PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

69
PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) PADA AKTIVITAS INVASI BAKTERI Escherichia coli strain UT4400tb/pMK100 KE DALAM SEL EPITEL PARU THE ROLE OF MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) IN THE INVASION ACTIVITY OF Escherichia coli UT4400tb/pMK100 INTO PULMONARY EPITHELIAL CELLS ANDINI FEBRIYANDA P1506216006 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Transcript of PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

Page 1: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) PADA AKTIVITAS INVASI BAKTERI Escherichia coli strain

UT4400tb/pMK100 KE DALAM SEL EPITEL PARU

THE ROLE OF MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A

(Mce1A) IN THE INVASION ACTIVITY OF Escherichia coli UT4400tb/pMK100 INTO PULMONARY EPITHELIAL CELLS

ANDINI FEBRIYANDA P1506216006

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

Page 2: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

ii

PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A)

PADA AKTIVITAS INVASI BAKTERI Escherichia coli strain

UT4400tb/pMK100 KE DALAM SEL EPITEL PARU

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Biomedik

Disusun dan diajukan oleh

ANDINI FEBRIYANDA

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

iii

Page 4: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Andini Febriyanda

Nomor Pokok : P1506216006

Program Studi : Ilmu Biomedik

Konsentrasi : Mikrobiologi

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar

merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan

tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau

dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang

lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, November 2018

Yang menyatakan,

Andini Febriyanda

Page 5: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

v

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

taufik, dan hidayah-Nya sehingga tesis berjudul “Peranan Mammalian Cell

Entry Protein 1A (Mce1A) pada Aktivitas Invasi Bakteri Escherichia coli

strain UT4400tb/pMK100 ke dalam Sel Epitel Paru“ ini dapat diselesaikan

dengan baik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, nabi yang telah mengantarkan manusia ke

jalan kebenaran.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan tesis ini tidak lepas

dari bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa pikiran,

motivasi, tenaga, maupun doa. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D selaku ketua komisi

penasihat/pembimbing utama/ketua tim penilai dan dr. Rizalinda Sjahril,

M. Sc., Ph. D selaku anggota komisi penasihat/sekretaris pembimbing

yang memberikan bimbingan dan arahan dalam proses pembuatan tesis

ini.

2. Dr. dr. Irfan Idris, M. Kes, dr. Irawati Djaharuddin, Sp. P(K), dan Dr. dr. A.

Mardiah Tahir, Sp.OG. (K) selaku anggota tim penilai yang memberikan

kritik dan saran yang membangun guna perbaikan tesis ini.

3. Dr. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes selaku dosen yang membimbing

terkhusus pada bidang metode penelitian dan statistik.

4. Abdul Chairi Husman, A.Md., suami dan teman hidup yang senantiasa

menyemangati dan dengan penuh kesabaran memaklumi kondisi penulis

selama melanjutkan pendidikan pascasarjana dan penelitian selama di

Jepang.

Page 6: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

vi

5. drg. H. Joko Erianggo dan drg. Hj. Elizar Fatmi, orang tua penulis serta

Drs. Sulaeman, MM dan Husnah N, S.Pd., atas doa dan motivasi yang

senantiasa diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman mahasiswa angkatan 2016 Konsentrasi Mikrobiologi

Program Studi Biomedik Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin,

atas bantuannya selama perkuliahan hingga penyusunan tesis.

7. Last but not least, the author would like to express gratitude to Prof.

Takao Fujimura, Ph.D, as a mentor who has provide valuable lessons and

experiences while the author was in Kitasato University, Japan and all the

members of Mce1A mycobaterium project team.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas

keikhlasan bantuan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka semua. Semoga tesis

ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak, terutama dalam

pengembangan ilmu kesehatan. Amin.

Makassar, November 2018

Andini Febriyanda

Page 7: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

vii

ABSTRAK

ANDINI FEBRIYANDA. Peranan Mammalian Cell Entry Protein 1A (Mce1A)

pada Aktivitas Invasi Bakteri Escherichia coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam Sel Epitel Paru (Dibimbing oleh Muhammad Nasrum Massi dan Rizalinda Sjahril)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan protein Mce1A pada aktivitas invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan bakteri E. coli rekombinan, UT4400tb/pMK100, yang berasal dari strain UT4400 sebagai host dari plasmid pMK90, sedangkan sel epitel paru yang digunakan adalah galur sel A549. Metode yang digunakan adalah uji proteksi gentamisin untuk mengamati jumlah koloni bakteri yang menginvasi sel epitel paru. Protein Mce1A yang diekspresikan pada permukaan E. coli rekombinan diamati melalui gambaran mikroskop imunofluoresens. Aktivitas invasi E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel A549 diamati menggunakan uji proteksi gentamisin kemudian dikonfirmasi melalui gambaran mikroskop elektron transmisi. Aktivitas invasi bakteri kemudian dihambat menggunakan antibodi anti-Mce1A kemudian jumlah koloni bakteri diamati menggunakan metode uji proteksi gentamisin.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan protein Mce1A yang diekspresikan pada permukaan sel E. coli strain UT4400tb/pMK100 dapat dikonfirmasi dengan menggunakan gambaran dari mikroskop fluoresens. Protein Mce1A memediasi aktivitas invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru dibuktikan dengan persentase inokulum yang mencapai 2,6% dan didukung dengan gambaran mikroskop elektron yang menunjukkan adanya basil intraseluler pada sitoplasma sel epitel paru. Kemampuan protein Mce1A dalam memediasi aktivitas invasi E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru dapat dihambat menggunakan antibodi anti-Mce1A terbukti dengan turunnya persentase inokulum menjadi sekitar 0,16%. Kata Kunci : tuberkulosis paru, Mycobacterium tuberculosis, Escherichia coli nonpatogenik, protein mce1A

Page 8: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

viii

ABSTRACT

ANDINI FEBRIYANDA. The Role Of Mammalian Cell Entry Protein 1A

(Mce1A) in the Invasion Activity of Escherichia coli UT4400tb/pMK100 into Pulmonary Epithelial Cells (Supervised by Muhammad Nasrum Massi and Rizalinda Sjahril).

This study aimed to determine the role of Mce1A protein in the invasion activity of E. coli strain UT4400tb/pMK100 into pulmonary epithelial cells.

The study was an experimental study using the recombinant E. coli bacteria, UT4400tb/pMK100, which originated from the 4400 strain as the host of pMK90 plasmid, while the lung epithelial cells used were A549 cell lines. The method used was the gentamicin protection assay in order to calculate the number of bacteria that invade lung epithelial cells. The Mce1A protein expressed on the surface of recombinant E. coli was observed through immunofluororescence microscope image. The invasion activity of E. coli strain UT4400tb/pMK100 was observed using gentamicin protection assay method and then confirmed by the transmission electron microscope. The bacterial invasion activity was inhibited using anti-Mce1A antibody then the number of bacterial colonies was observed using gentamicin protection assay method.

The study results indicated that the presence of the Mce1A protein expressed on the surface of the E. coli strain UT4400tb/pMK100 can be confirmed using images from immunofluorescence microscope. The Mce1A protein mediates invasion activities of E. coli strain UT4400tb/pMK100 into pulmonary epithelial cells as evidenced by the percentage of inoculums reaching 2,6% and supported by images of electron microscopy showing intracellular bacili in the cytoplasm of pulmonary epithelial cells. The ability of the Mce1A protein in mediating invasion of E. coli strain UT4400tb/pMK100 into pulmonary epithelial cells can be inhibited using anti-Mce1A antibody as evidnced by decrease in the percentage of inoculum to around 0.16%.

Keywords : pulmonary tuberculosis, Mycobacterium tuberculosis, nonpathogenic Escherichia coli, mce1A protein

Page 9: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ........................................................................................ i

Lembar Pengesahan ............................................................................... iii

Pernyataan Keaslian Tesis ..................................................................... iv

Prakata.................................................................................................... v

Abstrak .................................................................................................... vii

Abstract ................................................................................................... viii

Daftar Isi.................................................................................................. ix

Daftar Tabel ............................................................................................ xi

Daftar Gambar ........................................................................................ xii

Daftar Lampiran ...................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................... 3

C. Tujuan Penelitian ................................................................. 3

D. Hipotesis .............................................................................. 4

E. Manfaat Penelitian ............................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 6

A. Tuberkulosis Paru ................................................................ 6

B. Mycobacterium tuberculosis ................................................. 16

C. Mammalian Cell Entry Protein 1A ........................................ 23

D. Kerangka Teori ..................................................................... 27

E. Kerangka Konsep ................................................................. 28

F. Definisi Operasional ............................................................. 28

Page 10: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

x

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................... 29

B. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................ 29

C. Variabel Penelitian ............................................................... 29

D. Objek Penelitian ................................................................... 30

E. Alat dan Bahan ...................................................................... 30

F. Prosedur Penelitian .............................................................. 31

G. Alur Penelitian ...................................................................... 38

H Pengolahan dan Analisis Data ............................................. 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 40

A. Hasil ..................................................................................... 40

B. Pembahasan ........................................................................ 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 50

A. Kesimpulan .......................................................................... 50

B. Saran.................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 52

LAMPIRAN.............................................................................................. 54

Page 11: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah Koloni Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi ........................................ 54

Tabel 2. Nilai Persentase Inokulum Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Setelah Pemberian Antibodi Anti-Mce1A ....................... 55

Page 12: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Patogenesis Tuberkulosis Paru. ................................................ 2

Gambar 2. Alur Diagnosis TB Paru. ............................................................ 2

Gambar 3. Mycobacterium tuberculosis pada pewarnaan Ziehl-Neelsen .. 2

Gambar 4. Genom Mycobacterium tuberculosis H37Rv.............................. 2

Gambar 5. Struktur susunan operon Mammalian Cell Entry (Mce) pada

Mycobacterium tuberculosis. ..................................................... 2

Gambar 6. Fragmen InvX ............................................................................ 2

Gambar 7. Kerangka Teori .......................................................................... 2

Gambar 8. Kerangka Konsep ...................................................................... 2

Gambar 9. Alur Penelitian. .......................................................................... 2

Gambar 10. Gambaran pewarnaan imunofluoresens indirek bakteri E. coli

strain (A) UT4400tb/pMK100, dan (B) UT4400.......................... 2

Gambar 11. Perbandingan jumlah koloni bakteri yang menginvasi sel epitel

paru berdasarkan lama waktu inkubasi. .................................... 2

Gambar 12. Perbandingan persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel

epitel paru selama masa inkubasi inokulum 180 menit.. ........... 2

Gambar 13. Gambaran Mikroskopik Elektron Transmisi sel A549 setelah

diinfeksikan E. coli strain (A) UT4400tb/pMK100, dan (B)

UT4400 selama 3 jam.. ............................................................. 2

Gambar 14. Perbandingan persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel

epitel paru setelah pemberian antibodi anti-Mce1A.. ................. 2

Page 13: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Jumlah Koloni Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru

Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi ..................................... ... 54

Lampiran 2. Nilai Persentase Inokulum Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel

Paru Setelah Pemberian Antibodi Anti-Mce1A .................... 55

Page 14: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mycobacterium tuberculosis, kuman penyebab penyakit Tuberkulosis

(TB), terus menimbulkan tantangan bagi kesehatan masyarakat secara

global. Meskipun lebih dari satu abad penelitian, patogen non-diskriminan ini

terus menginfeksi sekitar sepertiga dari populasi dunia (WHO, 2013). World

Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 10,4 juta kasus baru serta

1,6 juta orang meninggal akibat penyakit pada tahun 2016, meskipun terapi

yang bersifat kuratif, efikasi, dan murah telah tersedia (WHO, 2017).

Hubungan erat antara Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan infeksi M.

tuberculosis serta peningkatan prevalensi dari multidrug-resistant (MDR),

extensively drug-resistant (XDR), dan totally drug-resistant (TDR) yang

signifikan (Gillespie, 2002; Fauci et al., 2008; Jassal & Bishai, 2009; LoBue,

2009; Velayati et al., 2009; Almeida Da Silva & Palomino, 2011) termasuk

yang bertanggung jawab atas kebangkitan dramatis TB sebagai wabah

kesehatan masyarakat global yang serius. Hal ini semakin dipersulit oleh

kurangnya vaksin yang efektif (Russel et al., 2010), regimen kemoterapi yang

berkepanjangan (Mitchison & Davies, 2012), dan interaksi obat TB/HIV yang

merugikan (Luetkemeyer et al., 2011). Pengetahuan tentang mekanisme

yang digunakan oleh M. tuberculosis dalam menginfeksi host akan

Page 15: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

2

menawarkan perspektif baru dan menentukan target baru untuk memfasilitasi

desain dan pengembangan obat yang efektif terhadap organisme sensitif dan

resisten (Ginsberg & Spigelman, 2007), vaksin yang berkhasiat (Bermudez et

al., 2002), serta tes point-of-care yang murah (Wallis et al., 2010).

M. tuberculosis dapat menyerang dan menginvasi berbagai tipe sel

secara in vitro, antara lain sel HeLa, sel amnion, serta sel epitel paru

(Shepard, 1958; McDonough & Kress, 1995; Bermudez & Goodman, 1996).

Sel-sel tersebut tidak bersifat fagositik sehingga dari aktivitas invasi tersebut

dapat disimpulkan bahwa M. tuberculosis memiliki mekanisme tertentu untuk

dapat menyerang dan bermultiplikasi ke dalam sel nonfagositik yang sangat

berhubungan dengan proses patogenisitas infeksi bakteri ini pada tubuh

manusia. Terdapat laporan penelitian mengenai sebuah fragmen gen yang

terlibat pada proses invasi M. tuberculosis ke dalam sel manusia (Arruda et

al., 1993; Chitale et al., 2001). Casali dkk (2002) melaporkan mammalian cell

entry protein 1A (Mce1A), sebuah fragmen protein yang disandi dari M.

tuberculosis, berperan dalam proses invasi E. coli rekombinan ke dalam sel

HeLa setelah diekspresikan pada permukaan sel E. coli menggunakan

metode adhesin involved in diffuse adherence (AIDA).

Keberadaan protein Mce1A pada permukaan sel E. coli rekombinan

yang memediasi proses perlekatan dan internalisasi E. coli rekombinan ke

dalam sel HeLa dapat menjadi petunjuk awal untuk lebih memahami

Page 16: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

3

patomekanisme masuknya M. tuberculosis ke dalam sel tubuh manusia,

terutama sel epitel paru yang diduga sebagai lokasi infeksi primer TB paru.

Namun, data penelitian mengenai peranan protein Mce1A pada aktivitas

invasi E. coli rekombinan ke dalam sel epitel paru masih sulit ditemukan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan penelitian untuk

mengetahui peranan protein Mce1A pada aktivitas invasi E. coli strain

UT4400tb/pMK100 ke dalam sel paru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya,

dilakukan penelitian dengan rumusan masalah Bagaimanakah peranan

Mammalian cell entry protein 1A (Mce1A) pada aktivitas invasi bakteri E. coli

strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Mammalian cell

entry protein 1A (Mce1A) pada aktivitas invasi Mycobacterium tuberculosis ke

dalam sel epitel paru.

Page 17: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

4

2. Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan keberadaan protein Mce1A pada permukaan E.

coli strain UT4400tb/pMK100.

2. Untuk mengetahui peranan protein Mce1A pada aktivitas invasi bakteri

E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru.

3. Untuk mengetahui efek antibodi anti-Mce1A terhadap peranan protein

Mce1A pada aktivitas invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke

dalam sel epitel paru.

D. Hipotesis

Mammalian cell entry protein 1A (Mce1A) memiliki peranan pada

aktivitas invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel

paru.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi dalam memahami

patogenesis M. tuberculosis dalam menginvasi sel tubuh manusia hingga

mengakibatkan penyakit TB Paru, sehingga dapat berguna dalam mencegah

dan atau mengobati penyakit TB Paru, khususnya di Indonesia.

Page 18: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

5

2. Manfaat Aplikatif

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam

penelitian dalam mengungkap sifat invasi dari M. tuberculosis terhadap sel

paru.

Page 19: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberkulosis Paru

1. Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru atau TB Paru merupakan penyakit yang disebabkan

oleh infeksi M. tuberculosis yang menyerang jaringan paru, namun tidak

termasuk pleura (selaput pembungkus paru) (Amin & Bahar, 2014).

2. Cara Penularan

Proses penularan penyakit ini melalui inhalasi basil yang mengandung

droplet (percikan dahak). Ketika penderita TB Paru aktif bersin, batuk, atau

bahkan berbicara sekalipun, droplet yang mengandung M. tuberculosis akan

tersebar ke udara.

Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya

bakteri M. tuberculosis yang dikeluarkan dari parunya. Semakin tinggi derajat

positif pada hasil pemeriksaan dahak, maka semakin tinggi pula daya

penularan penderita tersebut (Depkes RI, 2008). Kemungkinan seseorang

terinfeksi TB ditentukan oleh tingkat penularan, lamanya pajanan/kontak dan

daya tahan tubuh (Kemenkes RI, 2013).

Page 20: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

7

3. Patogenesis

Infeksi diawali ketika seseorang menghirup basil M. tuberculosis dalam

percik renik (droplet nuclei) dari penderita TB aktif. Bakteri ini dapat mencapai

alveoli karena ukurannya yang sangat kecil. Sistem kekebalan tubuh

kemudian memberikan respon dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil

dan makrofag alveolus akan memfagosit basil TB, sementara limfosit

spesifik-tuberkulosis melisiskan basil dan jaringan normal. Sebagian besar

kuman TB hancur pada hampir seluruh kasus infeksi primer. Akan tetapi,

pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan basil TB

dan bakteri akan bereplikasi dalam makrofag. M. tuberculosis dalam

makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di

tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut

fokus primer Gohn. Kuman TB kemudian menyebar melalui saluran limfe

menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran

limfe ke lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya

inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang

terkena. Kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus jika

fokus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, sedangkan jika fokus

primer terletak di apeks paru, maka kelenjar yang akan terlibat adalah

kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus

Page 21: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

8

primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis) dan saluran limfe

yang meradang (limfangitis) (Sakamoto, 2012).

Waktu yang diperlukan sejak masuknya M. tuberculosis hingga

terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi

TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi

lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya

gejala penyakit. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung dalam waktu 4-8

minggu dengan rentang waktu antara 2-10 minggu. Dalam masa inkubasi

tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang

cukup untuk merangsang respons imunitas seluler. (Sakamoto, 2012).

Gambar 1. Patogenesis Tuberkulosis Paru.

Disadur dari (Stewart, Robertson, & Young, 2003)

Page 22: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

9

Selama berminggu-minggu awal proses infeksi terjadi pertumbuhan

logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum

tersensitisasi terhadap tuberculin menjadi mengalami perkembangan

sensitivitas. Infeksi TB primer telah terjadi pada saat terbentuknya kompleks

primer inilah. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas

terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respons positif terhadap uji

tuberculin karena uji tuberculin masih negatif selama masa inkubasi. Imunitas

seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk setelah terbentuk kompleks primer.

Proliferasi kuman TB akan terhenti pada sebagian besar individu dengan

sistem imun yang berfungsi baik setelah sistem imun seluler berkembang.

Namun, sejumlah kecil kuman TB dapat tetap hidup dalam granuloma.

Kuman TB baru yang masuk ke dalam alveoli akan segera dimusnahkan bila

imunitas seluler telah terbentuk (Amin & Bahar, 2014)

Fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara

sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis

perkejuan (necrotizing caseosa) dan enkapsulasi setelah imunitas seluler

terbentuk. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan

enkapsulasi, tetapi penyembuhannya biasanya tidak sesempurna fokus

primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama

bertahun-tahun dalam kelenjar ini. Kompleks primer juga dapat mengalami

komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fokus primer di

Page 23: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

10

paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar

dan menyebabkan pneumonitis atau pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis

perkejuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui

bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar

limfe hilus atau paratrakea yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi,

akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat

terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal dapat

menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis

perkejuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus sehingga

menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Massa keju dapat

menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan

gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai lesi

segmental kolaps-konsolidasi (Amin & Bahar, 2014).

4. Infeksi Tuberkulosis Laten (ITBL)

Infeksi tuberkulosis laten (ITBL) adalah kondisi respons imun persisten

terhadap stimulasi antigen M. tuberculosis tanpa ada bukti klinis TB aktif,

kelainan radiografik, dan bakteriologis. Identifikasi risiko berkembangnya

ITBL menjadi penyakit TB dibagi menjadi dua, yaitu orang yang memiliki

peningkatan kemungkinan paparan terhadap orang dengan penyakit TB dan

Page 24: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

11

orang dengan kondisi klinis atau faktor lain yang berhubungan dengan

peningkatan risiko progresi ITBL menjadi penyakit TB (CDC, 2013).

Orang dengan risiko paparan terhadap orang dengan penyakit TB

antara lain (CDC, 2013) :

Diketahui kontak dekat dengan orang yang memiliki penyakit TB infeksius.

Orang yang berpindah tempat dari daerah endemik TB. „

Orang yang bekerja atau tinggal di fasilitas atau institusi dengan risiko

tinggi TB, seperti rumah sakit yang melayani pasien TB, tunawisma,

rumah perawatan, atau tempat tinggal pasien dengan infeksi HIV/AIDS

(Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome).

Kondisi dan faktor-faktor yang berkaitan dengan progresi ITBL menjadi

penyakit TB,meliputi (CDC, 2013) :

Infeksi HIV.

Penyalahguna obat injeksi. „

Bukti radiografik riwayat TB yang sembuh. „

Berat badan rendah (lebih dari 10% di bawah BB ideal). „

Kondisi medis lain, seperti: silikosis, diabetes melitus, gagal ginjal kronis

atau hemodialisis, gastrektomi, pintas jejunoileal, transplan organ, kanker

kepala dan leher, kondisi penggunaan kortikosteroid atau imunosupresif

lain seperti antagonis TNF-α. „

Page 25: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

12

Konversi tes kulit tuberkulin yang baru (peningkatan ≥10 mm dari nilai

dasar tes sebelumnya dalam 2 tahun).„

Bayi dan anak di bawah usia 5 tahun yang memiliki hasil tes TB positif

5. Diagnosis

Gambar 2. Alur Diagnosis TB Paru.

Disadur dari (Kemenkes, 2011)

Page 26: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

13

Diagnosis TB Paru ditegakkan melalui pemeriksaan gejala klinis,

mikrobiologi, dan radiologi. Pada program tuberkulosis nasional, penemuan

BTA melalui pemeriksaan dahak mikroskopis merupakan diagnosis utama.

Pemeriksaan lain seperti radiologi, biakan dan uji kepekaan dapat digunakan

sebagai penunjang diagnosis sepanjang sesuai dengan indikasinya. Tidak

dibenarkan mendiagnosis tuberkulosis hanya berdasarkan pemeriksaan foto

toraks saja. Foto toraks tidak selalu memberikan gambaran yang khas pada

TB paru, sehingga sering terjadi overdiagnosis (Amin & Bahar, 2014).

Tidak ditemukannya gejala klinis dan gambaran foto thorax yang

normal dapat terjadi pada penderita infeksi TB laten (ITBL) sehingga

dibutuhkan pemeriksaan Tes Kulit Tuberkulin (TKK) dan IFN-Gamma

Release Assay (IGRA) untuk mendiagnosis penderita ITBL (Wijaya, 2017).

6. Penatalaksanaan

Prinsip pengobatan penyakit TB Paru pada dasarnya berdasarkan dua

macam aktivitas obat, yakni bakteriostatik dan sterilisasi. Pada fase

bakterisidal, obat yang digunakan bersifat membunuh bakteri yang sedang

tumbuh (metabolismenya masih aktif). Aktivitas bakterisid ini biasanya diukur

dari kecepatan obat dalam membunuh bakteri di dalam tubuh penderita yang

ditandai dengan hasil sputum yang negatif pada pemeriksaan kultur dua

bulan setelah permulaan pengobatan. Pada fase sterilisasi, obat yang

Page 27: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

14

digunakan bersifat membunuh bakteri dengan metabolisme lambat. Aktivitas

sterilisasi ini diukur dari angka kekambuhan setelah pengobatan dihentikan

(Amin & Bahar, 2014).

Pemilihan regimen untuk ITBL dapat didasarkan pada rekomendasi

WHO dan disesuaikan dengan kondisi pasien masing-masing, sebagai

berikut ini (CDC, 2013) :

Regimen Isoniazid (INH)

Terdapat dua pilihan terapi INH, yaitu regimen 9 bulan dan regimen 6

bulan. Minimal terapi 6 bulan harus diusahakan untuk terapi ITBL. Pada anak

usia 2-11 tahun lebih disarankan terapi 9 bulan menggunakan INH harian.

Orang dengan HIV dalam pengobatan antiretroviral dapat diberi regimen INH

9 bulan.

Regimen 12 dosis (Isoniazid dan Rifapentine [RPT])

Pengobatan ITBL pada pasien usia lebih dari 12 tahun, pasien

terinfeksi HIV yang masih sehat dan tidak sedang dalam terapi antiretroviral,

baru saja kontak dengan TB infeksius, atau konversi hasil TKK/tes darah

untuk TB, atau yang memiliki hasil radiologik konsisten dengan TB paru

sembuh direkomendasikan dengan regimen 12 dosis seminggu sekali INH

dan RPT. Pilihan ini setara dengan pilihan regimen INH 9 bulan. Untuk anak

usia 2-11 tahun dapat dipertimbangkan juga pemberian regimen ini apabila

regimen INH 9 bulan diperkirakan sulit berhasil. Regimen 12 dosis tidak

Page 28: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

15

direkomendasikan pada: anak usia < 2 tahun, orang dengan HIV/AIDS yang

sedang dalam terapi antiretroviral, orang yang diduga terinfeksi M.

tuberculosis resisten INH atau rifampisin, dan wanita hamil atau yang sedang

berencana hamil.

Regimen Rifampisin (RIF)

Pemberian regimen RIF 4 bulan dapat dipertimbangkan pada orang

yang tidak toleran dengan INH atau orang yang pernah terpapar TB resisten

INH. Regimen RIF tidak digunakan pada orang dengan HIV yang sedang

dalam pengobatan antiretroviral. Secara umum, orang yang memiliki kontak

TB dengan TKK atau IGRA positif dan pernah mendapat terapi adekuat untuk

ITBL, tidak perlu terapi ulang. Pemberian terapi ulang diindikasikan pada

orang yang memiliki risiko tinggi terinfeksi ulang dan berlanjut ke penyakit TB,

misalnya anak-anak dan orang dengan imunosupresi. Pada kondisi hamil,

terapi ITBL dapat ditunda hingga 2-3 bulan post-partum, kecuali ada risiko

tinggi menjadi penyakit TB, misalnya infeksi HIV, kontak baru. Kondisi

menyusui bukan kontraindikasi pemberian INH. Suplemen vitamin B6

(piridoksin) 10-25 mg/hari sebaiknya diberikan pada ibu menyusui dan bayi

yang mendapat air susu ibu. Meskipun INH diekskresi melalui air susu ibu,

jumlahnya tidak cukup untuk pengobatan ITBL pada bayi.

Page 29: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

16

Metaanalisis Sterling et al. (2011) melaporkan terapi ITBL dengan

kombinasi obat mengandung rifampisin selama 3 bulan atau lebih, efektif

mencegah TB aktif dan berpotensi lebih baik dibandingkan isoniazid saja.

Tingkat penyelesaian pengobatan kombinasi lebih baik sebesar 82,1%

dibandingkan pengobatan isoniazid saja sebesar 69%. Penelitian prospektif

Spyridis et al. (2007) menyatakan pada anak- anak dengan ITBL, regimen

isoniazid dan rifampisin jangka pendek selama 3 bulan memiliki manfaat

yang sama dengan isoniazid dan rifampisin 4 bulan. Kedua regimen tersebut

lebih baik daripada pemberian isoniazid 9 bulan.

B. Mycobacterium tuberculosis

1. Karakteristik

Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis) merupakan bakteri

berbentuk batang, non motil, dan tidak memiliki spora. Bakteri dari filum

Actinobacteria ini relatif besar dengan ukuran panjang 1-4 µm dan lebar 0,3-

0,6 µm. Bakteri ini tidak dapat diklasifikasikan sebagai gram positif atau gram

negatif karena apabila diwarnai dengan pewarna dasar, M. tuberculosis tidak

dapat didekolorisasi oleh alkohol. Basil ini dapat diidentifikasi dengan teknik

pewarnaan Ziehl-Neelsen (Gambar 2) karena bersifat bakteri tahan asam

(BTA) (Carroll, 2013).

Page 30: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

17

Bakteri ini cenderung lebih resisten terhadap bahan-bahan kimia

daripada bakteri lainnya karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan

pertumbuhannya yang berkelompok. Bahan celup (misalnya, malakit hijau)

atau zat antibakteri (misalnya, penisilin) yang bersifat bakteriostatik terhadap

bakteri lain dapat dimasukkan ke dalam media tanpa menghambat

pertumbuhan basil tuberkulosis. Basil tuberkel tahan pengeringan dan dapat

hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan (Carroll, 2013).

M. tuberculosis sangat mudah ditemukan di daerah lobus atas paru-

paru karena bersifat aerob obligat. Bakteri ini merupakan parasit intraseluler

Gambar 3. Pada pewarnaan Ziehl-Neelsen, Mycobacterium tuberculosis (tanda panah) berwarna merah terhadap latar belakang biru. Disadur dari (Carroll, 2013).

Page 31: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

18

fakultatif yang dapat berkembang biak di dalam sel fagositik, khususnya

makrofag dan monosit. M. tuberculosis adalah anggota spesies mikobakteri

patogen yang tumbuh lambat, ditandai dengan tingkat pembelahan 12-24 jam

dan periode kultur yang berkepanjangan pada media agar, yakni hingga 21

hari (Sakamoto, 2012).

Struktur dinding sel M. tuberculosis mengandung peptidoglikan dimana

60% tersusun dari lipid. Konsentrasi lipid yang tinggi memberikan beberapa

keuntungan, antara lain impermeabilitas terhadap pewarnaan, resistensi

terhadap beberapa antibiotik, resistensi terhadap senyawa asam dan alkalis,

resistensi terhadap lisis osmotik melalui deplesi komplemen, resistensi

terhadap oksidasi letal, dan dapat bertahan dalam makrofag. Hal ini pula

yang menjadikan struktur dinding bakteri ini spesifik dibandingkan prokariot

lainnya dan menjadi determinan virulensi utama bakteri ini. Fraksi lipid dari

dinding sel M. tuberculosis terdiri dari tiga komponen utama, yaitu asam

mikolat, cord factor, dan wax-D (Smith I. , 2003).

Asam mikolat merupakan suatu lipid dengan cabang alfa yang unik

dan memiliki berat mencapai 50% dari berat kering dinding sel M.

tuberculosis. Asam mikolat bersifat hidrofobik kuat yang membentuk

cangkang lipid di sekeliling mikobakteria dan mempengaruhi permeabilitas

sel. Adanya lapisan asam mikolat ini diperkirakan dapat menghindarkan M.

tuberculosis dari serangan protein-protein kationik, lisozim, dan molekul-

Page 32: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

19

molekul radikal oksigen dalam granula fagositik. Asam mikolat juga menjaga

mikobakteria ekstrasel dari deposisi komplemen dalam serum. Hal-hal

tersebut membuat asam mikolat diperkirakan sebagai determinan virulensi

yang signifikan bagi M. tuberculosis (Smith I. , 2003).

Cord Factor diproduksi sangat banyak pada M. tuberculosis strain

virulens. Faktor ini bersifat toksik terhadap sel mamalia dan merupakan suatu

inhibitor bagi migrasi polymorphonuclear (PMN), salah satu molekul dalam

sistem imun inang (Smith I. , 2003).

Wax-D pada envelope sel merupakan komponen utama dari Freund's

complete adjuvant (CFA). Ajuvan ini akan menginduksi respon imun dalam

sel inang (Smith I. , 2003).

2. Genomik

Mycobacterium tuberculosis memiliki genom yang berukuran

4.411.529 pb. Penelitian-penelitian berbasis genomik telah berhasil

menyusun genom lengkap dari M. tuberculosis H37Rv yang mengandung

4056 gen, dengan kapasitas potensial penyandi lebih dari 91 % (Gambar 4).

Penandaan pada kromosom menghasilkan pengelompokan gen menjadi 11

kategori fungsional secara umum. Saat ini, sebesar 52% dari keseluruhan

gen-gen tersebut telah diketahui fungsinya secara jelas (Clark-Curtiss &

Haydel, 2003).

Page 33: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

20

3. Media Pertumbuhan.

Ada tiga media yang bisa digunakan untuk membuat kultur M

tuberculosis, yakni media agar semisintetik, media telur, dan media kaldu

(Carroll, 2013).

1. Media agar-agar semisintetik

Media ini (misalnya, Middlebrook 7H10 dan 7H11) mengandung

garam, vitamin, kofaktor, asam oleat, albumin, katalase, dan gliserol;

Media 7H11 juga mengandung kasein hidrolisat. Albumin menetralkan

efek toksik dan penghambatan asam lemak dalam spesimen atau

media. Inokulum besar menghasilkan pertumbuhan pada media ini

Gambar 4. Genom Mycobacterium tuberculosis H37Rv.

Disadur dari (Smith I. , 2003)

Page 34: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

21

dalam beberapa minggu. Karena inokulum besar mungkin diperlukan,

media ini mungkin kurang sensitif dibandingkan media lain untuk

isolasi utama mikobakteri. Media agar semisintetik digunakan untuk

mengamati morfologi koloni, untuk uji kepekaan, dan sebagai media

selektif jika ditambahkan antibiotik.

2. Media telur yang dikentalkan (inspissated egg media)

Media ini (misalnya, Löwenstein-Jensen) mengandung garam,

gliserol, dan zat organik kompleks (misalnya telur segar atau kuning

telur, tepung kentang, dan bahan lainnya dalam berbagai kombinasi).

Malachite hijau termasuk untuk menghambat bakteri lain. Inokulum

kecil pada spesimen dari pasien akan tumbuh pada media ini dalam 3-

6 minggu. Media ini, dengan tambahan antibiotik, digunakan sebagai

media selektif.

3. Media kaldu (broth media)

Media kaldu (misalnya, Middlebrook 7H9 dan 7H12)

mendukung proliferasi inokulum kecil. Biasanya, mikobakteri tumbuh

dalam gumpalan atau massa karena sifat hidrofobik permukaan sel.

Jika ditambahkan tween (ester asam lemak dalam air), mereka

membasahi permukaan dan dengan demikian memungkinkan

pertumbuhan tersebar di media cair. Pertumbuhannya lebih cepat

daripada media yang kompleks.

Page 35: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

22

4. Faktor Virulensi.

Virulensi M. tuberculosis dapat diukur selama masa infeksi makrofag

menggunakan beberapa tes dan berbagai strategi yang telah dikembangkan

untuk membuat mutasi pada gen M. tuberculosis. Kombinasi dari metode ini

telah memungkinkan peneliti untuk mengidentifikasi beberapa gen yang

penting dalam berbagai aspek patogenitas M. tuberculosis. Pengelompokan

di bawah ini sesuai dengan fungsi yang diketahui atau diprediksi dari protein,

berdasarkan anotasi urutan DNA. Beberapa gen juga telah diidentifikasi

teregulasi selama infeksi. Pada sebagian besar kasus, esensialitas mereka

untuk virulensi belum dapat ditetapkan oleh penelitian inaktivasi gen, namun

beberapa dari gen tersebut dibahas secara singkat dalam konteks gen terkait

yang diketahui penting untuk proses ini (Smith I. , 2003).

1. Sekresi sel dan fungsi amplop

Dalam kategori ini terdapat gen-gen yang mengkodekan protein yang

diharapkan terpapar ke lingkungan di mana M. tuberculosis tumbuh, baik

dalam media kultur atau di mikofagosom. Di antaranya adalah sekresi protein

dan enzim yang berperan dalam sintesis berbagai molekul permukaan sel,

seperti HspX, Esat6, Erp, FbpA, OmpA, dan LAM.

2. Enzim yang terlibat dalam metabolisme seluler umum

Banyak patogen menjadi kekurangan nutrisi esensial dan kofaktor

tertentu selama masa infeksi, misalnya, sumber karbon, asam amino, purin,

Page 36: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

23

pirimidin, dan logam divalen seperti Mg2+ dan Fe2+, sehingga peneliti M.

tuberculosis secara sistematis telah menciptakan mutasi pada gen yang

mengkodekan enzim dalam jalur biosintetik/degradasi dan sistem akuisisi

untuk beberapa faktor ini. Selain itu, mutasi juga terjadi pada gen host yang

terinfeksi yang mengkode enzim pernapasan dan enzim yang melindungi sel

host dari stres oksidatif yang terjadi selama respirasi aerobik normal. Contoh

enzim yang termasuk pada kategori ini, antara lain Icl, LipF, phospolipase C,

LeuD, TrpD, IdeR, KatG, SodA, AhpC.

3. Regulator Traskripsional

Regulator transkripsi mengontrol transkripsi banyak gen sehingga

strategi mutasi diarahkan untuk menonaktifkan gen pengatur dan diharapkan

untuk menemukan beberapa yang penting untuk virulensi M. tuberculosis,

seperti yang telah ditunjukkan pada patogen lainnya, seperti S. enterica

serovar Typhimurium virulence faktor alternative sigma factor RpoS dan

respon pengatur PhoP.

C. Mammalian Cell Entry Protein 1A (Mce1A)

1. Definisi.

Mammalian Cell Entry (Mce) merupakan fragmen sepanjang 450 bp

dari DNA M. tuberculosis yang disisipkan pada E. coli nonpatogenik yang

pertama kali diidentifikasi oleh Arruda dkk pada tahun 1993. Setiap genom

Page 37: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

24

dari M. tuberculosis terdiri dari empat operon Mce, yakni Mce1-4. Setiap

operon Mce mencakup 8-13 gen, dengan susunan yang sama di dalam

setiap operon (Gambar 5). Setiap lokus terdiri dari dua yrbE (yrbEA dan

yrbEB) dan enam gen Mce (MceA, MceB, MceC, MceD, MceE, dan MceF)

(Zhang & Xie, 2011).

Mammalian Cell Entry 1A (Mce1A) adalah protein mikobakterial yang

dilaporkan sebagai faktor unik yang terlibat dalam masuknya bakteri M.

tuberculosis ke dalam sel inang (Arruda, Bomfim, Knights, Huima-Byron, &

Riley, 1993). Gen pengkodeannya terletak di operon Mce1. Analisis skala

genom menunjukkan bahwa M. tuberculosis memiliki tiga operon terkait

lainnya, yakni Mce2, Mce3, Mce4 yang diorganisir dengan cara yang serupa

dengan Mce1 yang terdiri dari DNA yang mengkodekan dua protein membran

integral yang diikuti oleh enam gen Mce, Mce1A-Mce1F.

Gambar 5. Struktur susunan operon Mammalian Cell Entry (Mce) pada

Mycobacterium tuberculosis. Disadur dari (Zhang & Xie, 2011)

Page 38: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

25

Sebuah publikasi oleh Chitale dkk (2001) menjelaskan mengenai

manik-manik lateks yang dilapisi oleh protein Mce1A rekombinan dapat

menginvasi sel HeLa. Aktivitas invasi sel tersebut ditemukan terbatas pada

sebuah fragmen yang berisi 58 asam amino dari protein tersebut. Pada tahun

2002, Casali dkk berhasil mengekspresikan fragmen InvX dari protein Mce1A

yang terdiri dari 72 asam amino (Gambar 6), termasuk 58 asam amino yang

diidentifikasi oleh Chitale dkk sebelumnya, pada permukaan E. coli

nonpatogenik.

Penggunaan E. coli rekombinan yang mengekspresikan protein

Mce1A pada permukaan selnya dinilai lebih tepat untuk menggambarkan

peranan protein Mce1A pada proses invasi M. tuberculosis ke dalam sel

tubuh manusia dibandingkan penggunaan bakteri M. tuberculosis mutan

Gambar 6. Fragmen InvX, terdiri dari 72 asam amino, merupakan fragmen yang dipurifikasi dari protein Mce1A yang terdapat pada M.tuberculosis.

Page 39: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

26

tanpa-Mce1A. Hal ini dikarenakan invasi yang dimediasi oleh protein Mce1A

pada E. coli dapat dideteksi dengan mudah karena strain E. coli yang

digunakan merupakan nonpatogenik. Selain itu, M. tuberculosis mutan tanpa-

Mce1A tidak dapat membuktikan peranan protein Mce1A terhadap respon

imun tubuh (Kohwiwattanagun et al., 2007).

Page 40: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

27

D. Kerangka Teori

Gambar 7. Kerangka Teori.

Page 41: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

28

E. Kerangka Konsep

F. Definisi Operasional

1. Protein Mce1A

Protein Mce1A yang dimaksud pada penelitian ini adalah protein

Mce1A yang disandi dari DNA M. tuberculosis strain H37Rv.

2. Bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100

Bakteri E. coli yang dimaksud pada penelitian ini adalah bakteri E. coli

strain 4400 yang mengekspresikan InvX, potongan fragmen protein Mce1A,

pada permukaannya melalui proses AIDA.

3. Sel epitel paru

Sel epitel paru yang dimaksud pada penelitian ini adalah cell line A549

yang merupakan galur sel pneumosit alveolar tipe II pada manusia.

Gambar 8. Kerangka Konsep.

Page 42: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan

cross sectional study mengenai peranan protein Mce1A pada aktivitas invasi

bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru.

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Oktober 2018 di Laboratorium

Dermatologi Fakultas Kedokteran Universitas Kitasato, Jepang.

C. Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi :

1. Variabel Bebas.

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah protein

Mce1A.

2. Variabel Terikat.

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah

koloni bakteri yang diinokulasikan pada media LB Agar.

Page 43: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

30

3. Variabel Terkendali.

Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang

diusahakan sama untuk setiap perlakuan, meliputi suhu inkubasi, pH, dan

media.

D. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah bakteri Escherichia coli rekombinan

UT4400tb/pMK100 dan UT4400 serta cell line epitel paru A549 (ATCC CCL-

185) yang diperoleh dari Prof. Takao Fujimura (Laboratorium Dermatologi

Fakultas Kedokteran Universitas Kitasato, Jepang).

E. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain : inkubator, ose

bulat, lampu spiritus, mikropipet, autoklaf, laminar air flow, timbangan,

sentrifus, tabung eppendorf, tabung falcon, freezer, gelas ukur, water bath,

dan alat-alat laboratorium pada umumnya.

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini, antara lain : biakan murni

E. coli strain UT4400tb/pMK100 dan UT4400, cell line epitel paru A549,

Page 44: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

31

media Luria Bertani (LB), media Minimum Essential Media (MEM), sodium

bikarbonat, fetal bovine serum (FBS), ampisilin, gentamisin, Triton X-100,

phosphatase buffered saline (PBS), aquades.

F. Prosedur Penelitian

Prosedur kerja yang dilakukan pada penelitian ini adalah :

1. Pembuatan Media.

1.1. Media Luria Bertani (LB) broth.

Pembuatan media LB broth dilakukan dengan cara menyiapkan

bahan-bahan, yaitu menimbang media LB sebanyak 12,5 gram kemudian

dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 mL dalam erlenmeyer kemudian

ditutup menggunakan aluminium foil. Proses ini dilakukan secara aseptik,

kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi

selama 15 menit. Tuangkan ke dalam botol steril dan didinginkan pada suhu

ruang. Penyimpanan dilakukan pada suhu 4oC.

1.2. Media Luria Bertani (LB) Agar.

*LB Agar dengan ampicillin : Pembuatan media LB Agar dengan

ampicillin dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan, yaitu

menimbang media LB sebanyak 12,5 gram dan Bacto Agar sebanyak 7,5

gram kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 mL dalam

Page 45: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

32

erlenmeyer kemudian ditutup menggunakan aluminium foil. Proses ini

dilakukan secara aseptik, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu

121oC dengan tekanan 15 psi selama 15 menit. Tambahkan 500 µL ampicillin

dan aduk hingga tercampur rata. Tuangkan ke dalam cawan petri, masing-

masing 20 mL dan dinginkan pada suhu ruang. Penyimpanan dilakukan pada

suhu 4oC.

*LB Agar tanpa ampicillin : Pembuatan media LB Agar tanpa ampicillin

dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-bahan, yaitu menimbang media

LB sebanyak 12,5 gram dan Bacto Agar sebanyak 7,5 gram kemudian

dilarutkan dengan aquades sebanyak 500 mL dalam erlenmeyer kemudian

ditutup menggunakan aluminium foil. Proses ini dilakukan secara aseptik,

kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 15 psi

selama 15 menit. Tuangkan ke dalam cawan petri, masing-masing 20 mL dan

dinginkan pada suhu ruang. Penyimpanan dilakukan pada suhu 4oC.

1.3. Media Minimum Essential Media (MEM).

Pembuatan media MEM dilakukan dengan cara menyiapkan bahan-

bahan, yaitu menimbang media MEM sebanyak 9,6 gram dan sodium

bikarbonat sebanyak 2,2 gram kemudian dilarutkan dengan aquades

sebanyak 1000 mL dalam erlenmeyer kemudian ditutup menggunakan

aluminium foil. Sesuaikan pH larutan menjadi 7,02 dengan menambahkan 1N

asam klorida untuk menurunkan pH atau 1N natrium hidroksida untuk

Page 46: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

33

menambahkan pH. Tuangkan ke dalam botol steril melalui filter 0,2 µm.

Proses ini dilakukan secara aseptik. Tuangkan 450 mL larutan ini ke dalam

botol kaca steril kemudian tambahkan 50 mL fetal bovine serum dan 500 µL

gentamisin dan campurkan hingga merata.

1.4. Peremajaan Biakan Bakteri.

Biakan murni E. coli strain UT4400tb/pMK100 dan UT4400

diremajakan pada media LB Agar. Bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100

menggunakan media LB Agar dengan ampisilin, sedangkan E. coli strain

UT4400tb menggunakan media LB Agar tanpa ampisilin. Bakteri diambil 1

ose lalu jarum ose yang mengandung bakteri digoreskan secara aseptik pada

media Agar di cawan petri sambil mendekatkan cawan pada nyala api saat

menggoreskan jarum ose. Cawan petri kemudian ditutup kembali dan

diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC dalam inkubator. Ambil 1 koloni

yang tumbuh pada cawan petri kemudian ditanam pada 20 mL media cair LB

(tambahkan 100 µg/mL gentamisin pada media untuk E. coli strain

UT4400tb/pMK100), kemudian dicampur merata menggunakan vorteks.

Inkubasi selama 14 jam pada suhu 37oC dalam inkubator.

1.5. Pembuatan Suspensi Bakteri.

Hasil peremajaan biakan murni bakteri masing-masing diambil 2 mL

untuk dimasukkan ke dalam 20 mL media cair LB (tambahkan 100 µg/mL

Page 47: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

34

gentamisin pada media untuk E. coli strain UT4400tb/pMK100), kemudian

dicampur merata menggunakan vorteks. Inkubasi selama 3 jam pada suhu

37oC dalam inkubator. Suspensi bakteri kemudian dibilas menggunakan PBS

dan disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Pelet

bakteri diambil dan diukur hingga mencapai 1x108 CFU/mL dengan

menambahkan PBS. Bakteri siap diujikan.

2. Pewarnaan Imunofluoresens Indirek.

Suspensi bakteri diteteskan pada masing-masing kaca objek

mikroskop kemudian diinkubasi menggunakan 3% bovine serum albumin

(BSA) selama 1 jam pada suhu ruangan. Tambahkan fluorescein

isothiocyanate (FITC) labeled anti-goat IgG antibody dengan rasio 1:1000

kemudian inkubasi kembali selama 30 menit pada suhu ruangan. Bilas

menggunakan PBS-Tween 20 (PBST) sebanyak tiga kali, kemudian fiksasi

menggunakan larutan 4% paraformaldehyde lalu lakukan pemeriksaan

menggunakan mikroskop fluoresens.

3. Uji Proteksi Gentamisin.

3.1. Persiapan Sampel.

Persiapkan dua kelompok cell line A549 pada 24-well plate. Taip

kelompok terdiri dari tiga sumuran. Sebanyak 5 x 105 sel/sumuran sel A549

Page 48: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

35

dikultur menggunakan media MEM dan diinkubasi pada suhu 37oC dengan

konsentrasi CO2 5% selama 24 jam. Setiap sumuran dibilas menggunakan

PBS kemudian tambahkan suspensi bakteri pada masing-masing kelompok

sel A549 sehingga mencapai multiplisitas infeksi (MOI) 10:1. Sel kemudian

diinkubasi pada inkubator CO2 pada suhu 37oC selama 30, 60, 120, 180, dan

240 menit. Permukaan sel kemudian dibilas menggunakan PBS dan

diinkubasi lebih lanjut selama 2 jam dengan menambahkan gentamisin 80

μg/mL pada media MEM. Sel tersebut kemudian dibilas dengan PBS lalu

dipanen dengan menambahkan 0.1% Triton X-100 sebanyak 1 ml/sumuran

dan pindahkan ke dalam mikrotube. Lakukan serial dilusi pada sel yang telah

dipanen kemudian diinokulasi pada media Luria Bertani Agar dan diinkubasi

pada suhu 370C selama 24 jam.

*Untuk uji inhibisi : Tambahkan antibodi anti-Mce1A (9C3) pada bakteri

E. coli strain UT4400tb/pMK100 kemudian inkubasi pada suhu 4oC selama

24 jam sebelum melakukan prosedur uji proteksi gentamisin.

3.2. Penghitungan Data Sampel.

Pengamatan biakan bakteri dilakukan setelah biakan bakteri diinkubasi

selama 24 jam pada suhu 37oC dan dihitung menggunakan colony counter.

Biakan yang dihitung adalah koloni yang tumbuh sesuai dengan standar

Page 49: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

36

metode plate count, yaitu 30-300 koloni per cawan. Adapun cara menentukan

jumlah koloni adalah sebagai berikut :

a. Satu koloni dihitung 1 koloni.

b. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.

c. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.

d. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2

koloni.

e. Satu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan,

dihitung sebagai 1 koloni.

Jumlah koloni per mL kemudian dihitung dengan cara sebagai berikut :

Jumlah koloni/mL = jumlah koloni per plate ×1

faktor pengencer

Faktor pengencer = pengenceran × jumlah yang diencerkan.

4. Pengamatan Mikroskop Elektron.

Persiapkan dua kelompok sel A549 monolayer sebanyak 5 x 105 sel

pada flask 25 cm2 untuk masing-masing bakteri. Ganti media menggunakan

media MEM dan inkubasi pada suhu 37oC dengan 5% CO2 selama 24 jam.

Tambahkan suspensi bakteri E. coli rekombinan ke dalam sel A549 dan

diinkubasi kembali pada inkubator CO2 pada suhu 37oC selama 180 menit.

Permukaan sel kemudian dibilas menggunakan PBS dan larutan 0.1 M

Page 50: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

37

cacodylate buffer kemudian dipanen menggunakan cell scraper. Sel yang

telah dipanen kemudian difiksasi ganda menggunakan 2% glutaraldehyde

dan 2% osmic acid tetraoxide, kemudian dikeringkan menggunakan ethanol

secara bertahap, lalu diinfiltrasi dengan epoksi resin untuk menghasilkan

spesimen yang sangat tipis. Spesimen kemudian diamati di bawah mikroskop

elektron.

Page 51: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

38

G. Alur Penelitian

Gambar 9. Alur Penelitian.

Page 52: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

39

H. Pengolahan dan Analisa Data

Pengambilan data dilakukan minimal sebanyak tiga kali pengulangan.

Setiap kali pengulangan dilakukan, sampel dari objek penelitian dibuat

rangkap tiga (triplicate) dan hasilnya dinyatakan sebagai jumlah rata-rata

koloni bakteri ± standar deviasi. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk

narasi, gambar, dan tabulasi. Uji statistik Student’s t-test digunakan untuk

membandingkan jumlah koloni antara bakteri Escherichia coli strain

UT4400tb/pMK100 dan UT4400 yang menginvasi sel A549. Analisis data

dilakukan dengan menggunakan program SPSS for windows versi 20.

Page 53: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

40

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan pendekatan

cross sectional study menggunakan bakteri Escherichia coli strain

UT4400tb/pMK100 sebagai bakteri uji dan UT4400 sebagai bakteri kontrol.

Peremajaan bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 dan UT4400

dilakukan menggunakan media Luria Bertani Agar selama 24 jam, yang

bertujuan untuk menumbuhkan dan memurnikan bakteri. Hasil peremajaan

selanjutnya diinokulasikan pada media cair Luria Bertani selama 14 jam

sehingga bakteri yang digunakan tumbuh dengan baik dan aktif. Hal yang

sama juga dilakukan oleh Sato et al (2007) dalam meremajakan E. coli

rekombinan yang mengekspresikan protein Mce1A dari M. leprae.

1. Protein Mce1A Diekspresikan pada Permukaan Bakteri E. coli strain

UT4400tb/pMK100

E. coli strain UT4400tb/pMK100 merupakan bakteri rekombinan,

dimana sebuah fragmen yang terdiri dari 72 asam amino yang berasal dari

protein Mce1A M. tuberculosis strain H37Rv dikloning pada E. coli strain

UT4400 menggunakan vektor AIDA (Casali, Konieczny, Schmidt, & Riley,

Page 54: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

41

2002). Keberadaan protein ini pada permukaan E. coli strain

UT4400tb/pMK100 diamati dengan pewarnaan imunofluoresens indirek

menggunakan antibodi anti-Mce1A untuk memastikan ikatan antara serum

hiperimun dan E. coli strain UT4400tb/pMK100 (Gambar 10). Tampak

permukaan E. coli strain UT4400tb/pMK100 (Gambar 10a) yang telah

diinkubasi selama 24 jam dengan antibodi anti-Mce1A (9C3) berpendar

fluoresens sebagai akibat adanya reaksi ikatan antara protein Mce1A pada

UT4400tb/pMK100 dengan antibodi anti-Mce1A. Sedangkan permukaan E.

coli strain UT4400 (Gambar 10b) tidak memberikan hasil pewarnaan pendar

fluoresens karena tidak memiliki protein Mce1A pada permukaan sel bakteri.

Keberadaan protein Mce1A pada permukaan E. coli strain UT4400tb/pMK100

ini sesuai dengan hasil pengamatan Casali, et al. (2002).

Gambar 10. Gambaran pewarnaan imunofluoresens indirek bakteri E. coli strain (A) UT4400tb/pMK100, dan (B) UT4400.

Page 55: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

42

2. Protein Mce1A Memediasi Aktivitas Invasi Bakteri E. coli strain

UT4400tb/pMK100 ke dalam Sel A549.

Peranan protein Mce1A dalam memediasi aktivitas invasi bakteri pada

sel A549 diamati menggunakan metode uji proteksi gentamisin. Pengamatan

dilakukan dengan cara menginokulasikan E. coli strain UT4400tb/pMK100

pada kelompok sel A549. E. coli strain UT4400, yang digunakan sebagai

kontrol negatif, diinokulasikan pada kelompok sel A549 lainnya dengan

perlakuan yang sama. Gentamisin tidak ditambahkan pada media selama

rentang waktu inkubasi inokulasi. Waktu inkubasi inokulasi lalu diukur dalam

rentang waktu tertentu untuk mendapatkan waktu inkubasi optimal. Setelah

waktu ujicoba tercapai, sel dibilas menggunakan PBS kemudian diinkubasi

kembali selama 2 jam dengan menambahkan kadar gentamisin dosis tinggi

yang bertujuan untuk membunuh E. coli yang masih berada di luar sel A549.

Setelah inkubasi tahap kedua selesai, sel A549 kemudian dilisiskan

menggunakan Triton X-100 sehingga E. coli yang berada di dalam sel A549

dapat dipanen dan ditumbuhkan kembali pada Luria Bertani Agar. Setelah

diinkubasi selama 24 jam, jumlah bakteri pada Agar kemudian dihitung

dengan menggunakan metode standard plate count dimana hasilnya

dinyatakan dalam satuan colony forming unit/mL (CFU/mL). Metode ini

merupakan metode yang paling sederhana dan paling sering digunakan

untuk menghitung jumlah bakteri. Kelebihan metode ini adalah bakteri yang

Page 56: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

43

dihitung merupakan bakteri yang masih hidup. Hasil perhitungan jumlah

bakteri merupakan rata-rata dari pengujian rangkap tiga (triplicate) ± standar

deviasi dan pengujian ini dilakukan tiga kali secara terpisah untuk mencapai

hasil data yang homogen.

Penentuan waktu inkubasi dilakukan untuk mendapatkan jumlah

terbanyak koloni bakteri yang dapat menginvasi sel A549 dengan MOI 10:1

(Gambar 11). Tercatat jumlah koloni bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100

(198,33 ± 8,08) hampir mencapai 4x lipat jika dibandingkan UT4400 sebagai

Gambar 11. Perbandingan jumlah koloni bakteri yang menginvasi sel epitel paru berdasarkan lama waktu inkubasi.

Page 57: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

44

kontrol (51,67 ± 2,52) (p < 0.001) pada sel A549 yang diinokulasikan selama

30 menit. Jumlah bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 cenderung

meningkat pesat seiring dengan semakin lama waktu inkubasi di dalam sel

A549, hingga mencapai jumlah bakteri terbanyak (13.466,67 ± 351,19) di

dalam sel A549 yang diinkubasi selama 180 menit. Setelah 180 menit, jumlah

koloni bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 yang ditemukan berkurang

secara drastis (8.666,67 ± 404,15).

Bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 menunjukkan tingkat invasi

pada sel A549 25x lipat lebih tinggi dibanding UT4400 setelah diinkubasi

selama 180 menit, dimana 2,6% inokulum terproteksi dari gentamisin (p <

Gambar 12. Perbandingan persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel epitel paru selama masa inkubasi inokulum 180 menit. Grafik batang menunjukkan nilai rata-rata persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel A549. Standar deviasi ditunjukkan dengan error bar. Tanda asterisk menunjukkan nilai p (p value) yang signifikan.

Page 58: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

45

0,001) (Gambar 12). Inkubasi sel monolayer yang diinokulasikan bakteri

selama 180 menit dengan menggunakan gentamisin tidak menghasilkan

peningkatan pemulihan bakteri. Hal ini menunjukkan bahwa E. coli strain

UT4400tb/pMK100 tidak bereplikasi di dalam sel A549 selama periode ini.

Keberadaan E. coli strain UT4400tb/pMK100 di dalam sel A549

dikonfirmasi menggunakan mikroskop elektron transmisi (Gambar 13).

Sejumlah basil intraseluler ditemukan di dalam sitoplasma sel A549 yang

telah diinkubasikan selama 180 menit dengan E. coli strain

UT4400tb/pMK100 (Gambar 13a). Sebaliknya, tidak ditemukan bakteri di

Gambar 13. Gambaran Mikroskopik Elektron Transmisi sel A549 setelah diinfeksikan E. coli strain (A) UT4400tb/pMK100, dan (B) UT4400 selama 3 jam. Tampak E. coli strain UT4400tb/pMK100 yang mulai melakukan perlekatan (attached) pada permukaan sel A549 (anak panah hitam) dan basil intraseluler yang berada di dalam sitoplasma sel A549 (anak panah putih).

Page 59: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

46

dalam sitoplasma sel A549 yang diinkubasikan E. coli strain UT4400,

melainkan hanya berada di sekitar sel (Gambar 13b).

3. Antibodi Anti-Mce1A Menghambat Kemampuan Protein Mce1A

dalam Memediasi Aktivitas Invasi E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke

dalam Sel A549.

Bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 diinkubasi dengan

menggunakan antibodi anti-Mce1A selama 24 jam sebelum dilakukan uji

Gambar 14. Perbandingan persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel epitel paru setelah pemberian antibodi anti-Mce1A. Grafik batang menunjukkan nilai rata-rata persentase inokulum bakteri yang menginvasi sel A549. Standar deviasi ditunjukkan dengan error bar. Tanda asterisk menunjukkan nilai p (p value) yang signifikan.

Page 60: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

47

proteksi gentamisin untuk untuk membuktikan keterlibatan protein Mce1A

pada proses invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel

A549. Hasil uji proteksi gentamisin menunjukkan bahwa aktivitas invasi E.

coli strain UT4400tb/pMK100 pada sel A549 sangat berkurang dengan

pemberian antibodi anti-Mce1A (9C3) hingga hampir menyamai kontrol

(Gambar 14).

B. PEMBAHASAN

Protein Mce1A dari M. tuberculosis dilaporkan dapat memfasilitasi

penyerapan E. coli nonpatogenik ke dalam sel HeLa (Arruda, Bomfim,

Knights, Huima-Byron, & Riley, 1993). Sebuah penelitian mengenai invasi sel

HeLa menggunakan mikrosfer latex menunjukkan bahwa daerah aktif pada

protein Mce1A yang mendukung aktivitas invasi berada pada urutan asam

amino ke 107-162 dari protein tersebut (Chitale, et al., 2001). Pada penelitian

sebelumnya, translokator autotransporter AIDA terbukti mampu

mempresentasikan InvX, peptida yang terdiri dari 72 asam amino yang

merupakan domain aktif putatif protein Mce1A, pada permukaan sel E. coli.

Bakteri E. coli yang mengekspresikan InvX pada permukaannya kemudian

terbukti mampu untuk menempel dan menyerang sel HeLa (Casali,

Konieczny, Schmidt, & Riley, 2002), padahal sel HeLa tidak bersifat fagositik

dan bukan merupakan target sel alami M. tuberculosis.

Page 61: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

48

Pada penelitian kali ini, sel yang digunakan adalah sel A549 yang

merupakan sel epitel yang berasal dari paru-paru manusia (A549 (ATCC CCL

185)) yang diduga merupakan lokasi infeksi primer M. tuberculosis. E. coli

strain UT4400tb/pMK100, yang mengekspresikan protein Mce1A pada

permukaannya, dibandingkan dengan kontrol tanpa translokator

autotransporter AIDA, E. coli strain UT4400. Lokalisasi permukaan

ditunjukkan oleh pengikatan antibodi spesifik-protein Mce1A ke seluruh

permukaan sel oleh pewarnaan imunofluoresens indirek. E. coli yang

mengekspresikan protein Mce1A pada permukaannya tersebut diuji

kemampuannya untuk menyerang sel A549 dengan terlebih dahulu

menentukan waktu inkubasi optimal yang dibutuhkan E. coli rekombinan ini

untuk menginvasi sel epitel paru dan hasilnya menunjukkan aktivitas yang

sangat invasif dari bakteri ini. Hal ini menunjukkan bahwa protein Mce1A

memiliki peran penting dalam mekanisme invasi bakteri ke dalam sel epitel

paru.

Sekitar 2,6% inokulum E. coli strain UT4400tb/pMK100 pada sel A549

dapat bertahan dari gentamisin. Hal ini menyiratkan lokasi bakteri yang

mengekspresikan protein Mce1A pada permukaannya ini berada di dalam sel

(intraseluler), dan analisis mikroskopis elektron sel epitel paru yang

diinkubasi dengan bakteri ini menunjukkan keberadaan basil intraseluler.

Page 62: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

49

Dengan demikian, protein Mce1A merupakan faktor yang berperan pada

proses invasi bakteri noninvasif ini ke dalam sel epitel paru.

Uji hambatan aktivitas invasi E. coli strain UT4400tb/pMK100

dilakukan sebagai tambahan data untuk mendukung data sebelumnya.

Rendahnya persentase keberhasilan inokulum E. coli strain

UT4400tb/pMK100 pada sel A549 yang dapat bertahan dari gentamisin

setelah pemberian antibodi anti-Mce1A menyiratkan inkompetensi E. coli

strain UT4400tb/pMK100 untuk menyerang sel epitel paru tanpa adanya

protein Mce1A.

Page 63: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Keberadaan protein Mce1A yang diekspresikan pada permukaan sel E.

coli strain UT4400tb/pMK100 dapat dikonfirmasi dengan menggunakan

gambaran dari mikroskop fluoresens.

2. Protein Mce1A memediasi aktivitas invasi bakteri E. coli strain

UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru.

3. Kemampuan protein Mce1A dalam memediasi aktivitas invasi E. coli

strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel epitel paru dapat dihambat

menggunakan antibodi anti-Mce1A.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, hal

yang dapat disarankan adalah :

Page 64: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

51

1. Menggunakan 180 menit sebagai waktu inkubasi pada penelitian

mengenai invasi bakteri E. coli strain UT4400tb/pMK100 ke dalam sel

epitel paru.

2. Menggunakan bakteri rekombinan E. coli strain UT4400tb/pMK100 pada

penelitian selanjutnya untuk mengembangkan inhibitor potensial protein

Mce1A sebagai cikal bakal vaksin tuberkulosis terbaru.

Page 65: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

52

DAFTAR PUSTAKA

A549 (ATCC CCL-185) [homepage on the internet]. American Type Culture Collection. [cited 2018 Agustus 30], Available from : https://atcc.org/Products/All/CCL-185.

Amin Z. & Bahar A. (2014). Tuberkulosis. Dalam : Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S editor. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Jakarta Interna Publishing. h. 863-81.

Arruda S., Bomfim G., Knights R., Huima-Byron T., & Riley L. W. (1993). Cloning of an M. tuberculosis DNA fragment associated with entry and survival inside cells. Science, 261:1454-7.

Bermudez L., & Goodman J. (1996). Mycobacterium tuberculosis invades and replicates within type II alveolar cells. Infect. Immun., 64:1400–6.

Carroll, K. (2013). Mycobacteria. Dalam : G. Brooks, K. Carroll, J. Butel, S. Morse, & T. Mietzner editor. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s : Medical Microbiology (26 Ed). New York: McGraw Hill. h. 313-21.

Casali N., Konieczny M., Schmidt M., & Riley L. (2002). Invasion activity of a Mycobacterium tuberculosis peptide presented by the Escherichia coli AIDA autotransporter. Infect. Immun, 70:6846–52.

Center for Disease Control and Prevention (CDC). (2013). Latent tuberculosis infection: A guide for primary health care providers. Georgia.

Chitale S., et al. (2001). Recombinant Mycobacterium tuberculosis protein associated with mammalian cell entry. Cell. Microbiol, 3(4):247-54.

Clark-Curtiss J., & Haydel S. (2003). Molecular genetics of mycobacterium tuberculosis pathogenesis. Annu. Rev. Microbiol , 517-49.

Hermana N., Kusdiyantini E., Suprihadi A., & Nuraini N. (2015). Ekstraksi Protein dari Escherichia coli BL21 Rekombinan Gen Mycobacterium tuberculosis dengan Variasi Waktu Inkubasi Induski Isoprophyl-B-D-Thiogalactosidase (IPTG) dan Metode Lisis Sel. Jurnal Biologi, 4:60-8.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes). (2011). Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta.

Kohwiwattanagun J., Kawamura I., Fujimura T., & Mitsuyama M. (2007). Mycobacterial Mammalian Cell Entry Protein 1A (Mce1A)-Mediated

Page 66: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

53

Adherence Enhances the Chemokine Production by A549 Alveolar Epithelial Cells. Microbiol. Immunol, 51(2):253–61.

McDonough K., & Kress Y. (1995). Cytotoxicity for lung epithelial cells is a virulence-associated phenotype of Mycobacterium tuberculosis. Infect. Immun, 63:4802–11.

Sakamoto, K. 2012. The Pathology of Mycobacterium tuberculosis Infection. Veterinary Pathology, 49(3):423-39.

Sato N., et al. (2007). Recombinant mycobacterium leprae protein associated with entry into mammalian cells of respiratory and skin components. J Dermatol Sci, 46(2):101-10.

Shepard C. (1958). A comparison of the growth of selected mycobacteria in HeLa, monkey kidney, and human amnion cells in tissue culture. J Exp Med., 107:237-45.

Smith I. (2003). Mycobacterium tuberculosis pathogenesis and molecular determinants of virulence. Clin. Microbiol., 16(3):463-96.

Spyridis NP, Spyridis PG, Gelesme A, Sypsa V, Valianatou M, Metsou F, et al. (2007). The effectiveness of a 9-month regimen of isoniazid alone versus 3- and 4-month regimens of isoniazid plus rifampin for treatment of latent tuberculosis infection in children: Results of an 11-year randomized study. Treatment of Latent Tuberculosis. 45:715-22.

Sterling TR, Villarino ME, Borisov AS, Shang N, Gordin F, Bliven-Sizemore E, et al. (2011). Three months of rifapentine and isoniazid for latent tuberculosis infection. N Engl J Med., 365(23):2155-66.

Stewart, G., Robertson, B., & Young, D. (2003). Tuberculosis : a problem with persistence. Nat. Rev. Microbiol., 97-105.

World Health Organization (WHO). (2017). Global Tuberculosis Report 2017. Geneva : World Health Organization.

Zhang, F., & Xie, J. 2011. Mammalian cell entry gene family of Mycobacterium tuberculosis. Mol Cell Biochem, 352:1-10.

Page 67: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

LAMPIRAN 1. Jumlah Koloni Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi.

Tabel 1. Jumlah Koloni Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Berdasarkan Lama Waktu Inkubasi.

Waktu Inkubasi (menit)

UT4400tb/pMK100 UT4400

Σ koloni Mean SD % inokulum Σ koloni Mean SD % inokulum

30

197

198.33 8.08 0.04

54

51.67 2.52 0.01 191 52

207 49

60

3200

3076.67 106.93 0.62

113

110.00 11.79 0.02 3020 97

3010 120

120

5500

5066.67 513.16 1.01

210

205.67 4.51 0.04 4500 201

5200 206

180

13800

13466.67 351.19 2.69

526

528.00 9.17 0.11 13100 538

13500 520

240

9100

8666.67 404.15 1.73

555

545.33 8.50 0.11 8600 542

8300 539

Page 68: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

LAMPIRAN 2. Nilai Persentase Inokulum Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Setelah Pemberian Antibodi Anti-Mce1A.

Tabel 2. Nilai Persentase Inokulum Bakteri yang Menginvasi Sel Epitel Paru Setelah Pemberian Antibodi Anti-Mce1A.

Perlakuan Σ Koloni Bakteri

SD % inoculum

Σ Koloni Bakteri SD

UT4400tb/pMK100 anti-Mce1A (+) 833.33 152.75 0.166666 0.03055

anti-Mce1A (-) 16333.33 351.19 3.266666 0.070238

UT4400 523.33 97.75 0.104666 0.01955

Page 69: PERANAN MAMMALIAN CELL ENTRY PROTEIN 1A (Mce1A) …

LAMPIRAN 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian