partus set bersih
-
Upload
adrian-ridski-harsono -
Category
Documents
-
view
78 -
download
2
description
Transcript of partus set bersih
Dampak Dari Penggunaan Kit Persalinan Bersih
Terhadap Infeksi Tali Pusat pada Bayi baru lahir dan
Infeksi Puerperalis di Mesir
Gary L. Darmstadt1, Mohamed Hassan1,2, Zohra P. Balsara1, Peter J.
Winch1,Reginald Gipson2,and Mathuram Santosham1
1International Center for Advancing Neonatal Health, Department of International Health,
Bloomberg School of Public Health Johns Hopkins University, 615 North Wolfe Street,
Baltimore, MD, USA and 2Healthy Mother/Healthy Child Results Package, John Snow Inc.,
Cairo, Egypt
ABSTRAK
Studi kohort cross-sectional inimengeksplorasi dampak penggunaan kit persalinan bersih
(Clean Delivery Kit/CDK) terhadap morbiditas pada tali pusat bayi yang baru lahir dan
infeksi puerperalis ibu. Kit Persalinan didistribusikan dari fasilitas perawatan primer, dan
pembantu persalinan (Bidan ataupun dukun) mendapat pelatihan tentang penggunaan Kit
Persalinan Kit. Seorang perawat mengunjungi 334 perempuan selama minggu pertama
postpartum untuk mengelola kuesioner terstruktur dan melakukan pemeriksaan fisik neonatus
dan ibu. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa neonatus dari ibu yang menggunakan
CDK kecil kemungkinan untuk mengalami infeksi tali pusat (p = 0,025), dan ibu yang
menggunakan CDK yang kecil kemungkinannya untuk mengalami nifas puerperalis (p =
0.024). Hasil analisis regresi logistik ganda menunjukkan hubungan independen
antara penurunan infeksi tali pusat dan penggunaan CDK [odds ratio (OR) = 0,42, 95%
confidence interval (CI) 0,18-0,97, p = 0,041)]. Ibu yang menggunakan CDK juga memiliki
tingkat jauh lebih rendah untuk mengalami infeksi puerperalis (OR = 0,11, 95% CI 0,01-
1,06), meskipun kekuatan statistik asosiasi adalah dari batas signifikansi (p = 0,057).
Penggunaan CDK dikaitkan dengan penurunan terhadap infeksi tali pusat dan infeksi
puerperalis.
INTRODUKSI
Setiap tahun, diperkirakan empat juta
kematian neonatal terjadi secara global (1).
Infeksi terhitung 36% dari kematian ini
(1). Infeksi sistemik serius, termasuk
sepsis, meningitis, dan pneumonia,
terhitung 26% dari kematian neonatal
sementara tetanus neonatorum dan diare
terhitung 7% dan 3% masing-masing (1).
Meskipun data pasti pada hubungan antara
infeksi tali pusat dan sebagian besar sepsis
neonatorum dan meningitis mungkin
berasal dari infeksi pada tali pusat (2-5) , dan
infeksi tali pusat dikaitkan dengan
peningkatan risiko kematian(6). Selanjutnya
sepsis puerperalis diperkirakan
menyebabkan 15% dari semua kematian
ibu, atau sekitar 75.000 kematian per tahun
di seluruh dunia, yang sebagian besar
terjadi di negara berkembang (7-9).
Di kebanyakan negara berkembang,
hampir setengah dari semua kelahiran
berlangsung di rumah, dan penolong
persalinan yang tidak terlatih hadir pada
satu dari setiap empat kelahiran (9,10).
Faktor utama yang berkontribusi terhadap
infeksi neonatal dan ibu adalah persalinan
di rumah dengan kondisi tidak higienis,
meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme patogen masuk cordstump
neonatus atau jalan lahir ibu (8,11). Imunisasi
Tetanus toxoid untuk ibu hamil adalah
cara yang efektif untuk mengurangi
kematian neonatal dan ibu akibat tetanus
tetapi sebagian besar bayi dan ibu terus
mati karena infeksi bakteri yang terjadi
persalinan yang tidak higienis (12).
Pentingnya infeksi sebagai penyebab
kematian neonatal bervariasi baik
didefinisikan berdasarkan Klasifikasi
Wigglesworth (7%), Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) memperkirakan (13%), atau
panel dari dua neonatologist di Mesir
(20%) (13). Sebuah studi untuk
mengeksplorasi praktek perawatan
neonatal yang dilakukan di tiga Rumah
Sakit Pemerintah Mesir ditemukan tali
pusat yang bernanah (4%), kemerahan
(6%), dan lembek (7%) pada minggu awal
kehidupan. Di Nepal dan Tanzania, 1-15%
dan 1-12% bayi baru lahir ditemukan
mengalami omphalitis tergantung dari
kombinasi clinical signs yang digunakan
untuk mendiagnosis.
Infeksi merupakan ranking ketiga di antara
penyebab langsung dari kematian ibu di
Mesir, terhitung sebanyak 8% dari seluruh
kematian (17). Praktek penolong persalinan
yang dibawah standart, daya (penolong
persalinan tradisional/dukun) diidentifikasi
sebagai faktor risiko yang signifikan
terkait dengan kematian akibat sepsis (17,18).
Penelitian oleh WHO menunjukkan
bahwa pembagian Kit Persalinan bersih
(CDKs), dengan petunjuk penggunaan,
dapat menjadi komponen penting dalam
meningkatkan kebersihan saat persalinan,
terutama untuk persalinan yang dilakukan
oleh penolong yang kurang terampil (19).
CDK ini mempromosikan dan mendukung
pelaksanaan praktek persalinan bersih,
khususnya 'bersih' yang didefinisikan oleh
WHO, yaitu mencuci tangan, perineum,
permukaan persalinan, permukaan
pemotongan tali pusat, pemotongan tali
pusat, dan instrumen pengikat (20).
Studi telah dilakukan di beberapa negara
pada penggunaan dan dampak CDKs (20-25).
Di Tanzania, Mosha et al. menyimpulkan
bahwa penggunaan suatu CDK, ketika
digabungkan dengan intervensi pendidikan
tentang 'six cleans', sangat kuat kaitannya
dengan penurunan insiden infeksi tali
pusat dan sepsis puerperalis(25). Di Nepal,
Tsu menemukan bahwa infeksi pada tali
pusat berkurang lebih dari setengah pada
penggunaan pisau bersih dan permukaan
pemotongan bersih yang disediakan dalam
CDKs (23).
Dalam beberapa tahun terakhir, sumber
daya yang signifikan telah diinvestasikan
dalam mempromosikan layanan persalinan
yang aman dan higienis oleh petugas
kesehatan di fasilitas yang lengkap untuk
memberikan perawatan dasar kebidanan
yang penting. Sementara pendekatan ini
adalah disuarakan, ada kekhawatiran
bahwa kemungkinan tidak memadai,
khususnya dalam pengaturan dan
penyebaran, seperti pada daerah pedesaan
Tengah dan Mesir Hulu, di mana hampir
50% dari semua kelahiran masih
berlangsung di rumah dan hampir 40%
dari yang biasanya dihadiri oleh Daya atau
anggota keluarga (26). Pada tahun 1998,
dalam upaya untuk meningkatkan
perawatan persalinan di semua daerah,
Departemen Kesehatan dan Kependudukan
Mesir (MoHP) memperkenalkan CDKs
melalui fasilitas kesehatan primer yang ada
di daerahtertentu di seluruh negeri.
Namun, belum ada evaluasi dari efek
independen program distribusi dari CDKs
terhadap hasil kesehatan ibu dan bayi.
Penelitian ini mengevaluasi dampak dari
penggunaan dari CDKs, di Beni Suef
Governorate, dengan morbiditas akibat
infeksi nifas dan tali pusat.
MATERIALS AND METHODS
Study Site
Penelitian ini dilakukan di tiga wilayah
distrik Ihnasia di Beni Suef Governorate
(Mesir Tengah) – kota Ihnasia dan dua
daerah pedesaan, yaitu Awana dan Nena.
Situs tersebut dipilih berdasarkan
ketersediaan dari raedat (pekerja
komunitas yang terlatih) dan dayas yang
terlatih. Kepala distrik adalah seorang
dokter kandungan berkualifikasi yang
membantu memfasilitasi studi logistik,
termasuk kunjungan rumah-postnatal.
persetujuan lisan diperoleh dari semua
wanita studi. Studi ini disetujui oleh Ibu
Sehat/Anak Sehat Hasil Paket proyek
tersebut MoHP bekerja sama dengan John
Snow Inc (JSI).
Promosi, Distribusi, dan Isi dari Kit
Persalinan Bersih
CDKs tersedia pada minggu ketiga
Maret 2001 di fasilitas kesehatan primer
diidentifikasi MoHP dalam wilayah studi.
JSI menyeediakan CDKs ke MoHP untuk
distribusikan. Fasilitas kesehatan
disediakan CDKs sebanding dengan
jumlah kelahiran yang diharapkan untuk
daerah cakupan fasilitas kesehatan selama
lima bulan. Setiap perawat fasilitas
kesehatan bertanggung jawab untuk
menyediakan CDKs ke kelompok orang
yang sesuai, yaitu ibu hamil yang datang
untuk perawatan antenatal (ANC), dayas,
dan pembantu persalinan yang sesuai
(dokter, perawat, dan bidan) untuk
melakukan persalinan di wilayah cakupan
studi.
Pelatihan untuk raedat, dayas, dan perawat
adalah fasilitas dilakukan oleh staf proyek
Mesir JSI, bersama dengan pelatih lokal
disewa untuk proyek ini. Raedat diminta
untuk membuat dan menyimpan data dari
seluruh kehamilan dan persalinan dalam
wilayah mereka yang ditugaskan. Sebuah
raeda mengunjungi setiap wanita hamil di
rumah. Tujuan dari kunjungan ini adalah
untuk memotivasi para perempuan untuk
menghadiri ANC dan untuk memperoleh
CDK dari fasilitas kesehatan setempat.
Para wanita Dijelaskan tentang pentingnya
dan penggunaan CDK dan pembuangan
sanitasi dari setiap barang. Dayas yang
melakukan persalinan dalam wilayah studi
juga dilatih tentang pentingnya ANC dan
pada penanganan, penggunaan, dan
pembuangan yang tepat dari masing-
masing barang dalam CDK tersebut. Setiap
Daya diberi lima kit untuk digunakan bagi
wanita yang belum memperoleh satu set
selama ANC. Semua bidan atau penolong
persalinan terampil yang melakukan
persalinan di rumah atau di fasilitas publik
atau swasta didorong untuk menggunakan
CDK dan diberikan kit on demand.
Mereka menerima pelatihan akan
pentingnya ANC dan CDK dan
penggunaan, penanganan, dan
pembuangan barang. JSI dan MoHP lokal
merancang kit tersebut. Setiap kit berisi
sebuah lembaran plastik buram putih,
gulungan kain kasa, sebuah klem tali pusat
yang steril dan di segel, scalpel steril
disposeable, dua spons yang steril dan
disegel, sepasang sarung tangan bedah
lateks steril, jarum suntik dan spuit steril
sekali pakai, benang Dixon yang disegel,
dua swabs yang disegel jenuh dengan 70%
isopropil alkohol, wadah tertutup berisi
Povidone yodium 10%, celemek plastik
sekali pakai, dan lembar instruksi
bergambar untuk cara penggunaan kit dan
tanda tanda bahaya yang membutuhkan
rujukan segera.
Postnatal Visit
Studi kohort cross-sectional ini mencakup
semua ibu yang baru saja melakukan
persalinan di daerah penelitian dari
pertengahan Juni sampai pertengahan Juli
2001. Seorang perawat dari pusat
kesehatan primer terdekat diberitahukan
setiap persalinan oleh raedat. Perawat
mengunjungi semua wanita yang baru
melahirkan sekali selama postpartum
minggu pertama, diberikan sebuah
kuesioner terstruktur, dan melakukan
pemeriksaan fisik pada neonatus dan ibu.
Penggunaan CDK didefinisikan sebagai
respon ibu karena telah digunakan kit saat
melahirkan terakhir. Informasi tentang
penggunaan barang tertentu tidak
dikumpulkan. Tali pusat pada bayi yang
baru lahir diperiksa untuk mendeteksi
kemerahan, nanah, atau perdarahan. Suhu
rektal bayi baru lahir diukur dua kali,
menggunakan termometer merkuri. Sang
ibu itu diperiksa untuk nyeri perut dan
perineum, kemerahan, dan pengeluaran
pervaginam. Suhu Ibu diukur secara oral
dua kali, menggunakan termometer
merkuri. Data dikumpulkan pada faktor-
faktor yang bisa memiliki hubungan
potensial dengan infeksi, termasuk pada
penggunaan CDK, tempat dan jenis
persalinan, dan penolong persalinan.
Neonatus dan perempuan ditemukan di
sakit selama kunjungan dirujuk ke dan
dibantu dalam memperoleh perawatan dari
Rumah Sakit pemerintah.
Evaluasi lapangan secara acak dan
periodik, termasuk wawancara ulang dari
sampel perempuan oleh perempuan yang
memenuhi syarat dokter kandungan,
dilakukan untuk menjamin kualitas data.
Pencocokan data menunjukkan tingkat
ketidaksesuaian <5%. Dimana ada
perbedaan, pengawasan Kunjungan
lapangan dilakukan, termasuk re-
wawancara wanita dan on-the-spot perawat
dan raedat yang dilatih. Semua instrumen
pengumpulan data dikembangkan dan
diberikan dalam colloquicqal arab.
Analisis Data
Analisis data berfokus pada pengukuran
dampak dari penggunaan terhadap risiko
infeksi tali pusat dan puerperal sepsis.
Infeksi tali pusat didefinisikan sebagai
memiliki kedua gejala berikut: (a)
kemerahan pada tali pusat dan (b) tali
pusat bernanah atau perdarahan pada
pemeriksaan oleh perawat selama
kunjungan postnatal (4). Sepsis puerperalis
didefinisikan sebagai adanya setidaknya
dua dari tiga gejala berikut: (a) demam,
yaitu, suhu oral > 38,5 ° C, (B) nyeri
perineum, dan (c) keputihan abnormal
(Warna abnormal dan bau busuk) pada
pemeriksaan oleh perawat selama
kunjungan postpartum (12). Tes Bivariat
asosiasi untuk menyelidiki faktor selain
penggunaan CDK yang terkait dengan
infeksi tali pusat dan puerperalis dilakukan
dengan menggunakan Fisher Exact chi-
square test, dengan tingkat signifikansi
didefinisikan sebagai p <0,05. Untuk
menguji independen efek digunakan CDK
dalam mengurangi infeksi tali pusat dan
puerperalis, faktor perancu potensial,
'daerah' yaitu (Perkotaan dibandingkan di
pedesaan), 'tempat persalinan' (fasilitas vs
rumah), dan 'jenis pengiriman' (forceps,
Ventose, dan operasi caesar versus
normal), yang disesuaikan dalam model
regresi logistik. Semua analisis data
dilakukan dengan menggunakan perangkat
lunak Stata ® (Versi 9.0) (StataCorp LP,
College Station, Texas).
HASIL
Populasi Studi
Secara total, 334 wanita yang diketahui
akan melahirkan dalam daerah penelitian
selama periode satu bulan diidentifikasi
dan didaftarkan. Sekitar 22%, 44%, dan
34% dari perempuan berasal dari Nena,
Awana, dan kota Ihnasia. Usia rata-rata
responden adalah 26 tahun [standar deviasi
(SD) 5,13], mulai 16-42 tahun. Usia rata-
rata dari neonatus adalah tiga hari (SD
2,74), 90% berusia <5 hari pada saat
kunjungan. Sekitar 57% dari neonatus (N
= 334) adalah laki-laki (n = 190), dan 43%
adalah perempuan (N = 144). Sekitar 84%
dari ibu melahirkan di rumah. Dari semua
persalinan, 64% dihadiri oleh Daya, 34%
oleh bidan terampil, dan 2% oleh kerabat
dan tetangga. CDK digunakan pada
sekitar 71% dari persalinan, karena, sekitar
75% persalinan di rumah menggunakan
CDK.
Infeksi Tali Pusat dan Puerperalis
Ada 27 (8,1%) dikonfirmasi kasus infeksi
tali pusat dan lima (1,5%) dikonfirmasi
kasus sepsis puerperalis (Tabel 1). Secara
total, 328 perempuan memiliki informasi
lengkap tentang penggunaan CDK. Dari
jumlah tersebut, 315 memiliki informasi
lengkap tentang 'area' (perkotaan
dibandingkan di pedesaan), 'Tempat
persalinan' (rumah banding fasilitas
kesehatan), 'jenis persalinan '(Ventose /
forceps / operasi caesar dibandingkan
normal), dan 'jenis penolong persalinan'
(daya / keluarga / tetangga dibandingkan
terampil). Secara keseluruhan, kami telah
menyelesaikan Data untuk 94,3% dari
perempuan yang baru melahirkan.
Analisis Bivariat Unadjusted
Penggunaan CDK: Dalam analisis
bivariat unadjusted, neonatus dari ibu yang
menggunakan CDK selama persalinan
secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya untuk mengalami infeksi
dari tali pusat (p = 0,025) dibandingkan
dengan neonatus dari ibu yang tidak
menggunakan CDK selama persalinan
(Tabel 2). Ibu yang menggunakan CDK
secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya untuk mengalami sepsis
puerperalis dibandingkan dengan ibu yang
tidak menggunakan CDK suatu (P =
0,024) (Tabel 2).
Daerah pengiriman: Neonatus yang lahir
di kota secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya (p = 0,010) untuk
mengalami infeksi tali pusat dibandingkan
dengan mereka yang lahir di daerah
pedesaan Nena dan Awawna (Tabel 2).
tidak ada perbedaan yang signifikan dalam
proporsi perempuan yang mengalami
infeksi puerperalis antara mereka yang
bersalin di perkotaan dibandingkan dengan
di pedesaan daerah (Tabel 2). Tidak ada
perbedaan yang signifikan pada
penggunaan CDK, jenis persalinan, atau
tempat persalinan antara persalinan yang
terjadi di perkotaan atau daerah pedesaan
(data tidak ditampilkan).
Tempat persalinan: Tidak ada perbedaan
yang signifikan pada infeksi tali pusat di
antara neonatus menurut tempat persalinan
(Tabel 2). Namun, ibu melahirkan di
fasilitas (swasta dan publik) secara
signifikan lebih mungkin (p = 0,033)
memiliki infeksi puerperalis dibandingkan
dengan ibu yang melahirkan di rumah
(Tabel 2), mungkin karena secara
signifikan jumlah yang lebih tinggi dari
wanita (204/271, 75%) yang menggunakan
CDK selama persalinan di rumah
dibandingkan persalian di fasilitas (30/53,
57%) (p = 0,007). Selain itu, ibu
melahirkan di fasilitas secara signifikan
lebih mungkin (p <0,01) untuk memiliki
persalianan yang melibatkan forceps,
Ventose, atau operasi caesar (16/54, 30%)
dibandingkan dengan ibu yang melahirkan
di rumah (1/276, 0,40%).
Jenis Persalinan : Tipe persalinan tidak
terkait dengan infeksi tali pusat bayi yang
baru lahir (Tabel 2). Ibu yang memiliki
kelahiran yang rumit (forceps atau operasi
caesar) secara bermakna lebih mungkin (P
= 0,022) untuk mengembangkan infeksi
puerperalis dibandingkan ibu yang
melahirkan secara normal (Tabel 2).
Sekitar 73% (n = 229) dari 313 ibu yang
telah melahirkan secara normal
menggunakan CDK, dan 40% (n = 6) dari
15 ibu yang memiliki kelahiran yang
bermasalah menggunakan CDK
Jenis penolong persalinan: Dalam
analisis bivariat, tipe penolong persalinan
tidak dikaitkan dengan infeksi tali pusat
dan puerperalis. Sekitar 64% (n = 207),
35% (n = 113), dan 2% (n = 6) dari 326
ibu yang bersalin oleh Daya, penolong
persalinan terampil, dan saudara / tetangga
masing-masing. Hampir 9% (n = 10) dari
113 bayi yang dilahirkan oleh tenaga
trampil (Dokter, perawat, dan bidan), 8%
(n = 16) dari 207 bayi yang dilahirkan oleh
Daya, dan tidak ada bayi disampaikan oleh
kabel yang dikembangkan relatif / tetangga
infeksi. Tujuh belas persen (1/6), 2%
(2/113), dan 1% (2/207) dari ibu dilahirkan
oleh relatif/tetangga, penolong persalinan
terampil, dan Daya mengalami infeksi
puerperalis. Tidak ada perbedaan
signifikan antara penggunaan CDK antara
penolong persalianan terampil dan kategori
gabunagn antara dayas/relative/tetangga.
Regresi Logistik Multipel
Setelah disesuaikan untuk faktor pembaur
yang mungkin, daerah yaitu dan tempat
persalinan, neonatus dari ibu
yang menggunakan CDK selama persalian
telah terjadi penurunan secara signifikan
kemungkinan mengalami infeksi tali pusat
dibandingkan dengan neonatus dari ibu
yang melakukan tidak menggunakan CDK
selama persalinan (OR = 0,42, 95% CI
0,18-0,97, p = 0,041) (Tabel 3). Dalam
kasus Infeksi puerperalis, hubungan antara
Pengguanaan CDK dan infeksi puerperalis
berada pada ambang batas signifikansi
ketika disesuaikan dengan daerah dan
tempat persalinan (OR = 0,11, 95% CI
0,01-1,06, p = 0,057) (Tabel 3). Penolong
persalinan tidak termasuk dalam model
karena untuk multikolinearitas dengan
faktor-faktor lain dan kurangnya hubungan
dengan infeksi nifas atau tali pada analisis
bivariat. Jenis pengiriman dikeluarkan dari
model karena kolinearitas dengan tempat
persalian. Hampir semua (275/276)
persalinan di rumah adalah normal, kecuali
untuk satu kasus di mana pengiriman
adalah dilakukan menggunakan Forceps.
PEMBAHASAN
Penelitian ini telah menunjukkan bahwa
neonatus yang ibunya menggunakan CDK
secara signifikan lebih kecil
kemungkinannya (OR = 0,42, p = 0,041)
untuk mengalami infeksi tali pusat.
Demikian pula, ibu yang menggunakan
CDK juga memiliki tingkat jauh lebih
rendah untuk mengalami infeksi
puerperalis (OR = 0,11), meskipun
kekuatan statistik dari asosiasi itu berada
pada batas signifikansi (P = 0,057), karena
ukuran sampel yang terbatas dan langka
untuk infeksi puerperalis, analisis itu
relatif kurang kuat
Pada daerah dengan sumberdaya yang
rendah di mana proporsi ibu melahirkan di
rumah tanpa petugas persalinan yang
terlatih yang tinggi, atau pada fasilitas
minim, sehingga dalam kondisi yang tidak
higienis, pasokan untuk melakukan
persalian bersih sering tidak tersedia. Hasil
Analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu
bersalin di fasilitas kesehatan lebih
mungkin untuk mengembangkan nifas
infeksi. Namun, dalam analisis multivariat,
setelah disesuaikan untuk faktor lain,
hubungan ini tidak lagi signifikan. Hasil
analisis bivariat menunjukkan bahwa ibu
yang melahirkan di fasilitas kesehatan juga
lebih mungkin untuk mengalami
persalinan rumit yang melibatkan
penggunaan forceps, Ventose, dan caesar
Bagian. Penelitian ini tidak menilai
fasilitas dimana wanita tersebut bersalin.
Namun, sebuah studi pada fasilitas
kesehatan publik, yang meliputi lima
rumah sakit di Mesir Hulu, melaporkan
sejumlah praktek dalam keadaan darurat
dan bangsal bersalin yang dibawah
standart(27). Bangsal tidak memiliki staf
yang memadai dan kekurangan pasokan
dasar. Meskipun kondisi kamar persalinan
yang umumnya baik, pelaksanaan
perawatan yang dibawah standar, seperti
pelanggaran di asepsis, dan kurangnya
pemantauan tanda vital, yang umumnya
diamati. Kekurangan serupa juga diamati
dalam studi lain rumah sakit publik dan
swasta di Mesir Hulu (28). Meskipun
memiliki pengetahuan yang baik tentang
pengendalian infeksi, praktek yang
sebenarnya kurang di antara dokter dan
perawat dalam bangsal bersalin sementara
barang, seperti sikat cuci tangan, betadine,
dan sarung tangan, berada dalam pasokan
kurang atau kadang-kadang tidak tersedia.
Membuat CDKs tersedia di dan melalui
fasilitas pemerintah, klinik swasta, apotek,
atau saluran komersial lainnya, bersama
dengan pesan menargetkan praktek
persalinan yang bersih, bisa membantu
mengurangi tingkat infeksi (23,29). Hal ini
penting untuk memastikan bahwa pesan
pendidikan kesehatan tidak hanya
ditargetkan
kepada ibu tetapi juga termasuk para
pengambil keputusan dalam rumah tangga (30). Pemasaran Sosial untuk memastikan
penyebarluasan pengetahuan tentang
ketersediaan dan manfaat dari CDKs
merupakan bagian integral dari promosi
penggunaan CDK(30). Penelitian ini
memastikan bahwa dayas mengunjungi
klinik untuk mendapatkan CDK dan,
sekaligus menerima pendidikan tentang
pentingnya, penggunaan, dan pembuangan
kit. Strategi ini bisa sangat mendorong
Link yang dibutuhkan antara dukun bayi
setempat dan fasilitas perawatan utama.
Sebuah studi di Pakistan berhasil
menggunakan pendekatan serupa di mana
dukun bayi setempat diberikan CDKs
dari fasilitas perawatan primer,
meningkatkan jalur komunikasi antara
dukun bayi dan fasilitas utama (24).
Jumlah persalinanyang diidentifikasi
dalam daerah studi sejalan dengan
penelitian lain yang dilakukan di daerah
yang sama pada tahun 1999 untuk menilai
praktek penolong persalinan selama
periode intrapartum, antenatal dan
neonatal(31). Berdasarkan data tersebut,
diproyeksikan jumlah persalinan untuk
daerah penelitian adalah 4.198 per tahun
atau 350 per bulan. Dari jumlah tersebut,
21%, 46%, dan 33% dari ibu-ibu
diharapkan untuk melahirkan di Nena,
Awana dan Kota Inhnasia. Berdasarkan
populasi masing-masing daerah. Hasil
studi kami memiliki kecocokan yang
sangat tinggi dengan angka-angka. Kami
mengidentifikasi 334 wanita (95% dari
yang diharapkan), dimana sekitar 22%,
44%, dan 34% berasal dari Nena, Awana,
dan Ihnasia kota masing-masing.
Karena penelitian ini didasarkan pada studi
retrospektif penggunaan kit oleh ibu,
terdapat kemungkinan terjadi recall- bias
untuk peristiwa seputar persalinan.
Namun, karena 90% dari neonatus berusia
<5 hari saat wawancara dilakukan, bias ini
seharusnya minimal.
berkuranganya tingkat infeksi tali pusat
dan puerperalis diantara pengguna CDK
dalam studi kami konsisten dengan temuan
dari penelitian lain (23,25,29). Meskipun tidak
ada perkiraan yang tepat untuk kejadian
infeksi tali pusat dan sepsis puerperalis di
Mesir, rata-rata kami dekat dengan tingkat
rata-rata keseluruhan yang diperkirakan di
Nepal (5,5%) untuk infeksi tali pusat(11).
Perkiraan kami untuk insiden sepsis
puerperalis dari 1,5% juga terletak diantara
kisaran 1-4% yang biasanya dilaporkan(32).
Namun, karena infeksi puerperal dapat
didefinisikan terjadi kapan saja selama 10
hari pertama postpartum(12) dan karena
90% dari perempuan dalam
sampel kami dikunjungi <5 hari pasca
melahirkan, maka kejadian 1,5% mungkin
dibawah perkiraan kasus infeksi
puerperalis di kalangan penduduk.
Hasil jangka menengah yang penting dari
penggunaan CDK, seperti peningkatan
cuci tangan, termasuk penggunaan sabun,
juga dapat dipengaruhi melalui promosi
penggunaan CDK. Di Nepal, pengguna
CDK diantara kalangan penolong
persalinan yang tidak terlatih lebih
mungkin untuk mencuci tangan dengan
sabun sebelum persalinandibandingkan
dengan penolong persalian tidak terlatih
yang tidak menggunakan CDK (23). Tidak
seperti penelitian kami, yang tidak
mengumpulkan data tentang penggunaan
setiap item di CDK tersebut, sebuah
penelitian dari Tanzania termasuk analisis
penggunaan barang dan menunjukkan
bahwa penggunaan barang-barang tertentu
dalam CDK yang menyebabkan penurunan
infeksi tali pusat dan puerperalis(25).
Sebagai contoh, 0,2% dari ibu-ibu yang
melahirkan dengan Kehadiran petugas
yang mencuci tangan mereka dan
mengenakan sarung tangan mengalami
sepsis puerperalis sedangkan 1,5% dari ibu
yang melahirkan dengan kehadiran petugas
yang hanya mencuci tangan mereka dan
tidak menggunakan sarung tangan
mengalami sepsis puerperalis. Di daerah di
mana pengiriman di rumah dibantu oleh
dukun bayi masih umum, CDK dapat
menjadi media penting untuk melakukan
persalinan yang bersih dan sekaligus dapat
dipromosikan sekaligus untuk
meningkatkan fasilitas dan
mempromosikan institusional persalinan.
Studi ini menemukan bahwa neonatus
yang lahir di daerah perkotaan cenderung
lebih sedikit mengalami infeksi tali pusat
dibandingkan dengan neonatus yang lahir
di daerah pedesaan, bahkan setelah
disesuaikan dengan penggunaan CDK dan
tempat persalinan. Hal ini mungkin bisa
dikaitkan dengan perawatan tali pusat dan
kebersihan praktek. Sebuah studi yang
dilakukan di pedesaan daerah Fayoum,
Luxor dan Aswan menemukan bahwa
mencuci tangan pada pengasuh tidaklah
rutin, terutama setelah penggantian popok
dan sebelum menyusui (33). Beberapa
produk, seperti alkohol (68%) dan kohl
(37%), umumnya diterapkan dengan tali
pusat. Popok ditemukan digunakan untuk
menutupi tali pusat-tunggul dalam 54%
kasus. Kolonisasi kulit neonatal dengan
patogen bakteri, yang predisposes bayi
terhadap infeksi, dapat terjadi karena
penanganan oleh tangan yang tidak bersih
dari pengasuh. Perawatan tali pusat yang
higienis dapat mengurangi kolonisasi
bakteri dan infeksi (34). Aplikasi zat, seperti
alkohol dan kohl, pada tali pusat harus
dihindari, tali pusat harus tetap bersih, dan
popok harus dilipat dari tunggul untuk
mempermudah pengeringan. Menjanjikan
tetapi belum terbukti intervensi, seperti
chlorhexidine untuk pembersihan tali pusat
dan tubuh untuk bayi yang baru lahir (5,35),
emollients peningkat pelindung kulit untuk
bayi yang baru lahir (36,37), vitamin A untuk
bayi yang baru lahir (38-40), dan misprostol
untuk manajemen aktif tahap III persalinan (41,42), dapat secara lengkap, sekali
menunjukkan sangat berkhasiat, dapat
dimasukkan ke CDK untuk meningkatkan
efektivitas biaya. Pada daerah dengan
sumber daya terbatas dan miskin sistem
kesehatan, penekanan pada keluarga dan
masyarakat berbasis intervensi bisa,
dengan harga yang relatif rendah,
menyebabkan penurunan yang signifikan
dalam jumlah kematian (43). CDK ini dapat
berfungsi sebagai komponen penting dari
paket layanan terpadu dalam perang
melawan kematian neonatal dan maternal
pada daerah dengan sumber daya rendah di
seluruh dunia.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini didukung oleh Amerika
Serikat Badan Pembangunan Internasional
melalui Ibu Sehat / Anak Paket Results
Sehat hibah untuk John Snow, Inc, Kairo,
Mesir.
REFERENSI
1. Lawn JE, Cousens S, Zupan J; Lancet
Neonatal Survival Steering Team. 4
million neonatal deaths: When?Where?
Why? Lancet 2005;365:891-900.
2. World Health Organization. Care of the
umbilical cord: a review of the evidence.
Geneva: World Health Organization, 1998.
38 p. (WHO/RHT/MSM/98.4).
3. Stoll BJ. The global impact of neonatal
infection. Clin Perinatol 1997;24:1-21.
Impact of delivery-kits on infections in
Egypt Darmstadt GL et al.
4. Mullany LC, Darmstadt GL, Katz J,
Khatry SK, LeClerq SC, Adhikari RK et
al. Development of clinical sign based
algorithms for community based
assessment of omphalitis. Arch Dis Child
Fetal Neonatal Ed 2006;91: F99-104.
5. Mullany LC, Darmstadt GL, Khatry
SK, Katz J, LeClerq SC, Shrestha S et al.
Topical applications of chlorhexidine to
the umbilical cord for prevention of
omphalitis and neonatal mortality in
southern Nepal: a community-based,
cluster-randomised trial. Lancet
2006;367:910-8
6. Mullany LC, Darmstadt GL, Katz J,
Khatry SK, LeClerq SC, Adhikari RK et
al. Risk of mortality subsequent to
umbilical cord infection among newborns
of southern Nepal: cord infection and
mortality. Pediatr Infect Dis J 2009;28:17-
20.
7. Kwast BE. Puerperal sepsis: its
contribution to maternal mortality.
Midwifery1991;7:102-6.
8. Hussein J, Fortney JA. Puerperal sepsis
and maternal mortality: what role can new
technologies play?. Int J Gynecol Obstet
2004;85:S52-61.
9. Chisembele M. The global incidence of
puerperal sepsis: protocol for a systematic
review. Geneva: World Health
Organization, 2004. 16 p.
10. Koblinsky M, Matthews Z, Hussein J,
Mavalankar D, Mridha MK, Anwar I et al.
Going to scale with professional skilled
care. Lancet 2006;368:1377-86.
11. Mullany LC, Darmstadt GL, Katz J,
Khatry SK, LeClerq SC, Adhikari RK et
al. Risk factors for umbilical cord
infection among newborns of southern
Nepal. Am J Epidemiol 2007;165:203-11.
12. World Health Organization. Mother–
Baby Package: implementing safe
motherhood in countries. Geneva: World
Health Organization, 1994. 89 p.
13. Campbell O, Gipson R, el-Mohandes
A, Issa AH, Matta N, Mansour E et al. The
Egypt national perinatal/ neonatal
mortality study 2000. J Perinatol
2004;24:284-9.
14. Darmstadt GL, Hussein MH, Winch
PJ, Haws RA, Lamia M, El-Said MA et al.
Neonatal home care practices in rural
Egypt during the first week of life. Trop
Med Intl Health 2007;12:783-97.
15. Mullany LC, Darmstadt GL, Khatry
SK, Katz J, LeClerq SC, Shrestha SR et al.
Topical applications of chlorhexidine to
the umbilical cord prevent omphalitis and
reduce neonatal mortality in southern
Nepal: a community-based, cluster-
randomized trial. Lancet 2006;367:910-8.
16. Mullany LC, Faillace S, Tielsch JM,
Stolzfus RJ, Nygaard KE, Kavle JA et al.
Incidence and risk factors for newborn
umbilical cord infections on Pemba Island,
Zanzibar, Tanzania. Pediatr Infect Dis J
2009;28:503-9.
17. Campbell O, Gipson R. National
maternal mortality study, Egypt 2000:
report of findings and conclusions. Cairo:
Directorate of Maternal and Child Health
Care, Ministry of Health and Population,
Government of Egypt, 2001.
18. Darmstadt GL, Hussein MH, Winch
PJ, Haws RA, Gipson R, Santosham M.
Practices of rural Egyptian birth attendant
practices during the antenatal, intrapartum,
and early neonatal periods. J Health Popul
Nutr 2008;26:36-45.
19. World Health Organization. Guidelines
for introducing simple delivery kits at the
community level. Geneva: Maternal and
Child Health Unit, Division of Family
Health, World Health Organization, 1987.
47 p.
20. Balsara ZP, Hussein MH, Winch PJ,
Gipson R, Santosham M. Darmstadt GL.
Impact of clean delivery kit use on clean
delivery practices in Beni Suef
governorate, Egypt. J Perinatol 2009 (in
press).
21. Kapoor SK, Reddaiah VP, Lobo J.
Control of tetanus neonatorum in a rural
area. Indian J Pediatr 1991;58:341-4.
22. Nessa S, Arco ES, Kabir IA. Birth kits
for safe motherhood in Bangladesh. World
Health Forum 1992;13:66-9. 23. Tsu V.
Nepal. Clean home delivery kit.
Evaluation of the health impact. 2000,
Seattle, Washington: Program for
Appropriate Technology in Health, 2000.
36 p. 24. Jokhio AH, Winter HR, Cheng
KK. An intervention involving traditional
birth attendants and perinatal and maternal
mortality in Pakistan. N Engl J Med
2005;352:2091-9.
25. Mosha F, Winani S, Wood S,
Changalucha J, Ngasalla B. Evaluation of
the effectiveness of a clean delivery kit
intervention in preventing cord infection
and puerperal sepsis among neonates and
their mothers in rural Mwanza Region,
Tanzania. Tanzan Health Res Bull
2005;7:185-8.
26. El-Zanaty F, Way A. Egypt
demographic and health
survey 2005. Cairo: Ministry of Health and
Population, Government of Egypt, 2006.
375 p.
27. John Snow Incorporated. Neonatal and
obstetrical assessment and care practices in
healthcare facilities. Cairo: Healthy
Mother/Healthy Child Results Package,
John Snow Incorporated, 2000.
28. Winch PJ, Husein MH. Pilot testing of
interventions to promote compliance with
standard infection control procedures by
healthcare providers. Cairo: Healthy
Mother/Healthy Child Results Package,
John Snow Incorporated, 2000:1-48.
29. Winani S, Wood S, Coffey P, Chirwa
T, Mosha F, Changalucha J. Use of a clean
delivery kit and factors associated with
cord infection and puerperal sepsis in
Mwanza, Tanzania. J Midwifery Womens
Health 2007;52:37-43. Impact of delivery-
kits on infections in Egypt Darmstadt GL
et al.
30. Beun MH, Wood SK. Acceptability
and use of clean delivery kit in Nepal: a
qualitative study. J Health Popul Nutr
2003;21:367-73.
31. John Snow Incorporated. JSI task five
milestone report, PR-6: Birth attendant
practices during the antenatal, intrapartum
and early neonatal periods. Cairo: Healthy
Mother/Healthy Child Results Package,
John Snow Incorporated, 2000.
32. Filippi VGA. Validation of women’s
perception of near-miss obstetric morbidity
in South Benin. London: London School
of Hygiene and Tropical Medicine, 1999.
(PhD thesis).
33. Darmstadt GL, Hussein MH, WinchPJ,
RA, Lamia M, El-Said MA et al. Neonatal
home care practices in rural Egypt during
the first week of life. Trop Med Int Health
2007;12:783-97.
34. Garner P, Lai D, Baea M, Edwards K,
Heywood P. Avoiding neonatal death: an
intervention study of umbilical cord care. J
Trop Pediatr 1994;40:24-8.
35. Tielsch JM, Darmstadt GL, Mullany
LC, Khatry SK, Katz J, LeClerq SC.
Impact of newborn skin-cleansing with
chlorhexidine on neonatal mortality in
southern Nepal: a community-based,
cluster-randomized trial. Pediatrics
2007;119:e330-40.
36. Darmstadt GL, Badrawi N, Law PA,
Ahmed S, Bashir M, Iskander I et al.
Topically applied sunflower seed oil
prevents invasive bacterial infections in
preterm
infants in Egypt: a randomized, controlled
clinical trial. Pediatr Infect Dis J
2004;23:719-25.
37. Darmstadt GL, Saha SK, Ahmed AS,
Chowdhury MA, Law PA, Ahmed S et al.
Effect of topical treatment with skin
barrier-enhancing emollients on
nosocomial infections in preterm infants in
Bangladesh: a randomised controlled trial.
Lancet 2005;365:1039-45.
38. Bhutta ZA, Darmstadt GL, Hasan BS,
Haws RA. Community- based
interventions for improving perinatal
and neonatal health outcomes in
developing countries: a review of the
evidence. Pediatrics 2005;115(2
Suppl):519-617.
39. Tielsch, JM, Rahmathullah L,
Thulasiraj RD, Katz J, Coles Cl. Newborn
vitamin A dosing reduces the case fatality
but not incidence of common childhood
morbidities in South India. J Nutr
2007;137:2470-4.
40. Humphrey JH, Agoestina T, Wu L,
Usman A, Nurachim M, Subardja D.
Impact of neonatal vitamin A
supplementation on infant morbidity and
mortality. J Pediatr 1996;128:489-96.
41. Winani S, Wood S, Coffey P, Chirwa
T, Mosha F, Changalucha J. Use of a clean
delivery kit and factors associated cord
infection and puerperal sepsis in Mwanza,
Tanzania. J Midwifery Womens Health
2007;52:37-43.
42. Parsons SM, Walley RL, Crane JM,
Matthews K, Hutchens D. Oral
misoprostol versus oxytocin in the
management of the third stage of labour. J
Obstet Gynecol Can 2006;28:20-6.
43. Darmstadt GL, Walker N, Lawn JE,
Bhutta ZA, Haws RA, Cousens S. Saving
newborn lives in Asia and Africa: cost and
impact of phased scale-up of interventions
within the continuum of care. Health
Policy Plan
2008;23:101-17.