Konsep sehat sakit

42
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Sehat dan Sakit 2.1.1 Definisi Sehat Menurut WHO sehat adalah a state of complete physical, mental,and social well being and not merely the absence of illness or indemnity ( suatu keadaan yang sempurna baik fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Mengandung 3 karakteristik : 1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia 2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal. 3. Sehat diartikan sebagi hidup yang kreatif dan produktif. Sehat merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupaka suatu keadaan tetapi suatu proses. Proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya. 3

description

Pengertian sehat dan Sakit

Transcript of Konsep sehat sakit

Page 1: Konsep sehat sakit

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Sehat dan Sakit

2.1.1 Definisi Sehat

Menurut WHO sehat adalah a state of complete physical, mental,and

social well being and not merely the absence of illness or indemnity ( suatu

keadaan yang sempurna baik fisik mental dan sosial tidak hanya bebas dari

penyakit atau kelemahan. Mengandung 3 karakteristik :

1. Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia

2. Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal.

3. Sehat diartikan sebagi hidup yang kreatif dan produktif.

Sehat merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, bukan

merupaka suatu keadaan tetapi suatu proses. Proses disini adalah adaptasi individu

yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.

Menurut Pender ( 1982 ) sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh

melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain ( aktualisasi ). Perilaku

yang sesuai dengan tujuan , perawatan didi yang kompeten sedangkan

penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas structural.

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan sehat adalah keadaan

sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.

2.1.2 Definisi Sakit

Menurut Bauman ( 1985 ) sakit adalah : ketidakseimbangan dari kondisi

normal tubuh manuasia diantaranya system biologic dan kondisi penyesuaian.

3

Page 2: Konsep sehat sakit

4

2.1.3 Fase – fase sakit

1. Fase latent

Seseorang sudah terinfeksi suatu mikroorganisme, karena badan seseorang baik

maka gejala – gejala dan tanda – tanda serta keluhan belum ada, sehingga aktifitas

sehari – hari dapat dilakukan.

2. Prodromal

Pada fase ini seseorang sudah terdapat peningkatan, bahwa dirinya sakit, seperti

tidak enak badan atau kadang – kadang lemas.

3. Akut

Tanda dan gejala akan bertambah dan semakin lengkap, bentuknya disini klien

baru sadar bahwa dirinya sakit, kadanga- kadang emosinya tidak stabil dan lekas

marah, dan ia hanya mampu memikirkan dirinya sendiri dan penyakitnya.

4. Resolusi

Klien perlu tindakan yang sifatnya mengembalikan secara normal.

2.1.4 Rentang Sehat-Sakit

A. Menurut model Holistik Health yang sekali – sekali normal sakit

Tahapan sakit menurut suchman terbagi menjadi 5 tahap yaitu :

1.Tahap transisi : individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ,

merasa dirinya tidak sehat , merasa timbulnya berbagai gejala adanya

bahaya. Mempunyai 3 aspek :

a. Secara fisik : nyeri , panas tinggi

b. Kognitif : interprestasi terhadap gejala

c. Respons emosi terhadap ketakutan / kecemasan.

2.Tahap asumsi terhadap peran sakit : Penerimaan terhadap sakit .individu

mencari kepastian sakitnya dari keluarga atau teman yang menghasilkan

Page 3: Konsep sehat sakit

5

peran sakit . mencari pertolongan dari profesi kesehatan yang lain

mengobati sendiri, mengikuti nasihat teman / keluarga.

Akhir tahap ini dapat ditentukan bahwa gejal telah berubah dan merasa lebih

buruk. Individu masih mencari penegasan dari keluarga tentang sakitnya. Rencana

pengobatan dipenuhi / dipengaruhi oleh pengetahuan dan pengalaman.

3. Tahap kontak dengan pelayanan kesehatan

Individu yang sakit meminta nasehat dari profesi kesehatan atas inisiatif sendiri.

Ada 3 tipe informasi :

a. Validasi sakit

b. Penjelasan gejala yang tidak dimengerti

c. Keyakinan bahwa mereka akan baik.

Jika tidak ada gejala individu mempersepsikan dirinya sembuh jika ada gejala

kembali pada posisi kesehatan.

4. Tahap ketergantungan

Jika profesi kesehatan memvalidasi ( menetapkan ) bahwa seseoang sakit maka

yang menjadi pasien akan ketergantungan untuk memperoleh bantuan.

5. Tahap penyembuhan

Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit.

2.1.5 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat

Menurut Hendrik L. Bloom ada empat faktor yang mempengaruhi status

kesehatan masyakarat yaitu lingkungan , perilaku, pelayanan kesehatan dan

keturunan. Dari bagian tersebut dapat dilihat bahwa faktor yang paling

mempengaruhi derajat kesehatan adalah faktor lingkungan, kemudian disusul oleh

faktor perilaku pelayanan kesehatan dan terakhir keturunan.Uraian faktor – faktor

tersebut adalah :

Page 4: Konsep sehat sakit

6

1. Lingkungan hidup

Fisik : sampah, air, udara, perumahan dsb.

Sosial : kebudayaan , pendidikan, ekonomi ( interaksi manusia )

Biologi : hewan , jasad remik, tetumbuhan.

2. Perilaku

Merupakan adat atau kebiasaan dari masyarakat.

Sehat tidaknya lingkungan dan keluarga tergantung perilaku.

3. Pelayanan kesehatan

Peranan pelayanan kesehatan adalah :

a. Menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan

penyakit pengobatan, dan perawatan kesehatan.

b. Dipengaruhi oleh faktor lokasi atau jarak ke tempat pelayanan

kesehatan sumber daya manusia, informasi kesesuaian program

pelayanan kesehatan dengan kebutuhan masyarakat.

4. Keturunan

Faktor keturunan adalah faktor yang telah ada dalam diri manusia yang

dibawa sejak lahir. Sebagai contoh : diabetes mellitus, asma, epilepsy, retardasi

mental, hipertensi, buta warna dll.

Upaya-upaya kesehatan masyarakat meliputi 4 area kegiatan yaitu : upaya

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

1. Promotif

Adalah usaha yang ditujukan untuk meningkatkan kesehatan ,meliputi

usaha-usaha untuk peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan,

pemeliharaan kesehatan lingkungan , olahraga teratur dan istirahat cukup sehingga

dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal

Page 5: Konsep sehat sakit

7

2. Preventif

Adalah usaha yang ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit meliputi

usaha-usaha pemberian imunisasi (bayi, anak, bumil). Pemeriksaan kesehatan

berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini.

3. Kuratif

Adalah nusaha yangditujuikan kepada orang yang sakit untuk diobati

secara tepat dan adekuat sehinga kesehatan pulih.

4. Rehabilitative

Adalah nusaha yang ditujukan terhadap penderita yang baru pulih dari

penyakit yang dideritanya ,untuk memperbaiki kelemahan pisik mental dan sosial

pasien sebagai akibat dari penyakit yang dideritanya meliputi latihan-latihan

terpogram pisioterafi.

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Definisi Promosi Kesehatan

“Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya

sendiri, serta mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai

sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan public yang berwawasan

kesehatan.” Definisi yang dirumuskan Departemen Kesehatan, lebih

menggambarkan bahwa promosi kesehatan adalah gabungan antara pendidikan

kesehatan yang dudukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.

Gabungan kedua upaya ini akan memberdayakan masyarakat sehingga dapat

mengontrol determinan-determinan kesehatan. Promosi Kesehatan, bertujuan

untuk meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat

untuk hidup sehat dan mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber

masyarakat, serta terciptanya lingkungan yang kondusif untuk mendorong

terbentuknya kemampuan masyarakat.

Page 6: Konsep sehat sakit

8

2.2.2 Ruang Lingkup Promosi Kesehatan

1. Ruang Lingkup Berdasarkan Aspek Kesehatan

Secara umum bahwa kesehatan masyarakat itu mencakup 4 aspek pokok,

yakni: promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Sedangkan ahli lainnya

membagi menjadi dua aspek, yakni :

a. Aspek promotif dengan sasaran kelompok orang sehat, dan

b. Aspek preventif (pencegahan) dan kuratif (penyembuhan) dengan sasaran

kelompok orang yang memiliki resiko tinggi terhadap penyakit dan

kelompok yang sakit.

Dengan demikian maka ruang lingkup promosi kesehatan di kelompok menjadi

dua yaitu :

a. Pendidikan kesehatan pada aspek promotif.

b. Pendidikan kesehatan pada aspek pencegahan dan penyembuhan.

2. Ruang Lingkup Promosi Kesehatan Berdasarkan Tatanan Pelaksanaan

Ruang lingkup promosi kesehatan ini dikelompokkan menjadi :

a. Promosi kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga).

b. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah.

c. Pendidikan kesehatan di tempat kerja.

d. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum.

e. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan.

3. Ruang Lingkup Berdasarkan Tingkat Pelayanan

Pada ruang lingkup tingkat pelayanan kesehatan promosi kesehatan dapat

dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five level of prevention) dari

Leavel and Clark.

Page 7: Konsep sehat sakit

9

a. Promosi Kesehatan.

b. Perlindungan khusus (specific protection).

c. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt

treatment).

d. Pembatasan cacat (disability limitation)

e. Rehabilitasi (rehabilitation).

2.2.3 Tujuan Promosi Kesehatan.

Budiarto, 2003 tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

a. Tujuan Program

Refleksi dari fase social dan epidemiologi berupa pernyataan tentang apa yang

akan dicapai dalam periode tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan.

Tujuan program ini juga disebut tujuan jangka panjang, contohnya mortalitas

akibat kecelakaan kerja pada pekerja menurun 50 % setelah promosi kesehatan

berjalan lima tahun.

b. Tujuan Pendidikan

Pembelajaran yang harus dicapai agar tercapai perilaku yang diinginkan. Tujuan

ini merupakan tujuan jangka menengah, contohnya : cakupan angka kunjungan ke

klinik perusahaan meningkat 75% setelah promosi kesehatan berjalan tiga tahun.

c. Tujuan Perilaku

Gambaran perilaku yang akan dicapai dalam mengatasi masalah kesehatan.

Tujuan ini bersifat jangka pendek, berhubungan dengan pengetahuan, sikap,

tindakan, contohnya: pengetahuan pekerja tentang tanda-tanda bahaya di tempat

kerja meningkat 60% setelah promosi kesehatan berjalan 6 bulan

2.2.4 Sasaran Promosi Kesehatan

Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi

dalam tiga kelompok sasaran, yaitu :

Page 8: Konsep sehat sakit

10

1. Sasaran Primer (primary target)

Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi,

kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak

untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan

remaja dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi

pemberdayaan masyarakat (empowerment).

2. Sasaran Sekunder (secondary target)

Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh

masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan

serta berpengaruh penting dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan

setelah diberikan promosi kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat

kembali memberikan atau kembali menyampaikan promosi kesehatan pada

lingkungan masyarakat sekitarnya.

Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan

pula agar dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat

sekitarnya.

3. Sasaran Tersier (tertiary target)

Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat

keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini

dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang

dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh

bagi sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan

strategi advokasi (advocacy).

Page 9: Konsep sehat sakit

11

2.2.5 Visi dan Misi Promosi Kesehatan

1. Visi.

Visi Promosi Kesehatan, merupakan bagian integral dari Visi Indonesia

Sehat 2010, maka Visi Promosi Kesehatan ditetapkan “ Perilaku Hidup Bersih &

Sehat 2010” atau “ PHBS 2010”. Artinya adalah bahwa keadaan dimana individu-

individu dalam rumah tangga (keluarga) masyarakat Indonesia telah

melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rangka :

a. mencegah timbulnya penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain

b. menanggulangi penyakit dan masalah-masalah kesehatan lain, dalam rangka

meningkatkan derajat kesehatan,

c. memanfaatkan pelayanan kesehatan d. mengembangkan dan menyelenggarakan

upaya kesehatan bersumber masyarakat.

2. Misi

Misi Promosi Kesehatan, adalah :

a. memberdayakan individu, keluarga, dan kelompok-kelompok dalam

masyarakat, baik melalui pendekatan individu dan keluarga, maupun

pengorganisasian dan penggerakan masyarakat

b. membina suasana atau lingkungan yang kondusif bagi terciptanya perilaku

hidup bersih dan sehat masyarakat

c. mengadvokasi para pengambil keputusan dan penentu kebijakan serta pihak-

pihak lain yang berkepentingan (stekeholders) dalam rangka :

1) mendorong diberlakukannya kebijakan dan peraturan perudang-undangan

yang berwawasan kesehatan.

2) mengintegrasikan promosi kesehatan, khususnya pemberdayaan

masyarakat dalam program-program kesehatan.

Page 10: Konsep sehat sakit

12

3) meningkatkan kemitraan sinergis antara pemerintah pusat dan daerah

serta antara pemerintah dengan masyarakat (termasuk LSM).

4) meningkatkan investasi dalam bidang promosi kesehatan pada khususnya

dan bidang kesehatan pada umumnya.

2.2.6 Strategi Promosi Kesehatan

Ada 3 (tiga) strategi dasar promosi kesehatan, yaitu Gerakan

Pemberdayaan sebagai ujung tombak, yang didukung oleh Bina Suasana dan

Advokasi. Ke dalam masing-masing strategi harus diintegrasikan semangat dan

dukungan Kemitraan dengan berbagai stakeholders. Kesemuanya diarahkan agar

masyarakat mampu mempraktikkan perilaku mencegah dan mengatasi masalah

kesehatannya.

1. Pemberdayaan Masyarakat

Gerakan Pemberdayaan pada hakikatnya adalah proses pemberian

informasi secara bertahap untuk mengawal proses perubahan pada diri sasaran,

dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi mau, dan dari mau menjadi

mampu mempraktikkan PHBS. Setiap fase perubahan memerlukan informasi

yang berbeda. Tetapi yang paling menentukan adalah fase pertama, di mana kita

harus dapat menyadarkan si sasaran bahwa suatu masalah kesehatan adalah

masalah bagi yang bersangkutan. (Misalnya, menyadarkan ibu-ibu di desa bahwa

perut buncit anak-anaknya adalah masalah. Jika ini berhasil dilakukan, maka batu

sandungan kedua akan dijumpai pada fase perubahan dari mau ke mampu. Banyak

orang yang sudah mau berperilaku tertentu (misalnya memeriksakan

kehamilannya ke Puskesmas), tetapi tidak mampu melakukan karena tidak adanya

dukungan sarana (misalnya tidak punya uang untuk transpor). Di sinilah perlu

hadirnya Advokasi untuk mengupayakan subsidi dari pemerintah dan atau

bantuan dana dari penyandang dana. Selain itu, banyak juga dijumpai orang-orang

yang yang katanya mau, tetapi tidak kunjung melakukan. Bagi mereka perlu

dibuat dan diterapkan peraturan perundang-undangan. Untuk itu, Advokasi

kepada pengambil keputusan (bupati /walikota, DPRD, dll) diperlukan.

Page 11: Konsep sehat sakit

13

2. Bina Suasana

Strategi dasar ke-2 adalah Bina Suasana. Yaitu upaya untuk menciptakan

lingkungan sosial yang mendorong perubahan perilaku si sasaran. Menurut teori,

perubahan perilaku seseorang akan lebih cepat terjadi, jika lingkungan sosialnya

berperan sebagai pendorong, atau penekan (pressure).

3. Advokasi

Strategi dasar ke-3 adalah Advokasi. Sebagaimana disebutkan di muka,

Advokasi diperlukan untuk mendapatkan dukungan baik berupa peraturan

perundang-undangan, dana maupun sumber daya lain. Advokasi tidak boleh

dilakukan ala-kadarnya, karena Advokasi sebenarnya merupakan upaya/proses

strategis dan terencana, menggunakan informasi yang akurat dan teknik yang

tepat.

4. Kemitraan

Kemitraan adalah suatu kerjasama yang formal antara individuindividu,

kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau

tujuan tertentu. Dalam kerjasama ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan

masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan

yang telah dibuat, dan berbagi baik dalam risiko maupun keuntungan. Kemitraan

inilah yang mendukung dan menyemangati penerapan 3 (tiga) strategi dasar.

Penerapan 3 (tiga) strategi dasar tersebut perlu metode dan teknik masing, yaitu

dengan pendekatan-pendekatan indivual, kelompok, maupun masyarakat.

Pendekatan individu biasa berupa pemberian Pelatihan Bagi Tenaga Promosi

Kesehatan di Puskesmas 13 informasi dan edukasi, konseling, mencari faktor

resiko (risk assessment) terutama untuk pencegahan penyakit. Pendekatan

individu lebih cocok dilaksanakan di rumah sakit, praktik dokter, dan bidan, serta

posyandu dan puskesmas. Pendekatan kelompok, biasanya lebih efisien dan

efektif serta lebih luas jangkauannya. Metode bermacammacam seperti ceramah,

seminar, lokakarya, konferensi. Pendekatan massa atau populasi, untuk

menjangkau masyarakat luas, metodenya : pemakaian media massa,

Page 12: Konsep sehat sakit

14

pengembangan masyarakat, kebijakan public dan legislasi, pengembangan

organisasi.

2.2.7 Analisi Pendekatan Promosi Kesehatan

Page 13: Konsep sehat sakit

15

2.3 Dasar-Dasar Perilaku Kesehatan Di Masyarakat

2.3.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus dan rangsangan dari

luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung

pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan, baik

faktor internal maupun faktor eksternal (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Jenis-jenis Perilaku kesehatan

1. Perilaku kesehatan yang Ideal (ideal berhavior) Ialah tindakan terkait dengan

kesehatan yang bisa diamati (observable), yang menurut para ahli perlu

dilakukan oleh individu warga masyarakat untuk mengurangi atau membantu

memecahkan masalah kesehatan. Contoh, perilaku ideal untuk menghindari

penyakit malaria. Membuang air limbah di saluran pembuangan agar tidak

menyebabkan genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.

Memasang kawat kasa di rumah guna mencegah masuknya nyamuk.

2. Perilaku kesehatan sekarang (current behaviour) lalah perilaku kesehatan yang

betul-betul sedang dilakukan oleh sasaran saat ini. Dapat diidentifikasi dengan

observasi lapangan untuk dibandingkan dengan perilaku ideal.

3. Perilaku yang diharapkan (expected/ feasible behaviour) Adalah perilaku

kesehatan yang diharapkan bisa dilaksanakan oleh sasaran sebagai tujuan dari

promosi kesehatan, disebut juga target behaviour. Disamping kriteria diatas,

Dunn (1986) dalam Kalangie (1992) mengkategorikan jenis-jenis perilaku

kesehatan menjadi empat bagian, yaitu:

1. Perilaku yang tak disadari merugikan kesehatan

2. Perilaku yang disadari merugikan kesehatan

3. Perilaku yang tak disadari menguntungkan kesehatan

Page 14: Konsep sehat sakit

16

4. Perilaku yang disadari menguntungkan kesehatan.

2.3.3 Bentuk perilaku

Bentuk dari perilaku dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu bentuk perilaku

tertutup (covert behaviour) dan bentuk perilaku terbuka (overt behaviour).

Respon atau reaksi terhadap stimulus yang masih terbatas pada perhatian,

persepsi, pengetahuan/kesadaran, sikap yang terjadi pada orang yang menerima

stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain disebut

dengan bentuk prilaku tertutup sedangkan bentuk perilaku terbuka (overt

behaviour) merupakan respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan

nyata atau terbuka dan sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang

dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoatmodjo, 2007).

Faktor – faktor yang menyebabkan respon terhadap stimulus berbeda pada

setiap orang ada 2 yaitu: 1) faktor internal, merupakan karakteristik orang yang

bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan 2) faktor eksternal, yakni

lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2007)

Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

manusia kedalam tiga domain yakni: a) kognitif, b) afektif, c) psikomotor

kemudian dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:

pengetahuan, sikap, praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007).

2.3.3.2 Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif

Page 15: Konsep sehat sakit

17

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan

yaitu: 1) Tahu (know) diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang tahu tentang apa

yang dipelajari adalah menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan,

dan sebagainya. 2) Memahami, yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar. 3) Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4)

Analisis, merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen- komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis, yaitu

menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6) Evaluasi,

berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu materi atau atau objek.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara melakukan wawancara

atau memberikan angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur

dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan- tingkatan pengetahuan

(Notoatmodjo, 2007)

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilakau yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak di dasari ilmu

pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku (berprilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses

berurutan yakni: 1) Awarness (kesadaran) orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu, 2) Interest, yakni orang mulai

tertarik pada stimulus, 3) Evaluation (menimbang- nimbang baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya). 4) Trial, orang mulai mencoba perilaku baru, 5)

Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran,

dan sikapnya terhadap stimulus (Notoadmojo, 2007).

Page 16: Konsep sehat sakit

18

2.3.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Dalam memperoleh suatu pengetahuan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu: 1) Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

menerima informasi. 2) Pekerjaan, lingkungan pekerjaan dapat menjadikan

seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, dimana seseorang terpapar

dari sebuah informasi yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, baik secara langsung

maupun secara tidak langsung. 3) Usia, dengan bertambahnya usia seseorang,

maka akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis (mental). 4) Minat,

yaitu seseorang mencoba dan menekuni suatu hal yang pada akhirnya diperoleh

pengetahuan yang lebih mendalam. 5) Pengalaman, merupakan suatu kejadian

yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 6)

Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan dimana hidup dan dibesarkan

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. 7) Informasi,

kemudahan untuk memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat

seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.3.3.4 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-

hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

(Notoatmodjo, 2007).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok

yaitu, 1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2)

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan

untuk bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini secara bersama-sama

membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting

(Notoadmodjo, 2007).

Page 17: Konsep sehat sakit

19

2.3.3.5 Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1) Menerima (receiving),

diartikan bahwa orang (subjek) memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2) Merespon (responding) yaitu, memberikan jawaban apabila ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan. 3) Menghargai (valving),

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4)

Bertanggungjawab (responsible), bertanggung jawab atas semua yang telah

dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi

(Notoatmodjo, 2007).

2.3.3.6 Praktik atau tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk

mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan diperlukan faktor pendukung atau

suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas (Notoatmodjo,

2007).

Disamping fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Praktek ini memiliki beberapa tingkatan yaitu: 1) Persepsi, mengenal dan

memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. 2)

Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar

dan sesuai dengan contoh merupakan indikator dari praktik 3) Mekanisme,

apabila seorang telah dapat melakuakan sesuatu dengan benar secara otomatis,

atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. 4) Adopsi, adalah suatu praktik atau

tindakan yang sudah berkembang dengan baik. (Notoadmodjo,2007).

1. Terbentuknya perilaku individu

Perilaku secara mendasar berorientasi kepada tujuan, dengan kata lain

bahwa perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Namun kita seringkali heran ”mengapa saya

melakukan sesuatu”, alasan bagi tindakan kita itu tidak selalu jelas dalam pikiran

sadar kita (Hersey & Blanchard, 1982).

Page 18: Konsep sehat sakit

20

Dari pandangan antropologis, perilaku individu digambarkan sebagai

resultan atau totalitas dari kebutuhan individu, usaha individu untuk memenuhi

kebutuhan itu dan pengetahuan budaya pengetahuan masa lalu tentang cara

memenuhi kebutuhan itu) yang dimilikinya, yang kemudian dijadikan acuan untuk

menginterpretasikan sesuatu objek yang dihadapinya serta menetapkan cara

bertindak untuk mencapai tujuannya. Ketiga komponen ini saling mempengaruhi

satu sama lain, disamping itu setiap komponen ini, secara keseluruhannya saling

dipengaruhi dan mempengaruhi dengan ekosistem dimana individu itu berada

dalam kurun waktu yang cukup lama (Suparlan, 1986).

2. Kebutuhan, sebagai sumber perilaku

Pada dasarnya, kebutuhan hidup manusia bersifat universal, berlaku bagi setiap

orang.

a. Kebutuhan Primer atau kebutuhan utama, meliputi aspek aspek biologis/

organisma tubuh manusia

b. Kebutuhan Sekunder atau kebutuhan sosial; yang terwujud sebagai akibat dari

adanya usaha-usaha untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang

tergolong kebutuhan primer, yang harus dipenuhinya dengan cara melibatkan

orang lain.

c. Kebutuhan Integratif, yang muncul dan terpancar dari hakekat manusia sebagai

makhluk pemikir dan bermoral (perbedaandengan makhluk lainnya) yang

fungsinya adalah mengintegrasikan berbagai kebutuhan dan kebudayaan

menjadi satuan sistem yang bulat dan menyeluruh serta masuk akal bagi para

pendukung kebudayaan tersebut, yakni mencakup kebutuhan akan adanya

perasaan benar/salah, adil/tak adil, mengungkapkan perasaan dan sentimen

kolektif/kebersamaan, keyakinan diri (self confidence) dan keberadaan diri

(existence), ungkapan-ungkapan estetika dan keindahan, rekreasi dan hiburan

(Peddington). Beraneka ragamnya kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya,

baik secara terpisah maupun bersama-sama sebagai satu satuan kegiatan,

menyebabkan terciptanya beraneka ragam model pengetahuan yang menjadi

pedoman hidupnya, yang berguna atau relevan untuk memenuhi kebutuhannya.

Page 19: Konsep sehat sakit

21

Dengan demikian, pada hakekatnya setiap tindakan atau perilaku manusia

adalah perwujudan dari upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk

melakukan suatu tindadakan apapun manusia selalu berpedoman kepada

model-model pengetahuan yang sesuai, yang diperolehnya dari pengalaman

dan dari kebudayaannya, antara lain berupa nilai-nilai, norma-norma, tradisi,

sikap, etika serta pengetahuan dan teknologi lain yang dimilikinya.

2.3.4 Proses perubahan perilaku

Untuk perubahan perilaku biasanya diperlukan waktu lama. jarang ada

orang yang langsung merubah perilakunya setelah satu kalimendengar. Para

ahli mengemukakan 5 (lima) tahap dalam proses perubahan perilaku individu,

yaitu:

1. Pengetahuan tentang perilaku baru yang diperkenalkan,

2. Setuju untuk mengadopsi perilaku baru,

3. Niat untuk mencoba perilaku baru,

4. Praktek, melaksanakan perilaku baru pada saatnya diperlukan,

5. Advocacy, penguatan untuk mengadopsinya secara permanent. Proses

perubahan bisa terjadi seperti urutan diatas, melalui proses internalisasi

dalam pikiran seseorang dalam waktu yang cukup lama, namun bisa juga

terjadi dalam hitungan detik saja, seseorang segera mengadopsi perilaku

baru, tergantung kepada kecepatan internalisasi yang di dalamnya terjadi

proses analisis, apakah perilaku baru tersebut:

a. Membawa manfaat atau keuntungan untuk diaplikasikan,

b. Tidak bertentangan dengan nilai-nilai, norma serta adat-istiadat yang

dianut.

c. Mudah untuk diaplikasikan.

d. Membutuhkan biaya yang lebih besar atau lebih kecil.

Page 20: Konsep sehat sakit

22

2.3.5 Penyebab Perubahan Perilaku

Dalam kehidupan sehari-hari kita melihat, ada orang yang mudah dan cepat

berubah perilakunya, ada pula yang sulit dan memerlukan waktu lama untuk

berubah, bahkan tak akan pernah berubah. Kita sadari bahwa perilaku individu

warga masyarakat merupakan sesuatu yang kompleks, sekompleks tatanan

budaya yang melatarbelakangi perilaku itu. Oleh karena itu, sebelum

membantu proses perubahan perilaku sasaran, provider kesehatan perlu

memahami ”apa yang ada di benak pikiran” sasaran, yang dijadikannya acuan

ketika dia akan melakukan suatu perilaku ter-tentu, meliputi nilai-nilai, norma,

sikap dan adat-istiadat serta pengetahuan budaya apa yang melatarbelakangi

perilaku tersebut. Selain itu, seorang provider kesehatan perlu juga memahami

dinamika perubahan perilaku manusia secara umum, yaitu faktor-faktor apa

yang mendorong atau menghambat orang merubah cara berpikir dan cara

mereka berperilaku. Beberapa kondisi yang dapat mendorong perubahan

perilaku, antara lain:

1. Adanya pengetahuan baru terkait dengan perilaku sebelumnya, yang terbukti

lebih menguntungkan kesehatan, dan tidak bertentangan dengan nilai-nilai,

norma, adat-istiadat yang dianut.

2. Adanya rangsangan emosional (bersumber dari keluarga, teman-teman dan/

atau atasan), berupa rasa takut, rasa malu, perasaan tidak enak, rasa cinta,

atau harapan tertentu yang mendorong individu mengadopsi perilaku baru.

3. Adanya pengaruh kuat dari lingkungan (fisik dan sosial), seperti faktor

sosial, ekonomi, hukum dan teknologi terhadap kehidupan sehari-hari

individu.

a. Economic Cost, misalnya: biaya, waktu, dan lain-lain sumber daya.

b. Social Cost, misalnya: rasa malu, bingung, dan sebagainya

4. Adanya Persaingan, yaitu perilaku yang harus dilaksanakan oleh individu

pada waktu bersamaan akan dilakukan juga oleh lingkungan sosialnya.

Page 21: Konsep sehat sakit

23

2.3.6 Teori Perubahan Perilaku

a. Teori Stimulus-Organisme-Respon (S-O-R)

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan

perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang

berkomunikasi dengan organisme. Artinya kualitas dari sumber komunikasi

(sources ), misalnya: kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat

menentukan keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau

masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan perilaku pada

hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku

tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

1. Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organism dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti

stimulus itu tidak efektif mempengaruhi perhatian individu, dan berhenti

disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian

dari individu dan stimulus tersebut efektif.

2. Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari oragnisme (diterima) maka

ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya.

3. Setelah itu organism mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesedian

untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap)

4. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut

(perubahan perilaku). Proses perubahan perilaku berdasarkan teori S-O-R

ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Stimulus

- Perhatian- Pengertian- Penerimaan

Reaksi tertutup(Perubahan sikap)

Reaksi terbuka(Perubahan Praktek)

Page 22: Konsep sehat sakit

24

b. Teori Festinger (dissonance Theory)

Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi social. Teori

ini sebenarnya sama dengan konsep “imbalance” (tidak seimbang). Hal ini

berarti bahwa keadaan “cognitive dissonance” adalah merupakan keadaan

ketidak seimbangan psikologis yang diliputi oleh letegangan diri yang

berusaha untuk mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi

keseimbangan dalam diri individu, maka berarti sudah tidak terjadi

ketegangan diri lagi, dan keadaan ini disebut “consonance” (keseimbangan).

Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena dalam diri individu terdapat

dua elemen kognisi yang saling bertentangan. Yang dimaksud elemen

kognisi adalah pengetahuan, pendapat atau keyakinan. Apabila individu

menghadapi suatu stimulus atau objek, dan stimulus tersebut menimbulkan

pendapat atau keyakinan yang berbeda/bertentangan di dalam individu

sendiri, maka terjadilah dissonance.

Contoh: seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di satu pihak,

dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi keluarganya, yang

akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi keluarga dan anak-anaknya,

termasuk kebutuhan makanan yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas ia

tidak dapat memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain,

apabila ia bekerja, ia khawatir terhadap perawatan terhadap anak-anaknya

yang menimbulkan masalah. Kledus elemen (argumentasi) ini sama-sama

pentingnya, yakni rasa tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang

baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian diri secara

kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka terjadi keseimbangan kembali.

Keberhasilan tercapainya keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya

perubahan sikap dan akhirnya akan terjadinya perubahan perilaku.

Page 23: Konsep sehat sakit

25

c. Teori Fungsi

Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu

tergantung kepada keutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat

mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut

dapat dimngerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut.

2.3.7 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan

menjadi dua, yaitu faktor intern dan ekstern.

Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi emosi, motivasi

dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar.

Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisikmaupun non

fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan, dan sebagainya.3

Menurut Green, perilaku itu sendiri ditentukan oleh oleh 3 faktor utama,

yaitu:2

1. Faktor-faktor predisposisi (disposing factors)

Faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku

seseorang, antara lain adalah pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai-nilai

tradisi, dan sebagainya. Seorang ibu mau membawa anaknya ke Posyandu,

karena tahu bahwa di Posyandu akan dilakukan penimbangan anak untuk

mengetahui pertumbuhannya.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau

tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pemungkin adalah sarana dan

prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya

Puskesmas, Posyandu, tempat pembuangan sampah dan sebagainya.

Page 24: Konsep sehat sakit

26

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.

Kadang-kadang meskipun sesorang tahu dan mampu untuk berperilaku

sehat, tetapi tidak melakukannya. Seorang ibu hamil tahu manfaat periksa

kehamilan, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi

ia tidak mau memeriksa kehamilannya, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh

lainnya tidak pernah periksa kehamilan, namun anaknya tetap sehat. Hal ini

berarti, bahwa untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh

masyrakat.

2.4 Konsep tentang kebutuhan

Sejak dilahirkan manusia mempunyai naluri untuk hidup bergaul dengan

sesamanya (gregariousness). Naluri ini merupakan salah satu kebutuhan manusia

yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya, yakni kebutuhan

afeksi, kebutuhan inklusi, dan kebutuhan kontrol,

1. Kebutuhan afeksi adalah kebutuhan akan cinta kasih sayang.

2. Kebutuhan inklusi adalah kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan

mempertahankannya.

3. Kebutuhan kontrol adalah kebutuhan akan pengawasan dan kekuasaan.

Kebutuhan afeksi menimbulkan tingkahlaku afeksi yang berupa hubungan

persahabatan, kasih sayang, dan percintaan. Kebutuhan inklusi terwujud

dalam tingkah laku inklusi, yang mencerminkan keinginan untuk bergabung

dengan sesamanya, misalnya keinginan untuk menjadi bagian dari

kelompok. Kebutuhan kontrol akan menghasilkan tingkahlaku yang

menunjuk pada proses pengambilan keputusan, untuk memimpin,

mempengaruhi, mengatur bahkan untuk melawan atau memberontak.

Page 25: Konsep sehat sakit

27

Melalui kebutuhan ini seseorang dapat memutuskan untuk menjadi

pemimpin, pengikut atau pemberontak.

2.4.1 Jenis Kebutuhan

1) Teori Kebutuhan Abraham Maslow Kebutuhan dapat didefinisikan sebagai

suatu kesenjangan atau pertentangan yang alami antara suatu kenyataan

dengan dorongan yang ada dalam diri apabila kebutuhan pegawai tersebut

menunjukkan perilaku tidak puas. Sebaliknya, jika kebutuhannya terpenuhi

maka pegawai tersebut akan memperlihatkan perilaku yang gembira sebagai

manifestasi dari rasa puasnya. Kebutuhan merupakan fundamen yang

mendasari perilaku pegawai. Kita tidak mungkin memahami perilaku

pegawai tanpa mengerti kebutuhannya. Hirarki kebutuhan manusia menurut

Abraham Maslow adalah sebagai berikut:

a. Kebutuhan fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, bernafas,

dan seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau

disebut juga kebutuhan yang paling dasar

b. Kebutuhan rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan dari

ancaman, bahaya, pertentangan, dan lingkungan hidup.

c. Kebutuhan untuk merasa memiliki, yaitu kebutuhan untuk diterima oleh

kelompok, berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai

serta dicintai.

d. Kebutuhan akan harga diri, yaitu kebutuhan akan dihormati, dan

dihargai oleh orang lain.

e. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk

menggunakan kemampuan, skill, dan potensi. Kebutuhan untuk

berpendapat dengan mengemukakan ide-ide memberi penilaian dan

kritik terhadap sesuatu (Mangkunegara, 2002).

2.4.2 Identifikasi Kebutuhan Promosi Kesehatan

Page 26: Konsep sehat sakit

28

Menurut ewles dan simnett (1994), empat hal yang perlu

dipertimbangkan antara lain ruang lingkup tugas, perimbangan antara

bersikap reaktif dan proaktif, sejauh mana menempatkan kepentingan klien

terlebih dahulu.

Ruang lingkup tugas

Bagi sebagian petugas, tugas mengidentifikasi kebutuhan dalam batas

tertentu telah dilakuakan. Contoh seorang perawat telah melakukan

pelayanan yang berorientasi pada pasien yang bersangkutan, tentu saja ia

perlu mengidentifikasi dan memberi tanggapan terhadap kebutuhan-

kebutuhan individual setiap pasien.

Semua promotor kesehatan memerlukan kompetensi untuk bersikap

responsive terhadap kebutuhan promosi kesehatan dari klien mereka.

Meskipun promotor kesehatan mampu melakukan kegiatan tertentu, tetapi

perlu mempertimbangkan apakah kegiatan tersebut dalam ruang lingkup

tugasnya sebagai promotor kesehatan.

Reaktif dan proaktif

Dalam mengidentifikasi kebutuhan, perlu dibedakan antara reaktif dan

proaktif. Bersikap reaktif adalah memberi tanggapan (bereaksi) terhadap

kebutuhan-kebutuhan dan permintaaan orang lain. Bersikap proaktif berarti

mengambil inisiatif dan keputusan tentang kawasan pekerjaan yang akan

dilakukan. Individu dapat mengatakan “tidak” terhadap permintaan orang

lain jika permintaan itu tidak cocok dengan kebijakan dan prioritas anda.

Bersikap reaktif dan proaktif berhubungan dengan pendekatan-

pendekatan promosi kesehatan. Sebagai contoh, penggunaan pendekatan

berpusat pada klien berarti bersikap reaktif terhadap kebutuhan yang

dinyatakan klien, sedangkan pendekatan perubahan prilaku atau medical

berarti bersikap proaktif. Dalam praktik selalu ada perimbangan yang harus

diterima antara bersikap proaktif dan proaktif.

Menempatkan kebutuhan penggunaan atau sasaran lebih dulu

Page 27: Konsep sehat sakit

29

Kebutuhan siapa yang harus didahulukan, pihak pengguna(sasaran)

atau pemberi layanan ? mungkin terdapat konflik diantara keduanya seperti

sasaran ingin pelayanan KB buka hari sabtu, tetapi pihak pemberi layanan

tidak dapat melakukannya karena kesulitan memperoleh staf yang bekerja di

akhir minggu. Meski demikian, terdapat beberapa kecenderungan yang

berupaya menempatkan pandangan dan kebutuhan pihak pengguna atau

sasaran sebagai pusat kegi beriatan pelayangan promosi keseahatan, antara

lain sebagai berikut :

1. Penekanan pada pemakai sebagai individu yang unik

2. Kecenderungan professional bermitra dengan sasaran

3. Penekanan pada peningkatan penyediaan dan jangkauan terhadap

pelayanan yang mempromosikan kesehatan

4. Kecenderungan kearah pendekatan berorientasi klien dalam penyuluhan

lesehatan, dengan pemberdayaan diri klien sebagai tujuan.

5. Kecenderungan partisipasi pengguna dalam perencanaan dan evaluasi

kegiatan-kegiatan promosi kesehatan.

Cara paling penting dalam menetapkan kegiatan-kegiatan yang lebih

responsive bagi pengguna dan penerima adalah memberi kesempatan

kepada mereka untuk mengendalikan diri terhadap apa yang terjadi dalam

dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan memberi pemahaman dan

pengertian pada pengguna dan penerima berkaitan dengan ruang lingkup

kebutuhan promosi kesehatan.

2.5 Penetapan Prioritas Promosi Kesehatan

Langkah-langkah untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan meliputi

hal-hal berikut :

1. Menentukan status kesehatan masyarakat

2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada.

3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dan pelayanan kesehatan

di masyarakat

Page 28: Konsep sehat sakit

30

4. Menetukan determinan masalah kesehatan masyarakat (meliputi tingkat

pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan atau

prilaku dan kepercayaan yang dianut).