Impact of Early Childhood Caries on the Oral Health-Related Quality of Life Preschool Children and...
-
Upload
rinaldi-inal -
Category
Documents
-
view
223 -
download
2
description
Transcript of Impact of Early Childhood Caries on the Oral Health-Related Quality of Life Preschool Children and...
Dampak Early Childhood Caries terhadap Hubungan antara Kesehatan Rongga Mulut dengan Kualitas Hidup Anak Prasekolah dan Orangtua
P.A. Martins-Júnior, R.G. Vieira-Andrade, P. Corrêa-Faria, F. Oliveira-Ferreira, L.S. Marques, M.L. Ramos-Jorge
Departments of Pediatric Dentistry, Basic Sciences and Health and Orthodontics, Federal University of Vales do Jequitinhonha e Mucuri, Diamantina , Brazil
Abstrak
Tujuan dari penelitian populasi ini adalah untuk mengevaluasi dampak
early childhood caries (ECC) terhadap oral health-related quality of life
(OHRQoL) anak prasekolah dan orangtua/pengasuh mereka. Sebuah sampel
acak dari 638 anak (usia 2-5 tahun) menjalani pemeriksaan klinis rongga
mulut untuk menilai ECC dan orang tua mereka diundang untuk menjawab
dua kuesioner: satu kuesioner tentang OHRQoL anak dan Early Childhood
Oral Health Impact Scale, satu kuesioner lain tentang karakteristik dan
kondisi sosiodemografi anak. Analisis deskriptif, uji X2, uji Mann-Whitney, uji
Kruskal-Wallis, dan digunakan secara berurutan berdasarkan model regresi
Poisson. Prevalensi ECC sebesar 52,2%. Jumlah gigi berlubang berkisar dari 1
(n = 42; 6,6%) hingga 20 (n = 5; 0,8%), dengan rata-rata sebessar 2,86 (SD
= 4,04). Terdapat perbedaan signifikan antara tingkat keparahan ECC dan
OHRQoL dalam hal dampak terhadap anak dan keluarga (p < 0,001). Suatu
peningkatan keparahan ECC mengakibatkan peningkatan dampak negatif
pada kualitas hidup anak-anak (ratio rate, RR = 5.32; 95% CI: 3,67-7,71).
Usia ibu yang lebih tua memiliki dampak positif pada OHRQoL anak
prasekolah (RR = 0,72; 95% CI: 0,54-0,97). Bertambahnya usia anak
mengakibatkan peningkatan dampak negatif pada kualitas hidup anak (RR =
2,97; 95% CI: 1,61-5,47). ECC memiliki dampak negatif terhadap OHRQoL
anak usia 2-5 tahun dan orang tua meraka. Ibu berusia 30 atau lebih
memiliki OHRQoL anak yang lebih baik, memiliki anak bebas ECC dan usia
anak yang lebih baik.
Penilaian kualitas hidup telah menjadi bagian dari evaluasi program
kesehatan. Oral health-related quality of life (OHRQoL) adalah konsep
multidimensi yang menghubungkan dampak kesehatan rongga mulut yang
buruk atau suatu penyakit rongga mulut terhadap kualitas hidup seorang
individu (Pahel et al., 2007).
Diketahui bahwa anak usia 5 tahun kebawah dapat menderita banyak
masalah kesehatan rongga mulut, seperti early childhood caries (ECC) (Li et
al., 2008; Moura - Leite et al., 2008; Oliveira et al., 2008; Feldens et al.,
2010; Abanto et al., 2011; Wong et al., 2011; Leal et al., 2012). ECC
didefinisikan sebagai adanya karies pada permukaan gigi sulung, hilang
(karena karies) atau gigi yang ditambal, pada anak-anak di bawah usia 6
tahun (American Academy of Pediatric Dentistry Reference Manual, 2008-
09). ECC yang parah dapat menyebabkan sakit gigi, sehingga mengganggu
kehidupan sehari-hari anak dan orangtua/pengasuhnya (Filstrup et al., 2003;
Feitosa et al., 2005; Pahel et al., 2007; Abanto et al., 2011; Wong et al.,
2011; Leal et al., 2012). Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa
kesulitan paling umum yang dihadapi oleh anak sebagai akibat kesehatan
rongga mulut yang buruk adalah kesulitan dalam mengunyah, minum
minuman panas atau dingin, tidur, prestasi sekolah, bersosialisasi dan
kepercayaan diri, serta terganggunya tumbuh kembang dan berat badan
anak [Acs et al., 1999; Filstrup et al., 2003; Feitosa et al., 2005; Oliveira et
al., 2008; Abanto et al., 2011]. Penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat,
Perancis dan Brasil telah menemukan bahwa dampak yang paling umum
dilaporkan oleh orang tua adalah 'rasa sakit di gigi, mulut atau rahang', 'rasa
kesal atau frustrasi', 'kesulitan makan' dan 'kesulitan tidur' (Pahel et al.,
2007; Li et al., 2008; Martins-Júnior et al., 2012)
Namun demikian, program-program kesehatan masyarakat tidak
mencakup anak dengan usia yang lebih muda, kesehatan gigi dan mulut
mereka sering diabaikan, sehingga banyak anak dengan karies gigi yang
tidak dirawat menderita sakit gigi kronis dan ketidaknyamanan dalam
hidupnya (Lee et al., 2010). Sebuah survei terhadap gigi anak-anak
prasekolah Brasil menunjukkan bahwa hampir 27% anak-anak usia antara 18
dan 36 bulan memiliki setidaknya satu gigi sulung dengan karies dan
meningkat menjadi hampir 60% pada anak sekitar usia 5 tahun (Ministry of
Health Project SB Brazil, 2003).
Saat ini, satu-satunya alat ukur yang spesifik menilai dampak masalah
kesehatan gigi dan mulut pada anak usia 2-5 tahun dan keluarga mereka
adalah Early Childhood Oral Health Impact Scale (ECOHIS) (Pahel et al.,
2007), yang telah diterjemahkan dan divalidasi kedalam Bahasa Portugis
(Tesch et al., 2007; Scarpelli et al., 2011; Martins-Júnior et al., 2012), dan
beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan penilaian ini
(Abanto et al., 2011; Goettems et al., 2011; Wong et al., 2011; Leal et al.,
2012). Namun, terdapat kekurangan data populasi mengenai dampak ECC
pada anak-anak prasekolah (usia 2-5 tahun). Pengetahuan tentang ECOHIS
sangat penting sebagai dasar pemahaman mengenai pengaruh kesehatan
rongga mulut yang terganggu terhadap kehidupan anak-anak prasekolah
dan keluarga mereka, hal ini mungkin memberi kontribusi pada pemahaman
yang lebih lengkap mengenai kelompok masyarakat mana yang lebih
membutuhkan pelayanan kesehatan, sehingga program kesehatan
masyarakat lebih memprioritaskan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi
anak-anak dengan usia yang lebih muda dan memberikan informasi yang
baik ini kepada dokter gigi disekitarnya (Clancy dkk., 1998; McGrath et al.,
2004; Broder et al., 2007; Lee et al., 2009).
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian populasi ini adalah untuk
mengevaluasi dampak dari ECC terhadap OHRQoL anak prasekolah dan
orang tua/pengasuh mereka.
Subjek dan Metode
Masalah Etika
Penelitian ini dilakukan sesuai dengan undang-undang internasional dan
peraturan pemerintah tentang etika dalam penelitian yang melibatkan
subjek manusia. Semua orangtua/pengasuh menandatangani surat
penjelasan dan persetujuan tindakan. Penelitian ini secara independen
ditinjau dan disetujui oleh komite etik.
Subjek
Suatu penelitian potong lintang dilakukan di kota Diamantina, yang
terletak di bagian utara negara bagian Minas Gerais di timur selatan Brasil.
Populasi penelitian terdiri dari anak dan orang tua/wali yang dirawat di
sepuluh unit pelayanan kesehatan dasar di kota yang dilakukan selama
kampanye imunisasi pada tahun 2010. Program vaksinasi di Diamantina
memiliki daya serap yang konsisten lebih dari 90%. Untuk dimasukkan dalam
penelitian ini, anak harus berusia antara 2 hingga 5 tahun, jenis kelamin
bebas, tidak menjalani perawatan ortodontik, tidak memiliki penyakit
sistemik atau cacat fisik/belajar, dapat diperiksa secara intraoral dan
didampingi orangtua yang dapat berbicara Bahasa Portugis yang hidup
dengan anak tersebut setidaknya 12 jam per hari.
Untuk perhitungan ukuran sampel, prevalensi ECC sebesar 44,8%
(Nogueira et al., 2012), confidence interval (CI) 95% dan standar kesalahan
yang dapat diterima sebesar 5%, yang ditentukan berdasarkan sampel
minimal dari 380 anak-anak. Suatu faktor koreksi sebesar 1,4 diterapkan
untuk meningkatkan keakuratan (n = 532 anak) dan 118 anak ditambahkan
untuk mengkompensasi kemungkinan kehilangan sampel anak, sehingga
terdapat 650 anak (usia 2-5 tahun) beserta orang tua/wali mereka.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak dan sistematis. Anak-anak
dibariskan, kemudian anak pertama diperiksa, anak kedua tidak diperiksa,
anak ketiga diperiksa dan seterusnya.
Perolehan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah anak-anak divaksinasi. Orang tua
dari anak-anak yang memenuhi kriteria inklusi diminta untuk menjawab
ECOHIS dalam format wawancara dan memberikan informasi sosiodemografi
mereka. Pemeriksaan klinis gigi dan mulut anak dilakukan oleh tim yang
terdiri dari tiga peneliti (satu pemeriksa dan dua asisten), terlatih dan
dikalibrasi berdasarkan kriteria WHO yang direkomendasikan untuk penilaian
visual karies gigi (WHO, 1997).
Sebelum penelitian di lapangan dilakukan, pemeriksa menjalani latihan
dan kalibrasi untuk diagnosis ECC. Pelatihan dilakukan dengan
menggunakan gambar keadaan klinis yang berbeda dan kalibrasi dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan klinis gigi dan mulut 20 anak (bukan bagian
dari populasi penelitian) pada dua kesempatan terpisah dengan interval 1
minggu antar sesi. Nilai kappa berkisar 0,81-1,00 yang ditentukan
berdasarkan kesepakatan antar pemeriksa, sehingga menunjukkan
kesepakatan yang sangat baik.
Sebuah penelitian awal dilakukan dengan sampel sebanyak 30 anak
yang dikunjungi di rumah mereka dalam rangka menguji dan melatih proses
pengisian ECOHIS, pemeriksaan klinis gigi dan mulut serta metodologi
pengumpulan data.
Pemeriksaan klinis gigi dan mulut dilakukan di unit pelayanan
kesehatan masyarakat. Semua anak diperiksa di bawah penerangan cahaya
alami yang dilakukan sambil duduk, dengan bantuan depressors tongue
sekali pakai. Prosedur memenuhi norma-norma keamanan. ECC dinilai
berdasarkan kriteria WHO (WHO, 1997) dan yang dihitung adalah gigi
berlubang, gigi yang akan diekstraksi, dan gigi permanen yang ditambal
(dmft). Gigi berlubang yang masih vital diperiksa level kavitasnya dengan
inspeksi visual yang cermat. Sebuah probe CPI dengan ujung 0,5 mm
digunakan untuk menghilangkan plak dan debris makanan yang
menghalangi pemeriksaan, dan bila diperlukan digunakan untuk memastikan
adanya kavitas karies. Dmft dikategorikan berdasarkan tingkat keparahan
ECC, dengan menggunakan skor yang telah ditentukan sebelumnya (Hallett
dan O'Rourke , 2006) : dmft 0 = bebas karies ; dmft 1-5 = tingkat keparahan
rendah; dmft ≥ 6 = tingkat keparahan tinggi. Gigi dengan lesi white spot
dianggap sehat.
Salah satu orangtua dari anak diundang untuk menjawab dua kuesioner:
satu tentang OHRQoL anak (ECOHIS) dan satu lagi tentang karakteristik dan
kondisi sosiodemografi anak. Wawancara dilakukan secara lisan oleh dua
pewawancara yang terlatih dalam membacakan pertanyaan. Karakteristik
anak yang ditanyakan yaitu usia dan jenis kelamin anak. Informasi
sosiodemografi yang ditanyakan yaitu status pernikahan (menikah atau
orang tua yang telah bercerai), kepadatan dalam rumah (jiwa per kamar),
usia Ibu (≤ 30 atau ≥ 30 tahun), jumlah saudara kandung (tidak ada, satu,
dua atau lebih), tingkat pendidikan ibu dan ayah (< 8 atau 8 tahun atau
lebih) dan pendapatan keluarga (≤ 2x upah minimum atau > 2x upah
minimum).
Early Childhood Oral Health Impact Scale
ECOHIS untuk menilai OHRQoL anak dilakukan dengan wawancara
terhadap orangtua/pengasuh. ECHOIS yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan ECHOIS versi Brasil (Tesch et al., 2007; Scarpelli et al., 2011;
Martins-Júnior et al., 2012). ECOHIS ini terdiri dari 13 pertanyaan dibagi
menjadi dua bagian utama: bagian dampak pada anak (bagian 1) dan bagian
dampak pada keluarga (bagian 2). Bagian dampak pada anak memiliki
empat sub-skala: gejala pada anak, peran anak, psikologi anak dan
gambaran diri anak / interaksi sosial. Bagian dampak pada keluarga memiliki
dua sub-skala: tingkat stres orangtua dan peran keluarga. Kuesioner dinilai
menggunakan 5 poin skala Likert sederhana, dengan jawaban mulai dari
'tidak pernah' hingga 'sangat sering' (setara dengan skor 0 dan 4). Item skor
ditambahkan untuk menentukan skor total mulai dari 0 hingga 52, dengan
skor yang lebih tinggi menunjukkan dampak yang lebih besar dan / atau
lebih banyak masalah. Rentang skor subskala adalah sebagai berikut: gejala
pada anak - satu item, kisaran 0-4; Peran anak – empat item, kisaran 0-16;
psikologi anak - dua item, kisaran 0-8; gambaran diri anak / interaksi sosial -
dua item, kisaran 0 sampai 8. Bagian dampat pada keluarga: tingkat stres
orangtua - dua item, kisaran 0-8; Peran keluarga - satu item, kisaran 0
sampai 4. Peserta yang menjawab 'tidak tahu' untuk dua atau lebih item
dalam domain yang berhubungan dengan anak, atau satu atau lebih item
dalam domain yang berhubungan dengan keluarga, dikeluarkan dari analisis.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS (SPSS
untuk Windows, versi 20.0; SPSS Inc, Chicago, Sakit., USA), termasuk
distribusi frekuensi dan analisis deskriptif untuk keseluruhan rata-rata skor
ECOHIS. Skor pada domain individu dianalisis untuk meilhat hubungan
antara keparahan ECC dan faktor sosial ekonomi. Untuk analisis awal ini, uji
Kolmogorov-Smirnov digunakan untuk mempertimbangkan normalitas nilai
distribusi. Sebagai data yang tidak terdistribusi normal, tes nonparametrik
(Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis) digunakan. Variabel independen yang
termasuk yaitu karakteristik anak seperti jenis kelamin, usia, dan kondisi
sosiodemografi seperti status pernikahan, kepadatan dalam rumah, usia ibu,
jumlah saudara kandung, tingkat pendidikan ibu dan ayah, dan pendapatan
keluarga.
Pendekatan yang berurutan digunakan untuk seleksi variabel (Victora
dkk., 1997; Peres et al., 2005). Variabel dikelompokkan dalam kategori yang
berurutan mulai dari distal hingga ke proksimal. Kategori yang termasuk
dalam urutan ini, yaitu karakteristik anak, faktor sosial ekonomi dan kondisi
klinis gigi dan mulut. Untuk setiap tingkat, analisis regresi Poisson dengan
varian yang kuat dilakukan untuk menghubungkan rata-rata keseluruhan
skor ECOHIS dengan masing-masing kondisi klinis gigi dan mulut, faktor
sosial ekonomi dan karakteristik anak. Analisis ini dilakukan untuk
mengekslusikan variabel dengan nilai a p < 0.20. Variabel penjelas yang
dipilih untuk model akhir jika memiliki nilai a p < 0,05 setelah penyesuaian
untuk variabel dari tingkat yang sama atau faktor penentu sebelumnya.
Dalam analisis ini, hasil yang didapat digunakan sebagai hasil perhitungan,
seperti yang telah dilakukan sebelumnya (Barros dan Hirakata, 2003; Abanto
et al., 2011), dan rasio rate (RR) dan 95% CI dihitung.
Hasil
Sebanyak 638 anak-anak (usia 2-5 tahun) dan orang tua mereka
berpartisipasi dalam penelitian. Usia rata-rata anak adalah 51,3 bulan (SD =
1 3,98 bulan) dan sebanyak 339 anak (53,1%) berjenis kelamin perempuan.
Sebagian besar orang tua memiliki tingkat pendidikan kurang dari 8 tahun.
Pendapatan rumah tangga bulanan kurang dari dua kali upah minimum
sebesar 85,7% dari keseluruhan keluarga.
Semua orang tua yang diwawancarai dalam penelitian ini telah
menyelesaikan kuesioner ECOHIS. Namun, 2 peserta yang menjawab 'tidak
tahu' untuk dua atau lebih soal dalam domain terkait dengan anak, atau satu
atau lebih soal dalam domain yang berhubungan dengan keluarga,
dikeluarkan dari penelitian. Sebagian besar kuesioner dijawab oleh ibu
(98,7%). Prevalensi ECC sebesar 52,2%. Jumlah gigi berlubang berkisar dari
1 (n = 42; 6,6%) hingga 20 (n = 5; 0,8%), rata-rata 2,86 (SD = 4,04). Tabel 1
menampilkan distribusi jawaban pada ECOHIS sesuai dengan setiap
pertanyaan. Soal yang terkait dengan rasa sakit, kesulitan makan, rasa
terganggu, kesulitan minum dan kesulitan tidur merupakan soal yang paling
sering dilaporkan pada bagian dampak pada anak. Soal yang terkait dengan
perasaan bersalah keluarga dan mudah marah sering dilaporkan di bagian
dampak terhadap keluarga dalam ECOHIS tersebut. Orang tua melaporkan
lebih besar dampak yang terjadi pada anak (33,5%) dibandingkan keluarga
(22,9%). Secara total, 62,2% dari orang tua melaporkan tidak ada dampak
yang terjadi, yaitu nilai 0 pada ECOHIS. Skor maksimum ECOHIS adalah 37
dan skor maksimum 31 pada bagian dampak pada anak dan 14 pada bagian
dampak pada keluarga.
Rata - rata skor keseluruhan kuesioner adalah 2,95. Tabel 2
menunjukkan perbedaan rata-rata antara keparahan ECC untuk setiap
domain dan ECOHIS secara keseluruhan. Berdasarkan setiap domain dan
rata-rata skor keseluruhan, terdapat perbedaan signifikan antara keparahan
ECC dan OHRQoL, baik untuk dampak pada anak dan dampak pada keluarga
( p < 0,001 ).
Analisis univariat ECC dan faktor sosiodemografi menunjukkan bahwa
keparahan ECC dan usia anak berkaitkan dengan variabel hasil (ECOHIS) ( p
< 0,05 ) (Tabel 3).
Model multivariat akhir terdiri dari tiga kovariat (Tabel 4). Peningkatan
keparahan ECC menunjukkan peningkatan dampak negatif pada kualitas
hidup anak (RR = 5,32 ; 95 % CI : 3,67-7,71 ; p < 0,001 ). Usia ibu yang lebih
tua memiliki dampak positif pada OHRQoL anak prasekolah (RR = 0,72 ; 95
% CI : 0,54-0,97 ; p = 0,030 ). Peningkatan usia anak menunjukkan
peningkatan dampak negatif pada kualitas kehidupan anak (RR = 2,97 ; 95
% CI : 1,61-5,47 ; p < 0,001).
Diskusi
Penelitian ini menilai dampak dari ECC terhadap OHRQoL anak usia 2-5
tahun dan keluarga mereka. Peserta penelitian dipilih berdasarkan
representasi sampel berbasis komunitas. Sampai saat ini, mayoritas
penelitian mengevaluasi OHRQoL pada anak prasekolah menggunakan
ECOHIS yang bertujuan hanya untuk memvalidasi instrumen saja (Peker et
al., 2011; Scarpelli et al., 2011; Martins-Júnior et al., 2012; Mei et al., 2012),
di negara lain dikembangkan dengan menggunakan metode pengambilan
sampel nonprobabilitas [Abanto et al., 2011; Aldrigui et al, 2011.; Divaris et
al, 2012.; Pani et al., 2012] atau digunakan untuk evaluasi kelompok tertentu
saja seperti anak-anak dari penduduk dengan status sosial ekonomi rendah
di daerah pinggiran kota (Leal et al., 2012), anak HIV-positif (Buczynski et al.,
2011) dan anak-anak dengan cerebral palsy (Du et al., 2010). Penelitian lain
menilai OHRQoL sebelum dan sesudah prosedur rehabilitasi (Klaassen et al.,
2009). Sampai sekarang, dua penelitian telah dilakukan dengan
menggunakan representasi sampel berbasis komunitas, satu di Cina dan di
Brasil menggunakan kuesioner ECOHIS beserta validasinya (Goettems et al,
2011.; Wong et al., 2011). Seperti dalam penelitian ini, hubungan positif
ditemukan antara ECC dan OHRQoL pada anak-anak prasekolah Cina (Wong
et al., 2011). Di Brasil, Goettems dkk. (2011) menemukan bahwa kecemasan
ibu terhadap kesehatan gigi anaknya yang berlebihan memiliki efek negatif
terhadap kesehatan gigi dan mulut anaknya sehingga memberikan beban
pikiran yang lebih kepada kedua orang tuanya. Namun, penulis tidak
menyertakan hasil yang berkaitan dengan dampak ECC pada OHRQoL dari
prasekolah anak-anak.
Metode pemilihan sampel langsung terlihat dalam skor ECOHIS dan
dalam prevalensi dampak terhadap OHRQoL. Sebagai anak-anak yang
direkrut selama kampanye imunisasi, prevalensi dampak yang terjadi
(ECOHIS >0) adalah 33,5% untuk anak-anak dan 22,9% untuk keluarga.
Nilai-nilai ini lebih rendah dibanding penelitian lain yang menggunakan
kelompok sampel dari pasien yang memang sedang mencari pengobatan
gigi. Dalam hal ini, prevalensi dampak yang berkaitan dengan anak-anak dan
keluarga adalah 69,3 dan 30,7%, (Abanto et al., 2011). Bila dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya (Abanto et al., 2011), ia mengamati bahwa
munculnya jawaban 'tidak pernah atau hampir tidak pernah' lebih sering
terjadi pada semua soal kuesioner ECOHIS. Selain itu, semua domain
instrumen memiliki skor lebih rendah dalam penelitian ini, bahkan untuk
anak-anak dengan tingkat keparahan ECC yang tinggi. Namun, beberapa
orang tua dilaporkan memiliki skor setinggi 31 (skor maksimal 36) di bagian
dampak pada anak dan 14 (skor maksimum 16) di dampak pada keluarga.
Temuan penelitian ini mengkonfirmasi hipotesis bahwa ECC berdampak
negatif terhadap OHRQoL anak prasekolah dan keluarga mereka. Sensasi
rasa sakit di gigi, kesulitan makan, iritasi, kesulitan minum dan kesulitan
tidur merupakan kesulitan paling umum dilaporkan oleh orang tua, seperti
yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya (Lee et al., 2010; Abanto et
al., 2011; Wong et al., 2011; Leal et al., 2012). Selain dampak terhadap
anak, ECC juga memiliki dampak terhadap keluarga. Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa ECC dikaitkan dengan peningkatan dampak pada
keluarga (Lee et al., 2010; Abanto et al., 2011; Wong et al., 2011; Leal et al.,
2012). Tidak tidur di malam hari, hilangnya waktu untuk berkerja bagi
pengasuh dikarenakan harus merawat anak, menghabiskan waktu dan uang
untuk melakukan perawatan gigi anak menyebabkan penderitaan bagi orang
tua dan berdampak pada keuangan keluarga (Hadiah dkk., 1992; Finlayson
et al., 2007; Casamassimo et al., 2009).
Dalam penelitian ini, trauma gigi dan maloklusi dievaluasi sebagai
variabel-variabel yang dapat mengganggu hasilnya penelitian. Sesuai
dengan penelitian sebelumnya (Abanto et al., 2011; Aldrigui et al., 2011),
tidak ada statistik mengenai hubungan yang signifikan antara skor ECOHIS
dan trauma gigi atau maloklusi. Akibatnya, variabel-variabel ini tidak
dimasukkan dalam analisis penelitian ini. Terlepas dari kenyataan bahwa
kuesioner ECOHIS telah divalidasi untuk menilai dampak dari masalah
kesehatan gigi dan mulut dalam pengertian umum [Pahel et al., 2007],
terdapat kemungkinan bahwa instrumen tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi OHRQoL anak prasekolah dengan trauma gigi sederhana dan
maloklusi. Struktur ECOHIS yang berbentuk pertanyaan, lebih cocok untuk
menilai ECC dan trauma gigi yang parah (Abanto et al., 2011; Aldrigui et al.,
2011). Hal ini penting untuk dicatat bahwa tidak ada anak-anak pada
penelitian ini yang memiliki trauma gigi parah yang tidak diobati.
Usia ibu mempengaruhi skor ECOHIS. Dalam penelitian sebelumnya,
menyatakan pentingnya memasukkan usia orangtua kedalam kuesioner jika
informasi yang sama akan digunakan sebagai pengukuran dalam evaluasi
OHRQoL anak (Pani et al., 2012). Penelitian lain tidak memverifikasi
hubungan antara usia orangtua dan skor ECOHIS (Abanto et al., 2011). Ada
kemungkinan bahwa ibu dengan usia yang lebih muda merasa kurang aman
dalam merawat anak mereka, yang menyebabkan peningkatan dampak
terhadap keluarga. Namun, penelitian lebih lanjut terkait dengan aspek ini
harus dilakukan.
Evaluasi OHRQoL pada anak-anak melibatkan masalah metodologis
khusus, seperti ketergantungan anak-anak dengan usia yang lebih muda
pada isyarat dalam komunikasi mereka (Versloot et al., 2006). Hal ini
menyebabkan orang tua lebih sulit untuk mengenali masalah gigi dan mulut
anak serta pengaruhnya terhadap anak. Maka, usia dan kemampuan
berbahasa yang lebih baik pada anak, membuat orang tua akan lebih
mampu merasakan kesulitan anak mereka dalam kaitannya dengan
kesehatan gigi dan mulut. Pandangan ini dikonfirmasi oleh bagian pelayanan
odontologi dan kemudian terdapat perbaikan dalam OHRQoL anak (Talekar
et al., 2005). Namun, sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa ECOHIS
dapat memberikan informasi yang valid dan dapat dipercaya dari anak-anak
prasekolah (Lee et al., 2009; Scarpelli et al., 2011; Martins-Junior et al.,
2012).
Semua orang tua yang berpartisipasi dalam penelitian ini menghabiskan
setidaknya 12 jam per hari dengan anak mereka. Hal ini dilakukan untuk
memastikan bahwa informasi yang diberikan oleh orang tua itu seakurat
mungkin dalam kaitannya dengan dampak ECC pada OHRQoL anak serta
menghindari sebanyak mungkin hilangnya perserta karena jawaban 'tidak
tahu' terhadap kuesioner ECOHIS. Hanya 2 peserta dikeluarkan untuk alasan
ini. Penggunaan penilaian orangtua/pengasuh sebagai wakil OHRQoL anak,
walaupun tidak ideal, dapat diterima mengingat masalah-maalah kognitif
dan linguistik anak usia dini (McConaughy dkk., 1992; Cremeens et al., 2006;
Pahel et al., 2007; Wilson-Genderson et al., 2007].
Latar belakang sosial ekonomi anak dan keluarga mereka
mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut mereka. Ada hubungan signifikan
antara anak-anak dari rumah tangga berpenghasilan rendah dan ibu
berpendidikan rendah dengan ECC. Meskipun tidak ada perbedaan statistik
yang ditemukan antara kondisi sosial ekonomi dan OHRQoL, skor rata-rata
untuk ECOHIS lebih tinggi pada anak-anak dengan status sosial ekonomi
rendah. Hasil ini sesuai dengan literatur (Abanto et al., 2011; Wong et al.,
2011; Leal et al., 2012), yang menyatakan pentingnya menilai kondisi sosial
ekonomi bersamaan dengan pemeriksaan kondisi klinis dan penilaian
OHRQoL pada anak-anak prasekolah (Locker, 2007; Abanto et al., 2011).
Meskipun penelitian ini memberikan bukti yang original dan substansial
pengaruh ECC pada OHRQoL anak prasekolah dan keluarga mereka,
penelitian ini merupakan penelitian potong lintang. Penelitian longitudinal
diperlukan untuk menilai efek jangka panjang dari ECC dan perawatan pada
kualitas hidup anak-anak prasekolah. Akhirnya, hasil dalam penelitian ini
dapat berfungsi sebagai sumber informasi bagi mereka yang bertanggung
jawab untuk perencanaan dan pengorganisasian program perawatan
kesehatan gigi dan mulut, sehingga sumber daya kesehatan dapat
dialokasikan untuk pelaksanaan kebijakan pencegahan dan promosi
kesehatan gigi dan mulut yang difokuskan pada anak-anak. Dapat
disimpulkan bahwa ECC memiliki dampak negatif pada OHRQoL anak usia 2-
5 tahun dan orang tua mereka. Ibu berusia 30 tahun atau lebih dilaporkan
meningkatkan OHRQoL anak, meningkatan kemungkinanan bebas ECC dan
meingkatkan usia anak mereka.
Ucapan Terima Kasih
Penelitian ini didanai oleh lembaga pembinaan Brasil Coordenação de
Aperfeiçoamento de Pessoal de Nivel Unggul (CAPES), Conselho Nacional de
Desenvolvimento Cientifico e Tecnológico (CNPq) dan Fundação de Amparo à
Pesquisa do Estado de Minas Gerais (FAPEMIG). Penyedia dana tidak
berperan dalam desain penelitian, pengumpulan data dan analisis,
keputusan penerbitan, atau penyusunan naskah.
P.A.M.J. melakukan pemeriksaan klinis. R.G.V.A. dan P.C.F. melakukan
wawancara dengan orang tua. L.S.M. dan M.L.R.J. berpartisipasi dalam
konsep dan desain studi. P.A.M.J., L.S.M., F.O.F. dan M.L.R.J. menganalisis
data. Semua penulis berpartisipasi dalam penulisan naskah.
Disclosure Statements
Para penulis menyatakan bahwa mereka tidak memiliki hubungan
komersial yang mungkin dapat menyebabkan konflik kepentingan dalam
pembuatan naskah ini.