IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA...

58
IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN PANAS BUMI WAY RATAI BERDASARKAN DATA AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT) KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS LAMPUNG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA 2018 (Skripsi) Oleh SURYADI

Transcript of IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA...

Page 1: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN

LAPANGAN PANAS BUMI WAY RATAI BERDASARKAN

DATA AUDIO MAGNETOTELLURIC (AMT)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

2018

(Skripsi)

Oleh

SURYADI

Page 2: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

i

ABSTRACT

SUBSURFACE STRUCTURE IDENTIFICATION WAY RATAI

GEOTHERMAL FIELD BASED ON AUDIO MAGNETOTELLURIC

DATA (AMT)

By

SURYADI

In a geothermal field, the existence of a structure has an important role to operation

of a geothermal system. The structure control enters and exits fluid in the

geothermal system. The purpose of this study to identify the geothermal

components and structures based on resistivity data distribution in Way Ratai

geothermal fields. The Way Ratai geothermal field is located in Pesawaran District

of Lampung province, with the research area of 64 km2 and have been done

acquisition data 19 measurement points. The method used is Audio Data

Magnetotelluric (AMT) inversion. AMT method utilizes nature electromagnetic

waves in the frequency range of 0.1 Hz up to 104 Hz. This method can describe the

subsurface based on the distribution of resistivity value. The results from data

processing is a pseudo section, 2D inversion, and distribution of resistivity map at

any given depth. The results from a pseudo section and 2D inversion analysis, the

structure was identified at the point of measurement 03, 08, between the measuring

points 11 and 12, 15, 17 and 19. The determination of the structure is supported by

the existing hot spring manifests on the surface around the location of the structure.

Based on the distribution of resistivity maps analysis, geothermal system

components in Way Ratai geothermal fields are identified cap rocks, reservoir rocks

and basement rocks.. The cap rocks is an illustration with a resistivity value at 0

Ωm -10 Ωm and located at 100-750 meters depth. The reservoir rock is an

illustration with a resistivity value of 10 Ωm - 60 Ωm, located at 300-1600 meters

depth, increasing the of the depth reservoir rock distribution area is decreasing. The

basement rocks is an illustration with a resistivity value greater than 60 Ωm located

at a depth of 700-3000 meters, increasing of the depth basement rocks distribution

area is increasing

Keywords: Audio Magnetotelluric, Structure, Inversion, Resistivity

Page 3: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

ii

ABSTRAK

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN

PANAS BUMI WAY RATAI BERDASARKAN DATA AUDIO

MAGNETOTELLURIC (AMT)

Oleh

SURYADI

Di suatu lapangan panas bumi keberadaan struktur memiliki peranan penting untuk

berjalannya sistem panas bumi. Struktur merupakan pengontrol fluida yang masuk

dan keluar dari sistem panas bumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengidentifikasi komponen panasbumi dan struktur berdasarkan data sebaran

resistivitas pada daerah panas bumi Way Ratai. Daerah panas bumi Way Ratai

berada di Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung, dengan luas daerah penelitian

64 km2 dan dilakukan pengambilan data sebanyak 19 titik pengukuran. Metode

yang digunakan berupa inversi data Audio Magnetotelluric (AMT). Metode AMT

memanfaatkan gelombang elektromagnetik yang ada di alam pada rentang

frekuensi 0,1 Hz sampai dengan 104 Hz. Metode ini dapat menggambarkan keadaan

bawah permukaan berdasarkan sebaran nilai resistivitasnya. Dari pengolahan data

hasil yang didapatkan berupa pseudo section, hasil inversi 2D dan peta sebaran

resistivitas pada setiap kedalaman tertentu. Dari hasil analisis pseudo section dan

hasil inversi 2D teridentifikasi struktur berada pada titik pengukuran 03, 08,

diantara titik ukur 11 dan 12, 15, 17 dan 19. Berdasarkan analisis peta sebaran

resistivitas, komponen sistem panas bumi pada daerah panas bumi Way Ratai yang

teridentifikasi adalah batuan penudung, batuan reservoar dan batuan dasar. Batuan

penudung tergambarkan dengan nilai resistivitas 0 Ωm -10 Ωm dan berada pada

kedalaman 100-750 meter. Batuan reservoar tergambarkan dengan nilai resistivitas

10 Ωm – 60 Ωm berada pada kedalaman 300-1600 meter, semakin bertambah

kedalaman luas sebaran batuan reservoar semakin berkurang. Batuan dasar

tergambarkan dengan nilai resistivitas lebih besar dari 60 Ωm berada pada

kedalaman 700-3000 meter, semakin bertambah kedalaman luas sebaran batuan

dasar semakin bertambah.

Kata Kunci : Audio Magnetotelluric, Struktur, Inversi, Resistivitas.

Page 4: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

iii

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN LAPANGAN

PANAS BUMI WAY RATAI BERDASARKAN DATA AUDIO

MAGNETOTELLURIC (AMT)

Oleh

SURYADI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA TEKNIK

Pada

Jurusan Teknik Geofisika

Fakultas Teknik Universitas Lampung

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

Page 5: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

iv

Page 6: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,
Page 7: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,
Page 8: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Campang, Kecamatan Gisting,

Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung pada tanggal 19

Maret 1995. Penulis merupakan anak pertama dari dua

bersaudara dari pasangan Bapak Lebar dan Ibu Surati. Penulis

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Simpang Kanan

pada tahun 2007, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Sumberrejo

pada tahun 2010 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA SMA Negeri 1

Sumberrejo pada tahun 2013.

Pada tahun 2013, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Geofisika

Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten

praktikum Sistem Informasi Geografis Jurusan Teknik Geofisika Universitas

Lampung periode 2015/2016. Penulis juga aktif di kegiatan Organisasi Mahasiswa

seperti Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMATG Bhuwana) Fakultas

Teknik Universitas Lampung sebagasi anggota Bidang Sosial Budaya dan

Masyarakat periode 2015-2016. Pada 28 September – 21 Oktober 2016, penulis

melaksanakan Kerja Praktik (KP) di Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI.

Page 9: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

viii

PERSEMBAHAN

Dengan Mengharapkan Ridho Alloh dan Syafa’at Nabi

Muhammad SAW

Kupersembahkan Karyaku Ini untuk

Bapak dan Ibuku tercinta

Lebar dan Surati

Adikku tersayang

Hartanti

Para Sahabat dan Teman-Teman Seperjuangan

Teknik Geofisika Angkatan 2013

Almamater Tercinta

Universitas Lampung

Terima Kasih atas Pelajaran Hidup yang Kalian Berikan

Page 10: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

ix

MOTTO

Keterpurukanmu adalah bentuk rasa cinta Tuhanmu kepadamu.

(SYD)

Tetap bersyukur, Allah memeberi apa yang kau

butuhkan bukan yang kau minta.

(SYD)

Page 11: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

x

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya telah

memberikan kekuatan dan kemampuan berpikir kepada penulis dalam penyelesaian

penulisan Tugas Akhir ini sehingga laporan ini dapat selesai tepat pada waktunya.

Sholawat dan salam tak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW

karena dengan perantara beliau kita semua dapat merasakan nikmatnya ibadah,

nikamatnya bersyukur, dan insya Allah nikmatnya surga.

Selama pengerjaan Tugas Akhir ini banyak pihak yang terlibat dan memberikan

kontribusi ilmiah, spritual dan informasi baik secara langsung maupun tidak

langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan

terima kasih sebesar–besarnya kepada:

1. Kedua orang tua saya Bapak Lebar dan Ibu Surati yang telah membesarkan

penulis dan memberikan semangat, motivasi serta do’a yang tak ternilai

harganya.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Hasriyadi, M.S. Selaku Rektor Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Suharno, B.Sc., M.sc., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas Teknik,

Universitas Lampung.

Page 12: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xi

4. Bapak Dr. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si selaku Ketua Jurusan Teknik Geofisika,

Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Nandi Haerudin, S.Si., M.Si selaku Pembimbing I yang telah

memberikan ilmu, waktu dan tenaganya untuk membimbing tugas akhir saya.

6. Bapak Karyanto S. Si., M. T., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

ilmu, waktu dan tenaganya selama bimbingan tugas akhir saya.

7. Bapak Prof. Suharno, B.Sc., M.sc., Ph.D., selaku Penguji yang telah memberi

masukan dan perbaikan sehingga tugas akhir saya menjadi lebih baik.

8. Bapak Bagus Sapto Mulyatno S. Si., M. T., selaku Pembimbing Akademik

yang selalu memeberikan motivasi selama perkuliahan.

9. Semua Dosen Jurusan Teknik Geofisika, terima kasih atas didikannya, arahan

dan bimbingan yang telah diberikan.

10. Bapak Yayat Sudrajat, S.Si., dari Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI yang

telah memeberikan ilmu, arahan dan bimbingan mengenai tugas akhir saya.

11. Adik saya Hartanti serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis.

12. Teman-teman Asrama Nirmala (Ahmad Rohim, Muhamad Angsori, Yahya

Trijuni Putra, Ravide Lubis, Irfan dll) yang telah memberikan semangat dalam

pengerjaan Tugas Akhir ini.

13. Serta teman–teman seperjuangan Teknik Geofisika 13 Unila yang tersayang

(farkhan, putu, nico, ulfa, priesta, alicya, yasrifa, ari, dwi, haris, edi, nafis, rafi,

hanun, ririn, dian, atikah, fajri, bana, helton, kholil, noris, imbron, herlin, pipit,

widia, eci, abdi, agung, dody, haidar, egi, kurnia, winda, endah, deswita, shiska,

aji, reza, aloy, vide, feni, bunga, wuri, cahaya, yeni, udin dan ryan) yang sedikit

Page 13: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xii

banyaknya telah memberikan warna dalam kebersamaan dan kekeluargaan kita

selama kurang lebih 4 tahun ini. Terimakasih atas nilai kehidupannya. Kalian

luar biasa Joss..!!!

14. Semua pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang telah membantu serta

mendukung penulis dari awal kuliah sampai dengan terselesaikannya tugas

akhir ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini

Bandar Lampung, April 2018

Penulis,

Suryadi

Page 14: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xiii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah melimpahkan segala

rezeki, petunjuk, dan ilmu kepada penulis, sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga selalu untuk nabiNya yakni

Muhammad S.A.W. Skripsi yang berjudul “Identifikasi Struktur Bawah Permukaan

Lapangan Panasbumi Way Ratai Berdasarkan Data Audio Magnetotelluric (AMT)”

merupakan hasil dari Tugas Akhir yang penulis lakasanakan di Pusat Penelitian

Geoteknologi LIPI, Bandung, Jawa Barat. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat

memberikan manfaat bagi pembaca dan bermanfaat untuk penambahan ilmu

dimasa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih

terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan

ketidaksempurnaan skripsi ini, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun kearah perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Penulis

Suryadi

Page 15: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACT ..................................................................................................... i

ABSTRAK ...................................................................................................... ii

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... vi

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii

MOTTO .......................................................................................................... ix

SANWACANA ............................................................................................... x

KATA PENGANTAR .................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

I.PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang ..................................................................................... 1

I.2. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

I.3. Batasan Masalah .................................................................................. 4

1.4. Manfaat penelitian ............................................................................... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Daerah Penelitian ................................................................................ 5

2.2. Geologi Regional Daerah Penelitian ................................................... 5

2.3. Geologi Lokal Daerah Penelitian ........................................................ 8

2.3.1. Batuan Vulkanik Erupsi Gunung Ratai.................................... 10

2.3.2. Struktur Sesar ........................................................................... 12

2.4. Geomorfologi Daerah Penelitian......................................................... 14

2.5. Sistem Panasbumi ............................................................................... 15

2.6. Karakteristik Tahanan Jenis Batuan di daerah Panas Bumi ................ 18

Page 16: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xv

III. TEORI DASAR

3.1. Metode AMT ........................................................................................ 19

3.2 Teori Dasar AMT .................................................................................. 21

3.3. Skin Depth ............................................................................................ 24

3.4. Impedansi ............................................................................................ 24

3.5. Pengukuran Metode AMT .................................................................... 27

3.6. Pemodelan dan interpretasi data AMT ................................................. 28

3.6.1 Inversi Bostik .............................................................................. 30

3.6.2 Pemodelan 2D Non Linear Conjugate Gradien ........................... 31

IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 33

4.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 34

4.3. Diagram Alir Penelitian ........................................................................ 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Data Pengukuran ................................................................................ 37

5.2. Pengolahan Data ................................................................................. 38

5.3. Hasil dan Pembahasan ........................................................................ 41

5.3.1 Korelasi Pemodelan 1D ............................................................ 41

5.3.2. Model Pseudo Section............................................................... 51

5.3.3. Model Inversi 2D ...................................................................... 55

5.3.4. Model Resistivitas Perkedalaman ............................................. 64

5.3.5. Korelasi Model Inversi 1D dan 2D ........................................... 78

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ........................................................................................ 81

6.2. Saran .................................................................................................. 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 17: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman:

Gambar 1. Peta Daerah Penelitian .................................................................. 6

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian..................................... 7

Gambar 3. Peta Geologi Lokal Daerah Penelitian .......................................... 9

Gambar 4. Kolom Statigrafi Lokal Daerah Penelitian ................................... 10

Gambar 5 Topografi Daerah Penelitian .......................................................... 14

Gambar 6. Karakteristik Tahanan Jenis Batuan di Daerah Panasbumi .......... 18

Gambar 7. Penjalaran Gelombang Elektromagnetik ...................................... 21

Gambar 8. Modus TE dan Modus TM ........................................................... 26

Gambar 9. Konfigurasi Alat dalam Akuisisi Magnetotellurik ....................... 27

Gambar 10. Alur Pemodelan Inversi .............................................................. 28

Gambar 11. Alur Pemodelan Fordward ......................................................... 29

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian .............................................................. 35

Gambar 13. Korelasi Pemodelan 1D Lintasan 1 ............................................ 43

Gambar 14. Korelasi Pemodelan 1D Lintasan 2 ............................................ 47

Gambar 15. Pseudo Section Lintasan 1 .......................................................... 52

Gambar 16. Pseudo Section Lintasan 2 .......................................................... 54

Gambar 17. Hasil Inversi Lintasan 1 .............................................................. 57

Gambar 18. Hasil Inversi Lintasan 2 .............................................................. 60

Gambar 19. Gabungan Hasil Inversi Lintasan 1 dan Lintasan 2 .................... 63

Gambar 20. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 100 meter ........................ 65

Gambar 21. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 600 meter ........................ 67

Gambar 22. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 1000 meter ...................... 69

Gambar 23. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 1600 meter ...................... 71

Gambar 24. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 2000 meter ...................... 73

Gambar 25. Peta Sebaran Resistivitas Kedalaman 2500 meter ...................... 75

Gambar 26. Gabungan Sebaran Resistivitas Perkedalaman .......................... 77

Page 18: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Kelompok Panas Bumi Indonesia ................................... 17

Tabel 2. Rencana Kegiatan Penelitian ............................................................. 33

Tabel Lampiran 1. Data Hasil Pemodelan 1D Lintasan 1 ...................... Lampiran

Tabel Lampiran 2. Data Hasil Pemodelan 1D Lintasan 2 ..................... Lampiran

Page 19: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang terletak di wilayah zona subduksi. Dari selatan

pulau Jawa-Bali sampai ke Nusa Tenggara Timur merupakan batas zona suduksi

antara lempeng Australia dengan lempeng Pasifik. Sementara wilayah barat pulau

Sumatra merupakan zona subduksi antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng

Pasifik. Zona subduksi berperan dalam pembentukan kenampakan alam gunung,

baik gunung berapi aktif maupun tidak aktif. Dengan adanya gunung berapi di area

subduksi wilayah Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar

terutama potensi panas bumi.

Berbicara mengenai panas bumi tidak akan terlepas dari sistem yang mengontrol

panas bumi. Sistem yang mengontrol panas bumi adalah adanya sumber panas (heat

source), batuan reservoir, lapisan penutup, keberadaan struktur geologi dan daerah

resapan air (Suharno, 2010). Penelitian ini menitikberatkan pada struktur yang

menjadi pengontrol panas bumi. Struktur terutama sesar dan kekar sangat penting

dalam panas bumi. Keberadaan sesar menjadi kontrol dalam siklus hidrologi pada

daerah panas bumi. Daerah panas bumi pada daerah penelitan merupakan daerah

vulkanik, sehingga didominasi oleh litologi batuan beku, dimana batuan beku

memiliki permeabilitas yang kecil sehingga fluida (air) sulit untuk melewatinya.

Page 20: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

2

Dengan adanya sesar maka permeabilitas batuan daerah vulkanik (mayoritas batuan

beku) yang sebelumnya memiliki permeabilitas total yang kecil, permeabilitas

totalnya menjadi besar. Perubahan permeabilitas tersebut membuat fluida (air)

dapat dengan mudah melewatinya.

Sesar juga sangat berkaitan dengan keberadaan manifestasi panas bumi di

permukaan bumi. Hal ini berkaitan dengan pelolosan fluida panas bumi

membutuhkan daerah yang memiliki permeabilitas yang tinggi. Daerah yang

memiliki permeabilitas yang tinggi tersebut dapat meloloskan fluida dari bawah

menuju permukaan. Permeabilitas yang besar pada daerah panas bumi biasanya

terdapat pada pada daerah sesar. Dimana permeabilitas rekahan berdasarkan

arahnya terbagi dua yaitu permeabilitas vertikal dan permeabilitas horizontal.

Adanya sesar sangat mendukung terbentuknya permeabilitas vertikal, dimana pada

daerah sesar ini memungkinkan untuk meloloskan fluida panas bumi ke permukaan.

Untuk mengidentifikasi sesar dan pengontrol sistem panas bumi yang lain (sumber

panas/heat source, batuan reservoar dan lapisan penutup) diperlukan penelitian

yang lebih lanjut. Dalam mengidentifikasi sesar dan pengontrol sistem panas bumi

yang lain (sumber panas/heat source, batuan reservair dan lapisan penutup) dari

suatu lokasi diperlukan metode geofisika yang relevan untuk menggambarkan

sistem yang mengontrol panas bumi. Metode geofisika yang relevan adalah audio

magnetotellurik (AMT). Metode AMT merupakan salah satu metode geofisika

yang baik untuk memetkan resistivitas batuan bawah permukaan di daerah panas

bumi. Dimana dengan menggunakan data sebaran resistivitas bawah permukaan

tersebut dapat ditentukan sesar dan pengontrol sistem panas bumi yang lain (sumber

Page 21: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

3

panas/heat source, batuan reservoir dan lapisan penutup), dari nilai resistivitas dan

sebaran resistivitanya.

Metode AMT memanfaatkan medan elektromagnetik (EM) alam untuk mengetahui

sebaran tahanan jenis bawah permukaan dengan cara melakukan pengukuran pasif

komponen medan listrik (E) dan medan magnet (H) alam yang berubah terhadap

waktu. Medan EM mempunyai rentang frekuensi tinggi hingga rendah yang mampu

untuk penyelidikan dari kedalaman puluhan meter hingga ribuan meter di bawah

permukaan bumi. Sehingga metode ini dapat menyelidiki bawah permukaan tanah

yang dengan jangkauan yang lebih dalam dibandingkan metode yang lain.

Penggunaan metode AMT dalam eksplorasi panas bumi berdasarkan penelitian

sebelumnya. Pada penelitian Mapping the Geothermal System Using AMT and MT

In QP Geothermal Field, SW Tibet (Lanfang dkk., 2015) yag diterbitkan oleh

procceding Fourtieth Workshop on Geothermal Reservoir Enginering Stanford

University, menjelaskan bahwa metode AMT dapat digunakan untuk memetakan

sistem panas bumi. Penelitian yang lain yaitu: Identifikasi Panas Bumi Diwak dan

Deekan Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang Dengan Menggunakan Metode

Audiomagnetotellurik (Rukmana dan Harmoko, 2017) yang diterbitkan oleh

Youngster Phisics Journal, menjelaskan bahwa metode AMT dapat digunakan

untuk mengidentifikasi sistem panas bumi berupa batuan penudung/cap rock,

reservoar dan sumber panas.

Page 22: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

4

I.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Memetakan sebaran nilai tahanan jenis bawah permukaan lapangan panas

bumi Way Ratai berdasarkan hasil inversi.

2. Membuat peta penampang sebaran resistivitas berdasarkan korelasi model

1D antar titik pengukuran dan model pseudo section.

3. Membuat peta sebaran resistivitas perkedalaman.

4. Menentukan komponen-komponen panas bumi berdasarkan peta sebaran

nilai tahanan jenis lapangan panas bumi Way Ratai

5. Menentukan struktur yang ada di lapangan panas bumi Way Ratai

berdasarkan hasil pengolahan inversi 2-D didukung dengan hasil pseudo

section.

I.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti membatasi bahasan atau cakupan

masalah penelitian yang dilakukan hanya sampai pada analisis lapisan bawah

permukaan berdasarkan sebaran nilai tahanan jenis berdasarkan data hasil model

sebaran tahanan jenis 1-D dan inversi 2-D dan peta geologi daerah penelitian.

I.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari dilakukannya penelitian ini adalah memberikan informasi tentang

gambaran bawah permukaan mengenai komponen-komponen panas bumi, struktur

dan lapisan bawah permukaan lapangan panas bumi Way Ratai.

Page 23: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah air panas Way Ratai Kecamatan Padang Cermin dan

Kecamatan Way Ratai, Provinsi Lampung. Gambar peta daerah penelitian dan

sebaran data Audio-Magnetotellurik ditunjukkan oleh Gambar 1.

2.2 Geologi Regional Daerah Penelitian

Secara umum daerah Way Ratai, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten

Pesawaran, Provinsi Lampung berada pada geologi regional Tanjung Karang.

Berikut ini akan ditunjukkan pada Gambar 2. yang merupakan peta geologi

regional daerah panas bumi Way Ratai, Provinsi Lampung.

Dari peta geologi regional pada Gambar 2. lokasi penelitian dan sekitarnya

memiliki beberapa formasi batuan diantaranya adalah Formasi Dasit Piabung

(Tmda), Formasi Hulusimpang (Tomh), Formasi Sabu (Tpos), Formasi Tarahan

(Tpot), Menanga (Km), Endapan Gunung Api Muda (Qhv) dan Alluvium(Qa).

Formasi Dasit Piabung merupakan formasi yang terdiri dari batuan dasit. Formasi

Hulusimpang merupakan formasi yang berasal dari Gunung api atau produk dari

Gunung api, Formasi Hulusimpang terdiri dari batuan lava andesit basal, tuf breksi

Page 24: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

6

Gambar 1. Peta Daerah Penelitian (DEM SRTM 90m dan Peta Rupa Bumi

Indonesia)

Page 25: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

7

Gambar 2. Peta Geologi Regional Daerah Penelitian (Gafoer dkk, 1993)

Gunung api terubah dengan lensa batu gamping. Formasi Sabu merupakan formasi

batuan yang terdiri dari perselingan antara breksi konglomeratan dan batupasir.

Page 26: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

8

Endapan Gunung Api Muda merupakan batuan yang berasal dari Gunung Ratai,

terdiri dari lava andesit-basalt), breksi dan tuff. Formasi Tarahan merupakan batuan

vulkanik dari Gunung Rajabasa formasi ini terdiri dari tuff padu dan breksi dengan

sisipan rijang. Menanga merupakan formasi yang terdiri dari perselingan antara

serpih dan batu lempung dengan basalt, sisipan rijang dan lensa batugamping.

Alluvium merupakan hasil sedimentasi yang berada pada dataran rendah, terdiri

dari kerakal, kerikil, pasir, lempung, dan gambut.

2.3 Geologi Lokal Daerah Penelitian

Geologi lokal pada daerah penelitian, ditunjukkan pada Gambar 3 (peta geologi

lokal daerah penelitian) dan Gambar 4 merupakan kolom stratigrafi lokal daerah

panas bumi Way Ratai, Provinsi Lampung.

Adapun stratigrafi pada daerah penelitian terdapat satu kelompok batuan, yaitu

batuan Kuarter, hasil dari erupsi Gunung Ratai seperti yang ditunjukkan oleh

Gambar 4.

Page 27: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

9

Gambar 3. Peta Geologi Lokal. Daerah Penelitian (Gafoer dkk, 1993)

Page 28: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

10

Gambar 4. Kolom Stratigrafi Lokal Daerah Penelitian (Gafoer dkk, 1993)

2.3.1 Batuan Vulkanik Erupsi Gunung Ratai

Batuan vulkanik erupsi Gunung Ratai berasal dari erupsi Gunung Ratai di dasar

Kaldera Gebang, batuan vulkanik hasil erupsi tersebut memiliki umur elatif geologi

Kuarter. Adapun stratigrafi dari daerah penelitian adalah sebagai berikut.

Satuan Aliran Lava Ratai 1 (ALR 1)

Batuan Aliran Lava Ratai 1 merupakan merupakan batuan hasil dari erupsi pusat

Gunung Ratai yang mengisi lembah di dasar Kaldera Gebang, sebaran batuan Ratai

Lava 1 berada di lereng timur–tenggara Gunung Ratai. Sebaran batuan Ratai Lava

1 memiliki bentuk yang memanjang pada daerah lembah mengikuti bentuk

setengah lingkaran dari rim Kaldera Gebang. Batuan Ratai Lava 1 memiliki

komposisi batuan andesitik, merupakan batuan yang lapuk dan batuan Ratai Lava

1 ini memiliki warna abu-abu kecoklatan.

Satuan Aliran Lava Ratai 2 (ALR 2)

Batuan Satuan Aliran Lava Ratai 2 merupakan batuan hasil erupsi dari Gunung

Ratai, batuan ini memiliki pola persebaran yang memanjang, mengikuti lembah di

dasar Kaldera Gebang, sebaran batuan Ratai Lava 2 ini berada di sebelah timur,

Relatif Absolut

LAVA ALIRAN PIROKLASTIK JATUHAN PIROKLASTIK

ALR 7

ALR4

JPR

ALR2

ALR1

GV

Umur BATUAN PRIMER

GUNUNG RATAI

ERUPSI PUSAT

KOLOM STATIGRAFI

K

U

A

R

T

E

R

KALDERA GEBANG

APR2

Page 29: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

11

tenggara, hingga selatan kaki Gunung Ratai. Batuan ini memiliki komposisi batuan

andesitik dan warna dari batuan Ratai Lava 2 adalah berabu-abu keputih-putihan

kecoklatan.

Satuan Jatuhan Piroklastika Ratai (JPR)

Satuan batuan Jatuhan Piroklastika Ratai memiliki sebaran dan singkapan yang

sangat terbatas, berada di kaki timur Gunung Ratai dengan ketebalan singkapan

minimum 1,5 m. Di beberapa tempat, satuan Batuan Ratai Jatuhan Piroklastika ini

diapit oleh endapan aliran piroklastika dan mengalami pelapukan. Setelah

mengalami pelapukan batuan tersebut berubah menjadi tubuh tanah berwarna

coklat muda. Jika dilihat secara keseluruhan, Satuan batuan Ratai Jatuhan

Piroklastika memiliki warna abu-abu kecoklatan (lapuk), tekstur klastik halus–

sedang, terdiri dari abu vulkanik bersama dengan beberapa fragmen litik andesit

dan batu apung.

Satuan Aliran Lava Ratai 4 (ALR 4)

Batuan Satuan Aliran Lava Ratai 4 memiliki sebaran yang cukup luas terutama di

lereng-kaki baratlaut Gunung Ratai. Singkapan batuan ini berupa massif lava

dengan kondisi yang relatif segar serta bongkah-bongkah lava di sekitarnya. Batuan

Satuan Ratai Lava 4 ini memiliki komposisi batuan andesitik dan memiliki warna

batuan abu-abu kecoklatan.

Satuan Aliran Piroklastika Ratai 2 (Apr 2)

Batuan Satuan Aliran Piroklastika Ratai 2 memiliki sebaran yang luas, sebaran

batuan ini berada di kaki selatan dan baratdaya Gunung Ratai. Singkapan batuan ini

hingga 20 m dan telah terubah secara hidrotermal menjadi berwarna keputih-

putihan. Jika diilihat dari singkapannya yang tebal dan dengan area sebaran yang

Page 30: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

12

cukup luas, erupsi ini tampaknya disertai dengan peningkatan aktivitas tektonik

yang menghasilkan struktur sesar normal di daerah ini. Secara megaskopis, aliran

piroklastika ini memiliki warna abu-abu keputih-putihan, secara keseluruhan

bertekstur klastik halus hingga agak kasar, dengan komposisi material vulkanik

dengan beberapa fragmen batuan terubah, fragmen batu apung dan fragmen litik

andesit.

Satuan Aliran Lava Ratai 7 (ALR 7)

Batuan Satuan Aliran Lava Ratai 7 memiliki sebaran yang terbatas mulai dari lereng

hingga kaki barat dan baratlaut Gunung Ratai. Sebaran singkapan Batuan Satuan

Aliran Lava Ratai 7 tidak begitu luas, singkapannya sebagian besar berupa

bongkah-bongkah lava yang memiliki komposisi andesit. Batuan Satuan Aliran

Lava Ratai 7 ini memiliki komposisi batuan andesit dan warna dari batuan ini

adalah kehitaman–kecoklatan.

2.3.2 Struktur Sesar

Secara keseluruhan struktur sesar di lapangan panas bumi Way Ratai dan sekitarnya

memiliki arah baratlaut–tenggara dan timurlaut-baratdaya yang diduga kuat sebagai

sesar normal. Selain kedua struktur sesar normal di atas, daerah penelitian juga

terdapat kelurusan-kelurusan (lineaments) berarah timurlaut – baratdaya dan

baratlaut–tenggara. Pada daerah penelitian terdapat banyak kelurusan-kelurusan

(lineaments), terutama di bagian barat, baratdaya, selatan dan sedikit di bagian

tengah daerah penelitian.

Page 31: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

13

Pembentukan sesar normal disebabkan oleh gaya tarik (extention) dan cenderung

menimbulkan area terbuka (open space) yang cukup lebar. Adanya sesar sangat

penting, karena dapat mendukung tingginya permeabilitas batuan di area reservoar

panas bumi Way Ratai. Karena itu pembahasan struktur sesar adalah sangat

penting, khususnya untuk struktur sesar normal berarah timur laut – baratdaya, sesar

normal berarah baratlaut–tenggara dan kelurusan-kelurusan yang diperkirakan

mempengaruhi zona prospek panas bumi di Way Ratai. Berikut ini merupakan

penjelasan secara rinci mengenai kedua struktur sesar yang ada di lapangan panas

bumi Way Ratai.

Sesar normal berarah baratlaut–tenggara

Sesar normal berarah baratlaut–tenggara pada daerah penelitian berada di sekitar

puncak Gunung Ratai. Sesar tersebut memiliki blok timurlaut yang relatif turun

terhadap blok baratdaya. Struktur sesar normal yang berarah baratlaut–tenggara

lainnya (relatif kecil), memiliki area persebaran di sisi tenggara, selatan, baratdaya

dan barat daerah penelitian. Sesar normal yang kecil-kecil ini memiliki pergerakan

yang sangat beragam, ada yang blok timurlaut relatif turun terhadap blok baratdaya,

dan sebaliknya. Sebagai tambahan, satu pasang struktur sesar normal yang berarah

baratlaut–tenggara di kaki tenggara Gunung Ratai membentuk struktur graben.

Sesar normal berarah timurlaut – baratdaya

Sesar normal berarah timurlaut – baratdaya dicirikan oleh dua struktur sesar normal,

yaitu struktur sesar yang pertama berada pada puncak kawah Gunung Betung dan

memotong puncak kawah Gunung Betung tersebut, sedangkan struktur sesar yang

kedua berada di kaki tenggara Gunung Betung. Pergerakan dari kedua sesar normal

Page 32: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

14

ini relatif sama, yaitu blok timurlaut relatif turun terhadap blok tenggara. Kedua

sesar normal timurlaut – baratdaya ini membentuk step fault. Selain kedua struktur

sesar ersebut, struktur sesar normal yang berarah timurlaut – baratdaya lainnya

tampak relatif pendek, tersebar di sisi timur, tenggara, selatan dan barat daerah

penyelidikan. Pergerakan sesar normal yang berukuran kecil tersebut sangat

beragam, dimana blok baratlaut relatif turun terhadap blok tenggara, dan sebaliknya

ada yang blok tenggara relatif turun terhadap blok baratlaut.

Gambar 5. Topografi Daerah Penelitian

2.4 Geomorfologi Daerah Penelitian

Lapangan panas bumi Way Ratai memiliki lokasi di lingkungan komplek

gunungapi dengan dua kerucut gunungapi berdampingan, yaitu Gunung Ratai

berada di sebelah baratdaya dan Gunung Betung berada di sebelah timurlaut. Proses

meter

Page 33: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

15

pembentukan bentang alam komplek Gunungapi yang mendasari pembentukan

sistem panas bumi daerah Way Ratai. Proses pembentukannya terjadi selama zaman

Kuarter dan dipengaruhi oleh proses endogen dan eksogen. Proses endogen

merupakan proses yang berasal dari dinamika Gunungapi Ratai dan Betung itu

sendiri, serta pergerkan tektonik regional atau pergerakan sesar yang berpengaruh

di area panas bumi way ratai. Proses eksogen merupakan proses hidrosfir, dimana

proses hidrosfir diakibatkan oleh erosi permukaan bumi. Kedua proses alam ini

pada akhirnya menghasilkan suatu bentang alam berupa pedataran dan perbukitan.

Bentang alam daerah panas bumi Way Ratai dikelompokan berdasarkan

karakteristik bentang alamnya, seperti bentuk morfologi, kemiringan lereng, tekstur

dan pola aliran sungai. Berdasarkan parameter tersebut, morfologi Way Ratai dan

sekitarnya dikelompokan menjadi tujuh satuan morfologi, yaitu morfologi kubah

lava, perbukitan bertekstur kasar, perbukitan bertekstur halus, perbukitan tua,

pedataran bergelombang lemah, pedataran landai, dan perbukitan terisolir.

2.5 Sistem Panas Bumi

Secara garis besar sistem panas bumi dikontrol oleh adanya sumber panas (heat

source), batuan reservoar, lapisan penutup, keberadaan struktur geologi dan daerah

resapan air (Suharno, 2010).

Sumber panas (heat source)

Panas dapat berpindah secara konduktif, konvektif dan radiasi. Pada sistem panas

bumi perpindahan panas umumnya secara konduktif dan konvektif. Transfer panas

secara konduktif pada batuan terjadi akibat adanya interaksi atomik atau molekul

Page 34: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

16

penyusun batuan dalam mantel sedangkan perpindahan panas secara konvektif

adalah perpindahan panas yang diikuti oleh perpindahan massa (molekul).

Reservoar

Reservoar adalah lapisan yang tersusun dari batuan yang memiliki sifat permeable

dan porositas tinggi yang berperan untuk menyimpan fluida yaitu uap dan air panas

yang berasal dari hasil pemanasan (konvektif dan konduktif) dalam suatu sistem

hidrothermal. Reservoar panas bumi yang produktif harus memiliki porositas dan

permeabilitas yang tinggi, ukuran volume cukup besar, suhu tinggi dan kandungan

fluida yang cukup.

Batuan penudung (caprock)

Lapisan penudung (caprock) berfungsi sebagai penutup reservoar untuk mencegah

keluar atau bocornya fluida panas bumi dari reservoar. Batuan penudung harus

berupa lapisan batuan yang bersifat kedap atau memiliki permeabilitas rendah.

Lapisan penudung umumnya tersusun oleh lapisan batuan yang terdiri dari mineral

lempung sekunder hasil ubahan (alterasi) akibat interaksi fluida dengan batuan

yang dilewatinya.

Struktur Geologi

Keberadaan struktur geologi sangat penting dalam panas bumi. Struktur geologi

memegang peranan dalam sirkulasi hidrologi pada sistem panas bumi, struktur

geologi merupakan pengontrol dari sistem panas bumi. Adanya manifestasi

permukaan (air panas) merupakan indikasi adanya struktur geologi pada daerah

panas bumi, dimana air yang terpanaskan bergerak naik ke permukaan melewati

zona lemah akibat adanya struktur tersebut.

Page 35: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

17

Daerah Resapan

Daerah resapan memegang peranan penting dalam sirkulasi sistem panas bumi.

Daerah resapan menyuplai fluida (air) yang akan dipanaskan di reservoar. Air dari

daerah resapan ini biasanya berasal dari air hujan. Dalam suatu lapangan panas

bumi, daerah resapan berada pada elevasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

elevasi dari daerah dimana sumur-sumur produksi berada. Daerah resapan juga

ditandai dengan rata-rata resapan air tanah per tahun yang bernilai tinggi.

Berdasarkan wilayah, panas bumi di Indonesia diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok, dengan kriteria dari tiap kelompok/wilayah yang berbeda-beda. Pada

Tabel I merupakan tabel klasifikasi kelompok Panas bumi di Indonesia.

Tabel 1. Klasifikasi Kelompok Panas bumi Indonesia (Suharno, 2010).

Wilayah

Kriteria Sumatera

Jawa, Nusa

Tenggara

Sulawesi Utara

Sebagian

besar

Sulawesi,

Maluku dan

Papua

Manifestasi

permukaan

Fumarol suhu tinggi

dengan steam jet, mata

air mendidih,

solfatara, lumpur

panas, kolam lumpur,

danau asam, alterasi

luas dan sangat

intensif

Fumarol suhu

tinggi, mata air

mendidih,

solfatara, kolam

lumpur, alterasi

intensif

Fumarol dan

solfatara

Material

penyusun

Riolitik-andesitik,

produk Gunung api

muda, ketebalan

material sekitar 1 km

Andesitik-basaltik,

produk Gunung

api muda dan

sedang, ketebalan

material. 2,5 km

Produk

Gunung api

tua, sedimen

Struktur

Sesar regional

sumatera dan sesar-

sesar sekunder,

ketidakselarasan,

kaldera

Sesar

lokal,kaldera,

ketidakselarasan

Sesar lokal

Graben

ketidakselaras

an

Page 36: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

18

2.6 Karakteristik Tahanan Jenis Batuan di Daerah Panas Bumi

Tahanan jenis merupakan salah satu variabel parameter fisika yang dapat

mengetahui sifat suatu bahan dan telah terbukti menjadi parameter geofisika yang

sering digunakan untuk mencari sumber daya panas bumi. Secara umum,

penggambaran sistem dan nilai resisitivitas komponen panas bumi diilustrasikan

pada Gambar 6.

Gambar 6. Karakteristik Tahanan Jenis Batuan di Daerah Panas Bumi

(Jhonston, dalam Oskooi, 2016).

Sistem panas bumi terdiri dari batuan penudung/cap rock dengan resistifitas

berkisar >10 Ωm, reservoar dengan nilai tahanan jenis berkisar 10-60 Ωm dan

batun sumber panas/heat source dengan nilai tahanan jenis paling tinggi pada

sistem, tetapi pada tiap sistem panas bumi memiliki komponen penyusun dengan

nilai tahanan jenis yang beragam tergantung dengan litologi daerah tersebut dan

beberapa faktor yang saling berkaitan untuk menentukan nilai tahanan jenis

batuan.

Page 37: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

19

III. TEORI DASAR

3.1 Metode AMT

Audio magnettoteluric merupakan metode yang memetakan konduktivitas elektrik

bawah permukaan menggunakan sumber energi elektromagnetik yang bersumber

dari alam. Pada metode AMT intinya adalah bidang elektromagnetik dianggap

planar pada geometri dan sebagian besar vertikal ke bawah. Di bumi penjalaran

gelombang elektromagnetik yang memilki frekuensi tinggi (panjang gelombang

pendek) penetrasi kedalamnnya dangkal, sementara penjalaran gelombang

elektromagnetik yang memilki frekuensi rendah (panjang gelombang yang

panjang) maka semakin baik penetrasi kedalamannya. Pengukuran AMT

merupakan simultan time series dari komponen ortogonal magnetik (Bx, By dan Bz)

dan elektrik (Ex dan Ey). Data medan magnetik diukur atau direkam oleh koil

magnetik yang ditanam di dalam tanah. Data medan listrik diukur atau direkam oleh

elektroda atau dalam AMT porouspot yang ditanam di dalam tanah (Lahti, 2015).

Metode AMT beroperasi pada rentang frekuensi yang tinggi yaitu 10 Hz sampai

104 Hz. Sumber sinyal untuk metode magnetotellurik adalah medan

Page 38: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

20

magnetik yang berasal dari dalam dan luar bumi serta memiliki rentang frekuensi

yang bervariasi. Medan magnet yang berasal dari dalam dikarenakan pergerakan

antara mantel bumi terhadap inti bumi. Medan magnet yang berasal dari luar bumi

adalah medan magnet yang dihasilkan di atmosfer dan magnetosfer. Semua sumber

medan magnetik tersebut memiliki nilai yang bervariasi terhadap waktu, tetapi yang

dimanfaatkan pada AMT hanya medan magnetik yang berasal dari luar bumi yang

memiliki rentang frekuensi lebih besar. Sumber magnetik yang berasal dari luar

bumi yaitu seperti peristiwa petir dan solar wind yang terjadi. Frekuensi yang

dihasilkan oleh petir memiliki frekuensi lebih kecil dari 1-400 Hz. Frekuensi yang

dihasilkan oleh solar wind memiliki frekuensi lebih kecil dari 0,0005-1 Hz sehingga

memiliki penetrasi yang dalam (Reynolds, 1995).

Pada Gambar 7 merupakan penjalaran gelombang elektromagnetik. Gelombang

elektromagnetik yang tertransmisi kedalam bumi akan berinteraksi dengan medium

yang memiliki nilai tahanan jenis tertentu. Hasil dari interaksi tersebut

mengakibatkan terjadinya induksi yang menyebabkan terbentuknya arus telluric

dan medan magnet sekunder. Sinyal yang ditangkap oleh alat magnetotellurik

merupakan sinyal yang berasal dari medan elektromagnetik total yaitu medan

elektromagnetik yang berasal dari gelombang primer dan sekunder yang terjadi di

permukaan bumi dengan variasi waktu. Sesuai dengan sifat gelombang

elektromagnetik pada suatu medium penetrasi dari gelombang tersebut akan

bergantung pada frekuensi dari gelombang tersebut dan resistivitas dari medium

yang dilaluinya.

Page 39: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

21

Gambar 7. Penjalaran Gelombang Elektromagnetik (Daud dalam Rulia, 2012)

3.2 Teori Dasar AMT

Dasar dari metodae MT maupun AMT adalah persamaan Maxwell yang berkaitan

dengan listrik dan magnet. Persamaan Maxwell yang menggabungkan hukum

Faraday, hukum Ampere, hukum Coloumb dan hukum kontinuitas fluks magnet.

Bentuk persamaan Maxwell adalah sebagai berikut:

𝛻 × E = −𝜕

𝜕𝑡 (1)

× = 𝑗 + 𝜕

𝜕𝑡 (2)

𝛻 . = 𝑞 (3)

𝛻 . 𝐵 = 0 (4)

Dimana: E adalah medan listrik (Volt/m), B adalah fluks atau induksi

magnetik (Weber/m² atau Tesla), H adalah medan magnet (A/m), j adalah rapat

Page 40: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

22

arus (A/m²), D adalah perpindahan listrik (Coloumb/m²) dan q adalah rapat muatan

listrik (Coloumb/m³)

Pada Persamaan (1) merupakan persamaan dari hukum faraday, Persamaan (2)

merupakan persamaan dari hukum ampere, Persamaan (3) merupakan persamaan

dari hukum coulomb dan Persamaan (4) merupakan persamaan dari hukum

kontinuitas fluks magnet.

Persamaan (1) diturunkan dari hukum Faraday, hukum Faraday menjelaskan

bahwa adanya perubahan medan magnet terhadap waktu akan menyebabkan

terbentuknya medan listrik. Persamaan (2) merupakan hukum Ampere yang

menjelaskan bahwa medan magnet tidak hanya terjadi karena adanya sumber arus

listrik, namun dapat terjadi juga karena pengaruh perubahan medan listrik terhadap

waktu sehingga menginduksi medan magnet. Persamaan (3) menyatakan hukum

Coulomb yang menjelaskan bahwa medan listrik disebabkan oleh adanya muatan

listrik yang berperan sebagai sumbernya. Sedangkan Persamaan (4) merupakan

hukum kontinuitas fluks magnet yang menyatakan bahwa tidak ada medan magnet

yang bersifat monopol (Simpson dan Bahr, 2005).

Hubungan antara intensitas medan dengan fluks yang terjadi pada medium

dinyatakan oleh persamaan berikut;

= 𝜇 (5)

= 휀 (6)

J = 𝜎 = 𝐸

𝜌

(7)

Page 41: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

23

Dimana, μ adalah permeabilitas magnetik (Henry/m), 휀 adalah permitivitas listrik

(Farad/m), 𝜎 adalah konduktivitas (Ohm−1/m atau Siemens/m), 𝜌 adalah tahanan

jenis (Ohm.m), E adalah medan listrik (Volt/m), B adalah fluks atau induksi

magnetik (Weber/m² atau Tesla), H adalah medan magnet (A/m) dan j adalah

rapat arus (A/m²)

Dengan asumsi sifat fisik medium tidak bervariasi terhadap waktu dan posisi

(homogen isotropik), serta mengabaikan perpindahan arus, sehingga akumulasi

muatan pada Persamaan (1) tidak terjadi dan persamaan Maxwell dapat dituliskan

kembali sebagai berikut,

∇ × = − 𝜇 𝜕

𝜕𝑡 (8)

∇ × = 𝜎 + 휀 𝜕

𝜕𝑡 (9)

∇ ∙ = 0 (10)

∇ ∙ = 0 (11)

Jika dilakukan operasi curl terhadap variable medan listrik dan medan magnet pada

Persamaan (8) dan Persamaan (9), dengan menggunakan vektor identitas ∇ × ∇

× A = ∇∇. A − ∇²A dimana A adalah medan listrik atau medan magnet, sehingga

didapatkan persamaan:

∇2 = 𝜇𝜎𝜕

𝜕𝑡+ 𝜇휀

𝜕2

𝜕𝑡2 (12)

∇2 = 𝜇𝜎𝜕

𝜕𝑡+ 𝜇휀

𝜕2

𝜕𝑡2 (13)

Variable E dan H merupakan fungsi posisi dan waktu (Yuanita dkk., 2015)

Page 42: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

24

3.3 Skin Depth

Skin depth atau penetrasi kedalaman gelombang elektromagnetik yang digunakan

untuk memprediksi kedalaman penjalaran gelombang elektromagnetik atau

kedalaman investigasi gelombang elektromagnetik. Skin depth dipengaruhi oleh

frekuensi (f) dan resistivitas. Semakin besar resistivitas maka penetrasi

kedalamannya semakin dalam dan sebaliknya, semakin besar frekuensi maka

penetrasi kedalamn semakin dangkal dan sebaliknya. Dimana besaran frekuensi dan

resisitivitas berbanding terbalik. Rumusan besaran skin depth atau penetrasi

kedalaman ditunjukkan oleh persamaan dibawah ini (Schmoldt, 2011):

𝛿 = √2

𝜇𝜔𝜎 = √

2 𝜌

𝜔𝜇 ≅ 503 √𝜌𝑇 = 503√

𝜌

𝑓 meter (14)

Dimana : 𝜇 = 𝜇ₒ = 4π10−7, 𝜎 =1

𝜌 , 𝜔 = 2𝜋𝑓, 𝜌 adalah resistivitas (Ohm.m) dan T

adalah periode (detik).

3.4 Impedansi

Pada metode AMT sama dengan metode MT (magnetotellurik), yang diukur pada

permukaan bumi berupa komponen horizontal medan listrik dan medan magnet (Ex,

Ey Hx, dan Hy) dalam deret waktu (time series). Dala pengolahan data AMT

bertujuan memperoleh hasil pengukuran medan listrik dan medan magnet dalam

domain frekuensi. Impedansi merupakan hubungan antara medan listrik dan medan

magnet. Hubungan linear antara medan istrik (Ex dan Ey), medan magnet (Hx dan

Hy) dan impedansi (Z) dinyatakan sebagai berikut:

[𝐸𝑥

𝐸𝑦] = [

𝑍𝑥𝑥 𝑍𝑥𝑦

𝑍𝑦𝑥 𝑍𝑦𝑦] [

𝐻𝑥

𝐻𝑦] (15)

= 𝑍 (16)

Page 43: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

25

Pada persamaan (16) 𝐸 dan 𝐻 merupakan vektor sedangkan Z merupakan tensor

impedansi yang menghubungkan medan listrik dan medan magnet. Impedansi

merupakan perbandingan antara medan listrik (E) dan medan magnetik (H). Nilai

impedansi (Z) bergantung pada dimensi medium yang bervariasi terhadap sistem

koordinat x, y dan z.

Pada kasus satu dimensi berlaku Zxx = Zyy = 0, dimana nilai elemen diagonal tensor

impedansi adalah nol yang hanya berlaku terhadap kedalaman. Impedansi pada

medium 1-D (Vozoff dalam Heditama, 2011):

𝑍 = 𝐸𝑥

𝐻𝑦=

𝜔𝜇

𝑘= (

𝜔𝜇

𝚤𝜔µ𝜎)

1

2 (17)

Resistivitas semu (ρa) untuk lapisan bumi diperoleh persamaan sebagai berikut

(Cagniard dalam Heditama, 2011):

𝜌𝑎 = 1

𝜔𝜇|𝐸𝑥

𝐻𝑦|2

(18)

∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑖𝑚 𝑍

𝑟𝑒 𝑍) (19)

Sedangkan untuk medium dua dimensi berlaku Zxy = -Zyx, dimana impedansi

mempunyai nilai yang sama namun berlawanan tanda. Pada kasus ini impedansi

dituliskan dalam dua komponen, yaitu Transverse Electric (TE) dan Transverse

Magnetic (TM). TE adalah impedansi dari medan listrik arah “x” dan medan magnet

arah “y”, dimana modus ketika medan listrik searah dengan strike dan medan

magnet tegak lurus dengan strike. Sedangkan TM adalah impedansi dari medan

listrik arah “y” dan medan magnet arah “x”, dimana modus TM ketika medan

magnet searah dengan strike dan medan listrik tegak lurus dengan strike.

Page 44: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

26

Gambar 8. Modus TE dan Modus TM (Grandis, 2002)

𝑇𝐸 = 𝑍𝑥𝑦 = 𝐸𝑥

𝐻𝑦= √𝑖 𝜔0 𝜌 (20)

𝑇𝑀 = 𝑍𝑦𝑥 = 𝐸𝑦

𝐻𝑥= √𝑖 𝜔0 𝜌 (21)

Dari Persamaan (19) dan Persamaan (20) impedansi adalah bilangan kompleks

dari fungsi resistivitas dan frekuensi yang dinyatakan dalam persamaan (Cagniard

dalam Heditama, 2011):

𝜌a = 1

𝜔𝜇|𝐸𝑥

𝐻𝑦|

2

= 1

𝜔𝜇|𝑍𝑥𝑦|

2 (22)

𝜌𝑎 = 1

𝜔𝜇|𝐸𝑦

𝐻𝑥|2

= 1

𝜔𝜇|𝑍𝑦𝑥|

2 (23)

∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑖𝑚 𝑍𝑥𝑦

𝑟𝑒 𝑍𝑥𝑦) (24)

∅ = 𝑡𝑎𝑛−1 (𝑖𝑚 𝑍𝑦𝑥

𝑟𝑒 𝑍𝑦𝑥) (25)

Page 45: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

27

3.5 Pengukuran Metode AMT

Sebelum pengambilan data dilakukan terlebih dahulu kita tentukan titik

pengukuran, pada penentuan titik pengukuran ini bertujuan untuk memperoleh data

yang baik dengan mempertimbangkan efek noise dari lokasi pengukuran.

Pengambilan data (data acquisition) AMT dilakukan dengan dua tahapan yaitu

pengukuran medan listrik (Ex, Ey) dan medan magnet (Hx, Hy, Hz). Pada saat

sebelum pengambilan data dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu, kalibrasi terdiri

dari kalibrasi alat dan kalibrasi main unit. Terdapat empat buah elektroda

(porouspot) yang dipasang pada sumbu X (Ex) dua elektroda pada sumbu Y (Ey).

Porouspot merupakan sensor medan listrik tersusun atas elektroda, larutan

elektrolit, dan memiliki dasar keramik yang berpori. Elektroda yang biasanya

digunakan adalah Cu dengan garamnya CuSO4, sedangkan larutan elektrolitnya

adalah KCl. Terdapat tiga sensor sinyal magnetik (Hx, Hy dan Hz). Kedua sensor

(listrik dan magnetik) dipasang dengan cara ditanam umtuk meminimalisir

pergeseran. Konfigurasi alat dalam pengambilan data di lapangan ditunjukkan

dalam Gambar 8 :

Gambar 9. Konfigurasi Alat dalam Akuisisi Magnetotellurik (Daud, 2010).

Page 46: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

28

3.6 Pemodelan dan Interpretasi Data AMT

Pemodelan data geofisika berfungsi untuk menentukan sifat-sifat batuan di bawah

permukaan bumi berdasarkan data yang terukur di permukaan bumi. Pemodelan

data geofisika terbagi menjadi dua yaitu: pemodelan kedepan (fordward modelling)

dan pemodelan inversi (inverse modelling). Inversi merupakan suatu proses

pengolahan data lapangan yang melibatkan penyelesaian teknik matematika dan

statistik untuk mendpatkan informasi mengenai distribusi sifat fisis bawah

permukaan. Tujuan dari proses inversi ini adalah mengestimasi parameter fisis

batuan yang tidak diketahui sebelumnya. Pemodelan kedepan berkebalikan dengan

inversi dimana kita ingin memperoleh data prediksi hasil pengukuran berdasarkan

parameter fisis yang sudah diketahui. Alur dari pemodelan inversi maupun

pemodelan kedepan seperti Gambar 9 dan Gambar.10 di bawah ini:

Gambar 10. Alur Pemodelan Inversi (Supriyanto, 2007).

Page 47: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

29

Gambar.11 Alur Pemodelan Fordward (Supriyanto, 2007).

Interpretasi kualitatif data AMT didasarkan pada data penampang tahanan jenis

semu, peta tahanan jenis pada beberapa periode, peta total konduktansi, diagram

polar dan vektor induksi. Sedangkan interpretasi secara kuantitatif didasarkan pada

hasil pemodlan 1-D dan 2-D yang diperoleh dengan data masukan berupa

impedansi TE-mode, impedansi TM-mode dan impedansi invarian. Pemodelan

bertujuan untuk mengekstrak informasi yang terkandung di dalam data sehingga

diperoleh distribusi tahanan jenis bawah permukaan melalui model-model.

Pemodelan data 1-D merupakan model berlapis horizontal, dimana model yang

terdiri dari beberapa lapisan, pada setiap lapisannya memiliki nilai tahanan jenis

yang homogen. Parameter model dalam pemodelan 1-D adalah nilai tahanan jenis

dan ketebalan pada tiap lapisannya. Hubungan antara data dengan parameter model

secara umum dapat dinyatakan:

𝑑 = 𝐹 (𝑚) (26)

= 𝐹−1𝑑 (27)

Page 48: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

30

Pada Persamaan (26) dan Persamaan (27), dimana d merupakan vektor data, m

adalah vektor model dan F(m) adalah fungsi dari vektor model, d dan m merupakan

matriks 𝑀 × 𝑁. Dengan menggunakan logaritma kita bisa memecahkan masalah

untuk mencari solusi model dengan meminimumkan fungsi obyektif ψ, yang

didefinisikan sebagai berikut (Schmoldt, 2011):

𝜓( ) = 𝜖( ) + 𝜏. 𝜉( ) (28)

Dimana : ψ adalah fungsi obyektif (m), d adalah vektor data, m adalah vektor model,

𝜏 adalah Parameter smooth, 𝜉 adalah ukuran kehalusan model dan ϵ adalah model

misfit, selisih antara respon model dan data observasi

3.6.1 Inversi Bostik

Dalam pemodela data AMT menggunakan inversi Bostik. Inversi Bostik

merupakan perkiraan atau pendekatan yang dilakukan untuk mendapatkan

resistivitas semu ρa (T) dan juga sebagai pola sebaran resistivitas terhadap

kedalaman. Transformasi Bostick mendapatkan perkiraan distribusi resistivas dan

kedalaman ρB (h) hingga ρN (h), dimana h adalah penetrasi kedalaman pada medium

half-space pada resistivitas yang sama untuk resistivitas semu pada periode (T),

yang dijelaskan dengan formula:

ℎ = √𝜌𝑎(𝑇)

2𝜋𝜇 (29)

Resistivitas Bostick ρB (h) terhadap kedalaman, diberikan oleh (Schmoldt, 2011):

𝜌𝐵 (ℎ) = 𝜌𝑎 (𝑇) (𝜋

2∅ (𝑇)− 1) (30)

Page 49: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

31

3.6.2 Pemodelan 2D Non Linear Conjugate Gradient

Untuk memodelkan atau menggambarkan sebaran resistivitas bawah permukaan

dengan lebih baik maka digunakan model 2-D dimana sebaran resistivitas

bervariasi terhadap kedalaman dan jarak dalam penampang model. Dalam

pemodelan 2-D model berupa sebaran resistivitas bawah permukaan yang terdiri

dari blok-blok dengan ukuran yang berbeda. Dalam model sebaran resistivitas 2-D

memiliki parameter lateral (x) dan kedalman (z). Pemodelan 2-D ini pemecahan

masalah menggunakan alogaritma Non Linear Conjugate Gradient (NLGG) yaitu

mencari solusi model dengan meminimumkan fungsi obyektif ψ, pada inversi

alogaritma NLCG mengacu pada garis besar inversi data itu sendiri yaitu

penjumlahan antara data misfit dengan ukuran kehalusan model yang seperti pada

Persamaan (28), maka persamaan pada alogaritma NCLG menjadi Persamaan

(31) dibawah ini:

𝜓𝑐 = (𝑑 − 𝑓 ( ))𝑇𝑅𝑑𝑑−1 (𝑑 − 𝑓 ( )) + 𝜏 . Ξ ( − 𝑚0 ) (31)

Dimana: ψ adalah Fungsi obyektif, m adalah Vektor model, m0 adalah Priori

model, 𝑅𝑑𝑑−1 adalah Error matrik kovarian, F(m) adalah Fungsi dari vektor model,

𝛯 adalah Operetor model, 𝜏 adalah Parameter smooth, T adalah Transpose dan -1

adalah Invers.

Dalam pemodelan dengan menggunakan Non Linear Conjugate Gradient operator

model yang digunakan adalah laplace (∆) ataupun gradient (𝛻). Pemodelan Non

Linear Conjugate Gradient diaplikasikan pada program WinGlink. Pada

pengaplikasiannya pada program ini terdapat parameter smooth sangat

mempengaruhi hasil dari pemodelan. Dalam program WinGlink kita mengatur

Page 50: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

32

parameter hingga mendapatkan model yang baik. Dimana parameter modelnya

adalah 𝛼, 𝛽 dan τ. Dimana α mengontrol smoothing pada arah horizontal, β

mengontrol smoothing pada arah vertikal (Schmoldt, 2011).

.

Page 51: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

33

33

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan salah satu syarat wajib dalam menyelesaikan studi di

Teknik Geofisika Universitas Lampung, dalam proses penelitian ini tempat dan

waktu pelaksanaan sebagai berikut:

Waktu/Tgl : 01 September s.d 30 Desember 2017

Tempat : PUSLIT GEOTEKNOLOGI LIPI BANDUNG dan Laboratorium

Teknik Geofisika Universitas Lampung

Sebelum dilakukan penelitian telah direncanakan terlebih dahulu mengenai

kegiatan penelitian yang akan dilakukan pada Tabel 2 berikut:

Tabel 2 Rencana Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Bulan-ke-

1 2 3 4

Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke- Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Studi

literatur

2 Penyusunan

proposal

penelitian

3 Seminar

proposal

4 Penyusunan

hasil

5 Seminar

hasil, revisi

6 Ujian

skripsi

Page 52: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

34

4.2 Alat dan Bahan

Dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan alat dan bahan yang berguna untuk

menunjang dan memperlancar proses pelaksanaan penelitian. Adapun alat yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Literatur yang menunjang penelitian

2. Data hasil pengukuran Audio Magnetotellurik

3. Peta geologi regional daerah penelitian

4. Peta daerah penelitian

5. Perangkat lunak MT Editor

6. Perangkat lunak WinGlink.

7. Perangkat lunak ArcGis

8. Perangkat lunak Map Source

4.3 Diagram Alir Penelitian

Diagram alir atau kerangka alur penelitian dibuat untuk memperjelas alur atau

tahapan penelitian. Dalam diagram alir ini berisi tahapan-tahapan proses penelitian

dari awal penelitian sampai dengan selesainya penelitian. Diagram alir dalam tugas

akhir ini terdapat pada Gambar 12:

Page 53: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

35

Gambar 12. Diagram Alir Penelitian

Mulai

Kurva resistivitas terhadap frekuensi dan fase

(smoothing)

Inversi

Peta sebaran

resistivitas

perkedalaman

Kurva resistivitas semu dan

fase (smoothing)

Data domain

frekuensi

Di-eksport dalam

format EDI file

Korelasi hasil 1D

Model

1D

Model

penampang

korelasi 1D

Model

penampang

2D inversi

Sebaran resistivitas

perkedalaman

Informasi Geologi

Analisis data

Selesai

Page 54: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

36

Pada penelitian ini terbagi menjadi tiga tahapan pengolahan data, yaitu pengolahan

menggunakan MT Editor, WinGlink dan korelasi data 1D. Pada pengolahan

mengunakan MT Editor digunakan untuk smoothing kurva resistivitas semu dan

fase. Proses smoothing kurva dilakukan dengan menyeleksi crosspower dari setiap

data resistivitas semu maupun fase sehingga didapatkan kurva yang smooth. Setelah

data dianggap smooth, kemudian data di-eksport dalam bentuk file.Edi.

Data dalam hasil pengolahan dalam bentuk file.Edi, akan diolah lebih lanjut

menggunakan software WinGlink. Pengolahan data pada proses ini melalui

beberapa tahapan diantaranya adalah pembuatan database, memasukkan data

(file.EDI), pembuatan profile map, editing data, inversi 2D, pembuatan model 1D.

Pada bagian inversi dilakukan secara berulang ulang sampai mendapatkan

minimum error, atau model yang diinginkan. Setelah mendapatkan hasil model

inversi 2D, dilakukan pembuatan peta sebaran resistivitas pada setiap kedalaman

tertentu untuk menentukan sebaran resistivitas pada setiap kedalaman (sebaran

resistivitas secara horizontal).

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan model hasil korelasi antara model 1D antar

titik pengukuran, pada pembuatan model ini diguakan data sounding sehingga baik

dalam menentukan sebaran resistivitas secara vertikal. Dari beberpa model yang

telah didapatkan kemudian dilakukan interpretasi data yang didukung dengan peta

geologi pada daerah penelitian.

Page 55: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

0

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sebaran nilai resistivitas bawah permukaaan daerah panas bumi Way Ratai

bervariasi. Sebaran nilai resistivitas rendah (0-10 Ωm), sedang (10-60 Ωm)

dan tinggi (lebih dari 60 Ωm). Sebaran resistivitas sedang dari kedalaman

1000 meter semakin bertambahnya kedalaman, semakin berkurang luas

persebarannya dan persebaran resistivitas tinggi dengan nilai resistivitas lebih

besar dari 60 Ωm dari kedalaman 1000 meter semakin bertambah kedalaman

luas persebarannya semakin bertambah.

2. Dari penampang hasil pseudo section teridentifikasi struktur pada titik

pengukuran 02 sampai dengan 03, 08, diantara titik ukur 11 dan 12, diantara

titik ukur 15 sampai 17 dan diantara titik ukur 19, 20.

3. Dari peta sebaran resistivitas perkedalaman, lapisan tanah atas dan batuan

penudung teridentifikasi pada kedalaman 100 meter, reservoar teridentifikasi

pada kedalaman 500 meter dan batuan dasar teridentifikasi pada kedalaman

1000 meter.

4. Komponen sistem panas bumi pada daerah panas bumi way Ratai yang

teridentifikasi adalah batuan penudung berada pada kedalaman 100-750

Page 56: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

82

meter, reservoar berada pada kedalaman 300-1600 meter, batuan dasar berada

pada kedalaman 700-3000 meter.

5. Struktur yang teridentifikasi berada pada titik pengukuran 03, 08, diantara titik

ukur 11 dan 12, 19, 17 dan 15, yang ditunjang dengan adanya mata air panas di

sekitar lokasi struktur.

6.2 Saran

Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini yaitu

1. Dalam melakukan editing cross power harus tepat dalam menentukan trend kurva

data pengamatan, terutama pada frekuensi yang rendah.

2. Dalam melakukan inversi data harus memperhatikan hasil dari model pseudo

section dimana hasil inversi memiliki pola perlapisan yang sama dengan hasil

pseudo section.

Page 57: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

82

DAFTAR PUSTAKA

Daud, Y., 2010. Diktat Kuliah: Laboratorium Geofisika MIPA Universitas Indonesia.

Depok.

Gafoer, S., Amin, T. C. dan Pardede, R., 1993. Peta Geologi Lembar Tanjung Karang:

Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Departemen Pertambangan dan

Energi. Bandung.

Grandis, H., Sudarman, S. dan Hendro, A., 2002. Aplikasi Metoda Magnetotellurik

(MT) dalam Eksplorasi Geotermal: Forum Hagi.

Haditama, D. M., 2011. Pemrosesan Data Time Series Pada Metode Magnetotelurik

(MT) Menjadi Data Resistivitas Semu dan Fase Mnggunakan Mathlab:

Universitas Indonesia. Depok.

Lahti, I., 2015. Audiomagnetotelluric (AMT) Measurements: A New Tool For Mineral

Exploration And Upper Crustal Research at The Geological Survey of Finland:

GEOLOGICAL SURVEY FINLAND SPECIAL PAPPER 57, 155-172.

Oskooi, B., Takalu, M., Montahei, M. dan Rahmani, M.R., 2016. A recent

magnetotelluric investigation of the Sabalan geothermal field in north-western

Iran: Bollettino di Geofisica Teorica ed Applicata Vol. 57, n. 3, pp. 261-274

Reynold, J.M., 1995. An Introduction applied and Environmental Geophysics: north

wales, UK Willey.

Rulia, C., 2012. Pengolahan Data Magnetotellurik 2-Dimensi Pada Lapangan

Panasbumi Marana, Sulawesi Tengah: Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.

Schmoldt, J.P., 2011. Multidimensional Isotropic and Anisotropic Investigation of the

Tajo Basin Subsurface A Novel Anisotropic Inversion Approach for Subsurface

Cases with Oblique geoelectric Strike Directions: Faculty of Science,

Department of Earth and Ocean Science, National University of Ireland,

Galway, Ireland.

Page 58: IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN …digilib.unila.ac.id/31069/2/SKRIPSI FULL TANPA PEMBAHASAN.pdf · acquisition data 19 measurement points. The ... processing is a pseudo section,

82

Simpson, F. dan Bahr, K., 2005 Practical Magnetotellurics: Cambridge University

Press.United Kingdom.

Suharno, 2010, Pengembangan Prospek Panas Bumi Untuk Mahasiswa, Ahli Teknis,

Profesional dan Birokrat, Univesitas Lampung. Bandar Lampung.

Supriyanto., 2007. Analisis Data Gofisika: Memahami Teori Inversi: Departemen

Fisika-FMIPA Universitas Indonesia. Depok.

Yuanita, E., Harmoko, U., Hananto, N. D. dan Handayani, L., 2015. Karakterisasi

Daerah Panas Bumi Diwak Berdasarkan Pengukuran Audio-Magnetotellurik:

JURNAL RISET GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN Vol.25 No.1.