Masyarakat: Ancangan Teoritis Beberapa Perspektif Tentang ...
Transcript of Masyarakat: Ancangan Teoritis Beberapa Perspektif Tentang ...
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/344191421
Beberapa Perspektif Tentang Kebudayaan Sebagai Lambang Indentitas Satu
Masyarakat: Ancangan Teoritis
Conference Paper · September 2018
CITATIONS
0READS
5
1 author:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Analisis Wacana View project
My Project View project
Agustinus Semiun
Universitas Nusa Cendana
46 PUBLICATIONS 12 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Agustinus Semiun on 10 September 2020.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
PROCEEDINGPROCEEDING
20182018
Pendidikan dan Pembelajaran Pendidikan dan Pembelajaran
di Era Abad 21di Era Abad 21
ISBN: 978-602-52419-6-3
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN: “Pendidikan dan Pembelajaran di Era Abad 21”
Penulis:
Christine Krisnandari Ekowati, dkk.
ISBN: 978-602-52419-6-3
Editor:
Dr.Malkisedek Taneo, M.Si.
Dr. Petrus Ly, M.Si.
Penyunting:
Marsi D. S, Bani
Renold H. Modok
Desain Sampul dan Tata LetakRenold H. Modok
Penerbit:PMIPA PRESSRedaksiJl. Adisucipto Penfui KupangGedung FKIP UndanaTelp. 0380-8583071e-mail: [email protected]
DicetakCV. Sekawan ProJl. Cak Doko, Kelurahan Oeboboe-mail: [email protected] Pertama, September 2017
Hak Cipta dilindungi undang-UndangDilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin dari penerbit.
DAFTAR ISI
PELATIHAN PENGGUNMN MICROSOFT POWERPOINT UNTUK MEMBUAT ANIMASIMATEMATIKA SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PROFESIONAUSME GURU-GURU DIDESA OEMOFA KECAMATAN AMABI OEFETO TIMUR KABUPATEN KUPANG.... L.4
ANAUSIS PROFIL KETERAMPIIAN GURU IPA SMP DI KABUPATEN KUPANG DATAM
MENGGUNAKAN KIT DALAM PEMBEIAIARAN BERNASARKAN KURIKULUM TAHUN2013......... 5-14
PEI.ATIHAN TOELF DAN IELTS BAGI MAHASISWA FKIP UNDANA MEI.ALUI KEGIATANPENCIABDLAN PADA MASYARAKAT .,..,..........j t5-20
PEIATIHAN PENGEMBANGAN SOAL GEOMETRI LEVEL
il BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI KOTA KUPANG 2L-29
PELATIHAN PENEUTIAN TINDAKAN KEISS BERBASIS ANAUSIS PROGRAM
E(CEL GUNA MENINGKATKAN KUALTTAS PEMBEIAIARAN DAN GURU DIKECAMATAN KUANFATU 30-34
WORKSHOP PENINJAUAN KURIKULUM PROGMM STUDI PENDIDIKAN SEIARAHOLEH ALUMNI, DOSEN DAN STAKEHOLDER PADATAHUN 2018......... 35.38
PEIATIHAN PENUUSAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS DAN ARTIKEL ILMIAH SEBAGAIUPAYA PENINGKATAN PROFESIONAUSME GURU-GURU (ALUMNI) SEIARAH SE.KOTAKUPANG.... 39.46
AKTUAUSASI SEMANGAT NASIONAUSME DAN BELA NEGAM DAI.AM MEMANTAPKANKFTAHANAN NASIONAL PADA MASYARAKAT KELURAHAN BAKUNASE II, RW 02........... 47-51
PENINGKATAN PROFESIONAITAS GURU IPA SMP DI BORONG MANGGAMI TIMURMEI.ALUI PELANHAN PENULISAN PROPOSAL PTK 51-6r
PELATIHAN PENEUTI,AN TINDAKAN KELAS (PTK) BAGI ANGGOTA IKATAN ALUMNIPENDIDIKAN KIMI,A FKIP UNDANA (IUPAC) DI KOTA KUPANG 52-67
MODEL PEMBEIAIARAN BERBASIS WEB BERPENGARUH TERHADAP HASIL BEIA]ARSEIAMH INDONESI,A 68-78
BEBERAPA PERSPEI(MF TENTANG KEBUDAYMN SEBAGAI I.AMBANG INDENTITASSATU MASYAMKAT: ANCANGAN TEORMIS 79-87
PENINGKATAN PENGTTAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN MASYARAKAT DESA TESBATANI TERHADAP TUMBUHAN BONE/AREN il MELALUI PELATIHAN PENGOIT.HANKOLANG.KAUNG. 88.97
SEKOIAH SEBAGAI'RUMAH BERSAMA' (UPAYA PENEMPAN PENDIDIKAN AGAMASESUAI AGAMA YANG DTANUT PESERTA DIDIK DI SEKOLAH DASAR KATOLIKSE-KOTA KUPANG) 98-108
PENGEMBANGAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAGI GURU.GURU SEBAGAIKEGIATAN PENGEMBANAGN PROFESI GURU 10$112
113-123
t2+134
IbK FKIP UNIVERSTTAS NUSACENDANA KUPANG.
ANTARA TEKS DAN KONTEKS
IDENTIFICATION OF PHYSICAL EDUCATION TEACHER UNDERSTANDING ASIMPLEMENTING CI.ASSR@M ACTION RESEARCH 135-146
PROGRAM POSITIVE PARENTING UNTUK MENUMBUHKAN PERII-AKU PENGASUHANYANG POSMF OMNGTUA DI PAUD EBENHAUER MATANI & BUNGA PRESCHOOL, MATANI L47-t56
PROGMM KEMITRMN MASYAMKAT MELALUI PEI.ATIHAN PENEUTIANTINDAKAN KEI.AS DAN PENUUSAN KARYATUUS ILMIAH BAGI GURU GEOGMFI SMAKOTA KUPANG 157-167
PEISTIHAN PEMBUATAN BAHAN A]AR BERBASIS KEIAS INSPIMTIF BAGI TUTOR PADAPROGMM PENDIDIKAN KESETARMN DI PUSAT KEGIATAN BEI.A}AR MASYARAKATKOTAKUPANG 158.175
PENYULUHAN DAN PEI.ATIHAN INSTAHSI USTRIK PENEMNCI,AN RUMAH TINGGALBAGIOMK DIKOTAKUPANG 176-186
PENDAMPINCIAN PENUUSAN JURNAL ILMIAH BAGI GURU MATA PEIA]AMN EKONOMIsMA SE KOTA KUPANG TAHUN 2018 ........ ..........r...... 187-189
PENDAMPINGAN PENUUSAN KARYA TUUS ILMIAH BAGI GURU FISIKA SMP DAN SMASE KOTA KUPANG 190-192
- PELAEHAN PENULISAN KARYA ILMIAH BERBASIS PENEUTIAN TINDAKAN KEI.AS
UNTUK MENINGKATKAN KIIERAMPIIIN MENUUS BAGI GURU SEKOLAH DASARSE KECAMATAN KUPANG TIMUR 193-196
REVOLUSI MENTAL BELAIAR-MENGA]AR BAGI GENERASI Z DI ERA BIG DATA REVOLUSIrNDUS'rRr 4.0 ........... t97-2A2
MENIYIAPKAN GURU DI ERA DIGITAL 203-208
PENGGUNMN PENILAIAN PORTOFOUO OLEH GURU TERHADAP HASIL BEIAIAR SISWAPADA MATA PELAIAMN PKn DI KEI.AS X SMAN 1 KUPANG 209-218
ENGGUNMN KEKERASAN VERML DAI.AM PENDIDII(AN DAN PENGASUHAN ANAK DARISUKU YEKA, SUKU TEDA DAN SUKU JEA DI KABUPATEN NAGEKEO 2L9-232
PENDIDIKAN DAN PENGASUHAN ANAK DAI.AM KEBUDAYMN ETNIS DAWAN DI ERA
DIGTTAL ..r.r,.......r.. 233-242
.ETNOMATEMATIKA DALAM PERMAINAN KEMOTI DI ADONAM 243-254
IMPLEMENTASI MODEL PEMBETAIAMN LEARNING CYCLE 5E SEBAGAI UPAYA UNTUKMENGUMNGI MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN HASIL BEIAIAR FISIKA SISWAKETAS X SMA NEGERI KABUPATEN KUPANG 255.2&
, FAKToR-FAKToRYANG MEMEPENGARUHI PENDAPATAN PEDAGANG KAKI uMA DIKELURAHAN BAKUNASE II KECAMATAN KOTA RA]A KOTA KUPANG 265-272
273-277MEMAHAMI PROBTEMATIKA SISWA DAISM PEMBEI A]AMN
EIGPLORASI KEMAMPUAN SISWA KEI.AS 1 SEKOI-AH DASAR DAISM MENGURUTKANDAN MEMBANDINGKAN BIIANGAN MEI.ALUI PEMBETA]ARAN PMRI KONTEKS FABEL... 278.2%
IGIIAN PEMAHAMAN MAS'TARAKAT PEDESMN TENTANG AIR MINUM DAN PEMANFA.ATANNYA(KASUS: DESAHANE,TIMOR) 295-300
PENERAPAN MODEL PEMBELAIARAN MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAM.PUAN MENULIS MAKALAH GEOMORFOIOGI TEMPAN MAHASISWT/I PENDIDIKAN GEO-GRAFI 301-30s
BEBERAPA PERSPEKTTF TEI{TANG KEBUDAYAAI\I
SEBAGAI LAMBAI\IG INDEIT{TITAS SATU MASYARAKAT:
ANCAIYGAN TEORITISFrensiskus Bnrtan, Agustinus Semiun dan Alexrnder II. Kahelen
I)osen Progrsm Studi Pendidikan Bahasa InggrisFKIP Undana Kupang
.,t*
ABSTRAKTulisan ini memaparkan beberapa perspektif teoritis tentang kebudayaan sebagai lambang identitassahr masyarakat, dengan titik incar utama yang menjadi sasaran bahasan mencakup hakilcatkebudayaan, perubahan kebudayaan, revitalisasi kebudayaan dan budaya gotoog royong. Materibersumber pada data sekunder hasil peuelitian kepustakaan dengan menggunakan studidokrmenter sebagai metode pengumpulan data. Tulisan ini dibuat sebagai sumber ruj'rkan dalampelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat dalam rangka sosialisasi dan revitalisasi budayagotong royong bagi anggota organisasi Orang Muda Katolik (OMK) di lingkungan Paroki KuasiSt. Petrus TDM Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NfT). Hasil kegiatan pengabdianmasyarakat ini menunjukkan adanya perluasan pemahaman psserta teutang materi sosialisasi da11
peningkatan kesadaran peserta tentang fungsi dan sipifikansi revitalisasi budaya gotong royongsebagai landasan filosofis dan kearifan lokal milik bersama masyarakat bangsa [ndonesia yangterwadah secara politis-administratif di dalam Negara Kesatuan Reprrblik Indonesia (NKRI).
Kata kunci: perspektif, kebudeyaan, identitas, masyarakat, ancrngrn teoritis
PENDAHI]LUAI\
Tulisan ini memaparkan secara sekilas beberapa perspektif teoritis tentang kebudayaan
sebagai larrbang identitas satu masyarakat, dengan titik incar utama yang menjadi
sasaran bahasannya mencakup hakikat kebudayaan, perubahan kebudayaan, revitalisasi
kebudayaan dan budaya gotong royoog. Materi yang dikaji dalam makalah ini
bersumber pada data sekunder yang dijaring melalui penelitian kepustakaan dengan
menggunakan studi dokumenter sebagai metode pengumpulan data. Tulisan ini dibuat
sebagai sumber rujukan dalam pelaksanaan kegiatan pengaMian masyarakat dalam
rangka sosialisasi dan revitalisasi budaya gotong royong bagr.anggota organisasi Orang
Muda Katolik (OMK) di lingkungan Paroki Kuasi St. Petrus TDM Kupang, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (NTT), yang diselenggarakan Program Studi Pendidikan Bahasa
Inggns, FKIP Undana Kupang. Dengan mengikuti kegiatan pengabdian masyarakat ini,
diharapkan para peserta yang menjadi kelompok masyarakat sasaran, dalam hal anggota
organisasi OMK liugkungan Paroki Kuasi St. Petrus TDM Kupang tidak hanya
memiliki wawasan dan cakrawala pengetahuan yang lebih luas tentang beberapa
perspelrtif teoritis tentang kebudayaan sebagai lambang identitas satu masyaxakat, tetapi
sekaligus juga menjadi sumber rujukan bagi mereka dalam mela}ukan revitalisasi
kebudayaan, lfiusus budaya gotong royong sebagai salah satu landasan filosofis dan
kearifan lokal warisan leluhur atau tetesan sejarah masa lalu yang menjadi milik
bersama masyarakat bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk yang terwadah secara
politis-administratif di dalam Negara Kesatuan Republik Indgnesia (NKRD.
BAHASAIT
Sesuai titik incar utama yang menjadi sasaran bahasanny4 dalam bab ini dipaparkan
hakikat kebudayaan, perubahan kebudayaan, revitalisasi kebudayaan dan budaya gotong
royoog.
Hakikat Kebudayaan
Berbicara tentang satu kebudayaan berarti berbicara tentang satu masyarakat sebagai
anggota satu etnik atau kelompok etnik sebagai satu guyub budaya karena kebudayaan
merupakan pemarkah kedirian dan fitur pembeda warga satu etnik atau kelompok ehik.
Meski demikian, me,ncari definisi kebudayaan yang komprehensif sebagai panduan
teoritis sangat sulit karena kata atau istilah kebudayaan bersifat 'omnibus-amorf'*
memiliki banyak pengertian (Sudikan, 1991). Menurut Koentjaraningrat (1992:180),
kebudayaan adalah satu keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yarug dijadikan miliknya dengan belajar.
Kebudayaan membawahi tiga wujud yang meliputi sistem budaya, sistem sosial, dan
sistem kebendaan. Manifestasi ketiga wujud kebudayaan itu dapat dilihat dalam
sejumlah unsur, termasuk ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, adat-
istiadat, kemampuan, dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia dalam konteks dan
tatanan kehiduapannya sebagai anggota satu masyarakat atau kelompok masyarakat
(Suriasumantri,2002:261). Unsur kebudayaan salingterkait dalam satu kesatuan secara
keseluruhan sehingga perubahan dalam salah satu unsurnya akan berpengaruh langsung
atau tidak langsung terhadap unsur yang lain. Semisal, perubahan dalam unsur sistem
ekonomi dari pola pikir dan perilaku nonmonetary terms menjadi pola pikir dan
perilaku monetary term,menyebabkan terjadinya perubahan dalam pola dan gaya hidup
masyarakat yang cenderung mendewakan materi dan uang sebagai indikator utama
untuk menakar kebermaknaan hidup mereka dalam konteks kehidupan sehari-hari dan
tatan pergaulaflrya di tengah masyarakat.
Bertalian dengan itu, menurut Suparlan (1986:14), kEtudayaan sebagai
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makluk sosial yang digunakan dalam latar
pemaharnan dan penafsiran terhadap lingkungan, pengalaman, dan penataan tingkah-
lakunya. Berpadangan dengan ini, menunrt Foley (1991:19), kebudayaan merupakan
sebuah peta pengetahuan (cognitive map) rihk bersama satu masyarakat yang esensi
isinya menggambarkan cara pandang mereka tentang dunia. Peta pengetahuan tersebut
membentuk sebuah sistem budaya sebagai mekanisme kontrol terhadap tingkah-laku
mereka sebagai anggota masyarakat karena di dalamnya tergurat seperangkat aturan,
resep, rencana, strategi, dan model kognitif sebagai pedoman dalam penataan tingkah-
laku bagi mereka dalam menghadapi lingkungan.
Mengingat manifestasi sistem budaya mewujud secara empiris dalam sistem
sosial, maka Sudikan (2005:34) mengemukakan kebudayaan adalah perangkat simbolik
yang diberi makna dalam satu sistem pengetahuan sebagai sumber rujukan bersama
dalam penataan tingkah-laku dan strategi bagi mereka dalam beradaptasi dengan
lingkungan (Alfian, 1980:18-19). Pandangan itu dikoherensikan dengan pendapat
Geertz (dalan Pals, 2001:386) bahwa kebudayaan merupakan pola makna atau ide-ide
milik bersama satu masyarakat yang termuat dalam simbol-simbol yang digunakan
untuk menjalani pengetahuan mereka tentang hakikat hidup dan kehidupan serta
menyiagkap kesadaran mereka tentang kebermaknaan hidup sebagai mereka sebagai
manusia dan mssr*rkur. Simbol-simbol kebudayaan tersebut merupakan wadah makna
yang berfungsi sebagai sarana bagi mereka dalam menata sikap, kesadaran, dan
berbagai bentuk pengetahuan untuk memahami dunia, baik dunia faktual atau dunia
yang secara faktual terjadi maupun dunia simbolik atau dunia perlambangan yang
keberadaan obyek sebagai referennya bersifat imaginatif.
Karena adanya kompleksitas sistem makna simbolik dalam satu kebudayaan,
maka metode etnografi digunakan sebagai panduan analisis karena metode etnografi (l)
bertujuan membuat perian me,ndalam tentaag satu kebudayaan berupa perian tertulis
tentang organisasi sosial, sumber daya simbolis dan proses penafsiran terhadap satu
masyarakat sesuai apa yang mereka latcukaq apa yang mereka ketahui serta benda-
benda yang mereka buat dan gunakan (Spradley, 1997). Asumsi yang mendasarinya,
semua bentuk kebudayaan merupakan satu kesatuan kesatuan yang utuh sebagai satu
sistem kompleks sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan kepercayaan, seni dan
moral, perkakas dan teknologi, bahasa, adat-istiadat, legenda, mitos dan seluruh unsur
terkait di dalamnya (Pals, 2001:28). Pendekatan holistik digunakan karena kebudayaan
merupakan safir kesatuan dari sejumlah unsur yang salingterkait dalam safir kesatuan
secara keseluruhan (Sudikan, 2005:85-86). Hubungan fungsional antaunsur kebudayaan
mernbentuk sebuatr jaringan sistem makna simbolik yang bersifat sosial-kolektif,
sehingga seorang individu memandang keberartian dirinya jika dia selalu hidup dalam
kebersamaan dengan sesama yang lain dalam safu kelompok, suku, dan masyarakat
(Fernandez, 1990:24). Karena itu, pemertahanan harmoni sosial menjadi salah satu
prinsip utama yang menafasi pola perilaku dan gaya hidup mereka sehari-hari,
sebagaimana tercermin dalam penerapan nilai budaya gotong royong.
Perubahan Kebudayaan
Kebudayaan sebagai salah satu aspek kehidupan manusia merupakan sebuah entitas
yang bersifat dinamis, dalam pengertian kebudayaan niscaya mengalami perubahan
yang biasanya berlangsung sejalan dengan dinamika manusia sebagai masyarakat yang
menjadi pemilik, penganut, dan penghayat kebudayaan bersangkukn. Hal itu dapat
disimak dalam pandangan Koentjaraningrat (1991:182), kebudayaan sebagai
keseluruhan sistem gagasa& tindakan dan hasil kerja manusia tidak dapat hidup dan
berkembang tanpa adanya interaksi. Pengaruh interaksi menyebabkan satu kebudayaart
mengalami perubahan secara terus-menerus yang berlangsung bersamaan dinamika
pendukungnya dalam mengikuti konstelasi dunia yang sedang berkembang. Selain
bersumber dari dalam lingkup kehidupan masyarakatnya sendiri (faktor internal),
perubahan kebudayaan bersumber pula dari luar (faktor ekstemal) sebagai dampak
kontak dengan kebudayaan dan masyarakat yang lain.
Terkait dengan itu, menurut Pals (2001:30-31), tidak semua kebudayaan atau
aspek-aspek kebudayaan mengalami perkembangan dalam fase sama. Perkembangan
beberapa bentuk kebudayaan dalam masa tertentu tertinggal jauh, sebagaimana
diisyaratkao dalam 'doktrin keberlangsungan hidup', ymg salah satu konseptualisasi
penting di dalamnya adalah, berbicara tentang kemajuan yang terdapat dalam setiap
peradaban tidak dapat mengesampingkan hal-hal yang tidak mengalami perkembangan
atau hal-hal yang berada dalam kondisi keterbelakangan atau ketertinggalan. Sebagai
implikasi, analisis fenomena perubahan kebudayaan mesti mengac+pada realitas masa
lalu ketika kebudayaan itu berada dalam kondisi sederhana guna dapat disanding
dengan realitas masa kini karena, dalam semua kebudayaan,masyarakat, setiap generasi
memiliki kemampuan sosial dan intelektual sendiri untuk mengembangkan dan
melanjutkan apa yangsudah dicapai generasi sebelumnya.
Revitalisasi Kebudayaan
Perubahan kebudayaan masyarakat, selain berdampak positif berupa kemajuan dan
pembaruan, juga berdampak negatif berupa perubahan pola perilaku dan gaya hidup
masyarakat bersangkutan. Pola perilaku dan gaya hidup yang semula berpilar pada
kerangka berpikir sosial-kolektif sebagai landasan filosofisnya tergerus oleh kehadiran
pola perilaku dan gaya hidup modern yang bersifat individualistis dan materialistis.
Sebagai akibat, struktur kelembagaan sebagai wadah yang mewahanai penataan pola
perilaku dan gaya hidup mereka tidak lagi berfrrngsi secara optimal sesuai kaidah yang
digariskan dan diwariskan leluhurnya. Pengaruh kondisi perubahan yang begitu pesat
sebagai dampak dari intensitas komunikasi dan hteraksi dengan masyarakat dan
kebudayaan lain menyebabkan struktur kelembagaan mengalami kemacetan. Hal itu
terjadi karena skernata budaya lama yang berisi gambaran cara pandang mereka tentang
dunia sudah tidak lagi berfungsi secara optimal. Skemata budaya atau peta pengetahuan
tersebut tidak lagi berfungsi atau bermakna sebagai peountun moral dan pedoman etika
yang memadai bagi mereka dalam mendekati realitas sosial yang ada. Situasi dan
kondisi ketidakselarasan itu mendorong mereka untuk melakukan gerakan sosial berupa
penataan ulang pengalaman masa lalu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan berarti
lagi, yang pada taraf budaya dikenal dengan sebutan atau istilah 'gerakan revitalisasi'.
Gerakan revitalisasi adalah satu gerakan sosial (social movemmt) atau rekayasan sosial
(social engineeing) yang dirancang dan dilaksanakan demi penataan ulang pengalaman
masa lalu agar menjadi satu kesatuan yang utuh dan berarti. Gerakan revitalisasi
bertujuan memberi arti pada sesatu yang untuk warga masyarakat bersangkutan sudah
menjadi sebuah dunia yang tercerai-berai dan kehilangan makna atau nilainya. Sasaran
gerakan sosial revitalisasi itu bermuara pada penghidupan kembali perangkat nilai
budaya warisan leluhur yang sudah keropos, baik dalam kandungan ajaran maupun
dalam jumlah dan intensitas, demi penataan kembali kehidupan m$yarakat yang serasi,
selaras dan seimbang (Kaplan dan Manners, 1999 :19 | ; Sudikan, 20&5 :5 5 ).
Budaya Gotong Royong
Budaya gotong royong adalah salah satu kearifan lokal (loeal wisdom) warisan leluhur
dan tetesan sejarah masa lalu sebagai jati diri masyarakat bangsa Indonesia yang
terwadah secara politis dan administratif dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
NKRD. Dalam budaya gotong royong tersebut, terkandung seperangkat nilai sebagai
landasan filosofis yang berfungsi sebagai panduan atau semacam cetak bnu(blue print)
dalam menata pola perilaku dan gaya hidupnya di tengah masyarakat (Femandez
(1990). Fungsi nilai budaya gotong royong sebagai penciri jati diri masyarakat
Indouesia, selain menyatu dalam perilaku verbal, juga menyata dalam perilaku
nonverbal. Nilai budaya gotong royong dalam tataran verbal menyiratkan
konseptualisasi yang terpatri dan tertera dalam peta kognitif mereka tentang pentingnya
kerja sama atau tolong-menolong dalarn konteks kehidupan bermasyarakat karena
konseptualisasi itu menjadi sesatu yang tidak bermakna jika tidak mengejawantah
secaxa empiris dalam tindakan. Konseptualisasi nilai budaya gotong royong tersebut
bermatra ganda karena, selain bermuara pada peningkatan kesejahteraan ekonomi
rumah tangga, juga disasarkan pada pemertahanan harmoni sosial sehingga keselarasan
hubungan sosial kemasyarakatan tetap terjaga dan terawat (Koentjaraningrat, 2W41'
Pandur dan Tulis, z0lq.Akan tetapi, pengaruh dinamika masyarakat fangsa Indonesia menuju tatanan
kehidupan yang lebih maju dan modem menyebabkan konseptualisasi dan signifikansi
nilai budaya gotong royong sebagai landasan filosofis yang menafasi pola perilaku dan
gaya hidupnya cenderung bergeser di luar pigura makna yang diamanatkan leluhurnya.
Hal itu ditandai dengan semakin menggejala pola perilaku dan gaya hidup yang bersifat
individualistis dan materialistis pada sebagian besar kalangan masyarakat bangsa
Indonesia. Mereka cenderung lebih senang mengejar kelimpahan materi dan pemilikan
wmg sebanyak mungkin karena kelimpahan materi dan pemilikan banyak uang menjadi
salah satu indikator untuk menakar peran sosial seseomng dalam konteks pergaulan
hidup sehari-hari di tengah masyarakat. Pengaruh pendewaan terhadap materi dan uang
menyebabkan kadar penjiwaan mereka terhadap nilai budaya gotong royong semakin
lemah, kesenjangan ekonomi semakin lebar, dan kerekatan harmoni sosial semakin
longgar dari hari ke hari (Poespowardojo, 1993:18). Konseptualisasi budaya gotong
royong masih hadir secara tekstual dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia pada
masa sekarang, namun signifikanansinya sebagai salah satg landasan filosofis warisan
leluhur yang menafasi pola perilaku dan gaya hidup mereka tidak begitu menyatu dan
menyata lagi secara kontekstual dalam tata pergaulannya di tengah masyarakat. Budaya
gotong royong hanya menjadi sebuah gugus kata tuna makna dalam konteks kehidupan
sebagian besar kalangan masyarakat Indonesia karena tidak mewujud secara empiris
dalam tata pergaulannya di tengah masyarakat
PENUTUP
Kebudayaan sebagai lambang identitas satu masyarakat sebagai anggota satu kelompok
etnik merupakan sebuah entitas yang bersifat dinamis, dalam pengertian kebudayaan
sebagai salah satu aspek kehidupan manusia dalam konteks kehidupannya sebagai
masyarakat tidak imun terhadap perubahan. Dalam upaya pelestarian kebudayaan
sebagai lambang identitas satu masyarakat sebagai anggota satu kelompok efirik agar
tetap hidup dan berkembang sesuai substansi sebenamya, guratan makna dan nilai yang
terkandung dalam kebudayaan tersebut yang sudah berada dalam keropos mesti
direvitalisasi melalui berbagai bentuk dan cara. Bagi masyarakat bangsa Indonesia
sebagai bangsa majemuk yang terwadah secara politis-administratif di dalam wadah
NKR[, budaya gotong merupakan salah satu produk dan praktek budaya warisan leluhur
dan tetesan sejarah masa lalu merupakan salah satu lambang identitas yang menjadi
milik bersama masyarakat bangsa Indonesia. Akan tetapi, bersamaan dinamika
masyarakat bangsa lndonesia, guratan nilai kerja sama dan tolong-menolong sebagai
esensi isi yang menjadi inti ajaran dalam budaya gotong royong mengalami penyusutan
dan pergeseran di luar bingkai fungsi dan pigura makna yang diarnanatkan leluhurnya.
Dalam kerangka pelestarian ailai budaya gotong royong dari ancaman ke,punahan, maka
perlu dilakukan revitalisasi nilai budaya gotong royong tersebut melalui be$agai
bentuk dan cara seperti melalui kegiatan pengabdian masyarakat sebagai salah satu
dharma Perguruan Tingg, tidak terkecuali Universitas Nusa Cendana (Undana)
Kupang.
BIBLIOGRAf,I
F
Alfian. (1980). Politik Kebudnyaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: Lembaga
Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES).
Bakker, J. W. M. (2005). Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Yogyakarta:
Kanisius.
Bandur, S., dan Tulis, Y. (2014). Koperasi Pilar Negara.Iakafia: Jepress bekerjasama
dengan DEKOPIN.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif Komunikasi, Elanomi, Kebijakan Publih dan
Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Prenada Media.
Cassirer, E. (1987). Manusia dan Kebudayaan: Sebuah Esai tentang Manusia.
Diterjemahkan oleh Alois A. Nugroho. Jakarta: Gramedia.
Duranti, A. (1997). Linguistic Anthropologt Cambridge: Cambridge University Press.
Faisalo S. (1990). Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: Yayasan
Asih Asah Asuh (YA3).
Ferrandez, S. O. (1987). Ci*a Manusia Budaya Timur dan Barat. Ende: Nusa Indah.
Fernandez. S. O. (1990). Kebijakan Manusia Nusa Tenggara Timur Dulu dan Kini.
kdalero: Sekolah Tinggr Filsafat Katolik.
Foley, W. A. (1997). Anthropological Linguistics: An Introduction. Oxford: Blackwell.
Geertz, C. (1973). The Interpretation of Culture: Seleeted Essays. New York: Basic
Books
Kaplan, D., dan Albert, A. M. (1999). Teori Budaya. Diterjemahkan oleh L.
Simatupang. Yogyakarta: Pusat Pelajar.
86
Keesing, R. M. (1981). '"fheories of culture." Dalam Language, Culfiire, and
Cognition: Anthropologtcal Perspectives. Edited by Ronald W. Casson. New
York: Macmilan.
Koentjaraningrat. (1992). Beberapa PokokAn*opologi Sosial. Jakarta: DIAN Rakyat.
Koentjaraningrat. Q004). Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:
Gramedia. t.
Pals, D. (2001). Dekonstruksi Kebenaran: Kritik Tujuh Teori Agama. Diterjemahkan
oleh I. R. Muzirdan M. Syulai. Yogyakarta: IRCISoD-
Poespowardojo, S. (1993). '?embangunan nasional dalam perspektif budaya". Jurnal
' Ilmu Politik /3. Diterbitkan atas kerja sama Asosiasi Ihnm Politik Indouesia
(APD dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia GPD dengan Penerbit
Gramedia Pustaka Utama, lakarta 1993.
Spradley, J. P. (1997). Metode Etnografi. Diterjgmahkan oleh M. Z. Elizabeth.
Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
' Sudikan, S. Y. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Surabaya: Unesa Unipress
bekerjasama dengan Citra Wacana.
Suriasumantri, J. S. (2001). Filsafat lhnu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
ISBN: 978-602-52419-6-3
View publication statsView publication statsView publication statsView publication stats