Laporan Problem Base Learning Ikakom Fix

download Laporan Problem Base Learning Ikakom Fix

of 43

description

Skenario Kasus I : Demam uap logam (Metal Fume Fever)Seorang pekerja (laki-laki 25 tahun) mengeluhkan nafas pendek rasa terbakar didaerah dada, rasa kedinginan, tenggorakan kering serta batuk-batuk. Keluhan ini terasa sekali dan selalu berulang ketika melakukan tugasnya yaitu pengelasan dan berkurang bila pengelasan dihentikan. Keluhan ini menjadiseriussejaksetahun yang lalu. Pekerja ini bekerja sebagai tukang las pada perakitan truk pemadam kebakaran yang diselesaikan dalam waktu 2-3 bulan. Tidak ada penyakit yang diderita sebelumnya, dan tidak penyakit serius dalam keluarga. Tugasnya adalah mengelas untuk merakit tanki air kapasitas 18000 Itr dan dilakukan dalam tanki yang sedang dirakitnya (ruang terbatas / confined space). Karena itu sering kurang minum akibat sulit keluar-masuk tanki.Pekerjaan dilakukan dengan 3 shift, masing-masing 8 jam kerja. Selain melakukan pengelasan, ia juga menggerinda serta melakukan pengecatan. Dalam melakukan pekerjaannya ia menggunakan pelindung pernafasan (masker) namun tidak adekuat, yaitu hanya kain biasa yang dilapis. Tidak ada ventilasi pada saat melakukan pengelasan didalam tangki. Ia melaksanakan pekerjaan tersebut selama 5 tahun. Diluar pekerjaan ini ia tidak punya pekerjaan sambilan lain. Sekalisekali ia merokok, dimulai sejak 3-4 tahun lalu dengan jumlah ½ pak sehari. Menurut yang bersangkutan, faktor risiko potensial yang dihadapinya adalah kebisingan, getaran, suhu panas, radiasi sinar, uap pengelasan, cat, posisi yang tidak ergonomi serta kebosanan. Alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan tidak mencukupi, yaitu hanya masker kain biasa (seharusnya respirator), kaca mata las dan ear-plug (dibandingkan dengan kebisingan yang dihadapi, harusnya ear-muff).Pada saat pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, ditemukan hal berikut: Tekanan darah 110/80 mmHg, BMI dalam batasan normal, Hb 12 gr%. Pemeriksaan lain dalam batas normal.Diagnosa Kerja : Acute Respiratory Inflammation.Diagnosis Okupasi:ICD-10 : J68 - Respiratory condition due to inhalation of chemicals, gases,fumes and vapours dalam hal ini adalah : Upper respiratory irritation due to welding fumes (metal fume fever)

Transcript of Laporan Problem Base Learning Ikakom Fix

LAPORAN PROBLEM BASE LEARNINGSISTEM KEDOKTERAN KOMUNITASMODUL PENYAKIT AKIBAT KERJA

Tutor : dr. FarsidaDisusun oleh :Kelompok II:Fitriya sujatmaka (2011730134)Gita listawaty (2011730137)Jovan octara (2011730143)Patimah tul munawaroh (2011730158)RR. Yunisa Putri Ryanti (2011730161)Setiani Imaningtias (2011730162)Tohari (2011730165)Vidia Amrina Rasyada (2011730167)Yudha daud (2011730168)

PROGRAM STUDI KEDOKTERANUNUVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA2014

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan PBL penyakit akibat kerja ini dengan tepat waktu.Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada tutor kami dr. Farsida yang telah membantu dan membimbing kami, dan kepada semua pihak yang telah membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.Kami menyadari dalam pembuatan laporan PBL penyakit akibat kerja ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kami meminta kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk perbaikan kami dalam pembuatan laporan selanjutnya. Akhir kata semoga laporan PBL penyakit akibat kerja ini bermanfaat bagi pembaca semuanya.

Jakarta, 2 Mei 2014

Kelompok II

DAFTAR ISICOVER ................................................................................................................ 1KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar belakang .................................................................................... 41.2 Tujuan pembelajaran........................................................................... 4

BAB II PERMASALAHAN2.1 Scenario ............................................................................................. 62.2 Kata Kunci ......................................................................................... 6 2.3 Pertanyaan ........................................................................................ 8

BAB III PEMBAHASAN ........ 9

BAB IV PENUTUP4.1 Kesimpulan . 424.2 Saran ....42DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................43

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakang Penyakit akibat kerja (PAK) menurut Kepres RI no. 22 tahun 1993 adalah penyakit yang ditimbulkan sebagai akibat dari kecelakaan maupun pajanan ditempat kerja. Modul ini disiapkan untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran yang mengambil mata kuliah system kedokteran komunitas dan kedokteran kerja. TIU dan TIK dalam modul ini dipersiapkan sesuai dengan konsep penanganan penyakit akibat kerja secara menyeluruh, baik dari aspek pencegahan, diagnosis dan penanganan kasus, kompensasi bagi kecelakaan serta pengendalian factor resiko yang ada ditempat kerja yang perlu diketahui oleh para calon dokter yang menangani kesehatan kerja. Modul ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa dalam menyelesaikan permasalahn penyakit akibat kerja dikalangan pekerja dengan dibantu oleh para tutor dan para pakar, sebagai bagian dari system kedokteran komunitas.

1.2 Tujuan pembelajaran Tujuan intruksional umum (TIU)Setelah selesai pempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu menegakan diagnosis penyakit akibat kerja (PAK), menagani kasus penyakit akibat kerja (PAK), serta mampu mengembangkan program pencegahan penyakit akibat kerja (PAK) serta mengembangkan program pengendalian factor resiko di tempat kerja. Tujuan instruksional khusus (TIK)Setelah selesai mempelajari modul dan membaca scenario ini mahasiswa diharapkan mampu menetapkan dan melakukan : 1. Biodata pasien 1. Melakukan anamesa pada pasien menyangkut : Riwayatpenyakit (sekarang, terdahulu, dalamkeluarga) sertariwayatpekerjaan. Perjalananpenyakit. Uraiantugas, pelaksanaanpekerjaan, alatpelindungdiri yang dikenakan. Faktorresikoataupotensibahaya, sertamenyangkutgangguankesehatan yang mungkintimbul.2. Pemeriksaan : Pemeriksaanfisikterkaitgangguankesehatan. Pemeriksaan lab rutin yang diperlukan. Pemeriksaan lab khusus yang diperlukan. Pemeriksaanpenunjang Non-lab.3. Menegakkan Diagnosis PenyakitAkibatKerja : Berdasarkan 7 langkahpenetapan. Diagnosaberdasarkan ICD-10. Menetapkan Prognosis penyakit.4. Rencanapenatalaksanaanberikutnya: Kelayakanbekerja (fitness status). Alatpelindungdiri yang diperlukan. Pemeriksaankesehatan yang diperlukansesuaidenganfaktorrisiko yang dihadapidankemungkinandiperlukannyapemeriksaan Bio Monitoring bagikemungkinanpajananbahankimia. Promosikesehatan (edukasi) terhadappasienmaupunterhadapmanajemen. Penatalaksanaanlingkungan (ruang) tempatkerja.

7 (tujuh) langkahprinsippenegakkanDiagnosaPenyakitAkibatKerja. Langkah- 1 : Tetapkan diagnosis klinis. Langkah-2 : Identifikasipaparanpotensirisikobahaya. Langkah-3 : Carihubunganantara langkah-2 dengangangguankesehatan yang timbul. Langkah-4 : Evaluasidosispajanan (mis : NAB). Langkah-5 : Cariperananfaktorindividu/kerjadalamtimbulnya PAK. Langkah-6 : Cariperananfaktordiluarkerja (non-occupational factors). Langkah-7 : Tetapkan diagnose PAK.

BAB IIPERMASALAHAN

2.1 Skenario Kasus I : Demam uap logam (Metal Fume Fever)Seorang pekerja (laki-laki 25 tahun) mengeluhkan nafas pendek rasa terbakar didaerah dada, rasa kedinginan, tenggorakan kering serta batuk-batuk. Keluhan ini terasa sekali dan selalu berulang ketika melakukan tugasnya yaitu pengelasan dan berkurang bila pengelasan dihentikan. Keluhan ini menjadiseriussejaksetahun yang lalu. Pekerja ini bekerja sebagai tukang las pada perakitan truk pemadam kebakaran yang diselesaikan dalam waktu 2-3 bulan. Tidak ada penyakit yang diderita sebelumnya, dan tidak penyakit serius dalam keluarga. Tugasnya adalah mengelas untuk merakit tanki air kapasitas 18000 Itr dan dilakukan dalam tanki yang sedang dirakitnya (ruang terbatas / confined space). Karena itu sering kurang minum akibat sulit keluar-masuk tanki.Pekerjaan dilakukan dengan 3 shift, masing-masing 8 jam kerja. Selain melakukan pengelasan, ia juga menggerinda serta melakukan pengecatan. Dalam melakukan pekerjaannya ia menggunakan pelindung pernafasan (masker) namun tidak adekuat, yaitu hanya kain biasa yang dilapis. Tidak ada ventilasi pada saat melakukan pengelasan didalam tangki. Ia melaksanakan pekerjaan tersebut selama 5 tahun. Diluar pekerjaan ini ia tidak punya pekerjaan sambilan lain. Sekalisekali ia merokok, dimulai sejak 3-4 tahun lalu dengan jumlah pak sehari. Menurut yang bersangkutan, faktor risiko potensial yang dihadapinya adalah kebisingan, getaran, suhu panas, radiasi sinar, uap pengelasan, cat, posisi yang tidak ergonomi serta kebosanan. Alat pelindung diri yang diberikan oleh perusahaan tidak mencukupi, yaitu hanya masker kain biasa (seharusnya respirator), kaca mata las dan ear-plug (dibandingkan dengan kebisingan yang dihadapi, harusnya ear-muff).Pada saat pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, ditemukan hal berikut: Tekanan darah 110/80 mmHg, BMI dalam batasan normal, Hb 12 gr%. Pemeriksaan lain dalam batas normal.Diagnosa Kerja : Acute Respiratory Inflammation.Diagnosis Okupasi:ICD-10 : J68 - Respiratory condition due to inhalation of chemicals, gases,fumes and vapours dalam hal ini adalah : Upper respiratory irritation due to welding fumes (metal fume fever)

1.2 Kata/Kalimat kunci1. Identitas : Nama : Tn. XUmur : 25 tahun Keluarga : KK ( kepala keluarga)Agama : Islam Pekerjaan : Tukang las pada perakitan truk pemadam kebakaran Tanggal kunjungan : 23 april 2014

2. Riwayat Penyakit Tanggal : 23 april 2014

Riwayat penyakit sekarang : Nafas pendek, rasa terbakar didada, rasa kedinginan, tenggorokan kering serta batuk-batuk. Keluhan terasa sekali dan berulang ketika melakukan pengelasan, berkurang jika pengelasan dihentikan, memberat selama 1 (satu) tahun terakhir.

Riwayat penyakit dahulu :Tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang mempunyai penyakit yang sama

3. Riwayat pekerjaan a. Jenis pekerjaan Jenis pekerjaan Alat dan bahan yang digunakan Tempat kerja Lama kerja

Tukang las Logam berat / metal, mesin welding, gerinda dan cat

Didalam tangki 8 jam perhari selama 2-3 bulan selama 5 tahun

b. Uraian pekerjaan : Menegelas, mengerinda dan mengecat untuk merakit tangki air dengan kapasitas 1800 liter dilakukan dalam ruangan terbatas, sulit keluar masuk tangki, shiff 3 kali (1 shiff 8 jam ).

c. Bahaya potensi : 1. Uraian kegiatan : Menegelas, mengerinda dan mengecat untuk merakit tangki air dengan kapasitas 1800 liter dilakukan dalam ruangan terbatas, sulit keluar masuk tangki, shiff 3 kali (1 shiff 8 jam ). 2. Alat pelindung diri : Masker kain biasa, kaca mat alas dan ear-plug 3. Bahaya potensial : Fisik : bising, suhu, fibrasi Kimia : cat, logam, uapBiologi : - Ergonomi : posisi kerja tidak nyaman, pencahayaan Psikososial : perokok, kebosanan 4. Gangguan kesehatan yang mungkin timbul : Dehidrasi, infeksi saluran nafas, kidney hazard, vertiligo, tuli 5. Resiko kecelakaan kerja :Kebakaran, terhirup zat kimia yang berbahaya, kurangnya oksigen

4. Pemeriksaan Pemeriksaan Fisik :a. Keadaan umum : Compos Mentis b. Tanda vital : tekanan darah : normal (110/80 mmHg)c. Keadaan gizi : BMI : normal Kesan : cukup

5. Pemeriksaan klinisSemua dalam batas normal

6. Pemeriksaan Laboratorium Hemoglobin : 12 gr%

1.3 Pertanyaan

1. Sebutkan dan jelaskan pemeriksaan kesehatan yang diusulkan pada kasus scenario?2. sebutkan dan jelaskan alat pelindung diri yang diperlukan dan sesuai dengan standar pada pekerjaan di skenario (APD) ?3. sebutkan dan jelaskan bahaya potensial yg dapat terjadi pada scenario dan bagaimana dampak pada tubuh ?4. sebutkan dan jelaskan strategi objektif sistem managemen kesehatan dan risk assessment pada profesi dalam skenario ?5. bagaimana penatalaksanaan yang sesuai pada kasus skenario (untuk pekerja, perusahaan dan prosedur pekerjaan) ?6. sebutkan hukum (UU) yang melindungi keselamatan pekerja ?7. klasifikasi kelayakan bekerja ?8. bagaimana penegakan diagnosis PAK pada skenario ? (1-4)9. bagaimana penegakan diagnosis PAK pada skenario (5-7) dan penentuan prognosis pada skenario ?

BAB IIIPEMBAHASAN

Bahaya potensial yang dapat terjadi pada skenario

1. Bahaya Fisik: Noise ( Bising ):Ini dapat terjadi diakibatkan ruang yang sempit yang di dapat pekerja saat melakukan pekerjaan serta pekerja hanya dilengkapi ear plug Temperatur Extreme:Dikarenakan tidak adanya ventilasi di dalam tanki dan pekerja melakukan pekerjaan 8 jam sehari dengan mesin las yang menyebabkan suhu PANAS.Selain itu ada juga spark atau spatter yaitu titik kecil material cair yang memercik dari daerah pengelasan dan menyebar cukup jauh. Spatter ini akan menimbulkan bahaya terbakar bila terkena kulit yang tak terlindungi atau menimbulkan bahaya api bila kontak dengan material yang mudah terbakar. Vibration :Akibat getaran yang ditimbulkan karena pekerjaan si tukanglas dan getaran tersebut merambat di sekeliling dalam tanki dan bisa juga akibat getaran yang di timbulkan dari mesin las yang dipakai Radiasi:Radiasi pada pengelasan dapat dikategorikan radiasinon ionizing. Radiasi yang ditimbulkan oleh busur las ini mem[unyai sifat dapat dilihat, ultra violet dan infra merah.Bahaya radiasinon ionizingpada proses pengelasan dapat menimbulkan luka terbakar, kerusakan kulit dan mata. Kerusakan mata karena radiasi sinar ultra violet ini disebutarc-eye,welders eyeatauarc flash. Efek tidak dapat hilang dalam beberapa jam setelah terekspose, oleh sebab itu mata harus dilindungi dengan kaca gelap yang sesuai.Pengelasan juga merupakan sumber bahaya bagi pekerja lain yang berada di dekat pekerjaan las sebagaimana juru las itu sendiri. Pekerja tersebut dapat juga terpapar sinar yang dipantulkan dari dinding atau permukaan lain.Pantulan atau radiasi sinar ultra violet yang besar ini biasanya dari pengelasan dengan prosesgas tungstenataugas metal arc weldingyang dipergunakan untuk pengelasan aluminium atau baja stainless. Agar tidak membahayakan lingkungan setiap aktivitas pengelasan yang berada di dekat lokasi kerja yang lain agar mempergunakan partisi yang dibuat dari bahan tahan api dan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi pantulan atau refleksi ataupun melindungispatterkeluar dari ruangan. Listrik:Listrik yang mengalir dalam suatu sirkuit disebut arus listrik (I) dan diukur dengan satuanampere(A). Sedangkan tegangan yang menyebabkan adanya aliran dalam suatu sirkuit diukur denganvolt(V). tubuh manusia dapat dikatakan sebagai bahan yang konduktif. Sehingga apabila tegangan listrik terkena bagian badan, arus dapat mengalir dan dapat menimbulkan kejut, terbakar, kelumpuhan atau kematian. Tegangan listrik yang tidak terlalu tinggi pun dapat menyebabkan kasus tersebut di atas, namun akibat dari padanya tergantung pada banyak faktor seperti halnya ; dibagian mana arus listrik mengenai bagian tubuh ataupun seberapa efektif kontak dengan tegangan listrik tersebut Debu / Fume:Fumebiasanya terlihat pada setiap operasi pengelasan. Fume ini terdiri dari komponen yang dihasilkan dari elektroda, loga, dasar danfluxpada saat operasi. Elektroda merupakan penghasil fume yang paling utama. Diameter debudalam asap las (fume) berkisar antara 0,2 mikrometer s/d 3 mikrometer. Butiran debu dengan ukuran > 0,5 mikrometer bila terhisap akan tertahan oleh bulu hidung dan bulu pada pipa pernapasan, sedangkan yang lebih halus akan terbawa masuk ke dalam paru-paru. Sebagian akan dihembuskan kembali, sedangkan sebagian lain akan tertinggal dan melekat pada kantong udara dalam paru-paru (alveoli) sehingga bila sudah terakumulasi akan dapat menimbulkan berbagai penyakit pernapasan. Komposisi kimia fume tergantung dari proses pengelasan dan elektrodanya. Misalnya pada pengelasan dengan menggunakan elektroda jenislaw hydrogenmaka di dalam asap las akan terdapat fluor (F) dan oksida kalium dan sebagainya. Gas :Terdapat 2 (dua) tipe gas yang perlu mendapat perhatian, yaitu :1. Gas yang dipergunakan untuk keperluan pengelasan, pemotongan, antara lain oksigen, karbon monoksida, acetylene, gas alam, hydrogen, propan, butan dan gas untuk pelindung seperti argon, helium, carbon dioksida dan nitrogen.2. Gas yang ditimbulkan selama proses pengelasan, antara lain ozon, nitrogen dioksida, carbon monoksida, karbon dioksida, hydrogen chloride dan phosgene.

Pengaruh gas-gas tersebut diatas terhadap tubuh manusia adalah sebagai berikut :1. Gas karbon monoksida. Gas karbon dioksida diubah menjadi karbon monoksida dengan konsentrasi yang menurun pada jarak semakin jauh dari tempat pengelasan. Gas karbon monoksida mempunyai sifat afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin yang dengan sendirinya akan mengurangi daya penyerapan oksigen.2. Gas karbon dioksida. Di dalam udara sudah terdapat gas ini dengan konsentrasi sebesar 300 ppm. Gas karbon dioksida ini sebenarnya tidak berbahaya bagi tubuh manusia bila konsentrasinya tidak terlalu tinggi.3. Gas ozon. Gas ozon ini terjadi karena reaksi foto kimia dari sinar ultra violet. Bila seseorang bernafas dalam udara yang mengandung 0,5 ppm ozon selama 3 jam akan merasa sesak nafas. Pada konsentrasi 1 2 ppm dalam waktu 2 jam orang akan merasakan pusing, sakit dada dan kekeringan pada saluran nafas.4. Gas nitrogen monoksida. Gas ini bila masuk ke dalam saluran pernapasan tidak merangsang tetapi akan bereaksi dengan haemoglobin seperti halnya gas carbon monoksida. Tetapi ikatan gas nitrogen monoksida dengan Hb jauh lebih kuat dan tidak mudah terlepas bahkan akan mengikat oksigen yang dibawa oleh Hb. Hal ini akan dapat menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah yang membahayakan system syaraf.5. Gas nitrogen dioksida. Gas ini dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap mata dan pernapasan

2. Bahaya Kimia: Menurut The National Fire Protection Association (NFPA 30) ada 9 Jenis bahan berbahaya :a. Bahan Mudah Meledakb. Bahan Gas / Mudah terbakar dan tidak mudah terbakarc. Cairan mudah terbakard. Benda padat mudah terbakare. Racunf. Radiasig. Korosif / asamh. Oksidasi dan Peroksida organici. Macam Macam

2. Bahaya Biologi: Dari scenario bisa di ketahui dilingkungan pekerjaan maupun lingkungan keluarga jadi bahaya potensial dari biologi mungkin berkurang namun bahaya lain dari biologi mungkin juga ada dan didapat oleh pekerja tersebut seperti :a. Bio Aerosols (TBC)b. HIV / AIDSc. Gigitan Binatang Di tempat kerjad. Keracunan tumbuh tumbuhane. Keracunan Makanan

3. Bahaya Ergonomi: Repetitif (berulang):Pola kerja yang sama yang selalu berulang selama 5 tahun membuat pekerja pada scenario mengalami kebosanan Posisi kerja :Ruangan yang sempit dan berbentuk seperti tabung memungkinkan pekerja las tidak mendapatkan posisi kerja yang nyaman.

Lifting / Mengangkat:Kebiasaan mengangkat benda benda berat seperti mengangkat seperangkat alat las kedalam tanki Eye strain / ketegangan mata :Mata pekerja lelah dikarenakan dalam 8 jam mengelas tanki dan tanpa adanya cahaya yang memadahi Lingkungan pekerjaan yang buruk:Tempat kerja di dalam tanki yang sempit dengan ventilasi yang kurang untuk bernafas lalu kurangnya pencahayaan untuk melihat serta sulitnya keluar masuk tanki untuk minum yang menyebabkan pekerja las dehidrasi.

4. Bahaya Psikososial: Kerja melewati batas waktu 8 jam sehari dengan 3 shift memungkinkan pekerja las untuk bekerja melewati batas dimana ia akan mendapat shift malam yang mana sebaiknya digunakan tubuh untuk beristirahat. OrganisasiHal ini juga berpengaruh jika pekerja las tersebut mengalami masalah dengan teman sepekerjaan atau dengan atasan ini bisa membuat pekerja tersebut stress KeluargaMasalah dalam keluarga juga dapat menciptakan stress yang berhubungan dengak kinerja di tempat kerja.5. Bahaya lifestyle: MerokokDiketahui pekerja sudah merokok mulai 3-4 tahun yang lalu pak sehari Memakai Narkoba dan Meminum Alkohol Diet yang tidak seimbang Kurangnya berolahraga

Hukum (UU) yang melindungi keselamatan pekerja UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIANOMOR 1 TAHUN 1970TENTANGKESELAMATAN KERJABAB ITENTANG ISTILAH-ISTILAHPasal 1Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :1. "tempat kerja" ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau sering dimasuki tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana diperinci dalam pasal 2; termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau berhubung dengan tempat kerja tersebut;2. "pengurus" ialah orang yang mempunyai tugas langsung sesuatu tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri;3. "pengusaha" ialah :a. orang atau badan hukum yang menjalankan sesuatu usaha milik sendiri dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;b. orang atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan sesuatu usaha bukan miliknya dan untuk keperluan itu mempergunakan tempat kerja;c. orang atau badan hukum, yang di Indonesia mewakili orang atau badan hukum termaksud pada (a) dan (b), jikalau yang mewakili berkedudukan di luar Indonesia.4. "direktur" ialah pejabat yang ditunjuk oleh Mneteri Tenaga Kerja untuk melaksanakan Undang-undang ini.5. "pegawai pengawas" ialah pegawai teknis berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.6. "ahli keselamatan kerja" ialah tenaga teknis berkeahlian khusus dari luar Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja untuk mengawasi ditaatinya Undang-undang ini.

BAB IIRUANG LINGKUPPasal 21. Yang diatur oleh Undang-undang ini ialah keselamatan kerja dalam segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air, di dalam air maupun di udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.2. Ketentuan-ketentuan dalam ayat (1) tersebut berlaku dalam tempat kerja di mana :a. dibuat, dicoba, dipakai atau dipergunakan mesin, pesawat, alat, perkakas, peralatan atau instalasi yang berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan atau peledakan;b. dibuat, diolah, dipakai, dipergunakan, diperdagangkan, diangkut, atau disimpan atau bahan yang dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, bersuhu tinggi;c. dikerjakan pembangunan, perbaikan, perawatan, pembersihan atau pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan perairan, saluran atau terowongan di bawah tanah dan sebagainya atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.d. dilakukan usaha: pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan;e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan : emas, perak, logam atau bijih logam lainnya, batu-batuan, gas, minyak atau minieral lainnya, baik di permukaan atau di dalam bumi, maupun di dasar perairan;f. dilakukan pengangkutan barang, binatang atau manusia, baik di darat, melalui terowongan, dipermukaan air, dalam air maupun di udara;g. dikerjakan bongkar muat barang muatan di kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun atau gudang;h. dilakukan penyelamatan, pengambilan benda dan pekerjaan lain di dalam air;i. dilakukan pekerjaan dalam ketinggian diatas permukaan tanah atau perairan;j. dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;k. dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan, terkena pelantingan benda, terjatuh atau terperosok, hanyut atau terpelanting;l. dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur atau lobang;m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, suhu, kotoran, api, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran;n. dilakukan pembuangan atau pemusnahan sampah atau limbah;o. dilakukan pemancaran, penyinaran atau penerimaan radio, radar, televisi, atau telepon;p. dilakukan pendidikan, pembinaan, percobaan, penyelidikan atau riset (penelitian) yang menggunakan alat teknis;q. dibangkitkan, dirobah, dikumpulkan, disimpan, dibagi-bagikan atau disalurkan listrik, gas, minyak atau air;r. diputar film, pertunjukan sandiwara atau diselenggarakan reaksi lainnya yang memakai peralatan, instalasi listrik atau mekanik.3. Dengan peraturan perundangan dapat ditunjuk sebagai tempat kerja, ruangan-ruangan atau lapangan-lapangan lainnya yang dapat membahayakan keselamatan atau kesehatan yang bekerja atau yang berada di ruangan atau lapangan itu dan dapat dirubah perincian tersebut dalam ayat (2).BAB IIISYARAT-SYARAT KESELAMATAN KERJAPasal 31. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :a. mencegah dan mengurangi kecelakaan;b. mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran;c. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan;d. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;e. memberi pertolongan pada kecelakaan;f. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran;h. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.i. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;k. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;l. memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;m. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya;n. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang;o. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;p. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang;q. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;r. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.2. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi serta pendapatan-pendapatan baru di kemudian hari.Pasal 41. Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja dalam perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran, perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan bahan, barang, produk teknis dan aparat produksi yang mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.2. Syarat-syarat tersebut memuat prinsip-prinsip teknis ilmiah menjadi suatu kumpulan ketentuan yang disusun secara teratur, jelas dan praktis yang mencakup bidang konstruksi, bahan, pengolahan dan pembuatan, perlengkapan alat-alat perlindungan, pengujian dan pengesyahan, pengepakan atau pembungkusan, pemberian tanda-tanda pengenal atas bahan, barang, produk teknis dan aparat produk guna menjamin keselamatan barang-barang itu sendiri, keselamatan tenaga kerja yang melakukannya dan keselamatan umum.3. Dengan peraturan perundangan dapat dirubah perincian seperti tersebut dalam ayat (1) dan (2); dengan peraturan perundangan ditetapkan siapa yang berkewajiban memenuhi dan mentaati syarat-syarat keselamatan tersebut.BAB IVPENGAWASANPasal 51. Direktur melakukan pelaksanaan umum terhadap Undang-undang ini sedangkan para pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung terhadap ditaatinya Undang-undang ini dan membantu pelaksanaannya.2. Wewenang dan kewajiban direktur, pegawai pengawas dan ahli keselamatan kerja dalam melaksanakan Undang-undang ini diatur dengan peraturan perundangan.Pasal 61. Barang siapa tidak dapat menerima keputusan direktur dapat mengajukan permohonan banding kepada Panitia Banding.2. Tata cara permohonan banding, susunan Panitia Banding, tugas Panitia Banding dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.3. Keputusan Panitia Banding tidak dapat dibanding lagi.Pasal 7Untuk pengawasan berdasarkan Undang-undang ini pengusaha harus membayar retribusi menurut ketentuan-ketentuan yang akan diatur dengan peraturan perundangan.Pasal 81. Pengurus di wajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik dari tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan padanya.2. Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, secara berkala pada Dokter yang ditunjuk oleh Pengusaha dan dibenarkan oleh Direktur.3. Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan.BAB VPEMBINAANPasal 91. Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang :a. Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul dalam tempat kerja;b. Semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja;c. Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan;d. Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.2. Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan setelah ia yakin bahwa tenaga kerja tersebut telah memahami syarat-syarat tersebut di atas.3. Pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.4. Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi usaha dan tempat kerja yang dijalankan.BAB VIPANITIA PEMBINA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJAPasal 101. Menteri Tenaga Kerja berwenang membertuk Panitia Pembina Keselamatan Kerja guna memperkembangkan kerja sama, saling pengertian dan partisipasi efektif dari pengusaha atau pengurus dan tenaga kerja dalam tempat-tempat kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, dalam rangka melancarkan usaha berproduksi.2. Susunan Panitia Pembina dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja, tugas dan lain-lainnya ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.BAB VIIKECELAKAANPasal 111. Pengurus diwajibkan melaporkan tiap kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya, pada pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Tenaga Kerja.2. Tata cara pelaporan dan pemeriksaan kecelakaan oleh pegawai termaksud dalam ayat (1) diatur dengan peraturan perundangan.BAB VIIIKEWAJIBAN DAN HAK TENAGA KERJAPasal 12Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk: a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh pegawai pengawas dan atau keselamatan kerja; b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan; c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; d.Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan; e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya kecuali dalam hal-hal khususditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.BAB IXKEWAJIBAN BILA MEMASUKI TEMPAT KERJAPasal 13Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.BAB XKEWAJIBAN PENGURUSPasal 14Pengurus diwajibkan :a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja;b. Memasang dalam tempat kerja yang dipimpinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lainnya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan terbaca menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.BAB XIKETENTUAN-KETENTUAN PENUTUPPasal 151. Pelaksanaan ketentuan tersebut pada pasal-pasal di atas diatur lebih lanjut dengan peraturan perundangan.2. Peraturan perundangan tersebut pada ayat (1) dapat memberikan ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- (seratus ribu rupiah).3. Tindak pidana tersebut adalah pelanggaran.Pasal 16Pengusaha yang mempergunakan tempat-tempat kerja yang sudah ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku wajib mengusahakan di dalam satu tahun sesudah Undang-undang ini mulai berlaku, untuk memenuhi ketentuan-ketentuan menurut atau berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 17Selama peraturan perundangan untuk melaksanakan ketentuan dalam Undang-undang ini belum dikeluarkan, maka peraturan dalam bidang keselamatan kerja yang ada pada waktu Undang-undang ini mulai berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini.Pasal 18Undang-undang ini disebut "UNDANG-UNDANG KESELAMATAN KERJA" dan mulai berlaku pada hari diundangkan.Agar supaya setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.Disahkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 1970PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,ttdSOEHARTODiundangkan di Jakarta pada tanggal 12 Januari 1970Sekretaris Negara Republik Indonesia,ttdALAMSYAH

Klasifikasi kelayakan bekerja (Fit to Work)

Fit to WorkMenetapkan kelayakan seorang pekerja dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dari aspek medis, dengan memperhitungkan aspek job-related dan fit the job to the men

Tujuan Utama Fitting the Job to the MenMemastikan bahwa seorang individu dapat melakukan tugas dalam pekerjaannya secara efektif tanpa menimbulkan risiko bagi dirinya sendiri maupun pekerja lainnya.

Mengapa Diperlukan Assesment Medis untuk FTW?1. Kondisi pasien membatasi dirinya melakukan tugas secara efektif2. Kondisi pasien mungkin dapat memburuk akibat pekerjaannya3. Kondisi pasien dapat membahayakan keselamatan dirinya dan/atau orang lain4. Kondisi pasien dapat merupakan risiko bagi masyarakat

Fit to Work Harus Menjawab Pertanyaan Berikut :1. Apakah pekerja yang bersangkutan mampu melaksanakan pekerjaan tersebut dan tidak membuat si pekerja menjadi berisiko terganggu kesehatannya?2. Apakah membiarkan pekerja tersebut melaksanakan pekerjaannya akan menimbulkan risiko bagi pekerja lain atau masyarakat di sekitarnya?

Kategori Fitness to Work 1. Fit to Work : Fit untuk semua jenis pekerjaan2. Fit with Restriction: Fit dengan keterbatasan pada kondisi tertentu3. Temporarily Unfit to Work: Unfit untuk sementara biasanya diikuti dengan evaluasi ulang4. Unfit for Specific Occupation: Unfit untuk jabatan tertentu5. Unfit to Work: Tidak mampu bekerja

pemeriksaan kesehatan yang diusulkan pada kasus skenario Jawaban :Karena pasien dalam scenario mempunyai pekerjaan sebagai tukang las pada perakitan truk pemadam kebakaran maka pemeriksaan yang perlu dilakukan : Pemeriksaan Fisik

InspeksiInspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya.

PalpasiPalpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan jari-jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.

PerkusiPerkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi, dan posisi struktur di bawahnya.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan konsistensi jaringan. Dewi Sartika, 2010)

AuskultasiAuskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997)Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika, 2010)Dalam melakukan pemeriksaan fisik, ada prinsip-prinsip yang harus di perhatikan, yaitu sebagai berikut:a.Kontrol infeksiMeliputi mencuci tangan, memasang sarung tangan steril, memasang masker, dan membantu klien mengenakan baju periksa jika ada.b.Kontrol lingkunganYaitu memastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan untuk melakukan pemeriksaan fisik baik bagi klien maupun bagi pemeriksa itu sendiri. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien1.Komunikasi (penjelasan prosedur)2.Privacy dan kenyamanan klien3.Sistematis dan konsisten ( head to toe, dr eksternal ke internal, dr normal ke abN)4.Berada di sisi kanan klien5.Efisiensi6.Dokumentasi

Pemeriksaan rontgen thorax

Pemeriksaan radiologik toraks merupakan pemeriksaan yang sangat penting. Kemajuan yang sangat pesat selama dasawarsa terakhir dalam teknik pemeriksaan radiologik toraks dan pengetahuan untuk menilai suatu roentgenogram toraks menyebabkan pemeriksaan toraks dengan sinar roentgen ini suatu keharusan rutin.Pemeriksaan paru tanpa pemeriksaan roentgen saat ini dapat dianggap tidak lengkap. Suatu penyakit paru belum dapat disingkirkan dengan pasti sebelum dilakukan pemeriksaan radiologik. Selain itu,berbagai kelainan dini dalam paru juga sudah dapat dilihat dengan jelas pada foto roentgen sebelum timbul gejala-gejala klinis. Foto roentgen yang dibuat pada suatu saat tertentu dapat merupakan dokumen yang abadi dari penyakit seorang penderita, dan setiap waktu dapat dipergunakan dan diperbandingkan dengan foto yang dibuat pada saat- saat lain.

Photo Toraxs

Macam Macam Cara Pemeriksaan FLUOROSCOPY THORAXAdalah cara pemeriksaan yang mempergunakan sifat tembus sinar roentgen dan suatu tabir yang bersifat fluoresensi bila terkena sinar tersebut. Umumnya cara ini tidak dipakai lagi,hanya pada keadaan tertentu,yaitu bila kita ingin menyelidiki pergerakan suatu organ/sistem tubuh seperti dinamika alat-alat peredaran darah, misalnya jantung dan pembuluh darah besar; serta pernapasan berupa pergerakan diafragma dan aerasi paru- paru.

ROENTGENOGRAPHYAdalah pembuatanfoto roentgen toraks. Agar distorsi dan magnifikasi yng diperoleh menjadi sekecil mungkin, maka jarak antara tabung dan film harus 1,80 meter dan foto dibuat sewaktu penderita sedang bernapas dalam (inspirasi).

TOMOGRAPHYIstilah lainnya : Planigrafi , Laminagrafi , atau Stratigrafi.Pemeriksaan lapis demi lapis dari rongga dada, biasanya untuk evaluasi adanya tumor atau atelektase yang bersifat padat.

COMPUTERIZED TOMOGRAPHY (CT SCAN)Yaitu Tomography transversal, dengan X-ray dan komputer. Pemeriksaan ini terutama untuk daerah mediastinum.

BRONCHOGRAPHYIalah pemeriksaan percabangan bronkus, dengan cara mengisi saluran bronkial dengan suatu bahan kontras yang bersifatopaque(menghasilkan bayangan putih pada foto). Bahan kontras tersebut biasanya mengandung jodium (lipiodol, dionosil, dsb).Indikasi pemeriksaan ini misalnya pada Bronkiektasis untuk meneliti letak, luas, dan sifat bagian-bagian bronkus yang melebar; dan pada tumor-tumor yang terletak dalam lumen bronkus (space occupying lesions), yang mungkin mempersempit bahkan menyumbat sama sekali bronkus bersangkutan.

ARTERIOGRAPHYMengisi kontras pada pembuluh darah pulmonale, sehingga dapat diketahui vaskularisasi pada mediastinum atau pada paru.

ANGIOCARDIOGRAPHYAdalah pemeriksaan untuk melihat ruang-ruang jantung dan pembuluh-pembuluh darah besar dengan sinar roentgen (fluoroskopi atau roentgenografi), dengan menggunakan suatu bahan kontras radioopaque, misalnyaHypaque 50%, dimasukkan kedalam salah satu ruang jantung melalui kateter secara intravena.

SYARAT FOTO THORAX PASyarat- syarat foto thorax PA bila memungkinkan :1.Posisi penderita simetris.Hal ini dapat dievaluasi dengan melihat apakah proyeksi tulang corpus vertebra thoracal terletak di tengah sendi sternoclavikuler kanan dan kiri.2.Kondisi sinar X sesuai.mAs (jumlah sinar) cukup dankV (kualitas sinar) cukup.3.Film meliputi seluruh cavum thorax.Mulai dari puncak cavum thorax sampai sinus-sinus phrenicocostalis kanan kiri dapat terlihat pada film tersebut.

Pemeriksaan Laboratorium a. Pemeriksaan Darah Lengkap (Complete Blood Count / CBC) yaitu suatu jenis pemeriksaaan penyaring untuk menunjang diagnosa suatu penyakit dan atau untuk melihat bagaimana respon tubuh terhadap suatu penyakit. Disamping itu juga pemeriksaan ini sering dilakukan untuk melihat kemajuan atau respon terapi pada pasien yang menderita suatu penyakit infeksi.

Pemeriksaan Darah Lengkap terdiri dari beberapa jenis parameter pemeriksaan, yaitu1. Hemoglobin2. Hematokrit3. Leukosit (White Blood Cell / WBC)4. Trombosit (platelet)5. Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)6. Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)7. Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR)8. Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)9. Platelet Disribution Width (PDW)10. Red Cell Distribution Width (RDW)Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan hasil yang diluar nilai normalbiasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

b. Pemeriksaan fungsi hati : Jenis UFHPenggunaan

Bilirubin(total, direk,Diagnosis ikterus, menilaiberatnya penyakit, penyakit Gilbert, hemolisis,

indirek)diagnosis kolektasis.

ALTDiagnosis dinipenyakit hepatoselular (lebihspesifik dibandingkandengan

AST), pemantauan

ASTDiagnosis dinipenyakit hepatoselular, pemantauan, pada alkoholisme

AST>ALT

ALPDiagnosis kolestasis, infiltrasihepatik, diagnosis kelainanmetabolisme

GGTPenanda kolestasis biliar, alkoholisme

AlbuminMenilaiberatnya penyakit dankronis

Masa protrombinMenilaiberatnya penyakit danberatnya Kolestasis

y-globulinDiagnosis hepatitis kronis dansirosis hati, pemantauan

Jenis Uji Fungsi Hati dan manfaat diagnostiknya. (Sherlock S, 2002)(Dufour DR,2006)

c. Pemeriksaan Fungsi Ginjal Ada serangkaian tes pada air seni untuk menilai fungsi ginjal. Sebuah tes sederhana, yang disebut urinanalisis, sering dilakukan pada awal. Contoh air seni diperiksa secara fisik untuk ciri termasuk warna, bau, penampilan, dan kepadatan; diperiksa secara kimia untuk unsur termasukprotein,glukosa, dan pH; dan di bawah mikroskop untuk keberadaan unsur sel (sel darah merah dan putih, dll.),bakteri, kristal, dsb. Kalau hasil tes ini menunjukkan kemungkinan ada penyakit atau penurunan pada fungsi ginjal, tes yang berikut mungkin dapat dilakukan:

Keluaran kreatinin(creatinine clearance). Tes ini menilai kemampuan ginjal untuk menghilangkan senyawa yang disebut kreatinin dari darah. Kreatinin adalah bahan ampas dari metabolisme tenaga otot, yang seharusnya disaring oleh ginjal dan dimasukkan pada air seni. Tes ini mengukur jumlah kreatinin yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam. Untuk menghitung keluaran, tingkat kreatinin dalam darah juga harus diukur.Keluaran urea. Urea adalah bahan ampas dari metabolisme protein, dan dikeluarkan dalam air seni. Seperti keluarankreatinin, tes ini mengukur jumlah urea yang dikeluarkan ke air seni selama beberapa jam, dan juga membutuhkan pengukuran tingkat urea dalam darah.Osmologi air seni. Tes ini mengukur jumlah partikel (bibit) yang dilarutkan dalam air seni, untuk menilai kemampuan ginjal untuk mengatur kepekatan air seni sebagaimana konsumsi air meningkat atau menurun.Keberadaan protein. Ginjal yang sehat menyaring semua protein dari darah dan menyerapnya kembali, sehingga tingkat protein dalam air seni tetap rendah. Tetap ditemukan protein dalam air seni adalah tanda penyakit ginjal.

Audiometri Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada. Pemeriksaan dilakukan dengan memakai alat audiogram nada murni di dalam ruang kedap suara.Prinsip pemeriksaannya adalah bermacam-macam frekuensi dan intensitas suara (dB) ditransfer melaluiheadsetataubone conducterke telinga atau mastoid dan batasan intensitas suara (dB) pasien yang tidak dapat didengar lagi dicatat, melalui program computer atau diplot secara manual pada kertas grafik.Kegunaan audiometri :- untuk mengetahui derajat ketulian ringan, sedang atau berat- untuk mengetahui jenis tuli konduktif, tuli syaraf (sensorineural) atau tuli campuranIndikasi pemeriksaan :1. Adanya penurunan pendengaran2. Telinga berbunyi dengung (tinitus)3. Rasa penuh di telinga4. Riwayat keluar cairan5. Riwayat terpajan bising6. Riwayat trauma7. Riwayat pemakaian obat ototoksik8. Riwayat gangguan pendengaran pada keluarga9. Gangguan keseimbanganDerajat parameter ketulian :- Tuli ringan : 26-40 dB- Tuli sedang : 41-60 dB- Tuli berat : 61 90 dB- Tuli sangat berat : > 90 dBPelaporan hasil berupa ambang dengar normal, ambang dengar dengan tuli konduktif, ambang dengar dengan tuli sensorineural, ambang dengar tuli campuran

Spirometri Spirometri adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengukur secara obyektif kapasitas/fungsi paru (ventilasi) pada pasien dengan indikasi medis. Alat yang digunakan disebut spirometer.Tujuan :- mengukur volume paru secara statis dan dinamik- menilai perubahan atau gangguan pada faal paruPrinsip spirometri adalah mengukur kecepatan perubahan volume udara di paru-paru selama pernafasan yang dipaksakan atau disebutforced volume capacity(FVC). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin Nilai FVC dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin.Sebelum dilakukan spirometri, terhadap pasien dilakukan anamnesa, pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pada spirometer terdapat nilai prediksi untuk orang Asia berdasarkan umur dan tinggi badan. Bila nilai prediksi tidak sesuai dengan standar Indonesia, maka dilakukan penyesuaian nilai prediksi menggunakan standar Indonesia. Volume udara yang dihasilkan akan dibuat prosentase pencapaian terhadap angka prediksi.Spirometri dapat dilakukan dalam bentuk social vital capacity (SVC) atau forced vital capacity (FVC). Pada SCV, pasien diminta bernafas secara normal 3 kali (mouthpiece sudah terpasang di mulut) sebelum menarik nafas dalam-dalam dan dihembuskan secara maksimal. Pada FVC, pasien diminta menarik nafas dalam-dalam sebelum mouth piece dimasukkan ke mulut dan dihembuskan secara maksimal.Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :1. Forced vital capacity (FVC) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi secara maksimal, diukur dalam liter.2. Forced Expiratory volume in one second (FEV1) adalah jumlah udara yang dapat dikeluarkan dalam waktu 1 detik, diukur dalam liter. Bersama dengan FVC merupakan indikator utama fungsi paru-paru.3. FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. Pada orang dewasa sehat nilainya sekitar 75% - 80%4. FEF 25-75% (forced expiratory flow), optional5. Peak Expiratory Flow (PEF), merupakan kecepatan pergerakan udara keluar dari paru-paru pada awal ekspirasi, diukur dalam liter/detik.6. FEF 50% dan FEF 75%, optional, merupakan rata-rata aliran (kecepatan) udara keluar dari paru-paru selama pertengahan pernafasan (sering disebut juga sebagai MMEF(maximal mid-expiratory flow)

Alat pelindung diri yang diperlukan dan sesuai dengan standar pada pekerjaan di skenario (APD)

ALAT PELINDUNG DIRI(PERSONAL PROTECTIVE EQUIPMENT)

Hazard lingkungan kerja baik fisik maupun kimiawi perlu untuk dikendalikan sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman. Terdapat berbagai cara untuk menanggulangi bahaya-bahaya yang terdapat di lingkungan kerja dan cara-cara tersebut misalnya Pengendalian secara teknik (Mechanical/Engineering Control). Pengendalian secara administratif (Administrative Control) dan Penggunaan Alat Pelindung Diri (personal protective equipment). Pengendalian secara teknik adalah cara pengendalian yang paling efektif dan merupakan alternatif pertama yang dianjurkan, sedangkan Penggunaan Alat Pelindung Diri merupakan suatu cara yang terakhir ( The last line of defense) yang ditempuh dalam rangka Pengendalian Lingkungan kerja.Filosofi Alat Pelindung Diri (APD)mengatakan bahwa Alat Pelindung Diri dapat menyebabkan rasa ketidaknyamanan, membatasi gerakan dan persepsi sensories lainnya.Hal demikian telah lama dikenal oleh manusia. Oleh karena itu Pengendalian Lingkungan kerja diupayakan melalui kontrol Teknologi, misalnya Pemasangan Local Exhauster (Penangkap debu lokal) dan Pagar Pengaman pada mesin-mesin berputar.Alat Pelindung Diri (APD) perlu diadakan karena keterbatasan terapan teknologi Pengendalian.

Pentingnya Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)1. Hak pekerja untuk sehat dan selamat sehingga menjadi suatu kewajiban perusahaan untuk menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerjanya.2. Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu Hirarki Pengendalian Bahaya yang diterapkan apabila sudah ada Upaya Pengendalian dan Pengurangan Bahaya.

Tujuan Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)1. Melindungi pekerja dari bahaya akibat pekerjaannya.2. Menurunkan tingkat resiko pemajanan terhadap pekerja.

Perencanaan dan Pelaksananaan Program Alat Pelindung Diri (APD)1. Perusahaan harus melakukan identifikasi bahaya di tempat kerja termasuk pada pekerjaannya sendiri.2. Penentuan Jenis PPE yang sesuai potensi bahaya yang ada.3. Sosialisasi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Penyediaan Alat Pelindung Diri (APD)Perencanaan penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) terhadap pekerja sebaiknya pemilihan Alat Pelindung Diri (APD) dapat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut :1. Dapat melindungi setiap pekerja dan bahaya-bahaya yang terjadi.2. Di disign dan dibuat aman3. Bersih dan higienis serta dapat dipertanggungjawabkan4. Cocok untuk dipakai setiap pekerja.5. Melengkapi lebih dari sekedar Alat Pelindung Diri6. Memenuhi standard tertentu

SOSIALISASI PENGGUNAAN Alat Pelindung Diri (APD)1. Melalui Pelatihan cara penggunaan, pemeliharaan, penyimpanan, dll2. Memotivasi pekerja melalui media komunikasi : safety talk, gambar, poster, dll3. Disediakannya buku pedoman pemakaian, pemeliharaan yang diberikan ke seluruh pekerja.4. Diterapkan sistem pengawasan/supervisi yang tepat.

Identifikasi Bahaya1. Bahaya-bahaya zat kimia2. Bahaya kejatuhan suatu barang3. Bahaya partikulat-partikulat4. Bahaya panas dan temperatur tinggi5. Bahaya radiasi cahaya6. Pemindahan alat-alat atau bagian-bagian7. Pendorong yang memakai roda8. Barang-barang yang tajam9. Keadaan/kondisi tempat kerja.

JENIS-JENIS Alat Pelindung Diri (APD)1. Pelindung Seluruh Tubuh2. Pelindung Tubuh3. Pelindung Kepala 4. Pelindung Mata dan Muka5. Pelindung Telinga6. Pelindung Pernafasan7. Pelindung Tangan8. Pelindung Kaki9. Pelindung Kulit

1. PELINDUNG KEPALATujuan Pemakaian Alat Pelindung KepalaUntuk melindungi Kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau benda keras, baik yang sifatnya jatuh, melayang dan meluncur termasuk melindungi diri dari panas radiasi bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut yang rontok dengan mesin-mesin yang berputar.

Jenis pekerjaan yang memerlukan Pelindung Kepalaa. Pekerjaan di bawah pekerja-pekerja lainnyab. Pekerjaan di sekitar atau di bawah Belt Conveyor.c. Pekerjaan di bawah mesin-mesin atau prosesd. Pekerjaan di sekitar konduktor energi yang terbuka.

Tingkatan-tingkatan Pelindung Kepala :a. Helm Kelas A (Menahan Pengaruh penetrasi dan melindungi diri dari pengaruh-pengaruh listrik yang bertekanan rendah)b. Helm Kelas B (Menahan Pengaruh penetrasi dan melindungi diri dari pengaruh-pengaruh listrik yang bertekanan tinggi)c. Helm Kelas C (Menahan Pengaruh penetrasi) tidak boleh digunakan di area kerja yang menggunakan alat-alat listrik.

Contoh-contoh1. Topi Logam2. Topi Plastik3. Topi Plastik berlapis asbes4. Topi Aluminium5. Topi/Kap khusus6. Topi Karet7. Topi/ peci khusus

2. PELINDUNG MATA DAN MUKAMasalah pencegahan kecelakaan yang paling sulit dalam kecelakaan pada mata. Karena itu biasanya tenaga kerja menolak untuk memakai kacamata pengaman yang dirasakan mengganggu kenyamanan dan tidak enak untuk dipakai.Secara alamiah mata manusia dilengkapi dengan Pelindung yaitu :a. Tulang : berfungsi melindungi mata terhadap benturan benda tajam.b. Otot di sekita mata : sebagai absorbsi terhadap pukulan.c. Alis mata : melindungi mata dari mengalirnya keringat secara langsung.d. Bulu-bulu mata : bekerja sebagai tirai pengaman debu yang besarnya > 10 (mikron)

Kacamata pengaman diberikan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya-bahaya kemasukan debu-debu, gas-gas, uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang atau terkena gelombang elektro magnetik.Jenis pekerjaan yang memerlukan jenis pelindung ini apabila di tempat kerja terdapat beberapa potensi bahaya di bawah ini.a. Terdapat pecahan/partikel yang berterbanganb. Kilatan api listrikc. Gas-gas dan Uap kimiad. Cairan : kimia, asam, lelehan besi panase. Debuf. Ayunan/putaran benda-benda seperti rantai terali.

Ada 3 macam Alat Pelindung Mata :a. Kaca Mata Biasa.b. Kaca Mata Goggles : Kaca Mata tertutup semua, tetapi ada lubang-lubang kecil dan ventilasi.c. Tameng Muka.

Contoh-contoh1. Kaca mata Biasa2. Kaca Mata dengan filter khusus/lensa polaroid3. Goggles4. Goggles dengan lensa tahan sinar Infra Red.5. Tameng Plastik6. Tameng Logam7. Penutup muka khusus8. Penutup muka dengan kacamata filter khusus.

3. PELINDUNG TELINGAPelindung telinga diperlukan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam/hari. Sebelum penyediaan APD telinga diberlakukan ,aka perusahaan seharusnya mengadakan survei tingkat pendengaran para pekerja.

Jenis Pelindung Telinga antara lain :a. Kapasb. Ear Plugs (Sumbat Telinga)c. Ear Muffs (Tutup Telinga)d. Canal Caps

Ukuran, bentuk dan saluran telinga untuk setiap individu akan berbeda. Lekukan kedua telinga untuk tiap individu kemungkinan juga berbeda. Diameter telinga pada umumnya 3 14 mm. Umumnya berbentuk saluran lonjong dan ada beberapa yang berbentuk bulat dan tidak lurus.Sumbat telinga dapat dibuat dari kapas, plastik, karet alam dan karet sintetis.

Dalam pamakaiannya kita namakan :Dispossible ear plug (satu kali pakai dan selesai langsung dibuang)Non Dispossible ear plug (bisa beberapa kali pakai) Biasanya terbuat dari karet yang dipakai untuk waktu yang lama.

Ear Plugs (Sumbat Telinga)Keuntungan Ear Plugs (Sumbat Telinga)1. Mudah dibawa karena ukurannya kecil.2. Relatif lebih nyaman dipakai di tempat yang panas.3. Tidak membatasi gerakan kepala.4. Harganya relatif murah, dapat dipakai dengan efektif oleh si pemakai kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut.

Kerugian Ear Plugs (Sumbat Telinga)1. Pemasangannya yang tepat memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga.2. Tingkat proteksinya lebih kecil dari Ear Muffs (Tutup Telinga)3. Bagi Supervisor sulit memonitor tenaga kerja apakah memakai atau tidak.4. Hanya dapat dipakai oleh saluran telinga yang sehat.5. Bila tangan yang digunakan untuk memasang Ear Plugs (Sumbat Telinga) kotor, maka memudahklan saluran telinga mendapat infeksi.Ear Muffs (Tutup Telinga)Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung yang berfungsi untuk menyerap suara berfrekuensi tinggi pada pemakaian lama.

Keuntungan Ear Muffs (Tutup Telinga)1. Redusir suara oleh tutup telinga lebih besar dari sumbat telinga.2. Satu ukuran tutup telinga dapat dipakai oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda.3. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas.4. Dapat dipakai pada telinga yang terkena infeksi.5. Tidak mudah hilang.

Kerugian Ear Muffs (Tutup Telinga)1. Tidak nyaman dipakai di tempat yang panas.2. Efektifitas dan kenyamanan pemakainya dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga.3. Penggunaannya yang terlalu sering mengakibatkan pita penghubung yang berpegas karena sering ditekuk, maka daya reduksinya akan berkurang.

Pengaruh Alat Pelindung Telinga terhadap komunikasiSeseorang dengan pendengaran yang normal apabila bekerja di tempat yang bising (intensitasnya 85 105 dBA). Pada kebisingan kontonue mudah baginya mengerti pembicaraan orang lain, bila ia memakai alat pelindung telinga daripada tidak memakainya.Tetapi bilamana orang yang pendengarannya telah hilang pada frekuensi tinggi dengan tingkat kebisingan di tempat kerja kurang dari 80 dBA, maka pemakaian alat pelindung telinga dapat menyebabkan gangguan komunikasi.Pemakaian Alat Pelindung Telinga di tempat kerja jenis terputus-putus pada intensitas 85 105 dBA, komunikasi akan lebih mudah apabila suaranya mengeras/saat mengeras.Kebalikannya Komunikasi akan terganggu disaat suara melemah.

Beberapa pertimbangan praktis bagi Pemakaian Alat Pelindung TelingaBiasanya Alat Pelindung Telinga yang dibutuhkan ditentukan oleh intensitas kebisingan dan waktu pemaparan yang diperkenankan.Pemilihan Alat Pelindung Telinga biasanya tergantung dari kesenangan pemakainya.Alat Pelindung Telinga yang memberikan perlindungan yang akurat dan nyaman akan dapat diterima dengan baik oleh pemakainya.Latihan tentang pemakaian Alat Pelindung Telinga terhadap tenaga kerja akan tampak bermanfaat ketimbang memberlakukan sangsi.

Faktor-faktor yang mengurangi efektifitas Alat Pelindung Telinga1. Kebocoran udara.2. Perambatan gelombang suara akan menghambat efektifitas.3. Vibrasi/getaran alat itu sendiri.4. Konduksi suara melalui tulang dan jaringan.

4. PELINDUNG PERNAFASANSecara umum ada Dua type dasar Alat Pelindung Pernafasana. Respirator/Purifying Respirator b. Air Supply Respirator

1. Respirator/Purifying Respirator Membersihkan udara untuk dihirup pemakainya. Digunakan untuk melindungi tenaga kerja dari bahaya pernafasan dari debu, kabut, asap, gas dan uap.

Menurut Cara Kerjanya dapat diklasifikasikan 3 kelas, yaitu :1. Chemical Respirator Digunakan untuk kontaminan yang berbentuk gas dan uap.

2. Mechanical Respirator Digunakan untuk menyaring partikel zat padat.Contoh :1. Debu-debu, uap logam dan asap2. Debu semen = 50 mesh, maka respirator yang dipakai kurang dari 50 mesh.3. Untuk Campuran Gas, Uap dan zat padat digunakan golongan 1 & 2.1. Respirator yang dilengkapi dengan filter digunakan untuk debu-debu dan kabut yang kadar kontaminannya tidak terlalu tinggi dan ukuran partikelnya lebih besar dari 1 : (mikron).2. Respirator untuk uap logam filternya mempunyai pori-porinya 1 : (mikron).3. Respirator untuk partikel yang sangat toksik diameter porinya 0,3 : (mikron).4. Khusus untuk gas CO, suatu campuran Mangan Oksida dan Oksida dari Tembaga secara katalis dapat merubah gas CO menjadi gas CO2.

2. Air Supply RespiratorRespirator ini tidak dapat dilengkapi dengan filter melainkan alat ini mensupply pemakaian dengan udara konveksi kelas atau udara tabung. Yang harus diketahui adalah :a. Harus minimum Prosentase O2 = 19,5 % - 23,5 %b. Harus minimum Hidro Carbon = 5 mg/lc. Harus minimum CO = 20 ppmd. CO2 = 100 ppm

Beberapa masalah yang mempengaruhi effisiensi respirator.1. Ukuran antropometri muka pemakai yang berbeda-beda sehingga yang cocok untuk seseorang tenaga kerja belum tentu cocok untuk orang lain.2. Cara pemasangan filter yang salah.3. Pemeliharaan respirator yang kurang.

5. PELINDUNG TUBUH Jenis pelindung tubuh harus sesuai dengan jenis bahaya & Pekerjaan, yaitu :a. Flame Resistent Cotton atau Duck untuk bahaya panas atau percikan api yang sedang.b. Special Flame Retardant & Heat Resistant Synthetic Fabric untuk memadamkan api atau pekerjaan di sekeliling api terbuka.c. Rubber, Neoprene, Vynyl : untuk pekerjaan basah, menggunakan zat kimia, pekerjaan potensi korosid. Leather : untuk melindungi pengaruh-pengaruh cahaya/sinar.

APRON : pakaian pelindung tubuh untuk melindungi tubuh dari percikan bahan radio aktif. Dibuat dari kain, kulit/asbes atau kain dilapisi Aluminium. Tidak boleh dipakai pada tempat kerja yang memakai mesin berputar.Pakaian kerja disesuaikan dengan jenis pekerjaannya.Contoh-contah :1. Jaket Asbes atau Jas kulit2. Jaket Karet3. Jaket Plastik karet4. Jaket Karet/kulit dilapisi timah hitam.5. Pakaian Khusus.

6. PELINDUNG TANGANPelindung tangan paling banyak dipakai, hal ini tidak mengherankan karena kecelakaan yang paling banyak terdapat pada tangan dari seluruh kecelakaan yang ada.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan alat pelindung tangan1. Bahaya yang harus dilindungi. Benda korosif, bahaya panas, dingin dan benda kasar.2. Daya terhadap kontak dan baha-bahan. Misalnya : Bensin, karet dan pelumas.3. Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan pekerjaan.4. Daerah yang harus dilindungi. Misalnya : apakah jari-jari saja, atau seluruh tangan, pergelangan tangan atau lengan.

Jenis Pelindung ini seharusnya dapat melindungi diri dari bahaya-bahaya :a. Terpotongb. Terbakarc. Tertusukd. Kontak kulit dengan zat kimia tyang berbahayae. Sengatan arus listrik

Jenis Pelindung Tangana. Metal Mesh (Butir logam) mencegah bahaya terrpotong, benda tajamb. Leather (kulit) melindungi dari benda-benda yang kasar, potongan-potongan & percikan api atau benda panas.c. Cotton Fabric (Bahan Katun) : melindungi dari kotoran, potongan kecil dari kayu, benda-benda licin atau abrasi. Jangan dipakai pada pekerjaan dengan bahan-bahan yang kasar, tajam dan berat.d. Rubber, Neoprene, Vynyl : melindungi dari zat kimia.

Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan menjadi :a. Sarung tangan biasa (Gloves)b. Sarung tangan yang dilapisi dengan plat logam Granntlet) yang digunakan untuk lengan.c. Mitth : sarung tangan untuk 4 jari terbungkus.

Beberapa Contoh sarung tangan menurut jenis bahaya yang harus dicegaha. Bahaya Listrik : sarung tangan karetb. Bahaya Radiasi : sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi Pb.c. Benda-benda kasar dan keras : sarung tangan kulit yang dilapisi Cr.d. Asam dan Basa korosif : sarung tangan karet alami.e. Benda-benda panas : sarung tangan kulit terutama terbuat dari Asbes.

Contoh-Contoh1. Sarung Tangan kulit2. Sarung Tangan kulit dilapisi Logam3. Sarung Tangan Kulit berlengan panjang4. Sarung Tangan Karet5. Sarung Tangan Karet berlengan panjang6. Sarung Tangan Asbes7. Sarung Tangan Plastik8. Sarung Tangan Tahan api9. Pakaian berlengan panjang.

7. PELINDUNG KAKISepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari kejatuhan benda berat, percikan asam dan basa yang korosif, cairan panas dan terinjak benda tajam.

Pelindung kaki seharusnya dapat melindungi jenis bahaya :a. Penekananb. Tertusukc. Panasd. Basah atau permukaan licin.

Alat pelindung kaki menurut jenis pekerjaannya 1. Pekerjaan pengecoran baja Dibuat dari Chrom dilapisi Asbes yang tingginya kurang lebih 35 Cm pakai pengikat.2. Tempat kerja yang mengandung bahaya peledakan. Sepatu kerja tidak boleh pakai paku, karena dapat menimbulkan peledakan kalau terinjak.3. Pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya listrik hubungan pendek harus tahan terhadap 10.000 volt untuk tidak lebih 3 menit dengan menggunakan karet anti elektronik.4. Pekerja bangunan yang mempunyai resiko tinggi terinjak benda tajam, kejatuhan benda berat, terbentur benda keras, terbuat dari kulit yang dilindungi baja di ujung sepatu jari-jari.

Contoh-contoh 1. Sepatu Steelbox toe2. Sepatu Kulit3. Sepatu Karet4. Sepatu Bot Karet5. Sepatu Anti Slip6. Sepatu Dilapisi Baja7. Sepatu Plastik8. Sepatu dengan sol kayu/gabus9. Sepatu yang konduktif10. Pelindung betis, tungkai dan mata kaki.

8. PELINDUNG KULIT (PROTECTING SKIN)a. Metal Mask : digunakan di kaki, diberi karpet yang tahan api selain Safety shoes. Material yang ada berbeda-beda jenisnya. Sol terbuat dari bahan yang tahan bahan chemical, tahan licin oleh minyak dan paku, ada bahan metalnya.b. Sutrile Resist : untuk hewan, kimia, proses makananc. Neoprene : Terbuat dari karet, minyak panas.d. Metatarsal : Kejatuhan barang dari box.

Pada Pekerja Tukang Las perakitan tanki air pemadam kebakaran menggunakan : Goggles dan helm (face Shields), Apron, Sarung tangan, Ear Muffs, Air Supply Respirator, sepatu (booth)

Strategi objektif sistem managemen kesehatan dan risk assessment pada profesi dalam skenario

Penatalaksanaanpadapasien, perusahaandanlingkungankerjapada scenarioA. Pasien Pemeriksaanfisikuntukmelihatkelainanakibatbahayapotensialdanakibat ergonomic yang tidaksesuaiketikabekerjaseperti:

Pemeriksaantenggorokan Ekstremitasdan system muscular Reflekfisiologisdanreflekpatologis yang ditemukan Pemeriksaankulit Pemeriksaanlaboratorium : Lab rutin ( darah, urine, feces rutin): yang bertujuanmemeriksaapakahadazatkimiabawaanbekerjatertelan, terdapatdalamdarahmaupun urine Lab khusus ( kimiadarah) : melihatdidalamdarahterdapatpajananbahankimiaberbahayaketikabekerja Rontgen thoraxdan ILO standarduntukmelihatadanyalesi yang ditimbulkanketikabekerja, dangangguan yang terdapat di dalamparudanrongga dada pasien Pemeriksaanaudiometridanspirometri yang bertujuanmengetahuiseberapajauhgangguan yang dialamipasienakibatbahayapotensialkebisingan, uappengelasan, dll. Analisishubungantempatbekerjadengankeluhanpasien mengistirahatkanpasien menyarankanbanyakminum air putih pemberianoksigenasi yang cukup medikamentosa: kortikosteroidsepertimetilprednisolon analgesic untukmengobatinyeridadanya

B. Perusahaan Pengendalianrisiko : Eliminasiuntukmenghilangkanbahayapadatempatkerjapasien Substitusisepertiteknikpengecatantidakmenggunakancara spray agar kemungkinanpartikelpada cat tidakbanyakterhirup Rekayasaadministratifdengancarapemindahanlokasipengelasan, gerinda, danpengecatan Pelatihankaryawandanpembenahan SOP, policy pekerjaan Mempersiapkan emergency response plan (ERP) Pemasanganventilasiataualatpenghisapasapseperti exhaust ventilation di titikbekerjapasien Pemasanganalat sensor otomatispadatangki Pergantian shift kerja yang lebihteratur Melengkapialat alatkeselamatankerja

Surveilanskesehatankerja : Environtment monitoring : survey lingkungankerja Bio monitoring : dosispaparan yang diterimapekerja, danefek yang diterimapekerja Health monitoring terkaitracun yang terdapatpadapekerjanya melakukanpemeriksaan FTW ( fit to work ) atau RTWC. Lingkunganpekerjaan Health promotion edukasiuntukmenggunakaalatkeamananpekerjaan yang adekuatuntukbekerja pertemuanberkaladankonsellingterhadappekerjauntukmenghindari stress penyuluhan agar pekerjahidupsesehatmungkinsepertirajinminumseseringmungkin, hidarimerokokdisela sela jam kerja pengawasan yang bagus (good supervisory) terhadapkesehatanpekerja pembuatansanitasilingkungankerja yang sehat penerapanergonomiyangtepat pembuatankantinhigienisbagipekerja

Diagnosis Penyakit Akibat Kerja

Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan danmenginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi tujuh langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman, yaitu:

1. Tentukan Diagnosis Klinisnya

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkanfasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosissuatu penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjutapakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

Pada skenario pasien adalah tukang las tangki pemadam. Dilihat dari faktor resikonya pemeriksaan yang harus dilakukan itu pemeriksaan fisik, rontgen thorax, urinalisis, fungsi hati, fungsi ginjal, audiometri, spirometri, bio monitoring.

2. Tentukan Pajanan yang Dialami oleh Tenaga Kerja Selama Ini

Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yangmencakup:

A. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara khronologis.Berdasarkan skenario pasien mengelas untuk merakit tangki air kapasitas 18.000 ltr. Dilakukan dalam ruang terbatas. Kurang minum. Pekerjaan ada 3 shift masing masingnya 8 jam. Mengelas, mengecat, dan menggerinda.

B. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaanPada skenario pekerja melakukan pekerjaan 3 shift masing masing 8 jam kerja. Lama pekerja sudah 5 tahun.

C. Bahan yang diproduksiPada skenario pasien membuat tangki air.

D. Materi (bahan baku) yang digunakanPada skenario bahan yang dipakai metal, mesin welding dan cat.

E. Jumlah pajanannya

F. Pemakaian alat perlindungan diri (masker)Pada skenario pasien memakai masker kain biasa bukan respirator, kacamata las, dan ear plug harusya ear muff.G. Pola waktu terjadinya gejalaPasien mengeluh nafas pendek, rasa terbakar di daerah dada, rasa kedinginan, tenggorokan kering serta batuk-batuk.

H. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)

I. Informasi tertulis yanada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label,dan sebagainya)

3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapatbahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung. Perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya)

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkanpenyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanantertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk ditelitilebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.

Demam Uap Logam

Penyakit yang istimewa yang terjadi oleh karena menghirup partikel - partikel yang sangat halus dari logam. Sedemikian halusnya partikel - partikel ini sehingga bersifat menyerupai gas dan bekerja pada permukaan alveoli, dan mempengaruhi jaringan paru-paru. Penyakit jenis akut, suatu jenis alergi yang disebabkan oleh inhalasi uap oksida konsentrasi tinggi.

Banyak oksida sebagai penyebabnya, antara lain : 1. Uap seng2. Magnesium3. Cadmium 4. Antimon 5. Dsb

Penyakit ini bukan penyakit yang kronis, tetapi lebih bersifat serangan yang terjadi secara berulang- ulang sehingga terlihat unik.

Gejala Penyakit

1. Gejala pertama 4-8 jam setelah pemaparan, biasanya diahuluioleh rasa busuk didalam mulut.2. Selanjutnya perangsangan saluran pernapasan bagian atas disertai batuk dan rasa kering pada selaput lendir. Nyeri otot, menggigil mendadak.3. Lemah , capai, dan lesu.4. Gejala lainnya perut mual, kadang muntah, sakit kepala ringan sampai hebat.5. Kadang - kadang aktifitas mual berlebihan. Setelah 10-20 jam penderita menggigil dan demam, kadang- kadang denga hebatnya sampai 1-3 jam dan dapat diikuti tidur yang sangat dalam.6. Penderita dapat berkeringat dengan banyak, kencing atau bahkan muntah berak mencret sehingga sering diobati sebagai penyakit malaria atau muntaber biasa.

Pada pemeriksaan laboratorium darah dapat dilihat adanya peningkatan jumlah sel darah putih. Dalam keadaaan tertentu diikuti dengan komplikasi Bronchitis.

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor dari individu yang mungkin dapat mempengaruhi

Usia usia muda dan tua rentan terkena PAK Riwayat alergi Riwayat penyakit dahulu Riwayat penyakit keluarga Kebersihan seseorang Kedisiplinan dalam menggunakan APD

Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat pekerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanannya, misalnya penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga risikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami.

6. Cari adanya kemungkinan faktor diluar kerja yang dapat merupakan penyebab penyakit

Pajanan lain yang dapat menyebabkan penyakit Bukan faktor pekerjaan- Rokok, pajanan di rumah, hobi apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit? Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di tempat kerja.

7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannyaSesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini.Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit.

Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.

Berdasarkan gejala pada skenario , diagnosis kerja nya adalah Acute Respiratory InflammationDengan diagnosis okupasi nya berdasarkan ICD 10 , pada skenario didapatkan diagnosis okupasinya berdasarkan ICD 10 dengan kode penyakit J68 , tetapi tidak diberi informasi secara lengkapnya.

Contohnya :

Bronkitis (ICD.10, J68.0), emfisema (ICD.10, J68.4)Pneumonitis kimia pulminan (ICD.10, J68.3) dengan gejalademam, batuk, sesak nafas. rasa penuh di dada, gagal nafassampai kematian

Prognosis kasus pada skenario

Prognosis ad vitamm : menunjuk pada pengaruh penyakit pada proses kehidupan, apakah penyakit cenderung menuju kepada proses kematian atau kembali sehat seperti semula.Prognosis ad fungsionan : menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ dan fungsi manusia dalam melaksanakan tugasnya.Prognosis ad sanationam : menunjuk pada penyakit yang dapat hilang 100% sehingga pasien kembali ke keadaan semula (sehat) atau penyakit akan menetap atau menimbulkan kecacatan.

Kualitas prognosis :Ad bonam : baik dengan suatu atau beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.Ad dubiosan : meragukanAd malam : buruk atau jelekBiasanya pada pekerja las sering terpajan dengan logam berat jenis cadmium.Pada skenario Pognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan kecepatan dalam menanganinya. Jika gejala ringan prognosisnya ad sanationam bonam

BAB IVPENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan diskusi yang telah kelompok jalani seperti yang terpapar diatas maka kelompok kami menyimpulkan bahwa pasien ini menderita respiratory irritation (demam uap logam) karena pekerjaannya dan harus ditatalaksana tidak hanya dari segi medis tetapi juga sesuai peraturan dan undang- undang yang berlaku

4.2 Saran melakukan pengendalian dengan mengutamakan management APD yang baik, sehingga dapat meminimalisir bahaya yang akan terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Cermin Dunia Kedokteran No. 141, 2003 A Factory Workers Guide to Organizing for Safe Jobs and Healthy Communities, Hesperian Foundation, 2006Sugeng, Budiono, dkk., Bunga rampai Hiperkes & KK, Badan Penerbit Undip , Semarang, 2003

43