LAPORAN KOORDINASI PHLN MULTILATERAL 2015-rev
-
Upload
tami-prasetyo -
Category
Documents
-
view
85 -
download
0
Transcript of LAPORAN KOORDINASI PHLN MULTILATERAL 2015-rev
BANK DUNIA UNI EROPA
KOORDINASI PINJAMAN DAN HIBAH
LUAR NEGERI MULTILATERAL TAHUN
2015
Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral
Deputi Pendanaan Pembangunan
Kementerian PPN/Bappenas
BANK DUNIA
ISLAMIC DEVELOPMENT
BANK UNI EROPA UN Agencies
ASIAN DEVELOPMENT
BANK
IFAD
i
DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................................................ 3
1.3 Sasaran........................................................................................................................................... 3
1.4 Ruang Lingkup ............................................................................................................................ 3
1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................................................. 3
BAB 2 PROFIL MITRA PEMBANGUNAN MULTILATERAL .............................................................. 5
2.1 World Bank ................................................................................................................................... 5
2.2 International Fund for Agricultural Development .......................................................... 7
2.3 Asian Development Bank ......................................................................................................... 9
2.4 Uni Eropa ................................................................................................................................... 11
2.5 Islamic Development Bank ................................................................................................... 13
2.6 United Nations ......................................................................................................................... 15
BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN KERJASAMA MULTILATERAL TAHUN 2015........................... 17
3.1 Arahan Kebijakan RPJMN 2015 – 2019 ........................................................................ 17
3.2 Strategi Kebijakan Pendanaan Pembangunan oleh Mitra Pembangunan
Multilateral Tahun 2015 ..................................................................................................... 20
BAB 4 PELAKSANAAN KOORDINASI PERSIAPAN COUNTRY PROGRAMME MITRA
PEMBANGUNAN MULTILATERAL .......................................................................................... 25
4.1. Mitra Pembangunan Multilateral Pemberi Pinjaman ........................................... 25
4.1.1 Country Partnership Framework World Bank ............................................... 25
4.1.2 Country Strategic Opportunities Programme International Fund for
Agricultural Development ...................................................................................... 27
4.1.3 Country Partnership Strategy Asian Development Bank ............................ 28
4.1.4 Member Country Partnership Strategy Islamic Development Bank ....... 30
4.2. Mitra Pembangunan Multilateral Pemberi Hibah .................................................. 32
4.2.1 United Nations Partnership for Development Framework......................... 32
4.3. Isu-isu Pelaksanaan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Multilateral Tahun 2015 .................................................................................................. 35
BAB 5 FORUM KOORDINASI MULTILATERAL 2015 ..................................................................... 38
5.1. World Bank ............................................................................................................................ 38
5.2. International Fund for Agricultural Development ................................................... 41
5.3. Asian Development Bank .................................................................................................. 42
5.4. Islamic Development Bank ............................................................................................... 44
5.5. United Nations ...................................................................................................................... 46
BAB 6 PENUTUP .......................................................................................................................................... 47
1 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahun 2015 merupakan tahun awal perubahan bagi rencana pembangunan
nasional. Buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun
2015 – 2019 yang telah diterbitkan pada tanggal 20 Januari 2015 dan disahkan
melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2015 merupakan RPJMN tahap ke-III dari
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 – 2025. RPJMN III
menjadi pedoman dari rencana pembangunan nasional yang telah memasuki fase
memantapkan pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang. RPJMN 2015 –
2019 juga disusun berdasarkan Visi, Misi dan Agenda (Nawacita) Presiden/Wakil
Presiden Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla yang terpilih untuk periode 2015
– 2019. Selain itu, tahun 2015 juga merupakan tahun transisi dari Milennium
Development Goals (MDGs) 2015 menuju post MDGs yaitu Sustainable Development
Goals (SDGs). Agenda satu tahun pertama dimaksudkan sebagai upaya membangun
fondasi dalam rangka melakukan akselerasi pembangunan yang berkelanjutan pada
tahun-tahun berikutnya.
Banyaknya agenda pembangunan nasional periode 2015 – 2019 membutuhkan
dukungan dana yang tidak sedikit. Dalam hal ini salah satu sumber daya pendanaan
yang dibutuhkan adalah dari pendanaan luar negeri. Pengaturan pendanaan luar
negeri diatur di dalam PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pengadaan
Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah dan Peraturan Menteri Negara
Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 4 Tahun 2011 tentang Tata Cara Perencanaan, Pengajuan Usulan,
Penilaian, Pemantauan, dan Evaluasi Kegiatan yang Dibiayai dari Pinjaman Luar
Negeri dan Hibah.
Pendanaan luar negeri terbagi menjadi 2 (dua) tipe yaitu pinjaman luar negeri dan
hibah pemerintah. Pinjaman luar negeri adalah setiap pembiayaan melalui utang
yang diperoleh Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri yang diikat oleh
suatu perjanjian pinjaman dan tidak berbentuk surat berharga negara, yang harus
2 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
dibayar kembali dengan persyaratan tertentu. Sementara hibah pemerintah adalah
setiap penerimaan negara dalam bentuk devisa, devisa yang dirupiahkan, rupiah,
barang, jasa dan/atau surat berharga yang diperoleh dari Pemberi Hibah yang tidak
perlu dibayar kembali, yang berasal dari dalam negeri atau luar negeri.
Meningkatnya status Indonesia menjadi Middle Income Country mengubah pola
kerjasama Indonesia dengan mitra pembangunan yang semula donor recipient
menjadi partnership. Salah satu konsekuensi dari peningkatan status ini adalah
Pemerintah Indonesia diharapkan dapat memberikan bantuan dana pembangunan
menggunakan sistem government cost sharing.
Kegiatan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral tahun
2015 akan melakukan koordinasi dengan 6 (enam) mitra pembangunan
multilateral yaitu World Bank, International Fund for Agricultural Development
(IFAD), Asian Development Bank (ADB), Uni Eropa, Islamic Development Bank (IDB)
dan United Nations (UN) Agencies. Harapannya adalah pendanaan luar negeri
dimanfaatkan tidak hanya sebatas menerima bantuan pembangunan dari mitra
pembangunan tetapi juga sebagai kerjasama untuk mendapatkan praktik-praktik
terbaik internasional dalam bidang pembangunan.
Tahun 2015 dengan diterbitkannya RPJMN 2015 – 2019 sebagai acuan
pembangunan nasional maka akan dilakukan juga penyusunan dokumen kerjasama
pembangunan dengan masing-masing mitra pembangunan multilteral untuk
periode 5 (lima) tahun mendatang. Selain itu, dokumen Daftar Rencana Pinjaman
Luar Negeri (DRPLN) 2015 – 2019 atau yang dikenal sebagai Blue Book telah
diterbitkan pada tanggal 26 Juni 2015 sesuai Keputusan Menteri PPN/Kepala
Bappenas Nomor Kep. 103/M.PPN/HK/06/2015.
Perencanaan kerjasama pembangunan dan persiapan proyek merupakan langkah
awal yang sangat penting agar pelaksanaan proyek dapat berjalan efektif dan
efisien sehingga kinerja proyek dapat memuaskan. Permasalahan yang kerap terjadi
disebabkan oleh kualitas proyek yang tidak baik. Oleh karena itu, kegiatan
koordinasi penting dilaksanakan sebagai bentuk pengawalan perencanaan dan
persiapan proyek guna meningkatkan efektifitas dan daya serap dari pinjaman dan
hibah luar negeri.
3 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan fungsi koordinasi Direktorat
Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas sebagai koordinator pinjaman dan
hibah yang berasal dari mitra pembangunan multilateral seperti Bank Dunia, IFAD,
ADB, IDB, Uni Eropa, dan UN Agencies. Koordinasi yang dilakukan terkait dengan
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan, untuk meningkatkan kinerja pelaksanaan
pinjaman dan hibah, serta memastikan dilaksanakannya pemenuhan prinsip-
prinsip akuntabilitas dan ownership sesuai aturan yang berlaku.
1.3 Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah tersusunnya laporan koordinasi proyek pinjaman dan
hibah yang berasal dari mitra pembangunan multilateral, sebagai upaya untuk
memperbaiki kinerja pinjaman dan hibah luar negeri multilateral di masa
mendatang.
1.4 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral
Tahun 2015 adalah:
1. Melakukan koordinasi penyusunan dokumen perencanaan kerjasama
Pemerintah Indonesia dengan mitra pembangunan multilateral pada tahun
2015;
2. Melakukan koordinasi perencanaan proyek-proyek baru pada tahun 2015
berdasarkan rencana kerjasama dan pendanaan luar negeri;
3. Melakukan koordinasi pelaksanaan kerjasama dengan mitra pembangunan
multilateral dan koordinasi pemantauan dan evaluasi on-going projects yang
berasal dari pinjaman dan hibah lembaga multilateral.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan Kegiatan Koordinasi PHLN Multilateral Tahun 2015 akan terdiri dari 6
(enam) bab yaitu:
BAB 1 PENDAHULUAN, bab ini berisi latar belakang, tujuan, sasaran dan ruang
lingkup kegiatan koordinasi pinjaman dan hibah luar negeri multilateral tahun
2015.
4 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 2 PROFIL MITRA PEMBANGUNAN MULTILATERAL, bab ini berisi profil dari
lembaga mitra pembangunan multilateral yang menggambarkan pola kerjasama
yang telah terjalin selama ini.
BAB 3 ARAHAN KEBIJAKAN KERJASAMA MULTILATERAL TAHUN 2015, bab ini
akan memaparkan mengenai arah kebijakan dari RPJMN 2015 – 2019 serta strategi
pendanaan pembangunan oleh mitra pembangunan multilateral pada tahun 2015.
BAB 4 PELAKSANAAN KOORDINASI PERSIAPAN COUNTRY PROGRAMME
MULTILATERAL, bab ini berisi pelaksanaan koordinasi dan persiapan penyusunan
kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Mitra Pembangunan Multilateral
Pemberi Pinjaman dan Hibah. Pada bab ini dijelaskan juga mengenai isu-isu yang
dihadapi pada pelaksanaan koordinasi pinjaman dan hibah luar negeri di tahun
2015.
BAB 5 FORUM KOORDINASI MULTILATERAL 2015, bab ini berisi penjelasan
mengenai forum kegiatan koordinasi dengan lembaga multilateral pada tahun 2015,
yaitu pertemuan internasional serta kerjasama untuk mendukung koordinasi
persiapan pinjaman dan hibah lembaga multilateral.
BAB 6 PENUTUP, bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari
kegiatan koordinasi pinjaman dan hibah luar negeri multilateral tahun 2015 dan
saran untuk meningkatkan koordinasi penyiapan pinjaman dan hibah multilateral
pada periode berikutnya.
5 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 2
PROFIL MITRA PEMBANGUNAN MULTILATERAL
2.1 World Bank
Kerjasama yang terjalin antara World Bank dan Indonesia sudah dimulai semenjak
tahun 1954. Pada saat itu Indonesia merupakan anggota ke-56 dari World Bank.
Namun karena konflik politik yang memanas pada tahun 1965, Indonesia keluar
dari keanggotaan World Bank. Hingga akhirnya pada tahun 1967, Indonesia kembali
bergabung dengan World Bank sebagai anggota ke-106.
World Bank merupakan organisasi multilateral yang menyediakan bantuan
keuangan terbesar di dunia. Misi World Bank sesuai dengan tagline-nya yaitu
“Working for World Free of Poverty” bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan
ekstrim dan memastikan kesejahteraan yang merata.
Pemerintah Indonesia dalam kerjasama dengan World Bank diwakili oleh Menteri
Keuangan yang menjabat sebagai Governor dan Menteri PPN/Bappenas yang
menjabat sebagai Alternate Governor. Setiap tahunnya Governor dan Alternate
Governor dari seluruh negara anggota World Bank memiliki dua agenda pertemuan
yang wajib dihadiri yaitu Spring Meeting dan Annual Meeting.
Setiap negara anggota menempatkan perwakilan di kantor Executive Director (ED).
Terdiri dari 25 Executive Directors (EDS) yang mewakili masing-masing wilayah-
nya dan Indonesia tergabung dalam ED for South East Asia Group. ED memiliki
peran penting karena memiliki sebagian kuasa dalam pengambilan keputusan
dalam Board of Governor. Saat ini pemimpin ED dijabat oleh perwakilan dari
Indonesia yaitu Ronald Silaban.
World Bank Group terdiri dari 5 (lima) institusi yang masing-masing mempunyai
spesialisasi berbeda dalam aspek pembiayaan pembangunan, yaitu: 1) International
Bank for Reconstruction and Development (IBRD); 2) International Development
Association (IDA); 3) International Finance Cooperation; 4) Multilateral Investment
Guarantee Agency (MIGA); 5) International Center for the Settlement of Investment
Disputes (ICSID).
6 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Dokumen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan World Bank dituangkan
dalam Country Partnership Strategy (CPS) yang memiliki periode 5 (lima) tahun.
Namun pada tahun 2012, World Bank menyetujui CPS dengan periode 3 (tiga)
tahun yaitu dari tahun 2013 – 2015 disebabkan Pemerintah Indonesia sedang
menyiapkan dokumen RPJMN 2015 – 2019. Dengan telah diterbitkannya RPJMN
2015 – 2019, World Bank sedang dalam tahap penyusunan CPS periode selanjutnya
yang menyesuaikan dengan arah pembangunan Indonesia sebagaimana ditulis
dalam RPJMN 2015 – 2019.
Jenis bantuan pinjaman yang bisa dimanfaatkan oleh Indonesia adalah IBRD.
Penawaran yang diberikan oleh IBRD berbentuk pinjaman proyek dan pinjaman
program. Jenis pinjaman yang ditawarkan berdasarkan terms and conditions adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Terms and Condition IBRD per tanggal 1 Juli 2015
IBRD Untuk pinjaman yang disetujui setelah xxx
Fixed Spread Variable Spread
Front-end Fee 0,25%
Interest
Rate
8 years and
below
LIBOR+0,60% (USD, GBP);
EURIBOR+0,55% (EUR);
LIBOR+0.45% (JPY)
LIBOR+0.33% (USD, EUR, JPY,
GBP)
Greater than
8 to 10
years
LIBOR+0.75% (USD, GBP);
EURIBOR+0.70% (EUR);
LIBOR+0.60%(JPY)
LIBOR+0.43% (USD, EUR, JPY,
GBP)
Greater than
10 to 12
years
LIBOR+0.85% (USD, GBP);
EURIBOR+0.80% (EUR);
LIBOR+0.70% (JPY)
LIBOR+0.53% (USD, EUR, JPY,
GBP)
Greater than
12 to 15
years
LIBOR+1,05% (USD, GBP);
EURIBOR+1.00% (EUR);
LIBOR+0.90% (JPY)
LIBOR+0.63% (USD, EUR, JPY,
GBP)
Greater than
15 to 18
years
LIBOR+1,25% (USD, GBP);
EURIBOR+1.20% (EUR);
LIBOR+1.10% (JPY)
LIBOR+0.73% (USD, EUR, JPY,
GBP)
Greater than
18 to 20
LIBOR+1.35% (USD, GBP);
EURIBOR+1.30% (EUR);
LIBOR+0.83% (USD, EUR, JPY,
GBP)
7 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
IBRD Untuk pinjaman yang disetujui setelah xxx
Fixed Spread Variable Spread
years LIBOR+1.20% (JPY)
Commitment Fee 0,25%
Source: http://treasury.worldbank.org/bdm/htm/ibrd.html
Sementara untuk hibah, World Bank menyalurkan dana hibah yang bersumber dari
negara mitra pembangunan dan dana perwalian (trust fund). Pendanaan hibah
dimanfaatkan untuk pelaksanaan kegiatan persiapan pinjaman dan pelaksanaan
kegiatan untuk mendukung capaian pembangunan di Indonesia.
2.2 International Fund for Agricultural Development
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan International Fund for Agricultural
Development (IFAD) telah terjalin semenjak tahun 1980. IFAD merupakan
organisasi yang didirikan oleh UN pada tahun 1977 sebagai sebuah lembaga
pendanaan internasional yang memiliki fokus untuk mendanai pembangunan
pertanian. Pendirian IFAD sendiri merupakan hasil dari World Food Conference
yang diadakan untuk mengatasi krisis pangan pada tahun 1974.
The Governing Council merupakan otoritas tertinggi dalam pengambilan keputusan
di IFAD. Setiap negara anggota diwakili di the Governing Council oleh Governors,
Alternate Governors dan advisor yang telah ditunjuk. The Executive Board
bertanggung jawab untuk mengawasi kinerja dan menyetujui program kerja dari
IFAD. Keangggotaan di dalam The Executive Board ditentukan oleh the Governing
Council, dan saat ini dibagi berdasarkan: 1) List A, terdiri dari 8 (delapan) negara
anggota dan 8 (delapan) negara anggota alternatif yang sebagian besar tergabung
dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD); 2) List B,
terdiri dari 4 (empat) negara anggota dan 4 (empat) negara anggota alternatif yang
sebagian besar tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries
(OPEC); 3) dan List C, terdiri dari 6 (enam) negara anggota dan 6 (enam) negara
anggota alternatif yang merupakan negara berkembang.
Posisi Indonesia sendiri tergabung dalam List B sebagai negara anggota alternatif.
Menteri Keuangan mewakili Pemerintah Indonesia sebagai Governor, sementara
Menteri PPN/Bappenas mewakili Pemerintah Indonesia sebagai Alternate
8 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Governors. Setiap tahunnya The Governing Council Meeting mengadakan 1 (satu) kali
pertemuan dalam setahun dan 3 (tiga) kali Executive Board Meeting.
Dokumen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan IFAD dituangkan dalam
Country Strategic Opportunities Programme (COSOP) yang telah berakhir tahun
2013. Pada tahun 2014 disusun Interim Country Strategy yang berlaku hingga
pertengahan tahun 2015 sebagai dasar kerjasama sampai diterbitkannya RPJMN
2015 – 2019. COSOP periode 2015 – 2019 sedang dalam tahap proses penyusunan
dan dipastikan agar sejalan dengan RPJMN 2015 – 2019.
Dukungan IFAD kepada Indonesia terlihat dari 4 (empat) program kegiatan yang
saat ini masih berjalan di Indonesia yaitu: 1) Rural Empowerment and Agricultural
Development (READ); 2) National Programme for Community Empowerment in Rural
Areas (PNPM); 3) Smallholder Livelihood Development Programme (SOLID); 4)
Coastal Community Development Project (CCDP).
Berbagai fasilitas pinjaman yang disediakan oleh IFAD terbagi menjadi antara lain:
Tabel 2.2 Jenis Pinjaman di IFAD
Jenis Pinjaman
Keterangan
Highly
Concessional
Terms
Hardened
Terms
Intermediate
Terms
Ordinary
Terms
Service Charge 0,75%/year 0,75%/year - -
Interest - - 50%/year 100%/year
Maturity
Period
40 years 20 years 20 years 15 – 18 years
Grace Period 10 years 10 years 5 years 3 years
Status Indonesia saat ini termasuk sebagai Middle-Income Country maka semenjak
tahun 2010 fasilitas pinjaman yang dapat dimanfaatkan adalah Ordinary Terms.
Sementara itu hibah IFAD untuk Pemerintah Indonesia adalah Sustainable Economic
Development through South-South and Triangular Cooperation (SEDSSTC). Hibah
9 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
dimaksud bertujuan untuk mendukung Bappenas dalam mengkoordinasikan dan
mengembangkan sistem knowledge management untuk proyek-proyek yang
didukung pendanaan luar negeri, khususnya yang didukung oleh pinjaman/hibah
IFAD.
2.3 Asian Development Bank
Asian Development Bank (ADB) dibentuk pada tahun 1966 sebagai lembaga
pendanaan pembangunan internasional yang bertujuan untuk mengurangi
kemiskinan di Asia dan Pasifik. Saat ini memiliki 67 negara anggota yang terdiri dari
48 negara dari regional members dan 19 negara dari non-regional members.
Indonesia sendiri tergabung di dalam ADB semenjak tahun 1966.
Board of Governor merupakan pengambil keputusan tertinggi di ADB yang terdiri
dari perwakilan setiap negara anggota. Menteri Keuangan mewakili Pemerintah
Indonesia sebagai Governors dan Menteri PPN/Bappenas mewakili Pemerintah
Indonesia sebagai Alternate Governors. Setiap tahunnya, Board of Governor
mengadakan pertemuan yang disebut sebagai Annual Meeting.
Untuk menjalankan tugas sehari-hari, Board of Governor mendelegasikannya
kepada Board of Director yang bertempat di kantor pusat ADB di Manila, Filiphina.
Board of Director terdiri dari 12 Direktur dan perwakilan dari Indonesia yaitu
Bhimantara Widyajala menjadi salah satu Direktur mewakili konstituensi 8
(delapan) negara yaitu: Armenia, Cook Islands, Fiji, Indonesia, Republik Kirgizstan,
Selandia Baru, Samoa dan Tonga.
Kerangka Kerja Strategis Jangka Menengah (The Medium Term Strategic
Framework/MTSF) telah ditetapkan oleh ADB sebagai acuan kebijakan dan berlaku
hingga tahun 2015. Terdapat 2 (dua) agenda yaitu pengentasan kemiskinan dan
pertumbuhan kegiatan ekonomi. Terdapat 3 (tiga) pilar pembangunan dalam MSTF
yaitu: 1) Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan; 2) Pembangunan sosial yang
bersifat terbuka (inclusive); 3) Pemerintahan dengan kebijakan dan kelembagaan
yang efektif.
Adapun cross-cutting issues yang perlu diperhatikan adalah: 1) Peningkatan peran
swasta dalam pembangunan; 2) Mendukung kerjasama dan integrasi regional; 3)
Menjaga kelangsungan lingkungan. Di dalam MTSF 2015, bidang operasi utama
10 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
yang menjadi fokus pembangunan ADB antara lain infrastruktur, lingkungan
(terutama masalah perubahan iklim dan pembangunan kota berwawasan
lingkungan), kerjasama dan integrasi regional, sektor finansial dan pendidikan.
Dokumen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan ADB dituangkan dalam
Country Partnership Strategy (CPS) dan Country Operation Business Plan (COBP).
CPS 2015 – 2019 saat ini sedang dalam proses penyusunan. Sementara COBP yang
berlaku saat ini adalah COBP periode tahun 2015 – 2017. COBP 2015 – 2017
merupakan dokumen kesepakatan arah kerjasama, indicative lending dan non-
lending untuk tahun 2015 – 2017.
Program kegiatan dalam COBP 2015 – 2017 berfokus kepada bidang energi, air
(sanitasi, manajemen sumber daya air), manajemen sektor keuangan publik,
manajemen sektor publik untuk desentralisasi dan pembangunan sektor swasta.
Dalam hal pendanaan, terdapat empat model pendanaan yang digunakan ADB
untuk negara anggotanya, yang meliputi:
1) Ordinary Capital Resources (OCR), yaitu utang dengan bunga sesuai dengan
bunga mengikuti bunga pasar. Model ini diberikan ke negara yang menurut ADB
sudah dalam pertumbuhan ekonomi menengah ke atas dan teruji dengan
kemampuan membayar utang-utang sebelumnya sesuai dengan schedule
pembayaran utang.
2) Asian Development Fund (ADF), yaitu utang yang diambil dari dana anggota
dengan memberi bunga rendah. Utang model ini diberikan ke anggota yang
dianggap tingkat kemiskinannya masih tinggi dan tidak memiliki kemampuan
membayar utang dan bunga utang sesuai pasar.
3) Technical Assistance (TA) atau bantuan teknis, diberikan dalam bentuk penelitian
dan tenaga konsultan. Biasanya dicairkan sebelum proyek utang diberikan.
Meskipun sifatnya bantuan teknis dengan konsultan berasal dari ADB sendiri,
namun dana yang digunakan untuk membiayai tenaga-tenaga konsultan tersebut
berasal dari utang yang juga harus ditanggung oleh pihak peminjam. Walaupun
juga terdapat bantuan teknis yang diberikan dalam bentuk grant.
11 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
4) Innovation and Efficiency Initiative, yaitu model pendanaan yang dikembangkan
oleh ADB untuk mendorong negara peminjam mengembangkan alternatif
pendanaan untuk pembangunan proyek.
Tabel 2.3 Terms & Condition Loan ADB
Repayment Period Adjustable (hingga 31 tahun)
Grace Period Adjustable (hingga 8 tahun)
Interest Rate LIBOR + 0,50 %
Commitment fee 0,15 %
Front-End fee -
Pricing and
Maturity Structure
Average Loan Maturity Maturity Premium
(p.a)
≥ 13 tahun Nol
13 – 16 tahun 10 bps
16-19 tahun 20 bps
Perubahan status Indonesia menjadi Middle-Income Country mengubah model
penerimaan utang dari ADB. Menurut ADB, Indonesia dianggap tidak layak lagi
menerima utang dengan skema ADF karena menganggap perekonomian Indonesia
sudah baik. Oleh karena itu skema yang diterapkan di Indonesia adalah skema OCR.
Namun saat ini terdapat usulan modalitas baru yaitu Result Based Lending (RBL)
untuk dapat diterapkan pada sistem pendanaan pembangunan oleh ADB.
2.4 Uni Eropa
Uni Eropa merupakan lembaga multiltateral yang beranggotakan negara-negara di
Eropa. Terdapat 3 (tiga) lembaga utama yang berperan penting dalam
menghasilkan kebijakan dan UU yang berlaku di seluruh Eropa yaitu: 1) Parlemen
Eropa, merupakan lembaga yang mewakili dan dipilih langsung oleh warga negara
Uni Eropa; 2) Dewan Uni Eropa, merupakan lembaga yang mewakili masing-masing
negara anggota; 3) Komisi Eropa, merupakan badan eksekutif yang berupaya
menegakkan kepentingan Uni Eropa secara keseluruhan. Terdapat 2 (dua) lembaga
yang mengawal kinerja dari 3 (tiga) lembaga utama yaitu Lembaga Peradilan dan
Lembaga Audit. Dibentuk juga 13 agensi khusus yang menangani masalah teknis,
ilmiah, atau tugas manajemen yang spesifik.
12 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Dalam membina hubungan kerjasama luar negeri, Komisi Eropa sebagai badan
eksekutif memiliki 120 perwakilan diplomatik di seluruh dunia. Presiden dan
Anggota Komisi ditunjuk oleh negara-negara anggota setelah disetujui oleh
Parlemen Eropa. Komisi terdiri dari beberapa departemen atau biasa dikenal
dengan Directorates-General (DGs atau services) yang dibagi menjadi 4 (empat)
kelompok, yaitu Policy DGs, External Relation DGs, General Service DGs, dan Internal
Service DGs. Masing-masing DGs dikepalai oleh seorang Director General dan
m0enangani suatu service atau wilayah kebijakan yang spesifik. Dari keseluruhan
DGs, External Relation DGs merupakan yang paling berperan dalam hubungan
kerjasama luar negeri Komisi Eropa. Secara internal, External Relation DGs dibagi
lagi menjadi 9 kelompok, yaitu: Development (DEV), Enlargement, EuropeAid Co-
operation Office (Aidco), External Relation (Relex), Humanitarian Aid (Echo), Trade,
Legal Service, Personnel and Administration.
European Commission (EC) di Indonesia didirikan pada bulan September 1988.
Tugas dari EC di Indonesia adalah untuk mewakili kepentingan Komisi Eropa di
Indonesia, Singapura, dan Brunei Darussalam. EC di Indonesia juga
bertanggungjawab untuk melakukan kerjasama dengan Sekretariat ASEAN.
Kerjasama bilateral antara Indonesia dan Uni Eropa telah berlangsung selama 30
tahun. Dokumen yang mendasari kerjasama dimaksud adalah EU-ASEAN
Cooperation Agreement yang disahkan pada sekitar tahun 1980an dan EC
Communication on Developing a Closer Relations with Indonesia yang dikeluarkan
pada tanggal 2 Februari 2000.
Apabila sebelumnya Country Strategy Paper (CSP) merupakan dokumen kerjasama
dengan periode 5 (lima) tahunan bagi kerjasama antara Uni Eropa dan Indonesia.
Saat ini, dokumen yang digunakan sebagai dasar hukum kerjasama Uni Eropa dan
Indonesia adalah Comprehensive Partnership and Cooperation Agreement (PCA)
yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Indonesia dan Menteri Luar Negeri
Swedia di Jakarta pada tanggal 9 November 2009. Perbedaan antara PCA dan CSP
adalah pada dokumen PCA menunjukan bahwa posisi Indonesia tidak lagi sebagai
negara penerima bantuan tetapi memposisikan Indonesia sebagai mitra
pembangunan yang sejajar.
13 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
2.5 Islamic Development Bank
Lembaga Islamic Development Bank (IDB) berdiri pada tanggal 20 Oktober 1975 di
Jeddah, Saudi Arabia. IDB sendiri merupakan institusi pendanaan pembangunan
yang didirikan setelah Konferensi Menteri Keuangan dari Negara Islam yang
diadakan di Jeddah pada bulan Desember 1973. Tujuan berdiri-nya IDB adalah
untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan kemajuan sosial di negara
anggota dan komunitas muslim dengan berpegang teguh pada hukum Islam
(syariah).
IDB Group terdiri dari 5 (lima) kelompok usaha yaitu: 1) Islamic Development Bank
(IDB); 2) Islamic Corporation for the Insurance of Investment and Export Credit
(ICIEC); 3) Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD); 4)
Islamic Research and Training Institute (IRTI); 5) International Islamic Trade
Finance Corporation (ITFC).
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan IDB telah terjalin semenjak tahun 1975.
Dokumen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan IDB tertuang dalam Member
Country Partnership Strategy (MCPS) yang merupakan pedoman kerjasama antara
IDB dan negara anggota untuk periode 4 (empat) tahun. Salah satu hal yang
mempengaruhi kerangka kerjasama IDB adalah Visi IDB 2020 yang dituangkan
dalam 9 (sembilan) strategic thrusts yaitu: 1) reformasi IDB itu sendiri; 2)
pengentasan kemiskinan; 3) mempromosikan kejasama di bidang kesehatan; 4)
kesamaan pendidikan; 5) memakmurkan masyarakat; 6) pemberdayaan sesama
saudara muslim; 7) ekspansi industri keuangan Syariah; 8) memfasilitasi integrasi
antar negara anggota dan hubungan dengan dunia secara luas; 9) dan
meningkatkan citra dunia Islam.
Fokus kerjasama dengan IDB terbagi menjadi core engagement area dan
crosscutting pillar. Core engagement area terdiri dari sektor pendidikan, pertanian
dan rural development, pengembangan infrastruktur dan pengembangan kerjasama
sektor swasta. Sementara itu crosscutting pillar terdiri dari sektor Islamic Finance,
partnership, capacity building dan reverse linkage program.
14 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Beberapa fasilitas pendanaan yang dapat ditawarkan oleh IDB antara lain:
1. Pinjaman Biasa (Ordinary Loan)
Bertujuan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan jangka panjang
dengan pembayaran kembali 15 – 25 tahun termasuk grace period 3 – 7 tahun.
Pinjaman ini dikenakan service fee sebagai biaya administrasi.
2. Leasing
Bertujuan untuk membiayai proyek yang bersifat income generating dan
umumnya digunakan untuk membiayai pengadaan peralatan dan mesin. Jangka
waktu leasing paling lama 15 tahun termasuk grace period 6-48 bulan dengan
mark-up untuk IDB sebesar 5,5% per tahun. Selama waktu leasing, pemilik aset
adalah IDB.
3. Istisna’a
Merupakan pinjaman untuk pembiayaan pembangunan gedung dan bangunan
lain. Pinjaman ini tidak boleh lebih dari 12 tahun termasuk grace period 3 tahun
dan mark-up untuk IDB sebesar 5,5% per tahun atau floating LIBOR (6 bulan) +
1,35% p.a. Selama pinjaman belum dilunasi, status kepemilikan gedung adalah
milik IDB.
4. Installment Sale
Merupakan pinjaman menengah yang ditujukan untuk pengadaan peralatan
dengan kriteria utama masa penggunaan (useful life) harus lebih lama dari pada
jangka waktu pelunasan pinjaman. Pinjaman ini paling lama 10 tahun termasuk
grace period dengan mark up untuk IDB sebesar 7 – 8%.
5. Import Trade Financing Opertaion (ITFO)
Fasilitas ini dimaksudkan untuk pembiayaan impor yang digunakan untuk
pembangunan negara anggota termasuk bahan baku dan barang-barang modal.
6. Export Financing Scheme (EFS)
EFS dimaksudkan untuk mempromosikan ekspor dari negara-negara anggota
OIC ke negara anggota maupun non-anggota OIC.
7. Direct Lending
Merupakan usulan modalitas baru oleh Pemerintah Indonesia.
15 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
2.6 United Nations
United Nations (UN) yang berdiri pada tanggal 24 Oktober 1945 merupakan
organisasi untuk mendorong kerjasama internasional dan bertugas menjaga
kedamaian antar bangsa. Saat ini anggota UN adalah sejumlah 193 negara dimana
Indonesia bergabung sebagai anggota ke-60 pada tanggal 28 September 1950.
UN Family merupakan sebutan bagi organisasi-organisasi dibawah UN yang
bertujuan untuk memberikan bantuan untuk mencapai kemajuan ekonomi dan
sosial bagi negara anggota-nya. Saat ini di Indonesia terdapat 22 lembaga UN yang
beroperasi. 22 lembaga tersebut antara lain: ILO, FAO, OCHA, UNAIDS, UNDP,
UNESCO, UNFPA, UNHCR, UNICEF, UNIDO, UNOPS, WFP, WHO, IOM, UNEP,
UNESCAP, UNHABITAT, UNIC, UNORCID, UNV, UNWOMEN, dan UNODC.
Dalam melaksanakan kerjasama antara UN dan Pemerintah Indonesia, terdapat
mekanisme pelaksanaan program dan proyek. 3 (tiga) modalitas yang ditekankan
dalam kerjasama adalah:
1. Policy advocacy and advisory: mendukung penguatan kerangka kebijakan,
strategi nasional dan rencana aksi pada tingkat nasional dan sub-nasional.
2. Capacity building: mendukung peningkatan kemampuan, kompetensi, dan
kapasitas institusi dan staf pemerintah.
3. Knowledge sharing: membuka jaringan dan akses kepada international
knowledge platform, global expertise, international norms and standard, dan
inovasi praktis melalui Country Offices. Mendukung pengembangan platform
knowledge management. Meningkatkan knowledge sharing dan Kerjasama
Selatan-Selatan dan Triangular (KSST).
Berikut adalah organisasi UN Family yang dikoordinasikan langsung oleh
Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas:
1. United Nation Development Programme (UNDP)
Fokus kerja UNDP adalah menangani isu-isu pembangunan seperti Sustainable
Human Development, penanggulangan kemiskinan, penanganan bencana dan
perubahan iklim, tata pemerintahan dan demokrasi, pembangunan sosial dan
ekonomi serta membantu mencapai indikator dalam Millenium Development
16 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Goals (MDGs). Kerjasama antara UNDP dan Pemerintah Indonesia telah terjalin
selama 35 tahun. UNDP membangun kerjasama dan kemitraan dengan
pemberian dana hibah.
2. Food and Agriculture Organization (FAO)
FAO membangun kerjasama dan kemitraan dengan Pemerintah Indonesia
sesuai dengan 7 (tujuh) fokus pembangunan yang tercantum pada National
Medium Terms Priority Framework (NMTPF) 2010 – 2014 yaitu Livestock,
Fisheries, Forestry, Food Security, Disaster Risk Reduction, Food Crops,
Agribusiness, Governance and Rural Institutional Service.
3. World Food Programme (WFP)
WFP merupakan salah satu organisasi di bawah UN yang membantu Indonesia
semenjak tahun 1964. Comparative advantages yang dimiliki oleh WFP
sebagaimana tertuang pada dokumen kerjasama sebelumnya adalah dalam
bidang food security, reducing under nutrition dan able to response natural
disaster.
17 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 3
ARAHAN KEBIJAKAN KERJASAMA MULTILATERAL
TAHUN 2015
3.1 Arah Kebijakan RPJMN 2015 – 2019
Arah pembangunan nasional periode 2015 – 2019 telah ditetapkan di dalam
RPJMN III yang telah disesuaikan dengan Visi dan Misi Presiden terpilih yaitu
Presiden Joko Widodo. Sebelum ditetapkan, RPJMN 2015 – 2019 telah dibahas
oleh berbagai pemangku kepentingan yaitu Kementerian/Lembaga, Pemerintah
Daerah, Perguruan Tinggi, Partai Politik, Organisasi Profesi, para ahli di berbagai
bidang dan organisasi masyarakat sipil melalui forum Musrenbang Regional,
Musrenbang Nasional dan Trilateral Meeting Bappenas-K/L-Kementerian
Keuangan. RPJMN III terdiri dari 3 (tiga) buku yaitu: 1) Buku 1, agenda
pembangunan nasional; 2) Buku 2, agenda pembangunan bidang; 3) Buku 3,
agenda pembangunan wilayah.
Arah kebijakan RPJMN 2015 – 2019 tergambarkan melalui visi dan misi yang
tertuang dalam RPJMN III. Visi yang tercantum adalah “Terwujudnya Indonesia
yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong”. Sementara itu 7 (tujuh) misi yang tertuang di dalam RPJMN 2015 –
2019 adalah:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah,
menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya
maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan, dan demokratis
berlandaskan negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai
negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan
sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing;
18 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan
berbasiskan kepentingan nasional;
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.
Untuk menunjukan prioritas dalam jalan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan, dirumuskan 9 (sembilan) agenda prioritas atau agenda
pembangunan yang disebut sebagai Nawacita, yaitu:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan
memberikan rasa aman kepada seluruh negara;
2. Membuat Pemerintah selalu hadir dengan membangun tata kelola
pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan
penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional
sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa
Asia lainnya;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Strategi pembangunan nasional Indonesia selama 5 (lima) tahun ke depan
terangkum dalam bagan di bawah ini.
19 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Gambar 3.1 Strategi Pembangunan Nasional
Sumber: Buku I RPJMN 2015 – 2019
Untuk mewujudkan Visi pembangunan maka pembangunan nasional 2015 –
2019 akan diarahkan untuk mencapai 6 (enam) sasaran utama yaitu: 1) Sasaran
Makro; 2) Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat; 3) Sasaran
Pembangunan Sektor Unggulan; 4) Sasaran Dimensi Pemerataan; 5) Sasaran
Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah; 6) Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan
dan Keamanan.
Mengacu pada sasaran utama serta tantangan-tantangan utama yang akan
dihadapi oleh Indonesia pada jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan maka arah
kebijakan umum pembangunan nasional 2015 – 2019 adalah:
1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan;
2. Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah sumber daya alam (SDA) yang
berkelanjutan;
3. Mempercepat pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan dan
pemerataan;
20 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
4. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, mitigasi bencana alam, dan
penanganan perubahan iklim;
5. Penyiapan landasan pembangunan yang kokoh;
6. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan kesejahteraan rakyat yang
berkeadilan;
7. Mengembangkan dan memeratakan pembangunan daerah.
3.2 Strategi Kebijakan Pendanaan Pembangunan oleh Mitra Pembangunan
Multilateral Tahun 2015
Dalam menyusun strategi kebijakan pendanaan pembangunan terdapat 3 (tiga)
instrumen yang menjadi dasar dari kerjasama dengan Mitra Pembangunan yaitu:
1) Transfer Knowledge; 2) Investment Leverage; 3) International Cooperation.
Kerjasama tersebut bertujuan untuk mencapai visi, misi, agenda prioritas,
sasaran utama dan arah kebijakan umum pembangunan nasional 2015 – 2019
yang telah disusun dalam RPJMN.
Mengingat dibutuhkan pendanaan yang cukup besar, oleh karena itu dalam
penyusunan alokasi belanja prioritas Kementerian/Lembaga dalam RPJMN 2015
– 2019 dimasukan juga alokasi untuk pinjaman/hibah luar negeri. Proporsi
sumber belanja prioritas RPJMN 2015 – 2019 dibagi menjadi dua yaitu sumber
pendanaan rupiah dan sumber pendanaan luar negeri.
Proyek atau kegiatan yang didanai oleh pendanaan luar negeri di tahun 2015
tercantum dalam Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri (DRPPLN)
tahun 2015 yang diterbitkan melalui Kep.154/M.PPN/HK/09/2015 dan Daftar
Rencana Kegiatan Hibah (DRKH) tahun 2015 yang diterbitkan melalui
Kep.96/M.PPN/HK/06/2015.
3.2.1 Daftar Rencana Prioritas Pinjaman Luar Negeri Multilateral 2015
Pada DRPPLN 2015 tercantum 25 proyek dengan jumlah pinjaman yang
terindikasi sejumlah USD 3.9 juta. Dari 25 proyek tersebut terdapat 10 proyek
yang akan didanai oleh Mitra Pembangunan Multilateral (ADB, World Bank dan
IFAD) sebagai berikut:
21 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Tabel 3.1 DRPLN 2015 yang dibiayai oleh Mitra Pembangunan Multilateral
In US$ 000
No Nama Proyek Nama Program Lender Jumlah Pinjaman
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
Direktorat Jenderal Bina Marga
1 Engineering Service
for National Roads
Development Project
Development and
Improvement of
National Roads
Program
ADB 45,000
Direktorat Jenderal Cipta Karya
2 Engineering Service
for Sanitation
Improvement Project
Development of Waste
Water Management
Project
ADB 25,200
3 Engineering Service
for Water Supply
Development Project
Drinking Water
Development Program
ADB 300,000
4 Community Based
Water and Sanitation
Program (PAMSIMAS)
World Bank 26,380
Direktorat Jenderal Sumber Daya Air
5 Engineering Service
for Dam Multipurpose
Development Project
Dam Development
Program
ADB 1,930
6 Engineering Service
for Coastal and River
Development Project
Mitigation of Water
Hazards program
ADB 9,620
7 Flood Management in
Selected River Basins
ADB 108,700
8 Engineering Service
for Irrigation and
Lowland Development
Project
Development and
Management of
Irrigation Program
ADB 38,100
9 Integrated
Participatory
Development and
Management of
Irrigation Project –
Phase I
ADB dan IFAD 700,000
10 Engineering Service Provision and ADB 2,000
22 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
No Nama Proyek Nama Program Lender Jumlah Pinjaman
for Bulk Water and
Water Supply
Development Project
Management of Bulk
Water Supply Program
TOTAL 1,256,930
Dari 10 proyek tersebut, terdapat 7 (tujuh) proyek Engineering Service yang
dibiayai melalui pinjaman ADB. Proyek Engineering Service merupakan proyek
yang bertujuan untuk mendukung persiapan proyek yang tercantum dalam
Daftar Rencana Pinjaman Luar Negeri Jangka Menengah (DRPLNJM)/Blue Book
tahun 2015-2019. Sesuai arahan Presiden RI bahwa seluruh proyek diharapkan
selesai pada tahun 2019 maka dibutuhkan percepatan proyek. Oleh sebab itu,
ESP diharapkan mencakup Feasibility Study (FS) serta Detailed Engineering
Design (DED) dan dilaksanakan sebelum negoisasi. Output dari ESP merupakan
prasyarat pelaksanaan proyek lainnya maka diharapkan dapat segera
melaksanakan negosiasi.
Proyek Flood Management in River Basin merupakan proyek yang dibiayai
melalui pinjaman oleh ADB. Proyek ini bertujuan untuk mengatur mitigasi
resiko banjir di Provinsi Maluku dan Provinsi Banten untuk mengurangi dampak
negasi secara ekonomi dan sosial.
Proyek Community Based Water and Sanitation Program (PAMSIMAS) yang
dibiayai oleh World Bank bertujuan untuk meningkatkan akses layanan air dan
sanitasi yang lebih baik bagi penduduk perdesaan dan berpendapatan rendah.
Kegiatan ini diadakan dalam rangka mencapai Akses Universal terhadap air dan
sanitasi tahun 2019.
Proyek Integrated Participatory Development and Management of Irrigation
Project (IPDMIP) merupakan proyek co-financing antara ADB dan IFAD. Proyek
ini mendukung prioritas pemerintah dalam hal peningkatan produktivitas
tanaman pangan melalui revitalisasi jasa penyuluhan pertanian serta
peningkatan sistem irigasi melalui rehabilitasi dan peningkatan manajemen
sistem irigasi. Kegiatan IPDMIP terdiri dari 4 (empat) komponen kegiatan yaitu,
i) Peningkatan Pendapatan Pertanian Beririgasi; ii) Peningkatan Infrastruktur
Irigasi; iii) Peningkatan Sistem Manajemen Irigasi; serta iv) Penguatan Kebijakan
dan Kerangka Institusional untuk Pertanian Beririgasi. Ruang lingkup program
23 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
meliputi 74 kabupaten yang tersebar di 16 provinsi di wilayah Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara.
3.2.2 Daftar Rencana Kegiatan Hibah Multilateral 2015
Pada DRKH tahun 2015 dari 7 (tujuh) proyek terdapat 5 (lima) proyek yang
mendapatkan hibah dari mitra pembangunan multilateral yaitu ADB dan UNDP.
Proyek-proyek tersebut antara lain:
Tabel 3.2 Daftar Rencana Kegiatan Hibah Multilateral 2015
US$ 000
No Proyek Pemberi Hibah Jumlah Hibah
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
1 Stepping Up Investments for Growth
Acceleration Program (SIGAP)
ADB 1,500
2 Technical Assistance for Sustainable and
Inclusive Energy Program
ADB 1,000
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
3 Enhancing Protected Area System in
Sulawesi (E-PASS) for Biodiversity
Conservation
UNDP 6,515
Kementerian Pertanian
4 Sustainable Palm Oil Initiative UNDP 15,500
Kementerian Keuangan
5 Sustainable Development Financing
(SDF)
UNDP 370
Total 24,885
Pada tahun 2015, ADB memberikan hibah untuk 2 (dua) proyek. Pertama,
Stepping Up Investments for Growth Acceleration Program (SIGAP) yang
diberikan dalam rangka mendukung rencana pemerintah pada Direct
Investments tahun 2012 – 2025 yang merupakan program akselerasi
peningkatan investasi secara domestik. Di tahun 2019, ratio investasi
ditargetkan meningkat hingga 47% sebagai syarat pertumbuhan ekonomi. Hibah
yang diberikan pada proyek ini diberikan dalam bentuk Technical Assistance
(TA).
24 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Proyek kedua adalah Technical Assistance for Sustainable and Inclusive
Energy Program diberikan dalam rangka mendukung program pemerintah
untuk membuat regulasi, kebijakan serta road maps untuk meningkatkan
investasi di sektor energi, meningkatkan pembangunan infrastruktur energi dan
sistem logistik dan transportasi energi.
UNDP di tahun 2015 memberikan hibah untuk 3 (tiga) proyek. Proyek pertama,
Enhancing Protected Area System in Sulawesi (E-PASS) for Biodiversity
Conservation, yang merupakan proyek untuk meningkatkan sistem
perlindungan di Protected Area (PA) di Sulawesi.
Proyek kedua, Sustainable Palm Oil Initiative, merupakan proyek untuk
memperkuat Indonesian National Sustainable Palm Oil (ISPO), sebuah kebijakan
yang diambil Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan daya saing minyak
sawit Indonesia di pasar dunia dan memenuhi komitmen untuk mengurangi gas
rumah kaca dan masalah lingkungan lainnya.
Proyek ketiga, Sustainable Development Financing (SDF), merupakan program
yang mendukung Kementerian Keuangan dalam mempersiapkan, penguatan
kapasitas dan sistem untuk melaksanakan instrument lingkungan yang berbasis
ketahanan dan lingkungan berkelanjutan (mitigasi perubahan iklim).
25 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 4
PELAKSANAAN KOORDINASI PERSIAPAN
COUNTRY PROGRAMME MULTILATERAL
4.1. Mitra Pembangunan Multilateral Pemberi Pinjaman
4.1.1 World Bank
Strategi kemitraan antara World Bank dan Pemerintah Indonesia dituangkan
dalam dokumen Country Partnership Framework (CPF) yang berlaku dari tahun
2016 hingga tahun 2020. Dokumen tersebut telah disetujui oleh The World Bank
Group Board of Executive Directors pada tanggal 1 Desember 2015. Proses
penyusunan CPF diawali dengan kajian terhadap kondisi pembangunan di
Indonesia yang tertuang dalam dokumen System Country Diagnostic (SCD).
SCD memfokuskan prioritas pembangunan jangka panjang di Indonesia menjadi
6 (enam) poin, yaitu (i) mengembangkan ekonomi ke arah yang lebih produktif,
(ii) meningkatkan investasi di bidang infrastruktur, energi dan maritim dan
pelabuhan, (iii) memperkuat lingkungan bisnis, (iv) meningkatkan pelayanan
lokal dan infrastruktur, (v) memperkuat dan mempeluas program bantuan
sosial, dan (vi) pengelolaan sumber daya alam.
Berdasarkan hasil analisa tersebut maka dapat dirumuskan strategi yang akan
digunakan sebagai dasar kerjasama pembangunan ke depannya antara
Pemerintah Indonesia dan World Bank adalah 6 (enam) engagement areas dalam
CPF yaitu:
a. Infrastructure Platforms at the National Level. Program infrastruktur nasional
diperlukan bagi pertumbuhan dan perbaikan taraf hidup masyarakat
Indonesia. Antara lain melingkupi: air minum dan sanitasi, irigasi dan waduk
serta perumahan.
b. Sustainable Energy and Universal Access. Merupakan dukungan pada
pembangunan sektor energi guna meningkatkan pengembangan energi
berkelanjutan. Antara lain melingkupi: (i) Peningkatan efisiensi dan reabilitas
transmisi; (ii) energi terbarukan; (iii) peningkatan pelayanan energi yang
lebih modern.
26 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
c. Maritime Economy and Connectivity. Program untuk membangun ekonomi
maritim serta memperbaiki perhubungan dan logitisk. Antara lain melingkupi:
(i) Dukungan kebijakan dan peningkatan iklim invesrasi; (ii) Pembangunan
pelabuhan; (iii) Blue economy.
d. Delivery of Local Services and Infrastructure. Program mendukung pemerintah
daerah dalam hal penyediaan layanan yang lebih baik pada bidang kesehatan,
pendidikan, sanitasi dan air. Antara lain melingkupi: (i) Dukungan
peningkatan desentralisasi; (ii) Peningkatan layanan pemerintah daerah
utamanya dalam penyediaan infrastruktur.
e. Sustainable Landscape Management. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan pengelolaan sumber daya alam Indonesia yang berkelanjutan.
Antara lain melingkupi: (i) Dukungan penyusunan desain program; (ii)
Pengelolaan pertanahan dan perencanaan tata ruang; (iii) Dukungan
kerjasama swasta dan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (iv)
Pencegahan dan mitigasi bencana alam.
f. Collecting More and Spending Better. Merupakan program yang mendukung
upaya pemerintah dalam mengumpulkan pendapatan lebih banyak dan
membelanjakannya secara efektif. Antara lain melingkupi: (i) Dukungan
peningkatan sistem dan kebijakan perpajakan; (ii) Dukungan meningkatkan
kualitas belanja.
Gambar 4.1 CPF Strategy
27 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
4.1.2 International Fund for Agricultural Development
Berakhirnya Interim Country Strategy 2014 – 2015 ditandai dengan beberapa
pencapaian antara lain:
a. Pencapaian sasaran objektif: 1) penguatan lembaga dan kapasitas petani kecil
di sektor pertanian dan perikanan; 2) meningkatkan produktivitas dan
pemasaran hasil petani kecil, 3) peningkatan kapasitas pemerintah untuk
menempatkan peraturan dan kebijakan untuk mendukung produsen petani
kecil;
b. Peningkatan kinerja portofolio;
c. Dukungan terhadap kegiatan yang bersifat inovatif dan scaling up. Salah
satunya pelaksanaan replikasi READ yang tengah dalam upaya scaling up
merupakan pembelajaran yang dinilai berhasil;
d. Perbaikan knowledge management.
Saat ini, dokumen Country Strategic Opportunities Programme (COSOP) sebagai
dokumen kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan IFAD untuk periode 2015
– 2019 dalam proses penyusunan. Pada pertemuan tanggal 5 Februari 2015 di
kantor Bappenas disampaikan oleh Mr. Ron Hartman selaku Country Programme
Manager for Asia and The Pacific Division IFAD bahwa fokus kerjasama IFAD
dengan Pemerintah Indonesia periode 2015 – 2019 akan difokuskan kepada: 1)
peningkatan kualitas pelaksanaan proyek; 2) peningkatan kualitas pengawasan
dan pelaksanaan dukungan; 3) meningkatkan kualitas desain proyek; 5)
memperkuat dukungan kebijakan IFAD dan keterlibatannya di Indonesia.
Pada pertemuan tersebut juga terdapat beberapa masukan mengenai fokus
kerjasama Pemerintah Indonesia dan IFAD pada lima tahun ke depan antara lain:
a. IFAD dapat membuka akses funding resource lainnya yang dikelola oleh IFAD
selain loan dan grant yang selama ini telah dimanfaatkan oleh Pemerintah
Indonesia;
b. Pengembangan non-lending program IFAD, khususnya knowledge
management dan pembangunan jaringan regional terkait knowledge sharing
untuk mendukung South-South and Triangular Cooperation. Pada pelaksanaan
South-South and Triangular Cooperation, diharapkan Indonesia dapat
28 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
mengirimkan expertise-nya untuk berbagi success story proyek-proyek IFAD di
Indonesia;
c. Pada periode ini diharapkan kerjasama Pemerintah Indonesia dengan IFAD
fokus kepada lima komoditi perkebunan unggulan, antara lain karet, kakao,
kopi, sawit dan lada dengan mengoptimalkan expertise di kelima komoditi
tersebut;
d. Mempermudah akses permodalan microfinance untuk petani kecil;
e. Mempermudah akses info pasar hasil pertanian, khususnya pasar
internasional sehingga dapat mengembangkan kesempatan ekspor produsen
pertanian Indonesia ke pasar internasional;
f. Mengembangkan industri benih di Indonesia. Untuk pengembangan teknologi
benih dapat disesuaikan dengan prioritas NAWACITA terkait pengembangan
science park di Indonesia.
4.1.3 Asian Development Bank
Pada dokumen ADB Strategy 2020 disampaikan bahwa tugas ADB sebagai
lembaga keuangan yang fokus terhadap pembangunan di Asia dan Pasifik
memiliki 20 target untuk diwujudkan yaitu pengurangan kemiskinan dan
pertumbuhan ekonomi yang inklusif, lingkungan dan perubahan iklim, kerjasama
dan integrasi regional, pembangunan infrastruktur, negara berpenghasilan
menengah, pembangunan dan operasi sektor swasta, solusi pengetahuan
(knowledge station), sumberdaya dan kemitraan keuangan, memberikan nilai
yang terbaik atas pembiayaan ADB, bersiap menghadapi tantangan baru.
Country Partnership Strategy (CPS) yang merupakan dokumen kerjasama antara
Pemerintah Indonesia dan ADB untuk periode 2016 – 2019 sedang dalam proses
penyusunan. Pada pertemuan tanggal 17 November 2015, Country Director ADB
menyampaikan usulan CPS ADB 2016 – 2019 bahwa terdapat 3 (tiga) strategic
goals dalam mendukung pembangunan di Indonesia yaitu:
29 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Infrastructure
Development
Human Development Enabling Economic
Policies
Energy security
Food security
Energy sector reform
Education quality and
access
Skilss development
Urban sanitation and
livable cities
Public financial
management for
service delivery
Inclusive growth
reform
Capital market and
financial inclusion
reform
Cross cutting themes yang diusulkan pada CPS antara lain: 1) Private Sector
Development; 2) Good Governance; 3) Climate Change; 4) Knowledge Partnership;
5) Regional Cooperation.
Pada tahapan pembahasan awal, Deputi Pendanaan Pembangunan
menyampaikan beberapa masukan pada CPS berikutnya sesuai dengan target
pembangunan di RPJMN 2015 – 2019 yaitu:
1. Pada Dimensi Pembangunan Manusia, usulan sektor yang dapat menjadi
fokus yaitu:
a. Pendidikan: (i) Peningkatan akses dan kualitas terhadap pendidikan; (ii)
Peningkatan keterampilan melalui pendidikan vokasi;
b. Air dan Sanitasi: Peningkatan akses masyarakat terhadap air dan sanitasi.
2. Pada Dimensi Pembangunan Sektor Unggulan, usulan sektor yang dapat
menjadi fokus yaitu:
a. Irigasi: Pembangunan dan rehabilitasi irigasi di seluruh Indonesia;
b. Kemaritiman: Pembangunan di sektor perikanan dan konservasi;
c. Engineering Service: Digunakan untuk percepatan proyek-proyek
infrastruktur prioritas melalui penyediaan penyiapan proyek.
3. Pada Dimensi Pemerataan dan Kewilayahan, usulan sektor yang dapat
menjadi fokus yaitu:
a. Penanganan Banjir: Pengelolaan dan mitigasi banjir;
30 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
b. Ekonomi dan Finansial: Kesetaraan dalam kesempatan, pendapatan dan
penyediaan layanan antar daerah dan antar kelompok.
4.1.4 Islamic Development Bank
Kerjasama antara IDB dan Pemerintah Indonesia dituangkan di dalam dokumen
Member Country Partnership Strategy (MCPS) dengan periode 5 (lima) tahun.
Rancangan MCPS 2016 – 2020 yang memiliki tagline “Supporting Smart, High and
Inclusive Growth in Indonesia” ini sedang dalam proses penyusunan. Pada bulan
Juni 2015, telah dilakukan workshop bersama Public dan Private Sectors dalam
rangka penyusunan MCPS periode 2015 - 2019. Direncanakan pada tahun 2015 –
2019 jumlah dana pinjaman yang akan diberikan oleh IDB adalah sebesar USD 5
billion.
Thematic Areas yang dituangkan dalam MCPS tidak hanya mendukung IDB Group
10-Year Strategic Framework 2015 – 2025, juga mendukung RPJMN 2015 – 2019.
1. Thematic Area – 1 (Reducing Regional Disparities): dukungan diberikan
dalam bentuk pembangunan sosial dan infrastruktur dengan fokus area di
sektor energi, transportasi, pembangunan urban, pendidikan tinggi dan skills
development serta pembangunan sektor swasta.
2. Thematic Area – 2 (Islamic Finance and Financial Inclusion): mendukung
implementasi Master Plan for Architecture of Islamic Banking and Finance
(MPAIBF) dengan 4 (empat) aktivitas utama yaitu: (i) meningkatkan jaringan
keuangan syariah; (ii) meningkatkan keuangan syariah secara mendalam
melalui zakat dan waqaf; (iii) mendukung kebijakan dan aturan di industri
keuangan syariah; (iv) mendukung institusi/lembaga keuangan syariah.
3. Thematic Area – 3 (Cross-Borders Programs): dalam rangka mendukung
penyatuan wilayah yang terintegrasi melalui cross-borders program antara
lain:
a. Reverse Linkage: Pada MCPS 2015 – 2019 IDB dan Pemerintah Indonesia
berkomitmen untuk menguatkan proyek Reverse Linkage pada kegiatan
sebagai berikut: (i) Memetakan Center of Exellence (CoE) di Indonesia; (ii)
Mendukung Pemerintah Indonesia dalam peningkatan kapasitas dari CoE
31 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
secara regional ataupun global; (iii) Berkolaborasi dengan Beasiswa
Pemerintah Indonesia dalam menyediakan beasiswa kepada mahasiswa
dari negara anggota IDB untuk melanjutkan pendidikan tinggi ke Indonesia.
b. Penyatuan Wilayah Regional: IDB akan berpartisipasi dalam
pembangunan penyatuan dan konektivitas wilayah regional dalam ruang
lingkup ASEAN dalam forum Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia-
Philippines East ASEAN Growth Area (BIMP – EAGA) dan Indonesia-
Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT).
Gambar 4.1 Architecture of MCPS for Indonesia
32 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
4.2 Mitra Pembangunan Multilateral Pemberi Hibah
4.2.1 United Nations Agencies
1. United Nations Partnership for Development Framework (UNPDF)
Kerjasama antara UN dan Pemerintah Indonesia dituangkan ke dalam
dokumen UNPDF yang memiliki periode waktu 5 tahun. Dokumen UNPDF
2016 – 2020 saat ini sudah ditandatangani oleh Menteri PPN/Bappenas
selaku perwakilan Indonesia dengan United Nations Resident Coordinator
pada tanggal 26 November 2015 di Bappenas.
Dokumen kerjasama tersebut mengangkat tema “Fostering Sustainable and
Inclusive Development” disusun berdasarkan RPJMN 2015 – 2019 dan the
Sustainable Development Goals (SDGs). Kerjasama antara UN dan Pemerintah
Indonesia dibangun atas dasar modalitas policy advocacy and advice, capacity
building dan knowledge sharing.
Gambar 4.2 Penandatanganan Dokumen UNPDF 2016 - 2020
Terdapat 4 (empat) outcome yang telah diidentifikasi untuk 5 (lima) tahun ke
depan. Keempat outcome tersebut adalah:
1) Poverty Reduction, Equitable Sustainable Development, Livelihoods
and Decent Works. Outcome ini akan mendukung penguatan kelompok
masyaakat yang rentan secara ekonomi ataupun ketahanan pangan guna
mendapatkan akses pekerjaan, kehidupan, sumber makanan serta
pendapatan yang lebih baik. Maka pada outcome pertama yang menjadi
33 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
fokus area dibagi menjadi 3 yaitu: (i) pertanian, perikanan dan ketahanan
pangan; (ii) pekerjaan dan kerjasama industry; (iii) pengurangan
kemiskinan.
2) Equitable Access to Social Services and Social Protection. Outcome ini
mendukung kelompok masyatakat miskin agar mendapatkan akses
pelayanan untuk kebutuhan dasar, perlindungan sosial, sumber daya air
dan sanitasi yang lebih baik. Maka dari itu fokus area pada outcome kedua
antara lain: (i) perlindungan sosial; (ii) pengurangan kekerasan terhadap
perempuan dan anak-anak; (iii) kesehatan (ketahanan ibu hamil dan bayi,
malnutrition, kesehatan reproduksi, program keluarga berencana, HIV, air
dan sanitasi); (iv) pendidikan dan pengembangan anak usia dini.
3) Environmental Sustainability and Enhanced Resilience to Shocks.
Outcome ini fokus pada penguatan pengaturan sumber daya alam baik di
darat ataupun laut guna meningkatkan ketahanan terhadap perubahan
iklim serta bencana. Oleh karena itu fokus area pada outcome ini antara
lain: (i) perlindungan terhadap lingkungan; (ii) mitigasi dan adaptasi
terhadap perubahan alam; (iii) manajemen bencana.
4) Improved Governance and Equitable Access to Justice for All. Target
pada outcome ini untuk meningkatkan akses pada keadilan hukum, serta
institusi publik yang terpercaya bagi kelompok yang rentan. Maka fokus
area pada outcome ini antara lain: (i) peningkatan kapasitas pada lembaga
negara di tataran lokal ataupun nasional; (ii) pemerintahan yang
demokratis; (iii) akses terhadap hukum; (iv) pengentasan terhadap
korupsi.
Sementara itu terdapat 5 (lima) cross-cutting issue yang merupakan elemen
yang akan terkait dengan keseluruhan outcome di UNPDF yaitu: Hak Asasi
Manusia (HAM), gender equality, HIV/AIDS, kepemudaan, statistik dan
manajemen data.
2. Country Programme Document (CPD) UNDP
Framework kerjasama antara UNDP dan Pemerintah Indonesia tercantum
dalam dokumen CPD UNDP yang memiliki periode 5 (lima) tahun yaitu dari
tahun 2016 hingga 2020. Pertemuan pembahasan draft CPD UNDP 2016 –
34 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
2020 telah diadakan pada tanggal 12 Maret 2015 di kantor Bappenas dengan
mengundang Kementerian/Lembaga terkait.
Draft CPD UNDP 2016 – 2020 memiliki 4 (empat) outcome yang hendak
dicapai yaitu: 1) Equitable Access to Social Services; 2) Equitable Development
and Poverty Reduction; 3) Environmental Sustainability and Resistance to
Shocks; 4) Improved Governance and Equitable Access to Justice for All.
3. Food and Agriculture Organization (FAO) Country Programme Framework
(CPF)
Pada tanggal 22 April 2015 telah dilaksanakan pertemuan awal antara
Pemerintah Indonesia dan FAO dalam rangka membahas Country
Programming Framework (CPF) periode 2015 – 2019. Dalam pertemuan
tersebut dibahas mengenai area-area kerjasama yang akan menjadi fokus
pembangunan FAO di Indonesia.
5 (lima) area tersebut antara lain: 1) Surveillance and Early warning System
Program on the Emerging Pandemic Threats; 2) Strengthening the ecosystem
approach to make agriculture and fisheries more productive and sustainable
under the Sustainable Agriculture Intensification Program; 3) Blue Economy /
Blue Growth Development; 4) Natural Resources Management and Forestry; dan
5) Food Security and Nutrition.
4. World Food Programme (WFP) Country Programme Actional Plan (CPAP)
Kerjasama Pemerintah Indonesia dan WFP tertuang pada dokumen Country
Programme Action Plan (CPAP) 2016 – 2020. Pertemuan antara WFP dan
Pemerintah Indonesia telah diadakan beberapa kali untuk membahas draft
concept note dimaksud.
WFP mengusulkan fokus area yang akan menjadi bidang pembangunan di
Indonesia adalah Food Sovereignty, Nutrition Improvement dan Disaster Risk
Reduction. Adapun kegiatan potensial yang akan dilaksanakan di Indonesia
antara lain: 1) Collect and analyse data on food security and nutrition; 2)
Resilience of smallholders to climate change; 3) Promote a balanced diet to
address Indonesia’s double burden of under and over nutrition; 4) Efficiency and
35 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
nutritional impact of national safety nets; 5) Logistics management and
distribution capacity.
4.3. Isu-isu Pelaksanaan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
Multilateral Tahun 2015
Dalam pelaksanaan koordinasi pinjaman dan hibah luar negeri multilateral,
terdapat isu-isu yang dihadapi dalam perencanaan dan persiapan proyek
pinjaman/hibah. Berikut adalah beberapa isu yang dihadapi dalam pelaksanaan
koordinasi di tahun 2015:
1. Direct Lending
Diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2015 tentang Jaminan
Pemerintah Pusat Atas Pembiayaan Infrastruktur Melalui Pinjaman Langsung
Dari Lembaga Keuangan Internasional Kepada Badan Usaha Milik Negara
pada tanggal 15 Juli 2015 merupakan payung hukum atas pelaksanaan
mekanisme pendanaan baru dengan mitra pembangunan dengan pemerintah
Indonesia dalam pemberian pinjaman langsung atau direct lending.
Mekanisme direct lending merupakan usulan mitra pembangunan pemberi
pinjaman untuk dapat menyalurkan langsung pinjaman tanpa melalui alur
birokrasi anggaran Pemerintah. Pinjaman ini diberikan kepada BUMN dengan
pricing setara soverign debt apabila pinjaman tersebut dijamin oleh
Pemerintah Indonesia.
Saat ini proyek yang diproyeksikan menggunakan mekanisme direct lending
adalah Additional Loan for Upper Cisokan Pumped Storage Hydro Electrical
Power Plant (4x260 MW). Proyek PLN tersebut mendapatkan pinjaman dari
World Bank. Namun yang perlu ditindaklanjuti dari penerbitan PP No 82
Tahun 2015 adalah penyusunan Peraturan Menteri untuk mekanisme
pelaksanaan dari Direct Lending.
2. Government Cost Sharing
Meningkatnya status Indonesia menjadi Middle Income Country berimplikasi
terhadap perubahan status yang semula adalah “donor recipient” menjadi
“partnership”. Serta berdampak pada berkurangnya sumber dana hibah untuk
Indonesia karena terdapat shifting priorities dari mitra pembangunan dalam
36 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
menyalurkan dana hibah. Hal ini secara signifikan mempengaruhi
pelaksanaan operasional mitra pembangunan UN Agencies di Indonesia. Salah
satu usulan yang ditawarkan agar operasional tetap berjalan secara optimal
dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan adalah melalui
mekanisme Government Cost Sharing (GCS).
GCS merupakan mekanisme pendanaan baru dimana Pemerintah Indonesia
mengalokasikan sejumlah dana untuk proyek pembangunan. Pengaturan serta
pengelolaan dana tersebut akan dilaksanakan oleh mitra pembangunan.
Namun hal ini sulit terlaksana karena belum ada payung hukum yang
mengatur hal tersebut. Pada PP No. 10 Tahun 2011 tentang Tata Cara
Pengadaan Pinjaman Luar Negeri dan Penerimaan Hibah belum mengatur
mengenai sistem GCS sehingga sulit untuk diterapkan pada waktu dekat. Saat
ini mekanisme yang berlaku adalah melalui counterpart budget, dimana dana
APBN dialokasikan dan disalurkan dengan menggunakan mekanisme APBN.
Hingga saat ini forum-forum antara Bappenas, Kementerian Keuangan dan
K/L telah dilaksanakan untuk melihat kebutuhan/demand dari para
pemangku kepentingan untuk pelaksanaan GCS di Indonesia.
3. Result Based Lending
Result Based Lending (RBL) merupakan usulan model pendanaan dari
Pemerintah Indonesia untuk multilateral agency ADB. Beberapa proyek utama
yang akan didanai oleh dana pinjaman akan dijalankan dengan menggunakan
dana APBN terlebih dahulu. Apabila proyek dimaksud mencapai target yang
ditentukan maka dana pinjaman dimaksud dapat dicairkan. Keunggulan dari
pendanaan RBL adalah penggunaan country system pada proses procurement
serta berorientasi pada pencapaian target. Proyek yang akan diproyeksikan
menggunakan RBL adalah Integrated Participatory Development and
Management of Irrigation Project (IPDMIP).
Salah satu keunggulan dari model pendanaan ini adalah menggunakan country
system sehingga tidak membutuh NOL ADB pada setiap tahapan procurement-
nya. Selain itu pencairan dana pinjaman tidak berdasarkan ADB Disbursement
Book melainkan tercapai-nya target yang telah disepakati atau Disbursement
37 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Linked Indicators (DLI). Progres saat ini adalah RBL sedang dalam tahap kajian
sebelum menyusun Peraturan Presiden sebagai payung hukum pelaksanaan
RBL.
38 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 5
FORUM KOORDINASI MULTILATERAL 2015
5.1 World Bank
A. Spring Meeting
Spring Meeting merupakan pertemuan yang dilaksanakan oleh Bank Dunia
setiap tahunnya. Tahun 2015 Spring Meeting diselenggarakan pada tanggal 17 –
19 April 2015 di Washington DC. Delegari RI yang hadir pada pertemuan
tersebut adalah Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan. Adapun
Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral Bappenas telah memberikan
beberapa masukan kepada Delri untuk bahan pertemuan antara lain:
1. Kisaran potensi modalitas Bank Dunia pada tahun 2015 – 2019 adalah
sebesar USD 8,000,000,000 dalam bentuk project loan, program loan,
penerusan pinjaman dan direct lending;
2. Potensi kerjasama Bank Dunia berdasarkan prioritas RPJMN 2015 – 2019
terbagi dalam 4 (empat) kegiatan strategis yaitu: 1) Infrastruktur pada
sektor unggulan (sektor kedaulatan pangan, kedaulatan energi dan
kelistrikan, kemaritiman dan kelautan); 2) Infrastruktur penguat
konektivitas nasional (sektor jalan dan ASDP, perkeretaapian, bandar udara,
telekomunikasi dan informatika); 3) Kawasan strategis, industri, ekonomi
khusus dan pengembangan kota (sektor pengembangan kawasan strategis
nasional, kawasan industri prioritas wilayah luar jawa, kawasan ekonomi
khusus, pembangunan kota); 4) Pembangunan manusia (sektor pendidikan,
perumahan, air bersih dan sanitasi).
B. Annual Meeting
Sidang Tahunan International Monetary Fund (IMF) – World Bank (WB)
berlangsung pada tanggal 7 – 11 Oktober 2015 di Lima, Peru. Dalam
sambutannya pada acara pembukaan Sidang Tahunan, Presiden WB
menyapaikan bahwa penduduk yang hidup pada garis kemiskinan ektstrim
(hidup dengan USD 1,9/hari) turun menjadi 9,6%. Namun perlu upaya yang
lebih untuk menghilangkan kemiskinan ekstrim di tahun 2030. Beberapa
39 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
strategi yang dapat diterapkan antara lain: 1) pertumbuhan ekonomi yang
inklusif (grow); 2) investasi pada sumber daya manusia (invest); 3) asuransi
penduduk terhadap resiko jatuh kembali ke kemiskinan (insure). Untuk
mengejar strategi pertumbuhan maka investasi terhadap manusia terutama
dalam program pendidikan dan kesehatan sangat penting.
Sidang Tahunan tersebut terdiri atas beberapa pertemuan utama antara lain:
1. Development Committe (DC) and International Monetary and Financial
Committee (IMFC), merupakan advisory body untuk memberikan arahan atas
kegiatan operasional dari WB dan IMF. Agenda utama dari pertemuan
tersebut adalah untuk penguatan dukungan WBG terhadap the 2030 agenda
for sustainable development. Terutama dalam hal mendukung kebijakan
pembangunan yang berkelanjutan, peningkatan kapasitas negara
berkembang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, dan
penguatan kapasitas untuk peningkatan investasi di bidang infrastruktur.
Pada pertemuan ini juga Indonesia terpilih menjadi Chairman of
Development Committee untuk periode jabatan tahun 2016 – 2018.
2. IMF-WB Annual Meeting 2018 Host Country Agreement (HCA), terpilihnya
Indonesia sebagai tuan ramah pada penyelenggaraan Sidang Tahunan WB di
tahun 2018 di Nusa Dua, Bali, maka telah dilakukan penandatanganan HCA
antara Managing Director IMF, Presiden WB, Menteri Keuangan RI dan
Gubernur Bank Indonesia. Dengan telah ditandatangani HCA tersebut maka
Tim IMF-WB dan Panitia Nasional Indonesia akan melakukan komunikasi
lebih intensif untuk persiapan Sidang Tahunan tersebut. Delegasi yang hadir
terdiri dari 189 negara anggota dan diperkirakan mencapai 12.000-15.000
peserta.
3. Flagship Program Annual Meeting:
a. Infrastructure: Investing for Growth, Investing for People.
Kesenjangan infrastruktur di Negara berkembang terlihat jelas. Tidak
adanya keberimbangan antara supply dan demand disebabkan
keterbatasan pembiayaan publik. Oleh karena itu ke depannya World
Bank akan mendorong Kerjasama Pemerintah – Swasta (PPP). Agar
kerjasama tersebut berjalan lancar maka pemerintah perlu membuat
40 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
regulasi yang stabil, adil dan kontrak yang berkelanjutan. Dalam hal ini
IFC akan membantu pemerintah membuat kerangka regulasi agar sektor
swasta bersedia berinvestasi.
b. Future of Food: A Conversation about Shaping a Climate Change-
Smart Food System. Permasalahan pangan saat ini menjadi salah satu
hal yang serius untuk ditangani. Banyak akibatnya dari rentan pangan
antara lain tumbuh pendek (stunting) yang mencapai 26% secara global
dan jumlah pendidik miskin/kelaparan tercatat 80 juta. Sementara itu
40% makanan terbuang dan hanya 28% lahan yang digunakan untuk
menumbuhkan tanaman untuk makanan. Perlu dilakukan perubahan
sikap dan mencari sumber nutrisi baru seperti Kinoa di Peru.
c. Unleashing Private Investment in Renewable Energy. Adanya 1,1
miliar penduduk dunia yang hidup tanpa listrik. Untuk mengakhiri
kemiskinan energy perlu pendanaan untuk pembangunan infrastruktur
untuk memproduksi energy terbarukan yang sudah tersedia. Saat ini
sudah terdapat langkah awal menghapus subsidi BBM untuk
memberikan insentif pada hybrid dan mendorong difesifikasi energy.
d. What Makes a Sustainable City? Merupakan diskusi panel membahas
pembangunan kota yang berkelanjutan. Pemerintah berperan penting
dalam membuat standard an rencana pembangunan kota sebagai mesin
pertumbuhan. Namun apabila mengandalkan pembiayaan pembangunan
tersebut dari pajak akan terbatas. Oleh karena itu pemerintah pusat
perlu memberikan kewenangan kepada pemerintah lokal untuk
memobilisasi dana melalui diversifikasi pajak contohnya local green tax
dan meningkatkan kualitas pengeluaran anggaran. Selain itu
pengembangan kota melihat dari penduduk bukan infrastruktur. Desain
transportasi kota juga perlu diubah dan dilakukan pada daerah dimana
penduduk tinggal. Kebijakan mengenai transportasi sangatlah penting
karena 40% pendapatan untuk biaya transportasi. Hal penting lainnya
yang perlu diperhatikan adalah desain kultural guna menciptakan kota
yang toleran.
41 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
4. Terdapat beberapa pertemuan bilateral antara delegasi Pemerintah
Indonesia dengan beberapa mitra pembangunan seperti:
a. Vice President WB untuk Asia Timur dan Pasifik. Pertemuan tersebut
membahas mengenai kesiapan proyek dan pengelolaan portofolio
proyek yang akan dibiayai World Bank. Direct Lending (pembiayaan
langsung) akan menjadi mekanisme pembiayaan baru yang disepakati
diberikan World Bank kepada BUMN. Disampaikan juga, World Bank
mendukung reformasi di bidang energy yang menurunkan subsidi BBM
dan mendorong pembangunan infrastruktur untuk menghasilkan energy
terbarukan seperti geothermal, pump storage, hydro power plant dan
biodiesel. Selain itu pada bidang kesehatan, World Bank mendukung
program membuat penduduk sehat dan program menurunkan stunting.
b. Presiden IDB. Pertemuan ini membahas mengenai kerjasama
Pemerintah Indonesia dan IDB khususnya pengembangan keuangan
syraiah, oeningkatan kesiapan proyek, penguatan manajemen waqaf dan
zakat dan promosi perbankan Islam. IDB akan membantu pelaksanaan
Road Map pengembangan keuangan Syariah di Indonesia.
5.2 International Fund Agricultural Development
Setiap tahunnya IFAD mengadakan 4 (empat) kali pertemuan yaitu pertemuan
Sidang Dewan Gubernur (Governor Council Meeting) sebanyak 1 (satu) kali dan 3
(tiga) kali Sidang Badan Eksekutif (Executive Board Meeting).
A. Governing Council Meeting
The 38th Session of Governing Council diadakan di Roma, Italia pada tanggal 17
Februari 2015. Delegasi Republik Indonesia (Delri) dipimpin oleh Staf Ahli
Menteri Keuangan Bidang Makro Ekonomi dan Keuangan Internasional selaku
Governor IFAD untuk Indonesia dan didampingi oleh Sekretaris Jenderal
Kementerian Pertanian, Kepala Pusat Kebijakan Pembiayaan Perubahan Iklim
dan Multilateral Kementerian Keuangan, Wakil Kepala Perwakilan Kedutaan
Besar Republik Indonesia (KBRI) Roma, Kepala Pusat Kerjasama Luar Negeri
Kementerian Pertanian, dan anggota delegasi lainnya dari unsur Kementerian
42 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Keuangan dan KBRI Roma. Perwakilan dari Direktorat Pendanaan Luar Negeri
Multilateral Bappenas tidak dapat menghadiri pertemuan dimaksud.
Pertemuan membahas sejumlah agenda dan membuat beberapa kesepakatan
yang diadopsi melalui Sidang Dewan Gubernur ke-38, antara lain:
1. Terdapat 7 (tujuh) resolusi yang telah disahkan oleh Dewan Gubernur. 3
(tiga) resolusi merupakan pengesahan atas negara Federasi Micronesia,
Republik Palau dan Republik Montenegro sebagai anggota IFAD, 2 (dua)
mengenai the Tenth Replenishment of IFAD’s Resources dan anggaran
administratif IFAD di tahun 2015, dan resolusi mengenai penyetujuan
usulan perayaan International Day of Family Remittances;
2. Terkait dengan the Tenth Replenishment of IFAD’s Resources, dilaporkan
bahwa per tanggal 9 Februari 2015, pledge kontribusi terhadap IFAD10
adalah 875 USD (lebih dari 60% target IFAD10 sebesar USD 1,4 milyar),
namun demikian negara masih dapat menyampaikan pledge-nya hingga
bulan Agustus 2015. Dana dukungan anggota ini ditujukan untuk
mendukung Program of Loans and Grants (PoLG) IFAD 2016 – 2018;
3. Indonesia terpilih kembali sebagai Alternate Members Executive Board untuk
periode 2015 – 2017 dari kelompok negara List B;
4. Dalam sesi Bilateral dengan Vice President IFAD dibahas mengenai Host
Country Agreement (HCA) dan rencana pendirian Country Office di Indonesia.
Terkait dengan rencana pendirian Country Office di Jakarta, IFAD
menyampaikan apresiasi kepada Indonesia atas kerjasamanya dalam
penandatanganan HCA pendirian Country Office antara kedua belah pihak.
Country Office tersebut akan menjadi kantor sub-regional yang mencakup
wilayah Papua Nugini, Timor Leste dan negara-negara di Kawasan Pasifik.
5.3 Asian Development Bank
Pada tanggal 2 – 5 Mei 2015 telah dilaksanakan sidang tahunan ADB yang ke 48 di
Baku, Azerbaijan. Berikut ini adalah beberapa agenda yang dilakukan dalam
pertemuan tersebut:
43 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
A. Pembukaan Sidang Tahunan ADB 2015
Mr. Takahiko Nakao selaku Presiden ADB dalam pembukaannya
menyampaikan bahwa ADB akan meningkatkan operasinya dalam hal
pengentasan kemiskinan dan mendorong pembangunan berkelanjutan di Asia
dan Pasifik. ADB berjanji untuk menguatkan kapasitas pinjaman melalui
penggabungan Asian Development Fund (ADF) dan Ordinary Capital Resources
(OCR) yang akan meningkatkan operasional tahunan ADB sebesar USD 20
Milliar atau 50% di atas level saat ini.
Maka dari itu ADB akan melakukan peningkatan (scale up) di 3 area yaitu: 1)
Pembangunan infrastruktur; 2) Melipatgandakan dukungan untuk pendidikan
dan kesehatan; 3) Mengatasi perubahan iklim. Karena kebutuhan pinjaman
yang besar di kawasan Asia dan Pasifik, maka Presiden ADB meminta kenaikan
modal ADB di masa yang akan datang.
B. Seminar Challenges and Opportunities for Livable Asian Cities
Menteri PPN/Bappenas menjadi salah satu panelis pada Governors’ Seminar
yang membahas pendekatan-pendekatan dan instrumen yang diperlukan untuk
merespon isu perkotaan sehingga dapat yang layak huni. Menteri
PPN/Bappenas menyampaikan bahwa permasalahan pembangunan perkotaan
yang terjadi di Indonesia disebabkan konsentrasi penduduk terpusat di pulau
Jawa. Sebesar 60% penduduk Indonesia terpusat di pulau Jawa yang luasnya
hanya 7% dari luas total Indonesia. Strategi Pemerintah Indonesia ke depan
adalah menyebarkan pembangunan ke luar Pulau Jawa dengan melakukan
redistribusi penduduk.
C. Pertemuan Bilateral dengan Presiden ADB
Menteri Keuangan RI mewakili Pemerintah Indonesia dalam melakukan
pertemuan bilateral bersama Presiden ADB. Pada pertemuan dimaksud,
Presiden ADB menyampaikan pujiannya terhadap reformasi kebijakan yang
dilakukan oleh Presiden Joko Widodo dalam pengalihab subsidi BBM untuk
membiayai kegiatan prioritas Pemerintah Indonesia seperti di bidang
infrastruktur, kedaulatan pangan, ketahanan energi dan kemaritiman. Presiden
ADB juga menyatakan dukungannya atas upaya Presiden Joko Widodo untuk
meningkatkan semangat Konferensi Asia Afrika.
44 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Pada pertemuan tersebut Presiden ADB mengkonfirmasi mengenai
kemungkinan kerjasama dengan Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB)
untuk saling melengkapi dalam hal pembangunan di kawasan Asia dan Pasifik.
5.4 Islamic Development Bank
Sidang tahunan IDB ke-40 diadakan di Maputo, Mozambique pada tanggal 7 – 11
Juni 2015. Tahun ini sidang IDB mengangkat 3 (tiga) tema yaitu tema pertama
adalah mengkatalis pertumbuhan dan memperluas sumber daya melalui
pengaktifan investasi dan perdagangan, tema kedua adalah sinergi dalam rangka
mengidentifikasi peluang investasi dan tema ketiga adalah mengupayakan
kesetaraan dalam mengentaskan kemiskinan.
Beberapa agenda sidang yang diikuti antara lain:
A. Working Session the IDB Board of Governors
Acting Governor IDB untuk Indonesia menyampaikan 3 (tiga) isu krusial yaitu:
1) Aktifitas finansial pada tahun 2015 mengalami penurunan karena cost of
financing yang lebih tinggi dan kinerja pinjaman yang buruk. Perlu dilakukan
peningkatan penilaian terhadap parameter pembiayaan proyek; 2) Terdapat 2
(dua) posisi dalam IDB yang kosong yaitu Vice President of Finance dan Vice
President of Operations. Oleh karena itu perlu diadakan rekrutment staf Senior
IDB; 3) IDB perlu mempertimbangkan pembentukan badan khusus untuk
pembiayaan infrastruktur.
B. Keputusan Sidang Tahunan IDB tahun 2015
Salah satu keputusan penting pada saat Sidang IDB adalah ditetapkannya
Guvernur IDB untuk Indonesia sebagai Ketua dan Gubernur Azerbaijan dan
Jordan sebagai Wakil Ketua Panitia Pelaksanan pada Sidang Tahunan IDB ke-
41. Sidang dimaksud direncanakan untuk diselenggarakan di Jakarta, Indonesia
pada tahun 2016.
C. Seminar Education for Competitiveness
IDB dan Bank Dunia melakukan program bersama yaitu Education for
Competitiveness (E4C) yang merupakan inisiatif bersama untuk pendanaan di
45 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
bidang pendidikan dalam rangka meningkatkan kapasitas untuk mampu
bersaing secara global.
D. Knowledge Management in Multilateral Development Banks
Perubahan knowledge management di setiap MDBs bertujuan untuk seluruh
negara anggota dan penerima manfaat dapat mengakses best practices.
E. Peluncuran Lives and Livelihood Fund
Merupakan lembaga yang memberikan fasilitas hibah untuk mengatasi
kemiskinan dan penyakit. Lives and Livelihood Fund didirikan atas inisiasi IDB
bersama The Gates Foundation. Dana hibah yang akan diberikan sebesar USD
500 juta.
F. Delivering Infrastructure through Public Private Partnership
Diperkirakan dengan pertumbuhan ekonomi global yang tinggi turut
mendorong pertumbuhan infrastruktur. Negara anggota IDB diperkirakan
tumbuh rata-rata 3,7%. IDB mendorong kerjasama PPP untuk meningkatkan
pembangunan infrastruktur.
G. The Role of Intra-Regional Trade in Strengthening Economic Cooperation Among
IDB Member Countries
Nilai perdagangan antara Negara OKI sebesar USD 4,3 milliar atau sekitar 18%.
Namun seringkali kegiatan ekspor terhambat akibat adanya ketidakmerataan
kualitas dan institusi pendukung perdagangan. IDB berkomitmen untuk
memfasilitasi perdagangan bagi anggota-nya dengan membangun infrastruktur
dan/atau peningkatan kapasitas dalam menghadapi hambatan perdagangan
melalui lembaga ITFC.
H. Pertemuan Bilateral
Pada pertemuan bilateral dengan Mr. Jamal AL-Saati selaku Director Country
Programs Department dibahas mengenai rencana penyusunan Member Country
Partnership Strategy (MCPS) Indonesia ke-2 dengan periode waktu 2015 –
2019. IDB mengirimkan misi pada tanggal 21 – 26 Juni 2015 untuk bertemu
dengan Pemerintah Indonesia dan Pihak Swasta guna mendapatkan masukan
terhadap konsep MCPS II.
46 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
5.5 United Nations
A. International Conference on Financing for Development
Pertemuan tanggal 27 – 29 Januari 2015 merupakan Drafting Session of the
Outcome Document of the Third International Conference of Financing for
Development. Beberapa hal yang disampaikan sebagai masukan oleh Delri
antara lain: 1) Outcome document hendaknya berbasis pada hasil Monterrey
dan Doha Conference; 2) FfD Conference perlu menjawab tantangan global yang
baru terutama penyusunan agenda pembangunan pasca 2015; 3) Diharapkan
FfD dapat memberikan kontribusi terhadap penyusunan agenda pembangunan
pasca 2015 terutama terkait Means of Implementation (Mol).
47 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
BAB 6
PENUTUP
Kesimpulan
Pada tahun 2015 terdapat 2 (dua) dokumen kerjasama yang telah disepakati bersama
antara Pemerintah Indonesia dengan Mitra Pembangunan yaitu United Nations
Partnership for Development Framework (UNPDF) 2016 – 2020 dan Country Partnership
Framework World Bank (CPF WB) 2016 – 2020. Sementara itu dokumen kerjasama
dengan Mitra Pembangunan lainnya seperti Country Strategic Opportunities Programme
(COSOP) IFAD, Country Partnership Strategy (CPS) ADB dan Member Country
Partnership Strategy (MCPS) IDB sedang dalam proses penyusunan serta finalisasi.
Ditargetkan dokumen tersebut selesai di awal tahun 2016.
Proses penyusunan dokumen kerjasama tersebut menunjukan kualitas kerjasama yang
baik antara Pemerintah Indonesia dengan Mitra Pembangunan. Seluruh dokumen
disusun dan disesuaikan dengan target pembangunan Indonesia yang tercantum pada
RPJMN 2015 – 2019. Selain itu pertemuan dan koordinasi bersama stakeholder terkait
terus dilakukan secara intensif dalam proses penyusunan tersebut. Hal ini
mengindikasikan ada-nya ownership yang baik bagi kedua belah pihak sehingga proses
penyusunan dokumen dapat berjalan lancar.
Rekomendasi
Koordinasi yang baik dengan seluruh stakeholder dan rasa ownership terhadap
kerjasama dengan mitra pembangunan dapat dipertahankan untuk kelancaran
implementasi kerjasama.
Forum-forum multilateral yang telah dilaksanakan dihadiri oleh pejabat negara
sehingga perlu terdapat transfer knowledge pada tataran staf sehingga hasil yang
didapat saat sidang dapat dipahami juga di tataran staf. Selain itu ke depannya
pelibatan staf sebagai delegasi Indonesia pada sidang internasional diperlukan
untuk merasakan langsung pengalaman sidang internasional.
48 Laporan Koordinasi Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN) Multilateral Tahun 2015
Perlu adanya percepatan penyusunan payung hukum bagi 2 (dua) isu yang dihadapi
di tahun 2015 yaitu Government Cost Sharing (GCS) dan Result Based Lending (RBL)
guna percepatan dan kelancaran pelaksanaan proyek.