PEREMPUAN DALAM POLITIK Oleh RIRIS RESITA SIMAMORAdigilib.unila.ac.id/56156/3/SKRIPSI TANPA...

103
PEREMPUAN DALAM POLITIK (Studi Anggota Legislatif Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lampung Timur) (Skripsi) Oleh RIRIS RESITA SIMAMORA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2019

Transcript of PEREMPUAN DALAM POLITIK Oleh RIRIS RESITA SIMAMORAdigilib.unila.ac.id/56156/3/SKRIPSI TANPA...

PEREMPUAN DALAM POLITIK(Studi Anggota Legislatif Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Lampung Timur)

(Skripsi)

Oleh

RIRIS RESITA SIMAMORA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIKUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2019

ABSTRACT

WOMEN IN POLITICS(Study of Women's Legislative Members in the House of People’s

Representatives in East Lampung Area)

BY

RIRIS RESITA SIMAMORA

A 30% quota of women's participation in the House People’s of Representativesprovides an opportunity for women to win legislative seats. In fact that thepresence of women in the House People’s of Representatives in East LampungArea has not met the 30% quota, the East House People’s of Representatives inEast Lampung Area has decreased from 6 people in the 2009-2014 period to 5people, in the 2014-2019 period. The purpose of this study was to learn anddescribe women's representation in politics, as well as strategies to resolvedebates in the House People’s of Representatives in East Lampung Area. Thisstudy uses the theory of differences between women & men in the familyenvironment, educational environment, work environment within the socialstructure. This study uses descriptive methods using qualitative as well as datacollection techniques with interviews. The results of the study show that the factin women's legislative research in East Lampung is still very far away to reach a30% quota due to the existence of various factors that there are still manywomen who think political policy is something cruel and interrelated with eachother that makes women choose to be in a comfort zone as a housewife, lowfinance for women also greatly affects low representation, many women are stillasked for in the lower serial number. Based on this, many people do not look atand elect women legislative candidates. The low level of education of women alsoincreases the low representation of women. The strategy needed by women asmembers of the House People’s of Representatives in East Lampung Area canbegin with the seriousness of political parties in facilitating and preparingwomen to appear in the political arena and improve women's political educationin the community.

Keywords: Politics, Women

ABSTRAK

PEREMPUAN DALAM POLITIK(Studi Anggota Legislatif Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Lampung Timur)

OLEH

RIRIS RESITA SIMAMORA

Kuota 30% keterwakilan perempuan di parlemen memberikan kesempatan kepadaperempuan untuk menduduki kursi legislatif. Faktanya Keberadaan perempuan diparlemen khusunya di DPRD Lampung Timur belum memenuhi kuota 30%, DPRDLampung Timur mengalami penurunan dari 6 orang pada periode 2009-2014 menjadi5 orang, pada periode 2014-2019. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuidan mendeskripsikan keterwakilan perempuan dalam politik, serta strategi untukmenyelesaikan permasalahan di DPRD Lampung Timur. Penelitian ini menggunakanteori perbedaan perlakuan antara perempuan & laki-laki dalam Lingkungan keluarga,Lingkungan pendidikan, Lingkungan pekerjaan di dalam struktur sosial. Penelitian inimenggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif serta teknikpengumpulan data dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalamparlemen terutama anggota legislatif perempuan di lampung timur masih sangat jauhuntuk mencapai kuota 30% karena adanya berbagai faktor yaitu masih banyakperempuan yang beranggapan bahwa politik adalah sesuatu yang kejam dan salingmenyingkirkan satu dengan yang lain hal ini yang membuat perempuan memilihuntuk berada di zona nyaman sebagai ibu rumah tangga, Rendahnya finansial padaperempuan juga sangat mempengaruhi rendahnya keterwakilan, Perempuan masihbanyak yang ditempatkan pada nomor urut bawah. Berdasarkan hal ini banyakmasyarakat yang tidak melirik dan memilih calon legislatif perempuan. Rendahnyatingkat pendidikan perempuan juga mempengaruhi rendahnya keterwakilanperempuan. Strategi yang dibutuhkan perempuan sebagai anggota DPRD KabupatenLampung Timur dapat diawali dengan keseriusan parpol dalam memfasilitasi danmempersiapkan perempuan untuk tampil di arena politik dan peningkatan pendidikanpolitik perempuan pada masyarakat.

Kata Kunci : Perempuan, Politik

PEREMPUAN DALAM POLITIK

(Studi Anggota Legislatif Perempuan di Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah Lampung Timur)

Oleh

RIRIS RESITA SIMAMORA

(Skripsi)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2019

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukadana Baru Lampung Timur pada tanggal

04 Juli 1997 dan saat ini berusia 21 tahun. Terlahir dari keluarga

Bapak J. Simamora dan (alm) Ibu Masrina Sihite sebagai anak

pertama dari dua orang saudara.

Pendidikan yang ditempuh adalah pada tahun 2002, penulis mengawali

pendidikannya di TK 01 Pakuan Aji selama satu tahun. Pada tahun 2009 penulis

menyelesaikan studinya di SD N 06 Pakuan Aji, tahun 2011 penulis menyelesaikan

pendidikan di SMP N 01 Marga Tiga dan melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Atas di SMA Kristen 01 Metro dengan tahun kelulusan pada tahun 2014.

Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Pemerintahan melalui seleksi jalur UML Universitas

Lampung. Selama menjadi mahasiswi Universitas Lampung, penulis aktif mengikuti

kegiatan internal kampus di PDO FISIP (persekutuan Doa Oikoumene).

MOTO

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam DIA

yang memberikan kekuatan kepadaku”

(filipi 4:13)

“Apapun itu, seberat apapun proses nya akan kujalani dan terus kuberikan yang

terbaik selebihnya BAPA ku yang akan menentukan bagiku”

(Sita Simamora)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karyaku ini dengan penuh sukacita dan

ucapan syukur kepada Bapaku, Yesus Kristus atas segala

hikmat dan berkat-NYA serta dengan kerendahan hati

kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang terkasih.

KELUARGA

Kepada kedua orang tuaku, adikku dan keluarga besarku yang

sangat mendukung, membantu dan mengerti aku selama proses

pendidikanku hingga aku menyelesaikan karyaku ini.

Terimakasih atas segala doa, pengorbanan, motivasi dan

nasehat yang menguatkan aku untuk menyelesaikan proses

pendidikan di Universitas Lampung.

SAHABAT-SAHABAT TERKASIH

Terimakasih untuk sahabat dan teman-teman yang selalu

menghadirkan sukacita, tawa , kebersamaan dan berbagai

warna bagiku. Terimaksih karena kalian semua sudah menjadi

bagian dari proses kehidupanku.

…serta..

Almamater Tercinta

Universitas Lampung

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah Bapaku yang luar biasa karena hikmat dan anugerah

yang ia berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perempuan dalam politik (studi anggota legislatif perempuan di DPRD Lampung

Timur). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana

Ilmu Pemerintahan pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih

kepada :

1. Bapak Drs. Syarief Makhya, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Sigit Krisbintoro, M.IP., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan.

3. Bapak Dr. Robi Cahyadi Kurniawan, M.A., selaku pembimbing utama atas

kesediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hertanto, M.Si.,Ph.D., selaku penguji utama pada ujian skripsi.

Terima kasih untuk masukan dan saran-saran kepada penulis.

5. Seluruh jajaran Dosen , Staff, dan Karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik dan secara khsus di Jurusan Ilmu Pemerintahan.

6. Pengurus Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lampung Timur secara

khusus kepada anggota DPRD Lampung Timur Perempuan.

7. Kedua orangtua; Bapak J. Simamora dan Ibu M. Sihite (Alm), adik saya

terkasih Edo simamora dan kakek nenek yang telah menjadi orangtua terbaik

di Dunia ini yang tidak dapat tergantikan, selalu memberikan dukungan dan

kasih sayang sehingga dapat membangunkan semangat untuk mencapai gelar

S1.

8. Kepada keluarga besar yang telah mendukung, membantu, mengerti dan

memberikan kasih sayang sehingga penulis dapat melalui setiap proses

kehidupan hingga hari ini dan menjalani perkuliahan hingga mencapai gelar

Sarjana. Terimakasih kepada mereka yang terkasih yaitu nantulang dan

tulang.

9. Gita Pakpahan, Friska pasaribu, Kasro sidauruk, Intan sitorus, Malini ginting,

devi sinaga, Ria nababan, Jesika Simamora, Bobby barasa, Salmon

situmorang, fernandes tambunan yang telah menjadi sahabat, teman berbagi

dan selalu meluangkan waktu untuk bercerita dan melakukan banyak hal

bersama. Terimakasih gaes untuk kebersamaan, traktiran, bantuan, doa dan

segala sesuatu yang sudah diberikan, semoga Tuhan selalu memberikan yang

terbaik untuk kalian.

10. KOMSEL ROYAL GBI VILLA CITRA, tempat berorganisasi yang sangat

membantu dalam segala hal, terkhusus ko jourdan, ko dodi, ko erik, ko febby,

ko ricky, ko siro, Arnold, cik vania, ko, darma, bang nugroho, markus, hendri

matius, bang kasro, bang salmon, cik vania, ka gitut dan ria raya. Terima

kasih untuk cinta, kasih dan perhatian selama ini, kalian luarbiasa. . .

11. PDO FISIP UNILA, terima kasih untuk mirani simanungkalit, olaf

simanjuntak, sarah purba, kak angel, bang satria sitepu, Michael Jeremy dan

adik-adik pdo dari angkatan 2015-2018, Terimakasih atas cerita selama ada di

fisip.

12. ILMU PEMERINTAHAN 2014, terimakasih untuk teman-teman

seperjuangan selama ada dibangku perkuliahan. Terkhusus untuk ulfa putri

andini, kartika fitriana, mega putri, tiara. Terimakasih pernah menjadi teman

baik dan terimakasih juga untuk rahmita, ara, indra, komang, tika wuri, asti dll

yang sudah pernah menjadi tim hore di detik terakhir skripsi.

13. Tim Gondrong ku, Maria Ayu, Atin, Ham fifi, dan elmi ku, terimakasih

pernah menjadi penyemangat terbaik dan tempat curahan hati yang siaga, aku

mencintai kalian.

14. Dan terakhir untuk seluruh rekan yang telah berpartisipasi, baik langsung

maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

akan tetapi sedikit harapan semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat

dan berguna bagi kita semua.

Bandar LampungPenulis,

Riris Resita simamora

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .............................................................................................. iii

I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 13

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 14

D. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 14

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 15

A. Konsep Gender ......................................................................................... 15

1. Pengertian Gender .............................................................................. 15

2. Ketimpangan Gender ......................................................................... 17

3. Masalah Gender di Indonesia ............................................................. 20

4. Kelainan Seksual ................................................................................ 22

B. Partisipasi Politik ..................................................................................... 27

C. Konsep Politik .......................................................................................... 34

D. Konsep Strategi ........................................................................................ 37

E. Lembaga Legislatif (DPRD) .................................................................... 41

1. Pengertian DPRD .............................................................................. 41

2. Kedudukan DPRD .............................................................................. 42

3. Fungsi Lembaga DPRD ..................................................................... 42

4. Tugas danWewenang DPRD.............................................................. 44

5. Kerangka Pikir ................................................................................... 45

III. METODE PENELITIAN .......................................................................... 48

A. Tipe Penelitian ....................................................................................... 48

B. Fokus Penelitian .................................................................................... 50

C. Lokasi Penelitian ................................................................................... 50

D. Jenis Data ............................................................................................... 51

E. Sumber Data .......................................................................................... 52

F. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 54

G. Penentuan Informan ............................................................................... 56

H. Teknik Pengolahan Data ........................................................................ 58

I. Teknik Analisis Data ............................................................................. 59

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .................................... 62

A. DPRD Lampung Timur .......................................................................... 62

1. Visi dan Misi DPRD Lampung Timur................................................... 62

2. Tugas dan Fungsi DPRD ....................................................................... 63

3. Susunan Kepengurusan DPRD Lampung Timur ................................... 64

4. Sejarah DPRD Lampung Timur ............................................................ 65

5. Kedudukan dan Susunan Organisasi DPRD Lampung Timur .............. 67

6. Data DPRD Lampung Timur ................................................................. 69

V. HASIL PEMBAHASAN ........................................................................... 79

A. Hasil Penelitian……………………………………………………........ 79

1. Lingkungan Keluarga......................................................................... 79

2. Lingkungan Pendidikan ..................................................................... 84

3. Lingkungan Pekerjaan ....................................................................... 89

4. Di Dalam Struktur Politik .................................................................. 94

B. Pembahasan.............................................................................................. 108

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 123

A. Kesimpulan ............................................................................................ 123

B. Saran ...................................................................................................... 124

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Presentase Perempuan di DPRD dari Masa ke Masa........................... 5

2. Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD LampungTimur Periode 2009-2014 .................................................................... 7

3. Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD KabupatenLampung Timur Periode 2014-2019.................................................... 7

4. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 9

5. Bentuk Partisipasi Konvensionil dan Non Konvensionil ..................... 33

6. Jumlah Anggota DPRD Menurut Partai Politik dan JenisKelamin di Kabupaten Lampung Timur .............................................. 69

7. Susunan dan Fraksi Keanggotaan DPRD KabupatenLampung Timur ................................................................................... 69

8. Susunan Keanggotaan DPRD Kabupaten LAMTIM 2016.................. 70

9. Daftar Anggota Legislatif DPRD LAMTIM 2014-2019 ..................... 71

10. Triangulasi Data Penelitian Keluarga .................................................. 79

11. Triangulasi Data Penelitian Pendidikan ............................................... 84

12. Triangulasi Data Penelitian Pekerjaan ................................................. 89

13. Triangulasi Data Penelitian Struktur Politik ........................................ 94

14. Visi Misi Anggota Legislatif Perempuan DPRD LAMTIM................ 101

15. Program-Program yang Sudah Dilakukan Anggota

Legislatif Perempuan di DPRD LAMTIM untukMeningkatkan Partisipasi Perempuan .................................................. 102

16. Harapan Anggota Legislatif Perempuan TerhadapKaum Perempuan di Daerah ................................................................ 106

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir ...........................................................................................47

2. Struktur Organisasi Sekertariat DPRD Kabupaten Lampung Timur.........67

3. Ikatan Keluarga Anggota Dewan 20114-2019...........................................68

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perempuan Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai manusia yang dalam

situasi dilematis. Perempuan Indonesia dituntut untuk berperan dalam semua

sektor dan muncul tuntutan agar perempuan Indonesia tidak melupakan kodrat

sebagai perempuan. Situasi dilematis yang dihadapi oleh para perempuan

dialami oleh perempuan Indonesia yang berkarier. Perempuan karier merasa

terpanggil untuk mendarmabaktikan bakat dan keahliannya bagi

perkembangan bangsa dan negara. Perempuan sering dihantui oleh opini yang

ada di dalam masyarakat bahwa perempuan harus mengabdi pada keluarga.

Perkembangan zaman yang semakin maju menuntut peran serta perempuan

dalam pembangunan. Adanya tuntutan peran perempuan dalam pembangunan

sehingga muncul pengertian peran ganda. Peran perempuan Indonesia dengan

peran ganda belum bisa berjalan dengan baik.

Munculnya kesenjangan-kesenjangan akses, hak, dan peran perempuan dalam

politik bila dibandingkan dengan kaum laki-laki denan masih minimnya

kuantitas serta kualitas perempuan dalam jabatan publik yang bisa

2

memperjuangkan baik kepentingan perempuan sendiri maupun kepentingan

rakyat banyak. Masih sedikit perempuan yang menduduki jabatan publik dan

mampu berperan aktif dalam kehidupan politik. Beberapa pihak menilai

bahwa naiknya perempuan dalam jabatan publik tersebut tak lepas dari

pengaruh laki-laki.

Keberhasilan politik di suatu negara bukan hanya diukur dengan adanya

pemilu, lembaga-lembaga pemerintahan seperti Presiden, MPR, DPR, dan

lain-lain. Keterwakilan perempuan yang tinggi dalam politik menjadi hal yang

sangat penting bagi sebuah bangsa.

Keterwakilan politikjuga tidak hanya dapat dilakukan oleh laki-laki namun,

pada kenyataannya di Indonesia perempuan berperan sangat buruk bila

melihat realitas politik yang ada, perempuan hanya menjadi objek politik

tetapi apatis juga terhadap perkembangan kaum nya. Sistem politik kita yang

berlaku saat ini, kebijakan yang berlaku menempatkan perempuan hanya

sebagai second person (orang kedua) setelah laki-laki sehingga nasib

perempuan tidak pernah mengalami perubahan yang signifikan dan banyak

mengalami diskriminasi.

Diskriminasi perempuan membuat sebagian perempuan trauma untuk

memberikan peluang bagi dirinya untuk menentukan arah kebijakan selalu

terbungkam dan kalah oleh dominasi kekuasaan dan kepentingan laki-

laki.Artinya sosial masyarakat perempuan dinilai tidak mampu memimpin.

3

Perempuan dianggap sebagai sosok yang lebih mengutamakan perasaan

dibandingkan dengan rasionalitas. Dominasi laki-laki masih terjadi di setiap

bidang, seperti keluarga masih dikuasai oleh laki-laki begitupun di tempat

kerja masih dipimpin oleh laki-laki. Perempuan yang turut berpartisipasi

dalam setiap pekerjaan masih saja dipandang sebelah mata. Perempuan

dianggap mahluk lemah yang tidak mampu memimpin dan ikut campur dalam

kebijakan, termasuk dalam berpolitik. Hal itu terjadi karena adanya

penyalahartian konsep gender.

Ketimpangan gender ini akhirnya menimbulkan berbagai bentuk

ketidakadilan dan ketidaksetaraan gender.Menurut Akademisi Universitas

Lampung Dr. Robi Cahyadi Kuriawan (13/7/2018) mengatakan bahwa

pemilihan presiden tiga periode terakhir hanya menempatkan megawati

soekarnoputri sebagai satu-satunya calon presiden dari kaum hawa. Dalam

pilpres 2014, tidak ada satu pun calon perempuan yang muncul.

Kontestasi pilkada era tahun 2015 sampai 2018 menjadi titik balik

kebangkitan kaum perempuan dalam politik praktis. Keterwakilan perempuan

dalam perebutan jabatan eksekutif masih berbanding terbalik dengan peluang

jatah 30% bagi perempuan untuk duduk di legislatif. Menjadi pertanyaan

besar bagaimana kuantitas atau jumlah perempuan dalam kontestasi tahun

politik 2019 mendatang, baik dalam pemilu legislatif maupun pemilu

presiden? Ia mencoba menganalisis masalah keterwakilan perempuan dan

4

ragam masalahnya menuju pemilu 2019. (http://www.lampost.co/berita-

perempuan-dalam-pemilu-2019.html,diakses pada 20 juli 2018 pukul 19.45)

Di dalam struktur lembaga perwakilan Negara kita. Peraturan UU Nomor 2

Tahun 2008 yang memuat kebijakan tentang tuntutan pemenuhan kuota 30 %

keterwakilan perempuan dalam partai politik, khususnya di lembaga legislatif

kini masih menjadi masalah yang krusial.

UU tersebut secara tidak langsung merupakan salah satu bentuk akomodasi

politik atas tuntunan pentingnya kesetaraan gender bagi kalangan perempuan

dalam ranah politik, sekaligus memberikan ruang partisipasi politik yang lebih

besar bagi perempuan di partai politik untuk mencalonkan diri sebagai

keterwakilan perempuan di anggota legislatif (DPRD).

Hadirnya perempuan di legislatif akan memfasilitasi aspirasi perempuan

karena ketidakadaan perempuan dalam lembaga pengambilan keputusan

berkolerasi terhadap rumitnya menyalurkan aspirasi perempuan. Perempuan

dan laki-laki memiliki kepentingan yang berbeda, karenanya laki-laki tidak

bisa mewakili perempuan seolah-olah laki-laki tahu tentang kebutuhan dan

kepentingan perempuan.

Faktanya keterwakilan perempuan di indonesia untuk menduduki jabatan

politik masih sangat minim. Jumlah perempuan pemilih di Indonesia menurut

Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Tahun 2001 adalah 101.628.816

atau sekitar 51% dari jumlah penduduk Indonesia dan jumlah perempuan

5

pemilih dalam pemilihan umum 57%. Secara kuantitas jumlah penduduk

perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, namun jumlah yang

besar ini tidak dapat terwakili dan tercerminkan secara proporsional di dalam

beberapa bidang terutama bidang politik. (Ukhti Raqim, “implementasi

ketentuan kuota 30% Keterwakilan Perempuan di DPRD Kota Salatiga”,

Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Tahun 2016. Di akses 6 maret 2018).

Hal ini dapat dibuktikan dari data yang ada dalam sejarah politik Indonesia

sejak pemilihan pertama tahun 1955.

Tabel 1. Presentase Perempuan di DPRD dari Masa ke Masa Jenis kelamin Perempuan Laki-Laki

Periode Jumlah % Jumlah %

1950-1955(DPR

Sementara)

9 3.8 236 96.2

1955-1960 17 6.3 272 93.7

Konstituante:

1956-1959

25 5.1 488 94.9

1971-1977 36 7.8 460 92.2

1977-1982 29 6.3 460 93.7

1982-1987 39 8.5 460 91.5

1987-1992 65 13.0 500 87.0

1992-1997 65 12.5 500 87.5

1997-1999 54 10.8 500 89.2

1999-2004 45 9.0 500 91.0

2004-2009 11 10.7 550 89.3

2009-2014 32 17.49 528 82.51

2014-2019 97 17,32 463 82.67

Sumber: diolah oleh peneliti dari jumlah anggota DPRD setiap periode

Menurut Gubernur Lampung dalam sambutannya pada Rapat Koordinasi

Pemenuhan Hak Perempuan dalam Rangka Peningkatan Keterwakilan

Perempuan pada Lembaga Legislatif (15/05/2017) mengatakan bahwa data

presentase nasional tahun 2009, peran wanita pada lembaga legislatif sebesar

6

18% sedangkan di tahun 2014 menurun menjadi 17%, sama halnya di

Lampung, anggota Legislatif untuk perempuan hanya di wakilkan 12,7 %

saja, jadi keterwakilan perempuan masih rendah.

Pada Rapat Koordinasi dan Sosialisasi dalam rangka peningkatan

keterwakilan perempuan pada lembaga legislatif yang diselenggarakan

Pemerintah Provinsi Lampung bekerjasama dengan Kementerian Koordinator

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (19 Mei 2017), Deputi Bidang

Koordinasi Perlindungan Perempuan dan Anak Kementerian Koordinator

Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Sujatmiko mengatakan kepedulian

pemerintah dewasa ini terhadap peran perempuan sangatlah besar. Hal ini

terbukti dengan diberlakukannya berbagai program dan peraturan yang terkait

dengan pemberdayaan perempuan.

Salah satunya Kementerian PP dan PA sudah menetapkan Peraturan Menteri

Nomor 10 Tahun 2015 tentang Grand Design Peningkatan Keterwakilan

Perempuan di DPR, DPD dan DPRD pada pemilu 2019.Menurutnya peraturan

tersebut disusun untuk menjadi dasar pijakan dan untuk memberikan panduan

kinerja para pemangku kepentingan, baik di lingkungan pemerintah pusat dan

daerah, ataupun lembaga-lembaga masyarakat serta perguruan tinggi untuk

turut berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan keterwakilan perempuan

di legislatif pusat dan daerah.

7

Tabel 2. Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kabupaten

Lampung Timur periode 2009-2014 No Nama Partai Politik Daerah Pemilihan Jenis

Kelamin

1 Arifah

Trisyanti

Golongan Karya Lampung Timur III

(Braja Selebah, Labuhan

Ratu, Way Jepara)

Perempuan

2 Chusnul

Mufachir

Partai Amanat

Nasional

Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik, Bumi

Agung)

Perempuan

3 Dewi Partai Demokrasi

Indonesia

Perjuangan

Lampung Timur III

(Braja Selebah, Labuhan

Ratu, Way Jepara)

Perempuan

4 Hj. Nanik

Hermin Astuti

Keadilan

Sejahtera

Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik, Bumi

Agung)

Perempuan

5 Sri Gumila Golongan Karya Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik, Bumi

Agung)

Perempuan

6 Sulistiawati Demokrat Lampung Timur VII

(Jabung, Gunung

Pelindung, Pasir Sakti)

Perempuan

Sumber: KPU Provinsi Lampung (2009)

Tabel 3. Jumlah Anggota Legislatif Perempuan di DPRD Kabupaten

Lampung Timur periode 2014-2019 No Nama PartaiPolitik No

Urut

Daerah Pemilihan Jenis

Kelamin

1 Arifah

Trisyanti

Golongan Karya 1 Lampung Timur III

(Braja Selebah,

Labuhan Ratu, Mataram

Baru, Way Jepara)

Perempuan

2 Merry

Hutasoit

Nasional

Demokrat

5 Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik,

Waway Karya)

Perempuan

3 Ela SitiNur

mayah

Partai Kebangkitan

Bangsa

1 Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik,

Waway Karya)

Perempuan

4 Hj. Nanik

Hermin

Astuti

Partai Keadilan

Sejahtera

1 Lampung Timur V

(Marga Tiga,

Sekampung Udik,

Waway Karya)

Perempuan

8

5 Sukartini Partai Kebangkitan

Bangsa

1 Lampung Timur VI

(Bandar Sribawono,

Labuhan Maringgai,

Melinting)

Perempuan

Sumber :KPU Provinsi Lampung(2014)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa Jumlah anggota legislatif perempuan

pada tahun 2009-2014 sebanyak 6 (13%) orang dari 45 keterwakilan dan 39

(87%) orang adalah laki-laki. Sedangkan pada tahun 2014-2019 jumlah

anggota legislatif perempuan nya berjumlah 5 (10%) orang dari 50 anggota

legislatif dan 45 (90%) orang diantaranya adalah laki-laki.

Tampak sedikit kader wanita yang terlibat di dalam aktivitas riil politik, yang

tepatnya pada proses pemilihan calon legislatif langsung tersebut, hal ini

dikarenakan 2 aspek yaitu aksesibilitas dari dalam atau dari luar, dari dalam

yaitu dikarenakan dari perempuan itu sendiri yang tidak berminat untuk terjun

langsung ke dalam aktivitas-aktivitas politik atau dari aspek internalnya yang

memang semakin dipersulit oleh aturan dan pola yang diberlakukan partai,

yang tentu tidak mudah bagi wanita untuk menembusnya.

Keterlibatan wanita juga sangat dipengaruhi dengan adanya pengetahuan

seperti pendidikan politik. Diperlukan adanya pendidikan politik untuk

memberikan kesadaran pentingnya terjun ke dunia politik untuk berpartisipasi

membangun Indonesia yang maju dan sejahtera. Bentuk pendidikan politik

terhadap perempuan di Indonesia, khususnya di Lampung Timur, dirasa

sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi politik bagi

9

kaum perempuan di Lampung Timur sehingga setiap tahunnya keterlibatan

perempuan dapat meningkat.

Berdasarkan penurunan jumlah keterwakilan perempuan anggota legislatif di

kabupaten lampung timur pada tahun 2009-2014 berjumlah 13% dan 2014-

2019 ada 10% di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

secara lebih mendalam terhadap keterwakilan perempuan dalam politik,

strategi dan permasalahannya di Kabupaten Lampung Timur. Penurunan

jumlah anggota legislatif setiap tahun nya di Lampung Timur mendorong

peneliti untuk melihat permasalahan maupun strategi anggota legislatif

perempuan tersebut untuk meningkatkan kuota 30 % keterwakilan perempuan

tersebut.

Dibawah ini beberapa penelitian terdahulu :

Tabel 4. Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul

Peenelitian Teori Metode Hasil

Penelitian 1 Mohamma

d Yusuf

Pambudi

(2012)

Perempuan dan

Politik

(Studi tentang

Aksesibilitas

Perempuan

Menjadi anggota

Legislatif di

Kabupaten

Sampang

Teori

Oligarki

Partai

Politik

Kualitatif Penelitian ini menghasilkan

gambaran betapa sulitnya

merebut akses politik untuk

kaum perempuan di

kabupaten Sampang.

Mengingat dominasi politisi

laki-laki yang begitu kuat.

Walaupun sudah ada peluang

bagi kaum perempuan melalui

UU nomor 2008 tentang

parpol, implementasinya di

kab. Sampang belum

menunjukan hasil yang

signifikan, peneliti

menemukan beberapa

kesimpulan yaitu:

1. Posisi perempuan

10

dalam struktur sosial

dikabupaten

sampang masih

menempatkan

perempuan sebagai

mahluk nomor dua.

2. Keikutsertaan

perempuan di dunia

politik dikabupaten

sampang masih

didasari oleh

latarbelakang

keluarga.

3. Motivasi dan tujuan

perempuan untuk

terjun kedunia

politik bukan untuk

memenuhi kuota

perempuan 30%

tetapi untuk

keperluan pribadi

seperti keuangan.

4. Hambatan

perempuan dalam

masa pencalonan

sebagai caleg dan

berkampanye adalah

elite politik yang

masih menempatkan

perempuan sebagai

posisi yang tidak

strategis pada

kepengurusan.

5. Strategi yang

digunakan

perempuan menjadi

caleg di kabupaten

sampang melalui

pendekatan

organisasi

perempuan seperti

Muslimat NU, AL-

Hidayah dll.

Merupakan

organisasi

perempuan yang

dijadikan lumbung

suara caleg laki-laki

juga.

2 Zaenal

Mukarom

Perempuan dan

Politik (Studi

Komunikasi

Politik tentang

Teori

Difusi

inovasi

Everet M.

kualitatif Hasil penelitian ini adalah

partisipasi perempuan di

wilayah politik perlu

diupayakan dengan maksimal

11

Keterwakilan

Perempuan di

Legislatif)

Rogers

(Effendy

1993:284)

dan memberdayakan

perempuan itu sendiri, selain

strategi komunikasi politik

yang jitu sehingga perempuan

dapat maksimal dalam

berpartisipasi, termaksud

mendapatkan perwakilan

dilegsilatif yang sesuai

dengan jumlah mereka di

masyarakat.

Keterbatasan partisipasi

perempuan akan sangat

memengaruhi, baik secara

langsung maupun tidak

langsung terhadap upaya

pengembangan masyarakat.

Pemberdayaan perempuan,

jika tingkat partisipasi politik

masyarakat termasuk

didalamnya rendah maka ada

indikasi bahwa pelaksanaan

demokrasi disuatu negara

tidak berjalan dengan baik

dan hal tersebut tentu sangat

merugikan bangsa dan

negara.

3 Hastanti

Widy

Nugroho

Peran Politik

Perempuan di

Lembaga

Legislatif ditinjau

dari Perspektif

Filsafat Politik

Hannah Arendt

Teori vita

activa,

membedak

an antara 3

aktivitas

fundament

al manusia,

yaitu kerja,

karya, dan

tindakan.

(Hannah

Arendt,

1958: 9-

18)

Kualitatif

deskriptif

Peran dan kedudukan

perempuan dalam lembaga

legislatif selama ini meskipun

secara kuantitatif bertambah

namun secara kualitatif tidak

banyak memberikan

kontribusi nyata terhadap

kondisi ketertindasan dan

posisi marginal perempuan

yang diwakilinya. Filsafat

Hannah arendt peran yang

dilakukan perempuan dalam

lembaga legislatif masih

sangat terbatas sebagai bentuk

kerja dan karya belum

beranjak ke arah tindakan.

Peran perempuan dalam

legislatif belum dapat

dikatakana tindakan politik,

karena perempuan belum

memiliki kebebasan dalam

berkomunikasi dengan orang

lain dan belum ada

kesetaraan.

Diperlukan sebuah kesadaran

dalam diri perempuan sebagai

individu berusaha

12

membebaskan dirinya untuk

melakukan komunikasi inter

subjektif rangka sebuah

consensus adanya perubahan. 4 Yusuf

Fadli

Islam, Perempuan

dan Politik

(Argumentasi

Keterlibatan

Perempuan dalam

Politik di

Indonesia Pasca

Reformasi)

Teori

Partisipasi

Politik dan

Konsep

feminisme

Kualitatif

deskriptif

AL-Quran memberikan

pandangan progresif dalam

melihat posisi dan eksitensi

perempuan dalam kehidupan.

Dijelaskan bahwa kedudukan

pria dan wanita dihadapan

Allah SWT adalah sama,

karena yang dinilai adalah

amal perbuatannya,

sebagaimana firman-NYA

“Barangsiapa mengerjakan

amal saleh baik pria dan

wanita dalam keadaan

beriman, maka sesungguhnya

akan kami berikan

kepadannya kehidupan yang

baik dan sesungguhnya akan

kami beri balasan kepada

mereka dengan pahala yang

lebih dari apa yang telah

mereka kerjakan” (QS. An

Nahl [16]: 97). Kandungan

dari ayat tersebut adalah

bahwa Allah SWT

memerintahkan umat manusia

(pria atau wanita) agar

senantiasa berbuat baik

kepada siapa saja, sehingga

dapat mencapai kedudukan

yang mulia dan terhormat

dihadapan Allah SWT.

Dalam ayat AL-Quran banyak

diterangkan bahwa ukuran

kemulian di sisi Tuhan adalah

prestasi dan kualitas tanpa

membedakan etnik dan jenis

kelamin.

5 Siti

Nimrah

dan

Sakaria

Perempuan dan

Budaya Patriarki

dalam Politik

(Studi Kasus

KegagalanCaleg

Perempuan dalam

Pemilu Legislatif

2014)

Faktor

yang

mempenga

ruhi pola

seleksi

antara

perempuan

dan laki-

laki dalam

legislatif.

Kualitatif Telah banyak perempuan

berpartisipasi dalam politik,

namun begitu banyak

rintangan dan tantangan yang

dihadapi salah satunya adalah

budaya patriarki. Rendahnya

keterwakilan perempuan

disebabkan masih kentalnya

budaya patriarki dalam

masyarakat. Sistem dan

struktur patriarki telah

menempatkan perempuan

13

pada posisi yang tidak sejajar

dengan laki-laki, dan

beranggapan panggung

politik adalah dunianya laki-

laki. Hal inilah yang membuat

kesempatan perempuat

terbatas untuk menjadi

anggota legislatif. Jumlah

anggota perempuan dalam

pembuatan kebijakan dan

hukum-hukum formal/publik

negara sangatlah minim.

Masalah seperti ini yang

membuat masyarakat

beranggapan bahwa

perempuan tidak pantas

berada dalam panggung

politik yang keras.

Perempuan pantasnya

melakukan pekerjaan rumah

tangga.

hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian ini

memfokuskan pada Bagaimana keterwakilan perempuan dalam politik di DPRD

Lampung Timur serta strategi yang dilakukan DPRD Lampung Timur untuk

menyelesaikan masalah tersebut. Selanjutnya apakah bisa melakukan transformasi

baru terhadap perempuan khususnya di daerah Lampung Timur dan membawa

perubahan pada peningkatan kuota 30% anggota legislatif. Berdasarkan fenomena

diatas peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis berkaitan dengan

perempuandalam politik di kabupaten lampung timur dengan studi kasus DPRD

Lampung Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil uraian di atas maka masalah dari penelitian ini dirumuskan

sebagai berikut :

14

1. Mengapa anggota legislatif Peempuan di PRD Lampung Timur

mengalami penurunan pada periode 2014-2019 ?

2. Apa strategi yang dilakukan PARPOL Lampung Timur untuk

menyelesaikan masalah tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan Mengapa anggota legislatif

Peempuan di DPRD Lampung Timur mengalami penurunan pada periode

2014-2019, serta strategi yang dilakukan PARPOL untuk menyelesaikan

permasalahandi DPRD Lampung Timur.

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Secara akademik, hasil penelitian ini sebagai salah satu kajian ilmu

pemerintahan khususnya di bidang DPRD dan anggota legislatif

perempuan dalam aspek keterwakilan perempuan dalam politik, strategi

dan permasalahannya di Kabupaten Lampung Timur.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini sebagai evaluasi strategi yang dapat

dipilih dalam pemberdayaan perempuan dan memberikan masukan kepada

legislatif untuk meningkatkan kuota 30% keterwakilan perempuan.

15

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Gender

1. Pengertian Gender

Istilah gender pada mulanya dikembangkan sebagai alat analisis ilmu

sosial untuk memahamiberbagai permasalahan diskriminasi terhadap

perempuan secara umum. Gender dan jenis kelamin (seks) terdapat

perbedaan yang mendasar, jenis kelamin lebih mengarah pada pembagian

fisiologi atau anatomis manusia secara biologis.

Konsep jenis kelamin lebih membedakan manusia dimana manusia yang

berjenis kelamin laki-laki dapat diidentifikasi melalui kepemilikan alat

kelamin dan peran seksualnya. Peran biologis laki-laki adalah membuahi

sel telur wanita (ovum) sebagai naluri menurunkan generasi. Adapun

identitas perempuan dapat dilihat dari melaluiciri-ciri biologis yaitu

sebagai pihak yang dibuahi sebagai naluri melangsungkan keturunan.

16

Sedangkan menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2015: 874) gender

merupakan pembagian status dan peran yang secara kultural tidak adil

dimana status dan peran laki-laki dianggap superior sedangkan

perempuan di posisi inferior akan memunculkan gejala diskriminasi

gender.

Dengan demikian, gender merupakan semua atribut sosial mengenai

deskripsi laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki digambarkan

mempunyai sifat maskulin seperti keras, kuat, rasional, gagah, dan

perkasa. Sementara perempuan digambarkan memiliki sifat feminine

seperti halus, lemah, perasa, sopan dan penaklut. Gender juga dipahami

dan dianalisis dari perbedaan yang bukan alami dan bahkan sering

diterjemahkan dalam diskriminasi atau perbedaan yang dianggap

membawa kerugian dan penderitaan terhadap perempuan.

Artinya gender telah memosisikan perempuan secara nyata menjadi tidak

setara dengan pihak laki-laki. Munculnya permasalahan gender

dilatarbelakangi oleh situasi kultural di mana fungsi dan peran perempuan

yang dibatasi oleh sistem nilai-nilai dan norma tertentu sehingga

pembatasan ini dianggap sebagai bentuk pemasungan atas hak kaum

perempuan.

Bahkan jika dilihat dari aspek sosiokultural pekerjaan di kantor dalam

hubungan citra budaya, juga bukan tempat perempuan. Kalaupun mereka

bekerja, karena berbagai alasan yang mengharuskan mereka jarang

17

“menonjolkan diri” karena takut dijuluki berambisi atau agresif. Sebab

itu, banyak perempuan yang berpotensi dengan latar belakang pendidikan

yang tinggi tidak mengembangkan kemampuannya. Padahal perempuan

yang jumlahnya lebih dari separuh ini sehausnya merupakan sumber daya

manusia yang potensial dan berkualitas.

2. Ketimpangan Gender

Menurut Riant Nugroho (2008:39), ketimpangan gender tidak hanya

menjadi isu di negara-negara berkembang saja, namun di negara maju pun

menjadi isu yang sangat gencar dibicarakan, bahkan menjadi isu yang

mendunia.

Menurut veanello dalam Riant nugroho fenomena yang terjadi di

masyarakat Eropa bahwa ketimpangan dan kesenjangan terhadap kaum

perempuan (gender) terbentuk karena berbagai hal, diantaranya

pemahaman perbedaan seks dan nilai-nilai dalam masyarakat, faktor ini

yang menjadi sifat umum. Dalam penelitian Veanello perbedaan gender,

hal ini menunjukan bahwa perbedaan jenis kelamin akan melahirkan

perbedaan gender, hal ini menunjukan kaum perempuan tidak rasional,

emosional dan lemah lembut, sedangkan kaum laki-laki memiliki sifat

rasional, kuat atau prakarsa.

18

Gender different(perbedaan gender) tidak menjadi persoalan sejauh tidak

menimbulkan gender inequalities(ketidakadilan gender), namun yang

menjadi masalah adalah gender different telah menimbulkan masalah yang

sangat fatal yaitu ketidakadilan gender baik kepada kaum laki-laki

terutama bagi kaum perempuan. Disamping itu telah timbul diskriminasi

gender, marginalisasi gender, steriotip dan sub ordinasi.

Pengaruh gender different yang merupakan yang merupakan sistem dan

struktur dimana kaum laki-laki dan kaum perempuan menjadi korban

karena sistem tersebut. Oleh karena itu gender different ini harus dilawan

dengan berbagai usaha yaitu dengan pemberdayaan gender secara

signifikan.

Marginalisasi akan mengakibatkan terhambatnya mendapatkan atau

mengakses informasi oleh kaum laki-laki dan kaum perempuan. Padahal

manusia yang tertinggal informasi dalam waktu satu menit saja,

sesungguhnya mereka telah menjadi manusia masa lalu. Pengaruh

marginalisasi tersebut menimbulkan kemiskinan, kelatarbelakangan

eksploitasi dan kebodohan di dalam masyarakat.

Marginalisasi tejadi bukan hanya di tempat kerja atau di institusi

pemerintah, panggung politik, kebijakan publik, dan organisasi swasta

saja namun di dalam rumah tangga pun terjadi marginalisasi dalam

keluarga dikarenakan oleh faktor budaya (budaya patriakhi), adat istiadat,

sifat primordial, dan lingkungan sekitarnya.

19

Sub-ordinasi timbul sebagai akibat dari pandangan gender terhadap kaum

perempuan. Sikap ini menempatkan kaum perempuan pada posisi yang

tidak menguntungkan dan tidak penting.

Hal ini terjadi karena ada anggapan bahwa kaum perempuan yang

rasional, emosional dan lemah lembut, sehingga kaum perempuan yang

tidak rasional, emosional dan lemah lembut, sehingga kaum perempuan

dianggap kurang pantas untuk tampil sebagai pemimpin.

Proses sub-ordinasi ini terjadi dalam segala hal bentuk dan mekanisme

yang tidak pernah sama baik dari waktu ke waktu maupun dari tempat ke

tempat. Dalam konteks negara atau daerah terjadinya sub-ordinasi ini

terjadi karena kebijakan publik yang dibuat tidak berpihak kepada gender

atau disebut dengan tidak sensitif gender, bahkan peraturan daerah dan

undang-undang program maupun proyek dengan tidak memperhatikan

kepentingan gender.

Stereotip atau pelabelan (pandangan negatif) terhadap jenis kelamin

tertentu terutama kaum perempuan. Akibat stereotip ini munculnya

diskriminatif dan ketidakadilan, sangat banyak pelabelan yang terjadi di

dalam masyarakat yang diarahkan kepada kaum perempuan. Misalnya,

adanya keyakinan bagi masyarakat bahwa kaum perempuan tidak boleh

bekerja, tidak boleh mendapatkan pendidikan tinggi, tidak boleh

berkicimpung dalam bidang politik dan kebijakan publik .

20

3. Masalah Gender di Indonesia

Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2015:876-877), persoalaan

gender di Indonesia dapat dilihat dari aspek ruang dan waktu luas dasar

kultur yang berlaku di berbagai lokasi dan waktu tertentu. Pada masa lalu,

kultur budaya jawa menempatkan kaum perempuan sebagai kaum yang

memiliki hak-hak sosial yang lebih sempit dibandingkan dengan kaum

laki-laki.

Kaum perempuan sebagai sosok yang ditempatkan sebagai kelompok

yang “dipingit” di dalam rumah, tidak boleh bekerja di luar rumah, dan

tidak boleh mengenyam pendidikan. Demikian juga kultur jawa

menempatkan kaum perempuan terhadap pembagian hak waris keluarga

dengan rumus “segendongan sepikul” atau banding setengah. Bahkan tata

nilai ini seolah-olah dijustifikasi dalam ajaran agama seperti Islam yang

menempatkan bahwa kaum perempuan tidak dapat menempati kedudukan

sebagai pemimpin, kendati tata aturan ini masih bersifat multitafsir.

Hak-hak kaum laki-laki yang boleh melakukan poligami sedangkan kaum

perempuan menjadi “larangan keras” melakukan poliandri. Kenyataan ini

menimbulkan sikap pro dan kontra di mana, satu pihak menggangap

gejala ini sebagai bentuk ketidakadilan sementara di pihak lain justru

menganggap gejala ini sebagai langkah untuk memuliakan kaum

perempuan.

21

Astrid Anugrah (2009:5) masalah gender lebih ditekankan ke permukaan

sebagai bagian tidak terpisahkan dari persoalaan kependudukan dan

kemiskinan. Kaum perempuan berada dalam posisi yang lemah dan

dilemahkan. Kaum perempuan tidak diizinkan berperan aktif dalam

masyarakat karena keputusan hokum. Di Amerika Serikat misalnya, dalam

sistem “perseorangan”, tidak melibatkan kaum perempuan. Dalam banyak

keadaan, posisi penting dan profesi-profesi, menjadi tidak terbuka bagi

kaum perempuan.

Ketimpangan gender demikian di atas menjadi faktor lahirnya

“pemberontakan” kaum perempuan dari “penajajahan” kaum pria. Di

Amerika lahir berbagai gerakan feminis, feminism liberal, dan dibentuk

women’s liberation. Kaum perempuan melalui gerakan feminisme

berkampanye supaya keluar dari lingkungan sistem yang men-

subordinasikan mereka dari berbagai bidang kehidupan sosial ekonomi

dan politik.

Meskipun telah bermunculan gerakan feminis, namun dalam waktu yang

berkepanjangan penderitaan perempuan masih saja terjadi dimana-mana

dibelahan dunia ini, terutama di negara-negara berkembang (Asia dan

Afrika).

22

4. Kelainan Seksual

Menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip (2015:878), kelainan lebih

dipahami sebagai kelompok orang-orang yang memiliki orientasi seksual

kepada semua jenis. Hingga saat ini berbagai ajaran agama tidak

menjustifikasi perilaku perilaku kelainan seksual, sehingga keberadaannya

dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial. Selain ajaran agama yang

tidak pernah membenarkan perilaku kelainan seksual, nilai dan norma

masyarakat yang terbentuk melalui interaksi sosial juga tidak

membenarkan perilaku ini.

Walaupun demikian ada sebagian kecil masyarakat yang tidak

mempermasalahkan perilaku kelainan seksual. Titik dari permasalahan

dari kelainanan sosial adalah perasaan ketidaknyamanan orang-orang yang

memiliki naluri seksual menyimpang ini ketika mereka berinteraksi di

masyarakat karena selalu dikelompokan sebagai orang yang menyimpang

dan dimarginalkan.

Pengecualian inilah yang memicu tuntutan kelompok ini untuk diakui

sebagai kelompok yang setara dengan orang-orang yang dianggap

“normal” , artinya jika mengacu pada konstitusi di mana semua warga

negara memiliki persamaan hak untuk dipilih dan hak untuk memilih,

23

maka tataran hak kaum ini hanya sebatas memilih, sedangkan untuk ikut

serta menjadi kandidat kepemimpinan seing kali ditolak oleh masyarakat.

Selain dianggap tidak normal, sebagian besar kelompok masyarakat

menganggap kelainan seksual adalah penyakit sosial. Jika gejala ini

dianggap sebagai penyakit, maka kenyataan ini memicu kaum

homoseksual untuk melakukan aksi protes menuntut persamaan dan

kesetaraan dengan orang-orang yang memiliki orientasi seks normal.

Berdasarkan pemaparan diatas Elly M. Setiadi dan Usman Kolip

(2015:880-882) memaparkan bahwa perbedaan perlakuan perempuan dan

laki-laki , baik secara langsung maupun tidak langsung di masyarakat. Hal

ini dapat kita lihat dari beberapa indikator, yaitu :

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah tempat terpenting bagi seseorang karena merupakan

tempat pendidikan yang pertama kali, dan di dalam keluarga pula

seseorang paling banyak bergaul serta mengenal kehidupan. Menurut

teori gender , kedudukan yang terpenting bagi perempuan dalam

keluarga adalah sebagai istri atau ibu yang mengatur jalannya rumah

tangga serta memelihara anak.

Sehubungan dengan tugas ini idealnya tempat seorang perempuan

adalah di rumah. Sebaliknya menurut ideologi ini kedudukan laki-laki

yang terpenting dalam suatu keluarga adalah sebagai suami yang

24

bertanggung jawab mencari nafkah utama. Bila melihat kondisi

masyarakat pada saat ini , tampaknya konsep di atas sudah agak

bergeser.

Banyak istri yang bekerja mencari nafkah di luar rumah. Meskipun

perempuan sudah dapat bekerja sendiri di luar rumah, pada saat ini

masih tetap tampak berlakunya konsep gender, sebagai contoh istri

yang bekerja masih harus memperhitungkan perasaan suami dengan

tidak mau meraih posisi yang lebih tinggi dari suami sehingga sering

mereka bekerja tanpa ambisi. Walaupun karena ini sering timbul

dilema bagi dirinya untuk memilih antara karier dan keluarga.

2. Lingkungan Pendidikan

Di bidang pendidikan tampak bahwa konsep gender juga dominan.

Sejak masa kanak-kanak ada orang tua yan memberlakukan

pendidikan yang berbeda berdasarkan konsep gender , sebagai contoh

kepada anak perempuan diberi permainan boneka sedangkan anak

laki-laki memperoleh mobil-mobilan dan senjata sebagai permainan

nya. Masyarakat masih beranggapan bahwa anak perempuan lebih

suka memilih jurusan bahasa, atau pendidikan rumah tangga, tata

boga, tat arias sebaliknya laki-laki lebih sesuai untuk jurusan teknik.

Pada keluarga yang kondisi ekonominya terbatas banyak dijumpai

pendidikan lebih diutamakan bagi anak laki-laki meskipun anak

25

perempuannya jauh lebih pandai, keadaan ini menyebabkan lebih

sedikitnya jumlah perempuan yang berpendidikan.

3. Lingkungan Pekerjaan

Sejak kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan dengan baik

jumlah perempuan yang mempunyai karier atau bekerja di luar rumah

menjadi lebih banyak. Mednick berpendapat meskipun jumlah kaum

perempuan yang bekerja meningkat tetapi jenis pekerjaan yang

diperoleh masih tetap berdasarkan konsep gender. Kaum perempuan

lebih banyak bekerja di bidang pelayanan jasa atau pekerjaan yang

membutuhkan sedikit keterampilan seperti bidang administrasi,

perawat, atau pelayan took dan hanya sedikit yang menduduki jabatan

manajer (pemimpin) atau dalam pengambilan keputusan.

Dari segi upah masih banyak dijumpai bahwa kaum perempuan

menerima upah lebih rendah daipada laki-laki untuk jenis pekerjaan

yang sama, juga perbedaan kesempatan yang diberikan antara

karyawan perempuan dan laki-laki dimana laki-laki lebih

diprioritaskan.

Perbedaan perlakuan ini banyak yang menyimpulkan perempuan

sebagai orang yang lemah, pasif serta dependen dan laki-laki lebih

berharga. Merasa bahwa perempuan diperlakukan tidak adil di

masyarakat karena adanya konsep gender membuat sebagian feminis

26

ahli psikologi sadar akan kesalahan menganalisis kesalahan teori

gender.

4. Di dalam Stuktur Politik

Dewasa ini memang kita akui bahwa ransformasi yang menempatkan

perempuan sebagai pemimpin negara pernah terjadi di negeri ini. Akan

tetapi, realitas perjalanan sejarah bangsa ini bukan beararti perjuangan

kesetaraan gender dianggap selesai, sebab perjalanan politisi

perempuan yang hendak menempatkan diri sebagai kepala negara ini

masih mendapatkan berbagai ganajalan dari pihak-pihak tertentu

terlepas dari alasan normatif yang dijadikan sebagai landasan

penolakan, baik alasan kultural maupun ajaran agama tertentu.

Indonesia dibidang pemerintah maupun swasta, perempuan yang telah

berhasil menduduki jabatan tinggi, akan tetapi secara proporsional

kuantitas dari kaum perempuan yang menduduki jabatan-jabatan

strategis masih dapat dikatakan sedikit atau tak sebanding dengan

kaum laki-lakinya.

Ironisnya walaupun bangsa ini pernah memiliki presiden wanita akan

tetapi, kaum wanita yang merupakan penduduk terbesar negeri ini

masih saja “tidak terlihat”. Masih banyak wanita yang buta huruf dan

menjadi buruh. Kesempatan yang diberikan di bidang pendidikan dan

peluang untuk menduduki jabatan eksekutif pada umumnya baru

dinikmati segelintir perempuan saja. Bahkan di dalam budaya jawa

27

perempuan dianggap sebagai “konco wingking”(teman belakang),

maksudnya sebagai teman dalam mengelola rumah tangga khusunya

urusan anak, memasak, mencuci. Citra peran dan status sebagai

perempuan , telah diciptakan oleh budaya.

(Elly M setiadi dan Usman kolip 2011: 878-879)

B. Partisipasi Politik

Keterwakilan perempuan dalam politik dapat dimaknai sebagai bentuk

partisipasi berpendapat serta mengawal proses sehingga kebijakan yang

dihasilkan akhirnya berpihak kepada kepentingan secara eksplisit dan implicit

baik di tingkat lokal, nasional dan bahkan internasional. Dalam keterwakilan

ini, kaum perempuan diberi keleluasaan untuk bergabung ke dalam berbagai

partai politik dan organisasi perempuan lain sehingga memiliki ruang

memadai untuk menyalurkan aspirasinya. Namun demikian seringkali

keterlibatan perempuan sangat terbatas pada area yang sangat sempit, tidak

ada kemandirian serta tidak memiliki dampak langsung dalam menghasilkan

kebijakan publik.

Partisipasi dimaknai sebagai pengambilan keputusan. Menurut Adams

(Yulvema Miaz 2012: 20) partisipasi sangat penting bagi pembangunan diri

dan kemandirian warga negara. Melalui partisipasi, individu menjadi warga

publik, dan mampu membedakan persoalan pribadi dengan persoalan

28

masyarakat. Tanpa partisipasi, nyaris semua orang akan ditelan oleh

kepentingan pribadi dan pemuasaan kebutuhan orang yang berkuasa.

Menurut Mirriam Budiardjo (1998:3), partisipasi politik merupakan

pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang abash dari

masyarakat. Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam proses politik

melalui pemilu terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu

kepentingan mereka akan tersalurkan. Mereka mempercayai bahwa kegiatan

itu memiliki efek.

Pada terminologi sosiologi politik, dianggap bahwa lebih banyak masyarakat

turut berpartisipasi dalam politik menunjukan bahwa pendidikan politik

masyarakat telah berhasil. Karena itu, makin banyak partisipasi masyarakat

maka pelaksanaan demokrasi semakin lebih baik. Tingginya tingkat

partisipasi masyarakat dimaksud, ditunjukan oleh banyaknya masyarakat

mengikuti dan memahami masalah politik dan ingin melibatkan diri dalam

berbagai kegiatan politik.

Demikian juga sebaliknya, jika tingkat partisipasi politik masyarakat rendah,

maka pelaksanaan demokrasi yang dilaksanakan di suatu negara member

tanda yang tidak baik. Masyarakat kurang atau bahkan tidak sama sekali

berminat untuk masalah-masalah pemilu dan ketatanegaraan lainnya.

Tetapi di dalam kenyataan nya tidak semua orang mau berpartisipasi dalam

politik, hanya sedikit orang yang mau berpartisipasi aktif dalam kehidupan

29

politik. dan lebih besar jumlah orang yang tidak mau berpartisipasi dalam

kehidupan politik. Bahkan terdapat pula orang-orang yang menghindari diri

dari semua bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada tingkatan

yang paling rendah. Menurut Michael Rush dan Philip Althoff, (2008)

Sehubungan dengan ini berhubungan dengan istilah-istilah seperti :

a. Apatisme politik, adalah sikap yang dimiliki orang yang tidak berminat

atau tidak punya perhatian terhadap orang lain. situasi atau gejala-gejala

umum atau khusus yang ada dalam masyarakatnya, orang yang apatis

adalah orang yang pasif, yang mengandalkan perasaan dalam menghadapi

permasalahan. Ia tak mampu melakukan tanggung jawabnya baik sebagai

pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan selalu merasa terancam.

b. Sinisme politik, adalah sikap yang dimiliki orang yang menghayati

tindakan dan motif orang lain dengan perasaan curiga. Bagi orang-orang

sinis bersikap pesimis lebih realistis ketimbang optimis. Orang-orang yang

sinis beranggapan bahwa politik merupakan urusan yang kotor, bahwa

para politisi itu tidak dapat dipercaya, bahwa individu menjadi korban dari

kelompok yang melakukan mnipulasi, bahwa kekuasaan dijalankan oleh

orang-orang yang tak tahu malu.

c. Menurut Robert Lane (Michael Rush dan Philip Althoff, 2008), alienasi

adalah perasaan ketersaingan seseorang dari kehidupan politik dan

pemerintahan masyarakat. Orang-orang tipe ini cenderung melihat

30

peraturan-peraturan yang ada sebagai tidak adil dan hanya

menguntungkan para penguasa.

d. Anomi, adalah perasaan kehilangan nilai dan arah kehidupan sehingga tak

bermotivasi untuk mengambil tindakan-tindakan yang berarti di dalam

kehidupan ini. Orang yang berperasaan demikian menganggap penguasa

bersikap “tidak peduli” terhadap tujuan-tujuan hidupnya. Seperti halnya

alienasi dan anomi adalah persaan keterpisahan dari masyarakat. Alienasi

dan anomi politik pada gilirannya bisa mencetuskan kekerasaan politik.

Menurut Mirriam Budiardjo (2008: 147) ada beberapa cara dalam membuat

kategori atau tipologi partisipasi politik yaitu :

a. Penggolongan berdasarkan partisipasi aktif dan partisipasi pasif

Partisipasi aktif berarti kegiatan yang berorientasi pada proses input dan

outputpolitik, sedangkan partisipasi pasif merupakan kegiatan yang

berorientasi proses output.

b. Penggolongan partisipasi politik dilihat dari dimensi stratifikasi sosial

Menurut Olsen, partisipasi politik dilihat dari dimensi stratifikasi sosial,

meliputi enam lapisan yaitu, pemimpin politik, aktivis politik,

komunikator (orang yang menerima dan menyampaikan ide-ide , sikap,

dan informasi politik lainnya kepada orang lain), warga negara, marginal

(orang yang sangat sedikit melakukan kontak dengan sistem politik) dan

31

orang yang terisolasikan (orang yang jarang melakukan partisipasi

politik).

c. Penggolongan partisipasi politik berdasarkan jumlah pelaku

Penggolongan partisipasi politik berdasarkan jumlah pelaku, yakni

individual dan kolektif. Maksudnya seseorang yang menulis surat berisi

tuntutan atau keluhan kepada pemerintah. Sedangkan yang dimaksud

partisipasi kolektif ialah kegiatan warga negara secara serentak untuk

mempengaruhi penguasa seperti kegiatan dalam proses pemilihan umum.

Partisipasi kolektif dibedakan menjadi 2 yaitu , partisipasi kolektif yang

konvensional seperti melakukan kegiatan dalam proses pemilihan umum

dan partisipasi kolektif non konvensional (agresif) seperti melakukan

hura-hura, menguasai bangunan umum.

d. Penggolongan partisipasi politik berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran

politik

Sistem politik membagi partisipasi politik ini menjadi empat tipe yaitu,

partisipasi aktif, partisipasi pasif tertekan (apatis), partisipasi militant

radikal, partisipasi pasif. Apabila seseorang memilki kesadaran politik dan

kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi, maka partisipasinya

cenderung aktif. Sebaliknya jika kesadaran politiknya rendah dan

kepercayaan terhadap pemerintahan rendah maka sikap politiknya

cenderung pasif terkesan (apatis).

32

Partisipasi radikal militant terjadi apabila kesadaran politik tinggi tapi

kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah dan jika kesadaran

politiknya sangat rendah tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat

tinggi maka partisipasi ini disebut tidak akti (pasif).

e. Penggolongan partisipasi politik berdasarkan frekuensi dan intensitas

Berdasarkan penggolongan ini, maka partisipasi politik dibedakan menjadi

aktivis, partisipan dan pengamat. Menurut pengamatan, jumlah orang

yang mengikuti kegiatan yang tidak intensif, yakni kegiatan yang tidak

banyak menyita waktu dan biasanya tidak berdasarkan prakarsa, seperti

memberikan suara dalam pemilihan umum, besar sekali. Sebaliknya, kecil

sekali jumlah orang secara aktif dan sepenuh waktu melibatkan diri dalam

politik.

f. Penggolongan partisipasi politik dalam konvensionil dan non konvensionil

Kegiatan politik yang konvensionil adalah partisipasi politik yang normal

dalam demokrasi modern. Bentuk non konvensionil termasuk bebeapa

yang mampu legal seperti petisi dan yang illegal seperti tindakan politik

penuh kekerasan, dan revolusioner. Bentuk dan stabilitas politik, integritas

kehidupan politik dan kepuasan atau ketidakpuasan warga negara.

Menurut Mirriam Budiardjo (2008: 151), bentuk partisipasi dibagi

menjadi dua yaitu:

33

Tabel 5. Bentuk Partisipasi Konvensionil dan Non Konvensionil No Konvensionil Non konvensionil

1 Pemberian suara (voting) Pengajuan petisi

2 Diskusi politik Berdemonstrasi

3 Kegiatan kampanye Konfrontasi

4 Membentuk dan bergabung dalam

kelompok kepentingan

Tindak kekerasan politik terhadap harta-

benda (perusakan, pemboman,

pembakaran)

5 Komunikasi individual dengan

pejabat politik dan administrative

Tindakan kekerasan politik terhadap

manusia (penculikan, pembunuhan)

Perang gerilya dan revolusi

g. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Bentuk partisipasi politik seorang tampak dalam aktivitas-aktivitas

politiknya. Bentuk partisipasi politik yang paling umum dikenal adalah

pemungutan suara (voting) entah untuk memilih calon wakil rakyat atau

untuk memilih kepala negara.

Menurut Michael Rush dan Philip Althoff (2011: 148) mengidentifikasi

bentuk-bentuk partisipasi politik sebagai berikut :

a. Menduduki jabatan politik atau administratif

b. Mencari jabatan politik atau administratif

c. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi politik

d. Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi politik

e. Menjadi anggota aktif dalam suatu organisasi semi-politik

f. Menjadi anggota pasif dalam suatu organisasi semi-poltik

g. Partisipasi dalam rapat umum, demonstrasi, dan sebagainya

h. Partisipasi dalam diskusi politik informal

i. Partisipasi dalam pemungutan suara (voting)

34

C. Konsep Politik

Politik secara etimologis, politik berasal dari kata polis (bahasa yunani), yang

artinya negara kota. Kemudian diturunkan kata lain seperti polities (warga

negara) politicos (kewarganegaraan atau civics) dan politike tehne (kemahiran

politik) dan politike epkisteme (ilmu politik).

Ramlan Surbakti (1992: 10-11) mengatakan bahwa politik adalah interaksi

antara pemerintah dan masyarakat, dalam rangka proses pembuatan dan

pelaksanaan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat

yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

1. Makna Politik

Ramlan Surbakti (Cholisin dan Nasiwan, 2012: 1-5) mengajukan 6

pendekatan (perspektif) untuk memahami arti politik.

a. Pendekatan kekuasaan

Menurut pendekatan kekuasaan, yang dimaksud politik adalah cara-

cara untuk memperoleh dan mempertahankan kekuasaan. Dalam

pendekatan ini politik biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang

kotor. Dikatakan sesuatu yang kotor , karena usaha untuk memperoleh

kekuasaan dan mempertahankan nya sering dilaksanakan dengan cara-

35

cara yang illegal dan amoral. Misalnya dengan cara memanipulasi atau

menendang lawan dan menghilangkan nyawa lawan politik. Para

politisi, dalam pendekatan ini sering digambarkan sebagai politisi

kodok (katak) atau bunglon.

b. Pendekatan institusional

Menurut pendekatan ini, politik adalah negara dengan instansi-

instansinya. Jadi yang dipelajari adalah mengenai tugas dan

kewenangan atau apa yang harus dilakukan oleh lembaga-lembaga

negara.

c. Pendekatan moral

Pendekatan ini, memandang politik bukanlah sesuatu yang kotor, tetapi

mulia. Dikatakan politik sebagai sesuatu yang mulia, karena politik

merupakan kegiatan untuk mendiskusikan dan merumuskan “good

society) atau “the best regime”.Misalnya dengan kegiatan ini muncul

pemikiran tentang pemerintahan yang bersih dan melayani publik. The

best regime merupakan tentang negara, masyarakat dan warga

(individu) yang baik dan dicita-citakan. Visi dan misi politik tidak

lepas dari moral.

36

d. Pendekatan konflik

Pendekatan ini, adalah kegiatan untuk memperoleh dan

mempertahankan kepentingan. Kepentingan yang dimaksud mencakup

kepentingan material maupun non material.

e. Pendekatan fungsional

Pendekatan ini adalah kegiatan yang menyangkut alokasi nilai-nilai

kepentingan yang dirumuskan dalam kebijaksanaan publik. Oleh

karena itu politik dapat dinyatakan menyangkut pembahasan mengenai

siapa mendapat apa, kapan dan bagaimana, sebagaimana hal ini

dirumuskan dalam kebijakan politik. Misalnya kebijakan itu dapat

berupa proyek, jaminan dan pembatasan ruang gerak. Oleh karena itu

senang tidak senang setiap orang akan terkena kebijakan public.

f. Pendekatan analisis wacana politik

Pendekatan ini, bahwa politik adalah kegiatan mendiskusikan atau

mendefinisikan situasi dari suatu fenomena politik. Misalnya,

pemberhentian menteri negara BUMN dan Menperindag oleh presiden

Gus Dur, ada yang mendefinisikan sebagai upaya pemerintahannya

terutama untuk meningkatkan kinerja tim ekonomi, ada pula yang

mendefinisikan sebagai hak prerogatif, juga muncul juga definisi

sebagai upaya konsolidasi kekuatan dengan mengangkat orang-

orangnya sendiri yang pada dasarnya melakukan KKN.

37

D. Konsep Strategi

1. Pengertian Strategi

Secara etimologi adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, strategos.

Adapun strategos dapat diterjemahkan sebagai “komandan militer” pada

zaman demokrasi Athena. Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam

dunia militer yang diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan

militer untuk memenangkan suatu peperangan.

Sedangkan secara terminologi banyak ahli telah mengemukakan definisi

strategi dengan sudut pandang yang berbeda-beda namun pada dasarnya

kesemuanya itu mempunyai arti atau makna yang sama yakni pencapaian

tujuan secara efektif dan efisien, diantara para ahli yang merumuskan

tentang definisi strategi tersebut salah satu proses dimana untuk mencapai

suatu tujuan dan berorientasi pada masa depan untuk berinteraksi pada

suatu persaingan guna mencapai sasaran.

Clausewitz (Arifin, 2003-161) berpendapat bahwa pengertian strategi

adalah “pengetahuan tentang penggunaan pertempuran untuk

memenangkan peperangan”. Menurut Morrisey (Nimmo,2005:121),

strategi adalah “proses untuk menentukan produk, jasa, dan pasarnya di

masa depan”.

38

Berbeda dengan pendapat sebelumnya, menurut Hamel dan Prahalad

(Nimmo,2005:121), pengertian strategi adalah “tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan”. Strategi lebih mengarah pada tindakan yang

akan dilakukan dalam mencapai tujuan.

Menurut Mintzberg (2007) yang dikutip dalam Morisanny (2001), konsep

strategi mencakup lima arti yang saling terkait, dimana strategi adalah

suatu:

1. Perencanaan untuk semakin memperjelas arah yang ditempuh

organisasi secara rasional dalam mewujudkan tujuan-tujuan jangka

panjangnya.

2. Acuan yang berkenaan dengan penilaian konsistensi ataupun

inkonsistensi perilaku serta tindakan yang dilakukan oleh organisasi.

3. Sudut yang diposisikan oleh organisasi saat memunculkan

aktivitasnya.

4. Suatu perspektif yang menyangkut visi yang terintegrasi antara

organisasi dengan lingkungannya yang menjadi batas bagi

aktivitasnya.

5. Rincian langkah taktis organisasi yang berisi informasi untuk

mengelabui para pesaing.

39

Sedangkan menurut Peter Schroder (2010) , strategi politik adalah strategi

yang digunakan untuk merealisasikan cita-cita politik. Contohnya adalah

pemberlakuan peraturan baru, pembentukan suatu struktur baru dalam

administrasi pemerintahan, atau dijalankannya program deregulasi, privatisasi

atau desentralisasi. Pengalaman membuktikan bahwa langkah semacam itu

biasanya tidak direncanakan secara cukup matang, baik oleh partai politik

maupun oleh pemerintah.

Jika tidak mungkin banyak proyek yang gagal. Dalam praktiknya, seringkali

hasil proyek dan perencanaan yang demikian mengakibatkan masyarakat

pertama-pertama berusaha memberikan perlawanan, kemudian tidak menaati

peraturan , dan bahkan sama sekali tidak mengakui keberadaan peraturan

tersebut. Karena mereka berpendapat bahwa pemerintah terlalu lemah untuk

menerapkan peraturan itu.

Sebuah petunjuk akan adanya kekurangan dalam perencanaan strategis di

dalam pemerintahan dan administrasi adalah absennya instansi pengawas

strategis. Meskipun lembaga pegawas keuangan eksis di banyak negara dan

juga berfungsi dengan baik di beberapa negara , namun control strategis tidak

ada. Hal tersebut biasanya dikarenakan karena para politikus merasa malu

untuk mendefinisikan tujuan-tujuan strategis dan taktis mereka, karena

mereka takut bahwa nantinya mereka pun akan diukur.

40

Strategi-strategi politik penting bukan hanya untuk partai politik dan

pemerintah juga tetapi juga untuk organisasi non-pemerintahan (Non-

Govemmental Organization/NGO) yang juga aktif dalam politik semua NGO,

baik serikat buruh , kelompok pejuang lingkungan hidup, organisasi HAM,

dsb. Membutuhkan strategi untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka.

Tanpa strategi politik perubahan jangka panjang atau proyek-proyek besar

sama sekali tidak dapat diwujudkan. Sebagai contoh dalam program

desentralisasi, yakni dalam pemberlakuan tingkatan pemerintahan atau

otonomi daerah, harus ada perencanaan yang jelas. Beberapa aspek sekaligus

perlu dipertimbangkan dalam perencanaan ini. Kewenangan pemerintah

daerah, bentuk organisasinya, pendanaannya, pemilihan medatarisnya atau

wakil-wakil rakyatnya.

Pemilihan pejabat pemerintahan dan sebagainya. Hanya dengan sebuah

perencanaan yang menyeluruh dan dengan strategi jangka panjang saja,

kesalahan-kesalahan yang terjadi berulang kali di

berbagai negara dapat dihindari.

41

E. Lembaga Legislatif (DPRD)

1. Pengertian DPRD

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) adalah salah satu lembaga tinggi

negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang merupakan lembaga

perwakilan rakyat dan memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang.

DPRD memiliki fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. DPRD terdiri

atas anggota partai politik peserta pemilihan umum, yang dipilih berdasarkan

hasil Pemilihan Umum.

Masa jabatan anggota DPRD adalah 5 tahun, dan berakhir bersamaan pada

saat anggota DPRD yang baru mengucapkan sumpah atau janji. Sedangkan

menurut Mirriam Budiardjo (2008:315) badan legislatif, atau legislature

mencerminkan salah satu fungsi badan itu, yaitu legislate, atau yang membuat

undang-undang. Namun , nama lain yang sering dipergunakan adalah

assembly yang mengutamakan unsur “berkumpul” untuk membicarakan

masalah-masalah publik. Nama lain lagi adalah parliament, suatu istilah yang

menekankan unsur bicara dan merundingkan.

Menurut Undang-Undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

DPRD Merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan

sebagai unsur penyelenggaraan pemerintah daerah.

42

2. Kedudukan DPRD

Kedudukan DPRD Berdasarkan Pasal 40 UU. No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa “DPRD merupakan lembaga

perwakilan rakyat daerah dan berkedudukan sebagai unsure penyelenggaraan

pemerintah daerah.

3. Fungsi Lembaga DPRD

Menurut Calvin Mackenzie (Paimin 2005: 39-40), menyatakan bahwa

lebaga perwakilan rakyat mempunyai tiga fungsi utama yaitu:

1. Legislation, adalah fungsi legislasi. Peran pembuatan undang-undang ini

dilakukan melalui dileberasi, yaitu sebuah proses yang mencakup

pengumpulan informasi yang komprehensif. Diskusi panjang negoisasi,

kompleks, dan berbelit-belit. Tawar-menawar politik diantara lawan-

lawan sangat kuat. Kebanyakan undang-undang merupakan produk

kompromi. Kompromi biasanya memperlemah dampak penuh dari

undang-undang tersebut untuk memenangkan cukup dukungan guna

menjamin pengesahannya. Karakter dari proses pembuatan undang-

undang juga mempunyai keuntungan dalam melegitimasi keputusan-

keputusan pemerintah.

43

2. Representation, adalah fungsi representative. Fungsi semacam ini,

perwakilan dipakai sebagai dasar dari konsep teori demokrasi.

Masyarakat yang demokratis menyerahkan kebebasan pribadi mereka

kepada pemerintah. Dalam suatu pemerintahan yang demokratis,

partisipasi terjadi melalui proses perwakilan. Kebanyakan orang diwakili

oleh anggota lembaga Perwakilan Rakyat yang pekerjaannya adalah

mengartikulasikan keprihatinan mereka dan melindungi kepentingan

mereka ketika kebijakan publik dibuat.

3. Administrative oversight, adalah fungsi administrartif. Mengawasi atau

mengontrol adalah hal yang sangat penting dalam Lembaga Perwakilan

Rakyat. Kita menganggapnya sebagai fungsi pengawasan administrative.

Ini adalah proses lembaga legislatif meninjau ulang maupun mengubah

tindakan-tindaka dari badan eksekutif.

Menurut Armen Yasir (2010:17) Dewan Perwakilan Daerah adalah lembaga

perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga fungsi, yaitu:

a. Regulator

Mengatur seluruh kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan- urusan

rumah tangga daerah (otonomi) maupun urusan-urusan pemerintah pusat

yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan)

b. Policy Making

44

Merumuskan kebijakan pembangunan dan perencanaan program-program

pembangunan di daerahnya

c. Budgeting

Perencanaan angaran daerah (APBD) Dalam perannya sebagai badan

perwakilan, DPRD menempatkan diri selaku kekuasaan penyeimbang

(balanced power) yang mengimbangi dan melakukan kontrol efektif

terhadap Kepala Daerah dan seluruh jajaran pemerintah daerah.

4. Tugas dan wewenang DPRD

Menurut Pasal 42 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, DPRD mempunyai tugas dan wewenang sebagai

berikut:

1. Membentuk Perda yang dibahas dengan kepala daerah untuk

mendapat persetujuan bersama.

2. Membahas dan menyetujui rancangan Perda tentang APBD

bersama dengan kepala daerah.

3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan

peraturan perundang-undangan lainnya, peraturan kepala daerah,

APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan

program pembangunan daerah, dan kerja sama internasional di

daerah.

45

4. Mengusulkan peningkatan dan pemberhentian kepala

daerah/wakil kepala daerah kepada Presiden Melalui menteri

Dalam Negeri melalui Gubernur bagi DPRD Kabupaten/Kota.

5. Memilih wakil kepala daerah dalam hal terjadi kekosongan

jabatan wakil kepala daerah.

6. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah

daerah terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

7. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama

internasional yang dilakukan oleh pemerintah daearah.

8. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban kepala daerah

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

9. Membentuk panitia pengawas pemilihan kepala daerah.

10. Melakukan pengawasan dan meminta laporan KPUD dalam

penyelenggaraan pemilihan kepala daerah.

11. Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama antar daerah

dan dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat dan daerah.

5. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah konsep yang terjadi dari hubungan antara sebab akibat

atau kausal hipotesa antar variabel bebas dan variabel terikat atau tidak bebas

dalam rangka memberikan jawaban terhadap permasalahan yang sedang

diselidiki (Sukardi, 2005:92).

46

Perempuan diranah politik partisipasi politiknya sangat lah rendah adanya

ketidaksetaraan gender ini akhirnya menimbulkan berbagai ketidakadilan pada

kaum perempuan, membuat sebagian perempuan merasa dirinya tidak pantas

memimpin. Perempuan dianggap sebagai sosok yang lemah yang tidak

mampu memimpin dan ikut campur dalam kebijakan, termasuk dalam

berpolitik. Pada akhirnya pemerintah mengeluarkan Peraturan UU Nomor 2

Tahun 2008 yang memuat kebijakan tentang tuntutan pemenuhan kuota 30 %

keterwakilan perempuan dalam partai politik, khsusnya dilembaga legislatif .

Faktanya keterwakilan perempuan di Indonesia dalam ranah politik tetap

sangat minim, kuota 30% pun belum terpenuhi .

Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka pikir dalam penelitian ini dapat

diilustrasikan dengan gambar berikut ini :

47

Sumber: diolah oleh Peneliti Tahun 2018

Bagan 1. Bagan Kerangka Pikir

Masalah yang terjadi

legislatif perempuan periode 2009-2014 : 6 orang (13%)

legislatif perempuan periode 2014-2019 : 5 orang (10%)

Ketimpangan Gender

Perbedaan perlakuan antara perempuan & laki-

laki menurut Elly M. Setiadi dan Usman Kolip

(2015:880-882) :

1. Lingkungan Keluarga

2. Lingkungan Pendidikan

3. Lingkungan Pekerjaan

4. Di Dalam Struktur Sosial

DPRD

48

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis strategi anggota

legislatif perempuan dalam pemberdayaan pendidikan politik pada kaum

perempuan di Kabupaten Lampung Timur. Menurut David Williams

(Moleong, 2011:5) penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu

latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh

orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.

Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang disebut juga sebagai penelitian

naturalistic (alamiah) karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting), disebut juga metode ethnographykarena pada

awalnya metode ini lebih banyak digunakan pada bidang atropologi budaya.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bersifat interaktif dengan sumber

data yang valid agar data yang dianalisis memperoleh makna.

Penulis memilih jenis penelitian ini agar data dan hasil penelitian yang

diperoleh sesuai dengan kondisi dilapangan. Menurut pendapat Moleong

49

(2011 : 3), penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang maupun perilaku

yang diteliti.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif,

yaitu pendekatan yang dilakukan secara mendalam kepada para informan

yang terlibat dalam penelitian ini. Diaman peneliti akan terjun langsung ke

lingkungan tempat dimana informan berada sehingga peneliti benar-benar

mengetahui situasi dan kondisi di lapangan. Peneliti menggunakan

pendekatan ini karena data yang diperoleh diharapkan akan sangat alami dan

tidak berbeda dari kondisi lapangan.

Sementara menurut M. Nazir (1998:63) mengenai penelitian deskriptif

dikatakan :“Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

sekelompok manusia, objek serta kondisi, suatu system pemikiran ataupun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

membuat deskripsi, gambaran secarasistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.”

Pada penelitian ini, peneliti akan terjun langsung untuk mengamati keadaan

yang terjadi dan melakukan wawancara kepada narasumber yang menjadi

fokus penelitian yang berkaitan dengan strategi pemberdayaa perempuan

dalam kampanye pemilu oleh DPD Partai Demokrat sehingga peneliti mampu

50

menggambarkan dan mendeskripsikan apa yang dapat dipaparkan dari

penelitian yang dilakukan.

B. Fokus Penelitian

Hasil kegiatan pembatasan masalah dalam penelitian kualitatif naturalistik

adalah fokus penelitian. Pertimbangan mengapa perlu ada fokus masalah

penelitian setidaknya ada dua hal yang dapat disebutkan, yaitu pembatasan

kajian dan pemenuhan kriteria inklusif. Fokus penelitian dalam penelitian ini

adalah untuk melihat bagaimana strategi calon legislatif perempuan dalam

pemberdayaan pendidikan politik yang dilakukan pada kaum perempuan.

Melalui pemberdayaan pendidikan politik yang dilakukan oleh anggota

legislatif perempuan bergunauntuk menghasilkan perempuan-perempuan yang

mampu meningkatkan kuota 30% di ranah legislatif.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana objek penelitian dapat

ditemukan. Lokasi penelitian ini bertempat di Kantor Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Lampung Timur yang berada di Sukadana Ilir,

Sukadana Lampung Timur. Alasan memilih lokasi penelitian ini karena

DPRD merupakan kantor pusat yang ada di Provinsi Lampung Timur dan

51

membawahi beberapa Tokoh Masyarakat yang ada di kabupaten Lampung

Timur.

Sehingga informasi yang didapat, mewakili keseluruhan informasi yang

dibutuhkan khususnya mengenai pemberdayaan pendidikan politik perempuan

oleh anggota legislatif perempuan.. Tempat lain yang digunakan dalam

penelitian ini adalah beberapa tempat yang disarankan oleh para narasumber

untuk bertemu dan melakukan wawancara dengan peneliti, misalnya di rumah

ataupun kantor.

D. Jenis Data

Penelitian ini perlu didukung dengan adanya data yang akurat dan lengkap.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Data Primer Menurut

Bungin (2004:122), data primer adalah data yang langsung diperoleh dari data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Wawancara dan

pengamatan secara langsung yang dilakukan peneliti kepada beberapa

narasumber di lokasi penelitian dengan menggunakan wawancara terbuka.

Data Sekunder Yang dimaksud dengan data sekunder menurut Bungin

(2004:122) adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber

sekunder dari data yang dibutuhkan. Data sekunder dalam penelitian ini dapat

berupa data-data yang berasal dari artikel dan karya ilmiah yang

dipublikasikan di internet maupun di perpustakaan Unila serta literature

52

lainnya yang berkaitan dengan strategi pemberdayaan perempuan dalam

kampanye pemilu.

E. Sumber Data

Menurut Imam Suprayogo (2001), jenis sumber data dalam penelitian

kualitatif terbagi atas narasumber (informan), peristiwa atau aktifitas, tempat

atau lokasi, dan dokumen. Sumber data yang dimaksudkan dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Narasumber (informan) Narasumber dalam hal ini yaitu orang yang bisa

memberikan informasi lisan tentang sesuatu yang ingin diketahui oleh

peneliti. Informan dalam penelitian ini yaitu Lima Anggota Legislatif

Perempuan Kabupaten Lampung Timur dan beberapa Kaum Perempuan di

Kabupaten Lampung Timur.

2. Peristiwa atau aktifitas

Data atau informasi juga dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap

peristiwa atau aktifitas yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Peristiwa yang menjadi sumber data yaitu kegiatan pemberdayaan

pendidikan politik perempuan dan kegitan lain yang berhubungan dengan

strategi pemberdayaan pendidikan politik perempuan oleh anggota

Legislatif Perempuan Lampung Timur. Dari peristiwa atau aktifitas ini

53

peneliti bisa mengetahui proses mengenai bagaimana sesuatu dapat terjadi

secara lebih pasti.

3. Tempat atau lokasi

Informasi kondisi dari lokasi peristiwa atau aktifitas yang dilakukan dapat

digali melalui sumber lokasinya. Dengan melihat kondisi lingkungan

sekitar, peneliti bisa secara cermat mengkaji dan menarik kemungkinan

kesimpulan. Lokasi penelitian terletak di Kantor DPRD Kabupaten

Lampung Timur, yang beralamat di Sukadana Ilir, Sukadana, Lampung

Timur.

4. Dokumen

Dokumen merupakan bahan tertulis atau benda yang berkaitan dengan

suatu peristiwa atau aktifitas tertentu. Dokumen bisa berupa rekaman atau

bahan tertulis seperti arsip, database, suratsurat, rekaman, gambar, atau

benda- benda peninggalan yang berkaitan dengan suatu peristiwa. Karena

banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diteliti dan dipahami atas

dasar dokumen atau arsip.

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh informasi melalui

dokumen-dokumen milik Kantor DPRD Lampung Timur yang berkaitan

dengan aksesibilitas anggota legislatif perempuan dalam pemberdayaan

pendidikan politik oleh kaum perempuan tersebut. baik dokumen

mengenai struktur kepengurusan DPRD, divisi dan program-program dan

hasil yang telah dicapai oleh DPRD Lampung Timur.

54

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian kualitatif terdapat banyak metode dalam mengumpulkan data

penelitian. Pada penelitian ini peneliti menggunakan tiga tenik pengumpulan

data yaitu :

1. Teknik Wawancara

Definisi wawancara menurut Masri Singarimbun (1989 : 192),

“wawancara adalah suatu proses tanya jawab antara dua orang atau lebih

secara langsung, baik secara berhadapan maupun melalui media, keduanya

berkomunikasi langsung baik terstruktur maupun tidak terstruktur.”

Peneliti menggunakan teknik wawancara dengan tujuan akan memperoleh

data atau informasi yang dibutuhkan dalam penelitian langsung dari

narasumber yang bersangkutan dan mengetahui tentang peristiwa tersebut,

sehingga antara pertanyaan dan jawaban dapat diperoleh secara langsung

dalam suatu konteks kejadian secara timbale balik.

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka dimana

peneliti dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyan kepada narasumber.

Pertanyaan dapat dikembangkan sesuai dengan jawaban yang diberikan

dari hasil wawancara tersebut.

55

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan adalah dengan maksud untuk melengkapi

hasil data yang diperoleh melalui teknik wawancara dan pengamatan yang

telah dilakukan sebelumnya. Dokumentasi dilakukan dengan cara

menyimpan berbagai kegiatan dalam penelitian yang bersisi proses dan

hasil penelitiannya melalui berbagai media, misalnya dokumentasi melalui

alat perekam suara atau video serta dokumentasi melalui pengambilan

gambar dengan kamera.

3. Pengamatan partisipatif (observasi)

Menurut Darmayanti Zuchdi (1997 : 7), pengamatan mempunyai maksud

bahwa pengumpulan data yang melibatkan interaksi sosial antara peneliti

dengan subjek penelitian maupun informan dalam suatu proses

pengumpulan data harus dilakukan secara sistematis tanpa menampakkan

diri sebagai peneliti. Dalam hal ini peneliti tidak memandang informan

sebagai subjek penelitian melainkan sebagai teman, antara peneliti dan

informan kedudukannya menyatu (Noeng Muhadjir, 1996: 125). Melalui

teknik pengamatan ini, peneliti berusaha memperoleh informasi yang

sebenarnya tanpa menampakkan diri sebagai peneliti.

Hal ini bertujuan agar para informan memberikan informasi yang jujur

dan tidak menutupi kebenaran yang ada. Peneliti berusaha mendapatkan

informasi dengan mengamati langsung peristiwa yang terjadi, lokasi

56

penelitian maupun kondisi yang terjadi dilapangan. Dengan menggunakan

tiga metode ini, diharapkan data yang diperoleh dalam penelitian ini sesuai

dengan kondisi di lapangan, data hasil wawancara dan pengamatan akan

dibandingkan atau dilengkapi dengan hasil dari dokumentasi sehingga

data yang diperoleh dalam penelitian ini benar- benar valid.

G. Penentuan Informan

Informan dalam peelitian ini ditentukan berdasarkan keperluan dalam

peneitian ini. Informan yang diperlukan untuk memperoleh data primer yaitu

antara lain :

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terpilih oleh peneliti

untuk memaparkan permasalahan yang diangkat oleh peneliti dalam penelitian

mengenai perempuan dalam politik studi anggota legislatif perempuan di

DPRD Lampung Timur.

Dalam penelitian ini, informan yang terpilih sebanyak 5 orang anggota

legislatif perempuan di DPRD Lampung Timur yang berasal dari partai yang

berbeda-beda.

Berikut ini adalah identitas informan yang terlibat dalam penelitian ini :

1. Nama : Hj. Nanik Hermin Astuti, A.Md

Umur : 48 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2014-2019

57

Alamat : Gunung Pasir Jaya, RT/RW 005/008 Sekampung

Udik

2. Nama : Sukartini

Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2014-2019

Alamat : Dusun V, RT/RW 023/010 Kec. Bandar Sribawono

3. Nama :Arifah Trisyanti

Umur : 46 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2014-2019

Alamat : Dusun Dwi Sakti RT/RW 017/006 Kec. Way Jepara

4. Nama : Merry Hutasoit

Umur : 36 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2014-2019

Alamat : Desa Negeri Tua RT/RW 005/002 Kec. Marga Tiga

5. Nama : Ela Siti Nuryamah

Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2014-2019

Alamat : Karang Anom RT/RW 001/004 Kec. Wawai Karya

6. Nama : Dr. Bartoven Vivit Nurdin, S.Sos., M.Si

Jenis Kelamin : Perempuan

58

Umur : 42 Tahun

Pekerjaan : Dosen Sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik di Universitas Negeri Lampung

Jabatan : Asisten Ahli

Pendidikan : S-3

Alamat : Bandar Lampung

H. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan suatu teknik dalam penelitian kualitatif yang

dilakukan setelah data lapangan terkumpul. Setelah data yang diperoleh dari

lapangan dikumpulkan, maka tahap selanjutnya adalah dengan mengolah data.

Teknik yang digunakan dalam pengolahan data pada pelaksanaan penelitian

ini adalah :

1. Editing Editing digunakan untuk meneliti kembali data yang telah

diperoleh di lapangan. Wawancara serta dokumentasi yang telah peniliti

dapatkan di lapangan, akan dilakukan pengolahan editing sehingga

mendapatkan bahasabahasa yang lebih verbal. Penggunaan bahasa yang

baik akan menjadikan penelitian ini menjadi mudah dimengerti oleh

pembaca.

59

2. Interpretasi

Intepretasi akan memberikan penjabaran atas hasil penelitian sehingga

menghasilkan makna yang lebih luas dengan menghubungkan jawaban

yang diperoleh dengan data lain. Dalam pengolahan interpretasi, peneliti

memberikan penjabaran - penjabaran melalui apa yang didapatkan oleh

dalam penelitian dalam tahap pengumpulan data. Tahap selanjutnya,

peneliti menuangkan semua informasi yang peneliti dapatkan dan lalu

menuangkannya dalam bentuk laporan guna memberikan informasi

kepada pembaca.

I. Teknik Analisis Data

Proses analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982)

merupakan ”upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah–milahnya menjadi satuan yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain”.

Setelah data diperoleh dari hasil penelitian, maka tahap selanjutnya adalah

analisis data. Menurut Mile dan Huberman (Salim,2006:20-24) menyebutkan

ada tiga langkah dalam teknik analisis data kualitatif, yakni reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan. Berikut ini adalah teknik

pengolahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif :

60

1. Reduksi Data Kegiatan reduksi data dimulai dengan menelaah seluruh

data yang tersedia dari berbagai sumber. Setelah dikaji, peneliti membuat

rangkuman untuk setiap pertemuan dengan responden. Dari rangkuman

yang dibuat ini, kemudian peneliti melakukan reduksi data yang

mencakup proses memilih data, menyusun data dan membuat koding.

Kegiatan lain yang dilakukan adalah memfokuskan, menyederhanakan

dan mentransfer data dari data kasar ke catatan lapangan.

2. Menampilkan Data Tahap selanjutnya dalam proses pengoahan data

kualitatif adalah tahap dimana peneliti berusaha menyusun data yang

relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki

makna tertentu dengan cara menampilkan dan membuat hubungan

antarvariabel atau fenomena yang terjadi agar peneliti lain atau pembaca

laporan penelitian mengverti dengan apa yang telah terjadi dan apa yang

perlu ditindaklanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

3. Verifikasi Data Pada tahap veriFikasi, peneliti berusaha menggambarkan

atau menjelaskan kesimpulan yang memiliki makna. Ada dua teknik

dalam verifikasi data, yakni teknik memaknai dan teknik mengkonfirmasi

makna.

a. Teknik Memaknai Mengelompokkan data sesuai dengan bagian -

bagiannya, melihat keterkaitan antar data, membangun rantai logika

dan akhirnya membangun konsep-konsep dari teori yang bervariasi.

61

b. Teknik Mengkonfirmasi Data Memahami makna dengan mengetahui

kualitas datanya. Setiap data yang tidak memenuhi persyaratan

dipisahkan. Dalam tahap ini peneliti juga meyakinkan kualitas

kesimpulan yang ada. Diharapkan peneliti akan memperoleh informasi

yang dapat digunakan untuk mendukung tercapainya tujuan penelitian.

62

BAB IV. GAMBARAN UMUM

A. DPRD Lampung Timur

1. Visi dan Misi DPRD Lampung Timur

a. Visi DPRD Lampung Timur

Terwujudnya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Lampung Timur yang aspiratif, demokratis, profesional, dan

proporsional dalam rangka memperkuat Tata Pemerintahan Daerah

Otonomi yang harmonis, dinamis, adil, dan sejahtera.

b. Misi DPRD Lampung Timur

1) Mewujudkan DPRD Kabupaten Lampung Timur sebagai soko

guru kehidupan demokrasi bagi penyelenggaraan tata

pemerintahan daerah yang kokoh.

2) Mewujudkan DPRD Kabupaten Lampung Timur sebagai

lembaga yang profesional, proporsional dan berkualitas;

3). Mewujudkan DPRD Kabupaten Lampung Timur sebagai lembaga

yang aspiratif untuk menunjang tata kehidupan berkeadilan dan

sejahtera bagi masyarakat Lampung Timur.

63

4). Menjadikan DPRD Kabupaten Lampung Timur sebagai lembaga

perjuangan untuk optimalisasi pelayanan publik.

5). Menjadikan DPRD Kabupaten Lampung Timur sebagai lembaga

pengambil kebijakan publik dan keputusan politik yang

berkualitas

2. Tugas dan Fungsi DPRD

a. Tugas DPRD

1) Membentuk peraturan daerah bersama bupati/walikota.

2) Membahas dan memberikan persetujuan rancangan peraturan daerah

mengenai rancangan APBD.

3) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah

dan APBD.

4) Mengusulkan pengangkatan atau pemberhentian bupati/ wakil bupati.

5) Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah daerah

kabupaten terhadap rencana perjanjian internasional di daerah.

6) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama internasional

yang dilakukan oleh pemerintah daerah.

7) Meminta laporan keterangan pertanggung jawaban bupati dalam

menyelenggarakan pemerintahan daerah kabupaten.

8) Memberikan persetujuan terhadap rencana kerjasama dengan daerah

lain/ dengan pihak ketiga yang membebani masyarakat daerah.

9) Mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah.

64

10) Melaksanakan tugas dan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan.

b. Fungsi DPRD

1) Legislasi, Membentuk peraturan daerah bersama bupati.

2) Anggaran, Menyusun dan menetapkan APBD bersama pemerintah

daerah.

3) Pengawasan, Mengawasi terhadap UU peraturan daerah, keputusan

bupati dan kebijakan yang di tetapkan oleh pemerintah.

3. Susunan Kepengurusan DPRD Lampung Timur 2014-2019

Ketua Umum : Hi. Ali Johan Arif, SE.,M.Si

Wakil Ketua : Ela Siti Nuryamah, S.,Sos

Wakil Ketua : Hendri Nur Hadi, SP

Wakil Ketua : Hi. Yusran Amirullah. SS,SE

Sekertaris : Azwar Hadi

Wakil Sekertaris : Paryoto

Bendahara : Nawawi Iskandar

Wakil Bendahara : Andri

Didirikan : 16 Agustus 1999

Alamat kantor : Jln. Buay Nunyai Sukadana-Lampung Timur

Ideology : Pancasila

Situs web : sekretariatdprd.lampungtimurkab.go.id

65

4. Sejarah DPRD Lampung Timur

Terbentuknya Kabupaten Lampung Timur berdasarkan UU NO. 12 Tahun

1999 tentang Pembentukan kabupaten Dati II Way Kanan, Kabupaten Dati

II Lampung Timur dan Kota Madya Dati II Metro (Lembaga Negara RI

Tahun 1999 No: 46, Tambahan Lembaga Negara RI NO.3825).

a. Berdasarkan UU NO. 3 Tahun 1999 tentang pemilihan umum dan

keputusan Gubernur Lampung No:6/274/B/II/HK/1999/Tanggal 16

Agustus 1999 Tentang Peresmian keanggotaan DPRD Kabupaten

Lampung Timur. Anggota-anggota DPRD Kabupaten Lampung Timur

Periode 1999-2004 berjumlah 45 orang, dengan unsur pimpinan :

Ketua : Hi. ISMAIL SANJAYA

Wakil Ketua I : Hi. SONY SOEMARSONOFOTO

Wakil Ketua II : ALI AMAN SAID BA

Wakil Ketua III : Hi. ABDUL KARIM ISMAIL, SH.

b. Berdasarkan UU NO. 12 Tahun 2003 tentang pemilihan umum anggota

DPR, DPD, DPRD, dan hasil pemilu Anggota DPRD Kabupaten

Lampung Timur Periode 2004-2009 berjumlah 45 orang, dengan unsur

pimpinan:

Ketua : KETUT ERWAN, SH.

Wakil Ketua I : Hi. AMINTOHARI, S. Pd. I

Wakil Ketua II: Hi. Drs. MAESUS FATHONI

66

c. Berdasarkan UU NO. 10 Tahun 2008 tentang pemilihan umum anggota

DPR, DPD, DPRD, dan hasil pemilu anggota DPRD Kabupaten Lampung

Timur Periode 2009-2014 berjumlah 45 orang, dengan unsure pimpinan :

Ketua : ALI JOHAN ARIF, SE. M. Si.

Wakil Ketua I : Hi. AZWAR HADI, SE, M.Si

Wakil Ketua II : Hi. ZAIFUL BUKHORI, ST, MM.

Wakil Ketua III : Hi. PRIO BUDI UTOMO, S.Hut.

67

5. Kedudukan dan Susunan Organisasi DPRD Lampung Timur

Gambar. 1 Struktur Organisasi Sekretariat DPRD Kabupaten

Lampung Timur

Bagian legislasi

SEKERTARIS DEWAN

Bagian Umum

Ss sub bagian tata usaha

sub bagian humas

Sub bagian RT

Bagian Persidangan &

Risalah

Sub bagian Persidangan

Sub bagian alat

kelengkapan

dewan

Sub bagian perundangan

Sub bagian kajian

hukum

Sub bagian dokumentasi

& Perpustakaan

Bagian keuangan

Sub bagian anggaran &

Perjalanan dinas

Sub bagian perbendaharaan

Sub bagian pembukuan

& verifikasi

68

6. Susunan Pengurus anggota dewan perwakilan rakyat (DPRD) di

Lampung Timur periode 2014-2019

Gambar. 2 Ikatan Keluarga Anggota Dewan (IKAD) 2014-2019)

Ketua IKAD

Ny. Ali Johan Arif

Wakil Ketua IKAD

Ny. Ela siti Nurmayah

Ny. Hendri Nur Hadi

Ny. Yusran Amirullah

P E L I N D U N G

Hi. Ali Johan Arif, SE.,M.Si

Ela Siti Nuryamah

Hendri Nur Hadi

Hi. Yusran Amirullah. SS, SE

P E N A S E H A T

Ny. Ela siti Nurmayah, S.Sos.I

Ny. Sukartini

Ny. Hj. Nanik Hermin Astuti, A.md

Ny. Merry Hutasoit

Ny. Arifah Trisyanti, SE, M.Si

B E N D A H A R A

Ny. Nawawi Iskandar

WAKIL BENDAHARA

Ny. Andri

S E K E R T A R I S

Ny. Azwar Hadi

WAKIL SEKERTARIS

Ny. Paryoto

SEKSI ORGANISASI

Ketua : Ny. Jamsari

Anggota :

1. Ny. Jamanudin

2. Ny. Antonius

3. Ny.Akmal Fatoni

4. Ny. Ahmad Basuki

5. Ny. Muslih

6. Ny. Ismail Jafar

SEKSI SOSIAL

Ketua : Ny. Adi Safri

Anggota :

1. Ny. Marhasan

2. Ny. Purwianto

3. Ny.Yudistira

4. Ny. Mujoko

5. Ny. Miswanto

6. Ny. Nasrudin

SEKSI SENI BUDAYA

Ketua :Ny.Sucipto

Anggota :

1. Ny. Rohmad

2. Ny. Taufik Gani

3. Ny. Marwazi

4. Ny. Nur fauzan

5. Ny. Erwanda

6. Ny. Asnawi

7. Ny. Agus

SEKSI HUMAS

Ketua :Ny. Zaiful

Anggota :

1. Ny. Gunawan

2. Ny. Made

3. Ny. Djoko

4. Ny. Teguh

5. Ny. Azhohiri

6. Ny. Abdul

7. Ny. Sudibyo

SEKSI EKONOMI

Ketua :Ny. Hasanudin

Anggota :1. Ny. Gede 2. Ny. Wayan 3. Ny. Maryono

4. Ny. Rustam 5. Ny. Sujoto 6..Ny. Ali HS. 7. Ny. Hendrik

69

7. Data Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Lampung Timur.

Tabel 3.1. Jumlah Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Menurut Partai Politik dan Jenis Kelamin di Kabupaten Lampung

Timur 2016

NO PARTAI

POLITIK

JENIS KELAMIN

LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 GOLKAR 5 1 6

2 PDIP 9 - 9

3 PKS 6 1 7

4 PKB 7 2 9

5 PAN 3 - 3

6 GERINDRA 6 - 6

7 NASDEM 5 1 6

8 DEMOKRAT 5 - 5

Tabel 3.2. Susunan dan Fraksi Keanggotaan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah Kabupaten Lampung Timur 2016

NO URAIAN JUMLAH

(ORANG)

KETERANGAN

A SUSUNAN

1 Ketua 1 Ketua

2 Wakil Ketua 3 Wakil Ketua

3 Komisi

I 11 Komisi I

II 11 Komisi II

III 15 Komisi III

IV 13 Komisi IV

B FRAKSI-

FRAKSI

Anggota

1 GOLKAR 6 Anggota

2 PDIP 9 Anggota

3 PKB 9 Anggota

4 PKS 7 Anggota

5 PAN 3 Anggota

6 GERINDRA 6 Anggota

7 NASDEM 6 Anggota

8 DEMOKRAT 5 Anggota

70

Tabel 3.3. Susunan Keanggotaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten

Lampung Timur Tahun 2016 NO URAIAN

NAMA JABATAN

1 UNSUR PIMPINAN 1. Hi. Ali Johan Arif, S.E,M.Si

2. Ela Siti Nur Yamah, S.Sos

3. Hendri Nurhadi, S.P

4. Hi. Nawawi Iskandar, S.E

Ketua

Wakil Ketua

Wakil Ketua

2 KOMISI 1 1. Ermada Gunawan

2. Hi. Najamudin

3. Edi Prabowo

4. Wayan Surya Utama

5. H.M. Paryoto, S.Pd

6. Hj. Sukartini

7. Hi. Adi Safri Marta, S.Ag

8. Merry Hutasoit

9. Rustam Efendi

10. Sudibyo. S.IP

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

3 KOMISI II 1. Gede Suartiyase

2. Asnawi

3. Agus, S.Kom

4. Hi. Gunawan, S.E

5. Drs. Jamsari

6. Ismail Ja‟far , Lc

7. A. Azzohiri. ZA, S.Pd. I

8. Hasanudin

9. Ali HS

10. Hi. Rohmad Masryuri, S.Sos

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

4 KOMISI III 1. Hi. Andri, S.E, M.Si

2. Hi. Teguh Suyatman

3. Mujoko, S.E, M.Si

4. Hi. Djoko Pramono, B.Sc

5. Antonius Gatot Suyatman

6. Ahmad Basuki, S.Pd

7. Maryono HS, S.Pd

8. Nur Fauzan, S.P

9. Marwazi

10. Hi. Azwar Hadi, S.E, M.Si

11. Hi. Suciptanto Yudha, S.H

12. Taufik Gani, S.E

13. Hi. Abdul Wahid S.T

Ketua

Wakil ketua

Sekertaris

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

5 KOMISI IV 1. Hi. Nanik Hermin, Amd

2. Miswanto, S.E

3. Arifah Trisyanti

Ketua

Wakil Ketua

Sekertaris

71

4. Made Tangkas, B.Sc

5. M. Akmal Fatoni

6. Nasrudin

7. Muslih Haryono, S.P

8. Faizal Riza

9. Marhasan

10. Purwianto, S.Pd

11. Yudistira Harry WA, S.T

12. Hendrik Kurniawan, S.T

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Tabel 3.4. Daftar Anggota Legislatif DPRD Lampung Timur 2014-2019

NO Nama Partai Politik No.

Urut

Daerah

Pemilihan

1 Hi. Yusran Amirullah, SE Nasdem 1 1

2 Faizal Risa Nasdem 2 1

3 Maryono HS PKS 4 1

4 Nur Fauzan, S.Pt PKS 1 1

5 H. Ali Johan Arif, SE. M.Si PDIP 1 1

6 Purwianto, S.Pd Golkar 1 1

7 Yudistira Harry. W.A Gerindra 3 1

8 Mujoko, SE Demokrat 2 1

9 Nawawi Iskandar, SE PAN 1 2

10 Drs. H. Jamsari Nasdem 1 2

11 Ismail Ja‟far, Lc PKS 1 2

12 HM. Paryoto, S.Pd PKS 2 2

13 Abdul Wahid, ST PDIP 1 2

14 H. Zaiful Bokhari, ST., MM Demokrat 3 2

15 M.Akmal Fatoni PKB 1 3

16 Muslih Haryono, S.P PKS 1 3

17 Antonius Gatot Suyarso PDIP 3 3

18 Miswanto PDIP 4 3

19 Arifah Trisyanti, SE Golkar 1 3

20 Rustam Efenndi Gerindra 8 3

21 Taufik Gani, SE Demokrat 1 3

22 Hendrik Kurniawan, ST PAN 1 3

23 Ermada Gunawan Nasdem 2 4

24 Ahmad Basuki PKB 3 4

25 Adi Safri Marta, S.Ag PKS 1 4

26 Gunawan, SE PDIP 2 4

27 Sudibyo, S.I.P Golkar 1 4

28 Suciptanto Yudha , SH Gerindra 7 4

29 Sujoto, B.A Demokrat 1 4

30 Merry Hutasoit Nasdem 5 5

72

31 Ela Siti Nurmayah PKB 1 5

32 Hj. Nanik Hermin Astuti, A.md PKS 1 5

33 Made Tangkas B, ST PDIP 1 5

34 H. Djoko Pramono, BSc PDIP 2 5

35 A.Azzohirri ZA Golkar 3 5

36 Hasanudin Gerindra 7 5

37 Asnawi Nasdem 1 6

38 Sukartini PKB 1 6

39 Hendri Nurhadi, S.P PKS 1 6

40 Gede Suartiyase, ST PDIP 3 6

41 Andri, SE Golkar 1 6

42 Ali HS Demokrat 4 6

43 Rohmad Masyruri, S.Sos. I PAN 1 6

44 Marwazi Nasdem 1 7

45 Nasruddin PKB 1 7

46 Teguh Suyatman, S.Pd PKS 1 7

47 Wayan Surya Utama PDIP 2 7

48 Marhasan Golkar 5 7

59 Agus Gerindra 2 7

50 H. Najamudin PAN 3 7

Daftar Riwayat Hidup Anggota Legislatif Perempuan DPRD Lampung Timur Tahun 2014-

2019.

1. Nama : Hj. Nanik Hermin Astuti, A.Md

Tempat/Tgl Lahir : Banyuwangi, 4 Mei 1970

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

a. Nama Suami : Hi. Putut Djiwantoro

b. Jumlah Anak: 2 (dua)

No. Urut Parpol : 3 (Tiga)

Daerah Pemilihan : Lampung Timur 5

73

No.Urut Bakal Calon : 1 (Satu)

NIK : 1807124405700001

Alamat Tempat Tinggal :

RT : 005

RW : 008

Desa : Gunung Pasir Jaya

Kecamatan : Sekampung Udik

Kabupaten : Lampung Timur

Provinsi : Lampung

Riwayat Pendidikan : a. SDN Sidodadi/ 1982

b. SMP PGRI Sidodadi/ 1985

c. SMAN Way Jepara/1988

d. D3 Penyuluhan Pertanian UNILA/ 1991

Riwayat Organisasi : a. Sekertaris Muslimat NU Sekampung Udik

b. DPD PKS Kabupaten Lampung Timur

Riwayat Pekerjaan : Anggota DPRD Kabupaten Lampung Timur 2009-

2014.

2. Nama : Merry Hutasoit

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 21-08-1982

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

74

a. Nama Suami : Wahyudin, S.H

b. Jumlah Anak: 4 (empat)

No. Urut Parpol : 1 (Satu)

Daerah Pemilihan : Lampung Timur 5

No.Urut Bakal Calon : 5 (Lima)

NIK : 1807116108820002

Alamat Tempat Tinggal :

RT : 005

RW : 002

Desa : Negeri Tua

Kecamatan : Margatiga

Kabupaten : Lampung Timur

Provinsi : Lampung

Riwayat Pendidikan : a. SD N Kayuringin 1995

b. SMP N 4 Bekasi 1998

c. SMK Pami Jaya 2011

Riwayat Organisasi : a. PKK Kec. Margatiga

Riwayat Pekerjaan : -

75

3. Nama : Arifah Trisyanti

Tempat/Tgl Lahir : Magelang, 20-06-1972

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

a. Nama Suami : -

b. Jumlah Anak: 2 (dua)

No. Urut Parpol : 5 (Lima)

Daerah Pemilihan : Lampung Timur 3

No.Urut Bakal Calon : 1 (Satu)

NIK : 1807076006720001

Alamat Tempat Tinggal :

RT : 017

RW : 006

Desa : Braja Sakti

Kecamatan : Way Jepara

Kabupaten : Lampung Timur

Provinsi : Lampung

Riwayat Pendidikan : a. SD N Keji 2 Muntilan 1985

b. SMP N 3 Muntilan 1988

c. SMA N Babak Muntilan Magelang 1991

d. STIE LAMPUNG TIMUR 2006

76

Riwayat Organisasi : a. PKK Kec. Way Jepara

b. Ketua Fraksi

Riwayat Pekerjaan : a. Kepala Desa

b. Wiraswasta Bidang Travel Umroh

c. Agen Asuransi

4. Nama : Ela Siti Nuryamah

Tempat/Tgl Lahir : Tasikmalaya, 03-01-1983

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

a. Nama Suami : Hairul Mu‟min

b. Jumlah Anak: 4 (empat)

No. Urut Parpol : 2 (Dua)

Daerah Pemilihan : Lampung Timur 5

No.Urut Bakal Calon : 1 (Satu)

NIK : 18071204301830001

Alamat Tempat Tinggal :

RT : 001

RW : 004

Desa : Karang Anom

Kecamatan : Wawai Karya

Kabupaten : Lampung Timur

77

Provinsi : Lampung

Riwayat Pendidikan : a. SD N 1 Karikil 1993

b. SMP 1996

c. MAN Tasikmalaya 1999

d. UIN Sunan Gunung Djati Bandung 2008

e. TOT Pendidikan Pemilih 2010

Riwayat Organisasi : a. PB PMII 2008-2010

b. Koalisi Perempuan Indonesia 2008-2010

c. Garda BMI 2011-2013

Riwayat Pekerjaan : a. Wartawati Duta Masyarakat 2007-2008

b. Tim Asistensi BAWASLU RI 2009-2011

5. Nama : Sukartini

Tempat/Tgl Lahir : Sadar Sriwijaya, 10-04-1972

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Status Perkawinan : Kawin

a. Nama Suami : Sumeh Prasetyo

b. Jumlah Anak: 2 (dua)

No. Urut Parpol : 2 (Dua)

Daerah Pemilihan : Lampung Timur 6

78

No.Urut Bakal Calon : 1 (Satu)

NIK : 1807156004720001

Alamat Tempat Tinggal :

RT : 023

RW : 010

Desa : Sadar Sriwijaya

Kecamatan : Bandar Sribawono

Kabupaten : Lampung Timur

Provinsi : Lampung

Riwayat Pendidikan : a. SD N Bandar Agung 1985

b. MTS Sadar Sriwijaya 1988

c. SMEA Budi Utomo 1991

Riwayat Organisasi : a. Ketua PAC FATAYAT Bandar Sribawono

b. Bendahara Fatayat NU Lampung Timur

Riwayat Pekerjaan : Anggota DPRD Lampung Timur 2004-2009

123

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berkut:

1. faktor yang mempengaruhi rendahnya eksistensi perempuan dalam politik di

DPRD Lampung Timur adalah persoalan dari dalam diri perempuan itu sendiri.

Artinya, tidak banyak perempuan yang mengetahui seluk tentang dunia politik.

Selain itu, faktor lain juga disebabkan perempuan tidak mandiri secara finansial

dan perempuan masih merasa terikat dengan kewajiban mengurus keluarga.

Untuk itu, perempuan harus bisa mengubah hambatan menjadi peluang.

Perempuan harus membangun kapasitas dirinya supaya pantas menempati posisi

sebagai pemimpin.

2. Nomor urut sangat menentukan keterpilihan seorang caleg. Perempuan selalu

ditempatkan pada nomor urut bawah, sehingga kuota keterpilihannya pun

semakin kecil.

3. Dibutuhkan keseriusan parpol untuk menpersiapkan perempuan sebagai anggota

DPRD di Kabupaten Lampung Timur. Dapat diawali dengan keseriusan parpol

dalam memfasilitasi dan mempersiapkan perempuan untuk tampil di arena politik

124

dan peningkatan pendidikan politik perempuan pada masyarakat. Parpol harus

menyempurnakan skema atau pola rekrutmen kader perempuan secara

berkelanjutan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran, yaitu:

1. Mengingat tidak lama lagi pemilu untuk memilih anggota legislatif akan kembali

dilangsungkan. Tuntutan untuk meningkatkan jumlah keterwakilan perempuan

harus diimbangi dengan upaya untuk menjamin bahwa perempuan yang akan

menjadi wakil rakyat harus benar-benar berkualitas, memahami kepentingan

perempuan dan mampu memperjuangkannya.

2. Bagi pelaksana kebijakan harus lebih mengupayakan pendidikan jender ataupun

pendidikan politik melalui program pemberdayaan perempuan untuk mengubah

persepsi dan mindset masyarakat terutama bagi kaum perempuan itu sendiri yang

menganggap politik adalah sesuatu yang kejam dan dirinya tidak mampu bersaing

dengan laki-laki.

3. Strategi yang bisa dilakukan juga untuk meningkatkan kuota 30% di DPRD

Lampung Timur yaitu, dengan memberikan dana tambahan untuk caleg

perempuan dalam kampanye supaya caleg perempuan dapat menampilkankan

eksistensi nya dalam masyarakat dengan baik dan parpol juga mampu

menempatkan perempuan pada nomor urut yang strategis sehingga dalam pemilu

masyarakat tidak sulit dalam mencari nama caleg perempuan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Agus, Salim. 2006. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. TiaraWacana.Yogyakarta.

Anugrah, Astrid. 2009.Keterwakilan Perempuan dalam Politik. Pancuran Alam.Jakarta.

Arifin, Anwar. 2003. Komunikasi Politik. PT Balai Pustaka. Jakarta

Bogdan, Robert C. dan Biklen Koop Sari. 1982. Qualitative Research for educationAn Introduction to Theory and Methods. Allyn and Bacon.Boston London.

Budiarjo, Mirriam. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Budiarjo, Mirriam. 1998. Dasar-dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

Bungin, Burhan. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta.

Cholisin, Nasiwan. 2012. Dasar-dasar Ilmu Politik. Ombak.Yogyakarta.

Darmayanti, Zuchdi. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di KelasRendah.Depdikbud. Jakarta.

Elly M. Setiadi dan Usman Kolip. 2015. Pengantar Sosiologi. Prenadamedia.Jakarta.

Hafied,Cangara. 2016. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT Raja grafindi Persada.Jakarta.

Imam Suprayogo. 2001. Metodelogi Penelitian Sosial-Agama. Remaja RosdakaryaOffset. Bandung.

Kurniawati Hastuti Dewi. 2014. Perempuan Kepala Daerah. LIPI.

Miaz, Yalvema. 2012. Partisipasi Politik. UNP Press. Padang.

Moh.Nazir. 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. PT. Grasindo. Jakarta.

Moleong, Lexy. J. 2011. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdikarya.Bandung.

Muttalib, Khan. 1982. Theory of Local Goverment. MIPI. Jakarta.

Nimmo. 2005. Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. PT RemajaRosdakarya. Bandung.

Noeng,Muhadjir. 1996. Metode Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin. Yogyakarta.

Nugroho, Riant D. 2008. Gender dan Pengaruh Utamanya di Indonesia. PustakaPelajar. Yogyakarta.

Paimin. 2005. Peran dan Tanggung Jawab DPR. PT Alumni. Bandung.

Rush Michael dan Philip Althoff. 2008. Pengantar Sosiologi Politik. PT RajaGrafindoPersada. Jakarta.

Schrooder, Peter. 2010. Strategi Politik. Bentang. Jakarta.

Singarimbun, Masri dan sofian effendi. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta.

Siti Musdah Mulia. 2010.Islam dan Inspirasi Kesetaraan Gender. Kibra Prees.Yogyakarta.

Soekanto,Soerjono. 2009:212-213.Peranan Sosiologi Suatu Pengantar. RajawaliPers. Jakarta.

Sukardi. 2005. Metodelogi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. BumiAksara. Jakarta.

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Gramedia Widya Sarana. Jakarta.

Yasir, Armen. 2010. Hukum Perundang-Undangan. Lembaga Penerbitan Universitas

Lampung. Bandar Lampung.

Skripsi dan jurnal penelitian :

Ukhti Raqim, “implementasi ketentuan Kuota 30% Keterwakitan Perempuan diDPRD Kota Salatiga”, Skripsi, UUNES Universitas Negeri Semarang, Tahun2016. Di akses 6 maret 2018.

Muhammad Yusuf Pambudi. 2012. “ Perempuan Politik (studi tentang aksesibilitasperempuan menjadi anggota legislatif di kabupaten Sampang)”. JurnalUniversitas Airlangga. Surabaya.

Zaenal Mukarom. 2008. “Perempuan dan Politik (studi Komunikasi Politik tentangKeterwakilan Perempuan di Legislatif”. Jurnal Komunikasi. Mediator.

Hastanti Widy Nugroho.2017. “ Peran Politik Perempuan di Lembaga Legislatifditinjau dari Perspektif Filsafat Politik Hannah Arendt”. Jurnal PerempuanVol. 9 No. 2 Desember 2008. Yayasan Jurnal Perempuan.

Yusuf Fadli.2018.” Islam, Perempuan dan Politik (Argumentasi KeterlibatanPerempuan dalam Politik di Indonesia Pasca Reformasi”. Jurnal IlmuPemerintahan Vol.1 No.1 April 2017. Universitas Muhammadiyah Tanggerang.

Siti Nimrah dan Sakaria. 2015. “Perempuan dan Budaya Patriarki dalam Politik(Studi Kasus Kegagalan)”. Jurnal Magister Ilmu Politik Vol 1 No 2 Juli 2015.Universitas Hasanudin.

Undang-Undang:

Undang-undang No 32 Tahun 2004 dalam pasal 40, 42 tentang Pemerintah Daerah.

Undang-undangNomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik.

Undang-undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota DewanPerwakilan Rakyat.

Website:

http://www.id.undp.org/diakses pada tanggal 7 Maret2018 Pukul 14.00 WIB.https://www.kompasiana.com/diakses pada tanggal 7Maret 2018 Pukul19.08WIB.

http://kpu.go.id/ diakses pada tanggal 6 Maret 2018 Pukul 20.00 WIB.

https://lampungtimurkab.bps.go.id/ di akses pada 6 Maret 2018 Pukul 00.03 WIB.

http://ilmu27.co.id/2012/09/makalah-kesenjangan-dan-ketidakadilan.htmldi akses

pada 8 Maret Pukul 09.44 WIB.

http://lampost.co/berita-perempuan-dalam-pemilu-2019.html diakses pada 16 juli

2018 pukul 22.19 WIB.