Jurnal Drop PCT

41
JURNAL SEDIAAN LIQUID Drop Paracetamol Kelompok 3 Destia C.H` 904008 Nursela Hijriani 201110410311112 Alva Nur Rohma 201110410311115 Katasha Viga Anggriagati 201110410311136 Aprilia Widyastuti 201110410311143 Arin Dwica Vidianti 201110410311153 Dewi Ratnawati 201110410311167 Irsita Trisiyana P. 201110410311173 Nur Hajar Rahmani 201110410311236 Siti Robiatul 201110410311237 Rizkie Zaqiyah 201110410311255 Tanggal Pembuatan (tanggal diskusi) : 24 september 2013 Dosen Pembimbing : PROGAM STUDI FARMASI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013

description

parasetamol

Transcript of Jurnal Drop PCT

JURNAL SEDIAAN LIQUID

Drop Paracetamol

Kelompok 3

Destia C.H` 904008

Nursela Hijriani 201110410311112

Alva Nur Rohma 201110410311115

Katasha Viga Anggriagati 201110410311136

Aprilia Widyastuti 201110410311143

Arin Dwica Vidianti 201110410311153

Dewi Ratnawati 201110410311167

Irsita Trisiyana P. 201110410311173

Nur Hajar Rahmani 201110410311236

Siti Robiatul 201110410311237

Rizkie Zaqiyah 201110410311255

Tanggal Pembuatan (tanggal diskusi) : 24 september 2013

Dosen Pembimbing :

PROGAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2013

BAB I

PENDAHULUAN

A. Definisi Parasetamol

Parasetamol adalah metabolit aktif dari fenasetin yang bertanggungjawab

akan efek analgesiknya. Merupakan penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan

perifer dan tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan. Efek antipiretik

ditimbulkan oleh gugus aminobenzen. Parasetamol mengandung tidak kurang dari

98% dan tidak lebih dari 101,0% C8H9NO2 di hitung zat yang telah dikeringkan.

Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen,

Parasetamol tidak memiliki sifat anti radang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam

obat jenis NSAID. Parasetamol tidak menimbulkan iritasi pada lambung atau

mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arterious pada janin.

a. Karakteristik Parasetamol

Nama bahan obat : Paracetamol (FI III Hal: 37)

Sinonim : N-Acetil-P-Aminofenol, Acetaminofen

Struktur Kimia : C8H5NO2

BM : 151,16

Kemurnian : Paracetamol tidak kurang dari 98% dan tidak lebih

dari 101%C8H9NO2

Efek teraupetik : Analgesik, antipiretik

Pemerian : Hablur putih, tidak berbau, rasa pahit

b. Organoleptis Bahan Obat (FI III : 37)

Warna : Putih

Bau : tidak berbau

Rasa : Pahit

c. Mikroskopis (FI III , 37)

Bentuk Kristal : hablur atau serbuk hablur.

d. Karakteristik Fisika Mekanik ( FI IV, 649 )

Titik Lebur : 163 0 c – 172

0 c

Higroskopisitas : tidak higroskopis

e. Karakteristik Fisika Kimia

Kelarutan menurut ( FI III, 37) : larutan dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian

etanol(95%)P, dalam 40 bagian Gliserol P, dan 9 bagian propilenglikol.

Kelarutan menurut (FI IV,649) : Larut dalam air mendidih, dan dalam NaOH

1 N, mudah larut dalam etanol.

Stabilitas

Bahan Padat :

Terhadap Suhu : stabil

Terhadap Cahaya : tidak stabil

Terhadap kelembapan : stabil

Bahan Larutan :

Terhadap pelarut : stabil

f. Higroskopisitas

Pada kelembapan relatif sampai 90 % (Pharmaceutical Codex)

Pka : 9,5 pada suhu 25o C

Nama Kimia : N – Asetil – 4 aminofenol

g. Kelarutan (Martindale : The Ekstra Pharmacopeia 28th

ed)

1 bagian Parasetamol larut dalam 70 bagian air, 20 bagian air mandidih,

dalam 7 sampai 10 bagian etanol (95%), dalam 13 bagian aseton, 40 bagian

gliserol dan dalam 9 bagian propolenglikol, sangat mudah larut dalam kloroform,

agak sukar larut dalam eter, larut dalam larutan alkali hidroksida membentuk

larutan jenuh dalam air dengan pH 5,1 sampai 6,5.

h. Khasiat dan Penggunaan : analgetikum dan antipiretikum

i. Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya

j. Titik Lebur : antara 168° - 172°C

k. Stabilitas :

Parasetamol sangat stabil dalam aquades. Waktu paruhnya yang di dapar

pada pH 6 diperkirakan 21,8 tahun; degradasi dikatalisis oleh asam dan basa dan

waktu paruhnya 0,73 tahun pada pH 2 dan 2,28 tahun pada pH 9. Hasil

degradasinya adalah P-amini fenol dan asam asetat (Martindale: Ekstra

Pharmacopeia 28th

ed)

Dalam larutan, Parasetamol membutuhkan proteksi dari cahaya. Dalam

keadaan kering Parasetamol murni stabil pada temperatur sampai 45°C. Jika hasil

hidrolisis parasetamol P aminofenol terdapat sebagai contaminan atau sebagai

hasil pemaparan kondisi yang lemah. P aminofenil dapat terdegradasi dengan

oksidasi pada Quinnonimine. Parasetamol relatif stabil terhadap oksidasi. (The

pharmaceutical Codex)

Hidrolisis parasetamol baik yang di katalisis oleh asam maupun basa

mengikuti reaksi orde 1 karena dipengaruhi oleh satu reaktan. Degradasi

Parasetamol tergantung pada konsentrasi dan tidak berikatan dengan kekuatan

ionik.

l. Tinjauan Bahan Obat

Farmakologi

Parasetamol merupakan salah satu derivat aminofenol. Derivat P-

aminofenol yang lain adalah fenasetin. Asetaminofen merupakan metabolit

fenasetin, parasetamol merupakan metabolit fenasetin dengan efek antipiretik

yang sama. Efek antipiretik ditimbulkan oleh gugus aminobenzen.

Parasetamol di Indonesia lebih dikenal dengan nama Parasetamol dan tersedia

dalam obat bebas. Walaupun demikian laporan kerusakan fatal hepar akibat

overdosis akut perlu diperhatikan, efek anti inflamasi parasetamol hampir

tidak ada.

Efek Samping

Reaksi alergi terhadap derivat para-aminofenol jarang terjadi.

Manisfestasinya berupa aritema atau urtikaria dan gejala yang lebih berat

berupa demam dan lesi pada mukosa penggunaan semua jenis analgesik dosis

besar secara menahun terutama dalam kombinasi berpontensi menyebabkan

nefropati analgesik.

Toksisitas Akut

Akibat dosis toksik yang paling sering ialah nekrosis hati. Nekrosis tubuh

renalis serta koma hipoglikemik dapat juga terjadi hepatotoksisitas dapat

terjadi pada pemberian dosis tunggal 10-15 mg (200-250 mg/kg BB)

parasetamol. Gejala pada hari pertama keracunan akut parasetamol belum

mencerminkan bahaya yang mengancam. Anoreksia, mual dan muntah serta

sakit perut terjadi dalam 24 jam pertama dan dapat berlangsung selama

seminggu atau lebih. Gangguan hepar dapat terjadi pada hari kedua, dengan

gajala peningkatan aktivitas serum transminase, laktat dehidrogenase, kadar

bilirubin serum serta pemanjangan masa protobin. Aktivitas alkali fosfatase

dan kadar albumin serum tetap normal. Kerusakan hati dapat mengakibatkan

ensefalopati, koma dan kematian. Kerusakan hati yang tidak berat pulih dalam

beberapa minggu sampai beberapa bulan.

Kerusakan ini tidak hanya disebabkan oleh Parasetamol, tetapi juga oleh

radikal bebas, metabolit yang sangat reaktif yang berikatan secara kovalen

dengan makromolekul vital sel hati. Karena itu hepatotoksisitas Parasetamol

meningkat pada pasien yang juga mendapat barbiturat. Antikonvulsi lain atau

pada alkoholik yang kronis. Kerusakan yang timbul berupa nekrosis

sentrilobularis. Kerusakan akut ini biasanya diobati secara simtomatik dan

suportif, tetapi pemberian senyawa sulfhidril tampaknya dapat bermanfaat,

yaitu dengan memperbaiki cadangan glutation hati. N-asetilsistein cukup

efektif bila diberikan peroral 24 jam setelah minum dosis toksik Parasetamol.

Farmakodinamik

Efek analgesik Parasetamol dan fenasetin serupa dengan salisilat yaitu

menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan sampai sedang. Keduanya

menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan

efek sentral seperti salisilat.

Efek anti inflamasinya sangat lemah, oleh karena itu parasetamol dan

fenasetin tidak digunakan sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan

penghambat biosintesis PG yang lemah. Efek iritasi, erosi dan pendarahan

lambung tidak terlihat pada kedua obat ini., demikian juga gangguan

pernafasan dan keseimbangan asam basa.

(Farmakologi FK UI, edisi 5 hal. 238)

Farmakokinetik

Parasetamol dan fenasetin diabsorbsi cepat dan sempurna melaui saluran

cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu ½ jam dan

masa paruh plasma antara 1-3 jam. Obat ini tersebar ke seluruh cairan tubuh.

Dalam plasma 25% Parasetamol dan 30% fenasetin berikatan dengan protein

plasma. Kedua obat ini di metabolisme oleh enzim mikrosom hati. Sebagian

asetaminofen (80%) di konjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian kecil

lainnya dengan asam sulfat. Selain itu kedua obat ini di ekskresi melalui

ginjal, sebagian kecil parasetamol (3%) dan sebagian besar dalam bentuk

terkonjugasi.

(Farmakologi dan Terapi, FK UI, ed 5 hal 238)

Indikasi

Di Indonesia penggunaan Parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik

telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik lainnya,

Parasetamol sebaiknya tidak di berikan terlalu lama karena kemungkinan

menimbulkan nefropati. Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya

dosis lebih besar tidak menolong. Karena hampir tidak mengiritasi lambung,

Parasetamol sering di kombinasi dengan AINS untuk analgesik.

(Farmakologi dan Teraoi, FK UI, ed 5 hal 238)

Kontra Indikasi

Penggunaan Parasetamol tidak diperkenalkan pada penderita yang

hipersensitif terhadap asetaminofen dan penderita yang mempunyai gangguan

fungsi hati.

BAB II

PRA FORMULASI

A. Tabel Bahan Obat dan Karakteristik Fisika-Kimia

a. Tabel Khasiat dan Efek Samping Parasetamol

Senyawa Aktif Efek / Khasiat Efek Samping

Parasetamol Analgesik

Antipiretik

Gangguan pencernaan

Hipersensitifitas

Kelainan darah

Hepatotoksisitas

Mual, muntah, anorexia

b. Tabel Karakteristik Fisika-Kimia Parasetamol

Karakteristik Fisika-Kimia Keterangan Khusus

1. Karakteristik Fisika

Kelarutan dalam air

Larut dalam air mendidih dan

dalam NaOH 1N dan mudah

larut dalam etanol

Dalam

1:70 dengan air

1:40 dengan gliserol

1:9 dengan propilen glikol

1:7 dengan etanol 95%

(FI III: 37)

Bentuk

Serbuk hablur, putih, tidak

berbau, rasa seperti pahit

Digunakan untuk peroral

Tahan pemanasan

Mudah terbasahi

2. Karakteristik Kimia

Stabil pada pH 3,8-6,1

pKa 9,5

Tidak mudah teroksidasi

TL : 169-172

BJ : 1,21-1,23

Dari daftar tabel di atas, bahan dan sediaan yang kami pilih adalah:

Bahan aktif terpilih : Paracetamol

Alasan : karena bahan aktif paracetamol sedikit efek

sampingnya dibandingkan dengan analgesic

lain. ( missal = acetosal -> menimbulkan iritasi

pada lambung ).

Bentuk sediaan terpilih : drop

Alasan : -paracetamol adalah bahan obat yang rasanya

pahit, diharapkan dalam bentuk sediaan drop

dapat memperbaiki rasa dari bahan aktif

tersebut, sehingga dapat mempermudah

pemberian pada bayi dan anak-anak.

- dosis dapat di ubah-ubah dalam pembuatan

- dapat diberikan dalam larutan encer, sedangkan

kapsul dan tablet sulit di encerkan

- mudah penggunaannya bagi bayi, anak dan

orang yang sulit menelan

- penggunaan obat luar lebih mudah dapat

menutupi rasa dan bau tidak enak dari bahan

aktif

B. Dosis dan Jumlah per Kemasan

Perhitungan dosis (Martindale The Extra Pharmacopeia 27th

ed)

a. Dosis dalam literatur

0,5 to 1 g; up to 4 g daily in divided doses children up to 1 year, 120 mg;1 to 5

year, 250 mg; 6 to 12 years; 250 to 500 mg,dewasa 500mg to1000 mg

b. Konsumen yang ditinjau : bayi

c. Alasan : Anak-anak pada rentang 0 bulan - 1 tahun lebih mudah untuk

meminum obat dalam bentuk cairan/larutan daripada bentuk tablet.

d. Dosis pemakaian : anak 0 bulan – 3 bulan : 30 – 60 mg tiap 8 jam jika

dperlukan.

anak 3 bulan-1 tahun : 60 mg-120mg

Usia

dalam

PRIA WANITA Rata-rata

Bobot (kg)

Tahun Bulan Bobot

(kg)

Panjang

(cm)

Bobot

(kg)

Panjang

(cm)

0 0 3,1 48 3,0 48 3,05

0 1 4,2 52 3,8 52 4,0

0 2 5,2 56 4,8 56 5,0

0 3 5,9 59 5,4 57 5,65

0 4 6,4 61 6,1 61 6,25

0 5 6,9 63 6,5 62 6,7

0 6 7,3 64 6,8 63 7,05

0 7 7,5 65 7,1 64 7,3

0 8 7,6 66 7,4 66 7,5

0 9 7,7 67 7,5 67 7,6

0 10 8,0 69 7,6 68 7,8

0 11 8,0 70 7,8 69 7,9

0 12 8,2 71 8,0 70 8,1

1 0 8,1 71,3 7,6 71,3 7,85

Anak 1-6 tahun : 120 – 250 mg

Anak 6-12 tahun: 250 – 500 mg

Diberikan setiap 4-6 jam setiap diperlukan.

Konsumen yang dituju = bayi 0 bulan – 1 tahun

Dosis untuk bayi ( Tabel Berat Badan ISO Vol. 46 hal 661 )

Dosis yang diperlukan 0-3 bulan = 3,05 – 5,65

3 bulan – 1 tahun = 5,65 -7,85

e. Volume takaran pipet = 0,3 ml, 0,4 ml ; 0,6 ml ; 0,8 ml

f. Volume terkecil takaran = 0,6ml

0-3 bulan = 0,6 ml -1,2 ml

3 bulan – 1 tahun = 1,2 ml -2,4 ml ≈ 60 mg – 120 mg

g. Di pilih dosis 30mg/0,6ml karena lebih efesien dalam pembuatan sediaan dan

pemakaiannya bisa untuk anak-anak 0 bulan - 1 tahun

h. Lama pengobatan : 3 hari

Pemakaian = 3 kali sehari.

Dosis

0 bulan – 3 bulan =0,6 ml -1,2 ml

1xh = 0,6 ml x 3 = 1,8 ml

1,2 ml x 3 = 3,6 ml

3xh = (1,8 ml-3,6 ml)x3 = 5,4ml – 10,8 ml

3bulan – 1tahun = 1,2 – 2,4 ml

1xh = 1,2 ml x 3 = 3,6 ml

2,4 ml x 3 = 7,2 ml

3xh = (3,6ml – 7,2ml )x 3 = 10,8ml ml – 21,6 ml

i. Di pilih kemasan terkecil 15 ml

Alasan :

Lebih efektif dan efisien untuk semua konsumen yang dituju dan karena

pertimbangan jumlah pemakaian (untuk 3 hari), dibuat dalam jumlah 120ml

karena memperhitungkan stabilitas bahan aktif pada saat penyimpanan.

C. Peryaratan Bentuk Sediaan

Bentuk Sediaan Sirup (Larutan)

Kadar Bahan Aktif

Dosis

pH sediaan

Kemasan terkecil

Warna

Bau

Rasa

Wadah Penyimpanan

90% - 110%

30 mg/0,6 ml

± 6,0

60ml

Ungu

Anggur

Manis

Botol

D. Macam – macam Bahan dan Fungsi

Fungsi

Bahan

Macam-macam bahan dan

Karakteristiknya

Bahan terpilih,

kadar, dan alasan

PELARUT

Aquadestilata (FI III : 96)

Bentuk :

cairan jernih, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak berasa.

Glyserin (HPE : 301)

Bentuk :

cairan jernih, tidak berbau, tidak

berwarna, kental, higroskopis, rasa

manis 0,6x sukrosa.

Propilen glikol,

glyserin, dan PEG

400 karena

berdasarkan

perbandingan

kelarutan, ketiga

bahan di atas

memiliki kelarutan

yang cukup tinggi

terhadap bahan

aktif asetaminofen.

Kelarutan :

sedikit larut dalam aseton, larut

dalam etanol 95%, methanol, air,

tidak larut dalam benzena, kloroform

minyak, larut 1 : 500 dengan eter dan

1 : 11 dengan etil asetat.

Propilen Glikol (HPE : 624)

Bentuk :

cairan jernih, tidak berwarna, kental,

tidak berbau dengan rasa manis,

sedikit pahit.

Kelarutan :

campur dengan aseton, kloroform,

eter, etanol 95%, gliserin, air. Larut

dengan perbandingan 1 : 6 dengan

eter, tidak larut dengan minyak

mineral.

PEG 400 (FI III : 504)

Bentuk :

cairan kental, jernih, tidak berwarna

atau praktis tidak berwarna. Bau

khas lemah, agak higroskopik.

Kelarutan :

larut dalam air, dalam etanol, dalam

aseton, dalam glikol lain dan dalam

hidrokarbon, aromatik, praktis tidak

larut dalam eter, dan dalam

hidrokarbon alifatik.

Dengan bahan aktif

750 mg PCT dapat

dilarutkan dalam

propilen glikol,

glyserin, dan PEG

400 dilarutkan

dalam

(Berdasarkan

perhitungan)

PENGAWET

(Presevatif)

PEMANIS

Propilen glikol (HPE : 624)

Pemerian :

jernih, tidak berwarna, kental, tidak

berbau dengan rasa manis mirip

gliserin.

Kelarutan :

dapat larut dalam aseton, kloroform,

etanol 95%, glyserin dan air, dalam

eter 1 : 6 tidak larut dalam mineral

oil tapi akan tercampur dengan

beberapa essensial oil.

Saccharin (FI IV : 748)

Bentuk :

serbuk Kristal berwarna putih, tidak

berbau/berbau aromatic lemah.

Larutan encer sangat manis. Larutan

bereaksi dengan lakmus.

Kelarutan :

Agak sukar larut dalam air, dalam

kloroform dan dalam eter. Larut dalam

air mendidih, sukar larut dalm etanol.

Mudah larut dalam larutan ammonia

encer, dalam larutan alkali hidroksida

dan dalam alkali karbonat dengan

pembentukan karbon dioksida

Propilen glikol,

karena konsentrasi

yang kita

tambahkan 15-30%

dan konsentrasi itu

yang digunakan

untuk pengawet.

Glyserin (HPE : 301)

Bentuk :

cairan jernih tidak berbau, tidak

berwarna, kental, higroskopis, rasa

manis 0,6x sukrosa.

Kelarutan : sedikit larut dalam aseton,

larut dalam ethanol 95%, methanol, air,

tidak larut dalam benzene, kloroform,

minyak, larut dalam 1 : 500 dengan eter

dan 1 : 11 dengan etil asetat

Sukrosa (FI IV : 762)

Bentuk :

Serbuk atau hablur kristal tidak

berwarna, masa hablur atau

berbentuk kubus atau serbuk hablur

putih, tidak berbau dan rasa manis,

stabil di udara, larutannya netral

terhadapa lakmus.

Kelarutan : Sangat larut dalam air, lebih

mudah larut dalam air mendidih, sukar

larut dalam etanol, tidak larut dalam

kloroform dan dalam eter.

E. Formula Terpilih

Formula 1

Nama bahan Fungsi Kadar % digunakan Jumlah

15mL

Parasetamol

Propilen glikol

Glyserin

PEG 400

NaH2PO4. 2H2O

Na2HPO4. 2H20

Saccharosa

Saccharin

Essense Anggur

Aquadest

Bahan aktif

Pelarut

Pelarut

Pelarut

Dapar

Dapar

Pemanis

Pemanis

Perasa

15% – 30%

< 50%

23%

40%

20%

0.02%

750mg

3,45mL

6mL

3mL

269,42mg

19,60mg

5mg

3mg

1 tetes

Ad 15mL

F. Larutan Dapar (FI III hal : 14-15)

Larutan dapar pada umumnya digunakan larutan dapar fosfat, larutan dapar

borat dan larutan dapar lain yang mempunyai kapasitas dapar rendah. Jika disebutkan

pH dalam paparan obat jadi, pengaturan pH di lakukan dengan penambahan asam,

basa, atau larutan dapar yang tertera pada daftar berikut ini, hingga pH dikehendaki:

1. Larutan Dapar Fosfat

Larutan NaH2PO4. 2H2O

2,55% (ml)

Larutan Na2HPO4. 12H2O

0,97% (ml)

pH

1 9 7,6

2 8 7,3

3 7 7,05

4 6 6,85

5 5 6,65

6 4 6,45

7 3 6,25

8 2 6,05

9 1 5,7

9,5 0,5 5,3

2. Larutan Dapar Isotonis

Larutan

NaH2PO4

80% (ml)

Larutan Na2HPO4

0.97% (ml)

pH

NaCl yang diperlukan untuk

isotonis (g/100ml)

90 10 5,9 0,52

80 20 6,2 0,51

70 30 6,5 0,50

60 40 6,6 0,40

50 50 6,8 0,48

40 60 7,0 0,46

30 70 7,2 0,45

20 80 7,4 0,44

10 90 7,7 0,43

5 95 8,0 0,42

3. Larutan Dapar Borat

Larutan NaH2PO4. 2H2O

2,55% (ml)

Larutan Na2HPO4. 12H2O

0,97% (ml)

pH

1 9 9,05

2

3

4

5

6

7

8

9

9,5

9,85

8

7

6

5

4

3

2

1

0,5

0,15

8,95

8,80

8,65

8,50

8,30

8,05

7,65

7,00

6,80

6,30

Dalam Farmakope Indonesia edisi IV halaman 1144 tercantum atau disebutkan

tentang Dapar fosfat-sitrat:

Dapar fosfat-sitrat pH 7,2 Campur 87,0 ml larutan natrium fosfat dibasa

dodekahidrat P 7,15% dengan 13,0 ml larutan asam sitrat P 2,1%.

Dapar fosfat-sitrat pH 7,6 Campur 6,35 ml asam sitrat 0,1 M dengan natrium

fosfat dibasa dodekahidrat 0,2 M secukupnya hingga 100 ml.

a. Karakteristik Dapar Fosfat

1. Na2HPO4

Pemerian : hablur tidak berwarna, tidak berbau, rasa asin, dalam

udara kering rapuh

Kelarutan : larut dalam 5 bagian air, sukar larut dalam etanol (95%)

Incompatibilitas : dengan alkaloida, antipyrine, khloralhidrat, ion asetat

Pyrogaliol, resorsinol dan asam glukonote dan ciproxo.

ADI : untuk sediaan oral, maksimal penggunaan adalah 100

mmol phosphat per hari.

2. NaH2PO4

Pemerian : tidak berbau, tidak berwarna, slighly deliquescent crystal

(bentuk hydarat), granul (bentuk anhidrat)

Kelarutan : larut dalam satu bagian air, sangat larut dalam etano

(95%)

Incompatibilitas : dengan sam mineral, biasanya dengan bahan alkali dan

Karbonat.

ADI : up to 100 mmol of phosphat daily.

b. Perhitungan Dapar

Sediaan yang digunakan pH 6,0

Menggunakan dapar phosphat, phosphat memiliki pKa dalam suhu 25◦ C.

pKa1 = 2,15 (H2PO4) Na3HPO4

pKa2 = 7,20 (H2PO4-) Na2HPO4

pKa3 = 12,38 (HPO42-

) NaH2PO4

pKa yang digunakan adalah pKa2 karena paling dekat dengan pH sediaan (pH 6,0)

dengan H2PO4- sebagai asam dan Na2HPO4 sebagai garam.

pH = pKa + log [garam] / [asam]

6,0 = 7,20 + log [Na2HPO4] / [H2PO4-]

-1,21 = log [Na2HPO4] / [H2PO4-]

0,0617 = [Na2HPO4] / [H2PO4-]

0,0617 [H2PO4-] = [Na2HPO4]

Kapasitas Dapar

pKa = 7,21 Ka = 6,17 x 10-8

pH = 6,0 [H3O+] = 10

-6

Persamaan Van Slyke

ß = 2,3 C ( Ka [H3O+] ) / ( Ka + [H3O

+] )

2

0,02 = 2,3 C {(6.17 x 10-8

)( 10-6

)} / (6.17 x 10-8

+ 10-6

)2

0,02 = 2,3 C (0,0547)

0,02 = 0,1260 C

C = 0,1589 M

C = [garam] + [asam]

c = [Na2HPO4] + [H2PO4-]

0,1589 = 0,0617 [H2PO4-] + [H2PO4

-]

0,1589 = 1,0617 [H2PO4-] + [H2PO4

-]

[H2PO4-] = 0,156 / 1,063

[H2PO4-] = 0,1497 M

[Na2HPO4] = 0,1589 M – 0,1497 M = 0,0092

Untuk NaH2PO4.2H2O dalam 15 ml

NaH2PO4 = massa x 1000

Mr vol

0,1497 M = gram x 15

119,98 1000

gram = x 0,1497

= 0,2694 g

Untuk Na2HPO4. 2H2Odalam 15 ml

Na2HPO4 = massa x 1000

Mr vol

= 0,15 x 141,95 x 9,2 x 10-3

M

= 0,01960g

G. Perhitungan Expiration Date

Parasetamol pada pH 6,0 : t 1/2 = 21,8 (Martindale)

Dengan menggunakan rumus :

Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)

Maka :

Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co / 1/2Co)

Log k = (2,303 / 21,8) x log 2

Log k = 0,0318

Sehingga di peroleh nilai T90 sebesar :

Log k = (2,303 / t 1/2) x log (Co/Ct)

0.0318 = (2,303 / T90) x log (Co/0,9 Co)

0.0318 = 0,105 / T90

T90 = 3,31 tahun

Jadi masa kadaluwarsa parasetamol kurang lebih 3,31 tahun dari tanggal pembuatan

H. Resep Standart Drop Paracetamol berdasar . . . . .

Paracetamol 90mg/ml

Propilenglikol 73,9 %

Etanol 6,5 %

Aqua 19,6 %

I. Koefisien Dielektrik

Propilenglikol = 32

Etanol = 24

PEG = 12,5

Gliserin = 43

Aquadest = 78,5

J. Tetapan Dielektrik

( ) ( ) ( ) ( )

=

K. Perhitungan ADI

Nama bahan Fungsi Kadar % digunakan Jumlah

15mL

Parasetamol

Propilen glikol

Glyserin

PEG 400

Bahan aktif

Pelarut

Pelarut

Pelarut

15% – 30%

< 50%

23%

40%

20%

750mg

3,45mL

6mL

3mL

FORMULA 1

Perhitungan ADI =

1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,038 g/ml

Penggunaannya = 3,45 ml x 1,038 g/ml = 6,67 gram

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 23% x (0,6 – 1,2 ml)x3 x 1,038 = 0,4297gram – 0,8595gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 23% x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,038 = 1,0342gram – 1,7189 gram

ADI

Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg

Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan

sehari-hari.

2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,260g/ml

Penggunaannya : 6ml x 1,260 g/ml = 7,494 gram

NaH2PO4. 2H2O

Na2HPO4. 2H20

Saccharosa

Saccharin

Essense Anggur

Aquadest

Dapar

Dapar

Pemanis

Pemanis

Perasa

0.02%

269,42mg

19,60mg

5mg

3mg

1 tetes

Ad 15mL

Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 40% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,249 = 0,8993– 1,7986 gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 40%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,249 = 1,7986 –3,5971 gram

3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,13 g/ml

Penggunaan : 3ml x 1,13g/ml = 3,39 gram

Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 20% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,13g/ml = 0,4068 – 0,8136 gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 20%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,13g/ml = 0,8136 – 1,6272 gram

Konstanta Dielektrik :

Aquadest = 78,5

Etanol = 24

PEG = 12,5

Gliserin = 43

Propilenglikol = 32

KD = ( ) ( ) ( ) ( )

=

FORMULA 2

No Bahan Fungsi % Rentang Kadar

Pemakaian

Untuk 15

ml

1. Paracetamol Zat aktif 750mg

2. Gliserin (HPE,301) Pelarut <50% 25 % 3,75 ml

3. Propilenglikol

(HPE,624)

Pelarut 10-25 % 10 % 12 ml

4. PEG 400 pelarut 20% 16 % 2,4 ml

5. Sakarin Na (HPE ,

641)

pemanis q.s

6. Red cherry pewarna q.s

7. Aqua pelarut q.s Ad 60 ml

Perhitungan ADI =

1. Propilen glikol = 25mg/kg.BB , BJ= 1,036 g/ml

Penggunaannya = 3 ml x 1,036 g/ml = 3,918 gram

ADI

Umur BB (kg) ADI ( 25 mg /kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 76,25 mg – 141,25 mg

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 141,25 mg – 196,25 mg

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 10% x (0,6 – 1,2 ml) x 3 x 1,036 = 0,0,2351 – 0,4702 gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 10%x (1,2 – 2,4 ) x 3 x 1,036 = 0,4702 – 0,9403 gram

Kesimpulan = melebihi batas ADI, namun diperbolehkan karena tidak digunakan

sehari-hari.

2. Gliserin = 1,0 – 1,5 g/kg.BB , BJ=1,249g/ml

Penggunaannya : 3,75ml x 1,249 g/ml = 4,68 gram

Umur BB (kg) ADI (1,0-1,5g/kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 3,05g-4,575g/5,65g-8,475g

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 5,65g-8,475g/7,85g-11,775 g

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 25% x (0,6 – 1,2 ml)x3 x 1,249 = 0,5621– 1,1241 gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 25%x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,249 = 1,1241 – 2,2482 gram

3. PEG 400 = 10mg/kg.BB , BJ= 1,125 g/ml

Penggunaan : 2,4ml x 1,13g/ml = 2,71 gram

Umur BB (kg) ADI (10mg//kg.BB )

0 – 3 bulan 3,05 kg – 5,65 kg 30,5mg-56,5mg

3 bulan – 1 tahun 5,65 kg – 7,85 kg 56,5mg-78,5mg

Untuk umur 0 – 3 bulan =

1xh = 16% x (0,6 – 1,2 ml) x3 x 1,13g/ml = 0,32544 – 0,650 gram

Untuk umur 3 bulan – 1 tahun =

1xh = 16%x (1,2 – 2,4 )x 3 x 1,13g/ml = 0,650 – 1,3018 gram

Konstanta dielektrik

Aquadest = 78,5

Etanol = 24

PEG = 12,5

Gliserin = 43

Propilenglikol = 32

KD = ((20% x 32) + (20% x 43) + (15% x 12,5) + (45% x 78,5))

100

= 640 + 860 + 187,5 + 3532,5 = 52,20

100

CARA PERACIKAN

a. Formula I

1. Timbang Parasetamol

2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak

3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak

4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak

5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol

dan gliserin campur ad larut

6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad

larut dan homogen

7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kira-

kira sebanyak

8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogen

9. Timbang NaH2PO4. 2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam air

sebanyak

10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua

11. Timbang essence leci larutkan dengan air kira-kira

12. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga

warna yang diinginkan telah sesuai

13. Kemudian tambahkan perasa sesuai keinginan

14. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen

15. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan

sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar

b. Formula II

1. Timbang Parasetamol

2. Ukur PEG di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak

3. Ukur propilenglikol di beaker gelas yang telah di kalibrasi sebanyak

4. Ukur gliserin di beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak

5. Masukkan PEG ke dalam beaker glass kemudian tambahkan propilen glikol

dan gliserin campur ad larut

6. Masukkan Parasetamol sedikit demi sedikit ke dalam campuran no. 5 aduk ad

larut dan homogen

7. Timbang sukrosa sebanyak kemudian larutkan dengan air hingga larut kira-

kira sebanyak

8. Masukkan larutan sukrosa ke dalam campuran no. 6 aduk ad homogeny

9. Timbang NaH2PO4. 2H2O dan Na2HPO4.2H2O dan larutkan dalam air

sebanyak

10. Campurkan larutan dapar ke dalam no 8 aduk ad larut dan tercampur semua

11. Timbang essence leci larutkan dengan air kira-kira

12. Teteskan essence leci ke dalam larutan no. 10 sedikit demi sedikit hingga

warna yang diinginkan telah sesuai

13. Kemudian tambahkan perasa sesuai keinginan

14. Kemudian tambahkan air ad 60 ml aduk ad homogen

15. Masukkan ke dalam botol 60 ml, beri label dan masukkan ke dalam kemasan

sekunder yang telah dilengkapi brosur dan sendok takar

L. Skema Pembuatan

Cara 1

PEG PROPILENGLIKOL GLICERIN

aduk ad homogen PARASETAMOL

Aduk ad larut & homogen

SUKROSA AQUA 5 ML

Aduk ad homogen

NaH2PO4. 2H2O AQUA 5 ML

Aduk ad larut

Na2HPO4. 2H2O

Aduk ad larut

Saccharin AQUA 5ML

Aduk ad homogen

ESSENSE Anggur

Aduk ad homogen

Masuk botol

M. Perhitungan Bahan dalam Volume 60ml dan 150 ml (Formula I)

Nama Bahan Jumlah 60ml Jumlah 150ml

Parasetamol

Propilen glikol

PEG 400

Gliserin

NaH2PO42H2O

Na2HPO122H2O

Saccarin

Essence Anggur

Sukrosa

Aquadest

3 g

18,02g

13,56g

29,98g

78,4mg

1,77g

12mg

q.s

50mg

Ad 60 ml

9 g

45,05g

33,9g

74,94g

0,20g

2,69g

30mg

q.s

125

Ad 150ml

BAB III

EVALUASI

A. Parameter Evaluasi

1. Organoleptis

Bau : Anggur

Rasa : Manis sedikit pahit

Warna : Ungu

2. Uji Berat Jenis

Alat : Piknometer

Cara kerja :

1. Gunakan alat piknometer yang telah dibersihkah dan dalam keadaan

kering

2. Timbang piknometer kosong di timbangan analitik

3. Setelah ditimbang kosong, isi piknometer dengan air hingga terisi

penuh, kemudian timbang botol berisi air.

4. Buang air dalam piknometer, kemudian isi piknometer dengan

larutan sirup dan timbang. Lakukan sebanyak 3 kali pada larutan

sirup yang berbeda.

5. Setelah ditimbang semuanya hitung BJ masing-masing dan

kemudian di rata-rata dan cari standart deviasinya.

3. Penetapan pH

Alat : pH meter

Cara kerja :

1. Nyalakan alat pH meter.

2. Masukkan sediaan dalam beker glass kurang lebih 50 ml.

]3. Celupkan elektrode glass ke dalam sediaan untuk mengetahui pH

sediaan yang akan di ukur.

4. Tekan tombol pH pada alat pH meter

5. Catat angka pH yang muncul pada monitor pH meter

4. Viskositas

Alat : Viskometer

Cara kerja :

1. Cuci alat dengan alcohol 95% dan keringkan

2. Masukkan zat uji ke dalam viskometer sebanyak 3 ml

3. Hisap ujung pipa viskometer sampai zat uji naik melewati batas,

kemudian biarkan zat tersebut turun sampai batas tadi.

4. Pada saat zat sampai pada batas hidupkan stop watch hingga zat

tersebut turun tepat pada batas berikutnya.

B. Hasil Evaluasi

1. Organoleptis

Warna : Ungu

Rasa : Manis agak pahit

Bau : Anggur

2. Berat Jenis

Penimbangan Botol

Botol kosong : 33,39 gram

Botol + air : 57,53 gram

Botol + drop 1 : 61,94 gram

Botol + drop 2 : 61,99 gram

Botol + drop 3 : 61,98 gram

Berat jenis

Drop 1 : (61,94 gram - 33,39 gram)/ 24,488mL = 1,1659 g/mL

Dtop 2 : (61,99 gram - 33,39 gram) / 24,488mL = 1,1675 g/mL

Drop 3 : (61,98 gram - 33,39 gram) / 24,488mL = 1,1675 g/mL

Rata-rata : 1,1670 g/mL

Standart deviasi :

3. pH

pH Drop 1 : 5,73

pH Drop 2 : 5,73

pH Drop 3 : 5,73

Rata-rata : 5,73

4. Viskositas

Drop 1 : 1,3

Drop 2 : 1,3

Drop 3 : 1,3

Rata-rata : 1,3

C. Perencanaan Kemasan

Brosur

BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang kami lakukan dalam membuat sediaan Drop

Parasetamol, langkah awal yang kami lakukan adalah memilih bahan aktif

Parasetamol, pelarut, pengawet, pemanis, pewarna, essence, dan larutan dapar.

Kemudian dari bahan-bahan tersebut kami mencari sifat fisiko-kimianya. Sehingga

kami dapat menentukan salah satu bahan yang akan digunakan dalam membuat

sediaan Drop Parasetamol. Dari bahan tersebut kami menentukan dosis sehingga

diketahui berapa jumlah Parasetamol dalam satu botolnya (15 ml). Selanjutnya kami

menentukan kadar pelarut yang dapat melarutkan Parasetamol sejumlah 750 gram.

Untuk mengetahui kelarutan parasetamol dalam formulasi, ada dua cara yaitu :

1. menghitung konstanta dielektrik

2. menggunakan data kelarutan parasetamol pada masing-masing pelarut

Dalam pembuatan formulasi kami, formulasi yang pertama dan kedua

mempunyai konstanta dielektrik lebih besar dari formula standard. Formula standard

ini diambil dari Formularium Nasional.

Dari penetapan/perhitungan kadar yang kami lakukan, maka kami

memutuskan untuk merancang 2 formulasi. Dari 2 formulasi yang kami pilih

mempunyai perbedaan konsentrasi dalam hal pelarut. Dalam pembuatannya kami

memakai cara, yaitu :

Dengan mencampurkan seluruh pelarutnya terlebih dahulu kemudian bahan

aktifnya (Parasetamol) dimasukkan dalam pelarut campuran tersebut. Kemudian

ditambahkan bahan-bahan lainnya.

Dari hasil praktikum yang didapatkan sediaan formula II lebih terlihat encer

daripada formula 1 sehingga kami memilih Formulasi I yang terlihat lebih kental.

Kemudian dari formulasi yang terpilih (formulasi I) kami membuat formula dengan

volume 150 ml. Dari volume 150 ml tersebut diperoleh hasil tidak sebaik formula

pada volume 60 ml, yaitu terjadinya pengendapan dikarenakan bahan aktif

(Parasetamol) ada yang tidak larut sempurna. Faktor-faktor yang menyebabkan hasil

pada volume 300 ml tidak sebaik pada volume 60 ml antara lain :

1. Pada volume kecil (60 ml) partikel-partikel dari bahan aktif (Parasetamol)

yang tidak larut tidak nampak sehingga sediaan terlihat lebih jernih.

Sedangkan pada volume besar (300 ml) partikel-partikel dari bahan aktif yang

tidak larut bisa terlihat jelas.

2. Dalam pengadukan pada volume 60 ml waktu yang diperlukan cukup lama,

sehingga pada volume 150 ml waktu yang diperlukan untuk pengadukan lebih

lama lagi.

3. Adanya faktor penuangan bahan (pelarut) dalam wadah sediaan sehingga

mempengaruhi kelarutan Parasetamol. Pada saat penuangan pelarut ke dalam

wadah sediaan masih ada sisa pelarut yang menempel pada beker glass

sehingga jumlah pelarut yang tertuang ke dalam wadah sediaan menjadi

berkurang.

4. Terjadinya larutan jenuh dalam sediaan, sehingga tidak dapat melarutkan

Parasetamol.

Namun dengan bantuan alat ultrasonik selama 5 menit paracetamol yang tadinya

tidak larut akhirnya melarut dan sediaan menjadi jernih seperti yang di harapkan.

Pada pengamatan pH yang dilakukan diperoleh pH 5,73 sedangkan pH yang

direncanakan adalah 6 ± 0,5 namun pH ini masih masuk dalam rentang pH stabil

paracetamol. pH yang tidak sesuai ini di karenakan beberapa alasan, yaitu :

1. Adanya penimbangan yang kurang akurat, maka mempengaruhi pH.

2. Adanya penambahan essense yang tidak teratur (berlebihan) sehingga dapat

mempengaruhi pH.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Formula yang terpilih adalah formula I, karena memberikan hasil yang

lebih baik daripada formula lainnya. Pada formula 1 ini tidak terjadi pengendapan

karena pelarut yang ditambahkan sudah cukup banyak dan tidak mengalami

kejenuhan sehingga bisa larut sempurna.

Namun pada saat volume 60 ml formula I cara 2 kami buat lebih besar

menjadi 300 ml, hasilnya tidak sebaik formula I cara 2 sebelumnya karena terjadi

pengendapan. Hal ini di sebabkan antara lain karena:

1. Pada volume kecil partikel dari bahan aktif (Parasetamol) yang tidak larut

tidak nampak jelas sehingga pada volume yang lebih besar baru terlihat.

2. Lamanya pengadukan

3. Adanya pelarut yang tidak ikut tertuang pada waktu pencampuran

4. Terjadinya larutan jenuh

Selain itu pH yang kami peroleh juga tidak sesuai dengan pH yang kami

rencanakan (6 ± 0.5) yaitu 5,73, hal ini terjadi karena:

1. Penimbangan yang kurang akurat

2. Penambahan essence yang tidak teratur.

Dari hasil formulasi yang kita buat diperoleh data sebagai berikut :

1. Organoleptis

Warna : ungu

Rasa : manis agak pahit

Bau : Anggur

2. Berat Jenis

Rata-rata : 1,1461 + 1,1488 + 1,1474 = 3.4423 / 3 = 1,1474

Standart deviasi : ± 0,0013

3. pH rata-rata = 6,67

Sediaan sirup Parasetamol yang dihasilkan tidak memenuhi kriteria karena

sediaan kami mengalami pengendapan sedangkan persyaratan sirup harus jernih.

B. SARAN

1. Untuk mengatasi pengendapan yang timbul seperti yang telah kami lakukan,

hendaknya konsentrasi pelarut yang akan di gunakan di buat lebih tinggi agar

tidak terjadi larutan jenuh. Atau bisa dengan bantuan alat ultrasonik.

2. Dilakukan optimasi berkali-kali agar formula yang di peroleh benar-benar

bagus dan sesuai dengan yang di rencanakan.

3. Untuk mengatasi pH yang tidak sesuai bisa dengan cara menimbang bahan-

bahan secara akurat dan teliti sehingga jumlah bahan obat yang telah di

rencanakan sesuai, tidak kurang dan lebih. Penambahan essence secara teratur

dan di hitung dengan benar karena essence bersifat asam sehingga

penambahan essence yang berlebih bisa mempengaruhi pH.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1979. Farmakope Indonesia.

Edisi Ketiga. Depkes RI. Jakarta

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 1985. Farmakope Indonesia

Edisi Keempat. Depkes RI. Jakarta

3. Kibbe. A. H. 2000. Handbook of Pharmaceutical Exipients 5th

ed. The

Pharmaceutical Press. London

4. Reynold. J. E. F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopeia 27th

ed. The

Pharmaceutical Press. London

5. Martin, A. Etall. 1993 Farmasi Fisik 2 Edisi Ketiga. Universitas Indonesia

Press. Jakarta

6. USP 26, 2003 The Official Compendia of Standarts. The Board of

Trustees Washingtong DC