Plagiarism Checker X Originality Reporteprints.unm.ac.id/11361/3/SIMILARITAS BUKU STUDI...
Transcript of Plagiarism Checker X Originality Reporteprints.unm.ac.id/11361/3/SIMILARITAS BUKU STUDI...
Plagiarism Checker X Originality Report
Similarity Found: 1%
Date: Saturday, August 25, 2018
Statistics: 151 words Plagiarized / 18317 Total words
Remarks: Low Plagiarism Detected - Your Document needs Optional Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------
Studi Biologi KAP*EW*!NG Otetnuroorc Sebagai Upaya Pelestarian Plasma Nutfah
Endemik Sulawesi Selatan I I Penyunting Muslimin B. Putra a\ r, ,. Rosdiana Ngitung
::['i,ftr:[iT:i"Jrcd s'b's'r uP'v' P!'|'starr'n pr""m! Nut'.h leutikaiir:,ck 71* qta dthduv oteh
@aatc-dna.o ubarq Napdnaan* ,.b.g@ ,rau ..tuafi Bt b!*u ht t npa tn @^ ,*tbt lsEN
978-602-942G93-7 Dc.rak obh P7 L.utita Nowathar, t9i .n tu& bngg@s taw.b
tut bo PRAKATA Dengan AsmaAllah Yang Maha Pcngasih dan Maha PenyayanS' atas
Kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan p€nelitian dan penulisan disertasi ini
hingga diterbitkan jadi buku untuk itu penulis ucapkan rasa syrkur kchadirat Atbh SWI'
seraya mengucapkan seSala Puji bagi Allah Tuhan semesta alam, dengan
terselesaikannya disertasi ini yang merupalon salah satu persyaratan akademik guna
memperoleh gela.
Doko" d"l"n't bidanS llmu-Ilmu PertaniaD Program Pascasarjana universitas Hasanuddin
Judul yang diangkat dalam disertasi ini adalah " studi Biologi ltumbiDg Marica sebagai
upaya Pelestarian plasma Nudah Endemik sulawesi selatan'' I(ambing Marica merupakan
salahsatu plasma nutfah endemik sulawesi selatan yang kelestaiiannya saat ini s€dan8
terancam punah Untuk itu perlu suatu upaya untuk dapat menjamin kelestarian jenis
kambint tersebut.
salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah pengembangan kambing Marica secara
er--siu melalui perbaikan manajemen pemeliharaan daD pembenan Pakal Namun
terdapat masalal yant dihadapi oleh karera informasi_iDformasi dasar terutama yang
terkait dengaD aspek biologis dari kambing Marica di habitat aslinya rnasih sangat
terbatas. Untuk itu perlu dilakukan suatu kajian mendasar tentangjumlah populasi dan
penycbarannya, identifikasi kamkeristil biologis Frg daPat digunakan sebagai alasar
untuk dapat m€ningkatlan prodtrktifiras, Lttususnya dalam hal peningkatan populasi
untuk menghindari kemungkinan terjadinya kepunahan dari kambinS Marica.
I -Yogyakartar teutikaBooks. mts lj + 89 hh. i l4.S)e1 cm Cerakan Ponama, Feb.ua 2O15
!fi#.*,fl';l[i;ifr;1,r0,',"c,ue u63aln SampL,l j Endy Tata Letak j An-6r N05D ANA ri!][]N6 F t, ,,t
, L . ,,,t, it.,,r II lr,||l|lis flr rn ,,r ,,, ,,, \r,,r ..,,r,,,,,,,, l;r;;;; ; l,;:::l'r*T,il#: *l tr, tr Ii| ||||||,|,|I|r ir\Ill, M.S(.
',, r,,,r r,,,,,,,,, .,;;;;,,;.';;;'li;.'"",x:TJr:f* l,, t'i,,r,r,,r,,r r,llui trlnh llx,llrhr.rikr
,,,1,,,,*,,,,,,,,,,,1,,,,,,,t,,,,;,;,,;::;;;,;,,r'::,llil,lrrT"ff::r"""::li l],1,t",,,,,,,' In rr trrr,r,r t,,rrxr.r rxrrv.t(.sni:rn
discrtasi ini; prof, Dr.lr.
ll .,,,,,,,1,rt,t,,, 1r,..\r,t t\t\,.J1,,t l)r. Ir. AmboAlo. M.Sc, prof Dr. L\,,Irn,t, tIr N,rr,,ll, 11 S, .. lllt. I
)r . Ir. l,rla Rahirb, MSc. Selaku Tim l',.rrl,,r ,1,,r tIr t,,.llrlrrii r.:rrrt t|lah nrcnlborikan masulih,
saran dan tr rrrrlL Illull;r sr.l.s:rir1.:r lx.DIIisno discrtasi ini. s,.lxflj tntjr. Iljrt,;rk t(ekt(,r, ltrD:rl
^,.,,,,, .,,,,.,,ru,, u,,,,,*,' ,.r,,,i'r",ffi Dekan !'I''IIPA dan Bapak ..r,r*rrr ;:r.laranny.r yJ; ;.;;;;;":i:"
"eseri Makassar b$erta p""u[" un,ur..ungirui r"ffi;;;;;" "- tusas belaiar tepada r,,,s"a sarjana
univlrsitail;;ffi;lfil"lH fiffffi: l'nsca Sarjana.
Bapak proSram Srudi dan pengelola serta seluruh slaf pcngajar pada program pascasari
uni,ersitas sasan'ddi;. ;; ;;ffi "fr:r"Hil:*:"Hil lenrllis untuk menJadi mahasiswa protrarh s3
bidarg peternalan di pascasarjana Universitas Hasanuildin. Demikian put" t"p"au ""lu.ui
staf adm in ist rasi program prscasarjana Universitas Hasanuddih atas pelayanannya
selamapenulis mengikuti pendidikan. ::::"ji::: ;,.Ji.,lii ::lTf;:"::iiJ 1, ffi H:ffiT Pendidikan
Nasional Republik Indonesi beasiswa unt rk mensikilffi #:r:";J,::1,,::il.fi:::J Seiuruh Kepala
dan bboran di I:ri,* ringkungan uniue.srtas r;;;,,;, _,;;:I""''i.,n')'taborarorium di ,,n,,0o.",o,,u,
*u,,,ffi ;;:::::lT:I], ll'il:'il H:['j f r** t*r*n(a reruip r!,4ifdAh*,r D,Ntrrhr,r*i 'rr,a rtr,h R050|ANA
N01UrIc T t rrrr|r'silas Hasanuddin dan laboratorium Biochemistry Fakultas h,1l,,Lt('ran
Hewan UniveNitas Gajah Mada Jo$/akarta..
KepadamahasiswaFakultasPeternalanUniversitas Hasanuddin ,1,,r rrlhasiswa BioloSi
FMIPA Univelsitas Negeri Makassar yaitu I ,l\ . Ardy dan Elvi[ yarB telah memba[tu
pelaksanaan peD€litian, l, rrrrlis mengucaptan t€rima kasih. Kepada adinda Hasbi, S,n,
MP, N,llri Kurnia, S,Si. M.Si dan Drilimuddin, S.Si, M.Si, tcdma kasih .,l.rs bantuannla
selama penelitian sampai p€nulisan disertasi ini. Suamiku tercinta Drs. H. Umar Ambo
Rappe, M.Si.,
dan .,rrak-ana}:ku tersayang yang kami banttaka[ Dr. Hasdinar Umar, ri'| ., MT dan suami
Amil Sidiq, ST, D!9. Adzani Umar dan suami l)ru. Irfan Sugianto, Muh.Natas Mardiansyal
Umar, S.IP dan istri l(.rrry Nyiwi, SE, Muh.Fitrah Ramadhan Umar dan Re& Fajrianty linlar
ya[g selalu memberikan bantuan, dukungan, doa dan hiburan trnyemangat pada penulis
selama mengikuti pendidikan S:1 ini.
(duarga besar bpk KapteD inf. Abd. Malik dan bpk lr Rapiuddin di jrxreponto , terima
kasih penulis ucapkan atas semua bnntuirn dan hotasamanya sehingta penelitian ini
dapat terlakana Akhir kata penulis sampaikan permintaan maaf kepada semua pihak bila
selama ini ada kesalahan atau kelalaian yang telah pe[ulis lakukan, Disertasi ini penulis
dedikasikan kepada almarhumA)'ahanda II. Madinah D8 NSitung dan almarhumah
Ibunda Hj. Chadijah dan scmua keluaBa yanS tidak dapat penulis tulis satu persatu,
Semoga karya ini bermanfaat bagi masyarakat.
Aamiin YRA. Dr.Ir. l-lj. Rosdiana Ngitung, M.P Makassar, Februari 2or5 f ** **' *i t'b'ei
up4aftrt$rhn I'rJ!tu N'rr''h riri{ !,.m!&,.n T DAFTARISI It..\tiA'lA ............ D \t:tAR ISJ ......... I}
\I'IARTABEL II \I'I'AR GAMBAR Halaman ,, 1 r5 15 18 2t !3 16 !ll 33 3a) 36 38 s8 ix xi ITAIT
I. PENDAIIULUAN A. Latar Belakang .. ll. Kegunaan Buku .. C. Metode Penelitian IIAB II.
XARAI(TERISTIK DAN TINGKAH I.AKU IiAMBING MARJCA A. Karakteristik KambinS
Marica dan KambinS Kacang . B.
PelestarianSumberdayaGenetikTemak ................. r.Keragaman Genetik Ternak
..................................... 2.DNA nitochondnol.. 3.Polymerose Aoin Reaction (PCR) C. Konsumsi
Pakan padaTernak Kambing D. Tin8kah|akumerumput ............................................. r.Tingkai
laku Merumput Selcktif 2.Tingkah Laku Ruminasi .......................................... 3.Konsumsi
Hijauan (Grozing Intake) 4.Kontrol Intate Pakan 1 3 6 I BA3 III.
ANAIISIS GENETIK PENYEBARAN DAIY SISTEM PEMEIIHAR'r{Y KTIMBING MARICA
..............43 A Jumlah Populasi Dan Pe[yebaran Kahbing Marica ....43 a.Jurnlah Populasi
Berdasarkan Kelompok Umur.....43 b.IGrakteristik Petemak ...........................................45 B.
PenSamatan Parameter Sifat Genetika Dan Morfologi KambinS Marica ..,.. a. Sifat
Cenetika....................... b. Pengamatan Dimensi Tubuh C.
Pengamatan Pada Sistem Pemelihaman In-.gitu a. Tintkahllku Merumpul ........................... b.
Tingkah LakuMakan ................................ c. Pola Tingkah klu Makan ................. I). Respon
K^mbing Maricayang Dipelihara Secara Intensif (ex-situ) tcrhadap Pemberian Hijauan
virng Berheda r. PcrlilmhrhanBobotBadan ............,,........... b. K0nsunlsi Palan c.
lilisicnsiPenggunaanPakan ....................... I}AI] IV.
PENUTUP DAFI/IR PUSTAXA I trL d B ologi bmbinq Mai(, lh9l l,0iti Peknir rn Plirmi Nndah
trtemfl slli*ei se]ihn l()SDlANl Nqlu\G n DAFTARTABEL Halaman .52 .52 .59 t$ IGt! t lrutan
basa dan meltin g tempetolure ,,rimer untuk ampliEkasi daerah rl-looo kambing'
kambing yang ditelitr ,lumlah populasi dan wilayah peny€baran k mbing marica pada
beb€raPa kelompox lTJleristik Peternak Kambing Marica Di Kabupaten JenePont
Karakerisrik Peternak Kambint Marlca 3:,*'J[:: $i:";.ra daerah D''iopp DNA rentanC,20Pb
p".ii.o'm.." Nor':*tiaa daerah D-Lopp DNA ,"ntans8+o Pb 96o Pb dan looo Pb - ".,Ji
r"*"U"- "tteotida antara Kambing i""it p"n"titi"n a"ng"n beberapa kambrng yang berasal
dari GenBank -n^al-.i" s"btt"p" oi*ensi Tubuh (arnbing Maric! "ii*t.,
rtng* '"nu Maka! (%) Ysmbins Marica Beralasarkan Alokasi waktu 10 44 47 48 55 56 57
6o 67 ....6r ....61 ....63 ....65 72 73 74 n 79 B ***orr,no 5.Lrei up4a ftr$rrinpras,na Nudih
rn&m,r sdrrr 5dinn n lr ll 3.9. DAFTARGAMBAR IGtt IIasil Amplifikasi mtDNAdari
Kambing Marica dan Kambing Kacang (Marker = rooo pb) Dendogram Pohon Neighbor
Joining (boot6rap rooo ulangan) Histogram Tintkah Laku Makan Pada Waku yang
Berbeda Ilistogra.rn TinSkah Laku Makan BerdasarkaD Jenis KelamiD Pola Tingkah hlu
Makan pada Jenis Kelamin yant Berbeda Histogram Frekuensi Tingkah lrku Istirahat
Pada lGmbing Marica Berdasa.kan Alokasi waktu Rata-rata pertaebahan berat badan
kambing Marica pada perlakuan pemlrerian hijauan pakan yang berbeda Rata-rata
konsumsi pakan kambing Mrlicir pada perlakuan pemberian hijarran pakan yang
berbda. Rata-rala effisiedsi pengtuuaan pakan kambing, Marica pada perlakuan
pemberian hijauan pakan ,an8 berbeda.
Iltrlaman 58 63 64 66 7O 74 75 tr BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun
2o3o FAO memp€rhrakan kcbutuhan da8in8 ,rk{n meninSkat dua kali lipat dibandiogkan
dengan kcbutuhao l,irda taiun 2ooo, kecenderungan penggunaan temat ungSul untuk
nroncapai tarSet produksi temal secara maksimal sehintta p€rhatian tcrhadap
peoSembangan ternak lokal termarjinalkan.
Dampi* negatif l,eningkatan t€mak unttul adalah penurunao populasi sumberdaya
llenetik ternek lokal secara cepat terutama di negara-negara lang scdang berkembang
(FAO 2oo7). Sekitar r9o dari 7600 rumpun temak di dunia yang telah tercatat nkan
punah selama rS tahun terakhir, dan 15oo rumpun diantamnya bcrada dalam status
beresiko mendekati kepunahan. Sekitar 60 rumpun temak terdid atas Sapi, KambinS,
Babi, (uda dan Un8gas tclah punah/hilant (lost) selama 5tahuntelakhir.
TinSkat kehilanSan rumpun ternak lol.al paling tinggi dijumpai di negara-negara sedan8
R05DlNA 6lTUl6I berk€mbang (FAO 2oo7). Konseryasi dan pengembanSan rumpun
ternak lokalsangat penting, sebab rumpunlokal dapat memanfaaikan pakan berkualitas
rendah, lebih tahan terhadap t€kanan pelubahan iklim dan serangan penyakit, serta
sebagai sumb€r gen-ten yant secara ekonomi mentuntungkan urtul peningkatan
kesehatan dan performan sifat-sifat produksi pada rumpun temak untgul komersial
(Cardellino, 2006; FAO, 2oo7; Ruane, 2ooo). Salah satu komoditas kekayaan plasma
nutfah nasional di sub sektor peternakan adalah ternak Kambing.
Kambing menyebar di berbagai daerah dengan iklim yang berbeda dan terpisah dalam
jangka waktu yang lama. Faktor linSkungan dan perlakuan seleksi yang sangat bervari.si
mengakibatl€n laju perubahaD tenetil yent sangat beragam (Rout el al. 2oo8). Kambing
Marica adalah suatu Fnis Kambing lokal endemik yan8 hanya dijumpai di Propinsi
Sulawesi selatan.
Jenis lGmbing ini rherupakan salah satu genotipe Krmbing asli Indonesia yang ncnurut
lirporan FAO sudah tcrmasuk kategori lantka dan hampir t:rrnah (t,rrrlorrqcrcr0. Krmbing
Marica mcmpunyai potensi g€netik !Ing n)irDrlnr l)orrdnptnsi bnik di daerah
agro-ekosistem lahan kerinS, 'r,i'il" (hrrrh rhngan curah hrja. tahunan yang santat
rendah. (irnrbinA Maricn drprt bcrtahan hidup pada musim kemarau walau hanyi
rncmakan rumput-rumput kering di daerah tanah berbatu- batu.
Daemh populasi Kambing Marica dijumpai di Kabupaten Maros, Kabupatcn Jeneponto,
Kabupaten Soppeng dan daerah kisaran Kota Makassar di Propinsi Sulawesi Selatan
(Fitra, dkk., 2oo9). Penelitian te[tang kebendaan populasi Kambing Maric, di Sulawesi
selatan belum banyak dilakukan, dan termasuk kedalam penelitian ini adalah mengenai
jumlah populasi, kapasitas tampung dan kerapatafl populasi Kambing Malica di Sulawesi
selatan marih sangat minim, sehingta prediksi jumlah populasi Kambing Marica di
:nrl.twcsi Selatan belurn diketahui' '''' ii""U n*r**un pen'lahuluan yang telah dilakukan
pada , ,; *;;;"; mengindikasikan bahwa rendahnva populasi ,.
;;; ;; ;;;; r," "da saat ini drsebabr'an oleh berbasai fartor' , .'rt,,. r"at *r** **onjol adalah
Kambing Marica pada umumnya ',,r^lihara bersama Kambing Ikcang dan secara
marpholoSis .1,,-" *O* lGmbing Marica lebih kecil dari Kambing Kacant' ,',,i'"t rn*r"**rr
fetemal tidak memberi perhatian yang baik , ,',';:;,;;";;""" ;mbins Manca bahkan cenderuns
untuk ridak ,,',;;;;;;;* takorlainadalahkompetisi tcrhadaP Kambint ^,:#;;il; ;"ndaPatkan
bahan makanan sangat rendah ,,'.,tl'il."r" ,ur."t tubuh yang lebih kecil' Disamping
rendahnvtl ,,i,""ir", ."."""tankan hidup aihabitatnva' khususnva pada ,,*, *i"*."r, ***"t akibat
dari predator seperti anjing dan ullr' """ "r","i' n"*"matan populasi Kambing Marica
Nclirlui ,la*'*nUO*"' dan inventarisasi poPulasi se(a penyelutarttty:' ',1,.,', u*""r*"
o""rnping sifat-sif^t biolo8is sclcrti lirrgk rh lirltt' lH;;; ; ;'"d,ki serta pola
pensembansbi.kanrrva' I rasil l;;;;; il";"t meniadi bahan rujukarr dalam rnelakukan
ir".'",r0".""n secara ex-sltu dengan mengamali respon Kambing ,"n"" ,"*o* ln'*iemen
pemeliharaan dan pakan scbagai suatu ;:;;il;;-""tndan kepunahar sset plasma nutfah
endemik sula\iresi selatan. B. Keguraar Buku Indonesia merupakan salah satu negam
dengan tiDgkat O**"-".'h"*U tertinggi di dunia Het ini merupalan suatu ;;";;;;;;" pe'lu
dile"ta'ik"r' Na'un hasil penelitian ;;#,il;;;"" seinn8 'lensan perjalanan wakt, maka
RotorN^n6lruil( E E lditliolog [rnDing kno 5eb.9r Llpiya ftl!3rein PhnB N iih fftmt 5da6
ldrlan terdapat kecenderungan terjadinya kepunahan pada beberapa sp€sieg tertcntu.
Kambing Marica merupakan salah satu plasma nutfah endemik Sulaw€si Selatan}?ng
kelestaria[nya saat ini sedang terancam punah. Untuk itu perlu suatu upar? untuk dapat
menjamin kelestarian jenis Kambing teEebut. Rendahnya populasi IGmbint Marica saat
ini disebabkan oleh karena ukuran tubuhnya lang relatif lebih kecil dibanding dengan
jenis Kambing lokal lainnya sehing8a petemek tidak memberi perhatian yang baik
terhadap keberadaan Kambint Marica bahkan cenderung untuk tidak
hengembangkannya.
DisampirB itu kompetisi terhadap Kambing tokal dalam hal mendapatkan bahan
makanan sangat aendah senr rendahnya kemampuan mempertahankan hidup di
habitatnya, lihususnya pada awal kelahiran, sebagai akibat dari predator seperti anjing
dan ular. llal ini men8ancam kelestarian Kambing MaricasehingSa perlu suatu upaya
dalam meningkatkan produktivitas jenis Kambint ini, Kcccnderungan masyarakat
memelihara KambinS lokal dari bcrhagri i{:nis dolam kclompok yang sama menyebabkan
terjadiiya polkrwinan sil ng.
untuk mengidentifikasi keberadaan Kambing Iu;lriol pcrhr dilakukan pengamatan
terhadap sifat tenetis maupun nmrphologis untuk memastikan keberadaan serta
ciri'cirinya. llcrdxsarkan hasil pengamatan ini maka dapat dilakukan survey pengamatan
tentang jumlah populasi dan penyebarannya untuk memastik^n kebemdaan Kambing
Marica di Sulawesi Selatan yang diharapkan dapat dikembangkan untuk peninSkatan
populasinya.
Informasi awal tentang sifat-sifat biologis dan ekologis dari jenis lGmbing Marica sejauh
ilri rnasih sangat terbatas. Pada sisi lain untuk dapat mcngembangkan suatu pola
pemeliharxan yang tepat dibutuhkan data awal tersebut. Untuk itu pcrht suatu
pengkajian untuk mendapatkan informasi yant berhubungrn dongan aspek r,,,,,., .,,erti
pola tinskah * l"ffiI#ffiii::li:: r,r,,, ,,, tlirn halhal yang berhubungan oer .trrr r,1,r,,rtr-rksi . .
."-, ini maka dilakukan rr,t,lasarlan infonnasiintormasl r "_pon Kr_bing M"ri- | ; I I ;
ilJlllilTiil#trl.-]:.,:";x. It1'.fi .,,,,r ,Ihirapkan daPat meninSkatkan^,1J","" o*r*, **u ' " " "nduki'
khususnya rlalam pen l,:'l ,i:,i,.T.|Iil"i"i pt**" nu*ut' x''nurns Marica di surawesr " "'"'1"*'n"-
vans diharapkan i1i,:11"t::',:,.:il:ii::,l:| .' r,r"h tersedianva inforrn:si bl:::il:t:ffi n ."tus"i .ot,,si 1"
,rs,'mbangan KambinS M"'i* 1-:::;;";k pcresrarian plasma '''' '"t o"n"o*-- P"da kondisi
budida) ',,,rtr,lr Kambing Marica Ut t'1"1"'',f-"l"li1*, ouku hasil pcnclitirn Adapun tuiuan
van8 ltol otT,',L.u*rv"rica dih:rbitatnva ,',r adalah: mengetahui d**l t:"::i-T' ;;; ",,ilay"h
penv"bo'"n .,. r mensinventarisir **l'l '^"::1"-, "J.nga"r'ri kekerabatan (i,,nbins Maric' di
sulawesi ,It- ^='ri'ri?J"r"ahui keaslian x,rrrrbing Manca dan lkmbin8 *"fll;;" berilasarkan
evaluasi ,r,,ri pada Kambins Marica )'ans i'-:lj"[;;;. atau sambaran r,,,,"riku d"n -o,rologt"ri'
""illti,'"',*To il;i.,g t.{".i"" p"au ',,,ur. ,"n,rn, aspek biolotis. dan "Tr",i'n "ng"lnuongr."n .o",u
kundisi in-situ (habitat aslinyaj;, X;;T;_ m-eningkatkan .rcbde perneliharaan dil'ar
habiht@"' iopi".i a"n * "v"tt l)roduldvitas yang bermuara pada Pen E
I'(l&dogr&mun!ili.{r9bapUpiyaftl6riiDrPl mNtiti,I ol \, a\+ n peogembansannya mlouN
lloluN6 E ('.
Metode Penelitian Buku hasil penelitian disertasi ini dilakukan dalarn einpat tahap
yAnsterdiri dari: Tahap I: Inventarispopulasi dan wilayah penyebaran, Tahap lI:
Karakterisasi dan elaluasi sifat genetik dan benfuk morpholoSi, Tahap Il[: Pengamatan
pada kondisi pemeliharaan in- situ dan Tahap IV: Pengamatan pada kondisi
pemeliharaan ex-situ.
Tahap pertam6, dilaksanakan pada bulan November 2ou sampai dengan Februari 2012,
dilakukan penelitian lapangan untuk menS€tahui daerah te torial IGr[bing Maica di
habitatnya serta menginventarisir jumlah populasi dan wilayah penyebarannya, wilayah
yang dikunjungi adalah g kablpat€n di Sulawesi Selatan yakd Jeneponto, Maros dan
Soppeng serta di Kota Maka-ssar.
Materi yant digunakan adalah daftar quisioner, alal tulis menulis dan penanda ternak
yang terbuat dari kulit yang dikalungkan di leher rumbing. Penelitian Tahap kedua
tentang evaluasi sifat Senetika dan bentuk morphologi dilaks:tnakan pada bulan februari
sampai denSan.juli 2ol2 bertempat di l,aboratorium Biochemistry Fakultas Xetli*t0ran
ll'wan UDive$itas cajah Mada Yolvakarta dan tx.rgrrrrl:rn lx)r'fok,Bi K nrbing Marica
bertempat di habitat Kambint li rt ir.
l'(ngrmbilan sampeldamh KahbinS Marica yang diambil &ri seli p Kambing Marica yanS
ditemui di empat wilayah peDgamatan dirnalisis di laboratorium , Selain itu sampel
darah KarDbing Kacang juga diambil untuk dianalisis sebag.i pembardin& SelanjutDya
samp€l dflrah kedua jenis Kambing tersebut di bawa k€ laboratoriurn Biochernistry
Fakultas Kedoktemn He$an Universitas Gajah Mada, Yolvakata untuk dianalisis DNAnya.
Materi yang digunakan u[tuk pengamatan bentuk rnorfologi dan prilaku merumput
adalah Rambing Maricajantan dan betina yang berjumlah 2() ekor yang telah mencapai
dev.asa tubuh. Alat yang diSunakan untuk mcnsukur dimensi tubuh ,1,,r, rurgkah laku
merumput adalah Handycam' computer' tlmcr' ;,; ;J;;;;;ak, pita rneter' tongk't ukur' mistar
seser dan ; i , ;;ili . ;*i penelitian ditent'kan berdasarkan wilavah ,t ,,,,,,.i.r* ,"J", Kambiug
Marica tcrbanyak vang diperoleh ,,,",., ir"it p"taiiu.
pada Tahap pertama' yaitu 'li Ksbupaten ' 'o"n'"rnrun,"n"n *"oga adalah penelitian
aspektingkahlaku dan ',,-, ;;;t;;;,;t plnelitian dilaksanakan secan in situ Di ke , ,,r, *ir"i*:r. *,tu
Jeneponto' Maros' soppeng dan Makassar' 'r"^iii". ,"t", ke emPat adalah pemeliharaan
KambinS t"r,"" ."'*."1, ,* irlaksanal"an Paila bulan Juni sampai dengan ta',",r"-r"* b"a".*t di
llboratorium Pemuliean Ternak Fakultas l'{'trrnakanUniversitas Hasanuddin' Makassar'
Materiyangdigunakat "a,;-;;;;;tn, Marica betina vang telah mcncapai dew*a ,"i,.i. ""t"","t *.t
diSunakan adalah kandang dan pcralatanttvtr' lr i inuan pal..an serta timbangan' , - fn
errt.tisati popt'lasi ilan Wilo)'ah Pcnyebrrun " ;;;",il ini dilakukan dengan Metoda survcv
dcnsan ,,,""*;;; drt" s"ku"det dan data Pnmer' Data sckunder ,l\)eroleh denSan melahrkan
wawanBra ilengan Dinas Peternakan ,i,i;;;;;;;*-"" vans ada di Kabunaten Jencponto'
Kabupaten M rcs, xrbupalen Sopp€n8 dan Kota'Makassar' Sedangkan -dala primer
tliperoleh alengan pengamatan yans 'lilakukan secara sengaja U,urposirre sampiing)
untuk meng'hitun; secara langsunS jumlah *nr*, * ."i**" was/ancara kepada petemak'
Penentuan lokasi dan responden dilakukan b€rdasarkan u"t"."p"'1"f,"p-' yang meliputi :
h) Penentuan 'lokasi utama didasarkan pada informasi terilahulu yang berasal *tt:'i::: i ]ir.
0".i**.t,".kait (tingkat kabupaten) sebagai data sekundcr dan diangtap representatit
terhadap populasi Kambing Maric'al (z) 5luliB'doybr nglhn(aSrtigrUprFPrldrnanni$DliL
lihInd.mi!] e!nhran iosolltiA lloluliG rl ti Unit loka6i kedue yaitu pengamatan pada setiap
k€crmataD yary tehb teridentifikasi; (3) Unit lokasi ketiga ,?itu pengamatan pada setiap
desa yanS telah teridentifikasi; dan (3) Unit pengamata! terkecil yaitu menentukan
rumah tangSa yang beternal fiambint Madc!.
2, Karakterisssi dan Evduasi Sifat Genetik dan Bentul Morphologi Hasil pentamatan
pendahuluan mengindikasikan bahwa pemeliharaan Kambing Mari(a dilakukan secara
bersama-sama den8an Kambi[g Kacang dan bebempa petemak dapat membeda].an
keduajenis temak tersebut. Untuk itu pe.entuan sampel pengamatan, khususnya
terhadap jenis Kambing Marica didAsarkan pada petunjuk peternak.
sampel yang telah ditentukan selanjutnya diberi rantai penanda pada leher untuk
menshiDdari kemungkinan terjadinF kesalahan dalam pengamatan. Selanjutnya
dilakulqn pengukuran terhadap beb€rapa dimensi tubuh da! karakteristik bebempa
bentuk tubnh. Karaktcristik dan ukuran-ukuran dimensi tubuh Kambing Miri(a rnanp(n
Kambing Kacang }?ng diamati adalah bobot badan, l]x n ir ng hl(lnn, l in ngi pnndak,
tinggi pingtul, lingkar, dalam dan lebar (l:r(h, I)nnilnB t:ln(luk, panjang, lebar dan tipe
telinga serta paDjang tlan lcbar ckor.
Pcngamatan sifat genetis yang dilakukan untuk men8analisis hubungan kekerabatan
Kambint Marica dentan Kambint Kacant dilakukan dengan menggunakan metode
analisis DNA dengan teknik PCR sesuai dengan prosedur Yadav dan Yadav (2oog).
Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: t. Pengambilon Sompel ro mL
darah dai vena jutular diambil dari masing-masing Kambing Maricajantan dan betina
serta Kambing lGcansjantan dan b€tina yang ditemukan.
Pen8ambilan darah dilakukan secara aseptic lr {' r.,,/(si DNA lotal l'rrpamsi contoh darah
$ergikuti metode Sambrook et ol rr,, t l)arah sebanyak 5-1o ml ditambah 1x volltme
la$tan Iisis r-,M sucrose, 1% (V/\,) Tritoo x-roo' 5 mM MgCl" dan ro ElM r I(1, pH 7,4)
ortarel sel dalam laNtan alienilapkan dergan I menit Endapan ditambah dengan lX
r,,'l,iltrgasi 6500 rpm selama M NaCl, 50 mM EDTA' pH 8,o), darah ,l,,nrc l:uutan Pencuci
(75 m [tnya ditambah dengan digestion burer oarutan STES + o,5 rl Proteinase K)'
kemudian diinkubasi Pada Penantas at suhu I 16 iam atau semalam' t I'urifikasi
DNATotal mengikuti sambrooketol (1989) susPensr bah felol rx volume' dicamptlr h
diambil dari Penangas air ditam selama 3 menit Fasc atas ,.rll kemudian disentifuSrsi 13
ooo rpm baru, kernudian ditambah I.rllg meoganalung DNA dipindah ke tabung l,,rof
orm:isoamil-alko itrol (24:1, CIAA) dar alicamPur mta !'ase atas r[ian atas dipindahkan
)isahkan tl€ngan seDtrifusasi ke tabung g.ooo rPm baru, ditambah etanol absolut 2x
selama 3 menit Cairan ,lume.
Gumpalan DNA diendaPkan dengan sentri{utasi 13 ooo rprn DNA dicuci menggunakan
alkohol ?o% 1x .rlama 5 menit Endapan lolume dentan sentrifug'si 13.ooo rpm selama
DNA dilarutlGn 3 menit. DNA Yant dalam larutan dipcroleh dikerintkan di suhu ruanS'
'IE(1o mM Tris-HCl; 1mM EDTA' PH 8,o), kemudian diinkubasi Pada suhu 3/C selama 15
menit' sampel DNA disimPan an dimi8rasikan Pad paila PenanSas arr suhu -2o"C DNA
dilihat kualitasnYa deng a gel rgarcsa 1,2% dengan m€ngsunakan buffer IXTBE (89 rnM
Tris' 89 mM asam borat dan 2 mM EDTAi I'lt 8,o) drlam Piranti submarine dilakukan
del8an E Srui'ldoot mti,rglhri5€ti9UprFhi.nrDnPli5roNunihtndm ti.ft,telilm ElectroPhoresis
(Hocfcr' USA). Pcngtnrita E t .h,,,,,1!,rrtkandaram'"':'"lT-',,I1]'.#xTj,"Jt"iiJ#: \r l, L l titrate
dextrose) Sampel dsmPi 1,,: ;,'l"*:;";""um untuk analisis selaojutnva I hlrl'rnlfIIr llV(l 1(xr
nrn)setelah gel diwarnai dengan ethidium 1,r,,,|lxl( (r,.ri "',l/'lll). | \lttt'ltlt[ :i l't ll l)NA l,rlrl
lrnsil ekstr ksi dipergunakan sebagai DNA cetaka[ rIrIk t,n,ses nnrt)lilikasi.
Primer-primer yang dipergunakan dalam trrrclilinn ini di(lisain untuk mengamplifikasi
da€rah D-loop (Tabel J.r). l'rimcr untuk D-loop didisain berdasarkan data urutan Capra
hircus (Kode akses GenBank: GU295658.1). Program primerg output
(http://!.nv1\-qenome.wi.mit.edu/csi .hin/nrinrfr.cei/ results from- pri,ncri) digunakan
untuk meny€leksi primcr-primer mana saja yant diestimasi memb€rikan kernungkinan
hasil yang bail. Tabel 1 .1
. Urutan bara dan melting temqratu. ptimer unruk amplitkaii dae6h D]oop K.ftbing-
Kambingyang diteliti D.loop Komposisi 50 ml campuran pereaksi PCR terdiri dari 2,S mM
MgCI", 10 mM dNTPs, roo-3oo ng DNA cetalGn, ro pmol masint- masing primer dan 2 U
Ioq polimerose (Bio lab) beserta bufernla. Amplifikasi PCR pada penelitian ini
meng8unakan mesin PCR Infnigen.
Amplifikasi PCR D-loop dilakukan deogan kondisi sebagai berikut: DeDaturasi awal
selema 2 henit pada suhu 94'C selanjutnye diikuti dengan 94'C selama 30 detik untuk
denaturasi, 55qC selama n 5t d &0109i (amhlig Mafta 5ebagar Upila Pehniian Pliiria
Nudih tnim( !r i{rFe selabi B050rlNA NcrlllK E r, detik untuk penempelan primer
(onn€aling), 72qC selama r,5 fix.nit untuk pemanhngan (elongotion) sebanyak 35 siklus
ker[udian ,lirkhiri deotaD penambaha! pemanjatrgao (ertension) sela$a 5 rn.nit pada
72"C. Produk PcR dideteksi dedgan cara dimigrasikan pada 8el .',.,lrosa r,2% dengan
menSgunakan bufler rxTBE ilalam piranti :n ,marine Electrophoresis (Hoefer, USA).
Pelgamatan dilakukan ,1,1!gaD bantuan sinar lry (l = goonm) setelah 8el diwamai
dengan ,,1 lr idium bromide. P€Danda DNA dengan ukuran roo pb dipergunakan ,,.hrgai
pcnunjuk berat molekul. I lreng!rutanNnkleotid.t Produk PCR hasil amplifkasi dimunikan
dentan mengSunakan t;l .\ Column purilcotion ,tit (Amersham, USA), selanjutnya
,lrllergunahan sebagai DNA cetakan untuk reaksi Pengurutan rllkleotida.
Urutan nukleotida daerah D-loop diperoleh dengan rr. 88unakao alat pengurut DNA
otomatis ABI Prism versi 3.4.1 rlrliA). Reaksi untuk penSuutan D-Ioop metrStunakan
larutan l,rurksi thermo Sequenose CVS Dye Te,ni]otor CVcIe Sekuencing ^rr Kondisi
untuk reaki peoturutan adalah sebagai berikut: ,l,.nntlrrasi awal selama 2 menit pada
suh! 94"C selanjutnya diikuti rl, n,ihn 94qc selama 30 detik, s5'C selama 45 detik, 72"c
selama r,5 !r!.rit sebanyak 35 sillus kehudiaD diakhiri dengan penambahan i,,\i.rsion)
selama 5 menit pada 72"C.
t roduk reaksi p€n8ututan dipurfikasi menSSunakan kolom u r rr, ,strl G5o, kemudian
DNA dikonsentrasikan denSan penahbahan rlL,,lxrl absolut yang dilanjutkan pencucian
menSSunakan alkohol r,",,. tindapan kemudran dikedn8kan di udara terbuka. Setelah
kerir& ,trr,flrl)ahkan ke dalamnya 6 l jtop solution. Larutan diinkubasi l,tlx 72,C selama 5
menit dan kemudian dimasukkan ke dalam es. Jotnlah Basa Tempff6lu16 fc) Trrc€l 20 3',
5', I 5.
andltsrsDato penjajaran bergahda urutan ai*^"ri"i.a",gu"ru,til;;J_:l,J#;,l*r"1,,u"ffi ,'rr.,,::: ar,
1994). Sebagai spesjes pemba ndine r akses cennank: d;;;.;:;::i8una*a' copm r'rcia (Kode
whi,e(Kode ""* ;;;;;i';;;:li,Ly.n*.0 lnner Monsoria at<""s c"ns"nr,, r.rzo;;;.;;";;;:t '' capm Jotconei
(t<ode JN6326o9.r), ' - " --P' - \u'lcosica (Kode alses GenBank: A-nalisis filoteni
menggunakan ner rru-,. "r or zooij a"ne;'""";:',";Jff::1*,,,nqk MEGA versi s.,
dengan rooo kali pengul-- "'-'"-! @or$rapped Neighbor-loinihg g. pcngamat&n pada
Kondiel pemclihar...n In_situ penelitian rerhadap kondioi D€n ,"n"n u,,,;uunn n"u,-l_l"i
*"_l#,T:"I"an,n-si.u K.rhbinr &'n,lxmxran u,*i,,*","*"irr'r"a.on Tingkoh loku merumput.
r\4,,rn.:, i,,,,,, ,,,,,, ;;;;,;.'il;,^::Ts'masins 5 ekor Kambins ,,x1,ri,r,.,,ri,ik,,sis,.ri:,pi,,,,,";;;;;."i;;"j''
randa pada reher uhtuk ,r,r,,k,k.rr *,.hnr,, r"rrrr; il;il ;:T,*.mpoknya.pensamstan :,r:,,,,i,,vi,
{{rk,r,rr ,, ,,,r, ilr-""'ri,l]Ias meNmput pada habitar ;1'1';1'1i'1'1'*"'" "'ffi I;: ff :tril:T:,ff:'J:i,ff ::;
J.nts rumput yang diseleksi untuk rnene. ['],'fl"i:il#,iii;*1,.:1,]Jl-iJJ*:i:j-:::'Jtr
I*]::*'I"".i,"'"oi,,,il',"'"ri,,oi:T:T'r:'li-T;::1 :::llt.,r: dianarisis untuk rnenshituns rr" r*"rnrl ..rnrrr,
rumtnasi dan lama istirahat dan pengamaia \soc&l behauiourl- n terhadap interaki sosial
;iliT.HH[ffl;I]ll ffifl,::*,akan a,at pensuru, ,s u t".pu,",,. ir", ;"'ffi#;::::" ",rxs ris*ik 6om,{, daya ,1.
l'cngematrn pade I(ondisi Pemelihaiaan Er-situ Penelitian pada tahap keempat ini
dilakutan secara experimen lrluk mentetahui respon IGmbinS Marica terhadap pe$aikan
rrr.ruajemen pal,r:an dan sistem pemeliharaan. Penelitian disusun l,r'rlasarkan RancanSan
Ac* tengkap (RAL) 3 perlakuan dengan ! .kor ternak sebatai ulangan. Adapun perlakuan
yang diterapkan ,(hlah jenis hijauan yang diberikan (rumput lapang (Ri_), rumput rrggul
(\) daD rumput unggul + leguminosa (\,")).
Kambing Marica yang digunakan adalah IOmbiDg betiM rang sedang bertumbuh (data
hasil penelitian Tahap III). Kandang rrtuk pemelihaman secara i[tensif yan8 diSunakan
adalah kandalg rndividu dalam bentuk kandanS pangSudg dengan ukuran 1,S x 1,S m
vang terbuat dari bilah bambu dan dilengkapi dengan tempat makan (lfln air minlrIn.
Selama p€meliharaan temak diberi hijauan pakan ylng tcr(liri rlari rumput alam, Rumput
unSgul dan runlput unggul + lcSurni[(rsr. l'cmberian palan dan air minum selama
penSamlltan dilakukan srcara dd-libiarm yang diberikan pada pagi dan sore hari.
Pcngamatan penelitian ini dilakukaD selarna z bulan yang didahului oleh periode
pembiasaan selama 2 minggu.
Parameter yang diamati adalah: - PenaDbahan berat badan; pengamatan dilalolan
berdasarkan hasil penimbantan setiap ekor ternal yanS dilalukan setiap 2 minggu
dongan menSgunakan timbangan digital. - Konsumsi palan; jumlah kodsumsi paLan
harian dihitung berdasarkan jumlah hijauan yanS diberikan dikuranSi jumlah sisa
(hijauan yang tidak termakan) pada hari tersebut.
- Efisiensi penggunaan pakan (EPP); dihitung berdasatkan rumus: Pertartrbahan berat
bldan p r* *r,r** urno l€t.ea,Upry.ftk$iinptarm, N!{ih ridrflrslliiri d&n EPP = Jumlah
konsumsl pakan RoSDTA ,\N{tll}N6 IE 3. ,rg diperoleh pada masint_masing tahApan
penelitian diolah hcrikutl PcnBamatan jumlah populasi dan DeDvcb a inn"llsi" .""r."
ausloir_*- s4r Pqrv.,oarannya (T,hap I) :-nSamatii parameter dimensi tubuh dan sifat
tenedc (Taia} If) dianalisis sccara deskriptifdan analisis filoSehi men8gutrakan perangkat
lunak MEGA vcrsi s.r (Xumar et jl*"^l,l *":.: metode bootstropped Neishbor_joinins
oengan looo kali penSulangah.
Pchtamatan tingkah leku mcrumput (ir-siru) (Tahap III) dianalis dengan Uji T. ::-:lT
terhadap respon KarnbinS Marici terhadap IErDarknn manajcmen pakon dan sistem
pemeliharaan (ex- lll,i:,1"1^:_ ll-", (ANove; bara35.1,, x,n*,r_ Acak iehgkap fItAI_) 3
perlakuan dentAn 3 ulangan. Apabila m_enunjukkah perbedaan yang nyata, dilanjutkeh
dentan Uji B(\lfl NFta,tirrkcrit (BNI).
o BAB II KARAKTERIST!K DAN TINGKAH LAKU KAMB!NG MARICA A. Karakteristik
Kambing Marica dan Kambing Kacang Di Sulawesi Selatan t€rdapat temak Kambing
yaog mirip Knmbing Kacang disebut Kambing Marica. Ukurann,,a )ebih kccil
rlihandingkan tGmbing Kacang dan tidak bcrtanduk.
Ciri yang paling khas pada Kambint ini adalah telinganya tegak dan relatif kecil dan
t)ondek dibandinS telin8a (ambinS Kacang, tanduk pendck dan kecil
scrtakelihatanlincahdanagresif. KambingMaricamcmpunyaipotensi genetik yang mempu
beradaptasi baik di daetah agro- ekosistem lahan keriry, yaitu daerah dcngan curah
hujan sepanjanS tahun sangat renalah. IhmbinS M:rrica dapll bertahan hidup pada
musim kcmarau walau hanya mcrnakan nrnrlnrl-nlnrp l kcring di dacrah l nodlllohot [$itu
il,, G--,- tanah berbafu-batu.
Daereh populasi IGmbiDt Marica dijum sekitar Kabupaten Maros, KabupateD dan
daerah kisaraD Kota Makassar (Fitra dkk., 2oo9) dan oleh FAO telah (endangered). Data
alasa. tentant produkMtas Kalnbing Marica belurn banlak terungkap. Knmbing Mari(a
)'ang terdapat di Sulah.€si selatan memiliki ciri klas telnga tetak dan relative kecil daa
tubuhnya lebih kecil dibandiogkar Kambing Kacang Asal usul l(ambiog ini belum
ditemukao secara pasti.
(am rni merupakan bangsa Kambing tersendiri. Nahun Kambing Marica ini belurn
banyak dari masya.akat. IGlnbingMarica IGmbing Kaclng. tGmbint Marica yarlt terdapat
di provinsi Sulawesi Selatan merupalan salah satu genotipe rhenurut laporan FAO sudah
termasuk Prnah (endangereq. Daerah populasi scki tar Kabupnten Maros, Kabupaten J
rlan di(,rnh Mllkassar di profinsiSllla wesi Selatan.
I(:rmbinx Mnric{ punvr p()tensi genetik yang mampu b,,r,rrl:r xgro-ekosistem iahan
kering, dimana flr'llh lllriln scpxrj:rog rahun sfln8at rcndah. Karnbing Marica lx rt:rhiur
hi(hrp l)ldn musim kemarau wqlau han),a meEr4kar r'uDtput kering di daerali tanah
berbafu pada Kambin8 ini adalah telintanya teSak dan relatif kecil pendek dibanding
telinga Kambing KacanS. Salal satu ciri dari Marica adalah Tanduk pendek dan kecil serta
kelihatan a$esifda Kahbing Kacang.
Irtllsi h:rik rli rtflcrnh Karnbing Kacang merupalan Krm l,go r".a"pat.ai rrr,raf,ia ; ffi;XHff
l,H:":;, ff :] b€rkehbahg bi&k, pada umur rS_rg bulan sudah bisa menEhasilkan E
*r*u**os.@jupryrftrci anpr.,,DN6rahrn*n*erhy,r,s,ui JenepoDto, Kabupaten Soppent di
Propinsi Sulawesi Selatan dilaporkan telah hampir puhal ukuran bing sampai saat ini
mendapat perhatian yang serius adalah suatu variasi lokal dari I(atllbiry arlj Indonesia
)ant kategori langla daD harEpi. Kambing Marica dijurnpai di encponto, Kabupaten
soppent dapat rumput- -batu.
Cili yant paling khas Kambiug lincah dan 1.,,t rr rr:rn. Kambiog ini cocok sebagai
peoghasil dagint dan kulit dan I i r ,. r l,r I prolifik, sifatnya lincal, tahan terhadap
berbagai kondisi dan r r r r t, u l)cradaptasi dengan baik di berbd8ai lingkungafl yang
berbeda t,r rrr,rsuk dalam kondisi pemeliharaan yang sangat sederhana (Sinar li,,r TooT).
Melurut Davendra and Mcleroy (1982), sistematika h i, , rl , r nE adalah s€batai berikut:
Kintdom : Animals Phylum: Chordata r, ,irl, i Craniata (Vertebrata) Class i Mammalia
Order : Artiodactyla 'i,,1' ,n1ler: Rumhantia Famili : Bovidae Sub Famili : Caprinae Genus I
al,r'r atau Hemitragus Spesies : - Copro /rircus- Capro ibet - Capro ,,'t,,,tsico - Copm
pyrenaico - Caprc lolconcri. (rmbing merupakan hewan pertama yang didomestika6i,
diduga l".r.rsal dari Kambing liar Copra aegorgus.
Pada awalnya sekitar r, ix)o-rl ooo tahun yant 6ilam di daerah Kawasan Timur Tengah
,,,rnusia za$an Neolitiic fiulai memelihara fGmbing dalam junrlah 1.,1 il untut
m€ndapatkan susu, da8in8 datl kotoralnya sebn8ii bahrn l,,rk]r,juga sebagai bahan untuk
paksian dan bangunan yan8 terbual ,|,'ri bnlu, tula!& kulit dan urat daSing (MacHugh ct
oI. 2oot;7,adtt ,1 ll1. 2ooo). Ternak K^mbing (Capra hircus) dapat memanlaatkao lrrinuan
dalem jurnlah telbat.s
seperti pada lingkungan yang kritis ,li'n kerin&/ lahan marjinal. Manurut Mutidjo (1993),
umurhnya l&mbing merupakan l(.wan yant hidup di lerent-lereDt pegununSan,
bukit-bukit yang r 1r ram ataupun tempat tempat yanS curan\ selain tempat )ang
tandus ,lan sedikit ditumbuhi rumput atru tanaman.
Kambing yarg kita kenal sckaraog merupakaa hasil domestiLasi manusia yanS
diturunkaD (l ri tiga jenis IGmbinS liar, yaitu: Capra hircus, merupakan jedis Kambing liar
,,ang berasal dari daerah s€kitar pelbatasan Pakistan- 'l'utki; Copro folconeri, aerupalan
jenis Kambing liar yang berasal dari daerah sepanjsng Kashmir, Indi{; Capro prisca,
merupakan jenis xlambitB liar yanS berasal &ri daerah s€panjant Balkan.
8O5D]ANANC]IUN6 E Dali ketiSajenis Kambih8 liar tercebut, kini bangsa KahbinS yant
terse bar di seluruh dunia, Kacarrg, Nrrnbing Etawah, Kambing Saanen, Kambing
Angora, Kambi ng Tottenbury, Nu Kambing merupakan salah berukuran sedang. Kambi
satu jerris binatant ng lior jantan ma tanduk sepasang, namun tanduk pada Kam
Kambing, umumnla mernpu n-vai jeh88ot, d atas, dan keban,.akan berbululurusdan Iiar,
tidak termasuk ekor, adalah 13 - - 15 cm. Bobot yang betina So - SS kg, meDcapai 12O
k8 (Sinar Tani, 2oo7). Di berkelompok 5 sampai 20 ekor.
Dala rhakanan, kelompok Kambing ini di ,?ng palinS tua. xambiDsjantan berfun
rombongan. Waku aktjf mencari ma hari. Makanan utamanya adalah (Chen er o/. 2oo5)
B. pclcstarian Sumbcrdaya Genetik Ternak ,,l#ffi'ffiffi [l o*'u"'n'o ' *'i(a r€he
up,iftrffno.fl.ri,,nu ahrdmd!rii!,5crarin dikenal bebera seperti: IGmbing I(ambing KashrEir,
bian dan lain-lain_ merhafta_h biak yang upun betina memilild bing jantaD lebih besar,
ahi cembung, ekor agak ke kasar.
paDjahs tubuh Kambing r,4 m, sedtutgkan etornlE 12 sedangkan yang jantan bisa alarn
aslinya, Kambing hidup m pengembaraannya mencari ptnpin oleh Iombing betina gsi
seba8ai peDjata kearhanan kannya sian8 maupun malam rumput-rumputan dan
dedaunan t, rr,,,l rrr.lllui persilantan, penggantian breed baru (Subandriyo dan 'ir r,xl,
r(x)3; Sodhi et ol., zooT), maupun pengumsan stock secara l.
' l, L r I rir ll, dan pada Eilirannya akan mengancarn keragaman genetik t,ll,,,1, l ri lain
pihak pelestanan keraSaman genetik ternak akan selalu 'llt, !llrl.rll dalam pemuliaan di
masa datan& karena tanpa adan]a i,, ,l.,,,rnn genetik pemuliaan temak tidak munSkin
dilaksanakan r(tr rl rrrcngantisipasi keperluan di masa mendatang (Subandliyo dan ,r,
tr.,lr, ..:oo3).
Itlesta an terhadap sumberdaya geDetik ternak Iokal sebagai l,r;1.rrr tlari komponen
keanekaragaman hayati adalah pentint untuk rr,, rr[rruhi kebutuhan pangan, p€rtanian
dan perkembangan sosial ,,,., .fxrrkat di masa yang akaD datang. Ada beberapa alasan
uDtuk ini, ,!t,'rr lain (r) lebih dari 6o persen dari bangsa-bangsa ternak di dunia ,,,(la di
negara-negara sedan8 berkembang; (2) konservasi bangsa t, r rrak lokal tidal mena k
bagi petani; (3) s€cara umum tidak ada t{,'xram monitoring yang sistematis dan tidak
tersedianya informasi ,l( skdptif dasar sebaSian besar sumber alaya g€netik hcwan
tcrnak; .( rl1 (4) sedikit sekali bantsa-bangsa ternak asli yang telah digunakan ,liIr
dikemban8l..an secara akif (FAO, 2oot). Ada tiga metod€ utama program pelestarian
Plasma nutfah t.Irak yang telah dilaksanakan masyarakat atau pemuliar (1)
rr.mpertahankan populasi ternak hidup, (2) penyimpanan beku rDateri genetik berupa
haploid (n) seperti gamet yakni semen dan ,x).9te atau berupa diploid (2n) seperti
embrio, dan (3) penlmpanan I)NA (deoryribo nucl€rc ocr;C), Metode bioteknologi dapat
digunakan untuk mengkarallerisasi ten-gen temak dan plasma nutflh suatu populasi.
Metode ini akan membaotu dalam pembuatan keputusan tcntang p€lestarian plasrm
nudah yant unik.
Studi menSeoai struktur dan fungsi gen-gen pada tingkat molekuler suatu populasi
temak dapat membantu menentukan R()5 D]A NA N6IIUNI: E kesamaan material genetik
yang dibawa oleh dua atau lebih populad dan keragaman genetik dalam populaii ternak
yang diamatl. Identifikasi ten-gen dari indMdu temak akan membantu prograttl
pemuliaan (genetik) tema}, yang membedakan dari penampilan (fenotipe) yang tampak,
Fnt dapat menentukan proses pemrlihan tetua untuk gencrasi yang akon datang (seleksi
buatan).
Jika gen-gen untuk sifat produksi dapat diidentifikasi, temak-temak teNebut dapat
diseleksi walaupun tidak diekspresikan oleh individu temak yant bersan8kutan.
NeSara-neSara sedang berkembang pada umumnya berada pada iklim dengan
perubahan temperatur Fn8 ekstrim antara musim panas dan hujan. Pada kondisi seperti
ini akan t€rb€ntuk rumpun ternak yang beradaptasi.
walaupun produkivitasnya rendah apabila dibaddingkan dengan rurrlpuo yang terdapat
di dae$h aemperote, rumpun temak ini memiliki daya tahan t€rhadap berbagai macam
peDyakit; tahan terhadap flukuasi ketersediaan dan mutu pakaD dan air, trhan tcrhadap
perubahan t€mpcratur, kelembaban dan fongar\rh iklim ckslrim hinnya. Rumpun ternak
ini juta beradaptasi lrdu(L'p ponxlihnr:Hn ying kurang baik sehinSta m€miliki nilai yang
rirn*:rl lx rirll:l onluk rnengintisipasi berbagai perubahan alam dan lirrglirrng:rn rliwaktLr
yang aknn datang (FAO,2oo7). DenSan demikian, In l(,slrrrian lcrhrdap sumbcrdaya
genetik temak lokal seperti h.llya KlDrhing Marica sebagaisalah satu plasmanudah
Kambing yang ada di Suiav{csi Selatan merupakan bagian dari komponen
keanekaragaman hayati adalah penting untuk memenuhi kebutuhan patrgan, pertanian
dan perkembangan sosial masyarakat di masayang akan datang.
Pelestarian sumberdaya genetik ternak pada dasamya dapat dilakukan salah satu atau
gabungan darii (!) mempertahankan populasi ternak hidup baik dalam bentuk in-situ
maupun er-situ pada satu tempat tertentu, (2) peByimpanan beku (cryogenic), E 51td I0
o!' (amb nq Mi, () 5ehaqi, Up4i tueirir an I ft [n{ih tndem srhrytl selihi ,lur, (l)
penyimpanan dalam bentuk DNA Dalam beberapa hal' ,,",, ,,, "rn""k"" populasi
memPakan metode yang lebih praktis' t,,1, 'r,rrian pada ternak hidup menrpuoyai
b€berapa keuntunga! ,,, , ,,,,,,,at --*n-t"PuD temak yanS dilestadkan secara bertahaP ;, '.;,
;;*; terhedap perubahan Penssruh eksternal dan ,''1,',,,ugkinkan dilakukan ewluasi
kinerjanya (FAO' 2oo7)' r. tirraga.tnan Genetik Tern'l " .'- '-'*"or"a"n ,"netik teriadi tidak
hanya aota' rumpun tetapi t,r[,r rli dalam satu rumpun yan8 sama' antar populasi
mauPun di ,i,,,,,,r r"rrt*t.
Pada spesies temak 'lomestik suatu identifikasi rrrSkat keragaman, terutama pada
lokus-lokus yanS mempunyal ', ,1,'i.,i"i0".,"t ttempunvai keterkaitan dengan seleki dalam
',,,,..r. **r,a-1'andivdrawan & suban&iyo 2oo4; Abdullah 1,,,,Lr. t.i"n ""a,"toantu yansdaPat
diSunakan untuk merrdclcksi i,.r.*"."" n"n,,f*t "aalah DNA mitokondria dan DNA mikro
satclil r ttt,rl"adno zoo6; Yu*ono 2006) dan DNA krcmosom Y segmen EeD st(Y.
KeraSaman tenetik dalam PoPulasi merupakan modal dasar ,'ulikasi teknologi pemuliaan
ilalam pemanfaatan hewan Keragaman ,,i-""* -*t*] iang digambarkan dalam keraSaman
penampilan i,"*"t "OA* *0"*t tnformasi genetik yang dimilikinya Perbedaan rrcnamDilan
ilisebabkan selama Proses domestikasi tipe atau rumPun_ 'rr*rr'" n"'l", "*o"n secara
Eenetikkarena adanya proses adaptasi ,ri-n';an .".irrg-."ti"g lingkungan lokal dan
kebutuhan komunitas i"n"*"*"**" Utn** mmpun yang berbeda (Muladno 2006)' Id"ny"
k"t*po"" adaPtasi hewan disebabkan hewan rn".ititl t"ro,nlp"n -enghasilkan lebih dari
satu altematif bentuk .*Jrr, *a.fisiologi' dan atau tingkah lalu sebagai reaki ,"rn*"i ,t*o,nr-
(Noor 2oo8)' !'€bih dari 12 ooo tahun vang i"i" ,"tT"p"i,, "*"" temak telah
didomestikasiLan dan berevolusi RosDl^r^KnuN6 E[ rF sehingga menjadi rumpun
(breed) yang secara genetik unik dan berbeda, beradaptasi terhadap linSkungan dan
komunitas setempat.
Saat ini terdapat sckitar 6 ooo - 7 ooo rumpud terdal domestik dari Spesies yang telah
terdomestikasi, bersama dengan lebih dari 80 spesies kerabat liamyayang rnerupakan
sumberdaya tenetik temak di bumi ini yang berperan penting untukpangan dan
produksi pertanian. Berbagai rumpun temak yang telah berkembang dalam berbaSai
sistem dan lingkungan yang ada saat ini telah menShasilkan berbagai kombinasi gen
yang unik.
Gen-gen ini tidakhanya meDentul..an kualitas sifat produksi dari masing-masing
rumpun, tetapi juga terhadap kemampuan adaptasinya pada perubahan kondisi
lintkungan lokal termasuk makanan, k€tersediaan air, iklim dan hama penyekit (FAO
2oor). Berbagai macam k€butuhan manusia seharlhari dipenuli dari spesies ternak,
dalam bentuk pangan maupun kebutuhan lainnya.
Namun hanya sebagian kecil dari total kerageman genetrk temak dan kerabat liarnya,
yakni sekitar 40 sp€sies yang memenuhi sebagian besar proporsi dari produksi temak
global. KeraSaman temak di dalam genetik ternak dan beberapa kerabat lainnya telah
menjadi sumbcr kera8arDan dari rumpun dan populasi ternak. Keragaman gcnctik ini
pcnting dalnh pernbentukan ternak modem dan alan terus berkclanjutan di masa
mendatang (Subandriyo & Setiadi 2oo3).
Sumberdaya genetik ternak sedikitnya memiliki empat manfaat, yaitu (1) keberlanjutan
dan peningkatan prcdul.si pantan; (2) mcmakimumkan produltivitas lahan dan
sumberdaya p€rtanian; (3) pencapaian pertanian berkelanjutan untuk memberikan
keuntungan masa kini dan teDerasi rumpun ternak yang akan datang; (4) pemenuhan
keanekaragaman baik yant telah maupun yanS belum diketahui manfaatnya bagi
kehidupan sosial masFrakat.
Ketersediaan keanekaragaman genetik ternak, temasuk KambirrS z Strdr 8roloq lrmbing
i,!ri(i 5{brp trpya N6uMi thriu llurhh fnd.lllA 5ulMq sdrbn akao mempengaruhi
keberhasilan stlat€g1 Pemuliaan uotuk masa Yang akan datary (FAo 2oo7) 2. DNA
Mitochond'ial -'-- "no*ndn" adalah subsellular penting organel' yang t*rtaoggung lawab
untuk menSoksidasi r€aksi dalam siHus asam , d*i"-*n",, ,"*,.u"nan electlon 'lan
metabolisme energi di dalam s"ii- ."-**"t suatu material genetic tersendiri yan8 disebut
,,ri"*"rin" *."*" ( mtDNA) DNA mitokondda mengandung ,r, ,* *t*" untuk 2 rRNA 22 IRNA'
dan 13 polipeptida yang ,r"i,p"t "n-"uU unit tompleks enzim yang terlibat dalam
fosforilasi ,,itili, r"* *o*n ', t, e' +' a"' u' a- u a"a kompleks I' sub unit t,-Ot "*.-iii"" *"-o'eks
III' sub unit I' II' dan III dali kodpleks ,ii"i*".-"*u*, terta sub unit 6 dan 8 dari komplek v
(Kohcer (lan White, 1989 dalam Yusuf, 1989)' "_" or".*"t r""r teryusutr material genome
itu dikenal sebagai **"i U.."i if-.""'O dan rantai nn8arr (z-strond) oleh karena ;;;;;;;",
mol€kul s€bagai hasil komposisi dasar berbcda ;;;;;;;; r", ,"', t"nskode protein vaitu 12
a'lalah H-strand dan ir'""","* "oron t'orand Daerah noncoding sebaSian besar pada ;;;;;, ;;
."'Punvai peranan tunssionaldi dalam replikasi o;rn.a
u-a"n *"tom mitokontlria dan perban'lingan pcngaturan ** ffi Utn"O, "*tU melihat
hubungan phylogeoetik masa lampau (Hou etoi.,2006). Mentrrut Tapio dan
Gligaliunaite' (2oo3) Senom mitokon&ia ,"nr,".ii"L"" ,*-*"n peflvandi rRNA 12s dan 16s'
22 tRNA' 'lan ',r'or*r" *O ,"n tmpleks euim rantai resPirasi' juga memiliki ,-r.it* ,roueotia"
non penyandi '?ry disebut dengan daelah ";;r*;;;; ^., (''loop) kunikan dari daerah D-l-ooP
adalah ,r"i.,i* **0", n"tttorfisme yang tertinSSi dalam mtDNA' Daerah ,-i-, *"r", s"ng"t
uatiab"I dan mempuoyai laju evolusi lirna *o,ooro*on*o !!t kali lebih cepat dibandingkan
daerah laiD dal.m teDom mitokonalda. lI1,I:1::I" ""rk ditemukan pada ser-s"i,,", i"n"*an ,",
memrtth.akt jvitas metabolit tertinggi atau pada daerah{aerah }"ng mem€rlukan ATp
dalam jumlah baDyak, seperti p.da badan ekor sel ;11rm1sel enitelranc aktifrnehbelah
pada iarin8an epidermis kulit oan sclototjantung (Anderson el o.19gl dalam Hartatidan
Maksum, 2oo4), ","-,.,ir_11:", y"*,:risrik mtDNA yanr dapat dijadikah atar yanr slgnrtkao u
ntukkeperluan analisis. pertama.
mtDNA mempunyai copy numbcr yang tinggi, meskipun di dalam sel yang tidal
mengand; inti. Jumlah copy per sel yaitu sekitar looo-ro.ooo sehingga mtDNA -U:::l-
ltTr"U* untuk analisis sampel dengan iurntah DNA y6n8 sangat terbatas, atau DNA yang
mudah terdegradasi, apabila analisii DNA rnt:l tilal dapat ditakukan. Kedua, mtDNA
diturunkan secara :"1:.::l:",r"" setiap individu paala saris keturunan ibu yan8 sama akan.
mehpunyai tjpe mtDNA yant identik.
Ketiga, mtDNe ::T:_:j,]l,, ,:i: .T,'.or6sme ,ans tinEsi densan raju evolusinya sckrlars-ro
kalilchih ccpat dari DNAinti (Ratnayani dkll(, 2oo7) Dloop ]ll;llli':l]:ljll".:', yans memp,,nyai
tinskat porimorfisme tertins;i j-],ll,l 1,,']"^ rerdapir ,tua daerah hipervariabel densan
tinskat v:rn,r:r t( x.sar antara iDdividu-individu yang tidak mempunyai jllll::'il'n
lclcrnbatan. (Rntnayani dfrI., 2oo7). DNA mitokondria (mtl)NA ).relah mewakili unsur
genomik yang paling informatif unfuk mcngurarkan asal temak. HinSga kini, sekuen
mitokondria telai secara luas dipelajari pada sapi, babi.
domba, kuda, anjing. keledai, dan Kambing. _-, , ftudi_llbelumnra pada Kambing
domesrik yahg idenrifikasi melalui mtDNA henShasilkan sedikitnya empat garis
keturunan utama (Chcn et al.. 2oo5). Garis keturun berbeda da n ;;; ;;;."';; j:;Tt i"'jif '#::. r*T,:
p u* *,r,u*r rrm i{rigr up?.
ftkrrin ru(na ilut m rftn* suraFi s,Di E l ,,t runan B adalah dari timur dan Asia selatan,
mencakup Mongolia, lros, Malaysia, Pakistan, dan India. Ga s keturunan C dengan
trekwensi rendah di Mongolia, Switzerlafid, Sloveoia, Pakistafl, dan lrxlia. Garis kefurunan
D adalah jarang dan hanya diamati di Pakistan ,l;ur (ambing lokal India.
Waktu penyimpangannya dari antara empat lt:rds keturunan oebih dari 2oo,ooo tahun
yang lalu) jauh didahului \laktunya dari proses penjinakan di sekitar to,ooo tahun yang
lalu {('hen et al., 2oo5). DNA mitokondria (mtDNA) memiliki sejumlah rrdt genetik klas
yan8 membedakannya dari genom inti. Pada mamalia DNA mitokondria hanya
diturunkan lowatjalur rhu tanpa rekombinasi.
DNA mitokond a pada scl anak sclurrrhnya ,lisumbangken oleh ibu dan sperma sama
sekali tidak berkontrilnrsi. LounikaD sistem penurunan yang menarik ini klih dinralfrltk:rr
(lirlam berbagai bidang yaitu penentuan hubunlla kckoralialrn, slr(lr rvolusi dan migrasi
global manusia moclern, l)nl:rng lorcr'sik ([rrr rrlentifikasi penyaht genetik.
Keunikanlain dari nrll)NA ytlilr rx,rnililii L'jumutasiyanglebihtintgidibandingkan dengno
I)NA inti yritU l i rnrtasi menetap gen-ge. mtDNA ro-U kali lcbih ccpat daripndir yilnl
tcrlibat dalarn fosfodlasi oksidatifyang dikode oleh DNAinti. DNA mitokondria berbeda
dengan DNA inti pada lokasi, urutan, liuantitas dalam sel, dan cara pewarisannya (dari
orang tua ke anak).
scl hanya memiliki satu inti sel yang meDgandung 2 set kromosorn, Iritu satu set
patemal dan satu set matemal. Al(an tetapi sel dapat rrrcngandung mtusan hingga
ribuan mitokondria dan masing-masing l)itokondria dapat mengandung beberapa copy
mtDNA. DNA inli memiliki jumlah basa yang lebih banyak dibandi[gkan DNA
ruitokondria, tetapi molekul mtDNAterdapat dalam jumlah copy yang rrrLrh lebih
banyak daripada molekul DNA inti.
(arakteristik mtDNA rri sargat berguna pada situasi di manajumlah DNA sampel saugat
terbatas, seperti sampel-sampelyang diambil dari kasus kriminalyaitu rambut, tulan8,
dgi, cairan tubuh (air liur, ai, mani, darah) (Tapio dan crigaliunaite, 2o03). B. Polymer.o.te
Cho.i'r'. Reaction (pCR) _ , Real6i berantai pollnerase (polymerase Chain Reoction) adalah
suatu metode eDzimatis uhtuk melipatgandakaD a€cam eksponensial suatu sekueD
nukleotiila tertentu dentan cara in vitro. Metode iDi pertama kali ditemukan oleh f\ary B.
Mullis (r9g5). Metode.ini sekareng telah banyak digunakan untuk berbagai macam
manipulasi dan analisis genetik baik berupa molekul DNA maupun IINA (yuwono,2006).
Beberapa faklor seperti konsentrasi DNA, ukuran paljant primer, komposhi basa prirner,
konsentaasi ion Mg, dan suhu hibridisasi primer harus dikontrol den&n hati_hati atar
dapal dipercleh pita-pita DNA yang utul dan baik (sulyaDto, 2oo3). Empat komponen
utarna pada proses pCR adalal (t) DNA cetalan; yaitu fraSrnen DNA yang akan
dilipsttandakan, (z) oligonukleotida prirner; ,ritu suatu sekuen oligonulleotida pendek (r5
_ 25 basa :ukleotida)yan8 diguDakrn untul mengawali sinlesa rantai DNA, (3)
deokiribonukleorida trifosf.t
(dNTp), terdiri atas dATp, dcfp, dGTp, :?T: dan (4) enzim DNA pilomer6se yaitu enzim
)aDt melakukan Kllrarrsrs reaki sintesis rantai DNA Komponen lain yantjuga penting
adalah senyawa bufier (yuwono, 2006). _--. t.tn:rp dasar pCR dihulai dengan melalukan
denatutasi :Nl :etakan sehingga rantai DNA yanS berantai tanda at(an terpisah meDjadi
rantai tunggal.
Denatura6i DNA dilakulan deryan menggrnakau suhu panas (9S oC) selama r-2 menit,
kemudiaD :::: 1ll:"*. menjadi ss oc sehingga pnmer akan menemper pada cetakan yant
telah terpisah rhenjadi rantai tunggel. primer ar<an memb€ntuk jembatan hydroSen
deDtan ceta'.an pada daemh sekuen yang komplementer dengan sekuen pdmer. Suhu
55 oC ]ang l! r*,rr, u*,r*,i(asrbaeiupayapeiell}'iinpri!.ru udahi,rnnils{hrl?!s&,n dipergunalan
untuk menempelkan primer pada dasamya merupal..an l()mpromi.
Amplifikasi akan lebih efisien jika dilakukan pada suhu Iang lebih rendatr (37 oC), tetapi
biasanya akan terjadi mispriming viritu peDemp€lan primer pada tempat yang salah.
Pada suhu yang krbih ringgi G5 oC), spesiilasi re{ksi amplifkasi a}an meningkat,
lctapisecara kes€luruhan e6siensinya akan menururl (yur{ono, 2o06). Primer yang
dipergunakao dalam PCR ada dua yaitu (,ligonukleotida yang mempunyai sekuen yang
identik dengan salah satu rantai DNA cetakan pada ujung S:fosfat dan oligonukleotida
yang kcdua identik dengan sekuen pada ujung 3rOH rantai DNA ceta}aD rang lain.
Proses penempetan biasanya dilalukan selama 1-2 mcnit.
Sttelah penempelan oligonulJeotida primer dengan DNA cet6kan, s(hu inkubasj
dinaikkan menjadi 72 oC selama r,S menit. Pada sllhu ini DNA polymerase akan
melal:ukan proses polinrcrasi raDtai I)NA yanS baru berdasarkan informasi yanS ada
pada DNA cclakan. setelah terjadi polimerasi, rantai DNA yang baru akan Drembrntuk
l(:mbatan hydrogen dengan DNA cetakan.DNA rnntai ganda yanS baru lcrbentuk
den8an adanya ikatan hydrogcn, selanjutnya didcnatlrasi lagi dengan menaikkan suhu
inkubasi menjadi 95 oC.
Ikntai DNA vanS baau tersebut selanjutnya akan berfungsi sebaSai cetakan bagi rcaksi
polimerasi berikutnya (Yuwono, 2006). Regksireaksi tersebut diatas diulang lagi sampai
25 - 30 kali sildus sehingga pada akhir sillus akan didapatkan molekul-molekul l)NA
rantai ganda yang baru hasil polimerasi dalam jumlah yang lruh lebih banyak
dibandinSkan denSad jumlah DNA cctakan yang (ligunakan.
Banyaknya siklus ampliflkasi tersaDtung pada konsenrasi l)NA taryet didalam campuran
reaksi, Pada umumnya konsentrasi I )NA polymerase fog menjadi terbatas setelah 2s-3o
siklus empli6kasi. t050l t{A N6[uN6 a z7 C.Konsumsi pakan pada Ternak dicerna
sebagian atau Pakar adalab bahT pakan yang dapat d seluruhnya, diabs tidak
menggqnggl kesehatan ternak r99r); Kamal, t994, Mc Donald et al.,2oo2).
Pengambilan pakan yang Yang disediakan oleh ma Konsuftsi pakan adaiah nusia
sejumJah pakan maupuD oleh alam terDak dalarh pedode tertenrtu, dan meru
menentukan respoDs tehak serta penggu dalam palan (Vao Soest, 1994). padatelnak
merupakan aktivitas ,,ant kornpleks, yang menSamati, pergerakan , aktiftas sensorih
(Anonimou s, IOOT) Tintkat konsumsi Yangterkonsumsi oleh tehak bilapakan (Para.kfrasi,
t999, NeW, zoo4;. .yr.1u1, ,aktor penentu yanS palinS pentint yant Pakan yangtersedia
bagi ternak tiDgkat produksi (Van Socst, 1994.
(onsumsi pakan pada ternak sangat dar.i species ternalq bobot badan, ukuran tu ternak,
status fsiologis, kondisi dan ka palatabilitas bahan pakan dan macam ketersediaan air
dan iingkungan (Forbes, 19g6; Tillman et al., 1991; pond et al.,
1995; ParaklGsi, 1 Konsutnsi bahan ke;ng pakan biasanya makin meninSka tnya
kandungaD zat-zat pa&an yang r98l) A***::*,J: "r"ff;"*i a Kambing imakan oleh orbsi dan
benDanhet YanS memakannya fTjlllnan et dilakukan oleh ternak bail disebut kon Yang
dapat dikonsumd paftan factor peDting yanS naan nufieDt yahg ada di (ambi ng,
konsuElsi pakan rneliputi mehcari pakan, mernakan dan IneDceana pakan adalah jumlah
pakao tersebut dibe.ikan odlibitun konsumsi pakan rnerupa-kan menentul<an jumlah
zat-zat yang selanjutnya akan mempengaruhi bervar.iasi terganfung buh, umur dan
kondisi Lpasitas saluraD pencernaa |lll i, ,\ir:l akif merupakan fador pembatas yang
mendasar rl{l.r,, l, rllrrnfaatan pakan.
Meningkatnya konsumsi bahan kering |tr rr1, l,,rlrkrn meningkatnya koDsumsi zat palan,
sehingga jur ah ,it trrl,rr l ng tersedia dalam tubuh ternak semakin bertambah (Van ,t1r,{r
r1,()4). Konsurnsi bahan kerinS pa.kah oleh ternak Kambitrg di 'l f,,rlL l()pis dapat b€rkisar
antara 1,8 - 4,7% dad bobot badannya {rnr., ,li ngan 4o,5 - 131,r gr/kg 88 perhai, tetapi
pada tGmbins lrr llrrrg umumnya adalah 1,8 - 3,8% dari bobot badaDnya (D€vendra ,l,L
rtr[ fis,1983); 2,5-3% dari BB (EnsminBer,1987) seri^ 2,5 - 2,7% ,hr L ll ll pcrhari (Pond et
al., 1995) pada ternak rurninansia umumnya.
(onsumsi pakan juga dipengaruhi oleh tingkat kecemaan dan 1r,,.,\ fermentasi di dalam
rumeD. Konsumsi akan meningkat jika 1,," ,,rrraan meningl'at serta proses f€rmentasi
dalam rumen horjalan !,I'l(ruln. Kecernaan serat kasar yang rendah akan menurrrnkan
1,,llsrtlsi (Van Soest, 1994).
Tema] ruminansia mampu menlakan l,,,lrrn pakan yang kaya akan serat kasar dau
manrpu urenrecahryn ,,r.njadi produk yant dapat diasimilasi dalam rumcn. I'roduk yang
,lr:rsirnilasi tenebut kemudian diabsorbsi dan bercdar dalam darah r.Irg selanjutnla alan
mempengaruhi konsumsi pakan (Arora, 1995). Bentuk pakan yanS rinSles dan tidak
berdebu sangat disukai L rnak, sedangkan l..andungan serat kasaryanS tinggi akan
menuru nkan I jngkat konsuinsi.
Demikian pula palan Fng uoluminous seperti hay ylng mengisi rumen dengan jumlah
lebih banyak dan kecernaannya r'cndah alan menurunkan konsumsi (Pankkasi, 1983;
Anonomous, -:oo7). Persentase pakan yang dikonsumsi memiliki hubungan erat dengan
lepasitas saluran pencernaan terutama rumen. Kapasitas rumen yang berbeda
menyebabkan konsumsi pakan juga berbeda- beda.
Karena itu kapasitas rumcn monlpakan faktor yang menentukan tintkat konsumsi ternak
ruminansin (Vnn Soc$t, r994). Pada pakan, kanduntah eDergi,, Ensrninger, r9o7, 999;
Nery, 2oo4) menurun dengan dapat dicerDa (MC, - umumnya kapasitas salumn
pecemaan meningkat seiring dentan peninSkatan bobot hidup sehingga mampu
menampuDg bahan kering dalam jumlah yang banyak (Parakkasi, 1999).
Selain itu, keterbatasan konsumsi pakan pada ternak ruhinansia biasanya diperngaruhi
oleh keadaan normal saluran pencemaan dan beberapa jaringan &lam organ yang
terkait dengannya. GangSuan saluran pencernaan s€perti diare dan blodt akan
menunrnkal konsumsi pakan paala ternak (Anonimous, 2oo7). Padapakan dengan
kandungan at yanS berHa- beda mempengaruhi kapasitas rumen serta konsumsi oleh
tem6k.
Pcmb€rian pakan dengan kandungan air tinggi dapat menurunkan konsumsi BK bila
disbandintkan dengan pakan kandungan air rendah (Anonimous, 2oo7). salah satu
karakeristik proses pencemaan yang menentukan tin8kat ekstrasi nutrielt dari balan
pakan adalah tum ouer time saluran pencemaal (rumen), yaitu frckuensi peryanlian isi
rumen dengen bahan pakan yang baru (dikonsumsi). Tum over titue merupakan
kebalikan waku tinttal pakan dalam saluran pencemaan (Van Soest, 1994).
Dikatakan bahwa tum ouer tim€ rumen merupakan fnrrgsi hobot badan pangkat o,2S.
Hal ini mengindikasikan bahwa wflktu tinRqrl pakrn dalam rumen pada Kambing dengan
bobot tubuh lchih kccil akan lcbih sin8kat. Dentan kata lain, Ikmbin8 yanS ukuran
lubnhnyu rclatiflebih kecil kurang mampu menahan pakan lebih lama di dalam saluran
pencemaan.
Akibatnya, pemanfaatan bahan prkan bcrsemt tinggr yang prcses fermentasinya relatif
lambat menjadi kurang efisien. Akibat dari waktu ti[ggal pakan yarE singkat dalam
rumen ini adalah nutrient dari palen berserat yang dikonsumsi oleh ternak (ambingtidak
dapat dimanfaatkan secara maksimal.
Peningkatan konsumsi akibat meningkatnya ti[gkat pemberian pakan (misalnya od
libitum) disebabkan oleh semakin besamya peluanS untuk memilih (seleksi terhedap
pakan yang dibe kan). g 5[ I0 oqrKambmq Mi(a !€baqi uEyi Pplesrai.n P dma N rlih
fdrmik 5uhwB 5eftn ro$hllA N6lTllN6 E llagian daun tanaman hiiauan tropis dikonsumsi
Iebih banyak ,i,ffi tJ* n*".*rianbatang' Temak Kambinsdan dombavang it"nir1."" n*,,
o"tongan memilih bagian daun yanS umumrya ;;';; ;;;";'nvJaib-di"gk"" batant Pemilihan
daun ffi ;fi;;;;;;"fu n teNtama'risebablan oreh perbedaan sifat frsik da tanaman te$ebut
Daun yang berbulu mungkin-tidak ,i""iti".r..tr"", oerbarti bahwa pemilihan tedadi bukatr
hanya ;;;;;, *;, teiapi juga dipengaruhi perbedaan telctur vans ."r*tt"*nt r",",*itas
(woozicka_tomaszewska et oi ' 1993)' - --"-';;;;;r";rtt""raniluntproteinvangrenilahakan
menurunkan konsumsi bahan kerinS, sebaliknya suplementasi pakan dengan ;;;;;;;; p,lt"in
tioggi akan meuinskatkan konsumsi ;#;;;;;;inansia Harinidikarenakan aktivitas mikrobn ;;;;;;
.**.n" sera kasar tingsi sehinSsa laju pcrrsosonsrn ;;;;;, ;;;;".atrssans ternak untuk makan
lrtgi (rirrtcs' ,rtui. ai..-"t ,"*" pada temak memiliki hubungan crat den*ln i"it',*" ** **o Bil"
k"bo*h"n o""try tclah tcrpcnuhi' nrlkit "i"" "t"rrn*o*" u"tsumsi Pakannya (cheeke' 2oo5)'
-^-"' 'igJ kt*"'*i }tijauan makimum maka hliauan diusahakan a,p*"ri pJ"l (sekitar rz sampai
15 cm) dan tebal agar ukurar ,rri""'r"*trn"* t"tak lebih menltkasi bagian daun dari pada
i"',"ng t"."nu u",rng t"bih sulit ibcema Ternak iuBa lebih men)Trkai ffi i".*"t " i,1"" (masih
segar) dari Pada hiiauan vang la)'u' ,"r'il ""-r" nrl"*" ut-akan temak karena hrjauan yang
berduri dan "*"t "**-, *.*
OUak disukai ternak (A$onimous 2oo7) - *';;;;; ;";"t memp€rsaruhi konsumsi pakan
remperatur lintkuntal ]ang tinggi (di atas temperatur netral) akan menurunkan konsumsi
pakan, se'langkan penurunan temperatule (di bawaL termPeratur netral) akan
merangsang pusat syaraf makan untuk ;;;;"; ton"u*ti p"ttun HaI ini disebut dengar
reBulasi termostohs (Pond et al., 1995; Anonimous 2oo7). Sapi Bos Taurus akan
menurunkad 2% konsumsinya s€tiap kenaikan sulu roc di atas suhu rata-rata 25oC.
PanjanS hari juSa memp€nSaruhi tingkat konsumsi. Semakin pendek hari maka tingkat
konsudsi pada domba semakin menurun. Panjang hai tidak tetlalu berpengaruh pada
tingkat konsumsi sapi (Forbes, 1986; Anonimous, 2oo7). Peninglatan konsumsi sejalan
dengan besamya ukuran tubuh temak (Paraklasi, 1999).
Ternak gemuk memiliki konsumsi yang seimbang, dengan kata lain tid6k bertambah
sesuai dengan peftambahan bobot badan. Hal ini dikarenakan lemak abdomen yang
dideposit mcnurunkan volume rumen, bisa juga karena efek metabolism. Temak dengan
kaodungan degint leon yant tiDggi memiliki jumalh konsumsi perbobot badan (BB)
metabolikyangtin$i.
Hal ini dapat ditunjukkan oleh temk yang men8alami pertumbuban kompensasi karena
pembedan makan yant dibatasi dan kandungan zat pakan dalam pakan yang rendah
(Anonimous, 2oo7). Kondisi kesehatan ternak berpengaruh terhadap tintkat konsumsi.
Temak yang sakit cenderunS menurunl..an tingkat konsumsinya. Hal ini karena daya
serap saluran pencemaan terhadap zat pakan menurun dan sistem kekebalan tubuh
temakjuSa menurun dcngan adanya parasit yang masuk ke dalam tubuh dan berespons
untukmenurunlar tinSkat konsumsi Cfi man et ol,,t99t).
Kambing memiliki kebiasaan makan yang berbeda dengan ruminansia lainnya, dan bila
tidak dikontrcl akan mengakibatl..an kcrusakan. Kambing mampu merumput (makan)
rumput yanS sangat pendek dan merenggut dedaunan yang biasanya tidak dimalan
oleh temak lainnya. Disamping itu, Kambin8 merupakan pemakaD yang lahap, dengan
pakan yang beragam dari tanaman terna, kulit pohon dan kain.
Kebiasaan makan Kambing yant demikian sangat cocok di daerah dengan kualitas dan
kuantitas pakan yang rendah IE Srudr 8or0!i bmbrg Mill(i S.bagal Uiiti ftldin Pliq
utiihtndrm*tulni?tt hDn E seperti daerah yant berilJim tropis. DenSan kebiasaan makan
ini memuntkinkan Kambing dapat memenuhi zat Pakan dasar bagi funSsi tubuhnya
secara lebih baik dibandingkan dcngan sPcsics tcrnak yang lain (Deven&a dan Burns,
1983). Selain itu, dalam men*onsumsi pakan ternak Kambint tuemiliki mekanisme
adaptasi yant kornpleks dalam menanSani pakan berserat tintgi.
Pola makan Kambing yang juga selektif dan celderung memilih koDs€ntrat, misalnya
merupal'.au salah satu pendekatal adaptil Pola makan teNebut mamPu meningkatkan
kodsentlasi nutfient )/ant dikonsumsi tanpa keharusan menintkatkan jumlah konsumsi
pakan secara signifrkan yang dibatasi oleh kapasitas saluran pencernaan yang rendah
(Hoffinan, 1988).
Untuk mengetahui konsumsi pakan pada tcrnak,jumlah bahan kering yang dapat
dimakan oleh seekor ternak selama sehari perlu diketahui. DenSan mengetahui jumlah
bahan kering yang dimakan dapat dipenuhi kebutuhan seekor temal akan zat makan
yang Perlu untuk pertumbuhannya, hidup pokok maupun produksinya Bahan kering
merupakal tolok ukur dalam menilai palatabilitas pakan yang diperlukan untuk
menentukan mutu suatu Pakan (Lay et ol., 2oo4; Anonimous, 2o07). D.Tingkah Laku
merumput Sapi lebih meoyenangi daun-dauoan yang Icbih panjang dibandingkan
dengan domba dan Kambing dan hal ini munSkin disebabkan oleh lebih besarnya
uturan rahangnya Seekor ternak bisa mengontrol jur ah pakan yang dimakannya
dengan cam lain, bisa menolak palan yang satu atau pakan yang lainnya (Tomaszweska,
r99r.
Pola perilaku merumput atau perentgutan hijauan (rumput) pada temak herbivora
ruminansia dan nonruminansia menunjukkan variasi diant^ra spesics yang bcrbeda.
Perbedaan ini berkaitan dengan keadaan atatomis rahang. cigi geligi dan kapasitas
lambunS (Raiardja, 2oo7). Ukuran renggutan dapat didefinisikan sebaSai jumlah dad
makanan ternak pada setiap satu kali renSgutan.
Ukumn renggutan atau SiBitan dapat ditentukan secara tidak langsung sebagai ratio
total rensSutan per ha pada setiap intake atau secara langshng dengan menghitu[8
renggutan yang diambil. Intake perbite merupakan para meter yang lebih
responsift€rhadap temak (Tomaszweska, 1991). Aktifitas perenggutan pada sapi hampir
sepenuhnya terSantunt pada lidah yang sanSat mobil untuk melilit hijauan kernudian
mer€nggut dan memasukkannya kedalam rongga mulut. Sehingta sapi tidak dapat
merenggut rumput yang pendek, kurang dari 1 '/, inci (1 3,7s cm) panjangnya (Rahardja,
2oo7).
Ternak Sapi dan Domba merumput dimulai sekitar waktu 24 jam, intensitas merumput
dimulai sekitar waktu fajar dan menuruD waktu menjelan8 malam hari ; waktu
merumput },"ng terpanjant adal:rh pngi hari .lnn sclama scnja sampai menjelang malam
had ; suhu lingklllrgln yrtngtingSi pada sianghari cenderung menyebabkan luw;rr h0wan
meningkatkan waktu meftmput dimalam had (l(nhrr(lja,2oo7). Ditambahkan pula oleh
Tomaszewska dkk., (1991) bahwa sccara umum, sapi meluangkan waktunya 8-1o jam
untuk mcrunrput dalam sehari.
Dalam keadaan cuaca panas dan lembab, aktifitas makan sapi tertiggi pada waktu suhu
udara yang lebih rendah yaitu pada pagi hari. Waktu Fng digunakan temak untuk makan
dipengaruhi oleh beberapa faktor temasuk tipe pastur dan jenis hijauan pakaD yang
tersedia. Pada musim panas sapi perah FH hanlE mampu menrmput selama 1,5 jam
perhari (Sanusi, 2oo5) sedangkan sapi potong mampu merumput sampai 6 jam perhari.
Tingkah laku makan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain E 5tudr 8rclqi K.mb n9
Mifta 5eb,tgd tJpiya Pdpirar an P ,!m, ltufah tndenrfi s0lase! Selaun E 1. Temperatur
sekelilint, temperatur yang tinggi menyebabkan konsumsi menurun, 2. Icadaan gigi 3.
Umur hewan 4. Sifat dan macam makanan S. Keadaan yang menakutkan, seperti anjing
dan sebagainya yang akan meDthentikan hewan makan (Rahardja, 2oo7).
Jika padang rumput berkualitas tirBgi dan melimpah untuk tiap ekor sapi maka waku
me$mput agak lama, sedangkan waku ruminasi menjadi pendek. Sebalikayajika padang
rumputjelek, maka waktu merumput Iebih panjang lagi sebab ternak harus mencari dan
mengumpull,,an rumput sebagai akibat dari rumput yangjelek sehingga rumhasi
berbanding merumput m€njadi lebih tinggi daripada jika rumput berkualitas (Rahardja,
2oo7). 1. Tingkf,h Irku Merumput selektif Ternak ,.a88 merumput memilih spesies
rumput tertcntu ltau bagian tanaman tertentu atau spesies hrjauan tertentu padl tahap
pertumbuhan yang berbeda.
Perilaku merumput selcktif ini L)erlangsung dalam dua tahap ; (, deloliasiprogresl,
memilih bagian Iunaman yan8 banyak menganduDg air, dan (2) crcoming, memilih
spesies tertentu yang terdapat dipadang penggembalaan (Rahardja, ":oo7) Ternak sapi
akan lebih memilih hijauan segar daripada hijauan licring ilan ilaun-daunan daripada
batang.
Akan tetapi dipadang t)cnggembalaan yans subur, perilalu selektif ini adalah untuk
nrendapatkan pakar yan8 kala protein dan rendah karbohidrat dan rnudal dilermentasi
(WeIo, 1998). Palatabilitas pakan (hijauan) mempunyai pengaruh terhadap tingkat selekif
merumput, dan tingkat palatabilitas hijauarl ini rlipeDgaruhi oleh fakor-faktor : aroma,
modologi, komposisi, RosDt/lNt N6iT!N6 kandungan serat, ada atau tidak ada bulu,
rasio batang dan daun, perlakuan pemupukan dengan feses, komponen organik dan
anorganik dalam tanah, sifat fisik dan kimia tanal. Indera p€nciutnan dan rasa juga
terlibat dalam perilaku melumput selektif (Rahardja, 2oo7). 2.
Tingk h Irku Ruminasi cerakan{eEkan rumen: prefi€nsi, yaitu pada saat grazing, mastkasi
atau mengunyah (cheur'ng), deglutosi (menelan). Selanjutnya eruktosi (sendawa), dan
nrminosr', gerakan komplek berurutan : regurgitosi yaitu, pakan dari rumen ke rongga
mulut, bentuk bolus semi cair - ingesto. Remostitosi )aitu, mengunyah kcinbali, Iebih
lama dari mastikasi, dan (penelanan kembali) (Sinaga, 2oo9).
Ruminasi adalah tindakan yang terdiri dari regulgitasi yaitu menSeluarkan bolus atau
gumpalan-gumpalan mal.anan dad dalam rumen ke mulut. .Remostikosi yaitu
pengun,2han kembali bolus yang keluar dari ruang rumen ke ddam mulut (malanan
yang diregurgitasi), dan resuolloutng yaifu penelanan kembali makanan yanS telah
diremastikasi (Wello, 1998).
Selanjutnya dikatakan balwa posisi badan sapi pada waktu ruminasi memiliki ci klas,
yaitu sapi berbaring (65-80%), salah satu dengan kaki muka dilekukkaD bagian bawah
badan, sedangkan kaki belakang di bawah ke depan sehingga terletak di baSian bawah
badan. Pada waku basah (setelah hujan), ruminasi dilakukan dalam keadaar berdiri. Sapi
Bali sep€rti dengan sapi loinnya, mengambil makanan dengan geral..an cepat dnri
lidahn]la yaog digunakan untuk meliDgkari poton8an rumput dan memasukkannya ke
dalam mulut, dimana gigi dan lidah digunakan untuk memotong rumput.
Ternak ini juga mernamah biak, yaitu makanan ditelan ke dalah rumen dan akan
dikeluarkannF kembali ke mulut, selanjutnla dikunyah kembali dan kemudian ditelan
(Blakely, 1992). tr ,td Bmlogi Xrmhmq M (i srbigi Upiya P.ienarian P ilni NLr ih tidem l 5Lr
iwl selatan ROsDIANANGIIl]N6 til Makanan yang dikonsumsi oleh sapi langsung masuk
k€ dalam rumen dan tinggal sempai dikunyah kembali sambil istimhat, di dalam rumen
makanan diaduk dan dicampur, serta merlgalami fermentasi,€ng hebat.
lalu barulah masuk ke retrkulurt, dari sini semua makanan yan8 masih kasar ditekan dan
di lempar kembali ke dalam mulut, makanan ini berbentuk $mpalan-tumpalan kemudian
di dalam mulut dikunyah kembali. SehingSa makanan al(an menjadi lebih halus yang
kedudian ditelan kembali langsunS masuk ke dalam perut ketiga atau omosum. DaD jika
masih ada makanan yang kasar' akan dikembalikan lagi ke dalam mulut untuk dikunyah
kcmbali yang kedua kalinya sampai lumat, sehingga memungkinkan bolus- bolus yanS
sudah dikulyah akan dikunyah lagi sampai halus.
Bolus yang terbentuk setelah regurgiroii dan pengunyahan kembali, di telan
sebagairnana halnya pula bolus yang lainnya. Masuk ke dalam rumen buLan obomosum
atau omosum. Selanjutnya aikata!.an bahwa material yang mengalami regur9itasi
terutama b€rupa htjauan (Frandson, 1993). Arcra (1989), menjelaskan balwa lignin
mcmp€n8aruhi tingkah laku ruminasi, semalin tinggi (rnin suatu hijauan maka semalsn
lafia proses nrminarii s€ekor ternak (sapi Bali). Hijauan ,ang masih muala akan lebih
mudal dicerna dari pada hijauan y'an8 tua yanS disebabkan l..arena tirgSinya kandulgan
lignin.
Apabila tumbuh-tumbuhaD telal tua, maka kadar lignin alan bertambah sehingga daya
cema bahan makanan teEebut semakin rendah. M€nurut Siregar ( 1994), proses
penccmaan temak ruminansia dimulai dj ruang mulut. Di dalam ruang mulut, ransum
yang masih b€rbentuk kasar dipecah meDjadi partikel-partikel kecil denSan cara
pengunyahan dan pambasahan oleh saliva.
Dari mulut, ransum masul ke dalam mulut melalui oesopiogus. Di dalam rumeo, proses
penthalusan paltikel-partikel mnsum berlanjut terus. Komponen ransumyang belum
dapat dihaluskan di rumen ini akan dikembalikan ke dalam ruang mulut dalam bentuk
bolus-bolus. Oleh karena itu, set€lah selesai merumput tcrnak ruminansia biasanya
berbaring dan mengunyah kembali rumput dan hijauan yang dimakannya.
Sapi yang sehat akan memamah biak dentan tenang sambil istirahat atau tiduran.
SetiapSumpalan pakan dil:unyai 60 - 70 kali (Siregar, 1994). J, Grazing Intake (Konsunsi
Hiiauan) Intake adalah salah satu dari sekian banyak pararpter pelting dalam menilai
produksi temak dalam sistem manajemen, karena rata- rata keuntungan yang tinggi
tertantung pada intake zat ortanik yant dapat dicerna.
Intak€ bisa diukur denFn metode tak langsuDt yang metglnakan penilaian atau dengan
aspek dari produk tingkah laku ingestive (wello, 1998). Makanan yang dikonsumsi oleh
ternak bervariasi jumlalnya tergantung cara pemberian, cara pen)€diaan dan bentuk
makanan selta jurnlah yang tersedia (I-amboume, 1974). Selanjutnya ditambahkan pula
oleh Morrison (196r) bahwa konsumsi makanan dipengaruhi oleh keadaan fisik dari
makanan yang di berikan yaitu halus, atau kasamya makanan tersebut, pakan berupa
hay atau bijauan apabila cincang mala konsumsi akan lebih banyakjika dibandinSkan
bila rumput atau hijauan tidak atau tanpa dipotong.
Intake harian hijauan segar dan bahan kering oleh ternal yang digernbalaksn bewariasi
diantara spesies dan berat badan yang berbeda. Perbedaan intake hijauan diantara
bangsa ternak disebabkan oleh p€rbedaan karakteristik genetik dan atomik yra;rg
menyebabkan dalam jumlah renggutan atau gigitan permenit dan tingkat efsiensl dari
perilaku merumput selekif (Rahardja, 2oo7).
4, Kontrol Intdke Pekan Terdapat beberapa teori dasar fisiologis yang menyebabkan
munculnya perilaku lapar - intake pakan pada hewan temak, sebegal E 5rud,
&0lo9ilri'ting [hi(i kb.g Up.FPr16rr60fl rii Ndlih tM€,rdt Sulnr?,i 5dai0 Er berikut : t. Teori
glukostatik Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa hampir semua jaringan tubuh
me[Stunakan glukosa sebagai sumber energinya, lcrutama dibutuhkan untuk
metabolisme sel-sel otak dan sel-sel darah rnerah.
Berbeda dengan cadangan protein ataulemak, cadangan karbohidrat - glukosa -
tlikogen aalalah secara proposional s€bandinS dcngan tin8kat perombakannya antara
dua periode hakan. Teo ini heranggapan bahwa peninSkatan atau penurunan level
glukosa dalam darah akan merangsang munculnya rasa kenyant atau lapar. 2. Teori
lipostatik Rahardja (2oo7) menyatakn bahwatelah lama diketahui bahwa lx.ratbadan
hewan temak&rikebanyalanspesies dipefi ahankan k'tap nrcskipun terjadi guncangan
klimatik ataupun intakc pakan (kuantittN rlan kuditas).
Dalam teori ini, sepertijuga glikogen - glukosr dalanr lrr)ri gluloslatik lemak tubuh
adalah juta bentuk-bentuk energi yang ,lisimpan. Izma} se€ara terus menerus
dimobilisasi dari dcpot-dcpot l,'rrak untuk digunakan sebagai sumter energi. Berbeda
dentan ka$ohidrat dan protein, lemak ditunakan rrrll disimpan adalah terutama dalam
responnya terhadap fluktuasi rrlirkc dan penggunaan pakan eneryi harian.
Mobilisasi lemak adalah r, sgmn konpensasi terhadap kurangnya intake pakan enerti
dari luar lrlnrh. Nampalnya, rasa lapar menurun segera ketika mobilisasi ,,ksidasi lemak
diakifkan. taju oksidasi asam lemaL yanS tingSi r,, rrghambat munculnya perilaku makan.
Dari mobilisasi tcrsebut, ,rr'Lrlui seranSl..aian proses oksidasi me[jadi asam-asam lema]
bebas { l l'A) yang terikat albumin dalam darah, dan gliserol.
Konsentrasi I I \ l'ang tingSi dalam darah dijadikan indikasi munculnya rasalapar. I 3.
Teori Thermostotik Berlaku pada hewan-hewan homeotermis, ungg66, dan mamalia
karena pada umumnya untuk mempertaiankan suhu tubuh relatif tetap, dan produki
panas sebalding derSan idtake pakan. tntake pakan yang berlebihan, akan mentaktifkan
mekanisme pengeluaran panas yang berl€bihan untuk mencegah hyperthermia.
Secara umum dapat ditunjukkan bahwa intake pakan medingkat ketika suhu liugkungao
rendah (dingin), dan sebaliknya ketika suhu lilgkungan tinggi (panas). Sesuai deDgan
teori ini, intdte pakaD ilikontrol oleh suplai enerSi untuk produksi panas di samping
untuk keperluan lain. Keadaan inni tentunya berkaitan denSan efek kalorigenik yang
dikandunS dalam pakan (Ralardja, 2oo7). 4.
Teori Distensi Lambung /Tembolok Perubahan internal pertama yanS berhubungan
dengan rasa lapar adalah munculnya konbaksi lapar pada lambung, Pada ternal
ruminansia, selama p€riode kurang intalc pakan, fiekuensi kontralGi lambung menurun.
Penempatan balon yant diisi udara ataupun air dalam rumen sapi, berpengaruh
menurunkal intake pakan kareoa sebagian ruang rumen ditempati oleh baloD.
Respon-Espon akibat distensi lambunt ini nampaknya bekerja melalui hipothalamus.
Reseptor distensi tekanan (baroreceptor) diantaranla terdapat di oesophagus, lambung,
duodenum dan jejunur!. RaoS,ss!8an distensi pada lokasilokasi t€rsebut meningkatkan
akifitas impuls pada serabut syaraf vaSus dan pusat kenyang di hipothelamus sesuai
denSan tingkat distensi yanS terjadi.
Impuls syaraf yant muncul karena pentisian saluran pencemaan di salumn melalui
serabut effereot ke sistem syaraf pusat dan s€lanjutnya menginformasikan sistem yang
mengontrol tingtat p€ngisian. Pada umumnya, impuls-impuls syaraf tersebut berfuntsi
meDcegah terjadinya p€ngisian saluran peDcemaan yang melebihi kapasitas (Rahardja,
2oo7). !11 ," , *,..-0-, * ....0,0.,''.4! pq$ a,uneda! ,.Li!- (4oe*r \,i*)c,j4- I 5.
Korakteristik Rumput Alam Rumput al6m adalah nlmput yrr8 turrrhnh liar di tegalan,
semak-semalq piDggirjalan, dan di penrnlrng. Krmkteristik rumput alam adalah tumbuh
denSan scndirinya, tklak ditanam, dan tidak dipelihara serta rendah produksinya.
(Susetyo, r98o). Hijauan makanan ternak bersumber dari padang rumput alam atau
dengan melakukan pcnanaman hijauan makanan temak.
Jenis dan kualitas hijauan dipen8aruhi oleh kondisi ekologi dan iklim di suatu h,ilayah.
Pakan untul temal ruminansia selamaini diperoleh dan bersumber dari padaDg
pengSembalaan. Padang pengSembalaan menyediakan hijauan berupa
rumput-ruDrputa dan )egunrinosa sebagai sumberpakan ternak ruminansia. (syamsu,
2oo8).
Riwu Kaho (1993) bahwa rumput alam merupakan jenis pakan utama )ang diberikan
pada ternak sapi, Komposisi rumput ala$ beakisar antara 70% - 90% dali total ransum
yant diberikan. Hijauan makatran temak adalah Derumputan, leSume herba dan legume
semak/semal yang dapat digunakan sebagai pakan t€rnak. selama musim kemarau
komposisi pemberian pakan rumput alam relatif menurun. Sedangkan persentase
pemberian pakan legume dalam mnsum meningkat selama musim kemarau.
Srsetyo (1980) melaporkan bahwa peNentase protein kasar padang rumput dam
berkisar antam 4.8r-7.9%. Sedangkan kadar se.at kasar berkisar antara 38.or-41.o1%,
Denrikian pula mcnurut RiB,u Kaho (r99S) melaporkan bahwa pada bulan Januari-Maret
(bulan basah) protein kasar hijauanberkisar altara 6.2-8.7% dan serat kasar ?2.4-32.7%.
Pada saat bulan Juli-Septenlbcr kadar protcirl kasat hijauan turun menjadi r.9 - 4.9% dan
serat kasarlneningkat mcncapci :14.8-45.4%.
Mai nutrisi seperti itu, terutama di musim kenrarau vang, dapat dikatakan gagal
memenuhi kebutuhaD minilnal ternak. Pada masa ini ternak sapi di Timor Barat
mengalami kehilanSan berat badan sebesar 22o &/ekor/hari. Disimpulkan bahwa seri
pcnurunan It I mutu temsk antara waktu merupakan gambaran rendahnya mutu kualitas
padang Alam.
Produksi hijauan yant bersumber dari padangpenggembalaan dihitung berdasarkan luas
areal padang penggembalaan masint- masinS l.abupaten di Sulawesi Selatan
be.dasarkan data statistik Tahun 2oo5. Estimasi produksi hijauan di padang
pengSelnbalaan dihitung b€rdasarkan asumsi bahwa satu hehar (r ha) padang
p€oggembalaan menghasilkan hijauan pakan sebesar 25.SSo k8 hijauan atau 25,55 ton
hijauan p€r tahun.
Detgan jumlah produksi hijauan padang penggembalaan di Sulawesi Selatan
sebesar4,9()S,8o4 k , srlclnh dilakukan perhituDgan daya dukuntpakanmaka produksi
hiiirrnn t(,rsohu1 dapat menamplDg atau nrenyediakan pakan hijauan uoluk lornak
ruminarsia se)banyak 384,016 ST. Jumlah daya dukung sobcsnr :]u.t.or6 sTjauh lcbih
rendah dibandingkan jumlah populasi lernali ruminansia di Sulawesi Selatan sebesar
s76.7o1ST.
Fenomena tersebut di atas m€nunjukkan bahwa potensi padan8 penggembalaan di
Sulawesi Selatan tidak dapat sepenuhnya men]ediakan hijauan untuk ternak ruminansia.
(Syamsu, 2oo8). kgum 1_ang cocok uohlk disebar di padang rumput udalah
legunr-legum yang mudah nrembentuk simbiosa dengan baktari rhfrobium dan
memiliki daya persistensi yanS tttlgAi.
Sutaryono & Partrid8e (2oo2) merekomendasikan beberapa spesi€s terpilih yaitu srylo
v€rano dan stylo semak, cassia b€rdaun bulat pada tanal-tansh )"n8 a8a-L masam datr
desmanthus pada tamh basa atau b€.batu kapur seperti yanS banlak mendominasi tipe
t$ah di TiDor Barat. Penyebaran legum harus diatur merata karena jika tidrk ternak akan
cenderung terkonsentrasi dimana leguminosa tumbuh dan menimbulkan efek
ouergrazing di tempat tersebut.
Di Austlalia Utara penyebaran legum biasadya dilakukan di akhir kemarau yang diikuti
dengan tindakan membal<ar }?ng akan memec-ahkan benih dorman untuk siap
b€rkecafibah saat musim hujan. o 9 9ul&do!,t mhn![.t(a5et{,}UgraPeldrDnPliyiu,hntn&l
5uL{rid.on tr A. Jumlah Populasi dan Penyebaran Kambing Marica e, JuDlah Populasl
Betdasarkrn Kelompok Umur Jenis Kambint Marica dal.m
penelitian ini dibedakan dari segi umur )aitu l(ambing Marica iantan dan betina dewasa
berkisar umur 2-3 tahun, sedan*an lGmbing Marica jantan dan dewasa muda berkisar I
sampai 2 tahun Jenis Kambing Marica yang ditemukan di masing-masing kabupaten di
Sulav.esi Selatan disajikan pada Tab€l 3.1 7. NabtpatenJefieponto Beldasarkan hasil
survey diltpangan dari t6 KePala keluarSa di Kabupaten Jeneponto ynng nlt' ilihrra
KambinS Manc6 terdapatsebanyak2() ek)r Kllr hirui M ri( rr drlri kt' lima kemmatan.
Penyebrran populasi K^Drl)ill,l lr'l;rri.:r tli (rrhrrl)nt('n .lcncponto BAB II! ANALISIS
GENETIK, PENYEBARAN DAN SISTEM PEMELIHARAAN KAMBING MARICA Jen6 (ambing
JD 8D JM 8M 3. Rota.
Makotar Berdasarkan hasil survey pe$lehan penyebaran KambinS Marica di Kabupaten
Malasar hanya terdapat di tiga kecamatan sebanyak 4 ekor. Populasi IGmbint Mari(a di
Kota Makasar dapat dilihat padaTabel3.r. Berdasarkan penelitian di lapangan diperoleh
Hasil penelitian di tiga kabupat€n dan kota Makassar sebagai senba ternak Kambing Se
Sulawesi Selalan henunjtrkkanbahwa keberadaan Kambing merica tingtal o,oo7 % dari
populasi total l&mbing di Sulawesi S€latan.
Jumlah Kambint Marica pada ketiga kabupaten dan Kota Mal'sssar yant berada di
Sulawesi Selatan yaitu Jeneponto hanya terdapat lima kecabatan yaitu Bontoramba,
Turatee, Kelam, Batang dan Tarowant dengan jumlah lGmbing Marica sebanyak 20 ekor,
sedaDgkan untuk Kabupated Maros terdapat di Kecamatan Tompobulu dan Tanralili
sebalr?k 8 ekor, di Kota Makasar haoya terdapat di tita kecamatan.
Itupun tidak dipelihara oleh warga melaiDkaD ditemukan di tempat penjualan Kambint
sebanyak 4 ekorjenis Kambing Marica. Khusus di IGbupaten Soppent pada saat
obselvasi dan dokumentasi p€nelitian, sudah tidak ditemukan lagi jenis lGmbint Marica
dari beb€rapa ienis Ikmbing lang ada. Ini sesuai laporan FAO (2oo7) sudai termasuk
kategori langka dan hampir punah (endongered). b.
Krrakt€ristik P€tcrnak Keberhasilan dalam memelihara hewan ternak tidak hanya
didukunS oleh aspek teknis &n aspek ekonomi. Aspek karakteristik pemilik dapat
mendukung budidaya l&mbiDg Marica. Salah satu kaElderislik yang mendukung seperti
tinSkat pendidikan, karena tingkat pendidikan dapat henentukaD pengetahuan peternak
dan pengetahuan budidaya Kambin8 Marica. Selain itu didukung dengan adanya
pelatihan dan penyuluhan yanS pcrnah diikuti mengenai sistem peheliharaan jenis
ternak.
Perbedaan karakteriktik Kabupaler, J6n€ponlo Botorarnba X6,lara Brhng 15.0 30.0 25.0
15.0 15.0 3 6 5 3 3 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 2 3 3 2 2 l 1 2 0 1 Junleh 250 12 60.0 2 100 20 I 5.0
Tompobulu Tanalili 3 5 0 0 0 1 2 2 1 2 62.5 Jumlah 37,5 50.0 3 0 0.0 8 12.5 2 50.0 0 0.0 2
500 0 00 Sopp€ng 0 0.0 000 00 0.0 0.0 Toht 10 31.5 l8 31.5 3l 9.3 3.2 32 Kel..ngan J0 =
Ja.Bi O6rasa. I D = Botina Oewa., JM = JanEn mucs EM = &tina Muda A sl'd&dogibmti'{
ir{i 5eh.9r Upl}, pdellr.n nnltt lud.h
tndmn 5uhr?r sdaun R05t)lAl,i)\N6lILlNC til dapat dilihat pada Tabel3.r 2. Ka.lnqmten
Maras - Berdasarlla, hasil surv€y dilapangan dali 6 Kepala Keluarya di Kabupaten Marcs
,,aht memilihara Kambint Marica hanya terdapat sebanyal 8 ekor dad dua keclrnatan
(Tabel3.r) Tabel 3.1. Jumlah poputa si dan wl.ya h penyebaran (ambing Ma c.pada
beberapa ketompok umur.
0 kepemilikan Kambing Marica di setiap kabupaten di Sulawesi Selatan adalah sebatai
berikut: t. Kdbvltdten/eneponto Berdasarkan hasilobservasi kaiakeristikpetemak
l(anlbing Marica di Kabupaten Jeneponto disajikan pada Tabel 3.2. Hasil karakeristik
pcternak pada Tabel3.2, jumlah penduduk di Kabupaten Jefleponto berdasarkanjenis
kelamiD yang memiliki IGmbing Madca untuk laki-laki sebanyak 81.3% dan perempuan
sebanyak 18.8% dari ke 5 kecamatan denganjumlah total 16 (epala Keluarga. Jika dilihat
berdasarl..an umur p€nduduk yant memeiliham Kambing Marica berkisar dari 35-60
tahun, yaitu 35 - 55 tahun sebanyak 87,5% dan lebih dari 55 tahun sebanyak 12.S%.
Sedatrtkan dari segi p€ndidikan formal hampir sebagian besar pemilik Kambing Marica
tamat SMA sebanyak 68.8%, dan tamar SMP sebanyak 25.o%, tamat PT sebanyak 63%.
Data penelitian menlmpulkan bahwa penduduk yang memilihara Kambing Marica
rata-rata berpendidikan lulusan SMA Pendidikan non formal yang s€rint didapatkaD
penduduk adalah penFluhan dari dinas pertanian dan perteDakan setempat, hampir
semua pendudukaD yangmemelihaaa Kambing Marica telah mentikuti adanya
pcnluluhan sebanyak roo%.
5ru0 &olog Lmbing Uaro 5.tlagl Up.ri hlertnan lama ildlai' tnddrrl suLl,?i 'daui d BO TU
KF BA TAB JorB kelamin Umu Sletu3 Jumlah anggola Jumlai anek Lali.hti 35.55 bnun >
55 lahuh Nikan Duda Jaide 13 oran! 4.6 orang <2 o.an€ 3.4 o6ng 23413 11010 34322
00101 34200 00213 010001 33423 042028 302210 02014 42221 0000 012238 13 3 14 2 I
6 8l.30 18.80 87.50 12.50 56.30 37.50 6.30 6.30 93.80 50.00 50.00 000101 15 Pele4aan
Pansfunan PNgABRI/INI Buoh leny bangllnana Tamal SMP Tarnal SMA Lu,usan PT t0oo0l
6.30 132017 43 80 112228 50.00 25.00 68.80 6.30 Pendidilrn lomal 3442 316 100.00
Ketoranganr 8o:8oto€mba, Tu=Tural6a, KB= K.laa, BA= Betang TAR'TaDwang
P€rd.plbnhld < 2,5 jutt 2-1,5 iutt >1,5 iult 43.80 50.00 6.30 46 Tabel3.2.
Karakteri5tik Peternak Ka mbing IVa ri(a Di Xabupaten Jen eponto 232007 100001
Sebagian besar mata pencaharian pendudukyang memelihara Kambing Ma ca di
Kabupaten Jeneponto adalah sebagai pedagang sebanyak50% dan sebanyak43.8%
sebaSai buruh tani dan bangunan. Sedangkan mata pencahaian sebagai petawai
pemerintahan maupun )aog sudah peusiun sebanyak 6.3%.
Hal tersebut meDunjukkan bahwa p€nduduk yang banFk memilihara KambinS Marica di
pelihara oleh kalanSan pedagang dan buluh tani. Kesimpulan dai penyebaran
kepemilikan jenis Kambint Marica yanS berada di Jeneponto berasal dsri beberapa
kalangan, walapun jumlah populssinya saDgat sedikit. 2. KdbupatenMatos Di kabupaten
Marcs berdasarkan hasil obserasi dan dokumentasi penelitian terdapatj enis (ambing
Maricaya[8 ditedukan di kecamatan Tampobuli dan Kecamatan Tanralili. Jumlal Kambing
Maica yarg ditemukan di sana sebanyak 8 ekor yang dimiliki oleh 6 Kepala Keluarga.
Karakeristik penduduk yang memelihara Kambing Marica ada pada Tabel3.3. Tabel 3.3.
Karaherastik Peternak K.mbing Marica Di Xabupaten Marot Uraian Tohl Pr636nlasa TL TS
Jsnis kelamin bk.lali P€lompuan Slalus 35.55lalun > 55 laiun Nikah 83.30 16.70 83.30
16.70 1m.m 5 1 4 0 5 6 3 2 0 2 E 5rufi Eorog &mbig rihl(, khld Up.ra klc5rrii fll'll. Nulhh
tidlm sdr{.! Sddtan E llaian 1I. TB Jumhi a.ll!gola 1-3 oreng 1-6 olUlg < 2 onng 3{ oang
66.70 33.S 86.m 16.70 16.70 66.70 2 I 2 1 2 2 ? 2 0 0 2 0 2 PNS/ABRI,ITNI Buruh lani/
banguMna Irinnya 0 3 Podiditan Poidepaho Tanu| SMP Tanel StlA Llllrrian PI P.ny uha. <
2,s j'rie 33.S 50.m 16.m
1m.00 r6.m 2 2 0 0 1 1 2 0 z,Sl,sjuh 0 >1,stula 2 K.l€rangan I TR = Tennllll; TB . Tomptutu
3 2 3 0 50.m 33.30 Pada hasil karalderistik Pada tabel di atas jum) ah penduduk di
Kabupaten Maros berdasarkan jenis kelamiD yang memiliki Kambing Marica untuk
lakiJaki sebanyak 83.3% dan perempuan sebanyak 16.7% dari ke 2 kecamatan dengan
jumlah total 6 penduduk Jika dilihat berdasarkan umur penduduk yang memeilihara
Kambing Marica b€rkisar dari 35-60 tahun, yairu 35 _ 55 tahun sebanyak 83.3% dan
lebih dari 55 tahun sebanyak 16.7%.
Dari segi pendidik'n 1 1 2 3 I 6 1 formsl hampir sebagian besar pemitik lGinbing Marica
tamat SMA sebanyak 5o%, dan tamat SMP sebanyak 33.3%, tamat Pf s€banyak 16.7%
sehingga dapat disimpulkan penduduk yaDg memilihara Kambing Marica lata-rata
berpendidikan dengan hampir seba8ian lulusan SMA Adapun pendidikan non formal
yant telah diikuti penduduk adalah penyuluhan.
HampirsebaSian besar pendudukyang memiliham Kambint Marica pemai mengikuti
program penllluhan &ri pemerfutah yan8 berkaitaD dengan pemiliharaan hewan temak.
Sebagian besar mata pencaharian penduduk yang memilihara Kambing Marica di
Kabupaten Maros adalah sebagai pedagant sebanyak66.7% dan sebanyak 16.7%
sebagai buruh tani danbangunan. Sedangkan mata pencaharian sebagai pegawai
pemerintahan maupuD yant sudah pensiun sebanyak 16.7%.
Hal tersebut menunjukkan bahwa penduduk yang memelihara KambinS Marica di
pelihara oleh beberapa kalangan peDduduk. Pendapatan perbulan pemilik Kambing
Marica telbesar diantara Rp.2.5oo.ooo sampai Rp.t.Soo.ooo juta perbulannya sebanyak
5o%, sedangkan dengan pendapatan kuranS dali Rp.1.5oo.ooojuta sebanyak 33.3% dan
diatas Rp.2.5oo.ooo sebaDyak r6.7%.
Ju mlah pendapatan tersebut di peroleh dari jumlah pendapatan masing-masing orang
yanS berada pada satu kepala keluarga dengan kriteria )ang sudah beke4a. Adapun
jumlah kepala keluarSa di Kabupaten Maros antara 1 sampai 3 orang sebanyak 33.3%,
dan 4 sampai 6 oranS sebanyak 66.70%. besamya pendapatan perbulan tergantung dari
pekerjaan dan jumlah orang yanS bekerja dalam r Kepala keluarga. 3.
KoioMakassor Berdasarkan hasil obrsevasi dan dolumcntasi penemuan (ambing Marica
di Kota Makassar hanya tedapat di tiga kecamatan saja, itupun bukan penduduk yang
memelihara melainkan pedagang IGmbing. Jumlah l(ambing Marica yang ditemukan di
kabupaten ini hant? berjumlah 4 ekor dari sekian banyak populasi Kambing yang ada.
Adapun karakteristik peniual tGmbing Marica yang ditemukan tlalam p€nelitian ini
berjenis kelamin t'ki-laki dan berstatus menikah dengan jumlal angSota dan anal
rata-rata 8 orant Adapun penghasilan yanS didapat rata_rata di atas RP'2 5oo ooo setiap
brrl"nnya.
tam" pemeliharaao KambinS Marica di kota makasar berbeila ilengan b€berapa
kabupaten disulewesi selatan' hal ini dikarenalan penemuan Kambing Marica di Kota
Makasar pada penjulan lGmbing. Lama pemeliharaan Kambing Marica rata-rata tidak
lebih dari 4 bulan, karena sistemnya dipedual belikan' 4, Ko,bwpa'tefl soPpeng Dari hasil
penelitian yant dilakukan secara obscwasi dan dokumeDtasi di wil.yah lGbupaten
SopPeng sudah tidak ditemukan lagijenis Kambing Marica .
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan Kabupaten SoPpent dari tahun 2oro samPai
2011 sudah tidak ditemukan lagi jenis lGmbi4 Marica di daerah teisebut Hal ini
dikarenakan juSa di daerah ini tidak lad mengembangkan temak Kambing dimana
jurnlai poPulasi lkmbinS Marica yang dari tahun ketahu! mengalami kepunahan dan
tidak adanya budidaya Kambing Marica.
Populasi Kambing Marica pada saat ini t€rancam Punah h'l teE€but terlihat nyata di
Kabr,paten SoPpeng E[ 5lud EoLo! l mbnq l rrc 5{biq upryi P{l6r,mn Pla5m Nu(ih tnd€nr(
5u[wa 5e]aon ROSDIANA N(ITUI16 E ! r B. Pengamatan Parameter Sifat Genetika Dan
Morfologi Kambing Marica t. Sifat Genetika Hasil DNA mitokonalria (mtDNA) telah
dapat diekstraksi dengan baik dari sel darah ro ekor lGmbing Marica Kelara yang terdiri
dari lima iantan (MK Sr, MK 52, MK 53, MK 54, MK 55) dan lima betina (MK 56, MK 57,
MK 58, M K 59, MK sro), tiga Kambing Kacang (Kacang1, (acang2, xacan$), 4 KambinS
Marica BataDt (BTGI.
BTG2. BTG3, BTG4), 3 tGmbing Marica kecil (K1,K2,f$), 3 Kambnt Marica sedang (sr, s2,
s3), 3 lGmbing Marica besai (81, 82, B3), 2 Kambint Marica Tompobulu (TB5, T86) dan
dua Kambint Maica Jeneponto (JNPinduk, JNPanak).
seluruh D-Ioop dtDNA Kambint yang diuji tersebut dapat diamplifkasi dengan PCR
menStunakan primer CAI-F (5 -CGTGTATGCAAGTACAITAC-3) dan plimer CAP-R
(S,.CTGATTAGTCATTAGTCCATC.3). PanJanS pToduK PCR yang diamplifkasi adalah
sekit6r 876 bp. Hasil elekroforeJis produk amplifkasi PCR dapat di lihat pada cambar 3.r.
E tr)d EdoO l(imbDg Mrfl. 5€b.9, lhqa hl6lan.I g.!i1. Nuthh ii&mlsulnlti sdnx Gambar 3.l
R0ltxlt^ KlIUilG E HaralAmltiftnmrDNAdari KambingMa (ad.nKambing
Kacang0i{rh=toOO pb) ,.
, a J I rra ,t rai ,a -*.-i-__ rooo bp 1oo bp l Berdasarkal gambar 3.! hasil isolasi 38 sampel
DNA Kambing resisten (R) menunjulkan larik DNA fang tidak terlihat jelas dengan
ukuran 1976 pb. Meskipun masih terlihat beberapa DNA yatrg smeor pada sampel DNA
resisten seperti TBS, MKSto, Br dll. DNA smeor disebabkan kalena DNAterdegradasi atau
terpotont-potong.
DNA Ibmbing dari ke 40 sampel yang di isolasi terdapat hanya beberapa sampel saja
yang menghasilkan larik DNA cukup jelas dengan ukuran DNA Kambin8 yaitu 1376 pb.
Bebe.apa sampel DNA Kambing yang tidak menghasilkan larik DNA, hal teNbut
disebabkan oleh kosentrasi DNA }?ng dihasilkan dari proses isolasi sangat sedikit,
sehingga pada saat proses devisuaisasi dengan gel agorasa tidak terlihat adanya larik
DNA.
ProdukPCRdi sekuen maladihasilkan mtDNA DJoop Kambing Marica dan Kacang
sepanjant 826 pb. Darj hasil sekuen runtutan basa-basa nukleotida hampir semua jenis
Kambing Marica alan Kacang pada setiap daerah sama dengan nukleotida Copros ilicnrs
(AfS$44r). Perbedaan basa nukliotida terjadi pada rentang 1g pb dimana nukleotida
Capros Ilicrus adenin, sedangkan pada nukleotida JNP_lnduk Citusin.
Pada rentan8 20 pb tidak terjadi pelbedaan yang menonjol pada jenis Kambing Marica
maupuo Kacang pada ilasar nukleotida Copros Hicrus. Hasil sekuen polimorfisme
nukleotida daerah DJoop DNA mitokondria pada jenis Kambing pada rentong 4opb
(Tabel3.4). Tab€l 3.4. Polo morfsme Nukletida daerah D-Lopp DNA renteng 40bp aa_2_,
arro_._, ll_r.rl _t ir_!_t lJrr_rle_t tr&.!{_t_, Irc_!_, trr_r_, Itl_t_._t la3_, tc.rn_..u..1c. lc.tt._trr6omtl
lE_[i&!._run !_xongoll._ xtl,t. a..lar Perbedaan nukleotida juSa tedadi pada s€kuen dengan
rentang basa ke 8o7 pb pada jenis Kambiog Marica MK_3 an 53.
Jenis nukleotida Copros fliarus adalah Guonin sedangkan pada jenis Kambing Marica
MK_3 dan S3jenis Nukleotida adalahAd?nin. Hasil nukleotida berbedajuga terjadi pada
rentantan basa ke 9zz pb pada jenis Kambint Kacang , dimana nuldeotida Copros llicrus
adalah ?tmin sedangkan nuHeotida Kambing Marica TB,7 Cttusin. Pada rentangan basa
923 sampai 979 pb tidak terdapat perbedaan nul.Jeotida yang meyimpang dari
nukleotida Capras Hicrus.
Penyimpangan terjadi pada rentantan basa ke 98o dimana nukleotida Copros ilicrus
adalah 4denin sedangkan nukeotida Kambing Kacang Guanin. Sehingga dapat
dikatakanjenis (ambing Marica dentan Kambint lGcang tidak memiliki keragaman
nul.leotida yang menonjol berdasarkan acuan nukleotida Cdpros lrrtrus pada umumnya.
Adapun gambaran hasil sekuen polimorfisme ouklmtida ilaerah D-loop DNA
mitokondria yant m€n8alami penyimpangan nukleotida Coprds lItcrus. tr ttrd 8'dog
Udr,1g laam 5€]ap Up:ya plkfiirn pta$a [Gt h tnd6n* SuL*r!, 5.hon [0t0rlN/\ ,,]cttull6 E
Tabel3.5. Polo mor6rm^e Nuktetida d.erah D-topp DNArenrang 6zt0 pb, :*5(', pb dan I
000 pb tr:3_r - ,,'',.,,,. I l.oi ,..,,'.,,, |.Io] ,,,,..,,', I..o] ....-.. (4.01
Nrrrcr.E^rrrlsl^Tllt6.!^cE!^u.Gllcr.c
l r50) lc.p!._t.r.o..rr lc_hr.dr_rnn.r xoneorr. .rhrb-c.lhIr. Berilasarl.an pada tabel matrik
perbedaan nukleotida dspat dilihat tidak terdapat perMaaD nukleotida yang beragam.
Sehingga dapat diasumsikan jarakteDetika IGEbint Marica deDSan pembandint Copras
;licrus hampir 99% tidak terdapat jarak perbedaan yang melonjak jauh.
Begitu pula pe.bandingan jarak tenitika Kambint KacanS denSan Cdpros Ht rus hampir
99% tidak memilil.i rentantan jarak tenetika yanS begitu jauh sekitar (o,ooo). Dari hasil
pengamatan juga didapat rentangan jarak genetika antara KambinS Marica dan
Kambing Kacang sebesar 1oo% tidak memiliki jarak perbedaan. Hal tersebut dilihat da
sekue! Polomorfisme Dukleotida yang tidak terdapat keragaman yang berbeda.
Dapat dilihat dendogram pohon Neighbor Joining (bootsrap rooo ulangan) sebaSai
berikut: rr_..-trtu-t cccr'6.^Irrrrccrcc?rcrr'clccr^!!^cc^.'^ El u**,r,**,xis.b,eiup.rlhrdxBlftiyn
rtrlliirfikmrliraB,ftrran E Tabel 3.6. Mati}lperbedaan nukleotldaantara xambing ha3il
penelitian dengan b€berapa Kambingy.ng berasal dari Genbank '. .. ... ...,.?,..t,r. G.mbar
3.2. Dendogram Pohon NeighborJoining bootnap 10Oo ulangan) Jika mutasi subtitusi
ditemukan pada Kambint Marica dar Kahbing Kacang denSan kondi.si lokasi baru yant
berb€da , dimaDa perubahan susunan basa nukleotida terjadi dalam bentuk substitusi
sebagai akibat proses adapiasi terhadap kondisi lingkungan yang sumber pakannya
terbatas den diduSa akibat adanya seleksi yang bcrhubuntan dengan tujuan produksi
FnE diinginkan o]€h petemak.
Perubahan mutasi nukleotida pada Kambing Marica diduta disebabkan proses adaptasi
dengan kondisi iklim yang berHa daq ketersediaan bahan pakan terutama pada saat
musim kemanu yant mta-rata di atas 6-7 bulan per tahun meEbuat ketersediaan rumput
sangat terbatas. Pada musim pertengahan dan akhir musim kemarau umumnya rumput
sudah layu dan kering diakibatl€n musim k€rint yang berkepanjangan sep€rti pada
umumnya di daerah kepulauarl Indonesia Bagian Timur, sehingga keteNediaan rumput
santat terbatas.
K€munSkinan dalam jangka w&ktu yang lama Kambing Maica mengalami proses
adaptasi dedgan kondisi setempat, maka teriadilah proses mutasi subsitusi nukleotida
yan8 secara fenotiP ffiil?J;;;;;;;unvai perro'mans tub'rh vans rebih kecl jika dibandingkan
dengan Kambint Kacang' 2. Pentamrtsn Di.e*l *lP -- :enis Kambing lokal yang Di
lnilon€sia memiliki beberapa J ,""*u"* #;;ilvan8 tersebarhampir di X],il1;"i,-ff'l; Bsnyaknya
t(ambing Persilangan tll'"""r r"rr"Ou, dikarenakan lndonesia menjadi *i"*". t:tl'l:,|. kalah
den8an r.ambing kualitas genetik Kambing lokal, masrnu,'ri"ng"t iu""ttun x".uing
persilang,en.
N'r,un hal rersebut tidak dap^ ' p""a] r"r, ini r"ny"t i.kal sudah tidak diternald@n lsgi Jul
:T;'"";;;;";entembanskanKambinslokalBerikutadalah beberapa ienis xambing lokal
lndonesia:. propinsi sulawesi selaran Kambing Marica Yang terilapat dl ."-nI"" ","*
""t",""on: ":TtlT 1*:*":::"ffi tT"iH IaDoran FAo suclah termasuk kate8orl aHt".".,
;;;;" ;opulasi Kambins Maric:;tjllill:::-::: Kabupaten Maros, Nrbupaten JetuPonru' I^"#-
olno*, *r.*o ar.."h M"k""'"' di Propinsi sulawes ;#';;;; *:; ."t1f*l'li#ii"1 fff'iffi .kosistem lahan
kerint dimana curan n ffi.llffil;;; daPatbertahan hidup Pada musim kemarau walau hanya
memakan rumput-rumput hering di daerah tanah o"to"T.l1[;ron *o"n tlarnbins Maric,
densao Kambins lainnva berbeda baik dari sed bobot' ParianS badan' lebar badan
panjan8 ;H;,r*j",;";;;:"t*1'Yl'::1t]i:*i'"Tff i:}ffi I di analisis morfologi dimensi tubuh Kar
:i.,ff;;;;;;"'san 5ekor K nbins Maricajantan dan 12 ekor '#il.ti;;; Hisil pengukuran morfolosi
dimensi tubuh Kambins Marit3 disajilan Pada Tabel3 T *oto*nn*.,*" @ l
cnrcujkud'9d[wnGcIfu E lrudIologihmbnglila.(i5.ba9lUpalaPrlesl,ninflnmi
udahfndrm[Suhw$SpLhi Tabell.T Rata'rata Eeberapa Dimenri Tubuh Kambjng Martca
DimensiTuboh C. PENGAMATAN PADA SISTEM PEMELIIIARAAN IN-SITU Eelina &bofrg
Panja.g
bada,rcm Tinggipl]ndaldcm 'llnggi plngguucln Lirgl€r dada/6n L€bar dada/qlr Dalam
de(Wcm Penjang Tanduty'cm Pani.ang blinga/ch trna, blinsa/sn Iypo t€tiga Panjang
storl,n Lobar ako/cm 19.2&1.55 49.4t2.U 16.2012.93 51.8Or2.93 4ri.6&3.26 15.6011.02
23.8011.17 12.30!1.12 11.75,,.47 6.{&0.82 lsgek 13.10!0.83 4.80*1.25 t&34r2'm
16.5013.25 41.9213-c/ 40.50{66 4525t2.15 15.571211 25.7512.83 5.32d.05 &7k2.73
5.34i1.71 los* 10.78A.24 4.1&1.09 r.
Tintk h L.ku Merunput PengaDatan tinSkrh laku malan pada lGmbins Marics dilakukan
selama 3 bulan pengamatan dengan ftekueni waktu dari pukul 09.00-16.00 setiap
harinya. Adapun tirykah laku malanan Beliputi aktivitas makan, dan aktivitas ruminites.
Pengamtan tersebut dilakukan sebalak s kali dalam setiap pendok (ro had pegembalaan)
dengan selang waktu 2 hari. setelah ro hari pentembalaaD maka Kambiq Mari.e
di pindahkan kependok selanjutnya denSan selang \vaktu yant sama seperti pendol
pertama. Pencatatan tingl.ih laku dilakukan denga sistem one zero dengan selang
int€rval 15 menit, sehinggs setiap jam penelian dilakukao sebanyak 4 kali pengamatan
utrtuk masing-masing akivitas. Jenis KambinS Marica dalam pe[elitian id menttuntan 2
€kor Kambing jantan dan 10 ekor IGmbing betina.
Jenis vetetasi di lokasi penelitian dapat dibagi menjadi beberapa bagian ,aitu perdu,
pakis, rumput dan pohon. Tingkat palatabilitas pada lGmbint yaDt menSkonsumsi
vegetasi teNebut dikelompokkan menjadi: a) vetetasi fant paling disukai adalah:
sasendok atau uyah-uyahan (Plantago mogor), lcrgolong tirnamnn pcrdu, tingginya
bervariasi antala 3o-2oo cm, bmtnk bllitng hulat silinder, p€rmukaan batanS agak licin
den8rn nnrh lurrbrrh hatang tegak lurus k€ atas, batang tergolon8 batnng nrn)lnrl lonx
lidak keras daD bergetah putih.
Sasendol menrpunvai rlnrrn helukuran kecil, tepi daun rata, wamanya hijat (hr n'rlh'pxl
Lintik-bintik putih denSan permukaan yang licir rlnll rrurskihl' wnrr:r buahnya yang hijau
muda dan sctehh lnr n'(ri:rli "x,'rl' rL li ,,rr {Dionello ensifoho sp.), ter8olorg rrnrlnrl. li'
rrxrr Ir rr, rrtnrnyai tinggi tidak ,_- ::r,"^i.*,*g*as pada (embins ini adalah telinssEya reSal
qanreranr kecit pendek dibandihg telinta Kambing fucaag. TanJuk pendek dan kecil
serta kelihatan lincah dan aFesif.
I&mbing ini herailiki karakeristik yang hampir sama denSa.n kmbing Kaing, namun
terdapat perbedaan pada penaDpilan tubuh lebih kecil dibandinS Kambing Kacang,
telinta berdiri rnenghadap samping arah kc depan, serta tanduk relatifkecil dan pendek.
E * * *n, *.lxa5.hsl u0r/ir{.lrnn pri,,u ilufrh ri&lnl 5daxne 5.han E sampai So cm, daunnya
berpelepal dan panjanS seperti daun ja8un8; datr tua menjadi merah; kelakai
(Stenochloeno palustris) adalahjenis pakis, tiatgi hampir satu Beter, percabangan dertan
stolon. Daunnya berbentuk panjang, ujung daun runcint dengan tepi beryerid.
Daun berwama memh saat Inuda dengan batant mudah patah dan dapat digunakan
sebagai sayrr-saFran yang dapat dikonsumsi oleh penduduk. b) Vegetasi yan8 hanya dil
liti batangnya adalah: geronggang (Croto.xylon sp.), termasuk pohon, ketintgiannya
mencapai tiga meter, batanSnya bergetah, daun berukuran kecil dengan mujunS
runcing daE tepi daun rata; lombokJombokal (Clerodindrum), tergolong perdu,
mempunyai kambiun, tlmbuh te8qk, tingi mencapai dua meter.
Deun berukuran lebar, tepinfa rata, permukaan atak berbulu dal berkerut s€perti daun
bayam; karamunting (Malastomo condidum), tertolong perdu, tingd dapat mencapai r,s
m, baiang belkayu dengan permukaannya ditumbuhi bulu halus, tumbuh tegak dengan
tangkai yaDS baoyak. Daun berukuran kecil, tepinya rata dentan per:nukaan berbulu
halus.
Buntanya berwarna herah muda; dan asem- aseman (Ploiortum olternifoltum), tergoloq
perdu, batang berkall dengan arah tumbuh teSal ke atas. Daun memanjang dengan
ujunt merrncing. Warna daun hijau kekuningan dentan permukaan hijau men8kilat. c)
Vegetasi yarg kurang disukai adalah : pfis (Asplenilm nidus), terdiri ata beberapa jenis,
tinggi dapat mencapai dua meter, permukaan bataDS aSaI berbulu denSan arah tumbuh
teSak lurus. Daun b€rwarna hijau dengan permulaan dituE$uhi bulu halus; dan bajaiah,
tertolont tanaman perdu, arah tuldbuh batant membelit atau Inenjalar.
Daun berwama hijau dengan pennukaan licin mengkilap, 2. Ttntksh Irku Mrk n
PeDtamatan tingkah laku dakan dimulai dari aktivitas makan dan ruminasi selama 7 jam
p€ngamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada Gambar 3, total akivitas Kambing
Marica paling ing; ,"4"ai-pua" pukul og oo-1o oo, kemudian dilanjutkan pada niil
,rro-*uo.
sedangkan untuk total aktivitas paliog rendah tedadi pada pukul u.oo sampai u oo yang
diikut denga! aktivitas malan dan aktivitas ruminitas yang rendah Hal tersebut dapat
disimpulkan bah.a akivitas makan yang pslinS tinggi ter'adi pada waktu'pagi hari dan
sole hari Hal ini disesuaikan dengan suhu dan keadaan lingkunSar di daerah penelitian'
8_ waktu P.n8rmatan Gambar 3.3. Hl3togr.m
Ingkah Laku Makan Pada waktu yang Eebeda Rata-rata suhu siang hari rnencapai
28_35'C dimana Kambing lebih banyak melakutan istirahat, meskiPun terdaPat akivitas
makan denSa[ frekmsi rendah (pukul 11 oo - 12 oo) Hal ini diduSa karena "p"iil"
dih"d"pk"n p"d" cuaca Panas, Prioritas tingkah laku Kambing akan berubah dad kegiatan
me'umput atau mengkonsumsi pal(an RosDr^ilANorlN( E g
t'rt8d0O&mb'Brrhfti5.b9iUpitiftlsn in Pldru Nrbh L1dfi* tuLu, llaran I ) .^,... _. :".d"t".ku,
h""il pengamatan pada gambar tli atas besarrrya otun"i y*8 a"rn"-aama besar pada pola
makan adala.h pada saal pulul 09.oo-to.Oo dentan jaDtan sebesrr sedanrkan untuk
*t"-C;-""ffiI6'28% dan betina 17'or%' adaral pada **,,;;;;*::#ff:i,::i fI*T*.j Gambar 3.4.
HhtogramTi ROSD r\NA IICIIUNC E .']:]:k menslildari kondisi yant tidak menyenantkan.
Konsekuedsi yanS cepat adalah mengurangi konsumsi pakan dan enerti metabois yang
tersedia. Gangguan lain terhadan i" au'i pe..,b"han n"i]oil;'n'oo;;'ff :"*"n8an enersi berasal
.**n*- *..si l';; ;;": ;l ff ::.HT,::I ffi1ff wodzicka-Tomaszewska el ol.
(r99r) bahwa pada siahg hari dengan suhu yang tiDggi. Kambiog akan merumnu
ars.,r"r."n ,n;,k *.in;.:,.ur; "'#;'.:t "tih sedikit, waktu vans lama. _ )ngan istirahat yeng relatif ,
-,-_ ^,1 makan Kambint yang dibedakan berdasarkan jenis kelahin terdapat pada
garnbar sebagai berikut: Waktu pcng.mrtan ngkah Laku Makan B€rdasalka; Jenis
Kelamih rr,62%, frekuensi betina r,38%, dan pads pukul 14.oo-r5.oo dengan ftekuensi
jatan sebesar r7,8o%, frekuensi betina sebesar rr,84%. Hal ini berarti betina lebih tahan
melalukan aktivitas makan disiang hari (B.oo-14.oo) diba-ndingkan dengan jantan.
walaupun selang dengan satu jam akivitas malan Kambint jantan juga ikut menintkal
Aktivitas malan f,:ambint b€tina pada siang h.ri dipicu adan)'s fakor umur, dimana betina
dewasa lebih aktif melakukan aktivitas makan di siant hari dibandiq j antan remaja,
kareDa jantan remaja lebih aktif melakukan malan di pagi hari, sehingga di siang hari
lebih banyak melakukan isti.ahat dan memberikan kesempatan padajantan dewasa
untuk mencari makan. g.
Pola Tintk h lrku Makan Pola tingkah laku mal<an l&tlbing Marica dalam penelitian ini
meliputi ge8ala akivitas hakan dan rutinitas diantaranya, mencium, tnerengut,
mengunyal, menelan, menteluarkan bolus, mengunyah bolus, dan menelan bolus.
Adapun tambaran mengenai pola tintkah makan Kambing Marica a&lah sebagai berikut:
I i 64 hd&rlo9,bn{tugtl'iis.tigarUp.rihk rnnptdll!.il t$Inhn*llllni!.h!.r
I llantan rSetjna ngkah l.!ku Mak.n 0antan r3,2o% betina $,29%), akivitas terendah
mengunyah bolus sebesar 25,74 oantar t3,9o dan betina r1,84%). Rangkaian pada awal
atiyitas makan pada Kambing sebenamya diawali d€ngan mencium makanan. Akan
tetapi hal tersebut disesuaikan denngan k€biasan IGmbing itu sendiri, karena patla
dasemya setiap Kambilg men],ukai berbaSai jeDi6 hijaua.. Tabel3.8.
FrekuenslTingkah Laku Makan (%) Kambing Marlca Berdararkan AlokasiWaktu Jeni!
PolaTirgkrh Llku ilakan B.tne mei}cllim 9.81 1362 12.8 11.58 1057 7.2 20.58 mengunyah
13.01 15.4 12.91 22-27 24 62 14.43 933 22.5 886 6.97 21l1 18.2 7.33 t1 63 Gambar 3.5.
potaTingtah Ufumafan pada ,, . Gambar 3.5 men,,-;,.r.-- Jenis (er.min y.n, Berbed.
bcrdasartrn i.-:^ , , - _'!.adu presentasi al(ivits pola makan "dur"h ,,tu;;;,::.':lrn Kambint Mi
,.,,;;;;;",il';,::J::",,:,d:;,;ffi:..",T,'il"X,'J,Ti r"n"r"n ""t"nu"i ,l'1'-o,' sedantkan untuk ahivi".,*"r* lali
,",",i,kk;;;;;;if !-*,too*-d* h,u,,"",.,;;*I ;;;; iumlal yans b""; ;::|"Y:il.
dikumpurkan a*rrri jJ# mehgunyal sebesr, .^ - -, -l]" *tlvrras tertingg kedua adalah
keadarh ih; r.^^__.. JJ,54)6 (iantan 16 ;ff ;:,ii[:]*:"J"*", ;;i ;*'il i::,[T ;*:: semarin banyak.
."alr"-1,;",,j* :"liner" fr"k *.i ^";;"; tiaSai adatah -"^^-:":T untuk akir4 o";;; ;;;,_;:,"]* for* ."b."".
;]:#il:lH}?":,tr -_,,o.ur, (eoua adalat rnenSeluarl f """'u***---:'--"';,-"-,-::- * noldrn bolu! 20.fii
12.47 18-21 13.n 12.49 25.t0 9.37 J.nt n m6n ium 13.76 8.21 18.52 9.9 8.74 17.93 15.97
fiEng'ryeh 19.6 9.84 14.9 13.81 1553 1886 1942 menelan 1185 10.62 818 ll42
Itron06lur.l(all 16.83 14.91 17.48 11.63 bo&s mr|!.lllrrldl 12.38 ltG 10.58 21.2 rt.i9 ! rr i20
bdr! m€n€len bd! 11.08 20n 12-12 lln lart tl t0 |l tr 09.m. 10.0G 11.0G 1200- 130G 10.00
11m 12.00 13.00 14.m 140G merqssn 12.21 16.7 13 16.01 msogmyeh 16.2 122S 17.42
1333 912 1997 9-o9 Tolal 100 100 100 TM 100 melEnggll 18.42 12.92 22.28 11.3 11.88
11 79 menguny6h bolus 11.S8 20.82 9.75 lt,rt irD I I F Pada Tab€I 3.8 menuniukkan
bahwa tiDskah lalu mencium paling rendah untuk Kambing betina adalah pada pukul
o9.oo- ro.oo (9.8r%) dan 14.oo-15.oo (7.2%).
Hal tersebut diduga bahwa di pagi hari kea&an rumput hijauan masih banyak t€Bedia,
sehintta KambiDg betina lantsung memakan tanpa harus meDcium terlebih dahulu.
Sedangkan untuk tingkah laku mencium Kambing jantan paliru re[dah pada pukul
t2.oo-r4.oo (18.78%) dan lo.oo-1l.oo (8.21%). Hal tersebut diduga karena lGrrlbin8
jatrtan lebih selektif memilih makan dipagi pagi hari terutama untuk jenis rumput yanS
disukai.
Rarykai pola makan selanjutnya adalah merengut mal..anan yaitu akivitas dimana
Kambing melakukan awal kali perengSutan pal..an sampai diangkat untuk dikunyah,
Adapun jenis makanan yang direngut seperi hijauan, semal belukar, rantint kulit
turnbuh- tumbuhan. Kambing merentgut d€ntan cara menalik mulut kedepan atas atau
belakatrS bawah.
Menurut DevendIa & Burns (1994), Kambint merupunFi kebiasaan makan ,rnt berHa
dengan ruminarsia laiEdya. Bila tidak dilendalikan, kebiasaan ma.Lan dapat
mengeubatkan kerusakan. Bibirnya )rng tipis mudah diteraklon dengan lincah untuk
mengambil pakan. (ambing mampu rDakan rumput yang pendek, dan mer€ngtut
dedaunan. Disampin8 itu, Kambing merupalan pemakan yang lahep dari pakan yatrg
berups berbagai macam talraman dan kulit pohon. Dari Tabel 3.8
frekuensi rengSutan palint tintSi untuk Kambing b€tina tedadi pada pukul B.oo-14.oo
(19.44%) dan r5.oo- 16.00 (22.90%) sedantkan untuk lGmbing jantan pada pukul u.oo-
r2.oo (18.52%) drn 14.00-16.00 (4S.91%). Hal ini berarti pada waku tcrsebut, makanan
yang disukainya masih tersedia. Selain itu, setiap frekuensi Kambing dalam merengSut
hij auan dapat langsurE dikunyah atau dengan frekuensi merenggut berkalikali
kemudian dikunyah.
9!d&dog brtnq M {,S!b.!d Upit.ftl€otu flxma tiulhh td6l*t a*?i g.rin BO'DIAN/\N6IIUN6 tr
Setelah merenttut makanan ke dalam mulutnya' tombing akan memulai altivitas
berikutnya yaitu mengunyah Fungsi pengunlahan a"*a, tt*" yaitu untuk merusak bagian
Pelmukaail pakan ,"friogg" ok** prktn menjadi Iebit ke'il yanS memudahkan pakan
""p",ii""-". f."t"u-si Peutun)'ahan yang paliDt banyak dilakukan xambing betina pada
pukul 13 oo-14 oo dan untuk Kambing jantan pada pukul u.oo-16.oo. ' ' ,r* "*r,"" .akan
telah selesai, maka dilanjutkan denSan aktivitas ruminasi.
Aktivitas ruminasi iliawali dengen mengeluarkan bolus lang disimpan sementara 'lalam
rumen untuk dikunyah dan ditetan kembali. Frekuensi aktivilas menelan bolus lebih
banyak dilalulan dibalding aktivitas dlenelan mal€nan sebelum ruminasi' t a irri aiaug"
L"""n" p"k"" yang telah dikunyah kemudian ditelan dan disimpan lLa di alalam rumen
Menurut woilzicka- Tomaszewska "i"i.-trrrrl, proses penSlnyahan Paila saat mar.an dan
ruminasi ,n"-P"*t akivitas pelengkap 'li 'lalam pengpmngan ukuran f"*n"r.
,*tO, *"t,ebih kecil muntkin rnemDunyai waktu retensi yang relatif lebih penrtel di dalam
rumeo' sehiotga tintkat kecemaan itai u-* diteitukan oteh tinSkat kecernaan ingesto'
tetapi iuga oleh waldu tersimPan di dalam rumen' Setelah Kambint selesai melakukan
aktivitas ruminitas biasanya dilanjutkan dengan tingkah laku istirahat Tingkah laku ini
me-patan tirrgt<"tt laku dimana Kambing sudah tidak melakukan apa-apa. tosisi
istirahat yang dilakukan Kambing terdiri dari tiSa jenis yato,i"."i-pofr, U,Ari dan berbaing
dengan meletakkan kepala di atas tanah dan mata terpenjam sePerti tertidur'
Ber<lasarkan grafik di bawah ini di sajikan frekuensi tinSkah laku istirahat pada Kambint
berdasarkan alokasi waktu' 68 waltu Prngamatan Gambar 1.6.
Hktogram frckuensi Tingkah Laku htkahat Pada Kambing [,la ca Eerdararkan
AlokaslWaktu Tingkah laku istirahat ).ang paling optimal dilakukan pada pukul r1.oo
sampai r4.oo. Hal ini didukung suhu yant tingd pada siang hari (28-35,C), Kambing akan
lebih ban),al melakukan istirahat. Kambint apabila dihadapkatr pada cekaman panas,
priorites tingkah laku Kambing akan berubah dari ketiataD merumput atau
mengkonsumsi pakan untuk menghindari kondisi yang tidak menyenangkan.
Konsekuensi yang cepat adalah mengurangi konsumsi pakan dan energi metabolis yang
telsedia.
Gangguan lain terhadap keseimbantan enerSi b€rasal dari perubahan fsiologi, endokrin
dan pencernaan yang selanjutnya menurunkan enerSi yary tersedia. Hal ini sesuai
dentan pemyataan Wodzicka- Tomaszewska et ol. (1991) bahwa pada sianS hari dengan
suhu yang tinggi, Ibmbing a.kan merumput lebih sedikit, r.vaktu yang diSunalart untuk
rumirEsi lebih singkat dengan istirahat )rDg rclatif lama.
Faktor ildim vans terp€ntins adalah silhu dan le]eib1T: tetaPi andn dan sinar matahan
mcmpengaruhi *rnot*:1,::: i"t nr"io"o* yang dibutuhkan untuk produki yans oplrmum
$;;;;*;";et ol'lee3) Kambinsvangdipelihara dengan *""irr".J""t *" o'asanya terkena sinar
matahari laots\rng' -dan fao-"ir* a""u"nt" uarena cekaman oanas x"nbing mempunyal
bulu yant &Pat memberikan perlindungan yang 'nemadai lerhada! *l,i-f **,* .*"'
T":*",1i;;Hilf::I"J:#I untuk Peltaturan Panas oleh terna I sebagian enerti ilipantulkan
sebagai pa'icaran gelombangpendek ' ,"-ind"h* panas secara paksa segera menyeiukkrn
P*to*::: ,"'r"i,^,* *"*" *" "'':Y"1'JI:""ii:##;::""X1 panas tinskunsan *",n ]":"n ,:l:;;;, r.],"nu x".ri,e
r"aint efisien untuk mengurangi beban Pal berkeringat.
Bulu memberikan perlindunSan fisift a-i p*"'"t"" l]lll matahari langsung dan tak lanssun8
serta Pengaruh suhu udara elektll . '*"tY*n *"lihat perbedaan Pola tingkah
laku-Kambing-Marica berdasarkan jenis kelamin' daPat dilihatdentan *llIT::::l1l:11:
menggunakann uji lcuskal-walls !{asil analrsrs "r' '-__' memperlihatkan bahwa semua
pola tingkah laku malan memilki ti"t'.**"*t lebih kecil dari nada aloha (5%) sehin88a
dapat disimpulkan babwa pola tingkah laku makan antara Kambint ianton dan betina
berbeda secara n)€ta pada seluruh alokasi waktu i *nt"t"on' * I I E S{rd I'dog &rung Miflo
higl Uliri hlilllro Pliltt)l l$dii tnd.l Sdrir5lld4ir R050llNl N6lT Ll N 6 6 D. R.ESPON KAMBING
MARICA YANG DIPELIIIARA SECARA INIENSIF (EX.SM' TERTIADAP PEMBERIAN HIJAUAN
YANG BERBEDA 1.
Pcrtambahon Bobot Brdal Rata-Eta pertambahan bobot badsn Kambint Maica seba8ai
respons terhadap pemberian hijauen pakan yang belMa selama penelitian disajikan
pada Gambar 3.7 berikut ini: 58,59 !6,t0 Gambar 3.7. Rata-rata penambahan berat bad.n
Kambing Madca pada p€dakuan pembeian hijauan pakan yang berb€da Berdasarkan
analisis ratam menunjukkan bahwa pemberian jenis hijauan pakan yanS berbeda tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata (P>o.oS) terhadap pertambahan berat badan
Kahbing Marica. Hasil yang diperoleh menuDjul,.kan bahwa rata-reta pertambahan berat
badan yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 36,90 - 58,69 8/ekor/hari
dengan pertambahan berat badan tertinggi diperoleh pada perlakuaD p€mberian
rumput un88ul (RU) diil-uti x tE i, f{. 2 g lLdrBolo0 (,mbmg i,li. c kba9,1 Upaya Pr 6oi.n
P ilft Nliih tnden* 5u a*?x 5dirio eoiDrAN/\ N(,llUrl6 E l i I i I t I i i t oleh perlakuan
pemberian campuran rumPut un88ul dan letum iru * ,.g1, d.n p"nu.tahan berat badan
terendah diperoleh pada f"riutoun p"tnu".i- -.Put lapsng (RL) Hal ini mene'indikasikan
b"h*. ,".d"*, kec€nderuual fbmbing Marica meflben resPon p".to.lul- yaDg lebih baik
seiring dengan perbaikan kualitas iij"r"n p"l- y"ns aib"rikan.
Hasil penelitian Soenardjo et ol (1997) il" ;ott r^"*g jrgo memPerlihatlan Pertambahan
bobot bada! yant juSa santat diPelSaruhi oleh pemberian ransum yang berkualitas,
dimana formula ransum yang baik akan memPercepxt laju petumbuhan yang oPtimal
Rataan pertambahan bobot badan r<LiUgIrl*i""v"tgaipelolehpadaPenelitian ini
relatiflebihrendah ii".ai, u**" **rapa penelitiao terdahulu ,ant dilakukan Pada xr-tini x^ing
vultu 66.:r gram/ekor/hari (Martawidiaia et ol ' 2oor), 46 - 64 grao/ekor/hrd (Ella et ol',
2oot)' 2.
Konsumsl Pakan Rataan konsumsi hijauan Pakan lGmbing Marica yal|t ilipelihara secara
intensif selama berlangsungnya penelitian disajikan pada cambar 3.8. Analisis sidik
raSam menuniul&sn bahwa PemberiaD hijauan pakan yang berbeda secara sitDiftal
memp€ntaruhi jumlah konsumsi puL"n- x"LUing Marica (P<o,os) Hasil uji beda nyata
terkecil .".p"rtit "*"i t"t*" Lambing yang diberi rumPut uo88ul (R(D dan "".pr."n -.pot
urgg,rl dan le$m (RU+LE) tidak menunjultkan perbedaan yang nyata.
Sementam konsumsi pakan pada perlakuan p€mberian rumput lapang (RL) nyata lebih
rendah dibanding dengan perlakuan rumput unggul (RU) dan campuran rumput un88ul
dan tego- tnu*LEl. nrsit ini mengindikasikan bahwa Kambing Marica m;m iki palatabilitas
lang lebih baik terhadap kualitas hijauan unggul Gambar3.8. Rata-.ata konsumslpakan
Kambing Maraca pada p€dakuan p€mberian hUauan pakan yang b€rb€da.
- b *JJ3:;:,:""[l1l,::Xln#i"f;:"l"l"S'H["*"0"0" Patla Gambar 3 9 rataan efisi€nsi pakan terendah
diperoleh Dada perlakuan pemberian campuran rumPut un88ul dan legum ffi ;;;. ;i ini
mungkrn disebabkan oleh karena lombint '"t* ,iltn rr*"** palatabilitas yang baik pada
pakan campuran antara rumput ungtul dan letum sementara kemalnpuan temak ;;;;t";"
fi" vang dikonsumsi rendah vans diindikasikan oleh pertambahan berat badan yang
rendah walaupun demildan ;; ffi;;;;;"- t"mPerljhatksn bahwa pemberian hiiauan pakai ;;;;;;*
-"mpensaruhi efisiensi penssunaan Pakan ptda I(ambint Marica (P>o o5)' '.--'"---'"raaa
penetitian iDi efisiensi PenggunaaD pakan Pada Kambint Mr.*
y"tg ;b"" hiiauan yang berb€da' b€rkisa! antan 2'54 - ;;;";"* ;rdah dati Pada efisiensi
penggunaan pakan ,"i" [ii,r, -r""" (8,o%)' dan Kambins kasmir sebesar 12'6% *trnn^*nuno
!!t " a se,Ltli RU+lf;2,54 A 5tud &0109 h,nbrry ltffi ktagar Up.yi hl€'r.ian Pli$! tlurli]'
tideirl9i.inji slhrii a a 5.rie51,8ti 2,al E F T t r 3 3 E Konsumsi pakan yang diperoleh pada
penelitian ini lebih tin8gi dibanding penelitian terdahulu pada Kambint Kacang d€ngan
bobot badan 29-6 kg adalah rur gram/ekor/hari. Konsurnsi pakaD seekor temak sangat
dipenSaruhi oleh kondisi Kambing pada saat penelitia! berlangsung.
Jika Kambin8 berada pada kondisi pertumbuhan, maka konsurnsinya akan lebih tinggi
dari pada lcmbing yanS tidak tumbuh. Selain itu konsidi fisiologis tGmbins seperti
buotinS ilao menrrsui akan meningkatlan kebutuhan ransum (Devendra dan Bums,
1994). 3. Efisi€nsi Pengtnrnean Prkrn Efisiensi pakan merupakan besarnya pemanfaatan
makanan oleh tubuh lQmbin8 untuk dimanfataankan didalam tubuh.
Rataan Efsiensi pakan pada KambiDS Marica selama penelitia[ disajikan pada Gambar
3.9 berikut ini: (Jia et oL 1995). Selanjutnya rnenurut Simadhuruh 2oo5 €fsiehsi
penStunaan.pakan pada y\ambing Kacang yant menglonsumsi pa-kan pelet komplit
adala} u,S_rq,t%. Rendal pakan daram o*aro"r"irilJr"Iunanva etuiensi pensgunaan
.",0"n..r,, r, ,,,"ri,; ffi ffi ;l-T:.1il-IT"."::fi,]fl: :-"*.,:n:i,*- sehintga rGrnbins ridak mend.par
kebebasan l":t,,1 Tj*:" unruk dikonsurnsi dan kebutuhan rr_Uing ontui pertuhbuhaD
belum mencukupi.
0 BAB IV PENUTUP Berdasar}an hasil dan pembahasan pada Bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan sebatai berikut: Pertama, KambinS Madca tersebar pada tiga wila)'ah
Sulawesi selatan yaitu Kabupaten J€neponto, Kabupaten Maros dan Kota Makassar,
dengan populasi tertintSi ditemukan di lGbupaten Jeneponto denganjumlah populasi
tcBisasekitar32 ekor atau o,oo7% dari populasi kambing di Sulawcsi sblaten )rnt
mentindikasikan bahwa IGmbing Marics telah berada (liambant kepunalan.
Kedua, hasil sekuen runtutaa basa-basa nukleotida hampir scmuajenis Kambing Marica
dan Kacang disetiapdaemh samadengan nukleotida Copros Hicrus (AIS33441).
Perb€daan basa nukleotida lerjadi pada rentant 18 pb. Perbedaan nukleotida juga
tedadi pada sckuen dengan rentant basa ke 8o7 pb pada jenis (ambing Marica I{K-J dan
53.
Jenis nukleotida Capra Hircus adalah guanin dan iimin sedangkan pada jenis Kambing
Marica jenis nukleotida adalah ,r{lcnin dan ciosrn. f
**r,,**ft.5.6ipiupryim6,',.itue,.rtufritid.,r*sute5i5.ern il R()jDlill NcrlUri( jil i Ketita,
perubahan mutasi nukleotida pada Kambing Marica diduga disebabkan oleh proses
adaptasi dengan kondisi iklim ya4g ekstrim d6n ketersediaan bahan palan santat
terbatas pada lingkungan pemeliharaan.
secara morphologi ukuran dimensi tubuh pada Kambing Marica relatif lebih kecil
dibandint dengan KaIlbing Kacang. Kecmpat, Kambing Marica memiliki kemampuan
seleki pakan yang baik pada kondisi pemeliharaan in-situ dimona.Kambint Marica
memberi respon yang baik terhadap pemelihanan inteNitdan pemberian hijauan pakan
ungtul pada kondisi d-situ.
Kelima, pemberian hijauan pakan unggul pada siltem pemeliharaan iDte[sif memberi
respon pertambahan berat bada[ konsumsi pakan dan ef6siensi pentgunaan pakan
lGmbing Marica yan8 lebih baik dibanding dengan pemberian rumput unttul + legum
dan rumput lapang. Beberapa saran dad penulis terkait hasil penelitian bati stakeholder
adalah perlu dilakukan upa5n yang serius dari berbagai pihal untuk memb€ri perhatian
terhadap kelestalian KambinS Marica di sulawesi selatan.
Selanjutnya, sebaiknya p€meliharaan Kambing Marica tidak dilakukan secara bersamaan
dengan jenis l(ambing lokal yang lain, khususnya Kambint Kacang. Terakhir adalah
penintkaran populasi Kambing Marica dapat dilakukan den8an sistem pemeliharaan
intensif dengan pemberian hijauan palan unggul. DAFTARPUSTAKA Anonimous,2oo7
Meng€nol Jenis Antinutrisi p odo Bohofl Pakon Anonirnous. 2oro Lim o t'ongkoh suks?s
Beternok Rorflbiflg t'ftgt I I ^'""""r*";,.*"rurress.com/2oo8/o9/2ol 5-lantkah'ukses' Bulehn
Arora, S P betemak-IGmbil8 (28 Juli 2olo) 1989.
Perencanaan MiL'roba pada Ruminansia Gadjah Mada Ur versitY Press' Yoryakarta
Asouithh NM 2ool Misdirections ln conservation Biolory 15:15: 345'352 Balai Besar
Pentkaiian dan Pen8emban8an 2oos Teknotogi BudidoYo Kambtng' Pengembangan
Peternakan BoSor' Blakery. J. <ran D H Ba(rc lqe4 ".T::j:J:::^i ii,]fill-l; g8djab Mada
Universilv Press'roBI oleh B srigandono) Boor€, J. L 1999"4'ri'rxtl Milrx.tx)txlrioi Gnomes
Nucleic Acid Res' 2^8)" t767'178i, cardenioo RA zorrt' s,,'1'''l"l"1ll:1u]',,'#:;t#"::"i;':,:;: :
preporotit' nl thr ltt \t t t t'ot t nn RotDr^N^N6rIiN( trEl conserv-ation biolos Teknologi
Pertanran Bailan Penelitian dan E 5ludi&dog(.rt00ll,raS.t 9.iUp4.Prld.d.llP1icrutil]llahtiddr
tuh/nit t un I genetic resources,In: (Ed: Ruane J & Sounino A) me Role ol Biotechnology
in Exploring ond Protecting Agriculture Genetic Resoutces.
Romei FAO (Food and Agicultural Ortadzation) of the Urfted Nations. p. 3-983 Chen, S.
Y. Y. H. su, S. F. wu, T. Sha and Y. P. Zrant., 2oo5. Mitochond al diuetsit! and
phylogeogrophtc stt'ucture of Chinese domestic goats.Molecular phylogenetics and
Evolution. 37: 804-814 Daniel, W.W. 1987, Bi,rsfotisticsi A Founilotion of Analysb In the
Healti &iences. b th. Ed. New York Jhon Wiley dan Sons. Dcv€ndra, C. and G.B. Mcl,.toy.
tg82, Goat ond Sheep boduction in tfte fmpics. Lngman Group Limited, Harlow, Essex,
UK. Elita, a S. 2006. Studi Perbandingan Penampilan umum dan ---'-' U"".-"un pat(an
pada Kambing dan domba lokal' Skripsi' Frlultas Pete,nakan, lnstitut Pertalian BoSor'
Bogoi' En$ninter. t98o. A.DiEral Science' 7th Ed The lnterstate Printers and Publisher, Inc
Denville lllinois' Ensminger, M,E, elrd OleDthe Jr'' CG ' 1978 Food and Nutrition$t
'*ito".'ft" Ensminter Publishint Company' California United States of Amerika' Fatchiyal,
AruminStyes EL 2oo5 Kromoso.r..'
gen' DNA' sintesis ' ---'--'-p"ot"in dan tegulosi' tab Bioloti-Molekuler BrawijalB Malang.
[FAO] Pood and Agriculture OrSanization- 2ooo World uotch List ' jo. oomutic'lnimol
Diuersity Edke-3 lood and Agriculturc Organization Rome' lta]Y' [FAO] Food an<l
Agticulture Organization- 2oor' Ststoinable llsc of aninat eenetiic resourEes IDAD-APHD
FAO Rome' Italy' [FAo] Food and A8ricultural orgaDization ' zooz Conserving and
Developint Farm Animal Diversity Secretariat ofThe Report on Thestate ofThe World's
Animal Gcnetic Resource Rome DireLlorat Jenderal Petemakan. 2oo8. Stohsak
Peternakan 2oo8. Direkorat Jenderal Petemakab Departemen Pe.tanian Republik
Indonesia. Jalarta. Ella, A. D. Pasambe dan Yusuf . 2oor. Pengaruh Perbaikan Pakan
Terhadap Penintkatan Pertumbuhan KambinS IGcan8 lapas sapih di SulawesiTenggara.
Proc. SeminarNasionalTeknologi Peternakan dan Veteriner. PuslitbanS Pertanian. Bo8or
Elrod, S. dan w. Stansfield. 2oo7. C€netito. (Damarint Tyas w. Pentj) Jakarta: Erlangta.
Food and A$iculture Or8anization 2ooT clobol Plon of Action Jor Genetic Resources ond
the lnte aken Declarotion slLd &0 09, hmb nq Md(a 5rbiq Upaya hlt,5riiin Pl.sma N iah
lidennt 5Lrl.er! tddcn tFAol E:d: FAO, Rome, P.40 NOsD11N11 M LTIIN(. E Devendra,c.
daD M. Bums, r99+. Produksi Kambing di Doeroh fropis, Denpasar.
Penerbit ITB dan Un[,ersitas Udayana. t'E Hofhan, R.R. r988a. MorphophysioloSical
evolutionary adaptations of the ruminant dig€stive system. In: A.Dobson and M.J.
Dobson (Eds.) Aspects of Digestive Physiolory in Ruminants. Proc. of a Sattelite
Symposium of the 3o'h IntematioMl Congress of the Intemational Union of
Physiological sciences. Itacha, New York. July 2r-23 1986.
Comstock Publishing Associat€s. Hal.1-2o Hou, W., Y. Chen, X. Wu, J. Hu, Z. Peng, J.
Yang, Z. Tang, C. Zhou, Y. Li,S.Yang,Y. Du, L. Kong, Z. Ren, H.zhanSdanS. Shui.2006. A
cotuplete Mitochondriol Gmome seguence oJ Asian Block Deor Siclruon SuDspecies
(Ursus thibetdnruB rnlpinens&). Int. J. Biol. Sci. 3(2):8S-9o Indrawan, M., R. B. Primack
dan J. supriatna. 2ooz. Biologi ,<onserudsi. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Kumar, S.,
K. Tamura and M. Nei. 2oo4. MEGA 3J.
Intergrated Sofuore lor moleaiar euolutionory Genetics Analisis and sequence aligment
briefings in bioirlormdtfus 5:150-163 lamboume, J.S. 1974. Cattle Nutrition aDd
Production, Choice Manual in Tmpical Production. Seat Cattle Production. Dai Nippon
Printing (UK) Ltd. MacHugh Dtr, Bradley DC . 2ool. Livestock genetic origins: goat buck
the trend, Ptoc Natl Acod Sci 98:$82-5384 Martawidjaja, Kuswandi dan B. Setiadi. 2oo r.
EDgaruh Tingkat Protein Ransum Terhadap P€nampilan Kambing Persilantan Bo€r p o,r'
rr*,uro,n r,n.i 5ebi9? upryaktBridaiplalnraNudahrndrm*suliwx5et,G0 ROsDIAIIA NffUNi E
FernaDdez H, Taberlet, p. Mashkou!, M. yi8ne JD. Luikart c. 2oo5, Assesing the Origin
and Diflusion oJ Dofiestic cr"; ;; Ancient DNA. New A.rchaeolc oxbow Books, olilord, u*
o'"u'ApProaches pp 50-54' Fiba Aji pamungkas, A Batubara, M. Doloksaribu dan E. Sihite.
2oo9.
potensi Beberapa plasrna Nn{ah Kambing L"k t I^,;.;;;. Juknir. pusat penelitia[ dan
sadaa.neneritian dan reng; j;,*"J#il, ;i:HH pertanian Frandson, R.D. 1993. Anatorni dan
pisiologi TemaL Gadjah Mada UDivehity press, yo$/akatta. Frcer, M. & H. Dove. 2oo2.
Sheep Nutdtion. CABI publishiry. Australia Hartati, ^y. W dan I. p. Maksum. 2oo4.
Ampirtlasi o,4 kb doerah D-loop DNA Mitokondria dan Sel Epitel Rongga Mulut unhi-
Keperluan Forensil<. FMIPA. Universitas padjajalaD Ilodges, J.
2oo2 Oonsen o tion ofJorm animal biodive$ity: history and ptuspects, . AcN, ), pp. r_ra
Rome. Full Texrvia Crosi Ref. Hoffinan RR. 1988. Anatomy of gastro_irrfestinal tract.
.fn..The Rurinant Animal Ditestive physioloE/ and Nutrition. CHURCH, D.C. (Ed). prentice
fraf, fnglewooa Cffs, lre* Jersey. pp. 14 _ 43. dan IGcang, Proc. Seminar Nasional
Teknologi petemalatr dan Veteriner. Puslitbang pcnanian. Botor Merkel Roger C dan
Subandryo, t997.
Sheep anil coat production Eandbook for Southeast Asta. University of California Davis,
USA. Morrison, F.B. 1989. Feeds and FeedinS Abritde the Essentiel of Feeditrg Care and
ManagenEnt of FaIrtr Animal, IncludhS Poultry, 9d Ed. Ihe Molrison publishint Company,
Clinton, IOWA. Muladno. 2006. Seputar Teknologi Rekayasa Genetil€. pustaka Wirausaha
Muda, Bogor. Mutjdjo, B. A. 199g. Mcmelihara Domba. penerbit Kanisius. Jakarta
Nuryadi, .2ooo.
Dosor- dasar Reproduksi Temot.Malang: Universitas Brawijaya Parakkasi, A. 1999. Ilmu
Makanan Temak Ruminansia. Cetakan p€rtama. Penerbit UDiveasitas Indonesia, Jakarta.
Rahardja, D.P. 2oo7. Ilmu LingkunganTemak. yayasan Otra Emulsi, Makassar Ratnayani,
K., I N. wirajana dam A A. I. A. M. Laksmiwati. 2oo7. .4nofiirtyanasi Nukleotida Daerah
D-Loop DNA Mitokondio pado Sotu Indioidu Suku Eoli Normol. Jurnal Kimia 1(1):7-r4
Riwu Kaho, L.M. 1993.
Studi Tentant Rotasi Merumput Pada Biom Sabana Timor Bamt. Telah pada Sabana Bincl
TTS. fhesis Poscosdrjano (Sz) IPB, Bogor. Ruane J. 2ooo. A ftaDework for prioritizing
domestic animal breeds for consewation purpos€ at the national level: a Norwegian case
study. Conseruot riol 14:885-$93, Rumich, B. 1967. The Goot o/Indonesio. FAO Regional
Offrce. Bangkok Syamsu, J.A, LA. SotaD, K Mudikdjo, E.G. Sa'id dan E.B. taconi 2oo5.
Analisis Potensi Limbah Tanaman Pangan sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di
Sulawesi Selalan. J. Ilmiah nrnu-ilmu Peternakan 8(4): 291- 3o1. Syamsu, 2oo8. Padang
Pengembalaan sebagai Penyedia Hijauan Makanan Ternak Rumina$ia disulawesi
Selatan. Makalah disampaikar peda Spesialisasi PenSelolaao lahan dan Air. Dinas
Petemakan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar, 4 Juni. Rout PK, Joshi MB, Mandal 4
lrloe D, SinSh L, Tangaraj K 2oo8.
Microsatellit based phylogeni of Indon€sian domestic 8oats. Bio Medic Cent Genet 9),-tt,
E 5rud &0109 hmtin! ttlxo s.brg] Upala hi6udai pt.ril. llutiah t lmt Sut&rji jdahn ;I
Primaclq R3., J. Supiyoha, M. Indraryan, & p. Kmma dibrata, 1998. Xrologi l(ons€ruosi.
yayasan Obor Indonesia Jakarta. Sambrook, J.,.6.p p,it"on and T. Maniati ff::ffi?:"{
;":Ti:T"::':#'ffi'.1 ",1?'J"'; '""t*";;;;;1tr*'" t*', na pemetiharaan -re rnaJ<,9opr. penebar
'""'',tl;;g*,;ilp5xr1,l:xrx# ;,t**'*#,*,..'x3*:l*tffi '-'-}Lh::i:{ly,ili""ll:#: j*}#,:ff# "*" ffi ,l1:il1;:H:ril*11:.,.
h,,n,,,wordnra. t'"*'*';i;;3i Ptaana Nutfah Kombinc rakot rndonesia. SireSar, S.B. 1994. Sapi
potong.
penebar Swada).a, Jakzrta. 5 u,*,r,u*rrr,(iJebr+l,upry.&tIrraraarmi dahrnd.nu5d.k5i5.id,)
Subandliyo dan Setiadi B. zoo3. Pengeloloon plosmo nutJah heuoni sebagoi oset ilalam
penenuhon kebutuhon monuria. Makalah disampaikan dalam tokakarya Pemantapan
Pengelolaan Database dan Pengenalan Jejaring Kerja Plasma Nutfah Pertanian, Bogor,
2r-28 Juli 2oo3, Komisi Nasional Plasma Nutfah. Suparyanto, A., Murtiy€ni. 2006.
Pedoman Penanganan PenAokit Kudis dan Cocing pado Ternok Kombing. Balai
Penelitian Ternak Ciawi.
Badan Pen€litian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. Susetyo, 1980. Padang
Penggembalaan. Departcmen Ilmu Makanan Ternak Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Setiedi.B., B. Tiesnsruurti, Subandryo,T. Sarika, U. Adiati, DJulistiani Dad. Sendow, 2oo2.
Koleksi dan Eooluosi l(arohenit* Kombing Kosta don Gembrung Sec.rra Ex-situ l,aporan
Hasil Penelitian APBN 2oor. Balai Penelitian Temak Ciawi-Bogor. hal 59-73 Sodhi, N.S.,
Brook, B.W. & Bradshaw, C.J.A.
(2oo7) 'frcpicol Conserudtion BiologA. Oiord, UK: Wiley-BlacleeU. Soenadjo, C.H., S.J.A
Setiawati dan R.Mulyono 199r. Usaha Peningkatan Kesuburan Temak Kambintdan
Pembuatan Palan Ternak Kambing Bentuk Pellet. lapomr Bapeda Kabupaten Tegal. l E
suryanto. D. 2oo3. Melihat Keonekaragaman Organisme Bebercpo Teknik Cenehko
Moleluier. Pro$am Studi Fakultas Malemat*a Dan Ilmu Pentetahuan AlatE Univercitr!
Sumatera Ut6ra.
O2oo3 Dititized By Usu Digital Library Tapio, M. and L Grigaliunaite. 2oog. Use of
Mitochondiol DNA os a Genetic Marker in Domesticoteil Momali.a, Ekologija (valinius).
Nr.1 Toelihere, M.R. 1,98i. Fisiobi Reprodutsi podo fernot. Antkasa Bandullt.
Tomaszweska, M.W., I.K Sutama., LG. Putu dan T.D. ChaDiato. r99r. Reproduksi Tingkah
l*u dan Produksi Temak Indonesia. FI. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Tomaszweska,
M.W., l.K. Sutama.,I.G. Putu dan T.D. Chaniago. 199r.
Reproduki Tingkah Irku dan Produksi Temak Indooesia. Ff. Gramedia Pustaka Umum,
Jakarta. Troy, C.S., D.E. MacHough, J.F., Balley, Drq-Hagee., RT. l4ftrs, P. CuninSham, A.T.
Chamberim, B.C. Sykes .nd D.G. Bradley. (2oor). Geneticevidence for European Cattle.
Nofure 41o: ro88-1o9r vAN SOEST, P.J. 1994. Nutritional Ecolory ofthe Ruminant,2nd ed.
Comstock PublishinS Associates, Comell University P!€ss, Itacha, NY. wello, B.
1998 Ti4kah hku saPi Kuliah Ilmu Lingkungan daD ' nngk"h lrku. Fakultas Petemakan
Universitas Hasanuddin' Makassar. wello, B 1998. Tingkah Laku Sapi Kutiah llmu
Lingkungan dan - ' riniaft f"tu' Fakultas Peternakan Uriversitas Hasanudilin' Makassar'
Yadav and B RYadav (2oo8) DNA'ngerPrin t: Genetic relohonship in six Indio go}t breeds'
Itdian Journal of Biotechnologr vol 7 oktober 2oo8, PP 487-490' Yusuf, M.1998.
Genetiko Molekder' Program Studi Bioteknologi' Program Pasaasariana IPB BoSor' der,
M-J aod B. Hecse' 2ooo The initial 'lomesticatio! of toats (CoPra hircus) iD the Zagos
Mountain 1o'ooo years ato' Scien@ 287t 2254-2257 ' E 5r!d, &ol.4r &rmhng lh'lo 5ebiqr
L,!4i tulejii,Dn Plarmi Nurhh tftkmit slhur! s€hI,n l1!l tilflffifl 0r.lr. !j.80\drd.a \q'tun9. m p.
adahh d0ren lrt.D o.dr Irt illPl Unrv.rlit llgert dr $r (U )d.noan i;!il.n fungtionrllpkt0r {0pdl.
drn trbrian pFmbini/tV;. p€nut,5 td Ujunq.pandanq, 9 0ltob€r rst8.
Prnul6 nenafl,lkdn pend,dikdn dalar d, SD 'isQer tro 65 M,iarrrr pdda lahdn 1970
Sfdarq[an SUD (ai.k. (trnd,d Xn.na $dtdlrir t.m t.hun 19/t drn Silt {a rt. (hard, l(rrani
Uttr\rdr ttmdt tahUn t916. pendrdrra. riqqqr di3et. srmu-a1yd di rrku[.rPaterrarai
Unire.rit Hetanuddr. m, ddri tlldtd Salu rtr] iahun 1984. aqrrer ppternatrn lMp) t, 2001drn
prnd,drlan Dottorr, r0r) datdn brdano ,rat;. mL Pe(r1,a4pr0qrar pdi(aia,an.
Ur.ve,rirrsFarliuddrn. 8e0.r.pdpc.el,furlan9oc,nat,drt,tutdi,dra.td.arya .\t 8'ologr i.mbrng
Mdr.(a Sebrgdi Updtd p€trr.nli pta;ma \u ttrdenrt tura*e\i tetitnn' rrhun 20r I dibr.yi,
Drhr, dan .Up Pcr.rlirial PldrDd tbrfah (.mbrnq ydr,(a tutawe', Setrtar. ldfiun )01, juq,
drh'arir Drtrr puDrit.1| pida jurndt rtmrir d'anlardnya: 6enelr( Rera ,0art,p dr0nqrt U;ru.
l(dr.rq t, a1d (;0rd 5pe,rps'dinurt piod ,nl.,nari;1atr0Lrit or Aqr,, i!re Synem yol. I tssu 2
Der0flber 201li"Bi(e Srrar tetmenl( w,thwhite nore tuiqrdi an lrtern.l,v.
to tteprint Grars.n (r fe.di6lohdlYete.rnifi, t0,61 6r,/.70l.t0ltpubt(rrro.t0l Pcnulr /uqa.tlil
r.bdgar Drmhi, dd prdd b.Dtr.0d tr,n.1d, d,dnrar.nva Pr€lentcr and p'o.fpd,nq prr.rrpr;
B,ot09l {-oleluler dram 8i0lpr10too, pe urnd drr IrntaFaa., ,,6 [,e 201a denq,n trdL I
FJbungdn 6ener.r inrara ranllno Vr,,r a irr0rng {(a0 drli(J1).,ntc,narrord
(o1ie,^.(cDpv;toDrqo tr fltu) Ierhrdrp peflburrn haariin iang ocrrooJ L I r lnnovatiye
Ie.hnoloqy towardl 8et!e, Hum, h,l416 Tt5l( 20tL UTM [iatdyrta 20 .2t ito judulEapon
{.mbinq t(a o terq.d.o pcn vfmbcr 201, ( Biodeta Penulis Ceptis ., ,: - n..
' O leuhka
INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - http://repository.uinsu.ac.id/1224/1/1.%20Disertase%20Nurjanah.pdf1.pdf
<1% -
http://www.pekerjadata.com/2014/05/ANALISIS-IMPLEMENTASI-PEMASARAN-SYARIAH
-PADA-PRODUK-KPR-Studi-Pada-BTN-Syariah-Kantor-Cabang-Malang.html
<1% -
https://www.scribd.com/doc/308129052/Buku-Rpjmd-Kab-Kapuas-Hulu-2011-2015
<1% - http://alifiqbalmakarim.blogspot.com/
<1% - https://www.scribd.com/doc/12912905/Final-Koreksi-Draft-Akhir-4-Feb-09
<1% - https://oomwil.wordpress.com/2010/11/11/kambing/
<1% -
http://contohaku1.blogspot.com/2014/06/skripsi-ips-pengaruh-penerapan-ktsp.html
<1% - https://www.scribd.com/document/386572122/MAKALAH-BIOMOLEKUL-docx
<1% -
http://www.academia.edu/35316834/Landasan_Ilmu_Nutrisi_2_Pendugaan_Kecernaan_P
akan
<1% -
http://penyakitwaswas.blogspot.com/2012/02/defisiensi-vitamin-b12-asam-folat-dan.ht
ml
<1% -
https://www.scribd.com/document/343555749/laporan-akhir-praktikum-produksi-terna
k-unggas-Pakan-Unggas
<1% -
http://sukarnesresearch.blogspot.com/2012/02/teknologi-amoniasi-jerami-padi-dengan.
html
<1% - http://www.artikelsiana.com/2014/10/bagian-bagian-sel-darah-fungsi-darah.html
<1% -
https://www.scribd.com/document/270293346/KUMPULAN-MAKALAH-PADAG-PENGGE
MBALAAN
<1% -
http://makati24.blogspot.com/2008/05/makalah-pada-seminar-dispet-ntt-2007.html
<1% - https://dodymisa.blogspot.com/
<1% - https://fachrisuryari.wordpress.com/category/flora-fauna/page/15/
<1% - https://www.scribd.com/document/373227466/Bab-v-Kesimpulan-Sudah
<1% - https://haedarrauf.wordpress.com/2016/09/
<1% - https://www.scribd.com/document/344978775/638-1054-1-PB-pdf
<1% -