Organic Brain Syndrome

35
Organic brain syndrome Organic brain syndrome (OBS) is a general term used to describe decreased mental function due to a medical disease, other than a psychiatric illness. It is often used synonymously (but incorrectly) with dementia . Causes Disorders associated with OBS include: Brain injury caused by trauma o Bleeding into the brain (intracerebral hemorrhage) o Bleeding into the space around the brain (subarachnoid hemorrhage ) o Blood clot inside the skull causing pressure on brain (subdural hematoma ) o Concussion Breathing conditions o Low oxygen in the body (hypoxia) o High carbon dioxide levels in the body (hypercapnia) Cardiovascular disorders o Abnormal heart rhythm (arrhythmias ) o Brain injury due to high blood pressure (hypertensive brain injury) o Dementia due to many strokes (multi-infarct dementia ) o Heart infections (endocarditis , myocarditis ) o Stroke o Transient ischemic attack (TIA ) Degenerative disorders o Alzheimer's disease (also called senile dementia, Alzheimer's type ) o Creutzfeldt-Jacob disease o Diffuse Lewy Body disease o Huntington's disease o Multiple sclerosis o Normal pressure hydrocephalus

description

sindroma otak organik

Transcript of Organic Brain Syndrome

Organic brain syndromeOrganic brain syndrome (OBS) is a general term used to describe decreased mental function due to a medical disease, other than a psychiatric illness. It is often used synonymously (but incorrectly) with dementia.CausesDisorders associated with OBS include: Brain injury caused by trauma Bleeding into the brain (intracerebral hemorrhage) Bleeding into the space around the brain (subarachnoid hemorrhage) Blood clot inside the skull causing pressure on brain (subdural hematoma) Concussion Breathing conditions Low oxygen in the body (hypoxia) High carbon dioxide levels in the body (hypercapnia) Cardiovascular disorders Abnormal heart rhythm (arrhythmias) Brain injury due to high blood pressure (hypertensive brain injury) Dementia due to many strokes (multi-infarct dementia) Heart infections (endocarditis, myocarditis) Stroke Transient ischemic attack (TIA) Degenerative disorders Alzheimer's disease (also called senile dementia, Alzheimer's type) Creutzfeldt-Jacob disease Diffuse Lewy Body disease Huntington's disease Multiple sclerosis Normal pressure hydrocephalus Parkinson's disease Pick's disease Dementia due to metabolic causes Drug and alcohol-related conditions Alcohol withdrawal state Intoxication from drug or alcohol use Wernicke-Korsakoff syndrome (a long-term effect of excessive alcohol consumption or malnutrition) Withdrawal from drugs (especially sedative-hypnotics and corticosteroids) Infections Any sudden onset (acute) or long-term (chronic) infection Blood poisoning (septicemia) Brain infection (encephalitis) Meningitis (infection of the lining of the brain and spinal cord) Prion infections such as mad cow disease Late-stage syphillis Other medical disorders Cancer Kidney disease Liver disease Thyroid disease (high or low) Vitamin deficiency (B1, B12, or folate)Other conditions that may mimic organic brain syndrome include: Depression Neurosis PsychosisSymptomsSymptoms can differ based on the disease. In general, organic brain syndromes cause: Agitation Confusion Long-term loss of brain function (dementia) Severe, short-term loss of brain function (delirium)Exams and TestsTests depend on the disorder, but may include: Blood tests Electroencephalogram (EEG) Head CT scan Head MRITreatmentTreatment depends on the disorder. Many of the disorders are treated mainly with rehabilitation and supportive care to assist the person in areas where brain function is lost.Medications may be needed to reduce aggressive behaviors that can occur with some of the conditions.Outlook (Prognosis)See the specific disorder. Some disorders are short-term and treatable, but many are long-term or get worse over time.Possible ComplicationsPeople with OBS often lose the ability to interact with others or function on their own.When to Contact a Medical ProfessionalCall your health care provider if: You have been diagnosed with organic brain syndrome and you are uncertain about the exact disorder. You have symptoms of this condition. You have been diagnosed with OBS and your symptoms become worse.Alternative NamesOBS; Organic mental disorder (OMS); Chronic organic brain syndromeReferencesKnopman DS. Alzheimer's disease and other dementias. In: Goldman L, Ausiello D, eds. Cecil Medicine. 23rd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007:chap 425.Update Date: 2/16/2012Updated by: Luc Jasmin, MD, PhD, Department of Neurosurgery at Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles, and Department of Anatomy at UCSF, San Francisco, CA. Review provided by VeriMed Healthcare Network. Also reviewed by David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Health Solutions, Ebix, Inc.

Gangguan Skizofrenia Merupakan Gangguan PsikosisFungsionalPosted by psychologymania Juli 11, 2011 Tinggalkan Sebuah Komentar Skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas dan oleh kemunduran fungsi sosial, fungsi kerja, dan perawatan diri. Skizofrenia merupakan penyakit otak yang timbul akibat ketidakseimbangan pada dopamin, yaitu salah satu sel kimia dalam otak. Ia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra). Pada pasien penderita, ditemukan penurunan kadar transtiretin atau pre-albumin yang merupakan pengusung hormon tiroksin, yang menyebabkan permasalahan pada fluida cerebrospinal. Skizofrenia bisa mengenai siapa saja.Data American Psychiatric Association (APA) tahun 1995 menyebutkan 1% populasi penduduk dunia menderita skizofrenia. 75% Penderita skizofrenia mulai mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda memang berisiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh stresor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri. Pengenalan dan intervensi dini berupa obat dan psikososial sangat penting karena semakin lama ia tidak diobati, kemungkinan kambuh semakin sering dan resistensi terhadap upaya terapi semakin kuat. Seseorang yang mengalami gejala skizofrenia sebaiknya segera dibawa ke psikiater dan psikolog.Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Skizofrenia pada lansia angka prevalensinya sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (lansia) (Dep.Kes.1992).Banyak pembahasan yang telah dikeluarkan para ahli sehubungan dengan timbulnya skizofrenia pada lanjut usia (lansia). Hal itu bersumber dari kenyataan yang terjadi pada lansia bahwa terdapat hubungan yang erat antara gangguan parafrenia, paranoid dan skizofrenia. Parafrenia lambat (late paraphrenia) digunakan oleh para ahli di Eropa untuk pasien-pasien yang memiliki gejala paranoid tanpa gejala demensia atau delirium serta terdapat gejala waham dan halusinasi yang berbeda dari gangguan afektif.Skizofrenia terjadi dengan frekuensi yang sangat mirip di seluruh dunia. Skizofrenia terjadi pada pria dan wanita dengan frekuensi yang sama. Gejala-gejala awal biasanya terjadi pada masa remaja atau awal dua puluhan. Pria sering mengalami awitan yang lebih awal daripada wanita.Gangguan skizofrenia sebenarnya dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:a) Skizofrenia paranoid (curiga, bermusuhan, garang dsb)b) Skizofrenia katatonik (seperti patung, tidak mau makan, tidak mau minum, dsb)c) Skizofrenia hebefrenik (seperti anak kecil, merengek-rengek, minta-minta, dsb)d) Skizofrenia simplek (seperti gelandangan, jalan terus, kluyuran)e) Skizofrenia Latent (autustik, seperti gembel)Pada umumya, gangguan skizofrenia yang terjadi pada lansia adalah skizofrenia paranoid, simplek dan latent. Sulitnya dalam pelayanan keluarga, para lansia dengan gangguan kejiwaan tersebut menjadi kurang terurus karena perangainya dan tingkahlakunya yang tidak menyenangkan orang lain, seperti curiga berlebihan, galak, bersikap bermusuhan, dan kadang-kadang baik pria maupun wanita perilaku seksualnya sangat menonjol walaupun dalam bentuk perkataan yang konotasinya jorok dan porno (walaupun tidak selalu).Gangguan Jiwa AfektifGangguan jiwa afektif adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya gangguan emosi (afektif) sehingga segala perilaku diwarnai oleh ketergangguan keadan emosi. Gangguan afektif ini antara lain:a. Gangguan Afektif tipe Depresif Gangguan ini terjadi relatif cepat dalam beberapa bulan. Faktor penyebabnya dapat disebabkan oleh kehilangan atau kematian pasangan hidup atau seseorang yang sangat dekat atau oleh sebab penyakit fisik yang berat atau lama mengalami penderitaan.Gangguan ini paling banyak dijumpai pada usia pertengahan, pada umur 40 50 tahun dan kondisinya makin buruk pada lanjut usia (lansia). Pada usia pertengahan tersebut prosentase wanita lebih banyak dari laki-laki, akan tetapi diatas umur 60 tahun keadaan menjadi seimbang. Pada wanita mungkin ada kaitannya dengan masa menopause, yang berarti fungsi seksual mengalami penurunan karena sudah tidak produktif lagi, walaupun sebenarnya tidak harus begitu, karena kebutuhan biologis sebenarnya selama orang masih sehat dan masih memerlukan tidak ada salahnya bila dijalankan terus secara wajar dan teratur tanpa menggangu kesehatannya.Gejala gangguan afektif tipe depresif adalah: sedih, sukar tidur, sulit berkonsentrasi, merasa dirinya tak berharga, bosan hidup dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Beberapa pandangan menganggap bahwa terdapat 2 jenis depresi yaitu Depresi tipe Neurotik dan Psikotik. Pada tipe neurotik kesadaran pasien tetap baik, namun memiliki dorongan yang kuat untuk sedih dan tersisih. Pada depresi psikotik, kesadarannya terganggu sehingga kemampuan uji realitas (reality testing ability) ikut terganggu dan berakibat bahwa kadang-kadang pasien tidak dapat mengenali orang, tempat, maupun waktu atau menjadi seseorang yang tak tahu malu, tak ada rasa takut, dsb.b. Gangguan Afektif tipe Manik Gangguan ini sering timbul secara bergantian pada pasien yang mengalami gangguan afektif tipe depresi sehingga terjadi suatu siklus yang disebut gangguan afektif tipe Manik Depresif. Dalam keadaan Manik, pasien menunjukkan keadaan gembira yang tinggi, cenderung berlebihan sehingga mendorong pasien berbuat sesuatu yang melampaui batas kemampuannya, pembicaraan menjadi tidak sopan dan membuat orang lain menjadi tidak enak. Kondisi ini lebih jarang terjadi dari pada tipe depresi. Kondisi semacam ini kadang-kadang silih berganti, suatu ketika pasien menjadi eforia, aktif, riang gembira, pidato berapi-api, marah-marah, namun tak lama kemudia menjadi sedih, murung, menangis tersedu-sedu yang sulit dimengerti.c. Neurosis Gangguan neurosis dialami sekitar 10-20% kelompok lanjut usia (lansia). Sering sukar untuk mengenali gangguan ini pada lanjut usia (lansia) karena disangka sebagai gejala ketuaan. Hampir separuhnya merupakan gangguan yang ada sejak masa mudanya, sedangkan separuhnya lagi adalah gangguan yang didapatkannya pada masa memasuki lanjut usia (lansia). Gangguan neurosis pada lanjut usia (lansia) berhubungan erat dengan masalah psikososial dalam memasuki tahap lanjut usia (lansia). Gangguan ini ditandai oleh kecemasan sebagai gejala utama dengan daya tilikan (insight) serta daya menilai realitasnya yang baik. Kepribadiannya tetap utuh, secara kualitas perilaku orang neurosis tetap baik, namun secara kuantitas perilakunya menjadi irrasional. Sebagai contoh : mandi adalah hal yang biasa dilakukan oleh orang normal sehari 2 kali, namun bagi orang neurosis obsesive untuk mandi, ia akan mandi berkali-kali dalam satu hari dengan alasan tidak puas-puas untuk mandi. Secara umum gangguan neurosis dapat dikategorikan sebagai berikut: Neurosis cemas dan panic Neurosis obsesif kompulsif Neurosis fobik Neurosis histerik (konversi) Gangguan somatoformFaktor resiko penyakit ini termasuk:1. Riwayat skizofrenia dalam keluarga2. Perilaku premorbid yang ditandai dengan kecurigaan, eksentrik, penarikan diri, dan/atau impulsivitas.3. Stress lingkungan4. Kelahiran pada musim dingin. Faktor ini hanya memiliki nilai prediktif yang sangat kecil.5. Status sosial ekonomi yang rendah sekurang-kurangnya sebagian adalah karena dideritanya gangguan iniTidak ada jalur etiologi tunggal yang telah diketahui menjadi penyebab skizofrenia. Penyakit ini mungkin mewakili sekelompok heterogen gangguan yang mempunyai gejala-gejala serupa. Secara genetik, sekurang-kurangnya beberapa individu penderita skizofrenia mempunyai kerentanan genetic herediter. Kemungkinan menderita gangguan ini meningkat dengan adanya kedekatan genetic dengan, dan beratnya penyakit, probandnya. Penelitian Computed Tomography (CT) otak dan penelitian post mortem mengungkapkan perbedaan-perbedaan otak penderita skizofrenia dari otak normal walau pun belum ditemukan pola yang konsisten. Penelitian aliran darah, glukografi, dan Brain Electrical Activity Mapping (BEAM) mengungkapkan turunnya aktivitas lobus frontal pada beberapa individu penderita skizofrenia. Status hiperdopaminergik yang khas untuk traktus mesolimbik (area tegmentalis ventralis di otak tengah ke berbagai struktur limbic) menjadi penjelasan patofisiologis yang paling luas diterima untuk skizofrenia.Semua tanda dan gejala skizofrenia telah ditemukan pada orang-orang bukan penderita skizofrenia akibat lesi system syaraf pusat atau akibat gangguan fisik lainnya. Gejala dan tanda psikotik tidak satu pun khas pada semua penderita skizofrenia. Hal ini menyebabkan sulitnya menegakkan diagnosis pasti untuk gangguan skizofrenia. Keputusan klinis diambil berdasarkan sebagian pada:1. Tanda dan gejala yang ada2. Rriwayat psikiatri3. Setelah menyingkirkan semua etiologi organic yang nyata seperti keracunan dan putus obat akut.Gejala GejalaIndikator premorbid (pra-sakit) pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan seseorang mengekspresikan emosi: wajah dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh. Penyimpangan komunikasi: pasien sulit melakukan pembicaraan terarah, kadang menyimpang (tanjential) atau berputar-putar (sirkumstantial). Gangguan atensi: penderita tidak mampu memfokuskan, mempertahankan, atau memindahkan atensi. Gangguan perilaku: menjadi pemalu, tertutup, menarik diri secara sosial, tidak bisa menikmati rasa senang, menantang tanpa alasan jelas, mengganggu dan tak disiplin.Secara umum, gejala-gejala yang muncul pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut: muncul delusi dan halusinasi. Delusi adalah keyakinan/pemikiran yang salah dan tidak sesuai kenyataan, namun tetap dipertahankan sekalipun dihadapkan pada cukup banyak bukti mengenai pemikirannya yang salah tersebut. Delusi yang biasanya muncul adalah bahwa penderita skizofrenia meyakini dirinya adalah Tuhan, dewa, nabi, atau orang besar dan penting. Sementara halusinasi adalah persepsi panca indera yang tidak sesuai dengan kenyataan. Misalnya penderita tampak berbicara sendiri tetapi ia mempersepsikan ada orang lain yang sedang ia ajak berbicara. kehilangan energi dan minat untuk menjalani aktivitas sehari-hari, bersenang-senang, maupun aktivitas seksual, berbicara hanya sedikit, gagal menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, tidak mampu memikirkan konsekuensi dari tindakannya, menampilkan ekspresi emosi yang datar, atau bahkan ekspresi emosi yang tidak sesuai konteks (misalkan tiba-tiba tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas). menampilkan perilaku tidak terorganisir, misalnya menampilkan pose tubuh yang aneh, pembicaraan yang tidak tertata dengan baik (bicara melompat-lompat dari satu topik ke topik yang lain atau tidak nyambung).Gejala-gejala skizofrenia pada umumnya bisa dibagi menjadi dua kelas:1. Gejala-gejala PositifTermasuk halusinasi, delusi, gangguan pemikiran (kognitif). Gejala-gejala ini disebut positif karena merupakan manifestasi jelas yang dapat diamati oleh orang lain.2. Gejala-gejala NegatifGejala-gejala yang dimaksud disebut negatif karena merupakan kehilangan dari ciri khas atau fungsi normal seseorang. Termasuk kurang atau tidak mampu menampakkan/ mengekspresikan emosi pada wajah dan perilaku, kurangnya dorongan untuk beraktivitas, tidak dapat menikmati kegiatan-kegiatan yang disenangi dan kurangnya kemampuan bicara (alogia).Meski bayi dan anak-anak kecil dapat menderita skizofrenia atau penyakit psikotik yang lainnya, keberadaan skizofrenia pada grup ini sangat sulit dibedakan dengan gangguan kejiwaan seperti autisme, sindrom Asperger atau ADHD atau gangguan perilaku dan gangguan Post Traumatic Stress Dissorder. Oleh sebab itu diagnosa penyakit psikotik atau skizofrenia pada anak-anak kecil harus dilakukan dengan sangat berhati-hati oleh psikiater atau psikolog yang bersangkutan.Pada remaja perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan, menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.Tidak semua orang yang memiliki indikator premorbid pasti berkembang menjadi skizofrenia. Banyak faktor lain yang berperan untuk munculnya gejala skizofrenia, misalnya stresor lingkungan dan faktor genetik. Sebaliknya, mereka yang normal bisa saja menderita skizofrenia jika stresor psikososial terlalu berat sehingga tak mampu mengatasi. Beberapa jenis obat-obatan terlarang seperti ganja, halusinogen atau amfetamin (ekstasi) juga dapat menimbulkan gejala-gejala psikosis.Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Perawatan terpenting dalam menyembuhkan penderita skizofrenia adalah perawatan obat-obatan antipsikotik yang dikombinasikan dengan perawatan terapi psikologis.Terapi Penyakit SkizofreniaPemberian obat-obatanObat neuroleptika selalu diberikan, kecuali obat-obat ini terkontraindikasi, karena 75% penderita skizofrenia memperoleh perbaikan dengan obat-obat neuroleptika. Kontraindikasi meliputi neuroleptika yang sangat antikolinergik seperti klorpromazin, molindone, dan thioridazine pada penderita dengan hipertrofi prostate atau glaucoma sudut tertutup. Antara sepertiga hingga separuh penderita skizofrenia dapat membaik dengan lithium. Namun, karena lithium belum terbukti lebih baik dari neuroleptika, penggunaannya disarankan sebatas obat penopang. Meskipun terapi elektrokonvulsif (ECT) lebih rendah dibanding dengan neuroleptika bila dipakai sendirian, penambahan terapi ini pada regimen neuroleptika menguntungkan beberapa penderita skizofrenia.Pendekatan PsikologiHal yang penting dilakukan adalah intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stressor lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita untuk mengatasinya, dan adanya dukungan sosial. Intervensi psikososial diyakini berdampak baik pada angka relaps dan kualitas hidup penderita. Intervensi berpusat pada keluarga hendaknya tidak diupayakan untuk mendorong eksplorasi atau ekspresi perasaan-perasaan, atau mempertinggi kewaspadaan impuls-impuls atau motivasi bawah sadar.Tujuannya adalah:1. Pendidikan pasien dan keluarga tentang sifat-sifat gangguan skizofrenia.2. Mengurangi rasa bersalah penderita atas timbulnya penyakit ini. Bantu penderita memandang bahwa skizofrenia adalah gangguan otak.3. Mempertinggi toleransi keluarga akan perilaku disfungsional yang tidak berbahaya. Kecaman dari keluarga dapat berkaitan erat dengan relaps.4. Mengurangi keterlibatan orang tua dalam kehidupan emosional penderita. Keterlibatan yang berlebihan juga dapat meningkatkan resiko relaps.5. Mengidentifikasi perilaku problematik pada penderita dan anggota keluarga lainnya dan memperjelas pedoman bagi penderita dan keluarga.Psikodinamik atau berorientasi insight belum terbukti memberikan keuntungan bagi individu skizofrenia. Cara ini malahan memperlambat kemajuan. Terapi individual menguntungkan bila dipusatkan pada penatalaksanaan stress atau mempertinggi kemampuan social spesifik, serta bila berlangsung dalam konteks hubungan terapeutik yang ditandai dengan empati, rasa hormat positif, dan ikhlas. Pemahaman yang empatis terhadap kebingungan penderita, ketakutan-ketakutannya, dan demoralisasinya amat penting dilakukan.Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang parah dan sulit ditangani. Penderita skizofrenia tidak dapat disembuhkan secara total, dalam arti halusinasi dan delusi tidak dapat hilang total, karena tanpa pengobatan yang terus-menerus dan dukungan dari lingkungan, maka gejala-gejala skizofrenia dapat kembali muncul saat individu berada dalam tekanan atau mengalami stres. Intervensi sejak dini merupakan hal yang sangat penting dan bermanfaat dalam penanganan skizofrenia demi mencegah perkembangan gangguan ke arah yang semakin parah. Penanganan gangguan skizofrenia membutuhkan berbagai pendekatan selain dengan obat-obatan, tetapi juga dengan terapi-terapi baik terapi individu, kelompok (difokuskan pada keterampilan sosial, penyelesaian masalah, perubahan pemikiran, dan keterampilan persiapan memasuki dunia kerja), maupun keluarga.Dalam terapi keluarga, diberikan informasi dan edukasi mengenai skizofrenia dan pengobatannya, selain itu terapi juga diarahkan untuk menghindarkan sikap saling menyalahkan dalam keluarga, meningkatkan komunikasi dan keterampilan pemecahan masalah dalam keluarga, mendorong penderita dan keluarga untuk mengembangkan kontak sosial, dan meningkatkan motivasi penderita skizofrenia dan keluarganya.Prognosis Penyakit SkizofreniaFase residual sering mengikuti remisi gejala psikotik yang tampil penuh, terutama selama tahun-tahun awal gangguan ini. Gejala dan tanda selama fase ini mirip dengan gejala dan tanda pada fase prodromal; gejala-gejala psikotik ringan menetap pada sekitar separuh penderita. Penyembuhan total yang berlangsung sekurang-kurangnya tiga tahun terjadi pada 10% pasien, sedangkan perbaikan yang bermakna terjadi pada sekitar dua per tiga kasus. Banyak penderita skizofrenia mengalami eksaserbasi intermitten, terutama sebagai respon terhadap situasi lingkungan yang penuh stress. Pria biasanya mengalami perjalanan gangguan yang lebih berat dibanding wanita. Sepuluh persen penderita skizofrenia meninggal karena bunuh diri.Prognosis baik berhubungan dengan tidak adanya gangguan perilaku prodromal, pencetus lingkungan yang jelas, awitan mendadak, awitan pada usia pertengahan, adanya konfusi, riwayat untuk gangguan afek, dan system dukungan yang tidak kritis dan tidak terlalu intrusive. Skizofrenia Tipe I tidak selalu mempunyai prognosis yang lebih baik disbanding Skizofrenia Tipe II. Sekitar 70% penderita skizofrenia yang berada dalam remisi mengalami relaps dalam satu tahun. Untuk itu, terapi selamanya diwajibkan pada kebanyakan kasus.

GANGGUAN PSIKOTIK DAN SKIZOFRENIA

GANGGUAN PSIKOTIK DAN SKIZOFRENIAoleh :Saifuddin ZuhriRizqon KarimahAminah PermataFitriyana FauziahWardah Firdausi

BAB IKAJIAN TEORI

Manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak keterbatasan kerapkali mengalami perasaan takut, cemas, sedih, bimbang, dan sebagainya. Dalam psikologi, gangguan atau penyakit kejiwaan akrab diistilahkan psikopatologi. Ada dua macam psikopatologi yakni neurosis dan psikosis. Sementara dr. H. Tarmidzi membagi psikopatologi menjadi enam macam, selain dua yang telah tersebut, ia mengemukakan yang lainnya yaitu psikosomatik, kelainan kepribadian, deviasi seksual, dan retardasi mental.Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut: Mengalami disorganisasi proses pikiran Gangguan emosional Disorientasi waktu, ruang, dan person Terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusiPsikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadianb) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanyac) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedihSkizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang berasa bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).Kalau pada remaja, perlu diperhatikan kepribadian pra-sakit yang merupakan faktor predisposisi skizofrenia, yaitu gangguan kepribadian paranoid atau kecurigaan berlebihan dan biasanya menganggap semua orang sebagai musuh. Gangguan kepribadian skizoid yaitu emosi dingin, kurang mampu bersikap hangat dan ramah pada orang lain serta selalu menyendiri. Pada gangguan skizotipal orang memiliki perilaku atau tampilan diri aneh dan ganjil, afek sempit, percaya hal-hal aneh, pikiran magis yang berpengaruh pada perilakunya, persepsi pancaindra yang tidak biasa, pikiran obsesif tak terkendali, pikiran yang samar-samar, penuh kiasan, sangat rinci dan ruwet atau stereotipik yang termanifestasi dalam pembicaraan yang aneh dan inkoheren.Penderita skizofrenia memerlukan perhatian dan empati, namun keluarga perlu menghindari reaksi yang berlebihan seperti sikap terlalu mengkritik, terlalu memanjakan dan terlalu mengontrol yang justru bisa menyulitkan penyembuhan. Kesabaran dan perhatian yang tepat sangat diperlukan oleh penderita skizofrenia. Keluarga perlu mendukung serta memotivasi penderita untuk sembuh.Simptom-simptom skizofrenia, antara lain:1. Gangguan isi pikiran, delusi: kepercayaan yang salah macamnya: Delusi referensi: kepercayaan bahwa tingkah laku orang lain atau obyek tertentu atau kejadian tertentu diacukan kepada dirinya. Delusi persekusi : kepercayaan bahwa ada orang atau orang-orang akan mencelakan dirinya, keluarganya atau kelompoknya. Delusi grandeur : merasa dirinya penting. Delusi kemiskinan : merasa tidak mempunyai hal yang berharga. Delusi menyalahkan diri. Delusi control : merasa dirinya dikontrol oleh orang lain. Delusi nihilisme : merasa dirinya, orang lain mupun dunia tidak ada. Delusi ketidak setiaan : kepercayaan yang salah bahwa orang yang dicintai tidak setia. Delusi lain bahwa pikiran dapat disiarkan, diubah atau ditarik dari pikiran oleh orang atau kekuatan luar. Delusi somatic : kepercayaan yang keliru mengenai kerja badan, percaya otaknya dimakan semut.2. Gangguan gaya berfikir, berbahasa dan komunikasi : Proses kognitif tidak teratur dan tidak fungsional, sehingga tidak ada hubungan dan tidak logis. Pengekspresian ide, piker dan bahasa begitu terganggu hingga tidak dapat dimengerti. Gangguan kognitif : Inkoherensi : bicara ngawur Tidak ada asosiasi Neologisme : membuat kata-kata baru atau pengrusakan kata-kata yang ada. Bloking : tidak dapat melanjutkan pembicaraan (beberapa detik beberapa menit) Isi pembicaran yang sangat kurang. Apa yang dikatakan atau yang ditulis tidak berarti. Kadang mereka seperti bisu sampai berhari-hari.3. Gangguan persepsi : halusinasi. Halusinasi : persepsi palsu yang mencakup kelima pancaindera. Bagi orangnya nampak nyata, terjadi secara spontan.4. Gangguan afek. (afek : keadaan emosi) Keadaan emosi yang berlawanan dengan rangsangnya.5. Gangguan psikomotor Tingkah laku aneh Menunjukkan gangguan katatonik berupa : Stupor katatonik : keadaan tidak respponsif terhadap rangsang luar. Kekakuan katatonik : sikap badan yang kaku dan menolak usaha untuk dipindahkan. Excitement yang katatonik : gerakan badan yang tidak ada tujuannya dan diulang-ulang.

6. Gangguan hubungan Interpersonal Karena tingkah lakunya, orang tidak berinteraksi denagn penderita ia tidak mampu berinteraksi dengan cara yang umum hidup dalam dunia fantasi dan delusi.7. Gangguan perasaan diri: Bingung mengenai siapa dirinya, percaya bahwa dirinya dikontrol orang atau kekuatan luar.8. Gangguan motivasi Tidak ada motivasi karena kurang dorongan atau perhatian atau karena kebingungan adanya pilihan-pilihan yang mungkin. Jika gangguan mitivasi dibarengi pikiran lacau dan obsesif maka orang ini tidak akan dapat digerakkan.Fase-fase schizophrenia, adalah:1. Fase prodromal : periode sebelum periode aktif : Individu menunjukkan gangguan- gangguan berfungsi social dan interpersonal yang progresif. Perubahan yang terjadi dapat berisi : penarikan sosial, ketidak mampuan bekerja secara produktif, eksentrik, pakaian yang tidak rapi, emosi myang tidak sesuai, perkembangan pikiran dan bicara yang aneh, kepercayaan yang tidak biasa, pengalaman persepsi yang aneh, hilangnya inisiatif dan energi.2. Fase aktif : paling sedikit satu bulan. Individu mengalami simtom psikotik : hakusinasi dan delusi, bicara yang tidak teratur, demikian pula tingkah lakunya, tanda-tanda penarikan diri.3. Fase residual : simtom seperti pada fase sebelumnya ada, tetapi tidak parah dan tidak mengganggu.Sakit jiwa berat (psikologis atau gila) adalah suatu gangguan jiwa. Pasien kehilangan daya nilai realistik atau reality test terganggu. Bukti nyata reality test terganggu adalah adanya waham, halusinasi dan pola perilaku yang kacau, tidak masuk akal dan tak bermanfaat disertai tilikan yang buruk.

1. Gangguan PsikotikMungkin terdapat beda penafsiran tentang psikotik dengan apa yang dihayati masyarakat. Gila dalam masyarakat adalah mereka yang mengamuk, merusak atau tak bisa merawat diri sehingga compang-camping, dan akhirnya menggelandang. Apa yang dihayati oleh masyarakat itu sebenarnya adalah daya nilai reality test terganggu sudah dalam tahap akhir. Karena pada dasarnya pasien psikotik (khususnya kelompok skizofrenia) bila tidak tepat dalam penanganannya akan berlanjut dan dapat terjadi hal-hal tidak diinginkan. Seseorang yang mengidap gangguan psikotik, khususnya skizofrenia bisa melakukan tindakan yang tak terduga, walaupun sebelumnya tak menunjukkan perilaku yang agresif.Ganggguan psikotik lain :1. Gangguan psikotik singkat : Simtom psikotik singkat : 1 hari 1 bulan. Kemudian dapat berfungsi secara normal (waktu terbatas) Ada stressor yang diketahui ada yang tidak. Di DSM IV ada yang disebut gangguan reaktif singkat yang kejadiannya setelah melahirkan. Perlakuan gangguan psikotik : kombinasi pengobatan dan psikoterapi.2. Gangguan schizofreniform Ada simtom psikotik, tetapi lama dan keparahannya kurang daripada pada psikosis reaktif yang singkat (1-6 bulan, kalau lebih dari 6 bulan, harus di diagnosis schizophrenia) Simtom psiko afektif : Apabila ada simtom-simtom yang sifatnya schizofrenik dan afektif. DSM IV: ada simtom depresi mayor atau periode manik dan simtom delusi dan halusinasi.3. Gangguan delusionalPenderita dapat berfungsi sesuai, hanya ada satu gejala yaitu delusi. Delusi sistematik dan menonjol, tettapi tidak aneh seperti pada schizophrenia.Ada 5 subtipe :1) Erotomania: delusi bahwa orang lain biasanya orang penting sangat mencintai dirinya. Disamping itu biasanya ada simtom depresi atau mania.2) Gangguan delusi kebesaran : merasa bahwa dirinya orang yang sangat penting (merasa dirinya ratu adil).3) Gangguan delusi iri : ada delusi bahwa pasangannya tidak setia.4) Gangguan delusi persekutori : merasa bahwa dirinya akan dianiaya, merasa dirinya akan dibunuh.5) Gangguan delusi somatic : merasa bahwa dirinya mempunyai penyakit yang membahayakan atau bahwa akan mati. Kepercayaan ini ekstrim dan tidak dapat diubah.4. Gangguan psikotik bersama.Bila seorang atau lebih banyak orang mengembangkan system delusional sebagai akibat hubungan yang dekat dengan orang yang delusional. Kalau dua orang disebut folie a deux. Sering terjadi tiga orang atau lebih, atau seluruk keluarga . jadi seakan-akan orang terjangkit karena dekat, kalau pisah yang terjangkit dapat kembali normal.2. Perilaku KacauKewajiban umum dan dasar manusia dalam masyarakat lingkungan kehidupan serta rumah tangga adalah bekerja untuk mendapatkan nafkah, atau bekerja sesuai fungsinya, walaupun bukan untuk mendapatkan uang atau materi. Kewajiban dalam rumah tangga, kehidupan sosial dalam masyarakat yaitu bersosialisasi dan penggunaan waktu senggang.Pada penderita psikotik fungsi pekerjaan sering tak bisa dijalankan dengan seksama, tak mau bekerja sesuai kewajiban dan tanggungjawab dalam keluarga, atau tak mampu bekerja sesuai dengan tingkat pendidikan. Sering terjadi tak mau, tak mampu bekerja dan malas.Dalam kehidupan sosial sering ada penarikan diri dari pergaulan sosial atau penurunan kemampuan pergaulan sosial. Misalnya setelah sakit stres berat menarik diri dari organisasi sosial kemasyarakatan, atau sering terjadi kemunduran kemampuan dalam melaksanakan fungsi sosial dan pekerjaannya.Pada penggunaan waktu senggang orang normal bisa bercengkrama dengan anggota keluarga atau masyarakat, atau membuat program kerja rekreasi dan dapat menikmatinya. Namun pada penderita gangguan jiwa berat keadaan tersebut dilewatkan dengan banyak melamun, malas, bahkan kadang-kadang perawatan diri sehari-hari dilalaikan seperti makan, minum, mandi, dan ibadah.3. WahamWaham adalah isi pikir (keyakinan atau pendapat) yang salah dari seseorang. Meskipun salah tetapi individu itu percaya betul, sulit dikoreksi oleh orang lain, isi pikir bertentangan dengan kenyataan, dan isi pikir terkait dengan pola perilaku individu. Seorang pasien dengan waham curiga, maka pola perilaku akan menunjukkan kecurigaan terhadap perilaku orang lain, lebih-lebih orang yang belum dikenalnya. Bisa terjadi kecurigaan kepada orang sekitarnya akan meracuni atau membunuh dia. Akibat waham curiga ini pada orang yang sebelumnya bersifat emosional agresif. Ia bisa membunuh orang karena wahamnya kalau tidak dibunuh, ia akan dibunuh. Atau ia akan diracuni dan dibuat celaka oleh orang yang dibunuhnya.4. HalusinasiHalusinasi adalah sensasi panca indera tanpa ada rangsangan. Pasien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba dan rasa kecap meskipun tak ada sesuatu rangsang pada kelima indera tersebut.Halusinasi dengar adalah gejala terbanyak pada pasien psikotik (99 %). Pasien psikotik yang nalar (ego)-nya sudah runtuh, maka halusinasi tersebut dianggap real dan tak jarang ia bereaksi terhadap halusinasi dengar. Bila halusinasi berisi perintah untuk membunuh ia pun akan melaksanakan pembunuhan. Ini memang banyak terjadi pada pasien psikotik yang membunuh keluarganya sendiri. Sebaliknya halusinasi yang memerintah untuk bunuh diri tak jarang pasien pun akan bunuh diri.5. IllusiIllusi adalah sensasi panca indera yang ditafsirkan salah. Pasien melihat tali bisa ditafsirkan sebagai seekor ular. Illusi ini sering terjadi pada panas yang tinggi dan disertai kegelisahan, dan kadang-kadang perubahan kesadaran (delirium). Illusi juga sering terjadi pada kasus-kasus epilepsi (khususnya epilepsi lobus temporalis), dan keadaan-keadaan kerusakan otak permanen.Misalnya seorang petinju di Malang terungkap di pengadilan ia menderita epilepsi. Ia membunuh anaknya sendiri yang masih tidur di kasur dengan parang, karena menganggap anaknya adalah seekor kucing yang sedang tidur. Juga kasus seorang ibu yang menyiram anak balitanya dengan air panas di Semarang beberapa waktu yang lalu, dan akhirnya si anak meninggal dunia. Ia melihat dan merasa menyiram hewan.6. Tilikan Yang BurukPasien psikotik merasa dirinya tidak sakit, meskipun sudah ada bukti adanya perubahan perilaku yang jelas tidak wajar. Pasien tak mau minum obat atau tak mau diajak berobat, atau bila ada waham dianggap mau diracuni. Keadaan merasa tidak sakit ini yang mempersulit pengobatan, apalagi keluarga juga mengiyakan karena merasa tak sakit ia tak mau mencari pengobatan.Tilikan yang buruk ini merupakan ciri khas pasien psikotik. Di sini peran keluarga penting, kalau memang menemukan gejala tersebut seperti waham, halusinasi dan illusi, segera berkonsultasi kepada tenaga kesehatan jiwa.7. Psikosis di MasyarakatMenurut penelitian WHO prevalensi gangguan jiwa dalam masyarakat berkisar satu sampai tiga permil penduduk. Misalnya Jawa Tengah dengan penduduk lebih kurang 30 juta, maka akan ada sebanyak 30.000-90.000 penderita psikotik. Bila 10% dari penderita perlu pelayanan perawatan psikiatrik ada 3.000-9.000 yang harus dirawat.Tetapi tidak semua bisa dirawat karena kapasitas pelayanan perawatan psikiatrik di Jateng masih di bawah 1.000 tempat tidur. Sisa yang tidak terawat berada dalam masyarakat dan pasien ini seharusnya perlu pengawasan yang seksama. Pasien psikotik yang mungkin tenang terkadang tak terduga akan menjadi agresif tanpa stressor psikososial yang jelas.Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda semua pasien psikotik (skizofrenia) dirawat di Rumah Sakit Jiwa seumur hidup (dibuat koloni). Hal ini sekarang menjadi stigma masyarakat, bahwa RSJ identik dengan gila. Tetapi sekarang situasi sudah berbeda, tidak semua pasien dapat dirawat di RSJ. Mereka yang fase aktif gangguan psikotiknya dirawat, sedang yang tenang dipulangkan namun masih dalam pengawasan dalam bentuk perawatan jalan. Fase aktif adalah pasien-pasien yang menunjukkan perilaku yang membahayakan diri atau membahayakan lingkungannya, dan mudah dikenali gejalanya. Pada fase tenang pasien dapat beradaptasi dengan lingkungannya, meskipun terbatas.Perjalanan psikiatrik tidak terbatas pada Rumah Sakit Jiwa yang ada, tetapi di Rumah Sakit Umum pun ada pelayanan psikiatrik yang dilakukan oleh psikiater. Yakni pelayanan integrasi dan konsultasi psikiatri di RSU, mengingat jumlah psikiater yang ada belum memadai sesuai kebutuhan.Ciri-ciri penderita psikotik antara lain:1. Penarikan diri dari pergaulan sosial, banyak di dalam rumah, malu keluar rumah.2. Tak mampu bekerja sesuai dengan fungsinya. Di rumah tak mau bekerja, atau bekerja sekedarnya saja karena diperintah, setelah itu tak mau mengerjakan tugas yang diberikan.3. Berpikir aneh, dangkal, berbicara tak sesuai dengan keadaan situasi keseharian, bicara ngelantur.4. Dalam pergaulan ada riwayat gejala waham atau halusinasi dan illusi.5. Perubahan perilaku yang nyata, misalnya tadinya ceria menjadi melamun, perilaku aneh-aneh yang sebelumnya tidak pernah dijalani.6. Kelihatan menjadi murung dan merasa tak berdaya.7. Sulit tidur dalam beberapa hari, atau bisa tidur yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien merasa sulit atau tidak bisa tidur.

BAB IIKASUS

Epilepsi Perlu Pengobatan IntensifSewaktu kecil Sadid adalah seorang anak yang aktif, banyak bicara, mudah marah, dan suka berkelahi. Demikian pula di sekolah, Sadid sering bolos dan bila marah merusak barang-barang yang ada di dekatnya seperti membanting gelas atau piring.Sejak usia 10 tahun Sadid sering mengalami pengalaman yang aneh, seperti bermaksud ke rumah Hafidz, tetapi tanpa disadari ke rumah Seno. Ketika sadar di rumah Seno, ia segera kembali ke rumah Hafidz. Ia sering merasa asing di kamarnya sendiri dan ketika berada di rumah orang yang dikenalinya dengan baik. Ketika bersepeda ia sering jatuh tanpa disadarinya.Keluhan yang disampaikan Sadid adalah sakit kepala. Semasa remaja, Sadid juga masih sering melakukan perbuatan tanpa disadarinya, misalnya naik pohon kemudian kebingungan tidak bisa turun atau nyemplung ke dalam kolam tanpa tujuan yang jelas. Meskipun semasa kecilnya terkenal nakal, namun untuk mengaji dan shalat cukup rajin.Menjelang dewasa, Sadid mulai berubah menjadi pendiam dan sulit bergaul. Sejak dua tahun lalu, tingkah laku Sadid semakin aneh seperti mengurung diri di kamar, bicara mulai kacau dan sulit dimengerti. Suatu hari, Sadid pernah mencoba untuk terjun ke dalam sumur, dan ketika ditanya takut karena ada yang akan membunuhnya. Sadid mengatakan ia sering bermimpi merasa dikepung, ada orang yang mengejar dan akan membunuhnya. Kakek Sadid juga menderita gangguan jiwa dan pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak lima kali.

BAB IIIANALISA KASUS

Psikotik adalah gangguan jiwa yang dapat diturunkan. Menurut statistik yang dibuat oleh Kalman, jika salah seorang orang tua menderita psikotik (misal skizofrenia), kemungkinan anak-anaknya menderita psikotik adalah sebesar 12%. Anak-anak lain yang tidak menderita psikotik tetap mengandung bibit penyakit tersebut dan mempunyai risiko untuk mengalami gangguan yang lebih besar. Bibit itu akan diturunkan pada generasi berikutnya. Inilah yang dialami Sadid. Selain itu, timbulnya penyakit ini dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan.Gejala-gejala psikotik yang ditemukan pada Sadid antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curiga ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri dari lingkungan sosial (social withdrawl).Adanya waham kejar ini memungkinkan seorang penderita dapat melakukan tindakan membahayakan, bagi dirinya sendiri seperti terjun ke dalam sumur atau membahayakan orang lain yaitu menyerang orang lain.Meskipun Sadid mengalami penurunan kesadaran dan gangguan jiwa berat (psikotik), namun masih mampu salat dan membaca Alquran. Hal ini menjadi bukti bahwa gangguan jiwa berat atau psikotik tidak mempengaruhi kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Namun demikian, pasien tidak mampu menggunakan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya untuk sesuatu yang berguna. Penurunan kesadaran yang dialami oleh Sadid besar kemungkinan adalah suatu serangan yang dahulu dikenal sebagai epilepsi atau yang oleh masyarakat awam disebut sakalor atau ayan.Epilepsi ada yang disertai dengan gejala kejang-kejang, mula-mula berteriak lalu pingsan seluruh badan dan keluar ludah berbusa. Kadang-kadang berdarah karena lidah tergigit. Sesudah kira-kira satu menit penderita bernapas kembali dan sadar. Epilepsi tipe lain gejalanya berupa serangan penurunan kesadaran dalam beberapa detik. Kadang ia bergumam, masih mendengar apa yang dibicarakan tetapi tidak dapat menjawab. Setelah beberapa detik, ia sadar kembali melanjutkan pekerjaan.Epilepsi tipe psikomotor atau epilepsi lobus temporalis kadang-kadang langsung, tidak didahului oleh serangan kejang-kejang atau penurunan kesadaran. Gejala-gejala gangguan psikiatrik menonjol, sehingga sering kali sulit dibedakan dengan gangguan psikotik yang fungsional.Semasa kecil Sadid adalah anak nakal. Pada epilepsi sering dijumpai apa yang disebut psikopatisasi, terutama bila gangguan telah dijumpai dalam waktu yang lama dan frekuensi serangan tinggi.Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan mungkin Sadid adalah seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telah dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi, pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".Gejala-gejala yang dialami Sadid dapat dikategorikan dalam psikotik. Psikotik dapat muncul dalam beberapa bentuk, yaitu:1. Skizofrenia adalah penyakit jiwa yang ditandai kemunduran atau kemurungan kepribadian. Berdasarkan fase Sadid telah berada pada fase aktif. Karena individu mengalami simtom psikotik, halusinasi, delusi, bicara dan tingkah laku tidak teratur serta tanda-tanda penarikan diri.2. Paranoid adalah gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanya. Individu yang mempunyai kepribadian paranoid kemungkinan terdapat waham, namun gejala itu hanya sekilas.3. Maniac depressive psychosis adalah kondisi inidividu di mana perasaan gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya.Upaya yang perlu dilakukan adalah segera membawa Sadid ke fasilitas psikiatri untuk menentukan diagnosis kemungkinan dan pengobatan yang adekuat. Perawatan yang intensif (rawat inap), tampaknya diperlukan bagi Sadid. Berbagai pemeriksaan akan dilakukan sesuai indikasi, misalnya pemeriksaan Electro Enceplalografi dan CT Scan, atau bahkan bila diperlukann MRI (Magnetic Resonance Imaging). Dokter yang memeriksa akan menentukan apakah gejala-gejala psikotik yang ditampilkan merupakan bagian dari epilepsinya atau merupakan gangguan yang terpisah.

BAB IIIKESIMPULAN

Psikosis adalah penyakit kejiwaan yang parah, karena di tingkatan ini penderita tidak lagi sadar akan dirinya. Pada penderita psikosis umumnya ditemukan ciri-ciri sebagai berikut: mengalami disorganisasi proses pikiran gangguan emosional disorientasi waktu, ruang, dan person terkadang disertai juga dengan halusinasi dan delusiPsikosis bisa muncul dalam beberapa bentuk, diantaranya:a) Schizophrenia, penyakit jiwa yang ditandai dengan kemunduran atau kemurungan kepribadianb) Paranoia, gila kebesaran atau merasa lebih dari segalanyac) Maniac depressive psychosis, perasaan benar atau gembira yang mendadak bisa berubah sebaliknya menjadi serba salah atau sedihSkizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Penyakit ini timbul akibat ketidakseimbangan pada salah satu sel kimia dalam otak. Skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan halusinan (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).Dari uraian tersebut di atas diketahui bahwa gejala-gejala psikotik yang diderita pada subjek antara lain adanya bicara kacau yang dapat berupa gangguan asosiasi, merasa curiga ada yang mengejar dan akan membunuhnya (waham) dan adanya penarikan diri dari lingkungan sosial (social withdrawl). Sehingga dapat disimpulkan subjek adalah seorang penderita eplepsi psikomotor dengan disertai gejala-gejala psikotik. Gangguan ini telah dideritanya sejak kecil, sering mengalami brown out (lebih ringan dari black out) dan sering pula mengalami "keadaan mimpi" atau "kedaaan dini". Dalam keadaan mimpi, pasien dapat melakukan tindakan yang merusak atau gejala-gejala aneh lainnya. Sesudah melakukan perbuatan, pasien mengalami "amnesia sempurna".

DAFTAR PUSTAKA

Arif Setiadi Imam. (2006). Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Aditama.Firdaus Jimmi, Muhammad Syukri, dkk. (2005). SCHIZOPHRENIA, sebuah panduan bagi keluarga skizofrenia. Yogyakarta: Dozz.http://www.suaramerdeka.com/harian/0509/05/ragam1.htmhttp://chikastuff.wordpress.com/2007/03/26/skizofrenia-penyakit-spliting-personality/http://klinis.wordpress.com/

GANGGUAN AFEKTIF

Merupakan gangguan pada afeksi (emosi) atau mood (suasana hati) seseorang. Dan penderita dapat mengalami depresi atau manik (kegirangan yang tidak wajar) atau dapat bergantian antara manik dan depresif (Atkinson dkk, 1992).1. DepresiPenyebab depresi adalah kegagalan di sekolah, di tempat kerja, atau kegagalan dalam hal cinta.Dan depresi dianggap abnormal ketika depresi tersebut di luar kewajaran dan berlanjut sampai saat di mana kebanyakan orang sudah dapat pulih kembali (Atkinson dkk,1992).Depresi pada orang normal seperti keadaan murung (kesedihan,patah hati, dan patah semangat) ditandai dengan tidak puas, menurunnya aktivitas, dan pesimisme. Sedangkan depresi abnormal seperti ketidakmauan yang ekstrim untuk merespon stimulus dan disertai menurunnya nilai diri, ketidakmampuan, delusi, dan putus asa. (Chaplin,1995).Dan penderita depresi tidak mampu mengambil keputusan untuk memulai suatu kegiatan ataua memusatkan perhatiannnya.dan ekstrimnya penderita dapat disertai adanya kecemasan dan bisa mencoba bunuh diri. (Atkison dkk,1992).2. Episode ManikManik dapat diartikan sebagai tingkah laku berang,keras,bangis,kasar,tidak terkontrol,yang disertai tindakan motorik yang berlebihan dan perilaku impulsif. Dan dikategorikan menjadi episode manik ringan (Hipomania) dan episode parah (Mania).Pada episode ringan, penderita penuh dengan energi,antusias, dan percaya diri.dan perilaku manik dibandingkan dengan orang normal seringkali lebih mengekspresikan kebencian daripada kegembiraan.Dan pada episode parah (mania), penderita amat bersemangat dan harus selalu aktif. Jika orang lain menggangunya aktivitasnya,maka ia akan marah dan akan menjadi ganas.Penderita ini selain mengalami disorientasi,juga sering mengalami delusi.3. Gangguan Manik-DepresifGangguan Manik-Depresif seringkali disebut dengan istilah gangguan bipolar, karena penderita beralih dari satu kutub perasaan ke kutub perasaan lainnya. Ada beberapa jenis yaitu gangguan efektif ringan, gangguan efektif neurotik, dan psikisis afektif. Gangguan Afektif RinganJenis gangguan penting yang termaksud dalam kategori ini adalah Depresi normal,yakni dukacita (grief) atau kepedihan.Gangguan ini merupakan proses psikologis mengikuti pengalaman kehilangan (loss) sesuatu yang berharga, seperti kematian sesorang kekasih,putus cinta,perceraian,kehilangan pekerjaan. Ciri-ciri atau tanda-tanda orang yang mengalami depresi normal adalah sebagai berikut :Tidak beraksi terhadap peristiwa-peristiwa lain yang secara normal akan membangkitkan respon yang kuat, tenggelam dalam fantasi tentang situasi yang menimbulkan kepuasan namun yang kini sudah berlalu, dan akhirnya kembali mampu memberikan respon terhadap dunai luar, kesedihan berkurang, gairah bangkit kembali, dan kembali melibatkann diri dalam kehidupan sehari-hari.Depresi melibatkan 3 variabel psikologis pokok yakni (a) ketergantungan, di mana penderita merasa butuh bantuan atau dukunhan dari orang lain; (b) kritik-diri, di mana penderita membesar-besarkan kesalahan atau kekurangan yang ada pada dirinya; dan (c) inefficacy perasaan tidak berdaya Gangguan Afektif NeurotikGangguan afektif neurotic adalah gangguan emosi atau mood yang mengakitbatkan fungsi dan aktivitas penderita sangat terhambat, namun tidak sampai mengalami putus kontak dengan realitas. Jenis yang penting adalah depresi neurotic penderita beraksi terhadap situasi yang menekan dengan dengan kepedihan dan kepatahan hati yang luar biasa dan (sering) tidak dapat di pulihkan sesudah sekian lama.Ciri-cirinya adalah putus asa, sedih tak bersemangat,tingkat kecemasan tinggi, aktivitas diri berkurang, selera dan gairah menghilang, prakarsa menghilang, mengeluh sulit berkonsentrasi ,susah tidur dan suka terjaga di tengah malan dan tidak dapat tertidur kembali, merasakan keluhan-keluhan somatic tertentu,merasa tegang, gelisah,dan menunjikkan sikap bermusuhan terhap lingkungan social,tidak mampu mengerjakan tugas dan senang memandang dengan tatapan kosong. Psikosis AfektifGangguan ini berbeda dengan depresi neurotic dalam 2 hal. Pertama gangguan ini mempengaruhi keselurahan kepribadian penderita. Kedua penderita kehilangan kontak dengan realitas.Ada beberapa gangguan yang termaksud dalam kategori ini. Gangguan Depresi Mayor.Ini adalah gangguan afektif berat yang hanya meliputi depresi.Gangguan ini dapat berlansung sekali atau berulang-ulang.Ada beberapa sub-jenisnya.1) Gangguan depresi mayor subakut, dengan cirri-ciri: semangat hidup menghilang,aktivitas mental maupun fisik menjadi lamban,dibutuhkan usaha keras untuk melaksanakan pekerjaan.diliputi perasaan tidak berharga,gagal,berdosa,dan bersalah,kehilangan selera makan,sehingga berat badan menurun dan terserang ganguuan pencernaan, berbicara drngan suara monoton dan hemat dalam berkata-kata, senang duduk sendiri dan mengenang masa lalu,lelah, sembelit dan susah tidur.2) Gangguan depresi mayor akut, dengan ciri-ciri:berangsur-angsur menjadi tidak aktif, cenderung mengisolasi diri,tidak mau berbicara,dan sangat lambat memberikan respon, merasa bersalah dan tidak berharga, gelisah, mondar-mandir dan meremas-remas tangan, merasa bertanggungjawab terhadap masalah atau musibah yang terjadi dalam masyarakat, putus asa,kadang-kadang di sertai halusinasi.3) Stupor depresi atau Multisme,yakni keadaan diam mematung dengan cirri-ciri lain: sama sekali tidak responsive dan tidak aktif,tidak bisa turun dari tempat tidur dan sama sekali acuh tak acuh terhadap sesuatu yang berlangsung di sekitarnya, harus di tolong jika ingin buang besar,mengalami halusinasi dan delusi. Gangguan Aktif BipolarAda yang menyebutnya (kraepelin 1899) psikologis depresif-manik.Gejalanya berupa rangkaian sekarang rasa gembira dan sedih yang ekstrem, diselingi jeda keadaan normal. Corak gangguannya ditentukan oleh perasaan apa yang mendominasi:depresif manic atau campuran. Ada beberapa subjenisnya.a. Mania subakut, dengan ciri-ciri: diliputi perasaan gembira bertaraf sedang dan sifat overaktif, sangat percaya pada kemampuan dan pengetahuannya, serta senang menyampaikan pendapat apa saja kepada siapa saja, proses berpikirnya cepat dan selalu menyibukkan dengan berbagai kegiatan.b. Mania akut, dengan ciri-ciri: omongan besar, bersikap dictator, dan senang memerintah siapa saja. Mudah marah prilakunya menjadi serba kasar-keras dan bengis, senang berjalan mondar mandir, bernyanyi keras-keras, membentur-benturkan kepalanya ke tembok, kendali moralnya sama sekali hilang,sehingga bicaranya sangat jorok, senang memamerkan aurat dan berbuat tidak senonoh.c. Mania disertai delirium atau kekacauan mental dengan ciri-ciri: Prilakunya kacau, liar, dan bengis,pikirannya kacau dan mengalami delusi, berjalan mondar mandir, bernyanyi-nyanyi, berteriak-teriak, mengacung-acungkan tangan selama berhari-hari. Kadang tidak mau makan dan lain waktu dapat menghabiskan semua makanan, prilakunya kotor dan tidak memiliki rasa malu, kehilangan berat badan serta rentan terhadap serangan jantung, stroke dan aneka penyakit lain.Penyebab dari semua gangguan di atas dapat berasal dari kondisi bawaan,terpicu oleh stress,ciri kepribadian tertenti,kecenderungan untuk memandang segala sesuatu serba negative, perasaan bersalah, sebagai kiat mempertahankan ego dari stress.