JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

download JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

of 135

Transcript of JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    1/135

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    2/135

    KOMPOSISI PERSONALIA TIM PENGELOLA

    JURNAL ILMIAH FARMASI

    STIFA PM-PALU

    Pelindung/Penasehat:

    Ketua STIFA

    Drs. Joni Tandi, M.Kes.,Apt.

    Ketua Lembaga Penelitian STIFA

    Dr. Baso Amri., M,Si

    Penanggung Jawab:

    Pembantu Ketua I STIFA

    Dermiati T, S.Farm., M.Si., Apt

    Ketua Penyunting:

    Niluh Puspita Dewi, S.Farm., M.Si., Apt

    Sekretariatan:Feiverin Tibe, S.Farm., M.Si., Apt

    Mustofa

    I Wayan Wirawan, S.Farm., M.Si., Apt

    Koordinator Dana:

    Yuliana

    Alamat Sekretariat:

    Kampus STIFA-PM Palu

    Jln. Wolter Monginsidi No. 106 A

    Palu Sulawesi Tengah

    Email: [email protected]

    Kontak Person

    085341419115

    082191916697

    085342476999

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    3/135

    Farmakologi

    Jurnal Farmasi

    DAFTAR ISI

    HalamanAgung Kadek 

    Sumiasih, Syariful

    Anam, H. Baso

    Amri

    Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak 

    Etanol Daun Kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.)

    Merr) Pada Tikus Putih ( Rattus norvegicus) yang

    Diinduksi Streptozotosin

    1 - 1 5

    Abd. Rahman,

    Ummul Fitiyani

    Ya’la, Niluh

    Puspita Dewi

    Uji Efektivitas Pemberian Ekstrak Daun Insulin

    (Thitonia diversifolia [Hemsl.] A. Gray) sebagai

    Antidiabetes Terhadap Tikus Putih Jantan ( Rattus

    norvegicus) yang Diinduksi Streptozotosin

    16 - 28

    Winartivira Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Daun Kersen( Muntingia calabura L.) dengan Metode Peredaman

    Radikal Bebas DPPH

    29 - 41

    Mugiati, Joni

    Tandi,

    Purwaningsih,

    Ummul Fitiyani

    Profil Pengunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi

    Saluran Kemih Pada Bangsal Penyakit Dalam

    Selama Periode Desember 2013  –  Februari 2014 di

    RSUD Undata Provinsi Sulawesi Tengah

    42 - 54

    Muthmainah

    Tuldjanah., Yuliet,

    Dermiati T.

    Uji Aktivitas Antioksidan Dan Tabir Surya Krim

    Ekstrak Kulit Batang Kersen ( Muntingia calabura)

    55 - 68

    Nurhayati, Joni

    Tandi, Yuliet,

    Dermiati T

    Uji Aktivitas Antibakteri Gel Antiseptik Ekstrak 

    Daun Kersen ( Muntingia calabura) terhadap Bakteri

    Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan

    Pseudomonas aeruginosa

    69 - 81

    Annastasia

    Gantima, Yusriadi,

    Dermiati T.

    Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Ekstrak 

    Etanol Kulit Batang Nangka   (Artocarpus

    heterophyllus Lam) Terhadap Tikus Putih   (Rattus

    norvegicus) yang Diinduksi Streptozotocin

    82 - 90

    Linda Pratecia,

    Yuliet, Feiverin

    Tibe

    Uji Efek Antiinflamasi Salep Ekstrak Daun

    Binahong ( Anredera cordifolia T. Steen) Terhadap

    Tikus ( Rattus norvegicus L.) Edema dengan InduksiKaragenan

    91 - 107

    Aprilia arieska

    Thomson, Yuliet,

    Sri.

    Uji Efektivitas Antiagregasi Paltelet Kombinasi

    Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh ( Averrhoa

    bilimbi L) dan Herba Pegagan (Centella asiatica)

    Terhadap Tikus Putih

    Jantan ( Rattus norvegicus)

    108 - 118

    Imelda RL, Yuliet,

    Niluh P.

    Efek Hepatoprotektor Ekstrak Etanol Buah Terong

    Belanda (Solanum betaceum Cav) Terhadap Kadar

    SGOT DAN SGPT Tikus Putih Jantan ( Rattus

    norvegicus) Induksi CCl4

    119 - 132

    Vol. XI, No.1, Februari 2015

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    4/135

    1

    UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK ETANOL

    DAUN KECAPI (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr) PADA TIKUS

    PUTIH ( Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOSIN

    THE EFFECT TEST of DECREASE in BLOOD GLUCOSE LEVELS of 

    ETHANOL EXTRACT of KECAPI LEAVES (Sandoricum koetjape (Burm.f.)

    Merr) in RATS ( Rattus norvegicus) INDUCED STREPTOZOTOCIN

    Oleh

    Agung Kadek Sumiasih, Syariful Anam, H. Baso Amri

    Abstrak. daun kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr) merupakan tanaman obat

    yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun kecapi terhadap penurunan kadar

    glukosa darah tikus putih dan untuk mengetahui dosis ekstrak daun kecapi yang

    efektif dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi

    streptozotosin dosis 40 mg/kg BB secara intraperitoneal. Penelitian ini menggunakan

    hewan uji tikus putih jantan ( Rattus norvegicus) sebanyak 15 ekor dengan metode

    eksperimental laboratorium dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok 

    (RAK) yang terbagi menjadi lima kelompok perlakuan. Kelompok I kontrol negatif 

    (Na.CMC), kelompok II ekstrak daun kecapi dosis 50 mg/kg BB, kelompok III ekstrak 

    daun kecapi dosis 100 mg/kg BB, kelompok IV ekstrak daun kecapi dosis 150 mg/kgBB dan kelompok V kontrol positif (glibenklamid). Data hasil penelitian diolah

    menggunakan uji statistik Analisis Sidik Ragam (Uji F) dan dilanjutkan dengan uji

    lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ). Hasil uji BNJ menunjukkan bahwa ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB dan dosis 150 mg/kg BB dapat menurunkan kadar glukosa darah

    pada hari ke-7 dan hari ke-14, sementara ekstrak daun kecapi dosis 50 mg/kg BB dapat

    menurunkan kadar glukosa darah pada hari ke-14. Berdasarkan hasil tersebut

    disimpulkan bahwa ekstrak daun kecapi dosis 100 mg/kg BB yang efektif dalam

    menurunkan kadar glukosa darah tikus putih yang diinduksi streptozotosin.

    Kata kunci : Daun kecapi (Sandoricum koetjape   (Burm.f.) Merr), Glukosa darah,

    Tikus putih, Streptozotosin.

    Abstract. Kecapi leaves (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr) is a medicinal plant that

    is widely used by people to treat disease. This study aimed to determine the effect of 

    extract of kecapi leaves decrease blood glucose levels of white rats and to determine

    dose kecapi leaves extract is effective in lowering blood glucose levels streptozotocin

    rats induced a dose of 40 mg/kg body weight intraperitoneally. This study used a test

    animal male rats ( Rattus norvegicus) as much as 15 rats with laboratory experimental

    method using a Randomized Block Design (RBD) were divided into five treatment

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    5/135

    2

    groups. Group I negative control (Na.CMC), group II kecapi leaf extract dose of 50

    mg/kg body weight, group III kecapi leaf extract dose of 100 mg/kg body weight,

    group IV kecapi leaf extract dose of 150 mg/kg body weight and groupV positive

    control (glibenclamide). Data were statistically analyzed using analysis of variance test

    (Test F) and followed by a further test Honestly Significant Difference (HSD). HSD

    test results show that the leaf extract kecapi dose of 100 mg/kg body weight and a

    dose of 150 mg/kg body weight can lower blood glucose levels on day 7th and day

    14th, while the kecapi leaf extract dose of 50 mg/kg body weight can reduce levels

    blood glucose on day 14th. Based on the results can be concluded that the leaf 

    extract kecapi dose of 100 mg/kg body weight is effective in lowering blood glucose

    levels induced rats streptozotocin.

    Keywords : Leaves kecapi (Sandoricum koetjape   (Burm.f.) Merr), Blood glucose,Rats white, Streptozotocin.

    PENDAHULUAN

    Indonesia merupakan negara

    tropis yang sudah dikenal sebagai

    penghasil berbagai macam komoditas

    hasil pertanian, termasuk diantaranya

    tanaman obat. Kondisi tanah yang

    subur, iklim yang baik serta

    didukung oleh keanekaragaman flora

    membuat Indonesia menjadi negara

    penghasil komoditas obat- obatan yang

    berasal dari alam yang cukup

    potensial.1

    Penggunaan tumbuh-tumbuhan

    dalam penyembuhan adalah bentuk 

    pengobatan tertua di dunia, setiap

    budaya di dunia memiliki sistem

    pengobatan tradisional yang khas dan di

    setiap daerah dijumpai berbagai macam

     jenis tumbuhan yang dapat

    dimanfaatkan sebagai obat.2 Sejak 

    ratusan tahun yang lalu, leluhur bangsa

    Indonesia telah terkenal pandai

    meracik jamu dan obat-obatan

    tradisional. Beragam jenis tumbuhan

    seperti, akar, rimpang, batang, buah,

    daun, bunga dan bahan-bahan alamiah

    lainnya diracik sebagai ramuan

    tradisional untuk menyembuhkan

    berbagai penyakit.3

    Menurut   World Health

    Organization   (WHO) pada tahun 2013

    terdapat 382 juta orang di seluruh

    dunia atau 8,3 % menderita penyakitdiabetes melitus.4

    Berdasarkan   International

     Diabetes Federation  (IDF) pada tahun

    2014 mengungkapkan bahwa penderita

    diabetes melitus di Indonesia

    menempati urutan ke-7 dengan jumlah

    penderita diabetes melitus sebanyak 8,5

     juta orang.5 Menurut laporan

    RISKESDAS pada tahun 2013,prevalensi diabetes melitus di Indonesia

    berdasarkan wawancara yang

    terdiagnosis sebesar 1,5 %, diabetes

    melitus terdiagnosis atau gejala

    sebesar 2,1%. Prevalensi tertinggi

    terdapat DI Yogyakarta (2,6%), DKI

    Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%),

    dan Kalimantan Timur (2,3%).

    Prevalensi diabetes melitus yang

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    6/135

    3

    terdiagnosis atau gejala, tertinggi

    terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%),

    Sulawesi Utara (3,6%), Sulawesi

    Selatan (3,4%), dan Nusa Tenggara

    Timur (3,3%).6

    Tumbuhan kecapi banyak 

    dimanfaatkan oleh masyarakat dalam

    pengobatan tradisional sebagai obat

    diare, obat mulas, sakit mata, obat

    panas, keputihan, dan obat batuk.7

    Daun kecapi sebelumnya sudah pernah

    diteliti oleh Risna S. Siregar (2009)

    sebagai antimikroba dan juga diteliti

    oleh I.M. Dira Swantara dan Yenni

    Ciawi (2009) sebagai antibakteri.7,8

    Berdasarkan hasil penelitian skrining

    fitokimia pada ekstrak etanol daun

    kecapi yang telah dilakukan

    terdapat kandungan senyawa kimia

    alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin,

    dan tanin. Senyawa-senyawa kimia

    tersebut diketahui dapat berkhasiat

    sebagai antidiabetes, seperti senyawa

    alkaloid terbukti secara nyata

    mempunyai kemampuan regenerasi sel

    β   pankreas yang rusak. Peningkatan

    sekresi insulin diakibatkan oleh adanya

    efek perangsangan saraf simpatis

    (simpatomimetik).9

    Mekanisme dalam penyembuhan

    penyakit diabetes melitus, flavonoid

    diduga berperan secara signifikan

    meningkatkan aktivitas enzim

    antioksidan dan mampu meregenerasi

    sel-sel β pankreas yang rusak sehingga

    defisiensi insulin dapat diatasi.

    Flavonoid yang terkandung di dalam

    tumbuhan di duga juga dapat

    memperbaiki sensitifitas reseptor

    insulin, sehingga adanya flavonoid

    memberikan efek yang

    menguntungkan pada keadaan

    diabetes melitus.10

    Senyawa saponin juga berperan

    dalam menurunkan kadar glukosadarah yaitu dengan menghambat

    aktivitas enzim alfa glukosidase, yaitu

    enzim yang terdapat dalam pencernaan

    yang bertanggung jawab terhadap

    pengubahan karbohidrat menjadi

    glukosa.11

    Polifenol berfungsi sebagai

    antioksidan sehingga penderita diabetes

    melitus membutuhkan antioksidan

    dalam pengobatannya, karena kadar

    gula darah yang tinggi dalam jangka

    waktu yang lama akan memicu

    timbulnya reaksi autooksidasi yang

    mengakibatkan menumpuknya radikal

    bebas dalam tubuh penderita diabetes

    melitus, oleh karena itu dibutuhkan

    suatu senyawa yang mampu mengikat

    radikal bebas untuk menekan

    timbulnya komplikasi.12 Tanin

    berfungsi sebagai astrigens atau

    pengkhelat yang dapat

    mengerutkan membran epitel usus halus

    sehingga mengurangi penyerapan sari

    makanan dan sebagai akibatnya

    menghambat asupan gula dan laju

    peningkatan gula darah tidak 

    terlalu tinggi. Tanin diketahui dapat

    memacu metabolisme glukosa danlemak sehingga timbunan kedua kalori

    ini dalam darah dapat dihindari. Tanin

     juga mempunyai aktivitas hipoglikemik 

    yaitu dengan meningkatkan

    glikogenesis.13

    Berdasarkan dari kandungan

    senyawa kimia yang terdapat pada

    daun kecapi yang dapat menurunkan

    kadar glukosa darah sehingga peneliti

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    7/135

    4

    tertarik untuk melakukan penelitian

    Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa

    Darah Ekstrak Etanol Daun Kecapi

    (Sandoricum koetjape   (Burm.f.) Merr)

    Pada Tikus Putih Yang Diinduksi

    Streptozotosin. Rumusan permasalahan

    dalam penelitian apakah ekstrak 

    daun kecapi dapat menurunkan kadar

    glukosa darah tikus putih yang

    diinduksi streptozotosin dan pada

    dosis berapakah ekstrak daun kecapi

    memberikan efek yang efektif dalam

    menurunkan kadar glukosa darah tikus

    putih yang diinduksi streptozotosin.Tujuan penelitian yaitu untuk 

    mengetahui efek ekstrak daun kecapi

    terhadap penurunan kadar glukosa

    darah tikus putih yang diinduksi

    streptozotosin dan untuk mengetahui

    dosis ekstrak daun kecapi yang

    efektif dalam menurunkan kadar

    glukosa darah tikus putih yang

    diinduksi streptozotosin.Manfaat penelitian semoga dapat

    memberikan informasi ilmiah kepada

    masyarakat tentang kegunaan dari daun

    kecapi (Sandoricum koetjape  (Burm.f.)

    Merr) dalam menurunkan kadar glukosa

    darah sehingga penggunaan daun

    kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.)

    Merr) dapat dikembangkan di

    masyarakat sebagai pengobatan diabetes

    melitus. Metode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok (RAK)

    yaitu dengan membandingkan kadar

    glukosa darah tikus putih yang

    diinduksi streptozotosin sebelum dan

    sesudah pemberian ekstrak daun

    kecapi. Variasi dosis yang digunakan

    dalam penelitian ini yaitu ekstrak daun

    kecapi dosis 50 mg/kg BB, ekstrak daun

    kecapi dosis 100 mg/kg BB dan ekstrak 

    daun kecapi dosis 150 mg/kg BB.

    Jumlah hewan uji yang digunakan

    dalam penelitian ini sebanyak 15 ekor

    tikus putih jantan yang terbagi dalam 5

    kelompok perlakuan dengan 3 kali

    pengulangan pada setiap kelompok.

    Glukosa darah tikus putih di ukur

    dengan menggunakan alat glukometer

    (nesco). Data hasil penelitian yang

    diperoleh diolah dengan menggunakan

    Analisis Sidik Ragam (Uji F).

    Berdasarkan hasil yang diperoleh pada

    Analisis Sidik Ragam (Uji F) terdapatperbedaan antar perlakuan, sehingga

    dilakukan uji lanjut sesuai dengan nilai

    Koefisien Keragaman (KK) yang

    diperoleh. Nilai Koefisien Keragaman

    (KK) yang diperoleh yaitu kurang dari

    10 % sehingga dilakukan uji lanjut yang

    sesuai yaitu dengan menggunakan Uji

    Beda Nyata Jujur (BNJ).

    METODE PENELITIAN

    Waktu Dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan pada

    bulan Juni 2014 sampai bulan Agustus

    2014, Penelitian dilaksanakan di

    laboratorium Fitokimia,

    Farmakognosi serta laboratorium

    Farmakologi STIFA Pelita Mas Palu

    dan laboratorium Fitokimia-

    Farmakognosi Fakultas MIPA

    Universitas Tadulako. Kota Palu

    Provinsi Sulawesi Tengah.

    Alat Yang Digunakan

    Blender (sogo), botol gelap, batang

    pengaduk, bejana maserasi, cawan

    porselin, gelas kimia   (pyrex), gelas

    ukur   (pyrex), glukometer   (nesco),

    gunting , jarum suntik ukuran 32,

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    8/135

    5

     jarum oral, kandang hewan tikus

    putih, labu ukur, lumpang dan alu,

    penangas air, rak tabung reaksi, satu

    set mesin rotavapor, spoit injeksi 3 ml

    (terumo syringe ), spoit oral 10 ml

    (terumo syringe ), sudip, tabung reaksi

    ( pyrex), strip (nesco), corong,

    timbangan analitik    (sartorius),

    timbangan hewan   (ohaus), tempat air

    minum dan makan tikus.

    Bahan Yang Digunakan

    Aqua pro injeksi, aquades,

    aluminium foil, alkohol 75 %, etanol95 %, etanol 96 %, ekstrak daun kecapi

    (Sandoricum koetjape  (Burm.f.) Merr),

    FeCl3   1%, glibenklamid, HCl 2 N,

    hewan uji tikus putih jantan ( Rattus

    norvegicus), kapas, Na. CMC, pereaksi

    bouchardat, serbuk magnesium,

    streptozotosin.

    Pengambilan Dan PengolahanSampel

    Pengambilan sampel daun kecapi

    dilakukan pada pagi hari dengan cara

    daun kecapi dipetik satu per satu

    kemudian daun kecapi

    dikumpulkan. Setelah daun kecapi

    terkumpul kemudian dilakukan sortasi

    basah dengan tujuan agar sampel yang

    digunakan merupakan bahan baku

    simplisia yang dimaksud, bukan

    dari tanaman lain sehingga perlu

    dilakukan pemisahan dan pembuangan

    bahan organik asing atau tumbuhan atau

    bagian tumbuhan lain yang terikut.

    Setelah proses sortasi basah kemudian

    daun kecapi dicuci pada air yang

    mengalir dengan tujuan agar bahan

    simplisia bersih tidak terdapat

    campuran dengan tanah, serangga atau

    bahan pengotor lainnya. Setelah

    pencucian kemudian dilakukan

    perajangan dengan tujuan agar proses

    pengeringan berlangsung lebih cepat,

    setelah perajangan dilakukan

    pengeringan di dalam ruangan yang

    terlindung dari cahaya matahari

    langsung untuk menghindari terurainya

    kandungan kimia. Setelah sampel

    daun kecapi kering (simplisia)

    kemudian dilakukan sortasi kering

    dengan tujuan untuk memisahkan

    kotoran, bahan organik asing, dan

    simplisia yang rusak yang disebabkankarena berbagai proses sebelumnya.

    Setelah dilakukan sortasi kering

    kemudian simplisia dibuat serbuk 

    dengan cara di blender.14

    Pembuatan Ekstrak

    Serbuk kering daun kecapi

    sebanyak 1 kg diekstraksi

    menggunakan pelarut etanol 96 %dengan menggunakan metode maserasi.

    Proses ini dilakukan dengan cara

    merendam serbuk simplisia dalam

    bejana maserasi selama 3 sampai 5 hari

    pada suhu ruang dan terlindung dari

    cahaya matahari sambil diaduk sekali-

    kali setiap hari, setelah 3 sampai 5 hari

    cairan penyari disaring dan ampasnya

    diperas. Setelah itu kemudian ampasnyadi remaserasi kembali dengan

    menggunakan cairan penyari yang baru

    hingga zat aktif dari sampel tersebut

    terekstraksi seluruhnya. Setelah 3

    sampai 5 hari kemudian cairan

    penyari di saring dan ampasnya

    diperas. Hasil dari cairan penyari atau

    filtrat yang di peroleh kemudian

    dipekatkan dengan menggunakan alat

    rotary evaporator untuk memisahkan

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    9/135

    6

    pelarut dengan zat aktif lalu

    diuapkan di atas penangas air

    untuk mendapatkan ekstrak kental

    etanol.15

    Uji Penapisan Fitokimia

    1. Pengujian Alkaloid

    Ekstrak daun kecapi 0,75 g

    ditambah dengan 1 ml asam klorida 2

    N dan 9 ml air, kemudian dipanaskan

    diatas penangas air selama 2 menit,

    setelah itu didinginkan dan di saring.

    Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji

    dan di tambahkan dengan 2 tetes

    Bourchardat LP. Jika terdapat endapan

    berwarna coklat sampai kehitaman

    sampel mengandung alkaloid.15

    2. Pengujian Saponin

    Ekstrak daun kecapi 0,75 g

    dimasukkan ke dalam tabung reaksi

    kemudian ditambahkan 10 ml air

    panas, lalu di dinginkan dan kemudian

    kocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika

    terbentuk buih yang menetap selama

    tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1

    cm sampai 10 cm atau pada

    penambahan 1 tetes asam klorida 2 N

    buih tidak hilang maka sampel

    mengandung saponin.15

    3. Pengujian Flavonoid

    Ekstrak daun kecapi 0,75 g

    diuapkan hingga kering kemudiandilarutkan dalam 1 ml etanol (95%) P

    dan ditambahkan 0,1 gram serbuk 

    magnesium P dan 10 ml asam klorida

    pekat P, jika terjadi warna kuning

    merah jingga sampai merah unggu

    menunjukan sampel mengandung

    flavonoid.15

    4. Pengujian Tanin

    Ekstrak daun kecapi 0,75 g

    ditambahkan dengan 10 ml akuades

    kemudian di saring dan filtratnya

    di encerkan dengan air sampai tidak 

    berwarna. Kemudian larutan diambil

    sebanyak 2 ml dan di tambahkan 1 - 2

    tetes pereaksi FeCl3  1 %. Jika terjadi

    arna biru hijau sampai kehitaman

    menunjukkan sampel mengandung

    tanin.16

    5. Pengujian Polifenol

    Ekstrak daun kecapi 0,75 g

    ditambahkan dengan 5 ml akuades dan

    didihkan selama 5 menit. Selanjutnya

    dilakukan penyaringan hingga

    diperoleh filtrat. Filtrat selanjutnya

    ditambahkan dengan FeCl3   1%

    sebanyak 5 tetes dan diamati perubahan

    warna yang terjadi. Jika terjadi warna

    hijau sampai kehitaman menunjukkan

    sampel mengandung polifeno

    Penyiapan Hewan Uji

    Hewan uji tikus putih jantan

    yang digunakan dalam penelitian

    berjumlah 15 ekor. Tikus di

    adaptasikan selama ± 2 minggu

    kemudian tikus dikelompokkan secara

    acak menjadi 5 kelompok perlakuan di

    mana masing-masing kelompok 

    berjumlah 3 ekor tikus. Tikus

    dipuasakan (tidak makan tapi tetap

    diberi minum) selama 16 jam,kemudian berat badan tikus

    ditimbang dan di ukur kadar glukosa

    darah puasa pada hari ke-0.

    Streptozotosin diinjeksikan sekali

    dengan dosis 40 mg/kg BB secara

    intraperitoneal. Setelah 3 hari (hari

    ke-3), kadar glukosa darah dan berat

    badan tikus kembali di ukur, untuk 

    memastikan kadar streptozotosin

    sudah meningkatkan kadar glukosa

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    10/135

    7

    darah. Adapun perlakuan yang

    diberikan sebagai berikut:

    1. Kelompok I sebagai kontrol

    negatif (tikus sehat) diberikan

    suspensi Na.CMC 0,5 %.

    2. Kelompok II pemberian ekstrak 

    daun kecapi dosis 50 mg/kg BB

    per oral.

    3. Kelompok III pemberian ekstrak 

    daun kecapi dosis 100 mg/kg BB

    per oral.

    4. Kelompok IV pemberian ekstrak 

    daun kecapi dosis 150 mg/kg BBper oral.

    5. Kelompok V sebagai kontrol

    positif atau pembanding

    menggunakan suspensi

    glibenklamid

    dalam larutan Na- CMC 0.5%.

    Pemberian perlakuan pada

    masing-masing kelompok dilakukansetiap hari secara oral mulai hari ketiga

    setelah di induksi streptozotosin sampai

    hari ke-14.,

    Pada hari ke-7 dan hari ke-14 dilakukan

    pengukuran kadar glukosa darah

    kembali dalam keadaan tikus

    dipuasakan.17

    ANALISIS DATA

    Penelitian yang telah dilakukan

    menggunakan metode Rancangan

    Acak Kelompok (RAK). Data hasil

    penelitian yang diperoleh diolah dengan

    menggunakan Analisis Sidik Ragam

    (Uji F). Berdasarkan hasil yang

    diperoleh pada Analisis Sidik Ragam

    (Uji F) terdapat perbedaan antar

    perlakuan, sehingga dilakukan uji lanjut

    sesuai dengan nilai Koefisien

    Keragaman (KK) yang diperoleh. Nilai

    Koefisien Keragaman (KK) yang

    diperoleh yaitu kurang dari 10 %

    sehingga dilakukan uji lanjut yang

    sesuai yaitu dengan menggunakan UjiBeda Nyata Jujur (BNJ)

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Tabel 1. Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Kecapi

    Jenis Uji Hasil pengamatan Keterangan

    Uji Alkaloid Terbentuk endapan berwarna coklat (+)

    Uji Flavonoid Terjadi warna kuning jingga (+)

    Uji Saponin Terdapat buih yang stabil (+)

    Uji Tanin Terdapat warna hijau kehitaman (+)

    Uji Polifenol Terdapat warna biru hijau sampai kehitaman (+)

    Keterangan: (+) : Mengandung senyawa yang di uji

    (-) : Tidak mengandung senyawa yang di uji

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    11/135

    8

    Tabel 2. Data Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Setelah Pemberian

    Ekstrak Daun Kecapi Pada Hari Ke-7.

    Kelompok 

    Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (mg/dl)

    Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Jumlah Rerata

    Kontrol Negatif (Na. CMC)   194 195 189 578   192,66 a

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 50

    mg/kg BB  204 214 209 627   209 a

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 100

    mg/kg BB   291 250 277 818   272,66 b

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 150

    mg/kg BB  241 223 231 695   231,66 ab

    Kontrol Positif (Glibenklamid)   259 264 326 849   283 b

    Keterangan :

    Abjad yang sama menunjukan perbedaan yang tidak signifikan, Abjad yang berbeda

    menunjukan ada perbedaan yang signifikan

    Tabel 3. Data Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Setelah Pemberian

    Ekstrak Daun Kecapi Pada Hari Ke-14

    Kelompok 

    Perlakuan

    Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih (mg/dl)

    Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Jumlah Rerata

    Kontrol Negatif (Na. CMC)   80 75 92 247   82,33 a

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 50

    mg/kg BB  219 359 376 954   318 b

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 100

    mg/kg BB  347 356 340 1043   347,66 b

    Ekstrak Daun Kecapi Dosis 150

    mg/kg BB  292 372 347 1011   337 b

    Kontrol Positif (Glibenklamid)   383 391 345 1119   373 b

    Keterangan :

    Abjad yang sama menunjukan perbedaan yang tidak signifikan, Abjad yang berbeda

    menunjukan ada perbedaan yang signifikan

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    12/135

    9

    Grafik 1. Profil kadar glukosa darah Selama perlakuan

    600

    500

    400 Kontrol (-)

    300 Dosis 50 mg/kg

    200 Dosis 100 mg/kg

    100 Dosis 150 mg/kg

    0 BB K (+)

    T0 T1 T2 T3

    Keterangan :

    T0 : Kadar glukosa darah awal

    T1 : Kadar glukosa darah hari ke-3 setelah dinduksi

    T2 : Kadar glukosa darah pada hari ke-7 setelah perlakuan

    T3 : Kadar glukosa darah pada hari ke-14 setelah perlakuan

    Pembahasan

    Tanaman yang digunakan adalahdaun kecapi (Sandoricum koetjape

    (Burm.f.) Merr). Hasil pengujian

    penapisan fitokimia pada (Tabel 1) yang

    telah dilakukan menunjukkan bahwa

    ekstrak etanol daun kecapi mengandung

    senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol,

    saponin dan tanin.

    Uji efek ekstrak etanol daun

    kecapi (Sandoricum koetjape  (Burm.f.)

    Merr) terhadap penurunan kadar

    glukosa darah dilakukan pada tikus

    putih jantan ( Rattus norvegicus).

    Pemilihan tikus putih sebagai hewan uji

    karena tikus mudah dikembangbiakkan,

    dapat digunakan sebagai model diabetik 

    sepontan maupun dengan induksi zat

    diabetogenik, selain itu tikus putih

    memiliki kemampuan metabolik yang

    relatif cepat sehingga lebih sensitif jika

    digunakan dalam penelitian yang

    berhubungan dengan metabolik tubuh.18 Sebelum dilakukan penelitian

    tikus putih terlebih dahulu ditimbang

    berat badannya dengan tujuan

    untuk memudahkan pemberian dosis

    injeksi streptozotosin pada setiap

    masing-masing tikus dan untuk 

    memudahkan pada saat pemberian dosis

    obat pada tikus, kemudian tikus

    dipuasakan selama 16 jam dengantujuan agar glukosa darah stabil dan

    tidak terdapat perubahan kadar glukosa

    darah karena asupan makanan.19

    Setelah

    tikus putih di puasakan selama 16

     jam dilakukan pengambilan kadar

    glukosa darah awal yaitu untuk 

    mengetahui bahwa kadar glukosa darah

    tikus dalam keadaan normal dan

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    13/135

    10

    kemudian penginduksian dilakukan

    pada tikus dengan menggunakan

    streptozotosin dosis 40 mg/kg BB

    diinjeksikan secara intraperitoneal

    dengan tujuan menembus sel β

    Langerhans karena aksi streptozotosin

    mampu membangkitkan oksigen reaktif 

    yang mempunyai peran tinggi dalam

    kerusakan sel β  pankreas.20 Tujuan

    pemberian obat glibenklamid pada

    kontrol positif yaitu untuk melihat

    bagaimana pengaruh ekstrak daun

    kecapi terhadap penurunan kadar

    glukosa darah tikus putih yang

    diinduksi streptozotosin dibandingkan

    dengan obat glibenklamid.

    Pemberian ekstrak daun kecapi terhadap

    penurunan kadar glukosa darah tikus

    putih yaitu untuk mengetahui efek 

    perbandingan dari variasi dosis ekstrak 

    daun kecapi.

    Pengukuran kadar glukosa darah

    pada hari ke-0 pada kontrol negatif (Na.CMC), ekstrak daun kecapi dosis

    50 mg/kg BB, ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB, ekstrak daun

    kecapi dosis 150 mg/kg BB dan kontrol

    positif (glibenklamid) kadar glukosa

    darah masih dalam keadaan normal <

    110 mg/dl. Peningkatan kadar glukosa

    darah terjadi setelah 3 hari atau

    72 jam penginduksian setreptozotosin,

    semua perlakuan pada kelompok 

    kontrol negatif (Na.CMC), kelompok 

    ekstrak daun kecapi dosis 50 mg/kg BB,

    dosis 100 mg/kg BB, dosis 150 mg/kg

    BB dan kelompok kontrol positif 

    (glibenklamid) mengalami peningkatan

    kadar glukosa darah > 200 mg/dl.

    Peningkatan kadar glukosa darah

    terjadi akibat penginduksian

    setreptozotosin yang mempunyai peran

    tinggi dalam kerusakan sel β   pankreas

    sehingga terjadi penghambatan sekresi

    dan sintesis insulin.20 Insulin di dalam

    tubuh dibutuhkan untuk memfasilitasimasuknya glukosa ke dalam sel agar

    dapat digunakan untuk metabolisme dan

    pertumbuhan sel, dengan berkurangnya

    atau tidak adanya insulin menjadikan

    glukosa tertahan di dalam darah dan

    mengakibatkan peningkatan kadar

    glukosa darah.21

    Pengaruh perlakuan terhadap

    penurunan kadar glukosa darah tikus

    putih diketahui dengan melakukan

    analisis statistik menggunakan

    Analisis Sidik Ragam (Uji F).

    Berdasarkan hasil perhitungan, pada

    hari ke-7 diperoleh nilai Fhitung

    (23,48) > Ftabel   (4,46) pada taraf 

    kepercayaan 95%, maka diperoleh

    indikasi bahwa ada pengaruh yang

    signifikan antara dosis ekstrak daun

    kecapi terhadap penurunan kadar

    glukosa darah tikus putih. Data hasil

    analisis Koefisien Keragaman (KK)

    pada hari ke-7 diperoleh sebesar 1,6 %

    karena nilai KK yang diperoleh dibawah

    10 % sehingga dilakukan uji lanjut

    dengan menggunakan Uji Beda Nyata

    Jujur (BNJ). Uji lanjut dilakukan

    untuk mengetahui dosis yang efektif 

    diantara ketiga dosis ekstrak daunkecapi (Sandoricum koetjape   (Burm.f.)

    Merr). Hasil uji BNJ pada hari ke-7

    diketahui bahwa kontrol negatif 

    (Na.CMC), ekstrak daun kecapi dosis

    50 mg/kg BB berbeda nyata dengan

    ekstrak daun kecapi dosis 100 mg/kg

    BB, dosis 150 mg/kg BB dan kontrol

    positif (glibenklamid). Sedangkan

    ekstrak daun kecapi dosis 150 mg/kg

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    14/135

    11

    BB berbeda tidak nyata dengan dosis

    100 mg/kg BB dan kontrol positif 

    (glibenklamid). Pada hari ke-7

    diketahui bahwa ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB yang lebih efektif 

    dalam menurunkan kadar glukosa

    darah. Meskipun ekstrak daun kecapi

    dosis 150 mg/kg BB berbeda tidak 

    nyata dengan ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB akan tetapi ekstrak 

    daun kecapi dosis 100 mg/kg BB

    memberikan efek yang lebih efektif 

    dalam menurunkan kadar glukosa darah

    tikus putih dari pada ekstrak daunkecapi dosis 150 mg/kg BB. Hal ini di

    sebabkan karena kandungan zat aktif 

    yang terdapat pada ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB yaitu senyawa

    yang berkhasiat berupa hasil metabolit

    sekunder seperti senyawa alkaloid,

    flavonoid, polifenol, saponin dan tanin

    telah dapat bekerja pada reseptor

    masing-masing. Peningkatan dosis 150mg/kg BB seharusnya akan

    meningkatkan respon yang sebanding

    dengan dosis yang ditingkatkan,

    namun dengan meningkatnya dosis

    peningkatan respon pada akhirnya

    akan menurun, karena sudah tercapai

    dosis yang sudah tidak dapat

    meningkatkan respon lagi. Hal ini

    sering terjadi pada obat bahan alam,

    karena komponen senyawa yang

    dikandungnya tidak tunggal melainkan

    terdiri dari berbagai macam senyawa

    kimia, dimana komponen- komponen

    tersebut saling bekerjasama untuk 

    menimbulkan efek, sehingga dengan

    peningkatan dosis 150 mg/kg BB

     jumlah senyawa kimia yang dikandung

    semakin banyak hingga terjadi interaksi

    merugikan yang menyebabkan

    penurunan efek sehingga peningkatan

    dosis tidak bisa mencapai efek 

    maksimumnya.22

    Berdasarkan hasil perhitunganpada hari ke-14 diperoleh nilai Fhitung

    (49,06) > Ftabel   (4.46) pada taraf 

    kepercayaan 95%, maka diperoleh

    indikasi bahwa ada pengaruh yang

    signifikan antara dosis ekstrak daun

    kecapi terhadap penurunan kadar

    glukosa darah tikus putih. Data hasil

    analisis Koefisien Keragaman (KK)

    pada hari ke-14 diperoleh sebesar 2,8

    %, karena nilai KK yang diperoleh

    dibawah 10 % sehingga dilakukan uji

    lanjut dengan menggunakan Uji Beda

    Nyata Jujur (BNJ). Uji lanjut

    dilakukan untuk mengetahui dosis

    yang efektif diantara ketiga dosis

    ekstrak daun kecapi (Sandoricum

    koetjape   (Burm.f.) Merr). Hasil uji

    BNJ pada hari ke-14 diketahui bahwa

    kontrol negatif (Na.CMC) berbeda

    nyata bila dibandingkan dengan ekstrak 

    daun kecapi dosis 50 mg/kg BB, ekstrak 

    daun kecapi dosis 100 mg/kg BB,

    ekstrak daun kecapi dosis 150 mg/kg

    BB dan kontrol positif (glibenklamid).

    Sedangkan ekstrak daun kecapi dosis 50

    mg/kg BB, ekstrak daun kecapi dosis

    100 mg/kg BB dan ekstrak daun

    kecapi dosis 150 mg/kg BB berbedatidak nyata bila dibandingkan dengan

    kontrol positif (glibenklamid). Pada hari

    ke-14 diketahui bahwa ekstrak etanol

    daun kecapi dosis 50 mg/kg BB

    yang lebih efektif dalam menurunkan

    kadar glukosa darah.

    Berdasarkan pada hari ke-7

    diketahui bahwa ekstrak daun kecapi

    dosis 100 mg/kg BB yang lebih

    efektif dalam menurunkan kadar

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    15/135

    12

    glukosa darah tikus putih karena

    pada dosis 100 mg/kg BB telah

    memberikan efek yang sebanding

    dengan kontrol positif (glibenklamid),

    sementara pada hari ke-14 diketahui

    bahwa ekstrak daun kecapi dosis 50

    mg/kg BB yang lebih efektif dalam

    menurunkan kadar glukosa darah

    tikus putih karena pada dosis 50 mg/kg

    BB telah memberikan efek yang

    sebanding dengan kontrol positif 

    (glibenklamid). Berdasarkan hal

    tersebut sehingga dapat disimpulkan

    bahwa ekstrak daun kecapi yangefektif dalam menurunkan kadar

    glukosa darah tikus putih yaitu ekstrak 

    daun kecapi dosis 100 mg/kg BB karena

    pada dosis 100 mg/kg BB telah dapat

    memberikan efek dalam waktu yang

    lebih cepat yaitu pada hari ke-7 sudah

    dapat memberikan efek yang sebanding

    dengan obat pembanding glibenklamid

    bila dibandingkan pada ekstrak daunkecapi dosis 50 mg/kg BB dapat

    memberikan efek dalam waktu yang

    lebih lama yaitu pada hari ke-14.

    Penurunan kadar glukosa darah

    pada tikus putih dipengaruhi oleh

    senyawa-senyawa kimia yang

    berkhasiat yang terdapat pada

    ekstrak daun kecapi berupa hasil

    metabolit sekunder seperti senyawa

    alkaloid menurunkan glukosa darah

    dengan cara menghambat absorbsi

    glukosa di usus, meningkatkan

    transportasi glukosa didalam darah,

    merangsang sintesis glikogen dan

    menghambat sintesis glukosa

    dengan cara menghambat enzim

    glukosa 6-fosfatase, fruktosa 1,6-

    bifosfatase, serta meningkatkan oksidasi

    glukosa melalui glukosa 6-fosfat

    dehidrogenase. Glukosa 6-fosfatase dan

    fruktosa 1,6-bifosfatase merupakan

    enzim yang berperan dalam

    glukoneogenesis. Penghambatan pada

    kedua enzim ini akan menurunkan

    pembentukan glukosa dari substrat lain

    selain karbohidrat.9 Flavonoid

    diketahui memiliki aktivitas antioksidan

    yang diyakini mampu melindungi tubuh

    terhadap kerusakan yang disebabkan

    spesies oksigen reaktif, sehingga

    mampu menghambat terjadinya

    penyakit degeneratif seperti diabetes

    melitus.10

    Peran polifenol sebagai

    antioksidan diduga mampu melindungi

    sel β pankreas dari efek toksik radikal

    bebas yang diproduksi dibawah kondisi

    hiperglikemia kronis,sehingga dengan

    pemberian antioksidan mampu

    meningkatkan masa sel β pankreas dan

    menjaga kandungan insulin

    didalamnya. Peningkatan radikal

    bebas akan meningkatkan insulin

    signaling pada translokasi GLUT 4

    intraseluler ke membran sel

    sehingga mampu mengambil glukosa

    dari darah. Secara umum, penurunan

    stres oksidatif dapat mengurangi

    resistensi insulin dan menghambat

    kerusakan sel β  pankreas, sehingga

    polifenol terindikasi mampu menahanresiko penyakit diabetes melitus

    berkembang menjadi lebih parah.23

    Saponin meningkatkan permeabilitas

    usus kecil, sehingga meningkatkan

    uptake zat yang sesungguhnya kurang

    diserap dan menyebabkan hilangnya

    fungsi normal usus. Pengaruh saponin

    terhadap susunan membran sel

    dapat menghambat absorbsi molekul

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    16/135

    13

    zat gizi yang lebih kecil yang

    seharusnya cepat diserap, misalnya

    glukosa.24 Tanin berperan sebagai

    astrigens atau pengkhelat yang dapatmengerutkan membran epitel usus

    halus sehingga mengurangi penyerapan

    sari makanan dan sebagai akibatnya

    menghambat asupan gula dan laju

    peningkatan gula darah tidak terlalu

    tinggi. Tanin juga mempunyai aktivitas

    hipoglikemik yaitu dengan

    meningkatkan glikogenesis.13

    Hasil pengamatan yang dilakukan

    selama 14 hari terhadap tikus putih

    diabetes melitus mengalami penurunan

    berat badan, poliuria, polidipsia dan

    polifagia. Hal ini sesuai dengan

    literatur yang menyatakan bahwa ketika

    konsentrasi glukosa di dalam darah

    bila cukup tinggi, maka ginjal

    tidak dapat menyerap kembali semua

    glukosa yang tersaring keluar akibatnya

    glukosa tersebut muncul dalam urin

    (glukosuria). Glukosa darah yang

    berlebihan disekresikan kedalam urin,

    ekskresi ini akan disertai pengeluaran

    cairan dan elektrolit yang berlebihan

    yang dinamakan diuresis osmotik.

    Sebagai akibat dari kehilangan cairan

    yang berlebihan sehingga akan

    mengalami peningkatan dalam

    berkemih (poliuria) serta rasa haus(polidipsia) dan defisiensi insulin juga

    mengganggu metabolisme protein dan

    lemak yang menyebabkan penurunan

    berat badan yang dapat mengalami

    peningkatan selera makan (polifagia)

    akibat menurunnya simpanan kalori.25

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil penelitian uji

    efek penurunan kadar glukosa darah

    ekstrak etanol daun kecapi (Sandoricum

    koetjape   (Burm.f.) Merr) pada tikus

    putih ( Rattus norvegicus) yang

    diinduksi streptozotosin maka dapat

    disimpulkan sebagai berikut:

    1. Ekstrak daun kecapi (Sandoricum

    koetjape   (Burm.f.) Merr) dapat

    menurunkan kadar glukosa darah

    tikus putih ( Rattus

    norvegicus) yang diinduksi

    streptozotosin.2. Dosis ekstrak daun kecapi

    (Sandoricum koetjape   (Burm.f.)

    Merr) yang efektif dalam

    menurunkan kadar glukosa darah

    tikus putih ( Rattus norvegicus)

    yang di induksi streptozotosin yaitu

    dosis 100 mg/kg BB.

    DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1995.   Materia Medika

     Indonesia. Jilid VI. Departemen

    Kesehatan Republik Indonesia.

    Jakarta. Hal: 333 - 334, 336  – 

    337.

    Anonim. 2013.   IDF Diabetes Atlas.

    Sixth Edition.Hal: 34.

    Brunner & Suddarth. 2002.

    Keperawatan Medikal- Bedah.

    Edisi 8. Vol. 2. EGC. Jakarta. Hal:

    1220

    Dharmayudha A.A.G.O., Anthara

    M.S. 2013. Identifikasi

    Golongan Senyawa Kimia Dan

    Pengaruh Ekstrak Etanol Buah

     Naga Daging Putih

    (Hylocereusundatus) Terhadap

    PenurunanKadar Glukosa Darah

    Serta Bobot Badan Tikus Putih

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    17/135

    14

     Jantan (Rattus norvegicus) Yang

     Diinduksi Aloksan.   Bulletin

    Veteriner Udayana. Vol.5. No.1.

    Universitas Udayana. Hal: 34-35.

    Emilan T., Dkk. 2011.   Konsep Herbal

     Indonesia: Pemastian Produk 

     Mutu Herbal. Universitas

    Indonesia. Hal: 7-8.

    Fauziah., Putri N.N., Firdus. 2014. The

     Effect Of Curry Leaves (Murayya

    koenigii L) On Blood Glucose

     Levels In Alloxan Diabetic Mice

    (Mus musculus). Jurnal Natural.

    Vol. 4. No. 1. Hal: 25.Juniarti C., Semana A. 2014.

     Hubungan Pengetahuan Dengan

    Kepatuhan Diet Pada Penderita

     Diabetes Mellitus Yang Dirawat 

     Di RSUD Labuang Baji

     Makassar . Jurnal Ilmiah

    Kesehatan Diagnosis. Vol.4.

    No.6. Stikes Nani Hasanuddin.

    Makassar. Hal: 769.Kendran A.A.S., Dkk. 2013.

    Toksisitas Ekstrak Daun Sirih

     Merah Pada Tikus Putih

    Penderita Diabetes Melitus.

    Jurnal Veteriner. Vol.4. No.4.

    Universitas Udayana. Hal: 531-

    532.

    Makalalag I., Wullur A., dan

    Wiyono W.2013.   Uji

     Ekstrak Daun Binahong

    (Anredera cordifolia Steen.)

    Terhadap Kadar Gula Darah

    Pada Tikus Jantan Galur Wistar 

    (Rattus norvegicus) yang

     Diinduksi Sukrosa. Jurnal Ilmiah

    Farmasi: Vol. 2, No. 01.

    UNSRAT. Manado. Hal:34.

    Marianne., Yuandani., Rosnani. 2011.

     Antidiabetic Activity From

     Ethanol Extract Of Kluwih’s

     Leaf (Artocarpus camansi).

    Jurnal Natural: Vol. 11.No.2.

    Universitas Sumatra Utara &

    universitas Syiah Kuala,

    Darussalam. Banda Aceh. Hal: 67.

    Meiyanti., Dewoto H.R., Suyatna F.D.

    2006.   Efek Hipoglikemik Daging

     Buah Mahkota Dewa (Phaleria

    macrocarpa (Scheff.) Boerl.)

    Terhadap Kadar Gula Darah

    Pada Manusia Sehat Setelah

    Pembebanan Glukosa.   Univesa

    Medicina. Vol. 25. No.3. Hal:119.

    Monteiro Melita. 2013.   Pengaruh

    Pemberian Ekstrak Labu

    Kuning Per Oral (Cucurbita

    moschata duchenes) Terhadap

    Kadar Trigliserida Tikus Jantan

    (Rattus norvegicus Strain Wistar)

     Model Diabetes Mellitus Tipe 2.

    Skripsi. Universitas Braiwijaya.Malang. Hal : 17.

    Murni S.A., Prawito P., Widiono

    S. 2012.Eksistensi Pemanfaatan

    Tanaman Obat Tradisional  (TOT)

    Suku Serawai Diera Medikalisasi

    Kehidupan. Jurnal Penelitian

    Pengelolaan Sumber Daya Alam

    Dan Lingkungan. Vol. 1. No. 3.

    Universitas Bengkulu. Hal: 225.

    Nugrahani septhi santika. 2012.

     Analisis Perbandingan Efektifitas

     Ekstrak Akar, Batang, Dan Daun

     Herba Meniran Dalam

     Menurunkan Kadar Glukosa

     Darah Mencit . Jurnal Kesehatan

    Masyarakat: Vol. 8, No. 1.

    Universitas Negeri Semarang.

    Indonesia. Hal: 59.

    Nugroho Agung Endro. 2006. Review

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    18/135

    15

     Hewan Percobaan Diabetes

     Melitus: Patologi Dan Mekanisme

     Aksi Diabetogenik . Biodiversitas:

    Volum. 7, No. 4. Universitas

    Gadjah Mada. Hal:381.

    Pasaribu F., Sitorus P., Bahri S.

    2012.   Uji Ekstrak Etanol Kulit 

     Buah Manggis (Garcinia

     Mangostana L.) Terhadap

    Penurunan Kadar Glukosa

     Darah. Journal Of Pharmceutics

    And Pharmacology: Vol. 1, No. 1.

    Universitas Sumatra Utara. Hal: 6.

    Prameswari O.M., Widjanarko S.B.2014.   Uji Efek Ekstrak Daun

    Pandan Wangi Terhadap

    Penurunan Kadar Glukosa

     Darah Dan Histopalogi Tikus

     Diabetes Melitus. Jurnal Pangan

    dan Agroindustri. Vol.2 , No.2.

    Universitas Brawijaya Malang.

    Hal: 23.

    Ridwan A., Astrian R.T. BarlianA. 2012.Pengukuran Efek 

     Antidiabetes Polifenol

    (Polyphenol 60) Berdasarkan

    Kadar Glukosa Darah Dan

     Histologi Pankreas Mencit (Mus

    musculus L.) S. W. Jantan Yang

     Dikondisikan Diabetes Melitus.

    Jurnal Mate-Matika & Sains. Vol.

    17. No. 2. Institute Teknologi

    Bandung. Hal:82.

    Riswan S., Andayaningsih

    D. 2008.Keanekaragaman

    Tumbuhan Obat Yang

     Digunakan Dalam Pengobatan

    Tradisional Masyarakat Sasak 

     Lombok Barat.   Jurnal Farmasi

    Indonesia. Vol.4. No. 2.

    Universitas Nasional. Hal:96.

    Scobie I.N., Samaras K. 2014.

    Fast Facts: Diabetes Mellitus.

    Fifth Edition. Health Press.

    Hal:10.

    Siregar Risna S. 2009.   Skrining

    Fitokimia Dan Uji Aktivitas

     Antimikroba Dari Ekstrak Etanol,

     Ekstrak Air Daun Tumbuhan

    Kecapi (Sandoricum Koetjape.

     Burm.F. Merr) Terhadap

    Staphylococcus Aureus,

     Escherichia Coli Dan Candida

     Albicans Secara In Vitro. Skripsi.

    Universitas Sumatra Utara.Medan. Hal: 5-6.

    Siregar Risna S. 2009.   Skrining

    Fitokimia Dan Uji Aktivitas

     Antimikroba Dari Ekstrak Etanol,

     Ekstrak Air Daun Tumbuhan

    Kecapi (Sandoricum Koetjape.

     Burm.F. Merr) Terhadap

    Staphylococcus Aureus,

     Escherichia Coli Dan Candida Albicans Secara In Vitro. Skripsi.

    Universitas Sumatra Utara.

    Medan. Hal: 5-6.

    Swantara I.M Dira., Ciawi

    Yenni. 2009. Identifikasi

    Senyawa Pada Daun Kecapi

    (Sandoricum Koetjape

    (Burm.F.)),  Jurnal Kimia: Vol. 3,

    No. 2. Universitas Udayana. Bukit

    Jimbaran. Hal: 62.

    Tandi Joni. 2011.   Obat Tradisional.

    STIFA Pelita Mas. Palu. Hal: 2.

    Trihono. 2013.   Riset Kesehatan

     Dasar 2013.Badan Penelitian

    dan Pengembangan Kesehatan

    Kementerian Kesehatan Republik 

    Indonesia Tahun 2013. Jakarta.

    Hal: 88.

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    19/135

    16

    UJI EFEKTIVITAS PEMBERIAN EKSTRAK DAUN INSULIN (Thitonia

     diversifolia [Hemsl.] A. Gray) SEBAGAI ANTIDIABETES TERHADAP

    TIKUS PUTIH JANTAN ( Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI

    STREPTOZOTOSIN

    THE EFFECTIVE TEST of INSULIN LEAF (Thitonia diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray) EXTRACT AS ANTIDIABETIC TO MALE RATS WHITE ( Rattus

     norvegicus) INDUCED STREPTOZOTOCIN

    Oleh

    Abd. Rahman, Ummul Fitiyani Ya’la, Niluh Puspita Dewi

    Abstract. Insulin leaf has the scientific name Thitonia diversivolia [Hemsl.] A. Gray.

    that contain flavanoid compounds that are used as a treatment of diabetes mellitus. This

    study aimed to determine the effect of leaf extract of insulin to decrease blood sugar

    levels male rats with streptozotocin-induced variations in the dose of 200 mg/kg bw,

    400 mg/kg bw and 600 mg/kg bw, and to determine the effective dose to lower blood

    glucose of male rats ( Rattus norvegicus). Research conducted laboratory experiments

    using randomized block design (RBD). Animal testing were 20 white male rats which

    were divided into 5 groups, each consists of 4 rats for treatment. The treatment I was

    given a suspension of Na CMC as a negative control. Treatments II, III, and IV were

    given insulin leaf extract with variations of each dose of 200 mg/kg bw, 400 mg/kg bw

    and 600 mg/kg bw. Treatment V given glibenclamide suspension as a positive control.

    Data were analyzed using analysis of variance statistical test (TEST-F) at the level of 

    95%. The analysis shows that the leaf extract of insulin has an effect on reducing blood

    glucose levels of mice on the day 14. Based on further HSD test shows that the dose that

    effectively to lower blood glucose levels of mice is 400 mg/kg bw.

    Keywords : Insulin Leaves (Thitonia diversivolia [Hemsl.] A. Gray), Antidiabetic,

    Streptozotocin.

    Abstrak. Daun insulin mempunyai nama ilmiah   Thitonia diversivolia [Hemsl.] A.

    Gray. yang memiliki kandungan senyawa flavanoid yang digunakan sebagai pengobatanpenyakit diabetes melitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ekstrak daun

    insulin terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih jantan yang diinduksi

    streptozotocin dengan variasi dosis 200 mg/Kg BB, 400 mg/Kg BB dan 600 mg/Kg BB,

    serta menentukan dosis yang efektif untuk menurunkan kadar gula darah tikus putih

     jantan ( Rattus norvegicus). Penelitian dilakukan secara eksperimen laboratorium dengan

    menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK). Hewan uji berupa tikus

    putih jantan berjumlah 20 ekor dibagi dalam 5 kelompok perlakuan, tiap perlakuan

    terdiri dari 4 ekor. Perlakuan I diberikan suspensi Na CMC sebagai kontrol negatif.

    Perlakuan II, III, dan IV diberikan ekstrak daun insulin dengan variasi dosis masing-

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    20/135

    17

    masing 200 mg/Kg BB, 400 mg/Kg BB, dan 600 mg/Kg BB. Perlakuan V diberikan

    suspensi glibenklamid sebagai kontrol positif. Data yang diperoleh dianalisis dengan

    menggunakan uji statistik Analisis Sidik Ragam (UJI-F) pada taraf kepercayaan 95%.

    Hasil analisis menunjukkan bahwa ekstrak daun insulin memiliki efek terhadap

    penurunan kadar glukosa darah tikus pada hari ke 14. Berdasarkan uji lanjut BNJ

    diperoleh bahwa dosis yang efektif menurunkan kadar glukosa darah tikus adalah 400

    mg/Kg BB.

    Kata kunci : Daun Insulin (Thitonia diversivolia [Hemsl.] A. Gray), Antidiabetes,

    Streptozotocin.

    PENDAHULUAN

    Perubahan pola hidup masyarakat

    dari natural menuju kemajuan yangberdampak pada terciptanya polusi

    memunculkan banyak penyakit

    degeneratif. Krisis ekonomi yang

    merupakan bagian dari krisis

    multidimensi di Indonesia

    menyebabkan tingginya biaya

    pengobatan dan obat-obatan kimia.

    Tingginya biaya obat dan pengobatan

    dikarenakan sebagian besar bahan

    bakunya berasal dari luar negeri.

    Kondisi itu mendorong masyarakat

    untuk mencari berbagai macam

    alternatif untuk pengobatan. Salah

    satunya pengobatan dengan tanaman

    obat tradisonal. Gaya hidup masyarakat

    modern yang serba instan dan

    mengabaikan gaya hidup sehat

    merupakan penyebab peningkatan

    resiko terjadinya penyakit degeneratif.

    Penyakit degeneratif merupakan

    penyakit yang dapat menyebabkan

    kematian bagi manusia, salah satunya

    diabetes melitus.1

    Diabetes melitus (DM)

    merupakan suatu penyakit gangguan

    metabolisme dimana kadar glukosa

    darah diatas normal (hiperglikemia)

    akibat tubuh kekurangan insulin atau

    fungsi insulin tidak aktif. Penderita

    penyakit ini dari tahun ke tahun

    semakin meningkat. Data global

    menunjukkan bahwa jumlah

    kejadian diabetes mellitus tahun 1987

    adalah 37 juta orang pada tahun

    1993 menjadi 100 juta orang. Tahun

    2020 Sidartawan Sugondo dkk,

    perkiraan jumlah penduduk di

    Indonesia yang berusia di atas 20

    tahun adalah 178 juta jiwa, sehingga

    diperkirakan prevalensi diabetes

    melitus (DM) adalah 5%, maka

    penderita diabetes diperkirakan 9 juta

    orang. Jumlah tersebut menempatkan

    Indonesia pada peringkat keempat

    dunia setelah India, China dan

    Amerika Serikat dengan jumlah

    penderita diabetes melitus terbesar di

    dunia.2

     International Diabetes Federation

    (IDF) tahun 2014 mengungkapkanbahwa penderita diabetes melitus

    diseluruh dunia mencapai 382 juta jiwa

    pada tahun 2035 akan meningkat lebih

    dari 592 juta dan Indonesia menempati

    urutan ke-7 sebanyak 8,5 juta penderita

    diabetes melitus.3

    World Health

    Organization (WHO) memprediksikan

    pada tahun 2030, penderita diabetes

    melitus di Indonesia akan mencapai

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    21/135

    17

    21,3 juta dan merupakan urutan ke-7 di

    dunia.4

     Riset Kesehatan Dasar 

    (RISKESDAS) tahun 2013

    menyatakan penderita diabetes melitus

    sebanyak 2,1%. Peningkatan jumlah

    penderita diabetes melitus dari tahun ke

    tahun menunjukkan perlu perhatian

    serius dalam terapi penyakit tersebut.

    Terapi dengan obat sintesis sering

    menemui kegagalan disebabkan efek 

    samping yang tidak diinginkan dan

    biaya yang lebih mahal karena

    penggunaannya dalam jangka waktu

    yang lama.5

    Penyakit kronis yang ditandai

    oleh tingginya kadar glukosa darah

    disertai gangguan metabolisme

    karbohidrat, lipid dan protein ini tidak 

    menyebabkan kematian secara

    langsung, tetapi dapat menyebabkan

    berbagai komplikasi bila pengobatannya

    tidak tepat. Komplikasi dapat terjadi

    pada makrovaskuler mencakup penyakit jantung koroner dan stroke sedangkan

    mikrovaskular mencakup nefropati dan

    neuropati diabetikum yang tidak jarang

    menyebabkan kematian. Pasien diabetes

    melitus diharuskan mengendalikan

    kadar glukosa darahnya melalui diet,

    olahraga, penggunaan insulin atau

    mengkonsumsi obat antidiabetik oral

    dalam jangka waktu lama.6

    Penyakit ini

    bersifat menahun alias kronis.

    Penderitanya dari semua lapisan umur

    serta tidak membeda-bedakan orang

    kaya maupun miskin. namun

    membutuhkan biaya yang tidak sedikit

    sehingga masyarakat menggunaan obat

    tradisonal sebagai pengobatan alternatif 

    antidiabetes.7

    Tanaman insulin merupakan jenis

    tanaman berbunga dengan warna kuning

    keemasan yang keluar pada akhir

    musim penghujan dengan penampilan

    mirip dengan bunga matahari. Anggota

    suku Asteraceae diduga berasal dari

    Meksiko dan kini tersebar hampir di

    seluruh belahan dunia.8

    Negara Nigeria

    berbagai bagian tanaman insulin

    digunakan untuk pengobatan malaria,

    diabetes melitus, hati, nyeri haid dan

    anti-inflamasi. Rebusan daun dan

    batang digunakan untuk pengobatan

    hepatitis di Taiwan dan gangguan

    pencernaan di Kenya dan Thailand.

    Kosta Rika, daun insulin keringditerapkan pengobatan pada luka.

    sementara di Kamerun, sebuah infus

    daun digunakan untuk pengobatan

    campak.9

    Efek antioksidan terutama

    pada komponen fenolik, seperti

    flavonoid, asam fenolik dan diterpenes

    fenolik yang dapat menunda atau

    menghambat oksidasi lipid atau

    molekul lain dengan menghambatinisiasi atau propagasi oksidatif reaksi

    berantai.10

    Penelitian yang dilakukan oleh

    Thongsom, M. pada tahun 2013 dengan

    dosis 100 mg/kg BB, 250 mg/kg BB

    dan 500 mg/kg BB menyatakan bahwa

    efek hipoglikemik ekstrak daun

    Tithonia diversifolia pada dosis 500

    mg/kg BB menunjukkan secara

    signifikan mengurangi kadar glukosa

    darah pada   Oral Glukosa Toleransi

    Test  (OGTT) pada tikus normal

    (P

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    22/135

    18

    antioksidan dengan menghambat reaksi

    berantai lipid peroksidasi dan bertindak 

    sebagai aktivitas hipoglikemik,

    mengurangi kadar gula darah pada tikus

    diabetes yang diinduksi aloksan.

    Toksisitas dan mekanisme   Tithonia

    diversifolia harus lebih lanjut dipelajari

    sebagai pengembangan suplemen diet

    untuk pengobatan diabetes tipe 2.10

    Berdasarkan latar belakang diatas,

    maka peneliti ingin mengetahui apakah

    pemberian ekstrak daun insulin

    (Tithonia diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) dapat menurunkan kadar glukosadarah dan pada dosis berapakah ekstrak 

    daun insulin yang efektif dalam

    menurunkan kadar glukosa darah.

    Penelitian ini bertujuan untuk 

    mengetahui efek ekstrak daun insulin

    terhadap penurunan kadar gula darah

    tikus putih jantan yang diinduksi

    streptozotocin dengan variasi dosis 200

    mg/kg BB, 400 mg/kg BB dan 600mg/kg BB, serta menentukan dosis yang

    efektif untuk menurunkan kadar gula

    darah tikus putih jantan ( Rattus

    norvegicus). Penelitian ini diharapkan

    dapat memberikan informasi ilmiah

    bagi masyarakat tentang efektivitas

    kegunaan daun insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.) dalam

    menurunkan kadar glukosa darah dan

    membantu bidang farmasi dalam

    memberikan salah satu alternatif 

    pengobatan diabetes melitus.

    Metode penelitian yang

    digunakan adalah metode eksperimen

    laboratorium dengan membandingkan

    kadar glukosa tikus putih jantan ( Rattus

    norvegicus) sebelum dan sesudah

    pemberian ekstrak daun insulin

    (Tithonia diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) secara oral. Jumlah hewan uji

    yang digunakan dalam penelitian ini

    sebanyak 20 ekor tikus putih jantan

    yang dibagi dalam 5 kelompok 

    perlakuan. Kadar glukosa darah diukur

    dengan menggunakan glukometer.

    Data hasil pengamatan yang

    diperoleh, dianalisis menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok (RAK)

    dengan uji statistik analisis sidik ragam

    (ANSIRA) dengan taraf kepercayaan

    95%. Pengujian ini dilakukan untuk 

    mengetahui apakah antara konsentrasi

    ekstrak daun insulin yang digunakanterdapat perbedaan signifikan atau

    tidak, jika terdapat perbedaan yang

    signifikan maka dilakukan uji lanjut

    sesuai nilai koefisien keragaman (KK)

    data yang diperoleh.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian ini dilakukan pada

    bulan Oktober-Desember 2014 diLaboratorium Fitokimia-Farmakognosi,

    Kampus Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi

    Pelita Mas, Jalan Wolter Monginsidi,

    No. 106A, Kota Palu.

    Bahan yang digunakan

    Aquadest, Aluminium foil, Asam

    klorida, Etanol 96%, Ekstrak daun

    insulin (Tithonia diversifolia [Hemsl.]

    A. Gray.), Na CMC, Pereaksi

    Dragendorf LP, Pereaksi Lieberman

    Buchard, Serbuk magnesium,

    Streptozotocin, Glibenklamid 5 mg.

    Alat yang digunakan

    Alat gelas laboratorium, Blender,

    Glucometer  (NESCO), Glucotest strips,

    cawan porselin, Kandang hewan uji,

    Neraca analitik, Penangas air,

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    23/135

    19

    Rotavapor (Rotary vacuum evaporator),

    Spoit injeksi, Spoit oral, Stopwatch,

    Timbangan hewan uji, Wadah maserasi

    dan Wadah penampung ekstrak.

    Hewan Uji

    Hewan uji yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah tikus

    putih jantan ( Rattus norvegicus) yang

    berbadan sehat dan aktifitas yang

    normal, berumur 2 sampai 3 bulan

    dengan bobot badan yang bervariasi

    yaitu antara 150 sampai 200 gram.

    PROSEDUR PENELITIANPengambilan bahan sampel

    Bahan yang digunakan adalah

    daun tanaman Insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.) yang

    diperoleh dari Hutan Lindung Desa

    Bahagia, Kecamatan Palolo, Kabupaten

    Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah.

    Pengolahan Bahan PenelitianDaun insulin (Thitonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray) diambil

    dan dikumpulkan kemudian disortasi

    basah untuk memisahkan bagian

    tanaman yang tidak dibutuhkan lalu

    dicuci dengan air mengalir sampai

    bersih. Kemudian dilakukan

    perajangan dan dikeringkan dengan

    cara diangin-anginkan tanpa terkena

    sinar matahari langsung hingga bahan

    tersebut mengering. Selanjutnya

    dilakukan sortasi kering untuk 

    memisahkan benda-benda asing yang

    masuk pada saat pengeringan. lalu

    simplisia siap untuk di ekstraksi.

    Pembuatan Ekstrak

    Daun insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.)

    diekstraksi dengan metode maserasi

    yaitu dengan merendam serbuk 

    daun insulin kering dalam etanol

    (96%) dalam suatu bejana. Dengan

    derajat halus yang cocok 

    ditimbang sebanyak 250 mg

    dimasukkan ke dalam wadah

    maserasi dan ditambahkan etanol

    96% sampai 2 cm di atas permukaan

    sampel, diaduk lalu didiamkan

    selama 3 hari untuk proses

    ekstraksi yang sempurna sambil

    diaduk sekali-kali. Disaring untuk 

    mendapatkan ekstrak etanol, laludipekatkan dengan menggunakan

    alat rotavapor hingga diperoleh

    ekstrak kental selanjutnya diuapkan

    diatas penangas air untuk 

    menguapkan etanol yang

    terkandung.

    Pemilihan Hewan Uji

    Hewan uji yang digunakansebanyak 20 ekor tikus putih jantan

    ( Rattus norvegicus) yang memiliki

    kondisi tubuh yang sehat dan

    aktifitas yang normal, serta

    ditempatkan pada kandang dan dibagi

    dalam 5 kelompok perlakuan, setiap

    kelompok terdiri dari 4 ekor hewan

    uji. Semua kelompok diadaptasikan

    selama satu minggu di laboratorium

    dan diberi pakan standar guna untuk 

    menyesuaikan diri dilingkungannya.

    Perlakuan Terhadap Hewan Uji

    Pemeriksaan awal kadar glukosa

    darah dilakukan pada semua

    kelompok tikus putih jantan ( Rattus

    norvegicus) yang sebelumnya telah

    dipuasakan selama 16 jam.

    Melakukan pemeriksaan awal kadar

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    24/135

    20

    glukosa darah semua kelompok 

    tikus putih jantan, pada hari yang

    sama tikus diinduksi streptozotosin

    dengan dosis 40 mg/Kg BB secara

    intraperitonial (rongga perut) dan hari

    ke 3 induksi, tikus dipuasakan

    selama 16 jam kemudian mengukur

    kembali kadar glukosa darah tikus.

    Kadar glukosa darah puasa tikus

    mencapai hiperglikemia yaitu diatas

    126 mg/dL. 20 ekor tikus dibagi

    menjadi 5 kelompok secara acak dan

    diberi perlakuan peroral selama 14

    hari.Kelompok 1 : Diberikan suspensi Na

    CMC sebagai kontrol

    negatif ( – )

    Kelompok 2 : Diberikan ekstrak daun

    insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) dengan dosis

    masing-masing 200

    mg/Kg BB.Kelompok 3 : Diberikan ekstrak daun

    insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) dengan dosis

    masing-masing 400

    mg/Kg BB.

    Kelompok 4 : Diberikan ekstrak daun

    insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) dengan dosis

    masing-masing 600

    mg/Kg BB.

    Kelompok 5 : Diberikan suspensi

    glibenklamid sebagai

    kontrol positif (+)

    Tikus dipuasakan selama 16 jam

    pada hari ke 7 dan hari ke 14

    sebelum diukur kadar glukosa

    darahnya, kemudian kadar glukosa

    darah tikus diukur kembali dan

    semua data kadar glukosa darah yang

    diperoleh dicatat kemudian dianalisis.

    Analisis Data

    Data hasil pengamatan yang

    diperoleh dianalisis menggunakan

    Rancangan Acak Kelompok (RAK)

    dengan uji statistik analisis sidik ragam

    (ANSIRA) dengan taraf kepercayaan

    95%. Pengujian ini dilakukan untuk 

    mengetahui apakah antara konsentrasi

    ekstrak daun insulin yang digunakan

    terdapat perbedaan yang signifikan atautidak dalam menurunkan kadar gula

    darah. Jika terdapat perbedaan yang

    signifikan maka dilakukan uji lanjut

    sesuai nilai koefisien keragaman (KK)

    data yang diperoleh.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Sebelum dilakukan penelitian

    mengenai efek antidiabetes ekstrak daun

    insulin (Tithonia diversifolia [Hemsl.]

    A. Gray.) pada tikus putih jantan

    ( Rattus norvegicus) yang diinduksi

    streptozotocin, terlebih dahulu

    dilakukan uji penapisan fitokimia

    ekstrak daun insulin.

    Penapisan fitokimia yang

    dilakukan yaitu uji flavonoid, uji

    polifenol, uji alkaloid, uji saponin dan

    tanin. Hasil penapisan fitokimia yang

    terdapat pada ekstrak daun insulin dapat

    dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    25/135

    21

    Tabel 1 Hasil Uji Penapisan Fitokimia Ekstrak Daun Insulin (Tithonia

     diversifolia [Hemsl.] A. Gray.)

    Perlakuan Hasil

    Uji Alkaloid Positif  

    Uji Flavonoid Positif  

    Uji Saponin Positif  

    Uji Tanin Positif  

    Uji Polifenol Positif  

    Uji Aktivitas Antidiabetes

    Uji aktivitas antidiabetes dilakukan selama 2 minggu. Pengukuran kadar

    glukosa darah dilakukan pada hari ke-7 dan ke-14. Hasil pengamatan dapat dilihatpada Tabel 2 berikut ini.

    Tabel 2 Data pengukuran penurunan kadar glukosa darah pada tikus setelah

    perlakuan pemberian ekstrak daun insulin (Tithonia diversifolia

    [Hemsl.] A. Gray.)

    Kelompok Perlakuan

    Nomor

    Hewan

    Uji

    t0 t1 t2 t3

    Kontrol Positif (+) I 116 383 294 91II 84 352 230 97

    III 99 371 220 89

    IV 113 402 259 116

    Rerata 103 377 250,75 98,25

    Kontrol Negatif ( – ) I 103 411 343 271

    II 107 402 329 243

    III 103 373 322 241

    IV 115 365 303 240

    Rerata 107 387,75 324,25 246,25Dosis 200 mg/Kg BB I 100 410 323 227

    II 83 382 296 193

    III 106 397 305 194

    IV 96 361 295 187

    Rerata 96,25 387,5 304,75 200,25

    Dosis 400 mg/Kg BB I 82 325 232 100

    II 88 364 254 136

    III 124 409 249 125

    IV 109 398 297 171

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    26/135

    22

    Rerata 100,75 374 258 133

    Dosis 600 mg/Kg BB I 98 384 274 87

    II 114 418 290 125

    III 100 405 269 98

    IV 116 421 296 107

    Rerata 107 407,5 282,25 104,25

    Keterangan : t0 = Kadar Glukosa Darah Awal

    t1 = Kadar Glukosa Darah Setelah Diinduksi

    t2 = Kadar Glukosa Darah Hari ke 7

    t3 = Kadar Glukosa Darah Hari ke 14

    Gambar 1 Grafik penurunan kadar glukosa darah pada tikus setelah perlakuan

    pemberian ekstrak daun insulin.

    Tabel 3 Penurunan kadar glukosa darah pada tikus putih

    PerlakuanRata – rata penurunan kadar glukosa darah

    Hari ke-7 Hari ke-14

    Kontrol Positif (+) 137,5c

    271,25c

    Kontrol Negatif (-) 63,5a

    141,5a

    Dosis 200 mg/Kg BB 82,75a

    187,5

    Dosis 400 mg/Kg BB 104,75 241c

    Dosis 600 mg/Kg BB 125,25 303,25

    Keterangan : Abjad yang berbeda menunjukan perbedaan yang signifikan, abjad

    yang sama menunjukan perbedaan yang tidak signifikan.

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    H0 H1H7

    H14

       K   a    d   a   r   G    l   u    k   o   s   a   D   a   r   a    h   T   i    k   u   s

        (   m   g    /    d   L    ) Kontrol (+)

    Kontrol (-)

    Ekstrak 200 mg/kg BB

    Ekstrak 400 mg/kg BB

    Ekstrak 600 mg/kg BB

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    27/135

    23

    Pembahasan

    Penggujian fitokimia dilakukan

    sebagai uji pendahuluan bahwa tanaman

    daun insulin yang digunakan memiliki

    khasiat sesuai literatur karena adanya

    senyawa-senyawa aktif yang dikandung

    dari tanaman tersebut. Hasil pengujian

    fitokimia dapat dilihat pada Tabel 1

    yang menunjukan bahwa hasil

    pengujian alkaloid, flavonoid, saponin,

    tannin dan polifenol diperoleh hasil

    positif. Hal ini sesuai dengan penelitian

    sebelumnya yang mengatakan bahwa

    daun insulin mengandung senyawa-senyawa kimia yaitu alkaloid,

    flavonoid, saponin, tanin dan polifenol.

    (Thongsom,2013)

    Ekstrak daun insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.) dibuat

    dalam 3 variasi dosis yaitu 200 mg/Kg

    BB, 400 mg/Kg BB dan 600 mg/Kg

    BB. Kontrol negatif hanya mengandung

    larutan kolodial Na CMC 1%. Larutanyang mengandung zat aktif 

    glibenklamid digunakan sebagai kontrol

    positif.

    Penelitian ini menggunakan

    larutan ekstrak daun insulin untuk 

    menurunkan kadar glukosa darah

    terhadap tikus putih, sedangkan yang

    digunakan sebagai pembanding (kontrol

    positif) adalah larutan glibenklamid

    yang mekanisme kerjanya menstimulasi

    sel-sel beta pankreas sehingga sekresi

    insulin meningkat. Glibenklamid

    diperlukan untuk melihat pengaruh obat

    antidiabetik oral yang telah terbukti

    khasiatnya dalam menurunkan kadar

    glukosa darah. Glibenklamid

    merupakan obat golongan sulfonilurea

    yang sering digunakan untuk pasien

    diabetes melitus tipe 2 serta kontrol

    negatif hanya mengandung larutan

    kolodial Na CMC 1% tanpa ekstrak. Na

    CMC diperlukan untuk mengetahui

    peningkatan kadar glukosa darah dari

    keadaan normal selama penelitian.

    Tikus dipuasakan selama 16 jam lalu

    diambil darahnya sebagai kadar glukosa

    darah awal. Tikus putih diinduksi

    dengan streptozotocin dengan dosis 40

    mg/Kg BB secara intraperitoneal (i.p)

    dengan volume pemberian sesuai bobot

    badan masing-masing hewan uji.

    Induksi streptozotocin diberikan dengan

    tujuan untuk mengganggu kerja sel-selbeta pankreas sehingga insulin yang

    dihasilkan berkurang, jika insulin

    berkurang maka glukosa dalam darah

    akan sulit masuk kedalam sel.

    Akibatnya kadar glukosa dalam darah

    meningkat (Hiperglikemia).

    Tikus putih diberi perlakuan

    selama 14 hari yaitu pada perlakuan 1

    tikus diberi larutan glibenklamidsebagai kontrol positif, perlakuan 2

    tikus diberi larutan tanpa ekstrak 

    sebagai kontrol negatif dan perlakuan 3,

    4 dan 5 diberikan ekstrak daun insulin

    dengan variasi dosis masing-masing

    200 mg/Kg BB, 400 mg/Kg BB dan 600

    mg/Kg BB dengan dosis pemberian

    sesuai berat badan tikus putih.

    Kemudian dilakukan pemeriksaan kadar

    glukosa darah pada hari ke-7 dan ke-14.

    Hasil penelitian rata-rata penurunan

    kadar glukosa darah tikus putih dapat

    dilihat pada Tabel 3.

    Analisis statistik dilakukan untuk 

    mengetahui adanya pengaruh perlakuan

    yang signifikan terhadap penurunan

    kadar glukosa darah tikus putih.

    Analisis statistik yang digunakan yaitu

    analisis sidik ragam (ANSIRA).

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    28/135

    24

    Berdasarkan hasil perhitungan, pada

    hari ke 7 diperoleh nilai Fhitung (27,66) >

    dari Ftabel (3,26) dengan taraf 

    kepercayaan 95 %, sedangkan pada hari

    ke 14 diperoleh nilai Fhitung (60,87) >

    dari Ftabel (3,26) dengan taraf 

    kepercayaan 95 %. Dilihat dari hasil

    yang diperoleh dapat diketahui bahwa

    ada perbedaan yang signifikan antara

    dosis ekstrak daun insulin terhadap

    penurunan kadar glukosa darah tikus

    putih pada hari ke 7 dan hari ke 14. Uji

    lanjut dilakukan untuk mengetahui

    dosis efektif diantara ketiga dosisekstrak daun insulin pada hari ke 7 dan

    hari ke 14. Berdasarkan hasil analisis

    data, maka didapatkan koefisien

    keragaman (KK) pada hari ke 7 adalah

    2,24% dan pada hari ke 14 adalah

    1,47%, sehingga digunakan uji lanjut

    dengan menggunakan uji beda nyata

     jujur (BNJ). Uji BNJ dilakukan karena

    nilai KK kurang dari (

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    29/135

    25

    penurunan glukosa darah dalam tubuh.

    Flavonoid pada daun insulin bersifat

    antioksidan, sehingga dapat

    menghambat kerusakan sel-sel β

    pankreas pulau Langerhans di pankreas

    akan beregenerasi dan mensekresikan

    insulin kembali ke dalam darah. Tanin

    diketahui dapat memacu metabolisme

    glukosa dan lemak sehingga timbunan

    kedua sumber kalori ini dalam darah

    dapat dihindari. Selain itu, tanin juga

    berfungsi sebagai astringent atau

    pengkhelat yang dapat mengerutkan

    membran epitel usus halus sehinggamengurangi penyerapan sari makanan

    dan sebagai akibatnya menghambat

    asupan gula dan laju peningkatan gula

    darah tidak terlalu tinggi. Saponin

    diduga dapat menurunkan kadar

    glukosa darah dengan menghambat

    aktivitas enzim alfa glukosidase, yaitu

    enzim dalam pencernaan yang

    bertanggung jawab terhadappengubahan karbohidrat menjadi gula.

    Antioksidan pada polifenol mampu

    mengurangi stres oksidatif dengan cara

    mencegah terjadinya reaksi berantai

    pengubahan superoksida menjadi

    hidrogen superoksida dengan

    mendonorkan atom hidrogen dari

    kelompok aromatik hidroksil (-OH)

    polifenol untuk mengikat radikal bebas

    dan membuangnya dari dalam tubuh

    melalui sistem ekskresi.

    Pemberian ekstrak daun insulin

    (Tithonia diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) dosis 600 mg/Kg BB pada hari

    ke-7 sudah memberikan efek yang lebih

    baik dibandingkan dosis 200 mg/Kg BB

    dan 400 mg/Kg BB. Namun, belum

    memberikan efek yang signifikan apa

    bila dibandingkan dengan kontrol

    positif. Hal ini disebabkan kadar

    kandungan zat aktif belum mampu

    menembus jaringan sel β pankreas.

    Pada hari ke 14 dosis 600 mg/Kg BB

    sudah memberikan efek yang lebih baik 

    dibandingkan dengan kontrol positif.

    Hal ini disebabkan karena senyawa

    yang terkandung dalam ekstrak daun

    insulin sudah memberikan yang lebih

    baik karena kandungan senyawa seperti

    alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan

    polifenol mampu bekerja secara efektif 

    untuk meregenerasi sel β pankreas

    akibat induksi streptozotocin sehinggamenimbulkan efek yang lebih baik 

    dibandingkan dengan kontrol positif.

    Dimana Kandungan yang terdapat pada

    ekstrak daun insulin seperti alkaloid

    terbukti mempunyai kemampuan

    regenerasi sel β pankreas yang rusak.

    Adanya perbaikan pada jaringan

    pankreas, maka akan terjadi

    peningkatan jumlah insulin didalamtubuh sehingga glukosa darah akan

    masuk kedalam sel sehingga terjadi

    penurunan glukosa darah dalam tubuh.

    Flavonoid pada daun insulin bersifat

    antioksidan, sehingga dapat

    menghambat kerusakan sel-sel β

    pankreas pulau Langerhans di pankreas

    akan beregenerasi dan mensekresikan

    insulin kembali ke dalam darah. Tanin

    diketahui dapat memacu metabolisme

    glukosa dan lemak sehingga timbunan

    kedua sumber kalori ini dalam darah

    dapat dihindari. Selain itu, tanin juga

    berfungsi sebagai astringent atau

    pengkhelat yang dapat mengerutkan

    membran epitel usus halus sehingga

    mengurangi penyerapan sari makanan

    dan sebagai akibatnya menghambat

    asupan gula dan laju peningkatan gula

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    30/135

    26

    darah tidak terlalu tinggi. Saponin

    diduga dapat menurunkan kadar

    glukosa darah dengan menghambat

    aktivitas enzim alfa glukosidase, yaitu

    enzim dalam pencernaan yang

    bertanggung jawab terhadap

    pengubahan karbohidrat menjadi gula.

    Antioksidan pada polifenol mampu

    mengurangi stres oksidatif dengan cara

    mencegah terjadinya reaksi berantai

    pengubahan superoksida menjadi

    hidrogen superoksida dengan

    mendonorkan atom hidrogen dari

    kelompok aromatik hidroksil (-OH)polifenol untuk mengikat radikal bebas

    dan membuangnya dari dalam tubuh

    melalui sistem ekskresi.

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian uji

    efek antidiabetes ekstrak daun insulin

    (Tithonia diversifolia [Hemsl.] A.

    Gray.) pada tikus putih ( Rattusnorvegicus) dapat disimpulkan sebagai

    berikut :

    1. Ekstrak daun insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.)

    dengan variasi dosis 200 mg/Kg

    BB, 400 mg/Kg BB dan 600 mg/Kg

    BB memiliki efek untuk 

    menurunkan kadar glukosa darah

    tikus putih ( Rattus norvegicus)

    yang diinduksi streptozotocin.

    2. Ekstrak daun insulin (Tithonia

    diversifolia [Hemsl.] A. Gray.)

    dengan dosis 400 mg/Kg BB efektif 

    untuk menurunkan kadar glukosa

    darah pada hari ke-14.

    DAFTAR PUSTAKA

    Anonim. 2010. Diabetes Mellitus

    Penyebab Kematian Nomor 7 di

    Dunia. Kementerian KesehatanRepublik Indonesia. Jakarta.

    Anonim. 2013. Riset Kesehatan Dasar,

    Badan Penelitian dan

    Pengembangan Kesehatan.

    Kementerian Kesehatan Republik 

    Indonesia. Jakarta.

    Hanafiah. 2011. Rancangan Percobaan

    Teori & Aplikasi. Fakultas

    Pertanian Universitas Sriwijaya.Palembang.

    Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman

    Obat Ampuh. Penebar Swadaya.

    Jakarta

    Otusanya, O., Ilori, O. 2012.

    Phytochemical Screening and the

    Phytotoxic Effects of Aqueous

    Extracts of   Tithonia diversifolia

    (Hemsl) A. Gray. International

    Journal of Biology Vol. 4, No. 3;

    2012.

    Scobie, I.N., Samaras, K. 2013. Fast

    Fact : Diabetes Mellitus. Healt

    Press. Fift edition.

    Setiawan, R. 2010. Pengaruh Pemberian

    Ekstrak Kelopak Bunga Rosela

    ( Hibiscus sabdariffa L.) Terhadap

    Penurunan Kadar Glukosa Darah

    Tikus Putih ( Rattus norvergicus)yang Diinduksi Aloksan. Skripsi

    Fakultas Kedokteran. Universitas

    Sebelas Maret. Surakarta.

    Sutjiatmo, A.B., Yulinah, E.S.,

    Ratnawati, Y., Kusmaningati, S.,

    Wulandari, A., Narvikasari, S.

    2011. Efek Antidiabetes Herba

    Ciplukan (Physalis angulata

    Linn.) Pada Mencit Diabetes

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    31/135

    27

    Dengan Induksi Aloksan. Fakultas

    Farmasi. Universitas Jendral

    Achmad Yani. Cimahi. Jurnal

    Farmasi Indonesia. Vol. 5. No. 4.

    Thongsom, M., Chunglok, W.,

    Kuanchuea, R., Tongpong, J.

    2013. Antioxidant And

    Hypoglycemic Effects Of 

    Tithonia diversifolia Aqueous

    Leaves Extract In Alloxan-

    Induced Diabetic Mice. Advances

    In Environmental Biology Journal

    Vol. 7. No.9.

    Tobing, E. L. 2009. Studi TentangKandungan Nitrogen, Karbon (C)

    Organik Dan C/N Dari Kompos

    Tumbuhan Kembang Bulan

    (Tithonia diversifolia). Skripsi

    Departemen Kimia Fakultas

    Matematika Dan Ilmu

    Pengetahuan Alam Universitas

    Sumatera Utara Medan.

    Wulandari, S.F. 2011. PengaruhPemberian Sari Buah Mengkudu

    ( Morinda citrifolia Linn.)

    Terhadap Glibenklamid Dalam

    Menurunkan Kadar Glukosa

    Darah Tikus Putih Jantan Yang

    Dibuat Diabetes. Skripsi Farmasi

    FMIPA UI. Depok.

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    32/135

    29

    UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KRIM EKSTRAK DAUN KERSEN

    ( Muntingia calabura L.) DENGAN METODE PEREDAMAN

    RADIKAL BEBAS DPPH

    ANTIOXIDANT ACTIVITY TEST of CREAM LEAF EXTRACT CHERRY

    ( Muntingia calabura L.) WITH DPPH FREE RADICAL

    REDUCTION METHOD

    Oleh

    Winartivira

    Abstrak. Kersen ( Muntingia calabura L.) merupakan tanaman buah tropis yang banyak 

    dijumpai di pinggir jalan sebagai pohon peneduh. Daun kersen memiliki aktivitasantioksidan yang kuat karena mengandung senyawa antioksidan yaitu flavonoid,

    saponin, polifenol dan tanin. Ekstrak daun kersen diformulasikan dalam bentuk krim

    dengan variasi konsentrasi 1%, 2% dan 3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh variasi konsentrasi ekstrak daun kersen terhadap mutu fisik krim dan aktivitas

    antioksidannya dan untuk mengetahui konsentrasi ekstrak daun kersen dalam krim yang

    efektif sebagai antioksidan. Pengujian mutu fisik krim meliputi uji organoleptik,

    homogenitas, pH, tipe krim, viskositas, uji iritasi dan stabilitas fisik krim. Penentuan

    aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan peredaman radikal bebas DPPH

    berdasarkan nilai penghambatan DPPH (IC50). Rancangan penelitian yang digunakanadalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data pada pengujian organoleptik,

    homogenitas, tipe krim, uji iritasi dan stabilitas fisik krim dianalisis secara deskriptif 

    dan data yang diperoleh pada pengujian pH, viskositas dan aktivitas antioksidan

    dianalisis secara statistik dengan metode One Way ANOVA pada taraf kepercayaan

    95%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa variasi konsentrasi ekstrak daun kersen

    dalam krim tidak mempengaruhi mutu fisik krim yaitu organoleptik, homogenitas, tipe

    krim dan tidak menimbulkan iritasi tetapi mempengaruhi stabilitas mutu fisik krim yang

    meliputi pH dan viskositas serta aktivitas antioksidan. Hasil uji aktivitas antioksidan

    menunjukkan krim ekstrak daun kersen dengan konsentrasi 1% (F2)efektif sebagai

    antioksidan dengan nilai IC50 yang diperoleh adalah 5,80 ppm.

    Kata kunci : Ekstrak daun kersen, krim, stabilitas mutu fisik, aktivitas antioksidan

    Abstract. Cherry ( Muntingia calabura L.) is a tropic plant fruit which found many in

    roadside as tree shade. The leaf cherry have strong antioxidant activity because

    chemical content such as flavonoids, saponins, polyphenols and tannins. Cherry leaf 

    extracts formulated into dosage forms cream with various concentration of 1%, 2% and

    3%. The study aims to determine the effect variations in the concentration of cherry leaf 

    extract on the physical quality of the cream and antioxidant activity and determine the

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    33/135

    30

    concentration of cherry leaf extract effective as an antioxidant. The physical quality of 

    the cream was tested such as organoleptic, homogeneity, pH, type of cream, viscosity,

    irritation test and cream physical stability. Determining antioxidant activity used free

    radical reduction DPPH based on value prevent DPPH (IC50). The study design was a

    Completely Randomized Design (RAL). Data obtained on organoleptic testing,

    homogeneity, type of cream, irritation testing and cream physical stability were

    analyzed descriptively and the data obtained in testing pH, viscosity and antioxidant

    activity were statistically processed by the method of  One Way ANOVA at 95%

    confidence level. Variations in the concentration of cherry leaf extract in the cream does

    not affect the physical quality of the cream which includes organoleptic, homogeneity,

    type of cream, and does not irritate but affect the physical quality of the cream which

    includes pH and viscosity as well as antioxidant activity. The result antioxidant activity

    test indicates that cream of cherry leaf extract with concentration of 1% (F2) effective as

    an antioxidant which value IC50 are 5.80 ppm.

    Keywords: cherry leaf extract, cream, the stability of the physical quality, antioxidant

    activity

    PENDAHULUAN

    Salah satu efek obat herbal yang

    paling banyak mendapat perhatian

    adalah antioksidan.Antioksidan lebih

    banyak dibahas dan diklaim bermanfaatuntuk mencegah dan mengobati

    berbagai macam penyakit.Antioksidan

    sangat bermanfaat terutama dalam

    mengatasi masalah penuaan pada

    kulit.Penggunaan antioksidan untuk 

    mengatasi penuaan kulit didasarkan

    pada teori radikal bebas. Pengaruh

    lingkungan seperti sinar ultraviolet,

    asap rokok, polutan, temperatur, nutrisi

    dan gaya hidup dapat memberikan

    kontribusi dalam pembentukan radikal

    bebas.Paparan radikal bebas membuat

    kulit cepat menua atau mengalami

    degenerasi.Penuaan kulit dapat

    menurunkan elastisitas kulit dan

    menyebabkan kerusakan melanin.1

    Saat ini banyak dikembangkan

    kosmetik perawatan kulit dari bahan

    herbal yang mengandung

    antioksidan.Sebagian besar kosmetik 

    yang mengandung antioksidan untuk 

    sediaan topikal ada dalam bentuk krim

    atau lotion.Krim adalah sediaan

    setengah padat, berupa emulsimengandung air tidak kurang dari 60%

    dan dimaksudkan untuk pemakaian

    luar.Krim mengandung satu atau lebih

    bahan obat yang terlarut dalam bahan

    dasar yang sesuai.Sifat umum sediaan

    krim adalah mampu melekat pada

    permukaan tempat pemakaian dalam

    waktu yang cukup lama sebelum

    sediaan ini dicuci dan dihilangkan.2

    Salah satu bahan alamiah yang

    berfungsi sebagai antioksidan adalah

    daun kersen. Kersen ( Muntingia

    calabura L.) banyak dijumpai di pinggir

     jalan sebagai pohon peneduh.5

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan

    oleh Zakaria Z.A (2011) kersen dapat

    dimanfaatkan sebagai obat karena

    mengandung senyawa flavonoid,

    saponin, polifenol dan tanin.3 Potensi

  • 8/15/2019 JURNAL FARMASI VOL XI NO 1 FEBRUARI 2015.pdf

    34/135

    31

    antioksidan tanaman kersen sangat

    tinggi sehingga sangat baik untuk 

    perawatan kesehatan maupun

    kecantikan. Penelitian yang dilakukan

    oleh Ayesha Siddiqua(2010) mengenai

    aktivitas antioksidan ekstrak daun

    kersen menunjukkan bahwa ekstrak 

    daun kersen memiliki aktivitas

    peredaman radikal bebas sangat tinggi

    dengan nilai IC50 diperoleh pada

    konsentrasi 22 µg/mL.4

    Bahan alam

    dikatakan sebagai antioksidan kuat jika

    memiliki nilai IC50 kurang dari 200

    µg/mL.5

    Penelitian ini bertujuan untuk 

    mengetahui pengaruh variasi

    konsentrasi ekstrak daun kersen

    terhadap mutu fisik krim dan aktivitas

    antioksidannya dan untuk mengetahui

    konsentrasi ekstrak daun kersen dalam

    krim yang efektif sebagai

    antioksidan.Rancangan penelitian yang

    digunakan merupakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data yang diperoleh

    pada pengujian organoleptik,

    homogenitas, tipe krim, iritasi dan

    stabilitas krim dianalisis secara

    deskriptif. Data yang diperoleh pada

    pengujian pH, viskositas dan aktivitas

    antioksidan dianalisis secara statistik 

    dengan metode One Way ANOVA

    ( Analisis of Varians) pada taraf 

    kepercayaan 95% dengan menggunakan

    uji lanjut.

    METODE PENELITIAN

    Penelitian dilaksanakan di

    Laboratorium Fitokimia dan

    Farmakognosi STIFA Pelita Mas Palu

    dan Laboratorium Farmasetik program

    studi Farmasi FMIPA Universitas

    Tadulako, mulai bulan Februari sampai

    April 2014.

    Alat yang digunakan

    Alat-alat gelas (Pyrex), Batang

    pengaduk, Bejana maserasi, Blender

    (Panasonic), Botol vial, Cawan porselin,

    Inkubator, Kuvet, Labu ukur (Pyrex),

    Mortir dan stamper, Neraca analitik 

    (Citizen), Objek glass, Pipet tetes,

    Penangas air (Memmert), pH-meter

    (Hanna), Vacuum rotary evaporator 

    (Buchi R-3000), Sendok tanduk,

    Spektrofotometer UV-Vis (Unico 2800UV-Vis), Viskometer  Brookfield,

    Wadah krim.

    Bahan yang digunakan

    Aquadest, Asam stearat (Brataco),