Pengaruh Mutu Proses Stockfit Terhadap Hasil Uji Bonding ...
Transcript of Pengaruh Mutu Proses Stockfit Terhadap Hasil Uji Bonding ...
36
Pengaruh Mutu Proses Stockfit Terhadap Hasil Uji Bonding Bottom Sepatu
Running dengan Metode Cementing di Perusahaan Sepatu Olah Raga
Karawang-Jawa Barat
Vivi Winda Sari*,Diana Ross Arief, M.A.,Ir. Cahya Widiyati, Mkes. 1Teknologi Bahan Kulit, Politeknik ATK Yogyakarta, Indonesia
ABSTRACT
Quality control is conducted to minimize the reject of production. Quality of bottom is
one of the important factors in making shoes. The bottom quality standards are determined based
on the strength of glue adhesion between the components. The study was held at one of sport shoe
companies from 13th
March to 13th
April 2017 with the purpose to reveal the quality control of the
stockfit process to the test results of running shoes bonding bottom with cementing method. The
stockfit process consists of few steps, for instance outsole buffing, outsole trimming, setting
bottom, primering, cementing, attaching, pressing, press pong-pong, and cooling. Finished
products were tested in the laboratory by random sampling. The quality control of running-shoe
bottom stockfit process uses Plan-Do-Check-Action (PDCA) method in each process and is
continued by analyzing the result of bonding test by adapting quality control tools. The result of
the analysis shows the cause of failure of bonding or reject due to less perfect glue adhesiveness
between midsole / outsole by 71,11%, midsole / midsole2 3,33%, midsole1,2 / gel outside 3,33%,
midsole1,3 / gel heel back of 18.89%, and midsole/shank is 3.33%. Quality control at this
company has been well implemented.
Keywords : Quality control, stockfit process, bonding test, running shoes, cementing
method, PDCA quality control tools.
INTISARI
Pengendalian mutu adalah pengawasan pada kegiatan produksi untuk meminimalisir
produk yang cacat. Kualitas bottom merupakan salah satu faktor penting dalam pembuatan sepatu.
Standar kualitas bottom ditentukan berdasarkan kekuatan kerekatan lem antar komponennya.
Penelitian ini dilaksanakan di salah satu perusahaan sepatu olah raga pada tanggal 13 Maret
sampai dengan 13 April 2017 dengan tujuan untuk mempelajari pengendalian mutu proses stockfit
terhadap hasil uji bonding bottom sepatu running dengan metode cementing. Proses perakitan
bottom dikerjakan dalam beberapa tahap yaitu buffing outsole, trimming outsole, setting bottom,
primering, cementing, attaching, pressing, press pong-pong, dan cooling. Pengendalian mutu hasil
jadi bottom dilakukan dengan pengujian bonding di laboratorium dengan cara pengambilan sampel
bottom secara acak. Pengendalian mutu proses stockfit bottom sepatu running menggunakan
metode Plan-Do-Check-Action (PDCA) pada setiap proses dan dilanjutkan dengan menganalisis
hasil pengujian bonding dengan mengadaptasi alat pengendalian kualitas. Hasil analisis
menunjukkan penyebab kegagalan bonding atau reject dikarenakan kerekatan lem yang kurang
sempurna antara midsole/outsole sebesar 71,11%, midsole/midsole2 sebesar 3,33%, midsole1,2/gel
outside sebesar 3,33%, midsole1,3/gel heel back sebesar 18,89%, dan midsole/shank sebesar
3,33%. Penerapan pengendalian mutu di Perusahaan ini telah dilaksanakan dengan baik.
Kata kunci : Pengendalian mutu, proses stockfit, uji bonding, sepatu running, metode cementing,
alat pengendalian kualitas PDCA.
37
PENDAHULUAN
Teknologi persepatuan di Indonesia mengalami kemajuan yang sangat pesat
seiring dengan kemajuan teknologi akan kebutuhan jenis, model, dan fungsi
sepatu yang sangat beraneka ragam. Khususnya industri sepatu olahraga yang
terus menciptakan produk-produk terbaru yang inovatif dan kreatif. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012-2017, nilai ekspor nonmigas untuk
industri alas kaki selalu mengalami kenaikan disajikan pada tabel berikut :
Tabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas (Komoditi) Alas Kaki Periode 2012-2017
Tahun 2012 2013 2014 2015 2016 2017 (Jan-Apr)
Jumlah Ekspor 3524 3860 4108 4507 4639 1594
Sumber : BPS, 2017
Kini Indonesia menjadi salah satu negara dengan perkembangan industri
sepatu berskala besar dan berkelas internasional. Sepatu merupakan salah satu
jenis alas kaki (footware) yang merupakan suatu unit yang terdiri dari beberapa
bagian dan komponen sepatu yang dirakit menjadi satu, dengan bentuk dan desain
yang bermacam-macam (Basuki, 2013).
Keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuannya ditentukan oleh berbagai
faktor, salah satu diantaranya ialah kemampuan mendapatkan order dari buyer.
Berkaitan dengan hal tersebut, perusahaan harus melakukan pengawasan dan
pengendalian terhadap produk yang dihasilkan. Proses produksi bottom sudah
dilakukan sesuai standar, akan tetapi pada pelaksanaannya masih ditemukan
kesalahan-kesalahan dimana mutu produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan
standar kualitas perusahaan dan apa yang diharapkan oleh pihak buyer.
Faktor-faktor yang menyebabkan suatu produk menjadi tidak sesuai dengan
dengan apa yang diharapkan pihak buyer menurut Chang (2003) antara lain yaitu
: tenaga kerja (SDM), kinerja mesin (peralatan), kualitas bahan baku (material),
sistem manajemen yang kurang, serta metode kerja yang tidak sesuai dengan
standar. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat melakukan pengawasan dan
memiliki standar pengendalian mutu, sehingga dapat memberikan kepuasan
38
kepada buyer serta terciptanya harapan dan kesejahteraan perusahaan (Rahmat,
2015).
Bottom merupakan bawahan sepatu yang terdiri dari beberapa komponen
yang dirakit menjadi satu (Basuki, 2013).Kualitas bottom merupakan salah satu
faktor penting dalam pembuatan sepatu. Standar kualitas bottom ditentukan
berdasarkan kekuatan kerekatan lem antar komponennya (Reebok, 1992). Oleh
karena itu, pada proses perakitan bottom sepatu perlu adanya Quality Control
guna menghindari dan meminimalisir kegagalan bonding pada saat pengujian
sehingga dapat meningkatkan mutu dari bottom.
MATERI DAN METODE
Materi yang diamati dalam pelaksanaan karya akhir berkaitan dengan
pengendalian mutu proses stockfit terhadap hasil uji bondingbottom sepatu
running dengan metode cementing di Perusahaan sepatu olah raga Karawang,
Jawa Barat. Materi yang diamati yaitu tahapan proses stockfit dan beberapa hal
yang berhubungan dengan faktor-faktor penyebab bonding yang kurang
sempurna, misalnya bahan yang digunakan dalam proses stockfit, peralatan dan
mesin, pengujian bonding untuk mengetahui kerekatan lem pada bottom, dan juga
hasil pengujian bonding guna analisis proses stockfit.
Metode yang digunakan untuk memperoleh data dimulai dengan studi
kepustakan, selanjutnya dilakukan observasi dan wawancara berdasarkan obyek
yang diamati. Langkah berikutnya praktik di lapangan secara langsung,
dokumentasi serta melakukan kuesioner kepada responden yang berkaitan dengan
obyek yang diamati, sehingga didapatkan data dan informasi yang dibutuhkan.
Dari data tersebut selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisis. Prosedur proses
stockfit dapat dilihat pada diagram alir berikut :
39
MIDSOLE
Cementing
Primering
Trimming
Pressing
(Tekanan : 35-40 kg f/cm2 , t: 8-10 detik)
OUTSOLE
Buffing
Attaching
Primering
Cementing
Press Pong-Pong
(t : 8 detik)
Kebersihan Bottom
Kerapihan Penempelan
Cacat atau tidak
Cooling
(Suhu : 21oC, t: 8-10 menit)
Bonding Test
Reject
Limbah
OK
OK
NG
Keterangan :
NG = Not Good
OK = Memenuhi
Departemen
Assembly
NG
Setting Bottom
Gambar 1. Diagram Alir Proses Stockfit
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
Pelaksanaan PDCA Pada Proses Stockfit Terhadap Hasil Uji Bonding
Pengendalian mutu dapat dilakukan dengan menggunakan konsep siklus
PDCA (Plan-Do-Check-Action) yang diperkenalkan oleh Dr. W. Edwards
Deming, seorang ahli pengendalian mutu dan kualitas berkebangsaan Amerika,
sehingga dikenal dengan siklus deming (deming cycle). Siklus PDCA merupakan
suatu proses untuk peningkatan berkesinambungan, tidak memiliki awal maupun
akhir (Herjanto, 2017).
40
Plan, perencanaan yang dilakukan yaitu bottom hasil dari proses stockfit
dikirim ke departemen laboratory untuk dilakukan pengujian bonding (kekuatan
kerekatan lem). Produksi bottom dari departemen stockfit diambil satu pasang
secara acak setiap line baik dari stockfitting gedung A maupun gedung Lean
Center per harinya. Uji bonding perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas
bondingbottom apakah sesuai standar mutu yang ditentukan oleh pihak buyer atau
belum. Hasil pengujian bonding bottom harus mendapat stampP (Passed) yang
artinya lolos uji bonding.
Do, pelaksanaan pengujian bonding yaitu secara manual. Hal ini dikarenakan
standar pengujian dari pihak buyer Asics Jepang cukup dengan uji bonding secara
manual. Prosedur pengujian dengan menggunakan alat tang dan pisau cutter, yaitu
memisahkan antar komponen bottom untuk melihat kerekatan lem. Pada uji
bonding ini, komponen phylon digunakan sebagai acuan kerekatan antar
komponen bottom lainnya seperti outsole, shank, maupun gel.
Check, pemeriksaan yang dilakukan yaitu memeriksa kerekatan antar
komponen bottom menyatu dengan midsole. Apabila terdapat komponen bottom
yang menyatu dengan midsole berarti bagus dan dapat dikatakan lolos uji bonding
dan mendapat stamp Passed, sedangkan komponen bottom yang tidak menempel
sama sekali pada midsole tidak lolos uji dan termasuk kategori Reject. Hasil
pengujian bonding dicatat dalam bentuk check sheet untuk memudahkan dalam
pembacaan hasil pengujian, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut.
Action, tindakan yang dilakukan yaitu apabila terdapat kegagalan hasil uji
bonding atau Reject, maka dilakukan retest sampai dua kali dengan mengambil
random sampling dari departemen stockfitting dengan model bottom yang sama.
Apabila sudah dilakukan retest dua kali dan hasilnya masih Reject, maka bottom
harus dikarantina untuk dihancurkan. Hal ini dikarenakan untuk menjaga kualitas
bottom dan memberi kepuasan pada buyer.
41
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengendalian Mutu Proses Stockfit
Pada pelaksanaan pengamatan yang dilakukan secara langsung, penulis
memfokuskan pada pengendalian mutu proses stockfit terhadap hasil uji bonding
bottom sepatu running dengan metode cementing. Pengendalian mutu proses
stockfit bottom sepatu running yang dilakukan di Perusahaan sepatu olah raga ini
menggunakan filosofi PDCA (Plan-Do-Check-Action).
Proses stockfit diawali dengan buffing yang bertujuan untuk menjadikan
bagian dalam outsole kasar, sehingga pori-pori terbuka, memperluas area bonding
agar bahan primer dapat masuk kedalam outsole (Wiryodiningrat, 20018). Proses
trimming adalah pembuangan scrap pada outsole bertujuan untuk mendapatkan
bentuk outsole sesuai kebutuhan. Proses setting bottom bertujuan agar komponen
bottom yaitu antara outsole dan phylon sesuai dengan model sepatu. Primering
merupakan proses pengolesan bahan primer pada komponen bottom. Cementing
merupakan proses pengeleman pada komponen bottom. Attaching yaitu
penempelan outsole dengan komponen bottom lainnya. Pressing menggunakan
alat PAD sesuai size lalu dilakukan pressing bottom dengan kuat tekanan 35-40 kg
f/cm2 selama 8-10 detik. Pres Pong-Pong difokuskan pada spot-spot tertentu
untuk menyempurnakan pres pertama dan memperbaiki bonding. Cooling dengan
memasukkan kedalam mesin chiller (pendingin) untuk mematikan sifat adhesifitas
lem agar kuat rekat lem sempurna dan tidak terbuka. Bottom didinginkan pada
temperatur 21oC selama 8-10 menit. Proses terakhir yaitu pengujian bonding di
laboratorium.
Analisa Penerapan pengendalian Mutu
Dalam upaya untuk menciptakan perbaikan kualitas yang berkelanjutan
diperlukan tools yang bisa merealisasikan hal tersebut. Tujuan penggunaan alat-
alat pengendalian kualias yaitu: mengetahui masalah, mempersempit ruang
lingkup masalah, mencari faktor yang diperkirakan merupakan penyebab,
memastikan faktor yang diperkirakan menjadi penyebab, serta mengetahui hasil
yang menyimpang atau terpisah dari hasil lainnya (Arif, 2016).
42
Hasil pengujian bonding dari departemen stockfit bottom digunakan untuk
penilain mutu. Pada penentuan standar mutu bottom dilakukan dengan cara
pengendalian oleh pengambilan contoh (sampling) untuk dilakukan pengujian
yang berkaitan dengan keberhasilan bonding pada proses stockfit. Hasil pengujian
yang didapat selama pelaksanaan magang kemudian dilakukan analisa
menggunakan check sheet, sehingga dapat diketahui jumlah reject dari seluruh
sampel yang diuji dengan ketentuan P (Passed) dan R (Reject).
Tabel 2. Hasil Uji Bonding Secara ManualSelama Pelaksanaan Magang
No. Tanggal
Line Dept. Stockfit
(Gedung "A")
Line Dept.
Stockfit
(Lean
Center)
Total
Rejected
1 2 3 4 5 1 2 3 ∑ %
1 13/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
2 14/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
3 15/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
4 16/03/2017 P P P P P P P R 1 12,5
5 17/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
6 18/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
7 19/03/2017
8 20/03/2017 P P P P P P P P 0 0,0
9 21/03/2017 P P P P P P R R 2 25,0
10 22/03/2017 P P P P P R R R 3 37,5
11 23/03/2017 P P R P P P P P 1 12,5
12 24/03/2017 P P P P P R P P 1 12,5
13 25/03/2017 P P P R R P P P 2 25,0
14 26/03/2017
15 27/03/2017 P P P P R P P P 1 12,5
16 28/03/2017
43
17 29/03/2017 P R R R R P P P 4 50,0
18 30/03/2017 P R P R P P P P 2 25,0
19 31/03/2017 P P P R P P P P 1 12,5
20 01/04/2017 P P P R P P P P 1 12,5
21 02/04/2017
22 03/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
23 04/04/2017 P P R P P P P P 1 12,5
24 05/04/2017 R P P P R P P P 2 25,0
25 06/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
26 07/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
27 08/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
28 09/04/2017
29 10/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
30 11/04/2017 R P P R P P P P 2 25,0
31 12/04/2017 P P P P R P P P 1 12,5
32 13/04/2017 P P R R R P R P 4 50,0
Sumber: PT. Beesco Indonesia, 2017
Pembuatan grafik dapat memudahkan dalam pembacaan dan menjelaskan
data lebih cepat.
Gambar 2. Grafik Hubungan antara Nomer Line dengan Jumlah Reject
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
2 24
7
11
23 3
02468
1012
0 1 2 3 4 5 6
Jum
lah
Re
ject
Nomer Line
Gedung A
Lean Center
44
Data hasil pengujian bonding dalam bentuk check sheet dapat diubah menjadi
bentuk diagram batang untuk memudahkan dalam menganalisis data.
Gambar 3. Histogram Presentase Reject Hasil Uji Bonding Proses
Stockfit
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
Stratifikasi bertujuan untuk mengklasifikasi persoalan menjadi unsur-unsur
tunggal dari persoalan (Tjiptono & Diana, 2003).
Tabel 3. Analisa Jenis Reject Pada Uji Bonding Secara Manual
Code
of
Reject
Jenis Reject Total
Reject
Persentase
Reject
M Midsole/Outsole 64 71,11 %
N Midsole/Midsole 2 3 3,33 %
P Midsole 1,2/Gel Outside 3 3,33 %
Q Midsole 1,3/Gel Heel Back 17 18,89 %
R Midsole/Shank 3 3,33 %
Jumlah 90 100 %
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
0,0
10,0
20,0
30,0
40,0
50,0
60,0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31
Pre
sen
tase
Reject
Nomer Urut
45
% reject dihitung menggunakan rumus :
% 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡 =jumlah 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡
jumlah total 𝑟𝑒𝑗𝑒𝑐𝑡× 100%
Jenis reject tersebut berarti kerekatan antara komponen bottom tidak
sempurna sehingga menjadi penyebab kegagalan bonding proses stockfit pada saat
dilakukan pegujian di laboratorium.
Hasil dari pengelompokan data diatas dapat dibuat diagram pareto untuk
memudahkan dalam mengklasifikasikan menurut sebab dan gejalanya. Masalah
didiagramkan menurut prioritas atau tingkat kepentingannya, dimana 100%
merupakan kerugian total.
Gambar 4. Diagram Pareto
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
Berdasarkan diagram pareto di atas dapat dilihat bahwa jumlah reject yang
paling sering terjadi selama pengujian bonding bottom adalah disebabkan karena
kerekatan antara midsole dengan outsole kurang sempurna. Hasil tersebut dapat
dijadikan sebagai fokus evaluasi untuk menemukan faktor-faktor yang
menyebabkan kegagalan bonding untuk perbaikan kualitas bonding pada bulan-
bulan berikutnya.
Berdasarkan analisis menggunakan beberapa alat pengendalian kualitas diatas
belum diketahui akar-akar penyebab masalah kegagalan proses stockfit pada saat
dilakukan pengujian bonding bottom, sehingga perlu dilakukan analisis
menggunakan diagram sebab-akibat untuk menemukan faktor-faktor yang
64
173 3 3
020406080100
020406080
Jum
lah
Re
ject
Jenis Reject
46
berpengaruh pada kegagalan bonding. Fungsi dari diagram sebab-akibat yaitu
menemukan akar penyebab kegagalan bonding, sehingga didapat solusi guna
perbaikan proses stockfit dan menurunkan angka kegagalan bonding pada saat
dilakukan pengujian.
Bonding Test
Rejected
Metode
MesinMaterial
Manusia
Pengeringan kurang sempurna
Produktivitas
mesin menurun
Kurang pemeliharaan
Suhu mesin
tidak stabil
Pengecekan
suhu kurang
Pengecekan pada saat rusak
KesalahanKelelahan
Kurang
keahlian
Sistem manajemen kurang
Kurangnya training
Kesalahan recruitment
Tingkat pendidikan
rendah
Lem kurang
nempel
Lem kadaluarsa
Cara penyimpan
salah
Buffing outsole kurang sempurna
Outsole/phylon kotor
Kualitas outsole kurang baik
Bonding rejected
SOP kurang
dipahami
Kurangnya
sosialisasi SOP
Perekatan kurang sempurna
Target produksi
Cara pengolesan berbeda
antar operator
SOP dalam bentuk gambar
Gambar 5. Diagram Sebab-Akibat
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
Permasalahan dan Pemecahan Masalah Pada Proses Stockfit Terhadap Hasil
Uji Bonding Bottom Sepatu Running dengan Metode Cementing
Bonding Test Rejected Speciment
Pengujian bonding dilakukan untuk mengetahui menempelnya bahan antar
bahan pada bottom. Hal ini berhubungan dengan kerekatan lem pada proses
stockfit. Pengujian bonding di Perusahaan ini ada dua cara yaitu manual dan
menggunakan mesin. Akan tetapi standar pengujian cukup dengan menggunakan
bonding test by manual.
Kegagalan bonding pada saat dilakukan pengujian disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu mulai dari kualitas material hingga kesalahan pada saat proses,
sehingga pada saat uji kerekatan lem tidak menempel antara outsole dengan
midsole. Terdapat point-point pada pengujian bonding bottom secara manual yang
47
digunakan sebagai standar penentuan hasil tes bonding. Berikut merupakan
standar point pengujian bottom secara manual :
Tabel 4. Standar Penentuan Point Pada Tes Bonding Manual
Grade
Score Keterangan
4 Bagus (midsole menyatu dengan outsole/komponen
lain)
3 Kurang bagus (sedikit terkelupas)
2 Tidak bagus (terkelupas/reject)
Sumber: Dokumentasi Perusahaan, 2017
Bonding test speciment yang gagal dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Reject Disebabkan Kerekatan antara Midsole Dengan Outsole Tidak
Sempurna
Sumber : Dokumentasi Perusahaan, 2017
Gambar diatas merupakan contohreject yang disebabkan karena tidak
sempurnanya kerekatan antara midsole dengan outsole. Reject tersebut merupakan
penyebab kegagalan uji bonding paling banyak yang mencapai 71,11%. Hal ini
perlu dilakukan analisis lebih lanjut untuk evaluasi proses stockfit agar
kedepannya dapat mengahasilkan bottom dengan kualitas bonding yang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan pada proses stockfit terdapat beberapa
permasalahan yang menyebabkan kegagalan bondingbottom pada saat dilakukan
pengujian yaitu sebagai berikut :
Bonding
gagal
Lem
tidak
nempel
48
1) Buffing Outsole Kurang Sempurna
Proses pengkasaran yang tidak sempurna dapat menyebabkan permukaan
bonding kurang, sehingga efek anchor yang didapat kurang sempurna
(meresapnya bahan perekat kedalam bahan yang akan direkat). Cara untuk
meminimalisir reject bonding yang disebabkan karena outsole pada saat
buffing, perusahaan perlu memberikan pelatihan-pelatihan kerja kepada
karyawan agar memiliki skill yang cukup dan tetap konsisten pada kualitas
produk yang dihasilkan dan penyebab reject karena outsole dapat
diminimalisir dan dikendalikan.
2) Permukaan outsole kotor disebabkan karena debu yang menempel maupun
sisa buffing yang masih tertinggaldapat mempengaruhi proses pengeleman
karena terdapat kotoran yang masih menempel. Proses brushing atau
pembersihan debu hasil buffing yang kurang sempurna dapat dilakukan
pembersihan dengan air menggunakan kain yang diikat pada ujung sikat. Hal
tersebut dapat membersihkan permukaan outsole yang kotor.
3) Proses pengolesan bahan primer maupun lem belum sesuai standar, sehingga
proses cementing tidak merata antara operator satu dengan lainnya. Cara
untuk meningkatkan kualitas hasil primering maupun cementing yaitu
perusahaan perlu mengadakan training kompetensi agar karyawan memiliki
kemampuan sesuai posisinya. Hal tersebut dapat menambah skill karyawan
meningkatkan kualitas bonding bottom dan untuk meningkatkan kualitas hasil
produksi.
4) Penggunaan dan penyimpanan peralatan untuk proses pengeleman belum
sesuai SOP. Misalnya mangkok tempat lem tidak ditutup, sehingga lem lebih
mudah kering sebelum digunakan serta daya kerekatan pada bahan akan
berkurang. Solusi untuk hal ini yaitu memeberikan arahan kepada karyawan
agar memenuhi SOP (Standart Operational Prosedure) sehingga reject yang
timbul berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi reject selama produksi
dapat diminimalisir.
5) Proses pengeringan kurang sempurna dikarenakan suhu mesin pengering
(chamber) yang kurang stabil, sehingga dapat menyebabkan kondensasi
49
embun pada bottom dan penyerapan perekatan pada permukaan bahan tidak
sempurna. Hal ini dikarenakan kurangnya pengecekan suhu pada saat proses
berlangsung. Solusi untuk hal ini yaitu melakukan pengecekan suhu secara
rutin pada saat proses produksi berlangsung untuk menjaga suhu agar tetap
stabil.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Pertama, pengendalian mutu proses stockfit menggunakan filosofi PDCA
dan penetapan standar mutu bonding bottom dilakukan dengan pengambilan
sampel secara acak untuk dilakukan pengujian kerekatan lem (bonding test). Hasil
pengujian digunakan untuk mengevaluasi proses stockfitberdasarkan penyebab
reject. Kualitas bonding akan mempengaruhi salah satu dari 8 konsep mutu yaitu
sifat durability (keawetan) suatu produk (Muhandri, 2005).
Kedua, kegagalan bonding paling banyak dikarenakan kerekatan lem yang
kurang sempurna antara midsole/outsole sebesar 71,11%. Hal ini disebabkan
faktor manusia, mesin, metode, dan material.
Saran
Pengujian bonding bottom sepatu running secara manual tingkat
kevalidannya kurang, sehingga perlu dilakukan uji bonding menggunakan mesin
meskipun membutuhkan waktu yang relatif lama.
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2016. Bahan Ajar Rancangan Teknik Industri. Deepublish. Yogyakarta.
Basuki, D.A. 2013. Teknologi dan Produksi Sepatu Jilid I. Citra Media.
Yogyakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Perkembangan Ekspor NonMigas (Komoditi)
Periode : 2012-2017. (Online, accesed 10 Juli 2017). URL :
http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/indonesia-export-
import/growth-of-non-oil-and-gas-export-commodity
50
Chang, P.M.K. 2003. Pengendalian Mutu Terpadu untuk Industri Tekstil dan
Konfeksi. Pradnya Paramita. Jakarta.
Herjanto, E. 2017. Manajemen Operasi (Edisi 3). PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia. Jakarta.
Muhandri, T., dan D. Kadarisman. 2005. Sistem Jaminan Mutu Industri
Pangan. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas
Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.
Rahmat, A.S. 2015. Peningkatan Mutu Produk Mochi Lampion Kaswari
Sukabumi dengan Metode QFD. Jakarta, dalam Jurnal Ilmiah
Teknik Industri (2015), Vol. 3 No. 1, 1-9.
Reebok. 1992. Reebok Bonding Guide. Property of Reebok International
limited. Yogyakarta.
Tjiptono, F., dan Diana, A. 2003. Total Quality Management. Edisi Revisi.
Andi. Yogyakarta.
Wiryodiningrat, S. 2008. Pengetahuan Bahan untuk Pembuatan Sepatu atau
Alas Kaki. Citra Media. Yogyakarta.