Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
-
Upload
ademisterdeafindonesia2012 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
description
Transcript of Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
EXPLORA INFORMATIKA ◼ 1
◼ L-1
Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia
Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
Gede Ade Putra Wirawan, I Gede Harsemadi, Ratna Kartika Wiyati
Program Studi Sistem Informasi STMIK STIKOM Bali
Jalan Raya Puputan Renon No. 86 Denpasar, Bali, Indonesia tlp. (0361) 244445 fax: (0361) 264773
Pos-el: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Dengan
multimedia penyampaian informasi semakin mudah untuk mempelajari bahasa isyarat, karena multimedia
memberikan berbagai solusi yang dapat digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah
dipahami. Salah satunya aplikasi multimedia adalah media pembelajaran yang membantu keefektifan
dalam proses pembelajaran dan proses penyampaian pesan pembelajaran. Perancangan dan pembuatan
aplikasi multimedia menggunakan metode Multimedia Development Life Cycle (MDLC) yang dimulai
dengan konsep, pembuatan aplikasi, material collecting, assembly, pengujian aplikasi dan distribusi
aplikasi. Pada aplikasi ini terdapat menu-menu yang menggunakan unsur multimedia seperti foto, dan
video, agar pengguna lebih tertarik mempelajari materi pada aplikasi tersebut. Pengguna berinteraksi
dengan kaum Tuli digunakan bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar. Dalam
pengujian aplikasi digunakan 3 metode pengujian sistem yaitu black-box testing, evaluasi heuristic dan
kuesioner. Dalam pengujian black-box testing dapat disimpulkan bahwa aplikasi berjalan dengan baik,
untuk metode pengujian kuesioner mendapatkan presentase nilai 81.3% dan masuk kategori sangat baik
dan untuk metode pengujian evaluasi heuristic terdapat beberapa kesimpulan bahwa aplikasi sudah
berjalan dengan baik.
Kata Kunci : Bahasa Isyarat, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Aplikasi Bahasa Isyarat
Abstract In linguistics or philology, sign language is recognized as a complete language. With multimedia
the delivery of information, it is easier to learn sign language, because multimedia provides various
solutions that can be used so that the information conveyed is easier to understand. One of them is
multimedia applications that are learning media that help effectiveness in the learning process and the
process of delivering learning messages. Designing and making multimedia applications using the
Multimedia Development Life Cycle (MDLC) method that starts with the concept, application creation,
collecting materials, assembly, application testing and application distribution. In this application there
are menus that use multimedia elements such as photos and videos so that users are more interested in
learning the material in the application. Users interact with Deaf people using sign language namely
Denpasar Regional Indonesian Sign Language. In testing the application used 3 system testing methods is
black-box testing, heuristic evaluation and questionnaire. In testing black-box testing it can be concluded
that the application is running well, for the test method the questionnaire gets a percentage value of
81.3% and is in a very good category and for the heuristic evaluation testing method there are some
conclusions that the application is running well.
Key Words : Sign Language, Multimedia, Multimedia Development Life Cycle, Sign Language
Application
1. Pendahuluan
Dunia teknologi bukan hal asing bagi masyarakat saat ini. Perkembangan yang begitu pesat
merambah setiap lapisan masyarakat. Teknologi mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat
berbagai pekerjaan yang dilakukan semakin mudah penyelesaiannya dengan adanya teknologi. Salah satu
perkembangan teknologi yang banyak digunakan adalah di bidang multimedia. Dengan multimedia
penyampaian informasi semakin mudah, karena multimedia memberikan berbagai solusi yang dapat
digunakan agar informasi yang disampaikan lebih mudah dipahami.
Kata multimedia itu sendiri berasal dari latin “multi” yang berarti banyak dan kata “media” yang
berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan sesuatu. Multimedia merupakan suatu kombinasi dari
◼
EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2
2
gambar, teks dan video yang dikirim kepada pengguna melalui komputer atau eletronik lainnya. Dengan
penggunaan multimedia, penyampaian informasi akan menjadi lebih menarik dan mempermudah
pengguna dalam mendapatkan informasi[1].
Bahasa isyarat adalah sebuah bahasa yang disampaikan secara visual, tidak secara auditors, untuk
berkomunikasi. Dalam linguistik atau ilmu bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap.
Namun, bahasa isyarat masih kendala dalam hal pengakuan oleh khalayak ramai di beberapa tempat atau
Negara. Karena merupakan bahasa alami, bahasa isyarat memiliki tata bahasa sendiri seperti bahasa lisan
lain, misalnya fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dan analisis wacana. Bahasa isyarat juga memiliki
fitur unik yang tidak dimiliki bahasa lisan. Sebagai contoh, dalam Bahasa Isyarat Daerah Denpasar, angka
diletakkan setelah nomina (kata benda) (seperti pada PENSIL-DUA, ‘Dua Pensil’), sedangkan data
bahasa Indonesia tertulis/lisan, angka diletakkan sebelum nomina[2].
Pada zaman sekarang ini masih sangat sedikit yang mengerti bahasa isyarat sehingga banyak
kesalahpahaman komunikasi yang sering terjadi. Contohnya beberapa orang mempertanyakan keberadaan
bahasa isyarat sebagai bahasa yang alami. Banyak orang terpikir bahwa bahasa isyarat tidak memadai dan
bahasa isyarat tidak dapat menjadi bahasa pengantar dalam mendidik anak-anak Tuli. Banyak orang
masih belum mengerti tentang perkembangan bahasa isyarat anak-anak Tuli. Selain itu, banyak orang
belum mengetahui bahwa di Indonesia terdapat lebih dari satu bahasa isyarat. Hingga saat ini, empat
bahasa isyarat yang berbeda telah diidentifikasi di Indonesia, dan kemungkinan terdapat lebih banyak lagi
bahasa isyarat lainnya. Di Bali terdapat Kata Kolok, ‘Bahasa Kolok’, yang digunakan oleh orang-orang di
Desa Kolok (Keluarga Tuli berada di Desa Bengkala, Buleleng), (Putri, 2018)[3].
Bahasa Isyarat Daerah Jakarta dan Bahasa Isyarat Daerah Yogyakarta juga berbeda sebab kognat
kosakata dasar keduanya di bawah 80%. Ini menunjukkan bahwa lokasi geografis yang berbeda di
Indonesia memiliki bahasa isyarat yang berbeda. Situasi ini juga terjadi di beberapa Negara di Asia
Tenggara. Sebagai contoh, terdapat tiga bahasa Isyarat yang berbeda di Viet Nam : Bahasa Isyarat Hanoi,
Bahasa Isyarat Hai Pong, dan Bahasa Isyarat Ho Chi Minh City, (Woodward, 2000)[4].
Berdasarkan hal diatas maka dibuatkanlah sebuah media sosialisasi untuk mempermudah memahami
bahasa isyarat. Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis
Multimedia yang dimana media pembelajaran ini menggunakan teks, gambar, dan video. Seperti yang
dilihat bahwa sudah banyak yang telah membuat ataupun mengembangkan media pembelajaran tentang
Bahasa Isyarat di Denpasar maupun diluar Bali yang dibuat oleh orang-orang yang memiliki pemikiran
kreatif. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana isi didalam bahasa isyarat Indonesia maka
perkembangan teknologi informasi dibuatlah Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia
Daerah Denpasar Berbasis Multimedia, dimana media pembelajaran ini menggunakan fitur-fitur animasi,
foto, dan video yang membuat lebih menarik untuk mengetahui isi di dalam bahasa Isyarat Indonesia.
Aplikasi akan memperkenalkan bahasa isyarat Indonesia daerah Denpasar yang mudah dipahami dan
kapapun bisa dibuka.
2. Metodologi Penelitian
2.1. Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data-data yang diperlukan dalam perekayasaan ini menggunakan beberapa
cara yaitu :
1. Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat informasi yang
peneliti dapat saat melakukan cara pengamatan. langsung objek yang akan diteliti : Observasi dilakukan
di Laboratorium Riset Bahasa Isyarat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen Linguistik,
Universitas Indonesia yang berada di Depok, Jawa Barat dan menjadi tempat pelatihan pengajaran bahasa
Isyarat dan pelatihan pembuatan kamus ajaran bahasa isyarat. Dari observasi tersebut didapatkan data-
data berupa bagaimana berinteraksi digunakan bahasa isyarat dengan antara Tuli dan dengar, dan
bagaimana mereka belajar dari komunitas Tuli.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dengan
melakukan tanya jawab dengan orang-orang dinilai ahli. Dalam hal ini dilakukan wawancara kepada
orang Tuli maupun dengar. Dalam wawancara ini diajukan beberapa pertanyaan seperti:
1. Bagaimana proses belajar orang Tuli dan dengar ?
2. Ketika di Aplikasi, apakah mereka mudah memahami materi yang disampaikan ?
3. Bagaimana cara menarik minat masyarakat yaitu orang dengar dalam proses belajar ?
◼
◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
3
Dari beberapa pertanyaan itu didapatkan beberapa kesimpulan bahwa masyarakat Tuli dan dengar
dalam proses belajar membutuhkan visual seperti gambar untuk mendukung proses belajar sehingga
masyarakat Tuli dan dengar memahami materi yang disampaikan. Mengapa mereka membutuhkan fokus
visual dalam belajar proses belajar tanpa audio, karena dari visual orang fisik yang sama dapat memahami
materi yang disampaikan. Selain itu, bahasa yang digunakan sebaiknya dibuat lebih sederhana sehingga
mudah dipahami untuk berkomunikasi dengan para Tuli dan dengar digunakan bahasa isyarat. Dan
menggunakan bahasa isyarat bernama Bahasa Isyarat Indonesia (BISINDO) telah diakui oleh Presiden
Republik Indonesia dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Penyandang Disabilitas dan bahasa
isyarat Indonesia dibuat oleh komunitas Tuli.
3. Studi Literatur
Studi literatur atau kepustakaan merupakan pengumpulan data dan informasi dengan cara
menggali linguistik atau ilmu bahasa dari sumber-sumber seperti buku, karya tulis, catatan kuliah,
penulis, dari sumber lain yang berhubungan dengan objek penelitian. Oleh karena itu didapatkan beberapa
data yang bersumber dari situs website. Salah satunya yang berjudul Mengenal Terminologi Tuli dan
Bahasa Isyarat Indonesia dibuat oleh Peneliti linguistik Bahasa Isyarat dari Laboratoritum Riset Bahasa
Isyarat, Fakultas Ilmu Pengetahuan, Departemen Linguistik, Universitas Indonesia yang bernama Silva
Tenrisara Pertiwi Isma, M.Hum., M.A. Dari ini didapatkan beberapa kesimpulan yaitu bagaimana
pemahaman bahasa isyarat Indonesia memiliki setiap variasi dikembangkan oleh komunitas Tuli di
Indonesia karena adanya kebudayaan Tuli yang telah tumbuh yang berbeda-beda dengan budaya Tuli
Negara lain. Kata isyarat, struktur kalimat isyarat, penyebutan kata isyarat dan ciri khas semuanya
berbeda-beda dan tidak sama. Selain itu untuk memberi pemahaman yang benar kepada masyarakat agar
tidak ada yang tersinggung karena kata tersebut. Sehingga bisa saling menghargai atau menghormati
terhadap Tuli. Pengguna bahasa isyarat sebagai cara melatih komunikasi bahasanya. Rancangan informasi
tersebut berupa visualisasi kata-kata ke dalam bentuk leksikologi dan video sebagai penganti cara-cara
audio pada masyarakat umum maupun Tuli sehingga peranan visual juga penting dalam proses belajar
bahasa isyarat.
2.2 Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar
Bahasa Isyarat Indonesia dibuat oleh Komunitas Tuli. Bahasa Isyarat adalah sebuah bahasa yang
disampaikan secara visual, tidak secara auditors, untuk berkomunikasi. Dalam linguistik atau ilmu
bahasa, bahasa isyarat diakui sebagai bahasa yang lengkap. Namun, bahasa isyarat masih kendala dalam
hal pengakuan oleh khalayak ramai di beberapa tempat atau Negara. Karena merupakan bahasa alami,
bahasa isyarat memiliki tata bahasa sendiri seperti bahasa lisan lain, misalnya fonologi, morfologi,
sintaksis, semantik dan analisis wacana. Bahasa Isyarat juga memiliki fitur unik yang tidak dimiliki
bahasa lisan. Sebagai contoh, dalam Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar, angka diletakkan setelah
nomina (kata benda) (seperti pada PENSIL-DUA, ‘Dua Pensil’), sedangkan data bahasa Indonesia
tertulis/lisan, angka diletakkan sebelum nomina[2].
Isyarat dapat dibagi menjadi dua jenis 1) bahasa isyarat alami dan 2) sistem isyarat buatan.
Bahasa isyarat alami berkembang secara alamiah dalam komunitas Tuli. Bahasa tersebut memiliki tata
bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyakarat dengar di negara yang sama.
Contoh bahasa isyarat alami adalah bahasa isyarat Amerika (America Sign Language atau ASL), bahasa
isyarat Inggris (British Sign Language atau BSL), bahasa isyarat Jakarta, bahasa isyarat Yogyakarta, dan
Kata Kolok. Sistem isyarat buatan bukan merupakan bahasa, melainkan sebuah cara untuk
merepresentasikan tata bahasa lisan dengan menggunakan isyarat-isyarat. Contoh sistem isyarat buatan
adalah Signing Exact English (SEE), Sistem Isyarat Bahasa Indonesia (SIBI), dab Bahasa Malaysia Kod
Tangan, Perlu dicatat bahwa bahwa orang-orang yang mengembangkan sistem isyarat buatan kerap tidak
mempercayai bahwa bahasa isyarat alami memadai untuk tujuan pendidikan.
2.3 Identitas Tuli
Tuli (huruf kapital “T”) digunakan untuk menunjukkan identitas Tuli sebagai kelompok
masyarakat yang mempunyai identitas, bahasa dan budaya tersendiri. Bahasa isyarat tidak hanya
digunakan untuk menyampaikan informasi, tetapi juga sebagai alat transfer budaya Tuli[2]. Dalam
komunitas Tuli, ketulian tidak anggap sebagai disabilitas. Kaum minoritas Tuli memiliki bahasa dan
budaya tersendiri yang harus dihormati jika mereka ingin menggapai potensi penuh mereka. Dengan
keberadaan bahasa isyarat, orang-orang Tuli dapat mudah berinteraksi dengan orang lain, dapat
berkomunikasi dengan orang-orang yang sebayanya, dan dapat menerima informasi apa saja. Bahasa
◼
EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2
4
isyarat juga dapat menghubungkan orang-orang Tuli dengan orang-orang dengar yang mengerti bahasa
isyarat.
Dengan bahasa isyarat, orang-orang Tuli dapat mengerti tentang dunia dan dapat terhindar dari
dunia teriosalsi, dan bahasa isyarat akan membuat orang-orang bangga menjadi Tuli. Ketulian bukanlah
kecacatan melainkan sebuah identitas dan sesuatu yang dibanggakan.
2.4 Struktur Gramatikal Bahasa Isyarat
Struktur gramatikal bahasa isyarat berbeda dengan struktur gramatikal dalam bahasa lisan sebab
bahasa isyarat memiliki aturan data bahasa sendiri pola kalimat dalam bahasa Isyarat Indonesia daerah
Denpasar adalah sebagai berikut[2] :
Subjek-Objek-Verba
Atau
Subjek-Objek-Verba-Subjek
Ade-Pisang-Makan
Ade-Pisang-Makan-Indeks (dengan telunjuk)
2.5 Desain Pengguna Antarmuka
Antarmuka pemakai atau user interface diartikan sebagai komunikasi antara pengguna/user
dengan suatu sistem yang dapat memberikan informasi dari pengguna, memberikan arahan dalam suatu
sistem sehingga pengguna dapat terarah dalam menjalankan suatu sistem dan dapat memberikan suatu
solusi jika terjadi kesalahan atau masalah pada suatu sistem[6].
2.6 Multimedia Development Life Cycle
Metode pengembangan metode multimedia ini dilakukan berdasarkan enam tahap, yaitu concept
(pengonsepan), design (pendesignan), material collecting (pengumpulan materi), assembly (pembuatan),
testing (pengujian), dan distribution (pendistribusian)[6]. Meksipun begitu, tahapan concept memang
harus menjadi hal yang pertama dikerjakan. Pada gambar 3.1 adalah contoh silkus tahapan pengembangan
Multimedia Luther.
Gambar 2.1 Multimedia Luther
2.7 Pengertian Multimedia Pembelajaran
Untuk memahami konsep multimedia pembelajaran, ada baiknya kita pahami terlebih dahulu
pengertian multimedia dan pembelajaran. Multimedia adalah media yang menggabungkan dua unsur atau
lebih media yang terdiri dari teks, grafis, animasi, video, dan gambar secara terintegrasi. Multimedia
berbagi menjadi dua kategori, yaitu multimedia linier, dan multimedia interaktif[9]. Multimedia ini
berjalan sekuensial (berurutan), contohnya TV dan Film. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia
yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat di operasikan oleh pengguna, sehingga pengguna
dapat memilih apa yang di kehendaki untuk proses selanjutnya, contohnya : multimedia interaktif adalah
multimedia pembelajaran, aplikasi game, dan lain-lain.
2.8 Media Visual
Menurut Ariesto Hadi Sutopo[9], Media Visual yaitu media yang hanya melibatkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-verbal, media cetak-grafis, dan media
non-verbal-grafis.
Perujukan
◼
◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
5
a. Media visual-visual adalah media visual yang memuat pesan verbal (pesan linguistik berbentuk
tulisan).
b. Media visual non-verbal-grafis adalah media visual yang memuat pesan non-verbal yang berupa
simbol-simbol visual atau unsure-unsur grafis, seperti gambar (skesta, lukisan, dan foto) grafik,
diagram, bagan, dan peta.
c. Media visual non-verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga dimensi, berupa
model, seperti miniature, mock up, specimen dan diorama.
3 Hasil dan Pembahasan
3.1 Konsep (Concept)
Tahapan konsep adalah tahapan untuk menentukan tujuan dan siapa pengunna aplikasi. Selain itu
menentukan macam aplikasi (presentasi, interaktif, dan lain-lain) dan tujuan aplikasi (hiburan, pelatihan,
pembelajaran dan lain-lain) selain itu spesifikasi umum. Dasar aturan untuk aplikasi, target, dan lain-lain.
Dasar aturan dalam perancangan aplikasi, ditentukan pada tahap ini seperti, ukuran dari aplikasi, target
pengguna, platform yang akan dikembangkan, dan lain-lain. Tahapan konsep dalam pengembangan.
Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia dilihat
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Konsep Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis
Multimedia
Judul Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat
Indonesia Daerah Denpasar Berbasis
Multimedia
Tujuan Pembuatan Aplikasi Membantu dan memahami pengenalan bahasa
isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia Daerah
Denpasar. Aplikasi ini juga digunakan oleh
masyarakat Tuli maupun dengar untuk media
pembelajaran digunakan bahasa isyarat yaitu
Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar.
Pengguna Tuli dan dengar.
Picture Gambar yang menunjang aplikasi pengenalan
bahasa isyarat yaitu Bahasa Isyarat Indonesia
Daerah Denpasar.
Video Video mengenai pengenalan bahasa isyarat dan
bagaimana bentuk tangan, orientasi, lokasi,
gerakan, ekpresi hingga mouth gesture.
Spesifikasi Aplikasi ini dapat berjalan pada platform
berbasis desktop.
3.2 Desain Struktur Menu
Urutan atau struktur menu berisikan tentang garis besar informasi yang terdapat pada aplikasi
sehingga pengguna lebih mudah memahami informasi yang terdapat pada aplikasi. Tampilan desain
struktur menu dalam pembuatan Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar
Berbasis Multimedia.
Gambar 3.1 Desain Struktur Menu
◼
EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2
6
Pada gambar 3.1 menunjukkan aliran aktifitas saat pengguna membuka aplikasi pertama kali
maka akan menampilkan halaman utama untuk memulai menggunakan aplikasi. Pengguna dapat
menekan tombol start dan akan masuk ke menu utama. Di dalam menu utama terdapat beberapa menu
diantara lain.
1. Menu abjad jari yang berisi bagaimana bentuk tangan dan gerakan untuk mengambarkan abjad
jari digunakan bahasa isyarat dalam materi pelajaran 1 abjad jari, ucapan dan salam
2. Menu yang kedua adalah angka dan hari, menu kedua ini berisi bagaimana bentuk tangan dan
gerakan yang menunjukkan angka dan hari digunakan bahasa isyarat dalam materi pelajaran 2
angka dan hari
3. Menu materi 3 pelajaran Warna yang dimana menu materi tersebut berisi bagaimana bentuk
tangan, gerakan dan lokasi untuk menunjukkan kata sebuah warna digunakan bahasa isyarat.
4. Menu materi 4 pelajaran buah-buahan yang dimana menu materi tersebut berisi bagaimana
bentuk tangan, gerakan, lokasi dan ekspresi untuk menunjukkan kata salah satu buah-buahan
seperti apel, durian, anggur dan lain-lain digunakan bahasa isyarat.
5. Menu materi 5 pelajaran hubungan antarmanusia yang dimana menu tersebut berisi bagaimana
bentuk tangan, gerakan, lokasi dan ekspresi untuk menunjukkan kata sebuah hubungan
antarmanusia digunakan bahasa isyarat.
6. Menu tentang pengenalan bahasa isyarat Indonesia Daerah Denpasar.
7. Menu tentang hanya berisi data diri pembuat aplikasi ini.
4. Tampilan Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar
Berbasis Multimedia.
Berikuti ini merupakan tampilan aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia
Daerah Denpasar Berbasis Multimedia yaitu :
Gambar 3. 2 Tampilan Halaman Splash Screen
Tampilan Splash Screen adalah tampilan halaman utama yang pertama pada saat aplikasi
pembelajaran dijalankan.
4.1 Tampilan Halaman Pembuka
Gambar 3.3 Tampilan Halaman Pembuka
Gambar 3.3 adalah tampilan halaman menu pelajaran pada aplikasi Media Sosialisasi
Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia. Untuk masuk ke 4 button
halaman aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis
Mutlimedia. Pengguna harus memilih dan klik tombol beberapa button.
◼
◼ L-2 Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah Denpasar Berbasis Multimedia
7
4.2 Hasil Keseluruhan Kategori Kuesioner
Hasil keseluruhan kategori kuesioner yang didapatkan berdasarkan perhitungan yang sudah
dilakukan dengan menggunakan rumus yang sudah dijelaskan sebelumnya untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel 4.1
Dari tabel 4.1 diatas. Maka diperoleh total rata-rata nilai 4,155 dengan presentase 83,1 %.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa keseluruhan kategori termasuk “Sangat Baik”
5. Kesimpulan
Dari pembahasan dalam pembuatan aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat
Indonesia Daerah Denpasar berbasis Multimedia yang telah di bahas pada bab-bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan.
1. Telah dihasilkan sebuah aplikasi Media Sosialisasi Pengenalan Bahasa Isyarat Indonesia Daerah
Denpasar Berbasis Multimedia.
2. Proses pengguna dapat dilakukan dengan baik, sehingga dapat memudahkan memahami materi
yang disampaikan untuk belajar bahasa isyarat.
Berdasarkan pengujian aplikasi dengan metode kuesioner, secara umum aplikasi ini
dikategorikan sangat baik dengan presentase nilai 81.3 %
Referensi
[1] Iwan Binanto. “Multimedia Digital Dasar Teori dan Pengembangannya”, Edisi 1, Yogyakarta:
ANDI. 2010.
[2] Adhi Kusumo Bharoto, Silva Tenrisara Pertiwi Isma. “Bahasa Isyarat Yogyakarta untuk Buku
Pedoman Siswa 1 Tingkat 1”. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen Linguistik,
Universitas Indonesia. 2014.
[3] Dian Rahmani Putri. “Kata Kolok di Desa Bengkala, Buleleng”, Disertasi. Denpasar: Fakultas
Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Udayana. 2018.
[4] Woordward, J, 2000. “Sign Language and Sign Language Famillies in Thailand and Viet Nam”.
Dalam K. Emmorey and H. Lane (eds). The Signs of Language Revisited : an Anthology in Honor
of Ursula Bellugi and Eward Klima. Mahwah, New Jersey; Lawrence Erlbaum Associates, Inc.,
Publishers : 23-47
[5] Gede Ade Putra Wirawan, I Kadek Swanjaya, Ferdiyanto Turut. “Bahasa Isyarat Indonesia
(BISINDO) Daerah Denpasar”. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Departemen
Linguistik, Universitas Indonesia. 2016.
◼
EKSPLORA INFORMATIKA Vol. x, No. x, Bulan April 2019 ◼ L-2
8
[6] Wiwik Suryanti. “Aplikasi Multimedia Pengenalan Bahasa Isyarat Dalam Bahasa Inggris bagi
Siswa SLB B Tingkat SD Di Denpasar”. Denpasar; STMIK STIKOM Bali. 2018.
[7] Kadek Surya Adi Saputra. “Aplikasi Multimedia Interaktif Cerita Rakyat Siap Selem”. Denpasar;
STMIK STIKOM Bali. 2018
[8] I Dewa Gede Suarjana. “Multimedia Interaktif Pengenalan Seni Pencak Silat Bakti Negara Asli
Bali”. Denpasar; STMIK STIKOM Bali. 2016.
[9] Karen S. Ivers. Ann E.Barron. “Multimedia Projects in Education, Designing, Producing, and
Assesing”. Calfornia : ABC-CLIO.LLC. 2010
[10] Elcom. “Seni Belajar Kilat CorelDraw X5. Edisi 1”, Yogyakarta: Andi. 2010
[11] Hendi Hendratman. “The Magic of Adobe Photoshop. Edisi Revisi ke 2”. Jakarta. Informatika.
2016
[12] Wahana Komputer. “Adobe Flash CS5 untuk Membuat Animasi Kartun. Edisi 1”, Yogyakarta:
Andi. 2010.
[13] Hendi Hendratman. “The Magic of Adobe Premiere Pro. Edisi Revisi ke 3”. Jakarta. Informatika.
2017.