya,

karena bisu misalnya, ia dapat menyatakan kehendaknya itu dengan isyarat, kemudian

mengisi formulir ikrar wakaf. Kemudian semua yang hadir menandatangani blanko ikrar

wakaf. Tentang bentuk dan isi ikrar wakaf tersebut telah ditentukan di dalam peraturan

Direktoral Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam tanggal 18 April 1978 No. Kep/D/75/78.

5.

PPAIW segera membuat Akta Ikrar Wakaf rangkap tiga dengan dibubuhi materai dan

Salinan Akta Ikrar wakaf rangkap empat. Akta Ikrar Wakaf tersebut paling sedikit

Page 8: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

memuat: nama dan identitas wakif, nama dan identitas nadzhir, data dan keterangan

harta benda wakaf, peruntukan harta benda wakaf dan jangka waktu wakaf. Selanjutnya

selambat-lambatnya satu bulan sejak dibuatnya akta, akta tersebut wajib disampaikan

kepada pihak-pihak yang bersangkutan.

Disamping membuat akta, PPAIW membukukan semua itu dalam Daftar Akta Ikrar

Wakaf dan menyimpannya dengan baik bersama aktanya. Kementerian Agama telah

melakukan usaha- usaha untuk menghindari sengketa mengenai perwakafan di

Indonesia, namun masih banyak terjadi sengketa tentang wakaf di Indonesia. Hal

tersebut diakibatkan masih kurang pahamnya masyarakat tentang konsep wakaf.

Menurut Pasal 4 UU No. 41 Tahun 2004 wakaf bertujuan memanfaatkan harta benda

wakaf sesuai dengan fungsinya. Sedangkan fungsi wakaf antara lain:14 a. Fungsi

Ekonomi.

Salah satu aspek yang terpenting dari wakaf adalah keadaan sebagai suatu sistem

transfer kekayaan yang efektif. b. Fungsi Sosial. Apabila wakaf diurus dan dilaksanakan

dengan baik, berbagai kekurangan akan fasilitas dalam masyarakat akan lebih mudah

teratasi. c. Fungsi Ibadah. Wakaf merupakan satu bagian ibadah dalam pelaksanaan

perintah Allah SWT, serta dalam memperkokoh hubungan dengan- Nya. d. Fungsi Ahlak.

Wakaf akan menumbuhkan ahlak yang baik, di mana setiap orang rela mengorbankan

apa yang paling dicintainya 14 Athoillah. (2014). Hukum Wakaf. Bandung: Yrama Widya,

h. 99.

Aurelia Nadya Pricilia Tjung, Debby Eka Kartikasari, dan Choiryzha Rochmatul Hilma

Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai Ahli Waris 111 untuk suatu tujuan yang lebih

tinggi dari pada kepentingan pribadinya. Sedangkan fungsi wakaf menurut Kompilasi

Hukum Islam Pasal 216 adalah mengekalkan manfaat benda wakaf sesuai dengan tujuan

wakaf. Wakaf memiliki fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat. Fungsi wakaf dalam

konteks sosial misalnya dalam pembangunan kehidupan ekonomi masyarakat.15

Sertipikat Tanah Wakaf sebagai Alat Bukti Penguasaan Tanah Wakaf Ketentuan

mengenai benda yang dapat dijadikan wakaf yaitu benda yang merupaka status hak

milik, harus bersih dalam artian tidak dibebani utang atau hipotek, tidak juga dibebani

oleh bahan-bahan atau jaminan lainnya, tidak dalam sengketa maupun terikat dengan

pihak manapun. Dalam Pasal 40 UU No.

41 Tahun 2004 menyebutkan bahwa harta benda wakaf yang sudah diwakafkan tidak

boleh atau dilarang untuk dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual, diwariskan,

ditukar atau dialihkan dalam bentuk pengalihan hak lainnya. Hal tersebut selaras

dengan fatwa MUI yang juga menegaskan bahwa pada dasarnya tanah atau benda lain

yg telah diwakafkan tidak boleh di jual-belikan, dihibahkan, dan/atau diwariskan.

Page 9: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Sedangkan jika harta benda wakaf tersebut berubah fungsinya atau peruntukkannya

maka nazhir harus kembali mendaftarkannya melalui PPAIW kepada instansi yang

berwenang dan Badan Wakaf Indonesia.16 Seperti tanah, tanah merupakan bagian

terpenting dari bumi dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia terutama bagi

masyarakat Indonesia.

17 Tanah menempati kedudukan penting terlebih lagi bagi mereka yang tinggal di

daerah pedesaan, yang menggantungkan hidupnya pada tanah. 18 Berbagai jenis hak

dapat melekat pada tanah dengan prosedur dan ketentuan sesuai dengan perolehan

hak atas tanah tersebut, yaitu pendaftaran. Sebagai tanda selesainya 15 ibid. 16 Junaidi

Abdullah dan Nur Qodin. (2014). “Penyelesaian Perselisihan Wakaf dalam Hukum

Positif”. Jurnal Zakat dan Wakaf, 1(1), h. 41. 17 Nazira. (2017). “Dampak Pengabaian

Sertifikasi Tanah Wakaf Terhadap Kepemilikan (Studi Kecamatan Meuraxa Kota Banda

Aceh)” . Skripsi.

Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh,

h. 1. 18 Adijani Al-Alabij. (2002). Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan

Praktek. Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 1. pendaftaran hak atas tanah, maka

dikeluarkan sertipikat hak atas tanah. Berdasarkan Pasal 19 ayat (2) UUPA, dinyatakan

bahwa akhir dari kegiatan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Indonesia yang

diadakan oleh pemerintah, adalah pemberian surat- surat tanda bukti hak, yang mana

berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat.19 Dalam ketentuan hukum Islam dikenal

ada banyak cara mendapatkan hak atas tanah.

Dalam hukum Islam dikenal perolehan dan peralihan hak atas tanah melalui jual beli,

tukar menukar, hibah, hadiah, infaq, sedekah, warisan, wasiat, wakaf, dan ihya-ulmawat

(membuka tanah baru). 20 Dari berbagai macam cara perolehan dan peralihan hak atas

tanah dalam persepktif hukum Islam, wakaf termasuk salah satu cara perolehan dan

peralihan hak yang berarti menahan harta yang bisa dimanfaatkan sementara barang

tersebut masih utuh, dengan menghentikan sama sekali pengawasan terhadap barang

tersebut dari orang yang mewakafkan dan lainnya.21 Salah satu harta benda yang dapat

menjadi objek perwakafan adalah benda tidak bergerak seperti tanah.

Dalam objek perwakafan yang berupa tanah, akan sangat erat hubungannya dengan

agraria atau pertanahan. Untuk objek wakaf berupa tanah, tidak bisa hanya dilihat dari

perspektif hukum Islam yang mengatur secara pokok mengenai wakaf, namun juga akan

berhubungan dengan aturan-aturan yang telah diatur dalam ketentuan UUPA yang

mengatur secara pokok mengenai tanah.

22 Dalam ketentuan hukum agraria menganut paham bahwa semua hak atas tanah

Page 10: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

mempunyai fungsi sosial yang dapat mendatangkan manfaat bagi kepentingan umum,

maka dalam hal tersebut masalah perwakafan tanah di Indonesia diakui dan dilindungi

oleh negara yang dimuat dalam ketentuan UU No. 41 Tahun 2004 dan PP No. 42 Tahun

2006. Menurut Mhd. Yamin Lubis dan Abd. Rahim Lubis, seperti dikuti oleh Umi

Supraningsih 19 Fani Martiawan. (2015). “Pembatalan Sertipikat Hak Atas Tanah Karena

Cacat Administratif Serta Implikasinya Apabila Hak Atas Tanah Sedang Dijaminkan”.

Jurnal Perspektif . Volume XX Nomor 2 Tahun 2015. Surabaya: Universitas Wijaya

Kusuma Surabaya, h. 106. 20 Rachmadi Usman. (2009).

Hukum Perwakafan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, h. 25. 21 Wahbah Az-Zuhaili.

(2007). Fiqh Islam Waadillatuhu . Damaskus: Darul Fiqri, h. 271. 22 Nazira, op.cit., h. 3.

112 menyatakan bahwa masalah perwakafan tanah mendapatkan tempat tersendiri

dalam aturan hukum di bidang Agraria dan Pertanahan di Indonesia, hingga diatur

tersendiri dalam ketentuan Pasal 49 ayat (3) UUPA. 23 Harta wakaf pada prinsipnya

adalah milik umat, dengan demikian manfaatnya juga harus dirasakan oleh umat,

sehingga karena itu tanah wakaf merupakan tanggung jawab kolektif guna menjaga

keeksistensiannya.

Karena hal tersebut, di Indonesia sendiri dibutuhkan lembaga yang secara khusus

bertugas untuk mengurus harta wakaf. Melalui UU No. 41 Tahun 2004, pengelolahan

harta wakaf di Indoenesia mengharuskan PPAIW atas nama nazhir mendaftarakan harta

benda wakaf kepada instansi yang berwenang. Selain UU No. 41 Tahun 2004, PP No. 42

Tahun 2006 dalam Pasal 12 ayat (1) menyebutkan bahwa nazhir wajib melakukan

administrasi, mengelolah, mengembangkan, mengawasi, dan melindungi harta benda

wakaf.

Demi memperoleh kekuatan hukum atas tanah yang diwakafkan, harus dibuat suatu

akta oleh Kepala KUA sebagai PPAIW yang disebut dengan AIW yang kemudian

didaftarkan kepada BPN untuk diterbitkan sertipikat Tanah Wakaf. Sertipikat sendiri

menurut PP No. 24 Tahun 1997 merupakan tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat

pembuktian mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang

data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan

buku tanah yang bersangkutan. Pendaftaran dan sertifikasi tanah wakaf sendiri

didasarkan oleh beberapa peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia

beberapa diantaranya, yaitu: 1. UUPA Pasal 19, 23, 32, dan 38; 2. UU No. 41 Tahun 2004;

3. PP No.

42 Tahun 2006; dan 4. PP No. 24 Tahun 1977. Prosedur dan mekanisme dalam

mendapatkan sertipikat tanah wakaf di Indonesia menurut hukum Islam yang

menganjurkan setiap muslim yang memiliki harta kekayaan supaya tidak hanya

Page 11: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

digunakan untuk kepentingan sendiri, namun juga harus diperuntukkan untuk

kepentingan umum harus dipenuhi oleh semua umat muslim. 24 23 ibid., h. 4. 24 Abdul

Halim. (2005). Hukum Perwakafan di Indonesia. Tangerang: Ciputat Press, h. 104.

Pendaftaran tanah wakaf ini sangat penting ditinjau dari ebberapa aspek salah satunya

dari aspek hukum dan administrasi penguasaan dan penggunaan tanah wakaf yang

sesuai dengan peraturan perundang- undangan Agraria. 25 Dalam kitab fiqh dijelaskan

bahwa wakaf telah berlaku dengan sebuah lafazh, walaupun tidak diumumkan oleh

hakim dan hilang miliknya wakif darinya walaupun barang tersebut masih ada di

tangannya.hal tersebut diungkapkan oleh Imam Malik yang diikuti oleh Asy-Syafi’I dan

Imam Ahmad.

Namun pendapat Abu Hanifah berbebda dengan Imam Malik dan Asy-Syafi’I, beliau

mengungkapkan bahwa tidak berlaku wakaf itu apabila tidak terlepas dari milik wakif,

apabila hakim memberikan putusan dengan mengumumkan wakaf tersebut.26

Mengenai pendaftaran tanah wakaf dijaman Rasulullah tidak dijelaskan secara rinci,

pendafatran tanah wakaf pada jaman itu hanya megacu ketentuan dalam Al-Qur’an

Surah Al-Baqarah ayat 282. QS 1:282 bukan merupakan kekhususan mengenai

pencatatan tanah wakaf, namun dalam ayat tersebut tersirat bahwa Islam juga

menghendaki masalah wakaf dengan tertulis atau menggunakan administrasi serta saksi

karena masalah wakaf juga termasuk yang telah diatur oleh Allah SWT. Lahirnya PP No.

42 Tahun 2006 seakan memberikan jawaban dari ketentuan yang tersirat dalam QS

1:282 atau juga dapat dikatakan sebagai implementasi terhadap ayat- ayat Tuhan.27

Sertipikat wakaf sendiri diperoleh dengan tujuan untuk mendapatkan kepastian hukum

terhadap tanah wakaf tersebut. Menurut PP No. 42 Tahun 2006 termuat dalam BAB IV

Bagian Kesatu Paragraf 1, Pasal 38 dan Pasal 39, yaitu: 1.

Pendaftaran harta benda wakaf tidak bergerak dilaksanakan berdasarkan AIW atau

APAIW; 2. Selain persyaratan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dilampirkan

pula persyaratan sebagai berikut: a. Sertipikat hak atas tanah atau sertipikat hak milik

atas satuan rumah susun bersangkutan atau bukti pemilikan tanah lainnya; b. Surat

persyaratan dari yang bersangkutan bahwa tanahnya tidak dalam sengketa, 25 Rahmadi

Usman. op.cit., h. 90. 26 ibid., h. 91. 27 Abdul Halim. op.cit., h. 104.

Aurelia Nadya Pricilia Tjung, Debby Eka Kartikasari, dan Choiryzha Rochmatul Hilma

Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai Ahli Waris 113 perkara, sitaan dan tidak

dijaminkan yang diketahui oleh kepala desa atau lurah atau sebutan lain yang setingkat,

yang diperkuat oleh camat setempat; c. Izin dari pejabat yang berwenang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang- undangan dala hal tanahnya diperoleh dari instansi

pemerintah, pemerintah daerah, BUMD/BUMN dan pemerintah desa atau sebutan lain

Page 12: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

yang setingkat dengan itu; d.

Izin dari pejabat bidang pertanahan apabila sertipikat dan keputusan pemberian

phaknya diperlukan izin pelepasan/peralihan; e. Izin dari dari pemegang hak

pengelolahan atau hak milik dalam hal hak guna bangunan atau hak pakai diwakafkan

di atas hak pengelolahan atau hak milik. 3. Pendaftaran sertipikat tanah wakaf dilakukan

berdasarkan AIW atau PPAIW dengan tata cara sebagai berikut: a. Terhadap tanah yang

sudah berstatus hak milik didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir; b.

Terhadap tanah milik yang diwakafkan hanya sebagian dari luas keseluruhan harus

dilakukan pemecahan sertipikat hak milik terlebih dahulu kemudian didaftarkan menjadi

tanah wakaf atas nama nazhir; c. Terhadap hak guna bangunan, hak guna usaha atau

hak pakai di atas tanah Negara sebagaimana dimaksud Pasal 17 ayat (1) huruf b yang

telah mendapatkan persetujuan pelepasan hak dari pejabat yang berwenang di bidang

pertanahan didaftarkan menjadi tanah wakaf atas nama nazhir; d. Terhadap tanah yang

belum berstatus hak milik yang berasal dari tanah milik adat langsung didaftarkan

menjadi tanah wakaf atas nama nazhir; e.

Pejabat yang berwenang di bidang pertanahan kabupaten/kota setempat mencatat

perwakafan tanah yang bersangkutan pada buku dan sertipikatnya. Setelah didaftarkan

dan dicatatkan pada Kantor BPN, dalam sertipikat tanah hak milik yang diwakafkan,

maka tanah wakaf itu telah mempunyai alat pembuktian yang kuat berupa sertipikat

tanah wakaf. Yang merupakan program nasional sebagai tanggung jawab pemerintah

dan masyarakat. Pada dasarnya tujuan pendaftaran tanah sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 19 ayat (1) jo. Pasal 3 huruf (a) PP No.

24 Tahun 1997 yaitu untuk menjamin kepastian hukum dan perlindungan hukum.28

Ketentuan mengenai pendaftaran tanah yang diatur dalam Pasal 19 UUPA tidak hanya

ditunjukan kepada pemerintah, tetapi ketentuan ini juga ditujukan kepada pemegang

hak atas tanah. Dengan hal tersebut pengsertifikasian tanah wakaf sangat diperlukan

guna memperoleh jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum terhadap tanah

wakaf tersebut dan untuk menjaga kedudukannya sebagai tanah wakaf serta menjadi

alat pembuktian yang kuat apabila suatu hari nanti terjadi persengketaan.

Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai Ahli Waris Dalam literatur Fiqh Islam, kewarisan

( al- mawarits kata tunggalnya al-mirats ) lazim juga disebut dengan fara’idh , yaitu

jamak dari kata fardh yang bermakna ketentuan atau takdir. Al- fardh dalam terminologi

syar’i ialah bagian yang telah ditentukan untuk ahli waris. 29 Menurut Pasal 171 (a) KHI,

Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak kepemilikan

harta peninggalan ( tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli

Page 13: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

waris dan berapa bagian masing-masing.

Para fuqaha (ahli fiqih) mendefinisikan hukum kewarisan Islam sebagai suatu ilmu yang

dengan dialah dapat kita ketahui orang yang menerima pusaka, orang yang tidak

menerima pusaka, serta kadar yang diterima tiap-tiap ahli waris dan cara membaginya.

Defenisi tersebut menekankan dari segi orang yang mewaris, orang yang tidak mewaris,

besarnya bagian yang diterima oleh masing-masing ahli waris, serta cara membagikan

warisan kepada ahli waris.30 Pewaris sendiri dalam Pasal 171 (b) disebutkan bahwa

pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal

berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta

peninggalan. 28 Adrian Sutedi. (2008).

Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika, h. 116. 29 A.M.

Basalamah. (1995). Pembagian Waris Menurut Islam. Jakarta: Gema Insani Press, h. 33. 30

Rachmad Budiono. (1999). Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia. Bandung:

Citra Aditya Bakti, h. 1. 114 Sedangkan ahli waris menurut Pasal 171 (c) KHI, ahli waris

adalah orang yang saat pada meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau

hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama islam dan tidak berhalang karena

hukum untuk menjadi ahli waris.

Dilihat dari segi asalnya waris berasal dari kata Arab, yaitu warits yang artinya yang

tinggal atau yang kekal. Dengan begitu dapat diartikan bahwa waris berarti orang-orang

yang berhak untuk menerima pusaka dari harta yang ditinggalkan oleh pewaris.31

Menurut ketentuan hukum waris Islam, syarat seseorang dapat menjadi ahli waris yaitu:

1. Karena hubungan perkawinan; 2. Karena adanya hubungan darah; 3. Karena

memerdekakan si mayit; 4. Karena sesama Islam;32 Menurut hukum Islam, seorang

muslim yang meninggal dunia, dan jika ia tiak memiliki ahli waris sama sekali maupun

ahli waris beragama Islam, maka harta warisannya diserahkan kepada Baitul Mal dan

lebih lanjut dipergunakan untuk kepentingan kaum muslimin.

33 Sedangkan apabila si mayit memiliki ahli waris yang meninggalkan agama Islam

dengan kemauannya sendiri atau murtad, baik laki-laki maupun perempuan maka ia si

ahli waris tersebut tidak berhak menerima warisan dari keluarganya yang beragama

Islam tersebut. Begitu juga sebaliknya. Keluarga yang beragama Islam tidak berhak

menerima warisan dari yang murtad tersebut. Sedangkan harta waris menurut Pasal 171

(e) adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk

keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajnis),

pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat.

Di Indonesia masih banyak ditemukan sengketa mengenai tanah wakaf. Yang mana para

Page 14: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

pihak sengketa diantaranya adalah keluarga atau ahli waris dari pihak wakif dan juga

nazhir. Dalam Pasal 62 UU No. 41 Tahun 2004 telah menentukan alternatif penyelesaian

apabila terjadi sengketa yaitu diantaranya melalui musyawarah, mediasi, arbitrasi, dan

jalan terakhir melalui pengadilan. Dalam hal terjadi sengketa dalam wakaf, dalam Pasal

49 UU No. 31 ibid., h. 3. 32 Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjutak. (2013). Hukum

Waris Islam. Jakarta: Sinar Grafika, h. 55. 33 ibid. 3 Tahun 2006 telah menyebutkan

bahwa Pengadilan Agamalah yang berwenang menyelesaikan perkara wakaf antar umat

Islam.

Sengketa tanah wakaf timbul akibat masih banyak ditemukan tanah wakaf yang belum

memiliki sertipikat. Padahal, sertipikat tanah wakaf sangat penting guna membuktikan

bahwa tanah milik dari wakif tersebut telah menjadi tanah wakaf yang diserahkannya

kepada nazhir. Karena tidak memiliki sertipikat tanah wakaf tersebutlah tidak jarang ahli

waris wakif meminta kembali tanah wakaf tersebut atau mengingkari adanya ikrar wakaf

tersebut. Padahal pada Pasal 3 UU No.

41 Tahun 2004 telah secara tegas menyebutkan bahwa wakaf yang telah diikrarkan tidak

dapat dibatalkan atau ditarik kembali. Selain itu menurut hadits Umar Ibnu Al- Khattab

tentang wakaf, bahwa harta wakaf tidak bisa diperjualbelikan, tidak bisa diwariskan, dan

tidak bisa juga dihibahkan. Dengan adanya penegasan dalam pasal tersebut dapat

ditarik dilihat bahwa tanah yang telah diwakafkan tidak dapat dijadikan bagian dalam

waris mewaris. Apalagi telah ada AIW, yang mana bukti telah terjadi perwakafan.

Jika AIW saja dapat menjadi bukti, maka sertipikat tanah wakaf sudah pasti memiliki

bukti yang kuat karena merupakan akta otentik yang dikeluarkan oleh BPN dan

mendapat perlindungan dan memiliki kepastian hukum. Oleh karena itu, ahli waris yang

menuntut untuk menarik kembali tanah wakaf tidak memiliki alas hak dalam melakukan

perbuatan tersebut. Tanah wakaf yang mana telah memenuhi rukun dan syarat sahnya

wakaf tanah tidak dapat ditarik atau tidak dapat dibatalkan yang mana telah ditegaskan

dalam Pasal 3 UU No. 41 Tahun 2004.

Jaminan Kepastian dan Perlindungan Hukum dalam Perwakafan bagi Nazhir Wakaf

dalam hukum Islam merupakan suatu amal soleh yang memiliki nilai mulia di hadirat

Allah SWT. Perbuatan hukum wakaf ini dapat diperkuat atau dibuktikan dengan adanya

Akta Ikrar Wakaf (AIW) yang merupakan suatu akta otentik yang dibuat oleh PPAIW

menurut Pasal 1 ayat (6) PP No. 42 Tahun 2006. Dengan adanya AIW tersebut maka

tanah wakaf terebut tidak dapat diganggu gugat sekalipun oleh ahli waris selama tidak

dibuktikan sebaliknya.

Hal tersebut sejalan dengan bunyi Pasal 3 Undang- Aurelia Nadya Pricilia Tjung, Debby

Page 15: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Eka Kartikasari, dan Choiryzha Rochmatul Hilma Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai

Ahli Waris 115 Undang No. 31 Tahun 2004 yang mengatakan bahwa wakaf tidak tidak

dapat dibatalakan. Tetapi pada nyatanya tanah wakaf yang bahkan telah ada AIW masih

diganggu gugat oleh ahli waris dari wakif yang menuntut untuk menarik kembali tanah

wakaf tersebut karena merupakan bagian dari harta warisan yang ditinggalkan oleh

wakif.

Jaminan kepastian hukum bagi nazhir yaitu melalui pendaftaran tanah wakaf sesuai

dengan Pasal 32 UU No. 41 Tahun 2004 jo. PP No. 28 Tahun 1997 Jo. Permendaman No.

6 Tahunn 1997 yaitu sebagai beikut:34 1. Pasal 32 UU No. 41 Tahun 2004 disebutkan

bahwa PPAIW atas nama nazhir mendaftarkan harta benda wakaf kepada instansi yang

berwenang paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak akta ikrar wakaf ditandatangani

dengan dilampiri: sertipikat yang bersangkutan atau bila tidak ada boleh menggunakan

surat-surat bukti kepemilikan tanah yang ada, salinan akta ikrar wakaf yang dibuat

PPAIW dan surat pengesahan nazhir; 2.

Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, setelah menerima surat permohonan dari

PPAIW dan meneliti surat dan lampiran surat permohonan itu, mencatat perwakafan

tanah milik tersebut pada buku tanah yang ada dikantornya dan pada sertipikat tanah

yang diwakafkan itu dicatat beberapa hal sesuai dengan peraturan yang berlaku

mengenai perwakafan tanah milik. Bila pengajuan permohonan itu bersamaan dengan

permintaan pengesahan hak/konversi, maka pencatatan wakafnya baru dilakukan

setelah sertipikatnya dikeluarkan. Bila yang diwakafkan itu sebagian dari tanah milik,

maka terhadap bidang tanah itu harus dilakukan pemisahan terlebih dahulu sehingga

masing- masing mempunyai sertipikat sendiri-sendiri.

Jika nazhir terdiri dari kelompok orang, maka yang ditulis dalam buku tanah dan

sertipikatnya adalah nama orang-orang dari kelompok tersebut disertai kedudukannya

di dalam kepengurusan. Bila kelak ada anggota nazhir yang meninggal dunia,

mengundurkan diri atau diganti, maka diadakan penyesuaian seperlunya, berdasarkan

pengesahan susunan nazhir yang dilakukan oleh 34 Abdul Ghofur Anshori. (2005).

Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media, h. 85-86. PPAIW.

Jika nazhir itu Badan Hukum, maka yang ditulis dalam buku tanah dan sertipikatnya

adalah nama badan hukum tersebut. 3.

Setelah perwakafan tanah dicatat pada buku tanah dan sertipikatnya, maka Kepala

Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat menerbitkan bukti pendaftaran harta

benda wakaf dan menyerahkan sertipikat itu kepada nazhir yang wajib melaporkan

halaman itu kepada PPAIW untuk dicatat dalam Daftar Akta Ikrar Wakaf. 4. Dalam hal

harta benda wakaf ditukar atau diubah peruntukannya, nazhir melalui PPAIW

Page 16: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

mendaftarkan kembali kepada instansi yang berwenang (dalam hal ini Kepala Kantor

Pertanahan Kabupaten/Kota) dan Badan Wakaf Indonesia harta benda wakaf yang

ditukar atau diubah peruntukkannya itu sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

tata cara pendaftaran harta benda wakaf. Fungsi pendaftaran tanah wakaf pada

pokoknya adalah untuk memperoleh jaminan kepastian hukum Dn perlindungan hukum

mengenai tanah yang diwakafkan.

Bila hal ini dilaksanakan dengan baik, maka ketertiban masalah perwakafan di Indonesia

akan tercapai. Perlindungan hukum bagi nazhir agar tidak digugat oleh ahli waris

terbagi menjadi 2 bentuk yaitu:35 1. Perlindungna hukum secara preventif, yang

bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa, kewajiban untuk membuat AIW tanah

dan mendaftarkan AIW tersebut untuk diterbitkan sertipikat tanah wakaf serta

memberitahukan kepada ahli waris. 2. Perlindungan hukum secara represif, yang

bertujuan untuk menyelesaikan terjadinya sengketa, yang diperlukan guna mencari

penyelesaian ketika telah terjadi benturan kepentingan.

PENUTUP Kesimpulan Kedudukan tanah wakaf yang dikuasai oleh ahli waris tidak

memiliki dasar hukum. Karena menurut Pasal 13 UU No. 41 Tahun 2004 menegaskan

bahwa wakaf dikelola, dikembangkan, diawasi dan 35 ibid. 116 dilindungi oleh nazhir.

Pasal 3 UU No. 41 Tahun 2004 telah secara tegas juga menyebutkan bahwa wakaf yang

telah diikrarkan tidak dapat dibatalkan atau ditarik kembali. Selain itu menurut hadits

Umar Ibnu Al-Khattab tentang wakaf, bahwa harta wakaf tidak bisa diperjualbelikan,

tidak bisa diwariskan, dan tidak bisa juga dihibahkan.

Dengan adanya penegasan dalam pasal tersebut dapat ditarik bahwa tanah yang telah

diwakafkan tidak dapat dijadikan bagian dalam waris. AIW merupakan bukti telah terjadi

perwakafan. Jika AIW saja dapat menjadi bukti, maka sertipikat tanah wakaf sudah pasti

memiliki bukti yang kuat karena merupakan akta otentik yang dikeluarkan oleh BPN dan

memiliki kepastian hukum. Oleh karena itu, ahli waris yang menuntut untuk menarik

kembali tanah wakaf tidak memiliki alas hak dalam melakukan perbuatan tersebut.

Tanah wakaf yang mana telah memenuhi rukun dan syarat sahnya wakaf tanah tidak

dapat ditarik atau tidak dapat dibatalkan yang mana telah ditegaskan dalam Pasal 3 UU

No. 41 Tahun 2004. Jaminan kepastian hukum bagi nazhir dapat terjadi dengan cara

pendaftaran tanah wakaf oleh PPAIW kepada instransi yang berwenang (BPN). Dengan

didaftarkan maka akan diterbitkan sertipikat wakaf yang mana merupakan bukti autentik

apabila terjadi sengketa. Dengan adanya sertipikat wakaf tersebut maka kedudukan

wakif yang mana namanya tercantum dalam sertipikat wakaf tersebut telah dijamin oleh

hukum dan dilindungi selama tidak dibuktikan lain atau sebaliknya.

Page 17: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Rekomendasi Karena AIW dan Sertipikat Tanah Wakaf sangat penting guna menghindari

sengketa, diharapkan agar pemerintah lebih berupaya lagi mensosialisasikan agar wakaf

harus dilakukan di hadapan PPAIW dan didaftarkan untuk mendapatkan sertipikat tanah

guna menghindari sengketa antara ahli waris wakif dengan nazhir. Dan diharapkan juga

agar nazhir menggunakan tanah wakaf tersebut sesuai dengan peruntukan sebenarnya

sesuai dengan mauquf’alih tanah wakaf tersebut. DAFTAR PUSTAKA Peraturan

Perundang-undangan: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

Pokok-Pokok Agraria, Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor

104, Tambahan Lembaran Negara Noomor 2043.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, Lembaran Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4459.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran

Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3696. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2018 tentang Perubahan atas

Peraturan Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41

Tahun 2004 tentang Wakaf, Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018

Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Nomor 6217. Buku: A.M. Basalamah. (1995).

Pembagian Waris Menurut Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Abdul Ghofur Anshori.

(2005). Hukum dan Praktik Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media. Abdul

Gofur Anshori. (2006).

Hukum dan Praktek Perwakafan di Indonesia. Yogyakarta: Pilar Media. Abdul Halim.

(2005). Hukum Perwakafan di Indonesia. Tangerang: Ciputat Press. Abdurrahman. (1994).

Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Kedudukan Tanah Wakaf di Negara Kita, Jakarta:

Citra Aditya Bakti. Adijani Al-Alabij. (1989). Perwakafan Tanah di Indonesia. Jakarta:

Rajawali Press. _______. (2002). Perwakafan Tanah di Indonesia Dalam Teori dan Praktek.

Jakarta: Raja Grafindo Persada. Adrian Sutedi. (2008). Peralihan Hak Atas Tanah dan

Pendaftarannya, Jakarta: Sinar Grafika. Athoillah. (2014). Hukum Wakaf. Bandung: Yrama

Widya. Direktorat Pemberdayaan Wakaf. (2006).

Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia. Jakarta: Direktorat Pemberdayaan

Wakaf. H. Taufik Hamami. (2003). Perwakafan Tanah (Dalam Hukum Agraria Nasional).

Jakarta: Tatanusa. Aurelia Nadya Pricilia Tjung, Debby Eka Kartikasari, dan Choiryzha

Rochmatul Hilma Kedudukan Tanah Wakaf yang Dikuasai Ahli Waris 117 Helmi Karim.

(1993). Fiqh Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Juhaya S. Praja. (1995).

Perwakafan di Indonesia Sejarah Pemikiran Hukum dan Perkembangannya. Bandung:

Yayasan Piara. Peter Mahmud Marzuki. (2011). Penelitian Hukum, Cetakan ke-11. Jakarta:

Kencana. Rachmad Budiono. (1999). Pembaharuan Hukum Kewarisan Islam di Indonesia.

Page 18: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

Bandung: Citra Aditya Bakti. Rachmadi Usman. (2009). Hukum Perwakafan di Indonesia.

Jakarta: Sinar Grafika. Salim H.S. (2010). Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjutak. (2013).

Hukum Waris Islam. Jakarta: Sinar Grafika. Wahbah Az-Zuhaili. (2007). Fiqh Islam

Waadillatuhu . Damaskus: Darul Fiqri. Jurnal: Fani Martiawan. (2015). “Pembatalan

Sertipikat Hak Atas Tanah Karena Cacat Administratif Serta Implikasinya Apabila Hak

Atas Tanah Sedang Dijaminkan”. Jurnal Perspektif . Volume XX Nomor 2 Tahun 2015.

Surabaya: Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Junaidi Abdullah dan Nur Qodin.

(2014). “Penyelesaian Perselisihan Wakaf dalam Hukum Positif”. Jurnal Zakat dan Wakaf,

1(1), h. 41. Skripsi: Nazira. (2017). “Dampak Pengabaian Sertifikasi Tanah Wakaf

Terhadap Kepemilikan (Studi Kecamatan Meuraxa Kota Banda Aceh)” . Skripsi . Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh.

INTERNET SOURCES:

-------------------------------------------------------------------------------------------

<1% - https://abstrak.uns.ac.id/wisuda/upload/S351402014_bab3.pdf

<1% -

https://mahyunish.blogspot.com/2013/09/mekanisme-penyelesaian-sengketa-hak.html

<1% -

https://text-id.123dok.com/document/rz3onk7z-fungsi-dan-kewenangan-pejabat-pemb

uat-akta-ikrar-wakaf-ppaiw-terhadap-pendaftaran-tanah-wakaf-studi-kasus-ppaiw-keca

matan-kebayoran-baru.html

<1% - https://journal.uwks.ac.id/index.php/liability

<1% -

https://emilanakhosy.files.wordpress.com/2011/01/hikmah-sholat-doa-aurod-tabarukan

-tawasul-dll.doc

<1% - http://ciputrauceo.net/blog/2016/3/14/k9r73tth3ootr1ut6d398dt7dicior

<1% - https://ashibly.blogspot.com/2011/11

<1% - http://repository.unpas.ac.id/12282/5/BAB%20II.pdf

2% -

https://islamicmarkets.com/publications/perlindungan-hukum-terhadap-penguasaan-ta

nah-wakaf-oleh-penerima-wakaf-nazhir

<1% - https://zainoelhakiem.blogspot.com/2010/04/

<1% - https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/49182/pp-no-42-tahun-2006

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/325338247_Peran_Badan_Wakaf_Indonesia_B

WI_Dalam_Mengembangkan_Prospek_Wakaf_Uang_Di_Indonesia

<1% - https://zawakemagtl.blogspot.com/

<1% -

Page 19: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42501/1/AZMI%20HUSAENI-

FSH.pdf

<1% -

https://id.scribd.com/doc/304365253/Pedoman-Pengelolaan-Dan-Pengembangan-Wak

af-2013

<1% - https://id.scribd.com/doc/220694600/Bab-11-Zakat-Haji-Dan-Wakaf

<1% -

http://www.jooinfoo.com/2018/08/dasar-hukum-dan-undang-undang-wakaf-di.html

<1% - https://amalia.or.id/2019/05/27/dasar-ilmu-wakaf/

1% - https://tabungwakaf.com/undang-undang-wakaf/

<1% - https://issuu.com/waspada/docs/waspada_jumat_21_oktober_2016

<1% -

https://hukumpertanahansurveikadastral.blogspot.com/2011/08/pengembangan-tanah-

wakaf.html

<1% -

https://nailuszaman.blogspot.com/2018/01/penyelesaian-sengketa-tanah-wakaf-dalam.

html

<1% -

https://www.saplaw.top/pendekatan-perundang-undangan-statute-approach-dalam-pe

nelitian-hukum/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/317684627_Politik_Hukum_Penetapan_Baku_

Mutu_Lingkungan_Sebagai_Instrumen_Pencegahan_Pencemaran_Lingkungan_Hidup

<1% - https://makalahlaporanterbaru1.blogspot.com/2011/03/footnote.html

<1% - https://gudangartikels.blogspot.com/2015/10/

<1% - https://www.ndaru.net/wp-content/uploads/201106/UU_41_2004.pdf

<1% - https://issuu.com/wardhan/docs/19_juli_web_7ac98b8e236a0b

<1% -

https://nanangadress.blogspot.com/2017/12/makalah-hukum-perwakafan-di-indonesia.

html

<1% -

http://ejournal.kopertais4.or.id/tapalkuda/index.php/economic/article/download/797/56

2/

<1% - https://harapanamalmulia.org/tag/wakaf/

<1% - https://erormeivia.blogspot.com/

<1% - https://amalia.or.id/2019/05/27/syarat-syarat-wakaf/

<1% - https://issuu.com/cholilunaachmad/docs/majalah_peradilan_agama_edisi_11_ap

<1% -

https://fatan10.blogspot.com/2015/04/harta-wakaf-menurut-fiqh-syafiiyah-dan.html

3% - https://nadzarsukses.blogspot.com/2015/01/perwakafan-di-indonesia.html

Page 20: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

2% - http://digilib.uinsby.ac.id/3633/5/Bab%203.pdf

1% - https://ahmadnandatrisnaputra.blogspot.com/2011/07/wakaf-perspektif-khi.html

<1% - https://kuamranggen.blogspot.com/2011/03/bab-i-pendahuluan.html

<1% -

https://annisawally0208.blogspot.com/2016/01/sistematika-dan-perkembangan-peratur

an.html

1% - https://fatan10.blogspot.com/2015/04/penyelesaian-sengketa-tanah-wakaf.html

1% - https://azmhd.blogspot.com/2018/05/makalah-fiqh-wakaf.html

<1% - http://digilib.uin-suka.ac.id/8249/

<1% -

https://roufibnumuthi.blogspot.com/2012/09/pendaftaran-dan-peralihan-hak-atas-tana

h.html

<1% - https://ejournal.uwks.ac.id/myfiles/201308321915161512/2.pdf

1% - https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/4939/1/Nazira.pdf

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/303994772_BANK_WAKAF_SEBAGAI_LEMBAG

A_INTERMEDIASI_SOSIAL_Suatu_Inovasi_Pemberdayaan_Wakaf_Tunai_Untuk_Meningkat

kan_Kesejahteraan_Umat

<1% - https://core.ac.uk/download/pdf/148608159.pdf

<1% - https://ojs.unm.ac.id/index.php/tomalebbi/article/download/1717/753

<1% -

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/66780/Chapter%20I.pdf?sequen

ce=4&isAllowed=y

<1% - https://hakamabbas.blogspot.com/2014/10/pengelolaan-harta-wakaf.html

<1% - https://tanahlaw.blogspot.com/2015/11/sistem-pendaftaran-tanah-sistem.html

<1% - http://www.erwinedwar.com/2018/03/hukum-agraria-pengertian-dan-asas.html

<1% - https://www.jogloabang.com/pustaka/peraturan-pemerintah

<1% - https://andhikhariz.blogspot.com/2012/

<1% - https://www.nu.or.id/post/read/10336/4-madzhab-dalam-ilmu-fiqih

1% -

https://ferigramesa.blogspot.com/2013/11/undang-undang-republik-indonesia-nomor.

html

<1% - http://www.readbag.com/eprints-undip-ac-id-23929-1-sri-wijayanti

1% -

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt56e76e04c0880/prosedur-pemecah

an-tanah-shm-yang-ingin-diwakafkan-sebagian/

2% - https://jdih.kemenkeu.go.id/fullText/2006/42TAHUN2006PP.HTM

<1% -

https://www.slideshare.net/irsyadifirdaus/implementasi-perkaban-no-03-tahun-1997

<1% -

Page 21: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

https://id.123dok.com/document/rz32neqx-perlindungan-diterbitkan-sertipikatnya-serti

pikat-kecamatan-tarutung-kabupaten-tapanuli.html

<1% - https://familyfx.org/pengertian-rebate-broker/

<1% -

https://semestahukum.blogspot.com/2018/02/kedudukan-ahli-waris-pengganti-dalam.h

tml

<1% - https://tockici.blogspot.com/2014/01/mawarist-dan-wasiat_5136.html

1% -

http://repository.unpas.ac.id/31735/3/BAB%202%20KEVI%20REVISI%2012%20AGUSTUS

%202015.pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/wyerg1q7-keabsahan-akta-hibah-yang-ditandatangan

i-dalam-keadaan-sakit-fisik.html

<1% -

https://id.123dok.com/document/q02pj9xy-bab-i-pendahuluan-a-latar-belakang-masal

ah-peran-ppat-dalam-perkara-penguasaan-sepihak-atas-tanah-harta-warisan-putusan-

p-a-sbr-no-2594-pdt-g-2015-unissula-repository.html

<1% -

https://www.myedisi.com/citraaditya/62146/upaya-upaya-hukum-perkara-pidana-di-dal

am-hukum-positif-dan-perkembangannya

<1% - https://www.slideshare.net/RoySihombing1/khi-kompilasi-hukum-islam

<1% - https://notok2001.blogspot.com/2007/07/macam-skripsi.html

<1% -

https://kingartikel.blogspot.com/2015/10/syarat-syarat-rukun-pewarisan-dan.html

<1% -

https://doku.pub/documents/e-book-pengantar-ekonomi-islampdf-6pldp4d7p8ln

<1% - https://hariswandi.wordpress.com/

<1% -

https://materihukum.com/2018/05/03/pengertian-dan-pembagian-hukum-waris-dalam-

islam/

<1% -

https://aweygaul.wordpress.com/2012/06/08/skripsi-tentang-persoalan-perdata-islam/

<1% -

https://www.researchgate.net/publication/332398691_Penyelesaian_Sengketa_Wakaf_di_

Pengadilan_Agama_Jakarta_Selatan

<1% -

https://www.pta-makassar.go.id/berita/pergeseran-kekuasaan-kehakiman-peradilan-aga

ma

<1% -

https://artikelilmiahlengkap.blogspot.com/2015/03/makalah-pengelolaan-wakaf-di-indo

Page 22: Plagiarism Checker X Originality ... - jurnal-perspektif.org

nesia.html

<1% - http://karyailmiah.unisba.ac.id/index.php/hukum/article/download/4328/pdf

<1% - https://mediator-anggoro.blogspot.com/feeds/posts/default

<1% - http://repository.usu.ac.id/feed/rss_1.0/123456789/297

<1% -

https://www.liputan6.com/news/read/4241051/headline-perppu-corona-digugat-pasal-

kontroversial-buka-celah-korupsi

1% - https://kuaslahung.blogspot.com/2015/02/tata-cara-wakaf.html

<1% -

https://dewimoeza22.wordpress.com/2013/01/21/share-penugasan-makalah-hukum-pe

rdata-islam-indonesia/

1% -

https://1skripsi.blogspot.com/2016/04/SKRIPSI-TINJAUAN-YURIDIS-PELAKSANAAN-DA

N-PENGELOLAAN-PERWAKAFAN-TANAH-MENURUT-UNDANG-UNDANG-NOMOR-41-

TAHUN-2004.html

<1% -

https://cahyomilner.blogspot.com/2011/03/himpunan-undang-undang-tentang_28.html

<1% - https://badanwakafhmi.blogspot.com/

<1% - https://mystory-afnie.blogspot.com/2012/10/wakaf.html

<1% - https://hukumekonomisyariahuinsgd.wordpress.com/

<1% -

http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/umum/1424-kedudukan-hukum-rumah-susun-di-i

ndonesia.html

<1% - https://peraturan.go.id/common/dokumen/ln/2002/PP46-2002.pdf

<1% - http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/arsip/ln/2018/pp25-2018bt.pdf

<1% - http://digilib.uinsby.ac.id/11265/9/Daftar%20Pustaka.pdf

<1% -

https://id.123dok.com/document/9ynx7kkq-implementasi-pasal-41-undang-undang-no

mor-41-tahun-2004-tentang-wakaf-terkait-pengadaan-tanah-bagi-pembangunan-untu

k-kepentingan-umum-yang-berasal-dari-tanah-wakaf-ditinjau-dari-perspektif-hukum-is

lam-dan-hukum-positif-studi-kasus-proyek-pengadaan-tanah.html

<1% - https://ojs.unida.ac.id/livinglaw/article/view/1023

<1% - https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/5885/1/Nurmujahidah.pdf