MAKALAH DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NEGARA
Transcript of MAKALAH DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NEGARA
MAKALAH
PERANAN INVESTASI
DALAM MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NEGARA
Disusun Oleh :
Kelas X.7
1. Dita Ahmeta Ferdiansyah (09)
2. Khanifah (16)
3. M. Ridho Al Asyaibani (20)
4. M. Ubaidillah Taofani (23)
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 2 LAMONGAN
TAHUN PELAJARAN 2008/ 2009
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Guru Pembimbing
Drs.H.Chairul Anam
NIP 131 189 607
Penulis
Dita Ahmeta Ferdiansyah
Khanifah
M. Ridho Al Asyaibani
M. Ubaidillah Taofani
iii
HALAMAN MOTTO
Life is full of decision.
Decide or decided by other people.
Say”What can I do for Islam” everytime
Don’t say”What can I get from Islam” anytime.
WIN and GLORY will come
if you do the maximum tribute an dIf God wish.
PERSEMBAHAN
Allah SWT yang telah memberikanku kekuatan
Muhammad bin Abdullah SAW Seluruh Shahabat
Rasulullah yang selalu menginspirasiku
Almamater SMA Negeri 2 Lamongan
Guru- guruku yang selalu memberiku dorongan
Orangtuaku sebagai tanda baktiku
Saudara – saudaraku sebagai tanda cinta
Sahabat – sahabatku sebagai tanda kesetiaan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah milik Allah SWT karena atas nikmat-Nyalah penulis
mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Peranan Investasi dalam Meningkatkan
Perekonomian Negara”. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpahkan Allah SWT
kepada Rasulullah Muammad bin Abdullah SAW karena atas kerja keras beliau kita
mampu memilih jalan yang penuh cahaya di dalamnya dengan Addinul Islam.
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs.H.Kasrip,M.M selaku Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri
2 Lamongan.
2. Bapak Drs.H.Chairul Anam yang senantiasa memberikan bimbingan
arahan alam menyelesaikan makalah ini.
3. Teman – teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis minta maaf sebesar – besarnya dan penulis
selalu berharap kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini lebih
baik.
Penulis berharap makalah inibermanfaat bagi kami secara pribadi, bagi
masyarakat, bagi calon Investor dan juga bagi Investor.
Lamongan, 31 Mei 2009
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah .................................................................... 2
1.4 Manfaat Pembuatan Makalah .................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi ..................................................................... 4
2.1.2 Bentuk – Bentuk Investasi ........................................................... 5
2.1.3 Tujuan Investasi ........................................................................... 5
2.1.4 Macam – macam Investasi ........................................................... 5
2.1.5 Faktor - Faktor Penentu Keberhasilan Investasi ......................... 7
2.2 Investor
2.2.1 Pengertian Investor ...................................................................... 8
2.2.2 Jenis – Jenis Investor ................................................................... 8
2.2.3 Macam – Macam Model Investor Saham .................................... 9
2.3 Sistem Perekonomian
2.3.1 Pengertian Sistem Perekonomian ................................................ 10
2.3.2 Macam – Macam Sistem Perekonomian...................................... 11
2.3.3 Prioritas Perekonomian Indonesia ............................................... 12
2.3.4 Laporan Perekonomian Indonesia ................................................ 13
2.4 Ekonomi Indonesia 2009
2.4.1 Kondisi Makro Ekonomi.............................................................. 14
vi
2.4.2 Prospek Ekonomi Indonesia 2009 ............................................... 20
BAB III SEBAB – SEBAB, FAKTOR –FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM
BERINVESTASI, SERTA PERAN INVESTASI DALAM MENINGKATKAN
PEREKONOMIAN NEGARA
3.1 Sebab – Sebab Investasi
3.1.1 Sebagai Sarana Mengembangkan Usaha ..................................... 23
3.1.2 Sebagai Salah Satu Bentuk Saving .............................................. 24
3.1.3 Sebagai sarana Mendapatkan Profit ............................................. 24
3.2 Faktor – Faktor Pertimbangan dalam Berinvestasi
3.2.1 Kondisi Pasar dan Prospek ke Depan .......................................... 26
3.2.2 Kondisi Keamanan ....................................................................... 27
3.2.3 Biaya Produksi ............................................................................. 28
3.2.4 Ketersediaan Bahan Baku dan Infrastruktur Jalan
dari Daerah Sumber Bahan Baku menuju Pabrik Pengolahan ..... 28
3.2.5 Regulasi Pemerintah .................................................................... 29
3.3 Peran Investasi dalam Meningkatkan Perekonomian Negara .................. 30
BAB IV HAMBATAN YANG DIALAMI PARA INVESTOR DALAM
BERINVESTASI
4.1 Kondisi Pasar yang Kurang Baik/ Pemasaran yang Sulit serta Prospek ke
Depan yang Kurang Baik ......................................................................... 32
4.2 Kondisi Keamanan yang Riskan .............................................................. 32
4.3 Biaya Produksi yang Tinggi..................................................................... 33
4.4 Bahan Baku Sulit Dicari serta Infrastrktur Jalan dari Lokasi
Sumber Bahan Baku menuju abrik Pengolahan yang
Kurang Baik ............................................................................................. 34
4.5 Regulasi Pemerintah yang menghambat Investor dalam
Berinvestasi .............................................................................................. 34
4.6 Persaingan yang Tidak Sehat ................................................................... 35
BAB V SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PARA
INVESTOR DALAM BERINVESTASI
vii
5.1 Solusi Pemasaran ..................................................................................... 36
5.2 Solusi Keamanan ..................................................................................... 37
5.3 Solusi Biaya Produksi .............................................................................. 40
5.4 Solusi Bahan Baku ................................................................................... 41
5.5 Solusi Regulasi Pemerintah yang Menghambat ...................................... 43
5.6 Solusi Persaingan yang Tidak Sehat ........................................................ 43
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan .............................................................................................. 45
6.2 Saran ........................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 48
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Tema besar untuk dunia saat ini, banyak persoalan-persoalan krusial
yang melibas dan melintasi dimensi kemanusiaan. Jutaan masyarakat miskin
seolah nasibnya digantungkan pada gonjang-ganjing global, seperti naiknya
harga BBM dan masalah ketahanan pangan.
Hal ini pun menjadi ancaman serius Negara-negara di dunia,
terutama Negara berkembang. Selain faktor-faktor global yang harus
diantisipasi, akan tetapi juga system dan konsep pembangunan dimasing-
masing Negara juga perlu diperbaiki. Apa yang dialami Indonesia pada
tahun 1997, krisis multidimensi yang tidak terbendung merupakan
konsekuensi logis dari penerapan system pertumbuhan ekonomi yang
dijalankan. Ditambah lagi krisis ekologi yang sampai saat ini berlangsung
seolah menggambarkan kebobrokan system dan pengelolaan Negara
terhadap sumber daya alamnya.
Dalam hal ini, sepak terjang Indonesia di tingkat internasional serta
kebijakan yang diambil atas kondisi yang dihadapi tetap menjadi pertaruhan
dalam membawa nasib dan masa depan bangsa dan Negara. Seperti sudah
diprediksi paket bailout senilai US$700 miliar ternyata tidak cukup manjur
untuk menahan kemerosotan perekonomian Amerika Serikat. Kemerosotan
ekonomi itu-ditandai oleh kebangkrutan sejumlah lembaga keuangan di AS-
tentu berimbas secara global. Perekonomian Eropa akan mengalami dampak
yang lebih berat, mengingat institusi keuangan negara-negara di kawasan itu
memiliki eksposur yang besar.
Demikian pula dengan perekonomian Jepang dan China. Krisis
global itu memang baru dirasakan sekitar enam bulan hingga setahun ke
depan, tetapi upaya menghalaunya perlu dilakukan sejak sekarang. Apalagi
krisis ini berdampak terhadap pengeringan likuiditas dan perlambatan
ekonomi global-dua kondisi yang sangat memengaruhi perekonomian
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada, maka perumusan
masalah dalam makalah ini, antara lain:
1.2.1 Apa Penyebab para Investor berinvestasi?
1.2.2 Apa yang menjadi faktor pertimbangan Investor dalam berinvestasi?
1.2.3 Bagaimana peran Investasi dalam meningkatkan perekonomian
negara?
1.2.4 Apa yang menjadi kendala para Investor dalam berinvestasi?
1.2.5 Apa yang menjadi solusi atas semua hambatan dalam investasi
tersebut?
1.3 Tujuan Pembuatan Makalah
1.3.1 Untuk mengetahui penyebab para Investor dalam berinvestasi.
1.3.2 Untuk mengetahui faktor – faktor yang menjadi pertimbangan para
Investor dalam berinvestasi.
1.3.3 Untuk mengetahui peran investasi terhadap peningkatan
perekonomian negara.
1.3.4 Untuk memberikan sedikit wawasan pada Investor maupun calon
Investor terhadap permasalahan umum investasi yang seringkali
terjadi.
1.4 Manfaat Pembuatan Makalah
1.4.1 Sebagai tambahan pengetahuan terhadap masyarakat luas apa yang
menjadi penyebab dan faktor pertimbangan para Investor dalam
berinvestasi.
1.4.2 Sebagai tambahan pengetahuan terhadap para Investor maupun calon
Investor terhadap masalah – masalah umum Investasi.
1.4.3 Sebagai tambahan pertimbangan para Investor dalam memecahkan
masalah – masalah Investasi yang dihadapi.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Investasi
2.1.1 Pengertian Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian
yang berhubungan dengan keuangan dan ekonomi. Istilah tersebut
berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang,
investasi disebut juga sebagai penanaman modal.
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan
berarti juga produksi) dari kapital/modal barang-barang yang tidak
dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan datang
(barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau
suatu pabrik, pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di
universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga adalah suatu
komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M).
Fungsi investasi pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-
residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi residential
(rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat
bunga, dilihat dengan kaitannya I= (Y,i).
Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong
investasi yang lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi
akan menurunkan minat untuk investasi sebagaimana hal tersebut
akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun
jika suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya
sendiri untuk investasi, tingkat bunga menunjukkan suatu biaya
kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan
untuk mendapatkan bunga.
2.1.2 Bentuk-Bentuk Investasi
Investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan
penggunaan tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.
Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan
keahlian, diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan
dari hasil kerja atau penelitian.
2.1.3 Tujuan Investasi
Investasi yang dilakukan berbagai pihak bertujuan untuk:
Mendapat keuntungan bagi pemilik modal.
Membuka atau memperluas lapangan kerja bagi masyarakat.
Mendapat pemasukan pajak bagi pemerintah.
2.1.4 Macam-Macam Investasi
2.1.4.1 Property
Untuk properti misalnya, kita bisa lihat bahwa
harga dari properti dari tahun ke tahun terus menerus naik,
tetapi untuk investasi di bidang ini tidaklah mudah, karena
membutuhkan modal yang cukup besar, dan tentu saja kita
harus punya banyak pengetahuan mengenai properti. Kita
harus bisa melihat, dimana tempat yang strategis, dan
bagaimana kemungkinan di masa depan, dan juga
bagaimana kita harus menjaga properti tersebut, sampai pada
saatnya nanti akan kita jual kembali untuk mendapatkan
hasilnya.
2.1.4.2 Emas Batangan
Kemudian untuk emas, rasa investasi bidang satu
ini cukup aman, tetapi keuntungan yang di dapat juga tidak
begitu besar, karena perubahan harga emas saat ini relatif
kecil, karena perekonomian yang sudah mulai stabil.
2.1.4.3 Asuransi
Walaupun hasil yang di dapatkan nantinya
mungkin tidak begitu besar dan memerlukan waktu yang
panjang, namun, selama kita memegang polis asuransi,
selain kita investasi, kita mempunyai jaminan untuk kalau
kalau terjadi sesuatu terhadap kita. Misalnya, kita sakit,
kecelakaan dan sebagainya. Jadi asuransi ini fungsi utama
nya sih sebenarnya untuk perlindungan.
2.1.4.4 Saham
Di saham ini, investasi yang dananya bisa beraneka
ragam, tergantung dari kita. Dan dalam investasi saham ini,
ada banyak hal yang harus di perhatikan. Kita bisa untung
besar, ataupun rugi besar dalam waktu yang relatif singkat.
Untuk berinvestasi di bidang saham ini kita harus
mempunyai kemampuan untuk melakukan analisa terhadap
saham, bagaimana keadaan suatu perusahaan, apakah akan
mengalami kerugian, atau perusahaan dapat terus berjalan
semua ini sangat di perlukan untuk Investasi di bidang
saham ini.
2.1.5 Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan Investasi
2.1.5.1 Perkiraan Keadaan Perekonomian
Perkiraan keadaan perekonomian merupaka alasan
yang dipertimbangkan oleh investor. Bila dari perkiraan
tersebut kondisi perekonomian menunjukkan kondisi yang
lebih baik, investor tentu mau menanamkan modalnya.
Selain itu, keamanan mempengaruhi perekonomian. Jika
keamanan baik investor mau berinvestasi, dan kebalikannya
jika keadaan tidak baik investor yidak mau menanamkan
modalnya.
2.1.5.2 Perkembangan Teknologi
Alat-alat produksi mengalami perkembangan
teknologi, misalnya mesin cetak uang yang lama dengan
yang modern. Akibatnya, mesin cetak harus diganti dengan
yang baru. Semakin banyak perkembangan teknologi, alat-
alat produksi yang lama semakin tertinggal sehingga
investasi pun perlu diperbanyak.
2.1.5.3 Keuntungan yang Diperoleh Pengusaha/Perusahaan
Keuntungan bisa mendorong investasi yang lebih
banyak. Jika keuntungan sedikit, investasi cenderung sedikit
karena ketersediaan dana yang hanya bisa diperoleh dar
pinjaman yang jumlahnya tentu saja terbatas. Namun, bila
keuntungan perusahaan banyak, ditambah pula dengan
pinjaman, tentu investasi juga akan banyak.
2.1.5.4 Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional yang tinggi merupakan
indikasi bahwa pendapatan masyarakat juga tinggi.
pendapatan masyarakat yang tinggi membuat mereka
cenderng mengkonsumsi barang dan jasa yang dihasilkan
perusahaan sehingga keuntungan perusahaan juga
meningkat. Karena keuntungan yang meningkat perusahaan
yang berinvestasi semakin banyak.
2.2 Investor
2.2.1 Pengertian Investor
Dalam dunia keuangan, investor merujuk pada perorangan
ataupun perusahaan yang, secara tetap, melakukan pembelian saham,
obligasi, ataupun surat berharga lainnya untuk memperoleh suatu
keuntungan finansial untuk digunakan sebagai pembiayaan ataupun
pengembangan perusahaan.
Terkadang istilah "investor" ini juga digunakan untuk
menyebutkan seseorang yang melakukan pembelian properti, mata
uang, komoditi, derivatif, rumah tinggal ataupun aset lainnya dengan
suatu tujuan untuk memperoleh keuntungan dan bukan merupakan
profesinya serta hanya untuk suatu jangka pendek saja.
2.2.2 Jenis-Jenis Investor
Investor perorangan (termasuk Real estate investment trust yang
atas nama perorangan dan suatu perusahaan yang dibentuk guna
mengelola dana investasi)
Kolektor dari benda seni, benda antik, dan sesuatu lainnya
yang bernilai.
Investor penyandang dana, yang dalam bahasa asing disebut angel
investor (atau di Eropa disebut "business angel", yaitu seseorang
yang memiliki dana yang diberikan kepada suatu perusahaan untuk
digunakan sebagai modal awal suatu usaha dengan imbalan saham
dari perusahaan tersebut.
Modal ventura, yang merupakan investasi kolektif dari beberapa
orang, perusahaan, dana pensiun, dana cadangan asuransi, ataupun
sumber dana lainnya.
Bank investasi
Bisnis dalam bidang investasi.
Kontrak Investasi Kolektif, termasuk real estate investment
trust
lainnya.
2.2.3 Macam-Macam Model Investor Saham
2.2.3.1 Momentum
Investor jenis ini selalu mencari saham yang
bergerak dengan signifikan ke satu arah dalam volume besar.
Mereka akan berusaha melompat masuk ke dalamnya untuk
bisa mengambil momentum yang muncul dan kemudian
mendapatkan keuntungan.
2.2.3.2 Teknikal
Investor yang gemar memakai teknikal biasanya
terobsesi dengan grafik. Si investor juga mengawasi berbagai
indikator teknikal dalam grafik saham atau indeks. Ini untuk
menemukan titik yang menjadi indikasi jual atau beli.
2.2.3.3 Fudamental
Para investor fudamental akan selalu mencari dasar-
dasar analisis fudamental untuk membedah perusahaan.
Misalnya saja, munculnya aksi korporasi maupun antisipasi
akan adanya stock split, terbitnya laporan keuangan, akuisisi
dalam perusahaan, atau perubahan manajemen dalam
perusahaan.
2.2.3.4 Swing
Investor macam ini akan membeli saham-saham
tertentu dalam jangka waktu tertentu, pada umumnya
berberapa hari atau dua sampai tiga pekan. Mereka akan
membuat keputusan jual beli saham berdasarkan analisis
teknikal dengan basis mingguan.
2.3 Sistem Perekonomian
2.3.1 Pengertian Sistem Perekonomian
Sistem perkonomian adalah sistem yang digunakan oleh
suatu negara untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya
baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan
mendasar antara sebuah sistem ekonomi dengan sistem ekonomi
lainnya adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor produksinya.
Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor
produksi. Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di
pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem ekonomi di dunia berada
di antara dua sistem ekstrim tersebut.
2.3.2 Macam-Macam Sistem Perekonomian
2.3.2.1 Perekonomian terencana
Ada dua bentuk utama perekonomian terencana, yaitu
komunisme dan sosialisme. Sebagai wujud pemikiran Karl
Marx, komunisme adalah sistem yang mengharuskan
pemerintah memiliki dan menggunakan seluruh faktor
produksi. Namun, lanjutnya, kepemilikan pemerintah atas
faktor-faktor produksi tersebut hanyalah sementara; Ketika
perekonomian masyarakat dianggap telah matang, pemerintah
harus memberikan hak atas faktor-faktor produksi itu kepada
para buruh.
Uni Soviet dan banyak negara Eropa Timur lainnya
menggunakan sistem ekonomi ini hingga akhir abad ke-20.
Namun saat ini, hanya Kuba, Korea Utara, Vietnam, dan RRC
yang menggunakan sistem ini. Negara-negara itu pun tidak
sepenuhnya mengatur faktor produksi. China, misalnya, mulai
melonggarkan peraturan dan memperbolehkan perusahaan
swasta mengontrol faktor produksinya sendiri.
2.3.2.2 Perekonomian pasar
Perekonomian pasar bergantung pada kapitalisme
dan perusahaan swasta untuk menciptakan sebuah lingkungan
di mana produsen dan konsumen bebas menjual dan membeli
barang yang mereka inginkan (dalam batas-batas tertentu).
Sebagai akibatnya, barang yang diproduksi dan harga yang
berlaku ditentukan oleh mekanisme penawaran-permintaan.
2.3.2.3 Perekonomian pasar campuran
Perekonomian pasar campuran atau mixed market
economies adalah gabungan antara sistem perekonomian pasar
dan terencana. Menurut Griffin, tidak ada satu negara pun di
dunia ini yang benar-benar melaksanakan perekonomian pasar
atau pun terencana, bahkan negara seperti Amerika Serikat.
Meskipun dikenal sangat bebas, pemerintah Amerika Serikat
tetap mengeluarkan beberapa peraturan yang membatasi
kegiatan ekonomi. Misalnya larangan untuk menjual barang-
barang tertentu untuk anak di bawah umur, pengontrolan iklan
(advertising), dan lain-lain. Begitu pula dengan negara-negara
perekonomian terencana. Saat ini, banyak negara-negara Blok
Timur yang telah melakukan privatisasi—pengubahan status
perusahaaan pemerintah menjadi perusahaan swasta.
2.3.3 Prioritas Perekonomian Indonesia
Pemerintah telah menetapkan 7 prioritas untuk
perekonomian tahun 2009. Ketujuh prioritas tersebut disampaikan
Presiden Susilo Bambang Yudoyono beberapa waktu lalu.
Ketujuh Prioritas perekonomian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi kemungkinan pengangguran baru akibat krisis global
2. Mengelola inflasi
3. Menjaga pergerakan sector riil
4. Mempertahankan daya beli masyarakat
5. Melindungi masyarakat miskin
6. Memelihara kecukupan pangan dan energi
7. Menjaga pertumbuhan ekonomi
2.3.4 Laporan Perekonomian Indonesia
Laporan Perekonomian Indonesia merupakan bentuk laporan
pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia yang disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Pemerintah pada setiap
tahun merupakan pemenuhan amanat yang digariskan dalam UU
No.23 Tahun 1999 tentang BI sebagaimana telah diubah dengan UU
No.3 Tahun 2004. Laporan ini merupakan salah satu wujud dari
akuntabilitas dan transparansi atas pelaksanaan tugas dan wewenang
BI yang bertujuan mengevaluasi perkembangan ekonomi dan
keuangan Indonesia
Tanggal Judul Hits
03-04-2009 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2008
8403
07-04-2008 Laporan Perekonomian Indonesia 29847
Tahun 2007
15-03-2007 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2006
6293
15-03-2006 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2005
5354
31-03-2005 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2004
4691
23-06-2004 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2003
3941
23-06-2004 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2002
3654
23-06-2004 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2001
3356
23-06-2004 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 2000
4264
23-06-2004 Laporan Perekonomian Indonesia
Tahun 1998/1999
5427
Ekonomi Indonesia 2009
2.4.1 Kondisi Makro Ekonomi
Krisis keuangan di Amerika Serikat sejak April 2008
meresahkan banyak negara, termasuk Indonesia. Pertumbuhan
ekonomi Indonesia 2009 diprediksi menurun drastis ke angka 4,5%-
5,5% turun 8%-25% dari target UU No 41/2008 tentang APBN
2009. Walaupun Pemerintah mewacanakan perubahan, walau APBN
2009 baru dimulai 1 Januari 2009, sampai saat ini belum ada usulan
perubahan resmi kepada DPR sebagai pemegang hak bujet negara.
Asumsi makro ekonomi sesuai UU No 41/2008, yaitu:
pertumbuhan ekonomi 6,0%, inflasi 6,2%, nilai tukar US$/Rp 9400,
SBI 3 bulan 7,5%, harga BBM US$ 80/barel, lifting minyak 960 ribu
barel/hari, lifting gas 7.526 MMSCFD, produksi batubara 250 juta
ton, dan PDB Rp 5.327T. Penerimaan negara Rp 986T dan belanja
negara Rp 1.037T dan defisit 1% terhadap PDB atau Rp 51,3T. Dari
belanja negara, belanja Pemerintah Pusat Rp 712T yang dialokasi
pada 76 kementerian dan lembaga pusat, sedangkan belanja
Pemerintahan Daerah Rp 312T yang dibagi pada 33 Provinsi, 389
Kabupaten dan 96 Kota se-Indonesia. Angka penerimaan, belanja
dan defisit ini turun dari usul semula pada penyampaian Nota
Keuangan 15 Agustus 2008 dimana penerimaan Rp 1.022,6 triliun,
belanja Rp 1.122,2 triliun dan defisit 1,9%. Ini karena asumsi harga
BBM turun dari US$ 100/barel menjadi US$80/barel. Bila harga
BBM dunia terus rendah tahun 2009, postur APBN 2009 mengecil
lagi dibanding yang ditetapkan sekarang.
Bila prediksi penurunan akibat krisis 20%, penerimaan
negara menjadi Rp 789T atau turun Rp 197T dan belanja negara Rp
830T atau turun Rp 170T. Bila pemerintah mempertahankan tingkat
belanja negara sesuai UU Nomor 41/2008, tambahan pembiayaan Rp
197T sehingga defisit anggaran menembus 3% di atas ketentuan UU
Nomor 17/2003 tentang Keuangan Negara. Agar defisit tidak
melebihi 3%, pembiayaan defisit tidak boleh lebih Rp 120T. Di
tengah krisis likuditas, tambahan pembiayaan ini juga tidak mudah
diperoleh.
Peluang perubahan APBN 2009 akibat dampak krisis
dibuka pada Pasal 23 UU APBN 2009. Intinya, Pemerintah atas
persetujuan DPR dapat mengambil langah-langkah mengubah
asumsi makro, penghematan atau realokasi anggaran, penarikan
pinjaman dan/atau bentuk pembiayaan krisis lainnya. Perpu Nomor
2/2008 yang mengubah UU BI dan Perpu Nomor 3/2008 yang
mengubah UU LPS, disahkan Sidang Paripurna DPR 18 Desember
2008, membolehkan BI membantu likuiditas atas jaminan agunan
berkualitas dan LPS meningkatkan nilai jaminan simpanan nasabah
bank dari Rp 100 juta menjadi Rp 2 miliar, sesungguhnya makin
memperkuat sektor perbankan dan moneter dalam menghadapi
krisis. Untuk Perpu No 4/2008 tentang Jaringan Pengaman Sistem
Keuangan (JPSK), DPR minta Pemerintah menyempurnakan melalui
RUU JPSK, bukan Perpu, sehingga rasionalitas pembahasan lebih
solid. Konsistensi implementasi dapat minimalkan dampak krisis dan
pertahankan level kesejahteraan rakyat.
Di tahun 2008, kenaikan harga BBM mencapai 147
US$/barrel menekan target pertumbuhan ekonomi yang semula 6,8%
menjadi 6,4%. Aktualnya diperkirakan 6,3%. Sebenarnya, angka di
atas 6% relatif menggembirakan dan mencerminkan pertumbuhan
ekonomi yang solid selama era reformasi. Pada Orde Baru
pertumbuhan ekonomi pernah 9%. Pertumbuhan tahu 2008 lebih
disumbang konsumsi yakni 66,5%. Di sisi permintaan,
perekonomian hingga triwulan II 2008 didorong pertumbuhan
konsumsi rumah tangga 5,3%, konsumsi pemerintah 2,2%,
pembentukan modal tetap bruto (PMTB) 12,8%. Pada
sisi penawaran, perekonomian didorong laju kinerja sektor
pengangkutan dan komunikasi 19,2%, sektor listrik gas dan air
bersih 11,2% dan sektor keuangan 8,7%. Pertumbuhan didorong
konsumsi menimbulkan multiplier efek rendah dan impor meningkat.
Tren pertumbuhan impor semester I/2007 hingga semester
I/2008 menunjukkan peningkatan impor dibanding ekspor yang
berdampak memburuknya defisit neraca pembayaran. Hingga awal
2008, pertumbuhan investasi PMTB membaik.
Gambar 1. Pertumbuhan Ekspor dan Impor (Semester)
Membaiknya pertumbuhan ekonomi dan pengangguran
dibayar oleh inflasi. Agustus 2008, inflasi 11,9% lebih 5,4%
dibanding 2007. Inflasi ini karena harga bahan makanan naik 12,5%,
transportasi dan jasa keuangan naik 10,5%. Kenaikan ini bersifat
nonfundamental karena faktor administered prices maupun volatile
food. Peningkatan inflasi administered prices terkait kebijakan harga
BBM bersubsidi naik 28,7% pada 24 Mei 2008. Inflasi volatile food
terkait persepsi pedagang atas harga BBM, biaya distribusi dan
komoditas yang naik.
Uniknya, kenaikan harga justru menekan kemiskinan
menjadi 15,52%, sebagian mungkin karena imbas program BLT. Di
tahun 2005 kenaikan harga BBM menyebabkan kemiskinan
meningkat. Tren kemiskinan pada level cukup tinggi (diatas 30 juta
jiwa) harus dilawan dengan kebijakan lebih tepat dan fokus. Program
kemiskinan tersebar pada banyak departemen, pendataan kurang
baik, serta pendekatan proyek bukan sistem harus diubah dan
dikoordinasikan.
Gambar 4. Rata-Rata Nilai Tukar Rupiah
Stabilitas moneter cukup baik. Nilai tukar Rp triwulan
II/2008 stabil meskipun terdepresiasi awal tahun karena harga
minyak dunia. Rata-rata kurs triwulan II/2008 pada Rp9.258/USD -
Rp9.259/USD.
2.4.2 Prospek Ekonomi Indonesia 2009
Tahun 2009, ketidakpastian muncul lagi akibat perlambatan
ekonomi dunia, harga minyak dan pangan belum stabil dan imbas
ekonomi luar negeri. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi global
sekitar 3,8% dan ASEAN sekitar 6%. Krisis subprime mortgage
merontokkan institusi seperti Citigroup, Merrill Lynch, dan UBS
dengan total kerugian sekitar US$4000M atau atau 8 kali PDB
Indonesia tahun (Rp5,327T). Ketidakseimbangan global makin lebar
akibat defisit neraca perdagangan AS terhadap China. Cadangan
devisa China meningkat pesat mencapai US$1.457M, bandingkan
dengan Indonesia US$ 50M.
Proyeksi IMF tahun 2009 menyebut USA tumbuh 0,8%, Uni
Eropa 1,2%, Jepang 1,5% dan Inggris 1,8%. Newly Industrialized
Asian Economic 4,3%, ASEAN-5 5,9%, Timur Tengah 6% dan
Brazil 4,0%. Ekonomi dunia melambat, ekspor Indonesia menurun
dan berdampak pada sektor riil dan PHK.
Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2009 dapat disimpulkan sbb:
1.2.2 Pertama, harga minyak dunia. Harga minyak dunia terkait
dengan krisis keuangan global yang bila berlanjut akan
menyebabkan harga rendah seperti sekarang ini bertahan cukup
lama. Perkiraan permintaan global pulih setelah semester I/2009
dapat memicu kembali naiknya harga minyak dunia dan Indonesia.
Penurunan harga minyak menurunkan harga pangan dunia, begitu
juga harga gandum, jagung dan beras. Korelasi ini membantu
Indonesia dalam penyediaan stok beras dan jagung dengan
membeli harga lebih rendah dari tahun sebelumnya.
1.2.3 Kedua, inflasi, nilai tukar rupiah dan SBI. Inflasi dan nilai
tukar banyak ditentukan oleh faktor global dibanding dalam negeri.
Kemampuan Bank Indonesia menjaga dua tugas utamanya ini
relatif masih lemah ditambah lagi dengan krisis kepercayaan
karena kasus BLBI, aliran dana BI , bank Indover dan Bank
Century. Karena itu koordinasi dengan pemerintah menjadi penting
agar inflasi dan nilai tukar dapat bertahan sesuai target APBN
2009. Suku bungan SBI memang harus diupayakan turun agar
terlihat kaitan kebijakan moneter dan fiskal bagi sektor riel di
tahun 2009.
1.2.4 Kelima, pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan
kemiskinan. Kaitan pertumbuhan ekonomi atas pengangguran dan
kemiskinan harus makin diperjelas. Kontribusi 1% pertumbuhan
ekonomi dalam penciptaan lapangan kerja, yakni di bawah
100,000, dibanding masa Orde Baru yang dapat mencapai 350,000,
harus diupayakan kembali dengan mengubah strategi
pembangunan yang memprioritas sektor dengan daya serap tenaga
kerja besar. Ekspektasi angka pengangguran 7%-8% relatif mudah
dicapai, tetapi target angka kemiskinan 12%-14% masih harus
diupayakan dengan baik.
BAB III
SEBAB – SEBAB, FAKTOR – FAKTOR PERTIMBANGAN DALAM
BERINVESTASI, SERTA PERAN INVESTASI DALAM
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN NEGARA
3.1 Sebab – Sebab Investasi
Beberapa hal yang menjadi penyebb terjadinya investasi antara lain
:
3.1.1 Sebagai Sarana Mengembangkan Usaha
Salah satu penyebab terjadinya investasi oleh para Investor
adalah keinginan mereka untuk mengembangkan usaha yang mereka
lakukan. Mengembangkan usaha merupakan hal yang urgen bagi
para entrepreneur. Setidaknya ada beberapa penyebab mengapa
mengembangkan usaha sangat urgen bagi para entrepreneur, yaitu :
1) Mengembangkan usaha merupakan sarana inovasi yang
dilakukan perusahaan yang merupakan langkah penting
dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan –
perusahaan lain.
2) Mengembangkan usaha merupakan salah satu faktor
yang dapat membuat stability perusahaan terjaga karena
dapat menambah income perusahaan.
3.1.2 Sebagai Salah Satu Bentuk Saving
Penyebab lain investasi yang dilakukan oleh para Investor
adalah menjadikan investasi yang mereka lakukan sebagai slah satu
bentuk saving. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengantisipasi
berbagai kemungkinan terburuk yang terjadi sesuai dengan tujuan
prioritas dari saving itu sendiri. Tentunya saving dalam bentuk
investasi merupakan saving yang hasilnya bisa menjadi sangat
mengagumkan apabila di –manage dengan management yang baik.
Hal ini dikarenakan investasi merupakan harta dalam bentuk recycle
atau bersiklus sehingga perkembangannya lebih cepat dibanding
tabungan di bank – bank misalnya.
3.1.3 Sebagai Sarana Mendapatkan Profit
Penyebab lain para Investor melakukan investasi adalah
untuk mendapatkan profit/ keuntungan. Profit/ keuntungan memang
merupakan hal yang hampir mutlak bagi setiap entrepreneur. Dan
tanpanya sebuah perusahaan tidak akan berjalan sedikitpun, karena
dapat dipastikan setiap perusahaan pasti memiliki biaya operasional
yang berupa fixed cost dan variable cost. Hal ini dapat dimaklumi
karena income yang diterima oleh perusahaan dibayarkan untuk
biaya operasional perusahaan yang berupa fixed cost dan vaiable
cost. Adapun motivasi yang menyebabkan para Investor berinvestasi
untuk mencari profit dibagi menjadi beberapa hal yaitu :
1) Mencari profit sebagai penghasilan utama
Motivasi “mencari profit sebagai penghasIlan
utama” biasa dilakukan oleh investor dari kalangan
kecil dan menengah yang tidak memiliki mata
pencaharian lain selain investasinya tersebut. Profit
yang didapat sebagian besar digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari – hari.
2) Mencari profit sebagai penghasilan tambahan
Motivasi “mencari profit sebagai penghasilan
tambahan” biasa ditemukan pada para entrepreneur/
investor yang telah berhasil dalam wiraswastanya
sehingga profit yang mereka dapatkan tidak semata –
mata digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
tetapi hanya untuk menopang perekonomian keluarga.
3) Mencari profit yang sebagian besar hasilnya digunakan
sebagai modal untuk kembali berinvestasi
Motivasi yang terakhir ini biasa ditemukan
pada entrepreneur/ investor yang ingin dan berambisi
untuk mengembangkan usahanya, sehingga dia
mengalokasikan sebagian besar profit yang dia
dapatkan sebagai modal untuk kembali berinvestasi.
Motivasi yang terakhir ini merupakan motivasi yang
bersifat optional dan semua entrepreneur berpeluang
memilikinya tidak tergantung pada achieved statusnya,
baik dari kalangan investor submarginal dan marginal
maupun investor supermarginal.
3.2 Faktor – Faktor Pertimbangan Dalam Berinvestasi
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan para Investor dalam
menginvestasikan modalnya, antara lain :
3.2.1 Kondisi Pasar dan Prospek Pasar ke Depan
Kondisi pasar dan prospek pasar ke depan merupakan hal
terpenting yang harus dipikrkan seorang Investor sebelum
mengambil keputusan akan berinvestasi atau tidak di suatu wilayah
dan bidang tertentu. Kondisi pasar yang bergairah merupakan
kondisi yang memiliki kemungkinan besar dalam memancing
investor untuk menanamkan modalnya. Hal tersebut ditandai dengan
adanya daya beli masyarakat yang tinggi.
Sedangkan Kondisi pasar yang kurang bergairah, lesu akan
membuat para Investor berpikir seribu kali dalam menginvestasikan
modalnya, hal ini dikarenakan bukan tidak mungkin hasil produksi
dari investor tersebut tidak laku dan akhirnya hanya mendatangkan
kerugian/ deficit bagi perusahaan investor yang menanamkan
modalnya di kawasan tersebut. Ciri dari Kondisi ini adalah lemahnya
daya beli masyarakat.
Hal ini menjadikan pasar serta prospeknya sebagai elemen
penting invest planning yang direncanakan oleh investor tersebut.
Kegagalan atau ketidakcermatan dalam mengamati pasar serta
prospeknya akan lebih banyak mendatangkan masalah bagi investor
tersebut.
3.2.2 Kondisi Keamanan
Kondisi keamanan merupakan faktor yang tidak kalah
pentingnya untuk dipikirkan para Investor dalam memutuskan untuk
berinvestasi tidaknya di suatu wilayah. Sebaik apapun kondisi pasar
dan prospek yang ada namun apabila tidak didukung Kondisi
keamanan sekitar yang baik maka juga akan banyak mengundang
masalah. Beberapa ciri Kondisi keamanan yang baik antara lain :
1) Minimnya atau tidak adanya sma sekali demo anarkis
2) Tidak adanya desas – desus buruk perusahaan yang
disebarkan masyarakat akibat mengalami kontravensi
dengan perusahaan tersebut
3) Tidak adanya permintaan yang berlebihan oleh
penduduk setempat terhadap fee atau penyerapan semua
penduduk sebagai tenaga kerja tanpa memperdulikan
kualitas tiap – tiap individu yang akhirnya timbul knflik
karena terjadi misscomunication antara investor dengan
penduduk.
4) Minimnya tindakan criminal yang terjadi.
Tidak terpenuhinya beberapa ciri di atas dapat
menyebabkan para Investor semakin ragu – ragu untuk berinvestasi
di suatu wilayah karena dengan kondisi keamanan yang riskan akan
banyak menimbulkan masalah bagi investor tersebut dibanding
keuntungan yang didapatkan.
3.2.3 Biaya Produksi
Faktor pertimbangan lainnya adalah faktor biaya produksi
suatu barang yang akan diproduksi. Faktor yang satu ini merupakan
faktor yang berhubungan langsung produksi dan memiliki tingkat
keurgenan yang tidak kalah bila disbanding dengan dua faktor di
atas. Biaya produksi akan sangat mempengaruhi harga barang di
pasar sehingga semakin minimnya biaya produksi akan semakin
rendah harga jual sehingga sesuai dengan hukum permintaan bahwa
“permitaanbenbanding terbalik dengan harga” dan sesuai dengan
realita yang ada maka dapat dipastikan barang tersebut akan laku
keras dengan syarat cocok dengan permintaan pasar.
Kegagalan dalam me-manage biaya produksi akan
mengakibatkan permasalahan baru terutama di dalam pemasaran
produk, walaupun barang yang diproduksi sangat dibutuhkan pasar.
Hal ini tak lepas dari persaingan kompetitor bisnis yang ketat
sehingga kegagalan ini akan menyeret perusahaan mengeluarkan
biaya produksi yang terlalu tinggi dan besar kemungkinan pula
perusahaan mengalami defisit.
3.2.4 Ketersediaan Bahan Baku dan Infrastruktur Jalan dari Daerah Bahan
Baku menuju ke Pabrik Pengolahan
Faktor yang keempat adalah ketersediaan bahan baku dan
infrastruktur jalan yang ada dari daerah bahan baku menuju pabrik
pengolahan. Ketersediaan bahan baku merupakan salah satu faktor
penting yang sangat menunjang produksi dari barang – barang
produksi. Sedangkan kualitas infrastruktur jalan sangat membantu
terutama dalam menjaga kualitas kendaraan angkut bahan baku.
Bahan baku yang sulit serta infrastruktur jalan yang kurang
baik juga akan memperlambat proses produksi sehingga akan
menurunkan efisiensi kerja tenaga kerja sehingga di sini dapat terjadi
“The Law of Diminishing Return”. Hal ini tentu sangat merugikan
perusahaan karena biaya operasional yang dikeluarkan tidak
sebanding dengan income yang didapat. walaupu tidak terjadi defisit
secara langsung namun hal yang semacam ini akan menurunkan
kesehatan keuangan perusahaan yang akhirnya dapat memicu deficit.
3.2.5 Regulasi Pemerintah
Faktor lain yang tidak boleh terlupakan oleh para Investor
dalam berinvestasi adalah faktor regulasi pemerintah tentang
Investasi di suat daerah tertentu. Semakin bagus dan mendukungnya
regulasi pemerintah tentang investasi yang masuk akan semakin
memicu dan memacu tingkat pertumbuhan investasi di daerah
tersebut. Hal ini dikarenakan para Investor secara pertimbangan
mereka mendapatkan perhatian serta mendapatkan kepastian hukum
dalam hal investasi di wilayah tersebut.
Dan semakin buruknya regulasi pemerintah dalam hal
investasi dan ketidakpedulian pemerintah tentang investasi,
walaupun daerah tersebut kaya akan bahan baku misalnya tidak akan
banyak mendatangkan investor karena kepedulian pemerintah
terhadap para investor masih kurang, sehingga para Investor akan
berpikir dua kali dalam berinvestasi di daerah tersebut.
3.3 Peran Investasi dalam Meningkatkan Perekonomian Negara
Kuat tidaknya perekonomian negara dapat terlihat dari Income Per
Capita Negara tersebut. Income Per Capita tersebut didapatkan dari
pendapatan nasional yang sebagian besar dari pajak/ tax. Tentunya pajak
akan berbanding lurus dengan gaji/ wages para warga negara. Sedangkan
jumlah populasi warga negara yang bekerja berbanding lurus terhadap
peningkatan gaji. Jadi dapat disimpulkan bahwa apabila terjadi peningkatan
jumlah orang yang bekerja maka akan didapatkan National Income yang
besar pula yang akan berpengaruh terhadap meningkatnya Income Per
Capita yang biasanya digunakan untuk mengukur Perekonomian suatu
Negara.
Investasi yang dilakukan para Investor tentunya akan dapat
meningkatkan pendapatan di daerah tersebut yang bisa berpengauh terhadap
perekonomian negara. Adapun peningkatan Income di suatu wilayah dengan
adanya investasioleh para Investor dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Peningkatan pendapatan masyarakat setempat yang semula
tidak memiliki pekerjaan/ unemployed menjadi bekerja
sehingga dengan adanya gaji tetap dari mereka jumlah pajak
yang dibayarka akan semakin besar sehingga akan menambah
income di daerah tersebut. Hal ini disebut peningkatan income
secara aktif.
2) Pembayaran royalty/ fee terhadap kas daerah setempat. Jadi
dengan adanya investasi di suatu daerah akan terjadi
peningkatan pendapatan secara pasif yaitu dengan pembayaran
royaly/ fee sesuai dengan kontrak yang telah disepakati sebagai
kompensasi berdirinya perusahaan.
Jadi jelas investasi yang dilakukan para Investor akan sangat
berperan terhadap peningkatan perekonomian Negara, terutama apabila sang
Investor merupakan Investor local hal ini dikarenakan Investor local selain
membayar royalty/ fee juga akan membayar pajak perseorangan yang
jumlahnya tidak kecil.
BAB IV
HAMBATAN YANG DIALAMI PARA INVESTOR DALAM
BERINVESTASI
4.1 Kondisi Pasar yang Kurang Baik/ Pemasaran yang Sulit serta Prospek ke
Depan yang Kurang Bagus
Salah satu hambatan yang mungkin dialami para Invetor dalam
berinvestasi adalah hambatan yang berupa sulitnya pemasaran dan prospek
ke depan yang kurang baik. Hal ini seringkali ditandai oleh lesunya pasar.
Beberapa penyebab hambatan yang berupa kesulitan pemasaran antara lain :
1) Barang yang diproduksi dan dipasarkan kurang digemari di
pasaran atau dengan kata lain kurang dibutuhkan.
2) Perekonomian nasional yang memburuk adanya krisis moneter.
3) Pembungkusan barang tidak baik sehingga kurang menarik
para konsumen
4) Pelayanan yang diberikan kurang memuaskan para konsumen.
5) Harha barang yang terlalu tinggi bila dibandingkan harga
barang sejenis dari kompetitor – kompetitornya.
4.2 Kondisi Keamanan yang Riskan
Hambatan lain yang dapat dialami para Investor dalam berinvestasi
adalah masalah keamanan yang riskan. Seringnya terjadi demonstrasi warga
setempat meminta warga setempat semuanya dipekerjakan sebagai
karyawan tanpa melihat kualitas atau meminta peambahan royalty/ fee
terhadap daerah setempat biasanya menjadi indikator Kondisi keamanan
yang riskan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi keamanan
menjadi riskan antara lain :
1) Kurang pahamnya masyarakat tentang mekanisme penerimaan
karyawan baru pabrik. Pemfilteran semacam ii dimaksudkan
agar pabrik mendapat kualitas tenaga kerja yang baik.
2) Kuarang pedulinya pabrik terhadap kesejahhteraan masyarakat
setempat sehingga memicu etrjadinya kesenjangan sosial.
4.3 Biaya Produksi yang Tinggi
Masalah lain yang mungkin dihadapi para Investor dalam
berinvestasi adalah biaya produksi yang tinggi. Tingginya biaya produksi
akan sangat berpengaruh terhadap tingginya harga barang yang nantinya
akan langsung berimplikasi terhadap sulitnya pemasaran.
Beberapa hal yang mempengaruhi tingginya biaya produksi adalah
ketidakefisiensinya alat – alat produksi serta banyaknya karyawan yang
bekerja kurang maksimal sehingga terjadi “The Law of Diminishing Return”
yang menyebabkan tingginya production cost padahal income yang diterima
perusahaan tidak sebanding denga pengeluarannya.
4.4 Bahan Baku yang Sulit Dicari serta Infrastruktur Jalan dari Lokasi Sumber
Bahan Baku menuju Pebrik Pengolahan yang Kurang Baik
Masalah lain yang dapat menimpa para Investor dalam berinvestasi
adalah masalah sulitnya bahan baku serta infrastruktur jalan dari lokasi
sumber bahan baku menuju pabrik yang kurang baik. Masalah yang satu ini
dapat menurunkan tingkat efisiensi kerja dari bagian produksi karena bahan
baku sulit dicari serta kondisi infastruktur jalan yang sulit dapat
menghambat pasokan bahan baku produksi. Perusahaan memang tidak akan
mengalami defisit secara langsung namun penurunan efisiensi kerja akan
mempengaruhi menurunnya pendapatan sedangkan dapat diasumsikan biaya
produksi tetap sehingga perusahaan akan mengalami kerugian secara
bertahap.
4.5 Regulasi Pemerintah yang Menghambat Investor dalam Berinvestasi
Masalah lain yang mungkin dihadapi para Investor dalam
berinvestasi adalah regulasi pemerintah yang bersifat menghambat.para
investor dalam menginvestasikan modalnya. Regulasi dan kepastian hukum
merupakan hal yang sangat urgen bagi para Investor karena sebaik apapun
pasar dan bahan baku namun apabila tidak diimbangi oleh regulasi
pemerintah yang bersifat mendukung maka dapat dipastikan para Investor
akan enggan menginvestasikan modalnya. Beberapa karakteristik regulasi
yang bersifat menghambat antara lain :
1) Terlalu tingginya biaya fee/ royalty yang harus dibayarkan
kepada Pemerintah setempat.
2) Tidak adanya perlindungan terhadap para Investor.
3) Biaya pembebasan lahan yang terlampau tinggi.
4.6 Persaingan yang Tidak Sehat
Masalah lain yang tak kalah berbahayanya dengan maslah lainnya
yang bisa dihadapi para Investor dalam berinvestasi adalah adalah adanya
persaingan tidak sehat antara para entrepreneur. Hal ini biasanya ditandai
denga adanya desas – desus yang bersifat provokatif dan menyerang slah
satu atau lebih dari entrepreneur. Hal ini dikarenakan adanya
ketidakmampuan dalam memberikan pelayanan secara maksimal terhadap
para konsumen serta ketidakmampuan untuk bersaing secara sehat
sehinngga pelakunya memilih persaingan secara tidak sehat.
BAB V
SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN YANG DIHADAPI PARA
INVESTOR DALAM BERINVESTASI
5.1 Solusi Pemasaran
Bidang pemasaran merupakan bidang yang sangat urgen bagi suatu
perusahaan dalam mejaga eksistensi hidupnya. Berbagai permasalah
mungkin saja timbul dalam bidang ini. Beberapa solusi dalam bidang
pemasaran untuk permaslahan di bidang pemasaran yang dibahas pada bab
IV antara lain:
1) Membungkus Barang Produksi Sebaik Mungkin
Membungkus barang produksi sebaik mungkin
adalah strategi yang cukup jitu untuk menggaet para konsumen
untuk membeli suatu barang. Hal ini dikarenakan bila ada dua
barang atau lebih yang sejenis sedangkan ada satu barang yang
memiliki keunggulan di bidang tampilannya, misalnya barang
tersebut akan laku keras dengan catatan adanya permintaan
yang tinggi akan barang jenis tersebut.
2) Memberikan Pelayanan dengan maksimal
Pelayanan merupakan salah satu faktor yang
dipertimbangkan oleh para konsumen dalam membeli suatu
barang. Tanpa pelayanan yang baik dan maksimal para
konsumen akan merasa enggan untuk membeli barang produksi
suatu perusahaan. Beberapa contoh pelayanan yang baik dan
maksimal antara lain :
a. Memberikan senyum dalam melayani
b. Mampu menerima segala komentar dari para
konsumen
c. Tidak menunjukkan sikap emosional bahka
menunjukkan sikap ramah dan hangat.
3) Mengadakan Obsevasi ke Pasar untuk Mengetahui Jenis
Barang Apa yang Diminati dan Dibutuhkan Konsumen
Mengadakan observasi ke pasar guna mencari jenis
barang apa yang diminati dan dibutuhkan adalah cara terjitu
dalam menyelesaikan masalah pemasaran apabila sang
entrepreneur mengetahui bahwa jenis barang yang
diproduksinya kurang diminati masyarakat. Sang entrepreneur
harus dengan cermat, seksama, dan teliti dalam melihat kondisi
pasar, karena tanpa kecermatan konklusi yang diperoleh akan
tergambar kurang jelas bahkan salah perhitungan.
5.2 Solusi Keamanan
Bidang keamanan merupakan salah satu bidang yang mampu
menyangga dan menyokong kestabilan semua proses yang terjadi di sebuah
perusahaan. Ketidakberesan di dalamnya akan menimbulkan berbagai akibat
buruk. Beberapa solusi dalam bidang keamanan terkait masalah yang
dihadapi para Investor yang dibahas pada bab IV antara lain :
1) Menyediakan Tenaga Pengamanan yang Profesional secara
Maksimal
Dalam menjaga keamanan perusahaan diperlukan
tenaga keamanan yang profesional yang disediakan secara
maksimal. Maksud dari maksimal di sini berarti pengadaan
tenaga baik secara kuantitas yakni dalam hal jumlah tenaga
pengamanan maupun dalam segi motivasi misalnyadalam
bentuk gaji yang lumayan besar. Dengan adanya tenaga
pengamanan yang professional secara maksimal masalah
keamanan dapat sedikit tereduksi.
2) Menjalin Hubungan/ Komunikasi yang Baik dengan Warga
Sekitar
Solusi yang kedua adalah menjalin komunikasi yang
baik dengan warga sekitar dengan bersikap ramah dan peduli
terhadap masyarakat sekitar. Bentuk sikap ramah dan peduli
terhadap masyarakat sekitar dapat berupa bantuan sosial,
pemberian sembako secara murah setiap jangka waktu tertentu,
dan memperhatikan dampak yang ditimbulkan oleh limbah
perusahaan atau keberadaan perusahaan terhadap kehidupan
masyarakat. Karena komunikasi yang baik antara Investor
dengan masyarakat setempat merupakan langkah preventif
yang terbaik untuk mencegah permasalahan di bidang
keamanan.
3) Merekrut Warga yang Dianggap Potensial untuk Bekerja pada
Perusahaan
Solusi yang selanjutnya dalam menyelesaikan
masalah keamanan adalah merekrut warga yang dinggap
memiliki kualitas yang baik untuk dipekerjakan di perusahaan.
Hal ini merupakan langkah yang cukup ampuh untuk menarik
simpati masyarakat sehingga dapat meminimalisir terjadinya
gangguan keamanan yang berasal dari warrga setempat. Namun
juga harus disosialisasikan bahwa adanya penyaringan tenaga
kerja dalam perekrutan sehingga keberadaan mereka benar –
benar diperlukan bagi perusahaan. Pengutamaan terhadap
tenaga kerja yang berasal dari desa setempat perlu dilakukan
untuk mendukung solusi yang satu ini.
4) Menyediakan Royalty/ Fee untuk Masyarakat Setempat
Yang menjadi solusi selanjutnya adalah pemberian
royalty/ fee kepada masyarakat setempat yang diwakili oleh
pemimpin masyarakat setempat sebagai kompensasi atas
berdirinya perusahaan dengan jangka waktu tertentu secara
kontinu. Royalty dapat berupa uang cash, ataupun barang –
barang yang diperlukan masyarakat setempat atau bahkan bisa
berupa pemberian modal bagi masyarakat setempat. Dengan
adanya royalty ini diharapkan keberadaan pabrik tidak
menjadikan adanya kesenjangan sosial yang nantinya akan
dapat memicu berbagai permasalahan baru, demo anarkis
misalnya.
5) Memberikan Beasiswa bagi Siswa Daerah Setempat yang
Berprestasi yang nantinya akan direkrut menjadi Karyawan
Pabrik
Solusi yang lain untuk permasalahan keamanan
adalah pemberian besiswa bagi siswa – siswa yang berprestasi
sampai perguruan tinggi dan nantinya setelah lulus akan
dipekerjakan di perusahaan. Solusi ini merupakan solusi jangka
panjang dari ketersediaan tenaga – tenaga ahli masa depan
sehingga tidak perlu mendatangkan lagi tenaga ahli dari luar
negeri di masa depan. Dan solusi ini memberika efek yang
cukup baik pada masyarakat setempat karena anpa biaya
mereka bisa mendapatkan putra – putri mereka bergelar
sarjana.
5.3 Solusi Biaya Produksi
Biaya Produksi merupakan salah satu faktor yang menentukan
dalam harga jual barang produksi sehingga dapat dikatakan menjadi faktor
yang urgen dalam kelangsungan hidup perusahaan. Beberapa solusi yang
dapat diberikan oleh pemakalah terhadap masalah biaya produksi yang
dipaparkan pada bab IV antara lain :
1) Modernisasi Peralatan Produksi
Solusi yang pertama utuk masalah biaya produksi
adalah modernisasi peralatan produksi serta mekanisasi proses
produksi yang bisa menggunakan mesin. Namun dalam hal ini
perlu diperhatikan pemilihan mesin harus benar – benar cermat
dan teliti agar mesin dapat bekerja secara efisien. Hal ini
dikarenakan kesalahan dalam hal modernisasi dan mekanisasi
akan banyak menimbulkan banyak masalah dalam
prosesproduksi yang pada akhirnya akan dapat merugikan sang
entrepreneur sendiri.
2) Memaksimalkan Kinerja Karyawan
Solusi yang kedua adalah memaksimalkan kinerja
para karyawan yang telah bekerja pada perusahaan. sang
entrepreneur harus mencari tahu apa yang menyebabkan para
karyawan mampu memaksimalkan kerjanya. Pemberian
penghargaan sebaga karyawan terbaik setiap bulan misalnya
atau pemberian bonus bagi karyawan yang mampu memenuhi
target produksi tertentu dengan kualitas hasil produksinya
bagus tentunya dapat menjadi contoh bagaimana cara
memotivasi karyawan untuk bekerja maksimal.
5.4 Solusi Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku merupakan syarat mutlak bagi
eksistensinya proses produksi. Adanya hambatan dalam ketersediaan bahan
baku akan sangat menghmbat proses produksi yang pada akhirnya akan
menyebabkan penurunan profit dan menyebabkan deficit secara bertahap.
Beberapa solusi yang diberikan pemakalah terhadap masalah bahan baku
yang ada di bab IV antara lain :
1) Mencari Lokasi Sumber Bahan Baku yang Memadai
Solusi yang pertama adalah mencari lokasi sumber
bahan baku yang memadai apabila di lokasi yang lama bahan
baku sudah menipis. Hal ini sangat perlu sebab tanpa adanya
pasokan bahan baku yang memadai proses produksi akan
sangat terhambat dan terjadi penurunan efisiensi kerja yang
dapat mengakibatkan defisit. Mencari ini dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain survei dan observasi lapangan.
Survei dapat dilakuakn dengan cara mencari informasi di
berbagai departemen yang terkait dengan jenis bahan baku
yang dicari.
2) Meminta Perizinan Pemanfaatan dan Mendirikan Pos Bahan
Baku di Lokasi Bahan Baku
Solusi kedua yaitu meminta izin kepada pemerintah
untuk memanfaatkan bahan baku di lokasi bahan baku serta
mendrirkan pos pengangkutan bahan baku. Izin ini sangat
diperlukan agar tidak terjadi misscomunication dengan pihak
pemerintah sehingga meminimalisir tindakan sweeping yang
seringkali dilakukan aparat terhadap persahaan ilegal.
3) Memperlancar Infrastruktur Jalan dari Lokasi Bahan Baku ke
Pabrik
Solusi ketiga yang tiodak kalah penting dibanding dua
solusi di atas adalah memperbaiki kondisi infrastruktur jalan
antara lokasi sumber bahan baku dan pabrik pengolahan
sehingga pasokan bahan baku lebih lancer dan mampu
meminimalisir tingkat kerusakan alat transportasi akibat
kualitas jalan yang buruk. Tentunya perbaikan jalan ini tidak
bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan pemerintah setempat. Jadi
dapat diajukan proposal perbaikan jalan guna proses industri
kepada pemerintah.
5.5 Solusi Regulasi Pemerintah yang Menghambat
Solusi atas regulasi pemeritah yang menghambat adalah memberi
pengertian kepada pemerintah setempat bahwa investasi adalah hal yang
sangat penting bagi perkembangan ekonomi daerah tersebut selanjutnya
serta menjelaskan kesulitan yang dialami para Investor terhadap pelaksanaan
salah satu atau lebih regulasi pemerintah. Hal ini dapat dilaksanakan dalam
bentuk rapat, pertemuan biasa dengan pejabat yang berwenang, maupun
dalam forum diskusi, dls.
5.6 Solusi Persaingan yang Tidak Sehat
Persaingan tidak sehat merupakan salah satu faktor di luar proses
perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap image dan tingkat penjualan.
Solusi atas persaingan yang tidak sehat antara lain :
1) Mengajak Si Pembuat Berita Miring untuk Berdebat
Solusi yang pertama dalah mengajak si pembuat
berita miring untuk berdebat di suatu ruangan yang bebas
diikuti untuk umum dengan meminta bantuan polisi sebagai
tenaga pengamanan. Hal yang akan didebatkan adalah
statement dari si pembuat berita miring yang menjelek –
jelekkan perusahaan. Namun beberapa hal yang harus
dipersiapkan sebelum berdebat antara lain:
a. Statement yang akan dikeluarkan
b. Saksi kunci
c. Kondisi Debat
2) Mengajukan Gugatan Perdata
Apabila si pembuat berita miring masih tetap berkoar
tidak ada salahnya mengajukan gugatan perdata kepadanya atas
tuduhan pencemaran nama baik. Apabila tuduhan yang
dilontarkannya tidak terbukti maka makin terbukti bahwa desas
– desus itu hanya dibuat – buat.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
6.2.1 Beberapa penyebab terjadinya investasi oleh para Investor antara lain
:
1) Sebagai sarana mengembangkan usaha.
2) Sebagai salah satu bentuk saving.
3) Sebagai sarana mendapatkan profi.t
6.2.2 Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertinvestasi
antara lain :
1) Kondisi pasar dan prospek pasar ke depan
2) Kondisi keamanan
3) Biaya produksi
4) Bahan baku dan infrastruktur jalan dari daerah bahan baku
menuju ke pabrik pengolahan
5) Regulasi pemerintah
6.2.3 Investasi sangat berperan dalam meningkatkan perekonomian
Negara karena dengan adanya investasi akan terseap tenaga kerja
serta pembayaran royalty/ fee oleh para Investor akan menambah
National Income yang pada akhirnya akan meningkatkan Income Per
Capita yang biasanya dijadikan indicator kondisi perekonomian
suatu Negara.
6.2.4 Beberapa hambatan dalam berinvestasi antara lain :
1) Kondisi pasar yang kurang baik/ pemasaran yang sulit serta
prospek ke depan yang kurang bagus
2) Kondisi keamanan yang riskan
3) Biaya produksi yang tinggi
4) Bahan baku yang sulit dicari serta infrastruktur jalan dari lokasi
sumber bahan baku menuju pebrik pengolahan yang kurang baik
5) Regulasi pemerintah yang menghambat investor dalam
berinvestasi
6) Persaingan yang tidak sehat
6.2.5 beberapa solusi dalam memecahkan masalah dalam berinvestasi
antara lain :
1) Solusi dalam bidang pemasaran yaitu :
i. Membungkus barang produksi sebaik mungkin
ii. Memberikan pelayanan dengan maksimal
iii. Mengadakan obsevasi ke pasar untuk mengetahui jenis
barang apa yang diminati dan dibutuhkan konsumen
2) Solusi dalam bidang keamanan yaitu :
i. Menyediakan tenaga pengamanan yang profesional secara
maksimal
ii. Menjalin hubungan/ komunikasi yang baik dengan warga
sekitar
iii. Merekrut warga yang dianggap potensial untuk bekerja
pada perusahaan
iv. Menyediakan royalty/ fee untuk masyarakat setempat
v. Memberikan beasiswa bagi siswa daerah setempat yang
berprestasi yang nantinya akan direkrut menjadi karyawan
pabrik
3) Solusi dalam menghadapi biaya produksi yang tinggi yaitu :
i. Modernisasi peralatan produksi
ii. Memaksimalkan kinerja karyawan
4) Solusi dalam bidang bahan baku yaitu :
i. Mencari lokasi sumber bahan baku yang memadai
ii. Meminta perizinan pemanfaatan dan mendirikan pos bahan
baku di lokasi bahan baku
iii. Memperlancar infrastruktur jalan dari lokasi bahan baku ke
pabrik
5) Solusi dalam hal regulasi pemerintah yang menghambat yaitu:
i. Menjelaskan kesulitan yang dialami
6) Solusi dalam hal persaingan yang tidak sehat yaitu :
i. Mengajak si pembuat berita miring untuk berdebat
ii. Mengajukan gugatan perdata
6.2 Saran
6.2.1 Pemerintah harus bijaksana dalam menyikapi permasalahan dalam
bidang Investasi, karena Investasi merupakan salah satu jalan
meningkatkan perekonomian Negara.
6.2.2 Masyarakat seharusnya menerima dengan hangat kehadiran Investor
di tengah – tengah mereka selama para Investor berlaku baik.
6.2.3 Para Investor seharusnya mampu memecahkan berbagai kesulitan
yang menghadang dan harus memiliki hubungan yang baik dengan
warga sekitar dan pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
Griffin R dan Ronald Elbert. 2006. Business. New Jersey: Pearson Education.
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+
Indonesia/ltbi+04.htm
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Blog at WordPress.com.
www.duaberita.com
49
LAMPIRAN
Struktur Dunia Investasi
Monday, 28 July 2008 00:00
Secara sederhana, investasi dilihat dari wilayah atau obyek investasinya dibagi
menjadi dua yaitu sektor riil dan sektor finansial.
Kedua sektor ini telah lama digeluti meski tentu saja sektor riil pada awalnya
merupakan cikal bakal dari dunia investasi. Nah bagaimana bagan investasi yang
terjadi secara keseluruhan? Perhatikan skema gambar dibawah ini:
50
Pada era tahun 70 hingga akhir 90 an, mereka yang awam lebih terbiasa dengan
investasi sektor riil seperti sektor properti dan perkebunan. Namun setelah
masa krisis moneter menimpa negara kita, para investor mulai mencari jenis
investasi dengan return yang besar dalam tempo yang singkat dan disinilah
trend investasi sektor finansial mulai booming.
Investasi sektor riil (properti misalnya) umumnya membutuhkan modal yang
besar dan memakan waktu yang relatif lama untuk berkembang karena besarnya
modal maka likuiditasnya tidak secepat sektor finansial.
Ambillah contoh bila kita membeli sebuah rumah untuk investasi. Kelebihannya
nilainya biasanya tidak pernah menurun dan selalu meningkat.
Namun dilain sisi, setelah beberapa tahun, Anda hendak mencairkan investasi
Anda, maka Anda harus mencari seseorang yang memiliki dana yang cukup
untuk membeli rumah Anda yang nilainya mungkin sudah naik puluhan hingga
ratusan persen. Mencari pembeli yang seperti ini tidaklah mudah, disinilah
masalah likuiditas terjadi.
Lain halnya dengan sektor finansial. Investasi pada sektor ini memiliki
kecenderungan lebih likuid dan return yang relatif lebih besar, sebanding
dengan resikonya. Kelebihan lainnya adalah banyaknya produk investasi yang
ditawarkan pada sektor ini.
Lalu dimana posisi para Traders? Dia ada di dalam golongan Pasar Uang & Bursa
Komoditi Berjangka. Para traders merupakan type investasi pada sektor
51
finansial yang tergolong paling high risk-high return investment. Artinya,
peluang untuk memperoleh keuntungan sangat besar bahkan dapat mencapai
ratusan persen perbulan namun diimbangi dengan kemungkinan kerugian yang
besar apabila tidak dikelola dengan baik.
Perlu dipahami konsep high risk-high return disini. Pada dasarnya, semua jenis
investasi memiliki kemungkinan merugi. Besarnya potensi kerugian akan
sebanding dengan besarnya potensi keuntungan yang dapat kita peroleh disini.
Semakin besar potensi keuntungan yang dapat diperoleh disini, maka semakin
besar juga potensi kerugian yang dapat timbul dan sebaliknya.
Jika Anda tergolong sebagai safe investor yang tidak menyukai resiko atau
‘guncangan-guncangan’ dalam portfolio investasi Anda, maka nampaknya jenis
trading style bukan jenis investasi yang cocok bagi Anda. Hal ini disebabkan
karena trading style merupakan investasi yang memiliki pergerakan sangat
52
cepat dalam likuiditas maupun dalam pergerakan harga.
Secara logika, trading dapat saja membawa Anda memperoleh keuntungan
sebesar puluhan sampai ratusan persen dalam satu periode namun juga dapat
membawa Anda kehilangan jumlah yang sama.
Jika Anda seorang risk taker, maka trading adalah jenis investasi yang cocok
dengan Anda, dalam arti untuk memperoleh keuntungan besar, maka ia pun siap
menanggung potensi kerugian yang sama besarnya.
Lalu adakah cara meminimalisasi potensi kerugian yang ada?
Tentu saja ada! Risk management dan kemampuan analisa Anda adalah
kuncinya disini. Semakin baik Anda dalam menjalankan risk management dan
menganalisa pergerakan harga pasar, maka semakin kecil potensi loss yang
dapat terjadi. Semuanya berbanding lurus.
Untuk pembahasan mengenai investasi yang lebih lengkap silahkan klik di
Artikel Investasi
Next >