Interprestasi Case

22
Interprestasi Case neurologic Punya linda

description

interpretasi

Transcript of Interprestasi Case

Page 1: Interprestasi Case

Interprestasi Caseneurologic

Punya linda

Page 2: Interprestasi Case

• Neurological Exam :

– Fully alert, irritable

– Meningeal sign : negative

– Cranial nerve : normal limit

– Motor : resting tremor, cogwheel

rigidity, bradikinesia, monotone

speech

– Sensory : normal limit

Page 3: Interprestasi Case

– Coordination : postural instability

– Higher cortical function : lost recent memory, dispraksia,

disorientation

• Neuropsychological Exam :

– MMSE : 19 probable gg.kognitif

– Clock drawing test : 3

– ADL / IADL : below normal limit

Page 4: Interprestasi Case

Meningeal sign(-)

(+)bila selaput otak meradang(misal meningitis) atau di rongga subarakhnoid terdapat benda asing(misal darah,seperti pada perdarahan subarakhnoid)

merangsang selaput otak

terjadi iritasi meningeal

Page 5: Interprestasi Case

Cranial nerve

NORMAL

Page 6: Interprestasi Case

• Resting TremorTremor gerakan involuntar yang timbul

karena aktivitas neuron yang berlebihan pada suatu daerah tertentu sebagai akibat aktivitas yang tidak diimbangi di daerah lain

Motorik

Page 7: Interprestasi Case

Kerusakan neuron di substansia nigra↓

Penurunan pengeluaran dopamin ↓

Ketidakseimbangan sistem eksitatorik dan inhibitorik

↓Hiperaktivitas dari salah satu saraf

Page 8: Interprestasi Case

Cogwheel Rigidity

Kekakuan otot yang memberikan sentakan kecil pada waktu otot diregang secara pasif

Page 9: Interprestasi Case

• Ciri khas penyakit parkinson

• M’perlihatkan resistensi yg relatif konstan thdp regangan otot

• Menurunkan kekuatan & kecepatan otot

• T’batas pd satu kel.otot (t’utama unilateral/ dpt menyebar & bilateral)

• Otot fleksor maupun ekstensor b’kontraksi kuat (tonus ↑) gang. kontrol pd kel.otot yg b’sebrangan

• Rigiditas melibatkan trunkus b’tanggung jwb thdp gaya b’jalan & posisi tubuh

• Cogwheel rigidity tremeor dgn tahanan otot (seperti hentakan)

Page 10: Interprestasi Case

Perlambatan abnormal dari gerakan, kelambatan respons fisik dan mental.

Bradikinesia

Terjadi karena ke-tidaksingkron-an dari koneksi internal dan stimulus dari sistem saraf itu sendiri

Page 11: Interprestasi Case

ke-tidaksingkron-an dari koneksi internal dan stimulus dari sistem saraf itu sendiri

ada sinyal ke sistem saraf

otak membuat rute baru dengan menciptakan jalur baru.

Page 12: Interprestasi Case

Tidak efektif

membutuhkan waktu lama, sehingga translasi dari sinyal lebih lama daripada sebelumnya.

Page 13: Interprestasi Case

Monotone speech

Hemisfer kirimempunyai kemampuan untuk memantau fungsi berbicara atau bertutur kata (bahasa ekspresif), pemahaman bahasa (bahasa reseptif), menulis dan membaca.

Page 14: Interprestasi Case

Hemisfer kananBahasa nonverbal berpusat di hemisfer kanan.

Apabila ada kelainan di hemisfer kanan akan mengakibatkan orang berbicara secara monoton, tanpa lagu dan penekanan, tidak menggunakan tatapan mata dan gerak-gerik tangan sewaktu berbicara, tidak mampu memilih bahasa yang sesuai dg situasi dan kondisi.

Page 15: Interprestasi Case

Postural instability

• Pasien berdiri dengan m’bungkuk & lengan berada dlm keadaan fleksi

• B’jalan dgn langkah pendek & sering tidak dapat b’henti

• Pasien kadang dapat tiba-tiba b’lari dgn menyeret kaki u/ m’pertahankan keseimbangan

Page 16: Interprestasi Case

• SIKAP Lesi di serebeler yg bilateral sering ditemukan

kelainan sikap. Bila ia berdiri, badan cenderung jatuh kearah

lesi. Bila ia berjalan, jalannya berdeviasi kearah lesi Pd pasien dengan lesi serebellum bagian

tengah (Vermis) pasien tidak dapat berdiri tegak (lurus), ia akan cenderung jatuh kedepan atau kebelakang.

Page 17: Interprestasi Case

Cortical function

Resent memorykemampuan untuk menyimpan item

dlm memori jangka panjang.DispraksiaMerupakan manifestasi dari gangguan

gerak visualDisorientasi

Page 18: Interprestasi Case

MMSE

• Meliputi evaluasi memori, orientasi, bahasa, kalkulasi dan atensi.

• MMSE dan CDT – pemeriksaan penapisan

– pedoman u/ evaluasi lebih lanjut

– mengetahui adanya disfungsi kognitif

– menginformasikan penderita, keluarga, atau pengasuhnya

– menentukan penata laksanaan berikutnya

pertimbangkan tingkatan sosial, pendidikan, dan budaya

Page 19: Interprestasi Case
Page 20: Interprestasi Case
Page 21: Interprestasi Case

ADL dan IADL

NORMAL

Page 22: Interprestasi Case

thx