Peran Perempuan dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian dan ...
Transcript of Peran Perempuan dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian dan ...
Uti Possidetis: Journal of International Law ISSN 2721-8031 (online); 2721-8333 (print) Vol. 1 No. 2 (2020): 169-192
Peran Perempuan dalam Misi Pemeliharaan
Perdamaian dan Keamanan Internasional
Nurul Istiana Hasan*; Akbar Kurnia Putra
Fakultas Hukum, Universitas Jambi
*Coresponding author: [email protected]
Submission : 30 Juli 2020
Revision : 31 Oktober 2020
Publication : 20 November 2020
DOI : doi.org/10.36565/up.v1i2.10179
Abstract In many countries where peacekeeping missions are carried out, gender-based violence and conflict-related sexual violence occur in alarming numbers. Both civilians and fighters, women and children are the most victims in a conflict. Armed conflict becomes a traumatic experience for each individual who experiences it. Women peacekeepers representing the United Nations are in a State to help restore the trust of people experiencing post-conflict trauma. However, to date the number of women is still very low compared to men in the United Nations Peacekeeping Mission. The UN Charter mandates the Security Council to maintain international peace and security. The study discusses how women play a role in international peacekeeping and security missions as well as actions. This type of research is a normative juridical sourced in secondary data. The results of this study show that in all areas of peacekeeping, female peacekeepers have proven that they can perform the same role, by standards and in the same difficult conditions. Therefore, it is an operational imperative of the United Nations to recruit and maintain female peacekeeping forces.
Keywords: Security Council; Peacekeeping; Women Peacekeepers
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 170
Abstrak Di banyak negara di mana misi penjaga perdamaian dilakukan, kekerasan berbasis gender dan kekerasan seksual terkait konflik terjadi dalam angka yang mengkhawatirkan. Baik warga sipil maupun pejuang, perempuan dan anak-anak adalah korban terbanyak dalam suatu konflik. Konflik bersenjata menjadi pengalaman traumatis tersendiri bagi tiap individu yang mengalaminya. Perempuan pemelihara perdamaian mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa berada pada suatu Negara untuk membantu memulihkan kepercayaan orang-orang yang mengalami trauma pasca-konflik. Namun, hingga saat ini presentase jumlah perempuan masih sangat rendah dibandingkan laki-laki dalam Misi Pemeliharaan Perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa. UN Charter memberikan mandat kepada Dewan Keamanan untuk menjaga perdamaian dan keamanan internasional. Penelitian ini membahas bagaimana perempuan berperan dalam misi pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional serta tindakan. Jenis penelitian ini adalah yuridis normative yang bersumber pada data sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di semua bidang pemeliharaan perdamaian, perempuan penjaga perdamaian telah membuktikan bahwa mereka dapat melakukan peran yang sama, dengan standar dan dalam kondisi sulit yang sama. Untuk itu, adalah keharusan operasional PBB untuk merekrut dan mempertahankan pasukan perempuan penjaga perdamaian.
Kata Kunci: Dewan Keamanan; Penjagaan Perdamaian; Perempuan Pemelihara Perdamaian
A. Pendahuluan
Perang Dunia Kedua merupakan sebuah perang global yang
berlangsung dari 1 September 1939 hingga 2 September 1945.
Perang ini melibatkan banyak negara yang membagi menjadi
dua blok yang saling bertentangan, sekutu dan poros, dengan
memakan korban jiwa sebanyak 70-85 juta,1 yang merupakan
sekitar 3% populasi dunia tahun 1940 (perkiraan 2,3
1 International Programs-Historical Estimates of World Populations-
U.S. Cencus Bureau.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 171
miliar).2Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia Kedua
sebagai konflik paling mematikan sepanjang sejarah.
Kehancuran Perang Dunia Kedua menjadi latar belakang
terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti yang
dikutip pada laman United Nations dinyatakan:
“The United Nations came into being in 1945, following the devastation of the Second World War, with one central mission: the maintenance of international peace and security. The UN does this by working to prevent conflict; helping parties in conflict make peace; peacekeeping; and creating the conditions to allow peace to hold and flourish ….. “3
Dapat dipahami bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa
muncul pada tahun 1945, setelah kehancuran Perang Dunia
Kedua, dengan satu misi utama: pemeliharaan perdamaian dan
keamanan internasional. PBB melakukan ini dengan bekerja
untuk mencegah konflik; membantu pihak-pihak yang
berkonflik membuat perdamaian; penjaga perdamaian; dan
menciptakan kondisi untuk memungkinkan perdamaian untuk
bertahan dan berkembang.
Merujuk pada Article 1 UN Charter, yang menjadi tujuan
utama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) diantaranya:
1. To maintain international peace and security, and to that end: to take effective collective measures for the prevention and removal of threats to the peace, and for the suppression of acts of aggression or other breaches of the peace, and to bring about by peaceful means, and in conformity with the principles of justice and international law, adjustment or
2 Research Starters: Worldwide Death in World War II.
https://www.nationalww2museum.org/students-teachers/student-resources/research-starters/research-starters-worldwide-deaths-world-war. Diakses pada 7 Juli 2020
3 https://www.un.org/en/sections/what-we-do/. Diakses pada 8 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 172
settlement of international disputes or situations which might lead to a breach of the peace;
2. To develop friendly relations among nations based on respect for the principle of equal rights and self-determination of peoples, and to take other appropriate measures to strengthen universal peace;
3. To achieve international co-operation in solving international problems of an economic, social, cultural, or humanitarian character, and in promoting and encouraging respect for human rights and for fundamental freedoms for all without distinction as to race, sex, language, or religion; and
4. To be a centre for harmonizing the actions of nations in the attainment of these common ends.4
Di banyak negara di mana misi penjaga perdamaian
dilakukan, kekerasan berbasis gender (Gender Based Violence)
dan kekerasan seksual terkait konflik (Conflict Related Sexual
Violence) terjadi pada tingkat yang mengkhawatirkan. Baik
sebagai warga sipil atau pejuang, perempuan dan anak-anak
adalah korban terbanyak.5 Pandangan mengenai kehormatan
serta perlindungan harkat dan martabat manusia
menunjukkan bahwa karakteristik seperti ras, jenis kelamin,
kedudukan sosial, dan kewarganegaraan tidak relevan untuk
dipersoalkan. Ini juga menyiratkan bahwa hak-hak tersebut
dapat diterapkan di seluruhdunia.6 Pengalaman konflik yang mengerikan merupakan
pengalaman yang menyakitkan bagi semua orang. Akibat
konflik bersenjata berkepanjangan di kelompok sosial atau
4 https://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-i/index.html
. Diakses pada 8 Juli 2020. 5 https://kemlu.go.id/portal/id/read/91/halaman_list_lain
nya/indonesia-dan-misi-pemeliharaan-perdamaian-pbb. Diakses pada 8 Juli 2020.
6Retno Kusniati. Integrasi Standar Perlindungan, Penghormatan, dan Pemenuhan HAM Dalam Tugas dan Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah. Media.Neliti.com. April 2010. hal. 80.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 173
negara, banyak orang mengalami trauma psikologis, terutama
anak-anak dan remaja yang pernah mengalami peristiwa
traumatik.7
HelpGuideOrg International menyatakan bahwa, trauma
emosional dan psikologis adalah hasil dari peristiwa luar biasa
menegangkan yang menghancurkan rasa aman seseorang,
membuat seseorang merasa tidak berdaya di Dunia yang
berbahaya. Trauma psikologis dapat membuat seseorang
berjuang dengan emosi, ingatan dan kecemasan yang
mengecewakan dan tidak akan hilang, serta dapat membuat
seseorang merasa mati rasa, terputus dan tidak bisa
memercayai orang lain.8 Hal ini tentu memengaruhi
kemampuan mereka untuk bergerak bebas dan memenuhi
kebutuhan keluarga mereka.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno L.P
Marsudi pada seminar virtual dengan Tema “The Role of
Women Negotiators and Mediators in the Maintenance of
Regional Peace and Security” yang Indonesia terus berupaya
mewujudkan peran dan kontribusi perempuan sebagai agen
perdamaian dalam tataran global melalui tiga poin utama.
Pertama, persepsi masyarakat perlu diubah tentang partisipasi
perempuan. Kedua, penting untuk memperkuat kapasitas
untuk mempromosikan peran perempuan dalam membangun
dan memelihara perdamaian. Ketiga, perlu membangun
jaringan di mana ide dan pengalaman dapat menjadi tempat
bertukar pikiran dan pengalaman.9
7 Dr. Kusmawati Hatta, M.Pd. Trauma dan Pemulihannya: suatu kajian
berdasarkan kasus pasca konflik. Dakwah Ar-Rariny Press. Banda Aceh. 2016. ISBN : 978-602-60756-3-5. hal. 1.
8 https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/coping-with-emotional-and-psychological-trauma.htm. Diakses pada 8 Juli 2020.
9 https://kemlu.go.id/portal/id/read/1439/berita/indonesia-sua rakan-peran-dan-kontribusi-perempuan-sebagai-agen-perdamaian. Diakses pada 4 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 174
Indonesia terus berkomitmen untuk melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosialsesuai amanat dari alinea ke-IV
Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun
1945.10
Indonesia percaya bahwa kehadiran perempuan sebagai
penjaga perdamaian akan berkontribusi besar bagi
keberhasilan misi karena peran perempuan dalam konstruksi
sosial di masyarakat serta aspek-aspek psiko-sosial yang
membuat perempuan memiliki 'hak istimewa' dalam misi
kemanusiaan.11
Meskipun peran perempuan dalam menjaga perdamaian
sangat krusial, keterlibatan perempuan dalam proses
perdamaian masih sangat rendah. Untuk itu, tulisan ini akan
membahas lebih lanjut bagaimana perempuan berperan dalam
Misi Pemeliharaan Perdamaian dan Keamanan Internasional.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hukum yuridis
normatif (normative legal research). Menurut Soerjono
Soekanto, pendekatan yuridis normatif adalah penelitian
hukum yang dilakukan dengan meneliti data sekunder sebagai
bahan dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan
penelusuran terhadap peraturan-peraturan dan literatur-
literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti,12
dengan menerapkan beberapa pendekatan, yaitu pendekatan
10 UUD 1945, Alineake-IV. 11 https://kemlu.go.id/portal/id/read/343/berita/peran-kr usial-
penjaga-perdamaian-perempuan-sebagai-agen-perda maian-toleransi-dan-kemakmuran
12 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001, hal. 13-14.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 175
sejarah (Historical Approach) dan perundang-undangan
(Statute Approach).13
C. Pembahasan dan analisis
Pembahasan dan analisis bertujuan untuk menjawab rumusan
masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian, menunjukkan
bagaimana temuan-temuan diperoleh, menerangkan arti hasil
penelitian, bagaimana hasil penelitian dapat memecahkan
masalah serta kemungkinan pengembangannya. Pembahasan
dan analisis harus menjawab permasalahan dan tujuan
penelitian.
1. Penjaga Perdamaian
Penjagaan Perdamaian PBB membantu negara-negara
menapaki jalan yang sulit dari konflik ke perdamaian. Dengan
memiliki kekuatan unik yang mencakup legitimasi, pembagian
tanggung jawab, dan kemampuan mengerahkan pasukan dan
polisi dari seluruh dunia dan digabungkan dengan pasukan
penjaga perdamaian sipil untuk menyelesaikan tugas yang
ditetapkan oleh Dewan Keamanan dan Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa.14
Menurut United Nations Peacekeeping Operations:
Principle and Guidelines, Part I Chapter 2:
“peacekeeping is a technique designed to preserve the
peace, however fragile, where fighting has been halted,
and to assist in implementing agreements achieved by the
peacemakers … “15
13 Tentang pendekatan ini, lihat Peter Mahmud Marzuki. Penelitian
Hukum. Jakarta: Prenadamedia Grup. 2005. hal. 133. 14 United Nations Peacekeeping. https://peacekeeping.un.org /en.
Diakses pada 9 Juli 2020. 15 https://peacekeeping.un.org/sites/default/files/capstone_eng_0.
pdf. Diakses pada 9 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 176
Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat dipahami
bahwa penjaga perdamaian merupakan sebuah teknik yang
dirancang untuk menjaga perdamaian, betapa rapuhnya, di
mana pertempuran telah dihentikan, dan untuk membantu
dalam mengimplementasikan kesepakatan yang dicapai oleh
para penjaga perdamaian.
Penjagaan Perdamaian PBB hadir membantu negara-
negara yang dilanda konflik menciptakan kondisi untuk
perdamaian abadi. Penjaga perdamaian telah terbukti menjadi
salah satu alat paling efektif yang dapat digunakan
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membantu negara tuan
rumah menempuh jalan yang sulit dari konflik menuju
perdamaian. Penjaga perdamaian memiliki keuntungan unik,
termasuk legitimasi, pembagian beban, dan kemampuan untuk
mengerahkan dan mempertahankan pasukan dan polisi dari
seluruh dunia, dan menggabungkan mereka dengan penjaga
perdamaian sipil untuk memajukan misi multidimensi.
Pasukan penjaga perdamaian PBB memberikan
keamanan, dukungan politik dan pembangunan perdamaian
untuk membantu negara-negara mencapai transisi awal yang
sulit dari konflik ke perdamaian. Penjagaan Perdamaian PBB
dipandu oleh tiga prinsip dasar:
1. Persetujuan dari para pihak;
2. Ketidakberpihakan;
3. Tidak menggunakan kekuatan kecuali untuk membela
diri dan membela mandat.16
Penjaga perdamaian bersifat fleksibel, dan telah
digunakan dalam banyak konfigurasi selama dua dekade
terakhir. Saat ini ada 13 operasi penjaga perdamaian PBB, di
antaranya:
16 United Nations/Principles of Peacekeeping.
https://peacekeeping.un.org/en/principles-of-peacekeep ing. Diakses pada 8 Juli 2020.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 177
1. United Nations Mission for the Referendum in the
Western Sahara (MINURSO), Sahara Barat
2. United Nations Multidimensional Integrated
Stabilization Mission In the Central African Republic
(MINUSCA), Republik Afrika Tengah
3. United Nations Multidimensional Integrated
Stabilization Mission in Mali (MINUSMA), Mali
4. United Nations Stabilization Mission in the Democratic
Republic of Congo (MONUSCO), Republik Demokratik
Kongo
5. United Nations-African Union Hybrid Mission in Darfur
(UNAMID), Darfur
6. United Nations Disengagement Observer Force
(UNDOF), Golan
7. United Nations Peacekeeping Force in
Cyprus(UNFICYP), Siprus
8. United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL),
Lebanon
9. United Nations Interim Security Force for
Abyei(UNISFA), Abyei
10. United Nations Mission in Kosovo(UNMIK), Kosovo
11. United Nations Mission in the Republic of South Sudan
(UNMISS), Sudan Selatan
12. United Nations Military Observer Group in India and
Pakistan(UNMOGIP), India dan Pakistan
13. United Nations Truce Supervision
Organization(UNTSO), Timur Tengah
Operasi pemeliharaan perdamaian saat ini tidak hanya
perlu untuk memelihara perdamaian dan keamanan, tetapi
juga untuk mempromosikan proses politik, melindungi warga
sipil, membantu dalam perlucutan senjata, demobilisasi, dan
reintegrasi mantan gerilyawan; mendukung organisasi
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 178
pemilihan, melindungi dan mempromosikan hak asasi
manusia, serta membantu memulihkan supremasi hukum.
Dalam laman resminya, Perserikatan Bangsa-Bangsa
menyebutkan bahwa pihaknya tidak pernah menjamin
keberhasilan, karena secara definisi Penjagaan Perdamaian
PBB hampir memasuki ke lingkungan yang paling sulit secara
fisik dan politis.17 Namun, Perserikatan Bangsa-Bangsa telah
membangun catatan keberhasilan yang terbukti selama 60
tahun keberadaannya, termasuk memenangkan Hadiah Nobel
Perdamaian pada tahun 1988.18
Berdasarkan data UN DPKO per 31 Maret 2020, tercatat
81.370 personel dari 121 negara yang diterjunkan di 13 MP
PBB. Terdapat 71 operasi penjaga perdamaian sejak 1948. 13
operasi penjaga perdamaian saat ini terdiri dari 69.230
pasukan kontingen, 1.143 pakar misi, 8.942 polisi, 2.055 staf
petugas. Total kematian dalam operasi saat ini berjumlah
1.582, total fasilitas dalam semua operasi perdamaian sejak
1948 berjumlah 3.928. Aspek keuangan sumber daya yang
disetujui untuk periode dari 1 Juli 2018 hingga 30 Juni 2019
sekitar $6.69 miliar *jumlah ini membiayai 12 dari 14 misi
penjaga perdamaian PBB, mendukung logistik untuk Misi Uni
Afrika di Somalia (AMISOM) melalui Kantor Dukungan PBB di
Somalia (UNSOS), dan menyediakan dukungan, teknologi, dan
logistik untuk semua operasi perdamaian melalui pusat
layanan global di Brindisi (Italia), Valencia (Spanyol) dan
layanan regional di Entebbe (Uganda).19
17 https://peacekeeping.un.org/en. Diakses pada 8 Juli 2020. 18 The Nobel Peace Prize 1988. https://www.nobelprize.org
/prizes/peace/1988/summary/. Diakses pada 8 Juli 2020. 19 https://peacekeeping.un.org/en/data . Diakses pada 8 Juli 2020.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 179
Source: https://peacekeeping.un.org/en/data
Pada awalnya peran MPP PBB hanya sebatas menjaga
gencatan senjata dan menstabilkan situasi lokal. Ini memberi
ruang bagi upaya politik untuk meredamkan konflik. Namun,
tugas MPP PBB saat ini semakin luas. Sebagian besar MPP PBB
pernah menghadapi konflik antar negara sebelumnya, tetapi
sekarang mereka juga diharuskan untuk berpartisipasi dalam
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 180
berbagai konflik internal dan perang saudara. MPP PBB juga
menghadapi konflik asimetris, ancaman kelompok bersenjata,
terorisme dan radikalisme, serta penyakit menular.20
2. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
DK PBB merupakan salah satu dari enam organ utama
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Piagam PBB memberi wewenang
kepada DK guna memelihara perdamaian dan keamanan
internasional. Piagam juga memberi wewenang kepada Dewan
Keamanan untuk:
1. Menginvestigasi situasi apapun yang mengancam
perdamaian dunia;
2. mengusulkan prosedur penyelesaian sengketa secara
bersahabat dan damai;
3. meminta negara anggota PBB untuk memutuskan
hubungan ekonomi, maritim, udara, pos, komunikasi
radio, atau hubungan diplomatik; dan
4. menerapkan keputusan Dewan Keamanan secara
militer, atau dengan cara lain.
Dewan Keamanan memiliki tanggung jawab utama
untuk pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional.
DK memiliki 15 anggota, yang masing-masing mempunyai satu
suara. Seluruh negara anggota memiliki kewajiban untuk
mematuhi keputusan Dewan Keamanan.
Dewan Keamanan memimpin dalam menentukan
apakah ada ancaman terhadap perdamaian atau tindakan
agresi. DKmeminta para pihak bersengketa menyelesaikan
secara damai dan mengusulkan metode penyesuaian atau
ketentuan penyelesaian. Dalam beberapa kasus, Dewan
Keamanan dapat menggunakan sanksi atau bahkan
20 Kementerian Luar Negeri/Isu Khusus/Indonesia dalam Misi
Pemeliharaan Perdamaian PBB. https://kemlu.go.id /portal/id/read/91/halaman_list_lainnya/indonesia-dan-misi-pemeliharaan-perdamaian-pbb. Diakses pada 9 Juli 2020.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 181
mengizinkan penggunaan kekuatan untuk memelihara atau
memulihkan perdamaian dan keamanan internasional.21
3. Kebijakan Isu Gender dalam Politik Luar Negeri
Dalam Women Studies Ensiklopedia, gender adalah suatu
konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction)
antara laki-laki dan perempuan yang sedang berkembang
dalam masyarakat dari segi peran, tingkah laku, ciri psikologis
dan emosional. Secara umum, Gender dapat diartikan sebagai
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal nilai dan
perilaku yang dibentuk oleh konstruksi sosial. Tidak standar,
bisa berubah sewaktu-waktu.
Peran perempuan dalam resolusi konflik dan
pembangunan perdamaian semakin meningkat, terutama
dalam diskusi kebijakan multilateral. Merujuk pada Beijing
Platform for Action 1995 yang bertujuan untuk meningkatkan
kehadiran perempuan dalam resolusi konflik dan pada tingkat
pengambilan keputusan, Dewan Keamanan PBB mengadopsi
Resolusi 1325 berdasarkan kesepakatan bersama pada 31
Oktober 2000, yang berpusat pada peran perempuan dalam
menjaga perdamaian internasional dan keamanan
internasional.22
DK PBB menyambut baik penekanan pada kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan dan anak perempuan
dalam pengesahan agenda bagi Pembangunan Berkelanjutan
2030 (Sustainable Development Goals/SDGs 2030).
DK PBB mengakui pentingnya Resolusi 1325, yang
mengakui peran perempuan dalam perdamaian dan keamanan
sesuai dengan mandat Resolusi 1325 di antaranya:
1. Meningkatkan keterwakilan perempuan dalam
21 https://www.un.org/securitycouncil/ . Diaksespada 9 Juli 2020. 22 Mumtazinur. Peran Perempuan dalam Proses Pemulihan
Perdamaian di Burundi melalui Penerapan Resolusi 1325 Dewan Keamanan PBB. Vol 3. No 1.2017. hal. 89.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 182
pengambilan keputusan di tingkat nasional, regional,
dan mekanisme serta institusi internasional untuk
pencegahan, mengelola, dan menyelesaikan konflik.
2. Menunjuk lebih banyak perempuan sebagai
perwakilan khususPBB.
3. Memperluas peran dan kontribusi perempuan,
terutama pemerhati militer, polisi sipil, serta personil
HAM dan kemanusiaan dalam operasi lapangan PBB.
4. Mengintegrasikan perspektif gender ke dalam operasi
penjagaperdamaian.
5. Memberikan pedoman dan materi pelatihan tentang
perlindungan perempuan, hak dan kebutuhan khusus,
termasuk semua tolok ukur partisipasi perempuan
dalam penjaga perdamaian (peacekeeping) dan
pembangunan perdamaian (peacebuilding)
6. Meningkatkan dukungan finansial, teknis, dan logistik
untuk pelatihan sensitif-gender.23
Sama hal nya pengaturan lain, Convention on the
Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW)
merupakan konvensi internasional yang diadopsi oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa–Bangsa pada tahun 1979 dan
menjadi titik untuk melawan diskriminasi gender. Konvensi ini
dianggap sebagai piagam hak internasional untuk
perempuan.24 Konvensi ini mengartikan prinsip-prinsip
tentang Hak Asasi Perempuan sebagai Hak Asasi
Manusia, norma dan standar kewajiban, dan tanggung jawab
negara untuk menghapus diskriminasi terhadap perempuan.
CEDAW memiliki tiga prinsip utama, di antaranya:
23 Women, Peace and Security: Gender Equality in Peacekeeping
Operations. 24 Marsha A. Freeman, Christine Chinkin, Beate Rudolf: The UN
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 183
1. to incorporate the principle of equality of men and
women in their legal system, abolish all discriminatory
laws and adopt appropriate ones prohibiting
discrimination against women;
2. to establish tribunals and other public institutions to
ensure the effective protection of women against
discrimination; and
3. to ensure elimination of all acts of discrimination against
women by persons, organizations or enterprises.25
Konvensi ini memberi dasar guna mencapai kesetaraan
antara laki-laki dan perempuan dengan memastikan bahwa
perempuan menikmati dan memiliki kesempatan sama dalam
politik dan publik (termasuk hak untuk memilih dan
mendukung untuk memilih), pendidikan, perawatan
kesehatan, dan kesempatan kerja. Negara Pihak
menyetujuimengambil seluruh tindakan yang sesuai, termasuk
hukum dan tindakan tertentu sementara, untuk
memungkinkan perempuan mendapatkan semua hak asasi
manusia dan kebebasan dasar. Negara yang telah meratifikasi
Konvensi secara hukum wajib melaksanakan ketentuan yang
berlaku. Negara yang terlibat juga berkomitmen menyerahkan
laporan nasionalminimal setiap empat tahun, tentang langkah-
langkah yang telah di ambil untuk mematuhi kewajiban
perjanjian mereka.
Di sisi lain, TheBeijing Declaration and Platform for
Action atau Deklarasi dan Landasan Aksi Beijing juga
mempunyai arti penting karena memuat dokumen strategis
dan kerangka aksi pemberdayaan dan pemajuan perempuan,
penegakan hak asasi manusia dan partisipasi dalam
pembangunan. Ada 12 bidang yang menjadi panduan terhadap
25 https://www.un.org/womenwatch/daw/cedaw/. Diakses pada
10 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 184
dokumen kebijakan global untuk mencapai kesetaraan
gender,26 di antaranya:
1. Perempuan dan kemiskinan;
2. Perempuan dalam pendidikan dan pelatihan;
3. Perempuan dan kesehatan;
4. Kekerasan dalam perempuan;
5. Perempuan dalam konflik bersenjata;
6. Perempuan dalam ekonomi;
7. Perempuan dalam kekuasaan dan pengambilan
keputusan;
8. Perempuan dalam mekanisme institusional
untuk pemajuan perempuan;
9. Hak asasi perempuan;
10. Perempuan dan media;
11. Perempuan dan lingkungan hidup; serta
12. Anak perempuan.
Pada hukum nasional, isu gender diatur pada
Pembukaan UUD 1945 mengakui bahwa setiap orang atau
warga negara adalah orang yang merdeka dan tidak boleh ada
diskriminasi dalam hal apapun termasuk perbedaan gender.
Dengan disahkannya Perubahan Kedua Tahun 2000, UUD
1945 memuat ketentuan-ketentuan pokok tentang hak asasi
manusia dalam Bab XA, Pasal 28A hingga Pasal 28J (2). Selain
ketentuan di atas, Pasal 29 (2) dan Pasal 28 I (2) juga memuat
ketentuan tentang hak asasi manusia dalam UUD 1945. Laki-
laki dan perempuan memiliki hak untuk hidup, terlepas dan
dilindungi dari diskriminasi.
Isu gender dalam hukum nasional lainnya yang dimuat
pada Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan Nasional, yang
menginstruksikan seluruh kementerian dan pemerintah
daerah untuk mengaplikasikan Pengarusutamaan Gender,
26 UN Women. https://unwomen.org.Diakses pada 10 Juli 2020.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 185
serta menginstregrasikan perspektif gender ke dalam rencana
pembangunan.
4. Peran Perempuan di Penjaga Perdamaian
Pada tahun 1993, perempuan membentuk 1% dari
personil berseragam yang dikerahkan. Statistik di bawah ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2019, dari sekitar 95.000
penjaga perdamaian, perempuan merupakan 4,7% dari
kontingen militer dan 10,8% dari unit polisi yang dibentuk
dalam misi penjaga perdamaian PBB. Sementara PBB
mendorong dan mengadvokasi penempatan perempuan dalam
fungsi terpadu, negara-negara anggota harus memikul
tanggung jawab untuk menempatkan perempuan di polisi dan
militer.
Divisi Kepolisian PBB meluncurkan 'Upaya Global' untuk
merekrut lebih banyak petugas polisi wanita ke dalam layanan
kepolisian nasional dan ke dalam operasi kepolisian PBB di
seluruh dunia. Target 2028 untuk perempuan yang bertugas di
kontingen militer adalah 15%, dan 25% untuk pengamat
militer dan staf perwira serta target untuk perempuan yang
bertugas di unit polisi yang dibentuk adalah 20%, dan 30%
untuk perwira polisi individu.27
27 https://peacekeeping.un.org/en/our-peacekeepers. Diakses pada
10 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 186
Source: https://peacekeeping.un.org/en/our-peacekeepers
Salah satu prinsip utama hukum perang adalah
pembagian penduduk (warga negara) negara dalam
keadaanperang atau yang sedang terlibat dalam konflik
senjata (armed conflict) dalam dua kategori, yaitu kombatan
(combatant) dan penduduk sipil (civiliants). Prinsip membagi
penduduk dalam dua golongan ini disebut prinsip pembeda
(distinction principle).28
Pembagian ini perlu diadakan karena Hukum Perang
menentukan bahwa masing-masing golongan mempunyai hak
dan kewajiban yang berbeda-beda.29 Di daerah-daerah di mana
warga sipil terkena dampak konflik ketika menerima bantuan
28 Prof. KGPH. Haryomataram, S. H., Pengantar Hukum Humaniter,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.73. 29 Ibid. hal. 162.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 187
kemanusiaan, perempuan dan anak perempuan dipaksa untuk
memberikan imbalan seksual dan siap untuk menerima bagian
dari bantuan kemanusiaan. Untuk alasan ini, peran penjaga
perdamaian wanita sangat penting untuk mengatasi masalah
yang terkait dengan kekerasan berbasis gender (Gender Based
Violence) dan kekerasan seksual terkait konflik (Conflict
Related Sexual Violence).
Perempuan pemelihara perdamaian adalah anggota misi
penjaga pemeliharaan perdamaian PBB yang memiliki
berbagai peran dan tugas yang sangat penting. Sebagai penjaga
perdamaian, perempuan pemelihara perdamaian yang
mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa di suatu negara untuk
membantu memulihkan kepercayaan orang-orang yang
trauma konflik.
Perempuan ditempatkan di semua bidang - polisi, militer
dan sipil - dan telah membuat dampak positif pada lingkungan
penjaga perdamaian, termasuk dalam mendukung peran
perempuan dalam membangun perdamaian dan melindungi
hak-hak perempuan.
Di semua bidang pemeliharaan perdamaian, perempuan
penjaga perdamaian sudah membuktikan bahwa mereka
mampu memainkan peran yang sama di bawah standar dan
kondisi sulit yang sama, seperti rekan-rekan pria mereka.
Suatu keharusan operasional bahwa PBB merekrut dan
mempertahankan pasukan penjaga perdamaian wanita.30
Saat ini hanya 6% dari semua personel militer, polisi dan
peradilan yang berseragam dan koreksi dalam misi lapangan
adalah perempuan. Ini menunjukkan bahwa meskipun peran
perempuan dalam menjaga perdamaian sangat krusial,
30Paramasatya, S. Peran Penjaga Perdamaian Wanita dalam Proses
Bina-Damai: Studi Kasus Operasi Perdamaian Monusco. Global South Review. Vol 2 No 1. 2017. hal 53.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 188
keterlibatan perempuan dalam proses perdamaian masih
sangat terbatas.
Berdasarkan analisa dari UN Women, sebanyak 1.187
perjanjian perdamaian tahun 1990-2018, wanita hanya
mencakup 3% dari mediator; 13 % dari negosiator dan 5%
saksi dan penandatangan dalam semua proses perdamaian
yang tercatat. Jumlah ini tentunya harus dapat ditambah
karena perempuan dapat memainkan peran kunci dalam
menjaga perdamaian melalui perannya di bidang ekonomi,
sosial dan budaya.
Menurut UN Women Statistics, keterwakilan perempuan
dapat menjamin keberlanjutan dan peningkatan kualitas
perjanjian damai menjadi 35% lebih baik, hasil perjanjian
damai cenderung bertahan 15 tahun lebih lama dibandingkan
sebelum adanya perempuan dalam proses perdamaian, serta
ketentuan perjanjian yang mencakup reformasi politik dan
pembangunan 40% lebih banyak.31Peran khusus yang
dimainkan perempuan penjaga perdamaian dinilai berpotensi
melengkapi peran kemanusiaan, terutama dalam
berkomunikasi dengan perempuan dan anak-anak.32
Indonesia menggarisbawahi tiga hal guna memastikan
keterlibatan perempuan dalam keamanan dan perdamaian.
Pertama, menekankan pentingnya partisipasi perempuan
sebagai agen perdamaian dan toleransi. Kedua, menggandakan
upaya pengarusutamaan peran perempuan dalam agenda
perdamaian di Kawasan. Ketiga, membangun dan
31 UN WomenStatisctic. 32 Firohmatillah, Zulvyanie Pilgrimmy, and Arfin Sudirman. Peran
Korps Wanita TNI Sebagai Pasukan Pemeliharaan Perdamaian PBB Dalam Humanitarian Assistance Di Lebanon. Vol 4 No 2. 2019. hal. 139.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 189
mengembangkan jaringan negosiator dan mediator
perempuan di Kawasan.
Untuk meningkatkan presentase perempuan dalam misi
pemeliharaan perdamaian, kita perlu mempunyai komitmen
politik yang kuat untuk berinvestasi dalam hal-hal yang dapat
meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan
keputusan nasional dan setiap proses perdamaian yang dapat
diterapkan melalui pembuatan dan pelaksanaan kebijakan
yang sesuai dengan hak-hak perempuan (kesetaraan dan non-
diskriminasi), reformasi budaya dan sumber daya yang
memadai.
D. Simpulan
Penjagaan Perdamaian PBB membantu negara-negara
yang dilanda konflik menciptakan kondisi untuk perdamaian
abadi. Penjagaan perdamaian telah terbukti menjadi salah satu
alat PBB yang paling efektif untuk membantu negara-negara
tuan rumah menavigasi jalan yang sulit dari konflik ke
perdamaian. Sebagai penjaga perdamaian, perempuan
pemelihara mewakili Perserikatan Bangsa-Bangsa di sebuah
negara untuk membantu memulihkan kepercayaan orang-
orang yang dilanda konflik. Perempuan ditempatkan di semua
bidang - polisi, militer dan sipil - dan telah membuat dampak
positif pada lingkungan penjaga perdamaian, termasuk dalam
mendukung peran perempuan dalam membangun perdamaian
dan melindungi hak-hak perempuan. Partisipasi perempuan
dapat menjamin keberlanjutan dan peningkatan kualitas
perjanjian damain menjadi 35% lebih baik, hasil perjanjian
damai cenderung bertahan 15 tahun lebih lama dibandingkan
sebelum adanya perempuan dalam proses perdamaian, serta
ketentuan perjanjian yang mencakup reformasi politik dan
pembangunan 40% lebih banyak. Indonesia menggarisbawahi
tiga hal guna memastikan partisipasi perempuan dalam
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 190
keamanan dan perdamaian. Namun, jumlah personel
perempuan dalam MPP PBB saat ini terbilang sangat rendah
dan PBB sebaiknya merekrut lebih banyak dan
mempertahankan personel perempuan dalam misinya. Untuk
meningkatkan jumlah perempuan dalam misi penjaga
perdamaian, kita membutuhkan komitmen politik yang kuat
untuk berinvestasi dalam hal-hal yang dapat meningkatkan
peran perempuan dalam pengambilan keputusan nasional dan
proses perdamaian yang dapat diterapkan melalui pembuatan
dan pelaksanaan kebijakan yang sesuai dengan hak-hak
perempuan (kesetaraan dan non-diskriminasi), reformasi
budaya dan sumber daya yang memadai.
Referensi
Instrumen Hukum
Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination Against Women 1979
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 Resolusi DK PBB 1325 The Beijing Declaration and Platform for Action 1995
Buku
Kusmawati Hatta. Trauma dan Pemulihannya: suatu kajian
berdasarkan kasus pasca konflik. Dakwah Ar-Rariny
Press. Banda Aceh. 2016. ISBN : 978-602-60756-3-5.
Marsha A. Freeman. Christine Chinkin, Beate Rudolf: The UN
Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women.
Peter Mahmud Marzuki. Penelitian Hukum. Jakarta.
Prenadamedia Grup. 2005
Prof. KGPH. Haryomataram, S.H. Pengantar Hukum Humaniter,
PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Peran Perempuan Dalam Misi…
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 191
Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif
(Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2001.
Artikel/Jurnal
Firohmatillah, Zulvyanie Pilgrimmy, and Arfin Sudirman. Peran
Korps Wanita TNI Sebagai Pasukan Pemeliharaan
Perdamaian PBB Dalam Humanitarian Assistance Di
Lebanon. Vol 4 No 2. 2019. hal. 139.
International Programs-Historical Estimates of World
Populations-U.S. Cencus Bureau. 2018.
Kusniati, Retno. Integrasi Standar Perlindungan,
Penghormatan, dan Pemenuhan HAM Dalam Tugas dan
Fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Media.Neliti.com. April 2010. hal. 80.
Mumtazinur.Peran Perempuan dalam Proses Pemulihan
Perdamaian di Burundi melalui Penerapan Resolusi
1325 Dewan Keamanan PBB. Vol.3. No.1, 2017. hal. 89
Paramasatya, S. Peran Penjaga Perdamaian Wanita dalam Proses Bina-Damai: Studi Kasus Operasi Perdamaian Monusco. Global South Review. Vol 2 No 1. 2017. hal. 53.
Laman
https://kemlu.go.id/. Diakses pada 9 Juli 2020
https://peacekeeping.un.org/en/principles-of-peacekeeping.
Diakses pada 8 Juli 2020.
https://unwomen.org. Diakses pada 11 Juli 2020
https://www.un.org/en/sections/un-charter/chapter-
i/index.html. Diakses pada 8 Juli 2020.
https://www.helpguide.org/articles/ptsd-trauma/coping-
with-emotional-and-psychological-trauma.htm.
Diakses pada 4 Juli 2020.
https://peacekeeping.un.org/en. Diakses pada 9 Juli 2020.
Nurul Istiana Hasan & Akbar Kurnia Putra
Uti Possidetis: Journal of International Law, Vol. 1, No. 2 (2020) 192
https://peacekeeping.un.org/sites/default/files/capstone_eng
_0.pdf. Diakses pada 9 Juli 2020.
https://www.nobelprize.org/prizes/peace/1988/summary/.
Diakses pada 8 Juli 2020.
https://www.nationalww2museum.org/students-
teachers/student-resources/research-
starters/research-starters-worldwide-deaths-world-
war . Diakses pada 7 Juli 2020.
https://www.un.org/securitycouncil/. Diakses pada 9 Juli
2020.
https://www.un.org/womenwatch/daw/cedaw/. Diakses
pada 10 Juli 2020