PENGELOLAAN BALAI EKONOMI DESA DALAM …
Transcript of PENGELOLAAN BALAI EKONOMI DESA DALAM …
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
PENGELOLAAN BALAI EKONOMI DESA DALAM
MENGEMBANGKAN PARIWISATA DI KAWASAN CANDI
BOROBUDUR
Management of Balai Ekonomi Desa to Develop Tourism at Region of Borobudur Temple
Oleh : Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M.Pd., M.Si., Fakultas Ilmu Sosial UNY,
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengelolaan balai
ekonomi desa dalam mengembangkan pariwisata di kawasan Candi Borobudur serta faktor
penghambat dan pendukungnya. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan Balai Ekonomi Desa
dalam mengembangkan pariwisata di kawasan Candi Borobudur adalah (1) pengelola belum
memaksimalkan potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi daya tarik wisatawan. (2)
dalam pengembangan aksesbilitas belum dikembangkan secara maksimal karena pihak
pengelola masih bergantung dengan bantuan masyarakat (3) pengembangan fasiitas Balai
Ekonomi Desa diintegrasikan dalam satu kawasan dengan tujuan sebagai pusat kegiatan
pariwisata masyarakat. Faktor pendukung dari pengelolaan program Balai Ekonomi Desa
adalah respon baik dari masyarakat terhadap program Balai Ekonomi Desa dimana
masyarakat merupakan pihak terkait dalam pengembangan potensi desa, kemudian faktor
penghambatnya adalah pemahaman yang masih kurang dari masyarakat dalam memahami
peluang yang akan mereka kembangkan.
Kata Kunci : Pengelolaan Pariwisata, Balai Ekonomi Desa, Candi Borobudur
ABSTRACT
This research aimed to describe and analyze management of Balai Ekonomi Desa to
develop tourism at region of Borobudur Temple and its supporting and inhibiting factors. The
research used descriptive with qualitative approach. Management of Balai Ekonomi Desa to
develop tourism in region of Candi Borobudur there are (1) the manager not maximizing yet
potency which can be develop to be attractiveness for tourists. (2) in develop accessibility was
not develop maximizing yet because the manager still rely on community assistance (3) in
developing amenities of Balai Ekonomi Desa was integrated on a region with the intention as
the center of tourism activities. The supporting factor from management of Balai Ekonomi
Desa is good response from community to program Balai Ekonomi Desa whereupon
community as related parties on developing village. The obstacle factor is lack of
understanding from community in understanding chances which will developed by them.
Keywords: management of tourism, Balai Ekonomi Desa, Borobudur Temple
828
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah
negara yang memiliki keanekaragaman
budaya. Salah satu warisan budaya dunia
yang dimiliki oleh Indonesia adalah Candi
Borobudur yang terletak di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur
merupakan candi Budha terbesar di dunia
yang telah tercatat Guinnes World Records
di London sebagai situs arkeologi terbesar
di dunia. Candi ini didirikan pada masa
pemerintahan Syailendra antara 780-840
Masehi. Peninggalan ini didirikan sebagai
tempat pemujaan Budha
(http://borobudurpark.com/temple/)
diunduh pada 11 Oktober 2017 pukul
15.57 WIB). Candi Borobudur pernah
menjadi salah satu dari 7 keajaiban dunia
dan menjadi salah satu warisan budaya
dunia oleh UNESCO.
(http://indonesia.go.id/?p=7079, diunduh
pada 11 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB).
Candi Borobudur merupakan salah satu
dari Destinasi Pariwisata Nasional (DPN)
di Indonesia dengan citra “The Capital of
World Heritage and The Smilling Jogja”
yang menjadi destinasi wisata unggulan
Kabupaten Magelang baik oleh turis lokal
maupun turis mancanegara. Jumlah
wisatawan candi Borobudur untuk
wisatawan domestik mencapai 3.392 993
pada tahun 2015
(https://magelangkab.bps.go.id/linkTabelSt
atis/view/id/283, diunduh pada 11 Oktober
2017, pukul 16.08 WIB)
Candi Borobudur sebagai objek
wisata unggulan di Kabupaten Magelang
memberikan kontribusi terbesar bagi
pendapatan asli daerah dari sector
pariwisata. Pada 2015, pendapatan dari
Candi Borobudur mencapai Rp96,49 miliar
atau berkontribusi sebesar 95,93 persen
terhadap pendapatan obyek wisata
Kabupaten Magelang. Jumlah tersebut
merupakan pendpatan secara bersih baik
dari kunjungan wisatawan domestik
maupun asing. Hal ini terjadi terus
menerus dimana sekarang ini, menurut
pengelola Candi Borobudur banyak sekali
warga yang berjualan disekitar kawasan
objek wisata yang mulai mengabaikan
ketertiban di area objek Terkait perizinan
berjualan juga diabaikan oleh pedangang.
Selain pedagang, wisatawan pun mengeluh
dengan adanya pengemis di sekitar
kawasan Candi Borobudur.
Candi Borobudur termasuk dalam
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional
(KSPN) sebagaimana diatur dalam
RIPPARNAS 2010-2025, yang artinya
bahwa kawasan ini memiliki fungsi utama
pariwisata atau memiliki potensi untuk
pengembangan pariwisata nasional yang
mempunyai pengaruh penting dalam
beberapa aspek, seperti pertumbuhan
ekonomi, sosial dan budaya,
pemberdayaan sumber daya alam, serta
829
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
daya dukung lingkungan hidup. Namun,
dalam praktiknya pengaruh tersebut
penting belum diberikan oleh Candi
Borobudur untuk daerah sekitarnya. PT
TWC sebagai sebuah BUMN yang
bertugas mengelola kawasan wisata Candi
Borobudur mencoba mencari solusi untuk
permasalahan tersebut.
Hal tersebut mendorong pemerintah
untuk memberikan dukungan bagi daerah
sekitar Candi Borobudur untuk menjadi
penyedia fasilitas pendukung untuk
mendorong pariwisata Candi Borobudur.
Pengembangan desa wisata merupakan
salah satu cara untuk mencapai pemerataan
pembangunan pariwisata dan manfaatnya,
sebagaimana dicita-citakan oleh UU No.
10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
Melalui Kementerian Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) pemerintah menggagas
program Balkondes (Balai Ekonomi Desa)
dalam rangka melaksanakan program
sinergi pengembangan pariwisata
Indonesia. Salah satu tanggung jawab
BUMN adalah mendorong perekonomian
Indonesia menuju arah perbaikan sehingga
memberikan kesejahteraan kepada
masyarakat. Untuk itu, BUMN menggagas
program sinergi BUMN membangun Desa
Wisata. Dalam membangun Desa Wisata
Kementerian BUMN mengutamakan
konsep Balai Ekonomi Desa (Balkondes)
yang bertujuan untuk memberdayakan
perekonomian masyarakat di sekitar
kawasan wisata. Balkondes juga dibentuk
untuk membantu masyarakat
meningkatkan kesejahteraan melalui usaha
untuk mengembangkan potensi-potensi
daerah dengan membangun rumah inap
(homestay) untuk disewakan kepada para
wisatawan, pembinaan potensi lokal
melalui kerajinan khas daerah, kuliner dan
peluang usaha lainnya.
(https://bumntrack.co.id/geliat-bumn-
membangun-desa-wisata/ diunduh pada 14
Desember 2017 pukul 22.22 WIB).
Sejumlah 20 Balkondes di kawasan
Candi Borobudur direncanakan untuk
didirikan dan beroperasi pada tahun 2016.
Namun, sampai pada tahun 2017 beberapa
desa belum bisa mendirikan Balkondes
karena beberapa faktor seperti tidak
disediakannya lahan atau kerjasama
dengan BUMN sponsor yang terhambat.
Program ini adalah sebagai salah satu
usaha yang dilakukan oleh BUMN, dalam
hal ini PT TWC Borobudur sebagai
pimpinan program dan inisiatif program,
tujuannya untuk mengangkat daerah-
daerah disekitar kawasan Candi Borobudur
untuk berkembang dan memberikan output
berupa destinasi wisata alternatif bagi
wisatawan Borobudur. Program ini
merupakan bentuk CSR (Corporate Social
Responbility) dari BUMN sebagai
perwujudan “BUMN hadir untuk negeri”.
BUMN sebagai penanggung jawab dan
pendukungan finansial dari awal
830
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
perencanaan program sampai pada
pelaksanaan yang dilakukan bersama
dengan BUMDES.
Berdasarkan perencanaan yang
dilakukan oleh PT TWC program
Balkondes ini bertujuan untuk
mengembangkan daerah dengan menggali
potensi desa yang ada di sekitar kawasan
Candi Borobudur untuk mengembangkan
pariwisata. Konsep Balkondes adalah
pengembangan pariwisata dengan
pengembangan desa wisata dengan konsep
sebuah balai sebagai pusat kegiatan
pariwisata di sebuah desa. Pengembangan
desa wisata dengan konsep ini mirip
dengan pengembangan dengan konsep
CBT (Community Based Tourism) dengan
mengikutsertakan masyarakat didalamnya.
Masyarakat sebagai salah satu pihak yang
menjalankan program ini. Dengan adanya
berbagai potensi kebudayaan dari kawasan
wisata Candi Borobudur perlu dilakukan
pengelolaan yang baik sehingga dapat
dijadikan sarana untuk meningkatkan
jumlah wisatawan yang terus menurun.
Disamping itu, adanya Balkondes ini juga
menjadi pendukung untuk
mengembangkan potensi dari desa-desa
yang ada di sekitar Candi Borobudur.
Berdasarkan pemaparan di atas,
permasalahan terkait pariwisata Candi
Borobudur adalah belum adanya dampak
dari aspek ekonomi maupun sosial bagi
masyarakat di sekitar kawasan Candi
Borobudur. Diperlukan pengelolaan
potensi-potensi yang terdapat di sekitar
kawasan Candi Borobudur yang
seharusnya menjadi daya dukung penarik
minat dari wisatawan dalam rangka
mengembangkan pariwisata di sekitar
kawasan Candi Borobudur. Dalam
penelitian ini, peneliti melihat pada
pengelolaan balai ekonomi desa dalam
mengembangkan pariwisata di kawasan
Candi Borobudur dan juga faktor
pendorong dan faktor penghambat dalam
pengelolaan balai ekonomi desa dalam
pengembangan pariwisata di kawasan
Candi Borobudur.
Pengelolaan/manajemen adalah
istilah dari management dalam bahasa
Indonesia. Pengertian dari pengelolaan dan
manajemen adalah sama. Mary Parker
Follet dalam T. Hani Handoko (2009:2)
mendefinisikan manajemen sebagai seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui
orang lain, yang berarti bahwa untuk
mencapai tujuan-tujuan dalam suatu
organisasi manajer menggunakan
pengaturan kepada orang lain untuk
melakukan berbagai tugas yang mungkin
diperlukan. Stoner dalam T. Hani Handoko
(2009:2) mendefinisikan manajemen
sebagai berikut, Manajemen adalah sebuah
proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha
para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya-sumber daya organisasi
831
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
lainnya agar mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan. Pengertian
manajemen adalah segala sesuatu yang
berhubungan langsung dengan kegiatan
yang mengatur banyak orang guna
mencapai tujuan tertentu. Manajemen yaitu
seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasi,
penyusunan, pengarahan, dan pengawasan
sumber daya untuk tujuan yang telah
ditetapkan (Manullang, 5:2005).
Pengertian manajemen yang disampaikan
oleh Manullang tidak jauh berbeda dengan
arti manajemen menurut bahasa Perancis
kuno, yaitu management yang artinya seni
melaksanakan dan mengatur dengan kata
lain, manajemen sudah sejak lama dan
telah digunakan sebagai sarana
pengelolaan sumber daya di dunia. Maka,
manajemen adalah suatu ilmu yang
digunakan untuk mengatur segala aspek
atau kekayaan yang ada di dunia dengan
melaksanakan kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan
dan pengawasan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Simamora (dalam Pasolong,
2008:83) mengatakan manajemen
merupakan proses pendayagunaan bahan
baku dan sumberdaya manusia untuk
mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan.
Markharita (dalam Simbolon, 2004:22)
mengatakan manajemen adalah
pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia
atau berpotensi di dalam pencapaian
tujuan. Pakar manajemen terkenal dari
Perancis yang bernama Henry Fayol
menyatakan bahwa terdapat lima fungi
manajemen yaitu Perencanaan, adalah
suatu proses pemilihan atau penetapan
tuuan-tujuan organisasi. Pengorganisasiaan
adalah penentuan sumber daya dan
kegiatan yang dibutuhkan untuk mencapai
tujuan organisasi. Penyusunan, meliputu
penarikan (recruitment), latihan, dan
pengembangan serta penempatan dan
pemberian orientasi para karyawan dalam
lingkungan kerja yang menguntungkan dan
produktif. Pengarahan, adalah fungsi
pengarahan atau leading, secara sederhana
adalah untuk membuat atau mendapatkan
tujuan yang telah ditetapkan dari karyawan
dan sesuatu yang harus dilakukan oleeh
karyawan. Fungsi ini melibatkan kualitas,
gaya, dan kekuasaan pemimpin serta
kegiatan-kegiatan pemimpin seperti
komunikasi, motivasi dan disiplin.
Pengawasan, adalah penemuan dan
penerapan cara dan peralatan untuk
menjamin bahwa rencana telah
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah ditetapkan diawal. (Henry Fayol
dalam Hani Handoko. 1986 : 20)
G.R. Terry dalam Malayu S.P
Hasibuan (2007:2) menyatakan manajemen
adalah suatu proses yang khas yang terdiri
dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian yang dilakukan untuk
834832
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
menentukan serta mencapai sasaran-
sasaran yang telah ditentukan melalui
pemanfaatan sumber daya manusia dan
sumber daya lainnya. Harold Koontz dan
Cyril O’Donnel dalam Malayu S.P
Hasibuan (2007:3) mengemukakan bahwa
manajemen adalah usaha mencapai suatu
tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain.
Pengelolaan merupakan kegiatan yang
mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian sumber
daya yang dimiliki untuk mencapai sasaran
atau tujuan yang telah ditetapkan dalam
suatu organisasi atau perusahaan. Dalam
pengelolaan dibutuhkan seorang manajer
untuk melakukan koordinasi dalam
kegiatan pengelolaan. Balderton (dalam
Adisasmita, 2011:21) istilah manajemen
yaitu menggerakan, mengorganisasikan,
dan mengarahkan usaha manusia untuk
memanfaatkan secara efektif material dan
fasilitas untuk mencapai suatu tujuan.
Dalam bahasa Indonesia,
management atau manajemen diartikan
pengelolaan. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) adalah
pengelolaan yaitu proses, cara, perbuatan
mengelola; proses melakukan kegiatan
tertentu dengan menggerakan tenaga orang
lain; proses membantu merumuskan
kebijaksanaan dan tujuan organisasi;
proses yang memberikan pengawasan pada
semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan dan pencapaian tujuan
(1990:411). Pengelolaan merupakan
kegiatan yang dilakukan dengan berbagai
usaha untuk mencapai tujuan. Pengertian
pengelolaan ini memiliki beberapa poin
yang sama dengan pengertian manajemen.
Adisasmita (2011:22), mengemukakan
bahwa, pengelolaan bukan hanya
melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi
merupakan, rangkaian kegiatan yang
meliputi fungsi-fungsi manajemen
meliputi, perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan untuk mencapai tujuan yang
efektif dan efisien.
Pengelolaan desa wisata dalam
bentuk Balai Ekonomi Desa merupakan
proses pengaturan kegiatan yang
berlangsung di kawasan tersebut.
Pengorganisasian yang melibatkan sumber
daya tersebut dinamakan manajemen atau
pengelolaan. Manajemen memiliki fungsi
yang sangat penting dalam pencapaian
suatu tujuan yang saling bertentangan dan
juga untuk mencapai efisiensi maupun
efektivitas. Pengelolaan merupakan
kegiatan kelola atau kegiatan-kegaitan
terkait dengan memanfaatkan dan
mengelola sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Pengertian manajemen adalah
pengertian dari pengelolaan, manajemen
merupakan kegiatan memanfaatkan
sumber-sumber daya yang ada atau secara
lebih rinci merupakan kegiatan
perencanaan, pengorganisasian,
833
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
pelaksanaa, dan pengontrolan dalam
perusahaan atau organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Oka A. Yoeti (1997:165)
berpendapat bahwa berhasilnya suatu
pengelolaan objek wisata hingga
tercapainya kawasan wisata sangat
tergantung pada 3A yaitu, atraksi
(attraction), mudah dicapai (accessbility),
dan fasilitas (amenities). Atraksi wisata
diartikan sebagai segala sesuatu yang
terdapat di daerah wisata yang dapat
menarik wisatawan untuk berkunjung ke
suatu daerah. Sesuatu yang dapat menarik
wisatawan meliputi benda-benda tersedia
di alam, hasil ciptaan manusia
(kebudayaan), dan tata cara hidup dalam
masyarakat. Aksesibilitas dalam pariwisata
berkenaan dengan tingkat kemudahan
seorang wisatawan mencapai suatu tempat
objek wisata. Beberapa hal yang
mempengaruhi aksesibilitas suatu tempat
adalah kondisi jalan, tarif angkutan, jenis
kendaraan, jaringan transportasi, jarak
tempuh, dan waktu tempuh. Fasilitas
wisata dapat diartikan suatu sarana dan
prasarana yang harus disediakan oleh
pengelola wisata untuk kebutuhan
wisatawan. Kebutuhan wisatawan tidak
hanya menikmati objek wisata saja namun
wisatawan juga memerlukan sarana dan
prasarana wisata seperti akomodasi (sarana
kebersihan, kesehatan, keamanan,
komunikasi, tempat hiburan,
hotel/penginapan, restoran, dan toko
cindera mata), transportasi, dan lain-lain
meliputi tempat ibadah dan MCK.
Robert C. Lonati (dalam Nyoman S.
Pendit, 2000:3) menyatakan bahwa dalam
operasionalnya istilah pariwisata sebagai
pengganti istilah asing tourism atau travel
diberi makna oleh pemerintah Indonesia
”mereka yang meninggalkan rumah untuk
mengadakan perjalanan tanpa mencari
nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi
sambil menikmati kunjungan mereka”.
Pariwisata menurut Pendit (2003 : 20)
mendefinisikan pariwisata sebagai suatu
proses kepergian sementara dari seseorang
atau lebih menuju tempat lain di luar
tempat tinggalnya. Dengan kepergiannya
adalah karena berbagai kepentingan, baik
karena kepentingan ekonomi, sosial,
kebudayaan, politik, agama, kesehatan
maupunkepentingan lain seperti karena
sekedar ingin tahu, menambah penglaman
ataupun untuk belajar.
Menurut Salah Wahab dalam Oka A.
Yoeti (2008 : 111) pariwisata sebagai suatu
aktivitas manusia yang dilakukan secara
sadar yang mendapat pelayanan secara
bergantian diantara orang-orang dalam
suatu Negara itu sendiri atau di luar negeri,
meliputi pendiaman orang-orang dari
daerah lain untuk sementara mencari
kepuasan beraneka ragam dan berbeda
dengan apa yang dialaminya, dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap. Kusudianto
834
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
Hadinoto (2002:2) mengatakan bahwa
pariwisata merupakan segala kegiatan
dalam masyarakat yang berhubungan
dengan wisatawan. Dalam pengertian ini
wisatawan diartikan sebagai orang atau
pelaku yang melakukan kegiatan wisata.
Peninjauan secara Etymologis, kata
“Pariwisata” menurut Oka A. Yoeti (1997 :
110) berasal dari bahasa Sansekerta,
sesungguhnya bukanlah berarti “tourisme”
(bahasa Belanda) ataupun tourism (bahasa
Inggris). Kata pariwisata, menurut
pengertian ini sinonim dengan pengertian
“tour”. Pendapat ini berdasarkan pemikiran
sebagai berikut : Kata pariwisata berasal
dari dua suka kata, yaitu pari dan wisata,
pari berarti banyak, berkali-kali dan
berputar-putar, sedangkan wisata berarti
perjalanan atau bepergian. Jadi pariwisata
berarti perjalanan atau bepergian yang
dilakukan secara berkali-kali atau
berkeliling. Pariwisata adalah padanan
bahasa Indonesia untuk istilah tourism
dalam bahasa Inggris
Pada umumnya, masyarakat mengenal
kata berwisata yaitu kegiatan berlibur dan
berekreasi untuk suasana santai dalam
mencari kepuasan, namun istilah
pariwisata adalah suatu proses bepergian
untuk sementara waktu, tidak hanya alasan
untuk bersantai saja, adapaun berbagai
kepentingan, seperti kepentingan ekonomi,
sosial, kebudayaan, politik, agama dan
pendidikan. Secara etimologis pariwisata
adalah sebagai usaha promosi untuk
melaksanakan tour, dan akomodasi
wisatawan.
Menurut Muljadi (2009:27) desa
wisata adalah produk wisata yang
melibatkan anggota masyarakat desa
dengan segala perangkat yang dimilikinya.
Desa wisata tidak hanya berpengaruh pada
ekonominya, tetapi juga sekaligus dapat
melestarikan lingkungan alam dan sosial
budaya masyarakat terutama berkaitan
dengan nilai-nilai kebersamaan,
kekeluargaan, kegotongroyongan, dan lain-
lain. Dengan demikian, kelestarian alam
dan sosial budaya masyarakat akan
menjadi daya tarik wisata bagi wisatawan.
Desa wisata merupakan suatu bentuk
integrasi antara atraksi, akomodasi, dan
fasilitas pendukung yang disajikan dalam
suatu struktur kehidupan masyarakat yang
menyatu dengan tata cara dan tradisi yang
berlaku. Suatu desa wisata memiliki daya
tarik yang khas (dapat berupa keunikan
fisik lingkungan alam pedesaan, maupun
kehidupan sosial budaya masyarakatnya)
yang dikemas secara alami dan menarik
sehingga daya tarik pedesaan dapat
menggerakan kunjungan wisata ke desa
tersebut (Kementrian Kebudayaan dan
Pariwisata, 2011:1)
Menurut Pariwisata Inti Rakyat (PIR)
yang dimaksud dengan desa wisata adalah
suatu daerah wisata yang menyajikan
835
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
secara keseluruhan suasana yang
mencerminkan keaslian perdesaan baik
dari sisi kehidupan sosial, ekonomi,
keseharian, budaya, adat istiadat, memiliki
arsitektur dan tata ruang yang khas dan
unik dan menarik serta memiliki potensi
untuk dikembangkan komponen
kepariwisataan (Soetarsono Priasukmana,
2001:27). Desa wisata merupakan salah
satu solusi pembangunan untuk pedesaan
secara keseluruhan. Penampilan dan tata
letak dalam lingkungan desa yang
menawarkan sumber pendapatan baru
untuk penduduk, terutama ketika daerah
tersebut memiliki potensi khusus, sumber
daya yang berkualitas serta insfrastruktur
yang memadai.
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian
deskiptif dengan pendekatan kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Borobudur
Kabupaten Magelang. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 12 Maret sampai
dengan 8 Juni 2018.
Subjek Penelitian
Pimpinan Program Balkondes PT
TWC unit Borobudur, Asisten Manajer PT
TWC unit Borobudur, Supervisor PT
Patrajasa, Penanggung Jawab
Pengembangan Program Balkondes PT
Patrajasa, BUMDES Grahamandala,
pegawai Balkondes, Ibu Samidah dan
Mbak Enti sebagai perwakilan masyarakat
Borobudur.
Data dan Sumber Data
Data Primer diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan penelitian
dan observasi terkait dengan pengelolaan
Balai Ekonomi Desa dalam
mengembangkan wisata Borobudur
sedangkan data sekunder diperoleh dari
dokumentasi yang didapat di lokasi
penelitian.
Instrumen Penelitian
Instrumen utama didalam penelitian
adalah peneliti itu sendiri. Menurut
Moleong (2014:168) dikarenakan peneliti
menjadi segalanya dari keseluruhan proses
penelitian. Disamping peneliti merupakan
instrumen utama dalam penelitian ini,
terdapat instrumen lainnya yaitu pedoman
wawancara dan observasi. Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrumen juga harus
divalidasi seberapa jauh kesiapan peneliti
untuk melakukan penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti
melakukan observasi langsung terhadap
kegiatan sosialisasi pengembangan
potensi desa di Balkondes Tanjungsari.
Peneliti juga mengamati kegiatan
sehari-hari yang ada di Balkondes
terutama kunjungan dari wisatawan.
Selain itu observasi dilakukan pada
838836
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
fasilitas-fasilitas keadaan lokasi
Balkondes.
2. Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik wawancara semi
terstuktur artinya wawancara bebas
dimana peneliti tidak melakukan
wawancara dengan pedoman
wawancara yang sistematis dan lengkap
untuk pengumpulan datanya.
3. Dokumentasi
Dalam penelitian ini dokumen yang
digunakan adalah data pengunjung
Candi Borobudur tahun 2013-2015,
Undang-undang No. 10 Tahun 2009
tentang Pariwisata, PT TWC, website
dan berita online terkait dengan
informasi Candi Borobudur. Sumber-
sumber tersebut digunakan sebagai data
sekunder untuk memperkuat data primer
yang didapat dari wawancara dan
observasi.
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Peneliti menggunakan teknik triangulasi
sumber yang berarti teknik pengujian yang
memanfaatkan penggunaan sumber yaitu
membandingkan dan mengecek terhadap
data yang diperoleh.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian
ini menggunakan teknik analisis interaktif
yang dikemukakan oleh Miles dan
Huberman (Sugiyono, 2011:246).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Dalam peneelitian ini tujuannya
adalah melihat pengelolaan Balai Ekonomi
Desa dalam mengembangkan pariwisata di
kawasan Candi Borobudur diukur dengan
tiga indikator yaitu atraksi (attraction),
mudah dicapai (accessibility) dan fasilitas
(amenities) berikut hasil dan
pembahasannya :
1. Atraksi (attraction)
Dalam pengembangan pariwisata, atraksi
merupakan aspek dalam pariwisata untuk
menarik wisatawan agar datang ke suatu
destinasi wisata. Sesuatu yang dapat
menarik wisatawan meliputi benda-benda
tersedia di alam, hasil ciptaan manusia
(kebudayaan), dan tata cara hidup dalam
masyarakat. Pariwisata menurut Pendit
(2003 : 20) adalah suatu proses kepergian
sementara dari seseorang atau lebih
menuju tempat lain di luar tempat
tinggalnya. Dengan kepergiannya adalah
karena berbagai kepentingan, baik karena
kepentingan ekonomi, sosial, kebudayaan,
politik, agama, kesehatan maupun
kepentingan lain seperti karena sekedar
ingin tahu, menambah penglaman ataupun
untuk belajar. Sedangkan menurut
Kusudianto Hadinoto (2002:2)
mengatakan bahwa pariwisata merupakan
segala kegiatan dalam masyarakat yang
berhubungan dengan wisatawan. Dalam
837
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
pengertian ini wisatawan diartikan
sebagai orang atau pelaku yang
melakukan kegiatan wisata.
Dalam pelaksanaannya, program ini sudah
berjalan selama dua tahun. Selama dua
tahun berjalan, program ini telah
memberikan dampak secara ekonomi
terutama bagi masyarakat sekitar. Dengan
disediakannya kuliner masakan tradisional
di balkondes, mayarakat khususnya ibu-
ibu pkk desa ikut berkontribusi dalam
program ini. Selain itu, pegawai yang
direkrut juga merupakan warga
masyarakat desa, yang artinya program ini
juga mampu menyerap tenaga kerja. Hal
ini sesuai dengan penelitian Sugi Rahayu
dkk (2015) bahwa dalam pengembangan
desa wisata masyarakat digerakan untuk
memahami potensi-potensi yang ada
disekitarnya karena pada dasarnya yang
paling memahami daerahnya adalah
masyarakat itu sendiri. Potensi yang ada
dikembangkan dan dikemas melalui
kerjasama pemerintah dan masyarakat
didukung oleh swasta agar menjadi objek
wisata yang dapat memiliki nilai tambah
untuk masyarakat.
2. Mudah Dicapai (accessibility)
Robert C. Lonati (dalam Nyoman S.
Pendit, 2000:3) menyatakan bahwa dalam
operasionalnya istilah pariwisata sebagai
pengganti istilah asing tourism atau travel
diberi makna oleh pemerintah Indonesia
”mereka yang meninggalkan rumah untuk
mengadakan perjalanan tanpa mencari
nafkah di tempat-tempat yang dikunjungi
sambil menikmati kunjungan mereka”.
Dalam pariwisata yang menurut Robert C.
Leonati merupakan sebuah perjalanan,
pada pengelolaan pariwisata hal ini
berkaitan dengan aksesibilitas yaitu tingkat
kemudahan seorang wisatawan mencapai
suatu kawasan objek wisata. Beberapa hal
yang mempengaruhi aksesibilitas suatu
tempat adalah kondisi jalan, tarif angkutan,
jenis kendaraan, jaringan transportasi,
jarak tempuh, dan waktu tempuh.Kawasan
Candi Borobudur sudah menjadi daerah
wisata sejak tahun 1996. Dengan adanya
Candi Borobudur tentu saja perbaikan
aksesibilitas di sekitarnya juga diperbaiki
untuk mendukung pariwisata di daerah.
Pengembangan desa wisata di
kawasan Candi Borobudur sudah ada
sebelum ide balkondes ini direalisasikan.
Sebelumnya sudah ada desa bahasa di
Ngargogondo dan desa Homestay di
Ngaran, dan objek wisata seperti Punthuk
Setumbu dan juga Bukit Rhema yang
terdapat rumah doa yang berbentuk ayam
raksasa. Program Balai Ekonomi Desa
bertujuan untuk mengangkat desa-desa lain
yang ada di sekitar kawasan Borobudur
agar terangkat sehingga dapat dijadikan
alternatif tujuan wisata untuk wisatawan
yang berkunjung di Borobudur.
Terkait dengan aksesibilitas, hal ini
mempengaruhi kondisi keramaian desa,
838
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
jalan-jalan di desa juga menjadi banyak
berlalu-lalang kendaraan wisatawan.
Kesempatan ini dimanfaatkan oleh warga
masyarakat untuk berjualan. Hal ini tentu
akan mendatangkan pendapatan baru bagi
masyarakat. Selain itu, beberapa warga
juga mendapat lapangan kerja menjadi
pengemudi kendaraan wisata. Hal ini
berkaitan dengan pengelolaan desa wisata
yang baik pada penelitian Irwin Kurniawan
(UGM, 2014) bahwa pengelolaan desa
wisata yang baik salah satunya adalah
terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat
dan penambahan pendapatan bagi
masyarakat. Hal ini sesuai karena melalui
program desa wisata Balai Ekonomi Desa
masyarakat bisa memanfaatkan sebagai
peluang usaha kecil-kecilan, dan juga
mendapatkan lapangan kerja yang baru
bagi masyarakat.
3. Fasilitas (amenities)
Menurut Salah Wahab dalam Oka
A. Yoeti (2008 : 111) pariwisata sebagai
suatu aktivitas manusia yang dilakukan
secara sadar yang mendapat pelayanan
secara bergantian diantara orang-orang
dalam suatu negara itu sendiri atau di luar
negeri, meliputi pendiaman orang-orang
dari daerah lain untuk sementara mencari
kepuasan beraneka ragam dan berbeda
dengan apa yang dialaminya, dimana ia
memperoleh pekerjaan tetap. Berdasarkan
definisi pariwisata oleh Salah Wahab
tersebut pariwisata merupakan aktivitas
untuk mendapat pelayanan untuk mencari
kepuasaan beraneka ragam dan berbeda
dari yang biasa dialaminya. Orang-orang
melakukan pariwisata menginginkan untuk
mendapatkan pelayanan yang berbeda dari
yang biasa dialaminya. Fasilitas atau
amenitas adalah sarana dan prasarana yang
harus disediakan oleh pengelola wisata
untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.
Dalam aspek ini, program
balkondes tujuannya adalah mengemas
fasilitas-fasilitas vital sebuah objek wisata
terintegrasi dalam suatu tempat.
Wisatawan tidak perlu repot mencari
penginapan bagi yang ingin tinggal.
Konsep yang ditawarkan adalah homestay,
yang merupakan perkembangan trend
pariwisata yang memudahkan wisatawan.
Program ini juga berusaha memberikan
nilai pembedayaa dimana melibatkan
warga masyarakat dalam program terutama
pada bidang kuliner, dengan memberikan
kesempatan bagi masyarakat yang mau
menjajakan masakannya di balkondes,
yang memang sudah deprogram oleh
pengelola dengan melibatkan ibu-ibu PKK
yang telah diberikan pelatihan sebelumnya.
Selain itu, program balkondes bertujuan
menyediakan suatu tempat di desa dimana
tempat ini mnjadi display dari potensi-
potensi desa. Potensi desa ditampilkan di
balkondes sehingga wisatawan bisa
langsung melihat apa saja yang menjadi
potensi sebuah desa sekaligus
841839
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
memfassilitasi wisatawan yang ingin
membelinya sebagai cinderamata.
Dalam pengelolaan Balai Ekonomi
Desa terdapat beberapa faktor pendukung
dan penghambat antara lain, faktor
pendukung dalam pengelolaan balkondes
antara lain adalah respon baik dari
masyarakat atas adanya program ini
sehingga bersama pengelola masyarakat
mau mengembangkan dan menjalankan
program ini bersinergi dalam memajukan
pariwisata di kawasan Candi Borobudur.
Sedangkan faktor penghambat pada
pelaksanaan pengelolaan balkodes adalah
belum ada pemahaman yang baik terkait
dengan program ini pada masyarakat
sehingga masyarakat belum bisa
memahami peluang yang dapat diambil
dalam program ini yang berakibat pada
belum maksimalnya peran dari masyarakat
dalam pengelolaan balkondes.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang
dilakukan peneliti menarik kesimpulan dari
pengelolaan balai ekonomi desa dalam
pengembangan pariwisata di kawasan
Candi Borobudur belum maksimal dilihat
dengan tiga aspek pengelolaan pariwisata.
Faktor pendukung dalam pengelolaan
balkondes antara lain adalah respon baik
dari masyarakat atas adanya program ini
sehingga bersama pengelola masyarakat
mau mengembangkan dan menjalankan
program ini bersinergi dalam memajukan
pariwisata di kawasan Candi Borobudur.
Sedangkan faktor penghambat pada
pelaksanaan pengelolaan balkodes adalah
belum ada pemahaman yang baik terkait
dengan program ini pada masyarakat
sehingga masyarakat belum bisa
memahami peluang yang dapat diambil
dalam program ini yang berakibat pada
belum maksimalnya peran dari masyarakat
dalam pengelolaan balkondes.
Saran
1. Melakukan promosi dengan
memanfaatkan sosial media dan pusat
informasi praktis lainnya agar
masyarakat bisa lebih mengenal dan
mengetahui terkait balkondes yang ada
di Kecamatan Borobudur.
2. Bekerjasama dengan biro perjalanan
pariwisata untuk memudahkan
wisatawan dalam alternative
transportasi.
3. Menggali lebih dalam potensi-potensi
desa yang ada. Trend pariwisata
modern dengan memanfaatkan titik
pemandangan tertentu/tempat berfoto
bagi wisatawan.
4. Masyarakat desa harus lebih responsif
sehingga peluang untuk
mengembangkan desa malalui program
ini bisa tercapai dengan baik.
840
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
5. Konsistensi dari masyarakat dalam
keikutsertaan pelaksanaan program
perlu ditingkatkan dan dijaga sehingga
keberlangsungan dari program ini bisa
terus berjalan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku, jurnal dan skripsi :
Muljadi . 2009. Kepariwisataan dan
Perjalanan. Jakarta: PT. Jasa
Grafindo Persada.
Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan S.P, Drs. H. Malayu.
Manajemen: Dasar, Pengertian, dan
Masalah. 2007. Bumi Aksara:
Jakarta.
Kurniawan, Irwin. 2015. Model
Pengelolaan dan Tingkat
Keberhasilan Desa Wisata. Studi
Perbandingan : Krebet dan Tembi.
Program Studi Manajemen Kebijakan
Publik Universitas Gadjah Mada:
Yogyakarta.
Manullang, 2005. Dasar-Dasar
Manajemen. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
Moleong, J. Lexy. 2014. Metode Penelitian
Kualitatif edisi Revisi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Pendit, Nyoman S. 2003. Pengantar Ilmu
Pariwisata. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Priasukmana, Soetarso & R. Mohamad
Mulyadin. (2001). Pengembangan
Desa Wisata: Pelaksanaan Undang-
undang Otonomi Daerah. Info Sosial
Ekonomi Vol. 2 No. 1.
Simbolon, Maringan Masry. 2004. Dasar-
dasar dan Administrasi Manajemen.
Ghalia Indonesia: Jakarta.
Sugi Rahayu, dkk. 2015. Pengembangan
Pariwisata Berbasis Masyarakat
(Community Based Tourism) Di
Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Utami, Ida Eka Ayu Kade Septiani. 2012.
Stretegi Pengelolaan Desa
Pancasari, Kecamatan Sukasada,
Kabupaten Buleleng sebagai
Kawasan Daya Tarik Wisata
Khusus. Jurnal Ilmiah Pariwisata.
Volume 2 No. 1.
Yoeti, A. Oka. 2008. Perencanaan dan
Pengembangan Pariwisata.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Undang – Undang dan Peraturan
Pemerintah :
Undang-Undang No. 10 Tahun 2009
tentang Kepariwisataan.
Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Pariwisata No: km.
28/hm.001/mkp/2011 tentang
pedoman PNPM Mandiri.
Peraturan Menteri Kehutanan No
P.4/Menhut-II/2012 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di
Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan
Wisata Alam.
Website :
http://borobudurpark.com/temple/,
diunduh pada 11 Oktober 2017 pukul
15.57 WIB
841
Pengelolaan Balai Ekonomi...(Dian Octavia Hapsari dan Sugi Rahayu, M. Pd., M.Si.)
http://indonesia.go.id/?p=7079, diunduh
pada 11 Oktober 2017 pukul 16.00 WIB
https://magelangkab.bps.go.id/linkTabelSta
tis/view/id/283, diunduh pada 11
Oktober 2017, pukul 16.08 WIB.
https://sipp.menpan.go.id/pelayanan_publi
k/wilayah/provinsi-jawa-tengah,
diunduh 10 Juni 2018, pukul
09.33 WIB
842
Scanned by CamScanner843