PENGARUH STRES KERJA DAN KEPUASAN KERJA...
Transcript of PENGARUH STRES KERJA DAN KEPUASAN KERJA...
PENGARUH STRES KERJA DAN KEPUASAN KERJA
TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING
PADA POLISI WANITA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi.)
Oleh:
Siti Sarah
NIM : 1113070000101
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H / 2018 M
v
“Education is what survives what has been
learned has been
forgotten”
- B.F. Skinner
vi
Forever grateful to Allah SWT for blessing
me a warm and loving family.
This study presented for my treasure,
Ayah, Mamah, Lisa & Kania
vii
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi B) Maret 2018 C) S. Sarah D) Pengaruh Stres Kerja dan Kepuasan Kerja Terhadap Psychological Well-Being pada
Polwan E) ix + 80 halaman + lampiran F) Psychological well-being adalah perasaan positif terhadap diri sendiri dan orang lain,
dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat menciptakan dan mengatur lingkungannya, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Menjadi seorang wanita yang memiliki dua peranan sekaligus yaitu menjadi seorang wanita karir dan seorang ibu rumah tangga bukanlah hal yang mudah, bagaimanakah kondisi kesejahteraan psikologinya saat melakukan pekerjaan ini secara bersamaan. Hal ini yang menjadikan latar belakang peneliti dalam melakukan penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh stress kerja (kecemasan dan tekanan waktu) dan kepuasan kerja (gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan kerja, pekerjaan itu sendiri, dan komunikasi) terhadap psychological well-being. Sampel berjumlah 153 pada polisi wanita di bagian X. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen psychological well-being menggunakan adaptasi dari Ryff Scales Psychological Well-being yang disusun oleh Carol D. Ryff). Skala Job Stress Scales (JSS) yang didasarkan pada teori dan konsep dari Parker dan DeCotiis (1983) untuk mengukur stress kerja. Skala job satisfaction survey (JSS) yang dibuat oleh Spector tahun 1985 dalam (Spector, 1997) untuk mengukur kepuasan kerja. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah convenience sampling. Uji validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA). Analisis data menggunakan teknik analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari stres kerja dan kepuasan kerja terhadap psychological well-being sebesar 28,1%. Hasil uji hipotesis minor menunjukkan hanya variabel gaji, atasan, penghargaan dari perusahaan, rekan kerja, dan pekerjaan itu sendiri yang mempengaruhi psychological well-being secara signifikan.
Penulis berharap implikasi dari hasil penelitian ini dapat dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya dengan mempertimbangkan beberapa variabel lain seperti faktor demografis, work family-conflict, kecerdasan emosi.
Bahan bacaan:31 ; buku: 7 + jurnal: 27 + artikel: 3
viii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology B) March 2018 C) S. Sarah D) The Effect of Job Stress and Job Satisfaction towards Psychological Well-Being on
Police Woman E) Ix + 80 pages + attachment F) Psychological well-being is a positive feeling toward oneself and others, can make
decisions and manage behavior, can create and regulate environment, have a purpose in life and make life more meaningful, and seek to explore and develop. Being a woman who has two roles at the same time that being a career woman and a housewife is not easy, what is the condition of her psychological well-being while doing this job simultaneously. This makes the background of researchers in conducting this research.
This study aims to examine the effects of work stress (anxiety and time pressure) and job satisfaction (salary, promotion, employer, benefits, rewards from the company, work procedures, coworkers, work itself, and communication) to psychological well-being. The sample was 153 for the policewomen in section X. The instrument used in the study was a well-being psychological instrument using an adaptation of the Ryff Scales Psychological Well-being compiled by Carol D. Ryff). Job Stress Scale (JSS) Scale based on Parker and DeCotiis (1983) theory and concept to measure work stress. The scale of job satisfaction survey (JSS) made by Spector in 1985 in (Spector, 1997) to measure job satisfaction. The sampling technique used by the researcher in this research is convenience sampling. Test the validity of the measuring instrument using confirmatory factor analysis (CFA) technique. Data analysis using multiple regression analysis technique.
The results showed that there was a significant effect of job stress and job satisfaction on psychological well-being of 28.1%. The results of the minor hypothesis test show that only variable salary, employer, reward from the company, co-workers, and the work itself that significantly affects psychological well-being.
The authors hope the results of this study can be reviewed and developed in future studies by considering other variables such as demographic factors, family-conflict work, emotional intelligence.
Reading: 37; book: 7 + journal: 27 + artickel: 3
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdullilah penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan karunia, kasih sayang, serta kekuatan yang terbentuk dari segala ujian
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga
terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW beserta pengikutnya.
Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari doa, dukungan, dan bantuan dari
berbagai pihak. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si., Dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
2. Desi Yustari Muchtar, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran serta memberikan ilmu,
masukan, nasihat dan kritik pada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan
kebahagiaan serta kesehatan untuk ibu.
3. Ima Sri Rahmani, MA, Psikolog, dan Drs. Akhmad Baidun, M.Si selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, doa, dan motivasi
pada penulis selama masa perkuliahan.
4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas
segala ilmu yang bermanfaat serta bantuannya dalam menyelesaikan keperluan
akademik penulis.
5. Seluruh responden penelitian yang telah bersedia membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
kebahagiaan kepada kalian semua.
6. Kedua orang tua, Bapak Hermansyah dan Ibu Sri Puryantiningsih, terima kasih
atas kasih sayang dan doa yang selalu mengiringi setiap langkah penulis. Terima
kasih untuk semua perjuangan dan kerja keras demi membahagiakan penulis.
Untuk adik-adik tercinta, Siti Nurhaliza dan Siti Kania terima kasih atas segala
bentuk dukungan, bantuan, doa, dan semangat kepada penulis dalam penyelesaian
x
skripsi ini. Semoga Allah SWT senantiasa selalu memberikan keberkahan dan
kesehatan.
7. Untuk sahabatku Salina, Abel, Dhiny, Ayu, Onah, Widey, Al, Retno, Anggi,
Kalin, Tika, Eva, Aci, Iel, Ulan, Shanas, Putri, Ncel, Novi, Desta, Nadia, Fita,
Eko, Umam, Arsyad, dan Isa terima kasih telah mengisi hari-hari penulis dengan
canda, tawa, tangis, dan senyum bahagia. Terima kasih atas segala semangat dan
doa untuk penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman Psikologi
C 2013 serta psikologi angkatan 2013. Semoga kita tetap bisa menjaga
silaturahmi, kekompakan dan kebersamaan meskipun telah lulus dari kampus ini.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih untuk segala
doa, dukungan, dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya dan dapat membantu penulis selanjutnya yang ingin
mengeksplorasi lebih lanjut. Terima kasih. Wassalam
Jakarta, April 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iii LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. iv MOTTO ............................................................................................................. v PERSEMBAHAN ............................................................................................. vi ABSTRAK ......................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI ...................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ..................................................... 9 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 10
BAB 2 LANDASAN TEORI ............................................................................ 12 2.1 Psychological Well-Being ....................................................................... 12
2.1.1 Definisi Psychological Well-Being.................................................... 14 2.1.2 Dimensi Psychological Well-Being ................................................... 14 2.1.3 Pengukuran Psychological Well-Being ............................................. 17 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Psychological Well-Being ......... 19
2.2 Stres Kerja ............................................................................................... 21 2.2.1 Definisi Stres Kerja ........................................................................ 21 2.2.2 Dimensi Stres Kerja ....................................................................... 22 2.2.3 Pengukuran Stres Kerja .................................................................. 24
2.3 Kepuasan Kerja ....................................................................................... 25 2.3.1 Definisi Kepuasan Kerja ................................................................ 25 2.3.2 Dimensi Kepuasan Kerja ............................................................... 26 2.3.3 Pengukuran Kepuasan Kerja .......................................................... 27
2.4 Kerangka Berpikir ................................................................................... 29 2.4.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir ............................................................ 32 2.5 Hipotesis ................................................................................................. 33
BAB 3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 35 3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ............................... 35
xi
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ......................................... 35 3.2.1 Variabel Penelitian ......................................................................... 35 3.2.2 Definisi Operasional ...................................................................... 35
3.3 Instrumen Pengumpulan Data ................................................................. 42 3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................................ 44
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Psychological Well-Being.........................44 3.4.2 Uji Validitas Konstruk Stres Kerja .................. .......... ...............46
3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Kecemasan.......... .......... ..............46 3.4.2.2 Uji Validitas Konstruk Tekanan Waktu.......... ..................47
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Kepuasan Kerja. ............ ............ ............ 49 3.4.3.1 Uji Validitas Konstruk Gaji................................................49 3.4.3.2 Uji Validitas Konstruk Promosi. ............ ............ ............ .50 3.4.3.3 Uji Validitas Konstruk Atasan............ ............ ..................51 3.4.3.4 Uji Validitas Konstruk Tunjangan........... ............ .............52 3.4.3.5 Uji Validitas Konstruk Penghargaan dari Perusahaan........54 3.4.2.1 Uji Validitas Konstruk Prosedur Kerja.......... .......... .........55 3.4.2.2 Uji Validitas Konstruk Rekan Kerja.......... ................. ......56 3.4.2.3 Uji Validitas Konstruk Sifat Pekerjaan ...... ...... ......... .. ...58 3.4.2.4 Uji Validitas Konstruk Komunikasi...... ............ ................59
3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................... 60 BAB 4 HASIL PENELITIAN...........................................................................64
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian.......................................................64 4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian....................................................66 4.3 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian......................................................67 4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian...................................................................69
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian...............................................69 4.4.2 Pengujian Proporsi Varians.............................................................74
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN............................................77 5.1 Kesimpulan...............................................................................................77 5.2 Diskusi......................................................................................................77 5.3 Saran.........................................................................................................84
5.3.1 Saran Teoritis..................................................................................85 5.3.2 Saran Praktis....................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 88
xii
DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Blueprint Skala Psychological Well-Being ............................................... 39 Tabel 3.2 Blueprint Skala Stres Kerja ....................................................................... 40 Tabel 3.3 Blueprint Skala Kepuasan Kerja ............................................................... 41 Tabel 3.4 Uji Validitas Konstruk Psychological Well-Being ................................... 45 Tabel 3.5 Uji Validitas Konstruk Kecemasan ........................................................... 47 Tabel 3.6 Uji Validitas Konstruk Tekanan Waktu .................................................... 48 Tabel 3.7 Uji Validitas Konstruk Gaji ...................................................................... 50 Tabel 3.8 Uji Validitas Konstruk Promosi ................................................................ 51 Tabel 3.9 Uji Validitas Konstruk Atasan .................................................................. 52 Tabel 3.10 Uji Validitas Konstruk Tunjangan ............................................................ 53 Tabel 3.11 Uji Validitas Konstruk Penghargaan dari Perusahaan .............................. 55 Tabel 3.12 Uji Validitas Konstruk Prosedur Kerja ..................................................... 56 Tabel 3.13 Uji Validitas Konstruk Rekan Kerja ........................................................ 57 Tabel 3.14 Uji Validitas Konstruk Sifat Pekerjaan ..................................................... 59 Tabe; 3.15 Uji Validitas Konstruk Komunikasi ........................................................ 60 Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Data Demografis .................... 64 Tabel 4.2 Tabel Analisis Deskriptif .......................................................................... 70 Tabel 4.3 Pedoman Kategorisasi Skor ...................................................................... 66 Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel ....................................................................... 68 Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi ............................................................. 69 Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ........................................ 70 Tabel 4.7 Koefisien Regresi ...................................................................................... 71 Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV ......................... 75
xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Bagan Ilustrasi Kerangka Berpikir ........................................................ 32
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian .................................................................... 93 Lampiran 2 Hasil Uji CFA Psychological Well-Being .................................... 100 Lampiran 3 Hasil Uji CFA Kecemasan ........................................................... 102 Lampiran 4 Hasil Uji CFA Tekanan Waktu .................................................... 103 Lampiran 5 Hasil Uji CFA Gaji ....................................................................... 104 Lampiran 6 Hasil Uji CFA Promosi ................................................................ 105 Lampiran 7 Hasil Uji CFA Atasan ................................................................... 106 Lampiran 8 Hasil Uji CFA Tunjangan ............................................................. 107 Lampiran 9 Hasil Uji CFA Penghargaan dari Perusahaan ............................... 108 Lampiran 10 Hasil Uji CFA Prosedur Kerja ...................................................... 109 Lampiran 11 Hasil Uji CFA Rekan Kerja .......................................................... 110 Lampiran 12 Hasil Uji CFA Pekerjaan itu Sendiri ............................................ 111 Lampiran 13 Hasil Uji CFA Komunikasi .......................................................... 112 Lampiran 14 Model Summary Analisis Regresi ................................................ 113 Lampiran 15 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV ............................ 114 Lampiran 16 Koefisien Regresi ......................................................................... 114 Lampiran 17 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV ............. 115
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Ada begitu banyak pekerjaan yang dapat dilakukan oleh seorang wanita, baik di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Menururt Siagian, tuntutan ekonomi yang
semakin meningkat serta semakin meluasnya kesempatan bagi wanita untuk
mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pergeseran nilai tentang peranan wanita sebagai seorang pekerja
(Yuliana & Yuniasanti, 2013).
Setiap pekerjaan yang dijalani tidak hanya berpacu pada kebutuhan finansial
saja, tetapi suatu pekerjaan juga harus dijalani beriringan dengan kebutuhan akan
kesejahteraan diri atau bisa juga disebut dengan psychological well-being. Bekerja
dengan kesejahteraan diri yang baik adalah, kondisi dimana individu mampu
menerima diri apa adanya, memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang
lain, memiliki tujuan hidup sehingga membuat hidup yang lebih bermakna (Ryff,
1989).
Setiap orang ingin memiliki mental yang sehat, mental yang sehat ditandai
dengan perasaan bahagia atau kondisi mental yang positif. Edwards dan Ngcobo
(2005) memaparkan bahwa psychological well-being merupakan mental yang positif
pada manusia. Individu yang memiliki psychological well-being yang baik akan
merasakan kebahagiaan, merasa memiliki kemampuan dan kepercayaan diri, dan
didukung dengan baik (Huppert, 2009).
1
2
Salah satu pekerjaan yang dapat dijalani seorang wanita adalah sebagai polisi
wanita (Polwan). Dalam konteks Indonesia, sejarah kelahiran polisi wanita (Polwan)
di Indonesia tak jauh berbeda dengan proses kelahiran polisi wanita di negara lain.
Penanganan dan penyidikan terhadap kasus kejahatan yang melibatkan kaum wanita,
kenakalan anak-anak dan remaja, perkelahian antar pelajar yang terus meningkat dan
kasus kejahatan wanita yang memperihatinkan menjadi ranah para perempuan di
dalam institusi kepolisian tersebut.
Namun semakin berkembangnya waktu, tugas polisi wanita saat ini hampir
menyamai tugas polisi pria. Selain itu, dalam pelaksanaan tugas penggeledahan, guna
kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan, baik tempat
maupun badan. Disyaratkan dalam penjelasan pasal 37 KUHAP bahwa pemeriksaan
hingga rongga badan perempuan dilakukan oleh petugas perempuan atau dari petugas
kesehatan. Jelas, dari hal-hal yag disebutkan dibutuhkan kehadiran polwan (Rizal,
2010)
Berdasarkan hasil wawancara pada salah satu polisi wanita yang peneliti
lakukan, mengatakan bahwa menjadi polisi wanita juga dituntut untuk mentaati
peraturan yang ada dalam organisasi kepolisian, salah satunya tentang jam kerja.
Ketika ada tugas dalam operasi ketupat menjelang lebaran dan operasi lilin menjelang
natal hampir seluruh personel kepolisian tanpa terkecuali diterjunkan langsung untuk
mengaturlalu lintas dalam waktu 24 jam. Penguasaan lingkungan yang rendah dan
tekanan waktu yang tinggi mungkin akan berdampak pada psychological well-
beingnya.
3
Kedisiplinan merupakan salah satu komponen yang penting kaitannya dengan
pekerjaan sebagai polisi, akan tetapi pada kenyataannya kedisiplinan yang tinggi
membuat anggota polisi merasa terbebani. Menurut survei yang dilakukan oleh
Nugrahini (2014) pada polisi di polresta Surakarta menunjukkan bahwa 77,5%
anggota polisi dituntut harus mengutamakan sikap disiplin. Selain itu juga, bahaya
dan resiko yang dialami oleh polisi sifatnya dapat muncul tiba-tiba atau tidak dapat
diantisipasi. Hal ini menyebabkan polisi harus senantiasa siap dan waspada dalam
keadaan apapun dan hal ini menimbulkan kontribusi stress atau kecemasan, dan hasil
survey membuktikan bahwa 67.5% anggota polisi merasa khawatir terhadap
keselamatan bekerja. Mungkin saja hal ini akan berpengaruh terhadap rendahnya
psychologicall well-beingnya.
Tekanan serta tugas yang diberikan oleh seorang polisi dalam melaksanakan
pekerjaannya dapat memicu stres. Sesuai dengan pendapat Gul dan Delice (2011)
yang menyatakan bahwa bekerja sebagai polisi dianggap sebagai pekerjaan dengan
stres yang tinggi, dikarenakan jam kerja yang panjang, struktur kepemimpinan, dan
kekhawatiran akan keselamatan.
Penelitian yang dilakukan oleh S dan Chitra (2013) menunjukkan bahwa stres
kerja mempengaruhi psychological well-being pada polisi wanita. Polisi wanita
memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki, dan juga tingkat stres
yang tinggi yang berhubungan dengan keluarga. Polisi wanita juga memiliki tingkat
stres yang berlebih karena diskriminasi gender, status minoritas, sikap negatif dari
rekan laki-laki, pelecehan seksual, dan tugas yang dilakukan di malam hari yang
4
menyebabkan konflik dalam keluarga. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan
kesejahteraan dari polwan, karena mereka cenderung memainkan peran penting
dalam kepolisian dalam waktu dekat, hal ini mungkin cenderung mengalami
kesejahteraan psikologis yang buruk.
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh (Padhy et al, 2015) pada
penelitiannya menunjukkan hasil bahwa polisi wanita yang mengalami situasi yang
melibatkan ketidakadilan, kejahatan, situasi yang tak terduga dan mengancam jiwa,
namun mereka diharapkan oleh publik dan rekan-rekan mereka untuk menghadapi
situasi ini dengan cara yang spontan dan objektif, dan hal ini ternyata mempengaruhi
kesejahteraan psikologisnya.
Faktor-faktor yang terkait seperti stres kerja, frustasi, dan depresi memiliki
pengaruh terhdap kesejahteraan psikologis petugas polisi wanita di Ibadan, Nigeria.
Selain itu, faktor-faktor stres kerja juga sangat berpengaruh pada komitmen
organisasi polisi, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adegoke (2014).
Sebagian besar polisi wanita di Kulon Progo merasa memiliki ketidakpuasan
kerja. Ketidakpuasan tersebut meliputi, kurang puas terhadap pendapatan yang
diterima, kurang penghargaan terhadap diri baik dari atasan maupun dari rekan kerja,
merasa bosan dan stres karena kurangnya pelatihan atau pengembangan karir yang
diberikan oleh atasan untuk meningkatkan kemampuan, lalu dalam hal promosi atau
kenaikan pangkat dirasa cukup berat, hal ini didapatkan berdasarkan hasil wawancara
di polres Kulon Progo pada bulan September 2013 (Yuliana & Yuniasanti, 2013).
5
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, terhadap 11 polisi
wanita yang sudah menikah, dengan mengajukan 10 pertanyaan terbuka secara acak
yang bertugas di kawasan Jakarta Selatan. Sebagian polwan mengatakan bahwa
mereka lebih senang berada atau berinteraksi di lingkungan luar ruangan..
Sebagian dari mereka juga merasa beban kerja yang berat saat menjalani
profesinya, baik karena jam kerja yang tidak menentu, dan harus siap selama 24 jam
jika sewaktu-waktu mendapat panggilan tugas dari kantor. Polisi wanita AS
mengatakan bahwa ia sering mengambil waktu kosong atau mencuri waktu ketika
istirahat makan siang untuk menjemput anaknya dari sekolah dan mengantarnya
pulang ke rumah.
Namun, sebagian besar polisi wanita yang peneliti wawancara mengatakan
bahwa mereka tidak mengalami kesulitan dalam mengatur waktu antara pekerjaan
dan tugasnya sebagai istri dan ibu pada saat di dalam rumah. Hal ini di karenakan
pekerjaannya sebagai polisi wanita sudah berjalan cukup lama, sehingga suami, anak,
dan orangtua sudah terbiasa dengan jadwal kerjanya yang padat. Namun, seringkali
adanya kecemasan dalam diri polisi wanita, karena ada perasaan takut merasa belum
bisa memenuhi segala kebutuhan keluarganya.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar polwan yang telah
menikah kurang mampu dalam hal berhubungan positif dengan rekan kerja maupun
dengan atasannya ketika mengemukakan pendapat atau ide-ide.Sehingga para polisi
wanita kurang mampu dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
6
Pada saat polwan bertugas di lapangan, ada perasaan cemas dan khawatir dan
hal ini menjadi beban tersendiri untuk mereka. Jam kerja yang tidak menentu,
membuat mereka merasa sulit dan kurang mampu dalam mengatur waktu baik
dirumah maupun di kantor dan hal ini membuat polisi wanita kurang mampu dalam
penguasaan lingkungannya.
Seringkali adanya kecemasan dalam diri polisi wanita, karena ada perasaan
takut merasa belum bisa memenuhi segala kebutuhan keluarganya hal ini mungkin
akanmempengaruhi aktualisasi atau penerimaan dirinya. Sehingga menimbulkan
kurangnya interaksi dengan keluarga dan ketidak disiplinan atas ketepatan waktu di
kantor. Menjalani peran ganda ini menjadi salah satu pemicu timbulnya stres.
Gul dan Delice (2011) menyatakan bahwa pekerjaan menjadi seorang polisi
dianggap memiliki tingkat stres yang tinggi, yang disebabkan oleh jam kerja yang
panjang, struktur kepemimpinan dan kekhawatiran akan keselamatan selama
bertugas. Jika seorang anggota polisi tidak bisa mengelola stres dengan baik, hal
tersebut akan berdampak langsung dengan kondisi kesejahteraan psikologisnya atau
biasa disebut dengan psychological well-being.
Psychological well-being adalah suatu konsep mengenai apa yang dirasakan
individu mengenai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan pada
pengungkapan perasaan pribadi atas apa yang dirasakan individu berdasarkan hasil
dari pengalaman hidupnya (Ryff C. D, 1989).
Snyder dan Lopez (2005) menyatakan bahwa kesejahteraan psikologis
adalah ketika individu dapat memahami arti dan tujuan dalam hidupnya, serta
7
bagaimana individu mampu membangun relasi dengan individu lainnya, jadi
kesejahteraan psikologis tidak hanya merupakan ketiadaan penderitaan saja.
Orang yang memiliki tingkat psychological well-being yang rendah akan
mengalami kesulitan dalam mengatur urusan sehari-hari, merasatidak mampu untuk
mengubah atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya dan kurang memiliki
kontrol terhadap lingkungannya (Ryff, 1989). Apabila seseorang memiliki tingkat
psychological well-being yang baik, mereka akan memiliki penilaian positif terhadap
dirinya serta tidak mudah hanyut oleh pengaruh lingkungan. Bila dihubungkan
dengan dunia pekerjaan, maka psychological well being seseorang akan berguna
dalam komitmen kerja, produktivitas kerja, target-target dalam pekerjaan, dan
hubungan dengan rekan kerja, serta penguasaan lingkungan (Hornet al ,2004).
Psychologogical weel-being yang dimiliki seorang polwan dapat dipengaruhi
oleh beberapa hal seperti stres kerja, sikap kerja, neuroticism, work / personal life
enchancement(S & Chitra, 2013), kepuasan kerja (Yanez & Figueroa, 2011), usia,
jenis kelamin (Ryff & Keyes, 1995), kecerdasan emosi (Shulman & Hemenover,
2006), work-family conflict (Parasuraman, 2001), status sosial ekonomi (Ryff et al.,
1999), dan budaya(Ryff C. D, 1989)
Menurut Robbins (2004) stres kerja merupakan beban kerja yang berlebihan,
perasaan susah dan ketegangan emosional yang menghambat performaindividu. Stres
juga dapat didefinisikan sebagai rangsangan eksternal yang dapat mengganggu
mental, fisik, dan kimiawi dalam tubuh manusia menurut Nykodym dan George
(dalam Sutarto, 2010). Dalam hal ini stres kerja berkaitan penting dengan
8
kesejahteraan psikologis pada individu. Selain dipengaruhi oleh faktor dalam diri,
stres kerja juga dipengaruhi oleh faktor dari lingkungan dan organisasi. Hal ini perlu
dipahami, sumber dan penyebab stres, sehingga para pekerja dan eksekutif dapat
berjalan efektif
Psychological well-being juga di pengaruhi oleh kepuasan kerja.Penelitian
yang dilakukan oleh Yanez dan Figueroa (2011) menunjukkan terdapat hubungan
antara kepuasan kerja dan psychological well-being. Individu yang merasa puas
dengan pekerjaannya cenderung akan merasa baik secara psikologis. Di dalam
penelitianYanez dan Figueroa (2011), bahwa terdapat perbedaan yang ditemukan
dalam sampel tentang kepuasan kerja juga ditemukan perbedaan dalam psychological
well-being. Menurut Luthans dkk (2010) individu yang merasa senang akan
pekerjaannya maka akan puas secara pekerjaan dan juga psychological well-beignya.
Menurut Nurbahar (2015) kepuasan kerja dapat dilihat tidak hanya saat
melakukan pekerjaan, tetapi terkait juga dengan aspek lain seperti interaksi dengan
rekan kerja, atasan, mengikuti peraturan, dan lingkungan kerja. Kepuasan yang
dirasakan setiap individu atau karyawan adalah kesimpulan berdasarkan pada
perbandingan apa yang diterima secara langsung dari hasil pekerjaannya dengan apa
yang diinginkan atau diharapkan pantas atau layak diterima oleh karyawan (Prabowo,
2015).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka Penulis tertarik untuk meneliti
“Pengaruh Stres Kerja, dan Kepuasan Kerja terhadap Psychological Well-Being pada
Polisi Wanita.”
9
1.2 Pembatasan dan Rumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan topik penelitian yang akan dibahas maka peneliti membatasi
variabel-variabel yang akan dibahas meliputi kepuasan psychological well-being,
stres kerja, dan kepuasan kerja. Adapun batasan konsep dari variabel-variabel akan
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1. Psychologicall well-being yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu sebuah
kondisi dimana individu mampu menerima diri apa adanya, memiliki sikap
yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki tujuan hidup
sehingga membuat hidup yang lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi
dan mengembangkan dirinya (Ryff C. D, 1989).
2. Stres kerja merupakan kesadaran individu atau perasaan disfungsi personal
akibat kondisi yang dirasakan di tempat kerja. Mereka menjelaskan bahwa
perasaan tersebut merupakan suatu kesadaran subjektif atas keadaan
emosional individu (Parker dan DeCotis, 1983).
3. Kepuasan kerja yaitu perasaan seseorang secara umum terhadap pekerjaan
maupun terhadap aspek pekerjaannya. (Spector, 1997).
4. Polwan adalah kependekan dari Polisi Wanita, Polwan adalah satuan polisi
khusus yang berjenis kelamin wanita. Dalam penelitian ini, Polwan sebagai
subjek penelitian adalah Polwan yang sudah menikah yang bertugas di salah
satu bagian kepolisian yang bertempat di kawasan Jakarta Selatan.
10
1.2.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini adalah:
Rumusan masalah mayor dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan stres kerja (kecemasan dan tekanan
waktu) dan kepuasan kerja (gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan,
prosedur kerja, rekan kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi) terhadap
psychological well-being pada polisi wanita.
Rumusan masalah minor dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan variabel stres kerjakerja terhadap
psychological well-being?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikanvariabel kepuasan kerja terhadap
psychological well-being?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aspek dari variable
kepuasan kerja, dan stres kerja terhadap psychological well-being pada petugas
polisi wanita.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu pengetahuan psikologi, khususnya pada bidang ilmu
psikologi positif mengenaipsychological well-being pada polisi wanita.
11
Diharapkan polisi wanita lebih mampu untuk menerima dirinya,
berhubungan positif dengan orang lain, serta mengeksplorasi dan
mengembangkan potensi yang dimilikinya.
b. Diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran yang lebih
bervariasi pada tema penelitian mengenaipsychological well-being dan
yang mempengaruhi.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi yang berguna bagi
pihak yang berkepentingan agar dapat memahami hal apa saja yang
berkaitan dengan psychological well-being, stres kerja, dan kepuasan kerja
pada Polwan.
b. Dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor manakah yang
paling mempengaruhi psychological well-being pada Polwan sehingga
para Polwan dapat mengetahui penyebab-penyebab dari psychological
well-being tersebut.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Psychological Well-Being
2.1.1 Definisi Psychological Well-Being
Menurut (Ryff & Keyes, 1995)psychological well-being adalah seseorang yang
dapat hidup dengan bahagia berdasarkan pengalaman hidupnya dan
memandangnya berdasarkan potensi yang mereka miliki. Bradburn menyatakan
bahwa kebahagiaan merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan tujuan
tertinggi yang ingin dicapai oleh setiap individu (Ryff & Singer, 1998).
Psychological well-being sebagai kondisi individu yang memiliki
sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, menciptakan dan mengatur lingkungan yang
kompatibel dengan kebutuhan, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup lebih
bermakna, sertaberusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya (Ryff C.
D, 1989).
Menurut (Çardak, 2013) psychological well-being merupakan
konstruksi dari konsep diri individu untuk mengembangkan dirinya sendiri agar
mampu untuk merasa bahagia. Sedangkan menurut (Ozen dalam Cardak, 2013)
berdasarkan teori psychological well-being, kesehatan psikologis seorang individu
bergantung pada positive functioning individu dalam aspek tertentu dalam
kehidupannya dimana seorang individu harus memiliki hubungan positif dengan
orang lain, dominan dalam lingkungan, dapat menerima diri sendiri dan masa
13
lalunya, harus memiliki sasaran dan makna hidup, harus dapat memiliki
pengembangan diri dan kemampuan untuk membuat keputusan sendiri.
Psychological well-being adalah tentang bagaimana kehidupan
seseorang dapat berjalan dengan baik, psychological well-being tidak
mengharuskan individu untuk selalu merasa baik, emosi yang menyakitkan
seperti kekecewaan, gagal, dan kesedihan adalah bagian normal dari kehidupan
(Huppert, 2009). Menurut Ryff C. D(1989) manusia yang dapat dikatakan baik
secara psikologis adalah individu yang terbebas dari indikator-indikator kesehatan
mental negatif seperti kecemasan, dapat tercapainya kebahagiaan dan lain-lain.
Seseorang dengan psychological well-being yang baik akan
menunjukkan sikap positif terhadap dirinya maupun orang lain meskipun mereka
sadar akan keterbatasan dirinya (penerimaan diri), menjaga kehangatan dan
memiliki rasa percaya dengan hubungan interpersonal dan membentuk
lingkungan mereka, sehingga kebutuhan dan keinginan pribadinya dapat
terpenuhi. Juga memiliki makna dan tujuan dalam menjalani hidup dan mampu
mengembangkan potensinya untuk tumbuh dan berkembang sebagai manusia
seutuhnya (Ryff C. D, 1989).
Dari berbgai definisi diatas mengenai psychological well-being, pada
penelitian ini, peneliti memilih untuk menggunakan definisi psychological well-
being menurut (Ryff C. D, 1989).
14
2.1.2 DimensiPsychological Well-Being
Ryff C. D (1989) mengemukakan konsep psychological well-being dari enam
dimensi, yaitu:
1. Penerimaan diri (Self Acceptance)
Penerimaan diri adalah ciri utama dari kesehatan mental, dan juga
karakteristik individu yang mengaktualisasikan dirinya, berfungsi secara
matang dan optimal. Dalam teori perkembangan manusia, self accaptance
berkaitan dengan penerimaan diri individu pada masa kini dan masa
lalunya
2. Hubungan Positif dengan Orang lain (Positive Relation with Others)
Pada teori sebelumnya banyak menekankan bahwa pentingnya menjaga
kehangatan, penuh kepercayaan dan hubungan interpersonal merupakan
komponen utama dari kesehatan mental.Kemampuan untuk mencintai
dipandang sebagai komponen dari kondisi kesehatan mental yang sehat.
Selain itu, individu yang mencapai aktualisasi diri adalah individu
memiliki hubungan positif dengan orang lain sebagai perasaan empati
dan afeksi serta kemampuan untuk membina hubungan yang mendalam.
Membina hubungan yang hangat dengan orang lain merupakan salah satu
kriteria dari kematangan (criteri ofmaturity). Teori perkembangan juga
menekankan intimacy dan generativity sebagai tugas utama yang harus
dicapai manusia dalam tahap perkembangan tertentu.
15
3. Otonomi (Autonomy)
Otonomi diartikan sebagai keadaan dimana individu mampu mengatur
tingkah lakunya, mengarahkan diri sendiri (self determination), dan
mandiri (Independence). Individu memilikiinternal ofevaluation, yakni
tidak mencari persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya
dengan nilai atau standar yang telah diterapkannya sendiri. Oleh karena
itu, individu tidak memikirkan penilaian dan harapan orang lain terhadap
dirinya. Selain itu individu yang otonom juga tidak menggantungkan diri
pada orang lain untuk membuat keputusan dan mampu untuk tidak
menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial untuk berpikir dan bertindak
dalam hal tertentu.
4. Penguasan Lingkungan (Environmental Mastery)
Menurut (Ryff, 1989) penguasan lingkungan digambarkan dengan
kemampuan individu untuk memilih atau membuat lingkungan yang
sesuai dengan kondisi psikisnya merupakan ciri dari kesehatan mental.
Untuk mencapai tingkat kematangan, individu perlu memiliki partisipasi
aktif dalam lingkungannya. Menurut teori life-span dalam
perkembangan, seorang individu membutuhkan kemampuan untuk
mengelola dan mengendalikan lingkungan yang kompleks. Teori ini
menekankan pada kemampuan individu untuk bergerak maju di
lingkungannya dan mengubahnya secara kreatif dengan kegiatan fisik
dan mental.
16
5. Tujuan Hidup (Purpose in Life)
Dimensi ini menjelaskan bahwa individu dengan kondisi mental yang
sehatmampu menentukan arah dan tujuan yang berarti dalam hidupnya
denganmelibatkan keyakinan. Definisi kematangan (maturity) juga
menekankan pemahaman yang jelas tentang tujuan hidup dan rasa ingin
mengarahkan dan intensionalitas. Dalam teori life span mengacu pada
berbagai perubahan tujuan atau tujuan dalam hidup, seperti menjadi
produktif dan kreatif ataumencapai integrasi emosional di kemudian
hari.
6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth)
Untuk mencapai psychological function yang optimal, individu tidak
hanya dituntut untuk mencapai karakteristik-karateristik yang dibutuhkan,
tetapi juga terus mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki.
Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan menyadari potensi yang
dimiliki merupakanperspektif yang penting dalam pertumbuhan pribadi.
Keterbukaan akan pengalaman merupakan salah satu karakteristik dari
fully function person. Teori life-span juga menekankan pentingnya
manusia untuk terus bertumbuh dan menghadapi tantangan baru dalam
setiap periode pada tahap perkembangannya.
Hurlock (1994) menjelaskan bahwa, ada beberapa esensi mengenai
kebahagiaan, atau keadaan sejahtera (well-being), kenikmatan atau
kepuasan, yaitu antara kain sebagai berikut:
17
1. Sikap penerimaan (acceptance)
Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh sikap menerima diri yang
timbul dari penyesuain pribadi dan sosial yang baik. Lebih lanjut Shaver
Freedman (dalam Hurlock, 1994) menjelaskan bahwa kebahagiaan
bergantung pada sikap dalam diri cara mereka menerima dirinya.
2. Kasih sayang (affection)
Semakin diterima baik oleh orang lain, semakin banyak diharapkan cinta
yang didapat dari orang lain. Kurangnya cinta atau kasih sayang memiliki
pengaruh yang besar terhadap kebahagiaan seseorang.
3. Prestasi (achievement)
Prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan seseorang. Apabila
seseorang memiliki tujuan dengan ekspektasi yang tinggi dan realistis
yang rendah, maka akan timbul kegagalan dan yang bersangkutan akan
merasa tidak puas dan tidak bahagia.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, penulis menggunakan aspek yang
menyusun psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff (1989) yaitu:
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Aspek yang dikemukakan
oleh Ryff (1989) telah banyak digunakan dalam berbagai penelitian di dunia.
2.1.3 Pengukuran Psychological Well-Being
Pada umunya untuk mengukur psychological well-beingdibeberapa penelitian
sebelumnya menggunakan skala baku yang dibuat oleh Ryff (1996) yaitu Ryff’s
18
Psychological Well-Being Scales dengan versi aslinya berjumlah 120 item.
Banyak uji analisis yang telah dilakukan untuk menguji validitas dari skala
psychological well-beingyang terkecil yaitu 18 item. Terkait dengan hasil temuan
dari penelitian tersebut menyatakan ada ketidak konsistenan pada item yang ada
pada skala PWB versi 18 item (Richard & Machin, 2006).
Penelitian ini akan menggunakan alat ukur Ryff Scales of Psychological
Well-Being yang disusun oleh Carol D. Ryff yang telah teruji validitas dan
realibilitasnya. Ryff Scale of Psychological Well-Being terdiri dari 42 item
pernyataan, dan skala ini disusun berdasarkan enam dimensi, yaitu penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasan lingkungan, tujuan
hidup dan perkembangan pribadi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ryff (1989), penelitian tersebut
menggunakan skala Ryff Scale of Psychology Well-Being yang disusun oleh Carol
D. Ryff dengan responden 321 perempuan dan laki-laki yang terbagi menjadi 3,
yaitu umur anak-anak, remaja, dan dewasa. Adapun nilai koefisien alpha
cronbachyang dihasilkan dari seluruh sampel untuk masing-masing aspek sebesar
penerimaan diri = 0.93, hubungan positif dengan orang lain = 0.91, autonomi =
0.86, penguasaan lingkungan = 0.90, tujuan hidup = 0.90, pertumbuhan pribadi =
0.87
Hal ini membuktikan bahwa psychological well-being yang
dikembangkan oleh Ryff (1989) layak untuk digunakan karena memiliki
19
konsistensi internal yang dapat diterima ddan telah mengukur keenam dimensi
psychological well-being.
2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being
Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being, antara lain:
a. Stres Kerja
Penelitian S danChitra (2013), menemukan bahwa stres kerja memiliki
hubungan yang signifikan dengan psychological well-being. Dilaporkan
bahwa polisi wanita yang mengalami stress kerja akan menimbulkan
bahaya pekerjaan seperti, makan tidak tepat waktu, jam kerja yang
panjang, tidur tidak teratur, dll. Stres ini timbul terkait dengan datangnya
masa menstruasi, menghadapi sifat negatif dari rekan kerja, menghadapi
konflik dengan publik, dan ini mungkin akan cenderung mempengaruhi
kesejahteraan diri yang buruk.
b. Kepuasan Kerja
Penelitian yang dilakukan oleh (Yanez & Figueroa, 2011), menyatakan
bahwa terdapat hubungan antara kepuasan kerja dan psychological well-
being, bahwa karyawan yang bekerja di penjara yang merasa puas
terhadap pekerjaannya cenderung akan merasa baik psikologinya.
Dukungan organisasi mempengaruhi kepuasan dan kesejahteraan.Karena
analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan dan kesejahteraan
berkurang saat kurangnya dukungan dari organisasi.
20
c. Kecerdasan Emosi
Dalam penelitian Wong, Wong dan Chau (2001) menyimpulkan bahwa
individu yang memiliki kecerdasan emosi akan merasakan hubungan yang
lebih baik dengan orang lain, selain itu mereka juga merasakan bahwa
lebih mampu mengontrol lingkungan mereka karena mereka mampu
mengontrol emosi negatif yang mereka rasakan. Mampu mengontrol
emosi negatif dan lebih sering mengalami emosi positif, membuat mereka
memiliki psychological well-being yang lebih baik.
d. Work family-conflict
Parasuraman (2001) membagi psychological well-being dalam konteks
pekerjaan dan keluarga menjadi empat indikator; job satisfaction, career
satisfaction, family satisfaction dan life stress. Beberapa penilitian yang
dikutip oleh Parasuraman menemukan bahwa work-family conflict
berpengaruh pada menurunnya job satisfaction, buruknya penyesuaian
pernikahan, menurunnya kepuasan dalam hidup dan karir, dan
meningkatnya stres hidup.
e. Religiusitas
Hasil penilitian mengungkapkan bahwa efek positif dengan adanya
ketaatan beragama yang ditunjukkan pada penelitian sebelumnya secara
tidak langsung menyatakan bahwa tergantung pada peran masing-masing
dalam memperkuat kepercayaan agamanya. Dilaporkan bahwa individu
dengan kepercayaan beragama yang tinggi memiliki tingkat kepuasan
21
hidup dan kebahagiaan yang lebih baik, serta merasakan pengalaman
traumatik yang lebih rendah dalam hidupnya (Ellison, 1991).
f. Usia
Dalam (Ryff & Keyes, 1995) mengemukakan bahwa perbedaan usia
mempengaruhi perbedaan dimensi-dimensi psychological well-being. Di
dalam penelitiannya, menemukan bahwa dimensi penguasaan lingkungan
dan dimensi otonomi mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia,
terutama dari dewasa muda hingga dewasa madya. Dimensi hubungan
positif dengan orang lain juga mengalami peningkatan seiring
bertambahnya usia, penurunan ini terutama terjadi pada dewasa madya
hingga dewasa akhir.
g. Jenis kelamin
Penelitian (Ryff & Keyes, 1995) menemukan bahwa dibandingkan pria,
wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada hubungan yang positif
dengan orng lain dan dimensi pertumbuhan pribadi.
2.2 Stres Kerja
2.2.1 Definisi Stres Kerja
(Alves, 2005) memandang bahwa stres kerja mengacu pada respon fisik dan
emosional yang berbahaya apabila persyaratan yang ditetapkan oleh pekerjaan
tidak sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan pekerja. Hal ini
juga sesuai dengan definisi yang diutarakan oleh Ggriffiths dan Cox (dalam Bokti
& Thalib, 2009) menyakana bahwa stres kerja terjadi ketika individu merasa
22
tertekan dengan pekerjaan yang tidak sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan
yang dimilikinya.
Menurut (Parker & DeCotis, 1983) stres kerja merupakan kesadaran
individu atau perasaan disfungsi personal akibat kondisi yang dirasakan di tempat
kerja. Mereka menjelaskan bahwa perasaan tersebut adalah kesadaran subjektif
atas kesadaran emosional individu.
Stres adalah bagian aktivitas dari individu yang dilakukan setiap hari;
misalnya, siswa yang mengalami stres karena pelajaran yang tidak dapat
dikuasainya, ibu rumah tangga yang mengalami stres dalam mengelola urusan
rumah tangganya, begitu juga dengan pengusaha dan orang-orang yang bekerja
(Adenuga, 2015). Dari beberapa definisi diatas, peneliti memutuskan untuk
menggunakan definisi Parker dan DeCotis yaitu bahwa stres kerja merupakan
kesadaran individu atau perasaan disfungsi personal akibat kondisi yang dirasakan
di tempat kerja.Mereka menjelaskan bahwa perasaan tersebut adalah kesadaran
subjektif atas kesadaran emosional individu.
2.2.2 Aspek-Aspek Stres Kerja
(Chovwen, 2013)menyebutkan stres kerja menjadi dua bagian, yaitu:
1. Stress positif (eustress)
Eustress bersifat membangun dan progresif dalam diri yang tidak dapat
dihindari.Eustress adalah bentuk stres yang berasal dari peran di tempat
kerja yang membutuhkan kecerdasan karyawan dan mengembangkan
kemampuan mereka untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi.
23
2. Stress negatif (distress)
Stres negatif sifatnya adalah menghambat dan retrograsif di dalam
perusahaan. Distress membuat karyawan orang tidak produktif atau kontra
produktif dan hal ini menimbulkan sikap mudah tersinggung. Distress
berasal dari peran tempat kerja yang tidak efektif memanfaatkan
kemampuan pekerja atau melebihi kemampuan pekerja untuk mengatasi
dan menyesuaikan secara tepat.
Peneliti akan menggunakan distress atau stres negatif dalam mengukur
stres kerja pada penelitian ini, karena peneliti ingin melihat efek negatif dari
stres kerja yang dialami oleh subjek pada penelitian ini. Ada dua komponen
stres kerja yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan teori Parker dan
Decotiss
1. Tekanan Waktu
Tekanan waktu merupakan perasaan pada individu saat berada di bawah
tekanan yang substansial. Tekanan waktu ini merupakan persepsi dari
pekerja saat tidak mampu menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang
ditentukan.
2. Kecemasan
Kecemasan berkaitan dengan tegangan atau tekanan yang dialami oleh
pekerja yang disebabkan oleh syarat-syarat dari pekerjaan mereka.
Kecemasan adalah keadaan emosional yang tidak menyenangkan yang
memiliki konsekuensi adaptif dan maladaptif
24
2.3.2 Pengukuran Stres Kerja
Terdapat banyak penelitian mengenai stres kerja. Alat ukur yang digunakan
diantaranya sebagai berikut.
Pengukuran stres kerja yang digunakan untuk mengukur stress kerja pada
karyawan yaitu alat ukur dari Cavanaugh et al, (2000) yang telah dipergunakan
dibanyak penelitian diantaranya enelitian Liu, et al. dan Wallace, et al. (2009).
Skala ini menggukur dua dimensi yaitu challenge stressor dan hindrance stressor
yang terdiri dari 11 item. Alat ukur ini menggunakan empat alternatif jawaban.
Pengukuran stress juga pernah dikembangkan oleh House Rizzo (1972)
yang terdiri dari 17 item terbagi menjadi tiga sub skala yaitu job tension, somatic
tension, dan general fatigue & uncesiness. Alat ukur ini menggunakan tujuh
pilihan jawaban.Alat ukur ini berfokus pada gejala fisik yang mengalami stres.
Pada penelitian ini, pengukuran stres kerja didasarkan pada teori dan
konsep dari Parker dan DeCotiis (1983). Alat ukur stres kerja yang digunakan
adalah Job Stress Scales (JSS). Skalanya terdiri atas dua dimensi, yaitu tekanan
waktu dan kecemasan.Skala ini memiliki 13 item pernyataan yang bersifat
favorable.
Untuk mengukur stres kerja, penelitian ini menggunakan Job Stress Scales
(JSS) 1983.Alpha conbrach pada dimensi kecemasan sebesar 0.74 dan tekanan
waktu sebesar 0.86.
25
2.3 Kepuasan Kerja
2.3.1 Definisi Kepuasan Kerja
Definisi kepuasan kerja menurut (Robbins & Judge, 2013), merupakan suatu
perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari evaluasi
karakteristiknya.Pendapat ini serupa dengan definisi dari Odom et al.,(1990),
dikutip dari Kim et al.,(2004) yaitu yang menyatakan bahwa kepuasan kerja yaitu
sejauh mana seorang karyawan memandang pekerjaannya, baik positif maupun
negatif. Selain itu, menurut Rogelberg kepuasan kerja adalah keadaan emosional
yang menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian seseorang tentang
pekerjaan atau aspek pekerjaan seseorang (Nurfauziah, 2014). Menurut Wijono
(2010) kepuasan kerja adalah suatu perasaan menyenangkan, merupakan hasil
dari persepsi individu dalam rangka menyelesaikan tugas atau memenuhi
kebutuhannya untuk memperoleh nilai-nilai kerja yang penting bagi dirinya.
Spector (1997) menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai suatu
perasaan seseorang secara umum terhadap pekerjaan ataupun sebagai rangkaian
yang paling berhubungan dari sikap seseorang terhadap aspek pekerjaanya. Dan
menurut Arnett, Laverie dan McLane (2002) kepuasan kerja merupakan suatu
evaluasi afektif pada karyawan terhadap pekerjaannya.
Sedangkan Ivancevich (dalam Lumley, 2011) mendifinisikan kepuasan
kerja adalah individu yang merasa total dalam bekerja dan sikap yang mereka
miliki terhadap berbagai aspek pekerjaan mereka, serta sikap dan persepsi yang
akibatnya dapat mempengaruhi tingkat kesesuaian antara indiviu dan organisasi.
26
As’ad (2008) memandang bahwa setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan
yang berbeda-beda. Ini disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing
individu.Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan
keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang
dirasakannya, dan sebaliknya.
Dari beberapa definisi mengenai kepuasan kerja yang sudah dipaparkan,
maka peneliti memutuskan untuk menggunakan definisi kepuasan kerja dari
(Spector, 1997) yang menyatakan bahwa kepuasan kerja dianggap sebagai suatu
perasaan seseorang secara umum terhadap pekerjaan ataupun sebagai rangkaian
yang paling berhubungan dari sikap seseorang terhadap aspek pekerjaannya.
2.3.2 Aspek-Aspek Kepuasan Kerja
Spector (1997) mengemukakan Sembilan aspek yang sangat berpengaruh
terhadap kepuasan kerja seseorang, yaitu gaji, promosi, supervise, tunjangan,
penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan kerja, sifat pekerjaan dan
komunikasi.
1. Gaji (pay), yaitu kepuasan akan imbalan jasa berupa uang yang diterima
karyawan sesuai dengan beban yang telag ditanggungnya.
2. Promosi (promotion), yaitu kepuasan akan mendapatkan kesempatan bagi
karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan atau jabatan.
3. Atasan (supervision), yaitu kepuasan terhadap atasan langsung karyawan.
4. Tunjangan (gringe benefit), kepuasan akan jaminan sosial yang diberikan
perusahaan.
27
5. Penghargaan dari perusahaan (contingent reward), yaitu kepuasan
terhadap reward yang diberikan terhadap performa yang baik.
6. Prosedur kerja (operating condition), yaitu kepuasan terhadap peraturan
dan prosedur perusahaan.
7. Rekan kerja (cowokers), yaitu kepuasan terhadap rekan kerja, seberapa
jauh kesesuaian yang dirasakan ketika berinteraksi dengan rekan kerja.
8. Sifat pekerjaan (nature of work), yaitu kepuasan terhadap tipe pekerjaan
yang dilakukan, yaitu karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang akan
dilaksanakan oleh seorang karyawan memang sesuai dan menyenangkan.
9. Komunikasi (communication), yaitu kepuasan dan komunikasi yang
terjalin dalam perusahaan.
2.3.3 Pengukuran Kepuasan Kerja
Peneliti memperoleh beberapa instrument penelitian untuk mengukur kepuasan
kerja, diantaranya yaitu:
1. Kepuasan kerja dala penelitian ini akan diukur dengan menggunakan The Job
Satisfaction Survey (JSS) oleh Spector, 1985 dalam (Spector, 1997). The Job
Satisfaction Survey (JSS) menilai Sembilan aspek kepuasan kerja, serta
kepuasan secara keseluruhan. Skala JSS berisi 36 item menggunakan format
skala rating yang dijumlahkan. JSS merupakan format yang paling popular
untuk skala keuasan kerja. JSS dibuat secara relative mudah untuk
dimodifikasi. Setiap aspek berisi empat item, dan skor kepuasan total dapat
dihitung dengan menggabungkan seua item.
28
2. The Job Descriptive Index (JDI) oleh Smith, Kendall dan Hullin, 1969 dalam
(Spector, 1997). JDI merupakan skala yang paling popular dikalangan
organisasi, serta memiliki konten dan validitas yang baik. JDI mengukur
kepuasan kerja dengan lima dimensi work, pay, promotion, supervision, and
cowoker.
3. The Minnesota Satisfction Questionnaire (MSQ) oleh Weiss dkk, 1967 dalam
(Spector, 1997). Alat ukur Minnesta Satisfaction Questionnaire (MSQ)
dirancag untuk mengukur kepuasan kerja pada pekerjaan khusus karyawan.
MSQ terdiri dari 100 item instrument. MSQ mengukur tingkat kepuasan kerja
berdasarkan 20 dimensi yang berbeda, dengan lima pernyataan pada setiap
dimensi.
4. The Job Diagnostics Survey (JDS) oleh Hackman dan Oldham, 1975 dalam
(Spector, 1997). JDS merupakan alat ukur yang mengukur kepuasan kerja
berdasarkan empat aspek, yaitu: growth, pay, security, social, supervisor,
general.
Kepuasan kerja dalam penelitian ini akan diukur dengan menggunakan
Job Satisfaction Survey (JSS) dalam (Spector, 1997). Job Satsfaction Survey
ini digunakan karena merupakan alat ukur kepuasan kerja yang popular, dapat
dimodifikasi dan memungkinkan perhitungan skor total dengan
mengkombinasikan seluruh item.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian ini adalah Job Satisfaction Survey
(JSS) 1997.Dengan Alpha cronbach pada gaji sebesar 0.75, promosi sebesar 0.73,
29
atasansebesar 0.82, tunjangan 0.73, penghargaan dari perusahaan sebesar 0.76,
posedur kerja sebesar 0.62, rekan kerja sebesar 0.60, pekerjaan itu sendiri sebesar
0.78, dan komunikasi sebesar 0.71.
2.4 Kerangka Berpikir
Psychological well-being sebagai kondisi individu yang memiliki sikap positif
terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur
tingkah lakunya sendiri, menciptakan dan mengatur lingkungan yang
kompatibel dengan kebutuhan, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup
lebih bermakna, sertaberusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya
(Ryff, 1989).
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi psychological well-being
adalah stres kerja. Stres kerja merupakan kesadaran individu atau perasaan
disfungsi personal akibat kondisi yang dirasakan di tempat kerja.Mereka
menjelaskan bahwa perasaan tersebut adalah kesadaran subjektif atas
kesadaran emosional individu.
Dalam penelitian ini variabel stres kerja menggunakan aspek
dariParker dan Decotiss (1983) yang terdiri dari dua aspek, yaitu: tekanan
waktu, dan kecemasan. Kedua aspek tersebut mempengaruhi psychological
well-being pekerja, seperti pekerja yanag bekerja dibawah tekanan waktu,
pekerja yang berada pada situasi ini akan merasa tidak nyaman ketika
melakukan pekerjaannya. Tekanan waktu ini merupakan persepsi dari pekerja
saat tidak mampumenyelesaikan pekerjaan pada waktu yang ditentukan, dan
30
hal ini akan mempengaruhi psychological well-being pekerja. Selanjutnya,
pekerja yang mengalami kecemasan, kecemasan berkaitan dengan tegangan
atau tekanan yang dialami oleh pekerja yang disebabkan oleh syarat-syarat
dari pekerjaan mereka.Semakin pekerja merasa cemas, maka kontribusi yang
dilakukan pekerja saat melaksanakan tugasnya tidak maksimal dan ini akan
berdampak pada psychological well-beingnya.
Selanjutnya, variabel yang mempengaruhi psychological well-being
adalah kepuasan kerja. Menurut Spector (1997) yang menyatakan bahwa
kepuasan kerja dianggap sebagai suatu perasaan seseorang secara umum
terhadap pekerjaan ataupun sebagai rangkaian yang paling berhubungan dari
sikap seseorang terhadap aspek pekerjaannya.
Terdapat sembilan aspek pada kepuasan kerja, yaitu gaji, promosi,
supervisi, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan
kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi. Terkait dengan sembilan aspek diatas,
maka kerangka berfikir dibuat sebagai berikut: pertama, gaji merupakan
kepuasan imbalan jasa berupa uang yang diterima pekerja sesuai dengan
beban yag telah ditanggungnya. Apabila gaji yang diterimanya, sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukannya maka psychological well-being pekerja juga
akan meningkat.
Dimensi kedua adalah promosi, kepuasan akan mendapatkan
kesempatan bagi karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan
atau jabatan. Apabila kinerja pekerja baik, dan perusahaan akan memberikan
31
promosi, hal ini juga akan berdampak pada psychological well-being pekerja.
Ketiga, supervisi adalah kepuasan terhadap atasan langsung dengan pekerja,
apabila hubungan atasan dan bawahan berjalan baik akan meningkatkan
psychological well-being pekerja.
Dimensi keempat adalah tunjangan, kepuasan akan jaminan sosial
yang diberikan perusahaan, dan ini juga berdamak pada psychological well-
being pekerja. Dimensi kelima yaitu penghargaan dari perusahaan, yaitu
kepuasan terhadap reward yang diberikan terhadap performa yang baik.
Apabila perusahaan sering memberikan reward pada pekerja terbaik, hal ini
akan menjadi rangsangan yang baik pula untuk para pekerja untuk berkerja
lebih baik lagi.
Dimensi keenam adalah prosedur kerja, yaitu kepuasan terhadap
peraturan dan prosedur perusahaan. Peraturan dan prosedur perusahaan,
akanmenjadi kepuasan para pekerja apabila dijalani dengan baik. Dimensi
ketujuh adalah rekan kerja, kepuasan terhadap rekan kerja, seberapa jauh
kesesuaian yang dirasakan ketika berinteraksi dengan rekan kerja. Semakin
baik hubungan antara teman kerja makan semakin tinggi tingkat
psychological well-being pekerja.
Dimensi ke delapan, sifat pekerjaan yaitu kepuasan terhadap tipe
pekerjaan yang dilakukan, yaitu karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang
akan dilaksanakan oleh seorang karyawan memang sesuai dan menyenangkan,
dan dapat mempengaruhi psychological well-being pekerja. Dimensi ke
32
sembilan, komunikasi yaitu kepuasan dan komunikasi yang terjalin dalam
perusahaan. Komunikasi merupakan salah satu dimensi yang penting,
komunikasi antara atasan, bawahan ataupun teman kerja adalah menjadi
komponen yang harus dijaga dengan baik karena hal ini akan mempengaruhi
psycholoycal well-being pada pekerja.
Dari penjelasan di atas, maka kerangka berpikir penelitian ini dapat
digambarkan dalam skema berikut ini:
2.4.1 Ilustrasi Kerangka Berpikir
Kecemasan
Tekanan Waktu
Gaji
Promosi
Supervisi
Tunjangan Penghargaan dari
Perusahaan Prosedur Pekerjaan
Rekan Kerja
Sifat Pekerjaan
Komunikasi
Stres Kerja
Kepuasan Kerja
Psychological Well-Being
33
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teori di atas, peneliti merumuskan hipotesis penelitian. Hipotesis
yang akan diuji dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis mayor dan minor, yaitu
sebagai berikut:
2.5.1 Hipotesis Mayor
Ada pengaruh yang signifikan stres kerja (kecemasan dan tekanan waktu) dan kepuasan
kerja (gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan perusahaan, prosedur, kerja, rekan
kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi) terhadap psychological well-being.
2.5.2 Hipotesis Minor
H1 : Terdapat pengaruh yang signifikan kecemasan aspek stres kerja
terhadap psychological well-being.
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan tekanan waktu aspek stres kerja
terhadap psychological well-being.
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan gaji aspek kepuasan kerja terhadap
psychological well-being.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan promosi aspek kepuasan kerja
terhadap psychological well-being.
H5 : Terdapat pengaruh yang signifikan supervisi aspek kepuasan kerja
terhadap psychological well-being.
H6 : Terdapat pengaruh yang signifikan tunjangan aspek kepuasan kerja
terhadap psychological well-being.
34
H7 : Terdapat pengaruh yang signifikan penghargaan dari perusahan aspek
kepuasan kerja terhadap psychological well-being.
H8 : Terdapat pengaruh yang signifikan prosedur perusahaan aspek
kepuasan kerja terhadap psychological well-being.
H9 : Terdapat pengaruh yang signifikan rekan kerja aspek kepuasan kerja
terhadap psychological well-being.
H10 : Terdapat pengaruh yang signifikan sifat pekerjaan aspek kepuasan
kerja terhadap psychological well-being.
H11 : Terdapat pengaruh yang signifikan komunikasi aspek kepuasan kerja
terhadap psychological well-being.
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling
Populasi dalam penelitian ini adalah polisi wanita yang sudah menikah dan memiliki
anak. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanayak 153. Dalam penelitian
ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik convenience sampling
yang tergolong dalam teknik non probabilty sampling. Teknik ini peneliti pilih karena
proses pengambilan data tidak dilakukan secara langsung oleh peneliti melainkan
melalui salah satu pegawai yang telah diberikan tugas. Dalam hal ini juga didasarkan
dengan pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga dan menyesuaikan dengan
kebijakan instansi terkait.
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
variabel psychological well-being sebagai variabel terikat (dependent variable) dan
stres kerja sebagai variable bebas (independent variable) pertama, dan kepuasan kerja
sebagai variabel bebas (independent variable) kedua.
Adapun definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Psychological Well-Being
Psychological Well-being adalah sebuah kondisi dimana individu mampu
menerima diri apa adanya, memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan
orang lain, dapat membuat keputusan sendiri dan mengatur tingkah lakunya
36
sendiri, juga dapat menciptakan dan mengatur lingkungan yang sesuai dengan
kebutuhannya, memiliki tujuan hidup sehingga membuat hidup yang lebih
bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.
Psychological well-being diukur dengan menggunakan skala Ryff Scales
Psychological Well-being. Dimensi dari psychological well-being ada 6 yaitu:
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan
lingkungan, tujuan hidup dan perkembangan pribadi.
2. Stres Kerja
Menurut Parker dan DeCotis (1983) stres kerja kondisi yang dirasakan di tempat
kerja, yang tersusun atas 2 dimensi. Kedua stres kerja tersebut adalah:
a. Kecemasan
Kecemasan berkaitan dengan tegangan atau tekanan yang dialami oleh
pekerja yang disebabkan oleh syarat-syarat dari pekerjaan mereka.
b. Tekanan Waktu
Tekanan waktu merupakan perasaan pada individu saat berada di bawah
tekanan, tekanan waktu ini merupakan persepsi dari pekerja saat tidak
mampu menyelesaikan pekerjaan pada waktu yang ditentukan.
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja yang dimaksud adalah suatu pandangan positif individu terhadap
perkerjaannya, yang tersusun dari sembilan dimensi kepuasan kerja (Spector,
1997). Kesembilan dimensi tersebut adalah:
37
a. Gaji (pay), yaitu kepuasan akan imbalan jasa berupa uang yang diterima
karyawan sesuai dengan beban yang telah ditanggungnya.
b. Promosi (promotion), yaitu kepuasan akan mendapatkan kesempatan bagi
karyawan untuk tumbuh dan berkembang dalam pekerjaan atau jabatan.
c. Atasan (supervision), yaitu kepuasan terhadap atasan langsung karyawan.
d. Tunjangan (gringe benefit), kepuasan akan jaminan sosial yang diberikan
perusahaan.
e. Penghargaan dari perusahaan (contingent reward), yaitu kepuasan
terhadap reward yang diberikan terhadap performa yang baik.
f. Prosedur kerja (operating condition), yaitu kepuasan terhadap peraturan
dan prosedur perusahaan.
g. Rekan kerja (cowokers), yaitu kepuasan terhadap rekan kerja, seberapa
jauh kesesuaian yang dirasakan ketika berinteraksi dengan rekan kerja.
h. Sifat pekerjaan (nature of work), yaitu kepuasan terhadap tipe pekerjaan
yang dilakukan, yaitu karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang akan
dilaksanakan oleh seorang karyawan memang sesuai dan menyenangkan.
i. Komunikasi (communication), yaitu kepuasan dan komunikasi yang
terjalin dalam perusahaan.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk
kuesioner dengan menggunakan skala likert yang memiliki rentangan yang berbeda-
beda sesuai dengan skala yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.
38
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga alat ukur
dan penilaian item pada ketiga alat ukur adalah sebagai berikut:
a. SS, apabila subjek merasa sangat sesuai atas pernyataan yang diberikan.
b. S, apabila subjek merasa sesuai atas pernyataan yang diberikan.
c. TS, apabila subjek merasa tidak sesuai atas pernyataan yang diberikan.
d. STS, apabila subjek merasa sangat tidak sesuai atas pernyataan yang diberikan.
Dalam kuesioner penelitian ini tidak ada jawaban yang dianggap paling benar
atau paling salah. Cara menjawabnya yaitu dengan memberikan tanda checklist (V)
pada salah satu alternatif pilihan jawaban.
3.3.1 Alat Ukur Psychological Well-Being
Psychological well-being dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan adaptasi
dari Ryff Scales Psychological Well-being yang disusun oleh Carol D. Ryff. Skala ini
mengukur 6 dimensi dari psychological well-being yaitu: penerimaan diri (self
acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others),
otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental mastery), tujuan hidup
(purpose in life) dan perkembangan pribadi (personal growth). Skala ini terdiri dari
48 item dengan model skala likert yang menyediakan empat pilhan jawaban dengan
bobot nilai dari 1 sampai 4.
39
Table 3.1
Blue Print Skala Psychological Well-Being
*Nomor item reversable
3.3.2 Alat Ukur Stres kerja
Pada penelitian ini, pengukuran stres kerja didasarkan pada teori dan konsep dari
Parker dan DeCotiis (1983). Alat ukur stres kerja yang digunakan adalah Job Stress
Scales (JSS). Skalanya terdiri atas dua dimensi, yaitu tekanan waktu dan
kecemasan.Skala ini memiliki 13 item pernyataan yang bersifat favorable.
No. Dimensi Indikator Nomor item Jumlah item Contoh item
1. Penerimaan diri
Mampu menerima diri sendiri dengan baik.
6, 12, 18 dan 24
4 Secara umum saya merupakan pribadi yang percaya diri dan positif tentang diri saya.
2. Hubungan positif dengan orang lain
Mampu memiliki hubungan yang positif dengan orang lain.
4, 10, 16, dan 22
4 Saya menikmati percakapan pribadi dengan anggota keluarga dan teman-teman
3. Otonomi Mampu membuat keputusan sendiri.
1, 7, 13 dan 19
4 Keputusan saya biasanya tidak dipengaruhi oleh apa yang orang lain lakukan
4. Penguasaan lingkungan
Mampu menciptakan dan mengatur lingkungan sesuai dengan kebutuhannya.
2, 8*, 14 dan 20*
4 Secara umum, saya merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang saya alami
5. Tujuan Hidup Mampu memiliki tujuan hidup yang terarah dan bermakna.
5, 11, 17 dan 23*
4 Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan berusaha mewujudkannya
6. Pertumbuhan Pribadi
Mampu menjelajahi potensi diri dan mengembangkannya.
3, 9, 15 dan 21
4 Menurut saya penting memiliki pengalaman baru yang menantang saya untuk berpikir tentang diri sendiri dan dunia
Total 24 Item
40
Table 3.2
Blue Print Skala Stress Kerja
*Nomor item reversable
3.3.3 Alat Ukur Kepuasan Kerja
Skala yang digunakan adalah alat ukur job satisfaction survey (JSS) yang dibuat oleh
Spector tahun 1985 dalam (Spector, 1997). Skala terdiri dari 36 item dari 9 aspek
kepuasan kerja, yaitu: gaji (pay), promosi (promotion), atasan (supervise), tunjangan
(fringe benefits), penghargaan dari perusahaan (contingent reward), prosedur kerja
(operating condition), rekan kerja (co-wokers), pekerjaan itu sendiri (nature of
work), dan komunikasi (communication). Adapun blue print skala kepuasan kerja
sebagai berikut.
No. Dimensi Indikator Nomor item Jumlah item Contoh item
1. Tekanan Waktu
• Waktu yang digunakan untuk bekerja menghalangi kegiatan lain
• Jumlah pekerjaan dan waktu yang dimiliki tidak sesuai tuntutan pekerjaan membuaut lelah
2, 4, 5, 6, 9, 10, dan 12
7 Bekerja disni membuat saya sullit menghabiskan waktu dengan keluarga
2. Kecemasan • Perasaan yang terjadi ketika bekerja
• Pekerjaan tidak sesuai seharusnya
1, 3, 7, 8, 11, dan 13
6 Saya merasa gelisah atau gugup karena pekerjaan saya
Total 13 Item
41
Table 3.3
Blue Print Skala Kepuasan Kerja
No. Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah Item
Contoh item
1. Gaji • Kepuasan akan gaji • kepuasan akan
kenaikan gaji
1, 2*, 3*, 4 4 • saya merasa telah digaji sesuai dengan apa yang saya kerjakan
2. Promosi • Kepuasan akan adanya peluang untuk dipromosikan
5*, 6, 7, 8 4 • Kesempatan untuk naik jabatan saya sangat kecil
3. Atasan • Kepuasan akan atasannya langsung
9, 10*, 11*, 12
4 • Atasan saya sangat kompeten dalam melakukan pekerjaannya
4. Tunjangan • Kepuasan akan tunjangan
13*, 14, 15. 16*
4 • Saya tidak puas dengan tunjangan yang saya terima
5. Penghargaan dari perusahaan
• Kepuasan akan penghargaan (tidak selalu moneter) yang diberikan untuk kinerja yang baik
17, 18*, 19, 20*
4 • Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan tidak dihargai
6. Prosedur kerja
• Kepuasan akan peraturan dan prosedur
21*, 22, 23*, 24
4 • Saya memiliki banyak pekerjaan di tempat kerja
7. Rekan kerja • Kepuasan akan rekan kerjanya
25, 26*, 27, 28*
4 • Saya menyukai orang-orang yang bekerja bersama saya
8. Pekerjaan itu sendiri
• Kepuasan akan jenis pekerjaan yang dilakukan
29*, 30, 31, 32
4 • Terkadang saya merasa pekerjaan saya tidak berarti
9. Komunikasi • Kepuasan akan berkomunikasi di dalam organisasinya
33, 34*, 35*, 36*
4 • Komunikasi diperusahaan ini berjalan cukup baik
Total 36 *Nomor item reversible
42
3.4 Uji Validitas Konstruk
Sebelum melakukanan alisis data, penulis melakukan pengujian terhadap validitas
instrument yang dipakai.Untuk menguji validitas konstruk alat ukur yang digunakan
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Confirmatory Faktor Analysis (CFA).
Sebagai prosedur konfirmasi, CFA merupakan metode untuk menilai validitas
konstrukpengukuran,bukan sarana untuk pengurangan data. Validitas konstruk
didukung jika struktur factor skala konsisten dengan konstruksi instrumen yang akan
diukur. Konfirmasi hipotesis struktur faktor yang paling memadai adalah dengan
teknik analisis faktor konfirmatori. Dalam analisis faktor konfirmatori,struktur factor
secara eksplisit dihipotesiskan dan diuji untuk cocok dengan struktur kovarians dari
variable yang diukur. Pendekatan ini juga memungkinkan untuk menguji model fit
faktor. Meskipun pendekatan ini berguna untuk konfirmasi teori, prosedur CFA
memberikan pedoman untuk "model pemangkasan" atau model modifikasi, yang
dapat menunjukkan perubahan dalam struktur faktoryang diusulkan. Dengan
demikian,prosedur konfirmasi dapat digunakan untuk merevisi dan menyempurnakan
instrument dan struktur faktorial mereka (Floyd &Widaman, 1995). Adapun logika
dari CFA menurut Umar (dalam Alawiyah, 2010):
1. Lakukan uji CFA dengan model satu faktor, lihat nilai P-value yang dihasilkan.
Jika P-value tidak signifikan (P> 0,05), maka item hanya mengukur satu faktor saja,
tetapi jika P-value yang dihasilkan signifikan (P< 0,05) maka perlu dilakukan uji
sesuai langkah berikutnya.
43
2. Jika P-value signifikan (P<0,05) maka dilakukan modifikasi model pengukuran
dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini
terjadi saat suatu item selain mengukur konstruk ingin diukur, tetapi item ini juga
mengukur lebih dari satu konstruk atau multidimensional. Setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi maka akan diperoleh model yang fit,
maka model yang terakhir inilah yang digunakan pada langkah selanjutnya.
3. Jika telah diperoleh model yang fit, maka analisis item dilanjutkan dengan melihat
apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai koefisien yang positif.
Untuk melihat signifakan atau tidaknya item tersebut dalam pengukuran faktor ini,
yaitu dengan cara melihat nilai dari T-value dan koefisien muatan faktor tersebut. Jika
T-value> 1,96 maka item tersebut signifikan dan tidak akan di-drop dan begitu pula
sebaliknya.
4. Selain itu, juga perlu dilihat apakah ada item yang muatan faktornya negatif.
Dalam hal ini jika ada item pernyataan yang negatif, maka saat penskoran pada item
tersebut, arah skornya diubah menjadi positif. Jika setelah diubah arah skornya masih
terdapat item dengan muatan faktor negatif maka item tersebut akan di-drop.
5. Selanjutya, yaitu melihat kesalahan pengukuran yang berkorelasi. Apabila
menemukan item dengan banyak kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan
banyak item lain, maka hal ini berarti item tersebut selain mengukur satu hal, juga
mengukur hal lainnya, sehingga item seperti ini juga dapat di-drop karena bersifat
multidimensional yang sangat kompleks.
44
6. Setelah melakukan modifikasi terhadap model, maka dilakukan olah data untuk
mendapatkan faktor skornya. Olah data dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0
dengan ketentuan tidak mengikut sertakan skor mentah dari item yang sudah di drop.
7. Setelah proses mendapatkan faktor skor dilakukan, kemudian ditransform dalam
skala T-score (true score) dengan menggunakan formula berikut:
Rumus 3.1
T-score = 50 + (10* F-score)
Faktor skor yang masih mengandung angka negatif harus ditransform menjadi true
score dengan mean = 50 dan standard deviation (SD) = 10
8. Setelah diperoleh true score (T-score) dari masing-masing variabel, maka
dilakukan analisis regresi. Dalam penulisan ini menggunakan analisis regresi
berganda (multiple regression analysis).
3.4.1 Uji Validitas Psychological Well-Being
Pada uji validitas konstruk Psychological Well-Being, peneliti menguji apakah 24
item bersifat unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya
mengukur Psychological Well-Being. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 2096.19, df = 252,
P-value = 0.00000, RMSEA = 0.219. Setelah melakukan 129 kali modifikasi terhadap
model, kesalahan pengukuran pada beberapaitem dibebaskan berkorelasi
satusamalainnya,maka diperoleh model fit dengan Chi-Square = 145.47, df = 123, P-
value = 0.08144,dan RMSEA = 0.035. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05
(tidaksignifikan), yang artinya model dengan satu factor (unidimensional) dapat
45
diterimadi mana seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu Psychological Well-
Being.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatanfaktor untuk item
pengukuranorientasi layanan, seperti padatabel 3.5 berikut:
Tabel 3.4 Muatan Faktor Psychological Well-Being
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Item Koefisien Faktor Loading St. Error T-Value Signifikan
1 0.04 0.09 0.43 2 0.66 0.08 8.64 3 -0.39 0.08 -4.62 4 0.85 0.07 11.66 5 0.61 0.08 7.70 6 0.03 0.08 0.41 7 0.44 0.08 5.55 8 0.60 0.08 7.56 9 0.61 0.08 7.66
10 0.73 0.07 9.85 11 0.15 0.08 1.89 12 0.26 0.08 3.25 13 -0.34 0.09 -3.98 14 0.67 0.08 8.68 15 0.61 0.08 7.61 16 0.84 0.07 11.68 17 0.31 0.08 3.83 18 -0.01 0.08 -0.12 19 0.35 0.08 4.49 20 0.29 0.08 3.64 21 0.70 0.70 9.48 22 -0.16 0.08 -2.00 23 0.42 0.08 5.28 24 0.48 0.08 6.04
46
Pada tabel 3.4 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, kecuali pada item 1, 3, 6, 11, 13, 18, dan 22. Item dikatakan
signifikan karena memiliki koefisien muatan faktor yang positif dan nilai t-value >
1.96 yang artinya item-item tersebut benar mengukur Psychological Well-Being.
Sedangkan pada item 1, 3, 6, 11, 13, 18, dan 22 tidak memenuhi syarat signifikan
sehingga harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam pengolahan selanjutnya.
3.4.2.1 Uji validitas Kecemasan
Pada uji validitas konstruk kecemasan, peneliti menguji apakah 6 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
kecemasan. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 101.95, df = 9, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.261. Setelah melakukan 4 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 1.40, df = 4, P-value = 0.84394, dan RMSEA = 0.000. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu factor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu kecemasan.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
47
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
kecemasan, seperti padatabel 3.5 berikut:
Tabel 3.5 Muatan Faktor Kecemasan
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada tabel 3.5 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur kecemasan.
3.4.2.2 Uji validitas tekanan waktu
Pada uji validitas konstruk tekanan waktu, peneliti menguji apakah 7 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
tekanan waktu. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 74.82, df = 14, P-value = 0.00000, RMSEA =
0.169. Setelah melakukan 6 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 9.15, df = 8, P-value = 0.33013, dan RMSEA = 0.031. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.87 0.07 12.59 √ Item2 0.78 0.07 10.92 √ Item3 0.82 0.07 11.82 √ Item 4 0.56 0.08 7.06 √ Item 5 0.51 0.08 6.38 √ Item6 0.70 0.08 9.06 √
48
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu tekanan waktu.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item tekanan
waktu, seperti padatabel 3.6 berikut:
Tabel 3.6 Muatan Faktor Tekanan Waktu
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Padata table 3.6 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur tekanan waktu.
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item 1 0.78 0.07 11.11 √ Item 2 0.77 0.07 11.09 √ Item 3 0.92 0.06 14.40 √ Item 4 0.72 0.07 10.06 √ Item 5 0.86 0.07 13.05 √ Item 6
0.78 0.07 10.92 √
Item 7
0.40 0.08 4.76 √
49
3.4.3.1 Uji validitas gaji
Pada uji validitas konstruk gaji, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur gaji.
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 20.15, df = 2, P-value = 0.00004, RMSEA = 0.244. Setelah
melakukan 1 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 1.08, df = 1, P-value = 0.29867, dan RMSEA = 0.023. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu gaji.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
gaji, seperti padatabel 3.7 berikut
50
Tabel 3.7 Muatan Faktor Gaji
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table 3.7 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur gaji.
3.4.3.2 Uji validitas promosi
Pada uji validitas konstruk promosi peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
promosi. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.82, df = 2, P-value = 0.66426, RMSEA =
0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya
model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item
mengukur satu faktor sajayaitu promosi.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat nilai t
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.72 0.08 9.28 √ Item2 0.88 0.08 10.67 √ Item3 0.63 0.08 7.94 √ Item 4 0.76 0.09 8.70 √
51
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
promosi, seperti pada tabel 3.8 berikut:
Tabel 3.8 Muatan Faktor Promosi
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Padatabel3.8 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur promosi.
3.4.3.3 Uji validitas atasan
Pada uji validitas konstruk atasan, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur atasan.
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 55.34, df = 2, P-value = 0.00000, RMSEA = 0.419. Setelah
melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.17 0.08 2.07 √ Item2 1.01 0.09 10.80 √ Item3 0.77 0.09 8.69 √ Item 4 0.38 0.08 4.58 √
52
faktor (unidimensional) dapat diterimadi manaseluruh item mengukur satu faktor saja
yaitu atasan.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut
perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran atasan, sepesarti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9 Muatan Faktor Atasan
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table 3.9 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur atasan.
3.4.3.4 Uji validitas tunjangan
Pada uji validitas konstruk tunjangan, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur atasan.
Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item 1 0.85 0.10 8.87 √ Item 2 0.39 0.09 4.36 √ Item 3 0.46 0.09 5.33 √ Item 4 0.77 0.09 8.26 √
53
Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak
fit, dengan Chi-Square = 7.18, df = 2, P-value = 0.02760, RMSEA = 0.131. Setelah
melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada beberapa
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit dengan Chi-
Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, dan RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square
menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model dengan satu
faktor (unidimensional) dapat diterima dimana seluruh item mengukur satu faktor
saja yaitu tunjangan.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (H0) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
tunjangan, seperti pada tabel 3.10 berikut:
Tabel 3.10 Muatan Faktor Tunjangan
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.47 0.09 5.47 √ Item2 0.67 0.09 7.36 √ Item3 0.87 0.11 8.08 √ Item 4 1.02 0.10 10.06 √
54
Pada tabel 3.10 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur tunjangan.
3.4.3.5 Uji validitas penghargaan dari perusahaan
Pada uji validitas konstruk penghargaan dari perusahaan, peneliti menguji apakah 4
item bersifat unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya
mengukur orientasi layanan. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 34.18, df = 2, P-value = 0.00000,
dan RMSEA = 0.325. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 0.00, df = 0, P-value = 1.00000, dan
RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan),
yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu penghargaan dari perusahaan.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut
perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
55
pengukuran penghargaan dari perusahaan, seperti pada tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.11 Muatan Faktor Penghargaan Dari Perusahaan
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Padatabel3.9 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur penghargaan dari perusahaan.
3.4.3.6 Uji validitas prosedur kerja
Pada uji validitas konstruk prosedur kerja, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
orientasi layanan. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 13.01, df = 2, P-value = 0.00149,
RMSEA = 0.190. Setelah melakukan 1 kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 1.34, df = 1, P-value = 0.24748, dan
RMSEA=0.047. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan),
yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima dimana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu prosedur kerja.
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item 1 0.57 0.09 6.54 √ Item 2 0.93 0.09 10.43 √ Item 3 0.58 0.08 6.91 √ Item 4 0.66 0.09 7.73 √
56
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
prosedur kerja, seperti pada tabel 3.8 berikut::
Tabel 3.12 Muatan Faktor Prosedur Kerja
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada tabel 3.12 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur prosedur kerja.
3.4.3.7 Uji validitas rekan kerja
Pada uji validitas konstruk rekan kerja, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur rekan
kerja. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor, ternyata
tidak fit, dengan Chi-Square = 11.75, df = 2, P-value = 0.00280, RMSEA = 0.179.
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item 1 0.60 0.08 7.63 √ Item 2 0.61 0.08 7.71 √ Item 3 0.98 0.07 13.43 √ Item 4 0.77 0.08 10.02 √
57
Setelah melakukan 1kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran pada
beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit
dengan Chi-Square = 0.58, df = 1, P-value = 0.44451 dan RMSEA = 0.000. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan), yang artinya model
dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterimadi manaseluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu rekan kerja.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur
faktor yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut
perlu untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho)
tentang koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan denga nmelihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan
melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item
tersebut signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item
pengukuran rekan kerja, seperti pada tabel 3.13 berikut:
Tabel 3.13 Muatan Faktor Rekan Kerja
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Padata bel3.13 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan, kecuali pada item 4. Item dikatakan signifikan karena memiliki
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.39 0.16 2.39 √ Item2 1.18 0.44 2.70 √ Item3 0.26 0.12 2.17 √ Item 4 0.26 0.12 -2.02 X
58
koefisien muatan faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item
tersebut benar mengukur orientasi layanan. Sedangkan pada item 4 tidak memenuhi
syarat signifikan sehingga harus di-drop dan tidak diikutsertakan dalam pengolahan
selanjutnya.
3.4.3.8 Uji validitas sifat pekerjaan
Pada uji validitas konstruk sifat pekerjaan, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
pekerjaan itu sendiri. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu
faktor, ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 18.45, df = 2, P-value = 0.00010,
RMSEA = 0.233. Setelah melakukan 2 kali modifikasi terhadap model, kesalahan
pengukuran pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka
diperoleh model fit dengan Chi-Square = 202.02, df = 0, P-value = 1.00000, dan
RMSEA = 0.000. Nilai Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidak signifikan),
yang artinya model dengan satu factor (unidimensional) dapat diterima di mana
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu sifat pekerjaan.
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan factor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t
bagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
59
sifat pekerjaan, seperti pada tabel 3.14 berikut:
Tabel 3.14 Muatan Faktor Sifat Pekerjaan
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table 3.12 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur sifat pekerjaan.
3.4.3.9 Uji validitas komunikasi
Pada uji validitas konstruk komunikasi, peneliti menguji apakah 4 item bersifat
unidimensional, yang artinya item-item tersebut benar-benar hanya mengukur
komunikasi. Berdasarkan analisis CFA yang dilakukan dengan model satu faktor,
ternyata tidak fit, dengan Chi-Square = 17.31, df = 2, P-value = 0.00017, RMSEA =
0.224. Setelah melakukan 1 kali modifikasi terhadap model, kesalahan pengukuran
pada beberapa item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model
fit dengan Chi-Square = 0.76, df = 1, P-value = 0.38284 dan RMSEA = 0.000. Nilai
Chi-Square menghasilkan P-value > 0,05 (tidaksignifikan), yang artinya model
dengan satu factor (unidimensional) dapat diterima di mana seluruh item mengukur
satu faktor saja yaitu komunikasi.
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.59 0.10 6.07 √ Item2 0.71 0.10 6.79 √ Item3 0.59 0.10 6.03 √ Item 4 0.93 0.18 5.04 √
60
Selanjutnya adalah melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur atau tidak, sekaligus menentukkan apakah item tersebut perlu
untuk di-drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil (Ho) tentang
koefisien muatan faktor dari item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai
tbagi setiap koefisien muatan faktor dari item. Pengujian dilakukan dengan melihat
nilai t bagi setiap koefisien muatan faktor. Jika nilai t > 1,96 artinya item tersebut
signifikan dan sebaliknya. Adapun koefisien muatan faktor untuk item pengukuran
komunikasi, seperti pada tabel 3.15 berikut:
Tabel 3.15 Muatan Faktor Komunikasi
Keterangan: tanda√= signifikan(t >1,96); X=tidak signifikan
Pada table 3.13 menunjukkan muatan faktor (lambda) dan t-value setiap item
dikatakan signifikan. Item dikatakan signifikan karena memiliki koefisien muatan
faktor yang positif dan nilai t-value > 1.96 yang artinya item-item tersebut benar
mengukur komunikasi.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis data pada penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda
(Multiple Regression Analysis). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk
menentukan ketepatan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
No. Koefisien StandarErorr Nilait Signifikan Item1 0.49 0.07 9.52 √ Item2 0.83 0.07 12.12 √ Item3 0.98 0.08 15.77
√
Item 4 0.52 0.04 6.77 √
61
dari independent variabel (IV), yaitustreskerja (kecemasa dan tekananwaktu) dan
kepuasan kerja (gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan,
prosedur kerja, rekan kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi) terhadap dependent
variabel (DV) yaitu psychological well-being.
Teknik regresi berganda ini merupakan metode statistika yang digunakan
untuk membentuk model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y)
dengan lebih dari satu variabel bebas (independent; predictor; X). Pada penelitian ini,
IV sebanyak 11 buah, sedangkan DV sebanyak 1 buah sehingga susunan persamaan
regresi penelitian adalah:
Jika dituliskan variabelnya, maka:
y = psychological well-being. a = intercept (konstan) b = koefisien regresi untuk masing-masing X x1 = stres kerja – kecemasan x2 = stres kerja – tekanna waktu x3= kepuasan kerja – gaji x4 = kepuasan kerja – promosi x5 = kepuasan kerja – atasan x6 = kepuasan kerja – tunjangan x7 = kepuasan kerja – penghargaan dari perusahaan x8 = kepuasan kerja – prosedur kerja x9 = kepuasan kerja – rekan kerja x10 = kepuasan kerja – sifat pekerjaan x11 = kepuasan kerja – komunikasi e = residu Melalui analisis tersebut diperoleh nilai R, yang merupakan korelasi antara
predictor variabel dengan outcome variabel.Kemudian besarnya kemungkinan
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + b7x7 +
b8x8 + b9x9 + b10x10 + b11x11+ e
62
disebabkan oleh faktor-faktor yang telah disebutkan tadi yang ditunjukkan oleh
koefisien determinasi berganda atau R2.Fungsi R2 ini digunakan untuk melihat
proporsi varians dari kinerja yang dipengaruhi predictor variabel yang ada. Untuk itu
mendapatkan nilai R2 ini digunakan rumus sebagai berikut:
R2=Ssreg Ssy
Uji R2 diuji untuk membuktikan apakah penambahan varians dari independent
variabel satu per satu signifikan atau tidak penambahannya. Berikutnya, untuk
membuktikan apakah regresi Y dan X signifikan atau tidak, maka dapat diuji dengan
menggunakan uji F. Untuk membuktikan hal tersebut digunakan alah rumus sebagai
berikut:
F = R2
(1- R2)/(N-k-1)
Dimana pembilang disini adalah R2 dengan df-nya (dilambangkan k), yaitu
banyaknya IV yang dianalisis, sedangkan penyebutnya (1- R2) dibagi dengan df-nya
N-k-1 dimana N adalah ukuran sampel. Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya,
dapat dilihat apakah IV yang diujikan memiliki pengaruh terhadap DV.
Untuk menguji apakah pengaruh yang diberikan predictor variabel
signifikan terhadap outcome variabel, maka penulis melakukan uji t dengan rumus:
T= b
sb
63
Dimana b adalah koefisien regresi dan sb adalah standar error dari b. Hasil uji
t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh penulis nantinya.
Adapun seluruh perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
SPSS 17.0.
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 153 polisi wanita (polwan) yang bekerja di
instansi kepolisian X. Pada tabel 4.1 berikut terdapat gambaran mengenai sampel
penelitian.
Tabel 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Berdasarkan Data Demografis Sampel Penelitian Frekuensi Presentase (%) Usia 26 – 43 Tahun 50 32,68% 44 – 60 Tahun 103 67,32% Pendidikan Terakhir SMA atau sederajat 109 71,24% S1 42 27,45% S2 2 1,30% Pangkat AKBP 3 1,96% KOMPOL 7 4,57% AKP 10 6,53% IPTU 24 15,68% IPDA 7 4,56% AIPTU 91 59,47% AIPDA 6 3,92% BRIPKA 5 3,26% Jumlah Anak 1 Anak 38 24,8% 2 Anak 89 58,16% 3 Anak 24 15,68% 4 Anak 2 1,30%
65
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah responden dengan
rentang usia antara 26 – 43 tahun memiliki persentase sebesar 32,68% (50 orang),
dan responden dengan rentang usia 44 – 60 tahun memiliki persentase 67,32% (103
orang).
Berdasarkan tabel di atas juga dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel
dalam penelitian ini pendidikan terakhirnya yaitu SMA berjumlah 109 orang dengan
presentase 71,24%, selanjutnya ada S1 berjumlah 42 orang dengan presentase
sebesar 27,45%, dan S2 sebanyak 2 orang dengan presentase sebesar 1,30%.
Berikutnya dijelaskan gambaran subjek berdasarkan pangkat masing-masing
polwan yaitu, AIPTU memiliki persentase 59,47% (91 orang), selanjutnya IPTU
memiliki persentase 15,68% (24 orang), selanjutnya AKP memiliki persentase 6,53%
(10 orang), selanjutnya KOMPOL memiliki persentase 4,57% (7 orang), selanjutnya
IPDA memiliki persentase 4,56% (7 orang), selanjutnya AIPDA memiliki persentase
3,92% (6 orang), selanjutnya BRIPKA memiliki persentase 3,26% (5 orang), dan
AKBP memiliki persentase sebesar 1,96% (3 orang).
Berdasarkan table di atas juga dapat diketahui bahwa sebagian besar sampel
dalam penelitian ini memiliki 2 orang anak berjumlah 89 orang dengan persentase
58,16%, selanjutnya memiliki 1 orang anak berjumlah 38 orang dengan persentase
24,8%, selanjutnya memiliki 3 orang anak dengan jumlah 24 orang dengan persentase
15,68%, dan yang memiliki 4 orang anak berjumlah 2 orang dengan persentase 1,30
66
4.2 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Analisis deskriptif pada penelitian ini menggunakan skor berupa skor faktor. Skor
faktor didapatkan dengan merubah semua item pada dimensi yang sama menjadi satu
skor yang disebut factor score pada software SPSS. Tujuan penggunaan factor score
ialah untuk menghindari estimasi bias dari kesalahan pengukuran. Factor score
kemudian diubah menjadi true score untuk menghilangkan bilangan negatif.
Untuk menjelaskan gambaran umum tentang statistik deskriptif dari variabel-
variabel dalam penelitian ini, indeks yang menjadi patokan adalah mean, median,
standar deviasi (SD), nilai maksimal dan nilai minimal dari masing-masing variabel.
Gambaran hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Tabel Analisis Deskriptif
Variabel N Min Max Mean SD Psychological Well-Being
153 14.53 70.60 50.0000 10.00000
Kecemasan 153 30.01 74.49 50.0000 10.00000 Tekanan Waktu 153 28.67 70.79 50.0000 10.00000 Gaji 153 20.59 74.35 50.0000 10.00000 Promosi 153 24.24 70.23 50.0000 10.00000 Atasan 153 26.93 69.66 50.0000 10.00000 Tunjangan 153 18.79 74.73 50.0000 10.00000 Penghargaan dari Pekerjaan
153 18.12 76.11 50.0000 10.00000
Prosedur Kerja 153 16.87 76.04 50.0000 10.00000 Rekan Kerja 153 22.74 77.37 50.0000 10.00000 Sifat Pekerjaan 153 22.98 73.97 50.0000 10.00000 Komunikasi 153 21.56 79.48 50.0000 10.00000 Valid N (listwise) 153
Berdasarkan Tabel 4.2 diatas, dapat diketahui bahwa dependen variabel yaitu
psychological well-being memiliki skor terendah sebesar 14,53 dan skor tertinggi
67
sebesar 70,60. Variabel kecemasan memiliki skor terendah sebesar 30.01 dan skor
tertinggi sebesar 74.49. Variabel tekanan waktu memiliki skor terendah sebesar
28,67 dan skor tertinggi sebesar 70,79. Variabel gaji memiliki skor terendah sebesar
20,59 dan skor tertinggi sebesar 74,35. Variabel promosi memiliki skor terendah
sebesar 24,24 dan skor tertinggi sebesar 70,23. Variabel atasan memiliki skor
terendah sebesar 26,93 dan skor tertinggi sebesar 69,66. Variabel tunjangan
memiliki skor terendah sebesar 18,79 dan skor tertinggi sebesar 74,73. Variabel
penghargaan dari pekerjaan memiliki skor terendah sebesar 18,12 dan skor tertinggi
sebesar 76,11. Variabel prosedur kerja memiliki skor terendah sebesar 16,87 dan
skor tertinggi sebesar 76,04. Variabel rekan kerja memiliki skor terendah sebesar
22.74 dan skor tertinggi sebesar 22,74. Variable sifat pekerjaan memiliki skor
terendah 22,98 dan skor tertinggi sebesar 73,97. Variable komunikasi memiliki skor
terendah 21,56 dan skor tertinggi 79,48. Nilai rata-rata yang diperoleh keseluruhan
variabel adalah 50,00000 dan standar deviasi 10,00000.
4.2 Kategorisasi Skor Variabel Penelitian
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi
yang akan penulis gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Norma
kategorisasi skor dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut.
68
Tabel 4.3 Pedoman Kategorisasi Skor
Kategorisasi Norma Rendah Sedang
X < Mean – SD Mean – SD ≤ X ≤ Mean + SD
Tinggi X > Mean + SD
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan
dijelaskan perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel Pscyhological Well-
Being, kecemasan, tekanan waktu, gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan
dari perusahaan, prosedur pekerjaan, rekan kerja, sifat pekerjaan, komunikasi pada
tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi (%)
Rendah Sedang Tinggi Psychological well-being
23 (15,1%) 93 (61,2%)
36 (23,7)
Kecemasan 20 (13,1%) 109 (71,2%) 24 (15,7%) Tekanan Waktu 23 (15,0%) 102 (66.7%) 28 (18.3%) Gaji 13 (8.5%) 127 (83.0%) 13 (8.5%) Promosi 26 (17.0%) 104 (68.0%) 23 (15.0%) Atasan 31 (20.3%) 91 (59.5%) 31 (20.3%) Tunjangan 12 (7.8%) 109 (71.2%) 32 (20.9%) Penghargaan dari perusahaan
28 (18.3%) 80 (52.3%)
45 (29.4%)
Prosedur pekerjaaan 22 (14.4%) 114 (74.5%) 17 (11.1%) Rekan kerja 24 (15.7%) 119 (77.8%) 10 (6.5%) Sifat Pekerjaan 22 (14.4%) 115 (75.2%) 16 (10.5%) Komunikasi 13 (8.5%) 122 (79.7%) 18 (11.8%) Berdasarkan tabel 4.4, variabel psychological well being pada polisi wanita
di instansi kepolisian X cenderung tinggi. Selanjutnya, kecemasan pegawai
69
cenderung tinggi. Tekanan waktu cenderung tinggi. Gaji tidak cenderung rendah
maupun tinggi. Promosi cenderung rendah. Atasan tidak cenderung rendah maupun
tinggi. Tunjangan cenderung tinggi. Penghargaan dari perusahaan cenderung tinggi.
Prosedur pekerjaan cenderung rendah. Rekan kerja cenderung rendah. Sifat
Pekerjaan cenderung rendah. Komunikasi cenderung tinggi.
4.4 Hasil Uji Hipotesis Penelitian
4.4.1 Analisis Regresi Variabel Penelitian
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 16. Seperti yang sudah disebutkan
pada bab 3, dalam regresi ada 3 hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R square
untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable (DV) yang
dijelaskan oleh independent variable (IV), kedua apakah secara keseluruhan
independen variabel (IV) berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable
(DV), kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari
masing-masing independent variable (IV).
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 .530a .281 .224 8.80651
Pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa diperoleh R-Square sebesar 0.281
atau 28.1%. Artinya, proporsi varian dari psychological well-being yang
dijelaskan oleh stres kerja (kecemasan, tekanan waktu), dan kepuasan kerja (gaji,
70
promosi, atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur pekerjaan, rekan
kerja, pekerjaan itu sendiri, komunikasi) adalah sebesar 28.1% sedangkan 71.9%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Langkah kedua peneliti menganalisis pengaruh dari keseluruhan
independent variable terhadap dependent variable. Berdasarkan uji F pada
tabel 4.6, dapat dilihat bahwa hasil uji F sebesar 4.999 dengan sig .000 (sig <
0,05), maka hipotesis nihil yang menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan
antara independen variabel (IV) terhadap dependent variable (DV) ditolak. Artinya,
ada pengaruh yang signifikan secara bersama-sama dari variabel kecemasan, tekenan
waktu, gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur
pekerjaan, rekan kerja, sifat pekerjaan, komunikasi terhadap psychological well-
being.
Tabel 4.6 Anova Pengaruh Keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 4264.797 11 387.709 4.999 .000a
Residual 10935.203 141 77.555 Total 15200.000 152
a Predictors: (Constant), komunikasi, tekanan waktu, penghargaan dari pekerjaan, pekerjaan itu sendiri, tunjangan, rekan kerja, prosedur pekerjaan, promosi, gaji, atasan, kecemasan.
b Dependent Variable: psychological well-being
Langkah selanjutnya, peneliti melihat koefisien regresi dari masing-masing
independen variabel (IV). Jika sig <0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan
yang berarti variabel independen (kecemasan, tekanan waktu, gaji, promosi,
atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur pekerjaan, rekan kerja,
71
sifat pekerjaan, dan komunikasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
psychological well-being. Adapun besarnya koefisien regresi dari masing-masing
variabel independen terhadap psychological well-being dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 12.355 10.204 1.211 .228 Kecemasan .142 .137 .142 1.036 .302 Tekanan waktu .030 .137 .030 .220 .826 Gaji -.232 .102 -.232 -2.270 .025* Promosi .088 .113 .088 .780 .437 Atasan .455 .115 .455 3.954 .000* Tunjangan .051 .100 .051 .510 .611 Penghargaan dari
perusahaan .212 .097 .212 2.192 .030*
Prosedur pekerjaan -.059 .100 -.059 -.592 .555 Rekan kerja .352 .101 .352 3.481 .001* Sifat Pekerjaan .271 .111 .271 2.450 .016* Komunikasi -.014 .079 -.014 -.181 .857 a. Dependent Variable: psychological well-being Keterangan: signifikan (*) Berdasarkan tabel 4.7 dapat dipaparkan persamaan regresi sebagai berikut:
Psychological well-being = 12.355 + 0,142 kecemasan + 0,030 tekanan waktu -
0.232 gaji* + 0.88 promosi + 0.455 atasan* + 0.051 tunjangan + 0.212 penghargaan
dari perusahaan* - 0.059 prosedur pekerjaan + 0.352 rekan kerja* + 0.271 pekerjaan
itu sendiri * – 0.014 komunikasi + e
Untuk melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi yang dihasilkan,
dengan melihat nilai sig pada kolom sig tabel 4.7, jika sig < 0,05 maka pengaruh
koefisien regresi yang dihasilkan bernilai signifikan terhadap psychological
72
well-being dan sebaliknya. Pada tabel 4.7 terdapat lima koefisien regresi yang
signifikan, yaitu gaji, atasan, penghargaan dari perusahaan, rekan kerja, dan sifat
pekerjaan. Sedangkan variabel lainnya menghasilkan koefisien regresi yang tidak
signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 11 hipotesis minor hanya terdapat lima yang
signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien regresi yang diperoleh pada masing-
masing independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel Kecemasan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,142 dan signifikansi sebesar 0,302
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel kecemasan secara
positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
2. Variabel Tekanan Waktu
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,030 dan signifikansi sebesar 0,826
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel tekanan waktu
secara positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
3. Variabel Gaji
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,232 dan signifikansi sebesar 0,025
(sig < 0,05). Dengan arah negatif menunjukkan bahwa variabel gaji secara
negatif mempengaruhi psychological well-being. Hal ini menjelaskan bahwa
semakin rendah gaji maka semakin tinggi psychological well-being.
4. Variabel Promosi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,088 dan signifikansi sebesar 0,437
73
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel promosi secara
positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
5. Variabel Atasan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,455 dan signifikansi sebesar 0,000
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel atasan secara
positif mempengaruhi psychological well-being. Hal ini menjelaskan bahwa
semakin tinggi atasan maka semakin tinggi psychological well-being.
6. Variabel Tunjangan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,051 dan signifikansi sebesar 0,611
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel tunjangan secara
positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
7. Variabel Penghargaan dari Perusahaan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,212 dan signifikansi sebesar 0,030
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel penghargaan dari
perusahaan secara positif mempengaruhi psychological well-being. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi penghargaan dari perusahaan maka semakin
tinggi psychological well-being.
8. Variabel Prosedur Pekerjaan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0.059 dan signifikansi sebesar 0,555
(sig < 0,05). Dengan arah negatif menunjukkan bahwa variabel prosedur
pekerjaan secara positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
74
9. Variabel Rekan Kerja
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,352 dan signifikansi sebesar 0,001
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel rekan kerja secara
positif mempengaruhi psychological well-being. Hal ini menjelaskan bahwa
semakin tinggi rekan kerja maka semakin tinggi psychological well-being.
10. Variable Sifat Pekerjaan
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,271 dan signifikansi sebesar 0,016
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel pekerjaan itu
sendiri secara positif mempengaruhi psychological well-being. Hal ini
menjelaskan bahwa semakin tinggi pekerjaan itu sendiri maka semakin tinggi
psychological well-being.
11. Variable Komunikasi
Diperoleh nilai koefisien regresi sebesar – 0,014 dan signifikansi sebesar 0,857
(sig < 0,05). Dengan arah positif menunjukkan bahwa variabel komunikasi
secara positif tidak mempengaruhi psychological well-being.
4.4.2 Pengujian Proporsi Varian Masing-Masing IV Terhadap DV
Penulis ingin mengetahui bagaimana proporsi varian dari masing-masing
independent variable terhadap psychological well-being. Besarnya proporsi varian
pada psychological well-being dapat dilihat pada tabel 4.8
75
Tabel 4.8 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics R
Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 .112a .012 .006 9.97025 .012 1.908 1 151 .169 2 .123b .015 .002 9.98980 .003 .410 1 150 .523 3 .168c .028 .009 9.95687 .013 1.994 1 149 .160 4 .356d .127 .103 9.47050 .099 16.697 1 148 .000* 5 .423e .179 .151 9.21623 .052 9.279 1 147 .003* 6 .433f .188 .154 9.19569 .009 1.657 1 146 .200 7 .463g .215 .177 9.07330 .027 4.965 1 145 .027* 8 .465h .216 .172 9.09751 .001 .229 1 144 .633 9 .500i .250 .203 8.92895 .034 6.488 1 143 .012* 10 .530j .280 .230 8.77647 .030 6.012 1 142 .015* 11 .530k .281 .224 8.80651 .000 .033 1 141 .857 Predictors: (Constant), komunikasi, tekanan waktu, penghargaan dari pekerjaan, pekerjaan itu sendiri, tunjangan, rekan kerja, prosedur pekerjaan, promosi, gaji, atasan, kecemasan. Keterangan: signifikan (*) Berdasarkan tabel 4.8 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel kecemasan memberikan sumbangan sebesar 0,012 atau 1,2% dengan
sig. F change = 0,169. Sumbangan tersebut tidak signifikan,
2. Variabel tekanan waktu memberikan sumbangan sebesar 0,003 atau 0,3%
dengan sig. F change = 0,523. Sumbangan tersebut tidak signifikan,
3. Variabel gaji memberikan sumbangan sebesar 0,013 atau 1,3% dengan sig. F
change = 0,160. Sumbangan tersebut tidak signifikan,
4. Variabel promosi memberikan sumbangan sebesar 0,099 atau 9,9% dengan sig.
F change = 0,000. Sumbangan tersebut signifikan,
5. Variabel atasan memberikan sumbangan sebesar 0,052 atau 5,2% dengan sig. F
change = 0,003. Sumbangan tersebut signifikan,
6. Variabel tunjangan memberikan sumbangan sebesar 0,009 atau 0,9% dengan
76
sig. F change = 0,200. Sumbangan tersebut tidak signifikan,
7. Variabel penghargaan dari perusahaan memberikan sumbangan sebesar 0,027
atau 2,7% dengan sig. F change = 0,027. Sumbangan tersebut signifikan,
8. Variabel prosdur pekerjaan memberikan sumbangan sebesar 0,001 atau 0,1%
dengan sig. F change = 0,633. Sumbangan tersebut tidak signifikan,
9. Variabel rekan kerja memberikan sumbangan sebesar 0,034 atau 3,4% dengan
sig. F change = 0,012. Sumbangan tersebut signifikan.
10. Variabel sifat pekerjaan memberikan sumbangan sebesar 0,030 atau 3,0%
dengan sig. F change = 0,015. Sumbangan tersebut signifikan.
11. Variabel komunikasi memberikan sumbangan sebesar 0,000 atau 0,0% dengan
sig. F change = 0,857. Sumbangan tersebut tidak signifikan.
77
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil uji hipotesis mayor dapat diketahui bahwa hipotesis nihil yang
menyatakan tidak ada pengaruh dari seluruh independent variable terhadap
dependent variable ditolak. Artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari stres kerja
(kecemasan dan tekanan waktu) dan kepuasan kerja (gaji, promosi, atasan, tunjangan,
penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan kerja, pekerjaan itu sendiri, dan
komunikasi) pada psychological well-being terhadap polwan.
Berdasarkan hasil uji hipotesis minor dari signifikansi masing-masing
koefisien regresi terhadap dependent variable, terdapat 5 variabel yang nilai koefisien
regresinya signifikan, yaitu gaji, atasan, penghargaan dari perusahaan, rekan kerja,
dan pekerjaan itu sendiri. Selain itu, terdapat 6 variabel lain yang tidak signifikan,
diantaranya ialah kecemasan, tekanan waktu, atasan, tunjangan, prosedur pekerjaan,
dan komunikasi.
5.2 Diskusi
Pada bagian ini, akan membahas diskusi mengenai sembilan independent variable
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kecemasan, tekanan waktu, gaji, promosi,
atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan kerja,
pekerjaan itu sendiri, dan komunikasi terhadap dependent variable yaitu
78
psychological well-being serta akan membahas penelitian dan literature terdahulu
mengenai kesebelas IV yang dikaitkan dengan dependent variable tersebut.
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah dikemukakan pada bab empat,
bahwa dari dimensi stres kerja (kecemasan dan tekanan waktu) dan kepuasan kerja
(gaji, promosi, atasan, tunjangan, penghargaan dari perusahaan, prosedur kerja, rekan
kerja, sifat pekerjaan, dan komunikasi) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
psychological well-being dengan nilai kontribusi variabel independen terhadap
variabel dependen sebesar yakni dengan sumbangan sebesar atau 28,1%. Hal ini
menunjukkan bahwa stress kerja dan kepuasan kerja memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap orientasi layanan sebesar 28,1%, dan sisanya sebesar 71,9%
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Pada variabel stres kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat
pengaruh yang siginifikan antara stres kerja terhadap psychological well-being.
Dimensi dari variabel stres kerja yang pertama adalah kecemasan. Presentase yang
ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa Polwan di bagian X memiliki kecemasan
berada dalam kategorisasi rendah. Hal ini menunjukkan polisi wanita di bagian X
memiliki rasa kecemasan yang rendah. Dengan pekerjaan yang begitu padat, dan
tanggung jawab serta konsekuensi kerja yang begitu tinggi tidak membuat polisi
wanita di instansi X memiliki kecemasan yang tinggi sehingga hal ini dapat
mempengaruhi psychologicall well beingnya.
79
Dimensi selanjutnya dari stres kerja adalah tekanan waktu. Tekanan waktu ini
merupakan persepsi dari pekerja saat tidak mampu menyelesaikan pekerjaan pada
waktu yang ditentukan.. Dalam penelitian, tabel kategorisasi pada tekanan waktu
menunjukkan persentase rendah. Mungkin tuntutan waktu kerja di institusi tersebut
sudah dirasa adil oleh para polwan, sehingga polwan tidak merasa adanya tekanan
waktu dari institusi tempat mereka bekerja.
Pada variabel kepuasan kerja, hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan psychological well being. Lima
dari Sembilan dimensi kepuasan kerja, menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap psychological well being.
Variabel gaji menunjukkan hasil yang signifikan pengaruhnya terhadap
psychological well-being dengan arah negatif. Kepuasan akan gaji polisi wanita di
instansi bagian X di rasa sudah cukup. Kepuasan akan imbalan jasa berupa uang yang
diterima polisi wanita sesuai dengan beban yang telah ditanggungnya. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanez (2011) bahwa
terhadap pengaruh antara kepuasan kerja terhadap psychological well-being. Dimensi
kepuasan akan gaji dari variabel kepuasan kerja pada hasil penelitian ini memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Namun, di penelitian ini
menyatakan bahwa kepuasan gaji terhadap psychological well-being menunjukkan
hasil yang signifikan namun dengan arah negatif. Hal ini mungkin dikarenakan gaji
yang diterima saat ini sudah dirasa cukup atau sesuai dengan jabatan dan kinerja yang
80
diberikan, sedangkan apabila semakin besar gaji namun kesejahteraan dirinya kecil
mungkin disebabkan karena adanya perasaan tidak tenang atau perasaan bersalah
karena tidak sesuai dengan jabatan atau kinerja yang dilakukannya, atau mungkin
karena subjek penelitian tidak menganggap materi sebagai tolak ukur kesejahteraan
mereka.
Dimensi dari variabel kepuasan kerja yang kedua adalah promosi, pada
penelitian ini menunjukkan hasil bahwa promosi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap psychological well-being. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Yanez (2011) yang mengungkapkan kepuasan atas promosi yang
tinggi menunjukkan psychological well-being yang tinggi pula. Presentase yang
ditemukan di lapangan menunjukan bahwa polisi wanita di bagian X memiliki
kepuasan promosi berada dalam kategorisasi rendah. Kepuasan akan promosi yaitu
untuk mendapatkan kesempatan bagi polwan untuk tumbuh dan berkembang dalam
pekerjaan atau jabatannya. Namun hasil penelitian ini tidak mendukung hal tersebut,
yang berarti bahwa kepuasan akan promosi pada instansi kepolisian bagian X belum
tentu mempengaruhi para polisi wanita untuk mendapatkan kesejahteraan diri yang
baik.
Dimensi ketiga pada kepuasan kerja adalah atasan. Pada penelitian ini,
kepuasan kerja akan atasan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
psychological well-being. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Yanez (2011). Jika atasan memaksimalkan fokusnya terhadap kepuasan kerja
81
bawahannya, maka permasalahan-permasalahan pada karyawan seperti
ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik, kinerja yang buruk dan lain
sebagainya akan dapat diminimalisir. Sehingga semakin tinggi keterlibatan atasan
pada karyawan, akan mempengaruhi pula meningkatnya psychological well-
beingnya.
Dimensi selanjutnya ada tunjangan, yang tidak menunjukkan hasil yang
signifikan pengaruhnya terhadap psychological well-being. Hal ini tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanez (2011) yang mengungkapkan kepuasan
atas tunjangan yang tinggi menunjukkan psychological well-being yang tinggi pula.
Kepuasan akan jaminan sosial yang diberikan polwan akan berdampak pada
kesejahteraan pada diri polwan sehingga akan meningkatkan rasa aman dan nyaman
saat bekerja. Namun tidak dengan hasil penelitian ini, yang berarti bahwa polisi
wanita dituntut bekerja secara optimal dan profesional namun mungkin kepuasan
akan tunjangannya belum terpenuhi. Sehingga kepuasan tunjangan yang diberikan
oleh instansi pada polisi wanita di bagian X tidak memiliki pengaruh pada
psychological well-being pada polisi wanita.
Selanjutnya adalah dimensi penghargaan dari perusahaan, yang menunjukkan
hasil yang signifikan pengaruhnya terhadap psychological well-being. Pemberian
reward terhadap performa yang baik akan berpengaruh terhadap kinerja polwan
untuk meningkatkan performanya atau memberikan motivasi yang lebih baik saat
bekerja di dalam ruangan maupun saat berada di lapangan. Penelitian ini
82
menunjukkan kepuasan akan penghargaan dari perusahaan dengan arah positif, hal ini
menunjukkan bahwa instansi sangat mengapresiasi Polwan di instansi tersebut
dengan sangat baik sehingga akan berpengaruh terhadap psychological well-
beingnya.
Selanjutnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan akan prosedur
kerja tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap psychological well-being. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanez (2011) yang
mengungkapkan kepuasan atas prosedur kerja yang tinggi menunjukkan
psychological well-being yang tinggi pula. Hal ini menunjukkan bahwa, peraturan
dan prosedur pekerjaan yang diberikan pada polwan mungkin belum diterima dengan
jelas. Namum, polwan tetap di tuntut untuk professional dalam bekerja, sehingga
mempengaruhi psychological well-beingnya.
Dimensi kepuasan akan rekan kerja menunjukkan pengaruh yang signifikan
terhadap psychological well-being. Kepuasan terhadap rekan kerja, dilihat dari
seberapa jauh kesesuaian yang dirasakan ketika berinteraksi dengan rekan kerja.
Polwan di bagian X memiliki hubungan yang positif dengan rekan kerjanya, sehingga
pekerjaan yang dilakukannya pun akan terasa lebih ringan karena adanya kerjasama
yang baik diantara sesama pekerja. Kepuasan akan rekan kerja yang tinggi, juga akan
mempengaruhi pscyological well-beingnya juga tinggi.
Selanjutnya, dimensi sifat pekerjaan yang menunjukkan pengaruh yang
signifikan terhadap psychological well-being. Kepuasan terhadap tipe pekerjaan yang
83
dilakukan, yaitu karakteristik dari pekerjaan itu sendiri yang akan dilaksanakan oleh
seorang polwan memang sesuai dan menyenangkan. Polwan di instansi bagian X
merasa sangat senang dan merasa sesuai pada pekerjaannya karena bekerja sebagai
Polwan merupakan sesuatu yang diingikannya. Sesuai dengan penelitian ini, yang
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara kepuasaan pekerjaan itu
sendiri dengan psychological well-being.
Dimensi terakhir dari kepuasan kerja adalah komunikasi, yang tidak
menunjukkan hasil yang signifikan pengaruhnya terhadap psychological well-being.
Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yanez (2011) yang
mengungkapkan kepuasan atas komunikasi yang tinggi menunjukkan psychological
well-being yang tinggi pula. Komunikasi merupakan salah satu dimensi yang penting
di setiap pekerjaan yang dijalani oleh para pekerja, tak terkecuali komunikasi pada
polisi wanita. Pada tabel kategorisasi, kepuasaan akan komunikasi pada penelitian ini
rendah, dan hal ini akan berdampak pada kesejahteraan antar polisi wanita.
Ada satu hal yang menarik pada penelitian ini, yaitu variabel gaji pada tabel
kategorisasi menunjukkan nilai yang negatif tetapi signifikan terhadap psychological
well-being. Yang kita ketahui pada umumnya adalah, semakin tinggi gaji maka
psychological well-beingnya juga akan meningkat. Hal ini membuat peneliti
melakukan wawancara lagi terhadap beberapa polwan. Dari hasil wawancara oleh
beberapa polwan, mereka mengatakan bahwa gaji memang mempengaruhi
kesejahteraan psikologi mereka. Namun ternyata kepuasan akan mampu melayani
84
masyarakat dengan baik, serta membantu masyarakat yang membutuhkan jasa para
polwan akan meningkatkan psychological well-being mereka. Gaji yang besar
memang menjadi salah satu hal yang terpenting dalam bekerja, namun kepuasaan di
dalam diri saat dapat membantu orang lain akan jauh lebih penting pada pekerjaan
seorang polwan dalam meningkatkan kesejahteraan psikologi mereka.
Secara keseluruhan, terdapat beberapa perbedaan hasil penelitian ini dengan
hasil penelitian sebelumnya. Hal tersebut mungkin terjadi dikarenakan adanya
beberapa keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini. Keterbatasan dan
kelemahan dalam penelitian ini seperti pemilihan waktu pengambilan data kurang
tepat karena saat pengambilan data ini bersamaan dengan periode sibuk akhir tahun.
Dimana tugas dan waktu bekerja para polwan lebih banyak dibandingkan dengan hari
biasanya, sehingga data penelitian dikembalikan dalam kurun waktu yang tidak
sebentar karena disesuaikan dengan jam kosong para polwan. Selain itu, keterbatasan
dalam penelitian ini adalah birokrasi yang cukup rumit. Hal ini dikarenakan, pihak
kepolisian ingin mengetahui biodata penulis secara terperinci dan pihak kepolisian
juga tidak ingin data yang akan diambil disalahgunakan oleh peneliti. Sehingga,
prosedur yang harus dilakukan cukup rumit, agar tidak ada pihak manapun yang
merasa dirugikan.
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian yang masih banyak terdapat keterbatasan
didalamnya. Maka dari itu, beberapa saran di bawah ini dapat dijadikan bahan
85
pertimbangan sebagai penyempurna penelitian selanjutnya yang terkait dengan
penelitian serupa, yaitu berusapa saran teoritis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Teoritis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran teoritis yang dapat diajukan
sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Pada penelitian ini ditemukan bahwa proporsi varians dari psychological well-
being yang dijelaskan oleh semua IV adalah sebesar 28,1% sedangkan 71,9%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini. Untuk penelitian
selanjutnya disarankan untuk menggunakan variabel lainnya yang dapat
mengukur psychological well-being seperti usia, jenis kelamin, work family-
conflict, dan variabel yang lainnya.
2. Untuk penelitian selanjutnya disarankan dalam proses pengambilan data
dilakukan pada periode tidak sibuk, sehingga pengisian dan pengembalian
kuesioner tidak dikembalikan dalam jangka waktu yang lama. Periode tidak
sibuk, bisa dilakukan pada saat tidak mendekati ataupun sedang dirayakannya
hari-hari besar nasional. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisir adanya
pengambilan data dengan kurun waktu yang lama.
3. Pada penelitian ini ditemukan ada 5 variabel yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap psychological well being, yaitu gaji, atasan, penghargaan dari
perusahaan, rekan kerja, dan pekerjaan itu sendiri sehingga disarankan agar
variabel tersebut dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya.
86
5.3.2 Saran Praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini, terdapat beberapa saran praktis yang dapat diajukan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan berkenaan dengan hasil penelitian, yaitu:
1. Pada penelitian ini, ditemukan bahwa gaji berpengaruh secara signifikan terhadap
psychological well-being. Semakin kecil gaji, maka semakin tingga psychological
well-beingnya. Penerapan gaji polwan yang dilakukan oleh instansi sudah cukup
baik. Disarankan untuk instansi memberikan pengetahuan berupa bimbingan,
sosialisasi atau seminar mengenai spiritualitas dan keagamaan tentang pentingnya
penyadaran akan penolakan terhadap gratifikasi atau yang berhubungan dengan
pendapatan yang tidak sesuai dengan prosedur dalam instansi. Hal ini dilakukan
agar tetap mempertahankan rasa nyaman dan aman dalam bekerja.
2. Atasan berpengaruh secara signifikan terhadap psychological well-being. Oleh
karena itu, disarankan kepada pemimpin untuk memberikan feedback hasil kerja
polwan sehingga polwan dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan atas kinerja
yang mereka lakukan. Atasan juga harus memiliki relasi yang baik pada
bawahannya agar terciptanya rasa nyaman saat bekerja.
3. Penghargaan dari perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap
psychological well-being. Disarankan pada instansi sebaiknya memperhatikan
polwan yang berprestasi baik dengan memberikan penghargaan dan memberikan
balas jasa yang adil dan layak serta meningkatkan penghargaan bagi para polwan
agar lebih termotivasi untuk meningkatkan kinerja untuk kedepannya.
87
4. Rekan kerja berpengaruh signifikan terhadap psychological well-being.
Disarankan untuk instansi atau atasan, dalam peningkatan motivasi pada polwan
harus ditingkatkannya kebutuhan sosial untuk para polwan seperti hubungan
polwan dengan polwan lainnya, kebutuhan akan perasaan ikut serta dalam
keterlibatan kerja karena polwan perlu diikutsertakan dalam apapun yang
menyangkut tugas agar polwan merasa dihargai dan diakui keberadaannya.
Karena dengan dihormati dan dihargai polwan akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya dalam bertugas.
5. Pekerjaan itu sendiri berpengaruh signifikan terhadap psychological well being.
Dengan demikian, sangat baik apabila polwan mempertahankan motivasi serta
rasa nyaman pada pekerjaannya saat ini dengan memberikan kontribusi yang
lebih baik kepada masyarakat agar meningkatkan kepuasaan atau kesejahteraan
dalam diri.
88
Daftar Pustaka Alawiyah, Tuti. (2015). Uji validitas kostrak pada instrument Big Five Inventory
(BFI) dengan metode Confirmatory Factor Analysis(CFA). Jurnal Pengukuran Psikologi dan Pendidikan Indonesia, 4 (3), 215-230.
Adegoke, T., G. (2014). Effects of occupational stress on psychological well-being
of police employees in Ibadan metropoli, Nigeria. An International Multidisciplinary Journal, Ethiopia. Vol. 8 (1) 302-320.
Adenuga, O. A. (2015). Impact of occupational stress on job satisfaction and mental
health of first bank employees: implication for personnel psychologists. American Journal of Psychology and Cognitive, 15-21.
Alves, S. L. (2005). A study of occupational stress, scope of practice, and collaboration in nurse anesthetists practicing in anesthesia care team settings. ANNA Journal. 443-452. As'ad, M. (2008). Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberty. Beehr, T. A., & Newman, J. E. (1978). Job stress, employee health, and organizational effectiveness: A facet analysis, model, and literature review. Personal Psychologi, 31, 665-699. Bokti, N. L. M., Talib, Mansor. A. (2009). A preliminary study on occuptional
stress and job satisfaction among male navy personel at a naval base in Lumut, Malaysia. The Journal of International Social Research, 209-307.
Cardak, M. (2013). Psychology well-being and internet addiction among university
students. The Turkish Online Journal of Education Technology, 134-142. Cavanaugh, M. A., Boswell, W. R., Roehling, M. V., & Boudreau J. W. (2002). An empirical examination of self-reported work stress among US. Managers. Journal of Applied Psychology. 85, 65-74. Chovwen, C. (2013). Occupational stress among bank employees in south east,
nigeria. Global Advance Research Journal of Management and Business Studies, 114-119.
Edwards, S. D., Humphrey, S. B. Ngcobo., David, J. Edward., & Kevin, P. (2005). Exploring the relationship between physical activity, psychological well-
89
being, and physical self- perception in different exercise groups. South Africa Journal of Research in Sport, Physical Education and Recreation. 75-90. Ellison, C. G. (1991). Religious involvement and subjective well-being. Journal of Health and Social Behavior. 80-99. Floyd, F. J., Keith, F. W. (1995). Factor analysis in the development and refinement of clinical assessment instrument. Psychological Assessment. 286-299. Gul, Zakir., Delice, M. (2011). Police job stress and stress education/coping programs: the effects on the relationship with spouses. Turkish Journal of Police Studies. 19-38. Horn, J. E., Taris, T. W., Schaufeli, W. B., & Schreurs, P. J. (2004). The structure of occuptional well-being: a study among dutch teachers. Journal of Occupational and Organizational Psychology, 365-375. Huppert, F. A. (2009). Psychological well-being: evidence regarding its causes and
consequences. Applied Psychology: Health and Well-Being, 137-164. Hurlock, E., B. (1994). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Kim, W., Leong, J., & Lee, Y. K. (2004). Effect of service orientation on job satisfaction, organizational commitment, and intention of leaving in a casual dining chain restaurant. Journal of Hospitality Management, 171-193. Lawton, C. A., (1996). Strategies for indoor wayfinding: the role of orientation. Journal of Environmental Psychology, 16 (1), 137-145. Liu, C., Liu, Y., Mills, M. J., & Fan, J. (2013). Job stressors, job performance, job dedication, and the moderating effect of counscientiousness: a mixed method approach. Journal of Stress Management. 20, 336-363. Lubis, Namora. L, Syahfitriani, Emi. (2007). Perbedaan konflik peran ganda suami ditinjau dari motivasi kerja kebutuhan ekonomi dan aktualisasi diri pada istri. Majalah Kedokteran Nusantara, 1-8. Lumley, E. J., Coetzee, M., Tladinyane, R., & Ferreira, N. (2011). Exploring the job
satisfaction and organisational commitment of employees in the information technology environment. Southern African Business, 100-118.
90
Luthans, F. (2011). Organizational Behavior An Evidence-Based Approach (12th. ed.). New York: McGraw-Hill Companies. Nugrahini, L. (2014). Hubungan antar beban kerja dengan stres kerja pada anggota
polisi di polresta surakarta. 1-15. Nurbahar, R. (2015). Kepuasan kerja karyawan di pt indonesia (persero) cabang
kebumen. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Nurfauziah. (2014). Pengaruh gaya kepemimpinan transformasional, motivasi kerja,
dan komitmen organisasi terhadap kepuasan kerja. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah.
Padhy, Merra., Kavya. Cheli., & Ruth. Angiel. (2015). Optimism and psychological well-being of police officers with different work experiences. Sage Open. 1- 7. Parasuraman, S., Claire. A. S. (2001). Type of employment, work-family conflict and well-being: a comparative study. Journal of Organizational Behavior. 551- 568 Parker, D. F., & DeCotis, T. A. (1983). Organizational determinant of job stress.
Organizational Behavior And Human Performance, 160-177. Prabowo, G. A. (2015). Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen karyawan terhadap
kinerja karyawan pt.kusuma sandang mekarjaya sleman yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Rizal, E. (2010). Polisi wanita: identitas diri & komunikasi. 6 (2) 56-66. Robbins, P. S., & Judge, T. A. (2013). Organizational Behavior. United States of
America: Prentice Hall. Ryff, C. D. (1989). hapiness is everything, or is it? explorations on the meaning of
psychological well-being. journal of personality and social psychology, 1069-1081.
Ryff, C. D., & Keyes, L. M. (1995). the structure of psychologicaal well-being
revisited. journal of personality dan social psychology, 719-727. S, Karunanidhi., & Chitra, T. (2013). Influence of select psychosocial factors on the
psychological well-being of policewoman. International Research Journal Of Social Sciences, 5-14.
91
Spector, P. E. (1997). Job Satisfaction: application, assessment, cause, and consequences. California: Sage Publications.
Spector, P. E. (1985). Measurement of human service staff satisfaction: development of the job satisfaction survey. American Journal of Community Psychology, 693-719. Wijono, S. (2010). Psikologi Industri & Organisasi. Jakarta: Kencana. Yanez, C. B., & Figueroa, A. J. (2011). psychological well-being, perceived
organizational support and job satisfaction amongst chilean prison employees. Psychology Department, Talca University, 13, 91-99.
Yuliana, E. S., & Yuniasanti, R. (2013). hubungan antara konflik pekerjaan-keluarga
dengan kepuasan kerja pada polisi wanita di polres kulon progo. Jurnal Sosio Humaniora, 62-73.
92
LAMPIRAN
93
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum, wa rahmatullahi wa barakatuh.
Selamat pagi/siang/sore,
Saya adalah Siti Sarah, mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang pada saat ini sedang melakukan
penelitian skripsi sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Psikologi.
Oleh karena itu, kami mohon berkenan bantuan Ibu/Saudari untuk
berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian ini. Bentuk partisipasi yang kami
harapkan adalah dengan kesediaan Ibu/Saudari untuk mengisi kuesioner ini yang
terdiri dari beberapa pernyataan (terlampir). Semua jawaban adalah benar selama itu
menggambarkan diri anda, maka bebas menentukan jawaban yang paling sesuai
dengan diri Ibu/Saudari. Setiap informasi yang diberikan akan dijaga
KERAHASIAANNYA dan hanya digunakan untuk kebutuhan penelitian saja.
Atas bantuan dan kesediaan Ibu/Saudari untuk menjadi responden dalam
penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Salam Hormat,
Peneliti
94
LEMBAR PERSETUJUAN
KEIKUTSERTAAN PENELITIAN
Sebelum Ibu/Saudarai menjawab pernyataan dalam instrumen penelitian ini,
diharapkan untuk mengisi terlebih dahulu lembar persetujuan di bawah ini selengkap-
lengkapnya.
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya:
Nama/inisial : ….………...…………………………………………
Usia : ………....……………………………………………
Pendidikan Terakhir : ............………………………………………………
Pangkat/Golongan : …………...…………………………………………
Divisi/Bagian : ………….....…………………………………...……
Gaji : <Rp. 5.000.000 Rp.5.000.000-Rp.10.000.000
Rp.10.000.000-Rp.15.000.000 >Rp.15.000.000
Status Pernikahan : Menikah Belum Menikah Lain-lain.........
Jumlah Anak : ………………..……………………………………
Menyatakan kesediaan untuk berpartisipasi dalam penelitian yang dilakukan oleh
saudari Siti Sarah, dan data ini dijamin kerahasiaannya serta hanya digunakan untuk
penelitian semata.
Jakarta, ……………………….2017
Partisipan
_____________________________
(TTD & Nama Jelas)
95
Petunjuk Pengisian
1. Bacalah dan pahami setiap pernyataan di bawah ini dengan teliti. 2. Berilah tanda checklist (√) pada kolom di sebelah kanan pada setiap pernyataan yang
paling sesuai dengan diri anda. 3. Dalam hal ini tidak ada jawaban benar atau salah. Anda hanya diminta untuk
menjawab pernyataan yang sesuai dengan diri anda. Pilihan jawaban tersebut adalah: SS = Sangat Sesuai S = Sesuai TS = Tidak Sesuai STS = Sangat Tidak Sesuai
4. Sebelum anda menyerahkan lembaran ini, harap periksa kembali dan pastikan semua nomor terisi dengan baik.
5. Contoh : No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya memberikan pelayanan yang optimal √
SKALA 1 No Pernyataan STS TS S SS
1. Keputusan saya biasanya tidak dipengaruhi oleh apa yang orang lain lakukan
2. Saya cukup baik dalam mengelola tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari saya
3. Saya tidak menikmati berada dalam situasi baru yang mengharuskan saya mengubah cara lama saya dalam melakukan berbagai hal
4. Saya menikmati percakapan pribadi dengan anggota keluarga dan teman-teman
5. Saya senang membuat rencana untuk masa depan dan berusaha mewujudkannya
6. Saya merasa banyak orang yang saya kenal mendapatkan kehidupan yang lebih baik dari yang saya miliki
7. Saya tidak takut menyuarakan pendapat saya, bahkan
96
ketika bertentangan dengan pendapat orang lain
8. Saya tidak begitu cocok dengan orang-orang dan masyarakat disekitar saya
9. Saya memiliki perasaan bahwa saya telah mengembangkan diri seperti kebanyakan orang dari waktu ke waktu
10. Orang lain menggambarkan saya sebagai orang yang senang memberi, bersedia untuk berbagi waktu dengan orang lain
11. Saya merasa seolah-olah sudah melakukan semua yang harus dilakukan dalam hidup saya
12. Secara umum saya merupakan pribadi yang percaya diri dan positif tentang diri saya
13. saya cenderung dipengaruhi oleh seseorang yang memiliki opini yang kuat
14. Secara umum, saya merasa bertanggung jawab terhadap situasi yang saya alami
15. Menurut saya penting memiliki pengalaman baru yang menantang saya untuk berpikir tentang diri sendiri dan dunia
16. Kebanyakan orang melihat saya sebagi orang yang penuh kasih saying
17. Sebagian orang menjalani kehidupan tanpa tujuan, tapi saya bukanlah salah satu dari mereka
18. Ketika saya membandingkan diri saya kepada teman-teman dan kenalan, itu membuat saya merasa lebih baik dari mereka
19. Saya menilai diri saya dengan apa yang saya anggap penting, bukan dari nilai-nilai yang orang lain anggap penting
20. Tuntutan kehidupan sehari-hari sering membuat saya tertekan
21. Saya tidak tertarik pada kegiatan yang memperluas wawasan saya
22. Menjaga hubungan dekat dengan orang lain merupakan hal yang sulit dan membuat saya frutasi
97
23. Saya menjalani hidup untuk hari ini dan tidak berpikir tentang masa depan
24 Saya suka sebagian besar aspek kepribadian saya
SKALA 2
No. Pernyataan STS TS S SS 1 Saya merasa gelisah atau gugup karena pekerjaan saya
2 Bekerja disini membuat saya sulit menghabiskan waktu dengan keluarga
3 Pekerjaan yang diberikan kepada saya melebihi dari yang seharusnya
4 Saya terlalu banyak menghabiskan waktu di tempat kerja sampai saya melupakan hal-hal kecil
5 Seringkali pekerjaan membuat saya melampaui batas kemampuan saya
6 Bekerja disini menyisakan sedikit waktu untuk kegiatan lain
7 Ketika saya berpikir mengenai pekerjaan, terkadang dada saya terasa sesak
8 Saya merasa seperti menikah dengan pekerjaan 9 Saya memiliki terlalu banyak pekerjaan dan terlalu
sedikit waktu untuk melakukannya
10 Saya merasa bersalah ketika saya mengambil cuti dari pekerjaan
11 Terkadang saya merasa takut ketika telepon di rumah berdering, karena mungkin panggilan tersebut berkaitan dengan pekerjaan
12 Saya merasa seperti tidak pernah memiliki hari libur 13 Terlalu banyak orang yang setingkat dengan saya di
kantor mengalami kelelahan karena tuntutan pekerjaan
98
SKALA 3
No. Pernyataaan STS TS S SS 1 Saya merasa telah digaji sesuai dengan apa yang saya
kerjakan
2 Kenaikan gaji terlalu sedikit dan dalam rentangan waktu yang jauh
3 Saya merasa tidak dihargai oleh instansi tempat saya bekerja ketika saya berpikir tentang gaji yang dibayarkan kepada saya
4 Saya merasa puas dengan kenaikan gaji 5 Kesempatan untuk kenaikan jabatan saya sangat kecil
6 Mereka yang bekerja dengan baik pantas mendapatkan kesempatan untuk dipromosikan dalam kenaikan jabatan
7 Polwan disini akan cepat maju seperti mereka ditempat lain
8 Saya merasa puas dengan kesempatan saya untuk dipromosikan dalam kenaikan jabatan
9 Atasan saya sangat kompeten dalam melakukan pekerjaannya
10. Atasan saya tidak adil kepada saya 11. Atasan saya kurang memperhatikan bawahannya 12. Saya menghormati atasan saya 13. Saya tidak puas dengan tunjangan yang saya dapat 14. Tunjangan yang kami terima sama besar dengan
tunjangan yang ada di instansi lain
15. Tunjangan yang kita miliki itu sesuai 16. Ada tunjangan yang tidak kita dapatkan sebagaimana
seharusnya
17. Ketika saya melakukan pekerjaan dengan baik, saya menerima pengakuan yang seharusnya saya terima
18. Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan tidak dihargai
19. Ada penghargaan bagi orang-orang yang bekerja disini
99
20. Saya merasa usaha saya tidak dihargai sebagaimana seharusnya
21. Banyak peraturan dan prosedur yang mempersulit untuk melakukan pekerjaan yang baik
22. Usaha saya untuk melakukan pekerjaan yang baik terkadang terhambat oleh birokrasi
23. Saya memiliki banyak pekerjaan di tempat kerja
24. Saya memiliki begitu banyak tugas 25. Saya menyukai orang-orang yang bekerja bersama
saya
26. Saya harus bekerja lebih keras karena orang-orang yang bekerja bersama saya tidak kompeten
27. Saya nyaman dengan rekan kerja saya 28. Terdapat banyak perselisihan dan persaingan di
tempat kerja
29. Terkadang saya merasa pekerjaan saya tidak berarti 30. Saya senang melakukan pekerjaan saya 31. Saya merasa bangga dalam melakukan pekerjaan saya 32. Saya merasa puas dengan kenaikan gaji 33. Jalur komunikasi tampak baik didalam instansi ini 34. Tujuan dari instansi ini tidak jelas bagi saya 35. Saya sering merasa bahwa saya tidak mengetahui apa
yang terjadi di instansi ini
36. Tugas-tugas pekerjaan saya tidak dijelaskan sepenuhnya
100
Lampiran 2 Hasil Uji CFA Pychological Well-Being Syntax UJI VALIDITAS PWB DA NI=24 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 ITEM10 ITEM11 ITEM12 ITEM13 ITEM14 ITEM15 ITEM16 ITEM17 ITEM18 ITEM19 ITEM20 ITEM21 ITEM22 ITEM23 ITEM24 PM SY FI=PWB.COR MO NX=24 NK=1 LX=FR TD=SY LK PWB FR TD 21 20 TD 19 18 TD 7 6 TD 17 12 TD 24 12 TD 23 22 TD 19 3 TD 18 15 TD 17 1 FR TD 17 2 TD 16 8 TD 24 13 TD 23 11 TD 16 4 TD 7 3 TD 9 7 TD 7 2 TD 5 2 TD 4 1 FR TD 4 3 TD 14 1 TD 22 6 TD 16 5 TD 17 10 TD 12 10 TD 20 19 TD 19 4 TD 22 13 FR TD 9 6 TD 6 5 TD 23 3 TD 24 21 TD 10 9 TD 20 18 TD 21 18 TD 19 2 TD 20 1 FR TD 21 1 TD 15 4 TD 14 13 TD 24 20 TD 17 11 TD 23 21 TD 23 20 TD 20 3 TD 6 1 FR TD 23 5 TD 18 2 TD 14 2 TD 24 9 TD 22 19 TD 22 3 TD 22 20 TD 22 18 TD 19 8 FR TD 18 9 TD 3 1 TD 19 1 TD 17 3 TD 19 17 TD 19 12 TD 12 3 TD 24 3 TD 13 9 FR TD 14 9 TD 18 17 TD 18 12 TD 24 23 TD 24 5 TD 20 8 TD 20 9 TD 22 21 TD 22 1 FR TD 21 17 TD 12 11 TD 11 7 TD 11 9 TD 7 5 TD 19 15 TD 18 10 TD 23 9 TD 3 2 FR TD 15 5 TD 24 12 TD 24 14 TD 13 8 TD 13 4 TD 13 2 TD 17 7 TD 20 12 TD 20 13 FR TD 22 12 TD 23 12 TD 14 12 TD 13 1 TD 6 4 TD 15 7 TD 20 4 TD 17 5 TD 17 15 FR TD 21 11 TD 17 13 TD 14 4 TD 8 3 TD 8 6 TD 16 15 TD 10 8 TD 19 7 TD 23 19 FR TD 21 19 TD 5 1 TD 13 12 TD 23 17 TD 23 18 TD 23 7 TD 22 7 TD 22 17 TD 22 10 FR TD 24 22 TD 21 12 TD 24 19 TD 16 9 TD 16 2 TD 9 2 TD 24 7 TD 19 5 TD 18 5 FR TD 20 5 TD 5 3 TD 21 5 PD OU TV SS MI AD=OFF
101
Path Diagram
102
Lampiran 3 Hasil Uji CFA Kecemasan Syntax UJI VALIDITAS KECEMASAN DA NI=6 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 PM SY FI=KECEMASAN.COR MO NX=6 NK=1 LX=FR TD=SY LK KECEMASAN FR TD 6 4 TD 5 4 TD 6 5 TD 4 3 TD 6 1 PD OU TV SS MI Path Diagram
103
Lampiran 4 Hasil Uji CFA TekananWaktu Syntax UJI VALIDITAS TEKANANWAKTU DA NI=7 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 PM SY FI=TEKANANWAKTU.COR MO NX=7 NK=1 LX=FR TD=SY LK TEKANANWAKTU FR TD 7 3 TD 4 2 TD 4 1 TD 6 3 TD 7 1 TD 5 1 PD OU TV SS MI Path Diagram
104
Lampiran 5 Hasil Uji CFA Gaji Syntax UJI VALIDITAS GAJI DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 UTEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=GAJI.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK GAJI FR TD 4 2 PD OU TV SS MI Path Diagram
105
Lampiran 6 Hasil Uji CFA Promosi Syntax UJI VALIDITAS PROMOSI DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=PROMOSI.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK PROMOSI FR TD PD OU TV SS MI Path Diagram
106
Lampiran 7 Hasil Uji CFA Atasan Syntax UJI VALIDITAS ATASAN DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=ATASAN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK ATASAN FR TD 3 2 TD 4 2 PD OU TV SS MI Path Diagram
107
Lampiran 8 Hasil Uji CFA Tunjangan Syntax UJI VALIDITAS TUNJANGAN DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=TUNJANGAN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK TUNJANGAN FR TD 4 3 TD 3 1 PD OU TV SS MI Path Diagram
108
Lampiran 9 Hasil Uji CFA Penghargaan dari Perusahaan Syntax UJI VALIDITAS PENGHARGAAN DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=PENGHARGAAN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK PENGHARGAAN FR TD 3 1 TD 4 1 PD OU TV SS MI Path Diagram
109
Lampiran 10 Hasil Uji CFA Prosedur Kerja Syntax UJI VALIDITAS PROSEDUR DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=PROSEDUR.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK PROSEDUR FR TD 4 2 PD OU TV SS MI Path Diagram
110
Lampiran 11 Hasil Uji CFA Rekan Kerja Syntax UJI VALIDITAS REKAN DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=REKAN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK REKAN FR TD 3 1 PD OU TV SS MI Path Diagram
111
Lampiran 12 Hasil Uji CFA Pekerjaan itu Sendiri Syntax UJI VALIDITAS PEKERJAAN DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=PEKERJAAN.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK PEKERJAAN FR TD 4 1 TD 4 2 PD OU TV SS MI IT=OFF Path Diagram
112
Lampiran 13 Hasil Uji CFA Komunikasi Syntax UJI VALIDITAS KOMUNIKASI DA NI=4 NO=153 MA=PM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 PM SY FI=KOMUNIKASI.COR MO NX=4 NK=1 LX=FR TD=SY LK KOMUNIKASI FR TD 4 2 PD OU TV SS MI Path Diagram
113
Lampiran 14 Model Summary Analisis Regresi
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .530a .281 .224 8.80651 .281 4.999 11 141 .000
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, TEKANAN, PENGHARGAAN, PEKERJAAN, TUNJANGAN, REKAN10,
PROSEDUR, PROMOSI, GAJI, ATASAN, KECEMASAN
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4264.797 11 387.709 4.999 .000a
Residual 10935.203 141 77.555
Total 15200.000 152
a. Predictors: (Constant), KOMUNIKASI, TEKANAN, PENGHARGAAN, PEKERJAAN,
TUNJANGAN, REKAN10, PROSEDUR, PROMOSI, GAJI, ATASAN, KECEMASAN
b. Dependent Variable: PWB Lampiran 15 Anova Pengaruh Keseluruhan IV Terhadap DV
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 4852.778 1 4852.778 64.603 .000b
Residual 14347.222 191 75.116
Total 19200.000 192
2
Regression 4926.322 2 2463.161 32.788 .000c
Residual 14273.678 190 75.125 Total 19200.000 192
3
Regression 5098.817 3 1699.606 22.780 .000d
Residual 14101.183 189 74.609 Total 19200.000 192
4
Regression 8305.663 4 2076.416 35.832 .000e
Residual 10894.337 188 57.949 Total 19200.000 192
114
5
Regression 8691.518 5 1738.304 30.933 .000f
Residual 10508.482 187 56.195 Total 19200.000 192
6
Regression 10711.798 6 1785.300 39.121 .000g
Residual 8488.202 186 45.635 Total 19200.000 192
7
Regression 10848.420 7 1549.774 34.330 .000h
Residual 8351.580 185 45.144 Total 19200.000 192
8
Regression 10898.265 8 1362.283 30.194 .000i
Residual 8301.735 184 45.118 Total 19200.000 192
9
Regression 11002.581 9 1222.509 27.291 .000j
Residual 8197.419 183 44.795
Total 19200.000 192
a. Dependent Variable: SO
b. Predictors: (Constant), SEA
c. Predictors: (Constant), SEA, OEA
d. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE
e. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE
f. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE, VISI
g. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE, VISI, KOMUNIKASI
h. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE, VISI, KOMUNIKASI, STIMULASI
i. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE, VISI, KOMUNIKASI, STIMULASI, SUPORTIF
j. Predictors: (Constant), SEA, OEA, UOE, ROE, VISI, KOMUNIKASI, STIMULASI, SUPORTIF,
PENGAKUAN
Lampiran 16 Koefisien Regresi Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.355 10.204 1.211 .228
KECEMASAN .142 .137 .142 1.036 .302
115
TEKANAN .030 .137 .030 .220 .826
GAJI -.232 .102 -.232 -2.270 .025
PROMOSI .088 .113 .088 .780 .437
ATASAN .455 .115 .455 3.954 .000
TUNJANGAN .051 .100 .051 .510 .611
PENGHARGAAN .212 .097 .212 2.192 .030
PROSEDUR -.059 .100 -.059 -.592 .555
REKAN10 .352 .101 .352 3.481 .001
PEKERJAAN -.271 .111 -.271 -2.450 .016
KOMUNIKASI -.014 .079 -.014 -.181 .857
a. Dependent Variable: PWB Lampiran 16 Model Summary Proporsi Varians Tiap IV terhadap DV
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .112a .012 .006 9.97025 .012 1.908 1 151 .169
2 .123b .015 .002 9.98980 .003 .410 1 150 .523
3 .168c .028 .009 9.95687 .013 1.994 1 149 .160
4 .356d .127 .103 9.47050 .099 16.697 1 148 .000
5 .423e .179 .151 9.21623 .052 9.279 1 147 .003
6 .433f .188 .154 9.19569 .009 1.657 1 146 .200
7 .463g .215 .177 9.07330 .027 4.965 1 145 .027
8 .465h .216 .172 9.09751 .001 .229 1 144 .633
9 .500i .250 .203 8.92895 .034 6.488 1 143 .012
a. Predictors: (Constant), KECEMASAN
b. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN
c. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN,
GAJI
116
d. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI
e. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI,
ATASAN
f. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI, ATASAN,
TUNJANGAN
g. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI, ATASAN, TUNJANGAN,
PENGHARGAAN
h. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI, ATASAN, TUNJANGAN, PENGHARGAAN,
PROSEDUR
i. Predictors: (Constant), KECEMASAN, TEKANAN, GAJI, PROMOSI, ATASAN, TUNJANGAN, PENGHARGAAN,
PROSEDUR, REKAN10
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change df1 df2
Sig. F
Change
1 .500a .250 .203 8.92895 .250 5.295 9 143 .000
2 .530b .280 .230 8.77647 .030 6.012 1 142 .015
3 .530c .281 .224 8.80651 .000 .033 1 141 .857
a. Predictors: (Constant), REKAN10, GAJI, ATASAN, TEKANAN, PROSEDUR, PENGHARGAAN,
TUNJANGAN, PROMOSI, KECEMASAN
b. Predictors: (Constant), REKAN10, GAJI, ATASAN, TEKANAN, PROSEDUR, PENGHARGAAN,
TUNJANGAN, PROMOSI, KECEMASAN, PEKERJAAN
c. Predictors: (Constant), REKAN10, GAJI, ATASAN, TEKANAN, PROSEDUR, PENGHARGAAN,
TUNJANGAN, PROMOSI, KECEMASAN, PEKERJAAN, KOMUNIKASI