Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

32
INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOK Macroeconomic Dashboard Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada No 1/Tahun II/Maret 2013 Pemanasan percaturan politik Indonesia Pembangunan infrastuktur

description

 

Transcript of Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Page 1: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

INDONESIAN ECONOMIC

REVIEW AND OUTLOOK

Macroeconomic DashboardFakultas Ekonomika dan BisnisUniversitas Gadjah Mada

No 1/Tahun II/Maret 2013

Pemanasan percaturan politik Indonesia Pembangunan infrastuktur

Page 2: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Kata PengantarIndonesian Economic Review and Outlook

(IERO) merupakan buletin kuartalan yang

diterbitkan oleh Macroeconomic Dashboard,

Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika

dan Bisnis – Universitas Gadjah Mada (FEB-

UGM) bekerja sama dengan PT. Bank

Mandiri, Tbk.

Tekanan yang dihadapi perekonomian

Indonesia akibat perlambatan ekonomi

global disertai mulai menghangatnya suhu

politik di tanah air menjadi tema pokok

dalam IERO kali ini. Kondisi ekonomi global

yang masih diwarnai ketidakpastian

diprediksi akan memberikan dampak negatif bagi perekonomian Indonesia sejalan

dengan hasil prediksi GAMA Leading Economic Indicator (GAMA LEI).

GAMA LEI merupakan acuan yang dihasilkan Macroeconomic Dashboard untuk

memprediksi keadaan ekonomi Indonesia di masa yang akan datang. Tujuannya

adalah agar para pembuat kebijakan publik dan pengambil keputusan bisnis dapat

memantau kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di masa depan, sehingga

mereka dapat mengantisipasi keadaan ekonomi.

IERO kali ini mengangkat isu ekonomi politik sebagai tema isu terkini. Kajian ini

diharapkan dapat memberikan gambaran tentang situasi Indonesia yang mulai

memasuki tahun politik meskipun Pemilu baru akan dilaksanakan tahun 2014,

serta implikasinya terhadap kondisi ekonomi nasional.

Penerbitan IERO yang menyajikan tema-tema hangat diharapkan dapat membantu

para pembuat kebijakan publik dan pengambil keputusan bisnis serta civitas

academica dalam mendapatkan informasi yang aktual terkait perekonomian

Indonesia.

Selamat membaca

Prof. Dr. Sri Adiningsih, M.Sc

Head of Researcher

Macroeconomic Dashboard

Page 3: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

1

Indonesian Economic Review and Outlook

I. Perkembangan Ekonomi Terkini

elemahnya pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan

Eropa, mulai berimbas ke Indonesia, dengan turunnya Mekspor. Meski pertumbuhan ekonomi Indonesia di

tahun 2012 masih bisa mencapai 6,23% (YoY) dan merupakan salah

satu yang tertinggi di Asia setelah China yang tumbuh sebesar 7,8%

(YoY), namun lebih rendah dari asumsi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) 2012 sebesar 6,5%. Pertumbuhan ini juga

lebih rendah dibandingkan tahun 2011 yang mampu mencapai 6,5%.

Adapun nilai PDB Indonesia atas dasar harga konstan 2000 pada

tahun 2012 mencapai IDR 2.618,1 trilyun, naik sebesar IDR 153,4

trilyun dibandingkan tahun 2011 yang mencapai IDR 2.464,7 trilyun.

Berdasarkan penggunaannya, laju pertumbuhan sektor tertinggi

pada tahun 2012 terjadi pada komponen Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) atau investasi fisik sebesar 9,81% (YoY). Meski

mengalami laju pertumbuhan tertinggi, secara kuartalan

pertumbuhan sektor PMTB mengalami penurunan cukup

signifikan. Pada kuartal IV 2012 secara year on year, sektor PMTB

tumbuh sebesar 7,29% menurun dibandingkan kuartal sebelumnya

yang mampu mencapai pertumbuhan sebesar 9,80%. Bahkan pada

kuartal II 2012 PMTB tumbuh sebesar 12,47% (YoY). PMTB memiliki

multiplier effect yang luas karena tidak hanya mendorong sisi

produksi, namun juga menstimulasi sisi konsumsi. PMTB akan

mendorong pembukaan dan perluasan lapangan kerja, peningkatan

pendapatan masyarakat, yang nantinya akan menstimulasi

konsumsi masyarakat.

Selain PMTB, pertumbuhan ekonomi di tahun 2012 juga ditopang

oleh Konsumsi Rumah Tangga, tercatat tumbuh sebesar 5,28%

(YoY). Sedangkan, sektor Konsumsi Pemerintah yang diharapkan

menberikan sumbangan optimal pada pertumbuhan ekonomi

nasional hanya tumbuh sebesar 1,25% (YoY).

Sementara itu, tekanan pelemahan ekonomi global berimbas pada

melambatnya ekspor nasional karena berkurangnya permintaan

dari negara tujuan ekspor. Di tahun 2012 ekspor Indonesia tercatat

tumbuh sebesar 2,01% (YoY). Sementara itu, impor tumbuh jauh

lebih tinggi yaitu sebesar 6,65% (YoY). Secara kuartalan, di kuartal IV

2012, impor Indonesia meningkat pesat, tumbuh sebesar 6,79%

Page 4: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

2

Perkembangan Ekonomi Terkini

(YoY) padahal pada kuartal sebelumnya mengalami pertumbuhan

minus 0,17% (YoY). Peningkatan impor ini diakibatkan oleh

meningkatnya impor non migas dan migas. Selain itu, kenaikan

impor juga dipengaruhi oleh meningkatnya impor bahan baku dan

barang modal. Di tahun 2012, impor bahan baku tercatat sebesar IDR

140.127,6 juta, atau tumbuh 7,02% dibandingkan tahun sebelumnya

yang tercatat sebesar IDR 130.934,3 juta. Sementara itu, impor barang

modal di tahun 2012 mencapai IDR 38.154,8 juta, tumbuh sebesar

15,24% dibandingkan tahun 2011 yang tercatat sebesar IDR 33.108,4

juta. Laju pertumbuhan impor yang lebih tinggi dibandingkan

komponen ekspor menyebabkan Indonesia masih mengalami defisit

neraca perdagangan.

Dalam kondisi perekonomian global yang tidak menentu,

nampaknya Indonesia masih akan mengandalkan konsumsi dalam

negeri dan investasi untuk menggenjot pertumbuhan ekonominya

di tahun 2013 ini karena kontribusi ekspor belum bisa diharapkan

akibat permintaan global yang sedang menurun.

Dari sisi lapangan usaha, 9 sektor lapangan usaha mencatat

pertumbuhan positif pada tahun 2012. Di tahun 2012, sektor

Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tertinggi

sebesar 9,98% diikuti sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang

tumbuh sebesar 8,11%, serta sektor Konstruksi sebesar 7,50%.

Adapun pertumbuhan terendah dialami oleh sektor Pertambangan

dan Penggalian, tumbuh sebesar 1,49% di tahun 2012. Hal ini

disebabkan oleh turunnya harga komoditas pertambangan.

-30

-20

-10

0

10

20

30

40

KONSUMSI RUMAH TANGGA KONSUMSI PEMERINTAH PMBT EKSPOR IMPOR(%)

Gambar 1: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Pengeluaran,

Tahun 2005 – 2012 (dalam %, YoY)Kinerja neraca perdagangan belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia karena

kondisi ekonomi global yang belum membaik

Sumber: BPS dan CEIC

Page 5: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

3

Indonesian Economic Review and Outlook

Sementara itu, di kuartal IV 2012, pertumbuhan ekonomi Indonesia

ditopang oleh seluruh sektor. Namun, pertumbuhan paling kecil

dialami oleh sektor Pertambangan dan Penggalian, tercatat sebesar

0,48%. Di kuartal IV 2012, terdapat 6 sektor yang memiliki

pertumbuhan melebihi angka pertumbuhan PDB yang tumbuh

sebesar 6,11% seperti sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang

tumbuh 9,63%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh

7,80%, sektor Konstruksi dan Pengolahan masing-masing tumbuh

sebesar 7,79%, sektor Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan

tumbuh 7,66%, serta sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh

sebesar 7,25%.

Meski laju pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan, kondisi

ketenagakerjaan Indonesia pada Agustus 2012 menunjukkan

keadaan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi

ketenagakerjaan periode sebelumnya. Hal ini ditunjukkan oleh

tingkat pengangguran yang semakin menurun. Tingkat

pengangguran Indonesia pada bulan Agustus 2012 menurun

dibandingkan dengan tingkat pengangguran Indonesia pada bulan

Februari 2012. Pada bulan Agustus 2012 tingkat pengangguran

Indonesia sebesar 7,24 juta atau 6,14%, sedangkan pada bulan

Februari 2012 sebesar 7,61 juta atau 6,32%. Tingkat pengangguran

Indonesia pada bulan Agustus 2012 juga lebih rendah jika

dibandingkan dengan tingkat pengangguran pada bulan yang sama

tahun sebelumnya tercatat mencapai 6,56%. Turunnya tingkat

0

1

2

3

4

5

6

7

8

-5

0

5

10

15

20

2005:Q1 2005:Q2 2005:Q3 2005:Q4 2006:Q1 2006:Q2 2006:Q3 2006:Q4 2007:Q1 2007:Q2 2007:Q3 2007:Q4 2008:Q1 2008:Q2 2008:Q3 2008:Q4 2009:Q1 2009:Q2 2009:Q3 2009:Q4 2010:Q1 2010:Q2 2010:Q3 2010:Q4 2011:Q1 2011:Q2 2011:Q3 2011:Q4 2012:Q1 2012:Q2 2012:Q3 2012:Q4

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik, gas dan air bersih Konstruksi

Perdagangan, hotel & restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, real estat dan jasa perusahaan Jasa-jasa PDB(%) (%)

Gambar 2: Laju Pertumbuhan PDB Indonesia Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha,

Tahun 2005 – 2012 (YoY, dalam %)

Dari segi sektoral, pertumbuhan ekonomi Indonesia di Tahun 2012 masih didorong oleh sektor non tradable

yaitu Transportasi dan Komunikasi serta Perdagangan, Hotel dan Restoran.

Sumber: BPS dan CEIC

Page 6: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

5

Indonesian Economic Review and Outlook

3,56%. Andil inflasi Februari 2013 (YoY) didominasi oleh harga yang

bergejolak yaitu sebesar 11,02%, harga diatur pemerintah 2,91 %, dan

komponen inti 4,29%.

Inflasi Februari 2013 dipengaruhi inflasi umum yang tercatat

mencapai 0,75%, inflasi inti 0,30%, harga diatur pemerintah 0,72%,

dan harga bergejolak 2,32%. Tingginya harga diatur pemerintah

memperlihatkan pengaruh kenaikan tariff dasar listrik. Dengan

demikian, inflasi tahun kalender (Januari – Februari 2013) tercatat

sebesar 1,79%, dan tingkat inflasi komponen inti tercatat sebesar

0,66%.

5.31

4.29

2.91

11.02

-10

-5

0

5

10

15

20

UMUM INTI HARGA DIATUR PEMERINTAH BERGEJOLAK(%)

Gambar 5: Tingkat Inflasi, Tahun 2009 – 2013* (dalam %, YoY)

Tingginya inflasi Februari 2013 merupakan imbas dari kebijakan yang diterapkan pemerintah

Sumber : BPS dan CEIC

0

5

10

15

20

25

0

5

10

15

20

25

M1 M2 (%) (%)

Sumber : Bank Indonesia dan CEIC

Gambar 4: Pertumbuhan Likuiditas Perekonomian Indonesia, 2009 – 2012, (dalam %, YoY)

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik, likuiditas perekonomian juga

mengalami perlambatan

Page 7: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

4

Perkembangan Moneter

pengangguran Indonesia, nampaknya juga didukung oleh

persentase jumlah angkatan kerja Indonesia yang menurun pada

bulan Agustus 2012. Pada bulan Agustus 2012 persentase angkatan

kerja Indonesia adalah 67,88% menurun dari Februari 2012 yaitu

69,66%.

68.020 66.790 66.740 66.160 66.600 66.990 67.330 67.180 67.600 67.230 67.830 67.720 69.960 68.340 69.660 67.880

10.260 11.240 10.450 10.280 9.750 9.110 8.460 8.390 8.140 7.870 7.410 7.140 6.800 6.560 6.320 6.1400

10

20

30

40

50

60

70

80

Feb-05 Agust-05 Feb-06 Agust-06 Feb-07 Agust-07 Feb-08 Agust-08 Feb-09 Agust-09 Feb-10 Agust-10 Feb-11 Agust-11 Feb-12 Agust-12

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran (%)(%)

Gambar 3: Tingkat Penggangguran Indonesia, 2005 – 2012Tingkat pengangguran Indonesia menurun dari tahun ke tahun

Sumber: BPS dan CEIC

II. Perkembangan Moneter

A. Jumlah Uang Beredar

B.Tingkat Inflasi

Sejalan dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi domestik,

likuiditas perekonomian juga mengalami perlambatan. Pada

Desember 2012, pertumbuhan M2 menurun menjadi 14,9% (YoY)

dibandingkan dengan Desember 2011 yang tercatat sebesar 16,4%

(YoY). Sebagaimana halnya dengan pertumbuhan M2, pertumbuhan

M1 juga menurun menjadi 16,4% (YoY) pada Desember 2012

dibandingkan dengan Desember 2011 yang mencapai 19,4% (YoY).

Perlambatan pertumbuhan likuiditas perekonomian (M1 dan M2)

tersebut disebabkan oleh sumbangan giro rupiah yang menurun

akibat dari perlambatan kredit yang sejalan dengan perlambatan

pertumbuhan ekonomi domestik dari 6,5% pada tahun 2011 menjadi

6,23% pada tahun 2012.

Tingkat inflasi year on year (Februari 2013 terhadap Februari 2012)

tercatat sebesar 5,31%, meningkat signifikan dibandingkan inflasi

pada bulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar

Page 8: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

6

Perkembangan Moneter

Kenaikan inflasi pada Februari 2013 dipicu oleh tiga faktor. Pertama,

berasal dari naiknya harga-harga kebutuhan masyarakat khususnya

bahan pangan akibat pengaruh cuaca dan banjir di sebagian wilayah

Indonesia. Cuaca yang buruk terjadi belakangan ini dan banjir di

beberapa wilayah Indonesia menyebabkan terhambatnya distribusi

dan transportasi barang-barang kebutuhan di masyarakat.

Selain itu, komponen pendorong naiknya inflasi Februari 2013 juga

tercatat dari kebijakan pemerintah yang menerapkan naiknya tarif

dasar listrik dan naiknya upah minimum provinsi yang mulai

berlaku Januari 2013.

Faktor ketiga adalah dampak dari kebijakan pemerintah terkait

pembatasan impor hortikultura yang memicu kenaikan harga sayur-

mayur dan buah-buahan. Sebagaimana diketahui, pemerintah

melalukan pelarangan impor terhadap beberapa produk

hortikultura yang mulai berlaku efektif Januari 2013. Hal tersebut

diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian No 60 Tahun 2012 tentang

Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang

ditandatangani 24 September 2012 dan Peraturan Menteri

Perdagangan No 60 Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk

Hortikultura yang ditandatangani 21 September 2012. Adapun tiga

belas jenis hortikultura impor yang tidak diperkenankan beredar di

pasar domestik dalam jangka waktu Januari – Juni 2013 adalah

kentang, kubis, wortel, cabai, nanas, durian, pisang, melon, pepaya,

mangga, bunga krisan, bunga anggrek, dan bunga heliconia.

-3

-2

-1

0

1

2

3

4

5

6

UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS DAN BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAHRAGA TRANSPOR, KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN(%)

Sumber : BPS dan CEIC

Gambar 6: Tingkat Inflasi Tahun 2009 - 2013* Menurut Kelompok Pengeluaran (dalam %, MoM)

Bahan makanan memicu inflasi Februari 2013

Page 9: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

7

Indonesian Economic Review and Outlook

Sementara itu, berdasarkan perbandingan inflasi di 66 kota tercatat

60 kota mengalami inflasi dan 6 kota mengalami deflasi pada

Februari 2013. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura sebesar 3,15% dan

terendah terjadi di Sibolga tercatat sebesar 0,12%. Sedangkan deflasi

tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29% dan terendah di Sampit

sebesar 0,01%.

Untuk wilayah di pulau Sumatera, pada Februari 2013 dari 16 kota

semuanya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di

Lhokseumawe tercatat sebesar 1,78% dan terendah di Sibolga

sebesar 0,12%. Sementara itu, untuk periode yang sama di wilayah

pulau Jawa seluruh kota yang berjumlah 23 kota, semuanya

mengalami inflasi. Inflasi Februari 2013 tertinggi terjadi di Cilegon

sebesar 1,23% dan terendah terjadi di Tegal sebesar 0,23%. Untuk

wilayah di luar pulau Jawa dan Sumatera, pada Februari 2013 dari 27

kota tercatat 21 kota mengalami inflasi dan sisanya mengalami

deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Jayapura, tercatat sebesar 3,15% dan

terendah terjadi di Mamuju sebesar 0,25%. Sedangkan pada Februari

2013 di wilayah ini deflasi tertinggi terjadi di Ambon sebesar 2,29%

dan terendah terjadi di sampit sebesar 0,01%.

I n f l a s i ( % ) I n f la s i ( % ) I n f l a s i ( % )

F e b - 1 3 F e b - 1 3 F e b - 1 3

B A N D A A C E H 0 .3 0 D K I J A K A R T A 0 .6 5 B A L IK P A P A N 0 .5 4

B A N D A R L A M P U N G 0 .7 3 D I Y O G Y A K A R T A 0 .9 3 S A M A R IN D A 0 .6 8

B A T A M 0 .5 4 J E M B E R 0 .9 5 T A R A K A N 0 .2 8

B E N G K U L U 0 .6 9 K E D IR I 0 .9 4 P A L A N G K A R A Y A - 0 .1 0

D U M A I 0 .4 1 M A D IU N 0 .7 5 S A M P I T - 0 . 0 1

J A M B I 0 .5 2 M A L A N G 0 .8 8 P O N T IA N A K 1 .0 4

L H O K S E U M A W E 1 . 7 8 P R O B O L IN G G O 0 .8 6 S IN G K A W A N G 0 .8 7

M E D A N 0 .8 0 S U M E N E P 1 .0 0 B A N J A R M A S IN 0 .4 3

P A D A N G 0 .6 3 S U R A B A Y A 1 .0 3 D E N P A S A R 1 .1 9

P A D A N G S ID E M P U A N 0 .3 0 P U R W O K E R T O 0 .4 0 K U P A N G 0 .5 6

P A L E M B A N G 0 .7 1 S E M A R A N G 0 .9 0 M A U M E R E - 0 .9 2

P A N G K A L P IN A N G 1 .1 9 S U R A K A R T A 1 .0 3 B IM A 1 .0 0

P E K A N B A R U 0 .5 6 T E G A L 0 . 2 3 M A T A R A M 1 .0 1

P E M A T A N G S IA N T A R 1 .1 6 B A N D U N G 1 .0 3 M A M U J U 0 . 2 5

S I B O L G A 0 . 1 2 B E K A S I 0 .6 7 P A L U 0 .5 8

T A N J U N G P IN A N G 0 .8 2 B O G O R 0 .5 7 M A N A D O 1 .3 0

C IR E B O N 0 .5 8 P A L O P O 0 .7 0

D E P O K 0 .7 2 P A R E - P A R E 0 .6 7

S U K A B U M I 0 .9 3 U J U N G P A N D A N G 0 .7 3

T A S IK M A L A Y A 1 .0 0 W A T A M P O N E 0 .5 1

C I L E G O N 1 . 2 3 K E N D A R I - 0 .1 0

S E R A N G 1 .1 0 G O R O N T A L O - 0 .0 6

T A N G E R A N G 1 .0 2 A M B O N - 2 . 2 9

T E R N A T E 0 .8 9

J A Y A P U R A 3 . 1 5

M A N O K W A R I 0 .5 6

S O R O N G 1 .0 9

P U L A U J A W AP U L A U S U M A T E R A D I L U A R P U L A U S U M A T E R A D A N J A W A

Tabel 1: Perbandingan Inflasi di 66 Kota di Indonesia, Februari 2013 (dalam %, MoM)

Berdasarkan perbandingan diantara 66 kota, laju inflasi Februari 2013 tertinggi terjadi di Jayapura

sebesar 3,15%, sedangkan inflasi terendah terjadi di Sibolga, tercatat sebesar 0,12%.

Sumber : BPS dan CEIC

Page 10: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

8

Perkembangan Moneter

C.Tingkat Suku Bunga

D. Cadangan Devisa

E. Nilai Tukar dan Harga Saham

Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku

bunga acuan BI (BI Rate) pada Maret 2013 di level 5,75%. Ini berarti

sudah lebih dari 12 bulan bank sentral mempertahankan BI rate sejak

febuari 2012. Tingkat suku bunga tersebut dinilai BI masih konsisten

dengan tekanan inflasi yang terkendali yaitu 4,5% plus minus 1

untuk 2013 - 2014. Terakhir BI rate berubah pada 9 Febuari 2012,

tepatnya dari 6% menjadi 5,75%.

Seperti halnya BI rate, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga

mempertahankan tingkat bunga penjaminan. LPS memandang

tingkat bunga saat ini masih sejalan dengan kondisi perekonomian

dan perbankan sehingga tingkat bunga penjaminan untuk simpanan

dalam mata uang rupiah di bank umum dipertahankan sebesar

5,50% pada Februari 2013. Sementara itu, BI menaikkan suku bunga

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) untuk tenor 9 bulan pada Februari

2013 menjadi 4,86% dari posisi bulan sebelumnya yang tercatat

sebesar 4,84%.

Cadangan devisa Indonesia menunjukkan penurunan yang cukup

besar di awal tahun 2013. Sampai akhir Januari 2013, cadangan

devisa RI melorot USD 4 milyar menjadi USD 108,78 milyar dari USD

112 milyar di akhir Desember 2012. Penurunan cadangan devisa

pada awal tahun 2013 ini disebabkan karena kebutuhan terhadap

pasokan valuta asing di dalam negeri cukup besar. Cadangan devisa

per akhir Januari 2013 setara dengan 5,9 bulan impor dan

pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Dilihat secara point to point, pada Februari 2013 nilai tukar rupiah

sedikit menguat ke level IDR 9667 per USD dari posisi akhir bulan

sebelumnya IDR 9698 per USD. Meskipun demikian, pergerakan

rupiah di bulan Februari 2013 dibandingkan bulan yang sama tahun

sebelumnya menunjukkan pelemahan. Melemahnya rupiah dipicu

oleh masih tingginya permintaan valuta asing domestik di tengah

pasokan yang terbatas. Hal ini menimbulkan ketidakseimbangan di

pasar valas domestik. Selain itu, pelemahan nilai tukar rupiah juga

disebabkan oleh meningkatnya tekanan terhadap kinerja transaksi

Page 11: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

9

Indonesian Economic Review and Outlook

0

2 0

4 0

6 0

8 0

1 0 0

1 2 0

1 4 0

In te rn atio n al R e se rv e s(USD M ilyar )

Gambar 8 : Cadangan Devisa Indonesia Tahun 2009 - 2013* (dalam USD Milyar)Cadangan devisa Indonesia melorot drastis sebesar USD 4 Miliar di awal tahun 2013

Sumber : Bank Indonesia dan CEIC

Gambar 7 : Perkembangan BI Rate, Suku Bunga SBI, Deposito, dan Penjaminan,

Tahun 2009 - 2013* (dalam %)Sudah lebih dari 1 tahun BI Rate bertengger pada angka 5,75%

Sumber : Bank Indonesia dan CEIC

Gambar 9 : Nilai Tukar dan Harga Saham, Tahun 2009 - 2013*Pergerakan rupiah masih dibayangi sentiment negatif dari pasar global. Kekhawatiran akan belum

pulihnya ekonomi global memicu investor meninggalkan aset-aset yang dianggap berisiko dan

cenderung memilih untuk memburu dolar.

4795,79

9667

0

2000

4000

6000

8000

10000

12000

14000

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

IDX IDR per USD (RHS)

Page 12: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

10

Perkembangan Keuangan Pemerintah

berjalan yang disebabkan oleh pertumbuhan ekspor yang masih

terbatas dan impor yang masih tinggi, sejalan dengan masih kuatnya

permintaan domestik.

Pergerakan rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang

menciptakan sentimen negatif. Kekhawatiran terhadap dampak

pengetatan kebijakan fiskal Amerika Serikat, kelangsungan program

stimulus ekonomi oleh The Fed, serta masih tingginya

ketidakpastian prospek penanganan krisis Eropa dan kondisi

ekonomi makro Eropa yang masih lemah menyebabkan masih

rentannya proses pemulihan ekonomi global. Selain itu, masih

rendahnya harga komoditas internasional yang menjadi basis utama

ekspor Indonesia ikut menciptakan kondisi yang tidak kondusif bagi

perkembangan rupiah.

Sementara itu pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di

bulan Februari 2013 menunjukkan penguatan dibandingkan

posisinya di awal tahun. Pada akhir bulan Februari 2013 IHSG

bergerak di kisaran perdagangan di level 4795 meningkat dibanding

bulan sebelumnya yang hanya mencapai level 4453, atau tumbuh

sebesar 7,7%.

III. Perkembangan Keuangan PemerintahRealisasi kondisi makro pada akhir tahun 2012 tampak berbeda

dengan asumsi yang menjadi acuan pada APBN-P 2012. Situasi

ekonomi nasional dan global yang masih tidak menentu

menyebabkan perekonomian Indonesia hanya mampu tumbuh

6,2%, berada dibawah asumsi yang dipatok pada APBN-P 2012 yaitu

sebesar 6,5%. Hal ini disebabkan oleh defisit neraca perdagangan

pada tahun 2012. Demikian juga hingga akhir 2012 realisasi

penyerapan anggaran tidak mencapai target yaitu sebesar 95,6%.

Asumsi APBN 2013 dinilai terlalu optimis dengan mematok

pertumbuhan ekonomi sebesar 6,8% jika melihat kondisi pada tahun

2012. Tema APBN 2013 yang diusung oleh pemerintah adalah

“memperkuat perekonomian domestik bagi peningkatan perluasan

kesejahteraan rakyat”, pada dasarnya pemerintah bertujuan untuk

meningkatkan daya saing dan daya tahan perekonomian domestik.

Namun mengingat perkembangan global yang masih tidak menentu

membuat target pemerintah sulit untuk dicapai.

Page 13: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

11

Indonesian Economic Review and Outlook

Tabel 2: APBN 2012 dan 2013Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 berada dibawah target

Sumber: Kementrian Keuangan

Realisasi pertumbuhan ekonomi salah satunya dapat didorong

dengan meningkatkan belanja modal, pada APBN 2013 belanja

modal meningkat 21,3% dibandingkan dengan APBN 2012.

Diharapkan belanja modal dapat diserap dengan baik sehingga

dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Subsidi masih

memiliki porsi besar pada APBN 2013, yaitu 27,5% dari total belanja

pemerintah pusat. Disamping itu, belanja subsidi APBN 2013

Tabel 3: Belanja Pemerintah Pusat 2012-2013 (IDR Trilyun)Belanja pemerintah pusat didominasi oleh subsidi dan belanja pegawai

Sumber: Kementrian Keuangan

Page 14: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

12

Tabel 4: Subsidi APBN 2013 (IDR Trilyun)Beban pemerintah pusat terhadap subsidi BBM terus meningkat

Sumber: Kementrian Keuangan

Gambar 10: Defisit Primer (IDR Trilyun)

Pada APBN 2013, defisit primer diperkirakan kembali terjadi

Sumber: Kementrian Keuangan

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Page 15: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

13

Indonesian Economic Review and Outlook

meningkat cukup besar dibandingkan dengan APBN 2012, yaitu dari

IDR 208,9 trilyun menjadi IDR 317,2 trilyun atau mengalami

peningkatan sebesar 51,9%. Belanja pemerintah untuk bantuan

sosial juga mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu sebesar

54,1% dari IDR 47,8 triliun pada APBN 2012 meningkat menjadi IDR

73,6 trilyun pada APBN 2013.

Subsidi non energi pada APBN 2013 mengalami perubahan sebesar

5,4% dibandingkan dengan APBN 2012. Perubahan tersebut

disebabkan oleh peningkatan pada beberapa pos APBN 2013

dibandingkan dengan APBN 2012, seperti subsidi pangan sebesar

10,2%, subsidi pajak sebesar 14,9%, dan subsidi benih yang

meningkat lebih dari empat kali lipat. Masyarakat dan seluruh

stakeholder perlu ikut dalam mengawasi berbagai anggaran

khususnya sosial dan subsidi yang rawan disalahgunakan

mengingat 2013 sudah memasuki tahun politik agar penggunaan

anggaran yang tidak sesuai dengan tujuan dapat dihindari.

Pemerintah perlu mewaspadai defisit neraca keseimbangan primer

APBN yang berisiko mengganggu kesehatan fiskal akibat beban

bunga utang yang harus ditututup dengan pokok utang baru. Defisit

primer pada APBN 2012 tercatat sebesar IDR 72,32 trilyun dan

perkiraan realisasinya sebesar IDR 78,92 trilyun, sedangkan pada

tahun 2011 masih surplus IDR 8,86 trilyun. Pada APBN 2013 defisit

primer direncanakan sebesar IDR 40,09 trilyun. Defisit primer

terjadi akibat dari penerimaan negara yang tidak optimal dan

besarnya belanja negara, terutama akibat beban subsidi dan belanja

pegawai. Krisis dunia dan turunnya daya saing Indonesia menjadi

salah satu penyebab penerimaan negara tidak optimal. Pemerintah

perlu meningkatkan penerimaan negara dan meningkatkan kualitas

belanja negara sehingga dapat dikendalikan untuk menghindari

defisit primer pada anggaran mendatang.

IV. Perkembangan FiskalSecara umum, nilai utang luar negeri total dan swasta meningkat.

Nilai utang luar negeri swasta kuartal IV 2012 mencapai USD 125.081

juta meningkat sebesar USD 1.811 juta dari kuartal sebelumnya

sebesar USD 123.270 juta dan meningkat sebesar USD 18.349 juta dari

kuartal yang sama tahun sebelumnya. Nilai total utang luar negeri

Indonesia kuartal IV 2012 sebesar USD 251,2 milyar meningkat

Page 16: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

14

Perkembangan Fiskal

sebesar USD 7,3 milyar dari kuartal sebelumnya USD 243,91 milyar

dan meningkat sebesar USD 25,825 milyar dari kuartal yang sama

tahun sebelumnya yang sebesar USD 225,3 milyar. Nilai utang luar

negeri pemerintah kuartal IV 2012 sebesar USD 116,2 milyar

meningkat sebesar USD 1.150 juta dari kuartal sebelumnya sebesar

USD 115,037 milyar dan meningkat sebesar USD 3.760 juta dari

kuartal yang sama tahun sebelumnya sebesar USD 112,43 milyar.

Sedangkan rasio nilai total utang luar negeri Indonesia terhadap PDB

secara umum menunjukkan tren yang meningkat dari tahun ke

tahun. Pada kuartal IV tahun 2012 sebesar 28,60% naik 2,91% dari

kuartal sebelumnya sebesar 25,7% dan meningkat sebesar 1,97% dari

kuartal yang sama tahun sebelumnya. Utang pemerintah dan swasta

mengalami peningkatan. Di samping nilai utang yang meningkat

perlu juga diperhatikan penggunaan utang tersebut.

Rasio utang pemerintah terhadap PDB menunjukkan tren menurun.

Utang pemerintah sebesar IDR 1.975 trilyun hingga Desember 2012

atau tercatat 23,96% dari PDB turun sebesar 0,39% dibandingkan

Gambar 11: Komponen Utang Luar Negeri Pemerintah dan Swasta

Utang LN Swasta yang terus meningkat perlu diwaspadai

Sumber: BPS, Bank Indonesia, dan CEIC

Page 17: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

15

Indonesian Economic Review and Outlook

rasio utang tahun 2011 sebesar 24,35% yang dihitung dari PDB tahun

2011. Meski demikian nilai utang pemerintah hingga tahun 2012

semakin meningkat. Namun dengan PDB yang diperkirakan

meningkat lebih besar, rasio utang pemerintah diharapkan semakin

mengecil.

Total Surat Berharga Negara (SBN) outstanding pada bulan Januari

mencapai IDR 1.374,16 trilyun meningkat sebesar IDR 13,06 trilyun

dibandingkan dengan SBN outstanding pada bulan Desember 2012

yang mencapai IDR 1.361,1 trilyun. SBN outstanding tahun 2012 telah

meningkat sebesar IDR 173,445 trilyun dari tahun 2011. Komposisi

terbesar adalah obligasi dengan fixed rate sebesar IDR 625,093 trilyun.

Surat Perbendaharaan Negara (SPN/Treasury Bill) pada Januari 2013

sebesar IDR 21,27 trilyun menunjukkan tren penurunan dari

Desember 2012 sebesar IDR 1,55 trilyun dan dari Januari 2012 sebesar

IDR 12,83 trilyun. Penurunan juga terjadi pada obligasi negara

dengan variable rate. Sedangkan obligasi negara dengan kupon tetap

menunjukkan tren yang meningkat. Pada Januari 2013 sebesar IDR

Gambar 12: Total Utang Pemerintah dan Rasionya Terhadap PDB

Nilai utang pemerintah terus naik meski rasionya terhadap PDB turun

Sumber: Kementerian Keuangan dan CEIC

Page 18: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

16

Perkembangan Fiskal

Gambar 13 : Komposisi Surat Berharga Negara

Obligasi fixed rate tetap dominan

Sumber: Bank Indonesia, Kementerian Keuangan dan CEIC

Gambar 14 : Kepemilikan Asing atas Surat Berharga PemerintahKepemilikan asing atas obligasi pemerintah tzurut meningkat

Sumber: BAPPEPAM, Bank Indonesia, dan CEIC

Page 19: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

17

Indonesian Economic Review and Outlook

625,093 trilyun naik sebesar IDR 14,7 trilyun dari Desember 2012 dan

naik sebesar IDR 100,132 trilyun dari awal tahun 2012.

Secara umum nilai total kepemilikan asing atas surat-surat portfolio

obligasi pemerintah dan SBI meningkat. Kepemilikan asing atas

obligasi pemerintah meningkat, sedangkan kepemilikan asing atas

SBI cenderung menurun. Pada Januari 2012 nilai total kepemilikan

asing atas SBI dan obligasi pemerintah sebesar IDR 243,61 trilyun.

Pada Januari 2013 nilai total kepemilikan asing atas portfolio di

Indonesia sebesar IDR 273,35 trilyun, meningkat sebesar IDR 2.420

milyar dari Desember 2012 dan meningkat sebesar IDR 29,740 trilyun

dari Januari 2012. Nilai Kepemilikan asing atas obligasi pemerintah

pada Januari 2013 sebesar IDR 273,2 trilyun, meningkat sebesar IDR

2,68 trilyun dari Desember 2012 dan meningkat sebesar IDR 37,23

trilyun dari Januari 2012. Nilai kepemilikan asing atas SBI pada

Januari 2013 sebesar IDR 150 milyar, turun sebesar IDR 260 milyar

dari Desember 2012 dan menurun drastis dari Januari 2012 sebesar

IDR 7,49 trilyun. Hal ini disebabkan penerapkan kebijakan 6 months

holding period oleh BI yang mengatur minimum jangka waktu

kepemilikan SBI sebelum dapat ditransaksikan kepada pihak lain

sejak tanggal 13 Mei 2011 dari yang semula 1 bulan (28 hari kalender)

menjadi 6 bulan (182 hari kalender).

V. InternasionalNeraca perdagangan Indonesia pada tahun 2012 mengalami defisit

sebesar USD 1,7 milyar, memburuk dibandingkan dengan kinerja

neraca perdagangan tahun 2011 yaitu surplus USD 26,1 milyar.

Memburuknya kinerja neraca perdagangan tahun 2012 ini

disebabkan oleh menurunnya kinerja neraca perdagangan migas

dari surplus USD 0,8 milyar di tahun 2011 menjadi defisit USD 5,6

milyar pada taun 2012. Selain itu, menurunnya surplus neraca

perdagangan non migas dari USD 25,3 milyar pada tahun 2011

menjadi USD 4 milyar pada tahun 2012 juga mendukung

memburuknya neraca perdagangan Indonesia di tahun 2012.

Kinerja neraca perdagangan Indonesia mengalami sedikit perbaikan

pada Januari 2013 dibandingkan dengan Desember 2012. Defisit

neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2013 sebesar USD 0,17

milyar menurun dibandingkan pada defisit neraca perdagangan

pada Desember 2012 yaitu USD 0,19 milyar. Penurunan defisit neraca

perdagangan pada Januari 2013 ini disebakan oleh penurunan nilai

Page 20: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

18

Perkembangan Internasional

impor dari USD 15,58 milyar pada Desember 2012 menjadi USD 15,55

milyar pada Januari 2013.

Jika dibandingkan dengan bulan Januari tahun 2012, maka kinerja

neraca perdagangan Indonesia bulan Januari 2013 mengalami

penurunan. Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2012

surplus USD 1,02 milyar, menurun menjadi defisit USD 0,17 milyar

pada Januari 2013. Defisit neraca perdagangan pada Januari 2013

disebabkan oleh nilai impor yang meningkat dari USD 14,55 milyar

pada Januari 2012 menjadi USD 15,55 milyar pada Januari 2013,

disamping kinerja ekspor pada Januari 2013 yang menurun sebesar

1,24% dibanding Januari 2012. Hal ini menunjukkan bahwa

pelemahan perekonomian global masih memukul ekspor Indonesia.

Neraca perdagangan migas Indonesia mengalami defisit sebesar

USD 5,6 milyar pada tahun 2012, menurun drastis dari neraca

perdagangan migas pada tahun 2011 yaitu surplus USD 0,8 milyar.

Defisit neraca perdagangan migas pada tahun 2012 ini disebabkan

antara lain oleh melonjaknya nilai impor dari yang sebelumnya USD

40,7 milyar di tahun 2011 meningkat menjadi USD 42,6 milyar pada

tahun 2012. Disamping itu, nilai ekspor migas yang menurun dari

USD 41,5 milyar di tahun 2011 menjadi USD 37 miliar pada tahun

2012 juga turut mendukung defisit neraca perdagangan migas tahun

2012.

Pada Januari 2013, kinerja neraca perdagangan migas terus

mengalami penurunan. Defisit neraca perdagangan migas pada

Gambar 15: Neraca Perdagangan Indonesia, Januari 2008 - Januari 2013Defisit neraca perdagangan masih terus berlangsung

Sumber: BPS dan CEIC

Page 21: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

19

Indonesian Economic Review and Outlook

Januari 2013 sebesar USD 1,43 milyar, meningkat dari defisit neraca

perdagangan migas pada Desember 2012 yaitu USD 0,74 milyar.

Peningkatan defisit neraca perdagangan migas pada Januari 2013

disebabkan oleh nilai impor migas yang meningkat sebesar 9% dari

Desember 2012.

Jika dibandingkan dengan neraca perdagangan migas pada Januari

2012, maka kinerja neraca perdagangan migas pada Januari 2013

mengalami penurunan yang signifikan. Kinerja neraca perdagangan

migas menurun dari surplus USD 0,12 milyar pada Januari 2012

menjadi defisit USD 1,43 milyar pada Januari 2013. Penurunan

kinerja neraca perdagangan migas pada Januari 2013 ini disebabkan

oleh menurunnya nilai ekspor migas dari USD 3,14 milyar pada

Januari 2012 menjadi USD 2,61 milyar pada Januari 2013.

Menurunnya kinerja perdagangan migas juga disebabkan oleh

melonjaknya nilai impor migas dari USD 3,02 milyar pada Januari

2012 menjadi USD 4,04 milyar pada Januari 2013.

Surplus neraca perdagangan non migas Indonesia mengalami

penurunan dari USD 25,3 milyar pada tahun 2011 menjadi USD 4

milyar pada tahun 2012. Hal ini disebabkan oleh nilai impor non

migas yang melonjak dari USD 136,7 milyar pada tahun 2011

menjadi USD 149 milyar pada tahun 2012 dan turunnya nilai ekspor

non migas dari USD 162 milyar di tahun 2011 menjadi USD 153

milyar di tahun 2012. Melonjaknya nilai impor non migas dan

menurunnya nilai ekspor non migas yang menyebabkan surplus

neraca perdagangan non migas menurun di tahun 2012.

Gambar 16: Ekspor-Impor Migas Indonesia, Januari 2008 - Januari 2013

Defisit neraca perdagangan migas kembali meningkat

Sumber: BPS dan CEIC

Page 22: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

20

Kinerja Neraca perdagangan non migas tercatat masih mengalami

surplus pada Januari 2013. Terjadi perbaikan kinerja neraca

perdagangan non migas dari yang semula surplus USD 0,55 milyar

pada Desember 2012 menjadi surplus USD 1,25 milyar pada bulan

Januari 2013. Perbaikan kinerja neraca perdagangan non migas pada

Januari 2013 ini antara lain disebabkan oleh penurunan nilai impor

non migas dan peningkatan nilai ekspor non migas pada Januari

2013.

Dibandingkan dengan bulan Januari 2012, kinerja neraca

perdagangan non migas mengalami peningkatan pada Januari 2013.

Surplus neraca perdagangan non migas meningkat dari USD 0,89

milyar pada bulan Januari 2012 menjadi USD 1,25 milyar pada bulan

Januari 2013. Peningkatan surplus neraca perdagangan non migas ini

disebabkan oleh kinerja ekspor non migas yang meningkat dari USD

12,43 milyar pada bulan Januari 2012 menjadi USD 12,76 milyar pada

bulan Januari 2013.

Pada kuartal IV-2012 terjadi kenaikan defisit transaksi berjalan

sebesar 45,5%dari kuartal sebelumnya. Defisit transaksi berjalan

Indonesia tercatat USD 7,8 milyar pada kuartal IV tahun 2012,

meningkat dibandingkan defisit transaksi berjalan pada kuartal III

tahun 2012 yaitu USD 5,3 milyar. Penyebab kenaikan defisit transaksi

berjalan tersebut adalah menurunnya surplus neraca perdagangan

barang sebagai dampak dari menurunnya surplus neraca

perdagangan non migas. Hal ini disebabkan oleh ekspor non migas

yang tidak banyak mengalami peningkatan disaat impor non migas

meningkat.

Gambar 17: Ekspor-Impor Non-migas Indonesia, Januari 2008 - Januari 2013Surplus neraca perdagangan non migas terus meningkat

Sumber: BPS dan CEIC

Perkembangan Internasional

Page 23: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

21

Indonesian Economic Review and Outlook

Untuk keseluruhannya di tahun 2012 ini, transaksi berjalan

mengalami defisit sebesar USD 24,2 milyar. Kinerja transaksi

berjalan pada tahun 2012 dinilai lebih buruk dibandingkan tahun

2011 yang surplus USD 1,7 milyar. Defisit transaksi berjalan pada

2012 ditopang oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang

yang cukup signifikan disamping defisit neraca perdagangan jasa

dan pendapatan.

Surplus transaksi modal dan finansial meningkat dari USD 6,0

milyar pada kuartal III-2012 menjadi USD 11,4 milyar pada kuartal

IV-2012. Kenaikan surplus kuartal IV-2012 hampir dua kali lipat dari

surplus kuartal sebelumnya. Peningkatan surplus ini ditopang oleh

surplus investasi lainnya yang semula defisit USD 0,8 milyar pada

kuartal III-2012 menjadi surplus USD 6,7 miliar pada kuartal IV-

2012. Peningkatan investasi lainnya ini disebabkan oleh terjadinya

penarikan simpanan domestik di luar negeri, kenaikan simpanan

non residen pada perbankan domestik, dan kewajiban investasi

lainnya di sektor publik yang meningkat. Selain itu, masih derasnya

arus masuk investasi langsung asing juga turut menopang

peningkatan surplus transaksi modal dan finansial kuartal IV-2012.

Derasnya aliran masuk dana asing ini mencerminkan sentimen

positif perekonomian domestik.

Secara keseluruhan tahun 2012, transaksi modal dan finansial

menunjukkan kenaikan surplus sebesar 83,6% yaitu dari USD 13,6

milyar pada tahun 2011 menjadi USD 24,9 milyar pada tahun 2012.

Gambar 18: Transaksi Berjalan Indonesia, 2006:Q1 – 2012:Q4Defisit transaksi berjalan meningkat

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC

Page 24: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

22

Perkembangan Internasional

Kenaikan surplus ini ditopang oleh peningkatan surplus investasi

portfolio dan investasi langsung, serta surplus investasi lainnya

yang semula defisit di tahun 2011.

Surplus neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan

pada kuartal IV-2012 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Pada kuartal IV-2012 surplus neraca pembayaran sebesar USD 3,2

milyar, meningkat dari surplus neraca pembayaran kuartal III-2012

yaitu USD 0,8 milyar. Peningkatan surplus neraca pembayaran ini

ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial yang

meningkat di kuartal IV-2012.

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC

Gambar 19: Transaksi Modal dan Finansial, 2006:Q1 – 2012:Q4Transaksi modal dan finansial meski volatilitasnya tinggi namun surplusnya cenderung meningkat

Sumber: Bank Indonesia dan CEIC

Gambar 20: Neraca Pembayaran, 2006:Q1 – 2012:Q4Neraca pembayaran yang defisit mulai surplus lagi

Page 25: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

23

Indonesian Economic Review and Outlook

Kinerja neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan pada

tahun 2012 menurun dibandingkan pada tahun sebelumnya. Pada

tahun 2011 neraca pembayaran Indonesia tercatat surplus USD 11,9

milyar, jauh lebih besar dibandingkan dengan surplus neraca

pembayaran pada tahun 2012 yang hanya sebesar USD 0,2 milyar.

Penurunan surplus neraca pembayaran ini disebabkan oleh defisit

transaksi berjalan yang cukup besar di tahun 2012 yaitu USD 24,2

milyar. Namun, defisit transaksi berjalan ini diimbangi oleh surplus

transaksi modal dan finansial yang meningkat pesat sehingga neraca

pembayaran Indonesia di tahun 2012 masih mengalami surplus

sebesar USD 0,2 milyar.

VI. GAMA Leading Economic IndicatorSiklus bisnis Indonesia yang didekati dengan menggunakan data

kuartalan PDB Indonesia tahun 2000 – 2012 menunjukan pergerakan

yang cukup fluktuatif. Gerakan siklus bisnis PDB ini dapat

diprediksikan dengan GAMA Leading Economic Indicator (GAMA

LEI). LEI ini mampu memprediksi titik balik dari suatu siklus bisnis

perekonomian.

Pada saat krisis ekonomi global 2008, sinyalemen dari titik balik LEI

pada kuartal III 2007 ini mampu memprediksi adanya penurunan

kinerja perekonomian Indonesia pada kuartal III 2008. Selanjutnya,

sinyal titik balik LEI pada kuartal I 2009 mampu memprediksi

adanya peningkatan kinerja perekonomian pada kuartal IV 2009.

LEI pada kuartal II 2012 menunjukan titik balik yang kemudian

diikuti dengan adanya penurunan ataupun titik balik pada

Gambar 21 : GAMA Leading Economic Indicator

Page 26: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

24

Proyeksi Indikator Ekonomi Makro

pergerakan siklus bisnis di kuartal III 2012. LEI ini cenderung terus

menurun hingga penghujung akhir kuartal IV 2012 yang berarti ada

gejala perlambatan perekonomian Indonesia.

Pada awal kuartal I 2013, diprediksikan siklus bisnis atau kinerja

perekonomian Indonesia ada kecenderungan melambat. Hal ini

terjadi karena proyeksi atau sinyal dari LEI belum menunjukan titik

balik yang menyebabkan perekonomian bergerak ke arah lebih baik

semenjak kuartal IV 2012. Diharapkan dengan adanya sinyal LEI

yang masih menurun di akhir tahun 2012, para pembuat kebijakan

dan swasta mampu menentukan strategi untuk menopang serta

meredam perlambatan perekonomian di awal hingga pertengahan

tahun 2013.

VII. Proyeksi Indikator Ekonomi MakroHasil survey yang melibatkan beberapa responden yang merupakan

dosen-dosen dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

memberikan gambaran perkiraan pertumbuhan PDB, inflasi, dan

nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika, dari Q1 2013 hingga

Tahun 2014. Perkiraan pertumbuhan PDB riil YoY secara umum

tidak optimis. Untuk periode triwulan I dan II tahun 2013

pertumbuhan PDB riil seperti ditunjukkan pada Tabel 5 dari survey

sebesar masing-masing 6,17% dan 6,21%. Perkiraan pertumbuhan

PDB untuk tahun 2013 dan 2014 masing-masing sebesar 6,32% dan

6,3%. Perkiraan inflasi YoY secara umum meningkat. Perkiraan

untuk periode triwulan I dan II tahun 2013 seperti ditunjukkan pada

Tabel 6 yang didapat dari survey sebesar masing-masing 4,46% dan

4,52%. Perkiraan inflasi untuk tahun 2013 dan 2014 sebesar masing-

masing 4,67% dan 4,88%. Sedangkan perkiraan nilai tukar rupiah

terhadap dolar Amerika untuk triwulan I dan II tahun 2013 sebesar

masing-masing IDR 9.738 dan IDR 9.776. Perkiraan nilai tukar untuk

tahun 2013 dan 2014 sebesar IDR 9.704 dan IDR 9.765

Tabel 5: Pertumbuhan dan Proyeksi PDB

Tahun 2013-2014

Keterangan: * = angka realisasi

Page 27: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

25

Indonesian Economic Review and Outlook

VIII. Isu Terkini: “Perekonomian Indonesia 2013:

Menuju Tahun Politik”

Tahun 2013 merupakan tahun krusial secara ekonomi-politik, karena

tahun depan akan menjadi tahun politik, di mana akan berlangsung

pemilihan umum legislatif dan pemilihan Presiden. Biasanya, tahun

semacam itu sering disebut the year of living dangerously. Namun

berani saya pastikan, tidak akan ada tahun kecemasan ekonomi dan

politik, hanya karena ada pemilihan umum.

Berkaca pada tahun pemilihan umum terakhir, 2009, perekonomian

Indonesia tumbuh 4,5%. Memang terjadi perlambatan, namun hal

itu tidak disebabkan oleh peristiwa politik, tetapi karena memang

terjadi krisis subprime mortgage secara global, yang berimbas

terhadap perekonomian Indonesia. Bahkan pada saat itu hampir

semua negara emerging markets mengalami kontraksi, kecuali China,

India, dan Indonesia.

Lalu bagaimana dengan tahun politik 2014? Apakah akan terjadi

kecemasan yang mengganggu kinerja perekonomian Indonesia,

ataukah malah terjadi stimulus karena ada belanja partai-partai

politik dalam rangka kampanye?

Tabel 6: Inflasi dan Proyeksi

Tahun 2013-2014

Keterangan: * = angka realisasi

Tabel 7: Nilai Tukar dan Proyeksi

Tahun 2013-2014

Keterangan: * = angka realisasi

1Oleh A. Tony Prasetiantono

1 A. Tony Prasetiantono, Ph.D. adalah dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM; Kepala Pusat Studi Ekonomi

dan Kenbnijakan Publik UGM

Page 28: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

26

Menurut saya, belanja partai-partai dalam pemilu tidaklah besar.

Secara nominal, barangkali besar, namun tidak secara relatif

terhadap perekonomian nasional. Saat ini Produk Domestik Bruto

kita IDR 8.200 trilyun, dengan konsumsi rumah tangga (household

consumption) hanpir Rp 5.000 trilyun. Jika ada partai-partai yang

akan berkompetisi masing-masing memiliki belanja Rp 2 trilyun,

maka jumlah belannja 10 partai hanya Rp 20 trilyun. Jumlah ini

sangat tidak signifikan terhadap perekonomian makro.

Jadi, rasanya tidak bakal ada stimulus yang signifikan dari peristiwa

politik pemilu terhadap perekonomian nasional. Sentimen politik

justru terasa pada kebijakan fiskal. Ketika beban subsidi energi mulai

berlebihan, pemerintah justru belum berani menaikkan harga BBM

bersubsidi. Padahal, urgensinya sudah sedemikian tinggi.

Tekanan neraca perdagangan kita sudah benar-benar berat.

Bayangkan, pada 2011 kita masih menuai surplus USD 26 milyar

dalam setahun. Tapi pada 2012, angkanya terjun bebas menjadi

defisit USD 1,3 milyar. Tren negatif ini masih berlanjut pada Januari

2013, ketika neraca perdagangan masih mengalami defisit USD 174

juta. Jika dibuat rata-rata setahun, defisit perdagangan tahun ini

bakal berkisar USD 1,6 milyar hingga USD 2 milyar. Masalah yang

dihadapi masih sama: (1) harga komoditas primer turun; (2) impor

barang modal dan barang penolong (semi-finished goods) dan bahkan

bahan baku mentah (raw materials) naik seiring dengan

meningkatnya konsumsi rumah tangga domestik; serta (3) impor

minyak dan gas yang meningkat, karena lifting minyak turun dari

900.000 menjadi 830.000 barrel per hari.

Defisit perdagangan ini diperparah dengan defisit transaksi berjalan

(balance of current account). Defisit pada 2012 mencapai 3,6% terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB), atau sekitar USD 28 milyar. Defisit ini

secara tradisional disebabkan oleh lemahnya sektor jasa Indonesia

dalam percaturan dunia. Sebagai contoh, transaksi perdagangan

kita dengan luar negeri selalu dikapalkan dengan jasa pengapalan

asing. Asuransi juga ditangani asing, sehingga kita harus membayar

devisa dalam jumlah besar. Karena itu, inisiatif untuk mendorong

transaksi perdagangan barang dari semula menggunakan sistem

FOB (free on board), di mana kita tidak mengurusi pengapalan dan

asuransi, menjadi CIF (cost of insurance and freight), akan membantu

menekan defisit. Namun ini bukan hal yang mudah dan

Isu Terkini

Page 29: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

27

Indonesian Economic Review and Outlook

memerlukan banyak kesiapan untuk menjadikan sektor jasa logistik

dan asuransi kita kompetitif dalam peta global.

Sementara itu, pencabutan peraturan pembayaran fiskal IDR 1 juta

per orang bagi warganegara Indonesia yang bepergian ke luar

negeri, saya duga juga ikut andil menambah defisit transaksi jasa

kita. Semua itu berujung pada penurunan cadangan devisa. Jika

pada pertengahan 2011 kita mencatat rekor cadangan devisa

tertinggi USD 124,7 milyar, lalu turun menjadi USD 112 milyar pada

akhir 2012, kini angkanya kembali tertekan ke USD 105 milyar,

akibat tekanan hebat oleh defisit neraca perdagangan dan transaksi

berjalan. Itulah sebabnya, belakangan ini rupiah terus tertekan ke

level Rp 9.700 ke atas per USD. Level ini jelas jauh tercecer

dibandingkan target Rp 9.300 per USD.

Sementara itu, inflasi kini berubah menjadi menjadi tambahan

masalah. Hingga akhir 2012 inflasi memang sangat terkendali pada

level 4,3%. Penyebabnya tidak didominasi oleh efektivitas kebijakan

BI mengelola sektor moneter, namun lebih banyak disumbang oleh

pengorbanan fiskal, yakni subsidi energi pada APBN 2012 yang

mencapai IDR 300 trilyun. Angka ini sangat besar dan tentu saja

mengecewakan, karena meliputi 20% dari volume anggaran IDR

1.500 trilyun.

Jika tidak dikendalikan melalui kenaikan harga BBM domestik,

maka subsidi energi bakal mencapai minimal IDR 320 trilyun.

Bahkan bisa jadi angkanya melonjak ke IDR 400 trilyun, karena

murahnya harga BBM bersubsidi (IDR 4.500 per liter) sangat rawan

tindakan moral hazard seperti mobil-mobil mewah yang "menyusu"

BBM bersubsidi serta penyelundupan ke luar negeri. Misalokasi

subsidi BBM ini mencemaskan. Karena itu, hampir semua ekonom

merekomendasikan kenaikan harga BBM bersubsidi. Saya

mendengar kabar bahwa Presiden Yudhoyono kini mulai membuka

kemungkinan menaikkan harga BBM, karena APBN 2013 sudah

pasti tidak kuat menanggung biaya subsidi energi yang terlalu besar,

menuju IDR 400 trilyun.

Jika opsi kenaikan harga BBM bersubsidi yang dipilih, bagaimana

dengan inflasi? Inflasi pada dua bulan pertama 2013 cukup

mengejutkan dan berada di atas kebiasaan. Inflasi year on year pada

akhir Februari 2013 mencapai 5,3%, yang berarti sudah di atas target

Page 30: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

28

pemerintah 4,9%. Dengan menaikkan harga BBM bersubsidi antara

IDR 1.000 hingga IDR 1.500 per liter, maka inflasi bakal melesat di

atas 6%. Kalau ini terjadi, maka suku bunga pasti akan naik. BI rate

5,75% pada bulan ini mungkin bisa menjadi yang terakhir, sebelum

pelan-pelan naik ke 6%, 6,25%, atau bahkan 6,50%.

Meski terjadi kenaikan inflasi dan BI rate, namun sesungguhnya

level tersebut bukanlah kondisi yang terburuk. Pada tahun 2009, saat

perekonomian negara-negara emerging markets mengalami

kontraksi, Indonesia bisa tumbuh positif 4,5%. BI rate saat itu 6,5%.

Tahun 2013, kalaupun BI rate kembali ke 6,5 persen, kita masih bisa

berharap dari pertumbuhan positif negara-negara lain, terutama AS

dan China, yang bisa meningkatkan permintaan terhadap produk-

produk ekspor kita. Berdasarkan kalkulasi ini, pertumbuhan

ekonomi Indonesia masih bisa diharapkan antara 5-6%, kendati

harga BBM dinaikkan dan BI rate naik ke 6,5%.

Mengenai rupiah yang terdepresiasi menjadi IDR 9.700 per USD,

rasanya memang sudah menjadi kebutuhan. Meski tidak pernah

diakui secara terbuka, perekonomian global sesungguhnya

menghadapi potensi perang kurs (currency wars) yang sangat akut.

Kini semua negara memerlukan kurs yang melemah untuk

membantu memperbaiki perekonomian negara-negara masing-

masing. Euro, dollar AS, yen, yuan, semuanya ingin melemah, agar

bisa mendorong ekspor dan menekan impor. Karena itu, pelemahan

rupiah menjadi IDR 9.700 per USD pada saat ini adalah sebuah

keniscayaan dan kebutuhan. Bagamana mungkin kita ingin rupiah

menguat, jika perdagangan kita masih menderita defisit?

Akhirnya, secara realistis kita harus mau menerima kenyataan,

bahwa sejumlah asumsi ekonomi makro harus direvisi. Beberapa

rekomendasi dan asumsi baru adalah: (1) harga minyak bersubsidi

dinaikkan menjadi IDR 6.000 per liter untuk menolong APBN dan

menghindari moral hazard; (2) pertumbuhan ekonomi dikoreksi

menjadi 6,3%; (3) inflasi naik menjadi antara 6 hingga 6,5%; (4) BI rate

merayap ke arah 6,5%; (5) harga minyak ICP USD 110 per barrel.

Sedangkan lifting minyak tidak mungkin dinaikkan secara

mendadak. Perlu langkah sistematis untuk menaikkannya kembali

menjadi 900.000 barrel sehari dalam beberapa tahun ke depan.

Tahun 2013 memang tidak mudah, lebih terjal daripada saat

pemerintah menyusun asumsi pada Agustus 2012 silam. Namun

Isu Terkini

Page 31: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

Macroeconomic Dashboard Universitas Gadjah Mada

29

Indonesian Economic Review and Outlook

Awal tahun 2013 dipenuhi dengan berbagai isu politik yang mulai

menghangat yang menandakan masuknya Indonesi kedalam tahun

politik, meskipun Pemilu baru akan dilaksanakan tahun depan.

Dikhawatirkan kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia akan

dipengaruhi oleh mulai menghangatnya suhu politik ditanah air,

karena konsentrasi pejabat dalam menjalankan tugasnya akan

terganggu dan efektivitas kebijakan ekonomi semakin berkurang.

Kondisi tersebut bisa memberikan tekanan pada perekonomian

Indonesia. Padahal perkembangan ekonomi internasional pada

awal tahun 2013 juga masih belum menggembirakan. Ekonomi

kawasan Euro pada kuartal 4 tahun 2012 masih kontraksi 0,9%,

sementara ekonomi AS hanya tumbuh 1,5%. Padahal masalah

ekonomi kawasan Euro juga masih berat, serta peningkatan pajak

dan pengetatan anggaran di AS akan membuat kondisi ekonomi

global masih akan mengalami tekanan yang berat. Sementara itu

pertumbuhan ekonomi China dan India juga menurun. Oleh karena

itu ekonomi global masih diperkirakan masih akan melemah.

Pelemahan ekonomi dan ketidak pastian ekonomi global akan

memberikan dampak yang negatip bagi ekonomi Indonesia.

Faktor internasional yang menekan ekonomi melalui perdagangan,

investasi asing ataupun pasar keuangan, serta kondisi domestik

yang juga kurang dapat memberikan dukungan iklim yang

kondusif bagi bisnis dan investasi akan memberikan tekanan yang

berat pada stabilitas ekonomi makro serta pertumbuhan ekonomi.

Dengan demikian kita memperkirakan bahwa ekonomi Indonesia

belum akan segera membaik. Inflasi diperkirakan akan meningkat,

volatilitas rupiah masih akan besar, dan pertumbuhan ekonomi

belum akan segara meningkat signifikan. Oleh karena itu otoritas

ekonomi diharapkan tetap fokus pada menjaga stabilitas ekonomi

makro serta memberikan berbagai dukungan ataupun stimulus

yang diperlukan bisnis dan dunia usaha agar stabilitas ekonomi

terjaga dengan baik dan pertumbuhan ekonomi tidak kepangkas

lagi.

IX. Economic Outlook

dari sekian banyak hal kritis tersebut, yang paling krusial adalah

menaikkan harga BBM bersubsidi. Ini tugas berat Presiden, namun

ia harus melakukannya. Tekanan politik di pundak Presiden SBY

Page 32: Indonesian Economic Review and Outlook No. 1 Tahun II/Maret 2013

INDONESIAN ECONOMIC REVIEW AND OUTLOOKMACROECONOMIC DASHBOARD TEAM

MACROECONOMIC DASHBOARDFAKULTAS EKONOMIKA dan BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADAth

Pertamina Tower Building 4 fl. Room 4.1Jl. Humaniora No. 1 Bulaksumur, Yogyakarta 55281

Phone : +62 274 548 517 ext 373Email : [email protected]

Website : www.macroeconomicdashboard.com