Inatural resources turn out to engender various hazards such as … · 2017. 4. 5. · Berdasarkan...
Transcript of Inatural resources turn out to engender various hazards such as … · 2017. 4. 5. · Berdasarkan...
-
1975
MODEL PENGARUSUTAMAAN PENGURANGAN RISIKO BENCANADENGAN METODE SEKOLAH SIAGA BENCANA
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
Oleh : Dwi Wantoro*
*) Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul, DIY
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Abstract
ndonesian has abundant natural and non-natural resources.These abundant natural resources turn out to engender various hazards such as earthquakes, I tsunamis, mountain eruptions, floods, droughts, storms, and landslides. Non-
natural resources engender non-natural disasters such as technological failure, modernization failure, and disease outbreaks. In addition, there are social disasters like social conflicts between groups or communities and terrors. Lately, a disaster occurs after another, even several disasters occur at the same time at different places. Those disasters cause many human casualties, environmental damages, property losses, and psychological impacts. Schools as places for learning process are prone to disasters too. Disasters cause a lot of casualties due to low levels of the school community preparedness and the lack of knowledge about natural disasters. It is noted that the national policy in the field of education mainstreaming disaster risk reduction at school is not optimal. Efforts of disaster risk reduction has not received legal protection in the era of decentralization. Local regulations on disaster management disaster risk reduction has not become a priority program at school although 75% of Indonesia is prone to disaster.
Model of disaster preparedness school has actually been developed by Indonesian Institute of Sciences or LIPI. Now there are 13 schools in 6 districts throughout Indonesia which get disaster preparedness learning.
This study would like to show that disaster preparedness school developed by LIPI is worthy of being a model for mainstreaming disaster risk reduction at schools.
Key words: mainstreaming, reduction, risk, school, preparedness, disaster.
-
PENDAHULUAN
Berdasarkan data Bank Dunia tahun 2010,
jumlah sekolah di Indonesia menempati
urutan keempat yang terbanyak dunia yang
berada pada daerah rawan bencana. Saat
tsunami Aceh tahun 2004, lebih dari 2.000
sekolah hancur, Gempabumi di Yogyakarta
padatahun 2006 menghancurkan 2.900,
gempabumi Sumatra Barat tahun 2009
merusak 241 sekolah,dan gempabumi Aceh
Tengah pada hari Selasa, 2 Juli 2013 terjadi
pada pukul 14.37 wib kekuatan 6,2 SR, telah
merusak sebanyak 171 sekolah rusak berat,
236 sekolah rusak sedang, dan 7 sekolah
rusak ringan, sedangkan di Bener Meriah ada
22 sekolah rusak, 13 rusak berat, 2 rusak
sedang, dan 7 rusak ringan (Tempo, 2013).
Rekap Nasional Kementrian Pendidikan
Nasional sampai dengan hari Jum'at 7
Februari 2014, jumlah sekolah mencapai
186.762 unit dengan jumlah siswa
33.730.481 sedangkan perguruan tinggi
berjumlah 2.647 unit dengan jumlah
mahasiswa 4,8 juta. Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB, DR. Sutopo
Purwo Nugroho mengatakan 75% sekolah di
Indonesia berada di daerah risiko tinggi
gempabumi.
Komunitas sekolah merupakan pemangku
kepentingan yang strategis dalam upaya
pengurangan risiko bencana. Tahun 2010
Kementrian Pendidikan Nasional RI, menge-
luarkan Surat Edaran Nomor: 70a/MPN/SE/
2010 tentang Pengarusutamaan Pengu-
rangan Risiko Bencana di Sekolah dan pada
tahun 2012 BNPB mengeluarkan pedoman
penerapan sekolah aman serta kampanye
sejuta sekolah dan Rumah Sakit Aman yang
diluncurkan pada tanggal 29 Juli 2010. Di
daerah-daerah rawan bencana terdapat
kebutuhan sebuah model praktis yang dapat
menjadi referensi sekolah sebagai sekolah
siap menghadapi bencana.
Berlatar belakang uraian tersebut diatas,
rumusan masalah yang dihadapi pemerintah
daerah adalah kebijakan belum kuat untuk
mewajibkan pelaksanaan pengurangan risiko
bencana di sekolah, dan perlu penetapan
model pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana di sekolah. Makalah ini menguraikan
tentang metode Sekolah Siaga Bencana LIPI
(Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia),
yang telah di implementasikan di beberapa
wilayah di Indonesia, merupakan metode
pengarusutamaan pengurangan risiko ben-
cana di sekolah yang memiliki kelengkapan
sebagai sebuah metode. Kelengkapan
tersebut meliputi ; 1)panduan mengukur
tingkat kesiapsiagaan masyarakat dan
komunitas sekolah, 2)panduan penerepan
sekolah siaga bencana, 3)panduan moni-
toring dan evaluasi sekolah siaga bencana,
dan 4)software APPSERV yang secara khusus
dikembangkan oleh LIPI untuk memper-
mudah pengolahan data kesiapsiagaan
sekolah siaga bencana.
METODOLOGI
Pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana (PRB) merupakan suatu kegiatan
jangka panjang, sebagai bagian dari
pembangunan berkelanjutan, dengan cara
menggunakan pengetahuan, inovasi, dan
pengetahuan untuk membangun budaya
selamat dan tangguh pada semua satuan
pendidikan, seperti yang diyatakan dalam
Hyogo Framework, dan telah pula menjadi
komitmen bangsa Indonesia. Prioritas
1976
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
Sekolah/Deny Hidayati, Widayatun, Puji
Hartana, Triyono, dan Titik Kusumawati-
Jakarta LIPI Press, 2011
3. Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah
Siaga Bencana/Asep Koswara dan Triyono-
Jakarta:LIPI Press, 2011
4. Panduan Penerapan Sekolah Siaga
Bencana/Triyono, Ranthie Bariel Putri,
Asep Koswara, dan Vishnu Aditya-Jakarta
Compress-LIPI, 2012.
5. Software APPSERV, software ini dikem-
bangkan secara khusus oleh LIPI untuk
mempermudah pengolahan data kesiap-
siagaan rumah tangga (keluarga), komu-
nitas sekolah, dan pemerintah.
6. Sarwidi, Dwi wantoro, Drajat Suharjo
(2013) Evaluasi Sekolah Siaga Bencana
(Studi Kasus: SMKN Berbah Kabupaten
Sleman, Yogyakarta) Seminar Nasional
Menuju Masyarakat Madani dan Lestari,
18 Desember 2013, hal.393.
7. Wantoro. D.(2013) Evaluasi Sekolah Siaga
Bencana. Studi Kasus: SMK Nasional
Berbah. Sleman. Yogyakarta. Tesis
Magister pada Program Magister Teknik
Sipil. Fakultas Teknik Sipil dan Peren-
canaan. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta 2013.
8. LIPI, Science in Disaster Risk Reduction,
Ringkasan Laporan Kegiatan Program
Prioritas Nasional 9:Lingkungan Hidup
Dan Kebencanaan, Lembaga Ilmu Penge-
tahuan Indonesia 2012.
9. Yujiro Ogawa, Bambang Rudyanto,
Triyono, Isamu Kuboki, Ridha Irina
Rafliana, Munasri Buku pegangan
penanggulangan bencana dengan metode
“ Town Watching” dengan pendanaan
1977
pengurangan risiko bencana yang berkaitan
dengan pendidikan, dan sudah tercantum
dalam Hyogo Framework, perlu menjadi
program prioritas dalam sector pendidikan
yang diwujudkan dalam pendidikan
pengurangan risiko bencana di sekolah
(Gugus Tugas, 2010).
Komunitas sekolah merupakan salah satu
pemangku kepentingan yang sangat penting
untuk kesiapsiagaan mengantisipasi bencana
alam.Komunitas sekolah adalah agen of
change yang sangat potensial untuk menye-
barluaskan pengetahuan tentang fenomena
gempabumi dan tsunami serta memotivasi
masyarakat untuk meningkatkan kesiap-
siagaan (Asep, 2011).
Minimnya pengetahuan untuk memulai
gerakan siaga bencana yang lebih terlembaga
dalam masyarakat adalah salah satu penye-
bab utama korban bencana. Kesiapsiagaan
bencana juga menjadi kurang optimal dengan
inisiatif-inisiatif sporadis yang dilakukan
berbagai pihak dalam upaya mengurangi
risiko bencana alam (Deny, 2011).
Metodologi penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpul-
kan data penelitiaannya. Pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan metode;
dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang
artinya barang-barang tertulis, seperti buku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan
interviu (interview) yang sering juga disebut
dengan wawancara (Arikunto,2011). Doku-
mentasi dalam hal ini adalah :
1. Surat Edaran Kementrian Pendidikan
Nasional Nomor: 70a/MPN/SE/2010
2. Panduan Mengukur Tingkat Kesiap-
siagaan Masyarakat dan Komunitas
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
Jumlah Perguruan Tinggi Negeri dan
Swasta di Indonesia sebagaimana
disajikan Tabel 2 berjumlah 2.647 buah
dengan Jumlah mahasiswa mencapai 4,8
Juta orang.
Berdasarkan data Indeks Risiko
Bencana Indonesia (BNPB) sebagaimana
diperlihatkan Tabel 3 Indek Rawan
Bencana Propinsi.Kabupaten/Kota Multi
Hazard tahun 2011, propinsi yang berisiko
tinggi sebanyak 27 propinsi yang tersebar
di 396 kabupaten/kota.
1978
proyek JST-JICA Multi-disiplinary Hazard
Reduct ion from Earthquake and
Volcanoes in Indonesia.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komunitas sekolah yang terdiri dari siswa,
guru, dan karyawan merupakan kelompok
masyarakat yang rentan terhadap bencana.
Berbagai pendekatan telah dilakukan
berbagai pihak untuk meningkatkan
kesiapsiagaan menghadapi bencana. Pada
makalah disajikan pembahasan tentang
model pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana dengan model sekolah siaga
bencana (LIPI).
a. Data
Berdasarkan data Bank Dunia tahun
2010, jumlah sekolah Indonesia menem-
pati urutan keempat yang terbanyak di
dunia yang berada pada daerah rawan
bencana (Kompas com).Secara kuantitatif
yakni sebanyak 75% sekolah di Indonesia
berada pada risiko sedang hingga tinggi
dari bencana. Kemdikbudmen data
sampai akhir tahun 2011 sebanyak
194.844 ruang kelas rusak berat di
SD/SDLB dan SMP/SMPLB. Tahun 2011
telah terealisasi rehabilitasi sebanyak
21.500 ruang kelas, sisanya sebanyak
173.344 ruang kelas rusak beratakan
direhabilitasi pada tahun anggaran 2012.
Sementara data Kemenag menunjukkan
dari 208.214 ruang kelas MI dan MTs,
sebanyak 13.247 ruang kelas rusak berat
dan 51.036 ruang kelas rusak ringan.
(Perka BNPB No.04 Tahun 2012). Jumlah
sekolah di Indonesia lihat Tabel 1
berjumlah 195.889, Jumlah siswa
mencapai 33.730.481 orang.
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Tabel 1. Jumlah sekolah di Indonesia
Sumber : Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
No. Sekolah Jumlah
1. SD 144.467
2. SMP 36.419
3. SMA 10.239
4. SLB+SDLB+SMPLB 2.117
5. Perguruan Tinggi 2.647
Jumlah keseluruhan 195.889
Tabel 2. Jumlah Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Indonesia
No. Sekolah Jumlah
1. SD 144.467
2. SMP 36.419
3. SMA 10.239
4. SLB+SDLB+SMPLB 2.117
5. Perguruan Tinggi 2.647
Jumlah keseluruhan 195.889
Sumber: Kompas Com.
-
b. Pembahasan
Rangkaian pembahasan makalah ini
terdiri dari; peraturan yang dapat me-
wajibkan seluruh komunitas sekolah
untuk dapat melaksanakan program
pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana di sekolah dan penetapan model
sekolah siaga bencana yang telah dikem-
bangkan oleh Lembaga Ilmu Pentahuan
Indonesia yang diberi nama: Sekolah Siaga
Bencana.
Negara Kesatuan Republik Indonesia
belum memiliki peraturan yang dapat
mewajibkan seluruh komunitas sekolah
untuk dapat melaksanakan program
pengarusutamaan pengurangan risiko
bencana di sekolah disebabkan oleh
aturan yang ada, belum mewajibkan
sekolah melaksanakan program pe-
ngarusutamaan pengurangan risiko
bencana disekolah.Petunjuk pelaksanaan
dan petunjuk teknis juga belum ada.
Padahal Sistem Nasional Penanggulangan
Bencana di Indonesia menyebutkan ;
1)hukum, peraturan. Dan perundangan,
2)kelembagaan, 3)perencanaan, 4)penye-
lenggaraan, 5)pengelolaan sumber daya,
dan 6)pendanaan.
Surat Edaran Mendiknas No. 70a/SE/
MPN/2012 belum menjadi landasan kuat
yang mendorong sekolah terutama di
wilayah rawan bencana untuk melakukan
upaya pengurangan risiko bencana di
sekolah.Kebijakan nasional ini dianggap
masih lemah sehingga sampai dengan
sekarang ini belum ada sekolah yang
melaksanakan pengarusutamaan pengu-
rangan risiko bencana di sekolah. Seyog-
yanya Pemerintah Pusat segera pener-
bitkan peraturan, yang mewajibkan
sekolah/perguruan tinggi melaksanakan
program pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah. Peraturan
Pemerintah Pusat tentu akan ditindak-
lanjuti Gubernur, Bupati/Walikota,
Gubernur, Bupati/Walikota melalui
Kepala Dinas Propinsi, Kabupaten/Kota
mewajibkan perguruan tinggi dan sekolah
untuk melaksanakan program pengarusu-
tamaan pengurangan risiko bencana di
sekolah. Kebijakan ini akan dapat
mengurangi korban yang mungkin ada
akibat bencana di sekolah, di wilayah
rawan bencana di Indonesia.
Data-data sekolah yang telah melaksa-
nakan program pengurangan risiko
bencana di sekolah, adalah sekolah yang
mendapat bantuan/pendampingan dari
luar sekolah.Beberapa sekolah telah
melaksanakan pengurangan risiko
bencana di sekolah atas inisiatip dari pihak
luar sekolah bahkan pihak luar daerah
(LSM, Perguruan Tinggi, LIPI), namun
jumlah sangat kecil dibandingkan jumlah
sekolah yang ada. Prosentasenya adalah
13/195.889 X 100% = 0,00667% sekolah
pernah diperkenalkan dengan program
SSB LIPI. Metode Sekolah Siaga Bencana
1979
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
Tabel 3. Indek Rawan Bencana Propinsi. Kabupaten/Kota Multi Hazard tahun 2011,
No. Wilayah Rendah Sedang Tinggi Jumlah
1. Propinsi - 6 27 33
2. Kabupa-ten/Kota
20 78 396 494
Sumber : IRBI, BNPB.2011
-
Town Watching Penanggulangan Bencana
Merupakan suatu program bagi yang
bermukim di suatu wilayah, yaitu warga,
anak-anak, atau mahasiswa, dengan cara
berkeliling wilayah melihat dan memahami
tempat-tempat berbahaya ketika terjadi
bencana maupun fasilitas untuk kesela-
matan, kemudian memikirkan sendiri lang-
kah pengatasan dan antisipasi terhadap
bahaya. Town Watching penanggulangan
bencana terdiri dari 4 hal sebagai berikut;
1)Observasi dengan kegiatan berkeliling kota,
2)Membuat peta hasil observasi, 3)diskusi
untuk pemecahan masalah, dan 4)Presen-
tasi. (Yujiro ogawa dkk), metode ini belum
dilengkapi dengan panduan persiapan,
pelaksanaan, panduan monitoring dan
evaluasi termasuk software yang dipergu-
nakan untuk pengolahan data.
Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana
Merupakan upaya pengurangan Risiko
Bencana di sekolah/madrasah dengan
mengutamakan perhatian pada kondisi
bangunan sekolah agar memenuhi standar
bangunan Negara. Kerangka kerja penerapan
sekolah/madrasah aman dari bencana terdiri
dari struktural dan dan Non-struktural, aspek
mendasar adalah; lokasi aman dari bencana,
struktur bangunan aman, desain dan pena-
taan kelas aman, dukungan san tindarana dan
prasarana umum, peningkatan pengetahuan,
sikap dan tindakan, kebijakan sekolah/
madarasah, perencanaan kesiapsiagaan, dan
mobilisasi sumberdaya.
Penelitian ini akan membandingkan status
tiga fenomena terhadap suatu standar.
Dalam melakukan perbandingan fenomena
1980
Setelah ada peraturan yang mewa-
jibkan pelaksanaan program pengarusu-
tamaan pengurangan risiko bencana
disekolah maka muncul pertanyaan,
apakah peraturan itu juga menetapkan
metode pengarusutamaan pengurangan
risiko bencana di sekolah ? Pembahasan
makalah ini akan memberikan sumbangan
pemikiran tentang metode sekolah siaga
bencana. Metode sekolah siaga bencana
LIPI, merupakan pengalaman Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam
melakukan kegiatan kegiatanekspe-
rimental serta kajian terapan terkait
sekolah siaga bencana di mulai dari tahun
2006 hingga 2011.Pengalaman ini di dapat
dari berbagai daerah, termasuk Aceh,
Sumatra Barat, Bengkulu, NTT, Bantul, dan
Jakarta.
Metode pengarusutamaan pengu-
rangan risiko bencana di sekolah yang di
kembangkan oleh Lembaga Ilmu Penge-
tahuan Indonesia (LIPI), telah melalui
tahapan-tahapan; penyusunan frame
work, penyempurnaan/disain ulang
frame work setelah uji coba, penerapan
lima parameter;1)kebijakan dan panduan,
2)pengetahuan tentang bencana, 3)ren-
cana tanggap darurat, 4)peringatan
bencana, dan 5)mobilisasi sumber daya.
Metode ini di lengkapi dengan buku
panduan mengukur tingkat kesiapsiagaan
masyarakat dan komunitas sekolah, buku
pannduan penerapan Sekolah Siaga
bencana, buku panduan monitoring/
evaluasi SSB, dan software APPSERV, yang
secara khusus dikembangkan oleh LIPI
untuk mempermudah pengolahan data
SSB.
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
skoring kelayakan sebagai mana disajikan
pada Tabel 5.
Berdasarkan data pada Tebel 4, tersebut
diketahui hasil perhitungan sebagai berikut:
a. Metode Sekolah Siaga Bencana (LIPI) :
5 x 1 = 5
b. Metode Town Watching Penanggulangan
Bencana :
2 x 1 = 2
c. Metode Sekolah/madrasah Aman
Bencana :
2 x 1 = 2
Dengan perhitungan sederhana tersebut
diatas maka, metode sekolah siaga bencana
(LIPI) mendapat nilai 5 yang berarti metode
sekolah siaga bencana (LIPI) layak untuk
dijadikan sebagai metode pengarusutamaan
pengurangan risiko bencana di sekolah.
1981
ditinjau dari persamaan dan perbedaan yang
ada, sebagaimana ditampilkan oleh Tabel 4.
Nilai yang diperoleh masing-masing
metode adalah dengan penjumlakan kolom
3, 4, 5,6, dan 7. Nilai 1 pada kolom 3, 4, 5, 6,
dan 7 menunjukan bahwa metode tersebut
memiliki (panduan persiapan, panduan
pelaksanaan, panduan monitoring dan
evaluasi, software, dan pernah di ujicoba-
kan), sedangkan nilai 0 pada kolom3, 4, 5, 6,
dan 7 menunjukan bahwa metode tersebut
tidak miliki (panduan persiapan, panduan
pelaksanaan, panduan monitoring dan
evaluasi, software, dan belum di ujicobakan).
Untuk mendapatkan nilai ketercapain
metode sekolah siaga bencana, pada kategori
layak atau tidak layak sebagai metode atau
tidak layak sebagai metode maka, ditentukan
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
No. MetodeBuku
Panduan Persiapan
Buku Panduan
Pelaksanaan
Buku Panduan Monev
SoftwareUji
CobaNilai
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Sekolah Siaga Bencana LIPI
1 1 1 1 1 5
2. Town Watching Penanggulangan Bencana
1 0 0 0 1 2
3. Sekolah/ Madrasah Aman dari Bencana
1 1 0 0 0 2
Tabel 4. Rekapitulasi Metode Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana Di Sekolah
Tabel 5. Nilai kelayakan metode sekolah siaga bencana
No. Nilai Indeks Kategori
1. 5 Layak
2.
-
b. Saran
1. Kepada Kementrian Pekerjaan Umum,
Kemenetrian Pendidikan Nasional dan
Badan Nasional Penanggulangan
Bencana untuk menerbitkan peraturan
yang mewajibkan sekolah/ perguruan
tinggi untuk melaksanakan program
Sekolah Siaga Bencana (LIPI) sebagai
upaya pengurangan risiko bencana di
sekolah di seluruh Indonesia.
2. Gubernur, Bupati/Walikota segera
mengeluarkan Peraturan yang mewa-
jibkan sekolah/ perguruan tinggi untuk
melaksanaan Pengarusutamaan Pe-
ngurangan Risiko Bencana di sekolah
dengan metode Sekolah Siaga Bencana
(LIPI).
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
1. Sekolah sebagai institusi membu-
tuhkan peraturan Bupati/Walikota
yang mewajibkan sekolah untuk
melaksanakan Pengarusutamaan Pe-
ngurangan Risiko Bencana di sekolah
2. Metode Sekolah Siaga bencana yang di
kembangkan oleh Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) layak
dibakukan sebagai metode sekolah
siaga bencana
1982
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
Asep K, Triyono, Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana, Jakarta LIPI Press, 2011
Deny H, Widayatun, Puji H, Triyono, Titik K, Panduan Mengukur Tingkat Kesiapsiagaan Masyarakat dan Komunitas Sekolah. Jakarta: LIPI Press, 2011.
Suharsimi Arikunto (2010),Suatu Penelitian Praktik-Ed.rev.,cet.14. –Jakarta:Rineka Cipta.
Gugus Tugas Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dalam Pendidikan Nsional, Strategi Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana di Sekolah Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta 2010.
LIPI, Science in Disaster Risk Reduction, Ringkasan Laporan Kegiatan Program Prioritas Nasional 9:Lingkungan Hidup Dan Kebencanaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia 2012.
Wantoro. D. “Evaluasi Sekolah Siaga Bencana. Studi Kasus: SMK Nasional Berbah. Sleman. Yogyakarta.” Tesis Magister pada Program Magister Teknik Sipil.Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Universitas Islam Indonesia.Yogyakarta 2013.
IRBI, 2011, Indeks Rawan Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana, 2011
Yujiro Ogawa, Bambang Rudyanto, Triyono, Isamu Kuboki, Ridha Irina Rafliana, Munasri Buku pegangan penanggulangan bencana dengan metode “ Town Watching” dengan pendanaan proyek JST-JICA Multi-disiplinary Hazard Reduction from Earthquake and Volcanoes in Indonesia.
Lampiran I : Peraturan KepalaBadan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor : 04 Tahun 2012 Tanggal : 30 April2012
Sarwidi, Dwi wantoro, Drajat Suharjo (2013) Evaluasi Sekolah Siaga Bencana (Studi Kasus : SMKN Berbah Kabupaten Sleman, Yogyakarta) Seminar Nasional Menuju Masyarakat Madani dan Lestari, 18 Desember 2013, hal.393.
Kompas com. Jum'at, 12 Juli 2012/06.41 wib. Diunduh tanggal 5 Februari 2014
DAFTAR PUSTAKA
1983
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1. Contoh Hasil Penghitungan Software APPSERV (LIPI) Kesiapsiagaan Pemerintah, Masyarakat dan Komunitas Sekolah, Hasil Penelitian LIPI Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bantul Oktober 2013
1984
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Gambar 1 : Kesiapsiagaan Rumah Tangga Pemerintah, Komunitas Sekolah menurut Parameter, Bantul, 2013
Gambar 2 : Kesiapsiagaan Pemerintah, 2013
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
1985
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Kesiapsiagaan Komunitas Sekolah, Bantul, 2013
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
1986
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
2.Peta Kerawanan
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
1987
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
1988
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
-
1989
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
3. Dokumentasi Penelitian
Gambar 3 : Lapangan olah raga juga sebagai titik kumpul ketika terjadi gempa bumi
Gambar 4 : Rambu petunjuk evakuasi menuju titik kumpul
Gambar 5 : Acara penutupan Seminar Sehari PRB Gempabumi
Gambar 5 : Tenda P3K telah didirikan oleh Palang Merah Remaja SMKN Berbah (simulasi)
Gambar 7 : Siswa yang selamat mendapatkan pengarahan agar tetap tenang situasi
tetap terkendali.
Gambar 8 : Palang Merah Remaja SMKN Berbah memberikan P3K pada korban
bencana gempa bumi
-
1990
Jurnal Riset Daerah Vol. XIII, No.1. April 2014
Model Pengarusutamaan Pengurangan Risiko Bencana dengan Metode Sekolah Siaga Bencana
Gambar 9 : Anggota SAR Merapi bergegas mendirikan tenda
Gambar 10 :Diskusi mendalam tentang konstruksi bangunan dengan panduan manual BARRATAGA
(Bangunan Rumah Tahan Gempa) dinding tembokan
Gambar 11 : Peneliti mengamati tahap-tahap simulasi bencana gembabumi SMKN Berbah
Gambar 12 : Peneliti dengan Prof. Sarwidi dan Ka.UPTD Pendidikan Kec. Berbah
seusai simulasi sekolah siaga bencana.