MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...
Transcript of MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...
MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN
DALAM KESENIAN REOG
Danis Novita Pratiwi
Abstract: Based on an appeal of the District Government and Reog Ponorogo Foundation,
Jathilan dance is one of the dances that must be given as a local subject in Ponorogo.
According to the results observations is conducted by researchers in the field that the State
Junior High School (SMP Negeri 2) Bungkal is one of the schools which is always follows
any dance festivals both inside and outside Ponorogo regency and earn any awards. The
learning activity of Jathilan dance in SMP Negeri 2 Bungkal is implemented as
extracurricular. Extracurricular activities are intended as the student personal development.
Based on the reason above, the researcher uses Jathilan dance as a topic of the research.
The problem of this study are (1) What is the form of Jathilan dance in Reog?, (2) What is
the symbolic meaning of Jathilan dance in Reog?.
Kata kunci: Makna Simbolik Bentuk Penyajian Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog
Ponorogo.
Berdasarkan himbauan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Yayasan Reog Ponorogo.
Tari Jathilan merupakan salah satu tarian yang wajib diberikan sebagai muatan lokal di wilayah
Ponorogo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa SMP Negeri 2 Bungkal
merupakan sekolah yang banyak mengikuti festival-festival tari baik yang di dalam maupun di luar
wilayah Kabupaten Ponorogo dan banyak mendapat penghargaan. Kegiatan pembelajaran tari
Jathilan di SMP Negeri 2 Bungkal dilaksanakan dalam ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler tersebut
dimaksudkan sebagai kegiatan pengembangan diri bagi siswa dan siswi. Dari alasan tersebut di atas
maka peneliti memilihnya sebagai topik penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
(1) Bagaimanakah bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?, (2) Bagaimanakah makna simbolik
bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?.
Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan data yang
deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog
Ponorogo. Pada penelitian ini peneliti sebagai instrumen atau alat pengumpul data utama. Dalam
teknik pengupulan datanya, peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman
wawancara yang telah dirancang. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian
data serta penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber.
METODE
Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa makna simbolik tari
Jathilan dalam kesenian Reog. Maka peneliti langsung terjun kelapangan dengan penelitian pada
seorang guru seni budaya SMP dan seorang seniman pakar kesenian Reog Ponorogo, untuk
mengetahui bagaimana makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu
penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku
yang dapat diamati (Moleong, 2003: 3).
Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksanaan
pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil
penelitiannya.kehadiran peneliti merupakan hal yang mutlak dalam penelitian. Peneliti merupakan
instrument yang menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana,
pengumpul data, melakukan analisis, menafsirkan data sekaligus sebagai pelapor penelitian
(Moleong, 1990: 34).
Mengingat pentingnya kehadiran peneliti, sebagai penunjang data peneliti mendatangi
secara langsung dan terjun langsung ke lokasi penelitian. Di lokasi penelitian tersebut peneliti akan
mengumpulkan data-data dari guru seni budaya, seniman, dokumentasi kegiatan dan observasi.
Peran peneliti di sini sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data karena peneliti secara
langsung terjun ke lapangan sehingga dapat melihat secara langsung keadaan di lapangan sehingga
menghasilkan data yang akurat.
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Ponorogo yakni di salah satu SMP dan daerah Paju,
Ponorogo. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog
Ponorogo. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa materi ekstrakurikuler
tari Jathilan dalam kesenian Reog diajarkan pada sekolah-sekolah di wilayah Ponorogo.
Dalam pengumpulan data atau informasi tentang makna simbolik tari Jathilan dalam
kesenian Reog tersebut, data diperoleh dari sumber data. Sementara sumber data yang dimaksud di
sini adalah sumber asli yang memuat informasi data-data tertentu. Data tersebut merupakan data
yang diproses langsung dari hasil observasi yang berupa hasil wawancara tentang makna simbolik
tari Jathilan dengan informan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah Ibu Jarumi, S.Pd
sebagai seniman dan sebagai pengajar SMP dan Sudirman, M.Pd selaku seniman pakar kesenian
Reog Ponorogo.
Teknik ini terdiri atas metode penelitian dan instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk
mempermudah penggunaan metode dalam peneitian. Penelitian ini menggunakan metode
wawancara, serta observasi yang dilengkapi dengan dokumentasi. Ketiga metode ini saling
melengkapi sebagai alat triangulasi data agar data yang diambil lebih akurat. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Untuk
lebih jelasnya akan disampaikan pada ulasan di bawah ini, yaitu:
a. Observasi
Observasi yang dilakukan di sini yakni dengan cara pengamatan secara langsung pada saat
kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mengetahui makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog.
b. Wawancara
Wawancara atau kuisioner lisan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengadakan komunikasi langsung dengan nara sumber data mengenai permasalahan yang
dihadapinya secara lisan (Arikunto, 2002: 132).
Wawancara disini dilakukan dengan cara tersruktur dan wawancara tak tersruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan-pertanyaan (Moleong, 2009: 190). Pertanyaan yang akan diajukan peneliti pada guru
seni budaya di sini berkaitan dengan kesenian tari Jathilan. Kemudian wawancara pada seniman
pakar kesenian Reog berkaitan dengan kesenian Reog khususnya tari Jathilan.
Wawancara tak tersruktur ini sangat berbeda dari wawancara tersruktur dalam hal waktu
bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya (Moleong, 2009:
191). Pertanyaan yang diajukan tidak terpaku pada lembar wawancara dan hal yang ditanyakan
sudah keluar dari masalah penelitian.
c. Studi dokumen
Studi dokumen digunakan untuk mengambil gambar atau foto-foto kegiatan siswa. Selama
proses kegiatan berlangsung dengan tujuan melengkapi data dari hasil penelitian yang dilakukan
dan sebagai bukti nyata berlangsungnya kegiatan. Metode studi dokumen dalam penelitian ini
digunakan sebagai pelengkap, yang sengaja dilakukan untuk menyimpan atau meneruskan
keterangan mengenai suatu peristiwa. Kebenaran hasil data peneliti dikuatkan oleh dokumen berupa
dokumen observasi. Dalam studi dokumen di sini, selain menggunakan dokumen yang berasal dari
subjek penelitian juga peneliti menggunakan dokumen milik sendiri yang berupa dokumentasi
kegiatan.
Pendokumentasian ini berupa foto kegiatan berlangsungnya penelitian baik foto-foto dengan
nara sumber ataupun foto-foto struktur tari Jathilan.
Untuk analisis datanya menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif
lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan
memperhitungkan nilai-nilai secara ekplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Peneliti
dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara data-
data dikumpulkan dan bagian-bagiannya diuji. (Moleong, 2002: 6).
Sedangkan untuk pengecekan keabsahan datanya menggunakan teknik Triaggulasi sumber.
Menurut Patton (dalam Moleong, 2002:178) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan
dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan mengunakan jalan (1)
membandingkan data hasil pengamatan kegiatan apresiasi dengan data hasil wawancara, dan yang
ke (2) membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen terkait.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Dalam hal ini peneliti
berusaha mencari informasi dari guru seni tari tentang makna simbolik tari Jathilan. Dalam hal ini
penerapan trianggulasi sumber berkaitan dengan temuan peneliti, yang dilakukan dengan
pengumpulan semua informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau subjek penelitian.
HASIL
A. Bentuk Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog
Keberadaan Reog Ponorogo secara historis tidak dapat dipisahkan dengan budaya gemblak.
Gemblak adalah penari Jathilan laki-laki dalam kesenian Reog. Dahulu kehadiran gemblak dalam
kesenian Reog Ponorogo sebagai penari Jathilan adalah untuk menarik minat masyarakat
penontonnya.Seiring dengan perkembangan zaman penari Jathilan yang dilakukan oleh penari laki-
laki semakin lama semakin berkurang.
Dalam perkembangannya tari Jathilan yang dahulu hanya dipertunjukkan bersama dengan
Kesenian Reog, sekarang sudah banyak kita jumpai tari Jathilan ditarikan di luar rangkaian
pementasan kesenian Reog Ponorogo.
1. Bentuk Gerak Tari Jathilan
Seorang penari Jathilan sebagai media utama dalam pengungkapan gerak adalah tubuh.
Gerak tari Jathilan dapat digali dari gerak tari yang sudah ada, disesuaikan dengan gerakan
dan iringannya.
2. Bentuk Busana Tari Jathilan
Busana yang dipergunakan oleh penari Jathilan, menunjukkan busana seorang prajurit.
Sementara itu secara struktur busana tari Jathilan antara lain: celana kepanjen, kain parang
barong warna putih, bara-bara samir, sampur, epek, stagen cinde, baju hem lengan panjang,
gulon ter, kalung kace, srempang, cakep, iket, binggel.
3. Bentuk Properti Tari Jathilan
Properti yang digunakan oleh penari Jathilan adalah Eblek atau Jaranan yang dikenakan
penari sebagai alat bantu waktu menari.
4. Bentuk Tata Rias Tari Jathilan
Bentuk tata rias tari Jathilan memakai tata rias wajah putra alus lanyap sesuai dengan peran
prajurit, serta bentuk alisnya adalah alis gagah, memakai godheg (athi-athi) prajurit. Sudirman juga
menegaskan bahwa tata rias tari Jathilan tidak menggunakan kumis.
5. Bentuk Iringan Tari Jathilan
bentuk iringan tari Jathilan hanya menggunakan iringan gendhing obyog dengan iringan pembuka
gendhing panaragan, namun seiring perkembangan saat ini tari Jathilan menggunakan tiga macam
gendhing, yaitu gendhing sampak dan gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing
panaragan.
B. Makna Simbolik Bentuk Tari Jathilan
Tari Jathilan memiliki makna simbolik kepandaian dan ketangkasan seorang prajurit, yang
bertemakan penggambaran ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang di atas kuda.
Ketangkasan dan kepandaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan berbagai ekspresi
(greget) oleh penari.
1. Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog
Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan
Pada Iringan
Sampak dan Iringan Obyog
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian Gerak
Makna Simbolik
1. Jalan Nyongklang
Sampak dan
Obyog
Kebyak sam- pur kedua ta- ngan, disertai kaki kiri tan- jak kaki kanan jalan nyongklang kedua tangan pegang kuda
Prajurit berku- da yang sedang melakukan perjalanan dan mengemban suatu tugas berat.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 2. Jalan Drap
di Tempat Sampak
Kedua kaki sejajar, men- dak. Tolehan kearah kanan dan kiri. Diakhiri tanjak kaki kanan lalu duduk.
Prajurit yang selalu waspada dan melihat keadaan seki- tarnya. Merasa tidak ada baha- ya mengancam lalu prajurit melanjutkan perjalanan, karena bahaya yang selalu mengancam, semuanya ia serahkan kepada Tuhan.
3. Sembahan Sampak
Sembahan mengangkat kedua tangan dengan mem- pertemukan kedua telapak tangan di de- pan hidung.
Dalam keada- an apapun dan bagaimanapun seorang praju- rit meminta berkah dan perlindungan kepada Hyang Widi (Tuhan).
4. Berdiri Sampak
Turun kedua tangan, kedua tangan diletakkan dipinggang, tangan kiri diletakkan dilutut kiri.
Prajurit harus siap mengha- dapi resiko yang ada da- lam menjalan- kan tugasnya.
5. Jalan Lenggang di Tempat
Sampak
Tangan kiri memegang kuda, tangan kanan lembehan.
Kewaspadaan. Kuda sebagai tunggangan, sampur seba- gai senjata, sebelum meneruskan perjalanan, prajurit harus menyatakan aman.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 6. Edreg Sampak
Kedua tangan memegang kuda. Jalan ditempat memutar haluan keka- nan, ketengah dan kekiri.
Kewaspadaan dalam perjala- nan prajurit harus menge- tahui daerah sekelilingnya, harus menyeli- diki apakah didaerah terse- but ada musuh atau tidak.
7. Ogek Bahu Sampak
Kaki tanjak kanan, kedua tangan me- megang kuda menggerak- kan bahu.
Dalam tugas yang berat se- kalipun, kerile- kan diperlukan oleh prajurit. Kecapean atau kelelahan yang berlebihan akan mengaki- batkan kelalai- an dan kurang- nya kewaspa- daan. Maka sedikit istirahat akan mengem- balikan semangat.
8. Loncatan Sampak
Loncatan 3x, kedua tangan memegang kuda disertai anggukan.
Menghindari melakukan masalah supa- ya tidak timbul masalah baru. Liku-liku kehi- dupan ataupun perjalanan pra- jurit memang berat, harus selalu waspada. Waspada dan berdo a meru- pakan jalan yang terbaik.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 9. Jalan Empat Sampak
Melangkah kaki kanan 4x. Melang- kah kaki kiri 4x.Melang- kah kaki kanan 4x diselingi jujugan kaki kiri, kanan, diakhiri tanjak kanan.
Prajurit harus selalu berpedo- man, tanggap, dan harus bisa menjalankan tugas sebagai umat, saudara 4 (amarah, aluamah, mutmainah, sufiah) harus- lah selalu dipegang untuk ridhonya dan keberhasi- lannya.
10. Tebahan Sampak
Tebahan kanan trecet kekiri. Tebahan kiri trecet kekanan.
Janji seorang prajurit. Dalam setiap tugas yang diemban, prajurit harus memegang janji atau sum- pah prajurit. Janji sakti prajurit bumi dan langit.
11. Gejugan Sampak
Kedua tangan memegang kuda (mekak). Gejug kaki kanan kekiri, 2 hitungan jalan.
Kewaspadaan seorang praju- rit. Melihat sekeliling ada- lah salah satu cara bersikap waspada.
12. Gejug Mundur
Sampak
Kaki kanan didepan, kedua tangan memegang kuda, tanjak kanan.
Prajurit dalam menjalankan tugasnya harus siap dan percaya diri.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 13. Polah kaki Sampak
Kedua tangan memegang kuda, tanjak kekiri, gerak kaki kanan kekiri, keka- nan. Diakhiri tanjak kanan.
Dalam pepera- ngan, Raja maupun praju- rit berstatus sama. Rela dan berani mati, tugas yang diemban seorang praju- rit merupakan kewajiban yang harus diselesaikan. Prajurit harus mampu men- junjung tinggi tugas dan kewajiban.
14. Ukel Karna Sampak
Tangan ka- nan dimuka dahi, tangan kiri ukel trap ditelinga, ke- mudian seba- liknya dise- lingi olah janggan.
Prajurit dalam menjalankan tugasnya harus mengetahui situasi dan kondisi yang sedang ramai dibicarakan orang. Harus selalu mencari kabar dan mendengarkan kabar terbaru.
15.
Bumi Langit
Sampak
Bumi langit tangan kanan, tangan kiri memegang kuda.
Dalam menghadapi kondisi apapun, meng- hadapi perang (musuh), dalam perjalanan sekalipun sumpah sakti prajurit haruslah tetap dipegang.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 16. Lawung Obyog Ukel dua
tangan kesamping kanan dan kekiri.
Prajurit dalam menerima perintah dari Raja harus dicermati supaya nantinya tidak ada kesalahan tugas yang harus segera dilaksanakan.
17. Penthangan Tangan
Obyog Tangan kanan lurus kesamping kanan, tangan kiri nekuk disamping / didepan pinggang.
Dalam menempuh perjalanan yang jauh, istirahat juga diperlukan oleh seorang prajurit. Namun dalam peristirahatan kewaspadaan tidak boleh kendor.
18. Trisik Obyog Kebyok sampur kanan putar kekiri, kebyok sampur kiri putar kekanan.
Dalam suatu perjalanan, senjata harus selalu dibawa dan tanggap terhadap kea- daan sekitar.
19.
Keplok Dara
Obyog Menggerakkan kedua tangan kekiri, kanan, kepundak menthang disertai olah jangga.
Antara prajurit yang satu dengan lainnya harus terjalin persatuan dan kesatuan. Keadaan susah dan senang dijalani dengan lapang dada.
Lanjutan Tabel 3.1
No Nama Gerak
Jenis Iringan
Gambar Uraian
Gerak Makna
Simbolik 20. Pegangan
Tangan Satu Obyog Tangan kiri
memegang kuda, tangan kanan ditepukkan saling menggenggam. Diakhiri trecet, kebyok sampur trisik.
Dalam medan perang, seorang prajurit harus mengenal siapa kawan dan lawan. Persatuan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam suatu peperangan. 21. Pegangan
Kedua Tangan
Obyog Kedua tangan berpegangan saling menggenggam, saling mendorong.
2. Makna Simbolik Busana Tari Jathilan
Makna simbolik busana penari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit. Jarumi
juga menegaskan bahwa pada umumnya busana penari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo
terdiri dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini mengandung arti dan karakteristik
sendiri-sendiri misalnya:
Warna hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi.
Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter yang heroic.
Warna putih berarti keberanian yang dilandasi dengan tujuan suci.
Warna kuning berarti mempunyai cita-cita untuk memperoleh kebahagian dan
kejayaan.
3. Makna Simbolik Properti Tari Jathilan
makna simbolik property dari tari Jathilan adalah tunggangan prajurit berupa kuda yang gagah,
lincah, dan gesit. Serta memiliki jiwa kesucian.
4. Makna Simbolik Tata Rias Tari Jathilan
Makna tata rias wajah putra alus lanyap adalah gambaran seorang prajurit yang gagah dan
pemberani. Pada tata riasnya tajam yang mengandung makna pemberani. Makna alis gagah
merupakan penekanan dari tata rias putra alus lanyap penggambaran keprajuritan. Sementara itu
makna godheg (athi-athi) adalah penggambaran kematangan dan seseorang, kegagahan,
kemampuan berilmu, jiwa kepemimpunan dan kewibawaan
5. Makna Simbolik Iringan Tari Jathilan
makna simbolik iringan tari Jathilan adalah penggambaran seorang prajurit yang halus dan lemah
lembut, namun memiliki jiwa yang kuat, tangguh, dan percaya diri.
PEMBAHASAN
Dalam pelaksanaan pembelajaran tari Jathilan, siswa diajarkan mengenai pengetahuan
tentang bentuk tari Jathilan tersebut beserta makna simbolik yang terdapat didalamnya dengan
tujuan untuk memberikan dasar dan wawasan tetang seluk beluk tari Jathilan tersebut sehingga
dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan pengetahuannya dalam gerakan, selain itu
tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sikap dan kreatifitas siswa.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut:
1. Bentuk Tari Jathilan dalam Kesenian Reog
Tari Jathilan merupakan tari berpasangan yang ditarikan oleh 2 orang penari atau kelipatannya,
artinya antara penari yang satu dengan yang lain saling berhubungan.
2. Makna Bentuk Simbolik Tari Jathilan dalam Kesenian Reog
a. Dari segi gerak tari Jathilan adalah ungkapan jiwa keprajuritan. Keprajuritan yang dimaksud
berlatih perang di atas kuda.
b. Dari segi busana tari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit.
c. Dari segi properti yang digunakan penari Jathilan adalah Eblek atau yang biasa disebut
Jaranan, yang dikenakan penari sebagai alat bantu waktu menari.
d. Dari segi tata rias tari Jathilan menggambarkan simbolisasi seorang prajurit yang gagah dan
pemberani, hal tersebut nampak pada alis dan godheg (athi-athi).
Dari segi iringan tari Jathilan dalam gendhing sampak menggambarkan simbolisasi jiwa kesatria
yang tangguh dan unggul, dan dalam gendhing obyog menggambarkan simbolisasi jiwa prajurit
yang halus, lembut dan lemah gemulai.
Saran
Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin
memberikan saran dan masukan kepada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut:
1. Bagi siswa sekolah tidak hanya bias menarikan tari Jathilan namun juga dapat memahami
makna simbolik yang terkandung dalam tari Jathilan tersebut.
2. Bagi guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar pembelajaran siswa di
sekolah.
3. Masyarakat penikmat seni dalam melihat suatu pertunjukan seni tidak hanya melihat saja,
melainkan mencermati lebih dalam karena suatu seni banyak mengandung makna simbolik
yang dalam.
4. Makna simbolik suatu kesenian termasuk Jathilan banyak masyarakat yang tidak tahu, oleh
karena itu instansi atau lembaga-lembaga perlu menanamkan kepada masyarakat sejak dini
pentingnya makna simbolik suatu kesenian untuk diketahui.
5. Dalam pelestarian tari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo diperlukan pembinaan
disegala bidang, baik lewat jalur sekolah maupun dimasyarakat.
6. Perkembangan yang terjadi diharapkan tidak menghilangkan ciri khas Tari Jathilan dalam
Kesenian Reog.
Daftar Rujukan
Moleong, J. Lexi, 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Moleong, J. Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Supriyono, 2011. Pengetahuan Komposisi Tari. Bayumedia Publishing: Malang.
Sumandiyo, Hadi. 2007. Kajian Tari Teks Dan Konteks. Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.