PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL UPWIND
-
Upload
syrf.hidayat -
Category
Engineering
-
view
37 -
download
4
description
Transcript of PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU HORIZONTAL UPWIND
PERANCANGAN TURBIN ANGIN SUMBU
HORIZONTAL UPWIND
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas praktikum
Operasi Sistem Energi 2 Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Kelompok : : 4
Anggota : : Syarif Hidayat (141711027)
Tita Fatimah (141711028)
Zahra Ghaida (141711032)
Kelas : : 3B – Utilitas Energi
Dosen Pembimbing : : Ir. Sri Paryanto Mursid, M.Sc
JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................3
DAFTAR TABEL....................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................5
I. 1. Latar Belakang............................................................................5
I. 2. Rumusan Masalah.......................................................................6
I. 3. Tujuan.........................................................................................6
I. 4. Batasan Masalah.........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI............................7
II. 1. Tinjauan Umum Mengenai Angin..............................................7
II. 1. 1. Pengertian Angin................................................................7
II. 1. 2. Karakteristik Angin............................................................7
II. 2. Turbin Angin Sumbu Horizontal................................................7
II. 3. Teori Momentum Elementer Betz’.............................................9
II. 4. Profil Airfoil untuk Turbin Angin............................................12
II. 5. Persamaan yang Digunakan.....................................................13
II. 5. 1. Pemilihan Diameter Sudu.................................................13
1
II. 5. 2. Tip Speed Ratio................................................................14
II. 5. 3. Penentuan Geometri Sudu................................................14
II. 5. 4. Penentuan Kecepatan Putaran..........................................15
II. 5. 5. Penentuan Torsi................................................................15
BAB III METODE DAN PROSES PENYELESAIN.........................................16
III. 1. Pemilihan Bahan untuk Turbin...............................................16
III. 2. Perhitungan Daya Turbin Angin............................................16
III. 3. Perancangan Rotor..................................................................17
III. 3. 1. Perhitungan Diameter Rotor...........................................17
III. 3. 2. Perhitungan Tip Speed Ratio..........................................18
III. 3. 3. Perancangan Geometri Sudu...........................................19
III. 3. 4. Profil Airfoil....................................................................19
III. 4. Desain Turbin.........................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Jenis turbin angin berdasarkan jumlah sudu...........................................8
Gambar 2 TASH Upwind dan Downwind...............................................................9
Gambar 3 Kondisi aliran udara akibat ekstraksi energi mekanik dari aliran udara
bebas sesuai dengan teori momentum elementer.................................10
Gambar 4 Hubungan koefisien daya dengan rasio v1/v2......................................12
Gambar 5 Bagian-bagian pada airfoil....................................................................13
Gambar 6 Koefisien Daya terhadap berbagai desain.............................................17
Gambar 7 Bentuk Penampang Airfoil....................................................................19
Gambar 8 Gambar Design Turbin Angin...............................................................20
3
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai Tip Speed Ratio Berdasarkan Putaran Rotor...................................18
4
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1. Latar Belakang
Salah satu energi terbarukan yang berkembang pesat di dunia saat ini
adalah energi angin. Energi angin merupakan energi terbarukan yang sangat
fleksibel. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi angin, namun
sampai saat ini tenaga angin masih jarang dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Energi angin sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya
untuk pemompaan air untuk irigasi, pembangkit listrik, pengering atau pencacah
hasil panen, aerasi tambak ikan/udang, pendingin ikan pada perahu-perahu
nelayan dan lain-lain. Selain itu, pemanfaatan energi angin dapat dilakukan baik
di daerah landai maupun dataran tinggi, bahkan dapat di terapkan di laut.
Salah satu jenis turbin angin yang umumnya digunakan adalah jenis
turbin angin sumbu horizontal. Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin
angin yang memiliki sumbu putar terletak sejajar dengan permukaan tanah, selain
itu sumbu putar rotornya selalu searah dengan arah angin. konsep turbin axial
adalah menyerupai baling-baling yang menangkap energi angin dan mengubahnya
menjadi energi gerak poros. Layaknya seperti mesin pada umumnya, setiap turbin
angin memiliki nilai efisiensi yang berbeda beda dan hal ini ditentukan oleh
bentuk sudu, sudut sudu, bentuk ekor, material bahan pembuat turbin angin,
bentuk transmisi, dan jumlah sudu.
Daya keluaran yang dihasilkan turbin angin ini akan dimanfaatkan
sebagai penggerak mula pompa. Pompa merupakan alat konversi energi yang
mengubah energi putar menjadi energi tekan untuk dapat menaikkan atau
mengalirkan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Jenis pompa yang
5
digunakan yaitu pompa torak. Hal ini dikarenakan pompa ini dapat memanfaatkan
gerak rotasi dari poros menjadi gerak translasi untuk dapat menarik air.
Dalam tugas mata kuliah operasi sistem energi ini akhir ini kami akan
melakukan rancang bangun dan pengujian mengenai turbin angin sumbu
horizontal sebagai penggerak mula pompa torak.
I. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas dapat dirumuskan
masalah masalah yang akan dihadapi dalam tugas akhir ini diantaranya adalah
1. Proses perancangan turbin angin.
2. Cara menentukan kontruksi dan material turbin angin sumbu horizontal
I. 3. Tujuan
Adapun Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah membuat desain turbin angin sumbu horizontal upwind.
I. 4. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam pembuatan alat ini yaitu :
1. Pembuatan turbin angin sumbu horizontal upwind didesain dengan sudu tipe
tiga sudu dengan daya poros yang direncanakan sebesar 60 Watt.
2. Turbin angin yang akan dibuat dirancang untuk dapat memenuhi kebutuhan
pertanian. Kecepatan angin yang diambil sebagai acuan minimumnya adalah
4 m/s.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
II. 1. Tinjauan Umum Mengenai Angin
II. 1. 1. Pengertian Angin
Angin adalah udara yang bergerak dari tekanan udara yang lebih tinggi ke
tekanan udara yang lebih rendah. Perbedaan tekanan udara disebabkan oleh
adanya perbedaan suhu udara akibat terjadinya pemanasan atmosfir yang tidak
merata oleh sinar matahari. Udara yang bergerak ini memiliki kecepatan tertentu,
sehingga udara tersebut memiliki energi kinetik.
II. 1. 2. Karakteristik Angin
Letak geografis Indonesia sebagai negara tropis yang berada di garis
khatulistiwa menyebabkan karakteristik angin di Indonesia sangat berbeda dengan
karakteristik angin di negara-negara maju yang sudah banyak memanfaatkan
tenaga angin sebagai pemasok energi listrik alternatifnya. Beberapa karakteristik
angin di Indonesia, antara lain :
1. Arah angin yang sering berubah-ubah.
2. Sering terjadi turbulensi.
3. Kecepatan rata-rata angin yang relatif rendah.
4. Kecepatan bertambah terhadap ketinggian (energi sebanding dengan pangkat
tiga kecepatan).
5. Potensi aktual ditentukan oleh distribusi kecepatan angin (topografi) lokasi.
II. 2. Turbin Angin Sumbu Horizontal
Turbin angin sumbu horizontal ialah jenis turbin angin yang paling
banyak digunakan. Turbin ini terdiri dari sebuah menara yang di puncaknya
7
terdapat sebuah baling-baling yang berfungsi sebagai rotor dan menghadap atau
membelakangi arah angin.
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
1. Turbin angin satu sudu (single blade)
2. Turbin angin dua sudu (double blade)
3. Turbin angin tiga sudu (three blade)
4. Turbin angin banyak sudu (multi blade)
1 2 3 4
Gambar 1 Jenis turbin angin berdasarkan jumlah sudu
(Sumber: Sathyajith Mathew , hal 17)
Turbin angin sumbu horizontal dibedakan juga terhadap datangnya arah
angin terhadap rotor turbin, yaitu :
1. Upwind, apabila turbin angin diletakan mengahadap arah angin (upwind
memiliki rotor yang menghadap arah datangnya angin.
2. Downwind, apabila turbin angin dihadapkan membelakangi arah angin
8
Gambar 2 TASH Upwind dan Downwind
(Sumber : Eric Hau, 2006)
II. 3. Teori Momentum Elementer Betz’
Turbin angin yang di asumsikan oleh Beltz’ adalah turbin angin yang
ideal yaitu turbin angin yang tidak mempunyai poros dan mempunyai jumlah sudu
yang tak terbatas tapi tidak menimbulkan gaya hambat (Drag Force) pada angin
yang melaluinya. Beltz’ mengasumsikan kecepatan udara yang melewati rotor
dianggap bergerak secara aksial.
Energi mekanik yang dihasilkan turbin angin besarnya akan sama dengan
energi kinetik angin sebelum melewati turbin angin dikurangi dengan energi
kinetik angin sesudah melewati turbiin angin. Jika angin yang melewati turbin
angin dianggap inkompresible, maka menurut hukum kontinuitas dapat ditulis:
A 1× V 1=A 2× V 2 ...................................................................(2.1)
9
Gambar 3 Kondisi aliran udara akibat ekstraksi energi mekanik dari aliran udara bebas sesuai dengan teori momentum elementer.
(Sumber : Eric Hau, 2006)
Energi kinetik dari massa udara sebesar m yang bergerak pada kecepatan v
dinyatakan sebagai :
E=12
m v2 ...................................................................................(2.2)
Dengan menganggap udara melalui luas penampang A pada waktu tertentu, maka
laju aliran udara tersebut menjadi
V=v . A.................................................................(2.3)
Dan bila kerapatan udara adalah ρ, maka laju aliran massa udara adalah
m=ρ . v . A..................................................................................(2.4)
Dari persamaan-persamaan di atas didapat ekspresi daya angin seperti berikut :
Po=12
. ρ . v3 . A ...........................................................................(2.5)
Energi mekanik yang dapat diekstraksi oleh “konverter piringan” dari aliran udara
merupakan selisih daya aliran udara sebelum dan sesudah melewati konverter,
yaitu:
10
P=12
ρ . A1 . v13−1
2ρ . A2 . v2
3......................................................(2.6)
Persamaan kontinuitas mensyaratkan :
ρ . A1 . v1=ρ . A2 . v2 .....................................................................(2.7)
sehingga, daya yang dapat diekstraksi menjadi
P=12
ρ . v1 . A1 .(v12−v2
2) ............................................................(2.8)
Pengolahan lebih lanjut terhadap persamaan-persamaan sebelumnya akan
menghasilkan ekspresi daya yang dapat diekstraksi menjadi
P= 14
ρ . A .(v1−v2)(v1+v2) .......................................................(2.9)
sedangkan daya angin sebelum mencapai rotor adalah (persamaan 2.5)
Po=12
. ρ . v3 . A
Rasio antara daya mekanik yang dapat diekstraksi dan daya angin sebelum
mencapai rotor disebut koefisien daya (power coefficient) Cp, yaitu :
CP= PPo
=
14
ρA (v12−v2
2 )+(v12+v2
2)
12
ρA v2 .......................................(2.10)
atau dapat dinyatakan dalam bentuk :
CP= PPo
=12|1−( v2
v1 )2||1+( v2
v1 )2| ..............................................(2.11)
11
Gambar 4 Hubungan koefisien daya dengan rasio v1/v2(Sumber : Eric Hau)
Dari persamaan 11 dan kurva di atas, maka Cp maksimum atau “koefisien daya
ideal” terjadi pada saat v2/v1 = 1/3 dan besarnya adalah
CP=1627
=0,593
II. 4. Profil Airfoil untuk Turbin Angin
Profil airfoil memberikan nilai koefisien drag yang kecil jika
dibandingkan dengan lift yang diberikan. Bentuk airfoil pada turbin umumnya
melengkung pada bagian atas dan lebih datar pada bagian bawah, ujung tumpul
pada bagian depan dan lancip pada bagian belakang. Bentuk airfoil yang demikian
menyebabkan kecepatan udara dibagian atas akan lebih kecil daripada kecepatan
udara dibagian bawah. (Mulyadi, 2010).
12
Gambar 5 Bagian-bagian pada airfoil(sumber : http://vignette2.wikia.nocookie.net)
II. 5. Persamaan yang Digunakan
II. 5. 1. Pemilihan Diameter Sudu
Diameter sudu yang dipilih berkaitan dengan besar luaran daya yang
diperlukan. Pemilihan diameter sudu ini, berdasarkan daya yang dibutuhkan
dengan pedoman nilai Cp = 0,3 -0,4 untuk turbin modern yang mempunyai sudu
sebanyak 3 buah. (Piggott Hugh, 2005).
D=√ P
Cp . ρ2
. π4
. v3 .....................................................................(2.12)
Dimana :
P = Daya Poros yang diinginkan (Watt)
Cp = Coefficient Of Performance
ρ = massa jenis udara (kgm3 )
v = kecepatan udara (m/s)
13
Selain luaran daya, kecepatan angin mula juga menjadi pertimbangan
pemilihan diameter rotor. Semakin besar diameter rotor, maka kecepatan angin
minimal yang diperlukan untuk memutar rotor menjadi lebih kecil.
Pemilihan jumlah sudu berkaitan dengan rasio kecepatan ujung (tip
speed ratio) yang diinginkan dan juga aspek keindahan. Jumlah sudu yang banyak
akan menghasilkan tip speed ratio yang kecil. Sedangkan jumlah sudu yang lebih
sedikit akan menghasilkan tip speed ratio yang besar.
II. 5. 2. Tip Speed Ratio
Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung
rotor terhadap kecepatan angin bebas. Hal yang perlu diperhatikan dalam
merancang turbin angin adalah berapa daya yang ingin dihasilkan dan berapa
kecepatan angin yang bisa didapatkan. Hal pertama yang harus diperhitungkan
adalah TSR (Tip Speed Ratio) atau perbandingan kecepatan ujung dan kecepatan
angin yang didapat oleh kincir. TSR dapat dihitung sebagai berikut :
λ=ωrv
=
2 π n60
r
v=π n D
60 v............................................................(2.13)
Dimana :
ω = Kecepatan angular (rps)
D = diameter sudu turbin angin (m)
v = Kecepatan Angin (m/s)
n = Putaran (rpm)
14
II. 5. 3. Penentuan Geometri Sudu
Bentuk sudu adalah fungsi dari tsr, diameter rotor dan jumlah sudu.
Elemen penting yang dipilih dalam merancang sudu adalah bentuk planform sudu,
lebar sudu (chord), jari-jari pangkal (root radius), tebal sudu dan sudut pitch.
C=16× π× R×( R
r)
9 × λ2× B ...............................................................(2.14)
Dimana:
C = lebar sudu chord (m)
B = jumlah sudu
R = jari-jari rotor (m)
λ❑ = tip speed ratio
r = jarak dari pusat rotasi (m)
II. 5. 4. Penentuan Kecepatan Putaran
Kecepatan putaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
n=v x λ x ( 60π . D
) ......................................................................(2.15)
Dimana :
n = putaran (rpm)
λ = tip speed ratio dan
D = Diameter rotor (m)
15
II. 5. 5. Penentuan Torsi
Besarnya torsi dapat dihitung sebagai berikut :
T=F × r...................................................................................(2.16)
T=m × g ×r..............................................................................(2.17)
Dimana :
F = gaya (N)
T = torsi (Nm)
m = masa (kg)
g = gravitasi (m /s2)
BAB III
METODE DAN PROSES PENYELESAIN
III. 1. Pemilihan Bahan untuk Turbin
Sudu dari turbin terbuat dari suatu bahan yang disebut dengan komposit.
Komposit merupakan bahan campuran yang tersusun dari resin sebagai matriks
dan fiberglass sebagai serat. Matriks disini memiliki fungsi sebagai perekat pada
fiber sedangkan fiber berguna sebagai fondasi agar mendapatkan bentuk yang
diharapkan.
Pemilihan bahan matriks berupa resin dikarenakan kemampuan merekat
yang baik, harga rendah dan proses pengeringan dari bahan – bahan tersebut
cukup pada temperature ruangan sehingga dapat mempermudah dalam proses
pengerjaan. Sedangkan pada bahan serat dipilih karena berat yang ringan menjadi
16
pilihat terbaik untuk turbin. Selain itu bahan fiberglass tidak mudah korosi, tahan
pada temberatur tinggi dan juga harganya redah.
III. 2. Perhitungan Daya Turbin Angin
Perhitungan Daya rancangan rotor dapat dihitung dengan cara
menghitung terlebih dahulu daya total udara dengan persamaan 2.5. Contoh
Perhitungan dilakukan pada kecepatan angin sebesar 4 m/s dengan diameter
turbin sebesar 2 meter.
P0=1
2× ρ × A × v3
P0=
12 ×1.2 [
kgm3 ]×(3.14 ×1 [m ]2)×4 [
ms ]
3
P0=120.576 [ Watt ]
Berdasarkan aturan Betz, daya yang terserap turbin angin tidak akan
melebihi 0,593 bagian dari daya total udara yang melalui area sapuan rotor. Tabel
berikut menunjukkan daya maksimum rotor yang dapat diektraksi oleh rotor
dengan koefisien dayanya sebesar 0,45 dan asumsi tidak ada losses, tidak ada
turbulensi, dan efek perubahan luas area diabaikan.
Daya rotor = P0 x 0.45 = 120.576 x 0.45 = 54.2592 watt
III. 3. Perancangan Rotor
III. 3. 1. Perhitungan Diameter Rotor
Dalam menentukan diameter rotor perlu mempertimbangkan beberapa
parameter diantaranya besar daya yang ingin dihasilkan, kecepatan angin,
koefisien daya, dan pertimbangan lain yang berkaitan dengan aspek keindahan,
ketersediaan lahan, dan lainnya.
17
Daya rotor yang ingin dihasilkan pada turbin angin tiga sudu sebesar 60
Watt pada kecepatan 4 m/s dengan koefisien daya sebesar 0,45 yang dapat dilihat
pada gambar
Gambar 6 Koefisien Daya terhadap berbagai desain(Sumber : Eric Hau)
Sesuai dengan persamaan 2.12, maka diameter rotor dapat dihitung :
D=√ P
Cp× ρ2
× π4
× v3
D=√ 60[Watt ]
0.45 ×1.2[
kgm3 ]
2× 3.14
4× 4 [ m
s]3
D=2.103≈ 2 m
18
III. 3. 2. Perhitungan Tip Speed Ratio
Tip speed ratio adalah nilai perbandingan kecepatan angin sisi terluar
(ujung) rotor terhadap kecepatan angin. Tip speed ratio dapat dihitung dengan
persamaan 2.13.
λ=π × D × n60 × v
λ=3.14 ×2[m ]× 100[rpm]
60× 4 [ms
]
λ=2 ,616
Tabel berikut menunjukkan besarnya tip speed ratio dengan berbagai kecepatan
putaran rotor.
Tabel 1 Nilai Tip Speed Ratio Berdasarkan Putaran RotorNo. Kecepatan Angin
[m/s]Putaran [rpm] λ
1 4 10 0.2616666672 20 0.523333333
3 30 0.785
4 40 1.046666667
5 50 1.308333333
6 60 1.57
7 70 1.831666667
8 80 2.093333333
9 90 2.355
10 100 2.616666667
19
III. 3. 3. Perancangan Geometri Sudu
Untuk mendapatkan bentuk geometri sudu yang optimal dilakukan
perhitungan dengan persamaan 2.14. Perhitungan dilakukan dengan mengambil
nilai λ= 2.616, kecepatan angin 4 m/s, jumlah sudu sebanyak 3 buah, dan jarak
antara penampang 0,1 meter.
C=16× π× R×( R
r)
9 × λ2× B
C=16× 3.14 ×1 [m ]×(
1 [m ]0.1 [m ]
)
9 × 2.6162× 3
C=2.71 m
III. 3. 4. Profil Airfoil
Pembentukan airfoil mengacu pada jurnal Francincus Lungan yang
berjudul “Perancangan dan Pembuatan Turbin Angin Sumbu Horizontal Tiga
Sudu Berdiameter 3.5 Meter dengan Modifikasi Pemotong dan Pengaturan sudut
Pitch” yang menggambarkan batasan pembentukan airfoil dan diperlihatkan pada
gambar
Gambar 7 Bentuk Penampang Airfoil(Sumber : Francincus Lungan)
20
Dimana :
d0 : lebar sudu
d1 : lokasi titik puncak, diambil 25% dari lebar sudu awal
d2 : tinggi titik puncak, diambil 10% dari lebar sudu
d3 : tinggi arc leading edge, diambil 5% dari lebar sudu
d4 : lokasi mulai trailing edge, diambil 25% dari lebar sudu
d5 : tinggi mulai trailing edge, diambil 2.5% dari lebar sudu
III. 4. Desain Turbin
Berikut adalah desain rangangan turbin angin poros horizontal upwind dengan
tiga sudu.
Gambar 8 Gambar Design Turbin Angin
21
22
23
24
25
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2012. Statistik EBTKE 2012. Jakarta: Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
2. Fatmawati, Iis. 2012. Studi Karakteristik Turbin Angin Tipe Horizontal Tiga Sudu Berdiameter 1,6 Meter di FMIPA UNJ. Skripsi, Program Studi Fisika, Universitas Negeri Jakarta : Jakarta.
3. Alfarisi, Mika Salman. 2016. Rancang Bangun Turbin Angin Sumbu Horizontal Kapasitas 1000 Watt. Tugas Akhir Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro : Semarang
4. Asy’i, Hisyam. 2012. Desain Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dengan Turbin Angin Horisontal dan Generator Magnet Permanen Tipe Axial Kecepatan Rendah. Seminar Nasional Aplikasi Sains &Teknologi (SNAST) Periode III : Yogyakarta
5. Erich Hau, Wind Turbines Fundamentals, Technologies, Application, Economics, 2005, 2nd Edition, terjemahan Horst von Renuard, Springer, Germany.
28