investigasi baru

16
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian urgensial dalam sebuah perusahaan. Upaya pemantauan, pengukuran, pengendalian risiko hingga tindakan pencegahan terhadap hal yang paling tidak diinginkan perusahaan yakni kecelakaan. Menurut Frank Bird, an accident is undesired event that result in physical harm to a person or demage to property. It is usually the result of a contact with a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc). Jelaslah bahwa sebuah kecelakaan akan mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit. Dewasa ini, para pengusaha sudah menyadari betapa pentingnya Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terintegritas. Kesadaran ini termanifestasi dalam berbagai upaya pengendalian dan program K3. Namun sayangnya, kesadaran akan pentingnya K3 belum sampai pada tingkatan yang optimal. Perusahaan menyadari K3, namun pekerja belum sepenuhnya mengerti dengan K3 sehingga upaya program K3 pun bagai berdiri dengan kaki sebelah, belum ada keseimbangan dalam implementasiprogram K3. Hal ini dapat terlihat dari tingkat pengetahuan pekerja terhadap K3 dan masih tingginya angka kecelakaan pekerja di Indonesia. Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011 adalah 108.699 jiwa dengan total kerugian (yang terlihat) sebesar Rp. 217.435.000.000,-. Ini merupakan kerugian yang tampak, tentunya fenomena gunung es berlaku disini. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas dan menganalisis salah satu kasus kecelakaan kerja untuk menemukan faktor penyebab terjadinya kecelakaan dengan menggunakan metode Systematic Cause Analysis Technique (SCAT).

description

kecelakaan kerja

Transcript of investigasi baru

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan bagian urgensial dalam

    sebuah perusahaan. Upaya pemantauan, pengukuran, pengendalian risiko hingga

    tindakan pencegahan terhadap hal yang paling tidak diinginkan perusahaan yakni

    kecelakaan. Menurut Frank Bird, an accident is undesired event that result in

    physical harm to a person or demage to property. It is usually the result of a

    contact with a source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc).

    Jelaslah bahwa sebuah kecelakaan akan mengakibatkan kerugian yang

    tidak sedikit. Dewasa ini, para pengusaha sudah menyadari betapa pentingnya

    Implementasi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

    terintegritas. Kesadaran ini termanifestasi dalam berbagai upaya pengendalian dan

    program K3. Namun sayangnya, kesadaran akan pentingnya K3 belum sampai

    pada tingkatan yang optimal. Perusahaan menyadari K3, namun pekerja belum

    sepenuhnya mengerti dengan K3 sehingga upaya program K3 pun bagai berdiri

    dengan kaki sebelah, belum ada keseimbangan dalam implementasiprogram K3.

    Hal ini dapat terlihat dari tingkat pengetahuan pekerja terhadap K3 dan masih

    tingginya angka kecelakaan pekerja di Indonesia.

    Berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah

    kecelakaan di Indonesia pada tahun 2011 adalah 108.699 jiwa dengan total

    kerugian (yang terlihat) sebesar Rp. 217.435.000.000,-. Ini merupakan kerugian

    yang tampak, tentunya fenomena gunung es berlaku disini.

    Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas dan menganalisis salah

    satu kasus kecelakaan kerja untuk menemukan faktor penyebab terjadinya

    kecelakaan dengan menggunakan metode Systematic Cause Analysis Technique

    (SCAT).

  • 2

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah apa

    yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja di Proyek Gedung Manhattan,

    Jakarta.

    1.3 Tujuan

    1.3.1 Tujuan Umum

    Secara umum, tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk

    mengetahui penyebab kecelakaan kerja di Proyek Gedung Manhattan,

    Jakarta

    1.3.2 Tujuan Khusus

    Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

    1. Mengetahu kronologis kejadian kecelakaan kerja Proyek Gedung

    Manhatten, Jakarta

    2. Mengetahui penyebab langsung dari kecelakaan kerja Proyek Gedung

    Manhatten, Jakarta

    3. Mengetahu penyebab tidak langsung dari kecelakaan kerja Proyek Gedung

    Manhatten, Jakarta

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Kecelakaan

    Menurut Frank Bird, an accident is undesired event that result in physical

    harm to a person or damage to property. It is usually the result of a contact with a

    source of energy (kinetic, electrical, chemical, thermal, etc) (Soehatman, 2010)

    Menurut Heinrich, Petersen dan Roos, 1980 Kecelakaan kerja atau

    kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak

    terkendali akibat dari suatu tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau

    radiasi yang mengakibatkan cidera atau kemungkinan akibat lainnya. (Mayendra,

    2009).

    Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang

    menyebabkan atau berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan, atau

    kerugian lainnya. (Standar AS/NZS 4801:2001). Sementara itu, menurut OHSAS

    18001:2007 Kecelakaan Kerja didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan

    dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari

    keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan

    kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk kejadian yang dapat menyebabkan

    merusak lingkungan (Sumber : OHSAS 18001:2007).

    Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 adalah

    suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang adapat

    menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa

    kecelakaan akibat kerja adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, tidak terencana

    tidak dikehendaki dan menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta yang

    disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yaitu ketika

    pulang dan pergi ke tempat kerja melalui rute yang biasa dilewati.

  • 4

    2.2 Investigasi Kecelakaan

    Investigasi kecelakaan adalah suatu cara untuk mencari fakta-fakta yang

    berkaitan dengan kecelakaan. Penyebab-penyebabnya dan mengembangkan

    langkah-langkah untuk mengatasi serta upaya untuk mengendalikan resikonya.

    Investigasi atau menyelidiki kecelakaan dilakukan guna mencari sebab-sebab

    dasar dari suatu kecelakaan sehingga kecelakaan serupa tidak terulang kembali.

    Investigasi biasanya dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap korban,

    saksi-saksi serta rekonstruksi atau pengulangan kejadian guna mendapatkan data-

    data proses terjadinya kecelakaan, dimana data-data tersebut akan digunakan

    sebagai bahan untuk menganalisa dalam mencari sebab dasar dari suatu

    kecelakaan. (Permatasari, 2009)

    Accident investigation adalah suatu rangkaian kegiatan yng dilakukan

    untuk mencari penyebab utama terjadinya suatu kecelakaan dan menentukan

    dengan tepat tindakan perbaikan yang dilakukan setelah ditemukan fakta

    sebenarnya dari kecelakaan yang terjadi dan penyebab kecelakaan tersebut.

    Berdasarkan definisi kecelakaan yang ada accident investigators harus melihat

    secara cermat rangkaian peristiwa yang terjadi dan faktor apa saja yang terlibat

    saat terjadinya kecelakaan (Covan dalam Permatasari, 2009)

    OHSAS 18001 mensyaratkan diadakannya penyelidikan setiap insiden

    yang terjadi dalam organisasi. Insiden adalah semua kejadian yang menimbulkan

    atau dapat menimbulkan kerugian baik materi, kerusakan atau cedera pada

    manusia. Insiden meliputi kecelakaan, kebakaran, penyakit akibat kerja,

    kerusakan dan hampir celaka (nearmiss).

    2.3 Metode SCAT

    SCAT adalah suatu tool yang digunakan untuk mengevaluasi dan

    menginvestigasi incident dengan menggunakan SCAT chart. SCAT

    dikembangkan dari ILCI (International Loss Control Institute) Loss caution

    Model

    Dalam salah satu literature review dikatakan bahwa The Systematic

    Cause Analysis Technique (SCAT) is a method which has been developed by the

  • 5

    International Loss Control Institute (ILCI), which can be used to determine the

    root causes of an incident once a description of the sequence of events has been

    determined. A paper describing SCAT by Bird and Germain (1985) is reproduced

    in a manual by ILCI (1989). (Health Safety Executive, United Kingdom, 2001 )

    Ada 5 block dalam SCAT chart, dan model setiap block hampir sama

    dengan ILCI Loss Caution Model. Berikut ILCI Loss Causation Mode dan

    Framework SCAT Method.

    ILCI Loss Causation Mode

  • 6

    Metode SCAT, meliputi:

    1. Pada blok pertama diisi tentang diskripsi dari incident

    2. Blok yang kedua diisi tentang berbagai hal yang dapat memicu timbulnya

    kecelakaan

    3. Blok ketuga berisikan tentang immediate cause.

    4. Blok yang kempat berisikan basic cause

    5. Blok yang kelima berisikan tentang tindakan yang dapat dilakukan untuk

    mensukseskan loss control program.

    2.4 Studi Kasus Kecelakaan Kerja

    Polisi Simpulkan Insiden Manhattan Square Murni Kecelakaan

    (Vivanews.com) Polisi meyakini pimpinan proyek telah menerapkan

    SOP.

    VIVAnews - Polisi menyimpulkan insiden maut di Gedung The Manhattan

    Square, Jalan TB Simatupang Kavling 1S, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

    murni kecelakaan. Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Selatan

    Ajun Komisaris Besar Hermawan, mengatakan itu berdasarkan hasil

    pemeriksaan terhadap pimpinan proyek Manhattan Square. Polisi meyakini

    pimpro telah menerapkan standar operasional prosedur (SOP).

    "Jadi sebelum melaksanakan tindakan mereka dikumpulkan dulu, diarahkan

    sesuai SOP seperti menyediakan blower, pengamanan dua di atas, dua di

    bawah," kata Hermawan, Senin 18 Februari 2013.

    Menurut Hermawan, setiap lubang sudah sediakan blower. Tapi ternyata kadar

    racun CO2 lebih besar dari perhitungan. Dia menjelaskan lubang sedalam

    enam meter tempat lima korban tewas keracunan itu bukanlah septic tank. Itu

    adalah tempat drainase air. "Air limbah, misalnya kecing, sabun, air

    kotoranlah," ucap dia. Karena belum digunakan maka bisa jadi mengandung

    racun. Dia menduga racun diakibatkan bahan kimia bercampur semen dan

    bahan lain yang mempengaruhi ruangan itu.

  • 7

    Saat ini hasil labaratorium belum keluar. "Kami belum bisa memastikan kadar

    terkandung apa saja. Yang jelas dari labfor sudah ambil sampel udara, air,

    genangan air, darah korban dan bagian tubuh seperti paru-paru," kata

    Hermawan. Hingga saat ini polisi sudah memeriksa tujuh saksi, yaitu tiga

    orang dari Waskita, satu pimpinan pekerja, dan tiga orang pekerja. "Kalau

    pemilik kan tidak terkait pekerjaan itu," ucapnya. (adi)

    Identitas 5 Korban Tewas di Kecelakaan Kerja Proyek Gedung

    Manhattan (Detik.com)

    Jakarta - Lima orang korban tewas akibat kecelakaan kerja di proyek gedung

    Manhattan, Jakarta Selatan. Jenazah mereka kini disemayamkan di RS Marinir

    Cilandak. Ini identitas mereka. Data yang dihimpun dari kepolisian, Selasa

    (12/2/2013), lima orang korban itu terdiri Cecep Cahyana (29), Joko, Jimjim, M

    Saiku, dan Ahmad Syamsudin. Ada dua lagi korban kritis, Sutaryo Al Khaerudin

    dan Wahyudi.

  • 8

    Korban kritis dilarikan ke RS Mintoharjo. Sementara korban tewas di RS Marinir

    Cilandak, lalu nanti akan dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo untuk diautopsi.

    "Kemungkinan penyebab terjadinya laka masih dalam proses penyelidikan," kata

    Kapolres Jaksel Kombes Pol Wahyu Hadiningrat, di lokasi kejadian, Jl TB

    Simatupang kavling 1, Jaksel. Pukul 15.30 WIB, polisi sudah meninggalkan

    lokasi. Aktivitas proyek masih berjalan seperti biasa.

    Begini Kronologi Kecelakaan Kerja di Manhattan Square (Tribunnews.com)

    Tribunnews.com - Rabu, 13 Februari 2013 15:42 WIB

    Lima pekerja meninggal dunia saat bekerja di dalam bakal septic tank, di

    basemene II proyek pembangunan Gedung The Manhattan Square, Jalan TB

    Simatupang, Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Selasa (12/2/2013) sekitar pukul

    11.00 WIB.

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Kronologi kecelakaan kerja di Gedung

    Manhattan Square, Jalan TB Simatupang, Kav 1S, Pasar Minggu, Jakarta Selatan,

    Selasa (12/2/2013), sempat simpang siur. Kecelakaan itu menewaskan lima orang,

    dan dua lagi kritis. Menurut Kasat Reskrim Polres Jakarta Selatan AKBP

    Hermawan, kecelakaan berawal dari pekerjaan membuat lubang untuk

    pembuangan air kotor.

  • 9

    "Ada pengerjaan empat lubang, tiga lubang sudah selesai, tinggal finishing. Saat

    lubang keempat hendak di-finishing. yakni mencopot kerangka besi dan papan

    bekas cor untuk dicat, sesuai SOP ada dua pekerja di dalam, dan dua pekerja di

    atas," jelas Hermawan di Mapolda Metro Jaya, Rabu (13/2/2013). Tiba-tiba,

    lanjutnya, dari dalam lubang, kedua pekerja meminta tolong, sehingga dua pekerja

    di atas turun ke lubang untuk menolong dua rekannya. Lantas, dua pekerja yang

    menolong juga berteriak minta tolong lagi, karena tidak bisa bernapas, dan

    kembali dibantu oleh pekerja finishing di lubang lain.

    "Jadi, total sudah ada enam yang masuk ke lubang. Lalu, yang di dalam minta

    tolong lagi, dan dibantu oleh satu orang K3 yang ikut bantu. Jadi, ada tujuh orang

    pingsan," tutur Hermawan. Setelah itu, baru lah petugas dari PT Waskita turut

    membantu menolong menggunakan masker oksigen serta blower, dan berhasil

    mengevakuasi tiga orang.

    Petugas dari PT Waskita yang menolong mengaku lemas. Ia digantikan petugas

    lain dan mengevakuasi empat pekerja lainnya. Hermawan mengungkapkan, yang

    berhasil dievakuasi ada tujuh orang. Lima orang meninggal dunia, dan dua orang

    pekerja lainnya kritis. Saat ini, dua pekerja yang kritis sudah siuman dan sadar.

    "Kami sudah lakukan olah TKP, ambil sampel air, darah, dan udara dari korban

    dan sampel dibawa oleh Labfor Mabes. Dari hasil otopsi sementara, korban

    meninggal karena lemas kelebihan C02 beracun dari lubang sedalam enam, lebar

    tiga meter, dan panjang lima meter," papar Hermawan. (*)

  • 10

    Ini Dia Kronologi Kecelakaan Kerja di Manhattan Square Versi Polisi

    (Indonesiaraya.com)

    Wednesday, February 13, 2013 - 16:28

    @IRNewscom | Jakarta: KAPOLRES Jakarta Selatan Kombes Pol Wahyu

    Hadiningrat membeberkan kronologi tewasnya lima pekerja di proyek

    pembangunan The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang Kavling I.S

    Cilandak Timur, Jakarta Selatan, Selasa (12/02) kemarin.

    Menurut Wahyu, berdasarkan hasil pemeriksaan empat orang saksi, Agus, Irfan,

    Rian dan H. Marmo, sebelum terjadinya insiden, ada dua orang pekerja sedang

    membongkar kayu penyanggah septictank.

    "Mekanismenya dua orang berjaga di atas, sedangkan yang di bawah septictank

    itu Joko dan Ahmad Syamsudin. Karena lemas, mereka berteriak minta tolong dan

    dibantu M. Saiku. Kemudian M. Saiku Juga minta tolong lalu dibantu Jimjim,"

    kata Wahyu, Rabu (13/02) di Mapolres Metro Jakarta Selatan. Wahyu

    menjelaskan, di basement lantai 2 Tempat Kejadian Perkara (TKP) memang

    terdapat beberapa lubang penampungan atau septictank yang tertutup. Di lubang

  • 11

    lain yang sedang dalam tahap finishing, pekerja bernama Cecep Cahyana

    mendengar teriakan lalu berupaya membantu keempat rekannya itu. Dibantu

    pekerja lainnya Agus dan petugas K3 bernama Sunaryo. "Agus menunggu di atas,

    sementara Sunaryo bersama pekerja lainnya bernama Masudi. Setelah itu, datang

    lagi dua orang petugas K3 yang turun dengan tabung oksigen dan menolong

    korban secara bertahap," papar Wahyu.

    Berdasarkan keterangan laboratorium forensik, kata Wahyu, secara detail belum

    bisa disampaikan penyebab dari kematian korban. Namun dari uji sampel

    genangan air, udara dan gas yang diambil di TKP, penyebab kematian korban

    karena gas beracun di dalam septictank. Jenis dari gas tersebut sendiri masih

    belum bisa disampaikan karena sedang dalam proses.

    "Kelima korban yang tewas dalam insiden itu masing-masing bernama Cecep

    Cahyana, Joko, Jimjim, M. Saiku, dan Ahmad Samsudin. Jasad mereka saat ini

    sedang diotopsi dan diambil sampel darah di RSCM. Sedangkan dua korban

    selamat yang bernama Masudi dan Sutaryo sudah siuman dari pingsan dan masih

    dirawat intensif di RS Mintohardjo," terangnya.

    Perlu diketahui sebelumnya, Selasa (12/02) sekitar 10.00 WIB, lima orang pekerja

    tewas dalam kecelakaan kerja di dalam lubang septictank lantai 2 basement

    proyek pembangunan The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang Kav I.S

    Cilandak Timur, Jakarta Selatan.

    Kelima korban tewas akibat terpelosok ke dalam lubang septicktank sedalam

    enam meter dengan luas 5X3 meter. Dua rekan korban yang berusaha membantu

    nyaris tewas dan mengalami kondisi kritis. Lima korban tewas dilarikan ke RS

    Marinir Cilandak, sedangkan dua korban selamat dirawat di RS Mintohardjo.

    [dry-15]

  • 12

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Kronologis Kecelakaan

    Berdasarkan informasi dari berbagai sumber berita, pada Selasa, 12

    Februari 2013 sekitar pukul 10.00 WIB beberapa pekerja bertugas membuat

    empat lubang untuk pembuangan limbah pada Basemene Lantai II Proyek The

    Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta

    Selatan. Dalam satu lubang terdapat empat petugas yang mengerjakan tugas

    tersebut yaitu dua orang petugas utama (berada dibawah) dan petugas madya

    (berada diatas). Beberapa saat, pembuatan lubang tersebut hampir selesai, tinggal

    finishing yaitu mencopot kerangka besi dan papan bekas cor untuk dicat.

    Pada lubang keempat sesuai Standar Operasional Prosedur terdapat dua

    pekerja yang berada di atas dan dua pekerja yang berada dibawah. Namun

    beberapa saar kemudian, dari lubang tersebut terdengar dua pekerja (pekerja 1 dan

    2) yang berada di dalam lubang meminta tolong. Sehingga dua pekerja yang ada

    di atas (pekerja 3 dan 4) turun ke lubang untuk menolong kedua pekerja yang ada

    di dalam lubang.

    Kemudian dua pekerja yang menolong pun ikut meminta tolong karena

    kesulitan bernafas. Seorang pekerja (pekerja 5) pada lubang lain mendengar

    teriakan tersebut,lalu berusaha membantu keempat rekannya tersebut. Pekerja

    tersebut dibantu oleh seorang pekerja lainnya (pekerja 6) dan satu petugas K3.

    Petugas K3, pekerja 5 dan dibantu satu pekerja lain (pekerja 7) turun ke

    bawah, sedangkan petugas 6 tetap berjaga di atas. Kemudian mereka meminta

    tolong lagi dan pingsan. Sehingga barulah dua orang petugas dari PT. Waskita

    turut membantu menolong menggunakan masker oksigen dan blower. Mereka

    berhasil mengevakuasi tiga orang. Petugas dari PT Waskita yang menolong

    mengaku lemas. Kemudian mereka digantikan petugas lain dan mengevakuasi

    empat pekerja lainnya. Korban yang berhasil dievakuasi ada tujuh orang. Lima

    orang meninggal dunia, dan dua orang pekerja lainnya kritis.

  • 13

    Tabel Gambaran Peristiwa

    Waktu Kejadian Selasa, 12 Februari 2013, Pukul 10.00 WIB

    Lokasi Kejadian Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta Selatan

    Peralatan yang

    digunakan -

    Kondisi Lingkungan Confined Space

    Data Korban

    Cecep Cahyana (29), Joko, Jimjim, M. Saiku, Ahmad

    Samsudin (Korban Jiwa)

    Masudi, Sunaryo (Korban Kritis)

    Saksi Agus, Irfan,Rian dan H. Marno

    Akibat Kejadian Korban meninggal sebanyak 5 orang dan korban kritis

    2 orang.

    3.2 Analisis Penyebab Kecelakaan (Metode SCAT)

    Berdasarkan data yang didapat maka dapat dilakukan analisis penyebab

    kecelakaan dengan menggunakan Metode SCAT. Berikut skema kejadian dengan

    metode SCAT.

    Description of

    Incident

    Keracunan

    gas/defisiensi

    oksigen

    Categories of

    Contact that

    could have led

    to the incident

    Kontak dengan

    gas beracun

    Immediate Cause

    Substandard Act

    Failure to secure

    Failure to use PPE

    Properly

    Substandar

    Condition

    Hazardous

    Envvironmental

    Condition

    Unproperly PPE

    Basic Cause

    Personal

    factors

    Poor of

    Knowladge

    Lack of

    coaching

    Job factor

    Lack of

    supervisory

    Lack of risk

    Identification

    Activities for a

    successful loss

    control

    program

    Gas Detector

    Properly and

    adequate

    Blower

    Harness

  • 14

    Skema diatas merupakan gambaran mengenai analisis kasus kecelakaan

    yang terjadi di Proyek Manhatten Square. Diprediksi bahwa kasus kecelakaan

    kerja ini merupakan jenis kasus keracunan gas. Beberapa gejala menunjukkan

    adanya indikasi terjadinya keracunan gas yaitu pekerja mengalami lemas pada

    badan, susah bernafas hingga akhirnya tidak sadarkan diri. Selain itu dugaan ini

    diperkuat dengan karaakteristik dari kondisi lingkungan kerja yaitu berupa

    Confined Space. Salah satu risiko terbesar dalam tempat kerja Confined Space

    adalah keracunan gas.

    Pada kotak kedua terdapat Blok yang berisi tentang berbagai hal yang

    dapat memicu timbulnya kecelakaan.Pada kasus ini kontak dengan gas beracun

    merupakan hal yang pasti terjadi. Dari kondisi ini dapat dijabarkan beberapa fakta.

    Diantaranya terjadinya release gas yang berbahaya sehingga mengakibatkan

    kesulitas pekerja dalam bernafas, pekerja tidak dilengkapi dengan Gas Detektor

    dan kemampuan menggunakannya, identifikasi yang dilakukan tidak sesuai, dan

    lainnya.

    Pada kotak ketiga terdapat immediate cause (penyebab langsung) dari

    kecelakaan. Terdapat dua kategori penilaian yaitu Substandard Act dan

    Substandar Condition. Pada Substandad Act kasus ini,setidaknya terdapat dua

    poin utama dari poin diagram SCAT yang kita tuliskan yaitu Kegagalan dalam

    mengamankan kondisi kerja dan pekerja itu sendiri serta Kegagalan pekerja dalam

    menggunakan APD. Failure to secure dalam hal ini korban tidak terlindungi dari

    risiko keterpaparan gas berbahaya. Failure to use PPE Properly artinya korban

    tidak menggunakan APD dengan benar. Dalam berita tidak disebutkan apakah

    pekerja menggunakan APD berupa alat bantu pernapasan atau tidak, hanya

    disebutkan bahwa pihak proyek telah menyedian satu blower untuk setiap lubang.

    Pada kotak keempat terdapat Basic Cause (Penyebab dasar) yaitu berisi

    Personal Factor dan Job Factor. Personal Factor diantaranya adalah Poor of

    Knowladge dan Lack of coaching. Poor of Knowladge artinya pekerja dan petugas

  • 15

    HSE belum memiliki pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugas di

    kondisi kerja Confined Space. Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan

    Pengawasan Ketenagakerjaan No.Kep/113/DJPPK/IX/2006 sudah diatur

    mengenai siapa saja yang dibolehkan untuk bekerja di ruang terbatas (Confined

    Space) bahkan ada kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi untuk bekerja di

    Confined space. Selain itu dalam berita tersebut disebutkan bahwa ada nsatu

    Petugas K3 yang menjadi korban. Ini menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia

    khususnya Petugas K3 tidak mengetahui standar pertolongan pertama dalam

    sebuah kecelakan. Terkadang petugas K3 di Perusahaan tidak berlatar belakang

    kompetensi yang sesuai sehingga kompetensi yang didapat hanya saat pelatihan

    K3 Umum atau K3 spesialisasi yang kurang lebih kurang dari seminggu. Korban

    yang harusnya bisa ditekan jumlahnya menjadi semakin banyak.

    Job factor meliputi Lack of supervisory dan Lack of risk Identification.

    Jelas bahwa ada kelalaian dalam menegakkan budaya K3 di lingkungan kerja.

    Selain itu petugas K3 yang salah satu fungsinya adalah melakukan identifikasi

    bahaya melakukan kelalaian dengan tidak mendeteksi keberadaan gas berbahaya

    sehingga upaya pengendalian yang dilakukan tidak tepat.

    Pada kotak yang kelima membahas tentang tindakan yang dapat dilakukan

    untuk mensukseskan Loss Control Program. Beberapa rekomendasi yang

    diberikan adalah melengkapi pekerja dengan Gas Detector, Blower yang sesuai

    dan Harness. Namun selain itu, hal yang paling penting dilakukan adalah

    revitalisasi K3 pada pekerja proyek tersebut dan membekali pekerja dengan

    pengetahuan yang cukup mengenai K3 sehingga dapat meningkatkan tindakan

    aman dalam bekerja. Baik pekerja maupun petugas K3/HSE harus memenuhi

    kualifikasi dalam bekerja.

  • 16

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1 Kesimpulan

    Kecelakaan kerja terjadi pada Selasa, 12 Februari 2013 sekitar pukul 10.00

    WIB beberapa pekerja bertugas membuat empat lubang untuk pembuangan

    limbah pada Basemene Lantai II Proyek The Manhattan Square di Jalan TB

    Simatupang, Kavling IS, Cilandak Timur, Jakarta Selatan. Kecelakaan kerja

    berupa keracunan gas dimana terdapat 7 koran, 5 pekerja meninggal dan 2 pekerja

    kritis. Basic cause nya adalah lack of suvervisory, lack of risk identification, lack

    of coaching dan poor of knowledge. Immediate cause nya adalah Failure to

    secure, Failure to use PPE Properly, Hazardous Envvironmental Condition, dan

    Unproperly PPE.

    4.2 Saran

    Dalam kecelakaan ini kesalahan tersebar merata dan sistemik. Tidak hanya

    kondisi lingkungan tetapi pengawasan dan implementasi K3 pun terlihat kurang

    memadai. Seharusnya pihak perusahaan dan proyek pengerjaan Gedung The

    Manhatten Square harus memperhatikan hal ini dan membenahi pelaksanaan K3

    dalam proyek tersebut. Mulai dari memenuhi syarat administrative, artinya

    menempatkan orang yang tetap dan qualified dalam bidangnya. Kemudian

    perusahaan harus memenuhi standar perlindungan terhadap kondisi kerja yang

    memang sudah diketahui sebelumnya dengan cara mengidentifikasi secara akurat

    hazard dan melakukan upaya yang tepat.