Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

11
ISSN : 1907-6304 MANAJEMEN LABA: MENGAPABANYAKMENGUNDANG KONTROVERSI? Earning Management: Why have been Inviting a lot of Controversy? Jaryanto *) Abstract Earnings management have been inviting a lot of controversy.One sidet earnings management represent the action which it do not trespass theexisting regulation and go into effect the public but on the other side earnings management viewed as a form of accounting manipulation. Earnings Management will make the reliability from earning become redacted. This matter is caused by in earnings management there are deflection of measurement income (boosted up or degraded) and report the profit which did not representational faithfulness such as those which ought to be reported. Earnings Management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of the companyt or to influence contractual outcomes that depend on reported accounting number. Management practice earnings management because of following factors: The of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis). Keyword; Earning Management, performance, financial reporting Abstrak Managemen laba telah mengundang banyak kontroversi. Disatu sisi manajemen laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku umum tetapi disisi lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi. Dengan adanya praktek manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal ini disebabkan karena didalam manajemen laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) dan melaporkan laba yang tidak representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan. Managemen laba terjadi ketika manager menggunakan judgment pada pelaporan keuangan dan transaksi yang terjadi untuk merubah laporan keuangan baik untuk menyesatkan beberapa stakeholder tentang kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi contractual outcomes yang tergantung pada angka- angka akuntansi. Praktik managemen laba dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut: The of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis). K.ata kunei; manajemen laba, kinerja, pelaporan keuangan "') Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 : 24 - 34

description

Manajemen Laba

Transcript of Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

Page 1: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

ISSN :1907-6304

MANAJEMEN LABA:MENGAPABANYAKMENGUNDANG

KONTROVERSI?

Earning Management: Why have been Inviting a lot of Controversy?

Jaryanto *)

Abstract

Earnings management have been inviting a lot of controversy.One sidet earnings management

represent the action which it do not trespass theexisting regulation and go into effect the public but

on the other side earnings management viewed as a form of accounting manipulation. Earnings

Management will make the reliability from earning become redacted. This matter is caused by in

earnings management there are deflection of measurement income (boosted up or degraded) and

report the profit which did not representational faithfulness such as those which ought to be reported.

Earnings Management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring

transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying

economic performance of the companyt or to influence contractual outcomes that depend on

reported accounting number. Management practice earnings management because of following

factors: The of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant

Hypothesis) The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis).

Keyword; Earning Management, performance, financial reporting

Abstrak

Managemen laba telah mengundang banyak kontroversi. Disatu sisi manajemen laba

merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku umum tetapi disisi lain

manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi. Dengan adanya praktek

manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal inidisebabkan karena didalam manajemen

laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) dan melaporkan laba

yang tidak representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan. Managemen laba

terjadi ketika manager menggunakan judgment pada pelaporan keuangan dan transaksi yang

terjadi untuk merubah laporan keuangan baik untuk menyesatkan beberapa stakeholder tentang

kinerja perusahaan atau untuk mempengaruhi contractual outcomes yang tergantung pada angka­

angka akuntansi. Praktik managemen laba dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut: The

of Bonus of Plan Hypothesis, The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)

The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis).

K.ata kunei; manajemen laba, kinerja, pelaporan keuangan

"') Dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34

Page 2: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

1. Latar Belakang

Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan

keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan

dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Peluang untuk mendistorsi laba tersebut timbul karena

metode aku.ntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan

cara yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menentukan

estimasi. Praktek manajemen laba cukup banyak mengundang kontroversi. Disatu sisi manajemen

laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku umum tetapi disisi

lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian aku.ntansi. Dengan adanya praktek

manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduksi. Hal ini disebabkan karena didalam manajemen

laba terdapat pembiasan pengukuran income (dinaikkan atau diturunkan) dan melaporkan laba

yang tidak representationally faithfulness seperti yang seharusnya dilaporkan.

Standar Aku.ntansi Keuangan memberikan kelonggaran dalam memilih metode aku.ntansi

yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Kelonggaran dalam metode ini dapat

dimanfaatkan untuk mengbasilkan nilai laba yang berbeda-beda disetiap perusahaan. Praktik seperti

inidapat memberkan dampak terhadap kualitas laba yang dilaporkan. Dewasa inimanajemen laba

diterapkan dalam berbagai macam bentuk dan untuk berbagai macam tujuan baik untuk tujuan

pribadi manajer maupun untuk tujuan perusahaan. Pertanyaannya sekarang adalah mengapa

manajemen laba banyak mengundang kontroversi terutama kaitannya dengan praktik aku.ntansi?

2. Telaah Teori

2. 1. Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan manipulasi laba yang dilakukan pihak manajemen untuk

mencapai tujuan tertentu. Manipulasi dilakukan agar laba nampak sebagaimana yang diharapkan.

Berikut ini beberapa definisi dari manajemen laba:

Schipper (1989,92): "...a purposeful intervention in the external financial reporting

process, with the intent of obtaining some private gain (as opposed to, say, merely

facilitating the neutral operation of the process) .... "(emphasis added).

Healy and Wahlen (1999,368}: "Earnings management occurs when managers use

judgment in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports

to either mislead some stakeholders about the underlying economic performance of

the company, or to irifluence contractual outcomes that depend on reported accounting

numbers" (emphasis added}.

Scott (1997) dalam Julia Halim dkk (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai berikut;

"Given that managers can choose accounting policies from a set (for example, GAAP), it is

natural to expect that they will choose policies so as to maximize their own utility and/or the

market value of the firm". Dari defmisi tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan

aku.ntansi oleh manajer dari standar aku.ntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan

utilitas mereka dan atau nilaipasar perusahaan. Scott (1997) dalamJulia Halimdkk (2005) membagi

cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku

oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi,

kontak utang, dan political costs (Opportunistic Earnings Management). Kedua, dengan

25 MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI?

Jiltyllnto

Page 3: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting (Efficient Earnings

Management), dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri

mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan

pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak.

Selanjutnya Healy & Wahlen dalam Rashidah & Fairuzanah (2006) menyatakan bahwa

Earnings management occurs:

... when managers use judgement in financial reporting and in structuring transactions

to alter financial reports to either mislead some stakeholders about the underlying

economic performance of the company, or to influence contractual outcomes that

depend on reported accounting numbers (Healy and Wahlen, 1999, p. 6).

2.2.Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba

Tiga hipotesis PossitiveAccounting Theory yang dapat dijadikan dasar pemahaman tindakan

manajemen laba yang dirumuskan oleh Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia Halim dkk

(2005) adalah :

a. The Bonus Plan Hypothesis

Pada perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, manajer perusahaan akan lebih

memilih metode akuntansi yang dapat menggeser laba dari masa depan ke masa kini sehingga

dapat menaikkan laba saat ini.Hal ini dikarenakan manajer lebih menyukai pemberian upah

yang lebih tinggi untuk masa kini.Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat

laba terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika laba berada di

bawah bogey, tidak ada bonus yang diperoleh manajer sedangkanjika laba berada di atas cap,

manajer tidak akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawahbogey, manajer

cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus lebih besar pada periode

berikutnya, demikian pula jika laba berada di atas cap. Jadi hanya jika laba bersih berada di

antara bogey dan cap, manajer akan berusaha menaikkan laba bersih perusahaan.

b. The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis)

Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity tinggi, manajer perusahaan cenderung

menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan atau laba. Perusahaan

dengan rasio debt to equity yang tinggi akan mengalami kesulitan dalam memperoleh dana

tambahan dari pihak kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian utang.

c. The Political Cost Hypothesis (Size Hypothesis)

Pada perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, manajer akan lebih memilih metode

akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode masa

mendatang sehingga dapat memperkecillaba yang dilaporkan.Biaya politik muncul dikarenakan

profitabilitas perusahaan yang tinggi dapat menarik perhatian media dan konsumen.

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34

Page 4: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya manajemen laba:

a. Bonus Purposes

Manajer yang memiliki infonnasi atas laba bersih perusahaan akan bertindak secara oportunistic

untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba saat ini. Manajer yang bekerja

di perusahaan dengan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkan agar

dapat memaksimalkan bonus yang akan diterimanya.

b. Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada perusahaan publik:.

Perusahaan cenderung mengurangi laba yang dilaporkan karena adanya tekanan publik yang

mengakibatkan pemerintah menetapkan peraturan yang lebih ketat. Perusahaan-perusahaan

besar dan industri strategis cenderung menurunkan laba untuk mengurangi visibilitasnya

khususnya selama periode kemakmuran tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperoleh

kemudahan dan fasilitas dari pemerintah misalnya subsidi.

c. Taxation Motivations

Perpajakan merupakan salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengurangi laba yang

dilaporkan. Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling nyata.

Dengan mengurangi laba yang dilaporkan maka perusahaan dapat meminimalkan besamya

pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

d. Pergantian CEO

CEO yang akan habis masa penugasannya atau pensiun akan melakukan strategi

memaksimalkan laba untuk meningkatkan bonusnya. Demik:ian pula CEO yang kinerjanya

kurang baik akan cenderung memaksimalkan laba untuk mencegah atau membatalkan

pemecatannya.

e. Initial Public Offering (IPO)

Pada saat perusahaan go public, infonnasi keuangan yang ada dalam prospektus merupakan

sumber informasi yang penting.Informasi inidapat dipakai sebagai sinyal kepada calon investor

tentang nilai perusahaan. Untuk mempengaruhi keputusan calon investor maka manajer

berusaha menaik:kan laba yang dilaporkan.

t: Pentingnya Memberikan Informasi Kepada Investor

Infonnasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor sehingga pelaporan

laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang

baik.

1.3. Teknik Manajemen Laba

Teknik: manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im (2000) dalam Rahmawati (2006)

dapat dilakukan dengan tiga teknik: yaitu:

a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntami

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap estimasi akuntansi

antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap

atau amortisasi aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi dan lain-lain.

b. Mengubah metode akuntami

Perubahan metode akunatansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi, contoh: merubah

metode depresiasi aktiva tetap dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis

lurus.

27 MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI?

Jiltyllnto

Page 5: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

c. Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain : mempercepat/menunda

pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya,

mempercepat/menunda promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda pengiriman

produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah idak terpakai.

2.4. Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan

cara:

a. Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan

kerugian dalamjumlah besar.Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba dimasa datang.

b. Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba

pada periode mendatang diperkirakan turun drastis maka dapat diatasi dengan mengambillaba

periode sebelumnya.

c. Income Ma:rimization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk

melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.Pola ini dilakukan oleh

perusahaan yang melakukan pelanggaran petjanjian hutang.

d Income Smoothing

Perataan laba (income smoothing) merupakan suatu bentuk manajemen laba yang

mencerminkan hasil ekonomi, tidak sebagaimana keadaannya, tetapi merupakan penampilan

yang diinginkan manajemen. Income smoothing mengandalkan tidak pada pemalsuan atau

penyimpangan, tetapi pada peluang luas yang terdapat dalam alternatif prinsip akuntansi yang

berterima unwm (GAAP) dan penjabarannya. Sasaran utamanya adalah untuk melunakkan

variabilitas laba setiap tahunnya, dengan mengalihkan pendapatan dari tahun yang baik ke

tahun yang buruk. Dalam hal ini pendapatan masa yang akan datang dapat dialihkan ke tahun

sekarang atau sebaliknya, demikian pula halnya dengan biaya dapat dimodiflkasi dengan

mengalihkan beban atau kerugian dari periode ke periode. Contohnya adalah pengurangan

biaya diskresi (discretionary cost; seperti biaya iklan dan litbang) pada tahun berjalan untuk

memperbaiki laba periode betjalan, kebijakan ini disebut real smoothing.

Real smoothing mengacu pada penetapan waktu berlangsungnya transaksi-transaksi

aktual seperti pengeluaran biaya iklan dan litbang.Artificial smoothing dapat dilakukan melalui

prosedur-prosedur akuntansi dengan pengalokasian biaya atau pendapatan dari satu periode

keperiode lain. Dalam hal ini, dapat dilakukan perubahanprosedur akuntansi tertentu (misalnya;

metode depresiasi tertentu) untuk mencapai laba yang relatif stabil. Sedangkan classificatory

smoothing merupakan pengklasifikasian elemen-elemen laporan laba rugi untuk mengurangi

variasi laba dari periode ke periode melalui extraordinary item

Income Smoothing Vs Agency theory

Salah satu penyebab yang dapat mendorong manajer untuk melakukan income smoothing

melalui tiga dimensi yaitu real, artificial dan classificatory smoothing adalah adanya perhatian

investor yang selama ini cenderung terpusat pada informasi laba tanpa memperhatikan proses

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34

Page 6: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

yang digunakan untuk mencapai tingkat laba tersebut. Oleh karen.a itu, man.ajer memanfaatkan h.al

tersebut untuk melakukan income smoothing yang bertujuan untuk menstabilkan laba sesuai

kepentingannya.Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian investor, dengan harapan investor dapat

memiliki motivasi yang tinggi untuk berinvestasi dalam perusahaan yang memiliki laba relatif stabil

tersebut. Penyebab lain man.ajemen melakukan perataan laba dengan cara memilih metode akuntansi

adalah untuk memaksimumkan kepuasan dan kemakmurannya.Pernyataan inisangat terkait dengan

agency theory (teori agensi).Teori keagenan dapat dipandang sebagai suatu versi dari game theory,

yang membuat suatu model kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu

pihak disebut agent dan pihak yang lain disebut principal. Principal mendelegasikan

pertanggungjawaban atas decision making kqJada agent,h.al inidapat pula dikatakan bahwa principal

memberikan suatu amanah kepada agent untuk melaksanakan tugas tertentu sesu.ai dengan kontrak

kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agent maupun principal diatur dalam

kontrak kerja atas persetujuan bersama.

Perusahaan mempunyai banyak kontrak, misalnya kontrak kerja antara perusahaan dengan

para man.ajernya dan kontrak pinjaman antara perusahaan dengan krediturnya. Kedua jenis kontrak

tersebut seringkali dibuat berdasarkan angka laba bersih. Sehingga dapat dikatakan bahwa teori

agensi mempunyai implikasi terhadap akuntansi. Kontrak kerja yang dimaksud dalam penelitian ini

adalah kontrak kerja antara pemilikmodal dengan manajer perusahaan. Pemilikmodalatau investor

disebut sebagai principal, sedangkan manajer disebut sebagai agent. Dimana antara agent dan

principal ingin memaksimumkan utility masing-masing dengan informasi yang dimiliki. Tetapi di

satu sisi, agent memiliki informasi yang lebih banyak (full information) dibanding dengan principal

di sisi lain, sehingga menimbulkan adanya asimetri information.Informasi yang lebih banyak dimiliki

oleh manajer dapat memicu untuk melakukan tindakan-tindakan sesuai dengan keinginan dan

kepentinganuntuk memaksimumkan utilitynya.Sedangkan bagi pemilik modal dalam hal ini investor

akan sulit untuk mengontrol secara efektiftindakan yang dilakukan oleh man.ajemen karena hanya

memiliki sedikit informasi yang ada.Oleh karena itu, terkadang kebijakan-kebijakan tertentu yang

dilakukan oleh manajemen perusahaan, misalnya; tindakan untuk melakukan perataan laba melalui

real, artificial dan classificatory smoothing, tanpa sepengetahuan pihak pemilikmodal atau investor.

Namun dapat dipastikan bahwa pada akhirnya akan menimbulkan suatu gejolak, ketika investor

memperhatikan proses tirciptanya laba akibat tindakan perataan yang dilakuk.an manajemen, yang

pada gilirannya kebijakan tersebut memiliki pengaruh terhadap motivasi investor untuk melakukan

investasi.

Dalam income smoothing diasumsikan investor adalah orang yang menolak risiko. Salah

satu ukuran risiko bagi investor yang akan dihindari adalah adanya laba perusahaan yang tidak

stabil dari periode ke periode. Laba yang tidak stabil akan memberikan dividen yang sulit untuk

diprediksi dan bahkan tidak ada kepastian tentang dividen yang akan diterima investor dimasa

datang. Sebaliknya, investor lebih cenderung terhadap laba perusahaan yang relatif stabil sepanjang

periode, sehingga mempengaruhi motivasi investor untuk berinvestasi. Hal ini didasarkan pula

bahwa pola laba periodik yang stabil dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi diperoleh

investor dibandingkan pola laba periodik yang fluktuatif juga menyatakan bahwa motivasi yang

maulorong dilakukannya income smoothing adalah untuk memperbaiki hubungan antara perusahaan

dengan pihak luar perusahaan seperti; investor, kreditur dan pemerintah.

29 MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI?

Jiltyllnto

Page 7: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

3. Pembahasan

3.1. Manajemen Laba dan Asimetris lnformasi

Agency theory mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara Manajer sebagai agen

dan pemilik sebagai prinsipal.Asimetri informasi munculketika manajer lebih mengetahui informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan

stakeholder lainnya. Dikaitkan dengan peningkatan nilai perusahaan, ketika terdapat asimetri

informasi manajer dapat memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada investor guna

memaksimisasi ni1ai saham perusahaan.Sinyal yang mberikan dapat dilakukanmelalui pengungkapan

(disclosure) informasi akuntansi.

Asimetri informasi adalah suatu keadaan d.imana manajer memiliki akses informasi atas

prospekperusahaan yang tidak dimilikioleh pihak luar perusahaan.Agency theory mengimplikasikan

adanya asimetri informasi antara manajer (agent) dengan pemilik. (principal).Penelitian Richardson

(1998) dalam Julia Halim et all, 2005 menunjukkan adanya hubungan antara asimetri informasi

denganmanajemen laba.Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidakmemiliki sumber daya

yang cukup, insentif, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer,

dimana hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi

akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi

tersebut berkaitan dengan pengukuran kinetja manajer.

Laporan keuangan sebagai sarana informasi yang ditujukan untuk mengurangi asimetris

informasi antara manajemen danpemilik perusahaan memiliki keJemahan tertentu. Walaupun proses

penyusunan laporan keuangan telah diatur oleh suatu estindar yang ditetapkan oleh profesi akuntan

sendiri namun perlu disadari bahwa laporan keuangan mengandung banyak asumsi, penilaian serta

pilihan metode penghitungan yang dapat digunakan oleh pembuatnya. Adanya pilihan kebijakan

akuntansi dalam standar yang dapat digunakan membuat manajemen memiliki cukup keleluasaan

untuk memanipulasi laporan keuangan tersebut. Pilihan metode akuntansi yang secara sengaja

dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dikenal dengan sebutan manajemen laba.

Standar akuntansi sendiri mengantisipasi dampak informasi asimetri dengan mengharuskan

manajemen melakukan pengungkapan penuh atas kondisi keuangan perusahaan dalam laporan

keuangan. Prinsip pengungkapan penuh inidiharapkan dapat membantu pe:ngguna laporan keuangan

untuk menilai kondisi perusahaan sebelum membuat suatu keputusan ekonomi. Asimetri informasi

memungkinkan manajemen sebagai pembuat laporan keuangan melakukan manajemen laba demi

kepentingan tertentu. Dilain pihak adanya prinsi pengungkapan penuh dapat digunakan untuk

mengurangi asimetris informasi yang pada akhirnya juga dapat mengurangi kemungkinan

dilakukannya manajemen laba oleh pihak manajemen.

3.2. Manajemen Laba dan Tingkat Pengungkapan

Asimetri informasi yang terjadi antara manajer dengan pemegang saham sebagai pengguna

laporan keuangan menyebabkan pemegang saham tidak dapat mengamati seluruh kinerja dan

prospek perusahaan secara sempurna. Dalam situasi dimana pemegang saham memiliki informasi

yang lebih sedikit dari manajer, manajer dapat memanfaatkan fleksibilitas yang dimilikinya untuk

melakukan manajemen laba. Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu

pemegangsaham memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Hasil penelitian

Julia Halim dkk (2005) menyimpulkan bahwa manajemen laba berpengaruh positif signiflkan

pada tingkat pengungkapan laporan keuangan. Dengan demikian, peningkatan pengungk:apan

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34

Page 8: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

menyebabkan fleksibilitas manajer untuk: melakukan manajemen laba akan berkurang karena

berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan

keuangan lainnya.

Penelitian mengenai hubungan manajemen laba dan tingkat pengungkapan telah dilakukan

oleh Lobo and Zhou (2001) dalam Julia Halim dkk (2005) yang meneliti 1444 perusahaan dalam 5

tahun penelitian dan menemukan bukti kuat bahwa kualitas pengungkapan berkorelasi negatif

dengan manajemen laba.Penelitian yang sama dilakukan oleh Sylvia Veronica dan Yanivi Bachtiar

(2003) yang meneliti laporan keuangan tahun 1999 dan menemukan hasil yang sama dimana

manajemen laba dan tingkat pengungkapan memiliki hubungan yang negatif. Dalam laporan

keuangan, manajemen akan melakukan pengungkapan yang seperlunya, hal ini dilakukan agar

manajemen dapat mempraktekkan manajemen laba untuk mencapai tujuan tertentu. Jika manajemen

melakukan pengungkapan informasi keuangan perusahaan seminimum mungkin maka kondisi

asimetri informasi akan terjadi sehingga memberikan keleluasaan bagi manajer untuk: melakukan

manajemen laba.

3.3. Manajemen Laba dan IPO

Initial public offerings (IPO) merupakan penawaran saham suatu perusahaan private yang

pertama kali kepada publik. Penawaran ini bertujuan memperoleh tambahan dana untuk membiayai

dan mengembangkan usahanya.Pada saat melakukan penawaran perusahaan harus menyediakan

prospektus yang berisi informasi keuangan dan non keuangan dimana informasi keuangan terdiri

dari neraca (balance sheet), laporan laba rugi (income statement), laporan arus kas (cash flow

statement), danpenjelasan atas laporan keuangan (notes offmancial statement).Sedangkan informasi

non keuangan berisi informasi mengenai underwriter, auditor independen, konsultan hukum, nilai

penawaran saham, prosentase saham yang ditawarkan, umur perusahaan, dan informasi lain yang

mendukung. Informasi dalam prospektus tersebut dibutuhkan investor dalam proses pembuatan

keputusan di bursa. Informasi dalam prospektus tersebut akan memberikan gambara n mengenai

kondisi, prospek ekonomi, rencana investasi, serta ramalan laba dan dividen yang akan dijadikan

dasar dalam pembuatan keputusan rasional mengenai resiko dan nilai saham yang ditawarkan

perusahaan.

Selama ini jarang ada media yang meliput kondisi suatu perusahaan selama tiga tahun

terakhir sebelum perusahaan tersebut go public sehingga investor cenderung menyandarkan diri

kepada prospektus untuk mengetahui informasi dan menilai perusahaan yang go public tersebut.

Sedikitnya informasi yang tersedia menyebabkan investor cenderung menyandarkan diri pada

informasi yang dicantumkan dalam prospektus. Sedikitnya informasi yang tersedia mendorong dan

memotivasi manajer melaporkan informasi yang menguntungkan dengan mempercantik laporan

keuangannya melalui permainan akrual untuk: mengatur tingkat laba yang dilaporkan. Adanya

hubungan antara informasi akuntansi dan harga ekuitas pada saat penawaran mengarahkan pada

anggapan bahwa perusahaan memiliki dorongan untuk melakukan manipulasi kinerja yang dapat

meningkatkan penerimaan melalui pengaturan tingkat laba yang dilaporkan (earnings management).

Dilihat dari sudut pandang akuntansi ada dua keterbatasan investor dalam

menginterprestasikan laporan keuangan, pertama kriteria penyajian elemen laporan keuangan yang

rentan terhadap kebijakan manajer. Sehingga manajer memiliki peluang untuk menetapkan rekayasa

kebijakan, sebab akuntansi memang memberikan peluang bagi manajer untuk mencatat fakta tertentu

dengan cara tertentu dan melibatkan subjektifitas dalam penyusun estimasi. Kedua, tidak adanya

31 MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI?

Jiltyllnto

Page 9: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

observasi yang sempurna, mengingat tidak semua kebijakan maoajer dapat diobservasi oleh investor.

K.edua keterbatasan investor itulah yang memberi peluang bagi manajer untuk lebih bersikap oportunis

dengan mengelola laba demi keuntungannya sendiri (moral hazard). Sikap oportunis tersebut

sebenamya merupakan sikap curang (fraud) manajer yang diimplikasikan dalam laporan keuangan

pada saat penawaran perdana, walaupun pasca penawaran maoajer tidak mampu lagi melanjutkan

sikap curangnya yang tercermin dari penurunan kinerja perusahaannya. Sehingga meski dalam

jangka pendek perusahaan mampu mempertahankan kinerja yang dilaporkan dengan lebih tinggi

tersebut (overperformance), dalamjangka panjang penurunan kinerja akan tetap terjadi.

Menurut Healy dan Palepu (1993), ada tiga kondisi yang menyebabkan komunikasi melalui

laporan keuangan tidak sempurna dan tidak transparan yaitu: (1) dibandingkan dengan investor,

maoajer memiliki informasi lebih banyak tentang strategi dan operasi bisnis yang dikelolanya, (2)

kepentingan manajer tidak selalu selaras dengan kepentingan investor, dan (3) ketidaksempurnaan

dari aturan akuntansi dan audit. Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang

maoajemen laba dan proteksi investor dengan sampel31 negara, yang meliputi periode pengamatan

dari tahun 1990 sampai tahun 1999. Dalam penelitian ini Indonesia termasuk sebagai sampel.

Tujuan penelitiannya adalah untuk memberikan bukti empirik adanya perbedaan manajemen laba

di berbagai negara, dan perbedaan tersebut dikarenakan adanya perbedaan proteksi terhadap

investor. Bedasarkan pada nilai rata-rata skor maoajemen laba, Indonesia berada pada urutan ke

15 dari 31 negara.Artinya, Indonesia berada pada tingkat menengah, tingkat terendah maoajemen

laba adalah Amerika Serikat. Jika dibandingkan dengan negara ASEAN yang ikut terpilih sebagai

sampel yaitu: Malaysia, Filipina, dan Thailand, maka Indonesia adalah yang paling besar tingkat

maoajemen labanya.

3.4. Manajemen Laba dan Dewan Komisaris

Dewan Komisaris diyakini memiliki peran penting dalam pengelolaan perusahaan khususnya

dalam memonitor manajemen puncak (Fama dan Jansen, 1983 dalam Linda Kusumaning, 2004).

Beasley (1996) meneliti hubungan antara proporsi dewan komisaris dan kecurangan (fraud) laporan

keuangan. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa perusahaan yang melakukan kecurangan

mempunyai persentase dewan komisaris ekstemal yang signiflkan lebih rendah daripada perusahaan

yang tidak melakukan kecurangan. Sejalan dengan pendapat tersebut Park and Shin, 2004 dalam

Hafiza dan Susela Devi, 2006 menyatakan theorize that the board of directors is the most

important internal control mechanisms that are responsible to monitor the actions of top

management. The board of directors have the main duty to ensure that management is behaving

in the best interest of shareholders by monitoring management activity.Hasil penelitian Rashidah

& Fairuzanah, 2006 menyimpulkan bahwa manajemen laba berhubungan positif dengan ukuran

dewan komisaris.

Adanya kewajiban dibentuknya komiteaudit pada perusahaan-perusahaan publik oleh Bursa

Efek Jakarta menunjukkan bahwa BEJ ingin meningkatkan pengawasan terhadap pengelolaan

perusahaan sehingga dapat mengurangi aktivitas manajemen laba melalui akrual discretioner.

4. Kesimpulan

Manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan

keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya

sendiri atau perusahaannya sendiri. Peluang untuk mendistorsi laba tersebut timbul karena metode

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 • 34

Page 10: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara

yang berbeda dan peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektifitas dalam menentukan

estimasi. Praktek manajemen laba cukup banyak mengundang kontroversi. Disatu sisi manajemen

laba merupakan tindakan yang tidak menyalahi peraturan yang ada dan berlaku unmm tetapi disisi

lain manajemen laba dipandang sebagai bentuk pemanipulasian akuntansi. Dengan adanya praktek

manajemen laba reliabilitas dari laba akan tereduk:si

Watts and Zimmerman (1986) dalam Julia Halim dkk (2005) adalah: (a) The Bonus Plan

Hypothesis (b) The Debt to Equity Hypothesis (Debt Covenant Hypothesis) (c) The Political

Cost Hypothesis (Size Hypothesis). Scott (2000:302) mengemukakan beberapa motivasi terjadinya

manajemen laba:(a) Bonus Pwposes (b) Political Motivations (c) Taxation Motivations (d) Pergantian

CEO (e) Initial Public Offering (IPO) (f) Pentingnya Memberikan Informasi Kepada Investor.

Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im (2000) dalam Rahmawati (2006)

dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu: (a) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi

akuntansi (b) Mengubah metode akuntansi (c) Menggeser periode biaya atau pendapatan.

Sedangkan pola manajemen laba menwut Scott (2000) Rahmawati (2006) dapat dilakukan dengan

cara: (a) Taking a Bath (b) Income Minimization (c) Income Maximization (d) Income Smoothing.

Daftar Pustaka

BeasleyM. 1996. An Empirical Analysis of the Relation Between The Board of Director

Compotition and Financial Statement Fraud. Contemporary Accounting Research 15: 1-

24.

Hafiza Aishah Hashim & Susela Devi. 2006. The Impact of Board Characteristics on Earnings

Quality:Evidence from Malaysian Listed Companies. Proceedeng J8lh Asian Pacific

Conference.

Healy P.M & K.G Palepu. 1993. The Effect of Firms Financial Disclosure Strategies on Stock

Prices. Accounting Horizons. Volume 7 No.1Maret 1993: 1-11.

Julia Halim, Carmel Meiden & Rudolf Lumban Tobing.2005. Pengaruh Manajemen /aha Pada

Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang

Termasuk Dalam Indeks LQ-45. SNA VIll Solo, 15 - 16 September 2005.

Katherine Schipper and Linda Vmcent.Earnings Quality.Accounting Horizons Supplement 2003:

pp97-110.

Leuz CNanda & P.O. Wysocki. 2003. Earnings Management and Investor Protection: an

International Comparation. Journal of Financial Economics. Volume 69: 505-527.

Linda Kusumaning Wedari. 2004. Ana/isis Pengaruh Proporsi Dewan Komisaris dan

Keberadaan Komite Audit Terhadap Aktivitas Manajemen Laba. Simposium Nasional

Akuntansi.

33 MANAlEMEN LABA:MENGAPA BANYAK MENGUNDANG KONTROVERSI?

Jiltyllnto

Page 11: Manajemen Laba, Mengapa Banyak Konroversi

Mursalim. 2005. Income Smoothing dan Motivasi Investor: Studi Empiris Pada Investor di

BEJ. SNA VIII Solot 15 -16 September 2005

Paul M.Healy and James M. Wahlen. A Review of the Earning Management Literature and Its

Implications for Standard Setting. Commentaryt Harvard University and University

Bloomington at Indiana. Accounting Horizons voll3 no. 4 Desember 1999 pp 365-383

Rahmawati, Yacob Suparno, Nurul Qomariyah. 2006. Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap

Praktik manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Publik Yang Terdaftar Di

Bursa Efek Jakarta. SNA IX Padang.

Rashidah Abdul Rahman and Fairuzana Haneem Mohamed Ali. 2006. Board, Audit Committee,

Culture and Earnings Management: Malaysian Evidence. Manajerial Auditing Journalt

Volume21 Issue7:783-804 tahun2006.

Scottt WilliamR.2000. FinancialAccountingTheory. USA: Prentice Hall.

Sylvia Veronica dan Yanivi S. Bachtiar (2003)t Hubungan Antara Manajemen Laba Dengan

1ingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. SNA VIII Solot 15- 16 September 2005.

Fokus Ekonomi Vol.3 No.1Juni2008 :24 - 34