METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

21
METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI Oleh : Mustafiyanti, M.Pd.I Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al–Ittifaqiah Indralaya [email protected] ABSTRACT Intelligence that underlies all intelligence, namely intelligent spiritual or religious. The belief in the existence of a creator or God as a prime causa is very important given to children, because it can help in forming a good child's personality. Children will grow to become personal characters when they are in a characterized environment. The effort to develop children so that they become moral or good personal characters is the responsibility of the family, school, and all components of society. Moral development of early childhood can be through the development of habituation to behave well in family and school. There are 3 strategies in the method of forming moral behavior in early childhood, namely: First training and habituation strategies, second, Activity and play strategies, and third Learning strategies. While the strategies and techniques that parents do to hone children's spiritual intelligence are: Give examples, involve children helping others, and tell religious serial stories. In designing activities for the development of moral-religious methods in early childhood it is necessary to do it simultaneously (continuously) and integrated, both integrated in terms of collaboration between parents and teachers and integrated in terms of teaching material, such as combining theoretical and practical. Keywords: Development Method, Emotional Social, AUD

Transcript of METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

Page 1: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL

ANAK USIA DINI

Oleh : Mustafiyanti, M.Pd.I

Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Qur’an Al–Ittifaqiah Indralaya

[email protected]

ABSTRACT

Intelligence that underlies all intelligence, namely intelligent spiritual or religious. The belief in the

existence of a creator or God as a prime causa is very important given to children, because it can help in forming a good child's personality. Children will grow to become personal characters when they are in a characterized environment.

The effort to develop children so that they become moral or good personal characters is the responsibility of the family, school, and all components of society. Moral development of early childhood can be through the development of habituation to behave well in family and school.

There are 3 strategies in the method of forming moral behavior in early childhood, namely: First training and habituation strategies, second, Activity and play strategies, and third Learning

strategies. While the strategies and techniques that parents do to hone children's spiritual intelligence are: Give examples, involve children helping others, and tell religious serial stories.

In designing activities for the development of moral-religious methods in early childhood it is necessary to do it simultaneously (continuously) and integrated, both integrated in terms of

collaboration between parents and teachers and integrated in terms of teaching material, such as combining theoretical and practical.

Keywords: Development Method, Emotional Social, AUD

Page 2: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

2

ABSTRAK

Kecerdasan yang mendasari seluruh kecerdasan yaitu cerdas spiritual atau agama. Keyakinan akan adanya sang pencipta atau Tuhan sebagai causa prima sangat penting diberikan kepada anak, karena dapat membantu dalam membentuk pribadi anak yang baik.

Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan

yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen

masyarakat. Pengembangan moral anak usia dini dapat melalui pengembangan pembiasaan berperilaku baik dalam keluarga dan sekolah.

Ada 3 strategi dalam metode pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu: Pertama

strategi latihan dan pembiasaan, kedua, Strategi aktivitas dan bermain, dan ketiga Strategi pembelajaran. Sedangkan strategi dan teknik yang dilakukan orang tua untuk mengasah kecerdasan

spiritual anak adalah: Memberi contoh, melibatkan anak menolong orang lain, dan bercerita serial keagamaan.

Dalam merancang kegiatan metode pengembangan moral-agama pada anak usia dini perlu

dilakukan secara sirnultan (terus-menerus) dan terpadu, baik terpadu dalam hal kerjasama antara orang tua dan guru maupun terpadu dalam dalam hal materi pemberajarannya, seperti memadukan antara

yang teoritis dan praktis.

Kata kunci : Metode Pengembangan, Sosial Emosional , AUD

Page 3: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

3

A. PENDAHULUAN

Pendidikan harus mempunyai landasan yang jelas dan terarah. Landasan tersebut

sebagai acuan atau pedoman dalam proses penyelenggaraan pendidikan, baik dalam

institusi pendidikan formal, non-formal maupun informal. Yang dimaksud landasan yang

jelas dan terarah adalah bahwa pendidikan harus berprinsip pada pengokohan moral-agama

anak didik di samping aspek-aspek lainnya. Hal ini sangat diperlukan sebagai upaya untuk

mengantarkan anak didik agar dapat berpikir, bersikap, dan berperilaku secara terpuji

(akhlak al-karimah). Upaya tersebut bisa dilakukan oleh para pendidik (guru dan orang

tua) pada program PAUD. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses alami yang

terjadi dalam kehidupan manusia, dimulai sejak dalam kandungan samai akhir hayat.

Pertumbuhan lebih menitikberatkan pada perubahan fisik yang bersifat kuantitatif,

sedangkan perkembangan yang bersifat kualitatif berarti serangkaian perubahan progesif

sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.Manusia tidak pernah statis,

semenjak pembuahan hingga ajal selalu terjadi perubahan, baik fisik maupun kemampuan

psikologis1.

Pendidikan nilai-nilai moral dan keagamaan pada program PAUD merupakan

pondasi yang kokoh dan sangat penting keberadaannya, dan jika hal itu telah tertanam serta

terpatri dengan baik dalam setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik

bagi pendidikan anak bangsa untuk menjalani pendidikan selanjutnya. Bangsa Indonesia

sangat menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan keagamaan. Nilai-nilai luhur ini pun

dikehendaki menjadi motivasi spiritual bagi bangsa ini dalam rangka melaksanakan sila-

sila lainnya dalam pancasila (Hidayat, 2007 : 7.9).

Oleh karena itu, pemakalah menyusun makalah yang berjudul “Strategi Dan

Perencanaan Pengembangan Moral Dan Nilai Agama Anak Usia Dini” yang membahas

tentang hakikat perkembangan moral dan nilai agama anak, konsep pengembangan moral

dan nilai agama anak, strategi dan teknik pengembangan moral dan nilai agama anak, serta

desain kegiatan pembelajaran dan materi pengembangan moral-agama yang sesuai dengan

program PAUD.

a. Tujuan

1. Untuk mengetahui hakikat perkembangan moral dan nilai agama anak usia dini.

2. Untuk mengetahui konsep-konsep pengembangan moral dan nilai agama anak usia

dini.

1Elizabeth Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1996), hlm. 12.

Page 4: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

4

3. Untuk mengetahui strategi dan teknik pengembangan moral dan nilai agama anak

usia dini.

4. Untuk mengetahui desain kegiatan pembelajaran dan materi pengembangan moral-

agama yang sesuai dengan program PAUD.

B. PEMBAHASAN

A. Hakikat Perkembangan Moral Dan Nilai Agama Anak Usia Dini

Seiring dengan perkembangan sosial dan emosional, anak-anak usia prasekolah juga

mengalami perkembangan moral dan agamanya. Adapun yang dimaksud dengan

perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi

mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang

lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya

terdapat potensi moral yang siap berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara

dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang buruk,

yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan.2

Manusia merupakan makhluk etis atau makhluk yang mampu memahami kaidah-

kaidah moral dan mampu menjadikannya sebagai pedoman dalam bertutur kata,

bersikap, dan berperilaku. Kemampuan seperti di atas bukan merupakan kemampuan

bawaan melainkan harus diperoleh melalui proses belajar. Anak dapat mengalami

perkembangan moral jika dirinya mendapatkan pengalamanan bekenaan dengan

moralitas. Perkembangan moral anak ditandai dengan kemampuan anak untuk

memahami aturan, norma, dan etika yang berlaku (Slamet Suyanto, 2005: 67).

Mengingat moralitas merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia maka

manusia sejak dini harus mendapatkan pengaruh yang positif untuk menstimulasi

perkembangan moralnya.

Selain kecerdasan yang ada, kecerdasan yang mendasari seluruh kecerdasan yaitu

cerdas spiritual atau agama. Menurut Zakiah Darajat (dalam Lilis Suryani dkk3, agama

adalah suatu keimanan yang diyakini oleh pikiran, diresapkan oleh perasaan, dan

dilaksanakan dalam tindakan, perkataan, dan sikap. Perkembangan nilai-nilai agama

artinya perkembangan dalam kemampuan memahami, mempercayai, dan menjunjung

2Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 149

3Lilis Suryani dkk, Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia Dini, (Jakarta:

Universitas Terbuka, 2008), hlm. 1.9.

Page 5: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

5

tinggi kebenaran-kebenaran yang berasal dari Sang Pencipta, dan berusaha menjadikan

apa yang dipercayai sebagai pedoman dalam bertutur kata, bersikap dan bertingkah laku

dalam berbagai situasi.

Bagi anak usia dini agama sebagian besar tidak berarti meskipun mereka

menunjukkan minat dalam ibadah agama, tetapi karena banyaknya masalah yang kepada

anak-anak dijelaskan dalam rangka agama seperti kelahiran, kematian dan lain-lain,

maka keingintahuan mereka tentang masalah-masalah agama menjadi besar sehingga

mereka mengajukan banyak pertanyaan. Anak-anak menerima jawaban terhadap

pertanyaan mereka tanpa ragu-ragu, sebagaimana sering dilakukan oleh anak yang lebih

besar dan dewasa.4

Untuk itulah keyakinan akan adanya sang pencipta atau Tuhan sebagai causa

prima sangat penting diberikan kepada anak, karena dapat membantu dalam membentuk

pribadi anak yang baik. Disamping itu juga hal penting yang perlu dipertanyakan

sebagai orang tua adalah; mampukah orang tua melahirkan generasi baru, anak-anak

kita, yang kreatif, cerdas dan mengakselerasikan intelegensinya; memiliki intregitas

spiritual dan moral sekaligus.5

B. Konsep-Konsep Pengembangan Moral dan Nilai Agama Anak Usia Dini

Semua manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, baik fisik maupun psikis.

Walaupun dalam keadaan yang demikian, ia telah memiliki kemampuan bawaan yang

bersifat “laten”. Potensi bawaan ini yang memerlukan pengembangan dan pemeliharaan

yang mantap, terutama pada anak usia dini.

Menurut Megawangi, dalam Siti Aisyah dkk6, anak-anak akan tumbuh menjadi

pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di lingkungan yang berkarakter pula.

Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi pribadi-pribadi yang bermoral atau

berkarakter baik merupakan tanggung jawab keluarga, sekolah, dan seluruh komponen

masyarakat. Pengembangan moral anak usia dini melalui pengembangan pembiasaan

berperilaku baik dalam keluarga dan sekolah dapat dilakukan sebagai berikut:

4Http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/04/mengembangkan-aspek-moral-dan-

nilai. html?m=1. (online) [Senin, 17 Oktober 2016, 03.00 PM] 5Partini, Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini, (Yogyakarta: Grafindo Litera Media, 2010), hlm. 113-114.

6 Siti Aisyah dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), hlm. 8.36.

Page 6: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

6

1. Pengembangan berperilaku yang baik dimulai dari dalam keluarga

Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan paling efektif untuk

melatih berbagai kebiasaan yang baik pada anak.

Menurut Thomas Lickona, sebagimana pendapatnya dikutip oleh Siti Aisyah

dkk. 7 , ada 10 hal penting yang harus diperhatikan dan dijadikan prinsip dalam

mengembangkan karakter anak dalam keluarga, yaitu sebagai berikut:

a. Moralitas penghormatan

Hormat merupakan kunci utama untuk dapat hidup harmonis dengan

masyarkat. Moralitas penghormatan mencakup:

1) Penghormatan kepada diri sendiri untuk mencegah agar diri sendiri tidak

terlibat dalam perilaku yang merugikan diri sendiri.

2) Penghormatan kepada sesama manusia meskipun berbeda suku, agama,

kemampuan ekonomi, dst.

3) Penghormatan kepada lingkungan fisik yang merupakan ciptaan Tuhan.

b. Perkembangan moralitas kehormatan berjalan secara bertahap

Anak-anak tidak bisa langsung berkembang menjadi manusia yang

bermoral, tetapi memerlukan waktu dan proses yang terus menerus, dan

memerlukan kesabaran orang tua untuk melakukan pendidikan tersebut.

c. Mengajarkan prinsip menghormati

Anak-anak akan belajar menghormati orang lain jika dirinya merasa bahwa

pihak lain menghormatinya. Oleh karena itu orang tua hendaknya menghormati

anaknya. Penghormatan orang tua kepada anak dapat dilakukan misalnya dengan

menghargai pendapat anak, menjelaskan kenapa suatu aturan dibuat untuk anak, dst.

d. Mengajarkan dengan contoh

Melalui contoh, pembentukan perilaku pada anak akan lebih mudah

dilakukan. Oleh karena itu contoh nyata dari orang tua bagaimana seharusnya

anak berperilaku harus diberikan. Selain itu, orang tua juga bisa membacakan

buku-buku yang di dalamnya terdapat pesan-pesan moral. Orang tua hendaknya

mengontrol acara-acara televisi yang sering ditonton anaknya, jangan berpengaruh

buruk pada perkembangan moralnya.

7Siti Aisyah dkk, Perkembangan dan Konsep Dasar…, hlm. 8.38-8.41.

Page 7: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

7

e. Mengajarkan dengan kata-kata

Selain mengajar dengan contoh, orang tua hendaknya menjelaskan dengan

kata-kata apa yang ia contohkan. Misalnya anak dijelaskan mengapa berdusta

dikatakan sebagai tindakan yang buruk, karena orang lain tidak akan percaya

kepadanya.

f. Mendorong anak untuk merefleksikan tindakannya

Ketika anak telah melakukan tindakan yang salah, misalnya merebut mainan

adiknya sehingga adiknya menangis, anak disuruh untuk berpikir jika ada anak

lain yang merebut mainannya, apa reaksinya.

g. Mengajarkan anak untuk mengemban tanggung jawab

Anak-anak harus dididik untuk menjadi pribadi-pribadi yang altruistik, yaitu

peduli pada sesama. Untuk itu sejak dini anak harus dilatih melalui pemberian

tanggung jawab.

h. Mengajarkan keseimbangan antara kebebasan dan kontrol

Keseimbangan antara kebebasan dan kontrol diperlukan pengembangan

moral anak. Anak diberi pilihan untuk menentukn apa yang akan dilakukannya

namun aturan-aturan yang berlaku harus ditaati.

i. Cintailah anak

Cinta merupakan dasar dari pembentukan moral. Perhatian dan cinta orang

tua kepada anak merupakan kontribusi penting dalam pembentukan karakter yang

baik pada anak. Jika anak-anak diperhatikan dan disayangi maka mereka juga

belajar memperhatikan dan menyayangi orang lain.

j. Menciptakan keluarga bahagia

Pendidikan moral kepada anak tidak terlepas dari konteks keluarga. Usaha

menjadikan anak menjadi pribadi yang bermoral akan lebih mudah jika jika anak

mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarga yang bahagia. Untuk itu usaha

mewujudkan keluarga yang bahagia merupakan syarat yang harus dipenuhi oleh

orang tua sehubungan dengan perkembangan moral anaknya.

2. Pengembangan kebiasaan berperilaku yang baik di sekolah

Perkembangan moral anak tidak terlepas dari lingkungan di luar rumah.

Menurut Goleman (1997) dan Megawangi (2004), bahwa lingkungan sekolah

berperan dalam pengembangan moral anak usia dini. Pendidikan moral pada lembaga

Page 8: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

8

pendidikan formal dimulai ketika anak-anak mengikuti pendidikan pada taman

kanak-kanak. Menurut Schweinhart, pengalaman yang diperoleh anak-anak dari

taman kanak-kanak memberikan pengaruh positif pada pada perkembangan anak

selanjutnya.

Di lembaga pendidikan formal anak usia dini, peran pendidik dalam

pengembangan moral anak sangat penting. Oleh karena itu, menurut Megawangi,

pendidik harus memperhatikan beberapa hal berikut, yakni:

a. Memperlakukan anak didik dengan kasih sayang, adil, dan hormat.

b. Memberikan perhatian khusus secara individual agar pendidik dapat mengenal

secara baik anak didiknya.

c. Menjadikan dirinya sebagai contoh atau tokoh panutan.

d. Membetulkan perilaku yang salah pada anak didik.

Selain itu, jiwa keagamaan anak dapat timbul diakibatkan oleh beberapa hal

antara lain, yaitu:

1. Rasa Ketergantungan (sense of depende)

Manusia dilahirkan ke dunia ini memiliki empat kebutuhan, yakni keinginan

untuk perlindungan (security), keinginan akan pengalaman baru (new

experimence), keinginan untuk mendapatkan tanggapan (response) dan keinginan

untuk dikenal (recognition).

Berdasarkan kenyataan dan kerjasama dari keempat keinginan itu, maka

bayi sejak dilahirkan hidup dalam ketergantungan. Melalui pengalaman-

pengalaman yang diterimanya dari lingkungan itu kemudian terbentuklah rasa

keagamaan pada diri anak.

2. Instink keagamaan

Bayi yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink, diantaranya instink

keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena beberapa

fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya instink itu belum

sempurna. Dengan demikian pendidikan agama perlu diperkenalkan kepada anak

jauh sebelum usia 7 tahun. Artinya, jauh sebelum usia tersebut, nilai-nilai

keagamaan perlu ditanamkan kepada anak sejak usia dini. Nilai keagamaan itu

Page 9: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

9

sendiri bisa berarti perbuatan yang berhubungan antara manusia dengan Tuhan

atau hubungan antar-sesama manusia8.

Memahami konsep keagamaan pada anak-anak berarti memahami sifat agama

pada anak-anak. Maka bentuk dan sifat agama pada diri anak dapat dibagi atas:

1. Unreflective (tidak mendalam)

Unreflective yaitu pemahaman dan kemampuan anak dalam mempelajari

nilai-nilai agama sering menampilkan suatu hal yang tidak serius. Mereka

melakukan kegiatan ibadah pun dengan sikap dan sifat dasar yang kekanak-

kanakan, tidak mampu memahami dan menghayati apa yang sedang dilakukannya.

Contoh ketika anak diminta oleh guru untuk mengerjakan ibadah bersama

dengan tertib maka sangat manusiawi jika ada di antara mereka yang

mengerjakannya dengan bercanda, main-main, dan kurang serius. Ketika anak

belajar mengucapkan hafalan doa, kita juga dapat mendengarkan kemampuan

vokalnya yang kurang maksimal, demikian pula dalam menirukan gerakan (misal

gerakan dalam shalat, berdoa, dan lain-lain). Hal itu semua seyogyanya jangan

dijadikan sebagai sebuah masalah ketidakberhasilan belajar, namun dijadikan

sebagai hal yang objektif bahwa itulah hakikat anak dengan prestasi dan keadaan

yang sesungguhnya, yang harus kita hargai dengan baik.

2. Egosentris

Sering dijumpai bahwa anak lebih mementingkan kemauannya sendiri, tidak

peduli dengan urusan orang lain. Demikian pula dalam mempelajari nilai-nilai

agama anak usia dini terkadang belum mampu bersikap dan bertindak konsisten.

Misalkan suatu ketika anak terlihat sangat rajin dan mau mengerjakan kegiatan

ritual ibadah seperti kalau di sekolah belajar mengucapkan doa bersama, kalau di

rumah seperti mengaji, pergi ke tempat ibadah, dan lain-lain, namun pada saat

yang lain rnereka berperilaku sebaliknya. Betapapun guru atau orang tua berulang

kali mengingatkan dan menyuruh anak untuk melakukan kegiatan keagamaan,

Namun jika anak merasa malas dan lebih asyik bermain maka semua perintah dan

anjuran tadi tidak dipedulikannya.

8Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 47-48.

Page 10: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

10

Sifat tersebut merupakan hal yang wajar karena memang kondisi psikologis

mereka yang masih labil dan belum matang. Namun tidak berarti membiarkan

tanpa upaya pada arah yang positif. Walaupun demikian guru atau orang tua tetap

tidak boleh memaksakan kehendak sesuai dengan keinginannya sebab mereka

boleh jadi pada kesempatan yang lain akan berubah sikapnya. Itulah labilitas

psikologis anak yang perlu dipahami oleh guru dan orang tua.

3. Anthromorphis

Konsep ketuhanan pada diri anak menggambarkan aspek-aspek

kemanusiaan. Melalui konsep yang terbentuk dalam pikiran, mereka menganggap

bahwa perikeadaan Tuhan itu sama dengan manusia. Pekerjaan Tuhan mencari

dan menghukum orang yang berbuat jahat di saat orang itu berada dalam tempat

yang gelap. Anak menganggap bahwa Tuhan dapat melihat segala perbuatannya

langsung ke rumah-rumah mereka sebagaimana layaknya orang mengintai. Pada

anak usia 6 tahun, pandangan anak tentang Tuhan adalah sebagai berikut: Tuhan

mempunyai wajah seperti manusia, telinganya lebar dan besar, Tuhan tidak makan

tetapi hanya minum embun. Konsep ketuhanan yang demikian mereka bentuk

sendiri berdasarkan fantasi masing-masing.

4. Verbalis dan Ritualis

Kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh mula-mula secara

verbal (ucapan). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan

selain itu pula dari perbuatan yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman

menurut tuntunan yang diajarkan kepada mereka. Perkembangan agama pada anak

sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan agama anak itu di usia dewasanya.

Banyak orang dewasa yang taat karena pengaruh ajaran dan praktek keagamaan

yang dilaksanakan pada masa kecil mereka. Latihan-latihan bersifat verbalis dan

upacara keagamaan yang bersifat rutinitas (praktek) merupakan hal yang berarti

dan merupakan salah satu ciri dari tingkat perkembangan agama pada anak-anak.

5. Imitatif

Tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak-anak pada dasarnya diperoleh

dari meniru. Berdoa dan shalat, misalnya, mereka laksanakan karena hasil melihat

Page 11: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

11

realitas di lingkungan, baik berupa pembiasaan ataupun pengajaran yang intensif.

Dalam segala hal anak merupakan modal yang positif dalam pendidikan

keagamaan pada anak.

6. Rasa heran

Rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan yang terakhir

ada pada anak. Rasa kagum yang ada pada anak sangat berbeda dengan rasa

kagum pada orang dewasa. Rasa kagum pada anak-anak ini belum bersifat kritis

dan kreatif, sehingga mereka hanya kagum terhadap keindahan lahiriah saja. Hal

ini merupakan langkah pertama dari pernyataan kebutuhan anak akan dorongan

untuk mengenal suatu pengalaman yang baru (new experince). Rasa kagum

mereka dapat disalurkan melalui cerita-cerita yang menimbulkan rasa takjub pada

anak-anak.9

C. Strategi dan Teknik Pengembangan Moral Dan Nilai Agama Anak Usia Dini

Pengembangan moral anak usia dini dilakukan agar terbentuk perilaku moral.

Pembentukan perilaku moral pada anak, khususnya pada anak usia dini memerlukan

perhatian serta pemahaman terhadap dasar-dasar serta berbagai kondisi yang

mempengaruhi dan menenytukan perilaku moral.

Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu:

strategi latihan dan pembiasaan, Strategi aktivitas dan bermain, dan Strategi

pembelajaran.10

1. Strategi Latihan dan Pembiasaan

Latihan dan pembiasaan merupakan strategi yang efektif untuk membentuk

perilaku tertentu pada anak-anak, termasuk perilaku moral. Dengan latihan dan

pembiasaan terbentuklah perilaku yang bersifat relatif menetap. Misalnya, jika anak

dibiasakan untuk menghormati anak yang lebih tua atau orang dewasa lainnya, maka

anak memiliki kebiasaan yang baik, yaitu selalu menghormati kakaknya atau orang

tuanya.

9Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam..., hlm. 53-55.

10Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia Dini. (Jakarta:

Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan Dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005), hlm. 106.

Page 12: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

12

2. Strategi Aktivitas Bermain

Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh setiap anak dapat digunakan

dan dikelola untuk pengembangan perilaku moral pada anak. Menurut hasil

penelitian Piaget, menunjukkan bahwa perkembangan perilaku moral anak usia dini

terjadi melalui kegiatan bermain. Pada mulanya anak bermain sendiri tanpa dengan

menggunakan mainan. Setelah itu anak bermain menggunakan mainan namun

dilakukan sendiri. Kemudian anak bermain bersama temannya bersama temannya

namun belum mengikuti aturan-aturan yang berlaku. Selanjutnya anak bermain

bersama dengan teman-temannya berdasarkan aturan yang berlaku.

3. Strategi Pembelajaran

Usaha pengembangan moral anak usia dini dapat dilakukan dengan strategi

pembelajaran moral. Pendidikan moral dapat disamakan dengan pembelajaran nilai-nilai

dan pengembangan watak yang diharapkan dapat dimanifestasikan dalam diri dan

perilaku seseorang seperti kejujuran, keberanian, persahabatan, dan penghargaan11

.

Pembelajaran moral dalam konteks ini tidak semata-mata sebagai suatu situasi

seperti yang terjadi dalam kelas-kelas belajar formal di sekolah, apalagi pembelajaran

ini ditujukan pada anak-anak usia dini dengan cirri utamanya senang bermain. Dari

segi tahapan perkembangan moral, strategi pembelajaran moral berbeda orientasinya

antara tahapan yang satu dengan lainnya. Pada anak usia 0-2 tahun pembelajaran

lebih banyak berorientasi pada latihan aktivitas motorik dan pemenuhan kebutuhan

anak secara proporsional. Pada anak usia antara 2-4 tahun pembelajaran moral lebih

diarahkan pada pembentukan rasa kemandirian anak dalam memasuki dan

menghadapi lingkungan. Untuk anak usia 4-6 tahun strategi pembelajaran moral

diarahkan pada pembentukan inisiatif anak untuk memecahkan masalah yang

berhubungan dengan perilaku baik dan buruk.

Beberapa strategi dan teknik yang dilakukan orang tua untuk mengasah

kecerdasan spiritual agama anak adalah sebagai berikut:

1. Memberi contoh

Anak usia dini mempunyai sifat suka meniru . karena orang tua merupakan

lingkungan pertama yang ditemui anak, maka ia cenderung meniru apa yang

11Maria J. Wantah, Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral…, hlm. 123.

Page 13: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

13

diperbuat oleh orang tuanya. Di sinilah peran orang tua untuk memberikan contoh

yang baik bagi anak, misalnya mengajak anak untuk ikut berdoa. Tatkala sudah

waktunya shalat, ajaklah anak untuk segera mengambil air wudhu dan segera

menunaikan sholat. Ajari shalat berjamaah dan membaca surat-surat pendek al-

Qur‟an dan Hadis-hadis pendek.

2. Melibatkan anak menolong orang lain.

Anak usia dini diajak untuk berkunjung ke tempat orang yang membutuhkan

pertolongan. Anak disuruh menyerahkan sendiri bantuan kepada yang

membutuhkan, dengan demikian anak akan memiliki jiwa sosial.

3. Bercerita serial keagamaan

Bagi orang tua yang mempunyai hobi bercerita, luangkan waktu sejenak

untuk meninabobokan anak dengan cerita kepahlawanan atau serial keagamaan.

Selain memberikan rasa senang pada anak, juga menanamkan nilai-nilai

kepahlawanan atau keagamaan pada anak dan konsisten dalam mengajarkannya.

Dalam mengajarkan nilai-nilai spiritual pada anak diperlukan kesabaran, tidak

semua yang kita lakukan berhasil pada saat itu juga, adakalanya memerlukan

waktu yang lama dan berulang12

.

Adapun pendidikan agama islam yang perlu diterapkan kepada anak sejak usia

dini antara lain:

1. Membisikkan Kalimat Tauhid.

Dalam hal ini sejak anak lahir kedunia tidak lain yang dibisikkan atau

diperdengarkan setelah keluar dari rahim ibunya kecuali “Allah” dengan

menggunakan azan di telinga kanan untuk anak laki-laki dan iqamat di telinga kiri

untuk anak perempuan, karena pendidikan agama islam membersihkan hati dan

mensucikan jiwa agar anak-anak nantinya tetap patuh perintah Allah.

2. Mengajari Akhlak yang Mulia.

Dengan mengajari anak akhlak yang mulia atau yang terpuji bukan hanya

semata untuk mengetahuinya saja, melainkan untuk mempengaruhi jiwa sang

anak agar supaya beraklak dengan akhlak yang terpuji. Karena pendidikan agama

islam dalam rumah tangga sangat berpengaruh besar dalam rangka membentuk

anak yang berbudi pekerti yang luhur dan memiliki mental yang sehat.

12Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam..., hlm. 50-51

Page 14: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

14

3. Mengislamkannya atau mengkhitankannya.

Disebutkan dalam Assahhain, dari hadits Abi Hurairah ra, berkata :

“Rasululullah Saw. Bersabda : “Fitrah itu ada lima (Khitan, mencukur buku di

bawah perut, mencukur kumis, memotong kuku dan mencabut buku ketiak)”.

Disini khitan ditempatkan ditempat sebagai ciri fitrahnya seseorang yang

berdasarkan pada kelemah lembutan agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim,

dimana ia diperintahkan untuk melakukannya pada waktu ia mencapai usia 80

tahun.

Dengan demikian sebagai orang tua yang mempunyai tanggung jawab yang

besar terhadap anak-anaknya, agar tidak menyia-nyiakan amanah tersebut, orang

tualah sebagai pembina pertama dalam hidup dan kehidupan si anak, olehnya itu

anak perlu berbakti dan hormat serta berakhlak mulia terhadap kedua orang

tuanya.

4. Upaya Melestarikan Kesehatan Mental Anak Melalui Pendidikan Agama Islam.

Dalam upaya melestarikan kesehatan mental setiap anak/orang harus

mendapatkan pendidikan dan bimbingan dan penyuluhan kejiwaan. Dengan

demikian mereka membutuhkan system persekolahan yang sesuai dengan

kepribadian dan perkembangan anak. Perlunya diketahui bahwa kesahatan mental

dapat dicapai melalui kehidupan jadi rukun dan damai diantaran kelompok sosial

dengan saling memberi dukungan fisik, material maupun moral untuk mencapai

ketenangan hidup melalui agama, dapat meredam gejala jiwa, dan perlu

dilakukan/dilaksanakan secara konsisten dan produktif.

Adapun cara untuk menjaga kesehatan mental anak melalui pendidikan agama

islam antara lain:

a. Menanamkan Rasa Keagamaan terhadap Anak. Dengan memberikan pengetahuan

dan pemahaman tentang agama, agar anak dapat mengenal lebih dekat kepada

sang pemberi petunjuk yaitu Allah Swt. Agar apabila suatu saat seorang anak

mengalami atau mendapatkan masalah dalam hidupnya tidak timbul frustasi pada

anak tersebut yang dapat menimbulkan gangguan jiwa dan kesehatan mental paa

tersebut dengan pengenalan agama lebih dekat.

b. Membimbing dan Mengarahkan Perkembangan Jiwa Anak Melalui Pendidikan

Agama Islam. Membimbing dan mengarahkan perkembangan jiwa anak dapat

Page 15: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

15

diusahakan melalui pembentukan pribadi dengan pengalaman keagamaan

terhadap diri anak baik dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun

masyarakat, lingkungan yang banyak membentuk pengajaran yang bersifat agama

(sesuai dengan ajaran agama islam). Akan membentuk pribadi, tindakan dan

kelakuan serta caranya menghadapi hidup akan sesuai dengan ajaran agama yang

kesemuanya itu mengacu pada perkembangan jiwa dan pembentukan mental yang

sehat dalam diri si anak.

c. Menanamkan Etika Yang Baik Terhadap Diri Anak Berdasarkan Norma-Norma

Keagamaan. Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan

dan pengalaman yang dilaluinya, terutama pada masa pertumbuhan yang pertama

(masa anak) dari umur 0-12 tahun.

Masa kanak-kanak merupakan masa yang menentukan pertumbuhan dan

perkembangan psikologi dan agama si anak. Oleh karena itu pada masa ini orang tua

harus ekstra ketat dalam mendidik anaknya misalnya kita membiasakan anak untuk

menggunakan tangan kanan dalam mengambil, memberi, makan dan minum,

menulis, menerima tamu dan mengajarkannya untuk selalu memulai pekerjaan

dengan membaca Basmalah serta harus diakhiri dengan membaca Hamdalah13

.

D. Desain Kegiatan Pembelajaran dan Materi Pengembangan Moral-Agama yang

Sesuai dengan Program PAUD

Menurut Reni Akbar dkk, masa prasekolah merupakan masa-masa bahagia dan

amat memuaskan dari seluruh kehidupan anak. Untuk itulah kita perlu menjaga hal

tersebut sebagaimana adanya. Janganlah memaksakan sesuatu karena diri kita sendiri,

baik mengharapkan secara banyak dan segera maupun mencoba melakukan hal-hal yang

memang mereka belum siap.

Penelitian Sue Moskowitz terhadap sejumlah anak yang diajar membaca pada

waktu dini menunjukkan bahwa anak-anak tersebut tidak mampu mempertahankan

kelebihan-kelebihan yang mereka miliki dari teman sekelasnya yang tidak dapat

membaca sebelum cukup umur. Moskowitz juga mempertanyakan anak-anak yang

didorong orang tuanya belajar membaca pada usia dini. Dengan mengajari anak

13

Daradjat Zakiah, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1970

Page 16: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

16

membaca pada usia tujuh tahun, anak-anak Skandinavia, baik perempuan tidak

memiliki masalah dalam pelajaran rnembaca (Akbar Hawadi,2006: 5).

Dalam kaitan dengan perkembangan moral anak menurut Charles Wenar dalam

Akbar dikatakan bahwa perkembangan moral anak berjalan lamban dan bergerak sesuai

dengan meningkatnya kematangan pada diri anak untuk dapat memahami nilai-nilai

keberhasilan, kejujuran, dan tanggungjawab. Menurut hemat penulis, pengenalan

mengenai sesuatu yang baik dan yang tidak baik, seperti dalam bermain anak juga sudah

harus mulai diajarkan, misalnya ketika dalam bermain anak berebut mainan yang bukan

rniliknya maka seyogyanya guru atau orang tua segera merespons dengan bahasa anak.

Ini merupakan bagian dari peletakan dasar-dasar sikap dan kepribadian yang terpuji

pada diri anak.

Mengacu pada deskripsi tersebut maka kegiatan pembelajaran dan pemberian

materi moral-agarna perlu dirancang secara sederhana sesuai dengan tingkat

kemampuan anak, seperti kegiatan bermain sambil belajar. Menurut EIis (2005) dalam

Hidayat, ruang lingkup materi moral-agama pada program PAUD meliputi:

1. Peletakan dasar-dasar keimanan,

2. Peletakan dasar-dasar kepribadian/budi pekerti yang terpuji, dan

3. Membiasakan beribadah sesuai dengan kemampuan anak.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa segala rutinitas dalam kehidupan sehari-

hari anak hendaknya selalu diwarrnai dengan nuansa keagamaan agar mereka kelak

kemudian selalu ingat kepada Tuhannya.

Selanjutnya, dalam merancang kegiatan pengembangan moral-agama pada anak

usia dini perlu dilakukan secara sirnultan (terus-menerus) dan terpadu, baik terpadu

dalam hal kerjasama antara orang tua dan guru maupun terpadu dalam dalam hal materi

pemberajarannya, seperti memadukan antara yang teoritis dan praktis. Mengapa

demikian ? karena pada masa usia dini, anak belum mampu secara langsung memahami

hubungan-hubungan antara yang teoritis dan praktis. Pada masa usia dini, anak masih

banyak didominasi oleh pengetahuan yang masih bersifat abstrak. Oleh karena itu

keterpaduan ini perlu dirancang oleh pendidik agar tujuan yang diharapkan dapat

tercapai secara maksimal dan efektif.

Keterpaduan pembelajaran (integrated learning) lainnya juga bisa dilakukan

dengan cara mengaitkan kehidupan alam sekitar, seperti lingkungan alam dan

lingkungan sosial yang sering dialami anak-anak, kemudian nilai-nilai agama tersebut

Page 17: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

17

dimasukkan sebagai bagian dari lingkungan tersebut. Misalkan bagaimana seorang anak

harus merawat lingkungan alam, seperti tumbuhan, hewan, kebersihan, dan lain

sebagainya. Demikian pula dalam lingkungan sosial, misalkan bagaimana seorang anak

harus berbuat baik kepada sesama teman ketika ada temannya yang membutuhkan

seperti pinjam pensil, penghapus, dan lain sebagainya.

Contoh-contoh empirik tersebut dimasuki dengan ajaran-ajaran moral-agama

dengan menekankan bahwa hal-hal yang perlu dilakukan adalah berbuat baik kepada

siapa saja sebab ajaran agama mengajarkan kepada kita demikian, dan bagi siapa saja

yang menjalankan secara senang, Allah akan mengasih sayangi, dan pada suatu saat

Allah juga akan memberikan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita lakukan

sekarang ini.

Dalam hal pengembangan moral-agama dalam Garis-garis Besar Program

Kegiatan Belajar (GBPKB) di PAUD diistilahkan dengan materi program pembentukan

perilaku anak melalui pembiasaan yang terwuiud dalam kegiatan sehari-hari. Adapun

tujuan dari program pembentukan perilaku adalah untuk mempersiapkan anak sedini

mungkin dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang dilandasi oleh nilai-nilai

moral pancasila dan agama. Pokok-pokok dan ruang lingkup materi tersebut meliputi:

1. Berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan

2. Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain

3. Tolong menolong sesama teman

4. Rapi dalam bertindak dan berpakaian

5. Berlatih untuk selalu tertib dan patuh pada peraturan serta bersedia menerima tugas,

menyelesaikan tugas, dan memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu

6. Memiliki sikap tengang rasa terhadap keadaan orang lain.

7. Berani dan mernpunyai rasa ingin tahu yang besar.

8. Merasa puas atas prestasi yang dicapai

9. Bertanggun gjawab terhadap tugas yang diberikan

10. Bergotong royong sesama teman

11. Mencintai tanah air

12. Mengurus diri sendiri, antara lain meliputi membersihkan diri sendiri, berpakaian

sendiri, makan sendiri, dan memelihara milik sendiri

13. Menjaga kebersihan lingkungan, termasuk membantu membersihkan dan

membuang sampah pada tempatnya.

Page 18: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

18

14. Menyimpan mainan setelah digunakan

15. Mengendalikan emosi, misalnya saat berpisah dengan ibu tanpa menangis, sabar

menunggu giliran, berhenti bermain pada waktunya tidak cengeng, dapat

membedakan milik sendiri dan orang lain, menunjukkan reaksi yang wajar karena

marah, senang, sedih, takut, dan cemas.

16. Sopan santun meliputi terbiasa mengucapkan terima kasih dengan baik atau

meminta tolong dengan baik

17. Menjaga keamanan diri, termasuk menghindar dari obat-obat berbahaya dan

menghindar dari benda-benda yang berbahaya pula (Hidayat mengutip GBPKB

1995).

Sedangkan kompetensi dan hasil berajar yang ingin dicapai pada aspek

pegembangan moral-agama mengacu pada menu pembelajaran PAUD adalah

kemampuan melakukan ibadah, mengenal dan percaya akan ciptaan Allah dan

mencintai sesama (Hidayat, 2007: 7.12). Berikut ruang lingkup dan rinciannya

berdasarkan kelompok mulai 3-6 tahun:

1. Menyayikan lagu keagamaan

2. Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan dengan sikap berdoa

3. Dapat melakukan gerakan beribadah

4. Membedakan ciptaan Tuhan dengan buatan manusia

5. Menyayangi orang tua, orang di sekeliling, guru, teman, pembantu, binatang, dan

tanaman

6. Mengenal/memahami sifat-sifat Tuhan, misalnya Maha Pengasih, Maha

Penyayang, dan lain sebaginaya

7. Merasakan/ditunjukkan rasa sayang dan cinta kasih melalui belaian atau rangkulan

8. Selalu mengucapkan terima kasih setelah menerima sesuatu

9. Mengucapkan salam

10. Mengucapkan kata-kata santun, misalnya maaf, tolong, dan lain-lain

11. Menghargai teman dan tidak memaksakan kehendak

12. Membantu pekerjaan ringan orang dewasa.

Sementara itu terkait dengan karakter atau sifat materi pengembangan moral dan

nilai-nilai agama pada anak usia dini, menurut Hidayat guru harus dapat memilih materi

yang sesuai dengan karakter anak usia dini, di antaranya:

Page 19: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

19

1. bersifat terapan dan berkaitan dengan kegiatan rutin anak-anak dalam kehidupan

sehari-hari,

2. Enjoyable, yaitu materi pembelajaran diupayakan bisa membuat anak senang,

menikmati, dan mengikuti kegiatan dengan antusias, dan

3. Mudah ditiru, yaitu materi yang disampaikan dapat dipraktikkan oleh anak dengan

mudah.

C. KESIMPULAN

Seiring dengan perkembangan sosial dan emosional, anak-anak usia prasekolah juga

mengalami perkembangan moral dan agamanya. Adapun yang dimaksud dengan

perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi

mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang

lain.

Selain kecerdasan yang ada, kecerdasan yang mendasari seluruh kecerdasan yaitu

cerdas spiritual atau agama. Keyakinan akan adanya sang pencipta atau Tuhan sebagai

causa prima sangat penting diberikan kepada anak, karena dapat membantu dalam

membentuk pribadi anak yang baik.

Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila mereka berada di

lingkungan yang berkarakter pula. Usaha mengembangkan anak-anak agar menjadi

pribadi-pribadi yang bermoral atau berkarakter baik merupakan tanggung jawab keluarga,

sekolah, dan seluruh komponen masyarakat. Pengembangan moral anak usia dini dapat

melalui pengembangan pembiasaan berperilaku baik dalam keluarga dan sekolah.

Ada 3 strategi dalam pembentukan perilaku moral pada anak usia dini, yaitu:

Pertama strategi latihan dan pembiasaan, kedua, Strategi aktivitas dan bermain, dan ketiga

Strategi pembelajaran. Sedangkan strategi dan teknik yang dilakukan orang tua untuk

mengasah kecerdasan spiritual anak adalah: Memberi contoh, melibatkan anak menolong

orang lain, dan bercerita serial keagamaan.

Dalam merancang kegiatan pengembangan moral-agama pada anak usia dini perlu

dilakukan secara sirnultan (terus-menerus) dan terpadu, baik terpadu dalam hal kerjasama

antara orang tua dan guru maupun terpadu dalam dalam hal materi pemberajarannya,

seperti memadukan antara yang teoritis dan praktis.

Sementara itu terkait dengan karakter atau sifat materi pengembangan moral dan

nilai-nilai agama pada anak usia dini, menurut Hidayat guru harus dapat memilih materi

Page 20: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

20

yang sesuai dengan karakter anak usia dini, yakni (1) bersifat terapan dan berkaitan dengan

kegiatan rutin anak-anak dalam kehidupan sehari-hari, (2) enjoyable, yaitu materi

pembelajaran diupayakan bisa membuat anak senang, menikmati, dan mengikuti kegiatan

dengan antusias, dan (3) Mudah ditiru, yaitu materi yang disampaikan dapat dipraktikkan

oleh anak dengan mudah.

Page 21: METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA …

21

DAFTAR PUSTAKA

Daradjat, Zakiah. 1970. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth. 1996. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Jalaluddin. 1996. Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Lilis Suryani dkk. (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dsar Anak Usia

Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Mansur. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Masitoh dkk. (2005) Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: 2005.

Partini. 2010. Pengantar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan Perguruan Tinggi.

Wantah, Maria J. (2005) Pengembangan Disiplin dan Pembentukan Moral pada Anak Usia

Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan an Ketenagaan

Perguruan Tinggi.

Http://belajarpsikologi.com/multiple-intelligences-atau-kecerdasan-ganda

//[Senin 17 Oktober 2016. 15.10 WIB]

Http://multazam-einstein.blogspot.co.id/2013/04/mengembangkan-aspek-moral-

dan-nilai.html?m=1. (online) [Senin, 17 Oktober 2016, 03.00 PM]

Http://nuritaputranti.wordpress.com/2007/11/27/kecerdasan-majemuk-

multiple-intelligences/ /[Senin, 17 Oktober 2016. 15.00 WIB]

Http://pg-paud.blogspot.com/2011/02/pengembangan-moral-dan-nilai-nilai_06.

html/[Senin, 17 Oktober 2016. 15.40 WIB]