Otitis Media Efusi

51
RUMAH SAKIT PENDIDIKAN GATOT SOEBOROTO Otitis Media Efusi Referat – THT-KL Fernia Stevani (112012151) Pembimbing dr. Wahyono Sp. THT-KL 01 Agustus 2013

description

OME OTITIS MEDIA EFFUSION

Transcript of Otitis Media Efusi

RUMAH SAKIT PENDIDIKAN GATOT SOEBOROTO

Otitis Media Efusi

Referat – THT-KL

Fernia Stevani (112012151)

Pembimbing

dr. Wahyono Sp. THT-KL

01 Agustus 2013

Table of Contents

BAB I..........................................................................................................................................2

BAB II.........................................................................................................................................4

2.1 ANATOMI DAN FISOLOGI.................................................................................................4

2.2 DEFINISI OTITIS MEDIA EFUSI........................................................................................15

2.3 PATOFISIOLOGI..............................................................................................................17

2.4

ETIOLOGI........................................................................................................................20

2.5 MANIFESTASI KLINIK .....................................................................................................21

2.6 DIAGNOSIS ....................................................................................................................23

2.7 DIAGNOSIS

BANDING.....................................................................................................25

2.8

TATALAKSANA................................................................................................................26

2.8.1 MEDIKAMENTOSA..............................................................................................26

2.8.2 NON

MEDIKAMENTOSA......................................................................................28

2.9 KOMPLIKASI...................................................................................................................30

2.10 PROGNOSIS..................................................................................................................30

BAB III......................................................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................33

2

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media merupakan salah satu kelainan yang terjadi pada telinga tengah yang

berupa peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, Tuba eusthacius, antrum

mastoid dan sel- sel mastoid. Dimana otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran

napas seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah melalui tuba

eustachius. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA), otitis media juga

merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. Di Amerika Serikat,diperkirakan sekitar

75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan

hampir dari setengah mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak

mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut otitis media

paling sering terjadi pada usia 3- 6 tahun.

Otitis Media berdasarkan durasi penyakitnya dibagi atas akut (< 3 minggu), subakut

(3 – 12 minggu) dan kronis (> 12 minggu). Sedangkan menurut gejala klinisnya otitis media

terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif(= otitis media serosa, otitis

media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi). Masing- masing golongan

mempunyai bentuk akut dan kronis, yaitu otitis media supuratif akut (otitis media akut=

OMA ) dan otitis media supuratif kronis (OMSK). Begitu pula otitis media serosa terbagi

menjadi otitis media serosa akut (barotraumas = aerotitis) dan otitis media spesifik, seperti

otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika.

Otitis media non supuratif nama lain adalah otitis media musinosa, otitis media efusi,

otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media mukoid (glue ear). Otitis media efusi

(OME) adalah keadaan terdapatnya sekret yang nonpurulen di telinga tengah, sedangkan

membran timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi disebut juga otitis media dengan efusi.

Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental

seperti lem disebut otitis media mukoid ( glue ear ).

3

OME adalah salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada anak. Pada populasi

anak, OME dapat timbul sebagai suatu kelainan short-term menyertai suatu infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA), ataupun sebagai proses kronis yang disertai gangguan dengar berat,

keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa, gangguan keseimbangan, hingga perubahan

struktur membrana timpani dan tulang pendengaran.

Dari data statistik menunjukkan 80-90% anak prasekolah pernah menderita OME.

Kasus OME berulang (OME rekuren) pun menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi

terutama pada anak usia prasekolah, sekitar 28-38%.

Dari beberapa kepustakaan insidens OME berbeda-beda dibeberapa tempat,

disimpulkan rata-rata 14-62%. Di Malaysia negara yang mempunyai iklim yang sama dengan

Indonesia, Sani melaporkan prevalensi OME pada anak prasekolah usia 5-6 tahun sebesar

13,6%. Di Indonesia telah dilaporkan penelitian di Jakarta yang dilakukan di TK dan SD Al-

Azhar pada anak usia 4-12 tahun didapatkan prevalensi OME sebesar 23,71%.

Diagnosis OME pada anak lebih sukar ditegakkan oleh karena keluhan yang tidak

jelas. Kecurigaan dapat dimulai adanya gangguan pendengaran pada anak yang bisa sertai

dengan kemunduran dalam pelajaran sekolah. Sedangkan pemeriksaan telinga seringkali

ditemukan secara tidak sengaja adanya kelainan pada saat skrining pemeriksaan telinga dan

pendengaran di sekolah-sekolah.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI DAN FISIOLOGI

Telinga adalah alat indra yang memiliki fungsi untuk mendengar suara yang ada di

sekitar kita sehingga kita dapat mengetahui / mengidentifikasi apayang terjadi di sekitar kita

tanpa harus melihatnya dengan mata kepala kita sendiri. Orang yang tidak bisa mendengar

disebut tuli. Telinga terdiri atas tiga bagian yaitu bagian luar, bagian tengah dan bagian

dalam.1,2

Gambar 1. Anatomi Telinga

5

Telinga Luar

Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus. Auricula

mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, auricula terdiri

atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga mempunyai otot

intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanyadipersarafi oleh N.facialis.3

Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu bentuk unik yang

terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan bagian crux superior di sebelah kiri

dari fossa triangularis, crux inferior padasebelah kanan dari fossa triangularis, antitragus yang

berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan sebuah struktur depresif di

belakang telinga di dekat kepala, concha berada di dekat saluran pendengaran, angulus

conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi kepala, crushelix yang berada di atas tragus, cymba

conchae merupakan ujung terdekatdari concha, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu

masuk dari saluran pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif didekat

anthelix, helix yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisuraanterior yang berada

di antara tragus dan antitragus, serta lobus yang berada dibagian paling bawah dari daun

telinga, dan tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus.1 - 3

Gambar 2. Bagian-bagian dari auricula telinga luar.

 

Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan liang telinga

luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok yang menghubungkan

6

auricula dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnya lebih kurang 1 inchi atau

kurang lebih 2,5 cm,dan dapat diluruskan untuk memasukkan otoskop dengan cara

menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula ditarik lurus kebelakang,

atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit adalah kira-kira 5 mm dari

membran timpani.2,3

Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga bagian

dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit dan

sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula seruminosa. Glandula

seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret lilin berwarna

coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket, untuk mencegah

masuknya benda asing. 1 - 3

Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari N.Auriculotemporalis

dan Ramus Auricularis N. Vagus. Sedangkan aliran limfe menuju Nodi Parotidei

Superficiales, Mastoidei, dan Cervicales superficiales.3

Telinga Tengah

Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang

dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang berfungsi

meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha telinga dalam.

Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang terletak lebih

kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini berhubungan dengan

nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum mastoid.3

Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dindingposterior, dinding

lateral, dan dinding medial, yaitu:

- Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut tegmen timpani, yang

merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini memisahkan

kavum timpani dan meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa kranii

media.

7

- Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak lengkap dan mungkin

sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan kavum timpani

dari bulbus superior V. Jugularis interna.

- Bagian bawah dinding anterior dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang

memisahkan kavumtimpani dari A. Carotis interna.

- Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran yang lebih

besar dan terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih atas dan

lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk M. Tensor tympani. Septum tulang tipis, yang

memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dindingmedial,

yang akan membentuk tonjolan mirip selat.

- Di bagian atas dinding posterior terdapat sebuah lubang besar yang tidak

beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini terdapat penonjolan yang berbentuk

kerucut, sempit,kecil, disebut pyramis. Dari puncak pyramis ini keluar tendon M. Stapedius.

- Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh membran timpani.1 - 3

 

A. Membran Timpani

Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.

Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya konkaf

ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang terbentuk oleh ujung

manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop, bagian cekung ini menghasilkan

"reflekscahaya", yang memancar ke anterior dan inferior dari umbo.3

 Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm. Pinggirnya tebal

dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus timpanicus, di bagian atasnya

berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua plica, yaitu plica mallearis anterior

dan posterior, yang menuju ke processus lateralis mallei. Daerah segitiga kecil pada membran

timpani yang dibatasi oleh plika-plika tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian

lainnya tegang disebut pars tensa. Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan

dalam membran timpani oleh membran mucosa. Membran tympani sangat peka terhadap

nyeri dan permukaan luarnya dipersarafi oleh N.Auriculotemporalis dan Ramus Auricularis

N. Vagus. 3

 Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari dinding

memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan oleh lengkung

8

pertama cochlea yang ada dibawahnya. Di atas dan belakang promontorium terdapat fenestra

vestibule yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh basis stapedis. Pada sisi medial fenestra

terdapat perilympha scala vestibuli telinga dalam. Di bawah ujung posterior promontorium

terdapat fenestra cochleae, yang berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani

sekunder. Pada sisi medial dari fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.3

 Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas kebelakang pada

dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini menyokong

M. Tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan membentuk takik, disebut

processus cochleariformis.Di sekeliling takik ini tendo M. Tensor timpani membelok ke

lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu manubrium mallei.1-3

 Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium dan

fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalisnervi facialis. Sesampainya di

dinding posterior, prominentia ini melengkungke bawah di belakang pyramis.

Gambar 3. Membran Timpani

B. Tulang-Tulang Pendengaran

Di bagian dalam rongga ini terdapat 3 jenis tulang pendengaran yaitu tulang maleus,

inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang.

Malleus adalah tulang pendengaran terbesar, dan terdiri atas caput, collum, processus

longum atau manubrium, sebuah processus anterior danprocessus lateralis. Caput mallei

9

berbentuk bulat dan bersendi di posterior dengan incus. Collum mallei adalah bagian sempit

di bawah caput.Manubrium mallei berjalan ke bawah dan belakang dan melekat dengan erat

pada permukaan medial membran timpani. Manubrium ini dapat dilihat melalui membran

timpani pada pemeriksaan dengan otoskop. Processus anterior adalah tonjolan tulang kecil

yang dihubungkan dengan dindinganterior cavum timpani oleh sebuah ligamen. Processus

lateralis menonjol kelateral dan melekat pada plica mallearis anterior dan posterior membrane

timpani.4

Incus mempunyai corpus yang besar dan dua crus. Corpus incudis berbentuk bulat dan bersendi di anterior

dengan caput mallei. Crus longumberjalan ke bawah di belakang dan sejajar dengan manubrium

mallei. Ujung bawahnya melengkung ke medial dan bersendi dengan caput stapedis. Bayangannya pada

membrana tympani kadangkadang dapat dilihat pada pemeriksaan dengan otoskop. Crus

breve menonjol ke belakang dan dilekatkan pada dinding posterior cavum tympani oleh

sebuah ligamen.4

Stapes mempunyai caput, collum, dua lengan, dan sebuah basis. Caput stapedis kecil dan bersendi

dengan crus longum incudis. Collum berukuran sempit dan merupakan tempat insersio M.

Stapedius. Kedua lengan berjalan divergen dari collum dan melekat pada basis yang lonjong.

Pinggir basis dilekatkan pada pinggir fenestra vestibuli oleh sebuah cincin fibrosa, yang

disebut ligamentum annulare. 4

 

Gambar 4. Tulang-Tulang Pendengaran.

10

C. Otot-Otot Telinga Tengah

Ada 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. M. Tensor timpani terletak dalam

saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian

mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding

medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus. Tendo M. Stapedius berjalan dari

tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior

untuk berinsersi ke dalam leher stapes. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam

getaran-getaran berfrekuensi tinggi.1 , 3

D. Tuba Eustachius

Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan

nasofaring. Panjang tuba eustachius adalah 37 mm. Tuba Eustachius terbentang dari dinding

anterior kavum timpani kebawah, depan, dan medial sampai ke nasofaring. Sepertiga bagian

posterior-nya adalah tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah kartilago. Tuba

berhubungan dengan nasofaring dengan berjalan melalui pinggir atas m. constrictor

pharynges superior. 1,5

Anatomi tuba Eeustachius dibagi menjadi dua bagian yaitu:1,5

1. Pars osseus

2. Pars kartilagines

Pertemuan antara pars osseus dan pars kartilagines merupakan daerah yang paling

sempit yang disebut isthmus. pars osseus bermuara pada kavum timpani pada dinding

anterior, bagian ini selalu terbuka. Pars osseus merupakan 1/3 panjang dari tuba Eustachius.

Pars kartilagines merupakan 2/3 panjang tuba Eustachius. Berbentuk seperti terompet.

Bagian ini bermuara nasofaring dan selalu dalam keadaan tertutup. Baru terbuka apabila ada

kontraksi muskulus levator veli palatini (pada saat menguap atau menelan).

Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa yang menyebabkan meningkatnya

insiden otitis media pada anak-anak. Panjang tuba pada anak setengah panjang tuba dewasa,

sehingga sekret nasofaring lebih mudah refluks ke dalam telinga tengah melalui tuba yang

pendek. Arah tuba bervariasi pada anak, sudut antara tuba dengan bidang horizontal adalah

10°. Sedangkan pada dewasa 45°. Sudut antara tensor veli palatini dengan kartilago

bervariasi pada anak-anak tetapi relatif stabil pada dewasa. Perbedaan ini dapat membantu

menjelaskan pembukaan lumen tuba (kontraksi tensor veli palatini) yang tidak efisien pada

anak-anak. Masa kartilago bertambah dari bayi sampai dewasa. Densitas elastin pada

11

kartilago lebih sedikit pada bayi tetapi densitas kartilago lebih besar. Pada anak-anak banyak

lipatan mukosa di lumen tuba Eustachius, hal ini dapat menjelaskan peningkatan compliance

tuba pada anak-anak.5

Gambar 5. Perbedaan tuba Eustachius pada anak dan dewasa

Fungsi tuba Eustachius adalah:

Menjaga tekanan di dalam kavum timpani sama dengan tekanan dunia luar (1

atm)

Menjaga ventilasi udara di dalam kavum timpani (suplai 02)

Drainase sekret dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring ke kavum

timpani

E. Antrum Mastoid

Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis

temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melaluia uditus ad antrum, diameter

auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.5

Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditusad antrum, dinding

posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dancerebellum. Dinding lateral tebalnya

1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding medial berhubungan dengan

kanalis semicircularis posterior. Dinding superior merupakan lempeng tipis tulang, yaitu

tegmen timpani, yang berhubungan dengan meningen pada fossa kranii media dan lobus

temporalis cerebri. Dinding inferior berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan

cellulae mastoideae.5

12

Telinga Dalam

Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga

tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun darisejumlah rongga di dalam

tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus

membranosa di dalam telinga dalam osseus.3,5

Gambar 6 : Telinga Dalam6

A. Telinga Dalam Osseus

Telinga dalam osseus terdiri atas tiga bagian: vestibulum, canalis semicircularis, dan cochlea.

Ketiganya merupakan rongga-rongga yang terletak di dalam substantia kompakta tulang, dan dilapisi

oleh endosteum serta berisi cairan bening, yaitu perilympha, yang di dalamnya terdapat

labyrinthus membranaceus.3

Vestibulum, merupakan bagian tengah telinga dalam osseus, terletak posterior terhadap

cochlea dan anterior terhadap canalis semicircularis. Pada dinding lateralnya terdapat fenestra

vestibuli yang ditutupi oleh basis stapedis dan ligamentum annularenya, dan fenestra

cochleae yang ditutupi olehmembran timpani sekunder. Di dalam vestibulum terdapat

sacculus dan utriculus telinga dalam membranaceus. 3,5

13

Ketiga canalis semicircularis, yaitu canalis semicircularis superior,posterior, dan lateral

bermuara ke bagian posterior vetibulum. Setiap canalis mempunyai sebuah pelebaran di

ujungnya disebut ampulla. Canalis bermuarake dalam vestibulum melalui lima lubang, salah

satunya dipergunakanbersama oleh dua canalis. Di dalam canalis terdapat ductus

semicircularis.1 , 2

Canalis semicircularis superior terletak vertikal dan terletak tegak lurus terhadap sumbu

panjang os petrosa. Canalis semicircularis posterior juga vertikal, tetapi terletak sejajar

dengan sumbu panjang os petrosa. Canalis semicircularis lateralis terletak horizontal pada

dinding medial aditus adantrum, di atas canalis nervi facialis.1

Cochlea berbentuk seperti rumah siput, dan bermuara ke dalam bagian anterior

vestibulum. Umumnya terdiri atas satu pilar sentral, modiolus cochleae, dan modiolus ini

dikelilingi tabung tulang yang sempit sebanyak dua setengah putaran. Setiap putaran

berikutnya mempunyai radius yang lebihkecil sehingga bangunan keseluruhannya berbentuk

kerucut. Apex menghadap anterolateral dan basisnya ke posteromedial. Putaran basal pertama

daricochlea inilah yang tampak sebagai promontorium pada dinding medial telinga tengah.1 , 2

Modiolus mempunyai basis yang lebar, terletak pada dasar meatus acusticus internus.

Modiolus ditembus oleh cabang-cabang N. Cochlearis. Pinggir spiral, yaitu lamina spiralis,

mengelilingi modiolus dan menonjol kedalam canalis dan membagi canalis ini. Membran

basilaris terbentang dari pinggir bebas lamina spiralis sampai ke dinding luar tulang, sehingga

membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli di sebelah atas dan scala timpani di

sebelah bawah. Perilympha di dalam scala vestibuli dipisahkan dari cavum timpani oleh basis

stapedis dan ligamentum annulare pada fenestra vestibuli. Perilympha di dalam scala tympani

dipisahkan dari cavum timpani oleh membrana tympani secundaria pada fenestra cochleae.

B. Telinga Dalam Membranaceus

Telinga dalam membranaceus terletak di dalam telinga dalam osseus,dan berisi

endolympha dan dikelilingi oleh perilympha. Telinga dalam membranaceus terdiri atas

utriculus dan sacculus, yang terdapat di dalam vestibulum osseus; tiga ductus semicircularis,

yang terletak di dalam canalis semicircularis osseus; dan ductus cochlearis yang terletak di

dalam cochlea. Struktur-struktur ini saling berhubungan dengan bebas.1,2

Utriculus adalah yang terbesar dari dua buah saccus vestibuli yang ada,dan dihubungkan

tidak langsung dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.5

14

Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus, seperti sudah dijelaskan di atas.

Ductus endolymphaticus, setelah bergabung dengan ductus utriculo saccularis akan berakhir di dalam

kantung buntu kecil, yaitu saccus endolymphaticus. Saccus ini terletak di bawah duramater

pada permukaan posterior pars petrosa ossis temporalis.6

Pada dinding utriculus dan sacculus terdapat receptor sensorik khususyang peka terhadap

orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan lain.5

Ductus semicircularis meskipun diameternya jauh lebih kecil dari canalis semicircularis,

mempunyai konfigurasi yang sama. Ketiganya tersusuntegak lurus satu terhadap lainnya,

sehingga ketiga bidang terwakili. Setiap kali kepala mulai atau berhenti bergerak, atau bila

kecepatan gerak kepala bertambah atau berkurang, kecepatan gerak endolympha di dalam

ductus semicircularis akan berubah sehubungan dengan hal tersebut terhadap dinding ductus

semicircularis. Perubahan ini dideteksi oleh receptor sensorik di dalam ampulla ductus

semicircularis.5

Ductus cochlearis berbentuk segitiga pada potongan melintang dan berhubungan dengan

sacculus melalui ductus reuniens. Epitel sangat khusus yang terletak di atas membrana

basilaris membentuk organ Corti (organspiralis) dan mengandung receptor-receptor sensorik

untuk pendengaran.1,5

FISIOLOGI

Telinga luar berfungsi mengumpulkan suara dan mengubahnya menjadi energi getaran

sampai ke gendang telinga. Getaran suara ditangkap oleh aurikel yang diteruskan keliang

telinga sehingga menggetarkan membran tympani.7

Telinga tengah menghubungkan gendang telinga sampai ke kanalis semisirkularis yang

berisi cairan. Di telinga tengah ini, gelombang getaran yang dihasilkan tadi diteruskan ke

tulang tulang pendengaran, stapes akhirnya menggerakkan foramen oval yang juga

menggerakkan perilymph dalam skala vestibuli. Dilanjutkan melalui membran vestibuler

yang mendorong endolymph dan membran basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala

timpani akan bergerak sehingga mendorong foramen rotundum ke arah luar. 6,7

Telinga dalam merupakan tempat ujung-ujung saraf pendengaran yang akan

menghantarkan rangsangan suara tersebut ke pusat pendengaran di otak manusia. Skala

media yang menjadi cembung mendesak endolimfe dan mendorong membran basal dan

menggerakkan perilimfe pada skala timpani.7

15

Pada saat istirahat, ujung sel rambut berkelok-kelok dan dengan berubahnya membran

basal, ujung sel rambut menjadi lurus. Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan

ion kalium dan natrium menjadi aliran listrik yang diteruskan ke nervus VIII yang diteruskan

ke pusat sensorik pendengaran diotak ( area 39-40) melalui saraf pusat yang ada dilobus

temporalis.6,7

2.2 DEFINISI OTITIS MEDIA EFUSI

Otitis media dengan efusi (selanjutnya disebut OME) adalah suatu proses pada

inflamasi pada mukosa telinga tengah yang tandai dengan adanya cairan non purulen (serous

atau mukus) di dalam telinga tengah, tanpa tanda-tanda infeksi akut. Penyakit ini mempunyai

banyak sinonim antara lain glue ear, allergic otitis media, mucoid ear, otitis media sekretoria,

non suppurative otitis media dan otitis media serosa. 4,8

Apabila efusi tersebut encer otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental

seperti lem otitis media mukoid (glue ear). Otitis media serosa terjadi terutama akibat

adanya transudat atau plasma yang mengalir dari pembuluh darah ke telinga tengah yang

sebagian besar terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik, sedangkan pada otitis

media mukoid cairan yang ada di telinga tengah timbul akibat sekresi aktif dari kelenjar dan

kista yang terdapat didalam mukosa telinga tengah dan tuba Eustachius. Faktor yang berperan

utama dalam keadaan ini adalah terganggunya fungsi tuba Eustachius. Faktor lain yang dapat

berperan sebagai penyebab adalah adenoid, hipertrofi, adenoitis, sumbing palatum (cleft-

palate), tumor di nasofaring, barotrauma, sinusitis, rhinitis. Keadaan alergik sering berperan

sebagai faktor tambahan dalam timbulnya cairan ditelinga tengah (efusi di telinga tengah). 13

Beberapa ahli memberi batasan yaitu otitis media efusi adalah keadaan terdapat cairan

di telinga tengah baik berbentuk nanah, sekret encer, ataupun sekret yang kental (mucoid glue

ear). Dengan kata lain otitis media efusi dapat berupa otitis media serosa/otitis media

sekretoria/otitis media mukoid/otitis media efusi terbatas pada keadaan dimana terdapat efusi

dalam kavum timpani dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda radang. Bila efusi

tersebut berbentuk pus, membran timpani utuh dan disertai tanda-tanda radang maka disebut

otitis media akut (OMA). 4,8

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu: 4,8

1. Otitis media serosa akut

Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Kadaan akut ini dapat disebabkan antara lain

oleh:

16

- Sumbatan tuba, dimana terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh

tersumbatnya tuba secara tiba-tiba seperti pada barotrauma.

- Virus. Terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus

pada jalan nafas atas

- Alergi terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan dengan keadaan alergi

pada jalan nafas atas

- Idiopatik

Gambar 7: Otitis media serosa akut

2. Otitis media serosa kronik

Batasan antara kondisi otitis media kronik hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada

otitis media serosa akut sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa

nyeri pada telinga, sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk secara bertahap tanpa

rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. 4,8

Otitis media serosa kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan otitis media

serosa akut lebih sering terjadi pada orang dewasa. Otitis media serosa unilateral pada orang

dewasa tanpa penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya karsinoma

nasofaring.

Sekret pada otitis media serosa kronik dapat kental seperti lem, maka disebut glue

ear. Otitis media serosa kronik dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis media akut

(OMA) yang tidak sembuh sempurna.

17

Gambar 8: Otitis media serosa kronik

KLASIFIKASI OME

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas 2 jenis:

Otitis media serosa akut:

Adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba

yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. 4

Pada otitis media serosa akut, sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga

tengah dengan disertai rasa nyeri pada telinga.4

Otitis media serosa kronis:

Pada keadaan kronis, sekret terbentuk secara bertahap tanpa rasa nyeri

dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.4

2.3 PATOFISIOLOGI OTITIS MEDIA EFUSI

Dalam kondisi normal, mukosa telinga bagian dalam secara konstan mengeluarkan

sekret, yang akan dipindahkan oleh mukosiliar ke dalam nasofaring melalui tuba Eustachius.

Sebagai konsekuensi, faktor yang mempengaruhi produksi sekret yang berlebihan, klirens

sekret yang optimal, atau kedua-duanya dapat mengakibatkan pembentukan suatu cairan di

telinga tengah.7

Patofisiologi OME bersifat multifaktorial antara lain infeksi virus atau bakteri,

gangguan fungsi tuba Eustachius, status imunologi, alergi, faktor lingkungan dan sosial.

Walaupun demikian tekanan telinga tengah yang negatif, abnormalitas imunologi, atau

kombinasi dari kedua faktor tersebut diperkirakan menjadi faktor utama dalam pathogenesis

OME. Faktor penyebab lainnya termasuk hipertropi adenoid, adenoiditis kronis, palatoskisis,

18

tumor nasofaring, barotrauma, terapi radiasi, dan radang penyerta seperti sinusitis atau rinitis.

Merokok dapat menginduksi hiperplasi limfoid nasofaring dan hipertropi adenoid yang juga

merupakan patogenesis timbulnya OME.2

1. Gangguan fungsi tuba

Gangguan fungsi tuba menyebabkan mekanisme aerasi ke rongga telinga tengah

terganggu, drainase dari rongga telinga ke rongga nasofaring terganggu dan gangguan

mekanisme proteksi rongga telinga tengah terhadap refluks dari rongga nasofaring. Akibat

gangguan tersebut rongga telinga tengah akan mengalami tekanan negatif. Tekanan negatif di

telinga tengah menyebabkan peningkatan permaebilitas kapiler dan selanjutnya terjadi

transudasi. Selain itu terjadi infiltrasi populasi sel-sel inflamasi dan sekresi kelenjar.

Akibatnya terdapat akumulasi sekret di rongga telinga tengah. Inflamasi kronis di telinga

tengah akan menyebabkan terbentuknya jaringan granulasi, fibrosis dan destruksi tulang.

Obstruksi tuba Eustachius ytang menimbulkan terjadinya tekanan negatif di telinga

tengah akan diikuti retraksi membran timpani. Orang dewasa biasanya akan mengeluh adanya

rasa tak nyaman, rasa penuh atau rasa tertekan dan akibatnya timbul gangguan pendengaran

ringan dan tinnitus. Anak-anak mungkin tidak muncul gejala seperti ini. Jika keadaan ini

berlangsung dalam jangka waktu lama cairan akan tertarik keluar dari membran mukosa

telinga tengah, menimbulkan keadaan yang kita sebut dengan otitis media serosa. Kejadian

ini sering timbul pada anak-anak berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas dan sejumlah

gangguan pendengaran mengikutinya.9,10

2. Infeksi

Infeksi bakteri merupakan faktor penting dalam patogenesis terjadinya OME sejak

dilaporkan adanya bakteri di telinga tengah. Streptococcus Pneumonia, Haemophilus

Influenzae, Moraxella Catarrhalis dikenal sebagai bakteri pathogen terbanyak ditemukan

dalam telinga tengah.10-13 Meskipun hasil yang didapat dari kultur lebih rendah. Penyebab

rendahnya angka ini diduga karena11,13 :

    Penggunaan antibiotik jangka lama sebelum pemakian ventilation tube akan mengurangi

proliferasi bakteri patogen,

    Sekresi immunoglobulin dan lisosim dalam efusi telinga tengah akan menghambat

proliferasi patogen,

    Bakteri dalam efusi telinga tengah berlaku sebagai biofilm

19

3. Status Imunologi

Faktor imunologis yang cukup berperan dalam OME adalah sekretori Ig A.

immunoglobulin ini diproduksi oleh kelenjar di dalam mukosa kavum timpani. Sekretori Ig A

terutama ditemukan pada efusi mukoid dan di kenal sebagai suatu imunoglobulin yang aktif

bekerja dipermukaan mukosa respiratorik. Kerjanya yaitu menghadang kuman agar tidak

kontak langsung dengan permukaan apitel, dengan cara membentuk ikatan komplek. Kontak

langsung dengan dinding sel epitel adalah tahap pertama dari penetrasi kuman untuk infeksi

jaringan. Dengan demikian Ig A aktif mencegah infeksi kuman.

4. Alergi

Bagaimana faktor alergi berperan dalam menyebabkan OME masih belum jelas. Akan

tetapi dari gambaran klinis di percaya bahwa alergi memegang peranan. Dasar pemikirannya

adalah analogi embriologik, dimana mukosa timpani berasal sama dengan mukosa hidung.

Setidak-tidaknya manifestasi lergi pada tuba Eustachius merupakan penyebab okulasi kronis

dan selanjutnya menyebabkan efusi. Namun demikian dari penelitian kadar Ig E yang

menjadi kriteria alergi atopik, baik kadarnya dalam efusi maupun dalam serum tidak

menunjang sepenuhnya alergi sebagai penyebab.12

Etiologi dan patogenesis otitis media oleh karena alergi mungkin disebabkan oleh satu

atau lebih dari mekanisme di bawah ini :12

Mukosa telinga tengah sebagai organ sasaran ( target organ )

  Pembengkakan oleh karena proses inflamasi pada mukosa tuba Eustachius

  Obstruksi nasofaring karena proses inflamasi

  Aspirasi bakteri nasofaring yang terdapat pada sekret alergi ke dalam ruang telinga tengah.

20

.

Gambar 9 : Patofisiologi OME

2.4 ETIOLOGI

Otitis media serosa dapat terjadi akibat kondisi-kondisi yang berhubungan dengan

pembukaan dan penutupan tuba eustachius yang sifatnya periodik.

Penyebabnya dapat berupa kelainan kongenital, akibat infeksi atau alergi, atau dapat

dapat juga disebabkan akibat blokade tuba (misalnya pada adenoid dan barotrauma)

Tuba eustachia immature merupakan kelainan kongenital yang dapat menyebabkan

terjadinya timbunan cairan di telinga tengah. Ukuran tuba eustachius pada anak dan dewasa

berlainan dalam hal ukuran. Beberapa anak mewarisi tuba eustachius yang kecil dari kedua

orang tuanya, hal inilah yang dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya tendensi atau

kecenderungan infeksi telinga tengah dalam keluarga. Selain itu, otitis media serosa juga

lebih sering terjadi pada anak dengan ”cleft palatal” (terdapatnya celah pada daerah palatum).

Hal ini desebabkan karena otot-otot ini tumbuh tidak sempurna pada anak dengan ”cleft

palate”

Membrana mukosa dari telinga tengah dan tuba eustachius berhubungan dengan

membran mukosa pada hidung, sinus, dan tenggorokan. Infeksi pada area-area ini

menyebabkan pembengkakan membrana mukosa yang mana dapat mengakibatkan blokade

dari tuba eustachius. Sedangkan reaksi alergi pada hidung dan tenggorokan juga

21

menyebabkan pembengkakan membrana mukosa dan memblokir tuba eustachius. Reaksi

alergi ini sifatnya bisa akut, seperti pada hay fever tipe reaksi ataupun bersifat kronis seperti

pada berbagai jenis sinusitis kronis. Adenoid dapat menyebabkan otitis media serosa apabila

adenoid ini terletak di daerah nasofaring, yaitu area disekeliling dan diantara pintu tuba

eustachius. Ketika membesar, adenoid dapat memblokir pembukaan tuba eustachius.

Kegagalan fungsi tuba eustachi dapat pula disebabkan oleh rinitis kronik, sinusitis, tonsilitis

kronik, dan tumor nasofaring.4

Selain itu, otitis media serosa kronis dapat juga terjadi sebagai gejala sisa dari otitis

media akut (OMA) yang tidak sembuh sempurna.2 Terapi antibiotik yang tidak adekuat pada

OMA dapat menonaktifkan infeksi tetapi tidak dapat menyebuhkan secara sempurna

sehingga akan menyisakan infeksi dengan grade rendah. Proses ini dapat merangsang mukosa

untuk menghasilkan cairan dalam jumlah banyak. Jumlah sel goblet dan mukus juga

bertambah.4

2.5 MANIFESTASI KLINIK

Otitis Media Serosa Akut

Gejala yang menonjol pada otitis media serosa akut biasanya pendengaran berkurang.

Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada telinga atau suara sendiri

terdengar lebih nyaring atau berbeda, pada telinga yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-

kadang terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah.

Rasa sedikit nyeri di dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah. Tapi setelah sekret terbentuk,

tekanan negatif ini perlahan-lahan menghilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada

bila penyebab timbulnya sekret ada virus atau alergi. Tinitus, vertigo, atau pusing kadang-

kadang ada dalam bentuk yang ringan. Pada otoskopi tampak membrana timpani retraksi.

Kadang-kadang tampak gelembung udara atau permukaan cairan dalam cavum timpani. Tuli

konduktif dapat dibuktikan dengan garpu tala. 4.

Bakley, B. W menuliskan bahwa meskipun otitis media serosa seringkali muncul

tanpa nyeri, cairan yang terkumpul dalam telinga tengah dapat mengurangi pendengaran,

pemahaman pembicaraan, gangguan perkembangan bahasa, belajar serta gangguan tingkah

laku. Apalagi bila otitis media serosa sering kali terjadi pada anak-anak. Pada kebanyakan

anak, otitis media serosa terjadi secara asimptimatis terutama pada anak-anak dibawah 2

tahun. Karena anak-anak memerlukan pendengaran untuk belajar berbicara, maka hilangnya

22

pendengaran akibat cairan di telinga tengah dapat menyebabkan keterlambatan bicara. Anak-

anak mulai belajar mengucapkan kata pada usia 18 bulan. Apabila kejadian ini berulang

selama berbulan-bulan pada tahun-tahun belajar bicara, maka terjadi ”misspronounciation”

atau kesalahan pelafalan yang berat yang akan membutuhkan terapi bicara 1.

Masalah cairan dalam telinga tengah ini paling sering ditemukan pada anak dan

biasanya bermanifestasi sebagai tuli konduktif. Merupakan penyebab tersering gangguan

pendengaran pada usia sekolah. Keterlambatan berbahasa dapat terjadi jika keadaan ini

berlangsung lama. Anak-anak jarang mengemukakan bahwa mereka mempunya kesulitan

dalam pendengaran. Guru dapat mengatakan bahwa anak-anak ini kurang perhatiannya

terhadap pelajaran. Umumnya orang dewasa dapat menjelaskan gejala-gejala yang

dialaminya secara lebih dramatis, dapat berupa perasaan ”tersumbat” dalam telinganya dan

menurunnya ketajaman pendengaran. Mereka dapat merasakan adanya perbaikan

pendengaran dengan perubahan posisi kepala. Akibat gerakan cairan dalam telinga tengah

dapat terjadi tinitus, tapi pusing jarang menjadi masalah 14.

Pada pemeriksaan fisik memperlihatkan imobilitas gendang telinga`pada penilaian

dengan otoskop pneumatik. Setelah otoskop ditempelkan rapat-rapat di liang telinga,

diberikan tekanan positif dan negatif. Jika terdapat udara dalam timpanum, maka udara itu

akan tertekan sehingga membrana timpani akan terdorong kedalam pada pemberian tekanan

positif, dan keluar pada tekanan negatif. Gerakan menjadi lambat atau tidak terjadi pada otitis

media serosa atau mukoid. Pada otitis media serosa, membrana timpani tampak berwarna

kekuningan, sedangkan pada otitis media mukoid terlihat lebih kusam dan keruh. Maleus

tampak pendek, retraksi dan berwarna kapur. Kadang-kadang tinggi cairan atau gelembung

otitis media serosa dapat tampak lewat membrana timpani yang semitransparan 14.

Otitis Media Serosa Kronik

Perasaan tuli pada otitis media serosa kronik lebih menonjol (40-45 dB), oleh karena

adanya sekret kental atau glue ear. Pada anak-anak yang berumur 5-8 tahun keadaan ini

sering diketahui secara kebetulan waktu dilakukan pemeriksaan THT atau dilakukan uji

pendengaran.4

Pada otoskopi terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning kemerahan atau

keabu-abuan.4

23

2.6 DIAGNOSIS

Diagnosis OME seringkali sulit ditegakkan karena prosesnya sendiri yang kerap tidak

bergejala (asimptomatik), atau dikenal dengan silent otitis media. Dengan absennya gejala

seperti nyeri telinga, demam, ataupun telinga berair, OME sering tidak terdeteksi baik oleh

orang tuanya, guru, bahkan oleh anaknya sendiri.16

Oleh karena itu diperlukan anamnesa yang lengkap dan teliti mengenai keluhan yang

dirasakan dan riwayat penyakit pasien, misalnya :

Telinga seperti tertutup/ rasa penuh?

Tinitus frekuensi rendah?

Pendengaran berkurang, diplakusis?

Otofoni?

Nyeri ? (Bila ada, deskripsikan kwantitas dan kwalitasnya)

Riwayat alergi?

Riwayat infeksi saluran napas atas?

Riwayat keluarga?

Aktivitas akhir-akhir ini? 16

Dari anamnesa, selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan fisik untuk memperkuat

diagnosa kerja. Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :

Nyeri tarik ?

Nyeri tekan tragus ?

Inspeksi kondisi liang telinga luar

Beberapa instrumen penunjang juga membantu menegakkan diagnosis OME, antara

lain:

Otoscope

Pemeriksaan otoskop bertujuan untuk memeriksa liang dan gendang telinga

dengan jelas. Dengan otoskop dapat dilihat adanya gendang telinga yang

menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak

kuning dan suram, serta cairan di liang telinga.17-18

Pemeriksaan otoskopik dapat memperlihatkan:

Membran timpani yang retraksi (tertarik ke dalam), dan opaque

yang ditandai dengan hilangnya refleks cahaya

Warna membran timpani bisa merah muda cerah hingga biru

gelap.

24

Processus brevis maleus terlihat sangat menonjol dan Processus

longus tertarik medial dari membran timpani.

Adanya level udara-cairan (air fluid level) 16,18

Pneumatic otoscope

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai respon gendang telinga terhadap

perubahan tekanan udara. Gerakan gendang telinga yang berkurang atau tidak ada

sama sekali dapat dilihat dengan pemeriksaan ini.17

Pemeriksaan Tuba

Untuk menilai ada tidaknya oklusi tuba, bisa dilakukan pemeriksaan tuba

misalnya dengan manuver Valsava, pulitzer balik.

Tes Pendengaran dengan Garpu Tala

Pemeriksaan dilakukan sebagai salah satu langkah skrining ada tidaknya

penurunan pendengaran yang biasa timbul pada otitis media efusi. Pada pasien

dilakukan tes Rinne, Weber, dan Swabach. Pada otitis media didapatkan gambaran

tuli konduktif

Impedance audiometry (tympanometry)

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengukur perubahan impedans akustik sistem

membran timpani telinga tengah melalui perubahan tekanan udara di telinga luar.

Timpanogram tipe A merupakan gambaran dimana tekanan telinga tengah kurang

lebih sama dengan tekanan atmosfer (contoh: gambaran normal), timpanogram tipe B

adalah gambaran datar tanpa compliance (contoh: adanya efusi di telinga tengah),

timpanogram tipe C (contoh: adanya tekanan negatif pada telinga tengah). Pada otitis

media efusi, biasanya didapatkan timpanogram tipe B 17,18

25

Pure tone Audiometry

Selain dengan Garpu Tala, penilaian gangguan pendengaran bisa dilakukana

dengan Audiometri Nada Murni. Tuli konduktif umumnya berkisar antara derajat

ringan hingga sedang. 17,18

2.7 DIAGNOSIS BANDING

Terdapat beberapa hal yang tumpang tindih antara otitis media akut (OMA) dan Otitis

media efusi, sangat sulit membedakan keduanya pada pemeriksaan kecuali terdapat otalgia

dan demam. 17

OMA dapat dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA.

Efusi telinga tengah (middle ear effusion) merupakan tanda yang ada pada OMA dan otitis

media dengan efusi.Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut:18

26

Table 1 : Diagnosis banding OME

2.8 TATALAKSANA

2.8.1 MEDIKAMENTOSA

Pengobatan OME langsung diarahkan untuk memperbaiki ventilasi normal telinga

tengah. Untuk kebanyakan penderita, kondisi ini diperoleh secara alamiah, terutama jika

berasosiasi dengan ISPA yang berhasil disembuhkan. Artinya banyak OME yang tidak

membutuhkan pengobatan medis. Akan lebih baik menangani faktor predisposisinya,

misalnya: jika dikarenakan barotrauma, maka aktivitas yang berpotensi untuk memperoleh

barotrauma berikutnya, seperti: penerbangan atau menyelam, sebaiknya dihindarkan. Strategi

lainnya adalah menghilangkan atau menjauhkan dari pengaruh asap rokok, menghindarkan

anak dari fasilitas penitipan anak, menghindarkan berbagai alergen makanan atau lingkungan

jika anak diduga kuat alergi atau sensitif terhadap bahan-bahan tersebut.19

Pengobatan pada barotrauma biasanya cukup dengan cara konservatif saja, yaitu

dengan memberikan dekongestan lokal atau dengan melakukan perasat Valsava selama tidak

terdapat infeksi di jalan napas atas. Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap

di telinga tengah sampai beberapa minggu, maka dianjurkan untuk tindakan miringotomi dan

bila perlu memasang pipa ventilasi (Grommet).4

27

Usaha pereventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu mengunyah

permen karet atau melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai

turun untuk mendarat.4

Jika OME ternyata menetap dan mulai bergejala, maka pengobatan medis mulai

diindikasikan, seperti:

1. Antihistamin atau dekongestan

Rasionalisasi kedua obat ini adalah sebagai hasil komparasi antara sistem telinga tengah dan

mastoid terhadap sinus paranasalis. Karena antihistamin dan dekongestan terbukti membantu

membersihkan dan menghilangkan sekresi dan sumbatan di sinonasal, maka tampaknya logis

bahwa keduanya dapat memberikan efek yang sama untuk OME. Jika ternyata alergi adalah

faktor etiologi OME, maka kedua obat ini seharusnya memberikan efek yang menguntungkan

terhadap OME.1

2. Mukolitik

Dimaksudkan untuk merubah viskoelastisitas mukus telinga tengah untuk memperbaiki

transport mukus dari telinga tengah melalui tuba Eustachius ke nasofaring. Namun demikian

mukolitik ini tidak memegang peranan penting dalam pengobatan OME.1,7

3. Antibiotik

Pemberian obat ini harus dipertimbangkan secara hati-hati, karena OME bukanlah infeksi

sebenarnya. Meskipun demikian OME seringkali diikuti oleh OMA, di samping itu isolat

bakteri juga banyak ditemukan pada sampel cairan OME. Organisme tersering ditemukan

adalah S. pneumoniae, H. influenzae non typable, M. catarrhalis, dan grup A streptococci,

serta S.aureus. Studi terkontrol menunjukkan antibiotika golongan amoksisilin, amoksisilin-

asam klavulanat, sefalosporin, eritromisin, trimetropim-sulfametoksazol, atau eritromisin-

sulfisoksazole, dapat memperbaiki klirens efusi dalam 1 bulan. Pemberian antibiotika juga

meliputi dosis profilaksis yaitu ½ dosis yang digunakan pada infeksi akut. Namun demikian

perlu dipertimbangkan pula hubungan antara antibiotika profilaksis dengan tingginya

prevalensi dan meningkatnya spesies bakteri yang resisten. 7

Antibiotik yang digunakan15 :

- Lini pertama : Amoksisilin 500 mg p.o 7-10 hari atau jika alergi, Eritromycin

300 mg p.o 7-10 hari

- Lini kedua : Amoksisilin dan asam klavulanat 875 mg 7-10 hari atau

Sefalosporin generasi ke 3.

28

Gambar 10. Skema Terapi Pada Otitis Media Serosa

4. Kortikosteroid.

Beberapa klinisi mengusulkan pemberian kortikosteroid untuk mengurangi respon

inflamasi di kompleks nasofaring-tuba Eustachius dan menstimulasi agent-aktif di permukaan

tuba Eustachius dalam memfasilitasi pergerakan udara dan cairan melalui tuba Eustachius.

Pemberian dapat berupa kortikosteroid oral atau topikal (nasal), ataupun kombinasi.

Berdasarkan clinical guidance 1994, pemberian steroid bersama-sama antibiotika pada anak

usia 1-3 tahun mampu memperbaiki klirens OME dalam 1 bulan sebesar 25%. Namun

demikian karena hanya memberikan hasil jangka pendek dengan kejadian OME rekuren yang

tinggi, serta resiko gejala sisa maka kortikosteroid tidak lagi direkomendasikan.7

2.8.2 NON MEDIKAMENTOSA

Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya

penyakit. Derajat gangguan pendengaran dan frekuensi serta parahnya gangguan pendahulu

yang juga perlu dipertimbangkan. Gangguan seringkali bilateral, namun anak dengan cairan

yang sedikit, gangguan pendengaran minimal, atau dengan gangguan unilateral dapat diobati

lebih lama dengan pendekatan yang lebih konservatif. Sebaliknya, penipisan membran

timpani, retraksi yang dalam, gangguan pendengaran yang bermakna dapat merupakan

indikasi untuk miringotomi segera. Tuba ventilasi dibiarkan pada tempatnya sampai terlepas

sendiri dalam jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Sayangnya karena cairan sering

29

kali berulang, beberapa anak memerlukan tuba yang dirancang khusus sehingga dapat

bertahan lebih dari satu tahun. Keburukan tuba yang tahan lama ini adalah menetapnya

perforasi setelah tuba terlepas. Pemasangan tuba ventilasi dapat memulihkan pendengaran

dan memperbaiki membran timpani yang mengalami retraksi berat terutama bila ada tekanan

negatif yang menetap.1

1. Myringotomy

Anak-anak yang tidak dapat di terapi dengan antibiotik profilaksis atau dalam masa

infeksi/peradangan dapat disarankan untuk dilakukan operasi myringotomy. Prosedur ini

dilakukan di bawah anestesi umum.7

Operasi yang disebut myringotomy meliputi pembukaan kecil (small surgical

incision: melubangi gendang telinga untuk mengeluarkan cairan yang menumpuk di

belakangnya) ke dalam gendang telinga untuk mengeluarkan cairan dan menghilangkan rasa

sakit. Bukaan (potongan/insisi) ini akan sembuh dalam beberapa hari tanpa tanda atau luka

pada gendang telinga.7,19

2. Pemasangan Tuba Ventilasi (Grommet's Tube)

Tube ventilasi ini dipasang sifatnya sementara, berlangsung 6 hingga 12 bulan di

dalam telinga hingga infeksi telinga bagian tengah membaik dan sampai tuba Eustachius

kembali normal. Selama masa penyembuhan ini, harus dijaga agar air tidak masuk kedalam

telinga karena akan menyebabkan infeksi lagi. Selain daripada itu, tuba tidak akan

menyebabkan masalah lagi, dan akan terlihat perkembangan yang sangat baik pada

pendengaran dan penurunan pada frekuensi infeksi telinga.7

Terapi pembedahan (operatif) untuk faktor predisposisi, mungkin dibutuhkan

adenoidektomi, tonsilektomi dan membersihkan sinus maksillaris. Hal ini biasanya dilakukan

pada waktu dilakukannya myringotomi.6

30

Gambar 11: Miringotomi Dan Pemasangan Tuba

Keburukan utama dari tuba ventilasi adalah telinga tengah perlu dijaga agar tetap

kering. Untuk tujuan ini telah dikembangkan berbagai macam sumbat telinga. Insisi

miringotomi dan pemasangan tuba telah dikaitkan dengan pembentukan kolesteatoma pada

beberapa kasus (jarang). Drainase melalui tuba bukannya tidak sering terjadi, dan dapat

dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas, atau memungkinkan air masuk ke dalam telinga

tengah, dan pada kasus-kasus tertentu dapat merupakan masalah menetap yang tidak bisa

dijelaskan. Pada kasus-kasus demikian, penanganan medis dengan antibiotik sistemik atau

tetes telinga harus diteruskan untuk waktu yang lebih lama bahkan saat tuba masih

terpasang.1

2.9 KOMPLOKASI

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada otitis media efusi :

- Infeksi akut telinga

- Terganggunya proses bicara dan tumbuh kembang

- Kista di telinga tengah

- Kerusakan tetap pada telinga dengan kehilangan pendengaran parsial atau

lengkap

- Jaringan parut dari gendang telinga (timpanosklerosis)

- Bicara terlambat (jarang)

2.10 PROGNOSIS

Otitis media dengan efusi (Ome) adalah penyebab utama gangguan pendengaran

pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan perkembangan bahasa pada anak-anak muda

tertunda dari 10 tahun, dan kehilangan pendengaran konduktif, dengan ambang konduksi

udara rata-rata 27,5 desibel (dB), tetapi otitis media dengan efusi juga telah dikaitkan

dengan hilangnya pendengaran sensorineural. Kedua prostaglandin dan leukotrien telah

ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada efusi telinga tengah (MEE). Paparan kronis ini

31

metabolit asam arakidonat dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara dan

kadang-kadang permanen sensorineural.

Otitis media dengan efusi biasanya hilang dengan sendirinya selama beberapa

minggu atau bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses ini. Ome biasanya tidak

mengancam nyawa. Kebanyakan anak tidak mengalami kerusakan pada pendengaran

jangka panjang mereka atau kemampuan berbicara, bahkan ketika cairan tetap selama

berbulan-bulan.

32

BAB III

KESIMPULAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba

Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis media terbagi atas

otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media

sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME, otitis media mucoid).

Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie Ear

Effusion), adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak.

Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda

infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi tersebut encer disebut

otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media mukoid

(glue ear).

Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media serosa

akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah keadaan terbentuknya

sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan

antara otitis media serosa akut dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret.

Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi, terutama

jika gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan sering terjadi.

Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat berupa decongestan, anti

histamin, antibiotik, perasat valsava (bila tidak ada tanda-tanda infeksi jalan napas atas), dan

hiposensitisasi alergi. Keputusan untuk melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan

lamanya penyakit, namun perlu turut dipertimbangkan derajat gangguan dan frekuensi

parahnya gangguan pendahulu. Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain:

miringitomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi.

33

DAFTAR PUSTAKA

1. Boies, adams. Buku Ajar Penyakit THT Edisi 6. EGC. Jakarta .2012.

2. Ballantyne J and Govers J : Scott Brown’s Disease of the Ear, Nose,and Throat.

Publisher: Butthworth Co.Ltd. : 2000, vol. 52

3. Snell Richard : Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Edisi 6.Penerbit: EGC.

Jakarta 2006.

4. Soepard Efiaty Arsyad, dr, Sp.THT(K), dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

TenggorokanKepala & Leher; Edisi keenam. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2010.

5. Wonodirekso, S dan Tambajong J : Organ-Organ Indera Khusus dalam Buku Ajar Histologi edisi V.

Penerbit: EGC. Jakarta. 1990.

6. Sherwood Laurale; Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.Penerbit: EGC. Jakarta. 2006.

7. Lalwani K, Anil. Editor: Current Diagnosis and Treatment Otolaryngology Head and

Neck Surgery , Ed.2. New York: McGraw Hill Lange . 2007.p 1-10.

8. Rukmini S, Herawati S. Tekhnik Pemeriksaan Telinga Hidung Dan Tenggorok.

EGC:Jakarta

9. Thraher RD, Allen GC. Middle ear, otitis media with effusion.

http://www.emedicine.coom/ent/topic209.htm. acces on February 16 2008

10. Courchane F, Essen J. Serous otitis media.

http://www.med.umn.edu/otol/library/serous.htm. acces on February 16 2008.

11. Chul-Won Park at all. Detection rates of bacterian in chronic otitis media with effusion in

children. J Korean Med Sci 2004; 19: 735 – 8.

12. Doner F. Yariktas M, Demirci M. The role of allergy in recurrent otitis media with

effusion. J Inverst Allergol Clin Immunol 2004; Vol. 14(4): 154 – 158.

13. Koivunen P. Otitis media in children: detection of Otitis media effusion and influence on

hearing. Oulu university library. Oulu, 1999

14. Levenson, M. J. 2008. Fluids in The Middle Ear—(Serous Otits Media) in Ear Surgery

Information Center. Cited 1 Agustus 2013 Available from :

http://www.EarSurgeryInformationCenter-SerousOtitisMedia.mnt

15. Adams L George, R Lawrence, Higler A Peter. Buku Ajar Ilmu Penyakit THT. Edisi 6.

Jakarta: EGC. 1997: 88-118

16. Sumit K Agrawal, Aguila J Demetrio, Ahn S Min, et al. Current Diagnosis & Treatment –

Otolaryngology Head and Neck Surgery. 2th ed. USA: Mc Graw Hill. 2008

34

17. Media,Wiki. 2009. Telinga. [7 screens] Cited 5 May 2011. Available from :

http://id.wikipedia.org/wiki/telinga

18. Megantara, Imam. 2008. Informasi Kesehatan THT : Otitis Media Efusi. [5 screens] Cited 5 May

2011. Available from : http://www.perhati-kl.org/

19. Rauch, Daniel. 2009. Otitis Media With Effusion. (online),

(from:http://www.midlineplus/healthtopics.html, diakses tanggal 1 AGUSTUS 2013)

35