MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

13
MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM KESENIAN REOG Danis Novita Pratiwi Abstract: Based on an appeal of the District Government and Reog Ponorogo Foundation, Jathilan dance is one of the dances that must be given as a local subject in Ponorogo. According to the results observations is conducted by researchers in the field that the State Junior High School (SMP Negeri 2) Bungkal is one of the schools which is always follows any dance festivals both inside and outside Ponorogo regency and earn any awards. The learning activity of Jathilan dance in SMP Negeri 2 Bungkal is implemented as extracurricular. Extracurricular activities are intended as the student personal development. Based on the reason above, the researcher uses Jathilan dance as a topic of the research. The problem of this study are (1) What is the form of Jathilan dance in Reog?, (2) What is the symbolic meaning of Jathilan dance in Reog?. Kata kunci: Makna Simbolik Bentuk Penyajian Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog Ponorogo. Berdasarkan himbauan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Yayasan Reog Ponorogo. T ari Jathilan merupakan salah satu tarian yang wajib diberikan sebagai muatan lokal di wilayah Ponorogo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa SMP Negeri 2 Bungkal merupakan sekolah yang banyak mengikuti festival-festival tari baik yang di dalam maupun di luar wilayah Kabupaten Ponorogo dan banyak mendapat penghargaan. Kegiatan pembelajaran tari Jathilan di SMP Negeri 2 Bungkal dilaksanakan dalam ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler tersebut dimaksudkan sebagai kegiatan pengembangan diri bagi siswa dan siswi. Dari alasan tersebut di atas maka peneliti memilihnya sebagai topik penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?, (2) Bagaimanakah makna simbolik bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan data yang deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog Ponorogo. Pada penelitian ini peneliti sebagai instrumen atau alat pengumpul data utama. Dalam teknik pengupulan datanya, peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah dirancang. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data serta penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber.

Transcript of MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Page 1: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN

DALAM KESENIAN REOG

Danis Novita Pratiwi

Abstract: Based on an appeal of the District Government and Reog Ponorogo Foundation,

Jathilan dance is one of the dances that must be given as a local subject in Ponorogo.

According to the results observations is conducted by researchers in the field that the State

Junior High School (SMP Negeri 2) Bungkal is one of the schools which is always follows

any dance festivals both inside and outside Ponorogo regency and earn any awards. The

learning activity of Jathilan dance in SMP Negeri 2 Bungkal is implemented as

extracurricular. Extracurricular activities are intended as the student personal development.

Based on the reason above, the researcher uses Jathilan dance as a topic of the research.

The problem of this study are (1) What is the form of Jathilan dance in Reog?, (2) What is

the symbolic meaning of Jathilan dance in Reog?.

Kata kunci: Makna Simbolik Bentuk Penyajian Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog

Ponorogo.

Berdasarkan himbauan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan Yayasan Reog Ponorogo.

Tari Jathilan merupakan salah satu tarian yang wajib diberikan sebagai muatan lokal di wilayah

Ponorogo. Dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti dilapangan bahwa SMP Negeri 2 Bungkal

merupakan sekolah yang banyak mengikuti festival-festival tari baik yang di dalam maupun di luar

wilayah Kabupaten Ponorogo dan banyak mendapat penghargaan. Kegiatan pembelajaran tari

Jathilan di SMP Negeri 2 Bungkal dilaksanakan dalam ekstrakulikuler. Ekstrakulikuler tersebut

dimaksudkan sebagai kegiatan pengembangan diri bagi siswa dan siswi. Dari alasan tersebut di atas

maka peneliti memilihnya sebagai topik penelitian. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

(1) Bagaimanakah bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?, (2) Bagaimanakah makna simbolik

bentuk tari Jathilan dalam kesenian Reog?.

Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan menghasilkan data yang

deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog

Ponorogo. Pada penelitian ini peneliti sebagai instrumen atau alat pengumpul data utama. Dalam

teknik pengupulan datanya, peneliti melakukan wawancara dengan menggunakan pedoman

wawancara yang telah dirancang. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian

data serta penarikan kesimpulan. Keabsahan data dilakukan dengan trianggulasi sumber.

Page 2: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

METODE

Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa makna simbolik tari

Jathilan dalam kesenian Reog. Maka peneliti langsung terjun kelapangan dengan penelitian pada

seorang guru seni budaya SMP dan seorang seniman pakar kesenian Reog Ponorogo, untuk

mengetahui bagaimana makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu

penelitian yang menghasilkan data yang deskriptif berupa kata-kata dari orang-orang dan perilaku

yang dapat diamati (Moleong, 2003: 3).

Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sebagai perencana, pelaksanaan

pengumpulan data, analisis, penafsiran data dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil

penelitiannya.kehadiran peneliti merupakan hal yang mutlak dalam penelitian. Peneliti merupakan

instrument yang menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian, peneliti sebagai perencana,

pengumpul data, melakukan analisis, menafsirkan data sekaligus sebagai pelapor penelitian

(Moleong, 1990: 34).

Mengingat pentingnya kehadiran peneliti, sebagai penunjang data peneliti mendatangi

secara langsung dan terjun langsung ke lokasi penelitian. Di lokasi penelitian tersebut peneliti akan

mengumpulkan data-data dari guru seni budaya, seniman, dokumentasi kegiatan dan observasi.

Peran peneliti di sini sebagai instrumen utama dalam pengumpulan data karena peneliti secara

langsung terjun ke lapangan sehingga dapat melihat secara langsung keadaan di lapangan sehingga

menghasilkan data yang akurat.

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Ponorogo yakni di salah satu SMP dan daerah Paju,

Ponorogo. Subjek dalam penelitian ini adalah guru seni budaya dan seniman pakar kesenian Reog

Ponorogo. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan pertimbangan bahwa materi ekstrakurikuler

tari Jathilan dalam kesenian Reog diajarkan pada sekolah-sekolah di wilayah Ponorogo.

Dalam pengumpulan data atau informasi tentang makna simbolik tari Jathilan dalam

kesenian Reog tersebut, data diperoleh dari sumber data. Sementara sumber data yang dimaksud di

sini adalah sumber asli yang memuat informasi data-data tertentu. Data tersebut merupakan data

yang diproses langsung dari hasil observasi yang berupa hasil wawancara tentang makna simbolik

tari Jathilan dengan informan sebagai sumber data pada penelitian ini adalah Ibu Jarumi, S.Pd

sebagai seniman dan sebagai pengajar SMP dan Sudirman, M.Pd selaku seniman pakar kesenian

Reog Ponorogo.

Teknik ini terdiri atas metode penelitian dan instrumen penelitian sebagai alat bantu untuk

mempermudah penggunaan metode dalam peneitian. Penelitian ini menggunakan metode

wawancara, serta observasi yang dilengkapi dengan dokumentasi. Ketiga metode ini saling

melengkapi sebagai alat triangulasi data agar data yang diambil lebih akurat. Teknik pengumpulan

Page 3: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan studi dokumen. Untuk

lebih jelasnya akan disampaikan pada ulasan di bawah ini, yaitu:

a. Observasi

Observasi yang dilakukan di sini yakni dengan cara pengamatan secara langsung pada saat

kegiatan ekstrakurikuler. Untuk mengetahui makna simbolik tari Jathilan dalam kesenian Reog.

b. Wawancara

Wawancara atau kuisioner lisan merupakan teknik pengumpulan data dengan cara

mengadakan komunikasi langsung dengan nara sumber data mengenai permasalahan yang

dihadapinya secara lisan (Arikunto, 2002: 132).

Wawancara disini dilakukan dengan cara tersruktur dan wawancara tak tersruktur.

Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan

pertanyaan-pertanyaan (Moleong, 2009: 190). Pertanyaan yang akan diajukan peneliti pada guru

seni budaya di sini berkaitan dengan kesenian tari Jathilan. Kemudian wawancara pada seniman

pakar kesenian Reog berkaitan dengan kesenian Reog khususnya tari Jathilan.

Wawancara tak tersruktur ini sangat berbeda dari wawancara tersruktur dalam hal waktu

bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih bebas iramanya (Moleong, 2009:

191). Pertanyaan yang diajukan tidak terpaku pada lembar wawancara dan hal yang ditanyakan

sudah keluar dari masalah penelitian.

c. Studi dokumen

Studi dokumen digunakan untuk mengambil gambar atau foto-foto kegiatan siswa. Selama

proses kegiatan berlangsung dengan tujuan melengkapi data dari hasil penelitian yang dilakukan

dan sebagai bukti nyata berlangsungnya kegiatan. Metode studi dokumen dalam penelitian ini

digunakan sebagai pelengkap, yang sengaja dilakukan untuk menyimpan atau meneruskan

keterangan mengenai suatu peristiwa. Kebenaran hasil data peneliti dikuatkan oleh dokumen berupa

dokumen observasi. Dalam studi dokumen di sini, selain menggunakan dokumen yang berasal dari

subjek penelitian juga peneliti menggunakan dokumen milik sendiri yang berupa dokumentasi

kegiatan.

Pendokumentasian ini berupa foto kegiatan berlangsungnya penelitian baik foto-foto dengan

nara sumber ataupun foto-foto struktur tari Jathilan.

Untuk analisis datanya menggunakan analisis data secara induktif. Analisis induktif

lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan dan

memperhitungkan nilai-nilai secara ekplisit sebagai bagian dari struktur analitik. Peneliti

dalam hal ini menyusun atau membuat gambaran yang makin menjadi jelas sementara data-

data dikumpulkan dan bagian-bagiannya diuji. (Moleong, 2002: 6).

Page 4: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Sedangkan untuk pengecekan keabsahan datanya menggunakan teknik Triaggulasi sumber.

Menurut Patton (dalam Moleong, 2002:178) trianggulasi dengan sumber berarti membandingkan

dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat

yang berbeda dalam metode kualitatif. Hal ini dicapai dengan mengunakan jalan (1)

membandingkan data hasil pengamatan kegiatan apresiasi dengan data hasil wawancara, dan yang

ke (2) membandingkan data hasil wawancara dengan dokumen terkait.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi sumber. Dalam hal ini peneliti

berusaha mencari informasi dari guru seni tari tentang makna simbolik tari Jathilan. Dalam hal ini

penerapan trianggulasi sumber berkaitan dengan temuan peneliti, yang dilakukan dengan

pengumpulan semua informasi yang diperoleh dari beberapa sumber data atau subjek penelitian.

HASIL

A. Bentuk Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog

Keberadaan Reog Ponorogo secara historis tidak dapat dipisahkan dengan budaya gemblak.

Gemblak adalah penari Jathilan laki-laki dalam kesenian Reog. Dahulu kehadiran gemblak dalam

kesenian Reog Ponorogo sebagai penari Jathilan adalah untuk menarik minat masyarakat

penontonnya.Seiring dengan perkembangan zaman penari Jathilan yang dilakukan oleh penari laki-

laki semakin lama semakin berkurang.

Dalam perkembangannya tari Jathilan yang dahulu hanya dipertunjukkan bersama dengan

Kesenian Reog, sekarang sudah banyak kita jumpai tari Jathilan ditarikan di luar rangkaian

pementasan kesenian Reog Ponorogo.

1. Bentuk Gerak Tari Jathilan

Seorang penari Jathilan sebagai media utama dalam pengungkapan gerak adalah tubuh.

Gerak tari Jathilan dapat digali dari gerak tari yang sudah ada, disesuaikan dengan gerakan

dan iringannya.

2. Bentuk Busana Tari Jathilan

Busana yang dipergunakan oleh penari Jathilan, menunjukkan busana seorang prajurit.

Sementara itu secara struktur busana tari Jathilan antara lain: celana kepanjen, kain parang

barong warna putih, bara-bara samir, sampur, epek, stagen cinde, baju hem lengan panjang,

gulon ter, kalung kace, srempang, cakep, iket, binggel.

Page 5: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

3. Bentuk Properti Tari Jathilan

Properti yang digunakan oleh penari Jathilan adalah Eblek atau Jaranan yang dikenakan

penari sebagai alat bantu waktu menari.

4. Bentuk Tata Rias Tari Jathilan

Bentuk tata rias tari Jathilan memakai tata rias wajah putra alus lanyap sesuai dengan peran

prajurit, serta bentuk alisnya adalah alis gagah, memakai godheg (athi-athi) prajurit. Sudirman juga

menegaskan bahwa tata rias tari Jathilan tidak menggunakan kumis.

5. Bentuk Iringan Tari Jathilan

bentuk iringan tari Jathilan hanya menggunakan iringan gendhing obyog dengan iringan pembuka

gendhing panaragan, namun seiring perkembangan saat ini tari Jathilan menggunakan tiga macam

gendhing, yaitu gendhing sampak dan gendhing obyog dengan iringan pembuka gendhing

panaragan.

B. Makna Simbolik Bentuk Tari Jathilan

Tari Jathilan memiliki makna simbolik kepandaian dan ketangkasan seorang prajurit, yang

bertemakan penggambaran ketangkasan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang di atas kuda.

Ketangkasan dan kepandaian dalam berperang di atas kuda ditunjukkan dengan berbagai ekspresi

(greget) oleh penari.

1. Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan Dalam Kesenian Reog

Makna Simbolik Bentuk Gerak Tari Jathilan

Pada Iringan

Sampak dan Iringan Obyog

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian Gerak

Makna Simbolik

1. Jalan Nyongklang

Sampak dan

Obyog

Kebyak sam- pur kedua ta- ngan, disertai kaki kiri tan- jak kaki kanan jalan nyongklang kedua tangan pegang kuda

Prajurit berku- da yang sedang melakukan perjalanan dan mengemban suatu tugas berat.

Page 6: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 2. Jalan Drap

di Tempat Sampak

Kedua kaki sejajar, men- dak. Tolehan kearah kanan dan kiri. Diakhiri tanjak kaki kanan lalu duduk.

Prajurit yang selalu waspada dan melihat keadaan seki- tarnya. Merasa tidak ada baha- ya mengancam lalu prajurit melanjutkan perjalanan, karena bahaya yang selalu mengancam, semuanya ia serahkan kepada Tuhan.

3. Sembahan Sampak

Sembahan mengangkat kedua tangan dengan mem- pertemukan kedua telapak tangan di de- pan hidung.

Dalam keada- an apapun dan bagaimanapun seorang praju- rit meminta berkah dan perlindungan kepada Hyang Widi (Tuhan).

4. Berdiri Sampak

Turun kedua tangan, kedua tangan diletakkan dipinggang, tangan kiri diletakkan dilutut kiri.

Prajurit harus siap mengha- dapi resiko yang ada da- lam menjalan- kan tugasnya.

5. Jalan Lenggang di Tempat

Sampak

Tangan kiri memegang kuda, tangan kanan lembehan.

Kewaspadaan. Kuda sebagai tunggangan, sampur seba- gai senjata, sebelum meneruskan perjalanan, prajurit harus menyatakan aman.

Page 7: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 6. Edreg Sampak

Kedua tangan memegang kuda. Jalan ditempat memutar haluan keka- nan, ketengah dan kekiri.

Kewaspadaan dalam perjala- nan prajurit harus menge- tahui daerah sekelilingnya, harus menyeli- diki apakah didaerah terse- but ada musuh atau tidak.

7. Ogek Bahu Sampak

Kaki tanjak kanan, kedua tangan me- megang kuda menggerak- kan bahu.

Dalam tugas yang berat se- kalipun, kerile- kan diperlukan oleh prajurit. Kecapean atau kelelahan yang berlebihan akan mengaki- batkan kelalai- an dan kurang- nya kewaspa- daan. Maka sedikit istirahat akan mengem- balikan semangat.

8. Loncatan Sampak

Loncatan 3x, kedua tangan memegang kuda disertai anggukan.

Menghindari melakukan masalah supa- ya tidak timbul masalah baru. Liku-liku kehi- dupan ataupun perjalanan pra- jurit memang berat, harus selalu waspada. Waspada dan berdo a meru- pakan jalan yang terbaik.

Page 8: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 9. Jalan Empat Sampak

Melangkah kaki kanan 4x. Melang- kah kaki kiri 4x.Melang- kah kaki kanan 4x diselingi jujugan kaki kiri, kanan, diakhiri tanjak kanan.

Prajurit harus selalu berpedo- man, tanggap, dan harus bisa menjalankan tugas sebagai umat, saudara 4 (amarah, aluamah, mutmainah, sufiah) harus- lah selalu dipegang untuk ridhonya dan keberhasi- lannya.

10. Tebahan Sampak

Tebahan kanan trecet kekiri. Tebahan kiri trecet kekanan.

Janji seorang prajurit. Dalam setiap tugas yang diemban, prajurit harus memegang janji atau sum- pah prajurit. Janji sakti prajurit bumi dan langit.

11. Gejugan Sampak

Kedua tangan memegang kuda (mekak). Gejug kaki kanan kekiri, 2 hitungan jalan.

Kewaspadaan seorang praju- rit. Melihat sekeliling ada- lah salah satu cara bersikap waspada.

12. Gejug Mundur

Sampak

Kaki kanan didepan, kedua tangan memegang kuda, tanjak kanan.

Prajurit dalam menjalankan tugasnya harus siap dan percaya diri.

Page 9: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 13. Polah kaki Sampak

Kedua tangan memegang kuda, tanjak kekiri, gerak kaki kanan kekiri, keka- nan. Diakhiri tanjak kanan.

Dalam pepera- ngan, Raja maupun praju- rit berstatus sama. Rela dan berani mati, tugas yang diemban seorang praju- rit merupakan kewajiban yang harus diselesaikan. Prajurit harus mampu men- junjung tinggi tugas dan kewajiban.

14. Ukel Karna Sampak

Tangan ka- nan dimuka dahi, tangan kiri ukel trap ditelinga, ke- mudian seba- liknya dise- lingi olah janggan.

Prajurit dalam menjalankan tugasnya harus mengetahui situasi dan kondisi yang sedang ramai dibicarakan orang. Harus selalu mencari kabar dan mendengarkan kabar terbaru.

15.

Bumi Langit

Sampak

Bumi langit tangan kanan, tangan kiri memegang kuda.

Dalam menghadapi kondisi apapun, meng- hadapi perang (musuh), dalam perjalanan sekalipun sumpah sakti prajurit haruslah tetap dipegang.

Page 10: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 16. Lawung Obyog Ukel dua

tangan kesamping kanan dan kekiri.

Prajurit dalam menerima perintah dari Raja harus dicermati supaya nantinya tidak ada kesalahan tugas yang harus segera dilaksanakan.

17. Penthangan Tangan

Obyog Tangan kanan lurus kesamping kanan, tangan kiri nekuk disamping / didepan pinggang.

Dalam menempuh perjalanan yang jauh, istirahat juga diperlukan oleh seorang prajurit. Namun dalam peristirahatan kewaspadaan tidak boleh kendor.

18. Trisik Obyog Kebyok sampur kanan putar kekiri, kebyok sampur kiri putar kekanan.

Dalam suatu perjalanan, senjata harus selalu dibawa dan tanggap terhadap kea- daan sekitar.

19.

Keplok Dara

Obyog Menggerakkan kedua tangan kekiri, kanan, kepundak menthang disertai olah jangga.

Antara prajurit yang satu dengan lainnya harus terjalin persatuan dan kesatuan. Keadaan susah dan senang dijalani dengan lapang dada.

Page 11: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Lanjutan Tabel 3.1

No Nama Gerak

Jenis Iringan

Gambar Uraian

Gerak Makna

Simbolik 20. Pegangan

Tangan Satu Obyog Tangan kiri

memegang kuda, tangan kanan ditepukkan saling menggenggam. Diakhiri trecet, kebyok sampur trisik.

Dalam medan perang, seorang prajurit harus mengenal siapa kawan dan lawan. Persatuan menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam suatu peperangan. 21. Pegangan

Kedua Tangan

Obyog Kedua tangan berpegangan saling menggenggam, saling mendorong.

2. Makna Simbolik Busana Tari Jathilan

Makna simbolik busana penari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit. Jarumi

juga menegaskan bahwa pada umumnya busana penari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo

terdiri dari warna hitam, merah, putih dan kuning. Hal ini mengandung arti dan karakteristik

sendiri-sendiri misalnya:

Warna hitam melambangkan sifat berwibawa, tenang dan berisi.

Warna merah berarti berani sesuai dengan karakter yang heroic.

Warna putih berarti keberanian yang dilandasi dengan tujuan suci.

Warna kuning berarti mempunyai cita-cita untuk memperoleh kebahagian dan

kejayaan.

3. Makna Simbolik Properti Tari Jathilan

makna simbolik property dari tari Jathilan adalah tunggangan prajurit berupa kuda yang gagah,

lincah, dan gesit. Serta memiliki jiwa kesucian.

4. Makna Simbolik Tata Rias Tari Jathilan

Makna tata rias wajah putra alus lanyap adalah gambaran seorang prajurit yang gagah dan

pemberani. Pada tata riasnya tajam yang mengandung makna pemberani. Makna alis gagah

Page 12: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

merupakan penekanan dari tata rias putra alus lanyap penggambaran keprajuritan. Sementara itu

makna godheg (athi-athi) adalah penggambaran kematangan dan seseorang, kegagahan,

kemampuan berilmu, jiwa kepemimpunan dan kewibawaan

5. Makna Simbolik Iringan Tari Jathilan

makna simbolik iringan tari Jathilan adalah penggambaran seorang prajurit yang halus dan lemah

lembut, namun memiliki jiwa yang kuat, tangguh, dan percaya diri.

PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan pembelajaran tari Jathilan, siswa diajarkan mengenai pengetahuan

tentang bentuk tari Jathilan tersebut beserta makna simbolik yang terdapat didalamnya dengan

tujuan untuk memberikan dasar dan wawasan tetang seluk beluk tari Jathilan tersebut sehingga

dapat membantu siswa dalam mengimplementasikan pengetahuannya dalam gerakan, selain itu

tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan sikap dan kreatifitas siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk Tari Jathilan dalam Kesenian Reog

Tari Jathilan merupakan tari berpasangan yang ditarikan oleh 2 orang penari atau kelipatannya,

artinya antara penari yang satu dengan yang lain saling berhubungan.

2. Makna Bentuk Simbolik Tari Jathilan dalam Kesenian Reog

a. Dari segi gerak tari Jathilan adalah ungkapan jiwa keprajuritan. Keprajuritan yang dimaksud

berlatih perang di atas kuda.

b. Dari segi busana tari Jathilan adalah menggambarkan pakaian seorang prajurit.

c. Dari segi properti yang digunakan penari Jathilan adalah Eblek atau yang biasa disebut

Jaranan, yang dikenakan penari sebagai alat bantu waktu menari.

d. Dari segi tata rias tari Jathilan menggambarkan simbolisasi seorang prajurit yang gagah dan

pemberani, hal tersebut nampak pada alis dan godheg (athi-athi).

Dari segi iringan tari Jathilan dalam gendhing sampak menggambarkan simbolisasi jiwa kesatria

yang tangguh dan unggul, dan dalam gendhing obyog menggambarkan simbolisasi jiwa prajurit

yang halus, lembut dan lemah gemulai.

Page 13: MAKNA SIMBOLIK BENTUK PENYAJIAN TARI JATHILAN DALAM ...

Saran

Sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti ingin

memberikan saran dan masukan kepada pihak-pihak yang terkait sebagai berikut:

1. Bagi siswa sekolah tidak hanya bias menarikan tari Jathilan namun juga dapat memahami

makna simbolik yang terkandung dalam tari Jathilan tersebut.

2. Bagi guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan ajar pembelajaran siswa di

sekolah.

3. Masyarakat penikmat seni dalam melihat suatu pertunjukan seni tidak hanya melihat saja,

melainkan mencermati lebih dalam karena suatu seni banyak mengandung makna simbolik

yang dalam.

4. Makna simbolik suatu kesenian termasuk Jathilan banyak masyarakat yang tidak tahu, oleh

karena itu instansi atau lembaga-lembaga perlu menanamkan kepada masyarakat sejak dini

pentingnya makna simbolik suatu kesenian untuk diketahui.

5. Dalam pelestarian tari Jathilan dalam kesenian Reog Ponorogo diperlukan pembinaan

disegala bidang, baik lewat jalur sekolah maupun dimasyarakat.

6. Perkembangan yang terjadi diharapkan tidak menghilangkan ciri khas Tari Jathilan dalam

Kesenian Reog.

Daftar Rujukan

Moleong, J. Lexi, 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Moleong, J. Lexi, 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Supriyono, 2011. Pengetahuan Komposisi Tari. Bayumedia Publishing: Malang.

Sumandiyo, Hadi. 2007. Kajian Tari Teks Dan Konteks. Pustaka Book Publisher: Yogyakarta.