Makalah
description
Transcript of Makalah
CAIRAN ELEKTROLIT TUBUH
Adhytia Pradiartha*, Wahyu Hendarto**
ABSTRACTIn the human body, the electrolytes have a function, among others, in
maintaining the osmotic pressure of the body, regulate the distribution of fluid into the compartment water body (body's fluid compartement), maintaining the pH of the body and also be involved in each oxidation and reduction reactions and participate in every process metabolism. Most of the metabolic processes require and influenced by electrolyte.
Abnormal electrolyte concentrations that can cause a lot of disruption. Maintenance of osmotic pressure and the distribution of some human body fluid compartment is the main function of four major electrolytes, namely sodium (Na+), potassium (K+), chloride (Cl-), and bicarbonate (HCO3
-). Examination of the four major electrolytes in clinically known as "electrolyte profile".
Keywords : body fluids, electrolytes, osmotic pressure
ABSTRAKPada tubuh manusia, elektrolit-elektrolit memiliki fungsi antara lain dalam
menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap proses metabolisme. Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh elektrolit.
Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak gangguan. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3
-). Pemeriksaan keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.
Kata Kunci : Cairan tubuh, elektrolit, tekanan osmotik
PENDAHULUAN
Air (H20) merupakan komponen utama yang paling banyak terdapat di dalam
* Coassisten FK Universitas Islam Sultan Agung Semarang
** Dokter Spesialis Anestesiologi BLU RSUD Semanrang
1
tubuh manusia. Sekitar 60% dari total berat badan orang dewasa terdiri dari air.
Namun bergantung kepada kandungan lemak dan otot yang terdapat di dalam tubuh,
nilai persentase ini dapat bervariasi antara 50-70% dari total berat badan orang
dewasa.
Secara rata-rata tubuh orang dewasa akan kehilangan 2,5 liter cairan per
harinya. Sekitar 1,5 liter cairan tubuh keluar melalui urin, 500 ml melalui keringat,
400 ml keluar dalam bentuk uap air melalui proses respirasi (pernafasan) dan 100 ml
keluar bersama dengan tinja.
Dalam proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh, air mempunyai 2
fungsi utama yaitu sebagai pembawa zat-zat nutrisi seperti karbohidrat, vitamin, dan
mineral serta juga akan berfungsi sebagai pembawa oksigen (O2) ke dalam sel-sel
tubuh. Selain itu, air di dalam tubuh juga akan berfungsi untuk mengeluarkan produk
hasil metabolisme seperti karbon dioksida (CO2) dan juga senyawa nitrat. Selain
berperan dalam proses metabolisme, air yang terdapat di dalam tubuh juga akan
memiliki berbagai fungsi penting antara lain sebagai pelembab jaringan-jaringan
tubuh seperti mata, mulut, dan hidung, pelumas dalam cairan sendi tubuh, katalisator
reaksi biologik sel, pelindung organ dan jaringan tubuh serta juga akan membantu
dalam menjaga tekanan darah dan konsentrasi zat terlarut. Selain itu agar fungsi-
fungsi tubuh dapat berjalan dengan normal, air di dalam tubuh juga akan berfungsi
sebagai pengatur panas untuk menjaga agar suhu tubuh tetap berada pada kondisi
ideal yaitu ± 37O C.
Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2 kompartemen
utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan
intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel, sedangkan cairan ekstraselular
adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini dipisahkan oleh sel
membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total badan air
(Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan intrasellular dan 33% sisanya
akan berada pada cairan ekstrasellular. Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular
ini kemudian akan terdistribusi kembali kedalam 2 Sub kompartemen yaitu pada
cairan interstisial (ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada
2
kompartemen cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan
interstisial) dan 25% nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).
Total Cairan Tubuh
67 %
Cairan Intraseluler
33 %
Cairan Ekstraselular
75 %
Cairan Intertisial
25 %
Cairan
Intravascular
Tabel 1. Total Cairan Tubuh1
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan
Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul
yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel membran yang
memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang berbeda untuk tiap
zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua kompartemen juga akan
berbeda.
Elektrolit yang terdapat pada cairan tubuh akan berada dalam bentuk ion
bebas (free ions). Secara umum elektrolit dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu
kation dan anion. Jika elektrolit mempunyai muatan positif (+) maka elektrolit
tersebut disebut sebagai kation sedangkan jika elektrolit tersebut mempunyai muatan
negatif (-) maka elektrolit tersebut disebut sebagai anion. Contoh dari kation adalah
natrium (Na+) dan nalium (K+) dan contoh dari anion adalah klorida (Cl-) dan
bikarbonat (HCO3-). Elektrolit-elektrolit yang terdapat dalam jumlah besar di dalam
tubuh antara lain adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), magnesium
(Mg+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3+), fosfat (HPO4
2-) dan sulfat (SO42-)
Di dalam tubuh manusia, keseimbangan antara air (H2O) dengan elektrolit
diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada
tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam
menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam
kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga
3
akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap
proses metabolisme.
Dalam komposisi air keringat, tiga mineral utama yaitu natrium, kalium, dan
klorida merupakan mineral dengan konsentrasi terbesar yang terdapat di dalamnya.
Sehingga dengan semakin besar laju pengeluaran keringat, maka laju kehilangan
natrium, kalium, dan klorida dari dalam tubuh juga akan semakin besar. Diantara
ketiganya, natrium dan klorida merupakan mineral dengan konsentrasi tertinggi yang
terbawa keluar tubuh melalui kelenjar keringat (sweat glands).
Elektrolit adalah senyawa di dalam larutan yang berdisosiasi menjadi partikel
yang bermuatan (ion) positif atau negatif. Ion bermuatan positif disebut kation dan
ion bermuatan negatif disebut anion. Keseimbangan keduanya disebut sebagai
elektronetralitas1.
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh
elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak
gangguan1. Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan
hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu
natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan
keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.2
PEMBAHASAN
A. Fisiologi Natrium, Kalium, Klorida, dan Kalsium
Cairan tubuh terdiri dari air dan elektrolit. Cairan tubuh dibedakan atas
cairan ekstrasel dan intrasel. Cairan ekstrasel meliputi plasma dan cairan
interstisial1.
1. Fisiologi Natrium
Natrium adalah kation terbanyak dalam cairan ekstrasel, jumlahnya bisa
mencapai 60 mEq per kilogram berat badan dan sebagian kecil (sekitar 10-14
mEq/L) berada dalam cairan intrasel3. Lebih dari 90% tekanan osmotik di
cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang mengandung natrium, khususnya
dalam bentuk natrium klorida (NaCl) dan natrium bikarbonat (NaHCO3)
4
sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel menggambarkan
perubahan konsentrasi natrium4.
Perbedaan kadar natrium intravaskuler dan interstitial disebabkan oleh
keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kadar natrium dalam
cairan ekstrasel dan intrasel disebabkan oleh adanya transpor aktif dari natrium
keluar sel yang bertukar dengan masuknya kalium ke dalam sel (pompa
Na+,K+)5. Kadar natrium dalam cairan ekstrasel dan cairan intrasel dapat dilihat
pada Tabel 1.4
Jumlah natrium dalam tubuh merupakan gambaran keseimbangan antara
natrium yang masuk dan natrium yang dikeluarkan. Pemasukan natrium yang
berasal dari diet melalui epitel mukosa saluran cerna dengan proses difusi dan
pengeluarannya melalui ginjal atau saluran cerna atau keringat di kulit4.
Pemasukan dan pengeluaran natrium perhari mencapai 48-144 mEq3.Tabel 2. Kadar Elektrolit dalam Cairan Ekstrasel dan Intrasel4
Plasma
mEq/L
Cairan
Interstitial
mEq/L
Cairan
Intraseluler
mEq/L
Na+ 140 148 13
K+ 4,5 5 140
Ca2+ 5 4 1x10-7
Mg2+ 1,7 1,5 7
Cl- 104 115 3
HCO3 24 27 10
SO42- 1 1,2 -
PO42- 2 2,3 107
Protein 15 8 40
Anion Organik 5 5 -
Jumlah natrium yang keluar dari traktus gastrointestinal dan kulit kurang
dari 10%. Cairan yang berisi konsentrasi natrium yang berada pada saluran
cerna bagian atas hampir mendekati cairan ekstrasel, namun natrium
5
direabsorpsi sebagai cairan pada saluran cerna bagian bawah, oleh karena itu
konsentrasi natrium pada feses hanya mencapai 40 mEq/L3.
Keringat adalah cairan hipotonik yang berisi natrium dan klorida.
Kandungan natrium pada cairan keringat orang normal rerata 50 mEq/L.
Jumlah pengeluaran keringat akan meningkat sebanding dengan lamanya
periode terpapar pada lingkungan yang panas, latihan fisik, dan demam1.
Ekskresi natrium terutama dilakukan oleh ginjal. Pengaturan eksresi ini
dilakukan untuk mempertahankan homeostasis natrium, yang sangat diperlukan
untuk mempertahankan volume cairan tubuh. Natrium difiltrasi bebas di
glomerulus, direabsorpsi secara aktif 60-65% di tubulus proksimal bersama
dengan H2O dan klorida yang direabsorpsi secara pasif, sisanya direabsorpsi di
lengkung henle (25-30%), tubulus distal (5%), dan duktus koligentes (4%).
Sekresi natrium di urine <1%. Aldosteron menstimulasi tubulus distal untuk
mereabsorpsi natrium bersama air secara pasif dan mensekresi kalium pada
sistem renin-angiotensin-aldosteron untuk mempertahankan elektroneutralitas6.
Nilai rujukan kadar natrium pada :
Serum bayi : 134-150 mmol/L
Serum anak dan dewasa : 135-145 mmol/L
Urin anak dan dewasa : 40-220 mmol/24 jam
Cairan serebrospinal : 136-150 mmol/L
Feses : kurang dari 10 mmol/hari
2. Fisiologi Kalium
Sekitar 98% jumlah kalium dalam tubuh berada di dalam cairan intrasel.
Konsentrasi kalium intrasel sekitar 145 mEq/L dan konsentrasi kalium ekstrasel
4-5 mEq/L (sekitar 2%). Jumlah konsentrasi kalium pada orang dewasa berkisar
50-60 per kilogram berat badan (3000-4000 mEq). Jumlah kalium ini
dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Jumlah kalium pada wanita 25%
lebih kecil dibanding pada laki-laki dan jumlah kalium pada orang dewasa lebih
kecil 20% dibandingkan pada anak-anak7.
6
Perbedaan kadar kalium di dalam plasma dan cairan interstisial
dipengaruhi oleh keseimbangan Gibbs-Donnan, sedangkan perbedaan kalium
cairan intrasel dengan cairan interstisial adalah akibat adanya transpor aktif
(transpor aktif kalium ke dalam sel bertukar dengan natrium)7.
Jumlah kalium dalam tubuh merupakan cermin keseimbangan kalium
yang masuk dan keluar. Pemasukan kalium melalui saluran cerna tergantung
dari jumlah dan jenis makanan. Orang dewasa pada keadaan normal
mengkonsumsi 60-100 mEq kalium perhari (hampir sama dengan konsumsi
natrium). Kalium difiltrasi di glomerulus, sebagian besar (70-80%) direabsorpsi
secara aktif maupun pasif di tubulus proksimal dan direabsorpsi bersama
dengan natrium dan klorida di lengkung henle7. Kalium dikeluarkan dari tubuh
melalui traktus gastrointestinal kurang dari 5%, kulit, dan urin mencapai 90%8.
Nilai rujukan kalium serum pada:
Serum bayi : 3,6-5,8 mmol/L
Serum anak : 3,5-5,5 mmo/L
Serum dewasa : 3,5-5,3 mmol/L
Urin anak : 17-57 mmol/24 jam
Urin dewasa : 40-80 mmol/24 jam
Cairan lambung : 10 mmol/L
3. Fisiologi Klorida
Klorida merupakan anion utama dalam cairan ekstrasel. Pemeriksaan
konsentrasi klorida dalam plasma berguna sebagai diagnosis banding pada
gangguan keseimbangan asam-basa dan menghitung anion gap9.
Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30 mEq per kilogram
berat badan. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%
dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan
pada anak-anak dan dewasa10.
Keseimbangan Gibbs-Donnan mengakibatkan kadar klorida dalam cairan
interstisial lebih tinggi dibanding dalam plasma. Klorida dapat menembus
membran sel secara pasif11. Perbedaan kadar klorida antara cairan interstisial
7
dan cairan intrasel disebabkan oleh perbedaan potensial di permukaan luar dan
dalam membran sel11.
Jumlah klorida dalam tubuh ditentukan oleh keseimbangan antara klorida
yang masuk dan yang keluar. Klorida yang masuk tergantung dari jumlah dan
jenis makanan. Kandungan klorida dalam makanan sama dengan natrium.
Orang dewasa pada keadaan normal rerata mengkonsumsi 50-200 mEq klorida
per hari dan ekskresi klorida bersama feses sekitar 1-2 mEq perhari. Drainase
lambung atau usus pada diare menyebabkan ekskresi klorida mencapai 100
mEq perhari. Kadar klorida dalam keringat bervariasi, rerata 40 mEq/L. Bila
pengeluaran keringat berlebihan, kehilangan klorida dapat mencapai 200 mEq
per hari. Ekskresi utama klorida adalah melalui ginjal1.
Nilai rujukan klorida pada :
Serum bayi baru lahir : 94-112 mmol/L
Serum anak : 98-105 mmol/L
Serum dewasa : 95-105 mmol/L
Keringat anak : <50 mmol/L
Keringat dewasa : <60 mmol/L
Urin : 110-250 mmol/24 jam
Feses : 2 mmol/24 jam
4. Fisiologi Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,
yaitu 1,5-2% dari berat badan orang dewasa. Di dalam tubuh manusia terdapat
kurang lebih 1 kg kalsium12. Dari jumlah ini, 99% berada di dalam jaringan
keras, yaitu tulang dan gigi terutama dalam bentuk hidroksiapatit Kalsium
tulang berada dalam keadaan seimbang dengan kalsium plasma pada
konsenterasi kurang lebih 2,25-2,60 mmol/l (9-10,4 mg/100ml). Densitas tulang
berbeda menurut umur, meningkat pada bagian pertama kehidupan dan
menurun secara berangsur setelah dewasa. Selebihnya kalsium tersebar luas di
dalam tubuh. Di dalam cairan ekstraselular dan intraselular kalsium memegang
peranan penting dalam mengatur fungsi sel, seperti untuk transmisi saraf,
8
kontraksi otot, penggumpalan darah, dan menjaga permebilitas membran sel.
Kalsium juga mengatur pekerjaan hormon-hormon dan faktor pertumbuhan13.
B. Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium, Klorida, dan Kalsium
1. Gangguan Keseimbangan Natrium
Seseorang dikatakan hiponatremia, bila konsentrasi natrium plasma dalam
tubuhnya turun lebih dari beberapa miliekuivalen dibawah nilai normal (135-
145 mEq/L) dan hipernatremia bila konsentrasi natrium plasma meningkat di
atas normal. Hiponatremia biasanya berkaitan dengan hipoosmolalitas dan
hipernatremia berkaitan dengan hiperosmolalitas14.
i. Penyebab Hiponatremia
Kehilangan natrium klorida pada cairan ekstrasel atau penambahan air
yang berlebihan pada cairan ekstrasel akan menyebabkan penurunan
konsentrasi natrium plasma. Kehilangan natrium klorida primer biasanya
terjadi pada dehidrasi hipoosmotik seperti pada keadaan berkeringat selama
aktivitas berat yang berkepanjangan, berhubungan dengan penurunan volume
cairan ekstrasel seperti diare, muntah-muntah, dan penggunaan diuretik secara
berlebihan15.
Hiponatremia juga dapat disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang
menyebabkan gangguan fungsi glomerulus dan tubulus pada ginjal, penyakit
Addison, serta retensi air yang berlebihan (overhidrasi hipoosmotik) akibat
hormon antidiuretik15. Kepustakaan lain menyebutkan bahwa respons
fisiologis dari hiponatremia adalah tertekannya pengeluaran ADH dari
hipotalamus (osmolaritas urin rendah)4.
Pseudohiponatremia dapat dijumpai pada penurunan fraksi plasma, yaitu
pada kondisi hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia, hiperproteinemia, dan
hiperglikemia serta kelebihan pemberian manitol dan glisin7.
Menurut waktu terjadinya, hiponetremia dapat dibagi dalam 2 jenis16 :
a. Hiponatremia akut
Hiponatremia akut adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung
cepat yaitu kurang dari 48 jam. Pada keadaan ini akan terjadi gejala yang
berat seperti penurunan kesadaran dan kejang.
9
b. Hiponatremia kronik
Hiponatremia kronik adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung
lambat yaitu lebih dari 48 jam. Pada keadaan ini tidak terjadi gejala yang
berat seperti penurunan kesadaran dan kejang (ada proses adaptasi), gejala
yang timbul hanya ringan seperti lemas atau mengantuk.
ii. Penyebab Hipernatremia
Peningkatan konsentrasi natrium plasma karena kehilangan air dan
larutan ekstrasel (dehidrasi hiperosmotik pada diabetes insipidus) atau karena
kelebihan natrium dalam cairan ekstrasel seperti pada overhidrasi osmotik
atau retensi air oleh ginjal dapat menyebabkan peningkatan osmolaritas dan
konsentrasi natrium klorida dalam cairan ekstrasel7.
Kepustakaan lain menyebutkan bahwa hipernatremia dapat terjadi bila
ada defisit cairan tubuh akibat ekskresi air melebihi ekskresi natrium atau
asupan air yang kurang. Misalnya pada pengeluaran air tanpa elektrolit
melalui insensible water loss atau keringat, diare osmotik akibat pemberian
laktulose atau sorbitol, diabetes insipidus sentral maupun nefrogenik, diuresis
osmotik akibat glukosa atau manitol, gangguan pusat rasa haus di hipotalamus
akibat tumor atau gangguan vaskular4.
2. Gangguan Keseimbangan Kalium
Bila kadar kalium kurang dari 3,5 mEq/L disebut sebagai hipokalemia
dan kadar kalium lebih dari 5,3 mEq/L disebut sebagai hiperkalemia.
Kekurangan ion kalium dapat menyebabkan frekuensi denyut jantung
melambat4. Peningkatan kalium plasma 3-4 mEq/L dapat menyebabkan aritmia
jantung, konsentrasi yang lebih tinggi lagi dapat menimbulkan henti jantung
atau fibrilasi jantung4.
i. Penyebab Hipokalemia
Penyebab hipokalemia dapat dibagi sebagai berikut :
a. Asupan Kalium Kurang
Orang tua yang hanya makan roti panggang dan teh, peminum
alkohol yang berat sehingga jarang makan dan tidak makan dengan baik,
10
atau pada pasien sakit berat yang tidak dapat makan dan minum dengan
baik melalui mulut atau disertai oleh masalah lain misalnya pada
pemberian diuretik atau pemberian diet rendah kalori pada program
menurunkan berat badan dapat menyebabkan hipokalemia1.
b. Pengeluaran Kalium Berlebihan
Pengeluaran kalium yang berlebihan terjadi melalui saluran cerna
seperti muntah-muntah, melalui ginjal seperti pemakaian diuretik,
kelebihan hormon mineralokortikoid primer/hiperaldosteronisme primer
(sindrom barter atau sindrom gitelman) atau melalui keringat yang
berlebihan4. Diare, tumor kolon (adenoma vilosa), dan pemakaian pencahar
menyebabkan kalium keluar bersama bikarbonat pada saluran cerna bagian
bawah (asidosis metabolik)1. Licorice (semacam permen) yang
mengandung senyawa yang bekerja mirip aldosteron, dapat menyebabkan
hipokalemia jika dimakan berlebihan1.
c. Kalium Masuk ke Dalam Sel
Kalium masuk ke dalam sel dapat terjadi pada alkalosis ekstrasel,
pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta-adrenergik (pemakaian β2-
agonis), paralisis periodik hipokalemik, dan hipotermia4.
ii. Penyebab Hiperkalemia
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh :
a. Keluarnya Kalium dari Intrasel ke Ekstrasel
Kalium keluar dari sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolik
bukan oleh asidosis organik (ketoasidosis, asidosis laktat), defisit insulin,
katabolisme jaringan meningkat, pemakaian obat penghambat β-
adrenergik, dan pseudohiperkalemia4.
b. Berkurangnya Ekskresi Kalium melalui Ginjal
Berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan
hiperaldosteronisme, gagal ginjal, depresi volume sirkulasi efektif,
pemakaian siklosporin atau akibat koreksi ion kalium berlebihan dan pada
kasus-kasus yang mendapat terapi angiotensin-converting enzyme inhibitor
11
dan potassium sparing diuretics4. Pseudohiperkalemia dapat disebabkan
oleh hemolisis, sampel tidak segera diperiksa atau akibat kesalahan
preanalitik yang lain yaitu tornikuet pada lengan atas tidak dilepas sebelum
diambil darah setelah penderita menggenggam tangannya berulangkali
(peningkatan sampai 2 mmol/L). Jumlah trombosit >500.000/mm3 atau
leukosit >70.000/mm3 juga dapat meningkatkan kadar kalium serum9.
3. Gangguan Keseimbangan Klorida
i. Penyebab Hipokloremia
Hipokloremia terjadi jika pengeluaran klorida melebihi pemasukan.
Penyebab hipokloremia umumnya sama dengan hiponatremia, tetapi pada
alkalosis metabolik dengan hipokloremia, defisit klorida tidak disertai defisit
natrium. Hipokloremia juga dapat terjadi pada gangguan yang berkaitan
dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan
kompensasi ginjal9.
ii. Penyebab Hiperkloremia
Hiperkloremia terjadi jika pemasukan melebihi pengeluaran pada
gangguan mekanisme homeostasis dari klorida. Umumnya penyebab
hiperkloremia sama dengan hipernatremia. Hiperkloremia dapat dijumpai
pada kasus dehidrasi, asidosis tubular ginjal, gagal ginjal akut, asidosis
metabolik yang disebabkan karena diare yang lama dan kehilangan natrium
bikarbonat, diabetes insipidus, hiperfungsi status adrenokortikal dan
penggunaan larutan salin yang berlebihan, alkalosis respiratorik. Asidosis
hiperkloremia dapat menjadi petanda pada gangguan tubulus ginjal yang luas9.
4. Gangguan Keseimbangan Kalsium
i. Penyebab Hipokalsemia
Kekurangan kalsium pada masa pertumbuhan dapat menyebabkan
ganggguan pertumbuhan. Tulang kurang kuat, mudah bengkok, dan rapuh.
Semua orang dewasa, terutama setelah usia 50 tahun, kehilangan kalsium dari
tulangnnya. Tulang menjadi rapuh dan mudah patah. Hal ini dinamakan
osteoporosis yang dapat dipercepat oleh keadaan stress sehari-hari.
12
Osteoporosis lebih banyak terjadi pada wanita daripada laki-laki dan lebih
banyak pada orang kulit putih daripada kulit berwarna. Di samping itu
osteoporosis lebih banyak terjadi pada perokok dan peminum alkohol13.
FDA (1998) menegaskan bahwa asupan kalsium yang rendah adalah
salah satu faktor risiko terjadinya osteoporosis, suatu kondisi dari rendahnya
massa tulang atau kepadatannya. Osteoporosis terjadi pada 25% wanita
pascamenopause, nampaknya defisiensi estrogen pada masa itu ikut berperan
sehingga insidensnya pada wanita lebih tinggi17. Karena terapi osteoporosis
sulit dan sering kurang memuaskan, pencegahan sejauh ini merupakan cara
terbaik untuk menangani masalah kesehatan ini. Pencegahan osteoporosis
dapat dimulai ketika tulang seseorang dibentuk. Pembentukan tulang yang
kuat sebelum menopause melalui makanan yang kaya kalsium dan olahraga
yang adekuat tampaknya merupakan tindakan yang terbaik. Adanya cadangan
tulang pada usia pertengahan dapat memperlambat munculnya manifestasi
klinis osteoporosis pada usia selanjutnya. Akivitas fisik yang berlanjut seumur
hidup tampaknya dapat menunda atau mencegah pengeroposan tulang, bahkan
pada orang berusia lanjut18. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan
osteomalasia, yang dinamakan juga riketsia pada orang dewasa dan biasanya
terjadi karena kekurangan vitamin D dan ketidakseimbangan konsumsi
kalsium terhadap fosfor. Mineralisasi matriks tulang terganggu, sehingga
kandungan kalsium di dalam tulang menurun13.
ii. Penyebab Hiperkalsemia
Konsumsi kalsium hendaknya tidak melebihi 2500 mg sehari. Kelebihan
kalsium dapat menimbulkan batu ginjal atau gangguan ginjal. Di samping itu,
dapat menyebabkan konstipasi (susah buang air besar). Kelebihan kalsium
bisa terjadi bila menggunakan suplemen kalsium berupa tablet atau bentuk
lain13.
KESIMPULAN
Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistribusi ke dalam 2 kompartemen
utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Kedua
kompartemen ini dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu.
13
Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan Cairan
Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul yang
terdapat dalam kedua kompartemen tersebut.
Di dalam tubuh manusia, keseimbangan antara air (H2O) dengan elektrolit
diatur secara ketat agar sel-sel dan organ tubuh dapat berfungsi dengan baik. Pada
tubuh manusia, elektrolit-elektrolit ini akan memiliki fungsi antara lain dalam
menjaga tekanan osmotik tubuh, mengatur pendistribusian cairan ke dalam
kompartemen badan air (body’s fluid compartement), menjaga pH tubuh dan juga
akan terlibat dalam setiap reaksi oksidasi dan reduksi serta ikut berperan dalam setiap
proses metabolisme.
Sebagian besar proses metabolisme memerlukan dan dipengaruhi oleh
elektrolit. Konsentrasi elektrolit yang tidak normal dapat menyebabkan banyak
gangguan1. Pemeliharaan homeostasis cairan tubuh adalah penting bagi kelangsungan
hidup semua organisme. Pemeliharaan tekanan osmotik dan distribusi beberapa
kompartemen cairan tubuh manusia adalah fungsi utama empat elektrolit mayor, yaitu
natrium (Na+), kalium (K+), klorida (Cl-), dan bikarbonat (HCO3-). Pemeriksaan
keempat elektrolit mayor tersebut dalam klinis dikenal sebagai ”profil elektrolit”.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson L.M, ‘Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya’ dalam: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi ke-4. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 1995 : 283-301.
2. Scott M.G., LeGrys, V.A. and Klutts J,‘Electrochemistry and Chemical Sensors and Electrolytes and Blood Gases’’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1. Philadelphia : Elsevier Saunders Inc ; 2006 : 93-1014.
3. Matfin G. and Porth C.M, ‘Disorders of Fluid and Electrolyte Balance’ In: Pathophysiology Concepts of Altered Health States, 8th Edition. USA : McGraw Hill Companies ; 2009 : 761-803.
4. Darwis D, Moenajat Y, Nur B.M, Madjid A.S, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, ’Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit’ dalam Gangguan
14
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, ed. ke-2. Jakarta : FK-UI ; 2008 : 29-114.
5. Sacher R.A. dan Mcpherson R.A,‘Pengaturan Asam-Basa dan Elektrolit’ pada : Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium, edisi kedua. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2002 : 320-340.
6. Stefan Silbernagl and Florian Lang, Teks dan Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2007 : 92-125.
7. Reilly R.F and Perazella M.A, In: Lange Acid-Base Fluids and Electrolytes. USA : McGraw Hill Companies Inc ; 2007 : 21-170.
8. Ganong W.F, ’Fungsi Ginjal dan Miksi’ pada Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi ke-22. Jakarta : Buku Kedokteran EGC ; 2005 : 725-756.
9. Klutts J.S. and Scott M.G, ‘Physiology and disorders of Water, Electrolyte, and Acid-Base Metabolism’ In: Tietz Text Book of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostics, 4th Ed. Vol.1. Philadelphia : Elsevier Saunders Inc ; 2006 : 1747-1775.
10. Priest G, Smith B and Heitz, ’9180 Electrolyte Analyzer Operator’s Manual’ 1st Ed. USA : AVL Scientifi Corporation ; 1996 : 1-120.
11. Eaton D.C. and Pooler J.P, in: Vander’s Renal Physiology, 7th Ed. Atlanta : McGraw Hill Companies Inc ; 2009 : 77-154.
12. Mayes, P.A. Metabolisme asam lemak tak jenuh dan eikosanoid. In: Murray, R.K., D.K. Granner, P.A. Mayes, V.W. Rodwell. (Eds). Biokimia Harper. Alih bahasa oleh Andry Hartono, Editor edisi bahasa Indonesia, Anna P. Bani, Tiara M.N. Sikumbang. Ed. 25. Jakarta : EGC ; 2003 : 242-259
13. Almatsier, S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum ; 2004
14. O’Callaghan C, ’Sains Dasar Ginjal dan Gangguan Fungsi Metabolik Ginjal’ At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga ; 2009 : 22-68.
15. Fischbach F, Dunning M.B, Talaska F, Barnet M, Schweitzer T.A, Strandell C, et al, ‘Chlorida, Potassium, Sodium’ In: A Manual of Laboratory and Diagnostic Test, 8th Ed. Philadelphia : Lippincot Wiliams and Wilkins ; 2009 : 997-1009.
16. [UPK-PKB] Unit Pendidikan Kedokteran-Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam- Basa. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ; 2007
15
17. Hillegas, K, Patofisiologi Konsep Klinis dan Proses-Proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta : EGC ; 2005
18. Sherwood, L. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC ; 2001.
16