NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...

131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAF (T FAKULTA U FALAN SHALAT DELISA KARYA T TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) SKRIPSI Oleh: MIRANTI ANDANSARI K1208103 AS KEGURUAN DAN ILMU PEND UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012 TERE LIYE DIDIKAN

Transcript of NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user...

Page 1: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Oleh:

MIRANTI ANDANSARI

K1208103

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

KARYA TERE LIYE

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Page 2: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Miranti Andansari

NIM : K1208103

Jurusan/Program Studi : PBS/Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul NOVEL HAFALAN SHALAT

DELISA KARYA TERE LIYE (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi

yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan

dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, 10 Juli 2012

Yang membuat pernyataan

Miranti Andansari

Page 3: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)

Oleh:

MIRANTI ANDANSARI

K1208103

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2012

Page 4: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, 12 Juli 2012

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Sumarwati, M. Pd. Dr. Nugraheni Eko W., M. Hum.

NIP 19600413 198702 2 001 NIP 19700716 200212 2 001

Page 5: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Selasa

Tanggal : 31 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum.

Sekretaris : Budi Waluyo, S.S., M. Pd.

Anggota I : Dra. Sumarwati, M. Pd.

Anggota II : Dr. Rr. E. Nugraheni Eko W, S.S., M.Hum.

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

a.n. Dekan,

Pembantu Dekan I,

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si.

NIP 19660415 199103 1 002

Page 6: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

MOTTO

1. Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (Aristoteles)

2. Kemenangan yang seindah–indahnya dan sesukar–sukarnya yang boleh direbut

oleh manusia ialah menundukan diri sendiri (Ibu Kartini)

3. Niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang-

orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al – Mujadalah, ayat 11)

4. Pengalaman adalah guru yang terbaik tetapi buanglah pengalaman buruk yang

hanya merugikan (Anonim)

Page 7: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:

1. Ibu, Bapak dan Dek Fahmi

Ibu, yang selalu memotivasiku supaya mempunyai masa depan yang lebih

baik, selalu mendoakan yang terbaik untukku. Takkan mampu tangan ini untuk

menuliskan ucapan terima kasih kepadamu Ibu, karena begitu banyak jasamu

kepadaku. Bapak, yang selalu keras mengajarkan disiplin kepadaku. Terima kasih

Bapak, yang selalu bekerja keras untukku. Serta adikku Fahmi yang kusayangi.

Kamu membuatku bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Arifin E. N

Terima kasih karena senantiasa memberikan semangat dan motivasi di setiap

langkah yang aku tempuh. Terima kasih telah mengajarkanku untuk bersikap lebih

dewasa. Selalu ada di saat aku membutuhkanmu. Selalu berada di sisiku, baik di

saat aku senang ataupun sedih.

3. Nafi W. S dan Fitri W

Terima kasih kepada sahabat-sahabatku yang selalu mengingatkan,

memotivasi, dan sering memberikan solusi dalam setiap permasalahan. Sahabat

seperjuangan dalam menempuh pendidikan di kampus tercinta. Suka dan duka

perkuliahan pernah kita alami bersama. Terima kasih atas kerja samanya.

Page 8: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

ABSTRAK

Miranti Andansari. NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA). Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Juli, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan struktur dan (2) konflik

batin para tokoh dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekriptif kualitatif dengan

pendekatan psikologi sastra. Sumber data penelitian ini adalah novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika pada tahun 2005. Pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen yang berupa novel Hafalan Shalat Delisa. Validitas data yang diperoleh melalui triangulasi teori. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis jalinan atau mengalir (flow model of analysis). Hasil analisis penelitian ini menunjukkan bahwa novel Hafalan Shalat Delisa bertema ketuhanan. Tokoh utamanya adalah Delisa dan tokoh tambahan yaitu Abi Usman, Ibu Guru Nur, Teuku Dien, Ustadz Rahman, Sersan Ahmed dan Prajurit Smith. Latar tempat terjadi di daerah Lhok Nga, Aceh. Latar waktu terjadi antara tahun 2004 sampai tahun 2005. Latar sosial tentang kehidupan keluarga Abi Usman yang sangat bersahaja dalam bertetangga. Alur dalam novel Hafalan Shalat Delisa adalah alur maju. Amanat dalam novel ini adalah kita seharusnya sebagai manusia harus tegar, ikhlas dan tulus dalam menghadapi semua musibah. Konflik batin yang dialami Delisa terjadi karena dia merindukan Ibu dan saudaranya serta ia mengalami kesulitan menghafal bacaan shalat. Abi Usman mengalami konflik batin karena pasca tsunami terjadi ia harus berperan ganda menjadi ayah sekaligus ibu, kakak-kakak serta sahabat bagi Delisa. Ibu Guru Nur mengalami konflik batin saat ia akan menyelamatkan Delisa. Ustadz Rahman mengalami konflik batin saat ia memutuskan untuk meninggalkan kota Lhok Nga. Sersan Ahmed dan Prajurit Smith mengalami tekanan dalam menghadapi tugasnya. Konflik antar tokoh terjadi karena Delisa kecewa terhadap Teuku Dien. Kata kunci: struktur intrinsik novel, psikologi sastra, konflik batin

Page 9: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan

kenikmatan dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE LIYE

(TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dukungan, dan pengarahan dari

berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah

memberikan izin untuk penulisan skripsi.

2. Dr. Muhammad Rohmadi, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa

dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Surakarta, yang telah memberikan persetujuan penyusunan skripsi.

3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M. Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan persetujuan

penyusunan skripsi.

4. Dra. Sumarwati, M. Pd., selaku pembimbing skripsi I, sekaligus sebagai

pembimbing akademik yang selalu memberikan motivasi dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Dr. Nugraheni Eko W, S.S., M. Hum., selaku pembimbing skripsi II, yang

selalu memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia yang dengan tulus dan ikhlas memberikan ilmunya kepada

penulis.

Page 10: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

7. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan

2008 yang menjadi teman seperjuangan penulis selama menempuh pendidikan

di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena

keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 10 Juli 2012

Penulis,

Page 11: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ............................................................................................................ i

PERNYATAAN .............................................................................................. ii

PENGAJUAN ................................................................................................. iii

PERSETUJUAN ............................................................................................. iv

PENGESAHAN .............................................................................................. v

MOTTO ........................................................................................................... vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .................................................................................... ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................ 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 6

D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori ........................................................................................ . 7

B. Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................... 41

C. Kerangka Berpikir ............................................................................. 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 45

Page 12: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 45

C. Data dan Sumber Data ..................................................................... 46

D. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 46

E. Pengumpulan Data ........................................................................... 46

F. Uji Validitas Data .............................................................................. 47

G. Analisis Data ..................................................................................... 47

H. Prosedur Penelitian............................................................................ 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Novel Hafalan Shalat Delisa ............................................... 50

B. Konflik Batin yang Dialami Tokoh …………….. ........................... 84

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ........................................................................................... 103

B. Implikasi ……………… ................................................................... 104

C. Saran ………………… ..................................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… 107

LAMPIRAN ………………………………………………………………... 110

Page 13: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan ………………………….………… 45

Page 14: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Situasi Konflik yang Ditimbulkan Manusia dalam Sastra…………….. 40

2 Alur Kerangka Berpikir ……………………………………………….. 44

3 Model Analisis Jalinan atau Mengalir ……………………………….... 48

4 Skema Prosedur Penelitian …………………………………………….. 49

Page 15: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Cover Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye ........................... 110

2 Sinopsis Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye ........................ 111

3 Profil Pengarang …………………………………………………... .... 113

4 Surat Izin Penyusunan Skripsi ……………………………………… 115

Page 16: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra tercipta karena adanya pengalaman batin pengarang berupa

peristiwa atau realitas sosial yang menarik. Pengalaman tersebut melahirkan

gagasan imajinasi yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Hal ini berarti sesuatu

yang sifatnya imajinatif boleh jadi terjadi dalam kehidupan nyata. Orang lain

mungkin mengalami peristiwa yang sama, seperti tertuang dalam karya sastra

tersebut. Hal ini sejalan dengan pemikiran Pradopo (1997) yang mengemukakan

bahwa “karya sastra yang kian banyak memancarkan tingkatan pengalaman jiwa

dan merupakan keutuhan akan tinggi nilainya, ditambah lagi bila pengalaman itu

makin lengkap, karya sastra jadi semakin hidup, besar dan agung, jadi kian tinggi

mutunya” (hlm. 59).

Karya sastra selalu menampilkan gambaran kehidupan yang merupakan

kenyataan sosial. Dalam hal ini, kehidupan tersebut mencakup hubungan antara

masyarakat dengan seseorang, antarmanusia, manusia dengan Tuhannya, dan

antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Karya sastra adalah pantulan

hubungan seseorang dengan orang lain atau dengan masyarakat. Sastra

menghadirkan gambaran kehidupan manusia. Dalam pengertian ini, kehidupan

mencakup hubungan antarmasyarakat dan individu, antarmanusia, dan

antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa sastra menghadirkan kompleksitas kehidupan manusia.

Keberadaan sastra yang demikian itu, membuka peluang kepada ilmu lain, seperti

sosiologi, antropologi, dan psikologi untuk ambil bagian dalam mengkajinya

sesuai dengan sudut pandang disiplin ilmu tersebut.

Hakikat dalam sebuah pembelajaran sastra adalah apresiasi sastra karena

dalam apresiasi sastra siswa dapat bertemu secara langsung dengan karya sastra.

Siswa melaksanakan aktivitas membaca, menikmati, menghayati, memahami,

serta merespon karya sastra di hadapan khalayak. Di sana diciptakan iklim

kondusif agar siswa lebih terobsesi terhadap karya sastra serta dinamika yang ada

Page 17: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

di dalamnya sehingga siswa menjadi tertarik mengikuti pembelajaran ini. Melalui

apresiasi sastra diharapkan siswa mampu mengapresiasi dan memberikan

penghargaan yang tulus terhadap karya sastra yang ada. Semua ini dapat dicapai

melalui pergulatan intens siswa dengan karya sastra yang didasari rasa suka serta

obsesi mendalam terhadapnya sehingga pada akhirnya siswa dapat merasakan

kenikmatan estetika dan keharuan akan maknanya. Hal inilah yang menjadi tujuan

akhir dalam pembelajaran bahasa, khususnya sastra di sekolah, yaitu menjadikan

siswa paham dan mengerti apa itu sastra serta dapat mengaplikasikannya dalam

kehidupan bermasyarakat.

Pembelajaran sastra dalam prosesnya membutuhkan sebuah karya sastra

yang bermutu dan berkualitas. Suatu karangan dikatakan berkualitas manakala

karangan itu mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang bermakna, memikat,

menggugah, mewujudkan sebagai karya kreatif, mewujudkan diri sebagai

karangan bersifat imajinatif yang dituang dalam wacana naratif, puitik atau

dramatik. Karangan itu disampaikan dengan cara yang apik, indah, dan enak

dibaca.

Salah satu jenis karya sastra adalah novel. Novel sebagai sebuah karya

fiksi menawarkan sebuah dunia imajinatif yang tidak jauh berbeda dengan

kehidupan manusia sebenarnya. Dalam novel biasanya dimungkinkan adanya

penyajian secara meluas tentang tempat atau ruang sehingga tidak mengherankan

jika keberadaan manusia dalam masyarakat selalu menjadi topik utama. Novel

sebagai karya yang fiksional menggambarkan realitas kehidupan manusia dari

sudut pandang sastra. Kehidupan fiksional tidak akan lepas dari refleksi fakta-

fakta sosial sehari-hari. Fakta-fakta tersebut bisa jadi merupakan hal yang pernah

dilihat, dirasakan, dialami, dan dicita-citakan pengarang. Oleh karena itu,

idealisme dan cita-cita pengarang biasanya tergambar jelas dalam karyanya. Jadi,

novel merupakan perpaduan antara fakta imajinasi dan idealisme pengarangnya.

Novel memotret kehidupan manusia yang di dalamnya berisi kesedihan,

kebahagiaan, tragedi, dan komedi. Di dalam konteks itulah, novel

menggambarkan banyak aspek kehidupan manusia. Semi (1993) menyatakan

bahwa “novel mengungkapkan suatu konsentrasi kehidupan pada suatu saat

Page 18: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas” (hlm. 32). Novel juga mampu

memengaruhi cara pandang atau persepsi pembaca terhadap kehidupan. Oleh

karena itu, khazanah pengetahuan pembaca akan dipertajam dan diperluas dengan

membaca novel. Pembaca yang mengapresiasi novel akan mendapatkan banyak

pengalaman berharga tentang suatu kehidupan.

Dewasa ini novel bertema remaja, cinta, dan seks banyak bermunculan di

peredaran. Tema yang begitu menjual tapi kurang mendidik bagi pembaca pada

umumnya. Namun dari sekian banyak itu, masih terdapat beberapa novel yang

berusaha untuk tidak tergoda dengan tema itu dan berusaha memberikan tema lain

yang dikemas secara apik sehingga menjadikan sebuah bacaan yang bermutu dan

berkualitas. Salah satu dari beberapa novel tersebut, terdapat sebuah novel yang

menjadikan pendidikan sebagai temanya. Memiliki gaya penceritaan yang apik

dan penggunaan sudut pandang serta setting yang terperinci yang menjadikannya

sebuah novel yang enak dan layak dibaca. Novel ini adalah Hafalan Shalat Delisa

karya Tere Liye.

Pada dasarnya, setiap manusia mempunyai karakter sendiri-sendiri dan

sifat manusia sebagai makhluk sosial, maka terjadilah interaksi antarkarakter-

karakter itu dalam sebuah komunitas tertentu. Interaksi antarkarakter-karakter

tersebut sering menimbulkan persinggungan atau konflik. Konflik adalah suatu

konsekuensi dari komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitungan dan

proses-proses lain yang tidak disadari. Dalam karya sastra konflik batin sebagai

ketegangan atau pertentangan terjadi antara dua kekuatan, pertentangan yang

terdapat dalam diri satu tokoh maupun antara dua tokoh, bahkan antarkelompok.

Pergolakan yang diungkapkan pengarang melalui tokoh dalam karya sastra

merupakan salah satu bentuk pengungkapan dari proses kejiwaan manusia yang

termasuk dalam psikologi. Dalam karya sastra tersebut menampilkan aspek-aspek

kejiwaan sebagai daya tariknya. Aspek kejiwaan biasanya ditampilkan melalui

tokoh-tokoh yang terdapat dalam karya sastra tersebut, sehingga untuk

mengetahui atau mempelajari tingkah laku tokoh-tokoh dalam suatu karya sastra

kita perlu memanfaatkan pertolongan pengetahuan psikologi.

Page 19: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Psikologi sastra merupakan cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari

sudut psikologi. Pendekatan psikologi terhadap teks berlangsung secara deskriptif.

Psikologi sastra memandang karya sastra sebagai bentuk aktivitas kejiwaan,

pengarang dalam berkarya akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa. Psikologi

sastra memandang karya sastra sebagai bentuk pantulan kejiwaan. Penggunaan

kajian psikologi dalam melihat karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan

penafsiran karya sastra dari sisi lain. Konflik-konflik yang dialami tokoh dan

cara-cara penyelesaiannya dapat menjadi petunjuk adanya unsur psikologi dalam

sebuah karya sastra. Konflik-konflik yang dialami tokoh dapat berupa konflik

tokoh dengan dirinya sendiri, lingkungan, maupun antar tokoh. Hardjana (1994)

berpendapat bahwa “orang dapat mengamati tingkah laku tokoh-tokoh dalam

sebuah roman atau drama dengan memanfaatkan pertolongan pengetahuan

psikologi” (hlm: 66).

Tokoh dengan konflik-konflik batin merupakan terjemahan perjalanan

manusia ketika mengalami dan bersentuhan dengan kenyataan, peristiwa-

peristiwa yang dihadapi dengan memasuki ruang dan seluk beluk nilai kehidupan

personal. Citra, cita-cita dan perasaan batin yang diungkapkan pengarang melalui

tokoh-tokohnya dapat mewakili keinginan manusia dan kebenaran, nilai-nilai

keagungan dan kritik terhadap kehidupan. Jadi, antara karya sastra dan psikologi

terdapat hubungan timbal balik, hubungan itu bukanlah hubungan kausal yang

sederhana namun merupakan hubungan yang dapat dipahami. Dari kenyataan di

atas, psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku dan kehidupan psikis

manusia dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam upaya pemahaman

karya sastra. Penelitian ini akan menganalisis karya sastra dengan pendekatan

psikologi sastra, pendekatan psikologi sastra bertolak dari pandangan bahwa suatu

karya sastra pada umumnya berisi tentang permasalahan yang melingkupi

kehidupan manusia, melalui penokohan yang ditampilkan oleh pengarang.

Pengarang menjadikan karya sastra sebagai objek dalam mengungkapkan

gejolak emosinya, seperti perasaan sedih, senang, kecewa dan sebagainya. Melalui

sebuah karya sastra, pembaca diajak masuk dalam pengalaman batin pengarang.

Seorang pengarang harus dapat melukiskan rupa, watak atau pribadi para tokoh

Page 20: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dengan sebaik-baiknya. Kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya keadaan

kejiwaan, karena manusia senantiasa berpikir dan memperlihatkan perilaku yang

beragam. Kondisi kejiwaan manusia kadangkala mengalami ketidaksesuaian

dengan situasi dan kondisi dalam kehidupan, karena manusia mempunyai alam

pikiran yang terus berkembang sejalan dengan aktivitas-aktivitas yang dijalani.

Ketidaksesuaian tersebut memicu konflik yang digambarkan melalui sikap,

tingkah laku, dan perbuatan sesuai dengan permasalahan. Konflik manusia terdiri

dari konflik internal dan eksternal, sehingga konflik dalam kehidupan manusia

dapat disebabkan karena manusia itu sendiri, orang lain, dan masyarakat.

Dipilihnya novel Hafalan Shalat Delisa sebagai objek dalam penelitian

ini, karena ditemukannya beberapa permasalahan yang dialami oleh tokoh yang

menimbulkan konflik batin. Emosi dibangun secara detail dan manusiawi di

dalam novel ini. Dalam sastra diartikan bahwa konflik merupakan ketegangan

atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama, yakni pertentangan antara

dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh,

dan sebagainya. Novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye merupakan sebuah

karya sastra yang tidak cukup dinikmati saja, melainkan perlu mendapatkan

tanggapan ilmiah.

Berdasarkan penjelasan di atas, akan diteliti lebih lanjut tentang struktur

dan konflik batin para tokoh yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat

Delisa karya Tere Liye. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul “Novel Hafalan

Shalat Delisa karya Tere Liye (Tinjauan Psikologi Sastra).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka

dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye?

2. Konflik batin apa sajakah yang dialami para tokoh dalam novel Hafalan

Shalat Delisa karya Tere Liye?

Page 21: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya,

penelitian ini memiliki tujuan untuk mendeskripsikan:

1. Struktur novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye.

2. Konflik batin para tokoh dalam novel Hafalan Shalat

Delisa karya Tere Liye.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai studi

analisis terhadap sastra di Indonesia, terutama dalam bidang penelitian

novel Indonesia yang memanfatkan pendekatan Psikologi Sastra.

b.Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan atau

referensi dalam penelitian yang sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru Bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bagi Guru Bahasa dan

Sastra Indonesia bahwa novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye

baik digunakan sebagai bahan atau materi pembelajaran sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

b. Bagi Siswa

Siswa diharapkan dapat memahami dan menganalisis novel dalam

usaha meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap sebuah novel,

terutama apresiasi mengenai novel dengan menggunakan pendekatan

psikologi sastra.

c. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan bagi

peneliti lain yang akan melakukan penelitian sastra dengan

permasalahan yang sejenis.

Page 22: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut

sebagai fiksi. Brooks (1952) mendefinisikan fiksi adalah suatu istilah yang

dipergunakan untuk membedakan uraian yang tidak bersifat historis dari uraian

yang bersifat historis; dengan penunjukan khusus pada sastra (Tarigan, 1993:

120). Jadi karya fiksi memang bukan nyata, tetapi karya sastra juga bukan

kebohongan karena fiksi adalah suatu jenis karya sastra yang menekankan

kekuatan kesastraannya pada daya penceritaannya. Karya sastra bukan hanya

sebuah khayalan semata, tetapi juga merupakan sebuah refleksi dari suatu hal

yang dirasakan, dilihat, bahkan mungkin juga dialami oleh penulis.

Istilah novel berasal dari kata novella yang berasal dari bahasa Italia.

Menurut Abrams (1981: 119), secara harfiah novella berarti sebagai sebuah

barang baru yang kecil yang kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam

bentuk prosa (Nurgiyantoro, 2005: 9). Nurgiyantoro memaparkan bahwa “dewasa

ini istilah novella atau novelle mengandung pengertian yang sama dengan istilah

Indonesia, novellet yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya

cukupan, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek” (2005:10) .

Senada dengan Nurgiyantoro, Tarigan mengatakan novel dikatakan baru karena

novel baru muncul kemudian dibandingkan dengan jenis-jenis lain seperti roman

atau puisi (1984).

Menurut Waluyo & Wardani “secara etimologis, kata “novel” berasal dari

“novellus” yang berarti baru. Jadi, sebenarnya memang novel adalah bentuk karya

sastra cerita fiksi yang paling baru” (2009: 8). Sedangkan menurut Robert Lindell

(1984) karya sastra yang berupa novel, pertama kali lahir di Inggris dengan judul

Pamella yang terbit pada tahun 1740 (Waluyo & Wardani, 2009: 8).

7

Page 23: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Semi memaparkan bahwa “novel mengungkapkan suatu konsentrasi

kehidupan pada suatu saat yang tegang, dan pemusatan kehidupan yang tegas”

(1993: 32). Sedangkan Goldmann (1977) mengatakan bahwa bentuk novel

tampaknya merupakan transposisi ke dataran sastra kehidupan sehari-hari dalam

masyarakat individualistik yang diciptakan oleh produksi pasar (Faruk, 1999: 31).

Dalam hal ini novel lebih mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih

mendalam dan disajikan dengan lebih halus. Pendapat tersebut dapat diartikan

bahwa sebuah novel merupakan suatu hasil imajinasi penulis yang

menggambarkan refleksi kehidupan tokoh dan segala masalah yang menyertainya

secara utuh dengan berbagai nilai yang turut membangun kelengkapan sebuah

cerita. Nilai-nilai yang terkandung di dalam novel tersebut tidak dituangkan secara

eksplisit oleh penulisnya dan nilai tersebut pada akhirnya dapat diambil oleh

pembaca sebagai sebuah pelajaran yang mungkin bermanfaat untuk

kehidupannya.

Novel mengandung kata-kata yang jumlahnya berkisar antara 35.000 buah

sampai tak terbatas atau dengan kata lain jumlah minimum kata-katanya adalah

35.000 buah. Kalau kita asumsikan sehalaman kertas kuarto barisnya ke bawah

sejumlah 35 buah dan jumlah kata dalam satu baris itu terdiri dari 10 buah, maka

jumlah kata dalam satu halaman adalah 35 x 10 = 350 buah (Tarigan, 1993).

Selanjutnya dapat kita maklumi bahwa novel yang paling pendek itu harus terdiri

minimal lebih dari 100 halaman. Dengan kata lain, novel merupakan salah satu

bentuk fiksi dalam bentuk prosa yang memiliki panjang cukupan dalam arti tidak

terlalu panjang dan juga tidak terlalu pendek serta di dalamnya terkandung 3 hal

yang berkaitan dengan isi cerita novel, antara lain: (1) perubahan nasib tokoh

cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan tokoh utamanya; dan (3)

biasanya tokoh utama yang diceritakan tidak sampai mati.

Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia.

Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar lantaran daya

komunitasnya yang luas pada masyarakat. Syarat utama novel harus menarik,

menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang selesai membacanya. Novel

yang baik dibaca untuk penyempurnaan diri. Novel yang baik adalah novel yang

Page 24: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

isinya dapat memanusiakan para pembacanya. Novel bagi novelis bukan hanya

sebagai alat hiburan semata, tetapi juga sebagai bentuk seni yang mempelajari dan

meneliti segi-segi kehidupan dan nilai-nilai baik, buruk (moral) dalam kehidupan

ini, dan mengarahkan kepada pembaca tentang budi pekerti yang baik dan luhur.

Secara garis besar, novel merupakan sebuah karangan yang memaparkan

ide, gagasan atau khayalan dari penulisnya. Hal tersebut sejalan dengan definisi

novel yang terdapat di dalam The American College Dictionary (1960) novel

adalah (1) cabang dari sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatif,

terutama dalam bentuk prosa; (2) karya-karya dari jenis ini, seperti novel/

dongeng-dongeng; dan (3) sesuatu yang diadakan, dibuat-buat atau

diimajinasikan, suatu cerita yang disusun (Tarigan, 1993: 120).

Novel disajikan di tengah-tengah masyarakat, mempunyai fungsi dan

peran serta dengan memberikan kepuasan batin bagi pembacanya lewat nilai

pendidikan yang terdapat dalam isi cerita. Novel pada dasarnya adalah sebuah

cerita yang di dalamnya terkandung tujuan untuk memberikan hiburan kepada

pembaca. Sebagaimana yang dikatakan Nurgiyantoro (2005) “membaca sebuah

karya fiksi adalah menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan

batin” (hlm. 3). Novel merupakan ungkapan serta gambaran kehidupan manusia

pada suatu zaman yang dihadapkan pada berbagai permasalahan hidup yang

kompleks yang dapat melahirkan suatu konflik dan pertikaian. Melalui novel

pengarang dapat menceritakan semua aspek kehidupan manusia secara mendalam

termasuk tentang berbagai perilaku manusia di dalamnya.

Novel memuat tentang kehidupan manusia dalam menghadapi

permasalahan hidup, novel juga dapat berfungsi untuk mempelajari kehidupan

manusia pada zaman tertentu. Senada dengan pendapat Wellek dan Warren

(1956: 212) yang mengatakan bahwa betapapun saratnya pengalaman dan

permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap

merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang

koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik (Nurgiyantoro, 2005: 3). Masih

menurut Nurgiyantoro (2005) yang menyatakan bahwa “novel dapat

mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak,

Page 25: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang

lebih kompleks” (hlm. 11). Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang

membangun novel itu.

Sedikit berbeda dengan beberapa pendapat di atas, Goldman (1977)

mendefinisikan novel sebagai cerita tentang suatu pencarian yang terdegradasi

akan nilai-nilai yang otentik yang dilakukan oleh seorang hero yang problematik

dalam sebuah dunia yang juga tergradasi (Faruk, 1999: 29). Nilai-nilai otentik

yang dimaksud tersebut adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam sebuah novel

yang dapat mengorganisasikan sebuah novel secara keseluruhan meskipun tidak

tertuang secara eksplisit. Goldmann (1977) membedakan novel menjadi tiga jenis,

yaitu novel idealisme abstrak, novel psikologis, dan novel pendidikan ( Faruk,

1999: 31).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan

bahwa novel merupakan jenis cerita fiksi yang dibangun atas unsur-unsur

intrinsiknya yang mengungkapkan konflik kehidupan para tokohnya secara lebih

mendalam dan halus yang berbentuk lebih panjang dan muncul paling akhir jika

dibandingkan dengan cerita fiksi yang lain, misalnya, roman dan cerpen.

b. Unsur Pembangun Novel

Sebuah novel dibangun atas kerangka-kerangka yang saling terpadu.

Unsur- unsur yang terbangun dalam novel banyak sekali dirumuskan oleh para

ahli, namun pada intinya ada dua unsur pembangun novel yakni unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik menurut Nurgiyantoro (2005) adalah “unsur

yang membangun karya sastra itu sendiri, sedangkan unsur ekstrinsik adalah

unsur- unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung

mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra” (hlm: 23).

Unsur dalam sebuah karya sastra baik itu intrinsik maupun ekstrinsik

dalam novel, cerpen, puisi, dan drama adalah suatu keharusan untuk dimasukan

dalam karya-karya tersebut. Novel sebagai karya fiksi dibangun melalui beberapa

unsur intrinsiknya, antara lain tema, penokohan, latar/setting, alur/plot, amanat.

Page 26: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Unsur-unsur intrinsik tersebut adalah:

1). Tema

Definisi tema menurut Stanton dan Kenney (1966) adalah makna yang

dikandung oleh sebuah cerita (Nurgiyantoro, 2005: 67). Makna yang dimaksud

dapat berupa makna pokok (tema pokok) novel dan makna khusus (sub-sub tema

atau tema-tema tambahan). Tema merupakan ide yang mendasari sebuah cerita

sehingga berperan juga sebagai pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan fiksi

yang diciptakannya. Tema sebagai makna pokok sebuah karya fiksi sengaja tidak

disembunyikan karena hal inilah yang justru ditawarkan kepada pembaca. Namun

demikian tema adalah makna keseluruhan yang mendukung sebuah cerita dan

secara otomatis ia akan tersembunyi di balik cerita yang mendukungnya.

Senada dengan pendapat di atas, Nurgiyantoro mengatakan bahwa tema

adalah inti dari cerita sehingga peristiwa-peristiwa yang ada dalam cerita semua

berpusat pada tema (2005). Selain itu tema juga disebut ide, gagasan, pandangan

hidup pengarang yang melatar belakangi penciptaan karya sastra. Tema sebagai

makna yang dikandung oleh cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum yang

menunjang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks sebagai

struktur semampis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau perbedaan.

Hartoko dan Rahmanto (1986) mengatakan tema merupakan gagasan dasar

umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks

sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau

perbedaan-perbedaan (Nurgiyantoro, 2005: 68).

Waluyo dan Wardani (2009) mengatakan “untuk membedakan tema

dengan amanat cerita adalah bahwa tema bersifat obyektif, lugas dan khusus

sedangkan amanat cerita bersifat subyektif, kias dan umum” (hlm. 11). Obyektif

artinya semua pembaca diharapkan menafsirkan tema suatu cerita dengan tafsiran

yang sama. Amanat dapat ditafsirkan secara berbeda-beda oleh pembaca. Masih

menurut Waluyo dan Wardani (2009) tema cerita dapat diklasifikasikan menjadi

lima jenis, yaitu: (1) tema yang bersifat fisik; (2) tema organik; (3) tema sosial;

(4) tema egoik (reaksi pribadi); dan (5) tema divine (Ketuhanan).

Page 27: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Tema-tema tersebut disaring dari beberapa motif yang menentukan

hadirnya beragam peristiwa, konflik, dan situasi tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema

adalah ide atau gagasan yang terkandung dalam sebuah karya sastra yang diambil

dari khasanah kehidupan yang ada.

2). Penokohan/perwatakan

Kehadiran tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra sangat penting

terutama untuk menghidupkan cerita yang ada di dalamnya. Tokoh-tokoh dalam

karya sastra memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga membentuk sebuah

jalinan cerita dan konflik yang padu.

Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra. Tokoh dalam suatu cerita rekaan

merupakan unsur penting yang menghidupkan cerita. Di dalam sebuah karya

sastra biasanya terdapat beberapa tokoh. Namun, di antara beberapa tokoh

tersebut, salah satu tokoh akan berperan menjadi tokoh utama. Tokoh utama ialah

tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra.

Kehadiran tokoh dalam cerita berkaitan dengan terciptanya konflik, dalam hal ini

tokoh berperan membuat konflik dalam sebuah cerita rekaan.

Penokohan merupakan hal yang penting dalam sebuah cerita karena tanpa

tokoh yang diceritakan sebuah cerita tidak akan berjalan. Ia tidak akan menjadi

cerita melainkan hanya deskripsi atau narasi. Menurut Suharianto (1982:31)

mendefinisikan penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan

lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, sikap, tingkah laku, pandangan hidup,

keyakinan, adat istiadat, dan lain sebagainya (Sangidu, 2004: 132). Lalu menurut

Esten (1986) “masalah penokohan adalah masalah bagaimana cara pengarang

menampilkan tokoh-tokoh: bagaimana membangun dan mengembangkan watak

tokoh-tokoh tersebut di dalam sebuah karya sastra” (hlm: 40). Nurgiyantoro

(2005) “penokohan dan karakterisasi - sering juga disamakan artinya dengan

karakter dan perwatakan - menunjuk pada penempatan tokoh-tokoh tertentu

dengan watak-watak tertentu dalam sebuah cerita” (hlm: 165). Definisi penokohan

menurut Jones (1968) mengatakan bahwa penokohan adalah pelukisan gambaran

Page 28: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Nurgiyantoro,

2005: 165). Pendapat senada, Waluyo dan Wardani (2009) menyatakan bahwa

“bagian cerita cerita fiksi ini membicarakan tokoh-tokoh cerita (penokohan) dan

watak tokoh-tokoh itu (perwatakan). Keduanya memilki hubungan yang sangat

erat. Tokoh-tokoh itu memiliki watak yang menyebabkan terjadi konflik dan

konflik itulah yang kemudian menghasilkan cerita” (hlm: 27).

Kehadiran tokoh-tokoh di dalam sebuah karya sastra sangat penting

terutama untuk menghidupkan cerita yang ada di dalamnya. Tokoh-tokoh dalam

karya sastra memiliki karakter yang berbeda-beda sehingga membentuk sebuah

jalinan cerita dan konflik yang padu. Tokoh ialah pelaku dalam karya sastra.

Tokoh dalam suatu cerita rekaan merupakan unsur penting yang menghidupkan

cerita. Di dalam sebuah karya sastra biasanya terdapat beberapa tokoh. Namun, di

antara beberapa tokoh tersebut, salah satu tokoh akan berperan menjadi tokoh

utama. Tokoh utama ialah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan

dalam karya sastra.

Sedangkan menurut Abrams (1981: 20) pengertian tokoh cerita adalah

orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama, yang oleh

pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti

yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan

(Nurgiyantoro, 2005: 165).

Pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro tokoh dibedakan menjadi dua

jenis yaitu dalam sebuah cerita, masing-masing tokoh memiliki peranan yang

berbeda. Dilihat dari tingkat peranan atau kepentingan tokoh dibedakan menjadi

dua, yaitu 1) tokoh utama, yaitu tokoh yang ditampilkan terus menerus atau paling

sering diceritakan, dan 2) tokoh tambahan, yaitu tokoh yang dimunculkan sekali

atau beberapa kali saja dalam sebuah cerita (2005).

Masih menurut Nurgiyantoro bahwa tokoh cerita dapat dibedakan antara

tokoh sederhana dan tokoh kompleks (2005). Tokoh sederhana adalah tokoh yang

dalam penampilannya hanya menampilkan sifat atau watak tertentu saja

sedangkan tokoh komplek atau bulat adalah tokoh yang memiliki berbagai sifat

dan watak yang diceritakan secara detail.

Page 29: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

penokohan adalah cara pandang pengarang untuk menggambarkan karakter tokoh

dalam sebuah cerita yang dapat berfungsi untuk menyampaikan amanat, plot, serta

tema yang ada dalam cerita tersebut.

3). Latar/setting

Semi berpendapat bahwa latar/setting merupakan “lingkungan terjadinya

peristiwa, termasuk di dalamnya tempat dan waktu dalam cerita” (1993: 46).

Artinya bahwa latar itu meliputi tempat maupun waktu terjadinya peristiwa.

Menurut Abrams (1981) latar/setting disebut juga sebagai landas tumpu,

mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial tempat

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro, 2005: 216). Senada

dengan Abrams, Stanton (1965) menyatakan bahwa latar adalah lingkungan

kejadian atau dunia dekat tempat kejadian itu berlangsung (Waluyo, 2002: 198).

Pendapat lain, Hudson (1965: 18) menambahkan bahwa latar atau setting

adalah keseluruhan lingkungan cerita yang meliputi adat istiadat, kebiasaan dan

pandangan hidup tokoh (Waluyo & Wardani 2009: 34). Latar tidak hanya

menunjukkan tempat dalam waktu tertentu tetapi juga ada beberapa hal lainnya.

Latar meliputi penggambaran lokasi geografis termasuk topografi pemandangan,

sampai pada rincian perlengkapan sebuah ruangan, pekerjaan, atau kesibukan

sehari-hari tokoh-tokoh, waktu terjadinya peristiwa, lingkungan agama, moral,

emosional para tokoh dan sejarah tentang peristiwa dalam sebuah cerita.

Masih menurut Waluyo dan Wardani (2009) “setting adalah tempat

kejadian cerita. Tempat kejadian cerita dapat berkaitan dengan aspek fisik, aspek

sosiologis, dan aspek psikis” (hlm:34). Pendapat Waluyo dan Wardani didukung

dengan pendapat Nurgiyantoro yang membedakan unsur latar ke dalam tiga unsur

pokok . Adapun penjelasan mengenai tiga unsur pokok tersebut sebagai berikut :

a) Latar tempat

Latar adalah tempat menunjuk pada lokasi peristiwa. Nama tempat yang

digunakan yaitu nama tempat yang nyata,misalnya, nama kota, instansi atau

tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat haruslah tidak bertentangan

Page 30: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan, karena setiap latar

tempat memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri.

b) Latar waktu

Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa tersebut terjadi. Latar yang

diceritakan harus sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penekanan waktu

lebih pada keadaan hari, misalnya, pada pagi, siang, atau malam. Penekanan ini

dapat juga berupa penunjukan waktu yang telah umum, misalnya, maghrib,

subuh, ataupun dengan cara penunjukan waktu pukul jam tertentu.

c) Latar sosial

Latar sosial merujuk pada berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat pada tempat tertentu. Hal tersebut meliputi

masalah kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,

cara berpikir, serta hal-hal yang termasuk latar spiritual (2005: 227).

Fungsi latar menurut Waluyo dan Wardani (2009) “berkaitan erat dengan

unsur-unsur fiksi yang lain, terutama penokohan dan perwatakan” (hlm. 28).

Fungsi latar adalah untuk: (1) mempertegas watak pelaku, (2) memberikan

tekanan pada tema cerita, (3) memperjelas tema yang disampalkan, (4) metafora

bagi situasi psikis pelaku, (5) sebagai pemberi atmosfir (kesan), dan (6)

memperkuat posisi plot (hlm: 35).

Menurut Nurgiyantoro “latar sebagai salah satu unsur cerita fiksi yang

harus mampu memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas” (2005: 216).

Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada pembaca sehingga

menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh ada dan terjadi. Pembaca

menilai kebenaran, ketepatan dan aktualisasi latar yang diceritakan sehingga

pembaca merasa lebih akrab dengan cerita yang ada.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa latar atau

setting adalah lingkungan atau tempat terjadinya suatu peristiwa dalam cerita yang

meliputi tempat, waktu, maupun sosial yang menentukan watak atau karakter dari

tokoh-tokoh yang ada di dalamnya.

Page 31: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

4). Alur atau plot

Menurut Lukman Ali (1968: 120) menyatakan bahwa plot merupakan

sambung-sinambungnya cerita berdasarkan hubungan sebab-akibat dan

menjelaskan mengapa sesuatu terjadi (Waluyo dan Wardani, 2009: 14). Plot tidak

hanya sekedar menyangkut peristiwa, namun juga cara pengarang dalam

mengurutkan peristiwa-peristiwa, motif dan konsekuensi serta hubungan antara

peristiwa yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Waluyo dan Wardani (2009) “rangkaian kejadian yang menjalin

plot meliputi: (1) eksposisi; (2) inciting moment; (3) ricing action; (4)

complication; (5) climax; (6) falling action; dan (7) denouement (penyelesaian)”

(hlm: 15). Eksposisi berarti pemaparan awal dalam cerita. Inciting moment berarti

peristiwa mulai terjadi problem-problem yang ditampilkan oleh pengarang untuk

kemudian dikembangkan atau ditingkatkan. Ricing action berarti penanjakan

konflik dan selanjutnya terus terjadi peningkatan konflik. Complication artinya

konflik yang semakin ruwet. Climax berarti cerita mencapai puncak dari

keseluruhan cerita itu dan semua kisah atau peristiwa sebelumnya ditahan untuk

menonjolkan saat klimaks tersebut. Falling action berarti konflik yang dibangun

cerita itu menurun karena telah mencapai klimaksnya. Denouement berarti

penyelesaian dari semua problem yang ada.

Pendapat lain, alur dikatakan oleh Nurgiyantoro terbagi ke dalam beberapa

jenis perbedaan yang berdasarkan pada kriteria urutan waktu, kriteria jumlah,

kriteria kepadatan (2005: 153).

a) Berdasarkan Kriteria Urutan Waktu.

Urutan waktu di sini adalah waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang

diceritakan dalam fiksi tersebut secara teoritis. Urutan waktu dibagi menjadi dua

golongan.

(1) Kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah dengan jalur yang lurus maju atau

lebih dikenal dengan alur progresif.

(2) Tidak Kronologis, jalan cerita yang dibuat adalah menggunakan alur mundur,

sorot balik, flash back atau lebih dikenal dengan alur regresif.

Page 32: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

b) Berdasarkan Kriteria Jumlah

Berdasarkan jumlah adalah banyaknya jalur alur dalam karya fiksi. Ada

kemungkinan karya fiksi hanya terdiri atas:

(1) Satu jalur saja (alur tunggal)

Hanya menampilkan kisah tentang seorang tokoh saja, yang dikembangkan

hanya hal-hal yang berkaitan dengan sang tokoh.

(2) Lebih dari satu alur (sub-sub alur)

Pada kriteria ini sub-sub plot memiliki alur cerita lebih dari satu. Terdiri dari

alur utama dan alur pendukung (sub-sub alur).

c) Berdasarkan Kriteria Kepadatan

Kriteria kepadatan yang dimaksud adalah:

(1) Alur padat, yaitu alur yang dipaparkan secara tepat, peristiwa fungsional itu

terjadi susul-menyusul dengan rapat sehingga pembaca seolah-olah diharuskan

untuk terus-menerus mengikuti jalan cerita dan ketika salah satu bagian cerita

tersebut dihilangkan maka cerita tersebut tidak akan menjadi utuh.

(2) Alur longgar, yaitu cerita fiksi yang memiliki alur longgar. Pergeseran antara

cerita yang satu dengan cerita selanjutnya berlangsung lambat. Sekalipun alur

terbagi menjadi beberapa bagian, tidak tertutup kemungkinan jika dalam satu

karya terdapat berbagai kategori alur senyampang alur tersebut masih bersifat

padu, dan utuh sehingga cerita yang ditampilkan dapat dipahami secara

menyeluruh .

Berhubung adanya ketidakterikatan pada panjang cerita yang memberi

kebebasan kepada pengarang, novel umumnya memiliki lebih dari satu plot.

Terdiri dari satu plot utama dan sub-sub plot. Plot utama berisi konflik yang

menjadi inti persoalan, sedangkan sub-sub plot adalah berupa munculnya konflik-

konflik tambahan yang bersifat menopang, mempertegas, dan mengintensifkan

konflik utama untuk sampai ke klimaks. Dari beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan bahwa alur adalah deretan atau urutan peristiwa yang diceritakan

dalam sebuah karya fiksi.

Page 33: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

5). Amanat

Amanat adalah pesan moral yang ingin pengarang sampaikan kepada

pembacanya. Amanat ini bisa berupa pesan moral, ajakan (persuasi), provokasi,

atau lainnya. Tema dan pesan cerita adalah makna terdalam dari cerita itu sendiri.

Wujud amanat dapat berupa kata-kata mutiara, nasehat, firman Tuhan sebagai

petunjuk untuk memberikan nasihat dari tindakan tokoh cerita.

Amanat secara umum dapat dikatakan bentuk penyampaian nilai dalam

fiksi yang mungkin bersifat langsung atau tidak langsung (Nurgiyantoro, 2005).

Pengarang dalam menyampaikannya tidak melakukannya secara serta merta,

tersirat dan terserah pembaca dalam menafsirkan amanat yang terkandung dalam

karya tersebut. Pembaca dapat merenungkannya dan menghayatinya secara

intensif. Amanat dalam sebuah karya sastra adalah bagian dari dialog dan

tindakan tokoh dalam menghadapi suatu masalah yang mungkin berbeda

antarmasing-masing tokoh. Di sinilah amanat tersebut mulai terlihat, bagaimana

amanat tersebut sampai di hati pembaca melalui kepandaian khusus pengarang

dalam menceritakannya. Pembaca dapat saja menyadari atau menolak tindakan-

tindakan tokoh dalam cerita tersebut demi terwujudnya amanat.

Dapat disimpulkan bahwa amanat adalah pesan atau nilai yang ingin

disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karya sastra yang disampaikan

secara tersirat dan penafsirannya bersifat subyektif.

Selain unsur intrinsik, unsur pembangun dalam novel adalah unsur

ekstrinsik. Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra

itu tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme

karya sastra, atau secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang

mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra namun tidak ikut menjadi

bagian di dalamnya. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh

terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan. Oleh karena itu, unsur ekstrinsik

sebuah novel haruslah tetap dipandang sebagai sesuatu yang penting.

Namun menurut Wellek dan Warren (1956), walau membicarakan unsur

ekstrinsik tersebut cukup panjang, tampaknya memandang unsur itu sebagai

sesuatu yang agak negatif dan kurang penting (Nurgiyantoro 2005: 24).

Page 34: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Pemahaman unsur ekstrinsik terhadap suatu karya sastra, bagaimanapun akan

membantu dalam hal pemahaman makna karya itu, mengingat bahwa karya sastra

tak muncul dari situasi kekosongan budaya. Sebagaimana halnya unsur intrinsik,

unsur ekstrinsik juga terdiri dari sejumlah unsur. Seperti yang dikatakan oleh

Wellek dan Warren (1956: 75-135) unsur ekstrinsik terdiri dari keadaan

subjektivitas individu pengarang yang memiliki sikap, keyakinan serta pandangan

hidup yang kesemuanya itu akan mempengaruhi karya yang ditulisnya

(Nurgiyantoro 2005: 24). Unsur ekstrinsik selanjutnya adalah psikologi, baik

berupa kreativitasnya pengarang, psikologi pembaca, maupun penerapan prinsip

psikologi dalam karya. Keadaan lingkungan pengarang seperti ekonomi, politik,

dan sosial juga akan berpengaruh terhadap karya sastra serta pandangan hidup

suatu bangsa dan berbagai karya seni yang lain dan sebagainya.

2. Hakikat Psikologi Sastra

a. Pengertian Psikologi Sastra

Secara etimologis kata psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa

dan logos berarti ilmu. Jadi psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa atau ilmu

pengetahuan tentang gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa. Kartono (1996)

mengutarakan bahwa “psikologi adalah ilmu pengetahuan tentang tingkah laku

dan kehidupan psikis (jiwani) manusia” (hlm: 1). Pada dasarnya psikologi adalah

ilmu pengetahuan tentang tingkah laku dan kehidupan psikis (jiwani) manusia.

Melalui tingkah laku dapat diketahui arti sebenarnya dari wujud kehidupan

manusia dalam konteksnya. Jadi bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang

mempelajari kehidupan jiwa manusia secara alamiah dan mendalam untuk

memahami dan menemukan arti sebenarnya dari kehidupan manusia. Dalam

penerapannya, aktivitas kejiwaan hanya dapat dilihat dari tingkah laku manusia

dan psikologi dalam memperhatikan dan menerima manusia dengan baik.

Dalam perkembangannya psikologi terus memperluas jangkauannya

sehingga memunculkan cabang-cabang psikologi. Hubungan antara psikologi dan

sastra berdampak positif pada kedua cabang ilmu tersebut. Psikologi mendapat

manfaat memahami manusia secara lebih mendalam, lebih jujur, tidak hanya

Page 35: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sebatas khayalan belaka, tetapi juga berusaha memuliakan dan membahagiakan

manusia. Sedangkan menurut Jatman sastra sebagai bidang kesenian memiliki

manfaat sebagai penafsir, mengungkapkan gerak jiwa manusia, dan konflik

batinnya secara lebih tuntas (1985). Keterkaitan karya sastra dan psikologi secara

tidak langsung dan fungsional. Menurut Sangidu psikologi sastra adalah suatu

disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu karya yang memuat

peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang diperankan oleh tokoh-tokoh

imajiner yang ada di dalamnya atau mungkin juga diperankan oleh tokoh-tokoh

faktual (2004). Secara tidak langsung psikologi dan sastra mempelajari kehidupan

manusia, sedangkan secara fungsional psikologi dan sastra mempelajari keadaan

kejiwaan orang lain, bedanya dalam psikologi gejala tersebut nyata, sedangkan

sastra bersifat imajinatif. Jadi, arah pendekatan psikologi sastra diperlukan untuk

membahas peristiwa kehidupan manusia dengan berbagai fenomena-fenomena

kejiwaan yang tampak melalui perilaku tokoh-tokoh dalam karya sastra. Karya

sastra merupakan produk dari suatu kejiwaan dan pemikiran pengarang yang

berada pada situasi setengah sadar setelah jelas baru dituangkan ke dalam bentuk

secara sadar. Antara sadar dan tidak sadar selalu mewarnai dalam proses imajinasi

pengarang. Kekuatan karya sastra dapat dilihat seberapa jauh pengarang mampu

mengungkapkan ekspresi kejiwaan yang tidak sadar itu ke dalam sebuah cipta

rasa.

Psikologi sastra adalah suatu disiplin ilmu yang memandang karya sastra

sebagai suatu karya yang memuat peristiwa-peristiwa kehidupan manusia yang

diperankan oleh para tokoh. Hal ini menyebabkan untuk melakukan penjelajahan

ke dalam batin atau kejiwaan untuk mengetahui lebih jauh tentang seluk beluk

manusia yang beraneka ragam. Dengan kata lain, psikologi sastra adalah suatu

disiplin ilmu yang menganggap bahwa sastra memuat unsur-unsur psikologis.

Lain halnya dengan yang diungkapkan oleh Endraswara psikologi sastra adalah

“kajian sastra yang memandang karya sebagai kreativitas kejiwaan. Pengarang

akan menggunakan cipta, rasa, dan karsa dalam berkarya” (2003: 96).

Banyak pengertian definisi mengenai psikologi yang dikemukakan oleh

para ahli. Woodworth dan Marquis (1957) berpendapat bahwa psikologi itu

Page 36: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

mempelajari aktivitas-aktivitas individu. Pengertian aktivitas dalam arti luas, baik

aktivitas motorik, kognitif maupun emosional, karena manusia senantiasa berpikir

dan memperlihatkan perilaku yang beragam sehingga manusia tidak terlepas dari

adanya keadaan kejiwaan (Walgito, 1989: 8). Seperti yang dikemukakan oleh Al

Ghraibeh, yaitu pernyataan dari masalah didefinisikan dengan mengungkapkan

belahan dominan dari otak dan hubungannya dengan kecerdasan ganda.

Hubungan ini menambahkan perubahan yang signifikan untuk bidang psikologi

(2012).

Psikologi ditafsirkan sebagai lingkup gerak jiwa, konflik batin

tokoh-tokoh dalam sebuah karya sastra secara tuntas. Pengetahuan psikologi dapat

dijadikan sebagai alat bantu dalam menelusuri sebuah karya sastra secara tuntas.

Sesuai dengan hakikat karya sastra memberikan pemahaman kepada masyarakat

secara tidak langsung melalui pemahaman tokoh-tokohnya. Tugas psikologi

adalah menganalisis kesadaran kejiwaan manusia yang terdiri dari unsur-unsur

struktural yang sangat erat hubungannya dengan proses-proses pancaindera.

Sebagai disiplin ilmu, pada dasarnya psikologi sastra dibedakan menjadi tiga

pendekatan, yaitu 1) pendekatan tekstual, yang mengkaji aspek psikologis tokoh

dalam karya sastra, 2) pendekatan reseptif-pragmatik, yang mengkaji aspek

psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra yang terbentuk dari pengaruh

karya yang dibacanya, serta proses resepsi pembaca dalam menikmati karya

sastra, 3) pendekatan ekspresif, yang mengkaji aspek psikologis sang penulis

ketika melakukan proses kreatif yang terproyeksi lewat karyanya, baik penulis

sebagai pribadi maupun wakil masyarakatnya.

Psikologi sastra di samping meneliti perwatakan tokoh secara psikologis

juga aspek-aspek pemikiran dan perasaan pengarang ketika menciptakan karya

tersebut. Seberapa jauh pengarang mampu menggambarkan perwatakan tokoh

sehingga karya menjadi semakin hidup. Sentuhan emosi melalui dialog atau

pemilihan kata, sebenarnya merupakan gambaran kekuatan dan kejernihan batin

pencipta. Kejujuran batin itulah yang akan menyebabkan keaslian karya. Psikologi

sastra bertujuan mengetahui sejauh mana perilaku maupun sifat-sifat yang

terdapat dalam sebuah cerita karya sastra melalui tampilan tokoh-tokohnya.

Page 37: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi

kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia yang diterapkan dalam suatu karya

sastra melalui tokoh-tokohnya. Hubungan antara sastra dan psikologi sangat erat

hingga melebur dan melahirkan ilmu baru yang disebut dengan “Psikologi

Sastra.” Artinya, dengan meneliti sebuah karya sastra melalui pendekatan

psikologi sastra, secara tidak langsung kita telah membicarakan psikologi karena

dunia sastra tidak dapat dipisahkan dengan nilai kejiwaan yang mungkin tersirat

dalam karya sastra tersebut. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

Wahyuni yaitu “Psikologi sastra adalah analisis teks. Artinya, psikologi turut

berperan penting dalam penganalisisan sebuah karya sastra dengan bekerja dari

sudut kejiwaan karya sastra. Dengan dipusatkannya perhatian pada tokoh-tokoh,

maka akan dapat dianalisis konflik batin” (2011: 1).

Penerapan teori hukum-hukum psikologi pada karya sastra tersebut,

terutama mengenai kondisi jiwa tokoh-tokoh fiksi dengan segala perilakunya

sampai pada konflik-konflik yang ditimbulkan, sehingga untuk dapat

mengungkapkannya secara lebih mendalam memerlukan bantuan ilmu psikologi.

Baik sastra maupun psikologi sama-sama mempelajari kehidupan manusia.

Bedanya, sastra mempelajari manusia sebagai ciptaan imajinasi pengarang,

sedangkan psikologi mempelajari manusia sebagai ciptaan Tuhan yang nyata.

Namun, sifat-sifat manusia dalam psikologi maupun sastra sering menunjukkan

kemiripan, sehingga psikologi sastra memang tepat dilakukan. Meskipun karya

sastra bersifat kreatif dan imajiner, pencipta sering memanfaatkan hukum-hukum

psikologi untuk menghidupkan karakter tokoh-tokohnya.

Terdapat beberapa peristiwa kejiwaan yang dapat memengaruhi individu

dalam mengambil keputusan sesuai dengan hati individu itu sendiri sehingga

keputusan bermacam-macam, hal tersebut perlu dipahami sebelum penelitian ini

melangkah pada teori sistem kepribadian Sigmund Freud. Hal tersebut antara lain:

1) Motif

Motif berarti suatu kekuatan yang ada dalam diri individu yang membuat

individu itu berbuat atau bertindak, kekuatan itu tertuju kepada suatu tujuan

Page 38: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

tertentu. Ada perbuatan yang tidak didorong oleh motif tersebut biasanya

perbuatan yang dilakukan secara spontan.

2) Persepsi

Persepsi merupakan suatu peristiwa kejiwaan yang berhubungan dengan

aktivitas kognitif, aktivitas lain yang berhubungan antara lain belajar, berpikir,

dan memecahkan masalah. Persepsi menjadikan manusia mengenali dirinya

sendiri dan keadaan sekitarnya, persepsi didahului karena adanya stimulus yang

mempengaruhi otak dan menjadikan individu menyadari adanya stimulus tersebut.

Kesadaran akan adanya stimulus itulah yang disebut persepsi. Perasaan,

pengalaman dan kemampuan berpikir ikut berperan dalam menerima persepsi.

Berkaitan dengan pengertian persepsi di atas, Westen mengatakan yang

jelas tugas persepsi yang sederhana bahkan dapat dipengaruhi oleh kendala afektif

dan motivasi. Menurut teori psikoanalitik, hal ini terjadi dengan sebagian kognitif

"keputusan", karena manusia cenderung memiliki perasaan tentang sebagian besar

orang dan benda-benda yang mereka bersentuhan. Membuat hal-hal lebih rumit,

bagaimanapun, adalah kenyataan bahwa perasaan dan motif sering berjalan ke

arah yang bertentangan. Dengan demikian, seseorang bisa inginkan dan takut hal

yang sama, yang mengarah pada konflik. Dari perspektif perkembangan, konflik

hampir dibangun ke dalam eksistensi manusia (1998).

Persepsi merupakan keadaan kesatuan yang bulat dari individu yang

bersangkutan, maka apa yang ada dalam individu, pengalaman-pengalaman

individu akan ikut aktif dalam persepsi individu, karena dalam persepsi terjadi

suatu aktivitas yang terintegrasi maka seluruh aspek individu seperti perasan,

pengalaman, kemampuan berpikir dan lain-lain ikut berperan dalam menerima

persepsi. Tugas persepsi dapat dipengaruhi oleh kendala afektif dan motivasi. Hal

ini terjadi dengan sebagian kognitif keputusan karena manusia memiliki perasaan.

Seseorang bisa merasakan perasaan takut yang mengarah pada konflik. Dari

perspektif perkembangan, konflik hampir dibangun ke dalam eksistensi manusia.

Persepsi merupakan hal yang sifatnya individual karena tidak setiap orang

memiliki aspek-aspek psikologis yang sama.

Page 39: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

3) Respon

Respon adalah tanggapan terhadap adanya rangsangan. Tidak semua

rangsangan mendapat respon dari individu, hanya beberapa rangsangan yang akan

mendapatkan respon, rangsangan yang menarik individu yang akan diberi respon.

Sebagai akibat dari stimulus yang dipilih dan diterima individu, individu

menyadari dan memberikan respons sebagai akibat terhadap stimulus tersebut.

4) Perasaan dan Emosi

Perasaan dan emosi diartikan sebagai suatu keadaan dari individu pada suatu

waktu, perasaan disifatkan sebagai suatu keadaan jiwa sebagai akibat dari adanya

peristiwa-peristiwa yang datang dari luar, peristiwa-peristiwa tersebut biasanya

menimbulkan kegoncangan pada individu yang bersangkutan. Reaksi dari masing-

masing individu terhadap keadaan itu tidak sama antara satu dengan yang lain.

Berkaitan dengan pengertian perasaan dan emosi, Salmanpour dan

Issazadegan, mengemukakan bahwa manusia memiliki perasaan negatif dan emosi

seperti rasa takut, kesedihan, gairah, kemarahan dan rasa bersalah membentuk

dasar dari ketidakstabilan emosional. Orang yang secara emosional tidak stabil

adalah lebih mungkin untuk memiliki keyakinan irasional dan memiliki energi

lebih sedikit untuk mengontrol impuls dan menunjukkan tingkat kepatuhan yang

lebih lemah dengan orang lain dan lingkungan. Di sisi lain temuan penelitian

menunjukkan bahwa antara lima dimensi faktor kepribadian kecuali neuroticim,

kepribadian dimensi lain keramahan, kesadaran, keterbukaan dan keterbukaan

memiliki korelasi signifikan dengan orientasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik,

bahwa hubungan yang paling adalah antara kesadaran dengan orientasi religiusitas

intrinsik . Secara emosional dianggap sebagai individu stabil, mereka biasanya

tidak nyaman, memiliki mood yang mudah menguap dan tidak dapat dengan

mudah menghadapi situasi sulit. Cara evaluasi individu dari faktor mengancam,

self-emosional-kontrol dalam menghadapi situasi dan dampak pada konsekuensi

dari faktor stres dengan penafsiran tertentu bahwa agama meninggalkan bagi

individu. Ini adalah cara untuk mengakhiri ketakutan dan kecemasan atau

kekacauan batin (2012).

Page 40: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Di saat keadaan perasaan telah melampaui batas hingga untuk mengadakan

hubungan dengan sekitarnya mungkin terganggu mungkin hal ini akan

menyangkut soal emosi. Memiliki perasaan negatif dan emosi seperti rasa takut,

sedih, marah dan rasa bersalah menjadi dasar ketidakstabilan emosional.

Emosional dianggap sebagai individu stabil, mereka biasanya tidak nyaman,

memiliki suasana hati yang stabil dan tidak dapat dengan mudah menghadapi

situasi sulit. Cara evaluasi individu dari faktor mengancam, diri emosional-kontrol

dalam menangani situasi. Ini adalah cara untuk mengakhiri ketakutan dan

kecemasan atau kekacauan batin. Dalam emosi, pribadi seseorang telah

berpengaruh sehingga seseorang tersebut kurang dapat menguasai diri lagi, hal-hal

yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh seseorang tersebut apabila seseorang

telah emosi, hal-hal yang tidak bisa dapat menjadi bisa dan mungkin dapat

dilakukannya.

Sastra dan psikologi merupakan ilmu yang mempelajari kejiwaan orang

lain. Yang membedakan antar psikologi dan sastra adalah di dalam psikologi

gejala-gejala tersebut nyata, sedangkan dalam sastra gejala-gejala tersebut bersifat

imajinatif. Menurut Semi psikologi sastra adalah suatu disiplin yang mengandung

suatu karya sastra yang memuat peristiwa kehidupan manusia yang diperankan

oleh tokoh-tokoh yang imajiner yang ada di dalam atau mungkin diperankan oleh

tokoh-tokoh faktual (Sangidu, 2004: 30). Hal ini, merangsang untuk mengetahui

lebih jauh tentang seluk-beluk manusia yang beraneka ragam. Psikologi sastra

adalah kajian sastra yang memandang karya sastra sebagai aktivitas kejiwaan.

Pengarang akan menggunakan cipta, rasa dan karsa dalam berkarya. Begitu pula

pembaca, dalam menanggapi karya juga tidak lepas dari kejiwaan masing-masing.

Hubungan antara psikologi dengan sastra adalah bahwa disatu pihak karya

sastra dianggap hasil aktivitas dan ekspresi manusia. Di pihak lain, psikologi

sendiri dapat membantu pengarang dalam mengenalkan kepekaan dan memberi

kesempatan untuk menjajaki pola-pola yang belum pernah dikaji sebelumnya.

Hasil yang bisa diperoleh adalah kebenaran yang mempunyai nilai-nilai artistik

yang menambah koherensi dan kompleksitas karya sastra tersebut. Sastra dan

psikologi mempunyai hubungan fungsional, yaitu sama-sama untuk mempelajari

Page 41: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

keadaan kejiwaan orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan

oleh Hardjana bahwa orang dapat mengamati tingkah laku tokoh dalam sebuah

roman atau drama dengan memanfaatkan pengetahuan psikologi. Andai tingkah

laku tokoh sesuai dengan yang diketahuinya tentang jiwa manusia, maka dia telah

berhasil menggunakan teori psikologi modern untuk menjelaskan dan menafsirkan

karya sastra (1994).

Pribadi manusia itu dapat berubah karena dipengaruhi oleh faktor dalam

dan faktor luar. Faktor dalam atau faktor pembawaan, ialah segala sesuatu yang

telah dibawa oleh anak sejak lahir ikut menentukan pribadi seseorang, baik yang

bersifat kejiwaan maupun yang bersifat jasmani. Kejiwaan yang berwujud pikiran,

perasaan, kemauan, ingatan. Sedangkan faktor lingkungan, ialah segala sesuatu

yang ada diluar manusia terutama di lingkungan. Faktor-faktor tersebut akan terus

berkembang dan hasil perkembangannya dipergunakan untuk mengembangkan

pribadi itu lebih lanjut. Oleh karena itu menurut Sujanto pribadi setiap individu

memiliki sifat unik karena tidak ada individu yang memiliki pribadi yang identik

dengan pribadi yang lain (2001).

b. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud

Psikoanalisis berkaitan erat dengan kesusasteraan. Pada umumnya

penerapan psikoanalisis dalam karya sastra dilakukan dengan merekonstruksi

sebuah cerita, menelusuri segala fenomena ke sumbernya, melihat bagaimana satu

masalah membawa kepada masalah lainnya. Psikoanalisis dalam karya sastra

berguna untuk menganalisis tokoh-tokoh dalam drama atau novel secara

psikologis. Tokoh-tokoh tersebut pada umumnya merupakan imajinasi atau

khayalan pengarang yang berada dalam kondisi jiwa yang sehat maupun

terganggu, lalu dituangkan menjadi sebuah karya yang indah.

Seorang pakar psikologi secara rinci merumuskan pengertian psikoanalisis.

Seperti yang dikemukakan oleh Freud (1994), psikoanalisis merupakan konsepsi

dinamis yang mereduksikan kehidupan jiwa menjadi saling berpengaruh antara

kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Energi psikis terjadi karena adanya

pengaruh kekuatan pendorong maupun penahan yang menunjukkan suatu

Page 42: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

dinamika, suatu kepribadian, suatu kepentingan dan berbagai tingkah laku

manusia. Jika terjadi pertentangan antara kedua kekuatan tersebut berarti

menunjukkan adanya konflik dalam kehidupan jiwa seseorang yang akhirnya

dapat menimbulkan perilaku-perilaku tertentu (Suryabrata, 2007: 124).

Teori psikoanalisis Freud dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu aspek

struktur kepribadian, aspek dinamika kepribadian, dan perkembangan

kepribadian. Struktur kepribadian merupakan uraian sistem-sistem psikologis

dalam diri manusia. Dinamika kepribadian merupakan cara kerja dan saling

pengaruh antara ketiga sistem dalam struktur kepribadian untuk mengurai

ketegangan. Sedangkan perkembangan kepribadian secara sederhana dapat

dimengerti sebagai aplikasi ketiga sistem tersebut dan peranannya dalam hidup

manusia. Uraian tentang hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Struktur Kepribadian

Menurut Sigmund Freud ada tiga sistem dalam diri manusia yang menandai

hidup psikis dan merupakan sumber dari proses kejiwaan manusia, yaitu id, ego,

super ego. Sistem tersebut dalam struktur kepribadian fungsinya untuk mengurai

ketegangan dan perkembangan kepribadian secara sederhana dapat dimengerti

sebagai aplikasi sistem-sistem tersebut dan peranannya dalam hidup manusia.

Aspek struktur kepribadian melalui the id, the ego, dan super ego. The

id/Das Es (aspek biologis) merupakan sistem kepribadian yang asli dan sumber

dari semua energi dan dorongan. Id berisikan segala sesuatu yang secara

psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir (unsur-unsur biologis), termasuk

insting-insting. Id tidak memandang benar atau tidaknya pemikiran terhadap suatu

perbuatan. Jadi, id tidak memandang pada segala hal yang bersifat objektif,

melainkan lebih ke hal-hal yang bersifat subjektif dalam sebuah kenyataan. Id

bermanfaat sebagai prinsip kesenangan yang bertujuan untuk membebaskan

seseorang dari konflik, sehingga id dominan untuk meredakan ketegangan yang

terjadi dalam diri manusia.

The Ego/Das Ich (aspek psikologi) merupakan pelaksana dari kepribadian.

Peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan instingtif dengan

keadaan lingkungan. Ego dalam diri manusia menghasilkan kenyataan dengan

Page 43: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

rencana tindakan yang telah dikembangkan melalui pikiran dan akal tersebut.

Dalam hal ini ego bertindak sebagai sarana pemikiran yang mengontrol

keberadaan id dan super ego. Dalam berfungsinya ego berpegang pada prinsip

kenyataan atau realitas. Perbedaan antara das Es dan das Ich yaitu jika das Es

hanya mengenal dunia subjektif (dunia batin) maka das Ich dapat membedakan

sesuatu yang hanya ada di dalam batin dan sesuatu yang ada di dunia luar atau

dunia realitas.

Dalam berfungsinya seringkali ego harus mempersatukan pertentangan-

pertentangan antara id dan super ego. Sebagai aspek eksekutif kepribadian, ego

mempergunakan energi psikis yang dikuasai untuk mengintegrasikan ketiga aspek

kepribadian, agar timbul keselarasan batin sehingga hubungan antara pribadi

dengan dunia luar dapat berlangsung dengan baik dan efektif. Namun, jika ego

lemah maka tidak dapat mempergunakan energi psikis dengan baik, maka akan

timbul konflik internal atau konflik batin yang diekspresikan dalam bentuk

tingkah laku.

Terkait dengan konflik, ego merupakan pelaksana dari ketegangan pada diri

manusia. Ego mengikuti prinsip kenyataan dan beroperasi menurut proses

sekunder. Tujuan prinsip kenyataan adalah mencegah terjadinya tegangan sampai

ditemukan suatu objek yang bisa mengatasi ketegangan. Prinsip kenyataan

sesungguhnya menanyakan apakah pengalaman benar atau salah. sedangkan

proses sekunder adalah berpikir realistis. Dengan proses sekunder, ego menyusun

rencana untuk mengatasi ketegangan dan kemudian menguji rencana ini, biasanya

melalui suatu tindakan untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak.

Untuk melakukan peranannya secara efisien, ego mengontrol semua fungsi

kognitif dan intelektual. Sebagai bagian jiwa yang berhubungan dengan dunia

luar, ego menjadi bagian kepribadian yang mengambil keputusan atau eksekutif

kepribadian karena ego mengontrol ke arah tindakan.

The Super Ego/Das Ueber Ich (aspek sosiologis) merupakan aspek-aspek

yang berkaitan dengan latar belakang sosial dari kepribadian. Super ego adalah

adalah suara hati atau bagian moral dari kepribadian. Dalam hal ini, super ego

bersifat sebagai kontrol terhadap adanya dorongan-dorongan dari id dan ego pada

Page 44: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

diri manusia yang mengalami konflik. Super ego dapat juga dianggap sebagai

aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan apakah sesuatu itu baik atau

buruk. Aktivitas super ego menyatakan diri dalam konflik dengan ego yang

dirasakan dalam emosi-emosi, seperti rasa bersalah, menyesal dan sikap observasi

diri dan kritik diri (Suryabrata, 2007: 127-128).

Dalam diri manusia yang mempunyai jiwa yang sehat, ketiga sistem ini

merupakan satu susunan yang saling berkaitan dan memungkinkan seorang

individu dapat bergerak secara efisien. Sebaliknya, apabila ketiga sistem ini saling

bertentangan satu sama lain, maka individu yang bersangkutan akan mengalami

pertentangan dalam kepribadiannya, sehingga terbentuknya konflik dalam diri

manusia karena tidak seimbangnya ketiga sistem tersebut.

Berkaitan dengan ketiga sistem kepribadian di atas, Freud mengemukakan

gambaran ketiga sistem tersebut harus diingat bahwa id, ego, dan superego tidak

dipandang sebagai yang menjalankan kepribadian. Ketiga sistem tersebut

hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-

prinsip sistem yang berbeda. Dalam keadaan biasa prinsip-prinsip yang berlainan

ini tidak bentrok sama lain. Sebaliknya mereka bekerja sama seperti suatu tim

yang diatur oleh ego. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan,

bukan sebagai tiga komponen yang terpisah. Diandaikan id sebagai komponen

fisiologis, ego sebagai komponen psikologis, dan superego sebagai komponen

sosial kepribadian (2006).

Ketiga sistem kepribadian yang meliputi id, ego, dan super ego dapat

menjalankan fungsinya dengan mendistribusikan dan mempergunakan energi

psikis yang dikuasainya. Ketiga sistem ini merupakan satu susunan yang bersatu

dan harmonis. Dengan bekerja sama secara teratur ketiga sistem tersebut bertujuan

untuk memenuhi keperluan dan keinginan manusia yang pokok. Sebaliknya, jika

ketiga sistem kepribadian ini bertentangan satu sama lain, maka orang yang

bersangkutan dinamakan orang yang tidak dapat menyesuaikan diri, tidak puas

dengan dirinya sendiri dan dengan dunia, dan efisiensinya menjadi kurang. Energi

psikis terjadi karena adanya perpindahan dan penggunaan energi psikis oleh

ketiga sistem kepribadian, serta adanya pengaruh kekuatan pendorong maupun

Page 45: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

penahan menunjukkan suatu dinamika, suatu kepribadian, suatu kepentingan dan

berbagai tingkah laku manusia.

Perpindahan dan penggunaan energi psikis yang harmonis di antara ketiga

sistem kepribadian itu sangat penting, terutama untuk mengatasi pertentangan

antara kekuatan pendorong dan penahan yang dimiliki ketiga sistem tersebut.

Karena adanya perpindahan dan penggunaan energi psikis tersebut menunjukkan

bahwa kondisi kejiwaan seseorang mengalami perkembangan, sehingga ketika

terjadi suatu ketegangan dalam dirinya, maka akan berusaha belajar mereduksi

tegangan.

Berdasarkan penjelasan mengenai teori psikoanalisis di atas, bahwa semua

perilaku baik normal maupun abnormal, tidak lepas dari proses ketiga sistem

kepribadian dalam mendistribusikan dan mempergunakan energi psikis yang

dikuasainya. Sedangkan, berfungsinya ketiga sistem kepribadian tidak lepas dari

adanya kekuatan pendorong dan penahan yang berperan sebagai energi psikis.

Jadi, semua perilaku maupun proses psikis yang terjadi pada diri seseorang

diakibatkan oleh adanya kekuatan pendorong dan penahan yang mempengaruhi

berfungsinya ketiga sistem kepribadian.

2) Dinamika Kepribadian.

Dalam dinamika kepribadian ini ditunjukkan bagaimana cara kerja the id,

ego, dan super ego dalam proses salaing mempengaruhi dan bagaimana pengaruh

ketiga sistem ini dengan lingkungannya. Tingkat-tingkat kehidupan mental dan

bagian-bagian pikiran mengacu pada struktur atau susunan kepribadian,

sedangkan kepribadian juga melakukan sesuatu. Hal ini sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Freud yaitu suatu prinsip motivasional atau dinamika

digunakan untuk menjelaskan kekuatan-kekuatan yang mendorong tindakan-

tindakan manusia. Manusia termotivasi untuk mencari kenikmatan dan

mereduksikan tegangan serta kecemasan. Motivasi digunakan oleh energi-energi

fisik yang berasal dari insting-insting (2006).

Page 46: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Aspek dinamika kepribadian dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Naluri

Insting berasal dari bahasa Jerman, yakni trieb yang berarti dorongan atau

impuls dan mengacu pada stimulus internal yang mendorong tindakan atau

pikiran. Dalam melakukan pekerjaan melalui pengamatan proses-proses rohaniah,

mengingat-ingat, dan tidak terlepas dari adanya naluri dalam kepribadian manusia.

Kebutuhan manusia sepanjang hidup memunculkan semacam naluri yang

berfungsi sebagai rangsangan terhadap pemenuhan keinginan tersebut, manusia

akan selalu mencari sesuatu demi mempertahankan kehidupannya melalui proses-

proses naluriah yang dilakukan, sehingga apabila pemenuhan keinginan tersebut

sulit terpenuhi akan mengakibatkan pertentangan yang kuat juga dalam kehidupan

manusia.

Naluri mempunyai sumber, maksud, tujuan, dan dorongan untuk

pemenuhan kebutuhan jasmaniah manusia. Kondisi jasmaniah atau kebutuhan

manusia merupakan sumber terbentuknya naluri manusia. Maksud dari naluriah

adalah menggerakan proses-proses rohaniah, mengingat-ingat, dan berpikir ke

arah suatu tujuan. Jadi, maksud dari naluri adalah sebagai tindakan dan proses

berpikir untuk mencapai pemenuhan sumber tersebut.

b) Kecemasan

Pemenuhan kebutuhan jasmaniah dan rohaniah dalam diri manusia yang

didasari dengan ketegangan, ketakutan dan kesulitan, berakibat adanya

kecemasan. Kecemasan adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak

menyenangkan dan memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang.

Timbulnya rasa cemas dalam diri manusia merupakan bukti bahwa manusia masih

dihinggapi oleh perasaan pesimis dan mudah menyerah terhadap situasi dan

kondisi yang sulit untuk diselesaikan.

Freud membedakan tiga macam kecemasan, yaitu kecemasan realitas,

kecemasan neurotik dan kecemasan moral. Kecemasan realitas terjadi akibat

adanya realitas, dan rasa takut akan bahaya-bahaya nyata dari dunia luar.

Contohnya, ketika ada seekor ular berbisa di depan seseorang, maka orang itu

akan mengalami kecemasan realistik. Kecemasan neurotik terjadi akibat rasa takut

Page 47: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

jangan-jangan naluri akan lepas dari kendali dan menyebabkan pribadi berbuat

sesuatu yang tidak terkendali. Contoh, perasaan gugup, tidak mampu

mengendalikan diri, perilaku, akal, dan bahkan pikiran. Kecemasan moral atau

kecemasan kata hati terjadi akibat rasa takut terhadap suara hati karena konflik

antara ego dan superego. Contoh, rasa malu, rasa bersalah atau rasa takut.

Kecemasan merupakan peringatan kepada ego, jika seseorang tidak segera

melakukan tindakan-tindakan terhadap kecemasan tersebut, maka ego akan

mengalami kekalahan dalam menanggulangi adanya bahaya yang diakibatkan

oleh kecemasan tersebut. Kecemasan dapat saja meningkat dan sulit ditanggulangi

dengan tindakan-tindakan yang efektif akibat respon ego yang lambat

menanggulangi adanya kecemasan tersebut, kecemasan semacam itu disebut

traumatik. Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan

realitas, id dan superego. Namun, ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus

berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, dia akan bertahan dengan cara

menghentikan seluruh dorongan-dorongan menjadi wujud yang lebih dapat

diterima dan tidak terlalu mengancam.

3) Perkembangan Kepribadian

Kepribadian manusia dalam kehidupan akan mengalami perkembangan

sebagai respon terhadap empat sumber tegangan pokok, yakni proses-proses

pertumbuhan fisiologis, frustasi-frustasi, konflik-konflik, dan ancaman-ancaman.

Sebagai akibat langsung dari meningkatnya tegangan yang ditimbulkan oleh

sumber-sumber ini, sehingga terpaksa individu mempelajari cara-cara baru untuk

mereduksi ketegangan. Proses belajar ini yang dimaksudkan sebagai

perkembangan kepribadian. Menurut Suryabrata perkembangan kepribadian

dipergunakan untuk mengatasi kegagalan, pertentangan, dan kecemasan-

kecemasan pada diri manusia (2007: 141). Aspek perkembangan kepribadian

tersebut, meliputi:

a) Identifikasi

Dorongan-dorongan untuk mengatasi kegagalan, pertentangan atau

konflik, dan kecemasan-kecemasan dalam kepribadian manusia dilakukan dengan

Page 48: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

identifikasi. Identifikasi dapat didefinisikan sebagai metode yang digunakan orang

untuk mengambil alih ciri-ciri orang lain dan menjadikannya sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dari kepribadiannya. Orang belajar mereduksikan ketegangan

dengan cara bertingkah laku seperti tingkah laku orang lain. Pengambilan ciri-ciri

manusia seperti sikap dan tingkah laku, karakter orang lain, dan sebagainya

merupakan cara untuk memperoleh kembali suatu objek yang telah hilang.

Mengidentifikasi merupakan perkembangan kepribadian dengan meniru

atau mengambil bentuk-bentuk kepribadian lain yang disesuaikan dengan

pribadinya untuk merubah kecemasan yang terjadi dalam diri seseorang.

Misalnya, anak mengidentifikasikan larangan orang tua untuk menghindarkan diri

dan hukuman. Identifikasi semacam ini merupakan dasar pembentukan superego.

b) Pemindahan dan Sublimasi

Dalam perkembangan kepribadian, pemindahan dilakukan dengan

mengganti objek yang dapat memberikan kepuasaan atau mereduksikan tegangan

yang bersumber dari adanya kecemasan atau objek asli tersebut. Pemindahan

bertindak sebagai daya motivasi tingkah laku yang bersifat permanen. Dalam

mekanisme pemindahan, orang dapat mengalihkan dorongan-dorongan yang tidak

dapat diterima itu kepada bermacam-macam objek atau orang sehingga dorongan

asli disamarkan atau disembunyikan. Sublimasi termasuk suatu pemindahan atau

pengalihan yang dilakukan dengan penyaluran energi ke dalam aktivitas-aktivitas

bernilai intelektual, perikemanusiaan, kultural, dan artistik.

3. Hakikat Konflik

a. Pengertian Konflik

Kehadiran beberapa tokoh dalam suatu cerita memungkinkan terjadinya

interaksi di antara mereka. Interaksi antar tokoh-tokoh tersebut seringkali

menimbulkan konflik, yaitu situasi ketika tokoh-tokoh itu mengalami konfrontasi

dan benturan dengan faktor-faktor baik yang ada di dalam maupun di luar diri

mereka. Dalam suatu cerita fiksi, konflik yang muncul dapat berupa konflik yang

timbul antara tokoh utama dengan tokoh lain. Antara tokoh dan lingkungannya,

Page 49: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

masyarakat, atau nasib, dan konflik antara tokoh lain dengan dirinya sendiri, yang

biasanya dapat berupa pertentangan fisik, mental, emosi, atau moral.

Konflik merupakan bagian penting dalam pengembangan cerita.

Di dalam teori pengkajian fiksi, konflik diartikan pada sesuatu yang bersifat tidak

menyenangkan yang terjadi dan dialami oleh tokoh-tokoh cerita dan jika tokoh-

tokoh itu mempunyai kebebasan untuk memilih, tokoh itu tidak akan memilih

peristiwa itu menimpa dirinya. Seperti yang dikemukakan oleh Stanton yaitu

peristiwa dan konflik berkaitan erat dan merupakan peristiwa. Ada peristiwa

tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik, sebaliknya karena terjadi

konflik, peristiwa lain dapat bermunculan sebagai akibatnya. Konflik demi konflik

yang disusul oleh peristiwa demi peristiwa akan menyebabkan konflik menjadi

semakin meningkat (Nurgiyantoro, 2005: 123-124).

Dengan demikian dalam pandangan kehidupan normal orang akan memilih

untuk menghindari konflik dan menginginkan kehidupan dengan tenang. Konflik

dapat terjadi dalam kehidupan, oleh karena itu keberadaannya dalam sebuah alur

cerita merupakan sesuatu yang wajar dan manusiawi. Konflik yang kuat biasanya

berkaitan dengan persoalan manusia yang penting dan melibatkan aspek

kehidupan. Konflik dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Konflik eksternal adalah konflik yang terjadi di luar diri seseorang, baik

konflik dengan orang lain, konflik dengan alam, ataupun konflik dengan

masyarakat.

2) Sedangkan konflik internal adalah konflik yang muncul dari dalam diri

seseorang. Pada umumnya seiring dengan munculnya konflik eksternal, maka

muncullah konflik internal.

Konflik akan muncul ketika seseorang berada di bawah tekanan untuk

memutuskan dua atau lebih pilihan yang bertentangan datang secara bersamaan.

Di dalam ilmu psikologi konflik semacam ini diatur menurut nilai positif dan nilai

negatif dari pilihan kita masing-masing. Ketika suatu pilihan mempunyai tujuan

yang positif, maka hal tersebut mengarah pada kecenderungan mendekat.

Sebaliknya ketika suatu pilihan mempunyai tujuan yang negatif, maka hal tersebut

mengarah pada kecenderungan menjauh. Dari uraian di atas dapat ditarik

Page 50: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

kesimpulan, bahwa konflik dalam karya fiksi dapat muncul dalam berbagai

bentuk. Rangkaian konflik-konflik tersebut menarik dan menciptakan keinginan

pembaca. Karena hal-hal yang ditampilkan berhubungan dengan manusia dan

berbagai permasalahannya.

Nurgiyantoro (2005) mengatakan bahwa “konflik batin adalah konflik

yang terjadi di dalam hati, jiwa seorang tokoh atau tokoh-tokoh cerita” (hlm: 124).

Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri atau

permasalahan intern seorang manusia, misalnya hal tersebut terjadi karena akibat

adanya pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, pilihan yang berbeda,

harapan-harapan atau masalah-masalah lainnya. Konflik-konflik tersebut dapat

sekaligus terjadi dan dialami oleh seorang tokoh cerita dalam waktu yang sama.

Tingkat kompleksitas konflik yang ditampilkan dalam sebuah karya fiksi dalam

banyak hal, menentukan kualitas, intensitas, dan ketertarikan karya tersebut.

Sebenarnya bahwa kegiatan menulis cerita dapat membangun dan

mengembangkan konflik tersebut. Konflik itu sendiri dapat dicari, ditemukan,

diimajinasikan, dan dikembangkan berdasarkan konflik yang terdapat di dunia

nyata.

Konflik yang disebabkan oleh adanya dua atau lebih gagasan atau

keinginan yang bertentangan menguasai dari individu sehingga mempengaruhi

tingkah laku. Konflik memiliki arti ketegangan atau pertentangan di dalam cerita

rekaan atau drama (pertentangan antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri

satu tokoh, pertentangan antara dua tokoh). Sedangkan batin, memiliki arti yang

terdapat di dalam hati, yang mengenal jiwa (perasaan hati). Jadi konflik batin

merupakan pertentangan yang terdapat dalam hati seseorang akibat adanya dua

atau lebih gagasan atau keinginan yang menyebabkan pertentangan tersebut dan

berpengaruh terhadap perilaku seorang individu.

Berkaitan dengan proses terjadinya konflik batin, Rohadi mengemukakan

bahwa jika merujuk pada struktur dan dinamika kepribadian yang dibangun

Sigmund Freud, maka munculnya konflik batin ini diakibatkan oleh pertentangan

dari unsur-unsur kepribadian id, ego, dan superego. Sebagaimana diuraikan

bahwa id berisi dorongan-dorongan insting; ego berisi pikiran-pikiran rasional

Page 51: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

manusia yang sesuai dengan realitas yang dihadapi; dan superego berisi sistem

nilai dan norma yang berlaku di masyarakat di mana individu berada. Sepanjang

hidup, manusia selalu mengalami konflik dari unsur-unsur kepribadian tersebut.

Konflik yang sering terjadi adalah pertentangan antara id dan superego, ego

sebagai penengahnya. Oleh karena itu, seseorang yang memiliki ego lemah akan

mengalami konflik batin yang tidak terselesaikan dengan baik. Selanjutnya,

konflik batin yang tidak terselesaikan dapat mendorong terjadinya konflik

individu dengan individu lainnya (2007).

Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut, penelitian terhadap novel

Hafalan Shalat Delisa karena di dalam novel tersebut tokoh-tokohnya terutama

tokoh utamanya mengalami perkembangan dan perubahan kepribadian secara

dinamis. Perkembangan atau perubahan-perubahan kepribadian tokoh-tokoh itu

disebabkan adanya konflik-konflik yang rumit. Konflik-konflik yang disebabkan

oleh rangkaian peristiwa yang menyedihkan, secara langsung dan tidak langsung

ikut memengaruhi atau mengubah kepribadian tokoh. Konflik-konflik yang terjadi

pada tokoh itulah yang kemudian ditelusuri dan dipahami dengan menggunakan

pendekatan psikologi sastra.

b. Aspek Konflik Manusia dalam Psikologi

Di dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya keadaan kejiwaan,

karena manusia senantiasa berpikir dan memperlihatkan perilaku yang beragam.

Psikologi itu mempelajari aktivitas-aktivitas individu, pengertian aktivitas dalam

arti luas, baik aktivitas motorik, kognitif, maupun emosional. Karakter para tokoh

yang berkenaan dengan pengungkapan konflik pada tokoh utama dapat diuraikan

melalui psikologi. Oleh karena itu, psikologi merupakan suatu ilmu yang

menyelidiki serta mempelajari tentang tingkah laku atau aktivitas-aktivitas, di

mana tingkah laku dan aktivitas-aktivitas itu sebagai pengaruh hidup kejiwaan.

Terlebih di zaman kemajuan teknologi, manusia mengalami konflik kejiwaan

yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu serta bermuara juga ke permasalahan

kejiwaan. Konflik ini terjadi apabila pada saat yang bersamaan, timbul dua motif

Page 52: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

yang negatif, dan muncul kebimbangan karena menjauhi motif yang satu berarti

harus memenuhi motif yang lain yang juga negatif.

Konflik pada manusia dapat dipengaruhi oleh keadaan psikologi

seseorang, seperti yang telah dikemukakan oleh Indirawati yaitu pada umumnya

setiap manusia memiliki banyak kebutuhan yang ingin selalu dipenuhinya dalam

hidup. Kebutuhan itu dapat berupa kebutuhan fisik, psikis dan sosial. Tetapi

dalam kehidupan nyata kebutuhan-kebutuhan tersebut tidak selalu dapat dipenuhi.

Keadaan itulah yang sering kali membuat manusia merasa tertekan secara

psikologi. Respon dari perasaan tertekan itu dimanifestasikan manusia dalam

bentuk perilaku yang bermacam-macam tergantung sejauh mana manusia itu

memandang masalah yang sedang dihadapi. Jika masalah yang dihadapinya itu

dipandang negatif oleh manusia, maka respon perilakunya pun negatif, seperti

yang diperlihatkan dalam bentuk-bentuk perilaku neurotis dan patologis.

Sebaliknya, jika persoalan yang dihadapi itu dipandang positif oleh mereka yang

mengalami, maka respon perilaku yang ditampilkan pun bisa dalam bentuk

penyesuaian diri yang sehat dan cara-cara mengatasi masalah yang konstruktif

(2006).

Lewin membedakan beberapa situasi yang menimbulkan konflik pada

manusia, yaitu :

1) Approach-Approach Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami oleh

individu, karena individu menghadapi dua motif yang sama-sama mengandung

nilai positif (menyenangkan) yang dapat menimbulkan respon positif dari

individu. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu.

2) Approach Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami

individu, karena dalam waktu bersamaan individu menghadapi motif positif

(menyenangkan) dan negatif (merugikan, tidak menyenangkan). Dalam hal ini

individu harus mengambil keputusan apakah motif tersebut diterima atau ditolak.

3) Avoidance-Avoidance Conflict, yaitu situasi konflik yang dialami

individu karena menghadapi dua motif yang sama-sama negatif dan sama-sama

kuat. Dalam hal ini individu harus mengambil salah satu.

Page 53: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

4) Double Approach Avoidance Conflict yaitu situasi konflik yang dialami

individu, karena individu menghadapi dua motif negatif (penolakan) dan dua

motif positif (penerimaan) yang sama kuat.

Dalam menghadapi keadaan ini, individu harus mengambil salah satu

objek. Bila individu menghadapi bermacam-macam motif ada beberapa

kemungkinan respon yang dapat diambil yaitu:

a) Pemilihan atau penolakan

Dalam pemilihan yang tegas individu dihadapkan kepada situasi di mana

individu arus memberikan salah satu respon (pemilihan atau penolakan) dari

beberapa macam objek atau situasi yang dihadapi. Jika antara bermacam-macam

situasi itu jelas bedanya maka pemilihan yang tegas tidak akan banyak mengalami

kesulitan tetapi makin kecil perbedaan antara bermacam-macam objek itu,

individu akan semakin sulit dalam mengambil keputusan, sehingga individu akan

mengalami konflik.

b) Kompromi

Jika individu menghadapi dua macam situasi, kemungkinan individu dapat

mengambil respon yang bersifat kompromi, yaitu menggabungkan kedua macam

situasi tersebut. Tetapi tidak semua respon dapat diambil respon atau keputusan

yang kompromi. Dalam hal yang akhir individu harus mengambil pemilihan atau

penolakan dengan tegas.

c) Meragu-ragukan atau bimbang

Kebimbangan terjadi karena masing-masing objek atau situasi mempunyai

nilai-nilai yang positif maupun negatif, keduanya mempunyai sifat yang

menguntungkan, tetapi juga mempunyai sifat yang merugikan. Kebimbangan

dapat menimbulkan perasaan yang mengacaukan. Keadaan ini dapat diatasi

dengan cara mengambil suatu keputusan dengan mempertimbangkan dan

pemeriksaan yang sangat teliti, segala untung ruginya (Walgito, 1989:155).

Batin atau hati nurani manusia memiliki hubungan dengan pembentukan

kepribadian, karena di dalam kehidupan sehari-hari, sebenarnya batin berfungsi

sebagai hakim yang adil, apabila di dalam kehidupan manusia itu mengalami

konflik, pertentangan atau keragu-raguan di dalam akan bertindak tentang sesuatu.

Page 54: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Berkaitan antara hubungan batin dengan pembentukan kepribadian

manusia, Al-Salameh mengemukakan bahwa kecerdasan Interpersonal:

kemampuan untuk memahami suasana hati orang lain, perasaan, motivasi, dan

niat. Ini termasuk keterampilan seperti menanggapi secara efektif untuk orang lain

dengan cara pragmatis, seperti mendapatkan siswa atau rekan untuk berpartisipasi

dalam sebuah proyek, kemampuan untuk menemukan dan memahami kondisi

psikologis orang lain, motif, keinginan dan perasaan, untuk merespon yang sesuai

cara, peka terhadap ekspresi wajah, nada suara dan gerak tubuh (2012).

Selain sebagai alat pengontrol, batin berfungsi sebagai alat pembimbing,

untuk membawa pribadi dari keadaan yang biasa ke arah pribadi yang akan

mudah sekali dikenal oleh masyarakat. Misalnya pribadi yang bertanggungjawab,

berdisiplin, konsekuen, adil dan sebagainya. Kemampuan interpersonal termasuk

kemampuan untuk memahami suasana hati orang lain, perasaan, motivasi, dan

niat. Ini termasuk keterampilan seperti menanggapi secara efektif untuk orang lain

dengan cara pragmatis, seperti kemampuan untuk menemukan dan memahami

kondisi psikologis orang lain, motif, keinginan dan perasaan, untuk menanggapi

dengan cara yang pantas, peka terhadap ekspresi wajah, suara nada dan gerak

tubuh.

c. Aspek Konflik dalam Sastra

Berdasarkan kajian sastra, situasi konflik manusia dapat diketahui melalui

sikap dan perilaku tokoh dengan menghubungkan peristiwa yang terjadi. Peristiwa

dan konflik biasanya berkaitan erat, dapat saling menyebabkan terjadinya satu

dengan yang lain, bahkan konflik pada hakikatnya merupakan peristiwa. Ada

peristiwa tertentu yang dapat menimbulkan terjadinya konflik dan dengan

terjadinya konflik, peristiwa-peristiwa lain juga dapat muncul, sebagai akibatnya.

Sebenarnya orang membutuhkan cerita tentang berbagai masalah hidup dan

kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan batinnya, memperkaya

pengalaman jiwanya. Dalam hal ini, pengarang yang mempunyai sifat peka,

reaktif, dan menghayati kehidupan ini secara lebih intensif, menyadari kebutuhan

Page 55: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tersebut. Maka, pengarang sengaja mengangkat cerita dengan menampilkan

berbagai peristiwa plot yang menarik.

Pembahasan aspek konflik dalam sastra tersebut sejalan dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Stanton, yaitu bentuk peristiwa dalam sebuah cerita dapat

berupa peristiwa fisik maupun batin. Peristiwa fisik melibatkan aktivitas fisik, ada

interaksi antara seorang tokoh cerita dengan sesuatu yang di luar dirinya, tokoh

lain atau lingkungan. Peristiwa batin adalah sesuatu yang terjadi dalam batin atau

hati seorang tokoh. Kedua bentuk peristiwa tersebut saling berkaitan, saling

menyebabkan terjadinya satu dengan yang lain. Bentuk konflik tersebut sebagai

bentuk kejadian yang dibedakan menjadi konflik internal dan konflik eksternal

(Nurgiyantoro, 2005:123-124).

Situasi konflik tokoh terdiri dari konflik internal dan konflik eksternal.

Situasi konflik yang ditimbulkan manusia dalam sastra dapat dilihat dalam bagan

berikut:

Gambar 2.1 Situasi Konflik yang Ditimbulkan Manusia Dalam Sastra

Konflik internal merupakan situasi timbulnya konflik yang dialami

manusia dengan dirinya sendiri. Konflik ini terjadi tanpa adanya interaksi dengan

sesuatu di luar dirinya, sehingga konflik internal lebih ke arah kondisi pribadi

manusia itu sendiri. Konflik internal terjadi dalam seorang individu yang

disebabkan oleh dua keinginan yang berbeda yang disebut sebagai konfik

kejiwaan atau konflik batin. Konflik tersebut disebabkan oleh dua keinginan yang

Konflik Fisik

Konflik Internal Konflik

manusia

Konflik Eksternal

Konflik Sosial

Page 56: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

saling bertentangan dalam jiwanya atau kekecewaan karena apa yang diharapkan

seorang tokoh tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

Konflik eksternal merupakan situasi timbulnya konflik yang dialami

manusia dengan sesuatu di luar dirinya. Pengaruh lingkungan alam dan manusia

dalam kehidupan merupakan wujud konflik eksternal tersebut. Konflik eksternal

manusia dibedakan menjadi konflik fisik atau elemental dan konflik sosial.

Konflik fisik merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan adanya

pertentangan antara tokoh dengan lingkungan alam. Misalnya, manusia tidak bisa

menguasai atau memanfaatkan serta membudidayakan alam sekitar sebagaimana

mestinya konflik sosial merupakan situasi timbulnya konflik yang disebabkan

oleh adanya kontak sosial antarmanusia.

B. Hasil Penelitian Relevan

Penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh

penulis sebagai berikut :

1. Analisis Tokoh dan Nilai Edukatif Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata

Serta Relevansinya terhadap Materi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

Siswa SMP Kelas VIII (Kajian Psikologi Sastra). Skripsi disusun oleh Asih Sri

Wandani (X1206053) pada tahun 2010, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini mengkaji tentang

aspek kejiwaan sang tokoh dan nilai edukatif yang ada di dalam novel Laskar

Pelangi yang kemudian direlevansikan materi pembelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Kesimpulan yang diperoleh dalam novel Laskar Pelangi ini dapat

digunakan sebagai salah satu bahan ajar sastra di SMP kelas VIII karena sesuai

dengan kurikulum yang ada, dan novel ini memiliki banyak amanat sehingga

sangat baik jika digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran sastra.

2. Analisis Tokoh Ara dalam Roman Larasati Karya Pramoedya Ananta Toer

(Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi ini disusun oleh Djarot Haryadi

(C0299012) pada tahun 2007, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini mengkaji tentang tokoh Ara dalam roman

Larasati karya Pramoedya Ananta Toer. Melalui teori kepribadian psikoanalisis

Page 57: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Sigmund Freud diperoleh gambaran tentang struktur kepribadian tokoh Ara

yang dipengaruhi oleh id, ego dan superego. Ketiga sistem itu saling berkaitan

satu sama lain. Konflik-konflik yang dialami oleh Ara timbul karena

pertentangan-pertentangan dalam dirinya dan tokoh-tokoh lain secara timbal

balik. Konflik dalam Roman Larasati disebabkan oleh tokoh Ara yang ingin

tetap berjuang untuk menjadi seorang seniwati yang tidak berkhianat terhadap

perjuangan. Dengan adanya konflik menyebabkan tokoh utama dipojokkan

oleh pikiran dan lamunan. Tokoh memiliki naluri dan kecemasan dalam

menghadapi konfliknya.

3. Aspek Penokohan dalam Cerbung Tembang Katresnan Karya Atas S.

Danusubroto (Tinjauan Psikologi Sastra) oleh Syamsul Huda tahun 2010 juga

menjadi bagian dari penelitian yang relevan. Menurut penelitian ini, unsur-

unsur yang terdiri dari tema, alur, penokohan, latar, dan amanat tersebut

bersama-sama membentuk totalitas makna. Selain itu, penelitian ini

mengungkapkan tentang dinamika dan proses kejiwaan tokoh-tokoh yang juga

dipengaruhi oleh faktor lingkungan sosial kehidupan seseorang yang berlatar

belakang masyarakat desa.

4. Penelitian yang lain, yaitu Religiositas dalam Novel Fatimah Chen Chen Karya

Motinggo Busye (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra) oleh Indah

Kusumaningtyas tahun 2002 (UNS). Hasil penelitian menyebutkan bahwa

melalui pendekatan struktural dapat diperoleh kesimpulan adanya unsur-unsur

pembangun novel FCC, yaitu penokohan, alur, latar, tema, dan amanat Dalam

analisis psikologi sastra dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokohnya mengalami

fase perkembangan yang berbeda-beda, dimulai fase pubertas sampai dengan

mengalami kedewasaan. Dengan demikian, watak dasar yang dimiliki juga

berbeda.

5. Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian dengan judul

Konflik Tokoh Utama dalam Kumpulan Novelet Tulalit Karya Putu Wijaya:

Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra oleh Rosid Wuryanto tahun 2007 (UNS).

Hasil penelitian menyebutkan bahwa antara tema dan amanat terdapat jalinan

erat dan bermakna. Adanya konflik menyebabkan tokoh utama dipojokkan oleh

Page 58: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

pikiran dalam lamunan. Tokoh mempunyai naluri dan kecemasan. Kecemasan

yang terjadi pada tokoh meliputi kecemasan realitas, neurotik, dan moral.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran sastra hakikatnya adalah apresiasi sastra. Pembelajaran

sastra dalam prosesnya tentunya membutuhkan sebuah karya sastra yang

berkualitas. Sebuah karya dapat dikatakan berkualitas manakala karangan itu

mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang bermakna, memikat, menggugah,

mewujudkan sebagai karya kreatif, mewujudkan diri sebagai karangan bersifat

imajinatif yang dituang dalam wacana naratif, puitik atau dramatik. Karangan itu

disampaikan dengan cara yang apik, indah, dan enak dibaca. Diceritakan secara

tidak langsung, tidak terang-terangan namun jernih, bersifat informatif tanpa ada

kesan menggurui, tidak bersifat ilmiah tetapi tetap memberikan masukan-masukan

yang berharga. Karya sastra yang berkualitas yang dibahas pada penelitian ini

adalah novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye. Novel tersebut

menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana dengan begitu hidup. Kisah - kisah cerita

dalam novel disajikan dengan gaya sederhana namun sangat menyentuh serta

komunikatif tanpa kehilangan bobot kesastraannya.

Bertolak dari hal di atas, maka penulis bermaksud menelaah novel Hafalan

Shalat Delisa karya Tere Liye dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

struktur serta konflik batin yang dialami para tokoh dalam novel Hafalan Shalat

Delisa karya Tere Liye.

Page 59: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Alur tersebut untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan adalah

sebagai berikut.

Gambar 2.2 Alur Kerangka Berpikir

Karya Sastra

Novel Hafalan Shalat Delisa

Pendekatan Psikologi Sastra

Struktur Novel Hafalan

Shalat Delisa

Konflik batin yang dialami

para tokoh dalam novel

Hafalan Shalat Delisa

Page 60: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kesusastraan sehingga tidak ada

pembatasan khusus terhadap tempat dan waktu. Objek penelitian adalah novel

Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye berjumlah 270 halaman yang diterbitkan

oleh Republika pada tahun 2005. Penelitian dilaksanakan selama delapan bulan,

yaitu mulai dari bulan Desember 2011 sampai Juli 2012. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan

Jenis Kegiatan

Tahun 2011/2012

Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Pengajuan judul

2. Penulisan proposal

3. Perizinan

penelitian

4. Pengumpulan data

5. Analisis data

6. Penulisan laporan

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dalam hal

ini peneliti mendeskripsikan data yang diperoleh secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta-fakta dan hubungan kausal fenomena yang diteliti. Data

yang ada berupa pencatatan dokumen yang menjelaskan tentang struktur dan

konflik batin para tokoh yang terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa yang

terurai dalam bentuk kata-kata, bukan dalam bentuk angka.

Penelitian ini menggunakan pendekatan psikologi sastra, yaitu sebuah

kajian yang memandang bahwa karya sastra banyak menyajikan tentang peristiwa

kehidupan manusia yang selalu memperlihatkan perilaku beragam melalui tokoh-

45

Page 61: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

tokohnya dan mempertimbangkan segi penokohan untuk mengetahui makna

totalitas suatu karya sastra.

C. Data dan Sumber data

Data merupakan suatu hal pokok dalam penelitian. Pada penelitian ini

sumber data yang digunakan adalah dokumen yaitu kutipan kalimat-kalimat dalam

novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang diterbitkan oleh Republika

Penerbit.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel yang

dipergunakan sesuai kepentingan peneliti dan dipandang mempunyai sangkut paut

yang erat dengan tujuan penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling dengan tujuan agar mendapatkan data yang tepat dan akurat sehingga

memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan. Teknik sampling dalam

penelitian ini dilakukan secara selektif dengan cara memilih kalimat-kalimat atau

dialog dalam novel Hafalan Shalat Delisa yang dapat mewakili jawaban atas

rumusan masalah yang telah ditentukan.

E. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah mengkaji dokumen dan

arsip (Content Analysis). Analisis dokumen digunakan untuk mengungkapkan

struktur novel dan konflik batin yang dialami para tokoh yang terdapat dalam

novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye yang ditelaah melalui pendekatan

psikologi sastra. Langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut:

1. Membaca novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye

2. Mencatat kutipan kalimat yang menggambarkan struktur novel dan konflik

batin para tokoh.

Page 62: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

F. Uji Validitas Data

Sebuah data diperoleh, selanjutnya data diperiksa keabsahannya melalui

teknik triangulasi. Hal ini bertujuan untuk membandingkan informasi yang

diperoleh dari berbagai pihak agar ada jaminan tentang tingkat kepercayaan atau

kevalidan data. Dalam penelitian ini, uji validitas data yang digunakan penulis

adalah triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau

sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2000: 178). Penelitian ini

menggunakan triangulasi teori.

Triangulasi teori adalah pemeriksaan kebenaran data hasil analisis dengan

menggunakan perspektif teori yang berbeda tetapi membahas masalah yang sama.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang struktur novel dan

teori tentang psikologi sastra. Teori ini yang kemudian menjadi dasar untuk

membahas rumusan masalah poin pertama dan kedua yang terdapat dalam

penelitian ini.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis data dalam

Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye adalah teknik analisis mengalir (flow

model of analysis), yang meliputi tiga komponen, yaitu: (1) reduksi data; (2)

penyajian data; dan (3) penarikan simpulan (Miles dan Huberman, 1992: 16-20).

Analisis model mengalir mempunyai tiga komponen yang saling terjalin dengan

baik, yaitu sebelum, selama, dan sesudah pelaksanaan penggumpulan data.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam menganalisis data dengan

analisis tersebut meliputi :

1. Reduksi data

Reduksi data merupakan kegiatan mengklarifikasi data berdasarkan

permasalahan yang dikaji. Data yang diambil berupa kalimat-kalimat yang

terdapat dalam novel Hafalan Shalat Delisa. Informasi-informasi yang

mengacu pada permasalahan itulah yang menjadi data penelitian ini. Data yang

telah terkumpul kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang penting

Page 63: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

serta dicari tema atau polanya. Data yang telah direduksi memberi gambaran

yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji serta mempermudah peneliti

untuk mencari kembali data yang diperoleh sewaktu-waktu

2. Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian pada langkah selanjutnya yaitu dilakukan

perakitan data secara teratur dan terperinci sehingga mudah dilihat dan

dipahami. Data tersebut kemudian dijabarkan dan diperbandingkan antara yang

satu dengan yang lain untuk dicari persamaan dan perbedaannya. Analisis data

dalam model interaktif dilakukan sejak tahap pengumpulan data

3. Penarikan Simpulan

Tahap ini adalah mencapai penarikan sebuah kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dilaksanakan berdasarkan semua hal yang terdapat dalam

pengumpulan data, reduksi data dan penyajian data. Setelah data diseleksi,

diklasifikasi dan dianalisis, kemudian data dalam novel Hafalan Shalat Delisa

ditarik suatu kesimpulan.

Untuk lebih jelas dilihat pada gambar di bawah ini:

Masa Pengumpulan Data

-----------------------------------------------

Reduksi Data

Antisipasi Selama Pasca

Penyajian Data = Analisis

Selama Pasca

Penarikan Kesimpulan

Selama Pasca

Gambar 3.1 Model Analisis Jalinan atau Mengalir

(Sumber: Miles dan Huberman, 1992: 18)

Page 64: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian merupakan penjelasan secara rinci mengenai langkah

penelitian dari awal hingga akhir, guna membantu lancarnya pelaksanaan

penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil langkah-langkah :

1. Tahap Pengumpulan Data

Dikumpulkan data dokumen berupa kutipan kalimat yang menunjukkan

struktur novel dan konflik batin para tokoh dalam novel Hafalan Shalat

Delisa.

2. Penyeleksian data.

Data yang telah terkumpul itu selanjutnya diseleksi serta dipilih mana saja yang

kemudian dianalisis.

3. Menganalisis data yang telah diseleksi.

4. Membuat laporan penelitian.

Laporan penelitian merupakan tahap akhir dari serangkaian proses yang ada.

Merupakan tahap penyampaian data yang telah dianalisis, dirumuskan dan

ditarik kesimpulan setelah dikonsultasikan dengan pembimbing.

Untuk lebih jelasnya, prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar. 3.2 Skema prosedur penelitian

Pengumpulan data

Penyeleksian data

Analisis data

Membuat laporan penelitian

Page 65: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Struktur Novel Hafalan Shalat Delisa

1. Tema

Tema merupakan ide yang mendasari sebuah cerita sehingga berperan juga

sebagai pangkal tokoh pengarang dalam memaparkan karya yang diciptakannya.

Tema sebagai makna pokok dari sebuah karya fiksi merupakan makna

keseluruhan yang didukung oleh cerita. Tema bersifat obyektif, artinya para

pembaca novel akan memiliki penafsiran yang relatif sama terhadap sebuah novel.

Novel Hafalan Shalat Delisa bertemakan tentang ketuhanan. Yaitu tentang

kecintaan seorang anak berusia enam tahun terhadap keluarganya dan mencoba

mengenali Tuhannya melalui hafalan-hafalan bacaan shalat yang telah diajarkan

oleh Ummi serta Ustadz tempat ia mengaji. Keluarga yang harmonis dan taat

beribadah ditunjukan pada kutipan berikut:

Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut Zahra. Sedangkan Fatimah membaca Al-Quran sendiri. Tidak lagi diajari Ummi. Ini jadwal rutin mereka setiap habis subuh. Belajar ngaji dengan Ummi, meskipun juga belajar ngaji TPA dengan Ustadz Rahman di meunasah. Delisa sedang memegang Juz’ammanya. Terbata-bata mengeja alif-patah-a; ia masih banyak menguap. Terkantuk-kantuk menunggu giliran menghadap Ummi. Menyetor bacaan yang sedang diejanya pelan-pelan. (Tere Liye, 5).

Delisa berusaha untuk menghafalkan bacaan shalat. Walaupun dia

mengalami kesulitan, dia masih terus berusaha untuk dapat menghafalkan bacaan

shalat. Hal ini tampak pada kutipan berikut:

“In-na sha-la-ti, wa-nu-su-ki, wa-ma…wa-ma…wa-ma…” Delisa kesulitan melanjutkan hafalan bacaan shalatnya. Matanya terpejam. Tangannya menjawil-jawil rambut keritingnya. “Wa-ma… waaa-, waaa, wa-ma…” Delisa lagi sibuk duduk di ayunan pohon jambu yang dibuatkan Abi dua bulan lalu pas pulang. Berayun-ayun pelan, sambil menghafal doa iftitah. Delisa memang lagi berjuang menghafal bacaan shalat minggu-minggu ini. setiap kesempatan yang ada, ia pasti menenteng-nenteng buku hafalan bacaan shalatnya. Meski terkadang buku itu hanya sekedar dibawa-bawa

50

Page 66: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

saja. Tidak dibaca. Setidaknya ia kelihatan sibuk menghafal, dan Ummi tidak banyak menegurnya. (Tere Liye, 12 13) Mereka akan ke pasar Lhok Nga. Membeli kalung hadiah hafalan bacaan shalat Delisa (di samping belanjaan rutin mingguan Ummi lainnya). kalung yang dijanjikan Ummi sebulan lalu. Kalung yang membuatnya semangat belajar menghafal bacaan shalat minggu-minggu terakhir. (Tere Liye, 17)

Kutipan lain yang menjelaskan tentang usaha Delisa dalam menghafalkan

bacaan shalat tampak pada kutipan berikut:

Malamnya Aisyah yang duduk bersama Zahra juga berdiam diri saat mengerjakan PR buat besok. Tidak sedikitpun mengganggu Delisa yang terbata-bata terus menghafal bacaan shalat di ruang belajar. “Sub-haa-na-rab-bi-yal a’-la wa-…wa-…bihamdih!” “Aduh itu kan bacaan buat sujud, Delisa!” Fatimah yang juga sedang belajar bersama-sama menoleh. Tadi Delisa bukankah baru saja membaca surat pendek, kemudian takbir hendak ruku’. Jadi seharusnya kemudian bacaan ruku’ kan. Bukan bacaan sujud. (Tere Liye, 24)

2. Penokohan

Pembedaan tokoh menurut Nurgiyantoro dibedakan menjadi dua jenis

dalam sebuah cerita, yaitu masing-masing tokoh memiliki peranan yang berbeda.

Dilihat dari tingkat peranan atau kepentingan tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu

1) tokoh utama, yaitu tokoh yang ditampilkan terus menerus atau paling sering

diceritakan, dan 2) tokoh tambahan, yaitu tokoh yang dimunculkan sekali atau

beberapa kali saja dalam sebuah cerita (2005). Novel Hafalan Shalat Delisa

mempunyai tokoh utama yaitu Delisa. Dan tokoh tambahan, yaitu Ummi

Salamah, Abi Usman, Fatimah, Cut Aisyah, Cut Zahra, Koh Acan, Ustad

Rahman, Ibu Guru Eli, Teuku Umam, Teuku Dien, Tiur, Ummi Tiur, Ibu Guru

Nur, Dr. Michael J Fox, Junior, Jinny, Profesor Strout, Laksamana Jensen Hawk,

Michelle, Margaretha, Sersan Ahmed, Prajurit Smith, Dokter Elisa, Suster Sophie,

Kak Ubai, Ibu Guru Ani, Dokter Peter, dan Wak Burhan.

Untuk mempermudah pemahaman maka deskripsi data juga ditampilkan.

Deskripsi dan pembahasan para tokoh akan dijelaskan sebagai berikut:

Page 67: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

1. Delisa

Delisa adalah seorang anak berusia 6 tahun yang hidup bersama Ummi dan

ketiga kakaknya di kota Lhok Nga. Sedangkan Abinya bekerja di kapal tanker dan

hanya pulang tiga bulan sekali. Delisa digambarkan sebagai seorang bocah yang

berwajah tidak seperti anak Lhok Nga lainnya. Dia seperti anak keturunan. Dia

memiliki rambut ikal berwarna, kulitnya putih kemerah-merahan, dan matanya

hijau. Hal ini tampak pada pernyataan:

Beda sekali dengan kakak-kakaknya, rambut Delisa ikal berwarna. Kulitnya putih kemerah-merahan bersih. Matanya hijau. Delisa terlihat seperti anak keturunan. Meskipun itu tidak aneh, Ummi Salamah memang keturunan Turki-Spanyol (meskipun itu jauh ke-kakek-kakeknya Delisa). Mungkin salah satu gen itu itu setelah terpendam begitu lama akhirnya menurun ke Delisa. (Tere Liye, 11)

Delisa anak yang banyak bertanya dan selalu kritis dalam hal apapun.

Delisa memiliki pola pikir yang berbeda dengan anak seumurannya. Dia akan

menanyakan sesuatu jika ia merasa tidak mengerti. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Ummi, kenapa ya Delisa selalu susah bangun shubuh-shubuh?” Ia bertanya sambil menguap. Teringat masalah tadi; juga masalahnya selama ini – susah bangun.

Ummi mengabaikan Aisyah. Tersenyum, “Karena kamu sering lupa doa sebelum tidur, kan?”

“Nggak… Delisa nggak pernah lupa!” Delisa menjawab cepat. Ngotot. Ummi tersenyum lagi. (Tere Liye, 6)

“Satu lagi Ummi…. Kenapa kalau Delisa sudah baca doa sebelum tidur, Delisa tetap saja ngantuk pas sudah bangunnya… Kata Ummi tadi Delisa pasti bisa bangun lebih cepat dan nggak ngantuk lagi, kan? Delisa teringat sesuatu, memikirkan fakta lainnya. Bertanya sambil menguap lebar.

(Tere Liye, 9) “Ustadz, kenapa ya Delisa sering kebolak-balik?” Delisa nyeletuk.

Mengangkat kepalanya dari buku iqra di atas rihal. Ingat sesuatu. Ustadz Rahman menatapnya? Kebolak-balik? Oo, bacaan shalat. (Tere Liye, 38)

Setelah tsunami melanda Lhok Nga. Delisa masih hidup karena ia

diselamatkan oleh Ibu Guru Nur. Delisa diikat di sebuah papan oleh Ibu Guru

Nur. Tetapi selama berhari-hari Delisa belum juga ditemukan oleh relawan yang

datang membantu. Delisa berada di kaki bukit Lhok Nga dan keadaan Delisa

sangat mengenaskan. Hal ini tampak pada pernyataan:

Page 68: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Delisa masih hidup. Terseret empat kilometer hingga ke kaki bukit Lhok Nga. Tersangkut di semak-semak.

Siku kanan Delisa juga patah! Siku itu terkulai bagai patahan dahan kayu yang masih menempel sedikit di pohonnya. Maka sempurna sudah, ia tidak berdaya. Hanya menggantung terbaring. Dengan badan sebelah kiri menyentuh becek tanah yang sudah mengering. Sebelah kanan badannya terjepit semak belukar.

Pilu menatap tubuhnya belum usai. Saat siang menjelang, matahari terik memanggang tubuhnya!. (Tere Liye, 92).

Delisa yang masih hidup belum juga ditemukan oleh tim relawan.

Keadaannya kini bertambah mengenaskan. Sudah tujuh hari tujuh malam Delisa

terkapar tak berdaya. Tetapi ia sudah mulai terbiasa dengan keadaan sekitarnya. Ia

tidak takut lagi dengan mayat Tiur, gelap malam dan sepinya kota. Keadaan

tubuhnya sungguh mengenaskan. Delisa masih berjuang untuk bertahan hidup.

Hal ini tampak pada pernyataan:

Tubuh Delisa terpanggang oleh teriknya matahari. Tubuhnya semakin mengenaskan. Air dan beberapa buah apel yang memang mengisi perutnya dengan baik semalaman, tetapi itu tidak cukup untuk mengurangi semua rasa sakit. Menjelang sore, kaki kanannya sudah benar-benar tak berasa lagi. Seperti tidak ada lagi di sana, saking kebasnya. Matanya perih menahan panas seharian. Kerudung biru yang sekarang ditutupkannya di atas dahi tidak membantu banyak. Delisa sudah lelah menangis. Air matanya sudah habis sepanjang hari. Tujuh hari tujuh malam sudah ia terkapar. Ia tidak takut lagi dengan mayat Tiur yang mulai membusuk. Ia tidak takut lagi menatap sepinya kota. Tidak takut lagi menatap gelapnya malam. Bahkan Delisa tidak peduli dengan hujan deras yang selalu turun tiap malam. Mengeriputkan badan kecilnya. (Tere Liye, 101). Setelah berhasil ditemukan oleh Smith, kemudian Delisa dibawa ke rumah

sakit kapal induk John F Kennedy. Delisa sudah pingsan selama tujuh hari

sebelum dia ditemukan. Dan Delisa juga masih belum siuman selama berhari-hari

pasca operasi di rumah sakit. Setelah Delisa siuman, dia bingung dengan keadaan

yang dialaminya. Semuanya ini terasa begitu menyakitkan dan memilukan bagi

Delisa. Tsunami telah merenggut semuanya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Delisa menatap kosong. Ia tiba-tiba tidak bisa berpikir lebih banyak lagi. Terhenti begitu saja. Setelah menyebut nama Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, dan Kak Aisyah tadi, ingatannya pelan-pelan kembali. Masalahnya ingatan itu kembali bersama “sepotong” hati dan otak yang tertinggal.

Page 69: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Apalagi setelah melihat kakinya yang terpotong. Tidak ada lagi jari-jemari disana. Mata kaki. Betis. Hilang. Delisa terdiam. Semua ini terasa menyedihkan. Terasa memilukan. Mata Delisa mulai basah berair. (Tere Liye,130)

Di tengah penderitaan yang dialami Delisa. Delisa masih bisa tegar dan

bersikap seperti Delisa yang dulu. Delisa masih suka berbagi dengan orang

sekitarnya. Hatinya tidak berubah. Meskipun kondisi fisiknya sudah berubah. Hal

ini tampak pada pernyataan:

Sophi tertegun. Ia mengerti sekarang. Gadis kecil di hadapannya ternyata hendak berbagi. Sophi menelan ludah. Tersenyum kaku menerima potongan itu. Ya Allah, bahkan Delisa di tengah situasi menyedihkan ini, reflek begitu saja membagi cokelatnya…. Tulus berbagi ….

(Tere Liye, 135). Setelah diijinkan pulang dari rumah sakit kapal induk tempat Delisa

dirawat. Delisa bersama Abi kembali ke Lhok Nga. Delisa senang sekali kembali

ke tempat tinggalnya. Ia rindu dengan semuanya. Apa pun itu bentuknya

sekarang. Apa pun itu yang masih ada. Tetapi Delisa hanya bisa menatap kosong

melihat kotanya hancur tak bersisa. Hanya tinggal lapangan luas dengan puing-

puing bangunan di sana-sini. Tetapi Delisa tidak larut dalam kesedihan. Ia siap

untuk meneruskan kehidupannya yang sudah berubah. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Bagi Delisa kehidupan sudah kembali. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa hari lalu sudah tutup buku. Ia siap meneruskan kehidupan. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tak ada yang perlu ditakutkan. Delisa siap menyambung kehidupan; meski sedikit pun ia belum mengerti apa itu hakikat hidup dan kehidupan. (Tere Liye, 157).

Disaat Delisa sedang berada di kuburan massal tempat kakak-kakaknya,

teman-temannya beserta yang lain dikuburkan, Delisa masih saja peduli dengan

kesedihan yang dirasakan orang lain. Padahal disini ia sedang melihat kuburan

massal tempat saudara-saudaranya dikuburkan. Yang seharusnya anak seusia dia

tidak mempedulikan kesedihan orang lain. Yang justru hanya memikirkan

kesedihan diri sendiri. Tapi Delisa masih peduli terhadap kesedihan orang lain.

Hal ini tampak pada pernyataan:

Page 70: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

“S-i-a-p-a yang meninggal?” Delisa bertanya dengan mata hijaunya. Istri J fox menoleh sambil menyeka air mata. Tidak menyangka akan ada yang menegurnya di negeri antah-berantah ini. Tidak menyangka akan ada yang menyapanya saat ia sedang berdoa untuk suaminya yang entah berada di mana. Istri J Fox memandang wajah menggemaskan Delisa. Bekas luka yang belum hilang, gigi tanggal dua. Tetapi wajah gadis kecil di sebelahnya bertanya tulus meski ia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkannya barusan. (Tere Liye, 168).

Delisa benar-benar anak yang berhati mulia. Ditengah musibah yang

sedang menimpanya, kehilangan semuanya yang pernah ia miliki. Delisa masih

memberi kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Bahkan orang itu belum

pernah ditemuinya. Tetapi Delisa sangat baik hati. Dia tidak pernah marah

ataupun menolak atas semua musibah yang ia terima ini. Delisa menyikapi semua

musibah ini dengan sangat sederhana. Dia menerima dengan ikhlas tanpa ada

penolakan sedikitpun. Hal ini tampak pada pernyataan:

Anak ini jelas kehilangan lebih banyak dibandingkan ia. Anak ini jelas kehilangan nama-nama itu. Kehilangan rumah, sekolah, teman-teman, tempat bermain dan segalanya. Tetapi lihatlah, gadis kecil ini menganggap semua kepergian itu dengan sederhana. Benar-benar sederhana. Tidak ada penolakan. Tidak ada pengingkaran. Bahkan gadis kecil dengan mata hijau beningnya, ringan hati telah membuatkan almarhum suaminya nisan yang indah. (Tere Liye, 169)

Delisa pun harus menyesuaikan diri dengan perubahan hidup yang terjadi

pasca tsunami. Semua kegiatan yang selama ini sudah rutin ia lakukan setiap hari.

Kini berubah setelah tsunami melanda. Jadwal mengaji berubah menjadi sore hari.

Dan Delisa harus bermain bola dengan menggunakan kurk, karena kakinya harus

diamputasi. Tetapi Delisa tetap menjalaninya dengan senang hati. Hal ini tampak

pada pernyataan:

Dengan jadwal mengaji sore hari di meunasah, “hobi pamungkas” Delisa bermain bola menjadi berkurang. Ia hanya bisa bermain bola satu jam selepas mengaji. Tetapi itu tidak jadi masalah. Lebih dari cukup. Dengan kurk di lengan kanan, Delisa meneruskan hobi menyenangkan tersebut. (Tere Liye, 174).

Perubahan hidup sudah mulai dirasakan oleh Delisa. Dengan adanya

musibah yang terjadi membuat Delisa tumbuh menjadi lebih dewasa, menjadi

Page 71: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

lebih bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dan Abinya. Delisa dan Abi

berjuang menata kembali kehidupan mereka yang hancur pasca tsunami terjadi.

Tanpa perlu belajar untuk menjadi dewasa dan bertanggung jawab, dari mu

sibah ini Delisa bisa tumbuh menjadi lebih bertanggung jawab. Hal ini tampak

pada pernyataan:

Delisa sebenarnya tumbuh lebih dewasa dua bulan terakhir. Delisa jauh lebih bertanggung-jawab. Ia membantu Abi menyapu rumah. Mencuci piring. Bahkan sudah bisa mencuci pakaian dan belajar menyetrika. Delisa juga tidak banyak berseru meminta tolong. Dengan sendirinya pengertian itu datang kepadanya. Delisa selalu mengerjakan sendiri apa yang bisa ia kerjakan. Termasuk urusan menyiapkan pakaian mengajinya. (Tere Liye,177).

Delisa pun akhirnya bisa menyelesaikan hafalan shalatnya. Dia bisa

menjalankan shalat pertamanya dengan sempurna. Delisa bisa menghafal bacaan

shalatnya setelah ia mengalami kesulitan untuk menghafalnya kembali. Tapi kini

Delisa selesai menyelesaikan hafalan shalatnya dan shalat dengan sempurna. Hal

ini tampak pada pernyataan:

Dan Delisa entah mengapa terisak pelan. Delisa menangis. Matanya basah. Ya Allah, Delisa akhirnya menyadari kalau ia baru saja bisa mengerjakan shalatnya dengan lengkap. Gadis kecil itu bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan shalatnya dengan baik. Shalat yang indah. Delisa membaca dari awal hingga akhir bacaan shalatnya. Tidak lupa! Tidak tertukar-tukar. (Tere Liye, 261).

2. Ummi Salamah

Ummi Salamah adalah ibunda Delisa. Seorang ibu yang bertanggung

jawab terhadap anak-anaknya. Ummi selalu mengajari anak-anaknya mengaji

setiap habis subuh. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ummi sedang mengaji; mengajari Cut Aisyah dan Cut Zahra. Sedangkan Fatimah membaca Al-Qur’an sendiri. Tidak lagi diajari Ummi. Ini jadwal rutin mereka setiap habis subuh. Belajar ngaji dengan Ummi, meskipun juga belajar ngaji TPA dengan Ustad Rahman di meunasah (Tere Liye, 5).

Ummi Salamah adalah seorang ibu yang bertanggung jawab terhadap

keluarganya. Dia mau membantu Abi memenuhi kebutuhan keluarganya. Jadi

tidak hanya menggantungkan pada penghasilan Abi saja, Ummi juga mau bekerja,

Page 72: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

seperti menjahit yang sering Ummi Salamah lakukan di rumah. Menjahit baju

pesanan tetangga. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ummi sehari-hari bekerja menjahit, membordir dan semua pekerjaan pakaian pesanan tetangga. Ummi pandai sekali membuat baju, selendang, dan kain-kain (Tere Liye, 10).

Pasca tsunami terjadi keberadaan Ummi Salamah tidak pernah diketahui.

Mayatnya tidak pernah ditemukan. Tidak ada yang tahu dimana keberadaan

Ummi Salamah. Tetapi di akhir cerita diceritakan bahwa Delisa menemukan

kerangka putih yang membawa kalung yang berbandul huruf D. D untuk Delisa.

Kerangka itu adalah Ummi Salamah. Hal ini tampak pada pernyataan:

Kalung itu ternyata bukan tersangkut di dedahanan. Tidak juga tersangkut di dedaunan. Tetapi kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Tulang-belulang. Utuh. Bersandarkan semak belukar tersebut. “U-m-m-i!” (Tere Liye, 264 265). 3. Abi Usman

Abi Usman adalah ayah Delisa. Dia bekerja di tanker perusahaan minyak

internasional. Berkeliling dari satu benua ke benua lainnya. Hanya setiap tiga

bulan sekali Abi pulang ke Lhok Nga. Hal ini tampak pada pernyataan:

Abi seperti yang dibilang sebelumnya bekerja di tanker perusahaan minyak internasional. Berkeliling dari satu benua ke benua lainnya membawa ribuan meter kubik minyak mentah. Setiap tiga bulan sekali baru kembali merapat di pelabuhan Arun. Kemudian pulang ke Lhok Nga selama dua minggu, sebelum kembali lagi berlayar. Terus saja begitu sepanjang tahun, kecuali pas Ramadhan dan lebaran, Abi bisa cuti panjang, satu setengah bulan penuh. (Tere Liye, 11)

Abi Usman berusia sekitar empat puluh tahun. Bertubuh kekar dan

berambut hitam legam. Seperti yang digambarkan pada pernyataan di bawah ini:

Cahaya muka lelaki berumur empat puluh tahunan itu meredup. Parasnya yang seharusnya terlihat berwibawa dan menyenangkan padam. Tubuh kekarnya bergetar. Abi mengusap rambutnya yang hitam legam. Mendesah ke langit-langit Lhok Nga. Udara yang lembut. Angin laut bertiup lemah memainkan anak rambut Abi. Meski apa hendak di kata, angin senyap justru membuka kenangan lama. (Tere Liye, 116)

Page 73: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

4. Fatimah

Fatimah adalah kakak Delisa. Dia baru berumur 16 tahun. Sebagai anak

yang paling tua, Fatimah bertugas menjaga adik-adiknya, membantu Ummi dalam

segala hal. Hal ini tampak pada pernyataan:

Fatimah tipikal anak sulung yang bisa diandalkan. Umurnya 16 tahun. Meski masih kelas satu madrasah aliyah, Fatimah bisa menggantikan peran Ummi dengan baik - juga sebagai partner Ummi jika Abi tidak ada di rumah seperti sekarang, Fatimah ikut menjaga adik-adiknya. (Tere Liye, 11)

Dan Fatimah juga ikut menjadi korban dari terjangan tsunami di Lhok

Nga. Ia tewas bersama dengan Cut Aisyah dan Cut Zahra. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Cut Fatimah sudah dikuburkan tiga hari lalu, Usman….” Teuku Dien menelan ludah. Memeberitahukan. (Tere Liye, 122)

5. Cut Aisyah

Cut Aisyah adalah kakak Delisa. Umurnya 12 tahun. Mempunyai sifat

yang pencemburu, iri hati, tetapi sebenarnya dia anak yang baik dan penurut. Cut

Aisyah mempunyai saudara kembar yaitu Cut Zahra. Sifat pencemburu dan iri hati

Cut Aisyah tampak pada pernyataan:

Aisyah menatap sirik. Ia benar-benar cemburu. Kalung milik Delisa jelas- jelas lebih bagus dibandingkan miliknya. Kan nggak ada huruf A. A untuk Aisyah (Tere Liye, 23). Rasa cemburu yang dirasakan Aisyah susah untuk dihilangkan. Bahkan

semakin menjadi-jadi. Aisyah sudah terlalu cemburu terhadap Delisa. Hal ini

tampak pada pernyataan:

Tidur semalaman justru membuat hati Aisyah terbakar lebih luas, lebih dalam. Ia mengibaskan tangan Fatimah. Pagi ini, hatinya dongkol sekali. Ia sebenarnya sudah dari tadi bangun. Hanya saja malas sekali melihat Delisa ada di dekatnya. Melihat Delisa turun dari ranjang dengan riang. (Tere Liye, 26).

Pasca tsunami terjadi, Cut Aisyah juga ikut tewas. Mayatnya sudah

ditemukan dan sudah dikuburkan. Hal ini tampak pada pernyataan:

“Cut Aisyah mayatnya sudah ditemukan empat hari lau, Bang Usman…” Koh Acan berkata pelan. (Tere Liye, 118).

Page 74: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

6. Cut Zahra

Cut Zahra adalah saudara kembar dari Cut Aisyah yang juga sebagai kakak

Delisa. Mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan Cut Aisyah. Walaupun

pendiam, tetapi Zahra pencinta ketertiban dan kebersihan. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Tadi siapa yang ngacak-ngacak lemari pakaian?” Zahra yang pendiam (tetapi pencinta ketertiban) bertanya pelan. Semua mata memandang ke Delisa. (Tere Liye, 48).

“Iya! Tapi kamu nyarinya kan bisa lebih pelan dikit? Nggak mesti merusak lipatan pakaian yang lain, kan?” Zahra menyeringai kepada Delisa. (Tere Liye, 49) Cut Zahra pun juga ikut meninggal dalam terjangan tsunami itu. Mayatnya

ditemukan berpelukan dengan Cut Aisyah saudara kembarnya. Hal ini tampak

pada pernyataan:

“Mayatnya ditemukan sudah membusuk. Berpelukan dengan Cut Zahra….” (Tere Liye, 118).

7. Koh Acan

Koh Acan adalah pedagang emas di pasar Lhok Nga. Walaupun dia

seorang konghucu, tetapi dia sangat menghargai perbedaan agama. Misalnya saat

Delisa dan Ummi Salamah membeli kalung untuk hadiah hafalan shalat, Koh

Acan memberi separuh harga kepada Ummi Delisa. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Tidaklah…. Kalau untuk hadiah hafalan shalat ini, Ummi Salamah bayar separuh saja, haiya!” “Nggak... Haiya, saya nggak mungkinlah pasang harga mahal kalau buat hadiah hafalan shalat! Nggak mungkinlah….” Koh Acan memperbaiki dupa di atas meja panjangnya, tersenyum meyakinkan. Koh Acan 100% Konghucu (Tere Liye, 20)

Sebelum tsunami terjadi di Lhok Nga, bisa dikatakan Koh Acan

mempunyai kehidupan yang sukses dan berkecukupan. Tetapi setelah tsunami

melanda, dia kehilangan semuanya. Harta bendanya, keluarganya, serta

pembantu-pembantunya. Kehilangan semuanya dalam waktu singkat membuat

Koh Acan tidak tahu harus melakukan apa. Hal ini tampak pada pernyataan:

Koh Acan tersenyum getir. Menahan tangis. Menggeleng.

Page 75: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

“Mayat Chi-bi sudah dikuburkan…. Tak ada yang bersisa, Bang…. Tak ada sama sekali…. Toko itu musnah…. Keluarga saya musnah, Papa Liem, Tian Er, pembantu-pembantu di toko…. Entahlah apa yang akan aku lakukan sekarang –“ (Tere Liye, 119).

Koh Acan segera memulai kehidupan barunya. Dia membuka toko darurat

yang menjual martabak aceh. Dia tidak lagi berjualan perhiasan. Tetapi berjualan

makanan. Karena di tengah musibah ini mana mungkin ada orang yang

memikirkan tentang perhiasan. Usaha makanan yang digunakan oleh Koh Acan

untuk menyambung kehidupannya pasca tsunami. Perubahan hidup ini memaksa

Koh Acan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang ada. Yang awalnya dia

seorang pedagang emas yang sukses di pasar Lhok Nga. Tapi kini ia harus

memulai kembali usahanya dari awal karena semuanya sudah direnggut oleh

tsunami. Hal ini tampak pada pernyataan:

Mereka segera meninggalkan meja makan. Makan di luar. Bukan di dapur umum. Koh Acan sudah membuka toko daruratnya – tidak di pasar; tetapi dekat barak penampungan. Koh Acan tidak berjualan perhiasan sekarang. Dia berjualan makanan. Martabak Aceh! Ke situlah Abi dan Delisa menebus masakan hambar tadi. (Tere Liye, 190).

8. Ustadz Rahman

Ustadz Rahman adalah guru ngaji Delisa dan teman-temannya. Umurnya

sekitar 26 tahun. Dia adalah mahasiswa lulusan IAIN Banda Aceh. Dia adalah

Ustadz yang baik. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ustadz Rahman umurnya sekitar 26 tahun. Lulusan IAIN Banda Aceh…. Eh, Delisa lupa nama sekolahnya. Panjang! Nggak sependek nama sekolah Delisa: Ibtidaiyah Negeri 1 Lhok Nga. Ustadz Rahman baik. Mungkin yang bisa ngalahin kebaikan Ustadz Rahman hanya Ummi, Abi, Ibu Guru Nur, Kak Fatimah dan Kak Zahra. Kalau dibandingin dengan Kak Aisyah. Uuh, jauh baikan Ustadz Rahman. Meski Ustadz sering galak ke anak-anak yang sering becandaan melulu di dalam meunasah. (Tere Liye, 38).

Walaupun setelah tsunami terjadi Ustadz Rahman sudah kembali ke Lhok

Nga. Tetapi ketika ditanya oleh Delisa apakah Ustadz akan kembali mengajar

anak-anak lagi, Ustadz menjawab tidak. Dia tidak sanggup bila harus menjalani

Page 76: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sisa kehidupan yang telah hancur pasca tsunami. Dia akan kembali ke Banda

Aceh. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ustadz Rahman menggeleng. Dia tidak akan bisa kemabali ke Lhok Nga. Hatinya selalu kebas setiap berjalan di sepanjang jalan kota Lhok Nga. Mengingat-ngingat kenangan masa lalu yang indah. Hatinya sakit sekali setiap berjalan di sepanjang pantai Lhok Nga. Mengingat-ngingat kalau dia seharusnya sekarang justru berjalan mesra-berdua dengan belahan hatinya. “Ustadz akan kembali ke Banda Aceh, Delisa!” Ustadz Rahman memegang lembut bahu Delisa. (Tere Liye, 182).

9. Ibu Guru Eli

Ibu Guru Eli adalah calon istri Ustad Rahman. Dalam novel ini Ibu Guru

Eli digambarkan sebagai seorang yang cacat. Penggambaran cacat fisik yang

dialami Ibu Guru Eli muncul pada percakapan tokoh lain. Hal ini tampak pada

pernyataan percakapan Fatimah dan Ummi Salamah serta Delisa dan Ustadz

Rahman:

“Ummi tahu nggak, Ibu Guru Eli calon istri Ustad Rahman itu kan cacat!” Memangnya kenapa kalau cacat? Kamu kok ngomongin cacat orang, Fatimah?” (Tere Liye, 47). (“Ustad, katanya calon istri Ustadz cacat, ya?” itu tanya Delisa sehari

setelah libur ngaji. Ustadz hanya tersenyum; tidak berkata banyak, padalah Kak Fatimah di rumah berkomentar banyak sesore itu; yang juga dinasehati banyak-banyak oleh Ummi). (Tere Liye, 51)

Pasca tsunami terjadi. Ibu Guru Eli juga ikut menjadi salah satu korban.

Rencana pernikahan dengan Ustadz Rahman gagal dan tinggal mimpi saja.

Ibu Guru Eli ikut tewas bersama korban lainnya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ustadz Rahman tersenyum pahit. Menatap datar langit-langit meunasah. Semua ini amat menyakitkan baginya. Karena Ibu Guru Eli sudah pergi selamanya, Delisa. Pergi bersama gelombang tsunami itu. Itu berarti tidak akan ada pernikhan. Tidak akan ada sama sekali, Delisa! (Tere Liye, 181).

10. Teuku Umam

Teuku Umam adalah teman ngaji sekaligus teman bermain bola Delisa.

Dia selalu jahil terhadap teman-temannya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Delisa menoleh ke arah tim Teuku Umam. Mengangguk. Untuk urusan bola, Umam jagonya. Kalau urusan lain, Delisa tidak akan pernah mau satu kelompok dengan Teuku Umam. Raja jahil – sama seperti Kak Aisyah; ratu jahil. (Tere Liye, 45)

Page 77: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Ustadz Rahman yang barusan melototin Teuku Umam ysng lagi iseng menjawil jilbab Tiur menoleh. Buru-buru menjawab. (Tere Liye, 38). Pasca tsunami terjadi, Umam menjadi pendiam dan pemurung. Dia tidak

jahil dan ceria lagi seperti dulu. Dia hanya duduk berdiam diri dan tidak mau ikut

bermain bola bersama Delisa dan teman-temannya. Padahal Umam gemar

bermain bola. Hal ini tampak pada pernyataan:

“Main bola, yuk!” Delisa mengajak. Umam mengangkat kepalanya. Menatap Delisa sejenak. Menggeleng. “Kita kurang satu!” Delisa menunjuk ke tengah lapangan. Delapan temannya menatap dari sana, berharap ia berhasil membujuk Umam. Umam hanya diam. “Kan, nggak seru kalau nggak lengkap!” Umam tetap diam. Berpikir, bukankah dulu Delisa yang paling sering membuat tim mereka tidak lengkap. Kabur begitu saja pas pertandingan lagi seru-serunya. “Tim kita kalah terus sekarang!” Umam tetap diam. “Meskipun kalau Umam ikut main belum tentu juga tim kita jadi menang!” Delisa menyeringai, tertawa kecil. Teuku Umam menyeringai. Percuma dia tetap tak bergeming dengan becandaan Delisa. Delisa menarik nafas mengkal. Tidak berhasil membujuk Umam, lantas kembali ke lapangan, bersiap untuk bermain tak Imbang empat-lawan-lima. Bola plastik diletakkan di tengah-tengah. (Tere Liye, 188). Sikap Umam masih saja sama. Dia hanya berdiam diri dan murung.

Bahkan saat mendapatkan hadiah seragam sekolah baru, Umam juga tidak

merespon. Tetapi memilih diam di pojokan kelas. Padahal anak-anak lain sangat

antusias dengan seragam sekolah baru. Tsunami benar-benar mengubah Umam

menjadi anak yang pendiam. Hal ini tampak pada pernyataan:

Tanpa diperintah dua kali, mereka segera rusuh membuka bungkus plastik tersebut. Menarik keluar seragam baru. Melapis baju seadanya dengan baju merah-putih. Hanya Teuku Umam yang tidak antusias. Umam diam saja di pojokan kelas. Lamban membuka kantong plastiknya. Ibu Guru Ani bahkan perlu membantunya. (Tere Liye, 178) 11. Teuku Dien

Teuku Dien adalah ayah Teuku Umam. Teuku Dien masih terhitung

sebagai sepupu dekat Abi Usman. Tokoh Teuku Dien muncul setelah tsunami

Page 78: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

terjadi. Dia kehilangan hampir semua anggota keluarganya. Hanya Umam

bungsunya yang selamat. Hal ini tampak pada pernyataan:

Teuku Dien tersenyum pahit. Senyum yang sama dengan Koh Acan kemarin. Senyum yang sama dengan sisa-sisa penduduk Lhok Nga yang selamat lainnya. Senyum itu! Hanya Umam anak bungsunya yang selamat. Istri dan enam anak-anaknya yang lain hilang entah tak tahu rimbanya.

(Tere Liye, 123).

Teuku Dien kehilangan anak-anaknya karena tsunami itu. Istrinya

menghilang entah kemana. Mayatnya belum juga ditemukan. Tetapi satu kabar

yang sangat membahagiakan datang kepadanya. Satu kebahagiaan yang menutup

kepedihan pasca kehilangan anak-anaknya. Istrinya ditemukan masih hidup dan

dirawat di rumah sakit Medan. Kebahagiaan itu terpancar di wajah Teuku Dien.

Walaupun sangat sulit untuk melukiskannya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Susah sekali melukiskan bagaimana raut muka Teuku Dien. Muka itu bercahaya, muka itu sembab, muka itu tertawa, muka itu menangis. Entahlah! Ada seribu perasaan yang bercampur dari paras muka Teuku Dien. Delisa menatap tidak mengerti. (Tere Liye, 219). 12. Tiur

Tiur adalah teman Delisa. Tiur suka membantu Delisa belajar naik sepeda.

Kebaikan hati Tiur juga tampak pada pernyataan di bawah ini. Tiur mau

membantu Delisa belajar naik sepeda dan tidak sungkan untuk memuji Delisa dan

membuat Delisa senang dengan pujian yang diberikan Tiur, karena Delisa senang

dipuji. Hal ini tampak pada pernyataan:

Hari semakin sore. Matahari mulai beranjak turun. Satu jam kemudian Tiur datang membawa sepedanya. Melambai berteriak ke arah Delisa yang sedang berlari mengejar-ngejar bola. Delisa teringat sesuatu. Ah iya, ia kan tadi janji mau belajar bersepeda dengan Tiur. (Tere Liye, 45)

Pas Tiur datang, mereka memutuskan untuk belajar sepeda langsung di jalan raya. Dan Delisa lancar melakukannya. Tidak gugup. Tidak takut. Ia juga dipuji Tiur. Jadilah ia menghabiskan sore dengan riang gembira.

(Tere Liye, 57)

Tiur seorang anak yatim piatu. Terkadang ia merasa iri dengan Delisa

karena ia tidak memiliki ayah seperti Delisa. Hal ini tampak pada pernyataan:

Page 79: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

“Asyik ya … Delisa masih punya Abi!” Tiur berkata pelan. Menelan ludah. Kalimatnya lemah terdengar. (Tere Liye, 58).

Setelah tsunami melanda Lhok Nga. Tiur juga ikut tewas dalam bencana

itu. Tiur meninggalkan Delisa sendiri. Tetapi Tiur senang karena ia akan bertemu

dengan ayahnya yang sudah lama meninggal. Delisa bertemu Tiur dalam mimpi.

Hal ini tampak pada pernyataan:

“D-e-l-i-s-a!” Tiur tersenyum riang berlari memeluknya. “Tiur akan bertemu Abi!” Tiur berkata riang. “Tiur akan bertemu Abi!” Tiur menunjuk gerbang taman yang indah itu. (Tere Liye, 87).

13. Ummi Tiur

Ummi Tiur seorang janda yang sakit-sakitan. Setelah tsunami melanda

Lhok Nga. Ummi Tiur juga menjadi salah satu korban tsunami. Dia meninggal

bersama dengan Tiur dan kakak-kakaknya. Dia kelihatan sehat dan tidak sakit-

sakitan lagi. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ummi Tiur tidak batuk, tidak terlihat sakit. Ummi Tiur amat sehat dan tersenyum bahagia.

Ummi Tiur membimbing Tiur berdiri. Waktunya melanjutkan perjalanan. Delisa baru mengerti Delisa akan pergi ke sana. Sama seperti Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra, dan Ibu Guru Nur. (Tere Liye, 87).

14. Ibu Guru Nur

Ibu Guru Nur adalah seorang guru yang mengajar di sekolah tempat Delisa

menuntut ilmu. Ibtidaiyah Negeri 1 Lhok Nga. Ibu Guru Nur tipe guru yang suka

menenangkan muridnya, salah satunya adalah Delisa. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Kamu pasti bisa, Sayang. Kan, ponten matematikanya kemarin dapat 9. Tertinggi di kelas!” Ibu Guru Nur menatapnya sambil tersenyum. Menenangkan Delisa yang muka keturunan-nya sudah memucat. Jadi kentara tegangnya dibandingkan teman-temannya yang lain. (Tere Liye, 66).

Berkat Ibu guru Nur, Delisa bisa selamat dari bencana tsunami. Karena

Ibu guru Nur mengikatkan Delisa pada sebuah papan menggunakan kerudungnya,

Page 80: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

sehingga Delisa tidak tenggelam dan bisa selamat. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Ibu Guru Nur tidak sempat berpikir panjang. Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudungnya yang robek. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan seerat yang ia bisa lakukan dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela nafas penuh arti, bergetar tangan berlaksa maksud, gemetar bibir memanggang makna, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang pingsan terikat kencang di atasnya.

“Kau harus menyelesaikan hafalan itu, Sayang .... Kau harus menyelesaikannya!” Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid. (Tere Liye, 74).

Setelah Ibu Guru Nur melepaskan papan yang ia gunakan untuk

menyelamatkan Delisa. Ibu Guru Nur tewas dalam bencana tsunami itu. Tetapi

Ibu Guru Nur meninggal dalam keadaaan khusnul khotimah. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Ini kerudungmu, Sayang …. Ini kerudung yang kau pinjamkan …. Kaulah yang membuat Ibu mendapatkan kerudung seindah ini …. Ketahuilah, Sayang, kau kelak akan mendapatkan kerudung yang sepuluh kali lebih indah dari kerudung ini … kau akan mendapatkanya. Kami semua akan menunggumu…” (Tere Liye, 85).

Ibu Guru Nur tersenyum. Mengelus kepala Delisa untuk terakhir kalinya. Beranjak berdiri. Dan sebelum sempat Delisa bertanya, atau apalah, Ibu Guru Nur sudah melangkah menuju taman indah itu. (Tere Liye, 86 ).

15. Dr Michael J Fox

Seorang pakar sosiologi Universitas ternama Helsinki, Finlandia. Dia

melakukan penelitian tentang struktur dan tingkah laku religius masyarakat Banda

Aceh dan Lhok Nga. Tapi sayang, sebelum penelitian itu selesai dilakukan.

Gelombang tsunami merenggut nyawanya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Sayang. Jemari itu sudah membeku. Tangan itu tertimbun sampah dan lumpur. Muka bule itu sudah tak dikenali. Hanya telepon genggam satelit water resistance itulah yang menunjukkan kehidupan. Sisanya tidak. Tidak juga radius puluhan kilometer dari tubuh membeku itu. Hening. Kepedihan baru saja memanggang kota ini. Lhok Nga yang tidak bersisa.

Nama bule itu adalah Dr Michael J Fox. pakar sosiologi universitas ternama Helsinki, Finlandia itu menjemput maut, saat melakukan penelitian tentang struktur dan tingkah laku religius masyarakat Banda Aceh dan Lhok Nga (Tere Liye, 76 77).

Page 81: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Semua perjuangan dan jerih payah penelitian yang dilakukan oleh Dr

Michael J Fox harus dibayar dengan mahal dan dihancurkan oleh tsunami dalam

waktu sekejap saja. Padahal dia harus menunggu lama untuk mendapatkan ijin

penelitian di Banda Aceh dan Lhok Nga. Meninggalkan anak istrinya demi

penelitian itu. Tapi dalam waktu sekejap, semua impiannya hilang karena tsunami.

Hal ini tampak pada pernyataan:

Mahal sekali! Mengingat dia membutuhkan tak kurang enam bulan hanya untuk mendapatkan ijin ke Banda Aceh dan Lhok Nga. Mahal sekali! Mengingat anaknya Junior yang berumur enam tahun ringan kembali meneruskan menyusun balok, tak tahu apa yang telah terjadi pada papa-nya, baru tahun-tahun mendatang mengerti makna tentang hilang dan kehilangan. Mahal sekali! Mengingat istrinya berteriak panik, gemetar menghubungi siapa saja yang bisa ia hubungi. Mahal sekali! Mengingat seharusnya dia bisa saja menghabiskan waktu perayaan natal bersama keluarga tercinta tadi malam. Bukan malah menjemput maut di negeri antah-berantah. (Tere Liye, 77).

16. Junior

Junior adalah anak dari Dr Michael J Fox. Junior masih sangat polos dan

belum paham tentang apa yang dilihatnya. Saat ia melihat televisi bersama ibunya

di ruang keluarga. Ia berteriak memberitahukan berita itu kepada ibunya yang saat

itu sedang membaca. Sebenarnya ia tidak perlu berteriak. Karena ia dan ibunya

berada dalam satu ruangan. Hal ini tampak pada pernyataan:

“MAM, look!” Anak kecil berambut pirang, mengenakan kaos putih polos, celana selutut, memakai sepatu berkaos kaki berteriak memanggil ibunya. Sebenarnya tak perlulah berteriak, mereka berdua duduk bersama dalam ruang keluarga yang nyaman, terang benderang. (Tere Liye, 75).

Dia masih berumur enam tahun seperti Delisa. Dia masih belum mengerti

tentang apa yang telah menimpa ayahnya. Dia belum mengerti arti kehilangan

anggota keluarganya, yaitu ayahnya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Mahal sekali! Mengingat anaknya Junior yang berumur enam tahun ringan kembali meneruskan menyusun balok, tak tahu apa yang telah terjadi pada papa-nya, baru tahun-tahun mendatang mengerti makna tentang hilang dan kehilangan. (Tere Liye, 77).

Page 82: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

17. Jinny

Jinny adalah istri dari Dr Michael J Fox. Jinny langsung panik saat

mendengar berita di televisi tentang tsunami yang melanda Indonesia khususnya

Aceh, dia langsung berlari mengambil telepon untuk menghubungi suaminya. Hal

ini tampak pada pernyataan:

Jangan-jangan! Si Ibu mendadak mendesis cemas. Tergesa bangkit lantas berlari, gemetar menyambar gagang telepon di atas meja. Bergetar menekan tombolnya. (Tere Liye, 76).

Kepanikan Jinny juga ditunjukkan saat ia bercerita kepada Professor Strout

tentang keadaan suaminya, hal ini tampak dalam pernyataan:

“Kami harus berangkat ke Indonesia, Profesor Strout!” (Tere Liye, 78). “Bagaimana aku bisa bersabar profesor! Menurut CNN korban sudah

mencapai 15.000, bahkan diperkirakan lebih! Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan suamiku! Telepon satelitnya tidak pernah diangkat! Kenapa dia tidak mengangkatnya? Kenapa? Pasti telah terjadi sesuatu! Itu jauh lebih mengganggu dibandingkan tidak ada nada panggil sama sekali!” Istri Michael mulai tidak terkendali. (Tere Liye, 79).

Saat mendatangi kuburan massal korban tsunami bersama anaknya Junior,

Jinny bertemu dengan Delisa. Delisa dengan sikap polosnya bertanya “siapa yang

meninggal?”. Lalu dengan perasaan bingung karena ia tidak mengerti apa yang

diucapkan Delisa. Tetapi Abi Usman segera memberitahu kepada Jinny apa yang

diucapkan Delisa. Jinny memberitahu kepada Delisa bahwa yang meninggal

adalah suaminya Michael J Fox. Delisa lalu menuliskan nama J Fox dan

kemudian berkata “Disana pasti ramai sekali”. Satu hal yang sederhana tetapi bisa

membuat Jinny terharu dengan apa yang dilakukan Delisa. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Istri J Fox seketika juga mengerti apa maksudnya. Ia tidak mengenal nama-nama yang diucapkan Delisa. Tetapi ia tahu apa yang hendak disampaikan Delisa. Kalimat itu sederhana, tetapi menjelaskan semuanya. Disana pasti ramai sekali! Istri J Fox jatuh terduduk, lututnya menyentuh tanah merah. Kedua tangannya gemetar terjulur, lantas memeluk Delisa erat-erat. Tangisan itu tidak tertahankan lagi. Meski sekarang, tangisan itu berubah menjadi sebuah keniscayaan penerimaan. (Tere Liye, 169).

Page 83: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

18. Professor Strout

Dia adalah teman dari Michael J Fox. Juga seorang pakar sosiologi

Universitas ternama Helsinki, Finlandia. Strout lah yang menenangkan Jinny

disaat dia sedang kebingungan menghadapi ketidakpastian akan keberadaan

suaminya. Hal itu tampak pada pernyataan:

“Bersabar, Jinny! Tak ada yang bisa kita lakukan selain menunggu!”. Profesor Strout menggenggam lengannya. Menghela nafas panjang.

Berbisik berkali-kali. Sabar! Situasi ini sungguh tidak terkendali. Dia juga sama sekali tidak tahu harus melakukan apa, selain mendekap istri kolega terbaiknya di kampus. (Tere Liye, 79).

19. Laksamana Jensen Hawk

Laksamana Jensen Hawk adalah pemimpin di kapal induk John F.

Kennedy. Dia dan prajurit dibawahnya datang ke Aceh untuk memberikan

bantuan mencari para korban tsunami. Padahal saat itu Kapal induk John F

Kennedy yang dipimpinnya sedang dalam perjalanan pulang menuju negaranya.

Hal ini tampak pada pernyataan:

“Putar Kemudi!” Laksamana Jensen Hawk berkata dingin. Raut mukanya menegang. Matanya tajam menatap ke depan. Bibirnya berkedut-kedut.

Perintah itu bagai seribu kartu yang berdiri dideretkan di atas meja, kemudian dirobohkan ujungnya. Langsung rebah. Menjalar hingga ke ujungnya. Kapal induk John F Kennedy yang menggunakan reaktor nuklir sebagai bahan bakarnya langsung berputar haluan. Ribuan kelasi dan pasukan yang ada di atas kapal diberi tahu. Bagai seribu kartu yang roboh, perintah itu menjalar. (Tere Liye, 83).

20. Michelle dan Maragaretha

Michelle dan Maragaretha mereka adalah seorang siswa Elementary

School Rose The Elizabeth. Mereka adalah saudara kembar. Sekolah mereka

terletak di jantung kota London. Tetapi mereka peduli terhadap bencana di negeri

seberang. Peduli terhadap teman-teman yang bahkan belum pernah mereka temui.

Mereka mendoakan teman-teman mereka yang terkena tsunami di Aceh. Hal ini

tampak pada pernyataan:

Pagi ini sebelum mereka memulai pelajaran kelas satu Elementary School, Michele dan Maragaretha berdiri di depan kelas. Memimpin doa teman-temannya. Berkata lemah…. “Untuk teman-teman kami di Aceh…. Untuk

Page 84: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

teman-teman kami di Indonesia…. Semoga Tuhan selalu menyertai kalian….” (Tere Liye, 86).

Michelle dan Maragaretha juga mengirimkan surat kepada Delisa dan

teman-temannya. Mereka peduli terhadap musibah yang dialami teman-teman

mereka di Aceh. Persahabatan yang tak mengenal batas geografis. Kepedulian

yang ditunjukkan oleh teman dari negeri seberang melalui sebuah surat. Hal ini

tampak pada pernyataan:

Sehari setelah melihat berita itu, kami mengumpulkan uang saku masing-masing. Ibu Guru yang mengumpulkannya. Lantas mengirimkannya. Lewat transfer bank ke lembaga sosial. Semoga itu membantu teman-teman.

Hanya itu yang dapat kami lakukan. Selain berdoa. Semoga teman-teman selalu diberkahi Tuhan. Kami ingin menjadi sahabat baru bagi teman-teman. Menjadi keluarga baru bagi teman-teman. Meskipun kami tahu, kami tidak akan pernah bisa menggantikan teman-teman lama kalian. Menggantikan keluarga kalian yang sudah pergi selamanya. Kami hanya ingin ikut merasakan. Ikut berbagi.

Salam hangat dari kami. Teman jauh kalian. Michele – Margaretha, dan anak-anak kelas 1 Elementary School Rose The Elizabeth. London. Inggris.

NB: Bersama surat ini kami sertakan foto-foto dan prakarya dari kami tentang Aceh. Oh –ya, kami ingin sekali melihat foto-foto dan prakarya kalian.” (Tere Liye, 205).

21. Sersan Ahmed

Pemuda berusia tiga puluh lima tahun. Lulusan terbaik pendidikan

tamtama marinir Amerika Serikat. Pemuda Afrika kelahiran Boston. Sersan

Ahmed adalah seorang muallaf setelah pertempuran badai padang pasir di Irak.

Hal ini tampak pada pernyataan:

“MOVE… MOVE… MOVE…” Sersan Ahmed membentak. Dua belas prajuritnya dengan gesit berlari tergesa ke atas helikopter Super Puma yang mendesing. Pengatur landing/take-off landasan Kapal Induk John F. Kennedy memberikan tanda. HIJAU! Sersan Ahmed tangkas melompat ke atas helikopter terakhir kali. Pemuda berusia tiga puluh lima tahun. Lulusan terbaik pendidikan tamtaman marinir Amerika Serikat lima belas tahun silam. Pemuda Afrika kelahiran Boston. Sedikit di antara muslim yang bertugas di gugus perang John f. Kennedy. Sersan Ahmed muallaf setelah pertempuran badai padang pasir Irak dulu. (Tere Liye, 99).

Page 85: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Sersan Ahmed yang biasanya tak gentar melawan musuh-musuhnya.

Tidak bingung dalam menyerbu musuhnya, menghabisi benteng kokoh

pertahanan penjahat, dan meluluh-lantakkan gedung-gedung yang dianggap

sarang gembong mafia narkoba Amerika Selatan. Tetapi dalam menghadapi

tugasnya kali ini, Sersan Ahmed masih kebingungan dalam menghadapinya. Hal

ini tampak pada pernyataan:

Bahkan Sersan Ahmed tidak tahu bagaimana cara terbaik menghadapi musuh mereka sekarang. Musuh mereka adalah menyisir kota untuk mengevakuasi mayat; menyelamatkan segera orang-orang yang masih bernafas. Musuh yang menyedihkan, memilukan hati. (Tere Liye, 100).

Tetapi walaupun Sersan Ahmed belum pernah menghadapi musuh seperti

yang ia hadapi sekarang. Dia tetap tegas dan bertanggung jawab dalam tugasnya

kali ini. Memimpin pasukannya dengan berani. Hal ini tampak pada pernyataan:

“CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Sersan Ahmed galak menatap pasukannya yang begitu lamban. Anak buahnya bergegas memanggul kantong-kantong mayat. (Tere Liye, 101).

Walaupun Sersan Ahmed sangat tangguh dan tidak pernah gentar dalam

menghadapi musuh-musuhnya saat berperang. Tapi kali ini dia mendapatkan

musuh yang sangat berbeda. Musuh yang harus ia hadapi dengan mental dan

tenaga yang kuat. Musuh-musuh ini sungguh menekan mentalnya beserta prajurit-

prajuritnya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Sersan Ahmed semakin galak meneriaki prajuritnya. Dia tahu, semua pemandangan kemarin sungguh menggetarkan. Semua kota yang luluh-lantak itu sepuluh kali lebih menekan dibandingkan pertempuran mereka selama ini. Mayat-mayat yang bergelimpangan, tanpa lengan, tanpa tangan, dan lain sebagainya seratus kali lebih menakutkan dibandingkan mayat-mayat korban muntahan peluru senjata mereka selama ini. (Tere Liye, 105).

22. Prajurit Smith

Smith adalah anak buah dari Sersan Ahmed. Dia kehilangan istri dan

anaknya dalam waktu yang hampir berdekatan. Anak semata wayangnya

meninggal karena penyakit kanker. Sedangkan istrinya meninggal dua bulan

Page 86: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

setelah anaknya pergi. Smith lah yang berhasil menemukan Delisa. Walaupun

Smith seorang prajurit yang tak gentar di medan perang. Tapi dia juga mengalami

tekanan mental yang sama seperti Sersan Ahmed. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Apa yang kau kunyah!” Sersan Ahmed bertanya tajam kepada Prajurit Smith yang duduk tegang di depannya.

“P-e-r-m-e-n k-a-r-e-t, Sir!” Prajurit Smith menjawab pendek. Menyeringai. Wajahnya terlihat berbeda sekali dengan temannya. Ia lebih tertekan dengan semua ini. Permen karet itu membantunya.

Sersan Ahmed mendengus. Dia tahu apa yang dilakukan Prajurit Smith. Dia tahu persis semua kebiasaan anak buahnya. Pertanyaan tadi hanya untuk membuat Smith tetap fokus. Semua pemandangan ini pasti mengganggu Smith. (Tere Liye, 106).

Smith lah yang berhasil menemukan Delisa. Dia tidak percaya akan apa

yang dilihatnya. Sesosok tubuh manusia yang masih bernyawa diantara ratusan

mayat yang sudah ditemukan sebelumnya. Tubuh Smith bergetar tak percaya akan

kejadian ini. Hal ini tampak pada pernyataan:

Mata Prajurit Smith membesar. “JESUS CHRIST!” Smith mendesis pelan menelan ludah. Lututnya

bergetar kehilangan tenaga, dan dia sontak jatuh terduduk. Berdebam lututnya meghantam tanah. Hatinya gentar seketika.

Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung. (Tere Liye, 108). Setelah Prajurit Smith menemukan Delisa. Dia masih bertanya-tanya

tentang keajaiban yang telah terjadi. Delisa masih bertahan hidup setelah berhari-

hari dia terkapar tak berdaya untuk bertahan hidup. Melihat Delisa, Smith seperti

mendapatkan hidayah dalam hidup. Semua pengingkarannya, semua

kebenciannya atas takdir hidup, semua kutukan atas musibah beruntun yang

menimpa keluarganya, anak dan istrinya harus tewas dalam waktu yang hampir

bersamaan, semua penolakannya selama ini luluh ketika melihat penderitaan

Delisa. Delisa menderita lebih banyak daripada apa yang telah dialami Smith,

tetapi Delisa ikhlas menerima semua musibah ini. Smith tersadar dari sikap

penolakannya selama ini. Hal ini tampak pada pernyataan:

Hidayah itu akhirnya datang padanya. Esok shubuh. Prajurit Smith akan mendatangi ruangan mushala yang terdapat di kapal induk itu. Patah-patah dibimbing Sersan Ahmed mengambil wudhu. Lantas bergetar menahan tangis mengucap syahadat.

Page 87: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Esok pagi Prajurit Smith memutuskan untuk menjalani hidup baru. Bukan soal pilihan agamanya – karena itu datang memanggilnya begitu saja, tetapi lebih karena soal bagaimana ia menyikapi kehilangannya selama ini. Penerimaan yang tulus. (Tere Liye, 114)

23. Dokter Elisa

Dokter yang merawat Delisa di rumah sakit kapal induk. Sabar merawat

semua pasien pasca tsunami terjadi. Dokter Elisa bertugas di rumah sakit darurat

kapal induk John F Kennedy. Bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Hal ini

tampak pada pernyataan:

“Bagaimana kondisinya?” Dokter Eliza bertanya. Dokter Eliza menghela nafas, beranjak mendekat. Memeriksa berbagai data dari kertas yang diberikan Sustre Sophie. Lembut memeriksa tubuh Delisa beberapa menit kemudian. “Sudah lima hari lima malam ia tidak siuman…. Ini akan sulit sekali!” “Apakah dia akan baik-baik saja?” Suster Sophi bertanya. “S-e-m-o-g-a…” Dokter Eliza hanya tersenyum tipis. Lantas melangkah memeriksa kondisi ibu-ibu yang terbaring di ranjang sebelah Delisa. (Tere Liye, 117).

Dokter Elisa sangat senang melihat perkembangan Delisa. Ia terlihat

semangat sekali memeriksa Delisa. Hal ini tampak pada pernyataan:

Dokter Elisa amat semangat memeriksa Delisa. Tersenyum hangat melihat semua data. Sejak siuman, kesehatan fisik Delisa maju sekali. Suster Sophi bahkan sekarang membantu melepas belalai-belalai itu – sudah tidak diperlukan. Delisa bahkan sudah bisa beringsut duduk. Dokter Elisa mengusap kepala plontos Delisa sebelum beranjak memeriksa ibu-ibu di sebelahnya. Memuji Delisa anak yang pandai. (Tere Liye, 131).

24. Suster Sophi

Seorang suster muslimah yang berasal dari Virginia, berusia 25 tahun.

Muslimah keturunan Turki ini seorang suster yang baik hati, ikhlas merawat

pasien-pasiennya, terutama Delisa. Suster Sophi sangat bersimpati terhadap

Delisa. Entah mengapa dia merasa sayang terhadap Delisa. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Suster Sophi masih menatap wajah teduh Delisa yang terbaring tak berdaya. Paras cantik Suster Sophi menatap bersimpati. Gadis kecil ini sungguh tak beruntung, di manakah keluarganya sekarang? Lantas berdoa

Page 88: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

dalam hati. Sungguh-sungguh memohon agar Engkau menyayangi gadis kecil ini. Menghela nafas sambil memperbaiki kerudungnya. Ya, Shopi satu diantara dua suster muslimah yang bekerja di rumah sakit kapal induk itu. Ia kelahiran negara bagian Virginia, 25 tahun silam. Sudah tiga tahun bertugas di gugus Kapal induk ini. Keturunan Turki. Muslimah yang baik. Ia juga suster yang baik. Ia yang meletakkan dua boneka teddy bear di sebelah Delisa sekarang. Yang berdoa setiap shalatnya agar Delisa segera sembuh. Meski ia sama sekali tidak tahu siapa nama gadis kecil yang sedang terbaring tak berdaya itu. Entah mengapa, Suster Shopi merasa amat dekat dengan Delisa. (Tere Liye, 117 118).

Suster Sophi memberikan semangat kepada Delisa. Sophi selalu

menemani Delisa saat dia di rumah sakit. Sophi merasa sangat dekat dengan

Delisa walaupun ia baru bertemu dengan Delisa di kapal induk ini. Keberadaan

Sophi membantu memulihkan mental Delisa. Mengisi kekosongan hidup delisa

yang kehilangan keluarganya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Shopi selalu menemaninya. Meski itu bukan jadwal piketnya. Gadis berumur 25 tahun itu menggantikan peran Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra dengan baik. Juga teman yang baik. (Tere Liye, 134).

25. Kak Ubai

Seorang sukarelawan PMI dari Jakarta yang membantu para korban

tsunami. Kak Ubai berinisiatif untuk memulai pengajian bagi anak-anak. Karena

Ustad Rahman tidak diketahui dimana rimbanya. Jadi dialah yang menggantikan

tugas Ustad Rahman. Hal ini tampak pada pernyataan:

Yang sulit dan memberatkan bagi Delisa sekarang adalah hafalan shalatnya. Sulit sekali. Padahal pengajian TPA mereka sudah dimulai. Adalah Kak Ubai, salah seorang sukarelawan dari Jakarta, yang mengambil inisiatif memulai pengajian buat anak-anak di meunasah darurat. Delisa mengaji setiap sore sekarang. Pengajian mereka juga digabung, hanya sekali sehari. Sore sebelum Ashar! Jadi Delisa tidak perlu buru-buru pulang selepas bel sekolah. Ia tidak akan terlambat. (Tere Liye, 173).

26. Ibu Guru Ani

Ibu guru Ani adalah satu-satunya guru SD yang selamat pasca tsunami

terjadi. Dia seorang guru di Ibtidaiyah Negeri 1 Lhok Nga bersama dengan Ibu

Guru Nur. Dulu dia hanya mengajar siswa kelas 6. Tetapi pasca tsunami Ibu guru

Page 89: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Ani harus mengajar semua siswa. Mulai dari kelas satu hingga kelas enam.

Walaupun mengajar dari kelas satu hingga kelas enam. Jumlah murid tidak terlalu

banyak karena anak-anak yang selamat dari tsunami juga tidak banyak. Hal ini

tampak pada pernyataan:

Ibu guru Ani adalah satu-satunya guru SD yang selamat. Dulu Ibu Guru Ani mengajar kelas enam. Delisa kasihan sekali melihat Ibu Guru Ani sekarang, terpaksa mengajar semua anak-anak. Mulai dari kelas satu hingga kelas enam. Tetapi karena anak-anak yang selamat tidak banyak, kelas itu digabung jadi satu, meskipun kelasnya jadi terlihat amat ganjil. Masa’ Delisa harus sekelas dengan kakak-kakak yang sudah duduk di kelas enam? (Tere Liye, 172 173).

Ibu Guru Ani sangat antusias membuka amplop coklat yang berisi surat

dari Michele dan Margaretha siswa kelas 1 Elementary Scholl Rose The Elizabeth,

London, Inggris. Surat itu berisi dukungan moral dari anak-anak Elementary

Scholl kepada anak-anak Lhok Nga korban tsunami. Dukungan yang diberikan

dari negara seberang, yang bahkan mereka belum pernah bertemu. Tetapi sudah

bersimpati terhadap penderitaan anak-anak Lhok Nga korban tsunami. Hal ini

tampak pada pernyataan:

“Anak-anak coba lihat ke depan. Ibu Guru baru saja mendapatkan surat buat kalian!”

“Dari anak-anak kelas 1 Elementary School Rose The Elizabeth, London. Inggris” Ibu Guru Ani menterjemahkannya keras-keras. Teman-teman Delisa bertatapan antusias. Delisa menyeringai. Pasti dari negara-negara jauh itu. Hari ini kenapa banyak sekali urusan yang menyangkut negara- negara jauh itu. (Tere Liye, 204).

27. Dokter Peter

Seorang dokter posko PMI. Dokter Peter selalu bertindak cepat dalam

menangani pasien. Pernyataan bahwa Dokter Peter adalah seorang dokter PMI

yang selalu bertindak tegas dan cepat tampak pada pernyataan:

“Mungkin dokter posko PMI masih jaga? Mungkin Dokter Peter masih terjaga?” Abi meletakkan kain dingin tersebut di dahi panas Delisa. “Bagaimana ceritanya bisa demam seperti ini, USMAN?” Dokter Peter memeriksa panik kondisi Delisa. Ini serius sekali.

“Kita harus membawanya ke rumah sakit, Usman! SEGERA!!” Dokter Peter berkata amat tegas. Dan tanpa menunggu jawaban Abi, Dokter Peter

Page 90: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

langsung meneriaki Ubai agar menggendong Delisa. (Tere Liye, 227 228).

Satu jam kemudian Dokter Peter keluar dari ruangan UGD. Melangkah pelan, mendekati Abi dan Ubai yang terduduk kuyu di atas kursi panjang. Tersenyum memegang bahu Abi yang terpekur diam. Abi mengangkat kepalanya. “Puji Tuhan, panasnya sudah mereda. Demamnya sudah turun, Usman! Tuhan memang selalu bersama anak-anak.” Dokter Peter menyeringai riang. (Tere Liye, 230).

28. Wak Burhan

Tetangga Abi Usman yang selamat dari bencana tsunami. Mempunyai

sifat yang humor. Saat Delisa dirawat di rumah sakit karena panas, Wak Burhan

menyempatkan diri untuk menjenguk Delisa. Humornya juga tidak berkurang. Hal

ini tampak pada pernyataan:

“Kabar sakitnya Delisa menjadi headline kota Lhok Nga, Usman.” Itu becandaan riang Wak Burhan. Delisa nyegir tidak mengerti apa maksudnya, hanya mencatat ada kata baru: headline, besok-besok dia bakal tanya ke Abi apa maksudnya. (Tere Liye, 240).

3. Latar/setting

Berikut ini adalah analisis latar novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere

Liye.

a. Latar Tempat

Latar adalah tempat menunjuk pada lokasi peristiwa. Nama tempat yang

digunakan yaitu nama tempat yang nyata, misalnya, nama kota, instansi atau

tempat-tempat tertentu. Penggunaan nama tempat haruslah tidak bertentangan

dengan sifat atau geografis tempat yang bersangkutan, karena setiap latar tempat

memiliki karakteristik dan ciri khas sendiri.

Latar tempat pada novel Hafalan Shalat Delisa pada awal ceritanya terjadi

di Lhok Nga, seperti digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Lhok Nga menggeliat dalam remang. Cahaya matahari menyemburat dari balik bukit yang memagari kota. Orang-orang sudah dari tadi kembali dari meunasah. Orang-orang beranjak mengukir hari. (Tere Liye, 5) Pengarang menggambarkan kejadian di pasar Lhok Nga, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Page 91: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Pasar Lhok Nga ramai sekali. Hari ahad begini. Semua seperti sibuk belanja. Sepanjang jalan tadi, Delisa kencang memegang baju Ummi. (Tere Liye, 19). Pengarang menggambarkan kejadian di sekolah di kota London, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Elementary School Rose The Elizabeth. Tepat di jantung kota London. Saat bel gereja berdentang delapan kali. Michele dan Margaretha, kembar enam tahun berdiam diri. Mukanya tertunduk takjim. (Tere Liye, 86) Pengarang menggambarkan kejadian di bekas rumah Delisa, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Di bekas rumah Delisa yang hanya tinggal marmer putih dan pondasi semata kaki, Abi masih tergugu panjang sepanjang hari. (Tere Liye, 118). Teuku Dien, tetangga terpisah sepuluh rumah Delisa di Lhok Nga datang ke bekas rumah mereka. Malam semakin larut. (Tere Liye, 122). Pengarang menggambarkan kejadian di kapal induk tempat Delisa dirawat,

seperti digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Kembali ke ruang rawat Delisa di kapal Induk yang membuang sauh tiga puluh kilometer dari bibir pantai ujung barat-laut pulau Sumatera. (Tere Liye, 123).

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan kapan peristiwa tersebut terjadi. Latar

yang diceritakan harus sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Penekanan

waktu lebih pada keadaan hari, misalnya, pada pagi, siang, atau malam.

Penekanan ini dapat juga berupa penunjukan waktu yang telah umum, misalnya,

maghrib, subuh, ataupun dengan cara penunjukan waktu pukul jam tertentu.

Pengarang menggambarkan kejadian pada waktu subuh, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Adzan subuh dari meusanah terdengar syahdu. Bersahutan satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap. Jangan salah, gelap-gelap seperti ini kehidupan sudah dimulai. Remaja tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak lelaki bergegas menjamah sarung dan kopiah. Anak gadis menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka pintu rumah menuju meunasah. Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah. (Tere Liye, 1)

Page 92: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Subuh pertama sejak kembalinya Delisa ke Lhok Nga. Delisa terbangun pas muadzin di salah satu tenda darurat mengucapkan takbir pertama. (Tere Liye, 160) Pengarang menggambarkan kejadian dengan menyebutkan hari, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Hari ini seperti yang dibilang sebelumnya adalah hari Ahad. Jadi Delisa tidak sekolah. Juga kakak-kakaknya. (Tere Liye, 10).

Sabtu sore. Kak Ubai mengajak kelas mengaji TPA-nya belajar di luar. Mereka semenjak pulang sekolah sudah berkumpul senang di depan meunasah. (Tere Liye, 258).

Pengarang menggambarkan kejadian dengan menceritakan kejadian waktu

dengan penjelasan tanggal, bulan, dan tahun, seperti digambarkan pada kutipan

dibawah ini:

Tubuh lemah Delisa terus terseret jauh gelombang tsunami. Terikat di atas papan. Bersama ribuan orang lainnya. hari itu pagi Ahad, 26 Desember 2004. Penduduk dunia mencatatnya! (Tere Liye, 74) SORE itu, Sabtu, 21 Mei 2005. Seleas shalat ashar yang penuh makna, Delisa melanjutkan belajar menggurat kaligrafi di atas pasir di dalam ember plastik. (Tere Liye, 263)

Tulisan 26 Desember 2004 dan 21 Mei 2005 menunjukkan latar waktu

pada tanggal 26 bulan Desember dan 21 bulan Mei, tahun 2004 dan 2005.

Tanggal, bulan, dan tahun tersebut dapat membantu pembaca mempunyai

gambaran tentang peristiwa yang terjadi.

Pengarang menggambarkan kejadian pada waktu siang, sore,dan malam

hari seperti digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Sore hari. dunia masih menyeringai! Kabar gempa itu seperti tak ada bedanya dengan bencana dunia lainnya. (Tere Liye, 77) Senin siang! Bencana itu semakin jelas. Angka korban memang lambat bertambah. (Tere Liye, 80) Malam datang! Hujan deras turun lagi. (Tere Liye, 102) Pengarang menggambarkan kejadian waktu menggunakan keterangan

waktu seperti digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Sekarang sudah jam sepuluh lewat lima. Buru-buru Delisa ke meunasah yang terletak dua ratus meter dari rumahnya. (Tere Liye, 36)

Page 93: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

JAM TUJUH PAGI. Super Puma itu melesat lagi dari kapal induk. (Tere Liye, 105) malam ketiga ketika Delisa terbaring tak berdaya. Pukul 02.45. Dua pertiga malam. Waktu terbaik yang Engkau janjikan. (Tere Liye, 112).

Pengarang menggambarkan kejadian pada waktu maghrib, seperti

digambarkan pada kutipan dibawah ini:

Abi pulang maghrib-maghrib ke tenda. Delisa sejak tadi duduk menunggu. Mereka mengambil jatah makan malam di dapur umum. (Tere Liye, 158)

c. Latar Sosial

Latar sosial merujuk pada berbagai hal yang berkaitan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat pada tempat tertentu. Hal tersebut meliputi masalah

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir,

serta hal-hal yang termasuk latar spiritual. Latar sosial yang terdapat dalam novel

digambarkan salam kutipan di bawah ini:

Keluarga Abi Usman memang bahagia. Apalagi yang kurang? Empat anak yang salehah. Kehidupan yang berkecukupan. Bertetangga dengan baik dan hidup bersahaja. Apa adanya. Mereka tinggal di komplek perumahan sederhana. Dekat sekali dengan tubir pantai. (Tere Liye, 10). Bukankah sudah dikatakan sebelumnya, Delisa memang ngetop di Lhok Nga. Kebiasaannya berkeliling dari satu tenda ke tenda lain membuatnya dikenal. Apalagi melihat tampangnya yang amat berbeda. Semua orang seperti berkepentingan untuk menjenguknya. “Kabar sakitnya Delisa menjadi headline kota Lhok Nga, Usman.” Itu becandaan riang Wak Burhan. Delisa nyegir tidak mengerti apa maksudnya, hanya mencatat ada kata baru: headline, besok-besok dia bakal tanya ke Abi apa maksudnya. (Tere Liye, 239 240).

Data tersebut menggambarkan setting sosial berupa beberapa keterangan

tentang keluarga Abi Usman yang memang sangat bersahaja dalam bertetangga.

Dan yang paling berkesan adalah putri bungsunya yang mempunyai kebiasaan

berkeliling dari satu tenda ke tenda lainnya hanya untuk menjenguk dan sekedar

bermain dengan para korban tsunami. Kebiasaan bersosial seperti itu membuatnya

terkenal dimana-mana.

Page 94: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

4. Alur/plot

Plot dalam novel Hafalan Shalat Delisa digambarkan dengan bagus dan

menarik. Tere Liye menggunakan berbagai alur cerita dengan pembagian pada

masing-masing cerita untuk mempermudah pembaca dalam menikmati novel

Hafalan Shalat Delisa ini.

Alur dalam novel Hafalan Shalat Delisa adalah alur maju, dapat dibagi

menjadi tujuh, yaitu eksposisi, inciting moment, ricing action, complication,

klimaks, falling action, dan denovement.

a. Tahap Eksposisi

Tahap pemaparan dimulai saat pengarang memaparkan latar waktu novel

pada saat subuh sebagai latar waktu para tokoh ditampilkan oleh pengarang. Hal

ini tampak pada pernyataan:

Adzan subuh dari meusanah terdengar syahdu. Bersahutan satu sama lain. Menggetarkan langit-langit Lhok Nga yang masih gelap. Jangan salah, gelap-gelap seperti ini kehidupan sudah dimulai. Remaja tanggung sambil menguap menahan kantuk mengambil wudhu. Anak lelaki bergegas menjamah sarung dan kopiah. Anak gadis menjumput lipatan mukena putih dari atas meja. Bapak-bapak membuka pintu rumah menuju meunasah. Ibu-ibu membimbing anak kecilnya bangun shalat berjamaah. (Tere Liye, 1) Kutipan tersebut merupakan paparan waktu yang dijadikan sebagai latar

waktu dimana para tokoh mulai beraktivitas yang diawali dengan aktivitas shalat

berjamaah.

b. Tahap Inciting Moment

Pemunculan konflik ini terjadi ketika Delisa dibelikan kalung oleh Ummi.

Kalung berbandul huruf D yang membuat Aisyah cemburu. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Aisyah menatap sirik. Ia benar-benar cemburu. Kalung milik Delisa jelas-jelas lebih bagus dibandingkan miliknya. Kan nggak ada huruf A. A untuk Aisyah. Aisyah diam saja sepanjang sisa sore. Ia hanya datar melihat Fatimah, Zahra dan Delisa bermain bulu tangkis di halaman rumput sebelah rumah. (Tere Liye, 23)

Page 95: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

c. Tahap Peningkatan Konflik (Rising Action)

Peningkatan konflik ini terjadi ketika Aisyah mendengar bahwa Delisa

juga akan mendapatkan hadiah sepeda dari Abinya jika Delisa berhasil

menghafalkan bacaan shalatnya. Rasa cemburu yang dirasakan Aisyah kepada

Delisa membuat Aisyah menangis serta tidak mau menerima telepon dari Abinya.

Hal ini tampak pada kutipan berikut:

“Ah iya, nanti Abi juga kasih hadiah buat Delisa. Sepeda!” Abi berkata lembut. Aisyah menatap semakin terluka dari atas kursi. Giliran Aisyah. Ya Allah, Aisyah mentah-mentah menolak bicara. “Aisyah, ayo…. Abi nunggu nih!” Ummi menatap tajam. Aisyah tetap tak bergeming. (Tere Liye, 30) Aisyah yang menangis tidak mengibaskan tangan itu. Tidak juga menoleh ke arah Delisa. Hatinya kebas, jadi ia tidak memikirkan hal lain kecuali kecemburuannya. Tidak mendengarkan pertanyaan adiknya yang sok-perhatian. (Tere Liye, 32)

d. Tahap Complication

Tahap ini merupakan tahap semakin rumitnya sebuah konflik. Muncul

ketika bencana tsunami melanda Lhok Nga. Dan membuat semuanya porak-

poranda. Hal ini tampak pada kutipan berikut:

“Allahu-akbar!” Seratus tiga puluh kilometer dari Lhok Nga. Persis ketika Delisa usai ber-takbiratul-ihram; Persis ucapan itu hilang dari mulut Delisa. Persis di tengah lautan luas yang beriak tenang. Persis di sana! LANTAI LAUT RETAK SEKETIKA. Dasar bumi terban seketika! Merekah panjang ratusan kilometer. Menggetarkan melihatnya. Bumi menggeliat. Tarian kematian itu mencuat. Mengirimkan pertanda kelam-menakutkan. (Tere Liye, 66) Gelombang tsunami sudah menghantam bibir pantai Lhok Nga. Orang-orang yang di pagi Ahad biasanya duduk-duduk menikmati hari di pasir pantai berteriak terperanjat. Terkejut melihat betapa dahsyatnya ombak yang tiba. Plesir mereka berubah menjadi tarian kematian. Terlambat, gelombang itu menyapu lebih cepat. Tanpa ampun. Tanpa pandang bulu. (Tere Liye, 70)

e. Tahap Klimaks (Climax)

Tahap klimaks merupakan tahap permasalahan yang dihadapi tokoh

mencapai klimak atau puncaknya. Terjadi ketika tsunami memporak-porandakan

kehidupan Delisa dan merenggut semua orang yang disayangi Delisa. Mereka

Page 96: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

meninggal karena terjadi tsunami. Merenggut semua kebahagiaan Delisa. Hal ini

tampak pada kutipan berikut:

Tubuh lemah Delisa terus terseret jauh gelombang tsunami. Terikat di atas papan. Bersama ribuan orang lainnya. hari itu pagi Ahad, 26 Desember 2004. Penduduk dunia mencatatnya! (Tere Liye, 74) Musnah! Semuanya musnah. Benar-benar tak bersisa. Hening. Inilah yang disebut kehancuran dalam senyap, setelah gelombang tsunami itu kembali ke laut. (Tere Liye, 77).

f. Tahap Falling Action

Tahap ini merupakan tahap menurunnya konflik yang telah terbangun

setelah mencapai klimaksnya. Tahap ini bermula ketika ditemukannya Delisa

setelah berhari-hari terdampar di perbukitan. Dan Delisa bertemu dengan Abi.

Setelah berhasil ditemukan oleh Smith, kemudian Delisa dibawa ke rumah sakit

kapal induk John F Kennedy. Delisa sudah pingsan selama tujuh hari sebelum dia

ditemukan. Dan Delisa juga masih belum siuman selama berhari-hari pasca

operasi di rumah sakit. Setelah Delisa siuman, dia bingung dengan keadaan yang

dialaminya. Semuanya ini terasa begitu menyakitkan dan memilukan bagi Delisa.

Tsunami telah merenggut semuanya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Delisa menatap kosong. Ia tiba-tiba tidak bisa berpikir lebih banyak lagi. Terhenti begitu saja. Setelah menyebut nama Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, dan Kak Aisyah tadi, ingatannya pelan-pelan kembali. Masalahnya ingatan itu kembali bersama “sepotong” hati dan otak yang tertinggal. Apalagi setelah melihat kakinya yang terpotong. Tidak ada lagi jari-jemari disana. Mata kaki. Betis. Hilang. Delisa terdiam. Semua ini terasa menyedihkan. Terasa memilukan. Mata Delisa mulai basah berair. (Tere Liye,130)

Setelah diijinkan pulang dari rumah sakit kapal induk tempat Delisa

dirawat. Delisa bersama Abi kembali ke Lhok Nga. Delisa senang sekali kembali

ke tempat tinggalnya. Ia rindu dengan semuanya. Apa pun itu bentuknya

sekarang. Apa pun itu yang masih ada. Tetapi Delisa hanya bisa menatap kosong

melihat kotanya hancur tak bersisa. Hanya tinggal lapangan luas dengan puing-

puing bangunan di sana-sini. Tetapi Delisa tidak larut dalam kesedihan. Ia siap

untuk meneruskan kehidupannya yang sudah berubah. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Page 97: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Bagi Delisa kehidupan sudah kembali. Bagi Delisa semua ini sudah berlalu. Bagi Delisa hari lalu sudah tutup buku. Ia siap meneruskan kehidupan. Tak ada yang perlu dicemaskan. Tak ada yang perlu ditakutkan. Delisa siap menyambung kehidupan; meski sedikit pun ia belum mengerti apa itu hakikat hidup dan kehidupan. (Tere Liye, 157).

g. Tahap Penyelesaian (Denouement)

Pada tahap penyelesaian diceritakan akhirnya Delisa berhasil

menyelesaikan hafalan shalatnya dan berhasil menemukan Umminya, walaupun

tinggal kerangka saja. Dia bisa menjalankan shalat pertamanya dengan sempurna.

Delisa bisa menghafal bacaan shalatnya setelah ia mengalami kesulitan untuk

menghafalnya kembali. Tapi kini Delisa selesai menyelesaikan hafalan shalatnya

dan shalat dengan sempurna. Hal ini tampak pada pernyataan:

Dan Delisa entah mengapa terisak pelan. Delisa menangis. Matanya basah. Ya Allah, Delisa akhirnya menyadari kalau ia baru saja bisa mengerjakan shalatnya dengan lengkap. Gadis kecil itu bahagia sekali. Untuk pertama kalinya ia menyelesaikan shalatnya dengan baik. Shalat yang indah. Delisa membaca dari awal hingga akhir bacaan shalatnya. Tidak lupa! Tidak tertukar-tukar. (Tere Liye, 261).

Pasca tsunami terjadi keberadaan Ummi Salamah tidak pernah diketahui.

Mayatnya tidak pernah ditemukan. Tidak ada yang tahu dimana keberadaan

Ummi Salamah. Tetapi di akhir cerita diceritakan bahwa Delisa menemukan

kerangka putih yang membawa kalung yang berbandul huruf D. D untuk Delisa.

Kerangka itu adalah Ummi Salamah. Hal ini tampak pada pernyataan:

Kalung itu ternyata bukan tersangkut di dedahanan. Tidak juga tersangkut di dedaunan. Tetapi kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Tulang-belulang. Utuh. Bersandarkan semak belukar tersebut. “U-m-m-i!”

Delisa mendesis lemah, lantas detik berikutnya, jatuh terjerembab ke dalam sejuknya air sungai. Delisa buncah oleh sejuta perasaan itu. Delisa- Ummi….. Dan seribu malaikat yang mengungkung bukit mengucap namaMu…. Seribu malaikat yang mengungkung bukit melesat ke atas langit…. Kembali! Semua urusan sudah usai. (Tere Liye, 264 265).

Page 98: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

5. Amanat

Amanat adalah apa yang ingin pengarang sampaikan kepada pembacanya.

Tema ini bisa berupa pesan moral, ajakan, provokasi, atau lainnya. Tema dan

pesan cerita adalah makna terdalam dari cerita itu sendiri. Amanat dalam novel ini

adalah ajakan kita untuk bersyukur dalam hidup. Kita seharusnya sebagai manusia

harus tegar, ikhlas dan tulus dalam menghadapi semua musibah. Apapun bencana

yang terjadi, janganlah sekali-kali meninggalkan Allah. Sesungguhnya Allah

selalu melihat keikhlasan seseorang. Hal ini nampak pada pernyataan:

Anak ini jelas kehilangan lebih banyak dibandingkan ia. Anak ini jelas kehilangan nama-nama itu. Kehilangan rumah, sekolah, teman-teman, tempat bermain dan segalanya. Tetapi lihatlah, gadis kecil ini menganggap semua kepergian itu dengan sederhana. Benar-benar sederhana. Tidak ada penolakan. Tidak ada pengingkaran. Bahkan gadis kecil dengan mata hijau beningnya, ringan hati telah membuatkan almarhum suaminya nisan yang indah. (Tere Liye, 169)

Terdapat lima unsur yang membangun novel Hafalan Shalat Delisa karya

Tere Liye, kelima unsur tersebut yaitu tema, penokohan, latar, alur, amanat dapat

mudah dipahami oleh pembaca. Tema dari novel Hafalan Shalat Delisa adalah

tentang kecintaan seorang anak berusia enam tahun terhadap keluarganya dan

mencoba mengenali Tuhannya melalui hafalan-hafalan bacaan shalat yang telah

diajarkan oleh Ummi serta Ustadz tempat ia mengaji.

Novel Hafalan Shalat Delisa mempunyai tokoh utama yaitu Delisa. Dan

tokoh tambahan, yaitu Ummi Salamah, Abi Usman, Fatimah, Cut Aisyah, Cut

Zahra, Koh Acan, Ustad Rahman, Ibu Guru Eli, Teuku Umam, Teuku Dien, Tiur,

Ummi Tiur, Ibu Guru Nur, Dr. Michael J Fox, Junior, Jinny, Profesor Strout,

Laksamana Jensen Hawk, Michelle, Margaretha, Sersan Ahmed, Prajurit Smith,

Dokter Elisa, Suster Sophie, Kak Ubai, Ibu Guru Ani, Dokter Peter, dan Wak

Burhan.

Latar dalam novel Hafalan Shalat Delisa, dapat dibagi menjadi tiga, yaitu

latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. Alur dalam novel Hafalan Shalat

Delisa, dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu eksposisi yaitu pemaparan keadaan awal

dalam novel; inciting moment berawal ketika Delisa dibelikan kalung oleh Ummi

untuk hadiah hafalan shalatnya dan Aisyah cemburu terhadap Delisa karena

Page 99: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

kalung milik Delisa lebih bagus daripada miliknya; ricing action terjadi ketika

Aisyah mendengar bahwa Delisa juga akan mendapatkan hadiah sepeda dari

Abinya jika Delisa berhasil menghafalkan bacaan shalatnya. Rasa cemburu yang

dirasakan Aisyah kepada Delisa membuat Aisyah menangis serta tidak mau

menerima telepon dari Abinya; complication muncul ketika bencana tsunami

melanda Lhok Nga. Dan membuat semuanya porak-poranda; klimaks terjadi

ketika tsunami memporak-porandakan kehidupan Delisa dan merenggut semua

orang yang disayangi Delisa. Mereka meninggal karena terjadi tsunami.

Merenggut semua kebahagiaan Delisa; falling action tahap ini bermula ketika

ditemukannya Delisa setelah berhari-hari terdampar di perbukitan. Dan Delisa

bertemu dengan Abi; dan denovement tahap penyelesaian diceritakan akhirnya

Delisa berhasil menyelesaikan hafalan shalatnya dan berhasil menemukan

Umminya, walaupun tinggal kerangka saja.

Amanat dalam novel ini adalah ajakan kita untuk bersyukur dalam hidup.

Kita seharusnya sebagai manusia harus tegar, ikhlas dan tulus dalam menghadapi

semua musibah. Apapun bencana yang terjadi, janganlah sekali-kali

meninggalkan Allah. Sesungguhnya Allah selalu melihat keikhlasan seseorang.

Bertolak dari analisis struktural novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere

Liye di atas, dapat disimpulkan bahwa unsur yang membangun novel tersebut

merupakan bentuk keseluruhan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain

saling terkait dan menjalin kesatuan yang mendukung totalitas makna. Hal ini

dapat dilihat dari jalinan cerita yang merupakan hasil perpaduan antara alur,

penokohan, dan latar.

2. Konflik Batin yang Dialami Tokoh

Pembahasan aspek psikologi sastra atau proses kejiwaan tokoh dalam

novel Hafalan Shalat Delisa, akan diteliti unsur psikologi sastra dari tokoh-tokoh

dalam cerita tersebut, dengan pelaksanaan perwatakan yang digambarkan

memiliki perkembangan konflik yang dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern

(lingkungan). Analisis ini dilakukan dengan teori kepribadian yang dikemukakan

oleh Sigmund Freud dalam teori Psikoanalisis, seperti yang telah diuraikan dalam

landasan teori bahwa sumber dari proses kejiwaan manusia terdiri dari tiga sistem

Page 100: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

yaitu ego, id, dan super ego. Aspek struktur kepribadian melalui the id, the ego,

dan super ego. The id/Das Es (aspek biologis) merupakan sistem kepribadian

yang asli dan sumber dari semua energi dan dorongan. Id berisi segala sesuatu

yang secara psikologis diwariskan dan telah ada sejak lahir (unsur-unsur biologis),

termasuk insting-insting. Id tidak memandang benar atau tidaknya pemikiran

terhadap suatu perbuatan. Jadi, id tidak memandang pada segala hal yang bersifat

objektif, melainkan lebih ke hal-hal yang bersifat subjektif dalam sebuah

kenyataan. The Ego/Das Ich (aspek psikologi) merupakan pelaksana dari

kepribadian. Peran ego ialah menjadi perantara antara kebutuhan-kebutuhan

instingtif dengan keadaan lingkungan. Ego dalam diri manusia menghasilkan

kenyataan dengan rencana tindakan yang telah dikembangkan melalui pikiran dan

akal tersebut. The Super Ego/Das Ueber Ich (aspek sosiologis) merupakan aspek-

aspek yang berkaitan dengan latar belakang sosial dari kepribadian. Super ego

adalah adalah suara hati atau bagian moral dari kepribadian. Dalam hal ini, super

ego bersifat sebagai kontrol terhadap adanya dorongan-dorongan dari id dan ego

pada diri manusia yang mengalami konflik (Suryabrata, 2007: 127-128). Konflik

yang akan mempengaruhi proses kejiwaan dari konflik yang terjadi di dalam diri

tokoh maupun dengan tokoh yang lain yang digambarkan melalui konflik internal

dan eksternal dari diri tokoh-tokohnya. Untuk lebih jelasnya penulis akan

melakukan pembahasan mengenai konflik batin yang dialami oleh para tokoh.

Pembahasan terhadap konflik batin tokoh dalam novel Hafalan Shalat

Delisa akan diuraikan sebagai berikut:

1. Delisa merindukan Ibu dan saudaranya

Delisa sedang bermimpi bertemu dengan Ummi dan kakak-kakaknya.

Tetapi Delisa bingung mengapa mereka semua tidak tahu kalau Delisa ada di

depan mereka. Mereka hanya melewati Delisa dan Delisa pun bingung dengan

keadaan itu. Delisa berusaha berteriak memanggil mereka, tetapi tidak ada yang

mendengar. Delisa berusaha untuk berdiri, tetapi hal itu sulit untuk dilakukan.

Delisa takut dan bingung. Hal ini tampak pada pernyataan di bawah ini:

Page 101: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Delisa sedang duduk, saat mereka datang. Hei! Delisa tidak bisa bergerak. Hei! Delisa tidak bisa berdiri. Dan mereka berempat mengapa hanya berlalu begitu saja melewati Delisa. Ummi, Kak Fatimah, Kak Aisyah, Kak Zahra melangkah menjauh, tidak menoleh. Bukankah mereka akan menjemputku? Delisa panik. Tidak! Bagaimana mungkin mereka hanya lewat begitu saja di depannya. Lewat di depannya yang sedang duduk di atas tepi jalan menuju gerbang taman tersebut. Bukankah tidak ada siapa-siapa kecuali mereka di sini. “UMMI!” Delisa berteriak kencang. Berusaha menggerakkan kakinya. Berusaha berdiri. Berusaha merangkak dari tepi jalan tersebut. Ummi tidak mendengar. “KAK FATIMAH!” Delisa mulai panik. Bagaimana mereka tak mendengarnya. Bagaimana mereka tak tahu kalau aku tertinggal di belakang. Kak Fatimah tidak mendengar. “KAK ZAHRA!” Delisa semakin takut. Kak Zahra sama sekali tidak mendengar. Ya Allah, apa yang terjadi dengan semua ini. Delisa takut. Delisa gentar. Delisa tak ingin ditinggal sendirian. Ke mana pun mereka akan pergi… Delisa ingin ikut. Delisa meronta-ronta. Badannya tetap saja tak bergeming. Apa yang terjadi dengan tubuhnya. Bagaimana Delisa sedikit pun tidak bisa bergerak untuk menyusul mereka. “KAK AISYAH!” Delisa tersengal. Suaranya lebih dari panik sekarang. Ia berteriak sekencang yang ia bisa. Suaranya parau. Parau oleh tangisan. Parau oleh kecemasan. (Tere Liye, 82 83).

Id di dalam diri Delisa ingin ikut bersama dengan Ummi dan kakak-

kakaknya. Ego di dalam diri Delisa berusaha untuk merealisasikan id melalui

tindakan berteriak memanggil Ummi dan kakak-kakaknya namun tidak ada yang

mendengar. Berusaha untuk berdiri namun tidak bisa. Delisa hanya meronta-ronta

kebingungan karena tubuhnya tidak bisa digerakkan untuk menyusul Ummi dan

kakak-kakaknya. Superego di dalam diri Delisa menganggap bahwa tindakan dan

keputusan yang dilakukan oleh Delisa itu sudah tepat, karena Delisa melakukan

hal ini untuk bisa ikut dengan Ummi dan kakak-kakaknya. Superego telah

memutuskan bahwa tindakan yang diambil oleh Delisa sudah benar, sehingga

mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut agar

dapat mencapai tujuannya yaitu bisa ikut dengan Ummi dan kakak-kakaknya

pergi. Tetapi pada kenyataannya Delisa tidak bisa ikut bersama Ummi dan kakak-

kakaknya, karena mereka semua sduah meninggal. Sedangkan Delisa bertemu

dengan mereka hanya di dalam mimpi.

Page 102: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

2. Delisa ketakutan melihat mayat Tiur.

Delisa gemetar melihat mayat Tiur yang ada di dekatnya. Delisa berusaha

menahan tangis dan menutup matanya. Delisa benar-benar takut sehingga ia

pingsan. Id di dalam diri Delisa ingin menghilangkan ketakutannya melihat mayat

Tiur yang ada di dekatnya dengan cara memejamkam mata. Ego di dalam diri

Delisa berusaha untuk merealisasikan id melalui tindakan memejamkan mata dan

menggeleng-gelengkan kepala agar bayangan Tiur menghilang. Namun bayangan

itu semakin kuat mencengkeram pikiran Delisa. Tubuh Delisa bergetar karena rasa

takut yang berlebihan. Superego di dalam diri Delisa menganggap bahwa tindakan

dan keputusan yang dilakukan oleh Delisa itu sudah tepat, karena Delisa

melakukan hal ini untuk menghilangkan rasa takutnya karena melihat mayat Tiur.

Superego telah memutuskan bahwa tindakan yang diambil oleh Delisa sudah

benar, sehingga mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran

tersebut agar dapat mencapai tujuannya yaitu untuk menghilangkan ketakutan

terhadap mayat Tiur.

Delisa gemetar menahan tangis. Saking gemetarnya, tubuhnya bergoyang-goyang di semak belukar. Ia takut. Ia takut sekali menatap mayat Tiur. Memandang tubuh membeku teman terbaiknya. Delisa berusaha menutup matanya. Justru muka pucat Tiur memenuhi benaknya. Delisa berusaha menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusir bayangan itu. Justru tubuh membeku Tiur semakin mencengkeram pikirannya! Delisa takut! Teramat takut. Dan ia jatuh pingsan lagi. (Tere Liye, 94)

3. Harapan Delisa untuk tetap hidup

Delisa yang masih hidup belum juga ditemukan oleh tim relawan.

Keadaannya kini bertambah mengenaskan. Sudah tujuh hari tujuh malam Delisa

terkapar tak berdaya. Tetapi ia sudah mulai terbiasa dengan keadaan sekitarnya. Ia

tidak takut lagi dengan mayat Tiur, gelap malam dan sepinya kota. Keadaan

tubuhnya sungguh mengenaskan. Delisa masih berjuang untuk bertahan hidup. Id

di dalam diri Delisa ingin memanggil orang yang melintas di depannya. Delisa

ingin berteriak memanggil tetapi bibirnya sudah lemah. Ego di dalam diri Delisa

berusaha untuk merealisasikan id melalui tindakan memanggil orang yang

melintas di dekatnya namun bibirnya tidak kuat untuk berteriak. Delisa sangat

Page 103: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

ingin ditemukan karena ia sudah sangat lelah berhari-hari mengalami situasi yang

mengenaskan. Superego di dalam diri Delisa menganggap bahwa tindakan dan

keputusan yang dilakukan oleh Delisa itu sudah tepat, karena Delisa melakukan

hal ini untuk bisa ditemukan oleh orang yang melintas di dekatnya. Superego

telah memutuskan bahwa tindakan yang diambil oleh Delisa sudah benar,

sehingga mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut

agar dapat mencapai tujuannya yaitu bisa ditemukan oleh relawan yang melintas,

namun hal itu tidak dapat terjadi karena pada kenyataannya bibir Delisa sangat

lemah untuk bisa memanggil orang yang melintas di dekatnya.

Hal ini tampak pada pernyataan:

Tubuh Delisa terpanggang oleh teriknya matahari. Tubuhnya semakin mengenaskan. Air dan beberapa buah apel yang memang mengisi perutnya dengan baik semalaman, tetapi itu tidak cukup untuk mengurangi semua rasa sakit. Menjelang sore, kaki kanannya sudah benar-benar tak berasa lagi. Seperti tidak ada lagi di sana, saking kebasnya. Matanya perih menahan panas seharian. Kerudung biru yang sekarang ditutupkannya di atas dahi tidak membantu banyak. Delisa sudah lelah menangis. Air matanya sudah habis sepanjang hari. Tujuh hari tujuh malam sudah ia terkapar. Ia tidak takut lagi dengan mayat Tiur yang mulai membusuk. Ia tidak takut lagi menatap sepinya kota. Tidak takut lagi menatap gelapnya malam. Bahkan Delisa tidak peduli dengan hujan deras yang selalu turun tiap malam. Mengeriputkan badan kecilnya. Tadi pagi beberapa orang yang selamat melintas di dekatnya. Delisa ingin berteriak memanggil. Sayang bibirnya sudah lemah. Ia sudah tak mampu berteriak lagi. Ia sudah terlampau lemah walau sekadar menggerakkan kepala. Menatap nelangsa orang-orang tersebut bergegas menjauh darinya. (Tere Liye, 101).

4. Delisa ingin tinggal bersama Ibunya

Id di dalam diri Delisa ingin sekali untuk tinggal bersama Umminya.

Namun Umminya tidak mengizinkan Delisa untuk tinggal. Ego di dalam diri

Delisa berusaha untuk merealisasikan id melalui tindakan memaksa Ummi agar

dia diijinkan tinggal bersama di tempat itu. Superego di dalam diri Delisa

menganggap bahwa tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh Delisa itu sudah

benar, karena Delisa ingin sekali tinggal bersama dengan Umminya. Superego

telah memutuskan bahwa tindakan yang diambil oleh Delisa sudah benar,

Page 104: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

sehingga mampu mendorong id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut

agar dapat mencapai tujuannya yaitu bisa tinggal bersama dengan Umminya.

Tampak pada pernyataan:

“Delisa mau tinggal di sini…“ Delisa ngotot sekali lagi. Lupa, bukankah selama ini kalau Ummi sudah menggeleng, maka ia tidak pernah bisa tawar-manawar lagi. “TIDAK! Delisa tidak bisa tinggal di sini!” “TAPI DELISA INGIN! DELISA I-N-G-I-N!!” Delisa bandel mencengkeram baju Ummi. “Delisa harus kembali, Sayang. Delisa harus menyelesaikannya!” Ummi tersenyum tipis menyentuh bahunya. Sentuhan itu sugestif sekali. Membunuh semua kengototan di hati Delisa. Seketika. “Menyelesaikan apa?” Delisa sekarang terbata bingung. “Delisa harus menyelesaikan hafalan bacaan shalat itu, Sayang. Delisa harus menyelesaikannya!” (Tere Liye, 236).

5. Delisa kesulitan menghafal bacaan shalat

Delisa mengalami kesulitan dalam menghafal bacaan shalat lagi. Semua

hafalan yang sudah berhasil ia hafalkan, harus hilang dengan mudah dan sulit

untuk menghafalnya kembali. Semakin Delisa berusaha menghafalkan, semakin

sulit bagi Delisa untuk menghafalnya. Lalu Delisa memutuskan berhenti dan

meletakkan buku hafalan shalat itu kembali ke dalam tas. Id di dalam diri Delisa

ingin sekali untuk bisa menghafalkan bacaan shalat. Namun Delisa mengalami

kesulitan untuk menghafalnya. Ego di dalam diri Delisa berusaha untuk

merealisasikan id melalui tindakan mencoba menghafal bacaan itu dengan sekuat

tenaga walaupun hasilnya tetap nihil. Superego di dalam diri Delisa menganggap

bahwa tindakan yang dilakukan oleh Delisa itu sudah benar, karena Delisa ingin

sekali bisa menghafal bacaan shalatnya. Superego telah memutuskan bahwa

tindakan yang diambil oleh Delisa sudah benar, sehingga mampu mendorong id

dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut agar dapat mencapai tujuannya

yaitu bisa menghafal bacaan shalatnya. Tampak pada pernyataan:

Malam semakin beranjak matang. Delisa tidak bisa tidur. Tadi selepas Abi shalat isya. Delisa membuka tas yang dibawanya dari kapal induk. Mengambil buku hafalan bacaan shalatnya. Mencoba mulai menghafal. Sama saja. Tulisan-tulisan itu tetap rumit. Seolah-olah menolak mentah-mentah Delisa untuk memahaminya.

Page 105: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Delisa menghela nafas. Lelah ia mengulang-ulang kalimat pertama doa iftitah. Semakin diulang, semakin lupa. Delisa kemudian memutuskan berhenti. Memasukkan buku itu kembali ke dalam tas. Duduk termenung. (Tere Liye, 159). Tetapi Delisa masih terdiam. Ya Allah, bukankah sudah tiga bulan lebih ia berusaha untuk menghafal kembali bacaan shalatnya. Tiga bulan lamanya! Dan sedikitpun ia tidak mengalami kemajuan. Susaaaaah sekali. Bacaan shalat itu menolaknya mentah-mentah. Melemparkan semua yang telah ia hafal tanpa ampun keluar lagi dari memori otaknya. Delisa diam semakin kelu. Berpikir. Sekarang masalah ini benar-benar mengganggunya. Delisa harus bertanya. Ia harus menemukan jawabannya. Bertanya. (Tere Liye, 244).

6. Abi Usman ingin segera pulang ke Indonesia

Abi Usman masih belum mengetahui bahwa tsunami telah melanda kota

Lhok Nga. Tempat di mana istri dan keempat anaknya tinggal. Dia mendapatkan

kabar dari teman negronya yang juga bekerja di tanker minyak. Setelah

mendengar kabar tersebut, Abi Usman tidak berpikir panjang dan segera

meninggalkan pekerjaannya itu. Menemui kepala maintenance untuk meminta

izin pulang. Hal ini tampak pada pernyataan:

Kali ini, demi mendengar berita tersebut. Tidak perlu dua kali. Abi melempar kunsi Inggris di tangannya. Melesat menuju tangga menuju palka atas (Tere Liye, 89) Abi berseru tertahan menatap potongan gambar-gambar itu! ASTAGFIRULLAH! Abi sudah tidak bisa berpikir lagi. Dengan pakaian kotornya, dengan lengan kotornya, sambil mendesiskan nama Ummi, Delisa, Aisyah, Zahra, dan Fatimah, Abi sudah berlari kencang-kencang menuju ruangan kepala maintenance. Dia harus pulang! (Tere Liye, 90).

Setelah mendengar kabar telah terjadi tsunami di Lhok Nga, Abi Usman

tanpa berpikir panjang untuk segera meminta izin pulang ke Indonesia. Id Abi

Usman yang merupakan naluri dasar ingin segera pulang ke Indonesia itu

akhirnya melampiaskannya dengan berlari ke arah ruangan maintenance. Id

tersebut memang dapat menurunkan tegangan pada Abi Usman, tetapi hanya

bersifat sementara. Id tersebut mendorong ego untuk melakukan suatu hal yang

benar-benar nyata untuk menghilangkan ketegangan yang dialaminya sehingga

tegangan itu benar-benar mereda. Dalam keadaan seperti ini, Abi Usman

Page 106: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

mengalami tekanan batin sehingga id akan berusaha meredakan tegangan tersebut.

Untuk meredakan tegangan yang dialami Abi Usman karena mendapat kabar telah

terjadi tsunami di Aceh. Abi Usman memerlukan sebuah perantara untuk

menghilangkan ketegangan yang dia alami, yaitu ego.

Ego pun bekerja untuk merealisasikan apa yang diinginkan oleh id. Ego

yang berpegang pada prinsip realitas ini mencoba untuk mewujudkan dorongan id

untuk memperoleh izin kembali ke Indonesia, yaitu dengan berlari menuju kantor

kepala maintenance. Dalam keadaan seperti ini, apa yang dilakukan oleh Abi

Usman mampu meredakan ketegangan yang dia alami. Abi Usman berpikir bahwa

berlari menuju kantor maintenance adalah cara yang tepat. Karena ia akan

meminta izin untuk dapat kembali ke Indonesia. Superego dalam diri Abi Usman

menyatakan bahwa tindakan ini adalah tindakan yang tepat. Karena dengan berlari

menuju kantor kepala maintenance, Abi akan mendapatkan izin untuk pulang ke

Indonesia.

7. Abi Usman mengalami tekanan batin pasca tsunami

Perubahan pola hidup yang terjadi pasca tsunami dirasakan oleh Abi

Usman. Jika sebelum tsunami dia hanya berperan sebagai ayah bagi Delisa dan

keluarganya. Dia hanya bertugas mencari nafkah. Tapi kini setelah tsunami

terjadi, Abi Usman harus berperan ganda. Menjadi Ayah, Ibu, kakak-kakak Delisa

serta sahabat bagi Delisa. Mengurusi semua urusan rumah tangga yang seharusnya

dikerjakan oleh Ummi Delisa. Hal ini tampak pada pernyataan:

Delisa cukup menjadi Delisa saja. Tetapi Abi terpaksa sekaligus menjadi Ummi, Kak Fatimah, Kak Zahra, dan Kak Aisyah bagi Delisa. Abi harus mengurusi berbagai pernak-pernik kebutuhan Delisa dan dirinya sendiri. Dan salah satunya yang meskipun sepele namun mendesak tentu urusan masak-memasak tadi. (Tere Liye, 177). Adalah Abi! Abi masih terjaga. Abi sedang tertelungkup di ruang tengah. Abi tidak bisa tidur selepas dari lapak Koh Acan. Itulah yang dilakukannya saat matanya tak mau terpejam lagi di malam hari. Shalat tahajud. Ketika semua kenangan itu kembali. Ketika semuanya balik menerabas deras hati yang sebenarnya mulai tertata. Muka Abi basah oleh wudhu dan air mata. Sajadahnya basah. Basah oleh sebuah pengaduan. Ya Allah, berat sekali semua urusan ini. Dia

Page 107: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

kehilangan istri yang salehah dan anak-anak tercinta. Dia kehilangan lebih dari separuh kehidupannya. Kehidupan yang dia pupuk begitu lama. Kehidupan yang menjanjikan banyak kebahagiaan. Tetapi musnah sekejap begitu saja. Ya Allah, amanah itu berat sekali. Dia harus menjadi Abi, Ummi, kakak, sekaligus teman untuk Delisa. Jangankan untuk urusan yang lebih rumit, soal memasakkan makanan yang halal dan thayib-pun dia tidak bisa. Dan dia tak kunjung bisa berdamai dengan semua perasaan kehilangan ini. Tak kunjung bisa melupakan semuanya. Lemah. Hatinya lemah sekali. Sering tertelungkup mengadu kepadaMu. Mengadu semua penderitaan yang tak kunjung berubah menjadi angin sejuk. (Tere Liye, 192). Id Abi Usman berusaha untuk mengurangi ketegangan yang dialaminya

yaitu dengan cara shalat tahajud. Id tersebut mendorong ego untuk melakukan

suatu hal yang benar-benar nyata untuk menghilangkan ketegangan yang

dialaminya sehingga tegangan itu benar-benar mereda. Dalam keadaan seperti ini,

Abi Usman mengalami tekanan batin sehingga id akan berusaha meredakan

tegangan tersebut. Untuk meredakan tegangan yang dialami Abi Usman karena

harus berperan ganda menjadi sosok ayah sekaligus ibu dan kakak bagi Delisa.

Abi Usman memerlukan sebuah perantara untuk menghilangkan ketegangan yang

dia alami, yaitu ego.

Ego pun bekerja untuk merealisasikan apa yang diinginkan oleh id. Ego

yang berpegang pada prinsip realitas ini mencoba untuk mewujudkan dorongan id

untuk memperoleh ketenangan, yaitu dengan melakukan shalat tahajud. Dalam

keadaan seperti ini, apa yang dilakukan oleh Abi Usman mampu meredakan

tegangan dan pikiran-pikiran yang dia miliki terhadap konflik batin yang dia alami

karena harus berperan ganda menjadi seorang ayah sekaligus ibu dan kakak bagi

Delisa. Perubahan yang secara mendadak terjadi dan memberikan tekanan

terhadap Abi Usman. Superego telah memutuskan bahwa solusi yang diambil oleh

tokoh sudah benar. Karenan dengan melakukan shalat tahajud, tekanan yang Abi

rasakan bisa sedikit berkurang.

8. Perjuangan Ibu Guru Nur menyelamatkan Delisa

Berkat Ibu guru Nur, Delisa bisa selamat dari bencana tsunami. Karena Ibu

guru Nur mengikatkan Delisa pada sebuah papan menggunakan kerudungnya,

Page 108: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

sehingga Delisa tidak tenggelam dan bisa selamat. Hal ini tampak pada

pernyataan:

Ibu Guru Nur tidak sempat berpikir panjang. Saat tubuh mereka berdua mulai perlahan tenggelam, Ibu Guru Nur melepas kerudungnya yang robek. Mengikat tubuh Delisa yang pingsan di atas papan seerat yang ia bisa lakukan dengan kerudung itu. Lantas sambil menghela nafas penuh arti, bergetar tangan berlaksa maksud, gemetar bibir memanggang makna, melepaskan papan itu dari tangannya pelan-pelan, sebilah papan dengan Delisa yang pingsan terikat kencang di atasnya.

“Kau harus menyelesaikan hafalan itu, Sayang .... Kau harus menyelesaikannya!” Ibu Guru Nur berbisik sendu. Menatap sejuta makna. Matanya meredup. Tenaganya sudah habis. Ibu Guru Nur bersiap menjemput syahid. (Tere Liye, 74).

Id di dalam diri Ibu Guru Nur mendorong agar ia menyelamatkan Delisa

untuk tetap hidup. Ego di dalam diri Ibu Guru Nur berusaha untuk merealisasikan

id melalui tindakan ia mengikatkan Delisa di atas sebuah papan. Superego di

dalam diri Ibu Guru Nur menganggap bahwa tindakan dan keputusan yang

dilakukan oleh Ibu Guru Nur itu sudah tepat, karena Ibu Guru Nur melakukan hal

ini untuk menyelamatkan Delisa, karena jika dirinya dan Delisa tetap berada di

atas papan. Maka, mereka berdua akan meninggal. Superego telah memutuskan

bahwa solusi yang diambil oleh tokoh sudah benar, sehingga mampu mendorong

id dan ego untuk merealisasikan kebenaran tersebut agar dapat memutuskan untuk

melepaskan papan itu dan membiarkan Delisa tetap hidup.

Apa yang didorong oleh id pada akhirnya memang direalisasikan oleh ego

untuk mengurangi ketegangan yang ada di dalam diri Ibu Guru Nur. Ego sebagai

bentuk media untuk menyalurkan apa yang dipikirkan oleh id memberikan

keputusan kepada Ibu Guru Nur untuk mengambil keputusan menyelamatkan

Delisa, kemudian Ibu Guru Nur melepas kerudungnya dan mengikatkan tubuh

Delisa di papan ketika tubuh mereka berdua mulai tenggelam karena papan tidak

mampu menopang dua tubuh, kemudian melepaskan papan itu. Di sisi lain, Super

ego dapat juga dianggap sebagai aspek moral kepribadian, fungsinya menentukan

apakah sesuatu itu baik atau buruk. Superego pun cemas antara Ibu Guru Nur

harus bertahan di atas papan atau harus melepaskan papan itu dan mengikatkan

Delisa. Namun, justru setelah perwujudan id melalui ego itu, pertentangan batin

Page 109: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

dalam Ibu Guru Nur reda karena ia memutuskan untuk mengikatkan Delisa dan

melepaskan papan itu. Superego telah memutuskan bahwa solusi yang diambil

oleh tokoh sudah benar.

9. Ustadz Rahman tak ingin tinggal di Kota Lhok Nga.

Walaupun setelah tsunami terjadi Ustadz Rahman sudah kembali ke Lhok

Nga. Tetapi ketika ditanya oleh Delisa apakah Ustadz akan kembali mengajar

anak-anak lagi, Ustadz menjawab tidak. Dia tidak sanggup bila harus menjalani

sisa kehidupan yang telah hancur pasca tsunami. Dia akan kembali ke Banda

Aceh. Hal ini tampak pada pernyataan:

Ustadz Rahman menggeleng. Dia tidak akan bisa kembali ke Lhok Nga. Hatinya selalu kebas setiap berjalan di sepanjang jalan kota Lhok Nga. Mengingat-ngingat kenangan masa lalu yang indah. Hatinya sakit sekali setiap berjalan di sepanjang pantai Lhok Nga. Mengingat-ngingat kalau dia seharusnya sekarang justru berjalan mesra-berdua dengan belahan hatinya. “Ustadz akan kembali ke Banda Aceh, Delisa!” Ustadz Rahman memegang lembut bahu Delisa. (Tere Liye, 182).

Superego berkaitan dengan latar belakang sosial dari kepribadian. Dalam

hal ini, superego Ustadz Rahman berusaha untuk mengontrol terhadap dorongan-

dorongan dari id dan ego pada dirinya yang sedang mengalami konflik. Id yang

ada di dalam diri Ustadz Rahman berusaha untuk meredakan ketegangan yang

terjadi baik di dalam dirinya maupun diluar dirinya dan ego dalam diri Ustadz

Rahman berusaha untuk merencanakan tindakan yang telah dikembangkan

melalui pikiran dan akalnya.

Id di dalam diri Ustadz Rahman menganggap bahwa keresahan yang ada

di dalam hati mengenai apakah akan melanjutkan kehidupan di Lhok Nga,

mengakibatkan ego di dalam diri Ustadz Rahman merasa terdorong untuk

mengambil keputusan dalam masalah ini. Sehingga ego di dalam diri Kyai Ahmad

Dahlan memutuskan untuk kembali ke Banda Aceh. Superego yang ada di dalam

diri Ustadz Rahman menganggap bahwa keputusan untuk kembali ke Banda Aceh

itu sudah tepat dan bukan tanpa alasan tetapi berdasarkan alasan yang

mendukung. Ustadz Rahman mengalami kecemasan yang terjadi akibat rasa takut

terhadap suara hati dalam menghadapi konflik batinnya. Jika Ustadz Rahman

Page 110: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

tidak segera mengatasi kecemasan yang dialaminya, dalam artian jika ia tetap

tinggal di Lhok Nga, maka ia akan selalu terbayang-bayang akan kenangan masa

lalu yang membuat hatinya sakit, maka ego di dalam dirinya berhasil

menyelesaikan pertentangan di dalam dirinya, yaitu berhasil mengambil

keputusan untuk meninggalkan Lhok Nga dan kembali ke Banda Aceh.

10. Sersan Ahmed mengalami tekanan saat menghadapi tugasnya

Sersan Ahmed yang biasanya tak gentar melawan musuh-musuhnya.

Tidak bingung dalam menyerbu musuhnya, menghabisi benteng kokoh

pertahanan penjahat, dan meluluh-lantakkan gedung-gedung yang dianggap

sarang gembong mafia narkoba Amerika Selatan. Walaupun Sersan Ahmed sangat

tangguh dan tidak pernah gentar dalam menghadapi musuh-musuhnya saat

berperang. Tapi kali ini dia mendapatkan musuh yang sangat berbeda. Musuh

yang harus ia hadapi dengan mental dan tenaga yang kuat. Musuh-musuh ini

sungguh menekan mentalnya beserta prajurit-prajuritnya. Tetapi dalam

menghadapi tugasnya kali ini, Sersan Ahmed masih kebingungan dalam

menghadapinya. Hal ini tampak pada pernyataan:

Bahkan Sersan Ahmed tidak tahu bagaimana cara terbaik menghadapi musuh mereka sekarang. Musuh mereka adalah menyisir kota untuk mengevakuasi mayat; menyelamatkan segera orang-orang yang masih bernafas. Musuh yang menyedihkan, memilukan hati. (HSD: 100).

“CARI TERUS! KUMPULKAN MAYAT SEBANYAK MUNGKIN! PERIKSA SELURUH TEMPAT!” Sersan Ahmed galak menatap pasukannya yang begitu lamban. Anak buahnya bergegas memanggul kantong-kantong mayat. (Tere Liye, 101). Sersan Ahmed semakin galak meneriaki prajuritnya. Dia tahu, semua pemandangan kemarin sungguh menggetarkan. Semua kota yang luluh-lantak itu sepuluh kali lebih menekan dibandingkan pertempuran mereka selama ini. Mayat-mayat yang bergelimpangan, tanpa lengan, tanpa tangan, dan lain sebagainya seratus kali lebih menakutkan dibandingkan mayat-mayat korban muntahan peluru senjata mereka selama ini. (Tere Liye, 105). Id di dalam diri Sersan Ahmed menganggap bahwa keresahan yang ada di

dalam hati mengenai keadaan yang harus dihadapinya sekarang ini, musuh yang

sangat berbeda dengan musuh-musuh sebelumnya mengakibatkan ego di dalam

Page 111: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

diri Sersan Ahmed merasa terdorong untuk mengatasi masalah ini. Sehingga ego

di dalam diri Sersan Ahmed memutuskan untuk berteriak galak kepada para

prajuritnya untuk mengurangi ketegangan. Superego yang ada di dalam diri

Sersan Ahmed menganggap bahwa tindakannya itu sudah tepat. Sersan Ahmed

mengalami kecemasan mental yang terjadi akibat rasa takut terhadap suara hati

dalam menghadapi konflik batinnya. Jika Sersan Ahmed tidak segera mengatasi

kecemasan yang dialaminya, maka ego di dalam dirinya tidak akan berhasil

meenyelesaikan pertentangan baik di dalam dirinya maupun di luar dirinya. Untuk

mengatasi konflik batinnya, akhirnya Sersan Ahmed berteriak tegas ke arah

prajurit-prajuritnya. Karena hal ini dapat mengurangi tekanan yang ia rasakan.

11. Prajurit Smith mengalami tekanan dalam menghadapi tugasnya

Smith adalah anak buah dari Sersan Ahmed. Dia kehilangan istri dan

anaknya dalam waktu yang hampir berdekatan. Anak semata wayangnya

meninggal karena penyakit kanker. Sedangkan istrinya meninggal dua bulan

setelah anaknya pergi. Smith lah yang berhasil menemukan Delisa. Walaupun

Smith seorang prajurit yang tak gentar di medan perang. Tapi dia juga mengalami

tekanan mental yang sama seperti Sersan Ahmed. Hal ini tampak pada

pernyataan:

“Apa yang kau kunyah!” Sersan Ahmed bertanya tajam kepada Prajurit Smith yang duduk tegang di depannya.

“P-e-r-m-e-n k-a-r-e-t, Sir!” Prajurit Smith menjawab pendek. Menyeringai. Wajahnya terlihat berbeda sekali dengan temannya. Ia lebih tertekan dengan semua ini. Permen karet itu membantunya.

Sersan Ahmed mendengus. Dia tahu apa yang dilakukan Prajurit Smith. Dia tahu persis semua kebiasaan anak buahnya. Pertanyaan tadi hanya untuk membuat Smith tetap fokus. Semua pemandangan ini pasti mengganggu Smith. (Tere Liye, 106).

Tekanan batin yang dialami Smith memaksa Smith untuk melakukan

tindakan mengurangi ketegangan yang dialaminya. Id Smiith menyuruhnya untuk

mengurangi ketegangan yang dialami dengan memakan permen karet. Id tersebut

memang dapat menurunkan tegangan pada Smith. Id tersebut mendorong ego

untuk melakukan suatu hal yang benar-benar nyata untuk menghilangkan

Page 112: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

ketegangan yang dialaminya sehingga tegangan itu benar-benar mereda. Dalam

keadaan seperti ini, Smith mengalami tekanan batin sehingga id akan berusaha

meredakan tegangan tersebut. Untuk meredakan tegangan yang dialami Smith

karena tertekan dengan semua pemandangan yang ada di depannya. Ego pun

bekerja untuk merealisasikan apa yang diinginkan oleh id. Ego yang berpegang

pada prinsip realitas ini mencoba untuk mewujudkan dorongan id untuk

memperoleh ketenangan, yaitu dengan mengunyah permen karet. Dalam keadaan

seperti ini, apa yang dilakukan oleh Smith mampu meredakan tegangan dan

pikiran-pikiran yang dia miliki terhadap pemandangan yang dia hadapi. Superego

Smith berpikir bahwa menguyah permen karet adalah cara yang tepat.

12. Prajurit Smith terinspirasi oleh kehidupan Delisa

Setelah Prajurit Smith menemukan Delisa. Dia masih bertanya-tanya

tentang keajaiban yang telah terjadi. Delisa masih bertahan hidup setelah berhari-

hari dia terkapar tak berdaya untuk bertahan hidup. Melihat Delisa, Smith seperti

mendapatkan hidayah dalam hidup. Semua pengingkarannya, semua

kebenciannya atas takdir hidup, semua kutukan atas musibah beruntun yang

menimpa keluarganya, anak dan istrinya harus tewas dalam waktu yang hampir

bersamaan, semua penolakannya selama ini luluh ketika melihat penderitaan

Delisa. Delisa menderita lebih banyak daripada apa yang telah dialami Smith,

tetapi Delisa ikhlas menerima semua musibah ini. Smith tersadar dari sikap

penolakannya selama ini. Hal ini tampak pada pernyataan:

Lihatlah, gadis kecil ini menderita lebih banyak, tetapi wajahnya teramat teduh. Gadis kecil ini sungguh menderita lebih banyak dibandingkan dirinya, namun wajahnya bercahaya oleh penerimaan. Pengertian itu datang kepada Prajurit Smith. Pemahaman yang indah!

Hidayah itu akhirnya datang padanya. Esok shubuh. Prajurit Smith akan mendatangi ruangan mushala yang terdapat di kapal induk itu. Patah-patah dibimbing Sersan Ahmed mengambil wudhu. Lantas bergetar menahan tangis mengucap syahadat. Esok pagi Prajurit Smith memutuskan untuk menjalani hidup baru. Bukan soal pilihan agamanya – karena itu datang memanggilnya begitu saja, tetapi lebih karena soal bagaimana ia menyikapi kehilangannya selama ini. Penerimaan yang tulus. (Tere Liye, 114)

Page 113: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

Id di dalam diri Prajurit Smith menganggap bahwa keresahan yang ada di

dalam hati mengenai pengingkarannya selama ini, mengakibatkan ego di dalam

diri Prajurit Smith merasa terdorong untuk meluruskan keresahan hatinya terhadap

semua pengingkarannya selama ini. Sehingga Superego di dalam diri Prajurit

Smith memutuskan untuk menjalani kehidupan yang baru. Superego yang ada di

dalam diri Prajurit Smith menganggap bahwa tindakan untuk menjalani kehidupan

yang baru itu sudah tepat dan bukan tanpa alasan tetapi berdasarkan alasan yang

mendukung, yaitu harus menerima atas segala musibah kehilangan yang pernah ia

alami. Melihat penderitaan Delisa, Smith tersadar dari sikap penolakannya selama

ini, penolakan terhadap musibah-musibah yang telah menimpanya.

13. Jinny ingin segera berangkat ke Indonesia

Jinny panik saat mengetahui berita bahwa telah terjadi tsunami di Aceh.

Dia mengalami kebingungan dengan keadaan yang terjadi dengan suaminya.

Kepanikan Jinny ditunjukkan saat ia bercerita kepada Professor Strout tentang

keadaan suaminya, hal ini tampak dalam pernyataan:

“Kami harus berangkat ke Indonesia, Profesor Strout!” (Tere Liye, 78). “Bagaimana aku bisa bersabar profesor! Menurut CNN korban sudah

mencapai 15.000, bahkan diperkirakan lebih! Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan suamiku! Telepon satelitnya tidak pernah diangkat! Kenapa dia tidak mengangkatnya? Kenapa? Pasti telah terjadi sesuatu! Itu jauh lebih mengganggu dibandingkan tidak ada nada panggil sama sekali!” Istri Michael mulai tidak terkendali. (Tere Liye, 79).

Id yang terjadi di dalam diri Jinny berusaha untuk mengurai ketegangan

dengan cara menahan semua anggapan bahwa suaminya telah tewas dan menahan

keinginan Jinny untuk berangkat ke Indonesia. Ego di dalam diri Jinny selalu

berusaha untuk mengontrol agar tidak lepas kendali, tetapi ego di dalam diri Jinny

semakin tidak terkendali karena ada dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang

mengakibatkan Jinny tidak bisa menahan keinginannya untuk berangkat ke

Indonesia. Supergo menganggap bahwa tindakan yang dilakukan ini kurang baik

karena terpengaruh oleh rasa kebingungan yang sudah tidak bisa dikendalikan

untuk tidak merealisasikan keinginannya untuk pergi ke Indonesia. Akhirnya

untuk mengatasi masalah ini, superego memilih jalan untuk mereduksi

Page 114: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99

ketegangan dengan cara mencurahkan semua perasaan konflik batinnya kepada

Profesor Strout. Superego menganggap ini adalah keputusan yang benar, Id

berusaha untuk meredakan ketegangan yang terjadi dalam diri manusia, dan ego

berusaha untuk mengontrol dan merealisasikan keinginan id, karena dengan

mencurahkan semua perasaannya kepada orang lain dapat membuat tokoh merasa

sedikit lega dan mengurangi tekanan batin yang ia rasakan.

14. Delisa kecewa terhadap Teuku Dien

Konflik batin antara Delisa dan Teuku Dien terjadi di saat Teuku Dien

memberitahukan kepada Umam bahwa Ummi mereka sudah ketemu. Teuku Dien

secara spontan memeluk Umam dan juga Delisa saat memberitahukan kabar

bahwa Ummi sudah ditemukan. Delisa ikut gembira karena ia mengira bahwa

Ummi Delisa juga ditemukan. Teuku Dien tidak sadar bahwa berita yang ia bawa

itu memberikan konflik batin di dalam diri Delisa dan juga dirinya. Delisa yang

awalnya mengira dan sangat berharap Ummi Delisa juga ketemu. Tetapi akhirnya

yang ditemukan hanya Ummi Umam. Mendadak kecewa dan marah. Teuku Dien

merasa bersalah karena telah memberitahukan berita ini. Dia tidak memikirkan

posisi Delisa yang juga kehilangan Umminya dan juga berharap Umminya

ditemukan. Hal ini dapat dilihat dalam pernyataan berikut:

“Umam, Um-mi sudah ketemu….” Terbata Teuku Dien berkata. Matanya basah lagi. Teuku Dien melihat Delisa. Saking harunya dia juga memeluk Delisa. “Delisa, Um-mi sudah ketemu…” Teuku Dien berbisik lemah. Lemah tapi amat bertenaga. Suara yang bahagia. “Um-mi.. Ummi s-i-a-p-a?” Delisa keburu memotong sebelum Teuku Dien dan Umam berbicara. Ikut menggeliat dalam pelukan Teuku Dien. Tiba-tiba jantung Delisa berdetak lebih kencang. Ummi? “Ummi…. Ummi…. Sudah …. Ketemu, Delisa!” Teuku Dien hanya bisa menyebutkan kalimat patah-patah itu. Hatinya masih buncah oleh perasaan senang. Berusaha mengendalikan nafasnya. Hati Delisa juga buncah oleh perasaan. Nafasnya memburu kencang. Mata hijaunya membulat. Muka menggemaskan itu berbinar-binar. “Ummi? U-m-m-i D-e-l-i-s-a? Sudah ketemu?” Delisa bertanya serak. Akhirnya ia berhasil melepaskan pelukan Teuku Dien. Teuku Dien tiba-tiba terdiam. Gagu oleh kesadaran yang datang tiba-tiba. Bukankah semua ini terasa kontras sekali? Ya Allah, Teuku Dien terpana menatap mata hijau Delisa yang memandangnya sejuta harapan. Seolah-olah

Page 115: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

100

kegembiraan yang baru saja dibawanya itu juga membawa kegembiraan lainnya. Seolah-olah kegembiraannya tadi menjanjikan kegembiraan pula buat Delisa. “Ummi Delisa juga ketemu, kan?” Delisa bertanya sekali lagi. Suaranya mendadak mencicit setelah melihat Teuku Dien hanya terdiam. Diamnya Teuku Dien jelas-jelas bukan pertanda baik. Jantung Delisa berdetak lebih kencang. Sinar mata itu bersiap meredup. Paras muka itu bersiap menegang. Teuku Dien menggeleng lemah. “H-a-n-y-a…. Hanya Um-mi Umam yang ketemu, Sayang!” Dan Delisa kaku seketika. Serunai kesedihan mulai terdengar. Denting kebencian mulai dipukul. Dupa pembangkangan mulai menyala. (Tere Liye, 220 221).

Id di dalam diri Teuku Dien ingin memberikan kabar kepada Umam

bahwa Umminya Umam sudah ditemukan. Ego di dalam diri Teuku Dien

berusaha untuk merealisasikan id melalui tindakan Teuku Dien yang memberitahu

Umam bahwa Umminya sudah ditemukan. Teuku Dien tidak sadar bahwa ego

yang dilakukannya itu secara tidak langsung memengaruhi batin Delisa. Delisa

juga menaruh harapan bahwa Umminya juga ditemukan. Tetapi pada

kenyataannya hanya Umminya Umam yang ditemukan. Delisa merasa kecewa

dan marah dengan kenyataan ini. Id di dalam diri Delisa berharap bahwa Ummi

Delisa juga ditemukan. Ego di dalam diri Delisa berusaha merealisasikan id yaitu

dengan cara bertanya penuh harapan kepada Teuku Dien. Namun, pada

kenyataannya hanya Ummi Umam yang ditemukan. Ego yang sudah terlanjur

dilakukan oleh Teuku Dien sudah terlambat untuk diperbaiki. Superego di dalam

diri Teuku Dien menganggap bahwa tindakan dan keputusan yang dilakukan oleh

Teuku Dien itu salah, karena Teuku Dien memberikan berita yang membuat

Delisa merasa kecewa. Superego Teuku Dien telah memutuskan bahwa perbuatan

yang dilakukan oleh Teuku Dien salah.

Konflik-konflik yang dialami para tokoh kebanyakan konflik internal. Para

tokoh mengalami konflik batin karena terjadi perubahan di dalam hidup mereka.

Delisa mengalami konflik batin karena dia kehilangan orang-orang yang

disayanginya serta ia mengalami kesulitan untuk menghafalkan kembali bacaan

shalatnya yang telah ia hafalkan. Setelah tsunami terjadi Ummi, kakak-kakak

Delisa serta orang-orang yang dekat dengan Delisa pergi meninggalkan Delisa.

Page 116: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

101

Delisa pernah bermimpi bertemu dengan Ummi, kakak-kakak Delisa, Ibu Guru

Nur dan temannya yang telah meninggal, dan Delisa ingin ikut dengan mereka.

Tetapi belum saatnya bagi Delisa untuk ikut dengan mereka. Karena Delisa harus

menyelesaikan dahulu hafalan shalatnya. Tetapi setelah tsunami terjadi Delisa

mengalami kesulitan untuk menghafalkan kembali bacaan shalat itu. Seolah-olah

bacaan itu tidak ingin untuk dihafalkan Delisa.

Abi Usman mengalami konflik batin karena setelah tsunami melanda ia

harus berperan ganda menjadi sosok Ayah sekaligus Ummi, kakak dan sahabat

Delisa serta mengurusi semua kebutuhan hidupnya dan Delisa. Perubahan yang

secara mendadak ini membuat Abi Usman mengalami tekanan batin. Karena ia

harus berjuang mengurusi semua urusan rumah tangga yang seharusnya

dikerjakan oleh Ummi Delisa. Menjadi kakak-kakak serta teman bagi Delisa. Hal

yang menyulitkan bagi Abi Usman.

Konflik batin yang dialami Ibu Guru Nur terjadi ketika apakah dia harus

menyelamatkan nyawanya sendiri atau Delisa. Jika mereka berdua tetap bertahan

dalam satu papan yang sama, maka mereka akan meninggal. Tetapi Ibu Guru Nur

dengan cepat mengambil keputusan untuk menyelamatkan Delisa. Ibu Guru Nur

mengikatkan Delisa di papan itu dengan menggunakan kerudungnya dan

melepaskan papan agar tidak terbebani berat Ibu Guru Nur. Keputusan yang

diambil Ibu Guru Nur ini membuat dia meninggal dunia.

Ustadz Rahman mengalami konflik batin antara ia harus tinggal di Lhok

Nga atau apakah harus kembali ke Banda Aceh. Tetapi karena kenangan yang

tersisa terlalu pahit, ia memutuskan untuk meninggalkan Lhok Nga dan kembali

ke Banda Aceh.

Konflik batin yang dialami Sersan Ahmed dan Prajurit Smith terjadi ketika

mereka harus mengahadapi keadaan yang sangat berbeda dengan kegiatan

melawan musuh-musuh yang biasa mereka lakukan. Musuh mereka kini adalah

mayat-mayat yang bergelimpangan, tanpa lengan, tanpa tangan, dan lain

sebagainya seratus kali lebih menakutkan dibandingkan mayat-mayat korban

muntahan peluru senjata mereka selama ini.

Page 117: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

102

Konflik batin yang dialami Jinny-istri J Fox adalah ketika ia menginginkan

untuk segera berangkat ke Indonesia untuk mengetahui keadaan suaminya. Tetapi

saat itu dia tidak bisa berbuat apa-apa selain panik dan menangis. Dia hanya bisa

mengurangi tekanan yang ia alami dengan bercerita kepada Professor Strout.

Konflik batin yang terjadi antara Delisa dan Teuku Dien terjadi karena

Teuku Dien dengan semangat dan senang memberitahukan kepada Umam

anaknya bahwa Ummi Umam masih hidup. Pada saat itu Umam sedang bersama

dengan Delisa di kuburan massal. Mendengar berita dari Teuku Dien, Delisa

mengira bahwa Ummi Delisa juga masih hidup. Delisa sangat berharap bahwa

Ummi Delisa juga ditemukan. Namun berita dari Teuku Dien itu hanya melukai

hati Delisa. Karena yang ditemukan hanyalah Umminya Umam. Seketika itu

Delisa berubah menjadi kecewa dan benci karena berita yang dibawa oleh Teuku

Dien tidak seperti yang Delisa harapkan. Mengapa hanya Umminya Umam yang

ditemukan. Sedangkan Umminya Delisa tidak.

Page 118: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

103

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Unsur-unsur yang membangun novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere

Liye, adalah sebagai berikut. Temanya adalah tentang ketuhanan. Tokoh

utamanya yaitu Delisa. Dan tokoh tambahan, yaitu Ummi Salamah, Abi

Usman, Fatimah, Cut Aisyah, Cut Zahra, Koh Acan, Ustad Rahman, Ibu

Guru Eli, Teuku Umam, Teuku Dien, Tiur, Ummi Tiur, Ibu Guru Nur, Dr.

Michael J Fox, Junior, Jinny, Profesor Strout, Laksamana Jensen Hawk,

Michelle, Margaretha, Sersan Ahmed, Prajurit Smith, Dokter Elisa, Suster

Sophie, Kak Ubai, Ibu Guru Ani, Dokter Peter, dan Wak Burhan. Latarnya

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

Alurnya dapat dibagi menjadi tujuh, yaitu eksposisi yaitu pemaparan

keadaan awal dalam novel; inciting moment berawal ketika Delisa

dibelikan kalung oleh Ummi untuk hadiah hafalan shalatnya dan Aisyah

cemburu terhadap Delisa karena kalung milik Delisa lebih bagus daripada

miliknya; ricing action terjadi ketika Aisyah mendengar bahwa Delisa

juga akan mendapatkan hadiah sepeda dari Abinya jika Delisa berhasil

menghafalkan bacaan shalatnya. Rasa cemburu yang dirasakan Aisyah

kepada Delisa membuat Aisyah menangis serta tidak mau menerima

telepon dari Abinya; complication muncul ketika bencana tsunami

melanda Lhok Nga. Dan membuat semuanya porak-poranda; klimaks

terjadi ketika tsunami memporak-porandakan kehidupan Delisa dan

merenggut semua orang yang disayangi Delisa. Mereka meninggal karena

terjadi tsunami. Merenggut semua kebahagiaan Delisa; falling action

tahap ini bermula ketika ditemukannya Delisa setelah berhari-hari

terdampar di perbukitan. Dan Delisa bertemu dengan Abi; dan denovement

103

Page 119: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

104

tahap penyelesaian diceritakan akhirnya Delisa berhasil menyelesaikan

hafalan shalatnya dan berhasil menemukan Umminya, walaupun tinggal

kerangka saja. Amanat dalam novel ini adalah ajakan kita untuk

bersyukur. Kita seharusnya sebagai manusia harus tegar, ikhlas dan tulus

dalam menghadapi semua musibah. Apapun bencana yang terjadi,

janganlah sekali-kali meninggalkan Allah. Sesungguhnya Allah selalu

melihat keikhlasan seseorang.

2. Gambaran konflik batin yang dialami oleh tokoh di dalam novel Hafalan

Shalat Delisa karya Tere Liye didasarkan pada teori kepribadian

psikoanalisis Sigmund Freud yang diperoleh gambaran tentang struktur

kepribadian tokoh yang dipengaruhi oleh ketiga sistem kepribadian yaitu

id, ego, dan superego. Ketiga sistem ini saling berkaitan antara satu

dengan yang lainnya. Tetapi, jika ketiga sistem ini saling bertentangan satu

sama lain, maka individu yang bersangkutan akan mengalami pertentangan

dalam kepribadiannya, sehingga terbentuk konflik dalam diri manusia.

Dalam novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye ini, sebagian besar

konflik batin yang dialami tokohnya berasal dari dorongan internal jiwa

tokoh. Konflik batin yang dialami Delisa terjadi karena dia merindukan

Ibu dan saudaranya serta ia mengalami kesulitan menghafal bacaan shalat.

Abi Usman mengalami konflik batin karena pasca tsunami terjadi ia harus

berperan ganda menjadi ayah sekaligus ibu, kakak-kakak serta sahabat

bagi Delisa. Ibu Guru Nur mengalami konflik batin saat ia akan

menyelamatkan Delisa. Ustadz Rahman mengalami konflik batin saat ia

memutuskan untuk meninggalkan kota Lhok Nga. Sersan Ahmed dan

Prajurit Smith mengalami tekanan dalam menghadapi tugasnya. Konflik

antar tokoh terjadi karena Delisa kecewa terhadap Teuku Dien.

B. Implikasi

Penelitian ini mempunyai implikasi dengan dunia pendidikan khususnya

dalam pengajaran sastra. Hakikat dalam sebuah pembelajaran sastra di sekolah

adalah apresiasi sastra karena dalam apresiasi sastra kita dapat bertemu secara

Page 120: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

105

langsung dengan karya sastra. Kita melaksanakan aktivitas membaca, menikmati,

menghayati, memahami, serta merespon karya sastra di hadapan khalayak. Di

sana diciptakan iklim kondusif agar siswa lebih terobsesi terhadap karya sastra

serta dinamika yang ada di dalamnya sehingga siswa menjadi tertarik mengikuti

pembelajaran ini. Melalui apresiasi sastra diharapkan siswa mampu mengapresiasi

dan memberikan penghargaan yang tulus terhadap karya sastra yang ada. Semua

ini dapat dicapai melalui pergulatan intens siswa dengan karya sastra yang

didasari rasa suka serta obsesi mendalam terhadapnya sehingga pada akhirnya

siswa dapat merasakan kenikmatan estetika dan keharuan akan maknanya. Hal

inilah yang menjadi tujuan akhir dalam pembelajaran bahasa, khususnya sastra di

sekolah, yaitu menjadikan siswa paham dan mengerti apa itu sastra serta dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas, diperlukan sebuah karya

sastra yang berkualitas dan bermutu dalam proses pembelajarannya. Sebuah karya

itu dikatakan bermutu jika isi dari karya tersebut lebih mengedepankan nilai-nilai

kehidupan yang bermakna, memikat, menggugah, mewujudkan sebagai karya

kreatif, mewujudkan diri sebagai karangan bersifat imajinatif yang dituang dalam

wacana naratif, puitik atau dramatik. Karangan itu disampaikan dengan cara yang

apik, indah, dan enak dibaca. Diceritakan secara tidak langsung (implisit), tidak

terang-terangan namun jernih, bersifat informatif tanpa ada kesan menggurui,

tetapi tetap memberikan masukan-masukan yang berharga.

Novel Hafalan Shalat Delisa sebagai salah satu karya sastra yang bermutu

dan sangat baik untuk dijadikan bahan ajar dalam proses pembelajaran sastra itu

sendiri. Siswa diharapkan akan lebih mengenal dan memahami isi dari novel

tersebut, untuk kemudian dapat menjadi inspirasi dalam aplikasi pada kehidupan

sehari-hari dengan mengetahui struktur yang membangun dan konflik batin yang

terdapat dalam novel. Pemahaman yang baik inilah, sastra dapat menjadikan siswa

menjadi lebih baik dengan pengambilan nilai-nilai positif dari novel itu sendiri.

Page 121: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

106

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis dapat memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Bagi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia

Karya sastra berupa novel Hafalan Shalat Delisa karya Tere Liye ini dapat

digunakan sebagai salah satu bahan ajar sastra di sekolah. Karena novel ini

memiliki banyak amanat sehingga sangat baik untuk dijadikan bahan ajar

dalam pembalajaran sastra. Pembelajaran ini dapat berupa siswa diberi

tugas untuk mengapresiasi unsur intrinsik dan nilai edukatif dalam novel

ini dan kemudian dibahas dan didiskusikan bersama-sama.

2. Saran bagi Siswa dan Mahasiswa

Siswa diharapkan bisa menyerap nilai-nilai yang terkandung dalam novel

ini. Siswa juga bisa menjadikan alternatif bacaan yang memberikan

manfaat. Mahasiswa yang akan melakukan penelitian harus memahami

karya sastra (novel) yang akan dianalisis dan teori-teori yang mendukung

sebelum menganalisis sastra lebih lanjut.

3. Bagi Peneliti Lain

Melihat kelebihan dari novel ini serta kualitasnya yang bermutu, peneliti

mengharapkan adanya penelitian-penelitian lain mengenai novel ini

melalui pendekatan yang berbeda dengan pendekatan psikologi sastra yang

dipergunakan dalam penelitian ini.

4. Bagi Penikmat Sastra

Penelitian ini dapat dijadikan jembatan sebagai sarana penghubung antara

karya sastra dengan penikmatnya itu sendiri. Melalui penelitian ini

diharapkan karya sastra tidak lagi menjadi sebuah hal yang asing di mata

pembaca serta pembaca dapat lebih meresapi, menghayati dan menikmati

sebuah karya sastra.

Page 122: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

107

DAFTAR PUSTAKA

Al Ghraibeh, A.M. (2012). “Brain Based Learning and Its Relation with Multiple

Intelligences”. International Journal of Psychological Studies.4(1),103:113.http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijps/article/view/15458. Diakses tanggal 10 Juni 2012 pukul 12.15 WIB.

Al-Salameh, E.M. (2012). “Multiple Intelligences of the High Primary Stage

Students”. International Journal of Psychological Studies. 4 (1), 196:204. http://www.ccsenet.org/journal/index.php/ijps/article/view/15461. Diakses

tanggal 10 Juni 2012 pukul 14.20 WIB. Endraswara, S. (2003). Metodologi Penelitian Sastra (Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi. . Yoyakarta: Pustaka Widyatama. Esten, M. (1986). Kritik Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya Faruk. (1999). Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Freud, S. (2006). Teori Kepribadian dan Terapi Psikoanalitik Freud. Terjemahan

Yustinus Semiun. Yogyakarta: Kanisius

Hardjana, A. (1994). Kritik Sastra : Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. Haryadi, D. (2007). Analisis Tokoh Ara Dalam Roman Larasati Karya Pramoedya

Ananta Toer (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Huda, S. (2010). Aspek Penokohan dalam Cerbung Tembang Katresnan Karya

Atas S. Danusubroto (Tinjauan Psikologi Sastra). Skripsi Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Indirawati, E. (2006). Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan

Kecenderungan Strategi Coping. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro.3(2),69:92.http://ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/view/658. Diakses tanggal 9 Juni 2012 pukul 10.30 WIB.

Jatman, D. (1985). Sastra, Psikologi Umum. Bandung: Mandar maju. Kartono, K. (1996). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. Kusumaningtyas, I. (2002). Religiositas dalam Novel Fatimah Chen Chen Karya

Motinggo Busye (Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra). Skripsi Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Liye, T. (2005). Hafalan Shalat Delisa. Jakarta: Gramedia.

Page 123: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

108

Miles, B.M dan Huberman, M. (1992). Analisis Data Kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.

Moleong, J.L. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nurgiyantoro, B. (2005). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah University Press. Nurwahyuni. (2011). Psikologi Sastra. http://oeniwahyuni.wordpress.com/2011/12/04/psikologi-sastra/. Diakses pada tanggal 9 Juni 2012 pukul 11.15 WIB. Pradopo, R.J. (1997). Prinsip-Prinsip Kritik Sastra: Teori dan Penerapannya. Yogyakarta: Gadjah University Press. Rohadi. (2007). Konflik Batin. http://rohadieducation.wordpress.com/2007/09/12/konflik-batin/. Diakses

pada tanggal 9 Juni 2012 pukul 13.00 WIB.

Salmanpour, H & Issazadegan, A. (2012). “Religiosity Orientations and Personality Traits with Death Obsession”. International Journal of PsychologicalStudies.4(1),150:157.http://www.ccsenet.org/journal/index.p hp/ijps/article/view/13721. Diakses tanggal 10 Juni 2012 pukul 10.30 WIB. Sangidu. (2004). Penelitian Sastra: Pendekatan, Teori, Metode, Teknik dan Kiat. Yogyakarta: Unit Penerbitan Sastra Asia Barat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada. Semi, M.A. (1993). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. Suryabrata, S. (2007). Psikologi Kepribadian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sujanto, A. (2001). Psikologi Umum. Jakarta: PT Bumi Aksara. Tarigan, H.G. (1984). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. (1993). Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Walgito, B. (1989). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset. Waluyo, H. J & Wardani, N.E. (2009). Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: UNS Press.

Page 124: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

109

Wandani, A.S. (2010). Analisis Tokoh dan Nilai Edukatif Novel Laskar Pelangi Karya Andrea Hirata serta Relevansinya Terhadap Materi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Siswa SMP Kelas VII (Kajian Psikologi Sastra). Skripsi Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Westen, D. (1998). “The Scientific Legacy of Sigmund Freud Toward

a Psychodynamically Informed Psychological Science”. International Journal of Psychology. 124 (3), 333-371.

http://psycnet.apa.org/?&fa=main.doiLanding&fuseaction=showUIDAbstr act&ui d=1998-11174-003. Diakses tanggal 10 Juni 2012 pukul 15.15 WIB.

Wuryanto, R. (2007). Konflik Tokoh Utama dalam Kumpulan Novelet Tulalit

Karya Putu Wijaya: Sebuah Pendekatan Psikologi Sastra. Skripsi Tidak Diterbitkan. Perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 125: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

110

Lampiran 1: Cover Novel Hafalan Shalat Delisa

Page 126: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

111

Lampiran 2: Sinopsis Novel Hafalan Shalat Delisa

Sinopsis Novel :

Menceritakan mengenai Delisa, anak berusia 6 tahun yang hidup bersama

Ummi dan ketiga kakaknya di Lhok Nga, Aceh. Sedangkan Abinya bekerja di

kapal tanker dan hanya pulang tiga bulan sekali. Indah sekali keluarga ini. Ummi

yang penyabar dan tegas. Fatimah yang pintar, Zahra yang pendiam, dan juga

Aisyah yang suka jahil dan jadi teman berantem Delisa. Setiap pagi, sehabis

Shalat subuh, mereka biasa belajar Al-Quran kepada Ummi mereka. Kebiasaan itu

dilakukan setiap hari, kecuali pada hari Senin. Karena disaat seperti itulah, Abi

mereka yang bekerja di Canada, menelepon.

Delisa merasa kesulitan dengan hafalan Shalatnya. Bahkan Ummi, akan

menghadiahkan sebuah kalung manis jika Delisa dapat menghafal semua doa

untuk Shalat. Delisa hampir menghafal semuanya ketika Ummi mengajaknya

membeli kalung di Koh Acan, seorang Konghuchu yang baik, yang suka

memberikan separuh harga, ketika tahu kalung itu untuk hadiah hafalan Shalat.

Delisa yang susah bangun Shalat Subuh, sering diolok oleh Aisyah.

Aisyah juga sempat ngambek karena merasa kalung Delisa lebih bagus dari

kalungnya. Untung ada Ummi mereka yang bijaksana, yang mampu mengatasi itu

semua. Pada hari Minggu pagi, tanggal 26 Desember 2004, Delisa ditemani

Ummi, berangkat sekolah untuk menguji sejauh mana hafalan shalatnya. Sebegitu

khusyu’nya ia mengucapkan bacaan shalat, sampai ia tidak sadar bahwa terjadi

tsunami. Tapi Delisa tidak peduli, ia terus membacakan hafalannya. Begitupun

ketika air bah datang, Delisa masih tidak sadar, hingga tubuh mungilnya dihempas

air.

Mereka semua terhempas. Ummi, teman-temannya, gurunya, semuanya

terhempas air bah. Ibu Gurunya – Ibu Nur. Memberikan papan yang ia temukan

kepada Delisa, agar Delisa selamat. Ibu Guru Nur memilih untuk menyelamatkan

Delisa. Dengan memberikan papan itu, ia sendiri meninggal diterjang air. Selama

satu minggu, Delisa terkapar disemak-semak. Tubuhnya penuh luka. Tulangnya

patah, ia kelaparan dan kehausan. Selama terkapar itu Delisa mengalami

ketakukan karena suasana sekitarnya begitu mencekam. Tak jauh dari tubuhnya,

Page 127: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

112

jasad Tiur – sahabatnya, terlihat disana. Akhirnya Delisa pun diselamatkan tentara

Amerika dan dirawat di rumah sakit kapal induk yang berada di tengah laut. Ia

sempat tak sadar beberapa hari. Delisa beruntung karena semua merawatnya

dengan baik. Terlebih seorang perawat muslimah keturunan Turki, yang selalu

menjaganya setiap saat. Di tempat yang lain, Abi, hanya bisa memasrahkan

rumahnya yang hancur, serta kehilangan anak dan istrinya.

Pertemuan Delisa dan Abinya sangat mengharukan. Abi tidak sanggup

menjawab pertanyaan Delisa yang datang terus menerus. “Mana Umi? Kok kak

Fatimah, Kak Zahra dan Kak Aisyah tidak diajak?“ Abi sulit bagaimana

menjelaskan kepada putri bungsunya itu. Ia ingin menjelaskan bahwa Zahra dan

Aisyah, ditemukan meninggal dalam posisi berpelukan. Begitu juga dengan

Fatimah. Sedangkan jasad sang ibu sampai sekarang belum ditemukan. Abi

Usman mengalami tekanan batin pasca tsunami terjadi, karena ia harus berperan

ganda menjadi ibu, kakak-kakak sekaligus sahabat bagi Delisa. Berulang kali

Delisa bertemu dengan Ummi dan kakaknya di dalam mimpi. Ia berteriak keras

untuk diajak tinggal disana. Namun, Ummi bertindak tegas. Delisa belum bisa

tinggal, ia harus menyelesaikan urusannya yang tertunda. Yakni hafalan-hafalan

shalatnya.

Page 128: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

113

Lampiran 3: Biodata Pengarang

“Tere Liye” merupakan nama pena dari seorang novelis yang diambil dari

bahasa India dengan arti : untuk-Mu. Tampaknya Tere Liye tidak ingin dikenal

oleh pembacanya. Hal itu terlihat dari sedikitnya informasi yang pembaca

dapatkan melalui bagian “tentang penulis” yang terdapat pada bagian belakang

sebuah novel. Agak sulit ketika mencari tahu tentang Tere Liye. Tere Liye lahir

pada tanggal 21 Mei 1979 dan telah menghasilkan 14 buah novel. Sedikit

mengulas profil sang penulis, lelaki bernama Darwis (mungkin itu nama aslinya,

dilihat dari e-mailnya), yang beristrikan Riski Amelia, adalah seorang ayah dari

Abdullah Pasai. Lahir dan besar di pedalaman Sumatera, berasal dari keluarga

petani, anak keenam dari tujuh bersaudara.

Riwayat pendidikannya adalah:

-SDN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan

-SMPN 2 Kikim Timur Sumatera Selatan

-SMUN 9 Bandar Lampung

-Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Karya-karyanya adalah:

1. Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Utama,

2010)

2. Pukat (Penerbit Republika, 2010)

3. Burlian (Penerbit Republika, 2009)

Page 129: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

114

4. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)

5. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2007)

6. The Gogons Series: James & Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Utama,

2006)

7. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)

8. Sang Penandai (Serambi, 2007)

9. Rembulan Tenggelam Di Wajahmu (Grafindo, 2006, Republika 2009)

10. Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (AddPrint, 2005)

11. Cintaku Antara Jakarta & Kuala Lumpur (AddPrint, 2006)

12. Senja Bersama Rosie (Grafindo, 2008)

13. Eliana , serial anak-anak mamak

14. Ayahku Bukan Pembohong (Gramedia Pustaka Utama, 2011)

Tere Liye tidak seperti penulis lain yang biasanya memasang foto, contact

person, profil lengkap pada setiap bukunya sehingga ketika buku/novel tersebut

meledak biasanya langsung membuat penulis tersebut terkenal dan diundang serta

melanglangbuana kemana-mana. Padahal novel-novel karya Tere Liye terbilang

sukses di pasaran.

Tere Liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa hidup ini

sederhana melalui tulisannya. Bekerja keras, namun selalu merasa cukup,

mencintai berbuat baik dan berbagi, senantiasa bersyukur dan berterima kasih

maka Tere Liye percaya, sejatinya kita sudah menggenggam kebahagiaan hidup

ini.

Tere mengungkapkan bahwa ia tak berniat menulis novel yang

mengharukan. Ia hanya berniat membuat novel yang sederhana, namun sederhana

itu dekat sekali dengan kelutusan dan ketulusan itu kunci utama untuk membuka

pintu hati. Terlihat tekad Tere Liye yang ingin membuat novel yang sederhana

dan menyentuh telah mendarat dengan sukses di setiap hati pembacanya.

Ada banyak cara jika ingin lebih mengenalnya, diantaranya

mengunjungi websitenya http://darwisdarwis.multiply.com . Kalau ingin berbicara

langsung, kirim email saja ke [email protected].

Page 130: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

115

Page 131: NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA KARYA TERE …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA (TINJAUAN PSIKOLOGI SASTRA) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

116