Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish...

25
Keberhasilan silver diamine fluoride sebagai agen topikal fluoride dibandingkan dengan varnish fluoride dan gel acidulated phosphate fluoride: Penelitian in vivo Shalin G. Shah1*, Vijay Bhaskar2, Sunita Chawla3, Karthik Venkataraghavan1, Prashant Choudhary1,Mahadevan Ganesh2, Krishna Trivedi1 Departments of Pedodontics & Preventive Dentistry, College of Dental Science and Research Centre, Manipur,Sanand, Ahmedabad, 2Ahmedabad Dental College & Hospital, Vivekanand Society, Santej, Rancharda, Kalol,Dist. Gandhinagar, 3Department of Zoology, Schools of Sciences, Gujarat University, Ahmedabad, Gujarat, India Abstrak Silver diamine fluoride (SDF) sebelumnya telah terbukti secara in vitro sebagai agen antibakterial. Penelitian terbaru telah dibuat untuk membandingkan keberhasilan SDF sebagai agen topikal fluoride secara in vivo dengan varnish fluoride dan gel acidulated phosphate fluoride (APF). Total dari 123 anak yang terdiri atas 82 anak laki-laki dan 41 anak perempuan, dimasukkan ke dalam penelitian selama jangka waktu 18 bulan. Anak-anak dibagi menjadi tiga kelompok yang berbeda – Kelompok 1: SDF; Kelompok 2: Varnish fluoride; Kelompok 3: Gel APF. Seluruh subjek penelitian dievaluasi berdasarkan gigi yang rusak, gigi yang hilang, dan permukaan yang ditambal (dmfs) + indeks DMF pada bulan ke 6, 12, dan 18, termasuk dengan fluoride yang terkandung di dalam enamel serta follow up 6 bulan kemudian. Fluoride yang

description

flluor

Transcript of Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish...

Page 1: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Keberhasilan silver diamine fluoride sebagai agen topikal fluoride

dibandingkan dengan varnish fluoride dan gel acidulated

phosphate fluoride: Penelitian in vivo

Shalin G. Shah1*, Vijay Bhaskar2, Sunita Chawla3, Karthik Venkataraghavan1, Prashant Choudhary1,Mahadevan Ganesh2, Krishna Trivedi1

Departments of Pedodontics & Preventive Dentistry, College of Dental Science and Research Centre, Manipur,Sanand, Ahmedabad, 2Ahmedabad Dental College & Hospital, Vivekanand Society, Santej, Rancharda, Kalol,Dist. Gandhinagar, 3Department of Zoology, Schools of Sciences, Gujarat University, Ahmedabad, Gujarat, India

Abstrak

Silver diamine fluoride (SDF) sebelumnya telah terbukti secara in vitro sebagai

agen antibakterial. Penelitian terbaru telah dibuat untuk membandingkan

keberhasilan SDF sebagai agen topikal fluoride secara in vivo dengan varnish

fluoride dan gel acidulated phosphate fluoride (APF). Total dari 123 anak yang

terdiri atas 82 anak laki-laki dan 41 anak perempuan, dimasukkan ke dalam

penelitian selama jangka waktu 18 bulan. Anak-anak dibagi menjadi tiga

kelompok yang berbeda – Kelompok 1: SDF; Kelompok 2: Varnish fluoride;

Kelompok 3: Gel APF. Seluruh subjek penelitian dievaluasi berdasarkan gigi

yang rusak, gigi yang hilang, dan permukaan yang ditambal (dmfs) + indeks DMF

pada bulan ke 6, 12, dan 18, termasuk dengan fluoride yang terkandung di dalam

enamel serta follow up 6 bulan kemudian. Fluoride yang terkandung dalam

enamel mengalami peningkatan secara signifikan pada kelompok 1 jika

dibandingkan dengan kelompok 2 dan kelompok 3, dimana tidak ditemukan

perbedaan yang signifikan antara kelompok 2 dan kelompok 3. Pengurangan

karies gigi ditemukan pada semua kelompok tetapi tidak ada perbedaan yang

signifikan jika ketiganya dibandingkan. Dalam aplikasi in vivo pada enamel yang

diberikan SDF terjadi peningkatan yang signifikan pada fluoride yang terkandung

di enamel dibandingkan dengan varnish fluoride dan gel APF dan dapat secara

efektif digunakan sebagai agen topikal fluoride.

Kata kunci: pencegahan karies, biopsi enamel, silver diamine fluoride, agen

topikal fluoride.

Page 2: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

PENDAHULUAN

Karies gigi masih merupakan penyakit kronis gigi yang paling banyak

ditemukan pada berbagai usia di seluruh negara dan seluruh populasi dengan

derajat keparahan yang berbeda. Penanganan karies gigi memerlukan kemampuan

yang lebih dari klinisi dan tidak menutup kemungkinan diperlukan biaya tinggi

untuk manajemen perawatan yang membutuhkan tindakan anestesi umum. Pada

tahun 1941 Bibby memulai penggunaan topikal fluoride menggunakan larutan

sodium fluoride (NaF) 0.1%. Kemudian, setelah bertahun-tahun, bermacam-

macam agen topikal fluoride telah berevolusi, secara berurutan yaitu Stannous

Fluoride (SnF2) (1947), Acidulated Posphate Fluoride (APF) (1963), Varnish yang

mengandung fluoride (1964) dan Amine Fluoride (1967). Fluoride telah terbukti

sebagai bahan yang paling efektif dimana masih terbatasnya agen antikaries dalam

60 tahun terakhir. Penelitian ini menyimpulkan, bahwa efek pencegahan karies

dari fluoride didapat dengan aplikasi topikal. Fluoride menghasilkan efek

pencegahan karies dalam berbagai cara. Fluoride pada plak dan saliva dapat

menghambat demineralisasi jaringan keras gigi. Fluoride juga dapat menghambat

proses saat bakteri kariogenik memetabolisasi karbohidrat untuk memproduksi

polisakarida adhesif. Fluoride bersama dengan kalsium dan fosfat akan

mendemineralisasi jaringan keras gigi, serta membentuk struktur crystalline

(remineralisasi) yang lebih resisten terhadap adanya bakteri asam. Hingga saat ini,

varnish fluoride dan 1.23% gel APF merupakan agen topikal fluoride (PATF)

yang paling sering diaplikasikan oleh para klinisi, namun tidak ada diantara

keduanya yang terbukti benar-benar memuaskan.

Silver diamine fluoride (SDF) (3% w/v) (formula molekul: Ag (NH3)2F.

E.g. Saforide solution [J Morita Company, Jepang) telah diperkenalkan di Jepang

sejak 1970an. Semenjak itu bahan ini digunakan di Jepang sebagai agen yang

dapat mencegah karies secara efektif. Banyak percobaan yang dilakukan secara in

vitro ataupun in vivo guna mengevaluasi efeknya terhadap minimalisasi potensi

karies dan efek antibakteri. Hingga saat ini, tidak ada penelitian in vivo yang

dilakukan untuk memeriksa keberhasilannya sebagai agen topikal fluoride ketika

diaplikasikan pada permukaan enamel.

Page 3: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Tujuan dan sasaran

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, penelitian ini dilakukan untuk

membandingkan keberhasilan dari SDF dengan varnish fluoride dan gel APF guna

pencegahan karies dengan tujuan sebagai berikut:

1. Untuk membandingkan peningkatan konsentrasi fluoride pada enamel

setelah aplikasi SDF, varnish fluoride, dan gel APF.

2. Untuk memeriksa perkembangan dari lesi karies baru setelah dilakukan

aplikasi agen topikal fluoride yang disebutkan di atas.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan oleh Departemen Kedokteran Gigi Anak dan

Kedokteran Gigi Preventif Fakultas Kedokteran Gigi Ahmedabad, Gandhinagar.

Penelitian ini merupakan penelitian in vivo yang acak, terkontrol, dan

berprospektif. Protokol penelitian telah disetujui oleh komite etik Fakultas

Kedokteran Gigi dan Rumah Sakit Ahmedabad.

419 anak diperiksa dari empat sekolah yang didanai pemerintah primer

dan sekunder di daerah Gandhinagar, Gujarat, India. Sekolah ini merupakan

sekolah yang didanai pemerintah, dan anak-anak yang bersekolah di sekolah ini

berasal dari status sosio-ekonomi yang rendah. Mereka berasal dari komunitas

yang sama, dan pola makanan dari anak-anak ini juga serupa. Pada saat

pemeriksaan awal, tipe dari perilaku oral hygiene juga dievaluasi. Anak-anak

yang biasa menyikat giginya dua kali sehari dengan pasta gigi berfluoride juga

diikutsertakan ke dalam penelitian. Pemeriksaan dilakukan menggunakan kaca

mulut dan sonde dengan pencahayaan normal. Pada akhir pemeriksaan, 123 anak

(laki-laki = 82, perempuan = 41) dengan umur rata-rata 8.38 ± 0.75 tahun dipilih

sesuai dengan kriteria inklusi yang diberikan. Sebelum penelitian dimulai, orang

tua dari anak-anak tersebut telah dijelaskan mengenai tujuan dari penelitian dan

telah mengisi informed consent yang diperlukan untuk mengikuti penelitian ini.

Page 4: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Kriteria inklusi

Subjek dengan usia di antara 6 sampai 9 tahun (umur rata-rata 8.38 ± 0.75

tahun) yang telah terpilih untuk penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi

seperti berikut:

1. Semua gigi molar pertama permanen telah erupsi sepenuhnya.

2. Subjek yang terdapat gigi rusak, gigi hilang, dan permukaan yang telah

ditambal (dmfs) + DMFS skor sama dengan atau lebih dari satu.

3. Subjek dengan seluruh gigi molar sulung yang masih ada.

4. Tidak ada riwayat alergi dengan partikel silver atau coloponium.

Pembagian kelompok

Kelompok 1: anak yang diaplikasikan SDF (38% w/v) (Saforide- J. Morita

company, Jepang) pada seluruh gigi molar dan kaninus sulung dan Molar

pertama permanen(n = 41).

Kelompok 2: anak yang diaplikasikan varnish fluoride (6% NaF, 6%

CaF2) (Bifluoride 12-Voco, Jerman) pada seluruh gigi kaninus dan molar

sulung dan Molar pertama permanen(n = 41).

Kelompok 3: anak yang diaplikasikan gel APF 1.23% (Fluocal, Septodont,

Prancis) pada seluruh gigi kaninus dan molar sulung dan Molar pertama

permanen(n = 41).

Evaluasi awal

Fluoride awal yang terkandung dalam enamel dengan bantuan biopsi

enamel

Indeks dmfs + DMFS

Indeks DMFS digunakan untuk menjelaskan DMFS untuk gigi permanen,

komponennya adalah:

Komponen D

Digunakan untuk menjelaskan (kerusakan gigi) yang termasuk:

1. Gigi dengan karies.

2. Gigi dengan penambalan namun ada karies baru.

Page 5: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

3. Hanya tinggal akar yang tersisa.

4. Defek penambalan dengan karies.

5. Penambalan sementara.

6. Permukaan gigi yang telah ada penambalan dengan permukaan lain yang

berlubang.

Komponen M

Digunakan untuk menjelaskan (kehilangan gigi karena karies) kasus lainnya

dapat dikeluarkan dari kriteria, seperti:

1. Gigi yang diekstraksi karena alasan lain selain karena karies dapat

dikeluarkan dari kriteria.

2. Gigi yang tidak erupsi.

3. Gigi hilang kongenital.

4. Gigi avulsi karena trauma atau kecelakaan.

Komponen F

Ini digunakan untuk menjelaskan gigi yang ditambal akibat karies. Gigi

yang ditambal namun tidak ada kerusakan seperti satu atau lebih gigi

permanen dengan restorasi dan tidak ada karies sekunder atau daerah lain

dengan gigi yang terdapat karies primer. Gigi yang terdapat crown karena

kerusakan gigi sebelumnya telah dicatat dalam kategori ini.

Indeks dmfs digunakan untuk menjelaskan DMFS pada gigi sulung.

Kriterianya sama dengan indeks DMFS.

Langkah-langkah Penelitian

Pada awalnya dilakukan scaling ultrasonic satu mulut untuk

menghilangkan debris makanan, plak atau kalkulus yang terdapat pada permukaan

gigi. Kemudian juga dilakukan pemolesan menggunakan rubber cup

menggunakan hand piece berkecepatan rendah dengan aliran air. Kemudian

diambil biopsi enamel dari permukaan bukal gigi molar pertama permanen rahang

bawah untuk memeriksa konsentrasi awal dari fluoride. Semua lesi karies yang

Page 6: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

terdapat di dalam mulut di restorasi dengan Intermediate Restorative Material

(IRM) (Kalzinol, DPI, India). Prosedur yang disebutkan di atas dilakukan ke

semua subjek. Setelah itu subjek dibagi menjadi tiga kelompok yang berbeda

secara acak menggunakan tabel acak yang terkomputerisasi (GraphPad Software,

Inc, CA, USA).

Aplikasi fluoride dilakukan pada gigi sulung yaitu kaninus, molar pertama

dan molar kedua dan juga pada gigi molar pertama permanen sesuai dengan

kelompoknya masing-masing. Gigi anterior dikeluarkan dari penelitian karena

subjek yang terpilih pada penelitian ini sedang dalam masa transisi untuk gigi

insisifnya dan juga SDF dapat menyebabkan pewarnaan pada permukaan gigi,

maka penggunaannya tidak diindikasikan untuk gigi anterior.

Prosedur untuk aplikasi fluoride

Aplikasi SDF

Sebelum prosedur dimulai seluruh permukaan mukosa pada kavitas oral

ditutup menggunakan vaseline, untuk melindungi dari mild burning sensation

akibat SDF. Isolasi dari gigi dilakukan dengan bantuan cotton rolls dan suction

volume tinggi. Penutup botol telah dibuka sesaat sebelum aplikasi dan tetesan dari

solusi tersebut dikeluarkan ke cotton pellet. Kemudian diaplikasikan selama 3-4

menit pada seluruh permukaan dari 4 gigi pada masing-masing kuadran pada saat

yang sama (Gambar 1). Prosedur ini diulang pada kuadran lain dengan cara yang

sama. Sesuai instruksi dari pabrik, setelah 3-4 menit aplikasi subjek dibolehkan

untuk membersihkan mulutnya dengan berkumur menngunakan air distilasi

ataupun air saline.

Gambar 1. Aplikasi Silver Diamine Fluoride.

Page 7: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Aplikasi varnish fluoride dan gel APF juga dilakukan sesuai dengan

instruksi pabrik masing-masing (Gambar 2 dan 3). Selanjutnya pasien

diinstruksikan tidak boleh berkumur, minum atau makan setidaknya selama 30

menit, mengkonsumsi liquid dan semisolid diet selama hari itu dan tidak

diperbolehkan menyikat gigi selama hari itu. Prosedur yang sama juga dilakukan

untuk ketiga kelompok pada follow up bulan ke 6 dan 12, saat subjek menerima

aplikasi fluoride selanjutnya.

Gambar 2. Aplikasi varnish fluoride. Gambar 3. Aplikasi gel APF.

Kriteria evaluasi

Analisis fluoride

Metode dari biopsi enamel

Kandungan fluoride dievaluasi di awal dan juga pada kunjungan follow up

bulan selanjutnya sebelum aplikasi dilanjutkan. Kandungan fluoride didapat dari

permukaan bukal gigi molar pertama permanen bawah. Gigi yang akan di biopsi

harus diisolasi menggunakan cotton rolls dan suction bervolume tinggi guna

mengeliminasi kemungkinan kontaminasi saliva. Sticking plaster digunakan untuk

menutupi gigi yang akan dibiopsi. Sticking plaster sebesar 4 mm/ berbentuk kotak

dibuat untuk menandai permukaan bukal gigi molar (Gambar 4). Permukaan non-

fluoride berukuran 4 mm yang ditandai dengan kertas persegi dibasahi dengan 5

microliter dari 0.5 M asam perklorat dan segera ditempatkan pada permukaan

mesiobukal dari gigi selama 4 detik menngunakan timer (Gambar 5). Kertas ini

kemudian dipindahkan ke tube plastik yang ditetesi 0.1 ml air double distilasi

menggunakan mikro pipet. Jumlah yang sama dari total ionic strength adjustment

buffer (TISAB-II) ditambahkan menggunakan mikro pipet ke tube plastik, tube

Page 8: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

tersebut disimpan selama 3 hari untuk mendapatkan difusi fluoride yang maksimal

masuk ke dalam pengencer air double distilasi dan TISAB-II. Semua subjek

dilakukan aplikasi fluoride, tempat yang dilakukan biopsi juga diaplikasikan

fluoride berdasarkan distribusi kelompok (baik SDF atau varnish NaF atau gel

APF). Setelah 3 hari penyimpanan, sampel diaduk menggunakan pengaduk

magnetik dan dikirim ke laboratorium untuk analisis fluoride.

Gambar 4. Sticking plaster dengan ukuran 4 mm2.

Gambar 5. Biopsi enamel dengan blotting paper yang mengandung HClO4.

Prosedur laboratorium

Flouride yang terkandung pada permukaan gigi di awal, diukur dalam part

per million (ppm). Hal ini diperlukan untuk kalkulasi jumlah massa enamel yang

dibuang melalui prosedur biopsi enamel. Berat dan volume dari enamel yang

terbuang dari masing-masing etsa asam dan konsentrasi fluoride dikalkulasi

menggunakan nilai 2.95 dari densitas enamel manusia dan 37% kandungan

kalsium. Kandungan kalsium dari sampel diukur menggunakan atomic absorption

spectrophotometer. Dari data yang didapat, kedalaman masing-masing biopsi

dikalkulasikan dengan rata-rata penghitungan berikut.

Massa enamel = μg Ca++ x (1 : 1000) x (1 : 1000) x (100 : 37)g

Page 9: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Kedalaman enamel dari etsa (cm) =

Massa enamel (g) x 10000

Densitas enamel x area biopsi (cm2)

Umumnya konsentrasi elemen yang terbuang, dihitung dengan satuan

ppm, jadi formula yang digunakan untuk menyatakan ppm flouride dari biopsi

sampel sebagai berikut:

Fluoride (ppm) = Fluoride (μg)

Enamel (g)

Level fluoride pada sampel biopsi enamel diestimasi oleh teknisi laboratorium

(tidak mengetahui tentang pembagian kelompok) menggunakan Ion Selective

Electode dan ion analyzer ORION model 290.

Indeks karies

Kriteria diagnosis untuk karies gigi

Kaca muulut dan sonde digunakan untuk mendeteksi karies di bawah

pencahayaan yang cukup. Di awal telah dilakukan pengujian untuk karies gigi

yang dilakukan oleh dua penguji berbeda yang tidak mengetahui tentang

pembagian kelompok kriteria. Adapun kriteria identifikasi karies yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Lesi harus dapat terlihat secara klinis dan jelas.

2. Ujung sonde dapat masuk ke dalam material yang lunak.

3. Terdapat diskolorisasi atau hilangnya translusensi jaringan di

bawahnya atau demineralisasi enamel.

4. Pit dan fissure didiagnosis sebagai karies ketika sonde terperangkap

atau tertahan setelah diinsersikan dengan tekanan yang sedang atau

kuat.

Page 10: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Dugaan karies pada subjek

Setelah jumlah permukaan karies yang terlibat ditentukan kemudian

ditentukan persamaan yang digunakan guna mengukur kemungkinan adanya

karies (Richardson 1961).

Terdapat dua faktor:

a. Jumlah permukaan gigi yang beresiko

b. Jumlah karies yang berkembang selama masa observasi

‘b’ dibagi dengan ‘a’ akan memberikan pengukuran rasio dari

kemungkinan karies

Indeks kemungkinan = rasio kemungkinan x 100

Pada penelitian ini, total permukaan yang beresiko adalah: 76

Analisis statistik

Estimasi ukuran sampel didasarkan pada perkiraan jumlah peningkatan

kandungan fluoride dalam enamel yang didasari dari penelitian sebelumnya.

Kekuatan penelitian ini yakni sebesar 80% (β = 0.20) dan α = 0.05 sebagai level

signifikansi. Pada perbedaan di awal, angka rata-rata antara masing-masing

kelompok dan standar deviasi yang didapat dari penelitian sebelumnya ukuran

sampel diestimasi sekitar 110 menggunakan nomogram yang dibuat Altman.

Berdasarkan estimasi tersebut angka dropout sekitar 125 ukuran sampel,

diantaranya total 123 subjek termasuk ke dalam penelitian. Semua data yang

terkumpul di evaluasi menggunakan SPSS (Software package for statistical

analysis, IBM Corporation, Armonk, New York, US) versi ke 13 software untuk

windows.

HASIL

Kandungan fluoride dalam enamel

Dari 123 subjek, yang tersedia pada bulan ke 6 hanya 115 subjek. Tabel 1

menunjukkan nilai rata-rata (confidence interval 95%) fluoride pada permukaan

enamel di awal percobaan hingga bulan ke 6. Perbandingan intra kelompok

dilakukan melalui pasangan sampel t-test. Ini dijabarkan pada Tabel 2. Tes variasi

Page 11: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

analisis dilakukan berikutnya menggunakan post hoc test multiple comparison

Tukey HSD untuk perbandingan inter kelompok (Tabel 3).

Kandungan fluoride dalam enamel bertambah secara signifikan pada

follow up bulan ke 6 pada ketiga kelompok. Penambahan yang signifikan pada

kandungan fluoride ditemui pada kasus pemberian SDF dibandingkan dengan

varnish fluoride dan gel APF. Tidak ada penambahan kandungan fluoride secara

signifikan yang ditemukan antara varnish fluoride dan gel APF.

Tabel 1. Perbandingan intra kelompok untuk kandungan fluoride (ppm).

Tabel 2. Perbandingan inter kelompok untuk kandungan fluoride (ppm).

Page 12: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

Tabel 3. Distribusi awal dari lesi karies.

Perkembangan dari permukaan karies baru

Distribusi karies di awal percobaan pada masing-masing kelompok

dijabarkan pada Tabel 3. Perbandingan inter kelompok untuk distribusi dmfs +

DMFS menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan (ρ > 0.05) antar

kelompok [Tabel 4].

Tabel 4. Perbandingan inter kelompok untuk distribusi awal dari dmfs + DMFS.

Perbandingan interkelompok

Perkembangan dari permukaan karies baru dievaluasi menggunakan

indeks dugaan karies dari Richardson 1961. Tes Mann Whitney digunakan untuk

membandingkan signifikasi perbedaan pada perkembangan karies baru antar

kelompok [Tabel 5].

Page 13: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

0-6 bulan: dibandingkan dengan kondisi awal, satu permukaan karies baru

ditemukan pada kelompok 1 (SDF), enam ditemukan pada kelompok 2

(varnish fluoride), dan empat ditemukan di kelompok 3 (gel APF).

6-12 bulan: antara 6-12 bulan, satu ditemukan di kelompok 1 (SDF), dua

ditemukan di kelompok 2 (varnish fluoride) dan tiga ditemukan di

kelompok 3 (gel APF).

12-18 bulan: antara 12 dan 18 bulan, tidak ditemukan permukaan karies

baru pada kelompok 1 (SDF), dua ditemukan di kelompok 2 (varnish

fluoride) dan dua ditemukan di kelompok 3 (gel APF).

0-12 bulan: dibandingkan dengan di awal, dua permukaan karies

ditemukan di kelompok 1 (SDF), delapan ditemukan di kelompok 2

(varnish fluoride), dan tujuh ditemukan di kelompok 3 (gel APF).

0-18 bulan: dibandingkan dengan kondisi awal, dua permukaan karies

ditemukan di kelompok 1 (SDF), 10 ditemukan di kelompok 2 (varnish

fluoride), dan sembilan ditemukan di kelompok 3 (gel APF). Tidak ada

perbedaan yang signifikan secara statistik dalam jumlah permukaan karies

baru yang ditemukan diantara masing-masing kelompok pada jangka

waktu yang berbeda (ρ > 0.05).

Tabel 5. Dugaan karies antara kelompok penelitian.

DISKUSI

Penelitian ini dilakukan secara acak, percobaan in vivo dengan SDF

sebagai bahan eksperimental, dan varnish fluoride serta gel APF sebagai

kelompok pembanding. Komposisi kelompok yang akan dirawat sama (anak-anak

dari status sosio-ekonomik yang hampir sama, kebiasaan makanan dan kebersihan

Page 14: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

oral dan distribusi karies yang juga hampir sama [Tabel 3 dan 4], hasil kesimpulan

dari percobaan ini dapat di aplikasikan terhadap perawatan pada anak-anak

dengan kondisi yang sama.

Umur yang dipilih untuk penelitian ini adalah 6-9 tahun, dengan gigi

molar pertama permanen yang sudah erupsi sempurna. Sebagai salah satu akses

masuknya infeksi yang paling sering pada umur ini, molar pertama permanen

mempunyai resiko yang tinggi untuk terkena karies. Penelitian ini juga didukung

oleh proposal dari Johnston dan Lewis yang menurut PATFs mungkin dapat

menjadi perawatan preventif yang dapat diaplikasikan pada anak dengan resiko

tinggi (termasuk dalam penelitian ini) guna tindakan intervensi usia muda. Akibat

meninggalkan lesi karies terbuka dan terus menjalankan penelitian adalah suatu

yang tidak etis, maka semua lesi karies direstorasi dan restorasi yang terdapat

defek diobati dengan IRM sebelum menjalankan protokol penelitian.

Sebuah panel expert di American Dental Association pada tahun 2006

menyimpulkan bahwa “Varnish fluoride yang diaplikasikan setiap 6 bulan sangat

efektif untuk mencegah karies pada gigi sulung dan permanen pada anak dan

remaja”. Selain itu, aplikasi gel APF setiap 6 bulan sekali juga digunakan oleh

Hawkins dan Locker, serta Agrawal dan Pushpanjali yang menemukan terjadinya

pengurangan karies secara signifikan. Sebaliknya tidak ada rekomendasi tentang

pemakaian SDF secara frekuentif. Untuk itu, dengan mempertimbangkan

frekuensi pemakaian varnish fluoride dan gel APF, pada penelitian ini digunakan

untuk memeriksa ketersediaan fluoride pada struktur gigi setelah 6 bulan.

Menurut Mellberg et al., pada tahun 1983, pemakaian fluoride aman untuk

dipakai pada kavitas oral; selain itu persediaan fluoride secara terus menerus

sangat penting untuk efek anti karies. Oleh karena itu, retensi dari fluoride pada

permukaan gigi setelah aplikasi topikal telah menjadi hal yang paling menarik

dalam bidang kariologi untuk diteliti. Sangat penting untuk memeriksa seberapa

banyak fluoride yang dapat melekat pada permukaan gigi dalam beberapa jangka

waktu tertentu.

Hingga saat ini, tidak ada penelitian mengenai pengukuran konsentrasi

fluoride pada permukaan enamel setelah aplikasi SDF secara in vivo. Kandungan

Page 15: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

fluoride diukur hanya saat follow up setelah 6 bulan. Semenjak frekuensi dari

aplikasi larutan adalah setiap 6 bulan, sangat pernting untuk mengukur kandungan

fluoride pada bulan ke enam sesaat sebelum aplikasi selanjutnya. Penelitian

terbaru membuktikan bahwa, kandungan fluoride bertambah secara signifikan

pada ketiga kelompok saat follow up bulan ke enam. Faktor yang mempengaruhi

penyerapan fluoride dan retensi yang utama adalah konsentrasi dari fluoride

tersebut, pH dari larutannya dan membuat barrier coating dengan larutan tersebut.

SDF mempunyai konsentrasi fluoride yang paling tinggi (44800 ppm), maka

dapat disimpulkan, fluoride pada enamel sangat proporsional dengan jumlah

fluoride yang tersedia. Sementara itu, gel APF dengan tingkat keasaman pH dapat

meningkatkan kekuatan untuk penetrasi, varnish fluoride dengan barrier coating

akan meningkatkan jangka waktu fluoride pada permukaan gigi.

Mempertimbangkan signifikansi inter kelompok, peningkatan signifikan

fluoride di enamel ditemukan pada gigi subjek yang menerima aplikasi SDF

dibanding dengan varnish fluoride dan gel APF. Tidak ada peningkatan signifikan

fluoride di enamel yang ditemukan antara kelompok varnish fluoride dan gel APF.

Terdapat dua alasan yang dapat menjadi penjelasan kemungkinan untuk observasi

ini. Alasan yang pertama adalah karena SDF memiliki kandungan fluoride yang

tinggi jika dibandingkan dengan dua agen lainnya, maka akan lebih memberikan

banyak kandungan fluoride. Alasan kedua, mungkin dikarenakan SDF yang

stabilisasinya sangat cepat (3-4 menit aplikasi) pada permukaan gigi dan tidak

memerlukan instruksi perawatan tambahan setelah aplikasi yang harus diikuti oleh

pasien untuk penambahan kandungan fluoride dan retensi pada permukaan gigi,

tidak seperti pada kelompok varnish fluoride dan gel APF. Hasil ini berbeda dari

hasil penelitian in vitro yang dilakukan oleh Delbem et al. pada tahun 2006.

Mereka menemukan konsentrasi yang lebih pada kasus varnish fluoride

dibandingkan dengan SDF. Menurut mereka ‘produk silver fluoride lebih sering

digunakan pada karies yang terdapat di dentin, dimana lebih banyak terdapat

substrat protein, karbonat dan fosfat untuk reaksinya. Di lain pihak, enamel sangat

kekurangan akan substrat ini jika dibandingkan dengan dentin dimana akan

berdampak menurunnya reaktivitas SDF. Pada penelitian terbaru, gigi molar

Page 16: Keberhasilan Silver Diamine Fluoride Sebagai Agen Topikal Fluoride Dibandingkan Dengan Varnish Fluoride Dan Gel Acidulated Phosphate Fluoride

permanen yang masih muda diikutsertakan, dimana lebih mengandung banyak

struktur berporus dan lebih banyak kandungan protein. Bruun di tahun 1973

menyebutkan bahwa gigi di dalam mulut yang belum lama bererupsi belum

sepenuhnya termineralisasi dan cenderung mempunyai lebih banyak porus. Oleh

karena itu, kandungan fluoride dapat ditingkatkan ketika aplikasi saat ini. Dapat

disimpulkan bahwa semakin dini aplikasi SDF dilakukan, maka semakin baik pula

perlindungan bagi gigi molar permanen muda.

Tidak ada perbedaan yang signifikan pada awal nilai dmfs + DMFS di

antara ketiga kelompok dimana hasil distribusi karies pada gigi yang ada dari

ketiga kelompok hampir sama. Walaupun ditemukan tidak adanya pengurangan

yang signifikan pada perkembangan permukaan karies antara ketiga kelompok,

namun SDF mempunyai efek pengurangan perkembangan permukaan karies baru

yang lebih baik, karena lebih banyak terjadi penyerapan fluoride dalam enamel.

Selain itu, SDF juga terbukti memiliki efek antibakteri, yang mungkin menjadi

faktor tambahan terhadap pengurangan lesi karies.

Kesimpulan yang dapat diambil dari diskusi ini bahwa aplikasi SDF secara

in vivo setiap 6 bulan sekali pada enamel memberikan efek pencegahan akan

adanya karies yang lebih baik dikarenakan penyerapan kandungan fluoride yang

lebih tinggi serta berkontribusi dalam mengurangi dugaan karies dibandingkan

dengan agen topikal fluoride lainnya yaitu varnish fluoride dan gel APF.

Walaupun demikian masih dibutuhkan percobaan tambahan untuk memeriksa

kembali efikasi dari SDF ketika diaplikasikan per tahun.

KESIMPULAN

Dapat ditarik kesimpulan, yaitu:

1. Kandungan fluoride di enamel bertambah secara signifikan setelah 6 bulan

aplikasi SDF jika dibandingkan dengan varnish fluoride dan gel APF.

2. Walaupun tidak signifikan, SDF lebih efisien dalam mengurangi angka

permukaan karies baru ketika dibandingkan dengan varnish fluoride dan

gel APF.