Lestari #1 2015

26
EDISI1/2015

description

 

Transcript of Lestari #1 2015

Page 1: Lestari #1 2015

EDISI�1/2015

Page 2: Lestari #1 2015

Ketu

a�divisi�litb

ang

Ketu

a�divisi�psd

m�;

Ketu

a�divisi�m

edko

m�

Lal

u H

end

ri B

agu

s S

etia

wan

Sekr

etar

is�umum

Bend

ahar

a�um

umN

enen

g L

idya

Dam

ayan

ti

Kh

oiru

nis

sa H

iday

ati

BPH

Ketu

a�um

um�

M. L

uth

fan

Fau

zan

Dia

n W

ijia

stu

ti

Mu

stik

a P

utr

i

Gil

ang

Ari

ya P

rata

ma

Ard

iant

oZ

ulha

ris

Pra

sety

oS

iska

Fit

rian

aH

endr

i Yud

isai

Bas

anda

Eta

vita

Gal

ang

Gum

ilar

Yud

ha F

ariz

kyB

agus

Put

roG

arry

Gun

tara

Dio

Pra

nand

aA

rliz

aL

uthf

an F

auza

nN

ia K

urni

awat

iR

ony

Wic

akso

noF

idya

Pra

sety

a

LITB

ANG�

PSDM

�E

rry

Kur

niaw

anIn

tan

Efe

ndi

Sat

riya

Ade

Akb

ar E

kaIn

mas

Jak

far

Fai

sal A

rsya

dW

igan

da V

ebri

anto

Afi

na N

urul

Dew

i H

anda

yani

Imam

Bah

iA

gil

Mub

arok

Far

han

Fab

ilah

Dia

n N

urai

niM

usti

ka P

utri

Fak

hry

Ard

iand

syah

Dw

i Ayu

Sit

i M

ahm

uda

Lel

y K

urni

awat

iY

utik

a T

esar

ani

Riz

ka H

apsa

riR

eza

Adi

tya

MED

KOM�

Den

ok L

ukm

anas

ari

Nur

Ast

ika

Put

riY

udo

Sur

yoT

aufi

k H

iday

atH

eti

Nur

Isn

aini

Pet

er G

unta

raK

hoir

unni

sa H

Bry

an B

iman

toro

Zul

hilm

i H

anif

Fre

e C

hili

a

KSK�

Sri

Aul

iaw

ati

Yoh

ana

Sek

arN

erni

ng G

alid

haA

yu P

utri

RE

ni F

atih

atun

Ali

fa K

hoir

unni

saT

iara

Eli

zaA

nggi

Page 3: Lestari #1 2015

SALAM�REDAKSIA

lhamdulillaah, rasa syukur tidak lupa kami sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa dan Maha Memudahkan, sehingga akhirnya Divisi Media dan Komunikasi Koalisi Pemuda Hijau Indonesia (KOPHI) Yogyakarta bisa menyelesaikan e-Magz perdana KOPHI Yogyakarta yang kami beri nama Lestari eMagazine. Edisi perdana e-Magz ini tidak lepas dari berbagai rintangan dan kendala dalam

penyelesaiannya. Tapi, berkat kegigihan dan keseriusan kami dalam berusaha untuk berkontribusi nyata melestarikan lingkungan, akhirnya kami bisa menyelesaikan edisi perdana ini.

Mengenai filosofi dari nama Lestari eMagazine adalah menggambarkan arti kata dari Lestari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yakni tetap seperti keadaannya semula; tidak berubah; bertahan; kekal. Kami berharap semoga dengan hadirnya e-Magz ini bisa tetap menjaga dengan baik lingkungan Indonesia dan Yogyakarta khususnya supaya tetap lestari, tidak berubah, bertahan, dan kekal selamanya. Kami juga berharap, e-Magz ini lestari dalam penerbitannya, tidak hanya hadir diedisi pertama saja, namun juga berlanjut ke edisi-edisi berikutnya.

Untuk kata eMagazine sendiri menggambarkan arti bahwa majalah ini bersifat elektronik. Hal ini juga demi m e n d u k u n g s e m a n g a t K O P H I Yogyakarta yang berusaha untuk b e r k o n t r i b u s i n y a t a d a l a m m e n y e l e s a i k a n p e r m a s a l a h a n lingkungan, salah satunya dengan tidak mencetak majalah ini dengan kertas karena hal itu akan menambah kerusakan lingkungan kita.

Semoga dengan hadirnya Lestari eMagazine ini bisa menambah rasa cinta kita pada lingkungan. Mari berkontribusi nyata untuk lingkungan dari hal-hal kecil dan ketika hal-hal kecil itu dilaksanakan bersama, maka akan menjadi sebuah hal besar yang berdampak pada lingkungan kita. SALAM LESTARI!

RED

2 www.kophiyogya.org 20151 www.kophiyogya.org 2015

1

TIM�REDAKSIPENANGGUNG�JAWAB

PEMIMPIN�REDAKSI

LAYOUTER

FOTOGRAFER

Lalu Hendri Bagus Setiawan

Khoirunnissa Hidayati

:

: Bryan Bimantoro

: Zulhilmi Hanif

:

MasnicoPeter Guntara

REPORTER :AstikaDenok

Heti

LuthfanMumusDianTaufik

NisaLalu

Page 4: Lestari #1 2015

2

2 www.kophiyogya.org 2015

Sajian�Utama

PENGENDALIAN�PENCEMARAN�AIR�DI�YOGYAKARTA

ernahkah melihat sungai yang kotor?

PTau nggak sih darimana sebenarnya

sumber pencemaran tersebut? Menurut

Pak Sjamsu Agung Widjaja selaku Kepala Sub Bagian

Umum Badan Lingkungan Hidup (BLH) Yogyakarta,

sumber tersebut bias berasal dari limbah domestik

seperti sampah-sampah rumah tangga, hasil cucian,

pupuk, buangan hasil ternak serta limbah industri. Akan

tetapi tingkat pencemaran bisa berubah-ubah, salah satu

faktor yang mempengaruhi adalah musim. Ketika musim

kemarau, tentunya jumlah air di sungai lebih sedikit

dibandingkan saat musim hujan, sehingga jumlah limbah

akan terlihat lebih banyak ketika musim kemarau.

Untuk limbah industri, dari BLH sendiri sudah

ada aturannya lewat IPAL (Instalasi Pengolahan Air

Limbah). Perusahaan ataupun industri akan diawasi

pengolahan limbahnya oleh BLH. Setiap bulan industri

akan diminta mengirimkan laporan pengolahan

limbahnya, dan petugas BLH juga akan mengeceknya

secara langsung kesan untuk cross check antara laporan

dengan apa yang terjadi dilapangan. Jika ada industri

yang “nakal”, akan dikenakan sanksi berupa teguran.

Hingga teguran ketiga tidak ditanggapi, maka dari BLH

diperbolehkan untuk menutup saluran pembuangan

limbah industri tersebut.

Namun untuk limbah domestik, sangat susah

untuk mengendalikannya. Karena tidak ada peraturan

yang mengatur, selain itu juga butuh kesadaran

masyarakat untuk mengurangi pembuangan limbah

secara sembarangan kedalam sungai.

Merti Kali, program dari Badan Lingkungan

Hidup Yogyakarta mengenai kebijakan pengelolaan

sungai. Dimana pengelolaan sungai kembalikan kepada

kearifan lokal. Yang menginisiasi perbaikan lingkungan

disekitarnya adalah warga sendiri dan BLH akan

memfasilitasinya. Oleh sebeb itu, penyadaran kepada

masyarakat pentingnya menjaga lingkungan sangatlah

vital. “Masyarakat semakin cerdas, lingkungan pun

makin lestari” seperti dikutip dari Pak Sjamsu Agung

Widjaja.

Lingkungan hidup adalah aspek yang sangat

penting bagi kehidupan kita semua. Bagaimana tidak,

kita bernafas membutuh kan oksigen yang dihasilkan

oleh pepohonan, juga membutuhkan air untuk hidup

karena tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

Lingkungan sebagai sumber kehidupan, bagi manusia

juga bagi hewan dan tumbuhan itu sendiri. Janganlah

bergantung kepada pemerintah untuk bergerak, mulailah

dari diri sendiri. Jika bukan kita, siapa lagi? Jika bukan

sekarang, kapan? Salam Lestari!

Khoirunissa Hidayati

Media dan Komunikasi

Page 5: Lestari #1 2015

hidup. Diharapkan dengan terbentuknya KOPHI, NGO

dan komunitas peduli lingkungan dapat saling berbagi

pengalaman, ide, dan masukan kepada para anak muda

yang berkaitan dengan lingkungan. Setelah berdiri dan

dideklarasikan secara resmi pada tahun 2010, KOPHI

dirasa efektif untuk mewadahi pemuda-pemuda di

daerah untuk berkontribusi dalam pelestarian

lingkungan hidup. Tujuh belas KOPHI daerah tersebut

telah menjadi pemain dalam upaya pelestarian dan

3 www.kophiyogya.org 2015

3 Perdana

Koalisi Pemuda Hijau Indonesia atau

KOPHI berdiri pada tanggal 28

Oktober 2010 dan diresmikan pada

tanggal 30 Oktober 2010 melalui Deklarasi KOPHI di

Museum Bank Mandiri untuk menjadi suatu wadah bagi

anak muda yang ingin menjadi bagian dari solusi masalah

perubahan iklim sehingga mereka dapat bergerak untuk

melakukan sebuah tindakan secara kolektif dan

berkelanjutan demi terciptanya lingkungan yang lestari.

Dipelopori oleh ketiga pendirinya; Yudithia

(Universitas Indonesia), Lidwina Marcella (London

School of Public Relation) dan Agusman Pranata

(President University), KOPHI berkembang

menjadi organisasi pemuda pemerhati

lingkungan yang tersebar di 17 provinsi

Indonesia. Pembentukan KOPHI berjalan

independen dan tidak terafiliasi dengan

organsisasi atau pihak tertentu.

KOPHI berdiri pada dasarnya tidak

hanya menjadi forum komunikasi antara

pemuda-pemudi Indonesia yang mempunyai

kepedulian terhadap isu perubahan iklim, namun juga

hadir sebagai fasilitator dalam pengembangan kapasitas

mereka melalui workshop, training, dan aksi konkrit yang

bekerjasama dengan NGO dan komunitas-komunitas

hijau. Di samping itu, KOPHI juga diarahkan untuk dapat

menjadi sumber informasi bagi pemuda-pemudi

Indonesia terkait isu perubahan iklim dan lingkungan

SEKILAS�

TENTANG�KOPHI�

Page 6: Lestari #1 2015

4 www.kophiyogya.org 2015

4 Perdanamasalah lingkungan di daerah masing-masing. Sehingga

kehadiran KOPHI sesungguhnya telah dirasakan oleh

masyarakat Indonesia.

Pada 11 November 2011, Gumilang Satriyo

Nugroho (UGM) dan Ekamara Ananami Putra (UGM)

mengikuti Kongres Nasional I di President University,

Jababeka, Jakarta sebagai bentuk kepedulian mereka

terhadap gerakan lingkungan. Dalam Kongres Nasional

I ini Gumilang Satriyo Nugroho ditetapkan sebagai

Koordinator Umum KOPHI D.I. Yogyakarta. Seusai

Kongres Nasional I, Gumilang atau akrab dipanggil

Gilang, membuka kesempatan bagi mahasiswa-

mahasiswa di Yogyakarta untuk mendirikan KOPHI D.I.

Yogyakarta baik melalui mekanisme rekrutmen terbuka

dan rekrutmen tertutup. Pada tanggal 22 November

2011, Gumilang Satriyo Nugroho, Ekamara Ananami

Putra, Rida Nurafiati, Dito Sunjaya, dan Andri Prasetiyo

mulai menyusun visi misi dan rencana kerja KOPHI D.I.

Yogyakarta. Meskipun KOPHI merupakan organisasi

yang terstruktur, namun otonomi untuk setiap daerah

diizinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan potensi

dan tantangan daerah masing-masing. Hal inilah yang

menjadi langkah awal pendirian KOPHI D.I.

Yogyakarta.

Berikut merupakan visi dan misi KOPHI D.I.

Yogyakarta yang diacu dari visi dan misi KOPHI Pusat:

Visi KOPHI D.I. Yogyakarta

Menjadi wadah bagi generasi muda DI Yogyakarta

untuk berkontribusi dalam upaya penyelamatan dan

pelestarian lingkungan

Misi KOPHI D.I. Yogyakarta

Menjadi wadah berkreasi untuk kelestarian lingkungan

Menjadi media informasi bagi pemuda terkait isu

lingkungan

Mengedukasi pemuda DI Yogyakarta untuk peduli

terhadap lingkungan Melakukan aksi nyata demi

penyelamatan lingkungan hidup

Pada awal kepengurusannya, KOPHI D.I.

Yogyakarta dijalankan oleh Gumilang Satriyo Nugroho

sebagai Ketua Umum, Siti Sarah sebagai Sekretaris

Umum, Rida Nurafiati sebagai Bendahara Umum, Andri

Prasetiyo sebagai Ketua Divisi Penelitian dan

Pengembangan yang dibantu oleh dua Ketua Subdivisi

yaitu Fakhry Hafiyyan Wicaksana, Waritsa Nur

Fadhillah dan Ekamara Ananami Putra, Dito Sunjaya

sebagai Ketua Divisi Media dan Komunikasi dibantu

oleh Gita Meina Amalia dan Yudho Budi Satria sebagai

Wakil Ketua Divisi Media dan Komunikasi. Seusai

menentukan pola kepengurusan daerah dan program

kerja utama, para pengurus KOPHI D.I. Yogyakarta

angkatan 2011-2012 ini kemudian membuka

kesempatan rekrutmen untuk pemuda Yogyakarta secara

luas. Akhirnya diperoleh 22 orang anggota baru dari

mekanisme rekrutmen terbuka sehingga jumlah anggota

dan pengurus KOPHI D.I. Yogyakarta pada periode

2011-2012 secara keseluruhan sebanyak 32 orang.

Sebaran asal sekolah dan perguruan tinggi para anggota

KOPHI D.I. Yogyakarta periode 2011-2012 ini yaitu

berasal dari SMA Negeri 8 Yogyakarta, Universitas

Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta,

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Universitas

Teknologi Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Teknik

Lingkungan. Selama periode 2011-2012, KOPHI D.I.

Yogyakarta telah melakukan 5 program kerja, antara lain

open recruitment, Green Launching, KOPHI Goes to

School, Bersih Desa Randusari “Hari Bumi Kita

Mengabdi”, dan Siang Keakraban. Di samping itu,

KOPHI D.I. Yogyakarta juga mendapatkan perhatian

yang cukup besar dari para pemuda dan komunitas sosial

yang ada di Yogyakarta, yaitu dengan adanya beberapa

undangan untuk kolaborasi gerakan bersama komunitas

sosial lain dan undangan untuk mengisi materi di

Page 7: Lestari #1 2015

5 www.kophiyogya.org 2015

5 Perdanakegiatan komunitas sosial lain. Hal ini merupakan awal yang baik

bagi organisasi lingkungan berbasis pemuda yang baru saja lahir di

Kota Pelajar ini.

Sebagai KOPHI daerah yang baru saja lahir dan tumbuh,

KOPHI D.I. Yogyakarta memberikan kontribusi yang cukup

baik untuk mendukung upaya penyadaran dan penyelamatan

lingkungan hidup di Yogyakarta. Oleh karena itu, selama

dua periode berturut-turut, yakni pada periode 2011-2012

di masa kepemimpinan Gumilang Satriyo Nugroho dan

pada periode 2012-2013 di masa kepemimpinan Rida

Nurafiati, KOPHI D.I. Yogyakarta berhasil memberikan

kontribusi optimal kepada lingkungan hidup dan masyarakat.

Selama dua periode berturut-turut, KOPHI D.I. Yogyakarta

memperoleh penghargaan sebagai KOPHI Daerah Paling

Produktif berdasarkan pengamatan rekan-rekan KOPHI

Nasional. Penghargaan ini diperoleh bukan hanya karena

upaya anggota KOPHI D.I. Yogyakarta saja, namun juga

dukungan dari lembaga pemerintah, seperti Badan

Lingkungan Hidup Provinsi DIY, Badan

Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Dinas

Perikanan DIY, Dinas Perkebunan dan

Kehutanan DIY; komunitas sosial yang

pernah berkolaborasi gerakan dengan

KOPHI D.I. Yogyakarta; dan terutama

m a s y a r a k a t Yo g y a k a r t a y a n g

memberikan sambutan hangat atas

program kerja yang KOPHI D.I.

Yogyakarta laksanakan.

Rida Nurafiati

Page 8: Lestari #1 2015

6 www.kophiyogya.org 2015

6ENVIROMENTAL�LEADER�CAMP

Environmental Leaders Camp (ELC) adalah

salah satu dari kegiatan yang diadakan oleh KOPHI

Yogyakarta pada tanggal 13, 14 dan 15 Maret 2015 lalu.

“ELC merupakan simbolis dari ucapan selamat datang

kepada para anggota baru. Selain itu menjadi wadah

pertama untuk mendekatkan anggota, tidak hanya

anggota baru tetapi anggota lama juga”, disampaikan

oleh Mustika Putri sebagai Ketua Acara dari ELC

sekaligus Kepala Divisi PSDM KOPHI Yogyakarta

yang berasal dari Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik, UGM.

Tentu saja tidak hanya keakraban dengan

anggota lainnya yang ingin didapat, namun diacara ini

juga memberikan pengetahuan baru dengan adanya

workshop dan seminar yang diadakan seperti Project

Management, Mengkampanyekan Isu Lingkungan

Melalui Media dan juga Disaster and Environmental

Issues. Anggota KOPHI Yogyakarta tidak hanya

berasal dari satu Universitas, namun dari banyak

Universitas bahkan hampir mencakup Universitas yang

ada di Yogyakarta dan dari jurusan yang berbeda-beda,

sehingga dapat berbagi ide menurut pandangan

masing-masing untuk mencapai tujuan bersama untuk

melestarikan lingkungan. Selain itu ada group

discussion bersama divisi masing-masing untuk

merumuskan program kerja KOPHI Yogyakarta

selama setahun kedepan. Dengan merumuskan

program kerja dan mendiskusikannya bersama-sama,

diharapkan akan mendapatkan hasil yang optimal. Dan

sebagai puncak acara dari ELC adalah pelantikan

anggota baru menjadi anggota utama, hal ini dilakukan

secara simbolis dengan penyerahan korsa KOPHI

Yogyakarta dan memakainya saat pelantikan. Dalam

ELC tujuannya tidak hanya sekedar untuk

mengakrabkan diri, akan tetapi seperti kata Mustika,

“ELC juga sebagai alat pertama untuk mengenal kophi

lebih dalam lagi”.

“Dengan diadakanya ELC kita berharap selain

menjadi semakin akrab, karena kita dalam

memperjuangan lingkungan di kophi yogyakrta adalah

team work, tentu perlu untuk saling kenal, seperti kata

pepatah “tak kenal maka tak sayang” sehingga

diharapkan waktu yang selama 3 hari bisa untuk saling

mengenal. Selain itu tentu kita membutuhkan suatu

format acara dimana kita bisa bertukar pikiran saling

mengutarakan gagasan masing masing, membahas

permasalahan yang ada dilingkungan sekitar, sehingga

kedepanya kita bisa bergerak bersama”, ungkap Lalu

Hendri.

Tahun 2015 ini adalah tahun kedua diadaknnya

ELC. Awal mula adanya ELC ini adalah ide dari Lalu

Hendri Bagus, Ketua Umum KOPHI Yogyakarta

periode 2013-2015 yang berasal dari Jurusan Film dan

Televisi, Fakultas Seni Media Rekam, ISI. “Ide

didapatkan dari pengalaman saya sendiri, saya sering

mengikuti pelatihan kepemimpinan atau forum forum

pemuda yang berkaitan dengan lingkungan misalnya

YFCC, PGC, FLS, PYLC dan lain sebagainya, dari

sana saya terinspirasi buat membuat konsep acara

serupa dilingkup yang lebih kecil yaitu di KOPHI

Yogyakarta. Sehingga dirasa perlu dibuat suatu wadah

atau sebuah forum untuk berdiskusi bersama, ya itu

salah satunya ELC, dengan sudah ikut ELC harapan

utamanya bisa saling mengenal antar anggota, selain itu

dapat pengetahuan dan wawasan baru. Hingga sudah

ada bayangan kedepan kita mau seperti apa”.

Khoirunnissa Hidayati – Media dan

Komunikasi (Farmasi, UGM)

Page 9: Lestari #1 2015

7 www.kophiyogya.org 2015

7

ari beberapa wawancara singkat

Dkepada pengunjung SO1 Maret dan

pejalan kaki area 0 kilometer kota

Yogyakarta mengenai “tanggal 22 April itu hari apa?”

ternyata pemuda-pemudi dan masyarakat kota

Yogyakarta tidak mengetahui bahwa di tanggal 22

April merupakan Hari Bumi. Sebenarnya Hari Bumi

atau Earth Day diperingati oleh seluruh masyarakat

dunia setiap tanggal 22 April, namun kiranya

masyarakat kurang mengenak kapan itu Hari Bumi.

Pertama kalinya, Hari Bumi diselenggarakan lebih dari

43 tahun lalu yaitu tanggal 22 April 1970 bertempat di

Amerika Serikat. Awal mulanya Earth Day digagas

oleh Gaylord Nelson, beliau adalah senator Amerika

dari negara bagian Wisconsin yang pada saat itu juga

juga menjadi seorang pengajar tentang lingkungan

hidup.

Pada tahun ini , KOPHI Yogyakarta

menyelenggarakan peringatan Hari Bumi dengan

KOPHI�dan�Sederet�

grand theme “KOPHI EARTH WEEK” agenda

tersebut diisi dengan berkunjung ke lima SMA/K di

daerah Yogyakarta selama lima hari terhitung tanggal

20 sampai 24 April 2015 dan ada puncak acara “Voice

Of Earth” ditanggal 25 April 2015. Dari serentetan

agenda berkunjung ke sekolah menengah, tidak hanya

berkunjung namun juga mengajarkan siswa siswi

untuk membuat biopori disekolah masing-masing serta

berlangsung pula pemilihan Green Agent 2015. Lima

SMA/K yang dikunjungi KOPHI Yogyakarta

diantaranya SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMK Negeri 3

Yogyakarta, SMA Negeri 2 Bantul, SMA

Muhammadiyah 1 Sleman, dan SMK 4 Yogyakarta.

Penyelenggaraan event Hari Bumi sangat

diapresiasi oleh murid bahkan guru di sekolah masing-

masing. “Saya sangat berterimakasih kepada KOPHI

Yogyakarta telah memberikan kesempatan murid

diajarkan membuat biopori. Sebenarnya tiap tahun

pertama awal pembelajaran murid baru SMA Negeri 6

Page 10: Lestari #1 2015

8

7 www.kophiyogya.org

Yogyakarta, SMK Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 2

Bantul, SMA Muhammadiyah 1 Sleman, dan SMK 4

Yogyakarta.

Penyelenggaraan event Hari Bumi sangat

diapresiasi oleh murid bahkan guru di sekolah masing-

masing. “Saya sangat berterimakasih kepada KOPHI

Yogyakarta telah memberikan kesempatan murid

diajarkan membuat biopori. Sebenarnya tiap tahun

pertama awal pembelajaran murid baru SMA Negeri 6

Yogyakarta juga mengajarkan namun tidak melalui

praktek melainkan hanya teori yang ditampilkan

melalui slide saja” tandas Bu Ria selaku guru SMA

Negeri 6 Yogyakarta. Risda, Salma, Anggi, Hanung, dan

Sekar kelima siswi SMA Negeri 6 Yogyakarta saat

diwawancara menyatakan bahwa dirinya senang

dikunjungi KOPHI Yogyakarta. “seneng kak, karena

tidak jadi ulangan harian” canda Sekar. Tambah Hanung

bahwa di sekolah ini ada komunitas semacam KOPHI,

biasa disebut GSC (Green School Community).

Program kerja GSC seperti kompostik, biopori dll.

Pengen ada agenda seperti ini ditahun depan ungkapan

terakhir sebelum sayonara dari kelima siswi. Selain itu,

di SMA Muhammadiyah 1 Sleman saat dikunjungi

KOPHI merasa bahagia karena agenda ini termasuk

langka yang dilakukan dari mahasiswa/mahasiswi

pecinta lingkungan seperti KOPHI Yogyakarta ini.

Disela murid praktek mambuat biopori ada

pemilihan putra putri duta Green Agent KOPHI 2015

2015

dari masing-masing sekolah minimal dua perwakilan.

Pemilihan duta Green Agent KOPHI 2015 dilakukan

memalui beberapa tahapan baik tes kecakapan maupun

wawancara terkait lingkungan dan permasalahannya.

Berikut finalis Green Agent FX Yoga Nanda (SMK

Negeri 3 Yogyakarta), Mita Roslina (SMK Negeri 3

Yogyakarta), Lutfi Aji (SMA Negeri 6 Yogyakarta),

Reynanda Mahasinta (SMA Negeri 6 Yogyakarta), Laila

Nur Rohmah (SMA Negeri 2 Bantul), Imelda Ganes

Handayani (SMA Negeri 2 Bantul), Aldino Muhammad

Ridwan (SMA Negeri 2 Bantul), Asadetaroy Falatunjati

(SMA Negeri 2 Bantul), Subhan Widodo (SMA

Muhammadiyah 1 Sleman), Meyta Indah Pertiwi(SMA

Muhammadiyah 1 Sleman), Muhammad Adnan Haidar

(SMK Negeri 4 Yogyakarta), dan Dewi Veramonia Putri

(SMK Negeri 4 Yogyakarta). Dari keduabelas finalis

nantinya akan dipilih dua orang untuk menjadi Duta

Lingkungan KOPHI Yogyakarta 2015, nantinya terdiri

dari Putra dan Putri yang berasal dari sekolah berbeda.

Puncak pelaksanaan Earth Day diisi dengan

acara greentalk bersama Edi Gunawan salah satu

penggagas berkebun dirumah dan Sydney Samba dari

Hilogreen. Serta dimoderatori oleh kak Emy Yuniarti

salah satu alumni KOPHI Yogyakarta yang telah

melalang buana dan cakap mengenai kelingkungan.

Dipuncak acara tersebut ada penentuan duta Green

Agent KOPHI 2015 dari pihak KOPHI Yogyakarta.

Heti (staff Media Komunikasi)

Page 11: Lestari #1 2015

9

8 www.kophiyogya.org 2015

ogyakarta atau lebih sering disebut

YJogja, mendapat berbagai macam

julukan seperti Kota Pelajar, Kota

Gudeg, Kota Perjuangan, Kota Pariwisata, maupun Kota

Budaya. Seiring dengan zaman yang terus berkembang,

hotel-hotel, apartemen, dan pembangunan lainnya semakin

menjamur menambah kesan Jogja sebagai kota pariwisata

tak terelakkan. Memang salah satu tujuan utama

pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

umat manusia. Akan tetapi apakah seluruh umat manusia

merasakan kesejahteraan karena pembangunan yang

dilakukan secara terus menerus? Dan apakah lingkungan

pun turut mendapatkan kesejahteraan itu?

Berdasarkan data Perhimpunan Hotel Restoran

Indonesia (PHRI) pada tahun 2013, terdapat 1.160 hotel di

wilayah DIY. Terdiri dari 60 hotel berbintang dengan lebih

dari 6.000 kamar, dan 1.100 hotel kelas melati dengan

12.660 kamar. Sedangkan berdasarkan data Badan Pusat

Statistik DIY, jumlah hotel di Yogyakarta sampai awal 2013

mencapai 401 unit yang terdiri dari 39 hotel berbintang dan

362 hotel nonbintang. Menurut Data Perizinan (Dinzin) kota

Yogyakarta tahun 2014, dipastikan akan berdiri 29 hotel baru

di kota Gudeg ini. Hal ini menjadi salah satu indikator

mengapa kota Yogyakarta merupakan kota yang cukup

pesat dalam pembangungan terutama dalam pembangunan

Hotel. Pembangunan tersebut didukung oleh kota

Yogyakarta yang merupakan salah satu kota tujuan wisata di

Indonesia.

Dalam hal pembangunan tidak hanya keuntungan

secara segi ekonomi yang akan didapat, tetapi juga ada hal

lain yang akan berdampak pada pembangunan tersebut. Salah

satunya adalah dampak terhadap Lingkungan. Pembangunan

sendiri tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan, karena dua

hal ini saling berkaitan satu dengan yang lainnya.

Menurut Andik Yuionto,ST,MT yang merupakan

dosen Teknik Lingkungan Universitas Islam Indonesia,

bahwa dalam pembangunan ada 3 faktor yang akan

berdampak yaitu Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Ketiga

faktor tersebut membuat sebuah segitiga yang bersifat tarik

menarik, artinya segitiga tersebut dapat lebih menonjol di

salah satu sudut yang menyebabkan salah satu lebih unggul

dibanding faktor lain. Akan menjadi masalah ketika yang

lebih menarik atau menonjol itu adalah faktor ekonomi, dan

yang ditarik adalah faktor Lingkungan. Maka akan terjadi

ketidakseimbangan, dimana seharusnya ketiga faktor terebut

berada dalam segitiga sama kaki.

Salah satu yang menjadi masalah lingkungan akibat

pembangunan adalah air tanah. Dimana di setiap

pembangunan akan membutuhkan air tanah sebagai

penunjang fasisilitas dalam pembangunan maupun

pemakaian suatu bangunan tersebut. Hal ini tidak lepas

dari peran penting Air sebagai penunjang kehidupan

umat manusia. Apabila dalam pembangunan tidak

memperhatikan kondisi lingkungan sekitar, maka bukan

tidak mungkin akan muncul permasalahan lingkungan.

!

Page 12: Lestari #1 2015

10

9 www.kophiyogya.org 2015

Contohnya saja kekeringan air yang terjadi pada warga

yang tinggal dekat dengan sebuah Hotel. Di kota yang

terkenal akan Gudegnya ini terdapat beberapa daerah

yang mengalami permasalahan serupa. Salah satu kasus

diantaranya yang terjadi pada sebuah daerah di

Jl.Kusumanegara. Warga setempat melakukan demo

terhadap sebuah hotel dikarenakan air sumur warga

setempat mengalami kekeringan. Warga setempat

menuduh pihak pengelola hotel sebagai akar

permasalahan mereka. Air sumur mereka dianggap

tersedot atau terambil oleh Hotel yang menyebabkan

terjadinya kekeringan pada daerah mereka.

Menurut dosen yang sedang menempuh jenjang

S3 ini, bahwa kekeringan yang terjadi pada suatu daerah

yag berdekatan dengan sebuah Hotel tidak serta merta

pihak Hotel lah yang 100% bersalah. Karena pada

dasarnya, ada 2 faktor yang dapat menjadi penyebab

kekeringan suatu daerah yang berdekatan dengan

bangunan atau fasilitas umum. Pertama adalah

pengelola tersebut memang benar mengambil “jatah”

air tanah milik warga sekitar, tetapi hal ini sangat kecil

kemungkinannya terjadi untuk hotel berbintang. Hal

tersebut dikarenakan pihak pengelola hampir pasti

mengambil air tanah dalam. Air tanah sendiri terbagi

menjadi 2, yaitu air tanah dangkal yang kedalamannya

sampai 60m dan air tanah dalam yang kedalamannya

lebih dari 60m dari permukaan tanah.

Apabila pihak pengelola hotel mengambil air

tanah dangkal yang merupakan air tanah bagi sumur

warga, pengelola hotel pun akan mengalami kerugian

dikarenakan keterbatasan air yang berada pada air tanah

dangkal tersebut.

Tetapi hal ini mungkin saja terjadi bagi hotel

hotel non bintang atau hotel-hotel melati yang

keterbatasan biaya untuk pengeboran air tersebut.

Faktor kedua adalah berubahnya struktur tanah yang

tidak disengaja atas akibat pembangunan tersebut. Pada

faktor ini menyebabkan pola air tanah yang berada

didekat pembangunan tersebut berubah. Kemudian

mengakibatkan berubah juga pola aliran air yang

menyebabkan kekeringan di daerah tersebut.

Tidak akan ada habisnya apabila kita terus

menyalahkan pihak pengelola Hotel atas terjadinya

kekeringan di dekat kawasan mereka. Karena

kebanyakan dalam kasus ini, hotel memiliki izin atas

pendirian bangunan tersebut yang artinya segala

aktifitas Hotel terebut legal. Hal yang perlu dicermati

dalam masalah tersebut adalah pemberian izin dari

pemerintah dalam mendirikan bangunan. Setelah

pemberian izin pun pemerintah wajib melakukan

pengecekan atau mengontrol SOP yang semestinya

ditaati secara rutin. Ditujukan agar dalam pelaksanaan

fungsional hotel tersebut tidak ada kecurangan yang

dapat dilakukan oleh pengelola hotel tersebut. Bukan

tidak mungkin pengelola tidak mematuhi SOP atau

peraturan yang berlaku dalam pengoperasian hotelnya

dikarenakan masalah keuangan yang tidak memadai.

Berbicara masalah kekeringan tidak bisa hanya

menyalahkan pembangunan yang sedang berkembang

pesat pada saat ini, tetapi juga ada sebuah sistem yang

salah sejak dulu. Katakanlah Cadangan Air Tanah di

Jogja ini besar, karena hal itulah yang menyebabkan

kebanyakan masyarakat terlalu dimanjakan dengan

cadangan tersebut. Sehingga masyarakat pun lupa jika

cadangan tersebut terus berkurang dan semakin lama

akan habis. Terjadilah ketidakseimbangan antara jumlah

volume yang digunakan pada air tanah dengan jumlah

volume air tanah yang kembali masuk atau meresap

kedalam tanah. Jogja sendiri memiliki sistem drainase

yang kurang. Apabila hujan turun, air tersebut tidak

meresap kedalam tanah tapi kebanyakan dialirkan ke

badan air yang kemudian berakhir di laut. Inilah salah

satu faktor yang menyebabkan kurangnya cadangan air

tanah di jogja.

Page 13: Lestari #1 2015

11 ensa�Kophi

MEDKOM/Denok Lukmanasari

MEDKOM/Denok Lukmanasari

Page 14: Lestari #1 2015

12 ensa�Kophi

MEDKOM/Denok Lukmanasari

MEDKOM/Denok Lukmanasari

Page 15: Lestari #1 2015

13

10 www.kophiyogya.org 2015

JOGJA�

ogyakarta kita kenal memang banyak

Yjulukan, selain identik dengan

keistimewaanya. Yogyakarta juga

kita kenal dengan julukan sebagai kota seni, kota budaya

dan pariwisata, tidak heran Yogyakarta berkembang

sangat pesat, selain itu satu julukan lagi yang membuat

setiap orang pasti mengingat jogja, ya… jogja kota

pelajar, begitu banyak sekolah dan perguruan tinggi

berkwalitas bertebaran diseantero jogja, sebut saja

universitas gadjah mada, universitas negeri Yogyakarta,

u n i v e r s i t a s i s l a m I n d o n e s i a , u n i v e r s i t a s

muhammadiyah Yogyakarta dan lain sebagainya,

dengan julukan kota pelajar tersebut setiap tahun tentu

banyak lulusan sekolah dari berbagai daerah datang

membanjiri Yogyakarta untuk melanjutkan kuliah.

Dengan bertambahnya jumlah penduduk di Yogyakarta

tentu bertambah juga jumlah kebutuhan sehari hari

termasuk dalam hal cuci mencuci, kini jogja mulai

memiliki julukan baru, jogja kota laundry. Kenapa kota

laundry? Lihat saja berapa banyak bisnis laundry

bertebaran diseantero Yogyakarta, bahkan bisa setiap 5

meter kita bisa menemukan laundry, wajar saja memang

jika mengingat banyaknya mahasiswa jogja dengan

aktivitas yang padat tentu tidak sempat mencuci baju

sendiri oleh karena itu banyak dari mahasiswa jogja

memilih untuk membawa cucianya ke jasa laundry,

dengan begitu bisnis laundry di Jogjakarta berkembang

Yogyakarta setidaknya ada sekitar 800 usaha Laundry

kiloan di kota Yogyakarta, bayangkan saja itu baru kota

Yogyakarta bagaimana dengan bantul, sleman, atau

bahkan gunung kidul atau kulonprogo? Kita tahu bahwa

dikota Yogyakarta sendiri jumlah universitas tidaklah

terlalu banyak, hanya beberapa saja, bandingkan dengan

kabupaten Sleman dimana rata rata universitas besar

jogja berdiri disana, tentu jika kita perkirakan jumlah

usaha laundry kiloan di Kabupaten Sleman bisa dua

sampai tiga kalilipat dari jumlah laundry kiloan di kota

jogja. Jika ditambah dengan bantul yang dimana disana

juga berdiri beberapa perguruan tinggi besar tentu akan

semakin bertambah, lalu berapa jumlah keseluruhan

usaha jasa laundry kiloan dijogja? Yang pasti kita bisa

pastikan masih banyak usaha jasa laundry di Yogyakarta

yang tidak mengantongi izin sesuai dengan ketentuan

yang berlaku, jika sudah tidak mengantongi izin tentu

saja kita patut curiga bagaimana bisa laundry laundry

tersebut mengelola limbahnya sementara untuk urusan

perizinan saja tidak diurusi. Limbah laundry di jogja

kini mulai tak terkendali, banyak usaha usaha laundry

kiloan rumahan yang sayangnya tidak mempunyai izin

dan menjalankan usaha laundry nya tanpa

memperhatikan dampak lingkungan, masalah limbah

laundry muncul menjadi masalah baru dimana harusnya

limbah laundry harus dikelola secermat mungkin sebab

kotoran dari hasil buangan tersebut tergolong dalam

KOTA�LAUNDRY

piniO

Page 16: Lestari #1 2015

14

11 www.kophiyogya.org 2015

limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) dimana B3

menyebabkan kualitas air menurun, meningkatnya

bakteri E-Coli, timbulnya masalah kesehatan, serta

mencemari air tanah yang berpotensi menyebabkan

kerusakan lingkungan, banyak usaha laundry yang

hanya membuang begitu saja limbahnya di selokan

selokan tanpa melalui proses seperti pengolahan limbah

terlebih dahulu lalu baru dibuang, mungkin kalau dalam

ukuran limbah dari lingkup rumah tangga tidak terlalu

menjadi masalah masih ada toleransi tapi jika sudah

dengan skala besar dan terus dibiarkan berlarut larut,

limbah detergen itu sendiri akan jadi masalah, jika

menengok ke peraturan sudah ada peraturan sebut saja

peraturan daerah nomor 6 tahun 2009 yang mengatur

tentang masalah pengelolaan air limbah domestik,

disana sudah jelas dijelaskan limbah laundry tidak boleh

dibuang di instalasi pembuangan limbah komunal, ipat

terpusat, sungai maupun saluran air hujan, namun harus

melalui proses pengolahaan terlebih dahulu baru bisa

dibuang, Cuma ya peraturan tinggalah hanya peraturan,

doktrin peraturan dibuat memang untuk dilanggar sudah

sangat membudaya kenyataan yang kita saksikan

limbah langsung dibuang begitu saja tanpa melalui

proses pengolahan dengan baik sesuai prosedur yang

sudah ditentukan, kita juga mengetahui bahaya dan

dampak yang diakibatkan namun karena dampaknya

belum terasa dalam waktu dekat kebanyakan dari kita

hanya diam dan menjadi penonton padahal tindakan

kejahatan lingkungan seperti itu merupakan ancaman

besar yang siap menerkam. Ditengah menjamurnya

laundry laundry “nakal” yang tidak memperhatikan

aspek kelestarian lingkungan, untungnya kita patut

mengapresiasi beberapa laundry yang mengusung

konsep hijau yang meminimalisir pencemaran terhadap

lingkungan seperti Concepto Laundry milik Raden

Sydney Samba, Concepto laundry menggunakan green

chemical sebagai detergen. Concepto juga berusaha

meminimalkan menggunakan tas plastic dengan

menggantinya menggunakan tas Furing untuk

mengganti tas plastik sehingga bisa digunakan berulang

kali dalam waktu yang sangat lama. Ada juga Laundry

Syariah yang idenya dibuat oleh Ita Usnatin, Fauzia

Wulandari dan Muhibudin Ahmad Landry Syariah yang

diberi nama Ath-Thura menggunakan konsep bersuci

atau thaharah tersebut sebagai alternatif laundry yang

menjamin kesucian dan ramah lingkungan dengan

bahan alami Konsep syariah ini diterapkan pada saat

proses pencucian dengan menggunakan Standar

Operasional Prosedur (SOP) . Setelah pakaian

pelanggan diterima kemudian ditimbang, selanjutnya

akan dihitung dan dipilah-pilah, lalu dilakukan

pembilasan dengan air biasa baru kemudian dicuci.

Selanjutnya dalam konsep ramah lingkungan dan bahan

alami, Laundry ini menggunakan lerak sebagai

alternatif pengganti sabun cuci. Semoga laundry

laundry yang mengusung konsep ramah lingkungan

seperti ini terus dapat berkembang untuk mengurangi

kerusakan lingkungan dan laundry laundry “nakal yang

kurang memperhatikan dampak lingkungan dari

usahanya tersebut segera ditertibkan sehingga limbah

laundry yang marak tersebut bisa diminimalisir demi

terciptanya lingkungan Yogyakarta yang lestari.

Lalu Hendri Bagus

piniO

Page 17: Lestari #1 2015

alam Lestari, Kota Yogyakarta

Smempunyai luas lahan yang terbatas,

dan permintaan akan pemanfaatan lahan

kota untuk pembangunan fasilitas perkotaan baik

pemukiman, industri, dan penambahan jalur

transportasi yang perlahan akan menyita lahan-lahan

ruang terbuka lainnya di wilayah perkotaan.

Perkembangan pembangunan di perkotaan selain

mempunyai dampak positif bagi kesejahteraan warga

kota juga menimbulkan dampak negatif. Selain sebagai

kota wisata, Yogyakarta merupakan tempat berdirinya

hotel, apartemen, dan gedung-gedung tinggi yang

membuat pertumbuhan penduduk dengan aktivitas yang

tinggi di kawasan tersebut akan berdampak pada

perubahan ciri khas sebuah kota, baik berupa fisik,

sosial dan budaya. Tidak dapat dipungkiri dengan

adanya faktor-faktor tersebut maka pertumbuhan dan

perkembangan kota Yogyakarta bertambah pesat.

Selain itu pertumbuhan masyarakat Yogyakarta

dari segi ekonomi juga semakin meningkat, hal ini

dapat diketahui dengan banyaknya kendaraan-

kendaraan mobil, maupun motor yang ada di Kota

Yogyakarta. Dan ditambah lagi sekarang perguruan

kendaraan bermotor yang ada membuat macet jalanan

tinggi yang ada di Yogyakarta banyak diminati oleh

masyarakat luas khususnya yang ada di luar daerah.

Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka akan

adanya perubahan struktur dan infrastruktur secara

signifikan di Kota Yogyakarta. Jika Pemerintah Kota

Yogyakarta tidak dapat meminimalisir atau mencegah

serta memberikan solusi terhadap perubahan struktur

dan infrastruktur tersebut maka yang akan terjadi adalah

adanya perubahan tata letak dan tata wilayah kota yang

tidak sama dengan sebelumnya.

Dengan adanya pembangunan tersebut maka

berakibat pada kerusakan lingkungan dan polusi udara

yang semakin parah. Itu disebakan karena banyaknya

dan Ruang Terbuka Hijau Berkurang. Akibatnya dari

pencemaran udara kini semakin meningkat dan suhu

kota pun jadi berubah menjadi panas. Dan dengan

adanya pembangunan –pembangunan pertokoan seperti

itu juga mengakibatkan kurangnya daerah resapan air,

sehingga jika Kota Yogyakarta ketika di guyur hujan

maka otomatis terjadi banjir. Itu semua disebabkan

karena kurangnya Ruang Terbuka Hujau yang ada di

Kota Yogyakarta itu bisa menyebabkan menurunnya

kualitas lingkungan hidup.

15

APARTEMEN��DI�YOGYAKARTALAYAK�KAH?

12 www.kophiyogya.org 2015

Page 18: Lestari #1 2015

16Di dalam UU No. 26 Pasal 2 dan 3 tahun 2007

telah jelas bahwa penataan ruang itu harus sesuai

dengan keserasian, keterpaduan, keterbukaan karena itu

digunakan untuk mewujudkan ruang wilayah nasional

yang nyaman, aman, produktif, dan berkelanjutan. Jadi

dalam UU No. 26 tahun 2007 itu menyebutkan bahwa

Ruang Terbuka Hijau tersebut sangat penting karena itu

menyangkut dengan kepentingan masyarakat untuk

mendapatkan lingkungan yang layak dan bebas dari

polusi. Karena itu Ruang Terbuka Hujau selain untuk

meminimalisir polusi udara yang ada bahkan juga dapat

dijadikan sebagai paru-paru kota.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23

tahun 1997 Pasal 1 Tentang Lingkungan Hidup

disebutkan bahwa Dimana Lingkungan Hidup dapat

diartikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda,

daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia

dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan

peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta

makhluk hidup lain.

Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya

terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup

yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,

pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan

dan pengendalian lingkungan hidup Sumber Daya Alam

(SDA) seperti air, udara, tanah, hutan dan lainnya

merupkan simber daya yang penting bagi kelangsungan

makhluk hidup termasuk manusia. Bahkan SDA ini

tidak hanya mencakup kebutuhan hidup manusia saja,

tetapi juga dapat memberikan kontribusi besar bagi

kesejahteraan yang lebih luas. Namun semua itu

bergantung pada bagaimana pengelolaan SDA tersebut,

karena pengelolaan yang buruk akan berdampak pada

kerugian yang ditimbulkan seperti misalnya banjir,

pencemaran air, sumur kering dan sebagainya.

Beberapa tahun belakangan, telah banyak terjadi

permasalahan dan isu-isu lingkungan yang terjadi di

Yogyakarta seperti pembangunan hotel, mal, dan

apartemen semakin menjamur. Banyak dampak negatif

yang terus dirasakan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Dan tak sedikit pula yang merasa dirugikan

olehnya. Sebagai contoh adalah permasalahan pelik

yang harus ditanggung oleh masyarakat sekitar Fave

Hotel Yogyakarta. Mereka harus merasakan kekeringan

yang begitu hebat ketika sumur-sumur yang setiap hari

mereka manfaatkan untuk hidup harus kering karena

kesalahan pihak Fave Hotel dalam menentukan

kedalaman sumur. Umumnya warga sekitaran Fave

Hotel menggunakan sumur dengan kedalaman sekitar

20 meter, sedangkan menurut Fave Hotel, pihaknya

sudah mendapatkan izin pengeboran sumur hingga

kedalaman 80 meter dan menyatakan tidak ada

permasalahan dengan itu. Tak bisa dipungkiri bahwa hal

ini ternyata berdampak pada warga. Warga yang

berpuluh-puluh tahun tinggal disana harus menanggung

akibatnya, sumur mereka mengering. Terlepas dari

kajian yang dikeluarkan oleh pihak Fave Hotel dan BLH

kota jogja sudah sesuai atau belum, namun

kenyataannya demikian. Oleh karena itu warga tidak

tinggal diam begitu saja, banyak jalan yang telah

ditempuh untuk memperoleh keadilan dan transparansi

pihak terkait. Kepala subbidang penelitian dan kajian

lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

menyatakan bahwa “ Semua pembangunan di

Yogyakarta yang mempunyai masalah terkait

lingkungan akan kita evaluasi dan akan kita beri teguran

terhadapnya”

Tak ingin mengalami hal serupa, warga desa

Karangwuni, Sleman juga menyerukan penolakan

Apartemen Uttara The Icon

14 www.kophiyogya.org 2015

Page 19: Lestari #1 2015

17

15 www.kophiyogya.org 2015

terhadap salah satu pembangunan apartemen yang mereka

anggap akan mengganggu akitivas mereka terutama

mengenai dampak sumur kekeringan. Apertemen yang

mereka tolak keberadaannya adalah apartemen Uttara

yang terletak di Jalan Kaliurang Km 5,3. Warga

mencurigai pembuatan Izin Penggunaan Tanah (IPT) yang

tidak sesuai aturan yang semestinya dari Bupati Sleman.

Dasar hukum dalam mendirikan bangunan sangat banyak

dijelaskan di Keputusan Bupati Sleman No

53/Kep.KDH/A/2003 yang merupakan petunjuk

pelaksanaan dari Peraturan Daerah Kabupaten Sleman

No 19 Tahun 2001. Perda dan Perbup menyatakan bahwa

Bupati sebagai pemegang utama keputusan persetujuan

adanya pembangunan di Kabupaten Sleman. Hal ini

sejalan dengan Perda No 19 Tahun 2001 Bab II tentang

Izin Peruntukkan Penggunaan Tanah Pasal 2 yang

berbunyi :

“Setiap orang pribadi dan atau badan yang

menggunakan tanah untuk kegiatan pembangunan fisik

dan atau untuk keperluan lain yang berdampak pada

struktur ekonomi, Peraturan Daerah Kabupaten Sleman

Nomor 19 Tahun 2001 tentang Izin Peruntukan

Penggunaan Tanah. Sosial budaya dan lingkungan wajib

memperoleh izin peruntukan penggunaan tanah dari

Bupati.”

Masalah kian berlarut-larut dengan belum adanya

titik temu antara pihak warga Karangwuni dan pihak

pengelola apartemen Uttara. Dalam pengkajian ini tidak

akan banyak disampaikan mengenai simpul pangkal yang

terjadi dalam proses tarik ulur perizinan tersebut, namun

akan lebih ditinjau mengenai isu lingkungan yang

dikhawatirkan warga.

Pembangunan apartemen Uttara dengan

menawarkan hunian 19 lantai dan 3 basement tentu akan

membutuhkan banyak persediaan air. Pihak apartemen

Ketersedian air

menjelaskan bahwa sumur yang mereka gunakan pada

kedalaman 60 meter sedangkan warga menggunakan

sumur pada kedalaman 10 meter. Beradasarkan

kenyataan yang terjadi di Fave Hotel atau di tempat lain,

wajar bahwa kemudian warga sangat khawatir jika

sumur yang biasa mereka gunakan akan mengering. Air

adalah salah satu sumber kehidupan yang paling penting

untuk manusia dimana segala aktivitasnya akan sangat

memerlukan ketersediaan air. Warga tentu

menyayangkan ketika air yang bertahun-tahun gratis

mereka rasakan kemudian akan kering dan membayar

kepada PDAM, notebene warga kurang begitu suka

dengan air yang disdiakan PDAM. Pihak apartemen

juga kurang mampu memanfaatkan lahan resapan, hal

ini dibuktikan dengan dibuatnya 3 basement ke bawah.

Secara langsung maupun tidak langsung hal ini akan

mempengaruhi resapan air yang berimbas pada

ketersediaan air di sekitar pemukiman warga.

Dengan banyaknya pembangunan di sekitar

jalan kaliurang maka warga sangat khawatir akan terjadi

banjir yang parah karena tidak adanya resapan air yang

cukup. Dapat dicontoh dari kota metropolitan, Jakarta.

Pembangunan gedung menjulang tinggi diman-mana

akan menyebabkan lahan resapan air berkurang tertutup

beton dimana-mana sehingga ketika musim hujan tiba

banjir menjadi satu bencana yang terelakkan. Tentu

warga Karangwuni dan warga Yogyakarta tak ingin

mengalami hal serupa. Jangan sampai keuntungan yang

Banjir yang semakin hari semakin parah

Page 20: Lestari #1 2015

www.kophiyogya.org 2015

Dusun Gadingan yang terletak di Jalan

Kaliurang Km 10 ini.

Pembangunan Apartemen 'M icon' ini memang

sudah dilakukan sejak september 2014 lalu, tapi, terasa

ada yang janggal pada pembangunan apartemen

tersebut, pasalnya, sudah hampir 7 bulan dari awal

pembangunan hingga saat ini, keadaan apartemen masih

hanya sebatas pada lahan kosong saja. Selain itu,

banyaknya baliho-baliho akan penolakan pembangunan

apartemen tersebut mewarnai sepanjang Jalan

Kaliurang Km .10 ini.

Berdasarkan pengakuan Priwantoro, salah satu

yang melatarbelakangi penolakan apartemen oleh

warga dusun Gadingan disini adalah karena warga

dusun Gadingan ingin menjaga kearifan lokal yang ada

didalam dusun mereka, selain itu, menurutnya, apakah

relevan jika pendirian apartemen dilakukan disekitar

padukuhan tersebut, apakah nantinya mereka mau untuk

bersosialisasi dengan warga sekitar, mengingat hunian

apartemen ini adalah untuk kalangan menengah keatas.

Selain itu, tidak adanya sosialisasi pihak pendiri

apartemen kepada warga Dusun Gadingan juga menjadi

alasan kenapa mereka menolak pendirian apartemen ini,

“...dari awal kita gatau itu yang namanya sosialisasi atau

apa, atau bukan. Hanya diikuti oleh beberapa orang.

Tapi kita tanya, itu sosialisasi apa bukan? Karena yang

namanya sosialisasi kan harusnya semua warga ikut

terlibat” begitu pernyataan dari Priwantoro

Dampak akan keringnya sumur warga pun

menjadi pertimbangan masyarakat Dusun Gadingan

jika pembangunan apartemen tersebut terus dilakukan.

Pasalnya, hampir semua warga disana menggunakan air

sumur demi memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-

hari, walaupun pihak pendiri apartemen telah

mengatakan bahwa mereka akan menggunakan air dari

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) guna

didapat satu pihak dapat merugikan pihak-pihak lain

yang lebih parah.

Letak apartemen Uttara sangat strategis di jalan

Kaliurang Km 5,3 dimana setiap hari banyak kendaraan

lalu lalang melintasi kawasan tersebut. Warga

Karangwuni dan Yogyakarta dengan adanya apartemen

ini akan memperparah kemacetan yang terjadi terutama

di jam-jam sibuk seperti berangkat dan pulang kerja.

Penghuni 19 lantai dan kendaraan yang terparkir di 3

basement memperlihatkan banyaknya kendaraan yang

akan menambah parah macetnya jalan Kaliurang kelak.

Selain itu teguran dilayangkan kepada pihak pengelola

apartemen karena melanggar peraturan bahwa setelah

pukul 5 sore kegiatan pembangunan akan selesai.

Kenyataannya pada malam hari proses pembangunan

masih terus berlanjut. Tentu saja hal ini akan

mengganggu kenyamanan warga di malam hari.

Selain ramainya berita tentang warga

Karangwuni yang menolak keberadaan apartemen

Uttara, warga Gadingan juga menentang keras

keberadaan apartemen yang akan dibangun di daerah

mereka. “Sesuai dengan rapat padukuhan pada 12

november 2014 yang bersifat resmi, karena disitu ada

musyawarah, dan telah mencapai kata mufakat, semua

warga gadingan menolak pembangunan apartemen

disini” ungkap Priwantoro, selaku ketua paguyuban

Warga gadingan jaga kearifan lokal

Kemacetan yang tak bisa dihindari

18

16

Page 21: Lestari #1 2015

19memenuhi kebutuhan air apartemen mereka dan hanya

akan melakukan pengeboran sumur dalam sebagai

cadangan saja. Warga Dusun Gadingan tidak semudah

itu untuk percaya dengan pernyataan pihak pendiri

apartemen, menurutnya, itu hanyalah teori dan kita tidak

tahu praktik kedepannya akan seperti apa.

Audiensi antar warga padukuhan dengan

berbagai instansi pemerintah seperti DPR, DPR

Provinsi, DPR sleman, dan Bupati pun terus dilakukan

guna untuk mempertahankan jalur hijau dan juga daerah

resapan air warga dusun gadingan. Kabar baiknya

adalah, jika memang masih ada permasalahan dengan

warga, maka izin pun belum akan diturunkan.

“Kalo toh itu tetep berdiri, kami akan

memperjuangan kearifan lokal dan warga gadingan

menjadi lebih baik.” ujar Priwanto, ini adalah aspirasi

warga Dusun Gadingan untuk melakukan penolakan

apartemen disini, jikalau memang apartemen tetap

didirikan, kami tidak akan menerima bentuk

kompensasi berupa materi atau apapun yang

berhubungan dengannya. Karena menurutnya, jika

manusia sakit, untuk sembuh kita hanya perlu ke dokter,

tapi jika lingkungan? Tidak ada yang bisa

mengobatinya.

Perkembangan pembangunan hotel, mal,

apartemen di Yogyakarta begitu marak. Hal ini akan

memberikan dampak yang beragam, positifnya adalah

keuntungan ekonomi untuk pelaku usaha yang berada di

sekitarnya, namun masalah lingkungan menjadi hal

yang tak bisa dihindari mengingat kajian-kajian

lingkungan yang diharapkan menjadi solusi nyatanya

masih saja terjadi dan memberikan dampak buruk bagi

warga. Sumur kering, banjir, dan kemacetan akan

menjadi pemandangan sehari-hari ketika tak ada

satupun yang mau dan berani berucap atas nama

keadilan lingkungan. Kota Yogyakarta yang berhati

Kesimpulan

nyaman jangan sampai berubah dan berhenti nyaman,

kearifan lokal budaya kota Yogyakarta jangan sampai

hilang dikubur bangunan atas nama keuntungan dan

keegoisan belaka. Semoga warga Yogyakarta bisa terus

aktif, tanggap, dan menjaga kelestarian alam.

Gilang Ariya Pratama

Dio Prananda

Rony Wicaksono

GLOBALISASI�

TEKNOLOGIada awal dekade 1950-an ketika pada

Psaat itu terjadi peristiwa yang telah

menjadi bagain dari sejarah dunia yaitu

perang dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Istilah perang dingin tersebut dipilih karena perang yang

terjadi tidak sampai pada pecahnya sebuah pertempuran

yang harus mengorbankan banyak nyawa tetapi pada

persaingan pengaruh antar keduanya terhadap Negara

Negara lain. Tanpa disadari juga selain persaingan

pengaruh Sosialisme oleh Uni Soviet dan Liberalisme

oleh Amerika Serikat bahwa telah terjadi juga sebuah

persaingan yang telah mengantarkan kita pada era

globalisasi saat ini yaitu persaingan pada perkembangan

teknologi informasi.

Kedua Negara melakukan investasi besar

besaran untuk pengembangan teknologi mereka masing

masing. Salah satunya yang sangat terlihat adalah

bagaimana kedua Negara tersebut berlomba lomba

menciptakan sebuah kendaraan yang bisa terbang ke

luar angkasa, bahkan impiannya adalah membawa

manusia terbang ke luar angkasa. Dan akhirnya Amerika

nternasional

17 www.kophiyogya.org 2015

Page 22: Lestari #1 2015

nternasional20

17 www.kophiyogya.org

Serikat sebagai Negara pertama yang melakukan

ekspedisi melalui badan antariksannya yaitu NASA

berhasil menurunkan astronotnya di Bulan untuk

pertama kalinya yaitu Neil Armstrong. Terlapas bahwa

siapakah yang sebenarnya menginjakkan kaki pertama

kali di bulan tetapi dari kejadian tersebut sejarah telah

mencatat bahwa akhirnya manusia bisa melakukan

sebuah pencapaian tersebut. \

Peristiwa tersebut telah membuka pintu gerbang

kita pada sebuah era baru dimana ilmu pengetahuan

menjadi salah satu alat yang dapat menjaga

keberlangsungan hidup umat manusia. Mulai dari

penemuan internet yang menjadi sebuah sistem yang

sangat terintegrasi seiring perkembangannya. Tidak

hanya itu untuk menunjang sistem tersebut juga

d ibutuhkan sebuah perangkat yang dapat

menjalankannya. Perkembangan perangkat computer

hingga sampai pada era sekarang yaitu Handphone

kemudian Tablet, Smart TV dan masih banyak lagi.

Investasi besar yang dilakukan oleh Negara maju

terhadap perkembangan tekonologi telah memberikan

banyak sekali manfaat salah satunya menciptakan

sebuah era yang dinamakan Globalisasi.

Pengantar diatas menjelaskan bagaimana bahwa

adanya sebuah tahapan dari kondisi yang kita telah

rasakan saat ini. Proses panjang yang bisa dikatakan

evolusi dari paradigma umat manusia sendiri

menciptakan berbagai kemajuan namun tak lepas dari

sebuah konsekuensinya. Istilah booming technology

mungkin tidak asing bagi beberapa orang yang sangat

concern terhadap perkembangan teknologi untuk saat

ini. Booming technology yang terjadi saat ini tentu

memberikan manfaat bagi seluruh umat manusia yang

menggunakan dan mengoptimalkan manfaat dari

teknologi itu sendiri namun ternyata ada sebuah biaya

yang harus dibayarkan dari fenomena yang terjadi saat

ini. Pembahasan saat ini kita coba lebih persempit lagi

dan spesifikan lagi yaitu terntang perangkat elektronik

yang diproduksi dan digunakan saat ini.

Elemen elemen dari bagian perangkat tersebut

dibuat melalui proses proses kimia dan fisika yang

dilakukan oleh manusia. Yang terjadi adalah ketika

perangkat tersebut telah habis masa pakainya dalam arti

telah menjadi sebuah rongsokan tentu perangkat

tersebut akan digantikan dengan perangkat yang baru.

Kemudian bagaimana dengan perlakukan perangkat

perangkat yang telah tidak digunakan tersebut? sampai

saat ini belum diketahui bagaimana cara mengurai

elemen elemen dari sebuah perangkat elektronik secara

alami dalam arti itu dilakukan oleh alam. Beberapa

senyawa yang membentuk elemen elemen dari sebuah

perangkat elektronik yaitu logam besi, plastik, tembaga,

aluminium, dan beberapa logam bukan besi diantaranya

ada perak, emas, platinum dan palladium. Perangkat

dari senyawa tersebut termaksud kategori tidak dapat

diurai atau nondegradable. Kemudian muncullah istilah

E-Waste dalam bahasa Indonesia adalah sampah

elektronik. Sampai dengan saat ini penanganannya

masih sampai pada tahap menggunakan kembali

perangkat yang masih bisa digunakan untuk di gunakan

kembali atau coba di daur ulang tapi hanya sebatas

memanfaatkan perangkat yang masih bisa berfungsi

kemudian dapat terpakai. Namun pada kondisinya

ketika perangkat dan elemen elemen tersebut benar

benar tidak bisa digunakan, maka itulah yang disebut

sampah elektronik.

Negara Negara seperti Amerika Serikat, di Uni

Eropa, China, Jepang, Korea dll yang merupakan

2015

Page 23: Lestari #1 2015

21

17 www.kophiyogya.org 2015

Negara industri maju dengan salah satu komoditasnya

adalah peralatan elektronik dengan tingkat produksinya

yang tinggi. kemudian munculah pertanyaan dengan

tingkat produksi perangkat elektronik yang tinggi maka

sampah elektroniknya juga akan semakin tinggi,

bagaimana mengurai sampah tersebut? Isu sampah

elektronik ini mungkin akan menjadi bom waktu hingga

akhirnya masih belum adanya pengolahan yang tepat

dan inovasi terhadap bahan bahan yang menyusun dari

perangkat elektronik tersebut yang bisa diurai oleh

alam. Tentu dampak dampak yang ditumbulkan dari

perangkat perangkat penyusun elektronik tersebut dapat

mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.

Konvensi Basel yang diprakarsai PBB pada

tahun 1980 telah mencetuskan mengenai regulasi

pembuangan limbah beracun. Tentu pada saat itu E-

Waste ini belum booming karena juga masih

berkembang. Tetapi hasil dari konvensi tersebut juga

masih belum kuat mengatur dari sampah yang sifatnya

spesifik seperti E-Waste itu sendiri. Beberapa Negara

maju yang memproduksi barang elektronik

mengeksport E-Wastenya yang sebelumnya coba didaur

sedemikian rupa namun sudah tidak optimal fungsinya

yang dianggap masih sebagai komoditas ekspor dalam

arti barang tersebut adalah barang bekas. Tentu hal ini

sangat dilarang dalam sebuah perdagangan. Namun

secara ekonomi tentu sangat menguntungkan karena

harganya bisa jauh lebih murah dibandingkan barang

asli. Terlepas dari masalah tersebut, perlu adanya

regulasi yang mengatur ketat bagaimana pengelolahan

dari E-Waste tersebut. karena saat ini perangkat

elektronik telah menjadi kebutuhan individu di setiap

Negara, maka dampaknya adalah juga bagi Negara

tersebut. terus meningkatnya produksi perangkat

elektronik maka berbanding lurus dengan jumlah E-

Waste yang akan tercipta nantinya.

Tentu sangat dilema bahwa teknologi telah

memberikan banyak sekali kemudahan dan bantuan

kepada umat manusia dalam beraktivitas. Namun tidak

dipungkiri bahwa selalu ada pengorbanan dari setiap

pilihan (trade-off), dalam hal ini kita mengorbankan

kelestarian lingkungan kita. Tentu inovasi terus

dilakukan bagaimana para peneliti menemukan

senyawa yang membentuk perangkat elektronik yang

bisa lebih ramah lingkungan. Hal kecil yang bisa kita

lakukan adalah mengoptimalkan dengan baik

gadget/perangkat elektronik kita sebaik mungkin.

Memperlama penggunaannya dengan lebih

menggunakannya dengan baik dan mengantisipasi

jangan sampai rusak. Karena cepat atau lambat setiap

gadget kita nantinya akan menjadi E-Waste juga. Maka

dari itu hanya dengan memperlambat perangkat

perangkat elektronik kita menjadi sampah selagi

pemerintah mengatur pengelolaan sampahnya,

meminimalisir dampaknya dan para ahli menemukan

solusi dari dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh

E-Waste tersebut. karena ini masalah kita bersama maka

menjadi tanggung jawab kita bersama pula.

ANTI�BANJIRTEROWONGAN�

eringnya banjir di wilayah Ibu Kota

SJakarta tentu membuat sejumlah kalangan sarar akan pentingnya kita

belajar dari pengalaman negara lain dalam mengatasi banjir. Banyak kota di dunia yang mengalami permasalahan yang sama namun mampu mengatasinya. Kota-kota yang berhasil mengatasi banjir tentu patut dicontoh dan dipelajari. Salah satu negara yang berhasil mengatasi permasalahan banjir adalah Jepang.

Seperti di lansir oleh media online lihat.co.id, Kehidupan Tokyo ditopang dari bawah tanah. Banyak terowongan bawah tanah yang terintegrasi membuat kehidupan bawah tanah Tokyo sangat kompleks. Baik drainase kota, pengendali banjir, subway, underground highway, pipa air minum dan gas, dan lain-lain. Semuanya saling terintegrasi dengan perencanaan yang luar biasa matang.

Tokyo, Jepang

ilik�Sains

Page 24: Lestari #1 2015

22

17 www.kophiyogya.org

Terowongan Deep Tunnel Tokyo utamanya didesain dan dibuat untuk mengatasi banjir, terutama pada musim hujan dan musim badai topan. (Jepang adalah Negara subtropik kepulauan dengan bahaya badai topan). Musim hujan di Jepang jatuh pada bulan Juni, dalam masa pancaroba sebelum musim panas, terkadang hujan turun 4-5 hari tanpa henti, mencurahkan jutaan gallon air yang harus sanggup ditampung oleh Deep Tunnel tersebut. Apalagi kalau dilanda badai topan, jumlah air dalam 1 hari sama dengan curah hujan 2 bulan.

Proses desain dan pembuatan Tokyo Deep Tunnel membutuhkan waktu 19 tahun dan menyedot banyak kas uang APBD Tokyo. Bayangkan 19 Tahun, dan itu dilaksanakan dengan penuh komitmen.

Pada tahun 1992, sebuah rencana yang disebut G-Cans Proyek atau Metropolitan Area Luar Underground Channel Discharge (sistem drainase) disetujui dan konstruksi dimulai. Proyek G-Cans selesai pada tahun 2004. Berikut adalah beberapa foto dari “Tokyo Sistem Drainase: Terbesar di Dunia”.

Untuk menyerap air hujan, kompleks tersebut dilengkapi dengan 59 turbopump. Total kapasitas mereka dari 14 ribu tenaga kuda, alat ini dapat berlari lebih cepat dari 200 ton atas air per detik. Tampaknya ini jelas dirancang untuk banjir paling intens. Namun, di daerah ini, hujan terparah mencapai 200 milimeter curah

hujan, dan kadang-kadang sampai 400 (curah hujan bulanan untuk Moskow, misalnya, adalah 35 mm). Oleh karena itu, marjin fasilitas keselamatan yang diperlukan lebih besar. Desainer harus mempertimbangkan satu set penyimpanan bawah tanah yang sangat besar untuk ribuan ton air karena curah hujan yang tinggi.

Sejak pembukaannya, G-Cans telah mencegah banjir

masuk kota bahkan menarik minat wisatawan untuk

datang mengunjungi tempat ini. Hal ini karena proyek G-

Cans ini juga dimaksudkan untuk menjadi daya tarik

wisata, dan dapat dikunjungi secara gratis dua kali

sehari, dari Selasa sampai Jumat. Sayangnya, tur

ilik�Sains

2015

Page 25: Lestari #1 2015

23 gebanyol

19 www.kophiyogya.org 2015

Page 26: Lestari #1 2015

Media�dan�Komunikasi