INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

7
278 INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS PENGIMPLEMENTASIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF, KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM) Zulfahmi HB Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang e-mail: hfahmihb@yahoo.co.id Abstract: Although fun, active, enjoyable and creative learning as stated by Ministry of Education Affairs (2005) has been implemented on the basis of Education Unit Level Curriculum, there is no clear indicator for the implementation for such an approach. This article discusses fourteen indicators of active learning based on emergent theories. By understanding the indicator, it is hoped that the teacher are to create conducive classroom athmogphere. Thus, the students actively involve in the learning process, especially to ask questions and convey their ideas. Key words: active learning, PAKEM, indicator, implementation Abstrak: Pendekatan pembelajaran PAKEM ditetapkan oleh Mendiknas semenjak tahun 2005 sebagai pendekatan yang harus diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan KTSP. Meskipun demikian, belum ada kejelasan tentang indikator-indikator pembelajaran yang mengimplementasikan PAKEM. Artikel ini membahas tentang indikator pembelajaran aktif. Berdasarkan pelacakan teori tentang pembelajaran aktif, dirumuskan adanya empat belas indikator pembelajaran aktif. Dengan menerapkan keempat belas indicator tersebut, guru mampu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa aktif untuk bertanya dan menyampaikan gagasan. Kata Kunci: pembelajaran aktif, PAKEM, indikator, pengimplementasian PENDAHULUAN Pada tahun 2005, pemerintah melalui Mendiknas, mencanangkan pemberlakuan peng- implementasian penyusunan kurikulum yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau disingkat KTSP, setiap satuan pendidikan (sekolah) diharuskan menyusun kurikulum secara mandiri dan otonom sesuai dengan standar-standar kependidikan yang ditetapan oleh Badan Standar Nasional Pendi- dikan (BSNP). Praktis, mulai tahun 2007 pem- berlakuan tentang pengimplementasian KTSP sudah dilaksanakan di setiap satuan pendidikan. Sejalan dengan itu, melalui PP No. 19 Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 pemerintah menyatakan, “Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memo- tivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” Hal tersebut meru-pakan dasar yuridis formal tentang keten- tuan guru perlu menyelenggarakan pembe- lajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menye- nangkan (PAKEM). Menurut Depdiknas (2009: 1) PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pakar lain, misalnya Rusman (2010: 321) menyatakan bahwa PAKEM merupakan akronim dari partisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menye- nangkan. Beberapa Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) pun mengem- bangkan konsep PAKEM menjadi PAIKEM (misalnya UNP) dan ada juga yang mengembangkan menjadi PAKEMI. Huruf I dapat dimaknai Inovatif namun ada juga yang memaknai menjadi Interaktif. Meskipun demikian, konsep dasarnya, sesuai dengan PP No. 19 Tahun 2005 adalah PAKEM.

Transcript of INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

Page 1: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

278

INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKSPENGIMPLEMENTASIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF,

KREATIF, EFEKTIF, DAN MENYENANGKAN (PAKEM)

Zulfahmi HBDosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang

e-mail: [email protected]

Abstract: Although fun, active, enjoyable and creative learning as stated by Ministry of Education Affairs (2005)has been implemented on the basis of Education Unit Level Curriculum, there is no clear indicator for theimplementation for such an approach. This article discusses fourteen indicators of active learning based onemergent theories. By understanding the indicator, it is hoped that the teacher are to create conducive classroomathmogphere. Thus, the students actively involve in the learning process, especially to ask questions and conveytheir ideas.

Key words: active learning, PAKEM, indicator, implementation

Abstrak: Pendekatan pembelajaran PAKEM ditetapkan oleh Mendiknas semenjak tahun 2005 sebagaipendekatan yang harus diterapkan dalam pembelajaran sesuai dengan pemberlakuan KTSP. Meskipun demikian,belum ada kejelasan tentang indikator-indikator pembelajaran yang mengimplementasikan PAKEM. Artikel inimembahas tentang indikator pembelajaran aktif. Berdasarkan pelacakan teori tentang pembelajaran aktif,dirumuskan adanya empat belas indikator pembelajaran aktif. Dengan menerapkan keempat belas indicatortersebut, guru mampu untuk menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, sehingga siswa aktif untukbertanya dan menyampaikan gagasan.

Kata Kunci: pembelajaran aktif, PAKEM, indikator, pengimplementasian

PENDAHULUANPada tahun 2005, pemerintah melalui

Mendiknas, mencanangkan pemberlakuan peng-implementasian penyusunan kurikulum yangdikenal dengan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan atau disingkat KTSP, setiap satuanpendidikan (sekolah) diharuskan menyusunkurikulum secara mandiri dan otonom sesuaidengan standar-standar kependidikan yangditetapan oleh Badan Standar Nasional Pendi-dikan (BSNP). Praktis, mulai tahun 2007 pem-berlakuan tentang pengimplementasian KTSPsudah dilaksanakan di setiap satuan pendidikan.

Sejalan dengan itu, melalui PP No. 19Tahun 2005 Bab IV Pasal 19 ayat 1 pemerintahmenyatakan, “Proses pembelajaran pada satuanpendidikan diselenggarakan secara interaktif,inspiratif, menyenangkan, menantang, memo-tivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktifserta memberikan ruang yang cukup bagiprakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat, dan perkembangan fisikserta psikologis peserta didik.” Hal tersebutmeru-pakan dasar yuridis formal tentang keten-tuan guru perlu menyelenggarakan pembe-lajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menye-nangkan (PAKEM).

Menurut Depdiknas (2009: 1) PAKEMmerupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif,Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Pakar lain,misalnya Rusman (2010: 321) menyatakanbahwa PAKEM merupakan akronim daripartisipatif, aktif, kreatif, efektif, dan menye-nangkan. Beberapa Lembaga PendidikanTenaga Kependidikan (LPTK) pun mengem-bangkan konsep PAKEM menjadi PAIKEM(misalnya UNP) dan ada juga yangmengembangkan menjadi PAKEMI. Huruf Idapat dimaknai Inovatif namun ada juga yangmemaknai menjadi Interaktif. Meskipundemikian, konsep dasarnya, sesuai dengan PPNo. 19 Tahun 2005 adalah PAKEM.

Page 2: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

279 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari 2013, hlm. 278-284

Realitas di lapangan menunjukkanbahwa pemahaman guru-guru terhadap konsepPAKEM cenderung bersifat personal. Artinya,guru-guru cenderung memahami bahwaPAKEM itu merupakan akronim dariPembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, danMenyenangkan tetapi tidak memahami esensiutama PAKEM, baik esensi per kata seperti apaitu pembelajaran aktif, pembelajaran kreatif,pembelajaran efektif, dan pembelajaran menye-nangkan maupun esensi totalitas PAKEM. Jikapemahaman tentang PAKEM tidak normatifatau standar, tentu pengimplementasiannya jugaakan bersifat relatif.

Berdasarkan kesenjangan antara konsepideal dengan realitas tersebut, dalam artikel inidibahas esensi pembelajaran aktif. Hal-hal lain,seperti esensi pembelajaran kreatif, efektif, danmenyenangkan tidak dibahas mengingatketerbatasan ruang.

PEMBAHASAN1. Kajian Teoretis Standar (Standard)

Teori standar pertama tentang pembela-jaran aktif dalam konteks PAKEM adalah teoriyang diungkapkan oleh Depdiknas (2005, 2006,dan 2009). Menurut Depdiknas (2005: 3) kataaktif dimaksudkan bahwa dalam prosespembelajaran guru harus menciptakan suasanasedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.Selanjutnya, ditambahkan bahwa belajarmemang merupakan suatu proses aktif dari sipembelajar dalam membangun pengetahuannya,bukan proses pasif yang hanya menerimakucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

Pada uraian yang lain, Depdiknas (2006:2) mengungkapkan konsep PAKEM di TK danSD. Depdiknas mengungkapkan rincian tentangpembelajaran aktif, kreatif, dan menye-nangkan.Secara umum, Depdiknas (2006: 5) hanyamengungkapkan ciri umum pembelajaran di TKdan SD berbasis PAKEM, yaitu: (1)multimetode, multimedia, (2) praktik danbekerja dalam tim, (3) memanfaatkan ling-kungan sekitar, (4) berlangsung di dalam dan diluar kelas, serta (5) multiaspek yang mencakuplogika, praktika, dan etika.

Berdasarkan kajian teori standar tentangPAKEM, disimpulkan bahwa indikator pembe-lajaran aktif dalam konteks PAKEM belum jelas.Untuk, itu, perlu kajian teori yang lebihmendalam tentang konsep hingga perumusanindikator pembelajaran aktif.

2. Kajian Teoretis Terkembang (Elaborated)Pemikiran tentang pembelajaran aktif

(active learning) bukan merupakan pemikiranyang bersifat regional, tetapi internasional. Parapakar bidang pendidikan di seluruh dunia secaraantusias membahas konsep belajar aktif secaraberkelanjutan. Bahkan, di Amerika Serikat (AS),tepatnya di Cedar City, Utah, didirikan ActiveLearning Foundation, sebuah yayasan nirlabayang memberikan layanan konsultasi tentangpermasalahan belajar dan pembelajaran aktifbagi individu, keluarga, kelompok masya-rakat,maupun tenaga kependidikan.

Pada umumnya, pakar pendidikan yangmembahas pembelajaran aktif sependapatbahwa konsep pembelajaran aktif dapat dilacakdari pemikiran John Dewey. Tokoh ini merupa-kan salah seorang penganjur filsafat progresifyang juga beraliran pragmatis. Menurut Russel(2004: 1066) John Dewey (1859-1952), dikenalsebagai seorang filsuf terkemuka Amerika yangberaliran naturalistik. Dewey diberi predikatnaturalistik sebab pandangan-pandangan danpenjelasan kefilsafatannya dilandasi olehfenomena natural terhadap obyek-obyek danperistiwa-peristiwa yang diterima oleh inderamanusia secara pragmatis. Dengan demikian,Dewey juga dikenal sebagai pelopor filsafatpragmatisme.

Dewey sangat mengagungkan prosesberpikir ilmiah yang bercorak induktif melaluiinkuiri serta meyakini pentingnya peran penga-laman dalam berpikir. Pengalaman bukansekedar akumulasi masa lalu, tetapi merupakanakomodasi guna memahami pengalaman barudan merumuskannya sebagai akomodasi bagipengalaman berikutnya. Proses ini berlangsungterus secara berkelanjutan. Dengan kata lain,dalam konteks pendidikan, Dewey meyakinibahwa pendidikan merupakan proses berkelan-jutan yang mengakomodir pengalaman manusiauntuk mampu memaknai dan merumuskan serta

Page 3: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

Zulfahmi, Indikator Pembelajaran Aktif dalam Konteks Pengimplementasian … | 280

menginternalisasikan pengalaman-pengalamanbaru kemudian didayagunakan lagi sebagaiakomodasi bagi pengalaman mendatang.Pendidikan dipandang sebagai usaha untukmemajukan individu melalui proses inkuiriberkelanjutan sehingga mampu merancang,mengembangkan, dan menata kehidupan masamendatang yang lebih baik dibandingkandengan masa lampau.

Dalam buku How We Think Deweymenolak Teori Stimulus Respons (S-R Theory)aliran behavioral karena menurut Dewey,children do not just imitate. Anak-anak merupa-kan subyek yang aktif. Urgensi aktivitas anakdalam belajar juga diungkapkan dalam bukuThe School and Society, bahwa dalam belajar,anak secara aktif mengkonstruksi, menemukanmelalui inkuiri, mengungkapkan secara artistik,dan mengkomunikasikan hasil belajarnya.Konsep tersebut dikenal dengan learning bydoing atau pembelajaran melalui berbuat, danlearning by experiencing atau pembelajaranmelalui mengalami.

Dewey meyakini bahwa belajar ituadalah proses aktif mengaitkan pengalamanyang telah dimilikinya dengan pengalaman baruyang ditemukannya. Hasil pengaitan tersebutpada tahap selanjutnya digunakan sebagaifasilitas, alat, untuk melakukan inkuiri tentangsesuatu yang baru. Jadi, hal itu merupakanproses yang berkelanjutan.

Selain meyakini perlunya keaktifan danpengalaman siswa, Dewey juga dikenal sebagaipelopor pembelajaran yang berpusat pada anak(child centered) atau berpusat pada siswa(student centered). Dalam pandangan Dewey,proses belajar adalah proses individualmeskipun dapat berlangsung dalam kontekssosial. Siswa, secara individual, akan mengem-bangkan pengalaman yang telah dimiliki untukmemaknai pengalaman baru dan merumuskanpengalaman baru tersebut. Oleh sebab itu, siswaatau anak hendaknya dijadikan sebagai subyekpembelajaran, bukan obyek.

Menurut Robson (2010:1), pembelajaranaktif memberikan peluang seluas-luasnya untukmengembangkan interaksi antara guru dengan

siswa, antar siswa itu sendiri, serta antara siswadengan bahan atau topik dalam suatu disiplinakademis. Keuntungan utama pengimplementa-sian pembelajaran aktif adalah: (1) memungkin-kan tingginya tingkat partisipasi aktif pesertadidik, (2) mendorong penggunaan pengalamandan pengetahuan sebelumnya, (3) memungkin-kan adanya perspektif/pandangan baru tentangtopik atau materi, (4) memungkinkan berkem-bangnya konstelasi nilai dan asumsi dariberbagai disiplin ilmu, (5) memungkinkan ber-kembangnya sikap terbuka terhadap hasil pem-belajaran, (6) memungkinkan adanya dukungandan rekan rekan belajar, (7) mendorong adanyakristalisasi dan refleksi pengalaman, serta (8)mendorong adanya rasa tanggung jawab untukbelajar sehingga mengembangkan siswa untukmenjadi lebih mandiri dan mampu memotivasidiri.

Strategi pembelajaran aktif jugadikembangkan di Jerman pada tahun 1980-ansebagai perpaduan behaviorisme dan kognitivis-me. Salah seorang penganjur strategi ini adalahDave Meier dalam bukunya The AcceleratedLearning Handbook (Sidjabat, 2010: 3). Menu-rut tokoh ini, konsep guru mengenai siapamanusia yang diajarinya (siswa) sangat menen-tukan pola-pola kegiatan belajar yang diren-canakan dan dikelolanya. Meier mengkritikkecenderungan pendidikan di barat yang me-mandang manusia hanya sebagai konstruksitubuh dan pikiran. Aktivitas tubuh dan pikirandipisahkan dalam kegiatan belajar. Akibatnya,pembelajaran sangat kaku.

Menurut Meier, manusia memiliki empatdimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pen-dengaran atau auditori (A), penglihatan atauvisual (V), dan pemikiran atau intelek (I).Bertolak dari pandangan ini, Meier mengajukanmodel pembelajaran aktif yang disingkat SAVI–somatis, auditori, visual dan intelektual.Prinsip-prinsip yang melandasi SAVI adalah: (1)belajar melibatkan seluruh tubuh dan pikiran, (2)belajar adalah berkreasi, bukan mengkonsumsi,(3) kerja sama akan sangat membantu prosesbelajar, (4) pembelajaran berlangsung padabanyak tingkatan kognisi secara simultan, (5)belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itusendiri, (6) emosi positif sangat membantu

Page 4: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

281 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari 2013, hlm. 278-284

pembelajaran, serta (7) otak-citra menyerapinformasi secara langsung dan otomatis.

Menurut Bonwell and James A. Eison(2010: 1) aspek kesadaran siswa dalam melaku-kan sesuatu dalam pembelajaran merupakankunci pembelajaran aktif. “Within this context, itis proposed that strategies promoting activelearning be defined as instructional activitiesinvolving students in doing things and thinkingabout what they are doing” (Melalui konteks ini,dianjurkan bahwa strategi untuk memicupembelajaran aktif dapat didefinisikan sebagaiaktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa-siswa dalam melakukan berbagai hal dan me-mikirkan apa yang mereka lakukan tersebut).

Fink (2010: 1-2) mengungkapkan bahwapembelajaran aktif dapat disederhanakan seba-gai pembelajaran yang memaksimalkan siswamemiliki pengalamandan dialog. Gambaransingkat tentang aktivitas utama siswa utamapembelajaran aktif adalah sebagai berikut ini.

Gambar 1 Aktivitas Utama Siswa dalamPembelajaran (Fink, 2010)

Dialog dengan diri sendiri adalah prosesyang memungkinkan siswa mulai berpikirsecara reflektif mengenai topik yang dipelajari.Mereka menanyakan pada diri mereka sendirimengenai apa yang mereka pikir atau yangharus mereka pikirkan serta apa yang merekarasakan mengenai topik yang dipelajari. Padatahap ini, misalnya dalam pembelajaran bahasaIndonesia dengan topik menyimak khotbah,guru dapat meminta siswa untuk menyimakkhutbah. Sudah itu, guru menugasi siswamenuliskan kembali ide utama yang diungkap-kan dalam khutbah, bagaimana proses merekamenyimak khutbah, dan apa pengaruh isikhutbah tersebut terhadap diri mereka.

Dialog dengan orang lain bukan dimak-sudkan sebagai dialog parsial sebagaimana yangterjadi pada pengajaran tradisional, tetapi dialogyang lebih aktif dan dinamis ketika gurumembuat diskusi kelompok kecil tentang topikyang telah dipelajari. Lazimnya, dialog denganorang lain ini dikembangkan melalui kerjakelompok atau kegiatan berpasangan.

Observasi terjadi ketika siswa memper-hatikan atau mendengar seseorang yang sedangmelakukan sesuatu hal yang berhubungandengan apa yang mereka pelajari, apakah ituguru atau teman mereka sendiri. Untuk memak-simalkan hasil observasi, guru dapat mem-berikan panduan atau pedoman observasi.Selain itu, kegiatan observasi juga dapatdilakukan secara berkelompok atau berpasa-ngan.

3. Indikator-indikator Pembelajaran AktifBerdasarkan deskripsi teori tentang pem-

belajaran aktif, disimpulkan empat belas haltentang pembelajaran aktif. Keempat belas haltersebut adalah sebagai berikut ini.

Pertama, pembelajaran hendaknya ber-pusat pada siswa (student centred). Oleh sebabitu, materi pembelajaran hendaknya dikaitkandengan kebutuhan, minat, dan orientasi siswadalam kehidupan nyata. Jika materi pembela-jaran hanya perlu dalam pandangan guru, siswatidak akan berpartisipasi aktif dalam proses danpemerolehan hasil belajarnya.

Kedua, pembelajaran hendaknya di-dasarkan atas tujuan yang jelas dan dipahamisiswa. Guru hendaknya mengkomunikasikantujuan pembelajaran sebelum proses pembe-lajaran dilaksanakan. Tanpa kejelasan tujuan,siswa tidak mungkin terlibat aktif dalam prosesdan pemerolehan hasil belajarnya.

Ketiga, pembelajaran aktif hanya di-mungkinkan jika siswa dihadapkan pada suatumasalah yang perlu dipecahkan sehingga siswamelakukan proses penemuan. Namun, perludipertimbangkan kualitas masalah tersebut. Jikamasalah terlalu ringan atau mudah untukdipecahkan siswa cenderung tidak termotivasi.Sebaliknya, jika masalah terlalu berat atau sukar

Page 5: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

Zulfahmi, Indikator Pembelajaran Aktif dalam Konteks Pengimplementasian … | 282

(mungkin disebabkan juga oleh ketidak-mampuan guru mengemas masalah tersebut)siswa cederung menarik diri atau tidaktermotivasi.

Keempat, untuk melakukan penemuan,siswa hendaknya memiliki rambu-rambu yangjelas. Rambu-rambu tersebut dirumuskanbersama oleh guru dan siswa, atau dirumuskanguru namun disetujui, dikomunikasikan, dandipahami siswa.

Kelima, pembelajaran aktif adalah pem-belajaran yang memungkinkan siswa mengait-kan pengalaman atau pengetahuan siap yangtelah dimilikinya dengan pengalaman baru yangditawarkan guru dalam bentuk masalah tersebut.Selanjutnya, interrelasi pengalaman tersebutakan mengembangkan kesadaran siswa tentangkebermaknaan pembelajaran bagi kehidupan,baik kehidupan sehari-hari maupun kehidupanakademis. Jika tidak terdapat pengaitan daninterrelasi pengalaman, pembelajaran tersebuttidak akan bermakna bagi siswa.

Keenam, pembelajaran aktif adalahpembelajaran yang memungkinkan adanyaperspektif/pandangan baru siswa tentang topikatau materi pembelajaran. Perspektif barutentang topik atau materi hendaknya bukankarena dijejalkan guru, tetapi sesuai denganpengalaman ketika melakukan proses penemuandan pemecahan masalah. Oleh sebab itu,keaktivan siswa dapat diunjukkan melaluimenanyakan, menanggapi, menyanggah, ataumengusulkan sesuatu kepada kelas (siswa laindan guru).

Ketujuh, pembelajaran aktif hendaknyamemungkinkan berkembangnya konteslasi nilaidan asumsi dari berbagai disiplin ilmu dalamdiri siswa. Pembelajaran tentang menyimakberita, misalnya, hendaknya mampu mengem-bangkan kesadaran siswa bahwa berita yangbaik bukan hanya didasarkan atas penggunaanbahasa yang baik dan benar, tetapi jugadidasarkan atas wawasan keilmuan (sosiologi,psikologi, antropologi, dan sebagainya) penulisberita.

Kedelapan, pembelajaran aktif hendak-nya memungkinkan siswa mengembangkan

sikap terbuka terhadap hasil pembelajarannya.Artinya, siswa memahami hasil-hasil pembela-jaran yang telah dicapai sesuai dengan topik danmenyadari hal-hal apa yang belum dipahami.

Kesembilan, untuk menfasilitasi mema-hami permasalahan dan mengaitkan penga-laman siap dengan pengalaman yang baru,pembelajaran aktif memerlukan media yanglayak. Konsep kelayakan media jelas bersifatrelatif tergantung pada karakteristik siswa,materi, tujuan pembelajaran, sarana dan pra-sarana, serta kemampuan guru. Namun, dalampembelajaran menyimak, karakteristik utamamedia yang diperlukan siswa adalah media yangmemungkinkan siswa mengembangkan ke-mampuan auditori. Jadi, media tersebut dapatberupa media audiovisual atau yang palingsederhana adalah media auditif. Untuk pem-belajaran menulis, misalnya menulis artikel,media teks tertulis merupakan hal yang mutlakdiperlukan agar siswa tidak mengembangkanverbalisme tentang artikel dan langsung mem-peroleh gambaran yang jelas tentang artikeltersebut beserta karakteristiknya.

Kesepuluh, pembelajaran hanya dimung-kinkan jika siswa memiliki kesadaran bahwadirinya merupakan subyek yang bertanggungjawab secara mandiri, baik dalam prosesmaupun pemerolehan hasil belajarnya. Faktorkesadaran dan tanggung jawab individual siswamerupakan faktor yang penting karena siswaakan aktif memilih, merencanakan, melaksa-nakan, dan mempertanggungjawabkan strategiindividual guna mencapai keberhasilan bela-jarnya. Untuk itu, siswa hendaknya mengem-bangkan kesadaran tentang apa tujuan pem-belajaran yang hendak ditempuh, apa man-faatnya baik dalam kehidupan sehari-harimaupun dalam konteks akademis, sosial, danpengembangan diri, apa langkah yang harusditempuh dalam pembelajaran, bagaimanamelaksanakan langkah-langkah tersebut, danberani menanggung resiko atas hal-hal yangsudah disadari dan dilakukannya dalam prosespembelajaran.

Kesebelas, pembelajaran tidak hanyamelibatkan aktivitas fisik dan mental tetapi jugakeseluruhan indera. Seluruh faktor tersebut akan

Page 6: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

283 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 4 Februari 2013, hlm. 278-284

digerakkan jika siswa menempuh prinsipbelajar sambil berbuat dan belajar melaluimengalami. Dengan kata lain, aktivitas tersebutakan mengembangkan kesadaran siswa tentangpembelajaran yang bermakna atau meaningfullearning.

Keduabelas, dari sudut aktivitas otak,pembelajaran bukan hanya melibatkan aktivitasbelahan otak sebelah kanan namun juga kiri.Dengan kata lain, faktor kesadaran dan ambangsadar hendaknya dikembangkan secara mak-simal. Faktor emosi sangat tergantung padapenciptaan suasana yang menyenangkan dalamkonteks kelas yang demokratis. Siswahendaknya juga mampu mengendalikan emosidan dapat menikmati proses dan pemerolehanhasil belajarnya.

Ketigabelas, meskipun pembelajaranmerupakan aktivitas individual, namun faktorinteraksi sosial juga sangat menentukan.Interaksi sosial, baik antara siswa-guru, siswa-siswa lainnya, siswa lingkungan merupakanmanifestasi kemandirian dan tanggung jawabindividu dalam konteks kebersamaan melaluikerja sama. Kebersamaan dan kerja sama sangatdiperlukan dalam pembelajaran bahwa karenafungsi utama ba-hasa adalah alat komunikasisehingga belajar bahasa berarti belajarberkomunikasi. Komunikasi tidak mungkinterjadi jika tidak ada konteks, di antaranyaadalah pengirim dan penerima pesan ataupeserta komunikasi.

Keempatbelas, pembelajaran aktif di-pengaruhi oleh umpan balik. Bagi siswa, umpanbalik dimanfaatkan untuk merefleksi apa yangtelah dipelajari, apa yang belum dikuasai, apayang dapat direncanakan dan dikerjakan padamasa mendatang untuk mengembangkan hal-halyang telah dipelajari, dan apa manfaat materitersebut bagi pengembangan keilmuan maupunkehidupan masa mendatang. Bagi guru, umpanbalik dapat dimanfaatkan untuk mencermatikelemahaman dan kekuatan pembelajaran yangtelah dilaksanakan dan mengembangkanpembelajaran yang lebih baik pada masamendatang.

Secara umum, untuk menerapkankeempat belas indikator pembelajaran aktif,digunakan model atau alur sebagai berikut.

Gambar 2 Model Umum PenerapanPembelajaran Aktif (Laird, 2012)

Berdasarkan bagan di atas, diperolehgambaran bahwa pembelajaran aktif itu merupa-kan hasil rancangan bersama antara pengajar(trainer) dengan siswa (learner). Langkah awal,pengajar menciptakan iklim yang memung-kinkan terjadinya proses pembelajaran secaramaksimal. Langkah berikutnya, pengajar ber-sama-sama siswa menyepakati perencanaanpembelajaran yang akan dilaksanakan.

Perencanaan bersama ini memungkinkanterciptanya kontrak pembelajaran yang mengi-kat pengajar-siswa dalam melaksanakan pembe-lajaran. Efek lainnya, pelaksanaan evaluasipembelajaran pun didasarkan atas kesepakatanpengajar-siswa tersebut.

SIMPULANPembelajaran aktif didasarkan atas

konsep belajar berdasarkan pengalaman(learning by experiencing) dan belajar sambilberbuat (learning by doing). Keaktifan siswabukan hanya diwujudkan dalam bentuk aktivitasfisik tetapi juga mental atau kognitif. Keaktifansiswa tersebut dapat dilihat dari empat belasindikator yang memiliki hubungan erat antarayang satu dengan yang lain yaitu: (1) berpusatpada siswa, (2) didasarkan atas tujuan yang jelas,(3) bersifat pemecahan masalah, (4)

Page 7: INDIKATOR PEMBELAJARAN AKTIF DALAM KONTEKS ...

Zulfahmi, Indikator Pembelajaran Aktif dalam Konteks Pengimplementasian … | 284

mengoptimalkan kegiatan penemuan atauinkuiri, (5) memungkinkan siswa mengaitkanpengalaman yang telah dimiliki dengan penga-laman baru, (6) memungkinkan adanyaperpektif baru pada diri siswa tentang apa yangdipelajari, (7) memungkinkan berkembangnyakonteslasi nilai dan asumsi dari berbagaidisiplin ilmu dalam diri siswa, (8) memung-kinkan siswa mengembangkan sikap terbukaterhadap hasil pembelajarannya, (9) didasarkanatas penggunaan media pembelajaran yanglayak, (10) hanya dimungkinkan jika siswamemiliki kesadaran bahwa dirinya merupakansubyek yang bertanggung jawab secara mandiri(11) melibatkan aktivitas fisik, mental, dankeseluruhan indera, (12) pembelajaran bukanhanya melibatkan aktivitas belahan otak sebelahkanan namun juga kiri, (13) terjadi dalaminteraksi sosial yang kondusif dan dinamis, serta(14) ada umpan-balik.

DAFTAR RUJUKAN

Bonwell, Charles C. & James A. Eison 2010.“Active learning: creating excitement inthe classroom”. http://www. ntlf.com/.(Diunduh 22 juni 2010).

Depdiknas. 2005. Pengembangan ModelPembelajaran yang Efektif. Jakarta:Direktorat Jenderal ManajemenPendidikan Dasar dan MenengahDepartemen Pendidikan Nasional.

Depdiknas, 2006. PembelajaranAktif, Kreatif,Efektif, & Menyenangkan (PAKEM): diTK dan SD. Jakarta: Dirjen PDM.

Depdiknas. 2009. ”PAKEM (1)”. http://edu-articles.com/ (Diunduh 8 Juli 2010).

Fink, L. Dee. 2010. “Active Learning”.http://honolulu.hawaii.edu/intranet/committees/FacDevCom/index.htm.(Diunduh 2 Juni 2010).

Laird, John E. 2012. Learning Process. (dalam“Active Learning”, www. nwlink.com/.../hrd/learning/active.htm, diun-duh 4 Desember 2011).

Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran:Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: Rajawali Pers.

Russel, Bertrand. 2004. Sejarah Filsafat Barat:Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno hingga Sekarang.(Diterjemahka oleh Sigit Jatmiko,dkk). Yogyakarta: Pustaka PelajarOffset.

Sidjabat, B.S. 2010 ”Teori Belajar Aktif dalamPembelajaran PAK”. http://www.tiranus.net/teori-belajar-aktif-dalam-pembelajaran-pak/ (Diunduh 20 Juni2010).

Robson, Jocelyn. 2010. “Active Teaching andLearning”. Strategi pembelajaranactive learning/ (Diunduh 11Desember 2010).