JURNAL ILMIAH HASIL PENELITIAN
Click here to load reader
-
Upload
firdayanti-ayu-nurinda -
Category
Documents
-
view
52 -
download
0
description
Transcript of JURNAL ILMIAH HASIL PENELITIAN
STRATEGI CINA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN
EKONOMI GLOBAL
(2007-2011)
Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional
Oleh:
Firdayanti Ayu Nurinda
NIM. 0802045141
PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONALFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA
2012
STRATEGI CINA DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN EKONOMI
GLOBAL (2007-2011)
Abstract
The era of globalization and free trade create the business competition getting tougher. Appropriate strategy must be applied to achieve success through the utilization of the opportunities that exist in the business environment which is fast moving for now on and increasingly competitive. Government must truly understand the global economy and implement economic policies that will improve the capability of the economy. Meanwhile, to win the competition in the global market, business people with the company should strive include the exceptional service to customers, developing new skills, new innovative products, and managing the change through teamwork. China really understands about what to do to deal with globalization. The advantage in the global economic competition seen even in the industrialized countries are not able to avoid the impact of the global financial crisis that occurred in 2008. China was able to achieve economic growth to 9 per cent in the year even as the United States and Japan experiencing low economic growth, respectively by 0.4% and -0.7%. What is even drawing attention is China's economic reforms as the communist country to adopt the system of market economy and then naming their current economic system with Chinese Socialist Market Economy. Last but not least important is how business people in China are able to maximize the reinvention of the state in the economy so they are more freely to take actions that benefit the company. They also maximize the government policies that strongly support the increased capability of the economy thereby increasing the competitive advantage of China in global economic competition.(Keywords: globalization, China, economy, socialist, market)
A. Pendahuluan
Perdagangan internasional dan penanaman modal asing yang sangat maju
dan berkembang dapat kita temukan pada era globalisasi saat ini. Hal tersebut
membuat produk-produk manufaktur dan kebudayaan dari berbagai negara dapat
kita temukan di seluruh dunia. Tidak semua negara di dunia ini menyambut
dengan baik adanya globalisasi, bahkan terdapat kelompok yang menyebut diri
mereka anti-globalisasi karena menganggap globalisasi hanya akan
menguntungkan negara-negara industri besar dan hanya akan memperburuk
kondisi negara dunia ketiga.
2
Sebuah negara besar di Asia Timur yang memiliki penduduk terbanyak di
dunia, yaitu Cina, justru menyambut globalisasi dengan penuh semangat.
Reformasi ekonomi yang dimulai sejak masa pemerintahan Deng Xiaoping,
membuat Cina mampu meraih pencapaian-pencapaian ekonomi yang dianggap
membahayakan bagi negara-negara industri besar lainnya, seperti Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, dan negara-negara besar lainnya di daratan Eropa.
Meningkatnya kapabilitas perekonomian Cina melalui reformasi ekonomi
yang sangat tidak biasa, yakni sebuah negara komunis besar yang mengadaptasi
sistem ekonomi pasar yang bertentangan dengan prinsip sosialisme, menimbulkan
beberapa pertanyaan di benak kita. Bagaimana Cina mampu mengkordinasikan
sistem ekonomi pasar dengan prinsip sosialis yang bertentangan menjadi sebuah
sistem perekonomian yang disebut Ekonomi Pasar Sosialis Cina?; apa saja yang
dilakukan Cina untuk memperoleh keunggulan bersaing dalam persaingan
ekonomi global pada 2007-2011?; apa saja tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
para pelaku bisnis untuk memaksimalkan kebijakan-kebijakan pemerintah Cina
yang sangat mendukung kemajuan perekonomian negara?
B. Ekonomi Pasar Sosialis Cina
Sistem ekonomi Cina memasuki babak baru, yaitu ekonomi pasar sosialis
sejak kepemimpinan Deng Xiaoping sebagai Sekretaris Jendral Partai Komunis
Cina pada tahun 1978. Ketika Deng telah memiliki posisi yang kuat karena sudah
mendominasi kekuasaan di segenap kepemimpinan nasional, barulah ia secara
leluasa dapat mengaplikasikan pemikiran-pemikirannya dalam suatu kebijakan
reformasi negara. Deng membiarkan dikembalikannya hak milik pribadi, dan
begitu pula kontrol negara atas sarana produksi dikurangi secara progresif.
Keputusan untuk mensinergikan esensi dari kapitalisme dan sosialisme
diambil oleh Deng sebagai cara untuk memperbaiki kondisi perekonomian Cina
setelah bereakhirnya Revolusi Kebudayaan. Revolusi Kebudayaan pada akhir
pemerintahan Mao mengakibatkan keterbelakangan ekonomi di Cina karena
kegagalan dari pelaksanaan kebijakan Lompatan Jauh ke Depan yang dianggap
tidak rasional. Deng Xiaoping berusaha memperbaiki situasi tersebut dengan cara
3
yang jauh lebih rasional melalui transformasi bertahap dengan memilih jalan
kapitalisme untuk mereformasi ekonomi Cina.
Proses ini berjalan cepat pada awal tahun 1980-an. Pembubaran komune
merupakan perubahan besar yang paling mengejutkan karena ini menyentuh 80%
dari seluruh penduduk Cina. Mayoritas penduduk Cina bebas memiliki dan
memakai alat produksi, dan juga menikmati hasil produksinya. Sementara itu
negara membebaskan harga barang dan membiarkannya ditentukan oleh hukum
pasar.
Saat ini Cina telah menjadi anggota hampir seluruh organisasi
internasional, terutama yang berkaitan dengan integrasi kawasan dan kerjasama
ekonomi. Ini sejalan dengan slogan yang dibuat oleh Deng Xiaoping, yaitu: Gaige
dan Kaifeng, yang berarti Reformasi dan Membuka Diri. Berbeda dengan kondisi
saat Cina masih berada di bawah kepemimpinan Mao Zedong yang membuat Cina
terisolasi dengan dunia internasional. Keterbukaan Cina pada dunia internasional
menunjukkan bahwa Cina mengangap dirinya telah mampu memasuki arus
globalisasi.
Wujud nyata dari keterbukaan ekonomi Cina adalah dengan dibukanya
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEK) dan membuka sejumlah kota daerah garis pantai
bagi investasi asing. Pembukaan Zona Ekonomi Khusus (ZEK) bagi
perekonomian tidak lain sebagai suatu wilayah percontohan atau laboratorium
bagi eksperimenasi kapitalis dalam ekonomi ekonomi Cina. Fungsi ZEK tersebut
adalah sebagai pusat pengetahuan tentang pengembangan teknologi. Dengan
hanya fokus kepada satu zona ekonomi, diharapkan dapat meminimalisir biaya
pembangunan. Dengan membuka wilayah pesisir terlebih dahulu dan kemudian
membiarkan perekonomian yang terbuka di wilayah ini memberikan daya dorong
untuk membuka wilayah-wilayah pedalaman. Sekaligus diharapkan dapat
memainkan peranan yang penting dalam menyerap teknologi dari luar negeri dan
investasi asing.
Pembangunan ekonomi di setiap negara merupakan hal yang sangat
signifikan untuk menentukan tingkat kesejahteraan ekonomi suatu negara. Dengan
demikian terdapat strategi-strategi tertentu yang coba untuk diterapkan seperti
4
halnya menetapkan zona ekonomi khusus (ZEK) di suatu wilayah tertentu di
sebuah negara. Zona ekonomi khusus ini membuka peluang bagi para investor
asing untuk berproduksi dengan perlakuan khusus tertentu berupa keringanan
pajak atau hambatan-hambatan lainnya. Hal ini akan mendorong ekonomi negara
tersebut dengan optimalisasi keunggulan komparatif. Terbentuknya zona ekonomi
khusus secara modern pertama kali muncul pada tahun 1959 di Irlandia dengan
orientasi ekspor.
Seiring dengan perkembangan, strategi zona ekonomi khusus kemudian
diterapkan oleh Taiwan, Korea Selatan, Indonesia, Filipina dan India.
Keterbukaan terhadap modal asing, menjadi titik awal yang mendorong
keberhasilan ekonomi Cina selama beberapa dekade. Hal ini memicu berkembang
pesatnya pembentukan zona ekonomi khusus di Cina. Zona ekonomi khusus ini
juga disebut sebagai salah satu bagian dari empat modernisasi pembangunan
ekonomi. Di mana kebutuhan akan modal asing menjadi suatu conditio sine qua
none karena negara tidak memiliki modal pada waktu itu (Wiryawan, 2008: 11).
Oleh para pelopornya, Ekonomi Pasar Sosialis dijabarkan sebagai suatu
jalan tengah atau alternatif ketiga antara kapitalisme ekonomi pasar tanpa kontrol
yang sangat dominan di hampir semua negara barat pada abad XVIII dan XIX,
dengan ekonomi sentralistik yang totalitarian seperti yang dilaksanakan oleh
Hitler dan Stalin yang bergerak ke arah tatanan ekonomi dan kemasyarakatan
yang adil dan efisien secara ekonomi, dan bertahan lama (Lampert, 1994: 58).
Penggabungan dari kedua prinsip tersebut membuat kebebasan dan keadilan
adalah kombinasi paling jelas yang digambarkan oleh istilah Ekonomi Pasar
Sosialis.
Ekonomi pasar sosialis yang digunakan sebagai sistem perekonomian tidak
membuat Cina memberikan kebebasan dalam berpolitik kepada warga negaranya.
Pemerintah Cina menerapkan quid pro gaya Singapura dengan rakyatnya: Partai
Komunis mengizinkan kebebasan ekonomi, tetapi tidak kebebasan berpolitik.
(Meredith, 2010: 21)
Untuk memastian Ekonomi Pasar Sosialis dengan ciri khas Cina dapat
berjalan, negara ini secara resmi mengutarakan prinsip-prinsip Ekonomi Pasar
5
Sosialis yang digunakannya pada 22 Agustus 1992. (LeBaron dan Carpenter, 2002:
274)
Prinsip-prinsip tersebut, yaitu:
a. Pasar merupakan alat utama untuk mengalokasikan sumber daya yang ada
dalam masyarakat, bukan perencanaan negara;
b. Perencanaan wajib dan tindakan administratif harus lebih dibatasi pada
tingkat ekonomi makro;
c. Kebijakan ekonomi makro menjadi sarana utama regulasi ekonomi negara,
dan ini dilaksanakan secara konsisten dengan ekonomi makro;
d. Properti berada di atas kepemilikan publik, bukan pribadi. Ini adalah dasar
yang membedakan ekonomi pasar sosialis dengan ekonomi pasar kapitalis;
e. Badan Usaha Milik Negara harus mandiri dalam pelaksanaan operasional,
bertanggung jawab terhadap keuntungan maupun kerugian yang
didapatkan, dan perihal perhitungan finansial;
f. Pemerintah harus memecah hambatan pasar regional, mengendalikan
pertumbuhan monopoli kekuatan, dan mempromosikan pembangunan
pasar nasional terpadu.
Negara menarik diri dari campur tangan dalam aktivitas ekonomi dan
hanya memerankan peranan dalam kontrol makro (hongguan tiaokong). Dokumen
yang dikeluarkan oleh Sidang Pleno ke-3 dari Komite Sentral, November 1993,
menegaskan hal ini: “membangun sistem ekonomi pasar sosialis berarti
menjadikan pasar sebagai faktor fundamental dalam alokasi sumber daya di
bawah kontrol makro oleh negara.”(Wibowo, 2004: 36).
Berbagai kebijakan ekonomi oleh Deng menimbulkan kontradiksi oleh
orang-orang yang ingin mempertahankan secara mutlak ideologi sosialisme yang
sering disebut sebagai kelompok konservatif. Mereka disebut konservatif bukan
karena nasionalisme dan keteguhannya mengusung nilai moral tradisional, tetapi
semata-mata karena mereka tidak mau begitu saja melepaskan monopoli
interpretasinya terhadap sosialisme. Jika perlu, mereka menginginkan agar basis
ekonomi diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
6
Kelompok lain yang dijuluki sebagai kelompok reformis berpendapat
sebaliknya. Menurut mereka jika basis ekonomi memang sudah berubah, maka
suprastruktur (ideologi) juga harus ikut diubah. Usul kelompok reformis itu tentu
saja sangat berbahaya sebab mereka tidak hanya harus berlawanan dengan
kelompok konservatif, tetapi juga harus meniadakan seluruh legitimasi Partai
Komunis Cina, sebuah partai yang ditegakkan atas komitmen perjuangannya
membela keadilan dan kesamaan atau sosialisme.
Permasalahan ideologi di Cina bukanlah hal yang mudah untuk
diselesaikan. Namun negara ini sudah pasti tidak akan mengorbankan kepentingan
negara demi terus bersikukuh pada pandangan ideologi yang akan menghambat
kemajuan negaranya. Menurut Deng, apa yang dibayangkan oleh Marx di dalam
teorinya mengenai suatu gambaran bahwa pada sistem sosialisme tidak
dibutuhkan lagi pasar barang dan uang yang sangat kontradiktif dengan
pembangunan sosialis di Cina.
Di sisi lain komunisme yang terkenal dengan sikap otoriternya dalam
menghadapi ganguan dari dalam maupun luar negeri yang berkaitan dengan
prinsip-prinsip dari komunisme itu sendiri, membuat masyarakat lebih tertib dan
patuh kepada kebijakan-kebijakan negara yang mempermudah berjalannya
pemerintahan. Tradisi Confusian yang masih sangat melekat pada masyarakat
Cina sendiri mengajarkan tentang harmoni dan kestabilan, sehingga pemerintahan
komunis yang cenderung otoriter lebih dapat diterima dibandingkan terjadinya
chaos di negara tersebut. (Budiarjo, 2008: 161)
C. Keunggulan Bersaing Cina Pada Persaingan Ekonomi Global
Keunggulan bersaing dalam satu industri dapat sangat diperkuat oleh antar
hubungan dengan unit-unit usaha yang bersaing di sejumlah industri terkait jika
antarhubungan ini benar-benar diwujudkan. Antarhubungan di kalangan unit
usaha merupakan saran utama bagi perusahaan yang terdiversifikasi untuk
menciptakan nilai sehingga dapat menjadi penyangga bagi strategi korporasi.
Keunggulan bersaing juga mengandung banyak implikasi dari competitive
strategy (strategi bersaing) (Porter, 1992: 3).
7
Keunggulan bersaing pada dasarnya tumbuh dari nilai suatu manfaat yang
dapat diciptakan perusahaan bagi para pembelinya yang lebih dari biaya yang
harus dikeluarkan perusahaan untuk menciptakannya. Nilai atau manfaat inilah
yang bersedia dibayar oleh pembeli dan nilai yang unggul berasal dari penawaran
harga yang lebih rendah ketimbang harga pesaing untuk manfaat setara atau
penawaran manfaat unik yang melebihi harga yang ditawarkan. Sehingga terdapat
dua jenis dasar keunggulan bersaing: keunggulan biaya dan diferensiasi.
Keunggulan biaya dan difersifikasi pada dasarnya berasal dari struktur
industri. Keunggulan bersaing merupakan hasil dari kemampuan perusahaan
menanggulangi kelima faktor persaingan secara lebih baik ketimbang para
pesaingnya. Kedua tipe dasar keunggulan bersaing tersebut dikombinasikan
dengan ruang lingkup kegiatan perusahaan yang dilakukan untuk mencapainya
akan menghasilkan tiga pilihan strategi generik untuk mencapai kinerja di atas
rata-rata dalam suatu industri, yaitu: keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus
(Porter, 1992: 10)
Strategi keunggulan biaya dan strategi diferensiasi mencari keunggulan
bersaing dalam beragam segmen industri yang luas, sedangkan strategi fokus
mengejar keunggulan biaya (fokus biaya) atau diferensiasi (fokus diferensiasi)
dalam segmen yang sempit. Pemikiran yang melandasi konsep strategi generik
adalah bahwa keunggulan bersaing merupakan inti dari strategi apapun dan
mencapai keunggulan bersaing mengharuskan perusahaan untuk menentukan
pilihan―jika suatu perusahaan ingin memiliki keunggulan bersaing tertentu, ia
harus memilih jenis keunggulan bersaing yang akan dicapainya serta cakupan
pasar tempat perusahaan akan mencapainya.
Biaya juga merupakan hal yang sangat penting bagi strategi diferensiasi
karena suatu diferensiator harus mempertahankan proksimitas biaya dengan para
pesaing. Diferensiator tidak akan berhasil mencapai kinerja (performance) yang
unggul apabila premi harga yang dihasilkan melebihi biaya diferensiasi. Perilaku
biaya juga menimbulkan pengaruh kuat terhadap struktur industri secara
menyeluruh. Sedangkan fokus sangat diperlukan untuk menjaga agar produk yang
dihasilkan benar-benar sesuai dengan target pasar, sehingga tidak berlebihan
8
dalam memenuhi bagian tertentu dalam proses produksi yang dapat membuat
perusahaan menanggung beban biaya yang tidak perlu.
Industri sendiri bukanlah sesuatu yang homogen karena dalam setiap
industri terdapat sejumlah segmen industri yang mempunyai struktur sebagaimana
industri itu sendiri dan kekuatan dari kelima faktor bersaing pada satu segmen
industri biasanya tidak sama dengan segmen lain. Segmentasi industri adalah
pemilahan industri menjadi sejumlah segmen yang diperlukan untuk menyumbang
pada strategi bersaing. Oleh karena itu, masing-masing segmen industri biasanya
sangat berlainan dalam keunggulan strukturnya dan dalam persyaratan yang
diperlukan untuk keunggulan bersaingnya.
Segmentasi sebenarnya adalah proses pemfokusan sasaaran tujuan industri,
sehingga perusahaan menjadi lebih fokus untuk mencapai hasil yang benar-benar
diharapkan. Untuk memilah industri dalam berbagai segmen, ada empat kelompok
variabel segmentasi yang dapat diamati dan digunakan baik secara sendiri-sendiri
maupun secara gabungan dalam menentukan perbedaan di antara para produsen
dan pembeli. Pada setiap industri, masing-masing variabel ini atau keseluruhan
dapat digunakan untuk menentukan segmen yang mempunyai nilai strategis dalam
industri, yakni:
1. Model produk. Model produk tertentu, yang jelas, yang diproduksi, atau
dapat diproduksi.
2. Jenis pembeli. Jenis pembeli akhir yang membeli, atau mungkin membeli
produk industri itu.
3. Saluran (pembele perantara). Berbagai saluran distribusi yang digunakan
atau potensial dapat digunakan, untuk pembeli akhir.
4. Lokasi geografi pembeli. Lokasi geografi pembeli yang ditentukan oleh
tempat, daerah, negara, atau kelompok negara.
Alasan mengapa industri harus dibagi-bagi untuk perumusan strategi
bersaing adalah bahwa produk, pembeli, atau keduanya, dalam lingkungan
industri berbeda-beda dalam berbagai hal. Perbedaan produk atau pembeli
menimbulkan segmen industri bila perbedaan itu dapat mengubah salah satu atau
beberapa di antara kelima faktor saing. Skala ekonomi atau kekuatan pemasok,
9
misalnya, mungkin berbeda-beda di antara sejumlah produk yang beragam
walaupun produk itu dijual kepada pembeli yang sama. Pembeli tertentu juga
mungkin pula mempunyai kecenderungan yang berbeda-beda dalam
menggantikan jenis produk tertentu. Demikian pula kekuatan pembeli atau
ancaman kemungkinan barang substitusi jenis produk tertentu yang mungkin
berbeda-beda pula di antara para pembeli.
Selama bertahun-tahun, Cina telah melaksanakan kebijakan yang
mendukung perdagangan pengolahan, sehingga segmentasi perdagangan
pengolahan menjadi sumber utama surplus perdagangan. Perusahaan-perusahaan
transnasional dari negara-negara industri memindahkan manufaktur kelas
menengah dan rendah ke Cina, dan kemudian membeli barang-barang jadi dari
Cina untuk dijual ke negerinya masing-masing, perpindahan manufaktur itulah
yang memperluas surplus perdagangan Cina. Penyerapan modal asing secara
efektif juga ikut mendorong berkurangnya impor serta bertambahnya ekspor.
Saat ini negara dan daerah yang menanam modal di Cina sudah
melampaui 190, dan 70% di antaranya berpusat di industri manufaktur.
Perusahaan-perusahaan modal asing itu tidak hanya mengekspor barangnya dalam
jumlah besar. Mereka juga secara berangsur-angsur menggantikan sebagian
barang impor dengan barang-barang buatannya di Cina. Kebijakan ekonomi,
yang mengutamakan penyerapan modal asing serta struktur perdagangan Cina
dengan perdagangan pengolahan sebagai penyangga yang menjadi penentu gejala
surplus perdagangan Cina, tidak akan dihilangkan dalam kurun waktu jangka
pendek.
Mulai dari September tahun 2006, Cina mengambil serangkaian langkah
untuk mengontrol ekspor, antara lain, mengurangai tingkat pengembalian pajak
untuk ekspor, namun hasilnya sangat tipis. Wakil Presiden Kelompok Tekstil
Tiongkok, Li Lingmin berpendapat, kebutuhan kuat pasar internasional terhadap
produk Cina adalah sebab utama pertumbuhan pesat ekspor. Ahli Biro Umum
Pabean Cina berpendapat, munculnya surplus perdagangan dalam jumlah besar di
samping berkaitan erat dengan kebijakan-kebijakan negara yang mendukung
perdagangan pengolahan dan penyerapan modal asing, juga berhubungan dengan
10
tingkat pengembalian pajak untuk ekspor serta naiknya nilai mata uang Yuan
Renminbi.
Segmentasi yang dilakuakan Cina tadi memberikan hasil yang memuaskan
bagi negara ini. Statistik Biro Umum Pabean Cina menunjukkan, nilai total impor
dan ekspor perdagangan luar negeri Cina Februari 2010 lalu mencapai 140,44
miliar dolar Amerika, meningkat 32,9% dibanding masa sama tahun lalu. Di
antaranya ekspor tercatat 82,1 miliar dolar Amerika, meningkat 51,7%; sedang
impor tercatat 58,34 miliar dolar Amerika, meningkat 13,1%. Tingkat
pertumbuhan ekspor lebih tinggi 38,6% daripada tingkat pertumbuhan impor.
Surplus perdagangan Februari mencapai 23,76 miliar dolar Amerika, suatu rekor
baru dalam sejarah. Dengan demikian Cina telah secara berturut-turut selama 34
bulan mewujudkan surplus perdagangan bulanan sejak Mei tahun 2004.
Surplus perdagangan untuk dua bulan pertama tahun 2007 telah mencapai
39,61 miliar dolar Amerika, yaitu sama dengan 22% surplus perdagangan tahun
2006. Pada dua bulan lalu, ekspor tercatat 168,71 miliar dolar Amerika,
meningkat 41,5%; sedang impor tercatat 129,1 miliar dolar Amerika, meningkat
20,6%. Laju pertumbuhan ekspor lebih tinggi 20,9% daripada laju pertumbuhan
impor. Pertumbuhan pesat ekspor secara besar-besaran menambah surplus
perdagangan. Kekuatan yang berhasil dicapainya tersebut membuat Cina memiliki
bargaining position yang lebih kuat daripada sebelumnya.
D. Maksimalisasi Para Pelaku Bisnis Terhadap Kebijakan Ekonomi
Pemerintah
Para pelaku bisnis menggunakan dengan sangat baik dukungan pemerintah
tersebut dengan melakukan strategi-strategi yang menguntungkan perusahaan,
yakni: tindakan diversifikasi industri secara intensif dan maksimalisasi kebijakan
alih teknologi. Ketika sebuah perusahaan mengalami kelebihan stok produk,
perusahaan tersebut akan menghadapi kondisi ekonomi pasar dengan cara
mengurangi jumlah produksi.Para pelaku bisnis di Cina memberikan respon yang
berbeda untuk masalah tersebut. Respon yang lebih umum adalah terus
berproduksi dengan tingkat yang sama sembari melihat-lihat sektor lain untuk
11
melakukan diversifikasi. Midea dan Galanz adalah contoh klasik dari perusahaan-
perusahaan sukses Cina. Keduanya berawal dari sebuah bengkel sederhana yang
pada awal 1980-an membuat produk-produk yang tampak seperti prototipe
Revolusi Industri (Kynge, 2007: 86).
Midea adalah salah satu produsen AC (air conditioner) terbesar di dunia
yang berawal dari memproduksi kipas angin kecil dengan baling-baling yang
dibuat dengan ditempa di atas kayu oleh pemimpin perusahaan tersebut. Kipas
angin itu saat ini terpajang sebagai artefak di lemari kaca di museum perusahaan.
Sedangkan Galanz saat ini memiliki pabrik oven microwave terbesar di dunia.
Ketika mereka mengalami kemunduran di mana masa kejayaan
kepemimpinan patriarkat dan kedua perusahaan tersebut berada dalam situasi sulit
karena kelebihan stok (sekitar tahun 2001), margin mereka turun dengan cepat.
Namun mereka memberikan reaksi yang mengejutkan. Midea sebagai pembuat
penyejuk udara melakuakan ekspansi dengan memproduksi microwave. Padahal
tahun itu permintaan nasional terhadap penyejuk udara berkurang sepuluh juta
unit dan microwave, memutuskan untuk berekspansi dengan membuat penyejuk
udara dengan harga bersaing.
Dalam ekonomi pasar normal, perusahan tidak dapat terus menerus menjual
produknya di bawah harga selama bertahun-tahun. Hal ini disebabkan oleh
kekhawatiran bank dengan kemampuan produsen untuk melunasi hutangnya dan
menarik pinjamannya. Tetapi Cina bukan ekonomi pasar normal. Cina tidak
memiliki peraturan kepailitan yang berfungsi. Oleh karenaya, likuidasi
perusahaan-perusahaan pailit sulit dilakukan. Di samping itu, bank-bank
mempunyai likuiditas yang berlebih, sebab orang Cina menyimpan rata-rata
sekitar 40 persen penghasilan mereka dan pasokan uang dalam ekonomi di atas
dua kali lipat dari produk domestik bruto tahunan. Seringkali bank memiliki lebih
banyak deposito daripada peminjam yang dapat mereka pinjami.
Seorang bankir senior tingkat provinsi di Bank Industri dan Perdagangan,
bank terbesar negari itu, menyatakan bahwa kepailitan sebuah perusahaan dengan
menarik pinjama dari perusahaan tersebut akan merugikan bunga bank. Penarikan
tersebut akan berdampakmpada tertekannya pemasok perusahaan, meningkatnya
12
pengangguran, berpotensi menyebabkan penurunan yang drastis dalam
pengeluaran konsumen, dan membahayakan stabilitas sosial. Sehingga jauh lebih
baik untuk menunggu pasar mencapai situasi yang menguntungkan kembali
daripada menyebabkan penurunan kondisi di seluruh bidang.
Perbedaan antara kebangkitan teknologi Cina dan teknologi negara-
negara maju lainnya adalah kebangkitan teknologi di Cina lebih banyak didukung
oleh perdagangan, bukan riset. Secara umum, perusahaan-perusahaan Cina
mendapatkan teknologi-teknbologi mereka dengan cara membeli, menyalin, atau
meyakinkan mitra asing untuk mentransfernya sebagai bagian dari harga untuk
mendapatkan akses ke pasar potensial yang besar. Dalam konteks ini, yang
menjadi pemacu di balik kebangkitan teknologi Cina adalah globalisasi, bukan
penelitian dan pengembangan.
Sebuah merek baru yang lebih kecil dan berbasis di bagian tengah
Provinsi Anhui telah berhasil merumuskan pendekatan baru. Chery, perusahaan
yang menghadapi tuduhan pembajakan dari Volkswagen dan GM nyaris sejak
kelahirannya pada 1997, memutuskan bahwa tidak ada waktu untuk
mngembangkan mesinnya sendiri. Margin keuntungan penjualan mobil juga
terlalu kecil untuk memungkinkan pembelian mesin-mesin mahal dari produsen
asing. Menurut Ying Tongyao, Presiden Chery, satu-satunya cara yang bisa
digunakan adalah membeli keahlian teknologi untuk membuat mesin.
Pada 2002, Yin mendatangi sebuah perusahaan mesin mobil di Inggris,
Lotus, untuk membicarakan tentang kemungkinan transaksi. Namun pada
akhirnya Chery bekerjasama dengan AVL, sebuah spesialis permesinan dari
Austria yang dibayar untuk melakukan alih teknologi rancangan mesin dan cara
membuat mobil. Pada Maret 2005, ia memperkenalkan sebuah pabrik mesin baru
seharga $370 juta dan akan membuat 150.000 mesin setiap tahun sebagai langkah
awal. Dalam lima tahun ke depannya, ia berharap mesin-mesin tersebut akan bisa
memenuhi standar lingkungan tertinggi yang ditetapkan Eropa dan Amerika
Serikat dan produksinya akan meningkat hingga 500.000 unit dalam setahun.
Sumbangan penelitian dan pengembangan terhadap dinamika yang
membantu lompatan teknologi Chery sangatlah kecil; yang banyak menyumbang
13
adalah penghematan. Chery mampu membayar teknologi permesinan yang mahal
meskipun menjual mobil-mobil murah dengan harga rendah karena bank-bank
bersedia membiayainya. Selain karena sejumlah dukungan pemerintah, bank-bank
tersebut bersedia membiayainya karena jumlah orang yang cukup makmur untuk
membeli mobil di Cina diharapkan bisa meningkat dari sekitar 60 juta pada 2005
diperkirakan dapat menjadi 160 juta pada 2010. Dengan kata lain, Cina siap
menjadi pasar mobil yang berkembang paling pesat di dunia.
Setelah melakukan lompatan teknologi ini, Chery mulai melakukan
ekspor ke Amerika Serikat. Ia telah menjalin aliansi dengan Malcolm Bricklin,
orang New York yang membawa mobil mini Subaru dari Jepang ke Amerika
Serikat pada dasawarsa 1960-an dan mobil Yugo, dari Yugoslavia yang bernasib
buruk pada 1980-an. Tetapi Chery memiliki ambisi yang lebih besar daripada para
pendahulunya ini. Ia ingin menjadi saingan Toyota, mengekspor satu juta mobil
pada 2012 yang semuanya dijual dengan harga 30 persen lebih murah daripada
pesaing terdekatnya, kata Yin.
Melalui tabungan yang didapatkan perusahaan-perusahaan manufaktur
Cina karena murahnya buruh, jaringan persediaan yang terpadu, dan keuntungan-
keuntungan lain, Chery bertujuan menempuh cara yang dipakai perusahaan-
perusahaan tekstil, sepatu, dan kebutuhan elektronik—merusak kompetisi dengan
harga yang nyaris tidak bisa dipercaya. Perusahaan tersebut telah menjual sebuah
mobil kecil yang disebut QQ dengan harga per unit $3.600 di Cina.
Rintangan terbesar lain dalam kebangkitan industri ini adalah dalam
bidang semikonduktor dan chip komputer. Melalui pembelian permesinan asing,
Cina memiliki kemampuan membuat chip selama dua dasawarsa. Pada masa-masa
awal, teknologi apa saja yang dibuat Cina setidaknya tertinggal sepuluh tahun dari
para pendahulu industri tersebut. Tetapi dewasa ini, pendirian sebuah perusahaan
yang bernama Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC)
oleh Richard Chang di Shanghai telah membuat Cina lebih bisa bersaing dengan
para pendahulunya di industri tersebut.
Seperti halnya dalam bidang industri mesin mobil, prestasi ini telah
diraih bukan karena hasil penelitian melainkan karena pasar yang sangat
14
menginginkan kehadiran produk. Kisah SMIC, salah satu pabrik wafer
semikonduktor paling canggih di Cina bermula di Taiwan, pulau di lepas pantai
tenggara Cina yang di klaim Beijing sebagai bagian dari teritorialnya. Pada akhir
2000, Taiwan telah menjadi pemimpin di dunia bersama Amerika Serikat dalam
industri semikonduktor. Pada 2001, ia memperoleh $15,6 miliar dari penjualan
semikonduktor kepada para pelanggannya di seluruh dunia.
Pemerintah di Taipei menghadapi dilema yang cukup besar dengan
bangkitnya Cina di seberang Selat Taiwan. Jika ia membiarkan perusahaan-
perusahaan Taiwan masuk ke Cina Daratan―dengan pasarnya yang subur, biaya
pembangunan yang murah, dan para insinyur yang tidak mahal—ia dapat
kehilangan salah satu industri terbesar di pulau tersebut karena tetangganya yang
jauh lebih besar dari itu. Tetapi jika mereka menghalangi masuknya perusahaan-
perusahaan tersebut, artinya mereka membiarkan para pesaing, mungkin dari
Jepang, Amerika Serikat, atau yang lainnya, merebut kesempatan ini dari
perusahaan-perusahaan semikonduktor besar di Taiwan dan menghancurkan
prospek mereka pada masa yang lebih jauh.
Pada 2002, Yu Shyi-kun, Perdana Menteri Taiwan, mengumumkan
kompromi: perusahaan-perusahaan chip taiwan akan menanamkan modal di Cina
Daratan, tetapi hanya dengan syarat-syarat yang ketat. Syarat yang paling penting
adalah untuk tidak memproduksi wafer semikonduktor lebih besar dari 8 inci dan
tidak memproduksi chip lebih kecil dari 0,25 mikron. Namun Cina mengabaikan
peraturan-peraturan seperti itu. Misalnya pada tindakan yang dilakukan oleh
Richard Chang yang mendaftarkan perusahaannya di Pulau Cayman agar ia bisa
mengatasi pembatasan-pembatasan dari Taiwan dan membangun SMIC (Kynge,
2007: 145).
Hal lain yang dilakukan Chang ketika pemerintah Amerika Serikat—
yang juga menerapkan aturan-aturan ketat terhadap ekspor barang-barang
teknologi tingkat tinggi ke Cina―memblokir pembelian peralatan pembuat chip
dari Applied Materials, Chang hanya perlu mencari ke tempat lain. Ia berhasil
memperoleh teknologi pemrosesan 0,18 mikron yang canggih dari Jepang dan
15
Singapura, dan mencoba menghapuskan ketertinggalanna dari chip andalan Intel
0,99 mikron, dengan bantuan peralatan yang dibeli dari Eropa.
Setelah mengatasi rintangan-rintangan ini, SMIC memiliki landasan yang
kokoh untuk menghadapi para pesaingnya di Cina dan memiliki rencana untuk
membangun sekitar enam pabrik lagi yang beberapa di antarana akan
memproduksi wafer semikonduktor 12 inci yang canggih. Dalam beberapa tahun
ke depannya, kesenjangan antara teknologi Cina dan Amerika Seriat dalam bidang
semikonduktor akan tertutupi. Chang juga mengatakan bahwa satu-satunya
perbedaan adalah di Cina biayanya 15 persen lebih murah daripada di Amerika
Serikat.
Referensi
Kynge, James, 2007, Rahasia Sukses Ekonomi Cina: Kebangkitan Cina menggeser Amerika Serikat sebagai Superpower Ekonomi Dunia, Bandung, PT. Mizan Pustaka
LeBaron, Dean dan Donna Carpenter, 2002, Mao, Marx, and The Market, New York: John Wiley and Sons, Inc
Meredith, Robyn, 2010, Menjadi Raksasa Dunia, Bandung: Penerbit Nuansa,Partogi, Poltak, 1995, Reformasi Ekonomi RRC Era Deng Xiaoping, Jakarta,
Pustaka Sinar HarapanPorter, Michael. EWibowo, Dr. I, 2007, Belajar dari Cina: Bagaimana Cina dalam Merebut
Peluang dalam Era Globalisasi, Jakarta, Kompas Publisher
16
17