Perlindungan Warisan Budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau
Transcript of Perlindungan Warisan Budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 92
Perlindungan Warisan Budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau
Ledy Dianaa, Adi Tiara Putri
b
a Fakultas Hukum, Universitas Riau, Indonesia, Email: [email protected]
b Fakultas Hukum, Universitas Riau, Indonesia, Email: [email protected]
Article Info Abstract
Article History:
Received : 17-05-2021
Revised : 30-05-2021
Accepted : 30-05-2021
Published : 31-05-2021
Keywords:
Cultural Herritage
Protection
Law
Every region in Indonesia has a cultural heritage which is the hallmark
of the area. Siak Regency also has a cultural heritage which is its own
characteristic, this is in accordance with the city branding of Siak
Regency, namely Siak The Truly Malay. Cultural heritage needs to be
protected. This research focuses on the protection of cultural heritage in
Siak Regency, Riau Province. The research method used is empirical
legal research method. Regulations related to cultural heritage are
contained in various laws and regulations in force in Indonesia. The
Regional Government of Siak Regency provides protection for the
cultural heritage in Siak Regency following the applicable regulations,
such as by recording, preserving and promoting cultural heritage in Siak
Regency.
Informasi Artikel Abstrak
Histori Artikel:
Diterima : 17-05-2021
Direvisi : 30-05-2021
Disetujui : 30-05-2021
Diterbitkan : 31-05-2021
Kata Kunci:
Warisan Budaya
Perlindungan
Hukum
Setiap daerah di Indonesia mempunyai warisan budaya yang merupakan
ciri khas dari daerah tersebut. Kabupaten Siak juga mempunyai warisan
budaya yang merupakan ciri khas tersendiri, hal ini sesuai dengan city
branding dari Kabupaten Siak yaitu Siak The Truly Malay. Warisan
budaya perlu untuk dilindungi. Penelitian ini fokus pada perlindungan
warisan budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau. Metode penelitian
yang digunakan metode penelitian hokum empiris. Pengaturan terkait
dengan warisan budaya sudah terdapat dalam berbagai peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Pemerintah Daerah
Kabupaten Siak memberikan perlindungan terhadap warisan budaya
yang ada di Kabupaten Siak mengikuti pada aturan yang berlaku, seperti
dengan kegiatan pencatatan, pelestarian dan promosi dari warisan
budaya yang ada di Kabupaten Siak.
PENDAHULUAN
Menurut United Nations Educational, Cultural, Scientific Organization (UNESCO),
dalam Draft Medium Term Plan 1990-1995, mengartikan warisan budaya sebagai penanda
Fakultas Hukum Universitas Riau, Jalan Pattimura Nomor 9 Gobah, Kel. Cinta Raja, Kec. Sail, Pekanbaru, Riau,
Kode Pos 28127. Telp: (+62761)-22539, Fax : (+62761)-21695
E-mail: [email protected] / [email protected]
Website: https://rlj.ejournal.unri.ac.id
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 93
budaya sebagai suatu keseluruhan, baik dalam bentuk karya seni maupun simbol-simbol, yang
merupakan materi yang terkandung di dalam kebudayaan yang dialihkan oleh generasi
manusia pada masa lalu kepada generasi berikutnya, merupakan unsur utama yang
memperkaya dan menunjukan ikatan identitas suatu generasi dengan generasi sebelumnya,
merupakan pusaka bagi seluruh umat manusia1. Secara sederhana berdasarkan Pasal 1
UNESCO World Cultural Protection Convention 1972 juga dapat diartikan yang dimaksud
dengan warisan budaya diantaranya peninggalan sejarah atau arkeologi dan kesenian
tradisional yang merupakan peninggalan masa lalu berupa benda yang tidak berwujud seperti
keahlian, keterampilan, tarian dan musik tradisional.2
Warisan budaya di Indonesia sangat beraneka ragam. Hal ini mengingat masyarakat
Indonesia yang majemuk. Contoh warisan budaya di Indonesia wayang kulit dari Jawa,
angklung dari Sunda3. Hal ini perlu dilindungi. Perlindungan Negara terhadap warisan budaya
sangat diperlukan untuk mengurangi pengakuan Negara lain terhadap budaya Indonesia.
Salah satunya kasus yang pernah terjadi yaitu munculnya tari pendet asal Bali dalam iklan
Enigmatic Malaysia di Discovery Channel4.
Dalam perspektif Hukum Internasional, pengaturan terkait warisan budaya telah coba
diakomodir oleh United Nations Educational, Cultural, Scientific Organization (UNESCO).
Dimana UNESCO mengeluarkan perjanjian internasional terkait dengan warisan budaya dan
telah diberlakukan juga di Indonesia yaitu 2003 UNESCO Convention for Safeguarding of
Intangible Cultural Heritage yang diberlakukan di Indonesia dengan Peraturan Presiden
Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for the Safeguarding of the Intangible
Cultural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda) dan 2005
UNESCO Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural
Expression yang diberlakukan melalui Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2011 tentang
Pengesahan Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural
Expression (Konvensi tentang Proteksi dan Promosi Keanekaragaman Ekspresi Budaya).
1 Ida Bagus Wyasa Putra, Landasan Teoritik Pengaturan Pelestarian Warisan Budaya : Bali Sebagai Suatu
Model, (Denpasar: Udayana University Press, 2017), 65. 2 Asril Sitompul, Perlindungan Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual Kekayaan Budaya Warisan dan
Warisan Alam. (Bandung : Booksterrace & Library, 2014), 128. 3 Iswi Hariyani, dkk, Buku Pintar HAKI dan Warisan Budaya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press,
2018), 379. 4 (https://www.viva.co.id/berita/nasional/85435-penari-pendet-dalam-iklan-malaysia-protes
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 94
Warisan budaya mencakup budaya berupa benda dan tak benda. Warisan budaya
benda misalnya seperti candi-candi, keris, gerabah, keramik, suatu kawasan dan lainnya5.
Sedangkan warisan budaya tak benda diwujudkan dalam bentuk tradisi dan ekspresi lisan,
termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda; seni pertunjukkan; adat istiadat
masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan; pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai
alam dan semesta; serta kemahiran kerajinan tradisional6.
Dalam tulisan ini, mencoba mengkaji perlindungan warisan budaya di Kabupaten Siak
Provinsi Riau. Hal ini dikarenakan, Pemerintah Kabupaten Siak mengaungkan slogan Siak the
Truly Malay yang merupakan pusat kebudayaan Melayu. Di samping itu slogan dari Siak the
Truly Malay telah terdaftar sebagai hak cipta7 dengan nomor pencatatan 01906 dan merek
dengan nomor pendaftaran IDM00628457 di Dirjen Kekayaan Intelektual8. Jika dikaitkan
dengan Kabupaten Siak yang merupakan bahasan dalam tulisan ini, maka contoh warisan
budaya yang terdapat di Kabupaten Siak yaitu seperti Kesultanan Siak Sri Indrapura, syair
Siak Sri Indrapura, ghatib beghanyut, tari zapin Siak dan masih banyak lainnya9.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris atau
penelitian hukum sosiologis. Penelitian yuridis empiris adalah penelitian yang dilakukan
dengan cara mengadakan identifikasi hukum dan bagaimana efektifitas hukum itu berlaku
dalam masyarakat. Sedangkan sifat penelitiannya dapat digolongkan kepada penelitian yang
bersifat deskriptif, karena dalam penelitian ini peneliti mengadakan penelitian langsung pada
lokasi atau tempat yang diteliti bertujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas dan
lengkap tentang suatu keadaan atau masalah yang diteliti10
.
5 http: //www2.pdsp.kemdikbud.go.id/Berita/2015/06/13/Warisan-BudayaBendaWarisan-Budaya-Tak-Benda
6 http://kwriu.kemdikbud.go.id/info-budaya-indonesia/warisan-budaya-tak-benda-indonesia
7https://pdki-
indonesia.dgip.go.id/index.php/hakcipta/bnZRSWtvZm9yVHovL2pYclNoZVFmQT09?q=siak+the+truly+mala
y&type=1 8 Ibid.
9 Dais Dharmawan Paluseri, dkk, Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2018, (Jakarta:
Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementeriian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2018), 59-75. 10
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006), 133-162.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 95
WARISAN BUDAYA DALAM ATURAN HUKUM
Konsep warisan budaya terdiri atas warisan budaya berwujud (tangible heritages),
warisan budaya tidak berwujud (intangible heritages), benda budaya (cultural property),
warisan budaya yang masih berfungsi (living heritage) dan warisan budaya yang tidak
berfungsi (no-living heritage).11
Dalam tulisan ini membahas pengaturan warisan budaya
dalam hukum nasional Indonesia. Peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan
warisan budaya yaitu12
:
1. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Pengaturan terkait dengan warisan budaya dalam konstitusi Negara terdapat dalam
Pasal 32. Dalam Pasal 32 menyebutkan bahwa Negara memajukan kebudayaan nasional
Indonesia di tengah peradaban dunia dan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara
dan mengembangkan nilai-nilai budayanya dan Negara menghormati dan memelihara bahasa
daerah sebagai kekayaan budaya nasional. Berpijak pada Pasal 32 ini, bisa dikatakan bahwa
Negara Republik Indonesia memberikan jaminan akan kebudayaan nasional yang merupakan
warisan budaya Indonesia.
2. Dalam Undang-Undang
Berdasarkan amanat dari Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
maka dikeluarkanlah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Pengaturan terkait dengan pemajuan kebudayaan masih ada kaitannya dengan warisan
budaya. Pemajuan kebudayaan adalah upaya meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi
budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Perlindungan, Pengembangan,
Pemanfaatan dan Pembinaan Kebudayaan. Pemajuan Kebudayaan dilaksanakan berdasarkan
pada Pokok Pikiran Kebudayaan, Strategi Kebudayaan berupa adalah dokumen dengan arah
Pemajuan Kebudayaan yang berlandaskan pada potensi, situasi, dan kondisi Kebudayaan
Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional, serta Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan
yakni pedoman bagi Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Pemajuan Kebudayaan.
Kaitannya antara warisan budaya dan pemajuan kebudayaan dapat dilihat dari tujuan dari
pemajuan kebudayaan yaitu untuk: 13
a. Mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa;
11
Ida Bagus Wyasa Putra, Op. Cit, 65-73. 12
Ledy Diana dan Adi TiaraPutri, “Melestarikan Warisan Budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau”, Proceeding
2nd National Conference on Law Studies & Call for Paper, (2021): 1273-1278. 13
Pasal 4 Undang-Undang NegaraRepublik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017, tentang Pemajuan Kebudayaan,
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 104.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 96
b. Memperkaya keberagaman budaya;
c. Memperteguh jati diri bangsa;
d. Memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
f. Meningkatkan citra bangsa;
g. Mewujudkan masyarakat madani;
h. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
i. Melestarikan warisan budaya bangsa; dan
j. Mempengaruhi arah perkembangan peradaban dunia, sehingga kebudayaaan
menjadi haluan pembangunan nasional.
Aturan hukum lain yang mengatur terkait dengan warisan budaya yaitu Undang –
Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Dalam aturan ini, mengatur terkait hak
yang terkandung dalam warisan budaya yaitu terkait dengan ekspresi budaya tradisional.
Ekspresi budaya tradisional diatur dalam Bab V Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014.
Pada bagian kesatu dipaparkan tentang ekspresi budaya tradisional dan Hak Cipta yang
penciptanya tidak diketahui. Hak Cipta atas ekspresi budaya tradisional dipegang oleh
Negara. Negara wajib menginventarisasi, menjaga dan memelihara ekspresi budaya
tradisional. Penggunaan ekspresi budaya tradisional yang hak ciptanya dipegang oleh Negara,
harus memperhatikan niai-nilai yang hidup dalam masyarakat pengembannya.
Warisan budaya dalam bentuk benda diatur salah satunya dalam Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya. Menurut aturan hukum ini, cagar budaya
adalah warisan budaya yang bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar
budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan cagar budaya di darat
dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting sejarah,
ilmu pengetahuan, pendidikan, agama dan/ atau kebudayaan melalui proses penetapan. Dan
yang mempunyai kewenangan untuk penyelenggaraan pengaturan perbuatan hukum yang
berkenaan dengan cagar budaya.Dalam aturan hukum ini, juga menyebutkan yang dimaksud
dengan pelestarian, yaitu upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya dan
nilainya dengan melindungi, mengembangkan dan memanfaatkannya.
3. Dalam Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah yang berkaitan dengan pengaturan warisan budaya yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2015 tentang Museum. Peraturan ini ada berdasarkan
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 97
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.Upaya pelestarian
benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagar budaya dan bukan cagar
budaya dilakukan oleh museum sebagai lembaga permanen yang tidak mencari keuntungan
guna melayani masyarakat dengan tujuan pengkajian, pendidikan dan kesenangan.
4. Dalam Peraturan Presiden
Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun 2007 tentang Pengesahan Convention for The
Safeguarding of The Intangible Cultural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan
Budaya Takbenda) merupakan aturan yang berkaitan dengan warisan budaya. Peraturan
Presiden ini merupakan aturan hukum untuk memberlakukan Perjanjian Internasional terkait
dengan perlindungan warisan budaya takbenda. Dalam Perjanjian Internasional ini
mendefinisikan warisan budaya tidak berwujud sebagai praktik-praktik, ekspresi-ekspresi
serta pengetahuan dan keahlian yang diakui oleh komunitas/masyarakat, kelompok dan dalam
beberapa kasus secara individu sebagai bagian dari warisan budaya. Tujuan utama yang ingin
dicapai oleh Konvensi ini adalah kelestarian budaya sebagai warisan bersama. Konvensi ini
tidak menggunakan istilah “protection” melainkan “safeguarding” sebagai istilah
perlindungan. Berdasarkan Pasal 2 ayat (3), yang dimaksud “safeguarding” ialah upaya atau
tindakan yang bertujuan untuk menjamin kelestarian warisan budaya tak benda. Pasal 19 ayat
(2) juga mempertegas bahwa tujuan dibentuknya perjanjian ini ialah untuk kepentingan
kemanusiaan secara umum. Jadi, kebebasan versi perjanjian ini bukanlah untuk kepentingan
industrial, tetapi sebaliknya, untuk kepentingan pemanusiaan seluruh umat manusia14
.
Peraturan Presiden lain yang berkaitan dengan warisan budaya yaitu Peraturan
Presiden Nomor 78 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on the Protection and
Promotion of the Diversity of Cultural Expressions (Konvensi tentang Proteksi dan Promosi
Keanekaragaman Ekspresi Budaya. Peraturan Presiden ini merupakan aturan hukum untuk
memberlakukan Perjanjian Internasional terkait dengan proteksi dan promosi
keanekaragaman ekspresi budaya. Keanekaragaman budaya adalah kekuatan pendorong
pembangunan, tidak hanya dalam hal pertumbuhan ekonomi, tetapi juga sebagai sarana
menjalani kehidupan intelektual, emosional, moral dan spiritual yang lebih memuaskan. Hal
ini terlihat dari tujuh konvensi budaya, yang memberikan dasar kokoh untuk promosi
keanekaragaman budaya. Dengan demikian keanekaragaman budaya merupakan aset yang
14
Miranda Risang Ayu, Rika Ratna Permata, Laina Rafianti, “Sistem Perlindungan Sumber Daya Tak Benda di
Palembang, Sumatera Selatan Indonesia”, Jurnal Mimbar Hukum 29 No.2 (2017).
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 98
diperlukan dalam rangka untuk pengurangan kemiskinan dan pencapaian pembangunan
berkelanjutan. Secara khusus, Convention On The Protection And Promotion Of The Diversity
Of Cultural Expression 2005, berdasarkan pasal 1 memiliki tujuan sebagai berikut:
1) Untuk melindungi dan mempromosikan keanekaragaman ekspresi budaya;
2) Untuk menciptakan kondisi budaya untuk berkembang dan berinteraksi secara
bebas dengan cara yang saling menguntungkan;
3) Mendorong dialog antar budaya dengan maksud untuk menjamin pertukaran
budaya yang lebih luas dan seimbang di dunia dalam mendukung
penghormatan antarbudaya dan budaya damai;
4) Untuk mendorong interculturality, untuk mengembangkan interaksi budaya
dalam semangat membangun jembatan antara masyarakat;
5) Untuk mempromosikan dan memberi penghormatan terhadap keanekaragaman
ekspresi budaya dan meningkatkan kesadaran nilainya pada tingkat lokal,
nasional dan internasional;
6) Untuk menegaskan kembali pentingnya hubungan antara budaya dan
pembangunan untuk semua negara, terutama bagi negara-negara berkembang,
dan untuk mendukung tindakan yang dilakukan secara nasional dan
internasional untuk menjamin pengakuan dari nilai sebenarnya dari link ini;
7) Untuk memberikan pengakuan kepada sifat khas kegiatan budaya, barang, dan
jasa sebagai kendaraan identitas, nilai dan makna;
8) Untuk menegaskan kembali hak-hak berdaulat Negara untuk mempertahankan,
mengadopsi, dan menerapkan kebijakan dan langkah-langkah yang mereka
anggap tepat untuk perlindungan dan promosi keanekaragaman ekspresi
budaya di wilayah mereka;
9) Untuk memperkuat kerjasama internasional dan solidaritas dalam semangat
kemitraan dengan pandangan, khususnya, untuk meningkatkan kapasitas
negara-negara berkembang untuk melindungi dan mempromosikan
keanekaragaman ekspresi budaya.
5. Dalam Peraturan Daerah
Ketentuan terkait pelestarian budaya bukan hanya diatur dalam peraturan perundang-
undangan yang dikemukan sebelumnya, tapi juga ada diatur dalam Peraturan Daerah.
Pembentukan peraturan daerah tetap harus bersumber pada peraturan yang lebih tinggi, hal ini
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 99
bertujuan untuk mewujudkan harmonisasi dan sinkronisasi antara peraturan perundang-
undangan yang satu dengan yang lainnya. Dalam bahasan ini, fokus membahas Peraturan
Daerah yang ada di Provinsi Riau terutama di Kabupaten Siak yang berkaitan dengan warisan
budaya di Kabupaten Siak Provinsi Riau.
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 15 Tahun 2013 tentang Pelestarian Cagar
Budaya. Cagar budaya merupakan kekayaan budaya daerah yang penting artinya bagi
pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dalam rangka
memajukan kebudayaan daerah untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Keberadaan cagar budaya di wilayah Provinsi Riau, merupakan kekayaan kultural
yang mengandung nilai-nilai kearifan budaya lokal yang penting sebagai dasar pembangunan
kepribadian, pembentukan jati diri, serta benteng ketahanan sosial budaya masyarakat daerah
Riau. Pengaturan terkait dengan cagar budaya untuk Kabupaten Siak juga diatur di dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemugaran
Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya di Daerah Kabupaten Siak.
Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 9 Tahun 2015 tentang Pelestarian Kebudayaan
Melayu. Peraturan Daerah ini terdiri dari delapan puluh Pasal. Peraturan ini mengatur terkait
pelestarian kebudayaan Melayu. Pelestarian kebudayaan Melayu Riau adalah aktivitas
kebudayaan yang meliputi : perlindungan, pewarisan, dan pengembangan, pemanfaatan15
.
Perlindungan kebudayaan Melayu Riau diwujudkan dengan 16
:
1. Mencatat seluruh unsur-unsur kebudayaan;
2. Menghimpun seluruh unsur-unsur kebudayaan;
3. Mengolah seluruh unsur-unsur kebudayaan;
4. Menata informasi kebudayaan;
5. Membuat pemetaan kebudayaan;
6. Pendaftaran hak kekayaan intelektual;
7. Legalitas aspek kebudayaan.
15
Pasal 8 16
Pasal 9
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 100
Untuk pewarisan kebudayan Melayu Riau dilakukan melalui lingkungan keluarga,
masyarakat, sekolah, lembaga pemerintah, perkumpulan, institusi resmi dan media massa
yanga hal tersebut diwujudkan dengan 17
:
1. Pendidikan tentang kebudayaan Melayu Riau baik formal maupun non formal;
2. Pembudayaan kebudayaan Melayu Riau;
3. Sosialisasi kebudayaan Melayu Riau;
4. Pelatihan tentang kebudayan Melayu Riau.
Pengembangan kebudayaan Melayu Riau diwujudkan dengan18
:
1. Kajian dan penelitian kebudayaan Melayu Riau;
2. Diskusi, seminar, lokakarya, symposium, festival rakyat, pergelaran rakyat dan
pertemuan ilmiah;
3. Eksperimen dan penciptaan model baru;
4. Pembentukan asosiasi kebudayaan Melayu Riau.
Pemanfaatan kebudayaan Melayu Riau diwujudkan dengan19
:
1. Sebagai materi bahan ajar mulai dari usia dini sampai Perguruan Tinggi dari berbagai
aspek mata pelajaran dalam kurikulum;
2. Sebagaia bahan kajian ilmu pengetahuan, sains, teknologi, dan seni;
3. Sebagai bahan pengembangan pariwisata berbasis Melayu Riau;
4. Sebagai bahan pagelaran budaya dan permainan tradisional rakyat;
5. Sebagai bahan penyebarluasan komunikasi, informasi dan teknologi.
Salah satu Peraturan Daerah Kabupaten Siak yang mengatur terkait warisan budaya di
Siak terutama Budaya Melayu Kabupaten Siak yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Siak
Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelestarian Budaya Melayu Kabupaten Siak.
Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana Induk Pelestarian
Budaya Melayu Kabupaten Siak menyatakan juga bahwa yang dimaksud dengan pelestarian
yaitu upaya perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan Melayu Siak secara
dinamis. Adapun yang dimaksud dengan budaya Melayu Siak yaitu produk budaya yang
dilihat dari tiga dimensi kebudayaan baik sebagai ide, gagasan, nilai, norma, aturan maupun
sebagai suatu aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat serta sebagai
17
Pasal 10 18
Pasal 11 19
Pasal 12
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 101
benda hasil karya masyarakat Melayu Siak yang secara historis hidup dan berkembang di
wilayah Kabupaten Siak.
6. Dalam Peraturan Menteri
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 52 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelestarian
dan Pengembangan Adat Istiadat dan Nilai Sosial Masyarakat. Pelestarian dan pengembangan
adat istiadat dan nilai sosial budaya masyarakat yang dimaksudkan untuk memperkokoh jati
diri individu dan masyarakat dalam mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan
dan pembangunan yang bertujuan untuk mendukung pengembangan budaya nasional dalam
mencapai peningkatan kualitas ketahanan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Dalam peraturan ini, pelestarian dan pengembangan adat istiadat dan nilai sosial
budaya masyarakat dilakukan dengan konsep, program dasar, dan strategi pelaksanaan20
.
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata
Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan.
Dalam peraturan ini menyebutkan bahwa Pemerintah Daerah melaksanakan pelestarian
kebudayaan daerah. Kegiatan pelestarian kebudayaan dilakukan melalui perlindungan,
pengembangan dan pemanfaatan. Pelestarian kebudayaan meliputi aspek-aspek kesenian,
kepurbakalaan, kesejarahan, permuseuman, kebahasaan, kesusastraan, tradisi, kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kepustakaan, kenaskahan, dan perfilman.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 106 Tahun 2013 tentang
Warisan Budaya Tak Benda Indonesia. Menurut peraturan menteri ini bahwa dalam rangka
pelestarian warisan budaya tak benda, Pemerintah berkewajiban melakukan pencatatan dan
penetapan warisan budaya tak benda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kategori warisan budaya tak benda di Indonesia yaitu tradisi dan ekspresi lisan;
seni pertunjukan; adat-istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan-perayaan; pengetahuan dan
kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta; keterampilan dan kemahiran tradisional.
Penetapan warisan budaya tak benda Indonesia bertujuan untuk melestarikan warisan budaya
tak benda Indonesia; meningkatkan harkat dan martabat bangsa; memperkuat karakter,
identitas, dan kepribadian bangsa; mempromosikan warisan budaya tak benda Indonesia
kepada masyarakat luas; meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pemerintah dan Pemerintah
Daerah berkewajiban menjamin pelestarian warisan budaya tak benda Indonesia melalui
20
Ledy Diana, Op.Cit.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 102
program peningkatan kesadaran Pelestarian. Pemerintah dan Pemerintah Daerah mempunyai
rencana aksi dalam melestarikan warisan budaya tak benda Indonesia21
.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2014 tentang
Pedoman Pelestarian Tradisi. Dalam aturan hukum ini, menyebutkan bahwa pelestarian tradisi
adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan, suatu kebiasaan dari kelompok
masyarakat pendukung kebudayaan yang penyebaran dan pewarisannya berlangsung secara
turun temurun. Adapun objek pelestarian tradisi meliputi upacara tradisional yaitu peristiwa
sacral yang berkaitan dengan kekuatan di luar kemampuan manusia (gaib) dengan peristiwa
alam dan daur hidup; cerita rakyat yaitu cerita yang disebarluaskan dan diwariskan secara
lisan dan digolongkan menjadi tiga kelompok besar yaitu mite, legenda dan dongeng;
permainan rakyat yaitu suatu kegiatan reaktif yang memiliki aturan khusus yang merupakan
cerminan karakter budaya serta berfungsi sebagai pemelihara hubungan sosial; ungkapan
tradisional yaitu kalimat-kalimat kiasan, simbol-simbol yang dipahami maknanya oleh para
pemakainya secara lisan dimana terkandung nilai-nilai kehidupan dan pandangan hidup
masyarakat; pengobatan tradisional yaitu tata cara penyembuhan penyakit yang dilakukan
secara tradisional dan diwariskan secara turun temurun dengan menggunakan peralatan
tradisional serta memanfaatkan bahan yang diperoleh dari lingkungan alam dan penggunaan
mantra; makanan dan minuman tradisional yaitu jenis makan dan minuman yang berbahan
baku alami dan proses pembuatannya masih menggunakan alat-alat sederhana serta
merupakan suatu hasil karya budaya masyarakat lokal tertentu; arsitektur tradisional yaitu
suatu bangunan yang bentuk, struktur, fungsi, ragam bias, dan cara membuatnya diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dapat dimanfaatkan sebagai tempat untuk
melaksanakan aktivitas kehidupan; pakaian tradisional yaitu busana yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari lingkungan alam, serta memiliki nuansa kedaerahan yang menjadi ciri
khas atau identitas bagi masyarakat pendukungnya; kain tradisional yaitu kain yang bahan
bakunya masih mengandalkan sumber alam dan proses pembuatannya masih menggunakan
alat-alat sederhana serta merupakan suatu hasil karya budaya masyarakat lokal tertentu;
peralatan hidup yaitu segala sesuatu yang digunakan untuk mempermudah pemenuhan
kebutuhan hidup manusia; senjata tradisional yaitu alat yang digunakan untuk
mempertahankan diri dari serangan/ ancaman dari serangan/ ancaman dari segala sesuatu dan
kelengkapan identitas yang cara pembuatannya, bentuknya dan penggunaannya diwariskan
21
Ibid.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 103
secara turun-temurun; dan atau/; organisasi sosial tradisional yaitu perkumpulan sosial yang
dibentuk oleh masyarakat tradisional, yang memiliki seperangkat sistem yang mengikat
keanggotaannya22
.
UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLINDUNGAN WARISAN BUDAYA
DI KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU
Upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam perlindungan warisan budaya di
Kabuapten Siak Provinsi Riau yaitu :
1. Pencatatan Warisan Budaya
Dari penjelasan dari aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan warisan budaya,
bahwa salah kewajiban yang melekat pada Negara yaitu dengan melakukan inventarisasi
terkait dengan warisan budaya. Setelah Indonesia mengesahkan Convention for the
Safeguarding of Intangible Cultural Herritage tahun 2003, maka Indonesia wajib untuk
melakukan pencatatan karya budaya dari seluruh Indonesia yang merupakan wujud dari
perlindungan hukum oleh Negara. Maka Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya
melakukan penetapan waisan budaya tak benda (WBTB) Indonesia. Penetapan warisan
budaya tak benda Indonesia adalah pemberian status budaya tak benda menjadi warisan
budaya tak benda Indonesia oleh Menteri berdasarkan rekomendasi tim ahli warisan budaya
tak benda Indonesia23.
Kegiatan penetapan dilakukan sebagai upaya untuk perlindungan dan pelestarian
budaya tak benda yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang melibatkan
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, setiap orang dan masyarakat hukum adat24
. Kegiatan
penetapan warisan budaya tak benda bertujuan menjamin dan melindungi warisan budaya tak
benda yang merupakan milik berbagai komuniti, kelompok, dan perseorangan yang
bersangkutan; meningkatkan harkat dan martabat bangsa serta memperkuat karakter, identitas
dan kepribadian bangsa; meningkatkan apresiasi dan kebanggaan masyarakat Indonesia
terhadap keunikan dan kekayaan ragam budaya Indonesia; meningkatkan kesadaran dan peran
aktif masyarakat dan pemangku kebijakan terhadap pentingnya warisan budaya tak benda;
22
Ibid. 23
Dais Dharmawan Paluseri, Op. Cit. 24
Ibid.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 104
serta saling menghargai terhadap warisan budaya bangsa; mempromosikan warisan budaya
tak benda Indonesia kepada masyarakat luas dan meningkatkan kesejahteraan25
.
Tahapan pelaksanaan kegiatan penetapan warisan budaya tak benda yaitu26
:
1. Pertemuan Pemangku Kepentingan Warisan Budaya Tak Benda;
Kegiatan ini dilaksanakan pada awal seluruh kegiatan penetapan untuk
mensosialisasikan pentingnya pelestarian warisan budaya tak benda kepada semua
masyarakat, baik pemangku kepentingan (stakeholder), komunitas, swasta, maupun
masyarakat umum. Tujuan lain adalah agar terjalin komunikasi serta koordinasi yang
baik antara Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait.
2. Rapat Penilaian Warisan Budaya Tak Benda;
Rapat penilaian dilakukan sebanyak tiga kali. Rapat –rapat ini membahas dan
memeriksa usulan karya budaya yang telah masuk ke Sekretariat WBTB oleh tim ahli
dan narasumber warisan budaya tak benda. Tim ahli warisan budaya tak benda
Indonesia adalah ahli-ahli di bidang kebudayaan yang dibentuk dan ditetapkan oleh
Menteri melalui Surat Keputusan Menteri untuk melakukan penilaian dan memberikan
rekomendasi penetapan warisan budaya tak benda Indonesia.
3. Verifikasi Data Warisan Budaya Tak Benda;
Data kekayaan budaya yang telah didaftarkan akan diverifikasi dan dilakukan
penilaian oleh tim ahli. Dalam melakukan verifikasi, tim ahli membawa berkas-berkas
kelengkapan data yang dimiliki oleh tim kesektariatan pusat. Tim ahli kemudian turun
ke daerah masing-masing karya budaya itu berasal untuk memverifikasi data-data
usulan karya budaya yang ada. Bila ada data-data yang kurang atau tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada, maka tim ahli berhak untuk melengkapi atau menunda
proses penetapan.
4. Sidang Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia;
Sidang penetapan adalah tahap akhir penilaian karya budaya yang telah melalui
serangkaian tahapan persyaratan penetapan warisan budaya tak benda. Melalui sidang
penetapan ini seluruh usulan karya budaya akan ditentukan statusnya apakah
ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia atau ditangguhkan. Sidang
25
Ibid. 26
Ibid.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 105
dihadiri oleh Kepala Dinas atau para perwakilan dari seluruh Provinsi yang telah
mengajukan usulan warisan budaya tak benda Indonesia.
5. Apresiasi Penetapan Warisan Budaya Tak Benda.
Karya budaya yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda Indonesia
kemudian disahkan oleh Menteri melalui SK Penetapan Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia yang dicantumkan Sertifikat Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Sertifikat penetapan kemudian diserahkan kepada Provinsi melalui Gubernur atau
yang mewakilinya dalam Kegiatan Apresiasi Penetapan Warisan Budaya Tak Benda
Indonesia.
. Provinsi Riau juga ikut serta kegiatan pencatatan dan penetapan warisan budaya tak
benda yang dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permasalahan yang
dihadapi Provinsi Riau dalam rangkaian kegiatan penetapan warisan budaya tak benda adalah
kekurangan maestro atau pakar dalam menguasai hal-hal yang berkaitan dengan warisan
budaya serta masalah pendanaan. Maestro atau pakar yang menguasai permasalahan warisan
budaya diperlukan untuk tahapan rapat penilaian27
. Menurut data yang didapat dari Bapak
Yoserizal Zen selaku Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau bahwa warisan budaya tak
benda dari Provinsi Riau yang lolos pada sidang pertama pada tahun 2020 yaitu :
1. Gambus Selodang Siak;
2. Tari Inai;
3. Lampu Colok;
4. Togak Tonggol;
5. Tari Olang-Olang Siak;
6. Balam Ponganjuw;
7. Atau Kopa;
8. Atib Koambai;
9. Nolam;
10. Budaya Mandi Shafar Rupat Utara;
11. Rarak;
12. Dodi Anak Siak;
13. Gondang Borogong;
14. Tari Poang;
27
Wawancara dengan Bapak Yoserizal Zen, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 106
15. Tanjak Siak;
16. Bubur Asyuro;
17. Gawai Gedang Talang Mamak;
18. Upah-Upah Rokan Hulu;
19. Asidah;
20. Nyanyi Panjang Tuanku Malin Dewa;
21. Nyanyo Panjang Bujang Tianang;
22. Nyanyi Panjang Lanang Bisai;
23. Zapin Pecah Duabelas;
24. Ma’awuo Danau.
Pencatatan selanjutnya yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2017 tentang Pemajuan Kebudayaann. Dalam aturan ini, daerah diharuskan melakukan
kegiatan pendataan yang dituangkan dalam Pokok-Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
(PPKD). Pendataaan ini bukan hanya berkaitan dengan warisan budaya tak benda saja tapi
juga warisan budaya benda. Pemerintah Kabupaten Siak melalui Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan menerbitkan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Siak yang berisi
terkait dengan data objek pemajuan kebudayaan, data sumber manusia kebudayaan, data
sarana dan prasarana kebudayaan28
.
2. Pelestarian Dan Mempromosikan Warisan Budaya
Upaya Pemerintah Daerah yang selanjutnya terkait dengan warisan budaya di
Kabupaten Siak Provinsi Riau yaitu pelestarian dan mempromosikan warisan budaya. Bentuk
pelestarian dan promosi dari warisan budaya di Kabupaten Siak yaitu dengan adanya city
branding Kabuapten Siak yaitu Siak The Truly Malay. City branding ini merupakan logo dan
tagline Kabupaten Siak dibidang kepariwisataan yang telah dicatatkan dengan pencatatan hak
cipta di Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual dengan nomor pencatatan 01906 dan
didaftarkan sebagai merek dengan dengan nomor pendaftaran IDM00062845729
. City
branding merupakan proses atau usaha untuk membentuk merek dari suatu kota untuk
mempermudah pemilik kota memperkenalkan dan mengkomunikasikan kotanya kepada target
28
Wawancara dengan Bapak Endi Mirzal, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Siak. 29
http://www.dgip.go.id/
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 107
pasar30
City branding ini merupakan strategi Pemerintah Kabupaten Siak dalam peningkatan
daya tarik pariwisata31
Adapun ruang lingkup dari pelestarian budaya Melayu Siak meliputi32
:
a. Pelestarian sikap mental dan perilaku;
Untuk pelestarian nilai, sikap mental dan perilaku, sekolah wajib melaksanakan
kurikulum muatan lokal budaya Melayu Siak33
. Penerapan pengajaran budaya Melayu sudah
dimulai sejak tahun 2006, hal ini juga diperkuat dengan Peraturan Bupati Siak Nomor 63
Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Budaya Melayu Siak34
.
Peraturan Bupati ini merupakan implementasi dari Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor
1 Tahun 2016 tentang Reancana Induk Pelestarian Budaya Melayu Kabupaten Siak.
b. Pelestarian sejarah Melayu Siak;
Upaya penyelamatan sejarah Melayu Siak dilakukan dengan pencatatan,
penyelamatan bukti, benda, fakta, naskah, sumber sejarah, penelitian, pendokumentasian,
penulisan buku sejarah, dan penguatan fungsi museum35.
Kegiatan pelestarian sejarah Melayu
Siak juga melibatkan peran serta masyarakat36
.
Sejarah mengenai Siak dapat ditemukan salah satunya pada Istana Asserayah Al
Hasyimiah (Istana Siak). Istana Siak merupakan bukti sejarah kebesaran kerajaan Melayu
Islam yang terbesar di Riau. Masa kejayaan Kerajaan Siak berawal dari abad ke-16 sampai
pada abad ke-20 dan silsilah Sultan-Sultan Kerajaan Siak Sri Indrapura dimulai pada tahun
1723 Masehi dengan 12 Sultan yang pernah bertahta.37
c. Pelestarian adat Melayu Siak;
Pemerintah Daerah wajib melestarikan adat Melayu Siak yang dilakukan melalui
kegiatan perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Kegiatan perlindungan meliputi
penyelamatan, pengamanan, dan pemeliharaan nilai-nilai adat dan sistem tata perilaku dan
kearifan yang dimiliki. Kegiatan pengembangan meliputi kegiatan penelitian, pendidikan,
30
Faisal Arif Rahman, dkk, “ Aspek Hukum Regional Branding dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001
tentang Merek dan Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Studi Kasus Jogja Istimewa
sebagai Brand Daerah Istimewa Yogjakarta”, Jurnal Penelitian Hukum 2 No. 3 (2015): 178-207. 31
Sylvina Rusadi dan Made Devi Wedayanti, “Strategi City Branding oleh Pemerintah Kabupaten Siak dalam
Peningkatan Daya Tarik Pariwisata,” Jurnal Wedana 5 No. 2 (2019) : 16-21. 32
Ledy Diana, Op.Cit: 1278-1281. 33
Ibid. 34
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/muatan-lokal-budaya-melayu-eksis-di-siak/ 35
Ledy Diana, Op.Cit: 1278-1281 dan Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 1 Tahun 2016 tentang Rencana
Induk Pelestarian Budaya Melayu Kabupaten Siak. 36
https://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2017/05/04/komunitas-pecinta-sejarah-ini-selamatkan-
dokumen-peninggalan-kesultanan-siak. 37
Pemerintah Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, Booklet Pariwisata Siak Edisi 2020, (Siak : Pemerintah
Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, 2020), 1.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 108
pelatihan, kajian, penguatan kelembagaan adat, penguatan sumberdaya manusia dan adaptasi
adat Melayu Siak. Kegiatan pemanfaatan meliputi kegiatan untuk menumbuhkan sikap rasa
memiliki, identitas, simbol, magnet kepariwisataan, sumber pendapatan, sikap toleransi, dan
kepengetahuan38
.
Mengenai pelestarian sejarah Melayu Siak, salah satunya dilakukan dengan membuat
kegiatan tahunan yang sekaligus untuk merayakan ulang tahun Kabupaten Siak, yaitu Festival
Siak Bermadah. Festival ini diadakan di Taman Tengku Mahratu yang bersebelah dengan
Gedung Mahratu yang dekat dari Istana Siak. Festival ini biasanya dilaksanakan sekitar bulan
September setiap tahun. Jenis lomba yang biasa dipertandingkan yaitu zapin, istiadat
mengarak pengantin, berbalas pantun, senandung menidurkan anak, joget jambak, lawak,
nasyid, pemilihan bujang dan dara, langgam Melayu, tari kreasi39
. Ini merupakan kegiatan
pelestarian dan promosi warisan budaya di Siak. Kegiatanj festival ini juga untuk
mewujudkan dari city branding Kabupaten Siak yaitu Siak The Truly Malay40
.
Tokoh adat di Kabupaten Siak sangat mendukung sekali dalam pelestarian budaya
Melayu, hal ini dikemukakan oleh Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Siak
yaitu Bapak H. Wan Said. Hal-hal yang telah dilakukan dengan pembinaan generasi muda
Siak untuk mempelajari budaya Melayu Siak41
.
d. Pelestarian cagar budaya;
Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan perlindungan, pengembangan, dan
pemanfaatan cagar budaya dan yang diduga cagar budaya sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Pemerintah Daerah berkewajiban membiayai pelaksanaan kajian, pemugaran,
pemetaan, pengamanan, revitalisasi dan pemeliharaan cagar budaya. Pemerintah Daerah atau
lembaga yang berwenang berkewajiban mendorong dan memfasilitasi penelitian, pengkajian
sebagai usaha dalam menemukan, mengumpulkan benda cagar budaya, kawasan penting
dalam sejarah dan peradaban Melayu Siak. Pemerintah Daerah atau lembaga yang berwenang
berkewajiban mendorong dan menetapkan daerah kawasan cagar budaya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Pemerintah mendorong dan memfasilitasi pengembangan dan
38
Ledy Diana, Op.Cit: 1278-1281. 39
https://siakkab.go.id/festival-siak-bermadah/ 40
Adi TiaraPutri, dkk, “ Logo dan Tagline “Siak Thr Truly Malay” Kabupaten Siak Provinsi Riau dalam Hukum
Kepariwisataan”, Journal of Private and Economic Law 1, No. 1 (2021) : 47-62. 41
Wawancara dengan Ketua LAM Kabupaten Siak, Bapak H. Wan Said.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 109
pemanfaatan kawasan cagar budaya untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, pendidikan, kebudayaan, ekonomi dan pariwisata42
.
Pelestarian cagar budaya di Kabupaten Siak juga diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Siak Nomor 7 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pemugaran Kawasan dan Bangunan
Cagar Budaya di Daerah Kabupaten Siak. Kesultanan Siak Sri Indrapura merupakan kawasan
cagar budaya yang telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 164/M/2018 tentang Penetapan Kawasan Cagar Budaya Pusat
Pemerintahan Kesultanan Siak Sri Indrapura sebagai Kawasan Cagar Budaya Peringkat
Nasional. Pada tahun 2017, Istana Siak masuk ke dalam salah satu Cagar Budaya Nasional
yang terpilih sebagai saah satu Situs Sejarah Terpopuler kedua dalam Anugerah Pesona
Indonesia (API) yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia.43
Dengan adanya istana Siak dan kawasan sekitarnya menjadi promosi Kabupaten Siak pada
wisata sejarah dan budaya44
yang juga salah satu bentuk pelestarian warisan budaya.
e. Pelestarian pakaian dan bahasa Melayu;
Pemerintah Daerah memiliki wewenang dan tanggung jawab untuk perlindungan,
pembinaan, dan pengembangan bahasa dan pakaian Melayu. Pelaksanaan wewenang dan
tanggung jawab dilaksanakan oleh SKPD yang membidangi urusan pendidikan, dan
kebudayaan, serta SKPD yang membidangi urusan pariswisata. Bupati dapat membentuk dan
atau/ menetapkan lembaga yang berfungsi untuk membantu Pemerintah Daerah dalam
pengembangan, pembinaan, dan perlindungan bahasa dan pakaian Melayu. Keanggotaan
lembaga tersebut dapat terdiri dari unsur Pemerintah Daerah, tokoh adat, tokoh masyarakat
dan akademisi. Ketentuan mengenai berbahasa dan berpakaian Melayu juga diatur di dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Siak Nomor 14 Tahun 2015 tentang Berbahasa dan Berpakaian
Melayu.
f. Pelestarian produk budaya;
Untuk melestarikan produk budaya Melayu perlu dilakukan inventarisasi,
dokumentasi, dan reproduksi. Pemerintah Daerah mendorong masyarakat untuk mengenal
kembali produk budaya Melayu Siak. Dalam melestarikan produk budaya Melayu perlu
dilakukan pembelajaran kepada peserta didik selaku generasi penerus. Salah satu cara yang
42
Ledy Diana, Op.Cit: 1278-1281. 43
Pemerintah Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, Op.Cit. 44
Abdul Harits Ritonga, dkk, “Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya Kesultanan Siak Sri Indrapura sebagai
Objek Wisaat (2016-2019), Kronologi 2 No. 4 (2020) : 118- 129.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 110
dilakukan Pemerintahan Daerah untuk pelestarian produk budaya dengan melaksanakan
festival Siak Bermadah45
. Hasil produk budaya lokal juga bisa dilidungi dalam rezim hak
kekayaan intelektual apalagi jika mempunyai nilai ekonomi di dalamnya46
.
g. Pelestarian kesenian;
Pelestarian kesenian Melayu Siak dilakukan melalui upaya perlindungan semua karya
seni Melayu Siak baik kesenian tradisi maupun modern. Pengembangan kesenian Melayu
Siak dilakukan melalui upaya peningkatan kreativitas dan produktivitas para seniman untuk
berkarya, penelitian, dan apresiasi karya seni. Untuk apresiasi karya seni dilakukan melalui
kegiatan pergelaran, pameran, parade, festival, lomba, penciptaan pasar seni, dan pemberian
penghargaan pada seniman, budayawan, dan masyarakat yang berprestasi dan punya
kepedulian yang tinggi untuk mengembangkan kesenian Melayu Siak. Pemerintah Daerah
mengupayakan kesenian Melayu Siak sebagai bahan pembelajaran di sekolah melalui muatan
lokal. Pemerintah Daerah atau pihak yang berwenang wajib melindungi karya seni yang
dihasilkan oleh individu atau kelompok dengan memfasilitasi perolehan hak cipta47
.
h. Pelestarian sistem pengetahuan dan teknologi;
Pelestarian sistem pengetahun dan teknologi dilakukan melalui kegiatan
penyelamatan, pengamanan, penelitian, pemeliharaan, dan pemanfaatan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Untuk menyelamatkan produk pengetahuan dan teknologi
masyarakat Melayu Siak perlu dilaksanakan inventarisasi, dokumentasi, dan revitalisasi.
Pemerintah Daearah wajib memfasilitasi upaya perlindungan hukum melalui pengurusan hak
kekayaan intelektualnya. Pemerintah Daerah dan lembaga berwenang memelihara, merawat,
dan membuat replika produk teknologi tradisional untuk kepentingan ilmu pengetahuan.
Masyarakat dapat membantu membuat miniatur produk teknologi tradisional. Pemerintah
Daerah dan masyarakat memanfaatkan hasil kajian, penelitian, dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dapat berdaya guna dan berhasil guna48
.
i. Pelestarian makanan dan minuman tradisional.
Pemerintah Daerah megusahakan dan mendorong masyarakat untuk memiliki kebun
tanaman berkhasiat obat-obatan herbal sebagai tempat inventarisasi, budidaya dan penelitian
45
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/siak-the-truly-malay/ 46
Putri Kusuma Sanjiwani, “Hak Kekayaan Intelektual dalam Indistri Pariwisata : Studi Kasus Perlindungan
Hukum Pemanfaatan Local Genius dalam Produk Pengusaha Lokal”, Jurnal Ilmiah Hospitaly Management 7,
No. 1 (2016) : 13-18. 47
Ledy Diana, Op.Cit: 1278-1281. 48
Ibid.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 111
untuk ketersedian makanan dan minuman tradisional Siak. Pengelolaan kebun tanaman
berkhasiat dapat bekerjasama dengan perguruan tinggi dan masyarakat. Perlindungan
makanan dan minuman tradisional Siak dilakukan melalui kegiatan budidaya, penelitian,
inventarisasi, dan pendaftaran hak kekayaan intelektualnya. Makanan dan minuman
tradisional Siak yang memiliki khasiat sebagai obat-obat herbal diproduksi dan bersertifikat
halal serta dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kesehatan masyarakat. Pemerintah Daerah
memfasilitasi pemanfaatan dan pemasaran makanan dan minuman tradisional melalui
kegiatan wisata, pameran, festival, lomba dan penyediaan, pasar. Pemerintah Daerah
memberikan penghargaan kepada individu atau kelompok masyarakat yang berjasa
menemukan, melestarikan dan/ atau mengembangkan makanan dan minuman tradisional
Siak. Pemerintah Daerah Siak mengusahakan dan menetapkan makanan dan minuman
tradisional tertentu sebagai identitas Siak. Contoh makanan dan minuman dari Siak yaitu
Asam Pedas Ikan Tapah, Kue Kasidah, Pindang Ikan Juaro, Bolu Kemojo, Kerabu Tenggek
Burung, Roti Jalo, Sambal Bilis, Sambal Belacan49
KESIMPULAN
Pengaturan warisan budaya di Indonesia terdapat dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Untuk warisan budaya di Kabupaten Siak juga ada di atur dalam
Peraturan Daerah yang ada di Provinsi Riau terutama dalam Peraturan Daerah Kabupaten
Siak. Pemerintah Daerah Kabupaten Siak memberikan perlindungan terhadap warisan budaya
yang ada di Kabupaten Siak mengikuti pada aturan yang berlaku, seperti dengan kegiatan
pencatatan, pelestarian dan promosi dari warisan budaya yang ada di Kabupaten Siak.
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin dan Asikin, Zainal, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta, PT
RajaGrafindo Persada, 2006).
Arif, Faisal Rahman, dkk, “ Aspek Hukum Regional Branding dalam Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek dan Undang –Undang Nomor 28 Tahun 2014
tentang Hak Cipta Studi Kasus Jogja Istimewa sebagai Brand Daerah Istimewa
Yogjakarta”, Jurnal Penelitian Hukum 2 No. 3 (2015): 178-207.
49
Pemerintah Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, Op. Cit, 47-48.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 112
Bagus, Ida Wyasa Putra, Landasan Teoritik Pengaturan Pelestarian Warisan Budaya : Bali
Sebagai Suatu Model, (Denpasar: Udayana University Press, 2017).
Dharmawan, Dais Paluseri, dkk, Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun
2018, (Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kementeriian Pendidikan dan Kebudayaan, 2018).
Diana, Ledy dan Tiara, Adi Putri, “Melestarikan Warisan Budaya di Kabupaten Siak Provinsi
Riau”, Proceeding 2nd National Conference on Law Studies & Call for Paper, (2021):
1273-1278.
Hariyani, Iswi, dkk, Buku Pintar HAKI dan Warisan Budaya, (Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 2018).
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/muatan-lokal-budaya-melayu-eksis-di-siak/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/siak-the-truly-malay/
http://kwriu.kemdikbud.go.id/info-budaya-indonesia/warisan-budaya-tak-benda-indonesia
https://pdkiindonesia.dgip.go.id/index.php/hakcipta/bnZRSWtvZm9yVHovL2pYclNoZVFm
QT09?q=siak+the+truly+malay&type=1
http://www.dgip.go.id/
http://www2.pdsp.kemdikbud.go.id/Berita/2015/06/13/Warisan-BudayaBendaWarisan-
Budaya-Tak-Benda
https://www.riauonline.co.id/riau/kota-pekanbaru/read/2017/05/04/komunitas-pecinta-
sejarah-ini-selamatkan-dokumen-peninggalan-kesultanan-siak.
https://siakkab.go.id/festival-siak-bermadah/
https://www.viva.co.id/berita/nasional/85435-penari-pendet-dalam-iklan-malaysia-protes
Pemerintah Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, Booklet Pariwisata Siak Edisi 2020, (Siak :
Pemerintah Kabupaten Siak Dinas Pariwisata, 2020).
Risang, Miranda Ayu, Ratna, Rika Permata, Laina Rafianti, “Sistem Perlindungan Sumber
Daya Tak Benda di Palembang, Sumatera Selatan Indonesia”, Jurnal Mimbar Hukum
29 No.2 (2017).
Ritonga, Abdul Harits dkk, “Pemanfaatan Kawasan Cagar Budaya Kesultanan Siak Sri
Indrapura sebagai Objek Wisaat (2016-2019), Kronologi 2 No. 4 (2020) : 118- 129.
Riau Law Journal: Vol. 5, No. 1, Mei (2021), 92-113 113
Rusadi, Sylvina dan Devi, Made Wedayanti, “Strategi City Branding oleh Pemerintah
Kabupaten Siak dalam Peningkatan Daya Tarik Pariwisata,” Jurnal Wedana 5 No. 2
(2019) : 16-21.
Sanjiwani, Putri Kusuma “Hak Kekayaan Intelektual dalam Indistri Pariwisata : Studi Kasus
Perlindungan Hukum Pemanfaatan Local Genius dalam Produk Pengusaha Lokal”,
Jurnal Ilmiah Hospitaly Management 7, No. 1 (2016) : 13-18.
Sitompul, Asril, Perlindungan Terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual Kekayaan Budaya
Warisan dan Warisan Alam. (Bandung : Booksterrace & Library, 2014).
TiaraPutri, Adi dkk, “ Logo dan Tagline “Siak Thr Truly Malay” Kabupaten Siak Provinsi
Riau dalam Hukum Kepariwisataan”, Journal of Private and Economic Law 1, No. 1
(2021) : 47-62.