PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36921...CAR....
Transcript of PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36921...CAR....
i
PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH
DENGAN BPR KONVENSIONAL KERTARAHARJA DI TANGERANG,
BANTEN 2013-2016
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (S. E.)
Disusun Oleh:
Fitri Handayani
NIM: 1113046000135
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten pada tanggal 06 Maret 1995 dari
pasangan orang tua Marullah dan Nyai Herawati dan merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Alamat penulis Jl. Pala raya Rt 001/Rw 001 No.42 Pondok
Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan. Email penulis
Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis dimulai dari TK Aisiyah
Busthanul Athfal Pondok Cabe pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan
ke SD Muhammadiyah 37 Pondok Cabe dan selesai pada tahun 2005, pada tahun
yang sama penulis melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 44 Pamulang dan lulus
pada tahun 2009, pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMK Triguna
Utama Ciputat dan lulus pada tahun 2012, kemudian penulis melanjutkan kuliah
D1 CCIT-UIN Tazkia Program Profesional Akuntansi Syariah dan lulus pada
tahun 2013. Penulis diterima di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi
dan Bisnis.
vi
ABSTRACT
Fitri Handayani. NIM 1113046000135 Comparison of Performance of Sharia
Rural Banks Insan Karimah with Conventional Rural Bank Kertaraharja In
Tangerang 2013-2016. Islamic Banking, Muamalat Study Program, Faculty of
Economics and Business, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017. This study aims to analyze and compare the performance condition
of BPR Syariah Harta Insan Karimah with Conventional Rural Bank Kertaraharja.
The research method used is quantitative analysis. Measurement of financial
performance is done by using RGEC method based on PBI No. 13/1 / PBI / 2011
and Circular Letter of the Financial Services Authority No. 10 / SEOJK.03 / 2014.
Based on the results of the measurement of financial performance in terms of
REC aspects of the period 2013-2016 which includes NPL, NPF, ROA, NIM and
CAR. In the ratio of NPL and NPF in 2013-2014, it is stated that BPRS HIK is
healthier than BPR Kerta Raharja but in 2015- 2016 it is stated that BPR
Kertaraharja is healthier. On ROA and NIM ratios it is stated that BPR
Kertaraharja is healthier than BPRS HIK. On the CAR ratio it is stated that BPR
Kertaraharja is healthier than BPRS HIK. It can be concluded that BPR
Kertaraharja is healthier than BPRS HIK.
Keywords: BPRS HIK, BPR Kertaraharja, Financial Performance, RGEC
Method.
Advisor : Dr. Sofyan Rizal, SE, M. Si
Bibliography: Year 2001 s.d 2016.
vii
ABSTRAK
Fitri Handayani. NIM 1113046000135 Perbandingan Kinerja BPR Syariah
Harta Insan Karimah dengan BPR Konvensional Kertaraharja Di Tangerang
2013-2016. Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dan membandingkan kondisi kinerja BPR Syariah Harta Insan
Karimah dengan BPR Konvensional Kertaraharja. Metode penelitian yang
digunakan ialah analisis kuantitatif. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan
dengan menggunakan metode REC berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014. Berdasarkan hasil
pengukuran kinerja keuangan yang ditinjau dari aspek REC periode 2013-2016
yang meliputi NPL, NPF, ROA, NIM dan CAR. Pada rasio NPL dan NPF pada
tahun 2013-2014 dinyatakan BPRS HIK lebih sehat dibandingkan dengan BPR
Kertaraharja tetapi pada tahun 2015- 2016 dinyatakan bahwa BPR Kertaraharja
lebih sehat. Pada rasio ROA dan NIM dinyatakan bahwa BPR Kertaraharja lebih
sehat dibandingkan dengan BPRS HIK. Pada rasio CAR dinyatakan bahwa BPR
Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS HIK. Maka dapat
disimpulkan bahwa BPR Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS
HIK.
Kata kunci : BPRS HIK, BPR Kertaraharja, Kinerja Keuangan, Metode
RGEC.
Pembimbing : Dr. Sofyan Rizal, SE, M. Si
Daftar Pustaka : Tahun 2001 s.d 2016.
viii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
meskipun terdapat banyak kekurangan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk kepada
umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun yaa wall aakhirat.
Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan
terima kasih setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah
memberikan berbagai bentuk bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan,
dorongan semangat, dukungan finansial, maupun sumbangan pemikiran, dalam
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Muhammad Arief Mufraini, Lc., M. Si, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrouf, Lc., M.A. selaku
Ketua dan Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Yogi Citra Pratama, M. Si, dan Ibu Endra Kasni Laila Yuda, M. Si,
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, S.E, M. Si. Selaku Dosen pembimbing Skripsi
penulis, yang sangat sabar dalam membimbing penulis dalam menulis
skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai
motivasi, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis
sehingga penulis mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk
masa depan. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak berupa limpahan
rezeki dan keberkahan dunia dan akhirat.
ix
6. Kepada Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan
fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.
7. Kepada Muhammad Fudhail Rahman, M.A. selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan nasehat dan waktu luangnya untuk
berkonsultasi mengenai masalah akademik selama penulis menjadi
mahasiswa.
8. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan di bangku kuliah.
9. Kepada kedua orang tuaku Bapak Marullah dan Ibu Nyai Herawati, yang
telah memberikan do’a, dukungan, semangat, dan rela mengorbankan
waktu dan keringatnya untuk membantu penulis dalam menjalani
perkuliahan. Semoga kebaikan kalian dibalas berlipat ganda oleh Allah
SWT berupa keberkahan dunia dan akhirat.
10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak
yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga
Allah Swt membalas yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi
selu masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan industri
keuangan syariah.
Jakarta, 14 November 2017
Fitri Handayani
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ .i
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING. ....................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACK ......................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... x
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................................... xii .xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4
C. Pembatasan Masalah............................................................................. 4
D. Perumusan Masalah.............................................................................. 4
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 5
F. Review Studi Terdahulu....................................................................... 6
G. Kerangka Pemikiran.............................................................................11
H. Sistematika Penulisan...........................................................................12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Pembiayaan Rakyat................................................................... 13
B. Analisis Kinerja Bank......................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................25
B. Jenis dan Sumber Data........................................................................25
C. Populasi dan Sampel...........................................................................26
D. Metode Pengumpulan Data.................................................................26
E. Metode Analisis Data..........................................................................27
F. Pendekatan Metode RGEC..................................................................27
xi
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian.....................................................34
B. Perbedaan Antara BPR Syariah dan BPR Konvensional.....................41
C. Perbandingan Penilaian Kesehatan BPRS HIK dan Kertaraharja........43
D. Penilaian Kesehatan Berdasarkan Rasio REC.....................................45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan......................................................................................... 56
B. Saran....................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59
LAMPIRAN.........................................................................................................62
xii
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK
Tabel 1.1 Total Asset Beberapa BPR Syariah dan BPR Kovensional............ 3
Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC.............. 21
Tabel 3.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Risiko Kredit.................. 28
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROA.............. 30
Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen NIM............... 31
Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen CAR............... 32
Tabel 4.1 Perbedaan BPR Konvensional dan Syariah.................................. 41
Tabel 4.2 Laba Bersih BPR HIK dan Kertaraharja....................................... 43
Tabel 4.3 NPL dan NPF BPRS HIK dan BPR Kertaraharja..........................46
Tabel 4.4 ROA BPRS HIK dan Kertaraharja.................................................49
Tabel 4.5 Rasio NIM BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................52
Tabel 4.6 Rasio CAR BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................54
Grafik 4.1 Rasio NPF dan NPL BPR HIK dan Kertaraharja..........................48
Grafik 4.2 Rasio ROA BPRS HIK dan Kertaraharja......................................51
Grafik 4.3 Rasio NIM BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................53
Grafik 4.4 Rasio CAR BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................56
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemunculan bank dengan prinsip syariah, tentu saja memicu persaingan antar
bank. Keadaan tersebut menuntut manajemen bank untuk ekstra keras dalam
meningkatkan kinerjanya. Sistem perbankan yang sehat dinilai dari kinerja
keuangan bank yang baik. Kinerja keuangan bank yang sehat dapat menimbulkan
kepercayaan masyarakat begitu pula sebaliknya, penurunan kinerja keuangan bank
dapat menurunkan kepercayaan masyarakat. Perbankan di Indonesia terdapat dua
jenis, yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang
melakukan usaha secara syariah.
Hal yang mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional
dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan
yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan yang diberikan oleh
nasabah.
Hal kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and
loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk
memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan
pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.
Persaingan BPR dan BPRS tidak bisa terhindarkan dan memberikan dampak
yang mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu bank. Sebuah bank harus mampu
meningkatkan kinerja keuangannya untuk bisa bertahan dan mengembangkan
eksistensinya. Kinerja merupakan hal yang sangat penting karena bisnis
perbankan adalah bisnis kepercayaan, maka bank harus mampu menunjukkan
kredibilitasnya sehingga akan semakin banyak masyarakat yang menggunakan
jasa perbankan dalam bertransaksi, salah satunya melalui peningkatan
profitabilitas. 1
1 Kasmir. Manajemen Perbankan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.
11
2
Pada umumnya rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank ada
tiga, yaitu 1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
kemampuan bank dalam membayar hutang jangka pendek (Cash Ratio, Reserve
Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio). 2. Rasio rentabilitas
adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi
usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank bersangkutan (Return On Asset,
Return On Equity, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net
Profit Margin Ratio). 3. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau
kemampuan bank memenuhi seluruh kewajibannya jika terjadi likuidasi pada
bank (Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio).2
Bank Indonesia membuat Peraturan (PBI) No. 13/1/PBI/2011 mengenai
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan RGEC yang
merupakan metode baru pengukuran tingkat kesehatan bank. Pada tahun 2014 ada
penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai dengan
diedarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014
tentang penilaian tingkat kesehatan BUS dan UUS yang masih menggunakan
pendekatan yang sama. Tujuan dibuatnya Peraturan Bank Indonesia dan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan tersebut adalah agar bank dapat mengidentifikasi
permasalahan lebih dini, melakukan tindakan lebih lanjut perbaikan yang sesuai
dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip Good Corporate Governance dan
manajemen risiko yang lebih baik. 3
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang
dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang
sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat,
dapat menjalankan fungsi intermediasi, dan dapat menjalankan fungsi sosial.4
2 Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan : 2007. 3 (2): 129-170. 3 Otoritas Jasa Keuangan,Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah, 2014, h. 2 4 Mellia Kusumawati, Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Metode
Camels dan RGEC, (Universitas Negeri Surabaya,2013), h. 1
3
Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang tidak luput dari proses
pembangunan ekonomi yang fokus pada pembangunan sektor mikro. Selain itu
letak geografis kota Tangerang yang dekat dengan pusat pemerintahan Indonesia
sekaligus pusat perekonomian menjadi perhatian lebih. Perhatian pengembangan
ekonomi di daerah ini sebagai bukti penyeimbang dan kesetaraan ekonomi. Untuk
itu pemerintah daerah dan stackholder terkait terus berupaya meminimalisir
kemungkinan-kemungkinan tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus
salim5 mengemukakan bahwa salah satu bentuk kebijakan di kota Tangerang yaitu
diantaranya adalah meningkatkan pembangunan UMKM dengan memberikan
wawasan , pengetahuan dan bimbingan serta bantuan modal. Dalam hal inilah
peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan terutama BPR dan BPRS.
Berikut ini adalah data dari laporan keuangan beberapa BPR dan BPRS
Tangerang per Desember 2016 sebagai berikut:
Tabel 1.1 Total Aset beberapa BPR Syariah dan BPR Konvensional
Tangerang Tahun 2013 – 2016
Tahun BPRS Tangerang BPR Tangerang
BPRS
Wakalumi
BPRS
Musyarakah
BPRS HIK BPR Dana
Niaga
BPR Artha
Mitra
BPR Kerta
Raharja
2013 16,117,130 3,399,093 365,798,388 10,720,972 9,261,399 99,827,557
2014 16,150,502 7,283,179 440,092,510 9,468,283 8,272,573 142,249,506
2015 15,973,209 5,012,950 473,747,207 10,611,469 11,935,245 204,978,577
2016 13,032,485 7,019,633 483,028,239 10,895,270 11,777,820 306,997,817
Sumber : data sekunder di buat oleh penulis.6
Berdasarkan data dari laporan keuangan di atas bahwa dari keenam BPR
Syariah dan BPR Konvensional Tangerang terdapat 2 BPRS dan BPR yang total
asetnya besar yaitu BPRS HIK dan BPR Kertaraharja.
Penelitian ini dilakukan pada BPR Syariah Harta Insan Karimah yang mana
dalam aset perusahaannya lebih besar dibandingkan dengan BPR Syariah lainnya.
Sedangkan BPR Konvensional yang dipilih untuk perbandingan dengan BPR
Syariah adalah BPR Konvensional terbesar aset perusahaan di Tangerang yaitu
5 Lestari Agusalim, “Potensi dan Proyeksi Ekonomi Makro Kota Tangerang”, Media
Trend, Vol. 11 No. 2, 2016, h. 99-116 6 http://www.ojk.go.id//
4
BPR Kertaraharja. Penelitian ini berjudul “PERBANDINGAN KINERJA BPR
SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH DENGAN BPR KONVENSIONAL
KERTARAHARJA DI TANGERANG BANTEN 2013-2016”
B. Identifikasi Masalah
1. Apa perbedaan dari BPR Konvensional dengan BPR Syariah ?
2. Bagaimana cara BPR Syariah mengatasi berkurangnya pendapatan karena
meningkatnya kualitas BPR Konvensional ?
3. Bagaimana menganalisis kinerja keuangan BPR Konvensional
Kertaraharja Tangerang ?
4. Bagaimana menganalisis kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) Tangerang?
5. Bagaimana menganalisis perbandingan kinerja keuangan BPR
Konvensional Kertaraharja Tangerang dengan BPR Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) Tangerang ?
C. Pembatasan Masalah
Agar masalah penelitian ini lebih terfokus dan spesifik, maka penulis
memandang perlunya pembatasan permasalahan. Oleh sebab itu, penulis
memberikan batasan-batasan penelitian yaitu :
1. Penelitian hanya dilakukan pada BPR Konvensional dan BPR Syariah
yang aset tertinggi di wilayah Tangerang Banten yaitu pada BPR
Konvensional Kertaraharja dan BPR Syariah Harta Insan Karimah.
2. Penelitian ini dilakukan dari periode 2013-2016.
3. Meneliti tentang perbandingan kinerja BPR Konvensional dan BPR
Syariah menggunakan metode REC.
D. Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK)
Tangerang menggunakan metode REC?
5
2. Bagaimana kinerja keuangan BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang
menggunakan metode REC?
3. Manakah yang lebih sehat BPRS Harta Insan Karimah (HIK) atau BPR
Kertaraharja setelah masing-masing dihitung dengan menggunakan rasio
REC?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan skripsi ini adalah :
1. Untuk menganalisis kinerja keuangan BPR Konvensional Kertaraharja
Tangerang dilihat dari metode REC (Risk profile, Earnings, Capital)
2. Untuk menganalisis kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan Karimah
(HIK) Tangerang dilihat dari metode REC (Risk profile, Earnings, Capital)
3. Untuk membandingkan manakah yang lebih sehat BPRS Harta Insan
Karimah (HIK) atau BPR Kertaraharja setelah masing-masing dihitung
dengan menggunakan rasio REC.
Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi Penulis
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam perbedaan antara BPR
Konvensional Kertaraharja Tangerang dan BPR Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) Tangerang serta perbandingan kinerja keuangan diantara
keduanya secara real dan membandingkannya dengan teori-teori yang
didapat dari literatur maupun dari mata kuliah yang diajarkan kepada
penulis.
2. Bagi Industri BPR
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memacu industri BPR
Konvensional yang belum memiliki produk BPR Syariah untuk mulai
membuka Unit Usaha Syariah (UUS) untuk memfasilitasi masyarakat
6
muslim yang ingin menggunakan jasa perbankan dengan prinsip yang sesuai
dengan aturan syariah, serta diharapkan dapat memacu BPR Syariah untuk
mempertahankan serta meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat
bersaing dengan BPR Konvensional yang lebih dulu ada.
3. Bagi Regulator
Penelitian ini diharapkan dapat memacu regulator untuk mendukung
pertumbuhan dan berkembangnya BPR Syariah Tangerang dengan
meningkatkan kualitas produk dan layanan sehingga dapat mengimbangi
pertumbuhan industri BPR Konvensional Tangerang.
4. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
masyarakat luas baik muslim maupun non muslim mengenai bagaimana
perbedaan BPR konvensional dan BPR syariah secara umum maupun
menurut kinerja keuangannya, sehingga masyarakat dapat terbantu dalam
jenis BPR yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan yang memiliki
kinerja yang lebih baik.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan acuan untuk penelitian
selanjutnya yang ingin meneliti mengenai industri BPR di daerah yang lebih
kecil atau lebih besar atau bahkan di negara lain.
F. Review Studi Terdahulu
1. Nama penulis Widya Wahyu Ningsih Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin Tahun 2012 Judul Skripsi “
Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank
Umum Konvensional Di Indonesia”.7 Data yang digunakan dalam penelitian
ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum tahun 2006
hingga 2010 yang diterbitkan oleh masing-masing Bank yang bersangkutan.
Setelah melewati tahap purposive sample, maka sampel yang layak
7 Widya Wahyu Ningsih, Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia, (Skripsi Universitas Hasanudin:2012)
7
digunakan sebanyak 4 sampel, 2 Bank Umum Syariah (Bank Syariah
Mandiri dan Bank Mega Syariah), dan 2 Bank Umum Konvensional(Bank
Mandiri dan Bank Mega). Teknik analisis yang digunakan untuk melihat
perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum
Konvensional adalah metode Independent sample t-test. Hasil dari
penelitian skripsi ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank Umum Syariah dengan
Bank Umum Konvensional di Indonesia. Bank Umum Syariah lebih baik
kinerjanya dari segi rasio LDR dan ROA, sedangkan Bank Umum
Konvensional lebih baik kinerjanya dari segi rasio CAR, NPL dan BOPO.
Perbedaan skripsi Widya Wahyu Ningsih dengan skripsi penulis adalah
skripsi Widya Wahyu Ningsih objek penelitian pada BUS dan BUK penulis
menggunakan objek penelitian pada BPR Konvensional dan BPR Syariah di
Tangerang, penulis menggunakan metode REC untuk mengukur kinerja
keuangan.
2. Nama Penulis : Haidy Arrvida Lasta, Zainul Arifin, Nila Firdausi Nuzula
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang tahun 2014 Judul
Jurnal “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Pendekatan RGEC (Studi pada BRI periode 2011-2013)”.8 Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan PT Bank Rakyat
Indonesia, Tbk jika diukur menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,
Good Corporate Governance, Earnins, Capital) pada tahun 2011- 2013.
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Variabel dan pengukuran pada penelitian ini terdiri
dari faktor Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, capital.
Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BRI pada tahun 2011
sampai dengan 2013 yang diukur menggunakan pendekatan RGEC secara
keseluruhan dapat dikatakan bank yang sehat. Faktor Risk Profile yang
dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara keseluruhan
8 Haidy Arrvida Lasta, dkk, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan
Pendekatan RGEC, (Jurnal Universitas Brawijaya:2014)
8
menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan dengan baik.
Faktor Good Corporate Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan
tata kelola perusahaan baik. Faktor Earnings dan rentabilitas yang
penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini
menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI diikuti dengan
bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BRI. Dengan menggunakan
indikator CAR. Peneliti membuktikan bahwa BRI memiliki faktor Capital
yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Perbedaan
jurnal ini dengan skripsi penulis adalah meskipun menggunakan metode
yang sama dalam melakukan penelitian ada perbedaan antara jurnal ini
dengan penelitian penulis yaitu objek yang berbeda BPR Konvensional
dengan BPR Syariah di Tangerang.
3. Nama Penulis : Andita Jefri Harnanto Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2014
Judul Skripsi “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah
Mandiri dengan PT. Bank Central Asia”.9 Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank
Central Asia dilihat dari masing-masing rasio keuangan dan mengetahui
perbedaan yang signifikan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri jika
dibandingkan PT. Bank Central Asia dilihat dari masing-masing rasio
keuangan secara keseluruhan. Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini data
yang digunakan adalah data pada bank yang mempublikasikan laporan
keuangan tahunan yaitu PT Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Central
Asia (BCA) dari tahun 2008-2012. Laporan Keuangan tersebut berupa :
Neraca keuangan dari tahun 2008-2012, laporan Rugi Laba dari tahun 2008
– 2012, dan ikhtisar keuangan dari tahun 2008-2012. Metode analisis yang
digunakan dengan rasio keuangan dan uji t. Berdasarkan dari perhitungan
statistik dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dilihat dari kinerja
9 Andita Jefri Harnanto, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah
Mandiri dengan PT. Bank Central Asia, (Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2014)
9
keuangan Bank Syariah Mandiri lebih baik pada rasio ROE, NIM, LDR
sedangkan Bank Central Asia lebih baik kinerja keuangan pada rasio CAR,
ROA, dan NPL. Analisis yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan untuk rasio ROA, NIM, LDR, NPL, sedangkan
pada rasio CAR dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
Perbedaan dengan penelitian penulis, penulis menggunakan metode REC
dan penulis menggunakan objek BPR konvensional dan BPR syariah di
Tangerang.
4. Nama Penulis : Jayanti Mandasari, Mahasiswa Program S1 Ilmu
Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Mulawarman Tahun 2015 Judul Jurnal “ Analisis Kinerja Keuangan Dengan
Pendekatan Metode RGEC Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013”.10
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan Bank BUMN
(BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri) periode 2012-2013 dengan pendekatan
RGEC. Alat analisis yang dipergunakan adalah metode RGEC. Sedangkan
Metode Penelitian ini Metode penelitian ini menggunakan deskriptif dengan
pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini seluruh Bank BUMN yang
terdaftar dalam direktori Bank Indonesia, yang memiliki laporan tahunan
periode tahun 2012 sampai 2013. Teknik pengumpulan data yang
dipergunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik kepustakaan.Hasil
penelitian menunjukkan secara keseluruhan kinerja keuangan Bank BUMN
selama periode 2012-2013 dari segi profil risiko yaitu dengan menganalisis
risiko kredit yang diwakili dengan rasio NPL dikatakan baik dan dari
analisis risiko likuiditas yang diwakili dengan rasio LDR dapat dikatakan
Cukup Likuid. Sedangkan dari segi Good Corporate Governance (GCG)
kinerja bank Sangat Baik. Serta secara keseluruhan kinerja keuangan dari
segi Rentabilitas (Earning) yaitu dengan menganalisis rasio ROA atau
perolehan laba berdasarkan aset dan Rasio NIM atau kemampuan
manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya Bank dikatakan Baik. Dan
10
Jayanti Mandasari, Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Metode RGEC
Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013, (Junal Universitas Mulawarman: 2015)
10
secara keseluruhan kinerja keuangan dari segi permodalan dengan
menganalisis perbandingan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut
risiko (ATMR) yang diwakili dengan menghitung rasio CAR (Capital
Adequacy Ratio) Bank dikatakan Baik. Perbedaan dari penelitian penulis
adalah penulis menggunakan objek penelitian BPR Konvensional dan BPR
Syariah.
5. Nama Penulis : Fungki Prastyananta, Muhammad Saifi, Maria Goretti Wi
Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang
tahun 2016 Judul Jurnal “Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk
Mengetahui Tingkat Kesehatan Bank”.11
Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa dilihat dari hasil perhitungan Non Perfoming Loan
(NPL) tahun 2012-2014, secara umum bank dapat dikategorikan dalam
kondisi baik atau sehat. Sebanyak 14 bank mempeoleh predikat sangat baik,
8 bank kondisinya baik,dan 3 bank ada pada kondisi cukup baik.
Berdasarkan Loan Deposit Ratio (LDR) tahun 2012-2014, mayoritas bank
ada pada kondisi cukup baik yakni sebanyak yakni sebanyak 13 bank
memiliki predikat cukup baik, 7 bank ada pada kondisi baik, 4 bank sangat
baik, 1 bank kurang baik, dan 1 bank lainnya tidak baik. Hasil GCG tahun
2012-2014 menunjukan mayoritas bank memperoleh peringkat 2 atau sehat.
Berdasarkan Return On Asset (ROA) tahun 2012-2014, dapat disimpulkan
bahwa secara umum bank ada pada kondisi sangat baik yaitu 14 bank
dengan predikat sangat baik dan terdapat 2 bank memiliki kondisi yang
tidak baik. Berdasarkan Net Interest Margin (NIM) tahun 2012-2014
menunjukkan bahwa sebanyak 23 bank memperoleh predikat sangat baik.
Penelitian ini menggunakan metode RGEC sama dengan penelitian penulis
namun perbedaannya terdapat pada objeknya. Objek penelitian penulis
menggunakan BPR Konvensional dengan BPR Syariah di Tangerang
kemudian membandingkann kinerja keuangan kedua BPR tersebut.
11
Fungki Prastyananta,dkk, Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk Mengetahui
Tingkat Kesehatan Bank, (Jurnal Universitas Brawijaya: 2016)
11
G. Kerangka Pemikiran
Tangerang
BPR Konvensional
Kerta Raharja
Tangerang
BPR Syariah Harta
Insan Karimah
Tangerang
Perbedaan Tingkat Kinerja
Keuangan Bank
Metode REC
Analisis
Pembahasan
Hasil Penelitian
12
H. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan
skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan
rincian sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat
penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran dan sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan topik tentang kinerja
perbankan. Pembahasan mengenai teori tersebut.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis dan sumber data, objek
penelitian, metode pengumpulan data, tekhnik pengolahan data, dan metode
analisis data yang digunakan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja keuangan BPRS HIK dan BPR
Kerta Raharja. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan metode REC
(risk Profile, Earnings, Capital) berdasarkan Surat Edaran OJK No.
10/SEOJK.03/2014.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
13
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Bank Pembiayaan Rakyat (BPR)
1. Pengertian BPR
Undang-undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah telah
mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia. Undang-undang
tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU no. 7 Tahun 1992 Tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang
belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang tersendiri.
Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah terdiri atas Bank
Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1
Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang ketentuan Umum disebutkan
pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah
yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2
Sedangkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan
Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah,
demokrasi ekonomi dan prisip kehati-hatian.
Sebelum lahirnya BPR Syariah di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu
mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun
2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam
kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana
BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya.
Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional dan BPR Syariah.
Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan Bank Perkreditan
Rakyat (BPR) adalah 3permasalahan aspek legalitas, dalam BPR Syariah akad
yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang
1 Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2010. h.3 2 UU No.21 Tahun 2008 Pasal 1 3 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah , (Yogyakarta: UPP AMP, 2002) h. 56
14
dilakukan berdasarkan hukum Islam. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip
syariah yang dalam lalu lintas pembayaran. 4
Prospek perkembangan BPR di masa depan sangatlah luas, karena jumlah
pelaku usaha kecil dan menengah sangat besar, jauh lebih besar dari jumlah
pelaku usaha kelas konglomerasi yang cenderung menjadi rebutan perbankan
umum.
Payung hukum untuk BPR adalah PBI No. 8/26/PBI/2006 tanggal 8
September 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat. Untuk BPR Syariah,
payung hukumnya adalah pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PBI No.
11/23/PBI/2009 tanggal 01 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Pembahasan tentang BPR sangatlah menarik meski lebih sederhana
daripada pembahasan tentang perbankan umum. Prinsip kerjanya yang
mengandalkan kecepatan dan kemudahan namun tetap memakai asas kehati-
hatian perbankan selalu punya daya tarik bagi para pelaku usaha. Bahkan
beberapa debitur bank umum seringkali juga datang ke BPR untuk menutup
kebutuhan arus kas yang bersifat mendadak.
Target market BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,
pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran belum
terjangkau oleh bank umum, di samping untuk pemerataan layanan perbankan,
pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka
tidak jatuh ke tangan para pelepas utang (rentenir dan pengijon).5
Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank
umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran
4 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21. 5Ali Suyanto, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro,
(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013), h. 12
15
dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima
simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya
dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR
dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal
awal bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut
kliring serta transaksi valuta asing.6
Menurut PBI No. 11/23/PBI/2009, keberadaan BPRS dimaksudkan untuk
dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana
kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di
perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan
bank umum. Selain itu, menurut Sumitro (2004) tujuan didirikan BPR Syariah
adalah : 1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama
kelompok masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan,
2) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan , sehingga dapat
mengurangi arus urbanisasi, dan 3) Membina ukhuwah Islamiyah melalui
kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju
kualitas hidup yang memadai.7
BPRS ditujukan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil secara cepat,
mudah, dan proses persetujuan yang sederhana. Karena perannya yang sangat
vital dalam memberikan pelayanan kepada usaha kecil dan usaha mikro BPRS
memiliki peran penting dalam meningkatkan stabilitas keuangan. 8
2. Tujuan Pendirian
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah.
b. Meningkatkan pendapatan perkapita.
c. Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan.
6 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), h.
20
7 Fasiha Kamal, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia
Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No.1, 2014 h.69 8 Titi Dewi Warminda, “Islamic Rural Bank Profitability: Evidance from Indonesia”,
Jurnal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 10 , No. 3 Tahun 2014, h. 99
16
d. Mengurangi urbanisasi.
e. Membina semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.
3. Operasional BPR
Operasional BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan bank umum, hanya
yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh
lebih sempit. Sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum keterbatasan
kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri.
Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut :9
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :
Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip Syariah.
b. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
c. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk :
1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah.
2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.
3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada
nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
6) Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan
berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad
mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah.
9 Kasmir,. Dasar-dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012)
h.20
17
7) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS.
4. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR
Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh
dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :10
Menerima simpanan berupa giro.
Melakukan kegiatan usaha perbankan dalam mata uang/ valuta asing.
Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern
terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah kebawah.
Melakukan usaha perasuransian.
Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksudkan dalam usaha BPR.
5. Alokasi kredit BPR dan batas maksimal pembelian kredit
Dalam mengalokasikan kredit kepada calon debitur, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :
a. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai
perjanjian.
b. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai Batas Maksimum pemberian kredit, pemberian
jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan
BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 20% dari
modal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (PBI-
Peraturan Bank Indonesia No. 11/13/PBI/2009).
10
Kasmir,. Dasar-dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012) h.
20
18
c. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank
Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, pemberian
jaminan atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR
kepada pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota dewan
direksi, pejabat BPR lain, serta perusahaan-perusahaan yang
didalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham. Batas
maksimum pemberian kredit untuk debitur yang mempunyai
keterkaitan usaha dengan BPR adalah tidak melebihi 10% dari modal
BPR.
Kredit yang tidak terkena Batas Maksimum Pemberian Kredit :
a. Pasal 16 PBI No. 11/13/PBI/2009 :11
Penempatan dana antar bank pada bank umum, termasuk bank
umum yang memenuhi kriteria pihak terkait.
Bagian penyediaan dana yang dijamin oleh :
a. Agunan dalam bentuk agunan tunai berupa deposito atau tabungan
di BPR, Emas, dan atau logam mulia .
b. Sertifikat Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan berikut
:
1) Agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa
pencairan/penjualan yang tidak dapat dibatalkan dari pemilik
agunan untuk keuntungan BPR penerima agunan, termasuk
pencairan/penjualan sebagian untuk membayar tunggakan
angsuran pokok/bunga.
2) Jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada huruf a)
paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana.
3) Untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan
angka 2), disimpan atau ditatausahakan pada BPR bersangkutan.
c. Bagian penyediaan dana yang dijamin oleh pemerintah Indonesia
secara langsung maupun melalui Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
11 Pasal 16 PBI No. 11/13/PBI/2009
19
6. Pendirian BPR
Proses pendirian BPR harus melalui tahapan izin prinsip dan izin usaha / izin
operasional. Izin prinsip adalah persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian BPR,12
sedangkan izin usaha adalah izin yang diberikan untuk
melakukan kegiatan usaha BPR setelah persiapan yang dimaksud dalam izin
prinsip selesai dilakukan.
Bentuk badan hukum BPR yang diizinkan dapat berupa PT (Perseroan
Terbatas), Koperasi, atau PD (Perusahaan Daerah). Masing-masing BPR akan
dipimpin oleh Dewan Direksi (minimal dua orang) dalam operasionalnya, dan
fungsi pengawasannya dilakukan oleh Dewan Komisaris (minimal dua orang).
Dewan komisaris dan Dewan Direksi harus lulus uji kepatutan dan kelayakan
di Bank Indonesia. Bagi calon Dewan Direksi, sebelum melakukan uji
kepatutan dan kelayakan, mereka harus mengikuti dan lulus program sertifikasi
profesi yang diadakan Lembaga Certif.
B. Analisis Kinerja Bank
Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia “suatu yang dicapai” atau
prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja dapat diartikan sebagai
prestasi kinerja oleh individu perusahaan.13
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan dalam melaksanakan
tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja itu
sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat
tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik
efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan standar
yang telah ditetapkan.14
12 pasal 5 PBI No. 8/26/PBI/2006 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai
Pustaka, 1997) Cet ke 9, h. 22 14
Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), h. 419
20
Luthan, dengan pendekatan tingkah laku menyatakan bahwa kinerja adalah
kuantitas atau kualitas seseorang atau kelompok yang dihasilkan atau jasa yang
diberikan oleh seseorang atau kelompok yang melakukan pekerjaan.15
Menurut Jumingan, kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara
keseluruhan. Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi
yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik yang menyangkut aspek
keuangan, pemasaran, dan penyaluran dana, teknologi, maupun sumber daya
manusianya.16
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
merupakan pengukuran atas aktivitas/tugas yang telah dilakukan secara periodik
berdasarkan standar pengukuran kinerja yang digunakan. Hasil dari pengukuran
tersebut digunakan sebagai alat, penentu kebijakan dan strategi organisasi
tersebut ke depannya.
2. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13 tahun 2011 Pasal 6, bank wajib
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan
penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
a. Profil Risiko (Risk Profile).
b. Good Corporate Governance (GCG).
c. Rentabilitas (Earnings)
d. Permodalan (Capital)
Hasil akhir dari penilaian Tingkat Kesehataan Bank, bagi manajemen bank
dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan
15 Hamzah B uno dan Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya. (Jakarta:
Bumi Aksara, 2012), h. 121. 16
Fadli Iqomul Haq, Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Di Indonesia, (Jurnal
Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2015), h.4
21
yang akan datang , sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan sebagai sarana
pengawasan terhadap pengelolaan bank oleh manajemen.17
3. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuanagan SE.OJK No.
10/SEOJK.03/2014 yang menjadi faktor penilaian tingkat kesehatan bank
dijelaskan pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC
Risk Profile
Indikator Keterangan
Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan
perjanjian yang disepakati.
Risiko Kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non
Perfoming Financing dan Non Perfoming Loan :
NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah X 100%
Total Pembiayaan
NPL = Kredit Bermasalah X 100%
Total Kredit
Risiko Pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif
akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa
perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau
disewakan. Risiko Pasar meliputi antara lain risiko
benchmark suku bunga (brenckmark interest rate risk).
Risiko pasar dapat dihitung dengan menghitung
Volume Aset Portofolio (VAP). VAP dapat dirumuskan
sebagai berikut :
17
Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta : Lembaga
Penerbit FEUI, 2004), h. 169
22
VAP = Aset Trading, Derivatif, dan FVO X 100%
Total Aset
Risiko Likuiditas Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi
kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus
kas dan /atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, Tanpa menganggu aktivitas dan kondisi
keuangan bank.
Risiko likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-
rasio sebagai berikut :
1. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Jumlah Pembiayaan yang diberikan X 100%
Total Dana Pihak Ketiga
2. Cash Ratio
Alat-alat likuid yang dikuasai X 100%
Dana Pihak Ketiga
Risiko Operasional Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal
yang kurang memadai, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
Risiko Hukum Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/ atau
kelemahan aspek yuridis.
Risiko Strategik Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan
dan/atau pelaksaan suatu keputusan strategik serta
kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis.
Risiko Kepatuhan Risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.
Good Corporate Governance
Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengelola dan
23
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi
pihak-pihak yang kerkepentingan. Metode dalam penilaian Good Corporate
Governance pada awalnya dianalisis berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.09/12/DPNP tahun 2007. Analisis dalam surat edaran tersebut menggunakan
kertas kerja self assessment Good Corporate Governance yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia kembali
mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tahu 2013 tentang
Penilaian Good Corporate Governance. Berdasarkan SE BI No.15/15/DPNP
tersebut, dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good
Corporate Governance, bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri
(self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good
Corporate Governance. Analisis Good Corporate Governance dikelompokkan
dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu
governance structure, governance process, dan governance outcome. Bank
melakukan penilaian sendiri (self assessment) Good Corporate Governance
berdasarkan lampiran SE BI No.15/15/DPNP yang berisi tentang kertas kerja
penilaian Good Corporate Governance.
Earnings
Penilaian rentabilitas (earning) merupakan hal yang penting dalam suatu
bank karena merupakan salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan
bank terkait dengan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Penilaian
faktor rentabilitas dapat dihitung menggunakan 2 rumus yaitu Return On Asset
(ROA) dan Net Interest Margin (NIM) .
a. Return on Assets (ROA)
ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%
Rata−Rata Total Aset
b. Net Interest Margin (NIM)
NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100%
Rata−Rata Aktiva Produktif
24
Capital
Salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank karena jika sebuah bank
memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja bank juga akan semakin
lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam mencapai tujuan
bank itu sendiri. Faktor permodalan dapat diukur dengan menggunakan rumus
Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang mengukur kecukupan
modal suatu bank yang dihitung berdasarkan perbandingan total modal dengan
aktiva tertimbang menurut risiko.
CAR = Modal X 100%
ATMR
Sumber : SE.OJK No. 10/SEOJK.03/2014
25
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada metode REC. Kinerja keuangan
bank dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator penilaian. Penilaian
kinerja keuangan bank yang selama ini menggunakan metode CAMEL. Namun,
seiring perkembangan usaha dan kompleksitas usaha bank membuat penggunaan
metode CAMEL kurang efektif dalam menilai kinerja bank karena metode
CAMEL tidak memberikan suatu kesimpulan yang mengarahkan pada satu
penilaian, antar faktor memberikan penilaian yang sifatnya berbeda. Untuk itu
pada tanggal 25 Oktober 2011 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru
tentang penilaian kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based
Bank Rating) yang meliputi empat faktor pengukuran, yaitu profil risiko (risk
profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan
permodalan (capital) yang selanjutnya disingkat dengan RGEC. RGEC
merupakan metode penilaian kinerja keuangan bank yang merujuk pada peraturan
Bank Indonesia no. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian kinerja keuangan bank
umum. Metode RGEC merupakan tata cara penilaian bank yang menggantikan
tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu CAMEL. Namun, dalam penelitian ini
hanya menggunakan variabel REC yang di wakilkan oleh rasio NPF, NPL, ROA,
NIM dan CAR.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan antara BPR
Konvensional Kertaraharja dengan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK)
Tangerang.
B. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif pada BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang dan BPR Syariah
Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang, yaitu dengan cara menganalisis data-data
dari laporan keuangan tahun 2014 - 2016. Data tersebut diperoleh dari laporan
26
keuangan publikasi bank di Bank Indonesia (BI) aksses www.bi.go.id atau data
dan statistik laporan keuangan perbankan pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
akses
www.ojk.go.id . Data yang dianalisis adalah data BPR Konvensional Kertaraharja
Tangerang dan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang berupa
laporan keuangan periode 2013-2016.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah BPR Konvensional dan BPR Syariah di
Tangerang yang terdaftar pada BI dan OJK. Pengambilan sampel dalam penelitian
ini dilakukan secara purposive sampling artinya pemilihan sampel dipilih
berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan tidak
acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Dasar
pengambilan data adalah BPR yang memiliki data lengkap berkaitan dengan
rasio-rasio seperti : NPL&NPF, ROA, NIM, CAR dan rasio-rasio dengan metode
REC. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 BPR, yang terdiri
dari 1 BPR Konvensional Kertaraharja dan 1 BPR Syariah Harta Insan Karimah
(HIK) di Tangerang pada periode 2013-2016.
D. Metode Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data asli yang diperoleh langsung oleh peneliti. Subjek
dalam penelitian ini ada 2 BPR di Tangerang
a. BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang
b. BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang
Objek penelitian ini adalah menganalisis perbandingan kinerja keuangan BPR
Konvensional Kertaraharja dengan BPR Syariah Harta Insan Karimah.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan
dipublikasikan.
27
a. Data-data dari kepustakaan di BI.
Data-data tersebut adalah data laporan-laporan keuangan, dan data-data
yang menyangkut kontribusi profil risiko, rentabilitas dan permodalan.
b. Jurnal
Adapun yang menjadi situs pencarian data yang berhubungan dengan tema
atau penelitian ini, seperti www.bi.go.id , jurnal online
www.scholar.google.co.id , dan sebagainya.
c. Riset Kepustakaan
Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan
pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta
menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang berkaitan
dengan penelitian ini. Terutama di lembaga pendidikan seperti LIPI,
Universitas Islam Negeri, Staida Darunnajah, Universitas Indonesia,
Universitas Gunadarma, Perpustakaan bank Indonesia.
E. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini menggunakan a nalisis kuantitatif. Dalam analisis
kuantitatif ini dengan metode RGEC merupakan metode penilaian kinerja
keuangan bank yang merujuk pada peraturan Bank Indonesia no. 13/1/PBI/2011
tentang penilaian kinerja keuangan bank umum. Metode RGEC merupakan tata
cara penilaian bank yang menggantikan tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu
CAMEL. Dengan membandingkan kinerja keuangan antara BPR Konvensional
dan BPR Syariah di Tangerang.
F. Pendekatan Metode RGEC
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13 tahun 2011 Pasal 6, bank wajib
melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dengan
menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan
penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:
28
1. Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian terhadap faktor risiko (risk profile) meliputi penilaian terhadap risiko
kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko
stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi (PBI No.13/1/PBI/2011).
Diantara delapan risiko tersebut, risiko kredit dan risiko likuiditas digunakan
dalam penelitian ini. Kedua faktor risiko tersebut digunakan karena keduanya
dapat diukur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan memiliki kriteria
penetapan peringkat yang jelas. Rumus yang dipakai dalam menghitung profil
risiko yaitu Non Performing Loan (NPL) dan Non Perfoming Financing (NPF).
a. Risiko Kredit
Dengan menghitung rasio Non Perfoming Loan (NPL) dan Non Perfoming
Financing (NPF) :
Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Kredit
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat <2%
2 Sehat 2%-3,5%
3 Cukup Sehat 3,5%-5%
4 Kurang Sehat 5%-8%
5 Tidak Sehat >8%
Sumber : Bahan Perkuliahan Analisis Laporan Keuangan
NPL = Kredit Bermasalah X 100%
Total Kredit
NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100%
Jumlah Pembiayaan
29
2. Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengelola dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi
pihak-pihak yang berkepentingan. Metode dalam penilaian Good Corporate
Governance pada awalnya dianalisis berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia
No.09/12/DPNP tahun 2007. Analisis dalam surat edaran tersebut menggunakan
kertas kerja self assessment Good Corporate Governance yang dipublikasikan
oleh Bank Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia kembali
mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tahu 2013 tentang
Penilaian Good Corporate Governance. Berdasarkan SE BI No.15/15/DPNP
tersebut, dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good
Corporate Governance, bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri
(self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good
Corporate Governance. Analisis Good Corporate Governance dikelompokkan
dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu
governance structure, governance process, dan governance outcome. Bank
melakukan penilaian sendiri (self assessment) Good Corporate Governance
berdasarkan lampiran SE BI No.15/15/DPNP yang berisi tentang kertas kerja
penilaian Good Corporate Governance.
3. Rentabilitas (Earning)
Penilaian rentabilitas (earning) merupakan hal yang penting dalam suatu bank
karena merupakan salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan bank
terkait dengan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Penilaian faktor
rentabilitas dapat dihitung menggunakan 2 rumus yaitu Return On Asset (ROA)
dan Net Interest Margin (NIM) .
a. Return on Assets (ROA).
ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%
Rata- Rata Total Asset
30
Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas
(ROA)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat sehat Perolehan laba sangat
tinggi (rasio ROA diatas
2%)
2 Sehat Perolehan laba tinggi
(rasio ROA berkisar
antara 1,26% sampai
dengan 2%)
3 Cukup sehat Perolehan laba cukup
tinggi (rasio ROA berkisar
antara 0,51% sampai
dengan 1,25%)
4 Kurang sehat Perolehan laba rendah
atau cenderung
mengalami kerugian
(ROA mengarah negatif,
rasio berkisar 0% sampai
dengan 0,5%)
5 Tidak sehat Bank mengalami kerugian
yang besar (ROA negatif,
rasio dibawah 0%)
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia
b. Net Interest Margin (NIM)
NIM= Pendapatam Bagi Hasil Bersih X 100%
Rata-rata Aktiva Produktif
31
Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas
(NIM)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat Margin bunga sangat tinggi (rasio diatas
5%)
2 Sehat Margin bunga bersih tinggi (rasio NIM
berkisar antara 2.01% sampai dengan
5%)
3 Cukup Sehat Margin bunga bersih cukup tinggi (rasio
NIM berkisar antara 1.5% sampai dengan
2%)
4 Kurang Sehat Margin bunga bersih rendah mengarah
negatif (rasio NIM berkisar 0% sampai
dengan 1.49%)
5 Tidak Sehat Margin bunga bersih sangat rendah atau
negatif (rasio NIM dibawah 0%)
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia
4. Capital
Permodalan merupakan salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank karena
jika sebuah bank memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja bank juga
akan semakin lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam mencapai
tujuan bank itu sendiri. Faktor permodalan dapat diukur dengan menggunakan
rumus Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang mengukur
kecukupan modal suatu bank yang dihitung berdasarkan perbandingan total modal
dengan aktiva tertimbang menurut risiko.
32
Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Capital (CAR)
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat
Sehat
Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan
dibandingkan rasio KPMM yang ditetapkan dalam
ketentuan (KPMM > 15%)
2 Sehat Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal
dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan
dalam ketentuan (9%<KPMM < 15%)
3 Cukup
Sehat
Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal
dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan
dalam ketentuan (8%< KPMM < 9%)
4 Kurang
Sehat
Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku
(KPMM < 8%)
5 Tidak Sehat Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku dan
bank cenderung menjadi tidak solvable (KPMM <
8%)
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia
Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :
a) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
b) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
CAR = MODAL X 100%
AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO
33
c) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
cukup sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang
signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
d) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
kurang sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
e) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum
tidak sehat sehingga dinilai sangat tidak mampu menghadapi pengaruh negatif
yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor internal lainnya.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Profil Singkat BPRS HIK1
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah (HIK) adalah bank
pembiayaan rakyat syariah yang memiliki asset (konsolidasi) terbesar di
Indonesia. Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah
(HIK) didirikan di Ciledug, Tanggerang-Banten oleh Alumni Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada yang tergabung dalam Yayasan Harapan Mulya Insani.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan berdasarkan
akte notaris tertanggal 19 Desember 1992 dengan nama awal Bank Perkreditan
Rakyat yang kemudian pada tahun 1993 merubah nama menjadi Bank Perkreditan
Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. Pada tahun 2009 Bank Perkreditan Rakyat
Syariah Harta Insan Karimah merubah namanya kembali menjadi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah sesuai peraturan Perbankan
Syariah No. 21 Tahun 2008. Setelah 17 tahun Bank Pembiayaan rakyat syariah
Harta Insan Karimah menjadi sahabat para pengusaha menengah, kecil dan mikro,
kini Bank Pembiayaan rakyat syariah Harta Insan Karimah telah memiliki kantor
cabang yang tersebar di Ciledug, Karawaci dan Cikarang, serta kantor unit
pelayanan pembiayaan di depok. Konsistensi untuk memberikan pelayanan yang
prima kepada para pengusaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), mendorong
didirikannya kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-
Bekasi yang memiliki badan hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank
Perkreditan Rakyat Baitulniaga Insani pada tahun 2005 dan kini telah memiliki
kantor cabang di Jakarta pusat. Pada tahun 2006 melalui akuisisi dari Bank
Perkreditan Rakyat Syariah Tolong Menolong Bermanfat ( TOAT), didirikan
kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Parahyangan
yang memiliki badan hukum tersendiri dan telah memiliki kantor cabang di
1 Profil BPRS Harta Insan Karimah (http://www.hik.co.id) di akses pada 18 Oktober
2017.
Cianjur. Sampai sekarang Bank Pembiayaan rakyat syariah Harta Insan karimah
telah memberikan fasilitas pembiayaan (konsolidasi) kepada golongan pengusaha
kecil, pada tahun 2007 sebesar Rp. 131 Milliar yang meningkat menjadi Rp. 181
Milliar pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai dengan November sebesar
Rp 271 Milliar. Pendirian Induk Harta Insan Karimah yang dilakukan melalui
akuisisi dari suatu perusahaan pada tahun 2008, dimaksudkan sebagai lembaga
pusat, perumusan dan pengendalian strategi korporat, serta memastikan sinergi
antar perusahaan-perusahaan anak sebagai proses memaksimalkan potensi grup
dalam mengembangkan ekonomi syariah dan memberikan nilai tambah kepada
Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Induk Harta Insan Karimah
diharapkan dalam perjalannya dapat berperan menentukan struktur korporat;
strategi pemasaran dan layanan; melakukan penguatan modal;
mengkonsolidasikan keuangan korporat dan perusahaan anak; merumuskan nilai,
norma, dan sikap dasar korporat; menentukan pengembangan usaha, baik akuisisi
maupun aliansi, yang perlu dilakukan oleh perusahaan anak. Induk Harta Insan
Karimah berkomitmen menjaga amanah yang diberikan para investor serta
berupaya memberikan manfaat lebih kepada para investor, sehingga optimalisasi
investasi bukan hanya bersifat komersial karena mendapatkan bagi hasil tinggi,
resiko yang relatif kecil karena dikelola dengan sangat hati-hati/ prudential
banking dan tidak ada leverage akan tetapi berinvestasi pada Induk Harta Insan
Karimah memiliki kelebihan khusus karena berwawasan sosial dengan komitmen
pengembangan layanan Zakat, infaq dan shodaqoh melalui baitul maal.
a. Produk Tabungan
1. Tabungan Rencana.
Tabungan ini dirancang bagi nasabah yang berniat merencanakan ibadah
kurban, ibadah Haji dan Umroh dan pendidikan berdasarkan prinsip
Mudharabah Muthlaqah.
2. Tabungan iB Karimah.
Tabungan ini diperuntukkan bagi nasabah perorangan yang di cover
dengan asuransi jiwa kecelakaan diri.
3. Tabungan iB Lembaga Islami
Tabungan ini dirancang bagi nasabah berbadan hukum, perusahaan, yayasan, atau
lembaga Islam lainnya.
b. Produk Pembiayaan
Bank Syariah Harta Insan Karimah senantiasa berusaha memberikan
pelayanan pembiayaan yang terbaik bagi masyarakat dengan proses yang
mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan, BPRS siap untuk membiayai
usaha dan kebutuhan masyarakat, antara lain:
1. Pembiayaan Modal Usaha.
Bagi masyarakat yang sudah memiliki usaha dan sudah berjalan minimal
satu tahun BPRS siap memberikan masyarakat dengan memberikan
tambahan modal. Seperti kebutuhan modal ketika menjelang lebaran,
ketika mendapat proyek dengan SPK/PO, atau kebutuhan lain ketika
permodalan masyarakat perlu ditambah.
2. Pembiayaan Investasi.
BPRS memberikan pembiayaan yang sifatnya investasi seperti pembelian
kendaraan, pembelian mesin, pembelian tanah/bangunan atau investasi
lain yang menunjang usaha dan keperluan masyarakat.
3. Pembiayaan Konsumtif.
Begitu banyak kebutuhan yang masyarakat inginkan mulai dari barang-
barang elektronik sampai kebutuhan renovasi tempat tinggal. Insya Allah
BPRS siap membantu kebutuhan anda.
4. Profil singkat BPR Kerta Raharja2
Perusahan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Kerta Raharja
merupakan Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kabupaten Tangerang bersama-
sama Pemerintah Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan PT Bank Jabar
Banten, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang, nomor 6 tahun
2007, tanggal 6 Juni 2007, Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Bank
2 Profil BPR Kertaraharja (http://www.bprkertaraharja.com) di akses 18 Oktober 2017.
Perkreditan Rakyat Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dan telah mendapat izin
operasional dari Gubernur Bank Indonesia nomor.10/3/Kep.GBI/DpG/2008,
tanggal 22 Januari 2008.
a. Produk Tabungan.
Ada terdapat 3 jenis tabungan di BPR Konvensional Kertaraharja yaitu :
1. Tabungan RAHARJA (Tabungan Masyarakat Sejahtera).
Tabungan Raharja merupakan tabungan yang ditujukan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat baik dalam rangka
investasi, cadangan likuiditas usaha dan fasilitas-fasilitas yang
memudahkan masyarakat dalam pembayaran kewajiban.
Setoran awal minimal Rp. 25.000
Fasilitas pendebetan untuk pembayaran pinjaman kredit, kartu kredit,
listrik, telepon, dsb.
Bunga Harian
Berhadiah langsung (selama persediaan masih ada)
Dijamin oleh LPS.
2. Tabungan SIWAJAR (Simpanan Wajib Belajar).
Produk tabungan yang diperuntukkan bagi para pelajar atau orang tua
murid dan para guru untuk persiapan biaya pendidikan. Tabungan
SiWajar membantu perencanaan keuangan untuk memastikan kesiapan
biaya pendidikan putra putri .
Bebas biaya administrasi
Bunga tabungan bersaing dan dihitung berdasarkan saldo harian
Setoran awal minimal Rp. 25.000, setoran selanjutnya tidak dibatasi
Dapat dilakukan secara kolektif dan dijemput langsung oleh petugas
Bank
Dana dijamin oleh LPS
3. Tabungan SIBENTANG (Simpanan Berencana Masa Datang).
Perencanaan keuangan yang baik merupakan kunci untuk menikmati
kehidupan di masa yang akan datang. Tabungan siBentang akan
membantu wujudkan impian masyarakat.Tabungan berjangka dengan
berbagai keuntungan dan bebas biaya apapun.
Jangka waktu menabung yang fleksibel sesuai keinginan dengan
pilihan jangka waktu menabung 1 tahun s/d 6 tahun
Setoran rutin bulanan sesuai dengan keinginan mulai Rp. 25.000
per bulan hingga tak terbatas (kelipatan RP. 25.000)
Suku bunga kompetitif dan bonus 10% dari bunga untuk
penyetoran tepat waktu.
Bebas biaya administrasi dan pajak ditanggung oleh pihak bank.
Dana nasabah dijamin oleh LPS.
b. Produk Kredit
Ada terdapat 4 jenis produk kredit di BPR Konvensional Kertaraharja
yaitu :
1. Kredit Multiguna
KREDIT MULTI GUNA RAHARJA adalah merupakan
penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah berpenghasilan tetap
untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, baik produktif maupun
konsumtif dengan persyaratan yang dapat disesuaikan dengan
karakteristik nasabah yang bersangkutan.
Kredit Multi Guna Raharja diperuntukan bagi :
Pegawai Negeri Sipil
Pegawai BUMN/BUMD
Pegawai Swasta
Pegawai Badan, Lembaga, Yayasan, dsb.
Keuntungan Kredit Multi Guna (KMG) Raharja :
Plafond kredit s/d Rp. 100 juta
Jangka waktu s/d 60 bulan
Suku bunga 13% s/d 14%
Syarat-syarat kredit :
Dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas, Instansi, Badan,
Lembaga, Perusahaan, Koperasi, Yayasan, dsb
KTP suami/istri dan data identitas lainnya
Data-data kepegawaian (SK, Slip gaji, dll)
Surat kuasa pemotongan gaji
2. Kredit Multi Usaha
KREDIT MULTI USAHA RAHARJA adalah merupakan
penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah pelaku Usaha Mikro dan
Kecil, baik usaha perseorangan, badan usaha dan/atau yang memiliki
penghasilan tetap untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja atau
investasi dalam meningkatkan dan mengembangkan usahanya maupun
untuk kebutuhan lainnya.
Kredit Multi Usaha Raharja diperuntukan bagi :
Usaha perseorangan
Perusahaan, Koperasi, Lembaga, Yayasan, dan sebagainya.
Profesional atau karyawan berpenghasilan tetap
Keuntungan Kredit Multi Usaha Raharja :
Dapat digunakan untuk modal kerja, investasi dan kebutuhan
lainnya
Plafond kredit s/d Rp. 500 juta
Jangka waktu s/d 36 bulan
Suku bunga 18%
Syarat-syarat kredit :
Usaha tetap minimal telah berjalan selama 1 tahun.
Memiliki penghasilan tetap.
KTP suami/istri dan data identitas lainnya.
Perizinan usaha/data kepegawaian, atau
Akta pendirian, perizinan, dsb untuk badan usaha
Data-data keuangan/penghasilan.
Menyerahkan agunan kredit.
3. Kredit Penghasilan Tetap (KPT)
KREDIT PENGHASILAN TETAP (KPT) adalah merupakan
penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah perorangan maupun
kelompok yang memiliki penghasilan tetap seperti pegawai
perusahaan BUMN/BUMD/SWASTA dalam rangka pemenuhan
berbagai kebutuhannya, baik produktif maupun komsumtif.
Sasaran pemasaran produk Kredit Penghasilan Tetap (KPT) meliputi :
Karyawan Swasta
PNS Perorangan
Karyawan Perusahaan BUMN/BUMD
Karyawan Koperasi/Lembaga/Yayasan dan sejenisnya
Syarat-syarat :
Memiliki penghasilan tetap, atau
Domisili tempat tinggal yang menetap (tempat tinggal milik
sendiri atau mengontrak/sewa untuk minimal 1 (satu) tahun.
KTP suami/isteri dan data identitas lainnya.
Data-data pegawai (karpeg, Slip gaji, buku rekening atau
rekening koran dll).
Ijazah terakhir.
Surat Pengangkatan / Surat Keterangan Kerja.
4. Kredit Penghasilan Tetap (KPT) Sertifikasi
KREDIT PENGHASILAN TETAP SERTIFIKASI adalah
merupakan penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah
peroranganmaupun kelompok yang memiliki penghasilan tetap
sebagai pegawai, dengan sumber utama pembayaran berasal dari gaji /
honor / dana sertifikasi.
Sasaran pemasaran produk Kredit Penghasilan Tetap (KPT) Sertifikasi
meliputi :
PNS Perorangan
Tenaga honor atau sejenisnya pada dinas/instansi Pemerintahan
Profesi penerima sertifikasi
Syarat-syarat :
Terdaftar sebagai penerima Dana Sertifikasi
Memiliki domisili yang menetap
Surat rekomendasi dari atasan langsung melengkapi persyaratan
administratif
Surat keterangan jumlah jam mengajar dari kepala sekolah tempat
mengajar
Melengkapi persyaratan administratif
B. Perbedaan Antara BPR Syariah dan BPR Konvensional
Tabel 4.1 Perbedaan BPR Konvensional dan BPR Syariah
No BPR Konvensional BPR Syariah
1. Adanya bunga pada BPR
Konvensional
Adanya Bagi Hasil pada BPR
Syariah
2. Penyaluran dana pada
BPR Konvensional ke
masyarakat disebut dengan
“kredit” serta dalam
menentukan harga atau
cara penentuan
keuntungan yang akan
diperoleh manajemen bank
menggunakan prinsip
bunga
BPR Syariah penyaluran dana ke
masyarakat disebut dengan
“pembiayaan” serta menggunakan
prinsip-prinsip yang sesuai dengan
ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip
tersebut adalah prinsip bagi hasil
(mudharabah). Prinsip penyertaan
modal (musyarakah), prinsip jual
beli barang dengan memperoleh
keuntungan (murabahah), atau
pembiayaan barang modal
berdasarkan prinsip sewa murni
tanpa pilihan (ijarah) atau dengan
adanya pemindahan kepemilikan
atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina).
3 Ditetapkan dimuka dalam
presentase terhadap
pinjaman dan sisa
pinjaman disebut bunga
Ditetapkan sekali dalam jumlah
nominal terhadap pinjaman sebesar
biaya yang dikeluarkan, disebut
biaya administrasi
4 Jaminan pinjaman atau
utang disyaratkan
Jaminan pinjaman atau utang tidak
disyaratkan
5 Dana murah untuk
golongan ekonomi lemah
tidak tersedia
Dana murah untuk golongan
ekonomi lemah tersedia dari ZIS
6 Pergerakan dan penyaluran
dana tidak ada dewan
semacam ini
Pergerakan dan penyaluran dana
harus melalui Dewan Pengawas
Syariah
7 Hubungan dengan
Nasabah dalam bentuk
kreditur dan debitur
Hubungan dengan Nasabah dalam
bentuk komitmen
Sumber : Berbagai jurnal Ekonomi Syariah
C. Perbandingan Penilaian Kesehatan BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja
Tabel 4.2 Laba Bersih BPR Syariah Harta Insan Karimah dengan BPR
Kerta Raharja
Tanggal BPRS HIK BPR Kertaraharja
31 Maret 2013 Rp 3.066.864,- Rp 1.111.655,-
31 September 2013 Rp 9.201.596,- Rp 4.220.153,-
31 Desember 2013 Rp 13.683.722,- Rp 5.071.863,-
31 Maret 2014 Rp 3.731.536,- Rp 2.061.802,-
31 September 2014 Rp 9.523.954,- Rp 4.411.191,-
31 Desember 2014 Rp 14.406.781,- Rp 5.071.863,-
31 Maret 2015 Rp 4.354.182,- Rp 2.886.740,-
31 September 2015 Rp 9.870.365,- Rp 8.021.806
31 Desember 2015 Rp 13.176.557,- Rp 11.316.424,-
31 Maret 2016 Rp 4.471.202,- Rp 2.198.361,-
31 September 2016 Rp (8.953.257) Rp 10.918.118,-
31 Desember 2016 Rp (5.843.146) Rp 15.926.727,-
Sumber : Laporan Keuangan BPRS HIK & BPR Kertaraharja
Menurut Bapak Muhammad Hendri divisi Kepala Tim Lending BPRS Harta Insan
Karimah (HIK), faktor-faktor yang menyebabkan BPRS HIK semakin kecil
labanya bahkan pada tahun 2016 BPRS HIK ini minus untuk laba bersihnya :
1. Ada kesalahan dari pihak internal maupun eksternal dari BPRS HIK.
Adapun faktor internal dan eksternal dari BPRS HIK adalah sebagai berikut
Faktor internal :
Kelemahan bank dalam menganalisis, sehingga salah dalam membuat
keputusan pemberian pembiayaan.
Kelemahan bank dalam melakukan pengawasan.
Tindakan internal bank yang dengan sengaja tidak menerapkan
praktek perbankan yang sehat.
Adanya risiko bisnis yang tidak terelakan.
Faktor Eksternal :
Kelemahan nasabah dalam menggunakan dana pinjaman
Tindakan nasabah yang dengan sengaja untuk merugikan bank.
Adanya musibah atau bencana yang tidak dapat dihindari.
2. Ada pengikatan yang belum terlaksana salah satunya ada nasabah yang
pernah melakukan pembiayaan di BPRS HIK kemudian nasabah tersebut
dalam katagori bermasalah dan sudah dianggap cacat bank oleh pihak OJK.
Faktor- Faktor yang menyebabkan kendala dalam perkembangan BPR Syariah:
1. Kiprah BPR Syariah kurang dikenal oleh masyarakat sebagai BPR yang
berprinsipkan syariah. Bahkan masih banyak ada anggapan bahwa BPR
Syariah itu sama dengan BPR Konvensional.
2. Sulitnya meningkatkan profesionalitas karena terhalang oleh sumber daya
yang ada. Sehingga mengakibatkan lambatnya respon terhadap permasalahan
ekonomi yang muncul.
3. Kurang adanya koordinasi diantara BPR Syariah, demikian juga dengan bank
syariah dan BMT.
4. Aktivitas BPR Syariah dibidang keuangan menyebabkan tidak tersedianya
waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan syiar Islam.
5. Nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) masih menyisakan kesan
sistem BPR Syariah menggunakan system BPR Konvensional.
Strategi Pengembangan BPR Syariah mengatasi berkurangnya pendapatan karena
meningkatnya kualitas BPR Konvensional :
1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR Syariah bukan
saja produknya tetapi juga system yang digunakannya perlu diperhatikan.
2. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui
pelatihan-pelatihan mengenai lembaga keuangan syariah serta lingkungan
yang mempengaruhinya.
3. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan diketahui
beberapa besar kemampuan BPR Syariah dan lembaga keuangan syariah yang
lain dalam mengelola sumber-sumber ekonomi yang ada.
4. BPR Syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman masyarakat
dimana BPR Syariah tersebut berada.
D. Penilaian Kesehatan berdasarkan rasio REC
Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kemampuan bank
dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal dan
kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan bank
sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari masyarakat dan hanya
bank–bank yang benar–benar sehat saja yang dapat melayani masyarakat.
Penilaian kesehatan bank dilakukan dengan menilai beberapa faktor yang
indikator sehat atau tidaknya suatu bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian kesehatan bank
meliputi faktor–faktor sebagai berikut :
a) Risiko (Risk)
Risiko kredit adalah risiko yang muncul karna kegagalan nasabah dalam
memenuhi liabilities kepada bank sesuai kontrak (kredit macet). Rasio yang
digunakan adalah Non Perfoming Financing (NPF) dan Non Perfoming Loan
(NPL).
a. Non Perfoming Financing (NPF) dan Non Perfoming Loan (NPL).
Untuk mengetahui total NPF dan NPL suatu BPR Konvensional maupun BPR
Syariah dengan pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan bermasalah yang
tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan bermasalah lalu
dibagi dengan jumlah seluruh pembiayaan pihak ketiga.
Berikut ini adalah NPF dan NPL beserta peringkat komposit BPRS Harta Insan
Karimah dan BPR Kerta Raharja :
Tabel 4.1
NPL = Kredit Bermasalah X 100%
Total Kredit
NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100%
Jumlah Pembiayaan
Tabel 4.3 NPL dan NPF BPRS HIK dan BPR Kertaraharja
Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK
I
NPF
(%)
II
NPF
(%)
III
NPF
(%)
I II III I
NPL
(%)
II
NPL
(%)
III
NPL
(%)
I II III
2013 3% 3% 3% 2 2 2 6% 6% 6% 4 4 4
2014 4% 3% 3% 3 2 2 5% 2% 1% 3 2 1
2015 3% 6% 4% 2 4 3 2% 1% 2% 2 1 2
2016 5% 23% 19% 3 5 5 2% 1% 1% 2 1 1
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai NPF dan NPL dan predikat
komposisi yang dimiliki BPRS HIK dan BPR Kertaraharja pada periode 2013
sampai 2016 . BPRS HIK dan BPR Kertaraharja dikatakan sangat sehat jika NPF
dan NPL kurang dari 2% (PK-1) dan akan semakin buruk jika nilai NPF dan NPL
mencapai lebih dari 12% (PK-5). Nilai NPF dan NPL menunjukan hasil yang
berbeda-beda.
1. Pada tahun 2013 yang memiliki NPL yang cukup tinggi BPR Kertaraharja
yaitu 6% sedangkan BPRS HIK memiliki NPF rendah yaitu 3%.
2. Pada tahun 2014 bulan Maret yang memiliki NPL cukup tinggi BPR
Kertaraharja yaitu 5% sedangkan BPRS HIK memiliki NPF rendah yaitu
4% meskipun meningkat dari tahun sebelumnya. Bulan September dan
Desember yang memiliki NPF yang cukup tinggi BPRS HIK yaitu pada
bulan September 3% dan bulan Desember 3% sedangkan BPR
Kertaraharja memiliki NPL cukup rendah yaitu bulan September yaitu 2%
Desember 1%.
3. Pada tahun 2015 yang memiliki NPF cukup tinggi BPRS HIK yaitu bulan
Maret 3%, September 6%, dan Desember 4% sedangkan BPR Kertaraharja
memiliki NPL rendah yaitu bulan Maret 2%, September 1%, dan
Desember 2%.
4. Pada tahun 2016 yang memiliki NPF cukup tinggi BPRS HIK yaitu bulan
Maret 5%, September 23% dan Desember 19% sedangkan BPR
Kertaraharja memiliki NPL semakin rendah yaitu bulan Maret 2%,
September 1%, dan Desember 1%.
3% 3% 3%
4% 3% 3%
3%
6%
4% 5%
23%
19%
6% 6% 6% 5%
2% 1% 2% 1% 2% 2% 1% 1%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja
Dari kedua BPR tersebut, yang memiliki PK sangat sehat selama 2 tahun
terakhir yaitu BPR Kertaraharja. Hal ini menunjukkan sedikitnya kredit macet dan
pembiayaan yang bermasalah oleh nasabah pada BPR Kertaraharja tersebut.
Namun pada BPRS HIK dari tahun ke tahun PK menunjukan tidak sehat. Banyak
faktor yang seringkali memicu masalah ini adalah dampak krisis dimensional
yang hingga saat ini membuat banyak dari para debitur bank tidak mampu
menyelesaikan masalah kredit yang macet. Faktor lain yang juga seringkali
memicu masalah ini adalah tidak adanya i’tikad baik dari para debitur untuk
segera menyelesaikan masalah ini.
Berikut ini adalah grafik yang menjelaskan posisi nilai NPL dan NPF BPR
Kerta Raharja dan BPRS HIK pada periode 2013 – 2016.
Grafik 4.1 Rasio NPF dan NPL BPR HIK dan Kertaraharja 2013 - 2016
Sumber : Data yang telah diolah
Dari grafik diatas terlihat jelas BPR yang memiliki rasio NPF dan NPL
tertinggi adalah BPRS HIK yaitu 23% pada bulan September 2016. Hal ini terjadi
karena tingkat kredit macet atau pembiayaan bermasalah BPRS HIK pada periode
tersebut tinggi. Pada tahun 2014 – 2016 BPRS HIK terjadi peningkatan pada rasio
NPF, secara keseluruhan BPR Kertaraharja tidak ada yang termasuk dalam
kategori tidak sehat meskipun pada tahun 2013 BPR Kertaraharja mempunyai
NPL yg cukup tinggi sebesar 6% dengan PK 4 kurang sehat, tetapi BPR
Kertaraharja mengalami penurunan NPL hingga pada periode 2016 memiliki NPL
sebesar 1% PK 1 sangat sehat. BPRS HIK tahun 2013 – 2014 bulan Maret
mempunyai NPF rendah dengan kategori sehat, hasil ini sejalan dengan penelitian
Fajri Ryan Iskandar yang menyatakan bahwa hasil analisis rasio NPF dari tahun
2013-2014 dinyatakan sehat.3 Tetapi tahun 2015- 2016 NPF pada BPRS HIK ini
mengalami kenaikan yg sangat drastis hingga pada akhir periode 2016 dinyatakan
BPRS HIK tidak sehat hal ini dapat dibuktikan dengan NPF yang lebih dari 11%
yang sudah ditetapkan BI.
b) Profitabilitas (Earning)
Untuk menghitung penilaian kesehatan bank pada aspek rentabilitas dapat
menggunakan Ratio On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM).
a. Ratio On Asset (ROA)
Untuk mendapatkan ROA, terlebih dahulu di ketahui laba sebelum pajak dibagi
dengan rata- rata total asset.
Informasi keuangan yang dibutuhkan untuk mengetahui ROA adalah dengan
membagi laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Berikut adalah hasil dari
perhitungan ROA pada BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja periode 2013 sampai
2016 :
3 Fajri Ryan Iskandar,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) Ciledug, (Jurnal IPB:2016), h.3
ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%
Rata- Rata Total Asset
Tabel 4.4 ROA BPRS HIK dan BPR Kertaraharja
Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK
I
ROA
(%)
II
ROA
(%)
III
ROA
(%)
I II III I
ROA
(%)
II
ROA
(%)
III
ROA
(%)
I II III
2013 1% 3% 4% 3 1 1 1% 5% 5% 3 1 1
2014 1% 2% 3% 3 2 1 2% 4% 4% 2 1 1
2015 1% 2% 2% 3 2 2 2% 5% 6% 2 1 1
2016 1% -1% -1% 3 5 5 1% 4% 6% 3 1 1
Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017
Tabel 4.4 di atas menjelaskan tingkat kesehatan BPRS HIK dengan BPR
Kertaraharja dilihat dari rasio ROA pada periode 2013 – 2016. BPR dapat
dikatakan dalam kondisi sehat jika ROA lebih dari 1,45%. Perubahan rasio ROA
tiap BPR beragam. Rasio ROA dapat mengidentifikasikan kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan kekayaan atau aset yang
dimilikinya. Semakin tinggi ROA artinya bank dapat memanfaatkan aset yang
dimilikinya dengan baik untuk mendapatkan laba.
1. Pada tahun 2013 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu
bulan September dan Desember sebesar 5% meskipun bulan Maret rendah
sebesar 1%. Sedangkan BPRS HIK memiliki ROA yang stabil dengan
BPR Kertaraharja pada bulan Maret 2013 sebesar 1%, kemudian naik di
bulan September 3% dan desember 4%.
2. Pada tahun 2014 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu
bulan Maret sebesar 2%, September 4% dan Desember 4%. Sedangkan
BPRS HIK memiliki ROA lebih rendah sebesar bulan Maret 1%,
September 2%, Desember 3%.
3. Pada tahun 2015 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu
bulan Maret 2%, September 5%, Desember 6%. Sedangkan pada BPRS
HIK memiliki ROA lebih rendah sebesar bulan Maret 1%, September 2%,
dan Desember 2%.
4. Pada tahun 2016 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja
meskipun pada bulan Maret stabil dengan BPRS HIK sebesar 1%, bulan
September 4%, dan Desember 6%. Sedangkan BPRS HIK memiliki ROA
lebih rendah dibandingkan BPR Kertaraharja. Namun, pada bulan Maret
stabil sebesar 1%, bulan September -1% dan Desember -1%.
BPR Kertaraharja mengalami peningkatan dari PK-3 ke PK-1 pada periode
2016 yaitu dengan kategori sangat sehat berbeda dengan BPRS HIK mengalami
penurunan hingga pada periode 2016 mendapatkan PK-5 dengan kategori tidak
sehat. Hal ini menunjukan BPR Kertaraharja dapat menggunakan aset atau
kekayaannya untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi bank tersebut.
Grafik 4.2 Rasio ROA BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja periode 2013 –
2016
Sumber : Data yang telah diolah
Dari grafik di atas terlihat jelas BPRS HIK yang memiliki ROA paling
rendah pada tahun 2016. pada tahun 2013 – 2014 masih menempati peringkat
sehat, hasil ini sejalan dengan penelitian Fajri Ryan Iskandar yang menyatakan
bahwa hasil analisis rasio ROA dari tahun 2013-2014 dinyatakan sehat.4
kemudian di tahun selanjutnya mengalami penurunan yang drastis sampai -1%
atau dalam peringkat tidak sehat. Kebalikan dari BPRS HIK, BPR Kertaraharja
pada tahun 2016 menempati peringkat ROA sangat sehat yaitu 6%.
4 Fajri Ryan Iskandar,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan
Karimah (HIK) Ciledug, (Jurnal IPB:2016), h.3
1%
3%
4%
1%
2%
3%
1%
2% 2%
1%
-1% -1%
1%
5% 5%
2%
4% 4%
2%
5%
6%
1%
4%
6%
-2%
-1%
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%
BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja
b. Net Interest Margin (NIM)
Untuk mendapatkan nilai NIM terlebih dahulu harus diketahui adalah
pendapatan bagi hasil bersih dengan rata-rata total asset produktif.
Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio NIM pada BPRS HIK dan BPR
Kertaraharja periode tahun 2013-2016 :
Tabel 4.5 Rasio NIM Kesehatan BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja 2013-
2016
Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK
I
NIM
(%)
II
NIM
(%)
III
NIM
(%)
I II III I
NIM
(%)
II
NIM
(%)
III
NIM
(%)
I II III
2013 0,8% 1,7% 2,5% 4 3 2 4,2% 13% 16% 2 1 1
2014 0,8% 1,9% 2,8% 4 3 2 4% 12% 13% 2 1 1
2015 0,9% 2,2% 2,5% 4 2 2 4% 13% 15% 2 1 1
2016 0,9% -1,6% -1,2% 4 5 5 3,5% 10% 13% 2 1 1
Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017
Tabel 4.5 di atas menjelaskan tingkat kesehatan BPRS HIK dengan BPR
Kertaraharja pada periode 2013-2016 dilihat dari rasio NIM. Tingginya rasio NIM
menunjukkan pendapatan bagi hasil bank yang tinggi dibandingkan dengan beban
yang dikeluarkan bank. Jika NIM suatu bank tinggi mengindikasikan bahwa bank
tersebut mendapatkan pendapatan bagi hasil yang besar dengan beban pokok yang
dikeluarkan sedikit.
1. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 4,2%, bulan September 13% dan Desember
16% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2013. Sedangkan
NIM terendah pada tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret
NIM = Pendapatam Bagi Hasil Bersih X 100%
Rata-rata Aktiva Produktif
0,8%, September 1,7%, Desember 2,5% meskipun mengalami peningkatan
tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja lebih tinggi rasio
NIMnya.
2. Pada tahun 2014 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR
Kerta Raharja yaitu bulan Maret 4%, bulan September 12% dan Desember
13% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2014 meskipun ada
penurunan dari tahun 2013. Sedangkan NIM terendah pada tahun yang
sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret 0,8%, September 1,9%,
Desember 2,8% meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya
tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja lebih tinggi rasio
NIMnya.
3. Pada tahun 2015 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 4%, bulan September 13% dan Desember
15% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2015. Sedangkan
NIM terendah pada tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret
0,9%, September 2,2%, Desember 2,5% meskipun mengalami peningkatan
dari tahun sebelumnya tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja
lebih tinggi rasio NIMnya.
4. Pada tahun 2016 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 3,5%, bulan September 10% dan Desember
13% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2015 meskipun
mengalami penurunan dari tahun 2015. Sedangkan NIM terendah pada
tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret 0,9%, September -
1,6%, Desember -1,2% mengalami penurunan yang sangat drastis.
Grafik 4.3 Rasio NIM kesehatan BPRS HIK dan BPR Kertaraharja 2013-
2016
Sumber : Data yang telah diolah
Dari penilaian kesehatan BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja dari NIM
terdapat katagori tidak sehat pada tahun 2016 BPRS HIK mempunyai nilai NIM
sebesar -1,6% pada bulan September 2016 dan -1,2% pada bulan Desember 2016.
Hal ini mengindikasikan bahwa BPRS HIK memiliki margin bagi hasil yang
rendah. BPR Kertaraharja memiliki NIM tertinggi.
c) Permodalan (Capital)
Rasio yang dibutuhkan untuk penilaian kesehatan bank pada aspek
permodalan adalah dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR
berfungsi untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi cadangan
permodalan dan kemampuan mengelola modal yang dimilikinya. Rumus dalam
menghitung CAR adalah sebagai berikut :
0.80% 1.70%
2.50%
0.80% 1.90%
2.80%
0.90%
2.20% 2.50%
0.90%
-1.60% -1.20%
4.20%
13%
16%
4.00%
12% 13%
4%
13% 13%
4%
10%
13%
-4%
-2%
0%
2%
4%
6%
8%
10%
12%
14%
16%
18%
BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja
CAR = Modal Bank X 100%
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
Untuk menghitung CAR dibutuhkan informasi keuangan yaitu dengan
membagi modal bank dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berikut
adalah hasil perhitungan CAR pada BPR HIK dan BPRS Kertaraharja. Periode
2013-2016 :
Tabel 4.6 CAR BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja 2013-2016
Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK
I
CAR
(%)
II
CAR
(%)
III
CAR
(%)
I II III I
CAR
(%)
II
CAR
(%)
III
CAR
(%)
I II III
2013 13% 16% 10% 2 1 2 27% 21% 33% 1 1 1
2014 10% 12% 10% 2 2 2 33% 33% 28% 1 1 1
2015 9% 14% 14% 2 2 2 18% 17% 18% 1 1 1
2016 12% 11% 11% 2 2 2 15% 12% 13% 1 2 2
Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017
Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa kondisi kesehatan semua BPR dalam
keadaan sehat dan sangat sehat. BPR dikatakan sehat jika peringkat komposit
CAR bank lebih dari 11% (PK-1). Hal ini menunjukkan tiap bank memiliki
cadangan modal mencukupi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia mengenai
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).
1. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 27%, September 21%, dan Desember 33%,
sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK
yaitu bulan Maret 13%, September 16%, dan Desember 10%.
2. Pada tahun 2014 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 33%, September 33%, dan Desember 28%,
sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK
yaitu bulan Maret 10%, September 12%, dan Desember 10%.
3. Pada tahun 2015 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 18%, September 17%, dan Desember 18%,
sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK
yaitu bulan Maret 9%, September 14%, dan Desember 14%.
4. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR
Kertaraharja yaitu bulan Maret 15%, September 12%, dan Desember 13%,
sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK
yaitu bulan Maret 12%, September 11%, dan Desember 11%.
Grafik 4.4 Rasio CAR BPRS HIK dan BPR Kertaraharja 2013-2016
Sumber : data yang sudah diolah
Grafik di atas memperlihatkan bahwa BPR Kertaraharja memiliki CAR
tertinggi. Tetapi hal ini tidak ditingkatkan meskipun pada tahun 2013 – 2014 naik
drastis tetapi merosot dari 2013 ke 2016, CAR BPR Kertaraharja lebih tinggi
peringkatnya dibandingkan dengan BPRS HIK. Menurunnya rasio CAR
diakibatkan oleh nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) meningkat
namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan tingkat modal bank tersebut
13%
16%
10% 10% 12%
10% 9%
14% 14% 12%
11% 11%
27%
21%
33% 33% 33%
28%
18% 17%
18%
15%
12% 13%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja
56
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil analisis dan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perbandingan penilaian REC pada BPRS Harta Insan Karimah dan BPR
Kertaraharja periode 2013 – 2016 adalah sebagai berikut :
1. BPRS HIK pada rasio NPF tahun 2013 per triwulan mendapatkan peringkat
kedua dalam kategori sehat, dikarenakan pada tahun 2013 rasio NPF menurun
karena total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan
bermasalah. tahun 2014 cukup sehat, 2015 kurang sehat yang terakhir pada
tahun 2016 dinyatakan BPRS HIK tidak sehat dikarenakan pada tahun 2016
sangat banyak jumlah pembiayaan bermasalah. Pada rasio ROA tahun 2013
sangat sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sehat, yang terakhir tahun 2016 tidak
sehat. Pada rasio NIM tahun 2013 sehat, 2014 sehat, 2015 sehat, dan 2016
sehat. Pada rasio CAR tahun 2013 sehat, 2014 sehat, 2015 sehat, dan 2016
sehat.
2. BPRS Kertaraharja pada rasio NPL tahun 2013 kurang sehat, 2014 sangat
sehat, 2015 sehat, dan 2016 sangat sehat. Pada rasio ROA tahun 2013 sangat
sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sangat sehat, dan 2016 sangat sehat. Pada rasio
NIM tahun 2013 sangat sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sangat sehat dan 2016
sangat sehat.
3. Pada rasio NPF tahun 2013 BPRS HIK lebih sehat dibandingkan dengan BPR
Kertaraharja karena NPF BPRS HIK menurun pada tahun 2013 sehingga
berdampak positif. Tetapi pada tahun 2014, 2015 dan 2016 BPRS HIK
semakin meningkat rasio NPF. Meningkatnya rasio NPF merupakan indikasi
adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan
solusi maka akan berdampak berbahaya pada BPRS HIK. Pada rasio ROA
tahun 2013 BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja mempunyai bobot rasio ROA
dengan peringkat yang sama. Kemudian pada tahun 2014 – 2016 dinyatakan
bahwa BPR Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS HIK karena
57
dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2014 rasio ROA menurun. Semakin
kecil rasio ini berarti manajemen bank kurang mampu dalam mengelola aset
untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. Pada rasio NIM tahun
2013-2016 antara BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja dinyatakan lebih sehat
BPR Kertaraharja. Apabila rasio NIM rendah maka ini akan berdampak pada
deviden yang akan diterima para investor. Sehingga secara langsung NIM juga
mempengaruhi harga saham. Pada rasio CAR tahun 2013-2016 antara BPRS
HIK dengan BPR Kertaraharja dinyatakan lebih sehat BPR Kertaraharja
dibandingkan BPRS HIK. Namun keduanya tidak masuk ke dalam kategori
tidak sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi BPR Kertaraharja sehat
sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari
perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.
B. Saran
Saran yang dapat diambil terkait dengan hasil dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Bagi peneliti selanjutnya :
diharapkan dapat menggunakan metode RGEC yang lebih lengkap lagi
seperti pada Risk profile tidak hanya pada penilaian Risiko Kredit
ditambahkan juga dengan Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko
Operasional, Risiko Hukum, Risiko Strategi, dan Risiko Kepatuhan. Dan
menggunakan Good Corporate Governance (GCG).
2. Bagi BPRS Harta Insan Karimah :
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada rasio NPF, ROA, dan NIM
dinyatakan tidak sehat pada bulan September dan Desember 2016,
permasalahan BPRS disebabkan karena salah kelola dan penyimpangan
operasional. Salah kelola, misalnya keliru membuat analisa pembiayaan
pada sektor usaha yang sudah jenuh yang bermuara pada pembiayaan
bermasalah (macet). Sedangkan contoh penyimpangan manajemen, yaitu
berupa campur tangan pemilik BPRS dalam pengelolaan bank untuk
58
kepentingan pemilik. Untuk itu, BPRS Harta Insan Karimah (HIK) perlu
lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaanya. Salah satu cara yang
dilakukan BPRS HIK untuk mengurangi pembiayaan bermasalah ialah
melakukan diversifikasi penyaluran pembiayaan, misalnya dengan
mengalokasikan pembiayaannya ke sektor-sektor potensial yang belum
banyak dikuasai bank umum, seperti sektor pertanian, perikanan, jasa dan
perdagangan dengan tetap fokus pada kelompok sasaran usaha mikro, kecil,
dan menengah (UMKM).
3. Bagi Regulator
Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) sebagai regulator harus mendukung pengalokasian pembiayaan ke
sektor-sektor potensial, seperti sektor pertanian, perikanan, jasa dan
perdagangan. Serta mendukung pertumbuhan dan berkembangnya BPR
Syariah Tangerang dengan meningkatkan kualitas produk dan layanan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Agusalim, dkk, Potensi dan Proyeksi Ekonomi Makro Kota Tangerang, Media
Trend, Vol. 11 No. 2. 2016.
Andita, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri
dengan PT. Bank Central Asia, Skripsi Universitas Muhammadiyah
Surakarta, 2014.
Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta :
Gema Insani, 2001.
Fadli, Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Di Indonesia, Jurnal Ilmiah
Universitas Brawijaya Malang, 2015.
Faisol, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, Vol 3 No. 2, 2007.
Fajri,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah
(HIK) Ciledug, Jurnal IPB, 2016.
Fungki Prastyananta,dkk, Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk Mengetahui
Tingkat Kesehatan Bank, Jurnal Universitas Brawijaya, 2016.
Haidy , dkk, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan
RGEC, Jurnal Universitas Brawijaya, 2014.
Hamzah,dkk, Teori Kinerja dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Ifham, Ahmad, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
59
Kamal, Fasiha, Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas BPRS di
Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008, Jurnal Muamalah,
Vol. IV, No.1, 2014.
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi, Jakarta , PT Grafindo Persada,
2012.
Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
Kusumawati, Mellia, Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan
Metode Camels dan RGEC, Universitas Negeri Surabaya, 2013.
Laporan Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2013 hingga 2016. Data diakses pada
18 Oktober 2017 dari http://www.bprkertaraharja.com
Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tahun 2013 hingga 2-16.
Data diakses pada 18 Oktober 2017 http://www.hik.co.id.
Mandasari, Jayanti, Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Metode
RGEC Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013, Jurnal Universitas
Mulawarman , 2015.
Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah , Yogyakarta: UPP AMP, 2002.
Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba Empat, 2001
Ningsih, Widya, Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia, Skripsi Universitas
Hasanudin , 2012.
Otoritas Jasa Keuangan,Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah, 2014.
60
60
Riyadi, Selamet, Banking Assets and Liability Management, Jakarta : Lembaga
Penerbit FEUI, 2004.
Suyanto, Ali, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro,
Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013.
UU No.21 Tahun 2008 Pasal 1.
UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21.
Warminda, Titi Dewi, Islamic Rural Bank Profitability: Evidance from
Indonesia”, Jurnal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 10 ,
No. 3, 2014.
Yusuf, Muhammad Y. Dan Wan S. Mahriana, Faktor-faktor yang mempengaruhi
Tingkat Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Aceh,
Aceh: IQTISHADIA. 2016.
Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar grafika, 2010.
61
1
LAMPIRAN
Lampiran I
Ikhtisar Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 dan 2014.
Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)
Tahun 2013 Tahun 2014
Neraca I II III I II III Total Aktiva 296.698.036 329.978.830 365.798.388 357.275.417 397.980.876 440.092.510 Total Aktiva Produktif 291.172976 323.795.401 352.609.098 342.116.643 382.750.318 424.775.307 Modal 19.387.340 25.287.580 25.324.070 25.435.870 31.346.850 31.346.850 Laba/Rugi Pendapatan Operasional 13.738.575 43.622.725 59.922.379 16.221034 49.487.029 69.170.084 Bagi Hasil Kepada Pemilik dana
6.419.350 19.696.393 27.138.188 7.549.619 23.489.334 32.729.131
Pendapatan Operasional Setelah distribusi Bagi hasil
7.319.225 23.926.332 32.784.191 8.671.415 26.435.438 36.440.953
Beban Operasional 4.219.320 14.624.754 18.962.240 4.893.089 16.760.311 21.829.417 Laba (Rugi) Operasional
3.099.905 9.301.578 13.821.951 3.778.326 9.675.127 14.611.536
Laba (Rugi) sebelum pajak
3.066.846 9.201.596 13.683.722 3.731.536 9.523.954 14.406.781
Laba (Rugi) Tahun Berjalan
2.373.234 6.852.064 10.006.222 2.728.686 7.075.990 10.534.958
Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)
13% 16% 10% 10% 12% 10%
Aktiva Produktif NPF 3% 3% 3% 4% 3% 1% Profitabilitas ROA 1% 3% 4% 1% 2% 3% NOM 0,83% 1,7% 2,5% 0,8% 1,9% 2,8%
Sumber : Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah Tangerang Tahun 2013-2014.
Ikhtisar Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2015 dan 2016.
Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)
Tahun 2015 Tahun 2016
Neraca I II III I II III Total Aktiva 442.264.981 437.269.404 473.747.207 483.897.550 498.202.844 483.028.239 Total Aktiva Produktif 424.087.483 422.951.759 461.410.382 468.259.800 502.812.661 486.095.197 Modal 29.998.000 44.416.130 44.420.668 44.420.668 46.987.628 46.987.628 Laba/Rugi Pendapatan Operasional 19.126.861 55.436.945 75.169.970 20.465.318 59.740.466 80.802.106 Bagi Hasil Kepada Pemilik dana
9.193.679 27.178.426 36.673.758 10.102.126 30.293.885 40.070.107
Pendapatan Operasional Setelah distribusi Bagi hasi
9.933.182 28.258.159 38.496.212 10.363.192 29.446.581 40.731.999
Beban Operasional 5.505.631 18.190.693 25.358.506 5.809.629 37.787.351 45.976.641
Laba (Rugi) Operasional 4.427.551 10.067.826 13.137.706 4.553.563 (8.953.257) (5.244.642) Laba (Rugi) Tahun Berjalan
4.354.182 9.870.365 13.176.557 4.471.202 (8.953.257) (5.843.146)
Rasio Keuangan Permodalan
Rasio kecukupan modal (CAR)
9% 14% 14% 12% 11% 11%
Aktiva Produktif
NPF 3% 6% 4% 5% 23% 19%
Profitabilitas ROA 1% 2% 2% 1% -1% -1%
NIM 0,9% 2,2% 2,5% 0,9% -1,6% -1,2% Sumber : Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah Tangerang Tahun 2015-2016.
Lampiran 2
Ikhtisar Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2013 dan 2014.
Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)
Tahun 2013 Tahun 2014
Neraca I II III I II III Total Aktiva 76,627,525 94,037,206 99,827,557 103,407,327 112,219,144 142.249.506 Total Aktiva Produktif 63,454,330 69,312,416 87,492,450 89,482,219 100,714,350 131.663.107 Modal 50,398,000 50,398,000 50,398,000 50,398,000 49,648,000 49.648.000 Laba/Rugi Jumlah Pendapatan operasional
2,628,220 10,399,771 12,268,120 3,838,775 11,468,565 21.732.272
Jumlah Beban Operasional 1,512,061 6,166,306 7,140,469 1,774,739 7,035,524 14.625.829 Laba Rugi Sebelum PPH 1,111,655 4,220,153 5,071,863
2,061,802 4,411,191
7.070.360 Taksiran pajak penghasilan 138,957 590,098 1,059,488
259,273 628,925 1.564.972 Laba/ Rugi bersih 972,698 3,630,055 4,012,375 1,802,529 3,782,266 7.070.360 Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)
27% 11% 21% 33% 33% 28%
Aktiva Produktif Kredit Bermasalah (NPL) 6% 6% 6% 5% 5% 2% Profitabilitas ROA 1% 5% 5% 2% 4% 4% NIM 4,2% 13% 16% 4% 12% 13%
Sumber : Laporan Keuangan BPR Kerta Raharja 2013 dan 2014.
Ikhtisar Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2015 dan 2016. Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)
Tahun 2015 Tahun 2016
Neraca I II III I II III Total Aktiva 149,444,819 182,314,157 204,978,577 220,877,573 287,455,581
306,997,817 Total Aktiva Produktif 136,879,669 168,250,092 192,900,891 204,661,055 272,321,700 293,963,711 Modal 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 Laba/Rugi Jumlah Pendapatan operasional
5,687,084 19,242,915 26,608,174 6,361,058 25,467,877
35,855,551
Jumlah Beban Operasional 2,798,749 11,099,997
15,162,650 4,124,355 14,233,093
19,558,577 Laba Rugi Sebelum PPH 2,886,740 8,021,806 11,316,424
2,198,361 10,918,118 15,926,727 Taksiran pajak penghasilan 404,543 1,589,557
2,640,252 365,188 2,556,621 3,981,682 Laba/ Rugi bersih 2,482,197 6,432,249 8,676,172 1,833,173 8,361,497
11,945,045 Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)
18% 17% 18% 15% 12% 13%
Aktiva Produktif Kredit Bermasalah (NPL) 2% 1% 1% 2% 1% 1% Profitabilitas ROA 2% 5% 6% 1% 4% 6% NIM 4% 13% 15% 3,5% 10% 13%
Sumber : Laporan Keuangan BPR Kerta Raharja 2015-2016.
Lampiran 3 푁푃퐿 = 퐾푟푒푑푖푡 푏푒푟푚푎푠푎푙푎ℎ 푋 100% 푇표푡푎푙 푘푟푒푑푖푡 NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100% Total Pembiayaan Perhitungan NPF pada BPR Syariah Harta Insan Karimah Tangerang : Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : NPF : KL + D + M X 100% Total Pembiayaan NPF : 779.301 + 428.406 + 8.663.071 X 100% 291.172.976 NPL : 9.870.778 X 100% 291.172.976 NPF : 3% Bulan September 2013 : NPF : 403.128 + 710.553 + 10.890.631 X 100% 323.795.401 NPF : 12.004.312 X 100% 323.795.401 NPF : 3% Bulan Desember 2013 : NPF : 231.251 + 539.946 + 10.732.792 X 100% 352.609.098 NPF : 11.503.989 X 100% 352.609.098 NPF : 3% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : NPF : 133.721 + 477.896 + 12.515.040 X 100% 342.116.643 NPF : 13.126.657 X 100% 342.116.643 NPF : 4 % Bulan September 2014 : NPF : 323.439 + 97.470 + 11.099.822 X 100% 382.750.318 NPF : 11.520.731 X 100% 382.750.318 NPF : 3 % Bulan Desember 2014 : NPF : 892.662 + 208.757 + 10.545.329 X 100% 424.775.307 NPF : 11.438.361 X 100% 424.775.307 NPF : 3 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NPF : 1.692.938 + 630.223 + 9.463.200 X 100% 424.087.483 NPF : 11.786.361 X 100% 424.087.483
NPF : 3 % Bulan September 2015 : NPF : 2.547.394 + 2.051.864 + 22.183.174 X 100% 422.951.759 NPF : 26.782.432 X 100% 422.951.759 NPF : 6% Bulan Desember 2015 : NPF : 514.451 + 1.197.039 + 18.673.100 X 100% 461.410.382 NPF : 20.384.590 X 100% 461.410.382 NPF : 4% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 : NPF : 1.270.421 + 757.377 + 20.562.221 X 100% 468.259.800 NPF : 22.590.019 X 100% 468.259.800 NPF : 5% Bulan September 2016 : NPF : 33.069.336 + 13.184.954 + 70.405.751 X 100% 502.812.661 NPF : 116.660.041 X 100% 502.812.661 NPF : 23% Bulan Desember 2016 : NPF : 11.252.363 + 3.879.451 + 81.109.828 X 100% 486.095.197 NPF : 96.241.642 X 100% 486.095.197 NPF : 19% Perhitungan NPL BPR Konvensional BPR Kerta Raharja Tangerang: Bulan Maret 2013 : NPL : 540.492 + 219.494 + 3.102.099 X 100% 63.454.330 NPL : 3.862.085 X 100% 63.454.330 NPL : 6% Bulan September 2013 : NPL : 1.764.787 + 542.522 + 2.374.779 X 100% 69.312.416 NPL : 4.682.088 X 100% 69.312.416 NPL : 6% Bulan Desember 2013 : NPL : 2.061.542 + 1.237.645 + 1.981.295 X 100% 87.492.450 NPL : 5.280.482 X 100% 87.492.450 NPL : 6% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :
NPL : 2.344.213 + 1.222.638 + 1.692.485 X 100% 94.741.550 NPL : 5.259.336 X 100% 94.741.550 NPL : 5% Bulan September 2014 : NPL : 460.874 + 1.015.024 + 1.767.070 X 100% 103.957.300 NPL : 3.242.968 X 100% 103.957.300 NPL : 2% Bulan Desember 2014 : NPL : 166.945 + 622.423 + 1.757.113 X 100% 134.189.600 NPL : 2.546.481 X 100% 134.189.600 NPL : 1% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NPL : 1.372.494 + 295.588 + 1.580.370 X 100% 140.128.100 NPL : 3.248.452 X 100% 140.128.100 NPL : 2% Bulan September 2015 : NPL : 840.937 + 1.134.555 + 1.158.510 X 100% 171.384.100 NPL : 3.134.002 X 100% 171.384.100 NPL : 1 % Bulan Desember 2015 : NPL : 659.393 + 1.195.394 + 1.562.806 X 100% 196.318.500 NPL : 3.417.593 X 100% 196.318.500 NPL : 1% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 NPL : 1.863.082 + 1.108.460 + 2.016.968 X 100% 209.649.600 NPL : 4.988.510 X 100% 209.649.600 NPL : 2% Bulan September 2016 : NPL : 999.301 + 1.094.678 + 1.373.778 X 100% 275.789.500 NPL : 3.467.757 X 100% 275.789.500 NPL : 1% Bulan Desember 2016 :
NPL : 765.633 + 1.120.653 + 1.049.988 X 100% 296.900.000 NPL : 2.936.274 X 100% 296.900.000 NPL : 1 % Bobot PK Komponen NPF (Non Performing Financing) BPRS Harta Insan Karimah (HIK)
Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan
I NPF(%)
II NPF (%)
III NPF (%)
I II III I II III
2013 3% 3% 3% 2 2 2 Sehat Sehat sehat 2014 4% 3% 3% 3 2 2 Cukup
sehat sehat sehat
2015 3% 6% 4% 2 4 3 Sehat Kurang sehat
Cukup sehat
2016 5% 23% 19% 3 5 5 Cukup Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Bobot PK Komponen NPL (Non Performing Loan) BPR Kertaraharja Tangerang Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan
I NPL (%)
II NPL (%)
III NPL (%)
I II III I II III
2013 6% 6% 6% 4 4 4 Kurang sehat
Kurang sehat
Kurang sehat
2014 5% 2% 1% 3 2 1 Cukup sehat
sehat Sangat sehat
2015 2% 1% 2% 2 1 2 Sehat Sangat sehat
Sehat
2016 2% 1% 1% 2 1 1 Sehat Sangat sehat
Sangat sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 Rumus :ROA = laba sebelum pajak X 100%
Rata-Rata total asset BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : ROA = laba sebelum pajak X 100% Total asset bulan maret 2012+2013:2 ROA = 3.066.864 X 100% 240.827.656 + 296.698.036 : 2 ROA = 1% Bulan September 2013 : ROA = 9.201.596 X 100% 278.940.961 + 329.978.830 :2 ROA = 3% Bulan Desember 2013 : ROA = 13.683.722 X 100% 290.869.526 + 365.798.388 : 2
ROA = 4% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : ROA = 3.731.536 X 100% 296.698.036 + 357.275.417 : 2 ROA = 1% Bulan September 2014 : ROA = 9.523.954 X 100% 329.978.830 + 397.980.876 :2 ROA = 2% Bulan Desember 2014 : ROA = 14.406.781 X 100% 440.092.510 + 365.798.388 : 2 ROA = 3% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : ROA = 4.354.182 X 100% 357.275.417 + 442.264.981 :2 ROA = 1 % Bulan September 2015 : ROA = 9.870.365 X 100% 437.269.404 + 394.347.686 :2 ROA = 2 % Bulan Desember 2015 : ROA = 13.176.557 X 100% 473.269.404 + 440.092.510 : 2 ROA = 2 % Tahun 2016 Bulan Maret 2016 : ROA = 4.471.202 X 100% 483.897.550 + 435.653.712 :2 ROA = 1% Bulan September 2016 : ROA = (8.953.257) X 100% 437.269.404 + 498.202.844 : 2 ROA = -1% Bulan Desember 2016 : ROA = (5.843.146) X 100% 483.028.239 + 473.747.207 : 2 ROA = -1% BPR Kerta Raharja Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : ROA = 1.111.655 X 100% 76.627.525 + 48.406.474 : 2 ROA = 1% Bulan September 2013 : ROA = 4.220.153 X 100% 94.037.206 + 62.614.578 : 2 ROA = 5 % Bulan Desember 2013 : ROA = 5.071.863 X 100% 99.827.557 + 69.939.229 : 2
ROA = 5 % Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : ROA = 2.061.802 X 100% 103.407.327 + 76.627.525 : 2 ROA = 2 % Bulan September 2014 : ROA = 4.411.191 X 100% 112.219.144 + 94.037.206 : 2 ROA = 4% Bulan Desember 2014 : ROA = 5.071.863 X 100% 99.827.557 + 142.249.506 :2 ROA = 4 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : ROA = 2.886.740 X 100% 149.444.819 + 103.407.327 : 2 ROA = 2% Bulan September 2015 : ROA = 8.021.806 X 100% 182.314.157 + 112.219.144 :2 ROA = 5% Bulan Desember 2015 : ROA = 11.316.424 X 100% 204.978.557 + 142.249.506 :2 ROA = 6% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 : ROA = 2.198.361 X 100% 220.877.573 + 149.444.819 : 2 ROA = 1% Bulan September 2016 : ROA = 10.918.118 X 100% 287.455.581 + 182.314.157 : 2 ROA = 4% Bulan Desember 2016 : ROA = 15.926.727 X 100% 306.997.817 + 204.978.577 : 2 ROA = 6%
Bobot PK Komponen ROA BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan
I ROA (%)
II ROA (%)
III ROA (%)
I II III I II III
2013 1% 3% 4% 3 1 1 Cukup sehat
Sangat sehat
Sangat sehat
2014 1% 2% 3% 3 2 1 Cukup sehat
sehat Sangat sehat
2015 1% 2% 2% 3 2 2 Cukup sehat
sehat sehat
2016 1% -1% -1% 3 5 5 Cukup Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 Bobot PK Komponen ROA BPR Kertaraharja Tangerang.
Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan I ROA (%)
II ROA (%)
III ROA (%)
I II III I II III
2013 1% 5% 5% 3 1 1 Cukup sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
2014 2% 4% 4% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat
Sangat Sehat
2015 2% 5% 6% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat
Sangat Sehat
2016 1% 4% 6% 3 1 1 Cukup Sehat
Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Rumus : NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100%
Rata- rata total aset produktif BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : NIM = 6.419.350 – 4.219.320 X 100% 291.172.976 + 235.118.767 : 2 NIM = 2.200.030 X 100% 263.145.872 NIM = 0,83 % Bulan September 2013 : NIM = 19.696.395 – 14.624.754 X 100%
323.795.401 + 272.136.850 : 2 NIM = 5.071.641 X 100% 297.966.126 NIM = 1,7 % Bulan Desember 2013 : NIM = 27.138.188 – 18.962.240 X 100% 352.609.098 + 286.635.220 : 2 NIM = 8.175.948 X 100% 319.622.159 NIM = 2,5% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : NIM = 7.549.619 – 4.893.089 X 100 %
342.116.643 + 291.172.976 : 2 NIM = 2.656.530 X 100% 316.644.810 NIM = 0,8 % Bulan September 2014 : NIM = 23.489.334 – 16.760.311 X 100% 382.750.318 + 323.795.401 :2 NIM = 6.729.023 X 100% 353.272.860 NIM = 1,9% Bulan Desember 2014 :
NIM = 32.729.131 – 21829.417 X 100% 424.775.307 + 352.609.098 : 2 NIM = 10.889.714 X 100% 388.692.203 NIM = 2,8 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NIM = 9.193.679 – 5.505.631 X 100%
424.087.438 + 342.116.643 : 2 NIM = 3.688.048 X 100% 383.102.063 NIM = 0,9% Bulan September 2015 : NIM = 27.178.426 – 18.190.693 X 100%
422.951.759 + 382.750.318 : 2 NIM = 8.987.733 X 100% 402.851.039 NIM = 2,2% Bulan Desember 2015 :
NIM = 36.673.758 – 25.358.506 X 100%
461.410.382 + 424.775.307 : 2
NIM = 11.315.252 X 100%
443.092.845
NIM = 2,5%
Tahun 2016 :
Bulan Maret 2016 :
NIM = 10.102.126 – 5.809.629 X 100%
468.259.800 + 424.087.483 : 2
NIM = 4.292.497 X 100%
446.173.642
NIM = 0,9 %
Bulan September 2016 :
NIM = 30.293.885 – 37.787.351 X 100%
502.812.661 + 422.951.759 : 2
NIM = -7.493.466 X 100%
462.882.210
NIM = -1,6%
Bulan Desember 2016 :
NIM = 40.070.107 – 45.976.641 X 100%
486.095.197 + 461.410.382 : 2
NIM = -5.906.534 X 100%
473.752.790
NIM = -1,2%
BPR Kerta Raharja
Tahun 2013 :
Bulan Maret 2013 :
NIM = 2.345.237 – 270.573 X 100%
63.454.330 + 34.874.016 : 2
NIM = 2.074.664 X 100%
49.164.173
NIM = 4,2 %
Bulan September 2013 :
NIM = 9.500.392 – 1.383.202 X 100%
69.312.416 + 47.540.795 : 2
NIM = 8.117.190 X 100%
58.426.605
NIM = 13%
Bulan Desember 2013 :
NIM = 14.351.896 – 2.328.736 X 100%
87.492.450 + 56.758.619 : 2
NIM = 12.023.160 X 100%
72.125.534
NIM = 16%
Tahun 2014 :
Bulan Maret 2014 :
NIM = 4.583.269 – 1.112.265 X 100%
89.482.219 + 63.454.330 : 2
NIM = 3.471.004 X 100%
76.468.274
NIM = 4%
Bulan September 2014 :
NIM = 14.848.639 – 4.007.147 X 100%
100.714.350 + 69.312.416 : 2
NIM = 10.841.492 X 100%
85.013.383
NIM = 12%
Bulan Desember 2014 :
NIM = 20.919.889 – 5.613.944 X 100%
131.663.107 + 87.492.450 : 2
NIM = 15.305.945 X 100%
109.547.778
NIM = 13%
Tahun 2015 :
Bulan Maret 2015 :
NIM = 6.999.372 – 1.674.466 X 100%
136.879.669 + 89.482.219 : 2
NIM = 5.324.906 X 100%
113.180.944
NIM = 4%
Bulan September 2015 :
NIM = 23.930.382 – 6.349.751 X 100%
168.250.092 + 100.714.350 : 2
NIM = 17.580.631 X 100%
134.482.221
NIM = 13%
Bulan Desember 2015 :
NIM = 34.052.618 – 9.344.750 X 100%
192.900.891 + 131.663.107 : 2
NIM = 24.707.868 X 100%
162.281.999
NIM = 15%
Tahun 2016 :
Bulan Maret 2016 :
NIM = 9.723.772 – 3.577.422 X 100%
204.661.055 + 136.879.669 : 2
NIM = 6.146.350 X 100%
170.770.362
NIM = 3,5%
Bulan September 2016 :
NIM = 36.507.955 – 12.459.687 X 100%
272.321.700 + 168.250.092 : 2
NIM = 24.048.268 X 100%
220.285.896
NIM = 10%
Bulan Desember 2016 :
NIM = 51.886.903 – 18.537.577 X 100%
293.963.711 + 192.900.891 : 2
NIM = 33.349.326 X 100%
243.432.301
NIM = 13 %
Bobot PK Komponen NIM BPRS Harta Insan Karimah Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan
I NIM (%)
II NIM (%)
III NIM (%)
I II III I II III
2013 0.8% 1,7% 2,5% 4 3 2 kurang sehat
cukup Sehat
sehat
2014 0,8% 1,9% 2,8% 4 3 2 Kurang sehat
cukup sehat
sehat
2015 0,9% 2,2% 2,5% 4 2 2 Kurang Sehat
sehat sehat
2016 0,9% -1,6% -1,2% 4 5 5 Kurang Sehat
Tidak Sehat
Tidak Sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Bobot PK komponen NIM BPR Kerta Raharja Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan
I NIM (%)
II NIM (%)
III NIM (%)
I II III I II III
2013 4,2% 13% 16% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat
sangat sehat
2014 4% 12% 13% 2 1 1 Sehat sangat sehat
Sangat sehat
2015 4% 13% 15% 2 1 1 Sehat Sangat sehat
Sangat sehat
2016 3,5% 10% 13% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat
Sangat Sehat
Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017
Rumus : CAR= Modal bank X 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 397.484 0 0 Penempatan Bank lain
24.757.456 20 4.951.491
Aktiva tetap dan inventaris
3.892.355 100 3.892.355
Aktiva lain-lain 5.234.430 100 5.234.430 ATMR Bulan Maret 2013 14.078.276
CAR= 19.387.340 X 100% 14.078.276 CAR= 13 % Bulan September 2013
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 347.827 0 0 Penempatan Bank lain
27.108.619 20 5.421.723
Aktiva tetap dan inventaris
3.978.283 100 3.978.283
Aktiva lain-lain 5.682.951 100 5.682.951 ATMR Bulan September 2013 15.082.957
CAR= 25.287.580 X 100% 15.082.957 CAR= 16% Bulan Desember 2013 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 240.928 0 0 Penempatan Bank lain
35.518.199 20 7.103.639
Aktiva tetap dan inventaris
12.771.910 100 12.771.910
Aktiva lain-lain 4.914.928 100 4.914.928 ATMR Bulan Desember 2013 24.790.477
CAR = 25.324.070 X 100% 24.790.477 CAR= 10%
Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 540.932 0 0 Penempatan Bank lain
30.856.763 20 6.171.352
Aktiva tetap dan inventaris
13.030.381 100 13.030.381
Aktiva lain-lain 5.522.735 100 5.522.735 ATMR Bulan Maret 2014 24.724.468
CAR = 25.435.870 X 100% 24.724.468 CAR = 10% Bulan September 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 554.389 0 0 Penempatan Bank lain
30.777.753 20 6.155.551
Aktiva tetap dan inventaris
13.404.500 100 13.404.500
Aktiva lain-lain 6.048.052 100 6.048052 ATMR Bulan September 2014 25.608.103
CAR = 31.346.850 X 100% 25.608.103 CAR = 12 % Bulan Desember 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 444.487 0 0 Penempatan Bank lain
52.126.588 20 10.425.317
Aktiva tetap dan inventaris
13.728.164 100 13.728.164
Aktiva lain-lain 4.942.670 100 4.942.670 ATMR Bulan Desember 2014 29.096.151
CAR = 29.998.000 X 100% 32.804.890 CAR = 9% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 944.874 0 0 Penempatan Bank lain
66.547.315 20 13.309.463
Aktiva tetap dan inventaris
13.818.064 100 13.818.064
Aktiva lain-lain 5.677.363 100 5.677.363
ATMR Bulan Maret 2015 32.804.890 CAR = 29.998.000 X 100% 32.804.890 CAR = 9% Bulan September 2015 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 814.174 0 0 Penempatan Bank lain
47.723.616 20 9.544.723
Aktiva tetap dan inventaris
13.900.217 100 13.900.217
Aktiva lain-lain 7.960.609 100 7.960.609 ATMR Bulan September 2015 31.405.549
CAR = 44.416.130 X 100% 31.405.549 CAR = 14 % Bulan Desember 2015
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 858.023 0 0 Penempatan Bank lain
50.451.475 20 10.090.295
Aktiva tetap dan inventaris
14.025.119 100 14.025.119
Aktiva lain-lain 6.039.071 100 6.039.071 ATMR Bulan Desember 2015 30.154.485
CAR = 44.420.668 X 100% 30.154.485 CAR = 14 % Tahun 2016 : Bulan Maret 2016
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.403.933 0 0 Penempatan Bank lain
68.949.207 20 13.789.841
Aktiva tetap dan inventaris
14.291.816 100 14.291.816
Aktiva lain-lain 7.632.825 100 7.632.825 ATMR Bulan Maret 2016 35.714.482
CAR = 44.420.668 X 100% 35.714.482 CAR = 12% Bulan September 2016 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp)
Kas 937.569 0 0 Penempatan Bank lain
94.270.138 20 18.854.027
Aktiva tetap dan inventaris
13.882.190 100 13.882.190
Aktiva lain-lain 8.799.735 100 8.799.735 ATMR Bulan September 2016 41.535.952
CAR = 46.987.628 X 100% 41.535.952 CAR = 11% Bulan Desember 2016 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 739.015 0 0 Penempatan Bank lain
101.738.352 20 20.347.670
Aktiva tetap dan inventaris
14.023.743 100 14.023.743
Aktiva lain-lain 7.683.638 100 7.683.638 ATMR Bulan Desember 2016 42.055.051
BPR Kerta Raharja Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 398.990 0 0 Pihak tidak terkait 52.488.539 20 10.497.707 Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.183.334 100 2.183.334 Aktiva lain-lain 1.713.848 100 1.713.848 ATMR Bulan Maret 2013 19.951.659
CAR = 55.818.000 X 100% 19.951.659 CAR= 27% Bulan September 2013 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 497.500 0 0 Pihak tidak terkait 58.584.435 20 11.716.887 Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.189.835 100 2.189.835 Aktiva lain-lain 1.745.058 100 1.745.058 ATMR Bulan September 2013 23.391.884
CAR = 50.398.000 X 100% 23.391.884 CAR = 21% Bulan Desember 2013 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp)
Kas 422.437 0 0 Penempatan pd bank lain
22.643.142 20 7.740.103
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 2.598.388 100 2.598.388 Aktiva lain-lain 135.841 100 135.841 ATMR Bulan Desember 2013 15.002.960
CAR = 50.398.000 X 100% 15.002.960 CAR = 33% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 434.868 0 0 Penempatan pd bank lain
18.995.403 20 3.799.080
Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.899.201 100 2.899.201 Aktiva lain-lain 779.968 100 779.968 ATMR Bulan Maret 2014 15.218.353
CAR = 50.398.000 X 100% 15.218.353 CAR = 33% Bulan September 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 468.740 0 0 Penempatan pd bank lain
14.095.144 20 2.819.028
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.085.621 100 3.085.621 Aktiva lain-lain 1.064.827 100 1.064.827 ATMR Bulan September 2014 14.709.579
CAR = 49.648.000 X 100% 14.709.579 CAR = 33% Bulan Desember 2014 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 832.618 0 0 Penempatan pd bank lain
32.186.574 20 6.437.314
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.205.318 100 3.205.318 Aktiva lain-lain 311.190 100 311.190 ATMR Bulan Maret 2014 17.693.925
CAR = 49.648.000 X 100% 17.693.925
CAR = 28 % Tahun 2015: Bulan Maret 2015 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 606.617 0 0 Penempatan pd bank lain
18.267.157 20 3.653.431
Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 3.236.350 100 3.236.350 Aktiva lain-lain 1.043.526 100 1.043.526 ATMR Bulan Maret 2015 15.673.411
CAR = 28.350.000 X 100% 15.673.411 CAR = 18% Bulan September 2015 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.030.368 0 0 Penempatan pd bank lain
14.561.239 20 2.912.247
Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 3.850.208 100 3.850.208 Aktiva lain-lain 1.885.044 100 1.885.044 ATMR Bulan September 2015 16.387.603
CAR = 28.350.000 X 100% 16.387.603 CAR = 17% Bulan Desember 2015 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 891.499 0 0 Penempatan pd bank lain
20.496.328 20 4.099.265
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.579.864 100 3.579.864 Aktiva lain-lain 267.704 100 267.704 ATMR Bulan Desember 2015 15.686.936
CAR = 28.350.000 X 100% 15.686.936 CAR = 18% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.044.170 0 0 Penempatan pd bank lain
18.092.200 20 3.799.080
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.840.142 100 3.840.142 Aktiva lain-lain 3.338.862 100 3.338.862 ATMR Bulan Maret 2016 18.537.547
CAR = 28.350.000 X 100% 18.537.547 CAR = 15 % Bulan September 2016 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.484.791 0 0 Penempatan pd bank lain
36.912.758 20 7.382.555
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 4.343.461 100 4.343.461 Aktiva lain-lain 2.769.298 100 2.769.298 ATMR Bulan September 2016 22.235.417
CAR = 28.350.000 X 100% 22.235.417 CAR = 12% Bulan Desember 2016 :
Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.215.102 0 0 Penempatan pd bank lain
42.835.625 20 8.567.125
Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 4.196.401 100 2.899.201 Aktiva lain-lain 486.336 100 486.336 ATMR Bulan Desember 2016 20.989.965
CAR = 28.350.000 X 100% 20.989.965 CAR = 13%
Rasio CAR BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang
Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan I CAR (%)
II CAR (%)
III CAR (%)
I II III I II III
2013 13% 16% 10% 2 1 2 Sehat Sangat sehat
Sehat
2014 10% 12% 10% 2 2 2 Sehat sehat sehat 2015 9% 14% 14% 2 2 2 Sehat sehat Sehat 2016 12% 11% 11% 2 2 2 Sehat sehat sehat
Rasio CAR BPR Kertaraharja Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan
I CAR
II CAR
III CAR
I II III I II III