Jurnal Spinal Cord
-
Upload
martga-bella-rahimi -
Category
Documents
-
view
12 -
download
2
description
Transcript of Jurnal Spinal Cord
Journal Reading
Review Article
CONTROVERSIES IN THE SURGICAL MANAGEMENT OF SPINAL CORD INJURIES
Oleh:Martga Bella Rahimi, S.Ked 0910312128
Pembimbing: Prof. Dr. dr. Darwin Amir, Sp.S(K)
BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF RSUP DR. M. DJAMIL FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UNIVERSITAS ANDALAS
2015
1
Trauma pada cedera medula spinalis (Spinal cord injury/ SCI) diderita oleh lebih 200.000 orang di Amerika dan adalah penyebab utama angka kesakitan, kematian, dan biaya sosial. Manajemen dari SCI melingkupi beberapa komponen. Manajemen akut diantaranya adalah pengobatan medis dan tata laksana pembedahan yang biasanya melingkupi semua atau kombinasi dari reduksi, dekompresi, dan stabilisasi. Fisioterapi dan rehabilitasi dan masalah onset lambat dari SCI juga memegang peranan penting. Sebuah ulasan literatur yang bagus untuk manajemen pembedahan pada pasien SCI pada kondisi akut telah dilakukan. Konroversi yang terjadi adalah apakah reduksi aman atau tidak, dan apakah prereduksi MRI diperlukan pada kondisi trauma herniasi diskus juga didiskusikan. Kontroversi pada aturan waktu dari intervensi pembedahan dan pilihan pembedahan pada kondisi akut, inkomplit, dan trauma akut SCI juga dibahas. Tata laksana pembedahan sangat penting dalam manajemen pasien SCI dan kontroversi tentang waktu yang tepat untuk dilaksanakan pembedahan masih belum terselesaikan. Reduksi prepembedahan dianggap aman dan bermanfaat pada manajemen SCI dengan kehilangan alignment, setidaknya sebagai langkah inisiasi pada pasien SCI. Di masa depan, kumpulan data sebagai evidence-based sangat diharapkan dan dibutuhkan.
1. Pengenalan
Trauma pada cedera medula spinalis (Spinal cord injury/ SCI) diderita oleh lebih
dari 200.000 orang di Amerika, dengan jumlah penderita baru setiap tahunnya
mendekati 10.000 orang1-3. Penderita SCI biasanya adalah orang muda (berusia
sekitar 32 tahun) dan harapan hidup menjadi lebih rendah jika dibandingkan
dengan non-SCI. Karenanya, keputusan pengobatan terhadap cedera ini
mengakibatkan peningkatan besar-besaran pada biaya sosial dan ekonomi. Hasil
jangka panjang dari SCI terdiri dari kombinasi dari perpanjangan inisiasi cedera,
kesembuhan secara alami dari cedera, intervensi medis, rehabilitasi, dan
sosial/komunitas terintegrasi.
Sebagian komponen memegang aturan dalam manajemen SCI. Pada awalnya,
manajemen akut termasuk pengobatan medis ditujukan untuk menurunkan
kaskade cedera sekunder, dan inisiasi tata laksana pembedahan yang biasanya
berupa keseluruhan atau kombinasi dari reduksi, dekompresi, dan stabilisasi.
Fisioterapi dan rehabilitasi, yang mana dapat membawa dampak signifikan pada
keseluruhan penyembuhan adalah sebuah komponen tambahan. Akhirnya,
2
masalah onset lama SCI memainkan peran, seperti disfungsi usus dan saluran
pencernaan, nyeri, spastisitas, dan gangguan pada pernapasan spontan.
Artikel ini fokus pada manajemen pembedahan pada SCI pada kondisi akut.
Intervensi selanjutnya untuk sekuele SCI seperti manajemen spastisitas dan
manajemen nyeri kronik tidak didiskusikan.
Intervesi paling awal difokuskan pada tata laksana untuk meningkatkan
kesembuhan secara neurologi. Penelitian dengan menggunakan binatang sudah
menghasilkan bukti bahwa pembedahan dekompresi lebih awal dapat
meningkatkan kesembuhan secara neurologi setelah SCI5,6. Ini berarti diperlukan
intervensi awal. Sayangnya, jumlah penelitian pada pembedahan spinal manusia
menggunakan prospektif, metode random, atau metode kontrol masih terbatas.
Ulasan dari literatur saat ini menghasilkan hasil yang bervariasi, beberapa
mengindikasikan potensi keuntungan secara neurologi yang berhubungan dengan
dekompresi spinal ‘lebih awal’7,8 sementara yang lainnya menyatakan tidak6,9-11.
Pilihan prosedur pembedahan pada tipe individu dan beratnya SCI juga masih
menjadi kontroversi. Pada artikel ini, penulis menitikberatkan pada bukti yang
saat ini tersedia sebagai indikasi dan hasil yang paling umum tersedia pada opsi
pembedahan, termasuk prepembedahan reduksi sebagai pilihan terbaik yang
diberikan untuk pola cedera tertentu.
2. Inisiasi Reduksi Tertutup
Trauma patah tulang belakang atau dislokasi sering berhubungan dengan SCI
servikal sebagai akibat pada beberapa mekanisme, termasuk penyempitan kanal
spinal servikal atau melalui perpindahan langsung dari satu komponen spinal
servikal dengan kompresi fokal langsung pada tulang belakang. Reduksi pada
perpindahan spinal servikal dapat memperbaiki diameter spinal cord atau
membebaskan kompresi fokal pada spinal cord. Seperti yang dilaporkan pada
beberapa kasus9,12-14 berargumen bahwa trauma cedera tulang belakang, dapat
memperburuk kondisi secara neurologi jika reduksi dilakukan.
3
Penulis mengulas kontroversi seputar reduksi, apakah aman atau tidak dan apakah
MRI untuk memegang peranan penting pada herniasi diskus akan dibahas pada
paragraph berikut.
Sebagian penulis9,10,12-14 meyakini bahwa trauma herniasi diskus berkaitan dengan
fraktur-dislokasi atau dislokasi facet meningkatkan risiko herniasi spinal cord
setelah reduksi. Walaupun demikian, hubungan tingginya persentasi dari herniasi
diskus dengan dislokasi facet (42%)10 dan hilangnya hubungan yang jelas antara
hasil dan pre- atau postreduksi hasil MRI telas memunculkan pertanyaan tentang
nilai penting dari penggunaan MRI sebelum reduksi.
Kumpulan bukti menunjukkan bahwa hasil reduksi lebih awal mempengaruhi
hasil10,15-18, walau demikian, keterlambatan reduksi dengan MRI, yang mana
membutuhkan pemindahan pasien dengan patah tulang spinal yang tidak stabil ke
ruang MRI, bias mempengaruhi hasil dan membutuhkan penilaian yang adekuat.
Inisiasi reduksi tertutup merupakan bagian umum dari paradigm intervensi awal
dalam menangani SCI akut dan secara umum dipilih atas dasar keterdesakan.
Detil yang lebih halus dari teknik reduksi tidak dijelaskan dalam tulisan ini.
Walau demikian, pada kesimpulan, secara umum teknik yang dipakai adalah
Gardner-Wellstongs, Crutchfield, atau Halo rings. Tidak ada data yang tersedia
untuk mendukung mana teknik yang lebih dianjurkan. Gardner-Wellstongs dan
model Halo rings tersedia, yang saat ini cocok dengan pencitraan MRI.
Monitoring tertutup dari parameter hemodinamik sangat dibutuhkan selama
melakukan traksi. Traksi kranioservikal biasanya dimulai dengan berat kecil yang
secara bertahap ditingkatkan hingga alignment mencapai kondisi anatomi atau
mendekati kondisi anatomi tercapai. Tidak ada rekomendasi spesifik untuk berat
ideal atau maksimum. Namun, maksimal 5 pon per level biasa direkomendasikan
setelah 10 pon pada kepala telah ditambahkan. Peringatan dan keputusan klinik
dibutuhkan selama traksi dengan pertimbangan secara hati-hati untuk memastikan
apakah pasien bangun atau tidak, paralisis atau tidak, dan kontrol sinar X untuk
mencegah overdistraksi. Pada pasien yang bangun, mencoba reduksi sampai titik
akhir adalah pilihan ketika melakukan reduksi dan realignment, atau perburukan
4
nyeri dan fungsi secara neurologi tercapai. Pada pasien tak sadar, keputusan klinik
atau bukti sinar X akan menentukan reduksi telah mencapai titik akhir atau terjadi
overdistraksi. Jika reduksi terkesan tidak masuk akal, pencitraan lebih lanjut
dibutuhkan untuk memutuskan penyebab ketidakmampuan pengurangan, yang
biasanya secara anatomi dan biasanya membutuhkan reduksi pembedahan
terbuka19,20.
Sebagai usaha untuk meningkatkan panduan manajemen SCI, kelompok trauma
servikal dikembangkan bersama oleh American Association of Neurological
Surgeon (AANS) dan Congress of Neurological Surgeon (CNS), telah diulas
semua literatur terkait yang tentang reduksi C tulang belakang sejak tahun 2001.
Resultan kumulatif meta-analisis mereka menemukan 1200 kasus reduksi tertutup
dengan evidence kelas III. Secara keseluruhan, cedera secara neurologi permanen
sekitar <1% (sekitar 11 pasien). Dari 11 pasien ini, 2 memiliki root injuries, 2
memiliki cedera asending tulang belakang pada saat dilakukan reduksi, dan 7
memiliki skor ASIA (Anerican Spinal Injury Association) yang buruk, tetapi
apakah secara alami atau tidak yang menjadi penyebab skor ASIA ini telah
teridentifikasi. Dua puluh pasien lainnya memiliki deterioration secara neurologi
sementara, di mana penyebabnya adalah; overdistraksi, herniasi diskus, cedera
rostral yang tidak diketahui, epidural hematom, atau edema spinal cord.
Ulasan kelompok ini berkesimpulan akhir bahwa reduksi tertutup pada cedera
fraktur-dislokasi aman dan efektif untuk reduksi deformitas spinal pada pasien
yang bangun. Kelompok ini menyimpulkan bahwa dengan reduksi tertutup,
hamper 80% pasien akan mengalami cedera reduksi. Secara keseluruhan,
komplikasi secara neurologi yang permanen mencapai 1% dan risiko yang
berkaitan dengan cedera transien adalah 2-4%.
Traksi-reduksi tertutup sepertinya akan lebih aman dibanding manipulasi dengan
anestesi. Ada banyak penyebab deterioration secara neurologi pada pasien dengan
cedera servikal tulang belakang yang tidak stabil. Hal ini termasuk inadekuat
imobilisasi, cedera rostral yang tidak diketahui, overdistraksi, kehilangan reduksi,
jantung, respirasi, dan instabilitas hemodinamik. Walaupun prereduksi MRI
5
mempertunjukkan herniasi diskus pada lebih dari setengah pasien dengan
subluksasi facet, arti penting klinis pada penemuan ini masih dipertanyakan.
Penggunaan MRI tidak memperlihatkan peningkatan pada keselamatan atau
kemanjuran pada traksi-reduksi tertutup pada pasien yang bangun. MRI sebelum
reduksi fraktur-dislokasi dapat menghasilkan keterlambatan yang tidak bermakna
pada hasil realignment fraktur dan dekompresi dari tulang belakang. Evidence
kelas III mendukung reduksi tertutup lebih awal pada fraktur-dislokasi servikal
dengan memperhatikan fungsi secara neurologi, yang mana prereduksi MRI pada
kondisi ini tidak diperlukan. Waktu yang ideal untuk reduksi tidak diketahui, tapi
banyak ahli yang menyarankan untuk melakukan reduksi sesegera mungkun
setelah cedera untuk memaksimalkan potensi kesembuhan secara neurologi. Pada
pasien yang dilakukan reduksi tertutup pada cedera fraktur servikal, memiliki
insiden kegagalan lebih tinggi pada pada anatomi untuk reduksi, walaupun
obesevasi terhadap fraktur facet dan herniasi diskus telah dilakukan. Pada pasien
yang mengalami kegagalan reduksi tertutup, studi radiografi lebih detil harus
dilakukan sebelum melaksanakan reduksi terbuka. Pasien dengan fraktur-
dislokasi servikal, yang tidak bias diperiksa karena cedera kepala atau intoksikasi,
tidak bisa dipersiapkan untuk deterioration secara neurologi selama mendekati
traksi-reduksi. Untuk alasan ini, MRI sebelum dilakukan reduksi sangat
direkomedasikan sebagai opsi penanganan21. Pada pasien dengan bilateral facet
terkunci menghasilkan kegagalan reduksi tertutup, pembedahan reduksi pada
pasien tetraplegi inkomplit didukung oleh evidence kelas II.22-24
3. Waktu untuk Pembedahan
Aturan waktu untuk intervensi pembedahan penting dalam manajemen SCI dan
merupakan topik yang paling kontroversial. Dalam penelitian yang berkaitan
dengan tata laksana SCI, kesembuhan secara neurologi dan secara keseluruhan
memberikan hasil yang menyedihkan. Setiap komponen tata laksana yang bisa
meningkatkan hasil sangat dinantikan dan intervensi pembedahan lebih awl masih
memberikan harapan.
6
Beberapa penelitian mendukung adanya keberadaan ‘cedera sekunder’ pada
trauma spinal yang berkaitan dengan ‘jendela waktu’. Cedera sekunder
didefinisikan sebagai kaskade yang diinisiasi oleh trauma dan melibatkan
perubahan vaskuler, perubahan elektrolit, akumulasi eksitotoksis neurotransmitter,
inflamasi, dan kehilangan energi metabolisme25,26. Percobaan klinis pertama pada
manusia untuk mendefinisikan dan menandai konsep cedera sekunder dilakukan
oleh National Acute Spinal Cord Injury Study (NASCIS). Pada percobaan
NASCIS-2, methylprednisolone digunakan untuk tata laksana SCI akut pada
jendela waktu yang spesifik, namun hasilnya secara statistik tidak signifikan.
Beberapa bukti klinis mendukung adanya konsep cedera sekunder27. Pertanyaan
mendasar adalah apakah pembedahan awal akan meningkatkan hasil atau tidak,
jika tidak maka tidak ada yang dinamakan dengan ‘jendela waktu’. Sebelum
mendiskusikan waktu pembedahan lebih lanjut, penulis bermaksud membahas
tentang heterogenitas penderita SCI, sebagai contoh, demografi populasi,
mekanisme cedera, patologi cedera, severitas cedera, dan level cedera.
Heterogenitas ini mempersulit untuk menarik kesimpulan apakah pembedahan
awal dibutuhkan atau tidak. Hal ini memungkinkan, pada sebagian pasien SCI
memberikan manfaat lebih, sementara yang lain tidak member manfaat apapun.
Data pada percobaan terhadap hewan, secara kuat merekomendasikan bahwa
dekompresi lebih awal memberikan hasil yang lebih baik pada SCI. Banyak
peneliti telah memeriksa beraneka model cedera pada berbagai jenis hewan pada
periode yang berbeda. Sebagian besar menunjukkan efek positif dari dekompresi
lebih awal5,28-38. Walau demikian, bukti percobaan ini tidak diterjemahkan dalam
bukti klinis dengan derajat yang sama. Hal ini lebih dikarenakan oleh
heterogenitas pasien dan kesulitan inheren pada desain studi. Untuk memutuskan
apakah pembedahan lebih awal memberikan hasil atau tidak, beberapa penulis
melakukan studi meta-analisis terhadap literatur SCI terkait dan yang sedang
berkembang untuk merangkai jawaban sebagai evidence based39,40. Sejumlah
peneliti di Toronto, mengulas data yang mencakup semua penderita SCI,
dilakukan antara tahun 1966 hingga 1998 dan menyimpulkan bahwa tidak ada
sensus yang kuat dan bahwa tidak ada bukti yang mendukung bahwa dekompresi
pembedahan lebih awal mempengaruhi hasil pada pasien neurologi22,23,39. Dasar
7
kesimpulan mereka adalah karena kebanyakan studi hanya kelas III. Pada sisi lain,
kelompok di Italia, mengulas data yang mencakup percobaan pembedahan
penderita SCI antara tahun 1991 hingga 2000. Mereka menyimpulkan bahwa dari
keberadaan beberapa pembedahan lebih awal pada cedera inkomplit memberikan
keuntungan secara neurologi, mereka tidak bisa memutuskan apakah hal ini
berkaitan dengan waktu kurang dari 24 jam atau tidak40. Kelompok di Toronto
baru saja memperbarui data meta-analisis dengan menambahkan studi antara
tahun 2000 hingga 2005. Tidak ada perubahan dari keseluruhan rekomendasi
dibanding meta-analisis mereka terdahulu23. Yang menarik, dalam sebuah studi
restropektif multisenter yang melibatkan 36 pusat informasi di Amerika Utara
yang berkaitan dengan waktu untuk dilakukan intervensi pada SCI akut,
memberikan hasil yang bervariasi. Pembedahan yang dilakukan <24 jam setelah
cedera dilakukan pada 23,5% pasien, 25-48 jam pada 15,8%, 48-96 jam pada 19%
pasien, dan lebih dari 5 hari pada 41,7%41. Hasil dari studi ini secara kuat
memperlihatkan kurangny consensus terhadap waktu optimal untuk tata laksana
pembedahan. Sebuah studi restropektif baru-baru ini, yang fokus pada hasil
setelah manajemen pembedahan lebih awal dibandingkan dengan pembedahan
lebih lambat atau malah tanpa pembedahan setelah SCI akut pada semua
nonpenetrating akut, trauma SCI dari tahun 1991 hingga 2000 menunjukkan tidak
ada perbedaan secara neurologi ataupun peningkatan fungsi antara kelompok yang
menjalani pembedahan lebih awal dibanding yang lebih lambat42.
Satu-satunya studi dengan evidence kelas I terhadap isu ini dilakukan oleh
Vaccaro dkk43. Randomisasi level SCI servikal (C3-T1) dari tingkatan yang
berbeda dari cedera lebih awal kurang 72 jam dan lebih lambat >5hari. Studi ini
gagal untuk menunjukkan perbedaan hasil dari kedua kelompok (yang diikuti
selama 305 hari). Aspek lain dari kontroversi sekitar pembedahan memiliki
pengaruh pada angka komplikasi atau lama rawatan setelah SCI. Hal ini jelas
bahwa pembedahan dapat lebih berisiko pada pasien yang menderita SCI,
khususnya pada cedera servikal, dan ini berhubungan dengan cedera lainnya yang
signifikan. Baik Vaccaro dkk43 dan Tator dkk44 membuktikan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan dari lamanya rawatan antara kelompok yang dioperasi
dengan yang tidak atau antara yang lebih awal dengan yang lebih lambat dibedah.
8
Ada bukti jelas45 bahwa severitas cedera adalah penentu utama terhadap hasil
akhir sebuah trauma SCI, tapi potensi akibat dari mekanisme cedera atau tipe SCI
tidak dimasukkan. Pollard dan Apple24 tidak dapat mengidentifikasi hubungan
antara mekanisme cedera dengan kesembuhan secara neurologi. Namun, mereka
bisa mengobservasi pasien dengan sindrom Brown-Sequard atau sindrom central
cord dan secara relatif meningkatkan hasil. Hasil yang meningkat secara relative
pada pasien dengan sindrom central cord ketika dibandingkan dengan mekanisme
lain dari SCI adalah observasi catatan dan memperngaruhi pembuatan keputusan
dalam menentukan waktu pembedahan. Berlawanan dengan semua tipe SCI,
sindrom central cord adalah tipe di mana pembedahan lebih awal tidak
direkomendasikan pada kondisi akut; biasanya pasien ini ditata laksana secara
konservatif dengan collar dan istirahat. Konsensus terbaru adalah bahwa tidak ada
rekomendasi standar terhadap aturan dan waktu untuk pembedahan pad SCI
akut22. Ada rekomendasi guideline yang mendukung keamanan dari pembedahan
lebih awal (<72 jam) dalam hemodinamik pada pasien stabil, dan data tambahan
mendukung untuk reduksi darurat bilateral locked facets pada pasien dengan
deteriotation. Juga ada rekomendasi yang mendukung dekompresi untuk SCI
servikal akut; jika memungkinkan, kecuali pada pasien dengan upaya
penyelamatan nyawa pada trauma multiple, direkomendasikan untuk dilakukan
dekompresi darurat dalam 24 jam. Ada evidence kelas II bahwa pembedahan lebih
awal (<24 jam) menurunkan lama rawatan pada pasien SCI akut dan dapat
menurunkan komplikasi medis setelah cedera22,23. Ada sebuah kebutuhan untuk
desain yang lebih baik, eksekusi, dan percobaan randomisasi yang
membandingkan pembedahan lebih awal dengan yang lebih lambat pada SCI.
pertanyaan tentang kaitan antara SCI tipe partikular, level, atau severitas dan hasil
pembedahan adalah hal yang masuk akal. Ini sudah seharusnya memutuskan
dengan tepat mana tipe SCI yang memberikan hasil yang lebih baik, jika
memungkinkan, dan penyembuhan lebih awal.
Akhirnya, penting untuk menggabungkan kelompo Toronto dengan Universitas
Thomas Jefferson dan studi trauma spinal; telah dimulai penelitian multisenter,
percobaan prospektif untuk mengevaluasi efek dari dekompresi pembedahan lebih
awal (<24 jam) dengan lebih lanjut (>24 jam) untuk SCI servikal. Studi (Surgical
9
Timing in Acute Spinal Cord Injury/STASCIS) tidak dilaksanakan secara random
karena terkait masalah etik terhadap penolakan alokasi neurologi pasien pada
kelompok dekompresi lebih lambat. Studi ini baru saja dimulai dan ketika selesai
akan melibatkan 450 pasien.
4. Pilihan Tujuan Pembedahan
Pasien cedera tulang belakang merupakan grup yang heterogen, seperti yang
disebutkan sebelumnya, walaupun begitu, pencapaian secara total adalah mustahil.
Pada pasien SCI akut, pilihan prosedur pembedahan adalah sebuah fungsi objektif
dari pembedahan; fiksasi dari instabilitas dan kompresi dari spinal cord.
Pemilihan prosedur satu dan yang lainnya tergantung pada severitas cedera, level
cedera, mekanisme cedera, lokasi dan perluasan kompresi. Penentuan tujuan
sebelum prosedur merupakan hal yang penting untuk pemilihan prosedur. Walau
demikian, perencanaan pembedahan haruslah secara individual bergantung pada
kondisi pasien. Pada pasien dengan cedera tulang belakang total, hasil
keseluruhan jelek, dan biasanya tujuan operasi adalah untuk stabilitas spinal46. Hal
ini memungkinkan pasien untuk mendapatkan manajemen postural yang lebih
baik, mengurangi cedera, meningkatkan fungsi paru, dan memungkinkan untuk
inisiasi fisioterapi dan rehabilitasi. Walaupun fusi spontan kadangkala terjadi
tanpa operasi, stabilisasi pembedahan memungkinkan manfaat awal dan fusi, serta
mencegah kemungkinan deformitas kyphotic di masa depan.
Pada pasien SCI inkomplit, pemilihan prosedur bergantung pada mekanisme
cedera dan fraktur yang disebutkan di atas. Titik akhir pada tulang belakang bisa
diklasifikasikan menjadi anterior atau ventral dan posterior atau dorsal. Wlaupun
objektif, tentu saja, stabilisai atau dekompresi bisa dicapai dengan rute lain, tapi
kasus berat dengan kombinasi anterior dan posterior kemungkinan dibutuhkan47.
Pada trauma akut SCI, kontroversi klasik dan stabilisasi segmen panjang versus
pendek tidak ada. Trauma akut SCI biasanya melingkupi satu atau lebih segmen
instrumen fusi spesifik dan segmen pendek hampir selalu menjadi pilihan.
Pencapaian posterior selalu pada tipe cedera fleksi dan pada kebanyakan cedera
10
torakolumbal memperlihatkan bahwa tidak ada kaitan antara kompresi berat di
ventral dengan SCI parsial. Instrumen bisa jadi massa lateral, holifax clamps, atau
wires pada spinal servikal, transpedicular screws, dan sublaimar hooks, atau
wires pada spinal torakolumbal. Pada saat ini, penggunaan hooks dan wires sudah
sangat penting. Pencapaian bagian belakang memungkinkan dekompresi spinal
yang cepat dan mudah melalui laminektomi, jika dibutuhkan, dan memungkinkan
dilakukan ligamentotaksis pada cedera torakolumbal48. Titik pencapaian ventral
atau anterior seringkali digunakan pada trauma SCI servikal, dan sedikit banyak
pada cedera torakolumbal, karena sawar anatomi dari dada dan abdomen
menentukan kesulitan dalam pencapaian pembedahan. Titik pencapaian anterior
biasanya digunakan dalam cedera meluas, dan memungkinkan untuk korpektomi
dan dekompresi ventral jika diperlukan.
Instrumen dapat berupa plat anterior, cages, disc spacers, dan anterior screws.
Plat anterior biasa dikombinasi dengan titik posterior; pemilihan ini bergantung
pada kondisi per individu. Sebagian penulis menyarankan sebuah algoritma untuk
membuat keputusan yang melibatkan faktor-faktor di atas, terutama untuk ahli
bedah agar bisa menentukan tujuan spesifik dari masing-masing pasien49,50. Dari
sudut pandang EBM, tidak begitu mendukung hasil akhir secara spesifik baik dari
satu atau tatalaksana lain pada kondisi cedera partikular. Beratnya cedera terlalu
kompleks dan heterogen untuk dipecah menjadi tipe yang berguna secara esensial,
ditambah lagi ada banyak pilihan opsi pembedahan yang dipakai oleh banyak ahli
bedah.
5. Kesimpulan
Trauma SCI adalah penyebab utama kesakitan, kematian, dan mengakibatkan
biaya besar dalam masyarakat. Kegagalan dalam peningkatan hasil SCI yang
membutuhkan perpanjangan usaha memberikan hasil mengecewakan. Tata
laksana pembedahan merupakan sebuah alat penting dalam manajemen dan
kontroversi mengenai waktu untuk pembedahan perlu diselesaikan. Kumpulan
dari hasil data yang akan digunakan sebagai evidence-based adalah usaha yang
besar dan diharapkan hal ini akan tercapai di masa depan. Reduksi pre-
11
pembedahan dipertimbangkan aman dan penting dalam manajemen SCI dengan
kehilangan alignment, setidaknya sebagai langkah inisiasi dalam semua tata
laksana pada pasien dengan SCI.
12