Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

8
EXPLORA INFORMATIKA 1 L-1 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia Gede Ade Putra Wirawan, I Gede Harsemadi, Ratna Kartika Wiyati Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM Bali Jalan Raya Puputan Renon No. 86 Denpasar, Bali, Indonesia tlp. (0361) 244445 fax: (0361) 264773 Pos-el: [email protected], [email protected], [email protected] Abstrak Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Dengan multimedia penyampaian informasi semakin mudah untuk mempelajari bahasa isyarat, karena multimedia memberikan berbagai solusi yang dapat digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami. Salah satunya aplikasi multimedia adalah media pembelajaran yang membantu keefektifan dalam proses pembelajaran dan proses penyampaian pesan pembelajaran. Perancangan dan pembuatan aplikasi multimedia menggunakan metode Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dimulai dengan konsep, pembuatan aplikasi, material collecting, assembly, pengujian aplikasi dan distribusi aplikasi. Pada aplikasi ini terdapat menu-menu yang menggunakan unsur multimedia seperti foto, dan video, agar pengguna lebih tertarik mempelajari materi pada aplikasi tersebut. Pengguna berinteraksi dengan kaum Tuli digunakan bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar. Dalam pengujian aplikasi digunakan 3 metode pengujian sistem yaitu black-box testing, evaluasi heuristic dan kuesioner. Dalam pengujian black-box testing dapat disimpulkan bahwa aplikasi berjalan dengan baik, untuk metode pengujian kuesioner mendapatkan presentase nilai 81.3% dan masuk kategori sangat baik dan untuk metode pengujian evaluasi heuristic terdapat beberapa kesimpulan bahwa aplikasi sudah berjalan dengan baik. Kata Kunci : Bahasa Isyarat, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Aplikasi Bahasa Isyarat Abstract In linguistics or philology, sign language is recognized as a complete language. With multimedia the delivery of information, it is easier to learn sign language, because multimedia provides various solutions that can be used so that the information conveyed is easier to understand. One of them is multimedia applications that are learning media that help effectiveness in the learning process and the process of delivering learning messages. Designing and making multimedia applications using the Multimedia Development Life Cycle (MDLC) method that starts with the concept, application creation, collecting materials, assembly, application testing and application distribution. In this application there are menus that use multimedia elements such as photos and videos so that users are more interested in learning the material in the application. Users interact with Deaf people using sign language namely Denpasar Regional Indonesian Sign Language. In testing the application used 3 system testing methods is black-box testing, heuristic evaluation and questionnaire. In testing black-box testing it can be concluded that the application is running well, for the test method the questionnaire gets a percentage value of 81.3% and is in a very good category and for the heuristic evaluation testing method there are some conclusions that the application is running well. Key Words : Sign Language, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Sign Language Application 1. Pendahuluan Dunia teknologi bukan hal asing bagi masyarakat saat ini. Perkembangan yang begitu pesat merambah setiap lapisan masyarakat. Teknologi mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat berbagai pekerjaan yang dilakukan semakin mudah penyelesaiannya dengan adanya teknologi. Salah satu perkembangan teknologi yang banyak digunakan adalah di bidang multimedia. Dengan multimedia penyampaian informasi semakin mudah, karena multimedia memberikan berbagai solusi yang dapat digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami. Kata multimedia itu sendiri berasal dari latin “multi” yang berarti banyak dan kata “media” yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Multimedia merupakan suatu kombinasi dari

description

Abstrak Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Dengan multimedia penyampaian informasi semakin mudah untuk mempelajari bahasa isyarat, karena multimedia memberikan berbagai solusi yang dapat digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami. Salah satunya aplikasi multimedia adalah media pembelajaran yang membantu keefektifan dalam proses pembelajaran dan proses penyampaian pesan pembelajaran. Perancangan dan pembuatan aplikasi multimedia menggunakan metode Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dimulai dengan konsep, pembuatan aplikasi, material collecting, assembly, pengujian aplikasi dan distribusi aplikasi. Pada aplikasi ini terdapat menu-menu yang menggunakan unsur multimedia seperti foto, dan video, agar pengguna lebih tertarik mempelajari materi pada aplikasi tersebut. Pengguna berinteraksi dengan kaum Tuli digunakan bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar. Dalam pengujian aplikasi digunakan 3 metode pengujian sistem yaitu black-box testing, evaluasi heuristic dan kuesioner. Dalam pengujian black-box testing dapat disimpulkan bahwa aplikasi berjalan dengan baik, untuk metode pengujian kuesioner mendapatkan presentase nilai 81.3n masuk kategori sangat baik dan untuk metode pengujian evaluasi heuristic terdapat beberapa kesimpulan bahwa aplikasi sudah berjalan dengan baik. Kata Kunci : Bahasa Isyarat, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Aplikasi Bahasa Isyarat

Transcript of Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

Page 1: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

EXPLORA INFORMATIKA ◼ 1

◼ L-1

Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia

Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

Gede Ade Putra Wirawan, I Gede Harsemadi, Ratna Kartika Wiyati

Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM Bali

Jalan Raya Puputan Renon No. 86 Denpasar, Bali, Indonesia tlp. (0361) 244445 fax: (0361) 264773

Pos-el: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Dengan

multimedia penyampaian informasi semakin mudah untuk mempelajari bahasa isyarat, karena multimedia

memberikan berbagai solusi yang dapat digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah

dipahami. Salah satunya aplikasi multimedia adalah media pembelajaran yang membantu keefektifan

dalam proses pembelajaran dan proses penyampaian pesan pembelajaran. Perancangan dan pembuatan

aplikasi multimedia menggunakan metode Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dimulai

dengan konsep, pembuatan aplikasi, material collecting, assembly, pengujian aplikasi dan distribusi

aplikasi. Pada aplikasi ini terdapat menu-menu yang menggunakan unsur multimedia seperti foto, dan

video, agar pengguna lebih tertarik mempelajari materi pada aplikasi tersebut. Pengguna berinteraksi

dengan kaum Tuli digunakan bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar. Dalam

pengujian aplikasi digunakan 3 metode pengujian sistem yaitu black-box testing, evaluasi heuristic dan

kuesioner. Dalam pengujian black-box testing dapat disimpulkan bahwa aplikasi berjalan dengan baik,

untuk metode pengujian kuesioner mendapatkan presentase nilai 81.3% dan masuk kategori sangat baik

dan untuk metode pengujian evaluasi heuristic terdapat beberapa kesimpulan bahwa aplikasi sudah

berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Bahasa Isyarat, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Aplikasi Bahasa Isyarat

Abstract In linguistics or philology, sign language is recognized as a complete language. With multimedia

the delivery of information, it is easier to learn sign language, because multimedia provides various

solutions that can be used so that the information conveyed is easier to understand. One of them is

multimedia applications that are learning media that help effectiveness in the learning process and the

process of delivering learning messages. Designing and making multimedia applications using the

Multimedia Development Life Cycle (MDLC) method that starts with the concept, application creation,

collecting materials, assembly, application testing and application distribution. In this application there

are menus that use multimedia elements such as photos and videos so that users are more interested in

learning the material in the application. Users interact with Deaf people using sign language namely

Denpasar Regional Indonesian Sign Language. In testing the application used 3 system testing methods is

black-box testing, heuristic evaluation and questionnaire. In testing black-box testing it can be concluded

that the application is running well, for the test method the questionnaire gets a percentage value of

81.3% and is in a very good category and for the heuristic evaluation testing method there are some

conclusions that the application is running well.

Key Words : Sign Language, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Sign Language

Application

1. Pendahuluan

Dunia teknologi bukan hal asing bagi masyarakat saat ini. Perkembangan yang begitu pesat

merambah setiap lapisan masyarakat. Teknologi mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat

berbagai pekerjaan yang dilakukan semakin mudah penyelesaiannya dengan adanya teknologi. Salah satu

perkembangan teknologi yang banyak digunakan adalah di bidang multimedia. Dengan multimedia

penyampaian informasi semakin mudah, karena multimedia memberikan berbagai solusi yang dapat

digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami.

Kata multimedia itu sendiri berasal dari latin “multi” yang berarti banyak dan kata “media” yang

berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Multimedia merupakan suatu kombinasi dari

Page 2: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2

2

gambar, teks dan video yang dikirim kepada pengguna melalui komputer atau eletronik lainnya. Dengan

penggunaan multimedia, penyampaian informasi akan menjadi lebih menarik dan mempermudah

pengguna dalam mendapatkan informasi[1].

Bahasa isyarat adalah sebuah bahasa yang disampaikan secara visual, tidak secara auditors, untuk

berkomunikasi. Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap.

Namun, bahasa isyarat masih kendala dalam hal pengakuan oleh khalayak ramai di beberapa tempat atau

Negara. Karena merupakan bahasa alami, bahasa isyarat memiliki tata bahasa sendiri seperti bahasa lisan

lain, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan analisis wacana. Bahasa isyarat juga memiliki

fitur unik yang tidak dimiliki bahasa lisan. Sebagai contoh, dalam Bahasa Isyarat Daerah Denpasar, angka

diletakkan setelah nomina (kata benda) (seperti pada PENSIL-DUA, ‘Dua Pensil’), sedangkan data

bahasa Indonesia tertulis/lisan, angka diletakkan sebelum nomina[2].

Pada zaman sekarang ini masih sangat sedikit yang mengerti bahasa isyarat sehingga banyak

kesalahpahaman komunikasi yang sering terjadi. Contohnya beberapa orang mempertanyakan keberadaan

bahasa isyarat sebagai bahasa yang alami. Banyak orang terpikir bahwa bahasa isyarat tidak memadai dan

bahasa isyarat tidak dapat menjadi bahasa pengantar dalam mendidik anak-anak Tuli. Banyak orang

masih belum mengerti tentang perkembangan bahasa isyarat anak-anak Tuli. Selain itu, banyak orang

belum mengetahui bahwa di Indonesia terdapat lebih dari satu bahasa isyarat. Hingga saat ini, empat

bahasa isyarat yang berbeda telah diidentifikasi di Indonesia, dan kemungkinan terdapat lebih banyak lagi

bahasa isyarat lainnya. Di Bali terdapat Kata Kolok, ‘Bahasa Kolok’, yang digunakan oleh orang-orang di

Desa Kolok (Keluarga Tuli berada di Desa Bengkala, Buleleng), (Putri, 2018)[3].

Bahasa Isyarat Daerah Jakarta dan Bahasa Isyarat Daerah Yogyakarta juga berbeda sebab kognat

kosakata dasar keduanya di bawah 80%. Ini menunjukkan bahwa lokasi geografis yang berbeda di

Indonesia memiliki bahasa isyarat yang berbeda. Situasi ini juga terjadi di beberapa Negara di Asia

Tenggara. Sebagai contoh, terdapat tiga bahasa Isyarat yang berbeda di Viet Nam : Bahasa Isyarat Hanoi,

Bahasa Isyarat Hai Pong, dan Bahasa Isyarat Ho Chi Minh City, (Woodward, 2000)[4].

Berdasarkan hal diatas maka dibuatkanlah sebuah media sosialisasi untuk mempermudah memahami

bahasa isyarat. Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis

Multimedia yang dimana media pembelajaran ini menggunakan teks, gambar, dan video. Seperti yang

dilihat bahwa sudah banyak yang telah membuat ataupun mengembangkan media pembelajaran tentang

Bahasa Isyarat di Denpasar maupun diluar Bali yang dibuat oleh orang-orang yang memiliki pemikiran

kreatif. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana isi didalam bahasa isyarat Indonesia maka

perkembangan teknologi informasi dibuatlah Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia

Daerah Denpasar Berbasis Multimedia, dimana media pembelajaran ini menggunakan fitur-fitur animasi,

foto, dan video yang membuat lebih menarik untuk mengetahui isi di dalam bahasa Isyarat Indonesia.

Aplikasi akan memperkenalkan bahasa isyarat Indonesia daerah Denpasar yang mudah dipahami dan

kapapun bisa dibuka.

2. Metodologi Penelitian

2.1. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan dalam perekayasaan ini menggunakan beberapa

cara yaitu :

1. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang

peneliti dapat saat melakukan cara pengamatan. langsung objek yang akan diteliti : Observasi dilakukan

di Laboratorium Riset Bahasa Isyarat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen Linguistik,

Universitas Indonesia yang berada di Depok, Jawa Barat dan menjadi tempat pelatihan pengajaran bahasa

Isyarat dan pelatihan pembuatan kamus ajaran bahasa isyarat. Dari observasi tersebut didapatkan data-

data berupa bagaimana berinteraksi digunakan bahasa isyarat dengan antara Tuli dan dengar, dan

bagaimana mereka belajar dari komunitas Tuli.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dengan

melakukan tanya jawab dengan orang-orang dinilai ahli. Dalam hal ini dilakukan wawancara kepada

orang Tuli maupun dengar. Dalam wawancara ini diajukan beberapa pertanyaan seperti:

1. Bagaimana proses belajar orang Tuli dan dengar ?

2. Ketika di Aplikasi, apakah mereka mudah memahami materi yang disampaikan ?

3. Bagaimana cara menarik minat masyarakat yaitu orang dengar dalam proses belajar ?

Page 3: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

3

Dari beberapa pertanyaan itu didapatkan beberapa kesimpulan bahwa masyarakat Tuli dan dengar

dalam proses belajar membutuhkan visual seperti gambar untuk mendukung proses belajar sehingga

masyarakat Tuli dan dengar memahami materi yang disampaikan. Mengapa mereka membutuhkan fokus

visual dalam belajar proses belajar tanpa audio, karena dari visual orang fisik yang sama dapat memahami

materi yang disampaikan. Selain itu, bahasa yang digunakan sebaiknya dibuat lebih sederhana sehingga

mudah dipahami untuk berkomunikasi dengan para Tuli dan dengar digunakan bahasa isyarat. Dan

menggunakan bahasa isyarat bernama Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) telah diakui oleh Presiden

Republik Indonesia dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Penyandang Disabilitas dan bahasa

isyarat Indonesia dibuat oleh komunitas Tuli.

3. Studi Literatur

Studi literatur atau kepustakaan merupakan pengumpulan data dan informasi dengan cara

menggali linguistik atau ilmu bahasa dari sumber-sumber seperti buku, karya tulis, catatan kuliah,

penulis, dari sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Oleh karena itu didapatkan beberapa

data yang bersumber dari situs website. Salah satunya yang berjudul Mengenal Terminologi Tuli dan

Bahasa Isyarat Indonesia dibuat oleh Peneliti linguistik Bahasa Isyarat dari Laboratoritum Riset Bahasa

Isyarat, Fakultas Ilmu Pengetahuan, Departemen Linguistik, Universitas Indonesia yang bernama Silva

Tenrisara Pertiwi Isma, M.Hum., M.A. Dari ini didapatkan beberapa kesimpulan yaitu bagaimana

pemahaman bahasa isyarat Indonesia memiliki setiap variasi dikembangkan oleh komunitas Tuli di

Indonesia karena adanya kebudayaan Tuli yang telah tumbuh yang berbeda-beda dengan budaya Tuli

Negara lain. Kata isyarat, struktur kalimat isyarat, penyebutan kata isyarat dan ciri khas semuanya

berbeda-beda dan tidak sama. Selain itu untuk memberi pemahaman yang benar kepada masyarakat agar

tidak ada yang tersinggung karena kata tersebut. Sehingga bisa saling menghargai atau menghormati

terhadap Tuli. Pengguna bahasa isyarat sebagai cara melatih komunikasi bahasanya. Rancangan informasi

tersebut berupa visualisasi kata-kata ke dalam bentuk leksikologi dan video sebagai penganti cara-cara

audio pada masyarakat umum maupun Tuli sehingga peranan visual juga penting dalam proses belajar

bahasa isyarat.

2.2 Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar

Bahasa Isyarat Indonesia dibuat oleh Komunitas Tuli. Bahasa Isyarat adalah sebuah bahasa yang

disampaikan secara visual, tidak secara auditors, untuk berkomunikasi. Dalam linguistik atau ilmu

bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Namun, bahasa isyarat masih kendala dalam

hal pengakuan oleh khalayak ramai di beberapa tempat atau Negara. Karena merupakan bahasa alami,

bahasa isyarat memiliki tata bahasa sendiri seperti bahasa lisan lain, misalnya fonologi, morfologi,

sintaksis, semantik dan analisis wacana. Bahasa Isyarat juga memiliki fitur unik yang tidak dimiliki

bahasa lisan. Sebagai contoh, dalam Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar, angka diletakkan setelah

nomina (kata benda) (seperti pada PENSIL-DUA, ‘Dua Pensil’), sedangkan data bahasa Indonesia

tertulis/lisan, angka diletakkan sebelum nomina[2].

Isyarat dapat dibagi menjadi dua jenis 1) bahasa isyarat alami dan 2) sistem isyarat buatan.

Bahasa isyarat alami berkembang secara alamiah dalam komunitas Tuli. Bahasa tersebut memiliki tata

bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyakarat dengar di negara yang sama.

Contoh bahasa isyarat alami adalah bahasa isyarat Amerika (America Sign Language atau ASL), bahasa

isyarat Inggris (British Sign Language atau BSL), bahasa isyarat Jakarta, bahasa isyarat Yogyakarta, dan

Kata Kolok. Sistem isyarat buatan bukan merupakan bahasa, melainkan sebuah cara untuk

merepresentasikan tata bahasa lisan dengan menggunakan isyarat-isyarat. Contoh sistem isyarat buatan

adalah Signing Exact English (SEE), Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), dab Bahasa Malaysia Kod

Tangan, Perlu dicatat bahwa bahwa orang-orang yang mengembangkan sistem isyarat buatan kerap tidak

mempercayai bahwa bahasa isyarat alami memadai untuk tujuan pendidikan.

2.3 Identitas Tuli

Tuli (huruf kapital “T”) digunakan untuk menunjukkan identitas Tuli sebagai kelompok

masyarakat yang mempunyai identitas, bahasa dan budaya tersendiri. Bahasa isyarat tidak hanya

digunakan untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai alat transfer budaya Tuli[2]. Dalam

komunitas Tuli, ketulian tidak anggap sebagai disabilitas. Kaum minoritas Tuli memiliki bahasa dan

budaya tersendiri yang harus dihormati jika mereka ingin menggapai potensi penuh mereka. Dengan

keberadaan bahasa isyarat, orang-orang Tuli dapat mudah berinteraksi dengan orang lain, dapat

berkomunikasi dengan orang-orang yang sebayanya, dan dapat menerima informasi apa saja. Bahasa

Page 4: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2

4

isyarat juga dapat menghubungkan orang-orang Tuli dengan orang-orang dengar yang mengerti bahasa

isyarat.

Dengan bahasa isyarat, orang-orang Tuli dapat mengerti tentang dunia dan dapat terhindar dari

dunia teriosalsi, dan bahasa isyarat akan membuat orang-orang bangga menjadi Tuli. Ketulian bukanlah

kecacatan melainkan sebuah identitas dan sesuatu yang dibanggakan.

2.4 Struktur Gramatikal Bahasa Isyarat

Struktur gramatikal bahasa isyarat berbeda dengan struktur gramatikal dalam bahasa lisan sebab

bahasa isyarat memiliki aturan data bahasa sendiri pola kalimat dalam bahasa Isyarat Indonesia daerah

Denpasar adalah sebagai berikut[2] :

Subjek-Objek-Verba

Atau

Subjek-Objek-Verba-Subjek

Ade-Pisang-Makan

Ade-Pisang-Makan-Indeks (dengan telunjuk)

2.5 Desain Pengguna Antarmuka

Antarmuka pemakai atau user interface diartikan sebagai komunikasi antara pengguna/user

dengan suatu sistem yang dapat memberikan informasi dari pengguna, memberikan arahan dalam suatu

sistem sehingga pengguna dapat terarah dalam menjalankan suatu sistem dan dapat memberikan suatu

solusi jika terjadi kesalahan atau masalah pada suatu sistem[6].

2.6 Multimedia Development Life Cycle

Metode pengembangan metode multimedia ini dilakukan berdasarkan enam tahap, yaitu concept

(pengonsepan), design (pendesignan), material collecting (pengumpulan materi), assembly (pembuatan),

testing (pengujian), dan distribution (pendistribusian)[6]. Meksipun begitu, tahapan concept memang

harus menjadi hal yang pertama dikerjakan. Pada gambar 3.1 adalah contoh silkus tahapan pengembangan

Multimedia Luther.

Gambar 2.1 Multimedia Luther

2.7 Pengertian Multimedia Pembelajaran

Untuk memahami konsep multimedia pembelajaran, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu

pengertian multimedia dan pembelajaran. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau

lebih media yang terdiri dari teks, grafis, animasi, video, dan gambar secara terintegrasi. Multimedia

berbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linier, dan multimedia interaktif[9]. Multimedia ini

berjalan sekuensial (berurutan), contohnya TV dan Film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia

yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat di operasikan oleh pengguna, sehingga pengguna

dapat memilih apa yang di kehendaki untuk proses selanjutnya, contohnya : multimedia interaktif adalah

multimedia pembelajaran, aplikasi game, dan lain-lain.

2.8 Media Visual

Menurut Ariesto Hadi Sutopo[9], Media Visual yaitu media yang hanya melibatkan indera

penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media

non-verbal-grafis.

Perujukan

Page 5: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

5

a. Media visual-visual adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan linguistik berbentuk

tulisan).

b. Media visual non-verbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan non-verbal yang berupa

simbol-simbol visual atau unsure-unsur grafis, seperti gambar (skesta, lukisan, dan foto) grafik,

diagram, bagan, dan peta.

c. Media visual non-verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa

model, seperti miniature, mock up, specimen dan diorama.

3 Hasil dan Pembahasan

3.1 Konsep (Concept)

Tahapan konsep adalah tahapan untuk menentukan tujuan dan siapa pengunna aplikasi. Selain itu

menentukan macam aplikasi (presentasi, interaktif, dan lain-lain) dan tujuan aplikasi (hiburan, pelatihan,

pembelajaran dan lain-lain) selain itu spesifikasi umum. Dasar aturan untuk aplikasi, target, dan lain-lain.

Dasar aturan dalam perancangan aplikasi, ditentukan pada tahap ini seperti, ukuran dari aplikasi, target

pengguna, platform yang akan dikembangkan, dan lain-lain. Tahapan konsep dalam pengembangan.

Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia dilihat

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 Konsep Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis

Multimedia

Judul Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat

Indonesia Daerah Denpasar Berbasis

Multimedia

Tujuan Pembuatan Aplikasi Membantu dan memahami pengenalan bahasa

isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah

Denpasar. Aplikasi ini juga digunakan oleh

masyarakat Tuli maupun dengar untuk media

pembelajaran digunakan bahasa isyarat yaitu

Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar.

Pengguna Tuli dan dengar.

Picture Gambar yang menunjang aplikasi pengenalan

bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia

Daerah Denpasar.

Video Video mengenai pengenalan bahasa isyarat dan

bagaimana bentuk tangan, orientasi, lokasi,

gerakan, ekpresi hingga mouth gesture.

Spesifikasi Aplikasi ini dapat berjalan pada platform

berbasis desktop.

3.2 Desain Struktur Menu

Urutan atau struktur menu berisikan tentang garis besar informasi yang terdapat pada aplikasi

sehingga pengguna lebih mudah memahami informasi yang terdapat pada aplikasi. Tampilan desain

struktur menu dalam pembuatan Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar

Berbasis Multimedia.

Gambar 3.1 Desain Struktur Menu

Page 6: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2

6

Pada gambar 3.1 menunjukkan aliran aktifitas saat pengguna membuka aplikasi pertama kali

maka akan menampilkan halaman utama untuk memulai menggunakan aplikasi. Pengguna dapat

menekan tombol start dan akan masuk ke menu utama. Di dalam menu utama terdapat beberapa menu

diantara lain.

1. Menu abjad jari yang berisi bagaimana bentuk tangan dan gerakan untuk mengambarkan abjad

jari digunakan bahasa isyarat dalam materi pelajaran 1 abjad jari, ucapan dan salam

2. Menu yang kedua adalah angka dan hari, menu kedua ini berisi bagaimana bentuk tangan dan

gerakan yang menunjukkan angka dan hari digunakan bahasa isyarat dalam materi pelajaran 2

angka dan hari

3. Menu materi 3 pelajaran Warna yang dimana menu materi tersebut berisi bagaimana bentuk

tangan, gerakan dan lokasi untuk menunjukkan kata sebuah warna digunakan bahasa isyarat.

4. Menu materi 4 pelajaran buah-buahan yang dimana menu materi tersebut berisi bagaimana

bentuk tangan, gerakan, lokasi dan ekspresi untuk menunjukkan kata salah satu buah-buahan

seperti apel, durian, anggur dan lain-lain digunakan bahasa isyarat.

5. Menu materi 5 pelajaran hubungan antarmanusia yang dimana menu tersebut berisi bagaimana

bentuk tangan, gerakan, lokasi dan ekspresi untuk menunjukkan kata sebuah hubungan

antarmanusia digunakan bahasa isyarat.

6. Menu tentang pengenalan bahasa isyarat Indonesia Daerah Denpasar.

7. Menu tentang hanya berisi data diri pembuat aplikasi ini.

4. Tampilan Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar

Berbasis Multimedia.

Berikuti ini merupakan tampilan aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia

Daerah Denpasar Berbasis Multimedia yaitu :

Gambar 3. 2 Tampilan Halaman Splash Screen

Tampilan Splash Screen adalah tampilan halaman utama yang pertama pada saat aplikasi

pembelajaran dijalankan.

4.1 Tampilan Halaman Pembuka

Gambar 3.3 Tampilan Halaman Pembuka

Gambar 3.3 adalah tampilan halaman menu pelajaran pada aplikasi Media Sosialisasi

Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia. Untuk masuk ke 4 button

halaman aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis

Mutlimedia. Pengguna harus memilih dan klik tombol beberapa button.

Page 7: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

7

4.2 Hasil Keseluruhan Kategori Kuesioner

Hasil keseluruhan kategori kuesioner yang didapatkan berdasarkan perhitungan yang sudah

dilakukan dengan menggunakan rumus yang sudah dijelaskan sebelumnya untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabel 4.1

Dari tabel 4.1 diatas. Maka diperoleh total rata-rata nilai 4,155 dengan presentase 83,1 %.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan kategori termasuk “Sangat Baik”

5. Kesimpulan

Dari pembahasan dalam pembuatan aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat

Indonesia Daerah Denpasar berbasis Multimedia yang telah di bahas pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan.

1. Telah dihasilkan sebuah aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah

Denpasar Berbasis Multimedia.

2. Proses pengguna dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat memudahkan memahami materi

yang disampaikan untuk belajar bahasa isyarat.

Berdasarkan pengujian aplikasi dengan metode kuesioner, secara umum aplikasi ini

dikategorikan sangat baik dengan presentase nilai 81.3 %

Referensi

[1] Iwan Binanto. “Multimedia Digital Dasar Teori dan Pengembangannya”, Edisi 1, Yogyakarta:

ANDI. 2010.

[2] Adhi Kusumo Bharoto, Silva Tenrisara Pertiwi Isma. “Bahasa Isyarat Yogyakarta untuk Buku

Pedoman Siswa 1 Tingkat 1”. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen Linguistik,

Universitas Indonesia. 2014.

[3] Dian Rahmani Putri. “Kata Kolok di Desa Bengkala, Buleleng”, Disertasi. Denpasar: Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Udayana. 2018.

[4] Woordward, J, 2000. “Sign Language and Sign Language Famillies in Thailand and Viet Nam”.

Dalam K. Emmorey and H. Lane (eds). The Signs of Language Revisited : an Anthology in Honor

of Ursula Bellugi and Eward Klima. Mahwah, New Jersey; Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,

Publishers : 23-47

[5] Gede Ade Putra Wirawan, I Kadek Swanjaya, Ferdiyanto Turut. “Bahasa Isyarat Indonesia

(BISINDO) Daerah Denpasar”. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen

Linguistik, Universitas Indonesia. 2016.

Page 8: Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia  Daerah Denpasar Berbasis Multimedia

EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2

8

[6] Wiwik Suryanti. “Aplikasi Multimedia Pengenalan Bahasa Isyarat Dalam Bahasa Inggris bagi

Siswa SLB B Tingkat SD Di Denpasar”. Denpasar; STMIK STIKOM Bali. 2018.

[7] Kadek Surya Adi Saputra. “Aplikasi Multimedia Interaktif Cerita Rakyat Siap Selem”. Denpasar;

STMIK STIKOM Bali. 2018

[8] I Dewa Gede Suarjana. “Multimedia Interaktif Pengenalan Seni Pencak Silat Bakti Negara Asli

Bali”. Denpasar; STMIK STIKOM Bali. 2016.

[9] Karen S. Ivers. Ann E.Barron. “Multimedia Projects in Education, Designing, Producing, and

Assesing”. Calfornia : ABC-CLIO.LLC. 2010

[10] Elcom. “Seni Belajar Kilat CorelDraw X5. Edisi 1”, Yogyakarta: Andi. 2010

[11] Hendi Hendratman. “The Magic of Adobe Photoshop. Edisi Revisi ke 2”. Jakarta. Informatika.

2016

[12] Wahana Komputer. “Adobe Flash CS5 untuk Membuat Animasi Kartun. Edisi 1”, Yogyakarta:

Andi. 2010.

[13] Hendi Hendratman. “The Magic of Adobe Premiere Pro. Edisi Revisi ke 3”. Jakarta. Informatika.

2017.