Jurper1 2 Het

9
Jurnal Keperawatan Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 Desember 2011 HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO Heti Aprillin, S.Kep, Ns ABSTRACT Maintanining an is installed intravena infusion is a duty of nurse which requires good knowledge and skill about infusion installation and maintenance, flowing principles, and moreover, patient should be observed accurately in the case of local complication and sistemic. If flebitis happens, the input of intravena liquid therapy well be stopped up and the needs of the liquid will not be able to be fulfilled. So that, during intravena liquid therapy patiet should be controlled and observed closely. The purpose of this research observing the relationship between infusion maintenance and flebitis to the patient with installed infusion in Krian Sidoarjo The design of this research is corelational analitic, which is concerning the relationship between variables. The populations are all the patients in public health center krian sidoarjo during month of may to june. The samples used are all the patient with installed infusion during month of may to june in public health center krian sidoarjo, which are 20 respondents, using accidental sampling method. The variable is infusion maintenance and the happens of flebitis. Data are collected using observation sheets and analyzed using correlation of “spearman’s rho crrelation test” with alpha 0,05. The result show that from 20 respondens, 12 respondents (60%) had done big like infused maintenance, 2 respondents (10%) had done all of infused maintenance , 2 respondents (10%) had not do infused maintenance. 14 respondents (70%) had not being flebitis, 6 respondents (30%) had been flebitis. Based on the result of spearman’s rho value of sig (2-tailed) or p value 0,000 (p value < 0,05). So, H0 is rejected and H1 is accepted. It means there is a correlation between infusion intallation and flebitis to patients with intalled infusion in public health center Krian Sidoarjo. Concerning the result of the research,infusion maintenace shuld be done based on stadard of operational and procedure (SOP) to prevent and minimalize the happens of flebitis. Key words : infusion maintenance, the hepens of flebitis

description

jhjh;kkhk

Transcript of Jurper1 2 Het

Page 1: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

HUBUNGAN PERAWATAN INFUS DENGAN TERJADINYA FLEBITIS PADA PASIEN YANG TERPASANG INFUS DI PUSKESMAS KRIAN SIDOARJO

Heti Aprillin, S.Kep, Ns

ABSTRACT

Maintanining an is installed intravena infusion is a duty of nurse which requires good knowledge and skill about infusion installation and maintenance, flowing principles, and moreover, patient should be observed accurately in the case of local complication and sistemic. If flebitis happens, the input of intravena liquid therapy well be stopped up and the needs of the liquid will not be able to be fulfilled. So that, during intravena liquid therapy patiet should be controlled and observed closely. The purpose of this research observing the relationship between infusion maintenance and flebitis to the patient with installed infusion in Krian Sidoarjo The design of this research is corelational analitic, which is concerning the relationship between variables. The populations are all the patients in public health center krian sidoarjo during month of may to june. The samples used are all the patient with installed infusion during month of may to june in public health center krian sidoarjo, which are 20 respondents, using accidental sampling method. The variable is infusion maintenance and the happens of flebitis. Data are collected using observation sheets and analyzed using correlation of “spearman’s rho crrelation test” with alpha 0,05. The result show that from 20 respondens, 12 respondents (60%) had done big like infused maintenance, 2 respondents (10%) had done all of infused maintenance , 2 respondents (10%) had not do infused maintenance. 14 respondents (70%) had not being flebitis, 6 respondents (30%) had been flebitis. Based on the result of spearman’s rho value of sig (2-tailed) or p value 0,000 (p value < 0,05). So, H0 is rejected and H1 is accepted. It means there is a correlation between infusion intallation and flebitis to patients with intalled infusion in public health center Krian Sidoarjo. Concerning the result of the research,infusion maintenace shuld be done based on stadard of operational and procedure (SOP) to prevent and minimalize the happens of flebitis. Key words : infusion maintenance, the hepens of flebitis

Page 2: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

ABSTRAK

Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang merupakan tugas perawat

yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik. Jika flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang ketat. Tujuan penelitian ini adalah mengobservasi hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas krian Sidoarjo.

Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional yaitu mengkaji

hubungan antar variabel. Populasinya seluruh pasien di puskesmas krian Sidoarjo selama bulan Mei-Juni. Sampel yang digunakan seluruh Pasien Yang Terpasang Infus Selama Bulan Mei-Juni di Puskesmas Krian Sidoarjo. Yang berjumlah 20 responden, dengan metode Aksidental Sampling, variabelnya adalah perawatan infus dan terjadinya flebitis. Data yang terkumpul melalui lembar observasi dianalisa dengan teknik korelasi uji kolerasi spearman’s rho. Dengan alpha 0,05.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 20 responden 12 (60%) di lakukan sebagaian

besar perawatan infus, 2 (10%) dilakukan semua perawatan infus, 2 (10%) tidak di lakukan perawatan infus. Sedangkan 20 responden sebanyak 14 (70%) tidak terjadi flebitis, 6 (30%) terjadi flebitis. Dari hasil uji Spearman's rho diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,000 (karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima. Yang artinya ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas krian Sidoarjo.

Melihat dari hasil penelitian ini maka perawatan infus lebih di lakukan menurut SOP, untuk

mencegah atau meminimalkan terjadinya flebitis.

Kata Kunci : Perawatan infus, Terjadinya flebitis.

Page 3: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

PENDAHULUAN

Infus cairan intravena (Intravenous fluids infution) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui sebuah jarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh. Pemberian terapi cairan intravena merupakan suatu keharusan untuk di berikan pada pasien yang mengalami kehilangan darah atau kehilangan cairan, gangguan kesadaran, dan dehidrasi (M.Bouwhuizen 2002). Menurut Hinlay dalam Asrin, Triyanto, & Upoyo (2006), 60 % pasien yang dilakukan rawat inap mendapatkan terapi cairan melalui infus. Akan tetapi pemberian terapi cairan intravena dapat menimbulkan berbagai bahaya, termasuk komplikasi lokal maupun sistemik. Komplikasi lokal yang sering terjadi adalah flebitis (Brunner & Suddartths, 2001). Di Puskesmas Krian sidoarjo diketahui bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis saat mendapatkan terapi cairan melalui infus. Angka kejadian infeksi melalui jarum infus di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta dilaporkan terdapat 53,8% penderita yang mengalami flebitis akibat pemasangan infus ketika dirawat di rumah sakit (Widiyanto, 2002). Kejadian flebitis di RSUP. Dr. Sardjito Jogjakarta mencapai 27,19 % (Baticola, 2002), Sedangkan Saryati (2002) menemukan kasus flebitis di RSUD Purworejo sebanyak 18,8% kasus (http://wwwsehat grup.com). Pada studi pendahuluan data yang diperoleh dari hasil wawancara peneliti dengan perawat di Puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan oktober 2010 terdapat 20 pasien yang terpasang infus, dari ke 20 pasien tersebut terdapat 12 pasien yang mengalami flebitis, dari data tersebut menunjukkan bahwa masih banyak pasien yang mengalami flebitis pada saat mendapatkan terapi cairan melalui infus. Mempertahankan suatu infus intravena yang sedang terpasang merupakan tugas perawat yang menuntut pengetahuan serta keterampilan tentang pemasangan dan perawatan infus, prinsip-prinsip aliran, selain itu pasien harus dikaji dengan teliti baik komplikasi lokal maupun sistemik (Brunner & Suddrths, 2001). Jika flebitis terjadi maka masukan terapi cairan intravena akan tersumbat dan tidak dapat terpenuhi, untuk itu selama pemberian terapi cairan intravena pasien harus mendapat pengawasan dan observasi yang ketat (Kusyati Eni.NS. 2006). Penyebab flebitis adalah iritasi fena oleh alat-alat intravena, obat-obatan, dan infeksi (Brunner & Suddarths, 2001). Meskipun setiap ruangan mempunyai protap cara pemasangan dan perawatan infus, namun dalam pelaksanaannya perawatan infus seperti memeriksa tempat penusukan setiap hari, mengganti balutan pada pasien yang terpasang infus, dan lain-lain, dalam kenyataannya masih ada yang tidak melakukannya. perawatan infus merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah terjadinya flebitis. Pencegahan flebitis tidak hanya berfokus pada saat pemasangan infus saja, akan tetapi sesudah pemasangan infus harus di lindungi sepenuhnya dari terjadinya komplikasi. Mencegah dan minimalkan efek dari terapi intravena terutama terjadinya flebitis maka perawatan infus harus di upayakan secara optimal. Perawat yang memperhatikan prinsip aseptik, dapat mengurangi kejadian flebitis (Brunner & Suddarths, 2001). Tujuan penelitian ini diantaranya adalah : 1. Mengidentifikasi perawatan infus di Puskesmas Krian Sidoarjo. 2. Mengidentifikasi terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian

Sidoarjo. 3. Menganalisasa hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis di Puskesmas Krian

Sidoarjo.

Page 4: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah analitik korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan pendekatan Kohort. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian Sidoarjo. Pada penelitian ini populasinya adalah semua pasien di puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan Mei-Juni 2011. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang terpasang infus di puskesmas Krian Sidoarjo pada bulan Mei-Juni 2011 sebanyak 20 responden yang di tentukan dengan teknik aksidental sampling. Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian Sidoarjo adalah berupa lembar observasi. Untuk menentukan hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infuse diklarifikasikan dalam dua atau lebih maka digunakan teknik korelasi uji kolerasi spreman’s rho. Dengan alpha 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Signifikasi atau bermaknah, apabila p Value < 0,05. Seluruh pengolaan data diolah dengan sistem komputerisasi dengan bantuan software SPSS.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Identifikasi perawatan infus pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian

Sidoarjo.

Keterangan Frekuensi Persen

Tidak dilakukan Dilakukan sebagian kecil Dilakukan sebagian besar Dilakukan semua

2 4 12 2

10% 20% 60% 10%

Total 20 100%

Di lihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 responden perawat dilakukan

sebagaian besar perawatan infus sebanyak 12 (60%). Dilakukan semua perawatan infus sebanyak 2 (10%). Dan tidak dilakukan perawatan infus sebanyak 2 (10%).

2. Identifikasi terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian

Sidoarjo.

Keterangan Frekuensi Persen

Terjadi flebitis Tidak terjadi flebitis

6 14

30% 70%

Total 20 100%

Dari tabel diatas bahwa 20 responden sebanyak, 14 (70%) tidak terjadi flebitis, 6

(30%) terjadi flebitis.

Page 5: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

3. Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo

Terjadinya flebitispada pasien yang terpasang infus

Total

Terjadi flebitis Tidak terjadi

flebitis

Perawatan infus

Tidak dilakukan 2

100% 0

0,0% 2

100%

Dilakukan sebagian kecil 4

100% 0

0,0% 4

100%

Dilakukan sebagian besar 0

0,0% 12

100% 12

100%

Dilakukan semua 0

0,0% 2

100% 2

100%

Total 6

30% 14

70% 20

100%

Correlations

Perawatan infus

Terjadinya flebitis pada pasien yang

terpasang infus

Spearman's rho

Perawatan infus Correlation Coefficient

1.000 .902**

Sig. (2-tailed) . .000

N 20 20

Terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus

Correlation Coefficient

.902** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 20 20

Dari hasil uji Spearman's rho diatas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,000

(karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian Sidoarjo”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,902 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.

Pembahasan 1. Perawatan infus

Di lihat dari tabel diatas menunjukkan bahwa dari 20 responden perawat dilakukan sebagaian besar perawatan infus sebanyak 12 (60%). Dilakukan semua perawatan infus sebanyak 2 (10%). Dan tidak dilakukan perawatan infus sebanyak 2 (10%).

Perawatan terapi Intravena Adalah suatu upaya atau cara untuk mencegah masuknya mikroorganisme pada vasikuler sehingga tidak menimbulkan terjadinya infeksi saat terpasang infus dengan cara : Memakai sarung tangan, Membasahi plaster dengan alkohol dan buka balutan dengan menggunakan pinset, Mebersikan bekas plaster, Perawat

Page 6: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

memeriksa tempat penusukan IV setiap hari, Perawat mengganti seluruh infus set sedikitnya setiap 3 hari, Membersihkan daerah tusukan dan sekitarnya dengan NaCL, Mengolesi tempat tusukan dengan iodin, dan Menutup dengan kasa steril dengan rapi. (SOP puskesmas krian). Sementara itu perawatan pada tempat penusukan juga harus dilakukan, antara lain : Balutan steril diperlukan untuk menutup tempat masuk kanula IV periver.Balutan harus di ganti jika balutan menjadi basah, kotor, atau lepas.Beberapa jenis balutan, meliputi balutan trasparan, perban steril, kasa, dan plaster, dapat digunakan sepanjang sterilisasi dapat di pertahankan.(Joanne C. La Rocc, Shirley E. Otto, 1998).

Dalam penelitian ini, tugas yang paling penting dari seorang perawat untuk mengobservasi selama pemberian infus pertama adalah reaksi pesien terhadap bahan – bahan yang diberikan atau terhadap daerah yang di berikan (pucat, keringat dingin, denyut jantung lemah),hal ini harus di laporkan pada dokter..

2. Terjadinya flebitis. Dari tabel 4.2 diatas bahwa 20 responden sebanyak, 14 (70%) tidak terjadi flebitis, 6

(30%) terjadi flebitis. Flebitis merupakan inflamasi vena yang disebabkan baik oleh iritasi kimia maupun

mekanik yang sering disebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena, Flebitis dikarateristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan, bengkak, indurasi dan teraba mengeras di bagian vena yang terpasang kateter intravena (La Rocca, 1998). Hal ini menjadiakan flebitis sebagai salah satu pemasalahan yang penting untuk dibahas di samping flebitis juga sering ditemukan dalam proses keperawatan (Jarumi Yati, 2009).

Dalam penelitian ini Flebitis terjadi karena adanya mikroorganisme atau bakteri yang masuk melalui lubang tusukan kateter infus. Dalam hal ni stiap hari harus dilakukan observasi untuk mengindari terjadinya flebitis atau masuknya mikroorganisme dan bakteri.

3. Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo.

Dari hasil uji Spearman's rho diatas diperoleh nilai Sig. (2-tailed) atau p value 0,000 (karena p value < 0,05) maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus di Puskesmas Krian Sidoarjo”. Nilai koefisien korelasi spearman sebesar 0,902 yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan kekuatan korelasi kuat.

Flebitis merupakan inflamasi vena yang di sebabkan oleh komplikasi dari terapi intravena, flebitis dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan bengkak, terasa hangat di daerah penusukan atau sepanjang vena, infus sering macet. (La Rocca, 1998). Flebitis yang terjadi dari infeksi tindakan pemasangan infus, merupakan masalah yang serius namun tidak sampai menyebabkan kematian, tetapi banyak dampak yang nyata yaitu tingginya biaya perawatan di akibatkan lamanya perawatan.

Kejadian flebitis sangat di pengaruhi oleh ketepatan dalam melaksakan pemasangan infus kurang dilakukan atau tidak sesuai SOP yang ada di instasi tersebut.

Page 7: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 20 responden perawat didapatkan tidak dilakukan perwatan sebanyak 2 (10%), dilakukan sebagian kecil sebanyak 4 (20%), dilakukan sebagian besar sebanyak 12 (60%) dan dilakukan semua 2 (10%).

2. Dari Dari tabel 4.2 diatas bahwa 20 responden sebanyak, 14 (70%) tidak terjadi flebitis, 6 (30%) terjadi flebitis

3. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Hubungan Perawatan Infus Dengan Terjadinya Flebitis Pada pasien Yang Terpasang Infus Di Puskesmas Krian Sidoarjo dengan nilai koefisien korelasi spearman’s rho sebesar 0,902 dengan tingkat signifikansi 0,000 (P< 0,05).

Page 8: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. (2003). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika :

Jakarta. Asmadi. (2008). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salembah Medika Alimul, Azis. (2005), Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran, EGC. Alimul, Azis. (2007), Metode Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Alimul, Azis.(2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. Darmawan.(2008). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika. http:/www.dinkes.go.id.diakses pada tanggal 10 Januari 2010. <http://www.depkesri.go.id , 2005.diakses> pada tanggal 20 Februari 2010.

http://www.sehatgrup.com. Diakses pada pada tanggal 2 Februari 2010. http://www.forom.com. Diakses pada tanggal 5 Februari 2010. Joonne C La. Rocca. Shirley E. Otto. (1998).Terapi Intravena. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Kusyati, Eni. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Mubarok Iqbal Wahit. (2007). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:Buku Kedokteran EGC. Notoadmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoadmodjo , S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam (2009), konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Nursalam (2003), konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Naga, D.S (1992), Pengantar Teori Skor Pada pengukuran. Jakarta:Guna Darma Pitasi Ratih (2006), Kimia dan unsur Air. Jakarta: Panembrama. Perry, Peterson, Potter.(2005). Ketrampilan Dan Prosedur Dasar Intravena. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. P.J.M.Stevens.(2009). Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika. Suddarth, & Brunner. (2001), Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Page 9: Jurper1 2 Het

Jurnal Keperawatan – Volume 01 / Nomor 01 / Januari 2011 – Desember 2011

Suddarth, & Brunner. (2000), Keperawatan Medical Bedah. Jakarta: Buku kedokteran EGC. Sharon. M. Weinstein.(2009). Terapi Intravena. Jakarta: Buku Kedokteran EGC