PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN...
Transcript of PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL DAN...
[1]
PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN INDUSTRI KECIL
DAN STRATEGI PEMASARAN BERBASIS ANALISIS SWOT
(Pada Industri Kecil Genteng, Kayu Mebel, dan Bordir di Kabupaten
Probolinggo)
Abdul Haris
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstract: Probolinggo has the potential to market the products of the flagship product in the
form of small industries. To market the product needs a means of information so that the
public knows for superior product performance results of small scale industries such as: tile
factory, wood furniture handicraft, embroidery and others.
The results of a small industrial flagship product is the author focuses on the tile industry
marketing area around Probolinggo, wooden furniture Probolinggo marketing area, Bali,
Susabaya and Malang. To Embroidery Probolinggo marketing area, Bali and exports to the
Middle East Deemed necessary to hold a development product (Product Development), which
aim to improve the competitiveness of small industries in the similar class. Eventually gained
some important achievements include: (1) increased market demand, (2) the continuity of the
product, (3) increased productivity, (4) Cost of goods can be suppressed, (5) Operating
income increases.
Keywords: small industrial product development based markingstrategy and analysis SWOT
Deputi Pemasaran Kementerian Koperasi dan
UKM Sri Ernawati dalam harian Bisnis
Indonesia (2006) mengatakan pemerintah
berupaya menciptakan 70.000 koperasi yang
berkualitas dan enam juta usaha kecil menengah
(UKM) baru yang profesional. Menurut dia,
koperasi dan UKM merupakan tulang punggung
ekonomi nasional dan akan diupayakan menjadi
pelaku dominan yang memiliki porsi terbesar
dalam pembangunan ekonomi bangsa. Untuk
itu, keberadaan lembaga ini sangat penting dan
perlu terus diupayakan peningkatan kualitasnya.
Pemerintah, menurut dia, akan terus memberi
dorongan atau dukungan dalam bentuk bantuan
permodalan, manajemen dan pemasaran.
Perhatian pemerintah pada lembaga
ekonomi ini cukup beralasan karena sektor
ekonomi ini paling besar menyerap tenaga kerja,
di sisi lain koperasi dan UKM dianggap paling
mampu mendorong sektor ekonomi riil.
Kabupaten Probolinggo terletak dikaki
Gunung Semeru, Gunung Argopuro dan
Pegunungan Tengger dengan luas wilayah
kurang lebih 1.696,17 kilometer persegi. Mata
pencaharian penduduk bekerja di sektor
pertanian sedangkan di daerah pantai seperti
kecamatan Tongas, Sumberasih, Dringu,
Gending, Pajarakan, Kraksaan dan Paiton
sebagian penduduknya bermata pencaharian
sebagai nelayan. Dari perkembangan
penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian
tersebut, semakin lama perannya cenderung
menurun dan tergeser oleh sektor non pertanian
2 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
seperti industri, perdagangan dan jasa yang
cenderung meningkat.
Menurut Nachrawi Ramli (2010), Prospek
ekonomi Indonesia pada tahun-tahun mendatang
memang diperkirakan terus membaik. Selain
ditandai dengan stabilitas pertumbuhan ekonomi
meningkat secara bertahap sekitar 6 persen
hingga 6,5 persenJuga bukan mustahil Indonesia
bisa mencetak pertumbuhan ekonomi hingga 7
persen tahun depan. Syaratnya, selain
menggenjot pertumbuhan di sektor investasi,
perdagangan internasional khususnya ekspor,
dan bujet belanja negara, pemerintah juga harus
fokus pada sirkulasi ekonomi yang menjadi
jantung nadi rakyat, yaitu usaha kecil dan
menengah (UKM). Terlebih, jika dilihat dari
kontribusi sektoral di tahun depan, dominasi
sektor UKM, seperti sektor industri kerajinan,
sektor perdagangan, dan sektor pertanian
mempunyai posisi signifikan dan strategis
sebagai sektor utama pertumbuhan PDB.
Di Kabupaten Probolinggo mempunyai
potensi produk unggulan dan industri kecil
produk unggulan beragam diantaranya : pabrik
genteng, kerajinan mebel kayu, bordir dan lain-
lain.
INDUSTRI KECIL
Industri kecil yang ada di Kabupaten
Probolinggo sebagai berikut :
Tabel 1 : Produk Unggulan Industri Kecil
Dari Tabel 1 Kabupaten Probolinggo
mempunyai potensi untuk memasarkan produk-
produk hasil masyarakat berupa produk
unggulan industri kecil. Untuk memasarkan
produk tersebut perlu sarana informasi agar
masyarakat tahu untuk unjuk produk unggulan
hasil industri kecil.
Kegiatan industri kecil ini
mempekerjakan kurang lebih 200 orang. Hasil
observasi ke industri kecil tentang produk
unggulan, kebanyakan pengusaha mempunyai
kendala dalam hal permodalan, misalnya :
industri genteng bantuan pemerintah yang
diperoleh berupa peralatan, tidak disertai
dengan modal keuangan berupa kredit lunak.
Ada juga beberapa industri kecil yang tidak
mendapat bantuan modal kerja tetapi cara
mengelolanya sudah cukup baik.
Dalam pengerjaan industri kecil bordir
terbentuk sub-sub kelompok untuk mengerjakan
order, masing-masing sub bekerjasama guna
menyelesaikan pesanan. Karena kalau
dikerjakan sendiri ada keterbatasan mesin
bordir. Untuk kerajinan kayu/mebel dalam
menyelesaikan pekerjaan melebihi kapasitas
kemampuan produksi di subkan ke pengerajin
kayu yang lain. Begitu juga pengusaha industri
genteng berjumlah 10 buah yang terletak atau
berkelompok di kecamatan Gending, kwalitas
produknya tidak kalah dengan buatan genteng
Karangpilang.
Berikut daerah pemasaran produk
unggulan industri kecil di Kabupaten
Probolinggo sebagai berikut :
Konveksi dan bordir, daerah pemasaran :
Probolinggo, Bali, ekspor Timur Tengah.
Kerajinan kayu/mebel, daerah pemasaran :
Probolinggo, Bali, Surabaya, Malang.
Genteng , daerah pemasaran : Probolinggo.
SRATEGI PEMASARAN
Menurut Umar (2008), manajemen
strategis adalah seni dan ilmu untuk pembuatan
(formulating), penerapan (implementing) dan
evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan
antarfungsi yang memungkinkan sebuah
organisasi mencapai di masa yang akan datang.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 3
Pengusaha secara umum mempunyai
tujuan yang sama, tetapi strategi yang
ditempuhnya berbeda-beda. Pada pokoknya,
strategi ini ditempuh berdasarkan suatu tujuan.
Tujuan perusahaan (yang menganut
konsep pemasaran masyarakat) adalah
memberikan kepuasan kepada pembeli dan
masyarakat yang lain dalam pertukarannya
untuk mendapatkan sejumlah laba, atau
perbandingan antara penghasilan dan
biaya yang menguntungkan
Strategi, adalah suatu rencana yang
diutamakan untuk mencapai tujuan
tersebut. Beberapa perusahaan mungkin
mempunyai tujuan yang sama, tetapi
strategi yang dipakai untuk mencapai
tujuan tersebut dapat berbeda. Jadi,
strategi ini dibuat berdasarkan suatu
tujuan.
Taktik, adalah tahap-tahap atau
langkah-langkah tertentu yang dipakai
untuk melaksanakan strategi. Jika
manajemen sudah merumuskan tujuan dan
strateginya, maka ia berada dalam posisi
untuk menentukan taktik.
Strategi pemasaran memerlukan
keputusan-keputusan dari manajemen
tentang elemen-elemen marketing mix
perusahaan. Sedangkan taktik itu hanya
merupakan program tertentu untuk jangka
pendek saja. Kedua istilah strategi dan
taktik tersebut sama-sama menghendaki
keputusan-keputusan di bidang perencanaan
barang, penetapan harga, distribusi, dan
promosi. Hubungan-hubungan yang terjadi
antara tujuan, strategi, dan taktik dapat
dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tujuan, Strategi dan Taktik
Pemasaran.
Strategi adalah suatu rencana yang
diutamakan untuk mencapai tujuan, Dalam
pemasaran, strategi yang ditempuh oleh
pengusahaterdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu :
(1) memilih konsumen, (2) mengidentifikasi
keinginan pelanggan, (3) menentukan
marketing mix.
Permintaan Pasar
Alfred Marshall (1842-1924) dalam
bukunya Principles of Economics, yang
diterbitkan tahun 1890 menjelaskan bahwa
permintaan dan penawaran secara simultan
menentukan harga. Marshall percaya bahwa
permintaan dan penawaran secara bersama-
sama menentukan harga dan kuantitas
keseimbangan suatu barang. Evaluasi pasar dan kesempatan
pemasaran, dimulai dengan melihat permintaan
pasar. Kemudian, apa yang dimaksud dengan
permintaan pasar yaitu “Permintaan pasar bagi
suatu produk adalah volume total yang akan
dibeli oleh kelompok pembeli tertentu di daerah
geografis tertentu, pada saat tertentu, dalam
lingkungan pemasaran tertentu, dan program
pemasaran tertentu pula”. Permintaan pasar
4 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
mempunyai 8 unsur harus dipenuhi oleh
produsen : (1) produk, (2) volume, (3) jumlah
pesanan, (4) kelompok pembeli, (5) geografis,
(6) delivery time, (7) lingkungan pemasaran, (8)
program pemasaran.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
permintaan pasar antara lain adalah : (1) harga
produk, (2) kualitas produk, (3) harga produk
lain, (4) penghasilan pembeli, (5) selera
pembeli.
Faktor-faktor tersebut, perlu ditambahkan
adanya faktor penentu non-harga, seperti : (1)
usaha periklanan, (2) usaha penjualan dengan
salesman.
Pengembangan Produk
Kotler dalam bukunya Marketing
Management (2009) mengemukakan bahwa
ada delapan proses pengembangan produk baru
yaitu mencakup: pemunculan gagasan (idea
generation), penyaringan gagasan (idea
screening), pengembangan dan pengujian
konsep (concept development and testing),
pengembangan strategi pemasaran (marketing
strategy development), analisis bisnis
(business analysis), pengembangan produk
(product development), pengujian pasar
(market testing), dan komersialisasi
(commercialization).
Jumlah produksi di tentukan oleh hasil
survei pasar di analisis seberapa banyak jumlah
barang yang akan di produksi. Semakin banyak
kebutuhan pasar atau permintaan semakin
sebanding produk yang di hasilkan. Seperti pada
gambar di bawah ini menunjukkan faktor-faktor
pengguna/pembeli barang yang berpengaruh
terhadap pengembangan produk.
Gambar 2. Proses Pengembangan Produk.
Pada Gambar 2 bahan terdiri dari input -
proses produksi - output apabila hal tersebut
terjadi dengan sempurna maka perlu dilakukan
pengembangan produk (product development)
dengan beberapa alasan dan pertimbangan
bahwa kontinyuitas pesanan terjamin, kualitas
sesuai dan daya beli terjangkau.
Kontinyuitas hasil produk dipandang
perlu diadakan suatu pengembangan produk
(Product Development) yang tujuannya untuk
meningkatkan daya saing di kelas industri
kecil sejenis. Pada akhirnya diperoleh
pencapaian beberapa hal penting diantaranya :
(1) Permintaan pasar meningkat, (2)
Kontinyuitas produk, (3) Produktivitas
meningkat, (4) Harga pokok dapat ditekan, (5)
Laba usaha bertambah.
KONSEPTUAL
Berdasar tinjauan pustaka, nampak bahwa
peranan strategi guna mencapai tujuan maka
daya beli harus terjangkau, kualitas produk
sesuai selera konsumen, tingkat pencapaian
laba. Karena pasar merupakan pusat perhatian
untuk semua keputusan yang menyangkut
penjualan, maka dapat dikatakan bahwa produk
itu sendiri dapat memberikan keputusan-
keputusan mengenai harga, promosi, dan
distribusi.
Tetapi faktor kendali yang dipengaruhi
oleh geografis juga sangat berpengaruh terhadap
kuantitas barang yang diproduksi, karena
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 5
masyarakat sebagai pembeli mempunyai
fanatisme terhadap produk tertentu.
Agar peranan perencanaan produksi dan
pemasaran dapat seimbang diperlukan
marketing mix, yaitu berdasarkan kebutuhan
pasar yang dipakai sebagai dasar untuk
menentukan macam produknya, demikian pula
keadaan pasar terhadap berbagai macam
alternatif harga, promosi, dan distribusi.
Model yang dipakai untuk menganalisa
faktor-faktor yang ada dalam sebuah elemen
analisa tentang produk sebagai berikut : (1)
aktivitas pengusaha, (2) kondisi, (3) bentuk
model usaha, (4) cara mengembangkan jaringan.
Dari keempat faktor tersebut diatas yang
harus dipertimbangkan untuk menganalisa
secara efektif tentang produk. Faktor-faktor
tersebut merupakan bagian atau elemen yang
ada dalam permasalahan untuk mengambil
langkah-langkah dalam mengambil keputusan
oleh pengusaha produk unggulan industri kecil
sebagai berikut :
1. Aktivitas
Pengambilan keputusan diawali
dengan dengan mengalanisa pasarnya.
Dengan analisa pasar ini memberikan
kemungkinan pemilik usaha yang sekaligus
pemasar untuk mengidentifikasikan
kebutuhan dan keinginan para pembeli.
Jadi, analisa pasar ini membuka
kesempatan untuk memperkenalkan produk
baru yang menguntungkan ataupun untuk
mengubah, memperbaiki, melengkapi
produk yang ada.
2. Kondisi para pelaku usaha
Faktor lingkungan harus berusaha
memanfaatkan secara penuh kesempatan
yang ada. Faktor-faktor lingkungan ekstern
seperti : demografi, kondisi perekonomian,
sosial dan kebudayaan, politik dan hukum,
teknologi, dan persaingan.
3. Bentuk-bentuk model usaha
Secara umum bentuk-bentuk model
dari masing-masing usaha ini dikaitkan
dengan sub-faktor seperti berikut ini :
pengembangan investasi, laba, market
share.
Tabel 2 : Form untuk Menganalisa Model
Usaha
4. Cara mengembangkan jaringan pemasaran
produk
Setelah menetapkan tujuan
produknya, maka pengembangan jaringan
pemasaran harus tercapai. Dalam hal ini,
produsen dihadapkan kepada tiga masalah
yang harus dipertimbangkan, yaitu :
a) Sub-faktor pemasaran manakah yang
harus dikembangkan untuk
produk/setiap produk yang ditawarkan?
Apakah produk tersebut diiklankan
atau tidak?
Apakah produk tersebut harus
disimpan dulu atau langsung
dikirim?
b) Dari dua pilihan tersebut diatas, Sub-
faktor manakah yang tepat untuk
diambil ? Jika pada awal sudah
diputuskan untuk mengiklankan produk
tertentu, sekarang perlu menentukan
media manakah yang akan digunakan :
surat kabar, majalah, atau radio dan
seterusnya. Jika tidak menggunakan
iklan tidak masalah.
c) Pertimbangan ketiga adalah
mengembangkan usaha pemasaran
keseluruhan untuk produk tersebut.
Yang didasarkan pada elemen-elemen
marketing mix secara individual seperti
penyusunan anggaran periklanan,
spesifikasi kegiatan personal selling,
dan sebagainya.
6 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Strategi Pemasaran
Industri kecil di Kabupaten Probolinggo
beraneka ragam menjadi sebagai tolok ukur
bahwa kreatifitas sumberdaya manusia.
Strategi pemasaran hasil produk yang
harus dilakukan : (1) promosi hasil produk, (2)
menarik calon pembeli, (3) harga bersaing, (4)
kualitas memenuhi selera pembeli, (5)
penyalurannya tepat waktu, (6) pelayanan
memuaskan. Ke lima hal tersebut merupakan
syarat yang harus dipenuhi secara konsisten
sesuai standard operating procedure (SOP).
Gambar 3. Tempat Promosi salah satu
Strategi Pemasaran.
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini kemudian di analisis
berdasarkan proposal yang telah di buat, tetapi
ada beberapa tool atau alat untuk menganalisis
menggunakan sistim pembobotan analisis
SWOT sebagai berikut :
Tabel 3 : Produsen Genteng
Tabel 4 : Jenis Pengerajin Kayu dan Asal
Pemesan
\
Tabel 5 : Unit Usaha Bordir
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 7
METODE
Setelah melakukan observasi dan evaluasi
ke masing-masing industri kecil menggunakan
Analisis SWOT.
Tabel 6 : Kalkulasi Biaya Produksi, Penjualan,
Laba (per 1000 genteng)
Tabel 6 menunjukkan bahwa komponen
biaya bahan baku, bahan bakar dan ongkos kerja
sebesar Rp. 333.750,- (biaya tersebut tidak
termasuk biaya penyusutan). Komponen biaya
bahan bakar kayu untuk membakar genteng
37,45% (kayu), minyak solar 22,47% sebagai
bahan bakar mesin press. Genteng yang sudah
di bakar siap untuk di jual, sistim penjualan
dilakukan sampai di tempat pembeli (franko),
laba (profit) sebesar Rp. 116.250,-/1000
genteng. Rata-rata jumlah produk yang di
hasilkan oleh masing-masing pabrik genteng
berkisar antara 5.000 s/d 10.000 genteng per
bulan.
Analisis SWOT
Hasil analisis SWOT secara
keseluruhan dapat dilihat pada posisi sebagai
suatu lembaga/unit usaha dari sisi :
1) Kekuatan (Strength) yang dimiliki, serta
Kelemahan (Weakness) internal yang ada.
2) Peluang (Opportunity) yang ada serta
Ancaman (Threats) yang dihadapi.
Untuk mengatasi kelemahan dan
ancaman yang dihadapi perlu memanfaatkan
secara optimal kekuatan (strength) yang dimiliki
dan peluang (opportunity) dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 : Penilaian Tingkat Kesiapan
Analisa SWOT menghasilkan nilai bobot
dari faktor internal dan eksternal, kemudian
menentukan posisi kuadrant sumber daya
manusia pada saat ini di Departemen
Pemasaran. Terdapat empat kuadrant dalam
melaksanakan strategi dasar, yaitu :
Kuadrant I : Pertumbuhan (Growth)
Pada posisi ini perusahaan kesempatan
untuk pengembangan usaha untuk mengatasi
ancaman. Kebijakan awal bagi perusahaan
adalah sebanyak mungkin merebut
kesempatan pasar yang mencakup strategi
pertumbuhan yang stabil (growth strategy),
strategi pertumbuhan cepat (rapid growth
strategy), strategi integrasi vertikal, dan
sebagainya.
Kuadrant II : Stabilisasi/Rasionalisasi (Strategy)
Keadaan posisi ini secara keseluruhan
kesempatan mengembangkan usaha guna
mengatasi ancaman yang ada, secara internal
perusahaan memiliki keselamatan yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan
keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik
adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan
pasar. Semua pola kebijakan yang memiliki atau
memenuhi sifat tersebut mendorong
pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster
pertumbuhan.
8 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Kuadrant III : Bertahan (Survival)
Keadaan posisi ini secara keseluruhan
kesempatan untuk bertahan dan tidak
mengembangkan usahanya guna mengatasi
ancaman yang ada.
Kuadrant IV : Deversifikasi (Deversification)
Pada posisi ini secara keseluruhan
kesempatan untuk mencari pola baru dengan
jalan deversifikasi produk.Posisi dari keempat
kuadran seperti pada Gambar 6.
Gambar 6. Penentuan posisi dasar
Strategis
Sasaran Pokok
Ada 3 kemungkinan sasaran yaitu :
(1) meningkatkan laba, (2) meningkatkan
pendapatan, (3) meningkatkan jumlah
penjualan.
Langkah-langkah sasaran pokok sebagai
berikut :
a) Membuat tabel penentuan skor kesiapan
faktor pada Tabel 9 sampai Tabel 14,
kriteria tertinggi skor 5 untuk kriteria
terendah skor 0.
b) Mengisi bobot dalam satuan prosen (%)
terhadap Sub-sub fungsi terpilih, dan
memberi rating sesuai situasi dan kondisi
yang ada di masing-masing unit usaha.
c) Menentukan posisi pada gambar absis dan
ordinat pada masing-masing unit industri
kecil yang ada (titik di kuadrant mana
posisi strategis yang terjadi).
Analisis SWOT
Langkag selanjutnya menganalisis faktor-
faktor internal dan eksternal terhadap produk
unggulan industri kecil Genteng, Kayu/Mebel,
dan Bordir dalam bentuk tabulasi :
Tabel 9 : Analisis SWOT – Faktor Internal
(Strength-Weakness) untuk Pengusaha Genteng
Pada Tabel 9 diperoleh bahwa standard
nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
nilai realisasi faktor internal 24 dan bobot 2,6.
Tabel 10 : Analisis SWOT - Faktor Eksternal
(Opportunity-Threat) untuk Pengusaha Genteng
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 9
Pada Tabel 10 diperoleh bahwa
standard nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil
observasi nilai realisasi faktor eksternal 36 dan
bobot 4.
Tabel 11 : Analisis SWOT – Faktor
Internal (Strength & Weakness) untuk
Pengerajin Kayu Mebel
Pada Tabel 11 diperoleh bahwa standard
nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
nilai realisasi faktor internal 28,4 dan bobot 3,5.
Tabel 12 : Analisis SWOT – Faktor
Eksternal (Opportunity & Threats) untuk
Pengerajin Kayu Mebel
Pada Tabel 12 diperoleh bahwa standard
nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
nilai realisasi faktor eksternal 36 dan bobot 3,8.
Tabel 13 : Analisis SWOT – Faktor
Internal (Strength-Weakness) untuk
Pengusaha Bordir
Pada Tabel 13 diperoleh bahwa standard
nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
nilai realisasi faktor internal 33,5 dan bobot 1,9.
Tabel 14 : Analisis SWOT - Faktor
Eksternal (Strength-Weakness) untuk Pengusaha
Bordir
10 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pada Tabel 14 diperoleh bahwa standard
nilai jumlah nilai 50, bobot 5. Hasil observasi
nilai realisasi faktor eksternalnal 30 dan bobot
3,3
Posisi Industri Kecil Berbasis
Analisis SWOT
Dari Tabel 9 sampai dengan Tabel 14 di
Kabupaten Probolinggo khusus ketiga jenis
pengusaha industri kecil (Genteng, Pengerajin
Kayu & Mebel, dan Bordir) dari hasil Analisis
SWOT didapatkan hasil dapat dilihat pada
Gambar 7.
Gambar 7. Posisi Industri Kecil
(Genteng, Kayu dan Mebel, Bordir) Di
Kabupaten Probolinggo.
Gambar 7 menunjukkan potret dari
industri kecil (Genteng, Kayu & Mebel, Bordir),
selanjutnya dapat dianalisis sebagai berikut :
Pengusaha industri kecil Genteng :
faktor internal (Strength – Weakness), standard
bobot 5 hasil analisis 2,6 dengan consumpiton
figures realisasi terhadap standard 52%. Faktor
eksternal (Opportunity – Threats) , standard
bobot 5 hasil analisis 4 dengan consumpiton
figures realisasi terhadap standard 8%. Posisi
pada kuadrant II Agresife, pengusaga genteng
berpeluang untuk pengembangan usaha untuk
mengatasi kelemahan. Kebijakan bagi
pengusaha adalah sebanyak mungkin
merebut kesempatan pasar (market strategy).
Pengusaha industri kecil Kayu Mebel :
faktor internal (Strength – Weakness), standard
bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton
figures realisasi terhadap standard 66%. Faktor
eksternal (Opportunity – Threats) , standard
bobot 5 hasil analisis 3,8 dengan consumpiton
figures realisasi terhadap standard 76%. Posisi
pada kuadrant I salable growt, pengusaga
genteng berpeluang untuk pengembangan usaha
untuk mengatasi ancaman. Kebijakan bagi
pengusaha adalah sudah mulai dipikirkan
menggunakan bahan baku kayu non-jati, dan
penanaman pohon kayu keras serta sebanyak
mungkin merebut kesempatan pasar sempurna
(growth strategy).
Pengusaha industri kecil Bordir : faktor
internal (Strength – Weakness), standard bobot
5 hasil analisis 1,9 dengan consumpiton figures
realisasi terhadap standard 38%. Faktor
eksternal (Opportunity – Threats) , standard
bobot 5 hasil analisis 3,3 dengan consumpiton
figures realisasi terhadap standard 66%. Posisi
pada kuadrant II selective maintenance,
pengusaha berpeluang mengembangkan usaha
guna mengatasi kelemahan yang ada, secara
internal perusahaan mengkaji investasi karena
mempunyai peluang pasar yang besar (large
market opportunity).
Pengembangan Industri Kecil
Dimasa Mendatang
Dari hasil analisis terhadap industri kecil
yang ada di Kabupaten Probolinggo, perlu
pembinaan terhadap para pengrajin/pengusaha
industri kecil. Pembinaan yang dimaksud adalah
meningkatkan kwalitas hasil produksi, omzet
penjualan, harga jual yang kompetitif, dan
promosi. Oleh sebab itu perlu adanya perubahan
sistim manajemen dan peningkatan kompetensi
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 11
sumberdaya manusia dari sistim tradisional
menjadi professional. Jumlah peralatan kerja
yang di miliki oleh masing-masing unit usaha
perlu penambahan mesin (contoh : unit usaha
bordir, job order lebih banyak di banding
dengan realisasi produksi/penyelesaian).
Karena industri kecil perlu pembinaan
oleh pemerintah, maka perlu diidentifikasi hal-
hal yang mempengaruhi efisiensi, efektif dan
produktivitas kerja industri kecil. Setelah
diidentifikasi selanjutnya dicarikan solusi/jalan
keluarnya. Berikut ini gambar untuk
meningkatkan industri kecil.
Tabel 15 : Pengembangan Industri Kecil di
Masa Mendatang
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan
penelitian, hipotesis, analisis dan pembahasan
yang telah dipaparkan di bagian awal
berdasarkan analisis SWOT, pada bagian ini
akan ditutup dengan kesimpulan dan saran.
Adapun yang bisa ditarik sebagai berikut :
Unit usaha Genteng, pengelolaannya
dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata
produk genteng per bulan 5000-10.000 genteng/
unit, dengan tingkat laba Rp. 116.250,- per 1000
genteng.
Unit usaha Pengrajin Kayu Mebel,
dalam mengelola unit ini dipengaruhi oleh 17
sub-faktror. Produk-produk yang di kerjakan
berdasar job order (kursi/meja belajar untuk
sekolah, mebeler rumah tangga, kusen, daun
pintu, lain-lain sesuai pesanan).
Unit usaha Bordir, dalam mengelola unit
dipengaruhi oleh 18 sub-faktor. Rata-rata
kemampuan pengerjaan border 80 baju per
bulan. Kemudian job order unit usaha bordir
kelebihan order di bandingkan realisasi
produksinya.
Kondisi para pelaku usaha produk
unggulan industri kecil yang ada : Unit usaha
Genteng, kondisi Harga Pokok Produksi sebesar
Rp. 333.750,- per 1.000 genteng dan laba usaha
Rp. 116.250,- per 1.000 genteng. Unit usaha
Pengrajin Kayu dan Mebel kondisinya cukup
eksis terbukti dengan job order yang di kerjakan
dari daerah Probolinggo, luar Probolinggo
(Malang, Surabaya, Bali, dan Jakarta), dengan
jenis barang yang di pesan berupa kursi/meja
belajar untuk sekolah, mebeler rumah tangga,
kusen, daun pintu. Unit usaha Bordir terdapat ±
8 unit, jumlah pesanan lokal dan ekspor selalu
ada boleh dikatakan pengerjaan bordir
berdasarkan job order. Kapasitas pesanan lebih
banyak dibanding kapasitas mesin. Kalau
mengerjakan tanpa job order di perlukan modal
sendiri rata-rata per unit usaha Rp. 5 juta.
Bentuk-bentuk model usaha : Unit usaha
Genteng mempunyai keterbatasan modal kerja
walaupun secara teknis kualitas dalam
pembuatan genteng cukup menguasai,
memproduksi genteng sejak tahun 1985 kualitas
dapat bersaing dibanding produk genteng dari
luar Probolinggo yang ada di toko-toko
bangunan. Pengrajin Kayu dan Mebel bahwa
bentuk model usaha ini memerlukan ketekunan
dan keuletan. Bahan baku kayu jati semakin
Uraian
Pembinaan Peserta/Kepada Materi Implikasi
Pelatihan 1. Pekerja Cara pengerjaan secara teknis Meningkatkan kompetensi
2. Administratur Biaya produksi, BEP Bisa mengevaluasi laba/rugi
Studi Banding Pengusaha Ke unit usaha yang sukses Mempunyai wawasan
Bantuan :
Peralatan Kerja Pengusaha Menambah peralatan kerja Produktivitas meningkat
Modal Kerja Pengusaha Pinjam bunga ringan, bantuan Usaha berkembang
cuma-Cuma
Tempat Promosi Pengusaha Memberi tempat unjuk kerja Dikenal oleh calon konsumen
di tepi jalan, web site lokal/manca negara
Pemasaran Pengusaha Informasi kepada pengusaha Hasil produk bisa bersaing
mencarikan solusi pemasaran
Evaluasi Para Pengusaha, Auditing Performance/kinerja bisa
dan para pekerja teridentifikasi guna pembinaan
Selanjutnya
12 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
tahun semakin langka, dan terus mengupayakan
menggunakan kayu non jati yang ramah
lingkungan misal kayu sengon yang mempunyai
umur pendek sekitar 5 tahun. Pengusaha Bordir
mempunyai modal kerja terbatas, memerlukan
ketekunan dan keuletan. Karena sekarang
kebanyakan mengerjakan bordir berdasarkan
ongkos kerja saja, bahan/kain bordir dari
pembeli.
Dalam mengembangkan jaringan
pemasaran produk-produk masing-masing : Unit
usaha Genteng, bahan baku (pasir dan tanah
liat) di press dan di cetak kemudian di
keringkan. Setelah kering di jual ke pembeli
sampai di tempat. Dalam pengembangkan
jaringan pasar pemerintah telah memberi
pengetahuan berupa studi banding ke Mojokerto
agar kwalitas lebih baik dari produk
sebelumnya. Unit usaha Pengrajin Kayu dan
Mebel dalam pengembangan usahanya
menerapkan kualitas sesuai pesanan. Harga
dapat terjangkau oleh konsumen dengan
pembayaran cash dan kredit. Pengusaha
Bordir, untuk meningkatkan dan pengenalan
Kabupaten Probolinggo terhadap produk
unggulan produk kwalitas ekspor yang sangat
diminati oleh pasar, sering ada tamu/pembeli
dari luar negeri yang datang sendiri ke desa
Selogudig karena hasil produk bordir
berkualitas internasional.
Saran
Dari hasil pembahasan analisis SWOT
yang diperoleh, ada beberapa saran dapat
penulis berikan sebagai berikut :
Usaha Genteng dengan Strategy Agresife,
pengusaga genteng berpeluang untuk
pengembangan usaha untuk mengatasi
kelemahan. Kebijakan bagi pengusaha adalah
sebanyak mungkin merebut kesempatan pasar
(market strategy).
Usaha Kayu Mebel pada posisi Growth,
Strength-Weakness (internal) dan Opportunity-
Threat (external) pada posisi ini perusahaan
berkesempatan untuk pengembangan usaha
untuk mengatasi ancaman. Kebijakan awal bagi
perusahaan adalah sebanyak mungkin
merebut kesempatan pasar yang mencakup
strategi pertumbuhan yang stabil (Growth
Strategy).
Usaha Bordir posisi Strategy, Strength-
Weakness (internal) dan Opportunity-Threat
(external) pada posisi ini perusahaan Keadaan
posisi ini secara keseluruhan kesempatan
mengembangkan usaha, secara internal
perusahaan memiliki keselamatan yang jauh
lebih besar dibandingkan dengan
keunggulannya. Pola awal kebijakan terbaik
adalah sebanyak mungkin merebut kesempatan
pasar. Semua pola kebijakan yang dimiliki atau
memenuhi sifat tersebut mendorong
pertumbuhan perusahaan yang disebut kluster
pertumbuhan.
Sangat diperlukan peran pemerintah turut
membina kepada unit usaha industri kecil yang
ada di Kabupaten Probolinggo khususnya.
Pembinaan yang di maksud memberi pelatihan,
studi banding ke industri kecil yang maju,
membantu peralatan kerja, membantu modal
kerja, dan mengevaluasi kinerja dari masing-
masing unit usaha tersebut.
DAFTAR RUJUKAN
Alfred Marshall (1842-1924), Principles of
Economics. diterbitkan tahun 1890.
Amstrong, Michael. 1988. A Hand Book of
Human Resourse Management. Alex
Media Komputindo. Gramedia. Jakarta.
Anthony, William P., Pamela L. Perrewe dan K.
Michele Kacmar. 1996. Strategic Human
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 13
Resource Management. Second Edition.
The Dryden Press.
Bache, John A. 1999. Penilaian Kinerja :
Marilah Kita Tinggalkan Penilaian dan
Memulai Pengkajian. Elex Media
Komputindo Jakarta.
Basu Swastha. 1983. Manajemen Pemasaran
Modern. Liberty, Yoyakarta.
Bernardin H. John dan Russel Joice E. 1993.
Human Resource Management, An
Experimental Approach, McGraw Hill,
International Edition.
Byars, L.L. dan Rue, L.W. 1984. Human
Resources Management. Richard D. Irwin
Inc. Illionis.
Certo, Samuel C. 1985. Management of
Organization and Human Resources, Wi.
C. Brown Publisers, Dubugue, Lowa.
David, F R. 2004. Manajemen Strategi :
Konsep-konsep. Edisi Sembilan. Indeks,
Jakarta.
Daranggi. 2009. Pengembangan Usaha Kecil
dan Menengah. Departemen Koperasi,
Pengusaha Kecil dan Menengah, Jakarta.
Dubrin, Andrew, J. 1989. Human Relation A
Job Oriented Approach, Fourth Edition,
Prentice Hall, Englewood Cliffs, New
Jersey.
Sri Ernawati, 2006. Peran UKM Dalam
perekonomian Indonesia. Harian Bisnis
Indonesia.
Gibson, 1996. Organisasi Perilaku Struktur dan
Proses, Jilid Dua Edisi kedelapan,
Binarupa Aksara Jakarta
Hadisaroso Poernomosidi, Mengenali Fungsi-
Fungsi Baku Perusahaan, Edisi Revisi,
Jakarta 1997.
Kotler, P. 2002. Manajemen Pemasaran, Edisi
Millenium. PT. Prehalindo, Jakarta.
Kotler, 2003. Marketing Management, Analysis,
Planning and Controle. Edisi kelima.
Prentice-Hall,
Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.
Kotler, P. Gary, A. 2008. Prinsip-prinsip
Pemasaran. Erlangga. Jakarta.
Nachrawi Ramli, 2010. Prospek Ekonomi
Indonesia.
Umar, H. 2008. Manajemen Stretegi in Action.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Korespondensi dengan Penulis:
Prof. Dr. Ir. R. Abdul Haris, MM: HP. 081939700100
E-mail: [email protected]
[14]
Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)
Oleh: Nanis Hairunisya
Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program nasional
pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan (PNPM-MPd) ditinjau dari pendidikan ekonomi
masyarakat. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan obyek
penelitian pelaksanaan PNPM-MPd di Kabupaten Probolinggo pada tahun 2011 – 2012. . Dilihat
dari pendidikan ekonomi masyarakat pelaksanaan PNPM-Md sudah cukup baik dalam arti bahwa
pemerintah sudah cukup memberikan rangsangan pada masyarakat berupa pinjaman modal tanpa
agunan agar masyarakat bisa berusaha secara mandiri mengembangkan usaha produktif
ekonominya. Namun yang menjadi kendala masih banyak anggota masyarakat yang tidak punya
kemampuan untuk berusaha secara mandiri atau berwirausaha.
Kata Kunci: Pendidikan Ekonomi Masyarakat, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd).
PENDAHULUAN
Program pemberdayaan masyarakat ini
memusatkan kegiatan untuk masyarakat miskin
di wilayah perdesaan Program ini menyediakan
fasilitasi pemberdayaan masyarakat,
kelembagaan lokal, pendampingan, pelatihan,
serta dana Bantuan Langsung untuk Masyarakat
(BLM) kepada masyarakat secara langsung.
Besaran dana BLM yang dialokasikan
tergantung jumlah penduduk . Seluruh anggota
masyarakat diajak terlibat dalam setiap tahapan
kegiatan secara partisipatif, mulai dari proses
perencanaan, pengambilan keputusan dalam
penggunaan dan pengelolaan dana sesuai
kebutuhan prioritas di desanya, sampai pada
pelaksanaan kegiatan dan pelestariannya.
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada
di bawah binaan Direktorat Jenderal
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD),
Kementerian Dalam Negeri. Program ini
didukung dengan pembiayaan yang berasal dari
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD), dana
pinjaman/hibah luar negeri dari sejumlah
lembaga pemberi bantuan dibawah koordinasi
Bank Dunia.
PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan
melalui upaya-upaya pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan
melalui tahapan-tahapan kegiatan berikut: (a)
Sosialisasi dan penyebaran informasi program.
Baik secara langsung melalui fórum-forum
pertemuan maupun dengan mengembangkan/
memanfaatkan media/ saluran informasi
masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan;
(b) Proses Partisipatif Pemetaan Rumahtangga
Miskin (RTM) dan Pemetaan Sosial.
Masyarakat diajak untuk bersama-sama
menentukan kriteria kurang mampu dan
bersama-sama pula menentukan rumahtangga
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 15
yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin
(RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk
membuat peta sosial desa dengan tujuan agar
lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya
desa mereka, yang berguna untuk mengagas
masa depan desa, penggalian gagasan untuk
menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan,
serta mendukung pelaksanaan kegiatan
pembangunan dan pemantauannya; (c)
Perencanaan Partisipatif di Tingkat Dusun, Desa
dan Kecamatan. Masyarakat memilih Fasilitator
Desa atau Kader Pemberdayaan Masyarakat
Desa (KPMD) - satu laki–laki, satu perempuan -
untuk mendampingi proses sosialisasi dan
perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat
peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas
dan fungsinya dalam mengatur pertemuan
kelompok, termasuk pertemuan khusus
perempuan, untuk melakukan penggalian
Menggagas Masa Depan Desa. Masyarakat
kemudian bersama sama membahas kebutuhan
dan prioritas pembangunan di desa dan
bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis
kegiatan pembangunan yang prioritas untuk
didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri
menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan
dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten
untuk memfasilitasi/membantu upaya
sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan
kegiatan. Usulan/ gagasan dari masyarakat akan
menjadi bahan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJMDes) (d) Seleksi/ Prioritas Kegiatan di
Tingkat Desa dan Kecamatan. Masyarakat
melakukan musyawarah di tingkat desa dan
kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan
prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini
terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk
menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan
yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan
akhir mengenai kegiatan yang akan didanai,
diambil dalam forum musyawarah antar-desa
(MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh
wakil–wakil dari setiap desa dalam kecamatan
yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah
open menu untuk semua investasi produktif,
kecuali yang tercantum dalam daftar larangan
(negative list). Dalam hal terdapat usulan
masyarakat yang belum terdanai, maka usulan
tersebut akan menjadi bahan kajian dalam
Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD);
(e) Masyarakat Melaksanakan Kegiatan Mereka.
Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih
anggotanya sendiri untuk menjadi Tim
Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk
mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang
bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan
program. Fasilitator Teknis PNPM Mandiri
Perdesaan akan mendampingi TPK dalam
mendisain sarana/ prasarana (bila usulan yang
didanai berupa pembangunan infrastruktur
perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi
mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat
dalam pembangunan sarana/ prasarana tersebut
berasal dari warga desa penerima manfaat; (f)
Akuntabilitas dan Laporan Perkembangan.
Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus
memberikan laporan perkembangan kegiatan
minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa,
yakni sebelum program mencairkan dana tahap
berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana
TPK akan melakukan serah terima kegiatan
kepada desa, serta badan operasional dan
pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan
Pemelihara Prasarana (TP3). (Petunjuk Tehnis
Operasional PNPM Mandiri Perdesaan
,Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat
dan Desa, Departemen Dalam Negeri ; 2008)
Berikut adalah Alur Tahapan PNPM
Mandiri Perdesaan.
16 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Gambar 1: Alur Tahapan PNPM –Perdesaan
Sumber: Petunjuk Tehnis Operasional PNPM Mandiri Perdesaan (Direktorat Jendral Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa, Departemen Dalam NeGeri , 2008: 41)
Penelitian ini akan mendeskripsikan
pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten
Probolinggo sesuai hasil monitoring yang
dilaksanakan oleh Tim Fasilitator Kabupaten,
perkembangan kegiatan masing-masing dan
kendala-kendala yang dihadapi serta cara
pemecahannya sehingga tahapan kegiatan
PNPM MPd sesuai dengan mekanisme dan
prosedur serta ketentuan yang berlaku . Selain
itu penelitian ini juga akan mendeskripsikan
partisipasi masyarakat dalam Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan baik pada tahap sosialisasi dan
perencanaan maupun tahap pelaksanaan dan
pengawasannya, sebagai catatan atau masukan
untuk pendidikan ekonomi masyarakat pada
masa yang akan datang.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini yang akan di
deskripsikan adalah pelaksanaan PNPM MPd
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 17
di Kabupaten Probolinggo sesuai hasil
monitoring ynag dilaksanakan oleh Tim
Fasilitator Kabupaten dan partisipasi
masyarakat dalam PNPM MPd baik pada tahap
sosialisasi dan perencanaan maupun tahap
pelaksanaan dan pengawasannya. Metode
Pengumpulan Data yang digunakan (a)
Wawancara secara mendalam (b) Dokumentasi
(c) Observasi.(d) Triangulasi (e) diskusi
kelompok terfokus (focus group discussion, atau
FGD), Responden penelitian ini adalah
masyarakat desa di 21 kecamatan yang
menerima alokasi dana bantuan PNPM MPd di
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.
Wawancara dilakukan secara acak pada
masyarakat yang mengikuti berbagai kegiatan
pelaksanaan PNPM MPD sebagai bahan
triangulasi.
Metode analisis data yang digunakan
adalah (1) Analisis konstan komparatif. Metode
ini peneliti gunakan untuk membandingkan
antara pelaksanaan PNPM MPd dengan
pedoman pelaksanaan yang telah ditetapkan di
setiap desa dan kecamatan. (2) Analisis logis.
(3) Analisis data model Miles dan Huberman
yang digunakan meliputi : (a). Reduksi data.
(data reduction), (b).Penyajian data (data
display), (c). Verikasi data (conclusion
drawing). Secara keseluruhan studi ini
dilakukan pada Maret 2011– 2012. .
HASIL PENELITIAN.
Informasi umum skala dan cakupan
kegiatan Pelaksanaan Program nasional
pemberdayaan masyarakat (PNPM) Mandiri
Perdesaan Kabupaten Probolinggo untuk T.A.
2010 telah ditetapkan 21 Kecamatan dengan
alokasi pembiayaan BLM sebesar Rp.
42.500.000.000. Dana tersebut bersumber dari
APBN sebesar (80%) dan dari APBD sebagai
pola DBUD (Dana Daerah Urusan Bersama)
sebesar (20%). Adapun BLM untuk Dana
Operasional Kegiatan (DOK) Pelatihan
Masyarakat sebesar Rp. 526.185.000. Untuk
tahun 2011 alokasi dana untuk BLM yang
berasal dari APBN sebesar 27.680.000.000 dan
dari APBD (DDUB) sebesar Rp. 6.920.000.000.
untuk DOK Perencanaan sebesar Rp.
1.103.500.000 dan untuk DOK Pelatihan
sebesar Rp. 1.502.400.000 juga dianggarkan
untuk kegiatan Ruang Belajar Masyarakat
(RBM) sebesar Rp. 300.000.000. Dana tersebut
dikelola tingkat Kabupaten untuk memfasilitasi
kegiatan-kegiatan yang terkait dengan
peningkatan kapasitas serta pelatihan bagi para
pelaku serta berbagai pihak pemangku
kepentingan dalam kegiatan PNPM-MPd
integrasi. Pada tahun 2011 juga ada Daftar
Ancar Lokasi dan Alokasi BLM PNPM Mandiri
Perdesaan T.A. 2011 Tambahan Paska Krisis,
dimana adanya percepatan penanganan pasca
krisis untuk 5 kecamatan yang teralokasi dana
tambahan paska krisis yaitu: Kuripan, Tiris,
Krucil, Maron dan Gending. (Surat Kementerian
Dalam Negeri Nomor 900/718/PMD tertanggal
10 Februari 2011.
Informasi Umum Tentang Capaian Kinerja
Kegiatan.
(1) Capaian kinerja Tahapan Kegiatan. Pada
Bulan maret 2012 tahapan kegiatan untuk
PNPM-MPd T.A. 2011 masuk pada tahap
pelaksanaan kegiatan sarana dan prasarana, dari
progres perencanaan yang telah dilakukan maka
progres tahapan dan jumlah kegiatan yang
terdanai baik SPP maunpun non SPP seperti
pendidikan, kesehatan, sarana prasarana/fisik
adalah 191 desa yang terdanai, 21 kecamatan
dengan 261 kegiatan dengan dana terserap
99,80% dan kegiatan fisik 99%. Untuk
Musyawarah Desa dari 191 desa semua
melaksanakan kegiatan musyawarah desa.
(2) Capaian Kinerja pencairan dana. Progress
Pencairan dana dari KPPN ke rekening BPMPN
untuk kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan Tahun
2011 telah dilakukan di 21 Kecamatan di
Kabupaten Probolinggo. Alokasi dan Realisasi
Pencairan BLM mencapai kinerja 100%, artinya
18 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
semua BLM diberikan kepada masyarakat.
Kinerja Pagu Dana dan Pencairan untuk jenis
dana BLM (APBN dan APBD) didapat angka
100%, untuk BLM Pasca Krisis mencapai
53,9%, untuk DOK Perencanaan, DOK
Pelatihan, DOK RBM masing-masing mencapai
100%. Sedang Kinerja Pencairan dan
Penggunaan untuk BLM (APBN dan APBD)
mencapai angka 99,65%, untuk BLM Pasca
Krisis mencapai 91,64%, untuk DOK
Perencanaan 99,69%, DOK Pelatihan mencapai
97,33%, DOK RBM mencapai 34,75%.
(3) Capaian Kinerja Kegiatan Pelatihan.
Pelatihan dilakukan di Tingkat Kabupaten dan
Kecamatan menggunakan DOK Pelatihan
Masyarakat. Pada tingkat Kecamatan pelatihan
yang dilakukan adalah Pelatihan TP3 di
kecamatan Tongas, Pelatihan Kader Teknis
Tahap V di Kecamatan Kotaanyar, Paiton,
Pakuniran, Wonomerto, Sukapura, Dringu,
Gending, Kuripan, Sumber dan Bantaran.
Pelatihan Penguatan Kelompok dilaksanakan di
Kecamatan Sumberasih, Gading, Wonomerto
dan Sukapura. Pada tingkat kabupaten pelatihan
yang dilakukan adalah Pelatihan UPK, pelatihan
BP-UPK dalam rangka pembahasan hasil audit
dan persiapan pelaporan hasil pemeriksaan serta
penyusunan rencana kerja, Pelatihan Kades dan
BPD, Pelatihan KPMD Terbaik, dilaksanakan
dalam rangka peningkatan kemampuan fasilitasi
serta pemahaman terkait konsepsi dan jenis
usulan kegiatan PNPM MP, Pelatiihan Kader
Tehnis Terbaik bertujuan meningkatkan
ketrampilan dan kemampuan tehnis khususnya
dalam pembuatan beton dan pengendalian
kualitas dan kuantitas kegiatan infrastruktur.
(4) Capaian Kinerja Partisipasi dan Swada-
ya Masyarakat.
Kegiatan PNPM di Kabupaten
Probolinggo dapat berjalan dengan dukungan
partisipasi masyarakat. Tingkat partisipasi
masyarakat tergolong cukup aktif dimana
jumlah partisipan tertinggi terjadi pada tahapan
kegiatan “Penggalian Gagasan” dengan tingkat
kehadiran mencapai 37.098 orang (43,52%) .
tingkat keterlibatan kaum perempuan rata-rata
18.090 (9,98%). Dalam Musyawarah Khusus
Perempuan (MKP) serta Musyawarah Desa
Perencanaan, partisipasi masyarakat mencapai
47,97%. Keterlibatan kaum miskin rata-rata
57,07% dari total partisipan atau sebesar
154.395 orang. Data pemantauan partisipasi
masyarakat sejak dari tahap sosialisasi,
penggalian gagasan, MKP, Musdes Perencanaan
sampai dengan proses Musyawarah Antar Desa
(MAD) Prioritas dan Penetapan Usulan tercatat
tidak kurang dari 104.553 orang tersebar di 283
desa terlibat aktif dalam proses pengambilan
keputusan, terdiri dari 52.119 laki-laki, 52.345
perempuan dan 43.197 RTM. Kualitas
partisipasi secara umum termasuk dalam
kategori rata-rata sampai aktif dimana masih
diperlukan dukungan pendampingan yang kuat
dan berkelanjutan atas partisipasi kelompok
perempuan.
Rincian Pelaksanaan Komponen-
komponen Kegiatan.
(1) Kegiatan Ekonomi (Simpan Pinjam
Perempuan-UEP). PNPM- MPd Kabupaten
Probolinggo tahun 2011 meliputi 21
Kecamatan. Dana BLM dari tahun anggaran
1998/1999 sampai dengan tahun anggaran
2011 sebesar Rp. 186.850.000.000,- ,
dimana hanya 11% teralokasikan ke
kegiatan Ekonomi (UEP & SPP) dan
sisanya teralokasikan ke kegiatan Sarana
dan Prasarana. Jumlah lokasi yang semakin
banyak akan menimbulkan dampak rentang
pengendalian yang lebih luas. Sehubungan
dengan hal tersebut strategi pengendalian
program bidang microfinance yang tepat dan
efektif menjadi penting untuk pengembangan
microfinance, baik dalam hal pengendalian
kegiatan maupun Technical Assistance.
Pada pelaporan per 31 Maret 2012
sebanyak 21 kecamatan telah mengirimkan
laporan keuangan (Total kecamatan, baik
aktif maupun phase out di Kabupaten
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 19
Probolinggo sekitar 23 kecamatan) 2
kecamatan phase out (Besuk dan Kraksaan)
belum mengirimkan laporan keuangan. Unit
Pelaksana Kegiatan (UPK) yang mengelola
dana bergulir sebanyak 23 UPK Kecamatan.
Kinerja pengelolaan keuangan UPK di Tahun
2012 untuk tingkat Kabupaten menunjukkan
rasio perkembangan pendapatan secara
keseluruhan sebesar 34,295, ratio biaya
98,05%, surplus 42,61%, ratio surplus -6,29%,
rasio biaya 30,14%.
Pertumbuhan Asset Produktif.
Berdasarkan pelaporan bulan Februari
2012, Kinerja UPK dalam pengelolaan
Asset UEP dan SPP menunjukkan hasil-hasil
sebagai berikut: untuk program UEP progres
total asset mencapai 0,51%, kolektibilitas
0,51%, assets produktif 0,50% dan resiko
pinjaman 0,57%. Untuk program SSP progres
total assets mencapai 1,08%, kolektibilitas
2,77%, 0,73%, resiko pinjaman 4,34%.
Perkembangan Pinjaman Dana
Bergulir. Pengelolaan dana revolving fund
(dana pengembalian SPP dan UEP) dalam
kegiatan microfinance PNPM MPd
Kabupaten Probolinggo telah mencapai
tingkat pengembalian (repayment rate) untuk
kegiatan SPP mencapai 87,2%. Sedangkan
untuk kegiatan UEP mencapai 87,77%.
Kolektif i li tas P injaman Dana
Bergulir. Pengelolaan dana bergulir
UPK masih di rasakan tingginya
kolektibilitas (khususnya kolektibilitas
V), dengan strategi/langkah-langkah pe-
nanganan yang sudah dilakukan, masih
belum mampu menurunkan Kolek-
titibilitas (Khususnya Kolektibilitas V).
Kolektibilitas dana UEP dan SPP m asih
m enga lam i peningkatan dan perbandingan
dengan bulan lalu maupun tahun lalu.
Surplus dan Efisiensi. Kinerja
pengelolaan keuangan UPK menunjukkan hasil-
hasil sebagai berikut; Total pendapatan sebesar
Rp. 1.230.496.723,- Total biaya sebesar Rp.
276.531.481,- Sedangkan laba yang diperoleh
sebesar Rp. 953.965.242,-. Dengan
membandingkan total biaya dan laba terhadap
jumlah pendapatan maka rasio surplus tahun
2011 adalah 70% dan tahun 2012 adalah 77,5%.
Sedang rasio biaya untuk tahun 2011 sebesar
30% dan tahun 2012 sebesar 22,5%.
Perkembangan Kelompok
Pemanfaat. Hingga saat ini, warga desa
yang tergabung dalam 2.929 kelompok
(grup), telah memanfaatkan pinjaman bergulir
tanpa agunan. Sebanyak 28.799 anggota
masyarakat adalah kaum perempuan. Mereka
tergabung dalam 2.492 kelompok Simpan
Pinjam khusus Perempuan (SPP). Sedangkan
anggota masyarakat lainnya tergabung dalam
kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP).
Pelaporan dan Kelembagaan UPK.
Kapasitas UPK di Kabupaten Probolinggo pada
umumnya sudah cukup memadai dalam
pengelolaan keuangan dan dana pinjaman,
kapasitas UPK tersebut sudah semestinya
diimbangi dengan komitmen yang penuh dari
pengurus UPK serta sistem pengawasan internal
yang memadai melalui BP-UPK yang
kapasitasnya setara dengan UPK. Untuk itu
peningkatan kapasitas BP-UPK perlu mendapat
perhatian khususnya kemampuan dalam
melakukan pemeriksaan kegiatan pengelolaan
keuangan dan dana bergulir.
Dari hasil pendampingan pencapaian
yang diperoleh UPK tingkat Kabupaten
dalam bidang administrasi dan laporan antara
lain : (1) Semua administrasi dan pelaporan
telah mencapai standar yang diharapkan oleh
program, meliputi buku kas dan bank, neraca
dan laporan operasional serta laporan
perkembangan pinjaman dan laporan
kolektibilitas pinjaman sebesar 91%. (2)
Pemisahan laporan arus dana dan laporan
keuangan microfinance (Neraca dan laporan
laba rugi UPK) sebesar 91%. (3) UPK telah
mempunyai lembaga perguliran dan aturan
20 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
perguliran yang sesuai dengan aturan program
sebesar 91%. (4) Pembahasan dan Penetapan
Standar Operasional dan Prosedur (SOP) UPK,
Standar Operasional dan Prosedur (SOP) BP
UPK dan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) BKAD melalui Musyawarah
Antar Desa (MAD) sebesar 91 %. Untuk
pengembangan kelembagaan melalui kerja
sama dengan pihak luar, sudah dilakukan
oleh sebagian UPK tetapi terbatas pada
kegiatan peningkatan kapasitas anggota
kelompok pemanfaat UPK. Kerjasama
program maupun pendanaan masih belum
pernah dilakukan (0%) penilaian kesehatan
UPK dalam bentuk Laporan Kesehatan UPK
telah dilakukan di semua UPK di Kabupaten
Probolinggo dan dilaksanakan tiap triwulan.
(90%).
Agenda Kegiatan Tahun Berjalan.
(a). Agenda yang telah dilakukan. (1)
Technical Assistance kepada FK dan UPK
dalam aspek perencanaan keuangan TA
2012, pelaporan keuangan (Buku kas,
buku Bank, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perkembangan
Pinjaman, dan Laporan Kolektibilitas
Pinjaman, serta Rekonsiliasi Rekening) serta
aspek pengelolaan keuangan dan pengelolaan
pinjaman. (2) Technical Assistance kepada UPK
dalam penyusunan Laporan Microfinance dan
Laporan Dana Bergulir (Laporan pinjaman
bermasalah, Laporan Kegiatan Usaha
Kelompok, dan Laporan perkembangan
Kelompok). (3) Penyusunan Standard
Perencanaan Keuangan untuk Biaya
Operasional (BOP) dan Sisa Hasil Usaha
(SHU) UPK (4) Memberikan penguatan
kepada FK dalam teknik pemeriksaan
keuangan (auditing). (5) Pendampingan
dalam proses identifikasi dan tindaklanjut
penanganan masalah terkait dengan tunggakan
maupun penyalahgunaan yang telah muncul
dengan pola-pola penyelesaian yang telah diatur
dalam aturan program. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi berkembangnya masalah
sehingga dapat diketahui akar permasalahan
serta untuk perumusan metode penanganan yang
akan dilakukan. (6) Memberikan penguatan
kapasitas dalam tindak lanjut hasil identifikasi
yaitu langkah-langkah lanjutan dalam
menentukan pola-pola penyelesaian pinjaman
bermasalah sehingga bisa
mengkategorikan kelompok berdasarkan
aspek kelembagaan dan aspek kemampuan
sampai usulan dan penetapan pola
penyelesaiannya (7) Memberikan peningkatan
kapasitas Tim Verifikasi Perguliran dalam
melaksanakan proses verifikasi yang seperti
diatur dalam program sehingga hal-hal yang
tidak diinginkan dalam pengelolaan dana
bergulir bisa diminimalisasikan (8)
Memberikan Peningkatan Kapasitas BP-
UPK dalam melaksanakan proses
pemeriksaan kepada UPK yang seperti diatur
dalam program sehingga hal-hal yang tidak
diinginkan dalam pengelolaan dana bergulir bisa
diminimalisasikan (9) Memberikan peningkatan
Kapasitas UPK selaku pengelola kegiatan di
PNPM-MPd khususnya dalam pengelolaan dana
bergulir serta persiapan-persiapan dalam
melaksanakan agenda kegiatan MAD
Pertanggungjawaban BKAD.
b. Agenda yang akan dilakukan
(1) Penguatan kelembagaan asosiasi UPK di
tingkat Kabupaten yang perlu diaktifkan
kembali karena di 2011 begitu padatnya
kegiatan sehingga kegiatan pertemuan
asosiasi UPK sulit direalisasikan. (2)
Pendampingan terhadap implementasi dari
perencanaan keuangan yang telah dibuat. (3)
Pendampingan dalam hal implementasi dalam
proses identifikasi/konfirmasi dan penanganan
masalah terkait tunggakan. (4) Review
dokumen-dokumen /output yang disepakati dan
ditetapkan di MAD Pertanggungjawaban UPK
2010 (5) Pendampingan dalam fasilitasi
identifikasi pinjaman bermasalah sebagai proses
penanganan pinjaman bermasalah (6) .
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 21
Pendampingan dalam memfasilitasi tindak
lanjut penanganan masalah tunggakan maupun
penyalahgunaan dengan pola-pola
penyelesaian yang sesuai dengan aturan
program. (7) Penguatan kepada FK dalam
memfasilitasi BP-UPK dalam menjalankan
tugasnya sehingga meminimalisasi hal-hal yang
tidak diinginkan seperti yang terjadi di
Kabupaten Probolinggo tidak terulang dimasa
yang akan datang (8) Penguatan pada pelaku
yaitu peningkatan kapasitas UPK dan BP-UPK
(Lanjutan) yang dijadwalkan di bulan Maret
2012.
Permasalahan yang dihadapi. (1) Masih
rendahnya tingkat pemahaman pendamping
kecamatan (FK/FT) dan UPK dalam
pengelolaan dana bergulir. (2) sangat tingginya
tunggakan dan penyalahgunaan Dana Bergulir
dimasing-masing kecamatan.(3) Para fasilitator
kecamatan dan pengurus UPK belum secara
optimal melakukan pembinaan dan penguatan
kelompok yang sudah ada dan memperbanyak
kelompok-kelompok baru untuk mengakses
dana bergulir UPK sehingga menyebabkan iddle
money UPK sangat besar. (4) Belum
berperannya pengurusUPK dan BKAD secara
optimal, sehingga menyebabkan rendahnya
tingkat perguliran dan tingkat penegmbalian.(5)
masih ada ketakutan dari FK/FT serta UPK
terhadap macetnya dana di kelompok (6)
Adanya keputusan kepala desa yang tidak
merekomendasikan beberapa kelompok
peminjam yang berada di desanya. (7) masih
lemahnya fasilitas penanganan tunggakan serta
dukungan dari pelaku masyarakat maupun
birokrasi (8) perspektif kelompok dalam
pengembangan masih kurang.
Permasalahan yang paling dominan
adalah kegiatan Dana Bergulir yaitu adanya
tunggakan yang jumlahnya sangat besar dan jadi
penyebab adalah (1) Penyalahgunaan dana
bergulir oleh para pelaku ditingkat kecamatan
dan desa yang tersebar di 21 kecamatan. Modus
penyalahgunaan sangat bervariasi mulai dari
pembentukan kelompok fiktif, penggunaan
tabungan tanggung renteng, menggunakan
angsuran kelompok dengan tidak menyetorkan
ke UPK dan lain-lain. (2) Adanya tunggakkan
macet dikelompok yang lebih dari 6 bulan tidak
melakukan angsuran.
Berdasarkan permasalahan tersebut
diatas serta data laporan UPK, Tim Fasilitator
Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut
dan melakukan beberapa langkah tahapan untuk
penanganan yaitu: (1) Koordinasi dan
konsolidasi kepada 'para pelaku kecamatan
(Camat, FK,FT, PjOK, BKAD, BP-UPK,
UPK) terhadap adanya tunggakan yang
ada dimasing-masing kecamatan; (2) Seluruh
Kecamatan membentuk Tim untuk melakukan
proses identifikasi terhadap tunggakan yang
terjadi dimasing-masing kecamatan; (3)
Kegiatan identifikasi dilakukan juga sosialisasi
kepada desa-desa terhadap jumlah tunggakan
yang ada;(4) Mengkoordinasikan dan
melibatkan seluruh kepala desa mulai dari
proses identifikasi hingga dalam pola
penanganan masalah yang ada; (5) Melakukan
MAD Khusus terhadap hasil identifikasi
dan menentukan pola-pola penyelesaian
terhadap hasil yang didapat dari kegiatan
identifikasi.
Kegiatan identifikasi dilakukan
sebagai dasar untuk mengetahui penyebab,
jumlah dana dan para pelaku yang
diindikasikan melakukan penyalahgunaan
dana. Kegiatan identifikasi diawali dengan
melakukan Inservice Training kepada FK
dan FT yang diharapkan dapat memfasilitasi
kegiatan identifikasi dilokasi kecamatan. Terkait
dengan munculnya permasalahan tunggakan
yang jumlahnya sangat besar, maka berdasarkan
hasil data laporan UPK, Tim Fasilitator
Kabupaten melakukan analisa masalah tersebut
dan melakukan beberapa langkah untuk
penanganan yaitu: (1) Fasilitator Kecamatan
melakukan langkah-langkah koordinasi
dengan melibatkan secara aktif pihak
22 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
kecamatan (Camat), BKAD, BP-UPK,
UPK terhadap adanya tunggakan yang besar;
(Bulan Juli 2011).(2) Seluruh fasilitator
kecamatan membentuk Tim untuk melakukan
proses identifikasi terhadap tunggakan yang
terjadi dimasing-masing kecamatan di ikuti
dengan IST kepada FK & FT secara cluster
mulai tanggal 11 s/d 13 Agustus 2011
dalam hal penanganan tunggakan & Langkah-
langkah Teknis dalam melakukan Identifikasi
yang dilaksanakan serta ditindaklanjuti dengan
OJT kepada Tim Identifikasi di kecamatan
sebelum melaksanakan Identifikasi ke
kelompok di desa-desa;. (3) Dalam proses
identifikasi dilakukan sosialisasi kepada
desa-desa terhadap jumlah tunggakan yang
ada; (4) Melibatkan seluruh kepala desa mulai
dari proses identifikasi hingga dalam pola
penanganan masalah yang ada. (4) Melakukan
MAD Khusus terhadap hasil identifikasi
dan menetapkan pola-pola penyelesaian
terhadap hasil yang didapat dari kegiatan
identifikasi. (5) Langkah-langkah tersebut
disampaikan dengan pola IST (11 s/d 13
Agustus 2011), dari tindaklanjut terhadap IST
tersebut seluruh kecamatan melakukan
koordinasi kepada pihak kecamatan (Camat,
PjOK) BKAD, BP-UPK, UPK). Dari hasil
identifikasi yang telah dilakukan berdasarkan
data hasil rekapitulasi yang telah dilakukan
dimasing-masing kecamatan, terdapat 21
kecamatan yang telah melaporkan,
Rekapitulasi Hasil Identifikasi yang
masuk kategori pinjaman bermasalah
(Kolektibilitas I// – Kolektibilitas V).
ditemukan hasil adanya penyalahgunaan
dana oleh pengurus UPK , pengurus
kelompok, Kepala Desa , KPMD, TPK, serta
masyarakat lain, total penyalahgunaan dana
sebesar Rp. 3.390.369.703. hanya kecamatan
Dringu yang tidak terdapat penyalahgunaan
dana.
Dari hasil identifikasi yang
dilakukan, maka FK dan FT memfasilitasi
kegiatan MAD Khusus guna menginfomasikan
kepada masyarakat terkait dengan permasalahan
yang muncul serta menentukan langkah-
langkah penanganan sesuai dengan yang
direkomendasikan oleh program. Masing-
masing kecamatan memutuskan pola
penanganan masalah yang ada mulai dari
proses penagihan, kompensasi, penjadwalan
ulang, restrukturisasi, hingga masalah hukum.
Total penyalahgunaan yang ditemukan Rp.
3.390.369.703,- sampai bulan ini terdapat
pengembalian Rp. 1.155.581.250,- sehingga sisa
dana yang masih disalahgunakan Rp.
2.234.88.453,-.
Terkait dengan penanganan masalah
nilai penyimpangan dana yang begitu besar
tentu saja tidak dapat diselesaikan dalam
waktu yang singkat, sehingga proses
monitoring dan evaluasi terhadap
perkembangan penanganan masalah terus
dilakukan, kegiatan evaluasi memperhatikan
terhadap pola penyelesaian serta target
capaian yang didapat pada setiap minggunya.
Kegiatan evaluasi juga dimaksudkan untuk
mendapat alat ukur terhadap pola
penyelesaian yang telah ditetapkan.
Dari proses penanganan yang
dilakukan dilapangan ada beberapa hal yang
perlu dipertimbangkan yaitu: (1) Belum
dipatuhinya oleh desa terkait dengan
keputusan MAD yang telah disepakati terkait
dengan tingkat pengembalian dana bergulir,
serta keputusan terhadap pola-pola
penanganan yang telah ditetapkan; (2) Peran
kelembagaan BKAD, dalam hal ini BP-
UPK sebagai lembaga pengawas yang
berbasis partisipasi masyarakat belum secara
optimal menjadi lembaga yang dapat
memberikan ruang kontrol masyarakat
dalam penyelenggaraan program, serta
komunikasi yang kurang efektif antara
kelembagaan BKAD dengan Desa; (3)
Lemahnya kompetensi serta kurang
perdulinya pengurus UPK terhadap
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 23
permasalahan yang ada, sehingga
permasalahan yang muncul diasumsikan
sebagai masalah fasilitator, dan tugas
fasilitator yang harus menangani dan
menyelesaikan; (4) Kurang berfungsinya
ranah pembinaan kelompok-kelompok SPP
dan UEP oleh UPK, sehingga hubungan UPK
dan kelompok "berhenti" pada hubungan
peminjam dan yang meminjami dana
(Hubungan Hutang Piutang), ikatan-
ikatan yang membangun hubungan
emosional yang sating memperkuat posisi dan
peran UPK dan Kelompok tidak pernah
dilakukan, sehingga permasalahan yang
terjadi dikelompok sulit dipahami dan bahkan
tidak diketahui oleh UPK, sehingga kontrol
UPK terhadap perkembangan kelompok tidak
ada;(5) Pengendalian dan pengawasan
terhadap mekanisme pengelolaan dana
oleh fasilitator masih sangat kurang, dan
pembinaan terhadap UPK masih belum
dijalankan dengan balk; (6) Perlunya
mengkaji lebih dalam efektivitas pola
penyelesaian yang ditetapkan dengan
kondisi masalah dan karakter masyarakat,
sehingga perlunya langkah- langkah
alternatif yang dapat dipilih diluar pola
penyelesaian yang dimandatkan oleh
program; (7) Perlunya pendekatan-pendekatan
khusus terhadap masalah penyimpangan dana
yang dilakukan oleh kepala desa, karena
dampak politiknya terhadap situasi yang
dipilih apabila dalam pola penyelesaian
kurang tepat dapat mempersulit
penanganan masalah yang ada;
Proses pemberdayaan merupakan
proses pembelajaran secara terus menerus
dan menjadi nilai yang sangat penting, dimana
proses pembelajaran diharapkan memunculkan
kesadaran barn akan pentingnya sebuah
perubahan, penyadaran kepada masyarakat
yang tidak pernah berhenti merupakan
proses yang harus terus dilakukan, hal ini
untuk memunculkan kesiapan masyarakat
ketika diberi ruang dalam proses
pembangunan, d imana ket er l iba t an
akt i f dalam pembangunan bukanlah
sebuah p roses yang sederhana, akan
te tap i membutuhkan prosedur, biaya dan
waktu, sehingga program memang telah
mengisyaratkan bahwa adanya sistem
pembangunan yang berbasis masyarakat tentu
saja tidak lepas dari problem-problem
yang muncul dimasyarakat. Munculnya
permasalahan dimasing-masing kecamatan
terkait dengan lemahnya peles tar ian
terhadap seluruh asset baik sarana
maupun dana bergul ir menunjukkan sistem
pengawasan masih belum berfungsi dengan
baik, dan hal tersebut harus disadari sebagai
bagian dari proses pembelajaran bagi kita
semua, khususnya bagi pelaku masyarakat
dalam menjalankan fungsinya dalam
pelestarian semua asset yang ada paska
program, dimana pendamping/konsultan tidak
ada, sehingga problem-problem tersebut harus
diselesaikan oleh lembaga atau masyarakat.
(2)Kegiatan sarana prasarana dasar.
Untuk kegiatan di bidang prasarana/ sarana
sendiri menghasilkan 437 usulan
prasarana/sarana dasar perdesaan yang
paling dibutuhkan masyarakat, seperti Jalan,
Sarana air bersih, Jembatan, Irigasi dan Gedung
sekolah. Di Kabupaten ini, usulan
masyarakat di bidang Sarana – Prasarana
Fisik mendominasi kegiatan PNPM Mandiri
perdesaan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pada saat program ini berjalan, masyarakat
masih sangat membutuhkan pengadaan. Dari
usulan kegiatan tersebut diatas, terdapat 259
kegiatan sarpras dari 94 desa yang dapat
terdanai. Progres kegiatan sarpras hingga akhir
Maret 2012 untuk kemajuan pekerjaan fisik
sudah mencapai 99,8%.
(3) Kegiatan Peningkatan Pelatihan
Kapasitas Masyarakat. Kegiatan yang
terkait dengan peningkatan kapasitas
masyarakat, yaitu Kecamatan Paiton yaitu
24 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Pelatihan dan Penyuluhan sebanyak 6 usulan
sedangkan Kecamatan Lumbang hanya 1 usulan
kegiatan pelatihan.
Kegiatan Bidang Kesehatan
Masyarakat. Khusus bidang kesehatan terdapat
7 usulan kegiatan pemberian makanan
tambahan untuk balita.Sampai akhir Pebruari
2012 sudah mulai dilaksanakan. Sedangkan
untuk sarana prasarana kesehatan (air bersih
dan gedung polindes) hingga akhir Maret 2011
baru mencapai 100 %.
(4)Pelaksanaan Kegiatan
Pendukung Program. Kelembagaan di
Tingkat Kecamatan yang dibentuk di Forum
MAD adalah BKAD dari 23 Kecamatan yang
mendapat alokasi PNPM-MPd (Kecamatan
. Kraksaan dan Kecamatan Besuk T.A 2009
Phase Out ) yang telah terbentu BKAD ada 22
Kecamatan kecuali Kecamatan Besuk yang
belum terbentuk. UPK ada pads 23 Kec
hanya 1 Kec.besuk yang pasif karena
pendapatan tidak mencukupi untuk
pembiayaan operasional mereka. BP UPK
Kecamatan sudah ada pads 23 Kecamatan dan
Tim Verifikasi perguliran. Keberadaan
Kelembagaan BKAD dan BP UPK, belum
semua mampu melaksanakan
perannya,sehingga aktifitasnya masih pads
fasilitasi pelaksanaan MAD. Kecamatan
yang sudah aktif kelembagaannya baru yaitu
Paiton, Pakuniran, Banyuanyar, Krucil,
Maron, Sumber, Tiris, Tegalsiwalan,
Krejengan. sedangkan untuk Kec.baru
menjelang MAD pertanggungjawaban
yang lalu yaitu Dringu, Gending
Sukapura, Lumbang, Tongas, Leces,
Kuripan. Sedangkan 3 kecamatan baru
yang lain masih pasif. Untuk kegiatan
kelembagaan belum nampak ada kemajuan
yang signifikan. Kegiatan BKAD dan BP-
UPK masih pads kegiatan rutin berpartisipasi
dalam MAD, sedangkan dalam hal
pemeriksaan ke UPK dan peranan dalam
penanganan masalah tunggakan belum
nampak. Pada bulan Juni 2010 di
Kecamatan Wonomerto dan Kecamatan
Sumber mulai dirintis penguatan fungsi
kelembagaan, yaitu dengan melibatkan
pengurus BKAD dan BP-UPK dalam tim
identifikasi permasalahan tunggakan. Di
Kecamatan Wonomerto membuahkan hasil
yang cukup signifikan dengan capaian
angsuran tunggakan sebesar 69% (Lebih
kurang 170 juta). Sedangkan di
Kecamatan Sumber BKAD bersama
dengan Tim Penyelesaian Masalah (TPM)
telah melakukan tindakan secara cepat dan
koordinasi dengan lintas pelaku lainnya
untuk melakukan identifikasi
penyalahgunaan dana oleh mantan Bendahara
dan Ketua UPK yang telah menyelewengkan
dana sebesar Rp. 237.797.573,- dimana hingga
saat ini dana sudah dikembalikan sebesar Rp.
211,438,800.
PEMBAHASAN.
Pendidikan ekonomi merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik/masyarakat secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan untuk
memanfaatkan sumber daya produksi yang
langka untuk menghasilkan barang atau jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi
maupun produksi lebih lanjut.
Konsep pendidikan ekonomi diatas
mengandung makna adanya pemberdayaan
masyarakat dibidang ekonomi agar masyarakat
yang diberdayakan itu mempunyai kekuatan
atau “daya” atau mempunyai kemampuan untuk
hidup layak sama dengan temannya sesama
manusia.
Menurut Merriam Webster dan Oxford
English Dictionary dalam Mardi Yatmo Hutomo
(2000:1), kata empower mengandung dua
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 25
pengertian, yaitu (1) to give power atau
authority to atau memberi kekuasaan,
mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan
otoritas ke pihak lain; (2) to give ability to atau
enable atau usaha untuk memberi kemampuan
atau keperdayaan.
Terdapat 4 konsep pemberdayaan
ekonomi menurut Sumodiningrat (1999) seperti
yang dikutip oleh Mardi Yatmo Hutomo
(2000:6), secara ringkas dapat dikemukakan
sebagai berikut: (1) Perekonomian rakyat adalah
perekonomian yang diselenggarakan oleh
rakyat. Perekonomian yang diselenggarakan
oleh rakyat adalah perekonomian nasional yang
berakar pada potensi dan kekuatan masyarakat
secara luas untuk menjalankan roda
perekonomian mereka sendiri; (2)
Pemberdayaan ekonomi rakyat adalah usaha
untuk menjadikan ekonomi yang kuat, besar,
modern, dan berdaya saing tinggi dalam
mekanisme pasar yang benar. Karena kendala
pengembangan ekonomi rakyat adalah kendala
struktural, maka pemberdayaan ekonomi rakyat
harus dilakukan melalui perubahan struktural;
(3) Perubahan struktural yang dimaksud adalah
perubahan dari ekonomi tradisional ke ekonomi
modern, dari ekonomi lemah ke ekonomi kuat,
dari ekonomi subsisten ke ekonomi pasar, dari
ketergantungan ke kemandirian. Langkah-
langkah proses perubahan struktur, meliputi: (a)
pengalokasian sumber pemberdayaan
sumberdaya; (b) penguatan kelembagaan; (c)
penguasaan teknologi; (d) pemberdayaan
sumberdaya manusia. (4) Pemberdayaan
ekonomi rakyat, tidak cukup hanya dengan
peningkatan produktivitas, memberikan
kesempatan berusaha yang sama, dan hanya
memberikan suntikan modal sebagai stimulan,
tetapi harus dijamin adanya kerjasama dan
kemitraan yang erat antara yang telah maju
dengan yang masih lemah dan belum
berkembang; (5) Kebijakannya dalam
pembedayaan ekonomi rakyat adalah: (a)
pemberian peluang atau akses yang lebih besar
kepada aset produksi (khususnya modal); (b)
memperkuat posisi transaksi dan kemitraan
usaha ekonomi rakyat, agar pelaku ekonomi
rakyat bukan sekadar price taker; (c) pelayanan
pendidikan dan kesehatan; d)penguatan industri
kecil; (e) mendorong munculnya wirausaha
baru; dan (f) pemerataan spasial; (6) Kegiatan
pemberdayaan masyarakat mencakup:a)
peningkatan akses bantuan modal usaha; b)
peningkatan akses pengembangan SDM; dan c)
peningkatan akses ke sarana dan prasarana yang
mendukung langsung sosial ekonomi
masyarakat lokal.
Menurut Ginandjar Kartasasmita
(1996), pemberdayaan ekonomi rakyat adalah
Upaya yang merupakan pengerahan sumber
daya untuk mengembangkan potensi ekonomi
rakyat untuk meningkatkan produktivitas rakyat
sehingga, baik sumber daya manusia maupun
sumber daya alam di sekitar keberadaan rakyat,
dapat ditingkatkan produktivitasnya.
Dari berbagai pandangan mengenai
konsep pemberdayaan, maka dapat disimpulkan,
bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat
adalah penguatan pemilikan faktor-faktor
produksi, penguatan penguasaan distribusi dan
pemasaran, penguatan masyarakat untuk
mendapatkan gaji/upah yang memadai, dan
penguatan masyarakat untuk memperoleh
informasi, pengetahuan dan ketrampilan, yang
harus dilakukan secara multi aspek, baik dari
aspek masyarakatnya sendiri, maupun aspek
kebijakannya.
Berdasar pada konsep diatas maka
pelaksanaan PNPM MPd di Kabupaten
Probolinggo merupakan aplikasi dari
pendidikan ekonomi masyarakat yang dilakukan
bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Namun demikian masih banyak kendala seperti
berikut ini.
Pelaksanaan PNPM MPd. Sekitar 89
% dari desa meminta pembangunan
infrastruktur untuk kategori program open menu
(pilihan terbuka) dan 11% mengajukan usulan
26 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
kegiatan noninfrastruktur, yakni pelatihan
pengembangan industri rumah tangga.
Infrastruktur yang dibangun berupa jalan desa,
jembatan desa, sistem irigasi, plengsengan,
bangunan sekolah, dan posyandu. Alasan
permintaan pembangunan infrastruktur ini
disebabkan oleh (1) masih kurang atau belum
ada ketersediaan infrastruktur di wilayah
penelitian; (2) PNPM dianggap sebagai program
untuk masyarakat umum; (3) warga ingin
menetralisasi dampak negatif program
bersasaran seperti Bantuan Langsung Tunai
(BLT), Beras untuk Rumah Tangga Miskin
(Raskin), Program Keluarga Harapan (PKH),
dan Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas); dan (4) adanya bias kelompok
elite dan nonmiskin dalam pengambilan
keputusan.
Program Simpan Pinjam Perempuan
(SPP) dianggap memberikan manfaat yang
besar dalam (1) mengembangkan usaha
penerima, (2) menambah kapasitas keuangan
keluarga, dan (3) menggeser keberadaan
rentenir. Penerima program menggunakan dana
SPP untuk mengembangkan usaha lama dan
membina usaha baru. Pelaksana program
memang mensyaratkan bahwa calon penerima
harus sudah memiliki usaha terlebih dahulu.
Sebagian kecil dana SPP digunakan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga yang
mendesak. SPP juga dianggap berperan
mengurangi ketergantungan warga pada rentenir
karena SPP menawarkan bunga yang kompetitif
dan prosedur yang tidak berbelit-belit bagi calon
peminjam yang sudah memiliki usaha.
Akses rumah tangga miskin terhadap
SPP dibatasi oleh pelaksana PNPM dengan cara
menerapkan syarat yang berat karena pelaksana
PNPM khawatir bahwa mereka tidak mampu
mengembalikan pinjaman. Selain itu, terdapat
kasus ”pencatutan” nama warga miskin oleh
orang-orang tertentu untuk mencairkan dana
pinjaman, yakni dengan memasukkan nama-
nama penduduk miskin ke dalam daftar anggota
kelompok yang mengajukan proposal SPP.
Namun, dana tersebut kemudian dimanfaatkan
bukan oleh warga miskin, melainkan oleh warga
lain yang justru tergolong tidak miskin.
Penyaluran dana SPP dianggap oleh
sebagian besar pelaksana program di desa dan
aparat desa sebagai bagian dari syarat untuk
mendapatkan program open menu. Oleh karena
itu, masyarakat berusaha keras untuk
merealisasikannya termasuk dengan cara
memanipulasi pelaksanaannya. Misalnya,
banyak kelompok usaha yang mengajukan
pinjaman SPP merupakan kelompok usaha
instan/fiktif yang dibentuk sekadar untuk
mendapatkan pinjaman, penggunaan tabungan
tanggung renteng, menggunakan angsuran
kelompok dengan tidak menyetorkan ke UPK,
nama penduduk miskin dipinjam untuk
dimasukkan sebagai calon penerima SPP dan
setelah dana turun, dana tersebut diberikan
kepada warga nonmiskin.
Keterlibatan masyarakat desa dalam
pengambilan keputusan terkait program open
menu maupun SPP secara umum masih sebatas
instrumental, yaitu sebatas memenuhi
persyaratan formal program. Meningkatnya
kehadiran warga dalam pertemuan- pertemuan
PNPM tidak sepenuhnya mampu mengubah
dominasi elite desa dalam proses pengambilan
keputusan. Masyarakat kelompok miskin pada
khususnya, masih pasif dalam proses tersebut.
Kondisi demikian terjadi akibat beberapa faktor
seperti (1) hubungan kekerabatan, (2) hubungan
patronase, (3) pihak elite desa belum
sepenuhnya menerapkan asas demokrasi, dan
(4) sikap elite desa yang masih menempatkan
diri sebagai pihak yang lebih superior daripada
masyarakat yang lain. Keseluruhan faktor ini
mengakibatkan tidak adanya posisi kesetaraan
antara elite desa dan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan.
Meningkatnya partisipasi perempuan
dalam proses perencanaan dan pelaksanaan
PNPM belum bisa menghilangkan dominasi
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 27
laki-laki. Dominasi laki-laki hanya berkurang
pada forum yang khusus dibuat untuk
perempuan, yaitu musyawarah penggalian
gagasan perempuan yang akan menghasilkan
usulan SPP serta satu usulan lain untuk program
open menu. Namun, dalam pertemuan khusus
itu, bukan berarti dominasi laki-laki tidak ada.
Keputusan final untuk usulan-usulan dari
kelompok perempuan itu ditetapkan di tingkat
desa, di forum ini yang mengambil keputusan
adalah elite desa yang sebagian besarnya adalah
laki-laki.
Pada umumnya tidak ada konflik serius
yang terkait dengan pelaksanaan PNPM. Namun
demikian masih ada kejadian yang berpotensi
konflik seperti konflik kepentingan antara
pemerintah desa dan tim pelaksana kegiatan
(TPK), antara TPK dan masyarakat, dan antara
kelompok penduduk asli dan pendatang dari
daerah lain, serta konflik terkait pengadaan
barang dan jasa. Hal ini terjadi karena
kurangnya pemahaman terhadap program,
kurangnya sosialisasi, dan kurangnya koordinasi
dengan atau pelibatan pihak yang relevan dalam
pelaksanaan program.
Fasilitator kecamatan beranggapan
bahwa beban kerja yang diberikan kepada
mereka tidak berimbang dengan sumber daya
yang ada. Ada fasilitator yang memiliki wilayah
kerja kurang dari 10 desa, tetapi ada juga
fasilitator yang memiliki tanggung jawab
memfasilitasi lebih dari 50 desa sebagaimana
terjadi di salah satu kecamatan. Selain itu,
fasilitator juga beranggapan bahwa beban kerja
teknis dan administratif berupa penulisan
laporan bulanan sangat memakan waktu
sehingga tugas fasilitasi mereka tidak dapat
dijalankan dengan maksimal.
Fasilitator kecamatan juga menganggap
perlu adanya fasilitator khusus bagi
pemberdayaan peminjam SPP. Alasannya,
selain karena beban kerja mereka yang sangat
banyak, juga karena tidak semua fasilitator
pemberdayaan di kecamatan memiliki keahlian
terkait pemberdayaan kredit mikro. Meskipun
sudah ada fasilitator kredit mikro di tingkat
kabupaten, peran mereka sebenarnya lebih
dibutuhkan di tingkat kecamatan.
Pemerintahan, Partisipasi, dan
Representasi dalam Pembuatan Kebijakan.
Pengambilan keputusan di tingkat desa
umumnya hanya melibatkan elite desa, yakni
perangkat desa dan tokoh-tokoh masyarakat.
Elite desa dan sebagian besar masyarakat
menilai mekanisme itu sudah mewakili
masyarakat secara umum. Jika masyarakat
umum hadir dalam proses tersebut, mereka pada
umumnya hanya menjadi peserta pasif, yakni
mendengarkan atau menyetujui keputusan elite
desa. Sebagian warga, terutama kaum miskin,
bahkan tidak mau hadir dalam pertemuan
semacam itu karena merasa inferior. Selain itu,
ketidakhadiran warga juga disebabkan oleh
adanya sikap apatis, waktu pertemuan yang
kurang sesuai dengan jadwal aktivitas warga,
atau tidak mendapatkan undangan. Dalam
pengambilan keputusan di tingkat desa,
perempuan sering kali hanya diwakili oleh
lembaga-lembaga formal yang dianggap
mewakili perempuan. Akibatnya, proporsi
keterwakilan perempuan selalu jauh lebih
rendah dibandingkan laki-laki. Meskipun
demikian, dibandingkan dengan kondisi tahun-
tahun sebelumnya, jumlah perempuan yang
hadir dalam pengambilan keputusan desa secara
umum mengalami peningkatan. Namun,
peningkatan kehadiran perempuan tersebut tidak
banyak berarti dalam mengubah dominasi laki-
laki dalam proses pengambilan keputusan.
Selain kalah secara jumlah, ada pandangan
bahwa kepemimpinan adalah tanggung jawab
laki- laki sehingga merekalah yang
memutuskan, bukan perempuan.
Sistem perwakilan tidak berfungsi
dengan baik, terlihat dari tiadanya mekanisme di
tingkat RT untuk menyerap aspirasi warga atau
menyampaikan berbagai hasil pertemuan di
tingkat desa. Tidak adanya pertemuan untuk
28 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
menyerap aspirasi warga terjadi karena para
elite desa mengaku sudah mengetahui persoalan
warga, bahkan mereka merasa jauh lebih tahu
daripada warga sendiri sehingga pertemuan
untuk menyerap aspirasi warga dianggap tidak
perlu. Tidak adanya mekanisme untuk
menyampaikan hasil pertemuan di tingkat desa
kepada warga terjadi karena elite desa
menganggap bahwa tidak semua keputusan dan
informasi tersebut harus disampaikan kepada
masyarakat, apalagi kalau hal itu menyangkut
keuangan. Selain itu, penyebab lainnya adalah
warga sendiri sangat jarang menanyakan
informasi, keputusan, dan kegiatan di tingkat
desa kepada aparat. Kalaupun ada informasi
yang disampaikan kepada warga, biasanya hal
itu dilakukan melalui pertemuan informal di
desa seperti pada acara arisan, pengajian, dan
halal bihalal.
Warga desa pada umumnya bersikap
pasif terhadap berbagai informasi tentang
pembangunan, kecuali informasi menyangkut
program bantuan langsung seperti Raskin dan
BLT. Di tingkat desa atau dusun, informasi
tentang pembangunan biasanya disampaikan
secara lisan dan berjenjang, yakni dari kepala
desa ke kepala dusun /RW/RT dan selanjutnya
turun ke warga. Jenis informasi yang sampai
kepada masyarakat umumnya adalah informasi
tentang bentuk kegiatan dan pelaksanaannya,
sementara informasi mengenai dana atau
anggaran kegiatan suatu program jarang
disampaikan kepada publik. Selain itu,
informasi yang disampaikan pemerintah desa
umumnya sering kali bersifat instruktif atau
upaya memobilisasi warga, seperti
pengumuman tentang pelaksanaan kerja bakti.
Jika ada hal-hal yang dirasa kurang
memuaskan atau bermasalah, pada umumnya
masyarakat tidak mengungkapkan keluhan atau
ketidakpuasannya kepada pemerintah desa.
Mereka hanya membicarakannya dengan
sesama warga atau tokoh masyarakat. Hanya
sedikit masyarakat yang mau dan berani
menyampaikannya ke pemerintah desa. Kondisi
ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti adanya
perasaan segan/sungkan, takut kepada aparat
desa, serta sikap apatis karena keluhan yang
pernah disampaikan tidak pernah ditanggapi.
Secara umum, model partisipasi yang
diterapkan PNPM tidak berdampak signifikan
terhadap pemerintahan (partisipasi, transparansi,
akuntabilitas) di tingkat desa. Hal ini terlihat
pada perbandingan antara desa yang telah
menerima program PNPM sejak 2002, desa
yang menerimanya pada 2007, dan desa yang
baru menerimanya pada 2009. Hanya ada satu
desa yang melaporkan adanya dampak PNPM
terhadap kegiatan lain di luar PNPM. Di desa-
desa lain, partisipasi atau transparansi
sebagaimana diterapkan PNPM dianggap
sebagai kekhususan PNPM yang tidak harus
serta-merta diterapkan dalam program lain.
Tidak berdampaknya PNPM terhadap
tata pemerintahan secara umum, antara lain,
disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1)
besarnya dominasi elite serta kurangnya inisiatif
warga sehingga membuat status quo selalu
mapan; (2) tidak adanya jaminan (insentif) bagi
aparat maupun warga bahwa jika mereka
menduplikasi mekanisme yang dijalankan
PNPM pada kegiatan atau program di desa,
mereka akan mendapatkan sesuatu, seperti
proyek; dan (3) ada indikasi kecenderungan
warga dan aparat terhadap sikap normatif. Jika
ketentuan program atau kegiatan tertentu tidak
mensyaratkan partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas, mereka pun tidak akan
menuntutnya. Faktor yang mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam suatu program
juga dapat berasal dari unsur luar/lingkungan.
Kemiskinan dan Dinamikanya.
Beberapa faktor yang menyebabkan penurunan
kemiskinan adalah (1) adanya lapangan kerja
baru atau perluasan kesempatan kerja (2)
pemekaran daerah yang menciptakan pusat-
pusat pertumbuhan ekonomi baru; dan (3)
pembukaan pabrik baru di lingkungan
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 29
komunitas. Faktor lain yang lebih umum adalah
semakin membaiknya infrastruktur jalan
perdesaan, meningkatnya produktivitas
pertanian, serta kontribusi berbagai bantuan
pemerintah. Dalam hal ini, peran PNPM
sebagian besar bersifat tidak langsung, yaitu
dengan menyediakan infrastruktur umum,
seperti jalan dan jembatan, serta infrastuktur
pertanian, seperti system irigasi dan jalan usaha
tani.
Penentu dinamika kemiskinan adalah
faktor ekonomi, sosial, kelembagaan
masyarakat dan pemerintahan, keberpihakan
pemerintah, dan penetapan sasaran program.
Faktor ekonomi seperti naik turunnya harga
komoditas pertanian/perkebunan/ nelayan
maupun harga kebutuhan pokok serta berbagai
bantuan pemerintah memiliki peran terbesar
dalam kasus sebagian rumah tangga miskin
yang kondisi kesejahterannya naik turun dalam
dua tahun terakhir.
Keadaan tetap miskin kelompok
masyarakat miskin secara umum disebabkan
oleh tidak adanya kemampuan dan modal untuk
meningkatkan taraf kehidupannya. Secara lebih
spesifik, hal itu disebabkan oleh (1)
keterbatasan lapangan kerja alternatif selain
pekerjaan yang telah mereka geluti, yaitu
bertani; (2) kualitas sumber daya manusia yang
rata-rata di bawah SMP dan hanya memiliki
keahlian tradisional (bertani, nelayan, atau
bertukang); dan (3) kekurangan modal, terutama
modal uang. Khusus untuk modal, meski sudah
terdapat banyak bantuan pinjaman modal,
bantuan yang dibutuhkan warga miskin adalah
bantuan yang tidak harus dikembalikan, alias
bantuan langsung tunai. Faktor lain yang juga
penting menurut warga adalah sikap mental
yang tidak berorientasi pada kemajuan tetapi
merasa cukup dengan apa yang sudah ada,
faktor usia yang sudah lanjut sehingga tidak bisa
lagi produktif secara ekonomi, status janda yang
tidak mandiri secara ekonomi (tidak memiliki
pekerjaan sendiri), dan kenaikan biaya hidup.
PNPM dinilai cukup membantu karena
ikut menyediakan tambahan dan/atau perbaikan
terhadap berbagai sarana tersebut, termasuk
perbaikan infrastruktur jalan. Selain itu,
peningkatan infrastruktur jalan yang difasilitasi
oleh PNPM juga dinilai membantu
meningkatkan ekonomi masyarakat. Meskipun
demikian, masih ada sebagian masyarakat yang
masih mengalami kesulitan dalam mengakses
fasilitas umum. Ini disebabkan, antara lain, oleh
(1) ketersediaan sarana dan prasarana yang
masih kurang, (2) tidak adanya transportasi
umum untuk menjangkaunya, dan (3) tidak
adanya layanan yang berkualitas serta memadai
terutama dalam hal layanan kesehatan.
Secara umum masyarakat menilai
bahwa kualitas pelayanan umum masih kurang
baik. Sebagai contoh di bidang kesehatan,
warga pemegang kartu Jamkesmas merasa
kurang diperhatikan dibandingkan dengan
pasien umum. Di beberapa desa, pelayanan
administrasi kependudukan, terutama KTP dan
KK, dianggap semakin sulit karena harus
mengeluarkan biaya pengurusan.
Dinamika Kebutuhan dan
Pemenuhannya. Kebutuhan utama warga
miskin adalah lapangan kerja, bantuan modal,
dan pelatihan keterampilan, pemasaran dan
akses atau hubungan. Setelah itu menyusul
kebutuhan beasiswa pendidikan, kesehatan
gratis, dan infrastruktur penunjang mata
pencaharian warga (seperti irigasi dan jalan
usaha tani). Sebagian besar kebutuhan tersebut
sudah pernah dicoba untuk dipenuhi, terutama
oleh pemerintah dan juga kelompok masyarakat
sendiri. Namun usaha tersebut belum bisa
memenuhi kebutuhan masyarakat karena (1)
program yang ada tidak memadai untuk
memenuhi kebutuhan warga; (2) ada kondisi-
kondisi sosial-budaya di desa seperti
kecemburuan sosial dan bias elite atau
kelompok nonmiskin; dan (3) adanya
penyimpangan atau kurangnya efektivitas
30 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
pelaksanaan program yang mengurangi dampak
program dalam memenuhi kebutuhan desa.
PNPM-Perdesaan jarang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan utama warga
miskin. Program open menu PNPM lebih
banyak diarahkan untuk pembangunan
infrastruktur yang bersifat umum dan tidak
bersentuhan dengan kepentingan utama warga
miskin. Hal ini dikarenakan PNPM dipandang
sebagai program pembangunan desa untuk
kepentingan seluruh warga, bukan program
untuk warga miskin. Program SPP bisa
memenuhi sebagian kebutuhan modal, tetapi
warga miskin kesulitan mengaksesnya karena
ada syarat yang sulit dipenuhi warga miskin,
yaitu syarat ”produktif” yang di tingkat desa
diterjemahkan sebagai memiliki usaha,
sementara kebanyakan rakyat miskin tidak
mempunyai usaha apapun.
PNPM belum berhasil memberdayakan
masyarakat desa sepenuhnya. Hal ini
disebabkan (1) struktur kekuasaan di desa yang
sangat timpang karena adanya dominasi elite
desa sehingga warga miskin menjadi sangat
termarginalkan; (2) model pemberdayaan
PNPM menjadi sangat mekanistik dalam
pelaksanaannya: fasilitator hanya sekadar
memastikan terlaksananya tahapan-tahapan
program, tanpa ada usaha lebih jauh untuk
“menyadarkan” dan “meningkatkan kapasitas”
masyarakat terkait tujuan program untuk
mendorong terciptanya tata pemerintahan yang
baik (partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas)
serta meningkatkan kemampuan ekonomi
masyarakat dengan berbasiskan kemandirian;
(3) adanya kasus ketidaksesuaian antara
mekanisme program dan karakteristik budaya
lokal: PNPM mendorong partisipasi individual
dalam kegiatan program maupun dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa (4) kurang
efektifnya kerja fasilitator karena terlalu
banyaknya pekerjaan teknis dan administratif;
dan (5) sebagian fasilitator tidak berkualitas dan
tidak berpengalaman, serta sering terjadinya
rotasi wilayah bagi fasilitator dan tingginya
pergantian fasilitator.
Berdasar kenyataan diatas maka yang
lebih penting lagi adalah memperbaiki
budaya/kebiasaan perwakilan partisipatif oleh
kaum elite desa. Budaya perwakilan dalam
setiap kegiatan sangat merugikan keluarga
miskin, karena seringkali hasil keputusan tidak
mewakili kepentingan rakyat miskin.
Upaya pemberdayaan ekonomi
masyarakat tidak terlepas dari perluasan
kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan
masyarakat. Terkait dengan pemberdayaan
masyarakat dalam memperluas kesempatan
kerja, maka dipengaruhi salah satunya oleh
kebijakan pengembangan Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM). Pengembangan
UMKM terutamaUsaha kecil Menengah (UKM)
memiliki potensi yang strategis dalam rangka
pemberdayaan masyarakat, mengingat
pertumbuhan dan aktifnya sektor riil yang
dijalankan oleh UKM mampu memberikan nilai
tambah bagi masyarakat, yaitu tersedianya
lapangan kerja dan meningkatnya pendapatan.
Hal ini menunjukkan bahwa kelompok UKM
dapat menjadi penyeimbang pemerataan dan
penyerapan tenaga kerja.
Berkaitan dengan upaya pemberdayaan
ekonomi masyarakat, maka pelaksanaan PNPM
MPd harus bekerjasama dengan berbagai Dinas
terkait seperti Dinas Perdagangan dan Industri,
Dinas Koperasi, Dinas Sosial, Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan, Dinas Perikanan dan
Kelautan, Dinas Kesehatan dan Dinas terkait
yang lain.
Kerjasama dan saling koordinasi
dengan dinas terkait akan mempercepat proses
pemberdayaan masyarakat karena tiap-tiap
dinas mempunyai program yang hampir sama
yang bisa mendukung pelaksanaan PNPM MPd.
Sebagai contoh beberapa kegiatan pokok yang
dilakukan Dinas Koperasi dan UKM terhadap
UKM antara lain:
(1) Program pengembangan sistem
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 31
pendukung usaha UKM. Kegiatan pokok
yang akan dilaksanakan melalui program ini,
yaitu: a) sumber pembiayaan, khususnya skim
kredit investasi dan penyediaan skim
pembiayaan ekspor melalui lembaga modal
ventura dan lembaga non bank lainnya, terutama
yang mendukung UKM; b) Penguatan jaringan
pasar domestik produk-produk UKM melalui
pengembangan lembaga pemasaran,
jaringan/kemitraan usaha, dan sistem transaksi
usaha yang bersifat on-line, terutama bagi
komoditas unggulan berdaya saing tinggi;
c)Penguatan infrastruktur pembiayaan bagi
petani dan nelayan di perdesaan dan
pengembangan skim-skim pembiayaan alternatif
seperti sistem bagi hasil dana bergulir, sistem
tanggung renteng atau jaminan tokoh
masyarakat setempat sebagai pengganti agunan,
penyuluhan perkoperasian kepada masyarakat
luas; d) Fasilitasi pengembangan skim
penjaminan kredit melalui kerjasama bank dan
lembaga asuransi, dan fasilitasi bantuan teknis
kepada BPR dan Konsultan Keuangan Mitra
Bank (KKMB) untuk meningkatkan penyaluran
kredit bagi sektor pertanian; e)Penyediaan
dukungan pengembangan usaha mikro
tradisional dan pengrajin, melalui pendekatan
pembinaan sentra-sentra produksi/klaster
disertai dengan dukungan penyediaan
infrastruktur perdesaan; f) Bantuan perkuatan
untuk KSP/USP yang masih dapat melakukan
kegiatan; g) Memfasilitasi UKM untuk dapat
berdagang di pasar darurat yang disediakan
Departemen Perdagangan.
(2) Pemberdayaan usaha skala mikro.
Kegiatan pokok yang akan dilaksanakan melalui
program ini, yaitu: (a) Peningkatan kesempatan
dalam berusaha dengan penyediaan kemudahan
dan pembinaan teknis manajemen dalam
memulai usaha, perlindungan usaha, tempat
berusaha wirausaha baru, dan penyediaan skim-
skim pembiayaan alternatif untuk usaha; (b)
Penyelenggaraan pelatihan budaya usaha dan
perkoperasian serta fasilitasi pembentukan
wadah koperasi di daerah kantong-kantong
kemiskinan; (c) Peningkatan kapasitas
kelembagaan dan kualitas layanan LKM dan
KSP di sektor pertanian dan perdesaaan antara
lain melalui pembentukan sistem jaringan antar
LKM dan antara LKM dan bank; (d)
Pengembangan usaha mikro, kecil dan
menengah melalui pendekatan klaster di sektor
agribisnis dan agroindustri disertai pemberian
kemudahan dalam pengelolaan usaha, termasuk
dengan cara meningkatkan kualitas koperasi
sebagai wadah organisasi untuk meningkatkan
skala ekonomi usaha dan efisiensi kolektif;(e)
Memfasilitasi sarana usaha bagi usaha skala
mikro, yang berlokasi di sekitar tenda-tenda
penampungan, dan pasar darurat yang
pelaksanaan dikoordinasikan oleh Departemen
Perdagangan; (f) Peningkatan kredit skala mikro
dan kecil serta peningkatan kapasitas dan
jangkauan pelayanan KSP/USP; (g)
Peningkatan pengetahuan dan kemampuan
kewirausahaan pengusaha mikro dan kecil.
(Eko; Sutoro,2004).
Selain pelatihan ketrampilan kepada
masyarakat miskin yang tak kalah pentingnya
adalah melakukan penyuluhan dan pelatihan
mengenai kebiasaan berusaha secara mandiri,
melatih kebiasaan kreatif, tanggap pada alam,
situasi dan kondisi sekitarnya, menimbulkan
pola berfikir yakin pada kemampuan sendiri,
tekun, ulet dan tidak mengenal putus asa.
KESIMPULAN
Bisa disimpulkan bahwa hasil penelitian
menunjukkan (1) Pencapaian kinerja program
untuk pelaksanaan kegiatan PNPM-MPd Tahun
2012 mengalami keterlambatan bila
dibandingkan dengan Rencana Kegiatan Tindak
Lanjut (RTKL) yang telah ditetapkan di tingkat
Kabupaten maupun Provinsi. (2) Kegiatan
pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat
(BLM), terkendala proses penanganan
tunggakan dan penyalahgunaan dana. (3)
Pelaksanaan kegiatan prasarana terkendala
32 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
cuaca yang sudah memasuki musim penghujan,
terutama untuk daerah pegunungan (4)
Keterlambatan di bidang perencanaan
berdampak pada terlambatnya penyelesaian
disain dan Rencana Anggaran Bulanan (RAB)
serta Musyawarah Antar Desa (MAD)
Penetapan, disamping terkendala tingkat
pengembalian yang belum mencapai
kesepakatan di forum MAD. Strategi
pemberdayaan yang diperlukan adalah (1)
strategi untuk menurunkan jumlah tunggakan
baik Simpan Pinjam khusus Perempuan (SPP)
maupun Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang
terlalu besar dengan memberikan bimbingan
tehnis kepada UPK dan FK untuk mengambil
langkah-langkah penanganan/identifikasi
terhadap tunggakan yang ada di masing-masing
kelompok secara rutin (2) Perlu pemahaman
ulang terhadap FK/FT tentang peran
kelembagaan yang sudah terbentuk terutama
terkait dengan peran dan fungsinya yang belum
optimal dengan cara meningkatkan
pendampingan terhadap kelembagaa yang ada.
Terkait dengan pelaksanaan dana
bergulir, perlu strategi untuk menurunkan
jumlah tunggakan baik SPP maupun UEP yang
terlalu besar dengan memberikan bimbingan
teknis kepada UPK dan FK untuk mengambil
langkah-langkah penanganan/identifikasi
terhadap tunggakan yang ada masing-masing
kelompok secara rutin. Hal ini untuk
mengetahui apakah tunggakan tersebut murni
tunggakan atau ada indikasi penyalahgunaan
sehingga dapat diambil langkah-langkah
penyelesaiannya.
DAFTAR RUJUKAN
Anselm Strauss, Juliet Corbin; 1995, Basic of
Qualitative Research, Techniques and
Procedures for Developing Grounded
Theory, Sage Publications, International
Educational and Profesional Publisher,
London.
Bogdan, Robert C; Biklen, Knopp Sari, 1982;
Qualitative Research For Education; An
Introduction to Theory and Methods;
Allyn and Bacon; Boston;.
BPS-RI. 2010. Berita Resmi Statistik: Profil
Kemiskinan di Indonesia Maret
2010.(Online),
(http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskin
an.pdf), diakses 29 Desember 2011.
Departemen Dalam Negeri Direktorat
Jenderal Pemberdayaan Masyarakat
dan desa. 2008. Jakarta: Departemen
Dalam Negeri RI.
Eko, Sutoro. 2004. Reformasi Politik Dan
Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta: APMD Press.
Sulistiono, Budi, Dkk. 2010. Towards
Millenium Development Goals
(MDGs) Sebentar Lagi: Sanggupkah
Kita Menghapus Kemiskinan di
Dunia?. Bandung: ITB.
Sumodiningrat, Gunawan. 1998. Membangun
Perekonomian Rakyat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Undang-Undang RI No.25 Tahun 2000
Tentang Pemberdayaan Masyarakat.
Jaringan Dokumentasi Dan Informasi
Kementrian RI, (Online),
(http://www.kementrianri.go.id),
diakses 20 Maret 2012.
Tim Koordinasi Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan. 2008. Petunjuk Teknis
Operasional Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Perdesaan. Jakarta: Departemen
dalam Negeri Republik Indonesia.
http:www.pendidikanekonomi.com/2012/12/pe
mberdayaan-ekonomi-
masyarakat.html3sthash.nZTdisxZ.dpuf
IDENTITAS PENULIS
Nama : Dr. Nanis Hairunisya, M.M.( 085334503098)
Perguruan Tinggi: Universitas Panca Marga Probolinggo Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271- Jl. Letjen Suprapto Gg.Merdeka Utara 8 Kraksaan
[33]
PERANAN GURU DAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAM
MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA
DI SMA LAB UM MALANG
Dewi Endah Fajariana.
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstrak: Perubahan kurikulum sempat menyebabkan kecemasan di dunia pendidikan, namun pada
dasarmya kurikulum tersebut sama yaitu bertujuan untuk menghasilkan siswa yang memiliki daya
pikir dan kemampuan yang positif, sehingga siswa dapat mengembangkan dirinya secara optimal.
Hanya saja perbedaannya terletak pada sistem pengajaran di kelas. Pada paradigma lama proses
pembelajaran berpusat pada guru diubah dengan paradigma baru, bahwa pembelajaran berpusat pada
siswa. Oleh karena itu, guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran sehingga siswa senantiasa
termotivasi dan berminat untuk belajar. Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan untuk menjelaskan (1)
seberapa besar peran guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMA LAB UM Malang (2)
bagaimana prosedur penggunaan numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa
SMA LAB UM Malang
Penelitian ini berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai dengan kejadian yang terjadi dalam
penelitian, dan analisis data dilakukan secara induktif. Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan
maka pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. PTK ini dilaksanakan pada 3-27
November 2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang yang berjumlah 43 siswa.
Hasil penelitian dapat dipaparkan sebagai berikut: (1) peranan guru untuk meningkatkan minat
belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang sangat besar. (2) prosedur penggunaan
numbered heads together dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA LAB UM Malang sangat
berperan penting.
Terkait dengan hasil penelitian maka disarankan agar (1) Sebaiknya SMA Lab UM Malang
menggunakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan KTSP sebelum mengajar. (2)
Menggunakan alat peraga dalam mengajar di kelas agar dapat membangkitkan motivasi siswa dalam
belajar. (3) Membentuk kelompok belajar siswa di luar sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut
minimal seminggu satu kali.
Kata kunci: Guru, Numbered Heads Together dan Minat
PENDAHULUAN
Penyelenggaraan pendidikan secara
formal di sekolah bertujuan untuk mengatasi
permasalahan yang timbul baik di lingkungan
keluarga maupun di luar lingkungan keluarga.
Pendidikan yang formal di sekolah pada
dasarnya bertujuan untuk menyiapkan dan
menghasilkan siswa yang memiliki daya pikir
dan kemampuan yang positif, sehingga siswa
dapat mengembangkan dirinya secara optimal
sebagai individu dan sebagai makhluk sosial.
Keterbatasan kemampuan di sekolah sebagai
lembaga kependidikan formal mendorong
34 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
dikembangkannya usaha memperbaiki
kurikulum sekolah, penyeragaman buku yang
dipergunakan, penyediaan tenaga pendidik yang
kompeten dan usaha lain yang lebih khusus.
Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan,
merupakan kulminasi dari semua kegiatan
sekolah yang menyangkut tentang pendidikan
yang dilaksanakan baik di sekolah maupun
diluar sekolah. Hal ini menuntut perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan,
dan koordinasi yang baik.
Sasaran yang ingin dicapai dari
pelaksanaan KTSP adalah lahirnya pribadi
siswa yang memiliki seperangkat pengetahuan,
keterampilan nilai dan sikap serta pola tingkah
laku yang baik dan tepat menggunakannya di
dalam penyelenggaraan pendidikan dan
pengajaran baik di sekolah maupun di luar
sekolah. KTSP dipergunakan pula dalam mata
pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk
membekali lulusannya dengan berbagai
pengetahuan dan pemahaman agar mereka
menguasai dan mampu menerapkan konsep
dasar prinsip, prosedur akuntansi yang benar
baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan
maupun kepentingan masyarakat sehingga dapat
menumbuhkan minat belajar siswa. Namun,
agar akuntansi menjadi pelajaran yang menarik
dan diminati siswa, sangat diharapkan adanya
peranan guru dan numbered heads together
dalam upaya menumbuhkan minat belajar siswa
terhadap materi pelajaran akuntansi dengan
cara: Melibatkan siswa agar dapat belajar secara
aktif, baik fisik, mental dan sosial dalam arti
siswa dapat belajar mandiri ataupun bersama-
sama demi meningkatkan minat belajar siswa
terhadap mata pelajaran akuntansi.
Pada dasarnya mata pelajaran akuntansi
bersifat membina keterampilan, ketekunan,
kecerdasan dan ketelitian. Untuk itu diperlukan
minat yang kuat dari siswa terhadap mata
pelajaran akuntansi. Kenyataan yang dihadapi
banyak keluhan dari siswa dalam mengikuti
mata pelajaran akuntansi. Salah satu penyebab
kurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran
tersebut. Minat yang ada dalam diri siswa,
menurut pendapat Moh Surya (1998:241) adalah
sebagai berikut:
1) Minat Volinter
Adalah minat yang timbul secara sukarela
dari pihak siswa tanpa ada pengaruh yang
sengaja ditimbulkan dari luar.
2) Minat Involinter
Adalah minat yang timbul dari dalam diri
siswa dengan pengaruh suatu situasi yang
diciptakan oleh pengajar.
3) Minat Non Volinter
Adalah minat yang ditimbulkan secara
disengaja.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
seorang guru dan numbered heads together
harus dapat menumbuhkan minat belajar siswa.
Penelitian tindakan kelas ini, bertujuan
untuk menjelaskan (1) seberapa besar peran
guru dalam menumbuhkan minat belajar siswa
di SMA LAB UM Malang (2) bagaimana
prosedur penggunaan numbered heads together
dalam menumbuhkan minat belajar siswa SMA
LAB UM Malang
METODE
Dalam penelitian ini, peneliti ingin
memperoleh data yang mendalam secara alami
tentang proses pembelajaran yang terjadi di
lapangan. Penelitian ini lebih menekankan pada
proses pembelajaran daripada hasil akhir
pembelajaran. Pembelajaran akan berlangsung
dalam keadaan yang alami. Data hasil penelitian
berupa kata-kata dan akan dipaparkan sesuai
dengan kejadian yang terjadi dalam penelitian,
dan analisis data dilakukan secara induktif.
Selain itu kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Sesuai dengan karakteristik yang dikemukakan
di atas maka pendekatan penelitian ini adalah
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 35
pendekatan kualitatif. Hal ini sesuai dengan ciri-
ciri penelitian kualitatif yang dikemukakan oleh
Moleong (2002), yaitu: (1) peneliti bertindak
sebagai instrumen utama, karena disamping
pengumpul data dan penganalisis data, peneliti
juga terlibat langsung dalam proses penelitian,
(2) mempunyai latar alami, (natural setting),
data yang diteliti dan dihasilkan akan
dipaparkan sesuai dengan yang terjadi
dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat
deskriptif, karena data yang dikumpulkan bukan
berupa angka-angka melainkan berupa kata-
kata, (4) lebih mementingkan proses daripada
hasil, (5) adanya batas permasalahan yang
ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6)
analisis data cenderung bersifat induktif.
Ditinjau dari bagaimana penelitian
dilakukan, maka penelitian ini termasuk ke
dalam penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini
sesuai pendapat yang dikemukakan oleh
Arikunto (2002) bahwa bila penelitian tindakan
yang berkaitan dengan bidang pendidikan dan
dilaksanakan dalam kawasan suatu kelas, maka
penelitian ini dinamakan penelitian tindakan
kelas. Pemilihan jenis PTK karena
permasalahan yang diteliti berawal dari
permasalahan yang terjadi di kelas. Selain itu
peneliti terlibat langsung dan sudah
merupakan tugas peneliti sebagai pendidik yang
harus selalu berusaha meningkatkan mutu
pendidikan. PTK merupakan kajian tentang
situasi sosial dan pandangan untuk
meningkatkan mutu tindakan yang ada di
dalamnya (Elliott dalam Wiriaatmadja, 2006).
Tahap-tahap dalam penelitian ini dikembangkan
berdasarkan model spiral dari Kemmis dan
Taggart (1988) yang terdiri dari 4 tahap yaitu
perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
(Wiriaatmadja, 2006).
PTK ini dilaksanakan pada 3-27 November
2009 di Kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang
yang berjumlah 43 siswa dan mata pelajaran
yang diajarkan pada saat itu adalah Akuntansi
dengan materi pelajaran melakukan posting dari
jurnal umum ke buku besar.
Paparan Data Dan Hasil Penelitian
Situasi dan kondisi pada saat proses
belajar mengajar berlangsung Guru menjelaskan
tentang buku besar, bentuk-bentuk buku besar
dan cara memposting dari jurnal ke buku besar.
Penjelasan ini disertai dengan contoh-contoh
transaksi akuntansinya. Setelah penjelasan
materi tentang buku besar dan memposting
jurnal ke buku besar selesai, guru memberikan
waktu bagi siswa yang ingin bertanya tentang
materi yang belum jelas. Untuk mengetahui
daya serap siswa. Guru meminta siswa untuk
membuat kelompok. Setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor (satu kelompok ada
4 nomor). Guru memberikan tugas pada setiap
kelompok untuk mengerjakan posting buku
besar dari jurnal umum yang telah tersedia.
Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang
benar dan memastikan tiap anggota kelompok
dapat mengerjakannya/ mengetahui
jawabannya. Setelah selesai diskusi dalam
kelompok, guru memanggil salah satu nomor
siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerjasama mereka. Setelah ada anggapan
dari teman yang lain, kemudian guru
menunjukkan nomor yang lain maksimal 10
nomor siswa dan tindakan terakhir adalah guru
membantu siswa dalam menyimpulkan materi
yang dibahas.
Rangkuman hasil penelitian menjabarkan
tentang hasil penelitian meliputi hasil
pembelajaran baik pada saat pra tindakan,
tindakan, observasi dan refleksi di tunjukkan
pada tabel rekapitulasi sebagai berikut:
36 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
1.1. Tabel penilaian afektif siswa dalam
kelompok:
Aspek yang dinilai 1 2 3 4
1. Kerjasama
2. Inisiatif mengemukakan
pendapat
3. Menghargai pendapat
teman
4. Tenggang rasa
5. Komunikasi dengan
teman
√
√
√
√
√
Keterangan:
Beri tanda centang (√) pada kolom yang
dipilih :
Skor 1 : Kurang
2 : Cukup
3 : Baik
4 : Baik sekali
1.2. Tabel rekapitulasi hasil pembelajaran:
Deskriptor Pra tindakan Siklus I
Aktivitas Tidak
memiliki
motivasi
Memiliki
motivasi
Inovasi Tidak ada Ada
Kreativitas Sedikit Banyak
Efektif Tidak Ya
Menyenangkan Tidak Sangat
menyenangkan
Peran guru Sedikit Sangat berperan
Nilai-nilai rata-
rata
Sedang Tinggi
PEMBAHASAN
1. Peranan guru untuk meningkatkan minat
belajar akuntansi kelas XI IPS 3 SMA Lab
UM Malang. Minat yang ada dalam diri
siswa, menurut pendapat Moh Surya
(1998:241) adalah sebagai berikut:
(a) Minat Volinter
Adalah minat yang timbul secara
sukarela dari pihak siswa tanpa ada
pengaruh yang sengaja ditimbulkan dari
luar.
(b) Minat Involinter
Adalah minat yang timbul dari dalam
diri siswa dengan pengaruh suatu situasi
yang diciptakan oleh pengajar.
(c) Minat Non Volinter
Adalah minat yang ditimbulkan secara
disengaja.
Berdasar pada minat involinter
tersebut, peranan guru untuk meningkatkan
minat siswa belajar akuntansi kelas XI IPS 3
SMA Lab UM Malang sangat besar yaitu
sebagai berikut:
a. Memberikan materi pelajaran akuntansi
dengan menggunakan metode mengajar
yang sesuai dengan silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
b. Menggunakan alat peraga yang jelas dan
dapat dipahami oleh siswa.
c. Memberikan latihan akuntansi setelah
materi selesai diterangkan.
d. Memberikan tugas pada siswa.
e. Memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa latihan dan tugas yang telah
diberikan.
f. Memberikan contoh tauladan yang baik
kepada siswa.
g. Memperhatikan situasi dan kondisi
lingkungan sekolah.
h. Situasi dan kondisi yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru
adalah:Menciptakan suasana kelas yang
menyenangkan, Penataan meja dan kursi
yang baik dan Peningkatan lingkungan
sekolah yang segar, yaitu dengan
melaksanakan penghijauan.
i. Metode mengajar yang dapat dilakukan
oleh guru, menurut pendapat E. Kusmana
P. (1995:166), terdiri dari:Metode
ceramah, Metode diskusi, Metode tanya
jawab, Metode pemberian tugas, Metode
demonstrasi, Metode pemecahan
masalah, Metode sosiodrama, Metode
eksperimen, Metode pembagian
kelompok, Metode karya wisata, Metode
berprogram, Metode unit dan Metode
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 37
teori teaching. Sedangkan metode yang
dianggap efektif untuk diterapkan dalam
pelaksanaan pengajaran akuntansi adalah
Metode ceramah, Metode tanya jawab,
Metode pemecahan masalah, Metode
pemberian tugas
2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif
Numbered Heads Together untuk
meningkatkan minat siswa belajar akuntansi
kelas XI IPS 3 SMA Lab UM Malang
Johnson and Johnson (dalam Nurhadi,
2004) menunjukkan adanya berbagai
keunggulan pembelajaran kooperatif,
diantaranya sebagaimana diuraikan berikut
ini: (a) Memudahkan siswa melakukan
penyesuaian sosial, (b) Mengembangkan
kegembiraan belajar yang sejati. (c)
Memungkinkan para siswa belajar mengenai
sikap, keterampilan, informasi, perilaku
sosial dan pandangan. (d) Memungkinkan
terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai
sosial dan komitmen. (e) Meningkatkan
keterampilan metakognitif. (f)
Menghilangkan sifat mementingkan diri
sendiri atau egois dan egosentris. (g)
Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan
sosial. (h) Menghilangkan siswa dari
penderitaan akibat kesendirian atau
keterasingan. (i) Membangun persahabatan
yang dapat berlanjut hingga masa dewasa. (j)
Mencegah timbulnya gangguan jiwa,
menimbulkan perilaku rasional di masa
remaja. (k) Berbagai keterampilan sosial
yang diperlukan untuk memelihara hubungan
saling membutuhkan dapat diajarkan dan
dipraktekkan. (l) Meningkatkan rasa saling
percaya kepada sesama manusia. (m)
Meningkatkan keyakinan terhadap idea tau
gagasan sendiri dan (n) Meningkatkan
kesediaan menggunakan ide orang lain yang
dirasa lebih baik.
Model pembelajaran kooperatif banyak
macamnya, namun yang perlu diperhatikan
dengan menggunakan model pembelajaran
ini adalah cara belajar siswa menjadi lebih
mudah. Fathurrohman & Pupuh (2007)
dalam menetapkan metode mengajar, bukan
tujuan yang menyesuaikan dengan metode
atau karakter anak, tetapi metode hendaklah
menjadi variable dependen yang dapat
berubah dan berkembang sesuai dengan
kebutuhan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode adalah: (a)
tujuan yang hendak dicapai, (b) materi
pelajaran, (c) situasi, (d) fasilitas dan, (e)
guru (Faturrohman & Pupuh, 2007). Metode
pembelajaran yang digunakan diharapkan
untuk menghindari kebosanan dan
menimbulkan minat siswa dalam belajar,
untuk itu guru sebaiknya mengadakan variasi
dalam pembelajarannya.
Model pembelajaran Numbered Heads
Together sangat sesuai dengan standar dalam
kurikulum satuan pendidikan. Metode
pembelajaran kooperatif merupakan salah
satu metode pembelajaran yang mampu
meningkatkan minat dan keterampilan siswa
dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.
Ada beberapa model pembelajaran inovatif
lainnya, namun guru harus mampu memilih
secara tepat dengan berbagai pertimbangan.
Dengan diterapkan model pembelajaran di
dalam kelas, diharapkan mampu
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Keterbatasan kemampuan di sekolah
sebagai lembaga kependidikan formal
mendorong dikembangkannya usaha
memperbaiki kurikulum sekolah, penyerapan
buku yang dipergunakan, penyediaan tenaga
pendidik yang kompeten dan usaha lain. Dari
hal di atas diperlukan penggunaan kurikulum
tingkat satuan pendidikan.
KTSP dipergunakan pula dalam mata
pelajaran akuntansi dengan tujuan untuk
38 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
membekali lulusannya dengan berbagai
pengetahuan dan pemahaman terhadap materi
pelajaran yang telah dijelaskan.
Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Guru sebagai tenaga pendidik diharapkan
menjadi tenaga pendidik yang sanggup
memberikan semangat dan keinginan belajar
pada siswa. Keberhasilan guru dapat dilihat dari
hasil kegiatan belajar mengajar yang dapat
dicapai oleh siswa didiknya.
2. Guru sebagai motivator dalam menumbuhkan
minat belajar siswa SMA Lab UM Malang
adalah sebagai berikut:
a. Memberikan materi pelajaran yang
disesuaikan dengan Garis Besar Program
Pengajaran dan dengan model
pembelajaran inovatif
b. Menggunakan alat peraga yang dapat
dimengerti oleh siswa.
c. Memberikan latihan.
d. Memberikan tugas.
e. Memberikan pengarahan dan bimbingan
pada siswa.
f. Memberikan contoh tauladan.
g. Memperhatikan situasi dan kondisi
sekolah.
h. Membentuk kelompok belajar di luar
sekolah
3. Adanya kebaikan guru sebagai motivator
yang diterapkan di SMA Lab UM Malang
dalam mengarahkan siswa dan organisasi
sekolah agar mau belajar secara berhasil,
sehingga tercapai keinginan para siswa untuk
mencapai tujuan dengan disertai minat
belajar yang kuat dalam diri siswa.
Sedangkan kelemahan disini, tidak
ditemukan.
Saran
Pada bagian ini penulis akan
mengemukakan saran-saran yang sekiranya
dapat bermanfaat bagi SMA Lab UM Malang
dan akan membawa kemajuan serta kebaikan
bagi siswa SMA Lab UM Malang yaitu:
1 Sebaiknya SMA Lab UM Malang
menggunakan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang sesuai dengan KTSP
sebelum mengajar.
2 Menggunakan alat peraga dalam mengajar di
kelas agar dapat membangkitkan motivasi
siswa dalam belajar.
3 Membentuk kelompok belajar siswa di luar
sekolah dan mengontrol kegiatan tersebut
minimal seminggu satu kali.
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati, 1999. Belajar Dan Pembelajaran.
Jakarta, penerbit PT. Rineka Cipta.
E. Kusmana P, 1995. Proses Belajar Mengajar.
Penerbit IKIP Bandung.
Faturrohman, P & Sutikno, S. 2007. Strategi
Belajar Mengajar Melalui Penanaman
Konsep Umum dan Konsep Islami.
Bandung, penerbit PT. Refika Aditama.
Moh. Uzer Usman, 1997. Menjadi Guru
Profesional. Bandung, Penerbit
Rosakarya.
Moh. Surya, 1998. Psikologi Kependidikan.
Penerbit IKIP Bandung.
Ngalim Purwanto, 1996. Psikologi Pendidikan.
Bandung, penerbit Remaja Rosdakarya.
Rooijakkers, 1996. Mengajar Dengan Sukses.
Jakarta, penerbit PT. Grasindo.
Sharan, S. 2009. Cooperative Learning: Inovasi
Pengajaran dan Pembelajaran untuk
Memacu Keberhasilan Siswa di kelas.
Yogyakarta, penerbit Imperium.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 39
S. Nasution, 2000. Pengajaran Akuntansi.
Jakarta, Penerbit Yudistira.
Sugiyono, 2001. Metode Penelitian
Administrasi. Bandung, Penerbit Cv.
Alfabeta.
Sedarmayanti, 2002. Metode Penelitian.
Bandung, Penerbit Cv. Mandar Maju.
Winarno Surachmad, 1997. Metodologi
Pengajaran Nasional. Bandung, Penerbit
Janners.
Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
IDENTITAS PENULIS
Nama : Dewi Endah Fajariana.,S.Pd.,M.Pd.
Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo
Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271
Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
[40]
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA
GURU
Oleh: A. Zainudin
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji signifikansi hubungan antara pemberian motivasi
dengan produktivitas kerja guru. Penelitian dirancang dalam bentuk studi korelasi. Sampel penelitian
terdiri dari semua guru yang ada di SMA Negeri 2 Probolinggo. Data dikumpulkan dengan teknik
questionary dan wawancara. Instrumen penelitian telah diuji validitas dan uji reliabilitas. Data
dianalisis dengan statistik inferial menggunakan korelasi product moment dan uji “t” serta konsultasi
dengan tabel kritik koefisien korelasi product moment. Hasil penelitian menunjukkan adanya
hubungan positif yang signifikan di antara pemberian motivasi dengan produktivitas kerja guru.
Abstract: This study aims to examine the significance of the relationship between work motivation
and productivity of teachers. The research is designed in the form of correlation studies. The study
sample consisted of all teachers in the SMA Negeri 2 Probolinggo. Data collected by questionary and
interview techniques. The research instrument was tested for validity and reliability testing. Data were
analyzed using the Statistical inferial product moment correlation test and "t" as well as consulting
with tables criticism product moment correlation coefficient. The results showed a significant positive
correlation between the provision of teachers' work motivation and productivity.
Kata Kunci: motivasi, produktivitas kerja
PENDAHULUAN
Lembaga sekolah dan sumber daya
manusia dalam hal ini guru merupakan dua
unsur yang saling mendukung dan mempunyai
keterkaitan satu sama lain. Oleh karena itu
diperlukan kerja sama yang saling
menguntungkan antara kedua unsur tersebut.
Faktor tingginya mutu sumber daya manusia
merupakan unsur terpenting dan paling
menentukan bagi kelancaran administrasi dan
manajemen serta keberhasilan suatu organisasi.
Untuk mencapai keadaan tersebut diperlukan
pengembangan sumber daya manusia dalam
penguasaan materi kerja maupun informasi
terbaru yang diterima sebagai bagian dari
perkembangan global yang terus berjalan.
Permasalahan guru dan tenaga kerja pada
umumnya merupakan hal yang rumit dan
kompleks yang perlu dipecahkan. Hal ini
berkaitan dengan segala aspek kehidupannya
yang dinamis dan selalu berubah setiap saat.
Untuk memaksimalkan kegunaan dari
semua sarana yang ada, serta dalam usaha
menggerakkan dan mengarahkan daya potensi
manusia sebagai tenaga pendidik dan sebagai
tenaga kerja ke arah pemanfaatan yang optimal,
maka konsepsi motivasi merupakan bagian
penting untuk mendorong terwujudnya hal
tersebut. Sehubungan dengan itu dalam rangka
meningkatkan potensi dan daya kreasinya perlu
adanya daya penggerak. Daya pengerak tersebut
dapat berupa motivasi, pembinaan dan dorongan
untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Pada dasarnya manusia akan bersedia
melakukan kegiatan, apabila didorong oleh
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 41
keinginan yang muncul dari dalam dirinya demi
pencapaian kebutuhannya. Menurut Kartono
(1991:61) salah satu peran dan fungsi pimpinan
adalah “memberi atau membangun motivasi
kerja, … dan membawa para pengikutnya
kepada sasaran yang sesuai dengan ketentuan
waktu dan perencanaan”. Menurut Handoko
(1996: 215) Salah satu metode yang dapat
digunakan “untuk meningkatkan produktivitas
adalah metode-metode motivasi”. Banyak istilah
yang digunakan untuk menyebut motivasi
(motivation) atau motif, antara lain kebutuhan
(need), desakan (urge), keinginan (wish), dan
dorongan (drive). Dalam penulisan ini akan
digunakan istilah motivasi yang diartikan
sebagai “keadaan dalam pribadi sesorang yang
mendorong keinginan individu untuk
melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna
mencapai tujuan”. Menurut Nawawi (1998:352)
“Motivasi merupakan suatu kondisi yang
mendorong atau yang menjadi sebab seseorang
melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang
berlangsung secara sadar”. Robbins (1996:128)
“Motivasi adalah kesediaan untuk
mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi ke arah
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu
kebutuhan individual”. Menurut Sinungan
(1995:140) “Faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi adalah pencapaian penyelesaian tugas,
penghargaan, pekerjaan yang menarik dan
memberi harapan, kemajuan, supervisi,
hubungan antar personal, kondisi kerja, gaji,
status, keamanan kerja, kepemimpinan,
tanggungjawab, dan kebijakan pemerintah”.
Produktivitas diukur antara masukan dan
keluaran ekonomi, tetapi masukan manusia dan
sosial juga merupakan hal yang penting. Jika
hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka
produktivitas naik. Bila lebih banyak keluaran
dengan jumlah masukan sama, produktivitas
naik. Begitu pula, bila lebih sedikit masukan
digunakan untuk sejumlah keluaran sama,
produktivitas naik. Menurut Purwanto (2001:10)
manfaat pengukuran produktivitas adalah
“sebagai evaluasi hasil yang telah dicapai dari
suatu aktivitas, dan sebagai struktur dan sebab
terjadinya fluktuasi produktivitas serta sebagai
perencanaan dan peramalan aktivitas yang akan
datang”.
Produktivitas memiliki dua dimensi.
Dimensi pertama adalah efektivitas yang
mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang
maksimal yaitu pencapaian tarjet yang berkaitan
dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi
yang kedua berkaitan dengan upaya
membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atau bagian pekerjaan tersebut
dilaksanakan. Menurut Sinungan (1995:12)
Produktivitas merupakan “Interaksi terpadu
secara serasi dari tiga faktor esensial yaitu:
investasi termasuk penggunaan pengetahuan
dan teknologi serta research manajemen dan
tenaga kerja”.
Meningkatkan dan mencapai produktivitas
yang tinggi memerlukan individu-individu yang
produktif. Gilmore (dalam Umar, 1998:11)
menyatakan bahwa individu yang produktif
adalah individu yang tindakannya konstruktif,
percaya diri, memiliki rasa tanggung jawab,
cinta terhadap pekerjaannya, memiliki
pandangan ke depan, mampu menyelesaikan
persoalan, dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang berubah, mempunyai
kontribusi positif terhadap lingkungannya, dan
mempunyai kekuatan untuk mewujudkan
potensi
Peningkatan produktivitas merupakan
pembaharuan pandangan hidup dan kultural
dengan sikap mental memuliakan kerja atau
perluasan upaya memperbaiki kehidupan soaial
ekonomi. Dalam konteks persekolahan, untuk
mencapai produktivitas kerja yang maksimum,
lembaga sekolah harus menjamin terpilihnya
orang yang tepat dan berkelayakan dengan
pekerjaan yang tepat dalam arti sesuai dengan
42 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
bidangnya, serta beban jam bekerja dan kondisi
yang memungkinkan mereka bekerja optimal.
Berdasarkan paparan tersebut, maka
rumusan permasalahan dalam penelitian ini
adalah: “Adakah hubungan yang signifikan
antara pemberian motivasi dengan produktivitas
guru?”. Variabel motivasi bertindak sebagai
variabel bebas. Sedangkan variabel
produktivitas kerja sebagai variabel terikat.
Hubungan kedua variabel tersebut diukur
dengan rumus koefisien korelasi product
moment (product moment co-efficient of
correlation). Pada hakekatnya, nilai r dapat
berfariasi dari –1 melalui 0 hingga +1. Bila r = 0
atau mendekati 0, maka hubungan antara kedua
variabel sangat lemah. Jika r = +1 atau
mendekati 1, maka korelasi antara 2 variabel
dikatakan positif dan sangat kuat.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
signifikansi hubungan antara pemberian
motivasi dengan produktivitas kerja guru.
Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai
bahan informasi, sebagai bahan pertimbangan
dan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan
bagi manajer sekolah untuk meningkatkan
produktivitas kerja para guru melalui pemberian
motivasi kerja yang tepat dan benar.
METODE
Penelitian ini menggunakan pendekatan
studi korelasi. Cara yang dipilih untuk
mengumpulkan data dengan teknik questionary
dan interview secara langsung kepada
responden. Subyek penelitian ini adalah seluruh
tenaga pendidik atau guru yang ada di SMA
Negeri 2 Probolinggo. Tenaga pendidik yang
ada sejumlah 37 orang. Untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian ini, data yang
diperoleh melalui pemberian angket kepada para
Guru Tetap (GT) maupun Guru Tidak Tetap
(GTT), masing-masing variabel diukur dengan
skala likert. Alternatif pilihan jawaban dalam
instrumen penelitian terdiri dari alternatif
jawaban a, b, c, d, dan e, berturut-turut diberi
scor 5, 4, 3, 2, dan 1. Hasil angket kemudian
ditabulasi, mengubah skala ordinal menjadi
skala interval. Skala interval ini representatif
untuk korelasi produc moment.
Instrumen penelitian untuk memperoleh
data menggunakan kuisioner atau angket dan
pedoman wawancara sebagai sarana penunjang
kuisioner. Kuisioner dikembangkan oleh
peneliti dengan mengacu pada permasalahan
yang akan dicari jawabannya. Instrumen
kuisioner terdiri dari 17 item untuk variabel
motivasi dan 14 item untuk variabel
produktivitas dengan menggunakan skala likert.
Jawaban tiap item diberi skor maksimum 5
(lima) dan skor minimum 1 (satu). Dari hasil
pensekoran ini kemudian diolah dari data
ordinal menjadi data interval, sehingga sesuai
atau memenuhi syarat untuk diolah
menggunakan korelasi product moment.
Pedoman wawancara memuat hal-hal untuk
menggali informasi latar belakang responden
seperti identitas, tingkat pendidikan, status.
Namun demikian latar belakang responden ini
tidak dimasukkan dalam penskoran instrumen,
sehingga tidak termasuk dalam variabel yang
diteliti.
Benar tidaknya data sangat menentukan
bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedangkan
benar tidaknya data, tergantung dari baik
tidaknya instrumen pengumpul data. Untuk
mengetahui keampuhan instrumen dilakukan
pengujian item-item dan faktor-faktor yang ada
dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji
validitas dilakukan dengan analisis faktor dan
analisis butir. Analisis faktor dilakukan dengan
cara membandingkan koefisien korelasi masing-
masing faktor dengan nilai kritiknya. Analisis
butir dilakukan dengan cara membandingkan
koefisien korelasi masing-masing item dengan
total peubah dibandingkan dengan nilai
kritiknya. Jika koefisien korelasinya lebih besar
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 43
dari nilai kritiknya, maka pertanyaan-pertanyaan
yang diajukan ke responden dinyatakan valid.
Uji reliabilitas dilakukan dengan
membandingkan koefisien alpha dengan kriteria
reliabilitas instrumen. Jika koefisien alpha lebih
kecil dari 0.6 maka dinyatakan tidak reliabel
dan sebaliknya jika koefisien alpha lebih besar
dari 0.6 maka dinyatakan reliabel.
Hasil akhir penelitian ini sangat tergantung
pada keandalan instrumennya. Untuk tujuan
keandalan instrumen dilakukan uji validitas dan
uji reliabilitas. Uji validitas dilakukan dengan
analisis faktor dan analisis butir. Hasil analisis
faktor motivasi terhadap total skor adalah 0.90
dan analisis faktor produktivitas terhadap skor
totalnya adalah 0.88. Hasil analisis setiap butir,
dilakukan dengan mengkorelasikan skor-skor
yang ada pada butir yang dimaksud dengan skor
total. Hasil analisis dari butir 1 sampai dengan
butir 31 berturut-turut 0.437, 0.443, 0.442,
0.552, 0.484, 0.47, 0.488, 0.478, 0.352, 0.365,
0.387, 0.54, 0.406, 0.429, 0.627, 0.379, 0.403,
0.446, 0.437, 0.487, 0.534, 0.432, 0.507, 0.487,
0.572, 0.367, 0.478, 0.482, 0.532, 0.44, dan
0.415. Berdasarkan hasil ananlisis butir tersebut
berarti semua butir dinyatakan valid (di atas
batas r kritik 0.339). Penelitian ini uji reliabilitas
menggunakan rumus alpha. Berdasarkan hasil
perhitungan menunjukkan reliabilitas instrumen
motivasi dan produktivitas kerja dengan 31 soal
diketahui jumlah varians butir sebesar 25.24
sedangkan varians total sebesar 157.7 sehingga
koefisien alpha sebesar 0.87 maka instrumen
yang ada dikategorikan atau termasuk dalam
kriteria sangat reliabel. Instrumen yang dipakai
dalam penelitian valid dan reliable, berarti data
yang diperoleh dalam penelitian ini juga valid
dan reliabel.
Setelah diklasifikasi, diberi kode dan
ditabulasi, maka data yang terkumpul di analisis
secara kuantitatif. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis kuantitatif korelatif, kemudian
dilakukan pengujian data statistik inferial uji “t”
serta konsultasi tabel harga kritik koefisien
korelasi (r) product moment untuk mengetahui
signifikansi hubungan antara variabel
independen dan variabel dependen. Taraf
signifikansi sebesar 95%. Jika hasil thitung lebih
besar dari ttabel dan koefisien korelasi lebih besar
dari tabel harga kritik r product moment, berarti
terdapat hubungan yang signifikan antara
motivasi dengan produktivitas kerja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kuisioner untuk peneitian ini diberikan
kepada seluruh guru yang ada di SMA negeri 2
Probolinggo. Jumlah guru yang ada sebanyak 37
orang dan yang mengembalikan kuisioner
sebanyak 34 orang. Dari 34 kuisioner ini
kemudian dilakukan pengolahan data. Untuk
memudahkan memberikan penilaian kuantitatif
dari indikator yang dibutuhkan dalam
perhitungan korelasi, maka data-data yang telah
diberi skala pengukuran dengan memberikan
lambang angka, masing-masing diberikan
simbol. Dari tujuh belas instrumen variabel
motivasi, responden yang menjawab “a” (skala
sangat setuju diberi skor 5) jumlah jawaban
sebanyak 18.86%, Responden yang menjawab
“b” (skala setuju diberi skor 4) jumlah jawaban
sebanyak 52.08%. Responden yang menjawab
“c” (skala kurang setuju diberi skor 3) jumlah
jawaban sebanyak 14.71%. Responden yang
menjawab “d” (skala tidak setuju diberi skor 2)
jumlah jawaban sebanyak 9.69%. Responden
yang menjawab “e” (skala sangat tidak setuju
diberi skor 1) dijawab sebanyak 1.73%, dan
yang tidak menjawab item soal sebanyak
0.87%.
Hasil skoring motivasi dari 34 responden,
yang mendapat nilai skor tinggi di atas 80%
adalah: 1) meskipun cuti masih mendapat gaji
84.71%, 2) diberi bimbingan saat mengalami
kesulitan 84.12% 3) adanya suasana
kekeluargaan 83.53%, 4) pimpinan selalu
44 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
memperhatikan hasil kerja 81.18%. Skor
terendan di bawah 70% adalah: 1) pemberian
tugas di luar jam kerja 54.35%, 2) kepuasan
atas gaji yang diterima 64.13%, 3) tunjangan
yang diberikan sekolah 67.65 %, dan 4)
pimpinan selalu memberi pujian 69.41%.
Dengan demikian empat hal terakhir inilah yang
perlu mendapat perhatian pihak pengambil
keputusan.
Seperti yang telah disebutkan di muka
bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk
menguji signifikansi hubungan antara
pemberian motivasi dengan produktivitas kerja
guru. Uji signifikansi dilakukan dengan
membandingkan antara thitung dengan ttabel
dengan level of significans () 0.05 pada derajat
kebebasan atau degree of freedom n – 2 atau d.f.
= 32 diperoleh ttabel 2.03. Selain uji t dalam
penelitian ini juga membandingkan koefisien
korelasi dengan tabel r kritik product moment
pada n = 34 pada interval kepercayaan 95%
diperoleh 0.349.
Kuat tidaknya hubungan antara variabel
motivasi dengan variabel produktivitas kerja,
diperlukan tolok ukur yang dapat dipergunakan
untuk menghubungkan keduanya dapat diuji
dengan menggunakan koefisien korelasi product
moment. Hasil analisis data dipeoleh total
variabel bebas motivasi (X) adalah 2168. Total
variabel terikat produktivitas kerja guru sebesar
3892. X2 = 140134, Y2 = 88932, dan XY =
8437856. Hasil perhitungan diperoleh koefisien
korelasi (rXY) sebesar 0.577. Hasil ini
membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
positif antara motivasi dan produktivitas kerja
guru, dalam kategori memiliki keeratan yang
moderat. Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung
4.89. Sedangkan ttabel pada taraf kepercayaan
95% d.f. 32 diperoleh 2.03. Harga kritik r
product moment dengan interval kepercayaan
95% pada n = 34 memiliki batas kritik 0.349.
Koefisien korelasi 0.577 lebih besar dari 0.349.
Sehingga dapat diambil kesimpulan, ada
hubungan yang signifikan antara motivasi
dengan produktivitas kerja guru.
SIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil penelitian mengenai hubungan
antara motivasi dengan produktivitas kerja guru
dan dengan didasarkan pada uraian serta analisis
data dapat disimpulkan pelaksanaan motivasi
yang dilaksanakan dan produktivitas kerja guru
secara umum dapat dikatakan sudah baik 54.09
% jawaban responden menyatakan setuju.
Hasil perhitungan dengan menggunakan
analisis korelasi product moment diperoleh
koefisien 0.577. Hasil perhitungan diperoleh
nilai thitung lebih besar dari ttabel. Koefisien
korelasi lebih besar dari tabel r kritik product
moment pada n = 34 pada interval kepercayaan
95%. Hal ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
motivasi memiliki hubungan yang cukup erat
dan signifikan dengan produktivitas kerja guru.
Oleh karena motivasi memiliki hubungan
dengan produktivitas kerja, maka disarankan
kepada pengambil kebijakan dan keputusan
untuk memperhatikan dan meningkatkan
motivasinya terhadap para guru. Usaha
meningkatkan motivasi terutama dalam hal
kompensasi pemberian tugas di luar jam kerja,
pemberian gaji, dan tali asih kepada guru yang
mutasi atau purna tugas, serta reward kepada
guru yang telah menyelesaikan tugas. Jika hal
ini dilakukan diharapkan produktivitas kerja
para guru dapat lebih meningkat lagi.
Penelitian ini hanya terbatas pada mencari
hubungan antara motivasi dengan produktivitas
kerja guru. Disaranakan untuk peneliti
selanjutnya meneliti pengaruh faktor-faktor
motivasi serta meneliti faktor mana yang paling
dominan terhadap produktivitas kerja guru.
Sehingga dengan penelitian ini dapat dipakai
sebagai dasar pijakan untuk pengambilan
keputusan pihak pimpinan sekolah dengan tepat.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 45
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan
Praktek, Edisi Revisi IV. Jakarta:
Rineka Cipta.
Handoko, T.H. 1996. Dasar-dasar
Manajemen Produksi dan Operasi.
Yogyakarta: BPFE.
Kartono, K. 1991. Teori Kepribadian.
Bandung: CV Mandar Maju.
Nawawi, Hadari. 1998. Manajemen Sumber
Daya Manusia untuk Bisnis yang
Kompetitif. Yogyakarta: Gajah Mada
Univercity Press.
Purwanto, Wahyu. 2001. Manajemen
produksi. Yogyakarta: STIE Mitra
Indonesia.
Robbins, Stephen.1996. Perilaku Organisasi
Konsep Kontroversi Aplikasi, Edisi
Bahasa Indonesia.Jakarta: PT
Prenhalindo.
Sinungan, Muchdarsyah. 1995. Produktivitas,
Apa dan Bagaimana, Edisi 2. Jakarta:
Bumi Aksara.
Umar, Husein. 1998. Riset Sumber daya
Manusia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Umum.
IDENTITAS PENULIS
Nama : A. Zainudin, M.M.
Perguruan Tinggi: Universitas Panca Marga Probolinggo
Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271
Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
46 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Lampiran-lampiran: Hasil Angket
Motivasi
RES.
Item
X 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 3 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 76
2 2 4 4 4 3 4 5 5 5 5 4 3 4 4 5 5 4 70
3 1 2 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 5 4 4 4 3 59
4 2 4 4 3 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 61
5 3 5 4 5 4 5 5 5 5 4 4 3 5 4 5 4 5 75
6 3 2 4 4 3 4 4 4 5 5 2 2 5 4 4 5 5 65
7 2 4 4 4 3 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 70
8 2 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 3 4 4 4 72
9 1 2 3 3 3 2 5 5 3 5 3 3 4 3 4 5 4 58
10 2 4 1 2 2 0 4 2 3 4 2 4 5 4 5 5 3 52
11 2 5 2 2 2 4 4 2 5 5 2 2 4 0 4 4 5 54
12 2 3 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63
13 2 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 4 61
14 1 2 2 5 3 5 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 63
15 2 2 2 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 63
16 4 4 5 4 3 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 4 4 73
17 3 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 60
18 2 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 5 4 4 4 4 63
19 4 4 3 4 5 5 4 5 4 3 4 4 5 3 4 5 4 70
20 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5 5 4 74
21 4 5 3 4 4 5 5 4 4 5 4 5 5 3 5 5 4 74
22 4 4 2 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 64
23 2 4 4 4 5 4 4 5 4 2 4 4 4 2 3 4 2 61
24 2 4 4 4 4 5 4 4 3 4 3 3 4 2 4 4 2 60
25 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 72
26 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 62
27 3 4 4 4 4 2 2 4 4 4 4 2 3 3 3 4 5 59
28 3 3 2 2 3 4 4 3 0 3 3 3 4 4 3 3 4 51
29 3 4 4 4 3 4 4 3 3 1 1 5 5 4 5 4 4 61
30 2 2 3 3 2 4 4 5 4 3 1 2 1 3 2 4 2 47
31 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 65
32 3 3 2 5 3 1 4 1 4 2 5 3 4 3 3 4 3 53
33 4 4 4 4 0 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 62
34 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 5 4 75
Jumlah 89 124 109 134 115 129 144 134 135 136 124 121 142 118 138 143 133
kuadrat 265 484 383 550 423 537 624 562 567 576 486 453 614 436 576 611 541
var. = 0.94 0.93 0.99 0.64 1.00 1.4 0.42 1.00 0.91 0.94 0.99 0.66 0.62 0.78 0.47 0.28 0.61
VT = 158
Alpha = 0.87
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 47
Produktivitas
Res. Item Y
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 4 3 4 5 4 5 5 4 3 4 3 5 5 5 59
2 4 5 4 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 52
3 2 4 4 3 2 4 4 4 3 3 5 3 4 3 48
4 2 1 4 2 1 4 4 2 2 4 2 4 3 4 39
5 3 3 4 5 3 5 5 3 1 3 4 4 5 4 52
6 4 4 5 4 2 5 4 3 1 1 3 4 3 4 47
7 5 4 5 5 4 5 5 4 4 4 4 5 4 4 62
8 2 4 4 4 2 5 4 4 4 5 4 4 4 4 54
9 1 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 49
10 2 3 5 5 5 5 4 2 1 2 4 4 4 5 51
11 2 1 4 2 1 4 2 2 2 4 2 0 4 4 34
12 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 52
13 2 3 4 4 4 5 5 3 3 4 4 4 4 4 53
14 2 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 52
15 2 1 4 2 2 4 4 3 2 3 4 3 4 4 42
16 2 3 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 4 3 52
17 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 4 4 50
18 2 4 5 5 4 5 5 3 2 4 3 4 4 5 55
19 4 3 5 4 3 5 4 4 4 5 4 5 5 5 60
20 1 2 5 4 3 5 4 4 4 5 5 5 0 5 52
21 5 4 5 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 64
22 2 4 4 4 0 4 4 4 4 4 4 4 4 4 50
23 2 3 3 2 1 4 4 2 3 2 2 4 3 4 39
24 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 0 3 4 47
25 2 3 5 4 5 5 5 4 3 4 4 3 4 4 55
26 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 49
27 4 3 5 1 2 5 5 5 4 5 3 4 3 4 53
28 3 2 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 45
29 5 4 5 4 4 5 5 3 3 5 5 4 5 5 62
30 2 4 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 48
31 2 3 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 53
32 2 2 4 4 3 5 5 2 3 4 4 3 0 2 43
33 2 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 1 3 44
34 3 4 5 5 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 57
Jumlah 94 109 144 127 107 149 144 114 102 128 120 128 121 137 3.892
Kuadrat 302 381 622 507 389 665 622 402 332 510 448 522 479 567 15.436
varian 1.24 0.93 0.36 0.96 1.54 0.35 0.3564 0.58 0.76 0.83 0.72 1.18 1.42 0.44 25.24
Validitas 0.45 0.44 0.49 0.53 0.43 0.51 0.49 0.57 0.37 0.48 0.48 0.53 0.44 0.42
r kritik, n = 34 = 0.339
r = 0.577
th = 4.89
tt = 2.576
[48]
PENGARUH CITRA DAN KEPERCAYAAN MEREK PADA PEMBELIAN
DENGAN KETERLIBATAN PRODUK SEBAGAI PEMODERASI DAN NIAT
PEMBELIAN SERTA TAMBAHAN MEREK SEBAGAI PEMEDIASI
(Studi Pada Produk Kue Kering Zaha Barokah
Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur)
Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
Abstraks: Penelitian ini bertujuan (1) Untuk mengetahui citra merek berpengaruh terhadap niat
membeli konsumen. (2) Untuk mengetahui keterlibatan produk sebagai variabel moderator
mempengaruhi citra merek terhadap membeli konsumen. (3) Untuk mengetahui citra merek
berpengaruh terhadap kepercayaan merek. (4) Untuk mengetahui kepercayaan merek berpengaruh
terhadap tambahan merek. (5) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian
sekarang. (6) Untuk mengetahui tambahan merek berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang.
(7) Untuk mengetahui niat membeli berpengaruh terhadap pembelian sekarang. (8) Untuk mengetahui
pembelian sekarang berpengaruh terhadap pembelian yang akan datang.
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen Produk Kue Kering Zaha Barokah Di Ponpes
Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur. Responden penelitian ini seluruhnya
berjumlah 350 orang konsumen produk kue kering Zaha Barokah. Besarnya ukuran sampel memiliki
peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk
mengestimasi sampling error. Model estimasi menggunakan generalized least square (GLS)
menetapkan jumlah minimum sampel yang diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden dalam
penelitian ini adalah sebesar 350 konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah sesuai dengan syarat
minimum yang direkomendasikan dalam metode GLS.
Hasil analisis H1 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan niat
membeli dan setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek
tidak dapat mempengaruhi niat membeli. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan.
H3 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara citra merek dan kepercayaan merek dan
setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan citra merek tidak dapat
mempengaruhi kepercayaan merek. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara
kepercayaan merek dan tambahan merek dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai pemoderasi mengindikasikan kepercayaan merek dapat mempengaruhi tambahan merek. H5
mengindikasikan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian
sekarang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi
mengindikasikan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian sekarang. H6 juga
mengindikasi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tambahan merek dan pembelian yang
akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi
mengindikasikan hubungan tambahan merek tidak dapat mempengaruhi pembelian yang akan datang.
H7 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara niat membeli dan pembelian sekarang dan
setelah kehadiran keterlibatan produk sebagai pemoderasi mengindikasikan niat membeli dapat
mempengaruhi pembelian sekarang. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang signifikan antara
pembelian sekarang dan pembelian yang akan datang dan hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai pemoderasi mengindikasikan pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi
pembelian yang akan datang.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 49
Kata kunci : Citra Merek, Kepercayaan Merek, Tambahan Merek, Keterlibatan Produk, Niat
Membeli, Pembelian Sekarang, Pembelian Yang Akan Datang.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebuah komunikasi yang dilakukan dalam
pemasaran merupakan suatu penyampaian pesan
yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
menginformasikan mengenai sebuah produk.
Tujuannya agar sasaran konsumen yang menjadi
target dapat memahami mengenai produk
tersebut. Sehingga konsumen mulai melakukan
suatu pengorganisasian pesan didalam otak
sehingga diinterpretasikan menjadi sebuah
pemaknaan persepsi. Karena persepsi konsumen
mengenai sebuah produk itu sangat penting.
Oleh karena itu, pemberian merek atau brand
pada sebuah produk sangatlah penting karena
dengan adanya merek, suatu produk dapat
dikenal dan ketahui dengan mudah oleh
konsumen. Tidak hanya oleh kosumen tapi juga
oleh penjual atau agen distributor.
Dalam merek itu terdapat citra terhadap
merek itu sendiri. Menurut Keller (dalam
Ferrinadewi, 2008:165) citra merek atau dalam
bahasa Inggrisnya brand image adalah persepsi
tentang merek yang merupakan refleksi memori
konsumen akan asosiasinya pada merek
tersebut. Persepsi yang dimunculkan oleh
konsumen tidak hanya citra terhadap merek saja
namun juga pada produsennya. Seperti apa
produsennya atau perusahaannya dan
bagaimana kepopuleran nama perusahaannya.
Apabila kesan dari perusahaan tersebut adalah
positif maka dalam artian perusahaan tersebut
mempunyai kredibilitas yang tinggi sebagai
perusahaan yang sudah terkenal. Zaha Barokah
yang merupakan merek produk kue kering juga
akan dipersepsikan oleh konsumen.
Zaha Barokah merupakan merek produk
kue kering yang cukup dikenal dikalangan santri
dan alumni Pondok Pesantren Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo, produk ini
juga dijalankan oleh seorang alumni Pondok
Pesantren tersebut sehingga merek Kue Kering
Zaha Barokah memiliki pangsa pasar yang
cukup luas dibeberapa kota dijawa timur bagian
timur, seperti: Probolinggo, Situbondo,
Bondowoso, dan kota-kota lainnya terkait
dengan alumni Pondok Pesantren tersebut dan
santri Pondok Pesantren tersebut juga. Merek
produk ini mengadopsi nama dari Pondok
Pesantren Zainul Hasan Genggong itu sendiri
menjadi Zaha Barokah. Produk ini juga
bertujuan untuk bisa bertahan lama dipasaran
dan menhasilkan pendapatan yang diharapkan
oleh produsen baik dalam jangka waktu dekat
maupun dalam jangka panjang.
Menurut Aaker, 1991, 1996, Kapferer,
2004, dan Keller, 2003. Membangun merek
yang kuat merupakan salah satu tujuan paling
penting dari produk dan manajemen merek.
Merek yang kuat menghasilkan aliran
pendapatan yang lebih tinggi, baik jangka
pendek dan jangka panjang. Oleh karena itu,
tujuan yang dinyatakan oleh manajemen merek
strategis adalah untuk membangun merek yang
berlangsung selama puluhan tahun dan dapat
memanfaatkan dalam kategori produk yang
berbeda dan pasar (Aaker, 1996).
Sebuah brand image yang baik harus
dikomunikasikan untuk membantu menetapkan
posisi merek, melindungi merek dari kompetisi,
meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena
itu memainkan peran integral dalam
membangun ekuitas merek jangka panjang
(Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et
al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan,
1994). Citra merek penting karena berkontribusi
50 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak
dari merek itu sendiri (Dolich, 1969) dan hal itu
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein,
1967).
Penelitian ini juga terdapat tes untuk
pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk.
Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan
ditemukan untuk menahan dari beberapa
kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman
dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan
moderasi adalah penting sebagai alat bantu
peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa
suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan
pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya
hanya menggunakan sebagian dari sampel
(Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny,
1986). Dan juga terdapat variabel mediasi
dimana hal ini terjadi ketika sebuah variabel
independen mempengaruhi variabel dependen,
yaitu : niat pembelian dan tambahan merek.
Niat pembelian memoderasi citra merek dengan
pembelian sekarang dan Tambahan merek, yaitu
perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan
merek sangat memprediksi seberapa sering
merek dibeli di masa lalu dan akan dibeli di
masa depan (McAlexander et al., 2003;.
Thomson et al, 2005 dalam Franz-Rudolf Esch
& Tobias Langner et al., 2006). Dalam
memutuskan apa yang harus dibeli, konsumen
menggunakan persepsi atribut produk,
kinerja/manfaat, dan informasi kepribadian
merek lebih tinggi dalam situasi keterlibatan
produk dibandingkan dalam situasi produk
keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara di mana
konsumen menerapkan pengaruh citra merek
yang dirasakan oleh mereka untuk niat membeli
mereka akan tergantung pada tingkat konsumen
keterlibatan produk.
Hubungan citra merek dan niat untuk
membeli suatu produk terkait dengan produk
kue kering Zaha Barokah juga dipengaruhi oleh
kepercaan dan tambahan merek itu sendiri.
Dalam penelitian Franz-Rudolf Esch & Tobias
Langner, et al., (2006). Menjelaskan bahwa
terdapat aspek komunal dari suatu hubungan
melibatkan perasaan seseorang tentang orang
lainnya, mereka melampaui kepentingan
pribadi. Kepercayaan merupakan hasil penting
dari hubungan tersebut. Telah terbukti menjadi
landasan dari hubungan erat tersebut, baik
dalam psikologi dan pemasaran (Delgado-
Ballester, 2004; Garbarino dan Johnson, 1999;
Morgan dan Hunt, 1994). Kepercayaan merek
adalah pengaruh yang mendasar, mengacu pada
perasaan yang merupakan hasil hubungan
komunal dengan merek. Selain itu, mengenai
hubungan antara konstruksi hubungan, peneliti
berharap kepercayaan merek merupakan hasil
dari perubahan hubungan komunal dan
menganggap tambahan merek sebagai refleksi
dari hubungan merek dari waktu ke waktu.
Selain itu tambahan merek, yaitu
perjanjian, koneksi, dan identifikasi dengan
merek diprediksi sangat kuat bagaimana
seberapa sering merek dibeli di masa lalu dan
akan dibeli di masa depan (McAlexander et al.,
2003;. Thomson et al, 2005). Peneliti juga
memprediksi bahwa terdapat hubungan dari
variabel pembelian sekarang dan pembelian
yang akan datang (Franz-Rudolf Esch & Tobias
Langner et al., 2006). Dan penelitian ini
merupakan penggabungan dari beberapa
variabel dari beberapa jurnal diatas.
Berdasarkan pada alasan di atas maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan
memodifikasi beberapa variabel dari jurnal
diatas dengan judul “Pengaruh Citra Dan
Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan
Keterlibatan Produk Sebagai Pemoderasi Dan
Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai
Pemediasi (Studi Pada Produk Kue Kering
Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa
Timur)”
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 51
Hubungan Citra Merek dan Niat
Pembelian.
Citra merek merupakan bagian dari merek
itu sendiri. Citra merek (brand image) menurut
Kotler (2002:629) adalah seperangkat
keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu obyek. Kotler dan Fox
(dalam Sutisna dan Pawitra (2001: 83)
mendefinisikan brand image sebagai sejumlah
gambaran-gambaran, kesan-kesan dan
keyakinan-keyakinan yang dimiliki oleh
seseorang terhadap suatu obyek. Dan menurut
Tjiptono (2005: 49), citra merek yaitu deskripsi
tentang asosiasi dan keyakinan konsumen
terhadap merek tertentu. Sedangkan menurut
Rangkuti (2004: 244), citra merek adalah
sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat di benak konsumen. Citra merek (brand
image) dapat dianggap sebagai jenis asosiasi
yang muncul di benak konsumen ketika
mengingat sebush merek tertentu. Asosiasi
tersebut secara sederhana dapat muncul dalam
bentuk pemikiran atau citra tertentu yang
dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya
ketika kita berpikir mengenai orang lain (Shimp,
2000: 12).
Citra merek penting karena berkontribusi
pada konsumen memutuskan itu baik atau tidak
merek adalah satu untuk dirinya (Dolich, 1969)
dan hal itu mempengaruhi perilaku pembelian
konsumen berikutnya (Johnson dan Puto, 1987;
Fishbein, 1967), kemudian merek ekuitas (Biel,
1992). Sebuah brand image baik
dikomunikasikan harus membantu untuk
menetapkan posisi merek, melindungi merek
dari kompetisi, meningkatkan kinerja pasar
merek, dan karena itu memainkan peran integral
dalam membangun ekuitas merek jangka
panjang (Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993;
Park et al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan
Srinivasan, 1994).
H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat
Membeli konsumen.
Keterlibatan Produk.
Keterlibatan membangun berasal dari
aspek psikologi manusia. Dipelopori oleh
Sheriff dan Cantril (1947), keterlibatan
digambarkan sebagai keadaan organisme ketika
dihadapkan dengan stimulus pada ego-pusat,
atau ketika stimulus apapun baik secara sadar
atau tidak sadar berhubungan dengan ego.
Dalam pemasaran, konsep ini tampaknya lebih
kompleks, Cohen (1983, hal 325) menyatakan
bahwa mungkin ada “1.000 ide-ide besar” pada
konsep keterlibatan. Keterlibatan produk
umumnya didefinisikan sebagai persepsi
konsumen abadi tentang pentingnya kategori
produk berdasarkan kebutuhan yang melekat
pada konsumen, nilai, dan kepentingan
(misalnya de Wulf et al., 2001;. Mittal, 1995;
Zaichkowsky, 1985). Keterlibatan Produk telah
banyak digunakan sebagai variabel penjelas
dalam perilaku konsumen (Dholakia, 1998,
1997). Telah ditetapkan bahwa tingkat
keterlibatan menentukan kedalaman,
kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif
dan perilaku selama proses pilihan konsumen
(misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003;
Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999;
Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan
Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan
produk adalah kerangka pusat, penting untuk
memahami pengambilan keputusan konsumen
yang terkait dalam perilaku dan komunikasi
(Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999).
Penelitian ini juga terdapat tes untuk
pengaruh variabel moderasi keterlibatan produk.
Hubungan dimoderasi terjadi ketika hubungan
ditemukan untuk menahan dari beberapa
kategori sampel bukan yang lainnya (Bryman
dan Cramer, 1999). Pencarian untuk hubungan
moderasi adalah penting sebagai alat bantu
peneliti untuk menhindari pendugaan bahwa
suatu pengaturan yang berkaitan dengan temuan
pada sampel keseluruhan, padahal sebenarnya
52 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
hanya menggunakan sebagian dari sampel
(Bryman dan Cramer, 1999; Baron dan Kenny,
1986). Dalam memutuskan apa yang harus
dibeli, konsumen menggunakan persepsi atribut
produk, kinerja/manfaat, dan informasi
kepribadian merek lebih tinggi dalam situasi
keterlibatan produk dibandingkan dalam situasi
produk keterlibatan rendah. Artinya, cara-cara
di mana konsumen menerapkan pengaruh citra
merek yang dirasakan oleh mereka untuk niat
membeli mereka akan tergantung pada tingkat
konsumen keterlibatan produk :
H2 : Keterlibatan Produk Memoderasi
Pengaruh Citra Merek Terhadap Niat
Pembelian
Hubungan Citra Merek dan
Kepercayaan Merek.
Kepercayaan merupakan suatu hal yang
penting bagi sebuah komitmen atau janji, dan
komitmen hanya dapat direalisasikan jika suatu
saat berarti. Keyakinan atau kepercayaan
merupakan faktor penting yang dapat
mengatasi krisis dan kesulitan antara rekan
bisnis selain itu juga merupakan aset penting
dalam mengembangkan hubungan hubungan
yang panjang antar organisasi. Suatu organisasi
harus mampu mengenali faktor-faktor yang
dapat membentuk kepercayaan tersebut agar
dapat menciptakan, mengatur, memelihara,
menyokong dan mempertinggi tingkat
hubungan dengan pelanggan (Zeithaml, et al.,
1997; Zeithaml, 1998).
Lau dan lee (1999) mendefinisikan
kepercayaan sebagai kesediaan (willingness)
seseorang untuk menggantungkan dirinya pada
pihak lain dengan resiko tertentu. Kepercayaan
terhada merek terbentuk dari pengalaman masa
lalu dan interaksi sebelumnya (Garbarino dan
Johnson, 1999). Anderson dan Narus dalam
Aydin dan Ozer (2005) menekankan bahwa
trust terjadi ketika suatu kelompok percaya
bahwa tindakan kelompok yang lain akan
memberikan hasil yang positif baginya. Doney
dan Cannon dalam Aydin dan Ozer (2005)
menyatakan bahwa kepercayaan merupakan
suatu proses menghitung (calculative process)
antara biaya yang dikeluarkan dengan hasil
yang diperoleh. Ada hubungan empiris yang
pada harapan peneliti dari tiga perbedaan
hubungan konstruksi antara - merek kepuasan,
kepercayaan dan tambahan merek. Dalam
penelitian sebelumnya berharap kesadaran
merek dan citra merek menjadi anteseden untuk
kepuasan merek dan kepercayaan merek.
Artinya, baik kepercayaan dan kepuasan merek
membutuhkan pengetahuan merek, kecuali
konsumen memiliki representasi dari merek
dalam memorinya termasuk kesadaran
dan citra yang positif, konsumen tidak dapat
puas dengan merek atau kepercayaan merek itu
sendiri.
H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap
Kepercayaan Merek.
Hubungan Kepercayaan Merek dan
Tamba-han Merek
Hipotesis tentang hubungan antara
kepercayaan (trust) dan tambahan (attachment)
(dalam Didier Louis and Cindy Lombart;
Volume 19:2010:114–130) pada merek
disarankan baik oleh Gouteron (2006, 2008) dan
Lacoeuilhe dan Belaid (2007). Dalam usaha
untuk membedakan kepercayaan dan tambahan,
Lacoeuilhe dan Belaid (2007) melihat bahwa
integritas dan kebajikan - dua dimensi
kepercayaan - yang dekat dengan tambahan dan
bahkan mungkin mempengaruhi variabel ini.
Selain hubungan ini hipotesis antara
kepercayaan dan tambahan sesuai dengan akhir
rantai relasional dikemukakan oleh Aurier et al.
(2001), yang mengasumsikan adanya hubungan
positif antara variabel-variabel berikut, kualitas
masing-masing dirasakan, nilai yang dirasakan,
kepuasan, kepercayaan, dan lampiran. Sebagai
hasilnya, saya menyarankan hipotesis berikut:
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 53
H4 : Kepercayaan Merek berpengaruh
terhadap Tambahan Merek.
Hubungan Tambahan Merek, Pembelian
Sekarang dan Pembelian Yang Akan Datang.
Pemasar yang sukses dapat meningkatkan
niat beli konsumen terhadap merek dan
preferensi langsung atau tidak langsung.
Pemasar dengan sumber kredibilitas yang kuat
utama faktor-faktor (seperti keahlian,
kepercayaan, dan tarik) secara signifikan dapat
mempengaruhi niat pembelian konsumen
(Ohanian,1991). Oleh karena itu, Pemasar tidak
hanya menggunakan cara yang umum dan
mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga
pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker,
1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan
atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif
(Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu,
Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007).
Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian,
koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat
memprediksi seberapa sering merek dibeli di
masa lalu dan akan dibeli di masa depan
(McAlexander et al., 2003;. Thomson et al,
2005). Sebagai hasilnya, saya menyarankan
hipotesis berikut:
H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap
Pembelian Sekarang.
H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap
Pembelian Yang Akan Datang.
Hubungan Niat Membeli, Pebelian Sekarang,
dan Pembelian Yang Akan Datang.
Konsumen dalam mengambil keputusan
untuk membeli suatu produk merupakan bagian
dari perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku
konsumen adalah mempelajari dari proses yang
melibatkan individu atau kelompok dalam
memilih, membeli, menggunakan, dan pasca
penggunaan produk, jasa, gagasan, atau
pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan
keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga
dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan
studi tentang bagaimana pembuat keputusan
(decision units), baik individu, kelompok,
ataupun organisasi, membuat keputusan-
keputusan beli atau melakukan transaksi
pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9).
Merujuk pada pendapat Hawkins, et al
(dalam Suryani, 2008: 6) berarti perilaku
konsumen merupakan studi tentang bagaimana
individu, kelompok dan organisasi dan proses
yang dilakukan untuk memilih, mengamankan,
menggunakan dan menghentikan produk, jasa,
pengalaman atau ide untuk memuaskan
kebutuhannya dan dampaknya terhadap
konsumen dan masyarakat. Dengan demikian
studi perilaku konsumen itu mencakup bidang
yang lebih luas, karena termasuk di dalamnya
juga mempelajari dampak dan proses dan
aktivitas yang dilakukan konsumen ke
konsumen lain maupun masyarakat. Dengan
demikian peneliti merumuskan hipotesis;
H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap
Pembelian Sekarang.
Kepuasan dan ketidakpuasan terhadap
produk akan mempengaruhi perilaku komsumen
selanjutnya. Jika konsumen tersebut puas,
konsumen akan menunjukkan kemungkinan
yang lebih tinggi untuk membeli kembali
paroduk tersebut (Kotler, 2005). Dan Peneliti
juga memprediksi pada hubungan terakhir dari
variabel pembelian sekarang dan pembelian
yang akan datang, dan berharap variabel
pembelian sekarang mempengaruhi pembelian
yang akan datang.
H8. Pembelian Sekarang berpengaruh
terhadap Pembelian Yang Akan Datang.
Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini dimulai dengan
diskusi tentang pengaruh variabel citra merek
54 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
dan kepercayaan merek terhadap variabel
pembelian sekarang dan pembelian yang akan
datang. Dan juga mencoba untuk menunjukkan
bahwa keterlibatan produk berfungsi sebagai
pemoderasi antara citra merek dan niat
pembelian serta niat pembelian dan tambahan
merek berfungsi sebagai pemediasi dari
pembelian sekarang dan pembelian yang akan
datang. Untuk meringkas hipotesis diatas agar
lebih mudah dipahami akan disajikan pada
gambar dibawah ini :
Gambar 1 : Kerangka Berfikir
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Ditinjau dari tujuannya, penelitian ini
dikategorikan kedalam penelitian pengujian
hipotesis. Desain penelitian ini menggunakan
desain descriptive dan explanatory research.
Menurut Jogiyanto (2004), descriptive research
merupakan riset yang bertujuan untuk
menggambarkan suatu peristiwa, siapa yang
terlibat, apa yang dilakukan, kapan dilakukan,
dimana dan bagaimana melakukannya.
Sedangkan explanatory research merupakan
riset yang mencoba untuk menjelaskan
fenomena yang ada. Dilihat dari hubungan antar
variabel, penelitian ini merupakan penelitian
kausal atau sebab akibat, yaitu penelitian yang
diadakan untuk menjelaskan hubungan antar
variabel, variabel yang satu menyebabkan atau
menetukan nilai variabel yang lain (Cooper
Schindler, 2006: 154).
Penelitian ini dilakukan terhadap
pelanggan produk Kue Kering Zaha Barokah,
menggunakan survei dalam pencarian data, dan
data tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk
pengambilan data primer. Survei ini berupa
kuesioner yang akan diberikan kepada
konsumen yaitu santri, santriwati, dan alumni
Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong
Pajarakan Probolinggo, baik yang berada di
Kabupaten Probolinggo, Lumajang, dan daerah
sekitarnya.
Data dan Sumber Data
Data dan sumber data dalam penelitian ini
menggunakan data primer (kuisioner),
sedangkan data sekundernya adalah internet,
penelusuran dokumen, dan publikasi informasi.
Populasi, Sampel, dan Teknik Pengumpulan
Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
konsumen produk Kue Kering Zaha Barokah
yang pernah membeli produk ini minimal 3 kali
di Pondok Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
dan sekitarnya. Dan responden penelitian ini
seluruhnya berjumlah 350 orang konsumen
produk kue kering Zaha Barokah Di Ponpes
Zainul Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo,
Jawa Timur. Besarnya ukuran sampel memiliki
peranan penting dalam estimasi dan interpretasi
hasil SEM. Ukuran sampel memberikan dasar
untuk mengestimasi sampling error. Model
estimasi menggunakan generalized least square
(GLS) menetapkan jumlah minimum sampel
yang diperlukan adalah 200-500. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode non probability sampling
KETERLIBATAN PRODUK (Product Involvement)
H2
CITRA MEREK (Brand Image)
NIAT PEMBELI (Purchase Intention)
KEPERCAYAAN MEREK
(Brand Trust)
PEMBELIAN YANG AKAN DATANG
(Future Purchase)
PEMBELIAN SEKARANG (Current Purchase)
TAMBAHAN MEREK (Brend Attachment)
H1 H7
H3
H4
H5
H6
H8
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 55
yaitu tidak semua elemen populasi mempunyai
kesempatan untuk dipilih menjadi sampel dan
pengambilan sampel dengan teknik purposive
sampling.
Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan kuesioner yang disebarkan
kepada para responden yang telah dipilih.
Instrument penelitian ini menggunakan
kuesioner dengan pengukuran skala yang
digunakan dalam penelitian ini adalah itimized
rating scale dengan rentang skala 4 untuk
jawaban “Setuju (S)”, skala 3 untuk jawaban
“Cukup Setuju (CS)”, skala 2 untuk jawaban
“Kurang Setuju (KS)”, dan skala 1 untuk
jawaban “Tidak Setuju (TS)”. Pengolahan
datanya menggunakan metode SEM dengan
software LISREL atau AMOS.
Model Analisis Data
Uji Validitas Konstruk (CFA)
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya (Sekaran,
2006). Dalam penelitian ini akan digunakan
uji validitas dengan Confirmatory Factor
Analysis (CFA) dengan bantuan software
SPSS for windows versi 15, dimana setiap item
pertanyaan harus mempunyai factor loading >
0,50.
Uji validitas menggunakan uji
confirmatory factor analysis (CFA). Menurut
Ghozali (2006:49), CFA harus dilakukan pada
analisis model yang menggunakan SEM,
dimana setiap item pertanyaan harus
mempunyai factor loading diatas 0,5. Dalam
Ferdinand (2006: 352) dijelaskan bahwa
analisis konfirmatori dalam SEM digunakan
untuk mengukur faktor-faktor yang paling
dominan dalam satu kelompok variabel.
Teknik yang digunakan adalah dengan melihat
output dari rotated component matrix yang
harus diekstrak secara sempurna. Peneliti
melakukan penyebaran untuk pre-test kepada
40 responden.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan prosedur
pengujian statistik yang dianggap relevan
untuk mengukur sejauh mana kehandalan atau
konsistensi internal dari suatu instrumen
penelitian. Untuk menguji reliabilitas
digunakan Cronbach Alpha dengan bantuan
SPSS for windows 15. Sekaran (2006)
mengatakan bahwa nilai Cronbach Alpha
dapat dikatakan reliabel apabila nilainya >
0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi
menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika
alpha atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas
baik, (2) 0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3)
Kurang dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik.
Dengan demikian, prosedur pengujian ini
dapat memberikan jaminan bahwa datanya
memenuhi kriteria kelayakan untuk dianalisis
dengan menggunakan metode-metode statistik
yang lain.
Pengujian Hipotesis
Analisis hasil pengolahan data pada tahap
full model SEM dilakukan dengan melakukan
uji kesesuaian dan uji statistik. Suatu model
dasar persamaan merupakan model yang baik
jika hasil uji persamaan struktural untuk model
tingkat individu menunjukkan bahwa dilihat
dari ukuran-ukuran nilai (cut off), seperti
terlihat dalam tabel indeks pengujian
kelayakan Structural Equation Modelling
(SEM) menurut Ferdinand (2006:320) :
56 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 1 : Indeks Pengujian Kelayakan
Structural Equation Modelling (SEM)
Goodness of Fit Indeks Cut off
Value
X2, chi square > α 0,05
Significant Probability 0,05
RMSEA
( Root mean square error of approximation) 0,08
GFI (The goodness of fit index) 0,90
AGFI (adjusted goodness of fit index) 0,90
CMIN/DF 2,00
TLI 0,95
CFI (Comparative fit index) 0,95
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Ada lima variabel demografi yang
digunakan untuk menjelaskan profil responden,
yaitu jenis kelamin (gender), umur, pendidikan,
dan pekerjaan. Hasil analisis statistik deskriptif
dijelaskan pada tabel dibawah ini :
Tabel 2 : Statistik Deskriptif
Freku
ensi % Ukuran
Jenis Kelamin 86
264
24,6%
75,4
1 = Pria
2 = Wanita
Umur 14 tahun sampai 28
tahun Dalam Tahun
Pendidikan
Terakhir
162
125
16
47
46,3%
35,7%
4,6%
13,4%
1 = SLTP
2 = SLTA
3 = D2/D3
4 = S1
Pekerjaan
21
60
122
147
6,0%
17,1%
34,9%
42,0%
1 = PNS
2 = P. Swasta
3 = Wiraswasta
4 = Mahasiswa/
Pelajar
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan perhitungan statistik deskriptif
pada Tabel 2, dapat dijelaskan bahwa jumlah
responden wanita berada pada proporsi yang
lebih besar dengan jumlah 264 atau sebesar
75,4%. Sedangkan jumlah responden pria
sebesar 24,6% atau 86 responden. Dengan
demikian, pihak produsen Kue Kering Zaha
Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong
Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur disarankan
untuk mencermati perilaku
konsumen/pelanggan yang dikarenakan
perbedaan gender. Hal tersebut dikarenakan
kecenderungan wanita memiliki kebiasaan
untuk mengemil makanan ringan dibandingkan
pria.
Tabel 2 mengindikasi bahwa usia rata- rata
responden dalam penelitian ini adalah 14 tahun
sampai 28 tahun. Berdasarkan tabel tersebut,
juga dapat diindikasi bahwa usia responden
terendah adalah 12 tahun, sedangkan usai
responden tertinggi adalah 58 tahun. Hal ini
memberikan pemahaman bagi produsen untuk
mencermati perilaku pelanggan berdasarkan
perbedaan usia.
Berdasarkan hasil analisis statistik
deskripstif yang diperoleh, dapat diketahui
diketahui bahwa tingkat pendidikan responden
yang mendominasi dalam penelitian ini adalah
pelajar SLTP sebanyak 162 orang atau sebesar
46,3% dan SLTA sebanyak 125 orang atau
sebesar 35,7% diikuti oleh D2/D3 dan S1
masing-masing sebesar 4,6% dan 13,4%. Hal ini
mensyaratkan pihak produsen untuk dapat
mencermati efek dari perbedaan tingkat
pendidikan terhadap perilaku
konsumen/pelanggan, karena konsumen
terbanyak adalah pelajar/mahasiswa.
Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
responden yang bekerja sebagai
pelajar/mahasiswa/i adalah yang mendominasi
penelitian ini dengan jumlah 147 orang atau
sebesar 42,0%. Dengan demikian, pihak
produsen disarankan untuk mencermati
keragaman pekerjaan responden terhadap
perilaku konsumen/pelanggan.
Pengujian Kualitas Instrumen Penelitian
Tahap Pra-Analisis
Uji Validitas Konstruk (CFA)
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 57
Uji validitas bertujuan untuk mengetahui
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya (Sekaran, 2006).
Dalam penelitian ini akan digunakan uji
validitas dengan Confirmatory Factor Analysis
(CFA) dengan bantuan software SPSS for
windows versi 15, dimana setiap item
pertanyaan harus mempunyai factor loading >
0,50.
Teknik yang digunakan adalah dengan
melihat output dari rotated component matrix
yang harus diekstrak secara sempurna. Peneliti
melakukan penyebaran untuk pre-test kepada 40
responden, adapun hasilnya adalah sebagai
berikut:
Tabel 3 : Hasil Uji Validitas Konstruk
Item Component
1 2 3 4 5 6 7
c1
c2 .653
c3 .837
c4 .875
kp1 .725
kp2 .625
kp3 .672
kp4 .784
kp5 .852
kp6 .650
pi1 .798
pi2 .789
pi3 .815
pi4 .742
km1 .933
km2 .515
km3 .928
km4 .615
km5 .521
km6 .824
km7 .663
km8 .848
km9 .836
tm1
tm2 .748
tm3 .652
tm4 .696
ps1 .831
ps2 .852
ps3 .869
ps4 .732
pa1 .769
pa2 .792
pa3 .717
pa4 .560
pa5 .668
pa6 .555
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji validitas pada tabel 3,
hasil validitas tersebut dinyatakan valid karena
setiap item pertanyaan yang menjadi indikator
masing-masing variabel telah terekstrak secara
sempurna dan memiliki factor loading ≥ 0,50.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan prosedur pengujian
statistik yang dianggap relevan untuk mengukur
sejauh mana kehandalan atau konsistensi
internal dari suatu instrumen penelitian. Untuk
menguji reliabilitas digunakan Cronbach Alpha
dengan bantuan SPSS for windows 15. Sekaran
(2006) mengatakan bahwa nilai Cronbach
Alpha dapat dikatakan reliabel apabila nilainya
> 0,60. Selanjutnya, tingkatan reliabilitas dibagi
menjadi tiga kriteria sebagai berikut : jika alpha
atau r hitung (1) 0,8-1,0 = Reliabillitas baik, (2)
0,60-0,79 = Reliabilitas diterima, (3) Kurang
dari 0,60 = Reliabilitas kurang baik. Dengan
demikian, prosedur pengujian ini dapat
memberikan jaminan bahwa datanya memenuhi
kriteria kelayakan untuk dianalisis dengan
menggunakan metode-metode statistik yang
lain. Berikut ini adalah hasil uji reliabilitas:
58 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 4 : Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s
Alpha Keterangan
Citra Merek (CM) 0,754 Reliabel
Keterlibatan Produk
(KP)
0,829 Reliabel
Niat Membeli (PI) 0,860 Reliabel
Kepercayaan Merek
(KM)
0,904 Reliabel
Tambahan Merek (TM) 0,649 Reliabel
Pembelian Sekarang
(PS)
0,882 Reliabel
Pembelian Yang Akan
Datang (PAD)
0,813 Reliabel
Sumber : data primer yang diolah, 2012
Berdasarkan hasil uji reliabilitas seperti
yang terlihat pada tabel 4, dapat disimpulkan
bahwa indikator/instrumen dari ketujuh variabel
laten yang diteliti dalam penelitian ini
dinyatakan reliabel semua.
Pengujian Instrumen Penelitian
Uji Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini dibagi
menjadi dua yaitu convergent validity dan
discriminant validity. Penelitian ini lebih cocok
menggunakan convergent validity atau validitas
konvergen. Validitas konvergen dinilai dari
measurement model yang dikembangkan
dengan menentukan apakah setiap indikator
yang diestimasikan secara valid mengukur
dimensi dari konsep yang diujinya. Indikator
dimensi menunjukkan validitas konvergen yang
signifikan apabila koefisien variabel indikator
itu lebih besar dari dua kali standar errornya
(Anderson & Gerbing, 1988 dalam Ferdinand,
2005: 187). Bila setiap indikator memiliki
critical ratio (C.R.) yang lebih besar dari dua
kali standar errornya, hal ini menunjukkan
bahwa indikator itu secara valid mengukur apa
yang seharusnya diukur dalam model yang
disajikan. Berikut ini adalah hasil pengujian
validitas konvergen untuk masing-masing
variabel menggunakan bantuan program
komputer Amos 18.
Citra Merek
Uji validitas konvergen untuk variabel citra
merek diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5 : Hasil Uji Validitas Variabel Citra
Merek
Konstruk Estimat
e S.E. C.R. P
c4 <---
Citra
Merek
1.000
c3 <--- .852 .160 5.322 ***
c2 <--- .806 .149 5.418 ***
c1 <--- -.264 .153 -1.724 .085
Sumber: data primer diolah, 2012
Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 5 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang citra merek menghasilkan nilai
estimasi dengan C.R. lebih besar dari dua kali
standar errornya, kecuali indikator c1 yang
memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat
disimpulkan bahwa indikator variabel citra
merek yang digunakan adalah valid semua
kecuali item c1 yang tidak valid dan harus
direduksi (tidak layak digunakan dalam
penelitian ini).
Keterlibatan Produk
Uji validitas konvergen untuk variabel
keterlibatan produk diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 6 : Hasil Uji Validitas Variabel
Keterlibatan Produk
Konstruk Estimat
e S.E. C.R. P
kp1 <---
Keterlibatan
Produk
1.000
kp2 <--- .051 .105 .482 .630
kp3 <--- .703 .107 6.589 ***
kp4 <--- .670 .104 6.446 ***
kp5 <--- .679 .105 6.486 ***
kp6 <--- -.022 .109 -.206 .837
Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 59
Tabel 6 menunjukkan bahwa semua
indikator tentangketerlibatan produk
menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih
besar dari dua kali standar errornya, kecuali
indikator kp2 dan kp6 yang memiliki nilai lebih
kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator
variabel keterlibatan produk yang digunakan
adalah valid semua kecuali item kp2 dan kp6
yang tidak valid dan harus direduksi (tidak
layak digunakan dalam penelitian ini).
Niat Membeli
Uji validitas konvergen untuk variabel niat
membeli diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 7 : Hasil Pengujian Validitas
Variabel Niat Membeli
Konstruk Estimat
e S.E. C.R. P
pi1 <---
Niat
Membeli
1.000
pi2 <--- .683 .128 5.334 ***
pi3 <--- .740 .143 5.190 ***
pi4 -.024 .100 -.242 .809
Sumber: data primer diolah, 2012
Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 7 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang niat membeli menghasilkan
nilai estimasi dengan C.R. yang lebih besar dari
dua kali standar errornya, kecuali indikator p4
yang memiliki nilai lebih kecil. Maka dapat
disimpulkan bahwa indikator variabel niat
membeli yang digunakan adalah valid, kecuali
item p4 yang tidak valid dan harus direduksi
(tidak layak digunakan dalam penelitian ini).
Kepercayaan Merek
Uji validitas konvergen untuk variabel
kepercayaan merek diperoleh hasil sebagai
berikut:
Tabel 8 : Hasil Pengujian Validitas
Variabel Kepercayaan Merek
Konstruk Estimate S.E. C.R. P
km9 <--- Kepercaya
an Merek
1.000 .184 7.374 ***
km8 <--- .744 .097 7.655 ***
km7 <--- .177 .094 1.886 .059
Konstruk Estimate S.E. C.R. P
km6 <--- .656 .099 6.642 ***
km5 <--- .647 .102 6.314 ***
km4 <--- .149 .087 1.709 .087
km3 <--- .894 .103 8.721 ***
km2 <--- .108 .094 1.148 .251
km1 <--- .793 .094 8.423 ***
Sumber: data primer diolah, 2012 Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 8 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang kepercayaan merek
menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. lebih
besar dari dua kali standar errornya, kecuali
indikator km7, km4, dan km2 yang memiliki
nilai lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa
indikator variabel kepercayaan merek yang
digunakan adalah valid semua kecuali item
km7, km4, dan km2 yang tidak valid dan harus
direduksi (tidak layak digunakan dalam
penelitian ini).
Tambahan Merek
Uji validitas konvergen untuk variabel
tambahan merek diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 9 : Hasil Pengujian Validitas Variabel
Tambahan Merek
Konstruk
Estimat
e S.E. C.R. P
tm4 <---
Tambahan
Merek
1.000
tm3 <--- 1.015 .198 5.125 ***
tm2 <--- 1.865 .365 5.111 ***
tm1 <--- .852 .174 4.903 ***
Sumber: data primer diolah, 2012
Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 9 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang tambahan merek
menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang
lebih besar dari dua kali standar errornya.
Maka dapat disimpulkan bahwa semua indikator
variabel tambahan merek yang digunakan
adalah valid dan layak digunakan dalam
penelitian ini.
Pembelian Sekarang
Uji validitas konvergen untuk variabel
pembelian sekarang diperoleh hasil sebagai
berikut :
60 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Tabel 10 : Hasil Pengujian Validitas
Variabel Pembelian Sekarang
Konstruk Estimat
e S.E. C.R. P
ps1 <--- Pembelia
n
Sekarang
1.000
ps2 <--- .585 .093 6.260 ***
ps3 <--- .635 .092 6.931 ***
ps4 <--- .014 .073 .194 .846
Sumber: data primer diolah, 2012
Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 10 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang pembelian sekarang
menghasilkan nilai estimasi dengan C.R. yang
lebih besar dari dua kali standar errornya,
kecuali indikator ps4 yang memiliki nilai lebih
kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa semua
indikator variabel pembelian sekarang yang
digunakan adalah valid kecuali item ps4 yang
tidak valid dan harus direduksi (tidak layak
digunakan dalam penelitian ini).
Pembelian yang akan Datang
Uji validitas konvergen untuk variabel
pembelian yang akan datang diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 11 : Hasil Pengujian Validitas
Variabel Pembelian yang Akan Datang
Konstruk Estima
te S.E. C.R. P
pad1 <---
Pembelian
Yang
Akan
Datang
1.000
pad2 <--- .792 .122 6.497 ***
pad3 <--- .913 .139 6.550 ***
pad4 <--- .807 .129 6.271 ***
pad5 <--- .787 .124 6.335 ***
pad6 <--- .084 .130 .643 .520
Sumber: data primer diolah, 2012
Catatan: *** adalah menunjukkan angka 0,000
Tabel 11 menunjukkan bahwa semua
indikator tentang pembelian yang akan datang
terdapat satu item
tidak valid karena memiliki nilai estimasi
lebih kecil dari dua kali standar errornya. Maka
dapat disimpulkan bahwa indikator variabel
pembelian yang akan datang valid semua
kecuali pad6 yang tidak valid dan harus
direduksi (tidak layak digunakan dalam
penelitian ini).
Reliabilitas Konstruk
Reliabilitas konstruk dinilai dengan
menghitung indeks reliabilitas instrumen yang
digunakan (composite reliability) dari model
SEM yang dianalisis. Nilai batas yang
digunakan untuk menilai sebuah tingkat
reliabilitas yang dapat diterima adalah 0.70
walaupun angka itu bukanlah sebuah ukuran
yang “mati”. Artinya bila penelitian yang
dilakukan bersifat eksploratori, maka nilai
dibawah 0.70 pun masih dapat diterima
sepanjang disertai dengan alasan-alasan empirik
yang terlihat dalam proses eksplorasi. Nunally
dan Bernstein, (1994) dalam Ferdinand, (2005:
193) memberikan pedoman yang baik untuk
menginterpretasikan indeks reliabilitas. Mereka
menyatakan bahwa dalam penelitian
eksploratori, reliabilitas yang sedang antara 0.5
– 0.6 sudah cukup untuk menjustifikasi sebuah
hasil penelitian. Adapun rumus reliabilitas
konstruk adalah sebagai berikut:
Reliabilitas =
jLoadingStd
LoadingStd
2
2
.
.
Berikut ini adalah hasil pengujian reliabilitas
konstruk pada masing-masing variabel dengan
menggunakan bantuan program komputer Amos
18: Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.
pa6 1.000 4.000 -.754 -5.760 .131 .500
pa5 2.000 4.000 -.382 -2.916 -.915 -3.495
pa4 2.000 4.000 -.289 -2.211 -.914 -3.490
pa3 1.000 4.000 -.599 -4.575 -.131 -.499
pa2 2.000 4.000 -.014 -.110 -.760 -2.903
pa1 2.000 4.000 -.388 -2.963 -.956 -3.651
ps4 2.000 4.000 -.661 -5.052 -.721 -2.752
ps3 2.000 4.000 -.393 -3.001 -1.667 -6.368
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 61
Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.
ps2 2.000 4.000 -.149 -1.142 -1.240 -4.736
ps1 2.000 4.000 -.466 -3.560 -1.600 -6.112
tm1 2.000 4.000 .036 .278 -1.828 -6.980
tm2 2.000 4.000 .040 .306 -1.544 -5.894
tm3 2.000 4.000 -.278 -2.124 -1.480 -5.653
tm4 2.000 4.000 -.282 -2.153 -1.065 -4.066
km1 2.000 4.000 -.494 -3.773 -1.423 -5.433
km2 1.000 4.000 -.206 -1.570 .604 2.305
km3 2.000 4.000 -.374 -2.853 -1.143 -4.364
km4 2.000 4.000 -.071 -.544 -1.678 -6.408
km5 2.000 4.000 -.396 -3.028 -1.518 -5.796
km6 2.000 4.000 -.084 -.638 -.806 -3.078
km7 2.000 4.000 -.550 -4.202 -1.047 -3.997
km8 2.000 4.000 -.161 -1.231 -1.422 -5.430
km9 2.000 4.000 -.541 -4.133 -1.520 -5.803
pi4 2.000 4.000 -.049 -.375 -1.436 -5.482
pi3 2.000 4.000 -.255 -1.946 -1.617 -6.176
pi2 2.000 4.000 -.040 -.304 -1.239 -4.731
pi1 3.000 4.000 -.253 -1.936 -1.936 -7.392
kp6 1.000 4.000 -.618 -4.718 -.107 -.407
kp5 2.000 4.000 -.598 -4.564 -1.072 -4.094
kp4 2.000 4.000 -.442 -3.373 -1.624 -6.203
kp3 2.000 4.000 -.456 -3.479 -1.340 -5.117
kp2 1.000 4.000 -.240 -1.830 -.107 -.410
kp1 3.000 4.000 -.396 -3.025 -1.843 -7.038
c1 1.000 4.000 -1.484 -11.331 2.625 10.025
c2 2.000 4.000 -.227 -1.737 -1.777 -6.784
c3 2.000 4.000 -.482 -3.678 -1.436 -5.484
c4 3.000 4.000 -.507 -3.872 -1.743 -6.656
Multi
variate 27.684 4.820
Tabel 12 : Hasil Pengujian Reliabilitas
Konstruk
No Variabel Σ of λ Σ of ε Alpha Kesimpulan
1. CM 1.769 1.95 0,62 Reliabel
2. KP 2.365 2.549 0,69 Reliabel
3. PI 1.759 1.93 0,62 Reliabel
4. KM 3.556 3.84 0,77 Reliabel
5. TM 2.216 2.66 0,65 Reliabel
6. PS 2.054 1.48 0,74 Reliabel
7. PAD 2.832 3.38 0,70 Reliabel
Sumber: data primer diolah, 2012
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
besar construct reliability lebih besar dari batas
yang digunakan untuk menilai sebuah tingkat
reliabilitas sedang yaitu 0.5 – 0.6 sehingga item-
item pertanyaan yang ada dianggap reliabel atau
handal untuk mengukur variabel-variabel yang
diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian
seluruh uji instrumen yang terdiri dari validitas
dan reliabilitas telah memenuhi persyaratan
untuk dipakai dalam pengambilan keputusan
penelitian.
Pengujian Asumsi-Asumsi SEM
Evaluasi terpenuhinya asumsi-asumsi
SEM dilakukan pada saat operasi Amos
berjalan. Berikut ini evaluasi asumsi-asumsi
pada SEM:
Asumsi Kecukupan Sampel
Responden penelitian ini seluruhnya
berjumlah 350 orang konsumen produk kue
kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo, Jawa Timur.
Besarnya ukuran sampel memiliki peranan
penting dalam estimasi dan interpretasi hasil
SEM. Ukuran sampel memberikan dasar untuk
mengestimasi sampling error. Model estimasi
menggunakan generalized least square (GLS)
menetapkan jumlah minimum sampel yang
diperlukan adalah 200-500. Jumlah responden
dalam penelitian ini adalah sebesar 350
konsumen, sehingga ukuran sampelnya telah
sesuai dengan syarat minimum yang
direkomendasikan dalam metode GLS.
Evaluasi atas dipenuhinya asumsi normalitas
dalam data
SEM bila diestimasikan dengan
menggunakan maximum likelihood estimation
technique, mensyaratkan dipenuhinya asumsi
normalitas. Uji-uji statistik dapat digunakan
untuk uji normalitas data dalam analisis
penelitian. Uji yang paling mudah dengan
mengamati skewness value dan kurtosis value
data yang digunakan, yang biasanya disajikan
dalam statistik deskriptif dari hampir semua
program statistik. Dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 0,01 (1%) apabila nilai yang
dihitung lebih besar dari + 2,58 berarti dapat
menolak asumsi mengenai normalitas dari
62 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
distribusi, adapun* dengan tingkat kepercayaan
0,05 asumsi normal ditolak apabila nilai yang
dihitung lebih besar dari + 1,96.
Tabel 13 : Hasil Uji Normalitas
Variable Min Max skew c.r. Kurtosis c.r.
pa6 1.000 4.000 -.754 -5.760 .131 .500
pa5 2.000 4.000 -.382 -2.916 -.915 -3.495
pa4 2.000 4.000 -.289 -2.211 -.914 -3.490
pa3 1.000 4.000 -.599 -4.575 -.131 -.499
pa2 2.000 4.000 -.014 -.110 -.760 -2.903
pa1 2.000 4.000 -.388 -2.963 -.956 -3.651
ps4 2.000 4.000 -.661 -5.052 -.721 -2.752
ps3 2.000 4.000 -.393 -3.001 -1.667 -6.368
ps2 2.000 4.000 -.149 -1.142 -1.240 -4.736
ps1 2.000 4.000 -.466 -3.560 -1.600 -6.112
tm1 2.000 4.000 .036 .278 -1.828 -6.980
tm2 2.000 4.000 .040 .306 -1.544 -5.894
tm3 2.000 4.000 -.278 -2.124 -1.480 -5.653
tm4 2.000 4.000 -.282 -2.153 -1.065 -4.066
km1 2.000 4.000 -.494 -3.773 -1.423 -5.433
km2 1.000 4.000 -.206 -1.570 .604 2.305
km3 2.000 4.000 -.374 -2.853 -1.143 -4.364
km4 2.000 4.000 -.071 -.544 -1.678 -6.408
km5 2.000 4.000 -.396 -3.028 -1.518 -5.796
km6 2.000 4.000 -.084 -.638 -.806 -3.078
km7 2.000 4.000 -.550 -4.202 -1.047 -3.997
km8 2.000 4.000 -.161 -1.231 -1.422 -5.430
km9 2.000 4.000 -.541 -4.133 -1.520 -5.803
pi4 2.000 4.000 -.049 -.375 -1.436 -5.482
pi3 2.000 4.000 -.255 -1.946 -1.617 -6.176
pi2 2.000 4.000 -.040 -.304 -1.239 -4.731
pi1 3.000 4.000 -.253 -1.936 -1.936 -7.392
kp6 1.000 4.000 -.618 -4.718 -.107 -.407
kp5 2.000 4.000 -.598 -4.564 -1.072 -4.094
kp4 2.000 4.000 -.442 -3.373 -1.624 -6.203
kp3 2.000 4.000 -.456 -3.479 -1.340 -5.117
kp2 1.000 4.000 -.240 -1.830 -.107 -.410
kp1 3.000 4.000 -.396 -3.025 -1.843 -7.038
c1 1.000 4.000 -1.484 -11.331 2.625 10.025
c2 2.000 4.000 -.227 -1.737 -1.777 -6.784
c3 2.000 4.000 -.482 -3.678 -1.436 -5.484
c4 3.000 4.000 -.507 -3.872 -1.743 -6.656
Multi
variate 27.684 4.820
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan hasil pengujian normalitas
pada tabel 13 diperoleh hasil bahwa secara
univariate terdapat beberapa item yang
mengindikasikan tidak terdistribusi normal
karena memiliki nilai C.R > ± 2,58. Pengujian
normalitas secara multivariate sebesar 4,820 >
2,58 yang menandakan bahwa data dalam
penelitian ini tidak terdistribusi normal secara
multivariate. Dikarenakan data tidak
terdistribusikan normal, maka pengujian outlier
sangat perlu dilakukan. Adapun hasil pengujian
outlier akan dibahas selanjutnya.
Evaluasi outliers
Outliers adalah observasi atau data yang
memiliki karakteristik unik yang terlihat sangat
berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya
dan muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik
untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi (Hair et al, 1995). Perlakuan
terhadap outliers tergantung pada bagaimana
outliers itu muncul. Analisis outliers dapat
dievaluasi dengan dua cara, yaitu analisis
terhadap univariate outliers dan analisis
terhadap multivariate outliers. Analisis outliers
dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan evaluasi multivariate outliers
karena walaupun data yang dianalisis
menunjukkan tidak ada outliers pada tingkat
univariate, tetapi observasi-observasi itu dapat
menjadi outliers bila sudah saling
dikombinasikan.
Uji outliers multivariate dilakukan dengan
menggunakan kriteria jarak Mahalanobis pada
tingkat p<0,001. Jarak Mahalanobis itu
dievaluasi dengan menggunakan χ2 pada derajat
bebas sebesar jumlah variabel yang digunakan
dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan 3
variabel, oleh karena itu semua kasus yang
mempunyai mahalanobis distance yang lebih
besar dari χ2 (245, 0,001) = 319,138 adalah
outlier multivariate. Hasil perhitungan yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan
program komputer Amos 18 diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 14 : Hasil Pengujian Outlier
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 63
Observation
number
Mahalanobis
d-squared p1 p2
78 75.051 .000 .073
167 72.230 .000 .012
117 66.185 .002 .045
76 66.118 .002 .009
90 61.679 .007 .086
96 58.933 .012 .269
95 57.109 .018 .467
151 56.374 .022 .483
237 55.787 .024 .483
102 55.690 .025 .374
67 55.281 .027 .351
79 54.919 .029 .326
124 54.291 .033 .377
111 54.081 .035 .327
261 54.070 .035 .236
254 53.003 .043 .428
248 52.997 .043 .332
158 52.958 .043 .256
287 52.770 .045 .226
132 52.492 .047 .221
245 52.411 .048 .174
293 52.356 .048 .131
262 52.163 .050 .118
118 51.646 .055 .168
. . . .
Sumber: data primer diolah, 2012
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui
terdapat indikasi 23 nilai observasi yang
mengalami outlier karena memiliki nilai
probabilitas < 0,05. Adapun syarat ketentuan
dinyatakan nomor observasi mengalami outlier
adalah apabila nomor observasi tersebut
memiliki nilai probabilitas baik p1 dan p2 <
0,05. Sedangkan apabila nomor observasi hanya
memiliki salah satu saja dari probabilitasnya <
0,05 (probabilitas satunya tidak < 0,05) maka
indikasi outlier masih dapat diterima.
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 14
diketahui semua nomor observasi tidak ada
yang mengalami masalah outlier (tidak memiliki
nilai probabilitas p1 dan p2 dibawah 0,05).
Sehingga dapat dikatakan dalam penelitian ini
tidak ada observasi yang mengalami masalah
outlier.
Penilaian Model Fit
Menilai model fit adalah sesuatu yang
kompleks
dan memerlukan perhatian yang besar.
Suatu indeks yang menunjukkan bahwa model
adalah fit tidak memberikan jaminan bahwa
model memang benar-benar fit. Sebaliknya,
suatu indeks fit yang menyimpulkan bahwa
model adalah sangat buruk, tidak memberikan
jaminan bahwa model tersebut benar-benar
tidak fit. Dalam SEM, peneliti tidak boleh hanya
tergantung pada satu indeks atau beberapa
indeks fit, tetapi sebaiknya pertimbangan
seluruh indeks fit.
Dalam analisis SEM tidak ada alat uji
statistik tunggal untuk mengukur atau menguji
hipotesis mengenai model (Hair et al., 1995;
Joreskog & Sorbom, 1989; Long, 1983;
Tabachnick & Fidell, 1996 dalam Ferdinand,
2005). Umumnya terhadap berbagai jenis fit
index yang digunakan untuk mengukur derajat
kesesuaian antara model yang dihipotesiskan
dengan data yang disajikan. Peneliti diharapkan
untuk melakukan pengujian dengan
menggunakan beberapa fit index untuk
mengukur kebenaran model yang diajukannya.
Berikut ini adalah hasil pengujian indeks
kesesuaian dan cut-off valuenya untuk
digunakan dalam menguji apakah sebuah model
dapat diterima atau ditolak.
Berdasarkan hasil pengujian dengan
menggunakan program AMOS 18 diperoleh
hasil goodness of fit sebagai berikut:
Tabel 15 : Evaluasi Goodness-of-fit Indices
Indeks
Model goodness of fit
Cut-off
Value
Hasil
Model
Awal
Kesimpul
an
Chi Square Diharapkan
kecil
396,277 Tidak Fit
Probabilitas Chi Square
(p)
> 0,05 0,000 Tidak Fit
CMIN/DF < 2,00-3,00 1,617 Fit
Adjusted goodness of fit
index (AGFI)
> 0,90 0,884 Tidak Fit
64 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Goodness of Fit Index
(GFI)
> 0,90 0,905 Fit
Comparative fit index
(CFI)
> 0,95 0,711 Tidak Fit
Tucker-Lewis Index
(TLI)
> 0,95 0,674 Tidak Fit
Root mean square error
approximation (RMSEA)
< 0,08 0,042 Fit
Sumber: data primer diolah, 2012
Tabel 15 menunjukkan ringkasan hasil
yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang
direkomendasikan untuk mengukur fit-nya
model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di
atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,000
< 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,617 < 2,00-
3,00, nilai Adjusted goodness of fit index
(AGFI) sebesar 0,884 < 0,90, Goodness of Fit
Index (GFI) sebesar 0,905 > 0,90, nilai
Comparative fit index (CFI) sebesar 0,711 <
0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar
0,674 < 0,95, dan nilai Root mean square error
approximation (RMSEA) sebesar 0,042 < 0,08.
Sebagai syarat utama model ML (maximum
likelihood) adalah nilai chi-square diharapkan
kecil atau nilai probabilitas chi-square > 0,05,
apabila tidak fit atau tidak terpenuhi maka
langkah selanjutnya model harus dimodifikasi
untuk memperoleh hasil goodness of fit menjadi
lebih baik atau terpenuhi.
Modifikasi Model Struktural
Dikarenakan sebelumnya model dinyatakan
tidak fit maka modifikasi model harus dilakukan
dengan cara mengkorelasikan nilai
measurement error indikator melalui
“modification indices”nya. Hasil selengkapnya
dari modifikasi model struktural pada gambar di
atas akan diuraikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 16 : Evaluasi Goodness-of-Fit
Indices Setelah Modifikasi
Indeks
Model goodness of fit
Cut-off
Value
Model
Setelah
Modifikasi
Kesimpul
an
Chi Square Diharapka
n kecil 232,111 Fit
Probabilitas Chi
Square (p) > 0,05 0,121 Fit
CMIN/DF < 2,00-
3,00 1,116 Fit
Adjusted goodness of
fit index (AGFI) > 0,90 0,920 Fit
Goodness of Fit Index
(GFI) > 0,90 0,945 Fit
Comparative fit index
(CFI) > 0,95 0,954 Fit
Tucker-Lewis Index
(TLI) > 0,95 0,939 Marjinal
Root mean square error
approximation
(RMSEA)
< 0,08 0,018 Fit
Sumber: data primer diolah, 2012
Tabel 16 menunjukkan ringkasan hasil
yang diperoleh dalam kajian dan nilai yang
direkomendasikan untuk mengukur fit-nya
model. Seperti yang ditunjukkan dalam tabel di
atas, nilai probabilitas chi-square sebesar 0,121
> 0,05, nilai CMIN/DF sebesar 1,116 < 2,00-
3,00, nilai Adjusted goodness of fit index
(AGFI) sebesar 0,920 > 0,90, Goodness of Fit
Index (GFI) sebesar 0,945 > 0,90, nilai
Comparative fit index (CFI) sebesar 0,954 >
0,95, nilai Tucker-Lewis Index (TLI) sebesar
0,939 < 0,95, dan nilai Root mean square error
approximation (RMSEA) sebesar 0,018 < 0,08.
Secara overall atau keseluruhan dari delapan
pengukuran goodness of fit model dinyatakan
fit.
Uji Hipotesis Model Struktural
Analisis kausalitas dilakukan guna
mengetahui hubungan antar variabel. Pada
penelitian ini diharapkan dengan adanya
pengujian kausalitas dapat mengetahui pengaruh
yang terjadi antara variabel eksogen dengan
variabel endogen. Adapun hasil selengkapnya
dari tiap hubungan akan diuraikan pada tabel
sebagai berikut:
Tabel 17 : Hasil Pengujian Hipotesis
Sumber: data primer diolah, 2012
Hubungan Variabel
Tanpa Moderasi Setelah Moderasi Hipo
tesis Estimate C.R. P Estimate C.R. P
KM <--- CM 1.086 2.597 .009 -.384 -.902 .367 H3
PI <--- CM 1.064 2.481 .013 -.557 -1.030 .303 H1
PI <--- KP -31.885 -.467 .640
PI <--- MODERASI -8.596 -.581 .561 H2
TM <--- KM .274 3.929 *** .124 2.108 .035 H4
PS <--- PI .621 4.282 *** .456 3.792 *** H7
PS <--- TM .093 .794 .427 -.095 -.749 .454 H5
PAD <--- TM .092 .811 .417 -.145 -1.388 .165 H6
PAD <--- PS .260 2.852 .004 .065 1.145 .252 H8
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 65
Dari tabel 17 dapat dijelaskan bahwa H1
mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara citra merek dan niat membeli
(β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013). Hasil
analisis setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai moderasi mengindikasikan hubungan
citra merek dan niat membeli (β = -0,557; C.R.
= -1,030; p = 0,303), yang berarti bahwa citra
merek tidak dapat mempengaruhi niat membeli
setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara keterlibatan produk
dalam memoderasi hubungan citra merek dan
niat membeli (β = -8,596; C.R. = -0,581; p =
0,561). H3 mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara citra merek dan
kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p
= 0,009). Dan setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan citra merek dan kepercayaan merek
(β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang
berarti bahwa citra merek tidak dapat
mempengaruhi kepercayaan merek setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
H4 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara kepercayaan merek dan
tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p =
0,000). Dan hasil analisis setelah kehadiran
keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan kepercayaan merek
dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p
= 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan
merek dapat mempengaruhi tambahan merek
setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
H5 mengindikasikan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tambahan
merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R.
= 0,794; p = 0,427). Dana hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan tambahan merek
dan pembelian sekarang (β = -0,095; C.R. = -
0,749; p = 0,454), yang berarti bahwa tambahan
merek tidak dapat mempengaruhi pembelian
sekarang setelah hadirnya keterlibatan produk
sebagai variabel moderasi. Sedangkan H6 juga
mengindikasi tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara tambahan merek dan
pembelian yang akan datang (β = 0,092; C.R. =
0,811; p = 0,417). Dan hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan tambahan merek
dan pembelian yang akan datang (β = -0,145;
C.R. = -1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa
tambahan merek tidak dapat mempengaruhi
pembelian yang akan datang setelah hadirnya
keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.
H7 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara niat membeli dan pembelian
sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p = 0,000).
Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan niat membeli dan pembelian sekarang
(β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang
berarti bahwa niat membeli dapat
mempengaruhi pembelian sekarang setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
H8 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara pembelian sekarang dan
pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. =
2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan pembelian sekarang
dan pembelian yang akan datang (β = 0,065;
C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti bahwa
pembelian sekarang tidak dapat mempengaruhi
pembelian yang akan datang setelah hadirnya
keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.
Analisis Direct Effect, Indirect Effect, dan
Total Effect
Analisis ini digunakan untuk mengetahui
kekuatan pengaruh antara konstruk baik
langsung, tidak langsung, maupun pengaruh
66 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
totalnya. Efek langsung (direct effect) tidak lain
adalah koefisien dari semua garis koefisien
dengan anak panah satu ujung. Efek tidak
langsung adalah efek yang muncul melalui
sebuah variabel antara. Efek total adalah efek
dari berbagai hubungan, yaitu efek total dari
efek langsung dan efek tidak langsung. Hasil
pengujian model di atas menunjukkan efek
langsung, efek tidak langsung dan efek total
sebagai yang dinyatakan dalam tabel berikut ini:
Tabel 18 : Hasil Pengujian Direct
Effect, Indirect Effect, dan Total Effect
Sumber: data primer diolah, 2012
Dari tabel direct effect, indirect effect dan
total effect diatas dijelaskan bahwa dari satu
variabel terhadap variabel lainnya menunjukkan
nilai koefisien standardized beta pengaruh
langsung maupun tidak langsung antar variabel.
Dalam penelitian ini ditemukan 7 pengaruh
langsung dan 7 pengaruh tidak langsung.
Dimana pengaruh langsung yang terbesar terjadi
pada Citra Merek terhadap Kepercayaan Merek
sebesar 1.086 dan pengaruh tidak langsung yang
terbesar terjadi pada Citra Merek terhadap
Pembelian Sekarang yang dimediasi oleh Niat
Pembelian sebesar 0.689.
PEMBAHASAN
H1 : Citra Merek berpengaruh terhadap Niat
Membeli konsumen.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara citra merek dan niat
membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p = 0,013).
Hal ini berarti bahwa citra merek merupakan
variabel yang dipertimbangkan penting oleh
konsumen/pelanggan untuk membentuk niat
membeli produk kue kering Zaha Barokah Di
Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Probolinggo sebelum dimoderasi oleh
keterlibatan produk. Hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan citra merek dan niat
membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p = 0,303),
yang berarti bahwa citra merek tidak dapat
mempengaruhi niat membeli setelah hadirnya
keterlibatan produk sebagai variabel moderasi.
Temuan awal dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Dolich (1969) bahwa citra
merek penting karena berkontribusi pada
konsumen memutuskan itu baik atau tidak
merek adalah satu untuk dirinya dan hal itu
mempengaruhi perilaku pembelian konsumen
berikutnya (Johnson dan Puto, 1987; Fishbein,
1967), kemudian merek ekuitas (Biel, 1992).
Sebuah brand image baik dikomunikasikan
harus membantu untuk menetapkan posisi
merek, melindungi merek dari kompetisi,
Hubungan Variabel Pengaruh (λ atau β)
Dependen Independen Langsu
ng
Tidak Langsung
Total
KM <--
Citra Merek (CM)
1.086 .000 1.086
TM <-- .000 .297 .297
PI 1.064 .000 1.064
PS .000 .689 .689
PAD <-- .000 .207 .207
KM <--
Kepercayaan Merek
(KM)
.000 .000 .000
TM <-- .274 .000 .274
PI .000 .000 .000
PS .000 .025 .025
PAD <-- .000 .032 .032
KM
Tambahan Merek (TM)
.000 .000 .000
TM .000 .000 .000
PI .000 .000 .000
PS .093 .000 .093
PAD .092 .024 .116
KM
Niat Membeli
(PI)
.000 .000 .000
TM .000 .000 .000
PI .000 .000 .000
PS .621 .000 .621
PAD .000 .162 .162
KM <--
Pembelian Sekarang
(PS)
.000 .000 .000
TM <-- .000 .000 .000
PI .000 .000 .000
PS .000 .000 .000
PAD <-- .260 .000 .260
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 67
meningkatkan kinerja pasar merek, dan karena
itu memainkan peran integral dalam
membangun ekuitas merek jangka panjang
(Aaker dan Keller, 1990; Keller, 1993; Park et
al, 1991;. Feldwick, 1996; Park dan Srinivasan,
1994). Produk atribut, manfaat/ konsekuensi
dari menggunakan merek, dan kepribadian
merek adalah tiga komponen kunci dari citra
merek (Plummer, 2000, 1985).
H2 : Keterlibatan Produk Memoderasi
Pengaruh Citra Merek terhadap Membeli
Konsumen.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara keterlibatan
produk dalam memoderasi hubungan citra
merek dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = -
0,581; p = 0,561). Hal ini berarti bahwa
keterlibatan produk melemahkan hubungan citra
merek untuk membentuk niat membeli produk
kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul
Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo.
Temuan penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Dholakia, (1998, 1997), bahwa
Keterlibatan Produk telah banyak digunakan
sebagai variabel penjelas dalam perilaku
konsumen. Telah ditetapkan bahwa tingkat
keterlibatan menentukan kedalaman,
kompleksitas dan keluasan dari proses kognitif
dan perilaku selama proses pilihan konsumen
(misalnya Chakravarti dan Janiszewski, 2003;
Kokkinaki, 1999; Kleiser dan Wagner, 1999;
Laurent dan Kapferer, 1985; Houston dan
Rothschild, 1978). Oleh karena itu, keterlibatan
produk adalah kerangka pusat, penting untuk
memahami pengambilan keputusan konsumen
yang terkait dalam perilaku dan komunikasi
(Chakravarti dan Janiszewski, 2003; Fill, 1999).
Ketika terjadi keterlibatan produk tinggi, proses
pengambilan keputusan pembeli diperkirakan
berlanjut melalui pengambilan keputusan yang
diperpanjang, serangkaian tahapan berurutan
melibatkan pencarian informasi dan evaluasi
kriteria (Browne dan Kaldenberg, 1997; Celsi
dan Olson, 1988); konsumen saling berharap
mampu mengerahkan banyak upaya untuk
memproses informasi dalam situasi keterlibatan
rendah (Chung dan Zhao, 2003). Jadi
keterlibatan produk bisa mempengaruhi
konsumen untuk membeli suatu produk, dalam
hal ini produk Kue Kering Zaha Barokah.
H3 : Citra Merek berpengaruh terhadap
Kepercayaan Merek.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara citra merek dan
kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. = 2,597; p
= 0,009). Hal ini berarti bahwa citra merek
merupakan variabel yang dipertimbangkan
penting oleh konsumen/pelanggan untuk
membentuk kepercayaan merek pada produk
kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul
Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo
sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk.
Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan citra merek dan kepercayaan merek
(β = -0,384; C.R. = -0,902; p = 0,367), yang
berarti bahwa citra merek tidak dapat
mempengaruhi kepercayaan merek setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
Temuan awal dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Doney dan Cannon dalam
Aydin dan Ozer (2005) menyatakan bahwa
kepercayaan merupakan suatu proses
menghitung (calculative process) antara biaya
yang dikeluarkan dengan hasil yang diperoleh.
Ada hubungan empiris yang pada harapan
peneliti dari tiga perbedaan hubungan
konstruksi antara - merek kepuasan,
kepercayaan dan tambahan merek. Dalam
penelitian sebelumnya berharap kesadaran
merek dan citra merek menjadi anteseden untuk
kepuasan merek dan kepercayaan merek.
68 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
H4 : Kepercayaan Merek berpengaruh
terhadap Tambahan Merek.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara kepercayaan merek dan
tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929; p =
0,000). Hal ini berarti bahwa kepercayaan
merek merupakan variabel yang
dipertimbangkan penting oleh
konsumen/pelanggan untuk membentuk
tambahan merek pada produk kue kering Zaha
Barokah Di Ponpes Zainul Hasan Genggong
Pajarakan Probolinggo sebelum dimoderasi oleh
keterlibatan produk. Hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan kepercayaan merek
dan tambahan merek (β = 0,124; C.R. = 2,108; p
= 0,035), yang berarti bahwa kepercayaan
merek dapat mempengaruhi tambahan merek
setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
Temuan awal dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Lacoeuilhe dan Belaid (2007)
melihat bahwa integritas dan kebajikan – dua
dimensi kepercayaan – yang dekat dengan
tambahan dan bahkan mungkin mempengaruhi
variabel ini. Selain hubungan ini hipotesis
antara kepercayaan dan tambahan sesuai dengan
akhir rantai relasional dikemukakan oleh Aurier
et al. (2001), yang mengasumsikan adanya
hubungan positif antara variabel-variabel
berikut, kualitas masing-masing dirasakan, nilai
yang dirasakan, kepuasan, kepercayaan, dan
lampiran.
H5. Tambahan Merek berpengaruh terhadap
Pembelian Sekarang.
H6. Tambahan Merek berpengaruh terhadap
Pembelian Yang Akan Datang.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tambahan
merek dan pembelian sekarang (β = 0,093; C.R.
= 0,794; p = 0,427). Hal ini berarti bahwa
tambahan merek bukan merupakan variabel
yang dipertimbangkan penting oleh
konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel
pembelian sekarang pada produk kue kering
Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum
dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil
analisis setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai moderasi mengindikasikan hubungan
tambahan merek dan pembelian sekarang (β = -
0,095; C.R. = -0,749; p = 0,454), yang berarti
bahwa tambahan merek tidak dapat
mempengaruhi pembelian sekarang setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tambahan
merek dan pembelian yang akan datang (β =
0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Hal ini berarti
bahwa tambahan merek bukan merupakan
variabel yang dipertimbangkan penting oleh
konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel
pembelian yang akan datang pada produk kue
kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum
dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil
analisis setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai moderasi mengindikasikan hubungan
tambahan merek dan pembelian yang akan
datang (β = -0,145; C.R. = -1,388; p = 0,165),
yang berarti bahwa tambahan merek tidak dapat
mempengaruhi pembelian yang akan datang
setelah hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
Temuan awal dalam penelitian ini sejalan
dengan pendapat Ohanian (1991), Pemasar yang
sukses dapat meningkatkan niat beli konsumen
terhadap merek dan preferensi langsung atau
tidak langsung. Pemasar dengan sumber
kredibilitas yang kuat utama faktor-faktor
(seperti keahlian, kepercayaan, dan tarik) secara
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 69
signifikan dapat mempengaruhi niat pembelian
konsumen. Oleh karena itu, Pemasar tidak
hanya menggunakan cara yang umum dan
mudah untuk menjangkau konsumen, tetapi juga
pengaturan dasar dan pemasaran efektif (Aaker,
1996). Di antara berbagai pemasar, dukungan
atlet terkenal, bahkan relatif spesifik dan efektif
(Kotler, 1997) (dalam Matthew Tingchi Liu,
Yu-Ying Huang, dan Jiang Minghua: 2007).
Selain itu, tambahan merek, yaitu perjanjian,
koneksi, dan identifikasi dengan merek sangat
memprediksi seberapa sering merek dibeli di
masa lalu dan akan dibeli di masa depan
(McAlexander et al., 2003;. Thomson et al,
2005).
H7. Niat Membeli berpengaruh terhadap
Pembelian Sekarang.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara niat membeli dan
pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. = 4,282; p
= 0,000). Hal ini berarti bahwa niat membeli
merupakan variabel yang dipertimbangkan
penting oleh konsumen/pelanggan untuk
membentuk pembelian sekarang pada produk
kue kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul
Hasan Genggong Pajarakan Probolinggo
sebelum dimoderasi oleh keterlibatan produk.
Hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan niat membeli dan pembelian sekarang
(β = 0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang
berarti bahwa niat membeli dapat
mempengaruhi pembelian sekarang setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
Hasil dalam penelitian ini mendukung hasil
penelitian sebelumnya yang menyatakan
Konsumen dalam mengambil keputusan untuk
membeli suatu produk merupakan bagian dari
perilaku konsumen itu sendiri. Perilaku
konsumen adalah mempelajari dari proses yang
melibatkan individu atau kelompok dalam
memilih, membeli, menggunakan, dan pasca
penggunaan produk, jasa, gagasan, atau
pengalaman untuk mencukupi kebutuhan dan
keinginan (Solomon, 2002: 5). Dapat juga
dikatakan bahwa perilaku konsumen merupakan
studi tentang bagaimana pembuat keputusan
(decision units), baik individu, kelompok,
ataupun organisasi, membuat keputusan-
keputusan beli atau melakukan transaksi
pembelian suatu produk dan mengkonsumsinya
(Prasetijo dan Ihalauw, 2005: 9).
H8. Pembelian Sekarang berpengaruh
terhadap Pembelian Yang Akan
Datang.
Berdasarkan hasil pengujian yang
diperoleh, mengindikasi terdapat hubungan
yang signifikan antara pembelian sekarang dan
pembelian yang akan datang (β = 0,260; C.R. =
2,852; p = 0,004). Hal ini berarti bahwa
pembelian sekarang bukan merupakan variabel
yang dipertimbangkan penting oleh
konsumen/pelanggan untuk membentuk variabel
pembelian yang akan datang pada produk kue
kering Zaha Barokah Di Ponpes Zainul Hasan
Genggong Pajarakan Probolinggo sebelum
dimoderasi oleh keterlibatan produk. Hasil
analisis setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai moderasi mengindikasikan hubungan
pembelian sekarang dan pembelian yang akan
datang (β = 0,065; C.R. = 1,145; p = 0,252),
yang berarti bahwa pembelian sekarang tidak
dapat mempengaruhi pembelian yang akan
datang setelah hadirnya keterlibatan produk
sebagai variabel moderasi.
Hasil penelitian sejalan dengan penelitian
sebelumnya bahwa Kepuasan dan
ketidakpuasan terhadap produk akan
mempengaruhi perilaku komsumen selanjutnya.
Jika konsumen tersebut puas, konsumen akan
menunjukkan kemungkinan yang lebih tinggi
untuk membeli kembali paroduk tersebut
(Kotler, 2005). Dan Peneliti juga memprediksi
pada hubungan terakhir dari variabel pembelian
70 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
sekarang dan pembelian yang akan datang, dan
berharap variabel pembelian sekarang
mempengaruhi pembelian yang akan datang.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan penelitian dimaksudkan
untuk mempermudah pemahaman mengenai
hasil dari penelitian ini. Dalam sub bab ini
akan dipaparkan secara singkat mengenai
hasil penelitian.
1. H1 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara citra merek dan niat
membeli (β = 1,064; C.R. = 2,481; p =
0,013). Hasil analisis setelah kehadiran
keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan citra merek dan
niat membeli (β = -0,557; C.R. = -1,030; p
= 0,303), yang berarti bahwa citra merek
tidak dapat mempengaruhi niat membeli
setelah hadirnya keterlibatan produk
sebagai variabel moderasi.
2. H2 mengindikasi tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara keterlibatan produk
dalam memoderasi hubungan citra merek
dan niat membeli (β = -8,596; C.R. = -
0,581; p = 0,561).
3. H3 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara citra merek dan
kepercayaan merek (β = 1,086; C.R. =
2,597; p = 0,009). Dan setelah kehadiran
keterlibatan produk sebagai moderasi
mengindikasikan hubungan citra merek dan
kepercayaan merek (β = -0,384; C.R. = -
0,902; p = 0,367), yang berarti bahwa citra
merek tidak dapat mempengaruhi
kepercayaan merek setelah hadirnya
keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
4. H4 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara kepercayaan merek dan
tambahan merek (β = 0,274; C.R. = 3,929;
p = 0,000). Dan hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai
moderasi mengindikasikan hubungan
kepercayaan merek dan tambahan merek (β
= 0,124; C.R. = 2,108; p = 0,035), yang
berarti bahwa kepercayaan merek dapat
mempengaruhi tambahan merek setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
5. H5 mengindikasikan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tambahan
merek dan pembelian sekarang (β = 0,093;
C.R. = 0,794; p = 0,427). Dana hasil
analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan tambahan merek dan pembelian
sekarang (β = -0,095; C.R. = -0,749; p =
0,454), yang berarti bahwa tambahan
merek tidak dapat mempengaruhi
pembelian sekarang setelah hadirnya
keterlibatan produk sebagai variabel
moderasi.
6. H6 juga mengindikasi tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tambahan
merek dan pembelian yang akan datang (β
= 0,092; C.R. = 0,811; p = 0,417). Dan
hasil analisis setelah kehadiran keterlibatan
produk sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan tambahan merek dan pembelian
yang akan datang (β = -0,145; C.R. = -
1,388; p = 0,165), yang berarti bahwa
tambahan merek tidak dapat
mempengaruhi pembelian yang akan
datang setelah hadirnya keterlibatan produk
sebagai variabel moderasi.
7. H7 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara niat membeli dan
pembelian sekarang (β = 0,621; C.R. =
4,282; p = 0,000). Hasil analisis setelah
kehadiran keterlibatan produk sebagai
moderasi mengindikasikan hubungan niat
membeli dan pembelian sekarang (β =
0,456; C.R. = 3,792; p = 0,000), yang
berarti bahwa niat membeli dapat
mempengaruhi pembelian sekarang setelah
hadirnya keterlibatan produk sebagai
variabel moderasi.
8. H8 mengindikasi terdapat hubungan yang
signifikan antara pembelian sekarang dan
pembelian yang akan datang (β = 0,260;
C.R. = 2,852; p = 0,004). Dan hasil analisis
setelah kehadiran keterlibatan produk
sebagai moderasi mengindikasikan
hubungan pembelian sekarang dan
pembelian yang akan datang (β = 0,065;
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 71
C.R. = 1,145; p = 0,252), yang berarti
bahwa pembelian sekarang tidak dapat
mempengaruhi pembelian yang akan
datang setelah hadirnya keterlibatan produk
sebagai variabel moderasi.
Keterbatasan
Studi ini memiliki obyek amatan yang
terfokus pada produk kue kering Zaha Barokah
Di Ponpes Zainul Hasan Genggong Pajarakan
Probolinggo sehingga berdampak pada
terbatasnya generalisasi studi. Dengan demikian
untuk mengaplikasikan studi ini pada konteks
yang berbeda, diperlukan kehati – hatian dalam
mencermati karakteristik yang melekat pada
obyek amatan studi. Hal ini penting untuk
dicermati, agar tidak terjadi bias dalam hasil
pengujian yang dapat berdampak pada
kekeliruan dalam pemahaman implikasi
penelitian dan perumusan kebijakan yang
diambil.
Meskipun terdapat keterbatasan dalam
studi ini yang menyebabkan ketidakmampuan
model untuk digeneralisasi pada segala situasi,
namun dengan prosedur pengujian yang
terstruktur diharapkan tidak mengurangi derajad
keyakinan terhadap akurasi model prediksi yang
diharapkan.
Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Studi ini diharapkan dapat meningkatkan
pemahaman bagi para akademisi terkait
dengan konsep perilaku pembelian konsumen.
Hal tersebut didasarkan pada keragaman yang
terdapat dalam penelitian ini yang
memberikan perspektif yang berbeda dari
studi terdahulu.
2. Implikasi Praktis
Studi ini diharapkan mampu memberikan
menambah kualitas, rasa, bentuk-bentuk
kemasan yang lebih menarik dari produk
tersebut terhadap pemasar terkait dengan
konsep perilaku pembelian konsumen melalui
implementasi citra merek. Hal ini perlu
dicermati sebab pendesainan produk secara
berkala dapat berdampak pada strategi
pemasaran dan promosi yang dikembangkan
oleh produsen keu kering zaha barokah
tersebut.
3. Implikasi Metodologis
Penelitian ini dilakukan dengan metode
yang terstruktur. Metode penelitian yang
meliputi alat pengukuran dan pengujian
statistik telah teruji melalui prosedur yang
rigid. Dengan demikian sumber dan
kebenarannya dapat ditelusuri secara ilmiah.
Hal ini diharapkan memberi pemahaman
kepada peneliti untuk memanfaatkannya
sebagai pertimbangan dalam mendesain
metode riset yang digunakan untuk pengujian
model yang ingin diteliti.
4. Implikasi bagi Studi Lanjutan
Obyek amatan pada studi ini difokuskan
pada produk kue kering, sehingga berdampak
pada generalisasi studi yang bersifat terbatas.
Hal ini memberikan peluang bagi studi
lanjutan untuk mengembangkan model pada
konteks yang lebih luas. Namun demikian,
diperlukan kehati – hatian dalam mencermati
karakteristik yang melekat pada obyek amatan
studi.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. (1991), Managing Brand Equity,
Free Press, New York, NY.
Aaker, D.A. (1996), Building Strong Brands,
Free Press, New York, NY.
Aaker, D.A. and Keller, K.L. (1990),
“Consumer evaluation of brand
extension”, Journal of Marketing, Vol.
54, January, pp. 27-41.
72 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta.
Donald R. Cooper dan Pamela S Sehindler.
2006. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT
Media Global Edukasi.
Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian
Manajemen. AGF Books. Jakarta.
Ferrinadewi, Erna. 2008. Merek dan Psikologi
Konsumen. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ghozali, Imam, dan Fuad. 2005. Structural
Equation Modelling, Teori, Konsep dan
Aplikasi dengan program Lisrel 8.54.
Badan penerbit Universitas Diponegoro.
Jogiyanto. 2004. Metodologi Penelitian Bisnis.
Badan Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Kapferer, J.-N. (2004), The New Strategic
Brand Management: Creating and
Sustaining Brand Equity Long Term,
Kogan Page, London.
Keller, K.L. (1993), “Conceptualizing,
measuring, and managing consumer-
based brand equity”, Journal of
Marketing, Vol. 57 No. 1, January, pp. 1-
22.
Keller, K.L. (2003), Strategic Brand
Management: Building, Measuring, and
Managing Brand Equity, 2nd ed., Prentice
Hall, Upper Saddle River, NJ.
Kotler, Philip dan Amstrong, Gery. 2008.
Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 12.
Jakarta. Erlangga.
Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran.
Edisi Milenium. Jilid 2. Jakarta:
Prenhallindo.
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran.
Edisi Milenium. Jilid 1. Jakarta:
Prenhallindo.
Rangkuti, Freddy. 2004. The Power of Brand.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sekaran, uma. 2006. Research methods for
business; metodologi penelitian untuk
bisnis. Edisi bahasa Indonesia. penerbit
salemba empat, Jakarta.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi.
Aspek Tambahan. Komunikasi Pemasaran
Terpadu. Jilid 1. Edisi Kelima. Jakarta:
Erlangga.
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan
Komunikasi Pemasaran. Bandung:
Rosdakarya Remaja.
Tjiptono, Fandy. 2003. Pemasaran Jasa.
Malang: Bayumedia Publishing.
IDENTITAS PENULIS
Nama : Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas.
Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo
Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271
Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
[73]
ANALISIS PENGARUH VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI
TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN
DI UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
H M. SYAIFUL BAHRI. SE;MM
Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo
Jl. Yos Sudarso 107, Dringu, Kabupaten Probolinggo (67271), Tilp (0335)422715
ABSTRACTION: The research which was done in Panca Marga University Probolinggo on 2012
aim to know whether motivation, in this case are physiological needs, safety and security needs,
social needs, esteem needs and self actualization needs have influences together towards working
performance of lecturer.
The writers also wants to know the motivation which have influence towards their working
performance. The sample took from the lecturer who has work experience minimum 3 years and that
period they work constanly in the Panca Marga University Probolinggo, and number of the
respondents are 40 lecturer.
The analyzed used in this research is regression analyze and correlation both simple and
multiple, in order that the writer could know free variabel influences towards depending variabel, by
using SPSS program for windows 7.5 version.
The result of the analyzes indicate that motivation variabel i.e. physiological needs, safety
and security needs, social needs esteem needs and actualization needs influences significantly
towards working performance and also indicate that safety and security needs have most influence
towards their working performance.
In order to increase the working performance of the lecturer in Panca Marga University, the
writer concludes and suggest that it needs more attension and efforts to realize the motivation
variabels above
Keywords : Phisiological needs, Safety and security needs, Social needs, Esteem needs, Actualization
needs, Job Performance
PENDAHULUAN
Sumber daya manusia mempunyai
peranan yang sangat penting, dalam
interaksinya dengan factor modal, material,
metode dan mesin. Kompleksitas yang ada
dapat menentukan kualitas produk yang
dihasilkan, oleh karena itu mengharuskan kita
untuk selalu berhati–hati dan memperhatikan
setiap aspeknya. Snyder (1980:431)
mengemukakan bahwa manusia merupakan
sumber daya yang paling bernilai, dan ilmu
perilaku menyiapkan banyak teknik dan
program yang dapat menuntun pemanfaatan
sumber daya manusia secara lebih efektif “
Dalam lingkungan perguruan tinggi
secara fungsional terdapat dua kelompok
pegawai yang mana satu sama lainnya saling
membantu, saling menunjang dan salaing
bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi,
yaitu pegawai administrative yang tugasnya
mengatur bidang administrative dan yang
kelompok yang kedua adalah pegawai yang
74 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
fungsi pokoknya adalah melaksanakan Tri
Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan dan
pengajaran, penelitian dan pengabdian
masyarakat disebut pegawai “ Educatif atau
Dosen “
Sebagaimana dalam surat edaran bersama
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomer :
61395/MPK/1987, Nomar : 21/SE/1987 tentang
angka kredit bagi jabatan tenaga pengajar
perguruan tinggi dijelaskan bahwa tenaga
pengajar perguruan tinggi adalah tenaga
pengajar dengan tugas pokok, wewenang dan
tanggung jawab dibidang pendidikan dan
pengajran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat (Tridharma Perguruan Tinggi).
Dari tugas utama inilah seorang dosen
dapat dilihat prestasi kerjanya, dengan prestasi
kerja yang baik tidak hanya tidak hanya
individunya saja yang beruntung tetapi
organisasi juga mendapat keuntungan. Hasil
karya individu merupakan dasar hasil karya
organisasi (Gibson, 1992 : 38 ). Prestasi
merupakan kebutuhan bagi setiap karyawan, hal
ini sebagaimana pendapat David C Mc Clelland
(1961 : 99) menunjukkan bahwa motif yang
kuat untuk berprestasi, keinginan untuk berhasil
dan unggul dalam situasi persaingan
berhubungan dengan sejauh mana individu
dimotivasi untuk menjalankan tugas – tugasnya.
Sejalan dengan itu Atkinson (1978 : 346)
menjelaskan bahwa “semua orang dewasa yang
sehat mempunyai cadangan energy potensial”
Bagaimana energy itu dilepas dan digunakan
tergantung pada 1) kekuatan kebutuhan atau
motif dasar yang bersangkutan, 2) harapannya
akan berhasil 3) nilai rangsangan yang melekat
pada tujuan.
Model Atkinson ini menghubungkan
antara perilaku dengan kinerja dan tiga
dorongan yang berbeda diantara para individu.
Dengan demikian untuk mencapai prestasi kerja
yang tinggi tidaklah mudah, karena diperlukan
adanya motivasi atau dorongan – dorongan
walaupun setiap manusia pada hakekatnya
mempunyai kecakapan dan potensi untuk
melaksanakan aktifitas sebagai seorang
pegawai. Dan setiap orang mempunyai
kebutuhan dengan kadar tertentu dan tidak ada
seorangpun memiliki kebutuhan dalam proporsi
yang sama.
Menurut Mc Amstrong( 1988 : 75 ) “
hubungan antara motivasi dan prestasi kerja
adalah sesuatu yang positif “. Jadi
meningkatnya motivasi akan mengasilkan lebih
banyak usaha dan prestasi kerja dapat lebih baik
tetapi sebaliknya dengan menurunnya motivasi
akan menurunkan gairah kerja dan prestasi
kerja. Menurut Maslow motivasi manusia ada
lima tingkatan yaitu a) kebutuhan fisologis,
kebutuhan keselamatan kerja, kebutuhan social,
kebutuhan penghargaan dan kebutuhan
aktualisasi diri.
KAJIAN TEORI
Carl Heyel dalam The Encyclopedia of
management (Martoyo, 1996:154) memberikan
definisi motivasi adalah kesiapan sistematis
yang mampu mendorong seseorang melakukan
suatu kegiatan guna meraih tujuan yang
diinginkan dan secara tidak langsung mengarah
pada pencapaian kebutuhan yang member
tingkat kepuasan tertentu. Sedangkan
Manullang (1988 : 150) mendefinisikan
motivasi adalah “ sebagai daya perangsang atau
daya pendorong terhadap pegawai untuk mau
bekerja dengan segiat-giatnya, yang berbeda
antara pegawai yang satu dengan pegawai yang
lain “
Proses motivasi dimulai oleh seorang
yang mengenali secara sadar atau tidak, suatu
kebutuhan yang tidak terpenuhi, kemudian
sasaran yang dibuat diperkirakan akan
memenuhi kebutuhan tersebut. Serangkaian
tindakan yang ditentukan akan mengarah ke
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 75
pencapaian sasaran, dengan dicapainya sasaran,
maka kebutuhan dapat terpenuhi
Gambaran lain tentang proses motivasi
adalah seseorang bersedia menjadi anggota
organisasi karena mereka percaya dengan
melaksanakan kegiatan – kegiatan dalam
organisasi, maka tujuan pribadi ( fisik dan non
fisik ) mereka akan terpenuhi atau uang yang
diperoleh dari organisasi dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhannya.
Gambar1 :Proses Motivasi
Mc Amstrong (1988:67)
Gambar 2 :Proses Motivasi
Ranupandoyo dan Husnan
Pemberian motivasii dapat efektif
menurut Mc Amstrong (1994 : 66) perlu
memperhatikan hal – hal berikut : 1) Memahami
proses dasar motivasi model kebutuhan, sasaran,
tindakan serta pengaruh pengalaman dan
harapan. 2). Mengetahui factor – factor yang
mempengaruhi motivasi, pola kebutuhan yang
mendorong kearah sasaran dan keadaan dimana
kebutuhan terpenuhi atau tidak. 3). Mengetahui
bahwa motivasi bukanlah hanya masalah
memberikan banyak uang. 4). Mengetahui
bahwa motivasi tidak bisa dicapai hanya dengan
menciptakan perasaan puas, terlalu banyak
perasaan puas dapat menimbulkan perasaan
puas diri dan kelambanan. 5) Memahami bahwa
ada hubungan yang komplek antara motivasi
dan prestasi kerja.
Model motivasi Ranupandoyo dan
Husnan (1997: 201) membagi model motivasi
menjadi tiga model, sedangkan Mc Amstrong
membagi model motivasi menjadi empat model,
tetapi dari model tersebut terdapat kesamaan.
Adapun model – model motivasi tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Model tradisional (Model Manusia
Rasional )
Menurut model ini bahwa pegawai itu
pada dasarnya pemalas atau kurang bergairah
dalam bekerja, agar karyawan dapat bekerja dan
berprestasi, maka perlu adanya dorongan berupa
insentif atau imbalan semakin tinggi prestasinya
semakin tinggi insentif yang diterima. Mc
Amstrong ( 1994 : 74 ) menyatakan orang akan
termotivasi oleh gabungan penghargaan dengan
uang dan hukuman. Ranupandoyo dan Husnan
(1997 : 201) menyatakan untuk memberikan
dorongan agar karyawan dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan berhasil, maka para
pemimpin harus menggunakan system upah
insentif, dalam arti semakin aktif dan berprestasi
karyawan akan semakin besar penghasilannya.
Gambar 3 :Model Motivasi Rasional
Mc Amstrong
2) Model Hubungan Manusia (Human Ralation
Model)
Menurut model ini karyawan akan
termotivasi bila mereka dibuat merasa penting
dan berguna serta diakui kebutuhan sosialnya.
Sesuai dengan model ini karyawan harus diberi
kebebasan dalam mengambil keputusan untuk
menjalankan tugas – tugas mereka, sehingga
mereka merasa puas dalam melaksanakan
Menentukan
Sasaran
Kebutuhan Tindakan
Mencapai
Sasaran
Kebutuhan Dorongan Tindakan
Kepuasan
PENGHARGAAN
HUKUMAN
PERBAIKAN PRESTASI KERJA
76 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
tugasnya. Oleh karena itu model ini
menekankan pimpinan harus memperlakukan
dengan penuh tenggang rasa dan penuh
perhatian, sehingga kebutuhan social karyawan
benar – benar dihargai dan dijunjung tinggi
sehingga pada akhirnya kepuasan karyawan
terpenuhi.
Gambar:4 Model Motivasi Hubungan
Manusia
Mc Amstrong (1994 : 74)
3) Model Sumber Daya Manusia (Human
Resources Model)
Tokoh–tokoh dalam model ini
adalah Mc Gregor, Maslow, Argyris. Model
sumber daya manusia berpendapat bahwa
karyawan termotivasi kerjanya bukan karena
factor upah atau kepuasan kerja belaka,
melainkan yang membuat karyawan termotivasi
kerjanya bersifat komplek, artinya setiap orang
mempunyai dorongan untuk menjalankan tugas
dengan baik dan penuh tanggung jawab,
sehingga para karyawan akan memperoleh
kepuasan karena prestasinya yang tinggi.
Berdasarkan pada asumsi tersebut, maka
karyawan harus diberi tugas, tanggung jawab
serta kewenangan yang lebih luas mengingat
setiap orang pada dasarnya mempunyai
dorongan untuk bekerja dengan tekun, rajin dan
baik sehingga mereka dapat mencapai tujuan
dan sasaran sesuai dengan cara mereka sendiri.
Gambar 5 :Motivasi Komplek
Teori Motivasi Abraham Maslow
Tingkah laku manusia selalu timbul
oleh adanya kebutuhan yang mendorong
perbuatan kearah suatu tujuan tertentu.
Kebutuhan yang mendorong kearah suatu tujuan
itulah yang disebut motivasi. Salah satu teori
motivasi yang banyak digunakan secara luas
adalah teori motivasi yang berdasarkan pada
hierarki kebutuhan secara individu yang
dikemukakan oleh Maslow et al ( 1991 : 167 )
atau yang dikenal dengan teori Hirarkies of
needs. Teori ini mengklasifikasikan kebutuhan
manusia yang komplek kedalam lima golongan
mulai dari kebutuhan yang paling dasar sampai
dengan kebutuhan yang paling tinggi. Adapun
penggolongan kebutuhan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Phisiological needs
Phisiological needs adalah kebutuhan paling
dasar antara lain makan, minum, pakaian
perumahan, sex dll.
2. Safety and security needs
Adalah kebutuhan akan rasa aman, ancaman
lingkungan, ancaman kehilangan pekerjaan
atau pengasilan atau keamanan dihari tua.
3. Social needs
Merupakan kebutuhan akan rasa cinta,
kebutuhan akan komunikasi antar karyawan
ataupun dengan atasan atau kebutuhan untuk
bisa diterima dilingkungan pekerjaan
4. Esteem needs
NILAI
PENGHARGAAN
HARAPAN
KEMUNGKINAN USAHA
AKAN MENGHASILKAN
PENGHARGAAN
USAHA
KEMAMPUAN
PERSEPSI PERANAN
PRESTASI
KERJA
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 77
Esteem needs merupakan kebutuhan
penghargaan diri dari orang lain atau dari
organisasi
5. Self actualization needs
Kebutuhan akan perwujudan diri, kebutuhan
untuk memenuhi diri sendiri dengan
memaksimumkan penggunaan kemampuan,
keahlian dan potensi diri
Gambar 6 :Hierarchy of needs AH. Maslow
Martoyo ( 1996 : 149 )
Variabel – variabel motivasi
Berdasarkan uraian teori – teori motivasi
diatas, maka teori yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teori motivasi yang
dikemukakan oleh AH. Maslow yang dikenal
dengan hierarchies of needs atau toeri tingkat
kebutuhan. Ada beberapa pertimbangan tentang
penggunaan teori Maslow ini, antara lain :
1. Teori Maslow merupakan salah satu teori
yang berbentuk hierarki kebutuhan secara
individu, sehingga hal ini tepat untuk
dijadikan teori dalam penelitian yang
sampelnya secara individu pula.
2. Bersifat aplikatif yaitu bisa diterapkan
kepada semua karyawan / pegawai mulai
tingkat paling bawah sampai tingkat paling
atas
3. Sesuai dengan kondisi obyektif dilapangan
atau obyek penelitian, dimana
karyawan/pegawai / dosen mempunyai
kebutuhan yang bertingkat.
Dengan pertimbangan – pertimbangan
diatas, maka unsure – unsure motivasi yang
dikemukakan oleh AH Maslow tersebut
dituangkan kedalam penelitian para dosen di
Universitas Panca Marga Probolinggo .
Adapun unsure – unsure atau kelima
variabel motivasi tersebut secara terperinci
dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kebutuhan fisiologis ( Phisiological Needs )
Kebutuhan fisiologis adalah
kebutuhan pokok manusia yang bersifat
mendasar atau bersifat primer seperti
makanan, minuman, pakaian, perumahan,
sex, kesejahtraan individu. Seorang
karyawan atau dosen bersedia bekerja
karena dia berharap kebutuhan dasarnya
dapat dipenuhi melalui penghasilan, gaji,
bonus ataupun insentif yang diterima. Gaji
yang diterima selain berfungsi sebagai
pemenuhan kebutuhan pokok , juga
berfungsi sebagai daya dorong agar
karyawan atau dosen dapat bekerja dengan
baik dan penuh semangat. Meir ( As’ad : 92
) menyatakan bahwa pendistribusian gaji
didasarkan pada produksi, lamanya kerja,
lamanya dinas dan berdasarkan kebutuhan
hidup
2. Kebutuhan keselamatan kerja ( Safety and
security needs )
Keselamatan dan keamanan kerja
merupakan kebutuhan fundamental bagi
manusia bahkan kadang – kadang lebih
penting dari pada gaji ataupun kesempatan
untuk maju. Keselamatan dan keamanan
kerja ini menurut Wexly dan Yuki ( 1988 :
78 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
99 ) berisikan perlindungan dari ancaman
bahaya fisik atau berkurangnya pendapatan.
Kebutuhan inii bisa dipenuhi dengan
menghilangkan kondisi – kondisi kerja yang
membahayakan dan dengan pengamanan
yang melindungi bencana ekonomi pribadi.
Pengamanan ini meliputi jaminan
kesehatan, jaminan cacat, jaminan
pengangguran, masa kerja atau kontrak
kerja jangka panjang, serta peraturan atau
prosedur – prosedur mengemukakan
tuntutan yang melindungi pekerja terhadap
kecurigaan – kecurigaan yang memusuhi,
pemberantasan sementara atau pemecatan.
3. Kebutuhan social ( Social needs )
Manusia pada dasarnya merupakan
makhluk social yang tidak akan terlepas dari
kebutuhan – kebutuhan social. Agar
karyawan atau dosen dapat bekerja dengan
sebaik – baiknya, maka perlu diciptakan
iklim atau suasana kerja yang harmonis dan
kondusif yaitu terciptanya hubungan yang
akrab dan penuh kekeluargaan, baik antara
bawahan dengan bawahan atau bawahan
dengan atasan atau atasan dengan atasan
(Horisontal dan vertical). Meginson
(Handoko,1986:258) mengatakan bahwa
kebutuhan social secara teoritis adalah
kebutuhan akan ciinta, persahabatan,
perasaan memiliki, diterima oleh kelompok,
keluarga dan asosiasi.
4. Kebutuhan penghargaan ( Esteem needs )
Semua manusia dalam masyarakat
mempunyai kebutuhn dan keinginan akan
penilaian yang baik, dan punya kebutuhan
akan rasa hormat atau harga diri serta
mengharapkan penghargaan dari orang lain,
baik berupa pujian maupun berupa materi.
Nitisemito ( 1980 : 229 ) mengatakan
hendaknya setiap perusahaan atau instansi
memberikan kesempatan kepada para
karyawan/ pegawai / dosen yang berprestasi
untuk memperoleh penghargaan.
Penghargaan tersebut dapat berupa
pengakuan yang disertai hadiah kenaikan
gaji, kenaikan pangkat, pemindahan
keposisi yang lebih baik dan disukai dsb.
Soepriyantoo ( 1988 : 35 ) berpendapat
tentang penghargaan sbb : “ Kebutuhan
akan harga diri / penghormatan lebih
bersifat individual atau pribadi, ingin
dirinya dihargai atau dihormati sesuai
dengan kapasistasnya ( kedudukannya ),
sebaliknya setiap individu tindak ingin
dirinya dianggap lebih rendah dari yang
lain. Mungkin secara jabatan lebih rendah
tetapi secara manusiawi setiap individu (
pria dan wanita ) tidak ingin direndahkan.
5. Kebutuhan aktualisasi diri ( Actualization
needs )
Kurt Golstein (Maslow : 57 )
mengatakan bahwa keinginan orang akan
perwujudan diri yakni pada
kencenderunganuntuk mewujudkan dirinya
sesuai dengan kemampuannya.
Kecenderungan ini dapat diungkapkan
sebagai keinginan untuk makin lama makin
istimewa, untuk menjadi apa saja menurut
kemampuannya. Sukanto Reksohadiprojo
dan T Hani Handoko ( 1986 : 265 )
menyatkan bahwa kebutuhan aktualisasi diri
adalah kebutuhan pemenuhan diri untuk
mempergunakan potensi diri,
pengembangan diri serta menyelesaikan
pekerjaan sendiri.
Pengertian Prestasi Kerja
Istilah prestasi kerja mempunyai
pengertian yang bermacam – macam, untuk
menghindari adanya kerancuan terhadap
pengertian prestasi kerja ( job performance ),
menurut As’ad ( 1998 : 47 ) yang mengutip dari
dua orang ahli yaitu pertama Meir ( 1965 )
memberikan pengertian prestasi kerja sebagai
kesuksesan seseorang didalam melaksanakan
pekerjaannya. Kedua Low Ler dan Porter ( 1967
) menyetakan bahwa job performance adalah
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 79
“succesfull role achievement “ yang diperoleh
seseorang dari perbuatan – perbuatannya. As’ad
menyimpulkan pendapat kedua ahli tersebut
bahwa prestasi kerja adalah hasil yang dicapai
seseorang menurut ukuran yang berlaku
terhadap pekerjaan yang bersangkutan.
Sedangkan Soepriyanto ( 1988 : 7 ) menyatakan
bahwa prestasi kerja adalah hasil kerja
seseorang selama periode tertentu dibandingkan
dengan berbagai kemungkinan, misalnya
standard, target atau sasaran yang sudah
disepakati bersama. Menurut As’ad ( 1998 : 63 )
yang mengutip pendapat dari Meir ( 1965 )
bahwa yang paling umum dianggap sebagai
criteria prestasi kerja adalah kualitas, kuantitas,
waktu yang dipakai, jabatan yang dipegang,
absensi dan keselamatan dalam menjalankan
pekerjaan.
Hubungan Motivasi Dengan Prestasi
Kerja
Berdasarkan kajian teori yang telah
diuraikan, maka motivasi pada dasarnya
menjadi daya dorong untuk bekerja lebih giat,
sehingga mampu meningkatkan prestasi
kerjanya dibanding hari – hari sebelumnya.
Sampai dengan saat menganalisis hubungan
antara motivasi dengan prestasi kerja masih
ditemukan kelemahan – kelemahan, dan
hubungan keduanya belum dapat dinyatakan
secara eksak. Maksudnya suatu sebab akan
memberikan suatu akibat, dan tidak selalu
terjadi bahwa sebab yang sama akan
menghasilkan akibat yang sama pula.
Kenyataannya perilaku manusia itu berubah –
ubah karena perubahan pribadi masing –
masing, dimana perubahan tersebut dipengaruhi
oleh sifat individu dan lingkungan yang
mengitarinya. Goal Theory (Supriyanto : 1988 :
224) menyatakan bahwa produktifitas atau
prestasi kerja seseorang tergantung pada
motivasi orang tersebut terhadap pekerjaan yang
dilakukakan. Semakin tinggi motivasi seseorang
untuk melakukan pekerjaan tersebut semakin
tinggi pula tingkat produktifitasnya demikian
pula sebaliknya semakin rendah motivasi
seseorang untuk melakukan pekerjaan tersebut
semakin rendah pula prestasi kerjanya.
Dalam teori Atribusi (As’ad, 1998 :57-
59) bahwa performance kerja menurut model
Vroomian dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan :
P = Performance
M = Motivation A = Ability
Sesuai dengan teori tersebut, maka
performance kerja ( P ) merupakan fungsi dari
perkalian antara factor motivasi ( M ) dengan
ability ( A ). Sehingga bisa disimpulkan bahwa
jika seseorang karyawan atau pegawai atau
dosen rendah dalam salah satu komponennya,
maka prestasinya akan rendah pula.
Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Penelitian
Berdasarkan pada teori yang telah
dikemukakan, maka dapat diterik kesimpulan
hubungan antara konsep yang berhubungan
dengan prestasi kerja karyawan / atau dosen
dapat terlihat pada gambar berikut :
Gambar 7 : Kerangka konseptual dan model
hipotesis penelitian
( X5 ) ACTUALIZATION NEEDS
( X4) ESTEEM NEEDS
(X3 ) SOCIAL NEEDS
( X2 ) SAFETY AND SECURITY NEEDS
(X1 ) PHISIOLOGICAL NEEDS
( Y ) PRESTASI KERJA
DOSEN UNIV. PANCA
MARGA PROBOLINGGO
P = F ( M x K )
80 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Metode Penelitian
Penelitian ini dalam katagori survey
explanatory ( penelitian penjelasan ) yaitu
penelitian yang berusaha menjelaskan hubungan
kausal dan menguji keterkaitan yang terjadi
antara variabel – variabel motivasi terhadap
prestasi kerja para dosen. Survey dimaksudkan
adalah terbatas pada pengertian survey sampel,
dimana informasi yang dikumpulkan dari
sebagian populasi yang sesuai dengan kriteria
tertentu untuk mewakili seluruh populasi.
Informasi primer tentang data dikumpulkan dari
responden yang berhubungan dengan variabel
penelitian dengan menggunakan kuetioner (
Singarimbun dan Effendi 1986 : 3-6 )
Populasi dan Sampel
Yang dimaksud populasi adalah jumlah
keseluruhan dari unit analisa yang cirri – cirinya
akan diduga ( Singarimbun, 1987 : 220 ).
Selanjutnya Nawawi ( 1985 : 14 ) memberikan
pengertian Populasi adalah “ keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
hewan, tumbuhan, benda – benda, gejala –
gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber
data yang memiliki karakteristik tertentu dalam
suatu penelitian “. Mengacu pada definisi
populasi diatas, maka populasi penelitian ini
adalah seluruh dosen yang ada di Universitas
Panca Marga probolinggo baik yang bersetatus
dosen tetap maupun tidak tetap, dengan masa
kerja diatas 3 tahun dan aktif bekerja sebagai
seorang dosen.
Tabel 1
KOMPOSISI DOSEN DI 7 FAKULTAS
UNIVERSITAS PANCA MARGA
NO FAKULTAS
JML.
DOSEN
TETAP
JML
DOSEN
TDK
TETAP
JUMLAH
POPULASI
1 Pertanian 3 8 11
2 Hukum 5 9 14
3 Sospol 2 10 12
4 Kip 4 9 13
5 Teknik 3 17 20
6 Ekonomi 3 9 12
7 Sastra 2 6 8
JUMLAH 22 68 90
Sumber : Data sekunder diolah
Untuk penetapan sampel singarimbun
memberikan pendapat ( 1986 : 105-106 )
besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10%
dan ada pula penelitian yang mengatakan bahwa
besarnya sampel minimum 5% dari jumlah
populasi. Berpijak pada pendapat tersebut
peneliti menetapkan jumlah sampel untuk
seluruhnya adalah 40 orang dosen baik yang
berstatus dosen tetap maupun dosen tidak tetap.
Untuk lebih representative pengambilan sampel
dosen tidak tetap, maka peneliti
mempergunakan proporsional sampel yakni
dengan mengambil. sampel dari tiap–tiap sub
populasi dengan memperhitungkan besarnya
sub populasi tersebut. Hadi ( 1986 : 82 )
mendifinisikan proporsional sampel adalah
sampel yang terdiri dari sub – sub sampel yang
perimbangannya mengikuti perimbangan sub –
sub populasi. Untuk mengambil sampel
sebagaimana yang dikemukakan dapat
menggunakan rumus sbb :
( Nasir, 1985 : 365 )
Dimana :
ni = besarnya sampel pada stratum ke i
Ni = besarnya populasi pada stratum ke i
N = besarnya populasi secara keseluruhan
n = besarnya sampel secara keseluruhan
Dengan demikian jumlah sampel pada
masing–masing fakultas adalah sebagai berikut :
Tabel 2
JUMLAH SAMPEL PADA MASING –
MASING FAKULTAS
DI UNIVERSITAS PANCA MARGA
NO FAKULTAS PERHITUNGAN
JUMLAH SAMPEL
DOSEN TDK
TETAP
1 Pertanian ( 8 : 68 ) X 18 2
2 Hukum ( 9 : 68 ) X 18 2
3 Sospol ( 10 : 68 ) X 18 3
ni = ( Ni : N ) x n
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 81
4 Kip ( 9: 68 ) X 18 2
5 Teknik ( 17 : 68 ) X 18 5
6 Ekonomi ( 9 : 68 ) X 18 2
7 Sastra ( 6 : 68 ) X 18 2
JUMLAH 18
Sumber : Data sekunder diolah
Sedangkan jumlah responden penelitin
secara keseluruhan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
JUMLAH RESPONDEN PENELITIAN
UNIVERSITAS PANCA MARGA
NO FAKULTA
S
JUMLAH
RESPONDEN
DOSEN
TETAP
JML
SAMPEL
DOSEN
TDK
TETAP
JUMLAH
RESPOND
EN
PENELITI
AN
1 Pertanian 3 2 5
2 Hukum 5 2 7
3 Sospol 2 3 5
4 Kip 4 2 6
5 Teknik 3 5 8
6 Ekonomi 3 2 5
7 Sastra 2 2 4
JUMLAH 22 18 40
Sumber : Data sekunder diolah
Teknik Tengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian
menggunakan kuesioner, dimana kuesioner ini
berisikan sejumlah pertanyaan – pertanyaan
terkait dengan variabel motivasi dan variabel
prestasi kerja dosen yang mengacu pada Tri
Dharma Perguruan Tinggi yang merupakan
tugas pokok seorang dosen. Jawaban pertanyaan
tersebut untuk masing – masing mempunyai
gradasi mulai yang paling positif sampai dengan
paling negative, dengan skor sebagai berikut :
1. Sangat puas skor = 5
2. Puas skor = 4
3. Cukup puas skor = 3
4. Kurang puas skor = 2
5. Sangat kurang puas skor = 1
Operasional Variabel
Berpijak pada kerangka dasar teori yang
telah dijelaskan definisi operasional sebagai
berikut :
1).Variabel Dependent. ( Y )
Prestasi kerja adalah hasil kerja atau out put
dari masing – masing dosen dengan indicator
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang terdiri
dari: a) Pendidikan dan Pengajaran b).
Penelitian c). Pengabdian pada masyarakat.
2) Variabel Independent ( X )
Variabel bebas merupakan variabel motivasi
yang terdiri dari beberapa variabel dengan
notasi “X” antara lain: a) Kebutuhan
Fisiologis (X1) b) Kebutuhan Keselamatan
Kerja(X2) c) Kebutuhan Sosial (X3) d)
Kebutuhan Penghargaan (X4) e) Kebutuhan
Aktualisasi Diri (X5)
Uji Validitas dan Reliabilitas
1). Uji Validitas
Sebuah instrument kuesioner
dikatakan valid, jika mampu mengukur apa
yang diinginkan dan dapat mengungkapkan
data dari variabel yang diteliti secaratepat.
Untuk menguji validitas dilakukan dengan
mengkorelasikan setiap item dengan total
score variabelnya (Construct validity),
dengan menggunakan rumus korelasi
product moment
2). Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan (
Singarimbun dan Efendy, 1989 ). Untuk
mengetahui alat ukur itu reliable atau tidak,
diperlukan uji dengan menggunakan rumus
Alpha Cronbach. Untuk koefisien diatas 0.6
dianggap reliable. Hasil analisis terhadap uji
82 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
reliabilitas menunjukkan nilai alpha sebesar
0.8330, dengan demikian dapat disimpulkan
alat ukur tersebut reliable.
Gujarati ( 1993 : 157 – 201 )
menyatakan bahwa ada 3 penyimpangan asumsi
klasik yang dapat terjadi dalam penggunaan
model regresi linier berganda yaitu
Multikolinieriitas, Heteroskedastisitas dan
autokorelasi. Untuk menghindari adanya
penyimpangan tersebut perlu diuji atau dideteksi
terhadap ketiga penyimpangan tersebut.
1. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti adanya korelasi
linier diantara satu atau lebih variabel bebas.
Menurut Piet Rietvelt dan Lasmono Tri
Sunaryono (1994 : 54) akibat multikolinieritas
ini akan sulit untuk memisahkan pengaruh
masing – masing variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas. Untuk mendeteksi
keberadaan ini dilakukan analisa korelasi
person diantara variabel bebas, jika tidak
terjadi korelasi yang bermakna berarti tidak
terjadi multikolinieritas. Atau membandingkan
probabilitas masing – masing variabel bebas
dengan alpha 0.05, jika nilai probabilitasnya
lebih kecil dari nilai alpha, maka diktakan
terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastik
Rietvelt dan Lasmono ( 1994 : 52 )
menyatakan bahwa variasi residual tidak sama
untuk semua pengamatan. Cara yang
digunakan untuk mendeteksi terjadinya
Heteroskedastik digunakan uji Gletser dengan
cara meregresikan variabel – variabel bebas
dengan variabel gangguan ( residual absolud ),
apabila r hitung lebih kecil dari nilai kritis
berarti tidak terjadi penyimpangan asumsi
klasik.
3. Autokorelasi
Seperti dikatakan Rietvelt dan
Lasmono ( 1994 : 52 ) adanya autokorelasi
bertentangan dengan asumsi dasar regresi
berganda, yaitu tidak ada korelasi diantara
galat acaknya atau munculnya suatu data
dipengaruhi data sebelumnya, kalau hal ini
terjadi berarti secara intusi dapat dikatakan
koefisien korelasi yang diperoleh kurang
akurat. Untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi digunakan uji Durbin Watson.
Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini
mengunakan analisis korelasi dan regresi baik
yang sederhana maupun berganda. Keseluruhan
rangkaian analisis menggunakan alat bantu
program computer SPSS for windows versi 7.5.
Analisis Hasil Penelitian
Analisis Hipotesis Pertama
Dengan menggunakan bantuan program
SPSS for windows, maka hasil analisi
kuantitatif untuk membuktikan pengaruh
variabel – variabel motivasi terhadap prestasi
kerja dosen dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4
RINGKASAN ANALISIS PENGARUH
VARIABEL MOTIVASI TERHADAP
PRESTASI KERJA DOSEN
No VARIABEL – VARIABEL MOTIVASI KOEFISIEN
REGRESI
1 X1 (Kebutuhan Fisiologis) 0.392
2 X2 (Kebutuhan Keselamatan kerja) 0.717
3 X3 (Kebutuhan Sosial) –0.143
4 X4 (Kebutuhan Penghargaan) –0.00031
5 X5 (Kebutuhan Aktualisasi Diri) 0.239
Multiple R = 0.577 F = 3.392
R Square = 0.333 Sig F = 0.014
Konstanta = 15.181 DW = 1.554
Sumber : Data diolah dari spss
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 83
Dari table 4 diatas dapat menghasilkan
persamaan regressi sebagai berikut :
Y = 15.181 + 0.392 X1 + 0.717X2 –0.141X3 –
0.00031X4) + 0.239X5 + e
Dari persamaan regresi tersebut dapat
diartikan bahwa jika kebutuhan fisiologis (X1),
kebutuhan keselamatan kerja (X2), kebutuhan
aktualisasi diri (X5) ditingkat kan, maka akan
berdampak meningkatkan prestasi kerja (Y),
sedangkan untuk kebutuhan social (X3) dan
kebutuhan penghargaan (X1) dengan koefisien
yang bertanda negative artinya meskipun
kebutuhan social dan kebutuhan penghargaan
dinaikkan atau ditingkatkan untuk kondisi
tertentu belum dapat meningkatkan prestasi
kerja.
Dari table tersebut nampak bahwa
variabel – variabel motivasi (X1, X2, X3, X4 dan
X5) secara serempak berkontribusi sebesar
33,3% hal ini terlihat dari angka R Square
sebesar 0.333 atau model regresi linier berganda
untuk variabel – variabel bebasnya secara
bersama – sama mampu memberikan kontribusi
sebesar 33.3% sedangkan 66.7% dipengaruhi
dari luar model. Sedangkan angka Multiple R
nya adalah 0.577 hal ini menunjukkan adanya
hubungan positif yang cukup kuat antara
variabel–variabel bebas dengan variabel tidak
bebas dengan tingkat signifikansi F sebesar
0.014 atau lebih kecil dari nilai alpha 0.05.
Berdasarkan uji serempak ( F ) seperti
Nampak pada table 10 menunjukkan angka F
hitung sebesar 3.392 sedangkan besarnya F
table adalah 2.49 dengan alpha 5%, ini berarti
bahwa F hitung > F table dengan probabilitas
0.014 < 0.05, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa hipotesis pertama yang
menyatakan diduga variabel – variabel motivasi
kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan
keselamatan kerja (X2), kebutuhan social (X3),
kebutuhan penghargaan (X4) dan kebutuhan
aktualisasi diri (X5) secara bersama – sama
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap
prestasi kerja dosen Universitas Panca Marga
Probolinggo telah terbukti atau hipotesis
alternative (Ha) diterima.
Analisis Hipotesis kedua
Untuk membuktikan dugaan bahwa dari
lima variabel motivasi yaitu (X1, X2, X3, X4 dan
X5) bahwa kebutuhan fisiologi (X1) mempunyai
pengaruh dominan terhadap prestasi kerja dosen
dapat dilihat table berikut :
Tabel 5
SIGNIFIKANSI PENGARUH VARIABEL –
VARIABEL MOTIVASI
TERHADAP PRESTASI KERJA DOSEN
Variabel B T Hitung T Tabel Sig, T
X1 0.392 1.607 2.04 0.117
X2 0.717 2.730 2.04 0.010
X3 –0.143 –0.818 2.04 0.419
X4 –0.00031 –0.001 2.04 0.999
X5 0.239 1.175 2.04 0.248
Constanta 15.181 5.581 0.000
Sumber : Data diolah
Dari table tersebut dapat diketahui
bahwa T hitung yang mempunyai nilai lebih
besar dari T Tabel adalah Variabel X2 yaitu
variabel kebutuhan keselamatan kerja dengan T
hitung 2.730 > T Tabel 2.04 dan koefisien
regresi paling besar dan positif yaitu 0.717
dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari nilai
alpha yaitu 0.010 < 0.05. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pengaruh variabel
keselamatan kerja ( X2 ) mempunyai pengaruh
paling dominan dibanding dengan variabel yang
lain. Sedangkan variabel kebutuhan fisiologis (
X1 ) mempunyai T hitung 1.607 < T Tabel 2.04,
dengan tingkat signifikansi lebih besar yaitu
1.117 > 0,05. Dengan demikian hipotesis kedua
yang diduga bahwa variabel motivasi kebutuhan
fisiologis ( X1 ) mempunyai pengaruh paling
dominan terhadap prestasi kerja dosen ( Y )
tidak terbukti atau hipotesis alternative ( Ha )
84 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
ditolak atau dugaan bahwa kebutuhan fisiologis
( X1 ) mempunyai pengaruh dominan terhadap
prestasi kerja dosen di Universitas Panca Marga
Probolinggo tidak terbukti.
Analisis Ekonometrik
Agar supaya model regresi linier
berganda juga diterima secara ekonometrika dan
estimator – estimator yang diperoleh sudah
memenuhi syarat Best Linier Unbiased
Estimation (BLUE), maka diperlukan analisis
sebagai berikut :
1. Analisis Multikolinieritas
Model linier klasik mengasumsikan
tidak akan terjadi atau tidak ada
multikolinieritas diantara variabel bebas yang
ada dalam model atau tidak terjadi hubungan
linier yang sempurna apabila koefisien korelasi
diantara variabel bebasnya lebih kecil sama
dengan 0,80 atau multikolinieritas tidak menjadi
masalah yang serius apabila multikol masih
berada pada batas toleransi yaitu 0,80 ( Emory,
1980 : 448 ).
Dari hasil analisis korelasi antara
variabel bebas dengan alat bantu SPSS ternyata
menghasilkan angka probabilitas < 0,05
sehingga bisa dikatakan terjadi multikolinieritas
antara variabel bebasnya, namun jika
memperhatikan pendapat Emory diatas, korelas
antara variabel bebas masih berada dibawah
batas toleransi yaitu 0,80, sehingga
multikolinieritas dianggap tidak menjadi
masalah.
2. Analisis Heteroskedastik
Tabel 6
RINGKASAN HASIL UJI GLETSER
TERHADAP HETEROSKEDASTIK
T (DF = 34) Prob ( p ) T Tabel Alpha
-0.092 (X1) 0.92721 2.042 0.05
0.865 (X2) 0.39334 2.042 0.05
-1.195 (X3) 0.24156 2.042 0.05
2.096 (X4) 0.04364 2.042 0.05
-0.712 (X5) 0.48149 2.042 0.05
Sumber : Data diolah
Memperhatikan table diatas variabel X4
terjadi heteroskedastik yang diperkuat dengan
nilai probabilitasnya 0.04364 lebih kecil
dibanding dengan nilai alpha 0.05 sedangkan
untuk variabel – variabel yang lain tidak terjadi
heteroskedastik karena nilai probabilitasnya
lebih besar disbanding dengan nilai alpha.
3. Analisis Autokorelasi
Gujarati ( 1993 : 217 ) menyatakan
bahwa untuk mengetahui ada tidaknya
autokorelasi dapat diketahui melalui nilai ( d )
yang diperoleh dari hasil perhitungan Durbin
Watson, jika nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 2
atau mendekati nilai 2, maka diasumsikan tidak
terjadi autokorelasi baik positif aupun negative,
apabila nilai ( d ) semakin mendekati nilai nol (
0 ), maka semakin besar bukti terjadinya
autokorelasi positif, dan jika nilai ( d ) semakin
mendekati nilai 4, maka semakin besar adanya
serial korelasi negative. Algifari (1997 : 79)
memberikan criteria ada tidaknya autokorelasi
sebagai berikut :
Tabel 7
KRITERIA ADA TIDAKNYA
AUTOKORELASI
DW KESIMPULAN
Kurang dari 1.0 Ada autokorelasi
1.10 – 1.54 Tanpa kesimpulan
1.55 – 2.46 Tidak ada autokorelasi
2.47 – 2.90 Tanpa kesimpulan
Lebih dari 2.91 Ada autokorelasi
Sumber : Algifari ( 1997 : 79 )
Dari hasil analisis Durbin Watson ( DW )
ternyata nilai ( d ) yang diperoleh sebesar 1.554
sehingga bisa disimpulkan tidak terjadi
autokorelasi diantara galat acaknya.
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | 85
KESIMPULAN
1. Variabel–variabel motivasi yang terdiri dari
kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan
keamanan dan keselamatan kerja (X2),
kebutuhan social (X3), kebutuhan
penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi
diri (X5) mempunyai hubungan yang cukup
kuat terhadap prestasi kerja dosen (Y) hal
ini dibuktikan dari nilai koefisien multiple R
(korelasi), sebesar 0.58069, sedangkan
koefisien determinasi R (RSquare) adalah
0.33720 ini berarti variabel–variabel
bebasnya secara bersama–sama mampu
memberikan kontribusi pada variabel tidak
bebasnya sebsar 33,720%. Dilihat dari F
hitung = 3,45940 > F table = 2,49 pada
alpha 0,05 ( DF=34 ) ini membuktikan
hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima
2. Dari variabel – variabel motivasi yang terdiri
dari kebutuhan fisiologis (X1), kebutuhan
keamanan dan keselematan kerja (X2),
kebutuhan social (X3), kebutuhan
penghargaan (X4) dan kebutuhan aktualisasi
diri (X5), ternyata yang mempunyai
pengaruh paling dominan adalah variabel
kebutuhan keamanan dan keselamatan kerja
(X2) dengan koefisien regresi sebesar 0,717.
SARAN
Berdasarkan pada hasil pembahasan dan
kesimpulan, maka peneliti memberikan saran –
saran sebagai berikut :
1. Mengingat tanggapan responden terhadap
jumlah gaji atau honor yang diterima
mayoritas menyatakan kurang puas yaitu
50% responden sekaligus melihat
perkembangan jumlah mahasiswa yang
semakin bertambah banyak, maka
diharapkan kepada pihak pengelola baik itu
Yayasan maupun pihak rektorat hendaknya
lebih mengupayakan tambahan penghasilan
baik melalui menambah jumlah matakuliah,
menambah jam mengajar atau menambah
biaya per SKS atau menambah gaji pokok
dan tunjangan–tunjangan bagi yang
berstatus dosen tetap sehingga gairah dan
semangat kerjanya bisa ditingkatkan
2. Mengingat keamanan dan keselamatan kerja
(X2) mempunyai pengaruh paling besar
terhadap prestasi kerja dosen, maka
diharapkan kepada pihak pengelola
menambah atau meningkatkan jaminan
keamanan dan keselamatan kerja bagi
dosen.
3. Agar para dosen lebih termotivasi lagi
hendaknya kebutuhan aktualisasi diri dalam
hal ini menduduki jabatan yang lebih tinggi,
baik struktural maupun non struktural
hendaknya dilakukan dengan kriteria,
mekanisme jelas, transparan dan lebih adil
4. Penelitian ini hanya meneliti para dosen,
maka sangat perlu dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan obyek yang lebih luas
dengan toeri – teori baru sehingga hasilnya
bisa diperbandingkan, mengingat penelitian
variabel – variabel motivasi terhadap
prestasi kerja dosen hanya memberikan
pengaruh 33,72%, sedangkan yang 66,28%
dipengaruhi oleh variabel yang lain diluar
model.
DAFTAR PUSTAKA
Anto Dayan, 1986.Pengantar Metode statistic
Jilid II Penerbit LP3ES Jakarta
Arikunto Suharsimi, 1993, Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktek Penerbit
Rineka Cipta Jakarta
Algifari, 1997, Analisis Regresi, Edisi Pertama,
Teori Kasus dan Solusi, Penerbit BPFE.
Jogyakarta
86 | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
Atkinson, Introduction to motivation , New
York Venestra Reinhole
Ali A Hasimi, 1996, Intisari Manajemen, Bina
Aksara Jakarta
Effendy, Onong U, 1986, Human Ralation dan
Publik Ralation dalam Manajemen,
Alumni Bandung
Emory, C William, 1980, Bussines Research
Methode, Revised Edition, Richard D
Irwin, INC Home Lilinois 64030
Gujarati, Damodar 1993 Ekonometrika Dasar,
Terjemahan Erlangga, Jakarta
Gibson, Jame L, John I Vancevich and H
Donelly, 1985, Organization, Behaviour
Structure Processes, 5 th, ed Bussines
Publication Inc, Texas
Hadi, Sutrisno, 1997, Metodologi Research,
Jilid I, Cetakan kedua puluh Sembilan,
Penerbit Andi Jogyakarta
Mc. Amstrong, 1988, Manajemen Sumber Daya
Manusia, Terjemahan PT Alex Media
Komputindo. Jakarta
Maslow Abraham H, 1994. Motivasi dan
Kepribadian Teori- Motivasi dengan
pendekatan Hirarkies Kebutuhan
Manusia LPPM Jakarta
Makridarkis, Spyros dkk, 1995, Metode Aplikasi
Peramalan, Terjemahan, Cetakan Kelima,
Erlangga Jakarta
Martoyo Susilo, 1996. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi III, BPFE
Jogyakarta
Manullang M, 1988, Dasar–dasar Manajemen,
Cetakan ketigabelas, Ghalia Indonesia,
Jakarta.
Nasir Moh, 1985, Metode Penelitian, Ghalia
Indonesia Jakarta
Niti Semito, Alexs, 1980, Manajemen
Personalia, Cetakan II, Sasmita Bross
Ritvelt, Piet dan Lasmono Tri Sunaryono, 1993,
Masalah Pokok Dalam Regresi
Berganda, Andi Obset, Jogyakarta.
Ranupandoyo, Heijrachman dan Suad Husnan,
1997, Manajemen Personalia Edisi IV,
BPFE, Yogyakarta.
Resohadi Projo, Sukanto dan T Hani Handoko,
1986, Organisasi Perusahaan, BPFE,
Yogyakarta
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendy, 1986,
Metode Penelitian Survey LP3ES Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan, 1994, Ekonometrika
Pengantar, BPFE Yogyakarta
Siagian Sondang P, 1997, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Cetakan keenam, Bumi
Aksara Jakarta
Sujana, 1993, Statistik Edisi Kedua, Tarsito
Bandung
Thoha, Miftah, 1983, Perilaku Organisasi
Konsep Dasar dan Aplikasinya CV
Rajawali , Jakarta
IDENTITAS PENULIS
Nama : H.M. Syaiful Bahri, S.E., M.M.
Perguruan Tinggi : Universitas Panca Marga Probolinggo
Alamat : Jl. Yos Sudarso Pabean Dringu Probolinggo 67271
Telp./Faks. : (0335) 422715 / (0335) 427923
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | i
JURNAL ECONOMI AND BUSINESS
ISSN 2337-9340
DEWAN REDAKSI JURNAL ECOBUSS FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO
PENANGGUNG JAWAB : H.M. SYAIFUL BAHRI, SE.,MM.
PIMPINAN REDAKSI : Dr. NANIS HAIRUNISYA, MM.
SEKRETARIS REDAKSI : MOH. ISKAK ELLY, SE.,MM.
PENYUNTING AHLI : PROF. Dr. ABD. HARIS
Dr.YUDI SUHARSONO
KHUSNIK HUDZAFIDAH, SE., M.Si.
Drs. SYAMSUL ICHWANTO
A.ZAINUDIN, S.Pd.,MM.
PENYUNTING PELAKSANA:ELOK DWI VIDIASTUTIK, SE., MSi
SEGER PRIHANTONO, SE., MSi
MOH. SYARIF HIDAYATULLAH, SE., MM
DEWI ENDAH FAJARINA, SE.,M.Pd.
SISTRIBUSI : ALIMUL HAKIM, SE., MM.
ALBERT STEINADO, SE.,MM.
ERLAN SANTOSO, SE., MM
ALAMAT REDAKSI : JLN. YOS SUDARSO 107 PABEAN DRINGU PROBOLINGGO. 67271
TELP. (0335) 422715 – 427923. Home page:http://www.upmekonomi.blgspot.com. e-mail:
JURNAL EcoBuss diterbitkan Maret 2013 Oleh Fakultas Ekonomi Universitas Pancamarga
Probolinggo. Terbit dua kali setahun bulan Maret dan September. Berisi tulisan-tulisan yang diangkat
dari hasil penelitian di bidang Economic & Business (EcoBuss), Artikel Telaah (review Article)
dimuat atas undangan. ISSN 2337-9340.
Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah
diketik atas kertas HVS A4 spasi 1,5. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk
keseragaman format, istilah dan cara lainnya.
ii | JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................................ i
1. Pengembangan Produk Unggulan Industri Kecil Dan Strategi Pemasaran Berbasis Analisis
Swot
Abdul Haris, Prof. Dr. ............................................................................................................ 1
2. Pendidikan Ekonomi Masyarakat Melalui Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MPd)
Nanis Hairunisya, Dr ............................................................................................................. 14
3. Peranan Guru Dan Numbered Heads Together (Nht) Dalam Menumbuhkan Minat Belajar
Siswa Di SMA Lab UM Malang
Dewi Endah Fajariana, S.Pd.,M.Pd ....................................................................................... 33
4. Hubungan Motivasi Dengan Produktivitas Kerja Guru
A. Zainudin, S.Pd. M.M. ......................................................................................................... 40
5. Pengaruh Citra Dan Kepercayaan Merek Pada Pembelian Dengan Keterlibatan Produk
Sebagai Pemoderasi Dan Niat Pembelian Serta Tambahan Merek Sebagai Pemediasi
Muhammad Syarif Hidayatullah Elmas, SE,. M.M. ................................................................ 48
6. Pengaruh Variabel – Variabel Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Dosen Di Universitas
Panca Marga Probolinggo
H M. Syaiful Bahri. SE;MM ................................................................................................... 73
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013 | iii
JURNAL EcoBuss. Vol. 1, No 1 Maret 2013. iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberi kekeuatan kepada
Tim Redaksi sehingga Jurnal EcoBuss Volume 1 Nomor Edisi Maret 2013 bisa diterbitkan.
Jurnal EcoBuss merupakan jurnal ilmiah ilmu ekonomi baik ilmu akuntansi, mangemen,
bisnis/kewirausahaan, studi pembangunan maupun pendidikan ekonomi yang diterbitkan oleh
Fakultas Ekonomi Universitas Panca Marga Probolinggo. Jurnal ini adalah edisi pertama
pada tahun pertama dan akan terbit secara berkala setiap dua kali dalam satu tahun. Jurnal
EcoBuss merupakan media informasi dan komunikasi dari berbagai hasil penelitian dosen,
mahasiswa, praktisi, dan akademisi yang berkecimpung dan menaruh minat serta perhatian
pada perkembangan ilmu ekonomi.
Terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi pada penerbitan jurnal
EcoBuss ini dan semoga jurnal ini bisa bermanfaat bagi semua pihak.
Probolinggo, Maret 2013
Tim Redaksi