laporan pemeriksaan total protein

51
BLOK BASIC SCIENCES OF DIGESTIVE AND NEPHROURINARY SYSTEMS Pemeriksaan Total Protein Oleh: Kelompok 10 Prajna Paramita G1A014010 Dita Yulianti G1A014022 Ahmad Mustafid Alwi G1A014034 Fiahliha Nur Azizah G1A014046 Alfredo Fernanda G1A014058 Almira Tiyakusuma G1A014070 Ufik Maulena G1A014082 Hanna Kalita Mahandhani G1A014094 Titis Pudyatika Destya A. G1A014106 Ghina Almas Nurafina G1A014118 Asisten M. Danantyo Himawan NIM G1A011102 RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

description

pemeriksaan total protein dengan metode biuret

Transcript of laporan pemeriksaan total protein

BLOK BASIC SCIENCES OF DIGESTIVE AND NEPHROURINARY

SYSTEMS

Pemeriksaan Total Protein

Oleh:

Kelompok 10

Prajna Paramita G1A014010

Dita Yulianti G1A014022

Ahmad Mustafid Alwi G1A014034

Fiahliha Nur Azizah G1A014046

Alfredo Fernanda G1A014058

Almira Tiyakusuma G1A014070

Ufik Maulena G1A014082

Hanna Kalita Mahandhani G1A014094

Titis Pudyatika Destya A. G1A014106

Ghina Almas Nurafina G1A014118

Asisten

M. Danantyo Himawan

NIM G1A011102

RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

JURUSAN KEDOKTERAN UMUM

FAKULTAS KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2015

LEMBAR PENGESAHAN

Oleh:

Kelompok 10

Prajna Paramita G1A014010

Dita Yulianti G1A014022

Ahmad Mustafid Alwi G1A014034

Fiahliha Nur Azizah G1A014046

Alfredo Fernanda G1A014058

Almira Tiyakusuma G1A014070

Ufik Maulena G1A014082

Hanna Kalita Mahandhani G1A014094

Titis Pudyatika Destya A. G1A014106

Ghina Almas Nurafina G1A014118

Disusun untuk memenuhi persyaratan mengikuti ujian praktikum Biokimia

Kedokteran blokBasic Sciences of Digestive and Nephrourinary Systemspada

Fakultas Kedokteran Jurusan Kedokteran Umum Universitas Jenderal Soedirman

Purwokerto

Diterima dan disahkan

Purwokerto, Maret 2015

Asisten

M. Danantyo Himawan

G1A011102

I. PENDAHULUAN

A. Judul Praktikum

Pemeriksaan Total Protein Metode Biuret

B. Tanggal Praktikum

Rabu, 02 April 2015

C. Tujuan Praktikum

1. Mahasiswa akan dapat melakukan pemeriksaan total protein dalam darah

dengan metode biuret.

2. Mahasiswa akan dapat menyimpulkan hasil pemeriksaan total protein pada

saat praktikum setelah membandingkan dengan nilai normal.

3. Mahasiswa akan dapat mengetahui kondisi/penyakit apa saja yang

berkaitan dengan kadar total protein abnormal dalam darah.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Protein

Protein adalah makro molekul yang terdiri dari satu atau lebih

rantai panjang dari residu asam amino. Protein, adalah molekul kompleks

yang hadir pada setiap organisme hidup. Protein sangat kaya nutrisi dan

secara langsung terlibat dalam proses kimiawi yang penting dalam hidup.

Protein berasal dari kata proteios yang berasal dari bahasa Yunani.

Proteios berarti memegang tempat utama, kata tersebut diberikan oleh

ilmuwan kimia pada awal abad ke-19. Spesies protein berbeda dan

spesifik, protein jugaspesifik organ. Sebagai contoh protein otot

berbedadari protein yang berada di hepar maupun otak. (Koshland, 2014)

Sebuah molekul protein berukuran lebih besar jika dibandingkan

dengan gula ataupun garam. Protein terdiri dari banyak asam amino yang

bergabung bersama untuk membentuk rantai panjang. Terdapat 20 asam

amino yang secara alami terdapat pada protein. Protein memiliki fungsi

yang miripdengan komposisi dan urutan asam amino.

Tumbuhan dapat mensintesis sendiri semua asam amino,

sedangkan hewan tidak. Tumbuhan dapat tumbuh di medium nutrient

anorganik yang menyediakan nitrogen, kalium, dan substansi lain yang

penting untuk tumbuh. Tumbuhan menggunakan karbondioksida di

udaraselama proses fotosintesisuntukmembentuk komponen organik

sepertikarbohidrat.

Karena protein yang dikandung oleh tumbuhan rendah, sejumlah banyak

tumbuhan diperlukan oleh manusia karena itu diperlukan protein dari

sumber lain seperti daging, susu dan telur.

Protein hewani mengandung lebih banyak protein dari yang

dikandung di plasma darah. Otot mengandung 30% protein, hepar

mengandung 20-30 %, sel darah merah mengandung 30%. Persentasenya

semakin tinggi pada rambut, tulang dan organ dengan kandungan rendah

air. Jumlah asam amino dan peptide pada hewan lebih kecil dari jumlah

protein.

Kadar protein yang tinggitidakberartibahwakadar protein yang

tinggiberbandinglurusdengankegunaannyadalamtubuh. Kebanyakan

protein pentingdalamtubuh yang pentingmemilikikadar yang

rendahsepertihormon. Kegunaan protein

secaraprinsipnyaberkaitandenganfungsinya.Semuaenzimadalah protein,

enzimadalahkatalisatoruntukreaksimetabolisme.Tanpaenzimhiduptidaklah

mugkin.Padasemua vertebrata, protein respirasi hemoglobin

bertindaksebagaipembawaoksigenpadadarah, membawaoksigendariparu-

paruke organ tubuhdanstrukturpadatubuhmanusia.

B. Fungsi Protein

1. Sebagaienzim

Fungsi : Mengkatalisis penguraian atau pembentukan ikatan

kovalen.

Contoh : Makhluk hidup memiliki ribuan enzim yang berbeda-

beda. Setiap enzim mengkatalisis sebuah reaksi tertentu. Seperti

tryptophan sintase membuat asam amino tryptophan, pepsin

mendegradasi protein makanan di gaster, ribulosa bisphospat

karboksilase membantu konversi karbondioksida menjadi gula pada

tumbuhan, DNA polymerase menggandakan DNA, protein kinase

menambahkan gugus fostfat pada molekul protein.

2. Protein struktural

Fungsi :Menyediakan topangan mekanis pada sel dan jaringan.

Contoh : Di luar sel, kolagen dan elastin secara umum digunakan

sebagai cairan ekstraselular dan membentuk serat di tendon serta

ligamen. Di dalam sel, tubulin membentuk mikrotubulus yang

panjang dan kaku. Aktin membentuk filamen yang menopang

membran plasma. Kreatin membentuk serat yang menyusun rambut

dan tanduk.

3. Protein transport

Fungsi :Membawa molekul kecil atau ion.

Contoh :Dalam aliran darah, serum albumin membawa lipid,

hemoglobin membawaoksigen, dan transferin membawabesi. Banyak

protein yang terpaut pada membran transport ion ataumolekul kecil

yang melewati membran. Sebagaicontoh: Glukosa membawashuttle

glukosa menuju dan keluar hepar. Pompa Ca2+ pada otot memompa

kalsium yang diperlukan untuk kontraksi ke retikum endoplasma,

dimana mereka disimpan.

4. Protein Motorik

Fungsi :Mengatur gerakan pada sel dan jaringan.

Contoh :Myosin pada otot skelet menyediakan energi bagi manusia

untuk bergerak, kinesin berinteraksi dengan mikrotubulus untuk

menggerakkan organel menuju sel, dynein menggerakkan silia dan

flagella.

5. Protein cadangan

Fungsi :Menyimpan mikro molekul dan ion

Contoh :Besi disimpan di hepar dengan cara berikatan dengan

ferritin, ovalbumin pada telur digunakan sebagai sumber asam amino

sebelum dikembangkan sebagai embrio, kasein dalam susu sumber

dari asam amino bagi bayi dan mamalia.

6. Protein Sinyal

Fungsi :Membawa sinyal dari sel ke sel.

Contoh :Banyak hormon dan faktor pertumbuhan mengkoordinasi

fungsi fisiologis dari protein manusia. Insulin adalah protein kecil

yang mengontrol level glukosa pada darah, netrin menumbuhkan sel

saraf pada embrio.

7. Protein reseptor

Fungsi :Menerima sinyal dan mentransmisikannya pada sel

perespon

Contoh :Rhodopsin pada sel retina mendeteksi cahaya, reseptor

asetilkolin pada membran otot menerima sinyal dari akhiran saraf,

reseptor insulin membolehkan sel hepar untuk merespon pada hormon

insulin saat mengkonsumsi glukosa.

8. Protein Regulator Gen

Fungsi :Mengatur gen DNA untukdiaktifkan atau tidak.

Contoh : Represor laktosa pada bakteri menonaktifkan gen enzim

yang mendegradasi gula laktosa.

9. Protein special purpose

Fungsi :Sangatbervariasi

Contoh :Organisme membuat begitu banyak protein dengan fungsi

yang sangat berbeda-beda. Hal ini menunjukan berbagai fungsi luar

biasa yang dapat protein lakukan. Protein anti beku dari ikan artik dan

antartika melindungi darah merekadari membeku, protein hijau

fluoresen dari ubur-ubur mengemisikan warna hijau, monellin adalah

protein yang dijumpai pada tanaman afrika yang memiliki rasa yang

sangat manis. Beberapa organisme laut mengsekresikan protein glue

yang mengikatkan merekadengan kuat pada batu ataupun terumbu

karang.

C. Sifat Kimiawi Protein

Protein adalah makromolekul yang tersusun atas asam – asam

amino, dengan kata lain protein juga merupakan polimer yang tersusun

oleh banyak monomer asam – asam amino yang berikatan satu sama lain

dengan ikatan peptida. Protein berperan biologis, terutama dalam

membangun unit terkecil kehidupan yaitu sel. Peran biologis itu misalnya

pada trasnformasi energy, bioenergi, dan pada proses dinamisasi yang

berkesinambungan(Sudarmadji, 2006).

Adapun sifat-sifat kimia protein adalah sebagai berikut:

1. Berat molekul protein sangat besar

Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga

mudah sekali mengalami perubahan bentuk fisik maupun

aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan perubahan

sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut

organik, pH, garam, logam berat, maupun sinar radiasi

radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah diamati adalah

terjadinya penjendalan (menjadi tidak larut) atau pemadatan

(Sudarmadji, 2006).

2. Protein merupakan koloid di alam

Albumin merupakan koloid alamiah pertama yang

digunakan sebagai volume expander sehubungan dengan

fungsinya dalam meningkatkan tekanan ankotik intravaskular

sehingga mampu memperbesar volume intravaskular dan

memperbaiki perfusi jaringan. Albumin juga berfungsi sebagai

alat transport beberapa zat penting seperti lemak, toksin, obat-

obatan (Poedjiadi, 2005).

3. Protein dapat larut dalam larutan yang berbeda

Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut

dalam air, tetapi semua protein tidak larut dalam pelarut lemak

seperti misalnya etil eter. Daya larut protein akan berkurang

jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah

sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan

alkohol, maka protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan

alkohol menarik mantel air yang melingkupi molekul-molekul

protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas pada ujung-

ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai

banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan

asam maupun basa). Dalam larutan asam (pH rendah), gugus

amino bereaksi dengan H+, sehingga protein bermuatan positif.

Bila pada kondisi ini dilakukanelektrolisis, molekul protein

akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan

basa (pH tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam

atau bermuatan negatif, sehingga molekul protein akan

bergerak menuju anoda (Sumitro, 2010).

4. Protein bersifat amfoter

Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan

larutan asam dan basa. Daya larut protein berbeda di dalam air,

asam, dan basa; ada yang mudah larut dan ada yang sukar larut.

Namun, semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti

eter dan kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah

etanol absolut, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi).

Hal ini disebabkan etanol menarik mantel air yang melingkupi

molekul-molkeul protein. Kelarutan protein di dalam suatu

cairan, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, pH, suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik

pelarutnya (Almatsier, 2004).

5. Memiliki berbagai macam bentuk

Berdasarkan bentuknya, protein dapat diklasifikasikan

dalam tiga bagian, yaitu: protein berbentuk bulat, serat, dan

gabungan keduanya.

a. Protein berbentuk bulat (globular)

Protein berbentuk bulat (globular) diantaranya adalah

(Sirajuddin, 2011) :

1) Albumin

Albumin adalah protein yang larut dalam air dan

menggumpal apabila terkena panas. Umumnya albumin

menjadi komponen pada albumin telur, albumin serum,

leucosin pada gandum dan legumelin pada kacang-

kacangan.

2) Globulin

Globulin umumnya tidak larut dalam air tetapi larut

dalam asam kuat dan menggumpal apabila terkena

panas.Globulin terdapat sebagai komponen globulin

serum, fibrinogen, myosinogen, edestin pada biji hemp,

legumin pada kacang-kacangan, concanavalin pada jack

bean dan excelsin pada kacang Brazil.

3) Glutein

Glutelin tidak larut dalam air dan pelarut netral, tetapi

lebih cepat larut dalam larutan asam atau basa. Contoh

yang umum terdapat pada glutelin pada jagung yang

lisinnya tinggi, dan oxyzenin pada padi.

4) Prolamin atau gliadin

Prolamin atau gliadin adalah protein sederhana yang

larut dalam 70 sampai dengan 80 persen etanol tetapi

tidak larut dalam air, alkohol dan pelarut netral.

Contohnya terdapat pada zein dalam jagung dan

gandum, gliading pada gandum dan rye serta hordein

pada barley.

5) Histon

Histon adalah protein dasar yang larut dalam air, tetapi

tidak larut dalam larutan amonia. Histon sebagian besar

bergabung dengan asam nukleat pada sel makluk hidup.

Contoh yang umum adalah globin pada hemoglobin

dan scombron pada spermatozoa mackerel.

6) Protamin

Protamin adalah molekul dengan bobot rendah pada

protein, larut dalam air, tidak menggumpal terkena

panas berbentuk garam stabil. Contohnya adalah

salmine dari sperma ikan salmon, sturine dari ikan

sturgeon, clupeine dari ikan herring, dan scombrine dari

ikan mackerel. Protamin umumnya bersatu dengan

asam nukleat dalam sperma ikan.

b. Protein berbentuk serat (fibrous)

Protein berbentuk serat (fibrous), diantaranya adalah

(Nissen, 2009) :

1) Kolagen

Kolagen adalah protein utama pada jaringan

penghubung skeletal. Umumnya collagen tidak larut

dalam air dan tahan pada enzim pencernaan hewan,

tetapi berubah cepat dalam bentuk larutan, dalam

bentuk gelatin lebih mudah dicerna apabila dipanaskan

dalam air atau larutan asam atau basa. Kolagen

mempunyai karakteristik struktur asam amino unik

diantaranya adalah hidroksiprolin yang molekulnya

besar, hidroksilisin sistein, sistin dan triptofan

2) Elastin

Elastin adalah protein pada jaringan elastis seperti pada

tendon dan arteri. Meskipun penampakannya sama

dengan kolagen, elastin tidak dapat diubah menjadi

gelatin

3) Keratin

Keratin merupakan protein yang suka dilarutkan dan

tidak dapat dicerna. Umumnya menjadi komponen

rambut, kuku, bulu, tanduk dan paruh.Keratin

mengadung 14 sampai dengan 15 persen sistin.

c. Protein gabungan (conjugated)

Protein gabungan (conjugated), diantaranya adalah (Nissen,

2009) :

1) Nukleoprotein

Nukleuprotein adalah satu atau lebih molekul protein

yang berkombinasi dengan asamnukleat, yang dalam

sel dikenal sebagai deoksiribonukleatprotein,

ribonukleatprotein ribosom dan lain-lain.

2) Mukoid atau mukoprotein

Bagian karbohidrat dalam protein adalah

mukopolisakarida yang mengandung N-asetil-

heksosamin seperti glukosamin atau galaktosamin yang

berkombinasi dengan asam uronik, galakturonik atau

asam glukoronik, banyak juga yang mengandung asam

sialik.

3) Glikoprotein

Glikoprotein adalah protein yang mengandung

karbohidarat kurang dari 4 persen, sering kali dalam

bentuk heksosa sederhana, seperti manosa sebesar 1,7

persen dalam albumin telur

4) Lipoprotein

Adalah protein larut dalam air yang bergabung dengan

lesitin, cepalin, kolesterol, atau lemak dan fosfolipid

lain.

5) Kromoprotein

Kromoprotein adalah kelompok yang mempunyai

bentuk karakteristik yang merupakan gabungan dari

protein sederhana dengan kelompok prospetik pewarna.

Komoprotein meliputi hemoglobin, sitokrom,

flavoprotein, visual purple pada retina mata dan enzim

katalase.

6. Menghasilkan asam amino dalam proses hidrolisis

Hidrolisis protein merupakan proses pemutusan ikatan

peptida dari protein menjadi komponen-komponen yag lebih

kecil seperti pepton, peptida, dan asam amino. Hidrolisis ikatan

peptida akan menyebabkan beberapa perubahan pada protein,

yaitu meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan

NH3+dan COO-danberkurangnya berat molekul protein atau

polipeptida, serta rusaknya struktur globular protein

(California, 2007).

Waktu yang digunakan untuk hidrolisis pada ikatan peptida

bergantung pada asam amino. Biasanya, ikatan peptida antara

asam amino alifatik membutuhkan waktu yang sangat lama

untuk diuraikan. Hidrolisis yang memakan waktu 24 jam pada

suhu 110oC kurang mampumemecahkan ikatan peptida.

Sedangkan hidrolisis yang memakan waktu 2-3 hari

mampumenguraikan dengan sempurna isoleusin dan ikatan

valin(Sudarmadji. S, 2006).

7. Berfungsi sebagai Buffer

Protein dalam darah berfungsi sebagai buffer (penyangga),

yaitu bahan yang dapat bereaksi baik dengan asam atau basa

untuk menetralkannya. Hal ini merupakan fungsi yang sangat

penting karena sebagian besar jaringan tubuh tidak dapat

berfungsi bila pH-nya berubah normal. Dengan cara bereaksi

setiap kelebihan asam atau alkali, fungsi protein dalam darah

tersebut merupakan salah satu upaya tubuh agar tidak terjadi

perubahan pH dalam darah (Almatsier, 2007).

D. Klasifikasi Protein

Menurut Martini (2012), protein esensial diklasifikasikan menjadi

tujuh, yaitu:

1. Sebagai penyusun protein struktural

Menyusun kerangka 3 dimensi dan menjadi

kerangka,memperkuat sel,jaringan,dan organ.

2. Movement protein kontraktil

Fungsinya untuk kontraksi otot dan bertanggungjawab untuk

pergerakan sel-sel pada individu.

3. Transport

Contohnya transport lemak yang tidak larut,pertukaran

gas,spesial mineral seperti Fe,dan beberapa hormon yang tidak

bisa dikirim melalui darah,protein ini mentransport suatu zat

dengan ikatan tertentu. Protein mentrasnport material dari satu

sel ke sel yang lain.

4. Sebagai buffer

Protein membentuk buffer sehingga mencegah perubahan pH

yang ekstrim pada sel.

5. Pengaturan metabolik.

Enzim mempercepat reaksi kimia enzim sangat sensitif

terhadap perubahan lingkungan dalam mengendalikan

kecepatan dan arah proses metabolik.

6. Koordinasi dan control

Hormon yang tersusun dari protein dapat mempengaruhi

kegiatan metabolisme setiap sel dalam tubuh atau

mempengaruhi fungsi organ tertentu atau sistem organ.

7. Pertahanan

Protein disebut antibodi karena termasuk komponen respon

imun,membantu melindungi tubuh dari penyakitdan juga untuk

pembekuan darah.

Zat yang paling melimpah di dalam sel adalah protein, yang

biasanya merupakan 10 sampai 20 persen dari massa sel. Protein dapat

dibagi menjadi dua jenis: protein struktural dan protein fungsional. Protein

struktural yang ada di dalam sel terutama dalam bentuk filamen panjang

yang tersusun atas polimer dari molekul protein. Salah satu contoh fungsi

dari filamen intraseluler tersebut adalah untuk membentuk mikrotubulus

seperti sitoskeleton organel seluler sebagai penyusun silia, akson saraf,

pembelahan sel pada pembentukan benang spindel, dantubulus berserabut

tipis yang menyusun bagian sitoplasma dan nukleoplasma.pada komponen

Ekstrasel, protein fibril ditemukan terutama di kolagen dan serat elastin

pada jaringan ikat dan di dinding pembuluh darah, tendon, ligamen, dan

sebagainya. Protein fungsional adalah jenis yang paling berbeda dari

protein lainnya, biasanya terdiri kombinasi dari beberapa molekul dalam

bentuk tubular(bulat) contohnya adalah protein penyusun enzim sel,protein

fibril sering beredar di cairan sel. Juga, banyak dari mereka yang

menempel pada membranstruktur dalam sel. Enzim kontak langsung

dengan sel sehingga mempengaruhi proses biokimia di dalam sel tersebut.

Misalnya, reaksi kimia pemecahan glukosa menjadi beberapa bagian dan

kemudian berkombinasi dengan oksigen untuk membentuk karbon

dioksida dan air serta menghasilkan energi untuk fungsi seluler semua

dikatalisasi oleh serangkaian protein enzim(Guyton, 2013).

Berdasarkan kelarutannya dalam air atau pelarut lain, protein

digolongkan atas beberapa golongan (Budianto, 2009), yaitu:

1. Albumin: larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas.

Contohnya adalah ovalbamin (dalam telur), seralbumin (dalam

serum), laktalbumin (dalam susu).

2. Skleroprotein: tidak larut dalam pelarut encer, baik larutan

garam,asam, basa, dan alkohol. Contohnya kolagen (pada

tulang rawan), miosin (pada otot), dan keratin (pada rambut).

3. Globulin: tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas. Larut

dalam larutan garam encer, dan dapat mengendap dalam larutan

garam konsentrasi tinggi (salting out). Contohnya adalah

miosinogen (dalam otot), ovoglobulin (dalam kuning telur),

legumin (dalam kacang-kacangan).

4. Glutelin: tidak larut dalam pelarut netral, tetapi larut dalam

asam atau basa encer. Contonya adalah glutelin (dalam

gandum), orizenin (dalam beras).

5. Prolamin (gliadin): larut dalam alkohol 70-80% dan tidak larut

dalam air maupun alkohol absolut. Contohnya adalah prolamin

(dalam gandum), gliadin (dalam jagung), zein (dalam jagung).

6. Protamin: larut dalam air dan tidak terkoagulasi dalam panas.

7. Histon: larut dalam air dan tidak larut dalam amonia encer,

dapat mengendap dalam pelarut protein lainnya, dan apabila

terkoagulasi oleh panas dapat larut kembali dalam asam encer.

Contohnya adalah globin (dalam hemoglobin).

E. Protein Plasma

Protein plasma merupakan suatu kelompok konstituen plasma yang

tidak sekedar terangkut dalam plasma. Komponen penting ini dalam

keadaan normal tetap berada dalam plasma, dan melakukan banyak fungsi

penting. Kelompok protein plasma ada 3 yaitu :

1. Albumin

Merupakan protein plasma yang paling banyak, berperan

besar terhadap tekanan osmotik koloid. Protein ini juga secara

nonspesifik berikatan dengan bahan kurang larut dalam plasma

(misalnya bilirubin, garam empedu, dan penisilin) untuk

transportasi dalam plasma.

2. Globulin

Terdapat tiga jenis globulin, yaitu :

a. Globulin α

b. Globulin β

c. Globulin γ

Globulin alfa dan beta mengikat bahan-bahan yang kurang

larut dalam plasma untuk transportasi dalam plasma, tetapi

globulin ini sangat spesifik terhadap bahan yang akan mereka

angkut. Globulin spesifik mengangkut hormon tiroid,

kolesterol, dan besi. Globulin alfa dan beta juga sebagai salah

satu faktor dalam proses pembekuan darah. Protein-protein

darah yang inaktif, yang diaktifkan sesuai kebutuhan oleh

masukan regulatorik tertentu, termasuk dalam golongan

globulin alfa (misalnya globulin alfa angiotensinogen

diaktifkan menjadi angiotensin). Sedangkan globulin gamma

adalah immunoglobulin yang sangat penting bagi mekanisme

pertahanan tubuh.

3. Fibrinogen

Merupakan faktor kunci dalam pembekuan darah. Saat

terjadi luka, benang-benang fibrin akan terbentuk dan

membentuk anyamanuntuk menjaring sel darah dan menutupi

luka. Rasio plasma normal berkisar antara 200-400 mg/dL.

Protein plasma disintesis oleh hati kecuali globulin gamma yang

dihasilkan oleh limfosit (Sherwood, 2014).

Fungsi protein plasma :

1. Keseimbangan Osmotik

Timbulnya edema disebabkan penurunan tekanan osmotik

plasma akibat hipoalbuminemia dan retensi natrium (teori

underfill). Hipovolemi menyebabkan peningkatan rennin,

aldosteron, hormone ADH dan katekolamin plasma serta

penurunan atrial natriuretic peptide (ANP). Pemberian infuse

albumin akan meningkatkan volume plasma, meningkatkan

laju filtrasi glomerulus dan ekskresi fraksional natrium klorida

dan air yang menyebabkan edema berkurang. Membran

glomerulus yang normalnya impermeable terhadap albumin

dan protein menjadi permeable terhadap protein terutama

albumin, yang melewati membrane dan ikut keluar bersama

urin (hiperalbuminemia). Hali ini menurunkan kadar albumin,

menurunkan tekanan osmotic koloid dalam kapiler

mengakibatkan akumulasi cairan interstitial (edema) dan

pembengkakan tubuh, biasanya abnormal (ascites).

Berpindahnya cairan dari plasma ke interstitial menurunkan

volume cairan vascular (hipovolemia), yang mengaktifkan

stimulasi RAAS (Renin, Angiotensis, Aldosteron System).

Reabsorpsi tubulus terhadap air dan sodium meningkatkan

volume intravaskuler (Donna L.Wong, 2004)

2. Pembentukan dan nutrisi jaringan

Protein plasma sebagai sumber asam amino untuk jaringan.

Sewaktu jaringan kekurangan protein, protein plasma dapat

bertindak sebagai sumber untuk menggantikan kembali

protein jaringan dengan cepat. Sesungguhnya, seluruh protein

plasma dapat diimbibisi in toto oleh makrofag jaringan melalui

proses pinositosis; begitu berada dalam sel ini, protein plasma

dipecah menjadi asam amino yang ditranspor kembali ke dalam

darah dandipakai di seluruh tubuh untuk membangun protein

sel di manapun protein tersebut dibutuhkan. Dengan cara ini,

protein plasma berfungsi sebagai media penyimpanan

proteinyang labil dan merupakan somber asam amino yang

tersedia dengan mullah bila jaringan tertentu membutuhkannya.

(Poedjiadi, 2006)

3. Transportasi

a. Umum

Albumin berfungsi mentransport berbagai macam substansi

termasuk bilirubin, asam lemak, logam, ion, hormone, dan

obat-obatan. Salah satu konsekuensi dari hipoalbumin

adalah obat yang seharusnya berikatan dengan protein akan

berkurang, di lain pihak obat yang tidak berikatan akan

meningkat, hal ini akan meningkatkan kadar obat dalam

darah (Almatsier, 2004).

b. Khusus

Hormon Prealbumin

Vitamin Prealbumin

Lipid Lipoprotein

Co Cerulopasmin

Hb Haptoglobin

Heme Hemopexin

Fe Transferin

4. Daya Tahan Tubuh

Antibodi adalah suatu zat yang dibentuk oleh tubuh, yang

berasal dari protein darah jenis gama-globulin dan berfungsi

untuk melawan antigen (zat asing/protein asing) yang masuk ke

dalam tubuh. Berbagai jenis antibodi bekerja dengan beberapa

cara untuk melawan antigen(Poedjiadi, 2006):

a. Opsonin adalah antibodi yang bekerja dengan

merangsang leukosit untuk menyerang antigen atau

kuman.

b. Lisin adalah antibodi yang bekerja dengan cara

menghancurkan antigen (lisis).

c. Presipitin adalah antibodi yang bekerja dengan cara

mengendapkan antigen (presipitasi), dan

d. Aglutinin adalah antibodi yang bekerja dengan cara

menggumpalkan antigen (aglutinasi).

5. Penyangga Perubahan pH

Penyangga yang paling banyak terdapat di cairan tubuh

adalah protein, termasuk protein intrasel dan protein plasma.

Protein adalah penyangga yang baik karena mengandung gugus

asam dan basa yang dapat menyerahkan atau menyerap H+.

Protein plasma yang jumlahnya lebih sedikit disbanding

dengan protein intrasel bersifat memperkuat system H2CO3,

HCO3- dalam pendaparan ekstrasel (Sherwood, 2014).

F. Denaturasi Protein

Denaturasi protein dapat juga dikatakan sebagai suatu proses

terpecahnya ikatan hydrogen interaksi hidrofobik, ikatan garam dan

terbentuknya lipatan atau wiru molekul tanpa menyebabkan kerusakan

ikatan peptida. Denaturasi protein mengubah sifat alamiah protein

misalnya seperti berkurangnya aktivitas enzim atau hormon, menurunnya

solubilitas dalam larutan dan meningkatnya risiko terjadinya

penggumpalan. Penggumpalan protein dan endapan yang terbentuk

disebabkan oleh terjadinya koagulasi dan denaturasi protein.

Penggumpalan ini disebabkan oleh pemanasan, penambahan asam,

penambahan enzim dan adanya logam berat. Denaturasi mengubah sifat

protein menjadi sulit larut dalam air. Denaturasi protein menyebabkan

protein tidak dapat diekstraksi dengan larutan garam.Kelarutan protein

akan meningkat jika diberi perlakuan asam yang berlebih, hal ini karena

ion positif pada asam akan menyebabkan protein yang semula bermuatan

netral atau nol menjadi bermuatan positif yang menyebabkan kelarutannya

bertambah (Sumardjo, 2006).

Pada kejadian denaturasi, ikatan-ikatan lemah pada protein seperti

ikatan hidrogen, ikatan ionik dan interaksi hidrofobik dapat dihilangkan.

Selain itu, rantai-rantai peptida yang terlipat dapat menjadi terbentang dan

lurus. Oleh karena pembentangan tersebut, beberapa bagian protein alam

yang awalnya ada di bagian dalam mulai pindah ke permukaan. Hal itu

berarti, protein yang semula mempunyai bentuk globular berubah menjadi

bentuk fibrosa. Pada denaturasi ringan, rantai peptida yang telah

terbentang menjadi terlipat kembali sehingga bentuk protein menyerupai

bentuk protein semula (renaturasi) (Triyono, 2010).

Gambar 1. Denaturasi Protein (Wahjudi, 2005)

Beberapa faktor yang menyebabkan denaturasi protein yaitu suhu

dan pH. Kenaikan suhu menyebabkan protein miofibril dan jaringan

pengikat mengalami denaturasi pada tingkatan yang berbeda. Pemanasan

menyebabkan fenomena penyusutan serat-serat protein dan akhirnya

menguap. Suhu panas yang menyebabkan denaturasi protein tersebut

selanjutnya menyebabkan hilangnya grup asam amino bebas, menurunkan

kapasitas memegang air serta mengakibatkan membukanya rantai-rantai

protein pada ikatan yang labil melibatkan grup-grup –SH dan –OH.

Denaturasi menyebabkan pengembangan molekul protein sehingga

membuka gugus reaktif yang ada pada rantai polipeptida, selanjutnya

gugus tersebut akan mengalami pengikatan kembali dengan gugus reaktif

yang sama atau berdekatan (Darmanto, 2012).

Bahan kimia tertentu dapat mengakibatkan denaturasi protein.

Penambahan asam mineral atau penambahan basa pada protein dapat

menyebabkan perubahan pH yang akan merusak ikatan garam pada

protein. Penambahan asam berarti penambahan ion H+yang akan

mengubah gugus -COO- menjadi -COOH dan hilangnya gaya tarik

menarik. Penambahan basa yang berarti penambahan ion OH-

akanmengubah gugus –NH3 menjadi –NH2 dan air sehingga menyebabkan

hilangnya gaya tarik menarik pula. Penambahan asam atau basa pada

kondisi ekstrem dapat pula memutus ikatan peptida dalam protein tersebut.

(Mastuti, 2008).

III. METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan

Alat

1. Spuit 3cc

2. Torniquet

3. Sentrifugator

4. Vacuum tube red cap (Non EDTA)

5. Tabung reaksi

6. Rak tabung reaksi

7. Mikropipet (10µl-100µl)

8. Makropipet (100µl-1000µl)

9. Yellow tip

10. Blue tip

11. Spektrofotometer

Bahan

1. Serum

2. Reagen biuret

B. Cara Kerja

Panjang gelombang : 540 (546) nm

Temperatur : 18-30°C

Masukkan ke

dalam tabung

reaksi

Blanko Standar Test

Reagensia 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL

Serum - - -

Standar - 20 µl -

Lakukan homogen dan diamkan pada suhu kamar (18-30°C) selama 5

menit. Baca absorbance test (Abs.test) dan absorbance standard (Abs.std)

terhadap blanko reagensia pada panjang gelombang 540 (546) nm.

1. Persiapan sampel

a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan

spuit.

b. Darah dimasukkan ke dalam Vacuum Med Non EDTA dan

disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selma 10 menit

kemudian diambil serumnya untuk sampel.

2. Sampel (serum) sebanyak 20 µl kemudian dicampur dengan reeagen

biuret sebanyak 1000 µl.

3. Campuran diinkubasi selama 10 menit dalam suhu ruangan, kemudian

diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm

dan nilai faktor 19.0.

IV. HASIL

A. Hasil

1. Probandus

a. Nama : Alfredo Fernanda

b. Jenis Kelamin : Laki-laki

Setelah dilakukan praktikum, warna pada sampel berubah menjadi

ungu muda. Interpretasi hasil menyatakan bahwa kadar protein total dalam

sampel darah probandus normal.

B. Pembahasan

Pemeriksaan protein total darah menggunakan metode biuret.

Prinsip pemeriksaan ini adalah reaksi protein dengan alkali dalam suasana

alkalisis. Protein dalam serum bereaksi dengan ion kupri (Cu2+) dalam

suasana alkalisis dan memberikan warna ungu. Intensitas warna yang

terbentuk sebanding dengan jumlah protein dalam sampel. Pada

pemeriksaan ini, intensitas serapan cahaya tidak diukur menggunakan

spektrofotometer, namun hanya diamati secara visual perubahan warna

yang terjadi.

Dalam reagen biuret, terdapat tiga komponen utama penyusun

reagen ini, yakni natrium dioksida (NaOH), tembaga (II) sulfat terhidrasi,

dan kalium natrium tartat. Natrium dioksida berfungsi untuk memberikan

suasana basa, sedangkan tembaga (II) sulfat terhidrasi bertugas sebagai

penyuplai ion Cu2+. Kalium natrium tartat ditambahkan ke dalam reagen

untuk menjaga kestabilan ion Cu2+ sehingga tidak mengendap selama

reaksi berlangsung. Reaksi antara ion kuprik dan atom peptida nitrogen

mengarah pada perombakan atom peptida hidrogen di bawah suasana basa.

Pada reaksi yang terjadi antara serum darah probandus dan reagen biuret,

ion kuprik merombak ikatan peptida protein yang terdapat dalam serum

dan membentuk kompleks berwarna keunguan. Kepekatan warna yang

berada pada tingkat rata-rata menunjukkan bahwa kadar protein total pada

serum darah probandus masih berada dalam kadar normal. Terdapat

beberapa hal yang mempengaruhi hasil pemeriksaan kadar protein total

darah probandus diantaranya adalah:

1. Praktikan

Disebut juga sebagai human error. Kesalahan dalam

pembuatan reaksi dan pengamatan oleh praktikan dapat

mempengaruhi hasil pengamatan.

2. Spesimen

Hal yang dapat mempengaruhi kadar protein total darah

pada probandus diantaranya adalah mekanisme penyerapan

protein dari makanan, sampel darah mengalami hemolisis,

pengaruh obat yang dapat meningkatkan atau menurunkan

kadar protein total darah, dan diet tinggi lemak sebelum

melakukan pemeriksaan.

C. Aplikasi Klinis

1. Multiple myeloma

Multiple myeloma (MM) adalah keganasan yang terjadi pada

sel plasma. Sel plasma ini merupakan salah satu tipe sel darah putih

yang bertugas menghasilkan antibodi. Pada MM, akan terjadi

akumulasi sel plasma yang tidak normal yang mengganggu produksi

sel darah normal yang lain seperti eritrosit dan trombosit, sehingga

dapat muncul tanda seperti anemia dan trombositopenia. MM

merupakan 1 % dari penyakit keganasan dan 10 % dari keganasan sel

darah. Angka kejadian MM kira-kira 4 kasus/100.000 orang/tahun

(Hermayanti, 2008).

Ciri khas dari penyakit multiple myeloma (MM) adalah adanya

protein M (komponen M, protein myeloma, atau M spike). Sekitar 97%

pasien MM memiliki immunoglobulin yang utuh atau rantai ringan

(light chain) yang bebas yang dapat dideteksi oleh elektroforesa

protein.  Protein M ini menunjukkan terjadinya produksi

immunoglobulin homogeny atau fragmennya yang berlebihan. Dari

pemeriksaan kimia darah, dapat dilihat dari kadar total protein,

albumin, dan globulin pasien, dengan adanya peningkatan kadar

globulin yang bahkan bisa  melebihi kadar albumin (Hermayanti,

2008).

Multiple myeloma harus dicurigai pada orang dewasa tua

dengan nyeri punggung, gejala konstitusi (berkeringat,

penurunanberatbadan), dan tingkat protein total meningkat.

Pemeriksaan laboratorium yang biasa dikerjakan adalah darah lengkap,

protein total, albumin, globulin beserta elektroforesis protein,

kalsiumdarah, dan protein Bence-Jones pada urine. Pada darah lengkap

bisa ditemukan anemia normokrom normositik dan trombositopenia.

Terjadi peningkatan kadar globulin dan penurunan albumin, dengan

hasil elektroforesis protein menunjukkan grafik yang tinggi dengan

puncak yang lancip pada gamma globulin. Selain itu terjadi

peningkatan kadar kalsium darah dan pemeriksaan protein Bence Jones

pada urin menunjukkan hasil positif (Haematol, 2003).

2. Malabsorpsi

Malabsorpsi adalah suatu keadaan terdapatnya gangguan pada

proses absorpsi dan digesti secara normal pada satu atau lebih zat gizi.

Berbagai hal dan keadaan dapat menyebabkan malabsorpsi,

diantaranya defisiensi enzim, gangguan pada mukosa usus tempat

absorbsi zat nutrisi, dan penyakit pencernaan seperti insufisiensi

eksokrin pankreas, insufisiensi asam empedu, kelainan mukosa,

kelainan absorpsi spesifik, penyakit limfatik, serta kelainan absorpsi

campuran seperti pada sindrom Zollinger-Ellison dan gangguan paska

gastrektomi (Syam, 2009).

Umumnya pasien datang dengan diare, sehingga sulit

membedakan diare yang disebabkan malabsorpsi atau sebab lain.Diare

dapat terjadi sebagai akibat darimalabsorpsikarbohidrat (glukosa,

laktosa, galaktosa), asam amino, lemakdanvitamin B12. Pada

malabsorpsikarbohidrat gejalanyaberupadiareberat,

tinjaberbausangatasam, dansakit di daerahperut. Laktosa yang tak

tercerna dapat menyebabkan diare osmotik, produk dari digesti bakteri

yang mencerna laktosa dapat menyebabkan diare sekretorik dan

distensi usus halus (Misselwitz et al, 2013).

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan diantaranya

(Syam, 2009):

a. Pemeriksaan darah perifer lengkap, dilakukan untuk

mengetahui nilai hemoglobin dan mean cell volume (MCV)

dan memperkirakan adanya defisiensi Fe, asam folat, atau

vitamin B12

b. Pemeriksaan radiologi, pemeriksaan USG abdomen dapat

mengidentifikasi adanya pankreas pada pasien dengan

pankreatitis kronis

c. Pemeriksaan histopatologi usus halus

d. Pemeriksaan lemak feses, untuk melihat adanya lemak

pada feses dengan pewarnaan Sudan sebagai manifestasi

dari malabsorpsi lema

e. Pemeriksaan laboratorium lain, dilakukan untuk

menentukan adanya malabsorpsi. Pemeriksaan yang

dilakukan antara lain pemeriksaan fungsi pankreas,

pemeriksaan absorpsi pankreas, pemeriksaan absorpsi

vitamin B12, pemeriksaan protein total, albumin, dan lain-

lain. Pada pemeriksaan tes albumin, akan didapatkan

jumlah albumin yang menurun atau hipoalbuminemia.

3. End-stage of Renal Failure (ESRF)

End-stage of renal failure (ESRF) atau disebut juga end-stage

of renal disease (ESRD) merupakan penurunan fungsi ginjal yang

ireversibel yang dapat berakibat fatal jika tidak dilakukan dialisis atau

transplantasi. Biasanya ESRD terjadi ketika fungsi ginjal telah

berkurang hingga kurang dari 10% dari fungsi ginjal normal

(Medifocus, 2011).

Malnutrisi dan hipoalbuminemia yang terjadi pada pasien

ESRD merupakan prediktor kuat yang meningkatkan mortalitas

(Shanta et al, 2011). Pada pasien ESRD terjadi penurunan kadar

albumin (hipoalbuminemia) yang kadarnya dipertahankan dengan cara

dialisis peritoneal atau hemodialisis. Konsentrasi albumin pada serum

ditentukan oleh laju sintesis albumin dan pada pasien ESRD sintesis

albumin menurun sebagai respon terhadap peradangan meskipun ada

kemungkinan bahwa nutrisi yang tidak adekuat juga dapat

berkontribusi (Kaysen, 2011).

4. Hepatitis B

Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh

Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang

dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada

sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker

hati. Infeksi hepatitis B merupakan problem kesehatan masyarakat di

seluruh dunia. Diperkirakan ada 350 juta carrier (pengidap) di dunia.

Pada penderita hepatitis B kronis, bisa timbul komplikasi seperti

sirosis (pengerasan hati) dan kanker hati. Upaya vaksinasi mampu

menurunkan jumlah pengidap virus hepatitis B dan angka kesakitan

akut (Amiruddin, 2011).

Hepatitis adalah suatu proses peradangan di jaringan hati yang

memberikan gejala lemah badan, mual, urin seperti air the disusul

dengan mata dan badan menjadi kuning. Hepatitis dapat disebabkan

oleh virus (penyebab terbanyak), bakteri (Salmonella typhi), obat

beracun (hepatotoksik) dan alkohol. Dengan kemajuan ilmu dan

teknologi, saat ini telah berhasil diidentifikasi sejumlah virus penyebab

hepatitis yaitu virus hepatitis A (HVA), virus hepatitis B (HVB), virus

hepatitis C (HVC), virus hepatitis D (HVD), virus hepatitis E (HVE)

dan virus hepatitis G (HVG). Dari sejumlah virus hepatitis tersebut

yang menjadi problem serius adalah Virus Hepatitis B karena dapat

berkembang menjadi penyakit hati kronik dengan segala

komplikasinya (Hardjono, 2013)

Infeksi hepatitis virus B dapat berupa keadaan yang akut

dengan gejala yang berlangsung kurang dari 6 bulan. Apabila

perjalanan penyakit berlangsung lebih dari 6 bulan maka kita sebut

sebagai hepatitis kronik.

5. Gagal ginjal kronik

Menurut Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah suatu sindrom

klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,

berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan

irreversible.

Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh manusia, yang

mengatur fungsi kesejahteraan dan keselamatan untuk

mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh,

sebagian besar dijalankan oleh ginjal. Kerusakan pada ginjal membuat

sampah metabolism dan air tidak dapat lagi dikeluarkan. Dalam kadar

tertentu, sampah tersebut dapat meracuni tubuh, kemudian

menimbulkan kerusakan jaringan bahkan kematian. Gagal ginjal

kronik terjadi perlahan-lahan, bisa dalam hitungan bulan bahkan tahun,

dan sifatnya tidak dapat disembuhkan. Memburuknya fungsi ginjal

bisa dihambat apabila pasien melakukan pengobatan secara teratur.

Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi

organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu

bekerja sama sekali dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit

tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti

sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal

ginjal berkembang secara perlahan ke arah yang semakin buruk

dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana

fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal

yaitu gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis.

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative

(K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009,

mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal

dimana nilai dari GFR nya kurang dari 60 mL/min/1.73 m2 selama tiga

bulan atau lebih. Dimana yang mendasari etiologi yaitu kerusakan

massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible dan hilangnya nephrons

ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR.

V. KESIMPULAN

1. Reaksi antara reagen biuret dan total protein dalam serum darah menghasilkan

warna keunguan.

2. Intensitas atau kepekatan warna sebanding dengan jumlah total protein yang

dirombak oleh ion Cu2+ dalam serum.

3. Pemeriksaan yang dilakukan bersifat kualitatif dilakukan dengan pengamatan

dan pembandingan produk reaksi dengan kontrol. Warna sampel ungu muda

dengan interpretasi kadar total protein dalam kadar normal.

4. Contoh aplikasi klinis yang berkaitan antara lain multiple myeloma, gagal

ginjal, malabsorpsi, dan hepatitis.

DAFTAR PUSTAKA

Alberts, B (2010). Essential Cell Biology. US: Garland Science.

Almatser, Sunita. 2007. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Amiruddin R. 2011. “PeranandanPengobatan Interferon pada Hepatitis Virus

Kronik”. Acta Medica Indonesiana. 30: 53–65.

California, Sikorski, Z., E. 2007. Chemical and Functional Properties of Food

Proteins. CRC Press: USA

Darmanto, Yudhomenggolo Sastro., Agustini, Tri Winarni., dan Swastawati,

Fronthea. 2012. “Efek Kolagen dari Berbagai Jenis Tulang Ikan terhadap

Kualitas Miofibril Protein Ikan Selama Proses Dehidrasi”. Jurnal

Teknologi dan Industri Pangan. Vol: 23, No: 1, hal. 1-5.

Haematol, Br J. 2003. “Criteria for the classification of monoclonal

gammopathies, multiple myeloma and related disorders: A report of the

International Myeloma Working Group”. British Journal of Haematology.

121: 749-757.

Hardjoeno H, dkk. 2013. “TesSerologik

Hepatitis.InterpretasiHasilTesLaboratoriumDiagnostik”.Lembaga

Penerbitan Universitas Hasanuddin, Makassar; 289–98.

Hermayanti, Diah. 2009. “Non-Secretory Multiple Myeloma”. Jurnal Saintika

Medika Universitas Muhamadiyah Malang. 5 (10): 1 – 9.

Kaysen, G A. 2011. “Biological Basis of Hypoalbuminemia in ESRD”. Journal of

the American Society of Nephrology. 9 (12): 2368 – 2376.

Koshland, Daniel. 2014. Protein. UK: Encyclopaedia Britannica.

http://www.britannica.com/EBchecked/topic/479680/protein

Mastuti, Rini. 2008. “Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Menggoreng terhadap

Kualitas Fisik dan Kimia Daging Kambing Restukturisasi”. Jurnal Ilmu

dan Teknologi Hasil Ternak. Vol: 3, No: 2, hal: 23-31.

Medifocus. 2011. Medifocus Guidebook on: End-Stage Renal Disease. Tersedia:

http://books.google.co.id/books?

id=Fq3oJJwj2qcC&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false

Misselwitz, Benjamin, Daniel Pohl, Heiko Fruhauf, Michael Fried, Stephan R

Vavricka, dan Mark Fox. 2013. “Lactose Malabsorption and Intolerance:

Pathogenesis, Diagnosis, and Treatment”. United European

Gastroenterology Journal. 0(0): 1 – 9.

Nissen, Steven. 2009. Modern Methods in Protein Nutrition and Metabolism.

Academic

Nurani, Vika Maris.,Mariyanti, Sulis. 2013. “GambaranMakna Hidup {asien

Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialis”. Jurnal Psikologi.

Volume 11, Nomor 1, h. 1-13.

Poedjiadi, Anna. 2005.Dasar-Dasar Biokimia.Jakarta:Penerbit Universitas

Indonesia.

Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI PRESS.

Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara

Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Sudarmadji, S.2006. Teknik  Analisa  Biokimiawi. Edisi  Pertama. Yogyakarta:

Liberty. 

Sumardjo, Damin. 2006. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa

Kedokteran dan Program Strata 1 Fakultas Bioeksakta. Jakarta: EGC.

Sumitro,  S.B., Fatchiyah,  Rahayu, Widyarti, dan Arumningtyas. 2010. Kursus

Teknik-teknik DasarAnalisisProteindan DNA. Jurusan Biologi FMIPA

Universitas Brawijaya. Malang.

Syam, Ari Fahrial. 2009. Malabsorpsi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta: Interna Publishing.

Triyono, Agus. 2010. “Mempelajari Pengaruh Penambahan Beberapa Asam Pada

Proses Isolasi Protein Terhadap Tepung Protein Isolat Kacang Hijau

(Phaseolus Radiatus L.)”. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat

Guna. Vol: 10, hal: 1-9.

Wahjudi, et.al. 2005. Kimia Organik II. Malang: UM Press.

Yuwono, Triwibowo. 2008. Biologi Molekular. Jakarta: Erlangga.