Pengaruh Information Technology Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan
-
Upload
brutal-dab -
Category
Documents
-
view
15 -
download
5
description
Transcript of Pengaruh Information Technology Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan
PENGARUH INFORMATION TECHNOLOGY RELATEDNESS TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
(Penelitian terhadap Perusahaan Perbankan di Jawa Tengah)
Abstract
The principal purpose of this study was to examine the influence of information technology (IT) relatedness with corporate performance. Measurement of IT relatedness uses a reflective second-order factor modeling approach for capturing complementarities among the four dimensions of IT relatedness (IT strategy making processes, IT vendor management processes, IT human resource management processes and IT infrastructure). Based on the resource-based view of diversification and the economic theory of complementarities, the two major sources of cross-unit IT synergy in the corporate was the relatedness and complementarity of IT resources. According RBV concept, the use of IT relatedness as a complementarity unit create super-additive value synergies and be used as competitive sustainability advantage to improve corporate performance
Collecting data in this research, by a survey of 93 office manager branch banking in Central Java. Data analysis uses Structural Equation Model (SEM) with the program SmartPLS (Partial Least Square).
The findings are the information technology relatedness influence positively to corporate performance as hypothesized. The diversification level of the product moderates the relationship between IT relatedness and corporate performance. It can be concluded that the super-additive value synergies arising from the use of a complementary set of IT resources and management processes have significant effects on corporate performance.
Keywords: Information Technology Relatedness, Product diversification level, Corporate Performance, Second Order Construct, Partial Least Square.
Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompleks menuntut adanya berbagai
perubahan terhadap praktek bisnis yang telah dilakukan. Perubahan ini dilakukan dengan
tujuan agar organisasi bisnis tetap berjalan dan bahkan dapat meningkatkan kinerja
bisnisnya (Sigalotang, Pontoh dan Syahrir, 2006). Hal ini dapat dilihat dari perubahan di
sekitar kita, misalnya fenomena banyaknya fasilitas layanan berbasis teknologi yang
disediakan oleh bank berupa automatic teller machine (ATM), phonebanking,
internetbanking, mobile banking (m-banking), payment point dan lain sebagainya. Ini
1
menunjukkan bahwa peranan sistem informasi menjadi semakin meningkat mengikuti
teknologi informasi (McLeod, 1996).
Semakin pentingnya teknologi informasi bagi keberhasilan organisasi secara
keseluruhan memperluas peran fungsi sistem informasi. Teknologi informasi telah
memainkan peran stratejik dan signifikan dalam organisasi (Wade dan Hulland, 2004).
Terbukti dengan alokasi lebih dari 50 persen investasi modal perusahaan-perusahaan
yang ada di Amerika Serikat dan 4.2 persen dari pendapatan tahunan mereka untuk
teknologi informasi (Weill dan Ross, 2004 dalam Tanriverdi, 2006). Demikian pula
investasi teknologi informasi di Indonesia, khususnya pada bidang perbankan dengan
banyaknya penyediaan fasilitas layanan berbasis teknologi untuk mendukung
operasionalnya menunjukkan bahwa bank mengalokasikan investasi yang relatif tinggi
dalam teknologi informasi. Bahkan anggaran dana untuk investasi teknologi informasi
pada salah satu bank di Indonesia mencapai 200 juta dolar Amerika (Departemen
Keuangan Republik Indonesia, 2006).
Investasi tersebut mendorong perusahaan untuk mempelajari teknologi informasi
agar dapat dimanfaatkan secara maksimal, sehingga memberikan dampak positif
terhadap kinerja (Lestari, 2007). Pengaturan dan pengelolaan teknologi informasi dalam
perusahaan memiliki implikasi penting bagi kemampuan perusahaan dalam
memanfaatkan sinergi lintas unit (Sambamurthy dan Zmud, 1999).
Berdasarkan diversifikasi resource-based view (RBV) dan teori ekonomi
complementarities, sumber utama sinergi lintas unit pada perusahaan adalah resource
relatedness dan resource complementarity (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).
Keduanya masing-masing mampu menciptakan sinergi lintas unit (Farjoun, 1998).
Sinergi tersebut dapat membentuk sub additive cost dan nilai super additive.
2
Sinergi sub additive cost timbul dari dimensi-dimensi individual information
technology relatedness (ITR) yang terkait dengan biaya produksi. Ketika unit-unit bisnis
dalam perusahaan menggabungkan biaya produksi atas penggunaan dimensi individual
information technology relatedness yaitu: information technology strategy making
processes, information technology vendor management processes, information
technology human resource management processes dan information technology
infrastructure antar unit bisnisnya maka akan menghasilkan biaya produksi yang lebih
kecil sehingga menciptakan sinergi sub additive cost.
Sinergi nilai super additive timbul dari complementarity empat aspek dimensi
information technology relatedness. Karena nilai gabungan dari penggunaan
complementarity information technology relatedness dalam unit bisnis lebih besar dari
penjumlahan nilai-nilai individual information technology relatedness. Eksploitasi
sinergi lintas unit dari pengelolaan teknologi informasi tersebut akan berpengaruh secara
positif terhadap kinerja perusahaan (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).
Dalam konsep resource-based view, ketika perusahaan menerapkan empat
dimensi information technology relatedness sebagai satuan komplementer, maka menjadi
sukar untuk ditiru perusahaan lain (Tanriverdi dan Venkatraman, 2005).
Complementarity information technology relatedness tersebut kemudian dapat
diterapkan oleh perusahaan yang bersangkutan sebagai competitive sustainability
advantage sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan (Roy dan Aubert, 1999).
Konsep bahwa information technology relatedness berpengaruh terhadap kinerja
seperti tersebut diatas didukung oleh hasil penelitian, diantaranya Tanriverdi (2005)
menunjukkan bahwa sinergi dari information technology relatedness unit-unit bisnis
meningkatkan knowledge management capability lintas unit perusahaan. Kemudian
3
knowledge management capability dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Sehingga information technology relatedness secara tidak langsung memiliki pengaruh
yang signifikan pada kinerja melalui knowledge management capability.
Penelitian yang menguji pengaruh information technology relatedness terhadap
kinerja perusahaan dengan tingkat diversifikasi produk sebagai variabel moderating
belum banyak di Indonesia. Penelitian ini mereplikasi penelitian yang dilakukan oleh
Tanriverdi (2006), yang meneliti pengaruh kinerja dari information technology
relatedness pada perusahaan multibisnis. Tanriverdi (2006) juga menguji peran moderasi
tingkat diversifikasi perusahaan dan model pengelolaan teknologi informasi terhadap
pengaruh antara information technology relatedness dengan kinerja perusahaan.
Pada perusahaan multibisnis, tingkat diversifikasi mengacu pada bagaimana
perusahaan beroperasi pada segmen bisnis (industri) yang berbeda-beda. Sehingga
meningkatnya tingkat diversifikasi perusahaan dapat menghambat pengaruh information
technology relatedness ke kinerja perusahaan (Palepu, 1985). Sedangkan pada
perbankan, pemanfaatan teknologi informasi untuk menciptakan produk funding
merupakan salah satu upaya diversifikasi produk. Semakin tinggi diversifikasi produk,
memungkinkan suatu bank mengeksploitasi lebih terhadap penggunaan complementarity
information technology relatedness dan proses manajemen dalam memaksimalkan hasil
yang diperoleh. Sehingga tingkat diversifikasi produk perbankan dapat memoderasi
hubungan antara information technology relatedness dan kinerja perusahaan.
Penelitian ini menguji pengaruh information technology relatedness yang terdiri
dari empat dimensinya terhadap kinerja perusahaan (corporate performance) dan
menguji kekuatan moderasi variabel tingkat diversifikasi produk terhadap hubungan
antara information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan.
4
Telaah Pustaka dan Pengembangan Hipotesis
Resource Based View (RBV)
Teori yang mendasari penelitian ini adalah Efficiency-based View yang lebih
sering dikenal Resource-based View (RBV). RBV dapat diartikan sebagai model berbasis
sumber daya yang fokus pada pengembangan atau perolehan sumber daya dan
kapabilitas berharga yang sulit atau tak mungkin ditiru oleh pesaing (Hamdan, 2007).
Dierickx dan Cool dalam Roy dan Aubert (1999) berargumen Resource-based
View adalah jika perusahaan memiliki sumber daya yang sukar untuk ditiru atau
diggantikan dan kemudian dapat diterapkan sebagai suatu competitive strategies, dimana
perusahaan lain tidak dapat menerapkan strategi yang sama karena tidak mempunyai
akses atas equivalent set of resources tersebut. Sehingga secara implisit, argumentasi ini
berasumsi perusahaan memiliki proses tertentu atas sumber dayanya sehingga dapat
digunakan secara efektif untuk mencapai tujuan strategis. Postulat inti teori Resource-
based View ini adalah sumber daya dan kemampuan inti perusahaan dapat menghasilkan
competitive sustainability advantage yang mampu meningkatkan kinerja perusahaan
(Roy dan Aubert, 1999). Hal ini dapat difokuskan pada pertimbangan strategis
perusahaan ketika mengembangkan dan menggunakan “skills or knowledge sets” yang
terdiri atas sistim informasi organisasi (Quinn dan Hilmer dalam Roy dan Aubert, 1999).
Berdasarkan teori RBV, penelitian ini mengidentifikasi information technology
relatedness dengan empat dimensinya dapat menjadi sumber daya dan kapabilitas yang
berharga, jarang dan sulit untuk ditiru oleh para pesaing karena memberikan nilai unik
sebagai kesatuan sumber daya complementarity ketika diterapkan pada suatu perusahaan.
Sebagai satuan set sumber daya complementarity, information technology relatedness
menciptakan sinergi nilai super- additive (Barua dan Whinston, 1998 dalam Tanriverdi,
5
2006). Peningkatan sinergi nilai super-additive yang timbul dari penggunaan satuan
complementarity dari sumber daya teknologi informasi dan proses manajemen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap kinerja perusahaan (Tanriverdi, 2006).
Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja
Berdasarkan diversifikasi RBV, jika suatu sumber daya tidak strategis,
relatedness nya tidak dapat menciptakan sinergi lintas unit yang strategis. Karenanya,
diversifikasi RBV mengusulkan sebagai fakta bahwa relatedness dari suatu sumber daya
yang nonstrategic tidak dapat meningkatkan kinerja perusahaan (Farjoun, 1994; Robin
dan Wiersema, 1995). Namun, sebagai sistem pelengkap, empat dimensi information
technology relatedness menjadi lebih berharga, jarang dan sukar untuk ditiru. Suatu
satuan komplementer sumber daya menyediakan nilai unik pada perusahaan. Ketika
membandingkan sinergi yang timbul dari resource relatedness, sinergi yang meningkat
dari resource complementarity adalah jauh lebih sulit untuk diamati dan ditiru
(Tanriverdi dan Venkatraman, 2005). Pesaing pada umumnya kekurangan tinjauan
strategis ke masa depan untuk mengakui complementarity (Milgrom dan Roberts, 1995).
Sekalipun pesaing dengan sukses mengenali complementarity, kemudian
menirunya dengan sukses, pesaing harus membuat perubahan systemic pada ke-empat
dimensi information technology relatedness unit bisnis secara serempak. Terkaitan
dengan complementarity, kegagalan implementasi pada satu dimensi akan secara negatif
mempengaruhi kegagalan implementasi dari dimensi lain, sehingga mendorong pada
arah kegagalan dari keseluruhan usaha untuk meniru (Milgrom dan Roberts, 1995).
Pengaruh information technology relatedness terhadap kinerja nampaknya akan
tergantung pada complementarity empat dimensi information technology relatedness.
6
Dalam hal ini penggunaan complementarity dari empat dimensi information technology
relatedness dapat menciptakan sinergi nilai super-additive. Complementarity information
technology relatedness tersebut kemudian mampu diterapkan oleh perusahaan yang
memiliki proses tertentu atas sumber dayanya sebagai competitive sustainability
advantage sehingga mampu meningkatkan kinerja perusahaan (Roy dan Aubert, 1999).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tanriverdi (2006) memperoleh bukti bahwa
information technology relatedness berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
perusahaan. Sehingga hipotesis pertama penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1: Information technology relatedness berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan.
Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja dengan Tingkat
Diversifikasi Produk sebagai Moderator
Penggunaan teknologi informasi semakin penting karena tren bisnis perbankan
saat ini tidak mengandalkan pada pendapatan bunga semata namun sudah ditambah
dengan fee based income (Supriyanto, 1996). Hal itulah yang mendorong pemanfaatan
teknologi informasi dalam perbankan untuk menciptakan produk funding guna
meningkatkan penghimpunan dana. Ansoff dalam Jauh L. dan Glueck W. (1997)
menyebutkan salah satu alternatif perusahaan dalam merencanakan bentuk diversifikasi
dapat melalui terciptanya fungsi baru berupa produk yang sama atau mirip jenisnya.
Diversifikasi tersebut dapat dipandang sebagai cara untuk mengubah pusat biaya internal
yang sekarang menjadi penghasil laba serta dapat diorientasikan pada nonproduk (jasa).
Dengan adanya diversifikasi produk jasa perbankan, memungkinkan bank
mengeksploitasi lebih terhadap penggunaan complementarity information technology
7
relatedness dan proses manajemen dalam memaksimalkan hasil yang diperoleh dari
menciptakan produk yang beragam ini. Misalnya keinginan bank untuk memperkuat
posisi dalam persaingan bisnis yang semakin ketat dengan menggunakan diversifikasi
produk, akan memaksa bank untuk meningkatkan dan mempererat hubungan kerjasama
dengan para vendor dalam outsourcing information technology, meningkatkan koordinasi
strategi lintas unit bisnis, semakin memanfaatkan infrastruktur teknologi informasi yang
ada dalam perusahaan serta kesiapan sumber daya manusia dalam menunjang
keberhasilan kinerja (Hapsari, 2004). Sehingga diharapkan meningkatkan sinergi nilai
yang diperoleh dari complementarity information technology relatedness.
Hubungan diversifikasi produk terhadap kinerja pada beberapa penelitian
terdahulu dapat dikatakan tidak konsisten, dimana diversifikasi produk dapat menjadi
faktor independen, namun ada pula yang menempatkannya sebagai moderator bagi
kinerja (Hoopes, 1999). Hasil penelitian Tanriverdi (2006) mendukung variabel tingkat
diversifikasi perusahaan (merupakan tingkat diversifikasi un related) sebagai variabel
moderating dalam pengaruh information technology relatedness terhadap kinerja.
Dalam penelitian ini, strategi diversifikasi produk perbankan akan lebih
meningkatkan sinergi penggunaan complementarity information technology relatedness
yang ada dalam suatu bank karena sinergi nilai yang muncul untuk penggunaan
complementarity information technology relatedness relatif akan lebih meningkat
dibandingkan dengan ketika bank tidak mempunyai diversifikasi produk yang beragam.
H2: Hubungan positif information technology relatedness terhadap kinerja
perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
diversifikasi produk perbankan.
Model penelitian dapat dilihat dalam Gambar 1 pada lampiran
8
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian hypotheses testing dan tipe hubungan antar
variabel dalam penelitian ini adalah kausalitas.
Populasi dan Prosedur Pengumpulan Data
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan kantor cabang perbankan di
Jawa Tengah, (kantor cabang utama dan kantor cabang pembantu) yang termasuk dalam
kategori bank umum (bank pemerintah dan bank swasta). Perusahaan kantor cabang
perbankan diproksikan melalui pimpinan kantor cabang perbankan.
Penelitian ini menggunakan metode sensus dengan mengirimkan kuesioner
melalui pos dan penyampaian langsung kepada keseluruhan populasi yaitu sejumlah 250
kantor cabang perbankan di Jawa Tengah. Data nama bank dan alamat kantor cabang
diperoleh dari Bank Indonesia (BI) Jawa Tengah. Jumlah tersebut merupakan jumlah
seluruh bank cabang yang ada di Jawa Tengah yang masih aktif sampai dengan 31 Juli
2007. Meskipun demikian penelitian ini hanya dapat menganalisis 93 kantor cabang
perbankan di Jawa Tengah sehubungan dengan jumlah kuesioner yang dapat digunakan.
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian menggunakan instrumen yang telah digunakan pada
penelitian sebelumnya. Tanriverdi (2006); Tanriverdi dan Venkatraman (2005) dan
Hongxin Zao dan Yadong Luo (2002).
Information Technology Relatedness
Pengukuran dari information technology relatedness mengikuti Tanriverdi dan
Venkatraman (2005), dan Tanriverdi (2006) yaitu dengan menggunakan
complementarity dari empat dimensi. Untuk menangkap complementarity antara empat
9
dimensi information technology relatedness tersebut menggunakan suatu pendekatan
model reflective secon order factor.
Information technology relatedness perusahaan didefinisikan sebagai penggunaan
infrastruktur teknologi informasi dan proses manajemen teknologi informasi secara
bersama antar unit-unit bisnis yang terdiri dari, relatedness of information technology
strategy making processes, relatedness of information technology vendor management
processes, relatedness of information technology human resource management
processes, relatedness of information technology infrastructure (Tanriverdi, 2006). Total
ukuran untuk keempat dimensi information technology relatedness sejumlah 19 item
pertanyan yang dikembangkan oleh Tanriverdi (2006). Ukuran tersebut masing-masing
didasarkan pada tanggapan subyek terhadap serangkaian item yang menggunakan skala
lima poin, yang dimulai dari: 1 (didesain spesifik untuk semua atau hampir semua unit-
unit bisnis), 2 (didesain spesifik untuk sebagian besar unit-unit bisnis), 3 (netral; didesain
spesifik dan umum untuk unit-unit bisnis), 4 (didesain umum untuk sebagian besar unit-
unit bisnis), 5 (didesain umum untuk semua atau hampir semua unit-unit bisnis).
Masing-masing dimensi dalam information technology relatedness didefinisikan
sebagai berikut :
1. Dimensi information technology strategy making processes fokus pada penggunaan
dari proses managerial umum yang memungkinkan meningkatkan koordinasi strategi
teknologi informasi pada lintas unit bisnis : sebagai contoh, proses umum untuk
merumuskan strategi teknologi informasi (Segars dan Grover, 1998), menyesuaikan
bisnis dan strategi teknologi informasi (Sabherwal dan Chan, 2001), mengelola
hubungan antara unit bisnis dan teknologi informasi (Henderson, 1990 dalam
Tanriverdi, 2006), serta penanam modal dalam teknologi informasi (Weill dan
10
Broadbent, 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Ukuran untuk mewakili dimensi ini
berjumlah 3 item pertanyaan seperti “strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk
berinvestasi dalam teknologi informasi”. Jawaban 1 = berarti strategi dalam
berinvestasi teknologi informasi akan lebih spesifik untuk diarahkan pada unit-unit
bisnis dan sebaliknya mendekati menjawab 5 = berarti strategi dalam berinvestasi
teknologi informasi lebih umum untuk semua unit-unit bisnis.
2. Dimensi information technology vendor management processes fokus pada
penggunaan tujuan strategis umum dan proses manajemen vendor yang mungkin
meningkatkan koordinasi hubungan information technology vendor dan peningkatan
kekuatan negosiasi perusahaan terhadap information technology vendor: sebagai
contoh, tujuan strategis umum untuk memasuki hubungan vendor, proses yang umum
untuk negosiasi, deal making, deal management (Brown dan Ross, 2003). Ukuran
untuk dimensi ini dengan menggunakan 4 item pertanyaan. Diantara pertanyaan yang
diajukan adalah “Proses yang digunakan oleh perusahaan untuk bernegosiasi dan
membuat kesepakatan dengan vendor teknologi informasi dan penyedia jasa”,
apabila jawaban angka 1 maka berarti dalam bernegosiasi dengan vendor teknologi
informasi untuk setiap unit-unit bisnis akan lebih bervariasi sesuai dengan kebutuhan
masing-masing unit dan sebaliknya mendekati jawaban 5 = berarti dalam
bernegosiasi dengan vendor teknologi informasi lebih untuk semua unit-unit bisnis
secara umum.
3. Dimensi information technology human resource management processes fokus pada
penggunaan dari proses information technology human resource (IT-HR) umum
yang mungkin membuka peluang suatu perusahaan untuk mengeksploitasi
ketrampilan teknologi informasinya dan know how pada lintas berbagai unit bisnis:
11
sebagai contoh, perekrutan, pelatihan, motivasi dan retention processes (Agarwal dan
Ferratt, 2002). Untuk mengukurnya dengan menggunakan 5 item pertanyaan,
diantaranya dengan pertanyaan “Proses yang digunakan oleh perusahaan untuk
mengidentifikasi dan menerima kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM)
teknologi informasi”. Semakin ke arah jawaban angka 5 maka dalam rekruitment
SDM teknologi informasi akan lebih didesain secara umum untuk semua unit-unit
bisnis dalam perusahaan.
4. Dimensi information technology infrastructure fokus pada penggunaan dari
perangkat keras umum, perangkat lunak dan teknologi komunikasi pada lintas unit
bisnis (Weill dan Broadbent, 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Dalam dimensi ini
diukur dengan menggunakan 7 item pertanyaan. Beberapa pertanyaan yang diajukan
adalah: “Kebijakan yang digunakan oleh perusahaan untuk mengatur infrastruktur
teknologi informasi antar unit bisnis; standar software, hardware dan komunikasi
teknologi informasi yang digunakan oleh perusahaan untuk unit-unit bisnisnya”.
Semakin ke arah jawaban angka 5 maka infrastruktur teknologi informasi dan standar
software, hardware serta standar komunikasi teknologi informasi perusahaan akan
lebih didesain secara umum untuk semua unit-unit bisnis dalam perusahaan.
Tingkat Diversifikasi Produk
Tingkat diversifikasi produk dalam penelitian ini juga dikenal sebagai variabel
moderating yang diartikan sebagai tingkat pengembangan produk yang memperhatikan
tingkat teknologi yang digunakan, keinovatifan, kesesuaian terhadap kebutuhan
pelanggan, harga, keunggulan dibanding pesaing, dengan melihat pada kemampuan
bisnis yang dimiliki perusahaan dan memperhatikan produk pesaing sehingga merupakan
karakteristik produk dari perusahaan itu sendiri (Hongxin Zao dan Yadong Luo, 2002).
12
Instrumen variabel tingkat diversifikasi produk dikembangkan oleh Hongxin Zao
dan Yadong Luo (2002). Terdiri dari 5 item pertanyaan dengan menggunakan skala likert
5 poin dimulai dari nilai 1 jika sangat tidak setuju hingga nilai 5 jika sangat setuju.
Pertanyaan yang diajukan diantaranya “Perusahaan melakukan pengembangan produk
(jasa yang ditawarkan) dengan memperhatikan tingkat peran teknologi dalam produk
(jasa)”. Jawaban dengan angka 1 berarti sangat tidak setuju menunjukkan bahwa
perusahaan tidak melakukan pengembangan produk (jasa yang ditawarkan) kepada
nasabah perusahaan (bank) dengan memperhatikan tingkat peran teknologi. Demikian
sebaliknya, semakin mendekati angka 5 berarti sangat setuju menunjukkan perusahaan
melakukan pengembangan produk (jasa yang ditawarkan) kepada pelanggan dengan
sangat memperhatikan tingkat peran teknologi.
Kinerja Perusahaan (Corporate Performance)
Kinerja perusahaan mencakup kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga
dihasilkan ukuran kinerja yang obyektif (Govindarajan dan Fisher, 1990). Instrumen ini
dikembangkan oleh Govindarajan dan Fisher (1990) berupa kinerja persepsian dengan
membandingkan kinerja yang dicapai saat ini dan standar kinerja yang telah ditargetkan
perusahaan. Instrumen ini diukur dengan 9 item yang menggunakan skala lima poin,
dimulai dari 1 (signifikan di bawah standar kinerja) sampai 5 (signifikan di atas standar
kinerja). Beberapa pertanyaan yang diajukan selain yang tercakup dalam kinerja finansial
adalah bagaimanakah pencapaian kinerja relatif perusahaan bapak/ibu dari aspek
pengembangan produk baru, market share, market development saat ini dibandingkan
dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Aspek-aspek pengembangan produk
baru, market share dan market development dengan skala rendah (1) menunjukkan
bahwa kinerja dalam bidang itu relatif dibawah standar kinerja yang telah ditetapkan dan
13
sebaliknya skala tinggi (5) menunjukkan pencapaian kinerja dalam bidang
pengembangan produk baru, market share dan market development relatif diatas standar
kinerja yang telah ditetapkan.
Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan pendekatan Structural Equation
Model (SEM) dengan menggunakan software Partial Least Square (PLS).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Responden
Kuesioner yang kembali dalam penelitian ini sebanyak 104, terdiri dari 29
kuesioner melalui pos dan 75 kuesioner yang diambil langsung. Dari jumlah kuesioner
yang kembali, terdapat 11 kuesioner yang unusable. Sehingga total yang digunakan
untuk pengolahan data sebanyak 93 kuesioner. Tingkat pengembalian (response rate)
sebesar 41,60% (104/250), tingginya respon rate tersebut dikarenakan sebagian besar
kuesioner yang kembali adalah atas penyampaian secara langsung sehingga dapat
melakukan contact person kepada pihak bank yang bersangkutan.
Uji Non-Response Bias (T-Test) Berdasarkan Cara Pengiriman
Untuk mengantisipasi adanya perbedaan respon atas cara pengiriman dilakukan
uji non response bias, sedangkan atas jangka waktu pengembalian dalam penelitian ini
tidak dilakukan uji non response bias karena tidak terdapat kuesioner yang kembali
setelah tanggal cut off. Sehingga uji non response bias hanya dilakukan antara respon
jawaban yang dikirim melalui pos (diterima melalui pos) dengan penyampaian langsung
(diambil secara langsung). Rekapitulasi hasil uji non response bias berdasarkan cara
pengiriman dapat dilihat pada tabel 1 dalam lampiran.
14
Kesimpulan yang dapat diambil jawaban responden menunjukkan hasil yang
tidak bias, oleh karena itu dapat diolah secara bersama-sama antara jawaban kuesioner
yang dikirim melalui pos maupun jawaban kuesioner yang disampaikan secara langsung.
Deskripsi Variabel Penelitian
Gambaran mengenai variabel-variabel penelitian disajikan dalam tabel statistik
deskriptif (tabel 2) dalam lampiran.
Analisis Data
Setelah melakukan penilaian fit model dengan menilai outer model atau
measurement model dan menilai inner model atau structural model, diperoleh full model
sem yang dapat dilihat dalam gambar 2 dalam lampiran. Dengan kesimpulan bahwa
model telah mempunyai convergent validity yang baik dan variabel independen mampu
menjelaskan variabilitas variabel dependennya sebesar 49,4%.
Pengujian Hipotesis
Dapat dilihat dari besarnya nilai T-statistik. Batas untuk menolak dan menerima
hipotesis yang diajukan adalah ± 1,660 signifikan pada p<0,05 (1-tailed). Hasil estimasi t-
statistik dapat dilihat pada result for inner weight tabel 3 dalam lampiran. Sedangkan tabel 4
dalam lampiran merupakan ringkasan hasil pengujian hipotesis.
Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
Pengujian terhadap dua (2) hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini berhasil
diterima. Pembahasan berikut ini bertujuan untuk menjelaskan secara teoritis dan
dukungan empiris terhadap hasil pengujian hipotesis dan analisis pengaruhnya.
Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja Perusahaan
Penerimaan hipotesis 1 (H1) mengindikasikan bahwa complementarity empat
dimensi information technology relatedness berpengaruh positif terhadap kinerja
15
perusahaan. Information technology adalah item investasi yang relatif tinggi pada
perbankan, terbukti dengan alokasi dana pengembangan sistem information technology
pada salah satu perbankan di Indonesia tahun 2008 mencapai 20 juta dolar Amerika akan
digunakan untuk pembenahan jaringan, pelatihan SDM, pengelolaan manajemen hingga
menjalin kerjasama dengan operator seluler dalam rangka penyediaan fasilitas electronic
delivery channel yang diharapkan mendorong kinerja perusahaan (Okezone.com, 2007).
Hasil penelitian ini konsisten dengan Tanriverdi (2006) sekaligus memperkuat
hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Powell dan Micallef (1997) dalam
Hapsari (2005) yang menyatakan bahwa information technology performance
berpengaruh positif terhadap kinerja. Dengan demikian, pengaruh positif dan signifikan
information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan melalui pendekatan
model reflective secon order factor terbukti. Hal tersebut mengindikasikan pengelolaan
sumber daya teknologi informasi yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini
infrastruktur, strategi, sumber daya manusia dan vendor akan mampu menciptakan
sinergi nilai super-additive dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengaruh Information Technology Relatedness terhadap Kinerja Perusahaan
dengan Tingkat Diversifikasi Produk sebagai variabel moderating.
Hipotesis 2 (H2) didukung oleh hasil penelitian ini. Hal ini berarti jika semakin
tinggi penggunaan teknologi informasi dalam industri perbankan untuk menciptakan
produk (jasa) baru, akan semakin dapat meningkatkan kinerja.
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Tanriverdi (2006) yang
menyatakan ketika tingkat diversifikasi perusahaan meningkat justru pengaruh sinergi
information technology terhadap kinerja menjadi lebih lemah atau bertanda negatif.
Artinya hasil penelitian ini dengan hasil Tanriverdi (2006) sama-sama menyatakan
16
bahwa tingkat diversifikasi signifikan memoderasi pengaruh antara information
technology relatedness terhadap kinerja perusahaan, tetapi moderasi tersebut dalam
Tanriverdi (2006) bertanda negatif sementara dalam penelitian ini bertanda positif.
Perbedaan tersebut dikerenakan definisi tingkat diversifikasi dalam penelitian ini
berbeda dengan definisi tingkat diversifikasi dalam penelitian Tanriverdi (2006). Dalam
Tanriverdi (2006) tingkat diversifikasi mengacu pada Palepu (1985) yaitu tingkat dimana
perusahaan beroperasi pada segmen bisnis (dalam hal ini indusri) yang terpisah secara
serempak. Perbedaan definisi tingkat diversifikasi adalah terkait dengan ketidaksesuaian
penggunaan definisi tingkat diversifikasi Palepu (1985) untuk digunakan dalam
penelitian ini, sehingga kemudian definisi tingkat diversifikasi Hongxin Zao dan Yadong
Luo (2002) dianggap lebih relevan dengan objek penelitian ini yaitu perbankan.
Dalam Tanriverdi (2006) dinyatakan meningkatnya tingkat diversifikasi akan
meningkatkan banyaknya segmen bisnis dimana perusahaan beroperasi dan akan
membatasi kemampuan perusahaan untuk mengkoordinir sumber daya information
technology dan proses manajemen pada lintas bisnis perusahaan. Perusahaan yang
tumbuh dengan memperoleh bisnis lain yang tidak terkait tersebut sering mengalami
permasalahan dalam mengintegrasikan infrastruktur information technology yang
berlainan dari bisnis yang diperoleh dengan infrastruktur information technology
perusahaan (Weill dan Broadbent 1998 dalam Tanriverdi, 2006). Kultur yang berbeda
dalam interaksi antara para manajer sistem informasi dan manajer bisnis dari tingkat
yang berbeda serta tingkat penggunaan information technology yang berbeda pada
strategi bisnis dapat menghalangi usaha pengintegrasian (Sambamurthy dan Zmud
1999). Karenanya, terus meningkatnya tingkat diversifikasi, menjadi lebih sulit suatu
17
perusahaan untuk mengubah sinergi information technology lintas unit dalam hasil
kinerja.
Hal demikian apabila dikaji dari sudut pandang strategi merupakan diversifikasi
unrelated karena apabila mendefinisikan perusahaan yang didiversifikasi sebagai
perusahaan yang beroperasi dalam lebih dari satu kelompok industri, kita bergantung
pada kriteria yang umum digunakan tentang banyaknya produk berbeda yang diproduksi.
Sehingga apabila jumlah definisi perbedaan Standard Industrial Classification (SIC)
tentang produk meningkat, maka diversifikasi dianggap juga harus meningkat. Dengan
kata lain diversifikasi meningkat apabila produk semakin tidak berkaitan. Dalam definisi
diversifikasi seperti ini tidak mengakui aspek diversifikasi yang berorientasi pada
nonproduk atau jasa (Jauh L. dan Glueck W, 1997)
Ukuran diversifikasi Hongxin Zao dan Yadong Luo (2002) dalam penelitian ini
diterapkan pada perbankan yang dianggap melakukan diversifikasi related karena
perbankan melakukan pengembangan produk melalui penciptaan produk funding yang
masih saling terkait. Hasil penelitian membuktikan tingkat diversifikasi produk dapat
memoderasi pengaruh antara ITR terhadap kinerja perusahaan. Sehingga dapat dikatakan
konsisten dengan penelitian Rumelt dalam Jauh L. dan Glueck W (1997), dimana Rumelt
meneliti 250 perusahaan di Amerika Serikat pada tahun 1969 dengan hasil bahwa kinerja
terendah adalah pada perusahaan dengan diversifikasi unrelated sedangkan perusahaan
yang terdiversifikasi related mempunyai kinerja tertinggi.
Salah satu alasan yang disampaikan Drucker dalam Jauh L. dan Glueck W
(1997), perusahaan melakukan strategi diversifikasi adalah karena tekanan eksternal
berupa tersedianya teknologi perusahaan yang mendukung kemungkinkan
dikembangkannya produk yang dapat memberi harapan. Hal ini berarti teknologi dalam
18
perbankan akan digunakan untuk mengembangkan produk-produk (jasa pelayanan)
untuk mengubah teknologi dalam perbankan yang semula sebagai pusat biaya internal
menjadi penghasil laba. Hal ini tentu akan berdampak pada kinerja perbankan.
KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian ini berusaha menguji pengaruh information technology relatedness
terhadap kinerja perbankan di Jawa Tengah dan menguji variabel tingkat diversifikasi
produk sebagai variabel moderating antara information technology relatedness dengan
kinerja. Dari hasil pengujian SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan
SmartPLS, hasil penelitian berhasil mendukung kedua hipotesis yang diajukan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Tanriverdi (2006) yang
menjelaskan peningkatan sinergi nilai super-additive timbul dari penggunaan kesatuan
komplementer sumber daya teknologi informasi lintas unit mempunyai pengaruh
signifikan terhadap kinerja perusahaan. Namun tidak untuk variabel tingkat diversifikasi
produk sebagai moderating. Hasil penelitian ini menunjukkan semakin meningkatnya
tingkat diversifikasi produk perbankan akan meningkatkan pengaruh information
technology relatedness ke kinerja. Perbedaan tersebut disebabkan berbedanya objek
penelitian dan perbedaan penggunaan definisi tingkat diversifikasi itu sendiri.
Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan metode mail survey sehingga hanya mampu
menganalisis sebagian populasi mengakibatkan tujuan menggunakan sensus tidak
dapat terpenuhi.
19
2. Keakuratan jawaban pengisian kuesioner, karena kemungkinan responden salah
dalam mempersepsikan maksud yang sebenarnya atau karena kemungkinan adanya
kelemahan dalam penerjemahan instrumen dari Tanriverdi (2006), yang
menyebabkan terjadinya perubahan dalam arti sebenarnya yang ingin dicapai.
3. Keterbatasan peneliti untuk dapat mengetahui dengan pasti bahwa seluruh kuesioner
yang digunakan benar-benar diisi oleh pihak yang dituju dalam penelitian ini, karena
peneliti menggunaan asumsi kuesioner yang kembali dan dinyataan diisi oleh
pimpinan cabang bank yang bersangkutan dianggap sudah memenuhi persyaratan
kecuali dinyatakan diisi oleh pihak lain maka tidak digunakan.
Saran
Penelitian mendatang ketika menggunakan objek penelitian perbankan, akan
lebih representatif jika menggunakan bank kantor pusat karena kebijakan information
technology perbankan ada pada kantor pusat. Perlu juga menjadi agenda penelitian
mendatang dengan melakukan pengembangan instrumen penelitian, seperti
penggabungan beberapa penelitian Tanriverdi yang telah disebutkan dalam referensi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, R., and Ferratt, T. W. 2002. “Enduring Practices for Managing IT Professionals”. Communications of the ACM (45:9), pp. 73-79
Brown, C. V., and Ross, J. W. 2003. “Designing a Process-Based IT Organization”. Information Strategy (19:4), pp. 35-41
Depertemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2006. ”Belenja TI Bank BUMN Dievaluasi”. http://www.google.com
Farjoun, M. 1994. ”Beyond Industry Boundaries:Human Expertise, Diversification and Resource-Related Industry Group”. Organization Science (5:2), pp. 185-199
______. 1998. “The Independent and Joint Effects of the Skill and Physical Bases of
Relatedness in Diversification”. Strategic Management Journal (19:7), pp. 611-630
Ghozali, I. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif dengan Partial Least Square. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang
Govindarajan and Fisher.1990. “Strategy, Control Systems and Resource Sharing: Effects On Business-Unit Performance”. Academy of Management Journal, (33), pp. 259-285
Hamdan, A.. 2007. “Mampukah Anda Menuangkan Ide atau Gagasan”. http://www.sukabumikota.go.id
Hapsari, Mirma. 2004. Pengaruh teknologi informasi berbasis sumber daya terhadap kinerja perusahaan (Studi Empiris pada Bank Umum di Jawa Tengah). Tesis Program Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Dipononegoro (Tidak Dipublikaskan)
Hongxin, Zhao. and Luo, Yadong. 2002. ”Product diversification, ownership structure, and subsidiary performance in China’s dynamic market”. Management International Review; First Quarter; Vol.42.pp. 27-86
Hoopes, David G. 1999. ”Measuring geographic diversification and product diversification”. Management International Review, Third Quarter, Vol.39, pp. 277-292
Jauh, Lawrence R. dan Glueck, William F.. 1997. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan. Terjemahan, Edisi Ketiga
21
Lestari. 2007. “Pengaruh Information Technology Relatedness Terhadap Kinerja Perusahaan Dengan Knowledge Management Capability Sebagai Variabel Intervening (Kajian Empiris Pada Perusahaan Perbankan Di Jawa Tengah)”. SNA 10 Makasar S1-02
McLeod. R. JR.. 1997. Management Information System: ” A Study Of Computer Based Information System”. Sixth Edition, Macmelan Publishing Company
Milgrom,P. and Roberts, J. 1995. ”Complementaries and Fit Strategy, Structure, and Organizational Change In Manufacturing”. Journal Of Accounting & Economics, (19:2/3), pp. 179-208
Okezone.com. 2007. “Dukung API, Bank Niaga Siapkan USD20 Juta”. Senin 17
desember 2007
Palepu, K. 1985. “Diversification Strategy, Profit Performance and the Entropy Measure”. Strategic Management Journal (6:3), pp. 239-255
Robins, J. and Wieserma, M. F. 1995. ”A Resource-Based Approach To The Multibusiness Firm: Empirical Analysis Of Portofoliointerrelationships and Corporate Financial Performance” Strategic Management Journal (16:4), pp. 277-299
Roy, Vital. and Aubert, Benoit. 1999. “A Resource Based View of the Information Systems Sourcing Mode”. Cirano, pp. 1-16
Sabherwal, R.. and Chan, Y. E.. 2001. “Alignment Between Business and IS Strategies: A Study of Prospectors, Analyzers, and Defenders”. Information Systems Research (12:1), pp. 11-33
Sambamurthy, V.. and Zmud, R. W.. 1999. ”Arrangements For Information Technology Governance: A Theory Of Multiple Contingencies”. MIS Quarterly, (23:2), pp. 261-290
Segars, A. H.. and Grover, V.. 1998. “Strategic Information Systems Planning Success: An Investigation of the Construct and its Measurement”. MIS Quarterly (22:2), June, pp. 139-163.
Sigalotang, W. A.. Pontoh, G. T. dan Syahrir.. 2006. “Analisis Determinan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Karyawan Bank di Kota Makasar”. Jurnal Ventura, Vol.9, No.3, Desember, pp.21-42
Supriyanto, Eko Budi. 1996. ”Potret Perbankan di Era Teknologi”. Infobank Edisi November No.203
Tanriverdi, H.. and Venkatraman, N.. 2005. ”Knowledge Relatedness and Performance Of Multibusiness Firms”. Strategic Management Journal (26:2), pp. 97-119
22
______. 2005. ”Information Technology Relatedness, Knowledge Management Capability, and Performance of Multibusiness Firms”. MIS Quarterly (29:2), pp. 331-334
______. 2006. ”Performance Effects Of Information Technology Synergies In Multibusiness Firms”. MIS Quarterly, Forthcoming
Wade, M.. and Hulland, J.. 2004. “Review: The Resource-Based View and Information Systems Research: Review, Extension, and Suggestions for Future Research”. MIS Quarterly (28:1), March, pp. 107-142
23
LAMPIRAN TABELTABEL 1.
PENGUJIAN NON RESPONSE BIAS BERDASARKAN CARA PENGIRIMAN
Varia- bel
Respon n MeanLevene Test
Asumsit-test Kesim-
pulanF Sig.t
Sig.(2-tailed)
ITRMelalui pos 21 75.19
0.20 0.888equal
variances assumed
-0.780 0.437 SamaPenyampaian Langsung 72 73.53
CPMelalui pos 21 35.62
0.772 0.382equal
variances assumed
-1.825 0.071 SamaPenyampaian Langsung 72 33.08
DIVERMelalui pos 21 19.86
2.993 0.090equal
variances assumed
-1.489 0.140 SamaPenyampaian Langsung 72 18.92
Sumber: Data primer diolah 2007TABEL 2.
STATISTIK DESKRIPTIF VARIABEL PENELITIAN
VariabelTeoritis Sesungguhnya
Kisaran Mean Kisaran Mean SD
ITR 19 s/d 95 57 51 s/d 95 73.90 8.577
CP 9 s/d 45 27 24 s/d 45 33.66 5.673
DIVER 5 s/d 25 15 11s/d 25 19.13 2.563
Sumber : Data primer diolah 2007TABEL 3.
RESULT FOR INNER WEIGHTS
original sample
estimatemean of
subsamplesStandard deviation
T-Statistic
ITR -> CP 0.327 0.338 0.108 3.031
DIVER -> CP
0.506 0.521 0.104 4.879
Sumber : Output SmartPLS 2007Tabel 4.
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Keterangan
H1Information technology relatedness berpengaruh positif dengan kinerja perusahaan.
Diterima
H2Hubungan positif information technology relatedness terhadap kinerja perusahaan akan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat diversifikasi produk perbankan.
Diterima
Sumber: data primer diolah 2007LAMPIRAN GAMBAR
24