Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

26
What is Sustainable Construction and why? Manusia dan bencana saudara kembar …?! Suriptono Centre for Professional Studies (CPS)

Transcript of Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

Page 1: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

What is Sustainable Constructionand why?

Manusia dan bencana saudara kembar …?!

SuriptonoCentre for Professional Studies (CPS)

Institute for Environmental Management and Technology (IEMT)Universitas Merdeka Malang

[email protected]

Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 23 Pebruari 2011di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil

Universitas Kristen Petra

Page 2: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

Surabaya

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

2

Page 3: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

What is Sustainable Constructionand why?

Manusia dan bencana saudara kembar ......... ?

"A business that makes nothing but money is a poor business".

Henry FordPendahuluan

Banjir bercampur batu dan lumpur menghunjam Desa Panggulo, Kecamatan Botupingge, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo mengakibatkan dua jembatan ambruk, lima rumah hancur serta ratusan rumah tergenang air, lumpur dan batu. Hal tersebut disebabkan karena turunnya hujan deras pada hari Rabo, tgl. 6 Pebruari 2011, beberapa waktu yang lalu. Total kerugian akibat bencana diperkirakan milyaran rupiah (Kompas, 18 Pebruari 2011). Peristiwa yang mencekam batin ini mengingatkan kita bahwa bencana demi bencana dengan segala coraknya silih berganti hadir di bumi pertiwi yang kita cintai. Terutama yang sangat menonjol adalah banjir dan tanah longsor serta kekeringan yang telah menjadi bagian utuh dari kehidupan nyata kita di tanah air tercinta Indonesia. Khususnya menjadi semakin marak di beberapa tahun terakhir ini, mengikuti maraknya isu ‘global warming’ dan ‘climate change’ serta krisis keuangan global. Hujan deras yang seringkali terjadi semalaman sampai dengan dini hari pada umumnya mengakibatkan banjir dan tanah longsor dimana-mana di seluruh pelosok tanah air. Khususnya di kota Bandung yang dahulu terkenal sampai ke luar negeri sebagai kota wisata yang sejuk nan asri di tanah air, serta aman dan nyaman, dengan diguyur hujan deras semalaman di hari Jumat tanggal 5 Pebruari 2010 hingga hari Sabtu dini hari menimbulkan longsor yang berdampak hancurnya tujuh rumah warga di Kelurahan Ciumbuleuit, Kecamatan Cidadap. Demikian pula dua rumah terkubur langsung oleh longsoran tebing di bibir sungai Cipaganti. Di Kabupaten Sukabumi, Kecamatan Purbaya, hujan lebat sepanjang hari di hari Jumat mengakibatkan lima rumah rusak berat dan empat puluh satu rumah rusak ringan terkena longsor. Berlanjut dengan musibah tersebut, sedikitnya dua puluh hektar sawah dilanda banjir. Padahal sawah tersebut baru saja ditanami bibit maupun yang sudah siap panen (Kompas, 7 Pebruari 2010).

Peristiwa tersebut mengingatkan kita pula pada malapetaka tahun lalu yang disebut sebagai tragedi ‘Situ Gintung’ yang sangat memilukan hati kita semua. Jebolnya tanggul ‘Situ Gintung’ di Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, pada pukul 05.00 hari Jumat, tgl. 27 Maret 2009 yang lalu, dalam sekejap telah menelan korban tewas enam puluh lima orang, sembilan puluh delapan orang hilang dan lima puluh dua orang mengalami luka-luka. Sebagian besar korban yang tewas adalah wanita dan anak-anak. Sekitar tiga ratus rumah di wilayah itu porak-poranda. Padahal dua tahun sebelumnya sudah dilaporkan oleh warga bahwa tanggul perlu perawatan. Bahkan pada bulan Desember 2008, sudah banyak longsoran kecil dan rembesan di sepanjang tanggul (Kompas, 28 Maret 2009). Kelalaian didalam memelihara apa saja yang kita miliki, cepat atau lambat akan menimbulkan kerugian bahkan berujung bencana bagi diri kita sendiri. Bencana ‘Situ Gintung’ adalah suatu hasil dari perpaduan lemahnya daya tanggap dari semua pihak yang

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

3

Page 4: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

berwenang. Ini adalah salah satu bukti yang paling aktual bahwa kita belum berhasil dalam belajar menjadi lebih baik didalam memelihara milik kita sendiri?! Benar-benar mempermalukan diri sendiri?!

Foto berwarna tragedi ‘Situ Gintung’ yang sangat memilukan hati diatas adalah kiriman seorang teman melalui email. Merenungkan dengan mendalam beraneka ragamnya ‘bencana alam’ di tanah air yang muncul silih berganti seperti saling berebut untuk bermunculan lebih dahulu satu terhadap yang lain, benar-benar membuat kita terperangah bengong mengapa semua itu bisa terjadi? Mengapa? Sederhana sekali jawabannya, itulah reaksi alam terhadap semua ‘ulah’ atau ‘aksi’ kita sebagai manusia yang tidak ramah terhadap alam; yang seyogyanya kita pelihara dengan penuh keramahan sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan sang pencipta alam itu sendiri. Tegasnya ‘aksi’ kita cenderung bahkan selalu ingin merusak alam. Contoh sederhana, bencana banjir hadir di tanah air pada umumnya disebabkan karena ‘rumah’ air kita gusur, sehingga air bereaksi dan berkata dengan kesal, geram dan marah kepada kita: “Rumahku kau gusur maka kumasuki rumahmu!” Maka terjadilah banjir yang membuat kita semua mengalami kerugian dan penderitaan konyol. Yang memilukan hati, penderitaan terberat harus ditanggung oleh kaum marginal?! Tak pelak lagi bukankah ‘rumah’ air adalah hutan yang kita gunduli dengan semena-mena? Walaupun faktor-faktor penyebab banjir yang lain di perkotaan seperti minimnya ‘ruang terbuka hijau’ (RTH) yang diakibatkan oleh getolnya kita membangun ‘hutan beton’, sekaligus jeleknya pengelolaan / sistim drainase kota dan lain sebagainya juga sangat memperburuk keadaan. Singkat kata kisah diatas adalah salah satu contoh konkrit dari ‘pembangunan’ yang tidak mengaplikasikan prinsip-prinsip ‘pembangunan yang berkesinambungan’ yang pada

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

4

Page 5: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

gilirannya mengancam bahkan menghancurkan kehidupan kita sendiri. Tidakkah berlebihan bila kita hendak menggemakan: “Manusia adalah aktor utama penghancur diri sendiri ....................?” Aktor utama penghasil malapetaka! Manusia dan bencana telah menjadi saudara kembar!

Pembangunan yang berkesinambungan ~ Sustainable Development

Mengapa bencana alam selalu hadir dalam kehidupan kita manusia? Mengapa tragedi demi tragedi yang menghasilkan penderitaan berkepanjangan menjadi tontonan riil didalam kehidupan ini? Mengapa alam tidak mau bersahabat lagi dengan kita? Introspeksi diri dengan jujur dan seksama terhadap semua ‘aksi’ yang telah kita lakukan terhadap alam, dalam bentuk ‘pembangunan fisik’/ ‘intervensi pada alam’ seringkali hampir semuanya tidak ramah terhadap alam. Semangat mensejahterakan diri dan sesama yang dikerjakan dengan penuh semangat sebagai penguasa bumi ternyata didalam perjalanannya telah berubah menjadi semangat dan tindakan yang bernuansa ketamakan. Sehingga semua hal itu membawa kita kepada pernyataan yang lugas, yaitu sekali lagi: “bahwasanya karena kita cenderung dengan sangat kuat untuk mengeksploitasi alam habis-habisan yang dikendalikan oleh ketamakan kita sendiri maka sesungguhnya kita sedang membangun kehancuran diri sendiri!”

Belum lagi banyaknya pembangunan yang kita kerjakan dengan tidak berkesinambungan, sehingga betapa besarnya kerugian yang harus kita derita. Waktu, energi, dan dana yang tidak kecil dan lain sebagainya yang dipergunakan, telah musnah tanpa memberikan hasil dan manfaat. Terutama waktu yang merupakan asset yang sangat sangat berharga telah kita sia-siakan tanpa makna. Uang dan materi lainnya dapat kita peroleh kembali, namun waktu yang berlalu tidak akan dapat diulang kembali kehadirannya? Salah satu contoh gamblang dari pembangunan yang tidak berkesinambungan di tanah air adalah Program Pembangunan MCK (Mandi, Cuci, Kakus). Sampai dengan saat ini potret keberadaan sungai-sungai kita yang telah berwarna kopi susu …..telah sangat-sangat mencemaskan. Semua itu disebabkan karena kebiasaan kita baik langsung ataupun tidak langsung membuang limbah domestik baik cair maupun padat ke sungai. Air tanah di tanah air telah semuanya tercemar. Alhasil antara lain, tiada lagi bagi keluarga ikan untuk dapat memiliki kesempatan hidup dengan baik?! Kegagalan program yang sangat memprihatinkan?! Cukup mempermalukan kita semua.

Bila kita mau jujur kepada diri sendiri, betapa banyak proyek-proyek pembangunan kita di tanah air, belum bahkan tidak memiliki manfaat yang berkesinambungan? Seringkali proyek pembangunan yang telah selesai dikerjakan, namun tujuan yang telah ditetapkan semula yang telah menjadi dambaan orang banyak tidak tercapai secara siknifikan?! Yang tertinggal adalah catatan angsuran hutang. Catatan bahwa masih ada hutang yang harus diangsur selama sekian tahun kedepan untuk dilunasi. Hutang yang telah menjadi tanggungan kita. Alias catatan angsuran berkala untuk membayar lunas hutang masih menjadi catatan merah tua. Tidakkah kita semua sedih dan trenyuh menyaksikan peristiwa-peristiwa ini bergulir terus berkelanjutan?! Haruskah kita mengalami hal-hal seperti ini tanpa henti?! Bodohkah kita semua ini? Tentunya kita semua berontak dan membantah habis-habisan bila disebut demikian! Namun apakah penolakan dengan sebutan seperti itu kita tindak-lanjuti dengan tindakan konkrit yang solutif? Bangkit dengan bersemangat dan bertekad untuk

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

5

Page 6: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

bekerja dengan cerdas dan totalitas menghadirkan pembangunan yang berkesinambungan di tanah air.

‘Pembangunan yang berkelanjutan’ atau ‘Pembangunan yang ramah lingkungan’ atau Sustainable Development, ringkasnya dapatlah dikatakan sebagai semua upaya pembangunan yang memberikan kualitas kehidupan yang lebih baik kepada setiap insan / generasi pada saat ini maupun kepada generasi yang akan datang. Bahkan terbersit di dalamnya semangat dan upaya yang berkesinambungan untuk menjamin kualitas kehidupan yang lebih baik itu sendiri. Penulis terkesan dengan uraian tentang Sustainable Development dalam bentuk bagan yang diberikan oleh International Council on Local Environmental Initiatives 1996 sebagai berikut:

Imperative:

* Sustain economic growth

* Maximise private profit

* Expand market

Community * Externalise costs

economic Conservationism

development

Imperative: Imperative:

* Increase local self-reliance * Respect carrying capacity

* Satisfy basic human needs Deep ecology or * Conserve and recycle resources

* Increase equity utopianism * Reduce waste

* Guarantee participation

and accountability

* Use appropriate technology

Ditengah-tengah pergulatan manusia yang berjuang antara lain untuk mengatasi bencana alam sebagai konsekuensi logis akibat melaksanakan program-program pembangunan yang tidak berkesinambungan yang berdampak menciptakan ‘kemiskinan’ dan ‘penderitaan’ dan lain sebagainya, maka lahirlah konsep “Sustainable Development.” Definisi awal dari Pembangunan yang berkesinambungan atau Sustainable Development yang diterima secara internasional adalah: “development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own need.”(The Brundtland Report’ tahun 1987).

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

6

Sustainable Development

Community Development

Ecological Development

Economic Development

Page 7: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

Konstruksi yang berkesinambungan / Konstruksi ramah lingkungan ~ Sustainable Construction

Sustainable Construction adalah merupakan aplikasi dari Sustainable Development untuk industri konstruksi. Jadi pada prinsipnya adalah sama, yaitu membangun dan pada saat yang sama memelihara lingkungan hidup sedemikian sehingga mampu memberikan semua kebutuhan hidup manusia secara berkesinambungan sampai dengan kepada generasi yang akan datang.

Adapun Sustainable Construction, yang seringkali disebut sebagai Green Construction secara praktis mengandung pengertian baik dalam perencanaan, pelaksanaan maupun dalam penggunaannya sebagai berikut:

1. Hemat / Efisien dalam penggunaan bahan (sumber daya alam) .Perencanaan kebutuhan bahan dalam pelaksanaannya haruslah efisien dan efektif agar tidak meng-ekspolitasi atau menguras habis-habisan sumber daya alam yang tersedia. Terkandung pula maksud didalamnya pengertian a.l.:a. Upaya meminimalisasi terjadinya ‘bahan-bahan / material sisa’ bangunan

yang akan memiliki nama baru yaitu ‘limbah’; agar tidak memperbanyak adanya ‘tempat pembuangan bahan-bahan sisa bangunan’ (brownfield), atau memperluas keberadaannya, yang sangat mencemari lingkungan. Brownfield sangat merugikan kita baik dari aspek akan berkurangnya lahan produktif kita (bayangkan bila lahan tersebut dipergunakan untuk lahan pertanian ~ betapa banyak hasil pertanian yang dapat dihasilkan olehnya), maupun dari aspek tanah itu sendiri yang akan rusak akibat dipergunakan sebagai tempat buangan bahan-bahan sisa bangunan tersebut. Biaya rehabilitasi untuk tanah yang rusak tersebut sangat luar biasa tingginya serta membutuhkan waktu yang sangat lama pula. Para ahli di USA mengatakan bahwa untuk merehabilitasi ‘tanah yang terkontaminasi’ di USA membutuhkan waktu sekitar 75 (tujuh puluh lima) tahun dengan biaya sebesar US$750 (tujuh ratus lima puluh) trilyun.

b. Upaya mengoptimalisasi penggunaan bahan-bahan bekas, a.l. bila sedang melaksanakan pekerjaan renovasi bangunan. Penggunaan ulang (re-use) bahan-bahan bekas adalah prinsip yang sangat terpuji didalam memelihara alam kita yang begitu indah. Dalam hal ini semua pihak ‘pelaku pembangunan’ (stakeholders) berkewajiban bahkan bertanggung jawab mempromosikan dan mengaplikasikan prinsip ini bila ingin bersikap dan bertindak ramah terhadap lingkungan atau alam.

c. Upaya mengoptimalisasi penggunaan bahan-bahan ‘hasil daur ulang’ (recycle) perlu dipromosikan secara terus menerus agar prinsip menghemat sumber daya alam (ramah lingkungan) me-‘lembaga’ didalam setiap aspek kehidupan semua insan pembangunan.

Usaha-usaha dagang ‘bahan-bahan bekas’ (reuse) perlu dikampanyekan dengan seksama agar tujuan mendukung percepatan upaya mengoptimalisasikan penggunaan bahan-bahan bekas tersebut dapat tercapai. Demikian pula upaya-upaya untuk mendorong berdirinya perusahaan-perusahaan bahan-bahan bangunan dari ‘hasil daur ulang’ (recycle) perlu dirintis dan dikembangkan oleh semua pihak dengan berkesinambungan.

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

7

Page 8: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

2. Hemat dalam penggunaan air dan energi pada fase pelaksanaan pembangunan .Perhitungan kebutuhan air dan energi didalam pelaksanaan pembangunan suatu bangunan konstruksi haruslah benar-benar dicermati dengan seksama agar benar-benar efisien. Renungkan singkatan dari PDAM, yaitu Perusahaan Daerah Air Minum. Berarti air yang kita peroleh dari PDAM seyogyanya dipergunakan untuk air minum, dan bukannya untuk keperluan yang lain seperti pembangunan gedung, konstruksi, apalagi untuk menyiram tanaman, mencuci motor / mobil, dan lain sebagainya. Demikian pula, mengingat energi semakin langka dan mahal, maka efisiensi penggunaan energi (ie. listrik) hendaknya menjadi agenda utama bagi para pelaku pembangunan.

3. Hemat energi dan air dalam fase penggunaan bangunan .Energi dan air yang akan dipergunakan dalam fase penggunaan bangunan haruslah menjadi pertimbangan yang serius pula. Hemat adalah kata kunci dalam penggunaan suatu bangunan yang ramah lingkungan. Hal ini akan menjamin kesinambungan penggunaan bangunan tersebut. Perencanaan dengan seksama di awal pembangunan memegang peranan yang sangat menentukan didalam membangun bangunan yang mampu menghemat energi dan air dalam fase penggunaannya. Dengan demikian disain pencahayaan alami dan pengudaraan alami menjadi faktor yang sangat krusial.

4. Mudah dalam pelaksanaannya .Tercakup didalamnya pengertian upaya meminimalisasi:a. Waktu pelaksanaan.

Mengingat waktu adalah asset yang sangat-sangat berharga, maka fungsi dan peran perencanaan didalam ‘membangun’ adalah sangat krusial (cf. time is cost). Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk membangun benar-benar efektif.

b. Penggunaan tenaga ahli yang membutuhkan biaya tinggi.Mengingat telah banyak tenaga ahli di tanah air, maka adalah ironi sekali bila kita masih harus banyak bergantung kepada tenaga ahli / konsultan dari luar negeri dengan upah yang sangat tinggi dibandingkan dengan upah tenaga ahli di dalam negeri. Kiranya prinsip ini mendorong para tenaga ahli di tanah air bersemangat dan bertekad untuk mampu menjadi tuan rumah di negara sendiri.

c. Penggunaan alat-alat berat yang membutuhkan tenaga khusus yang berdampak pada biaya operasional yang besar.

Upaya simplifikasi dalam semua aspek pelaksanaan pembangunan perlu direncanakan dan dikerjakan dengan serius dan kreatif.

5. Mudah dalam pemeliharaan (low-cost maintenance).Perencananan perhitungan biaya pemeliharaan pada fase penggunaan bangunan haruslah diperhitungkan dengan cermat. Belajar dari pengalaman seringkali hal ini diremehkan bahkan diabaikan?! Oleh karena itu, perlulah kita renungkan dengan serius dan mendalam apa yang sering dikatakan dan dihayati oleh para ahli, bahwa Sustainable Development sesungguhnya adalah ‘maintenance management’ atau ‘the art of maintenance.’ Kejujuran untuk mengakui bahwa kita, “mudah atau suka membangun namun enggan bahkan

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

8

Page 9: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

malas memeliharanya”, tentu perlu ditindaklanjuti dengan sikap dan tindakan yang positip dan solutif.

6. Menghindari pembongkaran keseluruhan bangunan (demolish). Pembongkaran keseluruhan bangunan hendaknya dilakukan apabila memang hal tersebut benar-benar dibutuhkan karena alasan keamanan. Misalkan ada tanda-tanda yang jelas bahwa suatu bangunan akan ambruk sehingga membahayakan penghuni. Beberapa negara maju sudah memiliki Undang-Undang / Peraturan Pemerintah yang melarang pembongkaran total bangunan kecuali dengan alasan keamanan. Mengingat pembongkaran keseluruhan bangunan akan menambah beban ‘brownfield’ ataupun menambah jumlah kehadiran ‘brownfield’ yang akan merusak lahan produktif (tanah / alam) dan berdampak sangat merugikan kita, maka tindakan-tindakan pembongkaran keseluruhan bangunan yang banyak kita saksikan di tanah air, hendaknya perlu dilakukan penelitian dengan seksama terlebih dahulu sebelum hal tersebut dikerjakan. Keputusan untuk tidak perlu membongkar, membongkar sebagian atau membongkar keseluruhan, adalah tanggung jawab pemerintah dengan dukungan para ahli yang berkompeten.

7. Akses yang mudah, cepat dan aman untuk mendapatkan bahan-bahan bangunan yang akan dipergunakan.

Pengertian ini kiranya menjadi dasar pemilihan bahan-bahan yang akan dipergunakan. Bila mendatangkan / mendapatkan bahan-bahan bangunan yang akan dipergunakan mudah, cepat dan aman, maka aspek biaya transportasi akan menjadi efisien. Sekaligus meminimalisasi terjadinya polusi udara dan polusi suara yang diakibatkan oleh transportasi tersebut.Sebagai perenungan saja, informasi sekilas tentang kondisi transportasi di tanah air dibawah ini yang dilaporkan oleh LPEM UI, dalam harian Kompas, 30 Maret 2008; menunjukkan betapa iklim usaha di bidang pembangunan cukup memprihatinkan: Total jalan nasional: 35.000 km, namun 2900 km rusak. Dengan kondisi banyak jalan rusak maka tak pelak lagi: Transportasi tersendat; Biaya perjalanan menjadi tinggi; Melemahkan harga produsen; Meningkatkan harga di tingkat konsumen; Melemahkan daya saing untuk pasar mancanegara; Ekspor cenderung mandek; Pertumbuhan ekonomi jalan di tempat; Tidak menarik untuk ‘Investasi’; Terancam terbelakang di tengah kompetisi ekonomi dunia yang semakin ketat. Oleh karena hal tersebut diatas, maka dapatlah dimengerti bila Biaya Logistik di Indonesia = 14 % dari total biaya produksi?! Biaya Logistik: adalah segala sesuatu yg harus dibayar dari pabrik (tempat barang di-produksi) sampai ke pelabuhan/lapangan, termasuk transportasi di Indonesia. Bandingkan dengan Biaya Logistik di Jepang yang kurang dari 5 %. Sehingga dengan demikian konsumen lebih tertarik untuk menggunakan bahan produk dari Jepang. Dengan perkataan lain biaya pembangunan keseluruhan di tanah air cukup terbebani oleh Biaya Logistik?!

8. Mengantisipasi dan mampu ber-adaptasi bila terjadi ‘perubahan’ didalam tujuan / misi dari pemilik / penghuni / insitusi / lembaga pengguna bangunan.

Mengingat perubahan adalah keniscayaan, maka pertimbangan-pertimbangan mengantisipasi dan kemampuan ber-adaptasi bila terjadi ‘perubahan’ didalam tujuan / misi dari para pemilik / penghuni / lembaga pengguna bangunan yang

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

9

Page 10: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

akan mengubah pula fungsi bangunan, kiranya dapat menjadi agenda khusus dari para pengambil keputusan dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan. Ataupun apabila terjadi ‘perubahan’ strategi didalam rangka mencapai misi / tujuan dari institusi / lembaga pengguna bangunan tersebut yang akan mengubah pula fungsi dari bangunan tersebut, maka kiranya perubahan terhadap fungsi bangunan yang akan dilakukan tidaklah membutuhkan waktu, energi dan dana yang besar. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembongkaran besar-besaran apalagi pembongkaran total untuk kemudian dibangun bangunan baru.

9. Menjamin keamanan, kenyamanan maupun kesehatan dari para pekerja maupun penduduk disekitar bangunan baik dalam proses pelaksanaan maupun didalam penggunaannya oleh penghuni.

Betapa telah banyak jatuh korban yang menjadi cacat seumur hidup bahkan meninggal dunia dengan cara yang mengenaskan, sebagai akibat dari cara pelaksanaan pembangunan yang tidak memperhatikan keselamatan pekerja maupun orang-2 disekitar bangunan. Belum lagi banyaknya debu dan lain-lain yang sangat merugikan kesehatan sebagai dampak dari pembangunan tersebut. Oleh karena itu proses pelaksanaan pembangunan khususnya pekerjaan persiapan untuk menjamin terlaksananya prinsip diatas hendaknya direncanakan dan dikerjakan serta di monitor dengan seksama. Prinsip ini di tanah air sangat memprihatinkan?!

10. Penghematan penggunaan biaya didalam suatu pekerjaan membangun .Bila semua upaya tersebut diatas dikerjakan dengan cermat dan seksama, maka pada giliran akhirnya pembiayaan yang efisien dapat dicapai. Tentunya hal ini merupakan proses studi yang berkesinambungan yang membutuhkan keuletan tersendiri alias mau lebih repot dari pada biasanya! Ketahuilah, sejarah mencatat bahwa insan yang tampil dengan keberhasilan yang gemilang adalah insan-insan yang bertekad untuk ‘mau belajar dan mau bekerja dengan lebih repot dan lebih cerdas’ dibandingkan dengan insan-insan yang lain, demi untuk mencapai hasil yang terbaik.

Terlebih dari sepuluh pedoman diatas, masih ada dua aspek krusial lainnya yang menjadi keprihatinan kita di tanah air yang perlu penulis berikan didalam melengkapi uraian diatas. Dengan tujuan agar mendapat perhatian dan studi khusus yang berkesinambungan. Namun demikian dua aspek berikut tetap menyatu dengan ke sepuluh pedoman diatas, yaitu sebagai berikut:

1. bangunan yang didirikan tidak mencemari lingkungan disekitarnya, baik pada fase pelaksanaan maupun pada fase penggunaannya.Sisa-sisa bahan bangunan, buangan tanah galian, sampah-sampah dari para pekerja banguan, suara bising selama proses pembangunan kiranya tidaklah terlalu mengganggu lingkungan disekitarnya. Kalaupun ada, karena memang tidak dapat dihindari, itupun hendaknya masih dalam batas-batas kewajaran. Pada fase penggunaaan bangunan, setiap pengguna pasti menghasilkan limbah baik limbah padat maupun limbah cair. Limbah padat terdiri dari limbah an-organik dan limbah organik; limbah cair mencakup limbah tinja (black water) dan limbah cair dari kamar mandi, dapur dan tempat cuci (grey water). Semua

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

10

Page 11: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

limbah tersebut membutuhkan tempat dan alat pengolah limbah (on-site), agar tidak mencemari lingkungan disekitarnya. Demikian pula air hujan yang diterima untuk kemudian diolah, baik menjadi air minum maupun air untuk menyiram tanaman atau membersihkan peralatan rumah tangga, hendaknya direncanakan sejak awal dengan arif. Black water dapat diolah menjadi pupuk (bahkan gas / energi) dan air untuk menyiram tanaman. Sedangkan Grey water pada umumnya diolah menjadi air bersih untuk menyiram tanaman. Penulis menyaksikan sendiri, pada pembangunan pemukiman baru (real estat) di negara Jerman, hal ini dilaksanakan dengan cara yang mengagumkan.

2. Kesadaran dan kejujuran untuk mengakui bahwa kita, “mudah atau suka membangun namun enggan bahkan malas memeliharanya”, tentu perlu ditindaklanjuti dengan sikap dan tindakan yang positip dan solutif, agar perilaku negatif tersebut tidak berlanjut dan berkembang menjadi bencana bahkan malapetaka.Tragedi Situ Gintung beberapa waktu yang lalu kiranya dapat membangkitkan kita untuk bersemangat ‘memelihara’ dengan seksama semua pembangunan yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, studi berkesinambungan tentang seni ‘memelihara’ beserta keunikan aplikasinya hendaknya dikedepankan menjadi program utama di tingkat nasional. Dan agar program tersebut berdaya guna dan berhasil guna, pembuatan perencanaan program internalisasi pemeliharaan yang efisien dan efektif serta terpadu membutuhkan kecerdasan dan kecermatan tersendiri. Tentunya pemantauan proses pelaksanaannya pun perlu mendapat perhatian khusus, sehingga mampu memberikan umpan balik demi terlaksananya perbaikan berkesinambungan selama proses. Aspek mendasar lainnya yang sangat menentukan keberhasilan program internalisasi adalah ‘konteks budaya lokal’ yang dimiliki oleh setiap daerah di tanah air. Karakteristiknya unik dan berbeda satu dengan lainnya. Studi berkesinambungan tentang kekayaan dan keunikan ‘budaya lokal’ (kearifan lokal) perlu dikerjakan dengan intensif untuk menghasilkan kekayaan metoda pendekatan yang dibutuhkan (relevan) demi menjamin kebersinambungan/ kesuksesan program internalisasi itu sendiri.

Sebagai contoh dari pembangunan yang mengaplikasikan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan atau pembangunan yang ramah lingkungan, khususnya dalam aspek pemanfaatan bahan-bahan bekas ialah:

1. Gedung Environmental Technology Centre (ETC) di Murdoch University, Perth, Western Australia.Lantai pada gedung ini dibuat antara lain dari bahan-bahan bekas (bongkaran bangunan) berupa krikil dan pecahan-pecahan kaca yang dicampur dan ditata sedemikian rupa sehingga terlihat indah seperti mozaik yang mahal harganya. Daun pintu dibuat dari pecahan kecil-kecil kayu-kayu sisa yang dipadatkan kemudian dicetak. Dinding dibuat dari bekas bongkaran dinding bangunan yang telah dihaluskan untuk kemudian dicampur dengan semen, dicetak dengan ukuran sesuai kebutuhan dan akhirnya dipadatkan. Air limbah buangan dari dapur, kamar mandi, dan WC diolah oleh unit pengolah limbah. Air hasil olahan tersebut dipergunakan untuk menyiram tanaman di halaman disekitar

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

11

Page 12: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

gedung-gedung yang ada. Air hujan pun ditampung untuk kemudian dipergunakan kembali untuk keperluan penelitian. Kebutuhan listrik didapatkan dari ‘kincir angin’ penghasil listrik maupun solar cell yang dipasang pada atap bangunan.

2. Pembuatan jalan di kota Auckland, New Zealand dibuat antara lain dengan menggunakan ban bekas dari kendaraan bermotor yang tertumpuk menggunung di tepian kota Auckland.Bila ban bekas tersebut tidak didaur ulang akan menjadi gunung yang mengelilingi kota Auckland. Tentunya hal ini akan menciptakan dan memperluas kebutuhan brownfield yang sangat merusak lingkungan. Oleh karena itu pemerintah kota menghimbau kepada seluruh masyarakat kota untuk bersatu mengatasi masalah tersebut. Menindaklanjuti himbauan tersebut, tergeraklah beberapa mahasiswa dan dosen jurusan Teknil Sipil, Auckland University untuk mengadakan penelitian dengan tujuan mencari solusi dari masalah tersebut. Hasil penelitian mereka menghasilkan bahwa ban bekas tersebut dapat diolah menjadi salah satu campuran bahan pembuat jalan. Bahkan konstruksi jalan yang menggunakan bahan olahan ban bekas tersebut memiliki kualitas yang lebih baik dari pada konstruksi jalan yang sudah ada.

Seni merekaya ‘bahan bekas’ (sudah tidak dapat dipergunakan lagi) untuk dapat memiliki nilai tambah yang siknifikan sehingga dapat dipergunakan kembali, merupakan suatu studi tersendiri yang perlu dipelajari dan dikembangkan secara berkesinambungan. Bukankah penyempurnaan kurikulum di sekolah-sekolah kita perlu dikerjakan dan dikembangkan dengan seksama dan secara berkesinambungan? Pemanfaatan kembali ‘bahan bekas’ yang biasanya dibuang sungguh-sungguh memiliki manfaat berlipat ganda, yaitu:

1. menghemat penggunaan sumber daya alam dan sekaligus;2. beban pada brownfield akan berkurang dengan siknifikan; 3. menyelamatkan lingkungan dengan meminimalisasi keberadaan brownfield;4. memelihara keberadaan lahan yang tersedia untuk secara maksimal dapat

dipergunakan sebagai lahan pertanian yang produktif, demi membangun ketahanan pangan.

Sebagai gambaran, Canada yang dikenal sebagai negara yang memiliki peringkat atas didalam hal memperhatikan pelestarian lingkungan hidup dan menerapkan prinsip-prinsip Sustainable Development; di kota Vancouver masih menghasilkan limbah bongkaran bangunan seberat 0,3 – 0,6 juta ton per tahun. Sedangkan limbah perkotaannya sebesar 1,4 juta ton per tahunnya (Ecologically Sustainable Development Reader. Murdoch University. 2000). Tentunya tidak bisa dibayangkan betapa lebih parahnya keadaan di negara-negara lain? Oleh karena itu seni rekayasa penggunaan bahan bekas perlu segera dikampanyekan dan dikerjakan dengan serius dan penuh gairah, mengingat dampak manfaat ganda yang akan diperoleh. Bahkan menjadi kewajiban kita pula para akademisi untuk merajutnya menjadi suatu disiplin ilmu tertentu (cf. mata pelajaran / kuliah tertentu) baik yang mencakup aspek teknologi pengolahan, ekonomi (produksi / pemasaran), maupun pengelolaannya. Demikian pula program sosialisasi yang terpadu sangat dibutuhkan untuk mensukseskan tujuan tersebut.

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

12

Page 13: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

Paradikma klasik 3R: Recycle, Reuse dan Reduce tentunya tetap menjadi pedoman kerja yang mendukung proses tercapainya Sustainable Construction maupun Sustainable Development. Urutan terendah adalah Recycle (Good), setelah itu Reuse(Better) dan kemudian yang terbaik adalah Reduce (Best) seperti terlihat pada bagan dibawah ini:

Pengertian Recycle dapat dikembangkan menjadi Recovery, yaitu mendaur ulang limbah ditempat atau di tempat-tempat khusus, baik untuk kemudian dipergunakan kembali atau diubah menjadi enerji. Dinegara negara yang memiliki empat musim, enerji tersebut dipergunakan untuk menggerakkan heater, yang berfungsi sebagai penghangat ruangan, dan untuk membuat air mandi hangat (cf. shower) di kamar mandi khususnya di waktu musim dingin (winter), maupun untuk keperluan memasak di dapur. Demikian pula enerji tersebut dipergunakan untuk menggerakkan AC (air-conditioning) pada musim panas (summer). Masyarakat di negara negara berkembang pada umumnya membutuhkan teknologi ini untuk keperluan memasak di dapur.

Reduce termasuk semua upaya untuk meminimalisasi (Waste Minimization) terjadinya bahan-bahan sisa atau bongkaran sebagai hasil dari proses pembangunan suatu bangunan, yang kemudian disebut limbah. Seyogyanya program Reduce menjadi upaya prioritas. Ujung tombak yang paling efektif untuk mensukseskan program ini adalah melalui jalur pendidikan. Bahkan sejak usia dini di bangku Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar, program Reduce adalah esensiil untuk diajarkan / dikerjakan dengan intensif, dan bukannya sekedar dilaksanakan sebagai mata

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

13

Page 14: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

pelajaran tambahan / ekstra kurikuler. Sedangkan Reuse dan Recycle / Recovery termasuk kelompok upaya untuk mengelola limbah (Waste Management). Inipun tentunya perlu dikembangkan secara inovatif dan berkesinambungan.

Pemerintah Inggris cukup bersemangat di dalam mengupayakan pelaksanaan ‘Sustainable Construction’ sehingga dibuatlah strategi untuk hal itu seperti penulis berikan dalam contoh dibawah ini:

Saran / Rekomendasi

Adalah suatu upaya dan karya yang terpuji bila senat mahasiswa jurusan teknik sipil menyelenggarakan ‘Seminar Nasional’ ataupun ‘Seminar Internasional’ dengan tema “Rumah tinggal ramah lingkungan di perkotaan.” Penyelenggaraan seminar ini akan menghasilkan manfaat yang amat besar di dalam rangka mempromosikan Sustainable House atau Sustainable Construction pada khususnya dan Sustainable Development pada umumnya. Bila hal ini dilakukan, maka inilah suatu bentuk partisipasi aktif nyata yang perlu mendapat acungan jempol kepada generasi muda yang mau ikut mengambil bagian di dalam pembangunan nasional. Manfaat lanjutan dari kegiatan ini antara lain:

1. memulai proses pembelajaran sejak dini untuk menghayati betapa pentingnya memelihara lingkungan yang pada gilirannya akan melestarikan peningkatan kualitas hidup manusia secara berkesinambungan baik sekarang maupun yang akan datang;

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

UK Sustainable Construction Strategy

‘Building a Better Quality of Life, A Strategy for more sustainable construction”, (www.dti.gov.uk/construction/sustain/bql) established key themes for action by the construction industry. These include:

Design for minimum waste

Lean construction & minimise waste

Minimise energy in construction & use

Do not pollute

Preserve & enhance biodiversity

Conserve water resources

Respect people & local environment

Monitor & report, (i.e. use benchmarks)

Most of these points simply make good business sense e.g. minimising waste increasing efficiency. Sustainability is of increasing importance to the efficient, effective and responsible operation of business.

Sustainable Construction Brief 2, April, DTI, April 2004 (www.dti.gov.uk/construction/sustain/fb.pdf)

14

Page 15: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

2. menyiapkan dan melatih diri sendiri sejak dini sebagai mahasiswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam mensukseskan Sustainable Development dibidang konstruksi.

3. menyiapkan dan melatih diri sendiri sejak dini sebagai mahasiswa untuk memiliki kemampuan ‘Membangun Kebersamaan’ melalui ber-organisasi / bekerja sama ~ semangat saling mengerti / menerima / melengkapi satu terhadap yang lain. Prinsip dan aplikasi nyata ‘Membangun Kebersamaan’ sangat dibutuhkan oleh generasi muda untuk menjawab isu nasional tentang krisis kepemimpinan dan bagaimana seharusnya hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang bertanggung jawab.

4. memperkenalkan kepada publik secara nasional pada khususnya dan internasional pada umumnya akan keberadaan Universitas Kristen PETRA yang bertekad ikut berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang ramah lingkungan. Dengan ini pula ikut mensukseskan “Millennium Development Goals” yang menjadi dambaan semua bangsa di bumi ini.

Ada sebuah quotation dari seorang ilmuwan yang patutlah kita renungkan dengan mendalam dibawah ini:

“All engineers, no matter what their primary discipline, needed to be environmentally educated to the extent that they would need to understand the issues involved with sustainable development and cleaner production.”Elms, 1995.

Quotation tersebut menyimpulkan bahwa para engineers membutuhkan pendidikan lingkungan hidup yang memadai seperti ‘teknologi yang berwawasan lingkungan’ atau spesialisasi-spesialisasi di bidang ‘rekayasa lingkungan’ (environmental education ~ environmental technology sustainable development (ETSD) ~ specialist environmental engineering courses) didalam rangka ikut mensukseskan tercapainya pembangunan yang berwawasan lingkungan. Hal ini dapat direalisasikan antara lain dengan memasukkan materi pelajaran tersebut sebagai mata kuliah dalam kurikulum di Perguruan Tinggi. Atau Perguruan Tinggi dapat melengkapi para engineers atau ‘pelaku pembangunan’ dengan menyelenggarakan pelatihan, lokakarya atau kursus-kursus pendek (training, workshop, short course) dengan topik-topik tersebut diatas. Sesungguhnya upaya ini hendaknya dikerjakan sedini mungkin dan berkesinambungan, dan seyogyanya sekarang juga dapat dimulai, bila kita ingin dan bertekad menyelamatkan kehidupan bangsa Indonesia dari bencana kehancuran. Pertanyaan yang harus kita jawab dengan serius ialah, adakah kita memiliki ‘tekad’ tersebut dengan disertai tindakan nyata?

Belajar dari pengalaman kegagalan di masa lalu melalui catatan sejarah yang terbentang dihadapan kita masing-masing, penulis menawarkan bahkan meyakini bahwa fungsi dari Konstruksi ramah lingkungan yang berkesinambungan (Sustainable Construction) pada khususnya maupun Pembangunan yang berkelanjutan / Pembangunan ramah lingkungan (Sustainable Development) pada umumnya adalah sebagai berikut dibawah ini:

Fi (SD/SC) = Fi (FL, US, LC, CP, CB, AM, MM, SSETSD)

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

15

Page 16: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

FL : the Fear of the LordUS : Uniting StakeholdersLC : Local CultureCP : Community ParticipationCB : Capacity BuildingAM : Asset ManagementMM : Maintenance ManagementSSETSD : Small-Scale Environmental Technology Sustainable

Development

FL : Takut akan TuhanUS : Membangun Kebersamaan / Penyatuan tekad para pelaku

pembangunan, melalui ‘program internalisasi’ Visi dan Misi yang efektif dan berkesinambungan

LC : Konteks budaya lokal (cf. kearifan lokal)CP : Partisipasi masyarakatCB : Peningkatan kapasitas individu, Peningkatan kapasitas

institusi dan Pembangunan / Pengembangan sistem, serta menghasilkan Pendapatan yang berkesinambungan

AM : Manajemen asetMM : Manajemen pemeliharaanSSETSD : Teknologi skala kecil yang berwawasan lingkungan

Catatan:Capacity Building Program adalah Program Peningkatan kapasitas individu,

Peningkatan kapasitas institusi dan Pembangunan / Pengembangan sistem, yang dirajut secara terpadu sedemikian sehingga mampu menghasilkan pendapatan / profit (income) yang berkesinambungan.

Apa dan bagaimana kita dapat menghadirkan Sustainable Construction atau Sustainable Development di Indonesia? Dengan perkataan lain, apa dan bagaimana kita mencapai cita-cita atau masa depan sesuai harapan? Keberhasilan kita didalam membangun masa depan yang lebih baik berbanding linier dengan kesungguhan dan tekad kita didalam mengaplikasikan ke delapan variabel dari fungsi Fi (SD/SC) tersebut diatas. Merajut ke delapan variabel secara terpadu dan melaksanakannya dengan seksama adalah tanggung jawab kita semua. Dengan penuh harap, kiranya gagasan / penyajian singkat tentang fungsi Sustainable Construction atau Sustainable Development mampu menggerakkan bahkan menantang para mahasiswa untuk mengeksplorasi ke delapan variabel tersebut secara mandiri dan mendalam, sehingga pemahaman dan penghayatan akan apa dan bagaimana upaya konkrit, terarah, terpadu dan berkesinambungan untuk menghadirkan Sustainable Construction atau Sustainable Development di tanah air akan semakin jelas dan menggairahkan. Bila hal itu dikerjakan dengan penuh ketekunan dan seksama maka merekalah yang patut menyandang sebutan sebagai pahlawan penyelamat bangsa / umat manusia.

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

16

Page 17: Paper_What is Sustainable Construction and Why=Febr23,11

Namun didalam segala upaya kita untuk berkarya didalam kehidupan ini, seringkali kita merasa lemah dan tidak berdaya?! Untuk itu Max Lucado memberikan semangat kepada kita semua dengan quotation sebagai berikut:

“When we work, we work; but when we pray, God works.”

Berdoalah … maka Tuhan bekerja! Mujijat ….. pasti dan senantiasa akan terjadi!

Referensi

Ecologically Sustainable Development Reader. Murdoch University (2000).

International Council for Local Environmental Initiatives (ICLEI) (1996). The Local agenda 21 planning guide: An introduction to sustainable development planning. ICLEI, UNEP, Toronto, Canada.

Sustainable Construction Brief 2, April, DTI, April (2004). Available World Wide Web: URL: www.dti.gov.uk/construction/sustain/fb.pdf.

-------o0o-------

Introduction to Sustainable Construction, Ir. Suriptono, Ph.D. Dipresentasikan sebagai Kuliah Umum pada tgl. 18 Agustus 2010 di Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

17