PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36921...CAR....

95
PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH DENGAN BPR KONVENSIONAL KERTARAHARJA DI TANGERANG, BANTEN 2013-2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S. E.) Disusun Oleh: Fitri Handayani NIM: 1113046000135 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M

Transcript of PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36921...CAR....

i

PERBANDINGAN KINERJA BPR SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH

DENGAN BPR KONVENSIONAL KERTARAHARJA DI TANGERANG,

BANTEN 2013-2016

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Ekonomi (S. E.)

Disusun Oleh:

Fitri Handayani

NIM: 1113046000135

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1438 H/2017 M

ii

iii

iv

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tangerang, Banten pada tanggal 06 Maret 1995 dari

pasangan orang tua Marullah dan Nyai Herawati dan merupakan anak pertama

dari dua bersaudara. Alamat penulis Jl. Pala raya Rt 001/Rw 001 No.42 Pondok

Cabe Udik, Pamulang, Tangerang Selatan. Email penulis

[email protected]

Jenjang pendidikan yang ditempuh penulis dimulai dari TK Aisiyah

Busthanul Athfal Pondok Cabe pada tahun 1999. Kemudian penulis melanjutkan

ke SD Muhammadiyah 37 Pondok Cabe dan selesai pada tahun 2005, pada tahun

yang sama penulis melanjutkan ke SMP Muhammadiyah 44 Pamulang dan lulus

pada tahun 2009, pada tahun yang sama penulis melanjutkan ke SMK Triguna

Utama Ciputat dan lulus pada tahun 2012, kemudian penulis melanjutkan kuliah

D1 CCIT-UIN Tazkia Program Profesional Akuntansi Syariah dan lulus pada

tahun 2013. Penulis diterima di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta sebagai mahasiswa Program Studi Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi

dan Bisnis.

vi

ABSTRACT

Fitri Handayani. NIM 1113046000135 Comparison of Performance of Sharia

Rural Banks Insan Karimah with Conventional Rural Bank Kertaraharja In

Tangerang 2013-2016. Islamic Banking, Muamalat Study Program, Faculty of

Economics and Business, State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2017. This study aims to analyze and compare the performance condition

of BPR Syariah Harta Insan Karimah with Conventional Rural Bank Kertaraharja.

The research method used is quantitative analysis. Measurement of financial

performance is done by using RGEC method based on PBI No. 13/1 / PBI / 2011

and Circular Letter of the Financial Services Authority No. 10 / SEOJK.03 / 2014.

Based on the results of the measurement of financial performance in terms of

REC aspects of the period 2013-2016 which includes NPL, NPF, ROA, NIM and

CAR. In the ratio of NPL and NPF in 2013-2014, it is stated that BPRS HIK is

healthier than BPR Kerta Raharja but in 2015- 2016 it is stated that BPR

Kertaraharja is healthier. On ROA and NIM ratios it is stated that BPR

Kertaraharja is healthier than BPRS HIK. On the CAR ratio it is stated that BPR

Kertaraharja is healthier than BPRS HIK. It can be concluded that BPR

Kertaraharja is healthier than BPRS HIK.

Keywords: BPRS HIK, BPR Kertaraharja, Financial Performance, RGEC

Method.

Advisor : Dr. Sofyan Rizal, SE, M. Si

Bibliography: Year 2001 s.d 2016.

vii

ABSTRAK

Fitri Handayani. NIM 1113046000135 Perbandingan Kinerja BPR Syariah

Harta Insan Karimah dengan BPR Konvensional Kertaraharja Di Tangerang

2013-2016. Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2017. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis dan membandingkan kondisi kinerja BPR Syariah Harta Insan

Karimah dengan BPR Konvensional Kertaraharja. Metode penelitian yang

digunakan ialah analisis kuantitatif. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan

dengan menggunakan metode REC berdasarkan PBI No. 13/1/PBI/2011 dan Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014. Berdasarkan hasil

pengukuran kinerja keuangan yang ditinjau dari aspek REC periode 2013-2016

yang meliputi NPL, NPF, ROA, NIM dan CAR. Pada rasio NPL dan NPF pada

tahun 2013-2014 dinyatakan BPRS HIK lebih sehat dibandingkan dengan BPR

Kertaraharja tetapi pada tahun 2015- 2016 dinyatakan bahwa BPR Kertaraharja

lebih sehat. Pada rasio ROA dan NIM dinyatakan bahwa BPR Kertaraharja lebih

sehat dibandingkan dengan BPRS HIK. Pada rasio CAR dinyatakan bahwa BPR

Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS HIK. Maka dapat

disimpulkan bahwa BPR Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS

HIK.

Kata kunci : BPRS HIK, BPR Kertaraharja, Kinerja Keuangan, Metode

RGEC.

Pembimbing : Dr. Sofyan Rizal, SE, M. Si

Daftar Pustaka : Tahun 2001 s.d 2016.

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya

meskipun terdapat banyak kekurangan. Shalawat serta salam semoga tercurahkan

kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk kepada

umatnya menuju kehidupan yang bahagia fiddun yaa wall aakhirat.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang

terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat yang setinggi-tingginya dan

terima kasih setulus-tulusnya atas segala kepedulian mereka yang telah

memberikan berbagai bentuk bantuan baik berupa sapaan moril, kritik, masukan,

dorongan semangat, dukungan finansial, maupun sumbangan pemikiran, dalam

penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Muhammad Arief Mufraini, Lc., M. Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A. dan Bapak Abdurrouf, Lc., M.A. selaku

Ketua dan Sekertaris Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Yogi Citra Pratama, M. Si, dan Ibu Endra Kasni Laila Yuda, M. Si,

selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, S.E, M. Si. Selaku Dosen pembimbing Skripsi

penulis, yang sangat sabar dalam membimbing penulis dalam menulis

skripsi sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Selain itu, berbagai

motivasi, ilmu, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis mendapatkan pelajaran berharga yang bermanfaat untuk

masa depan. Semoga Allah membalas kebaikan Bapak berupa limpahan

rezeki dan keberkahan dunia dan akhirat.

ix

6. Kepada Pimpinan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan

fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan.

7. Kepada Muhammad Fudhail Rahman, M.A. selaku Dosen Pembimbing

Akademik yang telah memberikan nasehat dan waktu luangnya untuk

berkonsultasi mengenai masalah akademik selama penulis menjadi

mahasiswa.

8. Kepada seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang

telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama menempuh

pendidikan di bangku kuliah.

9. Kepada kedua orang tuaku Bapak Marullah dan Ibu Nyai Herawati, yang

telah memberikan do’a, dukungan, semangat, dan rela mengorbankan

waktu dan keringatnya untuk membantu penulis dalam menjalani

perkuliahan. Semoga kebaikan kalian dibalas berlipat ganda oleh Allah

SWT berupa keberkahan dunia dan akhirat.

10. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

Dengan demikian, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas semua pihak

yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga

Allah Swt membalas yang terbaik dan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi

selu masyarakat dan menyumbangkan aspirasi bagi perkembangan industri

keuangan syariah.

Jakarta, 14 November 2017

Fitri Handayani

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ .i

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING. ....................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN ..................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v

ABSTRACK ......................................................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR .................................................................... xii .xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah............................................................................. 4

D. Perumusan Masalah.............................................................................. 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 5

F. Review Studi Terdahulu....................................................................... 6

G. Kerangka Pemikiran.............................................................................11

H. Sistematika Penulisan...........................................................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Pembiayaan Rakyat................................................................... 13

B. Analisis Kinerja Bank......................................................................... 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................25

B. Jenis dan Sumber Data........................................................................25

C. Populasi dan Sampel...........................................................................26

D. Metode Pengumpulan Data.................................................................26

E. Metode Analisis Data..........................................................................27

F. Pendekatan Metode RGEC..................................................................27

xi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian.....................................................34

B. Perbedaan Antara BPR Syariah dan BPR Konvensional.....................41

C. Perbandingan Penilaian Kesehatan BPRS HIK dan Kertaraharja........43

D. Penilaian Kesehatan Berdasarkan Rasio REC.....................................45

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan......................................................................................... 56

B. Saran....................................................................................................57

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................59

LAMPIRAN.........................................................................................................62

xii

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

Tabel 1.1 Total Asset Beberapa BPR Syariah dan BPR Kovensional............ 3

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC.............. 21

Tabel 3.1 Matriks Kriteria Peringkat Komponen Risiko Kredit.................. 28

Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen ROA.............. 30

Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen NIM............... 31

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen CAR............... 32

Tabel 4.1 Perbedaan BPR Konvensional dan Syariah.................................. 41

Tabel 4.2 Laba Bersih BPR HIK dan Kertaraharja....................................... 43

Tabel 4.3 NPL dan NPF BPRS HIK dan BPR Kertaraharja..........................46

Tabel 4.4 ROA BPRS HIK dan Kertaraharja.................................................49

Tabel 4.5 Rasio NIM BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................52

Tabel 4.6 Rasio CAR BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................54

Grafik 4.1 Rasio NPF dan NPL BPR HIK dan Kertaraharja..........................48

Grafik 4.2 Rasio ROA BPRS HIK dan Kertaraharja......................................51

Grafik 4.3 Rasio NIM BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................53

Grafik 4.4 Rasio CAR BPRS HIK dan Kertaraharja.......................................56

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemunculan bank dengan prinsip syariah, tentu saja memicu persaingan antar

bank. Keadaan tersebut menuntut manajemen bank untuk ekstra keras dalam

meningkatkan kinerjanya. Sistem perbankan yang sehat dinilai dari kinerja

keuangan bank yang baik. Kinerja keuangan bank yang sehat dapat menimbulkan

kepercayaan masyarakat begitu pula sebaliknya, penurunan kinerja keuangan bank

dapat menurunkan kepercayaan masyarakat. Perbankan di Indonesia terdapat dua

jenis, yaitu bank yang melakukan usaha secara konvensional dan bank yang

melakukan usaha secara syariah.

Hal yang mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan konvensional

dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan

yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan yang diberikan oleh

nasabah.

Hal kegiatan operasional bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil (profit and

loss sharing). Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk

memperoleh pendapatan maupun membebankan bunga atas penggunaan dana dan

pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan.

Persaingan BPR dan BPRS tidak bisa terhindarkan dan memberikan dampak

yang mempengaruhi tumbuh kembangnya suatu bank. Sebuah bank harus mampu

meningkatkan kinerja keuangannya untuk bisa bertahan dan mengembangkan

eksistensinya. Kinerja merupakan hal yang sangat penting karena bisnis

perbankan adalah bisnis kepercayaan, maka bank harus mampu menunjukkan

kredibilitasnya sehingga akan semakin banyak masyarakat yang menggunakan

jasa perbankan dalam bertransaksi, salah satunya melalui peningkatan

profitabilitas. 1

1 Kasmir. Manajemen Perbankan, ( Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.

11

2

Pada umumnya rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu bank ada

tiga, yaitu 1. Rasio Likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan bank dalam membayar hutang jangka pendek (Cash Ratio, Reserve

Requirement, Loan to Deposit Ratio, Loan to Asset Ratio). 2. Rasio rentabilitas

adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa atau mengukur tingkat efisiensi

usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank bersangkutan (Return On Asset,

Return On Equity, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional, Net

Profit Margin Ratio). 3. Rasio Solvabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau

kemampuan bank memenuhi seluruh kewajibannya jika terjadi likuidasi pada

bank (Capital Adequacy Ratio, Debt to Equity Ratio).2

Bank Indonesia membuat Peraturan (PBI) No. 13/1/PBI/2011 mengenai

penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan RGEC yang

merupakan metode baru pengukuran tingkat kesehatan bank. Pada tahun 2014 ada

penyempurnaan terhadap Peraturan Bank Indonesia tersebut, ditandai dengan

diedarkannya Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 10/SEOJK.03/2014

tentang penilaian tingkat kesehatan BUS dan UUS yang masih menggunakan

pendekatan yang sama. Tujuan dibuatnya Peraturan Bank Indonesia dan Surat

Edaran Otoritas Jasa Keuangan tersebut adalah agar bank dapat mengidentifikasi

permasalahan lebih dini, melakukan tindakan lebih lanjut perbaikan yang sesuai

dan lebih cepat, serta menerapkan prinsip Good Corporate Governance dan

manajemen risiko yang lebih baik. 3

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang

dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang

sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat,

dapat menjalankan fungsi intermediasi, dan dapat menjalankan fungsi sosial.4

2 Faisol. Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan : 2007. 3 (2): 129-170. 3 Otoritas Jasa Keuangan,Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah, 2014, h. 2 4 Mellia Kusumawati, Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan Metode

Camels dan RGEC, (Universitas Negeri Surabaya,2013), h. 1

3

Kota Tangerang merupakan salah satu kota yang tidak luput dari proses

pembangunan ekonomi yang fokus pada pembangunan sektor mikro. Selain itu

letak geografis kota Tangerang yang dekat dengan pusat pemerintahan Indonesia

sekaligus pusat perekonomian menjadi perhatian lebih. Perhatian pengembangan

ekonomi di daerah ini sebagai bukti penyeimbang dan kesetaraan ekonomi. Untuk

itu pemerintah daerah dan stackholder terkait terus berupaya meminimalisir

kemungkinan-kemungkinan tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Agus

salim5 mengemukakan bahwa salah satu bentuk kebijakan di kota Tangerang yaitu

diantaranya adalah meningkatkan pembangunan UMKM dengan memberikan

wawasan , pengetahuan dan bimbingan serta bantuan modal. Dalam hal inilah

peran lembaga keuangan sangat dibutuhkan terutama BPR dan BPRS.

Berikut ini adalah data dari laporan keuangan beberapa BPR dan BPRS

Tangerang per Desember 2016 sebagai berikut:

Tabel 1.1 Total Aset beberapa BPR Syariah dan BPR Konvensional

Tangerang Tahun 2013 – 2016

Tahun BPRS Tangerang BPR Tangerang

BPRS

Wakalumi

BPRS

Musyarakah

BPRS HIK BPR Dana

Niaga

BPR Artha

Mitra

BPR Kerta

Raharja

2013 16,117,130 3,399,093 365,798,388 10,720,972 9,261,399 99,827,557

2014 16,150,502 7,283,179 440,092,510 9,468,283 8,272,573 142,249,506

2015 15,973,209 5,012,950 473,747,207 10,611,469 11,935,245 204,978,577

2016 13,032,485 7,019,633 483,028,239 10,895,270 11,777,820 306,997,817

Sumber : data sekunder di buat oleh penulis.6

Berdasarkan data dari laporan keuangan di atas bahwa dari keenam BPR

Syariah dan BPR Konvensional Tangerang terdapat 2 BPRS dan BPR yang total

asetnya besar yaitu BPRS HIK dan BPR Kertaraharja.

Penelitian ini dilakukan pada BPR Syariah Harta Insan Karimah yang mana

dalam aset perusahaannya lebih besar dibandingkan dengan BPR Syariah lainnya.

Sedangkan BPR Konvensional yang dipilih untuk perbandingan dengan BPR

Syariah adalah BPR Konvensional terbesar aset perusahaan di Tangerang yaitu

5 Lestari Agusalim, “Potensi dan Proyeksi Ekonomi Makro Kota Tangerang”, Media

Trend, Vol. 11 No. 2, 2016, h. 99-116 6 http://www.ojk.go.id//

4

BPR Kertaraharja. Penelitian ini berjudul “PERBANDINGAN KINERJA BPR

SYARIAH HARTA INSAN KARIMAH DENGAN BPR KONVENSIONAL

KERTARAHARJA DI TANGERANG BANTEN 2013-2016”

B. Identifikasi Masalah

1. Apa perbedaan dari BPR Konvensional dengan BPR Syariah ?

2. Bagaimana cara BPR Syariah mengatasi berkurangnya pendapatan karena

meningkatnya kualitas BPR Konvensional ?

3. Bagaimana menganalisis kinerja keuangan BPR Konvensional

Kertaraharja Tangerang ?

4. Bagaimana menganalisis kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan

Karimah (HIK) Tangerang?

5. Bagaimana menganalisis perbandingan kinerja keuangan BPR

Konvensional Kertaraharja Tangerang dengan BPR Syariah Harta Insan

Karimah (HIK) Tangerang ?

C. Pembatasan Masalah

Agar masalah penelitian ini lebih terfokus dan spesifik, maka penulis

memandang perlunya pembatasan permasalahan. Oleh sebab itu, penulis

memberikan batasan-batasan penelitian yaitu :

1. Penelitian hanya dilakukan pada BPR Konvensional dan BPR Syariah

yang aset tertinggi di wilayah Tangerang Banten yaitu pada BPR

Konvensional Kertaraharja dan BPR Syariah Harta Insan Karimah.

2. Penelitian ini dilakukan dari periode 2013-2016.

3. Meneliti tentang perbandingan kinerja BPR Konvensional dan BPR

Syariah menggunakan metode REC.

D. Perumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK)

Tangerang menggunakan metode REC?

5

2. Bagaimana kinerja keuangan BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang

menggunakan metode REC?

3. Manakah yang lebih sehat BPRS Harta Insan Karimah (HIK) atau BPR

Kertaraharja setelah masing-masing dihitung dengan menggunakan rasio

REC?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari

penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk menganalisis kinerja keuangan BPR Konvensional Kertaraharja

Tangerang dilihat dari metode REC (Risk profile, Earnings, Capital)

2. Untuk menganalisis kinerja keuangan BPR Syariah Harta Insan Karimah

(HIK) Tangerang dilihat dari metode REC (Risk profile, Earnings, Capital)

3. Untuk membandingkan manakah yang lebih sehat BPRS Harta Insan

Karimah (HIK) atau BPR Kertaraharja setelah masing-masing dihitung

dengan menggunakan rasio REC.

Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi Penulis

Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam perbedaan antara BPR

Konvensional Kertaraharja Tangerang dan BPR Syariah Harta Insan

Karimah (HIK) Tangerang serta perbandingan kinerja keuangan diantara

keduanya secara real dan membandingkannya dengan teori-teori yang

didapat dari literatur maupun dari mata kuliah yang diajarkan kepada

penulis.

2. Bagi Industri BPR

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memacu industri BPR

Konvensional yang belum memiliki produk BPR Syariah untuk mulai

membuka Unit Usaha Syariah (UUS) untuk memfasilitasi masyarakat

6

muslim yang ingin menggunakan jasa perbankan dengan prinsip yang sesuai

dengan aturan syariah, serta diharapkan dapat memacu BPR Syariah untuk

mempertahankan serta meningkatkan kinerja keuangannya sehingga dapat

bersaing dengan BPR Konvensional yang lebih dulu ada.

3. Bagi Regulator

Penelitian ini diharapkan dapat memacu regulator untuk mendukung

pertumbuhan dan berkembangnya BPR Syariah Tangerang dengan

meningkatkan kualitas produk dan layanan sehingga dapat mengimbangi

pertumbuhan industri BPR Konvensional Tangerang.

4. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi

masyarakat luas baik muslim maupun non muslim mengenai bagaimana

perbedaan BPR konvensional dan BPR syariah secara umum maupun

menurut kinerja keuangannya, sehingga masyarakat dapat terbantu dalam

jenis BPR yang sesuai dengan keinginan, kebutuhan, dan yang memiliki

kinerja yang lebih baik.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi dan acuan untuk penelitian

selanjutnya yang ingin meneliti mengenai industri BPR di daerah yang lebih

kecil atau lebih besar atau bahkan di negara lain.

F. Review Studi Terdahulu

1. Nama penulis Widya Wahyu Ningsih Jurusan Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanudin Tahun 2012 Judul Skripsi “

Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank

Umum Konvensional Di Indonesia”.7 Data yang digunakan dalam penelitian

ini diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi Bank Umum tahun 2006

hingga 2010 yang diterbitkan oleh masing-masing Bank yang bersangkutan.

Setelah melewati tahap purposive sample, maka sampel yang layak

7 Widya Wahyu Ningsih, Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia, (Skripsi Universitas Hasanudin:2012)

7

digunakan sebanyak 4 sampel, 2 Bank Umum Syariah (Bank Syariah

Mandiri dan Bank Mega Syariah), dan 2 Bank Umum Konvensional(Bank

Mandiri dan Bank Mega). Teknik analisis yang digunakan untuk melihat

perbandingan kinerja keuangan Bank Umum Syariah dengan Bank Umum

Konvensional adalah metode Independent sample t-test. Hasil dari

penelitian skripsi ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan

untuk masing-masing rasio keuangan antara Bank Umum Syariah dengan

Bank Umum Konvensional di Indonesia. Bank Umum Syariah lebih baik

kinerjanya dari segi rasio LDR dan ROA, sedangkan Bank Umum

Konvensional lebih baik kinerjanya dari segi rasio CAR, NPL dan BOPO.

Perbedaan skripsi Widya Wahyu Ningsih dengan skripsi penulis adalah

skripsi Widya Wahyu Ningsih objek penelitian pada BUS dan BUK penulis

menggunakan objek penelitian pada BPR Konvensional dan BPR Syariah di

Tangerang, penulis menggunakan metode REC untuk mengukur kinerja

keuangan.

2. Nama Penulis : Haidy Arrvida Lasta, Zainul Arifin, Nila Firdausi Nuzula

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang tahun 2014 Judul

Jurnal “Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Pendekatan RGEC (Studi pada BRI periode 2011-2013)”.8 Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat kesehatan PT Bank Rakyat

Indonesia, Tbk jika diukur menggunakan pendekatan RGEC (Risk Profile,

Good Corporate Governance, Earnins, Capital) pada tahun 2011- 2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Variabel dan pengukuran pada penelitian ini terdiri

dari faktor Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, capital.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kesehatan BRI pada tahun 2011

sampai dengan 2013 yang diukur menggunakan pendekatan RGEC secara

keseluruhan dapat dikatakan bank yang sehat. Faktor Risk Profile yang

dinilai melalui NPL, IRR, LDR, LAR, Cash Ratio secara keseluruhan

8 Haidy Arrvida Lasta, dkk, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan

Pendekatan RGEC, (Jurnal Universitas Brawijaya:2014)

8

menggambarkan pengelolaan risiko yang telah dilaksanakan dengan baik.

Faktor Good Corporate Governance BRI sudah memiliki dan menerapkan

tata kelola perusahaan baik. Faktor Earnings dan rentabilitas yang

penilaiannya terdiri dari ROA dan NIM mengalami kenaikan dan hal ini

menandakan bertambahnya jumlah aset yang dimiliki BRI diikuti dengan

bertambahnya keuntungan yang didapat oleh BRI. Dengan menggunakan

indikator CAR. Peneliti membuktikan bahwa BRI memiliki faktor Capital

yang baik, yaitu diatas ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%. Perbedaan

jurnal ini dengan skripsi penulis adalah meskipun menggunakan metode

yang sama dalam melakukan penelitian ada perbedaan antara jurnal ini

dengan penelitian penulis yaitu objek yang berbeda BPR Konvensional

dengan BPR Syariah di Tangerang.

3. Nama Penulis : Andita Jefri Harnanto Program Studi Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun 2014

Judul Skripsi “ Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah

Mandiri dengan PT. Bank Central Asia”.9 Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank

Central Asia dilihat dari masing-masing rasio keuangan dan mengetahui

perbedaan yang signifikan kinerja keuangan PT. Bank Syariah Mandiri jika

dibandingkan PT. Bank Central Asia dilihat dari masing-masing rasio

keuangan secara keseluruhan. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dalam penelitian ini data

yang digunakan adalah data pada bank yang mempublikasikan laporan

keuangan tahunan yaitu PT Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Central

Asia (BCA) dari tahun 2008-2012. Laporan Keuangan tersebut berupa :

Neraca keuangan dari tahun 2008-2012, laporan Rugi Laba dari tahun 2008

– 2012, dan ikhtisar keuangan dari tahun 2008-2012. Metode analisis yang

digunakan dengan rasio keuangan dan uji t. Berdasarkan dari perhitungan

statistik dapat diketahui bahwa secara keseluruhan dilihat dari kinerja

9 Andita Jefri Harnanto, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah

Mandiri dengan PT. Bank Central Asia, (Skripsi Universitas Muhammadiyah Surakarta: 2014)

9

keuangan Bank Syariah Mandiri lebih baik pada rasio ROE, NIM, LDR

sedangkan Bank Central Asia lebih baik kinerja keuangan pada rasio CAR,

ROA, dan NPL. Analisis yang dilakukan menunjukan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan untuk rasio ROA, NIM, LDR, NPL, sedangkan

pada rasio CAR dan ROE tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Perbedaan dengan penelitian penulis, penulis menggunakan metode REC

dan penulis menggunakan objek BPR konvensional dan BPR syariah di

Tangerang.

4. Nama Penulis : Jayanti Mandasari, Mahasiswa Program S1 Ilmu

Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Mulawarman Tahun 2015 Judul Jurnal “ Analisis Kinerja Keuangan Dengan

Pendekatan Metode RGEC Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013”.10

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kinerja keuangan Bank BUMN

(BNI, BRI, BTN, dan Bank Mandiri) periode 2012-2013 dengan pendekatan

RGEC. Alat analisis yang dipergunakan adalah metode RGEC. Sedangkan

Metode Penelitian ini Metode penelitian ini menggunakan deskriptif dengan

pendekatan kuantitatif. Populasi penelitian ini seluruh Bank BUMN yang

terdaftar dalam direktori Bank Indonesia, yang memiliki laporan tahunan

periode tahun 2012 sampai 2013. Teknik pengumpulan data yang

dipergunakan adalah teknik dokumentasi dan teknik kepustakaan.Hasil

penelitian menunjukkan secara keseluruhan kinerja keuangan Bank BUMN

selama periode 2012-2013 dari segi profil risiko yaitu dengan menganalisis

risiko kredit yang diwakili dengan rasio NPL dikatakan baik dan dari

analisis risiko likuiditas yang diwakili dengan rasio LDR dapat dikatakan

Cukup Likuid. Sedangkan dari segi Good Corporate Governance (GCG)

kinerja bank Sangat Baik. Serta secara keseluruhan kinerja keuangan dari

segi Rentabilitas (Earning) yaitu dengan menganalisis rasio ROA atau

perolehan laba berdasarkan aset dan Rasio NIM atau kemampuan

manajemen dalam mengendalikan biaya-biaya Bank dikatakan Baik. Dan

10

Jayanti Mandasari, Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Metode RGEC

Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013, (Junal Universitas Mulawarman: 2015)

10

secara keseluruhan kinerja keuangan dari segi permodalan dengan

menganalisis perbandingan rasio modal terhadap aktiva tertimbang menurut

risiko (ATMR) yang diwakili dengan menghitung rasio CAR (Capital

Adequacy Ratio) Bank dikatakan Baik. Perbedaan dari penelitian penulis

adalah penulis menggunakan objek penelitian BPR Konvensional dan BPR

Syariah.

5. Nama Penulis : Fungki Prastyananta, Muhammad Saifi, Maria Goretti Wi

Endang NP Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

tahun 2016 Judul Jurnal “Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk

Mengetahui Tingkat Kesehatan Bank”.11

Hasil dari penelitian ini

menunjukan bahwa dilihat dari hasil perhitungan Non Perfoming Loan

(NPL) tahun 2012-2014, secara umum bank dapat dikategorikan dalam

kondisi baik atau sehat. Sebanyak 14 bank mempeoleh predikat sangat baik,

8 bank kondisinya baik,dan 3 bank ada pada kondisi cukup baik.

Berdasarkan Loan Deposit Ratio (LDR) tahun 2012-2014, mayoritas bank

ada pada kondisi cukup baik yakni sebanyak yakni sebanyak 13 bank

memiliki predikat cukup baik, 7 bank ada pada kondisi baik, 4 bank sangat

baik, 1 bank kurang baik, dan 1 bank lainnya tidak baik. Hasil GCG tahun

2012-2014 menunjukan mayoritas bank memperoleh peringkat 2 atau sehat.

Berdasarkan Return On Asset (ROA) tahun 2012-2014, dapat disimpulkan

bahwa secara umum bank ada pada kondisi sangat baik yaitu 14 bank

dengan predikat sangat baik dan terdapat 2 bank memiliki kondisi yang

tidak baik. Berdasarkan Net Interest Margin (NIM) tahun 2012-2014

menunjukkan bahwa sebanyak 23 bank memperoleh predikat sangat baik.

Penelitian ini menggunakan metode RGEC sama dengan penelitian penulis

namun perbedaannya terdapat pada objeknya. Objek penelitian penulis

menggunakan BPR Konvensional dengan BPR Syariah di Tangerang

kemudian membandingkann kinerja keuangan kedua BPR tersebut.

11

Fungki Prastyananta,dkk, Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk Mengetahui

Tingkat Kesehatan Bank, (Jurnal Universitas Brawijaya: 2016)

11

G. Kerangka Pemikiran

Tangerang

BPR Konvensional

Kerta Raharja

Tangerang

BPR Syariah Harta

Insan Karimah

Tangerang

Perbedaan Tingkat Kinerja

Keuangan Bank

Metode REC

Analisis

Pembahasan

Hasil Penelitian

12

H. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran secara sederhana agar memudahkan penulisan

skripsi maka disusun sistematika penulisan yang terdiri dari lima bab dengan

rincian sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat

penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas teori-teori yang berkaitan dengan topik tentang kinerja

perbankan. Pembahasan mengenai teori tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang penjelasan mengenai jenis dan sumber data, objek

penelitian, metode pengumpulan data, tekhnik pengolahan data, dan metode

analisis data yang digunakan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil pengukuran kinerja keuangan BPRS HIK dan BPR

Kerta Raharja. Pengukuran kinerja keuangan dilakukan dengan metode REC

(risk Profile, Earnings, Capital) berdasarkan Surat Edaran OJK No.

10/SEOJK.03/2014.

BAB V KESIMPULAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran.

13

BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Bank Pembiayaan Rakyat (BPR)

1. Pengertian BPR

Undang-undang (UU) Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Bank Syari’ah telah

mengatur secara khusus eksistensi Bank Syari’ah di Indonesia. Undang-undang

tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU no. 7 Tahun 1992 Tentang

Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang

belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam Undang-Undang tersendiri.

Menurut Pasal 18 UU No. 21 Tahun 2008, Bank Syari’ah terdiri atas Bank

Umum Syari’ah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.1

Pasal 1 UU No. 21 Tahun 2008 tentang ketentuan Umum disebutkan

pengertian dari Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah Bank Syariah

yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.2

Sedangkan Pasal 2 UU No. 21 Tahun 2008 dijelaskan bahwa Perbankan

Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah,

demokrasi ekonomi dan prisip kehati-hatian.

Sebelum lahirnya BPR Syariah di Indonesia, masyarakat terlebih dahulu

mengenal adanya Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Menurut UU No. 21 Tahun

2008 disebutkan bahwa BPR adalah bank konvensional yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dimana

BPR konvensional masih menerapkan sistem bunga dalam operasionalnya.

Maka dari itu, harus dibedakan antara BPR Konvensional dan BPR Syariah.

Perbedaan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dengan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR) adalah 3permasalahan aspek legalitas, dalam BPR Syariah akad

yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang

1 Ahmad Ifham, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama, 2010. h.3 2 UU No.21 Tahun 2008 Pasal 1 3 Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah , (Yogyakarta: UPP AMP, 2002) h. 56

14

dilakukan berdasarkan hukum Islam. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) menurut Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip

syariah yang dalam lalu lintas pembayaran. 4

Prospek perkembangan BPR di masa depan sangatlah luas, karena jumlah

pelaku usaha kecil dan menengah sangat besar, jauh lebih besar dari jumlah

pelaku usaha kelas konglomerasi yang cenderung menjadi rebutan perbankan

umum.

Payung hukum untuk BPR adalah PBI No. 8/26/PBI/2006 tanggal 8

September 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat. Untuk BPR Syariah,

payung hukumnya adalah pendirian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah PBI No.

11/23/PBI/2009 tanggal 01 Juli 2009 tentang Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.

Pembahasan tentang BPR sangatlah menarik meski lebih sederhana

daripada pembahasan tentang perbankan umum. Prinsip kerjanya yang

mengandalkan kecepatan dan kemudahan namun tetap memakai asas kehati-

hatian perbankan selalu punya daya tarik bagi para pelaku usaha. Bahkan

beberapa debitur bank umum seringkali juga datang ke BPR untuk menutup

kebutuhan arus kas yang bersifat mendadak.

Target market BPR adalah melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan,

pedagang, pengusaha kecil, pegawai, dan pensiunan karena sasaran belum

terjangkau oleh bank umum, di samping untuk pemerataan layanan perbankan,

pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka

tidak jatuh ke tangan para pelepas utang (rentenir dan pengijon).5

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank

umum. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran

4 UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21. 5Ali Suyanto, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro,

(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013), h. 12

15

dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima

simpanan giro. Begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya

dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR

dengan modal awal yang relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan modal

awal bank umum. Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut

kliring serta transaksi valuta asing.6

Menurut PBI No. 11/23/PBI/2009, keberadaan BPRS dimaksudkan untuk

dapat memberikan layanan perbankan secara cepat, mudah dan sederhana

kepada masyarakat khususnya pengusaha menengah, kecil dan mikro baik di

perdesaan maupun perkotaan yang selama ini belum terjangkau oleh layanan

bank umum. Selain itu, menurut Sumitro (2004) tujuan didirikan BPR Syariah

adalah : 1) Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama

kelompok masyarakat lemah yang pada umumnya berada di daerah pedesaan,

2) Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan , sehingga dapat

mengurangi arus urbanisasi, dan 3) Membina ukhuwah Islamiyah melalui

kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan pendapatan per kapita menuju

kualitas hidup yang memadai.7

BPRS ditujukan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil secara cepat,

mudah, dan proses persetujuan yang sederhana. Karena perannya yang sangat

vital dalam memberikan pelayanan kepada usaha kecil dan usaha mikro BPRS

memiliki peran penting dalam meningkatkan stabilitas keuangan. 8

2. Tujuan Pendirian

a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam terutama masyarakat

golongan ekonomi lemah.

b. Meningkatkan pendapatan perkapita.

c. Menambah lapangan kerja terutama di kecamatan-kecamatan.

6 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), h.

20

7 Fasiha Kamal, “Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas BPRS di Indonesia

Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008”, Jurnal Muamalah, Vol. IV, No.1, 2014 h.69 8 Titi Dewi Warminda, “Islamic Rural Bank Profitability: Evidance from Indonesia”,

Jurnal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 10 , No. 3 Tahun 2014, h. 99

16

d. Mengurangi urbanisasi.

e. Membina semangat ukhuwah Islamiyah melalui kegiatan ekonomi.

3. Operasional BPR

Operasional BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan bank umum, hanya

yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa bank yang dilakukan BPR jauh

lebih sempit. Sehingga tidak dapat berbuat seleluasa bank umum keterbatasan

kegiatan BPR juga dikaitkan dengan misi pendirian BPR itu sendiri.

Dalam praktiknya kegiatan BPR adalah sebagai berikut :9

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk :

Simpanan berupa tabungan atau yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip Syariah.

b. Investasi berupa deposito atau tabungan atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain

yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

c. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk :

1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau

musyarakah.

2) Pembiayaan berdasarkan akad murabahah, salam, atau istishna’.

3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.

4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada

nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah

muntahiya bittamlik.

5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.

6) Menempatkan dana pada bank syariah lain dalam bentuk titipan

berdasarkan akad wadi’ah atau investasi berdasarkan akad

mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah.

9 Kasmir,. Dasar-dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012)

h.20

17

7) Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk

kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,

dan UUS.

4. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR

Ada beberapa jenis usaha yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh

dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR adalah :10

Menerima simpanan berupa giro.

Melakukan kegiatan usaha perbankan dalam mata uang/ valuta asing.

Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern

terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah kebawah.

Melakukan usaha perasuransian.

Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang

dimaksudkan dalam usaha BPR.

5. Alokasi kredit BPR dan batas maksimal pembelian kredit

Dalam mengalokasikan kredit kepada calon debitur, ada beberapa hal yang

harus diperhatikan oleh BPR, yaitu :

a. Dalam memberikan kredit, BPR wajib mempunyai keyakinan atas

kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi hutangnya sesuai

perjanjian.

b. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai Batas Maksimum pemberian kredit, pemberian

jaminan, atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR

kepada perusahaan-perusahaan dalam kelompok yang sama dengan

BPR tersebut. Batas maksimum tersebut adalah tidak melebihi 20% dari

modal sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia (PBI-

Peraturan Bank Indonesia No. 11/13/PBI/2009).

10

Kasmir,. Dasar-dasar Perbankan Edisi Revisi, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012) h.

20

18

c. Dalam memberikan kredit, BPR wajib memenuhi ketentuan Bank

Indonesia mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, pemberian

jaminan atau hal lain yang serupa, yang dapat dilakukan oleh BPR

kepada pemegang saham, anggota dewan komisaris, anggota dewan

direksi, pejabat BPR lain, serta perusahaan-perusahaan yang

didalamnya terdapat kepentingan pihak pemegang saham. Batas

maksimum pemberian kredit untuk debitur yang mempunyai

keterkaitan usaha dengan BPR adalah tidak melebihi 10% dari modal

BPR.

Kredit yang tidak terkena Batas Maksimum Pemberian Kredit :

a. Pasal 16 PBI No. 11/13/PBI/2009 :11

Penempatan dana antar bank pada bank umum, termasuk bank

umum yang memenuhi kriteria pihak terkait.

Bagian penyediaan dana yang dijamin oleh :

a. Agunan dalam bentuk agunan tunai berupa deposito atau tabungan

di BPR, Emas, dan atau logam mulia .

b. Sertifikat Bank Indonesia, sepanjang memenuhi persyaratan berikut

:

1) Agunan diblokir dan dilengkapi dengan surat kuasa

pencairan/penjualan yang tidak dapat dibatalkan dari pemilik

agunan untuk keuntungan BPR penerima agunan, termasuk

pencairan/penjualan sebagian untuk membayar tunggakan

angsuran pokok/bunga.

2) Jangka waktu pemblokiran sebagaimana dimaksud pada huruf a)

paling kurang sama dengan jangka waktu penyediaan dana.

3) Untuk agunan tunai sebagaimana dimaksud pada angka 1) dan

angka 2), disimpan atau ditatausahakan pada BPR bersangkutan.

c. Bagian penyediaan dana yang dijamin oleh pemerintah Indonesia

secara langsung maupun melalui Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

11 Pasal 16 PBI No. 11/13/PBI/2009

19

6. Pendirian BPR

Proses pendirian BPR harus melalui tahapan izin prinsip dan izin usaha / izin

operasional. Izin prinsip adalah persetujuan untuk melakukan persiapan

pendirian BPR,12

sedangkan izin usaha adalah izin yang diberikan untuk

melakukan kegiatan usaha BPR setelah persiapan yang dimaksud dalam izin

prinsip selesai dilakukan.

Bentuk badan hukum BPR yang diizinkan dapat berupa PT (Perseroan

Terbatas), Koperasi, atau PD (Perusahaan Daerah). Masing-masing BPR akan

dipimpin oleh Dewan Direksi (minimal dua orang) dalam operasionalnya, dan

fungsi pengawasannya dilakukan oleh Dewan Komisaris (minimal dua orang).

Dewan komisaris dan Dewan Direksi harus lulus uji kepatutan dan kelayakan

di Bank Indonesia. Bagi calon Dewan Direksi, sebelum melakukan uji

kepatutan dan kelayakan, mereka harus mengikuti dan lulus program sertifikasi

profesi yang diadakan Lembaga Certif.

B. Analisis Kinerja Bank

Kinerja menurut kamus besar Bahasa Indonesia “suatu yang dicapai” atau

prestasi yang dicapai atau diperlihatkan sehingga kinerja dapat diartikan sebagai

prestasi kinerja oleh individu perusahaan.13

1. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah suatu tingkatan keberhasilan dalam melaksanakan

tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, kinerja itu

sendiri dapat dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat

tercapai dengan baik. Pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik

efektivitas operasional suatu organisasi dan karyawannya berdasarkan standar

yang telah ditetapkan.14

12 pasal 5 PBI No. 8/26/PBI/2006 13 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai

Pustaka, 1997) Cet ke 9, h. 22 14

Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga, (Jakarta : Salemba Empat, 2001), h. 419

20

Luthan, dengan pendekatan tingkah laku menyatakan bahwa kinerja adalah

kuantitas atau kualitas seseorang atau kelompok yang dihasilkan atau jasa yang

diberikan oleh seseorang atau kelompok yang melakukan pekerjaan.15

Menurut Jumingan, kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara

keseluruhan. Kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi

yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik yang menyangkut aspek

keuangan, pemasaran, dan penyaluran dana, teknologi, maupun sumber daya

manusianya.16

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja

merupakan pengukuran atas aktivitas/tugas yang telah dilakukan secara periodik

berdasarkan standar pengukuran kinerja yang digunakan. Hasil dari pengukuran

tersebut digunakan sebagai alat, penentu kebijakan dan strategi organisasi

tersebut ke depannya.

2. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13 tahun 2011 Pasal 6, bank wajib

melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dengan

menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan

penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:

a. Profil Risiko (Risk Profile).

b. Good Corporate Governance (GCG).

c. Rentabilitas (Earnings)

d. Permodalan (Capital)

Hasil akhir dari penilaian Tingkat Kesehataan Bank, bagi manajemen bank

dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk menetapkan strategi dan kebijakan

15 Hamzah B uno dan Nina Lamatenggo, Teori Kinerja dan Pengukurannya. (Jakarta:

Bumi Aksara, 2012), h. 121. 16

Fadli Iqomul Haq, Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Di Indonesia, (Jurnal

Ilmiah Universitas Brawijaya Malang, 2015), h.4

21

yang akan datang , sedangkan bagi Bank Indonesia digunakan sebagai sarana

pengawasan terhadap pengelolaan bank oleh manajemen.17

3. Faktor Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuanagan SE.OJK No.

10/SEOJK.03/2014 yang menjadi faktor penilaian tingkat kesehatan bank

dijelaskan pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC

Risk Profile

Indikator Keterangan

Risiko Kredit Risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam

memenuhi kewajiban kepada Bank sesuai dengan

perjanjian yang disepakati.

Risiko Kredit dihitung dengan menggunakan rasio Non

Perfoming Financing dan Non Perfoming Loan :

NPF = Jumlah Pembiayaan Bermasalah X 100%

Total Pembiayaan

NPL = Kredit Bermasalah X 100%

Total Kredit

Risiko Pasar Risiko pada posisi neraca dan rekening administratif

akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa

perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau

disewakan. Risiko Pasar meliputi antara lain risiko

benchmark suku bunga (brenckmark interest rate risk).

Risiko pasar dapat dihitung dengan menghitung

Volume Aset Portofolio (VAP). VAP dapat dirumuskan

sebagai berikut :

17

Selamet Riyadi, Banking Assets and Liability Management, (Jakarta : Lembaga

Penerbit FEUI, 2004), h. 169

22

VAP = Aset Trading, Derivatif, dan FVO X 100%

Total Aset

Risiko Likuiditas Risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus

kas dan /atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

diagunkan, Tanpa menganggu aktivitas dan kondisi

keuangan bank.

Risiko likuiditas dihitung dengan menggunakan rasio-

rasio sebagai berikut :

1. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Jumlah Pembiayaan yang diberikan X 100%

Total Dana Pihak Ketiga

2. Cash Ratio

Alat-alat likuid yang dikuasai X 100%

Dana Pihak Ketiga

Risiko Operasional Risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal

yang kurang memadai, kegagalan sistem, dan/atau adanya

kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.

Risiko Hukum Risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/ atau

kelemahan aspek yuridis.

Risiko Strategik Risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan

dan/atau pelaksaan suatu keputusan strategik serta

kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan

bisnis.

Risiko Kepatuhan Risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak

melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

Good Corporate Governance

Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengelola dan

23

mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi

pihak-pihak yang kerkepentingan. Metode dalam penilaian Good Corporate

Governance pada awalnya dianalisis berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.09/12/DPNP tahun 2007. Analisis dalam surat edaran tersebut menggunakan

kertas kerja self assessment Good Corporate Governance yang dipublikasikan

oleh Bank Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia kembali

mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tahu 2013 tentang

Penilaian Good Corporate Governance. Berdasarkan SE BI No.15/15/DPNP

tersebut, dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good

Corporate Governance, bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri

(self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good

Corporate Governance. Analisis Good Corporate Governance dikelompokkan

dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu

governance structure, governance process, dan governance outcome. Bank

melakukan penilaian sendiri (self assessment) Good Corporate Governance

berdasarkan lampiran SE BI No.15/15/DPNP yang berisi tentang kertas kerja

penilaian Good Corporate Governance.

Earnings

Penilaian rentabilitas (earning) merupakan hal yang penting dalam suatu

bank karena merupakan salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan

bank terkait dengan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Penilaian

faktor rentabilitas dapat dihitung menggunakan 2 rumus yaitu Return On Asset

(ROA) dan Net Interest Margin (NIM) .

a. Return on Assets (ROA)

ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%

Rata−Rata Total Aset

b. Net Interest Margin (NIM)

NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100%

Rata−Rata Aktiva Produktif

24

Capital

Salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank karena jika sebuah bank

memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja bank juga akan semakin

lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam mencapai tujuan

bank itu sendiri. Faktor permodalan dapat diukur dengan menggunakan rumus

Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang mengukur kecukupan

modal suatu bank yang dihitung berdasarkan perbandingan total modal dengan

aktiva tertimbang menurut risiko.

CAR = Modal X 100%

ATMR

Sumber : SE.OJK No. 10/SEOJK.03/2014

25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini di fokuskan pada metode REC. Kinerja keuangan

bank dapat dinilai dengan menggunakan beberapa indikator penilaian. Penilaian

kinerja keuangan bank yang selama ini menggunakan metode CAMEL. Namun,

seiring perkembangan usaha dan kompleksitas usaha bank membuat penggunaan

metode CAMEL kurang efektif dalam menilai kinerja bank karena metode

CAMEL tidak memberikan suatu kesimpulan yang mengarahkan pada satu

penilaian, antar faktor memberikan penilaian yang sifatnya berbeda. Untuk itu

pada tanggal 25 Oktober 2011 Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru

tentang penilaian kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko (Risk-Based

Bank Rating) yang meliputi empat faktor pengukuran, yaitu profil risiko (risk

profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan

permodalan (capital) yang selanjutnya disingkat dengan RGEC. RGEC

merupakan metode penilaian kinerja keuangan bank yang merujuk pada peraturan

Bank Indonesia no. 13/1/PBI/2011 tentang penilaian kinerja keuangan bank

umum. Metode RGEC merupakan tata cara penilaian bank yang menggantikan

tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu CAMEL. Namun, dalam penelitian ini

hanya menggunakan variabel REC yang di wakilkan oleh rasio NPF, NPL, ROA,

NIM dan CAR.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan antara BPR

Konvensional Kertaraharja dengan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK)

Tangerang.

B. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan

kuantitatif pada BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang dan BPR Syariah

Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang, yaitu dengan cara menganalisis data-data

dari laporan keuangan tahun 2014 - 2016. Data tersebut diperoleh dari laporan

26

keuangan publikasi bank di Bank Indonesia (BI) aksses www.bi.go.id atau data

dan statistik laporan keuangan perbankan pada Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

akses

www.ojk.go.id . Data yang dianalisis adalah data BPR Konvensional Kertaraharja

Tangerang dan BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang berupa

laporan keuangan periode 2013-2016.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah BPR Konvensional dan BPR Syariah di

Tangerang yang terdaftar pada BI dan OJK. Pengambilan sampel dalam penelitian

ini dilakukan secara purposive sampling artinya pemilihan sampel dipilih

berdasarkan pertimbangan (judgement sampling) yang berarti pemilihan tidak

acak yang informasinya diperoleh dengan pertimbangan tertentu. Dasar

pengambilan data adalah BPR yang memiliki data lengkap berkaitan dengan

rasio-rasio seperti : NPL&NPF, ROA, NIM, CAR dan rasio-rasio dengan metode

REC. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 2 BPR, yang terdiri

dari 1 BPR Konvensional Kertaraharja dan 1 BPR Syariah Harta Insan Karimah

(HIK) di Tangerang pada periode 2013-2016.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data asli yang diperoleh langsung oleh peneliti. Subjek

dalam penelitian ini ada 2 BPR di Tangerang

a. BPR Konvensional Kertaraharja Tangerang

b. BPR Syariah Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang

Objek penelitian ini adalah menganalisis perbandingan kinerja keuangan BPR

Konvensional Kertaraharja dengan BPR Syariah Harta Insan Karimah.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan

dipublikasikan.

27

a. Data-data dari kepustakaan di BI.

Data-data tersebut adalah data laporan-laporan keuangan, dan data-data

yang menyangkut kontribusi profil risiko, rentabilitas dan permodalan.

b. Jurnal

Adapun yang menjadi situs pencarian data yang berhubungan dengan tema

atau penelitian ini, seperti www.bi.go.id , jurnal online

www.scholar.google.co.id , dan sebagainya.

c. Riset Kepustakaan

Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan

pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta

menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang berkaitan

dengan penelitian ini. Terutama di lembaga pendidikan seperti LIPI,

Universitas Islam Negeri, Staida Darunnajah, Universitas Indonesia,

Universitas Gunadarma, Perpustakaan bank Indonesia.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan a nalisis kuantitatif. Dalam analisis

kuantitatif ini dengan metode RGEC merupakan metode penilaian kinerja

keuangan bank yang merujuk pada peraturan Bank Indonesia no. 13/1/PBI/2011

tentang penilaian kinerja keuangan bank umum. Metode RGEC merupakan tata

cara penilaian bank yang menggantikan tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu

CAMEL. Dengan membandingkan kinerja keuangan antara BPR Konvensional

dan BPR Syariah di Tangerang.

F. Pendekatan Metode RGEC

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13 tahun 2011 Pasal 6, bank wajib

melakukan penilaian tingkat kesehatan bank secara individual dengan

menggunakan pendekatan risiko (Risk-based Bank Rating) dengan cakupan

penilaian terhadap faktor-faktor sebagai berikut:

28

1. Profil Risiko (Risk Profile)

Penilaian terhadap faktor risiko (risk profile) meliputi penilaian terhadap risiko

kredit, risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko hukum, risiko

stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi (PBI No.13/1/PBI/2011).

Diantara delapan risiko tersebut, risiko kredit dan risiko likuiditas digunakan

dalam penelitian ini. Kedua faktor risiko tersebut digunakan karena keduanya

dapat diukur dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan memiliki kriteria

penetapan peringkat yang jelas. Rumus yang dipakai dalam menghitung profil

risiko yaitu Non Performing Loan (NPL) dan Non Perfoming Financing (NPF).

a. Risiko Kredit

Dengan menghitung rasio Non Perfoming Loan (NPL) dan Non Perfoming

Financing (NPF) :

Tabel 3.1 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Risiko Kredit

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat <2%

2 Sehat 2%-3,5%

3 Cukup Sehat 3,5%-5%

4 Kurang Sehat 5%-8%

5 Tidak Sehat >8%

Sumber : Bahan Perkuliahan Analisis Laporan Keuangan

NPL = Kredit Bermasalah X 100%

Total Kredit

NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100%

Jumlah Pembiayaan

29

2. Good Corporate Governance (GCG)

Good Corporate Governance adalah suatu sistem yang mengelola dan

mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi

pihak-pihak yang berkepentingan. Metode dalam penilaian Good Corporate

Governance pada awalnya dianalisis berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia

No.09/12/DPNP tahun 2007. Analisis dalam surat edaran tersebut menggunakan

kertas kerja self assessment Good Corporate Governance yang dipublikasikan

oleh Bank Indonesia. Seiring berjalannya waktu, Bank Indonesia kembali

mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.15/15/DPNP tahu 2013 tentang

Penilaian Good Corporate Governance. Berdasarkan SE BI No.15/15/DPNP

tersebut, dalam upaya perbaikan dan peningkatan kualitas pelaksanaan Good

Corporate Governance, bank wajib secara berkala melakukan penilaian sendiri

(self assessment) secara komprehensif terhadap kecukupan pelaksanaan Good

Corporate Governance. Analisis Good Corporate Governance dikelompokkan

dalam suatu governance system yang terdiri dari 3 (tiga) aspek governance, yaitu

governance structure, governance process, dan governance outcome. Bank

melakukan penilaian sendiri (self assessment) Good Corporate Governance

berdasarkan lampiran SE BI No.15/15/DPNP yang berisi tentang kertas kerja

penilaian Good Corporate Governance.

3. Rentabilitas (Earning)

Penilaian rentabilitas (earning) merupakan hal yang penting dalam suatu bank

karena merupakan salah satu parameter dalam penilaian tingkat kesehatan bank

terkait dengan kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan. Penilaian faktor

rentabilitas dapat dihitung menggunakan 2 rumus yaitu Return On Asset (ROA)

dan Net Interest Margin (NIM) .

a. Return on Assets (ROA).

ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%

Rata- Rata Total Asset

30

Tabel 3.2 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas

(ROA)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat sehat Perolehan laba sangat

tinggi (rasio ROA diatas

2%)

2 Sehat Perolehan laba tinggi

(rasio ROA berkisar

antara 1,26% sampai

dengan 2%)

3 Cukup sehat Perolehan laba cukup

tinggi (rasio ROA berkisar

antara 0,51% sampai

dengan 1,25%)

4 Kurang sehat Perolehan laba rendah

atau cenderung

mengalami kerugian

(ROA mengarah negatif,

rasio berkisar 0% sampai

dengan 0,5%)

5 Tidak sehat Bank mengalami kerugian

yang besar (ROA negatif,

rasio dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

b. Net Interest Margin (NIM)

NIM= Pendapatam Bagi Hasil Bersih X 100%

Rata-rata Aktiva Produktif

31

Tabel 3.3 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Rentabilitas

(NIM)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat Sehat Margin bunga sangat tinggi (rasio diatas

5%)

2 Sehat Margin bunga bersih tinggi (rasio NIM

berkisar antara 2.01% sampai dengan

5%)

3 Cukup Sehat Margin bunga bersih cukup tinggi (rasio

NIM berkisar antara 1.5% sampai dengan

2%)

4 Kurang Sehat Margin bunga bersih rendah mengarah

negatif (rasio NIM berkisar 0% sampai

dengan 1.49%)

5 Tidak Sehat Margin bunga bersih sangat rendah atau

negatif (rasio NIM dibawah 0%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

4. Capital

Permodalan merupakan salah satu faktor yang penting bagi sebuah bank karena

jika sebuah bank memiliki faktor permodalan yang baik maka tentu saja bank juga

akan semakin lancar dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dalam mencapai

tujuan bank itu sendiri. Faktor permodalan dapat diukur dengan menggunakan

rumus Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR adalah rasio yang mengukur

kecukupan modal suatu bank yang dihitung berdasarkan perbandingan total modal

dengan aktiva tertimbang menurut risiko.

32

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penetapan Peringkat Komponen Capital (CAR)

Peringkat Keterangan Kriteria

1 Sangat

Sehat

Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan

dibandingkan rasio KPMM yang ditetapkan dalam

ketentuan (KPMM > 15%)

2 Sehat Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal

dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan

dalam ketentuan (9%<KPMM < 15%)

3 Cukup

Sehat

Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal

dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan

dalam ketentuan (8%< KPMM < 9%)

4 Kurang

Sehat

Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku

(KPMM < 8%)

5 Tidak Sehat Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku dan

bank cenderung menjadi tidak solvable (KPMM <

8%)

Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia

Peringkat komposit dikategorikan sebagai berikut :

a) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

b) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

CAR = MODAL X 100%

AKTIVA TERTIMBANG MENURUT RISIKO

33

c) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

cukup sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang

signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

d) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

kurang sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

e) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang secara umum

tidak sehat sehingga dinilai sangat tidak mampu menghadapi pengaruh negatif

yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor internal lainnya.

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Profil Singkat BPRS HIK1

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah (HIK) adalah bank

pembiayaan rakyat syariah yang memiliki asset (konsolidasi) terbesar di

Indonesia. Pada awalnya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah

(HIK) didirikan di Ciledug, Tanggerang-Banten oleh Alumni Fakultas Ekonomi

Universitas Gajah Mada yang tergabung dalam Yayasan Harapan Mulya Insani.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah didirikan berdasarkan

akte notaris tertanggal 19 Desember 1992 dengan nama awal Bank Perkreditan

Rakyat yang kemudian pada tahun 1993 merubah nama menjadi Bank Perkreditan

Rakyat Syariah Harta Insan Karimah. Pada tahun 2009 Bank Perkreditan Rakyat

Syariah Harta Insan Karimah merubah namanya kembali menjadi Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan karimah sesuai peraturan Perbankan

Syariah No. 21 Tahun 2008. Setelah 17 tahun Bank Pembiayaan rakyat syariah

Harta Insan Karimah menjadi sahabat para pengusaha menengah, kecil dan mikro,

kini Bank Pembiayaan rakyat syariah Harta Insan Karimah telah memiliki kantor

cabang yang tersebar di Ciledug, Karawaci dan Cikarang, serta kantor unit

pelayanan pembiayaan di depok. Konsistensi untuk memberikan pelayanan yang

prima kepada para pengusaha menengah, kecil dan mikro (UMKM), mendorong

didirikannya kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-

Bekasi yang memiliki badan hukum tersendiri melalui akuisisi dari Bank

Perkreditan Rakyat Baitulniaga Insani pada tahun 2005 dan kini telah memiliki

kantor cabang di Jakarta pusat. Pada tahun 2006 melalui akuisisi dari Bank

Perkreditan Rakyat Syariah Tolong Menolong Bermanfat ( TOAT), didirikan

kembali Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insan Karimah-Parahyangan

yang memiliki badan hukum tersendiri dan telah memiliki kantor cabang di

1 Profil BPRS Harta Insan Karimah (http://www.hik.co.id) di akses pada 18 Oktober

2017.

Cianjur. Sampai sekarang Bank Pembiayaan rakyat syariah Harta Insan karimah

telah memberikan fasilitas pembiayaan (konsolidasi) kepada golongan pengusaha

kecil, pada tahun 2007 sebesar Rp. 131 Milliar yang meningkat menjadi Rp. 181

Milliar pada tahun 2008 dan pada tahun 2009 sampai dengan November sebesar

Rp 271 Milliar. Pendirian Induk Harta Insan Karimah yang dilakukan melalui

akuisisi dari suatu perusahaan pada tahun 2008, dimaksudkan sebagai lembaga

pusat, perumusan dan pengendalian strategi korporat, serta memastikan sinergi

antar perusahaan-perusahaan anak sebagai proses memaksimalkan potensi grup

dalam mengembangkan ekonomi syariah dan memberikan nilai tambah kepada

Usaha Menengah, Kecil dan Mikro (UMKM). Induk Harta Insan Karimah

diharapkan dalam perjalannya dapat berperan menentukan struktur korporat;

strategi pemasaran dan layanan; melakukan penguatan modal;

mengkonsolidasikan keuangan korporat dan perusahaan anak; merumuskan nilai,

norma, dan sikap dasar korporat; menentukan pengembangan usaha, baik akuisisi

maupun aliansi, yang perlu dilakukan oleh perusahaan anak. Induk Harta Insan

Karimah berkomitmen menjaga amanah yang diberikan para investor serta

berupaya memberikan manfaat lebih kepada para investor, sehingga optimalisasi

investasi bukan hanya bersifat komersial karena mendapatkan bagi hasil tinggi,

resiko yang relatif kecil karena dikelola dengan sangat hati-hati/ prudential

banking dan tidak ada leverage akan tetapi berinvestasi pada Induk Harta Insan

Karimah memiliki kelebihan khusus karena berwawasan sosial dengan komitmen

pengembangan layanan Zakat, infaq dan shodaqoh melalui baitul maal.

a. Produk Tabungan

1. Tabungan Rencana.

Tabungan ini dirancang bagi nasabah yang berniat merencanakan ibadah

kurban, ibadah Haji dan Umroh dan pendidikan berdasarkan prinsip

Mudharabah Muthlaqah.

2. Tabungan iB Karimah.

Tabungan ini diperuntukkan bagi nasabah perorangan yang di cover

dengan asuransi jiwa kecelakaan diri.

3. Tabungan iB Lembaga Islami

Tabungan ini dirancang bagi nasabah berbadan hukum, perusahaan, yayasan, atau

lembaga Islam lainnya.

b. Produk Pembiayaan

Bank Syariah Harta Insan Karimah senantiasa berusaha memberikan

pelayanan pembiayaan yang terbaik bagi masyarakat dengan proses yang

mudah, pelayanan cepat dan persyaratan ringan, BPRS siap untuk membiayai

usaha dan kebutuhan masyarakat, antara lain:

1. Pembiayaan Modal Usaha.

Bagi masyarakat yang sudah memiliki usaha dan sudah berjalan minimal

satu tahun BPRS siap memberikan masyarakat dengan memberikan

tambahan modal. Seperti kebutuhan modal ketika menjelang lebaran,

ketika mendapat proyek dengan SPK/PO, atau kebutuhan lain ketika

permodalan masyarakat perlu ditambah.

2. Pembiayaan Investasi.

BPRS memberikan pembiayaan yang sifatnya investasi seperti pembelian

kendaraan, pembelian mesin, pembelian tanah/bangunan atau investasi

lain yang menunjang usaha dan keperluan masyarakat.

3. Pembiayaan Konsumtif.

Begitu banyak kebutuhan yang masyarakat inginkan mulai dari barang-

barang elektronik sampai kebutuhan renovasi tempat tinggal. Insya Allah

BPRS siap membantu kebutuhan anda.

4. Profil singkat BPR Kerta Raharja2

Perusahan Daerah Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) Kerta Raharja

merupakan Perusahaan Daerah milik Pemerintah Kabupaten Tangerang bersama-

sama Pemerintah Provinsi Banten, Provinsi Jawa Barat dan PT Bank Jabar

Banten, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang, nomor 6 tahun

2007, tanggal 6 Juni 2007, Tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Bank

2 Profil BPR Kertaraharja (http://www.bprkertaraharja.com) di akses 18 Oktober 2017.

Perkreditan Rakyat Kerta Raharja Kabupaten Tangerang dan telah mendapat izin

operasional dari Gubernur Bank Indonesia nomor.10/3/Kep.GBI/DpG/2008,

tanggal 22 Januari 2008.

a. Produk Tabungan.

Ada terdapat 3 jenis tabungan di BPR Konvensional Kertaraharja yaitu :

1. Tabungan RAHARJA (Tabungan Masyarakat Sejahtera).

Tabungan Raharja merupakan tabungan yang ditujukan untuk

memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat baik dalam rangka

investasi, cadangan likuiditas usaha dan fasilitas-fasilitas yang

memudahkan masyarakat dalam pembayaran kewajiban.

Setoran awal minimal Rp. 25.000

Fasilitas pendebetan untuk pembayaran pinjaman kredit, kartu kredit,

listrik, telepon, dsb.

Bunga Harian

Berhadiah langsung (selama persediaan masih ada)

Dijamin oleh LPS.

2. Tabungan SIWAJAR (Simpanan Wajib Belajar).

Produk tabungan yang diperuntukkan bagi para pelajar atau orang tua

murid dan para guru untuk persiapan biaya pendidikan. Tabungan

SiWajar membantu perencanaan keuangan untuk memastikan kesiapan

biaya pendidikan putra putri .

Bebas biaya administrasi

Bunga tabungan bersaing dan dihitung berdasarkan saldo harian

Setoran awal minimal Rp. 25.000, setoran selanjutnya tidak dibatasi

Dapat dilakukan secara kolektif dan dijemput langsung oleh petugas

Bank

Dana dijamin oleh LPS

3. Tabungan SIBENTANG (Simpanan Berencana Masa Datang).

Perencanaan keuangan yang baik merupakan kunci untuk menikmati

kehidupan di masa yang akan datang. Tabungan siBentang akan

membantu wujudkan impian masyarakat.Tabungan berjangka dengan

berbagai keuntungan dan bebas biaya apapun.

Jangka waktu menabung yang fleksibel sesuai keinginan dengan

pilihan jangka waktu menabung 1 tahun s/d 6 tahun

Setoran rutin bulanan sesuai dengan keinginan mulai Rp. 25.000

per bulan hingga tak terbatas (kelipatan RP. 25.000)

Suku bunga kompetitif dan bonus 10% dari bunga untuk

penyetoran tepat waktu.

Bebas biaya administrasi dan pajak ditanggung oleh pihak bank.

Dana nasabah dijamin oleh LPS.

b. Produk Kredit

Ada terdapat 4 jenis produk kredit di BPR Konvensional Kertaraharja

yaitu :

1. Kredit Multiguna

KREDIT MULTI GUNA RAHARJA adalah merupakan

penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah berpenghasilan tetap

untuk memenuhi berbagai kebutuhannya, baik produktif maupun

konsumtif dengan persyaratan yang dapat disesuaikan dengan

karakteristik nasabah yang bersangkutan.

Kredit Multi Guna Raharja diperuntukan bagi :

Pegawai Negeri Sipil

Pegawai BUMN/BUMD

Pegawai Swasta

Pegawai Badan, Lembaga, Yayasan, dsb.

Keuntungan Kredit Multi Guna (KMG) Raharja :

Plafond kredit s/d Rp. 100 juta

Jangka waktu s/d 60 bulan

Suku bunga 13% s/d 14%

Syarat-syarat kredit :

Dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas, Instansi, Badan,

Lembaga, Perusahaan, Koperasi, Yayasan, dsb

KTP suami/istri dan data identitas lainnya

Data-data kepegawaian (SK, Slip gaji, dll)

Surat kuasa pemotongan gaji

2. Kredit Multi Usaha

KREDIT MULTI USAHA RAHARJA adalah merupakan

penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah pelaku Usaha Mikro dan

Kecil, baik usaha perseorangan, badan usaha dan/atau yang memiliki

penghasilan tetap untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja atau

investasi dalam meningkatkan dan mengembangkan usahanya maupun

untuk kebutuhan lainnya.

Kredit Multi Usaha Raharja diperuntukan bagi :

Usaha perseorangan

Perusahaan, Koperasi, Lembaga, Yayasan, dan sebagainya.

Profesional atau karyawan berpenghasilan tetap

Keuntungan Kredit Multi Usaha Raharja :

Dapat digunakan untuk modal kerja, investasi dan kebutuhan

lainnya

Plafond kredit s/d Rp. 500 juta

Jangka waktu s/d 36 bulan

Suku bunga 18%

Syarat-syarat kredit :

Usaha tetap minimal telah berjalan selama 1 tahun.

Memiliki penghasilan tetap.

KTP suami/istri dan data identitas lainnya.

Perizinan usaha/data kepegawaian, atau

Akta pendirian, perizinan, dsb untuk badan usaha

Data-data keuangan/penghasilan.

Menyerahkan agunan kredit.

3. Kredit Penghasilan Tetap (KPT)

KREDIT PENGHASILAN TETAP (KPT) adalah merupakan

penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah perorangan maupun

kelompok yang memiliki penghasilan tetap seperti pegawai

perusahaan BUMN/BUMD/SWASTA dalam rangka pemenuhan

berbagai kebutuhannya, baik produktif maupun komsumtif.

Sasaran pemasaran produk Kredit Penghasilan Tetap (KPT) meliputi :

Karyawan Swasta

PNS Perorangan

Karyawan Perusahaan BUMN/BUMD

Karyawan Koperasi/Lembaga/Yayasan dan sejenisnya

Syarat-syarat :

Memiliki penghasilan tetap, atau

Domisili tempat tinggal yang menetap (tempat tinggal milik

sendiri atau mengontrak/sewa untuk minimal 1 (satu) tahun.

KTP suami/isteri dan data identitas lainnya.

Data-data pegawai (karpeg, Slip gaji, buku rekening atau

rekening koran dll).

Ijazah terakhir.

Surat Pengangkatan / Surat Keterangan Kerja.

4. Kredit Penghasilan Tetap (KPT) Sertifikasi

KREDIT PENGHASILAN TETAP SERTIFIKASI adalah

merupakan penyediaan fasilitas kredit bagi para nasabah

peroranganmaupun kelompok yang memiliki penghasilan tetap

sebagai pegawai, dengan sumber utama pembayaran berasal dari gaji /

honor / dana sertifikasi.

Sasaran pemasaran produk Kredit Penghasilan Tetap (KPT) Sertifikasi

meliputi :

PNS Perorangan

Tenaga honor atau sejenisnya pada dinas/instansi Pemerintahan

Profesi penerima sertifikasi

Syarat-syarat :

Terdaftar sebagai penerima Dana Sertifikasi

Memiliki domisili yang menetap

Surat rekomendasi dari atasan langsung melengkapi persyaratan

administratif

Surat keterangan jumlah jam mengajar dari kepala sekolah tempat

mengajar

Melengkapi persyaratan administratif

B. Perbedaan Antara BPR Syariah dan BPR Konvensional

Tabel 4.1 Perbedaan BPR Konvensional dan BPR Syariah

No BPR Konvensional BPR Syariah

1. Adanya bunga pada BPR

Konvensional

Adanya Bagi Hasil pada BPR

Syariah

2. Penyaluran dana pada

BPR Konvensional ke

masyarakat disebut dengan

“kredit” serta dalam

menentukan harga atau

cara penentuan

keuntungan yang akan

diperoleh manajemen bank

menggunakan prinsip

bunga

BPR Syariah penyaluran dana ke

masyarakat disebut dengan

“pembiayaan” serta menggunakan

prinsip-prinsip yang sesuai dengan

ajaran agama Islam. Prinsip-prinsip

tersebut adalah prinsip bagi hasil

(mudharabah). Prinsip penyertaan

modal (musyarakah), prinsip jual

beli barang dengan memperoleh

keuntungan (murabahah), atau

pembiayaan barang modal

berdasarkan prinsip sewa murni

tanpa pilihan (ijarah) atau dengan

adanya pemindahan kepemilikan

atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh pihak lain (ijarah wa

iqtina).

3 Ditetapkan dimuka dalam

presentase terhadap

pinjaman dan sisa

pinjaman disebut bunga

Ditetapkan sekali dalam jumlah

nominal terhadap pinjaman sebesar

biaya yang dikeluarkan, disebut

biaya administrasi

4 Jaminan pinjaman atau

utang disyaratkan

Jaminan pinjaman atau utang tidak

disyaratkan

5 Dana murah untuk

golongan ekonomi lemah

tidak tersedia

Dana murah untuk golongan

ekonomi lemah tersedia dari ZIS

6 Pergerakan dan penyaluran

dana tidak ada dewan

semacam ini

Pergerakan dan penyaluran dana

harus melalui Dewan Pengawas

Syariah

7 Hubungan dengan

Nasabah dalam bentuk

kreditur dan debitur

Hubungan dengan Nasabah dalam

bentuk komitmen

Sumber : Berbagai jurnal Ekonomi Syariah

C. Perbandingan Penilaian Kesehatan BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja

Tabel 4.2 Laba Bersih BPR Syariah Harta Insan Karimah dengan BPR

Kerta Raharja

Tanggal BPRS HIK BPR Kertaraharja

31 Maret 2013 Rp 3.066.864,- Rp 1.111.655,-

31 September 2013 Rp 9.201.596,- Rp 4.220.153,-

31 Desember 2013 Rp 13.683.722,- Rp 5.071.863,-

31 Maret 2014 Rp 3.731.536,- Rp 2.061.802,-

31 September 2014 Rp 9.523.954,- Rp 4.411.191,-

31 Desember 2014 Rp 14.406.781,- Rp 5.071.863,-

31 Maret 2015 Rp 4.354.182,- Rp 2.886.740,-

31 September 2015 Rp 9.870.365,- Rp 8.021.806

31 Desember 2015 Rp 13.176.557,- Rp 11.316.424,-

31 Maret 2016 Rp 4.471.202,- Rp 2.198.361,-

31 September 2016 Rp (8.953.257) Rp 10.918.118,-

31 Desember 2016 Rp (5.843.146) Rp 15.926.727,-

Sumber : Laporan Keuangan BPRS HIK & BPR Kertaraharja

Menurut Bapak Muhammad Hendri divisi Kepala Tim Lending BPRS Harta Insan

Karimah (HIK), faktor-faktor yang menyebabkan BPRS HIK semakin kecil

labanya bahkan pada tahun 2016 BPRS HIK ini minus untuk laba bersihnya :

1. Ada kesalahan dari pihak internal maupun eksternal dari BPRS HIK.

Adapun faktor internal dan eksternal dari BPRS HIK adalah sebagai berikut

Faktor internal :

Kelemahan bank dalam menganalisis, sehingga salah dalam membuat

keputusan pemberian pembiayaan.

Kelemahan bank dalam melakukan pengawasan.

Tindakan internal bank yang dengan sengaja tidak menerapkan

praktek perbankan yang sehat.

Adanya risiko bisnis yang tidak terelakan.

Faktor Eksternal :

Kelemahan nasabah dalam menggunakan dana pinjaman

Tindakan nasabah yang dengan sengaja untuk merugikan bank.

Adanya musibah atau bencana yang tidak dapat dihindari.

2. Ada pengikatan yang belum terlaksana salah satunya ada nasabah yang

pernah melakukan pembiayaan di BPRS HIK kemudian nasabah tersebut

dalam katagori bermasalah dan sudah dianggap cacat bank oleh pihak OJK.

Faktor- Faktor yang menyebabkan kendala dalam perkembangan BPR Syariah:

1. Kiprah BPR Syariah kurang dikenal oleh masyarakat sebagai BPR yang

berprinsipkan syariah. Bahkan masih banyak ada anggapan bahwa BPR

Syariah itu sama dengan BPR Konvensional.

2. Sulitnya meningkatkan profesionalitas karena terhalang oleh sumber daya

yang ada. Sehingga mengakibatkan lambatnya respon terhadap permasalahan

ekonomi yang muncul.

3. Kurang adanya koordinasi diantara BPR Syariah, demikian juga dengan bank

syariah dan BMT.

4. Aktivitas BPR Syariah dibidang keuangan menyebabkan tidak tersedianya

waktu untuk melakukan aktivitas yang berhubungan dengan syiar Islam.

5. Nama Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) masih menyisakan kesan

sistem BPR Syariah menggunakan system BPR Konvensional.

Strategi Pengembangan BPR Syariah mengatasi berkurangnya pendapatan karena

meningkatnya kualitas BPR Konvensional :

1. Langkah-langkah untuk mensosialisasikan keberadaan BPR Syariah bukan

saja produknya tetapi juga system yang digunakannya perlu diperhatikan.

2. Usaha-usaha untuk meningkatkan kualitas SDM dapat dilakukan melalui

pelatihan-pelatihan mengenai lembaga keuangan syariah serta lingkungan

yang mempengaruhinya.

3. Melalui pemetaan potensi dan optimasi ekonomi daerah akan diketahui

beberapa besar kemampuan BPR Syariah dan lembaga keuangan syariah yang

lain dalam mengelola sumber-sumber ekonomi yang ada.

4. BPR Syariah bertanggung jawab terhadap masalah keislaman masyarakat

dimana BPR Syariah tersebut berada.

D. Penilaian Kesehatan berdasarkan rasio REC

Penilaian kesehatan bank merupakan penilaian terhadap kemampuan bank

dalam menjalankan kegiatan operasional perbankan secara normal dan

kemampuan bank dalam memenuhi kewajibannya. Penilaian kesehatan bank

sangat penting untuk mempertahankan kepercayaan dari masyarakat dan hanya

bank–bank yang benar–benar sehat saja yang dapat melayani masyarakat.

Penilaian kesehatan bank dilakukan dengan menilai beberapa faktor yang

indikator sehat atau tidaknya suatu bank. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

No. 13/1/PBI/2011 dan SE No. 13/ 24/ DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Penilaian kesehatan bank

meliputi faktor–faktor sebagai berikut :

a) Risiko (Risk)

Risiko kredit adalah risiko yang muncul karna kegagalan nasabah dalam

memenuhi liabilities kepada bank sesuai kontrak (kredit macet). Rasio yang

digunakan adalah Non Perfoming Financing (NPF) dan Non Perfoming Loan

(NPL).

a. Non Perfoming Financing (NPF) dan Non Perfoming Loan (NPL).

Untuk mengetahui total NPF dan NPL suatu BPR Konvensional maupun BPR

Syariah dengan pembiayaan bermasalah, yaitu pembiayaan bermasalah yang

tergolong kurang lancar, diragukan, dan macet. Pembiayaan bermasalah lalu

dibagi dengan jumlah seluruh pembiayaan pihak ketiga.

Berikut ini adalah NPF dan NPL beserta peringkat komposit BPRS Harta Insan

Karimah dan BPR Kerta Raharja :

Tabel 4.1

NPL = Kredit Bermasalah X 100%

Total Kredit

NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100%

Jumlah Pembiayaan

Tabel 4.3 NPL dan NPF BPRS HIK dan BPR Kertaraharja

Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK

I

NPF

(%)

II

NPF

(%)

III

NPF

(%)

I II III I

NPL

(%)

II

NPL

(%)

III

NPL

(%)

I II III

2013 3% 3% 3% 2 2 2 6% 6% 6% 4 4 4

2014 4% 3% 3% 3 2 2 5% 2% 1% 3 2 1

2015 3% 6% 4% 2 4 3 2% 1% 2% 2 1 2

2016 5% 23% 19% 3 5 5 2% 1% 1% 2 1 1

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017

Dari tabel 4.3 di atas menunjukkan nilai NPF dan NPL dan predikat

komposisi yang dimiliki BPRS HIK dan BPR Kertaraharja pada periode 2013

sampai 2016 . BPRS HIK dan BPR Kertaraharja dikatakan sangat sehat jika NPF

dan NPL kurang dari 2% (PK-1) dan akan semakin buruk jika nilai NPF dan NPL

mencapai lebih dari 12% (PK-5). Nilai NPF dan NPL menunjukan hasil yang

berbeda-beda.

1. Pada tahun 2013 yang memiliki NPL yang cukup tinggi BPR Kertaraharja

yaitu 6% sedangkan BPRS HIK memiliki NPF rendah yaitu 3%.

2. Pada tahun 2014 bulan Maret yang memiliki NPL cukup tinggi BPR

Kertaraharja yaitu 5% sedangkan BPRS HIK memiliki NPF rendah yaitu

4% meskipun meningkat dari tahun sebelumnya. Bulan September dan

Desember yang memiliki NPF yang cukup tinggi BPRS HIK yaitu pada

bulan September 3% dan bulan Desember 3% sedangkan BPR

Kertaraharja memiliki NPL cukup rendah yaitu bulan September yaitu 2%

Desember 1%.

3. Pada tahun 2015 yang memiliki NPF cukup tinggi BPRS HIK yaitu bulan

Maret 3%, September 6%, dan Desember 4% sedangkan BPR Kertaraharja

memiliki NPL rendah yaitu bulan Maret 2%, September 1%, dan

Desember 2%.

4. Pada tahun 2016 yang memiliki NPF cukup tinggi BPRS HIK yaitu bulan

Maret 5%, September 23% dan Desember 19% sedangkan BPR

Kertaraharja memiliki NPL semakin rendah yaitu bulan Maret 2%,

September 1%, dan Desember 1%.

3% 3% 3%

4% 3% 3%

3%

6%

4% 5%

23%

19%

6% 6% 6% 5%

2% 1% 2% 1% 2% 2% 1% 1%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja

Dari kedua BPR tersebut, yang memiliki PK sangat sehat selama 2 tahun

terakhir yaitu BPR Kertaraharja. Hal ini menunjukkan sedikitnya kredit macet dan

pembiayaan yang bermasalah oleh nasabah pada BPR Kertaraharja tersebut.

Namun pada BPRS HIK dari tahun ke tahun PK menunjukan tidak sehat. Banyak

faktor yang seringkali memicu masalah ini adalah dampak krisis dimensional

yang hingga saat ini membuat banyak dari para debitur bank tidak mampu

menyelesaikan masalah kredit yang macet. Faktor lain yang juga seringkali

memicu masalah ini adalah tidak adanya i’tikad baik dari para debitur untuk

segera menyelesaikan masalah ini.

Berikut ini adalah grafik yang menjelaskan posisi nilai NPL dan NPF BPR

Kerta Raharja dan BPRS HIK pada periode 2013 – 2016.

Grafik 4.1 Rasio NPF dan NPL BPR HIK dan Kertaraharja 2013 - 2016

Sumber : Data yang telah diolah

Dari grafik diatas terlihat jelas BPR yang memiliki rasio NPF dan NPL

tertinggi adalah BPRS HIK yaitu 23% pada bulan September 2016. Hal ini terjadi

karena tingkat kredit macet atau pembiayaan bermasalah BPRS HIK pada periode

tersebut tinggi. Pada tahun 2014 – 2016 BPRS HIK terjadi peningkatan pada rasio

NPF, secara keseluruhan BPR Kertaraharja tidak ada yang termasuk dalam

kategori tidak sehat meskipun pada tahun 2013 BPR Kertaraharja mempunyai

NPL yg cukup tinggi sebesar 6% dengan PK 4 kurang sehat, tetapi BPR

Kertaraharja mengalami penurunan NPL hingga pada periode 2016 memiliki NPL

sebesar 1% PK 1 sangat sehat. BPRS HIK tahun 2013 – 2014 bulan Maret

mempunyai NPF rendah dengan kategori sehat, hasil ini sejalan dengan penelitian

Fajri Ryan Iskandar yang menyatakan bahwa hasil analisis rasio NPF dari tahun

2013-2014 dinyatakan sehat.3 Tetapi tahun 2015- 2016 NPF pada BPRS HIK ini

mengalami kenaikan yg sangat drastis hingga pada akhir periode 2016 dinyatakan

BPRS HIK tidak sehat hal ini dapat dibuktikan dengan NPF yang lebih dari 11%

yang sudah ditetapkan BI.

b) Profitabilitas (Earning)

Untuk menghitung penilaian kesehatan bank pada aspek rentabilitas dapat

menggunakan Ratio On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM).

a. Ratio On Asset (ROA)

Untuk mendapatkan ROA, terlebih dahulu di ketahui laba sebelum pajak dibagi

dengan rata- rata total asset.

Informasi keuangan yang dibutuhkan untuk mengetahui ROA adalah dengan

membagi laba sebelum pajak dengan rata-rata total asset. Berikut adalah hasil dari

perhitungan ROA pada BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja periode 2013 sampai

2016 :

3 Fajri Ryan Iskandar,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan

Karimah (HIK) Ciledug, (Jurnal IPB:2016), h.3

ROA = Laba Sebelum Pajak X 100%

Rata- Rata Total Asset

Tabel 4.4 ROA BPRS HIK dan BPR Kertaraharja

Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK

I

ROA

(%)

II

ROA

(%)

III

ROA

(%)

I II III I

ROA

(%)

II

ROA

(%)

III

ROA

(%)

I II III

2013 1% 3% 4% 3 1 1 1% 5% 5% 3 1 1

2014 1% 2% 3% 3 2 1 2% 4% 4% 2 1 1

2015 1% 2% 2% 3 2 2 2% 5% 6% 2 1 1

2016 1% -1% -1% 3 5 5 1% 4% 6% 3 1 1

Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017

Tabel 4.4 di atas menjelaskan tingkat kesehatan BPRS HIK dengan BPR

Kertaraharja dilihat dari rasio ROA pada periode 2013 – 2016. BPR dapat

dikatakan dalam kondisi sehat jika ROA lebih dari 1,45%. Perubahan rasio ROA

tiap BPR beragam. Rasio ROA dapat mengidentifikasikan kemampuan bank

dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan kekayaan atau aset yang

dimilikinya. Semakin tinggi ROA artinya bank dapat memanfaatkan aset yang

dimilikinya dengan baik untuk mendapatkan laba.

1. Pada tahun 2013 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu

bulan September dan Desember sebesar 5% meskipun bulan Maret rendah

sebesar 1%. Sedangkan BPRS HIK memiliki ROA yang stabil dengan

BPR Kertaraharja pada bulan Maret 2013 sebesar 1%, kemudian naik di

bulan September 3% dan desember 4%.

2. Pada tahun 2014 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu

bulan Maret sebesar 2%, September 4% dan Desember 4%. Sedangkan

BPRS HIK memiliki ROA lebih rendah sebesar bulan Maret 1%,

September 2%, Desember 3%.

3. Pada tahun 2015 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja yaitu

bulan Maret 2%, September 5%, Desember 6%. Sedangkan pada BPRS

HIK memiliki ROA lebih rendah sebesar bulan Maret 1%, September 2%,

dan Desember 2%.

4. Pada tahun 2016 tingkat ROA tertinggi adalah BPR Kertaraharja

meskipun pada bulan Maret stabil dengan BPRS HIK sebesar 1%, bulan

September 4%, dan Desember 6%. Sedangkan BPRS HIK memiliki ROA

lebih rendah dibandingkan BPR Kertaraharja. Namun, pada bulan Maret

stabil sebesar 1%, bulan September -1% dan Desember -1%.

BPR Kertaraharja mengalami peningkatan dari PK-3 ke PK-1 pada periode

2016 yaitu dengan kategori sangat sehat berbeda dengan BPRS HIK mengalami

penurunan hingga pada periode 2016 mendapatkan PK-5 dengan kategori tidak

sehat. Hal ini menunjukan BPR Kertaraharja dapat menggunakan aset atau

kekayaannya untuk menghasilkan keuntungan atau laba bagi bank tersebut.

Grafik 4.2 Rasio ROA BPRS HIK dan BPR Kerta Raharja periode 2013 –

2016

Sumber : Data yang telah diolah

Dari grafik di atas terlihat jelas BPRS HIK yang memiliki ROA paling

rendah pada tahun 2016. pada tahun 2013 – 2014 masih menempati peringkat

sehat, hasil ini sejalan dengan penelitian Fajri Ryan Iskandar yang menyatakan

bahwa hasil analisis rasio ROA dari tahun 2013-2014 dinyatakan sehat.4

kemudian di tahun selanjutnya mengalami penurunan yang drastis sampai -1%

atau dalam peringkat tidak sehat. Kebalikan dari BPRS HIK, BPR Kertaraharja

pada tahun 2016 menempati peringkat ROA sangat sehat yaitu 6%.

4 Fajri Ryan Iskandar,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan

Karimah (HIK) Ciledug, (Jurnal IPB:2016), h.3

1%

3%

4%

1%

2%

3%

1%

2% 2%

1%

-1% -1%

1%

5% 5%

2%

4% 4%

2%

5%

6%

1%

4%

6%

-2%

-1%

0%

1%

2%

3%

4%

5%

6%

7%

BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja

b. Net Interest Margin (NIM)

Untuk mendapatkan nilai NIM terlebih dahulu harus diketahui adalah

pendapatan bagi hasil bersih dengan rata-rata total asset produktif.

Berikut ini adalah hasil perhitungan rasio NIM pada BPRS HIK dan BPR

Kertaraharja periode tahun 2013-2016 :

Tabel 4.5 Rasio NIM Kesehatan BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja 2013-

2016

Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK

I

NIM

(%)

II

NIM

(%)

III

NIM

(%)

I II III I

NIM

(%)

II

NIM

(%)

III

NIM

(%)

I II III

2013 0,8% 1,7% 2,5% 4 3 2 4,2% 13% 16% 2 1 1

2014 0,8% 1,9% 2,8% 4 3 2 4% 12% 13% 2 1 1

2015 0,9% 2,2% 2,5% 4 2 2 4% 13% 15% 2 1 1

2016 0,9% -1,6% -1,2% 4 5 5 3,5% 10% 13% 2 1 1

Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017

Tabel 4.5 di atas menjelaskan tingkat kesehatan BPRS HIK dengan BPR

Kertaraharja pada periode 2013-2016 dilihat dari rasio NIM. Tingginya rasio NIM

menunjukkan pendapatan bagi hasil bank yang tinggi dibandingkan dengan beban

yang dikeluarkan bank. Jika NIM suatu bank tinggi mengindikasikan bahwa bank

tersebut mendapatkan pendapatan bagi hasil yang besar dengan beban pokok yang

dikeluarkan sedikit.

1. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 4,2%, bulan September 13% dan Desember

16% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2013. Sedangkan

NIM terendah pada tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret

NIM = Pendapatam Bagi Hasil Bersih X 100%

Rata-rata Aktiva Produktif

0,8%, September 1,7%, Desember 2,5% meskipun mengalami peningkatan

tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja lebih tinggi rasio

NIMnya.

2. Pada tahun 2014 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR

Kerta Raharja yaitu bulan Maret 4%, bulan September 12% dan Desember

13% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2014 meskipun ada

penurunan dari tahun 2013. Sedangkan NIM terendah pada tahun yang

sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret 0,8%, September 1,9%,

Desember 2,8% meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja lebih tinggi rasio

NIMnya.

3. Pada tahun 2015 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 4%, bulan September 13% dan Desember

15% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2015. Sedangkan

NIM terendah pada tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret

0,9%, September 2,2%, Desember 2,5% meskipun mengalami peningkatan

dari tahun sebelumnya tetapi jika dibandingkan dengan BPR Kertaraharja

lebih tinggi rasio NIMnya.

4. Pada tahun 2016 BPR yang memiliki rasio NIM tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 3,5%, bulan September 10% dan Desember

13% mengalami peningkatan per triwulan dalam tahun 2015 meskipun

mengalami penurunan dari tahun 2015. Sedangkan NIM terendah pada

tahun yang sama adalah BPRS HIK yaitu bulan Maret 0,9%, September -

1,6%, Desember -1,2% mengalami penurunan yang sangat drastis.

Grafik 4.3 Rasio NIM kesehatan BPRS HIK dan BPR Kertaraharja 2013-

2016

Sumber : Data yang telah diolah

Dari penilaian kesehatan BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja dari NIM

terdapat katagori tidak sehat pada tahun 2016 BPRS HIK mempunyai nilai NIM

sebesar -1,6% pada bulan September 2016 dan -1,2% pada bulan Desember 2016.

Hal ini mengindikasikan bahwa BPRS HIK memiliki margin bagi hasil yang

rendah. BPR Kertaraharja memiliki NIM tertinggi.

c) Permodalan (Capital)

Rasio yang dibutuhkan untuk penilaian kesehatan bank pada aspek

permodalan adalah dengan menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR

berfungsi untuk mengetahui kemampuan bank dalam memenuhi cadangan

permodalan dan kemampuan mengelola modal yang dimilikinya. Rumus dalam

menghitung CAR adalah sebagai berikut :

0.80% 1.70%

2.50%

0.80% 1.90%

2.80%

0.90%

2.20% 2.50%

0.90%

-1.60% -1.20%

4.20%

13%

16%

4.00%

12% 13%

4%

13% 13%

4%

10%

13%

-4%

-2%

0%

2%

4%

6%

8%

10%

12%

14%

16%

18%

BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja

CAR = Modal Bank X 100%

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Untuk menghitung CAR dibutuhkan informasi keuangan yaitu dengan

membagi modal bank dan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Berikut

adalah hasil perhitungan CAR pada BPR HIK dan BPRS Kertaraharja. Periode

2013-2016 :

Tabel 4.6 CAR BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja 2013-2016

Periode BPRS HIK PK BPR Kertaraharja PK

I

CAR

(%)

II

CAR

(%)

III

CAR

(%)

I II III I

CAR

(%)

II

CAR

(%)

III

CAR

(%)

I II III

2013 13% 16% 10% 2 1 2 27% 21% 33% 1 1 1

2014 10% 12% 10% 2 2 2 33% 33% 28% 1 1 1

2015 9% 14% 14% 2 2 2 18% 17% 18% 1 1 1

2016 12% 11% 11% 2 2 2 15% 12% 13% 1 2 2

Sumber : Data Sekunder yang di olah peneliti, 2017

Tabel 4.6 di atas menjelaskan bahwa kondisi kesehatan semua BPR dalam

keadaan sehat dan sangat sehat. BPR dikatakan sehat jika peringkat komposit

CAR bank lebih dari 11% (PK-1). Hal ini menunjukkan tiap bank memiliki

cadangan modal mencukupi ketentuan yang ditetapkan Bank Indonesia mengenai

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM).

1. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 27%, September 21%, dan Desember 33%,

sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK

yaitu bulan Maret 13%, September 16%, dan Desember 10%.

2. Pada tahun 2014 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 33%, September 33%, dan Desember 28%,

sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK

yaitu bulan Maret 10%, September 12%, dan Desember 10%.

3. Pada tahun 2015 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 18%, September 17%, dan Desember 18%,

sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK

yaitu bulan Maret 9%, September 14%, dan Desember 14%.

4. Pada tahun 2013 BPR yang memiliki CAR tertinggi adalah BPR

Kertaraharja yaitu bulan Maret 15%, September 12%, dan Desember 13%,

sedangkan yang memiliki CAR rendah pada tahun 2013 adalah BPRS HIK

yaitu bulan Maret 12%, September 11%, dan Desember 11%.

Grafik 4.4 Rasio CAR BPRS HIK dan BPR Kertaraharja 2013-2016

Sumber : data yang sudah diolah

Grafik di atas memperlihatkan bahwa BPR Kertaraharja memiliki CAR

tertinggi. Tetapi hal ini tidak ditingkatkan meskipun pada tahun 2013 – 2014 naik

drastis tetapi merosot dari 2013 ke 2016, CAR BPR Kertaraharja lebih tinggi

peringkatnya dibandingkan dengan BPRS HIK. Menurunnya rasio CAR

diakibatkan oleh nilai Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) meningkat

namun tidak diimbangi dengan pertumbuhan tingkat modal bank tersebut

13%

16%

10% 10% 12%

10% 9%

14% 14% 12%

11% 11%

27%

21%

33% 33% 33%

28%

18% 17%

18%

15%

12% 13%

0%

5%

10%

15%

20%

25%

30%

35%

BPRS Harta Insan Karimah BPR Kerta Raharja

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil analisis dan penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

perbandingan penilaian REC pada BPRS Harta Insan Karimah dan BPR

Kertaraharja periode 2013 – 2016 adalah sebagai berikut :

1. BPRS HIK pada rasio NPF tahun 2013 per triwulan mendapatkan peringkat

kedua dalam kategori sehat, dikarenakan pada tahun 2013 rasio NPF menurun

karena total pembiayaan lebih besar dibandingkan dengan pembiayaan

bermasalah. tahun 2014 cukup sehat, 2015 kurang sehat yang terakhir pada

tahun 2016 dinyatakan BPRS HIK tidak sehat dikarenakan pada tahun 2016

sangat banyak jumlah pembiayaan bermasalah. Pada rasio ROA tahun 2013

sangat sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sehat, yang terakhir tahun 2016 tidak

sehat. Pada rasio NIM tahun 2013 sehat, 2014 sehat, 2015 sehat, dan 2016

sehat. Pada rasio CAR tahun 2013 sehat, 2014 sehat, 2015 sehat, dan 2016

sehat.

2. BPRS Kertaraharja pada rasio NPL tahun 2013 kurang sehat, 2014 sangat

sehat, 2015 sehat, dan 2016 sangat sehat. Pada rasio ROA tahun 2013 sangat

sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sangat sehat, dan 2016 sangat sehat. Pada rasio

NIM tahun 2013 sangat sehat, 2014 sangat sehat, 2015 sangat sehat dan 2016

sangat sehat.

3. Pada rasio NPF tahun 2013 BPRS HIK lebih sehat dibandingkan dengan BPR

Kertaraharja karena NPF BPRS HIK menurun pada tahun 2013 sehingga

berdampak positif. Tetapi pada tahun 2014, 2015 dan 2016 BPRS HIK

semakin meningkat rasio NPF. Meningkatnya rasio NPF merupakan indikasi

adanya masalah dalam bank tersebut yang mana jika tidak segera mendapatkan

solusi maka akan berdampak berbahaya pada BPRS HIK. Pada rasio ROA

tahun 2013 BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja mempunyai bobot rasio ROA

dengan peringkat yang sama. Kemudian pada tahun 2014 – 2016 dinyatakan

bahwa BPR Kertaraharja lebih sehat dibandingkan dengan BPRS HIK karena

57

dari tahun ke tahun dimulai dari tahun 2014 rasio ROA menurun. Semakin

kecil rasio ini berarti manajemen bank kurang mampu dalam mengelola aset

untuk meningkatkan pendapatan dan menekan biaya. Pada rasio NIM tahun

2013-2016 antara BPRS HIK dengan BPR Kertaraharja dinyatakan lebih sehat

BPR Kertaraharja. Apabila rasio NIM rendah maka ini akan berdampak pada

deviden yang akan diterima para investor. Sehingga secara langsung NIM juga

mempengaruhi harga saham. Pada rasio CAR tahun 2013-2016 antara BPRS

HIK dengan BPR Kertaraharja dinyatakan lebih sehat BPR Kertaraharja

dibandingkan BPRS HIK. Namun keduanya tidak masuk ke dalam kategori

tidak sehat. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi BPR Kertaraharja sehat

sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari

perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya.

B. Saran

Saran yang dapat diambil terkait dengan hasil dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagi peneliti selanjutnya :

diharapkan dapat menggunakan metode RGEC yang lebih lengkap lagi

seperti pada Risk profile tidak hanya pada penilaian Risiko Kredit

ditambahkan juga dengan Risiko Pasar, Risiko Likuiditas, Risiko

Operasional, Risiko Hukum, Risiko Strategi, dan Risiko Kepatuhan. Dan

menggunakan Good Corporate Governance (GCG).

2. Bagi BPRS Harta Insan Karimah :

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada rasio NPF, ROA, dan NIM

dinyatakan tidak sehat pada bulan September dan Desember 2016,

permasalahan BPRS disebabkan karena salah kelola dan penyimpangan

operasional. Salah kelola, misalnya keliru membuat analisa pembiayaan

pada sektor usaha yang sudah jenuh yang bermuara pada pembiayaan

bermasalah (macet). Sedangkan contoh penyimpangan manajemen, yaitu

berupa campur tangan pemilik BPRS dalam pengelolaan bank untuk

58

kepentingan pemilik. Untuk itu, BPRS Harta Insan Karimah (HIK) perlu

lebih berhati-hati dalam menyalurkan pembiayaanya. Salah satu cara yang

dilakukan BPRS HIK untuk mengurangi pembiayaan bermasalah ialah

melakukan diversifikasi penyaluran pembiayaan, misalnya dengan

mengalokasikan pembiayaannya ke sektor-sektor potensial yang belum

banyak dikuasai bank umum, seperti sektor pertanian, perikanan, jasa dan

perdagangan dengan tetap fokus pada kelompok sasaran usaha mikro, kecil,

dan menengah (UMKM).

3. Bagi Regulator

Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) sebagai regulator harus mendukung pengalokasian pembiayaan ke

sektor-sektor potensial, seperti sektor pertanian, perikanan, jasa dan

perdagangan. Serta mendukung pertumbuhan dan berkembangnya BPR

Syariah Tangerang dengan meningkatkan kualitas produk dan layanan.

59

DAFTAR PUSTAKA

Agusalim, dkk, Potensi dan Proyeksi Ekonomi Makro Kota Tangerang, Media

Trend, Vol. 11 No. 2. 2016.

Andita, Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan PT. Bank Syariah Mandiri

dengan PT. Bank Central Asia, Skripsi Universitas Muhammadiyah

Surakarta, 2014.

Antonio, Muhammad Syafi’i, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Jakarta :

Gema Insani, 2001.

Fadli, Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah Di Indonesia, Jurnal Ilmiah

Universitas Brawijaya Malang, 2015.

Faisol, Analisis Kinerja Keuangan Bank Pada PT Bank Muamalat Indonesia Tbk.

Jurnal Ilmiah Berkala Empat Bulanan, Vol 3 No. 2, 2007.

Fajri,dkk, Strategi Peningkatan Asset PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah

(HIK) Ciledug, Jurnal IPB, 2016.

Fungki Prastyananta,dkk, Analisis Penggunaan Metode RGEC Untuk Mengetahui

Tingkat Kesehatan Bank, Jurnal Universitas Brawijaya, 2016.

Haidy , dkk, Analisis Tingkat Kesehatan Bank Dengan Menggunakan Pendekatan

RGEC, Jurnal Universitas Brawijaya, 2014.

Hamzah,dkk, Teori Kinerja dan Pengukurannya, Jakarta: Bumi Aksara, 2012.

Ifham, Ahmad, Pedoman Umum Lembaga Keuangan Syari’ah, Jakarta: PT.

Gramedia Pustaka Utama, 2010.

59

Kamal, Fasiha, Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas BPRS di

Indonesia Pasca Krisis Keuangan Global Tahun 2008, Jurnal Muamalah,

Vol. IV, No.1, 2014.

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan Edisi Revisi, Jakarta , PT Grafindo Persada,

2012.

Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010.

Kusumawati, Mellia, Analisis Komparatif Kinerja Keuangan Bank Berdasarkan

Metode Camels dan RGEC, Universitas Negeri Surabaya, 2013.

Laporan Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2013 hingga 2016. Data diakses pada

18 Oktober 2017 dari http://www.bprkertaraharja.com

Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tahun 2013 hingga 2-16.

Data diakses pada 18 Oktober 2017 http://www.hik.co.id.

Mandasari, Jayanti, Analisis Kinerja Keuangan Dengan Pendekatan Metode

RGEC Pada Bank BUMN Periode 2012 – 2013, Jurnal Universitas

Mulawarman , 2015.

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah , Yogyakarta: UPP AMP, 2002.

Mulyadi, Sistem Akuntansi Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba Empat, 2001

Ningsih, Widya, Analisis Pebandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah

Dengan Bank Umum Konvensional Di Indonesia, Skripsi Universitas

Hasanudin , 2012.

Otoritas Jasa Keuangan,Surat Edaran OJK No. 10/SEOJK.03/2014 Tentang

Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah, 2014.

60

60

Riyadi, Selamet, Banking Assets and Liability Management, Jakarta : Lembaga

Penerbit FEUI, 2004.

Suyanto, Ali, Pengelolaan BPR dan Lembaga Keuangan Pembiayaan Mikro,

Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013.

UU No.21 Tahun 2008 Pasal 1.

UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 21.

Warminda, Titi Dewi, Islamic Rural Bank Profitability: Evidance from

Indonesia”, Jurnal of Islamic Economics, Banking and Finance, Vol. 10 ,

No. 3, 2014.

Yusuf, Muhammad Y. Dan Wan S. Mahriana, Faktor-faktor yang mempengaruhi

Tingkat Profitabilitas Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Di Aceh,

Aceh: IQTISHADIA. 2016.

Zainuddin, Hukum Perbankan Syariah, Jakarta: Sinar grafika, 2010.

61

1

LAMPIRAN

Lampiran I

Ikhtisar Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 dan 2014.

Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)

Tahun 2013 Tahun 2014

Neraca I II III I II III Total Aktiva 296.698.036 329.978.830 365.798.388 357.275.417 397.980.876 440.092.510 Total Aktiva Produktif 291.172976 323.795.401 352.609.098 342.116.643 382.750.318 424.775.307 Modal 19.387.340 25.287.580 25.324.070 25.435.870 31.346.850 31.346.850 Laba/Rugi Pendapatan Operasional 13.738.575 43.622.725 59.922.379 16.221034 49.487.029 69.170.084 Bagi Hasil Kepada Pemilik dana

6.419.350 19.696.393 27.138.188 7.549.619 23.489.334 32.729.131

Pendapatan Operasional Setelah distribusi Bagi hasil

7.319.225 23.926.332 32.784.191 8.671.415 26.435.438 36.440.953

Beban Operasional 4.219.320 14.624.754 18.962.240 4.893.089 16.760.311 21.829.417 Laba (Rugi) Operasional

3.099.905 9.301.578 13.821.951 3.778.326 9.675.127 14.611.536

Laba (Rugi) sebelum pajak

3.066.846 9.201.596 13.683.722 3.731.536 9.523.954 14.406.781

Laba (Rugi) Tahun Berjalan

2.373.234 6.852.064 10.006.222 2.728.686 7.075.990 10.534.958

Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)

13% 16% 10% 10% 12% 10%

Aktiva Produktif NPF 3% 3% 3% 4% 3% 1% Profitabilitas ROA 1% 3% 4% 1% 2% 3% NOM 0,83% 1,7% 2,5% 0,8% 1,9% 2,8%

Sumber : Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah Tangerang Tahun 2013-2014.

Ikhtisar Keuangan BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2015 dan 2016.

Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)

Tahun 2015 Tahun 2016

Neraca I II III I II III Total Aktiva 442.264.981 437.269.404 473.747.207 483.897.550 498.202.844 483.028.239 Total Aktiva Produktif 424.087.483 422.951.759 461.410.382 468.259.800 502.812.661 486.095.197 Modal 29.998.000 44.416.130 44.420.668 44.420.668 46.987.628 46.987.628 Laba/Rugi Pendapatan Operasional 19.126.861 55.436.945 75.169.970 20.465.318 59.740.466 80.802.106 Bagi Hasil Kepada Pemilik dana

9.193.679 27.178.426 36.673.758 10.102.126 30.293.885 40.070.107

Pendapatan Operasional Setelah distribusi Bagi hasi

9.933.182 28.258.159 38.496.212 10.363.192 29.446.581 40.731.999

Beban Operasional 5.505.631 18.190.693 25.358.506 5.809.629 37.787.351 45.976.641

Laba (Rugi) Operasional 4.427.551 10.067.826 13.137.706 4.553.563 (8.953.257) (5.244.642) Laba (Rugi) Tahun Berjalan

4.354.182 9.870.365 13.176.557 4.471.202 (8.953.257) (5.843.146)

Rasio Keuangan Permodalan

Rasio kecukupan modal (CAR)

9% 14% 14% 12% 11% 11%

Aktiva Produktif

NPF 3% 6% 4% 5% 23% 19%

Profitabilitas ROA 1% 2% 2% 1% -1% -1%

NIM 0,9% 2,2% 2,5% 0,9% -1,6% -1,2% Sumber : Laporan Keuangan BPRS Harta Insan Karimah Tangerang Tahun 2015-2016.

Lampiran 2

Ikhtisar Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2013 dan 2014.

Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)

Tahun 2013 Tahun 2014

Neraca I II III I II III Total Aktiva 76,627,525 94,037,206 99,827,557 103,407,327 112,219,144 142.249.506 Total Aktiva Produktif 63,454,330 69,312,416 87,492,450 89,482,219 100,714,350 131.663.107 Modal 50,398,000 50,398,000 50,398,000 50,398,000 49,648,000 49.648.000 Laba/Rugi Jumlah Pendapatan operasional

2,628,220 10,399,771 12,268,120 3,838,775 11,468,565 21.732.272

Jumlah Beban Operasional 1,512,061 6,166,306 7,140,469 1,774,739 7,035,524 14.625.829 Laba Rugi Sebelum PPH 1,111,655 4,220,153 5,071,863

2,061,802 4,411,191

7.070.360 Taksiran pajak penghasilan 138,957 590,098 1,059,488

259,273 628,925 1.564.972 Laba/ Rugi bersih 972,698 3,630,055 4,012,375 1,802,529 3,782,266 7.070.360 Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)

27% 11% 21% 33% 33% 28%

Aktiva Produktif Kredit Bermasalah (NPL) 6% 6% 6% 5% 5% 2% Profitabilitas ROA 1% 5% 5% 2% 4% 4% NIM 4,2% 13% 16% 4% 12% 13%

Sumber : Laporan Keuangan BPR Kerta Raharja 2013 dan 2014.

Ikhtisar Keuangan BPR Kertaraharja Tahun 2015 dan 2016. Ikhtisar Keuangan (Rp Ribuan)

Tahun 2015 Tahun 2016

Neraca I II III I II III Total Aktiva 149,444,819 182,314,157 204,978,577 220,877,573 287,455,581

306,997,817 Total Aktiva Produktif 136,879,669 168,250,092 192,900,891 204,661,055 272,321,700 293,963,711 Modal 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 28,350,000 Laba/Rugi Jumlah Pendapatan operasional

5,687,084 19,242,915 26,608,174 6,361,058 25,467,877

35,855,551

Jumlah Beban Operasional 2,798,749 11,099,997

15,162,650 4,124,355 14,233,093

19,558,577 Laba Rugi Sebelum PPH 2,886,740 8,021,806 11,316,424

2,198,361 10,918,118 15,926,727 Taksiran pajak penghasilan 404,543 1,589,557

2,640,252 365,188 2,556,621 3,981,682 Laba/ Rugi bersih 2,482,197 6,432,249 8,676,172 1,833,173 8,361,497

11,945,045 Rasio Keuangan Permodalan Rasio kecukupan modal (CAR)

18% 17% 18% 15% 12% 13%

Aktiva Produktif Kredit Bermasalah (NPL) 2% 1% 1% 2% 1% 1% Profitabilitas ROA 2% 5% 6% 1% 4% 6% NIM 4% 13% 15% 3,5% 10% 13%

Sumber : Laporan Keuangan BPR Kerta Raharja 2015-2016.

Lampiran 3 푁푃퐿 = 퐾푟푒푑푖푡 푏푒푟푚푎푠푎푙푎ℎ 푋 100% 푇표푡푎푙 푘푟푒푑푖푡 NPF = Pembiayaan Bermasalah X 100% Total Pembiayaan Perhitungan NPF pada BPR Syariah Harta Insan Karimah Tangerang : Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : NPF : KL + D + M X 100% Total Pembiayaan NPF : 779.301 + 428.406 + 8.663.071 X 100% 291.172.976 NPL : 9.870.778 X 100% 291.172.976 NPF : 3% Bulan September 2013 : NPF : 403.128 + 710.553 + 10.890.631 X 100% 323.795.401 NPF : 12.004.312 X 100% 323.795.401 NPF : 3% Bulan Desember 2013 : NPF : 231.251 + 539.946 + 10.732.792 X 100% 352.609.098 NPF : 11.503.989 X 100% 352.609.098 NPF : 3% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : NPF : 133.721 + 477.896 + 12.515.040 X 100% 342.116.643 NPF : 13.126.657 X 100% 342.116.643 NPF : 4 % Bulan September 2014 : NPF : 323.439 + 97.470 + 11.099.822 X 100% 382.750.318 NPF : 11.520.731 X 100% 382.750.318 NPF : 3 % Bulan Desember 2014 : NPF : 892.662 + 208.757 + 10.545.329 X 100% 424.775.307 NPF : 11.438.361 X 100% 424.775.307 NPF : 3 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NPF : 1.692.938 + 630.223 + 9.463.200 X 100% 424.087.483 NPF : 11.786.361 X 100% 424.087.483

NPF : 3 % Bulan September 2015 : NPF : 2.547.394 + 2.051.864 + 22.183.174 X 100% 422.951.759 NPF : 26.782.432 X 100% 422.951.759 NPF : 6% Bulan Desember 2015 : NPF : 514.451 + 1.197.039 + 18.673.100 X 100% 461.410.382 NPF : 20.384.590 X 100% 461.410.382 NPF : 4% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 : NPF : 1.270.421 + 757.377 + 20.562.221 X 100% 468.259.800 NPF : 22.590.019 X 100% 468.259.800 NPF : 5% Bulan September 2016 : NPF : 33.069.336 + 13.184.954 + 70.405.751 X 100% 502.812.661 NPF : 116.660.041 X 100% 502.812.661 NPF : 23% Bulan Desember 2016 : NPF : 11.252.363 + 3.879.451 + 81.109.828 X 100% 486.095.197 NPF : 96.241.642 X 100% 486.095.197 NPF : 19% Perhitungan NPL BPR Konvensional BPR Kerta Raharja Tangerang: Bulan Maret 2013 : NPL : 540.492 + 219.494 + 3.102.099 X 100% 63.454.330 NPL : 3.862.085 X 100% 63.454.330 NPL : 6% Bulan September 2013 : NPL : 1.764.787 + 542.522 + 2.374.779 X 100% 69.312.416 NPL : 4.682.088 X 100% 69.312.416 NPL : 6% Bulan Desember 2013 : NPL : 2.061.542 + 1.237.645 + 1.981.295 X 100% 87.492.450 NPL : 5.280.482 X 100% 87.492.450 NPL : 6% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :

NPL : 2.344.213 + 1.222.638 + 1.692.485 X 100% 94.741.550 NPL : 5.259.336 X 100% 94.741.550 NPL : 5% Bulan September 2014 : NPL : 460.874 + 1.015.024 + 1.767.070 X 100% 103.957.300 NPL : 3.242.968 X 100% 103.957.300 NPL : 2% Bulan Desember 2014 : NPL : 166.945 + 622.423 + 1.757.113 X 100% 134.189.600 NPL : 2.546.481 X 100% 134.189.600 NPL : 1% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NPL : 1.372.494 + 295.588 + 1.580.370 X 100% 140.128.100 NPL : 3.248.452 X 100% 140.128.100 NPL : 2% Bulan September 2015 : NPL : 840.937 + 1.134.555 + 1.158.510 X 100% 171.384.100 NPL : 3.134.002 X 100% 171.384.100 NPL : 1 % Bulan Desember 2015 : NPL : 659.393 + 1.195.394 + 1.562.806 X 100% 196.318.500 NPL : 3.417.593 X 100% 196.318.500 NPL : 1% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 NPL : 1.863.082 + 1.108.460 + 2.016.968 X 100% 209.649.600 NPL : 4.988.510 X 100% 209.649.600 NPL : 2% Bulan September 2016 : NPL : 999.301 + 1.094.678 + 1.373.778 X 100% 275.789.500 NPL : 3.467.757 X 100% 275.789.500 NPL : 1% Bulan Desember 2016 :

NPL : 765.633 + 1.120.653 + 1.049.988 X 100% 296.900.000 NPL : 2.936.274 X 100% 296.900.000 NPL : 1 % Bobot PK Komponen NPF (Non Performing Financing) BPRS Harta Insan Karimah (HIK)

Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan

I NPF(%)

II NPF (%)

III NPF (%)

I II III I II III

2013 3% 3% 3% 2 2 2 Sehat Sehat sehat 2014 4% 3% 3% 3 2 2 Cukup

sehat sehat sehat

2015 3% 6% 4% 2 4 3 Sehat Kurang sehat

Cukup sehat

2016 5% 23% 19% 3 5 5 Cukup Sehat

Tidak Sehat

Tidak Sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017

Bobot PK Komponen NPL (Non Performing Loan) BPR Kertaraharja Tangerang Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan

I NPL (%)

II NPL (%)

III NPL (%)

I II III I II III

2013 6% 6% 6% 4 4 4 Kurang sehat

Kurang sehat

Kurang sehat

2014 5% 2% 1% 3 2 1 Cukup sehat

sehat Sangat sehat

2015 2% 1% 2% 2 1 2 Sehat Sangat sehat

Sehat

2016 2% 1% 1% 2 1 1 Sehat Sangat sehat

Sangat sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 Rumus :ROA = laba sebelum pajak X 100%

Rata-Rata total asset BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : ROA = laba sebelum pajak X 100% Total asset bulan maret 2012+2013:2 ROA = 3.066.864 X 100% 240.827.656 + 296.698.036 : 2 ROA = 1% Bulan September 2013 : ROA = 9.201.596 X 100% 278.940.961 + 329.978.830 :2 ROA = 3% Bulan Desember 2013 : ROA = 13.683.722 X 100% 290.869.526 + 365.798.388 : 2

ROA = 4% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : ROA = 3.731.536 X 100% 296.698.036 + 357.275.417 : 2 ROA = 1% Bulan September 2014 : ROA = 9.523.954 X 100% 329.978.830 + 397.980.876 :2 ROA = 2% Bulan Desember 2014 : ROA = 14.406.781 X 100% 440.092.510 + 365.798.388 : 2 ROA = 3% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : ROA = 4.354.182 X 100% 357.275.417 + 442.264.981 :2 ROA = 1 % Bulan September 2015 : ROA = 9.870.365 X 100% 437.269.404 + 394.347.686 :2 ROA = 2 % Bulan Desember 2015 : ROA = 13.176.557 X 100% 473.269.404 + 440.092.510 : 2 ROA = 2 % Tahun 2016 Bulan Maret 2016 : ROA = 4.471.202 X 100% 483.897.550 + 435.653.712 :2 ROA = 1% Bulan September 2016 : ROA = (8.953.257) X 100% 437.269.404 + 498.202.844 : 2 ROA = -1% Bulan Desember 2016 : ROA = (5.843.146) X 100% 483.028.239 + 473.747.207 : 2 ROA = -1% BPR Kerta Raharja Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : ROA = 1.111.655 X 100% 76.627.525 + 48.406.474 : 2 ROA = 1% Bulan September 2013 : ROA = 4.220.153 X 100% 94.037.206 + 62.614.578 : 2 ROA = 5 % Bulan Desember 2013 : ROA = 5.071.863 X 100% 99.827.557 + 69.939.229 : 2

ROA = 5 % Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : ROA = 2.061.802 X 100% 103.407.327 + 76.627.525 : 2 ROA = 2 % Bulan September 2014 : ROA = 4.411.191 X 100% 112.219.144 + 94.037.206 : 2 ROA = 4% Bulan Desember 2014 : ROA = 5.071.863 X 100% 99.827.557 + 142.249.506 :2 ROA = 4 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : ROA = 2.886.740 X 100% 149.444.819 + 103.407.327 : 2 ROA = 2% Bulan September 2015 : ROA = 8.021.806 X 100% 182.314.157 + 112.219.144 :2 ROA = 5% Bulan Desember 2015 : ROA = 11.316.424 X 100% 204.978.557 + 142.249.506 :2 ROA = 6% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 : ROA = 2.198.361 X 100% 220.877.573 + 149.444.819 : 2 ROA = 1% Bulan September 2016 : ROA = 10.918.118 X 100% 287.455.581 + 182.314.157 : 2 ROA = 4% Bulan Desember 2016 : ROA = 15.926.727 X 100% 306.997.817 + 204.978.577 : 2 ROA = 6%

Bobot PK Komponen ROA BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan

I ROA (%)

II ROA (%)

III ROA (%)

I II III I II III

2013 1% 3% 4% 3 1 1 Cukup sehat

Sangat sehat

Sangat sehat

2014 1% 2% 3% 3 2 1 Cukup sehat

sehat Sangat sehat

2015 1% 2% 2% 3 2 2 Cukup sehat

sehat sehat

2016 1% -1% -1% 3 5 5 Cukup Sehat

Tidak Sehat

Tidak Sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017 Bobot PK Komponen ROA BPR Kertaraharja Tangerang.

Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan I ROA (%)

II ROA (%)

III ROA (%)

I II III I II III

2013 1% 5% 5% 3 1 1 Cukup sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

2014 2% 4% 4% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat

Sangat Sehat

2015 2% 5% 6% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat

Sangat Sehat

2016 1% 4% 6% 3 1 1 Cukup Sehat

Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017

Rumus : NIM = Pendapatan Bunga Bersih X 100%

Rata- rata total aset produktif BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 : NIM = 6.419.350 – 4.219.320 X 100% 291.172.976 + 235.118.767 : 2 NIM = 2.200.030 X 100% 263.145.872 NIM = 0,83 % Bulan September 2013 : NIM = 19.696.395 – 14.624.754 X 100%

323.795.401 + 272.136.850 : 2 NIM = 5.071.641 X 100% 297.966.126 NIM = 1,7 % Bulan Desember 2013 : NIM = 27.138.188 – 18.962.240 X 100% 352.609.098 + 286.635.220 : 2 NIM = 8.175.948 X 100% 319.622.159 NIM = 2,5% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 : NIM = 7.549.619 – 4.893.089 X 100 %

342.116.643 + 291.172.976 : 2 NIM = 2.656.530 X 100% 316.644.810 NIM = 0,8 % Bulan September 2014 : NIM = 23.489.334 – 16.760.311 X 100% 382.750.318 + 323.795.401 :2 NIM = 6.729.023 X 100% 353.272.860 NIM = 1,9% Bulan Desember 2014 :

NIM = 32.729.131 – 21829.417 X 100% 424.775.307 + 352.609.098 : 2 NIM = 10.889.714 X 100% 388.692.203 NIM = 2,8 % Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 : NIM = 9.193.679 – 5.505.631 X 100%

424.087.438 + 342.116.643 : 2 NIM = 3.688.048 X 100% 383.102.063 NIM = 0,9% Bulan September 2015 : NIM = 27.178.426 – 18.190.693 X 100%

422.951.759 + 382.750.318 : 2 NIM = 8.987.733 X 100% 402.851.039 NIM = 2,2% Bulan Desember 2015 :

NIM = 36.673.758 – 25.358.506 X 100%

461.410.382 + 424.775.307 : 2

NIM = 11.315.252 X 100%

443.092.845

NIM = 2,5%

Tahun 2016 :

Bulan Maret 2016 :

NIM = 10.102.126 – 5.809.629 X 100%

468.259.800 + 424.087.483 : 2

NIM = 4.292.497 X 100%

446.173.642

NIM = 0,9 %

Bulan September 2016 :

NIM = 30.293.885 – 37.787.351 X 100%

502.812.661 + 422.951.759 : 2

NIM = -7.493.466 X 100%

462.882.210

NIM = -1,6%

Bulan Desember 2016 :

NIM = 40.070.107 – 45.976.641 X 100%

486.095.197 + 461.410.382 : 2

NIM = -5.906.534 X 100%

473.752.790

NIM = -1,2%

BPR Kerta Raharja

Tahun 2013 :

Bulan Maret 2013 :

NIM = 2.345.237 – 270.573 X 100%

63.454.330 + 34.874.016 : 2

NIM = 2.074.664 X 100%

49.164.173

NIM = 4,2 %

Bulan September 2013 :

NIM = 9.500.392 – 1.383.202 X 100%

69.312.416 + 47.540.795 : 2

NIM = 8.117.190 X 100%

58.426.605

NIM = 13%

Bulan Desember 2013 :

NIM = 14.351.896 – 2.328.736 X 100%

87.492.450 + 56.758.619 : 2

NIM = 12.023.160 X 100%

72.125.534

NIM = 16%

Tahun 2014 :

Bulan Maret 2014 :

NIM = 4.583.269 – 1.112.265 X 100%

89.482.219 + 63.454.330 : 2

NIM = 3.471.004 X 100%

76.468.274

NIM = 4%

Bulan September 2014 :

NIM = 14.848.639 – 4.007.147 X 100%

100.714.350 + 69.312.416 : 2

NIM = 10.841.492 X 100%

85.013.383

NIM = 12%

Bulan Desember 2014 :

NIM = 20.919.889 – 5.613.944 X 100%

131.663.107 + 87.492.450 : 2

NIM = 15.305.945 X 100%

109.547.778

NIM = 13%

Tahun 2015 :

Bulan Maret 2015 :

NIM = 6.999.372 – 1.674.466 X 100%

136.879.669 + 89.482.219 : 2

NIM = 5.324.906 X 100%

113.180.944

NIM = 4%

Bulan September 2015 :

NIM = 23.930.382 – 6.349.751 X 100%

168.250.092 + 100.714.350 : 2

NIM = 17.580.631 X 100%

134.482.221

NIM = 13%

Bulan Desember 2015 :

NIM = 34.052.618 – 9.344.750 X 100%

192.900.891 + 131.663.107 : 2

NIM = 24.707.868 X 100%

162.281.999

NIM = 15%

Tahun 2016 :

Bulan Maret 2016 :

NIM = 9.723.772 – 3.577.422 X 100%

204.661.055 + 136.879.669 : 2

NIM = 6.146.350 X 100%

170.770.362

NIM = 3,5%

Bulan September 2016 :

NIM = 36.507.955 – 12.459.687 X 100%

272.321.700 + 168.250.092 : 2

NIM = 24.048.268 X 100%

220.285.896

NIM = 10%

Bulan Desember 2016 :

NIM = 51.886.903 – 18.537.577 X 100%

293.963.711 + 192.900.891 : 2

NIM = 33.349.326 X 100%

243.432.301

NIM = 13 %

Bobot PK Komponen NIM BPRS Harta Insan Karimah Tangerang. Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan

I NIM (%)

II NIM (%)

III NIM (%)

I II III I II III

2013 0.8% 1,7% 2,5% 4 3 2 kurang sehat

cukup Sehat

sehat

2014 0,8% 1,9% 2,8% 4 3 2 Kurang sehat

cukup sehat

sehat

2015 0,9% 2,2% 2,5% 4 2 2 Kurang Sehat

sehat sehat

2016 0,9% -1,6% -1,2% 4 5 5 Kurang Sehat

Tidak Sehat

Tidak Sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017

Bobot PK komponen NIM BPR Kerta Raharja Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan

I NIM (%)

II NIM (%)

III NIM (%)

I II III I II III

2013 4,2% 13% 16% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat

sangat sehat

2014 4% 12% 13% 2 1 1 Sehat sangat sehat

Sangat sehat

2015 4% 13% 15% 2 1 1 Sehat Sangat sehat

Sangat sehat

2016 3,5% 10% 13% 2 1 1 Sehat Sangat Sehat

Sangat Sehat

Sumber : Data Sekunder yang diolah peneliti, 2017

Rumus : CAR= Modal bank X 100% Aktiva Tertimbang Menurut Risiko BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 397.484 0 0 Penempatan Bank lain

24.757.456 20 4.951.491

Aktiva tetap dan inventaris

3.892.355 100 3.892.355

Aktiva lain-lain 5.234.430 100 5.234.430 ATMR Bulan Maret 2013 14.078.276

CAR= 19.387.340 X 100% 14.078.276 CAR= 13 % Bulan September 2013

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 347.827 0 0 Penempatan Bank lain

27.108.619 20 5.421.723

Aktiva tetap dan inventaris

3.978.283 100 3.978.283

Aktiva lain-lain 5.682.951 100 5.682.951 ATMR Bulan September 2013 15.082.957

CAR= 25.287.580 X 100% 15.082.957 CAR= 16% Bulan Desember 2013 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 240.928 0 0 Penempatan Bank lain

35.518.199 20 7.103.639

Aktiva tetap dan inventaris

12.771.910 100 12.771.910

Aktiva lain-lain 4.914.928 100 4.914.928 ATMR Bulan Desember 2013 24.790.477

CAR = 25.324.070 X 100% 24.790.477 CAR= 10%

Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 540.932 0 0 Penempatan Bank lain

30.856.763 20 6.171.352

Aktiva tetap dan inventaris

13.030.381 100 13.030.381

Aktiva lain-lain 5.522.735 100 5.522.735 ATMR Bulan Maret 2014 24.724.468

CAR = 25.435.870 X 100% 24.724.468 CAR = 10% Bulan September 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 554.389 0 0 Penempatan Bank lain

30.777.753 20 6.155.551

Aktiva tetap dan inventaris

13.404.500 100 13.404.500

Aktiva lain-lain 6.048.052 100 6.048052 ATMR Bulan September 2014 25.608.103

CAR = 31.346.850 X 100% 25.608.103 CAR = 12 % Bulan Desember 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 444.487 0 0 Penempatan Bank lain

52.126.588 20 10.425.317

Aktiva tetap dan inventaris

13.728.164 100 13.728.164

Aktiva lain-lain 4.942.670 100 4.942.670 ATMR Bulan Desember 2014 29.096.151

CAR = 29.998.000 X 100% 32.804.890 CAR = 9% Tahun 2015 : Bulan Maret 2015 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 944.874 0 0 Penempatan Bank lain

66.547.315 20 13.309.463

Aktiva tetap dan inventaris

13.818.064 100 13.818.064

Aktiva lain-lain 5.677.363 100 5.677.363

ATMR Bulan Maret 2015 32.804.890 CAR = 29.998.000 X 100% 32.804.890 CAR = 9% Bulan September 2015 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 814.174 0 0 Penempatan Bank lain

47.723.616 20 9.544.723

Aktiva tetap dan inventaris

13.900.217 100 13.900.217

Aktiva lain-lain 7.960.609 100 7.960.609 ATMR Bulan September 2015 31.405.549

CAR = 44.416.130 X 100% 31.405.549 CAR = 14 % Bulan Desember 2015

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 858.023 0 0 Penempatan Bank lain

50.451.475 20 10.090.295

Aktiva tetap dan inventaris

14.025.119 100 14.025.119

Aktiva lain-lain 6.039.071 100 6.039.071 ATMR Bulan Desember 2015 30.154.485

CAR = 44.420.668 X 100% 30.154.485 CAR = 14 % Tahun 2016 : Bulan Maret 2016

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.403.933 0 0 Penempatan Bank lain

68.949.207 20 13.789.841

Aktiva tetap dan inventaris

14.291.816 100 14.291.816

Aktiva lain-lain 7.632.825 100 7.632.825 ATMR Bulan Maret 2016 35.714.482

CAR = 44.420.668 X 100% 35.714.482 CAR = 12% Bulan September 2016 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp)

Kas 937.569 0 0 Penempatan Bank lain

94.270.138 20 18.854.027

Aktiva tetap dan inventaris

13.882.190 100 13.882.190

Aktiva lain-lain 8.799.735 100 8.799.735 ATMR Bulan September 2016 41.535.952

CAR = 46.987.628 X 100% 41.535.952 CAR = 11% Bulan Desember 2016 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 739.015 0 0 Penempatan Bank lain

101.738.352 20 20.347.670

Aktiva tetap dan inventaris

14.023.743 100 14.023.743

Aktiva lain-lain 7.683.638 100 7.683.638 ATMR Bulan Desember 2016 42.055.051

BPR Kerta Raharja Tangerang Tahun 2013 : Bulan Maret 2013 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 398.990 0 0 Pihak tidak terkait 52.488.539 20 10.497.707 Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.183.334 100 2.183.334 Aktiva lain-lain 1.713.848 100 1.713.848 ATMR Bulan Maret 2013 19.951.659

CAR = 55.818.000 X 100% 19.951.659 CAR= 27% Bulan September 2013 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 497.500 0 0 Pihak tidak terkait 58.584.435 20 11.716.887 Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.189.835 100 2.189.835 Aktiva lain-lain 1.745.058 100 1.745.058 ATMR Bulan September 2013 23.391.884

CAR = 50.398.000 X 100% 23.391.884 CAR = 21% Bulan Desember 2013 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp)

Kas 422.437 0 0 Penempatan pd bank lain

22.643.142 20 7.740.103

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 2.598.388 100 2.598.388 Aktiva lain-lain 135.841 100 135.841 ATMR Bulan Desember 2013 15.002.960

CAR = 50.398.000 X 100% 15.002.960 CAR = 33% Tahun 2014 : Bulan Maret 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 434.868 0 0 Penempatan pd bank lain

18.995.403 20 3.799.080

Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 2.899.201 100 2.899.201 Aktiva lain-lain 779.968 100 779.968 ATMR Bulan Maret 2014 15.218.353

CAR = 50.398.000 X 100% 15.218.353 CAR = 33% Bulan September 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 468.740 0 0 Penempatan pd bank lain

14.095.144 20 2.819.028

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.085.621 100 3.085.621 Aktiva lain-lain 1.064.827 100 1.064.827 ATMR Bulan September 2014 14.709.579

CAR = 49.648.000 X 100% 14.709.579 CAR = 33% Bulan Desember 2014 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 832.618 0 0 Penempatan pd bank lain

32.186.574 20 6.437.314

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.205.318 100 3.205.318 Aktiva lain-lain 311.190 100 311.190 ATMR Bulan Maret 2014 17.693.925

CAR = 49.648.000 X 100% 17.693.925

CAR = 28 % Tahun 2015: Bulan Maret 2015 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 606.617 0 0 Penempatan pd bank lain

18.267.157 20 3.653.431

Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 3.236.350 100 3.236.350 Aktiva lain-lain 1.043.526 100 1.043.526 ATMR Bulan Maret 2015 15.673.411

CAR = 28.350.000 X 100% 15.673.411 CAR = 18% Bulan September 2015 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.030.368 0 0 Penempatan pd bank lain

14.561.239 20 2.912.247

Tanah dan Gedung 7.740.104 100 7.740.104 Inventaris 3.850.208 100 3.850.208 Aktiva lain-lain 1.885.044 100 1.885.044 ATMR Bulan September 2015 16.387.603

CAR = 28.350.000 X 100% 16.387.603 CAR = 17% Bulan Desember 2015 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 891.499 0 0 Penempatan pd bank lain

20.496.328 20 4.099.265

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.579.864 100 3.579.864 Aktiva lain-lain 267.704 100 267.704 ATMR Bulan Desember 2015 15.686.936

CAR = 28.350.000 X 100% 15.686.936 CAR = 18% Tahun 2016 : Bulan Maret 2016 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.044.170 0 0 Penempatan pd bank lain

18.092.200 20 3.799.080

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 3.840.142 100 3.840.142 Aktiva lain-lain 3.338.862 100 3.338.862 ATMR Bulan Maret 2016 18.537.547

CAR = 28.350.000 X 100% 18.537.547 CAR = 15 % Bulan September 2016 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.484.791 0 0 Penempatan pd bank lain

36.912.758 20 7.382.555

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 4.343.461 100 4.343.461 Aktiva lain-lain 2.769.298 100 2.769.298 ATMR Bulan September 2016 22.235.417

CAR = 28.350.000 X 100% 22.235.417 CAR = 12% Bulan Desember 2016 :

Nama Akun Jumlah (Rp) Bobot % ATMR (Rp) Kas 1.215.102 0 0 Penempatan pd bank lain

42.835.625 20 8.567.125

Tanah dan Gedung 7.740.103 100 7.740.103 Inventaris 4.196.401 100 2.899.201 Aktiva lain-lain 486.336 100 486.336 ATMR Bulan Desember 2016 20.989.965

CAR = 28.350.000 X 100% 20.989.965 CAR = 13%

Rasio CAR BPRS Harta Insan Karimah (HIK) Tangerang

Periode BPRS HIK Peringkat Keterangan I CAR (%)

II CAR (%)

III CAR (%)

I II III I II III

2013 13% 16% 10% 2 1 2 Sehat Sangat sehat

Sehat

2014 10% 12% 10% 2 2 2 Sehat sehat sehat 2015 9% 14% 14% 2 2 2 Sehat sehat Sehat 2016 12% 11% 11% 2 2 2 Sehat sehat sehat

Rasio CAR BPR Kertaraharja Periode BPR Kerta Raharja Peringkat Keterangan

I CAR

II CAR

III CAR

I II III I II III

(%) (%) (%) 2013 27% 21% 33% 1 1 1 Sangat

sehat Sangat sehat

Sangat Sehat

2014 33% 33% 28% 1 1 1 Sangat sehat

Sangat sehat

Sangat sehat

2015 18% 17% 18% 1 1 1 Sangat sehat

Sangat sehat

Sangat Sehat

2016 15% 12% 13% 1 2 2 Sangat sehat

sehat sehat