Kekerasan OK.

21
Homepage RSS Search: LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN HOME ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI ) PRIVACY AND POLICY ABOUT ME MOTTO Tuesday, December 17, 2013 LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN A. PENGERTIAN Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik

Transcript of Kekerasan OK.

Page 1: Kekerasan OK.

Homepage RSS Search:

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

HOME ALL ARTICLE ( DAFTAR ISI ) PRIVACY AND POLICY ABOUT ME MOTTO

Tuesday, December 17, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

Browse » Home » Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Lengkap » LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

LAPORAN PENDAHULUAN PERILAKU KEKERASAN

A.    PENGERTIAN

  Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat

membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan (fitria,

2009).

  Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan

individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008).

Page 2: Kekerasan OK.

  Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri, maupun orang lain (Yoseph, 2007).

Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat, membuat

orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalkan: memaki-maki orang

disekitarnya, membanting-banting barang, menciderai diri dan orang lain, bahkan membakar

rumah.

  Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO (dalam

Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman

atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang

mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian

psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak

  Menurut Townsend (2000), amuk (aggresion) adalah tingkah laku yang bertujuan untuk

mengancam atau melukai diri sendiri dan orang lain juga diartikan sebagai perang atau

menyerang

  Menurut Stuart dan Sundeen (1995), perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain

maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah

yang tidak konstruktif

  Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).

B.     PENYEBAB

1.      Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku kekerasan menurut teori biologik,

teori psikologi, dan teori sosiokultural yang dijelaskan oleh Towsend (1996 dalam Purba dkk,

2008) adalah:

a.       Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:

1)      Neurobiologik

Page 3: Kekerasan OK.

Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif: sistem limbik, lobus

frontal dan hypothalamus. Neurotransmitter juga mempunyai peranan dalam memfasilitasi atau

menghambat proses impuls agresif. Sistem limbik merupakan sistem informasi, ekspresi,

perilaku, dan memori. Apabila ada gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau

menurunkan potensial perilaku kekerasan. Adanya gangguan pada lobus frontal maka individu

tidak mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai, dan agresif.

Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi memfasilitasi dan menghambat

impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam menstimulasi timbulnya perilaku agresif. Pusat

otak atas secara konstan berinteraksi dengan pusat agresif.

2)      Biokimia

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan serotonin)

sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls agresif. Teori ini sangat konsisten

dengan fight atau flight yang dikenalkan oleh Selye dalam teorinya tentang respons terhadap

stress.

3)      Genetik

Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik

karyotype XYY.

4)      Gangguan Otak

Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan.

Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus temporal; trauma otak, yang

menimbulkan perubahan serebral; dan penyakit seperti ensefalitis, dan epilepsy, khususnya lobus

temporal, terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

b.      Teori Psikologik

1)      Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan dan rasa aman

dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. Agresi dan

tindak kekerasan memberikan kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan

memberikan arti dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan  perilaku kekerasan merupakan

pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya harga diri.

2)      Teori Pembelajaran

Page 4: Kekerasan OK.

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran mereka, biasanya orang tua mereka

sendiri. Contoh peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh,

atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Anak memiliki persepsi ideal

tentang orang tua mereka selama tahap perkembangan awal. Namun, dengan perkembangan

yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru, teman, dan orang lain. Individu yang

dianiaya ketika masih kanak-kanak atau mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka

dengan hukuman fisik akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

c.       Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial terhadap perilaku

agresif. Ada kelompok sosial yang secara umum menerima perilaku kekerasan sebagai cara

untuk menyelesaikan masalahnya. Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan,

apabila individu menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara

konstruktif. Penduduk yang ramai /padat dan lingkungan yang ribut dapat berisiko untuk

perilaku kekerasan. Adanya keterbatasan sosial dapat menimbulkan kekerasan dalam hidup

individu.

2.      Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan (Yosep,

2009):

a.       Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam sebuah

konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.

b.      Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

c.       Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog

untuk memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

d.      Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai

seorang yang dewasa.

e.       Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak

mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.

f.       Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap

C.    RENTANG RESPONS MARAH

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal adaptif. Rentang

respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat, 1997).

Page 5: Kekerasan OK.

  Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai perasaan orang lain, atau tanpa

merendahkan harga diri orang lain.

  Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan atau keinginan. Frustasi dapat

dialami sebagai suatu ancaman dan kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat

menimbulkan kemarahan.

  Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan perasaan yang dialami.

  Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih dapat dikontrol oleh individu.

Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap

orang harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan

yang sama dari orang lain

  Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Pada

keadaan ini individu dapat merusak dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Respon kemarahan dapat berfluktusi dalam rentang adaptif-maladaptif. 

D.    TANDA DAN GEJALA

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut:

1.      Fisik

a.       Muka merah dan tegang

b.      Mata melotot/ pandangan tajam

c.       Tangan mengepal

d.      Rahang mengatup

e.       Postur tubuh kaku

f.       Jalan mondar-mandir

2.      Verbal

a.       Bicara kasar

b.      Suara tinggi, membentak atau berteriak

c.       Mengancam secara verbal atau fisik

Page 6: Kekerasan OK.

d.      Mengumpat dengan kata-kata kotor

e.       Suara keras

f.       Ketus

3.      Perilaku

a.       Melempar atau memukul benda/orang lain

b.      Menyerang orang lain

c.       Melukai diri sendiri/orang lain

d.      Merusak lingkungan

e.       Amuk/agresif

4.      Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak berdaya,

bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.

5.      Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

6.      Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung perasaan

orang lain, tidak perduli dan kasar.

7.      Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

8.      Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

E.     AKIBAT DARI PERILAKU KEKERASAN

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan

dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

F.     PROSES MARAH

Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh

setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak

Page 7: Kekerasan OK.

menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan. Berikut ini

digambarkan proses kemarahan :(Beck, Rawlins, Williams, 1986, dalam Keliat, 1996)

Melihat gambar di atas bahwa respon terhadap marah dapat diungkapkan melalui 3 cara

yaitu : Mengungkapkan secara verbal, menekan, dan menantang. Dari ketiga cara ini cara

yang pertama adalah konstruktif sedang dua cara yang lain adalah destruktif.

Dengan melarikan diri atau menantang akan menimbulkan rasa bermusuhan, dan bila

cara ini dipakai terus menerus, maka kemarahan dapat diekspresikan pada diri sendiri dan

lingkungan dan akan tampak sebagai depresi dan psikomatik atau agresif dan ngamuk.

Pathway/ Patoflowdiagram

G.    PERILAKU

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf otonom beraksi terhadap

sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil

melebar, sekresi HCl meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti rahang

terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.

Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan

perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk

mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti

orang lain secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk

pengembangan diri klien.

Memberontak (acting out)

Page 8: Kekerasan OK.

Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik

perhatian orang lain.

Perilaku kekerasan

Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri, orang lain maupun

lingkungan

Perilaku Kekerasan

H.    MEKANISME KOPING

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress,

termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan

untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998).

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya ancaman.

Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain :

(Maramis, 1998)

Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat

untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan penyalurannya secara normal. Misalnya

seseorang yang sedang marah melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti

meremas adonan kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk

mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak

baik. Misalnya seseorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan

Page 9: Kekerasan OK.

seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba

merayu, mencumbunya.

Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.

Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya yang tidak disukainya.

Akan tetapi menurut ajaran atau didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci

orang tua merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan

benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan

melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai

rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan

orang tersebut dengan kasar.

Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek

yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

Misalnya Timmy berusia 4 tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari

ibunya karena menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan

dengan temannya.

I.       PENATALAKSANAAN

Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk ada 2 yaitu:

1.      Medis

a.       Nozinan, yaitu sebagai pengontrol prilaku psikososia.

b.      Halloperidol, yaitu mengontrol psikosis dan prilaku merusak diri.

c.       Thrihexiphenidil, yaitu mengontro perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas.

d.      ECT (Elektro Convulsive Therapy), yaitu menenangkan klien bila mengarah pada keadaan

amuk.

2.      Penatalaksanaan keperawatan

a.       Psikoterapeutik

b.      Lingkungan terapieutik

c.       Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)

d.      Pendidikan kesehatan

Page 10: Kekerasan OK.

J.      PERENCANAAN PULANG

Perawatan dirumah sakit akan lebih bermakna jika dilanjutkan dirumah. Untuk itu semua rumah 

sakit perlu membuat perencanaan pulang. Perencanaan pulang dilakukan sesegera mungkin

setelah klien dirawat dan diintegrasikan didalam proses keperawatan.

Jadi bukan persiapan yang dilakukan pada hari atau sehari sebelum klien pulang.

Tujuan perencanaan pulang:

1.      Menyiapkan klien dan keluarga secara fisik, psikologis dan sosial.

2.      Klien tidak menciderai diri, orang lain dan lingkungannya.

3.      Klien tidak terisolasi sosial

4.      Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap (Kelliat, 1992).

K.    KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Asuhan keperawatan dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

yang meliputi 4 tahapan yaitu : Pengkajian, perencanaan/intervensi, pelaksanaan/implementasi

dan evaluasi, yang masing-masing berkesinambungan serta memerlukan kecakapan keterampilan

professional tenaga keperawatan.

Proses keperawatan adalah cara pendekatan sistimatis yang diterapkan dalam

pelaksanaan fungsi keperawatan, ide pendekatan yang dimiliki, karakteristik sistimatis,

bertujuan, interaksi, dinamis dan ilmiah. Proses keperawatan klien marah adalah sebagai

berikut : (Keliat, dkk, 1996)

1.      Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap

pengkajian terdiri dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisa data, dan perumusan masalah

atau kebutuhan klien atau diagnosa keperawatan.

Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial dan spiritual.

  Aspek biologis

Respons fisiologis timbul karena kegiatan system saraf otonom bereaksi terhadap sekresi

epineprin sehingga tekanan darah meningkat, tachikardi, muka merah, pupil melebar,

pengeluaran urine meningkat. Ada gejala yang sama dengan kecemasan seperti meningkatnya

Page 11: Kekerasan OK.

kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh kaku, dan refleks

cepat. Hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.

  Aspek emosional

Individu yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak berdaya, jengkel, frustasi, dendam,

ingin memukul orang lain, mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.

  Aspek intelektual

Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui proses intelektual, peran panca

indra sangat penting untuk beradaptasi dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses

intelektual sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu mengkaji cara klien marah,

mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses, diklarifikasi, dan

diintegrasikan.

  Aspek social

Meliputi interaksi sosial, budaya, konsep rasa percaya dan ketergantungan. Emosi marah sering

merangsang kemarahan orang lain. Klien seringkali menyalurkan kemarahan dengan mengkritik

tingkah laku yang lain sehingga orang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata

kasar yang berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan individu sendiri,

menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti aturan.

  Aspek spiritual

Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu dengan lingkungan. Hal yang

bertentangan dengan norma yang dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan

dengan amoral dan rasa tidak berdosa.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa perawat perlu mengkaji individu secara

komprehensif meliputi aspek fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat

dapat dilukiskan sebagai berikut :

  Aspek fisik: terdiri dari :muka merah, pandangan tajam, napas pendek dan cepat, berkeringat, sakit

fisik, penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat.

  Aspek emosi : tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel.

  Aspek intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan.

  Aspek sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.

Klasifiaksi data

Page 12: Kekerasan OK.

Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2 macam yaitu data subyektif

dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan

keluarga. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan

data obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui obsevasi atau

pemeriksaan langsung oleh perawat.

Analisa data

Dengan melihat data subyektif dan data objektif dapat menentukan permasalahan yang dihadapi

klien dan dengan memperhatikan pohon masalah dapat diketahui penyebab sampai pada efek

dari masalah tersebut. Dari hasil analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.

Pohon masalah

2.      Diagnosa Keperawatan

“Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons aktual dan potensial

dari individu, keluarga, atau masyarakat terhadap masalah kesehatan sebagai proses kehidupan”

(Carpenito, 2000). Adapun kemungkinan diagnosa keperawatan pada klien marah dengan

masalah utama perilaku kekerasan adalah sebagai berikut :

  Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.

  Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah.

Page 13: Kekerasan OK.

No DiagnosisRencana Tindakan

TUK/SP

1 Resiko perilaku kekerasan TUM: Selama perawatan diruangan,

pasien tidak memperlihatkan

perilaku kekerasan, dengan criteria

hasil (TUK):

  Dapat membina hubungan saling percaya

  Dapat mengidentifikasi penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang sering dilakukan

  Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol PK dengan cara :

o  Fisiko  Social dan verbalo  Spiritualo  Minum obat teratur  Dapat menyebutkan dan

mendemonstrasikan cara mencegah PK yang sesuai

  Dapat memelih cara mengontrol PK yang efektif dan sesuai

  Dapat melakukan cara yang sudah dipilih untuk mengontrl PK

  Memasukan cara yang sudah dipilih dalam kegitan harian

  Mendapat dukungan dari keluarga untuk mengontrol PK

  Dapat terlibat dalam kegiatan diruangan

Tindakan Psikoterapi

a.    Pasien  BHSP  Ajarakan SP I:o  Diskusikan penyebab, tanda dan gejala, bentuk dan akibat PK yang

dilakukan pasien serta akibat PKo  Latih pasien mencegah PK dengan cara: fisik (tarik nafas dalam &

memeukul bantal)o  Masukkan dalam jadwal harian  Ajarkan SP II:o  Diskusikan jadwal hariano  Latih pasien mengntrol PK dengan cara sosial o  Latih pasien cara menolak dan meminta yang asertifo  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian  Ajarkan SP III:o  Diskusikan jadwal hariano  Latih cara spiritual untuk mencegah PKo  Masukkan dalam jadawal kegiatan harian  Ajarkan SP IVo  Diskusikan jadwal hariano  Diskusikan tentang manfaat obat dan kerugian jika tidak minum obat

secara teratur o  Masukkan dalam jadwal kegiatan harian  Bantu pasien mempraktekan cara yang telah diajarkan  Anjurkan pasien untuk memilih cara mengontrol PK yang sesuai  Masukkan cara mengontrol PK yang telah dipilih dalam kegiatan

harian  Validasi pelaksanaan jadwal kegiatan pasien dirumah sakitb.   Keluarga      Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien

PK      Jelaskan pengertian tanda dan gejala PK yang dialami pasien serta

proses terjadinya      Jelaskan dan latih cara-cara merawat pasien PK      Latih keluarga melakukan cara merawat pasien PK secara langsung      Discharge planning : jadwal aktivitas dan minum obat

Tindakan psikofarmako

  Berikan obat-obatan sesuai program pasien  Memantau kefektifan dan efek samping obat yang diminum  Mengukur vital sign secara periodic

Page 14: Kekerasan OK.

Tindakan manipulasi lingkungan

  Singkirkan semua benda yang berbahaya dari pasien  Temani pasien selama dalam kondisi kegelisahan dan ketegangan

mulai meningkat  Lakaukan pemebtasan mekanik/fisik dengan melakukan

pengikatan/restrain atau masukkan ruang isolasi bila perlu  Libatkan pasien dalam TAK konservasi energi, stimulasi persepsi dan

realita

Page 15: Kekerasan OK.

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, 2001, Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Schizofrenia, FKUI; Jakarta.

Depkes RI, 1996, Direktorat Jendral Pelayanan Medik Direktorat Pelayanan Keperawatan, 2000,

Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan, Jakarta.

Depkes RI, 1996, Proses Keperawatan Jiwa, jilid I.

Keliat Budi Anna, dkk, 1998, Pusat Keperawatan Kesehatan Jiwa, penerbit buku kedokteran EGC :

Jakarta.

Keliat Budi Anna, 1996, Marah Akibat Penyakit yang Diderita, penerbit buku kedokteran EGC ;

Jakarta.

Keliat Budi Anna, 2002, Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan, FIK, UI : Jakarta.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Edisi 1, CV.

Agung Seto; Jakarta.

Stuart, GW dan Sundeen, S.J, 1998, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 3, Penerbit : Buku

Kedokteran EGC ; Jakarta.

Townsend C. Mary , 1998, Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran,

EGC ; Jakarta.

WF Maramis, 1998, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, penerbit : Buku Kedokteran EGC ; Jakarta.