Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

21
1 Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan Pondok Pesantren di Malang Jawa Timur Oleh: Retnowati 1 Abstract The relation of Moslem and Christian in Indonesia is always interesting to discuss since it is riddled with dynamics and conflicts. The data are directly obtained from the Muslim (Moslem Boarding School) and Christian (East Java Christian Church) in Malang, East Java, by ways of in-depth interviews, observation participant and supported with bibliographical studies. Data analysis is carried out in the descriptive qualitative method. GKJW (East Java Christian Church) an Pondok Pesantren (Moslem Boarding School) have succeeded in establishing realtions and nertworks resulting in the force to bridge inter- religions relation in East Java. The fact shows that local resources play major roles in establishing relations that allow inter-religion and cooperation to take place. It can be explained by social nertwork concept starting that local resources are potentials social capital to be reckoned. The Moslem-Christian network established by Pondok Pesantren and GKJW in East Java, shows the growing awareness of importance of establishing relations among Moslems and Christians. SIKI program (Studi Intensif Islam and Christian) has started and learn to understand other religions. This social network is a good starting point to solve the problems that has been the burden of inter-religions lives. SIKI has conducted the dialogue of life involving Moslems and Christians directly. The presence, fellowship, and live in activity through SIKI program has opened the new insight and understanding of Moslems and Christians that never took place. This is the importence of why inter-religion and or religion institutions cooperation and network needs to be carried out and maintained. Keywords: Social Network, Social Capital, Chuch, Moslem Boarding School 1 Retnowati adalah, pengajar di Fakultas Teologi UKSW Tulisan ini adalah hasil penelitian kontraktual Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang 2012.

Transcript of Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

Page 1: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

1

Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) denganPondok Pesantren di Malang Jawa Timur

Oleh: Retnowati 1

Abstract

The relation of Moslem and Christian in Indonesia is always interesting to discuss since itis riddled with dynamics and conflicts. The data are directly obtained from the Muslim (MoslemBoarding School) and Christian (East Java Christian Church) in Malang, East Java, by ways ofin-depth interviews, observation participant and supported with bibliographical studies. Dataanalysis is carried out in the descriptive qualitative method.

GKJW (East Java Christian Church) an Pondok Pesantren (Moslem Boarding School)have succeeded in establishing realtions and nertworks resulting in the force to bridge inter-religions relation in East Java. The fact shows that local resources play major roles inestablishing relations that allow inter-religion and cooperation to take place. It can be explainedby social nertwork concept starting that local resources are potentials social capital to bereckoned.

The Moslem-Christian network established by Pondok Pesantren and GKJW in EastJava, shows the growing awareness of importance of establishing relations among Moslems andChristians. SIKI program (Studi Intensif Islam and Christian) has started and learn to understandother religions. This social network is a good starting point to solve the problems that has beenthe burden of inter-religions lives. SIKI has conducted the dialogue of life involving Moslemsand Christians directly. The presence, fellowship, and live in activity through SIKI program hasopened the new insight and understanding of Moslems and Christians that never took place. Thisis the importence of why inter-religion and or religion institutions cooperation and networkneeds to be carried out and maintained.

Keywords: Social Network, Social Capital, Chuch, Moslem Boarding School

1 Retnowati adalah, pengajar di Fakultas Teologi UKSWTulisan ini adalah hasil penelitian kontraktual Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang 2012.

Page 2: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

2

Abstrak

Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia selalu menarik untuk dibicarakan karena keduaagama ini memang mempunyai hubungan yang diwarnai oleh berbagai dinamika dan rentankonflik. Penelitian tentang hubungan GKJW dengan Pondok Pesantren dilakukan di MalangJawa Timur, dengan subyek penelitian Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dan PondokPesantren. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dengan tehnik pengumpulan datawawancara mendalam (indepth interview) dan pengamatan terlibat (observation participant),serta mempelajari dokumen-dokumen yang mencatat pelaksanaan SIKI setiap tahun.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah jaringan sosial. Sumber daya lokalmerupakan kapital sosial yang mempunyai potensi-potensi yang patut diperhitungkan. Kapitalsosial dikonsepsikan sebagai kuantitas dan kualitas sumber daya yang oleh aktor (individu,kelompok atau komunitas) dapat diakeses dan dimanfaatkan melalui posisi atau lokasinya dalamjaringan sosial. Konsep di atas menjelaskan bahwa yang pertama mengandung pengertianmengenai sumber kapital sosial dapat diakeses pada relasi sosial, sedangkan konsep yang keduamemberi penekanan mengenai lokasi atau sumber kapital sosial berada pada jaringan sosial ataukarakteristik sosial. Dalam jaringan sosial setiap individu dapat saling belajar melaluipengalamannya, masing-masing memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yangtersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan yang ada pada diriindividu yang bersangkutan.

GKJW dan pondok pesantren telah berhasil membangun relasi dan jaringan yangmenghasilkan kekuatan dalam menciptakan hubungan antar umat beragama di Jawa Timur.Kenyataan ini menunjukkan bahwa sumber daya lokal mempunyai peran yang sangat besardalam menciptakan hubungan-hubungan yang memungkinkan terjadinya relasi dan kerjasamaantarumat bergama. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep jaringan sosial bahwa, sumberdaya lokal merupakan kapital sosial yang mempunyai potensi-potensi yang patut diperhitungkan.

Melalui jaringan antara Islam dan Kristen yang dilakukan oleh pondok pesantren danGKJW di Jawa Timur, telah menunjukkan mulai bertumbuh kesadaran pentingnya menjalinrelasi antara umat Islam dan Kristen. Program SIKI (Studi Intensif Islam dan Kristen) telahberhasil memulai dan membuka pintu kedua umat beragama, dalam hal ini Islam dan Kristen diIndonesia, Jawa Timur khususnya untuk belajar memahami agama lain. Jaringan sosial yang

Page 3: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

3

demikian ini merupakan langkah awal yang baik untuk mengatasi masalah yang selama inimenjadi beban kehidupan umat beragama. SIKI telah berhasil melakukan dialog kehidupan,yang melibatkan umat Islam dan Kristen secara langsung. Kehadiran, persahabatan dan tinggalbersama (live In) melalui program SIKI telah membuka wawasan dan pemahaman baru umatIslam dan Kristen yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Di sinilah pentingnya kerjasama danjaringan antar umat beragama dan atau institusi agama dilakukan dan terus dikembangkan.

Kata Kunci: jaringan sosial, capital sosial, gereha, pondok pesantren

Page 4: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

4

PENDAHULUAN

Hubungan Islam dan Kristen di Indonesia selalu menarik untuk dibicarakan karena keduaagama ini memang mempunyai hubungan yang diwarnai oleh berbagai dinamika dan rentankonflik. Hubungan yang mengalami ketegangan tersebut mulai terjadi ketika muncul gerakanPurifikasi dikalangan Islam-Kristen.

Sejak paruh kedua abad ke-19 sudah terjadi konflik-konflik antara Islam dan Kristen,khususnya di Jawa Timur. Konflik ini tampak jelas pada kuburan, karena kuburan mempunyaiarti mistis teologis. Orang-orang Islam dan Kristen yang tadinya dikuburkan dalam suatukompleks tertentu, akhirnya harus dipindahkan di kuburan yang terpisah. Dengan kata lainschock-breaker dari budaya asli semakin tumpul sehingga yang terjadi adalah bentrokan-bentrokan terbuka antara dua agama monotheis yang semakin berorientasi kepada yang ada diluar negri, dalam hal ini Belanda dan Arab. Dalam perkembangannya agama sering dipolitisir,pemeluk agama yang satu diadu dengan pemeluk agama lain untuk kepentingan politik. Padatitik inilah agama telah menjadi lahan yang paling empuk untuk diadu domba, demi untukkepentingan-kepentingan tertentu2

Di Indonesia hubungan antar pemeluk agama nampak terjadi eskalasi yang makinmengkawatirkan. Khususnya di Jawa Timur, dimulai dengan ketegangan di sana sini yangberlanjut dengan penutupan beberapa rumah kebaktian yang dianggap tanpa ijin pendiriannya,kemudian meningkat dengan penghancuran dan pembakaran rumah-rumah ibadah seperti yangterjadi di daerah Pasuruan, Dampit (Malang Selatan), Sempolan (daerah Jember), Surabaya,Situbondo dan Keras (daerah Tulung Agung). Bahkan kerusuhan tersebut terus berlanjut secaraluas seperti di Tasikmalaya, Rengasdengklok, Ketapang (Jakarta), Kupang, Ambon, Sambas,Poso dsb. Konflik tersebut sangat memprihatinkan, karena tidak hanya menelan kerugian hartadan infrastruktur, gedung gereja, mesjid, sekolah, perkantoran dsb, namun juga nyawa, yanghanya menyisakan luka anak-anak bangsa3.

Jawa Timur dapat dijadikan sebagai barometer untuk melihat potret hubungan antarkedua kelompok agama, dalam hal ini Islam dan Kristen di Indonesia, karena Jawa Timur dapatdisebut sebagai wilayah basis Islam, khususnya Nahdalul Ulama (NU). Di Jawa Timur terdapatbanyak pondok pesantren dan organisasi Islam baik modern maupun tradisional. Kehadiranpondok pesantren di Jawa Timur yang berjumlah puluhan bahkan ratusan ini mempunyaipengaruh sangat kuat di tengah masyarakat. Sementara itu gereja-gereja Kristen maupun Katolik,juga gereja-gereja Pentakosta, Karismatik, Injili dan sebagainya, semakin berkembang di JawaTimur, khususnya di kota Malang dan Surabaya.

Pengalaman Jawa Timur dalam mengupayakan kerjasama antar umat beragama dawalioleh pimpinan pesantren dan pimpinan gereja/pendeta Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW).Hubungan tersebut selanjutnya diteruskan pada tataran umat. Menarik karena di Jawa Timur,

2 Dokumen SIKI, IPTh Balewiyata, 1999. Makalah ini disampaikan dalam kegiatan SIKI di Malang3 Bambang Ruseno Utama, Materi SIKI, diisampaikan di Malang Jawa Timur, tahun 1999

Page 5: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

5

pesantren dan gereja, dalam hal ini GKJW berhasil membangun relasi, jaringan, persaudaraanyang cukup kuat sehingga hubungan kedua umat beragama tersebut dapat dikatakan cukupharmonis.

Sebagai lembaga pendidikan, pesantren dapat dipandang sebagai lingkungan yangkhusus. Wahid, (1977) meringkas nilai-nilai yang berlaku di pesantren sebagai berikut: Hidupdipandang sebagaia ibadah, ajaran dari guru agama tidak dapat dibantah karena ajaran tersebutadalah bagian dari ibadah, cinta terhadap doktrin Islam: dedikasi pada masalah-masalah agamadan kesinambungan semangat santri. Nilai-nilai ini ditambah dengan kedudukan kiai yang selainmenjadi guru dan pemimpin pesantren sekaligus juga sebagai pemilik. Dalam hal ini umatmenempatkan kiai sebagai pemegang kekuasaan mutlak di lingkungan pesantren. Denganperkataan lain kiai dan para pembantunya merupakan hirarki kekuasaan satu-satunya yang secaraeksplisit diakui dalam lingkungan pesantren (Wahid 1985:42). Sedangkan gereja, dalam hal iniGereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) adalah lembaga Kristen atau biasa disebut persekutuanorang percaya yang bertugas melayani umat manusia dan dunia agar mengalami damaisejahtera. Dalam kehidupan sehari-hari gereja mempunyai tugas membina dan mengajarkankebenaran Firman Tuhan kepada umat, disamping melakukan berbagai kegiatan pelayanan baikdi dalam maupun ke luar.

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) yang menjadi subyek penelitian ini adalah gerejayang tumbuh dan berkembang di Jawa Timur sejak tahun 1931 (awal abad 20). Sesuai dengannamanya GKJW secara konsisten hanya berada di Jawa Timur. Karennya satu-satunya GKJW diseluruh dunia, hanya ada di Jawa Timur. Dilihat dari sejarah lahirnya maka, GKJW termasukgereja tertua (gereja induk) dibanding dengan munculnya gereja-gereja lain yang ada di wilayahJawa Timur. Bahkan dapat dikatakan GKJW merupakan cikal bakal munculnya kekristenan diJawa. Di sini disebut “Kristen Jawa” untuk menggambarkan bahwa kekristenan orang Jawaadalah kekristenan yang tetap mengakar dalam konteks budaya Jawa.

Selama ini gereja dan pondok pesantren diragukan kemampuannya dalam membangunhubungan kerjasama, dalam pergaulan sehari-hari masih ada perasaan saling curiga, stereotypenegative antara keduanya. Terlebih dengan maraknya isue kekerasan, teroris, bom dsb yangmengkawatirkan warga masyarakat umumnya dan orang kristen khususnya. Tidak adanyapemahaman dan pengenalan yang benar dari pihak kristen terhadap pondok pesantren dan pihakIslam terhadap gereja menghasilkan prasangka negative dan bahkan kesalahpahaman di antarakedua umat beragama ini. Karena itu dibutuhkan upaya bersama untuk membangun hubunganpersaudaraan yang lebih baik antara keduanya.

Dengan penjelasan di atas, maka posisi yang saya tentukan dalam penelitian ini adalah,jaringan Gereja, dalam hal ini GKJW dengan pondok pesantren dan bagaimana kedua agama inimembangun jaringan. Penelitian ini menggunakan pendekatan jaringan sosial untuk melihatbagaimana hubungan antara Islam dan Kristen di Jawa Timur, dan bagaimana memahami situasidan kondisi yang terjadi di dalamnya, menyangkut kegiatan para santri di pesantren dankegiatan jemaat di GKJW. Pendekatan jaringan sosial digunakan untuk melihat bagaimana

Page 6: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

6

strategi-strategi, kiat-kiat yang digunakan GKJW dan pondok pesantren agar dapat tetapmempertahankan hubungan baik dan bagaimana keduanya menghadapi perubahan sosial yangterjadi di tengah masyarakat.

Dalam kaitannya dengan strategi adaptasi, berdasarkan pertimbangan tentang belumberkembangnya penggunaan analisis jaringan sosial untuk memahami relasi pondok pesantrendan GKJW, maka analisis jaringan sosial ini dipilih oleh untuk memahami kondisi-kondisi yangdihadapi dan yang sedang berlangsung di pesantern dan GKJW. Bagaimana merekamenggunakan jaringan sosial yang dimiliki untuk mengakses sumber daya lokal yang tersedia dilingkungannaya, dalam upaya mempertahankan dan membangun kelangsungan hubungan.

Penelitian ini dilakukan di Jawa Timur, di Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dan PondokPesantren, di Jawa Timur. Pondok Pesantren yang menjadi subyek penelitian adalah Pondok-pondok Pesantren di Jawa Timur, dengan mengambil studi khusus di pondok pesantren SirotulFuqoha Gondanglegi, Spanjang Turen Jawa Timur. Penelitian dilakukan dengan menggunakanpendekatan kualitatif, dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan terlibat terhadap,pendeta pimpinan gereja, warga gereja, kiai pimpinan pondok pesantren dan para santri.

Observasi dilakukan dalam rangka mendapatkan gambaran kegiatan umum yang terjadidi GKJW dan pondok pesantren dengan cara mengidentifikasikan tentang situasi dan kondisiwilayah penelitian. Gambaran kegiatan umum tersebut meliputi berbagai informasi tentangkehidupan di lingkungan pesantren dan GKJW yang diperoleh melalui serangkaian percakapanumum dengan Jemaat dan pendeta GKJW, para kiai dan para santri pondok pesantren di JawaTimur, juga penduduk yang tinggal di sekitar GKJW dan pesantren. Informasi itu bermanfaatbagi saya sebagai peneliti yang memiliki pengetahuan yang terbatas tentang keadaan, tempatdan masyarakat yang hendak diteliti. Hal ini disebut sebagai grand tour observation (Spradley,1980:77-88)

Keterlibatan peneliti dengan subyek penelitian dilakukan diantaranya, bergaul secaraintensif, ngobrol, melakukan kegiatan bersama, berdialog baik secara formal maupun non-formal dengan santri, kiai, pendeta dan warga gereja, dalam hal ini GKJW. Peneliti jugamengamati kehidupan sehari-hari Pondok pesantren dan kehidupan jemaat GKJW. Keterlibatandilakukan dengan subyek-subyek yang diamati seperti kiai, keluarga kiai, santri, alumni santri,beberapa pengurus pondok pesantren Sirotul Foqoha dan masyarakat disekelilingnya jugalembaga-lembaga keagamaan lainnya, sebagai anggota atau bagian dari jaringan sosial ponpes.

Penelitian terhadap GKJW dilakukan dengan cara mengamati secara mendalambagaimana relasi, keterlibatan, pergaulan pendeta, keluarga pendeta, warga gereja dengan kiai,santri. Pengamatan juga dilakukan pada saat pimpinan atau pengurus GKJW melakukankegiatan dengan pondok pesantren dan masyarakat sekitarnya.

KONSEP-KONSEP TENTANG JARINGAN SOSIAL

Page 7: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

7

Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi kapital sosial selain kepercayaan dannorma. Konsep jaringan dalam kapital sosial lebih memfokuskan pada aspek ikatan antar simpulyang bisa berupa orang atau kelompok (organisasi). Dalam hal ini terdapat pengertian adanyahubungan sosial yang diikat oleh adanya kepercayaan, di mana kepercayaan itu dipertahankandan dijaga oleh norma-norma yang ada. Pada konsep jaringan ini terdapat unsur kerja yangmelalui media hubungan sosial menjadi kerja sama.

Pada dasarnya jaringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling tahu, salingmenginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataumengatasi sesuatu. Intinya konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua hubungandengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan suatu kegiatan dapat berjalan secaraefisien dan efektif.Selanjutnya jaringan itu sendiri dapat dibentuk dari hubungan antar personal,antar individu dengan institusi serta jaringan antar institusi.

Sementara jaringan sosial (networks) merupakan demensi yang bisa saja memerlukandukungan dua dimensi lainnya karena kerja sama atau jaringan sosial tidak akan terwujud tanpadilandasi norma dan rasa saling percaya. Dalam menganalisis jaringan sosial juga perludiperhatikan tentang gagasan mengenai pengaruh struktur sosial, terutama yang dibentukberdasarkan jaringan yang berdasarkan manfaat ekonomis, khususnya menyangkut kualitasinformasi. Terdapat empat prinsip utama yang yang melandasi pemikiran mengenai adanyahubungan dan pengaruh antara jaringan sosial dengan manfaat ekonomi yaitu, (1) norma dankepadatan jaringan (2) lemah atau kuatnya ikatan menyangkut manfaat ekonomi ternyatacendrung didapat dari jalinan ikatan yang lemah. Dalam konteks ini dijelaskan bahwa padatataran empiris informasi baru misalnya akan cenderung didapat dari kenalan barudibandingkan dengan teman dekat yang umumnya memiliki wawasan yang hampir sama denganindividu, kenalan baru relatif membuka cakrawala dunia luar individu (3). Peran lubang struktur(structural holes) yang berada di luar ikatan lemah ataupun ikatan kuat yang ternyataberkonstribusi untuk menjebatani relasi individu dengan pihak luar. (4) intrepetasi terhadaptindakan ekonomi dan non- ekonomis yang dilakukan dalam kehidupan sosial individu yangternyata mempengaruhi tindakan ekonominya.

Pendekatan jaringan sosial akan mempunyai signifikansi ketika ada dimensi-dimensiyang tersembunyi dalam masyarakat serta belum terungkap dan luput dari perhatianpendekatan struktur sosial. Meskipun dalam teori struktur sosial dinyatakan oleh tokohnyaRedcliffe Brown bahwa masyarakat merupakan jaringan dari jaringan-jaringan sosial (RedcliffeBrown 1968:90), namun dalam perkembangannya konsep-konsep tersebut diperbaiki oleh paraahli tentang jaringan sosial yang lain.

Menurut (Mitchell : 1969:1-2), jaringan sosial adalah seperangkat hubungan khusus atauspesifik yang terbentuk diantara sekelompok orang yang karakteristik hubungan-hubungantersebut berguna untuk menafsirkan motif-motif prilaku sosial dari orang-orang yang terlibat didalamnya. Penelitian ini dipakai dalam rangka mengatasi kekurang madaian analisis strukturalfungsional (Mitckell 1969:8). Jaringan sosial memiliki kelebihan-kelebihan yaitu, (1) bisa

Page 8: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

8

melewati atau menerobos batas-batas yang tidak dapat dijangkau oleh batas-batas formal (2)jaringan sosial bisa memahami struktur sosial dan kebudayaan secara lebih pasti (3) bisa menelitihal-hal yang tersembunyi dalam masyarakat yang diteliti (4) bisa masuk ke jantung masyarakatyang diteliti.

Dalam hal ini (Barnes, 1969: 55-57) mengatakan bahwa hubungan sosial yang dapatdimasuki oleh masing-masing individu ada dua macam yakni, jaringan total dan jaringanbagian. Jaringan total adalah keseluruhan jaringan yang dipunyai seseorang dan meliputibermacam kontras atau bidang kehidupan dalam masyarakat, sedangkan jaringan bagian adalahjaringan yang dipunyai oleh seseorang terbatas pada bidang kehidupan tertentu seperti jaringanpolitik, jaringan kekerabatan, jaringan ketetanggaan, jaringan pertemanan dan jaringankeagamaan. Dalam konteks penelitian ini jaringan antara gereja dan pondok pesantren termasukjaringan bagian.

Bila seseorang memiliki mobilitas diri yang cukup baik untuk mengadakan hubungan-hubungan sosial yang luas, maka hal itu berarti ia mempunyai sejumlah jaringan. Hal ini jugamengandung arti bahwa seseorang tersebut akan memiliki sejumlah pengelompokan dankestatusan sosial, sesuai dengan waktu, ruang, situasi dan kebutuhan atau tujuan yang akandicapainya. Dengan demikian keanggotaan seseorang dalam suatu jaringan sosial bersifatfleksibel dan dinamis, serta selalu terkait dengan jaringan sosial yang kompleks. Bila seseorangmemasuki sejumlah jaringan sosial yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya, maka iamemasuki struktur sosial yang berbeda pula. Oleh sebab itu salah satu aspek utama dalam kajianjaringan sosial tidak terletak semata-mata pada atribut para pelakunya, tetapi juga padakarakteristik dan pola-pola hubungan di antara mereka yang ada di dalam jaringan sosial untukmemahami dasar atau latar belakang prilaku mereka itu (Mitchell, 1969:4).

Karakteristik jaringan sosial juga berpengaruh terhadap penguasaan dan pemanfaatansumber daya sosial. Pada dasarnya kapital sosial terdiri dari tiga dimensi utama yakni (1)kepercayaan (trust), norma, dan jaringan (network). Berdasarkan sifatnya kapital sosial dapatbersifat mengikat (bonding), menyambung (bridging) dan yang bersifat mengait (linking). Sifatkapital sosial itu sangat kentara dalam dimensi jaringan sosial. Peran yang dimainkan jaringansosial dalam pembangunan tidak sama di setiap wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa kapitalsosial juga bervariasi antar wilayah atau antar daearah, demikian juga dampak yangditimbulkannya sangat bervariasi. Aspek yang terakhir ini sangat jarang dikemukakakn oleh ahlikapital sosial. Dengan demikian jaringan sosial juga bersifat lokal indigeneous atau mengandungdimensi kelokalan yang tak dapat digeneralisasikan dalam setiap kajadian.

Dengan mengacu pada kerangka konseptual di atas, penelitian tentang jaringan pondokpesantren dan GKJW hendak menyoroti pentingnya potensi lokal dalam implementasi suatujaringan sosial antar umat beragama. Gejala sosial berupa memudarnya pemberdayaan potensilokal sesungguhnya merupakan suatu masalah sosiologis yang sangat mendasar yang antara lainditunjukkan oleh semakin terpinggirkannya sumber daya lokal oleh arus globalisasi.

Page 9: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

9

Sumber daya lokal merupakan kapital sosial yang mempunyai potensi-potensi yang patutdiperhitungkan. Kapital sosial dikonsepsikan sebagai kuantitas dan kualitas sumber daya yangoleh aktor (individu, kelompok atau komunitas) dapat diakeses dan dimanfaatkan melalui posisiatau lokasinya dalam jaringan sosial. Konsep di atas menjelaskan bahwa yang pertamamengandung pengertian mengenai sumber kapital sosial dan dapat diakeses pada relasi sosial,sedangkan konsep yang kedua memberi penekanan mengenai lokasi atau sumber kapital sosialberada pada jaringan sosial atau karakteristik sosial. Dalam jaringan sosial setiap individu dapatsaling belajar melalui pengalamannya masing-masing, memilih dan mengembangkan hubungan-hubungan sosial yang tersedia dalam masyarakat, disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhanyang ada pada diri individu atau kelompok yang bersangkutan.

HUBUNGAN ISLAM DAN KRISTEN DI JAWA TIMUR

Pengalaman kehidupan beragama dalam hal ini Islam dan Kristen sepanjang sejarahbangsa ini telah membuahkan berbagai dampak positif maupun negatif. Dampak negatif yangterjadi dalam relasi antara Islam dan Kristen perlu disikapi secara serius agar tidak berkembangkearah yang lebih buruk. Salah satu cara untuk memperbaiki hubungan kedua umat beragamatersebut adalah dengan cara membuka jaringan yang memungkinkan terjadinya kerjasama,saling mengingatkan, saling membantu dalam melaksanakan atau mengatasi sesuatu,salingberbagi informasi, mendukung dsb untuk kehidupan yang lebih baik bagi keduanya.

Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana kondisi riel masyarakat Indonesia,menyangkut hubungan antar umat beragama, khususnya Islam dan Kristen. Harus diakuihubungan Islam dan Kristen di Indonesia masih menyimpan beberapa kelemahan yang jikadibiarkan akan mendatangkan kerugian pada kedua umat beragama tersebut. Berdasar latarbelakang tersebut penelitian ini akan menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk relasi Islam danKristen khususnya yang terjadi di Jawa Timur.

Upaya untuk mengatasi hubungan yang kurang harmonis antara Islam dan Kristen ini telahdilakukan oleh berbagai pihak. Sejarah menunjukkan bahwa pada akhir abad 19 dan awal abad20, hubungan keduanya berangsur-angsur menjadi baik dan mengalami “perkembangan” yangmenggembirakan. Pertama, orang Islam menyadari adanya “ancaman” dari pihak Kristen karenamelihat adanya kemajuan kualitatif maupun kuantitatif. Selain itu pemerintah kolonial jugaberpihak kepada gereja. Kesadaran ini diperkuat dengan munculnya kebangkitan Islam yangbersamaan waktu dengan tumbuhnya kebangkitan nasional melawan pemerintah kolonial.Kedua, orang Kristen juga menyadari bahwa Islam merupakan kekuatan besar yang sulitditahklukan, maka timbul pemikiran dari pihak Kristen untuk mengupayakan hubungan baikdengan Islam sambil terus berusaha memahami Islam melalui berbagai cara, salah satunyaadalah dialog dan kerjasama4.

4 Joko Soetopo, tentang “Hubungan Kristen dan Islam di Indonesia”. Dalam dokumen SIKI, IPTh Balewiyata,1999. Makalah ini disampaikan dalam kegiatan SIKI di Malang.

Page 10: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

10

Dalam sejarah perjuangan bangsa mencapai kemerdekaan, orang Islam dan Kristenberjuang bersama demi mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Perjuangan bersama sebagaisesama warga bangsa ini menjadi sarana bagi kedua umat beragama tersebut untuk salingmengenal dan menyadari bahwa mereka adalah saudara, sebangsa dan setanah air. Perjuanganbersama untuk mencapai kemerdekaan ini mampu menutup berbedaan-perbedaan yang ada.Karena itu tidaklah mengherankan kalau pada masa-masa awal kemerdekaan hubungan Islam-Kristen berada dalam suasana harmonis. Namun dalam perkembangannya, yaitu pada pascaperang kemerdekaan Indonesia, terjadi perselisihan di antara pemeluk kedua umat beragamatersebut yang disebabkan oleh berbagai persoalan. Dalam hal inilah kemudian disadari perlunyamengupayakan kekuatan bersama bertujuan mewujudkan kehidupan beragama yang rukun diIndonesia.

Ada begitu banyak program yang dilakukan pemerintah seperti musyawarah-musyawarahdi bebarapa kota yang melibatkan pimpinan atau tokoh-tokoh agama, namun upaya ininampaknya tidak membawa hasil yang diharapkan, bahkan nampak mengalami kegagalan,karena pada kenyataannya umat beragama pada tataran grass root belum tersentuh, masihberhenti pada tataran elit dan masih sebatas pertemuan-pertemuan formal bertujuanmenciptakan kamtibnas (keamanan ketertiban masyarakat) dengan penyelenggaranyaDepartemen Agama, Departemen Dalam Negri dan Departemen Pertahanan keamanan, dengandemikian masih nampak sangat elitis. Kenyataan ini menunjukkan kegagalan pemerintah danpimpinan agama dalam mengupayakan kerukunan umat beragama yang sesungguhnya karenabelum menyentuh kebutuhan umat beragama itu sendiri. Namun walaupun demikian perludihargai upaya-upaya para pemimpin agama tersebut, hanya saja masih perlu dicari bentuk-bentuk musyawarah, diskusi dan pertemuan yang lebih banyak melibatkan umat beragama secaralangsung dan harus dimulai dari kebutuhan umat beragama itu sendiri.

Berangkat dari kenyataan tersebut maka, beberapa institusi agama dalam hal ini GKJWtelah memikirkan bentuk hubungan antar umat beragama yang lebih riel, konkrit dan menyentuhlangsung persoalan umat di tengah masyarakat. Diawali oleh diskusi-diskusi, sarasehan, dialogdan berbagai kegiatan yang lain kegiatan kedua umat beragama tersebut dilakukan. Diskusi-diskusi yang diselenggarakan tersebut mengangkat topik-topik tertentu yang relevan denganberbagai pergumulan yang sedang dihadapi umat. Dalam hal inilah umat beragama diajakmelihat secara bersama-sama berbagai permasalahan yang benar-benar terjadi di masyarakat.Diskusi-diskusi yang diselenggarakan tersebut tidak hanya terbatas pada agama Islam danKristen saja, namun juga melibatkan agama-agama lain, dalam hal ini Katolik, Hindhu danBudha. Kegiatan ini cukup memberikan kontribusi kepada pemerintah, khususnya dalam rangkadialog dan pengenalan tentang agama-agama.

Permulaan dan perkembangan hubungan antara Islam dan Kristen di Jawa Timur khususnyaantara GKJW dan Pondok Pesantren ini diawali dengan program-program bersama yangmenekankan dimungkinkannya terjadi dialog antar kedua umat beragama tersebut. Dialog antarumat Islam dan Kristen pada satu pihak memang lahir dari kondisi Jawa Timur, dipihak lain

Page 11: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

11

merupakan kebutuhan riel kehidupan umat beragama di Jawa Timur. Hal ini tidak terlepas dariapa yang terjadi di luar Jawa Timur, khususnya dari hasil dari pertemuan-pertemuan dialog yangdiprakarsai oleh Persekutuan Gereja –Gereja di Indonesia (PGI), Forum Komunikasi KristenIndonesia (FKKI), dll yang juga dihadiri oleh unsur-unsur Islam dan Kristen yang ada diwilayah Jawa Timur.

DIALOG ISLAM DAN KRISTEN OLEH GEREJA KRISTEN JAWI WETAN (GKJW)

Hubungan antara GKJW dan Pondok Pesantren berawal dari gerakan kecil dan sederhanayang dilakukan oleh kedua umat beragama, dalam hal ini Islam dan Kristen. Gerakan tersebutdilakukan secara serentak dari aras pimpinan sampai warga jemaat. Di aras pimpinan secara rutinpimpinan GKJW mengadakan kunjungan silaturahmi kepada tokoh-tokoh organisasi, akademisidan pondok-pondok pesantren. Silaturahmi tersebut dilakukan secara kekeluargaan, fleksibel,mengalir ringan, tanpa dibebani oleh agenda-agenda tertentu. Hubungan yang sederhana inikemudian berlanjut pada hubungan yang lebih bersifat formal dan terprogram.

Salah satu bentuk hubungan kerjasama antara Islam dan Kristen tersebut adalah, kerjasamaGKJW dengan PB NU yang dimotori oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yaitu, GerakanMoral Nasional yang terjadi pada tahun 1998. Kegiatan ini didukung penuh oleh PB NU,Muhamadiah, PGI dan KWI. Selanjutnya hubungan tersebut diteruskan dengan kegiatan-kegiatan lain yang melibatkan baik pimpinan agama maupun umat beragama. Dalam hal inilahGKJW belajar bahwa untuk membangun relasi, persaudaraan dan kerjasama dengan umatberagama lain dalam hal ini Islam, tidak bisa ditempuh secara instan, tetapi harus melalui prosesyang panjang, butuh belajar satu terhadap yang lain dan disertai motivasi yang tulus. PengalamanGKJW membangun hubungan dengan NU sudah dirintis dan dimulai sejak lama, sekitar tahun80-an, telah mengalami jatuh bangun. Dalam hal ini dibutuhkan kesabaran, komitmen danketulusan, hingga pada akhirnya GKJW dan pondok-pondok pesantren berhasil membangunhubungan dan kerjasama di berbagai bidang. Hubungan baik ini bisa bertahan sampai saat inidan sudah teruji karena melalui proses saling mengenal yang cukup panjang.

Di samping melakukan kegiatan-kegiatan sosial bersama, GKJW dan pondok-pondokpesantren juga melakukan dialog-dialog melalui seminar-seminar maupun forum-forum diskusi.Menarik, karena kerjasama Islam dan Kristen di GKJW tidak hanya berhenti pada tataran dialog,namun ditindaklaanjuti dengan kerjasama riel dalam hal menyikapi dan mengatasi masalah yangterjadi di tengah masyarakat secara konkrit. Program dialog dan kerjasama dengan Islam yangtelah dilakukan oleh GKJW antara lain:

1. Melakukan aksi Gerakan Moral Bersama Antar Umat beragama dalam menyikap krisismultidimensi di Indonesia. Gerakan moral ini dilakukan bersama-sama oleh para tokohKristen, Islam (NU dan Muhammadiyah, Katolik, Hindhu, Budha dan Konghucu).Agama-agama ini bersatu memberikan seruan moral agar umat beragama tidak mudahterprovokasi oleh issue-isue yang memecah belah umat.

Page 12: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

12

2. Menggiatkan forum-forum antar umat beragama di wilayah Jawa Timur yang sesuaidengan kebutuhan wilayah Jawa Timur, misalnya kegiatan Perempuan Antar UmatBeragama (PAUB) di Malang Jawa Timur, bergerak di bidang pendampingan genderdan penghapusan trafficking.

3. Kursus Komputer bersama-sama pemuda Islam dan Kristen di Pondok Pesantren untukpeningkatan wawasan teknologi.

4. Kursus Bahasa Inggris bersama-sama antara komunitas GKJW dan pondok pesantrenuntuk meningkatan komunikasi berbahasa asing, khususnya bagi kaum muda.

5. Berwirausaha bersama-sama antara komunitas gereja dan pondok pesantren untukmeningkatkan kesejahteraan ekonomi, khususnya peningkatan ekonomi warga pedesaan.

6. Mengadakan bazaar murah menjelang hari raya Idhul Fitri di desa-desa yangmasyarakatnya masih hidup di bawah standard kecukupan.

7. Pelayanan kesehatan gratis8. Pelayanan HIV –Aids9. Pelayanan Advokasi bagi buruh-buruh migrant, dsb.

Semua kegiatan di atas merupakan wujud “dialog kehidupan” yang dilakukan olehGKJW bersama umat Islam. Di samping itu GKJW juga melakukan kegiatan silaturahmidengan tokoh-tokoh agama baik dikalangan akademisi, organisasi keagamaan, maupun parakiai pondok-pondok pesantren dan membaurnya seluruh warga GKJW di tengah-tengahmasyarakat untuk melakukan berbagai kegiatan sosial bersama umat beragama lain,khususnya Islam. Kegiatan seperti ini sangat penting karena melaluinya timbul rasa salingpercaya dan mengenal antar umat beragama. Kegiatan-kegiatan bersama antara GKJWdengan pondok pesantren tersebut menunjukkan bahwa kedua umat beragama tersebutberhasil mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat melalui program-program kegiatan yangdilakukan.

Hubungan antara GKJW dengan pondok pesantren yang dijelaskan di atasmenunjukkan adanya jaringan baik pada individu maupun institusi. Konsep jaringan sosialmenjelaskan,j aringan sosial terbentuk karena adanya rasa saling tahu, salingmenginformasikan, saling mengingatkan, dan saling membantu dalam melaksanakan ataumengatasi sesuatu. Konsep jaringan dalam kapital sosial menunjuk pada semua hubungandengan orang atau kelompok lain yang memungkinkan kegiatan tersebut dapat berjalansecara efisien dan efektif (Lawang 2005). Jaringan itu sendiri dapat dibentuk dari hubunganantar personal, antar individu dengan institusi serta jaringan antar institusi dengan institusi.

PROGRAM STUDI INITENSIF ISLAM-KRISTEN: PONDOK PESANTREN DANGKJW

Jaringan antara GKJW dan Pondok-pondok Pesantren di Jawa Timur berhasildibentuk baik secara personal, antar individu maupun secara kelembagaan. Lebih darisekedar dialog dalam waktu-waktu selanjutnya GKJW dan Pondok pesantrenmenyelenggarakan kegiatan yang terprogram. Artinya kegiatan-kegiatan itu bukan

Page 13: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

13

merupakan kegiatan yang bersifat temporer atau yang diselenggarakan hanya pada moment-moment tertentu saja, Salah satu program tersebut adalah Studi Intensif Kristen dan Islam(SIKI). Program ini sudah berlangsung sejak tahun 1998 hingga saat ini. Betujuan untuksaling mengenal dan belajar sebagai wujud dari kerinduan membangun persaudaraan sejatiantar umat beragama di tengah masyarakat majemuk.

Latar belakang diselenggarakannya SIKI berangkat dari masalah hubungan antarIslam dan Kristen di beberapa daerah di Indonesia, khususnya di Jawa Timur mengalamiketegangan. Kondisi ini menjadi semakin parah ketika issue politisasi agama pada masaOrde Baru marak di tengah masyarakat yang mengakibatkan hubungan antar umat beragamaterkotak-kotak dan dipenuhi kecurigaan. Sejarah menunjukkan bahwa umat beragama mudahsekali terprovokasi dan terjebak dalam konflik politik bernuansa agama. Melihat kondisibangsa yang demikian ini maka SIKI dilahirkan. Sebelum SIKI, GKJW telah memeloporisatu kegiatan yang dinamakan kegiatan “Pro Existensi” yang muncul pada tahun 1991.Tujuan kegiatan “Pro Existensi” diantaranya adalah, mendorong berbagai kegiatan dialogantar umat beragama yang salah satunya adalah kegiatan Studi Intensif Tentang Islam (SITI)bagi para pendeta. Selanjutnya kegiatan ini berubah menjadi, Studi Intensif Kristen Islam(SIKI) yang diiukuti secara intensif baik dari unsur Islam maupun Kristen selama 1 bulanpenuh.

Studi Intensif Islam Kristen (SIKI) merupakan bagian penting dari program GKJW,yang dalam pelaksanaannya diserahkan kepada Institut pendidikan Teologi Balewiyata(IPTh. Balewiyata) sebagai lembaga pembinaan/pendidikan warga jemaat GKJW. ProgramSIKI menjadi program andalan dan prioritas GKJW mengingat program ini memiliki peranstrategis, khususnya dalam membangun hubungan dialog dan kerjasama antar umatberagama, khususnya Islam dan Kristen. Di dalam SIKI terdapat keunikan dan keunggulanyang tidak dijumpai dalam program-program lainnya. Keunikan SIKI adalah terjadinyainteraksi yang intensif dan kebersamaan yang mendalam antara umat Islam dan Kristen.

Melalui SIKI inilah GKJW telah mencoba untuk mengisi proses membuka diriterhadap umat beragama lain, dalam hal ini Islam, khususnya komunitas pondok pesantren.Disebut program studi intensif karena memang dibutuhkan intensitas waktu, tenaga danpikiran yang cukup guna membangun kesadaran hidup beragama yang lebih terbuka.Karenanya dari segi waktu program ini dijalankan selama satu bulan penuh atau lebih.Program SIKI dilakukan oleh GKJW dan bertempat di Institut Pendidikan TeologiBalewiyata (IPTh) dan atau Jemaat-jemaat GKJW dan di pondok-pondok pesantren diMalang, Jawa Timur. Penempatan tersebut sengaja dirancang demikian sehingga adakesempatan umat Islam untuk belajar tentang kekristenan dan gereja, demikian jugasebaliknya warga gereja dapat belajar tentang Islam dan kehidupan santri di pondokpesantren.

Pondok Pesantren yang menjadi tempat Live in antara lain:

Page 14: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

14

1. Pondok Peantren Sirotul Fuqoha, Gondanglegi, Sepanjang, Turen.2. Pondok pesantren Nuruljadid, Paiton-Probolinggo3. Pondok Pesantren Genggong, Pajarakan, Probolinggo4. Pondok Pesantren Al Mujaddadiyah, Madiun5. Pondok Pesantren Nganjuk6. Pondok Pesantren Termas, Pacitan,7. Pondok Pesantren Mambul Maarif, Jombang8. Pondok Pesantren Tebu Ireng jombang9. Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang10. Pondok Pesantren Putri Singosari11. Pondok Pesantren Lamongan12. Pondok Pesantren SItubondo13. Pondok Pesantren Bondowoso14. Pondok Pesantren Bayemtaman, Blitar15. Pondok Pesantren Lirboyo Kediri16. Pondok Pesantren H.M. Putra Kediri17. Pondok Pesantren Darul Hikmah, bangkalan Madura.

Jemaat-jemaat GKJW yang pernah ketempatan Live In antara lain:

1. GKJW Jemaat Turen

2. GKJW Jemaat Tempursari

3. GKJW Jemaat Argosari

4. GKJW Jemaat Pundungsari

5. GKJW Jemaat Tunjungrejo

6. GKJW Jemaat Rejoagung

7. GKJW Jemaat Sidoreno

8. GKJW Jemaat Sidoreno

9. GKJW Jemaat Surabaya

10. GKJW Jemaat Rungkut

11. GKJW Jemaat Wiyung

12. GKJW Jemaat Jombang

13. GKJW Jemaat Ngoro

14. GKJW Jemaat Mojowarno

15. GKJW Jemaat Ranurejo

16. GKJW Jemaat Situbondo

Page 15: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

15

17. GKJW Jemaat Bondowoso

18. GKJW Jemaat Lawang

19. GKJW Jemaat Tunjungsekar

20. GKJW Jemaat Tulangbawang

Metode yang digunakan dalam kegiatan SIKI adalah live in, peserta hidup bersamaselama beberapa hari di tengah komunitas pondok pesantren. Pondok pesantren yang ditempatiadalah pondok-pondok yang bersedia menerima kehadiran para pendeta dan atau warga gereja.Pondok Pesantren yang dikunjungi dan ditempati sangat bervariatif mulai dari pondok yangmasih sangat tradisional hingga modern. Dengan metode live in peserta dapat semakin mengenalsecara obyektif dan mendalam tentang agama lain. Dengan pengenalan yang semakin baik inimaka persaudaraan antara umat Islam dan Kristen dapat terwujud tanpa harus dipaksakan olehpihak-pihak luar, tetapi bertumbuh langsung dari sumber daya lokal.

Pengalaman live in baik umat Islam (para santri) maupun umat Kristen telah memberipelajaran yang sangat berharga bagi kedua umat beragama tersebut. Pengalaman hidup dantinggal bersama ditengah-tengah komunitas yang “baru”, yang tadinya tidak dikenal, bahkandianggap asing merupakan pengalaman menarik bagi kedua belah pihak. Metode hubunganantarumat beragama seperti inilah yang menjadi keunggulan SIKI, karena umat dapat mengalamiperjumpaan dan dilaog langsung dengan komunitas umat yang berbeda agama. Mereka dapatberdialog baik dengan tokohnya maupun dengan umatnya. Pendekatan ini diakui oleh keduaumat beragama tersebut sangat menyentuh dan menjawab kebutuhan. Hampir semua pesertaSIKI yang pernah live in mengaku bahwa mereka mendapat pencerahan baru tentang sikaphidup keagaamaan yang semula eksklusif berubah menjadi inklusif. Mereka merasa mendapatwawasan dan isnpirasi baru yang berhasil memotivasi untuk membangun hidup keagamaan yangdialogis dan inklusif.5

Seperti yang sudah disebutkan di atas, SIKI merupakan studi intensif yang sangatmenekankan sebuah proses, yaitu prooses bagaimana peserta studi dapat mengubah pola pikirkeagamaan yang eksklusif menuju inklusif. Proses ini dapat terjadi kalau peserta studi dapatmengalami perjumpaan dan pengenalan umat beragama secara intens dan secara langsungdalam praktek hidup bersama.

PELAKSANAAN SIKI : PROSES TERJADINYA RELASI ISLAM – KRISTEN

Pada tataran empiris beberapa studi menunjukkan bahwa sumber daya lokal berpengaruhterhadap pencapaian hasil kegiatan. Dalam konteks penelitian ini, jaringan Islam dan Kristenyang dilakukan melalui SIKI sangat melibatkan sumber daya lokal. Hal itulah yang mendukungkeberhasilan program ini. Adapun Tahap-tahap yang dilakukan dalam SIKI Antara lain:Perkenalan, adalah tahap yang paling penting, karena setiap peserta tentu datang denganmembawa pola pikir keagamaan yang berbeda-beda. Untuk “mencairkan” suasana dan situasi

5 ) Wawancara dengan peserta SIKI baik dari umat Kristen maupun Islam , 14 Oktober. 2012

Page 16: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

16

yang serba baru tersebut, maka dibuatlah acara yang bertujuan membangun kebersamaandiantara para peserta, yaitu berupa atraksi kesenian atau penampilan seni budaya. Selanjutnyaada Sharing persoalan kehidupan keberagamaan - konteks lokal : Berupa sharing/berbagipengalaman dari peserta. Setiap peserta pasti mempunyai pengalaman lokal menyangkuthubungan pribadinya dengan umat beragama lain. Di sini peserta diajak untuk mencermatimasalah-masalah menyangkut kehidupan beragama yang bernar-benar terjadi dalam kontekswilayah masing-masing. Setelah peserta mulai saling mengenal, diteruskan dengan Live In:Peserta dibagi dalam beberapa kelompok untuk tinggal dan menginap di komunitas umatberagama lain seperti di gereja, Balewiyata, Pondok Pesantren dsb. Peserta dari unsur Kristenlive in di komunitas Islam, dalam hal ini Pondok Pesantren dan sebaliknya peserta dari unsurIslam “live in” di komunitas Kristen, dalam hal ini gereja atau rumah warga gereja. Jumlahpondok pesantren dan gereja yang dipakai sebagai tempat live in lebih dari satu, sehingga pesertadapat dibagi dalam beberapa kelompok dan menyebar ke beberapa tempat live in. Di tempat livein inilah peserta dapat mengenal berbagai hal. Sharing pengalaman selama Live In: Tahap inimerupakan kelanjutan dari kegiatan Live In. Setelah peserta SIKI melakukan Live In merekadiminta untuk membagikan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh selama tinggal dikomunitas agama yang berbeda.

Setiap akan memulai kegiatan dilakukan Renungan pagi bersama:. Renungan tersebutberisi sebuah pesan-pesan moral, pesan-pesan Firman Tuhan yang terkait dengan persoalan-persoalan konkrit yang sedang dihadapi umat beragama di tengah masyarakat. Selanjutnyauntuk mendalami berbagai persoalan yang terjadi di tengah masyarakat dan bangsa peserta diajakuntuk melakukan Kajian Materi. Materi yang didapat dalam diskusi kelompok akandipertemukan dengan materi yang disampaaikan oleh para nara sumber. Kegiatan selanjutnyaditeruskan dengan Pendalaman materi, dimaksudkan untuk mengajak peserta memperdalammateri yang telah di peroleh dari diskusi panel dengan para narasumber. Pada akhir kegiatanSIKI diselenggarakan Cultur evening atau malam keakraban, bertujuan agar peserta dapatmengekspresikan identitasnya dalam bentuk seni budaya. Cultur evening ini juga dapatdigunakan sebagai sarana presentasi peserta tentang pengalaman-pengalaman selama mengikutiSIKI.

Tahap yang cukup penting bagi peserta adalah 1. Merumuskan kesadaran baru,komitmen dan aksi bersama: Peserta diajak oleh fasilitator untuk merumuskan kesadaaranbaru secara bersama-sama tentang apa yang telah mereka peroleh selama mengikuti programSIKI. 2.Evaluasi: Pada tahap ini peserta diberi kesempatan untuk memberikan evaluasi, sarandan usul terhadap pelaksanaan program SIKI. Evaluasi menjadi catatan penting untukpengembangan program-program SIKI di tahun depannya lagi 3. Rekomendasi-rekomendasidan tindak lanjut: Pada tahap ini peserta diajak untuk merumuskan isi rekomendasi dengandidampingi oleh fasilitator. Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang diperoleh dari SIKI dapatditindaklanjuti atau dikembangkan secara kreatif baik oleh pesantren dan atau lembaga pengutusmaupun oleh peserta itu sendiri.

Page 17: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

17

MASALAH HUBUNGAN UMAT ISLAM DAN KRISTEN: PENGALAMAN GKJWJEMAAT TUREN

Sesuai dengan misi SIKI adalah upaya untuk mengeliminasi konflik yangdilatarbelakangi oleh SARA, khususnya Agama, dalam hal ini Islam dan Kristen, maka selamalive in di GKJW Turen, baik para santri maupun warga jemaat GKJW berupaya untuk salingmengenal dan belajar yang satu terhadap yang lain. Pengalaman yang pernah terjadi dipepanthan GKJW Majang Tengah, Jawa Timur pada tahun 1991 adalah, pernah terjadi konflikyang cukup menegangkan antara umat Islam dan Kristen. Kejadian itu dikarenakan adanyafanatisme agama yang disebarkan oleh oknum tertentu. Namun masalah tersebut dapat di atasidengan baik oleh kedua umat beragama, tanpa menimbulkan persoalan yang berkepanjangan.

Pengalaman GKJW Jemaat Turen seperti yang dijelaskan di atas merupakan salah satucontoh masalah-masalah yang dihadapi oleh umat beragama di tengah masyarakat. Untukmembangun hubungan antara umat beragama di Jawa Timur cukup banyak tantangannya,namun hal itu bukan berarti tidak bisa diatasi. Ada banyak siasat dan strategi-strategi yang dapatdilakukan oleh umat beragama dalam menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupan bersamadi tengah masyarakat. Melalui SIKI diharapkan umat beragama dapat belajar membuka diriterhadap umat lain guna membangun kesadaran hidup beragama yang lebih terbuka.

Dari pengalaman GKJW Turen dalam membangun relasi dengan umat beragama Islammenunjukkan bahwa sumber daya lokal mempunyai peran yang sangat besar dalam menciptakanhubungan-hubungan yang memungkinkan terjadinya relasi dan kerjasama antarumat bergama.Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep jaringan sosial bahwa, sumber daya lokalmerupakan kapital sosial yang mempunyai potensi-potensi yang patut diperhitungkan. Gerejadan Pondok Pesantren merupakan kapital sosial yang memiliki kepercayaan (trust), norma danjaringan (network). Kedua lembaga agama ini dapat dikonsepsikan sebagai kuantitas dankualitas sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam membangun kehidupan antar umatberagama yang berkualitas.

Didasari oleh misi SIKI yaitu upaya untuk mengeliminasi konflik yang dilatarbelakangioleh SARA, maka selama live in di GKJW Turen, baik para santri maupun warga gereja GKJWberupaya untuk saling mengenal dan belajar satu terhadap yang lain. Para santri melihathubungan antar umat beragama di Turen sangat harmonis. Hal itu dibuktikan denganpembangunan Gereja maupun Masjid yang dilakukan secara gotong royong dan mendukung,saling mengunjungi dalam perayaan hari besar agama, saling tolong menolong dalam berbagaikegiatan keagamaan dan sosial. Kegiatan bersama yang dilakukan oleh umat beragama tersebutberlangsung sangat lama dan dijalankan secara spontan, fleksibel dan konstan. Keberhasilan initidak datang begitu saja , tetapi membutuhkan kemauan dan perjuangan bersama dari kedua umatberagama.

Penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi-strategi kedua umat beragama dan atauinstitusi agama dalam mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan damai di Jawa Timur.Penelitian ini juga menjelaskan cara-cara kedua umat beragama mengatasi masalah baik internalmaupun eksternal, sehingga kedua umat beragama dapat survive di tengah masyarakat.

Dari pengalaman GKJW Turen dalam membangun relasi dengan umat beragama Islammenunjukkan bahwa sumber daya lokal mempunyai peran yang sangat besar dalam menciptakanhubungan-hubungan yang memungkinkan terjadinya relasi dan kerjasama antarumat bergama.Hal tersebut dapat dijelaskan dengan konsep jaringan sosial bahwa, sumber daya lokal

Page 18: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

18

merupakan kapital sosial yang mempunyai potensi-potensi yang patut diperhitungkan. Kapitalsosial dikonsepsikan sebagai kuantitas dan kualitas sumber daya yang oleh aktor (individu,kelompok atau komunitas) dapat diakeses dan dimanfaatkan melalui posisi atau lokasinya dalamjaringan sosial. Konsep di atas menjelaskan bahwa yang pertama mengandung pengertianmengenai sumber kapital sosial dapat diakeses pada relasi sosial, sedangkan konsep yang keduamemberi penekanan mengenai lokasi atau sumber kapital sosial berada pada jaringan sosial ataukarakteristik sosial. Dalam hal inilah sumber daya lokal, karakteristik atau kekhasan sosial dantempat atau wilayah sangat menentukan berhasil tidaknya terwujudnya kehidupan bersama yangharmonis dari umat beragama yang berbeda.

Dalam teori jaringan sosial (networks) dijelaskan bahwa jaringan sosial merupakandemensi yang bisa saja memerlukan dukungan dua dimensi lainnya karena kerja sama ataujaringan sosial tidak akan terwujud tanpa dilandasi norma dan rasa saling percaya. Hal tersebutdapat dijelaskan dengan menggunakan data hasil penelitian yang di Turen Jawa Timurkhususnya dan Malang Jawa Timur umumnya. Dasar-dasar norma dan saling percaya sudahditanamkan dalam kehidupan umat beragama sejak dilakukannya silaturahmi, dialog yangdipelopori oleh pimpinan agama baik Kristen maupun Islam. Dasar norma dan perasaan salingpercaya ini kemudian tumbuh secara berproses, dimulai dengan tahap saling mengenal, berbagi/sharing pengalaman, berdialog, sampai pada tinggal bersama. Rasa saling percaya tumbuhketika kedua umat mempunyai kemauan untuk saling terbuka dan menerima kehadiran sertakehidupan umat lain dengan tulus. Hubungan saling percaya ini kemudian diwujudkan dalamhal saling memberi informasi, saling mengingatkan, saling mendukung, saling berbagi danmelakukan kerjasama. Dengan demikian tidak ada lagi rasa saling curiga di antara kedua umatberagama tersebut.

Dalam teori jaringan sosial dijelaskan bahwa pada tataran empiris informasi barumisalnya akan cenderung didapat dari kenalan baru dibandingkan dengan teman dekat yangumumnya memiliki wawasan yang hampir sama dengan individu. Kenalan baru relatifmembuka cakrawala dunia luar individu.

Dalam konteks penelitian ini, pertemanan antara umat Islam dan Kristen yang diawalimelalui program SIKI telah memungkinkan terjadinya pertukaran informasi yang sebelumnyatidak pernah didengar dan atau diketahui oleh umat. Informasi baru tersebut telah membukawawasan dan cakrawala umat, baik dalam hal teologi maupun pengalaman hidup beragamaumat. Di sinilah kemudian terjadi dialog yang dilanjutkan dengan peneganalan yang lebihmendalam.

Dengan demikian pendekatan jaringan sosial yang digunakan dalam penelitian ini sangatbermanfaat untuk menjelaskan bagaimana hubungan antara Islam dan Kristen di Jawa Timur.Bagaimana kedua umat beragama tersebut membentuk jaringan baik berupa jaringan politik,jaringan kekerabatan, jaringan ketetanggaan, jaringan pertemanan dan khususnya jaringankeagamaan.

Page 19: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

19

KESIMPULAN

Melalui jaringan antara Islam dan Kristen, dalam hal ini pondok pesantren dan GKJW diJawa Timur, dijelaskan adanya kesadaran yang semakin baik antar umat beragama, dalam hal iniIslam dan kristen dalam mewujudkan persaudaraan sejati. Umat semakin sadar pentingnyamenjalin relasi dan melakukan kerjasama. Program SIKI telah berhasil membuka wawasan dankesadaran umat Islam dan Kristen bagaimana memahami agama lain. Jaringan ini merupakanlangkah awal yang baik untuk mengatasi masalah yang selama ini menjadi beban kehidupanumat beragama yaitu, kurangnya pemahaman para pemeluk agama terhadap agama sendiri,terlebih agama lain.

SIKI dapat menolong agama-agama yang selama ini belum menyebar luaskan hasil danrumusan dialog antar umat beragama kepada umat. Program SIKI juga telah berhasilmengimplementasikan dialog antar umat beragama yang selama ini bersifat formal dan belummenyentuh persoalan yang sesungguhnya terjadi di masyarakat. Disadarai bahwa selama inidialog yang bersifat “teologis” masih sangat terbatas atau bahkan masih “dihindari” oleh umatberagama. Namun melalui SIKI telah terjadi dialog “teologis” yang dipimpin oleh tokoh-tokohIslam dan Kristen sehingga umat beragama dapat saling belajar tentang teologi agama lain.

Saran dan Rekomendasi Pemerintah diharapkan dapat memberi dukungan moral, perhatian dan

pendampingan terhadap umat beragama dan institusi agama. Perlunya mendukung penelitian-penelitian yang bertujuan untuk mengetahui

gambaran tentang kehidupan beragama secara riel yang terjadi di tengah masyarakat,khusunya di wilayah-wilayah rawan konflik, baik di Jawa maupun luar Jawa.

Pemerintah diharapkan lebih banyak memberikan kesempatan kepada masyarakatlokal untuk mengembangkan model-model jaringan yang sesuai dengan konteksmasyarakat/ wilayahnya.

Program semacam SIKI yang berhasil diselenggarakan oleh GKJW dan pondok-pesantren di Jawa Timur, disarankan dapat menjadi model bagi wilayah lain yangingin mengembangkan model-model hubungan/ relasi antar umat beragama yangkontekstual.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

1. Bambang Ruseno Utomo (2006) Modul Studi Intensif Antar Umat Beragama.IPTh,Balewiyata, Malang.

2. Barnes, J (1954), Class and Communitees in a Norwegian Island Parish. HumanRealtions 7, 39-58.

3. Burkhardt, ME (1994) Social interaction effects following a technological change alongitudinal investigation in Academy of Management Journal 37, 869-898.

Page 20: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

20

4. Burt, R.S (1992) Structural holes: The social structure of competition. Cambridge, MAHarvad University Press.

5. Freeman, L.C. (1979) Centrality in Social Networks: Conceptual clarification. SocialNetworks 1, 215-239.

6. __________ & White, D.R. & Romney, A.K. (1992) Research methods in socialnetwork analysis, New Brunswick , NJ : Transaction Publishers.

7. Giorgio Levi Della Vida (1944), Pre-Islamic Arabia, dalam Nabih Amin Faris ed. TheArab Herritage, New Jersey. Princeton University Press.

8. H Lammens (1968) Islam Belief and Instutition, Londo, Frank Cass.

9. Nurcholis Madjid (1997) lihat “Pengantar” dalam Passing Over, melintas Batas Agama,Jakarta, Gramedia dan Paramadina.

10. H.M Najib Muhammad (1999). Tentang Pesantren dalam makalah yang disampaikan diSIKI dan Studi kerjasama Kristen dan Islam III tgl. 8-30 Nopember 1999, di IPThBalewiyata, Malang.

11. Joko Soetopo (1999). Hubungan Kristen-Islam di Indonesia (beberapa catatan). Dalammakalah SIKI dan Studi kerjasama Kristen dan Islam III tgl. 8-30 Nopember 1999, diIPTh, Balewiyata, Malang.

12. Redcliffe Brown A.R (1982(1952) Structure and Function in Primitive Society. NewYork: Free Press.

13. Scott. J (2000) Social Network Analysis: A handbook. Secon edition. London: Sage.

14. Spradley (1980). Participant Observation. New York, Holt Rinehart and Winston.

15. Wasserman, S and Faust K (1994) Social Network Analysis: Methods and Aplliucations.Cambridge : Cambridge University Press.

16. Bahan-bahan /dokumen SIKI, IPTh Balewiyata, GKJW.

17. Dokumen tentang GKJW (2009) : IPTh Balewiyata dan Sonode GKJW, Malang

18. Dokumen Program SIKI (1998; 1999), IPTh, Balewiyata Malang.

Page 21: Jaringan Sosial Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) dengan ...

21